89
i KARAKTER PEMIMPIN DALAM AL-QUR’AN TELAAH QS YUSUF dalam Kitab Tafsir Al-Muni>rKarya Wahbah Zuhaili SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Agama (S.Ag.) Oleh: Dheni Istiqomahwati NIM: 53020160029 PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR (IAT) FAKULTAS USHULUDDIN ADAB DAN HUMANIORA (FUADAH) INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA 2020

KARAKTER PEMIMPIN DALAM AL-QUR’AN TELAAH QS …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9149/1/Dheni...KARAKTER PEMIMPIN DALAM AL-QUR’AN TELAAH QS YUSUF dalam Kitab Tafsir Al-Muni>rKarya

  • Upload
    others

  • View
    10

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

  • i

    KARAKTER PEMIMPIN DALAM AL-QUR’AN

    TELAAH QS YUSUF

    dalam Kitab Tafsir Al-Muni>rKarya Wahbah Zuhaili

    SKRIPSI

    Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

    Memperoleh Gelar Sarjana Agama (S.Ag.)

    Oleh:

    Dheni Istiqomahwati

    NIM: 53020160029

    PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR (IAT)

    FAKULTAS USHULUDDIN ADAB DAN HUMANIORA

    (FUADAH)

    INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA

    2020

  • ii

  • iii

  • iv

  • v

    MOTTO

    Salah satu bentuk pengkerdilanterkejam dalam hidup adalah membiarkan

    pikirkan yang cemerlang menjadi budak bagi tubuh yang malas, yang

    mendahulukan istirahat sebelum lelah.

    (Buya Hamka)

    Jika kamu ingin berhenti, ingatlah kembali mengapa kamu memulainya. Karena

    ketika kamu tetap berjuang dalam lelah dan kecewa, maka saat itulah kamu

    sedang belajar tentang kesungguhan.

    (Penulis)

  • vi

    PERSEMBAHAN

    Atas rahmat dan ridho Allah SWT, kupersembahkan sebuah karya

    sederhana ini untuk orang yang penulis sayangi:

    1. Kedua orang tuaku bapak Suyanto dan ibu Sri Sumarni yang tiada henti memberikan do’a, kasih sayang, dan support kepada penulis.

    Hormat dan baktiku kan selalu tertuju untukmu.

    2. Almamater kebanggaan, IAIN Salatiga. 3. Kakakku tersayang kak Nisa dan mas Halim beserta adekku dek Nada

    dan Nida

    4. Bapak Dr. H. Muh. Irfan Helmy, Lc., M.A. selaku dosen pembimbing yang dengan sabar dan teliti membimbing dan mengarahkan penulis.

    Terimakasih telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi

    ini. Semoga ilmu yang bapak berikan berkah dan bermanfaat.

    5. Segenap keluarga dan sahabat API Al-Riyadloh Kesongo, terkhusus mbak-mbak kamar 3 terimakasih karena kalian selalu memberikan

    arti sebuh senyuman, kehangatan dan kebersamaan.

    6. Keluarga besar IAT terkhusus angkatan 2016, terimakasih untuk segala cerita, tawa, dan canda di kampus kebanggaan.

  • vii

    ABSTRAK

    Skripsi ini merupakan hasil dari kepustakaan dengan menggunakan

    metode deskriptif kualitatif. Karakter Islam biasa disebut dengan akhlaq. Akhlak

    atau karakter seorang pemimpin adalah suatu adab atau kebiasaan seorang

    pemimpin yang dapat dicontoh oleh para pengikutnya dan dapat membimbing

    serta mengarahkan orang yang dipimpinnya. Kepemimpinan itu berkaitan dengan

    pengaruh, pemimpin yang ideal adalah seseorang yang memiliki hidup

    berkarakter yang dapat mendorong orang lain untuk meneladaninya.

    Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah pertama, bagaimanakah

    karakter kepemimpinan yang ideal sesuai dengan QS Yūsuf. Kedua, Bagaimana pengaruh karakter ideal terhadap kepemimpinan dalam QS Yūsuf? Tujuan penelitian ini adalah pertama, untuk mengetahui karakter kepemimpinan yang

    ideal sesuai dengan QS Yūsuf. Kedua, untuk mengetahui pengaruh karakter ideal terhadap kepemimpinan dalam QS Yūsuf.

    Berdasarkan hasil penelitian pustaka, kriteria pemimpin yang ideal dalam QS

    Yūsuf yaitu: jujur, sabar, cinta tanah air, adil, amanah, bertanggungjawab, dan berpengetahuan luas. Dengan merujuk pada karakter pemimpin ideal yang telah

    diuraikan, maka akan diketahui bagaimana pengaruh terhadap rakyat yang

    dipimpin. Pengaruh tersebut, antara lain: mempengaruhi perilaku yang

    membangkitkan emosi dan identifikasi yang kuat dari pengikut terhadap

    pemimpin, mampu dengan mudah menggerakkan elemen bawahan pimpinan

    untuk sepenuhnya mengabdi demi kepentingan masyarakat, pemimpin akan

    dinilaimasyarakat mempunyai kemampuan dan faktor penentu yang luar biasa

    sehingga urusan negara akan mudah terselesaikan dengan berorientasi pada

    perubahan yang dinamis.

    Kata kunci: karakter, pemimpin dan Al-Qur’an.

  • viii

    PEDOMAN TRANSLITERASI

    Transliterasi kata-kata Arab yang dipakai dalam penyusunan Skripsi ini

    berpedoman pada Surat Keputusan Bersama Menteri Agama dan Menteri

    Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor: 158/1987 dan

    0543b/U/1987.

    A. Konsonan Tunggal

    Huruf Arab Nama Huruf Latin Nama

    Alif tidak اdilambangkan

    tidak dilambangkan

    ba’ B be ب

    ta’ T te ت

    (ṡa ṡ es (dengan titik di atas ث

    Jim J je ج

    ḥa’ ḥ ha (dengan titik di حbawah(

    kha’ Kh ka dan ha خ

  • ix

    Dal D de د

    (Żal Ż zet (dengan titik di atas ذ

    ra’ R er ر

    Zal Z zet ز

    Sin S es س

    Syin Sy es dan ye ش

    (ṣad ṣ es (dengan titik di bawah ص

    (ḍad ḍ de (dengan titik di bawah ض

    (ṭa’ ṭ te (dengan titik di bawah ط

    ẓa’ ẓ zet (dengan titik di ظbawah)

    (ain ‘ koma terbalik (di atas‘ ع

  • x

    Gain G ge غ

    fa’ F ef ف

    Qaf Q qi ق

    Kaf K ka ك

    Lam L el ل

    Mim M em م

    Nun N en ن

    Wawu W we و

    ha’ H ha ه

    ̀ Hamzah ء apostrof

    ya’ Y ye ي

  • xi

    B. Konsonan Rangkap Tunggal karena Syaddah Ditulis Rangkap

    Ditulis Muta’addidah متعددة

    Ditulis ‘iddah عدة

    C. Ta’ Marbuṭah di akhir kata ditulis h a. Bila dimatikan ditulis h

    Ditulis Ḥikmah حكمة

    Ditulis Jizyah جزية

    (ketentuan ini tidak diperlukan kata-kata Arab yang sudah terserap ke dalam

    bahasa Indonesia, seperti zakat, shalat dan sebagainya, kecuali bila dikehendaki

    lafal aslinya)

    b. Bila diikuti kata sandang “al” serta bacaan kedua itu terpisah, maka ditulis h.

    Ditulis Karâmah al-auliyā̀ كرمة االولياء

    c. Bila Ta’ Marbuṭah hidup dengan harakat, fatḥah, kasrah, atau ḍammah ditulis t.

    Ditulis Zakat al-fiṭrah زكاة الفطرة

    D. Vokal Pendek

    ___ َ Fatḥah Ditulis A

    ___ َ Kasrah Ditulis I

  • xii

    ___ َ Ḍammah Ditulis U

    E. Vokal Panjang

    Fatḥah bertemu Alif

    جاهليةDitulis

    Ā

    Jahiliyyah

    Fatḥah bertemu Alif Layyinah

    تنسىDitulis

    Ā

    Tansa

    Kasrah bertemu ya’ mati

    كرميDitulis

    Ī

    Karīm

    Ḍammah bertemu wawu mati

    فروضDitulis

    Ū

    Furūḍ

    F. Vokal Rangkap

    Fatḥah bertemu Ya’ Mati

    بينكمDitulis

    Ai

    Bainakum

  • xiii

    Fatḥah bertemu Wawu Mati

    قولDitulis

    Au

    Qaul

    G. Vokal pendek yang berurutan dalam satu kata dipisahkan dengan apostrof

    Ditulis A`antum أأنتم

    Ditulis U’iddat أعدت

    Ditulis La’in syakartum لئن شكرمت

    H. Kata sandang alif lam yang diikuti huruf Qamariyyah maupun Syamsyiyyah ditulis dengan menggunkan “al”

    Ditulis Al-Qiyās القياس

    Ditulis Al-Samā̀ السماء

    Ditulis Al-Syams الشمس

    I. Penulisan kata-kata dalam rangkaian kalimat ditulis menurut bunyi atau pengucapannya

    Ditulis Żawi al-furūḍ ذوى الفروض

    Ditulis Ahl al-sunnah اهل السنة

  • xiv

    KATA PENGANTAR بسماللهالرحمنالرحيم

    Alhamdulillah, puji syukur atas rahmat Allah Yang Maha Kuasa. Atas

    berkat rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini meskipun ada

    beberapa hambatan yang dilalui. Shalawat serta salam senantiasa terlimpahkan

    kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW beserta keluarga dan sahabat,

    semoga kita diakui umat beliau. Amin.

    Penulis menyadari bahwa skripsi ini bukanlah sesuatu yang instan.

    Namun merupakan suatu proses yang relatif panjang, menyita segenap waktu,

    tenaga dan pikiran. Tanpa segenap do’a, dukungan serta bimbingan dari berbagai

    pihak mustahil penulis sanggup untuk menyelesaikan skripsi ini. Meskipun

    skripsi ini tidak luput dari kesalahan, semoga karya ini dapat bermanfaat bagi

    para pembaca dan penyusun pribadi. Dengan segala kerendahan hati, ucapan

    terima kasih yang tulus dan rasa hormat yang dalam penulis sampaikan kepada:

    1. Bapak Suyanto dan ibu Sri Sumarni, orang tua tercinta yang telah memberikan do’a, dukungan serta pengorbanan yang tiada henti.

    Kakak Annisa Sekar Sari, Mas Halim Ali Yuwana, adek Nurul Nada

    Zaimah dan adek Nida Hafidza Firdaus yang selalu memberikan

    semangat dan do’a.

    2. Rektor Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga Bapak, Prof. Dr. Zakiyyudin, M.Ag. yang telah memberikan kesempatan pada penulis

    untuk mengikuti pendidikan pada Program Studi Ilmu Al-Qur’an dan

    Tafsir IAIN Salatiga.

    3. Dekan Fakultas Ushuluddin, Adab, dan Humaniora (FUADAH), Bapak Dr. Benny Ridwan, M.Hum.

    4. Ketua Program Studi Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir, ibu Tri Wahyu Hidayati, M.Ag, atas bantuan sejak persiapan sampai dengan

    selesainya penelitian ini.

  • xv

    5. Bapak Dr. Adang Kuswaya, M.Ag. Pembimbing Akademik yang telah memberikan dorongan selama studi.

    6. Seluruh Dosen Fakultas Fakultas Ushuluddin, Adab, dan Humaniora IAIN Salatiga, pimpinan dan seluruh karyawan perpustakaan di

    lingkungan IAIN Salatiga.

    7. Bapak Dr. MUH. Irfan Helmy, Lc., M.A., selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang selalu memberikan bimbingan dan arahan dalam

    menyusun skripsi.

    8. Bapak Kyai Syamsyurro’yi dan Ibu nyai Muslihatun selaku Pengasuh API Al-Riyadloh Kesongo sekaligus orang tua selama berada di

    Salatiga. Terimakasih atas arahan, nasehat, bimbingan dan ilmu yang

    tidak bisa didapatkan di kampus.

    9. Teman-teman santri API Al-Riyadloh Kesongo, terimakasih atas kebersamaannya di pondok sekaligus memberikan support dalam

    mengaji dan menuntut ilmu.

    10. Teman-teman seangkatan dan seperjuangan jurusan Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir angkatan 2016 yang mengesankan.

    11. Teman-teman KKN seperjuangan, Silvy, Shinta, Siska, Ovy, Rahma, Pras, Andri dan Afif. Bapak Kadus beserta keluarga besar Pakis,

    Magelang yang selalu bersedia membantu semasa KKN. Terimakasih

    untuk kebersamaan 45 hari. Semoga kekeluargaan yang terjalin selalu

    abadi.

