11
Karaktedstik dan Prospek Pendidikan Islam di Indonesia Oleh Muzhoffar Akhwan Pendahuluan I danya pembicaraan tentang ka- I \rakteristik dan prospek pendidi- kan Islam di Lrdonesia, mempunyai arti bahwa kita mengakui adanya realitas pendidikan Islam, dan seka- ligus rumusan idealisme pendidikan Islam di Indonesia. Hal ini perlu untuk di- sampaikan, karena di antara ciri khas ajaran Islam adalah al-waqi- 'iyyah al-mitsaliyah (kontekstual, namun tidak mengenyam- pingkan idealisme). Ajaran al-Qur'an (ba- ca Islam) sendiri ber- sifat universal dan ber- pijak pada landasan Rekonstruksi Pendidikan Islam w11995:178, N. Quraish Shihab, 1992: 214). Dalam panciangan yang demikian, maka memberikan kejelasan bahwa universalisme Islam yang tergambar pada prinsip dan nilai, sesungguhnya dapat diterapkan dalam kehidupan moderen. Sebagai con- toh, perintah Nabi untuk latihan me- nunggang kuda, bere- nang, dan memanah, dalam rangka mem- persiapkan diri meng haclapi musuh. Ben- tuk-bentuk sebagai- mana yang clikandung dalam perintah ini, clapat saja berubah dan disesuaikan dengan kesamaan yang dimiliki oleh manusia. Tetapi acia pula yang partikular clan kondisional, yang terlahir dari akibat perbedaan-perbedaan manusia atau waktu dan tempat (Yusuf al-Qardha- 6 keadaan zaman. Tetapi, nilai mem- persiapkan diri mengharlapi musuh, baik yang d.iketahui maupun yarrg belum diketahui, merupakan nilai universal. JP| Fakultas Thrbiyah UII, l/I/96

Karakteristik dan Prospek Pendidikan Islam di Indonesia

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Artikel dalam Jurnal Pendidikan Islam, Vol. 1, No. 1, Januari 1996 yang ditulis oleh Muzhoffar Akhwan

Citation preview

  • Rekonstruksi

    Karaktedstik dan ProspekPendidikan Islam di Indonesia

    Oleh Muzhoffar Akhwan

    Pendahuluan

    I danya pembicaraan tentang ka-I \rakteristik dan prospek pendidi-kan Islam di Lrdonesia, mempunyaiarti bahwa kita mengakui adanyarealitas pendidikan Islam, dan seka-ligus rumusan idealisme pendidikanIslam di Indonesia.Hal ini perlu untuk di-sampaikan, karena diantara ciri khas ajaranIslam adalah al-waqi-'iyyah al-mitsaliyah(kontekstual, namuntidak mengenyam-pingkan idealisme).Ajaran al-Qur'an (ba-ca Islam) sendiri ber-sifat universal dan ber-pijak pada landasan

    RekonstruksiPendidikan Islam

    w11995:178, N. Quraish Shihab, 1992:214).

    Dalam panciangan yang demikian,maka memberikan kejelasan bahwauniversalisme Islam yang tergambarpada prinsip dan nilai, sesungguhnyadapat diterapkan dalam kehidupan

    moderen. Sebagai con-toh, perintah Nabiuntuk latihan me-nunggang kuda, bere-nang, dan memanah,dalam rangka mem-persiapkan diri menghaclapi musuh. Ben-tuk-bentuk sebagai-mana yang clikandungdalam perintah ini,clapat saja berubah dandisesuaikan dengan

    kesamaan yang dimiliki oleh manusia.Tetapi acia pula yang partikular clankondisional, yang terlahir dari akibatperbedaan-perbedaan manusia atauwaktu dan tempat (Yusuf al-Qardha-

    6

    keadaan zaman. Tetapi, nilai mem-persiapkan diri mengharlapi musuh,baik yang d.iketahui maupun yarrgbelum diketahui, merupakan nilaiuniversal.

