Upload
diarto
View
93
Download
8
Embed Size (px)
Citation preview
1
Pemanfaatan Teknologi Beton Non Pasir Sebagai Alternatif UntukBahan Bangunan Dan Perkerasan Jalan
Diarto Trisnoyuwono
Abstrak : Kebutuhan akan bahan bangunan semakin meningkat, sedangkan ketersediaan sumberdayanya di alam sangat terbatas, selain itu terdapat wilayah yang sama sekali tidak memiliki sumberdaya material bangunan yang memenuhi syarat – syarat teknis. Oleh sebab itu dibutuhkan teknologialternative yang dapat menghemat penggunaan material alam sekaligus untuk memecahkan masalahuntuk daerah yang tidak memiliki bahan bangunan yang baik. Beton merupakan salah satu bahanbangunan yang saat ini banyak dipakai dalam pembuatan bangunan fisik di Indonesia. Salah satu jenisbeton adalah beton ringan, yaitu beton yang beratnya kurang dari 1800 kg/m³. Pada dasarnya, betonringan dapat diperoleh dengan cara penambahan gelembung – gelembung udara, agregat ringan atautidak dengan butir – butir agregat halus (beton non pasir). Beton non pasir ialah suatu bentuk sederhanadari jenis beton ringan yang dalam pembuatannya tidak dengan agregat halus. Tidak adanya agregathalus dalam campuran menghasilkan beton yang berpori (yang semula diisi agregat halus) sehinggaberatnya berkurang. Pori – pori di dalam beton tersebut mencapai sekitar 20 – 25 %. Hasil penelitianuntuk mengetahui kuat momen dan daktilitas balok beton non pasir dengan kerikil dari lempung bekahbakar telah dilakukan (Tjokrodimuljo, 1995),balok dengan ukuran 15 x 20 x 200 cm dan beban 2 titikdengan jarak 60 cm serta diberi tulangan atas dan tulangan bawah sama besar (3 16) menghasilkanmomen elastic sebesar 26 kN-m dan momen plastis maksimum sebesar 30 kN-m. Hal ini menunjukkanbahwa kuat momen elastic balok beton non pasir setara dengan balok beton bertulang biasa, serta nilaidaktilitas cukup besar.
Kata kunci : beton non pasir, bahan bangunan, perkerasan jalan
A. Pendahuluan
Tidak ada bahan yang ada di dunia ini yang tidak dapat dimanfaatkan. Setiap bahan pasti
dapat dimanfaatkan asalkan sesuai dengan kelasnya (Gurcharan Singh, 1979 dalam
Tjokrodimuljo 2007). Berdasarkan pendapat tersebut maka beberapa ahli bahan bangunan telah
melakukan berbagai penelitian tentang pemanfaatan bahan yang ada di Indonesia untuk
digunakan sebagai bahan dasar bangunan. Pemilihan tersebut biasanya dihubungkan dengan sifat
fisik, mekanika dan kimia, diantaranya ialah tampak luar, kekuatan, keawetan, serta jumlah
ketersediaan dan tinjauan ekonomi. Setelah itu baru dapat dipertimbangkan untuk digunakan
pada jenis bahan bangunan dan jenis struktur yang sesuai.
2
Tulisan ini menguraikan salah satu jenis bahan bangunan yaitu beton non pasir (no fines
concrete), sebagai rangkuman dari berbagai sumber termasuk hasil penelitian penulis di Fakultas
Teknik Jurusan Teknik Sipil dan Lingkungan, Universitas Gadjah Mada Jogjakarta.
B. Pembahasan
1. Beton Non Pasir
Beton non pasir ialah suatu bentuk sederhana dari jenis beton ringan yang dalam
pembuatannya tidak dengan agregat halus. Tidak adanya agregat halus dalam campuran
menghasilkan beton yang berpori (yang semula diisi agregat halus) sehingga beratnya berkurang.
Pori – pori di dalam beton tersebut mencapai sekitar 20 – 25 %. Kelebihan utama dari pemakaian
beton non pasir adalah (Tjokrodimuljo, 2004) :
a) Lebih bersifat isolasi panas
b) Cara pembuatannya yang lebih cepat dan sederhana
c) Bobotnya yang ringan
d) Susutnya yang kecil
e) Tidak ada kecenderungan untuk bersegregasi sehingga pada saat pengecoran adonan dapat
dijatuhkan dengan tinggi jatuh yang lebih tinggi.
