Click here to load reader
Upload
puji-yuliastri
View
403
Download
58
Embed Size (px)
DESCRIPTION
journal
Citation preview
Bab I
Pendahuluan
Karies adalah penyakit jaringan keras gigi, yaitu enamel, dentin, dan
sementum yang disebabkan oleh aktifitas mikroba dalam suatu karbohidrat yang
dapat difermentasikan sehingga terbentuk asam dan terjadi penurunan pH,
sehingga menyebabkan demineralisasi jaringan keras gigi.1 Sampai saat ini karies
masih merupakan masalah kesehatan di negara maju dan negara berkembang.
World Health Organization (WHO) tahun 2010 menyatakan bahwa angka
kejadian karies di Indonesia adalah sebesar 60-90%. Sementara itu, berdasarkan
data Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) yang dilakukan oleh Departemen
Kesehatan Republik Indonesia tahun 2004 menunjukkan prevalensi karies di
Indonesia mencapai 90,05% dan tergolong lebih tinggi dibandingkan dengan
negara berkembang lainnya.2
Penanggulangan karies sendiri masih merupakan problem tersendiri di
negara-negara berkembang. Oleh karena itu, program pencegahan perlu
mendapatkan perhatian yang lebih besar. Pada dasarnya kunci utama untuk
mencegah karies adalah dengan melakukan penilaian risiko karies. Penilaian
risiko karies harus mengidentifikasi, mengevaluasi, dan menganalisis seluruh
faktor yang terlibat dalam proses terjadinya karies meliputi faktor penyebab dan
faktor resikonya.3
Penilaian risiko karies dapat membantu menentukan tindakan pencegahan
yang sesuai dengan kebutuhan pasien. Selain itu, dapat ditentukan diagnosa dan
rencana perawatan sesuai dengan kondisi pasien sehingga dapat diharapkan tidak
timbul lagi karies di masa yang akan datang. Penilaian risiko karies dapat
dilakukan untuk mengindentifikasi pasien yang berisiko karies tinggi sebelum
menjadi individu dengan karies yang aktif. Selain itu, penilaian risiko karies juga
dilakukan untuk melindungi pasien berisiko karies rendah serta untuk memonitor
perubahan status penyakit pada pasien dengan karies aktif.3,4
Secara sederhana, pemeriksaan faktor risiko karies dapat dilakukan dengan
anamnesis dan pemeriksaan intraoral. Pada anamnesis hal yang akan ditanyakan
meliputi riwayat kesehatan gigi, diet sehari-hari, asupan fluor, dan berkaitan
dengan cara menjaga kebersihan rongga mulut, sedangkan pada pemeriksaan
intraoral meliputi pemeriksaan kebersihan rongga mulut, plak gigi, dan saliva
pasien. Risiko karies individu yang telah diukur akan membantu menentukan
tindakan pencegahan yang sesuai dengan kebutuhan masing-masing individu.
Bab II
Tinjauan Pustaka
2.1 Karies
Karies adalah penyakit jaringan keras gigi, yaitu enamel, dentin, dan
sementum yang disebabkan oleh aktifitas mikroba dalam suatu karbohidrat yang
dapat difermentasikan yang ditandai dengan adanya demineralisasi jaringan keras
gigi yang kemudian diikuti oleh kerusakan bahan organik.1
Etiologi Karies
Karies memiliki etiologi yang multifaktorial dimana beberapa faktor utama
yang saling mempengaruhi. Faktor tersebut adalah host, bakteri, diet, dan
waktu. Beberapa jenis karbohidrat makanan misalnya sukrosa dan glukosa
dapat diragikan oleh bakteri tertentu dan membentuk asam. Pembentukan asam
akan menurunkan pH sampai di bawah 5. Penurunan pH yang berulang-ulang
dalam waktu tertentu akan mengakibatkan demineralisasi permukaan gigi
yang rentan dan semakin berkembang menjadi karies.6
1. Host ( Tuan Rumah)
Faktor yang termasuk host adalah keadaan gigi dan saliva. Sejumlah
faktor yang dihubungkan dengan keadaan gigi terhadap karies meliputi
morfologi gigi, struktur enamel, kimia, dan kristalografi. Selain keadaan
gigi, saliva juga berpengaruh terhadap terjadinya karies. Buffer saliva juga
berpengaruh terhadap terjadinya karies, karena buffer saliva merupakan
larutan yang dapat mempertahankan pH saliva supaya tetap konstan,
sehingga bila pH saliva rendah, maka karies cenderung tinggi. Saliva
dengan aliran yang sedikit juga dapat menyebabkan karies dibandingkan
saliva dengan aliran yang lebih banyak.
