Upload
heru-el-real
View
97
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
BAB I
PENDAHULUAN
11 Latar Belakang
Perubahan zaman menyebabkan situasi masyarakat selalu berubah
Perubahan tersebut menuntut perkembangan di segala bidang terutama
dalam dunia pendidikan Dengan pendidikan manusia tidak hanya
memikirkan masa lalu dan sekarang tetapi juga apa yang akan dihadapi di
masa yang akan datang Oleh karena itu sumber daya manusia yang
berkualitas dan berdedikasi tinggi diperlukan dalam peningkatan mutu
pendidikan
Pendidikan dapat diperoleh melalui dua jalur yaitu pendidikan formal
dan non formal Sekolah merupakan jalur pendidikan formal Pembelajaran
di sekolah dilaksanakan secara sistematis dan menggunakan kurikulum
sebagai acuan Kegiatan belajar mengajar dilaksanakan dengan perangkat
pembelajaran yang mencakup tujuan materi metode media ataupun model
pembelajaran dan evaluasi hasil belajar yang mengacu pada kurikulum Pada
kenyataannya kurikulum sering berganti dalam jangka waktu yang relatif
cepat Sehingga sekolah susah menyesuaikan diri dengan perubahan tersebut
Hal ini berpengaruh pada proses pembelajaran di sekolah
Salah satu permasalahan pokok yang dihadapi dalam pembelajaran
pada sekolah formal saat ini adalah rendahnya daya serap peserta didik
terhadap apa yang dipelajari Hal ini terlihat dari rata-rata hasil belajar siswa
yang selalu memprihatinkan Pernyataan tersebut berdasarkan data nilai
ulangan harian mata pelajaran kimia dan fisika kelas X dan nilai UAS (Ujian
Akhir Sekolah) untuk kelas IPA di SMA Kristen 1 Kupang Untuk mata
pelajaran kimia rata-rata 40-50 siswa setiap kelasnya tidak tuntas dengan
rerata hasil belajar kurang dari tujuh Hal ini disebabkan beberapa hal antara
lain daya serap siswa yang rendah pendekatan pembelajaran yang kurang
menarik sehingga kurang memotivasi siswa untuk mengikuti proses
pembelajaran Selain itu dari data nilai UAS (2006-2008) untuk kelas IPA
1
rata-rata nilai UAS untuk mata pelajaran kimia terlihat menurun Kondisi
tersebut merupakan hasil pembelajaran yang kurang menyentuh siswa
Dengan kata lain proses pembelajaran hingga saat ini masih didominasi oleh
guru dan tidak memberikan akses bagi siswa untuk berkembang secara
mandiri melalui penemuan dan proses berpikirnya
Beberapa siswa merasa jenuh dengan pelajaran kimia dengan alasan
terlalu rumit penuh hafalan dan rumus-rumus yang melihatnya saja sudah
merasa pusing apalagi untuk mengerti dan memahaminya Kondisi tersebut
menyebabkan beberapa siswa tersebut tidak tuntas dalam pembelajaran kimia
salah satunya pada pokok bahasan reaksi oksidasi-reduksi
Untuk mengatasi permasalahan tersebut dapat dilakukan dengan
menggunakan variasi mengajar yang menarik Beberapa penelitian dengan
menggunakan model pembelajaran kooperatif telah dilakukan salah satunya
adalah model pembelajaran kooperatif tipe STAD (Studens Teams-
Achievment Division) atau PPT (Peningkatan Prestasi Tim) Penelitian-
penelitian tersebut antara lain
1 Meningkatkan Hasil Belajar Kimia Siswa Kelas XI Semester 2 SMA N 2
Demak dengan Memberikan Umpan Balik Kuis dalam Model
Pembelajaran Studens Teams-Achievment Division (STAD) (Lismiyati
2006)
2 Penggunaan Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe Studens Teams-
Achievment Division (STAD) dalam Upaya Meningkatkan Hasil Belajar
Kimia pada Materi Pokok Stoikiometri Siswa Kelas X-6 Semester 1 SMA
Negeri 13 Semarang Tahun Pelajaran 20042005 (Rina Apitasari 2005)
3 Peningkatkan Hasil Belajar Kimia Siswa Kelas X dengan Menggunakan
kombinasi Metode Studens Teams-Achievment Division (STAD) dan
Structure Exercise Methode di SMA N 16 Semarang (Renita Tri Parwati
2006)
4 Pemanfaatan Model Pembelajaran Kooperatif STAD (Studens Teams-
Achievment Division) untuk Meningkatkan Hasil Belajar Kimia Siswa
Kelas XI SMA Negeri 15 Semarang pada Materi Pokok Kesetimbangan
Dalam Larutan (Yuli Susilowati 2006)
2
Dari penelitian-penelitian yang telah dilakukan masih terdapat
beberapa kelemahan antara lain
1 Manajemen waktu yang kurang baik sehingga siswa tidak memanfaatkan
waktu dengan baik untuk diskusi dan pemahaman materi
2 Belum ada variasi dari model pembelajaran kooperatif tipe PPT yang
menarik perhatian siswa
Dari uraian diatas perlu adanya kombinasi antara model pembelajaran
kooperatif dengan media permainan yang menarik dapat memotivasi dan
meningkatkan hasil belajar siswa Salah satunya adalah dengan menggunakan
media permainan ular tangga yang dikombinasikan dengan model
pembelajaran kooperatif tipe PPT (Peningkatan Prestasi Tim) Penggunaan
model pembelajaran ini cenderung mengajarkan siswa untuk bekerja sama
sebagai tim untuk mencapai tujuan yang sama yaitu tujuan belajar Dalam
pelaksanaannya siswa dibagi dalam beberapa kelompok yang beranggotakan
4-5 orang siswa yang merupakan campuran menurut tingkat prestasi jenis
kelamin dan suku Guru menyampaikan materi pelajaran kemudian siswa
bekerja dalam kelompok mereka memastikan bahwa seluruh anggota
kelompok telah menguasai materi pelajaran yang disampaikan Permainan ular
tangga disisipkan setiap akhir pertemuan sebagai penguatan belajar
Berdasarkan masalah dalam pembelajaran kimia yang diuraikan diatas
dan menariknya model pembelajaran kooperatif tipe PPT ini maka akan
dilaksanakan penelitian dengan judul rdquo Pemanfaatan Media Ular Tangga
yang Dikombinasikan dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe PPT
(Peningkatan Prestasi Tim) untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa
Kelas X SMA Kristen 1 Kupangrdquo
3
12 Rumusan Masalah
Dari uraian latar belakang masalah permasalahan yang akan dikaji
dalam penelitian yang akan dilakukan yaitu
1 Apakah hasil belajar kognitif siswa yang diajar pokok bahasan reaksi
oksidasi-reduksi menggunakan media ular tangga yang dikombinasikan
dengan model pembelajaran kooperatif tipe PPT terjadi peningkatan yang
signifikan
2 Apakah dengan pemanfaatan media ular tangga yang dikombinasikan
dengan model pembelajaran kooperatif tipe PPT siswa dapat mencapai
ketuntasan belajar untuk pokok bahasan reaksi oksidasi-reduksi
13 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini yaitu sebagai berikut
1 Mengetahui apakah hasil belajar kognitif siswa yang diajar pokok
bahasan reaksi oksidasi-reduksi menggunakan media ular tangga yang
dikombinasikan dengan model pembelajaran kooperatif tipe PPT terjadi
peningkatan yang signifikan
2 Mengetahui apakah dengan pemanfaatan media ular tangga yang
dikombinasikan dengan model pembelajaran kooperatif tipe PPT siswa
dapat mencapai ketuntasan belajar untuk pokok bahasan reaksi oksidasi-
reduksi
14 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut
1 Dengan pembelajaran yang menyenangkan diharapkan anak dapat lebih
termotivasi untuk belajar
2 Dengan pemanfaatan media ular tangga yang dikombinasikan dengan
model pembelajaran kooperatif tipe PPT (Peningkatan Prestasi Tim)
diharapkan kimia bukan lagi pelajaran yang sulit dan menjenuhkan bagi
siswa
3 Dapat memberikan masukan kepada siswa bagaimana cara belajar yang
efektif untuk menigkatkan hasil belajar
4
15 Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penulisan karya ilmiah ini adalah metode
kepustakaan atau tinjauan literatur
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
21 Pengertian Belajar
Belajar merupakan proses penting bagi perubahan perilaku manusia
dan ia mencakup segala sesuatu yang dipikirkan dan dikerjakan (Chatarina
2004 2) Belajar memegang peranan penting dalam perkembangan kebiasan
sikap keyakinan tujuan kepribadian dan bahkan persepsi manusia oleh
karena itu dengan menguasai prinsip-prinsip dasar tentang belajar seseorang
mampu memahami bahwa aktivitas belajar itu memegang peranan penting
dalam proses psikologis
Menurut Catharina (2004 12) banyak ahli di bidang pendidikan yang
mencoba memberikan definisi ataupun pengertian belajar ditinjau dari
berbagai aspek sehingga muncul berbagai pengertian belajarnya diantaranya
1 Gagne dan Berliner dalam Catharina (2004 12) menyatakan bahwa
belajar merupakan proses dimana suatu organisme mengubah perilakunya
karena hasil dari pengalaman
2 W S Winkel dalam Catharina (2004 12) menerangkan bahwa belajar
pada manusia dirumuskan sebagai suatu aktivitas mentalpsikis yang
berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan
perubahan-perubahan dalam pengetahuan pemahaman ketrampilan dan
nilai sikap Perubahan itu bersifat secara relatif konstan dan berbekas
3 Slavin dalam Catharina (2004 12) menyatakan belajar merupakan
perubahan individu yang disebabkan oleh pengalaman
Berdasarkan berbagai penjelasan mengenai belajar dapat
disimpulakan bahwa belajar dalam arti umum adalah segala aktivitas individu
yang dapat menimbulkan perubahan tingkah laku pada diri individu tersebut
Aktivitas ini dapat berupa latihan maupun pengalaman dalam situasi tertentu
dimana tingkah laku yang mengalami perubahan itu menyangkut banyak
aspek
6
22 Permainan Sebagai Media Belajar
Permainan merupakan kontes antar pemain yang berinteraksi satu
sama lain dengan mengikuti aturan-aturan tertentu untuk mencapai tujuan
tertentu Komponen utama yang terdapat dalam sebuah permainan yaitu
pemain lingkungan tempat berinteraksi aturan permainan dan tujuan yang
ingin dicapai
Permainan dapat digunakan sebagai media belajar siswa Tujuan
digunakannya permainan sebagai media yaitu untuk membantu siswa dalam
belajar secara mandiri dan menciptakan suasana yang rekretatif bagi siswa
sehingga belajar terasa lebih menarik Kelebihan permainan sebagai media
belajar antara lain
1 permainan merupakan kegiatan yang bersifat menyenangkan dan
menghibur sehingga siswa tertarik untuk belajar sambil bermain
2 siswa berpartisipasi untuk belajar
3 siswa mendapatkan umpan balik
4 permainan dapat menyesuaikan kondisi siswa
5 permainan dapat dilakukan di luar kelas
6 permainan pada umumnya mudah dilakukan
Selain itu permainan sebagai media belajar juga mempunyai
kelemahan yaitu
1 permainan yang bersifat rumit memerlukan banyak waktu untuk
dijelaskan
2 satu permainan tidak dapat diadopsi untuk semua materi
3 kurangnya pemahaman aturan permainan oleh siswa dapat menimbulkan
kericuhan
4 siswa yang tidak menguasai materi dengan baik akan mengalami
kesulitan dalam bermain
Dalam menggunakan permainan sebagai media belajar guru harus
memperhatikan beberapa hal yaitu
1 permainan harus benar-benar mengikat perhatian siswa
2 permainan harus benar-benar menarik dan mudah dilakukan
7
3 siswa harus dapat terlibat secara penuh dalam permainan
Permainan yang baik untuk digunakan sebagai media pembelajaran adalah
permainan yang memenuhi syarat-syarat sebagai berikut
1 alat atau perlengkapan permainan itu mudah ditemukan atau dibuat
mudah disimpan dan tahan lama
2 permainan mempunyai aturan yang jelas dan sederhana
3 permainan dapat dimainkan dalam waktu yang relatif singkat
4 permainan harus berkaitan atau dapat mencapai tujuan pembelajaran
23 Ular Tangga
Menurut situs httpidwikipediaorgwikiUlar_tangga ular tangga
merupakan permainan anak-anak berbentuk papan yang dimainkan oleh dua
orang atau lebih Papan permainan dibagi dalam kotak-kotak kecil sejumlah
tangga atau ular digambar di beberapa kotak yang menghubungkannya
dengan kotak lain Permainan ini diciptakan pada tahun 1870
Gambar 21 Contoh papan permainan ular tangga
8
Tidak ada bentuk standar dari papan permainan ular tangga Setiap
orang dapat menciptakan sendiri papan mereka dengan jumlah kotak ular
dan tangga yang berlainan
Setiap pemain memulai permainan dengan meletakkan bidaknya di
kotak pertama (biasanya kotak di sudut kiri bawah) kemudian secara
bergiliran pemain melemparkan dadu Bidak dijalankan sesuai dengan jumlah
mata dadu yang muncul Jika bidak pemain berhenti di ujung bawah sebuah
tangga bidak tersebut dapat langsung pergi ke ujung tangga yang lain Bila
bidak pemain berhenti di kotak dengan gambar ekor ular mereka harus turun
ke kotak di ujung bawah ular Pemenang adalah pemain pertama yang
bidaknya mencapai kotak terakhir
Biasanya bila seorang pemain mendapatkan angka 6 dari dadu yang
dilempar mereka mendapat giliran sekali lagi untuk melempar dadu Jika
tidak maka giliran jatuh ke pemain selanjutnya
Papan permainan ular tangga dapat dimodifikasi menjadi media
pembelajaran Modifikasi dapat dilakukan dengan cara mengganti peraturan
permainan Pada penelitian sebelumya mengunakan permainan ular tangga
dengan papan permainan tetap terdapat ular ataupun tangga seperti pada
umumnya Namun berbeda pada prosedur kenaikan pada tangga dan
penurunan pada ular Pada ular tangga penelitian tersebut untuk dapat
menaiki tangga maka peserta yang berhenti pada ujung bawah tangga harus
dapat menjawab pertanyaan yang terdapat di balik kartu bertanda T
sedangkan bila peserta berhenti pada ekor ular agar ia dapat bertahan atau
tidak turun ke kepala ular maka ia harus dapat menjawab pertanyaan yang
terdapat di balik kartu bertanda U (Dianto 2008)
Selain bentuk U dan T modifikasi juga dapat dilakukan dengan
mengganti gambar ular dan tangga dengan nomor-nomor bonus yaitu nomor-
nomor tertentu yang disusun acak pada papan ular tangga Apabila bidak
berhenti pada nomo-nomor tersebut pemain harus menjawab pertanyaan
yang disediakan oleh wasit Jika jawaban pemain tersebut salah atau tidak
bisa menjawab pertanyaan maka pertanyaan bisa dilempar ke pemain lain
sampai pertanyaan terjawab dengan benar dan semua pemain paham
9
24 Model Pembelajaran Kooperatif
Beberapa tipe model pembelajaran kooperatif adalah sebagai berikut
241 Permainan Tim (PT)
Penerapan model PT dilakukan dengan cara mengelompokkan
siswa secara heterogen Tiap kelompok mendapatkan tugas yang sama
atau berbeda Setelah tugas diperoleh setiap kelompok bekerja sama
dalam bentuk kerja individual dan diskusi Usahakan dinamikia
kelompok kohesif dan kompak serta tumbuh rasa kompetisi antar
kelompok Suasana diskuisi dibuat nyaman dan menyenangkan sepeti
dalam kondisi permainan (games) yaitu dengan cara guru bersikap
terbuka ramah lembut dan santun Setelah selesai kerja kelompok
sajikan hasil kelompok sehuingga terjadi diskusi kelas
Langkah-langkahnya adalah sebagai berikut
1 Membuat kelompok siswa heterogen yang terdiri dari 4 orang
kemudian memberikan informasi pokok materi dan mekanisme
kegiatan
2 Menyiapkan meja turnamen secukupnya misalnya 10 meja Untuk
tiap meja ditempati 4 siswa yang berkemampuan setara meja I
diisi oleh siswa dengan level tertinggi dari tiap kelompok dan
seterusnya sampai meja ke-X ditempati oleh siswa yang levelnya
paling rendah Penentuan tiap siswa yang duduk pada meja tertentu
adalah hasil kesepakatan kelompok
3 Turnamen dilaksanakan dengan cara setiap siswa mengambil kartu
soal yang telah disediakan pada tiap meja dan mengerjakannya
untuk jangka waktu tertentu (misal 3 menit) Siswa bisa
mengerjakan lebih dari satu soal dan hasilnya diperiksa dan dinilai
sehingga diperoleh skor turnamen untuk tiap individu dan
sekaligus skor kelompok asal Siswa pada tiap meja tunamen
diberikan gelar superior very good good medium sesuai dengan
skor yang diperolehnya
10
4 Pergeseran yaitu pada turnamen kedua ( begitu juga untuk
turnamen ketiga-keempat dst) dilakukan pergeseran tempat duduk
pada meja turnamen sesuai dengan sebutan gelar tadi Siswa
superior dalam kelompok meja turnamen yang sama begitu pula
untuk meja turnamen yang lainnya diisi oleh siswa dengan gelar
yang sama
5 Menghitung skor untuk tiap kelompok asal dan skor individual
serta memberikan penghargaan kelompok dan individual
Kelebihan dari model pembelajaran ini adalah
1 Melatih siswa mengungkap atau menyampaikan gagasannya
2 Melatih siswa untuk menghargai pendapat atau gagasan orang lain
3 Menumbuhkan rasa tanggung jawab sosial
Sedangkan kelemahannya yaitu
1 Kadang hanya beberapa siswa yang aktif dalam kelompok
2 Tempat duduk yang kadang sulit atau kurang mendukung untuk
diatur
3 Memakan banyak waktu
242 Peningkatan Prestasi Tim (PPT)
Seperti yang telah dijelaskan di atas bahwa model
pembelajaran kooperatif tipe PPT merupakan model pembelajaran
kooperatif dengan menggunakan kelompok-kelompok kecil yang
jumlah anggota tiap kelompok 4-5 orang siswa secara heterogen
Kegiatan belajar mengajarnya diawali dengan penyampaian tujuan
pembelajaran penyampaian materi kegiatan kelompok kuis dan
penghargaan kelompok Kegiatan kelompok dalam pembelajaran ini
berupa diskusi bahan belajar seperti LKS atau modul secara kolabratif
kemudian menyajikannya dengan cara presentasi kelompok Selain itu
dibuat skor perkembangan tiap siswa atau kelompok
Menurut Trianto (200754) persiapan-persiapan yang dibutuhkan
dalam pembelajaran kooperatif tipe PPT antara lain
11
1 Perangkat pembelajaran
Perangkat pembelajaran yang dibutuhkan meliputi Rencana
Pembelajaran (RP) Buku Siswa Lembar Kegiatan Siswa (LKS)
beserta lembar jawabannya
2 Membentuk kelompok kooperatif
Dalam menentukan kelompok diusahakan agar kemampuan siswa
dalam satu kelompok heterogen baik berdasarkan prestasi jenis
kelamin suku dan latar belakang sosial Kemampuan antar
kelompok diusahakan homogen Apabila dalam kelas terdiri atas
ras dan latar belakang yang relatif sama maka pembentukan
kelompok bisa didasarkan pada prestasi akademik
3 Menentukan skor awal
Nilai ulangan sebelumnya dalam kelas ini dapat dijadikan sebagai
skor awal Skor ini bisa berubah setelah diadakan kuis Selain itu
hasil tes masing-masing individu yang diadakan setelah
pembelajaran lebih lanjut juga dapat dijadikan sebagai skor awal
4 Pengaturan tempat duduk
Untuk menunjang keberhasilan pembelajaran kooperatif maka
pengaturan tempat duduk diusahakan satu kelompok berdekatan
supaya tidak kacau Tempat duduk sebaiknya tidak berpindah-
pindah
5 Kerja kelompok
Supaya tidak terjadi kekacauan lain maka terlebih dahulu diadakan
latihan kerjasama dalam kelompok Hal ini dilakukan agar masing-
masing individu dalam satu kelompok lebih saling mengenal
Model pembelajaran kooperatif tipe PPT ini merupakan tipe
pembelajaran kooperatif yang cukup sederhana Hal ini karena dalam
pembelajaran PPT ini masih ada penyampaian materi pelajaran yang
cenderung seperti model pembelajaran konvensional Perbedaan tipe
pembelajaran ini dengan metode konvensional terletak pada adanya
pemberian penghargaan pada kelompok
12
Kelebihan dari model pembelajaran ini adalah
1 Seluruh siswa menjadi lebih siap
2 Melatih kerjasama dengan baik
Sedangkan kekurangan dari model pembelajaran ini adalah
1 Anggota kelompok semua mengalami kesulitan dalam
penyesuaian
2 Membedakan siswa
243 Bidak (Bantuan Individual Dalam Kelompok)
Menurut situs httpeducaree-fkipunlanetindexphpoption =
com bantuan Individual dalam Kelompok (Bidak) adalah terjemahan
bebas dari Team Assisted Individually (TAI) yang merupakan model
pembelajaran kooperatif dengan karateristirk tanggung jawab belajar
adalah pada siswa Oleh karena itu siswa harus membangun
pengetahuan sendiri dengan kata lain tidak menerima materi pelajaran
dalam bentuk jadi dari guru Pola komunikasi antara guru dengan
siswa adalah negosiasi dan bukan imposisi-intruksi
Langkah-langkah pembelajaran dengan Bidak adalah sebagai berikut
1 Membuat kelompok secara heterogen dan memberikan bahan ajar
berupa modul
2 Siswa-siswa yang telah dikelompokan belajar dengan dibantu oleh
siswa pandai dari anggota kelompok secara individual saling tukar
jawaban dan saling berbagi sehingga terjadi diskusi dalam
kelompok
3 Melaksanakan refleksi dan tes formatif
4 Memberikan penghargaan terhadap kelompok
Model pembelajaran ini memang mengajak siswa untuk
mengkontstruksi pengetahuannya sendiri Namun Bidak sulit
diterapkan pada kelas yang siswanya sama sekali belum pernah
melaksanakan pembelajaran kooperatif
13
244 Jigsaw (Tim Ahli)
Langkah-langkah pada pembelajaran Jigsaw adalah sebagai berikut
1 Membagi para siswa kedalam beberapa kelompok secara heterogen
yang tiap kelompok beranggotakan 5-6 orang
2 Memberikan materi pelajaran kepada siswa dalam bentuk teks
yang telah dibagi-bagi menjadi beberapa sub pokok bahasan
3 Setiap anggota kelompok membaca sub pokok bahasan yang
ditugaskan dan bertanggungjawab untuk mempelajarinya
4 Anggota dari kelompok lain yang mempelajari sub pokok bahasan
yang sama berdiskusi dalam tim ahli
5 Setiap anggota tim ahli kembali ke kelompoknya mengajar teman-
temannya setelah selesai berdiskusi
6 Pada saat bertemu dengan kelompok asal dan berdiskusi para
siswa mendapat tagihan berupa kuis individu (Trianto 2007 57)
Kelebihan dan kekurangan dari model pembelajaran ini hampir
sama dengan model kooperatif tipe PPT Selain itu model
pembelajaran ini lebih rumit karena diskusi tidak hanya dilaksanakan
dalam kelompok tetapi juga dilakukan oleh tim ahli dari masing-
masing kelompok Hal ini membutuhkan banyak waktu
245 Berpikir Berpasangan
Berpikir berpasangan atau Think Pairs Share (TPS) merupakan
tipe pembelajaran kooperatif yang dirancang agar siswa mempunyai
lebih banyak waktu untuk berfikir merespon dan saling membantu
Langkah-langkah yang perlu dilakukan adalah sebagai berikut
1 Berpikir
Suatu pertanyaan atau masalah diajukan oleh guru kepada siswa
Dalam beberapa menit siswa diberi waktu untuk berpikir sendiri
menemukan jawaban atau jalan keluar dari permasalahan yang
diajukan
2 Berpasangan
Guru meminta siswa berpasangan untuk mendiskusikan jawaban
yang diperoleh melalui metode berpikir
14
3 Berbagi
Guru meminta pasangan-pasangan tersebut menyampaikan apa
yang telah mereka diskusikan kepada seluruh kelas dengan cara
presentasi (Trianto 2007 62)
Model pembelajaran ini baik untuk melatih kemapuan berpikir kritis
siswa dalam diskusi Tetapi perlu diperhatikan pasangan sebaiknya
tidak selalu sama Dalam kelas besar presentasi belum tentu bisa
disampaikan oleh semua pasangan karena terbatasnya waktu
246 Investigasi Kelompok
Langkah-langkah pembelajaran Investigasi Kelompok adalah
1 Membuat kelompok heterogen yang terdiri atas 5-6 siswa dengan
orientasi tugas
2 Merencanakan pelaksanaan investigasi Tiap kelompok
menginvestigasi proyek tertentu (bisa di luar kelas misalnya
mengukur tinggi pohon mendata banyak dan jenis kendaraan di
dalam sekolah jenis dagangan dan keuntungan di kantin sekolah
banyak guru dan staf sekolah)
3 Mengolah data penyajian data hasil investigasi presentasi kuis
individual
4 Membuat skor perkembangan siswa umumkan hasil kuis dan
berikan reward httplearning-with-meblogspotcom200609
pembelajaranhtml
Investigasi kelompok merupakan model pembelajaran kooperatif
paling rumit dan sulit untuk dilaksanakan Tetapi bisa dilaksanakan
untuk kelas yang jumlah siswanya tidak terlalu banyak ataupun sedikit
dan mempunyai jam pelajaran lebih
247 Kepala Bernomor
Langkah-langkah dalam pembelajaran Kepala Bernomor adalah
sebagai berikut
1 Membuat kelompok heterogen dan tiap siswa memiliki nomor
tertentu
15
2 Memberikan persoalan materi bahan ajar (untuk tiap kelompok
sama tapi untuk tiap siswa tidak sama sesuai dengan nomor siswa
tiap siswa dengan nomor sama mendapat tugas yang sama)
3 Bekerja kelompok dan presentasi kelompok dengan nomor siswa
yang sama sesuai tugas masing-masing sehingga terjadi diskusi
kelas
4 Kuis individual membuat skor perkembangan tiap siswa serta
mengumumkan hasil kuis dan pemberian reward
Kelebihan dari model pembelajaran ini adalah
1 Setiap siswa menjadi siap semua
2 Dapat melakukan diskusi dengan sungguh-sungguh
3 Siswa yang pandai dapat mengajari siswa yang kurang pandai
Sedangkan kelemahannya yaitu
4 Kemungkinan nomor yang dipanggil dipanggil lagi oleh guru
5 Tidak semua anggota kelompok dipanggil oleh guru
Dari beberapa model pembelajara kooperatif tersebut yang paling
mudah untuk dikombinasikan dengan media ular tangga adalah model
pembelajaran kooperatif yang paling sederhana dan tidak terlalu rumit dalam
pelaksanaannya yaitu model pembelajaran kooperatif tipe PPT
Dalam pelaksanaannya siswa dibagi dalam beberapa kelompok yang
beranggotakan 4-5 orang siswa yang merupakan campuran menurut tingkat
prestasi jenis kelamin dan suku Guru menyampaikan materi pelajaran
kemudian siswa bekerja dalam kelompok mereka memastikan bahwa seluruh
anggota kelompok telah menguasai materi pelajaran yang disampaikan
Permainan ular tangga disisipkan setiap akhir pertemuan sebagai penguatan
belajar
Gambar ular dan tangga dalam papan permainan diganti dengan
nomor-nomor bonus yaitu nomor-nomor tertentu yang disusun acak pada
papan ular tangga Apabila bidak berhenti pada nomo-nomor tersebut
pemain harus menjawab pertanyaan yang disediakan oleh wasit Jika jawaban
pemain tersebut salah atau tidak bisa menjawab pertanyaan maka pertanyaan
16
bisa dilempar ke pemain lain sampai pertanyaan terjawab dengan benar dan
semua pemain paham
25 Hasil Belajar
Menurut Chatarina (20044) hasil belajar merupakan perubahan
perilaku yang diperoleh pembelajar setelah mengalami aktivitas
belajarPerubahan tingkah laku dikatakan sebagai hasil belajar apabila
1 Hasil belajar sebagai pencapaian tujuan menekankan pentingnya tujuan
mengajar
Ketegasan dalam menetapkan tujuan akan memberikan arah yang jelas
pada pelaksanaan kegiatan pembelajaran Tujuan pembelajaran merupakan
rumusan pertanyaan mengenai kemampuan atau tingkah laku yang
diharapkan dikuasai oleh siswa setelah mengikuti pelajaran Tingkat
pencapaian tujuan menunjukkan kualitas pembelajaran
2 Hasil belajar merupakan proses kegiatan belajar yang disadari
Siswa yang termotivasi akan menunjukkan belajar dengan penuh
kesadaran kesungguhan tidak ada paksaan untuk memperoleh tingkat
penguasaan pengetahuan Di samping itu motivasi sangat berpengaruh
terhadap pengetahuan dan konsentrasi siswa pada pelajaran
3 Hasil belajar sebagai proses latihan
Latihan-latihan adalah suatu pengulangan atau tindakan sebagai respon
terhadap rangsangan dari luar dalam rangka memperoleh kemampuan
baru untuk bertindak Latihan merupakan proses belajar yang disadari oleh
pelakunya
4 Hasil belajar merupakan tindak-tanduk yang berfungsi dalam kurun waktu
tertentu atau hasil belajar harus bersifat permanent Selain itu hasil belajar
memberikan informasi mengenai tingkat penguasaan pelajaran yang
diberikan selama proses pembelajaran yang dilangsungkan dengan
menggunakan alat ukur berupa tes dalam suatu proses evaluasi
17
26 Reaksi Oksidasi - Reduksi
Perubahan kimia yang terjadi di sekitar kita beragam jenisnya seperti
pembusukan fermentasi reaksi penggaraman atau penetralan reaksi
hidrolisis reaksi pembakaran oksidasi atau reaksi reduksiReaksi redoks
yaitu reaksi reduksi dan oksidasi bilangan oksidasi oksidator reduktor dan
reaksi autoredoks
261 Definisi Reaksi Oksidasi dan Reduksi
Di sekitar kita sering dijumpai peristiwa kimiawi seperti logam
berkarat pembuatan besi dari bijih besi penyepuhan logam terjadinya
arus listrik pada aki atau baterai buah masak buah busuk mercon
meledak kembang api dibakar dan lain sebagainya Perkaratan pada
logam pembakaran pembusukan oleh mikroba fotosintesis pada
tumbuhan dan metabolism di dalam tubuh merupakan sebagian
contoh-contoh reaksi oksidasi dan reduksi
262 Konsep Redoks Berdasarkan Pengikatan Dan Pelepasan
Oksigen
Konsep reaksi oksidasi dan reduksi mengalami perkembangan
dari masa ke masa sesuai cakupan konsep yang dijelaskan Pada
mulanya konsep reaksi oksidasi dan reduksi ditinjau dari
penggabungan dan pelepasan oksigen
Reaksi oksidasi didefinisikan sebagai reaksi pengikatan suatu zat
dengan oksigen Sebaliknya reaksi pelepasan oksigen oleh suatu zat
disebut reaksi reduksi Contoh reaksi oksidasi
1 C(s) + O2(g) rarr CO2(g)
2 4 Fe(s) + 3 O2(g) rarr 2 Fe2O3(s)
3 Cu(s) + O2(g) rarr CuO(s)
4 S(s) + O2(g) rarr SO2(g)
5 SO2(g) + O2(g) rarr SO3(g)
Pada reaksi di atas C mengikat O2 membentuk CO2 Demikian juga Fe
Cu S dan SO2 berturut-turut menjadi Fe2O3 CuO SO2 dan SO3
18
setelah mengikat oksigen Jadi C Fe Cu S dan SO2 telah mengalami
reaksi oksidasi
Contoh reaksi reduksi
1 2 SO3(g) rarr 2 SO2(g) + O2(g)
2 2 KClO3(s) rarr 2 KCl(s) + 3 O2(g)
3 2 KNO3(aq) rarr 2 KNO2(aq) + O2(g)
Perhatikan reaksi di atas SO3 melepaskan oksigen membentuk SO2
demikian juga KClO3 dan KNO3 masingmasing melepaskan oksigen
menjadi KCl dan KNO2 Jadi SO3 KClO3 dan KNO3 mengalami
reaksi reduksi Pada reaksi termit menghasilkan besi cair yang sering
digunakan untuk mengelas benda-benda dari besi reaksinya adalah
2 Al(s) + Fe2O3(s) rarr 2 Fe(l) + Al2O3(s)
Al mengikat oksigen membentuk Al2O3 berarti Al mengalami
oksidasi Fe2O3 melepaskan oksigen membentuk Fe Jadi Fe2O3
mengalami reduksi Pada reaksi termit tersebut oksidasi dan reduksi
terjadi bersamaan reaksi seperti ini disebut reaksi redoks
