44
TEKNOLOGI ALTERNATIF PEMANFAATAN LIMBAH AIR KELAPA UNTUK PENINGKATAN KUALITAS PRODUKSI BUDIDAYA RUMPUT LAUT (Eucheuma cottonii) DI DAERAH ENDEMIK PROGRAM KREATIVITAS SISWA – SISWI JUDUL KARYA ILMIAH MENINGKATKAN SUMBER DAYA ALAM DENGAN TEKNOLOGY Disusun Oleh: 1. Ulil Amril 2. Andy. S 3. Titin Dua Lembang 4. Fitriani. B SMK KOMPUTER MUTIAR ILMU MAKASSAR

Karya Ilmiah

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Karya Ilmiah

TEKNOLOGI ALTERNATIF PEMANFAATAN LIMBAH AIR KELAPA

UNTUK PENINGKATAN KUALITAS PRODUKSI BUDIDAYA

RUMPUT LAUT (Eucheuma cottonii) DI DAERAH ENDEMIK

PROGRAM KREATIVITAS SISWA – SISWI

JUDUL KARYA ILMIAH

MENINGKATKAN SUMBER DAYA ALAM DENGAN TEKNOLOGY

Disusun Oleh:

1. Ulil Amril2. Andy. S3. Titin Dua Lembang4. Fitriani. B

SMK KOMPUTER MUTIAR ILMU

MAKASSAR

i

Page 2: Karya Ilmiah

KATA PENGANTAR

Hanya milik Tuhan Semesta Alam lautan, ilmu dan dengan kemurahan-

Nya kita mendapatkan limpahan ilmu milik-Nya untuk mengolah sebagian

kekayaan yang diberikan kepada kita. Sungguh sayang, jika kekayaan yang telah

dibentangkan di hadapan kita tidak dimanfaatkan dengan optimal.

Perairan sebagai media tumbuh senantiasa memberikan cukup nutrien

bagi tanaman. Pandangan tersebut memang benar, tetapi dalam peningkatan

kualitas produksi tidak cukup mengandalkan linkungan. Teknik budidaya

interfensi manusia pada lingkungan hidup tanaman terbukti menciptakan hasil-

hasil produksi yang jauh dua kali lipat lebih besar dalam waktu yang singkat.

Indonesia merupakan salah satu Negara tropika yang terkenal dengan

kelapa yang berlimpah, bahkan menjadi pengekspor terbesar. Kelapa sangat

banyak manfaatnya dimulai dari daun, batang, buah, akar, dan bunga kelapa.

Penggunaan median air kelapa karena air kelapa merupakan penghasil hormon

pertumbuhan.

Penulis mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah

mendukung penyusunan karya tulis ini yaitu semua teman-teman yang

menemani dan mendukung penulisan karya tulis ilmiah ini dan semua pihak

yang terkait dengan kegiatan penyusunan karya tulis ilmiah hingga selesai.

Penulis menyadari bahwa penyusunan karya tulis ilmiah ini masih

banyak kekurangan, oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang

membangun dari pembaca.

Makassar, 12 Maret 2011

Penulis

Ii

Page 3: Karya Ilmiah

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL............................................................................... i

KATAPENGANTAR .............................................................................. ii

DAFTAR ISI............................................................................................ iii

RINGKASAN ....................................................................................................... iv

I. PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang ..................................................................................... 1

1.2 Perumusan Masalah ............................................................................. 2

1.3 Tujuan dan Manfaat ............................................................................. 2

1.4 Gagasan Kreatif ................................................................................... 3

II. TELAAH PUSTAKA

2.1 Kelapa ................................................................................................. 4

2.2Rumput Laut E. cottonii ....................................................................... 5

2.3 Pendapat Tentang Air Kelapa Masalah Terdahulu ............................. 8

III METODE PENULISAN PROGRAM

3.1 Studi Literatur ...................................................................................... 10

3.2Prosedur pengumpulan data ................................................................. 10

3.3 Metode analisa dan pemecahan masalah dengan cara: ........................ 10

IV. ANALISA DAN SINTESIS

4.1 Analisa Permasalahan .......................................................................... 11

4.2Sintesis Permasalahan .......................................................................... 14

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan ......................................................................................... 16

5.2 Saran ..................................................................................................... 16

DAFTAR PUSTAKA

iv

Page 4: Karya Ilmiah
Page 5: Karya Ilmiah

RINGKASAN KARYA TULIS

Kegiatan budidaya rumput laut di Indonesia pada dasarnya digalakan

secara ekstensif, namun berkembang dengan kemajuan sains dan teknologi,

budidaya rumput laut dibudidayakan secara intensif dan hal ini dapat dilihat dari

keadaan alamnya banyak perairan pantai maupun karang yang sangat potensial

untuk budidaya rumput laut. Rumput laut memeiliki nilai ekonomis tinggi bagi

masyarakat pesisir. Nilai ekonomis dikarenakan rumput laut mampu

menghasilkan keragenan dan agar yang bisa dimanfaatkan secara pangan dan

non pangan.

