21
PENDAHULUAN DEFINISI Karsinoma serviks adalah kanker yang terjadi pada serviks, suatu daerah pada organ reproduksi wanita yang merupakan pintu masuk ke arah rahim yang terletak antara rahim (uterus) dan liang senggama (vagina). Karsinoma serviks terjadi ditandai adanya pertumbuhan sel-sel ganas pada leher rahim. 1,2 Dilaporkan perbandingan insiden di negara-negara berkembang lebih tinggi daripada di negara maju. Di Amerika, kanker serviks menduduki tempat ke-3 dari seluruh kanker ginekologi dikarenakan deteksi dini karsinoma serviks baik primer maupun sekunder yang baik; dengan 12.800 kasus baru pada tahun 2000 dan angka kematiannya mencapai 4.600. 4 Di Indonesia sendiri, penyakit kanker serviks masih menduduki peringkat pertama dan merupakan penyebab kematian tertinggi pada penyakit ginekologik. 66% dari kanker genitalia wanita adalah kanker serviks. Angka kejadian kanker leher rahim di RSUP Manado (1993-1997) dijumpai 68,58% dari seluruh kanker ginekologi. 3, 5 Pada tahun 1998, FIGO melaporkan bahwa kanker leher rahim stadium I A lebih sering ditemukan pada kelompok usia 30-39 tahun, sedangkan untuk stadium I B dan II sering ditemukan pada kelompok usia 40-49 tahun. Kelompok usia 60-69 tahun merupakan proporsi tertinggi pada stadium III 1

Karsinoma Serviks

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Karsinoma serviks

Citation preview

PENDAHULUANPENDAHULUANDEFINISI

Karsinoma serviks adalah kanker yang terjadi pada serviks, suatu daerah pada organ reproduksi wanita yang merupakan pintu masuk ke arah rahim yang terletak antara rahim (uterus) dan liang senggama (vagina). Karsinoma serviks terjadi ditandai adanya pertumbuhan sel-sel ganas pada leher rahim. 1,2

Dilaporkan perbandingan insiden di negara-negara berkembang lebih tinggi daripada di negara maju. Di Amerika, kanker serviks menduduki tempat ke-3 dari seluruh kanker ginekologi dikarenakan deteksi dini karsinoma serviks baik primer maupun sekunder yang baik; dengan 12.800 kasus baru pada tahun 2000 dan angka kematiannya mencapai 4.600.4 Di Indonesia sendiri, penyakit kanker serviks masih menduduki peringkat pertama dan merupakan penyebab kematian tertinggi pada penyakit ginekologik. 66% dari kanker genitalia wanita adalah kanker serviks. Angka kejadian kanker leher rahim di RSUP Manado (1993-1997) dijumpai 68,58% dari seluruh kanker ginekologi.3, 5

Pada tahun 1998, FIGO melaporkan bahwa kanker leher rahim stadium IA lebih sering ditemukan pada kelompok usia 30-39 tahun, sedangkan untuk stadium IB dan II sering ditemukan pada kelompok usia 40-49 tahun. Kelompok usia 60-69 tahun merupakan proporsi tertinggi pada stadium III dan IV. Secara klinis, karsinoma serviks pra invasif adalah keadaan tanpa keluhan dan dengan mata biasa tidak mungkin dapat dideteksi karena sering tampak sebagai leher rahim normal. Karenanya skrining lesi pra kanker sangat penting mengingat pengobatannya memberi kesembuhan sampai 100 persen pada stadium dini. Sedangkan pada kanker invasif memberi hasil pengobatan kurang memuaskan dengan harapan hidup 5 tahun (5 years survival) antara 20-90 persen. 6

ETIOLOGI

Sebab langsung dari kanker serviks belum diketahui, ada bukti kuat kejadiannya mempunyai hubungan erat dengan sejumlah faktor ekstrinsik, diantaranya yang penting: 5,7

Biologis : genetik, hormonal, imunologi

Eksternal : radiasi ion, sinar UV, kimia, dll.

Penelitian epidemiologi menunjukkan faktor resiko :

Perilaku seksual

Koitus pertama (coitarche) dialami pada usia amat muda (< 16-20 tahun).

