21
KARYA ILMIAH KEBEBASAN BERAGAMA DI SUKU DAYAK Oleh: Anjar Sunu P. Fitria Ramadhan Novia Widyanti Septian Rizki Nada Wafi Gufron Yonas Anugrah JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

KARYA ILMIAH AGAMA.docx

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: KARYA ILMIAH AGAMA.docx

KARYA ILMIAH

KEBEBASAN BERAGAMA DI SUKU DAYAK

Oleh:

Anjar Sunu P.

Fitria Ramadhan

Novia Widyanti

Septian Rizki Nada

Wafi Gufron

Yonas Anugrah

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

SMA YASPEN TUGU IBU 1 DEPOK

TAHUN 2013 / 2014

Page 2: KARYA ILMIAH AGAMA.docx

Kata PengantarPuji syukur kami panjatkan ke hardirat Tuhan Yang Maha Esa, karena

dengan pertolonganya kami dapat menyelesaikan karya sederhana yang berjudul “ Kebebasan beragama di suku dayak “ Meskipun banyak rintangan dan hambatan yang kami alami dalam proses pengerjaanya, tapi kami berhasil menyelesaikan dengan baik.

Banyak pihak yang membantu menyelesaikan karya ilmiah ini secara langsung dan tidak langsung dalam penyelesaian karya maka dari itu kami berterimakasih kepada

1. Bpk. Drs T. Catursas. KJ. Selaku Kepala Sekolah SMA YASPEN TUGU IBU 1 DEPOK

2. Dan Teman – teman yang telah membantu menyelesaikan karya ini

Semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak. Kami minta maaf apabila ada kekurangan dan kelemahan, Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan adanya kritik dan saran yang bersifat positif, guna penulisan karya ilmiah yang lebih baik lagi di masa yang akan datang dan harapan kami, semoga karya ilmiah yang sederhana ini, dapat memberi kesadaran tersendiri bagi generasi muda.

Depok,Maret 2014

Page 3: KARYA ILMIAH AGAMA.docx
Page 4: KARYA ILMIAH AGAMA.docx

LEMBAR PENGESAHAN

Karya Ilmiah Betema “Kebebasan Beragama Di Suku Dayak “

Yang dipersetujui pada tanggal … Maret 2014

PEMBIMBING I PEMBIMBING II

Dudung A. Salam S.PD Hutami Husin S.Pd

Mengetahui

WALIKELAS Kepala Sekolah

Drs. M. Isnaeni Nasap Drs. T. Catursas. KJ

Page 5: KARYA ILMIAH AGAMA.docx

LEMBAR PENGESAHAN

Karya Ilmiah Betema “Kebebasan Beragama Di Suku Dayak “

Yang dipersetujui pada tanggal …Maret 2014

PEMBIMBING I PEMBIMBING II

Dudung A. Salam S.PD Hutami Husin S.Pd

Mengetahui

WALIKELAS Kepala Sekolah

Drs. M. Isnaeni Nasap Drs. T. Catursas. KJ

Page 6: KARYA ILMIAH AGAMA.docx

BAB 1

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah

Negara Indonesia adalah Negara yang kaya akan berbagai macam kebudayaan dan suku

bangsa. Hal ini merupakan suatu kelebihan yang dimiliki, dan merupakan ciri khas yang

membedakan dengan Negara lain. Kebudayaan Bangsa Indonesia telah ada dan berkembang sejak

zaman dulu kala. Hal ini dapat dilihat langsung dari hasil karya nenek moyang Bangsa Indonesia

yang dapat dirasakan oleh masyarakat. Oleh sebab itu, sebagai masyarakat Indonesia dan generasi

penerus bangsa harus mampu melestarikan kebudayaan ini.

