26
I. PENDAHULUAN A. Judul Karbohidrat B. Tujuan 1. Mengenal sifat dan macam karbohidrat 2. Mengukur kadar gula secara kuantitatif

Karbohidrat Garvin

Embed Size (px)

DESCRIPTION

biokim

Citation preview

Page 1: Karbohidrat Garvin

I. PENDAHULUAN

A. Judul

Karbohidrat

B. Tujuan

1. Mengenal sifat dan macam karbohidrat

2. Mengukur kadar gula secara kuantitatif

Page 2: Karbohidrat Garvin

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Karbohidrat

Karbohidrat adalah sumber energi dasar yang memungkinkan otot tetap

bekerja. Karbohidrat dalam makanan sebagian besar dalam bentuk karbohidrat

kompleks, sedangkan karbohidrat sederhana hanya sebagian kecil saja (< 10 %)

(Mihardja, 2004). Monosakarida adalah karbohidrat yang tidak dapat dihidrolisis

menjadi senyawa yang lebih sederhana lagi. Oligosakarida mengandung sekurang-

kurangnya dua dan biasanya tidak lebih dari beberapa unit monosakarida yang

bertautan. Polisakarida merupakan senyawa makromolekul yang terbentuk dari

banyak sekali satuan (unit) monosakarida. Glukosa adalah monosakarida, sukrosa

dan maltosa adalah disakarida, dan amilum adalah polisakarida (Sudarmadji

dkk.,1996).

Karbohidrat berasal dari kata karbon dan air. Secara sederhana karbohidrat

didefinisikan sebagai polimer gula. Karbohidrat adalah senyawa karbon yang

mengandung sejumlah besar gugus hidroksil. Karbohidrat paling sederhana bisa

berupa aldehid (disebut polihidroksialdehid atau aldosa) atau berupa keton

(disebut polihidroksiketon atau ketosa). Berdasarkan pengertian di atas berarti

diketahui bahwa karbohidrat terdiri atas atom C, H dan O. Adapun rumus umum

dari karbohidrat adalah: Cn(H2O)n atau CnH2nOn (Wiratmaja, 2011).

Maltosa adalah disakarida yang diperoleh lewat hidrolisis parsial dari pati.

Hidrolisis lanjutan dari maltosa hanya menghasilkan D-glukosa. Jadi, maltosa

terdiri atas 2 unit glukosa yang bertautan. Disakarida komersial yang paling

penting adalah sukrosa atau gula pasir. Hidrolisis sukrosa memberikan D-glukosa

dan ketosa D-fruktosa dengan jumlah mol yang ekuivalen. Karbon anomerik

kedua unit sukrosa terlibat dalam ikatan glikosidik. Artinya, C-1 dari unit glukosa

ditautkan lewat oksigen dengan C-2 dari unit fruktosa. Oleh karena itu, tidak satu

pun unit monosakarida yang memiliki gugus hemiasetal dan tidak satupun unit itu

dalam bentuk keseimbangan dalam bentuk asikliknya. Sukrosa tidak dapat

bermutarotasi. Selain itu, karena tidak ada gugus aldehida bebas yang berpotensi,

Page 3: Karbohidrat Garvin

sukrosa tidak bisa mereduksi reagen Tollens, Fehling, atau Benedict dan oleh

karena itu sukrosa disebut gula non-pereduksi (Hart dkk, 2003).

Gambar 1. Rumus Struktur Sukrosa

Menurut Ismadi (1993), uji-uji yang biasa dilakukan pada karbohidrat

adalah sebagai berikut :

1. Uji Molish

Merupakan uji umum karbohidrat Reaksi positifnya membentuk cincin ungu di

antara dua lapisan.

2. Uji Bial

Merupakan uji khas golongan gula pentosa. Tes positif akan memberikan

warna biru-hijau.

3. Uji Selliwanof

Merupakan uji untuk karbohidrat yang mengandung keton. Reaksi positif akan

memberikan warna merah pada larutan yang akan diuji.

4. Uji Benedict

Merupakan uji untuk karbohidrat yang mereduksi dalam larutan basa, jika tes

positif akan memberikan warna orange pada larutan dan terdapat endapan.

