1
M asyarakat Indonesia masih menggan- tungkan sumber ke- uangan eksternal dari keluarga dan kerabat dekat yang dikenal. Bank Dunia (2015) mengelu- arkan data bahwa 43.77 persen dari pop- ulasi masyarakat berpendapatan rendah yang memiliki utang setahun sebelumnya mendapatkan dana utangnya dari kelu- arga dan kerabat dekat mereka. Hanya 11.33 persen dari populasi ini yang mem- peroleh dana utangnya dari lembaga keuangan formal. Berbagai pertimbangan menjadi penyebab mereka lebih memilih tidak berhubungan dengan lembaga ke- uangan formal, diantaranya adalah kemudahan akses dan minimnya per- syaratan serta pengawasan. Sejumlah 1.780 responden teridenti- fikasi dan memberikan hasil bahwa per- ilaku memperoleh utang secara berkesi- nambungan di kalangan masyarakat ber- penghasilan rendah terbukti dipenga- ruhi secara positif oleh orang-orang ter- dekat dan yang signifikan dalam pengam- bilan keputusan mereka. Artinya, pasang- an, orangtua, saudara, tetangga, dan ke- rabat dekat bisa mendorong mereka un- tuk mengambil utang secara terus-me- nerus jika keinginan berutang mereka terus-menerus dipenuhi oleh orang- orang ini. Edukasi keuangan ternyata mampu memengaruhi keputusan ber- utang dari masyarakat berpenghasilan rendah Indonesia, melalui pihak-pihak eksternal yang memengaruhi keputusan mereka. Sementara itu, lembaga keuang- an formal justru akan semakin mendo- rong masyarakat ini untuk terus meng- ambil utang secara berkesinambungan. Meskipun pihak eksternal berpenga- ruh positif terhadap keputusan mereka, mendahulukan kepentingan bersama atau orang lain ternyata masih belum menjadi prioritas bagi mereka. Kebiasaan bersedekah, pada akhirnya, masih belum menjadi lifestyle. Walaupun, kemudian orang-orang yang berutang ini ternyata juga menyatakan diri rajin bersedekah meskipun hanya sebagian kecil porsi dari pendapatannya (kurang dari 2.5 persen dari pendapatan bersih). Artinya, kepe- dulian terhadap orang lain masih belum menjadi gaya hidup. Hal ini cukup men- jelaskan perilaku berutang yang terus- menerus. Kebiasaan berutang ini seha- rusnya mampu diminimalisir dengan kebiasaan bersedekah yang menginter- nalisasi kebiasaan berbagi dan berjamaah jika tata karma bersedekah dipenuhi de- ngan baik. Tata karma bersedekah adalah seperti yang tertera dalam al-Quran surat al-Baqarah ayat 262-264, yaitu tidak mengungkit-ungkit dan tidak menyakiti perasaan penerima. Sebagaimana Allah bandingkan riba dengan zakat pada al-Quran surah ar Rum ayat 39, yaitu riba yang dalam per- spektif manusia bisa menambah harta, di mata Allah tidak bertambah, dan justru memberi zakat yang akan dilipatgandak- an atas ridha Allah, maka sebaiknya hal ini menjadi renungan bagi yang senanti- asa berutang. Bagi yang mengambil utang terus menerus sesudah utang lainnya, baik yang sudah terbayar lunas maupun yang masih berlangsung, dan bagi yang kesulitan dalam keuangan, sebaiknya mempertimbangkan sedekah sebagai so- lusinya agar tidak terus-menerus meng- andalkan pihak lain untuk mengatasi masalah keuangan tersebut, dibaca: utang. Tentu saja kuncinya adalah iman dan yakin bahwa Allah pun akan mem- berikan rezeki dari arah yang tidak di- sangka. Dengan demikian, pemahaman ter- hadap perilaku utang dan sedekah ini juga membutuhkan edukasi, bukan ha- nya melalui edukasi informal seperti ce- ramah keagamaan atau kajian dalam per- kumpulan arisan di masyarakat melain- kan juga pendidikan formal. Lee dan Miller (2012) mengungkapkan strategi marketing sosial yang cocok untuk ma- syarakat berpenghasilan rendah teruta- ma dalam hal penanaman perilaku. Stra- tegi ini kemudian menjadi dasar penelit- ian mengenai hal yang perlu dilakukan agar masyarakat teredukasi dalam hal perilaku utang dan sedekah yang terus- menerus. Para ahli edukasi keuangan, konsul- tan keuangan, regulator, dan masyarakat penggiat ekonomi syariah diwawancara khusus untuk