3
Gambar 1. Sifat BNP yang tidak mudah bersegregasi di saat pengecoran (nrmca.org – 2004)
f) Kebutuhan semen sedikit, karena tidak ada pasir, maka luas permukaan butir agregat
berkurang sehingga kebutuhan semen hanya sedikit.
g) Mudah untuk meloloskan air (pervious).
Gambar 2. Struktur Beton Non Pasir yang pervious(Reedbusiness.com - 2005)
4
2. Struktur Beton Non – Pasir.
Struktur beton non pasir sangat berbeda dengan beton konvensional dalam pengertian
bahwa pasta semen yang mengikat agregat menjadi satu berupa lapisan yang tipis. Ketika
dilakukan pemadatan maka akan membuat partikel – partikel agregat menjadi lebih menyatu,
sehingga pasta semen keluar dari bidang kontak dan menyelimuti partikel – partikel agregat
tersebut (Harber, 2005).
Beton non pasir memiliki struktur yang terbuka dengan besarnya rasio pori yang berada
pada ikatan antar agregat yang berfungsi sebagai penunjang kekuatannya. Struktur beton ini
mudah untuk digambarkan bagaikan kumpulan butiran agregat yang terikat menjadi satu dan
bersifat porous (Harber, 2005).
Kuat tekan beton non pasir dipengaruhi oleh jenis, bentuk agregat dan gradasi agregat;
rasio volume agregat – semen (proporsi campuran) dan Faktor Air Semen (FAS). Pada umumnya
agregat kasar yang dipakai berukuran 10 – 20 mm, walaupun ukuran yang lain dapat pula
dipakai. Pemakaian agregat dengan gradasi rapat dan bersudut tajam (batu pecah) akan
menghasilkan beton non pasir yang kuat tekan dan berat jenisnya sedikit lebih tinggi daripada
yang memakai agregat seragam dan bulat (Tjokrodimuljo, 2004).
5
Gambar 3. Aplikasi Beton Non Pasir pada Perkerasan Jalan(Washingtonconcrete.org - 2007)
3. Sifat – Sifat Beton Non-Pasir
Secara umum sifat teknis atau sifat mekanis beton non pasir difokuskan pada
kekuatannya. Pengujian sifat-sifat teknis beton non pasir dilakukan pada beton setelah berumur
28 hari, karena diyakini bahwa setelah umur 28 hari, terjadi kestabilan struktur dan
kekuatannya dapat terus meningkat, sehingga setara dengan kekuatan beton normal (Raju
N.K, 1983).
3.1. Berat Per m³ Beton Non Pasir
Berat per m³ beton non – pasir pada umumnya berkisar antara 60 – 75% dari berat per m³
beton normal (Tjokrodimuljo, 1996). Beton non pasir ini akan memiliki bobot yang lebih
ringan lagi jika digunakan agregat ringan. Berat beton non pasir berkisar antara 1600 sampai
1900 kg/m3, yang ditentukan oleh bentuk, ukuran, gradasi dan berat jenis agregat, volume
pori beton, rasio agregat dengan semen serta pemadatan yang dilakukan (Harber, 2005)
Pada Tabel 1 disajikan hasil penelitian berat per m³ beton non pasir dengan berbagai macam
agregat dari beberapa penelitian terdahulu.
6
Tabel 1. Berat beton non pasir (t/ m³) dari penelitian terdahulu
Rasio Vol.PC :
Agregat
Agregat
Pecahangentengkeramik
KerikilGalis Tanah
liatbakar
Breksi batuapung
KerikilMerapi
Batu Ape S.Lua, TalaudTipe
1Tipe
21 : 2 - 2,19 2,26 2,03 1,75 2,26 -1 : 3 - - - 2,01 - - -1 : 4 - 2,07 2,24 1,99 1,69 2,13 2.0521 : 5 - - - 1,93 - - -1 : 6 1,61 1,89 2,06 1,88 1,63 2,01 1.9621 : 7 1,60 - - 1,85 - - -1 : 8 1,65 1,82 1,99 1,83 1,59 1,90 1.8041 : 9 1,51 - - - - -
1 : 10 1,43 1,77 1,94 1,58 1,79 1.769Peneliti(tahun)
Tjokrodimuljo(1992)
Kadarusman(1998)
Wahyudi(1998)
Sulistyowati(2000)
Subkhannur(2002)
Trisnoyuwono(2008)
3.2. Kuat tekan
Agregat kasar yang digunakan sebagai bahan dasar pembuatan beton non – pasir sangat
berpengaruh terhadap kuat tekannya. Sifat – sifat agregat kasar yang berpengaruh itu
diantaranya adalah kekasaran, ketahanan aus dan gradasinya (Tjokrodimuljo, 1992).
