Upload
dhany-febriantara-mshl
View
45
Download
3
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Bahasa Arab
Citation preview
Presepsi Mahasiswa Pendidikan Bahasa Arab Tentang Pembelajaran Aqidah Akhlak
Di UIN ALAUDDIN MAKASSAR
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan adalah usaha sadar yang dilakukan oleh keluarga, masyarakat dan
pemerintah melalui kegiatan bimbingan, pengajaran dan latihan yang berlangsung di
sekolah dan di luar sekolah sepanjang hayat untuk mempersiapkan peserta didik didik
agar dapat memainkan peranan dalam berbagai lingkungan belajar terprogram dalam
bentuk pendidikan formal, non formal dan informal di sekolah dan di luar sekolah. Maka
dari itu peranan dosen sangatlah penting karena dengan belajar pendidikan agama di
perguruan tinggi dapat bertingkah laku dengan baik agar tidak tejerumus dalam
pergaulan bebas.
Penyelenggaraan pendidikan di Indonesia menurut UU Nomor 20 Tahun 2003
Pasal 1 ayat (2) disebutkan bahwa suatu pendidikan Nasional adalah pendidikan yang
berdasarkan pancasila dan Undang-Undang Dasar yang berakar pada nilai-nilai gama,
kebudayaan Nasional Indonesia dan tanggap terhadap tuntutan zaman. Tidak bisa
dipungkiri bahwa pendidikan aqidah akhlak merupakan bagian integral dari system
pendidikan Nasional.
Kegiatan belajar aqidah akhlak terhadap perilaku mahasiswa adalah salah satu kegiatan
yang harus dilakukan dan diterapkan kepada mahasiswa, agar mahasiswa tersebut tidak
terpengaruh oleh dunia bebas dan pergaulan bebas.
Dengan demikian manfaat belajar pedidikan aqidah akhlak sangatlah penting dan
sangat diperlukan untuk membimbing dan membina siswa agar memahami masalah
Aqidah dan Akhlak secara benar.
Salah satu faktor yang ikut mempengaruhi minat mahasiswa dalam pembelajaran
Aqidah dan Akhlak adalah pemilihan metode oleh seorang dosen. Persepsi mahasiswa
menyangkut pengalaman indrawi setelah ia melihat dan merasakan secara langsung
proses pembelajaran Aqidah dan Akhlak yang kurang diminati oleh siswa dan karena
pola pembelajaran dosen yang tidak mampu menyentuh kesadaran dan keaktifan
mahasiswa. Pola pembelajaran yang digunakan hanya membuat mahasiswa menjadi
obyek pasif dan dosen sebagai obyek aktif. Padahal seharusnya dosen mampu
memposisikan mahasiswa sebagai subyek aktif dalam pembelajaran.
B. Rumusan dan Batasan Masalah
Berdasarkan uraian tersebut, penulis terinspirasi untuk meneliti langsung di lapangan mengenai
persepsi mahasiswa terhadap pembelajaran Aqidah dan Akhlak. Penelitian ini diharapkan dapat
memberikan informasi tentang persepsi mahasiswa kelas jurusan Pendidikan terhadap pola
pembelajaran dosen Aqidah dan Akhlak di UIN Alauddin Makassar khususnya, dan perguruan
tinggi di manapun berada pada umumnya. Fokus penelitian dalam hal ini terkait dengan faktor
pemilihan metode pembelajaran oleh seorang dosen Aqidah dan Akhlak
Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah, maka rumusan dan batasan masalah penelitian
ini dapat diformulasikan dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut :
1. Bagaimana persepsi mahasiswa kelas Pendidikan Bahasa Arab semester satu
dalam memahami pelajaran Akidah Akhlak di UIN Alauddin Makassar?
2. Apa saja fusngsi dari metode pembelajaran Akidah Akhlak di UIN Alauddin
Makassar?
3.
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini memiliki beberapa tujuan sebagai berikut :
Penelitian ini memiliki beberapa tujuan sebagai berikut :
1. Apa saja kegunaan dari metode metode pembelajaran pembelajaran Akidah Akhlak di
UIN Alauddin Makassar.
2. Untuk mengetahui persepsi mahasiswa kelas Pendidikan Bahasa Arab semester satu
dalam memahami pelajaran Akidah Akhlak di UIN Alauddin Makassar.
3. Menerapkan teori-teori pendidikan melalui sebuah kegiatan penelitian yang bisa
diaplikasikan dalam kegiatan pembelajaran.
D. Manfaat Penelitian
Hasil temuan yang diperoleh dalam penelitian ini diharapkan dapat dimanfaatkan
sebagai berikut :
1. Memberikan salah satu informasi bahan bahan pertimbangan bagi khususnya bagi
dosen Aqidah Akhlak dalam menerapkan metode pembelajaran yang dapat memberikan
citra positif terhadap mahasiswa.
