Upload
teyko-arnold
View
14
Download
3
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Teknik kimia membahas mengenai karateristik pompa
Citation preview
KARAKTERISTIK POMPA
LABORATORIUM OPERASI TEKNIK KIMIA 1
KELOMPOK IX-AGESTIARI MAHARANI (2312 030
019)HERLINDA SEPTIANY (2312 030
033)TOMMY ADAM B. (2312 030 053)RIZQA FAUZIYAH (2312 030 097)LILYANA DESHINTA S (2312 030
107)
BAB IPENDAHULUAN
I.1Latar BelakangDalam industri teknik kimia sering digunakan pompa sebagai alat transportasi fluida. Pompa yang biasanya digunakan adalah pompa sentrifugal, dimana harus dilakukan pemancingan terlebih dahulu sebelum dilakukan pengoperasian. Pompa sentrifugal mempunyai karakteristik tertentu tergantung pada pemasangannya. Untuk itu dirasa perlu mempelajari lebih lanjut tentang sistem pemasangannya dan karekteristik pompa, salah satu caranya adalah dengan melakukan percobaan karakteristik pompa ini.
LABORATORIUM OPERASI TEKNIK KIMIA 1
I.2 Tujuan Percobaan
1. Membuat kurva karakteristik pompa sentrifugal.
2. Mengetahui hubungan parameter-parameter kurva sistem, yaitu antara :
Total Differential Head (TDH) Vs Q Brake Horse Power (BHP) Vs Q Water Horse Power (WHP) Vs Q Efisiensi (η) Vs Q Pada sirkuit 1 dan 2.
LABORATORIUM OPERASI TEKNIK KIMIA 1
BAB IITINJAUAN PUSTAKA
II.1 Dasar TeoriFluida adalah suatu zat yang mengalir, kata
fluida mencakup zat cair, air dan gas karena kedua zat ini dapat mengalir, sebaliknya batu dan benda – benda keras atau seluruh zat padat tidak digolongkan kedalam fluida karena tidak bisa mengalir.
Secara umum fluida dapat diklasifikasikan menjadi 2 macam :1. Fluida Statis
Fluida statis adalah fluida yang tidak bergerak atau dalam keadaan diam, misalnya air dalam gelas.
2. Fluida DinamisFluida ada gerakan antara elemen-elemen
sekitarnya.LABORATORIUM OPERASI TEKNIK KIMIA 1
TINJAUAN PUSTAKA Pompa adalah alat yang digunakan untuk
memindahkan cairan dari satu tempat ke tempat lainnya (misalnya air dari aquifer bawah tanah ke tangki penyimpan air)
Untuk memilih ukuran pompa, harus tahu dulu karakterik pompa yaitu :
1. Kapasitas2. Energi atau head yang disupply pada fluida.3. Sifat fluida yang ditransport (korosif, suhu,
kekentalan)4. Kondisi suction dan discharge
LABORATORIUM OPERASI TEKNIK KIMIA 1
TINJAUAN PUSTAKAPOMPA SENTRIFUGAL adalah suatu pompa yang memindahkan cairan dengan memanfaatkan gaya sentrifugal yang dihasilkan oleh putaran impeler. Pompa sentrifugal mengubah enegi kecepatan menjadi energi tekanan.
Cara kerja pompa sentrifugal :Fluida masuk menuju Ruangan pompa dimana terjadi perbedaan tekanan permukaan fluida dan ruangan pompa, kemudian masuk ke impeller yang berfungsi memutar dan mendorong fluida untuk keluar menuju discharge.
LABORATORIUM OPERASI TEKNIK KIMIA 1
TINJAUAN PUSTAKA
Gambar II.1.7 Lintasan Aliran Pompa Sentrifugal
LABORATORIUM OPERASI TEKNIK KIMIA 1
Prinsip BernoulliKerja pompa dalam persamaan Bernoulli. Pompa digunakan dalam sistem aliran untuk meningkatkan energi mekanik fluida yang mengalir. Rumusnya adalah sebagai berikut :
Atau
Energi mekanik yang diberikan kepada fluida ialah, tentunya Wp, dimana. Hal ini sesuai dengan persamaan :
(McCabe, 1985).
Karakteristik PompaTahanan Sistem (Head)
Tekanan diperlukan untuk memompa cairan melewati sistim pada laju tertentu. Tekanan ini harus cukup tinggi untuk mengatasi tahanan sistim, yang juga disebut head. Head total merupakan jumlah dari head statik dan head gesekan/ friksi.Head statik
Head statik merupakan perbedaan tinggi antara sumber dan tujuan dari cairan yang dipompakan. Head statik merupakan aliran yang independen. Head statik pada tekanan tertentu tergantung pada berat cairan dan dapat dihitung dengan persamaan berikut:
......................................Pers.II.1.4
Head statik ada 2 yaitu : SSh (Static Suction Head) adalah jarak antara pusat pompa
dengan tinggi permukaan fluida. SDh (Static Discharge Head) adalah jarak antara pusat
pompa terhadap outlet. Gambar SSh dan SDh
LABORATORIUM OPERASI TEKNIK KIMIA 1
Menghitung HeadHead adalah jarak vertikal antara garis
pusat pompa dan permukaan cairan dalam tangki tujuan.