Sebagai gambaran, pada Tabel 2 ditampilkan hasil penelitian tentang kuat tekan beton non –
pasir dengan agregat yang berbeda yang pernah dilakukan oleh peneliti – peneliti terdahulu.
Tabel 2. Kuat tekan beton non pasir dari penelitian terdahulu
RasioVolume
PC : Agrt
AgregatPecehangentengkeramik
Kerikil Galis Tanahliat
bakar
Breksi batuapung
Kerikilmerapi
Batu Ape S.Lua, TalaudTipe
1Tipe
21 : 2 - 35,86 28,61 20,17 19,91 29,76 -1 : 3 - - - 19,13 - - -1 : 4 - 16,40 23,78 18,87 14,81 20,28 15.601 : 5 - - - 10,81 - - -1 : 6 9,03 10,36 10,79 8,63 11,06 16,23 7.671 : 7 8,32 - - 6,53 - - -1 : 8 7,04 6,86 8,26 6,31 8,66 8,81 4.651 : 9 5,51 - - - - - -
1 : 10 4,54 4,61 5,97 - 7,62 5,26 2.40Peneliti(tahun)
Tjokrodimuljo(1992)
Kadarusman(1998)
Wahyudi(1998)
Sulistyowati(2000)
Subkhannur(2002)
Trisnoyuwono(2008)
7
3.3. Nilai faktor air semen (fas)
Kadar air sangat dibutuhkan untuk membentuk rekatan antara agregat. Rasio air – semen
(fas) yang lebih tinggi dari nilai fas optimum tidak akan menghasilkan ikatan yang cukup
baik antara pasta semen dan agregat. Hal ini diakibatkan karena pasta semen terlalu encer
dan tidak bisa merekatkan partikel – partikel agregat. Sebaliknya jika faktor air semen terlalu
rendah dari nilai fas optimum, pasta semen tidak akan cukup memiliki daya adhesi untuk
merekatkan agregat (Tjokrodimuljo, 2004).
Nilai fas yang umum digunakan adalah pada rentang nilai antara 0.36 – 0.46. Hasil penelitian
Tjokrodimuljo (1992) yang membuat beton non pasir dari pecahan genteng keramik
diperoleh nilai faktor air semen optimum sekitar 0,4 dengan kuat tekan antara 5 MPa sampai
10 MPa untuk rasio volume agregat - semen 10 sampai 6 seperti yang ditampilkan pada
Gambar 3. Tingkat serapan agregat terhadap air juga akan mempengaruhi kadar air dan harus
menjadi salah satu faktor yang harus dipertimbangkan dalam proses perencanaan.
Gambar 3. Hubungan antara fas dan kuat tekan beton non pasir(Tjokrodimuljo, 1992)
KUAT
TEK
AN, M
Pa
8
Dalam beton non pasir faktor air semen (fas) bukan merupakan faktor kontrol utama dalam
menentukan kuat tekannya, tetapi rasio agregat – semen dan faktor air semen optimumlah
yang dapat menghasilkan kuat tekan tertinggi.
3.4. Modulus Elastisitas
Modulus elastisitas beton non pasir merupakan perbandingan antara tegangan dan regangan
pada saat beton masih dalam kondisi elastik. Kurva tegangan – regangan beton pada tahap
awal pembebanan merupakan kurva linear, maka modulus elastisitas (modulus young) dari
bahan beton ini adalah garis singgung dari kurva tegangan – regangan pada titik pusatnya.
Kemiringan garis singgung ini didefinisikan sebagai modulus tangen awal. Modulus tangen
awal diambil sebagai modulus elastisitas (Gambar 4).