2. Menjadi dasar penelitian bagi peneliti selanjutnya khususnya para praktisi dan
pemerhati pendidikan dalam rangka meneruskan penelitian yang serupa pada ruang
lingkup yang lebih luas.
BAB I
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kajian Teoritis
1. Pengertian Persepsi
Istilah persepsi kerap terdengar dalam diskursus - diskursus intelektual yang
dimaksudkan untuk mengetahui pandangan orang tentang sesuatu. Dalam Kamus Besar
Bahasa Indonesia, persepsi diartikan sebagai tanggapan (panarimaan langsung) dari
sesuatu, atau proses seseorang mengetahui sesuatu melalui panca indera.[1]
7
Mengacu pada pengertian di atas, maka dapat diketahui bahwa persepsi adalah
proses munculnya tanggapan atas informasi yang diterima melalui pancaindera yang
melahirkan pemahaman tentang sesuatu sebagai hasil interaksinya.
2. Pengertian Aqidah dan Ruang lingkupnya
Dari Abdullah bin Abdul Hamid Al-Atsari Pengertian Aqidah Secara Bahasa
(Etimologi) :
Kata "‘aqidah" diambil dari kata dasar "al-‘aqdu" yaitu ar-rabth (ikatan), al-Ibraam
(pengesahan), al-ihkam (penguatan), at-tawatstsuq(menjadi kokoh, kuat), asy-syaddu
biquwwah (pengikatan dengan kuat), at-tamaasuk (pengokohan) dan al-
itsbaatu(penetapan). Di antaranya juga mempunyai arti al-yaqiin(keyakinan) dan al-
jazmu(penetapan). (Al-Maa-idah : 89).
Pengertian Aqidah Secara Istilah (Terminologi) Yaitu perkara yang wajib
dibenarkan oleh hati dan jiwa menjadi tenteram karenanya, sehingga menjadi suatu
kenyataan yang teguh dan kokoh, yang tidka tercampuri oleh keraguan dan kebimbangan.
Adapun ruang lingkup Akidah adalah
1. Keistimewaan Aqidah Islam
2. Tauhid
3. Syahadat
4. Percaya kepada takdir Allah
3. pengertian Akhlak dan Ruang Lingkupnya
Akhlak dari kata Al-Akhlak, jamak dari Al-khuluq yang artinya kebiasaan,
perangai, tabiat dan agama.
Akhlak disebut juga ilmu tingkah laku / perangai (Imal-Suluh) atau Tahzib al-
akhlak (Filsafat akhlak), atau Al-hikmat al-Amaliyyat, atau al-hikmat al- khuluqiyyat.
Yang dimaksudkan dengan ilmu tersebut adalah pengetahuan tentang kehinaan-kehinaan
jiwa untuk mensucikannya. Dalam bahasa Indonesia akhlak dapat diartikan dengan
moral, etika, watak, budi pekertim, tingkah laku, perangai, dan kesusilaan.
Ruang Lingkup Akhlak
1. Akhlak terhadap Allah swt
2. Akhlak terhadap Rasullah Swt
3. Akhlak Pribadi
4. Akhlak dalam keluarga
5. Akhlak bermasyarakat
6. Akhl;ak bernagara[2]
4. Jenis-Jenis Metode pembelajaran dan Pengunaannya
Berikut dikemukakan jenis-jenis metode pembelajaran:
1. Metode ceramah, adalah penuturan atau penjelasan guru secara lisan. Metode ini
menempatkan guru sebagai pusat perhatian siswa.
2. Metode tanya jawab, dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan yang diberikan kepada siswa.
Hal ini sangat baik untuk memancing daya tangkap siswa terhadap pelajaran tertentu.
3. Metode Diskusi, merupakan forum pembicaraan yang dipimpin oleh seorang pemimpin
dengan proses pembicaraan yang terarah pada pemahaman dan pertimbangan mengenai
suatu permasalahan yang disertai oleh pertukaran ide, pendapat, pengalaman, saran dari
peserta diskusi sehingga menghasilkan suatu kesimpulan yang dapat diterima oleh
peserta.
4. Metode drill, adalah latihan yang dilakukan berulang-ulang untuk mendapatkan
keterampilan dan ketangkasan praktis tentang pengetahuan yang dipelajari.
5. Metode resitasi, digunakan untuk merangsang anak tekun, rajin, dan giat belajar. Metode
ini lebih menekankan pemberian tugas yang melatih kemandirian anak mengerjakan
tugas dari guru.