Salah satu suku bangsa yang terdapat di Indonesia yakni Suku Dayak Indramayu. Meski

memakai nama dan berpenampilan mirip Dayak, namun mereka sama sekali tak memiliki

hubungan dengan suku Dayak di Kalimantan sana. Bahkan seluruh anggotanya yang lebih dari

400 jiwa ini adalah suku Jawa yang bermukim di Desa Krimun, Kecamatan Losarang,

Kepercayaan adalah suatu hal yang meskinya dimiliki setiap umat manusia agar ada unsur tertentu yang bisa dipercaya untuk menjamin kehidupan manusia dibumi, contohnya agama. Setiap umat manusia mestinya memiliki agama yang menuntun manusia ke jalan yang benar, seperti agama berikut ini:

1. Agama Islam2. Agama Kristen protestan / khatholik3. Agama Budha 4. Agama Hindu

Semua Agama itu memberikan ajaran yang benar sesuai Agamanya masing masing , oleh karna itu kita memerlukan suatu pembandingan antara umat beragama

Oleh karena itu kami kelompok KTI agama Islam kelas Xl IPS ll melakukan pembandingan umat beragama di suku dayakk Dengan umat beragama di sekitarnya. Sebab di suku dayak setiap masyarakat suku dayak memiliki keragamaan agama, mayoritas penduduknya tidak memiliki

Page 7: KARYA ILMIAH AGAMA.docx

agama/menghargai alam, tetapi ada beberapa peduduknya yang mempunyai agama, walaupun ada perbedaan keyakinan diantara mereka, mereka masih saling menghargai kepercayaan masing-masing.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan masalah diatas dapat diidentifikasikan beberapa masalah yaitu ;

1. Jumlah penduduk berdasarkan agama di suku dayak?

2. Perkembangan agama islam di lingkungan Kampung Dayak?

3. Seni dan kebudayaan yang mencerminkan keagamaan di suku dayak?

4. Apa lembaga pendidikan agama yang ada di suku dayak?

5. Apakah perhatian pemerintah terhadap perkembangan keagamaan di suku dayak?

6. apa kepercayaan masyarakat atau mitologi yang ada di suku dayak

7. apa saja Benda yang menyimbolkan adanya kepercayaan / mitologi di suku dayak?

8. Apa saja kejadian yang menyimbolkan penentangan terhadap kepercayaan / mitologi

9. Apa Upacara yang menyimbolkan adat dan kepercayaan di suku dayak?

10. Apa pandangan masyarakat terhadap kepercayaan tersebut?

C. TUJUAN PENELITIAN

Untuk mengidentifikasi sebuah masalah yang diyakini banyak penduduk bahwa dikampung dayak banyak penduduk yang tidak memiliki agama atau keprcayaan.

D. MANFAAT PENELITIAN

Manfaatnya adalah kami bisa lebih tau bahwa di Indonesia tepatnya di jawa barat di daerah indramayu kampung dayak bahwa kita dapat mengenal perbedaan agama atau kepercayaan yang ada di Indonesia,dan kesimpulan dari kami perbedaan bukanlah suatu hal yang dapat memecah belahkan suatu kesatuan (Bhineka Tunggal Ika).

Page 8: KARYA ILMIAH AGAMA.docx

BAB 2

PEMBAHASAN

1. Sejarah Suku Dayak Di Indramayu

Ternyata di Kabupaten Indramayu, tepatnya di Desa Krimun, Kecamatan Losarang, terdapat komunitas yang menamakan dirinya sebagai komunitas Dayak atau lebih lengkapnya komunitas Dayak Hindu Budha Bumi Segandu Indramayu. Mendengar nama lengkap komunitas ini pun pasti akan menimbulkan tanda tanya besar pula dibenak kita, terutama bila dicermati adanya dua kata yang merujuk pada nama dua agama besar yang berasal dari India, Hindu dan Budha. Ada makna apa dibalik nama-nama ini? Komunitas macam apakah mereka sebenarnya?