Modulus elastisitas beton tergantung pada modulus elastisitas agregat dan pastanya. Dalam
perhitungan struktur boleh diambil modulus elastisitas beton sebagai berikut (Tjokrodimuljo,
2004) :
Ec = (WC)1,.5 . 0,043 fC untuk WC = 1,5 – 2,5
Ec = 4700 . fc untuk beton normal
Dengan :
EC = Modulus elastisitas beton (MPa)
WC = Berat beton per m ³
fC = Kuat tekan beton (MPa)
9
Tega
ngan
0.5 fc’
Modulustangen
Modulus tangenawal
Modulus secan pada 0.5 fc’
EcE0.5
Fc’
Regangan
Gambar 4. kurva hubungan tegangan – regangan beton
Penelitian yang pernah dilakukan oleh Wahyudi (1998), Sulistiyowati (2000), Subkhannur
(2002), Misdarpon (2006) dan Oktarina (2007) pada beton non pasir memberikan nilai
modulus elastisitas sebagaimana tercantum pada Tabel 3.
10
Tabel 3. Modulus elastisitas beton non pasir dari penelitian terdahuluModulus elastisitas (MPa)
Rasio volumePC : Agregat
Agregat
Tanah liatbakar
Breksi batuapung
Kerikil asalG. Merapi
Batu Ape S.Lua, Talaud
Cangkangkerangdarah
1 : 2 7012 9625 33772.8 -1 : 3 6461 - - -1 : 4 5717 7867 32409 15007.50 8011 : 5 3472 - - - -1 : 6 2716 6110 27081.2 8726.25 4521 : 7 2531 - - - -1 : 8 - 4352 24161.8 6394.50 3181 : 9 - - - - -1 : 10 - 2594 17727.4 4030.50 239
Peneliti(tahun)
Wahyudi(1998)
Sulistiyowati(2000)
Subkahannur(2002)
Trisnoyuwono(2008)
Oktarina(2007)
3.5. Kadar pori
Pasta semen hanya merupakan lapisan tipis pada permukaan agregat dan tidak mengandung
gelembung udara, sehingga pori hanya ditentukan dari ruang antara butiran agregat. Definisi
kadar pori adalah jumlah udara yang terdapat diantara butiran - butiran agregat dan
terperangkap di dalam beton non pasir. Kadar pori tergantung pada rasio agregat – semen,
oleh sebab itu nilainya sangat bervariasi. Kadar pori beton non pasir berkisar antara 13
sampai 28 % untuk rasio semen – agregat 1 : 4 dan 1 : 6 (Harber, 2005).
Volume pori beton non pasir yang menggunakan berbagai macam agregat dan berbagai
perbandingan volume semen - agregat dapat dilihat pada Tabel 4.
11
Tabel. 4. Volume pori beton non pasir dengan berbagai macam agregatVolume Rongga (%)
Rasiovol. PC :
Agr
PecahangentengJambi
Kerikil Galis Breksi batuapung
KerikilMerapi
Batu Ape S.Lua, Talaud
CangkangkerangdarahTipe I Tipe
II1 : 2 0,39 1,056 0,564 1,8 1,23 - -1 : 3 0,13 - - - - - -1 : 4 6,34 4,54 3,941 0,4 5,7 3.07 32,891 : 5 11,37 - - - - - -1 : 6 13,59 13,33 8,76 1,6 10,66 7.52 45,511 : 7 - - - - - - -1 : 8 - 20,02 14,28 1,9 19,12 12.16 49,751 : 9 - - - - - - -1 : 10 - 22,71 17,79 3,2 25,23 14.77 52,66
Peneliti(tahun)
Supangat(1996)
Kadarusman(1998)
Sulistiyowati(2000)
Subkhannur(2002)
Trisnoyuwono(2008)
Oktarina(2007)
4. Proporsi campuran
Proporsi campuran beton non pasir sebagian besar bergantung pada peruntukannya
(elemen kolom, balok atau perkerasan jalan). Untuk aplikasi pada bangunan, rasio semen dengan
agregat yang biasa dipakai adalah 1 : 6 dan 1 : 10. Patokan untuk campuran ini akan
menghasilkan rasio pori yang tinggi dan dapat mencegah pergerakan kapiler air dari bagian
bawah struktur yang berhubungan dengan tanah (Harber, 2005).
