28
KARAKTERISTIK MORFOLOGI, ANATOMI, DAN KANDUNGAN KLOROFIL LIMA KULTIVAR TANAMAN PENYERAP POLUSI UDARA Sansevieria trifasciata RATNASARI DEPARTEMEN BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2015

KARAKTERISTIK MORFOLOGI, ANATOMI, DAN KANDUNGAN … · adalah kerapatan stomata, indeks stomata, dan ukuran (panjang dan lebar) stomata. Semua parameter pengamatan dilakukan menggunakan

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: KARAKTERISTIK MORFOLOGI, ANATOMI, DAN KANDUNGAN … · adalah kerapatan stomata, indeks stomata, dan ukuran (panjang dan lebar) stomata. Semua parameter pengamatan dilakukan menggunakan

KARAKTERISTIK MORFOLOGI, ANATOMI, DAN

KANDUNGAN KLOROFIL LIMA KULTIVAR TANAMAN

PENYERAP POLUSI UDARA Sansevieria trifasciata

RATNASARI

DEPARTEMEN BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2015

Page 2: KARAKTERISTIK MORFOLOGI, ANATOMI, DAN KANDUNGAN … · adalah kerapatan stomata, indeks stomata, dan ukuran (panjang dan lebar) stomata. Semua parameter pengamatan dilakukan menggunakan
Page 3: KARAKTERISTIK MORFOLOGI, ANATOMI, DAN KANDUNGAN … · adalah kerapatan stomata, indeks stomata, dan ukuran (panjang dan lebar) stomata. Semua parameter pengamatan dilakukan menggunakan

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul “Karakteristik

Morfologi, Anatomi, dan Kandungan Klorofil Lima Kultivar Tanaman Penyerap

Polusi Udara Sansevieria trifasciata” adalah benar karya saya dengan arahan dari

komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan

tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang

diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks

dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut

Pertanian Bogor.

Bogor, Februari 2015

Ratnasari

NIM G34100031

Page 4: KARAKTERISTIK MORFOLOGI, ANATOMI, DAN KANDUNGAN … · adalah kerapatan stomata, indeks stomata, dan ukuran (panjang dan lebar) stomata. Semua parameter pengamatan dilakukan menggunakan

ABSTRAK

RATNASARI. Karakteristik Morfologi, Anatomi, dan Kandungan Klorofil Lima

Kultivar Tanaman Penyerap Polusi Udara Sansevieria trifasciata. Dibimbing oleh

RITA MEGIA dan HADISUNARSO.

Sansevieria trifasciata merupakan tanaman hias berbentuk unik yang

mampu memberikan udara bersih bagi ruangan yang ditempatinya karena dapat

menyerap zat berbahaya di udara. Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan

karakter morfologi, anatomi, dan kandungan klorofil lima kultivar tanaman

penyerap polusi udara Sansevieria trifasciata. Karakter morfologi semua S.

trifasciata yang diamati bervariasi dalam pola, warna, dan ukuran daun. Stomata

semua kultivar dapat dijumpai pada kedua permukaan daun, bagian abaksial

(permukaan bawah) memiliki kerapatan stomata lebih tinggi. Sebaran stomata

tunggal terdapat pada semua kultivar, sedang stomata berkelompok juga dijumpai

pada cv. Moonsine. Diantara semua kultivar, kerapatan stomata dan indeks

stomata tertinggi dijumpai pada cv. Moonsine. Sedang kandungan klorofil

tertinggi, panjang dan lebar daun yang terbesar, serta tebal daun yang tertipis

terdapat pada cv. African Dawn. Diduga, S. trifasciata cv. African Dawn dan S.

trifasciata cv. Moonsine berpotensi menyerap polusi udara yang lebih baik

dibandingkan kultivar lainnya.

Kata kunci: Sansevieria trifasciata, morfologi, anatomi, kandungan klorofil,

polusi udara

ABSTRACT

RATNASARI. Characteristics of Morphology, Anatomy, and Chlorophyll

Content of Five Air Pollution Absorbent Plant Cultivars Sansevieria trifasciata.

Under the guidance of RITA MEGIA and HADISUNARSO.

Sansevieria trifasciata is a uniquely houseplant that can provide clean air

to occupied room because it can absorb harmful substances from the air. This

research aim to compare chlorophyll content, morphological-, and anatomical-

characters of five cultivars of this plant. Morphological characters of all S.

trifasciata observed varied in pattern, colour, and size of the leaf. Stomata of all

cultivars can be found on both leaf surfaces, abaksial (lower surface) have higher

stomatal density. Distribution of single stomata was presented in all cultivars,

while clustered stomata were also found in cv. Moonsine. Among all cultivars,

stomatal density and stomatal index were found the highest in cv. Moonsine. The

highest chlorophyll content, the largest size of leaf and the thinnest leaf were

found in the cv. African Dawn. Potentially, S. trifasciata cv. African Dawn and S.

trifasciata cv. Moonsine could absorb air pollution better than other cultivars.

Keywords: Sansevieria trifasciata, morphology, anatomy, chlorophyll content,

air pollution.

Page 5: KARAKTERISTIK MORFOLOGI, ANATOMI, DAN KANDUNGAN … · adalah kerapatan stomata, indeks stomata, dan ukuran (panjang dan lebar) stomata. Semua parameter pengamatan dilakukan menggunakan

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Sains pada

Departemen Biologi

KARAKTERISTIK MORFOLOGI, ANATOMI, DAN

KANDUNGAN KLOROFIL LIMA KULTIVAR TANAMAN

PENYERAP POLUSI UDARA Sansevieria trifasciata

RATNASARI

DEPARTEMEN BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2015

Page 6: KARAKTERISTIK MORFOLOGI, ANATOMI, DAN KANDUNGAN … · adalah kerapatan stomata, indeks stomata, dan ukuran (panjang dan lebar) stomata. Semua parameter pengamatan dilakukan menggunakan
Page 7: KARAKTERISTIK MORFOLOGI, ANATOMI, DAN KANDUNGAN … · adalah kerapatan stomata, indeks stomata, dan ukuran (panjang dan lebar) stomata. Semua parameter pengamatan dilakukan menggunakan
Page 8: KARAKTERISTIK MORFOLOGI, ANATOMI, DAN KANDUNGAN … · adalah kerapatan stomata, indeks stomata, dan ukuran (panjang dan lebar) stomata. Semua parameter pengamatan dilakukan menggunakan

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas

segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang

dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Oktober 2013 hingga Mei

2014 adalah Karakteristik Morfologi, Anatomi, dan Kandungan Klorofil Lima

Kultivar Tanaman Penyerap Polusi Sansevieria trifasciata.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Dr Rita Megia, DEA dan Ir

Hadisunarso, MSi selaku pembimbing serta kepada Dr Ir Rika Raffiudin, MSi

selaku penguji atas bimbingan dan pengarahan yang telah diberikan. Terima kasih

juga penulis ucapkan kepada keluarga tercinta, Bapak, Ibu, dan adik tersayang

untuk doa dan dukungannya. Terima kasih juga kepada ka Irani, Lilis, Lerfiana,

Melly, Meidila, Ledy, pak Naryo, pak Asep, bu Retno serta teman-teman di

Laboratorium Mikroteknik atas bantuan dan dukungan yang selalu ada. Tidak lupa

ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada teman-teman Biologi Angkatan