    12. Sahabat-sahabati PMII Rayon Sutawijaya Komisariat Joko Tingkir salatiga, terimakasih atas ilmu dalam menjalankan roda organisasi

    13. Kepada semua pihak yang turut membantu, baik secara langsung maupun tidak langsung hingga terselesaikannya skripsi ini. Semoga

    Allah membalas dengan kebaikan yang berlipat.

  • xvi

    Penulis sudah berusaha semaksimal mungkin mencari yang terbaik

    dalampenulisan ini. Akhirnya, sebagai kajian ilmiah, penulis sangat

    menyadarikemampuan penulis serta mengakui sifat kemanusiaan yang banyak

    kekurangandan kesalahan dan tentunya penulis menyadari sepenuhnya bahwa

    skripsi inimasih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, saran dan kritik yang

    membangunsangat penulis harapkan. Akhirnya semoga skripsi ini dapat

    bermanfaat bagi para pembaca dan semua pihak yang membutuhkannya.

    Salatiga,28Juli2020

    Penulis,

    Dheni Istiqomahwati

    53020160029

  • xvii

    DAFTAR ISI

    HALAMAN JUDUL ......................................................... …………………..i

    HALAMAN KEASLIAN TULISAN ............................................................. ii

    HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING .............................................. iii

    HALAMAN PENGESAHAN KELULUSAN ................................................. iv

    HALAMAN MOTTO .................................................................................. v

    HALAMAN PERSEMBAHAN .................................................................... vi

    ABSTRAK.................................................................................................. vii

    HALAMAN PEDOMAN TRANSLITERASI ................................................ viii

    KATA PENGANTAR .................................................................................. xiv

    DAFTAR ISI ............................................................................................... xvi

    BAB I PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang ...............................................................1

    B. Rumusan Masalah...........................................................6

    C. Tujuan Penelitian ...........................................................6

    D. Manfaat Penelitian .........................................................7

    E. Kajian Pustaka ................................................................9

    F. Landasan Teori ...............................................................11

    G. Metodologi Penelitian. ..................................................15

    BAB II PROFIL WAHBAH ZUHAILI DAN KITAB TAFSIRNYA

    A. Profil Wahbah Zuhaili...................................................17 1. Riwayat Hidup Wahbah Zuhaili.............................17 2. Karya-Karya Wahbah Zuhaili................. ...............18

    B. Al-Tafsi>r Al-Muni>r Fi> Al-‘Aqi>dah Wa Al-Shari>‘ah Wa Al-Manhaj 1. Latar Belakang Penulisan Kitab..............................20 2. Karakteristik Tafsir al-Munir..................................22 3. Corak Penafsiran......................................................23 4. Metode Kitab Tafsir................................................25

  • xviii

    BAB III KARAKTER PEMIMPIN TERHADAP QS YUSUF

    A. Teori Kebahasaan dalam Mengungkap Makna al-Qur’an ..29 a. Asbabun Nuzul ..............................................................30 b. Penamaan QS Yusuf......................................................33 c. I’rab................................................................................34 d. Munasabah.....................................................................35

    B. Karakter Pemimpin dalam QS Yusuf Menurut Para Mufassir...............................................................................37

    BAB IV PENAFSIRAN WAHBAH ZUHAILI TERHADAP QS YUSUF

    DALAM TAFSIR AL-MUNIR

    A. Ibrah Kisah Nabi Yusuf dalam QS Yusuf.........................45

    1. Sabar dalam menghadapi cobaan................................45

    2. Yakin bahwa dibalik musibah yang menimpa, pasti ada hikmahnya…………………………………...............45

    3. Senantiasa bersyukur atas nikmat dari Allah….........46

    4. Cobaan diberikan dengan maksud mengangkat derajat seseorang.....................................................................46

    5. Masyarakat Masa Kini Bisa Mengambil Pelajaran Akan Ketahanan Pangan Dari Kisah Nabi Yusuf................47

    6. Bertanggung Jawab Atas Amanah yang Diberikan Kepada Kita.............................................................................47

    B. Penafsiran Wahbah Zuhaili Terhadap QS Yusuf dalam Tafsir Al-Munir...........................................................................48

    a. Penafsiran QS Yusuf Wahbah Zuhaili dalam Kitab Al-Munir...........................................................................48

    b. Karakter Kepemimpinan Ideal dan Pengaruhnya dalam QS Yusuf.....................................................................54

  • xix

    C. Penilaian Terhadap Penafsiran Wahbah Zuhaili Dalam Kitab Tafsir Al-Munir.................................................................58

    BAB V PENUTUP

    A. Kesimpulan ...........................................................................61

    B. Saran .....................................................................................63

    DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................64

    CURICULUM VITAE .......................................................................................68

  • xx

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang

    Nilai edukatif Al-Qur’an ibarat puncak sebuah gunung es yang terapung.

    Sembilan persepuluh dari nilai tersebut terendam di bawah air sejarah, sedangkan

    sepersepuluh darinya tampak di permukaan. Pernyataan tersebut berlaku pula

    pada kisah-kisah dalam al-Qur’an.1

    Kisah-kisah yang terdapat dalam al-Qur’an memberikan banyak sekali ‘ibrah,

    selain sebagai pengenalan tokoh kenabian juga sebagai contoh keteladanan

    akhlaqul karimah (budi pekerti luhur) dari para nabi terdahulu. Keteladanan yang

    ditampilkan dari kisah para nabi dalam al-Qur’an diharapkan mampu memberikan

    motivasi bagi umat Islam untuk menjadi pribadi yang baik, bermoral dan

    berkarakter.

    Adapun kisah yang terdapat di dalam al-Qur’an antara lain kisah para nabi,

    kisah yang berhubungan dengan peristiwa di masa lalu, dan kisah-kisah yang

    berhubungan dengan peristiwa pada masa Nabi Muhammad SAW. Diantara

    sekian banyak kisah yang terdapat dalam al-Qur’an, dikatakan bahwa kisah Nabi

    Yūsuf AS mendapat julukan ahsanal Qashashi atau the best story yang artinya kisah terbaik dalam al-Qur’an. Karena didalamnya banyak mengandung hikmah.

    Berbeda dengan kisah-kisah nabi yang lain, kisah Nabi Yūsuf AS dijelaskan secara terperinci dalam satu surat tersendiri dengan sejumlah peristiwa yang

    terjadi dengan perubahan yang menyertainya.

    Hal ini menunjukkan bahwa tujuan menyebutkan kisah ini supaya menjadi

    pelajaran dan nasehat. Kisah Nabi Yūsuf AS identik dengan nilai-nilai kehidupan manusia dalam mengarungi fase remaja hingga dewasa. Selain itu juga

    1Siti Zulaikhoh, Kisah Nabi Yusuf As (Ibrah Dan Implementasi Konseptual Dalam

    Pendidikan), Tesis (Salatiga: Progam Pascasarjana Jurusan Pendidikan Islam Institut Agama

    Islam Negeri (Iain) Salatiga, 2015), H 1.

  • 2

    terkandung ajaran bagaimana bersikap saat menjadi orang biasa, teraniaya,

    hingga menjadi pembesar istana.

    Yang menarik dari QS Yūsuf ini adalah diantara kisah-kisah para nabi yang terdapat dalam al Qur’an kisah Nabi Yūsuf AS termasuk salah satu dari kisah-kisah yang sangat mengagumkan, yang dijelaskan oleh Allah secara keseluruhan.

    Allah menjelaskannya tersendiri dalam surat yang panjang dengan penjelasan

    yang detail dan gamblang. Di dalamnya Allah SWT menjelaskan kisah Nabi

    Yūsuf AS dari awal hingga akhir, dipaparkan juga mengenai kelembutan hati Nabi Yūsuf AS memaafkan saudara-saudara yang pernah membuangnya sehingga ia terpisah dengan ayah dan adik kandungnya. Padahal ketika itu beliau telah

    menjadi seorang menteri dan sanggup membalas kejahatan saudaranya tersebut.

    Kemudian Allah juga ceritakan bagaimana sifat amanah yang dimiliki Nabi

    Yūsuf AS ketika menjabat sebagai menteri, beliau sanggup menjaga amanahnya sehingga mampu melepaskan rakyatnya dari kesulitan pangan selama 7 tahun

    lamanya.2

    Oleh karena itu, sangat wajar jika Allah memberikan penilaian terhadap kisah

    Nabi Yūsuf sebagai kisah yang paling baik bagi Nabi Muhammad dan umatnya.3 Hal ini sebagaimana disebutkan Allah SWT dalam firmannya QS Yūsuf juz 12 ayat 3, sebagai berikut:

    ۡنَتُِمۡنُقَۡبلِٖہُلَِمَنُالُُۡنَۡحنُ َُعلَۡيَکُاَۡحَسَنُاۡلقََصِصُبَِمۤاُاَۡوَحۡينَۤاُاِلَۡيَکُٰہَذاُاۡلق ۡرٰاَنُ٭َُۖوُاِۡنُک ٰغفِلِۡينَُنَق صُّ

    Artinya : Kami menceritakan kepadamu kisah yang paling baik dengan mewahyukan al-Quran ini kepadamu, dan sesungguhnya kamu sebelum (kami mewahyukan) nya adalah Termasuk orang-orang yang belum mengetahui.

    Keteladan kisah Nabi Yūsuf AS melalui wahyu ilahi kepada Rasulullah Muhammad SAW bukanlah sebuah fiktif belaka atau karangan cerita yang

    dibuat-buat. Mengandung nilai-nilai luhur sesuai dengan fitrah manusia, untuk

    2Ahmad Zulkhoir Lubis, Kepemimpinan Nabi Yusuf Dalam Al Qur’an, Skripsi (Riau:

    Program Studi Jurusan Tafsir Hadis Fakultas Ushuluddin Universitas Islam Negeri Sultan

    Syarif Kasim 2015), H 3. 3Chatirul Faizah, Ajaran Moral Dalam Kisah Nabi Yusuf A.S., Skripsi (Semarang:

    Progam Sarjana S1 Tafsir Hadits Fakultas Ushuluddin Universitas Islam Negeri Walisongo,

    2015). H 4.

  • 3

    pendidikan mental dan spiritual dalam pembentukan karakter (character building)

    generasi muda yang berkualitas, berkarakter Qurani dan tangguh. Tak mudah

    tumbang hanya karena harta, tahta dan wanita. Mengimplementasikan akhlak

    mulia para Nabi dan Rasul sebagai wujud iman dan takwa kepada Allah, untuk

    sukses kehidupan di dunia dan akhirat.4

    Adapun fokus dalam penelitian ini adalah kisah Nabi Yūsuf AS ketika diangkat menjadi menteri keuangan negara Mesir dengan mengkaji tentang sisi

    karakter kepemimpinan Nabi Yūsuf AS dan bagaimana pengaruhnya pada saat itu. Karakter Islam biasa disebut dengan akhlaq, yaitu keadaan yang melekat pada

    jiwa manusia yang melahirkan perbuatan dengan mudah tanpa melalui proses

    pemikiran, pertimbangan, atau penelitian. 5 Akhlak atau karakter seorang

    pemimpin adalah suatu adab atau kebiasaan seorang pemimpin yang dapat

    dicontoh oleh para pengikutnya dan dapat membimbing dan mengarahkan orang

    yang dipimpinnya. Kepemimpinan itu berkaitan dengan pengaruh, pemimpin

    yang ideal adalah seseorang yang memiliki hidup dan karakter yang dapat

    mendorong orang lain untuk meneladaninya.

    Pesimisme masyarakat terhadap fenomena krisis karakter yang merambah

    pada “penyakit moral” tersebut merupakan keprihatinan masal yang hanya

    mampu dijawab oleh elemen dasar pembangunan suatu bangsa melalui peran

    pemimpin. Walaupun pada tataran realita yang ada menunjukkan kegagalan

    sebuah system kepemimpinan untuk membangun nilai-nilai dasar bagi karakter

    suatu bangsa, namun bukan suatu keterlambatan untuk mengevaluasi dan

    merekonstruksi pendekatan apa yang menjadi prioritas utama dalam membangun

    karakter sebagai fondasi utama dalam kehidupan generasi suatu bangsa.6

    Di Indonesia banyak kasus korupsi yang diduga dilakukan oleh kepala daerah

    masih tergolong tinggi. Setiap tahun KPK menerbitkan laporan tahunan yang

    4 Rita Musdianti, Nilai-Nilai Pendidikan Karakter Dalam Kisah Nabi Yusu AS, Tesis

    Program Pascasarjana Fakultas Ilmu Agama Islam Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta,

    2018, H 1. 5Nur Chanifah dan Abu Samsudin, Pendidikan Karakter Islami: Karakter Ulul Albab

    Di Dalam Al-Qur’an, (Banyumas: Pena Persada, 2019), H 48. 6 Fatma Laili Khoirun Nida, Intervensi Teori Perkembangan Moral Lawrence

    Kohlberg Dalam Dinamika Pendidikan Karakter, (Jurnal STAIN Kudus, Vol. 8, No. 2,

    Agustus 2013), H 273.