263 Konsep Redoks Berdasarkan Pengikatan Dan Pelepasan Elektron
Pada reaksi Na(s) + S(s) rarr Na2S(s) tidak melibatkan gas
oksigen maka konsep redoks berdasarkan pengikatan dan pelepasan
oksigen tidak dapat digunakan Konsep redoks berkembang bukan lagi
pengikatan dan pelepasan oksigen tetapi pengikatan dan pelepasan
elektron Reaksi oksidasi adalah reaksi pelepasan elektron
Contohnya pada pembentukan ion Na+
Na(s) rarr Na+ (aq) + e ndash
Sebaliknya reaksi pengikatan elektron disebut reaksi reduksi
Contohnya pada pembentukan ion S2-
S (s) + 2e ndash rarrS2- (aq)
Reaksi redoks adalah reaksi yang terjadi di mana reaksi oksidasi dan
reduksi terjadi bersama-sama 2Na(s) + S(s) rarr Na2S(s)
Reaksi di atas dapat ditulis menjadi 2 tahap yaitu
Reaksi oksidasi 2Na(s) rarr Na+(aq) + 2 endash
Reaksi reduksi S (s) + 2 endash rarr S 2- (aq)
19
Reaksi redoks 2Na(s) + S(s) rarr Na2S(s)
Pada reaksi di atas Na mengalami reaksi oksidasi dan
menyebabkan S tereduksi Zat seperti Na ini disebut reduktor
Sedangkan S disebut oksidator karena menyebabkan Na teroksidasi
dan dia sendiri mengalami reaksi reduksi
264 Konsep Redoks Berdasarkan Perubahan (Kenaikkan Dan
Penurunan) Bilangan Oksidasi
Sebelum mempelajari konsep reaksi redoks berdasarkan
kenaikan dan penurunan bilangan oksidasi ada baiknya kamu belajar
tentang bilangan oksidasi terlebih dahulu Bilangan oksidasi (bilok)
adalah jumlah muatan yang dimiliki atom suatu unsure jika bergabung
dengan atom unsur lain Aturan biloks antara lain
1 Unsur bebas mempunyai bilok 0 (nol) yang termasuk unsur bebas
unsur diatomik (H2 N2 O2 F2 Cl2 Br2 I2) unsur poliatomik (O3
P4 S8) Selain unsur tersebut adalah unsur monoatomik (Na K
Mg C dan lain-lain)
Contoh
a H dalam H2
b O dalam O2 dan O3
c F dalam F2
d Na dalam Na
2 Unsur H umumnya mempunyai biloks (+1) kecuali pada senyawa
hidrida mempunyai biloks (ndash1) Senyawa hidrida adalah senyawa
yang terbentuk jika logam bergabung dengan atom H (Contoh
NaH KH CaH2)
Contoh H dalam H2O NH3 HCl
3 Unsur O umumnya mempunyai biloks (ndash2) kecuali
a Pada senyawa peroksida contohnya Na2O2 H2O2 BaO2
mempunyai bilok (ndash1)
b Senyawa F2O mempunyai bilok (+2)
20
c Senyawa superoksida (contohnya KO2) mempunyai biloks (ndash12
)
Contoh O dalam H2O Na2O Fe2O3 MgO
4 Unsur logam dalam senyawa umumnya mempunyai biloks positif
Contoh
a Golongan IA (Li Na K Rb dan Cs) mempunyai biloks (+1)
b Golongan IIA ( Be Mg Ca Sr dan Ba) mempunyai bilok
(+2)
c Al3+ Ag+ Zn2+ Pb2+ Pb3+ Fe2+ dan Fe3+
5 Unsur nonlogam umumnya mempunyai bilok negatif
Contoh
a Golongan VIIA (F Cl Br I) mempunyai bilok (ndash1)
b Golongan VIA (O S Se Te) mempunyai bilok (ndash2)
6 Jumlah bilok unsur-unsur dalam ion sama dengan jumlah
muatannya
Contoh
Bilok S dalam SO42-
Bilok O = ndash2
Jumlah bilok = (1 times bilok S + 4 times bilok O)
ndash2 = (1 times bilok S + 4 times (ndash2))
ndash2 = bilok S + (ndash8)
Bilok S = +6
7 Jumlah bilok unsur-unsur dalam senyawa sama dengan 0 (nol)
Contoh H2S
Jumlah bilok = ((2 times bilok H) + (1 times bilok S))
0 = ((2 times (+1)) + (1 times bilok S))
0 = (+2) + bilok S
Bilok S = (ndash2)
Reaksi oksidasi adalah reaksi kenaikkan bilok Sedangkan reaksi
reduksi adalah reaksi penurunan bilok
21
Contoh
1 Zn(s) + 2HCl(aq) 1048687 ZnCl2(aq) + H2(g)
Bilok Zn (unsur bebas) = 0
Bilok Zn dalam ZnCl2 = +2
Berarti Zn mengalami kenaikkan bilok maka Zn mengalami reaksi
oksidasi
Bilok H dalam HCl = +1
Bilok H dalam H2 (unsur bebas) = 0
Jadi H mengalami penurunan bilok maka H mengalami reaksi
reduksi
2 Reaksi pemakaian baterai Zn + 2NH4Cl rarr ZnCl2 + 2NH3 + H2
Bilok Zn (unsur bebas) = 0
Bilok Zn pada ZnCl2 = +2
Berarti Zn mengalami kenaikkan bilok maka Zn mengalami
reaksi oksidasi
Bilok H pada NH4Cl = +1
Bilok H pada H2 (unsur bebas = 0
Berarti H mengalami penurunan bilok maka H mengalami reaksi
reduksi
3 Reaksi pelapisan logam Cu + 2AgNO3 rarr Cu(NO3)2 + 2Ag
Bilok Cu (unsur bebas) = 0
Bilok Cu pada Cu(NO3)2 = +2
Berarti Cu mengalami kenaikkan bilok maka Cu mengalami reaksi
oksidasi
Bilok Ag pada AgNO3 = +1
Bilok Ag (unsur bebas) = 0
Berarti Ag mengalami penurunan bilok maka Ag mengalami
reaksi reduksi Pada reaksi di atas terjadi kenaikkan bilok (reaksi
22
oksidasi) dan penurunan bilok (reaksi reduksi) secara
bersamasama maka disebut reaksi redoks Jika suatu zat
mengalami reaksi oksidasi sekaligus reduksi maka reaksi ini
disebut autoredoks (disproporsionasi)
BAB III
PEMBAHASAN
Dalam penelitian ini peneliti ingin mengetahui apakah penggunaan
media ular tangga yang dikombinasikan dengan model pembelajaran
kooperatif tipe PPT dapat meningkatkan hasil belajar siswa Dalam penelitian
tersebut digunakan populasi siswa kelas X SMA Kristen 1 Kupang sebanyak
109 orang yang terbagi dalam 3 kelas Dengan data nilai mid semester
digunakan 49 uji normalitas dan homogenitas Dari hasil perhitungan
diketahui bahwa populasi mempunyai homogenitas yang sama Dan seluruh
populasi dalam kelas berdistribusi normal Kemudian peneliti mengambil
secara acak dari populasi sebagai sampel Diperoleh kelas X E sebagai
kelompok eksperimen dengan media ular tangga yang dikombinasikan
dengan model pembelajaran kooperatif tipe PPT dan X D sebagai kelompok
kontrol dengan menggunakan metode konvensional Peneliti memilih atau
mengambil pokok bahasan reaksi oksidasi-reduksi karena di dalam pokok
bahasan ini terdapat konsep-konsep dan perhitungan kimia Penelitian
dilaksanakan dalam waktu kurang lebih 1 bulan Kelas eksperimen diberikan
pengajaran dengan media ular tangga yang dikombinasikan dengan model
pembelajaran kooperatif tipe PPT Dalam metode ini peneliti membagi 37
siswa menjadi 8 kelompok yakni 5 kelompok yang terdiri dari lima orang dan
3 kelompok yang terdiri dari empat orang Pembagian kelompok dilakukan
berdasarkan nilai mid semester jenis kelamin dan latar belakang sosial yang
di konsultasikan dengan guru Hal ini dilakukan agar dihasilkan siswa yang
kemampuannya heterogen dalam satu kelompok dan antar kelompok
memiliki kemampuan yang homogen
23
Kegiatan pelaksanan pembelajaran dilakukan 8 kali pertemuan
dengan pertemuan pertama untuk pretest dan pertemuan terakhir untuk
posttest Dalam setiap pertemuan tempat duduk siswa diatur sedemikian rupa
sehingga siswa yang satu kelompok berdekatan Dalam pembelajaran peneliti
menjelaskan hal-hal pokok dan memberi contoh-contoh perhitungan serta
latihan kepada siswa 50 Kemudian dilanjutkan dengan diskusi antar
kelompok tentang materi yang sudah diajarkan Sebagai penguatan sisa jam
pelajaran digunakan untuk bermain ular tangga
Sebelum penelitian dilakukan peneliti menyadari akan timbul kendala dalam
hal kerja kelompok karena siswa belum terbiasa untuk bekerja secara
kooperatif dalam kelompok Untuk itu peneliti memberikan tugas kelompok
awal setelah pelaksanaan pretest sebelum pertemuan pembelajaran pertama
dan menjelaskan kepada siswa akan pentingnya kerjasama dalam kelompok
Kemudian pada kegiatan awal dalam pertemuan pertama pembelajaran guru
menanyai siswa secara acak Hal ini dilakukan untuk melatih tanggung jawab
siswa terhadap tugas kelompoknya Selain itu sebelumnya peneliti
mengadakan pertemuan dengan wasit tiap kelompok di luar jam pelajaran
untuk membahas bagaimana tata cara permainan ular tangga Awalnya
peneliti merencanakan bahwa wasit untuk tiap kelompok bergantian tapi
kemudian diperoleh kesepakatan bahwa wasit untuk tiap kelompok tetap
Penilaian terhadap wasit dilakukan oleh guru (peneliti)
Dari 8 kali pertemuan permainan ular tangga dilakukan sebanyak 4
kali yaitu pada pertemuan kedua ketiga kelima dan ketujuh Dalam
permainan ular tangga ini siswa bermain dalam kelompok masing-masing
dengan wasit yang berasal dari kelompok lain Papan ular tangga
dimodifikasi dengan mengganti gambar ular dan tangga dengan nomor-
nomor bonus yaitu nomor-nomor tertentu yang disusun acak pada papan ular
tangga Apabila bidak berhenti pada nomor-nomor tersebut pemain harus
menjawab pertanyaan yang disediakan oleh wasit Jika jawaban benar pemain
mendapatkan skor 10 Jika jawaban pemain tersebut salah atau tidak bisa
menjawab pertanyaan maka pertanyaan bisa dilempar ke pemain lain sampai
pertanyaan terjawab dengan benar dan semua pemain paham Siapapun yang
24
dapat menjawab pertanyaan wasit dengan benar akan mendapat skor 10 untuk
tiap soalnya Apabila tidak ada yang bisa menjawab dengan benar maka
wasitlah yang harus menjelaskan jawaban sampai semua paham Jadi wasit
sebelumnya sudah mendapatkan soal sekaligus kunci jawaban singkat Bila
wasit tidak mampu menjelaskan jawaban maka wasit boleh bertanya
langsung pada guru (peneliti)
Untuk pertemuan keenam kegiatan pembelajaran diisi dengan
presentasi masing-masing kelompok dengan tugas kelompok yang diberikan
pada pertemuan sebelumnya Akan tetapi pelaksanaanya tidak sesuai seperti
yang direncanakan karena waktu yang terbatas Jadi presentasi hanya bisa
dilakukan di tempat duduk masing-masing kelompok yang dilanjutkan
dengan diskusi antar kelompok Di dalam pembelajaran siswa diarahkan
untuk bersifat aktif dalam pembelajaran
Pertemuan terakhir yaitu pertemuan ke-8 digunakan untuk evaluasi
Dari hasil evaluasi didapatkan data hasil belajar kognitif siswa kelompok
eksperimen dan kontrol yang selanjutnya digunakan dalam analisis data
Siswa yang diajar dengan model pembelajaran PPT mempunyai hasil
belajar yang lebih baik hal ini dikarenakan dalam pembelajarannya siswa
dituntut untuk selalu bekerja sama dalam tim atau kelompoknya untuk
meningkatkan prestasi timnya dengan cara meningkatkan pemahaman dan
prestasi setiap individu dalam kelompok Selain itu siswa diberi penguatan
dengan permainan media ular tangga yang memancing diskusi dan keaktifan
siswa Siswa juga diberitahukan perkembangan skor tiap kelompok dan
individu Kemudian penghargaan diberikan kepada kelompok terbaik dan
individu terbaik Hal ini dilakukan untuk memotivasi siswa dalam belajar
baik baik dalam proses pembelajaran di kelas maupun di luar kelas
Peneliti berusaha melakukan prosedur dengan benar dan maksimal
namun hasil yang didapatkan masih belum memuaskan dan kelemahan-
kelemahan penelitian sebelumnya belum sepenuhnya teratasi Beberapa
kendala yang dihadapi dalam penelitian ini antara lain penentuan sampel
secara cluster random didapatkan kelas X E sebagai kelas eksperimen dan X
D sebagai kelas kontrol Menurut guru pembimbing kondisi kedua kelas
25
secara umum baik namun ketika peneliti melakukan penelitian ternyata kelas
kontrol lebih tertib sehingga pembelajaran dapat berlangsung tanpa hambatan
berarti Namun kelas eksperimen berbeda kelas ini lebih ramai sehingga
banyak menit yang terbuang sia-sia Hal ini juga yang menyebabkan peneliti
kesulitan untuk mengadakan pembelajaran presentasi kelompok Peneliti
sudah mencoba berkonsultasi dengan guru pembimbing namun hasilnya
belum maksimal hingga penelitian usai Permainan ular tangga dari peneliti
juga masih perlu dikembangkan lagi dengan bentuk yang lebih menarik serta
soal yang lebih berbobot dan memancing diskusi Selain itu peneliti
menyadari bahwa instrumen yang dikembangkan belum sempurna sehingga
belum dapat membedakan dengan baik antara kelas eksperimen yang diajar
dengan media ular tangga yang dikombinasikan dengan model pembelajaran
PPT dengan kelas kontrol yang tidak menggunakan media ular tangga yang
dikombinasikan dengan model pembelajaran PPT
Dari beberapa penelitian sebelumnya yang peneliti temukan
kebanyakan metode STAD tidak divariasi kalaupun divariasi belum
menggunakan permainan sebagai media belajar tapi dengan model atau
metode pembelajaran lain Tujuan digunakannya permainan sebagai media
belajar adalah untuk membantu siswa belajar secara mandiri dan
menciptakan suasana yang rekreatif sehingga siswa merasa tertarik untuk
mengikuti pembelajaran Selain itu fungsi media ular tangga yang peneliti
gunakan dalam penelitian ini adalah sebagai penguatan belajar yang
berbentuk permainan Penelitian tentang media permainan ular tangga
sebelumnya masih mempunyai kelemahan dalam aturan permainan yang
belum memancing diskusi dan dalam waktu pelaksanaannya Dalam
penelitian ini peneliti berusaha membuat aturan permainan agar siswa tidak
hanya bermain tapi juga belajar bersama dalam memecahkan soal Dalam hal
waktu pelaksanaan permainan hanya dilakukan 4 kali dengan pertimbangan
agar siswa tidak bosan
W S Winkel dalam Catharina (2004 12) menerangkan bahwa
belajar pada manusia dirumuskan sebagai suatu aktivitas mentalpsikis yang
berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan
26
perubahan-perubahan dalam pengetahuan pemahaman ketrampilan dan
nilai sikap Perubahan itu bersifat secara relatif konstan dan berbekas Dalam
penelitian ini media ular tangga digunakan untuk meningkatkan pengetahuan
dan pemahaman siswa pada pokok bahasan reaksi oksidasi-reduksi
Sedangkan model pembelajaran PPT melatih siswa bagaimana bekerja sama
dalam tim atau kelompok dan memahami makna serta pentingnya melakukan
sesuatu secara bersama untuk mencapai tujuan bersama Setiap siswa dalam
tim mempunyai tanggung jawab yang sama untuk meningkatkan prestasi
timnya dengan cara saling berbagi baik itu sebuah pengetahuan atau sebuah
ketidaktahuan Dari hal tersebut diharapkan siswa dapat mengalami
perubahan dalam perilaku dan sikapnya Dalam penelitian ini peneliti tidak
mengadakan pembelajaran praktikum untuk melatih ketrampilan atau aspek
psikomotorik siswa Hal ini dikarenakan keterbatasan waktu dan persiapan
peneliti Menurut Chatarina (20044) hasil belajar merupakan perubahan
perilaku yang diperoleh pembelajar setelah mengalami aktivitas
belajarPerubahan tingkah laku dikatakan sebagai hasil belajar apabila
1 Hasil belajar sebagai pencapaian tujuan menekankan pentingnya tujuan
mengajar
Ketegasan dalam menetapkan tujuan akan memberikan arah yang jelas
pada pelaksanaan kegiatan pembelajaran Dalam hal ini sebelum
penelitian peneliti menyusun perangkat pembelajaran berupa RPP alat
evaluasi serta mempersiapkan media yang akan digunakan dalam
pembelajaran
2 Hasil belajar merupakan proses kegiatan belajar yang disadari
Dalam proses pembelajaran peneliti memberikan motivasi kepada siswa
ataupun kelompok diantaranya dengan memberikan penghargaan kepada
siswa atau kelompok yang berprestasi
3 Hasil belajar sebagai proses latihan
Proses latihan dan pengulangan dalam penelitian ini dilakukan dengan
media ular tangga
4 Hasil belajar merupakan tindak-tanduk yang berfungsi dalam kurun
waktu tertentu atau hasil belajar harus bersifat permanent Selain itu
27
hasil belajar memberikan informasi mengenai tingkat penguasaan
pelajaran yang diberikan selama proses pembelajaran yang
dilangsungkan dengan menggunakan alat ukur berupa tes dalam suatu
proses evaluasi Dalam hal ini di akhir pembelajaran peneliti
mengadakan evaluasi hasil belajar dengan instrument tes yang
sebelumnya telah diuji keampuhannya Walaupun dalam kurikulum
KTSP terdapat tiga ranah yang diukur yaitu ranah kognitif afektif dan
psikomotorik tujuan pembelajaran pada pokok bahasan lebih
menekankan ranah kognitif Hal ini dapat dilihat dari standar
kompetensi kompetensi dasar hingga indikator pada pokok bahasan
tersebut Selain itu media ular tangga dibuat untuk meningkatkan hasil
belajar siswa pada ranah kognitif karena yang terdapat dalam media
tersebut adalah soal-soal yang berfungsi sebagai penguatan siswa setelah
proses pembelajaran Walaupun demikian peneliti tidak ingin melupakan
ranah afektif dan psikomotorik begitu saja maka media ular tangga
dikombinasikan dengan model pembelajaran kooperatif tipe PPT yang
mengasah sikap dan ketrampilan siswa Hal tersebut yang menjadi
alasan mengapa yang dikaji dalam skripsi ini hanya aspek kognitif saja
28
BAB IV
PENUTUP
41 Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan diatas dapat disimpulkan
bahwa
1 Media ular tangga yang dikombinasikan dengan model pembelajaran
kooperatif tipe PPT meningkatkan hasil belajar kognitif siswa yang
diajar pokok bahasan reaksi oksidasi-reduksi Hal ini berdasarkan hasil
uji tanda Wilcoxon untuk nilai posttest mempunyai jumlah rank positif
yang lebih besar (221) dari rank negatifnya (104)
2 Siswa dapat mencapai ketuntasan belajar untuk pokok bahasan reaksi
oksidasi reduksi dengan media ular tangga yang dikombinasikan dengan
model pembelajaran kooperatif tipe PPT Hal ini berdasarkan rata-rata
hasil posttest kedua kelas lebih dari 65 yaitu rata-rata untuk kelas
eksperimen 718 dan untuk kelas control 662
42 Saran
Saran yang dapat diberikan terkait penelitian ini yaitu
1 Sebelum melakukan penelitian perlu dicermati dengan teliti populasi
yang akan diteliti sehingga sampel benar-benar homogen bukan hanya
dari sisi akademik tetapi juga sisi-sisi lain seperti kondisi kelas
2 Ular tangga perlu dikembangkan lagi baik dari bentuk aturan permainan
maupun soal-soalnya
3 Guru hendaknya lebih kreatif dalam menyampaikan pelajaran sehingga
dengan kondisi kelas seperti apapun pembelajaran dapat berlangsung
secara efektif
4 Sebaiknya dalam mengajar terdapat guru pendamping sehingga guru
tidak kewalahan dalam mengawasi permainan
5 Sebaiknya permainan ular tang dilakukan di luar jam pelajaran
6 Hasil penelitian hanya bisa digunakan untuk sekolah tertentu yang
mempunyai kelas kecil
29
DAFTAR PUSTAKA
Anni CT 2004 Psikologi Belajar Semarang UNNES
Suharsimi Arikunto 2002a Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan Jakarta Bumi Aksara
Bahri S dan AZ 2002 Strategi Belajar Mengajar Jakarta Erlangga
Dianto 2008 Pengaruh Penggunaan Ular Tangga Redoks sebagai Media Chemo-Edutainment Bervisi Sets terhadap Hasil Belajar Siswa SMA Kelas X Semester II Tahun 20072008 Semarang Universitas Negeri Semarang
httpidwikipediaorgwikiUlar_tangga
httplearning-with-meblogspotcom200609 pembelajaranhtml
Lismiyati 2006 Meningkatkan Hasil Belajar Kimia Siswa Kelas XI Semester 2 SMA N 2 Demak dengan Memberikan Umpan Balik Kuis dalam Model Pembelajaran Studens Teams-Achievment Division (STAD) Semarang Universitas Negeri Semarang
Mungin Eddy Wibowo dkk 2008 Panduan Penulisan Karya Ilmiah Semarang Universitas Negeri Semarang
Nana Sudjana 2005 Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar Bandung Sinar Baru Algensindo
Poerwadarminta W J S 1999 Kamus Umum Bahasa Indonesia Jakarta Balai Pustaka
Rina Apitasari 2005 Penggunaan Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe Studens Teams-Achievment Division (STAD) dalam Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Kimia pada Materi Pokok Stoikiometri Siswa Kelas X-6 Semester 1 SMA Negeri 13 Semarang Tahun Pelajaran 20042005 Semarang Universitas Negeri Semarang
Renita Tri Parwati 2006 Peningkatkan Hasil Belajar Kimia Siswa Kelas X dengan Menggunakan kombinasi Metode Studens Teams-Achievment Division (STAD) dan Structure Exercise Methode di SMA N 16 Semarang Semarang Universitas Negeri Semarang
Saptorini 2004 Strategi Belajar Mengajar Semarang Unnes Soeprodjo 1997 Metode Statistik Semarang Jurusan Kimia FPMIPA IKIP
Semarang
30
rata-rata nilai UAS untuk mata pelajaran kimia terlihat menurun Kondisi
tersebut merupakan hasil pembelajaran yang kurang menyentuh siswa
Dengan kata lain proses pembelajaran hingga saat ini masih didominasi oleh
guru dan tidak memberikan akses bagi siswa untuk berkembang secara
mandiri melalui penemuan dan proses berpikirnya
Beberapa siswa merasa jenuh dengan pelajaran kimia dengan alasan
terlalu rumit penuh hafalan dan rumus-rumus yang melihatnya saja sudah
merasa pusing apalagi untuk mengerti dan memahaminya Kondisi tersebut
menyebabkan beberapa siswa tersebut tidak tuntas dalam pembelajaran kimia
salah satunya pada pokok bahasan reaksi oksidasi-reduksi
Untuk mengatasi permasalahan tersebut dapat dilakukan dengan
menggunakan variasi mengajar yang menarik Beberapa penelitian dengan
menggunakan model pembelajaran kooperatif telah dilakukan salah satunya
adalah model pembelajaran kooperatif tipe STAD (Studens Teams-
Achievment Division) atau PPT (Peningkatan Prestasi Tim) Penelitian-
penelitian tersebut antara lain
1 Meningkatkan Hasil Belajar Kimia Siswa Kelas XI Semester 2 SMA N 2
Demak dengan Memberikan Umpan Balik Kuis dalam Model
Pembelajaran Studens Teams-Achievment Division (STAD) (Lismiyati
2006)
2 Penggunaan Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe Studens Teams-
Achievment Division (STAD) dalam Upaya Meningkatkan Hasil Belajar
Kimia pada Materi Pokok Stoikiometri Siswa Kelas X-6 Semester 1 SMA
Negeri 13 Semarang Tahun Pelajaran 20042005 (Rina Apitasari 2005)
3 Peningkatkan Hasil Belajar Kimia Siswa Kelas X dengan Menggunakan
kombinasi Metode Studens Teams-Achievment Division (STAD) dan
Structure Exercise Methode di SMA N 16 Semarang (Renita Tri Parwati
2006)
4 Pemanfaatan Model Pembelajaran Kooperatif STAD (Studens Teams-
Achievment Division) untuk Meningkatkan Hasil Belajar Kimia Siswa
Kelas XI SMA Negeri 15 Semarang pada Materi Pokok Kesetimbangan
Dalam Larutan (Yuli Susilowati 2006)
2
Dari penelitian-penelitian yang telah dilakukan masih terdapat
beberapa kelemahan antara lain
1 Manajemen waktu yang kurang baik sehingga siswa tidak memanfaatkan
waktu dengan baik untuk diskusi dan pemahaman materi
2 Belum ada variasi dari model pembelajaran kooperatif tipe PPT yang
menarik perhatian siswa
Dari uraian diatas perlu adanya kombinasi antara model pembelajaran
kooperatif dengan media permainan yang menarik dapat memotivasi dan
meningkatkan hasil belajar siswa Salah satunya adalah dengan menggunakan
media permainan ular tangga yang dikombinasikan dengan model
pembelajaran kooperatif tipe PPT (Peningkatan Prestasi Tim) Penggunaan
model pembelajaran ini cenderung mengajarkan siswa untuk bekerja sama
sebagai tim untuk mencapai tujuan yang sama yaitu tujuan belajar Dalam
pelaksanaannya siswa dibagi dalam beberapa kelompok yang beranggotakan
4-5 orang siswa yang merupakan campuran menurut tingkat prestasi jenis
kelamin dan suku Guru menyampaikan materi pelajaran kemudian siswa
bekerja dalam kelompok mereka memastikan bahwa seluruh anggota
kelompok telah menguasai materi pelajaran yang disampaikan Permainan ular
tangga disisipkan setiap akhir pertemuan sebagai penguatan belajar
Berdasarkan masalah dalam pembelajaran kimia yang diuraikan diatas
dan menariknya model pembelajaran kooperatif tipe PPT ini maka akan
dilaksanakan penelitian dengan judul rdquo Pemanfaatan Media Ular Tangga
yang Dikombinasikan dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe PPT
(Peningkatan Prestasi Tim) untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa
Kelas X SMA Kristen 1 Kupangrdquo
3
12 Rumusan Masalah
Dari uraian latar belakang masalah permasalahan yang akan dikaji
dalam penelitian yang akan dilakukan yaitu
1 Apakah hasil belajar kognitif siswa yang diajar pokok bahasan reaksi
oksidasi-reduksi menggunakan media ular tangga yang dikombinasikan
dengan model pembelajaran kooperatif tipe PPT terjadi peningkatan yang
signifikan
2 Apakah dengan pemanfaatan media ular tangga yang dikombinasikan
dengan model pembelajaran kooperatif tipe PPT siswa dapat mencapai
ketuntasan belajar untuk pokok bahasan reaksi oksidasi-reduksi
13 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini yaitu sebagai berikut
1 Mengetahui apakah hasil belajar kognitif siswa yang diajar pokok
bahasan reaksi oksidasi-reduksi menggunakan media ular tangga yang
dikombinasikan dengan model pembelajaran kooperatif tipe PPT terjadi
peningkatan yang signifikan
2 Mengetahui apakah dengan pemanfaatan media ular tangga yang
dikombinasikan dengan model pembelajaran kooperatif tipe PPT siswa
dapat mencapai ketuntasan belajar untuk pokok bahasan reaksi oksidasi-
reduksi
14 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut
1 Dengan pembelajaran yang menyenangkan diharapkan anak dapat lebih
termotivasi untuk belajar
2 Dengan pemanfaatan media ular tangga yang dikombinasikan dengan
model pembelajaran kooperatif tipe PPT (Peningkatan Prestasi Tim)
diharapkan kimia bukan lagi pelajaran yang sulit dan menjenuhkan bagi
siswa
3 Dapat memberikan masukan kepada siswa bagaimana cara belajar yang
efektif untuk menigkatkan hasil belajar
4
15 Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penulisan karya ilmiah ini adalah metode
kepustakaan atau tinjauan literatur
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
21 Pengertian Belajar
Belajar merupakan proses penting bagi perubahan perilaku manusia
dan ia mencakup segala sesuatu yang dipikirkan dan dikerjakan (Chatarina
2004 2) Belajar memegang peranan penting dalam perkembangan kebiasan
sikap keyakinan tujuan kepribadian dan bahkan persepsi manusia oleh
karena itu dengan menguasai prinsip-prinsip dasar tentang belajar seseorang
mampu memahami bahwa aktivitas belajar itu memegang peranan penting
dalam proses psikologis
Menurut Catharina (2004 12) banyak ahli di bidang pendidikan yang
mencoba memberikan definisi ataupun pengertian belajar ditinjau dari
berbagai aspek sehingga muncul berbagai pengertian belajarnya diantaranya
1 Gagne dan Berliner dalam Catharina (2004 12) menyatakan bahwa
belajar merupakan proses dimana suatu organisme mengubah perilakunya
karena hasil dari pengalaman
2 W S Winkel dalam Catharina (2004 12) menerangkan bahwa belajar
pada manusia dirumuskan sebagai suatu aktivitas mentalpsikis yang
berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan
perubahan-perubahan dalam pengetahuan pemahaman ketrampilan dan
nilai sikap Perubahan itu bersifat secara relatif konstan dan berbekas
3 Slavin dalam Catharina (2004 12) menyatakan belajar merupakan
perubahan individu yang disebabkan oleh pengalaman
Berdasarkan berbagai penjelasan mengenai belajar dapat
disimpulakan bahwa belajar dalam arti umum adalah segala aktivitas individu
yang dapat menimbulkan perubahan tingkah laku pada diri individu tersebut
Aktivitas ini dapat berupa latihan maupun pengalaman dalam situasi tertentu
dimana tingkah laku yang mengalami perubahan itu menyangkut banyak
aspek
6
22 Permainan Sebagai Media Belajar
Permainan merupakan kontes antar pemain yang berinteraksi satu
sama lain dengan mengikuti aturan-aturan tertentu untuk mencapai tujuan
tertentu Komponen utama yang terdapat dalam sebuah permainan yaitu
pemain lingkungan tempat berinteraksi aturan permainan dan tujuan yang
ingin dicapai
Permainan dapat digunakan sebagai media belajar siswa Tujuan
digunakannya permainan sebagai media yaitu untuk membantu siswa dalam
belajar secara mandiri dan menciptakan suasana yang rekretatif bagi siswa
sehingga belajar terasa lebih menarik Kelebihan permainan sebagai media
belajar antara lain
1 permainan merupakan kegiatan yang bersifat menyenangkan dan
menghibur sehingga siswa tertarik untuk belajar sambil bermain
2 siswa berpartisipasi untuk belajar
3 siswa mendapatkan umpan balik
4 permainan dapat menyesuaikan kondisi siswa
5 permainan dapat dilakukan di luar kelas
6 permainan pada umumnya mudah dilakukan
Selain itu permainan sebagai media belajar juga mempunyai
kelemahan yaitu
1 permainan yang bersifat rumit memerlukan banyak waktu untuk
dijelaskan
2 satu permainan tidak dapat diadopsi untuk semua materi
3 kurangnya pemahaman aturan permainan oleh siswa dapat menimbulkan
kericuhan
4 siswa yang tidak menguasai materi dengan baik akan mengalami
kesulitan dalam bermain
Dalam menggunakan permainan sebagai media belajar guru harus
memperhatikan beberapa hal yaitu
1 permainan harus benar-benar mengikat perhatian siswa
2 permainan harus benar-benar menarik dan mudah dilakukan
7
3 siswa harus dapat terlibat secara penuh dalam permainan
Permainan yang baik untuk digunakan sebagai media pembelajaran adalah
permainan yang memenuhi syarat-syarat sebagai berikut
1 alat atau perlengkapan permainan itu mudah ditemukan atau dibuat
mudah disimpan dan tahan lama
2 permainan mempunyai aturan yang jelas dan sederhana
3 permainan dapat dimainkan dalam waktu yang relatif singkat
4 permainan harus berkaitan atau dapat mencapai tujuan pembelajaran
23 Ular Tangga
Menurut situs httpidwikipediaorgwikiUlar_tangga ular tangga
merupakan permainan anak-anak berbentuk papan yang dimainkan oleh dua
orang atau lebih Papan permainan dibagi dalam kotak-kotak kecil sejumlah
tangga atau ular digambar di beberapa kotak yang menghubungkannya
dengan kotak lain Permainan ini diciptakan pada tahun 1870
Gambar 21 Contoh papan permainan ular tangga
8
Tidak ada bentuk standar dari papan permainan ular tangga Setiap
orang dapat menciptakan sendiri papan mereka dengan jumlah kotak ular
dan tangga yang berlainan
Setiap pemain memulai permainan dengan meletakkan bidaknya di
kotak pertama (biasanya kotak di sudut kiri bawah) kemudian secara
