43
Perubahan Warna pada Gigi Anak-anak yang disebabkan oleh karena Karies Rampan Makalah Disusun untuk memenuhi tugas makalah di klinik Pedodonsia Disusun oleh : Dewi Fitria Anugrahati (091611101003) Pembimbing : drg. Sulistyani, M.Kes

karies gigi

Embed Size (px)

DESCRIPTION

karies

Citation preview

Page 1: karies gigi

Perubahan Warna pada Gigi Anak-anak yang disebabkan

oleh karena Karies Rampan

Makalah

Disusun untuk memenuhi tugas makalah di klinik Pedodonsia

Disusun oleh :

Dewi Fitria Anugrahati

(091611101003)

Pembimbing :

drg. Sulistyani, M.Kes

KLINIK PEDODONSIA

RUMAH SAKIT GIGI DAN MULUT

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS JEMBER

2015

Page 2: karies gigi

BAB I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perubahan warna gigi adalah salah satu alasan yang paling sering dijumpai

mengapa pasien mencari perawatan gigi. Perubahan warna gigi dapat

menyebabakan adanya permasalahan estetik, mengurangi rasa percaya diri

maupun trauma psikologis. Pemahaman tentang etiologi perubahan warna gigi

sangat penting untuk dokter gigi untuk menentukan diagnosis yang benar.

Pengetahuan tentang penyebab perubahan warna gigi juga akan membantu dokter

gigi untuk menjelaskan sifat yang tepat dari kondisi pasien. Dalam beberapa

kasus, mekanisme pewarnaan gigi mungkin memiliki efek pada hasil pengobatan

dan mempengaruhi pilihan perawatan yang ditawarkan kepada pasien (Watts

dkk,2001).

Penyebab terjadinya perubahan warna gigi dapat diklasifikasikan menurut

tempat stain, yaitu ekstrinsik maupun intrinsik. Perubahan warna intrinsik terjadi

akibat faktor dari dalam gigi yang umunya terdapat pada email dan dentin. Gigi

dapat mengalami perubahan warna atau diskolorisasi sebelum masa erupsi yaitu

pada saat pembentukan gigi karena terpaparnya struktur gigi dengan penyebab

diskolorisasi. Diantara penyebab diskolorisasi adalah obat-obatan yang

dikonsumsi sewaktu masa pertumbuhan gigi, misalnya tetrasiklin dan fluoride.

Sedangkan diskolorisasi ekstrinsik terjadi pada permukaan luar gigi. Perubahan

warna ekstrinsik umumnya terjadi karena penggunaan rokok atau tembakau,

minuman dan makanan berwarna seperti kopi dan teh (Manuel dkk, 2010).

Rampan karies adalah istilah yang digunakan untuk mengambarkan suatu

keadaan sebagian besar atau semua gigi susu yang mengalami kerusakan atau

karies secara luas dan berkembang dengan cepat akibat pemberian susu botol.

Pada umumnya, susu botol diberikan pada balita sepanjang hari mulai dari anak

bermain sampai tidur. Tindakan ini merupakan penyebab utama terjadinya rampan

karies. Rampan karies juga dikenal sebagai karies botol merupakan karies gigi

yang parah dan terjadi pada bayi atau anak-anak, berkembang dengan cepat dan

1

Page 3: karies gigi

mengakibatkan gangguan kesehatan yang panjang pada anak-anak salah satunya

yaitu terjadinya perubahan warna pada gigi (Zafar, 2003).

Prevalensi rampan karies mencapai tingkat yang tinggi pada negara

berkembang dan keparahanya meningkat seiring pertambahan usia anak. Oleh

karena itu gigi sulung diharapkan dalam kondisi yang baik untuk perkembangan

sistem stomatognatik anak yang baik dan adekuat. Gigi sulung yang sehat penting

untuk kemampuan bicara, mastikasi, pencegahan kebiasaan oral yang buruk, dan

berperan sebagai penuntun erupsi gigi permanen. Selain itu, estetika dari gigi

anterior menunjang perkembangan kepribadian yang normal sehingga

kepercayaan diri akan meningkat secara positif dan dapat mempengaruhi kualitas

hidup anak pada masa depannya (Namita&Rai,2013).

1.2 Rumusan Masalah

Berdasar uraian di atas didapatkan rumusan masalah yaitu bagaimana karies

rampan dapat mengakibatkan terjadinya perubahan warna pada gigi?

1.3 Tujuan Penulisan

Mengetahui mekanisme terjadinya karies rampan dapat mengakibatkan

terjadinya perubahan warna pada gigi.

2

Page 4: karies gigi

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Diskolorisasi Gigi

2.1.1 Definisi Diskolorisasi Gigi

Diskolorasi secara umum diartikan sebagai perubahan warna pada gigi.

Diskolorasi pada enamel gigi dapat disebabkan oleh proses penodaan (staining),

penuaan (aging), dan bahan-bahan kimia. Penggunaan produk tembakau, teh, kopi

dan obat kumur tertentu, dan pigmen di dalam makanan menyebabkan

terbentuknya stain yang akan menyebabkan permukaan gigi menjadi kasar

sehingga mudah ditempeli sisa makanan dan kuman yang akhirnya membentuk

plak. Apabila tidak dibersihkan, plak akan mengeras dan membentuk karang gigi

(calculus) kemudian sampai ke akar gigi, akibatnya gusi mudah berdarah,

gampang goyah dan tanggal. Stain pada gigi dapat terjadi dengan tiga cara :

1) Perlekatan stain secara langsung pada permukaan gigi.

2) Stain terjebak di dalam kalkulus dan deposit lunak.

3) Penggabungan stain dengan struktur gigi atau material restoratif.

  2.1.2 Etiologi Diskolorasi Gigi

2.1.2.1 Diskolorasi gigi berdasarkan sumber

Penyebab perubahan warna gigi berdasarkan sumbernya dibagi menjadi

eksogen dan endogen. Diskolorasi eksogen disebabkan oleh substansi dari luar

gigi dan sering disebabkan kebiasaan minum minuman berwarna yang

berkepanjangan seperti teh, kopi, sirup dan merokok. Tar dari asap rokok dapat

menyebabkan perubahan warna dari coklat sampai hitam. Diskolorasi endogen

sumbernya berasal dari dalam gigi, didapat dari sumber lokal maupun sistemik.