Head loss :Untuk pipa dengan aliran aliran penuh, radius
hidrolik yaitu sama dengan ¼ diameter pipa, sehingga persamaan head loss menjadi:
Dimana Rh adalah hydraulic radius (¼ diameter pipa) dan f f adalah fanning friction factor (Geankoplis, 2003).
Faktor FriksiPersamaan Haaland digunakan untuk memecahkan secara langsung untuk Darcy-Weisbach faktor gesekan f untuk pipa melingkar penuh mengalir. Ini adalah perkiraan dari persamaan Colebrook-White implisit, namun perbedaan dari data eksperimen baik dalam akurasi data. Ini dikembangkan oleh S. E. Haaland pada tahun 1983. Persamaan Haaland didefinisikan sebagai:
Friksi pada pipa LurusKehilangan friksi dikarenakan gesekan yang dialami oleh gerakan fluida dalam pipa yang biasanya dapat dihitung melalui hubungan persamaan Darcy-Weisbach sebagai berikut:
Friksi pada fittingValve dan Fitting mempunyai pengaruh kehilangan friksi pada suatu aliran sistem perpompaan dengan masing-masing koefisien friksi yang dimiliki, biasanya dapat dihitung melalui persamaan :
Perbedaan pipa dari pipa besar ke kecil (sudden contraction losses)
V2
V1
A1
A2
Perbedaan pipa dari pipa kecil ke besar (sudden enlargement losses)
Velocity headIstilah ini mengacu pada energi kinetik cairan yang bergerak
pada titik yang ditentukan dalam sistem pompa. yaitu memindahkan cairan pada titik yang ditetapkan didalam sistem pompa.
Dimana V adalah kecepatan alir cairan didalam pipa (m/s ) dan g (m/s2) adalah percepatan gravitasi.
V1
A2
V2
A1
Kecepatan alir fliuda Ada 2 macam kecepatan alir fluida:a. Kecepatan linier
Merupakan jarak yang ditempuh oleh fluida yang mengalir tiap satuan waktu tertentu dan tidak dipengaruhi oleh faktor luas penampang. Satuan v adalah (m/s) dan (cm/sec).
b. Kecepatan volumetrik (debit)Merupakan ukuran banyaknya volume air yang
mengalir yang dapat ditampung selama waktu tertentu dan dipengaruhi oleh faktor geometris, luas penampang dari tempat fluida mengalir. Debit direpresentasikan oleh persamaan berikut:
Horse Power WHP (Water Horse Power)
Water Horse Power (WHP) adalah liquid horse power yang disampaikan oleh pompa.
BHP (Brake Horse Power)Ketika memilih pompa pertama-tama perlu menentukan
kapasitas aliran dan head yang diperlukan pompa. Meskipun banyak pompa yang bisa memenuhi kondisi operasi. Kondisi operasi yang diperlukan yaitu tentang efisiensi pompa dan ukuran motor yang dibutuhkan. Sekarang daya yang dikirim dari motor untuk pompa juga merupakan produk dari torsi pada poros penggerak pompa dan kecepatan sudut poros:
Menghitung efisiensiEfisiensi pompa merupakan perbandingan
daya yang diberikan pompa kepada fluida dengan daya yang diberikan motor listrik kepada pompa. Efisiensi total pompa dipengaruhi oleh efisiensi hidrolis, efisiensi mekanis dan efisiensi volumetric (Anonim, 2011).
Efisiensi dinyatakan sebagai persentase yang mewakili sebuah unit ukuran yang menggambarkan perubahan gaya sentrifugal dan dinyatakan sebagai perubahan kecepatan menjadi energi tekanan.
LABORATORIUM OPERASI TEKNIK KIMIA 1
Total Differential Head = TDH + TSH
Keterangan : ΣF = Jumlah total friksiSDh = Static Discharge HeadSSh = Static Suction Head
Bilangan Reynold merupakan besaran fisis yang tidak berdimensi. Bilangan ini dipergunakan sebagai acuan dalam membedakan aliran laminier dan turbulen di satu pihak, dan di lain pihak dapat dimanfaatkan sebagai acuan untuk mengetahui jenis-jenis aliran yang berlangsung dalam air.
SDhΣFTDH
SShΣFTSH
LABORATORIUM OPERASI TEKNIK KIMIA 1
...............................................
.Pers.II.1.20
...............................................
.Pers.II.1.21
μ(lbm/fts)v(ft/s)ρ(lb/cuft)D(ft)Nre
................................................Pers.II.1.22
...............................................