Perbandingan volume semen – agregat yang pernah dicoba oleh Tjokrodimuljo (1992)
berkisar antara 1 : 6 dan 1 : 10 dengan menghasilkan kuat tekan berkisar antara 10 – 5 MPa, hal
tersebut dapat dilihat pada Gambar 5. Hasil serupa juga dihasilkan oleh Tjokrodimuljo dan
Sumartono (1993), dimana kuat tekan beton non pasir berkisar antara 9 dan 3 MPa pada
perbandingan volume semen – agregat antara 1 : 5 dan 1 : 10.
12
0
2
4
6
8
10
12
5 6 7 8 9 10 11 12
RASIO VOLUME AGREGAT - SEMEN
13
Gambar 5. Hubungan antara rasio agregat – semen dan kuat tekan beton(Tjokrodimuljo, 1992)
Untuk membuat beton non pasir yang lebih kuat, misalnya untuk elemen balok atau
kolom, dapat digunakan nilai rasio semen – agregat yang lebih rendah, misalnya 1 : 4. Hal ini
pernah dicoba oleh Mohammad Noe Ilham (1997) untuk penelitiannya tentang kuat lentur dan
daktilitas balok beton non pasir, yang menggunakan agregat berupa tanah liat bakar dari sekitar
Sungai Lusi (Purwodadi) dan menghasilkan berat jenis 1,91 serta kuat tekan rata – rata 18,5
MPa. Rasio volume semen : agregat (1 : 4) juga dilakukan oleh Basewed dan Tjokrodimuljo
(1997) sewaktu melakukan penelitian tentang kuat geser balok beton non pasir, yang
menggunakan agregat berupa lempung bekah (expanded clay – ALWA) dari Cilacap. Beton non
pasir yang dihasilkan mempunyai berat jenis 1,50 dan kuat tekan rata – rata 14 MPa.
KUAT
TEK
AN, M
Pa
13
5. Kebutuhan Bahan Beton Non-Pasir
Pembuatan beton non – pasir dapat lebih murah karena hanya memerlukan semen
Portland sedikit. Hal ini karena pasta semen tidak diperlukan untuk melapisi butir – butir pasir
(Neville, 1975).
Semakin besar rasio agregat – semen, semakin rendah kuat tekan beton non – pasir. Hal
ini disebabkan karena semakin besar rasio agregat – semen semakin sedikit pasta semen yang
ada sehingga daya rekat antar butir agregat semakin lemah (Tjokrodimuljo, 1994).
Beton non pasir yang dipakai untuk bagian non struktur biasanya dibuat dengan nilai fas
0,40 dan perbandingan volume semen : agregat = 1:10, dan kebutuhan semen portland sekitar
130 kg per meter kubik beton.
Untuk struktur ringan yang dibuat dengan nilai fas 0,40 dan perbandingan volume semen
: agregat = 1 : 5, maka kebutuhan semen portland sekitar 290 kg per meter kubik beton.
(Tjokrodimuljo, 2004). Sebelum pengadukan dilaksanakan, terlebih dahulu harus dihitung
kebutuhan bahan-bahan penyusun beton non pasir, selanjutnya kebutuhan bahan ini diberi faktor
tambahan bahan.
Bahan bahan yang diperlukan yaitu : kerikil, semen, dan air, dihitung dengan cara
persamaan sebagai berikut (Tjokrodimuljo, 2004) :
a) Bahan adukan untuk 1 m³ beton non pasir
Perbandingan semen – agregat = 1 : A. untuk 1 m³ beton non pasir diperlukan :
Volume agregat (Vagr), Vagr = 1000 dm³
Berat agregat (Wagr), Wagr = Vagr x berat satuan agregat, kg .……...(1)
Volume semen (Vsmn), Vsmn = 1000/A, dm³ …………………………(2)
14
Berat semen (Wsmn), Wsmn = Vsmn x berat satuan semen, kg ………(3)
Berat air (Wair), Wair = f.a.s x Wsmn, kg ……………………...(4)
b) Bahan adukan untuk 5 silinder beton non pasir
Volume 1 adukan = volume 5 silinder
V1 ad = 5 x ¼ x x jari – jari silinder (dm) x tinggi silinder (dm)
V1 ad = 5 x ¼ x x 1,5² x 3 dm³ = 26,51 dm³.
k = faktor keamanan jumlah bahan (1,10 – 1,40)
Berat agregat untuk satu adukan (Wagr 1 ad), kg
Wagr 1 ad = (V1 ad/1000) x Wagr x k ………………………………….….(5)
Berat semen satu adukan (Wsmn 1 ad), kg
Wsmn 1 ad = (V1 ad/1000) x Wsmn x k …………………………………...(6)
Berat air satu adukan (Wair 1 ad), liter
Wair 1 ad = (V1 ad/1000) x W air x k …………………………….…….…(7)
Pada Tabel 5 disajikan hasil penelitian tentang kebutuhan semen per meter kubik untuk
beton non pasir dari penelitian – penelitian terdahulu.