Makna dibalik Nama

Suku Dayak Indramayu sama sekali tidak ada hubungannya dengan suku Dayak yang ada di Kalimantan meski mereka menggunakan nama dan berpenampilan layaknya suku Dayak Kalimantan. Mereka merupakan bagian dari wong dermayu atau penduduk Indramayu yang pada umumnya menggunakan bahasa dengan dialek Jawa-Cirebon. Dalam aspek bahasa dan ras (ciri khas biologis), mereka tidak banyak berbeda dengan wong dermayu lainnya. Perbedaan mereka dengan kebanyakan orang Indramayu lainnya terletak pada adat istiadat, kepercayaan serta penampilan yang mereka jalankan serta perlihatkan dalam kehidupan sehari-hari.

Seperti yang telah disinggung sebelumnya, nama lengkap komunitas ini adalah Suku Dayak Hindu Budha Bumi Segandu Indramayu. Tidak seperti yang kita pikirkan ketika mendengar nama tersebut pertama kali, nama komunitas yang kini beranggotakan sekitar 400 jiwa itu mengandung makna filosofis yang dalam. Ki Takmad Diningrat, yang merupakan tokoh sentral komunitas ini, mengungkapkan bahwa nama Suku Dayak Hindu Budha Bumi Segandu Indramayu menyimpan suatu falsafah hidup yang dijadikan pedoman oleh anggota komunitas ini. Kata ‘suku’ artinya ‘kaki’ yang memiliki makna bahwa setiap individu memiliki tujuan masing-masing dalam kehidupannya di alam ini. Sementara kata ‘Dayak’ berarti ‘ngayak’ atau menyaring berbagai pilihan yang ada dihadapan manusia dalam menjalani hidupnya, yang seringkali terjebak dalam “opisisi binner”, benar atau salah.

Sedangkan kata ‘Hindu’ bermakna awal atau embrio dari kehidupan manusia ketika berada dalam kandungan ibu. Hal ini juga berfungsi mengingatkan setiap individu akan besarnya peranan ibu atau wanita dalam mempersiapkan seseorang untuk lahir dan memulai kehidupan di dunia ini. Kata ‘Budha’ artinya ‘wuda’ atau telanjang. ‘Ketelanjangan’ ini merupakan suatu refleksi atas hakikat hidup manusia yang sejatinya haruslah penuh dengan kejujuran dan kemurnian serta menyatu dengan alam. Hal inilah yang menjelaskan sebab dari penampilan Suku Dayak Indramayu yang memang tidak mengenakan pakaian (hanya mengenakan celana sebatas lutut) dalam kehidupan sehari-hari. Sementara kata “Bumi Segandu” berarti puser bumi atau alam, merefleksikan kecintaan terhadap alam. Kata Indramayu pun memiliki makna dalam filosofi mereka, yakni ‘darma’ atau bakti

Page 9: KARYA ILMIAH AGAMA.docx

pada orang tua serta ‘ayu’ yang berarti perempuan. Jadi bakti yang wajib ditunaikan oleh setiap individu adalah pengabdian pada orang tua, terutama orang tua perempuan. Dalam hal ini terlihat suatu penghormatan yang besar terhadap kaum wanita dalam komunitas ini.

Posisi kaum wanita yang terhormat dalam komunitas ini juga terlihat dari konsep kepercayaan yang dianut oleh suku Dayak Indramayu, “Sejarah Alam Ngaji Rasa”. Dalam kepercayaan tersebut, sosok Tuhan atau zat yang memberi kehidupan bagi manusia dipersonifikasikan dengan figur wanita. Mereka menamakannya Nyi Dewi Ratu. Aplikasi keberagamaan komunitas pimpinan ki Takmad ini diwujudkan dengan memperlakukan istri atau kaum wanita dengan penuh kasih. Pengkhianatan, kekerasan serta kebohongan yang ditujukan pada istri (wanita) dilarang keras dan merupakan dosa besar.

Dalam konsepsi ajaran Sejarah Alam Ngaji Rasa, Nyi Dewi Ratu adalah sumber kebenaran hidup. Oleh karenanya, sang dewi harus dipuja dengan cara “ngajirasa” atau melakukan berbagai lelaku atau amalan. Amalan yang paling utama adalah kasih sayang dan kesetiaan kepada istri.