6. Metode demonstrasi, adalah suatu metode yang digunakan untuk memperlihatkan sesuatu
proses atau cara kerja suatu benda yang berkenaan dengan bahan pelajaran. Metode ini
menghendaki guru lebih aktif daripada anak didik atau guru dan anak didik sama-sama aktif.
B. Kajian dan Hasil-Hasil Penelitian
Telah banyak literatur yang membahas tentang pembinaan akhlak, akan tetapi
berlainan dengan masalah yang ada dalam skripsi ini dan obyek penelitian yang berbeda.
Diantara buku dan literatur tersebut antara lain:
1. Nasruddin Razak dalam bukunya Dinul Islam mengemukakan bahwa
pendidikan dan pembinaan akhlakul karimah adalah faktor penting dalam membina suatu
umat atau membangun suatu bangsa. Suatu pembangunan tidaklah ditentukan semata-
mata dengan kredit atau investasi material. Betapapun melimpahnya investasi material
kalau manusia pelaksananya tidak memiliki akhlakul karimah, maka investasi tersebut
akan habis oleh perilaku korup. Yang diperlukan dalam pembangunan adalah keikhlasan,
kejujuran, jiwa kemanusiaan yang tinggi, sesuainya kata dengan perbuatan, prestasi kerja,
kedisip1linan, jiwa dedikasi, dan selalu berorientasi kepada hari depan dan pembaharuan.
[3] Itulah sebabnya sering dikatakan bahwa mengisi kemerdekaan adalah jauh lebih berat
daripada perjuangan bersenjata merebut kemerdekaan.
2. Dr. Abdul Aziz bin Muhammad Alu Abdul Lathif, dalam bukunya yang berjudul Pelajaran Tauhid Untuk pemula, Akidah dan tauhid adalah pondasi bangunan agama. Anak-anak yang baru tumbuhadalah laksana sebidang tanah yang di atasnya siap didirikan bangunan. Maka menanamkan akidah dan tauhid sejak dini bagi anak-anak muslim adalah suatu keharusan. Agar pondasi bangunan agamanya kuat. Agar tidak didahului oleh ajaran-ajaran lain yang bertentangan dengan akidah. Agar mengetahui agamanya yang murni. Agar mengamalkan kebenaran dan menjauhi kebatilan. Dan yang lebih penting, agar selamat dunia akhirat. Dari berbagai literatur tersebut di atas, maka peneliti menyimpulkan bahwa secara teoritis banyak teori yang mendukungnya. Sehingga masalah yang ada pada skripsi ini layak untuk diteliti karena disamping banyak literatur yang mendukung, selain itu juga belum pernah ada penelitian yang dilakukan pada obyek yang sama.
C. Hipotesis
Berpijak pada rumusan dan batasan masalah yang penulis kemukakan pada bab
sebelumnya, maka hipotesisnya adalah sebagai berikut :
1. metode bertujuan strategi pembelajaran, karena tidak semua anak didik mampu
berkonsentrasi dalam waktu yang relatif lama. Daya serap anak didik juga bermacam-
macam. Ada yang kuat daya serapnya, sedang, dan ada juga yang sangat lemah.
Perbedaan daya serap inilah memerlukan strategi pengajaran yang tepat, termasuk di
dalamnya metode menjadi sangat menentukan hal tersebut.
2. presepsi mahasiswa tentang metode pembelajaran yang digunakan akan
mempengaruhi minat belajar mereka. Jika metode yang di gunakan oleh seorang dosen
sesuai dengan keadaan temapt dia mengajar maka pembelajaran lebih mudah dipahami.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian Dalam penelitian ini, digunakan desain kualitatif dan deskriptif kuantitatif.
Penelitian ini berusaha untuk memperoleh dan menganalisis data tentang persepsi
mahasiswa jurusan Pendidikan Bahasa Arab terhadap metode pengajaran Aqidah
Akhlak, agar dapat diketahui metode mana yang efektif untuk meningkatkan pemahaman
mahasiswa mengenai pembelajaran Aqidah Akhlak.
B. Prosedur Penilitian Agar penelitian lebih terarah dan sistematis, maka penelitian ini dirancang melalui
tiga tahapan, yaitu (1) tahap persiapan, (2) tahap pengumpulan data, dan (3) tahap
pengolahan data menyangkut pengklasifikasian data dan penyusunan hasil penelitian,
yang selanjutnya dideskripsikan sebagai hasil laporan penelitian.
C. Variabel Penelitian
Penelitian ini menggunakan variabel tunggal, yaitu variabel persepsi mahasiswa
terhadap pengajaran Aqidah Akhlak pada jurusan pendidikan bahsa Arab di UIN
Alauddin Makassar.
