89
UNIVERSITAS INDONESIA EDUKASI LATIHAN RENTANG PERGERAKAN SENDI PADA PASIEN FRAKTUR KOMPRESI LUMBAL POST DEKOMPRESI DAN STABILISASI KARYA ILMIAH AKHIR MUJIATI ALIFAH WARDANI, S.KEP 0806316202 FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN UNIVERSITAS INDONESIA DEPOK JULI 2013 Edukasi latihan..., Mujiati Alifah, FIK UI, 2013

KARYA ILMIAH AKHIR - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351533-PR-Mujiati Alifah.pdf · seperti jatuh dari ketinggian akibat kecelakaan kerja yang terjadi di kota ... kebakaran,

  • Upload
    ngomien

  • View
    224

  • Download
    1

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: KARYA ILMIAH AKHIR - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351533-PR-Mujiati Alifah.pdf · seperti jatuh dari ketinggian akibat kecelakaan kerja yang terjadi di kota ... kebakaran,

UNIVERSITAS INDONESIA

EDUKASI LATIHAN RENTANG PERGERAKAN SENDI PADA PASIEN

FRAKTUR KOMPRESI LUMBAL POST DEKOMPRESI DAN

STABILISASI

KARYA ILMIAH AKHIR

MUJIATI ALIFAH WARDANI, S.KEP

0806316202

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN

UNIVERSITAS INDONESIA

DEPOK

JULI 2013

Edukasi latihan..., Mujiati Alifah, FIK UI, 2013

Page 2: KARYA ILMIAH AKHIR - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351533-PR-Mujiati Alifah.pdf · seperti jatuh dari ketinggian akibat kecelakaan kerja yang terjadi di kota ... kebakaran,

UNIVERSITAS INDONESIA

EDUKASI LATIHAN RENTANG PERGERAKAN SENDI PADA PASIEN

FRAKTUR KOMPRESI LUMBAL POST DEKOMPRESI DAN

STABILISASI

KARYA ILMIAH AKHIR

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

ners di Fakultas Ilmu Keperawatan

MUJIATI ALIFAH WARDANI, S.KEP

0806316202

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN

UNIVERSITAS INDONESIA

DEPOK

JULI 2013

Edukasi latihan..., Mujiati Alifah, FIK UI, 2013

Page 3: KARYA ILMIAH AKHIR - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351533-PR-Mujiati Alifah.pdf · seperti jatuh dari ketinggian akibat kecelakaan kerja yang terjadi di kota ... kebakaran,

Edukasi latihan..., Mujiati Alifah, FIK UI, 2013

Page 4: KARYA ILMIAH AKHIR - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351533-PR-Mujiati Alifah.pdf · seperti jatuh dari ketinggian akibat kecelakaan kerja yang terjadi di kota ... kebakaran,

Edukasi latihan..., Mujiati Alifah, FIK UI, 2013

Page 5: KARYA ILMIAH AKHIR - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351533-PR-Mujiati Alifah.pdf · seperti jatuh dari ketinggian akibat kecelakaan kerja yang terjadi di kota ... kebakaran,

iv

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirobbil’alamin, puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha

Esa, karena atas berkat dan rahmat-Nya, saya dapat menyelesaikan karya ilmiah akhir

yang berjudul “Edukasi Latihan Rentang Pergerakan Sendi pada Pasien Fraktur

Kompresi Lumbal Post Dekompresi dan Stabilisasi”. Penulisan karya ilmiah akhir ini

dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar Ners di

Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia. Saya menyadari bahwa, tanpa

bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, dari masa perkuliahan sampai pada

penyusunan karya ilmiah akhir ini, sangatlah sulit bagi saya untuk menyelesaikan

karya ilmiah akhir ini. Oleh karena itu, saya mengucapkan terima kasih kepada:

1. Ibu Tuti Herawati, S.Kp., MN selaku dosen pembimbing yang telah

menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran untuk mengarahkan saya dalam

penyusunan karya ilmiah akhir ini;

2. Ibu Ns. Nuraini, S.Kep, selaku kepala ruangan Bedah Kelas Anggrek Tengah

Kanan dan pihak penguji yang telah memberikan masukan dan arahan yang

sangat luar biasa demi hasil yang lebih baik;

3. Bapak, Ibu, dan adik saya yang telah memberikan bantuan dukungan material

dan moral;

4. Keluarga ekspresif : Esti, Puspa, Herlia, Fallah, Dara, Nicky, Jay, Ijah, MT,

Danisya, Oci, Rona, Dewa, Ncel yang telah banyak membantu saya dalam

menyelesaikan karya ilmiah akhir ini;

5. Geng Omoesta : Ka monika, Esti, Puspa, Nicky, Herlia, dan Fitri yang telah

bersama berjuang selama tujuh minggu di ruang Bedah Kelas RSUP

Persahabatan;

6. Perawat ruangan Bedah Kelas yang telah memberikan banyak pembelajaran

dan masukan selama saya praktik disana dan saat penyusunan karya ilmiah

akhir;

7. Mbak Kiki dan sahabat-sahabat saya yang selalu menyemangati dan

memberikan saran dalam penyelesaian karya ilmiah akhir ini;

Edukasi latihan..., Mujiati Alifah, FIK UI, 2013

Page 6: KARYA ILMIAH AKHIR - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351533-PR-Mujiati Alifah.pdf · seperti jatuh dari ketinggian akibat kecelakaan kerja yang terjadi di kota ... kebakaran,

v

8. Edelweis dan burung kertas yang setia memberi semangat dalam diam yang

berjarak.

9. Teman-teman satu pembimbing yang telah bekerja sama dalam penyelesaian

karya ilmiah akhir ini.

Akhir kata, saya berharap Tuhan Yang Maha Esa berkenan membalas segala

kebaikan semua pihak yang telah membantu. Semoga karya ilmiah akhir ini

membawa manfaat bagi pengembangan ilmu.

Depok, Juli 2013

Penulis

Edukasi latihan..., Mujiati Alifah, FIK UI, 2013

Page 7: KARYA ILMIAH AKHIR - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351533-PR-Mujiati Alifah.pdf · seperti jatuh dari ketinggian akibat kecelakaan kerja yang terjadi di kota ... kebakaran,

Edukasi latihan..., Mujiati Alifah, FIK UI, 2013

Page 8: KARYA ILMIAH AKHIR - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351533-PR-Mujiati Alifah.pdf · seperti jatuh dari ketinggian akibat kecelakaan kerja yang terjadi di kota ... kebakaran,

Edukasi latihan..., Mujiati Alifah, FIK UI, 2013

Page 9: KARYA ILMIAH AKHIR - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351533-PR-Mujiati Alifah.pdf · seperti jatuh dari ketinggian akibat kecelakaan kerja yang terjadi di kota ... kebakaran,

vii Universitas Indonesia

ABSTRAK

Nama : Mujiati Alifah Wardani Program Studi : Ilmu Keperawatan Judul : Edukasi Latihan Rentang Pergerakan Sendi pada Pasien Fraktur

Kompresi Lumbal Post Dekompresi dan Stabilisasi Fraktur pada area torakalumbal dapat disebabkan oleh cedera pada posisi fleksi seperti jatuh dari ketinggian akibat kecelakaan kerja yang terjadi di kota besar. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran fraktur kompresi dan pelaksanaan rehabilitasi pada pasien post operasi stabilisasi. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni 2013 di Ruang Bedah Kelas RSUP Persahabatan Latihan yang diberikan berupa rentang pergerakan sendi pada klien selama enam hari perawatan. Hasil penelitian menunjukkan klien yang melakukan latihan rentang pergerakan sendi mengalami kemajuan dalam melakukan aktivitas meliputi pergerakan ekstremitas, pengurangan nyeri, dan pengubahan posisi tidur. Hasil penelitian ini dapat menjadi dasar bagi perawat untuk melakukan pogram rehabilitasi bagi pasien fraktur post dekompresi dan stabilisasi Kata kunci: Kompresi, dekompresi, fraktur, kecelakaan kerja, rentang pergerakan sendi, stabilisasi

ABSTRACT

Name : Mujiati Alifah Wardani Study Program: Nursing Science Title : Education of Range of Motion for Patient with Compression

Fracture Post Decompression and Stabilization Fracture of toracalumbal can caused by flexion injury such as is sustained in falling from a height in consequent of a work accident at big city. The aim of this study was to describe an overview about compression fracture and rehabilitation process on patient post stabilization. The exercise that given is about range of motion for patient on six day treatment. This study will be held in June 2013 at Bedah Kelas RSUP Persahabatan. The results indicated that patient who did range of motion exercise has a progression in daily activity such as extremity movement, reduction of pain, and positioning in bed. The results of this research could be the basics for nurse to do some effort for give a rehabilitation program for patient with compression fracture post decompression and stabilization. Keyword: Compression, decompression, fracture, range of motion, stabilization, work accident.

Edukasi latihan..., Mujiati Alifah, FIK UI, 2013

Page 10: KARYA ILMIAH AKHIR - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351533-PR-Mujiati Alifah.pdf · seperti jatuh dari ketinggian akibat kecelakaan kerja yang terjadi di kota ... kebakaran,

viii Universitas Indonesia

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................................. i HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ...................................................... ii HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................... iii KATA PENGANTAR ............................................................................................... iv HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ............................................................. vi ABSTRAK ................................................................................................................. vii DAFTAR ISI ............................................................................................................. viii DAFTAR TABEL ..................................................................................................... ix DAFTAR GAMBAR ................................................................................................ x DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................................. xi BAB 1 PENDAHULUAN ........................................................................................ 1

1.1 Latar Belakang ............................................................................................. 1 1.2 Rumusan Masalah ........................................................................................ 4 1.3 Pertanyaan Penelitian ................................................................................... 5 1.4 Tujuan Penelitian ......................................................................................... 5 1.5 Manfaat Penelitian ....................................................................................... 6

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................. 7 2.1 Keperawatan Kesehatan Masyarakat Perkotaan .......................................... 7 2.2 Kecelakaan Kerja .......................................................................................... 8 2.3 Fraktur ......................................................................................................... 10 2.4 Asuhan Keperawatan pada Pasien Post Operasi ........................................... 18

BAB 3 LAPORAN KASUS KELOLAAN UTAMA ............................................. 27 3.1 Pengkajian Keperawatan .............................................................................. 27 3.2 Pemeriksaan Penunjang ................................................................................ 35 3.3 Analisa Data ................................................................................................. 38 3.4 Prioritas Diagnosa Keperawatan .................................................................. 39 3.5 Laporan Intra Operatif .................................................................................. 40 3.6 Asuhan Keperawatan .................................................................................... 41

BAB 4 ANALISA SITUASI .................................................................................... 47 4.1 Profil Lahan Praktik...................................................................................... 47 4.2 Analisa Masalah Keperawatan dengan Konsep KKMP dan Kasus ............ 48 4.3 Analisa Salah Satu Intervensi dengan Konsep dan Penelitian Terkait ......... 51 4.4 Alternatif Pemecahan yang Dapat Dilakukan .............................................. 54

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN ......................................................................... 56 5.1 Simpulan ...................................................................................................... 56 5.2 Saran ............................................................................................................ 56

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................. 58

Edukasi latihan..., Mujiati Alifah, FIK UI, 2013

Page 11: KARYA ILMIAH AKHIR - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351533-PR-Mujiati Alifah.pdf · seperti jatuh dari ketinggian akibat kecelakaan kerja yang terjadi di kota ... kebakaran,

ix Universitas Indonesia

DAFTAR TABEL Tabel 2.1 Tabel Klasifikasi Dennis ............................................................................ 15

Tabel 2.2 Jenis Pergerakan Sendi.............................................................................. 22

Tabel 3.1 Tabel Karakteristik Hasil Laboratorium .................................................... 35

Tabel 3.2 Tabel Analisa Data ..................................................................................... 37

Edukasi latihan..., Mujiati Alifah, FIK UI, 2013

Page 12: KARYA ILMIAH AKHIR - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351533-PR-Mujiati Alifah.pdf · seperti jatuh dari ketinggian akibat kecelakaan kerja yang terjadi di kota ... kebakaran,

x Universitas Indonesia

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Klasifikasi Holdworth ........................................................................... 14

Gambar 2.2 Klasifikasi Dennis ................................................................................. 15

Gambar 2.3 Fraktur Kompresi ................................................................................... 15

Gambar 2.4 Fraktur Burst ......................................................................................... 15

Gambar 2.5 Fraktur Seat-belt type ............................................................................. 15

Gambar 2.6 Fraktur Dislokasi ................................................................................... 15

Gambar 2.7 Gerakan Rehabilitasi .............................................................................. 23

Gambar 2.8 Gerakan Rehabilitasi ............................................................................. 23

Gambar 2.9 Gerakan Rehabilitasi .............................................................................. 23

Gambar 2.10 Gerakan Rehabilitasi ............................................................................ 23

Gambar 2.11 Gerakan Rehabilitasi ............................................................................ 23

Gambar 3.1 Hasil CT Scan 3D ................................................................................... 36

Gambar 2.2 Hasil X-Ray ............................................................................................ 37

Edukasi latihan..., Mujiati Alifah, FIK UI, 2013

Page 13: KARYA ILMIAH AKHIR - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351533-PR-Mujiati Alifah.pdf · seperti jatuh dari ketinggian akibat kecelakaan kerja yang terjadi di kota ... kebakaran,

xi Universitas Indonesia

DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 : Catatan Perkembangan Pasien

Lampiran 2 : Rentang Pergerakan Sendi

Edukasi latihan..., Mujiati Alifah, FIK UI, 2013

Page 14: KARYA ILMIAH AKHIR - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351533-PR-Mujiati Alifah.pdf · seperti jatuh dari ketinggian akibat kecelakaan kerja yang terjadi di kota ... kebakaran,

1 Universitas Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

World Health Organization (WHO) menyatakan pada tahun 2008 telah terjadi

sekitar 13 juta kasus fraktur di dunia dengan prevalensi 2,7 % dan meningkat

pada tahun 2009 menjadi 18 juta orang dengan prevalensi 4,2 %. Tahun 2010

meningkat menjadi 21 juta orang dengan prevalensi 3,5 %. Fraktur tersebut

didalamnya termasuk insiden kecelakaan, cedera olahraga, bencana

kebakaran, dan lain sebagainya (Murdiono, 2010 dalam Novita D, 2012).

International Labour Organization (ILO) menyebutkan dalam rentan waktu

rata-rata per tahun terdapat 99.000 kasus kecelakaan kerja dan 70% di

antaranya berakibat fatal yaitu kematian dan cacat seumur hidup

(www.detikfinance.com, 2012).

Kecelakaan kerja di Indonesia tercatat masih tergolong tinggi, PT Jamsostek

menyatakan angka kecelakaan kerja lima tahun terakhir cenderung naik

dimana pada tahun 2011 terdapat 99.491 kasus atau rata-rata 414 kasus

kecelakaan kerja per hari. Tahun sebelumnya pada tahun 2009 angka

kecelakaan kerja yang terjadi sekitar 96.314 kasus dan pada tahun 2008

terdapat 94.736 kasus (www. Poskotanews.com, 2012). International Labour

Organization (ILO) menyatakan bahwa tingkat keparahan dari kecelakaan

kerja di Indonesia cukup tinggi, karena dari 100.000 orang pekerja yang

mengalami kecelakaan, terdapat 20 orang yang mengalami kondisi yang fatal

(www.HRCentro.com, 2013).

Penyelenggaraan konstruksi di Indonesia masih banyak menimbulkan masalah

umum bidang kesehatan dan keselamatan kerja. Tenaga kerja di sektor jasa

konstruksi mencakup sekitar 7-8 % dari jumlah tenaga kerja di seluruh sektor

di Indonesia. Sektor jasa konstruksi termasuk salah satu sektor yang paling

berisiko terhadap kecelakaan kerja, selain sektor pertanian, perikanan,

perkayuan, dan pertambangan(www. ftsl.itb.ac.id, 2007 dalam Prasetyo 2009).

Edukasi latihan..., Mujiati Alifah, FIK UI, 2013

Page 15: KARYA ILMIAH AKHIR - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351533-PR-Mujiati Alifah.pdf · seperti jatuh dari ketinggian akibat kecelakaan kerja yang terjadi di kota ... kebakaran,

2

Universitas Indonesia

Data Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Depnakertrans) pada tahun

2007 menunjukkan bahwa kecelakaan kerja di sektor konstruksi menempati

urutan tertinggi dalam kecelakaan kerja di Indonesia ( Depnakertrans, 2007

dalam Pratiwi, S.D, 2009). OSHA (1990) melaporkan bahwa jenis kecelakaan

terbanyak pada sektor konstruksi yang menyebabkan kematian adalah jatuh

dari ketinggian seperti jatuh dari atap, jatuh dari skafolding, jatuh melalui tepi

terbuka, dan lain sebagainya. Setelah jatuh, kasus tertabrak atau tertimpa

menempati urutan kedua dan kecelakaan akibat terjebak antara objek

menempati urutan ketiga (OSHA, 1990 dalam Handayani, 2009)

Cedera yang biasa dialami pekerja antara lain cedera/ fraktur sendi pinggul

dan ekstremitas atas (40,2 %), cedera kepala ( 24,8 %), dan pergelangan

tangan (14,3%) (Riyadina W, 2007 dalam Makara Kesehatan Vol 11, 2007).

Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang dan ditentukan sesuai jenis dan

luasnya (Smeltzer & Bare, 2002). Fraktur adalah terpisahnya kontinuitas

tulang normal yang terjadi karena tekanan pada tulang yang berlebihan

(Black&Hawks, 2005). Price dan Wilson (2006) mendefinisikan fraktur

adalah kondisi patah tulang yang disebabkan oleh trauma atau tenaga fisik,

kekuatan sudut, keadaan tulang, dan jaringan lunak di sekitar tulang yang

dapat menentukan jenis fraktur. Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar

(Riskesdas) tahun 2007 kasus fraktur di Indonesia disebabkan oleh cedera

karena jatuh, kecelakaan lalu lintas, dan trauma benda tajam/tumpul. Terdapat

1.775 orang mengalami fraktur dari 45.987 kasus kejadian jatuh (Depkes RI,

2007).

Terdapat berbagai macam jenis faktur yang diakibatkan oleh peristiwa jatuh

saat kecelakaan kerja. Salah satu fraktur yang dapat terjadi adalah fraktur

kompresi pada tulang belakang. Cedera sendi pinggul dan ekstremitas atas

menempati porsi tertinggi pada kasus fraktur yang terjadi pada pekerja

konstruksi. Salah satu fraktur yang membahayakan adalah fraktur vertebra

torakalumbal. Fraktur torakalumbal melibatkan korpus vertebra, lamina dan

prosesus artikularis, serta prosesus spinosus dan prosesus tranversus. Daerah

Edukasi latihan..., Mujiati Alifah, FIK UI, 2013

Page 16: KARYA ILMIAH AKHIR - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351533-PR-Mujiati Alifah.pdf · seperti jatuh dari ketinggian akibat kecelakaan kerja yang terjadi di kota ... kebakaran,

3

Universitas Indonesia

T12 sampai L2 merupakan daerah yang paling rentan terhadap fraktur

(Smeltzer & Bare, 2002). Fraktur pada area torakalumbal biasanya

disebabkan oleh cedera pada posisi fleksi seperti jatuh dari ketinggian dan

mendarat menggunakan bagian tubuh seperti kepala, bokong, dan bahu. Hal

tersebut merupakan cedera berbahaya karena akan mengenai saraf spinal dan

dapat menyebabkan kelumpuhan ( Powell, M, 1970).

Fraktur kompresi merupakan fraktur yang banyak terjadi pada tulang lumbal

dimana angka kejadian fraktur tersebut mengalami peningkatan sepanjang 30

tahun terakhir. Kejadian traumatik yang menyebabkan fraktur kompresi

termasuk jatuh dan kecelakaan lalu lintas di jalan (Woodhouse, D, 2003).

Fraktur yang biasa terjadi di area tulang belakang adalah fraktur kompresi

dimana terjadi kompresi (penekanan) di area T-Y tulang belakang yang

disebabkan karena adanya tenaga yang kuat dari tulang yang berada di

atasnya sehingga menekan susunan tulang dibawah dan menimbulkan fraktur

di area yang tertekan (Maher, et al, 2002).

Tindakan pembedahan yang dilakukakan pada pasien dengan fraktur kompresi

di area tulang spinal adalah tindakan dekomrpesi dan stabilisasi. Tindakan

dekompresi biasanya dilakukan pada fraktur yang mengenai segmen TL dan

L tulang spinal terutama dengan defisit neurologi untuk mempercepat proses

penyembuhan (Benzel, et al, 1986) . Tujuan utama dari tindakan dekompresi

adalah membebaskan kanal saraf spinal dari tekanan yang menyebabkan

penurunan fungsi neurologi. Tindakan dekompresi meliputi pengambilan

tulang yang mengalami fraktur kompresi. Patahan tulang tersebut diangkat

agar tidak menekan saraf spinal yang berada di area tulang yang fraktur.

Tindakan lainnya adalah stabilisasi yang memiliki tujuan untuk

mengembalikan stabilitas tulang dan mengoreksi deformitas yang terjadi

akibat fraktur. Stabilisasi dilakukan dengan menggunakan plate dan screw

sebagai sarana untuk menstabilkan tulang. Stabilisasi dapat dilakukan pada

Edukasi latihan..., Mujiati Alifah, FIK UI, 2013

Page 17: KARYA ILMIAH AKHIR - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351533-PR-Mujiati Alifah.pdf · seperti jatuh dari ketinggian akibat kecelakaan kerja yang terjadi di kota ... kebakaran,

4

Universitas Indonesia

bagian anterior dan posterior tulang belakang sesuai dengan area fraktur

kompresi yang akan distabilisasi (Mclain,et al, 1993).

Kasus kecelakaan kerja juga dapat ditemukan di ruang rawat inap Bedah

RSUP Persahabatan. Kasus kecelakaan kerja yang ditemukan di RSUP

Persahabatan berupa jatuh dari ketinggian, tertimpa material konstruksi, serta

terluka akibat penggunaan mesin. Kasus yang ditemukan merupakan salah

satu korban kecelakaan kerja. Klien ditemukan terjatuh dari lantai 2 ketika

sedang bekerja di suatu konstruksi pembangunan rumah. Klien mengalami

fraktur kompresi di area torakalumbal yaitu fraktur kompresi lumbal 1. Klien

telah mendapatkan tindakan pembedahan yaitu tindakan dekompresi dan

stabilisasi. Tulang yang fraktur diangkat dan dipasang beberapa pen dan screw

pada area yang hilang. Oleh karena itu, pada penelitian ini akan membahas

mengenai asuhan keperawatan berkaitan dengan proses rehabilitasi pada klien

dengan fraktur kompresi lumbal 1 sesudah tindakan pembedahan (dekompresi

dan stabilisasi).