Kelapa adalah satu tumbuhan endemik yang hidup di daerah tropis,

terutama Indonesia. Kelapa merupakan komoditas ekspor yang juga diandalkan

karena memiliki banyak manfaat., dimulai dari batang, daun, dan buah (daging

dan air). Penggunaan kelapa pada masa sekarang sudah tidak optimal lagi

dikalangan masyarakat maupun industri. Air kelapa salah satu limbah dari

industri kopra dan pengolahan minyak berskala rumah tangga, padahal air

kelapa mengandung beberapa hormon pertumbuhan yang dapat memacu

pertumbuhan tanaman. Dengan dasar itulah penulis ingin menyampaikan

informasi mengenai pemanfaatan limbah air kelapa.

Morel (1974) mengatakan bahwa hormon yang terkandung dalam air kelapa

ada tiga antara lain sitokinin 5,8 mg/l, auksin 0,07 mg/l dan giberelin. Sitokinin

dapat memacu terjadinya organogenesis yang dapat mempercepat pertumbuhan

daun (Abidin, 1998). Selain berfungsi sebagai diferensiasi tunas adventif dan organ,

juga berfungsi dalam sintesis protein dan pembelahan sel. Dengan adanya sitokinin

maka bobot basah tanaman semakin bertambah. Hormon auksin berfungsi untuk

merangsang pembesaran sel, sintesis DNA kromosom, serta pertumbuhan aksis

longitudinal dan juga untuk merangsang pertumbuhan akar pada stekan atau

cangkokan. Giberelin atau sering disebut asam giberelat (GA) merupakan hormon

perangsang pertumbuhan tanaman yang diperoleh dari

iv

Page 6: Karya Ilmiah
Page 7: Karya Ilmiah

Gibberella fujikuroi, aplikasi untuk memicu munculnya bunga. Penelitian

Murniati dan Zuhri (2002) mengungkapkan bahwa giberelin mampu

mempercepat pertumbuhan biji kopi. Giberelin merupakan senyawa organik

yang berperan dalam proses perkecambahan karena dapat mengaktifkan reaksi

enzimatik di dalam benih ( Wilkins, 1989).

Penulisan karya tulis ilmiah ini berawal dari studi literatur yang membahas

tentang bidang yang berhubungan dengan tujuan ditulisnya karya ilmiah ini.

Studi literatur ini didapatkan dari buku-buku, jurnal ilmiah, majalah, koran,

internet, dan sebagainya.

Dalam peningkatan pendapatan guna memperbaiki taraf hidup masyarakat

yang berada di desa Patas yang merupakan kawasan endemik yang daerah

pesisirnya baik untuk kawasan budidaya rumput laut terutama Eucheuma cottonii.

Budidaya rumput laut tidak hanya mengandalkan sistem budidaya secara alami

melainkan kita harus menciptakan suatu teknologi yang bisa meningkatkan hasil

produksi yang optimal. Salah satu pemanfaatannya adalah penggunaan media air

kelapa sebagai penghasil hormon tumbuh alami yang terdiri dari sitokinin, auksin

dan giberelin. Penggunaan media air kelapa dalam peningkatan kualitas produksi

budidaya rumput laut jenis Eucheuma cottonii diharapkan hasil yang didapat bisa

jauh lebih besar. Berbagai literatur mengatakan bahwa air kelapa dapat

mempercepat pertumbuhan tunas, akar, daun, dan batang dari berbagai tanaman,

apabila diaplikasikan ke rumput laut kemungkinan air kelapa berpengaruh terhadap

pertumbuhan rumput laut terutama jenis E. cottonii. Berpengaruhnya air kelapa

sebagai hormon tumbuh alami terhadap rumput laut maka dapat meningkatkan

produksi budidaya rumput laut daerah pesisir pantai desa Patas sehingga masyarakat

setempat mendapat pendapatan yang lebih baik.

Page 8: Karya Ilmiah

vi

Page 9: Karya Ilmiah

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kegiatan budidaya rumput laut di Indonesia pada awalnya digalakan

secara ekstensif, namun dinamika ini terus berkembang sejalan kemajuan sains

dan teknologi kini rumput laut dibudidayakan secara intensif, karena keadaan

alamnya yang merupakan perairan pantai maupun karangnya yang sangat

potensial untuk budidaya rumput laut. Rumput laut (sea weed) mempunyai nilai

ekonomis dan sosial yang tinggi bagi masyarakat pesisir. Nilai ekonomis

tersebut dikarenakan rumput laut mampu menghasilkan karaginan, agar dan

alginat. Potensi rumput laut ini tersebar di seluruh perairan Indonesia kurang

lebih 2 juta Ha yang dapat dimanfaatkan secara efektif untuk budidaya (Majalah

Trobos, 2008).

Kelapa merupakan salah satu tanaman yang memiliki banyak manfaat

mulai dari daun, batang, dan buah (daging dan air) dan kelapa adalah salah satu

komoditas ekspor Indonesia. Pemanfaatan kelapa dikalangan masyarakat sudah

mulai berkurang. Salah satu bagian yang tidak dimanfaatkan secara optimal

adalah airnya, misalnya dalam pengolahan minyak kelapa skala rumah tangga,

sekarang air kelapa tersebut sudah tidak dimanfaatkan dengan baik, padahal air

kelapa mengandung beberapa hormon pertumbuhan yang dapat memacu

pertumbuhan tanaman.