5. Uji Iod

Merupakan uji ada tidaknya polisakarida. Jika uji positif akan memberikan

warna biru pada larutan yang mengandung amilum dan warna merah/coklat

pada larutan yagn mengandung glikogen.

6. Uji Nelson-Somogy

Merupakan uji pada karbohidrat untuk mengetahui gula reduksi berdasarkan

sampel yang diukur absorbansinya.

Amilum tersususn dari unit-unit glukosa yang tergabung terutama lewat

ikatan 1,4 α-glikosidik (amilosa), meskipun rantainya dapat mempunyai sejumlah

cabang yang melekat lewat ikatan 1,6 α-glikosidik (amilopektin). Hidrolisis

Page 4: Karbohidrat Garvin

parsial menghasilkan maltosa dan hidrolisis sempurna hanya menghasilkan D-

glukosa. Amilopektin yang terdapat dalam pati menyebabkan granula pati

menggembung da akhirnya membentuk sistem koloid dalam air (Hart dkk, 2003).

Prinsip dasarnya dasar spektofotometri adalah saat suatu sinar melalui

larutan senyawa tertentu, maka senyawa tersebut akan menyerap sinar dengan

panjang gelombang tertentu. Warna senyawa tergantung pada jenis sinar yang

dipancarkan yang tertangkap oleh mata kita sehingga senyawa kimia ada yang

berwarna ataupun tidak berwarna (Khopkar, 2003). Spektrofotometri adalah salah

satu teknik analisis fisiko-kimia yang mengamati tentang interaksi atom atau

molekul dengan radiasi elektromagnetik (REM) (Mulja dan Suharman, 1995).

Madu adalah cairan kental yang mempunyai rasa manis dan dihasilkan

oleh lebah dan serangga lainnya dari nektar bunga. Madu berasal dari sari bunga

tanaman. Madu adalah makanan yang manis dan lengket yang dibuat oleh lebah.

Madu digunakan sebagai pemanis sejak zaman pra sejarah sebelum adanya gula.

Madu tersebut diproduksi oleh lebah baik oleh lebah liar maupun budidaya.

Sampai saat ini pun madu masih banyak dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia

dan dapat diperoleh di berbagai tempat (Mujetahid, 2007).

Page 5: Karbohidrat Garvin

III. METODE PERCOBAAN

A. Alat dan Bahan

Alat-alat yang digunakan dalam praktikum karbohidrat adalah drop

plat, gelas beker, kuvet, labu ukur, penjepit, pipet tetes, pipet ukur, pro pipet,

rak tabung reaksi, spektrofotometer, tabung reaksi, tissue, vortex, waterbath

Bahan-bahan yang digunakan dalam praktikum karbohidrat adalah

alkohol, aquades, glukosa monohidrat, indikator amilum 1%, Iod 0,1 N, larutan

HCl 3M, larutan Na2CO3 1 % 5 tetes, larutan madu anak, larutan madu rasa,

reagen nelson A, reagen nelson B , reagen benedict, reagen bial, reagen

molisch, reagen seliwanof, sukrosa.

B. Cara Kerja

1. Pembuatan Larutan Standart

Glukosa monohidrat ditimbang seberat 10 mg menggunakan

timbangan analitik, kemudian diletakkan pada gelas beker 100 ml. Kemudian,

glukosa monohidrat dilarutkan dengan aquades dengan cara gelas beker

tersebut dibilas 5 kali dengan aquades , lalu dituangkan ke dalam labu ukur.

Setelah itu, larutan tersebut ditambahkan aquades hingga tanda batas dan

kemudian digojog.

Kemudian larutan tersebut dituangkan ke dalam gelas beker berukuran

250 ml. Larutan diencerkan menggunakan metode pengenceran dengan

konsentrasi 0 mg/100 ml, 2 mg/100 ml, 4 mg/100 ml, 6 mg/100 ml, 8 mg/100

ml dan 10 mg/100 ml.

2. Preparasi Sampel Madu

Madu ditimbang seberat 10 mg menggunakan timbangan analitik,

kemudian dimasukkan ke dalam gelas beker yang volumenya 100 ml.