1.2 Rumusan Masalah

Angka kecelakaan kerja yang masih cukup tinggi di Indonesia terutama di

sektor konstruksi menunjukkan kesadaran dalam pelaksanaan K3 masih

rendah. Salah satu kejadian kecelakaan kerja yang terjadi adalah jatuh yang

menyebabkan cedera dan fraktur. Fraktur di area torakalumbal menjadi salah

satu fraktur yang membahayakan karena dapat berpengaruh terhadap saraf

spinal dan menyebabkan kelumpuhan. Masalah yang diangkat adalah

mengenai asuhan keperawatan terutama pada proses rehabilitasi pada klien

dengan fraktur kompresi lumbal sesudah tindakan pembedahan (dekompresi

dan stabilisasi) yaitu dengan latihan rentang pergerakan sendi.

Pertanyaan yang diajukan terkait dengan rumusan masalah pada penelitian ini

adalah :

1. Bagaimana gambaran fraktur kompresi lumbal ?

2. Bagaimana gambaran asuhan keperawatan post- operasi pada klien fraktur

kompresi lumbal ?

Edukasi latihan..., Mujiati Alifah, FIK UI, 2013

Page 18: KARYA ILMIAH AKHIR - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351533-PR-Mujiati Alifah.pdf · seperti jatuh dari ketinggian akibat kecelakaan kerja yang terjadi di kota ... kebakaran,

5

Universitas Indonesia

3. Bagaimana gambaran pelaksanaan proses rehabilitasi yaitu latihan rentang

pergerasakan sendi pada klien yang mengalami fraktur kompresi lumbal

setelah tindakan pembedahan ?

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui gambaran asuhan keperawatan paska pembedahan pada

klien fraktur kompresi

1.3.2 Tujuan Khusus

1.3.2.1 Diketahuinya gambaran klien dengan fraktur kompresi

1.3.2.2 Diketahuinya gambaran asuhan keperawatan setelah tindakan

pembedahan.

1.3.2.3 Diketahuinya gambaran pelaksanaan proses rehabilitasi selama pemberian

asuhan keperawatan setelah tindakan pembedahan.

1.3 Manfaat Penelitian

1.3.1 Manfaat teoritis

Karya ilmiah ini sebagai bahan pengembangan ilmu pengetahuan dalam

keilmuan keperawatan medikal bedah khususnya dalam bidang ortopedi

yaitu fraktur kompresi lumbal.

1.3.2 Manfaat Aplikatif

1.3.2.1 Praktik Pelayanan Keperawatan

Karya ilmiah ini dapat menjadi data masukan dan sebagai sumber

informasi bagi perawat dalam memberikan asuhan keperawatan

pada klien fraktur kompresi lumbal paska pembedahan dekompresi

dan stabilisasi.

1.3.2.2 Klien

Karya ilmiah ini dapat dijadikan rujukan bagi klien dewasa untuk

lebih mengenal latihan rentang pergerakan sendi untuk

mengembalikan aktivitas seperti semula.

Edukasi latihan..., Mujiati Alifah, FIK UI, 2013

Page 19: KARYA ILMIAH AKHIR - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351533-PR-Mujiati Alifah.pdf · seperti jatuh dari ketinggian akibat kecelakaan kerja yang terjadi di kota ... kebakaran,

6

Universitas Indonesia

1.3.3 Manfaat Metodologi

Hasil penelitian ini diharapkan menjadi data dasar mengenai asuhan

keperawatan pada proses rehabilitasi klien dengan fraktur kompresi lumbal

setelah tindakan pembedahan.

Edukasi latihan..., Mujiati Alifah, FIK UI, 2013

Page 20: KARYA ILMIAH AKHIR - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351533-PR-Mujiati Alifah.pdf · seperti jatuh dari ketinggian akibat kecelakaan kerja yang terjadi di kota ... kebakaran,

7 Universitas Indonesia

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Pada bab ini akan dijelaskan mengenai tinjauan kepustakaan yang relevan terkait

dengan masalah yang diangkat. Tinjauan kepustakaan yang dibahas pada bab ini

dibagi menjadi beberapa bagian yakni pengetahuan terkait dengan keperawatan

masyarakat perkotaan, kecelakaan kerja, jenis fraktur, fraktur tulang spinal,

tindakan medis pada faktur kompresi spinal, serta asuhan keperawatan pada

fraktur kompresi spinal.

2.1 Keperawatan Kesehatan Masyarakat Perkotaan

Kesehatan adalah suatu kondisi sejahtera secara fisik, mental serta sosial dan

bukan hanya bebas dari penyakit dan kelemahan, kesehatan bukan hanya

dipengaruhi oleh lingkungan fisik dan sosial (WHO, 1993). Pembangunan

kesehatan merupakan upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen bangsa

yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan

hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat

yang setinggi-tingginya (Depkes, 2004). Perawatan kesehatan masyarakat itu

sendiri merupakan suatu upaya pelayanan keperawatan yang merupakan

bagian yang tidak terpisahkan dari pelayanan kesehatan yang dilaksanakan

oleh perawat dengan mengikutsertakan tim kesehatan lain dan masyarakat

untuk memperoleh tingkat kesehatan yang lebih tinggi dari individu, keluarga

dan masyarakat (Depkes, 1996).

Tahun 2009, lebih dari 43 % penduduk Indonesia tinggal di wilayah

perkotaan, dan menurut prediksi pada tahun 2025 lebih dari 60% populasi

akan tinggal di pusat kota (Depkes, 2012). Hal ini menunjukkan bahwa

kesehatan masyarakat perkotaan menjadi salah satu prioritas untuk

meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Kesehatan masayarakat tidak

terlepas dari faktor lingkungan. Sistem lingkungan tidak hanya berhubungan

dengan individu, tetapi juga berinteraksi dengan elemen lainnya dan

perubahan yang terjadi pada satu sistem akan menimbulkan dampak pada

sistem lain. Salah satu lingkungan yang mempengaruhi kesehatan masyarakat

Edukasi latihan..., Mujiati Alifah, FIK UI, 2013

Page 21: KARYA ILMIAH AKHIR - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351533-PR-Mujiati Alifah.pdf · seperti jatuh dari ketinggian akibat kecelakaan kerja yang terjadi di kota ... kebakaran,

8

Universitas Indonesia

perkotaan adalah lingkungan pekerjaan (Anderson&McFarlene, 2006).

Pekerjaan yang marak di kota-kota besar di Indonesia adalah pekejaan di

bidang jasa konstruksi dimana pertumbuhan pembangunan gedung-gedung

tinggi di wilayah perkotaan meningkat dari tahun ke tahun. Jumlah tenaga

kerja di sektor konstruksi mencapai 4,5 juta orang (www.ftsl.itb.ac.id, 2007

dalam Prasetyo, 2009).

2.2 Kecelakaan Kerja

2.2.1 Definisi Kecelakaan Kerja

Kecelakaan kerja menurut Peraturan Menteri Tenaga Kerja No.

03/Men/98 merupakan suatu kejadian yang tidak dikehendaki dan tidak

diduga semula yang dapat menimbulkan korban manusia dan atau harta

benda. Sedangkan menurut OHSAS 180001 : 2007 (2007)

mendefinisikan kecelakaan kerja merupakan kejadian yang terkait

pekerjaan, dimana suatu cedera, sakit (terlepas dari keparahannya), atau

kematian terjadi, atau mungkin dapat terjadi. Pengertian ini juga

digunakan untuk kejadian yang dapat menyebabkan kerusakan

lingkungan atau bepotensi menyebabkan kerusakan lingkungan.

2.2.2 Klasifikasi Kecelakaan Kerja

Terdapat banyak standar yang menjelaskan referensi mengenai kode

kecelakaan kerja. OSHA pada tahun 1990 mengklasifikasikan jenis

kecelakaan kerja yang terbanyak mengakibatkan kematian berdasarkan

analisa kecelakaan yang menyebabkan kematian selama tahun 1985

hingga 1989. OSHA mengklasifikasikan kecelakaan kerja menjadi

kecelakaan jatuh dari ketinggian, kasus tertabrak, terjebak antara objek,

dan kecelakaan terkait listrik. Jenis kecelakaan terbanyak yang

menyebabkan kematian yaitu kecelakaan akibat jatuh dari ketinggian.

Jatuh dari ketinggian dapat berupa atuh dari atap, jatuh dari skafolding

runtuh, jatuh dari skafolding, jatuh karena keruntuhan struktur, jatuh

melalui tepi tebuka, jatuh dari tangga, serta jatuh dari balok penyangga

(OSHA, 1990 dalam Handayani, 2003).

Edukasi latihan..., Mujiati Alifah, FIK UI, 2013

Page 22: KARYA ILMIAH AKHIR - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351533-PR-Mujiati Alifah.pdf · seperti jatuh dari ketinggian akibat kecelakaan kerja yang terjadi di kota ... kebakaran,

9

Universitas Indonesia

2.2.3 Penyebab Kecelakaan Kerja

Handayani (2009) pada studi kasus terhadap 4 proyek konstruksi

melaporkan bahwa penyebab utama kecelakaan kerja dibagi menjadi

dua hal yaitu kelalaian pekerja dan kondisi berbahaya. Kelalaian

pekerja mencakup kelalaian dalam penggunaan alat keselamatan dan

kelalaian saat melaksanakan pekerjaan. Sedangkan kondisi berbahaya

disebabkan oleh pekerjaan yang berbahaya atau lingkungan pekerjaan

yang berbahaya, atau kondisi peralatan yang kurang baik hingga

berbahaya ketika digunakan.

Jumlah pekerja konstruksi di Indonesia mencapai 4,5 juta orang dimana

1,5 % dari tenaga kerja di sektor ini belum pernah mendapatkan

pendidikan formal apapun. Sebagian besar berstatus tenaga kerja harian

lepas atau borongan yang tidak memiliki ikatan kerja yang formal

dengan perusahaan. Hal tersebut mempersulit penanganan masalah K3

yang biasanya dilakukan dengan metode pelatihan dan penjelasan

mengenai sistem manajemen K3 yang dilaksanakan (www.ftsl.itb.ac.id,

2007 dalam Prasetiyo, 2009). Penyebab kecelakaan kerja tersebut

merupakan dampak dari lemahnya pelaksanaan program K3 di sektor

konstruksi di Indonesia, terutama di kota besar dengan jumlah

pembangunan yang semakin meningkat.

2.2.4 Dampak Kecelakaan Kerja

Tahun 2008, dari 73.195 kasus kecelakaan yang terjadi, PT Jamsostek

merinci kecelakaan terebut menjadi 3.161 orang mengalami cacat

fungsi atau 4,32% dari total kasus. 2.065 orang mengalami cacat

sebagian atau sekitar 2,82% dan 25 kasus dengan kecelakaan kerja

dengan cacat total atau sebesar 0,03% (Majalah KATIGA edisi 32/2009

dalam Mayendra, 2009). Cedera yang biasa dialami pekerja antara lain

cedera/ fraktur sendi pinggul dan ekstremitas atas (40,2 %), cedera

kepala ( 24,8 %), dan pergelangan tangan (14,3%) (Riyadina W, 2007

dalam Makara Kesehatan Vol 11, 2007).

Edukasi latihan..., Mujiati Alifah, FIK UI, 2013

Page 23: KARYA ILMIAH AKHIR - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351533-PR-Mujiati Alifah.pdf · seperti jatuh dari ketinggian akibat kecelakaan kerja yang terjadi di kota ... kebakaran,

10

Universitas Indonesia

2.3 Fraktur

2.3.1 Pengertian dan Mekanisme Fraktur

Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang dan ditentukan sesuai

jenis dan luasnya (Smeltzer & Bare, 2002). Fraktur adalah terpisahnya

kontinuitas tulang normal yang terjadi karena tekanan pada tulang yang

berlebihan (Black&Hawks, 2009). Price dan Wilson (2006)

mendefinisikan fraktur adalah kondisi patah tulang yang disebabkan

oleh trauma atau tenaga fisik, kekuatan sudut, keadaan tulang, dan

jaringan lunak di sekitar tulang yang dapat menentukan jenis fraktur.

Stress merupakan tekanan yang dapat ditahan oleh sebuah tulang dan

strain adalah reaksi yang dilakukan oleh tulang setelah terkena stress.

Kemampuan tulang untuk menahan sebuah tekanan, gaya, atau gerakan

dipengaruhi oleh kondisi biologis, ekstrinsik tulang, dan intrinsik

tulang. Faktor biologi merupakan faktor yang dapat mempengaruhi

komposisi dan kekuatan tulang seperti usia individu, pola makan.

Faktor ekstrinsik merupakan faktor yang berasal dari stress yang

dihadapi oleh tulang seperti durasi, kekuatan, dan arah dari suatu

tekanan, gaya, atau gerakan yang mengenai tulang. Faktor terakhir

adalah intrinsik yang merupakan faktor yang berasal dari tulang

tersebut seperti kemampuan mengabsorpsi energi, elastisitas, dan

kepadatan tulang (Maher, et al, 2002).

Fraktur dapat terjadi ketika tulang terkena stress lebih besar dari yang

dapat diabsorpsinya (Smeltzer&Bare, 2002). Fraktur dapat disebabkan

oleh stress langsung dan tidak langsung sehingga menentukan jenis

fraktur yang terjadi (Maher, et al, 2002). Fraktur dapat disebabkan oleh

pukulan langsung gaya meremuk, gerakan puntir mendadak, dan

bahkan kontraksi otot ekstrem. Patah tulang dapat mempengaruhi

kondisi di area tulang seperti terjadi edema jaringan lunak, perdarahan

otot, dislokasi sendi, ruptur tendo, kerusakan saraf, dan kerusakan

pembuluh darah ( Smeltzer&Bare, 2002). Pajanan langsung, pajanan

Edukasi latihan..., Mujiati Alifah, FIK UI, 2013

Page 24: KARYA ILMIAH AKHIR - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351533-PR-Mujiati Alifah.pdf · seperti jatuh dari ketinggian akibat kecelakaan kerja yang terjadi di kota ... kebakaran,

11

Universitas Indonesia

tidak langsung, serta adanya penyakit tulang dapat memicu adanya

fraktur.

2.3.2 Jenis Fraktur

Maher, et al (2002) dalam bukunya yang berjudul Orthopaedic Nursing

membagi jenis fraktur sesuai dengan penyebabnya yaitu pajanan

langsung dan pajanan tidak langsung terhadap tulang. Stress yang

memajan langsung pada tulang dapat menyebabkan fraktur berupa

remuk, retakan, patahan. Retakan disebabkan karena adanya tenaga

yang kecil mengenai suatu area tertentu pada tulang (satu titik saja).

Retakan dapat terjadi pada tungkai ekstremitas atas dan bawah.

Remukan biasanya disebabkan adanya tenaga yang cukup besar

mengenai daerah tertentu dari tulang dan biasanya mengenai jaringan di

sekitarnya. Remukan biasanya terjadi pada area tulang femur dan tulang

humerus. Sedangkan patahan disebabkan karena tenaga yang sangat

besar dan mengenai area tertentu dari tulang sehingga langsung

membuat garis patahan di seluruh garis tengah tulang. Smeltzer&Bare

(2002) mengklasifikasi jenis fraktur yang sama dengan sebutan fraktur

komplet dan tidak komplet. Fraktur komplet merupakan patah pada

seluruh garis tengah tulang, sedangakan fraktur tidak komplet terjadi

dimana patahan hanya ada pada sebagian dari garis tengah tulang.

Jenis fraktur lainnya adalah karena adanya stress yang tidak langsung

terpajan pada tulang (Maher, et al, 2002). Jenis ini dibagi menjadi

berbagai macam antara lain fraktur angulasi, fraktur rotasi, dan fraktur

kompresi. Smeltzer&Bare (2002) juga membagi jenis fraktur menjadi

fraktur terbuka, fraktur tertutup, dan fraktur khusus. Fraktur terbuka

terjadi dimana patahan tulang merobek kulit yang menutupi. Fraktur

tertutup terjadi ketika patahan tidak merobek kulit yang menutupi.

Fraktur khusus antara lain greenstick, tranversal, oblik, kominutif,

depresi, kompresi, patologis, avulsi, dan impaksi.

Edukasi latihan..., Mujiati Alifah, FIK UI, 2013

Page 25: KARYA ILMIAH AKHIR - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351533-PR-Mujiati Alifah.pdf · seperti jatuh dari ketinggian akibat kecelakaan kerja yang terjadi di kota ... kebakaran,

12

Universitas Indonesia

Fraktur yang biasa terjadi di area tulang belakang adalah fraktur

kompresi dimana terjadi kompresi (penekanan) di area T-Y tulang

belakang. Kompresi disebabkan karena adanya tenaga yang kuat dari

tulang yang berada di atasnya sehingga menekan susunan tulang

dibawah dan menimbulkan fraktur di area yang tertekan (Maher, et al,

2002).

2.3.3 Fraktur pada Tulang Spinal

2.3.3.1 Tulang Spinal

Tulang terdiri atas sel-sel berupa osteosit, osteoblast, dan osteoklas.

Selain itu, tulang mengandung matriks ekstraseluler. Matriks tulang

tersusun atas serat-serat kolagen organik yang terdiri dari substansi

dasar dan garam-gatam anorganik. Kolumna vertebra menyangga

berat tubuh dan melindungi medulla spinalis. Terdapat 7 tulang

vertebra serviks, 12 tulang vertebra toraks, 5 tulang vertebra lumbal,

dan 5 tulang vertebra sakrum, dan tulang koksi (Sloane, E., 2003).

Kolumna vertebra memiliki struktur yang berbeda dari tulang lainnya.

Kolumna vertebra terdiri atas badan (sentrum), lengkung saraf

(vertebra), dan 4 buah prosesus. Badan atau sentrum menyangga

sebagian besar berat tubuh individu. Sedangkan lengkung saraf

terbentuk dari dua pedikel dan lamina membungkus rongga saraf dan

menjadi lintasan medulla spinalis. Sebuah prosesus spinosa menonjol

dari lamina ke arah posterior dan inferior untuk tempat perlekatan

otot. Prosesus tranversal yang menjorok ke arah lateral. Prosesus

pengartikulasi inferior dan superior menyangga faset untuk

berartikulasi dengan vertebra atas dan bawah (Sloane, E., 2003).

Kolumna vertebra melindungi sistem saraf medulla spinalis yang

terbentang sepanjang tulang mulai dari perpanjangan medulla batang

otak hingga ke area vertebra lumbal. Medulla spinalis berbentuk

Edukasi latihan..., Mujiati Alifah, FIK UI, 2013

Page 26: KARYA ILMIAH AKHIR - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351533-PR-Mujiati Alifah.pdf · seperti jatuh dari ketinggian akibat kecelakaan kerja yang terjadi di kota ... kebakaran,

13

Universitas Indonesia

silinder berongga dan agak pipih. Saraf spinal diberi nama dan angka

sesuai regia kolumna vertebra tempat munculnya saraf tersebut.

2.3.3.2 Fraktur pada Tulang Spinal

Fraktur pada tulang spinal merupakan suatu keadaan terputusnya

kontinuitas tulang spinal akibat trauma spinal yang melebihi kekuatan

tulang spinal untuk mereabsorpsi. Penatalaksanaan trauma spinal

memfokuskan pada dua hal penting yaitu instabilitas dari kolumna

vertebralis dan kerusakaan jaringan saraf baik yang terancam maupun

sudah terjadi (Hanafiah, 2007).

Instabilitas kolumna vertebralis merupakan hilangnya hubungan normal

antara struktur anatomi dari kolumna vertebralis sehingga terjadi

perubahan fungsi alaminya.Instabilitas dapat terjadi karena fraktur dari

korpus vetebralis, lamina, dan atau pedikel. Kolumna vertebralis tidak

lagi mampu menahan beban normal sehingga dapat terjadi deformitas

tulang dan menimbulkan rasa nyeri serta ancaman kerusakan jaringan

saraf yang berat (McGuire et al, 1997).

Klasifikasi Holdsworth (1960)

Holdsworth (1960) mengklasifikasi fraktur di area spinal dengan

membagi kolumna vertebra menjadi dua kolom yaitu anterior weight-

bearing column dan posterior tension-bearing column.

(Gambar 2.1 )

Edukasi latihan..., Mujiati Alifah, FIK UI, 2013

Page 27: KARYA ILMIAH AKHIR - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351533-PR-Mujiati Alifah.pdf · seperti jatuh dari ketinggian akibat kecelakaan kerja yang terjadi di kota ... kebakaran,

14

Universitas Indonesia

Klasifikasi Dennis (1980)

Dennis (1980) mengklasifikasi fraktur spinal dengan membagi fraktur

spinal menjadi tiga kolom yaitu posterior, middle, dan anterior.

(Gambar 2.2 )

Penilaian berdasarkan teori tiga kolom dari vertebra (Hanafiah, 2007)

yaitu :

1. Bagian anterior merupakan ligamentum longitudinal anterior dan

2/3 bagian depan dari korpus vertebra dan diskus.

2. Bagian middle merupakan 1/3 bagian posterior dari korpus vertebra

dan diskus serta ligamentum longitudinal posterior.

3. Bagian posterior adalah pedikel, lamina, facets, dan ligamentum

posterior.

Dennis juga membagi jenis fraktur spinal menjadi fraktur minor dan

mayor. Jenis fraktur minor antara lain fraktur prosesus tranversal, fraktur

prosesus spinosus. Sedangkan fraktur yang bersifat mayor dapat dilihat

pada kolom dibawah :

(Tabel 2.1 )

Jenis Fraktur Kolom Anterior Kolom Middle Kolom Posterior

Kompresi Kompresi Intak Intak, distraksi

Burst Kompresi Kompresi Intak

Seat-belt type Intak Distraksi distraksi

Fracture dislokasi Kompresi, rotasi Distraksi, rotasi Ditraksi, rotasi

Edukasi latihan..., Mujiati Alifah, FIK UI, 2013

Page 28: KARYA ILMIAH AKHIR - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351533-PR-Mujiati Alifah.pdf · seperti jatuh dari ketinggian akibat kecelakaan kerja yang terjadi di kota ... kebakaran,

15

Universitas Indonesia

A.fraktur kompresi B.Fraktur Burst

(Gambar 2.3 ) (Gambar 2.4)

C. Fraktur Seat-belt type D. Fraktur dislokasi

(Gambar 2.5 ) (Gambar 2.6)

2.3.3.3 Tindakan Medis Fraktur Spinal

1.Manajemen non-pembedahan

Cantor,et al (1993) melakukan penelitian pada 18 pasien yang mengalami

fraktur burst dengan masalah neurologi dimana pasien mendapatkan perawatan

lebih dini menggunakan brace. Hasil CT Scan setelah 1 tahun penelitian tersebut

menunjukkan lebih dari 50 % tulang yang patah mengalami reabsorpsi serta

tidak ada pasien yang mengalami masalah neurologis yang berkelanjutan.