.Pers.II.1.19
Kurva Karakteristik Pompa
Gambar memperlihatkan kurva pompa sentrifugal dimana head secara perlahan turun dengan meningkatnya aliran (McCabe, 1993).
Dengan meningkatnya tahanan sistem, head juga akan naik. Hal ini pada gilirannya akan menyebabkan debit aliran berkurang dan akhirnya mencapai nol. Debit aliran nol hanya dapat diterima untuk jangka pendek tanpa menyebabkan pompa terbakar (Anonim, 2006).
LABORATORIUM OPERASI TEKNIK KIMIA 1
BAB IIIMETODOLOGI PERCOBAAN
III.1 . Variabel Percobaan Variabel percobaan aitu pada debit : 21 ml/s, 31,5
ml/s, 65,5 ml/s, 123,5 ml/s, 170ml/s, 200,5 ml/s, dan 211 ml/s.
III.2. Bahan yang digunakan1. Air
III.3Alat yang digunakan2. Beaker Glass3. Gelas ukur4. Stopwatch5. Thermometer6. Rangkaian alat percoban pompa sentrifugal
LABORATORIUM OPERASI TEKNIK KIMIA 1
III.4. Rangkaian Alat Percobaan Karakteristik Pompa
Pipa ½
inch
Pipa ½ inch
Pipa 1
inchPipa 1 inch
Pipa 1
inch
Keterangan :
= Sirkuit 1
= Sirkuit 2
LABORATORIUM OPERASI TEKNIK KIMIA 1
II.5. Diagram Alir PercobaanIII.5.1. Tahap PersiapanIII.5.1.1 Menetapkan Sifat Fisis Fluida yang Meliputi Densitas (ρ) dan Viskositas (µ)
Mulai
Mengukur temperatur pada fluida yang terdapat didalam tangki dengan
menggunakan termometerMenetapkan nilai densitas dan
viskositas dengan menggunakan temperatur fluida yang telah diukur
sebagai fungsi suhu terhadap densitas dan viskositas dengan
melihat buku Geankoplis 3rd edtion Appendix A.2. Physical Properties of Water Tabel A.2-3 Density of Liquid Water dan Tabel A.2-4 Viscosity of
Liquid WaterSelesa
i
III.5.1.2 Mengukur Dimensi Alat
Mulai
Mengukur diameter masing-masing pipa pada Sirkuit 1 dan 2, kemudian
menghitung luas penampang masing-masing pipa dengan menggunakan
rumusA= 3,14.r2
Mengukur panjang pipa lurus pada sirkuit 1 dan 2
Menghitung jumlah sambungan untuk setiap jenis dan jumlah valve untuk
setiap jenis pada sirkuit 1 dan 2
Selesai
III.5.1.3 Mengukur Q maksimum pada Sirkuit 1 dan 2Mulai
Meghidupkan pompa dengan menyambungkan aliran listrik pada
pompa
Membuka valve pada sirkuit 1 secara penuh dan menutup valve pada sirkuit
2
Menampung volume fluida yang keluar pada discharge selama 2 detik
A
A
Mengukur volume fluida yang keluar pada discharge selama 2 detik
Menghitung debut fluida yang keluar pada discharge selama 2 detik, dengan
menggukan rumus :
Sehingga Q maksimul pada sirkuit 1 didapatkan
B
B
Melakukan tahap percobaan yang sama pada sirkuit 2 dengan menutup valve pada sirkuit 1 dan membuka valve pada sirkuit 2 sehingga
didapatkan Q maksimum pada sirkuit 2
Selesai
III.5.1.4 Mengukur SSH dan SDHMulai
Mengukur SSH (Static Suction Head) dengan cara mengukur ketinggian
permukaan fluida dalam tangki suction hingga pusat pompa dengan
menggunakan alat ukur meteran
Mengukur SDH (Static Discharge Head) dengan cara mengukur ketinggian outlet hingga pusat pompa dengan menggunakan alat ukur meteran
Selesai
II.5.2. Tahap Percobaan
Mulai
Melakukan tahap percobaan pada sirkuit 1 terlebih dahulu dengan
membuka valve pada sirkuit 1 dan menutup valve pada sirkuit 2
Mengatur bukaan valve sirkuit 1 untuk mendapatkan debit 1 (Q1=21 ml/s)
dengan cara melakukan trial secara terus menerus hingga volume yang didapatkan selama 2 detik sesuai
dengan debit yang ditentukan
A
A
Setelah didapatkan debit yang sesuai dengan variabel yang diberikan, kemudian melihat tekanan pada barometer yang terdapat pada