Sering berganti-ganti pasangan (promiskuitas) serta ada hubungan dengan oral seks

Pasangan seksual pria yang beresiko tinggi (pria yang bersenggama dengan siapa saja atau yang sebelumnya memiliki istri penderita karsinoma serviks atau kondiloma)

Insidensi meningkat dengan tingginya paritas, apalagi bila jarak persalinan terlampau dekat

Sosial ekonomi rendah

Umur di atas 40 tahun dan banyak anak

Luka lecet pada leher rahim (erotio portiones)

Faktor infeksi virus:

HPV (Human Papilloma Virus) terutama tipe 16 atau 18, 31, dan 33.

Virus Herpes Simpleks tipe II

Gaya hidup tidak sehat

Kebiasaan merokok

Kebersihan alat kelamin baik istri maupun suami.

PATOGENESIS

Awal mulanya karsinoma serviks berjalan lambat. Pada kebanyakan, karsinoma serviks mungkin bermula sebagai suatu perubahan displastik dengan progresitivitas yang lambat selama periode beberapa tahun untuk mencapai bentuk pre invasif (CIS). Sekurang-kurangnya 90% karsinoma sel skuamosa dari serviks berkembang dalam jaringan intraepitelial hampir selalu terdapat pada skuamokolumnar junction dari serviks, baik di dalam portio vaginalis serviks atau lebih tinggi lagi, pada kanalis endoserviks.

Invasi awal stroma (stadium IA) pada kedalaman 1-3 mm di bawah membran dasar merupakan proses yang lokal. Penetrasi stroma ke luar dapat menimbulkan peningkatan resiko terjadinya metastase limfatik ataupun hematogen. Apabila kanker melibatkan parametrium (stadium IIB), sel tumor dapat ditemukan pada nodulus limfatikus pelvis (30-40% kasus) dan di nodulus paraaorta (10% kasus).

Hepar merupakan bagian tubuh yang paling banyak terjadi metastasis, tetapi tumor juga bisa mengenai paru, otak, tulang, kelenjar adrenal, pankreas, dan lain-lain.

Kematian dapat timbul akibat uremia, emboli paru ataupun perdarahan yang berasal langsung dari tumor ke pembuluh darah. Mungkin saja bisa dilakukan penyelamatan dari keadaan sepsis sebagai komplikasi dari pielonefritis atau fistula vesikovaginal dan rektovaginal.8

Karsinoma serviks timbul di batas antara epitel yang melapisi ektoserviks (porsio) dan endoserviks kanalis serviks yang disebut sebagai squamo-columnar junction (SCJ). Histologik antara epitel gepeng berlapis (squamous complex) dari porsio dengan epitel kuboid/silindris pendek selapis bersilia dari endoserviks kanalis serviks. Serviks yang normal, secara alami mengalami proses metaplasia (erosio) akibat saling desak-mendesaknya kedua jenis epitel yang melapisi. Dengan masuknya mutagen, porsio yang erosif (metaplasia skuamosa) yang semula fisiologik dapat berubah menjadi patologik (displastik-diskariotik) melalui tingkatan NIS-I, II, III dan KIS untuk akhirnya menjadi karsinoma invasif.

NIS I : displasia ringan (bila kelainan epitel terbatas pada lapisan basal)

NIS II : displasia sedang (bila lesi melebihi dari lapisan epitel, variasi sel dan ukuran inti dengan proses mitosis normal di antara lapisan basal).

NIS III : displasia berat (bila seluruh lapisan epitel sudah terkena, lebih banyak variasi sel dan ukuran inti, orientasi tidak teratur, hiperkromasi, mitosis normal/ abnormal kadang mendekati lapisan permukaan, diferensiasi sel permukaan dan perubahan koilositosis biasanya menghilang/sangat jarang dijumpai).

KIS : karsinoma in situ (perubahan epitel menginvasi jaringan stroma di bawahnya dan dapat berlanjut ke dalam kelenjar endoserviks).