    JP| Fakultas Thrbiyah UII, l/I/96

  • Relevansi persoalandi atas denganpendidikan Islam di lrdonesia adalah,bahwa adanya perbedaan dan parti-kularisme pendidikan Islam di hrdo-nesia, bukan saja elimungkinkan olehajaran Islam sendiri. Tetapi hal ini juga

    'sesuai dan direstui keberadaannya,selama perbedaan-perbedaan yangada masih dalam kerangka uni-versalisme Isiam dan kemanusiaan.Karakteristik Pendi-dikan Islam di Indo-nesia

    Dalam studi kepen-didikan, sebutan "p"n-cliclikan Islam" pa,Jaumumnya, dipahamisebagai suatu ciri khas,yaitu, jenis penrlidikanyang berlatar belakangkeagamaan. Hal inij.,gu ditetapkan di

    Rekonstruksi

    Dalam studi kepen-didikan, scbutan

    "perulidiknn Islant"puda umumnya,clipahami sebagai

    suatu ciri khas, yctitu,jenis pendiclikan yang

    berlatarbelokangkeaganman

    telah banyak sekali clikemukakan paraahli. Salah satunya ad.alah yang di-ungkapkan Zarkawi Soejoeti, sepertidikutip A. Malik Fadjar (1995) yaitu :Pertama, jenis penclidikan yang pen-dirian clan penyelenggaranya dido-rong oleh hasrat dan semangat cita-cita untuk mengejawantahkan nilai-nilai Islam, baik yang tercermin dalamnama lembaganya, maupun clalam

    kegiatan-kegiatan yangdi-selenggarakannya.Di sini kata Islamclitempatkan sebagaisumbernilai yang akandiwujuclkan clalarnseltrruh kegiatan pencli-dikannya.

    Kedua, jenis pendi-dikan yang membe-rikan perhatian dan se-kaligus menjadikan

    dalam Undang-Undang No.2 Tahun1989 tentang Sistent PendidikanNa sional. Pemahaman-pemahamanyang lebih spesifik dan mendalam,juga dapat cliiihat menurut sifat clanbentuk kelembagaan, seperti yangtelah tlikenal luas : Pesantren, Mad-rasah, dan sekolah (Steenbrir*, 197 4:122).

    Batasan yang lebih rinci tentangmodel pendiclikan Islam, sebenamya

    JPI, Fakuttas Tarbiyah (lll, t I/96

    ajaran Islam sebagai pengetahuanuntuk program stucli yangcliselenggarakan. Di sini, kata Islamditempatkan sebagai bidang stucli,sebagai ilmu, clan diperlakukanseperti ilmu yang lain. Dan *e tiga, jenispen,Jidikan yang mencakup keduapengertian di atas. Kata lslam, disamping ditempatkan sebagai sumbernilai, juga sebagai birJang stucli yangditawarkan lewat pendiclikan dan

  • pengajaran yang diselenggarakannya.Dari pengertian di atas, sekalipun

    dengan tinjauan atas referensi yangterbatas, kiranya dapat dipahami bah-wa keberadaan pendidikan Islam,tidaklah sekadar menyangkut karak-teristik dan lembaga formal sebagaipenyelenggara pendidikan. Tetapilebih mendasar lagi, bahwapenclidikan Islam memiliki muatantujuan yang diidam-kan dan sekaligusdiyakini sebagai yangpaling ideal bagipengantaran hidupdan tujuan hidupmanusia.

    Atau, juga 'Jigam-

    barkan bahwa pendi-dikan Islam merupa-kan corak atau modelpendidikan yang

    Rektnstruksi

    penclidikon Islontmerupakan corok staumodel pendidikon yang

    nx&mpu membentuk"manusiil ya4g unggulsecuril intelektual, kuya

    dfllflm amal, dananggun dalnnt ntoral".

    roda cita-cita yang demikian danseb agai altematif pembimbingan bagimanusia agar tidak berkembang ataspribadi yang terpe cah, spli t of person-ality, dan bukan pula pribadi yangtimpang. Manusia juga diharapkantidak materialistik atau spiritualistik,amoral, egosen tri s atau an trop osentri s,sebagaimana yang secara ironis masihbanyak dihasilkan oleh sistem

    pendidikan kita dewa-sa ini. Untuk meraihtujuan yang ideal itu,maka realisasinya ha-rus sepenuhnya ber-sumber dari cita-citaAl-Qur'an, Sunnah,clan ijtihad-ijtihad yangmasih berada claiarnruang lingkupnya.

    Sehubungan de-ngan itu, GBHN 1993

    mampu membentuk "manusia yangunggul secara intelektual, kaya dalamamal, dan anggun dalam moral". briberarti, menurut cita-citanya,pendidikan Islam memproyeksikandiri untuk memproduk "insan kamil",yaitu manusia yang sempuma dalamsegala hal, sekalipun ciiyakini baru(hanya) Nabi Muhammad saw sajayang telah mencapai kualitasnya.