rangkaian alat
Melihat putaran pada Kwh meter tiap detik
Melakukan tapa percobaan yang sama pada variabel debit berikutnya yaitu :
Q2= 31,5 ml/s, Q3=65,5 ml/s, Q4=123,5 ml/s, Q5=170 ml/s,
Q6=200,5 ml/s, dan Q7= 211 ml/s
B
B
Melakukan tahap percobaan yang sama untuk sirkuit 2 dengan menutup
valve pada sirkuit 1 dan membuka valve pada sirkuit 2 dengan variabel
debit yang sama
Selesai
III.5.3. Tahap Perhitungan dari Data yang Diperoleh
a. Menghitung Kecepatan linier (Dengan menggunakan Persamaan II.1.13)
b. Menghitung velocity head (Dengan menggunakan Persamaan II.1.12)
c. Menghitung nilai Nre (Dengan menggunakan Persamaan II.1.22)d. Menghitung Faktor Frksi dengan Menggunakan Persamaan
HALLAND untukpipa 1 inch dan ½ inch pada sirkuit 1 dan 2 (Dengan menngunakan Persamaan II.1.7)
e. Menghitung Friksi pada Pipa Lurus dengan menggunakan persamaan Darcy untuk pipa 1 dan ½ inch pada sirkuit 1 dan 2 (Dengan menggunakan Persamaan II.1.8)
f. Menghitung friksi pada setiap fitting yang ada pada sirkuit 1 dan sirkuit 2 (Dengan menggunakan Persamaan II.1.9)Keterangan :Nilai Kf setiap sambungan berbeda, tergantung jenisnya. Dapat dilihat di Geankoplis. Jumlah sambungan disesuaikan dengan rangkaian alat sesuai dengan sirkuitnya.
g. Menghitung TSH (Total Suction Head) untuk sirkuit 1 dan 2 (Dengan menggunakan Persamaan II.1.21)
h. Menghitung TdH (Total discharge Head) untuk sirkuit 1 dan 2 (Dengan menggunakan Persamaan II.1.20)
i. Menghitung TDH (Total Diferential Head) untuk sirkuit 1dan 2 (Dengan menggunakan Persamaan II.1.19)
j. Menghitung Water Horse Power (WHP) untuk sirkuit 1 dan 2 (Dengan menggunakan Persamaan II.1.15)
k. Menghitung BHP (Break Horse Power) untuk sirkuit 1 dan 2 (Dengan menggunakan Persamaan II.1.16 dan II.1.17)
l. Menghitung Efisiensi untuk sirkuit 1 dan 2 (Dengan menggunakan Persamaan II.1.18)
BAB IVHasil Percobaan dan Pembahasan
IV.1 Hasil Percobaan Suhu = 25 oC Viskositas = 0,0006054 lbm/ft.s Densitas = 62,2477044lbm/ft3
Q max sirkuit 1 = 277,00831 ml/s Q max sirkuit 2 = 265,1466 ml/s Spesific grafity = 0,998847961 SSH = 1,082664 ft SDH = 1,902864 ft
LABORATORIUM OPERASI TEKNIK KIMIA 1
Tabel IV.1.1 Hasil Percobaan Pengeluaran Debit pada Sirkuit 1 (Dengan nilai ρ, µ, SSH, dan SDH konstan)
LABORATORIUM OPERASI TEKNIK KIMIA 1
Debit
Pengulangan
Q rata-rata
(ml/s)1 (ml/s) 2 (ml/s) 3 (ml/s)
Q1 21 21 21,5 21
Q2 31 31 32 31
Q3 65,5 65 66 65,5
Q4 123,5 125 122 123,5
Q5 170 170 169 170
Q6 200,5 200 201 200,5
Q7 211 212,5 210 211
Tabel IV.1.2 Hasil Percobaan Kwh (Kw/jam) pada Sirkuit 1 (Dengan nilai ρ, µ, SSH, dan SDH konstan)
LABORATORIUM OPERASI TEKNIK KIMIA 1
Debit Kwh rata-rata
Q1 0,25
Q2 0,413
Q3 0,27
Q4 0,43
Q5 0,245
Q6 0,7
Q7 1,1
Tabel IV.1.3 Hasil Percobaan Pengeluaran Debit pada Sirkuit 2 (Dengan nilai ρ, µ, SSH, dan SDH konstan)
LABORATORIUM OPERASI TEKNIK KIMIA 1
Debit
Pengulangan
Q rata-rata
(ml/s)1 (ml/s) 2 (ml/s) 3 (ml/s)
Debit Pengulangan Q rata-rata
(ml/s)1 (ml/s) 2 (ml/s) 3 (ml/s)
Q1 21 21,5 20,5 21
Q2 31,5 32 31 31,5
Q3 65,5 65 66 65,5
Q4 123,5 123 124 123,5
Q5 170 171 169 170
Q6 200,5 201 200 200,5
Q7 211 211 212 211
Tabel IV.1.4 Hasil Percobaan Kwh (Kw/jam) pada Sirkuit 2 (Dengan nilai ρ, µ, SSH, dan SDH konstan)
LABORATORIUM OPERASI TEKNIK KIMIA 1
Debit Kwh rata-rata
Q1 0,299
Q2 0,52
Q3 0,722
Q4 0,53
Q5 0,25
