Upload
faza-asysyirban
View
264
Download
0
Embed Size (px)
DESCRIPTION
a
Citation preview
SINTESIS KOMPONEN FEROMON AGREGAT GUNA
PENGENDALIAN HAMA KUMBANG KELAPA RHYNCHOPHORUS
FERRUGINEUS
JURNAL PENDUKUNGPENULIS JUDUL
Rudi Trisnadi, SP Kumbang Sagu (Rhynchophorus, sp) Penyebab Kematian Tanaman Kelapa
Effendi Wibowo, dkk (2012) Perkembangan Serangan Hama Rhinchophorus sp Pada Tanaman Kelapa di Propinsi Jawa Timur
Warsito, dkk (2003) Penggunaan Reagen Grignard dalam Sintesis Feromon Kumbang Kelapa Indonesia, Rhynchorphous Sp.
Diana Eka Pratiwi Karakterisasi Komponen Minor Feromon Agregat Kumbang Hama Kelapa Rhynchophorus Ferrugineus Jantan
R. H. Hallett, dkk (1993) Aggregation Pheromones of Two Asian Palm Weevils, Rhynchophorus Ferrugineus and R. Vulneratus
Meldy L.A. Hosang dan Salim Penekanan Populasi Oryctes Rhinoceros dan Rhynchophorus Ferrugineus dengan Perangkap dan Feromon
Tanaman kelapa adalah tanaman rakyat , hanya sebagian kecil saja diusahakan oleh Perusahaan Perkebunan . Produktivitas Kelapa yang dihasilkan saat ini oleh perkebunan rakyat (petani) baru mencapai ± 1.054,42 kg/ha/tahun . Produktifitas inisangat rendah bila dibandingkan dengan potensi hasil dari berbagai varietas yangdianjurkan dan direkomendasikan yang dapat mencapai 2 ton/ha.
Rendahnya produktivitas tersebut diatas disamping tanaman sudah tua, kurangnya pemeliharaan dari petani , juga adalah adanya serangan Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) .Salah satu OPT utama adalah Kumbang Kelapa atau Rhynchophorus Ferrugineus.
• Berkembang biaknya hama ini erat kaitannya dengan kebersihan kebun. Oleh sebab itu pengertian dan kesadaran petani adalah kunci dari pengendalian hama ini dan usaha inihanya bisa terlaksana kalau penyuluhan berjalan efektif . Salah satu metode penyuluhanyang cukup efektif untuk mempengaruhi dan memotivasi petani dalam menerapkan teknologi adalah melaksanakan demplot sebagai contoh yang mudah dipraktekkan dilahan/kebunnya .Oleh karena banyaknya gangguan OPT yang dapat menurunkan produksi dan produktivitas maka diadakan pengendalian OPT
SINTESIS FEROMON AGREGAT
ALAT
• Kumbang Rhynchophorus ferrugineus jantan, dietil eter, n-heksana, gas nitrogen, KBr, KMnO4 1 %, NaOH 1 N, plat KLT silika gel F254 ukuran 20 x 20 cm.
BAHAN
• mortar, pipa kapiler, alat sentrifuge, alat GC HP Series II Plus – MS 5989 B, spektrofotometer IR JASCO FT – IR 5300, alat KLT, olfaktometer.
PERSIAPAN ISOLASI
• Sejumlah ekor serangga jantan (imago) R. ferrugineus hasil pemeliharaan
Serangga
ISOLASI
Protorak kumbang
Ekstraks dipekatkan dengan gas N2 sampai
volume 50 mL
Cairan ekstrak dan residu protorak25 mL n-heksana
Kumbang ditumbuk
10 mL n-heksana dalam mortar
Diambil ekstrak feromon menggunakan pipa kapiler 5 μL dan ditotolkan dengan jarak 1,5 cm dari dasar plat KLT silika gel ukuran 10 x 2 cm.Selanjutnya dilakukan elusi dengan pelarut campuran n-heksana : dietil eter yang komposisinya bervariasi masing-masing (2 : 8), (3 : 7), (4 : 6), (5 : 5),dan (5 : 6). Elusi dihentikan setelah eluen bergerak dengan jarak 7,5 cm.Plat kemudian dikeringanginkan, noda yang terbentuk kemudian dianalisis dengan KMnO4 1 %. Masing-masing noda yang tampak dihitung harga Rf nya.
Sisa ekstrak kemudian dihidrolisis dengan larutan NaOH 1 N lalu disentrifuge pada kecepatan 1000 rpm kemudian disaring. Supernatan kemudian ditampung dalam botol coklat dan disimpan di dalam lemari pendingin. Supernatan hasil pemekatan masing-masing diuji aktifitasnya dengan olfaktometer untuk mengetahui isolate-isolat mana yang paling aktif.
• Berdasarkan data kromatogram KLT dapat diketahui bahwa pemisahan yang paling baik adalah menggunakan pelarut campuran n-heksana : dietil eter dengan perbandingan 6 : 4, dimana pada campuran ini ini menghasilkan noda yang paling banyak dengan interval Rf yang paling lebar Hasil uji aktifitas menggunakan olfaktometer menunjukkan bahwa isolat ke4 dan isolat ke-5 merupakan isolat-isolat yang aktif karena paling banyak menarik kumbang dibandingkan isolat-isolat lainnya sehingga dapat dinyatakan bahwa isolat-isolat tersebut memiliki kandungan feromon agregat yang paling besar.