Faktor lokal dapat disebabkan karena pedarahan akibat trauma, kesalahan

prosedur perawatan gigi, dekomposisi jaringan pulpa, pengaruh obat-obatan dan

pasta pengisi saluran akar, dan pengaruh bahan-bahan restorasi. Perubahan warna

yang terjadi mengenai bagian dalam struktur gigi selama masa pertumbuhan gigi

dan umumnya perubahan warna terjadi di dalam dentin sehingga relatif sulit

dirawat secara eksternal.

3

Page 5: karies gigi

2.1.2.2 Diskolorasi gigi berdasarkan lokasi

Perubahan warna gigi menurut lokasinya dibagi menjadi intrinsik dan

ekstrinsik. Perubahan warna intrinsik adalah perubahan yang masuk ke dalam

dentin selama masa pertumbuhan gigi. Disebabkan karena penumpukan bahan-

bahan dalam struktur gigi. Beberapa hal yang menyebabkan terjadinya diskolorasi

intrinsik :

1) Dekomposisi jaringan pulpa atau sisa makanan. Gas yang dihasilkan oleh pulpa

nekrosis dapat membentuk ion sulfida berwarna hitam.

2) Pemakaian antibiotik, misalnya tetrasiklin. Tetrasiklin merupakan penyebab

paling sering dari perubahan warna gigi intrinsik. Pemakaian obat golongan

tetrasiklin selama proses pertumbuhan

gigi dapat menyebabkan perubahan warna gigi permanen. Periode waktu

pemberian tetrasiklin yang menyebabkan perubahan warna pada gigi :

1) Semasa dalam kandungan, pada usia kehamilan ibu lebih dari 4 bulan, molekul

tetrasiklin dapat melewati barier plasenta mengenai gigi sulung yang sudah

terbentuk.

2) Masa bayi sesudah lahir sampai usia 5 tahun, pada periode ini terjadi

pembentukan mahkota gigi seri permanen. Mekanismenya adalah tetrasiklin akan

terikat dengan kalsium dan

membentuk senyawa kompleks berupa tetrasiklin kalsium ortofosfat. Jaringan gigi

yang sedang dalam proses mineralisasi itu tidak hanya memperoleh kalsium,

tetapi juga molekul tetrasiklin

yang kemudian tertimbun di dalam jaringan dentin dan email.

3) Penyakit metabolik berat selama fase pertumbuhan gigi, misalnya alkaptonuria

menyebabkan warna coklat, endemik fluorosis menyebabkan bercak coklat pada

gigi.

Perubahan warna ekstrinsik terdapat pada enamel dan biasanya bersifat lokal.

Mayoritas diskolorasi yang terjadi pada gigi permanen bersifat ekstrinsik.

Berdasarkan penyebabnya stain ekstrinsik dibagi menjadi 2 kategori :

4

Page 6: karies gigi

1) Diskolorasi non metalik, disebabkan oleh kromogen organik melekat pada

pelikel. Warnanya berasal dari warna asli kromogen tersebut. Diketahui dapat

menyebabkan stain langsung adalah

merokok, mengunyah tembakau, teh, dan kopi. Pada gigi terlihat warna berasal

dari komponen polyphenol yang memberikan warna makanan.

2) Diskolorasi metalik, dihasilkan dari interaksi kimia antara komponen penyebab

perubahan warna dengan permukaan gigi (Manuel dkk, 2010).

2.2 Proses Pertumbuhan Dan Perkembangan Gigi

Pertumbuhan gigi susu dimulai sejak janin dalam kandungan usia 8

minggu kehamilan ibu, gigi susu pertama kali tumbuh pada bayi berusia lebih dari

6 bulan sejak ia lahir, gigi tumbuh secara berurutan yang dimulai dengan gigi seri

pertama bawah, kemudian diikuti dengan gigi seri pertama atas, selanjutnya gigi

seri kedua atas dan bawah akan tumbuh pada usia 1 tahun, pada usia 18 bulan

akan tumbuh gigi geraham pertama atas dan bawah yang akan diikuti dengan

tumbuhnya gigi taring. Pada usia 2 tahun tumbuh gigi geraham kedua atas dan

bawah. Gigi mencapai tumbuh sempurna pada saat anak berusia 2 tahun

(Afrilina,2006).

Diet yang baik sangat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan

bayi, tetapi perkembangan gigi geligi tampaknya lebih banyak di pengaruhi oleh

gangguan keseimbangan kalsium dan fosfor di dalam aliran darah, panas badan

yang tinggi atau infeksi usus dapat mengganggu keseimbangan mineral dan lebih

banyak mempengaruhi struktur gigi geligi janin dibanding gangguan nutrisi ibu

(Narendra, 2002).

2.2.1 Tahap-Tahap Pertumbuhan Gigi

Mulai tumbuhnya gigi merupakan proses penting dari pertumbuhan

seseorang anak, tahap-tahap penting pertumbuhan gigi dapat dilihat pada Tabel 1.

Gigi geligi Waktu erupsi (bulan)

5

Page 7: karies gigi

         Geligi rahang atas

         Gigi seri pertama

         Gigi seri kedua

         Gigi taring

         Gigi geraham pertama

         Gigi geraham kedua

          6,5

          8

          18

          14

          24

         Geligi rahang bawah

         Gigi seri pertama

         Gigi seri kedua

         Gigi taring

         Gigi geraham pertama

         Gigi geraham kedua

          6

          7

          16

          10

          20

2.3 Definisi

Menurut Winter (1996), rampant karies adalah sebuah lesi yang onsetnya

akut yang meliputi sebagian besar atau semua bagian dari gigi yang telah erupsi,

secara cepat menghancurkan jaringan koronal, sering pada bagian yang normalnya

kebal terhadap karies dan mengarah kepada keterlibatan dari pulpa gigi sedari

dini.

Menurut Tinanoff (1983) mendefinisikan rampant caries sebagai karies

yang terdapat pada orang hidup yang memiliki 5 atau lebih permukaan gigi yang

karies selama setahun.

Menurut Masseler (1945), rampant karies merupakan keadaan karies yang

muncul secara tiba-tiba, menyebar dengan cepat dan terdapat keterlibatan awal

dari pulpa, dan mengenai gigi-gigi yang biasanya kebal terhadap karies yang

biasa.