mendapatkan jawaban dari penelitian tersebut. Hasil menunjukkan bahwa edukasi keuangan atas perilaku utang dan sedekah perlu dilakukan di lembaga pendidikan formal dengan ang- garan dari pemerintah. Lembaga keuang- an formal perlu menjadi fasilitator pe- nunjang dalam edukasi keuangan bekerja sama dengan lembaga pendidikan for- mal. Hal yang paling utama diedukasi adalah menanamkan kembali keper- cayaan dan nilai-nilai Islami sehingga lebih mudah dan mampu menyerap pen- didikan yang dipaparkan, terutama da- lam hal perilaku utang dan sedekah. Sebaiknya hal ini dilakukan sejak dini, sebagaimana teori ekonomi yang men- gajarkan bagaimana agar mendapatkan keuntungan sebesar-besarnya dengan pengorbanan yang sekecil-kecilnya juga diajarkan sejak usia dini. Pelajaran yang mengajarkan dengan pengorbanan yang kecil mampu menda- pat keuntungan yang besar ternyata mampu membentuk perilaku masyarakat Indonesia menjadi kurang mempriori- taskan sedekah dalam kesehariannya. Hal ini juga berarti kepedulian terhadap orang lain masih belum tertanam, se- hingga konteks “mendapatkan” utang le- bih dipertimbangkan dibandingkan de- ngan konteks “memberikan” sedekah. Para ahli juga mengungkapkan bahwa wanita dan kelompok masyarakat ber- penghasilan rendah sebaiknya menjadi target pertama dibandingkan target lain- nya seperti kalangan anak muda. Oleh karena itu, selain lembaga pendidikan formal sebagai media yang cocok sebagai alat promosi dan edukasi juga diperlukan media online dan pelatihan yang men- dalam. Edukasi keuangan perlu menetapkan agar sasaran audiensi memiliki lebih sedikit utang atau paling tidak menyele- saikan pembayaran utang terdahulunya terlebih dahulu sebelum berutang kem- bali sebagai strategi prioritas dalam me- netapkan sasaran perilaku khusus. Ke- mudian, strategi edukasi keuangan juga perlu memutuskan fokus utama per- baikan perilaku utang. Selain itu, peserta edukasi diharap- kan paling tidak mampu menyadari bah- wa salah satu penyebab berutang secara terus-menerus adalah untuk menutupi utang terdahulu, sehingga pengutang ketagihan berutang. Sumber yang terse- dia dan mudah dijangkau seringkali men- jadi tantangan bagi pengutang untuk se- lalu berutang, bahkan mengabaikan ke- perluan atau kebutuhan orang yang diu- tangi yang mungkin sebenarnya sedang membutuhkan dana tersebut. Dengan memprioritaskan evaluasi bahwa utang sebelumnya perlu dilunasi terlebih dahu- lu, peserta edukasi diharapkan mampu memiliki kepekaan untuk mendahului kepentingan bersama dan orang lain se- belum memuaskan keinginan diri sendiri. Terakhir, bersedekah menjadi fokus kedua sesudah melunasi utang. Artinya, rasa saying dan empati perlu dibangun oleh masyarakat Indonesia. Dengan kasih saying dan empati, masyarakat Indonesia diharapkan mampu menciptakan keda- maian dan berdampak dalam semua as- pek kehidupan, termasuk, meskipun tidak dibahas dalam penelitian ini, yaitu dalam berperilaku di jalan raya dan be- rantri. Wallaahu a’lam. M adrasah Ramadhan telah memberikan banyak hikmah bagi orang-orang yang serius dalam melaluinya. Waktu 1 bulan telah diatur dan ditetapkan oleh Allah sebagai momentum pembentukan pribadi yang bertaqwa sebagaimana Allah telah fir- mankan dalam surah al-Baqarah ayat 183. Sebagai alumni madrasah Ramadhan, hasil raport dapat tercermin pada aktivitas keseharian kita dalam beribadah dan berhubungan sosial kepada sesama manusia. Momentum bulan suci telah memberikan lonjakan perkembangan umat yang merupakan dampak dari aktivitas beribadah kepada aktivitas sosial masyarakat. Ibadah-ibadah yang kita lakukan dalam rangka meraih pahala dan men- sucikan jiwa secara tidak langsung memberikan dampak terhadap perilaku sosial ekonomi, baik secara mikro maupun makro. Dalam surah al-Ma’arij ayat 19-23 dijelaskan bahwa sesung- guhnya pada dasarnya manusia bersifat penuh dengan keluh kesah dan kikir. Apabila