Spektra Massa
Spektra massa yang diperkirakan merupakan komponen minor feromon agregat kumbang hama kelapa Rhynchophorus ferrugineus jantan pada scan 75 dengan tR 7,68 menit adalah sebagai berikut :
Karakterisasi dengan GC-MS
• Isolat-isolat aktif diinjeksikan ke dalam GC-MS dengan kondisi alat sebagai berikut :
Kondisi GC-MS yang digunakan
Alat GC HP Series II Plus
Kolom DB-5, 30 m
Film 0,25 μm
Suhu Detektor 290 oC
Suhu Injector 290 oC
Suhu Oven 60 - 290 oC
Carrier Gas Helium, flow 0,9 mL/menit
• Dari hasil analisis dengan GC-MS diketahui bahwa senyawa ini terkandung di dalam isolat ke-5 pada scan75 dengan tR 7,681 menit.
Karakterisasi dengan FT-IRSpektrum infrared dibuat dengan cara meneteskan masing-masing isolat pada permukaan pellet KBr kemudian discanning pada 4000 – 800 cm-1. Adapun spektra IR dari isolat ke -5 dengan Rf 0,87 adalah sebagai berikut :
Hasil analisis dapat diketahui bahwa komponen minor feromon agregat R. ferrugineus jantan hasil isolasi dengan metode ekstraksi yaitu 4-metil-5-nonanon dengan struktur molekul sebagai berikut :
Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Hallet et al. (1993) menyatakan bahwa komponen minor feromon agregat kumbang hama kelapa Rhynchophorus ferrugineus jantan adalah 4-metil-5-nonanon.Analisis dari spectrum massa keton mengindikasikan keberadaan gugus keton pada C-5.• Masa dan karakter retensi dari 4-metil 5-nonanol
adalah identik pada R. Ferrugineus, R. Vulneratus, and R. Palmarum.
• 4-metil 5-nonanon terdapat pada R. Ferrugineus dan R. Vulneratus jantan, tapi tidak pada R. Palmarurn jantan.
Penekanan Populasi R. Ferrugineus• Penelitian lapangan dilakukan di Kebun Percobaan Balit Palma, Sulawesi
Utara dan Kabupaten Pati, Jawa Tengah. Penelitian ini dilaksanakan pada tahun 2013. Pada penelitian ini diuji empat tipe perangkap dan feromon untuk masing-masing hama (hama Rhynchophorus digunakan rhynchomonas)
• Perangkap yang terbuat dari pipa paralon dengan ukuran tinggi 2 m dan diameter 10 cm (perangkap tipe D, Gambar 1D) kemudian dimodifikasi dengan ukuran 50 cm yang bagian atasnya diletakkan corong yang diberi lobang dengan diameter sekitar 3 cm (perangkap tipe C, Gambar 1C) dan perangakap tipe B hampir sama dengan tipe C tetapi bagian atas corong diletakkan penghalang terbuat dari seng yang dicat hitam dan membentuk sudut 180o (Gambar 1B). Selanjutnya didesain perangkap tipe A dengan empat sayap terbuat dari seng yang dicat hitam dan membentuk sudut 90o di atas corong (Gambar 1A).
Alat Uji Perangkap
• Perangkap dan feromon ini juga telah diuji pada tanaman sawit muda dan tanaman sawit tua. Hasil penelitian menunjukkan bahwa semua perangkap + feromon yang diuji dapat digunakan untuk menangkap kumbang jantan dan betina dari hama Oryctes dan Rhynchophorus.
• Di Kebun Percobaan Balit Palma, kumbang Rhynchophorus betina (77,78) lebih banyak terperangkap dibandingkan dengan kumbang jantan (22,28%). Hasil ini membuktikan bahwa daya tangkap perangkap + feromon dapat menurunkan populasi hama di lapangan.
Hasil Rata-rata Penekanan HamaKebun Percobaan Balit Palma
Hasil Rata-rata Penekanan HamaKebun Kelapa Kabupaten Pati
KESIMPULAN• Komponen minor feromon agregat kumbang hama kelapa
Rhynchophorus ferrugineus jantan terkandung dalam isolat ke-5 dengan waktu retensi 7,681 menit. Dari spektra massa scan nomor 75 terlihat bahwa ion molekuler senyawa tersebut muncul pada m/e 156 dan puncak dasar pada m/e 57. Dari data spektra IR dapat diketahui bahwa komponen minor feromon agregat mengandung gugus keton yaitu pada 1735,5 cm-1 dan – C – H – (-CH3) pada 2920 cm-1, 2850,6 cm-1 , dan 1375 cm-1
• Berdasarkan hasil analisis spektra massa dan spektra IR, komponen minor feromon agregat kumbang hama kelapa Rhynchophorus ferrugineus jantan hasil isolasi dengan metode ekstraksi (maserasi) diusulkan sebagai 4-metl-5-nonanon dengan rumus molekul C9H20O.
KESIMPULAN• Kerusakan daun akibat serangan hama, pada tanaman
kelapa di Pati Jawa Tengah bervariasi antara 1.05 – 1,83 guntingan/pelepah dengan rata-rata produksi 1,93 – 3,00 butir/tandan atau sekitar 25,48 – 39,60 butir/pohon/tahun. Asumsi penurunan produksi antara 40 sampai > 55%.
• Perangkap yang efektif untuk mengendalikan hama Rhynchophorus adalah perangkap Tipe A yang terbuat dari penghalang dari seng (4 layar), corong besar dan botol plastik. Kumbang Rhynchophorus yang terperangkap lebih banyak betina dibandingkan dengan kumbang jantan.