Hormon yang terkandung dalam air kelapa yaitu sitokinin, auksin dan

giberelin, yang berfungsi sebagai perangsang pertumbuhan tanaman. Auksin

berfungsi untuk merangsang pertumbuhan akar pada stekan atau cangkokan,

sedangkan sitokinin adalah hormon turunan dari adenin yang berfungsi untuk

pembelahan sel dan diferesiansi mitosis, disintesis pada ujung akar dan

translokasi pada pembuluh xilem. Giberelin merupakan hormon tumbuh alami

pada tanaman yang bersifat sintesis dan berperan mempercepat perkecambahan.

Besar kemungkinan air kelapa juga mampu menjadi hormon pertumbuhan bagi

E. cottoni dan hal ini sangat penting untuk dibuktikan secara ilmiah.

Page 10: Karya Ilmiah

12 Perumusan Masalah

Pengguanaan media air kelapa ini didasarkan pada pemanfaatan kelapa yang

kurang optimal dikalangan masyarakat, misalnya pada industri kopra, pasar

tradisional dan pengolahan minyak skala rumah tangga. Hal ini disebabkan

karena kurangnya pemahaman dari kalangan masyarakat tentang manfaat dari

kelapa. Banyaknya limbah kelapa yang tidak dimanfaatkan maka dari itu perlu

adanya teknologi dalam pemanfaatan limbah tersebut.

Rumusan dalam penulisan ilmiah ini meliputi:

1. Bagaimanakah teknologi pemanfaatan limbah air kelapa

yang banyak terdapat di pasar tradisional dan pengelola

kopra dalam peningkatan produksi rumput laut E. cottonii

yang berada di desa Patas Kecamatan Gerokgak yang tidak

dimanfaatkan dengan optimal ?

2. Apakah dengan teknologi pemanfaatan limbah air kelapa

terhadap pertumbuhan rumput laut E. cottonii bisa

meningkatkan taraf hidup masyarakat di desa Patas

terutama masyarakat yang berada di daerah pesisir ?

13 Tujuan dan Manfaat

Tujuan

1) Pemanfaatan limbah air kelapa yang tidak dimanfaatkan secara

optimal oleh industri kopra, pengolahan minyak di pasar tradisional

serta mengetahui seberapa besar pengaruhnya terhadap budidaya

rumput laut .

2) Upaya peningkatan produksi budidaya rumput laut E. cottonii dalam

meningkatkan tarah hidup terutama masyarakat pesisir .

Manfaat

1) Meningkatkan manfaat limbah air kelapa yang dalam pemanfaatanya

kurang optimal pada industri kopra dan pengolahan minyak.

2) Peningkatan pendapatan masyarakat dalam upaya mensejahterakan

masyarakat pesisir desa Patas.

2

Page 11: Karya Ilmiah
Page 12: Karya Ilmiah

14 Gagasan Kreatif

Penggunaan media air kelapa dapat dilakukan terhadap semua jenis

tumbuhan (Bey, Y. dan dkk, 2005). Penggunaan media air kelapa untuk

tanaman-tanaman yang hidup di perairan laut sebagai media tumbuh dipandang

senantiasa memberikan cukup nutrien bagi pertumbuhan tanaman, dalam rangka

meningkatkan kualitas produksi tidak cukup hanya mengandalkan lingkungan

yang bersifat alami akan tetapi teknik budidaya dengan memanfaatkan limbah

air kelapa untuk mnengoptimalkan produksi budidaya rumput laut sekaligus

untuk meningkatkan taraf hidup petani di desa Patas yang menjadi pokok

bahasan yang menarik untuk dipecahkan.

3

Page 13: Karya Ilmiah
Page 14: Karya Ilmiah

II. TELAAH PUSTAKA

21 Kelapa

Kelapa adalah salah satu jenis tumbuhan dari keluarga Arecaceae. Kelapa

adalah satu-satunya spesies dalam genus Cocos, dan pohonnya mencapai

ketinggian 30 m. Kelapa juga adalah sebutan untuk buah pohon ini yang berkulit

keras dan berdaging warna putih.

Klasifikasi Ilmiah

Kerajaan : Plantae

Divisi : Magnoliophyta

Kelas : Liliopsida

Ordo : Arecales

Famili : Arecaceae

Genus : Cocos

Jenis : Cocos nucifera

Kelapa merupakan tanaman endemik yang sebagian besar ada di daerah di

Indonesia, yang sangat mudah tumbuh dalam keadaan apapun. Manfaat kelapa

sangat banyak sekali mulai dari buah, batang, daun, dan akarnya. Kelapa

sekarang banyak dimanfaatkan oleh masyarakat, sebab kelapa memiliki nilai

ekonomis yang lumayan tinggi. Beberapa manfaat yang dapat diambil dari

pohon kelapa yakni, daun kelapa dalam masyarakat Bali sangat bermanfaat

karena daun kelapa yang masih muda dapat digunakan dalam upacara

keagamaan, misalnya dalam pembuatan banten yang merupakan simbol terima

kasih kepada Tuhan. Batang kelapa juga memiliki manfaat yang ekonomis yakni

sebagai bahan bangunan yang biasanya digunakan dalam pembuatan rumah.