manusia ditimpa kesusahan maka akan mengeluh, namun apabila didatangkan kebaikan akan menjadi kikir, kecuali orang-orang yang taat dalam mengerjakan sholatnya. Barangsiapa istiqomah dalam menger- jakan ibadah sholatnya, maka ia akan dijauhkan dari sifat berkeluh kesah dan pelit. Sehingga muncul sifat filantropi dan semangat berbagi terhadap sesama. Perilaku filantropi terhadap sesama manusia ini tentu akan mem- bantu mengangkat derajat ekonomi kaum dhuafa sekaligus mensucikan harta dan jiwa para pemberi sedekah. Dalam menjalankan aktivitas selama bulan Ramadhan, atmosfer dalam beribadah khususnya ibadah sholat sangat mendukung, apalagi dengan kondisi di Indonesia yang mayo- ritas penduduknya Muslim sehingga suara azan dan sholawat hampir ter- dengar di setiap penjuru. Dengan fasili- tas bulan Ramadhan, sholat-sholat sunnah seperti tarawih, witir, tahajjud dan lainnya lebih mudah didapatkan. Sehingga ibadah yang rutin dan berkualitas selama sebulan akan mem- bentuk karakter filantropi atau seman- gat berbagi terhadap sesama dalam memberikan kontribusi ekonomi ter- hadap kemajuan negara. Secara makro, terbukti jumlah zakat terus meningkat dari tahun ke tahun, bahkan di tahun 2018 ini dari data Ba- dan Amil Zakat Nasional (Baznas) jumlah penghimpunan zakat mampu melampaui target dan naik sebesar 47,5 persen. Ditambah dana-dana sedekah dan infaq dari kurang lebih 800.000 masjid yang ada di Indonesia cenderung mengalami kenaikan dibandingkan ha- ri-hari biasanya di luar bulan Rama- dhan. Ini merupakan momentum keku- atan ekonomi sosial Islam yang perlu untuk terus diperhatikan. Hasil tersebut tentu tidak lepas dari pembentukan masyarakat madani peserta madrasah Ramadhan. Di samping kekuatan ibadah dan ekonomi yang terbentuk, momentum bulan suci juga memberikan berbagai macam akses baru untuk mendapatkan kajian-kajian keislaman kontemporer, hal ini juga memunculkan peluang dalam memajukan intelektualitas masyarakat mengenai perspektif keil- muan terbaru dalam memandang masalah-masalah kekinian yang hadir di tengah-tengah masyarakat. Dalam perkembangan ekonomi syariah, selain dari segi kemajuan ekonomi, tingkat intelektualitas dan spiritualitas masyarakat juga penting untuk diperhatikan. Kemajuan ekonomi tanpa kemajuan intelektual tidak akan bertahan lama. Kemajuan ekonomi tanpa kemajuan spiritual akan menun- tun ke arah sekulerisme. Dalam men- ciptakan masyarakat madani yang aman, tenteram dan penuh kepedulian terhadap sesama, seluruh aspek terse- but haruslah memiliki keseimbangan. Ramadhan adalah momentum untuk mengakselerasi ketiganya yakni aspek ekonomi, intelektual dan spiritual sehingga inilah yang dimaksud dengan lonjakan perkembangan umat. Ramadhan memberikan banyak ruang dalam meningkatkan keimanan dan spiritualitas serta melatih dalam mengendalikan hawa nafsu seperti sifat kikir tadi, momentum emas ini memudahkan kaum muslim untuk membentuk kepribadian yang tercantum dalam surah al-Mu’minun ayat 1-9 dan kelak meraih janji-Nya dalam surat yang sama ayat 10-11. Wallaahu a’lam. TAMKINIA Dampak Ramadhan terhadap Sensitivitas Sosial Ekonomi 19 KAMIS, 28 JUNI 2018 JURNAL EKONOMI ISLAM REPUBLIKA Edukasi Keuangan untuk Perilaku Utang dan Sedekah Dr Asep Nurhalim Ketua Departemen Ilmu Ekonomi Syariah FEM IPB Dr Laily Dwi Arsyianti Staf Pengajar Departemen Ilmu Ekonomi Syariah FEM IPB YUSUF NUGROHO/ANTARA STRATEGI RANKING PRIORITAS Sasaran audiensi 3 Wanita Evaluasi 5 Mengetahui bahwa salah satu penyebab berutang adalah untuk menutupi utang sebelumnya Fokus 2 Berutang Marketing Mix 7 Promosi Mengatasi hambatan/ menghadapi tantangan 4 Kepercayaan/keyakinan Partner 6 Lembaga keuangan Sasaran perilaku khusus 1 Memiliki utang lebih sedikit, paling tidak melunasi utang yang sebelumnya terlebih dahulu sebelum berutang kembali Tabel 1. Strategi dan Fokus Edukasi Keuangan dalam Hal Berutang dan Bersedekah