  • 4

    terkait dengan kegiatan KPK dalam pemberantasan korupsi. Dari sejumlah kasus

    tersebut, yang menyangkut kasus korupsi kepala daerah terdiri dari gubernur,

    walikota atau bupati dan wakilnya. Bahkan tidak hanya mereka, kasus-kasus

    korupsi juga dilakukan oleh petinggi partai, anggota DPR, Menteri dan lainnya.

    Yang lebih memprihatinkan lagi sesungguhnya kasus korupsi juga dilakukan oleh

    orang-orang yang duduk sebagai pemimpin dalam berbagai lembaga keagamaan

    hingga pemilihan-pemilihan pemimpin tidak lepas dari isu KKN di lembaga

    gereja tersebut.

    Tak sedikit dari mereka hanya memanfaatkan jabatan atau kekuasaan sebagai

    pemuas nafsu dan kepentingan pribadi semata, bukan karena mereka ingin

    mengabdi kepada masyarakat. Indonesia banyak mencari pemimpin yang ideal

    dengan berbagai kriteria, contohnya dalam mencari pemimpin untuk Indonesia,

    lebih banyak dicari adalah yang mempunyai elektabilitas yang tinggi

    dibandingkan dengan kredebilitas, maka pencitraan merupakan modal utama bagi

    para calon pemimpin.

    Setelah beberapa kasus diatas sesungguhnya dapat dilihat betapa rusaknya

    karakter para pemimpin saat ini, semua lini sudah disusupi penyakit moral yang

    sangat parah. Hampir sulit menemukan pemimpin bangsa yang amanah dan bisa

    dijadikan sebagai panutan maupun teladan. Ini jelas menunjukkan bahwa negara

    dan bangsa kita saat ini berada dalam kemerosotan dan krisis kepemimpinan.

    Maka tulisan ini diharapkan bisa memberikan pemikiran bagaimana membangun

    karakter kepemimpinan sebagai jawaban atas kemerosotan kepemimpinan saat

    ini.

    Dalam konteks riset penafsiran yang berbasis kriteria pemimpin,

    kepemimpinan yang ideal dan pengaruh karakter ideal terhadap kepemimpinan

    dengan segala implementasinya menjadi menarik untuk dilakukan sebuah

    penelitian. Dengan tujuan, untuk melihat bagaimana pemikiran-pemikiran

    mufassir tentang kepemimpinan terhadap perkembangan zaman modern terkait

    syarat dan pengaruh yang berbagai macam dalam aspek politik.

    Dalam penelitian ini, ayat al-Qur’an dapat dipahami maksud dan tujuannya

    dengan bantuan kontektualisasi di jaman sekarang. Tentunya, diperlukan analisa

    dan pandangan mufassir kontemporer terhadap perkembangan ilmu pengetahuan.

    Selain itu, penulis juga menggunakan kitab tafsir utama yaitu al-Tafsi>r al-Muni>r

  • 5

    fi> al-‘Aqi>dah wa al-Shari>‘ah wa al-Manhaj karangan dari syeh Wahbah Zuhaili untuk mengetahui bagaimana kepemimpinan Nabi Yūsuf AS dalam al-Qur’an yang terdapat pada QS Yūsuf.

    Corak dan warna penulisan kitab tafsir ini menawarkan sebuah sistem

    penulisan yang sangat sederhana dan pola susunan redaksi kalimat yang mudah

    dipahami dengan mempertahankan konsistensi serta pemaparan masalah yang

    sistematis dalam lingkup tema pembahasan yang diurai dengan kemampuan dan

    kapabilitas pengetahuan penulis, yang dimulai dengan menuliskan ayat ayat

    bahasan dengan tema sentral, mengurai ayat dalam bentuk klausa dan frase yang

    dianggap penting pada sub judul i’rāb, balāghah, mufradāt lugawy, menjelaskan asbāb al-Nuzūl ayat (jika ada riwayat hadis sahih yang mendukung), tafsir dan bayan dan fiqh alhayat (konsep hidup) atau hukum.7 Adapun telaah kitab tafsir

    ini sebagai media untuk memperkuat hasil penelitian penulis.

    Oleh karena itu, penulis berharap dengan adanya penelitian yang membahas

    tentang karakter pemimpin dalam al-Qur’an: Telaah QS Yūsuf ini mampu mengedukasi masyarakati, sehingga kasus-kasus penyimpangan dalam

    kepemimpinan sedikit demi sedikit bisa berkurang. Merujuk kembali kepada

    kisah Nabi Yūsuf AS dalam al-Qur’an, terdapat beberapa aspek ekstern yang berperan dalam perjalanan kenabiannya antara lain adalah kepemimpinanya

    dalam menjalankan roda kepemerintahan negara. Beliau merupakan sosok

    pemimpin yang amanah dan mempunyai wawasan yang luas. Penelitian ini

    mencoba membahas lebih jauh tentang kepemimpinan Nabi Yūsuf AS serta ibrah atau pelajaran yang relevan dalam konteks kekinian dari kepemimpinan Nabi

    Yūsuf AS. Mengingat pentingnya memahami kisah dalam al-Qur’an, maka penulis memberikan judul penelitian ini, “KARAKTER PEMIMPIN DALAM

    AL-QUR’AN TELAAH QS YUSUF”.

    7Muhammad Hasdin Has, Metodologi Tafsir Al-Munir Karya Wahbah Zuhaily, Jurnal

    Al-Munzir Vol. 7, No. 2, November 2014, H 1.

  • 6

    B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas dan juga untuk mempermudah penelitian

    yang di lakukan penulis, maka dapat di ambil pokok-pokok rumusan masalah

    yang menjadi fokus penelitian antara lain :

    1. Bagaimanakah karakter pemimpin yang ideal sesuai dengan QS Yūsuf ayat?

    2. Bagaimana pengaruh karakter ideal terhadap kepemimpinan dalam QS Yūsuf?

    C. Tujuan dan Manfaat Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini antara lain :

    1. Untuk mengetahui karakter pemimpin yang ideal sesuai dengan QS Yusuf.

    2. Untuk mengetahui pengaruh karakter ideal terhadap kepemimpinan dalam QS Yusuf.

    Sesuai dengan tujuan di atas, secara garis besar penulis mengharapkan

    manfaat dari penelitian ini sebagai berikut :

    a) Secara teoritik (akademik) :

    Penelitian ini diharapkan mampu menambah bahan pustaka yang berkenaan dengan kajian QS Yūsuf.

    Sebagai kontribusi keilmuan keislaman khususnya dalam bidang penafsiran al-Qur’an agar bisa menjadi pertimbangan ataupun bahan

    dalam proses-proses penafsiran al-Qur’an selanjutnya.

    b) Secara praktis :

    Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan bacaan di Perpustakaan Fakultas Ushuluddin, Adab dan Humaniora Institut

    Agama Islam Negeri Salatiga.

    Dengan adanya penelitian ini penulis ingin mengembangkan kerangka

    teoritik kajian kisah Nabi Yūsuf AS dan menunujukkan pesan-pesan moral yang terkait dengan aspek aspek kekuasaan politik yang

    terkandung di dalamnya.

  • 7

    D. Tinjauan Pustaka Tinjauan pustaka ini pada dasarnya adalah untuk mendapatkan gambaran

    yang jelas tentang hubungan topik yang diteliti dengan penelitian sejenisnya,

    yang pernah dilakukan oleh peneliti sebelumnya. Dalam penelusuran yang

    dilakukan oleh penulis, karya tulis yang meneliti tentang karakter kepemimpinan

    cukup banyak dilakukan, terutama dalam literatur-literatur yang berbicara

    tentang kepemimpinan dalam Islam ataupun pemimpin dalam Al-Qur’an. Pada

    bagian ini, akan dijelaskan beberapa penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti

    terdahulu yang spesifik berbicara tentang kepemimpinan. Adapun karya tulis

    yang berupa skripsi ataupun jurnal yang berkaitan dengan judul penelitian

    tersebut yaitu:

    Skripsi jurusan IAT IAIN Tulungagung yang berjudul “Kepemimpinan

    Dalam Al-Quran: Kajian Tematik Ayat-Ayat Kepemimpinan” yang ditulis oleh

    Muh. David Fardani tahun 2019. Didalamnya menjelaskan bagaimana al-Quran

    berbicara tentang pemimpin dan bagaimana pemimpin dalam perspektif al-Quran

    diaktulisasaikan dalam kepemimpinan politik di Indonesia. Selain itu,

    didalamnya juga menguraikan ayat-ayat pemimpin dalam perspektif al-Quran

    berdasarkan penafsiran mufassir khususnya dalam tafsir al-Ibriz, al-Azhar dan al-

    Misbah serta pakar keilmuan lain. Persamaan dengan penelitian yang akan dikaji

    penulis adalah sama-sama membahas seputar kepemimpinan sedangkan

    perbedaannya terletak pada kitab dan ayat yang dikaji.

    Jurnal yang berjudul “Membangun Karakter Kepemimpinan” ditulis oleh

    Fernando Tambunan yang dipublikasikan oleh Jurnal Teologi Iluminare, Vol. 1

    No. 2 Juni 2014. Tulisan tersebut menggambarkan karakter, kepemimpinan,

    integritas yang dalam lingkup gereja. Dalam tulisan tersebut menjelaskan bahwa

    gereja memiliki tanggungjawab dalam menciptakan pemimpin yang berkarakter

    untuk menjawab kemerosotan dalam kepemimpinan masa kini, kemerosotan

    terjadi disetiap lini, baik dalam kepemimpinan bangsa maupun kepemimpinan

    gereja. Untuk menghasilkan sosok seperti itu diperlukan suatu pendidikan

    karakter yang baik dan benar agar tercipta karakter kepemimpinan yang

    berkualitas. Persamaan dengan penelitian penulis adalah sama-sama mengangkat

    tema kepemimpinan sedangkan perbedaannya penulis menggunakan kajian kitab

  • 8

    tafsir dan berbicara kepemimpinan dalam konteks Islam sedangkan pada jurnal

    tersebut tidak.

    Skripsi UIN Sunan Kalijaga jurusan Pendidikan Agama Islam yang berjudul

    “Nilai-Nilai Kepemimpinan Islam Dalam Al-Qur’an Dan Relevansinya Dengan

    Kompetensi Kepemimpinan Guru Pendidikan Agama Islam”, ditulis oleh Abdul

    Fariz Azizi tahun 2018. Dalam skripsi tersebut berbicara mengenai larangan

    menjadikan non muslim sebagai pemimpin masyarakat muslim, kedekatan

    pemimpin terhadap masyarakatnya, dan relevansinya dengan kompetensi

    kepemimpinan guru Pendidikan Agama Islam. Skripsi tersebut mengangkat tema

    yang lebih spesifik membahas kepemimpinan di lingkup guru Pendidikan Agama

    Islam, sedangkan penelitian penulis terfokus pada kepemimpinan nabi Yūsuf.

    Skripsi yang berjudul “Tafsir Ayat-Ayat Kepemimpinan Politik Menurut Al-

    Baidawi Dalam Tafsir “Anwar Al-Tanzil Wa Asrar Al-Ta’wil” yang ditulis oleh Lilis Karina Pinayungan tahun 2017. Didalamnya menjelaskan penafsiran al-

    Baidawi dalam tafsir yang berjudul Anwaru al-Tanzil wa Asraru al-Ta’wil

    terhadap term Khalifah, Uli al-Amri dan imam yang notabenenya berhubungan

    dengan kepemimpinan politik dalam suatu negara. Selain tiga term tersebut

    penelitian ini juga akan membahas ayat-ayat al-Qur’an yang berkaitan dengan

    memilih pemimpin. Skripsi tersebut lebih difokuskan pada pemikiran Al-Baidawi

    dalam dalam tafsir Anwar Al-Tanzil Wa Asrar Al-Ta’wil. Sedangkan penelitian

    penulis memfokuskan pada karakter kepemimpinan yang terkandung dalam surah

    Yusuf pada kitab Al-Munir karangan Wahbah Zuhaili.

    Jurnal yang berjudul “Kepemimpinan: Konsep, Teori Dan Karakternya”

    ditulis oleh Fridayana Yudiaatmaja yang dipublikasikan oleh Jurnal Media

    Komunikasi FIS Vol 12, No 2 Agustus 2013. Tulisan tersebut memaparkan

    definisi kepemimpinan, klasifikasi kekuasaan, dan riset yang bertujuan untuk

    melakukan identifikasi terhadap karakter-karakter yang dapat dikaitkan secara

    konsisten dengan kepemimpinan.