D. Definisi Operasional Variabel
Yang dimaksud dengan persepsi siswa terhadap metode pengajaran Aqidah
Akhlak pada pada jurusan pendidikan bahsa Arab di UIN Alauddin Makassar. adalah
pandangan mahasiswa yang lahir dari pengamatan, penglihatan atau proses dari panca
indera yang dialami langsung oleh mahasiswa pada saat dosen menyajikan materi
pelajaran Aqidah Akhlak di kelas.
E. Populasi dan Sampel
Suharsimi Arikunto menguraikan tentang pengertian populasi dan sampel sebagai
berikut:
Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian, sedangkan sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti. Populasi adalah keseluruhan objek penelitian. Apabila seseorang ingin meneliti semua elemen yang ada dalam wilayah penelitian, maka penelitiannya merupakan penelitian populasi.[4]
Mengenai besarnya populasi dan sampel, Suharsimi Arikunto mengemukakan
bahwa populasi adalah jumlah keseluruhan obyek yang sedang diteliti, apabila subyeknya
kurang dari seratus maka lebih baik diambil semua. Tetapi jika jumlah subyeknya besar
dapat diambil 10-15%, atau 20-25%.[5]
Berkaitan dengan populasi dan sampel dalam penelitian ini, maka akan
dikemukakan secara rinci tentang jumlah populasi yang ada dan jumlah populasi yang
diteliti, digambarkan dalam tabel berikut ini:
Tabel 1 (Populasi)
Jumlah Mahasiswa jurusan Pendidikan Bahasa Arab Semester Satu UIN Alauddin
Makassar
Tahun Ajaran 2010/2011
No Kelompok Jumlah Siswa
1 I 12
2 II 13
3 III 13
4 IV 13
Jumlah 51
Sumber data: Daftar Mahasiswa Jurusan Pendidkan Bahsa Arab
2. Sampel
Penarikan sampel dalam penelitian kualitatif, Moleong mengemukakan bahwa penelitian
kualitatif, sampel penelitian diartikan sebagai konteks dengan ruanglingkup tertentu yang
dijadikan wahana untuk menjaring berbagai informasi dan bebagai sumber.[6]
Pengambilan sampel dalam penelitian kuantitatif pada penelitian ini yang dipilih adalah
sampel proporsional/berimbang. Jumlah subjek penelitian yang ditetapkan dalam penelitian ini
adalah 24 siswa dari 53 jumlah populasi.
Tabel 2 (sampel)
Jumlah Sampel Mahasiswa jurusan Pendidikan Bahasa Arab Semester Satu UIN
Alauddin Makassar
Tahun Ajaran 2010/2011
No Kelompok Jumlah Siswa
1 I 9
2 II 9
3 III 9
4 IV 9
Jumlah 37
Berdasarkan tabel tersebut di atas, menunjukkan bahwa penelitian ini dapat
dilakukan dengan mengambil beberapa responden yang dapat mewakili sebagai sampel.
Dengan demikian dapat dijadikan pedoman untuk mencari data dan penelitian selanjutnya
dengan tidak mengurangi nilai dari persentase yang diteliti. Sehingga presentase sampel
37 dari populasi 51adalah 72,5%.
F. Data
Data yang dimaksud dalam penelitian ini adalah informasi yang diperoleh
melalui wawancara dan angket yang terkait dengan kegiatan pembelajaran Aqidah
Akhlak pada jurusan pendidikan bahsa Arab semester satu di UIN Alauddin Makassar.
G. Teknik Pengumpulan Data
a. Library research, yaitu suatu cara untuk mendapatkan data dari buku dan literatur
yang berkaitan dengan masalah yang dibahas, dengan mengutip yaitu:
1) Kutipan langsung, yaitu mengutip beberapa teks dari buku tanpa mengubah kata-
kata dari teks yang dikutip.
2) Kutipan tidak langsung, yaitu mengutip beberapa teks dan mengubah kata-kata
dari teks yang dikutip.
b. Field research, yaitu dengan mendatangi lokasi penelitian untuk mendapatkan
informasi. Adapun teknik yang ditempuh dalam pengumpulan data adalah :
1) Observasi, yaitu metode pengumpulan data dengan melakukan penngamatan
langsung pada obyek yang menjadi sasaran penelitian yang berhubungan dengan masalah
yang dibahas.
2) Interview, yakni suatu pengumpulan data dengan tanya jawab. Dalam
melaksanakan interview yakni dengan mengadakan wawancara dengan dosen Akidah
Akhlak.