KAMIS, 28 JUNI 2018 JURNAL EKONOMI ISLAM REPUBLIKA … · seperti yang tertera dalam al-Quran surat al-Baqarah ayat 262-264, yaitu tidak mengungkit-ungkit dan tidak menyakiti perasaan

  • Upload
    others

  • View
    8

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Masyarakat Indonesiamasih menggan -tung kan sumber ke -uangan eksternaldari keluarga dankerabat dekat yang

dikenal. Bank Dunia (2015) mengelu-arkan data bahwa 43.77 persen dari pop-ulasi masyarakat berpendapatan rendahyang memiliki utang setahun sebelumnyamendapatkan dana utangnya dari kelu-arga dan kerabat dekat mereka. Hanya11.33 persen dari populasi ini yang mem-peroleh dana utangnya dari lembagakeuangan formal. Berbagai pertimbanganmenjadi penyebab mereka lebih memilihtidak berhubungan dengan lembaga ke -uangan formal, diantaranya adalahkemudahan akses dan minimnya per-syaratan serta pengawasan.

Sejumlah 1.780 responden teridenti-fikasi dan memberikan hasil bahwa per-ilaku memperoleh utang secara berkesi -nambungan di kalangan masyarakat ber -penghasilan rendah terbukti dipenga -ruhi secara positif oleh orang-orang ter-dekat dan yang signifikan dalam pengam-bilan keputusan mereka. Artinya, pasang -an, orangtua, saudara, tetangga, dan ke -ra bat dekat bisa mendorong mereka un -tuk mengambil utang secara terus-me -nerus jika keinginan berutang merekaterus-menerus dipenuhi oleh orang-orang ini. Edukasi keuangan ternyatamampu memengaruhi keputusan ber -utang dari masyarakat berpenghasilanrendah Indonesia, melalui pihak-pihakeksternal yang memengaruhi keputusanmereka. Sementara itu, lembaga keuang -an formal justru akan semakin mendo -rong masyarakat ini untuk terus meng -ambil utang secara berkesinambungan.