    Penelitian yang dilakukan penulis yaitu sebagai pelengkap dan perbandingan

    dari penelitian yang sudah ada sebelumnya yang sama membahas tentang

    kepemimpinan, namun dalam objek berbeda dengan penelitian sebelumnya.

  • 9

    E. Landasan Teori Kepemimpinan dapat diartikan sebagai kegiatan untuk mempengaruhi

    banyak orang yang diarahkan terhadap pencapaian suatu tujuan. Sandang P.

    Siagian menjelaskan kepemimpinan sebagai kemampuan dan keterampilan

    seseorang yang menduduki jabatan sebagai pemimpin satuan kerja untuk berfikir

    atau bertindak sedemikian rupa sehingga melalui perilaku yang positif ia

    memberikan sumbangsih dalam pencapaian organisasi.

    Pemimpin merupakan orang yang mampu menyuruh, menggerakkan,

    mempengaruhi, mengajak, memotivasi, membimbing, mengarahkan, menasehati,

    memerintah, melarang dan bahkan menghukum serta membina dengan maksud

    agar manusia sebagai media manajemen mau bekerja dalam rangka mencapai

    tujuan administrasi secara efektif dan efisien yang diridhai oleh Allah. Hal

    tersebut menunjukkan bahwa kepemimpinan sedikitnya mencakup tiga hal yang

    paling berhubungan, yaitu adanya pemimpin dan karakteristiknya, adanya

    pengikut, serta adanya situasi kelompok tempat pemimpin dan pengikut

    berinteraksi.8

    Karakter seorang pemimpin dapat dilihat antara lain dari cara dan

    gayanya yang relatif tetap dalam memperlakukan bawahan dan orang-orang, baik

    yang menjadi sahabat maupun lawannya, cara dan gayanya menyelesaikan

    konflik atau masalah hidupnya, dan caranya menyikapi suatu kemenangan atau

    kekalahan dalam sebuah pertandingan, dan langkah-langkahnya dalam

    mengambil keputusan penting dan stategis. Dalam cara dan gaya yang

    ditunjukkan pemimpin secara terus-menerus dalam jangka panjang akan tampak

    sikapnya sebagai pemimpin.

    Karakter pemimpin merupakan salah satu faktor yang menentukan

    kesuksesan atau kegagalan seorang pemimpin. Covey menekankan, bahwa etika

    karakter (Character Ethic) sebagai dasar bagi keberhasilan seseorang seperti:

    integritas, kerendahan hati, kesetiaan, keberanian, kerajinan, kesederhanaan dan

    kesopanan. Dalam setiap bukunya dan progam-progam pelatihan kepemimpinan

    (leadership) yang diselenggarakannya, Covey menekankan pada upaya-upaya

    8 Sakdiah, Karakteristik Kepemimpinan Dalam Islam (Kajian Historis Filosofis )

    Sifat-Sifat Rasulullah, Jurnal Al-Bayan / Vol. 22 No. 33 Januari - Juni 2016, H 32.

  • 10

    untuk menjadikan kebiasaan-kebiasaan positif sebagai bagian dari karakter

    pemimpin.9

    Perspektif karakter dalam konteks kepemimpinan dapat berimplikasi

    pada tiga pemahaman dasar, yaitu: (1) kepribadian pemimpin (personality of

    leader), (2) pendekatan pensifatan (traits approach), dan pembentukan karakter

    (character building). Dari aspek kepribadian, karakter dapat dipandang sebagai

    sifat sesaat yang ditampilkan dalama perilaku kepemimpinan melalui proses

    penyesuaian diri dengan lingkungan sekitar pada saat tertentu. Misalnya, seorang

    pemimpin harus bersukap ramah terhadap mitra kerjanya padahal sejatinya

    pemimpin tersebut memiliki pribadi yang lugas, tidak suka basa-basi.

    Dalam perspektif teori kepemimpinan, pendekatan pensifatan merupakan

    pemahaman awal dan dasar terhadap karakteristik pemimpin yang ideal dan

    efektif. Pendekatan ini rupanya sampai sekarang masih digunakan sebagai

    kriteria pemilihan pemimpin berdasarkan karakteristik eksternal dan internal.

    Misal, syarat pemilihan calon supervisor (penyedia) antara lain: minimal

    pendidikan sarjana, kompeten pada bidang tugas, terampil dalam berkomunikasi,

    jujur dan terbuka.

    Yang terakhir point ketiga yaitu pembentukan karakter. Sosok pemimpin

    seyogyanya militan dalam segala dimensi kehidupan. Bahkan kesuksesan

    kepemimpinan tergantung dari kecerdasan ganda (multiple intelligence) yang

    meliputi kecerdasan: intelektual, emosional, motivasional, sosial, moral dan

    spiritual. Manakala segala aspek kecerdasan tersebut dimiliki dan diterapkan

    dalam kepemimpinan hidup sehari-hari. Dengan kata lain, pemimpin adalah

    seorang yang memiliki kecerdasan superior dalam segala aspek kehidupan

    sehingga layak diteladani oleh para pengikutnya.10

    Albert Einstein pernah menulis jika kebanyakan orang mengatakan

    intelektualitaslah yang membuat seorang ilmuwan hebat. Mereka salah, yang

    9Agus Wijaya, N. Purnomolastu, A.J. Tjahjoanggoro, Kepemimpinan Berkarakter,

    Sidoarjo: Brilian Internasional, 2015, H 17 10 Agus Wijaya, N. Purnomolastu, A.J. Tjahjoanggoro, Kepemimpinan Berkarakter:

    Untuk Para Pemimpin Dan Calon Pemimpin Masa Depan, Surabaya: Firstbox Media, 2015,

    H 19.

  • 11

    membuatnya hebat adalah karakter. Hal ini senada dengan ungkapan Jenderal H.

    Norman Schwarzkopf yang pernah mengatakan, “Kepemimpinan adalah kombinasi yang sangat kuat dari strategi dan karakter. Namun jika harus memilih

    salah satunya, pilihlah karakter.11

    Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi

    kepada masyarakat tentang karakter pemimpin yang ideal dan bagaimana

    pengaruhnya. Salah satu suri tauladan dalam hal kepemimpinan adalah nabi

    Yusuf dan cara kita untuk mempelajarinya adalah dengan cara mengkaji kitab-

    kitab tafsir yang bercorak siyasah. Dalam hal ini pendekatan karakter kepemimpinan adalah untuk mengungkap bagaimana pemimpin yang ideal dan

    apa pengaruhnya terhadap masyarakat.

    Inilah kitab tafsir al-Tafsi>r al-Muni>r fi> al-‘Aqi>dah wa al-Shari>‘ah wa al-Manhaj yang ditulis oleh syeh Wahbah Zuhaili dengan pendekatan yang paling menonjol adalah pendekatan fiqh (hukum Islam). Corak penafsiran kitab tafsir ini

    mengkolaborasikan antara penafsiran bi al-ma’tsur (periwayatan) dengan bi al-

    ra’yi (penalaran dan ijtihad). Hal itu terlihat ketika penulis mencoba menuangkan

    idenya dengan mengomentari riwayat- riwayat yang ia paparkan dan menggali

    hukum yang terkandung di dalamnya.

    F. Metode Penelitian Dari asal katanya metode berarti jalan atau cara. Metode penelitian berarti

    cara pengumpulan data dan analisis. Dari analisa data tersebut kemudian peneliti

    akan mendapatkan hasil apakah itu berupa penegasan atas teori yang pernah ada

    atau disebut dengan confirmation atau suatu penemuan baru atau nama lainnya

    discovery.12 Metode penelitian yang digunakan penulis sebagai berikut :

    1. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Disebut riset kepustakaan

    atau library research karena sumber data penelitiannya menitikberatkan

    kajian literatur terutama pada kitab-kitab tafsir. Metode penelitian secara

    umum yang digunakan adalah deskriptif-analitis. Selain itu, penulis juga

    11 Fernando Tambunan, Membangun Karakter Kepemimpinan, Jurnal Teologi

    Illuminare, Vol. 1 No. 2 Juni 2014, Hal 7. 12 J.R Raco, Metode Penelitian Kualitatif, (Jakarta: Grasindo, 2010), H 1.

  • 12

    menekankan pada aspek tafsir maudhu’i dalam penafsiran al-Qur’an. Dalam

    hal ini penulis melakukan penelitian dengan cara mencari dan meneliti

    melalui naskah-naskah, artikel-artikel ataupun sumber-sumber tertulis

    lainnya yang ada hubungannya dengan masalah penelitian, baik yang

    tersimpan di perpustakaan-perpustakaan maupun tempat lainnya. Kajian

    pustaka merupakan variabel yang menentukan cakrawala dari segi tujuan

    dan hasil penelitian dan juga merupakan landasan landasan teoritis. Riset

    kepustakaan atau studi pustaka merupakan serangkaian kegiatan yang

    berkenaan dengan metode pengumpulan data pustaka, membaca dan

    mencatat serta mengolah bahan penelitian.13 Penelitian ini dilakukan untuk

    menelaah tentang karakter pemimpin dalam QS Yūsuf.

    2. Sumber Data Dalam mengumpulkan data penelitian studi kepustakaan ini, maka

    sumber yang akan digunakan oleh penulis terbagi menjadi dua yakni sumber

    data primer dan sumber data sekunder. Sumber data primer adalah rujukan

    utama penulis untuk mengambil data penelitian. Sedangkan data sekunder

    adalah data yang membantu penelitian penulis selain dari data primer.

    Sumber data primer yang digunakan dalam penelitian ini adalah

    bersumber dari al-Qur’an, kitab tafsir, buku tentang karakter kepemimpinan

    sebagai bukti bahwa pemimpin yang ideal sangat berpengaruh dalam

    kepemimpinan suatu organisasi atau negara.

    Adapun data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini adalah

    bersumber dari refrensi-refrensi kajian literatur yang berkaitan dengan

    kepemimpinan baik berupa ensiklopedia al-Qur’an, bahan pustaka, jurnal,

    skripsi, thesis, karya ilmiah, koran, internet, majalah, surat kabar, dan artikel

    yang relevan dengan permasalahan dan pembahasan yang dikaji oleh penulis

    dalam penelitian ini. Di samping itu juga digunakan buku-buku lainnya

    selama masih ada relevansinya dengan penelitian ini.

    13Mestika Zed, Metode Penelitian Kepustakaan, (Jakarta: Yayasan Obar Indonesia,

    2008), Hlm 3.

  • 13

    Kedudukan bahan-bahan pustaka diatas merupakan sumber ide

    untuk menggali pemikiran atau gagasan baru.Yang bertujuan sebagai

    bahan dasar untuk melakukan deduksi dari pengetahuan yang telah ada

    dan untuk membangun kerangka teori yang baru serta menemukan

    acuan untuk memecahkan suatu permasalahan.

    3. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang akan digunakan oleh penulis

    dalam penelitian studi kepustakaan ini ialah melalui beberapa tahap

    untuk memperoleh hasil penelitian yang maksima, lantara lain sebagai

    berikut:

    a. Mengidentifikasi permasalahan serta mengembangkannya dalam

    bentuk pertanyaan-pertanyaan mendasar terkait dengan masalah yang

    diteliti.

    b. Mengumpulkan data atau informasi dari berbagai sumber pustaka yang kemudian disajikan dengan perspektif baru.14 Adapun sumber

    pustaka dan lapangan tersebut bersumber dari al-Qur’an, kitab-kitab

    tafsir, kamus-kamus, dan buku-buku baik berupa media cetak ataupun

    elektronik dengan cara menggunakan search engine untuk

    menemukan informasi atau sumber data yang ada di dunia maya

    (internet) yang relevan dengan permasalahan dan pembahasan yang

    dikaji oleh penulis dalam penelitian ini.

    c. Mengklasifikasikan data yang sudah diperoleh sesuai dengan jenisnya menjadi data primer dan data sekunder.

    d. Menelaah secara kritis dan mendalam terhadap bahan-bahan pustaka yang relevan. Kemudian mengutip isi bagian-bagian yang

    berhubungan dengan permasalahan dan pembahasan penelitian

    penulis. Yakni dalam rangka mendukung gagasan atau proposisi untuk menghasilkan kesimpulan dan saran.

    e. Mengevaluasi semua informasi yang telah diperoleh dengan cara manganalisisnya secara kritis.

    Penelitian ini akan berusaha menghimpun dan mempelajari dokumen-

    dokumen penting yang menunjang pelaksanaan penelitian ini.

    14Tim Fuadah, Pedoman Penulisan Skripsi, Fakultas Ushuluddin Adab Dan Humaniora

    Institut Agama Islam Negeri Salatiga, 2018. Hal 2.