2. Manajemen dengan pembedahan

Manajemen dengan pembedahan dibagi menjadi tiga komponen yaitu

dekompresi, stabilisasi, dan fusion. Tindakan dekompresi biasanya dilakukan

pada fraktur yang mengenai segmen TL dan L tulang spinal terutama dengan

defisit neurologi untuk mempercepat proses penyembuhan (Benzel, et al,

1986). Tujuan utama dari tindakan dekompresi adalah membebaskan kanal

saraf spinal dari tekanan yang menyebabkan penurunan fungsi neurologi.

Edukasi latihan..., Mujiati Alifah, FIK UI, 2013

Page 29: KARYA ILMIAH AKHIR - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351533-PR-Mujiati Alifah.pdf · seperti jatuh dari ketinggian akibat kecelakaan kerja yang terjadi di kota ... kebakaran,

16

Universitas Indonesia

Tindakan dekompresi meliputi pengambilan tulang yang mengalami fraktur

kompresi. Studi yang dilakukan Mirza, et al (1999) menunjukkan bahwa

pasien yang diberikan tindakan dekompresi menunjukkan perbaikan fungsi

neurologis yang signifikan.

Tindakan kedua adalah stabilisasi yang memiliki tujuan untuk mengembalikan

stabilitas tulang dan mengoreksi deformitas yang terjadi akibat fraktur.

Stabilisasi dilakukan dengan menggunakan plate dan screw sebagai sarana

untuk menstabilkan tulang. Stabilisasi dapat dilakukan pada bagian anterior

dan posterior tulang spinal. Tindakan terakhir adalah pemberian fusion yaitu

semacam alat pada susunan tulang yang bertujuan untuk menjaga kesejajaran

dan stabilitas tulang yang fraktur hingga tulang baru muncul. Selain

pemasangan fusion, penggunaan bone graft atau graft replacement harus

digunakan untuk merangsang pertumbuhan tulang yang patah. (Mclain,et al,

1993)

2.3.3.4 Manajemen Fraktur

Prinsip Penatalaksanaan fraktur menurut Appley dan Solomon (1995)

dikenal sebagai 4R yaitu :

a. Rekognisi yaitu suatu cara mengenali , mendiagnosa, dan menilai sebuah

fraktur. Rekognisi digunakan untuk menentukan jenis fraktur dan

keparahan fraktur yang terjadi. Tindakan seperti pengkajian fisik dan

pengkajian medis seperti x-ray dapat dilakukan saat rekognisi.

b. Reduksi yaitu suatu cara merestorasi fragmen fraktur sehingga didapatkan

posisi yang stabil dan senormal mungkin. Reduksi dilakukan dengan tiga

cara yaitu dengan manipulasi tertutup, traksi mekanik dengan atau tanpa

manipulasi, atau operasi terbuka. Reduksi manipulasi merupakan standar

dari pelaksanaan proses reduksi pada sebagian besar kasus fraktur.

Reduksi manipulasi biasanya dilakukan di bawah anestes baik local

maupun regional. Tujuan tindakan ini guna mengurangi dampak patahan

tulang melukai jaringan lunak di sekitarnya, mengurangi tingkat keparahan

dari patahan, serta mengembalikan posisi tulang mendekati posisi yang

Edukasi latihan..., Mujiati Alifah, FIK UI, 2013

Page 30: KARYA ILMIAH AKHIR - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351533-PR-Mujiati Alifah.pdf · seperti jatuh dari ketinggian akibat kecelakaan kerja yang terjadi di kota ... kebakaran,

17

Universitas Indonesia

normal seperti sebelum fraktur. Reduksi menggunakan traksi mekanik

digunakan ketika patahan melukai atau berdampak pada kontraksi otot-

otot besar sehingga fragmen yang patah harus disangga sedemikian rupa

hingga posisi senormal mungkin. Teknik reduksi ini biasa digunakan pada

fraktur femur dan fraktur/ dislokasi pada tulang servikal.

c. Retensi merupakan suatu cara melakukan imobilisasi bagian yang fraktur

dan dilakukan setelah reduksi dimanafragmen tulang dipertahankan pada

posisi sejajar. Tujuan retensi adalah untuk mencegah pergeseran fragmen,

mencegah perpindahan tulang sehingga merusak proses penulangan, serta

mengurangi nyeri. Proses retensi biasa dilakukan dengan menggunakan

plester atau eksternal splint/brace, traksi, fiksasi eksternal, fiksasi internal.

d. Rehabilitasi merupakan suatu program untuk mengembalikan aktivitas

fungsional pasien setelah dilakukan tindakan pada fraktur yang diderita.

Rehabilitasi biasanya dilakukan segera setelah fraktur diberikan tindakan

definitif. Tujuan rehabilitasi yaitu menjaga fungsi skeletal segera setelah

fraktur mengalami penulangan dan mengembalikan fungsi ke arah normal

ketika prose penulangan selesai. Dua hal yang biasa dilakukan saat

rehabilitasi yaitu aktif menggunakan bagian yang fraktur dan melakukan

latihan secara rutin. Aktif menggunakan bagian yang fraktur merupakan

kondisi dimana pasien harus mulai membiasakan diri menggunakan bagian

tubuh yang terluka perlahan-lahan sesuai kemampuan dan tidak

kontradiksi dengan pengobatan yang dilakukan. Meskipun pada beberapa

jenis cedera membutuhkan waktu beberapa hari atau minggu untuk aktif

bergerak seperti sebelum cedera, namun memulai aktivitas bergerak

kembali sesegera mungkin setelah diperbolehkan. Sedangkan latihan

secara rutin dilakukan pada otot dan sendi guna menjaga kekuatan otot

terutama pada bagian yang telah diimobilisasi selama beberapa waktu.

Tindakan latihan ini dapat berupa latihan rentang gerak, latihan berjalan,

dan lain sebagainya.

Edukasi latihan..., Mujiati Alifah, FIK UI, 2013

Page 31: KARYA ILMIAH AKHIR - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351533-PR-Mujiati Alifah.pdf · seperti jatuh dari ketinggian akibat kecelakaan kerja yang terjadi di kota ... kebakaran,

18

Universitas Indonesia

2.4 Asuhan Keperawatan pada Pasien Post Operasi

Asuhan keperawatan pada pasien yang menjalani permbedahan ortopedi

merupakan asuhan keperawatan yang komprehensif dimana perawat

memiliki peranan penting selama kegiatan perioperatif berlangsung sejak

pre-operatif, intra-operatif, post operatif, dan pemulihan pasien (Maher et

al, 2002). Proses keperawatan pada pasien dimulai dari pengkajian riwayat

pasien, menentukan masalah, menetapkan diagnosa keperawatan,

merencanakan intervensi, serta melakukan implementasi dan evaluasi

(Smeltzer&Bare, 2002)

2.4.1 Pengkajian

Pasien dengan gangguan sistem muskuloskeletal menjalani prosedur

pembedahan sesuai dengan indikasi. Setelah pembedahan ortopedi,

perawat melakukan pengkajian ulang terhadap kebutuhan pasien

berkaitan dengan nyeri, mobilisasi, perfusi jaringan, dan konsep diri

(Smeltzer&Bare, 2002). Trauma skeletal dan pembedahan yang dilakukan

pada tulang melibatkan kerusakan jaringan sendi, otot, pembuluh darah,

pembuluh syaraf , hingga kerusakan jaringan integumen (Smeltzer&Bare

, 2002., Chelly et al, 2003 dalam Novita, D, 2012).

Data yang perlu dikaji secara sistematis menurut Black&Hawks (2009)

antara lain :

• Keluhan utama, data umum pasien, riwayat pemakaian obat, alergi,

riwayat pembedahan sebelumnya, serta latihan pergerakan pasca

pembedahan

• Riwayat penyakit sistemik seperti hati, kardiovaskuler, diabetes,

paru-paru dan penyakit pada tulang

• Penampilan fisik, keterbatasan sendi, adanya massa, warna kulit,

nyeri tekan, deformitas, pemakaian alat fiksasi atau alat bantu

• Integritas fungsi meliputi keterbatasan mobilitas, keterbatasan

fungsi neuromuskuler. Perubahan sensori-persepsi, pengkajian

neurovaskuler, fungsi motorik.

Edukasi latihan..., Mujiati Alifah, FIK UI, 2013

Page 32: KARYA ILMIAH AKHIR - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351533-PR-Mujiati Alifah.pdf · seperti jatuh dari ketinggian akibat kecelakaan kerja yang terjadi di kota ... kebakaran,

19

Universitas Indonesia

2.4.2 Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan utama pasien setelah pembedahan ortopedi adalah

(Smeltzer&Bare, 2002) :

• Nyeri berhubungan dengan prosedur pembedahan, pembengkakan,

dan immobilisasi

• Potensial terhadap perubahan perfusi jaringan perifer berhubungan

dengan pembengkakan, alat yang mengikat, gangguan peredaran

darah

• Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan prosedur

pembedahan, nyeri, pembengkakan, adanya alat fiksasi

• Perubahan citra diri, harga diri, atau kinerja peran berhubungan

dengan masalah muskuloskeletal.

2.4.3 Intervensi Keperawatan

Pemberian intervensi keperawatan ketika pasien setelah pembedahan

ortopedi dapat meliputi pengurangan nyeri, perfusi jaringan yang adekuat,

pemeliharaan kesehatan, peningkatan mobilitas fisik, perbaikan konsep

diri, dan tidak adanya komplikasi (Smeltzer&Bare, 2002). Intervensi

perawatan sesuai dengan diagnosa yang ditegakkan antara lain :

• Meredakan nyeri

Setelah pembedahan ortopedi, nyeri dapat dialami oleh pasien

akibat hilangnya anestesi. Nyeri yang bertambah berat harus

dilaporkan kepada dokter untuk evaluasi. Perawat dapat

mengajarkan teknik pengurangan nyeri seperti peninggian

ekstremitas yang dioperasi dan kompres dingin. Tindakan

kolaborasi seperti pemberian pereda nyeri dapat menjadi upaya

yang dilakukan jika nyeri tetap dirasakan. (Smeltzer&Bare,2002).

• Memelihara perfusi jaringan adekuat

Perawat melakukan pemantauan terhadap status neuromuskular

dan mengecek ada atau tidaknya gangguan perfusi jaringan. Pasien

diberikan penyuluhan agar melakukan latihan mobilisasi dan

latihan pergelangan atau sendi (Black&Hawks, 2009).

• Memperbaiki mobilitas fisik

Edukasi latihan..., Mujiati Alifah, FIK UI, 2013

Page 33: KARYA ILMIAH AKHIR - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351533-PR-Mujiati Alifah.pdf · seperti jatuh dari ketinggian akibat kecelakaan kerja yang terjadi di kota ... kebakaran,

20

Universitas Indonesia

Perawat membantu klien untuk mengembalikan fungsi mobilisasi

dan menjaga kekuatan tubuh pada area yang masih sehat dan sakit.

Kegiatan yang dilakukan sesuai dengan jenis pembedahan yang

dilakukan dan area fraktur yang diperbaiki.

• Peningkatan konsep diri

Perawat membantu aktivitas perawatan diri dan membantu

kemampuan beraktivitas pasien setelah proses pembedahan dan

selama pemulihan kondisi (Smeltze&Bare, 2002)

2.4.4 Rehabilitasi pada Fraktur Kompresi

Tindakan yang dilakukan pada pasien dengan fraktur kompresi spinal

biasanya bertujuan untuk mengembalikan bentuk spinal ke bentuk

normal, mencegah adanya fraktur kompresi tambahan, dan

mengembalikan kondisi pasien ke fungsi tubuh yang normal (Meek, S,

2003). Setelah post operasi, pasien fraktur hanya melakukan terapi fisik

minimal karena pada fase tersebut lebih ditujukan untuk mengurangi

nyei, pemberian posisi yang benar, dan pergerakan tubuh yang sesuai

untuk mengurangi dampak fraktur pada tulang spinal, serta tidak lupa

merencanakan program latihan yang betujuan untuk mengurangi dampak

dari imobilisasi dimana pasien harus melakukan tirah baring yang

panjang (Meek,S, 2003)

Natali, C (2005) yang merupakan seorang konsultan trauma dan bedah

spinal mengungkapkan terdapat beberapa latihan yang dapat dilakukan

segera pada pasien fraktur kompresi post dekompresi dan stabilisasi.

Latihan ini dilakukan oleh fisioterapi atau perawat dan dilaksanakan

mulai hari pertama post operasi dekompresi. Tindakan tersebut antara

lain :

1. Beberapa jam setelah post operasi

24 jam setelah operasi, pasien diajarkan untuk melakukan teknik

nafas dalam untuk melatih kekuatan paru. Selain itu,

Edukasi latihan..., Mujiati Alifah, FIK UI, 2013

Page 34: KARYA ILMIAH AKHIR - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351533-PR-Mujiati Alifah.pdf · seperti jatuh dari ketinggian akibat kecelakaan kerja yang terjadi di kota ... kebakaran,

21

Universitas Indonesia

pemeriksaan terhadap nyeri dilakukan untuk memonitor dampak

operasi yang telah dilakukan.

2. Hari 1 post operasi

Melakukan latihan nafas dalam 3-5 kali per jam. Pasien mulai

melakukan latihan fisik meliputi :

- Posisi tidur dengan kaki lurus, tekuk area tumit ke arah kaki

kemudian luruskan. Lakukan 10 kali pada tiap kaki.

- Posisi tidur dengan kaki lurus, kemudian angkat kaki ke arah

atas dengan memegang area paha. Tahan selama 5- 10 detik

kemudian kembalikan ke posisi semula. Lakukan pada tiap

kaki dan nyeri masih dapat ditoleransi

- Latihan fisik dapat dilakukan 3 kali sehari

Perubahan posisi dapat dilakukan seperti miring ke kiri atau ke

kanan dengan posisi log roll dan tetap mengutamakan posisi

spinal yang lurus.

3. Hari 2- 4 post operasi

Latihan nafas dalam dan latihan fisik tetap dilakukan sesuai batas

toleansi. Latihan duduk dapat dilakukan jika pasien sudah dapat

mentoleransi gerakan dan tidak terjadi nyeri hebat akibat

perubahan posisi.

4. Setelah pulang ke rumah

Latihan fisik dan latihan nafas dalam masih tetap dilanjutkan

sesuai jadwal yang telah dibuat. Latihan duduk atau berjalan

dilakukan 5-10 menit setiap hari. Hindari aktivitas seperti

mengangkat beban, memutar tulang belakang (twisting) atau

membungkuk. Berdiri atau duduk dalam jangka waktu lama juga

dihindari saat pasien melakukan aktivitas.

Nuffield Orthopaedic Centre (2007) juga menyusun rangkaian proses

rehabilitasi pada pasien fraktur kompresi post dekompresi. Terdapat

beberapa latihan fisik yang dapat dilakukan oleh pasien terutama yang

berkaitan dengan melatih kekuatan spinal dan mobilisasi. Latihan ini

Edukasi latihan..., Mujiati Alifah, FIK UI, 2013

Page 35: KARYA ILMIAH AKHIR - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351533-PR-Mujiati Alifah.pdf · seperti jatuh dari ketinggian akibat kecelakaan kerja yang terjadi di kota ... kebakaran,

22

Universitas Indonesia

dilakukan beberapa kali dalam sehari dengan satu kali latihan

menghabiskan waktu hanya beberapa menit. Latihan yang singkat dan

sering lebih baik dibandingkan latihan panjang tetapi hanya sekali

dilakukan.

Latihan fisik yang direkomendasikan oleh NOS (2007) antara lain :

- Pasien dengan posisi tidur dan lutut ditekuk, kemudian

dorong perut ke dalam dan tahan beberapa saat. Kembalikan

perut ke posisi semula.

- Pasien dengan posisi tidur. Tekuk lutut ke arah dada dan

tahan beberapa saat. Kembalikan ke posisi semula. Lakukan

pada kedua kaki

- Pasien dengan posisi tidur. Angkat satu kaki ke arah atas

kemudian tahan di area paha. Biarkan posisi itu beberapa saat

kemudian kembalikan ke posisi semula

- Pasien tidur telungkup (dorsal recumbent), sangga perut

dengan bantal jika merasa kurang nyaman. Angkat area

kepala leher dengan menekuk siku di sejajar tubuh.

- Pasien kemudian belajar berdiri. Lakukan latihan dengan

bepegangan kepada sesuatu agar pasien tidak jatuh.

- Jika pasien sudah dapat berdiri, maka pasien dapat melatih

kaki dengan menekuk lutut dan mengangkatnya ke arah siku

- Pasien juga dapat belajar naik-turun tangga. Pasien

menggunakan satu kaki melangkah naik kemudian turun

dengan kaki yang sama.

- Jika pasien sudah dapat duduk, pasien dapat latihan duduk di

kursi

- Lakukan latihan berdiri-duduk sesuai dengan toleransi yang

dimiliki pasien.

Gambar gerakan yang direkomendasikan NOS (2007), yaitu :

Edukasi latihan..., Mujiati Alifah, FIK UI, 2013

Page 36: KARYA ILMIAH AKHIR - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351533-PR-Mujiati Alifah.pdf · seperti jatuh dari ketinggian akibat kecelakaan kerja yang terjadi di kota ... kebakaran,

23

Universitas Indonesia

(Gambar 2.7) (Gambar 2.8)

(Gambar 2.9) (Gambar 2.10)

(Gambar 2.11)

Rentang pergerakan sendi atau biasa sering disebut dengan latihan

rentang gerak dilakukan untuk mempertahankan fungsi sendi yang

berkurang karena proses kecelakaan, penyakit, atau tidak digunakan dan

dapat dibantu dengan menggunakan alat bantu jalan. Latihan ini

bertujuan untuk mempertahankan fungsi mobilisasi, memulihkan atau

meningkatkan fungsi sendi dan otot yang berkurang akibat penyakit,

kecelakaan, atau tidak digunakan, mencegah komplikasi dari imobilisasi,

serta mempersiapkan ke kondisi fungsi yang normal (Potter&Perry,

2005).

Edukasi latihan..., Mujiati Alifah, FIK UI, 2013

Page 37: KARYA ILMIAH AKHIR - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351533-PR-Mujiati Alifah.pdf · seperti jatuh dari ketinggian akibat kecelakaan kerja yang terjadi di kota ... kebakaran,

24

Universitas Indonesia

Tindakan RPS ditentukan berdasarkan kemampuan klien melakukan

pergerakan. Tindakan RPS dibagi menjadi tiga jenis yaitu aktif, aktif

assistif, dan pasif (Potter&Perry, 2005). RPS aktif dilakukan pada klien

yang mampu melakukan latihan sendiri tanpa bantuan perawat atau orang

lain. RPS aktif assistif dilakukan pada klien yang mampu melakukan

latihan namun harus dibantu oleh perawat atau orang lain.RPS pasif

dilakukan pada klien yang harus dibantu sepenuhnya oleh perawat atau

orang lain (DKKD, 2006)

Latihan RPS biasanya dilakukan secara berurutan dan teratur dari leher

sampai kaki terutama pada area yang mengalami imobilisasi. Selama

latihan RPS dilaksanakan, sebaiknya memegang sendi seperti mangkuk

dan letakkan tangan di bawah sendi. Latihan RPS dilakukan dengan

jadwal yang teratur dan berikan posisi nyaman selama latihan sehingga

klien tidak merasa sakit. Latihan RPS dilakukan sesuai kemampuan klien

dan tidak boleh dipaksakan terutama saat klien merasa kecapekan

(DKKD, 2006).

Tipe gerakan pada latihan pergerakan sendi :

Jenis Gerakan Arti Gerakan Fleksi Ekstensi Hiperekstensi Dorsifleksi Abduksi Adduksi Rotasi Rotasi Eksternal Rotasi Internal Sirkumduksi Supinasi Pronasi Eversi Inversi

Gerakan menekuk sendi Gerakan meluruskan sendi Gerakan meluruskan sendi melebihi posisi anatomis Gerakan fleksi pada tumit. Telapak kaki diluruskan sehingga jari-jari menghadap ke bawah Gerakan anggota gerak menjauhi garis tengah tubuh Gerakan anggota gerak mendekati garis tengah tubuh Gerakan tulang memutar aksis/sumbu longitudinalnya Gerakan memutar menjauhi garis tengah tubuh Gerakan memutar kearah garis tengah tubuh Gerakan melingkat pada ujung distal tulang sementara ujung proksimal tetap stabil Gerakan telapak tangan ke ara anterior atau superior Gerakan telapak tangan ke ara posterior atau inferior Gerakan tumit ke arah lateral sumbu tubuh Gerakan tumit ke arah garis tengah sumbu tubuh

Edukasi latihan..., Mujiati Alifah, FIK UI, 2013

Page 38: KARYA ILMIAH AKHIR - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351533-PR-Mujiati Alifah.pdf · seperti jatuh dari ketinggian akibat kecelakaan kerja yang terjadi di kota ... kebakaran,

25

Universitas Indonesia

Oposisi Gerakan mempertemukan ibu jari dengan jari-jari lainnya. (Tabel 2.2)

(DKKD, 2006)

RPS yang dilakukan pada klien dibagi menjadi dua jenis yaitu RPS pasif pada

ekstremitas bawah yaitu kedua kaki dan RPS aktif pada bagian yang dapat

digerakkan seperti tangan kiri. Latihan RPS tangan kanan disesuaikan dengan

latihan ringan bagi pasien pasca dislokasi sendi bahu.

RPS pasif dilakukan pada panggul, pergelangan kaki, serta jari kaki. Gerakan

yang dilakukan diusahakan sederhana karena latihan ini merupakan materi

pendidikan kesehatan bagi keluarga untuk membantu klien dalam

meningkatkann fungsi sendi klien. Pendidikan kesehatan tersebut sebagai

sarana kemandirian keluarga dalam perawatan klien selama post operasi. RPS

pasif yang dilakukan disesuaikan dengan rekomendasi latihan fisik bagi

pasien fraktur post dekompresi, antara lain :

• Panggul dan kaki

Gerakan yang dilakukan berupa fleksi ekstensi dengan cara

mengangkat kaki, tekut lutut. Gerakkan lutut ke arah dada sejauh

mungkin. Turunkan kaki, luruskan lutut, kembali ke posisi semula.

Selain itu ada gerakan abduksi dan adduksi dengan cara mengg

erakkan kaki ke samping menjauhi sumbu tubuh dan ke arah

sebaliknya hingga menyilang kaki lainnya di depan. Gerakan lainnya

yaitu mengangkat kaki ke atas sehingga membentuk sudut 90 derajat,

kemudian tahan beberapa saat dan kembalikan posisi semula.

• Pergelangan kaki

Gerakan yang dilakukan yaitu dorso dan plantar fleksi dengan cara

menggerakkan telapak kaki ke arah kaki dan ke arah bawah. Selain itu

tindakan eversi dan inversi dengan cara memutar telapak kaki ke arah

luar dan ke arah dalam.