Q6 0,33
Q7 0,254
Tabel IV.1.5 Hasil Percobaan pada Sirkuit 1
Tabel IV.1.6 Hasil Percobaan pada Sirkuit 2
Debit (ml/s)
Tekanan
Kwh Kg/cm2 Psia (lb/in2)
21 3,028 43 0,25
31,5 2,99 42,5 0,413
65,5 2,88 41 0,27
123,5 2,75 39 0,43
170 2,6 37 0,245
200,5 2,39 34 0,7
211 2,32 33 1,1
Debit (ml/s)
Tekanan
Kwh Kg/cm2 Psia(lb/in2)
21 3,09 44 0,299
31,5 3,03 43 0,52
65,5 3,03 43 0,722
123,5 2,82 40 0,53
170 2,53 36 0,25
200,5 2,53 36 0,33
211 2,46 35 0,254
IV.2. Hasil PerhitunganTabel IV.2.1.1 Hasil Perhitungan Kecepatan Linier (v), Bilangan
Reynolds (Nre), Faktor Friksi(f), Velocity Head (vh) untuk Ukuran Pipa ½” pada Sirkuit 1
Tabel IV.2.1.2 Hasil Perhitungan Kecepatan Linier (v), Bilangan Reynolds (Nre), Faktor Friksi (f),Velocity Head (vh) untuk Ukuran Pipa 1”
pada sirkuit 1
Q (ml/s) v (ft/s) NRe f vh(ft)
21 0,351471082 1888,321867 0,05372493 0,001919748
31,5 0,527206623 2832,4828 0,04731403 0,004319432
65,5 1,096255042 5889,765823 0,0389128 0,018676184
123,5 2,066984698 11105,13098 0,03406784 0,066395626
170 2,845242094 15286,41511 0,03226481 0,125806592
200,5 3,355711999 18028,97783 0,03147436 0,174998491
211 3,53144754 18973,13876 0,03124759 0,193807449
Tabel IV.2.1.3 Hasil Perhitungan Kecepatan Linier (v), Bilangan Reynolds (Nre), Faktor Friksi(f), Velocity Head (vh) untuk Ukuran Pipa ½” pada Sirkuit 2
Tabel IV.2.1.4 Hasil Perhitungan Kecepatan Linier (v), Bilangan Reynolds (Nre), Faktor Friksi (f), Velocity Head (vh) untuk Ukuran Pipa 1” pada sirkuit 2
Q (ml/s) v (ft/s) NRe F vh(ft)
21 0,251471082 1888,321867 0,05372493 0,001919748
31,5 0,527206623 2832,4828 0,04731403 0,004319432
65,5 1,096255042 5889,765823 0,0389218 0,018676184
123,5 2,066984698 11105,13098 0,03406784 0,066395626
170 2,845242094 15286,41511 0,03226481 0,125806592
200,5 3,355711999 18028,97783 0,03147436 0,174998493
211 3,53144754 18973,13876 0,03124759 0,193807449
Q (ml/s) v (ft/s) NRe F vh(ft)
21 0,251471082 1888,321867 0,05372493 0,001919748
31,5 0,527206623 2832,4828 0,04731403 0,004319432
65,5 1,096255042 5889,765823 0,0389218 0,018676184
123,5 2,066984698 11105,13098 0,03406784 0,066395626
170 2,845242094 15286,41511 0,03226481 0,125806592
200,5 3,355711999 18028,97783 0,03147436 0,174998493
211 3,53144754 18973,13876 0,03124759 0,193807449
Tabel IV.2.2.1 Hasil Perhitungan TDH, WHP, BHP, dan Efisiensi pada Sirkuit 1
Tabel IV.2.2.2 Hasil Perhitungan TDH, WHP, BHP, dan Efisiensi pada Sirkuit 2
Q (ml/s) TDH (ft) WHP (hp) BHP (hp) ƞ
21 1,214558053 8,49149E-05 0,002248724 3,776138828
31,5 1,372653781 0,000143952 0,003373086 4,26766858
65,5 2,298151921 0,000501149 0,007013878 7,145101611
123,5 5,324474035 0,002189224 0,013224639 16,55413102
170 9,063698698 0,005129806 0,018203957 28,17962014
200,5 12,14980473 0,008110175 0,021469961 37,77452158
211 13,32829012 0,00936275 0,022594323 41,4385082
Q (ml/s) TDH (ft) WHP (hp) BHP (hp) Ƞ
21 0,864569935 7,25918E-05 0,002248724 3,228130728
31,5 1,033007784 0,000130101 0,003373086 3,857043875
65,5 2,010551904 0,000526532 0,007013878 7,506997551
123,5 5,186365734 0,002560932 0,013224639 19,36484941
170 9,098747642 0,006184412 0,018203957 33,97289874
200,5 12,32386547 0,009879369 0,021469961 46,01484183
211 13,55485229 0,011435235 0,022594323 50,61109974
IV.3. Grafik dan Pembahasan
Grafik IV.1. Hubungan antara Q (ml/s) dengan Total Suction Head (Ft) pada Sirkuit 1