  • 14

    4. Teknik Analisa Data Dalam menganalisa data yang telah berhasil dikumpulkan, setelah

    terlebih dahulu diklasifikasikan sesuai dengan permasalahan yang ada

    selanjutnya peneliti melakukan analisis data. Metode analisis data yang

    digunakan penulis dalam penelitian ini adalah metode deskriptif-analisis

    dengan pendekatan tafsir siyasah. Yakni menuturkan, menggambarkan,

    mengklasifikasi, mendeskripsikan kepemimpinan secara obyektif dari data

    yang dikaji. Yaitu dengan melakukan penelitian terhadap penafsiran surat

    Yūsuf dan dari kandungan kitab tafsir al-Muni>r tentang pemikiran syeh Wahbah Zuhaili terhadap tafsir surat tersebut, sekaligus

    menginterpretasikan dan menganalisis data secara mendalam.

    Cara yang ditempuh dalam penelitian ini yaitu dengan cara menelaah ayat

    demi ayat, sesuai dengan susunannya dalam mushaf. Ditulis dengan uraian

    yang mengemukakan arti mufrodat diikuti dengan penjelasannya secara

    umum atau menyeluruh. Setelah itu, dikemukakan juga munâsabah (korelasi) ayat-ayat, dan menjelaskan hubungan maksud ayat-ayat tersebut

    satu sama lain, membahas asbāb al-Nuzūl (latar belakang turunnya ayat) jika ada, dan dalil-dalil dari hadits, atau sahabat, atau para tâbi’in. Dengan metode tematik, penelitian ini akan berusaha mengumpulkan ayat-ayat Al-

    Qur’an tentang kisah Nabi Yūsuf AS ke dalam satu tema, yaitu kisah Nabi Yūsuf AS, kemudian dipilah-pilah menjadi tema-tema kecil, selanjutnya dianalisis untuk mengetahui secara kronologis dan mendalam tentang nilai

    pendidikan akhlak yang terkandung di dalamnya.

    5. Metode Penyajian Data Dalam menyajikan data, penulis menggunakan metode deskriptif. Metode

    ini dimaksudkan untuk mendeskripsikan secara sistematis dan akurat suatu

    situasi atau area populasi tertentu yang bersifat faktual. Metode deskriptif

    dapat juga diartikan sebagai penelitian yang dimaksudkan untuk memotret

    fenomena individual, situasi, atau kelompok tertentu yang terjadi tidak lama

    ini. Metode deskriptif juga berarti penelitian yang dimaksudkan untuk

    menjelaskan fenomena atau karakteristik individual, situasi, atau kelompok

  • 15

    tertentu secara akurat.15 Dengan kata lain, metode ini menerangkan atau

    mejelaskan sebagaimana data yang telah diperoleh yang ada seperti kutipan

    dari hasil wawancara maupun buku-buku yang kemudian disajikan sesuai

    dengan fakta.

    G. Sistematika Penulisan Untuk mendapatkan gambaran yang bersifat utuh, menyeluruh dan juga

    mempermudah pembaca dalam menelaah isi kandungan yang ada di dalamnya

    serta adanya keterkaitan antara bab satu dengan bab yang lain, penulis akan

    memaparkan sistematika pembahasan dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut

    :

    BAB I: pendahuluan yang mencakup kerangka dasar dan keseluruhan isi

    penelitian berupa latar belakang masalah, yang menguraikan ketertarikan penulis

    kepada objek kajian penelitian. Rumusan masalah yang menguraikan dan

    membatasi permasalahan yang dikaji. Tujuan dan manfaat penelitian, Tinjauan

    pustaka, landasan teori, metode penelitian, dan sistematika pembahasan.

    BAB II: menjelaskan secara terperinci mengenai profil Wahbah Zuhaili dan

    kitab tafsirnya. Yang menjadi bahan kajian yaitu, riwayat hidup beserta karya-

    karya Wahbah Zuhaili dan kitab al-Tafsi>r al-Muni>r fi> al-‘Aqi>dah wa al-Shari>‘ah wa al-Manhaj yang mencakup tinjauan umum tentang yang melatarbelakangi penulisan kitab, alasan diberi nama demikian, corak penafsiran, dan metode

    dalam kitab tafsirnya serta segala sesuatu yang terkait dengannya.

    BAB III: berisi tentang karakter pemimpin yang sesuai dengan QS Yūsuf, terdiri dua point. Point pertama yaitu: teori kebahasaan dalam mengungkap

    makna al-qur’an yang berisi asbabun nuzul balaghah, munasabah. Dan point

    kedua berisis karakter pemimpin dalam QS Yūsuf menurut para mufassir.

    BAB IV: membahas karakter pemimpin dalam kitab tafsir al-Tafsi>r al-Muni>r fi> al-‘Aqi>dah wa al-Shari>‘ah wa al-Manhaj karya syeh Wahbah Zuh}aili>. Berisi tentang ibrah kisah nabi Yūsuf beserta analisa penafsiran Wahbah Zuh}aili> dalam

    15 Sudarwan Danim, Riset Keperawatan: Sejarah & Metodologi, Jakarta: EGC,

    2003, H 52.

  • 16

    tafsir al-Muni>r terhadap kisah Nabi Yūsuf AS. Selain itu, dibahas juga karakter pemimpin Iieal dan pengaruhnya dalam QS Yūsuf , serta penilaian terhadap penafsiran syeh Wahbah Zuh}aili> dalam kitab tafsir al-Muni>r.

    BAB V: penutup yang mencakup kesimpulan dari seluruh pembahasan dalam

    penelitian penulis dan saran rekomendasi dari hasil kesimpulan tersebut yang

    diakhiri dengan daftar pustaka.

  • 17

    BAB II

    KITAB TAFSIR AL-MUNIR

    A. Biografi Wahbah Zuhaili

    1. Riwayat Hidup

    Wahbah Zuhaili merupakan ulama kontemporer yang lahir di Dair

    ‘Atiyah kecamatan Faiha, Provinsi Damaskus Suriah pada tahun 1932 H.

    Nama lengkapnya adalah Wahbah bin Musthafa al-Zuhaili, anak dari

    Musthafa alZuhaili. Ayahnya adalah seorang petani dan pedangang yang

    hafal al-quran serta mencintai assunnah. Sedangkan ibunya bernama Hajjah

    Fatimah binti Musthafa Sa’adah. Wanita shalihah yang mempunyai sifat

    warak dan teguh dalam menjalankan syari’at Islam.16

    Perjalanan intelektualnya bermula pada tingkat ibtidaiyah di tempat

    kelahirannya, selanjutnya jenjang tsanawiyah pada tingkat persiapan

    Fakultas Syari'ah di Damaskus selama enam tahun dan mencapai nilai imtiyaz

    sekaligus menjadi yang pertama sebagai pelajar sekolah menengah atas negeri

    pada tahun 1952, bersamaan dengan itu beliau juga memperoleh pengakuan

    pada kelas menengah atas jurusan sastra. Pada tingkat mahasiswa setelah

    mengikuti perkuliahan pada Fakultas Syari'ah di Universitas al-Azhar, beliau

    memperoleh ijazah sarjana pada tahun 1956, di tempat yang sama juga

    menerima ijazah belajar khusus pada Fakultas Bahasa Arab, sehingga ijazah

    internasional yang diterimanya sekaligus dengan ijazah belajarnya (License;

    Lc).17

    Pada saat belajar di Universitas a1-Azhar beliau juga mengikuti

    perkuliahan di Universitas Ain al-Syams, Fakultas Hukum hingga selesai dan

    menerima ijazah sarjana dengan peridikat jayyid pada tahun1957. Dan

    16 Abdurrahman Shalih, Hukum Jual Beli Emas Secara Cicil Perspektif Wahbah

    Zuhaili, Skripsi (S1) Program Studi Manajemen Perbankan Syariah Fakultas Agama Islam

    Universitas Muhammadiyah: Jakarta, 2019, H 31. 17Muhammad Hasdin., Metodologi Tafsir Al-Munir Karya Wahbah Zuhaily, Jurnal

    Al-Munzir Vol. 7, No. 2, (November 2014), H 44.

  • 18

    memperoleh ijazah sarjana magister kelas diploma institut ilmu syari'at dari

    Fakultas Ilmu Hukum Universitas Kairo pada tahun 1959. Beberapa aktivitas

    dan keterlibatan syeh Wahbah Zuhaili dalam bidang keilmuan, antara lain:

    pernah menjabat selaku Ketua jurusan Fiqh Islam dan Mazhab Universitas

    Damaskus Fakultas Syari'ah, diperbantukan sebagai dosen tamu pada

    Universitas Khortom progam studi Syari'at dan Universitas Islam Dirman

    untuk memberi perkuliahan pada mata kuliah Fiqh dan Ushul Fiqh kepada

    mahasiswa pascasarjana. Dan juga selama dua tahun pada kelas pascasarjana

    Fakultas Hukum di Libya sebagai dosen tamu selama sebulan.18

    Wahbah Zuhaili dikenal sebagai seorang ulama di bidang tafsir dan juga

    ahli fiqih. Beliau banyak menghabiskan waktu dengan melakukan penelitian

    untuk mengembangkan ilmu pengetahuan. Beliau adalah ulama yang hidup di

    abad ke 20 yang sejajar dengan tokoh-tokoh lainnya seperti Thahir Ibnu

    Asyur, Said Hawwa, Sayyid Qutb, Muhammad Abu Zahrah, Mahmud Syaltut

    Ali Muhammad al-khafif, Abdul Ghani, Abdul Khaliq dan Muhammad Salam

    Madkur.19

    2. Karya-Karya

    Kecerdasan syeh Wahbah Zuhaili telah dibuktikan dengan kesuksesan

    akademisnya, hingga banyak lembaga-lembaga pendidikan dan lembaga

    sosial yang dipimpinnya. Selain keterlibatnnya pada sektor kelembagaan baik

    pendidikan maupun sosial beliau juga memiliki perhatian besar terhadap

    berbagai disiplin keilmuan. Hal ini dibuktikan dengan keaktifan beliau dan

    produktif dalam menghasilkan karya- karyanya, meskipun karyanya banyak

    dalam bidang tafsir dan fiqh akan tetapi dalam penyampaiannya memiliki

    relefansi terhadap paradigma masyarakat dan perkembangan sains. Di sisi

    lain, beliau juga aktif dalam menulis artikel dan buku- buku yang jumlahnya

    hingga melebihi 133 buah buku. Bahkan, jika tulisan-tulisan beliau yang

    18Muhammad Hasdin., Metodologi Tafsir Al-Munir Karya Wahbah Zuhaily, Jurnal

    Al-Munzir Vol. 7, No. 2, (November 2014), H 45. 19 Abdurrahman Shalih, Hukum Jual Beli Emas Secara Cicil Perspektif Wahbah

    Zuhaili, Skripsi (S1) Program Studi Manajemen Perbankan Syariah Fakultas Agama Islam

    Universitas Muhammadiyah: Jakarta, 2019, H 31.

  • 19

    berbentuk risalah dibukukan maka jumlahnya akan melebihi dari 500

    makalah.20

    Beberapa karyanya dalam bidang tafsir al-Qur'an dan Ulum al-Qur'an

    antara lain:21

    a. Tafsir al-Muni>r yang terdiri dari 16 jilid. b. Al-Qiyam al-Insaniyat fi al-Qur'an al-Karim. c. Al-I’jaz al 'Ilmy fi al-Qur'an al-Karim. d. Al-Sunnah al-Nabawiyat al-Syarifa. e. Hakikatuh wa Makanatuh 'inda al-Muslimin. f. Fiqh al-Sunnah al-Nabawiyat.

    Dalam bidang al-Fiqh dan Ushul Fiqh antara lain:22

    a. Al-Fiqh al-Islamy wa Adillatuhu 11 Jilid. b. Ushul al-Fiqh al-Islamy. c. Al-Usas wa al-Mashadir al-Ijtihadiyat al-Musytarikat bain al-Sunnah

    wa al-Syi'at. d. Nuqath alIltiqa'u bain al-Madzahib al-Islamiyat. e. Al-Mas'uliyat al-Jinaiyat li Maradh al-Jins wa al-Idz. f. Al-Iman bi al-Qadha' wa al-Qadr. g. Ushul Muqaran al-Adyan. h. Al-Bid'a al-Munkar.

    Hasil karya lain merupakan karangan yang dipublikasikan, yakni: Takhrij wa Tahkik Ahadits (Tukhfat al-Fuqaha'u li alSamarqandy), Takhrij wa Tahkik Ahadits wa Atsar (Jami' al-Ulum wa a1-Hukm li Ibn Rajab al-Hambaly) ma'a al-Ta'liq alaih, al-Qur̀an alKarim, al Bunyat al-Syar'iyat wa

    20 Abdurrahman Shalih, Hukum Jual Beli Emas Secara Cicil Perspektif Wahbah

    Zuhaili, Skripsi (S1) Program Studi Manajemen Perbankan Syariah Fakultas Agama Islam

    Universitas Muhammadiyah: Jakarta, 2019, H 33. 21Muhammad Hasdin., Metodologi Tafsir Al-Munir Karya Wahbah Zuhaily, Jurnal

    Al-Munzir Vol. 7, No. 2, (November 2014), H 48. 22Muhammad Hasdin., Metodologi Tafsir Al-Munir Karya Wahbah Zuhaily, Jurnal

    Al-Munzir Vol. 7, No. 2, (November 2014), H 48.