Edukasi latihan..., Mujiati Alifah, FIK UI, 2013

Page 39: KARYA ILMIAH AKHIR - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351533-PR-Mujiati Alifah.pdf · seperti jatuh dari ketinggian akibat kecelakaan kerja yang terjadi di kota ... kebakaran,

26

Universitas Indonesia

• Jari-jari kaki

Gerakan yang dilakukan yaitu fleksi ekstensi dengan menekuk jari-jari

kaki ke bawah kemudian luruskan kembali.

(DKKD, 2006)

Departemen Fisioterapi Rumah Sakit Oxford Radcliffe (2010)

memperkenalkan latihan ringan bagi klien paska dislokasi bahu sendi sesuai

dengan tahapan rehabilitasi. Latihan fase pertama dilakukan segera setelah

sendi sudah dikembalikan ke posisi semula. Latihan ini bertujuan untuk

mengurangi kekakuan dan menurunkan rasa nyeri. Selama latihan dilakukan,

hal yang perlu diperhatikan adalah sendi bahu tidak boleh diposisikan lebih

dari 90 derajat dari tubuh.

Latihan bagi tangan kanan klien antara lain :

• Shoulder flexion

Posisi duduk. Tangan yang tidak cidera menopang tangan yang cidera.

Angkat tangan klien ke atas hingga mencapai bagian kepala tempat

tidur, kembaliakan ke posisi semula.

• Shoulder abduction

Posisi duduk. Tangan yang tidak cidera menopang tangan yang cidera

di area siku. Gerakkan lengan ke arah samping dari posisi istirahat di

sisi tubuh ke posisi di samping kepala.

• Shoulder lateral rotation

Posisi duduk. Posisikan siku di samping tubuh. Gerakkan tangan

maksimal 90 derajat dari tubuh. Jangan gerakkan lebih dari 90 derajat.

Kembalikan ke posisi semula.

Latihan tersebut dilakukan secara rutin setiap hari. Vines (2010) menyebutkan

bahwa kondisi normal ketika awal latihan terasa tidak nyaman dan terasa agak

nyeri, namun perlahan akan hilang. Latihan tersebut dilakukan dengan sesi

pendek dan dihentikan jika klien sudah merasa capek. Jadwal yang rutin

membantu keefektifan dari latihan yang dilakukan.

Edukasi latihan..., Mujiati Alifah, FIK UI, 2013

Page 40: KARYA ILMIAH AKHIR - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351533-PR-Mujiati Alifah.pdf · seperti jatuh dari ketinggian akibat kecelakaan kerja yang terjadi di kota ... kebakaran,

27 Universitas Indonesia

BAB 3 LAPORAN KASUS KELOLAAN UTAMA

Pada bab ini akan dijelaskan mengenai data kasus kelolaan yang diambil sebagai

bahan penelitian, rencana asuhan keperawatan, serta evaluasi tindakan yang telah

dilakukan.

3.1 Pengkajian Keperawatan

3.1.1 Informasi Umum Klien

a. Nama : Tn. H

b. Jenis Kelamin : Laki-laki

c. Umur : 36 tahun

d. Tanggal masuk : 21 Mei 2013

e. Tanggal Pengkajian : 25 Mei 2013

f. Suku bangsa : Jawa

3.1.2 Anamnesa

a. Keluhan Utama saat Pengkajian

Klien mengeluh nyeri di area pinggang. Kedua kaki terasa kebas dan

tidak dapat digerakkan. Klien mengeluh diare selama dua hari ini.

b. Riwayat Penyakit Sekarang

Klien masuk pada tanggal 21 Mei 2013 dengan keluhan tidak dapat

menggerakkan kaki serta bahu kanan terasa nyeri hebat 2 jam SMRS.

Klien sedang mengecat rumah di lantai 2. Klien terjatuh dari ketinggian

sekitar 10 meter. Klien jatuh dalam posisi duduk dan bahu kanan

membentur tembok. Pingsan (-), mual (-), muntah (-), benturan pada

kepala disangkal. Nyeri dada (-), nyeri perut (-). Klien didiagnosa

menderita fraktur kompresi lumbal 1, suspek spinal cord injury, serta

dislokasi sendi bahu kanan. Pada tanggal 22 Mei 2013, klien dilakukan

closed reposition pada bahu kanan di ruang operasi dengan pembiusan.

Kemudian bahu kanan dibebat perban elastis. Diagnosa pra pembedahan

adalah fraktur kompresi lumbal 1, post reposition dislocation shoulder

Edukasi latihan..., Mujiati Alifah, FIK UI, 2013

Page 41: KARYA ILMIAH AKHIR - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351533-PR-Mujiati Alifah.pdf · seperti jatuh dari ketinggian akibat kecelakaan kerja yang terjadi di kota ... kebakaran,

28

Universitas Indonesia

dextra, suspect spinal cord injury. Pemeriksaan TTV pada saat

pengkajian yaitu TD=120/90 mmHg, Nadi=88 x/menit, RR=20x/menit,

suhu=36,50C.

c. Riwayat Penyakit Sebelumnya

Klien mengatakan ini pertama kali dirawat di rumah sakit. Selama ini klien

hanya sakit batuk, pilek, demam dan diobati dengan obat-obatan warung.

Riwayat HT (-), DM (-). Klien memiliki riwayat minum alkohol.

3.1.3 Pemeriksaan Fisik

a. KU/ tingkat kesadaran : KU sedang/ kesadaran CM

b.TTV : TD : 130/90 mmHg, Nadi: 88 x/menit,

RR: 20 x/menit, Suhu: 36,50 C

c .Mata

Mata tampak bersih. Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik, tidak

ada gangguan penglihatan. Respon pupil kanan dan kiri baik. Klien tidak

menggunakan alat bantu penglihatan (kacamata).

d. Hidung

Tidak ada keluhan flu, tidak ada sumbatan, tidak ada gangguan

penciuman,tidak ada perdarahan, tidak ada nafas cuping hidung. Fungsi

lubang hidung baik. Klien tidak memiliki riwayat sinusitis dan polip.

e. Telinga

Tidak ada cairan abnormal yang keluar dari lubang telinga, tidak terdapat

gangguan pendengaran, tidak ada benjolan abnormal, tidak ada nyeri pada

daerah telinga. Klien tidak menggunakan alat bantu dengar.

f. Mulut

Klien tidak menggunakan gigi palsu, tecium bau mulut ketika berada di

dekat klien, tidak ada stomatitis, kebiasaan membersihkan gigi dan mulut

2x/hari namun sejak dirawat d RS klien hanya membersihkan gigi dengan

cara berkumur.

Edukasi latihan..., Mujiati Alifah, FIK UI, 2013

Page 42: KARYA ILMIAH AKHIR - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351533-PR-Mujiati Alifah.pdf · seperti jatuh dari ketinggian akibat kecelakaan kerja yang terjadi di kota ... kebakaran,

29

Universitas Indonesia

g. Leher

Tidak terdapat peningkatan JVP, tidak ada keluhan sakit menelan, tidak

ada pembengkakan kelenjar tiroid dan getah bening, tidak ada benjolan

abnormal.

h. Dada

1) Paru-paru

a. Inspeksi : pergerakan dada terlihat simetris, tidak terlihat

penggunaan otot bantu nafas,

b.Palpasi : tidak terdapat massa atau nyeri tekan, lapang

kanan dan kiri dada klien sama

c. Perkusi : sonor

d. Auskultasi : bronkhial (+), bronkovesikuler (+),

vesikuler (+), Rh -/-, Whezing -/-

2) Jantung

BJ1 dan BJ 2 normal , murmur (-) gallops (-)

2. Abdomen

1) Inspeksi : datar, asites (-), tidak ada laserasi

2) Palpasi : dinding perut supel, teraba sedikit keras, hati dan

lien tidak teraba, nyeri tekan (-)

3) Perkusi : timpani terutama pada kuadran kiri

4) Auskultasi : BU 8x/menit

3. Ektrimitas

Akral hangat, bengkak/edema ekstrimitas tidak ada, CRT < 2 detik

3.1.4 Pengkajian dengan Pendekatan Sistem Tubuh

a. Aktivitas/Istirahat

Pekerjaan klien dulu adalah seorang ABK kapal ikan yang sering melaut

dan hanya pulang beberapa bulan sekali. Namun, sudah 6 bulan klien

berhenti menjadi ABK dan beralih pekerjaan menjadi buruh bangunan di

konstruksi perumahan. Jika ada waktu luang, klian suka memancing ikan

Edukasi latihan..., Mujiati Alifah, FIK UI, 2013

Page 43: KARYA ILMIAH AKHIR - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351533-PR-Mujiati Alifah.pdf · seperti jatuh dari ketinggian akibat kecelakaan kerja yang terjadi di kota ... kebakaran,

30

Universitas Indonesia

di area pemancingan di dekat rumah. Selama dirawat di rumah sakit,

klien tidak merasa bosan karena berharap dapat segera sembuh dan dapat

beraktivitas seperti biasa. Klien mengalami keterbatasan bergerak karena

merasa sangat nyeri ketika harus menggerakkan area pinggangnya. Klien

juga mengatakan kedua kaki terasa kebas dan tidak dapat digerakkan.

Klien hanya berbaring di tempat tidur dengan posisi telentang. Aktivitas

sehari-hari klien dibantu perawat atau keluarga. Klien mengatakan lebih

banyak tidur karena tidak dapat berjalan-jalan. Klien biasa tidur 8 jam

pada malam hari dan 3 jam pada siang hari.

Status mental klien baik dengan kesadaran compus mentis. Pengkajian

neuromuskular telah dilakukan dengan hasil kekuatan otot sebagai

berikut :

Kanan Kiri

Tangan fraktur 5 5 5 5

Kaki 1 1 1 1 1 1 1 1

Tangan kiri dapat digerakkan secara bebas kaena tidak mengalami

cedera, sedangkan tangan kanan tengah dibalut elastis perban selama 3

hari setelah tindakan closed reposition. Kedua kaki tidak dapat

digerakkan dan terasa kebas.

Pengkajian status lokalis pada bahu kanan dan kedua kaki. Klien tidak

mengalami tremor. Massa otot baik dan tidak ada atrofi.

Bahun kanan :

L : terdapat elastis verban yang membalut bahu kanan

F : Nadi teraba (+)

Edukasi latihan..., Mujiati Alifah, FIK UI, 2013

Page 44: KARYA ILMIAH AKHIR - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351533-PR-Mujiati Alifah.pdf · seperti jatuh dari ketinggian akibat kecelakaan kerja yang terjadi di kota ... kebakaran,

31

Universitas Indonesia

M : tidak dapat dinilai (tangan klien ditekuk di atas dada kemudian

dibalut elastis verban sehingga yang tampak hanya jari tangan). Jari

tangan dapat menekuk,abduksi, adduksi.

Kaki kanan dan kaki kiri :

L : jejas (-), lurus, atrofi (-)

F : nadi teraba(+)

M : tidak dapat digerakkan

b. Integritas Ego

Saat awal dirawat, klien mengatakan merasa takut patah tulangnya tidak

dapat disembuhkan dank lien tidak dapat beaktivitas secara normal.

Namun, setelah mendapatkan penjelasan mengenai tindakan yang akan

dilakukan oleh dokter dan diberikan penjelasan mengenai patah tulang

yang diderita, klien merasa lebih tenang dan berharap kondisinya dapat

segera pulih seperti sedia kala. Jika klien merasa stres, klien lebih banyak

berdoa dan mencoba mematuhi prosedur pengobatan guna memulihkan

kondisi kesehatan klien.

Emosi klien relatif tenang. Klien dapat diajak berdiskusi dan memberikan

jawaban sesuai dengan pertanyaan yang diajukan. Fokus klien baik. Pada

saat pengkajian, tidak ditemukan masalah finansial berat. Klien

menggunakan KJS selama melakukan perawatan di rumah sakit.

c. Sirkulasi

Klien mengatakan tidak memiliki riwayat hipertensi, batuk/hemotisis, dan

riwayat DM. Akan tetapi sejak klien jatuh, klien mengalami lumpuh kaki

kanan dan kaki kiri. Klien mengatakan kaki kanan dan kaki kirinya tiba-

tiba tidak bisa digerakkan dan terasa kebas.

Edukasi latihan..., Mujiati Alifah, FIK UI, 2013

Page 45: KARYA ILMIAH AKHIR - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351533-PR-Mujiati Alifah.pdf · seperti jatuh dari ketinggian akibat kecelakaan kerja yang terjadi di kota ... kebakaran,

32

Universitas Indonesia

TD klien saat berbaring yang diukur pada tangan kiri yakni 130/90 mmHg

dan nadi 88x/menit. Nadi pada kaki kanan yakni poplitea dan dorsalis

pedis terpalpasi positif. Hasil auskultasi dada terdengar bunyi jantung S1

dan S2, tidak ada gallop dan murmur. Tidak terdapat distensi vena

jugularis. Hasil pengkajian pada ekstremitas suhu teraba hangat, tidak ada

pucat, tidak ada varises, pengisian kapiler < 2 detik. Hasil pengkajian pada

mata tidak ada sianosis, konjungtiva tidak anemis pada mata kanan dan

kiri, dan sklera tidak ikterik. Membran mukosa bibir dan punggung kuku

berwarna merah muda.

d. Eliminasi

Klien mengeluh diare selama dua hari ini. Klien sudah BAB 4 kali

terhitung mulai pukul 06.00 pagi hingga pukul 11.00 siang. Klien

mengatakan tidak merasakan mulas atau sakit di area abdomen.

Konsistensi cair, berwarna kuning. Klien BAB di tempat tidur dengan

menggunakan underpad untuk mempermudah dalam membersihkan. Pada

saat pengkajian, klien sudah diberikan diatab sebagai pengobatan terhadap

diare.

Klien BAK menggunakan folley kateter. Urin berwarna kuning jernih,

tidak ada nyeri saat BAK, urine 1700 cc (24 jam). Tidak ada keluhan pada

proses BAK dan tidak ada inkontinensia.

e. Makanan dan Cairan

Klien diberikan diit lunak rendah sisa (bubur saring) I, 1260 kalori, 39

gram protein, 48 gram lemak, dan 173 gram karbohidrat, diberikan

3x/hari, nafsu makan klien baik, tidak ada keluhan muntah dan mual,

gangguan menelan (-), alergi terhadap makanan tertentu (-). Klien

mengatakan minum 3 botol aqua sedang (1,8 L).

Edukasi latihan..., Mujiati Alifah, FIK UI, 2013

Page 46: KARYA ILMIAH AKHIR - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351533-PR-Mujiati Alifah.pdf · seperti jatuh dari ketinggian akibat kecelakaan kerja yang terjadi di kota ... kebakaran,

33

Universitas Indonesia

Bentuk tubuh klien tampak gemuk. Turgor kulit klien elastis. Tidak ada

edema pada tubuh. Membran mukosa klien tampak lembab. Bising usus

klien 8x/menit.

f. Higiene

Aktivitas klien sehari-hari selama masih dirawat di RS masih tergantung

pada orang lain. Klien mengatakan perlu dibantu untuk makan,

membersihkan diri, berpakaian, dan toileting. Klien mengatakan bantuan

diberikan oleh keluarga dan perawat.

Tercium bau mulut ketika berdiskusi dengan klien. Klien tidak

menggunakan baju dengan alasan sulit menggunakan baju dengan kondisi

tangan terbalut perban. Klien hanya di lap 1x/hari. Penampilan umum

klien tidak rapi.

g. Neurosensori

Klien mengatakan kedua kakinya terasa baal dan tidak dapat digerakkan.

Klien tidak dapat merasakan sensari nyeri. Klien mengatakan kakinya

tidak digerakkan 3 jam SMRS hingga saat ini. Klien mengatakan tidak

dapat menggerakkan pinggangnya karena akan terasa nyeri sekali (skala 8,

di area pinggang, jika digerakkan).

Status mental klien baik dengan kesadaran CM (compos mentis). Orientasi

terhadap waktu tempat dan orang baik. Klien dapat meningat memori

jangka panjang (riwayat klien masuk ke RS) dan pendek (mengingat nama

perawat yang baru saja berkenalan dengan klien). Klien dapat berbicara

dengan jelas. Reaksi pupil (+), alat bantu lihat (-), alat bantu dengar (-)

Edukasi latihan..., Mujiati Alifah, FIK UI, 2013

Page 47: KARYA ILMIAH AKHIR - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351533-PR-Mujiati Alifah.pdf · seperti jatuh dari ketinggian akibat kecelakaan kerja yang terjadi di kota ... kebakaran,

34

Universitas Indonesia

h. Nyeri/ Ketidaknyamanan

Klien mengeluhkan rasa nyeri di bagian fraktur kompresi lumbal. Nyeri

terasa di area pinggang : skala nyeri 8, area sekitar pinggang hingga

punggung, nyeri jika digerakkan atau ditekan. Respons emosional saat

nyeri yaitu klien mengerutkan muka jika nyeri muncul dan berteriak

kesakitan. Klien sangat takut sekali menggerakkan bagian tubuhnya yang

fraktur. Pengukuran tanda-tanda vital saat nyeri yaitu TD 130/90, nadi

100x/menit, RR 24x/menit.

i. Pernafasan

Klien mengatakan tidak memiliki riwayat asma dan penyakit paru seperti

TB. Klien mengatakan dirinya adalah perokok tetapi sekarang sudah mulai

dikurangi. Klien tidak menggunakan alat bantu pernapasan atau oksigen.

Tidak ada keluhan sesak nafas, tidak ada keluhan batuk.

RR 20x/menit, tidak ada nafas menggunakan cuping hidung. Klien tidak

menggunakan otot bantu nafas. Pergerakan paru kanan dan paru kiri

simetris. Tidak ditemukan sianosis pada bibir dan mata klien. Hasil

auskultasi : vesikuler (+/+), rh (-/-), wheeszing (-/-).

j. Keamanan

Klien mengatakan tidak memiliki alergi atau sensitivitas terhadap

makanan, obat, ataupun alergen lain. Aktivitas klien sepenuhnya dibantu

oleh perawat dan keluarga klien. Penngkajian menggunakan Barthel

Indeks memberikan skor 2 dimana klien merupakan pasien total care.

Klien belum pernah mendapatkan tranfusi darah. Klien tidak menderita

penyakit seksual apapun. Kondisi yang membuat aktivitas klien menjadi

sangat terbatas adalah adanya fraktur kompresi di tulang spinal. Klien

tidak memiliki gangguan penglihatan maupun pendengaran. Kondisi klien

Edukasi latihan..., Mujiati Alifah, FIK UI, 2013

Page 48: KARYA ILMIAH AKHIR - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351533-PR-Mujiati Alifah.pdf · seperti jatuh dari ketinggian akibat kecelakaan kerja yang terjadi di kota ... kebakaran,

35

Universitas Indonesia

normal dan tidak demam. Rentang gerak klien maksimal pada tangan kiri,

terbatas/ minimal pada tangan kanan dan tidak ada pada kedua kaki.

k. Interaksi sosial

Klien sudah menikah dan dikaruniai 1 orang anak berusia 8 tahun. Klien

dapat berkomunikasi baik secara verbal maupun non verbal dengan

perawat maupun keluarga. Klien berbicara dengan pelafalan yang jelas.

Klien tidak dapat berjalan-jalan dan hanya beraktivitas di tempat tidur

selama perawatan dilakukan.

l. Penyuluhan/ Pembelajaran

Klien tampak berbicara menggunakan bahasa Indonesia dan dapat

membaca. Tingkat pendidikan terakhir klien yakni SMP. Obat yang

diresepkan adalah sebagai berikut :

Nama Obat Dosis Kegunaan

Methyl Cobalamine 3 x 1 gram Indikasi: neuropati perifer, anemia

megaloblastik. Bekerja dengan

memperbaiki jaringan syaraf yang rusak

dan maturasi eritroblast

Neurobion 1 x 1 Indikasi : pencegahan dan pengobatan

penyakit karena kekurangan vitamin B

Ketorolac 3x30 mg Indikasi : obat anti inflamasi non steroid

:mengurangi inflamasi akut, analgetik

Omeprazole 3 x40 mg Indikasi : mengurangi asam lambung

berlebih, tukak lambung

Metronidazole 3 x500

(drip)

Indikasi : pengobatan trikomoniasis,

amebiasis (antibakteria dan antiprotozoa)

Diatab (attapulgite) 3x 2 tablet Indikasi : pengobatan diare non

simptomatik

Edukasi latihan..., Mujiati Alifah, FIK UI, 2013

Page 49: KARYA ILMIAH AKHIR - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351533-PR-Mujiati Alifah.pdf · seperti jatuh dari ketinggian akibat kecelakaan kerja yang terjadi di kota ... kebakaran,

36

Universitas Indonesia

Diagnosa saat masuk yakni fraktur kompresi lumbal 1, dislocation

shoulder dextra, suspect spinal cord injury. Alasan dirawat per pasien

yakni nyeri pinggang dan bahu, kedua kaki tidak dapat digerakkan.

Riwayat keluhan terakhir berdasarkan penjelasan klien yaitu klien

mengatakan nyeri pada pinggang, kaki tidak dapat digerakkan, dan diare

selama dua hari. Harapan klien terhadap perawatan/pembedahan

sebelumnya yaitu kakinya dapat digerakkan kembali dank lien dapat

beraktivitas seperti kondisi sebelumnya.

3.2Pemeriksaan Penunjang

3.2.1 Hasil laboratorium tanggal 25 Mei 2013

Test Hasil Pemeriksaan Nilai normal

Hematologi

Darah Rutin

Leukosit 9,8 5 – 10 ribu/mm3

Hitung Jenis

Netrofil 80,6 50 – 70 %

Limfosit 9,0 25 – 40%

Monosit 10,1 2 – 8%

Eosinofil 10,4 2 -4 %

Basofil 0,0 0 – 1%

Eritrosit 3,78 3,6 – 5,8 juta/ul

Hb 12,7 12 – 16 g/dl

Ht 32 35 – 47 fL

MCV/VER 81,4 80,0- 100,0 %

MCH/HER 31,1 26,0- 34,0 pg

MCHC/KHER 38,2 32,0-36,0 %

RDW – CV 12,0 11,5- 14,5 %

Edukasi latihan..., Mujiati Alifah, FIK UI, 2013

Page 50: KARYA ILMIAH AKHIR - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351533-PR-Mujiati Alifah.pdf · seperti jatuh dari ketinggian akibat kecelakaan kerja yang terjadi di kota ... kebakaran,

37

Universitas Indonesia

(Tabel 3.1)

3.2.2 Pemeriksaan Diagnostik

a. Rontgent Thorax (tanggal 24 Mei 2013)

CTR 50%; tidak ada kelainan

b. CT scan 3D torakalumbal : hasil menunjukkan bahwa terdapat remukan di

area lumbal 1

c. X-ray torakalumbal

(Gambar 3.1 )

(Gambar 3.2)

Trombosit 170 150 – 440 ribu/mm3

Edukasi latihan..., Mujiati Alifah, FIK UI, 2013

Page 51: KARYA ILMIAH AKHIR - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351533-PR-Mujiati Alifah.pdf · seperti jatuh dari ketinggian akibat kecelakaan kerja yang terjadi di kota ... kebakaran,

38

Universitas Indonesia

3.3 Analisa Data

No.