Kemudian, sampel madu tersebut dilarutkan dengan aquades dengan cara gelas

beker tersebut dibilas 5 kali , lalu dituangkan ke dalam labu ukur. Setelah itu,

larutan tersebut ditambahkan akuades hingga tanda batas dan kemudian

Page 6: Karbohidrat Garvin

digojog. Selanjutnya larutan tadi dituangkan ke dalam gelas beker berukuran

250 ml.

3. Uji Nelson Somogyi

Larutan standar dan larutan sampel madu, masing-masing diambil

sebanyak 1 ml dan dimasukkan ke dalam tabung reaksi. Kemudian, larutan

tersebut ditambahkan 1 ml reagen Nelson (A+B) dengan perbandingan 25:1.

Setelah itu, masing-masing tabung reaksi yang berisi larutan di masukkan ke

dalam waterbath dengan suhu 95ºC selama 20 menit. Selanjutnya, tabung

reaksi didinginkan dengan cara tabung reaksi dimasukkan ke dalam suatu gelas

beker yang berisi air kran.

Campuran larutan-larutan yang sudah dingin tersebut masing-masing

ditambahkan larutan arsencmolybdat sebanyak 1 ml lalu divortex. Kemudian,

masing-masing larutan tersebut ditambahkan aquades sebanyak 7 ml, lalu

divortex. Selanjutnya, masing-masing larutan diukur nilai ODnya

menggunakan spektrofotometer dengan panjang gelombang 540 nm. Data yang

didapat dimasukkan ke dalam tabel lalu dihitung dengan rumus dan hasil

perhitungan dimasukkan ke dalam kurva standar:

a=(∑ y )(∑ x2) – (∑ x)(∑ xy )

(∑ x)(∑ x2)−¿¿

dan

b=(Σy ) ( Σxy )−( Σx ) ( Σy )

(Σx ) ( Σ x2)−( Σx )2

y=a+bx

4. Uji Seliwanoff

Reagen Seliwanoff diambil dan dimasukkan ke dalam tabung reaksi

sebanyak 2 ml. Kemudian, larutan glukosa diteteskan menggunakan pipet tetes

ke dalam tabung reaksi tersebut sebanyak 5 tetes, lalu larutan tersebut

dipanaskan menggunakan bunsen selama ± 2 menit. Perubahan warna yang

terjadi diamati dan hasil yang diperoleh dicatat. Percobaan ini dilakukan lagi

pada larutan maltosa dan sukrosa.

Page 7: Karbohidrat Garvin

5. Uji Benedict

Reagen Benedict sebanyak 2 ml dimasukkan ke dalam tabung reaksi.

Kemudian, larutan glukosa diteteskan menggunakan pipet tetes ke dalam

tabung reaksi tersebut sebanyak 5 tetes. Setelah itu, larutan tersebut dipanaskan

menggunakan bunsen selama ± 2 menit, Perubahan warna yang terjadi diamati

dan Hasil yang diperoleh dicatat.

6. Uji Hidrolisis Amilum

Larutan amilum 1% sebanyak 10 ml dimasukkan ke dalam tabung

reaksi. Kemudian, larutan HCl 6 M ditambahkan kedalam tabung reaksi

tersebut sebanyak 3 ml, lalu dipanaskan menggunakan kompor gas. Larutan

tersebut diambil sebanyak 1 tetes setiap 3 menit menggunakan pipet tetes,

kemudian diteteskan pada drop plate.

Selanjutnya, larutan pada drop plate, ditambakan larutan Iod sebanyak

1 tetes, hingga terjadi perubahan warna menjadi kuning. Selanjutnya, larutan

tersebut ditambahkan larutan Na2CO3 1% sebanyak 5 tetes. Sampel-sampel

tersebut kemudian, diuji dengan uji. Waktu hidrolisis dan hasil uji ini dicatat.