2.4 Prevalensi Rampan karies

Prevalensi rampan karies mencapai tingkat yang tinggi pada negara

berkembang dan keparahanya meningkat seiring pertambahan usia anak. Oleh

karena itu gigi sulung diharapkan dalam kondisi yang baik untuk perkembangan

6

Page 8: karies gigi

system stomatognatik anak yang baik dan adekuat. Gigi sulung yang sehat penting

untuk kemampuan bicara, mastikasi, pencegahan kebiasaan oral yang buruk, dan

berperan sebagai penuntun erupsi gigi permanen. Selain itu, estetika dari gigi

anterior menunjang perkembangan kepribadian yang normal sehingga

kepercayaan diri akan meningkat secara poaitif dan dapat mempengaruhi kualitas

hidup anak pada masa depannya.

Rampan karies juga dikenal sebagai karies botol merupakan karies gigi

yang parah dan terjadi pada bayi atau anak-anak, berkembang dengan cepat dan

mengakibatkan gangguan kesehatan yang panjang pada anak-anak. Kesulitan

makan adalah keluhan yang sering dialami anak penderita rampan karies, karena

sakit bila mengunyah sehingga, anak sering mengemut makananya untuk

menghindari terjadinya rasa nyeri bila mengunyah, anak sering menangis karena

rasa nyeri yang mengenai seluruh gigi, serta adanya bau mulut.

2.5 Gambaran Klinis

Bentukan dari rampant karies pada gigi sulung biasanya berhubungan

dengan urutan dari erupsi gigi, dengan pengecualian pada insisiv sulung

mandibula. Pada insisiv mandibula kemungkinan lebih resistan terhadap karies

karena jaraknya yang dekat dari tempat sekresi kelenjar mandibula juga karena

proses pembersihan dari lidah selama proses menghisap susu botol.

Lesi awal biasanya muncul pada permukaan labial dari insisiv maksila

dekat dengan margin gingiva, terlihat sebagai area keputihan dari dekalsifikasi

atau pitting dari permukaan enamel segera setelah erupsi. Lesi ini dengan cepat

terpigmentasi menjadi warna kuning dan pada waktu yang bersamaan menyebar

ke arah permukaan proximal dan juga kearah sisi insisal dari gigi. Pada kasus

yang jarang dekalsifikasi muncul pada permulaan di permukaan palatal atau pada

insisal edge pada kasus yang extreme. Pada kasus yang lebih parah, proses karies

akan menyebar pada lingkar gigi, yang nantinya mengarah pada fraktur patologis

dari mahkota pada trauma yang kecil. Gigi yang lain, seperti molar 1 sulung,

molar 2 sulung dan bahkan kaninus akan terkena secara bertahap.

7

Page 9: karies gigi

Nursing bottle caries, juga dikenal dengan nama seperti bottle caries, baby

bottle syndrome, baby bottle decay merupakan bentukan dari rampant karies pada

gigi sulung dari bayi atau anak-anak(2, 3, dan 4 tahun). Pada kebanyakan kasus,

masalahnya biasanya ditemui pada bayi yang sering tertidur dengan botol bayi

yang berisi susu atau air gula. Kondisi seperti ini juga bisa ditemui pada bayi yang

meminum ASI yang memiliki kebiasaan minum ASI yang terlalu lama atau pada

bayi yang menggunakan dot yang dicelupkan ke madu, gula, atau syrup.

Penurunan flow rate saliva selama tidur juga mengumpulkan larutan manis

disekitar gigi, juga berakibat pada lingkungan kariogenik yang tinggi.

Rampant karies juga bisa muncul pada gigi permanen pada usia remaja,

karena seringnya mereka mengkonsumsi snack-snack yang bersifat kariogenik

juga minuman yang manis diantara waktu makan. Rampant karies pada orang

dewasa ditandai dengan karies pada bukal dan lingual dari premolar dan molar

dan juga proximal dan labial karies di insisiv Rahang bawah.

Bentukan spesifik dari rampant karies bisa muncul pada anak-anak dan

orang dewasa yang memiliki aliran saliva yang menurun drastis sebagai hasil dari

radioterapi untuk perawatan kanker bagian kepala dan leher setelah pembedahan

neoplasma pada rongga mulut.

2.6 Etiologi Rampan Karies

Dua faktor predisposisi mayor pada rampant karies adalah specific

mikroorganisme dan diet. 4 variabel penting yang mengawali dan berperan dalam

terjadinya karies yaitu:

Host: Saliva dan permukaan gigi harus dipertimbangkan sebagai penyebab dari

penyakit ini.·

Saliva: Beberapa faktor yang menyebabkan saliva bertanggung jawab sebagai

faktor penyebab.

Aliran saliva: Seseorang yang memiliki sekresi saliva yang lebih rendah dari

biasanya akan lebih nudah terserang karies. Seseorang yang sedang menjalani

radiotherapy dan obat antihistamin memiliki lebih sedikit sekresi saliva.

8

Page 10: karies gigi

Faktor biologis: Saliva mengandung beberapa komponen, yang dapat mengurangi

tingkat terserang karies, seperti misalnya opsononis, lysozomes dan agen

bakterolytic

Fungsi khemis: 2 fungsi khemis dari saliva yang telah diketahui. Kemampuan

buffer saliva dan kereaktifannya terhadap ion inorganic, khususnya kalsium dan

fosfat dengan permukaan enamel.

Permukaan gigi: Gigi yang mengalami hypoplastik atau hypokalsifikasi lebih

mudah terserang karies.

Microflora oral

Streptococcus mutans merupakan bakteri patogen yang penting dalam proses

perkembangan karies. Biasanya mikroorganisme ini tidak terdeteksi pada mulut

bayi sampai tahap lanjut dari kerusakan insisiv. Tidak terdeteksinya s.mutans pada

tahap perkembangan menandakan bahwa keberadaan dari micro-organisme ini

berhubungan dengan infeksi awal, dan sumber utama dari s.mutans pada infeksi

awal ini biasanya dari ibu.