3) Dokumentasi yaitu metode ini digunakan untuk mendapatkan data yang tidak
diperoleh melalui angket. Metode dokumentasi merupakan metode pengumpulan data
melalui catatan-catatan danketerangan tertulus yang berisi data dan informasi yang ada
kaitannya dengan masalah yang diteliti.
H. Analisis Data
Analisis data yang sifatnya kualitatif dalam penelitian ini dilakukan dengan cara
menata secara sistematis catatan hasil wawancara. Data yang sudah terkumpul
diidentifikasi dan diklasifikasikan dalam bentuk uraian. Selanjutnya, dideskripsikan
sebagai temuan dalam laporan penelitian. Perkataan lain, teknik analisis data yang
ditempuh, yaitu : (1) mereduksi data, (2) menyajikan data, dan (3) menarik kesimpulan.
Kemudian data kuantitatif dalam penelitian ini selanjutnya dianalisa dengan
menggunakan rumus:
F
N
P = x 100% Keterangan :
P = Persentase F = Frekwensi
N = Nilai
I. Instrumen
Penilitian ini bersifat kualitatif dan kuantitatif sehingga instrument yang
digunakan dalam penilitian ini adalah sebagai berikut :
1. Wawancara, yaitu sesuatu kegiatan yang dialakukan untuk menjaring sejumlah
informasi atau pengumpulan data yang dilakukan dengan mengajukan sejumlah
pertanyaan-pertanyaan.
2. Angket, yaitu serangkaian daftar pertanyaan yang disusun secara sistematis,
yang terdiri atas beberapa butir dan disajikan dalam beberapa alternatif untuk disebarkan
kepada mahasiswa.
J. Judul Penelitian
Karya Ilmiah ini ini berjudul presepsi Mahasiswa Pendidikan Bahasa Arab
Semester satu terhaap Metode Pembelajaran Aqidah Akhlak di UIN Alauddin Makassar.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi presepsi Mahasiswa Pendidikan Bahasa Arab Semester Satu terhadap
Metode Pembelajaran Aqidah Akhlak di UIN Alauddin Makassar.
1. Pendapat mahasiswa terhadap metode pembelajaran yang digunakan oleh dosen Aqidah
Akhlak.
Berdasarkan hasil analisis data dapat diketahui bahwa dari 37 responden, terdapat 6
(16,2 %) mahasiswa yang memilih sangat setuju, terdapat 25 (67,6 %) yang memilih
setuju, sedangkan yang memilih kurang setuju 5 (13,5 %) dan tidak setuju yang 1 (2,7
%).
Tabel 3Pendapat Siswa Terhadap Metode Pembelajaran yang Digunakan Guru
Aspek yang dinilai Kategori Jumlah PersentasePendapat siswa terhadap metode pembelajaran yang digunakan oleh guru pendidikan agama islam.
Sangat SetujuSetuju
Kurang SetujuTidak setuju
62551
16,2 %67,6 %13,5 %2,7 %
Jumlah 37 100 %Berdasarkan tabel 3 di atas, menunjukkan bahwa siswa setuju terhadap metode
pembelajaran yang telah digunakan oleh dosen Aqidah Akhlak selama ini dalam
pembelajaran.
2. Metode yang sering digunakan dosen Aqidah Akhlak ketika mengajar.
Berdasarkan hasil analisis data dapat diketahui dari 37 responden, terdapat 1 atau
persentasenya 2,7 %, mahasiswa yang menjawab metode yang sering digunakan dosen
Aqidah Akhlak adalah metode ceramah, 2 mahasiswa yang memilih metode tanya jawab
atau persentasenya 5,4 %, terdapat 24 mahasiswa yang menjawab metode diskusi atau
persentasenya 64,9 %, dan yang menjawab metode yang bervariasi sebanyak 10
mahasiswa atau persentasenya 27,0 %. Untuk lebih jelasnya lihat table di bawah ini
Tabel 4Metode yang Sering Digunakan Dosen Ketika Mengajar
Aspek yang dinilai Kategori Jumlah PersentaseMetode yang sering digunakan guru pendidikan agama islam ketika mengajar.
CeramahTanya Jawab
DiskusiBervariasi
122410
2,7 %5,4 %64,9 %27,0 %
Jumlah 37 100 %Berdasarkan tabel di atas, menunjukkan bahwa dosen Aqidah Akhlak ketika
mengajar lebih banyak menggunakan metode diskusi.
3. Metode Pembelajaran yang Paling Disenangi Mahasiswa
Berdasarkan hasil analisis dapat diketahui bahwa dari 37 responden terdapat 3 (8,1
%) siswa yang menjawab metode ceramah, yang menjawab metode diskusi sebesar 24
atau persentasenya 64,9 %, yang memilih metode tanya jawab 6 siswa atau persentasenya
16,2 %, sedangkan yang memilih metode demonstrasi terdapat 4 siswa atau
persentasenya 10,8 %.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut :Tabel 5
Metode Pembelajaran yang Paling Siswa SenangiAspek yang dinilai Kategori Jumlah Persentase
Metode pembelajaran apa Ceramah 3 8,1 %
yang paling siswa senangi.