47.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Februari 2015

Ratnasari

Page 9: KARAKTERISTIK MORFOLOGI, ANATOMI, DAN KANDUNGAN … · adalah kerapatan stomata, indeks stomata, dan ukuran (panjang dan lebar) stomata. Semua parameter pengamatan dilakukan menggunakan

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vi

DAFTAR GAMBAR vi

DAFTAR LAMPIRAN vi

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Tujuan Penelitian 2

METODE 2

Waktu dan Tempat 2

Alat dan Bahan 2

Metode 2

HASIL DAN PEMBAHASAN 4

Karakter Morfologi 4

Karakter Anatomi 6

Analisis Klorofil 14

SIMPULAN DAN SARAN 15

Simpulan 15

Saran 15

DAFTAR PUSTAKA 15

LAMPIRAN 17

RIWAYAT HIDUP 18

Page 10: KARAKTERISTIK MORFOLOGI, ANATOMI, DAN KANDUNGAN … · adalah kerapatan stomata, indeks stomata, dan ukuran (panjang dan lebar) stomata. Semua parameter pengamatan dilakukan menggunakan

DAFTAR TABEL

1 Ukuran panjang dan lebar daun S. trifasciata 6

2 Kerapatan stomata dan Indeks stomata sayatan paradermal lima

kultivar S. trifasciata 10

3 Ukuran stomata sayatan paradermal lima kultivar S. trifasciata 11 4 Ketebalan lapisan penyusun daun berdasarkan sayatan transversal lima

kultivar S. trifasciata 13

DAFTAR GAMBAR 1 Posisi pengambilan daun untuk sayatan paradermal 3

2 Morfologi lima kultivar Sansevieria trifasciata 5 3 Stomata berbentuk ginjal pada S. trifasciata 7

4 Sebaran stomata 7 5 Struktur epidermis abaksial daun lima kultivar S. trifasciata 8

6 Struktur epidermis adaksial daun lima kultivar S. trifasciata 9 7 Sayatan transversal daun lima kultivar S. trifasciata 12

8 Kandungan klorofil lima kultivar S. trifasciata 14

DAFTAR LAMPIRAN

1 ANOVA dan hasil uji Duncan pada klorofil a, klorofil b, dan klorofil

total 17

Page 11: KARAKTERISTIK MORFOLOGI, ANATOMI, DAN KANDUNGAN … · adalah kerapatan stomata, indeks stomata, dan ukuran (panjang dan lebar) stomata. Semua parameter pengamatan dilakukan menggunakan

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Industri di Indonesia saat ini berkembang dengan pesat diantaranya berupa

meningkatnya produksi kendaraan bermotor. Bertambahnya jumlah kendaraan

memberikan dampak negatif berupa meningkatnya kadar polutan di udara akibat

emisi (pelepasan) dari asap kendaraan bermotor. Udara dalam ruangan yang

terhindar dari polusi sangat penting bagi penghuni bangunan di perkotaan

(Yulianti et al. 2012). Upaya dalam mengurangi pencemaran udara antara lain

dengan penanaman tanaman di sepanjang jalan raya dan penggunaan tanaman

indoor dalam ruangan.

Sansevieria trifasciata (lidah mertua) merupakan tanaman hias yang sering

dijumpai di pinggir jalan, di taman, dan di perkarangan atau ditanam dalam pot

sebagai penghias ruangan. Tanaman ini diklasifikasikan dalam Famili

Asparagaceae (Backer dan Bakhuizen 1963). Sebagian besar Sansevieria sp.

berasal dari benua Afrika, dan sebagian yang lainnya berasal dari Asia. Jumlah

kultivar tanaman ini di dunia lebih dari 600, sedang di Indonesia diketahui ada

sekitar 100 kultivar (Stover 1983). Kultivar-kultivar ini memiliki daun yang

bervariasi dalam bentuk, ukuran, warna, dan teksturnya. Daun S. trifasciata ada

yang berbentuk pedang, lanset, bulat panjang, dan bulat pendek. Warna daun

beragam, mulai dari hijau tua, hijau muda, hijau abu-abu, perak, dan warna

kombinasi putih kuning hingga hijau kuning. Motif alur atau garis-garis yang

terdapat pada helai daun juga bervariasi, diantaranya mengikuti arah serat daun

tidak beraturan dan ada juga yang zig-zag.

Selain bentuknya unik, lidah mertua mampu memberikan udara bersih bagi

ruangan yang ditempatinya karena tanaman ini dapat menyerap zat berbahaya di

udara. Penelitian Lembaga Badan Antariksa Nasional Amerika Serikat (NASA)

menunjukkan bahwa lidah mertua mampu menyerap lebih dari 107 unsur polutan

yang ada dan berbahaya di udara. Sansevieria sp. mampu menyerap zat polutan

karena memiliki bahan aktif pregnane glikosid yang berfungsi untuk mereduksi

polutan menjadi asam organik, gula, dan asam amino sehingga unsur polutan

tersebut menjadi tidak berbahaya lagi bagi manusia. Selain itu, Purwanto (2006)

dalam bukunya mengemukakan riset yang dilakukan oleh Wolverton

Environmental Service juga menunjukkan bahwa satu helai lidah mertua dalam

satu jam mampu menyerap 0.938 mg formaldehid.

Kemampuan tanaman dalam menyerap dan mengakumulasi polutan

dipengaruhi oleh karakteristik morfologi daun, seperti: ukuran, bentuk, dan tekstur

daun (Starkman 1969). Selain itu proses penyerapan polusi udara terjadi di daun

yang terdapat banyak stomata (Gardner et al. 1991). Tanaman yang mempunyai

stomata banyak dan tumbuh cepat merupakan tanaman yang baik digunakan

dalam penyerapan polutan (Fakuara 1996). Mekanisme masuknya polutan ke

dalam daun terjadi pada siang hari saat daun melepas uap air dan mengambil CO2

serta gas lainnya termasuk polutan yang ada di daun melalui stomata. Banyaknya

jumlah stomata dalam satu satuan luas daun menyebabkan masuknya gas

pencemaran lebih banyak terserap oleh tanaman (Smith 1981).

Page 12: KARAKTERISTIK MORFOLOGI, ANATOMI, DAN KANDUNGAN … · adalah kerapatan stomata, indeks stomata, dan ukuran (panjang dan lebar) stomata. Semua parameter pengamatan dilakukan menggunakan

2

Kemampuan tanaman dalam menyerap polusi udara bersamaan saat

penyerapan CO2 yang akan digunakan dalam proses fotosintesis. Kadar klorofil

pada daun tanaman dapat digunakan sebagai indikator penyerap polusi udara

(Karliansyah 1999). Melihat kemampuan S. trifasciata dalam penyerapan polusi

udara, sehingga perlu dilakukan penelitian terhadap karakter morfologi, anatomi,

dan kandungan klorofil tanaman ini.

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan karakter morfologi, anatomi,

dan kandungan klorofil lima kultivar tanaman penyerap polusi udara Sansevieria

trifasciata.

