31
EKSTRAKSI KARAGENAN LAPORAN RESMI PRAKTIKUM TEKNOLOGI HASIL LAUT Disusun Oleh: Nama : Ichlasia Ainul Fitri NIM : 13.70.0196 Kelompok : A1 PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PANGAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS KATOLIK SOEGIJAPRANATA SEMARANG

Karagenan_Ichlasia Ainul F_13.70.0196_A1_UNIKA SOEGIJAPRANATA

Embed Size (px)

DESCRIPTION

laporan resmi karagenan

Citation preview

Page 1: Karagenan_Ichlasia Ainul F_13.70.0196_A1_UNIKA SOEGIJAPRANATA

EKSTRAKSI KARAGENAN

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM

TEKNOLOGI HASIL LAUT

Disusun Oleh:

Nama : Ichlasia Ainul Fitri

NIM : 13.70.0196

Kelompok : A1

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PANGAN

FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

UNIVERSITAS KATOLIK SOEGIJAPRANATA

SEMARANG

2015

Page 2: Karagenan_Ichlasia Ainul F_13.70.0196_A1_UNIKA SOEGIJAPRANATA

1. MATERI METODE

1.1. Alat dan Bahan

1.1.1. Alat

Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah blender, pnci, kompor, pengaduk, hot plate,

gelas beker, thermometer, oven, pH meter, timbangan digital

1.1.2. Bahan

Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah rumput laut (eucheuma cottonii), isopropyl

alcohol (IPA), NaOH 0,1 N, NaCl 10%, HCl 0,1N, dan aquades

1.2. Metode

1.2.1. Kelompok A1-A3

Rumput laut dipotong kecil-kecil dan diblender dengan diberi air sedikit

hingga rumput laut tenggelam. Setelah itu dituang ke panci.

Ambil air sebanyak 800 ml

Page 3: Karagenan_Ichlasia Ainul F_13.70.0196_A1_UNIKA SOEGIJAPRANATA

Rumput laut direbus dalam 800ml air selama 1 jam dengan suhu

80-90oC

pH diukur hingga netral yaitu pH 8 dengan ditambahkan larutan

HCL 0,1 N atau NaOH 0,1 N.

Hasil ekxtraksi disaring dengan menggunakan kain saring bersih

dan cairan filtrat ditampung dalam wadah.

Page 4: Karagenan_Ichlasia Ainul F_13.70.0196_A1_UNIKA SOEGIJAPRANATA

Ditambahkan NaCl 10% sebanyak 5% dari volume larutan.

Direbus hingga suhu mencapai 60oC

Filtrate dituang ke wadah berisi cairan IPA (2x volume filtrat).

Dan diaduk dan diendapkan selama 10-15 menit

Volume larutan diukur dengan menggunakan gelas ukur.

Page 5: Karagenan_Ichlasia Ainul F_13.70.0196_A1_UNIKA SOEGIJAPRANATA

Endapan karagenan ditiriskan dan direndam dalam caira IPA

hingga jadi kaku

Serat karagenan dibentuk tipis-tipis dan diletakan dalam wadah

Dimasukan dalam oven dengan suhu 50-60oC

Page 6: Karagenan_Ichlasia Ainul F_13.70.0196_A1_UNIKA SOEGIJAPRANATA

1.2.2. Kelompok A4-A5

Serat karagenan kering ditimbang. Setelah itu diblender

hingga jadi tepung karagenan

Page 7: Karagenan_Ichlasia Ainul F_13.70.0196_A1_UNIKA SOEGIJAPRANATA

Rumput laut dipotong kecil-kecil dan diblender dengan diberi air sedikit

hingga rumput laut tenggelam. Setelah itu dituang ke panci.

Ambil air sebanyak 800 ml

Rumput laut direbus dalam 800ml air selama 1 jam dengan suhu

80-90oC

pH diukur hingga netral yaitu pH 8 dengan ditambahkan larutan

HCL 0,1 N atau NaOH 0,1 N.

Page 8: Karagenan_Ichlasia Ainul F_13.70.0196_A1_UNIKA SOEGIJAPRANATA

Volume larutan diukur dengan menggunakan gelas ukur.

Ditambahkan NaCl 10% sebanyak 5% dari volume larutan.

Direbus hingga suhu mencapai 60oC

Hasil ekxtraksi disaring dengan menggunakan kain saring bersih

dan cairan filtrat ditampung dalam wadah.