Selain penghormatan yang tinggi pada kaum wanita, suku Dayak Indramayu juga menjalankan beberapa ritual yang menggambarkan kecintaan mereka terhadap Tuhan dan alam. Ritual untuk menyembah sang penguasa alam dilakukan dengan 2 cara, yang biasa disebut laku pepe dan laku kungkum. Laku pepe dilakukan dengan berjemur diri dibawah sinar matahari. Sementara laku kungkum dilaksanakan dengan cara merendam tubuh di dalam air hingga sebatas leher. Ritual ini dilakukan dari pukul 24.00 hingga pukul 06.00 WIB.

Stigmatisasi “Sesat”

Awal mula dari suku Dayak Indramayu adalah suatu perkumpulan yang bernama Jaka Utama yang terbentuk diawal dekade 1970-an. Perkumpulan ini merupakan sebuah pergerakan masyarakat yang dipimpin oleh ki Takmad dengan tujuan memperbaiki moral masyarakat serta menjaga kelestarian lingkungan. Selama memimpin pergerakan tersebut, ki Takmad terus melakukan kontemplasi serta pengkajian terhadap berbagai problema yang muncul dalam kehidupan masyarakat. Hal ini menyebabkan ki Takmad dipandang sebagai seorang spiritualis baik oleh pengikutnya maupun masyarakat luas. Bahkan ada yang mencibir ki Takmad sebagai dukun.

Buah dari berbagai permenungan yang dilakukannya, ki Takmad pun berniat membentuk suatu komunitas yang bertujuan mengajarkan kebenaran hakiki kepada masyarakat. Namun metode pengajarannya bukanlah dengan doktrinasi, melainkan konkretisasi melalui perilaku dalam kehidupan sehari-hari. Maka, Takmad beserta para pengikutnya dalam Jaka Utama pun meleburkan diri dalam komunitas yang kini dikenal dengan nama Suku Dayak Hindu Budha Bumi Segandu Indramayu dengan ajaran “Sejarah Alam Ngaji Rasa” sebagai pedoman hidup para pengikutnya. Bila ditinjau lebih jauh, ajaran Sejarah Alam merupakan kombinasi dari kearifan lokal Jawa (Kejawen) serta hasil kontemplasi ki Takmad sebagai seorang spiritualis.

Oleh karena kepercayaan dan laku hidup yang berbeda itulah, komunitas ini difatwakan sesat oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI) setempat pada tahun 2007. Fatwa yang teramat keliru, karena sesungguhnya para elit politik dan agama dinegeri inilah yang perlu belajar dari mereka mengenai keberagamaan yang substansial, bukan hanya sebatas formalitas belaka. Bukan rahasia lagi, banyak

Page 10: KARYA ILMIAH AGAMA.docx

petinggi negeri dan pemuka agama yang memamerkan kesalehan mereka untuk menutupi mentalitas mereka yang sesungguhnya, mentalitas korup, penindas dan komprador.

Segerembolan orang yang megatasnamakan dirinya “Dayak Losarang” . Sebuah unsur kekayaan dan keunikan dari masyarakat Indramayu, tetapi banyak juga yang tidak sepemahaman (kontra).Bahwasannya Dayak Losarang itu adalah segerombolan komunitas yang cara berkepribadiannya bertentangan dengan norma agama islam, karena dayak losarang itu bukan warisan asli leluhurnya (budaya).Asal mulanya tedengar di penduduk Indramayu kurang lebih pada 10 tahun yang lalu. Mereka tinggal ditanah Indramayu dan menetap di desa Krimun kecamatan Losarang. Anggotanya sendiri sudah mencapai 400 jiwa dari suku jawa dari desa Krimun kecamatan Losarang itu sendiri.