METODE

Waktu dan Tempat

Penelitian dilaksanakan mulai bulan Oktober 2013 sampai bulan Mei 2014

di Rumah Kaca, Laboratorium Mikroteknik, dan Laboratorium Fisiologi

Tumbuhan, Bagian Fisiologi dan Genetika Tumbuhan, Departemen Biologi,

Fakultas MIPA, Institut Pertanian Bogor dan Laboratorium Zoologi, LIPI

Cibinong.

Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain silet, mortar,

mikrotom, holder, kaca objek, kaca penutup, mikroskop cahaya, dan kamera

digital. Bahan tanaman yang digunakan yaitu kultivar S. trifasciata cv. Metalica,

S. trifasciata cv. Moonsine, S. trifasciata cv. African Dawn, dan S. trifasciata cv.

Bantel’s Sensation, serta satu kultivar yang belum diketahui namanya sehingga

diberi kode S. trifasciata cv.1. Bahan kimia yang digunakan adalah alkohol 70%,

HNO3, kloroks, pewarna safranin, gliserin 30%, dan etanol 80%.

Metode

Penelitian terdiri atas dua tahapan. Tahap pertama yaitu menanam lima

kultivar S. trifasciata pada bulan Oktober 2013 di rumah kaca milik Departemen

Biologi FMIPA IPB dengan menggunakan polybag yang berisi tanah, pupuk, dan

sekam (2:1:1) sebanyak 3 kali pengulangan untuk setiap kultivar S. trifasciata.

Tahap kedua berupa pengamatan di laboratorium yang terdiri atas analisis

morfologi, anatomi, dan kandungan klorofil.

Page 13: KARAKTERISTIK MORFOLOGI, ANATOMI, DAN KANDUNGAN … · adalah kerapatan stomata, indeks stomata, dan ukuran (panjang dan lebar) stomata. Semua parameter pengamatan dilakukan menggunakan

3

Pengamatan Morfologi. Pengamatan morfologi daun meliputi warna,

bentuk, dan ukuran pada lima kultivar dilakukan dengan 3 kali ulangan. Setiap

daun diukur panjang dan lebar daun. Pengukuran panjang dan lebar daun

menggunakan penggaris.

Pembuatan Preparat Sayatan Paradermal. Pembuatan preparat sayatan

paradermal menggunakan metode whole mount (Sass 1951). Daun S. trifasciata

diambil dari tiga bagian, yaitu pangkal, tengah, dan ujung (Gambar 1), selanjutnya

difiksasi dalam alkohol 70%. Setelah difiksasi, ketiga bagian daun tersebut dicuci

dengan akuades dan direndam dalam asam nitrat 70% selama 20 menit. Potongan

daun tersebut dibilas akuades, dilanjutkan dengan pengerikan bagian bawah

(abaksial) atau bagian atas (adaksial) daun menggunakan silet. Hasil sayatan

berupa lapisan tipis jaringan epidermis dicuci dengan kloroks, lalu dibilas dengan

akuades hingga bersih. Jaringan epidermis tersebut direndam dalam pewarna

safranin 1%, selanjutnya diletakkan di kaca preparat dengan ditambahkan sedikit

gliserin lalu ditutup dengan cover glass.

Gambar 1 Posisi pengambilan daun untuk sayatan paradermal : (U) ujung,

(T) tengah, dan (P) pangkal

Pengamatan Preparat Sayatan Paradermal. Parameter yang diteliti

adalah kerapatan stomata, indeks stomata, dan ukuran (panjang dan lebar)

stomata. Semua parameter pengamatan dilakukan menggunakan mikroskop

Olympus. Pengamatan kerapatan stomata dilakukan pada perbesaran 10 x 10,

sedangkan indeks stomata dan ukuran stomata dilakukan pada perbesaran 10 x 40.

Pengamatan dilakukan dengan 5 kali bidang pandang dengan 3 kali ulangan.

Penentuan kerapatan stomata dan nilai indeks stomata menggunakan rumus

Wilmer (1983):

x 100

Keterangan:

KS : Kerapatan stomata

IS : Indeks stomata

Pembuatan Preparat Sayatan Transversal. Pembuatan preparat sayatan

transversal mengunakan metode mikrotom beku. Daun S. trifasciata berukuran

0.5 x 1 cm diambil pada bagian ujung (Gambar 1) lalu difiksasi dengan alkohol

70%. Setelah difiksasi potongan daun dibilas dengan akuades lalu dibekukan

KS =

Jumlah stomata

Luas bidang pandang (mm2)

IS =

Jumlah stomata

Jumlah stomata + Jumlah sel epidermis

Page 14: KARAKTERISTIK MORFOLOGI, ANATOMI, DAN KANDUNGAN … · adalah kerapatan stomata, indeks stomata, dan ukuran (panjang dan lebar) stomata. Semua parameter pengamatan dilakukan menggunakan

4

dengan melekatkannya pada holder mikrotom yang bergerak turun naik sehingga

diperoleh sayatan dengan ukuran 15-20 µm. Hasil sayatan dimasukkan ke dalam

akuades, selanjutnya direndam dalam pewarna safranin 1%. Kemudian sayatan

diletakkan di kaca preparat dengan ditambahkan sedikit gliserin, lalu ditutup

dengan cover glass.

Pengamatan Preparat Sayatan Transversal. Parameter yang diamati

adalah tebal lapisan kutikula abaksial dan adaksial, tebal epidermis abaksial dan

adaksial, tebal mesofil, dan tebal daun menggunakan mikroskop Olympus dengan

perbesaran 10 x 40.

Analisis Kandungan Klorofil S. trifasciata. Analisis kandungan klorofil

S. trifasciata menggunakan metode Arnon (1949). Sebanyak 1 gram potongan

daun bagian ujung ditumbuk dalam mortar sampai halus. Hancuran daun ditambah

aseton 80%, kemudian disaring dengan kertas saring ke dalam labu ukur dan

ditambahkan aseton 80% hingga 50 ml. Sebanyak 5 ml ekstrak klorofil diambil

dengan mikropipet dan dimasukkan kedalam labu ukur lalu ditambahkan aseton

80% hingga 25 ml. Ekstrak klorofil diukur dengan spektrofotometer pada panjang

gelombang 663 nm dan 645 nm sebanyak 3 kali pengulangan. Perhitungan

kandungan klorofil menggunakan rumus sebagai berikut:

Klorofil a = 12.7 x D663 – 2.69 x D645

Klorofil b = 22.9 x D645 – 4.68 x D663

Klorofil total = Klorofil a + Klorofil b

Analisis Data. Analisis data menggunakan uji Duncan dengan

menggunakan software Statistic Product and Service Solution (SPSS) 17.0 untuk

menguji kandungan klorofil pada kelima kultivar S. trifasciata pada selang

kepercayaan 99%.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Karakter Morfologi

Daun S. trifasciata berkedudukan seperti roset yang mengelilingi batang

semu. Batang semu membentuk rimpang, bulat, berwarna kuning oranye. Disebut

batang semu karena sesungguhnya S. trifasciata tidak mempunyai batang (Stover

1983).

Berdasarkan pengamatan kelima kultivar S. trifasciata yang diamati

memiliki bentuk daun seperti pedang dan lanset (Tabel 1), sedangkan warna daun

berbeda-beda antar kultivar (Gambar 2).