Buah kelapa memiliki banyak manfaat mulai dari daging, tempurung, dan

airnya. Daging buah kelapa sudah banyak dimanfaatkan sebagai produksi kopra

yang sudah marak di kalangan masyarakat sekarang.

Air kelapa mengandung antioksidan dan hormon pertumbuhan. Antioksidan

adalah penahan radikal bebas bagi tubuh. Antioksidan ini akan menghentikan reaksi

berantai radikal bebas dalam tubuh bergantung pada jenis antioksidannya.

Page 15: Karya Ilmiah

4

Page 16: Karya Ilmiah

Beberapa hormon yang terkandung dalam air kelapa yaitu auksin, sitokinin, dan

giberelin. Hormon tersebut dapat berfungsi sebagai perangsang pertumbuhan

tanaman, seperti auksin berfungsi sebagai pembesaran sel, sintesis kromosom,

serta pertumbuhan aksis longitudinal tanaman, gunanya untuk merangsang

pertumbuhan akar pada stekan atau cangkokan. Hormon sitokinin merupakan

hormon turunan dari adenin yang berfungsi dalam hal pembelahan sel dan

diferesiansi mitosis, disintesis pada ujung akar dan translokasi pada pembuluh

xilem. Giberelin merupakan hormon tumbuh alami pada tanaman yang bersifat

sintesis dan berperan mempercepat perkecambahan.

22 Rumput Laut E. cottonii

Wilayah sebaran rumput laut yang tumbuh alami (wild stock) hampir

terdapat di seluruh perairan dangkal laut Indonesia yang mempunyai rataan

terumbu karang. Lokasi budidaya E. cottoni tersebar di perairan pantai di

beberapa pulau yakni di kepulauan Riau, Bangka-Belitung, Lampung selatan,

Pulau Panjang, Pulau seribu, Nusa Dua, Nusa Lembongan, Nusa Penida,

Lombok dan masih banyak pulau – pulau yang membudidayakan E. cottonii

(Anggadiredja et al, 2009).

Berdasarkan kandungan pigmennya, rumput laut dikelompokkan menjadi 4

kelas yaitu : Rhodophyceae (ganggang merah), Phaeophyceae (ganggang cokelat),

Chlorophyceae (ganggang hijau), Cyanophyceae (ganggang biru hijau). Beberapa

jenis rumput yang bernilai ekonomi sejak dulu sudah diperdagangkan yaitu

Eucheuma sp., Hynea sp., Gracillaria sp., dan Gelidium sp., dari kelas

Rhodophyceae serta Sargassum sp., dari kelas Phaeophyceae.

Sejak tahun 1986 sampai sekarang jenis rumput laut yang banyak

dibudidayakan di Kepualauan Seribu adalah jenis E. cottonii. Rumput laut jenis

E. cottonii ini juga dikenal dengan nama Kappaphycus alvarezii.

5

Page 17: Karya Ilmiah
Page 18: Karya Ilmiah

Dawes dalam Kadi dan Atmadja (1988) menjelaskan bahwa secara taksonomi

rumput laut jenis Eucheuma dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

Divisi : Rhodophyta

Kelas : Rhodophyceae

Ordo : Gigartinales

Famili : Solieriaceae

Genus : Eucheuma

Jenis : Eucheuma cottonii

Genus Eucheuma merupakan istilah populer di bidang niaga untuk jenis

rumput laut penghasil karaginan. Nama istilah ini resmi bagi spesies Eucheuma

yang ditentukan berdasarkan kajian filogenetis dan tipe karaginan yang

terkandung di dalamnya. Jenis Eucheuma ini juga dikenal dengan Kappaphycus

(Doty, 1987 dalam Yusron, 2005). Ciri-ciri E. cottonii adalah thallus dan cabang-

cabangnya berbentuk silindris atau pipih, percabangannya tidak teratur dan kasar

(sehingga merupakan lingkaran) karena ditumbuhi oleh nodulla atau spine untuk

melindungi gametan. Ujungnya runcing atau tumpul berwarna coklat ungu atau

hijau kuning. Spina E. cottonii tidak teratur menutupi thallus dan cabang-

cabangnya. Permukaan licin, cartilaginous, warna hijau, hijau kuning, abau-abu

atau merah. Penampakan thallus bervariasi dari bentuk sederhana sampai

kompleks (Ditjenkan Budidaya, 2004).

Penanaman rumput laut Eucheuma sp. dapat dilakukan dengan menggunakan

beberapa metode. Ada tiga metode yang sudah dikenal masyarakat.

1) Metode Dasar (bottom method)

Penanaman dengan metode ini dilakukan dengan mengikat bibit tanaman

yang telah dipotong pada karang atau balok semen kemudian disebar pada dasar

perairan. Metode dasar merupakan metode pembudidayaan rumput laut dengan

menggunakan bibit dengan berat tertentu.

2) Metode Lepas Dasar (off-bottom method)

Metode ini dapat dilakukan pada dasar perairan yang terdiri dari pasir

sehingga mudah untuk menancapkan patok/pancang. Metode ini sulit dilakukan

pada dasar perairan yang berkarang. Bibit diikat dengan tali rafia yang kemudian

6

Page 19: Karya Ilmiah
Page 20: Karya Ilmiah

diikatkan pada tali plastik yang direntangkan pada pokok kayu atau bambu.