Pembagian stadium klinis kanker rahim menurut FIGO (1994):3

Stadium 0 : Karsinoma in situ. Bila sel kanker masih terbatas di leher rahim; hanya di lapisan permukaan, belum menembus lapisan di bawahnya

Stadium 1 : Karsinoma terbatas pada serviks

IA1 : Mikroinvasif, invasi stroma < 3 mm

IA2 : Invasi stroma, kedalaman 3-5 mm, atau lebar > 7 mm

IB1 : Gross servikal lesi < 4 cm, atau kedalaman invasi > 5 mm atau lebar > 7 mm

IB2: Gross servikal lesi > 4 cm

II : Karsinoma meluas sampai 2/3 atas vagina dan parametrium

IIA : Tumor meluas sampai 2/3 atas vagina

IIB : Tumor meluas dalam parametrium tapi tidak sampai dinding pelvis.

III: Karsinoma meluas sampai 1/3 bawah vagina atau mengenai parametrium sampai dinding pelvis: Hidronefrosis menunjukkan stadium IIIB.

IIIA : Tumor meluas sampai 1/3 bawah vagina

IIIB : Tumor meluas dalam parametrium sampai dinding pelvis atau hidronefrosis.

IV: Karsinoma mengenai kandung kencing dan/atau mukosa rektum atau penyebaran jauh ke organ lain.

IVA: Tumor meluas ke mukosa dari kandung kencing dan/atau rektum.

IVB: Tumor menyebar ke organ jauh.

Pada kasus yang sudah terjadi penyebaran yang luas, terdapat gejala nyeri pelvik, termasuk gejala tidak umum pada usus besar atau kantong kencing. Bila juga ada gejala pada saluran saluran vagina, saat BAK dan BAB.

PENYEBARAN

Penyebaran Karsinoma Serviks dapat melalui 3 tahap: 3

1. Invasi langsung ke stroma servik, korpus, vagina, dan parametrium

2. Menembus jaringan limfatik dan metastase

3. Penyebaran hematogen

Infiltrasi langsung

Karsinoma serviks yang invasif apakah itu squamous atau glanduler, selalu berasal dari neoplasma intraepitelial. Sel-sel maligna ini melakukan penetrasi ke membran basal, kemudian secara progresif akan menginfiltrasi bagian lateral seperti ligamentum kardinal dan uterosakral, ke arah superior yaitu endometrium. Bagian inferior yaitu vagina, bagian anterior kandung kencing, bagian posterior yaitu peritoneum termasuk cavum douglasi dan rektum.

Penyebaran melalui limfe

Karsinoma serviks dapat menyebar ke semua nodulus di pelvis. Nodulus parametrium tidak pernah terlibat langsung sebelum nodulus pada dinding samping pelvis. Meskipun sel tumor bisa mencapai nodulus di iliaka dan paraaorta secara langsung dari posterior, hal ini sebenarnya tidak umum di mana penyebaran limfe pada karsinoma serviks paling bervariasi, termasuk dalam urutan biasa dari dinding lateral pelvis ke daerah iliaka, kemudian ke paraaorta. Dari nodulus paraaorta, jarang melalui duktus torasikus ke limfonodus skaleni kiri. Ovarium jarang terlibat kanker serviks.

Penyebaran hematogen

Sebenarnya dapat menyebar ke mana saja, tetapi paling umum yaitu ke jantung, paru, hepar, dan tulang. Dan yang jarang yaitu usus besar, kelenjar adrenal, limpa, serta otak.

GEJALA

Keputihan merupakan gejala yang paling sering ditemukan, makin lama makin berbau busuk akibat infeksi dan nekrosis jaringan.5,7

Perdarahan segera habis senggama (contact bleeding). Perdarahan ini makin lama sering terjadi yang akhirnya juga terjadi di luar senggama (perdarahan spontan). 5,7

Perdarahan di antara haid yang satu dengan haid yang berikutnya (intermenstrual) atau setelah menopause. 7

Anemia akibat perdarahan per vaginam yang berulang.5

Nyeri akibat infiltrasi sel tumor ke serabut saraf.7

Stadium akhir, penderita meninggal akibat metastase ke organ-organ vital seperti otak, paru, dan sumsum tulang. 5