0 50 100 150 200 250
-2-101234567
Hubungan Kurva Karakteristik Pompa antara Q(ml/s) vs TSH (ft) pada Sirkuit 1
Sirkuit 1
Volumetric Flow Rate (ml/s)
Tot
al S
uctio
n H
ead
(Ft)
Grafik IV.2. Hubungan antara Q (ml/s) dengan Total Suction Head (Ft) pada Sirkuit 2
0 50 100 150 200 250
-1.5
-1
-0.5
0
0.5
1
1.5
2
2.5
3
3.5
Hubungan Kurva Karakteristik Pompa antara Q(ml/s) vs TSH (ft) pada Sirkuit 2
Sirkuit 2
Volumetric Flow Rate (ml/s)
Tot
al S
uctio
n H
ead
(Ft)
Grafik IV.3. Hubungan antara Q (ml/s) dengan Total Suction Head (Ft) pada Sirkuit 1 dan 2
0 50 100 150 200 250
-2-101234567
Hubungan Kurva Karakteristik Pompa antara Q(ml/s) vs TSH (ft) pada Sirkuit 1 dan Sirkuit 2
Q (ml/s) vs TSH (Ft)
Sirkuit 1Sirkuit 2
Volumetric Flow Rate (ml/s)
Tot
al S
uctio
n H
ead
(Ft)
Grafik IV.4. Hubungan antara Q (ml/s) dengan Total Discharge Head (Ft) pada Sirkuit 1
0 50 100 150 200 2500
1
2
3
4
5
6
7
8
Hubungan Kurva Karakteristik Pompa antara Q(ml/s) vs TDH (ft) pada Sirkuit 1
Sirkuit 1
Volumetric Flow Rate (ml/s)
Tot
al D
isch
arge
Hea
d
Grafik IV.5. Hubungan antara Q (ml/s) dengan Total Discharge Head (Ft) pada Sirkuit 2
0 50 100 150 200 2500
2
4
6
8
10
12
Hubungan Kurva Karakteristik Pompa antara Q(ml/s) vs TDH (ft) pada Sirkuit 2
Sirkuit 2
Volumetric Flow Rate (ml/s)
Tot
al D
isch
arge
Hea
d
Grafik IV.6. Hubungan antara Q (ml/s) dengan Total Discharge Head (Ft) pada Sirkuit 1 dan 2
0 50 100 150 200 2500
2
4
6
8
10
12
Hubungan Kurva Karakteristik Pompa antara Q(ml/s) vs TDH (ft) pada Sirkuit 1 dan Sirkuit 2
Sirkuit 1Sirkuit 2
Volumetric Flow Rate (ml/s)
Tot
al D
isch
arge
Hea
d (F
t)
Grafik IV.7. Hubungan antara Q (ml/s) dengan Total Differential Head (Ft) pada Sirkuit 1
0 50 100 150 200 2500
2
4
6
8
10
12
14
Hubungan Kurva Karakteristik Pompa antara Q(ml/s) vs Total Differential Head (ft) pada Sirkuit 1
Sirkuit 1
Volumetric Flow Rate (ml/s)
Tot
al D
iffer
entia
l Hea
d (F
t)
Grafik IV.8. Hubungan antara Q (ml/s) dengan Total Differential Head (Ft) pada Sirkuit 2
0 50 100 150 200 2500
2
4
6
8
10
12
14
16
Hubungan Kurva Karakteristik Pompa antara Q(ml/s) vs Total Differential Head (ft) pada Sirkuit 2
Sirkuit 2
Volumetric Flow Rate (ml/s)
Tot
al D
iffer
entia
l Hea
d
Grafik IV.9. Hubungan antara Q (ml/s) dengan Total Differential Head (Ft) pada Sirkuit 1 dan 2
0 50 100 150 200 2500
2
4
6
8
10
12
14
16
Hubungan Kurva Karakteristik Pompa antara Q (ml/s) vs Total Differential Head (ft) pada Sirkuit 1 dan Sirkuit 2
Sirkuit 1Sirkuit 2
Volumetric Flow Rate (ml/s)
Tot
al D
ifere
ntia
l Hea
d (F
t)
Pada grafik IV.1. dan IV.2 dapat dilihat bahwa pada sirkuit 1 dan 2 menunjukkan bahwa semakin besar Total Suction Head (TSH) maka Q1 hingga Q7 juga semakin besar. Pada grafik IV.3. dan IV.4 dapat dilihat bahwa pada sirkuit 1 dan 2 menunjukkan menunjukkan bahwa semakin besar Total Discharge Head (TdH) maka Q1 hingga Q7 juga semakin besar. Sehingga pada grafik IV.9 dapat disimpulkan, bahwa semakin besar debit yang mengalir maka semakin besar pula nilai Total Differential Head nya. Hal ini dikarenakan semakin besar debit yang mengalir maka total friksi semakin besar pula, sesuai dengan Persamaan II.1.20 dan II.1.21. Sedangkan total friksi berbanding lurus dengan kecepatan linear, sesuai dengan Persamaan II.1.8. Dimana Kecepatan linear itu sendiri berbanding lurus dengan debit, sesuai dengan Persamaan II.1.13.