2. Mikroorganisme yang kariogenik
Sejumlah bakteri beserta produk-produkya yang melekat dan
terbentuk pada seluruh permukaan gigi disebut plak. Bakteri-bakteri
tersebut mampu melekatkan diri pada permukaan gigi oleh karena adanya
glikoprotein yang diendapkan oleh saliva. Bakteri yang paling banyak
muncul pada tahap awal adalah Streptococcus. Organisme ini tumbuh dan
berkembang biak mengeluarkan ekstraseluler yang lengket dan akan
menjerat berbagai jenis bakteri lain.
3. Substrat atau Diet
Faktor substrat atau diet dapat mempengaruhi pembentukan plak
karena membantu perkembangan dan kolonisasi mikroorganisme yang ada
pada permukaan enamel. Hasil penelitian menunjukkan bahwa orang yang
banyak mengkonsumsi karbohidrat terutama sukrosa cenderung
mengalami kerusakan pada gigi, sebaliknya pada orang dengan diet yang
banyak mengandung lemak dan protein hanya sedikit atau sama sekali
tidak mempunyai karies gigi.
4. Waktu
Secara umum karies dianggap sebagai penyakit kronis pada
manusia yang berkembang dalam waktu beberapa bulan atau tahun.
Lamanya waktu yang dibutuhkan karies untuk berkembang menjadi suatu
kavitas cukup bervariasi, dperkirakan 6-48 bulan.6,
2.2 Risiko Karies
Risiko karies merupakan risiko terjadinya sebuah lesi karies pada
seseorang. Berdasarkan definisinya risiko karies ditujukan untuk mengukur
terjadinya karies dimasa yang akan datang. Risiko karies adalah peluang
seseorang untuk mempunyai beberapa lesi karies selama kurun waktu tertentu.
Risiko karies pada setiap orang berbeda, bahkan tidak tetap seumur hidup oleh
karena dapat berubah apabila pasien melakukan tindakan pencegahan karies
baik oleh dirinya sendiri maupun yang dilakukan dokter gigi.
2.3 Faktor Risiko Karies
Faktor risiko karies sering diidentifikasi sebagai hubungan sebab akibat
yang menyebabkan karies. Faktor resiko adalah ciri-ciri atau pajanan yang
signifikan terkait dengan perkembangan penyakit. Faktor resiko juga merupakan
faktor penentu yang dapat dimodifikasi oleh intervensi sehingga dapat
mengurangi kemungkinan terjadinya penyakit.9
Faktor risiko karies antara lain:
1. Pengalaman Karies
Prediktor yang paling nyata pada risiko karies yang tinggi pada gigi
permanen adalah pengalaman karies pada gigi desidui. Pengalaman
karies merangkum seluruh pengaruh dari faktor risiko dari individu
yang telah terpapar selama seumur hidup. Prevalensi karies pada gigi
desidui dapat memprediksikan karies pada gigi permanen pada masa
mendatang. Sensitivitas prediksi ini dapat melibatkan gigi desidui dan
molar pertama gigi permanen. Namun, paparan faktor risiko tersebut
dapat berubah selama seumur hidup, dan dapat mempengaruhi daya
prediksi indikator ini sehingga kurang 100% akurat.10
2. Genetik
Meskipun faktor genetik tidak dapat diukur dalam praktik klinis,
hubungan pengaruh genetik terhadap etiologi dan penilaian risiko
karies harus diperhatikan. Genetik telah diidentifikasi menghubungkan
antara perkembangan gigi, fungsi saliva dan diet terhadap risiko atau
pencegahan karies.11
3. Fluoride
Meluasnya penggunaan fluoride telah mengurangi prevalensi karies
dan tingkat perkembangan lesi karies secara dramatis. Penggunaannya,
yang dapat dianggap sebagai salah satu faktor pelindung yang paling
penting ketika menilai risiko karies pasien, memungkinkan strategi
manajemen lebih konservatif untuk pencegahan dan perawatan karies.
Pertama-tama, dokter gigi harus mempertimbangkan semua sumber
paparan fluoride, misalnya, air minum berfluoride, makanan dan
minuman berfluoride, produk fluoride topikal (pasta gigi atau obat
kumur) dan penggunaan fluoride di klinik dokter gigi secara berkala.