DIAGNOSIS

A. Anamnesis

Pada anamnesis perlu diidentifikasi data mengenai riwayat perkawinan dan persalinan, perilaku seks yang sering berganti-ganti pasangan (promiskusitas), waktu koitus pertama kali, penyakit yang pernah dialami misalnya herpes genitalis, infeksi HPV, servisitis kronis, gaya hidup seperti perokok, hygiene, jenis makanan dan sosial ekonomi rendah, juga keluhan perdarahan spontan ataupun pasca senggama. Gejala klinik kurang menunjang sebagai petunjuk diagnostik karena lesi pra kanker umumnya asimptomatik kecuali pada keganasan yang sudah lanjut.3,5,7

B. Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan tanda vital seperti tensi, nadi, respirasi, suhu badan.3

Status praesens :

i. Ada/tidaknya anemia.3,7

ii. Tanda-tanda metastase di paru seperti: sesak napas, batuk darah.3,7

iii. Status lokalis abdomen: umumnya tak khas, jarang menimbulkan kelainan berupa benjolan, kecuali bila sudah ada penyebaran ke rektum menimbulkan obstipasi, ileus obstruktif.3,7

iv. Palpasi hepar, supraklavikula, dan di antara kedua paha untuk melihat ada tidaknya benjolan untuk meyakinkan ada tidaknya metastase.3,7

C. Pemeriksaan Ginekologik

Pada pemeriksaan makroskopis/inspekulo mungkin tidak ditemukan kelainan porsio pada lesi tingkat prakanker dan kadang-kadang hanya menunjukkan gambaran khas seperti leukoplakia, erosi, ektropion atau servisitis.

Tetapi tidak demikian halnya pada tingkat lanjut dimana porsio terlihat benjol-benjol menyerupai bunga kol (pertumbuhan eksofitik) atau mungkin juga ditemukan fistula rektovaginal ataupun vesikovagina.

Pada keadaan ini porsio mudah sekali berdarah karena kerapuhan sel sehingga pada pemeriksaan ginekologi dianjurkan mulai dengan pemeriksaan inspekulo yang dilanjutkan dengan pemeriksaan vagina bimanual untuk eksplorasi vagina.7

D. Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan Sitologi vagina (pap smear)

Pap smear test adalah suatu metode pemeriksaan sel-sel yang diambil dari leher rahim dan kemudian dilihat di bawah mikroskop. Ketelitiannya melebihi 90% bila dilakukan dengan baik. Untuk deteksi tumor ganas bahan diambil dengan spatel Ayre atau dengan kapas lidi dari dinding samping vagina dan dari serviks. Bahan dari kanalis servikalis agak kedalam diambil dengan kapas lidi atau dengan Cytobrush. Kemudian dibuat sediaan hapus di kaca benda yang bersih dan segera dimasukkan kedalam botol khusus (cuvette) berisi etil alkohol 95%. Setelah kira-kira satu jam, kaca benda dikeluarkan dan dalam keadaan kering dikirim ke laboratorium. Di laboratorium sediaan dipulas menurut Papanicolau.

Klasifikasi menurut Papanicolau :

Kelas I : Berarti negatif (tidak ditemukan sel-sel ganas)

Kelas II : Negatif, tidak ditemukan tanda-tanda ganas, ditemukan beberapa sel atipik

Kelas III : Ada sel-sel atipik yang sugestif tetapi tidak diagnostik untuk keganasan displasia (ringan,sedang,berat)

Kelas IV : Positif, ditemukan beberapa sel atipik KIS

Kelas V : Positif, ditemukan banyak sel atipik Kanker

Pemeriksaan ini sangat bermanfaat untuk mendeteksi lesi secara dini, yaitu sejak dalam tingkat displasia atau KIS Perubahan sel-sel serviks yang terdeteksi dini akan memungkinkan beberapa tindakan pengobatan diambil sebelum sel-sel tersebut dapat berkembang menjadi sel kanker. 7