Pada grafik IV.9 antara Q3 sampai Q7 memiliki perbedaan Total Differential Head yang cukup tinggi dikarenakan perbedaan variabel Q yang cukup banyak.
Grafik IV.10. Hubungan antara Q (ml/s) dengan Water Horse
Power (hp) pada Sirkuit 1
0 50 100 150 200 2500
0.001
0.002
0.003
0.004
0.005
0.006
0.007
0.008
0.009
0.01
Hubungan Kurva Karakteristik Pompa antara Q(ml/s) vs WHP (hp) pada Sirkuit 1
Hubungan Antara Q dengan WHP pada Sirkuit 1
Volumetric Flow Rate (ml/s)
Wat
er H
orse
Pow
er(h
p)
Grafik IV.11. Hubungan antara Q (ml/s) dengan Water Horse
Power (hp) pada Sirkuit 2
0 50 100 150 200 2500
0.002
0.004
0.006
0.008
0.01
0.012
0.014
Hubungan Kurva Karakteristik Pompa antara Q(ml/s) vs WHP (hp) pada Sirkuit 2
Hubungan Antara Q dengan WHP pada Sirkuit 2
Volumetric Flow Rate (ml/s)
Wat
er H
orse
Pow
er(h
p)
Grafik IV.12 Hubungan antara Q (ml/s) dengan Water Horse
Power (hp) pada Sirkuit 1 dan Sirkuit 2
0 50 100 150 200 2500
0.002
0.004
0.006
0.008
0.01
0.012
0.014
Hubungan Kurva Karakteristik Pompa antara Q (ml/s) vs WHP (hp) pada Sirkuit 1 dan Sirkuit 2
Hubungan Antara Q dengan WHP pada Sirkuit 2Hubungan Antara Q dengan WHP pada Sirkuit 1
Volumetric Flow Rate (ml/s)
Wat
er H
orse
Pow
er(h
p)
Pada grafik IV.10. dan IV.11 dapat dilihat bahwa kurva hubungan antara Q dengan Water Horse Power (WHP) pada sirkuit 1 dan sirkuit 2 menunjukkan kenaikan nilai WHP seiring dengan bertambahnya nilai Q, sehingga semakin besar volumetric flow rate (Q) maka semakin besar pula nilai WHP. Hasil percobaan yang didapat juga sesuai dengan Persamaan II.1.15.Pada grafik IV.12 dapat dilihat antara Q1 dan Q2 memiliki nilai WHP yang hampir sama, hal ini disebabkan karena nilai Q1 dan Q2 yang hampir sama. Sedangkan Q3 sampai Q7 memiliki perbedaan WHP yang cukup tinggi dikarenakan perbedaan variabel Q yang cukup banyak.
Grafik IV.13. Hubungan antara Q (ml/s) dengan Brake Horse Power (hp) pada Sirkuit 1
0 50 100 150 200 2500
0.005
0.01
0.015
0.02
0.025
Hubungan Kurva Karakteristik Pompa antara Q(ml/s) vs BHP (hp) pada Sirkuit 1
Hubungan Antara Q dengan BHP pada Sirkuit 1
Volumetric Flow Rate (ml/s)
Bra
ke H
orse
Pow
er(h
p)
Grafik IV.14. Hubungan antara Q (ml/s) dengan Brake Horse Power (hp) pada sirkuit 2
0 50 100 150 200 2500
0.005
0.01
0.015
0.02
0.025
Hubungan Kurva Karakteristik Pompa antara Q(ml/s) vs BHP (hp) pada Sirkuit 2
Hubungan Antara Q dengan BHP pada Sirkuit2
Volumetric Flow Rate (ml/s)
Bra
ke H
orse
Pow
er(h
p)
Grafik IV.15. Hubungan antara Q (ml/s) dengan Brake Horse Power (hp) pada Sirkuit 1 dan sirkuit 2
0 50 100 150 200 2500
0.005
0.01
0.015
0.02
0.025
Hubungan Kurva Karakteristik Pompa antara Q(ml/s) vs BHP (hp) pada Sirkuit 1 dan Sirkuit 2
Hubungan Antara Q dengan BHP pada Sirkuit2
Hubungan Antara Q dengan BHP pada Sirkuit 1
Volumetric Flow Rate (ml/s)
Bra
ke H
orse
Pow
er(h
p)
Pada grafik IV.13. dan IV.14 dapat dilihat bahwa kurva hubungan antara Q dengan Brake Horse Power (BHP) pada sirkuit 1 dan sirkuit 2 menunjukkan kenaikan nilai BHP seiring dengan bertambahnya nilai Q, sehingga semakin besar volumetric flow rate (Q) maka semakin besar pula nilai BHP. Hasil percobaan yang didapat sesuai dengan Persamaan II.1.16 dan II.1.17.Pada grafik IV.15 dapat dilihat antara Q1 dan Q2 memiliki nilai BHP yang hampir sama, hal ini disebabkan karena nilai Q1 dan Q2 yang hampir sama. Sedangkan Q3 sampai Q7 memiliki perbedaan BHP yang cukup tinggi dikarenakan perbedaan variabel Q yang cukup banyak.