Jarak antara dasar perairan dengan bibit yang akan dilakukan berkisar antara 20-

30 cm. Bibit yang akan ditanam berukuran 100-150 gram, dengan jarak tanam

20-25 cm. Penanaman dapat pula dilakukan dengan jaring yang berukuran yang

berukuran 2,5x5 m2 dengan lebar mata 25-30 cm dan direntangkan pada patok

kemudian bibit rumput laut diikatkan pada simpul-simpulnya.

3) Metode Apung (floating method)/ Longline

Metode ini cocok untuk perairan dengan dasar perairan yang berkarang

dan pergerakan airnya di dominasi oleh ombak. Penanaman menggunakan rakit -

rakit dari bambu sedang dengan ukuran tiap rakit bervariasi tergantung dari

ketersediaan material, tetapi umumnya ukuran yang digunakan 2,5 x 5 m untuk

memudahkan pemeliharaan, pada dasarnya metode ini sama dengan metode

lepas dasar hanya posisi tanaman terapung dipermukaan mengikuti gerakan

pasang surut yang befungsi mempertahankan rakit, agar tidak hanyut digunakan

pemberat dari batu atau jangkar. Penghematan area dapat dilakukan dengan,

beberapa rakit dapat dijadikan menjadi satu dan tiap rakit diberi jarak 1 meter

untuk memudahkan dalam pemeliharaan. Bibit diikatkan pada tali plastik dan

atau pada masing-masing simpul jaring yang telah direntangkan pada rakit

tersebut dengan ukuran berkisar antara 100-150 gram.

Zatnika Achmad, dkk 2009, mengatakan bibit yang akan ditanam harus

berkualitas baik agar tanaman dapat tumbuh sehat. Oleh karena itu, perlu

dilakukannya pemilihan bibit tersebut yakni dengan kriteria sebagai berikut:

1) Bibit yang digunakan merupakan thallus muda yang bercabang banyak,

rimbun, dan berujung runcing.

2) Bibit tanaman harus sehat dan tidak terdapat bercak, luka, atu terkelupas

sebagai akibat terserang penyakit ice – ice atau terkena bahan cemaran,

seperti minyak buangan dari industri maupun buangan dari kapal – kapal.

3) Bibit rumput laut harus terlihat cerah dan segar yaitu coklat cerah dan

hijau cerah terutama jenis Eucheuma sp.

4) Bibit harus seragam dan tidak boleh tercampur dengan jenis lain.

5) Berat awal diupayakan seragam, sekitar 100 gr per ikatan/ rumpun.

7

Page 21: Karya Ilmiah
Page 22: Karya Ilmiah

Sudradjat, 2008, menjelaskan bahwa waktu yang diperlukan oleh tanaman

dalam mencapai tingkat kadungan bahan utama maksimal merupakan patokan

dalam menentukan waktu panen. Rumput laut jenis E. cottonii memiliki

kandungan keragenan yang optimal setelah mencapai pemeliharaan selama 45

hari, pemanenan rumput laut sebaiknya dilakukan setelah 45 hari. Panen rumput

laut untuk bibit dapat dilakukan umur tanaman berkisar 23 – 25 hari. Panen

sebaiknya dilakukan pada cuaca yang cerah agar kualitas rumput laut yang

dihasilkan akan terjamin. Panen dapat dilakukan dengan 2 cara, yakni secara

selektif atau parsial dan secara keseluruhan.

Panen secara selektif dilakukan dengan cara memotong tanaman secara

langsung tanpa melepas ikatan dari tali ris. Keuntungan ini adalah penghematan

tali raffia pengikat rumput laut, tetapi memerlukan kinerja yang relatif lama.

Cara panen keseluruhan dilakukan dengan mengangkat seluruh tanaman

sekaligus sehingga waktu kerja yang dilakukan relatif lebih singkat dibanding

cara panen sebelumnya.

Rumput laut yang mempunyai banyak manfaat dapat digunakan dalam

industri pangan dan non pangan. Industri pangan E. cottonii salah satu

produksinya adalah jelly yang merupakan makanan paling sederhana yang

dibuat dari agar atau keragenan. Jelly diproduksi biasanya dicampur dengan

buah – buahan, ekstrak buah, atau bubur kacang – kacangan pada industri rumah

tangga. Industri makanan dalam kaleng, seperti daging dan ikan dalam kaleng,

memerlukan bahan pengental, pembentuk gel, serta pensuspensi dengan

memanfaatkan agar dan keragenan. Produksi agar-agar memiliki kelebihan

dibandingkan dengan keragenan, di mana agar mempunyai kemampuan melting

temperatur dan gel strength lebih tinggi, industri non pangan penggunaan agar

dan keragenan di antaranya pada industri makanan ternak, keramik, cat, tekstil,

kertas, dan pembuatan film.