bergiliran pemain melemparkan dadu Bidak dijalankan sesuai dengan jumlah
mata dadu yang muncul Jika bidak pemain berhenti di ujung bawah sebuah
tangga bidak tersebut dapat langsung pergi ke ujung tangga yang lain Bila
bidak pemain berhenti di kotak dengan gambar ekor ular mereka harus turun
ke kotak di ujung bawah ular Pemenang adalah pemain pertama yang
bidaknya mencapai kotak terakhir
Biasanya bila seorang pemain mendapatkan angka 6 dari dadu yang
dilempar mereka mendapat giliran sekali lagi untuk melempar dadu Jika
tidak maka giliran jatuh ke pemain selanjutnya
Papan permainan ular tangga dapat dimodifikasi menjadi media
pembelajaran Modifikasi dapat dilakukan dengan cara mengganti peraturan
permainan Pada penelitian sebelumya mengunakan permainan ular tangga
dengan papan permainan tetap terdapat ular ataupun tangga seperti pada
umumnya Namun berbeda pada prosedur kenaikan pada tangga dan
penurunan pada ular Pada ular tangga penelitian tersebut untuk dapat
menaiki tangga maka peserta yang berhenti pada ujung bawah tangga harus
dapat menjawab pertanyaan yang terdapat di balik kartu bertanda T
sedangkan bila peserta berhenti pada ekor ular agar ia dapat bertahan atau
tidak turun ke kepala ular maka ia harus dapat menjawab pertanyaan yang
terdapat di balik kartu bertanda U (Dianto 2008)
Selain bentuk U dan T modifikasi juga dapat dilakukan dengan
mengganti gambar ular dan tangga dengan nomor-nomor bonus yaitu nomor-
nomor tertentu yang disusun acak pada papan ular tangga Apabila bidak
berhenti pada nomo-nomor tersebut pemain harus menjawab pertanyaan
yang disediakan oleh wasit Jika jawaban pemain tersebut salah atau tidak
bisa menjawab pertanyaan maka pertanyaan bisa dilempar ke pemain lain
sampai pertanyaan terjawab dengan benar dan semua pemain paham
9
24 Model Pembelajaran Kooperatif
Beberapa tipe model pembelajaran kooperatif adalah sebagai berikut
241 Permainan Tim (PT)
Penerapan model PT dilakukan dengan cara mengelompokkan
siswa secara heterogen Tiap kelompok mendapatkan tugas yang sama
atau berbeda Setelah tugas diperoleh setiap kelompok bekerja sama
dalam bentuk kerja individual dan diskusi Usahakan dinamikia
kelompok kohesif dan kompak serta tumbuh rasa kompetisi antar
kelompok Suasana diskuisi dibuat nyaman dan menyenangkan sepeti
dalam kondisi permainan (games) yaitu dengan cara guru bersikap
terbuka ramah lembut dan santun Setelah selesai kerja kelompok
sajikan hasil kelompok sehuingga terjadi diskusi kelas
Langkah-langkahnya adalah sebagai berikut
1 Membuat kelompok siswa heterogen yang terdiri dari 4 orang
kemudian memberikan informasi pokok materi dan mekanisme
kegiatan
2 Menyiapkan meja turnamen secukupnya misalnya 10 meja Untuk
tiap meja ditempati 4 siswa yang berkemampuan setara meja I
diisi oleh siswa dengan level tertinggi dari tiap kelompok dan
seterusnya sampai meja ke-X ditempati oleh siswa yang levelnya
paling rendah Penentuan tiap siswa yang duduk pada meja tertentu
adalah hasil kesepakatan kelompok
3 Turnamen dilaksanakan dengan cara setiap siswa mengambil kartu
soal yang telah disediakan pada tiap meja dan mengerjakannya
untuk jangka waktu tertentu (misal 3 menit) Siswa bisa
mengerjakan lebih dari satu soal dan hasilnya diperiksa dan dinilai
sehingga diperoleh skor turnamen untuk tiap individu dan
sekaligus skor kelompok asal Siswa pada tiap meja tunamen
diberikan gelar superior very good good medium sesuai dengan
skor yang diperolehnya
10
4 Pergeseran yaitu pada turnamen kedua ( begitu juga untuk
turnamen ketiga-keempat dst) dilakukan pergeseran tempat duduk
pada meja turnamen sesuai dengan sebutan gelar tadi Siswa
superior dalam kelompok meja turnamen yang sama begitu pula
untuk meja turnamen yang lainnya diisi oleh siswa dengan gelar
yang sama
5 Menghitung skor untuk tiap kelompok asal dan skor individual
serta memberikan penghargaan kelompok dan individual
Kelebihan dari model pembelajaran ini adalah
1 Melatih siswa mengungkap atau menyampaikan gagasannya
2 Melatih siswa untuk menghargai pendapat atau gagasan orang lain
3 Menumbuhkan rasa tanggung jawab sosial
Sedangkan kelemahannya yaitu
1 Kadang hanya beberapa siswa yang aktif dalam kelompok
2 Tempat duduk yang kadang sulit atau kurang mendukung untuk
diatur
3 Memakan banyak waktu
242 Peningkatan Prestasi Tim (PPT)
Seperti yang telah dijelaskan di atas bahwa model
pembelajaran kooperatif tipe PPT merupakan model pembelajaran
kooperatif dengan menggunakan kelompok-kelompok kecil yang
jumlah anggota tiap kelompok 4-5 orang siswa secara heterogen
Kegiatan belajar mengajarnya diawali dengan penyampaian tujuan
pembelajaran penyampaian materi kegiatan kelompok kuis dan
penghargaan kelompok Kegiatan kelompok dalam pembelajaran ini
berupa diskusi bahan belajar seperti LKS atau modul secara kolabratif
kemudian menyajikannya dengan cara presentasi kelompok Selain itu
dibuat skor perkembangan tiap siswa atau kelompok
Menurut Trianto (200754) persiapan-persiapan yang dibutuhkan
dalam pembelajaran kooperatif tipe PPT antara lain
11
1 Perangkat pembelajaran
Perangkat pembelajaran yang dibutuhkan meliputi Rencana
Pembelajaran (RP) Buku Siswa Lembar Kegiatan Siswa (LKS)
beserta lembar jawabannya
2 Membentuk kelompok kooperatif
Dalam menentukan kelompok diusahakan agar kemampuan siswa
dalam satu kelompok heterogen baik berdasarkan prestasi jenis
kelamin suku dan latar belakang sosial Kemampuan antar
kelompok diusahakan homogen Apabila dalam kelas terdiri atas
ras dan latar belakang yang relatif sama maka pembentukan
kelompok bisa didasarkan pada prestasi akademik
3 Menentukan skor awal
Nilai ulangan sebelumnya dalam kelas ini dapat dijadikan sebagai
skor awal Skor ini bisa berubah setelah diadakan kuis Selain itu
hasil tes masing-masing individu yang diadakan setelah
pembelajaran lebih lanjut juga dapat dijadikan sebagai skor awal
4 Pengaturan tempat duduk
Untuk menunjang keberhasilan pembelajaran kooperatif maka
pengaturan tempat duduk diusahakan satu kelompok berdekatan
supaya tidak kacau Tempat duduk sebaiknya tidak berpindah-
pindah
5 Kerja kelompok
Supaya tidak terjadi kekacauan lain maka terlebih dahulu diadakan
latihan kerjasama dalam kelompok Hal ini dilakukan agar masing-
masing individu dalam satu kelompok lebih saling mengenal
Model pembelajaran kooperatif tipe PPT ini merupakan tipe
pembelajaran kooperatif yang cukup sederhana Hal ini karena dalam
pembelajaran PPT ini masih ada penyampaian materi pelajaran yang
cenderung seperti model pembelajaran konvensional Perbedaan tipe
pembelajaran ini dengan metode konvensional terletak pada adanya
pemberian penghargaan pada kelompok
12
Kelebihan dari model pembelajaran ini adalah
1 Seluruh siswa menjadi lebih siap
2 Melatih kerjasama dengan baik
Sedangkan kekurangan dari model pembelajaran ini adalah
1 Anggota kelompok semua mengalami kesulitan dalam
penyesuaian
2 Membedakan siswa
243 Bidak (Bantuan Individual Dalam Kelompok)
Menurut situs httpeducaree-fkipunlanetindexphpoption =
com bantuan Individual dalam Kelompok (Bidak) adalah terjemahan
bebas dari Team Assisted Individually (TAI) yang merupakan model
pembelajaran kooperatif dengan karateristirk tanggung jawab belajar
adalah pada siswa Oleh karena itu siswa harus membangun
pengetahuan sendiri dengan kata lain tidak menerima materi pelajaran
dalam bentuk jadi dari guru Pola komunikasi antara guru dengan
siswa adalah negosiasi dan bukan imposisi-intruksi
Langkah-langkah pembelajaran dengan Bidak adalah sebagai berikut
1 Membuat kelompok secara heterogen dan memberikan bahan ajar
berupa modul
2 Siswa-siswa yang telah dikelompokan belajar dengan dibantu oleh
siswa pandai dari anggota kelompok secara individual saling tukar
jawaban dan saling berbagi sehingga terjadi diskusi dalam
kelompok
3 Melaksanakan refleksi dan tes formatif
4 Memberikan penghargaan terhadap kelompok
Model pembelajaran ini memang mengajak siswa untuk
mengkontstruksi pengetahuannya sendiri Namun Bidak sulit
diterapkan pada kelas yang siswanya sama sekali belum pernah
melaksanakan pembelajaran kooperatif
13
244 Jigsaw (Tim Ahli)
Langkah-langkah pada pembelajaran Jigsaw adalah sebagai berikut
1 Membagi para siswa kedalam beberapa kelompok secara heterogen
yang tiap kelompok beranggotakan 5-6 orang
2 Memberikan materi pelajaran kepada siswa dalam bentuk teks
yang telah dibagi-bagi menjadi beberapa sub pokok bahasan
3 Setiap anggota kelompok membaca sub pokok bahasan yang
ditugaskan dan bertanggungjawab untuk mempelajarinya
4 Anggota dari kelompok lain yang mempelajari sub pokok bahasan
yang sama berdiskusi dalam tim ahli
5 Setiap anggota tim ahli kembali ke kelompoknya mengajar teman-
temannya setelah selesai berdiskusi
6 Pada saat bertemu dengan kelompok asal dan berdiskusi para
siswa mendapat tagihan berupa kuis individu (Trianto 2007 57)
Kelebihan dan kekurangan dari model pembelajaran ini hampir
sama dengan model kooperatif tipe PPT Selain itu model
pembelajaran ini lebih rumit karena diskusi tidak hanya dilaksanakan
dalam kelompok tetapi juga dilakukan oleh tim ahli dari masing-
masing kelompok Hal ini membutuhkan banyak waktu
245 Berpikir Berpasangan
Berpikir berpasangan atau Think Pairs Share (TPS) merupakan
tipe pembelajaran kooperatif yang dirancang agar siswa mempunyai
lebih banyak waktu untuk berfikir merespon dan saling membantu
Langkah-langkah yang perlu dilakukan adalah sebagai berikut
1 Berpikir
Suatu pertanyaan atau masalah diajukan oleh guru kepada siswa
Dalam beberapa menit siswa diberi waktu untuk berpikir sendiri
menemukan jawaban atau jalan keluar dari permasalahan yang
diajukan
2 Berpasangan
Guru meminta siswa berpasangan untuk mendiskusikan jawaban
yang diperoleh melalui metode berpikir
14
3 Berbagi
Guru meminta pasangan-pasangan tersebut menyampaikan apa
yang telah mereka diskusikan kepada seluruh kelas dengan cara
presentasi (Trianto 2007 62)
Model pembelajaran ini baik untuk melatih kemapuan berpikir kritis
siswa dalam diskusi Tetapi perlu diperhatikan pasangan sebaiknya
tidak selalu sama Dalam kelas besar presentasi belum tentu bisa
disampaikan oleh semua pasangan karena terbatasnya waktu
246 Investigasi Kelompok
Langkah-langkah pembelajaran Investigasi Kelompok adalah
1 Membuat kelompok heterogen yang terdiri atas 5-6 siswa dengan
orientasi tugas
2 Merencanakan pelaksanaan investigasi Tiap kelompok
menginvestigasi proyek tertentu (bisa di luar kelas misalnya
mengukur tinggi pohon mendata banyak dan jenis kendaraan di
dalam sekolah jenis dagangan dan keuntungan di kantin sekolah
banyak guru dan staf sekolah)
3 Mengolah data penyajian data hasil investigasi presentasi kuis
individual
4 Membuat skor perkembangan siswa umumkan hasil kuis dan
berikan reward httplearning-with-meblogspotcom200609
pembelajaranhtml
Investigasi kelompok merupakan model pembelajaran kooperatif
paling rumit dan sulit untuk dilaksanakan Tetapi bisa dilaksanakan
untuk kelas yang jumlah siswanya tidak terlalu banyak ataupun sedikit
dan mempunyai jam pelajaran lebih
247 Kepala Bernomor
Langkah-langkah dalam pembelajaran Kepala Bernomor adalah
sebagai berikut
1 Membuat kelompok heterogen dan tiap siswa memiliki nomor
tertentu
15
2 Memberikan persoalan materi bahan ajar (untuk tiap kelompok
sama tapi untuk tiap siswa tidak sama sesuai dengan nomor siswa
tiap siswa dengan nomor sama mendapat tugas yang sama)
3 Bekerja kelompok dan presentasi kelompok dengan nomor siswa
yang sama sesuai tugas masing-masing sehingga terjadi diskusi
kelas
4 Kuis individual membuat skor perkembangan tiap siswa serta
mengumumkan hasil kuis dan pemberian reward
Kelebihan dari model pembelajaran ini adalah
1 Setiap siswa menjadi siap semua
2 Dapat melakukan diskusi dengan sungguh-sungguh
3 Siswa yang pandai dapat mengajari siswa yang kurang pandai
Sedangkan kelemahannya yaitu
4 Kemungkinan nomor yang dipanggil dipanggil lagi oleh guru
5 Tidak semua anggota kelompok dipanggil oleh guru
Dari beberapa model pembelajara kooperatif tersebut yang paling
mudah untuk dikombinasikan dengan media ular tangga adalah model
pembelajaran kooperatif yang paling sederhana dan tidak terlalu rumit dalam
pelaksanaannya yaitu model pembelajaran kooperatif tipe PPT
Dalam pelaksanaannya siswa dibagi dalam beberapa kelompok yang
beranggotakan 4-5 orang siswa yang merupakan campuran menurut tingkat
prestasi jenis kelamin dan suku Guru menyampaikan materi pelajaran
kemudian siswa bekerja dalam kelompok mereka memastikan bahwa seluruh
anggota kelompok telah menguasai materi pelajaran yang disampaikan
Permainan ular tangga disisipkan setiap akhir pertemuan sebagai penguatan
belajar
Gambar ular dan tangga dalam papan permainan diganti dengan
nomor-nomor bonus yaitu nomor-nomor tertentu yang disusun acak pada
papan ular tangga Apabila bidak berhenti pada nomo-nomor tersebut
pemain harus menjawab pertanyaan yang disediakan oleh wasit Jika jawaban
pemain tersebut salah atau tidak bisa menjawab pertanyaan maka pertanyaan
16
bisa dilempar ke pemain lain sampai pertanyaan terjawab dengan benar dan
semua pemain paham
25 Hasil Belajar
Menurut Chatarina (20044) hasil belajar merupakan perubahan
perilaku yang diperoleh pembelajar setelah mengalami aktivitas
belajarPerubahan tingkah laku dikatakan sebagai hasil belajar apabila
1 Hasil belajar sebagai pencapaian tujuan menekankan pentingnya tujuan
mengajar
Ketegasan dalam menetapkan tujuan akan memberikan arah yang jelas
pada pelaksanaan kegiatan pembelajaran Tujuan pembelajaran merupakan
rumusan pertanyaan mengenai kemampuan atau tingkah laku yang
diharapkan dikuasai oleh siswa setelah mengikuti pelajaran Tingkat
pencapaian tujuan menunjukkan kualitas pembelajaran
2 Hasil belajar merupakan proses kegiatan belajar yang disadari
Siswa yang termotivasi akan menunjukkan belajar dengan penuh
kesadaran kesungguhan tidak ada paksaan untuk memperoleh tingkat
penguasaan pengetahuan Di samping itu motivasi sangat berpengaruh
terhadap pengetahuan dan konsentrasi siswa pada pelajaran
3 Hasil belajar sebagai proses latihan
Latihan-latihan adalah suatu pengulangan atau tindakan sebagai respon
terhadap rangsangan dari luar dalam rangka memperoleh kemampuan
baru untuk bertindak Latihan merupakan proses belajar yang disadari oleh
pelakunya
4 Hasil belajar merupakan tindak-tanduk yang berfungsi dalam kurun waktu
tertentu atau hasil belajar harus bersifat permanent Selain itu hasil belajar
memberikan informasi mengenai tingkat penguasaan pelajaran yang
diberikan selama proses pembelajaran yang dilangsungkan dengan
menggunakan alat ukur berupa tes dalam suatu proses evaluasi
17
26 Reaksi Oksidasi - Reduksi
Perubahan kimia yang terjadi di sekitar kita beragam jenisnya seperti
pembusukan fermentasi reaksi penggaraman atau penetralan reaksi
hidrolisis reaksi pembakaran oksidasi atau reaksi reduksiReaksi redoks
yaitu reaksi reduksi dan oksidasi bilangan oksidasi oksidator reduktor dan
reaksi autoredoks
261 Definisi Reaksi Oksidasi dan Reduksi
Di sekitar kita sering dijumpai peristiwa kimiawi seperti logam
berkarat pembuatan besi dari bijih besi penyepuhan logam terjadinya
arus listrik pada aki atau baterai buah masak buah busuk mercon
meledak kembang api dibakar dan lain sebagainya Perkaratan pada
logam pembakaran pembusukan oleh mikroba fotosintesis pada
tumbuhan dan metabolism di dalam tubuh merupakan sebagian
contoh-contoh reaksi oksidasi dan reduksi
262 Konsep Redoks Berdasarkan Pengikatan Dan Pelepasan
Oksigen
Konsep reaksi oksidasi dan reduksi mengalami perkembangan
dari masa ke masa sesuai cakupan konsep yang dijelaskan Pada
mulanya konsep reaksi oksidasi dan reduksi ditinjau dari
penggabungan dan pelepasan oksigen
Reaksi oksidasi didefinisikan sebagai reaksi pengikatan suatu zat
dengan oksigen Sebaliknya reaksi pelepasan oksigen oleh suatu zat
disebut reaksi reduksi Contoh reaksi oksidasi
1 C(s) + O2(g) rarr CO2(g)
2 4 Fe(s) + 3 O2(g) rarr 2 Fe2O3(s)
3 Cu(s) + O2(g) rarr CuO(s)
4 S(s) + O2(g) rarr SO2(g)
5 SO2(g) + O2(g) rarr SO3(g)
Pada reaksi di atas C mengikat O2 membentuk CO2 Demikian juga Fe
Cu S dan SO2 berturut-turut menjadi Fe2O3 CuO SO2 dan SO3
18
setelah mengikat oksigen Jadi C Fe Cu S dan SO2 telah mengalami
reaksi oksidasi
Contoh reaksi reduksi
1 2 SO3(g) rarr 2 SO2(g) + O2(g)
2 2 KClO3(s) rarr 2 KCl(s) + 3 O2(g)
3 2 KNO3(aq) rarr 2 KNO2(aq) + O2(g)
Perhatikan reaksi di atas SO3 melepaskan oksigen membentuk SO2
demikian juga KClO3 dan KNO3 masingmasing melepaskan oksigen
menjadi KCl dan KNO2 Jadi SO3 KClO3 dan KNO3 mengalami
reaksi reduksi Pada reaksi termit menghasilkan besi cair yang sering
digunakan untuk mengelas benda-benda dari besi reaksinya adalah
2 Al(s) + Fe2O3(s) rarr 2 Fe(l) + Al2O3(s)
Al mengikat oksigen membentuk Al2O3 berarti Al mengalami
oksidasi Fe2O3 melepaskan oksigen membentuk Fe Jadi Fe2O3
mengalami reduksi Pada reaksi termit tersebut oksidasi dan reduksi
terjadi bersamaan reaksi seperti ini disebut reaksi redoks
263 Konsep Redoks Berdasarkan Pengikatan Dan Pelepasan Elektron
Pada reaksi Na(s) + S(s) rarr Na2S(s) tidak melibatkan gas
oksigen maka konsep redoks berdasarkan pengikatan dan pelepasan
oksigen tidak dapat digunakan Konsep redoks berkembang bukan lagi
pengikatan dan pelepasan oksigen tetapi pengikatan dan pelepasan
elektron Reaksi oksidasi adalah reaksi pelepasan elektron
Contohnya pada pembentukan ion Na+
Na(s) rarr Na+ (aq) + e ndash
Sebaliknya reaksi pengikatan elektron disebut reaksi reduksi
Contohnya pada pembentukan ion S2-
S (s) + 2e ndash rarrS2- (aq)
Reaksi redoks adalah reaksi yang terjadi di mana reaksi oksidasi dan
reduksi terjadi bersama-sama 2Na(s) + S(s) rarr Na2S(s)
Reaksi di atas dapat ditulis menjadi 2 tahap yaitu
Reaksi oksidasi 2Na(s) rarr Na+(aq) + 2 endash
Reaksi reduksi S (s) + 2 endash rarr S 2- (aq)
19
Reaksi redoks 2Na(s) + S(s) rarr Na2S(s)
Pada reaksi di atas Na mengalami reaksi oksidasi dan
menyebabkan S tereduksi Zat seperti Na ini disebut reduktor
Sedangkan S disebut oksidator karena menyebabkan Na teroksidasi
dan dia sendiri mengalami reaksi reduksi
264 Konsep Redoks Berdasarkan Perubahan (Kenaikkan Dan
Penurunan) Bilangan Oksidasi
Sebelum mempelajari konsep reaksi redoks berdasarkan
kenaikan dan penurunan bilangan oksidasi ada baiknya kamu belajar
tentang bilangan oksidasi terlebih dahulu Bilangan oksidasi (bilok)
adalah jumlah muatan yang dimiliki atom suatu unsure jika bergabung
dengan atom unsur lain Aturan biloks antara lain
1 Unsur bebas mempunyai bilok 0 (nol) yang termasuk unsur bebas
unsur diatomik (H2 N2 O2 F2 Cl2 Br2 I2) unsur poliatomik (O3
P4 S8) Selain unsur tersebut adalah unsur monoatomik (Na K
Mg C dan lain-lain)
Contoh
a H dalam H2
b O dalam O2 dan O3
c F dalam F2
d Na dalam Na
2 Unsur H umumnya mempunyai biloks (+1) kecuali pada senyawa
hidrida mempunyai biloks (ndash1) Senyawa hidrida adalah senyawa
yang terbentuk jika logam bergabung dengan atom H (Contoh
NaH KH CaH2)
Contoh H dalam H2O NH3 HCl
3 Unsur O umumnya mempunyai biloks (ndash2) kecuali
a Pada senyawa peroksida contohnya Na2O2 H2O2 BaO2
mempunyai bilok (ndash1)
b Senyawa F2O mempunyai bilok (+2)
20
c Senyawa superoksida (contohnya KO2) mempunyai biloks (ndash12
)
Contoh O dalam H2O Na2O Fe2O3 MgO
4 Unsur logam dalam senyawa umumnya mempunyai biloks positif
Contoh
a Golongan IA (Li Na K Rb dan Cs) mempunyai biloks (+1)
b Golongan IIA ( Be Mg Ca Sr dan Ba) mempunyai bilok
(+2)
c Al3+ Ag+ Zn2+ Pb2+ Pb3+ Fe2+ dan Fe3+
5 Unsur nonlogam umumnya mempunyai bilok negatif
Contoh
a Golongan VIIA (F Cl Br I) mempunyai bilok (ndash1)
b Golongan VIA (O S Se Te) mempunyai bilok (ndash2)
6 Jumlah bilok unsur-unsur dalam ion sama dengan jumlah
muatannya
Contoh
Bilok S dalam SO42-
Bilok O = ndash2
Jumlah bilok = (1 times bilok S + 4 times bilok O)
ndash2 = (1 times bilok S + 4 times (ndash2))
ndash2 = bilok S + (ndash8)
Bilok S = +6
7 Jumlah bilok unsur-unsur dalam senyawa sama dengan 0 (nol)
Contoh H2S
Jumlah bilok = ((2 times bilok H) + (1 times bilok S))
0 = ((2 times (+1)) + (1 times bilok S))
0 = (+2) + bilok S
Bilok S = (ndash2)
Reaksi oksidasi adalah reaksi kenaikkan bilok Sedangkan reaksi
reduksi adalah reaksi penurunan bilok
21
Contoh
1 Zn(s) + 2HCl(aq) 1048687 ZnCl2(aq) + H2(g)
Bilok Zn (unsur bebas) = 0
Bilok Zn dalam ZnCl2 = +2
Berarti Zn mengalami kenaikkan bilok maka Zn mengalami reaksi
oksidasi
Bilok H dalam HCl = +1
Bilok H dalam H2 (unsur bebas) = 0
Jadi H mengalami penurunan bilok maka H mengalami reaksi
reduksi
2 Reaksi pemakaian baterai Zn + 2NH4Cl rarr ZnCl2 + 2NH3 + H2
Bilok Zn (unsur bebas) = 0
Bilok Zn pada ZnCl2 = +2
Berarti Zn mengalami kenaikkan bilok maka Zn mengalami
reaksi oksidasi
Bilok H pada NH4Cl = +1
Bilok H pada H2 (unsur bebas = 0
Berarti H mengalami penurunan bilok maka H mengalami reaksi
reduksi
3 Reaksi pelapisan logam Cu + 2AgNO3 rarr Cu(NO3)2 + 2Ag
Bilok Cu (unsur bebas) = 0
Bilok Cu pada Cu(NO3)2 = +2
Berarti Cu mengalami kenaikkan bilok maka Cu mengalami reaksi
oksidasi
Bilok Ag pada AgNO3 = +1
Bilok Ag (unsur bebas) = 0
Berarti Ag mengalami penurunan bilok maka Ag mengalami
reaksi reduksi Pada reaksi di atas terjadi kenaikkan bilok (reaksi
22
oksidasi) dan penurunan bilok (reaksi reduksi) secara
bersamasama maka disebut reaksi redoks Jika suatu zat
mengalami reaksi oksidasi sekaligus reduksi maka reaksi ini
disebut autoredoks (disproporsionasi)
BAB III
PEMBAHASAN
Dalam penelitian ini peneliti ingin mengetahui apakah penggunaan
media ular tangga yang dikombinasikan dengan model pembelajaran
kooperatif tipe PPT dapat meningkatkan hasil belajar siswa Dalam penelitian
tersebut digunakan populasi siswa kelas X SMA Kristen 1 Kupang sebanyak
109 orang yang terbagi dalam 3 kelas Dengan data nilai mid semester
digunakan 49 uji normalitas dan homogenitas Dari hasil perhitungan
diketahui bahwa populasi mempunyai homogenitas yang sama Dan seluruh
populasi dalam kelas berdistribusi normal Kemudian peneliti mengambil
secara acak dari populasi sebagai sampel Diperoleh kelas X E sebagai
kelompok eksperimen dengan media ular tangga yang dikombinasikan
dengan model pembelajaran kooperatif tipe PPT dan X D sebagai kelompok
kontrol dengan menggunakan metode konvensional Peneliti memilih atau
mengambil pokok bahasan reaksi oksidasi-reduksi karena di dalam pokok
bahasan ini terdapat konsep-konsep dan perhitungan kimia Penelitian
dilaksanakan dalam waktu kurang lebih 1 bulan Kelas eksperimen diberikan
pengajaran dengan media ular tangga yang dikombinasikan dengan model
pembelajaran kooperatif tipe PPT Dalam metode ini peneliti membagi 37
siswa menjadi 8 kelompok yakni 5 kelompok yang terdiri dari lima orang dan
3 kelompok yang terdiri dari empat orang Pembagian kelompok dilakukan
berdasarkan nilai mid semester jenis kelamin dan latar belakang sosial yang
di konsultasikan dengan guru Hal ini dilakukan agar dihasilkan siswa yang
kemampuannya heterogen dalam satu kelompok dan antar kelompok
memiliki kemampuan yang homogen
23
Kegiatan pelaksanan pembelajaran dilakukan 8 kali pertemuan
dengan pertemuan pertama untuk pretest dan pertemuan terakhir untuk
posttest Dalam setiap pertemuan tempat duduk siswa diatur sedemikian rupa
sehingga siswa yang satu kelompok berdekatan Dalam pembelajaran peneliti
menjelaskan hal-hal pokok dan memberi contoh-contoh perhitungan serta
latihan kepada siswa 50 Kemudian dilanjutkan dengan diskusi antar
kelompok tentang materi yang sudah diajarkan Sebagai penguatan sisa jam
pelajaran digunakan untuk bermain ular tangga
Sebelum penelitian dilakukan peneliti menyadari akan timbul kendala dalam
hal kerja kelompok karena siswa belum terbiasa untuk bekerja secara
kooperatif dalam kelompok Untuk itu peneliti memberikan tugas kelompok
awal setelah pelaksanaan pretest sebelum pertemuan pembelajaran pertama
dan menjelaskan kepada siswa akan pentingnya kerjasama dalam kelompok
Kemudian pada kegiatan awal dalam pertemuan pertama pembelajaran guru
menanyai siswa secara acak Hal ini dilakukan untuk melatih tanggung jawab
siswa terhadap tugas kelompoknya Selain itu sebelumnya peneliti
mengadakan pertemuan dengan wasit tiap kelompok di luar jam pelajaran
untuk membahas bagaimana tata cara permainan ular tangga Awalnya
peneliti merencanakan bahwa wasit untuk tiap kelompok bergantian tapi
kemudian diperoleh kesepakatan bahwa wasit untuk tiap kelompok tetap
Penilaian terhadap wasit dilakukan oleh guru (peneliti)
Dari 8 kali pertemuan permainan ular tangga dilakukan sebanyak 4
kali yaitu pada pertemuan kedua ketiga kelima dan ketujuh Dalam
permainan ular tangga ini siswa bermain dalam kelompok masing-masing
dengan wasit yang berasal dari kelompok lain Papan ular tangga
dimodifikasi dengan mengganti gambar ular dan tangga dengan nomor-
nomor bonus yaitu nomor-nomor tertentu yang disusun acak pada papan ular
tangga Apabila bidak berhenti pada nomor-nomor tersebut pemain harus
menjawab pertanyaan yang disediakan oleh wasit Jika jawaban benar pemain
mendapatkan skor 10 Jika jawaban pemain tersebut salah atau tidak bisa
menjawab pertanyaan maka pertanyaan bisa dilempar ke pemain lain sampai
pertanyaan terjawab dengan benar dan semua pemain paham Siapapun yang
24
dapat menjawab pertanyaan wasit dengan benar akan mendapat skor 10 untuk
tiap soalnya Apabila tidak ada yang bisa menjawab dengan benar maka
wasitlah yang harus menjelaskan jawaban sampai semua paham Jadi wasit
sebelumnya sudah mendapatkan soal sekaligus kunci jawaban singkat Bila
wasit tidak mampu menjelaskan jawaban maka wasit boleh bertanya
langsung pada guru (peneliti)
Untuk pertemuan keenam kegiatan pembelajaran diisi dengan
presentasi masing-masing kelompok dengan tugas kelompok yang diberikan
pada pertemuan sebelumnya Akan tetapi pelaksanaanya tidak sesuai seperti
yang direncanakan karena waktu yang terbatas Jadi presentasi hanya bisa
dilakukan di tempat duduk masing-masing kelompok yang dilanjutkan
dengan diskusi antar kelompok Di dalam pembelajaran siswa diarahkan
untuk bersifat aktif dalam pembelajaran
Pertemuan terakhir yaitu pertemuan ke-8 digunakan untuk evaluasi
Dari hasil evaluasi didapatkan data hasil belajar kognitif siswa kelompok
eksperimen dan kontrol yang selanjutnya digunakan dalam analisis data
Siswa yang diajar dengan model pembelajaran PPT mempunyai hasil
belajar yang lebih baik hal ini dikarenakan dalam pembelajarannya siswa
dituntut untuk selalu bekerja sama dalam tim atau kelompoknya untuk
meningkatkan prestasi timnya dengan cara meningkatkan pemahaman dan
prestasi setiap individu dalam kelompok Selain itu siswa diberi penguatan
dengan permainan media ular tangga yang memancing diskusi dan keaktifan
siswa Siswa juga diberitahukan perkembangan skor tiap kelompok dan
individu Kemudian penghargaan diberikan kepada kelompok terbaik dan
individu terbaik Hal ini dilakukan untuk memotivasi siswa dalam belajar
baik baik dalam proses pembelajaran di kelas maupun di luar kelas
Peneliti berusaha melakukan prosedur dengan benar dan maksimal
namun hasil yang didapatkan masih belum memuaskan dan kelemahan-
kelemahan penelitian sebelumnya belum sepenuhnya teratasi Beberapa
kendala yang dihadapi dalam penelitian ini antara lain penentuan sampel
secara cluster random didapatkan kelas X E sebagai kelas eksperimen dan X
D sebagai kelas kontrol Menurut guru pembimbing kondisi kedua kelas
25
secara umum baik namun ketika peneliti melakukan penelitian ternyata kelas
kontrol lebih tertib sehingga pembelajaran dapat berlangsung tanpa hambatan
berarti Namun kelas eksperimen berbeda kelas ini lebih ramai sehingga
banyak menit yang terbuang sia-sia Hal ini juga yang menyebabkan peneliti
kesulitan untuk mengadakan pembelajaran presentasi kelompok Peneliti
sudah mencoba berkonsultasi dengan guru pembimbing namun hasilnya
belum maksimal hingga penelitian usai Permainan ular tangga dari peneliti
juga masih perlu dikembangkan lagi dengan bentuk yang lebih menarik serta
soal yang lebih berbobot dan memancing diskusi Selain itu peneliti
menyadari bahwa instrumen yang dikembangkan belum sempurna sehingga
belum dapat membedakan dengan baik antara kelas eksperimen yang diajar
dengan media ular tangga yang dikombinasikan dengan model pembelajaran
PPT dengan kelas kontrol yang tidak menggunakan media ular tangga yang
dikombinasikan dengan model pembelajaran PPT
Dari beberapa penelitian sebelumnya yang peneliti temukan
kebanyakan metode STAD tidak divariasi kalaupun divariasi belum
menggunakan permainan sebagai media belajar tapi dengan model atau
metode pembelajaran lain Tujuan digunakannya permainan sebagai media