Microorganisme lain yaitu lactobacilus, veillonella juga bertanggung

jawabterhadap karies gigi. Mikroorganisme ini bisa bereaksi terhadap

substrat(makanan) seperti misalnya sukrosa untuk membentuk extracellular dan

intracellular polysaccharides seperti amylopectins, dextrans, dan levans. Substansi

extracellular ini yang berasal dari substansi yang lengketyang nantinya mengikat

plak pada struktur gigi dan polysaccharida intracellular memberikan nutrisi yang

terus menerus kepada plak yang nantinya akan membentuk bakteria.

Substrate (Diet)

Berdasarkan hasil studi klasik dari vipeholm mengemukakan tentang potensi

terjadinya kariogenik sangat erat kaitannya dengan texture dari karbhohidrate dan

frekuensi mengkonsumsi gula-gula yang lengket dibandingkan dengan jumlah

gula yang dikonsumsi. Molekul karbhohidrat yang sederhana yang siap berdifuse

dengan plak dan dimetabolisme oleh bakteri plak lebih kariogenik dibandingkan

molekul karbhohidrat komplek. Sukrosa diketahui sebagai gula yang paling

kariogenik, karena :

Kecil, mudah berdifusi ke dental plak

9

Page 11: karies gigi

Sangat soluble, dan bertindak sebagai substrat untuk produksi extracellular

polysaccharides dan produksi asam

Berpengaruh dalam menjaga kehidupan s.mutans dalam gigi

Penyebab lain dari rampant karies adalah:

Pemberian susu botol dengan air gula yang terlalu lama, biasanya saat

tidur siang.

Pemberian susu ASI yang terlalu lama.

Anak-anak menggunakan dot yang biasanya di celupkan kedalam madu

atau gulaRemaja yang sering mengkonsumsi snack, makanan yalengket

dan coklat, serta jus buah.

2.7 Proses Terjadinya Rampan Karies

Penyebab terjadinya rampan karies (baby bottle syndrome) adalah

pemberian susu botol yang tidak tepat, hal ini terjadi akibat kebiasaan minum susu

atau cairan yang mengandung gula dari botol dalam jangka waktu yang lama,

bahkan sampai anak tertidur. Proses karies ini berlangsung sangat cepat dan

menyebar dari satu gigi ke gigi seri rahang lainnya, pada gigi seri rahang bawah

jarang terjadi karena gigi-gigi itu terlindung oleh saliva ketika anak menghisap

susu dari botol (Afrilina, 2006). Dan bila di tinjau dari dari faktor pathogenesis

bahwa posisi tidur, dengan dot botol dalam rongga mulut maka cairan manis akan

membasahi permukaan gigi sulung terutama insisif, molar atas dan molar bawah,

pada keaadaan tersebut jumlah aliran saliva menurun dan kualitas saliva

mengental sehingga efek pembersihan saliva berkurang, lingkungan demikian

akan meningkatkan kualitas bakteri kariogenik, hasil fermentasi antara sukrosa

dan bakteri menurunkan ph saliva sehingga lingkungan rongga mulut menjadi

asam permukaan gigi yang terkena akan mengalami demineralisasi dan akhirnya

karies (Kidd Edwina,2001).

10

Page 12: karies gigi

2.8 Pencegahan Rampan Karies

Tindakan pencegahan terhadap rampan karies harus dilakukan, karena

semakin parah karies maka semakin kompleks pula perawatan yang harus

dilakukan. Ada beberapa cara untuk mencegah terjadinya rampan karies, meliputi :

a. Berikan nasihat pada orang tua anak agar membuat anak merasa tenang dan

nyaman saat tidur, jangan memberikan dot botol yang berisi larutan gula

(susu formula atau sari buah), biasakan berikan anak air putih dalam dot botol

atau dot karet.

b. Usahakan jangan memasukkan gula, madu, atau yang mengandung larutan

gula ke dalam dot botol.

c. Jangan membiarkan anak menghisap ASI secara kontinyu saat tidur karena

ASI juga dapat menyebabkan kerusakan gigi. Biasakan anak menghisap dot

botol yang berisi air.

d. Jangan menambahkan gula yang berlebihan dalam makanan anak

e. Gunakan kain kasa yang dibasahi air atau kain tipis untuk membersihkan gigi

dan gusi anak setelah makan atau minum yang mengandung gula atau

karbohidrat. Ini akan membantu menghilangkan plak bakteri dan gula yang

tumbuh dalam gigi dan gusi.

f. Ajarkan kepada anak untuk membiasakan minum menggunakan gelas atau

cangkir menjelang umurnya 1 tahun. Anak sebaiknya berhenti minum

menggunakan dot botol setelah umurnya 1 tahun.

g. Berikan nasihat pada orang tua anak untuk segera mengunjungi dokter gigi,

apabila tampak tanda kemerahan dan bengkak pada mulut anak atau

bercak/spot hitam pada gigi anak

2.9 Perawatan Rampant karies

Tipe perawatan dari pasien yang terserang rampant karies sangat tergantung

dari motivasi pasien dan orang tua terhadap perawatan gigi, luas dari karies, umur,

dan kekooperatifan anak. Faktor-faktor ini harus diperhitungkan pada kunjungan

awal anak ke dokter gigi.

Perawatan awal mencakup :11

Page 13: karies gigi

Perawatan sementara

Stabilisasi karies dan tumpatan sementara harus di tempatkan pada gigi yang

bebas gejala dengan karies dentin yang terjaga untuk meminimalisasi resiko

terpaparnya pulpa di masa depan dan untuk meningkatkan fungsi dari gigi.

Pulpotomy formacresol bisa dilakukan jika pulpa masih dalam keadaan vital, tapi

indikasi pulpektomy yang diikuti oleh obturasi dengan zinc oxide eugenol cement,

dilakukan bila pulpa nonvital.

Program diet

Orang tua harus diberikan pengetahuan untuk mengurangi frekuensi

konsumsi sukrose oleh anak-anak mereka, terutama diantara waktu makan.

Konsumsi makanan dan hidangan yang mengandung gula harus dibatasi saat

makan. Orang tua bisa di instruksikan untuk merekam jumlah dan kuantitas dari

makanan dan hidangan yang dikonsumsi selama dan diantara waktu makan untuk

3 hari berurutan. Suplemen vitamin makanan dan juga medikasi oral harus

dimasukkan. Keberhasilan management dari rampant karies mengharuskan

modifikasi pola makan yang berat.