Kegiatan mereka pada pagi hari yaitu berjemur atau dekenal dengan tradisi “pepe” sambil menikmati udara pagi dan terik matahari.Tradisi “pepe” atau berjemur yang merupakan salah satu ajaran dari Paheran Takmad Diningrat Gusti Alam atau Ki Takmad yang tak lain adalah pemimpin sekaligus pendiri kelompok Dayak Losarang.Suku Dayak Losarang juga memiliki ritual-ritual khas mereka sendiri, seperti berjemur diterik matahari atau pepe merupakan salah satu dari empat ritual yang biasa dilakukan sehari-hari, yaitu kungkum (berendam) yang dilakukan pada siang hari disaat sinar matahari sedang terik, berlangsung mulai jam 9 hingga tengah hari, kungkum berendam didalam air sampai sebatas leher. Melantunkan kidung serta pujian alam, dan Mender yaitu menceritakan pewayangan.

Suku dayak ini tidak menyantap telur atau makanan yang berasal dari hewan, mereka adalah vegetarian. Biasanya mata pencaharian suku dayak di losarang ini kebanyakan seorang petani atau buruh, untuk masalah teknologi mereka sudah dikatan modern karena para petaninya sudah mengguniakan tarktor untuk kebutuhan disawah. Tetapi dalam masalah ahal pendidikan mereka sangatlah kurang, bahkan mereka tidak mengenal pendidikan. Dan untuk hal umumnya suku Dayak Losarang tidak mengikat agama tetapi menganut kepercayaan animisme,tidak terkait dengan partai politik dan organisasi kemasyarakatan.

Walaupun nama dan penampilannya mirip dayak tetapi mereka sama sekali tidak memiliki hubungan dengan suku dayak di Kalimantan. Dan budaya dari suku Daya Losarang ini termasuk dalam Asimilasi sruktural yaitu proses masuknya kebudayaan dari suatu kelompok etnik kedalam kebudayaan etnik lain melalui kelompok.

Page 11: KARYA ILMIAH AGAMA.docx
Page 12: KARYA ILMIAH AGAMA.docx

2. Ciri Khas Kebudayaan Di Suku Dayak

Orang Indramayu atau wong Dermayu tidak asing mendengar sebutan Suku Dayak Indramayu. Keunikan mereka adalah dari penampilannya yang tidak berbaju dan hanya bercelana pendek serta mengenakan bertopi ala petani. Komunitas eksklusif ini juga kerap disebut Dayak Losarang. Markasnya terletak di RT 13 RW 03, Desa Krimun, Kec. Losarang, atau 300 m dari jalur utama Pantura Indramayu.

Warga komunitas Suku Dayak Indramayu memang eksklusif. Namun dalam keseharian, mereka terkenal ramah dan suka menolong. Siapa pun yang datang ke pendopo istilah warga Suku Dayak Indramayu menyebut markasnya, pasti disambut dengan tangan terbuka dan keramahan khas ala "Bumi Segandu", polos, lugas, jujur, murni dan apa adanya. Penampilannya aneh. Sehari-hari, baik hujan atau panas, mereka tak pernah memakai baju.

Yang menempel di tubuhnya hanya celana pendek sedengkul, warna hitam atau hitam padu putih. Rambutnya dibiarkan panjang dan jarang pula mandi. Namun herannya, mereka cukup kebal terhadap berbagai penyakit. Saat musim kemarau datang, mereka melakukan semadi atau tapa di bawah terik matahari. Ritual itu dilakukan sebagai penghormatan terhadap matahari. Selain itu, mereka juga vegetarian alias tak makan daging atau hewan hidup lain. Otomatis, mereka pun menjauhi membunuh binatang, bahkan terhadap seekor cacingpun.

Pemimpin mereka adalah Ki Takmad. Didalam komunitas Suku Dayak Indramayu, nama lengkap lelaki berusia 70 tahunan ini adalah Paheran Takmad Diningrat Gusti Alam. Sepintas lalu, penampilan Ki Takmad dan para pengikutnya bisa aneh dan berkesan menakutkan. Namun ketika sudah terlibat kontak dengan mereka, maka kesan akrab akan didapat.