belajar adalah untuk membantu siswa belajar secara mandiri dan
menciptakan suasana yang rekreatif sehingga siswa merasa tertarik untuk
mengikuti pembelajaran Selain itu fungsi media ular tangga yang peneliti
gunakan dalam penelitian ini adalah sebagai penguatan belajar yang
berbentuk permainan Penelitian tentang media permainan ular tangga
sebelumnya masih mempunyai kelemahan dalam aturan permainan yang
belum memancing diskusi dan dalam waktu pelaksanaannya Dalam
penelitian ini peneliti berusaha membuat aturan permainan agar siswa tidak
hanya bermain tapi juga belajar bersama dalam memecahkan soal Dalam hal
waktu pelaksanaan permainan hanya dilakukan 4 kali dengan pertimbangan
agar siswa tidak bosan
W S Winkel dalam Catharina (2004 12) menerangkan bahwa
belajar pada manusia dirumuskan sebagai suatu aktivitas mentalpsikis yang
berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan
26
perubahan-perubahan dalam pengetahuan pemahaman ketrampilan dan
nilai sikap Perubahan itu bersifat secara relatif konstan dan berbekas Dalam
penelitian ini media ular tangga digunakan untuk meningkatkan pengetahuan
dan pemahaman siswa pada pokok bahasan reaksi oksidasi-reduksi
Sedangkan model pembelajaran PPT melatih siswa bagaimana bekerja sama
dalam tim atau kelompok dan memahami makna serta pentingnya melakukan
sesuatu secara bersama untuk mencapai tujuan bersama Setiap siswa dalam
tim mempunyai tanggung jawab yang sama untuk meningkatkan prestasi
timnya dengan cara saling berbagi baik itu sebuah pengetahuan atau sebuah
ketidaktahuan Dari hal tersebut diharapkan siswa dapat mengalami
perubahan dalam perilaku dan sikapnya Dalam penelitian ini peneliti tidak
mengadakan pembelajaran praktikum untuk melatih ketrampilan atau aspek
psikomotorik siswa Hal ini dikarenakan keterbatasan waktu dan persiapan
peneliti Menurut Chatarina (20044) hasil belajar merupakan perubahan
perilaku yang diperoleh pembelajar setelah mengalami aktivitas
belajarPerubahan tingkah laku dikatakan sebagai hasil belajar apabila
1 Hasil belajar sebagai pencapaian tujuan menekankan pentingnya tujuan
mengajar
Ketegasan dalam menetapkan tujuan akan memberikan arah yang jelas
pada pelaksanaan kegiatan pembelajaran Dalam hal ini sebelum
penelitian peneliti menyusun perangkat pembelajaran berupa RPP alat
evaluasi serta mempersiapkan media yang akan digunakan dalam
pembelajaran
2 Hasil belajar merupakan proses kegiatan belajar yang disadari
Dalam proses pembelajaran peneliti memberikan motivasi kepada siswa
ataupun kelompok diantaranya dengan memberikan penghargaan kepada
siswa atau kelompok yang berprestasi
3 Hasil belajar sebagai proses latihan
Proses latihan dan pengulangan dalam penelitian ini dilakukan dengan
media ular tangga
4 Hasil belajar merupakan tindak-tanduk yang berfungsi dalam kurun
waktu tertentu atau hasil belajar harus bersifat permanent Selain itu
27
hasil belajar memberikan informasi mengenai tingkat penguasaan
pelajaran yang diberikan selama proses pembelajaran yang
dilangsungkan dengan menggunakan alat ukur berupa tes dalam suatu
proses evaluasi Dalam hal ini di akhir pembelajaran peneliti
mengadakan evaluasi hasil belajar dengan instrument tes yang
sebelumnya telah diuji keampuhannya Walaupun dalam kurikulum
KTSP terdapat tiga ranah yang diukur yaitu ranah kognitif afektif dan
psikomotorik tujuan pembelajaran pada pokok bahasan lebih
menekankan ranah kognitif Hal ini dapat dilihat dari standar
kompetensi kompetensi dasar hingga indikator pada pokok bahasan
tersebut Selain itu media ular tangga dibuat untuk meningkatkan hasil
belajar siswa pada ranah kognitif karena yang terdapat dalam media
tersebut adalah soal-soal yang berfungsi sebagai penguatan siswa setelah
proses pembelajaran Walaupun demikian peneliti tidak ingin melupakan
ranah afektif dan psikomotorik begitu saja maka media ular tangga
dikombinasikan dengan model pembelajaran kooperatif tipe PPT yang
mengasah sikap dan ketrampilan siswa Hal tersebut yang menjadi
alasan mengapa yang dikaji dalam skripsi ini hanya aspek kognitif saja
28
BAB IV
PENUTUP
41 Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan diatas dapat disimpulkan
bahwa
1 Media ular tangga yang dikombinasikan dengan model pembelajaran
kooperatif tipe PPT meningkatkan hasil belajar kognitif siswa yang
diajar pokok bahasan reaksi oksidasi-reduksi Hal ini berdasarkan hasil
uji tanda Wilcoxon untuk nilai posttest mempunyai jumlah rank positif
yang lebih besar (221) dari rank negatifnya (104)
2 Siswa dapat mencapai ketuntasan belajar untuk pokok bahasan reaksi
oksidasi reduksi dengan media ular tangga yang dikombinasikan dengan
model pembelajaran kooperatif tipe PPT Hal ini berdasarkan rata-rata
hasil posttest kedua kelas lebih dari 65 yaitu rata-rata untuk kelas
eksperimen 718 dan untuk kelas control 662
42 Saran
Saran yang dapat diberikan terkait penelitian ini yaitu
1 Sebelum melakukan penelitian perlu dicermati dengan teliti populasi
yang akan diteliti sehingga sampel benar-benar homogen bukan hanya
dari sisi akademik tetapi juga sisi-sisi lain seperti kondisi kelas
2 Ular tangga perlu dikembangkan lagi baik dari bentuk aturan permainan
maupun soal-soalnya
3 Guru hendaknya lebih kreatif dalam menyampaikan pelajaran sehingga
dengan kondisi kelas seperti apapun pembelajaran dapat berlangsung
secara efektif
4 Sebaiknya dalam mengajar terdapat guru pendamping sehingga guru
tidak kewalahan dalam mengawasi permainan
5 Sebaiknya permainan ular tang dilakukan di luar jam pelajaran
6 Hasil penelitian hanya bisa digunakan untuk sekolah tertentu yang
mempunyai kelas kecil
29
DAFTAR PUSTAKA
Anni CT 2004 Psikologi Belajar Semarang UNNES
Suharsimi Arikunto 2002a Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan Jakarta Bumi Aksara
Bahri S dan AZ 2002 Strategi Belajar Mengajar Jakarta Erlangga
Dianto 2008 Pengaruh Penggunaan Ular Tangga Redoks sebagai Media Chemo-Edutainment Bervisi Sets terhadap Hasil Belajar Siswa SMA Kelas X Semester II Tahun 20072008 Semarang Universitas Negeri Semarang
httpidwikipediaorgwikiUlar_tangga
httplearning-with-meblogspotcom200609 pembelajaranhtml
Lismiyati 2006 Meningkatkan Hasil Belajar Kimia Siswa Kelas XI Semester 2 SMA N 2 Demak dengan Memberikan Umpan Balik Kuis dalam Model Pembelajaran Studens Teams-Achievment Division (STAD) Semarang Universitas Negeri Semarang
Mungin Eddy Wibowo dkk 2008 Panduan Penulisan Karya Ilmiah Semarang Universitas Negeri Semarang
Nana Sudjana 2005 Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar Bandung Sinar Baru Algensindo
Poerwadarminta W J S 1999 Kamus Umum Bahasa Indonesia Jakarta Balai Pustaka
Rina Apitasari 2005 Penggunaan Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe Studens Teams-Achievment Division (STAD) dalam Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Kimia pada Materi Pokok Stoikiometri Siswa Kelas X-6 Semester 1 SMA Negeri 13 Semarang Tahun Pelajaran 20042005 Semarang Universitas Negeri Semarang
Renita Tri Parwati 2006 Peningkatkan Hasil Belajar Kimia Siswa Kelas X dengan Menggunakan kombinasi Metode Studens Teams-Achievment Division (STAD) dan Structure Exercise Methode di SMA N 16 Semarang Semarang Universitas Negeri Semarang
Saptorini 2004 Strategi Belajar Mengajar Semarang Unnes Soeprodjo 1997 Metode Statistik Semarang Jurusan Kimia FPMIPA IKIP
Semarang
30
Dari penelitian-penelitian yang telah dilakukan masih terdapat
beberapa kelemahan antara lain
1 Manajemen waktu yang kurang baik sehingga siswa tidak memanfaatkan
waktu dengan baik untuk diskusi dan pemahaman materi
2 Belum ada variasi dari model pembelajaran kooperatif tipe PPT yang
menarik perhatian siswa
Dari uraian diatas perlu adanya kombinasi antara model pembelajaran
kooperatif dengan media permainan yang menarik dapat memotivasi dan
meningkatkan hasil belajar siswa Salah satunya adalah dengan menggunakan
media permainan ular tangga yang dikombinasikan dengan model
pembelajaran kooperatif tipe PPT (Peningkatan Prestasi Tim) Penggunaan
model pembelajaran ini cenderung mengajarkan siswa untuk bekerja sama
sebagai tim untuk mencapai tujuan yang sama yaitu tujuan belajar Dalam
pelaksanaannya siswa dibagi dalam beberapa kelompok yang beranggotakan
4-5 orang siswa yang merupakan campuran menurut tingkat prestasi jenis
kelamin dan suku Guru menyampaikan materi pelajaran kemudian siswa
bekerja dalam kelompok mereka memastikan bahwa seluruh anggota
kelompok telah menguasai materi pelajaran yang disampaikan Permainan ular
tangga disisipkan setiap akhir pertemuan sebagai penguatan belajar
Berdasarkan masalah dalam pembelajaran kimia yang diuraikan diatas
dan menariknya model pembelajaran kooperatif tipe PPT ini maka akan
dilaksanakan penelitian dengan judul rdquo Pemanfaatan Media Ular Tangga
yang Dikombinasikan dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe PPT
(Peningkatan Prestasi Tim) untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa
Kelas X SMA Kristen 1 Kupangrdquo
3
12 Rumusan Masalah
Dari uraian latar belakang masalah permasalahan yang akan dikaji
dalam penelitian yang akan dilakukan yaitu
1 Apakah hasil belajar kognitif siswa yang diajar pokok bahasan reaksi
oksidasi-reduksi menggunakan media ular tangga yang dikombinasikan
dengan model pembelajaran kooperatif tipe PPT terjadi peningkatan yang
signifikan
2 Apakah dengan pemanfaatan media ular tangga yang dikombinasikan
dengan model pembelajaran kooperatif tipe PPT siswa dapat mencapai
ketuntasan belajar untuk pokok bahasan reaksi oksidasi-reduksi
13 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini yaitu sebagai berikut
1 Mengetahui apakah hasil belajar kognitif siswa yang diajar pokok
bahasan reaksi oksidasi-reduksi menggunakan media ular tangga yang
dikombinasikan dengan model pembelajaran kooperatif tipe PPT terjadi
peningkatan yang signifikan
2 Mengetahui apakah dengan pemanfaatan media ular tangga yang
dikombinasikan dengan model pembelajaran kooperatif tipe PPT siswa
dapat mencapai ketuntasan belajar untuk pokok bahasan reaksi oksidasi-
reduksi
14 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut
1 Dengan pembelajaran yang menyenangkan diharapkan anak dapat lebih
termotivasi untuk belajar
2 Dengan pemanfaatan media ular tangga yang dikombinasikan dengan
model pembelajaran kooperatif tipe PPT (Peningkatan Prestasi Tim)
diharapkan kimia bukan lagi pelajaran yang sulit dan menjenuhkan bagi
siswa
3 Dapat memberikan masukan kepada siswa bagaimana cara belajar yang
efektif untuk menigkatkan hasil belajar
4
15 Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penulisan karya ilmiah ini adalah metode
kepustakaan atau tinjauan literatur
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
21 Pengertian Belajar
Belajar merupakan proses penting bagi perubahan perilaku manusia
dan ia mencakup segala sesuatu yang dipikirkan dan dikerjakan (Chatarina
2004 2) Belajar memegang peranan penting dalam perkembangan kebiasan
sikap keyakinan tujuan kepribadian dan bahkan persepsi manusia oleh
karena itu dengan menguasai prinsip-prinsip dasar tentang belajar seseorang
mampu memahami bahwa aktivitas belajar itu memegang peranan penting
dalam proses psikologis
Menurut Catharina (2004 12) banyak ahli di bidang pendidikan yang
mencoba memberikan definisi ataupun pengertian belajar ditinjau dari
berbagai aspek sehingga muncul berbagai pengertian belajarnya diantaranya
1 Gagne dan Berliner dalam Catharina (2004 12) menyatakan bahwa
belajar merupakan proses dimana suatu organisme mengubah perilakunya
karena hasil dari pengalaman
2 W S Winkel dalam Catharina (2004 12) menerangkan bahwa belajar
pada manusia dirumuskan sebagai suatu aktivitas mentalpsikis yang
berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan
perubahan-perubahan dalam pengetahuan pemahaman ketrampilan dan
nilai sikap Perubahan itu bersifat secara relatif konstan dan berbekas
3 Slavin dalam Catharina (2004 12) menyatakan belajar merupakan
perubahan individu yang disebabkan oleh pengalaman
Berdasarkan berbagai penjelasan mengenai belajar dapat
disimpulakan bahwa belajar dalam arti umum adalah segala aktivitas individu
yang dapat menimbulkan perubahan tingkah laku pada diri individu tersebut
Aktivitas ini dapat berupa latihan maupun pengalaman dalam situasi tertentu
dimana tingkah laku yang mengalami perubahan itu menyangkut banyak
aspek
6
22 Permainan Sebagai Media Belajar
Permainan merupakan kontes antar pemain yang berinteraksi satu
sama lain dengan mengikuti aturan-aturan tertentu untuk mencapai tujuan
tertentu Komponen utama yang terdapat dalam sebuah permainan yaitu
pemain lingkungan tempat berinteraksi aturan permainan dan tujuan yang
ingin dicapai
Permainan dapat digunakan sebagai media belajar siswa Tujuan
digunakannya permainan sebagai media yaitu untuk membantu siswa dalam
belajar secara mandiri dan menciptakan suasana yang rekretatif bagi siswa
sehingga belajar terasa lebih menarik Kelebihan permainan sebagai media
belajar antara lain
1 permainan merupakan kegiatan yang bersifat menyenangkan dan
menghibur sehingga siswa tertarik untuk belajar sambil bermain
2 siswa berpartisipasi untuk belajar
3 siswa mendapatkan umpan balik
4 permainan dapat menyesuaikan kondisi siswa
5 permainan dapat dilakukan di luar kelas
6 permainan pada umumnya mudah dilakukan
Selain itu permainan sebagai media belajar juga mempunyai
kelemahan yaitu
1 permainan yang bersifat rumit memerlukan banyak waktu untuk
dijelaskan
2 satu permainan tidak dapat diadopsi untuk semua materi
3 kurangnya pemahaman aturan permainan oleh siswa dapat menimbulkan
kericuhan
4 siswa yang tidak menguasai materi dengan baik akan mengalami
kesulitan dalam bermain
Dalam menggunakan permainan sebagai media belajar guru harus
memperhatikan beberapa hal yaitu
1 permainan harus benar-benar mengikat perhatian siswa
2 permainan harus benar-benar menarik dan mudah dilakukan
7
3 siswa harus dapat terlibat secara penuh dalam permainan
Permainan yang baik untuk digunakan sebagai media pembelajaran adalah
permainan yang memenuhi syarat-syarat sebagai berikut
1 alat atau perlengkapan permainan itu mudah ditemukan atau dibuat
mudah disimpan dan tahan lama
2 permainan mempunyai aturan yang jelas dan sederhana
3 permainan dapat dimainkan dalam waktu yang relatif singkat
4 permainan harus berkaitan atau dapat mencapai tujuan pembelajaran
23 Ular Tangga
Menurut situs httpidwikipediaorgwikiUlar_tangga ular tangga
merupakan permainan anak-anak berbentuk papan yang dimainkan oleh dua
orang atau lebih Papan permainan dibagi dalam kotak-kotak kecil sejumlah
tangga atau ular digambar di beberapa kotak yang menghubungkannya
dengan kotak lain Permainan ini diciptakan pada tahun 1870
Gambar 21 Contoh papan permainan ular tangga
8
Tidak ada bentuk standar dari papan permainan ular tangga Setiap
orang dapat menciptakan sendiri papan mereka dengan jumlah kotak ular
dan tangga yang berlainan
Setiap pemain memulai permainan dengan meletakkan bidaknya di
kotak pertama (biasanya kotak di sudut kiri bawah) kemudian secara
bergiliran pemain melemparkan dadu Bidak dijalankan sesuai dengan jumlah
mata dadu yang muncul Jika bidak pemain berhenti di ujung bawah sebuah
tangga bidak tersebut dapat langsung pergi ke ujung tangga yang lain Bila
bidak pemain berhenti di kotak dengan gambar ekor ular mereka harus turun
ke kotak di ujung bawah ular Pemenang adalah pemain pertama yang
bidaknya mencapai kotak terakhir
Biasanya bila seorang pemain mendapatkan angka 6 dari dadu yang
dilempar mereka mendapat giliran sekali lagi untuk melempar dadu Jika
tidak maka giliran jatuh ke pemain selanjutnya
Papan permainan ular tangga dapat dimodifikasi menjadi media
pembelajaran Modifikasi dapat dilakukan dengan cara mengganti peraturan
permainan Pada penelitian sebelumya mengunakan permainan ular tangga
dengan papan permainan tetap terdapat ular ataupun tangga seperti pada
umumnya Namun berbeda pada prosedur kenaikan pada tangga dan
penurunan pada ular Pada ular tangga penelitian tersebut untuk dapat
menaiki tangga maka peserta yang berhenti pada ujung bawah tangga harus
dapat menjawab pertanyaan yang terdapat di balik kartu bertanda T
sedangkan bila peserta berhenti pada ekor ular agar ia dapat bertahan atau
tidak turun ke kepala ular maka ia harus dapat menjawab pertanyaan yang
terdapat di balik kartu bertanda U (Dianto 2008)
Selain bentuk U dan T modifikasi juga dapat dilakukan dengan
mengganti gambar ular dan tangga dengan nomor-nomor bonus yaitu nomor-
nomor tertentu yang disusun acak pada papan ular tangga Apabila bidak
berhenti pada nomo-nomor tersebut pemain harus menjawab pertanyaan
yang disediakan oleh wasit Jika jawaban pemain tersebut salah atau tidak
bisa menjawab pertanyaan maka pertanyaan bisa dilempar ke pemain lain
sampai pertanyaan terjawab dengan benar dan semua pemain paham
9
24 Model Pembelajaran Kooperatif
Beberapa tipe model pembelajaran kooperatif adalah sebagai berikut
241 Permainan Tim (PT)
Penerapan model PT dilakukan dengan cara mengelompokkan
siswa secara heterogen Tiap kelompok mendapatkan tugas yang sama
atau berbeda Setelah tugas diperoleh setiap kelompok bekerja sama
dalam bentuk kerja individual dan diskusi Usahakan dinamikia
kelompok kohesif dan kompak serta tumbuh rasa kompetisi antar
kelompok Suasana diskuisi dibuat nyaman dan menyenangkan sepeti
dalam kondisi permainan (games) yaitu dengan cara guru bersikap
terbuka ramah lembut dan santun Setelah selesai kerja kelompok
sajikan hasil kelompok sehuingga terjadi diskusi kelas
Langkah-langkahnya adalah sebagai berikut
1 Membuat kelompok siswa heterogen yang terdiri dari 4 orang
kemudian memberikan informasi pokok materi dan mekanisme
kegiatan
2 Menyiapkan meja turnamen secukupnya misalnya 10 meja Untuk
tiap meja ditempati 4 siswa yang berkemampuan setara meja I
diisi oleh siswa dengan level tertinggi dari tiap kelompok dan
seterusnya sampai meja ke-X ditempati oleh siswa yang levelnya
paling rendah Penentuan tiap siswa yang duduk pada meja tertentu
adalah hasil kesepakatan kelompok
3 Turnamen dilaksanakan dengan cara setiap siswa mengambil kartu
soal yang telah disediakan pada tiap meja dan mengerjakannya
untuk jangka waktu tertentu (misal 3 menit) Siswa bisa
mengerjakan lebih dari satu soal dan hasilnya diperiksa dan dinilai
sehingga diperoleh skor turnamen untuk tiap individu dan
sekaligus skor kelompok asal Siswa pada tiap meja tunamen
diberikan gelar superior very good good medium sesuai dengan
skor yang diperolehnya
10
4 Pergeseran yaitu pada turnamen kedua ( begitu juga untuk
turnamen ketiga-keempat dst) dilakukan pergeseran tempat duduk
pada meja turnamen sesuai dengan sebutan gelar tadi Siswa
superior dalam kelompok meja turnamen yang sama begitu pula
untuk meja turnamen yang lainnya diisi oleh siswa dengan gelar
yang sama
5 Menghitung skor untuk tiap kelompok asal dan skor individual
serta memberikan penghargaan kelompok dan individual
Kelebihan dari model pembelajaran ini adalah
1 Melatih siswa mengungkap atau menyampaikan gagasannya
2 Melatih siswa untuk menghargai pendapat atau gagasan orang lain
3 Menumbuhkan rasa tanggung jawab sosial
Sedangkan kelemahannya yaitu
1 Kadang hanya beberapa siswa yang aktif dalam kelompok
2 Tempat duduk yang kadang sulit atau kurang mendukung untuk
diatur
3 Memakan banyak waktu
242 Peningkatan Prestasi Tim (PPT)
Seperti yang telah dijelaskan di atas bahwa model
pembelajaran kooperatif tipe PPT merupakan model pembelajaran
kooperatif dengan menggunakan kelompok-kelompok kecil yang
jumlah anggota tiap kelompok 4-5 orang siswa secara heterogen
Kegiatan belajar mengajarnya diawali dengan penyampaian tujuan
pembelajaran penyampaian materi kegiatan kelompok kuis dan
penghargaan kelompok Kegiatan kelompok dalam pembelajaran ini
berupa diskusi bahan belajar seperti LKS atau modul secara kolabratif
kemudian menyajikannya dengan cara presentasi kelompok Selain itu
dibuat skor perkembangan tiap siswa atau kelompok
Menurut Trianto (200754) persiapan-persiapan yang dibutuhkan
dalam pembelajaran kooperatif tipe PPT antara lain
11
1 Perangkat pembelajaran
Perangkat pembelajaran yang dibutuhkan meliputi Rencana
Pembelajaran (RP) Buku Siswa Lembar Kegiatan Siswa (LKS)
beserta lembar jawabannya
2 Membentuk kelompok kooperatif
Dalam menentukan kelompok diusahakan agar kemampuan siswa
dalam satu kelompok heterogen baik berdasarkan prestasi jenis
kelamin suku dan latar belakang sosial Kemampuan antar
kelompok diusahakan homogen Apabila dalam kelas terdiri atas
ras dan latar belakang yang relatif sama maka pembentukan
kelompok bisa didasarkan pada prestasi akademik
3 Menentukan skor awal
Nilai ulangan sebelumnya dalam kelas ini dapat dijadikan sebagai
skor awal Skor ini bisa berubah setelah diadakan kuis Selain itu
hasil tes masing-masing individu yang diadakan setelah
pembelajaran lebih lanjut juga dapat dijadikan sebagai skor awal
4 Pengaturan tempat duduk
Untuk menunjang keberhasilan pembelajaran kooperatif maka
pengaturan tempat duduk diusahakan satu kelompok berdekatan
supaya tidak kacau Tempat duduk sebaiknya tidak berpindah-
pindah
5 Kerja kelompok
Supaya tidak terjadi kekacauan lain maka terlebih dahulu diadakan
latihan kerjasama dalam kelompok Hal ini dilakukan agar masing-
masing individu dalam satu kelompok lebih saling mengenal
Model pembelajaran kooperatif tipe PPT ini merupakan tipe
pembelajaran kooperatif yang cukup sederhana Hal ini karena dalam
pembelajaran PPT ini masih ada penyampaian materi pelajaran yang
cenderung seperti model pembelajaran konvensional Perbedaan tipe
pembelajaran ini dengan metode konvensional terletak pada adanya
pemberian penghargaan pada kelompok
12
Kelebihan dari model pembelajaran ini adalah
1 Seluruh siswa menjadi lebih siap
2 Melatih kerjasama dengan baik
Sedangkan kekurangan dari model pembelajaran ini adalah
1 Anggota kelompok semua mengalami kesulitan dalam
penyesuaian
2 Membedakan siswa
243 Bidak (Bantuan Individual Dalam Kelompok)
Menurut situs httpeducaree-fkipunlanetindexphpoption =
com bantuan Individual dalam Kelompok (Bidak) adalah terjemahan
bebas dari Team Assisted Individually (TAI) yang merupakan model
pembelajaran kooperatif dengan karateristirk tanggung jawab belajar
adalah pada siswa Oleh karena itu siswa harus membangun
pengetahuan sendiri dengan kata lain tidak menerima materi pelajaran
dalam bentuk jadi dari guru Pola komunikasi antara guru dengan
siswa adalah negosiasi dan bukan imposisi-intruksi
Langkah-langkah pembelajaran dengan Bidak adalah sebagai berikut
1 Membuat kelompok secara heterogen dan memberikan bahan ajar
berupa modul
2 Siswa-siswa yang telah dikelompokan belajar dengan dibantu oleh
siswa pandai dari anggota kelompok secara individual saling tukar
jawaban dan saling berbagi sehingga terjadi diskusi dalam
kelompok
3 Melaksanakan refleksi dan tes formatif
4 Memberikan penghargaan terhadap kelompok
Model pembelajaran ini memang mengajak siswa untuk
mengkontstruksi pengetahuannya sendiri Namun Bidak sulit
diterapkan pada kelas yang siswanya sama sekali belum pernah
melaksanakan pembelajaran kooperatif
13
244 Jigsaw (Tim Ahli)
Langkah-langkah pada pembelajaran Jigsaw adalah sebagai berikut
1 Membagi para siswa kedalam beberapa kelompok secara heterogen
yang tiap kelompok beranggotakan 5-6 orang
2 Memberikan materi pelajaran kepada siswa dalam bentuk teks
yang telah dibagi-bagi menjadi beberapa sub pokok bahasan
3 Setiap anggota kelompok membaca sub pokok bahasan yang
ditugaskan dan bertanggungjawab untuk mempelajarinya
4 Anggota dari kelompok lain yang mempelajari sub pokok bahasan
yang sama berdiskusi dalam tim ahli
5 Setiap anggota tim ahli kembali ke kelompoknya mengajar teman-
temannya setelah selesai berdiskusi
6 Pada saat bertemu dengan kelompok asal dan berdiskusi para
siswa mendapat tagihan berupa kuis individu (Trianto 2007 57)
Kelebihan dan kekurangan dari model pembelajaran ini hampir
sama dengan model kooperatif tipe PPT Selain itu model
pembelajaran ini lebih rumit karena diskusi tidak hanya dilaksanakan
dalam kelompok tetapi juga dilakukan oleh tim ahli dari masing-
masing kelompok Hal ini membutuhkan banyak waktu
245 Berpikir Berpasangan
Berpikir berpasangan atau Think Pairs Share (TPS) merupakan
tipe pembelajaran kooperatif yang dirancang agar siswa mempunyai
lebih banyak waktu untuk berfikir merespon dan saling membantu
Langkah-langkah yang perlu dilakukan adalah sebagai berikut
1 Berpikir
Suatu pertanyaan atau masalah diajukan oleh guru kepada siswa
Dalam beberapa menit siswa diberi waktu untuk berpikir sendiri
menemukan jawaban atau jalan keluar dari permasalahan yang
diajukan
2 Berpasangan
Guru meminta siswa berpasangan untuk mendiskusikan jawaban
yang diperoleh melalui metode berpikir
14
3 Berbagi
Guru meminta pasangan-pasangan tersebut menyampaikan apa
yang telah mereka diskusikan kepada seluruh kelas dengan cara
presentasi (Trianto 2007 62)
Model pembelajaran ini baik untuk melatih kemapuan berpikir kritis
siswa dalam diskusi Tetapi perlu diperhatikan pasangan sebaiknya
tidak selalu sama Dalam kelas besar presentasi belum tentu bisa
disampaikan oleh semua pasangan karena terbatasnya waktu
246 Investigasi Kelompok
Langkah-langkah pembelajaran Investigasi Kelompok adalah
1 Membuat kelompok heterogen yang terdiri atas 5-6 siswa dengan
orientasi tugas
2 Merencanakan pelaksanaan investigasi Tiap kelompok
menginvestigasi proyek tertentu (bisa di luar kelas misalnya
mengukur tinggi pohon mendata banyak dan jenis kendaraan di
dalam sekolah jenis dagangan dan keuntungan di kantin sekolah
banyak guru dan staf sekolah)
3 Mengolah data penyajian data hasil investigasi presentasi kuis
individual
4 Membuat skor perkembangan siswa umumkan hasil kuis dan
berikan reward httplearning-with-meblogspotcom200609
pembelajaranhtml
Investigasi kelompok merupakan model pembelajaran kooperatif
paling rumit dan sulit untuk dilaksanakan Tetapi bisa dilaksanakan
untuk kelas yang jumlah siswanya tidak terlalu banyak ataupun sedikit
dan mempunyai jam pelajaran lebih
247 Kepala Bernomor
Langkah-langkah dalam pembelajaran Kepala Bernomor adalah
sebagai berikut
1 Membuat kelompok heterogen dan tiap siswa memiliki nomor
tertentu
15
2 Memberikan persoalan materi bahan ajar (untuk tiap kelompok
sama tapi untuk tiap siswa tidak sama sesuai dengan nomor siswa
tiap siswa dengan nomor sama mendapat tugas yang sama)
3 Bekerja kelompok dan presentasi kelompok dengan nomor siswa
yang sama sesuai tugas masing-masing sehingga terjadi diskusi
kelas
4 Kuis individual membuat skor perkembangan tiap siswa serta
mengumumkan hasil kuis dan pemberian reward
Kelebihan dari model pembelajaran ini adalah
1 Setiap siswa menjadi siap semua
2 Dapat melakukan diskusi dengan sungguh-sungguh
3 Siswa yang pandai dapat mengajari siswa yang kurang pandai
Sedangkan kelemahannya yaitu
4 Kemungkinan nomor yang dipanggil dipanggil lagi oleh guru
5 Tidak semua anggota kelompok dipanggil oleh guru
Dari beberapa model pembelajara kooperatif tersebut yang paling
mudah untuk dikombinasikan dengan media ular tangga adalah model
pembelajaran kooperatif yang paling sederhana dan tidak terlalu rumit dalam
pelaksanaannya yaitu model pembelajaran kooperatif tipe PPT
Dalam pelaksanaannya siswa dibagi dalam beberapa kelompok yang
beranggotakan 4-5 orang siswa yang merupakan campuran menurut tingkat
prestasi jenis kelamin dan suku Guru menyampaikan materi pelajaran
kemudian siswa bekerja dalam kelompok mereka memastikan bahwa seluruh
anggota kelompok telah menguasai materi pelajaran yang disampaikan
Permainan ular tangga disisipkan setiap akhir pertemuan sebagai penguatan
belajar
Gambar ular dan tangga dalam papan permainan diganti dengan
nomor-nomor bonus yaitu nomor-nomor tertentu yang disusun acak pada
papan ular tangga Apabila bidak berhenti pada nomo-nomor tersebut
pemain harus menjawab pertanyaan yang disediakan oleh wasit Jika jawaban
pemain tersebut salah atau tidak bisa menjawab pertanyaan maka pertanyaan
16
bisa dilempar ke pemain lain sampai pertanyaan terjawab dengan benar dan
semua pemain paham
25 Hasil Belajar
Menurut Chatarina (20044) hasil belajar merupakan perubahan
perilaku yang diperoleh pembelajar setelah mengalami aktivitas
belajarPerubahan tingkah laku dikatakan sebagai hasil belajar apabila
1 Hasil belajar sebagai pencapaian tujuan menekankan pentingnya tujuan
mengajar
Ketegasan dalam menetapkan tujuan akan memberikan arah yang jelas
pada pelaksanaan kegiatan pembelajaran Tujuan pembelajaran merupakan
rumusan pertanyaan mengenai kemampuan atau tingkah laku yang