2.3 Pendapat Tentang Air Kelapa Masalah Terdahulu

Junairiah dan Fatimah (2004), dalam penelitianya mengatakan bahwa

tentang pemanfaatan air kelapa sebagai zat pengatur tumbuh alami untuk

pertumbuhan kencur ternyata membuahkan hasil yang cukup bagus. Berdasarkan

8

Page 23: Karya Ilmiah
Page 24: Karya Ilmiah

hasil yang didapat pertumbuhan tanaman kencur dapat dilihat dari jumlah tunas,

jumlah daun, panjang daun dan lebar daun. Dilihat dari pertumbuhan tunas

diketahui bahwa sitokinin terbukti dapat memacu diferensiasi jaringan tunas

(Hendaryono,1994). Perbedaan jumlah daun juga disebabkan oleh hormon

sitokinin dalam air kelapa yang dapat memacu terjadinya organogenesis

sehingga jumlah daun yang terbentuk lebih banyak dan sitokinin dapat

mensimulasi pertumbuhan tunas dan daun (Abidin,1985).

Hormon sitokinin juga berpengaruh terhadap panjang daun karena

sitokinin dapat memacu pembelahan sel sehingga ukuran panjang daun menjadi

bertambah. Lebar daun juga dipengaruhi oleh hormon sitokinin. Dalam hal ini,

sitokinin berperan aktif untuk mendorong pembelahan sel karena hormon ini

mempengaruhi asam nukleat sehingga langsung mempengaruhi sintesis protein

dan mengatur aktivitas enzim (Hendaryono dan Wijayani,1994). Berdasarkan

hasil yang didapat, ternyata air kelapa sebagai zat pengatur tubuh alami untuk

tanaman kencur yang mengandung hormon sitokinin dapat mempengaruhi

pertumbuhan dan produksi tanaman kencur.

Air kelapa salah satu bahan alami yang didalamnya terkandung hormon

sitokinin 5,8 mg/l, auksin 0,07 mg/l, dan giberilin dalam jumlah sedikit serta

senyawa lain yang dapat menstimulasi perkecambahan dan pertumbuhan.

Sehubungan dengan lamanya waktu yang diperlukan untuk berkecambah dan

peranan giberilin dalam memacu perkecambahan biji, begitu juga dengan peran air

kelapa dalam perkecambahan maka dilakukannya penelitian untuk mengetahui

pengaruh pemberian giberilin dan air kelapa terhadap biji anggrek bulan. Menurut

Yusnida Bey, dkk, (2006) mengatakan bahwa pengaruh pemberian giberilin dan air

kelapa terhadap perkecambahan bahan biji anggrek bulan dengan konsentrasi

tertentu berpengaruh positif terhadap pertumbuhan perkecambahan biji anggrek

bulan. Pertumbuhan tersebut dapat dilihat saat munculnya daun, akar, dan tinggi

kecambah. Ternyata hasil yang didapat menunjukan bahwa air kelapa dan giberilin

berpengaruh positif terhadap perkecambahan biji anggrek bulan.

9

Page 25: Karya Ilmiah
Page 26: Karya Ilmiah

61 METODE PENULISAN PROGRAM

31 Studi Literatur

Penulisan karya tulis ilmiah ini berawal dari studi literatur yang membahas

tentang bidang yang berhubungan dengan tujuan ditulisnya karya ilmiah ini. Studi

literatur ini didapatkan dari buku-buku, jurnal ilmiah, majalah, koran, internet, dan

sebagainya. Pokok bahasan yang diambil dari studi literatur meliputi:1) Budidaya rumput laut terutama E. cottoni.

2) Pertumbuhan kelapa yang merupakan tumbuhan endemik

3) Kandungan hormon dari air kelapa sebagai stimulan bagi

pertumbuhan rumput laut terutama E. cottoni.

4) Pemanfaatan air kelapa sebagai zat pengatur

tumbuh alami untuk pertumbuhan kencur

( Kaemferia galanga L.)

5) Pengaruh pemberian giberilin (GA3) dan air kelapa

terhadap perkecambahan bahan biji anggrek bulan

(Phalaenopsis amabilis BL.) secara in vitro.

6) Pengaruh pemberian air kelapa sebagai hormon tumbuh

alami terhadap pertumbuhan tanaman anggrek.

32 Prosedur pengumpulan data

Data-data diperoleh dengan pengumpulan data yang didapat dari internet,

buku, dan jurnal ilmiah nasional dan international. Karya tulis ini ditulis dan

dibuat dengan menggunakan aturan Bahasa Indonesia yang baku dengan tata

bahasa dan ejaan yang disempurnakan, sederhana, dan jelas.

33 Metode analisa dan pemecahan masalah dengan cara:

1. Diskusi 2. Komparasi 3. Analisa mendalam

10

Page 27: Karya Ilmiah
Page 28: Karya Ilmiah

IV. ANALISA DAN SINTESIS

4.1 Analisa Permasalahan

Tanaman kelapa (C. nucifera L.) merupakan tanaman yang serba guna,

baik untuk keperluan pangan maupun nonpangan. Setiap bagian dari tanaman

kelapa, dari akar hingga pucuk daun, dapat dimanfaatkan untuk kepentingan

manusia. Daging buah merupakan lapisan tebal berwarna putih. Bagian ini

mengandung berbagai zat gizi. Kandungan zat gizi tersebut beragam sesuai

dengan tingkat kematangan buah . Selama perkembangannya, buah kelapa

secara kontinyu mengalami kenaikan berat. Ukuran berat maksimum tercapai

pada bulan ketujuh, saat itulah jumlah air kelapa mencapai titik maksimal.