Page 15: KARAKTERISTIK MORFOLOGI, ANATOMI, DAN KANDUNGAN … · adalah kerapatan stomata, indeks stomata, dan ukuran (panjang dan lebar) stomata. Semua parameter pengamatan dilakukan menggunakan

5

Gambar 2 Morfologi lima kultivar Sansevieria trifasciata : (a). S. trifasciata cv.

Metalica, (b). S. trifasciata cv. Moonsine, (c). S. trifasciata cv.

African Dawn, (d) S. trifasciata cv. 1, dan (e). S. trifasciata cv.

Bantel’s Sensation. Garis skala: 30 cm

a b

c d

e

Page 16: KARAKTERISTIK MORFOLOGI, ANATOMI, DAN KANDUNGAN … · adalah kerapatan stomata, indeks stomata, dan ukuran (panjang dan lebar) stomata. Semua parameter pengamatan dilakukan menggunakan

6

S. trifasciata cv. Metalica (Gambar 2a) memiliki daun yang tebal dengan

bentuk pedang, ujung daun meruncing, berwarna silver dengan garis-garis vertikal

berwarna hijau, dengan 5-8 helai daun. S. trifasciata cv. Moonsine (Gambar 2b)

memiliki daun yang tebal dengan bentuk lanset, ujung daun meruncing, berwarna

silver hingga hijau tanpa corak dengan bagian tepi daun berwarna hijau gelap,

dengan 4-7 helai daun. S. trifasciata cv. African Dawn (Gambar 2c) memiliki

daun yang tebal dengan bentuk lanset, ujung daun meruncing, permukaan daun

licin, berwarna hijau dengan corak berbintik-bintik putih hingga hijau dengan

garis-garis hijau gelap dan bagian tepi daun berwarna pink blush, dengan 4-6 helai

daun. S. trifasciata cv. 1 (Gambar 2d) memiliki daun yang tebal dengan bentuk

lanset, ujung daun meruncing, berwarna hijau dengan garis-garis horizontal

berwarna hijau gelap, dengan 4-6 helai daun. S. trifasciata cv. Bantel’s Sensation

(Gambar 2e) memiliki daun yang tebal dengan bentuk pedang, ujung daun

meruncing, berwarna hijau gelap dengan garis-garis vertikal berwarna putih

dengan 3-5 helai daun.

Ukuran daun (Tabel 1) yang terpanjang terdapat pada S. trifasciata cv.

African Dawn (64.2 ± 0.9 cm), sedangkan yang memiliki daun terpendek yaitu S.

trifasciata cv. Moonsine (33.6 ± 0.2 cm) . Ukuran lebar daun yang terbesar

terdapat pada S. trifasciata cv. African Dawn (8.7 ± 0.4 cm), sedangkan ukuran

lebar terkecil terdapat pada S. trifasciata cv. Bantel’s Sensation (1.6 ± 0.7 cm). S.

trifasciata cv. African Dawn memiliki ukuran panjang dan lebar terbesar

dibandingkan kultivar lainnya. Penelitian Gunarno (2014) pada tanaman Rhoeo

discolor menunjukkan bahwa semakin besar ukuran daun maka semakin baik

dalam penyerapan polusi udara.

Tabel 1 Ukuran panjang dan lebar daun S. trifasciata

No Kultivar Ukuran daun (cm)

Bentuk daun d Pa Lb P/Lc

1 S. trifasciata cv. Metalica 52.3 ± 0.2 4.1 ± 0.5 2.7 Pedang

2 S. trifasciata cv. Moonsine 33.6 ± 0.2 8.6 ± 0.5 3.9 Lanset

3 S. trifasciata cv. African Dawn 64.2 ± 0.9 12.8 ± 0.3 5.0 Lanset

4 S. trifasciata cv. 1 41.2 ± 0.7 8.2 ± 0.5 5.0 Lanset 5 S. trifasciata cv. Bantel’s Sensation 63.3 ± 1.0 1.6 ± 0.7 39.5 Pedang

Keterangan : nilai merupakan hasil rerata pengukuran; a: panjang daun, b: lebar daun,

c: perbandingan panjang dan lebar daun, d: sumber Simpson MG (2006).

Karakter Anatomi

Sayatan Paradermal

Stomata berfungsi sebagai tempat pertukaran gas pada tanaman. Stomata

merupakan modifikasi epidermis berupa pori yang diapit oleh sel penjaga yang

dikelilingi oleh beberapa sel tetangga.

Berdasarkan pengamatan sayatan paradermal, stomata kelima kultivar S.

trifasciata dapat dijumpai pada sisi permukaan bawah (abaksial) maupun

permukaan atas (adaksial) daun. Keadaan stomata yang demikian disebut bersifat

amfistomatik (Fahn 1990). Kelima kultivar S. trifasciata memiliki tipe stomata

tetrasitik yang dicirikan dengan empat sel tetangga yang tegak lurus dan sejajar

mengelilingi stomata (Stern et al. 1994). Stomata kelima kultivar S. trifasciata

Page 17: KARAKTERISTIK MORFOLOGI, ANATOMI, DAN KANDUNGAN … · adalah kerapatan stomata, indeks stomata, dan ukuran (panjang dan lebar) stomata. Semua parameter pengamatan dilakukan menggunakan

7

yang diamati memiliki bentuk ginjal (Gambar 3). Sebaran stomata tunggal

terdapat pada semua kultivar S. trifasciata yang diamati, namun pada kultivar S.

trifasciata cv. Moonsine, selain stomata tunggal juga dijumpai stomata yang

berkelompok (Gambar 4).

Epidermis kelima kultivar S. trifasciata berbentuk poligonal dengan 4

hingga 6 sisi yang berdinding tipis. Kultivar S. trifasciata cv. Moonsine memiliki

sel epidermis yang lebih rapat karena ukuran lebar sel epidermis bagian abaksial

dan adaksial lebih kecil dibandingkan kultivar lainnya, sedang S. trifasciata cv.

African Dawn memiliki sel epidermis bagian abaksial dan adaksial lebih besar

dibandingkan kultivar lainnya (Gambar 5 dan Gambar 6).

Gambar 3 Stomata berbentuk ginjal pada S. trifasciata. Garis skala: 50 µm

Gambar 4 Sebaran stomata : (a). tunggal dan (b). berkelompok pada S. trifasciata

cv. Moonsine. Garis skala: 100 µm

Page 18: KARAKTERISTIK MORFOLOGI, ANATOMI, DAN KANDUNGAN … · adalah kerapatan stomata, indeks stomata, dan ukuran (panjang dan lebar) stomata. Semua parameter pengamatan dilakukan menggunakan

8

Gambar 5 Struktur epidermis abaksial daun lima kultivar S. trifasciata : (a). S.

trifasciata cv. Metalica, (b). S. trifasciata cv. Moonsine, (c). S.

trifasciata cv. African Dawn, (d) S. trifasciata cv. 1, dan (e). S.

trifasciata cv. Bantel’s Sensation. Garis skala: 50 µm

Page 19: KARAKTERISTIK MORFOLOGI, ANATOMI, DAN KANDUNGAN … · adalah kerapatan stomata, indeks stomata, dan ukuran (panjang dan lebar) stomata. Semua parameter pengamatan dilakukan menggunakan

9

Gambar 6 Struktur epidermis adaksial daun lima kultivar S. trifasciata: (a). S.

trifasciata cv. Metalica, (b). S. trifasciata cv. Moonsine, (c). S.

trifasciata cv. African Dawn, (d) S. trifasciata cv. 1, dan (e). S.

trifasciata cv. Bantel’s Sensation. Garis skala: 50 µm

Parameter yang digunakan dalam pengamatan sayatan paradermal meliputi

kerapatan stomata, indeks stomata, dan ukuran stomata. S. trifasciata merupakan

tanaman darat sehingga kerapatan stomata kelima kultivar S. trifasciata pada

bagian abaksial daun memiliki nilai lebih tinggi dibandingkan bagian adaksial

daun (Tabel 2). Tanaman dikotil dan monokotil yang hidup di daratan memiliki

stomata lebih banyak pada bagian abaksial (Haryanti 2010).