Meskipun pihak eksternal berpenga -ruh positif terhadap keputusan mereka,mendahulukan kepentingan bersamaatau orang lain ternyata masih belum

menjadi prioritas bagi mereka. Kebiasaanbersedekah, pada akhirnya, masih belummenjadi lifestyle. Walaupun, kemudianorang-orang yang berutang ini ternyatajuga menyatakan diri rajin bersedekahmeskipun hanya sebagian kecil porsi daripendapatannya (kurang dari 2.5 persendari pendapatan bersih). Artinya, kepe -du lian terhadap orang lain masih belummenjadi gaya hidup. Hal ini cukup men-jelaskan perilaku berutang yang terus-menerus. Kebiasaan berutang ini seha -rus nya mampu diminimalisir dengankebiasaan bersedekah yang menginter-nalisasi kebiasaan berbagi dan berjamaahjika tata karma bersedekah dipenuhi de -ngan baik. Tata karma bersedekah adalahseperti yang tertera dalam al-Quran suratal-Baqarah ayat 262-264, yaitu tidakmengungkit-ungkit dan tidak menyakitiperasaan penerima.

Sebagaimana Allah bandingkan ribadengan zakat pada al-Quran surah arRum ayat 39, yaitu riba yang dalam per-

spektif manusia bisa menambah harta,di mata Allah tidak bertambah, dan justrumemberi zakat yang akan dilipatgandak -an atas ridha Allah, maka sebaiknya halini menjadi renungan bagi yang senanti-asa berutang. Bagi yang mengambil utangterus menerus sesudah utang lainnya,baik yang sudah terbayar lunas maupunyang masih berlangsung, dan bagi yangkesulitan dalam keuangan, sebaiknyamempertimbangkan sedekah sebagai so -lusinya agar tidak terus-mene rus meng -andalkan pihak lain untuk mengatasimasalah keuangan tersebut, diba ca:utang. Tentu saja kuncinya adalah imandan yakin bahwa Allah pun akan mem -beri kan rezeki dari arah yang tidak di -sangka.

Dengan demikian, pemahaman ter-hadap perilaku utang dan sedekah inijuga membutuhkan edukasi, bukan ha -nya melalui edukasi informal seperti ce -ra mah keagamaan atau kajian dalam per -kumpulan arisan di masyarakat melain -

kan juga pendidikan formal. Lee danMiller (2012) mengungkapkan strategimarketing sosial yang cocok untuk ma -sya rakat berpenghasilan rendah teruta-ma dalam hal penanaman perilaku. Stra -tegi ini kemudian menjadi dasar penelit-ian mengenai hal yang perlu dilakukanagar masyarakat teredukasi dalam halperilaku utang dan sedekah yang terus-menerus.

Para ahli edukasi keuangan, konsul-tan keuangan, regulator, dan masyarakatpenggiat ekonomi syariah diwawancarakhusus untuk mendapatkan jawaban daripenelitian tersebut. Hasil menunjukkanbahwa edukasi keuangan atas perilakuutang dan sedekah perlu dilakukan dilembaga pendidikan formal dengan ang -garan dari pemerintah. Lembaga keuang -an formal perlu menjadi fasilitator pe -nun jang dalam edukasi keuangan bekerjasama dengan lembaga pendidikan for -mal. Hal yang paling utama diedukasiadalah menanamkan kembali keper-cayaan dan nilai-nilai Islami sehinggalebih mudah dan mampu menyerap pen-didikan yang dipaparkan, terutama da -lam hal perilaku utang dan sedekah.Sebaiknya hal ini dilakukan sejak dini,sebagaimana teori ekonomi yang men-gajarkan bagaimana agar mendapatkankeuntungan sebesar-besarnya denganpengorbanan yang sekecil-kecilnya jugadiajarkan sejak usia dini.

Pelajaran yang mengajarkan denganpengorbanan yang kecil mampu menda-pat keuntungan yang besar ternyatamampu membentuk perilaku masyarakatIndonesia menjadi kurang mempriori-taskan sedekah dalam kesehariannya.Hal ini juga berarti kepedulian terhadaporang lain masih belum tertanam, se -hing ga konteks “mendapatkan” utang le -bih dipertimbangkan dibandingkan de -ngan konteks “memberikan” sedekah.Para ahli juga mengungkapkan bahwawanita dan kelompok masyarakat ber -peng hasilan rendah sebaiknya menjaditarget pertama dibandingkan target lain -nya seperti kalangan anak muda. Olehkarena itu, selain lembaga pendidikanformal sebagai media yang cocok sebagaialat promosi dan edukasi juga diperlukanmedia online dan pelatihan yang men-dalam.