Spiritualitas Ki Takmad seperti sinkritisme Hindu, Budha, Jawa Kuno, Islam dan hasil kontempelasi pemikiran orisinilnya, mirip kaum Pagan (penyembah benda-benda). Komunitas ini menempatkan kaum perempuan pada posisi yang sangat terhormat, sekaligus sebagai sumber inspirasi. “Nyi Dewi Ratu", demikian sebutan personifikasi kekuatan untuk yang maha pemberi hidup atau sumber kehidupan. Bahkan pintu bangunan pendopo komunitas ini, berreliefkan Nyi Dewi Ratu Kembar.

Dalam sistem sosial dan budaya yang dibangun di lingkungan dayak "Bumi Segandu", posisi dan derajat wanita memang sangat ditinggikan. Karena itu, sekalipun Takmad disegani, dia akan takluk bila berhadapan dengan istrinya.Berkhianat atau berbohong pada istri (wanita) adalah sebuah dosa besar yang tak terampuni. Karena itu pula, bila ada konsep "tuhan" dalam komunitas "Bumi Segandu", manifestasinya ada pada sosok wanita yang disebutnya sebagai "Nyi Dewi Ratu".

Nyi Dewi Ratu itu menguasai sukma bumi atau hukum-hukum kebenaran yang dibahasakan dengan istilah "sejarah alam". Dia harus dipuja dan ditinggikan lewat "ngajirasa" dan "ngadirasa" (laku atau amal-amalan). Dalam keseharian, pemujaan terhadap Nyi Dewi Ratu dipraktekan dalam bentuk kesetiaan terhadap istri.

Ajarannya Takmad tampaknya banyak dipengaruhi konsep kejawen (Hindu-Jawa). Sebagaimana kita tahu, pada pemahaman masyarakat kejawen Pulau Jawa itu dikuasai oleh Dewi-dewi, itu pula kenapa semua penguasa alam di Jawa selalu disimbolkan dengan wanita seperti Nyi Roro Kidul (Penguasa Laut Kidul), Nyi Blorong (Penguasa Gunung Bromo), Dewi Sri (Dewi Padi) dan lain-lain.

Page 13: KARYA ILMIAH AGAMA.docx

Karena konsep itulah, pada Pemilu 1999 Takmad memobilisasi pengikutnya untuk mendukung PDIP. Selain itu, pada Pemilu 1999, ketika dirinya bermeditasi, memperoleh bisikan ghaib dari Nyi Dewi Ratu kalau "Bumi Segandu" harus memilih partai yang dipimpin perempuan. Namun pada Pemilu 2004, komunitas Suku Dayak Indramayu menyatakan untuk tidak ikut dalam pemilu. (Ekorisanto)

3. Konsep Konsep Ajaran Suku Dayak

Ajaran dan suku ini sendiri mulai terbentuk pada tahun 1970. Ta’mad, sang pendiri menemukan titik jenuh akan aturan pemerintah. Melihat keadaan sekitar yang tidak berubah, Ta’mad mulai instropeksi diri dan menyadari bahwa cara tersebut adalah paling baik bagi manusia. Ajaran dari kelompok “Dayak Indramayu” dinamakan dengan sebutan “Sejarah Alam Ngaji Rasa”. Menururt penjelasan salah seorang pengikut senior dari Pak Takmad, “Sejarah” adalah perjalanan hidup (awal, tengah, dan akhir) berdasarkan ucapan dan kenyataan. Sementara itu, “alam” adalah ruang lingkup kehidupan atau sebagai wadah kehidupan.