Grafik IV.16. Hubungan antara Q (ml/s) dengan Efisiensi pada Sirkuit 1
0 50 100 150 200 2500
5
10
15
20
25
30
35
40
45
Hubungan Kurva Karakteristik Pompa antara Q(ml/s) vs ŋ pada Sirkuit 1
Hubungan Antara Q dengan Efisiensi pada Sirkuit 1
Volumetric Flow Rate (ml/s)
Efis
iens
i(ŋ
)
Grafik IV.17. Hubungan antara Q (ml/s) dengan Efisiensi pada Sirkuit 2
0 50 100 150 200 2500
10
20
30
40
50
60
Hubungan Kurva Karakteristik Pompa antara Q(ml/s) vs ŋ pada Sirkuit 2
Hubungan Antara Q dengan Efisiensi pada Sirkuit 2
Volumetric Flow Rate (ml/s)
Efis
iens
i(ŋ
)
Grafik IV.18. Hubungan antara Q (ml/s) dengan Efisiensi pada Sirkuit 1 dan Sirkuit 2
0 50 100 150 200 2500
10
20
30
40
50
60
Hubungan Kurva Karakteristik Pompa antara Q (ml/s) vs ŋ pada Sirkuit 1 dan Sirkuit 2
Hubungan Antara Q dengan Efisiensi pada Sirkuit 2Hubungan Antara Q dengan Efisiensi pada Sirkuit 1
Volumetric Flow Rate (ml/s)
Efis
iens
i(ŋ
)
Pada grafik IV.16. dan IV.17 dapat dilihat bahwa kurva hubungan antara Q dengan efisiensi pada sirkuit 1 dan sirkuit 2 menunjukkan kenaikan nilai efisiensi seiring dengan bertambahnya nilai Q, sehingga semakin besar volumetric rate (Q) maka akan semakin besar pula nilai efisiensi pada kedua sirkuit. Hasil percobaan yang didapat sesuai dengan Persamaan II.1.18.Pada grafik IV.18 dapat dilihat antara Q1 dan Q2 memiliki nilai Effisiensi yang hampir sama, hal ini disebabkan karena nilai Q1 dan Q2 yang hampir sama. Sedangkan Q3 sampai Q7 memiliki perbedaan Effisiensi yang cukup tinggi dikarenakan perbedaan variabel Q yang cukup banyak.
BAB VKESIMPULAN
Berdasarkan hasil percobaan dan hasil perhitungan diperoleh kesimpulan sebagai berikut:
1. Nilai Volumetric Flow rate (Q) dan Total Differensial Head (TDH) berbanding lurus. Semakin besar nilai (Q), maka semakin besar pula nilai TDHnya.
2. Nilai Volumetric Flow rate (Q) dan Water Horse Power (WHP) berbanding lurus. Semakin besar nilai (Q), maka semakin besar pula nilai WHPnya.
3. Nilai Volumetric Flow rate (Q) dan Brake Horse Power (WHP) berbanding lurus. Semakin besar nilai (Q), maka semakin besar pula nilai BHPnya.
4. Nilai Volumetric Flow rate (Q) dan Efisiensi (η) berbanding lurus. Semakin besar nilai (Q), maka semakin besar pula nilai efisiensinya.
5. Fenomena yang terjadi pada grafik WHP yang terbentuk menjadi grafik eksponensial dikarenakan nilai TDH yang terdapat dalam persamaan tersebut memiliki persamaan ekponensial. Persamaan eksponensial yang terdapat dalam TDH yaitu terletak pada persamaan jumlah total friksinya. Dalam persamaan friksi terdapat velocity head. Pada persamaan velocity head, kecepatan linier berpangkat 2, sehingga menyebabkan grafik WHP, memiliki grafik eksponensial.
LABORATORIUM OPERASI TEKNIK KIMIA 1