  • 20

    al-Khashaish al-Hadhariyat, dan alDsara'i fi al-Siyasat al-Syaiaiyat wa al-Fiqh al-Islamy sebuah risalah magister tahun 1959.23

    B. Al-Tafsi>r Al-Muni>r Fi> Al-‘Aqi>dah Wa Al-Shari>‘ah Wa Al-Manhaj 1. Latar Belakang Penulisan Kitab

    Kata al- Muni>r merupakan isim fa’il dari nur (cahaya) yang berarti menerangi atau yang menyinari. Sesuai namanya, mungkin Wahbah Zuhaili

    bermaksud menamai kitab tafsir ini dengan nama al-Tafsi>r al-Muni>r fi> al-‘Aqi>dah wa al-Shari>‘ah wa al-Manhaj karena ia berkeinginan supaya kitab tafsirnya ini, dapat menyinari orang yang mempelajarinya, dapat menerangi

    orang yang membacanya, dan dapat memberikan pencerahan bagi siapa saja

    yang ingin mendapatkan pencerahan dalam memahami makna kandungan

    ayat-ayat al-Quran dalam kitab tafsirnya ini.24

    Tafsir al-Muni>r bisa dikategorikan sebagai karya monumental beliau dalam bidang Tafsir. Tafsir ini ditulis kurang lebih selama 16 tahun (mulai

    dari tahun 1975 sampai tahun 1991 M). Tafsir ini menjelaskan seluruh ayat

    al-Qur’an, mulai dari surah al-Fatihah sampai surah al-Nas, yang terdiri dari

    16 jilid, masing-masing jilid memuat 2 juz (bagian) dan seluruhnya terdiri

    dari 32 juz, dan dua juz terakhir berisi al-fihris al-syamil, semacam indeks yang disusun secara alfabetis. Tebal kitab ini sebanyak 8000 halaman yang

    diterbitkan oleh Dar al-Fikr al-Mu‘asir, Beirut (Libanon), dan dicetak untuk pertama kali pada tahun 1991.25

    Motif utama syeh Wahbah Zuh}aili> dalam menulis karya monumental ini adalah kekaguman dan kecintaannya terhadap al-Qur’an itu sendiri. Hal ini ia

    tunjukkan terutama pada bagian muqaddimah tafsirnya, dengan menegaskan

    bahwa al-Qur’an sesungguhnya merupakan satu-satunya kitab yang paling

    sempurna yang dapat memberikan inspirasi dalam berbagai hal. Sebagai

    rujukan utama, al-Qur’an tidak pernah kering informasi, baik dalam bidang

    23Muhammad Hasdin., Metodologi Tafsir Al-Munir Karya Wahbah Zuhaily, Jurnal

    Al-Munzir Vol. 7, No. 2, (November 2014), H 48. 24Moh. Assafiqi, Nilai Kebalaghahan Al-Qur’an, Tesis (Program Studi Ilmu Al-

    Quran Dan Tafsir Pasca Sarjana Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya, 2017), H

    43. 25Wahbah bin Mustafa Al-Zuhaili, Al al-Tafsi>r al-Muni>r fi> al-‘Aqi>dah wa al-Shari>‘ah

    wa al-Manhaj, Vol. 1 (Damaskus: Dar al-Fikr al-Ma'asir, 1418 H.), 5.

  • 21

    ilmu pengetahuan maupun kebudayaan, sehingga syeh Wahbah Zuh}aili> mengakui bahwa ia banyak menulis tentang al-Qur’an dan jumlahnya hingga

    seratusan. Menurutnya, al-Qur’an memiliki ikatan yang sangat erat dengan

    kebutuhan hidup modern dan tuntutan-tuntutan kebudayaan serta

    pendidikan.26

    Tujuan dalam menyusun kitab tafsir ini sebagaimana yang dikemukakan

    oleh syeh Wahbah Zuhaili pada bagian pengantar, yaitu mempererat

    hubungan antara seorang muslim dengan al-Qur’an berdasarkan ikatan

    akademik yang kuat. Karena al-Qur’an merupakan hukum dasar bagi

    kehidupan umat manusia secara umum dan umat Islam secara khusus. Oleh

    karena itu, penulis tafsir ini tidak hanya menerangkan hukum-hukum fiqih

    dalam berbagai permasalahan yang ada, dalam pengertiannya yang sempit

    dan dikenal di kalangan fuqaha, tetapi beliau bermaksud menjelaskan hukum-

    hukum yang diistinbatkan dari ayat-ayat al-Qur’an dengan makna yang lebih

    luas, yang lebih dalam daripada sekedar pemahaman umum, yang meliputi

    akidah dan akhlak, manhaj dan prilaku, konstitusi umum, dan faedah-faedah

    yang diambil dari ayat-ayat al-Qur’an, baik yang eksplisit maupun yang

    implisit, baik dalam struktur sosial untuk setiap komunitas masyarakat maju

    dan berkembang maupun dalam kehidupan pribadi bagi setiap manusia.27

    Kitab ini termasuk ke dalam salah satu kitab tafsir kontemporer yang

    mengkaji berbagai isu penting yang luas, karena dalam pembahasannya

    mencantumkan i’rāb, balāghah, mufradāt lugawy, menjelaskan asbāb al-Nuzūl serta mencantumkan hukum-hukum fiqh dan kemasyarakatan yang terkandung di dalamnya. Syeh Wahbah Zuhaili menyatakan bahwa tafsir al-

    Muni>r bukan hanya sekedar kutipan dan kesimpulan dari beberapa pendapat mufassir terdahulu yang dituangkan dalam kitab tafsirnya. Melainkan tafsir

    al-Muni>r ditulis dengan dasar selektifitas yang lebih shahih, bermanfaat dan mendekati ruh (intisari) kandungan ayat al-Qur’an baik dari tafsir klasik,

    modern, al-ma’sur maupun tafsir rasional. Kajian tafsir al-Muni>r juga diupayakan untuk menghindari perbedaan teori atau pandangan teoritis dan

    26Moh. Assafiqi, Nilai Kebalaghahan Al-Qur’an, Tesis (Program Studi Ilmu Al-

    Quran Dan Tafsir Pasca Sarjana Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya, 2017), H

    44. 27 Baihaki, Studi Kitab Tafsir Al-Munir Karya Wahbah Al-Zuhaili Dan Contoh

    Penafsirannya Tentang Pernikahan Beda Agama, Jurnal Analisis, Volume XVI, Nomor 1, Juni

    2016, H 133.

  • 22

    tidak berfaedah, sebagaimana yang terjadi dalam aliran-aliran fanatik dalam

    bidang Fiqih (perbedaan mazhab), meskipun syeh Wahbah Zuhaili sendiri

    bermazhab Hanafi. Dalam hal ini, Wahbah dalam menafsirkan ayat-ayat al-

    Qur’an yang berkaitan dengan hukum (ayat al-ahkam) tidak hanya

    memaparkan pendapat dari mazhab Hanafi saja, melainkan pendapat dari

    iman-iman atau mazhab-mazhab yang lain.28

    Tafsir al-Muni>r merupakan hasil karya Wahbah yang mencoba mengkomparasikan tafsir klasik dan tafsir kontemporer dalam mengkaji ayat-

    ayat al-Qur’an. Tafsir klasik, menurut Wahbah harus dikemas dengan gaya

    bahasa kontemporer dan metode yang konsisten sesuai ilmu pengetahuan

    modern tanpa ada penyimpangan interpretasi. Hal ini, dikarenakan banyak

    orang yang menyudutkan bahwa tafsir klasik tidak mampu memberikan solusi

    atau jawaban terhadap problematika kontemporer. Sedangkan para mufassir

    kontemporer banyak melakukan penyimpangan interpretasi terhadap ayat al-

    Qur’an dengan dalih pembaharuan atau pengkontekstualan al-Qur’an dengan

    realitas zaman.29

    2. Karakteristik Tafsir al-Muni>r Beberapa ciri khas dari Tafsir al-Munir jika dibandingkan dengan kitab-

    kitab tafsir lainnya, antara lain:30

    1. Dalam penyampaian dan kajiannya menggunakan langsung pokok tema bahasan. Selain itu, yang menciri khaskan dari Tafsir al-Muni>r ini adalah ditulis secara sistematis mulai dari qirā’ātnya kemudian i’rāb, balāghah, mufradāt lughawiyyahnya, yang selanjutnya adalah asbāb al-Nuzūl dan Munāsabah ayat.

    2. Bagian terakhir isi tafsir adalah mengenai fiqh kehidupan atau hukum-hukum yang terkandung pada tiap–tiap tema pembahasan.

    Serta memberikan jalan tengah terhadap perdebatan antar ulama

    madzhab yang berkaitan dengan ayat-ayat ahkam, dan

    mencantumkan footnote ketika pengambilan sumber dan kutipan.

    28Ratna Ulfatul Fuadiyah, Al-Tafsir Al-Munir Fi Al-Aqidah Wa Al-Syari’ah Wa Al-

    Manhaj Karya Wahbah Zuhaili, Skripsi (Jurusan Tafsir Hadis Fakultas Ushuluddin

    Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga, Yogyakarta, 2005), H 4. 29Ibid., 4. 30Wahbah bin Mustafa Al-Zuhaili, Al al-Tafsi>r al-Muni>r fi> al-‘Aqi>dah wa al-Shari>‘ah

    wa al-Manhaj, Vol. 1 (Damaskus: Dar al-Fikr al-Ma'asir, 1418 H.), 5.

  • 23

    3. Terdapat penjelasan di awal tafsirnya pada jilid 1 beberapa hal yang perlu diketahui mengenai ulūmul Qur’an, seperti definisi Al-Quran, cara turunya, kodifikasinya, penulisannya, rasam utsmani, ahruf sab’ah dan qira’ah sab’ah, ragam mu’jizat yang terkandung di dalam Al-Quran, bahasa al-Quran dan terjemahnya serta hukumnya,

    pembahasan mengenai potongan huruf hijai’ah (ahrūful muqatta’ah), dan diakhiri dengan pembahasan mengenai ilmu balaghah dalam al-

    Quran.

    4. Disebutkan beberapa faedah yang berhubungan dengan pembagian juz-juz dalam al-Quran beserta surat- suratnya, perintah dan

    larangan, kisah-kisah di dalamnya, menyebutkan nasikh dan

    mansukh, kemudian menyebutkan makna ta’āwudz dan basmalah beserta pandangan ulama.

    Selain menyusun langkah-langkah tafsir Al-Quran yang sistematis seperti

    gambaran sederhana di atas, Wahbah menyatakan pula bahwa tafsirnya

    banyak merujuk pendapat-pendapat ulama terdahulu dan tertulis dalam

    literartur yang mereka wariskan. Oleh karena itu, syeh Wahbah Zuh}aili> menyajikan kajian yang komprehensif dan faktual, tidak jarang ia megadopsi

    pemikiran ulama klasik disertai dengan mengutip pemahaman ulama-ulama

    kontemporer. Sehingga tafsir ini dapat mengkolaborasikan berbagai macam

    kajian keislaman dari ranah yang berbeda demi mengembangkan pemahaman

    Islam yang integartif dan menyeluruh.31

    3. Corak Penafsiran Dalam kamus bahasa Indonesia, kata corak mempunyai beberapa makna.

    Di antaranya corak mempunyai makna: faham, macam, atau bentuk tertentu.

    Kata corak dalam literatur sejarah tafsir, seringkali digunakan sebagai

    terjemahan dari kata اللون, bahasa Arab yang berarti warna. Istilah ini pula di

    gunakan al-Zahaby dalam kitabnya al-Tafsir Wa al-Mufassirun. Corak penafsiran yang dimaksud di sini adalah arah penafsiran yang menjadi

    kecenderungan mufassir dalam menafsirkan ayat-ayat al-Qur’an. Corak dan

    kecenderungan atau genre tafsir yang dikenal selama ini, antara lain : tafsir

    bercorak sastra bahasa (tafsir lughawi), tafsir bercorak filsafat (tafsir falsafi), tafsir bercorak ilmiah (tafsir ilmi), tafsir bercorak fiqih (tafsir fiqhi), tafsir

    31Ibid., 22.