    Pendidikan Islam dijalankan atas

    8

    telah rnenggariskan bahwa,pendidikan nasional bertujuanmeningkatkan kualitas manusia Indo-nesia, yaitu manusia yang: (a) berimandan bertaqwa kepada Tuhan YangMaha Esa; (b) berbudi pekerti luhur,berkepribadian, mandiri, maju,tangguh, cerdas, kreatif, terampii,berdisiplin, beretos kerja, profesional,bertanggungjawab, cian procluktif; (c)sehat jasmani dan rahani, dan (d) juga

    JPI, Fakulras Tarbiyah UII, I/I/96

  • meningkatkan semangat kebangsaandan kesetiakawanan sosial.

    Jika dicermati secara mendalam,maka tidak ada satu butirpun yang ti-dak clitemukan dalam ayat-ayat Al-Qur'an tentang apa yang dikemuka-kan GBHN, kecuali bagian dari butir(,J). Namun begitu, bila clisadari bah-wa meningkatkan semangat kebang-saan dan kesetiakawanan sosial, padahakekatnya juga kesa-daran akan persamaannasib dan masa clepanbangsa, yang juga me-rtrpakan tanggungja-wab bersama. Untukitu, maka akan lebihmengena jika semangatkebangsaan dan kese-tiakawanan sosial dika-itkan dengan misikekhalif ahan serta

    Rekonstruksi

    adanyu prinsipdikotomi antara ilmu-ilmu agnntn dan ilmu-

    ilnru umum,sesungguhnya

    merupakon irulikoto,rkerapuhan dasor

    filosofis pendidikanIslam

    lembaga pendidikan seperti pondokpesantren, sesungguhnya telah mem-berikan anclil yang besar cialam usahameraih kemerrlekaan negeri ini.

    Sebagaimana dikatakan A. SyafiiMaarif, (7993: 144), adanya prinsipdikotomi antara ilmu-ilmu agama danilmtt-ilmu umLrm, sesungguhnyamerupakan indikator kerapuhandasar filosofis pendidikan Islam;

    sistem pentlidikanpondok pesantrcndengan segala variasidan implikasinyadalam pembentukanwawasan intelektualkeislaman umat, dansistem pendidikansekuler dengan segalaclampak clan akibat-nya dalam persepsikeagamaan masya-

    tugasnya untuk memakmurkan bumi.Tujuan di atas sekaligus memper-

    tegas bahwa misi dan tanggungjawabyang diemban pendidikan Islam,mencakup ketiga-tiganya. Karenaketiga-tiganya itu memang tumbuhdan berkembang di Indonesia, danbahkan memang tidak clapat dipisah-kan dari sejarah, dan dari kebijakantentang penclid.ikan nasional. Dalamkonteks tersebut, maka kehadiran

    JPI, Fakultas Tarbiyah UII, l'1196

    rakat kita.Kondisi seperti ini, diperburuk

    dengan bercokolnya kolonialisme ciinegara-negara Islam, termasuk Indo-nesia, yang mengakibatkan keduasistem penclidikan di atas hampir-hampir, sekali lagi hampir-hampir,tidak ada komttnikasi pacia masalampau. Bahkan, sekolah-sekolah Is-lam mengambil jalan sendiri, denganmodel pendidikan sendiri yang lepas

  • dari gubememen, tetapi juga terbukauntuk perubahan dalam tradisi ter-sebut.

    Integrasi Ilmu; Fardlru Ain danEarilhuKifayah

    Guru di lingkungan lembaga pen-didikanlslam, mulai clari jenjang yangterendah (Taman Kanak-Kanak, Bus-tanul Atfal) sampaitingkat PerguruanTinggi atau Ma'hadAly, di samping diwa-jibkan menguasai ma-ta kuliah pokok, jugaperlu menguasai di-siplin ilmu lain. Dansebaiknya yangmeng-ajar ilmu umum tentusedikit banyak meng-uasai dasar-dasar aga-rr.a Islam sebagai far-clhu Ain, atau palingtirlak, setara dengan

    Rekonstuksi

    Guru di lingkunganlembaga pendidiknn

    Islam, mulai dari jenjnngyang terendah (ThntunKanak-Ksnuk, Bustanul

    Atful) sampai tingkutPerguruan Tinggi atutMa'lmd Aly, di santpingdhoajibkan menguasui

    mata kuliult pokok, .jugu

    perlu menguusai disiltlinilmu luin.

    lam adalah sebagai berikut : Per-guruan Tinggi Umum sebagai spe-sialisasi ilmu Kaum rnulai program So,St, Sz, dan S", dan jenjang lanjutanseperti Ma'had Aly,sebagai spesialisasiIlr'-lu Tanzili seperti program santriMu'alint dan ustazd (Kiai).