DiskusiTanya JawabDemonstrasi
2464
64,9 %16,2 % 10,8 %
Jumlah 37 100 % Berdasarkan tabel 5 di atas, menunjukkan bahwa mahasiswa lebih senang apabila
dosen Aqidah Akhlak menggunakan metode diskusi dalam memberikan pembelajaran
kepada siswa.
4. Bagaimana Perasaan Mahasiswa Saat Dosen Menjelaskan Materi Pelajaran Dengan
Menggunakan Metode.
Berdasarkan hasil analisis dapat diketahui bahwa dari 37 responden terdapat 6
(16,2 %) siswa yang menjawab sangat senang, yang menjawab senang 25 siswa dengan
persentasenya 67,6 %, sedangkan yang menjawab tidak senang terdapat 6 siswa dengan
persentase 16,2 %.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 6Perasaan Siswa Pada Saat Guru Menjelaskan Materi Pelajaran
Dengan Menggunakan MetodeAspek yang dinilai Kategori Jumlah Persentase
Bagaimana perasaan Anda saat guru menjelaskan materi pelajaran dengan menggunakan metode?
Sangat SenangSenang
Tidak Senang
6256
16,2 %67,6 %16,2 %
Jumlah 37 100 %Berdasarkan tabel 6 di atas, menunjukkan bahwa mahasiswa senang apabila dosen
Aqidah Akhlak menggunakan metode pada saat memberikan materi pembelajaran. Hal
ini ditunjukkan dengan besarnya persentase yang dicapai.
5. Apakah Metode yang Digunakan Dosen Sesuai dengan Kondisi Kelas
Berdasarkan hasil analisis dapat diketahui bahwa dari 37 responden terdapat 16
(43,3%) mahasiswa yang memilih bahwa metode yang digunakan oleh guru ketika
mengajar sesuai dengan kondisi kelas, dan yang memilih kadang-kadang terdapat 17
mahasiswa atau 45,9 %, sedangkan yang memilih tidak sesuai sebanyak 4 mahasiswa
atau 10,8 %.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 7
Apakah Metode yang Digunakan Guru Sesuai dengan Kondisi KelasAspek yang dinilai Kategori Jumlah Persentase
Apakah metode yang digunakan guru sesuai dengan kondisi kelas.
SesuaiKadang-Kadang
Tidak Sesuai
16174
43,3 %45,9 %10,8 %
Jumlah 37 100 %Berdasarkan tabel 7 di atas, menunjukkan bahwa metode yang digunakan oleh
dosen Aqidah Akhlak kadan-kadang sesuai dengan kondisi kelas pada saat ia mengajar.
6. Apakah Metode yang Digunakan Dosen Sesuai dengan Kondisi Mahasiswa.
Berdasarkan hasil analisis dapat diketahui bahwa dari 37 responden terdapat 5
mahasiswa atau 13,4 % yang memilih bahwa metode yang digunakan dosen Aqidah
Akhlak adalah sesuai dengan kondisi mahasiswa, yang memilih kadang-kadang terdapat
26 mahasiswa atau persentasenya 70,4 %, sedangkan yang melilih tidak sesuai terdapat 6
mahasiswa atau persentasenya 16,2 %.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 8
Apakah Metode yang Digunakan Guru Sesuai Dengan Kondisi Mahasiswa
Aspek yang dinilai Kategori Jumlah PersentaseApakah metode yang digunakan guru sesuai dengan materi yang diajarkan.
SesuaiKadang-Kadang
Tidak Sesuai
5266
13,4 %70,4 %16,2 %
Jumlah 37 100 %Berdasarkan tabel 8 di atas, menunjukkan bahwa metode yang digunakan dosen
Aqidah Akhlak kadang-kadang sesuai dengan kondisi mahasiswa.
7. Apakah Media yang Digunakan Dosen Sesuai dengan Materi yang Diajarkan
Berdasarkan hasil analisis dapat diketahui bahwa dari 37 responden terdapat 20
mahasiswa atau 54,9 % yang memilih bahwa metode yang digunakan dosen Aqidah
Akhlak kadang sesuai dan kadang pula tidak sesuai dengan materi yang diajarkan, yang
memilih sesuai terdapat 16 mahasiswa atau persentasenya 43,3 %, sedangkan yang
melilih tidak sesuai terdapat 4 mahasiswa atau persentasenya 10,8 %.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 9
Apakah Metode yang Digunakan Guru Sesuai dengan Kondisi Siswa
Aspek yang dinilai Kategori Jumlah PersentaseApakah metode yang digunakan guru sesuai dengan kondisi siswa.