diharapkan dikuasai oleh siswa setelah mengikuti pelajaran Tingkat
pencapaian tujuan menunjukkan kualitas pembelajaran
2 Hasil belajar merupakan proses kegiatan belajar yang disadari
Siswa yang termotivasi akan menunjukkan belajar dengan penuh
kesadaran kesungguhan tidak ada paksaan untuk memperoleh tingkat
penguasaan pengetahuan Di samping itu motivasi sangat berpengaruh
terhadap pengetahuan dan konsentrasi siswa pada pelajaran
3 Hasil belajar sebagai proses latihan
Latihan-latihan adalah suatu pengulangan atau tindakan sebagai respon
terhadap rangsangan dari luar dalam rangka memperoleh kemampuan
baru untuk bertindak Latihan merupakan proses belajar yang disadari oleh
pelakunya
4 Hasil belajar merupakan tindak-tanduk yang berfungsi dalam kurun waktu
tertentu atau hasil belajar harus bersifat permanent Selain itu hasil belajar
memberikan informasi mengenai tingkat penguasaan pelajaran yang
diberikan selama proses pembelajaran yang dilangsungkan dengan
menggunakan alat ukur berupa tes dalam suatu proses evaluasi
17
26 Reaksi Oksidasi - Reduksi
Perubahan kimia yang terjadi di sekitar kita beragam jenisnya seperti
pembusukan fermentasi reaksi penggaraman atau penetralan reaksi
hidrolisis reaksi pembakaran oksidasi atau reaksi reduksiReaksi redoks
yaitu reaksi reduksi dan oksidasi bilangan oksidasi oksidator reduktor dan
reaksi autoredoks
261 Definisi Reaksi Oksidasi dan Reduksi
Di sekitar kita sering dijumpai peristiwa kimiawi seperti logam
berkarat pembuatan besi dari bijih besi penyepuhan logam terjadinya
arus listrik pada aki atau baterai buah masak buah busuk mercon
meledak kembang api dibakar dan lain sebagainya Perkaratan pada
logam pembakaran pembusukan oleh mikroba fotosintesis pada
tumbuhan dan metabolism di dalam tubuh merupakan sebagian
contoh-contoh reaksi oksidasi dan reduksi
262 Konsep Redoks Berdasarkan Pengikatan Dan Pelepasan
Oksigen
Konsep reaksi oksidasi dan reduksi mengalami perkembangan
dari masa ke masa sesuai cakupan konsep yang dijelaskan Pada
mulanya konsep reaksi oksidasi dan reduksi ditinjau dari
penggabungan dan pelepasan oksigen
Reaksi oksidasi didefinisikan sebagai reaksi pengikatan suatu zat
dengan oksigen Sebaliknya reaksi pelepasan oksigen oleh suatu zat
disebut reaksi reduksi Contoh reaksi oksidasi
1 C(s) + O2(g) rarr CO2(g)
2 4 Fe(s) + 3 O2(g) rarr 2 Fe2O3(s)
3 Cu(s) + O2(g) rarr CuO(s)
4 S(s) + O2(g) rarr SO2(g)
5 SO2(g) + O2(g) rarr SO3(g)
Pada reaksi di atas C mengikat O2 membentuk CO2 Demikian juga Fe
Cu S dan SO2 berturut-turut menjadi Fe2O3 CuO SO2 dan SO3
18
setelah mengikat oksigen Jadi C Fe Cu S dan SO2 telah mengalami
reaksi oksidasi
Contoh reaksi reduksi
1 2 SO3(g) rarr 2 SO2(g) + O2(g)
2 2 KClO3(s) rarr 2 KCl(s) + 3 O2(g)
3 2 KNO3(aq) rarr 2 KNO2(aq) + O2(g)
Perhatikan reaksi di atas SO3 melepaskan oksigen membentuk SO2
demikian juga KClO3 dan KNO3 masingmasing melepaskan oksigen
menjadi KCl dan KNO2 Jadi SO3 KClO3 dan KNO3 mengalami
reaksi reduksi Pada reaksi termit menghasilkan besi cair yang sering
digunakan untuk mengelas benda-benda dari besi reaksinya adalah
2 Al(s) + Fe2O3(s) rarr 2 Fe(l) + Al2O3(s)
Al mengikat oksigen membentuk Al2O3 berarti Al mengalami
oksidasi Fe2O3 melepaskan oksigen membentuk Fe Jadi Fe2O3
mengalami reduksi Pada reaksi termit tersebut oksidasi dan reduksi
terjadi bersamaan reaksi seperti ini disebut reaksi redoks
263 Konsep Redoks Berdasarkan Pengikatan Dan Pelepasan Elektron
Pada reaksi Na(s) + S(s) rarr Na2S(s) tidak melibatkan gas
oksigen maka konsep redoks berdasarkan pengikatan dan pelepasan
oksigen tidak dapat digunakan Konsep redoks berkembang bukan lagi
pengikatan dan pelepasan oksigen tetapi pengikatan dan pelepasan
elektron Reaksi oksidasi adalah reaksi pelepasan elektron
Contohnya pada pembentukan ion Na+
Na(s) rarr Na+ (aq) + e ndash
Sebaliknya reaksi pengikatan elektron disebut reaksi reduksi
Contohnya pada pembentukan ion S2-
S (s) + 2e ndash rarrS2- (aq)
Reaksi redoks adalah reaksi yang terjadi di mana reaksi oksidasi dan
reduksi terjadi bersama-sama 2Na(s) + S(s) rarr Na2S(s)
Reaksi di atas dapat ditulis menjadi 2 tahap yaitu
Reaksi oksidasi 2Na(s) rarr Na+(aq) + 2 endash
Reaksi reduksi S (s) + 2 endash rarr S 2- (aq)
19
Reaksi redoks 2Na(s) + S(s) rarr Na2S(s)
Pada reaksi di atas Na mengalami reaksi oksidasi dan
menyebabkan S tereduksi Zat seperti Na ini disebut reduktor
Sedangkan S disebut oksidator karena menyebabkan Na teroksidasi
dan dia sendiri mengalami reaksi reduksi
264 Konsep Redoks Berdasarkan Perubahan (Kenaikkan Dan
Penurunan) Bilangan Oksidasi
Sebelum mempelajari konsep reaksi redoks berdasarkan
kenaikan dan penurunan bilangan oksidasi ada baiknya kamu belajar
tentang bilangan oksidasi terlebih dahulu Bilangan oksidasi (bilok)
adalah jumlah muatan yang dimiliki atom suatu unsure jika bergabung
dengan atom unsur lain Aturan biloks antara lain
1 Unsur bebas mempunyai bilok 0 (nol) yang termasuk unsur bebas
unsur diatomik (H2 N2 O2 F2 Cl2 Br2 I2) unsur poliatomik (O3
P4 S8) Selain unsur tersebut adalah unsur monoatomik (Na K
Mg C dan lain-lain)
Contoh
a H dalam H2
b O dalam O2 dan O3
c F dalam F2
d Na dalam Na
2 Unsur H umumnya mempunyai biloks (+1) kecuali pada senyawa
hidrida mempunyai biloks (ndash1) Senyawa hidrida adalah senyawa
yang terbentuk jika logam bergabung dengan atom H (Contoh
NaH KH CaH2)
Contoh H dalam H2O NH3 HCl
3 Unsur O umumnya mempunyai biloks (ndash2) kecuali
a Pada senyawa peroksida contohnya Na2O2 H2O2 BaO2
mempunyai bilok (ndash1)
b Senyawa F2O mempunyai bilok (+2)
20
c Senyawa superoksida (contohnya KO2) mempunyai biloks (ndash12
)
Contoh O dalam H2O Na2O Fe2O3 MgO
4 Unsur logam dalam senyawa umumnya mempunyai biloks positif
Contoh
a Golongan IA (Li Na K Rb dan Cs) mempunyai biloks (+1)
b Golongan IIA ( Be Mg Ca Sr dan Ba) mempunyai bilok
(+2)
c Al3+ Ag+ Zn2+ Pb2+ Pb3+ Fe2+ dan Fe3+
5 Unsur nonlogam umumnya mempunyai bilok negatif
Contoh
a Golongan VIIA (F Cl Br I) mempunyai bilok (ndash1)
b Golongan VIA (O S Se Te) mempunyai bilok (ndash2)
6 Jumlah bilok unsur-unsur dalam ion sama dengan jumlah
muatannya
Contoh
Bilok S dalam SO42-
Bilok O = ndash2
Jumlah bilok = (1 times bilok S + 4 times bilok O)
ndash2 = (1 times bilok S + 4 times (ndash2))
ndash2 = bilok S + (ndash8)
Bilok S = +6
7 Jumlah bilok unsur-unsur dalam senyawa sama dengan 0 (nol)
Contoh H2S
Jumlah bilok = ((2 times bilok H) + (1 times bilok S))
0 = ((2 times (+1)) + (1 times bilok S))
0 = (+2) + bilok S
Bilok S = (ndash2)
Reaksi oksidasi adalah reaksi kenaikkan bilok Sedangkan reaksi
reduksi adalah reaksi penurunan bilok
21
Contoh
1 Zn(s) + 2HCl(aq) 1048687 ZnCl2(aq) + H2(g)
Bilok Zn (unsur bebas) = 0
Bilok Zn dalam ZnCl2 = +2
Berarti Zn mengalami kenaikkan bilok maka Zn mengalami reaksi
oksidasi
Bilok H dalam HCl = +1
Bilok H dalam H2 (unsur bebas) = 0
Jadi H mengalami penurunan bilok maka H mengalami reaksi
reduksi
2 Reaksi pemakaian baterai Zn + 2NH4Cl rarr ZnCl2 + 2NH3 + H2
Bilok Zn (unsur bebas) = 0
Bilok Zn pada ZnCl2 = +2
Berarti Zn mengalami kenaikkan bilok maka Zn mengalami
reaksi oksidasi
Bilok H pada NH4Cl = +1
Bilok H pada H2 (unsur bebas = 0
Berarti H mengalami penurunan bilok maka H mengalami reaksi
reduksi
3 Reaksi pelapisan logam Cu + 2AgNO3 rarr Cu(NO3)2 + 2Ag
Bilok Cu (unsur bebas) = 0
Bilok Cu pada Cu(NO3)2 = +2
Berarti Cu mengalami kenaikkan bilok maka Cu mengalami reaksi
oksidasi
Bilok Ag pada AgNO3 = +1
Bilok Ag (unsur bebas) = 0
Berarti Ag mengalami penurunan bilok maka Ag mengalami
reaksi reduksi Pada reaksi di atas terjadi kenaikkan bilok (reaksi
22
oksidasi) dan penurunan bilok (reaksi reduksi) secara
bersamasama maka disebut reaksi redoks Jika suatu zat
mengalami reaksi oksidasi sekaligus reduksi maka reaksi ini
disebut autoredoks (disproporsionasi)
BAB III
PEMBAHASAN
Dalam penelitian ini peneliti ingin mengetahui apakah penggunaan
media ular tangga yang dikombinasikan dengan model pembelajaran
kooperatif tipe PPT dapat meningkatkan hasil belajar siswa Dalam penelitian
tersebut digunakan populasi siswa kelas X SMA Kristen 1 Kupang sebanyak
109 orang yang terbagi dalam 3 kelas Dengan data nilai mid semester
digunakan 49 uji normalitas dan homogenitas Dari hasil perhitungan
diketahui bahwa populasi mempunyai homogenitas yang sama Dan seluruh
populasi dalam kelas berdistribusi normal Kemudian peneliti mengambil
secara acak dari populasi sebagai sampel Diperoleh kelas X E sebagai
kelompok eksperimen dengan media ular tangga yang dikombinasikan
dengan model pembelajaran kooperatif tipe PPT dan X D sebagai kelompok
kontrol dengan menggunakan metode konvensional Peneliti memilih atau
mengambil pokok bahasan reaksi oksidasi-reduksi karena di dalam pokok
bahasan ini terdapat konsep-konsep dan perhitungan kimia Penelitian
dilaksanakan dalam waktu kurang lebih 1 bulan Kelas eksperimen diberikan
pengajaran dengan media ular tangga yang dikombinasikan dengan model
pembelajaran kooperatif tipe PPT Dalam metode ini peneliti membagi 37
siswa menjadi 8 kelompok yakni 5 kelompok yang terdiri dari lima orang dan
3 kelompok yang terdiri dari empat orang Pembagian kelompok dilakukan
berdasarkan nilai mid semester jenis kelamin dan latar belakang sosial yang
di konsultasikan dengan guru Hal ini dilakukan agar dihasilkan siswa yang
kemampuannya heterogen dalam satu kelompok dan antar kelompok
memiliki kemampuan yang homogen
23
Kegiatan pelaksanan pembelajaran dilakukan 8 kali pertemuan
dengan pertemuan pertama untuk pretest dan pertemuan terakhir untuk
posttest Dalam setiap pertemuan tempat duduk siswa diatur sedemikian rupa
sehingga siswa yang satu kelompok berdekatan Dalam pembelajaran peneliti
menjelaskan hal-hal pokok dan memberi contoh-contoh perhitungan serta
latihan kepada siswa 50 Kemudian dilanjutkan dengan diskusi antar
kelompok tentang materi yang sudah diajarkan Sebagai penguatan sisa jam
pelajaran digunakan untuk bermain ular tangga
Sebelum penelitian dilakukan peneliti menyadari akan timbul kendala dalam
hal kerja kelompok karena siswa belum terbiasa untuk bekerja secara
kooperatif dalam kelompok Untuk itu peneliti memberikan tugas kelompok
awal setelah pelaksanaan pretest sebelum pertemuan pembelajaran pertama
dan menjelaskan kepada siswa akan pentingnya kerjasama dalam kelompok
Kemudian pada kegiatan awal dalam pertemuan pertama pembelajaran guru
menanyai siswa secara acak Hal ini dilakukan untuk melatih tanggung jawab
siswa terhadap tugas kelompoknya Selain itu sebelumnya peneliti
mengadakan pertemuan dengan wasit tiap kelompok di luar jam pelajaran
untuk membahas bagaimana tata cara permainan ular tangga Awalnya
peneliti merencanakan bahwa wasit untuk tiap kelompok bergantian tapi
kemudian diperoleh kesepakatan bahwa wasit untuk tiap kelompok tetap
Penilaian terhadap wasit dilakukan oleh guru (peneliti)
Dari 8 kali pertemuan permainan ular tangga dilakukan sebanyak 4
kali yaitu pada pertemuan kedua ketiga kelima dan ketujuh Dalam
permainan ular tangga ini siswa bermain dalam kelompok masing-masing
dengan wasit yang berasal dari kelompok lain Papan ular tangga
dimodifikasi dengan mengganti gambar ular dan tangga dengan nomor-
nomor bonus yaitu nomor-nomor tertentu yang disusun acak pada papan ular
tangga Apabila bidak berhenti pada nomor-nomor tersebut pemain harus
menjawab pertanyaan yang disediakan oleh wasit Jika jawaban benar pemain
mendapatkan skor 10 Jika jawaban pemain tersebut salah atau tidak bisa
menjawab pertanyaan maka pertanyaan bisa dilempar ke pemain lain sampai
pertanyaan terjawab dengan benar dan semua pemain paham Siapapun yang
24
dapat menjawab pertanyaan wasit dengan benar akan mendapat skor 10 untuk
tiap soalnya Apabila tidak ada yang bisa menjawab dengan benar maka
wasitlah yang harus menjelaskan jawaban sampai semua paham Jadi wasit
sebelumnya sudah mendapatkan soal sekaligus kunci jawaban singkat Bila
wasit tidak mampu menjelaskan jawaban maka wasit boleh bertanya
langsung pada guru (peneliti)
Untuk pertemuan keenam kegiatan pembelajaran diisi dengan
presentasi masing-masing kelompok dengan tugas kelompok yang diberikan
pada pertemuan sebelumnya Akan tetapi pelaksanaanya tidak sesuai seperti
yang direncanakan karena waktu yang terbatas Jadi presentasi hanya bisa
dilakukan di tempat duduk masing-masing kelompok yang dilanjutkan
dengan diskusi antar kelompok Di dalam pembelajaran siswa diarahkan
untuk bersifat aktif dalam pembelajaran
Pertemuan terakhir yaitu pertemuan ke-8 digunakan untuk evaluasi
Dari hasil evaluasi didapatkan data hasil belajar kognitif siswa kelompok
eksperimen dan kontrol yang selanjutnya digunakan dalam analisis data
Siswa yang diajar dengan model pembelajaran PPT mempunyai hasil
belajar yang lebih baik hal ini dikarenakan dalam pembelajarannya siswa
dituntut untuk selalu bekerja sama dalam tim atau kelompoknya untuk
meningkatkan prestasi timnya dengan cara meningkatkan pemahaman dan
prestasi setiap individu dalam kelompok Selain itu siswa diberi penguatan
dengan permainan media ular tangga yang memancing diskusi dan keaktifan
siswa Siswa juga diberitahukan perkembangan skor tiap kelompok dan
individu Kemudian penghargaan diberikan kepada kelompok terbaik dan
individu terbaik Hal ini dilakukan untuk memotivasi siswa dalam belajar
baik baik dalam proses pembelajaran di kelas maupun di luar kelas
Peneliti berusaha melakukan prosedur dengan benar dan maksimal
namun hasil yang didapatkan masih belum memuaskan dan kelemahan-
kelemahan penelitian sebelumnya belum sepenuhnya teratasi Beberapa
kendala yang dihadapi dalam penelitian ini antara lain penentuan sampel
secara cluster random didapatkan kelas X E sebagai kelas eksperimen dan X
D sebagai kelas kontrol Menurut guru pembimbing kondisi kedua kelas
25
secara umum baik namun ketika peneliti melakukan penelitian ternyata kelas
kontrol lebih tertib sehingga pembelajaran dapat berlangsung tanpa hambatan
berarti Namun kelas eksperimen berbeda kelas ini lebih ramai sehingga
banyak menit yang terbuang sia-sia Hal ini juga yang menyebabkan peneliti
kesulitan untuk mengadakan pembelajaran presentasi kelompok Peneliti
sudah mencoba berkonsultasi dengan guru pembimbing namun hasilnya
belum maksimal hingga penelitian usai Permainan ular tangga dari peneliti
juga masih perlu dikembangkan lagi dengan bentuk yang lebih menarik serta
soal yang lebih berbobot dan memancing diskusi Selain itu peneliti
menyadari bahwa instrumen yang dikembangkan belum sempurna sehingga
belum dapat membedakan dengan baik antara kelas eksperimen yang diajar
dengan media ular tangga yang dikombinasikan dengan model pembelajaran
PPT dengan kelas kontrol yang tidak menggunakan media ular tangga yang
dikombinasikan dengan model pembelajaran PPT
Dari beberapa penelitian sebelumnya yang peneliti temukan
kebanyakan metode STAD tidak divariasi kalaupun divariasi belum
menggunakan permainan sebagai media belajar tapi dengan model atau
metode pembelajaran lain Tujuan digunakannya permainan sebagai media
belajar adalah untuk membantu siswa belajar secara mandiri dan
menciptakan suasana yang rekreatif sehingga siswa merasa tertarik untuk
mengikuti pembelajaran Selain itu fungsi media ular tangga yang peneliti
gunakan dalam penelitian ini adalah sebagai penguatan belajar yang
berbentuk permainan Penelitian tentang media permainan ular tangga
sebelumnya masih mempunyai kelemahan dalam aturan permainan yang
belum memancing diskusi dan dalam waktu pelaksanaannya Dalam
penelitian ini peneliti berusaha membuat aturan permainan agar siswa tidak
hanya bermain tapi juga belajar bersama dalam memecahkan soal Dalam hal
waktu pelaksanaan permainan hanya dilakukan 4 kali dengan pertimbangan
agar siswa tidak bosan
W S Winkel dalam Catharina (2004 12) menerangkan bahwa
belajar pada manusia dirumuskan sebagai suatu aktivitas mentalpsikis yang
berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan
26
perubahan-perubahan dalam pengetahuan pemahaman ketrampilan dan
nilai sikap Perubahan itu bersifat secara relatif konstan dan berbekas Dalam
penelitian ini media ular tangga digunakan untuk meningkatkan pengetahuan
dan pemahaman siswa pada pokok bahasan reaksi oksidasi-reduksi
Sedangkan model pembelajaran PPT melatih siswa bagaimana bekerja sama
dalam tim atau kelompok dan memahami makna serta pentingnya melakukan
sesuatu secara bersama untuk mencapai tujuan bersama Setiap siswa dalam
tim mempunyai tanggung jawab yang sama untuk meningkatkan prestasi
timnya dengan cara saling berbagi baik itu sebuah pengetahuan atau sebuah
ketidaktahuan Dari hal tersebut diharapkan siswa dapat mengalami
perubahan dalam perilaku dan sikapnya Dalam penelitian ini peneliti tidak
mengadakan pembelajaran praktikum untuk melatih ketrampilan atau aspek
psikomotorik siswa Hal ini dikarenakan keterbatasan waktu dan persiapan
peneliti Menurut Chatarina (20044) hasil belajar merupakan perubahan
perilaku yang diperoleh pembelajar setelah mengalami aktivitas
belajarPerubahan tingkah laku dikatakan sebagai hasil belajar apabila
1 Hasil belajar sebagai pencapaian tujuan menekankan pentingnya tujuan
mengajar
Ketegasan dalam menetapkan tujuan akan memberikan arah yang jelas
pada pelaksanaan kegiatan pembelajaran Dalam hal ini sebelum
penelitian peneliti menyusun perangkat pembelajaran berupa RPP alat
evaluasi serta mempersiapkan media yang akan digunakan dalam
pembelajaran
2 Hasil belajar merupakan proses kegiatan belajar yang disadari
Dalam proses pembelajaran peneliti memberikan motivasi kepada siswa
ataupun kelompok diantaranya dengan memberikan penghargaan kepada
siswa atau kelompok yang berprestasi
3 Hasil belajar sebagai proses latihan
Proses latihan dan pengulangan dalam penelitian ini dilakukan dengan
media ular tangga
4 Hasil belajar merupakan tindak-tanduk yang berfungsi dalam kurun
waktu tertentu atau hasil belajar harus bersifat permanent Selain itu
27
hasil belajar memberikan informasi mengenai tingkat penguasaan
pelajaran yang diberikan selama proses pembelajaran yang
dilangsungkan dengan menggunakan alat ukur berupa tes dalam suatu
proses evaluasi Dalam hal ini di akhir pembelajaran peneliti
mengadakan evaluasi hasil belajar dengan instrument tes yang
sebelumnya telah diuji keampuhannya Walaupun dalam kurikulum
KTSP terdapat tiga ranah yang diukur yaitu ranah kognitif afektif dan
psikomotorik tujuan pembelajaran pada pokok bahasan lebih
menekankan ranah kognitif Hal ini dapat dilihat dari standar
kompetensi kompetensi dasar hingga indikator pada pokok bahasan
tersebut Selain itu media ular tangga dibuat untuk meningkatkan hasil
belajar siswa pada ranah kognitif karena yang terdapat dalam media
tersebut adalah soal-soal yang berfungsi sebagai penguatan siswa setelah
proses pembelajaran Walaupun demikian peneliti tidak ingin melupakan
ranah afektif dan psikomotorik begitu saja maka media ular tangga
dikombinasikan dengan model pembelajaran kooperatif tipe PPT yang
mengasah sikap dan ketrampilan siswa Hal tersebut yang menjadi
alasan mengapa yang dikaji dalam skripsi ini hanya aspek kognitif saja
28
BAB IV
PENUTUP
41 Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan diatas dapat disimpulkan
bahwa
1 Media ular tangga yang dikombinasikan dengan model pembelajaran
kooperatif tipe PPT meningkatkan hasil belajar kognitif siswa yang
diajar pokok bahasan reaksi oksidasi-reduksi Hal ini berdasarkan hasil
uji tanda Wilcoxon untuk nilai posttest mempunyai jumlah rank positif
yang lebih besar (221) dari rank negatifnya (104)
2 Siswa dapat mencapai ketuntasan belajar untuk pokok bahasan reaksi
oksidasi reduksi dengan media ular tangga yang dikombinasikan dengan
model pembelajaran kooperatif tipe PPT Hal ini berdasarkan rata-rata
hasil posttest kedua kelas lebih dari 65 yaitu rata-rata untuk kelas
eksperimen 718 dan untuk kelas control 662
42 Saran
Saran yang dapat diberikan terkait penelitian ini yaitu
1 Sebelum melakukan penelitian perlu dicermati dengan teliti populasi
yang akan diteliti sehingga sampel benar-benar homogen bukan hanya
dari sisi akademik tetapi juga sisi-sisi lain seperti kondisi kelas
2 Ular tangga perlu dikembangkan lagi baik dari bentuk aturan permainan
maupun soal-soalnya
3 Guru hendaknya lebih kreatif dalam menyampaikan pelajaran sehingga
dengan kondisi kelas seperti apapun pembelajaran dapat berlangsung
secara efektif
4 Sebaiknya dalam mengajar terdapat guru pendamping sehingga guru
tidak kewalahan dalam mengawasi permainan
5 Sebaiknya permainan ular tang dilakukan di luar jam pelajaran
6 Hasil penelitian hanya bisa digunakan untuk sekolah tertentu yang
mempunyai kelas kecil
29
DAFTAR PUSTAKA
Anni CT 2004 Psikologi Belajar Semarang UNNES
Suharsimi Arikunto 2002a Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan Jakarta Bumi Aksara
Bahri S dan AZ 2002 Strategi Belajar Mengajar Jakarta Erlangga
Dianto 2008 Pengaruh Penggunaan Ular Tangga Redoks sebagai Media Chemo-Edutainment Bervisi Sets terhadap Hasil Belajar Siswa SMA Kelas X Semester II Tahun 20072008 Semarang Universitas Negeri Semarang
httpidwikipediaorgwikiUlar_tangga
httplearning-with-meblogspotcom200609 pembelajaranhtml
Lismiyati 2006 Meningkatkan Hasil Belajar Kimia Siswa Kelas XI Semester 2 SMA N 2 Demak dengan Memberikan Umpan Balik Kuis dalam Model Pembelajaran Studens Teams-Achievment Division (STAD) Semarang Universitas Negeri Semarang
Mungin Eddy Wibowo dkk 2008 Panduan Penulisan Karya Ilmiah Semarang Universitas Negeri Semarang
Nana Sudjana 2005 Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar Bandung Sinar Baru Algensindo
Poerwadarminta W J S 1999 Kamus Umum Bahasa Indonesia Jakarta Balai Pustaka
Rina Apitasari 2005 Penggunaan Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe Studens Teams-Achievment Division (STAD) dalam Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Kimia pada Materi Pokok Stoikiometri Siswa Kelas X-6 Semester 1 SMA Negeri 13 Semarang Tahun Pelajaran 20042005 Semarang Universitas Negeri Semarang
Renita Tri Parwati 2006 Peningkatkan Hasil Belajar Kimia Siswa Kelas X dengan Menggunakan kombinasi Metode Studens Teams-Achievment Division (STAD) dan Structure Exercise Methode di SMA N 16 Semarang Semarang Universitas Negeri Semarang
Saptorini 2004 Strategi Belajar Mengajar Semarang Unnes Soeprodjo 1997 Metode Statistik Semarang Jurusan Kimia FPMIPA IKIP
Semarang
30
12 Rumusan Masalah
Dari uraian latar belakang masalah permasalahan yang akan dikaji
dalam penelitian yang akan dilakukan yaitu
1 Apakah hasil belajar kognitif siswa yang diajar pokok bahasan reaksi
oksidasi-reduksi menggunakan media ular tangga yang dikombinasikan
dengan model pembelajaran kooperatif tipe PPT terjadi peningkatan yang
signifikan
2 Apakah dengan pemanfaatan media ular tangga yang dikombinasikan
dengan model pembelajaran kooperatif tipe PPT siswa dapat mencapai
ketuntasan belajar untuk pokok bahasan reaksi oksidasi-reduksi
13 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini yaitu sebagai berikut
1 Mengetahui apakah hasil belajar kognitif siswa yang diajar pokok
bahasan reaksi oksidasi-reduksi menggunakan media ular tangga yang
dikombinasikan dengan model pembelajaran kooperatif tipe PPT terjadi
peningkatan yang signifikan
2 Mengetahui apakah dengan pemanfaatan media ular tangga yang
dikombinasikan dengan model pembelajaran kooperatif tipe PPT siswa
dapat mencapai ketuntasan belajar untuk pokok bahasan reaksi oksidasi-
reduksi
14 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut
1 Dengan pembelajaran yang menyenangkan diharapkan anak dapat lebih
termotivasi untuk belajar
2 Dengan pemanfaatan media ular tangga yang dikombinasikan dengan
model pembelajaran kooperatif tipe PPT (Peningkatan Prestasi Tim)
diharapkan kimia bukan lagi pelajaran yang sulit dan menjenuhkan bagi
siswa
3 Dapat memberikan masukan kepada siswa bagaimana cara belajar yang
efektif untuk menigkatkan hasil belajar
4
15 Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penulisan karya ilmiah ini adalah metode
kepustakaan atau tinjauan literatur
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
21 Pengertian Belajar
Belajar merupakan proses penting bagi perubahan perilaku manusia
dan ia mencakup segala sesuatu yang dipikirkan dan dikerjakan (Chatarina
2004 2) Belajar memegang peranan penting dalam perkembangan kebiasan
sikap keyakinan tujuan kepribadian dan bahkan persepsi manusia oleh
karena itu dengan menguasai prinsip-prinsip dasar tentang belajar seseorang
mampu memahami bahwa aktivitas belajar itu memegang peranan penting
dalam proses psikologis
Menurut Catharina (2004 12) banyak ahli di bidang pendidikan yang
mencoba memberikan definisi ataupun pengertian belajar ditinjau dari
berbagai aspek sehingga muncul berbagai pengertian belajarnya diantaranya
1 Gagne dan Berliner dalam Catharina (2004 12) menyatakan bahwa
belajar merupakan proses dimana suatu organisme mengubah perilakunya
karena hasil dari pengalaman
2 W S Winkel dalam Catharina (2004 12) menerangkan bahwa belajar
pada manusia dirumuskan sebagai suatu aktivitas mentalpsikis yang
berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan
perubahan-perubahan dalam pengetahuan pemahaman ketrampilan dan
nilai sikap Perubahan itu bersifat secara relatif konstan dan berbekas
3 Slavin dalam Catharina (2004 12) menyatakan belajar merupakan
perubahan individu yang disebabkan oleh pengalaman
Berdasarkan berbagai penjelasan mengenai belajar dapat
disimpulakan bahwa belajar dalam arti umum adalah segala aktivitas individu
yang dapat menimbulkan perubahan tingkah laku pada diri individu tersebut
Aktivitas ini dapat berupa latihan maupun pengalaman dalam situasi tertentu
dimana tingkah laku yang mengalami perubahan itu menyangkut banyak
aspek
6
22 Permainan Sebagai Media Belajar
Permainan merupakan kontes antar pemain yang berinteraksi satu
sama lain dengan mengikuti aturan-aturan tertentu untuk mencapai tujuan
tertentu Komponen utama yang terdapat dalam sebuah permainan yaitu
pemain lingkungan tempat berinteraksi aturan permainan dan tujuan yang
ingin dicapai
Permainan dapat digunakan sebagai media belajar siswa Tujuan
digunakannya permainan sebagai media yaitu untuk membantu siswa dalam
belajar secara mandiri dan menciptakan suasana yang rekretatif bagi siswa
sehingga belajar terasa lebih menarik Kelebihan permainan sebagai media
belajar antara lain
1 permainan merupakan kegiatan yang bersifat menyenangkan dan
menghibur sehingga siswa tertarik untuk belajar sambil bermain
2 siswa berpartisipasi untuk belajar
3 siswa mendapatkan umpan balik
4 permainan dapat menyesuaikan kondisi siswa
5 permainan dapat dilakukan di luar kelas
6 permainan pada umumnya mudah dilakukan
Selain itu permainan sebagai media belajar juga mempunyai
kelemahan yaitu
1 permainan yang bersifat rumit memerlukan banyak waktu untuk
dijelaskan
2 satu permainan tidak dapat diadopsi untuk semua materi
3 kurangnya pemahaman aturan permainan oleh siswa dapat menimbulkan
kericuhan
4 siswa yang tidak menguasai materi dengan baik akan mengalami
kesulitan dalam bermain
Dalam menggunakan permainan sebagai media belajar guru harus
memperhatikan beberapa hal yaitu
1 permainan harus benar-benar mengikat perhatian siswa
2 permainan harus benar-benar menarik dan mudah dilakukan
7
3 siswa harus dapat terlibat secara penuh dalam permainan
Permainan yang baik untuk digunakan sebagai media pembelajaran adalah
permainan yang memenuhi syarat-syarat sebagai berikut
1 alat atau perlengkapan permainan itu mudah ditemukan atau dibuat
mudah disimpan dan tahan lama
2 permainan mempunyai aturan yang jelas dan sederhana
3 permainan dapat dimainkan dalam waktu yang relatif singkat
4 permainan harus berkaitan atau dapat mencapai tujuan pembelajaran
23 Ular Tangga
Menurut situs httpidwikipediaorgwikiUlar_tangga ular tangga
merupakan permainan anak-anak berbentuk papan yang dimainkan oleh dua
orang atau lebih Papan permainan dibagi dalam kotak-kotak kecil sejumlah
tangga atau ular digambar di beberapa kotak yang menghubungkannya
dengan kotak lain Permainan ini diciptakan pada tahun 1870
Gambar 21 Contoh papan permainan ular tangga
8
Tidak ada bentuk standar dari papan permainan ular tangga Setiap
orang dapat menciptakan sendiri papan mereka dengan jumlah kotak ular
dan tangga yang berlainan
Setiap pemain memulai permainan dengan meletakkan bidaknya di
kotak pertama (biasanya kotak di sudut kiri bawah) kemudian secara
bergiliran pemain melemparkan dadu Bidak dijalankan sesuai dengan jumlah
mata dadu yang muncul Jika bidak pemain berhenti di ujung bawah sebuah