Semakin tinggi jumlah kerapatan stomata, semakin tinggi pula potensi

tanaman Felicium decipiens, Pithecelobium dulce, dan Michellia champaca

menyerap logam berat atau partikel di udara (Fakuara 1996). Diantara kelima

kultivar S. trifasciata, kultivar S. trifasciata cv. Moonsine memiliki kerapatan

stomata yang paling tinggi, hal ini didukung dengan sebaran stomata yang

Page 20: KARAKTERISTIK MORFOLOGI, ANATOMI, DAN KANDUNGAN … · adalah kerapatan stomata, indeks stomata, dan ukuran (panjang dan lebar) stomata. Semua parameter pengamatan dilakukan menggunakan

10

berkelompok. Sedangkan kultivar S. trifasciata cv. Bantel’s Sensation memiliki

kerapatan stomata paling rendah (Tabel 2).

Indeks stomata (Tabel 2) kelima kultivar S. trifasciata yang tinggi juga

dapat dijumpai pada bagian abaksial dibandingkan pada bagian adaksial. Indeks

stomata pada bagian tengah daun umumnya memiliki nilai sedikit lebih tinggi

dibandingkan bagian pangkal dan ujung. Bagian tengah daun memiliki nilai

tertinggi dikarenakan meristem terdapat pada bagian pangkal sehingga sel

epidermis bagian pangkal masih mengalami pembelahan, sedang bagian tengah

sudah memiliki bentuk yang konsisten, dan bagian ujung daun sedikit mengalami

kerusakan.

Tabel 2 Kerapatan stomata dan Indeks stomata sayatan paradermal lima kultivar

S. trifasciata

Hasil rataan indeks stomata menunjukkan jenis S. trifasciata cv. Moonsine

memiliki nilai indeks tertinggi sedangkan S. trifasciata cv. Bantel’s sensation

memiliki nilai indeks terendah. Stomata berfungsi sebagai tempat utama bagi

polutan untuk melakukan penetrasi terhadap tanaman (Dickison 2000). Respon

tanaman terhadap polutan dapat berupa peningkatan jumlah sel epidermis dan

stomata. Peningkatan indeks stomata terjadi pada tumbuhan yang diletakkan

ditempat dengan konsentrasi polutan yang cukup tinggi (Susanti 2004).

Kultivar S. trifasciata cv. Moonsine memiliki jumlah sel epidermis per

satuan luas yang lebih tinggi karena ukuran lebar sel epidermis terlihat lebih kecil

dibandingkan kultivar lainnya (Gambar 5 dan Gambar 6). Indeks stomata

merupakan jumlah stomata dibagi dengan jumlah stomata ditambah jumlah sel

epidermis. Jika jumlah sel epidermis tinggi seharusnya nilai indeks stomata kecil,

tetapi untuk kultivar ini tetap tinggi. Hal ini dikarenakan kultivar ini memiliki

jumlah stomata yang sangat tinggi.

No Kultivar Posisi

Kerapatan stomata

(∑stomata/mm2)

Indeks stomata

Abaksial Adaksial Abaksial Adaksial

1 S. trifasciata cv. Metalica Pangkal 11.2 9.7 1.7 2.1

Tengah 15.0 9.5 2.6 2.0

Ujung 14.4 13.6 2.6 2.3

Rataan 13.5 ± 2.0 10.9 ± 2.3 2.3 ± 0.5 2.1 ± 0.2

2 S. trifasciata cv. Moonsine

Pangkal 44.6 40.6 8.3 5.5

Tengah 50.3 39.5 10.2 10.3

Ujung 49.3 42.7 8.6 8.5

Rataan 48.1 ± 3.0 40.9 ± 1.6 9.0 ± 1.0 8.1 ± 2.4

3 S.trifasciata cv. African

Dawn

Pangkal 13.9 10.1 4.6 3.5

Tengah 14.0 10.2 4.7 3.9

Ujung 15.6 12.9 4.9 3.7

Rataan 14.5 ± 0.9 11.2 ± 1.6 4.7 ± 0.2 3.7 ± 0.2

4 S. trifasciata cv. 1 Pangkal 13.4 12.7 3.6 3.1

Tengah 15.8 12.6 4.0 3.0

Ujung 16.9 14.1 3.9 2.7 Rataan 15.4 ± 1.8 13.1 ± 0.8 3.8 ± 0.2 2.0 ± 0.2

5 S. trifasciata cv. Bantel’s

Sensation

Pangkal 4.1 3.4 1.6 1.2

Tengah 5.5 4.7 2.2 2.1

Ujung 6.0 4.3 2.1 1.6

Rataan 5.9 ± 0.9 4.1 ± 0.7 2.0 ± 0.3 1.5 ± 0.5

Page 21: KARAKTERISTIK MORFOLOGI, ANATOMI, DAN KANDUNGAN … · adalah kerapatan stomata, indeks stomata, dan ukuran (panjang dan lebar) stomata. Semua parameter pengamatan dilakukan menggunakan

11

Kultivar S. trifasciata cv. Moonsine memiliki kerapatan stomata dan nilai

indeks stomata tertinggi. Kerapatan dan indeks stomata dapat digunakan sebagai

bioindikator dan biomonitoring kualitas udara. Semakin tinggi kerapatan dan

indeks stomata, maka semakin baik tanaman dalam penyerapan polusi udara

(Balasooriya et al. 2008). Oleh karena itu, S. trifasciata cv. Moonsine diduga

memiliki kemampuan yang baik dalam penyerapan polusi udara dibandingkan

kultivar lainnya.