  • 24

    bercorak tasawuf (tafsir ishari), tafsir bercorak sastra budaya kemasyarakatan (tafsir adab wa al-Ijtimā’i).32

    Syeh Wahbah Zuh}aili> dalam menafsirkan al-Qur’an sangat dipengaruhi oleh latar belakang keilmuannya, yaitu hukum Islam dan filsafat hukum,

    dalam diskusinya mengenai makna ayat-ayat al-Qur’an. Dengan melihat dari

    manhaj dan metode yang digunakan serta analisa dari penilaian penulis

    lainnya, bisa dikatakan bahwa corak tafsir yang digunakan beberapa

    diantaranya:

    1. Adabi (kesastraan), yaitu tafsir yang pembahasannya lebih menekankan pada aspek-aspek sastra dan budaya. Menurut Al-

    Dzahabi, corak tafsir ini menyingkapkan balaghah, keindahan bahasa

    al-Qur’an, dan ketelitian redaksinya menerangkan makna dan

    tujuannya.33

    2. Al-Ijtimā’i (sosial kemasyarakatan), yaitu suatu corak tafsir yang yang menjelaskan petunjuk-petunjuk al-Qur’an yang terkait langsung

    dengan kehidupan masyarakat serta usaha-usaha untuk menanggulangi

    masalah-masalah tersebut dengan penjelasan yang indah namun mudah

    dipahami. 34 Menurut Al-Dzahabi, corak tafsir ini mengaitkan

    kandungan ayat-ayat al-Qur’an dengan sunnatullah dan aturan hidup

    kemasyarakatan, yang berguna untuk memecahkan problematika umat

    Islam khususnya dan umat manusia pada umumnya.35

    3. Fiqhi, yaitu corak tafsir yang pusat perhatiannya difokuskan pada ilmu fiqih.

    Tafsir ini kental dengan adanya nuansa yurisprudensial (fiqh). Terlihat

    dengan adanya penjelasan fiqh kehidupan (fiqh al-hayat) atau hukum-hukum yang terkandung di dalamnya. Hal ini dapat dilihat karena memang Wahbah

    32Moh. Assafiqi, Nilai Kebalaghahan Al-Qur’an, Tesis (Program Studi Ilmu Al-

    Quran Dan Tafsir Pasca Sarjana Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya, 2017), H

    49. 33 Didi Junaedi, Menafsir Teks, Memahami Konteks: Menelisik Akar Perbedaan

    Penafsiran terhadap al-Qur’an, (Yogyakarta: Deepublish, 2016), H 24. 34Baihaki, Studi Kitab Tafsir Al-Munir Karya Wahbah Al-Zuhaili Dan Contoh

    Penafsirannya Tentang Pernikahan Beda Agama, Jurnal Analisis, Volume XVI, Nomor 1,

    Juni 2016, H 137. 35 Didi Junaedi, Menafsir Teks, Memahami Konteks: Menelisik Akar Perbedaan

    Penafsiran terhadap al-Qur’an, (Yogyakarta: Deepublish, 2016), H 24.

  • 25

    sendiri sangat terkenal keahliannya dalam bidang fiqh dengan karya

    monumentalnya al-fiqh al-Islami wa Adillatuhu. Beliau juga berupaya

    memberikan penafsiran ayat-ayat al-Qur’an dengan mengaitkan persoalan-

    persoalan hukum Islam. Sehingga, bisa dikatakan corak penafsiran Tafsir al-

    Muni>r adalah keselarasan antara adabi, Ijtimā’i dan nuansa fiqhnya atau penekanan Ijtimā’i-nya lebih ke nuansa fiqh.36

    Bahkan sebagaimana telah disinggung sebelumnya meskipun bercorak

    fiqh dalam pembahasannya akan tetapi penjelasannya menyesuaikan dengan

    perkembangan dan kebutuhan yang terjadi pada masyarakat. Sehingga, bisa

    dikatakan corak penafsiran Tafsir al-Muni>r sebagai corak yang ideal karena selaras antara ‘adabi, Ijtimā’i, dan fiqhinya.37

    4. Metode Tafsir Menurut ‘Abd al-Hayy al-Farmawi, terdapat empat metode dalam

    menafsirkan al-Qur’an, yaitu; metode tahlili, ijmali, muqaran, dan maudu’i.

    Secara sistematika, sebelum memasuki bahasan ayat, Wahbah Zuh}aili> pada setiap awal surat selalu mendahulukan penjelasan tentang keutamaan dan

    kandungan surat tersebut, dan sejumlah tema yang terkait dengannya secara

    garis besar.38 Dalam menafsirkan ayat-ayat al-Qur’an yang tertulis pada kitab

    tafsirnya kitab Tafsir al-Muni>r ini menggunakan beberapa metode, diantaranya:

    a) Metode yang digunakan tafsir Al-Munir ditinjau dari segi kecenderungan para penafsir:

    i. Metode tafsir tahlili, yaitu cara menafsirkan ayat-ayat al-Quran dengan cara meneliti semua aspeknya, dimulai dari

    uraian makna kosakata, kalimat, kaitan antar pemisah

    (munasabat), sampai sisi-sisi keterkaitan antar pemisah itu

    dengan bantuan asbab al-nuzul, serta mengikuti prosedur

    susunan tartib mushafi dengan sedikit banyak melakukan

    analisis di dalamnya.

    36Ibid., 137. 37Nur Chanifah, Pendidikan Karakter Islami: Karakter Ulul Albab Di Dalam Al-

    Qur’an, (Purwokerto: Pena Persada, 2019), H 108. 38Nur Chanifah, Pendidikan Karakter Islami: Karakter Ulul Albab Di Dalam Al-

    Qur’an, (Purwokerto: Pena Persada, 2019), H 106.

  • 26

    ii. Metode tafsir tematik (maudu’i), yaitu cara menafsirkan al-Qur’an dengan mengumpulkan atau mengelompokkan ayat-

    ayat al-Qur’an yang membicarakan tema yang sama,

    kemudian dianalisis.39

    Meski terdapat 2 metode, namun metode tahlili lebih dominan, karena

    metode inilah yang hampir semua digunakannya dalam kitab

    tafsirnya. Syeh Wahbah Zuh}aili> menuliskan metodenya pada pengantar tafsir Al-Munīr.

    b) Metode yang digunakan tafsir al-Muni>r ditinjau dari segi penjelasannya:

    Metode bayani atau metode deskripsi, yakni penafsiran dengan

    cara memberikan keterangan secara deskripsi tanpa membandingkan

    riwayat atau pendapat dan tanpa menilai tarjih antar sumber. Tafsir

    al-Muni>r jika ditinjau dari segi keluasan pembahasan tafsirannya, maka termasuk jenis itnabi, yaitu penafsiran dengan cara menafsirkan

    ayat-ayat al-Qur’an secara mendetail atau rinci, dengan uraian yang

    panjang lebar sehingga jelas dan banyak disenangi oleh para pembaca

    cendikiawan.40

    Disamping itu, syeh Wahbah Zuh}aili> menerangkan ayat-ayat secara tematis; yaitu menafsirkan ayat-ayat yang berbeda tempat

    dalam satu tema, misal jihad, waris, nikah dan lain sebagainya.

    Penjelasan yang terkait dengan kisah-kisah al-Qur’an tak luput dari

    pembahasan, hanya saja syeh Wahbah Zuh}aili> tidak menyebutkan riwayat yang berkaitan dengan kejelasan kisah kecuali kisah tersebut

    berkaitan dengan hukum agama dan ilmiah, Wahbah pun memperkut

    ayat-ayat dengan hadis-hadis sahih.41

    39Baihaki, Studi Kitab Tafsir Al-Munir Karya Wahbah Al-Zuhaili Dan Contoh

    Penafsirannya Tentang Pernikahan Beda Agama, Jurnal Analisis, Volume XVI, Nomor 1,

    Juni 2016, H 135. 40 Baihaki, Studi Kitab Tafsir Al-Munir Karya Wahbah Al-Zuhaili Dan Contoh

    Penafsirannya Tentang Pernikahan Beda Agama, Jurnal Analisis, Volume XVI, Nomor 1, Juni

    2016, H 135. 41Andy Hariyono, Analisis Metode Tafsir Wahbah Zuhaili Dalam Kitab Al-Munir,

    Jurnal Al-Dirayah Vol. 1, No. 1, Mei 2018, H 22.

  • 27

    Sistematika tafsir ini mengikuti sistematika mushaf dan dibahas

    secara mendalam dan menyeluruh atau dalam bahasa Syekh Wahbah Zuh}aili> diungkapkan, “bayan madlulat al-ayat bi diqqah wa syumulah” (penjelasan ayat-ayat secara detail atau teliti dan mencakup). Metode ini dilakukan dengan melibatkan hampir seluruh

    instrumen tafsir, baik instrumen primer, sekunder maupun

    komplementer.42

    c) Metode yang digunakan tafsir Al-Munir ditinjau dari segi pemikirannya:

    i. Ma’tsur (periwayatan), yaitu metode yang mengandung sunah dan pendapat-pendapat generasi klasik yang saleh.

    ii. Ma’qul (Rasional), yaitu metode berpegang pada dasar-dasar yang sudah populer.

    Apabila ditinjau dari aspek sumber penafsiran telaah terhadap

    tafsir al-Muni>r menunjukkan bahwa syeh Wahbah Zuh}aili> mencoba mengkolaborasikan beberapa metode. Ditinjau dari aspek sumber

    penafsiran, terlihat jelas bahwa tafsir ini menggunakan model

    penafsiran yang merupakan perpaduan antara penafsiran bi al-ma’tsûr (periwayatan) dan bi al-ra’yi (penalaran dan ijtihad). Penggabungan dua metode ini merupakan hal yang jamak dilakukan di kalangan

    mufasir salaf. Ibn Jarîr al-Thabârî, umpamanya, dalam kitabnya Jâmi’ al-Bayân fî Tafsîr al-Qur’ân, yang monumental dan dijadikan sebagai kitab induk bagi Tafsîr bi al-ma’tsûr, mencoba memadukan kedua metode ini, meskipun dalam bentuk yang sangat sederhana.43

    Hal ini terlihat ketika ia mencoba menuangkan idenya dengan

    mengomentari riwayat-riwayat yang ia paparkan dan menggali

    hukum yang terkandung di dalamnya. Meskipun, sesungguhnya masih

    terdapat perbedaan antara batasan ma’tsûr dan ra’yi yang sering kali bercampur satu sama lain atau bahkan saling melengkapi.44

    42Moh. Assafiqi, Nilai Kebalaghahan Al-Qur’an, Tesis (Program Studi Ilmu Al-

    Quran Dan Tafsir Pasca Sarjana Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya, 2017), H

    46. 43Ummul Aiman, Metode Penafsiran Wahbah Al-Zuhaylî: Kajian Al-Tafsîr Al-

    Munîr, Jurnal Miqot Vol. Xxxvi No. 1 Januari-Juni 2012, H 10. 44Ibid., 10

  • 28

    Berbeda dengan apa yang dilakukan al-Thabârî dan mufasir lainnya, dalam menerapkan tafsir bi al-ma’tsûr syeh Wahbah Zuh}aili> lebih mementingkan keringkasan, sehingga riwayat-riwayat yang

    dijadikan rujukan dalam konteks ini adalah riwayat yang paling benar

    saja yang dinukil dari kitab-kitab tafsir Klasik, seperti tafsir karya al-Thabârî, dan al-Qurthubî. Dengan demikian, hampir tidak dijumpai perdebatan mengenai kualitas sanad antara riwayat-riwayat yang

    beragam dalam menjelaskan makna ayat.45

    Di sisi lain, dalam menjelaskan penafsiran ayat, penalaran dan

    ijtihad yang diberikan oleh syeh Wahbah Zuh}aili> terlihat tidak mendapatkan porsi yang terlalu besar, namun masih menempati porsi

    yang signifikan di bagian lain dalam menjelaskan kandungan ayat.

    Hal ini disebabkan adanya pemisahan antara penafsiran ayat (al-Tafsîr wa al-bayân), yang merupakan pemahaman lahiriyah ayat, dengan penjelasan kandungan ayat (al-fiqh al-hayat), yang merupakan

    pemahaman terhadap pesan-pesan al-Qur’an yang berhubungan

    dengan isu-isu yang berkembang di dalam masyarakat, baik dimensi

    hukum maupun persoalan lainnya.46

    45Ibid., 11 46Ummul Aiman, Metode Penafsiran Wahbah Al-Zuhaylî: Kajian Al-Tafsîr Al-Munîr,

    Jurnal Miqot Vol. Xxxvi No. 1 Januari-Juni 2012, H 11.

  • 29

    BAB III

    KARAKTER PEMIMPIN TERHADAP QS YUSUF

    A. Teori Kebahasaan dalam Mengungkap Makna Al-Qur’an

    Perkembangan tradisi penafsiran dari masa ke masa menghasilkan produk

    tafsir dengan berbagai pendekatan, metodologi, dan corak tafsir yang berbeda.