tangga bidak tersebut dapat langsung pergi ke ujung tangga yang lain Bila
bidak pemain berhenti di kotak dengan gambar ekor ular mereka harus turun
ke kotak di ujung bawah ular Pemenang adalah pemain pertama yang
bidaknya mencapai kotak terakhir
Biasanya bila seorang pemain mendapatkan angka 6 dari dadu yang
dilempar mereka mendapat giliran sekali lagi untuk melempar dadu Jika
tidak maka giliran jatuh ke pemain selanjutnya
Papan permainan ular tangga dapat dimodifikasi menjadi media
pembelajaran Modifikasi dapat dilakukan dengan cara mengganti peraturan
permainan Pada penelitian sebelumya mengunakan permainan ular tangga
dengan papan permainan tetap terdapat ular ataupun tangga seperti pada
umumnya Namun berbeda pada prosedur kenaikan pada tangga dan
penurunan pada ular Pada ular tangga penelitian tersebut untuk dapat
menaiki tangga maka peserta yang berhenti pada ujung bawah tangga harus
dapat menjawab pertanyaan yang terdapat di balik kartu bertanda T
sedangkan bila peserta berhenti pada ekor ular agar ia dapat bertahan atau
tidak turun ke kepala ular maka ia harus dapat menjawab pertanyaan yang
terdapat di balik kartu bertanda U (Dianto 2008)
Selain bentuk U dan T modifikasi juga dapat dilakukan dengan
mengganti gambar ular dan tangga dengan nomor-nomor bonus yaitu nomor-
nomor tertentu yang disusun acak pada papan ular tangga Apabila bidak
berhenti pada nomo-nomor tersebut pemain harus menjawab pertanyaan
yang disediakan oleh wasit Jika jawaban pemain tersebut salah atau tidak
bisa menjawab pertanyaan maka pertanyaan bisa dilempar ke pemain lain
sampai pertanyaan terjawab dengan benar dan semua pemain paham
9
24 Model Pembelajaran Kooperatif
Beberapa tipe model pembelajaran kooperatif adalah sebagai berikut
241 Permainan Tim (PT)
Penerapan model PT dilakukan dengan cara mengelompokkan
siswa secara heterogen Tiap kelompok mendapatkan tugas yang sama
atau berbeda Setelah tugas diperoleh setiap kelompok bekerja sama
dalam bentuk kerja individual dan diskusi Usahakan dinamikia
kelompok kohesif dan kompak serta tumbuh rasa kompetisi antar
kelompok Suasana diskuisi dibuat nyaman dan menyenangkan sepeti
dalam kondisi permainan (games) yaitu dengan cara guru bersikap
terbuka ramah lembut dan santun Setelah selesai kerja kelompok
sajikan hasil kelompok sehuingga terjadi diskusi kelas
Langkah-langkahnya adalah sebagai berikut
1 Membuat kelompok siswa heterogen yang terdiri dari 4 orang
kemudian memberikan informasi pokok materi dan mekanisme
kegiatan
2 Menyiapkan meja turnamen secukupnya misalnya 10 meja Untuk
tiap meja ditempati 4 siswa yang berkemampuan setara meja I
diisi oleh siswa dengan level tertinggi dari tiap kelompok dan
seterusnya sampai meja ke-X ditempati oleh siswa yang levelnya
paling rendah Penentuan tiap siswa yang duduk pada meja tertentu
adalah hasil kesepakatan kelompok
3 Turnamen dilaksanakan dengan cara setiap siswa mengambil kartu
soal yang telah disediakan pada tiap meja dan mengerjakannya
untuk jangka waktu tertentu (misal 3 menit) Siswa bisa
mengerjakan lebih dari satu soal dan hasilnya diperiksa dan dinilai
sehingga diperoleh skor turnamen untuk tiap individu dan
sekaligus skor kelompok asal Siswa pada tiap meja tunamen
diberikan gelar superior very good good medium sesuai dengan
skor yang diperolehnya
10
4 Pergeseran yaitu pada turnamen kedua ( begitu juga untuk
turnamen ketiga-keempat dst) dilakukan pergeseran tempat duduk
pada meja turnamen sesuai dengan sebutan gelar tadi Siswa
superior dalam kelompok meja turnamen yang sama begitu pula
untuk meja turnamen yang lainnya diisi oleh siswa dengan gelar
yang sama
5 Menghitung skor untuk tiap kelompok asal dan skor individual
serta memberikan penghargaan kelompok dan individual
Kelebihan dari model pembelajaran ini adalah
1 Melatih siswa mengungkap atau menyampaikan gagasannya
2 Melatih siswa untuk menghargai pendapat atau gagasan orang lain
3 Menumbuhkan rasa tanggung jawab sosial
Sedangkan kelemahannya yaitu
1 Kadang hanya beberapa siswa yang aktif dalam kelompok
2 Tempat duduk yang kadang sulit atau kurang mendukung untuk
diatur
3 Memakan banyak waktu
242 Peningkatan Prestasi Tim (PPT)
Seperti yang telah dijelaskan di atas bahwa model
pembelajaran kooperatif tipe PPT merupakan model pembelajaran
kooperatif dengan menggunakan kelompok-kelompok kecil yang
jumlah anggota tiap kelompok 4-5 orang siswa secara heterogen
Kegiatan belajar mengajarnya diawali dengan penyampaian tujuan
pembelajaran penyampaian materi kegiatan kelompok kuis dan
penghargaan kelompok Kegiatan kelompok dalam pembelajaran ini
berupa diskusi bahan belajar seperti LKS atau modul secara kolabratif
kemudian menyajikannya dengan cara presentasi kelompok Selain itu
dibuat skor perkembangan tiap siswa atau kelompok
Menurut Trianto (200754) persiapan-persiapan yang dibutuhkan
dalam pembelajaran kooperatif tipe PPT antara lain
11
1 Perangkat pembelajaran
Perangkat pembelajaran yang dibutuhkan meliputi Rencana
Pembelajaran (RP) Buku Siswa Lembar Kegiatan Siswa (LKS)
beserta lembar jawabannya
2 Membentuk kelompok kooperatif
Dalam menentukan kelompok diusahakan agar kemampuan siswa
dalam satu kelompok heterogen baik berdasarkan prestasi jenis
kelamin suku dan latar belakang sosial Kemampuan antar
kelompok diusahakan homogen Apabila dalam kelas terdiri atas
ras dan latar belakang yang relatif sama maka pembentukan
kelompok bisa didasarkan pada prestasi akademik
3 Menentukan skor awal
Nilai ulangan sebelumnya dalam kelas ini dapat dijadikan sebagai
skor awal Skor ini bisa berubah setelah diadakan kuis Selain itu
hasil tes masing-masing individu yang diadakan setelah
pembelajaran lebih lanjut juga dapat dijadikan sebagai skor awal
4 Pengaturan tempat duduk
Untuk menunjang keberhasilan pembelajaran kooperatif maka
pengaturan tempat duduk diusahakan satu kelompok berdekatan
supaya tidak kacau Tempat duduk sebaiknya tidak berpindah-
pindah
5 Kerja kelompok
Supaya tidak terjadi kekacauan lain maka terlebih dahulu diadakan
latihan kerjasama dalam kelompok Hal ini dilakukan agar masing-
masing individu dalam satu kelompok lebih saling mengenal
Model pembelajaran kooperatif tipe PPT ini merupakan tipe
pembelajaran kooperatif yang cukup sederhana Hal ini karena dalam
pembelajaran PPT ini masih ada penyampaian materi pelajaran yang
cenderung seperti model pembelajaran konvensional Perbedaan tipe
pembelajaran ini dengan metode konvensional terletak pada adanya
pemberian penghargaan pada kelompok
12
Kelebihan dari model pembelajaran ini adalah
1 Seluruh siswa menjadi lebih siap
2 Melatih kerjasama dengan baik
Sedangkan kekurangan dari model pembelajaran ini adalah
1 Anggota kelompok semua mengalami kesulitan dalam
penyesuaian
2 Membedakan siswa
243 Bidak (Bantuan Individual Dalam Kelompok)
Menurut situs httpeducaree-fkipunlanetindexphpoption =
com bantuan Individual dalam Kelompok (Bidak) adalah terjemahan
bebas dari Team Assisted Individually (TAI) yang merupakan model
pembelajaran kooperatif dengan karateristirk tanggung jawab belajar
adalah pada siswa Oleh karena itu siswa harus membangun
pengetahuan sendiri dengan kata lain tidak menerima materi pelajaran
dalam bentuk jadi dari guru Pola komunikasi antara guru dengan
siswa adalah negosiasi dan bukan imposisi-intruksi
Langkah-langkah pembelajaran dengan Bidak adalah sebagai berikut
1 Membuat kelompok secara heterogen dan memberikan bahan ajar
berupa modul
2 Siswa-siswa yang telah dikelompokan belajar dengan dibantu oleh
siswa pandai dari anggota kelompok secara individual saling tukar
jawaban dan saling berbagi sehingga terjadi diskusi dalam
kelompok
3 Melaksanakan refleksi dan tes formatif
4 Memberikan penghargaan terhadap kelompok
Model pembelajaran ini memang mengajak siswa untuk
mengkontstruksi pengetahuannya sendiri Namun Bidak sulit
diterapkan pada kelas yang siswanya sama sekali belum pernah
melaksanakan pembelajaran kooperatif
13
244 Jigsaw (Tim Ahli)
Langkah-langkah pada pembelajaran Jigsaw adalah sebagai berikut
1 Membagi para siswa kedalam beberapa kelompok secara heterogen
yang tiap kelompok beranggotakan 5-6 orang
2 Memberikan materi pelajaran kepada siswa dalam bentuk teks
yang telah dibagi-bagi menjadi beberapa sub pokok bahasan
3 Setiap anggota kelompok membaca sub pokok bahasan yang
ditugaskan dan bertanggungjawab untuk mempelajarinya
4 Anggota dari kelompok lain yang mempelajari sub pokok bahasan
yang sama berdiskusi dalam tim ahli
5 Setiap anggota tim ahli kembali ke kelompoknya mengajar teman-
temannya setelah selesai berdiskusi
6 Pada saat bertemu dengan kelompok asal dan berdiskusi para
siswa mendapat tagihan berupa kuis individu (Trianto 2007 57)
Kelebihan dan kekurangan dari model pembelajaran ini hampir
sama dengan model kooperatif tipe PPT Selain itu model
pembelajaran ini lebih rumit karena diskusi tidak hanya dilaksanakan
dalam kelompok tetapi juga dilakukan oleh tim ahli dari masing-
masing kelompok Hal ini membutuhkan banyak waktu
245 Berpikir Berpasangan
Berpikir berpasangan atau Think Pairs Share (TPS) merupakan
tipe pembelajaran kooperatif yang dirancang agar siswa mempunyai
lebih banyak waktu untuk berfikir merespon dan saling membantu
Langkah-langkah yang perlu dilakukan adalah sebagai berikut
1 Berpikir
Suatu pertanyaan atau masalah diajukan oleh guru kepada siswa
Dalam beberapa menit siswa diberi waktu untuk berpikir sendiri
menemukan jawaban atau jalan keluar dari permasalahan yang
diajukan
2 Berpasangan
Guru meminta siswa berpasangan untuk mendiskusikan jawaban
yang diperoleh melalui metode berpikir
14
3 Berbagi
Guru meminta pasangan-pasangan tersebut menyampaikan apa
yang telah mereka diskusikan kepada seluruh kelas dengan cara
presentasi (Trianto 2007 62)
Model pembelajaran ini baik untuk melatih kemapuan berpikir kritis
siswa dalam diskusi Tetapi perlu diperhatikan pasangan sebaiknya
tidak selalu sama Dalam kelas besar presentasi belum tentu bisa
disampaikan oleh semua pasangan karena terbatasnya waktu
246 Investigasi Kelompok
Langkah-langkah pembelajaran Investigasi Kelompok adalah
1 Membuat kelompok heterogen yang terdiri atas 5-6 siswa dengan
orientasi tugas
2 Merencanakan pelaksanaan investigasi Tiap kelompok
menginvestigasi proyek tertentu (bisa di luar kelas misalnya
mengukur tinggi pohon mendata banyak dan jenis kendaraan di
dalam sekolah jenis dagangan dan keuntungan di kantin sekolah
banyak guru dan staf sekolah)
3 Mengolah data penyajian data hasil investigasi presentasi kuis
individual
4 Membuat skor perkembangan siswa umumkan hasil kuis dan
berikan reward httplearning-with-meblogspotcom200609
pembelajaranhtml
Investigasi kelompok merupakan model pembelajaran kooperatif
paling rumit dan sulit untuk dilaksanakan Tetapi bisa dilaksanakan
untuk kelas yang jumlah siswanya tidak terlalu banyak ataupun sedikit
dan mempunyai jam pelajaran lebih
247 Kepala Bernomor
Langkah-langkah dalam pembelajaran Kepala Bernomor adalah
sebagai berikut
1 Membuat kelompok heterogen dan tiap siswa memiliki nomor
tertentu
15
2 Memberikan persoalan materi bahan ajar (untuk tiap kelompok
sama tapi untuk tiap siswa tidak sama sesuai dengan nomor siswa
tiap siswa dengan nomor sama mendapat tugas yang sama)
3 Bekerja kelompok dan presentasi kelompok dengan nomor siswa
yang sama sesuai tugas masing-masing sehingga terjadi diskusi
kelas
4 Kuis individual membuat skor perkembangan tiap siswa serta
mengumumkan hasil kuis dan pemberian reward
Kelebihan dari model pembelajaran ini adalah
1 Setiap siswa menjadi siap semua
2 Dapat melakukan diskusi dengan sungguh-sungguh
3 Siswa yang pandai dapat mengajari siswa yang kurang pandai
Sedangkan kelemahannya yaitu
4 Kemungkinan nomor yang dipanggil dipanggil lagi oleh guru
5 Tidak semua anggota kelompok dipanggil oleh guru
Dari beberapa model pembelajara kooperatif tersebut yang paling
mudah untuk dikombinasikan dengan media ular tangga adalah model
pembelajaran kooperatif yang paling sederhana dan tidak terlalu rumit dalam
pelaksanaannya yaitu model pembelajaran kooperatif tipe PPT
Dalam pelaksanaannya siswa dibagi dalam beberapa kelompok yang
beranggotakan 4-5 orang siswa yang merupakan campuran menurut tingkat
prestasi jenis kelamin dan suku Guru menyampaikan materi pelajaran
kemudian siswa bekerja dalam kelompok mereka memastikan bahwa seluruh
anggota kelompok telah menguasai materi pelajaran yang disampaikan
Permainan ular tangga disisipkan setiap akhir pertemuan sebagai penguatan
belajar
Gambar ular dan tangga dalam papan permainan diganti dengan
nomor-nomor bonus yaitu nomor-nomor tertentu yang disusun acak pada
papan ular tangga Apabila bidak berhenti pada nomo-nomor tersebut
pemain harus menjawab pertanyaan yang disediakan oleh wasit Jika jawaban
pemain tersebut salah atau tidak bisa menjawab pertanyaan maka pertanyaan
16
bisa dilempar ke pemain lain sampai pertanyaan terjawab dengan benar dan
semua pemain paham
25 Hasil Belajar
Menurut Chatarina (20044) hasil belajar merupakan perubahan
perilaku yang diperoleh pembelajar setelah mengalami aktivitas
belajarPerubahan tingkah laku dikatakan sebagai hasil belajar apabila
1 Hasil belajar sebagai pencapaian tujuan menekankan pentingnya tujuan
mengajar
Ketegasan dalam menetapkan tujuan akan memberikan arah yang jelas
pada pelaksanaan kegiatan pembelajaran Tujuan pembelajaran merupakan
rumusan pertanyaan mengenai kemampuan atau tingkah laku yang
diharapkan dikuasai oleh siswa setelah mengikuti pelajaran Tingkat
pencapaian tujuan menunjukkan kualitas pembelajaran
2 Hasil belajar merupakan proses kegiatan belajar yang disadari
Siswa yang termotivasi akan menunjukkan belajar dengan penuh
kesadaran kesungguhan tidak ada paksaan untuk memperoleh tingkat
penguasaan pengetahuan Di samping itu motivasi sangat berpengaruh
terhadap pengetahuan dan konsentrasi siswa pada pelajaran
3 Hasil belajar sebagai proses latihan
Latihan-latihan adalah suatu pengulangan atau tindakan sebagai respon
terhadap rangsangan dari luar dalam rangka memperoleh kemampuan
baru untuk bertindak Latihan merupakan proses belajar yang disadari oleh
pelakunya
4 Hasil belajar merupakan tindak-tanduk yang berfungsi dalam kurun waktu
tertentu atau hasil belajar harus bersifat permanent Selain itu hasil belajar
memberikan informasi mengenai tingkat penguasaan pelajaran yang
diberikan selama proses pembelajaran yang dilangsungkan dengan
menggunakan alat ukur berupa tes dalam suatu proses evaluasi
17
26 Reaksi Oksidasi - Reduksi
Perubahan kimia yang terjadi di sekitar kita beragam jenisnya seperti
pembusukan fermentasi reaksi penggaraman atau penetralan reaksi
hidrolisis reaksi pembakaran oksidasi atau reaksi reduksiReaksi redoks
yaitu reaksi reduksi dan oksidasi bilangan oksidasi oksidator reduktor dan
reaksi autoredoks
261 Definisi Reaksi Oksidasi dan Reduksi
Di sekitar kita sering dijumpai peristiwa kimiawi seperti logam
berkarat pembuatan besi dari bijih besi penyepuhan logam terjadinya
arus listrik pada aki atau baterai buah masak buah busuk mercon
meledak kembang api dibakar dan lain sebagainya Perkaratan pada
logam pembakaran pembusukan oleh mikroba fotosintesis pada
tumbuhan dan metabolism di dalam tubuh merupakan sebagian
contoh-contoh reaksi oksidasi dan reduksi
262 Konsep Redoks Berdasarkan Pengikatan Dan Pelepasan
Oksigen
Konsep reaksi oksidasi dan reduksi mengalami perkembangan
dari masa ke masa sesuai cakupan konsep yang dijelaskan Pada
mulanya konsep reaksi oksidasi dan reduksi ditinjau dari
penggabungan dan pelepasan oksigen
Reaksi oksidasi didefinisikan sebagai reaksi pengikatan suatu zat
dengan oksigen Sebaliknya reaksi pelepasan oksigen oleh suatu zat
disebut reaksi reduksi Contoh reaksi oksidasi
1 C(s) + O2(g) rarr CO2(g)
2 4 Fe(s) + 3 O2(g) rarr 2 Fe2O3(s)
3 Cu(s) + O2(g) rarr CuO(s)
4 S(s) + O2(g) rarr SO2(g)
5 SO2(g) + O2(g) rarr SO3(g)
Pada reaksi di atas C mengikat O2 membentuk CO2 Demikian juga Fe
Cu S dan SO2 berturut-turut menjadi Fe2O3 CuO SO2 dan SO3
18
setelah mengikat oksigen Jadi C Fe Cu S dan SO2 telah mengalami
reaksi oksidasi
Contoh reaksi reduksi
1 2 SO3(g) rarr 2 SO2(g) + O2(g)
2 2 KClO3(s) rarr 2 KCl(s) + 3 O2(g)
3 2 KNO3(aq) rarr 2 KNO2(aq) + O2(g)
Perhatikan reaksi di atas SO3 melepaskan oksigen membentuk SO2
demikian juga KClO3 dan KNO3 masingmasing melepaskan oksigen
menjadi KCl dan KNO2 Jadi SO3 KClO3 dan KNO3 mengalami
reaksi reduksi Pada reaksi termit menghasilkan besi cair yang sering
digunakan untuk mengelas benda-benda dari besi reaksinya adalah
2 Al(s) + Fe2O3(s) rarr 2 Fe(l) + Al2O3(s)
Al mengikat oksigen membentuk Al2O3 berarti Al mengalami
oksidasi Fe2O3 melepaskan oksigen membentuk Fe Jadi Fe2O3
mengalami reduksi Pada reaksi termit tersebut oksidasi dan reduksi
terjadi bersamaan reaksi seperti ini disebut reaksi redoks
263 Konsep Redoks Berdasarkan Pengikatan Dan Pelepasan Elektron
Pada reaksi Na(s) + S(s) rarr Na2S(s) tidak melibatkan gas
oksigen maka konsep redoks berdasarkan pengikatan dan pelepasan
oksigen tidak dapat digunakan Konsep redoks berkembang bukan lagi
pengikatan dan pelepasan oksigen tetapi pengikatan dan pelepasan
elektron Reaksi oksidasi adalah reaksi pelepasan elektron
Contohnya pada pembentukan ion Na+
Na(s) rarr Na+ (aq) + e ndash
Sebaliknya reaksi pengikatan elektron disebut reaksi reduksi
Contohnya pada pembentukan ion S2-
S (s) + 2e ndash rarrS2- (aq)
Reaksi redoks adalah reaksi yang terjadi di mana reaksi oksidasi dan
reduksi terjadi bersama-sama 2Na(s) + S(s) rarr Na2S(s)
Reaksi di atas dapat ditulis menjadi 2 tahap yaitu
Reaksi oksidasi 2Na(s) rarr Na+(aq) + 2 endash
Reaksi reduksi S (s) + 2 endash rarr S 2- (aq)
19
Reaksi redoks 2Na(s) + S(s) rarr Na2S(s)
Pada reaksi di atas Na mengalami reaksi oksidasi dan
menyebabkan S tereduksi Zat seperti Na ini disebut reduktor
Sedangkan S disebut oksidator karena menyebabkan Na teroksidasi
dan dia sendiri mengalami reaksi reduksi
264 Konsep Redoks Berdasarkan Perubahan (Kenaikkan Dan
Penurunan) Bilangan Oksidasi
Sebelum mempelajari konsep reaksi redoks berdasarkan
kenaikan dan penurunan bilangan oksidasi ada baiknya kamu belajar
tentang bilangan oksidasi terlebih dahulu Bilangan oksidasi (bilok)
adalah jumlah muatan yang dimiliki atom suatu unsure jika bergabung
dengan atom unsur lain Aturan biloks antara lain
1 Unsur bebas mempunyai bilok 0 (nol) yang termasuk unsur bebas
unsur diatomik (H2 N2 O2 F2 Cl2 Br2 I2) unsur poliatomik (O3
P4 S8) Selain unsur tersebut adalah unsur monoatomik (Na K
Mg C dan lain-lain)
Contoh
a H dalam H2
b O dalam O2 dan O3
c F dalam F2
d Na dalam Na
2 Unsur H umumnya mempunyai biloks (+1) kecuali pada senyawa
hidrida mempunyai biloks (ndash1) Senyawa hidrida adalah senyawa
yang terbentuk jika logam bergabung dengan atom H (Contoh
NaH KH CaH2)
Contoh H dalam H2O NH3 HCl
3 Unsur O umumnya mempunyai biloks (ndash2) kecuali
a Pada senyawa peroksida contohnya Na2O2 H2O2 BaO2
mempunyai bilok (ndash1)
b Senyawa F2O mempunyai bilok (+2)
20
c Senyawa superoksida (contohnya KO2) mempunyai biloks (ndash12
)
Contoh O dalam H2O Na2O Fe2O3 MgO
4 Unsur logam dalam senyawa umumnya mempunyai biloks positif
Contoh
a Golongan IA (Li Na K Rb dan Cs) mempunyai biloks (+1)
b Golongan IIA ( Be Mg Ca Sr dan Ba) mempunyai bilok
(+2)
c Al3+ Ag+ Zn2+ Pb2+ Pb3+ Fe2+ dan Fe3+
5 Unsur nonlogam umumnya mempunyai bilok negatif
Contoh
a Golongan VIIA (F Cl Br I) mempunyai bilok (ndash1)
b Golongan VIA (O S Se Te) mempunyai bilok (ndash2)
6 Jumlah bilok unsur-unsur dalam ion sama dengan jumlah
muatannya
Contoh
Bilok S dalam SO42-
Bilok O = ndash2
Jumlah bilok = (1 times bilok S + 4 times bilok O)
ndash2 = (1 times bilok S + 4 times (ndash2))
ndash2 = bilok S + (ndash8)
Bilok S = +6
7 Jumlah bilok unsur-unsur dalam senyawa sama dengan 0 (nol)
Contoh H2S
Jumlah bilok = ((2 times bilok H) + (1 times bilok S))
0 = ((2 times (+1)) + (1 times bilok S))
0 = (+2) + bilok S
Bilok S = (ndash2)
Reaksi oksidasi adalah reaksi kenaikkan bilok Sedangkan reaksi
reduksi adalah reaksi penurunan bilok
21
Contoh
1 Zn(s) + 2HCl(aq) 1048687 ZnCl2(aq) + H2(g)
Bilok Zn (unsur bebas) = 0
Bilok Zn dalam ZnCl2 = +2
Berarti Zn mengalami kenaikkan bilok maka Zn mengalami reaksi
oksidasi
Bilok H dalam HCl = +1
Bilok H dalam H2 (unsur bebas) = 0
Jadi H mengalami penurunan bilok maka H mengalami reaksi
reduksi
2 Reaksi pemakaian baterai Zn + 2NH4Cl rarr ZnCl2 + 2NH3 + H2
Bilok Zn (unsur bebas) = 0
Bilok Zn pada ZnCl2 = +2
Berarti Zn mengalami kenaikkan bilok maka Zn mengalami
reaksi oksidasi
Bilok H pada NH4Cl = +1
Bilok H pada H2 (unsur bebas = 0
Berarti H mengalami penurunan bilok maka H mengalami reaksi
reduksi
3 Reaksi pelapisan logam Cu + 2AgNO3 rarr Cu(NO3)2 + 2Ag
Bilok Cu (unsur bebas) = 0
Bilok Cu pada Cu(NO3)2 = +2
Berarti Cu mengalami kenaikkan bilok maka Cu mengalami reaksi
oksidasi
Bilok Ag pada AgNO3 = +1
Bilok Ag (unsur bebas) = 0
Berarti Ag mengalami penurunan bilok maka Ag mengalami
reaksi reduksi Pada reaksi di atas terjadi kenaikkan bilok (reaksi
22
oksidasi) dan penurunan bilok (reaksi reduksi) secara
bersamasama maka disebut reaksi redoks Jika suatu zat
mengalami reaksi oksidasi sekaligus reduksi maka reaksi ini
disebut autoredoks (disproporsionasi)
BAB III
PEMBAHASAN
Dalam penelitian ini peneliti ingin mengetahui apakah penggunaan
media ular tangga yang dikombinasikan dengan model pembelajaran
kooperatif tipe PPT dapat meningkatkan hasil belajar siswa Dalam penelitian
tersebut digunakan populasi siswa kelas X SMA Kristen 1 Kupang sebanyak
109 orang yang terbagi dalam 3 kelas Dengan data nilai mid semester
digunakan 49 uji normalitas dan homogenitas Dari hasil perhitungan
diketahui bahwa populasi mempunyai homogenitas yang sama Dan seluruh
populasi dalam kelas berdistribusi normal Kemudian peneliti mengambil
secara acak dari populasi sebagai sampel Diperoleh kelas X E sebagai
kelompok eksperimen dengan media ular tangga yang dikombinasikan
dengan model pembelajaran kooperatif tipe PPT dan X D sebagai kelompok
kontrol dengan menggunakan metode konvensional Peneliti memilih atau
mengambil pokok bahasan reaksi oksidasi-reduksi karena di dalam pokok
bahasan ini terdapat konsep-konsep dan perhitungan kimia Penelitian
dilaksanakan dalam waktu kurang lebih 1 bulan Kelas eksperimen diberikan
pengajaran dengan media ular tangga yang dikombinasikan dengan model
pembelajaran kooperatif tipe PPT Dalam metode ini peneliti membagi 37
siswa menjadi 8 kelompok yakni 5 kelompok yang terdiri dari lima orang dan
3 kelompok yang terdiri dari empat orang Pembagian kelompok dilakukan
berdasarkan nilai mid semester jenis kelamin dan latar belakang sosial yang
di konsultasikan dengan guru Hal ini dilakukan agar dihasilkan siswa yang
kemampuannya heterogen dalam satu kelompok dan antar kelompok
memiliki kemampuan yang homogen
23
Kegiatan pelaksanan pembelajaran dilakukan 8 kali pertemuan
dengan pertemuan pertama untuk pretest dan pertemuan terakhir untuk
posttest Dalam setiap pertemuan tempat duduk siswa diatur sedemikian rupa
sehingga siswa yang satu kelompok berdekatan Dalam pembelajaran peneliti
menjelaskan hal-hal pokok dan memberi contoh-contoh perhitungan serta
latihan kepada siswa 50 Kemudian dilanjutkan dengan diskusi antar
kelompok tentang materi yang sudah diajarkan Sebagai penguatan sisa jam
pelajaran digunakan untuk bermain ular tangga
Sebelum penelitian dilakukan peneliti menyadari akan timbul kendala dalam
hal kerja kelompok karena siswa belum terbiasa untuk bekerja secara
kooperatif dalam kelompok Untuk itu peneliti memberikan tugas kelompok
awal setelah pelaksanaan pretest sebelum pertemuan pembelajaran pertama
dan menjelaskan kepada siswa akan pentingnya kerjasama dalam kelompok
Kemudian pada kegiatan awal dalam pertemuan pertama pembelajaran guru
menanyai siswa secara acak Hal ini dilakukan untuk melatih tanggung jawab
siswa terhadap tugas kelompoknya Selain itu sebelumnya peneliti
mengadakan pertemuan dengan wasit tiap kelompok di luar jam pelajaran
untuk membahas bagaimana tata cara permainan ular tangga Awalnya
peneliti merencanakan bahwa wasit untuk tiap kelompok bergantian tapi
kemudian diperoleh kesepakatan bahwa wasit untuk tiap kelompok tetap
Penilaian terhadap wasit dilakukan oleh guru (peneliti)
Dari 8 kali pertemuan permainan ular tangga dilakukan sebanyak 4
kali yaitu pada pertemuan kedua ketiga kelima dan ketujuh Dalam
permainan ular tangga ini siswa bermain dalam kelompok masing-masing
dengan wasit yang berasal dari kelompok lain Papan ular tangga
dimodifikasi dengan mengganti gambar ular dan tangga dengan nomor-
nomor bonus yaitu nomor-nomor tertentu yang disusun acak pada papan ular
tangga Apabila bidak berhenti pada nomor-nomor tersebut pemain harus
menjawab pertanyaan yang disediakan oleh wasit Jika jawaban benar pemain
mendapatkan skor 10 Jika jawaban pemain tersebut salah atau tidak bisa
menjawab pertanyaan maka pertanyaan bisa dilempar ke pemain lain sampai
pertanyaan terjawab dengan benar dan semua pemain paham Siapapun yang
24
dapat menjawab pertanyaan wasit dengan benar akan mendapat skor 10 untuk
tiap soalnya Apabila tidak ada yang bisa menjawab dengan benar maka
wasitlah yang harus menjelaskan jawaban sampai semua paham Jadi wasit
sebelumnya sudah mendapatkan soal sekaligus kunci jawaban singkat Bila
wasit tidak mampu menjelaskan jawaban maka wasit boleh bertanya
langsung pada guru (peneliti)
Untuk pertemuan keenam kegiatan pembelajaran diisi dengan
presentasi masing-masing kelompok dengan tugas kelompok yang diberikan
pada pertemuan sebelumnya Akan tetapi pelaksanaanya tidak sesuai seperti
yang direncanakan karena waktu yang terbatas Jadi presentasi hanya bisa
dilakukan di tempat duduk masing-masing kelompok yang dilanjutkan
dengan diskusi antar kelompok Di dalam pembelajaran siswa diarahkan
untuk bersifat aktif dalam pembelajaran
Pertemuan terakhir yaitu pertemuan ke-8 digunakan untuk evaluasi
Dari hasil evaluasi didapatkan data hasil belajar kognitif siswa kelompok
eksperimen dan kontrol yang selanjutnya digunakan dalam analisis data
Siswa yang diajar dengan model pembelajaran PPT mempunyai hasil
belajar yang lebih baik hal ini dikarenakan dalam pembelajarannya siswa
dituntut untuk selalu bekerja sama dalam tim atau kelompoknya untuk
meningkatkan prestasi timnya dengan cara meningkatkan pemahaman dan
prestasi setiap individu dalam kelompok Selain itu siswa diberi penguatan
dengan permainan media ular tangga yang memancing diskusi dan keaktifan
siswa Siswa juga diberitahukan perkembangan skor tiap kelompok dan
individu Kemudian penghargaan diberikan kepada kelompok terbaik dan
individu terbaik Hal ini dilakukan untuk memotivasi siswa dalam belajar
baik baik dalam proses pembelajaran di kelas maupun di luar kelas
Peneliti berusaha melakukan prosedur dengan benar dan maksimal
namun hasil yang didapatkan masih belum memuaskan dan kelemahan-
kelemahan penelitian sebelumnya belum sepenuhnya teratasi Beberapa
kendala yang dihadapi dalam penelitian ini antara lain penentuan sampel
secara cluster random didapatkan kelas X E sebagai kelas eksperimen dan X
D sebagai kelas kontrol Menurut guru pembimbing kondisi kedua kelas
25
secara umum baik namun ketika peneliti melakukan penelitian ternyata kelas
kontrol lebih tertib sehingga pembelajaran dapat berlangsung tanpa hambatan
berarti Namun kelas eksperimen berbeda kelas ini lebih ramai sehingga
banyak menit yang terbuang sia-sia Hal ini juga yang menyebabkan peneliti
kesulitan untuk mengadakan pembelajaran presentasi kelompok Peneliti
sudah mencoba berkonsultasi dengan guru pembimbing namun hasilnya
belum maksimal hingga penelitian usai Permainan ular tangga dari peneliti
juga masih perlu dikembangkan lagi dengan bentuk yang lebih menarik serta
soal yang lebih berbobot dan memancing diskusi Selain itu peneliti
menyadari bahwa instrumen yang dikembangkan belum sempurna sehingga
belum dapat membedakan dengan baik antara kelas eksperimen yang diajar
dengan media ular tangga yang dikombinasikan dengan model pembelajaran
PPT dengan kelas kontrol yang tidak menggunakan media ular tangga yang
dikombinasikan dengan model pembelajaran PPT
Dari beberapa penelitian sebelumnya yang peneliti temukan
kebanyakan metode STAD tidak divariasi kalaupun divariasi belum
menggunakan permainan sebagai media belajar tapi dengan model atau
metode pembelajaran lain Tujuan digunakannya permainan sebagai media
belajar adalah untuk membantu siswa belajar secara mandiri dan
menciptakan suasana yang rekreatif sehingga siswa merasa tertarik untuk
mengikuti pembelajaran Selain itu fungsi media ular tangga yang peneliti