Edukasi keuangan perlu menetapkanagar sasaran audiensi memiliki lebihsedikit utang atau paling tidak menyele-saikan pembayaran utang terdahulunyaterlebih dahulu sebelum berutang kem -bali sebagai strategi prioritas dalam me -netapkan sasaran perilaku khusus. Ke -mu dian, strategi edukasi keuangan jugaperlu memutuskan fokus utama per-baikan perilaku utang.

Selain itu, peserta edukasi diharap-kan paling tidak mampu menyadari bah -wa salah satu penyebab berutang secaraterus-menerus adalah untuk menutupiutang terdahulu, sehingga pengutangketagihan berutang. Sumber yang terse-dia dan mudah dijangkau seringkali men -jadi tantangan bagi pengutang untuk se -lalu berutang, bahkan mengabaikan ke -perluan atau kebutuhan orang yang diu-tangi yang mungkin sebenarnya sedangmembutuhkan dana tersebut. Denganmem prioritaskan evaluasi bahwa utangsebelumnya perlu dilunasi terlebih dahu -lu, peserta edukasi diharapkan mampume miliki kepekaan untuk mendahuluike pentingan bersama dan orang lain se -be lum memuaskan keinginan diri sendiri.

Terakhir, bersedekah menjadi fokuskedua sesudah melunasi utang. Artinya,rasa saying dan empati perlu dibangunoleh masyarakat Indonesia. Dengan kasihsaying dan empati, masyarakat Indonesiadiharapkan mampu menciptakan keda -maian dan berdampak dalam semua as -pek kehidupan, termasuk, meskipuntidak dibahas dalam penelitian ini, yaitudalam berperilaku di jalan raya dan be -rantri. Wallaahu a’lam. ■

Madrasah Ramadhan telahmemberikan banyakhikmah bagi orang-orangyang serius dalam

melaluinya. Waktu 1 bulan telah diaturdan ditetapkan oleh Allah sebagaimomentum pembentukan pribadi yangbertaqwa sebagaimana Allah telah fir-mankan dalam surah al-Baqarah ayat183. Sebagai alumni madrasahRamadhan, hasil raport dapat tercerminpada aktivitas keseharian kita dalamberibadah dan berhubungan sosialkepada sesama manusia. Momentumbulan suci telah memberikan lonjakanperkembangan umat yang merupakandampak dari aktivitas beribadah kepadaaktivitas sosial masyarakat.

Ibadah-ibadah yang kita lakukandalam rangka meraih pahala dan men-sucikan jiwa secara tidak langsungmemberikan dampak terhadap perilakusosial ekonomi, baik secara mikromaupun makro. Dalam surah al-Ma’arijayat 19-23 dijelaskan bahwa sesung-guhnya pada dasarnya manusia bersifatpenuh dengan keluh kesah dan kikir.Apabila manusia ditimpa kesusahanmaka akan mengeluh, namun apabila

didatangkan kebaikan akan menjadikikir, kecuali orang-orang yang taatdalam mengerjakan sholatnya.Barangsiapa istiqomah dalam menger-jakan ibadah sholatnya, maka ia akandijauhkan dari sifat berkeluh kesah danpelit. Sehingga muncul sifat filantropidan semangat berbagi terhadapsesama. Perilaku filantropi terhadapsesama manusia ini tentu akan mem-bantu mengangkat derajat ekonomikaum dhuafa sekaligus mensucikanharta dan jiwa para pemberi sedekah.