Adapun “Ngaji rasa” adalah tatacara atau pola hidup manusia yang didasari dengan adanya rasa yang sepuas mungkin harus dikaji melalui kajian antara salah dan benar, dan dikaji berdasarkan ucapan dan kenyataan yang sepuas mungkin harus bisa menyatu dan agar bisa menghasilkan sari atau nilai-nilai rasa manusiawi, tanpa memandang ciri hidup, karena pandangan salah belum tentu salahnya, pandangan benar belum tentu benarnya. “Oleh karena itu, kami sedang belajar ngaji rasa dangan prinsip-prinsip jangan dulu mempelajari orang lain, tapi pelajarilah diri sendiri antara salah dengan benarnya, dengan proses ujian mengabdikan diri kepada anak dan istri”, ungkapnya.

Konsep-konsep ajaran ini tidak didasarkan pada kitab suci, aliran kepercayaan, agam maupun akar budaya tertentu. Mereka berusaha mencari pemurnian dari dengan mengambil teladan sikap dan perilaku tikoh pewayangan Semar dan Pandawa Lima yang dianggapnya sangat bertanggungjawab terhadap keluarga. Proses menuju pemurnian diri, menurut Takmad, melalui beberapa tahap yang harus dijalin dengan menjauhkan diri dari keramaian dunia yang mengejar kesengan duniawi. Tahap-tapah tersebut adalah: wedi-sabar-ngadirasa (ngajirasa)-memahami benar-

Page 14: KARYA ILMIAH AGAMA.docx

salah.

Pada awalnya, setiap manusia wedi-wedian (takut, penakut) baik terhdap alam maupun lingkungan masyarakatnya. Oleh karena itu, manusia harus mengembangkan perasaan sabar dan sumerah diri dalam arti berusaha selaras dengan alam tanpa merusak alam. Prinsipnya adalah jangan merusak alam apabila tidak ingin terkena murka alam. Itulah yang disebut ngaji rasa atau ngadirasa. Setelah bersatu dan selaras dengan alam, dalam arti mengenal sifat-sifat alam sehingga bisa hidup dengan tenteram dan tenang karena mendapat lindungan dari Nur Alam (pencipta alam), manusia akan memahami benar-salam dan selanjutnya dengan mudah akan mecapai permurnian diri; manusia tidak lagi memiliki kehendak duniawi. Cerminan dari manusia yang telah memahami benar-salah, tampak dalam kehidupan sehari-harinya. Manusia yang telah mencapai tahap tersebut, akan selalu jujur dan bertanggungjawab.

Ngajisara, ajaran yang diakui sebagai jalan menuju pemurnian diri, mendidik setiap pengikutnya untuk mengendalikan diri dari “TIGA TA (harta, tahta dan wanita). Bagi para pengikut yang telah menikah, suami harus sepenuhnya mengabdikan diri pada keluarga. Suami tidak boleh menghardik, memarahi, atau berlaku kasar terhadap anak dan istrinya. Oleh karena itu, perceraian merupakan sesuatu yang dianggap pantang terjadi. Demikian juga, hubungan di,luar pernikahan sangat ditentang. “Jangan coba-coba berzinah apabila tidak ingin terkena kutuk sang guru,” demikian salah seorang pengikut Pak Talmad mengungkapkan.

Ngaji rasa juga mengajarkan untuk saling mengasihi kepada sesama umat manusia. Misalnya, menolong orang yang sedang kesulitan walaupun berbeda kepercayaan, tidak menagih utang kepada orang yang diberi pinjaman. Yang terbaik adalah membiarkan orang yang berutang tersebut untuk membayar atas kesadarannya sendiri. Demikian juga dalam hal mendidik anak, sebaiknya tidak terlalu banyak ngatur karena yang bisa mengubah sikap dan perilaku adalah dirinya sendiri, bukan orang lain.

Jalan menuju pemurnian diri juga ditunjukan dengan hidup yang sederhana, menjauhi keinginan mengejar kesenangan duniawi, menghilangkan perasaan dendam, penasaran dan iri kepaada orang laina.Konsepsi tentang alam tampak dari keyakjian bahwa dunia berasal dari bumi segandu (bumi yang masih bulat) bernama Indramayu. Bumi segandu, kemudian menimbulkan lahar menjadi daratan, kekayon, dan air. Setelah itu muncul alam gaib, yang mengendlaikan semua itu adalah Nur Alam.