    Kedua jenjang spesialisasi sepertidi atas, dianggap sebagai Fardlu Kifa-

    yah.*dangkart FardhuAin-nya, merupakanbasis yang wajib di-ketahui oleh setiapcalon intelektual mus-lim dan Ustadz (Kiai).Dalam hal ini, FardluKifayah diartikanboleh dipilih oleh yangbersangkutan ber-dasarkan keperluanumat, misalnya bi-dang Kedokteran, Fisi-ka, Tafsir, Hadits dan

    jenjang Madrasah Aliyah.Jenjang pendidikan terbawah

    (Bustanul Atfal) sampai tingkat Aliyahatau TK sampai Sekolah Menengah,terdapat basis ilmu yang sama, baikbidang agama maupun iimu umum.Seciangkan kompetensi yang diharap-kan dari lulusan pendidikan tinggi Is-

    lain-lain. Untuk dapat mencermatisecara lebih mendalam, berikut inidisajikan gambar perbandingan yangdiusulkan oleh A.M. Saefuddin(7987:101), dengan sedikit penye-suaian untuk lebih mernperjelasketerangan yang telah digariskan ciiatas

    10 ,lPI, F-akultas Tarbiyah UII, l/I/96

  • Rekonstnrksi

    Prof. Dr.PTU

    SMASMPSDTK

    Keterangan;ABC : sebagai basis

    yang sama antara mua-tan Ilmu Agama dan Il-mu lJmum, pada jen-jang SMA atau Aliyahsebagai fardlu ain

    DCG : Spesialisasipencliciikan umum (Il-mu Kauni)

    CEF : Spesialisasipendidikan Ma'hadAly (Ilmu Tanzili)

    Ilmu Kauni = Ayat-ayat yang tersurat

    Tanzili s Ustadz/KiaiMarhad AIy

    AliyahTsanawiyahIbtidaiyahBustanul AtfaI

    ::::--N--44

    ::::::--N-F

    ::::::=::::--H

    Dengan wawasan ilmupengetahuun yflng

    terintegrusi ini, kirunyudapat digunnkun untuk

    membangun sistentpendidikun Islum,khususnyu dalunt

    merumus ksn teor i-tea ripendidikan yang

    bersumber dari konsep-konsep ajaran Islam.

    sistem pendidikan Islam yang "ku-rang membumi", telahberjalan selama ini.Hal tersebut clitemp'rhmengingat, bahwapendidikan merupa-kan jalur strategis yangtliharapkan dapat me-nyentuh selurtrh aspekkehidupan. Denganwawasan ilmu penge-tahuan yang terinteg-rasi ini, kiranya dapatdigunakan untukmembangun sistem

    dalam Al-Qur'an clan As Strnnah.Ilmu Tanzili = Ilmu pengetahuan

    kealamanSistem pendidikan yang meng-

    gunakan integrasi ilmu yang demikianini, sebenarnya sebagai satu upayauntuk menghilangkan adanya dikho-tomi sistem penrliclikan, yaitu antarayang berorientasi pada sistem pen-didikan barat yang sekttler, dengan

    JPI. Fakultas Tarbiyah UII, lili96

    pendiciikan Islam, khususnya dalammerumuskan teori-teori penclidikanyang bersumber dari konsep-konsepajaran Isiam.

    Perumusan sistem penclidikan,baik secara penuh dengan sistem per-guruan tersendiri maupun dalam ben-tttk pernbagian porsi materi pendi-dikan agama dan umum dalam pre-sentase tertentu, sesungguhnya masih

    11

  • tetap mengandung pandangan yangbersifat dikhotomis. Kalau hendakmenjadikan ilmu terpadu, maka harttsdikembalikan kepada konsep Islamtentang ad-d unya wal akhirah.