Data Masalah Keperawatan

1. Data Subyektif: • Klien mengatakan nyeri pada tangan

kanan dan area pinggang jika klien melakukan pergerakkan Data Obyektif:

• Ekspresi wajah tampak meringis kesakitan saat klien mencoba bergerak

• Klien berteriak kesakitan ketika area yang nyeri digerakkan

• Tangan : skala nyeri 4-5 di area bahu kanan, nyeri jika digerakkan, terbalut elastic verban.

• Pinggang : skala nyeri 8, di area pinggang, sangat nyeri jika digerakkan

• Hasil radiologi menunjukkan bahwa klien mengalami fraktur dislokasi bahu kanan dan fraktur kompresi L1

Nyeri akut berhubungan dengan kerusakan rangka, trauma saraf spinal.

2. Data Subyektif:

• Klien mengatakan ia kurang bergerak dan aktifitas banyak dilakukan di tempat tidur dan banyak dibantu. Data Obyektif:

• Terdapat closed fraktur • Klien tampak kesulitan melakukan

pergerakan • Barthel Indeks skor 2 (pasien dengan total

care)

• ROM pada tangan kanan terbatas

Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan rangka neurovaskuler : fraktur pada bahu kanan dan lumbal1, trauma saraf spinal.

3. Data Subyektif: • Klien mengeluh BAB yang cair

• Klien tidak merasa mulas dan saat BAB keluar karena tidak terasa

Gangguan pola eliminasi : diare b.d peningkatan motilitas usus.

Edukasi latihan..., Mujiati Alifah, FIK UI, 2013

Page 52: KARYA ILMIAH AKHIR - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351533-PR-Mujiati Alifah.pdf · seperti jatuh dari ketinggian akibat kecelakaan kerja yang terjadi di kota ... kebakaran,

39

Universitas Indonesia

• Klien mengatakan tidak ingin makan dan minum khawatir BAB makin sering Data Obyektif:

• Klien tampak lemas

• BAB 5x/hari, konsistensi cair, bau (+) • Klien baru meminum 1 botol sedang

(600ml) dan makan ½ porsi • Urine ouput : 700 cc (8 jam)

4. Data Subyektif: • Klien mengatakan belum mandi sejak

berada di RS Data Obyektif:

• Klien tidak pernah mandi sejak berada di RS

• Klien tidak mampu melakukan perawatan diri secara mandiri

Defisit perawatan diri b.d ketidakmampuan melakukan perawatan diri, immobilisasi

(Tabel 3.2)

3.4 Prioritas Diagnosa Keperawatan

1. Nyeri akut berhubungan dengan kerusakan rangka, trauma saraf spinal

2. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan rangka

neurovaskuler : fraktur pada bahu kanan dan lumbal1, trauma saraf spinal.

3. Gangguan pola eliminasi : diare berhubungan dengan peningkatan

motilitas usus.

4. Defisit perawatan diri berhubungan dengan ketidakmampuan melakukan

perawatan diri, immobilisasi.

Setelah dilakukan tindakan operasi, diare klien tidak timbul dan klien sudah

dua hari tidak BAB. Klien tidak merasa mulas. Klien merasa kembung.

Bising usus (+) 6 x/menit, perkusi : timpani di kuadran 2 dan 4, diit lunak

rendah sisa. Hal ini menyebabkan diagnosa ketiga berubah menjadi gangguan

pola eliminasi : risiko konstipasi.

Edukasi latihan..., Mujiati Alifah, FIK UI, 2013

Page 53: KARYA ILMIAH AKHIR - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351533-PR-Mujiati Alifah.pdf · seperti jatuh dari ketinggian akibat kecelakaan kerja yang terjadi di kota ... kebakaran,

40

Universitas Indonesia

3.5 Laporan Intra Operatif

3.5.1 Pengkajian

Klien dibawa ke ruang operasi pada pukul 08.30 WIB. Klien diberikan

anestesi. Setelah diberikan anestesi, klien kemudian dilakukan pemasangan

ETT yang kemudian dihubungkan dengan ventilator dengan TV 450 mmHg

dan Respiratory Rate 14 x/menit. Posisi klien di meja operasi dorsal

recumbent dengan penyangga pada tangan kanan dan kiri.Elastic verban pada

tangan kanan dilepas setelah ada instruksi dan pengecekan dari dokter bedah

ortopedi. Klien terpasang asering 500 cc sebanyak 2 kolf. Tanda-tanda vital

pukul 09.00 WIB: TD 137/98 mmHg, SpO2 100%, HR 68x/menit. Klien

dilakukan insisi pada area punggung sepanjang 30cm. Dokter bedah kemudian

membersihkan area yang akan dipasang screw dan stabilisasi. Klien kemudian

dipasang 6 screw, 2 stabilisasi (pen) sepanjang 20 cm, dan 1 pen berukuran 10

cm. Setelah pemasangan, dokter kemudian mengambil tulang lumbal 1 yang

mengalami fraktur. Bone graft kemudian ditaburkan di area tulang yang telah

diambil. Tanda-tanda vital pada pukul 11.00 WIB : TD : 100/90, SpO2 100%,

HR 72x/menit. Operasi dekompresi dan stabilisasi berakhir pada pukul 13.00

WIB dan dilanjutkan dengan jahit pada eksisi luka, pemasangan drain, dan

pemulihan klien dari efek anestesi sampai pukul 13.30 WIB. Klien terpasang

kateter urin, 2 line IV.

Bone graft yang digunakan merupakan bahan material sintetis yang terdiri dari

hydroxipatite (HAP) dan β- tricalcium phosphate dengan sifat kompatibilitas

yang baik dan ostekonduktur bagi tulang. Bone graft merupakan material

substitusi tulang dengan bantuk granula yang dapat diabsorbsi dan

menyediakan tempat bagi pertumbuhan jaringan tulang yang baru. Tidak ada

efek samping yang ditimbulkan pada penggunaan bone graft sintetis .

Edukasi latihan..., Mujiati Alifah, FIK UI, 2013

Page 54: KARYA ILMIAH AKHIR - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351533-PR-Mujiati Alifah.pdf · seperti jatuh dari ketinggian akibat kecelakaan kerja yang terjadi di kota ... kebakaran,

41

Universitas Indonesia

1.5.2 Diagnosa Keperawatan

Resiko cedera berhubungan dengan efek anestesi, posisi operasi, pemakaian

alat kesehatan, dan tindakan invansif.

1.5.3 Tindakan Keperawatan

a. Memeriksa identitas klien, pastikan secara verbal: nama klien,

prosedur, dan dokter yang tepat, serta area yang akan dilakukan

pengangkatan.

b. Mengunci roda tempat tidur klien maupun meja operasi sebelum

memindahkan klien.

c. Memastikan posisi klien tepat berada di tengah meja operasi dan

tidak rawan untuk jatuh.

d. Mengamankan klien pada meja operasi dengan restrain

secukupnya.

e. Memantau pemberian kain pada tubuh klien untuk menjaga suhu

tubuh dan menutupi area yang tidak dilakukan tindakan.

f. Memantau TTV klien dan tanda perdarahan.

3.6 Asuhan Keperawatan

3.6.1 Intervensi Keperawatan

Intervensi yang dilakukan pada klien post dekompresi dan stabilisasi yakni Tn. H

difokuskan pada tiga diagnosa utama berdasarkan analisis data yang telah

dilakukan. Adapun intervensi keperawatan pada Tn.H meliputi:

a. Nyeri akut

Tujuan: Setelah dilakukan asuhan keperawatan nyeri yang dirasakan klien

dapat berkurang

Kriteria Evaluasi:

1) Klien mengatakan skala nyeri yang dirasakan berkurang dari 10 menjadi 5

dengan skala maksimum 10

2) Klien mengekspresikan rasa percaya diri dalam usaha mengontrol nyeri

Edukasi latihan..., Mujiati Alifah, FIK UI, 2013

Page 55: KARYA ILMIAH AKHIR - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351533-PR-Mujiati Alifah.pdf · seperti jatuh dari ketinggian akibat kecelakaan kerja yang terjadi di kota ... kebakaran,

42

Universitas Indonesia

3) Muka klien tidak meringis dan mengerutkan dahi pada saat melakukan

aktivitas

4) Klien tidak berteriak ketika posisi tidur diubah

5) Klien tampak nyaman dan santai

6) TTV klien dalam rentang normal : TD=130/90 mmHg, Nadi=80-

100x/menit, RR=12-20x/menit, Suhu=36,5-37,50C

Intervensi:

1) Kaji mengenai adanya nyeri

R: Nyeri biasa dialami setelah prosedur pembedahan akibat trauma dan

respons jaringan. Spasme oto terjadi setelah penggantian sendi panggul

total. Imobilisasi menyebabkan ketidaknyamnan pada titik tekanan.

2) Minta klien untuk menjelaskan ketidaknyamanan

R: Karakteristik nyeri dapat membantu menentukan penyebab

ketidaknyamanan. Nyeri dapat sebagai akibat komplikasi (hematoma,

infeksi, flatus). Nyeri merupakan pengalaman individual dapat mempunyai

arti berbeda-beda bagi setiap orang.

3) Pahami adanya nyeri: menginformasikan kepada klien macam-macam

analgetik dan relaksan otot yang tersedia

R: Peredaan nyeri dapat dialami oleh klien dengan mengkomunikasikan

keprihatinan dan ketersediaan bantuan untuk membantu klien menghadapi

nyeri.

4) Gunakan teknik modifikasi nyeri:

a. Menggunakan analgetik

R: klien mungkin memerlukan opioid parenteral selama 24-48 jam

pertama dan kemudian dilanjutkan menjadi analgetik oral.

b. Mengubah posisi dalam batas yang diperbolehkan

R: penggunaan bantal dapat memberikan penyanggaan yang memadai,

mengurangi tekanan pada tonjolan tulang.

c. Memodifikasi lingkungan

Edukasi latihan..., Mujiati Alifah, FIK UI, 2013

Page 56: KARYA ILMIAH AKHIR - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351533-PR-Mujiati Alifah.pdf · seperti jatuh dari ketinggian akibat kecelakaan kerja yang terjadi di kota ... kebakaran,

43

Universitas Indonesia

R: interaksi dengan orang lain, distraksi, dan kelebihan beban atau

deprivasi sendori dapat mempengaruhi pengalaman nyeri

d. Memberitahu dokter bedah bila perlu

R: intervensi bedah mungkin diperlukan bila nyeri disebabkan oleh

hematoma atau edema berlebihan

5) Evaluasi dan mencatat ketidaknyamanan dan keefektifan teknik modifikasi

nyeri

R: keefektifan tindakan didasarkan pada pengalaman; data tentang

pengenalan mengenai pengalaman nyeri, penatalaksanaan dan

pengurangan nyeri

b. Kerusakan mobilitas fisik

Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawataan mobilitas fisik klien dapat

dilakukan secara bertahap.

Kriteria Hasil:

1) Posisi yang dianjurkan tetap dipertahankan

2) Klien memperlihatkan kemajuan dalam peningkatan aktivitas seperti ubah

posisi tidur dan melakukan RPS

3) Klien berpartisipasi dalam program ambulasi progresif dan berpartisipasi

aktif dalam program latihan rentang gerak

Intervensi:

1) Pertahankan posisi punggung lurus saat tidur

R: dapat mencegah nyeri dan rasa tidak nyaman pada klien

2) Instruksikan dan bantu perubahan posisi dan perpindahan

R: memberikan dorongan partisipasi aktif pada klien sambil mencegah

posisi yang membuat nyeri

3) Instruksikan dan berikan pengawasan latihan RPS

R: dapat memperkuat otot yang diperlukan untuk beraktivitas

4) Konsultasi dengan ahli fisioterapi: instruksikan dan berikan pengawasan

ambulasi progresif yang aman

Edukasi latihan..., Mujiati Alifah, FIK UI, 2013

Page 57: KARYA ILMIAH AKHIR - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351533-PR-Mujiati Alifah.pdf · seperti jatuh dari ketinggian akibat kecelakaan kerja yang terjadi di kota ... kebakaran,

44

Universitas Indonesia

R: Klien perlu pelatihan segera mungkin untuk belajar merangsang saraf

sehingga dapat menggerakkan ekstremitas bawah dan belajar berjalan

5) Berikan semangat dan dukungan terhadap program latihan

R: latihan rekondisi dapat menyebabkan rasa tidak nyaman dan

memberikan semangat dapat membantu klien mematuhi program latihan

6) Instruksikan dan berikan pengawasan penggunaan alat bantu ambulasi

yang aman

R: mencegah cedera akibat penggunaan yang tidak aman

c. Gangguan pola eliminasi : risiko konstipasi

Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan, pola eliminasi klien kembali

normal

Kriteria Hasil:

1) Klien BAB 1x/hari atau sesuai dengan kondisi normal klien sebelum sakit

2) Konsistensi BAB lunak, berbentuk, berwarna kuning

3) Tanda-tanda infeksi tidak muncul seperti pus

4) Tidak ada tanda-tanda konstipasi atau diare (pola BAB yang tidak normal)

Intervensi:

1) Pantau pola BAB klien

R: mengetahui pola eliminasi klien setelah operasi

2) Pantau pemberian terapi makanan (intake makanan dan minuman)

R: mengawasi kecukupan kebutuhan kalori dan serat dan disesuaikan

dengan kondisi klien yang masih jarang beraktivitas.

3) Pantau TTV, bising usus, keluhan mulas atau nyeri di abdomen

R: mengawasi kondisi normal klien

4) Pantau tanda-tanda konstipasi dan diare

R: mengawasi gejala pola eliminasi yang tidak normal

5) Lakukan diskusi dengan ahli gizi terkait asupan bagi klien fraktur dengan

tirah baring yang tinggi

R : ahli gizi dapat membuatkan menu harian sesuai dengan kondisi klien

Edukasi latihan..., Mujiati Alifah, FIK UI, 2013

Page 58: KARYA ILMIAH AKHIR - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351533-PR-Mujiati Alifah.pdf · seperti jatuh dari ketinggian akibat kecelakaan kerja yang terjadi di kota ... kebakaran,

45

Universitas Indonesia

3.6.2 Implementasi dan Evaluasi Keperawatan

Implementasi yang telah dilakukan untuk mengatasi masalah nyeri akut pada

klien yakni mengkaji keluhan nyeri pada hari pertama hingga hari ketiga

setelah post operasi dekompresi dan stabilisasi. Selain itu, klien juga diminta

untuk menjelaskan nyeri yang dirasakan untuk mengidentifikasi

karakteristik nyeri yang akan membantu mengurangi nyeri yang timbul.

Klien juga telah diinformasikan mengenai analgetik yang diberikan kepada

klien ketika mahasiswa menginjeksikan analgetik yaitu ketorolak.

Mahasiswa juga telah menggunakan teknik modifikasi nyeri dengan

mengajarkan teknik nafas dalam untuk mengurangi nyeri yang dirasakan.

Hasil yang diperoleh adalah klien mengatakan nyeri di area pinggang

dimana sebelumnya memiliki skala 8 dari maksimal 10 serta tidak dapat

digerakkan, maka setelah operasi skala nyeri berkurang. Skala nyeri yang

dirasakan berkurang secara signifikan yaitu berada pada skala 6 dari

maksimal 10. Klien juga sudah dapat dibantu untuk melakukan perubahan

posisi seperti miring ke kanan maupun miring ke kiri. Klien juga sudah

dapat mengikuti latihan pergerakan sendi setiap hari. Klien mengatakan

nyeri masih hilang timbul di area pinggang, namun klien merasakan kondisi

lebih nyaman. Klien melakukan teknik modifikasi pengurangan nyeri

dengan melakukan teknik nafas dalam setiap nyeri timbul. Pada hari ketiga

setelah operasi, klien mengatakan nyeri berkurang, namun masih kadang

timbul. Skala nyeri 4-5 dari maksimal 10. Nyeri terasa ketika klien berubah

posisi untuk miring kanan-kiri, namun akan hilang perlahan. Klien juga

melakukan tindakan teknik nafas dalam dan beristighfar sebagai salah satu

teknik modifikasi nyeri selain pemberian analgetik yang dianjurkan.

Implementasi yang telah dilakukan untuk mengatasi masalah kerusakan

mobilitas fisik pada klien yakni mempertahankan kekuatan otot kaki yang

belum mampu digerakkan dengan latihan rentang pergerakan sendi secara

Edukasi latihan..., Mujiati Alifah, FIK UI, 2013

Page 59: KARYA ILMIAH AKHIR - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351533-PR-Mujiati Alifah.pdf · seperti jatuh dari ketinggian akibat kecelakaan kerja yang terjadi di kota ... kebakaran,

46

Universitas Indonesia

pasif. Latihan RPS dilakukan 2-3 kali sehari. Mahasiswa mengajarkan

kepada keluarga bagaimana melakukan latihan RPS pasif pada kedua kaki.

Latihan RPS juga dilakukan pada kedua tangan klien. Mahasiswa

mengajarkan RPS aktif pada kedua tangan. Pada tangan kanan klien yang

merupakan post closed reposition akibat dislokasi sendi bahu kanan, klien

melakukan gerakan sederhana dan tidak membuat nyeri sesuai dengan

rekomendasi latihan yang dianjurkan. Mahasiswa juga membuat jadwal

latihan bersama keluarga dan klien agar dapat melakukan latihan secara

mandiri.

Hasil yang diperoleh mobilitas klien mengalami peningkatan secara

bertahap. Klien tetap dapat mempertahankan posisi yang dianjurkan selama

berbaring. Klien juga sudah dapat miring ke kanan dan kiri. Keluarga juga

sudah mulai melakukan latihan RPS meski masih dengan bantuan perawat.

Masalah kerusakan mobilitas fisik teratasi sebagian pada hari ketiga post

operasi dekompresi dan stabilisasi.

Implementasi yang telah dilakukan untuk mengatasi masalah gangguan pola

eliminasi pada klien dengan memantau keluhan klien terkait pola BAB yang

tidak normal. Mahasiswa memantau asupan makanan klien setiap hari,

memantau pola BAB setiap hari, serta mendiskusikan menu makanan

dengan ahli gizi terkait kondisi klien.

Pola BAB klien masih tidak normal. Sebelum operasi, klien mengeluh diare

dengan frekuensi 4-7x/hari. Frekuensi BAB berkurang 3x/hari sejak 1 hari

sebelum operasi. Setelah operasi, klien mengatakan diare berhenti dan

belum BAB sekalipun. Setelah konsul ahli gizi, diit makan klien diganti

dengan diit biasa 1700 kalori. Klien makan 3 kali/hari porsi habis. Klien

minum 3-4 botol aqua sedang (2-2,5 L). Klien telah mengkonsumsi

makanan tinggi serat untuk mempermudah BAB.

Edukasi latihan..., Mujiati Alifah, FIK UI, 2013

Page 60: KARYA ILMIAH AKHIR - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351533-PR-Mujiati Alifah.pdf · seperti jatuh dari ketinggian akibat kecelakaan kerja yang terjadi di kota ... kebakaran,

47 Universitas Indonesia

BAB 4

ANALISA SITUASI

Bab ini akan membahas mengenai analisa tindakan asuhan keperawatan yang

dilakukan dan dikaitkan dengan teori yang telah dijabarkan di bab sebelumnya.

4.1 Profil Lahan Praktek

Ruang perawatan bedah kelas Anggrek Tengah Kanan merupakan salah satu

pelayanan ruang rawat inap di RSUP Persahabatan. Ruang rawat bedah kelas

menerima pasien dengan kasus bedah umum seperti bedah ortopedi, bedah

saraf, bedah digestif, bedah onkologi, bedah urologi. Bedah kelas merupakan

ruang rawat kelas III dengan kapasitas 10 kamar dan 1 kamar isolasi. Total

kapasitas 30 tempat tidur dan 2 tempat tidur di ruang isolasi. Ruang lainnya

yaitu satu nurse station dan ruangan kepala ruangan yang menjadi satu

bagian, satu ruang tindakan dan penyimpanan alat, satu kamar ganti perawat,

satu kamar dokter muda, satu ruang dapur, satu spoel hoek dan dua gudang

serta kamar mandi untuk pasien. Ruang bedah kelas memiliki satu orang

kepala ruangan, dua orang katim, dan 13 perawat pelaksana. Jumlah tenaga

berpendidikan Ners berjumlah dua orang, berpendidikan sarjana keperawatan

tiga orang, serta D3 11 orang.

Mahasiswa melakukan praktik profesi mata ajar Keperawatan Kesehatan

Masyarakat Perkotaan dan Manajemen selama tujuh minggu di ruang

perawatan tersebut. Mahasiswa menemukan tiga kasus yang terkait dengan

kecelakaan kerja. Dua kasus di antaranya merupakan kecelakaan kerja di

bidang konstruksi. Kasus kecelakaan kerja yang terdapat di ruang rawat

berupa kecelakaan jatuh dari ketinggian, tertimpa bahan material, dan terkena

peralatan tajam pada bagian tubuh tertentu. Kecelakaan kerja akibat jatuh

dari ketinggian menyebabkan fraktur kompresi pada area lumbal 1 dan

menyebabkan klien tidak dapat menggerakkan area ekstremitas bawah. Klien

ditemukan terjatuh dari ketinggian 10 meter tanpa menggunakan alat

pengaman saat bekerja.

Edukasi latihan..., Mujiati Alifah, FIK UI, 2013

Page 61: KARYA ILMIAH AKHIR - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351533-PR-Mujiati Alifah.pdf · seperti jatuh dari ketinggian akibat kecelakaan kerja yang terjadi di kota ... kebakaran,

48

Universitas Indonesia

4.2 Analisa Masalah Keperawatan dengan Konsep Terkait KKMP dan

Konsep Kasus Terkait

Kasus yang dikelola mahasiswa adalah kasus klien yang bernama Tn. H (36

tahun) post operasi dekompresi dan stabilisasi akibat fraktur kompresi lumbal

1. Klien merupakan salah satu pekerja di bidang konstruksi proyek rumah

tinggal. Klien terjatuh dari ketinggian tanpa penggunaan alat pelindung diri

saat bekerja.