Instruksi oral Hygiene

Banyak anal-anak berumur 3 sampai 5 tahun tidak bisa menyikat gigi secara

benar ketika tidak diajari dan di awasi. Kebanyakan anak berumur 5 tahun

menghabiskan kurang dari 60 second untuk menyikat gigi dan lebih dari 80% dari

waktu menyikat diletakkan pada tempat yang jarang karies – regio anterior

mandibular yang peka. Karena dari itu, sangatlah penting untuk mengajari anak-

anak teknik yang benar dalam menyikat gigi pada kelompok umur yang berbeda.

Pada umumnya, anak yang berusia dibawah 8 tahun bisa menguasai teknik

circular scrub dengan baik, dibawah pengawasan orang tua. Setelah 11 sampai 12

tahun, teknik menyikat sulkular seperti teknik Bass bisa diajarkan.

Perawatan di rumah dan penggunaan Fluor oleh dokter gigi

12

Page 14: karies gigi

Baik perawatan fluor sistemik maupun topikal sangat berguna dalam

mencegah karies gigi. Pilihannya didasarkan pada level dari fluoride yang

terkandung dalam air minum dan tahap perkembangan dari gigi geligi.

Anak-anak yang masih terdapat gigi sulung akan sangat baik bila

menggunakan tablet fluor dan pasta gigi berfluoride dalam jumlah kecil. Anak-

anak harus diberikan dorongan untuk mengunyah tablet ini, pada saat sebelum

tidur. Terapi topical fluoride yang periodik dengan gel acidulated phosfate

fluoride (APF) atau varnish fluoride sangat bermanfaat pada anak-anak dengan

rampant karies untuk mencegah kehancuran gigi.

Berikut merupakan metode dari perawatan fluoride dan metode lain yang

digunakan dalam mencegah terjadinya rampant karies dalam kelompok umur

yang berbeda.

Gigi sulung (usia 0 – 5 tahun)

Saran pola makanan - Konsultasi tentang pemberian pola makan yang baik

dengan orang tua

Terapi Fluoride - pasta gigi

pemberian tablet pada daerah yang kurang fluoridasi air

Fluoridasi

pemberian topikal fluoridasi oleh dokter gigi.

Aplikasi setiap 6 bulan sekali

Plak kontrol - menginstruksikan orang tua untuk menjaga oral hygiene

anaknya. Mengawasi saat anak sikat gigi. (suruh datang kembali setelah 3

– 6 bulan)

Fase geligi pergantian (5-12 tahun)

Saran pola makanan - konsul tentang pola makan dengan orang tua dan

pasien

Terapi fluoride - pasta gigi

Pemberian tablet hingga usia 8 tahun pada daerah yang air nya

tidak terfluoridasi

Pembersihan mulut

topikal fluoride setiap 6 bulan oleh dokter gigi.

13

Page 15: karies gigi

Plak kontrol - Instruksi untuk menjaga oral hygiene pada pasien. Menyikat

gigi tanpa diawasi orang tua, disclosing tablet, fissure sealent (suruh

datang kembali setelah 3-6 bulan)

Fase geligi permanen (12 tahun dan seterusnya)

Terapi fluoride - pasta gigi

Pembersihan mulut

topikal fluoride setiap 6 bulan oleh dokter gigi.

Plak kontrol - Instruksi untuk menjaga oral hygiene pada pasien. -

Disclosing tablet, fissure sealents, dental floss.

(suruh datang kembali setelah 3-6 bulan untuk fissure sealant)

14

Page 16: karies gigi

BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Etiologi Perubahan Warna Gigi

3.1.1 Perubahan Warna Intrinsik

Diskolorisasi intrinsik terjadi akibat faktor dari dalam gigi yang umumnya

terdapat pada email dan dentin. Gigi dapat mengalami perubahan warna atau

diskolorisasi sebelum masa erupsi yaitu pada saat pembentukan gigi karena

terpaparnya struktur gigi dengan penyebab diskolorisasi. Diantara penyebab

diskolorisasi ialah obat-obatan yang dikonsumsi sewaktu masa pertumbuhan gigi

misalnya tetrasiklin dan fluoride.Penggunaan obat tetrasiklin pada ibu hamil

selama bulan-bulan terakhir kehamilan akan menyebabkan diskolorisasi gigi

sulung anaknya. Ini karena tetrasiklin akan berikatan dengan jaringan gigi yang

sedang mengalami proses mineralisasi dan membentuk kompleks tetrasiklin

kalsium ortofosfat.

Penyebab kedua adalah trauma yang terjadi selama pertumbuhan gigi,

perubahan pada pulpa, nekrosis pulpa dan penyebab lain pada gigi nonvital,

misalnya trauma selama ekstirpasi pulpa, material restorasi gigi, dan material

perawatan saluran akar. Perubahan warna yang disebabkan oleh penumpukan

produk nekrosis di dalam tubulus dentin dapat diputihkan secara bleaching

internal dan dapat memberikan hasil yang baik.

3.1.2 Perubahan warna ekstrinsik

Perubahan warna atau diskolorisasi ekstrinsik terjadi pada permukaan luar

gigi. Perubahan warna ekstrinsik umumnya terjadi karena penggunaan bahan-

bahan yang biasa kita konsumsi sehari-hari. Misalnya akibat dari penggunaan

rokok atau tembakau, minuman dan makanan yang berwarna seperti kopi dan

minuman berkarbonasi sehingga membentuk stain pada bagian email. Warna stain

yang terlihat pada gigi berasal dari komponen polyphenol, yang memberikan

warna pada makanan. Ditambah lagi dengan oral hygiene yang buruk sehingga

menyebabkan pembentukan plak dan kalkulus juga dapat mempengaruhi warna

15

Page 17: karies gigi

gigi. Perubahan warna ekstrinsik relatif lebih mudah ditanggulangi dengan

membersihkan stain pada emailnya dibandingkan dengan perubahan warna

intrinsik. Stain dari nikotin lebih banyak ditemukan pada bagian lingual di rahang

bawah dan bagian palatal di rahang atas. Perubahan warna ini dapat diputihkan

secara bleaching eksternal dan dapat memberikan hasil yang baik.