Page 8: Karbohidrat Garvin

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Uji Seliwanoff dan Benedict

Pada praktikum karbohidrat pada uji seliwanoff dan benedict hasil yang

diperoleh ditunjukkan oleh tabel 1

Tabel 1. Hasil Uji Seliwanoff dan BenedictSampel Seliwanoff Benedict

Larutan Glukosa Kuning bening Endapan merah bata

Larutan Maltosa Kuning bening Endapan merah bata

Larutan Sukrosa Merah jingga bening Biru bening

Uji Seliwanoff merupakan uji khas untuk karbohidrat yang mengandung

gugus keton (ketosa). Reaksi positifnya adalah warna merah pada larutan. Uji ini

didasarkan pada fakta bahwa ketika dipanaskan, ketosa lebih cepat terdehidrasi

daripada aldosa. Reagen Seliwanoff ini terdiri dari resorsinol ( 1,3-dihidroksi

benzene ) dan asam klorida pekat. Asam reagen ini menghidrolisis polisakarida

dan oligosakarida menjadi gula sederhana. Ketosa yang terhidrasi kemudian

bereaksi dengan resorsinol, menghasilkan zat berwarna merah tua.

Dari hasil percobaan sukrosa menunjukkan hasil positif (warna merah),

sedangkan glukosa dan maltosa menunjukkan hasil negatif (tetap bening). Sukrosa

terdiri dari monomer glukosa dan fruktosa dimana fruktosa merupakan

polihidroksiketon sehingga memberikan hasil positif. Hal ini sesuai dengan teori

yang ada, dimana sukrosa merupakan disakarida yang apabila dihidrolisis dengan

pemanasan maka akan terbentuk 2 molekul gula monosakarida yakni glukosa dan

fruktosa. Fruktosa inilah yang bereaksi dengan pereaksi Seliwanoff yang

ditunjukan dengan warna merah. Pada glukosa dan maltosa yang juga terdiri dari

monomer glukosa merupakan polihidroksialdehid sehingga memberikan hasil

yang negatif. Hal ini sesuai dengan teori yang ada, dimana sukrosa merupakan

disakarida yang apabila dihidrolisis dengan pemanasan maka akan terbentuk 2

Page 9: Karbohidrat Garvin

molekul gula monosakarida yakni glukosa dan fruktosa. Fruktosa inilah yang

bereaksi dengan pereaksi Seliwanoff yang ditunjukan dengan warna merah.

Berikut reaksinya :

CH2OH OH

O OH OH

+HCl ║ │ │

H CH2OH ───→ H2C— —C—H + → kompleks

│ berwarna

OH H OH merah jingga

5-hidroksimetil furfural resorsinol

Ketika reagen Seliwanoff dalam tabung reaksi kemudian diteteskan

dengan masing-masing sampel larutan lalu dipanaskan. Pemanasan ini bertujuan

agar reagen Seliwanoff dan larutan sampel dapat bereaksi dengan cepat sehingga

dapat mempercepat reaksi hidrolisis pada disakarida Pemanasan ini bertujuan agar

reagen Seliwanoff dan larutan sampel dapat bereaksi dengan cepat sehingga dapat

mempercepat reaksi hidrolisis pada disakarida.

Uji benedict merupakan uji untuk karbohidrat yang mereduksi (gula

reduksi) dalam larutan basa ( memiliki gugus karbonil bebas ). Reaksi positifnya

ditandai dengan timbulnya endapan berwarna merah bata. Sampel yang digunakan

adalah glukosa, maltosa, dan sukrosa.

Reagen Benedict terdiri dari komplek Cu2+ dengan ion sitrat yang

merupakan larutan basa. Reagen ini berfungsi untuk membentuk endapan merah

bata pada gula reduksi dan juga membedakan antara golongan gula pereduksi

dengan golongan non – pereduksi. Gula reduksi dengan larutan benedict akan

terjadi reaksi reduksi – oksidasi oleh reagen Benedict yang terdiri oleh kompleks

Cu 2+ akan membentuk ikatan dengan gugus karbonil bebas yang ada dan

dihasilkan endapan merah bata dari kupri oksida (CuO2).