Filtrate dituang ke wadah berisi cairan IPA (2x volume filtrat).

Dan diaduk dan diendapkan selama 10-15 menit

Page 9: Karagenan_Ichlasia Ainul F_13.70.0196_A1_UNIKA SOEGIJAPRANATA

Endapan karagenan ditiriskan dan direndam dalam caira IPA

hingga jadi kaku

Serat karagenan dibentuk tipis-tipis dan diletakan dalam wadah

Dimasukan dalam oven dengan suhu 50-60oC

Page 10: Karagenan_Ichlasia Ainul F_13.70.0196_A1_UNIKA SOEGIJAPRANATA

Serat karagenan kering ditimbang. Setelah itu diblender

hingga jadi tepung karagenan

Page 11: Karagenan_Ichlasia Ainul F_13.70.0196_A1_UNIKA SOEGIJAPRANATA

2. HASIL PENGAMATAN

Hasil pengamatan karagenan dapat dilihat padaTabel 1.

Tabel 1.Hasil Pengamatan karagenan

Kelompok Berat basah

(g)

Berat kering

(g)

% Rendemen

A1 40 3,17 7,93

A2 40 4,13 10,33

A3 40 4,45 11,13

A4 40 2,79 6,98

A5 40 2,50 6,25

Pada Tabel 1, dapat dilihat bahwa dengan berat awal karagenan yang samapada semua kelompok

yaitu 40 gram didapatkan hasil berat kering terbesar terdapat pada kelompok A3 dengan nilai

sebesar 4,45 gram yang diikuti dengan rendemen terbesar yaitu sebesar 11,13%. Nilai paling

kecil dari berat kering didapatkan pada kelompok A5 dengan nilai sebesar 2,50 gram yang

diikuti dengan besar rendemen senilai 6,25%. Sehingga dapat dinyatakan bahwa berat kering

berbanding lurus dengan rendemen yang dihasilkan.

Page 12: Karagenan_Ichlasia Ainul F_13.70.0196_A1_UNIKA SOEGIJAPRANATA

3. PEMBAHASAN

Eucheuma cottonii merupakan salah satu jenis rumput laut berwarna merah atau biasa disebut

dengan Rhodophyceae yang kemudian namanya berubah menjadi Kappahycus alvarezii yang

dikarenakan hasil yang didapatkan termasuk dalam fraksi kappa-karagenan, namun nama daerah

“cottonii” lebih dikenal dan biasa dipakai dalam dunia perdagangan. Ciri fisik yang dimiliki

rumput laut adalah sebagai berikut, seperti memiliki thallus, permukaannya licin, berbentuk

silinder, serta cartilogeneus, warnanya tidak terlalu tetap terkadang hijau, hijau kuning, merah

bahkan abu-abu (Aslan, 1998). Timbulnya karakteristik fisik ini disebabkan oleh adaptasi

kromatik atau penyesuaian proporsi pigmen dengan kualitas pencahayaan.Beberapa jenis

Eucheuma merupakan jenis rumput laut yang sampai saat ini masih diperjualbelikan dengan

mudah karena produksinya dilaut yang sanagt besar, selain itu eucheuma memiliki peranan

penting dalam perdagangan internasional sebagai penghasil ekstrak karagenan.Kadar yang

dimilikinya adalah sekitar 54-73% yang bergantung dari jenis dan lokasi tumbuhnya rumput laut

tersebut (Atmaja, 1996).

Klasifikasi Rumput laut adalah sebagai berikut:

Kingdom : Plantae

Divisi : Rhodophyta

Kelas : Rhodophyceae

Ordo : Gigartinales

Famili : Solieracea

Genus : Eucheuma

Species : Eucheuma alvarezii Doty atau Kappaphycus alvarezii

(Doty, 1985)

Seperti yang dijelaskan oleh Bernadette M. Henares, Erwin P. Enriquez, aFabian M.