Zaman sekarang air kelapa sudah jarang dimanfaatkan secara optimal. Industri

kopra dan minyak berskala rumah tangga sudah tidak memanfaatkan kelapa

dengan baik, padahal banyak manfaat yang ada di dalam air kelapa salah satunya

adalah mengandung hormon pertumbuhan.

Morel (1974) mengatakan air kelapa mengandung hormon sitokinin 5,8 mg/l,

auksin 0,07 mg/l dan giberelin sedikit sekali serta senyawa lain yang dapat

menstimulasi perkecambahan dan pertumbuhan. Hormon sitokinin sangat berperan

penting dalam pembelahan sel, bahkan juga bermanfaat bagi pertumbuhan tanaman

(Wattimena,1998; Hariyadi, 2002). Hendaryano (1994) mengatakan bahwa sitokinin

juga terbukti memacu deferensiasi dari jaringan tunas. Tunas dapat tumbuh dari

jaringan kalus , daun, akar dan potongan batang atau kotiledon. Sitokinin dalam air

kelapa juga dapat memacu terjadinya organogenesis yang dapat mempercepat

pertumbuhan daun (Abidin, 1998). Selain berfungsi sebagai diferensiasi tunas

adventif dan organ, juga berfungsi dalam sintesis protein dan pembelahan sel

dengan adanya sitokinin maka bobot basah tanaman semakin bertambah. Hormon

auksin berfungsi untuk merangsang pembesaran sel, sintesis DNA kromosom, serta

pertumbuhan aksis longitudinal dan juga untuk merangsang pertumbuhan akar pada

stekan atau cangkokan. Giberelin atau sering disebut asam giberelat (GA)

merupakan hormon perangsang pertumbuhan tanaman yang diperoleh dari

Gibberella fujikuroi, aplikasi untuk

11

Page 29: Karya Ilmiah
Page 30: Karya Ilmiah

memicu munculnya bunga. Murniati dan Zuhri (2002) mengungkapkan bahwa

giberelin mampu mempercepat pertumbuhan biji kopi.

Rumput laut adalah salah satu sumberdaya hayati yang terdapat di wilayah

pesisir dan laut. Sumber daya ini biasanya dapat ditemui di perairan yang

berasosiasi dengan keberadaan ekosistem terumbu karang. Beberapa daerah pantai

di bagian selatan Jawa dan pantai barat Sumatera, rumput laut banyak ditemui hidup

di atas karang-karang terjal yang melindungi pantai dari deburan ombak. Faktor

ekologi yang diperhatikan adalah arus, kondisi dasar perairan, kedalaman, salinitas

dan kecerahan. Arus air dapat membantu menghindari kotoran pada thallus,

membantu pengudaraan dan mencegah fluktuasi. Kondisi perairan yang baik untuk

rumput laut E. cottonii adalah perairan yang mempunyai dasar pecahan – pecahan

karang dan pasir. Kedalaman perairan yang baik untuk rumput laut E. cottonii

adalah 30 – 60 cm pada waktu surut terendah. Kadar salinitas yang baik berkisar

antara 28 – 35 ppt dengan nilai optimum adalah 33 ppt. Rumput laut juga

memerlukan cahaya matahari sebagai sumber energi guna pembentukan bahan

organik yang diperlukan bagi pertumbuhan dan perkembangan yang normal.

Sistem budidaya rumput laut ada 3 metode yang sering digunakan oleh

pembudidaya yaitu metode lepas dasar (off bottom method), rakit apung (floating

rack method), dan rawai (long line method). Bibit yang baik digunakan dalam

budidaya adalah thallus yang masih muda bercabang banyak dan rimbun, bibit

tanaman harus sehat dan tidak terserang penyakit ice – ice, bibit E. cottonii harus

terlihat segar dan berwarna cerah, bibit seragam tidak boleh tercampur dengan bibit

jenis lain, serta bibit diupayakan seragam sekitar 100 gram per ikatan/rumpun.

Kualitas rumput laut yang siap panen harus memiliki agar, keragenan, alginat

dengan kadar yang tinggi, karena ketiga kandungan tersebut dapat menambah nilai

ekonomis yang dapat digunakan dalam olahan pangan maupun non pangan,

misalnya olahan pangan yaitu jelly yang merupakan makanan paling sederhana yang

dibuat dari agar atau keragenan. Jelly diproduksi yang biasanya dicampur dengan

buah – buahan, ekstrak buah, atau bubur kacang–

Page 31: Karya Ilmiah

12

Page 32: Karya Ilmiah

kacangan pada industri rumah tangga dan olahan non pangan misalnya pakan

ternak, keramik, cat dan tekstil.

Pemanfaatan limbah air kelapa guna peningkatan kualitas produksi budidaya

rumput laut yang merupakan daerah endemik.

Potensi pesisir yang ada salah satunya yaitu rumput laut jenis E. cottonii.