Masing – masing sampel ditambahkan reagen Benedict dan warna semua

sampel adalah biru, kemudian dipanaskan. Pemanasan bertujuan untuk memecah

suatu senyawa sehingga dapat bereaksi dengan senyawa lain. Setelah dipanaskan,

pada glukosa dan maltosa terbentuk endapan berwarna coklat kemerahan

Page 10: Karbohidrat Garvin

sedangkan pada sukrosa tetap berwarna biru. Hasil ini menunjukkan bahwa

glukosa dan maltosa bereaksi positif dan berarti kedua sampel tergolong gula

pereduksi karena kedua sampel memiliki gugus aldehid ( karbonil ) yang bebas

sehingga dapat dioksidasi. Reaksi yang terjadi :

O O

║ ║

R—C—H + Cu2+ 2OH- → R—C—OH + Cu2O

Gula Pereduksi Endapan Merah Bata

Sukrosa menunjukan reaksi negatif karena sukrosa tergolong gula non

pereduksi. Hal ini karena sukrosa tidak mengandung atom karbon anomer bebas

karena karbon anomer kedua molekul penyusun pada sukrosa saling berikatan

satu sama lain membentuk ikatan glikosidik sehingga tidak dapat direduksi

ataupun dioksidasi.

2. Uji Hidrolisis Amilum

Pada praktikum karbohidrat pada uji hidrolisis amilum hasil yang

diperoleh ditunjukkan oleh tabel 2

Tabel 2. Hasil Uji Hidrolisis AmilumHasil Uji Iod Hasil Uji

Benedict

Keterangan

Sebelum

dipanaskan

Sesudah

dipanaskan

Waktu yang dibutuhkan

Ada

endapan

merah bata

Sudah dihidrolisis sempurna

menjadi glukosa

Biru tua Kuning Iod 42 menit

Hidrolisis amilum merupakan suatu proses hidrolisis terhadap amilum

(polisakarida). Amilum akan dihidrolisis menjadi bentuk disakarida dan

monosakarida. Hidrolisis parsial pada amilum menghasilkan maltosa dan

hidrolisis selengkapnya menghasilkan D – glukosa. Reaksi positifnya adalah

dengan timbunya warna merah bata dan terbentuk endapan. Sampel yang dipakai

adalah larutan amilum.

Mula-mula sampel ditambah dengan HCl 6M. Larutan ini digunakan

sebagai oksidator untuk menghidrolisis larutan amilum menjadi monosakarida.

Page 11: Karbohidrat Garvin

Pemanasan berfungsi untuk mempercepat reaksi. Setelah itu, larutan diuji dengan

iod tiap 3 menit sampai hasil negatif yaitu larutan tidak berwarna biru lagi tetapi

berwarna kuning. Warna kuning menunjukkan bahwa amilum sudah terhidrolisis.

Pemanasan dihentikan pada pengujian menit ke 42. Adapun urutan hidrolisis

tersebut, yaitu : amilum (biru) amilodekstrin (biru) eritrodekstrin (merah)

archrodekstrin (tak berwarna) maltosa (tak berwarna) glukosa (tak

berwarna).

Setelah itu larutan dinetralkan dengan larutan Na2CO3 1%. Larutan

Na2CO3 1% berfungsi untuk mengurangi gelembung pada larutan sehingga larutan

menjadi netral. Selanjutnya, larutan tersebut diuji dengan uji benedict. Ketika

ditambah dengan reagen Benedict, larutan berwarna biru. Uji benedict digunakan

untuk membuktikan bahwa amilum telah terhidrolisis menjadi maltosa atau

glukosa. Uji ini dapat mengidentifikasi adanya gula pereduksi (maltosa dan

glukosa termasuk gula pereduksi) dan reaksi positifnya menunjukkan adanya

endapan merah bata.

Hasil percobaan menunjukkan bahwa setelah uji Benedict, terbentuk

endapan merah bata. Hal ini menunjukkan bahwa proses hidrolisis telah terjadi

sehingga dapat menghasilkan molekul yang lebih sederhana yang mempunyai

sifat gula reduksi. Faktor – faktor yang mempengaruhi waktu hidrolisis, yaitu

pemanasan, penambahan asam kuat dan adanya enzim – enzim yang spesifik

contohnya amilase. Reaksi yang terjadi adalah:

3. Pembuatan Buffer Asam

Pada praktikum karbohidrat pada uji nelson somogyi hasil yang diperoleh

ditunjukkan oleh tabel 3

Tabel 3. Hasil Uji Nelson SomogyiNo Konsentrasi

(x)