4.Kepercayaan Suku Dayak Menurut Agama Islam

Menurut Suka Dayak,Suku dayak tidak memksa bagi orang lain untuk beragama di suku dayak,karena suku dayak menganut kebebasan sama seperti surah al baqarah ayat 256 :

Page 15: KARYA ILMIAH AGAMA.docx

اه� �ر� �ك �إ �ن� ق�د الد�ين� ف�ي آل �ي �ب د� ت ش� �غ�ي� م�ن� الر� �ف�ر� ف�م�ن ال �ك ي �الط�اغ�وت� �ؤ�م�ن ب �الله� و�ي �م�س�ك� ف�ق�د� ب ت و�ة� اس� �ع�ر� �ال �ق�ى ب �و�ث ال

� �ف�ص�ام� ال �ه�ا ان م�يع7 و�الله� ل �يم7 س� ع�ل

Yang berarti : Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam); sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat. Karena itu barangsiapa yang ingkar kepada Thaghut dan beriman kepada Allah, maka sesungguhnya dia telah berpegang kepada buhul tali yang amat kuat yang tidak akan putus. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui." (Al-Baqarah: 256).

Dan Juga Suku dayak Mengajarkan Untuk saling menghormati kepada agama lain,dan tidak untuk menjelek jelekan agama lain, sama seperti yang di ajarkan agama islam pada surah al – baqarah ayat 109 tentang salin menghormati :

�ير7 و�د� �ث �ه�ل� م�ن� ك �اب� أ �ت �ك �و� ال �م� ل �ك د�ون �ر� �ع�د� م�ن� ي �م� ب �ك �يم�ان إا Aف�ار� دAا ك �د� م�ن� ح�س� ن ه�م� ع� �ف�س� �ن �ع�د� م�ن� أ �ن� م�ا ب �ي �ب �ه�م� ت ل

�ح�ق� �ى و�اص�ف�ح�وا ف�اع�ف�وا ال �ي� ح�ت �ت �أ �ه� ي م�ر�ه� الل� �أ �ن� ب �ه� إ الل

�ل� ع�ل�ى ي�ءJ ك ق�د�ير7 ش�

Yang Berati : Sebagian besar Ahli Kitab menginginkan agar mereka dapat mengembalikan kamu kepada kekafiran setelah kamu beriman, karena dengki yang (timbul) dari diri mereka sendiri, setelah nyata bagi mereka kebenaran. Maka ma’afkanlah dan biarkanlah mereka, sampai Allah mendatangkan perintah-Nya. Sesungguh-Nya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu. (QS. 2:109)

Dan Ini Adalah jawaban dari beberapa pertanyaan yang kami ajukan kepada beberapa masyarakat Di suku dayak :

B. 1

Kepercayaan masing masing karena di suku dayak di bebaskan penduduknya untuk memeluk agama,jadi tidak ada tuntutan untuk setiap penduduk untuk memeluk agama.

B. 2

Page 16: KARYA ILMIAH AGAMA.docx

Di suku dayak perkembangan agama islam disana tergantung pada kemauan orang orang tersebut dan saling terbuka.

B. 3

Ritual Tidung (Pujian) adalah suatu ritual yang di lakukan suku dayak pada setiap malam jum’at untuk mensyukuri apa yang mereka dapat dari alam.

B. 4

Di sana tidak ada lembaga pendidikan mereka belajar agama melalui kepercayaan turun temurun dan dari lingkungan sekitar.

B. 5

Perhatian pemerintah kurang di perhatikan dikarenakan pemerintah kurang paham dan tau bahwa kebudayaan suku dayak aset asli indonesia

B. 6

Kepercayaan atau mitologi masyarakat disana yang mengatakan tergantung dari alam dan ada juga yang mengatakan

Page 17: KARYA ILMIAH AGAMA.docx

PEMBAHASAN