3.2 Etiologi Karies

Karies terjadi karena sejumlah faktor di dalam mulut yang saling

berinteraksi. Newburn (1997) menggolongkan faktor tersebut menjadi tiga faktor

utama, yaitu host meliputi gigi dan saliva, mikroorganisme dan substrat serta satu

faktor tambahan yaitu waktu.

Faktor yang paling berperan untuk terjadinya karies rampan adalah

aktifitas mikroorganisme penyebab karies yang tinggi, seringnya menkonsumsi

makanan dan minuman kariogenik serta kebersihan mulut yang buruk. Faktor

psikologis, sistemik, dan herediter dapat juga berhubungan dengan terjadinya

karies rampan.

3.2.1 Faktor Etiologi Utama

Faktor etiologi utama meliputi host (gigi dan saliva), mikroorganisme,

substrat, dan waktu.

3.2.1.1 Gigi (Host)

Proses karies gigi sulung berjalan lebih cepat dibanding gigi tetap

karena ketebalan enamel gigi sulung hanya setengah dari gigi tetap. Enamel gigi

sulung lebih banyak mengandung bahan organik dan air, sedangkan jumlah

mineral lebih sedikit dibanding gigi tetap.

Finn (1973) menyatakan bahwa permukaan oklusal gigi sulung

memiliki tonjol yang tinggi sehingga pit dan fissure relatif dalam menyebabkan

daerah ini sulit dibersihkan sehingga mempermudah timbulnya karies. Menurut

Schour dan Massler (1964) gigi sulung memiliki permukaan proksimal yang

datar, kontak antar gigi merupakan kontak bidang sehingga memudahkan plak

16

Page 18: karies gigi

melekat dan sulit disingkirkan. Rider (1982) menyatakan bahwa gigi yang

mengalami hipoplasia enamel akan mempengaruhi kecepatan terjadinya karies. Di

samping itu, susunan gigi geligi pada masa gigi bercampur yang sering crowding

dan overlapping akan mendukung prevalensi karies pada gigi sulung.

3.2.1.2 Saliva (Host)

Saliva merupakan pertahanan pertama terhadap karies. Ini terbukti pada

penderita xerostomia akan timbul kerusakan gigi menyeluruh dalam waktu

singkat. Anak-anak yan mendapatkan radioterapi untuk perawatan kanker di

daerah kepala dan leher atau terkena pembedahan neoplasma di rongga mulut

akan mengalami penurunan sekresi saliva sehingga fungsi saliva terganggu dn

mempermudah terjadinya karies.

3.2.1.3 Mikroorganisme

Mikroorganisme berperan dalam terjadinya karies gigi.

Mikroorganisme utama di dalam mulut yang berhubungan dengan karies adalah

jenis streptokokus dan laktobasilus. Jumlah Streptokokus mutans dan

Laktobasilus pada sampel plak anak dengan karies rampan seratus kali lipat

dibanding anak yang bebas karies. Kohler dkk. (1980) melaporkan bahwa

semakin cepat rongga mulut seorang anak terkolonisasi Streptokokus mutans

maka semakin tinggi pula prevalensi karies. Ibu yang memiliki Streptokokus

mutans di dalam mulutnya dapat memindahkan mikroorganisme tersebut ke mulut

bayinya sebelum gigi bayinya erupsi ketika menggunakan sendok untuk memberi

makan bayinya atau membasahi dot dengan air ludahnya sebelum diberikan ke

bayinya.

3.2.1.4 Substrat

Pada awal kehidupan bayi, diet yang diberikan berupa susu, baik air

susu ibu (ASI), air susu sapi (ASS), atau keduanya. ASS mengandung kalsium,

fosfor, dan protein dengan konsentrasi yang lebih tinggi dibanding ASI sehingga

dapat membantu remineralisasi email sedangkn ASI mengandung lebih banyak

17

Page 19: karies gigi

laktosa (7 persen) dibanding ASS yang hanya 4 persen. ASI lebih mudah

menyebabkan penurunan pH dibanding ASS. Oleh karena itu, ASI memiliki

potensi kariogenik yang lebih tinggi dibanding ASS.

Diet karbohidrat terutama gula merupakan substrat yang paling penting

untuk metabolisme mikrorrganisme. Peranan langsung karbohidrat dalam

terjadinya karies adalah kemampuannya menyediakan sumber energi yang dapat

difermentasi secara sempurna oleh mikroorganisme. Stephen dan Joy (1956)

dalam penelitiannya menjumpai bahwa semakin sering individu mengkonsumsi

makanan yang mengandung karbohidrat dan gula di antara jam makan dapat

menyebabkan karies rampan.

3.2.1.5 Waktu

Pengertian waktu disini adalah kecepatan terbentuknya karies serta

lama dan frekuensi substrat menempel di permukaan gigi. Kroll dan Stone melihat

adanya korelasi karies dan waktu tidur anak dengan susu botol di dalam mulutnya.

Hal ini didukung oleh Dilley dkk. dan Johnson (1988) yang menemukan

persentase karies yang tinggi pada anak yang mengisap susu botol sambil tidur

sepanjang malam.

Bayi menyusui 10 sampai 40 kali setiap hari sehingga pemberian ASI

yang tidak tepat seperti tetap membiarkan bayi tertidur selama menyusui akan

mempercepat proses kerusakan gigi.

Keadaan lain yang menybabkan substrat lama berada di dalam mulut

adalah kebiasaan anak menahan makanan kariogenik di dalam mulut dimana

makanan tidak cepat-cepat ditelan.

3.2.2 Faktor Etiologi Penunjang

Faktor etiologi penunjang penyebab karies rampan adalah kebersihan

mulut yang buruk, faktor psikologis, sistemik, dan herediter.

18

Page 20: karies gigi

3.2.2.1 Kebersihan Mulut

Pada dasarnya anak balita belum mampu melaksanakan kebersihan

mulut sendiri. Belum ada kesadaran dan pengetahuan tentang hal ini sehingga

sangat diperlukan peran orang tua terutama ibu untuk mengajarkan,

mendemostrasikan, mengawasi, membantu, dan melakukan pelaksanaan

kebersihan mulut anak.

Kebersihan mulut yang buruk mengakibatkan penumpukan plak dalam

jumlah banyak dan berkembangnya mikroorganisme sehingga keadaan pH rongga

mulut turun mencapai di bawah 5,5. Pada keadaan ini terjadi demineralisasi

enamel dan proses karies pun dimulai.