Tabel 3 Ukuran stomata sayatan paradermal lima kultivar S. trifasciata

No Kultivar Posisi

Ukuran stomata (µm)

Abaksial Adaksial

Panjang Lebar Panjang Lebar

1 S. trifasciata cv.

Metalica

Pangkal 40.8 25.6 41.9 24.2

Tengah 43.4 29.7 41.5 26.0

Ujung 41.2 29.0 41.5 28.9

Rataan 41.8 ± 1.4 28.1 ± 2.2 41.6 ± 0.2 26.4 ± 2.4

2 S. trifasciata cv.

Moonsine

Pangkal 42.1 33.3 42.2 29.9

Tengah 42.7 33.0 43.1 29.3

Ujung 39.6 29.9 39.8 34.0

Rataan 41.5 ± 1.6 32.1 ± 1.8 41.7 ± 1.7 31.1 ± 2.6

3 S. trifasciata cv.

African Dawn

Pangkal 37.7 33.0 40.6 32.4

Tengah 41.7 35.9 37.3 32.1

Ujung 40.8 32.9 40.1 33.6

Rataan 40.1 ± 2.1 33.9 ± 1.7 39.3 ± 1.7 32.7 ± 0.8

4 S. trifasciata cv. 1 Pangkal 40.3 35.9 42.9 35.5

Tengah 42.5 38.6 40.6 36.5

Ujung 42.7 36.2 43.7 35.4 Rataan 41.8 ± 1.3 36.9 ± 1.5 42.4 ± 1.6 35.8 ± 0.6

5 S. trifasciata cv.

Bantel’s

Sensation

Pangkal 43.1 36.6 42.7 37.8

Tengah 43.9 37.5 42.9 37.0

Ujung 43.8 37.4 42.6 35.5

Rataan 43.6 ± 0.4 37.2 ± 0.5 42.7 ± 0.2 36.8 ± 1.2

Ukuran panjang stomata dibagi menjadi tiga bagian, yaitu kurang panjang

(< 20 µm), panjang (20-25 µm), dan sangat panjang (>25 µm) (Agustini et al.

1999). Berdasarkan hasil penelitian (Tabel 3) yang diamati ukuran panjang

stomata kelima kultivar S. trifasciata termasuk kategori sangat panjang.

Bagian abaksial daun kelima kultivar memiliki ukuran panjang stomata

yang lebih tinggi dibandingkan bagian adaksial daun. Sedang berdasarkan posisi

daun bagian tengah daun kultivar memiliki nilai ukuran panjang stomata tertinggi.

S. trifasciata cv. Bantel’s Sensation merupakan kultivar yang memiliki ukuran

panjang dan lebar stomata tertinggi dibandingkan ukuran kultivar lainnya.

Ukuran panjang stomata yang meningkat merupakan indikasi adaptasi

tanaman terhadap pencemar udara. Tanaman yang tumbuh di lingkungan terpolusi

cenderung akan mempertahankan dirinya dengan meningkatkan ukuran stomata

(Muud dan Kozlowski 1975). Ukuran panjang stomata yang meningkat ini sangat

membantu dalam penyerapan CO2 untuk fotosintesis. Selain itu, ukuran stomata

dapat digunakan sebagai bioindikator dan biomonitoring udara. Semakin besar

ukuran stomata maka akan semakin baik dalam penyerapan polusi udara

(Balasooriya et al. 2008).

Page 22: KARAKTERISTIK MORFOLOGI, ANATOMI, DAN KANDUNGAN … · adalah kerapatan stomata, indeks stomata, dan ukuran (panjang dan lebar) stomata. Semua parameter pengamatan dilakukan menggunakan

12

Sayatan Transversal

Hasil penelitian sayatan transversal menunjukkan bahwa daun S. trifasciata

terdiri dari lapisan kutikula atas, lapisan epidermis atas, jaringan mesofil, lapisan

epidermis bawah, dan lapisan kutikula bawah. S. trifasciata memiliki jaringan

mesofil yang tidak bisa dibedakan atas jaringan palisade atau jaringan bunga

karang, karena mesofil tersusun atas jaringan parenkim dengan struktur yang sama

(Gambar 7).

Gambar 7 Sayatan transversal daun lima kultivar S. trifasciata: (a). S. trifasciata

cv. Metalica, (b). S. trifasciata cv. Moonsine, (c). S. trifasciata cv.

African Dawn, (d) S. trifasciata cv. 1, dan (e). S. trifasciata cv. Bantel’s

Sensation, (Ka) Kutikula adaksial, (Kb) Kutikula abaksial, (Ea)

Epidermis adaksial, (Eb) Epidermis abaksial, (M) Mesofil. Garis skala:

700 μm

Page 23: KARAKTERISTIK MORFOLOGI, ANATOMI, DAN KANDUNGAN … · adalah kerapatan stomata, indeks stomata, dan ukuran (panjang dan lebar) stomata. Semua parameter pengamatan dilakukan menggunakan

13

Kutikula merupakan pertahanan pertama daun terhadap bahan-bahan

pencemar yang masuk melalui daun karena letaknya yang berada paling luar dari

lapisan epidermis. Modifikasi pada tebal kutikula merupakan respon untuk

mengurangi transpirasi dan reaksi tanaman terhadap masuknya bahan pencemar.

Bahan pencemar udara dapat meningkatkan tebal kutikula pada Glycine max

sebagai bentuk pertahanannya (Weryszko dan Hwil 2005). Tabel 4 menunjukkan

lapisan kutikula pada kelima kultivar S. trifasciata pada bagian adaksial lebih

tebal dibandingkan bagian abaksial. Diantara kelima kultivar tersebut, S.

trifasciata cv. Moonsine memiliki lapisan kutikula sisi adaksial dan abaksial yang

paling tebal (20.0 ± 0.5 μm dan 11.3 ± 0.3 μm) dibandingkan dengan kultivar

lainnya.

Tabel 4 Ketebalan lapisan penyusun daun berdasarkan sayatan transversal lima

kultivar S. trifasciata

Ketebalan

(µm)

Kultivar S. trifasciata

cv. Metalica

S. trifasciata

cv. Moonsine

S. trifasciata

cv. African

Dawn

S. trifasciata

cv. 1

S. trifasciata

cv. Bantel’s

sensation

Kutikula Abaksial 7.7 ± 0.3 11.3 ± 0.3 9.2 ± 1.0 11.2 ± 0.5 10.2 ± 0.5

Adaksial 8.8 ± 0.3 20.0 ± 0.5 12.0 ± 0.0 12.0 ± 0.0 12.0 ± 0.3

Epidermis

Abaksial 27.2 ± 0.6 28.5 ± 1.0 19.7 ± 0.6 27.7 ± 0.3 25.7 ± 0.3

Adaksial 31.0 ± 0.0 34.2 ± 0.8 22.2 ± 0.3 31.2 ± 0.3 30.7 ± 4.2 Mesofil 1811.7 ± 8.9 4946.7 ± 5.7 1626.0 ± 7.6 1881.7 ± 2.9 4458.3 ± 5.7

Daun 1945.0 ± 0.0 5553.3 ± 7.6 1788.0 ± 5.0 1980.0 ± 5.0 4530.0 ± 9.8

Epidermis merupakan jaringan tumbuhan yang paling luar, berfungsi untuk

melindungi bagian dalam jaringan tumbuhan. Epidermis pada kelima kultivar S.

trifasciata tersusun atas satu lapis sel. Kelima kultivar S. trifasciata memiliki

epidermis bagian adaksial yang lebih tebal dibandingkan bagian abaksial. Kultivar

S. trifasciata (Tabel 4) menunjukkan S. trifasciata cv. Moonsine memiliki lapisan

epidermis sisi adaksial dan abaksial yang lebih tebal (34.2 ± 0.8 μm dan 28.5 ±

1.0 μm) dibandingkan kultivar lainnya.