    Ad-dunya dapat diartikan sebagainilai-nilai rendah yakni materialistik.Sedangkan al-akhirah adalah bagianhidup yang lain, yakni nilai yang ting-gi, mtilia, dan agung. Kedua bagiankehidupan tersebutmerupakan kesatuanyang tidak dapat dipi-sahkan. Oleh karenaitu, setiap aktivitasseorang muslim dalamsegala aspek kehidu-pannya, tidak bisaclilepaskan dari keter-kaitannya antara du-r,ria dengan akhirat.

    Prospek PendidikanIslam

    Rekonstruksi

    Hilangnyu jhva ututrspirit keunggulun sistentpendidikan Islum di ku-

    langan umat Islunt,lebilt tlikarenukun

    dominasi knum intperi-ulis herikut kemundurun

    umat Islant, serlaketidaktahuunnya

    tentung sistentpendidikan Islant.

    Kolonial Belanda. Seolah-olah, sistemyang dikenalkan oleh penjajah waktuitu adalah sebagai balas jasa bagi rak-yat hrdonesia. Padahal, inputdan out-puf pendidikan vang clibentuk kaumkolo-nial, semata-mata digunakanuntuk menguktthkan penjajahan(Steenbrink, 1986: 8).

    Hilangnya jiwa atau spirit keung-gulan sistem pendidikan Islarn di ka-

    langan umat Islam,lebih dikarenakandominasi kaum imperi-alis berikut kemundur-an umat Islam, sertaketidaktahuannya ten-tang sistem penclidikanIslam. Kemudianmere-ka mengadopsi sistemBarat, sedangkan orangBarat senantiasa mena-narnkan nilai, bahwapenyebab kemunduran

    Sistem pendidikan nasional L:rdo-nesia, dengan demikian mernbawahisub-sub sistem penclirJikan, termasuksub-sistem pendidikan Islam. Namun,orientasi penelidikan nasional masihkepada model pendidikan Barat, dancii hrdonesia sangat dipengaruhi olehjiwa dan sernangat etische politick y angpernah dilaksanakan oleh Pemerintah

    12

    nilai itu sendiri adalah agama, danmenganjurkan rmtuk meninggalkanagama dari sistern pencliciikan. Olehkarena itr.r sering clinyatakan, bahwakemajuan yang telah mereka capailebih dilihat karena merekamenjauhkan dominasi gereja cianagama, dari pernerintah, pendidikan,dan pengajaran (Miqclad Yeljen, 1995:63).

    JPI. Fakultas Thrbiyah UII, l/I/96

  • Di antara yang membedakan pen-didikan Islam dengan pendidikanyang lainnya aclalah sasaran yangingin dibina olehnya, dan sasaran-sasaran dimaksud dapat digam-barkan sebagai sebagai beriktrt.Pertama, sasaran individ ual,yaifu yangberkaitan dengan pembinaan inrlivicluMuslim yang utuh dan melingkupiseluruh aspek keprib aclian serta dalamrangka merealisasikanseluruh sisi pertum-buhan yang meliputi,(a) realisasi pertum-buhan akal dan intelek-tual; (b) realisasi per-tumbuhan keilmuan;(c) realisasi pertum-buhan tlaya kreatif danpenalaran; (d) realisasipertumbuhan ideologi

    Rekonstruksi

    Sasarnn dshntPendidikan Islam,

    adakth: (I) susaran-sasoron individual, (2)sas&rgn-sflsarut sttsiul,(3) sasorfln-s&s(fttn

    yang berkuiatandengan perulahfln

    miyah yang kuat, dan dapat mendo-rong yang bersangktrtan untuk berpe-rilaktt sesuai tuntutan aqidahnya; (b)pembentukan akhlak yang terpuji; (c)pembentrtkan semangat ttkhuwahlslamiyah clan soli

  • Ketiga, sasaran-sasaran yangberkaitan dengan peradaban Tujuanyang hendak dicapai melalui bagianini, adalah peradaban umat Islam me-lalui pembangunan semua unsur,yang keseluruhannya adalah; (a) un-sur material, yaitu kemajuan di bidangpertanian, perniagaan, industri, danpembangunan fisik; (b) unsur spiri-tual, yaitu ideologi, akhlak, sains, danadab, dan (c), unsurstruktural dan per-undang-undangan,dan ini berkaitan de-ngan struktur keluar-ga, masyarakat, danneSara.