Namun, hasil dari budidaya rumput laut belum optimal karena kurangnya teknologi

tentang rumput laut sehingga pendapatan penduduk pesisir kurang optimal. Salah

satu teknologi alternatif yang bisa dimanfaatkan yaitu penggunaan media air kelapa

yang mengandung hormon alami.

13

Page 33: Karya Ilmiah
Page 34: Karya Ilmiah

4.2 Sintesis Permasalahan

Upaya peningkatan pendapatan guna memperbaiki taraf hidup masyarakat,

yang merupakan kawasan endemik yang daerah pesisirnya baik untuk kawasan

budidaya rumput laut terutama E. cottonii. Budidaya rumput laut tidak hanya

mengandalkan sistem budidaya secara alami melainkan kita harus menciptakan

suatu teknologi yang bisa meningkatkan hasil produksi yang lebih besar dua kali

lipat dari sebelumnya. Salah satunya adalah penggunaan media air kelapa sebagai

penghasil hormon tumbuh alami yang terdiri dari sitokinin, auksin dan giberelin,

karena hormon yang dihasilkan oleh air kelapa bisa mempercepat pertumbuhan

khususnya dalam pembelahan sel, pertumbuhan tunas, dan mempercepat

pertumbuhan akar pada stekan atau cangkokan. Dengan menggunakan media air

kelapa dalam peningkatan kualitas produksi budidaya rumput laut jenis E. cottonii

maka diharapkan hasil yang didapat bisa jauh lebih besar. Air kelapa berdasarkan

beberapa penelitian dapat mempercepat pertumbuahan tunas, akar, daun, dan batang

dari berbagai tanaman, apabila diaplikasikan ke rumput laut kemungkinan air kelapa

berpengaruh terhadap pertumbuhan rumput laut terutama jenis E. cottonii. Pengaruh

air kelapa sebagai hormon tumbuh alami terhadap rumput laut dapat menigkatkan

produksi budidaya rumput laut E. cottonii daerah pesisir pantai, sehingga

14

Page 35: Karya Ilmiah
Page 36: Karya Ilmiah

masyarakat setempat mendapat pendapatan yang lebih baik dari sebelumnya,

dengan pendapatan yang lebih baik maka masyarakat setempat akan sejahtera

dan perekonomian di Desa Patas berjalan lancar.

15

Page 37: Karya Ilmiah
Page 38: Karya Ilmiah

V. KESIMPULAN DAN SARAN

51 Kesimpulan

Kesimpulan yang didapat dari penulisan ini adalah:

1 Teknik pemanfaatan limbah air kelapa sebagai media

pengkaya budidaya rumput laut E. cottonii dapat

meningkatkan produksi rumput laut yang ditunjukkan

dengan berat basah E. cottonii yang berati dapat

meningkatkan pendapatan dan upaya peningkatan

taraf hidup masyarakat yang berada di pesisir pantai.

2 Teknologi pemanfaatan limbah air kelapa secara tidak

langsung dapat meningkatkan taraf hidup dan

kesejahteraan masyarakat pesisir pantai .

52 Saran

Upaya memanfaatkan limbah air kelapa di masyarakat luas guna

peningkatan produksi rumput laut yang berkualitas untuk menunjang produksi

budidaya rumput laut secara optimal.

Page 39: Karya Ilmiah

16

Page 40: Karya Ilmiah

DAFTAR PUSTAKA

Abidin, Z., 1985. Dasar – Dasar Pengetahuan Tentang Zat Pengatur Tumbuh, Angkasa. Bandung.

Anggadiredja, J.T., Zatnika. A., Purwoto, H., dan Istini, S. 2009. Rumput Laut. Penebar Swadaya. Jakarta.

Bey, Y., W. Syafii, dan N. Ngatifah. 2005. Pengaruh Pemberian Giberelin Pada Media Vacint dan Went Terhadap Perkecambahan Biji Anggrek Bulan (Phalaenopsis amabilis BL) secara In Vito Jurnal Biogenesis. Vol 1(2):57-61.

Dinna Sofia. 2005. Antioksidan dan Radikal Bebas. Majalah ACID FMIPA Universitas Lampung Edisis III/Tahun V/Mei 2005, ISSN: 1410-1858. Lampung.

Hariyadi, P. 2002, Air Kelapa Sebagai Minuman Isotonik Alami. Kompas. Bogor.

Hendaryono, DPS dan Wijayani, A. 1994. Teknik Kultur Jaringan. Kanisius, Yogyakarta.

Henrikson, R. (1989), Earth food Spirulina, California/USA, Ronore Enterprises, 180 p. Flesseltine, C.W. Solid state fermentation. Biotechnology and Bioengineering, 1972, vol. 14, p. 5 17-532.

Hernani dan Mono Rahardjo. 2006. Tanaman Berkhasiat Antioksidan. Penebar Swadaya. Jakarta.

Junairiah dan Fatimah, 2004. Pemanfaatan Air Kelapa Sebagai Zat Pengatur Tumbuh Alami Untuk Pertumbuhan Kencur (Kaemferia galangal L.). Halaman 145 – 149.

Trobos. 2007. Media Agribisnis Peternakan dan Perikanan. No. 93 Juni 2007 Tahun VIII. Hal 19-21.