gunakan dalam penelitian ini adalah sebagai penguatan belajar yang
berbentuk permainan Penelitian tentang media permainan ular tangga
sebelumnya masih mempunyai kelemahan dalam aturan permainan yang
belum memancing diskusi dan dalam waktu pelaksanaannya Dalam
penelitian ini peneliti berusaha membuat aturan permainan agar siswa tidak
hanya bermain tapi juga belajar bersama dalam memecahkan soal Dalam hal
waktu pelaksanaan permainan hanya dilakukan 4 kali dengan pertimbangan
agar siswa tidak bosan
W S Winkel dalam Catharina (2004 12) menerangkan bahwa
belajar pada manusia dirumuskan sebagai suatu aktivitas mentalpsikis yang
berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan
26
perubahan-perubahan dalam pengetahuan pemahaman ketrampilan dan
nilai sikap Perubahan itu bersifat secara relatif konstan dan berbekas Dalam
penelitian ini media ular tangga digunakan untuk meningkatkan pengetahuan
dan pemahaman siswa pada pokok bahasan reaksi oksidasi-reduksi
Sedangkan model pembelajaran PPT melatih siswa bagaimana bekerja sama
dalam tim atau kelompok dan memahami makna serta pentingnya melakukan
sesuatu secara bersama untuk mencapai tujuan bersama Setiap siswa dalam
tim mempunyai tanggung jawab yang sama untuk meningkatkan prestasi
timnya dengan cara saling berbagi baik itu sebuah pengetahuan atau sebuah
ketidaktahuan Dari hal tersebut diharapkan siswa dapat mengalami
perubahan dalam perilaku dan sikapnya Dalam penelitian ini peneliti tidak
mengadakan pembelajaran praktikum untuk melatih ketrampilan atau aspek
psikomotorik siswa Hal ini dikarenakan keterbatasan waktu dan persiapan
peneliti Menurut Chatarina (20044) hasil belajar merupakan perubahan
perilaku yang diperoleh pembelajar setelah mengalami aktivitas
belajarPerubahan tingkah laku dikatakan sebagai hasil belajar apabila
1 Hasil belajar sebagai pencapaian tujuan menekankan pentingnya tujuan
mengajar
Ketegasan dalam menetapkan tujuan akan memberikan arah yang jelas
pada pelaksanaan kegiatan pembelajaran Dalam hal ini sebelum
penelitian peneliti menyusun perangkat pembelajaran berupa RPP alat
evaluasi serta mempersiapkan media yang akan digunakan dalam
pembelajaran
2 Hasil belajar merupakan proses kegiatan belajar yang disadari
Dalam proses pembelajaran peneliti memberikan motivasi kepada siswa
ataupun kelompok diantaranya dengan memberikan penghargaan kepada
siswa atau kelompok yang berprestasi
3 Hasil belajar sebagai proses latihan
Proses latihan dan pengulangan dalam penelitian ini dilakukan dengan
media ular tangga
4 Hasil belajar merupakan tindak-tanduk yang berfungsi dalam kurun
waktu tertentu atau hasil belajar harus bersifat permanent Selain itu
27
hasil belajar memberikan informasi mengenai tingkat penguasaan
pelajaran yang diberikan selama proses pembelajaran yang
dilangsungkan dengan menggunakan alat ukur berupa tes dalam suatu
proses evaluasi Dalam hal ini di akhir pembelajaran peneliti
mengadakan evaluasi hasil belajar dengan instrument tes yang
sebelumnya telah diuji keampuhannya Walaupun dalam kurikulum
KTSP terdapat tiga ranah yang diukur yaitu ranah kognitif afektif dan
psikomotorik tujuan pembelajaran pada pokok bahasan lebih
menekankan ranah kognitif Hal ini dapat dilihat dari standar
kompetensi kompetensi dasar hingga indikator pada pokok bahasan
tersebut Selain itu media ular tangga dibuat untuk meningkatkan hasil
belajar siswa pada ranah kognitif karena yang terdapat dalam media
tersebut adalah soal-soal yang berfungsi sebagai penguatan siswa setelah
proses pembelajaran Walaupun demikian peneliti tidak ingin melupakan
ranah afektif dan psikomotorik begitu saja maka media ular tangga
dikombinasikan dengan model pembelajaran kooperatif tipe PPT yang
mengasah sikap dan ketrampilan siswa Hal tersebut yang menjadi
alasan mengapa yang dikaji dalam skripsi ini hanya aspek kognitif saja
28
BAB IV
PENUTUP
41 Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan diatas dapat disimpulkan
bahwa
1 Media ular tangga yang dikombinasikan dengan model pembelajaran
kooperatif tipe PPT meningkatkan hasil belajar kognitif siswa yang
diajar pokok bahasan reaksi oksidasi-reduksi Hal ini berdasarkan hasil
uji tanda Wilcoxon untuk nilai posttest mempunyai jumlah rank positif
yang lebih besar (221) dari rank negatifnya (104)
2 Siswa dapat mencapai ketuntasan belajar untuk pokok bahasan reaksi
oksidasi reduksi dengan media ular tangga yang dikombinasikan dengan
model pembelajaran kooperatif tipe PPT Hal ini berdasarkan rata-rata
hasil posttest kedua kelas lebih dari 65 yaitu rata-rata untuk kelas
eksperimen 718 dan untuk kelas control 662
42 Saran
Saran yang dapat diberikan terkait penelitian ini yaitu
1 Sebelum melakukan penelitian perlu dicermati dengan teliti populasi
yang akan diteliti sehingga sampel benar-benar homogen bukan hanya
dari sisi akademik tetapi juga sisi-sisi lain seperti kondisi kelas
2 Ular tangga perlu dikembangkan lagi baik dari bentuk aturan permainan
maupun soal-soalnya
3 Guru hendaknya lebih kreatif dalam menyampaikan pelajaran sehingga
dengan kondisi kelas seperti apapun pembelajaran dapat berlangsung
secara efektif
4 Sebaiknya dalam mengajar terdapat guru pendamping sehingga guru
tidak kewalahan dalam mengawasi permainan
5 Sebaiknya permainan ular tang dilakukan di luar jam pelajaran
6 Hasil penelitian hanya bisa digunakan untuk sekolah tertentu yang
mempunyai kelas kecil
29
DAFTAR PUSTAKA
Anni CT 2004 Psikologi Belajar Semarang UNNES
Suharsimi Arikunto 2002a Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan Jakarta Bumi Aksara
Bahri S dan AZ 2002 Strategi Belajar Mengajar Jakarta Erlangga
Dianto 2008 Pengaruh Penggunaan Ular Tangga Redoks sebagai Media Chemo-Edutainment Bervisi Sets terhadap Hasil Belajar Siswa SMA Kelas X Semester II Tahun 20072008 Semarang Universitas Negeri Semarang
httpidwikipediaorgwikiUlar_tangga
httplearning-with-meblogspotcom200609 pembelajaranhtml
Lismiyati 2006 Meningkatkan Hasil Belajar Kimia Siswa Kelas XI Semester 2 SMA N 2 Demak dengan Memberikan Umpan Balik Kuis dalam Model Pembelajaran Studens Teams-Achievment Division (STAD) Semarang Universitas Negeri Semarang
Mungin Eddy Wibowo dkk 2008 Panduan Penulisan Karya Ilmiah Semarang Universitas Negeri Semarang
Nana Sudjana 2005 Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar Bandung Sinar Baru Algensindo
Poerwadarminta W J S 1999 Kamus Umum Bahasa Indonesia Jakarta Balai Pustaka
Rina Apitasari 2005 Penggunaan Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe Studens Teams-Achievment Division (STAD) dalam Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Kimia pada Materi Pokok Stoikiometri Siswa Kelas X-6 Semester 1 SMA Negeri 13 Semarang Tahun Pelajaran 20042005 Semarang Universitas Negeri Semarang
Renita Tri Parwati 2006 Peningkatkan Hasil Belajar Kimia Siswa Kelas X dengan Menggunakan kombinasi Metode Studens Teams-Achievment Division (STAD) dan Structure Exercise Methode di SMA N 16 Semarang Semarang Universitas Negeri Semarang
Saptorini 2004 Strategi Belajar Mengajar Semarang Unnes Soeprodjo 1997 Metode Statistik Semarang Jurusan Kimia FPMIPA IKIP
Semarang
30
15 Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penulisan karya ilmiah ini adalah metode
kepustakaan atau tinjauan literatur
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
21 Pengertian Belajar
Belajar merupakan proses penting bagi perubahan perilaku manusia
dan ia mencakup segala sesuatu yang dipikirkan dan dikerjakan (Chatarina
2004 2) Belajar memegang peranan penting dalam perkembangan kebiasan
sikap keyakinan tujuan kepribadian dan bahkan persepsi manusia oleh
karena itu dengan menguasai prinsip-prinsip dasar tentang belajar seseorang
mampu memahami bahwa aktivitas belajar itu memegang peranan penting
dalam proses psikologis
Menurut Catharina (2004 12) banyak ahli di bidang pendidikan yang
mencoba memberikan definisi ataupun pengertian belajar ditinjau dari
berbagai aspek sehingga muncul berbagai pengertian belajarnya diantaranya
1 Gagne dan Berliner dalam Catharina (2004 12) menyatakan bahwa
belajar merupakan proses dimana suatu organisme mengubah perilakunya
karena hasil dari pengalaman
2 W S Winkel dalam Catharina (2004 12) menerangkan bahwa belajar
pada manusia dirumuskan sebagai suatu aktivitas mentalpsikis yang
berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan
perubahan-perubahan dalam pengetahuan pemahaman ketrampilan dan
nilai sikap Perubahan itu bersifat secara relatif konstan dan berbekas
3 Slavin dalam Catharina (2004 12) menyatakan belajar merupakan
perubahan individu yang disebabkan oleh pengalaman
Berdasarkan berbagai penjelasan mengenai belajar dapat
disimpulakan bahwa belajar dalam arti umum adalah segala aktivitas individu
yang dapat menimbulkan perubahan tingkah laku pada diri individu tersebut
Aktivitas ini dapat berupa latihan maupun pengalaman dalam situasi tertentu
dimana tingkah laku yang mengalami perubahan itu menyangkut banyak
aspek
6
22 Permainan Sebagai Media Belajar
Permainan merupakan kontes antar pemain yang berinteraksi satu
sama lain dengan mengikuti aturan-aturan tertentu untuk mencapai tujuan
tertentu Komponen utama yang terdapat dalam sebuah permainan yaitu
pemain lingkungan tempat berinteraksi aturan permainan dan tujuan yang
ingin dicapai
Permainan dapat digunakan sebagai media belajar siswa Tujuan
digunakannya permainan sebagai media yaitu untuk membantu siswa dalam
belajar secara mandiri dan menciptakan suasana yang rekretatif bagi siswa
sehingga belajar terasa lebih menarik Kelebihan permainan sebagai media
belajar antara lain
1 permainan merupakan kegiatan yang bersifat menyenangkan dan
menghibur sehingga siswa tertarik untuk belajar sambil bermain
2 siswa berpartisipasi untuk belajar
3 siswa mendapatkan umpan balik
4 permainan dapat menyesuaikan kondisi siswa
5 permainan dapat dilakukan di luar kelas
6 permainan pada umumnya mudah dilakukan
Selain itu permainan sebagai media belajar juga mempunyai
kelemahan yaitu
1 permainan yang bersifat rumit memerlukan banyak waktu untuk
dijelaskan
2 satu permainan tidak dapat diadopsi untuk semua materi
3 kurangnya pemahaman aturan permainan oleh siswa dapat menimbulkan
kericuhan
4 siswa yang tidak menguasai materi dengan baik akan mengalami
kesulitan dalam bermain
Dalam menggunakan permainan sebagai media belajar guru harus
memperhatikan beberapa hal yaitu
1 permainan harus benar-benar mengikat perhatian siswa
2 permainan harus benar-benar menarik dan mudah dilakukan
7
3 siswa harus dapat terlibat secara penuh dalam permainan
Permainan yang baik untuk digunakan sebagai media pembelajaran adalah
permainan yang memenuhi syarat-syarat sebagai berikut
1 alat atau perlengkapan permainan itu mudah ditemukan atau dibuat
mudah disimpan dan tahan lama
2 permainan mempunyai aturan yang jelas dan sederhana
3 permainan dapat dimainkan dalam waktu yang relatif singkat
4 permainan harus berkaitan atau dapat mencapai tujuan pembelajaran
23 Ular Tangga
Menurut situs httpidwikipediaorgwikiUlar_tangga ular tangga
merupakan permainan anak-anak berbentuk papan yang dimainkan oleh dua
orang atau lebih Papan permainan dibagi dalam kotak-kotak kecil sejumlah
tangga atau ular digambar di beberapa kotak yang menghubungkannya
dengan kotak lain Permainan ini diciptakan pada tahun 1870
Gambar 21 Contoh papan permainan ular tangga
8
Tidak ada bentuk standar dari papan permainan ular tangga Setiap
orang dapat menciptakan sendiri papan mereka dengan jumlah kotak ular
dan tangga yang berlainan
Setiap pemain memulai permainan dengan meletakkan bidaknya di
kotak pertama (biasanya kotak di sudut kiri bawah) kemudian secara
bergiliran pemain melemparkan dadu Bidak dijalankan sesuai dengan jumlah
mata dadu yang muncul Jika bidak pemain berhenti di ujung bawah sebuah
tangga bidak tersebut dapat langsung pergi ke ujung tangga yang lain Bila
bidak pemain berhenti di kotak dengan gambar ekor ular mereka harus turun
ke kotak di ujung bawah ular Pemenang adalah pemain pertama yang
bidaknya mencapai kotak terakhir
Biasanya bila seorang pemain mendapatkan angka 6 dari dadu yang
dilempar mereka mendapat giliran sekali lagi untuk melempar dadu Jika
tidak maka giliran jatuh ke pemain selanjutnya
Papan permainan ular tangga dapat dimodifikasi menjadi media
pembelajaran Modifikasi dapat dilakukan dengan cara mengganti peraturan
permainan Pada penelitian sebelumya mengunakan permainan ular tangga
dengan papan permainan tetap terdapat ular ataupun tangga seperti pada
umumnya Namun berbeda pada prosedur kenaikan pada tangga dan
penurunan pada ular Pada ular tangga penelitian tersebut untuk dapat
menaiki tangga maka peserta yang berhenti pada ujung bawah tangga harus
dapat menjawab pertanyaan yang terdapat di balik kartu bertanda T
sedangkan bila peserta berhenti pada ekor ular agar ia dapat bertahan atau
tidak turun ke kepala ular maka ia harus dapat menjawab pertanyaan yang
terdapat di balik kartu bertanda U (Dianto 2008)
Selain bentuk U dan T modifikasi juga dapat dilakukan dengan
mengganti gambar ular dan tangga dengan nomor-nomor bonus yaitu nomor-
nomor tertentu yang disusun acak pada papan ular tangga Apabila bidak
berhenti pada nomo-nomor tersebut pemain harus menjawab pertanyaan
yang disediakan oleh wasit Jika jawaban pemain tersebut salah atau tidak
bisa menjawab pertanyaan maka pertanyaan bisa dilempar ke pemain lain
sampai pertanyaan terjawab dengan benar dan semua pemain paham
9
24 Model Pembelajaran Kooperatif
Beberapa tipe model pembelajaran kooperatif adalah sebagai berikut
241 Permainan Tim (PT)
Penerapan model PT dilakukan dengan cara mengelompokkan
siswa secara heterogen Tiap kelompok mendapatkan tugas yang sama
atau berbeda Setelah tugas diperoleh setiap kelompok bekerja sama
dalam bentuk kerja individual dan diskusi Usahakan dinamikia
kelompok kohesif dan kompak serta tumbuh rasa kompetisi antar
kelompok Suasana diskuisi dibuat nyaman dan menyenangkan sepeti
dalam kondisi permainan (games) yaitu dengan cara guru bersikap
terbuka ramah lembut dan santun Setelah selesai kerja kelompok
sajikan hasil kelompok sehuingga terjadi diskusi kelas
Langkah-langkahnya adalah sebagai berikut
1 Membuat kelompok siswa heterogen yang terdiri dari 4 orang
kemudian memberikan informasi pokok materi dan mekanisme
kegiatan
2 Menyiapkan meja turnamen secukupnya misalnya 10 meja Untuk
tiap meja ditempati 4 siswa yang berkemampuan setara meja I
diisi oleh siswa dengan level tertinggi dari tiap kelompok dan
seterusnya sampai meja ke-X ditempati oleh siswa yang levelnya
paling rendah Penentuan tiap siswa yang duduk pada meja tertentu
adalah hasil kesepakatan kelompok
3 Turnamen dilaksanakan dengan cara setiap siswa mengambil kartu
soal yang telah disediakan pada tiap meja dan mengerjakannya
untuk jangka waktu tertentu (misal 3 menit) Siswa bisa
mengerjakan lebih dari satu soal dan hasilnya diperiksa dan dinilai
sehingga diperoleh skor turnamen untuk tiap individu dan
sekaligus skor kelompok asal Siswa pada tiap meja tunamen
diberikan gelar superior very good good medium sesuai dengan
skor yang diperolehnya
10
4 Pergeseran yaitu pada turnamen kedua ( begitu juga untuk
turnamen ketiga-keempat dst) dilakukan pergeseran tempat duduk
pada meja turnamen sesuai dengan sebutan gelar tadi Siswa
superior dalam kelompok meja turnamen yang sama begitu pula
untuk meja turnamen yang lainnya diisi oleh siswa dengan gelar
yang sama
5 Menghitung skor untuk tiap kelompok asal dan skor individual
serta memberikan penghargaan kelompok dan individual
Kelebihan dari model pembelajaran ini adalah
1 Melatih siswa mengungkap atau menyampaikan gagasannya
2 Melatih siswa untuk menghargai pendapat atau gagasan orang lain
3 Menumbuhkan rasa tanggung jawab sosial
Sedangkan kelemahannya yaitu
1 Kadang hanya beberapa siswa yang aktif dalam kelompok
2 Tempat duduk yang kadang sulit atau kurang mendukung untuk
diatur
3 Memakan banyak waktu
242 Peningkatan Prestasi Tim (PPT)
Seperti yang telah dijelaskan di atas bahwa model
pembelajaran kooperatif tipe PPT merupakan model pembelajaran
kooperatif dengan menggunakan kelompok-kelompok kecil yang
jumlah anggota tiap kelompok 4-5 orang siswa secara heterogen
Kegiatan belajar mengajarnya diawali dengan penyampaian tujuan
pembelajaran penyampaian materi kegiatan kelompok kuis dan
penghargaan kelompok Kegiatan kelompok dalam pembelajaran ini
berupa diskusi bahan belajar seperti LKS atau modul secara kolabratif
kemudian menyajikannya dengan cara presentasi kelompok Selain itu
dibuat skor perkembangan tiap siswa atau kelompok
Menurut Trianto (200754) persiapan-persiapan yang dibutuhkan
dalam pembelajaran kooperatif tipe PPT antara lain
11
1 Perangkat pembelajaran
Perangkat pembelajaran yang dibutuhkan meliputi Rencana
Pembelajaran (RP) Buku Siswa Lembar Kegiatan Siswa (LKS)
beserta lembar jawabannya
2 Membentuk kelompok kooperatif
Dalam menentukan kelompok diusahakan agar kemampuan siswa
dalam satu kelompok heterogen baik berdasarkan prestasi jenis
kelamin suku dan latar belakang sosial Kemampuan antar
kelompok diusahakan homogen Apabila dalam kelas terdiri atas
ras dan latar belakang yang relatif sama maka pembentukan
kelompok bisa didasarkan pada prestasi akademik
3 Menentukan skor awal
Nilai ulangan sebelumnya dalam kelas ini dapat dijadikan sebagai
skor awal Skor ini bisa berubah setelah diadakan kuis Selain itu
hasil tes masing-masing individu yang diadakan setelah
pembelajaran lebih lanjut juga dapat dijadikan sebagai skor awal
4 Pengaturan tempat duduk
Untuk menunjang keberhasilan pembelajaran kooperatif maka
pengaturan tempat duduk diusahakan satu kelompok berdekatan
supaya tidak kacau Tempat duduk sebaiknya tidak berpindah-
pindah
5 Kerja kelompok
Supaya tidak terjadi kekacauan lain maka terlebih dahulu diadakan
latihan kerjasama dalam kelompok Hal ini dilakukan agar masing-
masing individu dalam satu kelompok lebih saling mengenal
Model pembelajaran kooperatif tipe PPT ini merupakan tipe
pembelajaran kooperatif yang cukup sederhana Hal ini karena dalam
pembelajaran PPT ini masih ada penyampaian materi pelajaran yang
cenderung seperti model pembelajaran konvensional Perbedaan tipe
pembelajaran ini dengan metode konvensional terletak pada adanya
pemberian penghargaan pada kelompok
12
Kelebihan dari model pembelajaran ini adalah
1 Seluruh siswa menjadi lebih siap
2 Melatih kerjasama dengan baik
Sedangkan kekurangan dari model pembelajaran ini adalah
1 Anggota kelompok semua mengalami kesulitan dalam
penyesuaian
2 Membedakan siswa
243 Bidak (Bantuan Individual Dalam Kelompok)
Menurut situs httpeducaree-fkipunlanetindexphpoption =
com bantuan Individual dalam Kelompok (Bidak) adalah terjemahan
bebas dari Team Assisted Individually (TAI) yang merupakan model
pembelajaran kooperatif dengan karateristirk tanggung jawab belajar
adalah pada siswa Oleh karena itu siswa harus membangun
pengetahuan sendiri dengan kata lain tidak menerima materi pelajaran
dalam bentuk jadi dari guru Pola komunikasi antara guru dengan
siswa adalah negosiasi dan bukan imposisi-intruksi
Langkah-langkah pembelajaran dengan Bidak adalah sebagai berikut
1 Membuat kelompok secara heterogen dan memberikan bahan ajar
berupa modul
2 Siswa-siswa yang telah dikelompokan belajar dengan dibantu oleh
siswa pandai dari anggota kelompok secara individual saling tukar
jawaban dan saling berbagi sehingga terjadi diskusi dalam
kelompok
3 Melaksanakan refleksi dan tes formatif
4 Memberikan penghargaan terhadap kelompok
Model pembelajaran ini memang mengajak siswa untuk
mengkontstruksi pengetahuannya sendiri Namun Bidak sulit
diterapkan pada kelas yang siswanya sama sekali belum pernah
melaksanakan pembelajaran kooperatif
13
244 Jigsaw (Tim Ahli)
Langkah-langkah pada pembelajaran Jigsaw adalah sebagai berikut
1 Membagi para siswa kedalam beberapa kelompok secara heterogen
yang tiap kelompok beranggotakan 5-6 orang
2 Memberikan materi pelajaran kepada siswa dalam bentuk teks
yang telah dibagi-bagi menjadi beberapa sub pokok bahasan
3 Setiap anggota kelompok membaca sub pokok bahasan yang
ditugaskan dan bertanggungjawab untuk mempelajarinya
4 Anggota dari kelompok lain yang mempelajari sub pokok bahasan
yang sama berdiskusi dalam tim ahli
5 Setiap anggota tim ahli kembali ke kelompoknya mengajar teman-
temannya setelah selesai berdiskusi
6 Pada saat bertemu dengan kelompok asal dan berdiskusi para
siswa mendapat tagihan berupa kuis individu (Trianto 2007 57)
Kelebihan dan kekurangan dari model pembelajaran ini hampir
sama dengan model kooperatif tipe PPT Selain itu model
pembelajaran ini lebih rumit karena diskusi tidak hanya dilaksanakan
dalam kelompok tetapi juga dilakukan oleh tim ahli dari masing-
masing kelompok Hal ini membutuhkan banyak waktu
245 Berpikir Berpasangan
Berpikir berpasangan atau Think Pairs Share (TPS) merupakan
tipe pembelajaran kooperatif yang dirancang agar siswa mempunyai
lebih banyak waktu untuk berfikir merespon dan saling membantu
Langkah-langkah yang perlu dilakukan adalah sebagai berikut
1 Berpikir
Suatu pertanyaan atau masalah diajukan oleh guru kepada siswa
Dalam beberapa menit siswa diberi waktu untuk berpikir sendiri
menemukan jawaban atau jalan keluar dari permasalahan yang
diajukan
2 Berpasangan
Guru meminta siswa berpasangan untuk mendiskusikan jawaban
yang diperoleh melalui metode berpikir
14
3 Berbagi
Guru meminta pasangan-pasangan tersebut menyampaikan apa
yang telah mereka diskusikan kepada seluruh kelas dengan cara
presentasi (Trianto 2007 62)
Model pembelajaran ini baik untuk melatih kemapuan berpikir kritis
siswa dalam diskusi Tetapi perlu diperhatikan pasangan sebaiknya
tidak selalu sama Dalam kelas besar presentasi belum tentu bisa
disampaikan oleh semua pasangan karena terbatasnya waktu
246 Investigasi Kelompok
Langkah-langkah pembelajaran Investigasi Kelompok adalah
1 Membuat kelompok heterogen yang terdiri atas 5-6 siswa dengan
orientasi tugas
2 Merencanakan pelaksanaan investigasi Tiap kelompok
menginvestigasi proyek tertentu (bisa di luar kelas misalnya
mengukur tinggi pohon mendata banyak dan jenis kendaraan di
dalam sekolah jenis dagangan dan keuntungan di kantin sekolah
banyak guru dan staf sekolah)
3 Mengolah data penyajian data hasil investigasi presentasi kuis
individual
4 Membuat skor perkembangan siswa umumkan hasil kuis dan
berikan reward httplearning-with-meblogspotcom200609
pembelajaranhtml
Investigasi kelompok merupakan model pembelajaran kooperatif
paling rumit dan sulit untuk dilaksanakan Tetapi bisa dilaksanakan
untuk kelas yang jumlah siswanya tidak terlalu banyak ataupun sedikit
dan mempunyai jam pelajaran lebih
247 Kepala Bernomor
Langkah-langkah dalam pembelajaran Kepala Bernomor adalah
sebagai berikut
1 Membuat kelompok heterogen dan tiap siswa memiliki nomor
tertentu
15
2 Memberikan persoalan materi bahan ajar (untuk tiap kelompok
sama tapi untuk tiap siswa tidak sama sesuai dengan nomor siswa
tiap siswa dengan nomor sama mendapat tugas yang sama)
3 Bekerja kelompok dan presentasi kelompok dengan nomor siswa
yang sama sesuai tugas masing-masing sehingga terjadi diskusi
kelas
4 Kuis individual membuat skor perkembangan tiap siswa serta
mengumumkan hasil kuis dan pemberian reward
Kelebihan dari model pembelajaran ini adalah
1 Setiap siswa menjadi siap semua
2 Dapat melakukan diskusi dengan sungguh-sungguh
3 Siswa yang pandai dapat mengajari siswa yang kurang pandai
Sedangkan kelemahannya yaitu
4 Kemungkinan nomor yang dipanggil dipanggil lagi oleh guru
5 Tidak semua anggota kelompok dipanggil oleh guru
Dari beberapa model pembelajara kooperatif tersebut yang paling
mudah untuk dikombinasikan dengan media ular tangga adalah model
pembelajaran kooperatif yang paling sederhana dan tidak terlalu rumit dalam
pelaksanaannya yaitu model pembelajaran kooperatif tipe PPT
Dalam pelaksanaannya siswa dibagi dalam beberapa kelompok yang
beranggotakan 4-5 orang siswa yang merupakan campuran menurut tingkat
prestasi jenis kelamin dan suku Guru menyampaikan materi pelajaran
kemudian siswa bekerja dalam kelompok mereka memastikan bahwa seluruh
anggota kelompok telah menguasai materi pelajaran yang disampaikan
Permainan ular tangga disisipkan setiap akhir pertemuan sebagai penguatan
belajar
Gambar ular dan tangga dalam papan permainan diganti dengan
nomor-nomor bonus yaitu nomor-nomor tertentu yang disusun acak pada
papan ular tangga Apabila bidak berhenti pada nomo-nomor tersebut
pemain harus menjawab pertanyaan yang disediakan oleh wasit Jika jawaban
pemain tersebut salah atau tidak bisa menjawab pertanyaan maka pertanyaan
16
bisa dilempar ke pemain lain sampai pertanyaan terjawab dengan benar dan
semua pemain paham
25 Hasil Belajar
Menurut Chatarina (20044) hasil belajar merupakan perubahan
perilaku yang diperoleh pembelajar setelah mengalami aktivitas
belajarPerubahan tingkah laku dikatakan sebagai hasil belajar apabila
1 Hasil belajar sebagai pencapaian tujuan menekankan pentingnya tujuan
mengajar
Ketegasan dalam menetapkan tujuan akan memberikan arah yang jelas
pada pelaksanaan kegiatan pembelajaran Tujuan pembelajaran merupakan
rumusan pertanyaan mengenai kemampuan atau tingkah laku yang
diharapkan dikuasai oleh siswa setelah mengikuti pelajaran Tingkat
pencapaian tujuan menunjukkan kualitas pembelajaran
2 Hasil belajar merupakan proses kegiatan belajar yang disadari
Siswa yang termotivasi akan menunjukkan belajar dengan penuh
kesadaran kesungguhan tidak ada paksaan untuk memperoleh tingkat
penguasaan pengetahuan Di samping itu motivasi sangat berpengaruh
terhadap pengetahuan dan konsentrasi siswa pada pelajaran
3 Hasil belajar sebagai proses latihan
Latihan-latihan adalah suatu pengulangan atau tindakan sebagai respon
terhadap rangsangan dari luar dalam rangka memperoleh kemampuan
baru untuk bertindak Latihan merupakan proses belajar yang disadari oleh
pelakunya
4 Hasil belajar merupakan tindak-tanduk yang berfungsi dalam kurun waktu
tertentu atau hasil belajar harus bersifat permanent Selain itu hasil belajar
memberikan informasi mengenai tingkat penguasaan pelajaran yang
diberikan selama proses pembelajaran yang dilangsungkan dengan
menggunakan alat ukur berupa tes dalam suatu proses evaluasi
17
26 Reaksi Oksidasi - Reduksi
Perubahan kimia yang terjadi di sekitar kita beragam jenisnya seperti
pembusukan fermentasi reaksi penggaraman atau penetralan reaksi
hidrolisis reaksi pembakaran oksidasi atau reaksi reduksiReaksi redoks
yaitu reaksi reduksi dan oksidasi bilangan oksidasi oksidator reduktor dan
reaksi autoredoks
261 Definisi Reaksi Oksidasi dan Reduksi
Di sekitar kita sering dijumpai peristiwa kimiawi seperti logam
berkarat pembuatan besi dari bijih besi penyepuhan logam terjadinya
arus listrik pada aki atau baterai buah masak buah busuk mercon
meledak kembang api dibakar dan lain sebagainya Perkaratan pada
logam pembakaran pembusukan oleh mikroba fotosintesis pada
tumbuhan dan metabolism di dalam tubuh merupakan sebagian
contoh-contoh reaksi oksidasi dan reduksi
262 Konsep Redoks Berdasarkan Pengikatan Dan Pelepasan
Oksigen
Konsep reaksi oksidasi dan reduksi mengalami perkembangan
dari masa ke masa sesuai cakupan konsep yang dijelaskan Pada
mulanya konsep reaksi oksidasi dan reduksi ditinjau dari
penggabungan dan pelepasan oksigen
Reaksi oksidasi didefinisikan sebagai reaksi pengikatan suatu zat
dengan oksigen Sebaliknya reaksi pelepasan oksigen oleh suatu zat
disebut reaksi reduksi Contoh reaksi oksidasi
1 C(s) + O2(g) rarr CO2(g)
2 4 Fe(s) + 3 O2(g) rarr 2 Fe2O3(s)
3 Cu(s) + O2(g) rarr CuO(s)
4 S(s) + O2(g) rarr SO2(g)
5 SO2(g) + O2(g) rarr SO3(g)
Pada reaksi di atas C mengikat O2 membentuk CO2 Demikian juga Fe
Cu S dan SO2 berturut-turut menjadi Fe2O3 CuO SO2 dan SO3
18
setelah mengikat oksigen Jadi C Fe Cu S dan SO2 telah mengalami
reaksi oksidasi
Contoh reaksi reduksi
1 2 SO3(g) rarr 2 SO2(g) + O2(g)
2 2 KClO3(s) rarr 2 KCl(s) + 3 O2(g)
3 2 KNO3(aq) rarr 2 KNO2(aq) + O2(g)
Perhatikan reaksi di atas SO3 melepaskan oksigen membentuk SO2
demikian juga KClO3 dan KNO3 masingmasing melepaskan oksigen
menjadi KCl dan KNO2 Jadi SO3 KClO3 dan KNO3 mengalami
reaksi reduksi Pada reaksi termit menghasilkan besi cair yang sering
digunakan untuk mengelas benda-benda dari besi reaksinya adalah
2 Al(s) + Fe2O3(s) rarr 2 Fe(l) + Al2O3(s)
Al mengikat oksigen membentuk Al2O3 berarti Al mengalami
oksidasi Fe2O3 melepaskan oksigen membentuk Fe Jadi Fe2O3
mengalami reduksi Pada reaksi termit tersebut oksidasi dan reduksi
