9
NAMA : FAHMI MAULANA (11) KELAS : 2B (TEK. MESIN) KEWARGANEGARAAN KARAKTER Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Karakter memiliki arti: Sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang dari yang lain. Ada beberapa pendapat tentang pengertian karakter, Menurut (Ditjen Mandikdasmen - Kementerian Pendidikan Nasional), Karakter adalah cara berpikir dan berperilaku yang menjadi ciri khas tiap individu untuk hidup dan bekerjasama, baik dalam lingkup keluarga, masyarakat, bangsa dan negara. Individu yang berkarakter baik adalah individu yang bisa membuat keputusan dan siap mempertanggungjawabkan tiap akibat dari keputusan yang ia buat. W.B. Saunders, (1977: 126) menjelaskan bahwa karakter adalah sifat nyata dan berbeda yang ditunjukkan oleh individu, sejumlah atribut yang dapat diamati pada individu. Gulo W, (1982: 29) menjabarkan bahwa karakter adalah kepribadian ditinjau dari titik tolak etis atau moral, misalnya kejujuran seseorang, biasanya mempunyai kaitan dengan sifat-sifat yang relatif tetap. Kamisa, (1997: 281) mengungkapkan bahwa karakter adalah sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang dari yang lain, tabiat, watak. Berkarakter artinya mempunyai watak, mempunyai kepribadian.

Karakter

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Karakter

Citation preview

Page 1: Karakter

NAMA : FAHMI MAULANA (11)KELAS : 2B (TEK. MESIN)

KEWARGANEGARAAN

KARAKTER

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Karakter memiliki arti: Sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang dari yang lain.

Ada beberapa pendapat tentang pengertian karakter,

Menurut (Ditjen Mandikdasmen - Kementerian Pendidikan Nasional), Karakter adalah cara berpikir dan berperilaku yang menjadi ciri khas tiap individu untuk hidup dan bekerjasama, baik dalam lingkup keluarga, masyarakat,  bangsa  dan  negara.  Individu  yang  berkarakter  baik  adalah individu yang bisa membuat keputusan dan siap mempertanggungjawabkan tiap akibat dari keputusan yang ia buat.

W.B. Saunders, (1977: 126) menjelaskan bahwa karakter adalah sifat nyata dan berbeda yang ditunjukkan oleh individu, sejumlah atribut yang dapat diamati pada individu.

Gulo W, (1982: 29) menjabarkan bahwa karakter adalah kepribadian ditinjau  dari titik  tolak etis  atau  moral,  misalnya kejujuran seseorang, biasanya mempunyai kaitan dengan sifat-sifat yang relatif tetap.

Kamisa, (1997: 281) mengungkapkan bahwa karakter adalah sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang dari yang lain, tabiat, watak. Berkarakter artinya mempunyai watak, mempunyai kepribadian.

Wyne mengungkapkan bahwa kata karakter berasal dari bahasa Yunani “karasso” yang berarti “to mark” yaitu menandai atau mengukir, yang memfokuskan bagaimana mengaplikasikan nilai kebaikan dalam bentuk tindakan atau tingkah laku. Oleh sebab itu seseorang yang berperilaku tidak jujur, kejam atau rakus dikatakan sebagai orang yang berkarakter jelek, sementara orang yang berprilaku jujur, suka menolong dikatakan sebagai orang yang berkarakter mulia. Jadi istilah karakter erat kaitannya dengan personality(kepribadian) seseorang.

Page 2: Karakter

Alwisol menjelaskan pengertian karakter sebagai penggambaran tingkah laku dengan menonjolkan nilai (benar-salah, baik-buruk) baik secara eksplisit maupun implisit. Karakter berbeda dengan kepribadian kerena pengertian kepribadian dibebaskan dari nilai. Meskipun demikian, baik kepribadian (personality) maupun karakter berwujud tingkah laku yang ditujukan kelingkungan sosial, keduanya relatif permanen serta menuntun, mengerahkan dan mengorganisasikan aktifitas individu.