Tujuan utama dari pemeriksaan Pap Smear adalah mendeteksi kelainan sebelum terjadinya suatu kanker, yaitu yang disebut dengan lesi prakanker dan dikenal dengan displasia (merupakan kelainan dari leher rahim yang dapat berkembang menjadi kanker leher rahim). Displasia dibagi menjadi 3 klas sesuai tingkatannya.5

(15%30%40%Displasia ringanDisplasia sedangDisplasia beratKanker leher rahimPaling cepat1 tahunPRA KANKERKANKERDisplasia ringanpaling cepat5 tahunDisplasia sedangpaling cepat3 tahunDisplasia berat30%45%)

PENANGANAN DISPLASIA

Penanganan displasia dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu:5

1. Usia

2. Jumlah anak

3. Tahap/tingkat displasia

Macam-macam penanganannya antara lain:

1. Elektro-koagulasi

2. Krioterapi (bedah beku)

3. Vaporisasi laser

4. Konisasi (memotong bagian yang sakit dalam bentuk kerucut) dengan pisau atau laser.

1& 4 biasanya tidak memerlukan rawat inap

5. Histerektomi: operasi pengangkatan seluruh rahim

Schiller Test

Merupakan cara pemeriksaan yang sederhana berdasarkan kenyataan bahwa sel epitel berlapis gepeng dengan porsio yang normal mengandung glikogen, sedang sel-sel abnormal tidak.7

Apabila permukaan porsio dicat/dipulas dengan larutan lugol (gram iodine solution), maka epitel porsio yang normal menjadi berwarna coklat tua, sedang daerah-daerah yang tidak normal berwarna kurang coklat dan tampak pucat. Porsio dioles dengan kapas yang dicelup dalam larutan Lugol atau lebih baik disemprotkan pada porsio dengan semprit 10 ml dan jarum panjang. Percobaan Schiller hanya dapat dilakukan apabila sebagia besar porsio masih normal.7

Eksisi percobaan dan konisasi

Eksisi percobaan atau biopsy (punch biopsy) merupakan cara pemeriksaan yang dilakukan pada setiap porsio yang tidak utuh, didahului atau tidak oleh pemerikasaan sitologi vagina atau kolposkopi. Biopsi dilakukan dngan cunam khusus untuk memotong daerah perbatasan antara epitel yang nampak normal dan lesi. Dengan pertolongan percobaan Schiller atau kolposkopi, biopsy dapat dilakukan lebih terarah, sehingga kemungkinan salah diagnosis lebih kecil.7

Untuk pemeriksaaan karsinoma serviks yang lebih dalam letaknya, dilakukan kuretase dari kanalis servikalis. Konisasi merupakan tindakan yang paling dapat dipercaya pada persangkaan karsinoma dapat dibuat banyak sediaan dari seluruh posio untuk pemeriksaan mikroskopik.7

Kolposkopi

Kolposkopi adalah suatu prosedur pemeriksaan vagina dan serviks. Diperkenalkan oleh Hinselmann (1925), terdiri atas dua alat pembesaran optik ( loupe) yang ditempatkan pada penyangga lesi, disertai penerangan dari lampu khusus. Keuntungan alat ini ialah bahwa pemeriksa dapat melihat binokular lebih jelas dengan pembesaran 10-20 kali; dapat mempelajari porsio dan epitelnya lebih baik serta lebih terinci, sehingga displasia dan karsinoma, baik yang in situ maupun yang invasive, dapat dikenal.7

Papnet

Adalah metode yang lebih maju dalam pemeriksaan kanker servikal dengan menggunakan teknologi jaringan komputer. Keunggulan papnet terutama dalam menemukan sel-sel prekanker, dapat mengenali pola-pola yang sangat variabel dan rumit, hanya dengan 5 sel abnormal di antara 100.000 sel normal sudah dapat diketahui adanya kelainan. Akurasinya 97% dan dirancang secara khusus untuk mendeteksi abormalitas yang besar kemungkinannya luput dari pap smear. Pemeriksaan PAPNET saat ini dapat dilakukan di New York, Amsterdam, Hongkong, dan Australia. Untuk Indonesia, sampel dapat dikirim ke Australia. 5,6

DIAGNOSIS BANDING

Diagnosa banding dari karsinoma serviks, yaitu:8

Servikal ektopi

Servisitis akut atau kronik

Kondiloma akuminata

Tuberkulosis serviks

Ulserasi sekunder serviks karena sexual transmitted disease:

Sifilis

Granuloma inguinal

Limfogranuloma venereum

Kankroid

Abortus akibat kehamilan serviks

Koriokarsinoma yang bermetastase

Lesi yang jarang pada Aktinomikosis atau Skistosomiasis.