Dokter gigi kemudian harus menentukan apakah pola paparan fluoride
tersebut menghambat munculnya atau berkembangnya karies baru atau
karies berkavitas dari waktu ke waktu. Seorang pasien yang
menggunakan pasta gigi fluoride sekali sehari dapat dianggap memiliki
paparan fluoride yang memadai jika ia diklasifikasikan sebagai
berisiko rendah dan tidak menunjukkan adanya aktifitas karies. Jika
muncul lesi baru atau lesi yang ada telah berkembang, maka paparan
fluoride pasien tidak memadai. Penggunaan fluor untuk setiap pasien
harus ditentukan berdasarkan usia, kemampuan fisik, kesadaran dan
perilaku.14
4. Sosio-ekonomi
Status sosial ekonomi sangat relevan untuk prevalensi karies.
Prevalensi karies umumnya lebih rendah pada kelas sosial yang lebih
tinggi. Hal ini bukan dikarenakan pengobatan yang lebih mahal tetapi
kepedulian terhadap kesehatan yang lebih besar pada kelas sosial atas .
Faktor sosial ekonomi yang penting adalah pendidikan dan
kependudukan.9
5. Saliva
Saliva memainkan peran penting pada kesehatan jaringan keras dan
lunak rongga mulut. Saliva berguna untuk membersihkan sisa-sisa
makanan di rongga mulut. Beberapa parameter saliva yang paling
umum terkait dengan risiko karies meliputi laju aliran saliva, kapasitas
buffering dan pH.
Laju aliran saliva yang tinggi memungkinkan untuk meningkatkan
ketersediaan unsur organik dan anorganik saliva, termasuk enzim
antimikroba dan sekresi IgA serta ion kalsium dan fosfat yang
menjaga integritas gigi dengan mengatur proses
demineralisasi/remineralisasi. Seangkan laju aliran saliva rendah yang
kronis (yaitu hiposalovasi sebenarnya) dikatakan menjadi salah satu
indikator saliva terkuat pada peningkatan risiko karies.12
6. Diet
Diet merupakan salah satu faktor utama dari aktivitas karies.
Pertimbangan diet yang mempengaruhi perkembangan karies antara
lain retensi makanan, frekuensi konsumsi, konsumsi di antara waktu
makan, kehadiran faktor protektif dalam makanan (misalnya kalsium
dan fluoride) dan jenis karbohidrat. Konsumsi gula merupakan etiologi
yang penting pada faktor perkembangan karies. Konsumsi gula
menyebabkan produksi asam organik (misalnya asam laktat) yang
dapat menurunkan pH plak sehingga dapat menyebakan terjadinya
demineralisasi enamel.12,13
7. Plak
Salah satu komponen dalam terjadinya karies adalah adanya plak dan
hanya permukaan gigi yang terdapat plak yang memiliki potensi untuk
terjadi karies. Plak merupakan faktor risiko untuk karies karena karies
adalah hasil dari aktivitas metabolisme biofilm ini dan karies tidak
akan terjadi apabila tidak terdapat plak, terlepas dari faktor-faktor
lainnya. Karies dapat dikurangi melalui kontrol plak yang teratur.
Menyingkirkan plak secara mekanis dari permukaan gigi dapat
membantu mengurangi insiden karies gigi. Jika terdapat sedikit plak,
maka pembentukan asam akan berkurang dan karies tidak akan
terjadi.9,12,14
8. Bakteri
Karies adalah penyakit mikrobal yang agen etiologinya adalah
konstituen normal dari biofilm plak gigi yang menyebabkan masalah
hanya ketika patogenisitas dan proporsinya berubah sebagai respon
terhadap kondisi lingkungan. Hal ini jelas bahwa tanpa biofilm plak
tidak akan ada karies. Streptococcus mutans adalah salah satu agen
etiologi utama karies. Anak yang memiliki Streptococcus mutans
dalam jumlah banyak saat berumur 2 dan 3 tahun akan mempunyai
risiko karies yang lebih tinggi untuk mengalami karies pada gigi
desidui.14
2.5 Pengukuran Risiko Karies
Pengukuran risiko karies adalah suatu cara untuk menentukan kemungkinan
seseorang mengalami karies baru selama periode waktu tertentu dan kemungkinan
perubahan ukuran atau aktifitas suatu lesi karies dari waktu ke waktu.12
Pengukuran risiko karies adalah pendekatan sistematis untuk mengidentifikasi
seluruh faktor etiologi yang dapat menyebabkan karies. Hasil dari pengukuran ini
untuk mengkategorikan pasien pada kategori risiko karies, rendah, sedang, atau
tinggi.15 Karena karies adalah penyakit multifaktorial, penilaian risiko karies harus
mencakup faktor-faktor yang dapat mempengaruhi perkembangan karies, seperti
pengalaman karies masa lalu dan sekarang, diet, paparan fluoride, kehadiran
bakteri kariogenik, status saliva, riwayat medis dan pengaruh sosiodemografi
ketika mengevaluasi status risiko karies pasien.14
Pengukuran risiko karies penting untuk :
a. Pemeriksaan faktor etiologi individu dari lesi karies dan adanya faktor
risiko karies.