Pekerjaan yang marak di kota-kota besar di Indonesia adalah pekejaan di

bidang jasa konstruksi dimana pertumbuhan pembangunan gedung-gedung

tinggi di wilayah perkotaan meningkat dari tahun ke tahun. Jumlah tenaga

kerja di sektor konstruksi mencapai 4,5 juta orang (www.ftsl.itb.ac.id, 2007

dalam Prasetiyo, 2009). Data Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi

(Depnakertrans) pada tahun 2007 menunjukkan bahwa kecelakaan kerja di

sektor konstruksi menempati urutan tertinggi dalam kecelakaan kerja di

Indonesia (Depnakertrans, 2007 dalam Pratiwi, S.D, 2009).

Hasil studi terhadap empat proyek konstruksi di kota besar (Handayani, 2009)

ditemukan bahwa penyebab kecelakaan kerja yang terjadi diakibatkan oleh

kelalaian pekerja dan kondisi berbahaya. Kelalaian pekerja dapat dilihat dari

perilaku pekerja yang cenderung mengabaikan peraturan dan seringnya

pergantian pekerja. Pergantian pekerja pada proyek konstruksi sering terjadi

pada hari libur dimana banyak pekerja yang ijin untuk pulang kampung dan

biasanya belum tentu kembali lagi bekerja. Pergantian ini seringkali

menimbulkan masalah karena pekerja yang pulang kampung membawa serta

helm dan sepatu yang merupakan peralatan pengamanan selama pekerjaan

dilakukan sehingga ketersediaan peralatan pengamanan menjadi berkurang.

Perilaku pekerja yang cenderung mengabaikan peraturan diperkuat dengan

penyataan klien yang mengatakan bahwa ketika terjatuh, klien tidak

Edukasi latihan..., Mujiati Alifah, FIK UI, 2013

Page 62: KARYA ILMIAH AKHIR - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351533-PR-Mujiati Alifah.pdf · seperti jatuh dari ketinggian akibat kecelakaan kerja yang terjadi di kota ... kebakaran,

49

Universitas Indonesia

menggunakan alat pelindung diri apapun. Klien mengatakan merasa aman

dan tidak perlu menggunakan pengamanan apapun. Hal ini menunjukkan

budaya pekerja yang cenderung mengabaikan peraturan. Kondisi tersebut

merupakan dampak dari lemahnya penerapan program keselamatan dan

kesehatan kerja pada proyek di sektor konstruksi.

Peningkatan pertumbuhan proyek pembangunan di sektor konstruksi tidak

diimbangi dengan pembekalan program keselamatan dan kesehatan kerja

(K3) yang memadai. Penyerapan tenaga kerja yang begitu besar di sektor

tersebut memberikan kesempatan kepada warga di masyarakat perkotaan

untuk mendapatkan pekerjaan musiman dengan penghasilan yang tidak

sepadan dengan risiko kecelakaan yang dihadapi. Sebagian besar tenaga kerja

di sektor konstruksi merupaka tenga kerja lepas bersifat harian dimana

mereka memiliki pendidikan yang tidak sama dan cenderung rendah. Mereka

direkrut oleh mandor proyek dan tidak dibekali dengan materi K3 yang

memadai serta peralatan pengaman diri yang sesuai standar (Handayani,

2009).

Hal ini sesuai dengan pernyataan klien dimana klien tidak mendapatkan

penjelasan mengenai keamanan dan keselamatan selama bekerja dan

dibiarkan bekerja tanpa menggunakan alat pelindung diri yang sesuai standar.

Klien mengatakan sudah bekerja selama enam bulan karena diajak seorang

teman yang terlebih dahulu bekerja di proyek tersebut. Klien juga tidak

mengetahui risiko kecelakaan yang dapat dialami sewaktu bekerja di bidang

tersebut. Klien diberikan penjelasan mengenai pentingnya penggunaan alat

keselamatan diri seperti helm dan sepatu proyek selama bekerja di proyek

pembangunan. Hal tersebut sebagai upaya pencegahan terhadap kecelakaan

kerja yang dapat menimpa pekerja sewaktu-waktu. Selain itu, pengecekan

terhadap alat yang akan digunakan sehingga tidak membahayakan pekerja

saat melakukan pekerjaan tersebut.

Edukasi latihan..., Mujiati Alifah, FIK UI, 2013

Page 63: KARYA ILMIAH AKHIR - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351533-PR-Mujiati Alifah.pdf · seperti jatuh dari ketinggian akibat kecelakaan kerja yang terjadi di kota ... kebakaran,

50

Universitas Indonesia

Klien mengalami jatuh dari ketinggian ketika sedang mengecat sebuah

rumah. Klien terjatuh dengan posisi terduduk dengan tangan kanan terbentur

dinding. Klien mengalami fraktur kompresi vertebral yaitu area lumbal 1 dan

dislokasi sendi bahu. Daerah T12 sampai L2 merupakan daerah yang paling

rentan terhadap fraktur (Smeltzer & Bare, 2002). Fraktur pada area

torakalumbal biasanya disebabkan oleh cedera pada posisi fleksi seperti jatuh

dari ketinggian dan mendarat menggunakan bagian tubuh seperti kepala,

bokong, dan bahu. Hal tersebut merupakan cedera berbahaya karena akan

mengenai saraf spinal dan dapat menyebabkan kelumpuhan ( Powell, M,

1970).

Tiga jam setelah jatuh dari ketinggian 10 meter, klien mengalami

kelumpuhan di kedua kakinya dimana kedua kaki klien tidak dapat

digerakkan serta terasa baal. Klien juga mengeluh sangat nyeri di area

pinggang dan takut menggerakkan area pinggang. Selain itu, klien juga

mengalami dislokasi di bahu kanan. Klien kemudian mendapatkan tindakan

closed reposition pada bahu kanan sehari setelah dirawat di ruang bedah

kelas. Bahu dan tangan kanan klien diplester dan dibebat dengan elastis

perban guna melakukan imobilisasi sehingga posisi sendi yang sudah

dibenarkan tidak terjadi dislokasi kembali. Seminggu setelah itu, klien

mendapatkan tindakan dekompresi dan stabilisasi pada fraktur kompresi

lumbal yang dialami. Area fraktur diangkat agar tidak menekan area saraf

yang membuat ekstremitas bawah klien tidak dapat digerakkan serta

mengurangi nyeri hebat yang dirasakan klien. Pemasangan pen, screw, dan

plate dilakukan sebagai cara untuk stabilisasi kondisi tulang serta penggunaan

bone graft sintetis sebagai perangsang pertumbuhan tulang di area fraktur

yang telah diambil.

Edukasi latihan..., Mujiati Alifah, FIK UI, 2013

Page 64: KARYA ILMIAH AKHIR - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351533-PR-Mujiati Alifah.pdf · seperti jatuh dari ketinggian akibat kecelakaan kerja yang terjadi di kota ... kebakaran,

51

Universitas Indonesia

Masalah post operasi yang muncul antara lain nyeri akut dan kerusakan

mobilitas fisik. Nyeri dapat terjadi karena pemasangan alat invasif seperti pen

dan screw serta masih adanya trauma akibat saraf yang tertekan oleh tulang

yang fraktur. Kerusakan mobilitas fisik masih berlangsung karena klien

masih belum dapat menggerakkan kaki sehingga belum dapat melakukan

aktivitas seperti biasa. Imobilisasi yang dilakukan pada bahu dan tangan

kanan klien dihentikan dengan dibukanya plester serta elastis perban sehingga

tangan kanan klien sudah dapat digerakkan meski masih terbatas.

Mahasiswa kemudian membuat rencana asuhan keperawatan yang tepat

sesuai dengan kondisi klien sehingga dapat dengan cepat mengidentifikasi

tindakan keperawatan yang diberikan. Kasus kelolaain saat ini yaitu kasus

klien dengan fraktur kompresi lumbal post dekompresi dan stabilisasi,

mahasiwa perlu menyusun rencana asuhan keperawatan yang sesuai dengan

ruang lingkup praktik keperawatan masyarakat perkotaan

4.3 Analisa Salah Satu Intervensi dengan Konsep dan Penelitian Terkait

Salah satu intervensi post operatif yang dilakukan adalah latihan rentang

gerak sendi pada area ekstremitas atas dan bawah serta mobilisasi dini

menggunakan kursi roda khusus. Intervensi ini merupakan bagian dari proses

rehabilitasi yang merupakan suatu program untuk mengembalikan aktivitas

fungsional pasien setelah dilakukan tindakan pada fraktur yang diderita.

Tujuan rehabilitasi yaitu menjaga fungsi skeletal segera setelah fraktur

mengalami penulangan dan mengembalikan fungsi ke arah normal ketika

proses penulangan selesai. Dua hal yang biasa dilakukan saat rehabilitasi

yaitu aktif menggunakan bagian yang fraktur dan melakukan latihan secara

rutin (Vines, 2010).

Aktif menggunakan bagian yang fraktur merupakan kondisi dimana pasien

harus mulai membiasakan diri menggunakan bagian tubuh yang terluka

Edukasi latihan..., Mujiati Alifah, FIK UI, 2013

Page 65: KARYA ILMIAH AKHIR - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351533-PR-Mujiati Alifah.pdf · seperti jatuh dari ketinggian akibat kecelakaan kerja yang terjadi di kota ... kebakaran,

52

Universitas Indonesia

perlahan-lahan sesuai kemampuan dan tidak kontradiksi dengan pengobatan

yang dilakukan. Meskipun pada beberapa jenis cidera membutuhkan waktu

beberapa hari atau minggu untuk aktif bergerak seperti sebelum cidera,

namun memulai aktivitas bergerak kembali sesegera mungkin setelah

diperbolehkan. Sedangkan latihan secara rutin dilakukan pada otot dan sendi

guna menjaga kekuatan otot terutama pada bagian yang telah diimobilisasi

selama beberapa waktu (Smeltzer&Bare, 2002).

Latihan rentang gerak dilakukan pada bagian tubuh yang tidak cedera. Hal

tersebut bertujuan untuk mempertahankan kekuatan otot serta meningkatkan

kemampuan tubuh untuk kembali beraktivitas. Selama perawatan terutama

sebelum operasi, klien tidak menggerakkan tubuh dan hanya terbaring di

tempat tidur. Klien juga tidak dapat menggerakkan kedua kakinya akibat

fraktur kompresi yang diderita. Latihan rentang pergerakan sendi menjadi

latihan fisik ringan bagi klien. Sedangkan pada bagian yang mengalami

dislokasi seperti tangan kanan akan dilakukan latihan rentang gerak khusus

bagi pasien dislokasi sendi post reposisi.

Hal ini sesuai dengan teori Potter&Perry (2005) dimana rentang pergerakan

sendi dilakukan untuk mempertahankan fungsi sendi yang berkurang karena

proses kecelakaan, penyakit, atau tidak digunakan dan dapat dibantu dengan

menggunakan alat bantu jalan. Latihan ini bertujuan untuk mempertahankan

fungsi mobilisasi, memulihkan atau meningkatkan fungsi sendi dan otot yang

berkurang akibat penyakit, kecelakaan, atau tidak digunakan, mencegah

komplikasi dari imobilisasi, serta mempersiapkan ke kondisi fungsi yang

normal (Potter&Perry, 2005).

Edukasi latihan..., Mujiati Alifah, FIK UI, 2013

Page 66: KARYA ILMIAH AKHIR - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351533-PR-Mujiati Alifah.pdf · seperti jatuh dari ketinggian akibat kecelakaan kerja yang terjadi di kota ... kebakaran,

53

Universitas Indonesia

RPS yang dilakukan pada klien dibagi menjadi dua jenis yaitu RPS pasif pada

ekstremitas bawah yaitu kedua kaki dan RPS aktif pada bagian yang dapat

digerakkan seperti tangan kiri. Latihan RPS tangan kanan disesuaikan dengan

latihan ringan bagi pasien pasca dislokasi sendi bahu.

RPS pasif dilakukan pada panggul, pergelangan kaki, serta jari kaki. Gerakan

yang dilakukan diusahakan sederhana dan sesuai dengan latihan fisik yang

disarankan oleh Nuffield Orthopaedic Centre (2007) bagi pasien fraktur

kompresi post dekompresi. Tujuan latihan tersebut adalah melatih kekuatan

spinal dan mobilisasi.

Latihan rentang pergerakan sendi yang diberikan juga disesuaikan dengan

proses rehabilitasi klien dimana menurut Natali, C (2005) klien dapat

melakukan latihan nafas dalam dan beberapa latihan fisik di tempat tidur serta

perubahan posisi tidur (miring kanan-kiri) sebagai awal latihan fisik post

operasi. Hal ini sesuai dengan penelitiaan Meek (2003) dimana setelah post

operasi, pasien fraktur hanya melakukan terapi fisik minimal karena pada fase

tersebut lebih ditujukan untuk mengurangi nyei, pemberian posisi yang benar,

dan pergerakan tubuh yang sesuai untuk mengurangi dampak fraktur pada

tulang spinal, serta tidak lupa merencanakan program latihan yang betujuan

untuk mengurangi dampak dari imobilisasi dimana pasien harus melakukan

tirah baring yang panjang. Latihan yang diberikan pada klien H merupakan

latihan fisik ringan dan dapat dilakukan di tempat tidur. Klien juga dapat

melakukan tanpa bantuan alat apapun.

Latihan rentang pergerakan sendi pada tangan kanan disesuaikan dengan

kondisi klien dimana baru mengalami proses imobilisasi setelah seminggu

sebelumnya dilakukan tindakan closed reposition. Proses rehabilitasi dimulai

ketika posisi sendi bahu sudah kembali ke posisi semula dan proses

berlangsung kurang lebih selama satu tahun (Vines, 2010). Departemen

Edukasi latihan..., Mujiati Alifah, FIK UI, 2013

Page 67: KARYA ILMIAH AKHIR - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351533-PR-Mujiati Alifah.pdf · seperti jatuh dari ketinggian akibat kecelakaan kerja yang terjadi di kota ... kebakaran,

54

Universitas Indonesia

Fisioterapi Rumah Sakit Oxford Radcliffe (2010) memperkenalkan latihan

ringan bagi klien pasca dislokasi bahu sendi sesuai dengan tahapan

rehabilitasi. Klien melakukan latihan rentang pergerakan sendi yang

disesuaikan dengan rekomendasi gerakan yang telah diperkenalkan

sebelumnya. Latihan tesebut dilakukan bergantian dilakukan dengan latihan

pergerakan sendi pada ekstremitas bawah.

Latihan tersebut dilakukan secara rutin setiap hari. Vines (2010)

menyebutkan bahwa kondisi normal ketika awal latihan terasa tidak nyaman

dan terasa agak nyeri, namun perlahan akan hilang. Latihan tersebut

dilakukan dengan sesi pendek dan dihentikan jika klien sudah merasa capek.

Jadwal yang rutin membantu keefektifan dari latihan yang dilakukan. Jadwal

latihan klien adalah 2 kali sehari dengan masing-masing durasi 10 menit. Hal

ini sesuai dengan penjelasan Nuffield Orthopaedic Centre (2007) dimana

latihan dilakukan beberapa kali dalam sehari dengan satu kali latihan

menghabiskan waktu hanya beberapa menit. Latihan yang singkat dan sering

lebih baik dibandingkan latihan panjang tetapi hanya sekali dilakukan.

4.4 Alternatif Pemecahan yang Dapat Dilakukan

Gangguan mobilisasi yang dialami klien disebabkan karena adanya kerusakan

kerangka neurovaskuler berupa fraktur. Masalah kesehatan tersebut kemudian

mendapatkan tindakan medis sesuai indikasi. Proses rehabilitasi menjadi

bagian penting dalam proses penyembuhan dan peningkatan fungsi bagian

tubuh yang cedera seperti sedia kala. Perawat memiliki peran penting dalam

proses rehabilitasi pasien fraktur terutama pada pasien dengan tirah baring

yang tinggi dan tidak dapat melakukan aktivitas secara mandiri ( total care).

Klien perlu mengetahui pentingnya melakukan latihan fisik ringan untuk

menjaga kekuatan otot dan menyiapkan kondisi tubuh klien untuk kembali

beraktivitas.

Edukasi latihan..., Mujiati Alifah, FIK UI, 2013

Page 68: KARYA ILMIAH AKHIR - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351533-PR-Mujiati Alifah.pdf · seperti jatuh dari ketinggian akibat kecelakaan kerja yang terjadi di kota ... kebakaran,

55

Universitas Indonesia

Hal ini menunjukkan pentingnya dilakukan edukasi mengenai tindakan yang

dilakukan selama proses rehabilitasi. Perawat dapat berkolaborasi dengan

profesi lain seperti dokter bedah dan ahli fisioterapi dalam memberikan

edukasi dan mengawasi program latihan rentang gerakan dan mobilisasi

selama klien dirawat di rumah sakit untuk meningkatkan pemulihan dan

kesembuhan klien akibat kerusakan mobilitas fisik post dekompresi dan

stabilisasi. Perawat dapat melakukan contoh gerakan sehingga mempermudah

klien untuk mengikuti gerakan yang harus dilakukan.

Edukasi latihan..., Mujiati Alifah, FIK UI, 2013

Page 69: KARYA ILMIAH AKHIR - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351533-PR-Mujiati Alifah.pdf · seperti jatuh dari ketinggian akibat kecelakaan kerja yang terjadi di kota ... kebakaran,

56 Universitas Indonesia

BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini akan menguraikan kesimpulan dan saran dari seluruh rangkaian penulisan

yang telah dilakukan. Penulis menyimpulkan hasil pemaparan secara keseluruhan

dan memberikan saran terkait hasil analisis. Bab ini terdiri dari dua bagian, yaitu

kesimpulan dan saran.

5.1 Kesimpulan

Kecelakaan merupaka kejadiaan yang tidak direncanakan yang menyebabkan

atau berpotensial menyebabkan cidera, kesakitan, kerusakan, atau kerugian

lainnya. Kecelakaan kerja merupakan merupakan kejadian yang terkait

pekerjaan, dimana suatu cidera, sakit (terlepas dari keparahannya), atau

kematian terjadi, atau mungkin dapat terjadi. Kecelakaan kerja di sektor

industri menempati urutan tertinggi di Indonesia.

Kecelakaan kerja yang banyak menimbulkan cidera bahkan kematian yaitu

kejadian jatuh dari ketinggian. Hal ini diperparah dengan minimnya

penggunaan alat pelindung diri yang digunakan pekerja saat bekerja. Hal

tersebut disebabkan karena perilaku pekerja yang cenderung mengabaikan

peraturan keselamatan dan kesehatan pekerja.

Salah satu akibat dari jatuh yaitu terjadinya fraktur. Fraktur merupakan

kondisi dimana terjadi kontinuitas tulang akibat pajanan/ stres yang melebihi

kemampuan tulang untuk mengabsorpsinya. Fraktur kompresi terjadi ketika

sebuah bagian dari tulang spinal tertekan hingga ke segmen lain. Tulang

torakal 12 dan lumbal 1 merupakan tulang yang rentan terjadi kompresi.

Fraktur kompresi dapat ditangani dengan cara non pembedahan dan

pembedahan. Pembedahan yang dilakukan pada fraktur kompresi yaitu

dekompresi dan stabilisasi. Setelah dilakukan pembedahan, dibutuhkan

proses rehabilitasi sebagai sarana kesiapan sebelum klien dapat beraktivitas

Edukasi latihan..., Mujiati Alifah, FIK UI, 2013

Page 70: KARYA ILMIAH AKHIR - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351533-PR-Mujiati Alifah.pdf · seperti jatuh dari ketinggian akibat kecelakaan kerja yang terjadi di kota ... kebakaran,

57

Universitas Indonesia

normal seperti sedia kala serta sebagai proses pengawasan dari proses

pembedahan itu sendiri.

Proses rehabilitasi yang dilakukan pada klien pasca pembedahan dekompresi

dan stabilisasi yaitu latihan rentang gerak dan mobilisasi dengan

menggunakan kursi roda. Kedua kegiatan ini diharapkan dapat membantu

klien menjaga kekuatan otot tubuh dan menyiapak klien untuk kembali

beraktivitas seperti semula.

5.2 Saran

5.2.1 Bidang Keperawatan Medikal Bedah

5.2.1.1 Karya ilmiah ini diharapkan dapat menjadi masukan dan sumber

informasi bagi perawat dalam memberikan asuhan keperawatan

bagi pasien fraktur kompresi post dekompresi dan stabilisasi

5.2.1.2 Karya ilmiah ini diharapkan dapat menjadi petunjuk dasar untuk

menyusun promosi kesehatan bagi penderita fraktur kompresi

5.2.2 Pelayanan Kesehatan di Rumah Sakit Pusat Persahabatan

5.2.2.1 Karya ilmiah ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi rumah

sakit dalam memberikan pelayanan kesehatan bagi pasien dengan

fraktur kompresi post dekompresi dan stabilisasi

5.2.3 Penelitian

5.2.3.1 Karya ilmiah ini dapat dijadikan data dasar dan pengembangan ide

untuk penelitian yang selanjutnya yang berkaitan dengan asuhan

keperawatan pada klien fraktur kompresi

Edukasi latihan..., Mujiati Alifah, FIK UI, 2013

Page 71: KARYA ILMIAH AKHIR - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351533-PR-Mujiati Alifah.pdf · seperti jatuh dari ketinggian akibat kecelakaan kerja yang terjadi di kota ... kebakaran,

58 Universitas Indonesia

DAFTAR PUSTAKA

Anderson, E.T., McFarlane, J. (2006).Buku ajar keperawatan komunitas : teori

dan praktik. Alih bahasa : Agus, S et. al. Edisi 3. Jakarta : EGC.

Apley, A.G., & Solomon, L. (1995). Ortopedi dan Fraktur Sistem Apley. Aliha

bahasa : Edi Nugroho. Edisi ke-7. Jakarta : Widya Medika

Black, J.M., & Hawks, J.H. (2009). Medical surgical nursing clinical

management for positive outcomes . St.Louis : Elsevier.

Benzel, et al. (1986). Functional recovery after decopressive operation for

thoracic and lumbar spine fracture.Neurosurgery.1986; 19.772 -8

Cahoj, et al (2007). Efficacy of percutaneous vertebral augmentation and use of

physical therapy intervention following vertebral compression fractures in

older adults ; a systematic review. Journal of geriatric physical therapy.

Proquest Literature.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (2008). Riset Kesehatan Dasar

(Riskesdas) 2007. Jakarta : BPPK Depkes RI.

Depkes. (1996). Pedoman Pemantauan Penilaian Program Perawatan Kesehatan

Masyarakat. Depkes: Jakarta.

Depkes. (2004). Sistem Kesehatan Nasional. Retrieved from http://dinkes.

bantulkab.go.id/documents/20090721100343-skn-2004.pdf. Diunduh tanggl 26

Juni 2013, pukul 18.00.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (2009). Profil kesehatan Indonesia

2008. Jakarta : BPPK Depkes RI.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia (2007). Terapi tulang.

www.depkes.go.id/images/themes/theme_dreams diunduh pada tanggal 27

Juni 2013.

Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi (2007). Kecelakaan kerja di

Indonesia. Jakarta : Depnakertrans RI.

Hanafiah, H (2007). Penatalaksanaan trauma spinal. Majalah Kedokteran

Nusantara. Vol 40 no. 2. Medan : Universitas Sumatera Utara.

Edukasi latihan..., Mujiati Alifah, FIK UI, 2013

Page 72: KARYA ILMIAH AKHIR - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351533-PR-Mujiati Alifah.pdf · seperti jatuh dari ketinggian akibat kecelakaan kerja yang terjadi di kota ... kebakaran,

59

Universitas Indonesia

Handayani,T.S (2003). Pengaruh kelemahan elemen program keselamatan dan

kesehatan kerja (K3) terhadap kecelakaan kerja pada proyek konstruksi.

Depok : Skripsi FT.

Hanna, J., Letizia, M (2007). Kyphoplasty : a treatment for osteoporotic vertebral

compression fracture. Orthopaedic Nursing. vol. 26 number 6. Proquest

Literature.

Jamsostek (2012). Angka kecelakaan kerja lima tahun terakhir cenderung naik.

www.poskotanews.com /2012/06/01 angka-kecelakaan-kerja-lima-tahun-

terakhir-cenderung-naik diunduh pada tanggal 27 Juni 2013

Kelompok Dasar Keperawatan dan Keperawatan Dasar FIK UI. (2006). Panduan

praktikum keperawatan dasar 1. Jakarta: Lembaga Penerbit FE UI.

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia (2011). Profil Kesehatan Indonesia

2010.http://www.depkes.go.id/downloads/PROFIL_KESEHATAN_INDO

NESIA_2010, diperoleh tanggal 25 Juni 2013

Maher, A.B, et al. (2002). Orthopaedic nursing. Philadelphia : WB saunders

company.

Mayendra, O. (2009). Analisa penyebab kecelakaan berulang di PT X. Depok :

Skripsi FKM.

McGuire, et al. (1997). Spinal instability and the log-rolling maneuveur. J

Trauma-Injury Infection and Critical Care. 1997;27;525-531.

Meeks, S. (2003). The challenge of osteoporosis vertebral compression fracture

cae. Gerinotes. Vol. 9, no. 1

Mirza, et al (1999). Early versus delayed surgery for acute cervical spinal cord

injury. Clin Orthop. 1999; 359: 104 -14.

Natali, C (2007). Physiotherapy advice following spinal decompression.

www.aaspines.com/all-about-spines-back-and-neck-pain-clinic diunduh

pada tanggal 10 Juli 2013 pukul 12.15 WIB.

Nurhidayat, W (2012). Angka kecelakaan kerja di RI masih tinggi.

www.detikfinance.com/read/2012/10/16/120952/2063698/angka-

kecelakaa-kerja-di-ri-masih-tinggi diunduh pada tanggal 27 Juni 2013

Nuffield Orthopaedic Centre. (2007). Information and exercises following back

surgery. Oxford : NHS.

Edukasi latihan..., Mujiati Alifah, FIK UI, 2013

Page 73: KARYA ILMIAH AKHIR - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351533-PR-Mujiati Alifah.pdf · seperti jatuh dari ketinggian akibat kecelakaan kerja yang terjadi di kota ... kebakaran,

60

Universitas Indonesia

Novita, D (2012) .Pengaruh terapi musik terhadap nyeri post operasi open

reduction and internal fixation (ORIF) di RSUD DR. H. Abdul Moeloek

Propinsi Lampung, Depok : Tesis FIK UI

Potter, P. and Perry, A. (2005). Buku ajar fundamental keperawatan: konsep,

proses, dan praktis. (Yasmin Asih [et al], Penerjemah). Ed 4. Jakarta:

EGC.

Powell, M (1970). Orthopaedic nursing. Sixth edition. Edinburgh : Longman

Goup Limited

Prasetiyo, G (2009). Analisa risiko bahaya keselamatan pekerja kontraktor yang

menggunakan scafolding pada renovasi gedung PAU Universitas

Indonesia tahun 2009. Depok : Skripsi FKM

Price, S. A. (2006). Patofisiologi: konsep klinis proses-proses penyakit. Ed. 4.

Jakarta: EGC

Salas, M.D (2002). Thoracalumbar and lumbar burst fractures. Thomas Jefferson

University Hospital.

Sinaki, M (2012). Exercise for patient with osteoporosis : management of

vertebral compression fracture and trunk strengthning for fall prevention.

American Academy of Physical Medicine and Rehabilitation. Vol.4-882-

888. DOI: 10.1016/j.pmrj.2012.10.008.

Sloane, E. (2003). Anatomi dan fisiologi untuk pemula. Jakarta : EGC.

Sherwood, L (2001). Fisiologi manusia : dari sel ke sistem.alih bahasa : Brahm U

Jakarta : EGC.

Smeltzer, S. C. (2002). Buku ajar keperawatan medikal bedah Brunner & Suddart.

Ed. 8. Jakarta: EGC

Woodhouse, D (2003). Case report : post traumatic compression fracture. Clinical

chiropratic jornal. DOI : 10. 1016/S1479-2354 (03)0020-8

Vines. (2010). Rehabilitation after shoulder dislocation : information fo patients.

London : Physiotherapy Department Oxford Radcliffe Hospitals.

Edukasi latihan..., Mujiati Alifah, FIK UI, 2013

Page 74: KARYA ILMIAH AKHIR - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351533-PR-Mujiati Alifah.pdf · seperti jatuh dari ketinggian akibat kecelakaan kerja yang terjadi di kota ... kebakaran,

Lampiran 1 CATATAN PERKEMBANGAN KLIEN

Tanggal Diagnosa Implementasi Evaluasi 27/05/13 Kerusakan mobilitas fisik

DS: • Klien mengatakan kurang bergerak

dan aktifitas banyak dilakukan di tempat tidur dan banyak dibantu.

DO : • Terdapat closed fraktur di bahu

kanan dan tulang belakang (L1) • Klien tampak kesulitan melakukan

pergerakan dan hanya berbaring telentang di tempat tidur

• ROM pada tangan kanan terbatas karena terpasang elastic verban post closed reposition

• Barthel Indeks skor 2 (pasien dengan total care)

• Mengkaji derajat mobilitas yang dihasikan oleh cedera/pengobatan dan perhatikan persepsi pasien terhadap imobilisasi

• Mempertahankan posisi punggung lurus saat tidur

• Menginstruksikan dan berikan pengawasan latihan RPS pada ekstremitasbawah

• Memberikan semangat dan dukungan terhadap program latihan

• Membuat jadwal latihan teratur setiap hari sesuai kondisi klien

• Membantu keluarga untuk melakukan perawatan diri klien

• Mengukur tanda-tanda vital klien Kolaborasi • Melakukan konsul dengan ahli terapi

fisik/okupasi dan atau rehabilitasi medik

S : • Klien mengatakan tidak dapat menggerakkan

tubuhnya karena merasa sakit. • Klien mengatakan akan menggunakan tangan

kirinya untuk melakukan aktivitas seperti makan, minum.

O:

• Klien dapat melakukan RPS aktif pada tangan kiri

• Klien dibantu melakukan RPS pasif berupa fleksi dan ekstensi pada kedua lutut

• Klien tidak dapat menggerakkan tangan kanan karena dibalut elastic verban

• Klien tidak dapat merubah posisi karena nyeri

• Klien sudah menggunakan tangan kiri untuk minum, makan

• Klien melakukan perawatan diri 1 kali sehari dibantu oleh keluarga

• TTV : TD : 120/80 N : 88 S : 36,4 RR : 20 A : Masalah kerusakan mobilitas fisik belum teratasi P :

• Pantau aktivitas klien • Ajarkan RPS aktif dan pasif

Edukasi latihan..., Mujiati Alifah, FIK UI, 2013

Page 75: KARYA ILMIAH AKHIR - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351533-PR-Mujiati Alifah.pdf · seperti jatuh dari ketinggian akibat kecelakaan kerja yang terjadi di kota ... kebakaran,

• Pantau TTV klien • Pantau perawatan diri klien

Nyeri akut DS: • Klien mengatakan nyeri pada tangan

kanan dan area pinggang jika klien melakukan pergerakkan

DO: • Ekspresi wajah tampak meringis

kesakitan saat klien mencoba bergerak

• Klien berteriak kesakitan ketika area yang nyeri digerakkan

• Tangan : skala nyeri 4-5 di area bahu kanan, nyeri jika digerakkan, terbalut elastic verban.

• Pinggang : skala nyeri 8, di area pinggang, sangat nyeri jika digerakkan

• Hasil radiologi menunjukkan bahwa klien mengalami fraktur dislokasi bahu kanandan fraktur kompresi L1

• Mempertahankan imobilisasi bagian yang sakit dengan tirah baring, gips, pembebat, traksi

• Minta klien untuk menjelaskan ketidaknyaman

• Memberikan posisi yang nyaman bagi klien

• Mengajarkan klien teknik modifikasi nyeri : teknik nafas dalam dan istighfar

• Memantau keefektifan pemberian terapi medis

Kolaborasi • Memberikan obat sesuai indikasi :

analgetik berupa ketorolak 30 mg

S : • Klien mengatakan masih nyeri dan takut

menggerakkan area pinggang • Klien mengatakan kedua kaki terasa baal dan

kebas O :

• Tangan : skala nyeri 3-4, nyeri ketika digerakkan, bengkak (-), kemerahan (-), tangan terbalut elastic verban

• Pinggang : skala nyeri berkurang,, bengkak (-), kemerahan (-), nyeri tekan (-)

• Klien melakukan teknik nafas dalam dan istighfar saat merasa nyeri

• Klien diberikan ketorolak sesuai dosis yang diresepkan

• Nyeri berkurang ketika diberikan terapi obat A : masalah nyeri akut teratasi sebagian P :

• Pantau nyeri klien • Pantau TTV klien • Pantau pelaksanaan teknik nafas dalam dan

istighfar untuk mengurangi nyeri • Pantau respon klien terhadap obat yang

diberikan 28/05/13 Kerusakan mobilitas fisik

DS:

• Mengkaji derajat mobilitas yang dihasikan oleh cedera/pengobatan dan perhatikan persepsi pasien terhadap

S : • Klien mengatakan bahwa ia tidak dapat

menggerakkan tubuhnya karena merasa sakit.

Edukasi latihan..., Mujiati Alifah, FIK UI, 2013

Page 76: KARYA ILMIAH AKHIR - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351533-PR-Mujiati Alifah.pdf · seperti jatuh dari ketinggian akibat kecelakaan kerja yang terjadi di kota ... kebakaran,

• Klien mengatakan ia kurang bergerak dan aktifitas banyak dilakukan di tempat tidur dan banyak dibantu.

DO : • Terdapat closed fraktur di bahu

kanan dan tulang belakang (L1) • Klien tampak kesulitan melakukan

pergerakan dan hanya berbaring telentang di tempat tidur

• ROM pada tangan kanan terbatas

imobilisasi • Mempertahankan posisi punggung lurus

saat tidur • Menginstruksikan dan berikan

pengawasan latihan RPS pada ekstremitasbawah

• Memberikan semangat dan dukungan terhadap program latihan

• Membuat jadwal latihan teratur setiap hari sesuai kondisi klien

• Membantu keluarga untuk melakukan perawatan diri klien

• Mengukur tanda-tanda vital klien Kolaborasi • Konsul dengan ahli terapi fisik/okupasi

dan atau rehabilitasi medik

• Klien mengatakan akan menggunakan tangan kirinya untuk melakukan aktivitas seperti makan, minum.

O:

• Klien dapat melakukan RPS sesuai jadwal yaitu 1 kali sehari

• Klien melakukan RPS aktif pada area tangan kiri

• Klien dibantu melakukan RPS pasif berupa fleksi dan ekstensi serta abduksi dan adduksi

• Klien tidak dapat menggerakkan tangan kanan karena dibalut elastic verban

• Klien tidak dapat merubah posisi karena nyeri

• Klien melakukan perawatan diri 1 kali sehari dibantu oleh keluarga

• TTV : TD : 130/80 N : 88 S : 36,4 RR : 20 A : Masalah kerusakan mobilitas fisik belum teratasi P :

• Pantau aktivitas klien • Ajarkan RPS aktif dan pasif • Pantau TTV klien • Pantau perawatan diri klien

Nyeri akut DS: • Klien mengatakan nyeri pada tangan

• Mempertahankan imobilisasi bagian yang sakit dengan tirah baring, gips, pembebat, traksi

• Minta klien untuk menjelaskan ketidaknyaman

S : • Klien mengatakan masih nyeri dan takut

menggerakkan area pinggang, nyeri hilang timbul

• Klien mengatakan nyeri berkurang setelah

Edukasi latihan..., Mujiati Alifah, FIK UI, 2013

Page 77: KARYA ILMIAH AKHIR - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351533-PR-Mujiati Alifah.pdf · seperti jatuh dari ketinggian akibat kecelakaan kerja yang terjadi di kota ... kebakaran,

kanan dan area pinggang jika klien melakukan pergerakkan

DO: • Ekspresi wajah tampak meringis

kesakitan saat klien mencoba bergerak

• Klien berteriak kesakitan ketika area yang nyeri digerakkan

• Tangan : skala nyeri 4-5 di area bahu kanan, nyeri jika digerakkan, terbalut elastic verban.

• Pinggang : skala nyeri 8, di area pinggang, sangat nyeri jika digerakkan, nyeri hilang timbul

• Hasil radiologi menunjukkan bahwa klien mengalami fraktur dislokasi bahu kanandan fraktur kompresi L1

• Memberikan posisi yang nyaman bagi klien

• Mengajarkan klien teknik modifikasi nyeri : teknik nafas dalam dan istighfar

• Memantau keefektifan pemberian terapi medis

Kolaborasi • Memberikan obat sesuai indikasi :

analgetik berupa ketorolak 30 mg

diberikan obat analgetik O :

• Tangan : skala nyeri 3, nyeri ketika digerakkan, bengkak (-), kemerahan (-), tangan terbalut elastic verban

• Pinggang : skala nyeri berkurang, sangat nyeri meski digeser sedikit, bengkak (-), kemerahan (-), nyeri tekan (-)

• Klien melakukan teknik nafas dalam saat merasa nyeri

• Klien diberikan ketorolak sesuai dosis yang diresepkan

A : masalah nyeri akut teratasi sebagian P :

• Pantau nyeri klien • Pantau TTV klien • Pantau pelaksanaan teknik nafas dalam untuk

mengurangi nyeri • Pantau respon klien terhadap obat yang

diberikan 29/05/13 Kerusakan mobilitas fisik

DS: • Klien mengatakan ia kurang

bergerak dan aktifitas banyak dilakukan di tempat tidur dan banyak dibantu.

DO :

• Mengkaji derajat mobilitas yang dihasikan oleh cedera/pengobatan dan perhatikan persepsi pasien terhadap imobilisasi

• Mempertahankan posisi punggung lurus saat tidur

• Menginstruksikan dan berikan pengawasan latihan RPS pada ekstremitasbawah

S : • Klien mengatakan bahwa ia tidak dapat

menggerakkan tubuhnya karena merasa sakit. • Klien mengatakan akan menggunakan tangan

kirinya untuk melakukan aktivitas seperti makan, minum.

O:

• Klien melakukan RPS sesuai jadwal yang

Edukasi latihan..., Mujiati Alifah, FIK UI, 2013

Page 78: KARYA ILMIAH AKHIR - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351533-PR-Mujiati Alifah.pdf · seperti jatuh dari ketinggian akibat kecelakaan kerja yang terjadi di kota ... kebakaran,

• Terdapat closed fraktur di bahu kanan dan tulang belakang (L1)

• Klien tampak kesulitan melakukan pergerakan dan hanya berbaring telentang di tempat tidur

• ROM pada tangan kanan terbatas

• Memberikan semangat dan dukungan terhadap program latihan

• Membuat jadwal latihan teratur setiap hari sesuai kondisi klien

• Membantu keluarga untuk melakukan perawatan diri klien

• Mengukur tanda-tanda vital klien Kolaborasi • Konsul dengan ahli terapi fisik/okupasi

dan atau rehabilitasi medik

disepakati yaitu 1 kali sehari • Klien menggunakan tangan kiri untuk

beraktivitas secara normal • Klien tidak dapat menggerakkan tangan

kanan karena dibalut elastic verban • Klien tidak dapat merubah posisi karena

nyeri • Klien dapat menggunakan tangan kiri untuk

makan dan beraktivitas • Klien melakukan perawatan diri 1 kali sehari

dibantu oleh keluarga • TTV : TD : 130/90 N : 84 S : 36,2 RR : 18

A : Masalah kerusakan mobilitas fisik belum teratasi P :

• Pantau aktivitas klien • Ajarkan RPS aktif dan pasif • Pantau TTV klien • Pantau perawatan diri klien

Nyeri akut DS: • Klien mengatakan nyeri pada tangan

kanan dan area pinggang jika klien melakukan pergerakkan

DO: • Ekspresi wajah tampak meringis

kesakitan saat klien mencoba

• Mempertahankan imobilisasi bagian yang sakit dengan tirah baring, gips, pembebat, traksi

• Minta klien untuk menjelaskan ketidaknyaman

• Memberikan posisi yang nyaman bagi klien

• Mengajarkan klien teknik modifikasi nyeri : teknik nafas dalam dan istighfar

• Memantau keefektifan pemberian terapi medis

S : • Klien mengatakan masih nyeri dan takut

menggerakkan area pinggang hilang timbul • Klien mengatakan nyeri berkurang setelah

diberikan obat analgetik O :

• Tangan : skala nyeri 3, nyeri ketika digerakkan, bengkak (-), kemerahan (-), tangan terbalut elastic verban

• Pinggang : skala nyeri berkurang, sangat

Edukasi latihan..., Mujiati Alifah, FIK UI, 2013

Page 79: KARYA ILMIAH AKHIR - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351533-PR-Mujiati Alifah.pdf · seperti jatuh dari ketinggian akibat kecelakaan kerja yang terjadi di kota ... kebakaran,

bergerak • Klien berteriak kesakitan ketika area

yang nyeri digerakkan • Tangan : skala nyeri 3-4 di area bahu

kanan, nyeri jika digerakkan, terbalut elastic verban.

• Pinggang : skala nyeri 10, di area pinggang, sangat nyeri jika digerakkan

• Hasil radiologi menunjukkan bahwa klien mengalami fraktur dislokasi bahu kanandan fraktur kompresi L1

Kolaborasi • Memberikan obat sesuai indikasi :

analgetik berupa ketorolak 30 mg

nyeri meski digeser sedikit, bengkak (-), kemerahan (-), nyeri tekan (-)

• Klien melakukan teknik nafas dalam dan istighfar saat merasa nyeri

• Klien diberikan ketorolak sesuai dosis yang diresepkan

A : masalah nyeri akut teratasi sebagian P :

• Pantau nyeri klien • Pantau TTV klien • Pantau pelaksanaan teknik nafas dalam untuk

mengurangi nyeri • Pantau respon klien terhadap obat yang

diberikan 30/05/13 Kerusakan mobilitas fisik

DS: • Klien mengatakan ia kurang

bergerak dan aktifitas banyak dilakukan di tempat tidur dan banyak dibantu.

DO : • Terdapat closed fraktur di bahu

kanan dan tulang belakang (L1) • Klien tampak kesulitan melakukan

pergerakan dan hanya berbaring telentang di tempat tidur

• Elastic verban pada tangan kanan sudah dibuka (1 mingggu telah

• Mengkaji derajat mobilitas yang dihasikan oleh cedera/pengobatan dan perhatikan persepsi pasien terhadap imobilisasi

• Mempertahankan posisi punggung lurus saat tidur

• Mengajarkan teknik nafas dalam sebagai penguatan pernafasan setelah operasi

• Menginstruksikan dan berikan pengawasan latihan RPS pada ekstremitasbawah

• Memberikan semangat dan dukungan terhadap program latihan

• Membuat jadwal latihan teratur setiap hari sesuai kondisi klien

S : • Klien mengatakan bahwa ia belum dapat

menggerakkan tubuhnya terutama pinggangnya

• Klien mengatakan akan menggunakan tangan kirinya untuk melakukan aktivitas seperti makan, minum.

• Klien mengatakan akan mengikuti program rehabilitasi sesuai hasil diskusi : latihan ubah posisi tidur dan melanjutkan latihan RPS

O:

• Klien dapat melakukan RPS aktif pada tangan kiri

• Keluarga melakukan RPS pasif berupa fleksi dan ekstensi pada kedua lutut

Edukasi latihan..., Mujiati Alifah, FIK UI, 2013

Page 80: KARYA ILMIAH AKHIR - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351533-PR-Mujiati Alifah.pdf · seperti jatuh dari ketinggian akibat kecelakaan kerja yang terjadi di kota ... kebakaran,

imobilisasi) • Klien telah dilakukan tindakan

operatif : dekompresi dan stabilisasi

• Membantu keluarga untuk melakukan perawatan diri klien

• Mengukur tanda-tanda vital klien • Memantau kondisi tangan kanan post

pembukaan perban : meminta klien meluruskan tangan dan mengkaji kekuatan otot tangan kanan

Kolaborasi • Konsul dengan ahli terapi fisik/okupasi

dan atau rehabilitasi medik

• Elastic verban tangan kanan sudah dibuka • Klien tidak mau menggerakkan tangan kanan

karena takut • Hasil pengkajian : 4 4 4 4 • Klien belum dapat merubah posisi tidur

karena nyeri • Klien dapat menggunakan tangan kiri untuk

makan dan beraktivitas • Klien melakukan perawatan diri 1 kali sehari

dibantu oleh keluarga • TTV : TD : 130/90 N : 90 S : 36,7 RR : 22

A : Masalah kerusakan mobilitas fisik belum teratasi P :

• Pantau aktivitas klien • Pantau kondisi post op klien • Ajarkan RPS aktif dan pasif • Pantau TTV klien • Pantau perawatan diri klien

Nyeri akut DS: • Klien mengatakan nyeri pada tangan

kanan dan area pinggang jika klien melakukan pergerakkan

DO:

• Mempertahankan imobilisasi bagian yang sakit dengan tirah baring, gips, pembebat, traksi

• Minta klien untuk menjelaskan ketidaknyaman

• Memberikan posisi yang nyaman bagi klien

• Mengajarkan klien teknik modifikasi nyeri : teknik nafas dalam dan istighfar

• Memantau keefektifan pemberian terapi

S : • Klien mengatakan masih nyeri namun sudah

berkurang setelah dioperasi • Klien mengatakan kedua kaki terasa

kesemutan • Klien mengatakan nyeri di tangan sudah

berkurang O :

• Tangan : skala nyeri 2-3, nyeri ketika

Edukasi latihan..., Mujiati Alifah, FIK UI, 2013

Page 81: KARYA ILMIAH AKHIR - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351533-PR-Mujiati Alifah.pdf · seperti jatuh dari ketinggian akibat kecelakaan kerja yang terjadi di kota ... kebakaran,

• Ekspresi wajah tampak meringis kesakitan saat klien mencoba bergerak

• Klien berteriak kesakitan ketika area yang nyeri digerakkan

• Tangan : skala nyeri 2-3 di area bahu kanan, nyeri jika digerakkan

• Pinggang : skala nyeri 6-7, di area pinggang

• Klien post operasi dekompresi dan stabilisasi

medis Kolaborasi • Memberikan obat sesuai indikasi :

analgetik berupa ketorolak 30 mg

digerakkan, bengkak (-), kemerahan (-) • Pinggang : skala nyeri 6-7, bengkak (-),

kemerahan (-), nyeri tekan (-) • Klien melakukan teknik nafas dalam dan

istighfar saat merasa nyeri • Klien diberikan ketorolak sesuai dosis yang

diresepkan A : masalah nyeri teratasi sebagian P :

• Pantau nyeri klien • Pantau TTV klien • Pantau pelaksanaan teknik nafas dalam dan

istighfar untuk mengurangi nyeri • Pantau respon klien terhadap obat yang

diberikan 31/05/13 Kerusakan mobilitas fisik

DS: • Klien mengatakan ia kurang

bergerak dan aktifitas banyak dilakukan di tempat tidur dan banyak dibantu.