Dalam menjalankan aktivitasselama bulan Ramadhan, atmosferdalam beribadah khususnya ibadahsholat sangat mendukung, apalagidengan kondisi di Indonesia yang mayo -ritas penduduknya Muslim sehinggasuara azan dan sholawat hampir ter-dengar di setiap penjuru. Dengan fasili-tas bulan Ramadhan, sholat-sholatsunnah seperti tarawih, witir, tahajjuddan lainnya lebih mudah didapatkan.Sehingga ibadah yang rutin danberkualitas selama sebulan akan mem-bentuk karakter filantropi atau seman-gat berbagi terhadap sesama dalammemberikan kontribusi ekonomi ter-

hadap kemajuan negara.Secara makro, terbukti jumlah zakat

terus meningkat dari tahun ke tahun,bah kan di tahun 2018 ini dari data Ba -dan Amil Zakat Nasional (Baznas)jumlah penghimpunan zakat mampumelampaui target dan naik sebesar 47,5persen. Ditambah dana-dana sedekahdan infaq dari kurang lebih 800.000mas jid yang ada di Indonesia cenderungmengalami kenaikan dibandingkan ha -ri-hari biasanya di luar bulan Rama -dhan. Ini merupakan momentum keku-atan ekonomi sosial Islam yang perluuntuk terus diperhatikan. Hasil tersebuttentu tidak lepas dari pembentukanmasya rakat madani peserta madrasahRamadhan.

Di samping kekuatan ibadah danekonomi yang terbentuk, momentumbulan suci juga memberikan berbagaimacam akses baru untuk mendapatkankajian-kajian keislaman kontemporer,hal ini juga memunculkan peluangdalam memajukan intelektualitasmasyarakat mengenai perspektif keil-muan terbaru dalam memandangmasalah-masalah kekinian yang hadirdi tengah-tengah masyarakat.

Dalam perkembangan ekonomisyariah, selain dari segi kemajuanekonomi, tingkat intelektualitas danspiritualitas masyarakat juga pentinguntuk diperhatikan. Kemajuan ekonomitanpa kemajuan intelektual tidak akanbertahan lama. Kemajuan ekonomitanpa kemajuan spiritual akan menun-tun ke arah sekulerisme. Dalam men-ciptakan masyarakat madani yangaman, tenteram dan penuh kepedulianterhadap sesama, seluruh aspek terse-but haruslah memiliki keseimbangan.Ramadhan adalah momentum untukmengakselerasi ketiganya yakni aspekekonomi, intelektual dan spiritualsehingga inilah yang dimaksud denganlonjakan perkembangan umat.Ramadhan memberikan banyak ruangdalam meningkatkan keimanan danspiritualitas serta melatih dalam mengendalikan hawa nafsu seperti sifatkikir tadi, momentum emas ini memudahkan kaum muslim untukmembentuk kepribadian yang tercantum dalam surah al-Mu’minunayat 1-9 dan kelak meraih janji-Nyadalam surat yang sama ayat 10-11.Wallaahu a’lam. ■

TAMKINIA Dampak Ramadhan terhadap Sensitivitas Sosial Ekonomi

19 KAMIS, 28 JUNI 2018JURNAL EKONOMI ISLAM REPUBLIKA

Edukasi Keuangan untukPerilaku Utang dan Sedekah

Dr Asep NurhalimKetua Departemen

Ilmu Ekonomi SyariahFEM IPB

Dr Laily DwiArsyianti

Staf Pengajar Departemen IlmuEkonomi Syariah

FEM IPB

YUSUF NUGROHO/ANTARA

STRATEGI RANKING PRIORITASSasaran audiensi 3 WanitaEvaluasi 5 Mengetahui bahwa salah satu

penyebab berutang adalah untuk menutupi utang sebelumnya

Fokus 2 BerutangMarketing Mix 7 PromosiMengatasi hambatan/menghadapi tantangan 4 Kepercayaan/keyakinanPartner 6 Lembaga keuanganSasaran perilaku khusus 1 Memiliki utang lebih sedikit, paling

tidak melunasi utang yang sebelumnya terlebih dahulu sebelum berutang kembali

Tabel 1. Strategi dan Fokus Edukasi Keuangan dalam Hal Berutang dan Bersedekah