Dayrit, and Nina Rosario L. Rojas dalam jurnal yang berjudul “Iota-carrageenan hydrolysis

by Pseudoalteromonas carrageenovora IFO12985” bahwa Karagenan adalah suatu jenis

polisakarida yang didapatkan melalui ekstrasi dari beberapa spesies rumput laut atau alga

merah (rhodophyceae), karagenan berbentuk galaktan tersulfatasi linear hidrofilik dengan

MW 100kda (diklasifikasikan berdasarkan adanya unit 3,6-anhydro galactose (DA) dan

Page 13: Karagenan_Ichlasia Ainul F_13.70.0196_A1_UNIKA SOEGIJAPRANATA

posisi gugus sulfat ) dan merupakan bentuk polimer dari pengulangan unit disakarida, sifat

karagenan bersifat heterogen jurnal ini juga menjelaskan bahw a pada jenis karagenan

iotakaragenan memiliki sifat lembut dan elastic, sedangkan pada lambda memiliki sifat

tidak dapat membentuk gel disegala situasi. Ada 3 jenis karagenan komersial yang biasa

dikonsumsi dan dimanfaatkan yaitu karagenan iota, kappa dan lambda, dan Terdapat dua

prekursor dalam yang dapat digunakan untuk membuat karagenan komersial yaitu

karagenan mu yang merupakan prekursor karagenan kappa dan karagenan nu adalah

prekursor iota. Jenis rhodopyta yang berbeda juga akan menghasilkan jenis karagenan yang

berbeda pula. Secara alami, jenis iota dan kappa dapat dibentuk dengan perlakuan

enzimatis dari prekursor sulfohydrolase. Akan tetapi dalam perlakuan komersil, jenis ini

biasa didapatkan dari perlakuan alkali pada karagenan atau ekstraksi dengan larutan alkali.

Karagenan jenis kappa, dapat diekstraksi dari rumput laut tropis dengan jenis Kappaphycus

alvarezii atau Eucheuma cottonii. Selanjutnya karagenan jenis iota dapat ditemukan dari

proses ekstraksi Eucheuma denticulatum atau dengan nama trivial Eucheuma spinosum.

Sedangkan untuk karagenan jenis lamda diproduksi oleh spesies rumput laut Gigartina dan

Condrus (Van de Velde et al., 2002). Karagenan ini memiliki kemampuan untuk

membentuk gel secara thermo-reversible artinya karagenan dapat dipadatkan saat dingin

dan diencerkan saat dipanaskan. Atau dapat membuat larutan kental jika dimasukkan ke

dalam larutan garam, sehingga karagenan banyak dimanfaatkan sebagai pembentuk gel,

dan bahan penstabil di berbagai industri seperti pangan, farmasi, kosmetik, pengental,

percetakan, dan tekstil (Van de Velde et al., 2002; Campo et al., 2009 ) hal ini juga sesuai

dengan pendapat dari Iglauer Stefan, Yongfu Wu,Patrick Shuler, Yongchun Tang , William

A. Goddard dalam jurnal yang berjudul “Dilute iota- and kappa-Carrageenan solutions with

high viscosities in highsalinity brines” bahwa karagenan juga memiliki dampak positif bagi

kesehatan yaitu dapat menurunkan kadar kolestrol dan mencegah peningkatan

atherosclerone lesions, untuk produk minuman dan yang terpenting bahwa seaweed tidak

mengandung senyawa beracun dalam jurnal ini juga menjelaskan bahwa karagenan

biasanya diekstrak dari jenis alga merah yang memiliki sifat gel yang kuat, serta dapat

mebentuk larutan menjadi viscous serta stabil pada suhu tinggi pada beberapa minggu, oleh

sebab itu lebih disarankan bahwa penggunaannya menggunakan suhu rendah. Dosis

Page 14: Karagenan_Ichlasia Ainul F_13.70.0196_A1_UNIKA SOEGIJAPRANATA

optimum adalah 12,5 mg/ kg berat badan. Sifat gelling agent dapat ditingkatkan melalui

beberapa cara sesuai dengan yang disampaikan oleh Jasaswini Tripathy, Dinesh Kumar

Mishra, Mithilesh Yadav, Arpit Sand, Kunj Behari dalam jurnal yang berjudul

Modification of j-Carrageenan by Graft Copolymerization

of Methacrylic Acid: Synthesis and Applications bahwa dengan penambahan methacrylic

acid maka dapat member dampak positif seperti meningkatkan kemampuan sebagai

gelling agent akan tetapi dapat menurunkan viskositasnya hal ini karena polimer berantai

panjang akan bergerak secara fleksibel dengan penambahan logam ini sehingga pergerakan

akan bebsa dan menjadi lebih encer. Karagenan kappa merupakan jenis karagenan yang

sering digunakan sehari-hari karena rumut laut penghasilya pun berada dialam dalam

jumlah melimpah (Poncomulyo, et al.,2006),

Tabel 2. Sifat-Sifat Karagenan

Kategori Jenis Karagenan

Iota Kappa Lamda

Kelarutan Larut dalam garam natrium dan tidak larut pada susu dingin.