b. Memungkinkan dilakukannya evaluasi terhadap keberhasilan dan
kebutuhan modifikasi dari tindakan pencegahan, terutama apabila
penentuan risiko karies itu dilakukan secara berulang.
c. Menunjukkan adanya peningkatan risiko karies pada anak-anak tertentu
sehingga dapat memilih program pencegahan individual sebagai upaya
untuk meminimalkan terbentuknya lesi karies.12
Cara Pengukuran Risiko Karies
Secara sederhana, pemeriksaan faktor risiko karies dapat dilakukan dengan
anamnesis dan pemeriksaan intraoral. Pada anamnesis hal yang akan ditanyakan
meliputi riwayat kesehatan gigi, diet sehari-hari, asupan fluor, dan berkaitan
dengan cara menjaga kebersihan rongga mulut, sedangkan pada pemeriksaan
intraoral meliputi pemeriksaan kebersihan rongga mulut, plak gigi, dan saliva
pasien.
Beberapa pedoman pengukuran risiko karies antara lain:
1. Pengukuran risiko karies berdasarkan pedoman AAPD (American
Academy Of Pediatric Dentistry)
The AAPD Caries-risk Assessment Tool (Alat Pengukuran Risiko Karies)
berupa selembar formulir pengukuran risiko karies yang bervariasi
(berdasarkan usia pasien) yang mencirikan risiko dari segi faktor biologis/
perilaku, faktor pelindung dan temuan klinis. Alat ini mencakup
rekomendasi untuk perencanaan perawatan berdasarkan risiko pasien.
Faktor-faktor yang dievaluasi meliputi: status sosial ekonomi, diet
konsumsi (gula dan minuman), kebutuhan perawatan kesehatan khusus,
penggunaan fluoride, kebersihan mulut, keadaan gigi, lesi interproksimal,
lesi white spot aktif atau kerusakan enamel, aliran saliva, restorasi, dan
penggunaan alat intraoral. Formulir terbagi berdasarkan usia yaitu untuk
usia 0-5 tahun dan usia >6 tahun dan berdasarkan individu yang mengisi
formulir yaitu untuk dokter gigi dan non-dokter gigi.16
Pedoman penilaian risiko karies berdasarkan AAPD:
Kelebihan:
The AAPD Caries-risk Assessment Tool mudah digunakan dan mudah
diintegrasikan ke dalam catatan klinis. Selain itu, alat ini memberikan
protokol manajemen karies berbasis penelitian yang jelas.
Kekurangan:
AAPD Caries-risk Assessment Tool tergantung waktu dan belum teruji
secara klinis untuk memberikan kegunaan yang prediktif.16
2. Pengukuran risiko karies berdasarkan ADA (American Dental
Association)
ADA Caries-risk Assessment Tool (Alat Pengukuran Risiko Karies)
adalah kuesioner berupa selembar penilaian risiko karies yang
memungkinkan dokter gigi untuk menilai risiko pasien berupa rendah,
sedang, atau tinggi berdasarkan beberapa kondisi perilaku, kesehatan dan
klinis. Risiko diberi nilai numerik. Faktor yang diidentifikasi antara lain:
paparan fluoride, makanan atau minuman manis (diet), memenuhi syarat
untuk program pemerintah, pengalaman karies ibu, pengasuh atau saudara,
keadaan gigi, kebutuhan perawatan kesehatan khusus, restorasi/lesi kavitas
karies, lesi karies non kavitas, gigi yang hilang karena karies, plak yang
terlihat, peralatan ortodontik dan aliran saliva.16
Lingkari atau tandai kotak kondisi yang ada. Risiko rendah berarti hanya
berisi kondisi "Low Risk"; Risiko sedang hanya berisi kondisi "Low"
dan/atau "Moderat"; Risiko tinggi hanya berisi satu kondisi atau lebih"
High Risk".ADA_CAMBRA
Kelebihan:
ADA Caries-risk Assessment Tool mudah digunakan dan mudah diintegrasikan
ke dalam catatan klinis. Selain itu, alat ini menyediakan pemeriksaan klinis
tambahan untuk menentukan risiko dan panduan rencana perawatan.