PENATALAKSANAAN

Penatalaksanaan umumnya ialah secara pendekatan multidispliner, terpadu dan paripurna meliputi beberapa tahapan penting, yaitu :

A. Preventif

Pencegahan primer yaitu segala kegiatan yang dilakukan untuk menghilangkan/mengurangi resiko terjadinya Karsinoma Serviks. Upaya tersebut dapat dilakukan berupa promosi/penyuluhan mengenai:5

Menghindari kawin muda

Menghindari ganti-ganti pasangan seksual

Menjaga kesehatan secara umum

Jangan melahirkan banyak anak

Tidak merokok

Penyebaran informasi ini dilakukan seluas-luasnya kepada masyarakat melalui media massa maupun lewat kegiatan Posyandu, PKK, Darma Wanita, dan sebagainya. Kegiatan ini hendaknya dapat memberi pengertian akan sifat-sifat kanker ( penyebab, perkembangan, bahayanya pada stadium lanjut serta pencegahannya) dan membangkitkan peran serta masyarakat sehingga mampu dan mau ikut serta menyampaikan pesan-pesan kanker.5

Pencegahan sekunder dengan melakukan skrining/deteksi dini melalui pemeriksaaan sitologi vagina (Pap Smear) pada orang-orang yang belum menunjukkan gejala-gejala klinik. Tujuan dilakukan skrining untuk menurunkan morbiditas dan mortalitas dalam masyarakat.

Dengan pemeriksaan Pap Smear, karsinoma serviks dalam stadium dini dapat ditemukan sehingga banyak wanita diselamatkan dari kanker. Pemeriksaan ini sederhana, cepat, tidak sakit dan tidak merusak jaringan serta biayanya relatif murah. Dianjurkan dilakukan sekali dalam setahun bagi wanita yang sudah melakukan senggama, tetapi pada wanita kelompok resiko tinggi pemeriksaan lebih sering yaitu 3-6 bulan. Persyaratan lain untuk melakukan Pap Smear adalah dilakukan pada setiap saat kecuali pada masa haid.7

Penanggulangan kanker di Indonesia telah dirintis oleh pemerintah sejak tahun 1988, yaitu dengan dibentuknya Komite Nasional Penanggulangan Kanker. Dengan dukungan WHO, pada tahun 1989 disusun Pokok-pokok Penanggulangan Kanker di Indonesia yang menggambarkan upaya kesehatan paripurna dalam penanggulangan kanker, yaitu: pencegahan primer, deteksi dini, terapi serta rehabilitasi dan perawatan paliatif/bebas nyeri.

Menurut GBHN 1993 dan Undang-Undang Kesehatan Nomor 23 tahun 1992 menekankan pentingnya menggerakkan , mendorong, dan membina partisipasi masyarakat. Hal ini sesuai dengan tujuan pembangunan kesehatan, yaitu meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan masyarakat untuk hidup sehat.

Lokakarya kanker tahun 1993, sepakat untuk mengembangkan suatu model Penanggulangan Kanker Terpadu (PKTP) dalam skala yang lebih kecil yaitu di tingkat Dati II. Uji coba PKPT, telah dipilih Kabupaten Sidoarjo Propinsi Jawa Timur dan selanjutnya akan dikembangkan secara nasional.