Absorbansi

(y)

x2 Xy

1 0,02 mg/ml 0,115 A0 0,04 × 10-2 0,0023

2 0,04 mg/ml 0,141 A0 0,16 × 10-2 0,00564

3 0,06 mg/ml 0,24 A0 0,36 × 10-2 0,0144

Page 12: Karbohidrat Garvin

4 0,08 mg/ml 0,343 A0 0,64 × 10-2 0,0415

5 0,10 mg/ml 0,415 A0 1 × 10-2 5,56 × 10-2

Σ x=0,3 0mg /mlΣ y=1 ,254 Σ x2 ¿2 ,2 ×10−2 Σxy=0,09128

Uji Nelson Somogy merupakan uji kualitatif untuk mengetahui kandungan

gula reduksi pada sampel berdasarkan pengukuran absorbansi. Uji ini dilakukan

dengan memisahkan kadar gula yang terkandung dalam sampel glukosa dengan

menghitung nilai absorbansi (y) atau nilai OD (optical density). Dalam penentuan

absorbansi digunakan teknik spektrofotometri dengan panjang gelombang () =

540 nm.

Pada prinsipnya larutan sampel yang digunakan adalah larutan standar,

direaksikan dengan reagen A dan B untuk mendapatkan hasil larutan yang jernih

dan kemudian diukur absorbansinya. Reagen A sebanyak 1 ml (Nelson A dan B)

ditambahkan agar kandungan gula dapat direduksi oleh larutan sampel.

Pemanasan bertujuan untuk mempercepat reaksi. Setelah dipanaskan, larutan

menjadi berwarna orange kemudian didinginkan kembali pada gelas beker.

Larutan ditambahkan reagen B (Arseno molibdat), warna larutan berubah menjadi

biru dan menimbulkan gas. Reagen B (Arseno molibdat) berfungsi untuk

melarutkan endapan Cu2O sehingga dapat terbentuk suatu kompleks warna dan

berfungsi untuk mereduksi kembali gula yang teroksidasi oleh reagen A dan dapat

menimbulkan gas.

Larutan standar adalah larutan yang telah diketahui konsentrasinya dengan

tepat. Larutan standar yang digunakan dalam pengukuran spektrofotometri adalah

glukosa. Deret larutan standar yang dibuat memiliki konsentrasi yang berbeda-

beda yaitu 0,02 mg/ml; 0,04 mg/ml; 0,06 mg/ml; 0,08 mg/ml dan 0,10 mg/ml.

Pengukuran absorbansi dilakukan pada panjang gelombang 540 nm karena pada

panjang gelombang tersebut larutan standar memiliki penyerapan maksimal

sehingga pada perubahan absorbansi dengan berubahnya konsentrasi dapat lebih

sensitif dan lebih cepat.

Nilai absorbansi dari masing-masing larutan dan larutan sampel madu

ditunjukan pada tabel 3 . Larutan sampel yang konsentrasinya 0,02 mg/ml, 0,04

mg/ml, 0,06 mg/ml, 0,08 mg/ml, 0,10 mg/ml dan larutan sampel madu nilai

Page 13: Karbohidrat Garvin

absorbansinya berturut-turut adalah 0,115 Å, 0,141 Å, 0,24 Å, 0,343 Å, 0,415 Å.

Kadar gula dari larutan sampel madu ditentukan dengan menggunakan

spektrofotometer yang merupakan nilai absorbansinya. Nilai absorbansinya

sebesar 0,204 Å, sehingga konsentrasi pada sampel larutan madu dapat ditentukan

dengan rumus :

a=(Σy ) ( Σx 2)−( Σx ) ( Σxy )

( Σx ) ( Σ x2 )−( Σ x2 ), b= (Σy ) ( Σxy )−( Σx ) ( Σy )

(Σx ) ( Σ x2)−( Σx )2, y=a+bx. Nilai y merupakan

absorbansi sampel. Nilai konsentrasi dari larutan sampel madu rasa menggunakan

rumus diatas adalah sebesar 0,09867 mg/100 ml dan pada madu anak adalah

0,050825. Hasil yang diperoleh tersebut kemudian dibuat kurva standarnya. Hasil

kurva standar yang terlihat menunjukan bahwa nilai yang terhitung dengan angka

pada grafik hampir sama antara nilai yang terhitung dengan angak pada kurva

standar. Kurva standar nilai absorbansi yang berhubungan dengan besarnya

konsentrasi suatu larutan dapat dilihat pada lampiran.