3.2.2.2 Faktor Psikologis

Stimulasi serabut simpatis di glandula submandibularis atau

sublingualis menyebabkan sekresi saliva yang bersifat kental dimana sistem saraf

ini merupakan bagian penting mekanisme seseorang dalam bereaksi terhadap

stres. Hal inilah yang menjadi penyebab pada orang-orang yang mengalami stres

terjadi pengentalan dan penurunan sekresi saliva.

Gangguan emosi pada anak seperti perasaan tertekan, rasa takut,

ketidakpuuasan pada prestasi, pemberontakan terhadap situasi rumah, perasaan

rendah diri, pengalaman buruk (trauma) di sekolah, dan kegelisahan serta

ketegangan yang terus-menerus akan mempermudah terjadinya karies. Gangguan

emosi ini juga akan mengakibatkan kebiasaan buruk dalam hal memilih dan

mengkonsumsi diet dimana anak suka mengkonsumsi makanan dan minuman

kariogenik.

3.2.2.3 Faktor Sistemik

Pada penderita Diabetes Mellitus terjadi penurunan sekresi saliva

sehingga menyebabkan xerostomia. Keadaan ini akan mempermudah

perkembangan karies.

19

Page 21: karies gigi

3.2.2.4 Faktor Herediter

Faktor potensial imunitas lainnya yang mempengaruhi perkembangan

karies pada anak-anak adalah level imunitas yang diperoleh untuk melawan

bakteri penyebab karies. Ibu yang dilahirkan di daerah geografis dengan

prevalensi karies rendah akan memiliki perkembangan level imunitas yang rendah

pula terhadap karies. Lehner (1980) menyatakan bahwa imunitas terhadap

streptokokus mutans yang dimiliki ibu dapat berpindah ke janin.

3.3 Mekanisme Terjadinya Karies Rampan

Penyebab terjadinya rampan karies (baby bottle syndrome) adalah

pemberian susu botol yang tidak tepat, hal ini terjadi akibat kebiasaan minum susu

atau cairan yang mengandung gula dari botol dalam jangka waktu yang lama,

bahkan sampai anak tertidur. Proses karies ini berlangsung sangat cepat dan

menyebar dari satu gigi ke gigi seri rahang lainnya, pada gigi seri rahang bawah

jarang terjadi karena gigi-gigi itu terlindung oleh saliva ketika anak menghisap

susu dari botol (Afrilina, 2006). Dan bila di tinjau dari dari faktor pathogenesis

bahwa posisi tidur, dengan dot botol dalam rongga mulut maka cairan manis akan

membasahi permukaan gigi sulung terutama insisif, molar atas dan molar bawah,

pada keaadaan tersebut jumlah aliran saliva menurun dan kualitas saliva

mengental sehingga efek pembersihan saliva berkurang, lingkungan demikian

akan meningkatkan kualitas bakteri kariogenik, hasil fermentasi antara sukrosa

dan bakteri menurunkan ph saliva sehingga lingkungan rongga mulut menjadi

asam permukaan gigi yang terkena akan mengalami demineralisasi dan akhirnya

karies (Kidd Edwina).

Mekanismenya, sebagai berikut :

1. EARLY ENAMEL LESION

Awal dari proses demineralisasi, tanda-tandanya:

• Email berwarna “Chalky White” dari warna translusennya

• Permukaan email menjadi rapuh

• Meningkatnya porositas

20

Page 22: karies gigi

• Berkurangnya kepadatan email

2. The Advancing Coronal Lesion

• Permukaan email rapuh dan berlubang (kavitas)

• Proses remineralisasi semakin sulit dilakukan (penumpukan

bakteri oleh plak meningkat dan asam dari makanan)

• Adanya respon pulpa ok asam mulia masuk ke tubuli dentin

• Peningkatan mineralisasi sebagai pertahanan dari pulpa

3. The Slowly Progression Lesion

• Lesi dan kavitas semakin besar (email dan dentin semakin

rapuh)

4. The Rampant Lesion

• Karies semakin luas, dasar dentin lunak

• Pulpa dalam keadaan bahaya ok proses remineralisasi dapat

mengurangi permeabilitas tubulus

Berdasarkan perkembangannya, Early Childhood Caries atau karies

rampan dibagi menjadi 4 stadium yaitu :

1. Stadium inisial

Stadium inisial dikarakteristikkan dengan adanya lesi demineralisasi

yang opak seperti kapur pada permukaan gigi insisivus sulung maksila ketika

anak berusia 10 – 20 bulan atau kadang lebih muda. Pada stadium ini, lesi bersifat

reversibel tetapi sering terabaikan oleh orang tua maupun dokter gigi saat

memeriksa rongga mulut anak. Garis putih yang khas dapat dilihat pada bagian

servikal permukaan labial dan palatal gigi insisivus maksila, dapat didiagnosa

setelah gigi yang terlibat dikeringkan.

Gambar 1. Karies Rampan Stadium Insisal

21

Page 23: karies gigi

2. Stadium kedua

Stadium kedua berlangsung ketika anak berusia antara 16 – 24 bulan.

Bagian dentin ikut terlibat ketika lesi putih pada gigi insisivus berkembang

dengan cepat. Pada stadium ini, anak mulai mengeluh terjadinya hipersensitifitas

terhadap rasa dingin. Dentin terekspos dan bewarna kuning serta konsistensinya

lunak. Orang tua terkadang sadar akan perubahan warna gigi anak dan menjadi

perhatian. Pada gigi molar sulung maksila terlihat lesi inisial pada bagian servikal,

proksimal dan oklusal.

Gambar 2. Karies Labial (stadium 1 dan 2) pada anak usia 3 tahun

3. Stadium ketiga

Stadium ketiga mulai berlangsung ketika anak berusia antara 20 – 36

bulan, dengan gambaran yang khas yaitu lesi yang besar dan dalam pada gigi

insisivus maksila serta terjadi iritasi pulpa. Anak mengeluh sakit ketika

mengunyah atau saat menyikat gigi. Anak juga mengeluh rasa sakit spontan pada

malam hari. Saat tahap ini terjadi, pada gigi molar sulung maksila berlangsung

ECC stadium 2 dan pada gigi molar sulung mandibula dan kaninus maksila

berlangsung ECC stadium 1.