Larut dalam garam natrium dan tidak larut pada susu dingin.

Larut dalam semua garam dan membentuk disperse dalam susu dingin.

Kemampuan membentuk gel

- Bersinergi dengan ion kalium.

-

Page 15: Karagenan_Ichlasia Ainul F_13.70.0196_A1_UNIKA SOEGIJAPRANATA

Langkah kerja yang dilakukan dalam praktikum ini oleh kelompok A1 hingga A3 adalah

Dalam menggunakan rumput laut jenis Eucheuma cottonii yang menghasilkan karagenan

jenis kappa. Rumput laut yang ditimbang sebanyak 40 gram, lalu rumput laut dipotong

kecil-kecil dan di lakukan penghalusan bahan dengan cara di blender, sebelumnya

ditambahkan air terlebih dahulu hingga rumput laut tenggelam. Proses penghalusan rumput

laut ini berguna untuk mengoptimalkan proses ekstraksi (Distantina,et al.,2011) selain itu

ukuran padatan yang diekstrak akan mempengaruhi waktu dan hasil dari proses ekstraksi.

Hal ini disebabkan semakin halus padatan yang diekstrak, semakin besar luas permukaan

kontak antara pelarut dengan bahan atau padatan yang di ekstraksi, sehingga semakin

efektif (Arpah, 1993).

Tahap berikutnya adalah rumput laut direbus dalam 800ml air selama 1 jam dengan suhu

80-90oC, hal ini sesuai dengan teori Cahyadi (2008) yang menyatakan bahwa karagenan

akan larut didalam air dengan pemanasan pada suhu 50-80oC. Rasyid (2003) menambahkan

bahwa suhu ekstraksi yang digunakan juga harus diperhatikan yaitu sekitar 85-95oC.

pemanasan akan mempercepat proses terbentuknya gel hal ini akan mengakibatkan

karagenan lepas dari dinding sel danmelakukan kontak dengan panas sehingga didapatkan

nilai rendemen tinggi. Namun apabila waktu ekstraksi terlalu lamaakan mengalami

degradasi panas yang mengakibatkan perubahan bahkan putusnya susunan rantai molekul.

Hal yang sama juga ditambahkan oleh Maria L. S. Orbita dalam jurnal yang berjudul

Growth rate and carrageenan yield of Kappaphycus alvarezii (Rhodophyta, Gigartinales)

cultivated in Kolambugan, Lanao del Norte, Mindanao, Philippines yang menjelaskan

bahwa terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi jumlah karagenan berupa faktor

lingkungan seperti temperature, intensitas cahaya, dan salinitas, kappa caragenan akan

berada dalam jumlah yang besar saat tumbuh pada bula September sampai februari. Lalu

pH larutan diatur mencapai pH 8 dengan penambahan HCl/NaOH 0,1 N.selanjutnya pH

Page 16: Karagenan_Ichlasia Ainul F_13.70.0196_A1_UNIKA SOEGIJAPRANATA

diukur hingga netral yaitu pH 8 dengan ditambahkan larutan HCL 0,1 N atau NaOH 0,1 N,

penambahan ini menurut teori yang disampaikan oleh Angka (2000) bahwa karagenan

memiliki stabilitas pH 7-9 dan mengalami hidrolisa dibawah pH 3,5. Pengukuran pH

dengan menggunakan pH meter dilakukan jika suhu larutan hasil ekstraksi mencapai

±400C. Hal ini disebabkan karena pengukuran pH dengan pH meter dalam keadaan terlalu

panas atau terlalu dingin dapat menyebabkan ketidakakuratan data yang didapat (Alfonso

& Edward,1992 hal yang sama juga ditambahkan oleh Distantina et al. (2011) yang

menyatakan bahwa dibutuhkan keadaan alkalis untuk mengekstrak larutan karagenan,

sebab pada pH 8 karagenan akan bersifat lebih stabil.). Penurunan ini akan menghilangkan

viskositas dan potensi dari pembentukan gel.