Kekurangan:
ADA Caries-risk Assessment Tool tergantung waktu dan belum teruji secara
klinis untuk memberikan kegunaan yang prediktif.16
3. Pengukuran risiko karies informal
Sebuah survei penilaian risiko karies yang dilakukan oleh sekumpulan
dokter gigi mengungkapkan bahwa meskipun 73% dari dokter gigi
menggunakan beberapa jenis penilaian risiko dalam praktik mereka, hanya
14% yang menggunakan bentuk penilaian risiko karies spesifik. Faktor-
faktor yang dianggap paling penting dalam menentukan risiko oleh dokter
gigi tersebut adalah: adanya lesi karies aktif, cara menjaga kebersihan
rongga mulut, dan penurunan aliran saliva. Faktor-faktor lain yang juga
dianggap penting yaitu status sosial ekonomi keluarga, status karies orang
tua, penggunaan fluoride dan konsumsi diet.
Kelebihan:
Metode ini mudah diimplementasikan dan intuitif bagi dokter gigi yang
sibuk .
Kekurangan:
Penilaian risiko karies informal ini tidak terstruktur, dengan demikian,
tidak menjamin implementasi yang konsisten. Dimasukkannya satu atau
beberapa kriteria lain didasarkan pada intuisi klinis, bukan data pasti.
4. Tes saliva
Kehadiran Streptococcus mutans, baik di dalam plak atau saliva pada anak
yang bebas karies, tampaknya terkait dengan peningkatan risiko karies.
Kelebihan: Studi klinis telah membuktikan hubungan yang signifikan
secara statistik antara tes saliva positif dan karies pada masa yang akan
datang.
Kekurangan: Tes saliva memerlukan peralatan khusus, bisa mahal dan
tidak ditanggung oleh asuransi .
5. Kariogram
Kariogram adalah sebuah program software yang bertujuan untuk
menunjukkan latar belakang multifaktorial dari karies dengan
menggambarkan interaksi dari sembilan faktor yang terkait dengan karies.
Pasien diukur dari segi diet, plak, karies, jumlah bakteri dan sekresi saliva
dan hasilnya ditampilkan sebagai profil risiko pie-chart.
Kelebihan: Kariogram menerapkan pendekatan yang komprehensif dan
lengkap untuk identifikasi risiko. Proses ini meliputi kuesioner,
wawancara, perkiraan kebersihan rongga mulut dan tes saliva.
Kekurangan: Salah satu hambatan yang mungkin untuk penggunaan
metode ini adalah adanya tes saliva dengan kultur mikroba. Tes mikroba
mahal dan memakan waktu sehingga dapat menunda proses pengukuran
risiko karies.
6. Caries Management by Risk Assessment (CAMBRA)
Manajemen karies dengan penilaian risiko adalah proses penilaian risiko
karies untuk bayi/balita berupa wawancara kepada orangtua/pengasuh,
pemeriksaan pada anak, penentuan tingkat risiko karies, dan kultur bakteri,
jika diindikasikan. Metode ini mencakup rekomendasi untuk pencegahan
berdasarkan risiko yang diidentifikasi.
Kelebihan: CAMBRA bersifat sederhana dan mudah digunakan.
Kekurangan: Dalam praktiknya, wawancara CAMBRA digunakan sebagai
penilaian risiko yang lengkap. Faktor-faktor yang diidentifikasi pada saat
wawancara memang memiliki hubungan dengan risiko karies, tetapi belum
teruji untuk menjadi prediksi kejadian karies di masa depan. CAMBRA
adalah pengukuran risiko pada satu waktu, namun, upaya pencegahan dan
kunjungan (sampai 12 bulan untuk tes periodik dan 24 bulan untuk
radiografi) untuk anak-anak berisiko rendah tidak memperhitungkan
keadaan yang kadang-kadang berubah secara cepat, yang secara drastis
dapat memodifikasi risiko dalam waktu singkat.
2.4 Kategori Risiko Karies
Risiko karies terbagi menjadi tiga yaitu risiko tinggi, sedang, dan
rendah. Dasar klasifikasi risiko rendah, sedang, dan tinggi tergantung
prevalensi karies serta faktor-faktor risiko yang dimiliki.
Risiko tinggi: untuk penilaian risiko karies tinggi dapat ditemui
faktor-faktor berikut yaitu perkembangan lesi karies baru, adanya lesi
aktif dan penempatan restorasi karena karies aktif sejak pemeriksaan
terakhir pasien (satu atau dua tahun setelah kunjungan terakhir).
Risiko sedang:
Risiko rendah: Penilaian risiko karies rendah didasarkan pada
faktor-faktor berikut yaitu tidak adanya lesi karies atau
perkembangan karies untuk jangka waktu satu sampai tiga tahun;
jumlah akumulasi plak; frekuensi asupan gula pasien; adanya masalah
pada saliva, perubahan perilaku atau gangguan fisik, sejarah dan pola
penggunaan fluoride.17