    Dengan gambaranyang demikian, makatampak bahwa pen-didikan Islam inginmewarnai seganap as-pek kehidupan manu-

    Rekonslruksi

    Dalam konteks ter-sebut, mska lembagapendidiknn Islam su-dah semestinya dike-lola secaru profesio-

    nal, mengikutiperkembangan

    zaman dsn berorien-tnsi ke ntasu depon

    kenyataan pendidikan sekolah danpenclidikan tinggi sebagai suatusistem. Tolok ukur masyarakat terha-dap sekolah dan perguruan tinggi,kini telah bergeser kepada "taraf" dan"mutu" dalam jajaran yang sama;sama-sama negeri atau swasta/ sama-sama SMA atatt sama-sama unversitasdan institut. Kebijakan yang ditempuholeh A. Mt&ti Ali sewaktu menjabat

    Menteri Agama (1972-7978),lewat SKB TigaMenteri tentang pe-ningkatan mutu pen-cliclikan Madrasah,adalah dalam rangkamenempatkan posisipeserta didik atau lu-lusannya pada tarafdan mutu, serta paelakonteks kemasyara-katan yang lebih luas.

    sia. Untuk itu, hal ini harus diwu-judkan melalui medianya sejak jen-jang pendielikan tingkat dasar, kemu-dian menengah dan pendidikantinggi, dan tidak dilakukan denganmetodologi pengajaran yang selaluteoritis dan meteri yang berjejal dalamproses pemahaman yang parsial.

    Sebetulnya, keadaan masyarakatyang belapis-lapis memantul dalam

    1.4

    Dalam konteks ter-sebut, maka lembaga penclidikan Is-lam sudah semestinya dikelola secaraprofesional, mengikuti perkemba-ngan zaman dan berorientasi ke masadepan. Tanpa orientasi yang jelas,akan rnengakibatkan kegagalandalam hidup secara berantai darigenerasi ke generasi. Dalam hal ini, A.Malik Fadjar dalam Sulastomo,Kotztekstualisasi Ajaran Islant (1995:

    JPI, Fakultas Tarbiyah UII, liI/96

  • 511), memberikan penilaian objektifterhadap animo calon peserta dididikdi lembaga pendidikan Islam:

    "Kurang tertariknya masyaraka tuntuk ntettilih lembagalentbaga pen-didikan Islatrl, sbenamya bukan karenatelah terja cli pergeseran nilai a ta u i ka tankeagamaarutya yang mulai ntemudar,melainkan karena rebagian bear k wangmenjanjikan dan kurang responsifterhadap tuntutan danpermin ta an sa a t ini m a u -pmmatdaang.Padahatpaling ticlak, ada tiga halyang menjadi pertint-bangan masyarakat da-Iant mentililt lembagapendi'Ji kan, ya i tu : nilai(agama)statusnsialdancita-cita. Masyarakatyang tetpelajar akan ma-kin beragant pertint-

    dalantmemi-

    Rekonstn&si

    Pnra penganxpu yilngdiinginkan udalultmereku yung duputnrcrungsang potensi

    intelektual ntahas is'tvuugur memiliki

    konitmen terhndupmasaloh-ntusalult

    aktual yung mendesakuntuk dijmvuh dun

    diselesuikun.

    masalah keterkaitannya rJengankepentingan ekonomi dan ketenaga-kerjaan, karena masalah mutu clipan-dangnya sebagai pertimbangan ob-yektif clan lebih rasional.

    PenutupUntuk dapat mementilri tunttttan

    masyarakat dan mengejar keterting-galan kita di bidang pendidikan, kira-

    nya dua hal berikutperlu mendapatkanperhatian clalam pe-ngembangan pen-ttidikan lslam, khusus-nya pergurltan tinggi-nya. Hal c{imakstrdadalah :

    Pertanta, mengem-bangkan upaya untukselalu menambah,memperluas wawasankeilmuan terutama se-

    Iih pendidikan bagi anak-anaknya. "Kebenaran ungkapan A. Malik Fa-

    djar itu, rJapat dibuktikan dari banyak-nya orang tua yang yang terpelajaringin memasukkan anaknya kelembaga-lembaga seperti pergllruanAl-Azhar di jakarta, SD Muham-madiyah Sapen Yogyakarta, dansalah satu Madrasah Ibtidaiyah Negeridi Malang. Mereka menomorduakan

    JPI, Fahrltas Tarbiyah (lil, l,li96

    perti di IAIN dan lembaga sejenis dilingkungan badan swasta, serta kuali-tas para pengampunya yang sangatmewarnai mutu akademik. Para pe-ngampu yang diinginkan adalah me-reka yang dapat merangsang potensiintelektual mahasiswa agar memilikikomitmen terhadap masalah-masalahaktual yang mendesak untuk dijawabdan diselesaikan.