SesuaiKadang-Kadang
Tidak Sesuai
16204
43,3 %54,9%10,8%
Jumlah 37 100 %
Berdasarkan tabel 9 di atas, menunjukkan bahwa metode yang digunakan dosen
Aqidah Akhlak kadang sesuai dan kadang tidak sesuai dengan kondisi siswa
8. Apakah Metode Mengajar yang Digunakan Dosen Turut Mempengaruhi Prestasi Belajar
Siswa
Berdasarkan hasil analisis dapat diketahui bahwa dari 37 responden terdapat 17
siswa atau 45,9 % siswa yang memilih sangat berpengaruh terhadap prestasi belajarnya,
yang memilih berpengaruh terdapat 16 siswa dengan persentase 43,3 %, sedangkan yang
memilih kurang berpengaruh dan tidak berpengaruh masing-masing berjumlah 2
mahasiwa (5,4%).
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 10Apakah Metode yang Digunakan Guru Turut Mempengaruhi
Prestasi Belajar Siswa
Aspek yang dinilai Kategori Jumlah PersentaseApakah metode mengajar yang digunakan guru turut mempengaruhi prestasi belajar siswa.
Sangat BerpengaruhBerpengaruh
Kurang BerpengaruhTidak Berpengaruh
171622
45,9 %43,3 %5,4 %5,4 %
Jumlah 37 100 %
Berdasarkan tabel 10 di atas, menunjukkan bahwa metode yang digunakan dosen
Aqidah Akhlak sangat berpengaruh kepada mahasiswa.
B. Fungsi-Fungsi Metode Pembelajaran Akidah Akhlak di UIN Alauddin Makassar.
Agar pengajaran dapat berlangsung secara efektif dan efesien, maka harus ada
keterkaitan antara metode pengajaran yang digunakan dengan unsur tujuan yang akan
dicapai, juga dengan situasi murid yang belajar serta dengan bahan yang akan diajarkan.
Karena metode pada dasarnya mempunyai ciri dan kegunaan secara khusus. Seorang guru
tidak cukup hanya dengan mengetahui berbagai metode itu dengan unsur-unsur lainnya
dalam proses belajar mengajar, tetapi juga harus memperhatikan beberapa faktor dalam
memilih metode pembelajaran.
Dari hasil wawancara ketua tingkat jurusan pendidikan bahasa Arab semester
satu, Muh Hayyu. Beliau memberikan pemahaman tentang kedudukan metode sebagai
alat motivasi, sebagai strategi, dan sebagai alat mencapai tujuan. Untuk lebih jelasnya
dapat dilihat dari uraian sebagai berikut:
1. Metode sebagai alat motivasi
Sebagai salah satu komponen pengajaran, metode ini menempati peranan yang
tidak kalah pentingnya dengan komponen yang lainnya. Metode yang dipilih oleh guru
hendaknya bisa memberikan dorongan kepada anak didik untuk lebih giat belajar. Anak
didik mencintai mata pelajaran yang diberikan, dan pada akhirnya akan mampu
mendongkrak prestasi siswa.
2. Metode sebagai rujukan pendidik
Agar materi lebih mudah dipahami oleh peserta didik maka materi yang di sampaikan
harus terarah sesuai rujukan, disinilah fungsi dari metode tersebut, yaitu untuk menjedi
bahan rujukan utama untuk mefokuskan pembahsan
3. Metode sebagai alat untuk mencapai tujuan
Tujuan adalah suatu cita-cita yang ingin dicapai dalam kegiatan belajar mengajar
baik jangka panjang, menengah, maupun tujuan jangka pendek dari sebuah proses
pendidikan. Oleh karena itu, metode mengajar harus menjadi media yang efektif untuk
menyampaikan kepada siswa tujuan yang dimaksudkan. Dengan demikian akan ada
kesesuaian antara tujuan yang telah ditetapkan dan metode yang digunakan.
Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam penerapan sebuah metode yaitu:
1. Kesesuaian antara metode dan keadaan mahasiswa.
Prinsip ini diperlukan agar mahasiswa saat menerima pelajaran ketika diterapkan sebuah
metode mereka lebih mudah memahami peajaran yang diberikan.
2. Kesesuaian antara metode dan keadaan kelas.
Hal ini sangat dibutuhkan karena jika kelas tidak memadai untuk diadakan sebuah
metode maka metode itu tidak akan efektif.