Hasil ekxtraksi disaring dengan menggunakan kain saring bersih dan cairan filtrat

ditampung dalam wadah, Proses penyaringan ini berfungsi untuk menghilangkan padatan-

padatan terlarut yang tidak diinginkan, sehingga didapatkan larutan karagenan yang murni

(Prasetyowati, et al.,2008). Kemudian larutan karagenan yang sudah disaring, ditambahkan

larututan NaCl 10% sebanyak 5% dari volume filtrate dan kemudian dilakukan proses

pemanasan sampai suhu 600C. Volume larutan diukur dengan menggunakan gelas ukur,

lalu Ditambahkan NaCl 10% sebanyak 5% dari volume larutan Selanjutnya Direbus hingga

suhu mencapai 60oC Filtrate dituang ke wadah berisi cairan IPA (2x volume filtrat) larutan

IPA yang digunakan ini berfungsi untuk mengendapkan serat-serat karagenan. Sebab serat

karagenan akan terbentuk jika kontak dengan alkohol. Dan diaduk dan diendapkan selama

10-15 menit, kemudian Endapan karagenan ditiriskan dan direndam dalam caira IPA

hingga jadi kaku, berikutnnya Dimasukan dalam oven dengan suhu 50-60oC proses

pengeringan ini adalah untuk mengurangi kadar air dan kadar alcohol dari karagenan

tersebut. Sehingga didapatkan tepung karagenan dengan tingkat kemurnian yang cukup

tinggi. Hal ini juga terkait dengan umur simpan karagenan, sebab jika tidak dilakukan

pengeringan dengan sempurna. Maka kadar air dalam tepung karagenan tersebut dapat

mempersingkat umur simpan tepung karena terkontaminasi jamur atau mikroorganisme

lainnya karena tingginya kadar air dalam tepung karagenan.selajutnya Serat karagenan

kering ditimbang. Setelah itu diblender hingga jadi tepung karagena, yang menyebabkan

tepung yang dihasilkan akan lebih sempurna.

Page 17: Karagenan_Ichlasia Ainul F_13.70.0196_A1_UNIKA SOEGIJAPRANATA

Pada kelompok A4 dan A5 langkah kerjanya adalah sama seperti kelompok A1 sampai A3

bedanya adaah setelah pengukuran dengan ph meter hingga ph normal atau netral maka

Volume larutan diukur dengan menggunakan gelas ukur. selanjutnya Ditambahkan NaCl

10% yang memiliki kemampuan untuk pembentukan gel karagenan thermo-reversible akan

aktif. Sehingga kegunaan karagenan sebagai larutan pengental dan gelling-agent dapat

digunakan sebagai pembentuk gel dan bahan penstabil di berbagai industry. Selain itu

penambahan NaCl juga berfungsi untuk mengendapkan karagenan, sedangkan adanya

proses pemanasan bertujuan untuk mempercepat proses ekstraksi karagenan dan

menghomogenkan larutan (Mappiratu,2009). Sebanyak 5% dari volume larutan. Lalu

direbus pada suu 600C, kemudian Hasil ekxtraksi disaring dengan menggunakan kain

saring bersih dan cairan filtrat ditampung dalam wadah. Filtrate dituang ke wadah berisi

cairan IPA (2x volume filtrat). Dan diaduk dan diendapkan selama 10-15 menit setelah itu

langkah kerja yang dilakukan sama dengan kelompok sbeelumnya.

Pada hasil pengamatan ekstraksi karagenan terlihat bahwa pada semua kelompok

menggunakan berat basah sejumlah 40 gram, selanjutnya didapatkan berat basah pada

kelompok A1 sampai A5 secara berurutan adalah 3,17; 4,13; 4,45;2,79;2,50. Dan

dihasilkan rendemen secara berurutan pada kelompok A1 hingga A5 secara berurutan

adalah 7,93;10,33;11,13;6,98;6,25. Bawa, et al. (2007) bahwa proses ekstraksi karagenan

biasanya dapat mencapai % rendemen hingga 34,5% pada pH 8, jika proses ekstraksi

selama 2 jam. Hal ini tidak sesuai dengan hasil praktikum yang dilakukan karena pada hasil

pengamatan menunjukkan semua kelompok menunjukkan hasil yang tidak mencapai

34,5%. Faktor-faktor penyebab rendahnya % rendemen yang didapatkan, disebabkan

beberapa faktor diantaranya, Jenis karagenan yang digunakan Waktu ekstraksi yang

digunakan menghasilkan % rendemen yang berbeda (Setyowati, et al.,2000), % Rendemen

yang didapatkan dipengaruhi oleh konsentrasi larutan basa (Pelegrin, et al.,2006), serta

umur rumput laut yang digunakan.

