6
Puisi diambil dari: Judul : Penjair Api Nasionalisme Penulis : Drs. J. U. Nasution Cetakan : I, 1965 Penerbit : PT. Gunung Agung, Jakarta Kami Penabur Kami bekerdja dipadang masa Menaburkan benih tjinta mulia Jang nanti akan senantiasa Semerbakkan wangi bahgia-dunia Tapi kami hanja penabur Bila dunia berbahagia nati Kami sudah lama berkubur Tiada dapat merasainja lagi Sungguhpun begitu kami ichlas Bekerdja sekarang dipadang masa Kami tiada harapkan balas Bahgia kami ialah berdjasa Pelopor Gerindo, April-Mei 1938 Ulasan puisi Kami Penabur. Genre dari puisi ini adalah nasionalisme. Isi yang ingin di sampaikan oleh penulis melalui puisi ini adalah mengenai

Kami Penabur

Embed Size (px)

DESCRIPTION

analisis puisi

Citation preview

Page 1: Kami Penabur

Puisi diambil dari:

Judul : Penjair Api Nasionalisme

Penulis : Drs. J. U. Nasution

Cetakan : I, 1965

Penerbit : PT. Gunung Agung, Jakarta

Kami Penabur

Kami bekerdja dipadang masa

Menaburkan benih tjinta mulia

Jang nanti akan senantiasa

Semerbakkan wangi bahgia-dunia

Tapi kami hanja penabur

Bila dunia berbahagia nati

Kami sudah lama berkubur

Tiada dapat merasainja lagi

Sungguhpun begitu kami ichlas

Bekerdja sekarang dipadang masa

Kami tiada harapkan balas

Bahgia kami ialah berdjasa

Pelopor Gerindo, April-Mei 1938

Ulasan puisi Kami Penabur.

Genre dari puisi ini adalah nasionalisme. Isi yang ingin di sampaikan oleh penulis melalui

puisi ini adalah mengenai gambaran jiwa para pejuang dahulu, dan yang disini disebutkan

sebagai “kami penabur” dari kalimat tersebut memiliki makna kami para pejuang yang

sedang berjuang saat itu, penabur disini diartikan sebagai bentuk sebuah perjuangan mereka

di masa mereka dengan semangat membara demi memperpejuangkan kemerdekaan. Hal ini

disambung di larik selanjutnya yaitu “Menaburkan benih tjinta mulia” benih cinta yang di

Page 2: Kami Penabur

maksud di sini adalah ketulusan dan keiklasan mereka dalam berjuang. “Jang nanti akan

senantiasa, Semerbakkan wangi bahgia-dunia” kemudian larik selanjutnya ini menjelaskan

benih mulia yang mereka tebar, bahwa keiklasan dan ketulusan akan memperjuangkan

sebuah tujuan yang mulia yaitu kemerdekaan akan membuat dunia ini berada dalam

kedamaian. Selaki lagi mereka mengatakan di larik selanjutnya bahwa,

Tapi kami hanja penabur

Bila dunia berbahagia nati

Kami sudah lama berkubur

Tiada dapat merasainja lagi

Bait ini menjelaskan bahwa mereka adalah hanya para pejuang dahulu, dan saat dunia dalah

bahagia dan damai mereka telah meninggal lama dan tidak dapat merasakan dunia yang

penuh kedamaian karena mereka hidup hanya di masanya, masa untuk berjuang dan

memperjuangkan kemerdekaan. Disambung pada bait selanjutnya,

Sungguhpun begitu kami ichlas

Bekerdja sekarang dipadang masa.

Kami tiada harapkan balas.

Bahgia kami ialah berdjasa.

Hal ini menjelaskan bahwa meskipun mereka tidak bisa menikmati dunia yang dalam

keadaan damai mereka iklas melakukannya bekerja dan berusaha di medan bahaya, di masa

yang sama sekali belum merdeka. Usaha mereka yang begitu gigih ini tidak mengharapkan

untuk di balas, dan kebahagiaan mereka adalah mereka turut berjuang dalam membangun

dunia yang penuh dengan perdamaian.

Mawar

Terorak kelopak mawar djuita

Warna berseri mendandan sari

Page 3: Kami Penabur

Mengalun wangi kematahari

Ketika pagi indah tjuatja

Datang lebah, hinggap kebunga

Hendak menjeri, itu maksudnja

Mawar menjerah bagia-rela

Lebah menghisap sepuas-puasnya

Setelah habis wangi dan madu

Terbanglah lebah, pulang kesarang

Mawar sendu terkulai laju

Mengenangkan tjinta lebah jang tjurang

Penjelasan editor dalam buku tersebut sebagai berikut: sadjak ,,Mawar” diatas diambil

dari dokumentasi Lembaga Bahasa dan Kesusasteraan, Djakarta. Sadjak tersebut hendak

dimuat dalam madjalah Pandji Pustaka djaman Djepang, tapi karena dianggap mengandung

ketjaman terhadap pemerintah Djepang maka tak dapat dimuat.

Puisi marawar ini memang berisikan sebuah ungkapan yang dibuat oleh penyair untuk

mengkritik pemerintahan Jepang. Puisi ini menceritakan bagaimana tindakan Jepang saat itu

kepada Indonesia. Pertama datang Jepang mengatas namakan dirinya Saudara Tua dan

menjanjikan sebuah kemerdekaan bagi Indonesia, namun kenyataanya Jepang justru

bertindak atau besikap lebih kejam terhadap masyarakat Indonesia, bahkan melebihi apa yang

di lakukan Belanda kepada Indonesia. Jepang tidak hanya menjarah kekayaan alam namun

juga tenaga manusia yang dipekerjakan secara berlebihan. Hal ini diungkapkan dalam puisi

tersebut, “Mawar sendu terkulai laju. Mengenangkan tjinta lebah jang tjurang” saat itu

masyarakat Indonesia kecewa dan sedih akan tindakan Jepang yang katanya ingin menolong

Indonesia.

Bilakah

Page 4: Kami Penabur

Bilakah alam bersinar senang

Diterangi Surja Kemerdekaan?

Bilakah rakjat bernafas tenang

Mengisap udara Kemerdekaan?

Bilakah terbit bintang ,,Merdeka”

Menjinari alam Indonesia?

Bilakah hilang malam tjelaka

Kehidupan senang bersuka ria?

Disitulah baru senang dihati

Indonesia telah merdeka

Merah-Putih telah berkibar

Disanalah baru aku berhenti

Dari bermenung berhati duka

Hari panas, tiada sabar

Fikiran Rakjat, no. 24, Des 1932

Puisi ini menggambarkan harapan penulis mengenai Indonesia yang merdeka. Mengadai-

andai indonesia merdeka dan rakyat hidup dalam ketenangan yang damai tidak ada lagi

pertumpahan darah. Sepenuhnya isi dari puisi ini kurang lebih berisikan sebuah harapan

misal bait berikut. Bilakah alam bersinar senang

Diterangi Surja Kemerdekaan?

Bilakah rakjat bernafas tenang

Mengisap udara Kemerdekaan?

Bilakah terbit bintang ,,Merdeka”

Menjinari alam Indonesia?

Page 5: Kami Penabur

Bilakah hilang malam tjelaka

Kehidupan senang bersuka ria?

Disitulah baru senang dihati