Banyak pendapat yang membicarakan tentag pengertian karkter, namun dari kesimpulan tersebut bisa disimpulkan bahwa karakter adalah sifat-sifat dan perilaku seseorang yang membedakan seseorang dengan seseorang yang lain. Dari karakter tersebut, seseorang bisa menilai juga apakah orang tersebut bisa menjadi sukses atau tidak. Karena karakter bisa membuat kita menjadi pribadi yang baik jika kita mempunyai karakter yang baik.

Ketika kita sudah membuat keputusan untuk membuat diri kita menjadi sukses, dengan niat yang baik dan semangat untuk menjadi sukses kita akan dapat menjalaninya dengan baik karena seseorang bisa berubah menjadi orang yang sukses jika ada kemauan dari diri kita sendiri.

Ada 5 faktor di bawah ini yang akan membuat kita tidak salah jalan untuk menuju kesuksesan :

1. NiatSeseorang bisa berubah dengan niat yang tulus untuk melakukannya, jia sesorang mempunyai niat yang baik untuk menjadi sukses. Apapun halangan yang terjadi jika niat kita untuk menjadi sukses, kita pasti bisa menjalaninya dengan baik dan selalu positif dengan apa yang terjadi.

2. LingkunganLingkungan juga sangat berpengaruh terhadap kesuksesan kita. Karena lingkungan juga mempunyai peran penting terhadap diri kita untuk menjadi sukses. Apabila kita mempunyai lingkungan yang mendukung kita untuk menjadi sukses maka kita akan sukses,sebaliknya banyak juga orang yang tersesat karena mempunyai lingkungan yang tidak baik yang membuat kita menjadi orang yang males untuk berusaha menjadi orang yang sukses.

3. MotivasiKita juga tidak akan bisa hidup sendiri di dunia ini. Bahkan untuk menjadi sukses, kita harus mendapat banyak masukan dari teman, guru bahkan keluarga kita. Karena apapun yang membuat kita sukses itu karena juga masukan yang baik yang membuat kita termotivasi menjadi orang yang sukses.

4. TekadYang harus dilakukan seseorang untuk menjadi sukses adalah tekad yang besar. Tekad yang membuat kita maju, tekad yang membuat kita menjadi bisa dan tead yang

Page 3: Karakter

membuat kita untuk jadi lebih baik. Karena dengan tekad yang kita miliki akan lebih cepat untuk kita menjadi lebih baik.

5. KebiasaanKebiasaan seseorang membuat kepribadian seseorang menjadi terbiasa dengan yang dia lakukan sehari-hari. Karena itu kia harus bisa memilih apa yang harus kita lakukakn.apakah itu baik atau tidak untuk kita lakukan. Karena kebiasaan seseorang bisa di bayangkan menjadi sebuah akar yang kecil dan merambat ketanah yang dalam dan membuat pohon yang kokoh. Apabila kita bisa membuat kebiasaan baik maka apa yang akan kita lakukan dengan kebiasaan yang baik akan merubah kita menjadi orang yang sukses. Dan sebaliknya apabila sesorang mempunyai kebiasaan yang buruk maka seseorang akan terus melakukan hal hal yang buruk.

Selain proses untuk menjadi sukses yang kita ingin capai, kita akan banyak mengorbankan yang kita punya selama kita berusaha untuk menjalankannya, yaitu ada 5 faktor yang harus kita korbankan untuk mengapai kesuksesan tersebut :

1. PerasaanBagaimanapun seseorang juga mempunyai perasaan yang lelah untuk menjalaninya. Karena tidak mudah mengapai kesuksesan, kita harus berusaha berfikir positif apabila kita selalu dilanda perasaan yang lelah untuk menjalaninya. Karena disaat kelelahan yang didapat seseorang selalu berfikir bagaimana untuk menjadi sukses jika jalannya berat seperti ini. Maka dari pada itu kita harus berpositif terhadap perasaan kita bahwa kesusahan yang kita dapat akan menjadi buah yang besar dan manis untuk kita makan, atau kita akan merasakan sukses di kedepannya.