Page 18: Karagenan_Ichlasia Ainul F_13.70.0196_A1_UNIKA SOEGIJAPRANATA

Perbedaan hasil rendemen pada tiap kelompok dapat diakibatkan perbedaan waktu

ekstraksi tiap kelompok yang tidak seragam. Selain itu penggunaan rumput laut yang

berbeda juga mempengaruhi % rendemen yang dihasilkan. Seperti yang telah disampaikan

oleh Widyastuti (2010) bahwa rumput laut yang telah cukup tua akan menghasilkan %

rendemen yang lebih banyak jika dibandingkan dengan rumput laut yang masih muda.

Selain itu penggunaan konsentrasi NaOH dapat mempengaruhi mutu dan jumlah yield

karagenan. Jika terlalu tinggi dapat mengurangi % rendemen (yield) yang didapatkan

(Pelegrin, et al.,2006).

Aplikasi pada produk pangan adalah dengan pengujian ini dilakukan dengan penambahan

NaOH, KOH, dan Ca(OH)2setelah dipanaskan selama 5 jam disuhu 90oC dan dilakukan

pengendapan menggunakan propanol. Namun setelah ditambahkan 3 larutan basa yang

berbeda dilakukan pemasakan. Hasil yang ditemukan adalah dengan penambahan KOH

menunjukkan nilai yield dan kualitas tertinggi, Apabila diinginkan hasil gel dengan warna

coklat dan sedikit kaku dapat dilakukan ekstraksi dengan suhu rendah selama semalam, lalu

dicairkan kembali (Mishra, P.C., et al, 2006).

,

Page 19: Karagenan_Ichlasia Ainul F_13.70.0196_A1_UNIKA SOEGIJAPRANATA

4. KESIMPULAN

Karagenan merupakan kelompok polisakarida galaktosa yang didapat dari ekstraksi rumput

laut.

Eucheuma cottonii merupakan jenis seaweeds yang paling sering digunakan, karena

jumlahnya yang banyak dan mudah ditemui.

Karagenan dapat dimanfaatkan sebagai bahan pengental dan gelling agent dalam industri

pangan.

Reaksi pembentukan gel bersifat thermo-reversible.

Ekstraksi menggunakan aquades karena karagenan bersifat larut pada pelarut bersifat polar.

Suhu pemanasan selama ekstraksi adalah 85-95oC.

pH ekstraksi karagenan adalah basa sekitar 7-9.

Larutan NaCl untuk meningkatan kekuatan gel serta membantu dalam pengendapan.

Isopropil alkohol (IPA) berfungsi sebagai pengendapan karagenan.

Terdapat tiga jenis karagenan adalah kappa, iota, dan lamda yang memiliki sifat dan

karakteristik yang berbeda-beda.

Page 20: Karagenan_Ichlasia Ainul F_13.70.0196_A1_UNIKA SOEGIJAPRANATA

Proses pengeringan ditujukan untuk mendapatkan tepung karagenan yang lebih murni dan

dapat memperpanjang umur simpan.

Semarang, 15 Oktober 2014

Praktikan Asisten Dosen

Ichlasia Ainul F Ignatius Dicky A. W

13.70.0196

5. DAFTAR PUSTAKA

Alfonso, M. & Edward J. F. (1992). Dasar-dasar Fisika Universitas Edisi 2. Erlangga. Jakarta.

Angka, S. L. & M. T. Suhartono. (2000). Bioteknologi Hasil Laut. Pusat Kajian Sumberdaya

Pesisir dan Lautan Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Arpah, M. (1993). Pengawasan Mutu Pangan. Tarsito. Bandung.

Aslan, L. M. (1998). Budidaya Rumput Laut. Kanisius. Jakarta.

Page 21: Karagenan_Ichlasia Ainul F_13.70.0196_A1_UNIKA SOEGIJAPRANATA

Atmaja, W.S. (1996). Kondisi Pertumbuhan Sargassum (alga coklat) di Perairan Pulau

Pari.Pulau-pulau Seribu.Prosid. Seminar Biologi XIV dan Kongres Nasional Biologi

XI.I:113-120.