Gambar 3. Karies rampan stadium 3

22

Page 24: karies gigi

4. Stadium keempat

Stadium keempat mulai berlangsung ketika anak berusia antara 30 – 48

bulan. Gambaran karakteristik pada stadium ini yaitu adanya fraktur koronal gigi

anterior maksila sebagai akibat destruksi amelodentinal. Pada stadium ini, gigi

sulung anterior maksila biasanya nekrosis dan gigi molar sulung maksila

berlangsung ECC stadium 3. Gigi molar dua dan kaninus maksila serta molar satu

mandibula berlangsung ECC stadium 2. Beberapa anak menderita tetapi tidak

dapat mengekspresikan keluhan sakit gigi mereka. Mereka mengalami gangguan

tidur dan menolak makanan.

Gambar 4. Karies Rampan Stadium 4

3.4 Pencegahan Rampan Karies

Tindakan pencegahan terhadap rampan karies harus dilakukan, karena

semakin parah karies maka semakin kompleks pula perawatan yang harus

dilakukan. Ada beberapa cara untuk mencegah terjadinya rampan karies, meliputi :

a. Berikan nasihat pada orang tua anak agar membuat anak merasa tenang dan

nyaman saat tidur, jangan memberikan dot botol yang berisi larutan gula

23

Page 25: karies gigi

(susu, formula atau sari buah), biasakan berikan anak air putih dalam dot

botol atau dot karet.

b. Usahakan jangan memasukkan gula, madu, atau yang mengandung larutan

gula ke dalam dot botol.

c. Jangan membiarkan anak menghisap ASI secara kontinyu saat tidur, karena

ASI juga dapat menyebabkan kerusakan gigi.Biasakan anak menghisap dot

botol yang berisi air.

d. Jangan menambahkan gula yang berlebihan dalam makanan anak

e. Gunakan kain kasa yang dibasahi air atau kain tipis untuk membersihkan gigi

dan gusi anak setelah makan atau minum yang mengandung gula atau

karbohidrat. Ini akan membantu menghilangkan plak bakteri dan gula yang

tumbuh dalam gigi dan gusi.

f. Jika air minum yang diminum setiap harinya tidak mengandung fluoride,

maka suplemen fluoride atau perawatn fluoride seperti topikal aplikasi dan

fissure sealant dapat diberikan.

g. Ajarkan kepada anak untuk membiasakan minum menggunakan gelas atau

cangkir menjelang umurnya 1 tahun.Anak sebaiknya berhenti minum

menggunakan dot botol setelah umurnya 1 tahun.

h. Berikan nasihat pada orang tua anak untuk segera mengunjungi dokter gigi,

apabila tampak tanda kemerahan dan bengkak pada mulut anak atau

bercak/spot hitam pada gigi anak (Paradipta, 2009).

3.5 Perawatan Rampan Karies

Pada kasus rampan karies dapat di lakukan beberapa perawatan sebagai

berikut :

a. Relief of  pain (menghilangkan rasa sakit)

Tindakan yang di lakukan adalah trepanasi apabila di jumpai ganggren pulpa

atau abses, kemudian berikan obat- obatan melalui oral (antibiotic,analgetik)

b. Menghentikan proses karies

24

Page 26: karies gigi

Tiap kavitas meskipun kecil mempunyai jaringan nekrotik, setelah rasa sakit

hilangkavitas dipreparasi untuk membuang semua jaringan yang nekrotik

sehingga proses karies terhenti.

c. Anjuran untuk melakukan diet kontrol dan jelaskan mengenai DHE dan oral

hygene. Lakukan oral profilaksis pada gigi.

d. Lakukan topical aplikasi dengan larutan fluor pada gigi sebagai preventif.

Apabila tidak jumpai karies cukup dengan pemakaian pasta gigi yang

mengandung fluor.

e. Evaluasi secara periodic setiap3 bulan sampai diperoleh keadaan oral hygene

yang baik dan diet yang sesuia dengan anjuran koreksi faktor sistemik( bila

ada) .

25

Page 27: karies gigi

BAB IV. KESIMPULAN

Penyebab terjadinya perubahan warna gigi dapat diklasifikasikan menurut

tempat stain, yaitu ekstrinsik maupun intrinsik. Perubahan warna intrinsik terjadi

akibat faktor dari dalam gigi yang umunya terdapat pada email dan dentin.

Rampan karies juga dikenal sebagai karies botol merupakan karies gigi yang

parah dan terjadi pada bayi atau anak-anak, berkembang dengan cepat dan

mengakibatkan terjadinya perubahan warna pada gigi anak-anak.

26

Page 28: karies gigi

DAFTAR PUSTAKA

Afrilina, G. 2006. 75 Masalah Gigi Anak Dan Solusinya. Jakarta: Gramedia

Child development, 2009. Pertumbuhan gigi, http://www.bayisehat.com/child-

development-mainmenu35.html

Gultom, M, 2010. Pengetahuan Sikap Dan Tindakan Ibu-ibu Rumah Tangga.

http://repository.usu.ac.id/bitstream/Chapter I.pdf.html

Kidd, Edwina. 1991. Dasar-dasar karies. Jakarta: EGC

Mamimendy, 2010. Rampan Karies. http://mamymendy.Blogspot.com

Manuel ST, Abhisek P, Kundabala M, 2010. Etiology of tooth discoloration. Nig

Dent J Vol.18.

Namita, Rita Rai. 2012. Adolescent Rampant Caries. Contemporary Clinical

Dentistry Vol 3.

Narendra, M.sularyo, dkk. 2002. Tumbuh Kembang Anak dan Remaja, Kesehatan

Gigi Anak dan Jaringan Sekitarnya. Jakarta : Sagang Seto

Suwelo, I.S.,1992. Karies Gigi Pada Anak dengan Berbagai Faktor Etiologi,

Jakarta: EGC

Siahaan, Riden A. Masalah Karies Rampan Pada Anak : Pencegahan Dan

Perawatannya . http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/8059

Sobia Zafar, Soraya Yasin, Alaudin. 2003. Early Childhood Caries. International

Dentisry Vol.11(4).

Tarigan, R. 1991. Karies Gigi. Editor : Lilian Yuwono. Jakarta : Hipokrates

27