Tabel 5. Kebutuhan semen per meter kubik dari penelitian terdahuluPerbandingan
VolumeSemen:Agrega
t
AgregatPecehangentengkeramik
Kerikil Galis Tanahliat
bakar
Breksi batuapung
Batu Ape S.Lua, TalaudTipe 1 Tipe 2
1 : 2 - 622,26 613,88 589,1 593 -1 : 3 - - - 450,5 - -1 : 4 - 363,45 375,29 362,7 376 407.161 : 5 - - - 296,2 - -1 : 6 211 240,86 245,98 249,4 268 285.411 : 7 185 - - 216,1 - -1 : 8 170 181,87 188,94 191,5 209 207.881 : 9 140 - - - -1 : 10 127 145,87 151,28 173 168.08
Peneliti(tahun)
Tjokrodimuljo(1992)
Kadarusman(1998)
Wahyudi(1998)
Sulistyowati(2000)
Trisnoyuwono(2008)
15
6. Hasil Uji Coba di Lapangan
Setelah penelitian di laboratorium diperoleh hasil yang cukup, langkah berikutnya ialah
uji coba di lapangan. Beberapa kali uji coba di lapangan telah dilakukan, diantaranya sebagai
berikut :
a) Pembuatan bata dari beton non pasir (BATAGAMA 1). Bata beton ini telah diproduksi di
dusun Jambon, Desa Bawuran, Kecamatan Pleret, Kabupaten Bantul sejak tahun 2002. Bata
beton dari daerah ini telah dipakai untuk dinding tembok gedung, antara lain di bangunan
pabrik bata beton itu sendiri di Dusun Jambon (Gambar 6), adapun bata beton (Batagama II)
yang diproduksi di Dusun Kemiri, Desa Purwobinangun, Kecamatan pakem, Kabupaten
Sleman, sejak tahun 2003, telah dipakai untuk perluasan masjid di dusun kemiri, Desa
Purwobinangun, Sleman, rumah percontohan di kompleks Perumahan Kabupaten Sleman
(Gambar 7 dan Gambar 8) dan gedung pusat penjualan barang – barang kerajinan dari beton
non pasir di Dusun Kemiri Desa Purwobinangun, Kecamatan Pakem, Kabupaten Sleman
(Gambar 12).
b) Struktur beton non pasir bertulang. Struktur beton ini telah dipakai untuk membuat bangunan
gapura di Perumnas Condongcatur, Yogyakarta (Gambar 9).
c) Buis beton untuk sumur resapan (Gambar 10).
d) Perkerasan jalan lingkungan (Gambar 11).
e) Barang kerajinan, misalnya pot bunga, meja kursi taman, dsb (Gambar 13).
16
Gambar 6. Pabrik BNP di Bawuran, Pleret, Bantul(Tjokrodimuljo, 2003)
Gambar 7. Rumah contoh di Beran, Sleman, dalam pembuatan(Tjokrodimuljo, 2004)
17
Gambar 8. Rumah contoh di Beran, Sleman(Tjokrodimuljo, 2004)
Gambar 9. Gapura dari BNP di Perumnas Condongcatur, Kec. Depok, Sleman
18
Gambar 11. Perkerasan jalan dari BNP di Dusun Kemiri(Nugraha, 2007)
Gambar 10. Buis beton dari BNP dibuat di Dusun Kemiri(Nugraha, 2007)
19
Gambar 13. Kerajinan dari Beton Non Pasir (Bagas, 2007)
Gambar 12. Gedung dari BNP untuk pusat penjualan barang kerajinan didusun Kemiri, Purwobinangun, Pakem, Sleman (Bagas, 2007)
20
C. Penutup
Berdasarkan uraian tersebut di atas, maka beton non pasir cocok untuk pembuatan barang –
barang sebagai berikut :
• Bata beton (ukuran batako).