Mesofil merupakan tempat terjadinya proses fotosintesis, karena sel-sel

dijaringan ini banyak mengandung klorofil. Tebal mesofil kelima kultivar S.

trifasciata berkorelasi dengan tebalnya daun, semakin tebal daun maka semakin

tebal mesofil (Tabel 4). Diantara kelima kultivar S. trifasciata cv. Moonsine

memiliki lapisan mesofil yang paling tebal (4946.7 ± 5.7 μm) dibandingkan

dengan jenis kultivar lainnya. Penurunan mesofil terjadi pada daerah yang

tercemar dibandingkan daerah yang tidak tercemar. Hal ini terjadi dalam usaha

tanaman untuk mempertahankan diri (Stevovic et al. 2010).

Seperti umumnya tanaman sukulen yang banyak menyimpan air,

Sansevieria memiliki daun yang tebal. Ketebalan daun kelima S. trifasciata yang

diteliti memiliki variasi dari 1788 μm - 5553 μm (Tabel 4). Kultivar S. trifasciata

cv. African Dawn memiliki ketebalan daun terendah dibandingkan kultivar

lainnya. Semakin tebal daun maka penyerapan akan semakin rendah. Hal ini

diduga karena semakin tebal daun maka lapisan jaringan daun juga tebal sehingga

menyebabkan gas pencemar sulit menembus jaringan daun dan masuknya gas

pencemar relatif rendah atau gas yang terserap daun relatif kecil (Patra 2002).

Page 24: KARAKTERISTIK MORFOLOGI, ANATOMI, DAN KANDUNGAN … · adalah kerapatan stomata, indeks stomata, dan ukuran (panjang dan lebar) stomata. Semua parameter pengamatan dilakukan menggunakan

14

Oleh karena itu, daun yang tipis akan menyebabkan gas pencemar mudah terserap.

Sehingga dibandingkan kultivar lainnya S. trifasciata cv. African Dawn dengan

ketebalan daun terendah juga memiliki kemampuan yang baik dalam menyerap

gas pencemar.

Analisis Klorofil

Klorofil merupakan pigmen berwarna hijau yang berfungsi sebagai

penyerap cahaya dalam kegiatan fotosintesis yang dibutuhkan dalam pertumbuhan

dan perkembangan tanaman. Hasil analisis kandungan klorofil a, klorofil b, dan

klorofil total dapat dilihat pada Gambar 8. ANOVA menunjukkan beda nyata

antar kultivar pada selang kepercayaan sebesar 99%. Uji nilai Duncan selanjutnya

dapat dilihat pada Lampiran 1. Dilihat dari Gambar 8 kultivar S. trifasciata cv.

African Dawn memiliki nilai kandungan klorofil tertinggi. Semakin tinggi

kandungan klorofil pada tanaman maka semakin tinggi laju fotosintesisnya.

Semakin dekat tanaman dengan sumber kadar gas buang kendaraan

bermotor, klorofil akan mengalami degradasi yang semakin besar, sehingga

kadarnya menjadi semakin rendah (Solichatun dan Anggarwulan 2007). Beberapa

hasil penelitian menunjukkan bahwa pencemaran udara mengakibatkan

menurunnya pertumbuhan dan tingkat produktivitas tanaman yang diikuti pula

dengan beberapa gejala yang tampak. Kerusakan tanaman karena pencemaran

udara berawal dari tingkat biokimia, selanjutnya tingkat ultrastruktural, kemudian

tingkat sel (dinding sel, mesofil, pecahnya inti sel) dan diakhiri dengan terlihatnya

gejala pada jaringan daun seperti klorosis dan nekrosis (Malhotra dan Khan dalam

Treshow dan Anderson (1989)).

Kadar klorofil pada daun tanaman Pterocarpus indicus dan Swietenia

mahagoni dapat digunakan sebagai indikator penyerap polusi udara. Kadar

klorofil akan menurun dengan meningkatnya kadar partikel pencemaran udara

(Karliansyah 1999). Oleh karena itu, S. trifasciata cv. African Dawn diduga

memiliki kemampuan yang baik dalam mempertahankan diri dalam lingkungan

yang berpolusi.

Gambar 8 Kandungan klorofil lima kultivar S. trifasciata : ( ) klorofil a,

( ) klorofil b, dan ( ) klorofil total

Page 25: KARAKTERISTIK MORFOLOGI, ANATOMI, DAN KANDUNGAN … · adalah kerapatan stomata, indeks stomata, dan ukuran (panjang dan lebar) stomata. Semua parameter pengamatan dilakukan menggunakan

15

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Berdasarkan pengamatan karakter morfologi panjang dan lebar daun S.

trifasciata cv. African Dawn memiliki ukuran terbesar. Karakter anatomi

berdasarkan kerapatan dan indeks stomata tertinggi terdapat pada cv. Moonsine. S.

trifasciata cv. Bantel’s Sensation memiliki ukuran stomata tertinggi. Lapisan

kutikula dan epidermis bagian adaksial lebih tinggi dibandingkan bagian abaksial.

S. trifasciata cv. Moonsine memiliki mesofil dan tebal daun tertinggi. Kultivar

African Dawn memiliki nilai kandungan klorofil a, klorofil b, dan klorofil total

tertinggi yang berbeda nyata pada selang kepercayaan sebesar 99% dibandingkan

kultivar lainnya.

.

Saran

Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut pada kultivar S. trifasciata lainnya

dilihat dari karakter morfologi, anatomi, dan kandungan klorofil daun untuk

mengetahui kemampuannya dalam menyerap polusi udara.

DAFTAR PUSTAKA

Agustini, Nurisjah S, Sulistyaningsih YC. 1999. Identifikasi ciri arsitekturis dan

kerapatan stomata 25 jenis pohon suku Leguminosae untuk elemen lanskap

tepi jalan. Bul Taman dan Lanskap Indonesia 2(1): 2-6.

Arnon DI. 1949. Cooper enzymes in isolated chloroplast, polyphenol oxidase in

Beta vulgaris. Plant Physiol 24(1): 1-15.

Backer CA, Bakhuizen VDB. 1963. Flora of Java Volume III. Groningen (DC) :

NV. P. Nhordhoof Groningen.

Balasooriya BLWK, Samson R, Mbikwa F, Vitharana UWA, Boeckx P. 2008.

Biomonitoring of urban habitat quality by anatomical and chemical leaf

characteristics. Environ and Experimen Botany 65(2): 386-394.

Dickison WC. 2000. Integrative Plant Anatomy. New York (USA): John Wiley &

Sons.

Fahn A. 1990. Plant Anatomy 4th Ed. New York (US): Pergamon Pr.

Fakuara Y. 1996. Studi toleransi tanaman peneduh jalan kemampuan dalam

mengurangi polusi udara. Jurnal Penelitian dan Karya Universitas Trisakti

2 (7): 70-79.

Page 26: KARAKTERISTIK MORFOLOGI, ANATOMI, DAN KANDUNGAN … · adalah kerapatan stomata, indeks stomata, dan ukuran (panjang dan lebar) stomata. Semua parameter pengamatan dilakukan menggunakan

16

Gardner FP, Pearce RB, Mitchell RL. 1991. Fisiologi Tanaman Budidaya. Susilo

H, penerjemah. Jakarta (ID): UI Pr. Terjemahan dari: Crop Physiology.