3. Metode itu harus sesuai dengan materi yang akan disampaikan
Prinsip ini sangat di butuhkan, karena hal ini akan mempengruhi bobot materi yang akan
di sampaikan.
4. Menggunakan Media dalam menunjang penerapan metode.
Dalam menerapkan metode seoarang dosen kranya menyediakan berbagai media untuk
menunjang metode yang diterapkan. Sebagai contoh ketika menerapkan metode ceramah
menggunakan media bantu seperti lap Top dan LCD, tentu itu akan lebih membuat bobot
metode ceramah itu lebih bertambah.
BAB V
P E N U T U P
A. Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan terhadap sejumlah masalah yang
telah diajukan dan dianalisis sesuai data-data baik yang bersumber dari referensi maupun
data yang diperoleh dari lokasi penelitian, maka dapat ditarik kesimpulan yakni sebagai
berikut:
1. Metode dalam pengajaran pendidikan agama Islam memegang peranan yang
sangat signifikan terhadap siswa dalam menganalisa, memahami, serta menerapkan
muatan-muatan yang terdapat dalam pendidikan agama Islam. Metode yang digunakan
oleh guru harus mampu memberikan pemahaman yang utuh terhadap materi pendidikan
agama Islam dan membuat pembelajaran pendidikan agama Islam semakin menarik dan
diminati oleh siswa karena metode penyampaiannya yang mampu meningkatkan minat
belajar siswa.
2.
Terdapat hubungan yang signifikan antara metode pembelajaran yang diterapkan oleh
guru dengan prestasi belajar siswa. Minimal dengan metode pembelajaran yang tepat,
dapat menjadi media penyampai yang efektif materi pendidikan agama Islam dan siswa
menjadi bersemangat untuk belajar pendidikan agama Islam. Oleh karena itu kemampuan
guru dalam memilih dan menerapkan metode secara tepat akan terus menjadi perhatian
sekolah untuk ditingkatkan.
3. Seorang guru yang mampu mengelola pembelajaran termasuk di dalamnya
memilih dan mempergunakan etode dengan baik, akan menjadi tolak ukur tentang
kemampuan profesionalitas seorang guru. Secara langsung akan berpengaruh terhadap
hasil belajar, dan secara psikologis akan mampu membangun kedekatan dengan siswa
karena dalam proses belajar mengajar pendidikan agama Islam berlangsung komunikasi
edukatif.
B. Saran-saran
Berdasarkan kesimpulan yang telah dikemukakan di atas, dapat disarankan
1. Guru
Sebagai sebuah pekerjaan profesional, diharapkan guru meningkatkan
kemampuan mengajarnya terutama yang menyangkut kemampuan praktis memilih dan
menggunakan metode secara tepat. Tentunya kemauan para guru untuk meningkatkan
skill mengajar bisa dilakukan dengan secara intens membaca berbagai literatur-literatur
keguruan dan mengikuti pelatihan-pelatihan baik yang diselenggarakan oleh pemerintah
maupun oleh organisasi keguruan.
2. Sekolah
Agar kiranya melengkapi sekolah dengan berbagai media dan alat peraga yang
sangat diperlukan dalam proses pembelajaran, terutama yang berkaitan dengan
pendidikan agama Islam. Dengan alat peraga yang memadai, maka proses belajar
mengajar akan semakin kondusif dan akan memecahkan kebosanan siswa yang
diakibatkan oleh metode belajar yang monoton.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Qur'an dan Terjemahnya, Jakarta : Yayasan Penterjemah Al-Qur'an, 1992
Direktorat Pembinaan Perguruan Tinggi Agama Islam, Metodik Khusus Pembelajaran Agama Islam, Jakarta : 1981
Djamarah, Syaiful Bahri. Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif. Cetakan I; Jakarta: Rineka Cipta, 2000
Nata, Abuddin. Perspektif Islam Tentang Pola Hubungan Guru dan Murid. Cetakan I; Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2000
Roestiyah. Masalah Pembelajaran Sebagai Suatu Sistem. Cetakan III; Jakarta: Rineka Cipta, 1994
Sriyono. Teknik Belajar Mengajar dalam CBSA. Cetakan I; Jakarta: Rineka Cipta, 1992
Tim Direktorat Jendral Kelembagaan Agama Islam, Metodologi Pendidikan Agama Islam, Jakarta : 2002
Takariawan, Cahyadi. Pernik-Pernik Rumah Tangga Islami. Cetakan II; Solo: Intermedia, 2000
Usman, Basyiruddin, Metodologi Pembelajaran Agama Islam, Cet. I; Jakarta : Ciputat Press
Undang-Undang Negara Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Jakarta : Rineka Cipta, 2003