Strategi penanggulangan kanker melalui model PKTP ini sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai yaitu penurunan angka kesakitan dan kematian akibat kanker dan meningkatkan kualitas hidup penderita kanker.5

B. Kuratif

Menurut tingkat keganasan klinik:5

Tingkat klinik KIS : Usia muda dan ingin punya anak Konisasi

Usia lanjut atau sudah mempunyai cukup anak Histerektomi sederhana

Tingkat klinik IA: Bila kedalaman invasi kurang 1 mm dan tidak meliputi area yang luas serta tidak melibatkan pembuluh limfe / pembuluh darah dilakukan histerektomi apabila fungsi reproduksi sudah tidak diperlukan lagi. Jika masih, dilakukan konisasi.

Tingkat klinik IB- IIA :Histerektomi radikal dengan limfadenektomi panggul. Pasca bedah biasanya dilanjutkan dengan penyinaran, tergantung ada/tidak adanya sel tumor dalam kelenjar limfa regional yang diangkat.

Tingkat klinik IIBIIIB: Tidak dilakukan tindakan bedah, primer adalah radioterapi.

Tingkat klinik IV: Radiasi bersifat paliatif, pemberian kemoterapi dapat dipertimbangkan.

Ada 2 metode efektif untuk penanganan kanker invasif: histerektomi radikal dan radioterapi.

Operasi radikal adalah untuk mengangkat massa tumor kanker sebaik mungkin, mengangkat kelenjar getah bening. Operasi radikal dan radioterapi adalah pengobatan yang dapat diterima pada stadium IB dan IIA.4 Dengan operasi radikal, dapat mengevaluasi metastasis pada pembuluh limfe melalui pembedahan. Tindakan mortalitas pembedahan pada operasi radikal kurang dari 1%, tapi persentase ini lebih besar daripada mortalitas akibat radioterapi primer.

Radioterapi mempunyai prinsip sama seperti sitostatika. Pembentukan radikal bebas pada sel menyebabkan gangguan pada proses kehidupan sel. Setiap tindakan radioterapi harus diusahakan agar dicapai dosis optimal pada tumor dan dosis minimal pada jaringan sehat/normal di sekitarnya. Radioterapi primer terdiri atas kombinasi penyinaran eksternal dan internal.

Penggunaan kemoterapi pada karsinoma serviks kurang bermanfaat. Hal ini karena kebanyakan penderita yang menjadi calon untuk terapi ini telah menderita kanker yang sudah jauh berkembang di mana telah gagal diterapi dengan operasi radikal maupun terapi radiasi. Agen kemoterapi aktif yang melawan sel kanker skuamosa yaitu Doksirubisin, Bleomisin, dan Sisplastin.8

C. Perawatan paliatif

Ditujukan pada penderita kanker terutama yang tidak mungkin sembuh, tujuannya untuk meringankan rasa nyeri dan keluhan lain; perbaikan dalam aspek psikologis, sosial dan spiritual untuk mencapai kualitas hidup yang maksimal bagi penderita dan keluarganya kalaupun meninggal penderita meninggal dalam iman. Pola dasar perawatan paliatif adalah:5

1. Meningkatkan kualitas hidup dan menganggap kematian adalah proses yang normal

2. Tidak mempercepat atau menunda kematian

3. Menghilangkan rasa nyeri dan keluhan lain yang mengganggu

4. Menjaga keseimbangan dalam aspek psikologi dan aspek spiritual

5. Berusaha agar penderita tetap aktif sampai akhir hayatnya

6. Berusaha memberikan dukungan kepada keluarga yang berduka.

PROGNOSIS

Prognosis sangat baik pada kanker tingkat awal di mana angka kesembuhan hampir 100% pada stadium prainvasif.

Faktor-faktor menentukan antara lain: 8

1. Umur penderita

2. Keadaan umum penderita

3. Status sosioekonomi penderita

4. Gambaran makroskopis kanker

5. Tingkat keganasan klinik

6. Ciri-ciri histologi sel tumor

7. Kemampuan tim yang menangani

8. Sarana pengobatan yang ada

Angka kelangsungan hidup lima tahun (five years survival rate)5

Stadium 0: 90%-100%

Stadium I: 80%-90%

Stadium II: 60%-70%

Stadium III : 30%-40%

Stadium IV: 0%-10%.

2

1