Gunarno. 2014. Pengaruh pencemaran udara terhadap luas daun dan jumlah

stomata daun Rhoeo discolor. [Internet]. [diunduh 1 Januari 2015]. Tersedia

pada: http://sumut.kemenag.go.id/

Haryanti S. 2010. Jumlah dan Distribusi stomata pada daun beberapa spesies

tanaman dikotil dan monokotil. Bul Anatomi dan Fisiologi 18(2): 1-8.

Karliansyah NSW. 1999. Klorofil daun Angsana dan Mahoni sebagai bioindikator

pencemaran udara. Jurnal Lingkungan & Pembangunan. 19(4): 290-305.

Muud JB, Kozlowski TT. 1975. Responses of Plants to Air Pollution. London

(UK): Academic Pr.

Patra AD. 2002. Faktor tanaman dan Faktor lingkungan yang mempengaruhi

kemampuan tanaman dalam menyerap polutan gas NO2. [tesis]. Bogor (ID):

Institut Pertanian Bogor.

Purwanto AW. 2006. Sansevieria Flora Cantik Penyerap Racun. Yogyakarta

(ID): Kanisius.

Sass JE. 1951. Botanical Microtechnique. Iowa (US): The Iowa State College Pr.

Simpson MG. 2006. Plant Systematics. Canada: Elsevier Academic Pr.

Smith WH. 1981. Air Pollution and Forest : Interaction Between Air

Contaminants and Forest Ecosystems. New York (US): Springer-Verlag.

Solichatun, Anggarwulan E. 2007. Kajian klorofil dan Karotenoid Plantago major

L. dan Phaseolus vulgaris L. sebagai bioindikator kualitas udara. Jurnal

Biodiversitas 8(4): 279-282.

Starkman ES. 1969. Combustion Generated Air Polution. New York (US):

Plenum Pr.

Stern WL, Morris, Judd WS. 1994. Anatomy of the thick leaves in Dendrobium

section rhizobium (Orchidaceae). International Journal of Plant Science

155(6): 716-729.

Stevovic S, Mikovilovic VS, Dragosavac DC. 2010. Environmental impact on

morphological and anatomical structure of Tansy. African Journal of

Biotechnology 9(16): 2413-2421.

Stover H. 1983. The Sansevieria Book. California (US): Endangered Species Pr.

Susanti E. 2004. Stomata sebagai bioindikator pencemaran udara sektor

transportasi. [skripsi]. Bandung (ID): Institut Teknologi Bandung.

Treshow M, Anderson FK. 1989. Plant Stress from Air Pollution. New York

(USA): Ltd. Chichester.

Weryszko CE, Hwil M. 2005. Lead induced histological and ultrastructural

changes in the leaves of soybean (Glycine max (L) Merr). Soil Science and

Plant Nutrition 51: 203 – 212.

Wilmer CM. 1983. Stomata. London (UK): Longman Group Limited.

Yulianti D, Ikhsan M, Wiyono WH. 2012. Sick Building Syndrome. CDK 39(1):

20-23.

Page 27: KARAKTERISTIK MORFOLOGI, ANATOMI, DAN KANDUNGAN … · adalah kerapatan stomata, indeks stomata, dan ukuran (panjang dan lebar) stomata. Semua parameter pengamatan dilakukan menggunakan

17

Lampiran 1 ANOVA dan hasil uji Duncan klorofil a, klorofil b, dan klorofil total

Tabel 1. Hasil analisis kandungan klorofil a

Sumber

Keragaman

Jumlah

Kuadarat

Derajat

Bebas

Kuadrat

tengah

F Hitung P

Perlakuan 2.316 5 0.463 83.380 0.000

Galat 0.67 12 0.006

Total 19.010 18

Tabel 2. Hasil analisis kandungan klorofil b

Sumber

Keragaman

Jumlah

Kuadarat

Derajat

Bebas

Kuadrat

tengah

F Hitung P

Perlakuan 1.271 5 0. 254 21.790 0.000

Galat 0.140 12 0. 012

Total 8.380 18

Tabel 3. Hasil analisis kandungan klorofil total

Sumber

Keragaman

Jumlah

Kuadarat

Derajat

Bebas

Kuadrat

tengah

F Hitung P

Perlakuan 6.658 5 1.332 66.578 0.000

Galat 0.240 12 0. 020

Total 52.340 18

Tabel 4 Analisis uji Duncan pada klorofil a, klorofil b, dan klorofil total

Kultivar Klorofil a

(mg/g)

Klorofil b

(mg/g)

Klorofil Total

(mg/g)

S.trifasciata cv. Metalica 17.5d 5.75

c 23.25

c

S.trifasciata cv. Moonsine 22.5bc

17.5b 40

b

S.trifasciata cv. African Dawn 43.25a 27.5

a 70.75

a

S.trifasciata cv. 1 24.25b 17.5

b 41.75

b

S.trifasciata cv. Bantel’s Sensation 18.25cd

11.75bc

30c

Page 28: KARAKTERISTIK MORFOLOGI, ANATOMI, DAN KANDUNGAN … · adalah kerapatan stomata, indeks stomata, dan ukuran (panjang dan lebar) stomata. Semua parameter pengamatan dilakukan menggunakan

18

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Jakarta, 2 Juni 1992 sebagai anak pertama dari dua

bersaudara dari pasangan Sutrisno dan Suminem. Penulis memulai pendidikan

formal di SD Negeri 09 Pagi Jakarta Timur lulus pada tahun 2004. Tahun 2007

penulis lulus dari SMP Negeri 91 Jakarta Timur. Kemudian pendidikan penulis

dilanjutkan ke SMA Negeri 58 Jakarta Timur dan lulus tahun 2010. Penulis lulus

seleksi masuk IPB melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) dengan

memilih program mayor Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan

Alam.

Selama menuntut ilmu di IPB, penulis aktif dalam kegiatan Organisasi di

Himpunan Mahasiswa Biologi (HIMABIO) sebagai sekretaris periode 2011-2012

di divisi Paguyuban Mahasiswa Biologi (PAMABI) dan sebagai ketua divisi

Paguyuban Mahasiswa Biologi (PAMABI) periode 2012-2013. Selain itu penulis

juga aktif sebagai panitia berbagai acara, sebagai staf divisi konsumsi Lomba

Cepat Tepat Biologi (LCTB) tahun 2011, staf divisi “Temu Bisnis” FMIPA tahun

2012, PJK MPD Biologi tahun 2012, dan staf divisi dana usaha LCTB tahun

2012. Penulis juga aktif sebagai asisten praktikum Biologi Cendawan dan

Fisiologi Tumbuhan tahun 2014.

Penulis melaksanakan kegiatan studi lapang di Taman Nasional Gunung

Gede Pangrango (TNGGP), dengan judul “Keragaman Liken di Kebun Raya

Cibodas” pada tahun 2012. Penulis juga melaksanakan kegiatan praktik lapang di

PT Frisian Flag, dengan judul “Uji Kualitas Susu Segar Sebagai Bahan Baku

Produk Susu PT Frisian Flag Indonesia Plant Ciracas-Jakarta Timur” pada tahun

2013.