2. FikiranBanyak orang yang memikirkan apakah kita akan sukses dengan yang kita jalani ini. Tapi seseorang tidak tau bahwa apa yang difikirkan dengan negative seperti itu akan menjadi penghalang bagi kita. Walaupun fikiran kita banyak terkuras dengan kita mengawali belajar disekolah hingga perguruan tinggi tanpa terasa apa yang kita dapat akan lebih baik lagi jika fikiran-fikiran yang buruk dibuang dan diganti dengan fikiran yang baik. Karena walaupun kita menjalaninya dengan susah payah, menguras fikiran tapi jika kita menjalaninya dengan baik kita akan mendapat pencerahan dan berfikir secara baik.

3. UangBanyak uang yang kita korbankan dari kita pergi menuju kampus yang membutuhkan bensin apabila mempunyai kendaraan dan membayar biaya kuliah kita mungkin terasa aneh. Tapi apa yang kita lakukan itu akan tergantikan apabila kita menjalaninya dengan sungguh-sungguh belajar dengan baik.

4. TenagaSetiap orang mempunyai kemampuannya masing masing, apalagi tenaga yang kita keluarkan sangatlah banyak, dari factor-faktor diatas jika kita tidak mempunyai tenaga yang baik kita tidak akan bisa menjadi sukses, maka dari pada itu gunakanlah tenaga

Page 4: Karakter

dengan apa yang dibutuhkannya. Jika tidak terlalu penting, lebih baik menistirahatkannya untuk hari esok.

5. WaktuWaktu adalah factor yang terpenting dalam kehidupan ita. Karena waktu tidak akan bisa dibalikan dan waktu terus berjalan. Oleh karena itu apa yang kita lakukan dan apa yang kita usahakan haruslah bener bener menjalaninya untuk menuju kesuksesan. Karena apapun yang kita lakukan jika kita menyalahgunakan waktu, waktu akan terbuang sia-sia dan hanya penyesalan yang kita dapat. Oleh karena itu gunakanlah waktu dengan sebaaik-baiknya agar apa yang kita lakukan akan indah pada waktunya.

Page 5: Karakter

Perilaku Yang Tak Berubah

 Kita melihat, banyak kebiasaan orang Indonesia yang tak berubah dalam situasi yang tak sejalan dengan kebiasaan itu. Kebiasaan itu seperti mempunyai otonomi tersendiri, tak tergeser gempuran perubahan dan hal-hal baru. Ciri-ciri manusia Indonesia seperti dikemukakan Mochtar Lubis (1977) belum banyak berubah. Banyak perilaku mengemudi tak sesuai aturan, tak mau antre, dan kebiasaan menggerutu. Praktik jasa paranormal terus marak seiring dengan banyaknya orang percaya takhayul. Kecenderungan mengambil jalan pintas dan ingin cepat meraih hasil meski melanggar aturan juga banyak ditemukan. Kita juga menyaksikan kebiasaan membuang sampah sembarangan dan perilaku merusak lingkungan.Berbagai undang-undang dan peraturan dibuat untuk mengubah kebiasaan negatif, di dalamnya ada sanksi bagi pelanggaran. Tetapi, aturan itu tidak berjalan. Perilaku yang bertentangan dengan aturan itu banyak ditemukan dan menjadi kebiasaan. Kekuatan kebiasaan Pernyataan George Santayana, ”Kebiasaan lebih kuat ketimbang nalar”, bisa menjelaskan perilaku tak berubah banyak orang Indonesia. Perilaku yang menjadi kebiasaan, berdaya besar tampil; digerakkan mekanisme yang dibakukan dalam pikiran. Nalar sebagai fungsi mental guna menghasilkan pengetahuan baru melalui aktivitas pikiran, seperti membandingkan, memutuskan, dan menggeneralisasi, cenderung pasif di hadapan kebiasaan. Sebelum kebiasaan dianggap tak efektif mendukung dorongan bertahan hidup, nalar cenderung mengikuti kebiasaan. Berpikir sebagai aktivitas nalar merupakan respons tak terduga dan usaha campur tangan terhadap tindakan. Saat tindakan yang biasa ditampilkan tak berfungsi, nalar baru bekerja mencari cara baru, mencari tindakan untuk mengatasi kebuntuan. Jika aneka perubahan dalam situasi Indonesia dimaknai sama dengan situasi sebelum atau sesuai dengan kebiasaan, kebiasaan akan bertahan, bahkan kian kuat. Dalam keadaan seperti itu, disertai rendahnya kepercayaan pada penalaran, orang akan merespons lingkungan dengan cara yang biasa digunakan. Rendahnya kehirauan terhadap lingkungan dan perubahan situasi tak banyak pengaruh. Perubahan perilaku Faktor utama yang berperan dalam tidak berubahnya perilaku banyak orang Indonesia terdiri dari (1) inkonsistensi situasi, (2) situasi yang tidak menuntut pertanggungjawaban, (3) jalan pintas mental (mental shortcut), serta (4) kecenderungan memaknai dan menanggapi kejadian di lingkungan menggunakan kerangka pikir ajek. Faktor-faktor ini saling terkait dalam memengaruhi perilaku.