V. KESIMPULAN

Page 14: Karbohidrat Garvin

Berdasarkan pada praktikum karbohidrat yang telah dilakukan dapat

disimpulkan sebagai berikut:

1. Sifat-sifat karbohidrat yang diuji adalah karbohidrat yang mengandung gugus

keton, dapat mereduksi, dapat terhidrolisis dan gula pereduksi.

2. Uji Nelson-Somogy untuk mengetahui kadar karbohidrat yang terkandung dalam

sampel. Absorbansi sampel madu rasa yaitu 0,9867 Å ,sedangkan absorbansi

sampel madu anak adalah 0,050825 Å

.

DAFTAR PUSTAKA

Hart, H., Leslie E.C., dan David J.H. 2003. Kimia Organik Suatu Kuliah Singkat.

Erlangga, Jakarta.

Page 15: Karbohidrat Garvin

Ismadi. 1993. Biokimia. Gadjah Mada University Press,Yogyakarta.

Mihardja, L. 2004. Sistem energi dan zat gizi yang diperlukan pada olahraga

aerobik dan anaerobik. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia,

Majalah Gizi Medik Indonesia. 3: 9-13

Mujetahid, M. 2007. Tekhnik Pemanenenan Madu Leebah Hutan oleh Masyarakat

Sekitar Hutan di Kecamatan Mallawa Kabupaten Marros. Perennial. 4

(1) : 36-40.

Mulja, H.M., Suharman. 1995. Analisis Instrumental.Airlangga University Press,

Surabaya.

Wiratmaja, I. G., Wijaya Kusuma, I., & Suprapta Winaya, I. N. 2011. Pembuatan

Etanol Generasi Kedua Dengan Memanfaatkan Limbah Rumput Laut

Eucheuma Cottonii Sebagai Bahan Baku. Jurnal Energi Dan

Manufaktur.5(1):13-15.

LAMPIRAN

a=(Σy ) ( Σx 2)−( Σx ) ( Σxy )

( Σx ) ( Σ x2 )−( Σ x2 )

Page 16: Karbohidrat Garvin

a = (1,254 ) (2,2× 10−2 ) – (0,3 ) (0,09128 )

(0,3 ) (2 , 2× 10−2 )− (0,32 )

a = 2,04 ×10−4

−0,0834a = -2,45 × 10-3

b=(Σy ) ( Σxy )−( Σx ) ( Σy )

(Σx ) ( Σ x2)−( Σx )2

b = (0,3 ) (0,09128 ) – (0,3 ) (1,254 )

(0,3 ) (2 ,2× 10−2 )− (0,3 )2

b = 4,18

y = 0,41 →absorbansi sampel (madu rasa)

y = a + bx0,41 = (-2,45 × 10-3) + 4,18 x

x = 0,09867

y = 0,21 →absorbansi sampel (madu anak)

y = a + bx0,21 = (-2,45 × 10-3) + 4,18 x

x = 0,050825

Page 17: Karbohidrat Garvin

Gambar 1. Uji benedict sebelum pemanasan

Gambar 2. Uji benedict sesudah pemanasan

Gambar 3. Uji Seliwanoff sebelum pemanasan

Page 18: Karbohidrat Garvin

Gambar 4. Uji Seliwanoff sesudah pemanasan

Gambar 5. Hidrolisis amilum

0 0.02 0.04 0.06 0.08 0.1 0.120

0.05

0.1

0.15

0.2

0.25

0.3

0.35

0.4

0.45

0

0.1150.141

0.24

0.343

0.415f(x) = 4.14909090909091 xR² = 0.995136418576431

absorbansi

absorbansiLinear (absorbansi)Linear (absorbansi)Linear (absorbansi)

]

Gambar 6. Kurva absrobansi