Bawa, I. G. A. G.; B. Putra & I. R. Laila. (2007). Penentuan pH Optimum Isolasi Karaginan dari

Rumput Laut Jenis Eucheuma cottonii. Jurnal Kimia, Vol.1 No.1: 15-20.

Bill Blakemore.2012. Journal Formaldehyde in Carrageenan and Processed Eucheuma

Seaweed. Prepared for Marinalg International.

Cahyadi, W. (2008). Bahan Tambahan Pangan. PT. Bumi Aksara. Jakarta.

Distantina, S. ; Wiratni; Moh. Fahrurrozi; and Rochmadi. (2011). Carrageenan Properties

Extracted From Eucheuma cottonii, Indonesia. World Academy of Science, Engineering

and Technology 54 : 738-742.

Doty M.S. (1985). “Taxonomy of Economic Seaweeds: Eucheuma alvarezii sp.nov

(Gigartinales, Rhodophyta) from Malaysia”. California Sea Grant College Program: 37–45.

Mappiratu. (2009). Kajian Teknologi Pengolahan Karaginan Dari Rumput Laut Eucheuma

cottonii Skala Rumah Tangga. Media Litbang 2 (1) : 01-06. Kendari.

Mishra, Pathik Chandra, Reeta Jayasankar, and C. Seema.(2006). Yield and Quality of

Carrageenan from Kappaphycus alvarezii Subjected to Different Physical and Chemical

Treatments. Seaweed Res. Utiln 28(1): 113-117.

Page 22: Karagenan_Ichlasia Ainul F_13.70.0196_A1_UNIKA SOEGIJAPRANATA

Pelegrin, Y. F; Daniel, R. & Azamar, J. A. (2006). Carrageenan of Eucheuma isiforme

(Solieriaceae, Rhodophyta) from Yucata´n, Mexico. Effect of extraction conditions.

Botanica Marina Vol 49: page 65–71. Mexico.

Poncomulyo, T.; H. Maryani & L. Kristiani. (2006). Budidaya & Pengolahan Rumput Laut. PT

Agro Media Pustaka. Jakarta.

Pranoto,Yudi ; Lee,Chong-Min ; Park,Hyun-Jin.2006. Journal Characterizations of Fish Gelatin

Films Added with Gellan and K-Karrageenan.LWT Food Science and Technology 40(5).

Prasetyowati; Corrine, J. A. & D. Agustiawan. (2008). Pembuatan Tepung Karaginan dari

Rumput Laut (Eucheuma cottonii) Berdasarkan Perbedaan Metode Pengendapan. Jurnal

Teknik Kimia, No. 2, Vol. 15 : Hlm 27-33.

Rasyid, A. (2003). “Beberapa Catatan tentang Karaginan”.Oseana, volume XXVII.

Setyowati, D; B. B. Sasmita & H. Nursyam. (2000). Pengaruh Jenis Rumput Laut dan Lama

Ekstraksi tehadap Peningkatan Kualitas Karaginan. Penelitian Fakultas Perikanan Bogor.

Bogor.

Van de Velde,.F.,Knutsen, S.H., Usov, A.I., Romella, H.S., and Cerezo, A.S., 2002, ”1H and 13

C High Resolution NMR Spectoscopy of Carrageenans: Aplication in Research and

Industry”, Trend in Food Science and Technology, 13, 73-92.

Page 23: Karagenan_Ichlasia Ainul F_13.70.0196_A1_UNIKA SOEGIJAPRANATA

6. LAMPIRAN

6.1. Perhitungan

Rumus

%Rendemen= Berat keringBerat basah

×100 %

Kelompok A1

%Rendemen=3,17 gram40 gram

×100 %=7,93%

Kelompok A2

%Rendemen= 4,13 gram40 gram

× 100 %=10,33 %

Kelompok A3

%Rendemen= 4,45 gram40 gram

× 100 %=11,13%

Kelompok A4

Page 24: Karagenan_Ichlasia Ainul F_13.70.0196_A1_UNIKA SOEGIJAPRANATA

%Rendemen=2,79 gram40 gram

×100 %=6,98 %

Kelompok A5

%Rendemen=2,50 gram40 gram

×100 %=6,25%

6.2. Laporan Sementara6.3. Diagram Alir6.4. Jurnal6.5. Vyper