    Pada zaman sekarang, perbedaan model penafsiran tersebut ditandai dengan

    rekonstruksi terhadap tradisi penafsiran klasik karena dianggap tidak lagi relevan

    untuk menjawab persoalan kekinian. Syeh Wahbah Zuh}aili> sebagai salah seorang mufassir kontemporer, menampik hal tersebut dengan menyuguhkan berbagai

    produk tafsirnya tanpa memutus tradisi penafsiran klasik.47

    Dalam karya al-Tafsi>r al-Muni>r fi> al-‘Aqi>dah wa al-Shari>‘ah wa al-Manhaj. Hal ini dikarenakan adanya pandangan yang menyudutkan tafsir klasik yang

    dianggap tidak mampu lagi menawarkan solusi terhadap problematika umat. Oleh

    karena itu, syeh Wahbah Zuh}aili> dalam karyanya ini mencoba mengkombinasikan keduanya; gaya tafsir klasik yang dikemas dengan bahasa kontemporer dengan

    metode yang konsisten sesuai dengan perkembangan zaman.48

    Penafsiran al-Qur’an pada dasarnya dilakukan dengan tujuan untuk membuka

    muatan-muatan nilai yang terkandung di dalamnya. Namun untuk menggali

    muatan-muatan nilai yang terpendam dalam teks-teks al-Qur’an, tidak semua

    orang dapat melakukannya. Karena ada beberapa persyaratan yang harus dimiliki

    oleh seorang mufasir, sebagaimana yang kita ketahui dari kesepakatan ulama

    tafsir dan ‘ulūm al-Qur’ān tentang ketetapan persyaratan yang wajib dimiliki oleh seorang mufasir. Para mufasir dari kalangan tradisionalis modern, umumnya

    47Mokhamad Sukron, Tafsir Wahbah Al-Z Uhaili Analisis Pendekatan, Metodologi,

    Dan Corak Tafsir Al-Munir Terhadap Ayat Poligami, Tajdid: Jurnal Pemikiran Keislaman dan

    Kemanusiaan Tajdid: Jurnal Pemikiran Keislaman dan Kemanusiaan Vol. 2 No. 1 April 2018,

    261-274, H 261. 48 Baihaki, Studi Kitab Tafsi

  • 30

    dapat dikatakan sebagai mufasir yang memiliki kompetensi dan persyaratan

    sebagai mufasir.49

    Memahami makna suatu kata terutama dalam ayat–ayat al-Qur’an tidak bisa

    terlepas dengan konteks. Konteks yang dimaksud meliputi: (1) konteks

    kebahasaan, (2) konteks emosional, (3) konteks situasi dan kondisi, dan (4)

    konteks sosio-kultural. Setiap kata tidak bisa dipahami sama karena berbedanya

    konteks yang melatarbelakanginya. Dengan demikian, siapa pun yang ingin

    memahami makna–makna yang terdapat dalam al-Qur’an maka dia harus

    memahami teori kontekstual yang menjadi landasan teorinya agar tidak terjadi

    kekeliruan dalam memahami maknanya.50

    Untuk menafsirkan al-Qur’an diperlukan adanya teori-teori penafsiran

    diantaranya teori bahasa yang digunakan oleh syeh Wahbah Zuh}aili> sebagai berikut:

    a. Asbāb al-Nuzūl

    Asbāb al-nuzūl merupakan salah satu cabang dari Ulumul Qur’an atau ilmu-ilmu tentang al-Qur’an yang membahas sebab-sebab turunnya ayat al-

    Quran. Karena asbāb al-nuzūl ayat merupakan sesuatu kejadian yang menjadi latar belakang diturunkan ayat al-Quran. Namun, tidak semua ayat al-Quran

    yang ditemukan riwayat turunnya. Seperti pada QS Yūsuf hanya ayat 3 yang terdapat asbāb al-nuzūlnya.51

    Mempelajari dan mengetahui sebab-sebab turunnya al-Qur’an atau yang

    dikenal dengan asbāb al-nuzūl bagi turunnya al-Qur’an sangat penting. Terutama dalam memahami ayat-ayat yang menyangkut hukum. Banyak para

    ulama dan tak terkecuali Imam As-Suyuthi serta yang lainnya telah banyak

    49

    Solahudin, Pendekatan Tekstual Dan Kontekstual Dalam Penafsiran Alquran, Al-

    Bayan: Jurnal Studi Al-Qur‟an dan Tafsir 1, 2 (Desember 2016), H 115. 50 Rizki Abdurahman, Peran Nazhariyyah Al-Siyaq (Teori Kontekstual) Dalam

    Memahami Makna Al-Quran, Jurnal Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah Al-Hidayah Kota

    Tasikmalaya, H 143. 51 David Fardani, Kepemimpinan Dalam Al-Quran (Kajian Tematik Ayat-Ayat

    Kepemimpinan), Skripsi Program Studi Ilmu Al-Qur’an Dan Tafsir Fakultas Ushuluddin Adab

    Dan Dakwah Institut Agama Islam Negeri Tulungagung 2019, H 60.

  • 31

    menulis tentang asbabun nuzul. Di samping itu ada sebagian ulama yang tidak

    menganggap pentingnya mengetahui asbāb al-Nuzūl. Namun hal itu dikomentari oleh Imam Az-Zarkasyi, sebagaimana beliau berkata, “orang

    yang mengatakan bahwa asbāb al-nuzūl itu tidak penting dalam rangka pemahaman ayat-ayat al-Qur’an adalah merupakan pandangan yang tidak

    benar.”52

    Diriwayatkan oleh Al-Hakim dan yang lainnya dari Sa’id bin Abi

    Waqqash tentang firman Allah Ta’ala:

    فِلِينَُ ُٱْلَغٰ ُلَِمَن ُِمنُقَْبلِهِۦ ُك نَت َُوإِن ُٱلْق ْرَءاَن َذا ُهَٰ ُإِلَْيَك ٓ ُأَْوَحْينَا ُبَِمآ ُٱْلقََصصِ ُأَْحَسَن َُعلَيَْك ُنَق صُّ نَْحن

    Terjemah Arti: Kami menceritakan kepadamu kisah yang paling baik dengan mewahyukan Al Quran ini kepadamu, dan sesungguhnya kamu sebelum (Kami mewahyukan)nya adalah termasuk orang-orang yang belum mengetahui.ُ

    Bahwasannya Al-Hakim berkata, “al-Qur’an diturunkan kepada nabi lalu

    membacakannya kepada orang-orang, maka mereka berkata, “wahai

    Rasulullah, bagaimana kalau engkau bercerita kepadaku kami?” Maka

    turunlah ayat, “Allah telah menurunkan perkataan yang paling baik...” Ibnu

    Abi Hatim menambahkan bahwa mereka lalu mengatakan, “wahai

    Rasulullah, bagaimana kalau engkau beri kami nasihat?”. Maka Allah

    menurunkan ayat. “Belum tibakah waktunya bagi orang-orang yang beriman,

    untuk secara khusyuk mengingat Allah...”

    Ibnu Jarir meriwayatkan dari Ibnu Abbas bahwasannya mereka

    mengatakan, “wahai Rasulullah, bagaimana jikalau engkau bercerita kepada

    kami?” Maka turunlah firman Allah, “kami menceritakan kepadamu

    (Muhammad) kisah yang paling baik....” Ibnu Mardawaih meriwayatkan

    hadist senada dari Ibnu Mas’ud.53 Maka, berkenaan dengan itu, turunlah surat

    Yusuf.

    52 Imam As-Suyuthi, Asbabun Nuzul: Sebab-Sebab Turunnya Ayat al-Qur’an,

    (Jakarta: Pustaka Al-Kausar, 2014), H VII. 53 Imam As-Suyuthi, Asbabun Nuzul: Sebab-Sebab Turunnya Ayat al-Qur’an,

    (Jakarta: Pustaka Al-Kausar, 2014), H 300.

  • 32

    Surah Yusuf merupakan pelipur bagi Rasulullah saw saat berada dalam

    cobaan diantara kezaliman kaum kafir Quraish ketika beliau menyerukan

    dakwah tauhid seakan-akan Allah ingin menyampaikan pesan melalui

    firmannya kepada beliau bahwa masih ada yang lebih berat cobaannya, yaitu

    cobaan yang menimpa Nabi Yusuf as. Surah Yusuf tergolong surat tergolong

    surah Makkiyah, sebagaimana pendapat yang paling banyak disepakati, turun

    sebelum Rasulullah saw hijrah ke Madinah. Kisah perjalanan Nabi Yūsuf AS dalam al-Qur’an dan kisah-kisah para nabi lainnya merupakan pelajaran

    penting bagi orang-orang yang mau mentadaburinya dan bukan sekedar

    membacanya sebagai ritual.54

    Dalam Surat Yūsuf diterangkan bahwa kisah Nabi Yūsuf AS merupakan kisah yang baik, dilihat dari beberapa sisi. Pada ayat kedua dalam surat ini

    Allah telah menegaskan bahwa al-Qur’an hanya bisa dipahami orang yang

    memiliki akal dan mau menggunakan akalnya untuk memikirkan ayat-ayat

    Allah. Salah satu fungsi dan kemampuan dari akal adalah menuturkan cerita.

    Allah memberi manusia kemampuan untuk menyusun cerita atau kisah dan

    memberinya dasar-dasar pengetahuan tentang kisah. Dengan demikian,

    manusia bisa menjadikan kisah sebagai salah satu sarana penting untuk

    menyampaikan ilmu pengetahuan, mendidik manusia, dan mengajarkan

    mereka nilai-nilai keutamaan.55

    Manusia juga diberi kemampuan mendengarkan, mencermati, dan

    menganalisis berbagai peristiwa yang ada dalam kisah atau cerita, kemudian

    menjadikannya sebagai sarana untuk menilai tindakan dan mengambil

    pelajaran yang berharga. Semua keistimewaan itu terkandung dalam surat

    Yūsuf sehingga sangat pantas jika kisah dalam Surat Yūsuf ini disebut sebagai kisah yang paling baik. Dalam kisah Nabi Yūsuf AS ini terkandung sejumlah nilai yang menjadi landasan kisah baik dari sisi tema, rangkaian

    peristiwa, berbagai fenomena kejiwaan, kesesuaian gaya bahasa dengan

    54Irja Nasrullah, Menyibak Rahasia Kesuksesan Ala Surah Yusuf, (Jakarta: Elex

    Media Komputindo, 2015), Hlm 123. 55Siti Himatul Anisah, Nilai-Nilai Pendidikan Akhlak Dalam Al-Qur’an Surat Yusuf

    Ayat 8-18, Skripsi (Bidang Studi Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah Dan Ilmu

    Keguruan Institut Agama Islam Negeri Salatiga, 2018 ), H 45.

  • 33

    kejadian, teknis peralihan dari satu peristiwa menuju peristiwa lain, maupun

    penggunaan diksi dan gaya bahasa yang paling tinggi.56

    b. Penamaan QS Yūsuf Dinamakan Surah Yūsuf karena didalam surah tersebut terdapat kisah

    nabiyullah Yūsuf. Diriwayatkan bahwa orang-orang Yahudi pernah bertanya kepada Rasulullah SAW tentang kisah nabi Yūsuf, kemudian turunlah surah ini. Imam Hakim dan lainnya meriwayatkan dari Saad bin Abi Waqqaas,

    beliau mengatakan bahwa al-Qur'an diturunkan kepada Rasulullah SAW lalu

    Rasul membacakannya kepada mereka suatu ketika, mendengar hal tersebut

    mereka berkata, “Andai engkau kisahkan kepada kami", maka turun ayat ُ نَّْحن

    َُعلَْيكَُ Yūsuf: 3) dan (al-Kahf: 13). Suatu ketika beliau membacakan) نَق صُّkepada mereka, kemudian mereka berkata, “Andai engkau berkata kepada

    kami", maka turun ayat ُُْال ُأَْحَسَن َل ُنَزَّ َحِديثَُِّللاَّ (az-Zumar: 23). Surah ini

    diturunkan setelah terjadinya krisis yang sangat dasyat kepada nabi dan

    orang-orang Quraisy di Mekah dan setelah 'āmul hazan (tahun kesedihan). Karena pada tahun tersebut nabi kehilangan istri tercinta, Khadijah, dan

    pamannya, Abu Thalib, sang penolong baginya.

    Dalam kisah ini, kepribadian nabi Yūsuf AS dipaparkan secara sempurna dan dalam berbagai bidang kehidupannya. Dipaparkan juga aneka cobaan dan

    ujian yang menimpanya serta sikap beliau pada masa itu. Diriwayatkan asbāb al-Nuzūl surah ini bahwa sebagian orang-orang kafir Mekah menemui orang