    15

  • Kedua, terciptanya suasana kam-pus yang kondusif bagi peningkatanmutu akademis dan suasana yangIslami; seperti tersedianya perpus-takaan yang representatif, yang dapatmenimbulkan budaya akadernis di

    'kalangan dosen clan mahasiswa, tan-pa meninggalkan kesan agamis dalamkehir.itrpan kampus maupun di luarkampus, sehingga mampu memberiwarna dalam kehidup-an masyarakat sekitar-nya.

    Ketatalaksanaan diperpustakaan, harussudah memulai penye-suaian dengan pola in-formasi dalam era glo-balisasi, yaitu tidakperlu lagi terlalu ba-

    Rekonstruksi

    Keseluruhun ini, ukunmerupttkun nwal

    pembuka julun dalontmengantarkan lemhugu

    pendidikan Islantmenuju udnptisasi

    dengan tuntulun dunperkentbangarx zflntiln.

    penyetaraan dan persesuaian ini pulayang dapat mengantarkan pendidikanIslam pada taraf

    'licintai secara jelasdan diminati khalayak, terutama umatIslam Indonesia, yang merupakan pu-sat kongentrasi komunitas Islam ter-besar di dunia yang terhimpun dalamsuatu negara.

    Drs.H. Muzlrc.ffar Aklnuan, MA, sdalaltDosen Fnkultas Tarbiyah LIII Yogyakarta

    DAFTARPUSTAKAAbdurrahman, Moes-

    lim, I 995, I slant Tran s lbrm a til)Pustaka Firdaus, Jakarta.

    al-Attas, Syed Muham-mad Naquib, 1987, KonsepPendidikan dalanr Islam,Mizan, Bandung.

    Bilgrami, Hamid Flasancian Syed Ali Asyraf, 1989,K on sep Uni versi ta s I sl ant,T i-ara Wacana, Yogyakarta.

    Jalairtddin dan UsmanSaid, 1994, Filsafat Pendi-dikan lslant, Konsep dan

    Pentiki rarutya. Raja Crafindonyak mnyimpan buku, tetapi harusmemiliki file y anglengkap tentang se-gala macarnbuku dan informasi yangmenyangkut ilmu pengetahuan danteknologi. Pengelolaan perpustakaanharus computerizeddan harus bisa onIine dengan pusat-pusat informasi diseluruh dunia.

    Keseluruhan ini, akan merupakanawal pembuka jalan dalam meng-antarkan lembaga pendidikan Islammenuju adaptasi dengan tuntutan danperkembangan zaman. Langkah

    76

    PengembanganPersada, Jakarta

    Maarif, A. Syafii., 1993, Peta Bunti Intelek-tualisnte Islant di Indonesia,Mizarl Bandung.

    Miclclae{ Yeljen, )995, Globalitas PersoalanManusia Modern, Solusi Tarbiyah lslamiyah,terjemalran Rofi' Muralvwar, Lc., Risalah Custi,Surabaya.

    Saefrrddil, A.M., et. al., 19E7, DeskuralisasiPem ikiran Landasan I slan isasi, Mizan, Bandung.

    Steenbrink, Karel A., 1986, Pesantren,Madnsah, dan Sekolah, Pendidikan lslam dalantKurwt Modem, LP3ES, Jakarta.

    Sulastomo, l99S,Kontekstualisasi Ajaran ls-lan, 70 Tahur Prof. Dr. H- Munawir Siadzali, MA,IPHI dan Yayasan Wakaf Paramadina, Jakarta.

    Quraish Shihab, M,']992, Membumikan AJ'Qw'an, Fulgsi dan Peran Wahyu dalam Kdtid upanMa sya ra ka t, Mizan, Band ung.

    JPI, Falaitas Tarbiyah UII, l/I/96