DO : • Terdapat closed fraktur di bahu

kanan dan tulang belakang (L1) • Klien tampak kesulitan melakukan

pergerakan dan hanya berbaring telentang di tempat tidur

• ROM pada tangan kanan terbatas

• Mempertahankan posisi punggung lurus saat tidur

• Mengajarkan teknik nafas dalam sebagai penguatan pernafasan setelah operasi

• Menginstruksikan dan berikan pengawasan latihan RPS pada ekstremitasbawah

• Melakukan perubahan posisi tidur dengan log roll (miring kanan-kiri)

• Memberikan semangat dan dukungan terhadap program latihan

• Membuat jadwal latihan teratur setiap hari sesuai kondisi klien

• Membantu keluarga untuk melakukan

S : • Klien mengatakan sudah menggerakkan

tangan kanan meski terbatas • Klien mengatakan masih belum

menggerakkan posisi tubuh O:

• Klien dapat merubah posisi tidur miring kiri-kanan 2 kali

• Klien dapat menggunakan tangan kiri dan kanan untuk makan dan beraktivitas

• Keluarga melakukan RPS pasif pada ekstremitas bawah sesuai jadwal (2 kali sehari)

• Klien mencoba melakukan RPS aktif pada tangan dan bahu kanan

Edukasi latihan..., Mujiati Alifah, FIK UI, 2013

Page 82: KARYA ILMIAH AKHIR - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351533-PR-Mujiati Alifah.pdf · seperti jatuh dari ketinggian akibat kecelakaan kerja yang terjadi di kota ... kebakaran,

perawatan diri klien • Mengukur tanda-tanda vital klien • Memantau kondisi tangan kanan post

pembukaan perban : membantu klien melakukan RPS sesuai kondisi post dislokasi sendi bahu

• Memberikan penkes mengenai tindakan yang mesti dihindari pada pergerakan tangan kanan klien

Kolaborasi • Konsul dengan ahli terapi fisik/okupasi

dan atau rehabilitasi medik • Mendiskusikan penggunaan brace dan

kursi roda

• Klien melakukan perawatan diri 1 kali sehari dibantu oleh keluarga

• TTV : TD : 120/90 N : 88 S : 36,7 RR : 20 A : Masalah kerusakan mobilitas fisik teratasi sebagian P :

• Pantau aktivitas klien • Pantau kondisi post op klien • Ajarkan RPS aktif dan pasif sesuai jadwal • Pantau TTV klien • Pantau perawatan diri klien

Nyeri akut DS: • Klien mengatakan nyeri pada tangan

kanan dan area pinggang jika klien melakukan pergerakkan

DO: • Ekspresi wajah tampak meringis

kesakitan saat klien mencoba bergerak

• Klien berteriak kesakitan ketika area

• Mempertahankan imobilisasi bagian yang sakit dengan tirah baring, gips, pembebat, traksi

• Minta klien untuk menjelaskan ketidaknyaman

• Memberikan posisi yang nyaman bagi klien

• Mengajarkan klien teknik modifikasi nyeri : teknik nafas dalam dan istighfar

• Memantau nyeri ketika dilakukan ubah posisi tidur dan RPS pada tangan kanan

• Memantau keefektifan pemberian terapi medis

S : • Klien mengatakan nyeri di tangan dan

pinggang sudah berkurang • Klien mengatakan kakinya sudah tidak kebas

dan baal

O :

• Tangan : skala nyeri 2, nyeri ketika digerakkan, bengkak (-), kemerahan (-)

• Pinggang : skala nyeri 5, nyeri ketika dilakukan perubahan posisi tidur, bengkak (-), kemerahan (-), nyeri tekan (-)

Edukasi latihan..., Mujiati Alifah, FIK UI, 2013

Page 83: KARYA ILMIAH AKHIR - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351533-PR-Mujiati Alifah.pdf · seperti jatuh dari ketinggian akibat kecelakaan kerja yang terjadi di kota ... kebakaran,

yang nyeri digerakkan • Tangan : skala nyeri 2 di area bahu

kanan, nyeri jika digerakkan • Pinggang : skala nyeri 6-7, di area

pinggang, sangat nyeri jika digerakkan

• Hasil radiologi menunjukkan bahwa klien mengalami fraktur dislokasi bahu kanandan fraktur kompresi L1

Kolaborasi • Memberikan obat sesuai indikasi :

analgetik berupa ketorolak 30 mg

• Klien melakukan teknik nafas dalam dan istighfar saat merasa nyeri

• Klien diberikan ketorolak sesuai dosis yang diresepkan

A : masalah nyeri akut teratasi P :

• Pantau nyeri klien • Pantau TTV klien • Pantau pelaksanaan teknik nafas dalam untuk

mengurangi nyeri • Pantau respon klien terhadap obat yang

diberikan 1/06/13 Kerusakan mobilitas fisik

DS: • Klien mengatakan ia kurang

bergerak dan aktifitas banyak dilakukan di tempat tidur dan banyak dibantu.

DO : • Terdapat closed fraktur di bahu

kanan dan tulang belakang (L1) • Klien tampak kesulitan melakukan

pergerakan dan hanya berbaring telentang di tempat tidur

• ROM pada tangan kanan terbatas

• Mempertahankan posisi punggung lurus saat tidur

• Mengajarkan teknik nafas dalam sebagai penguatan pernafasan setelah operasi

• Menginstruksikan dan berikan pengawasan latihan RPS pada ekstremitasbawah

• Melakukan perubahan posisi tidur dengan log roll (miring kanan-kiri)

• Memberikan semangat dan dukungan terhadap program latihan

• Membuat jadwal latihan teratur setiap hari sesuai kondisi klien (2 kali sehari @ 10 menit)

• Membantu keluarga untuk melakukan perawatan diri klien

• Mengukur tanda-tanda vital klien

S : • Klien mengatakan sudah menggerakkan

tangan kanan • Klien mengatakan sudah mulai nyaman

ketika dilakukan perubahan posisi tubuh

O: • Klien dapat melakukan RPS aktif pada

tangan kiri dan RPS aktif assistif pada tangan kanan

• Keluarga melakukan RPS pasif pada ekstremitas bawah (kedua kaki)

• Klien dilakukan perubahan posisi miring kanan-kiri ( 3 kali sehari)

• Klien melakukan perawatan diri 2 kali sehari dibantu oleh keluarga

• TTV : TD : 120/70 N : 86 S : 36,7 RR : 20

Edukasi latihan..., Mujiati Alifah, FIK UI, 2013

Page 84: KARYA ILMIAH AKHIR - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351533-PR-Mujiati Alifah.pdf · seperti jatuh dari ketinggian akibat kecelakaan kerja yang terjadi di kota ... kebakaran,

• Membantu klien melakukan RPS sesuai kondisi post dislokasi sendi bahu

Kolaborasi • Konsul dengan ahli terapi fisik/okupasi

dan atau rehabilitasi medik • Mendiskusikan penggunaan brace dan

kursi roda

A : Masalah kerusakan mobilitas fisik teratasi sebagian P :

• Pantau aktivitas klien • Pantau jadwal latihan RPS klien • Pantau TTV klien • Pantau perawatan diri klien

Nyeri akut DS: • Klien mengatakan nyeri pada tangan

kanan dan area pinggang jika klien melakukan pergerakkan

DO: • Ekspresi wajah tampak meringis

kesakitan saat klien mencoba bergerak

• Klien berteriak kesakitan ketika area yang nyeri digerakkan

• Tangan : skala nyeri 1-2 di area bahu kanan, nyeri jika digerakkan terlalu sering

• Pinggang : skala nyeri 5, di area pinggang, sangat nyeri jika digerakkan

• Hasil radiologi menunjukkan bahwa

• Mempertahankan imobilisasi bagian yang sakit dengan tirah baring, gips, pembebat, traksi

• Minta klien untuk menjelaskan ketidaknyaman

• Memberikan posisi yang nyaman bagi klien

• Mengajarkan klien teknik modifikasi nyeri : teknik nafas dalam dan istighfar

• Memantau keefektifan pemberian terapi medis

S : • Klien mengatakan masih nyeri dan takut

menggerakkan area pinggang • Klien mengatakan kedua kaki terasa baal dan

kebas • Klien mengatakan nyeri di tangan dan

pinggang sudah berkurang O :

• Tangan : skala nyeri 1-2, nyeri ketika digerakkan terlalu sering, bengkak (-), kemerahan (-)

• Pinggang : skala nyeri 5, nyeri saat dilakukan ubah posisi, bengkak (-), kemerahan (-), nyeri tekan (-)

• Klien melakukan teknik nafas dalam dan istighfar saat merasa nyeri

A : masalah nyeri akut teratasi P :

Edukasi latihan..., Mujiati Alifah, FIK UI, 2013

Page 85: KARYA ILMIAH AKHIR - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351533-PR-Mujiati Alifah.pdf · seperti jatuh dari ketinggian akibat kecelakaan kerja yang terjadi di kota ... kebakaran,

klien mengalami fraktur dislokasi bahu kanandan fraktur kompresi L1

• Pantau nyeri klien • Pantau TTV klien • Pantau pelaksanaan teknik nafas dalam dan

istighfar untuk mengurangi nyeri • Pantau respon klien terhadap penghentian

obat nyeri 3/06/13 Kerusakan mobilitas fisik

DS: • Klien mengatakan ia kurang

bergerak dan aktifitas banyak dilakukan di tempat tidur dan banyak dibantu.

DO : • Terdapat closed fraktur di bahu

kanan dan tulang belakang (L1) • Klien tampak kesulitan melakukan

pergerakan dan hanya berbaring telentang di tempat tidur

• ROM pada tangan kanan terbatas

• Mempertahankan posisi punggung lurus saat tidur

• Mengajarkan teknik nafas dalam sebagai penguatan pernafasan setelah operasi

• Menginstruksikan dan berikan pengawasan latihan RPS pada ekstremitasbawah

• Melakukan perubahan posisi tidur dengan log roll (miring kanan-kiri)

• Memberikan semangat dan dukungan terhadap program latihan

• Membuat jadwal latihan teratur setiap hari sesuai kondisi klien

• Membantu keluarga untuk melakukan perawatan diri klien

• Mengukur tanda-tanda vital klien • Memantau kondisi tangan kanan post

pembukaan perban : membantu klien melakukan RPS sesuai kondisi post dislokasi sendi bahu

• Memberikan penkes mengenai tindakan yang mesti dihindari pada pergerakan tangan kanan klien

S : • Klien mengatakan sudah menggerakkan

tangan kanan untuk beraktivitas • Klien belum mampu menggerakkan posisi

tubuh O:

• Klien melakukan RPS sesuai jadwal • Klien menggunakan tangan kanan untuk

aktivitas ringan seperti makan-minum • Klien belum dapat menggerakkan kedua kaki • Klien dibantu melakukan perubahan posisi

tidur (miring kanan-kiri) per 4 jam • Klien dapat menggunakan tangan kiri dan

kanan untuk makan dan beraktivitas • Klien melakukan perawatan diri 2 kali sehari

dibantu oleh keluarga • TTV : TD : 130/90 N : 86 S : 36,7 RR : 20

A : Masalah kerusakan mobilitas fisik teratasi sebagian P :

• Pantau aktivitas klien • Pantau kondisi post op klien • Pantau jadwal latihan RPS • Berikan reinforcement positif jika klien

Edukasi latihan..., Mujiati Alifah, FIK UI, 2013

Page 86: KARYA ILMIAH AKHIR - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351533-PR-Mujiati Alifah.pdf · seperti jatuh dari ketinggian akibat kecelakaan kerja yang terjadi di kota ... kebakaran,

Kolaborasi • Konsul dengan ahli terapi fisik/okupasi

dan atau rehabilitasi medik • Mendiskusikan penggunaan brace dan

kursi roda

melakukan latihan dengan benar • Pantau perawatan diri klien

Nyeri akut DS: • Klien mengatakan nyeri pada tangan

kanan dan area pinggang jika klien melakukan pergerakkan

DO: • Ekspresi wajah tampak meringis

kesakitan saat klien mencoba bergerak

• Klien berteriak kesakitan ketika area yang nyeri digerakkan

• Tangan : skala nyeri 1- 2 di area bahu kanan, nyeri jika digerakkan terlalu sering

• Pinggang : skala nyeri 5, di area pinggang, sangat nyeri jika digerakkan

• Mempertahankan imobilisasi bagian yang sakit dengan tirah baring, gips, pembebat, traksi

• Minta klien untuk menjelaskan ketidaknyaman

• Memberikan posisi yang nyaman bagi klien

• Mengajarkan klien teknik modifikasi nyeri : teknik nafas dalam dan istighfar

• Memantau keefektifan pemberian terapi medis

S : • Klien mengatakan nyeri di tangan dan

pinggang sudah berkurang O :

• Tangan : skala nyeri 1- 2, nyeri ketika digerakkan, bengkak (-), kemerahan (-)

• Pinggang : skala nyeri4- 5, bengkak (-), kemerahan (-), nyeri tekan (-)

• Klien melakukan teknik nafas dalam dan istighfar saat merasa nyeri

A : masalah nyeri akut teratasi P :

• Pantau nyeri klien • Pantau TTV klien • Pantau pelaksanaan teknik nafas dalam dan

istighfar untuk mengurangi nyeri • Pantau respon klien terhadap penghentian

obat nyeri

Edukasi latihan..., Mujiati Alifah, FIK UI, 2013

Page 87: KARYA ILMIAH AKHIR - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351533-PR-Mujiati Alifah.pdf · seperti jatuh dari ketinggian akibat kecelakaan kerja yang terjadi di kota ... kebakaran,

Lampiran 2

LATIHAN RENTANG PERGERAKAN SENDI

Bagian Tubuh Gerakan Latihan Aktif Latihan Pasif Bahu Elevasi dan depresi Luruskan tangan disamping tubuh , lalu angkat dan

turunkan kedua bahu secara bersamaan. -

Fleksi dan ekstensi Angkat lengan dari posisi di samping tubuh menjadi disamping kepala. Kembalikan ke posisi semula.

- Pegang tangan klien dibawah siku dengan 1 tangan, tangan yang lain memegang pergelangan tangan.

- Angkat tangan klien ke atas hingga mencapai bagian kepala tempat tidur, kembaliakan ke posisi semula.

Abduksi Gerakkan lengan ke arah samping dari posisi istirahat di sisi tubuh ke posisi di samping kepala.

Angkat tangan klien ke atas hingga mencapai bagian kepala tempat tidur, kembalikan ke posisi semula.

Adduksi anterior dan posterior

- Gerakan lengan dari posisi di samping kepala, menurun, hingga menyilang didepan tubuh sejauh mungkin.

- Gerakkan lengan dari posisi di samping kepala, menurun, hingga menyilang dibelakang tubuh sejauh mungkin.

- Gerakkan tangan klien melewati tubuh hingga mencapai tangan klien yang lain, kembali ke posisi semula.

Rotasi internal dan eksternal bahu

- Rentangkan lengan ke samping setinggi bahu dan bengkokkan siku membentuk sudut 900.

- Gerakkan lengan ke atas sehingga ujung jari mengarah ke atas. Kemudian gerakkan lengan kebawah sehingga ujung-ujung jari menghadap ke bawah.

- Gerakkan tangan kesamping setinggi bahu hingga membentuk sudut 900 dgn tubuh. Tekuk sendi siku sehingga jari menghadap keatas.

- Gerakkan tangan kearah bawah sehingga telapak tangan menyentuh tempat tidur. Naikkan tangan hingga punggung telapak tangan menyentuh tempat tidur.

Siku Fleksi-ekstensi Gerakkan lengan bagian bawah ke depan dan ke atas menuju bahu dan kemudian luruskan.

Tekuk siku hingga jari-jari menyentuh dagu dan kemudian luruskan.

Hiperkstensi Gerakkan lengan bagian bawah kebelakang sejauh mungkin dari posisi lurus.

-

Supinasi-pronasi Putar tangan bagian bawah sehingga telapak tangan menghadap ke atas. Putar tangan bagian bawah sehingga telapak tangan menghadap ke bawah.

Putar lengan bawah kea rah luar sehingga telapak tangan menghadap ke atas. Putar lengan bawah kea rah sebaliknya sehingga telapak tangan menghadap ke bawah.

Pergelangan Untuk memberikan latihan pada pergelangan, tekuk tangan klien pada siku. Pegang pergelangan tangan klien dengan

Edukasi latihan..., Mujiati Alifah, FIK UI, 2013

Page 88: KARYA ILMIAH AKHIR - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351533-PR-Mujiati Alifah.pdf · seperti jatuh dari ketinggian akibat kecelakaan kerja yang terjadi di kota ... kebakaran,

tangan satu tangan dan tangan lainnya memberi latihan. Fleksi ekstensi Gerakkan telapak tangan kea rah bawah bagian dalam

lengan bawah dan luruskan kembali. Tekuk telapak tangan kea rah bagian dalam lengan bawah, kemudian luruskan telapak tangan sehingga sebidang dengan lengan bawah.

Hiperekstensi Bengkokkan telapak tangan kea rah bagian luar lengan bawah sejauh mugkin.

-

Abduksi/fleksi radial/deviasi radial

Bengkokkan pergelangan tangan ke samping kea rah ibu jari.

Bengkokkan telapak tangan ke samping arah ibu jari dan luruskan kembali.

Adduksi/fleksi ulnar/deviasi ulnar

Bengkokkan telapak tangan kea rah samping kelingking.

Bengkokkan telapak tangan kea rah samping kelingking dan luruskan kembali.

Sirkumduksi - Putar telapak tangan dengan pergelangan tangan sebagai poros.

Jari-jari tangan Cara memegang tangan klien sama dengan pada saat menggerakkan pergelangan tangan.

Fleksi ekstensi Kepalkan telapak tangan dan luruskan kembali. Kepalkan jari-jari tangan dan luruskan kembali. Hiper-ekstensi Bengkokkan jari-jari tangan ke belakang sejauh

mungkin. -

Abduksi-adduksi Kembangkan jari-jari tangan dan kemudian dekatkan kembali.

Kembangkan jari-jari tangan dan kemudian rapatkan kembali.

Oposisi Sentuh ujung jari-jari lainnya secara bergantian. Sentuh ujung jari-jari lainnya secara bergantian. Sirkumduksi - Putar ibu jari klien dengan sumbu sendi metakarpal. Fleksi-ekstensi ibu jari Gerakkan ujung ibu jari menyilang dipermukaan

telapak tangan mengarah kelima jari, dan gerakkan menjauhi telapak tangan.

-

Abduksi-adduksi ibu jari Rentangkan ibu jari ke samping. Dekatkan kembali dengan jari lainnya.

-

Panggul - Latihan pasif panggul dan lutut dapat dilakukan bersamaan. Letakkan satu tangan dibawah lutut klien dan tangan lainnya dibawah tumit.

Fleksi ekstensi Gerakkan salah satu kaki depan ke atas.Posisi lutu dalam keadaan ditekuk, luruskan dan turunkan kembali.

Angkat kaki, tekut lutut. Gerakkan lutut kea rah dada sejauh mungkin. Turunkan kaki, luruskan lutut, kembali ke posisi semula.

Hiperekstensi Gerakkan kaki kebelakang melebihi garis tengah -

Edukasi latihan..., Mujiati Alifah, FIK UI, 2013

Page 89: KARYA ILMIAH AKHIR - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351533-PR-Mujiati Alifah.pdf · seperti jatuh dari ketinggian akibat kecelakaan kerja yang terjadi di kota ... kebakaran,

tubuh. Abduksi adduksi Gerakkan salah satu kaki ke samping luar dan

kembalikan dari posisi tersebut sehingga kaki menyilang kaki lainnya di depan.

Gerakkan kaki ke samping menjauhi sumbu tubuh dank e arah sebaliknya hingga menyilang kaki lainnya di depan.

Sirkumduksi Gerakkan salah satu kaki kebelakang kemudian putar ke atas, samping dan kebawah.

-

Rotasi internal Putar kaki kea rah garis tengah tubuh. Putar kaki kerah dalam. Rotasi eksternal Putar kaki kea rah samping menjauhi garis tengah

tubuh. Putar kaki kea rah samping tubuh.

Lutut Fleksi ekstensi Tekuk lutut kebelakang sehingga betis mendekati paha, dan luruskan kembali.

-

Pergelangan kaki

Tempatkan satu tangan dibwah tumit dan tangan lainnya diatas telapak kaki.

Dorsi fleksi Gerakkan telapak kaki ketas sehingga jari-jari mengarah keatas.

Dorong telapak kaki kearah kaki dan kembalikan ke posisi semula.

Plantar fleksi Gerakkan telapak kaki kebawah ssehingga jari-jari menghadap kebawah.

Dorong telapak kaki kearah bawah dan kembalikan ke posisi semula.

Eversi Balikkan telapak kearah lateral. Putar telapak kaki kearah luar. Inversi Balikkan telapak kaki kearah medial. Putar telapak kaki kearah dalam. Sirkumduksi - Putar telapak kaki dengan poros pada sendi tumit. Jari-jari kaki Fleksi ekstensi Tekuk jari-jari ke bawah dan luruskan kembali. Letakkan jari-jari tangan perawat dibawah jari-jari klien,

dorong jari-jari keraah atas dan kerah bawah. Abduksi adduksi Rentangkan jari-jari kaki dan kemudian rapatkan

kembali. Lebarkan jari-jari kaki dan dekatkan jari kaki bersama-sama.

Edukasi latihan..., Mujiati Alifah, FIK UI, 2013