• Dinding tembok cor setempat (bertulang atau tidak bertulang).
• Balok dan kolom gedung satu lantai (beton non pasir bertulang).
• Bangunan gapura (beton non pasir bertulang).
• Perkerasan jalan (karena meloloskan air).
• Barang – barang kerajinan (pot bunga, meja kursi taman dan lain-lain).
D. Daftar Pustaka
• Amri, S, 2005. Teknologi Beton A – Z, Edisi Pertama, Penerbit Yayasan John Hi-Tech
Idetama, Jakarta.
• Frick, H. Koesmartadi, C.H. 1999. Ilmu Bahan Bangunan, Eksploitasi Pembuatan,
Penggunaan dan Pembuangan. Kanisius. Yogyakarta.
• Fulton, F.S. 1977. Concrete Technology. Cape and Transversal Printers Limited. Republic of
South Africa.
• Hadi, C. 2003, Beton Non-Pasir dengan Agregat Batu Kapur Asal Klaten Ukuran 10 – 20
mm, Tugas Akhir, Jurusan Teknik Sipil, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta
• Harber, P. 2005. Applicability of No-Fines Concrete as a Road Pavement, Dissertation
towards the Degree of Bachelor of Engineering, Faculty of Engineering and Surveying,
University of Southern Queensland, Australia.
21
• Kadarusman. 1998. Kajian Pemakaian Kerikil Galis Sebagai Agregat Pada Beton Non-Pasir.
Tugas Akhir. Jurusan Teknik Sipil, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta
• Neville, A.M. 1975, Properties of Concrete, The English Language Book Society And
Pitman Publishing, Johannesburg, South Africa.
• Oktarina, D, 2007. Penggunaan Cangkang Kerang Darah Asal Pasar Kobong Semarang
sebagai Agregat dalam Pembuatan Beton Non-Pasir. Thesis. Sekolah Pasca Sarjana Jurusan
Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
• Pervious Concrete. When It Rains….It Drains. www.nrmca.org. 2004.
• Pervious Concrete Technology A Solution To Storm Water Problem.
www.reedbusiness.com. 2005.
• Pervious Pavement. www.washingtonconcrete.org. 2007.
• Raju, N.K, 1983, Design of Concrete Mixes, Second Edition, CBS Publishers & Distributors,
New Delhi, India
• Subkhannur, A, 2002. Penggunaan Kerikil Asal Gunung Merapi sebagai Agregat dalam
Pembuatan Beton Non-Pasir. Tugas Akhir. Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas
Gadjah Mada, Yogyakarta.
• Sulistyowati, E.E. 2000. Pemanfaatan Breksi Batu Apung ukuran 5mm – 20mm Sebagai
Agregat Beton Non-Pasir. Tugas Akhir. Jurusan Teknik Sipil, Universitas Gadjah Mada,
Yogyakarta
• Supangat, 1996. Penggunaan Pecahan Genteng Asal Jambi Sebagai Agregat Beton Non
Pasir. Tugas Akhir. Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada,
Yogyakarta.
22
• Tjokrodimuljo, K. 2007. Beton Khusus, Buku Ajar. Jurusan Teknik Sipil – Magister
Teknologi Bahan Bangunan – Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
• Tjokrodimuljo, K. 2004. Teknologi Beton, Buku Ajar. Jurusan Teknik Sipil – Magister
Teknologi Bahan Bangunan – Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, Yogyakarta.
• Tjokrodimuljo, K. 2000. Kursus Singkat Teknologi Bahan Lokal Dan Aplikasinya Di Bidang
Teknik Sipil (Beton Non Pasir), Pusat Administrasi Umum, Ilmu Teknik Universitas Gadjah
Mada (22-23 Maret 2000), Yogyakarta.
• Tjokrodimuljo, K. 1992. Beton Non-Pasir Dengan Agregat Dari Pecahan Genteng Keramik.
Laporan Penelitian. Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada.
Yogyakarta
• Wahyudi, B. 1998. Pengaruh Perbandingan Agregat – Semen Terhadap Sifat – Sifat Beton
Non Pasir Dengan Agregat Buatan Tanah Liat Bakar Asal Purwodadi, Tugas Akhir Jurusan
Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.