Page 6: Karakter

 Awalnya, tindakan yang ditampilkan seseorang merupakan reaksi terhadap lingkungannya. Ketika tindakan dan efeknya terhadap lingkungan signifikan, tindakan itu dipertahankan. Jika sering berulang, tindakan itu menjadi perilaku, yaitu tindakan yang sesuai dengan norma dan dijadikan cara merespons lingkungan. Sebaliknya, jika efek tindakan terhadap lingkungan tidak jelas dan tanggapan dari lingkungan tidak konsisten, tindakan itu tidak dipertahankan. Dalam situasi yang inkonsisten, orang cenderung menggunakan perilaku lama atau bersikap pasif. Dalam masyarakat Indonesia yang cenderung tidak konsisten, perilaku baru yang diharapkan muncul sulit terbentuk. Aturan tak konsisten membuat orang mengabaikannya. Dalam kondisi ini, wajar jika aneka kebiasaan orang Indonesia yang bertentangan dengan aturan tetap dipertahankan. Situasi inkonsisten aneka aturan cenderung dimaknai sebagai situasi yang tidak menuntut tanggung jawab pelakunya. Dalam situasi seperti itu, orang cenderung bertindak sesuai dengan kebiasaan dan nilai-nilai pribadi, juga cenderung malas memikirkan apa yang sebaiknya dilakukan (Takwin, 1996). Situasi inkonsisten dan taksa mendorong orang cenderung menggunakan jalan pintas mental dalam pembuatan keputusan (Higgins et al, 1977), termasuk keputusan tentang perilaku yang perlu ditampilkan. Dengan jalan pintas mental, orang membuat keputusan berdasarkan aneka patokan yang biasa digunakan, seperti selera, nilai dan keyakinan, tradisi, stereotip, harapan, serta otoritas. Berbagai patokan itu juga digunakan dalam pembentukan kebiasaan. Maka, jalan pintas mental cenderung membawa orang kembali kepada aneka kebiasaannya. Penggunaan jalan pintas mental dalam situasi inkonsisten memengaruhi pemaknaan terhadap situasi dan berbagai perubahan di dalamnya. Perubahan—sejauh tak secara langsung dan nyata membahayakan—dimaknai sesuai dengan aneka patokan mental yang dimiliki. Patokan-patokan itu terangkai dalam pikiran membentuk teori atau kerangka pikir yang digunakan untuk mengelompokkan beragam jenis hal. Teori itu bisa dimiliki bersama oleh orang-orang dalam sebuah budaya (Rosenberg & Sedlack, 1972). Dengan kerangka pikiran itu, perubahan akan dicocok-cocokkan dengan cara pikir dan kebiasaan yang ada sehingga orang merasa tidak perlu berubah. Mentalitas semacam ini tampaknya dominan dalam diri banyak orang Indonesia. Akibat kuatnya faktor-faktor itu, wajar bila banyak perilaku orang Indonesia tidak berubah meski situasi berubah. Tetapi, kewajaran itu tak baik. Seharusnya orang mampu mencermati situasi dan mau berubah untuk menjadi lebih baik. Maka, nalar aktif digunakan. Aneka perangsangan terhadap pikiran perlu diberikan agar nalar terbiasa bekerja. Selain itu, situasi inkonsisten juga perlu dikurangi dengan penerapan aturan secara konsisten. Jika dua hal ini dilakukan, kita bisa berharap perilaku orang Indonesia akan berubah dan kebiasaan sekuat apa pun bisa diubah.