terjadi bersamaan reaksi seperti ini disebut reaksi redoks
263 Konsep Redoks Berdasarkan Pengikatan Dan Pelepasan Elektron
Pada reaksi Na(s) + S(s) rarr Na2S(s) tidak melibatkan gas
oksigen maka konsep redoks berdasarkan pengikatan dan pelepasan
oksigen tidak dapat digunakan Konsep redoks berkembang bukan lagi
pengikatan dan pelepasan oksigen tetapi pengikatan dan pelepasan
elektron Reaksi oksidasi adalah reaksi pelepasan elektron
Contohnya pada pembentukan ion Na+
Na(s) rarr Na+ (aq) + e ndash
Sebaliknya reaksi pengikatan elektron disebut reaksi reduksi
Contohnya pada pembentukan ion S2-
S (s) + 2e ndash rarrS2- (aq)
Reaksi redoks adalah reaksi yang terjadi di mana reaksi oksidasi dan
reduksi terjadi bersama-sama 2Na(s) + S(s) rarr Na2S(s)
Reaksi di atas dapat ditulis menjadi 2 tahap yaitu
Reaksi oksidasi 2Na(s) rarr Na+(aq) + 2 endash
Reaksi reduksi S (s) + 2 endash rarr S 2- (aq)
19
Reaksi redoks 2Na(s) + S(s) rarr Na2S(s)
Pada reaksi di atas Na mengalami reaksi oksidasi dan
menyebabkan S tereduksi Zat seperti Na ini disebut reduktor
Sedangkan S disebut oksidator karena menyebabkan Na teroksidasi
dan dia sendiri mengalami reaksi reduksi
264 Konsep Redoks Berdasarkan Perubahan (Kenaikkan Dan
Penurunan) Bilangan Oksidasi
Sebelum mempelajari konsep reaksi redoks berdasarkan
kenaikan dan penurunan bilangan oksidasi ada baiknya kamu belajar
tentang bilangan oksidasi terlebih dahulu Bilangan oksidasi (bilok)
adalah jumlah muatan yang dimiliki atom suatu unsure jika bergabung
dengan atom unsur lain Aturan biloks antara lain
1 Unsur bebas mempunyai bilok 0 (nol) yang termasuk unsur bebas
unsur diatomik (H2 N2 O2 F2 Cl2 Br2 I2) unsur poliatomik (O3
P4 S8) Selain unsur tersebut adalah unsur monoatomik (Na K
Mg C dan lain-lain)
Contoh
a H dalam H2
b O dalam O2 dan O3
c F dalam F2
d Na dalam Na
2 Unsur H umumnya mempunyai biloks (+1) kecuali pada senyawa
hidrida mempunyai biloks (ndash1) Senyawa hidrida adalah senyawa
yang terbentuk jika logam bergabung dengan atom H (Contoh
NaH KH CaH2)
Contoh H dalam H2O NH3 HCl
3 Unsur O umumnya mempunyai biloks (ndash2) kecuali
a Pada senyawa peroksida contohnya Na2O2 H2O2 BaO2
mempunyai bilok (ndash1)
b Senyawa F2O mempunyai bilok (+2)
20
c Senyawa superoksida (contohnya KO2) mempunyai biloks (ndash12
)
Contoh O dalam H2O Na2O Fe2O3 MgO
4 Unsur logam dalam senyawa umumnya mempunyai biloks positif
Contoh
a Golongan IA (Li Na K Rb dan Cs) mempunyai biloks (+1)
b Golongan IIA ( Be Mg Ca Sr dan Ba) mempunyai bilok
(+2)
c Al3+ Ag+ Zn2+ Pb2+ Pb3+ Fe2+ dan Fe3+
5 Unsur nonlogam umumnya mempunyai bilok negatif
Contoh
a Golongan VIIA (F Cl Br I) mempunyai bilok (ndash1)
b Golongan VIA (O S Se Te) mempunyai bilok (ndash2)
6 Jumlah bilok unsur-unsur dalam ion sama dengan jumlah
muatannya
Contoh
Bilok S dalam SO42-
Bilok O = ndash2
Jumlah bilok = (1 times bilok S + 4 times bilok O)
ndash2 = (1 times bilok S + 4 times (ndash2))
ndash2 = bilok S + (ndash8)
Bilok S = +6
7 Jumlah bilok unsur-unsur dalam senyawa sama dengan 0 (nol)
Contoh H2S
Jumlah bilok = ((2 times bilok H) + (1 times bilok S))
0 = ((2 times (+1)) + (1 times bilok S))
0 = (+2) + bilok S
Bilok S = (ndash2)
Reaksi oksidasi adalah reaksi kenaikkan bilok Sedangkan reaksi
reduksi adalah reaksi penurunan bilok
21
Contoh
1 Zn(s) + 2HCl(aq) 1048687 ZnCl2(aq) + H2(g)
Bilok Zn (unsur bebas) = 0
Bilok Zn dalam ZnCl2 = +2
Berarti Zn mengalami kenaikkan bilok maka Zn mengalami reaksi
oksidasi
Bilok H dalam HCl = +1
Bilok H dalam H2 (unsur bebas) = 0
Jadi H mengalami penurunan bilok maka H mengalami reaksi
reduksi
2 Reaksi pemakaian baterai Zn + 2NH4Cl rarr ZnCl2 + 2NH3 + H2
Bilok Zn (unsur bebas) = 0
Bilok Zn pada ZnCl2 = +2
Berarti Zn mengalami kenaikkan bilok maka Zn mengalami
reaksi oksidasi
Bilok H pada NH4Cl = +1
Bilok H pada H2 (unsur bebas = 0
Berarti H mengalami penurunan bilok maka H mengalami reaksi
reduksi
3 Reaksi pelapisan logam Cu + 2AgNO3 rarr Cu(NO3)2 + 2Ag
Bilok Cu (unsur bebas) = 0
Bilok Cu pada Cu(NO3)2 = +2
Berarti Cu mengalami kenaikkan bilok maka Cu mengalami reaksi
oksidasi
Bilok Ag pada AgNO3 = +1
Bilok Ag (unsur bebas) = 0
Berarti Ag mengalami penurunan bilok maka Ag mengalami
reaksi reduksi Pada reaksi di atas terjadi kenaikkan bilok (reaksi
22
oksidasi) dan penurunan bilok (reaksi reduksi) secara
bersamasama maka disebut reaksi redoks Jika suatu zat
mengalami reaksi oksidasi sekaligus reduksi maka reaksi ini
disebut autoredoks (disproporsionasi)
BAB III
PEMBAHASAN
Dalam penelitian ini peneliti ingin mengetahui apakah penggunaan
media ular tangga yang dikombinasikan dengan model pembelajaran
kooperatif tipe PPT dapat meningkatkan hasil belajar siswa Dalam penelitian
tersebut digunakan populasi siswa kelas X SMA Kristen 1 Kupang sebanyak
109 orang yang terbagi dalam 3 kelas Dengan data nilai mid semester
digunakan 49 uji normalitas dan homogenitas Dari hasil perhitungan
diketahui bahwa populasi mempunyai homogenitas yang sama Dan seluruh
populasi dalam kelas berdistribusi normal Kemudian peneliti mengambil
secara acak dari populasi sebagai sampel Diperoleh kelas X E sebagai
kelompok eksperimen dengan media ular tangga yang dikombinasikan
dengan model pembelajaran kooperatif tipe PPT dan X D sebagai kelompok
kontrol dengan menggunakan metode konvensional Peneliti memilih atau
mengambil pokok bahasan reaksi oksidasi-reduksi karena di dalam pokok
bahasan ini terdapat konsep-konsep dan perhitungan kimia Penelitian
dilaksanakan dalam waktu kurang lebih 1 bulan Kelas eksperimen diberikan
pengajaran dengan media ular tangga yang dikombinasikan dengan model
pembelajaran kooperatif tipe PPT Dalam metode ini peneliti membagi 37
siswa menjadi 8 kelompok yakni 5 kelompok yang terdiri dari lima orang dan
3 kelompok yang terdiri dari empat orang Pembagian kelompok dilakukan
berdasarkan nilai mid semester jenis kelamin dan latar belakang sosial yang
di konsultasikan dengan guru Hal ini dilakukan agar dihasilkan siswa yang
kemampuannya heterogen dalam satu kelompok dan antar kelompok
memiliki kemampuan yang homogen
23
Kegiatan pelaksanan pembelajaran dilakukan 8 kali pertemuan
dengan pertemuan pertama untuk pretest dan pertemuan terakhir untuk
posttest Dalam setiap pertemuan tempat duduk siswa diatur sedemikian rupa
sehingga siswa yang satu kelompok berdekatan Dalam pembelajaran peneliti
menjelaskan hal-hal pokok dan memberi contoh-contoh perhitungan serta
latihan kepada siswa 50 Kemudian dilanjutkan dengan diskusi antar
kelompok tentang materi yang sudah diajarkan Sebagai penguatan sisa jam
pelajaran digunakan untuk bermain ular tangga
Sebelum penelitian dilakukan peneliti menyadari akan timbul kendala dalam
hal kerja kelompok karena siswa belum terbiasa untuk bekerja secara
kooperatif dalam kelompok Untuk itu peneliti memberikan tugas kelompok
awal setelah pelaksanaan pretest sebelum pertemuan pembelajaran pertama
dan menjelaskan kepada siswa akan pentingnya kerjasama dalam kelompok
Kemudian pada kegiatan awal dalam pertemuan pertama pembelajaran guru
menanyai siswa secara acak Hal ini dilakukan untuk melatih tanggung jawab
siswa terhadap tugas kelompoknya Selain itu sebelumnya peneliti
mengadakan pertemuan dengan wasit tiap kelompok di luar jam pelajaran
untuk membahas bagaimana tata cara permainan ular tangga Awalnya
peneliti merencanakan bahwa wasit untuk tiap kelompok bergantian tapi
kemudian diperoleh kesepakatan bahwa wasit untuk tiap kelompok tetap
Penilaian terhadap wasit dilakukan oleh guru (peneliti)
Dari 8 kali pertemuan permainan ular tangga dilakukan sebanyak 4
kali yaitu pada pertemuan kedua ketiga kelima dan ketujuh Dalam
permainan ular tangga ini siswa bermain dalam kelompok masing-masing
dengan wasit yang berasal dari kelompok lain Papan ular tangga
dimodifikasi dengan mengganti gambar ular dan tangga dengan nomor-
nomor bonus yaitu nomor-nomor tertentu yang disusun acak pada papan ular
tangga Apabila bidak berhenti pada nomor-nomor tersebut pemain harus
menjawab pertanyaan yang disediakan oleh wasit Jika jawaban benar pemain
mendapatkan skor 10 Jika jawaban pemain tersebut salah atau tidak bisa
menjawab pertanyaan maka pertanyaan bisa dilempar ke pemain lain sampai
pertanyaan terjawab dengan benar dan semua pemain paham Siapapun yang
24
dapat menjawab pertanyaan wasit dengan benar akan mendapat skor 10 untuk
tiap soalnya Apabila tidak ada yang bisa menjawab dengan benar maka
wasitlah yang harus menjelaskan jawaban sampai semua paham Jadi wasit
sebelumnya sudah mendapatkan soal sekaligus kunci jawaban singkat Bila
wasit tidak mampu menjelaskan jawaban maka wasit boleh bertanya
langsung pada guru (peneliti)
Untuk pertemuan keenam kegiatan pembelajaran diisi dengan
presentasi masing-masing kelompok dengan tugas kelompok yang diberikan
pada pertemuan sebelumnya Akan tetapi pelaksanaanya tidak sesuai seperti
yang direncanakan karena waktu yang terbatas Jadi presentasi hanya bisa
dilakukan di tempat duduk masing-masing kelompok yang dilanjutkan
dengan diskusi antar kelompok Di dalam pembelajaran siswa diarahkan
untuk bersifat aktif dalam pembelajaran
Pertemuan terakhir yaitu pertemuan ke-8 digunakan untuk evaluasi
Dari hasil evaluasi didapatkan data hasil belajar kognitif siswa kelompok
eksperimen dan kontrol yang selanjutnya digunakan dalam analisis data
Siswa yang diajar dengan model pembelajaran PPT mempunyai hasil
belajar yang lebih baik hal ini dikarenakan dalam pembelajarannya siswa
dituntut untuk selalu bekerja sama dalam tim atau kelompoknya untuk
meningkatkan prestasi timnya dengan cara meningkatkan pemahaman dan
prestasi setiap individu dalam kelompok Selain itu siswa diberi penguatan
dengan permainan media ular tangga yang memancing diskusi dan keaktifan
siswa Siswa juga diberitahukan perkembangan skor tiap kelompok dan
individu Kemudian penghargaan diberikan kepada kelompok terbaik dan
individu terbaik Hal ini dilakukan untuk memotivasi siswa dalam belajar
baik baik dalam proses pembelajaran di kelas maupun di luar kelas
Peneliti berusaha melakukan prosedur dengan benar dan maksimal
namun hasil yang didapatkan masih belum memuaskan dan kelemahan-
kelemahan penelitian sebelumnya belum sepenuhnya teratasi Beberapa
kendala yang dihadapi dalam penelitian ini antara lain penentuan sampel
secara cluster random didapatkan kelas X E sebagai kelas eksperimen dan X
D sebagai kelas kontrol Menurut guru pembimbing kondisi kedua kelas
25
secara umum baik namun ketika peneliti melakukan penelitian ternyata kelas
kontrol lebih tertib sehingga pembelajaran dapat berlangsung tanpa hambatan
berarti Namun kelas eksperimen berbeda kelas ini lebih ramai sehingga
banyak menit yang terbuang sia-sia Hal ini juga yang menyebabkan peneliti
kesulitan untuk mengadakan pembelajaran presentasi kelompok Peneliti
sudah mencoba berkonsultasi dengan guru pembimbing namun hasilnya
belum maksimal hingga penelitian usai Permainan ular tangga dari peneliti
juga masih perlu dikembangkan lagi dengan bentuk yang lebih menarik serta
soal yang lebih berbobot dan memancing diskusi Selain itu peneliti
menyadari bahwa instrumen yang dikembangkan belum sempurna sehingga
belum dapat membedakan dengan baik antara kelas eksperimen yang diajar
dengan media ular tangga yang dikombinasikan dengan model pembelajaran
PPT dengan kelas kontrol yang tidak menggunakan media ular tangga yang
dikombinasikan dengan model pembelajaran PPT
Dari beberapa penelitian sebelumnya yang peneliti temukan
kebanyakan metode STAD tidak divariasi kalaupun divariasi belum
menggunakan permainan sebagai media belajar tapi dengan model atau
metode pembelajaran lain Tujuan digunakannya permainan sebagai media
belajar adalah untuk membantu siswa belajar secara mandiri dan
menciptakan suasana yang rekreatif sehingga siswa merasa tertarik untuk
mengikuti pembelajaran Selain itu fungsi media ular tangga yang peneliti
gunakan dalam penelitian ini adalah sebagai penguatan belajar yang
berbentuk permainan Penelitian tentang media permainan ular tangga
sebelumnya masih mempunyai kelemahan dalam aturan permainan yang
belum memancing diskusi dan dalam waktu pelaksanaannya Dalam
penelitian ini peneliti berusaha membuat aturan permainan agar siswa tidak
hanya bermain tapi juga belajar bersama dalam memecahkan soal Dalam hal
waktu pelaksanaan permainan hanya dilakukan 4 kali dengan pertimbangan
agar siswa tidak bosan
W S Winkel dalam Catharina (2004 12) menerangkan bahwa
belajar pada manusia dirumuskan sebagai suatu aktivitas mentalpsikis yang
berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan
26
perubahan-perubahan dalam pengetahuan pemahaman ketrampilan dan
nilai sikap Perubahan itu bersifat secara relatif konstan dan berbekas Dalam
penelitian ini media ular tangga digunakan untuk meningkatkan pengetahuan
dan pemahaman siswa pada pokok bahasan reaksi oksidasi-reduksi
Sedangkan model pembelajaran PPT melatih siswa bagaimana bekerja sama
dalam tim atau kelompok dan memahami makna serta pentingnya melakukan
sesuatu secara bersama untuk mencapai tujuan bersama Setiap siswa dalam
tim mempunyai tanggung jawab yang sama untuk meningkatkan prestasi
timnya dengan cara saling berbagi baik itu sebuah pengetahuan atau sebuah
ketidaktahuan Dari hal tersebut diharapkan siswa dapat mengalami
perubahan dalam perilaku dan sikapnya Dalam penelitian ini peneliti tidak
mengadakan pembelajaran praktikum untuk melatih ketrampilan atau aspek
psikomotorik siswa Hal ini dikarenakan keterbatasan waktu dan persiapan
peneliti Menurut Chatarina (20044) hasil belajar merupakan perubahan
perilaku yang diperoleh pembelajar setelah mengalami aktivitas
belajarPerubahan tingkah laku dikatakan sebagai hasil belajar apabila
1 Hasil belajar sebagai pencapaian tujuan menekankan pentingnya tujuan
mengajar
Ketegasan dalam menetapkan tujuan akan memberikan arah yang jelas
pada pelaksanaan kegiatan pembelajaran Dalam hal ini sebelum
penelitian peneliti menyusun perangkat pembelajaran berupa RPP alat
evaluasi serta mempersiapkan media yang akan digunakan dalam
pembelajaran
2 Hasil belajar merupakan proses kegiatan belajar yang disadari
Dalam proses pembelajaran peneliti memberikan motivasi kepada siswa
ataupun kelompok diantaranya dengan memberikan penghargaan kepada
siswa atau kelompok yang berprestasi
3 Hasil belajar sebagai proses latihan
Proses latihan dan pengulangan dalam penelitian ini dilakukan dengan
media ular tangga
4 Hasil belajar merupakan tindak-tanduk yang berfungsi dalam kurun
waktu tertentu atau hasil belajar harus bersifat permanent Selain itu
27
hasil belajar memberikan informasi mengenai tingkat penguasaan
pelajaran yang diberikan selama proses pembelajaran yang
dilangsungkan dengan menggunakan alat ukur berupa tes dalam suatu
proses evaluasi Dalam hal ini di akhir pembelajaran peneliti
mengadakan evaluasi hasil belajar dengan instrument tes yang
sebelumnya telah diuji keampuhannya Walaupun dalam kurikulum
KTSP terdapat tiga ranah yang diukur yaitu ranah kognitif afektif dan
psikomotorik tujuan pembelajaran pada pokok bahasan lebih
menekankan ranah kognitif Hal ini dapat dilihat dari standar
kompetensi kompetensi dasar hingga indikator pada pokok bahasan
tersebut Selain itu media ular tangga dibuat untuk meningkatkan hasil
belajar siswa pada ranah kognitif karena yang terdapat dalam media
tersebut adalah soal-soal yang berfungsi sebagai penguatan siswa setelah
proses pembelajaran Walaupun demikian peneliti tidak ingin melupakan
ranah afektif dan psikomotorik begitu saja maka media ular tangga
dikombinasikan dengan model pembelajaran kooperatif tipe PPT yang
mengasah sikap dan ketrampilan siswa Hal tersebut yang menjadi
alasan mengapa yang dikaji dalam skripsi ini hanya aspek kognitif saja
28
BAB IV
PENUTUP
41 Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan diatas dapat disimpulkan
bahwa
1 Media ular tangga yang dikombinasikan dengan model pembelajaran
kooperatif tipe PPT meningkatkan hasil belajar kognitif siswa yang
diajar pokok bahasan reaksi oksidasi-reduksi Hal ini berdasarkan hasil
uji tanda Wilcoxon untuk nilai posttest mempunyai jumlah rank positif
yang lebih besar (221) dari rank negatifnya (104)
2 Siswa dapat mencapai ketuntasan belajar untuk pokok bahasan reaksi
oksidasi reduksi dengan media ular tangga yang dikombinasikan dengan
model pembelajaran kooperatif tipe PPT Hal ini berdasarkan rata-rata
hasil posttest kedua kelas lebih dari 65 yaitu rata-rata untuk kelas
eksperimen 718 dan untuk kelas control 662
42 Saran
Saran yang dapat diberikan terkait penelitian ini yaitu
1 Sebelum melakukan penelitian perlu dicermati dengan teliti populasi
yang akan diteliti sehingga sampel benar-benar homogen bukan hanya
dari sisi akademik tetapi juga sisi-sisi lain seperti kondisi kelas
2 Ular tangga perlu dikembangkan lagi baik dari bentuk aturan permainan
maupun soal-soalnya
3 Guru hendaknya lebih kreatif dalam menyampaikan pelajaran sehingga
dengan kondisi kelas seperti apapun pembelajaran dapat berlangsung
secara efektif
4 Sebaiknya dalam mengajar terdapat guru pendamping sehingga guru
tidak kewalahan dalam mengawasi permainan
5 Sebaiknya permainan ular tang dilakukan di luar jam pelajaran
6 Hasil penelitian hanya bisa digunakan untuk sekolah tertentu yang
mempunyai kelas kecil
29
DAFTAR PUSTAKA
Anni CT 2004 Psikologi Belajar Semarang UNNES
Suharsimi Arikunto 2002a Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan Jakarta Bumi Aksara
Bahri S dan AZ 2002 Strategi Belajar Mengajar Jakarta Erlangga
Dianto 2008 Pengaruh Penggunaan Ular Tangga Redoks sebagai Media Chemo-Edutainment Bervisi Sets terhadap Hasil Belajar Siswa SMA Kelas X Semester II Tahun 20072008 Semarang Universitas Negeri Semarang
httpidwikipediaorgwikiUlar_tangga
httplearning-with-meblogspotcom200609 pembelajaranhtml
Lismiyati 2006 Meningkatkan Hasil Belajar Kimia Siswa Kelas XI Semester 2 SMA N 2 Demak dengan Memberikan Umpan Balik Kuis dalam Model Pembelajaran Studens Teams-Achievment Division (STAD) Semarang Universitas Negeri Semarang
Mungin Eddy Wibowo dkk 2008 Panduan Penulisan Karya Ilmiah Semarang Universitas Negeri Semarang
Nana Sudjana 2005 Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar Bandung Sinar Baru Algensindo
Poerwadarminta W J S 1999 Kamus Umum Bahasa Indonesia Jakarta Balai Pustaka
Rina Apitasari 2005 Penggunaan Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe Studens Teams-Achievment Division (STAD) dalam Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Kimia pada Materi Pokok Stoikiometri Siswa Kelas X-6 Semester 1 SMA Negeri 13 Semarang Tahun Pelajaran 20042005 Semarang Universitas Negeri Semarang
Renita Tri Parwati 2006 Peningkatkan Hasil Belajar Kimia Siswa Kelas X dengan Menggunakan kombinasi Metode Studens Teams-Achievment Division (STAD) dan Structure Exercise Methode di SMA N 16 Semarang Semarang Universitas Negeri Semarang
Saptorini 2004 Strategi Belajar Mengajar Semarang Unnes Soeprodjo 1997 Metode Statistik Semarang Jurusan Kimia FPMIPA IKIP
Semarang
30
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
21 Pengertian Belajar
Belajar merupakan proses penting bagi perubahan perilaku manusia
dan ia mencakup segala sesuatu yang dipikirkan dan dikerjakan (Chatarina
2004 2) Belajar memegang peranan penting dalam perkembangan kebiasan
sikap keyakinan tujuan kepribadian dan bahkan persepsi manusia oleh
karena itu dengan menguasai prinsip-prinsip dasar tentang belajar seseorang
mampu memahami bahwa aktivitas belajar itu memegang peranan penting
dalam proses psikologis
Menurut Catharina (2004 12) banyak ahli di bidang pendidikan yang
mencoba memberikan definisi ataupun pengertian belajar ditinjau dari
berbagai aspek sehingga muncul berbagai pengertian belajarnya diantaranya
1 Gagne dan Berliner dalam Catharina (2004 12) menyatakan bahwa
belajar merupakan proses dimana suatu organisme mengubah perilakunya
karena hasil dari pengalaman
2 W S Winkel dalam Catharina (2004 12) menerangkan bahwa belajar
pada manusia dirumuskan sebagai suatu aktivitas mentalpsikis yang
berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan
perubahan-perubahan dalam pengetahuan pemahaman ketrampilan dan
nilai sikap Perubahan itu bersifat secara relatif konstan dan berbekas
3 Slavin dalam Catharina (2004 12) menyatakan belajar merupakan
perubahan individu yang disebabkan oleh pengalaman
Berdasarkan berbagai penjelasan mengenai belajar dapat
disimpulakan bahwa belajar dalam arti umum adalah segala aktivitas individu
yang dapat menimbulkan perubahan tingkah laku pada diri individu tersebut
Aktivitas ini dapat berupa latihan maupun pengalaman dalam situasi tertentu
dimana tingkah laku yang mengalami perubahan itu menyangkut banyak
aspek
6
22 Permainan Sebagai Media Belajar
Permainan merupakan kontes antar pemain yang berinteraksi satu
sama lain dengan mengikuti aturan-aturan tertentu untuk mencapai tujuan
tertentu Komponen utama yang terdapat dalam sebuah permainan yaitu
pemain lingkungan tempat berinteraksi aturan permainan dan tujuan yang
ingin dicapai
Permainan dapat digunakan sebagai media belajar siswa Tujuan
digunakannya permainan sebagai media yaitu untuk membantu siswa dalam
belajar secara mandiri dan menciptakan suasana yang rekretatif bagi siswa
sehingga belajar terasa lebih menarik Kelebihan permainan sebagai media
belajar antara lain
1 permainan merupakan kegiatan yang bersifat menyenangkan dan
menghibur sehingga siswa tertarik untuk belajar sambil bermain
2 siswa berpartisipasi untuk belajar
3 siswa mendapatkan umpan balik
4 permainan dapat menyesuaikan kondisi siswa
5 permainan dapat dilakukan di luar kelas
6 permainan pada umumnya mudah dilakukan
Selain itu permainan sebagai media belajar juga mempunyai
kelemahan yaitu
1 permainan yang bersifat rumit memerlukan banyak waktu untuk
dijelaskan
2 satu permainan tidak dapat diadopsi untuk semua materi
3 kurangnya pemahaman aturan permainan oleh siswa dapat menimbulkan
kericuhan
4 siswa yang tidak menguasai materi dengan baik akan mengalami
kesulitan dalam bermain
Dalam menggunakan permainan sebagai media belajar guru harus
memperhatikan beberapa hal yaitu
1 permainan harus benar-benar mengikat perhatian siswa
2 permainan harus benar-benar menarik dan mudah dilakukan
7
3 siswa harus dapat terlibat secara penuh dalam permainan
Permainan yang baik untuk digunakan sebagai media pembelajaran adalah
permainan yang memenuhi syarat-syarat sebagai berikut
1 alat atau perlengkapan permainan itu mudah ditemukan atau dibuat
mudah disimpan dan tahan lama
2 permainan mempunyai aturan yang jelas dan sederhana
3 permainan dapat dimainkan dalam waktu yang relatif singkat
4 permainan harus berkaitan atau dapat mencapai tujuan pembelajaran
23 Ular Tangga
Menurut situs httpidwikipediaorgwikiUlar_tangga ular tangga
merupakan permainan anak-anak berbentuk papan yang dimainkan oleh dua
orang atau lebih Papan permainan dibagi dalam kotak-kotak kecil sejumlah
tangga atau ular digambar di beberapa kotak yang menghubungkannya
dengan kotak lain Permainan ini diciptakan pada tahun 1870
Gambar 21 Contoh papan permainan ular tangga
8
Tidak ada bentuk standar dari papan permainan ular tangga Setiap
orang dapat menciptakan sendiri papan mereka dengan jumlah kotak ular
dan tangga yang berlainan
Setiap pemain memulai permainan dengan meletakkan bidaknya di
kotak pertama (biasanya kotak di sudut kiri bawah) kemudian secara
bergiliran pemain melemparkan dadu Bidak dijalankan sesuai dengan jumlah
mata dadu yang muncul Jika bidak pemain berhenti di ujung bawah sebuah
tangga bidak tersebut dapat langsung pergi ke ujung tangga yang lain Bila
bidak pemain berhenti di kotak dengan gambar ekor ular mereka harus turun
ke kotak di ujung bawah ular Pemenang adalah pemain pertama yang
bidaknya mencapai kotak terakhir
Biasanya bila seorang pemain mendapatkan angka 6 dari dadu yang
dilempar mereka mendapat giliran sekali lagi untuk melempar dadu Jika
tidak maka giliran jatuh ke pemain selanjutnya
Papan permainan ular tangga dapat dimodifikasi menjadi media
pembelajaran Modifikasi dapat dilakukan dengan cara mengganti peraturan
permainan Pada penelitian sebelumya mengunakan permainan ular tangga
dengan papan permainan tetap terdapat ular ataupun tangga seperti pada
umumnya Namun berbeda pada prosedur kenaikan pada tangga dan
penurunan pada ular Pada ular tangga penelitian tersebut untuk dapat
menaiki tangga maka peserta yang berhenti pada ujung bawah tangga harus
dapat menjawab pertanyaan yang terdapat di balik kartu bertanda T
sedangkan bila peserta berhenti pada ekor ular agar ia dapat bertahan atau
tidak turun ke kepala ular maka ia harus dapat menjawab pertanyaan yang
terdapat di balik kartu bertanda U (Dianto 2008)
Selain bentuk U dan T modifikasi juga dapat dilakukan dengan
mengganti gambar ular dan tangga dengan nomor-nomor bonus yaitu nomor-
nomor tertentu yang disusun acak pada papan ular tangga Apabila bidak
berhenti pada nomo-nomor tersebut pemain harus menjawab pertanyaan
yang disediakan oleh wasit Jika jawaban pemain tersebut salah atau tidak
bisa menjawab pertanyaan maka pertanyaan bisa dilempar ke pemain lain
sampai pertanyaan terjawab dengan benar dan semua pemain paham
9
24 Model Pembelajaran Kooperatif
Beberapa tipe model pembelajaran kooperatif adalah sebagai berikut
241 Permainan Tim (PT)
Penerapan model PT dilakukan dengan cara mengelompokkan
siswa secara heterogen Tiap kelompok mendapatkan tugas yang sama
atau berbeda Setelah tugas diperoleh setiap kelompok bekerja sama
dalam bentuk kerja individual dan diskusi Usahakan dinamikia
kelompok kohesif dan kompak serta tumbuh rasa kompetisi antar
kelompok Suasana diskuisi dibuat nyaman dan menyenangkan sepeti
dalam kondisi permainan (games) yaitu dengan cara guru bersikap
terbuka ramah lembut dan santun Setelah selesai kerja kelompok
sajikan hasil kelompok sehuingga terjadi diskusi kelas
Langkah-langkahnya adalah sebagai berikut
1 Membuat kelompok siswa heterogen yang terdiri dari 4 orang
kemudian memberikan informasi pokok materi dan mekanisme
kegiatan
2 Menyiapkan meja turnamen secukupnya misalnya 10 meja Untuk
tiap meja ditempati 4 siswa yang berkemampuan setara meja I
diisi oleh siswa dengan level tertinggi dari tiap kelompok dan
seterusnya sampai meja ke-X ditempati oleh siswa yang levelnya
paling rendah Penentuan tiap siswa yang duduk pada meja tertentu
adalah hasil kesepakatan kelompok
3 Turnamen dilaksanakan dengan cara setiap siswa mengambil kartu
soal yang telah disediakan pada tiap meja dan mengerjakannya
untuk jangka waktu tertentu (misal 3 menit) Siswa bisa
mengerjakan lebih dari satu soal dan hasilnya diperiksa dan dinilai
sehingga diperoleh skor turnamen untuk tiap individu dan
sekaligus skor kelompok asal Siswa pada tiap meja tunamen
diberikan gelar superior very good good medium sesuai dengan
skor yang diperolehnya
10
4 Pergeseran yaitu pada turnamen kedua ( begitu juga untuk
turnamen ketiga-keempat dst) dilakukan pergeseran tempat duduk
pada meja turnamen sesuai dengan sebutan gelar tadi Siswa
superior dalam kelompok meja turnamen yang sama begitu pula
untuk meja turnamen yang lainnya diisi oleh siswa dengan gelar
yang sama
5 Menghitung skor untuk tiap kelompok asal dan skor individual
serta memberikan penghargaan kelompok dan individual
Kelebihan dari model pembelajaran ini adalah
1 Melatih siswa mengungkap atau menyampaikan gagasannya
2 Melatih siswa untuk menghargai pendapat atau gagasan orang lain
3 Menumbuhkan rasa tanggung jawab sosial
Sedangkan kelemahannya yaitu
1 Kadang hanya beberapa siswa yang aktif dalam kelompok
2 Tempat duduk yang kadang sulit atau kurang mendukung untuk
diatur
3 Memakan banyak waktu
242 Peningkatan Prestasi Tim (PPT)
Seperti yang telah dijelaskan di atas bahwa model
pembelajaran kooperatif tipe PPT merupakan model pembelajaran
kooperatif dengan menggunakan kelompok-kelompok kecil yang
jumlah anggota tiap kelompok 4-5 orang siswa secara heterogen
Kegiatan belajar mengajarnya diawali dengan penyampaian tujuan
pembelajaran penyampaian materi kegiatan kelompok kuis dan
penghargaan kelompok Kegiatan kelompok dalam pembelajaran ini
berupa diskusi bahan belajar seperti LKS atau modul secara kolabratif
kemudian menyajikannya dengan cara presentasi kelompok Selain itu
dibuat skor perkembangan tiap siswa atau kelompok
Menurut Trianto (200754) persiapan-persiapan yang dibutuhkan
dalam pembelajaran kooperatif tipe PPT antara lain
11
1 Perangkat pembelajaran
Perangkat pembelajaran yang dibutuhkan meliputi Rencana
Pembelajaran (RP) Buku Siswa Lembar Kegiatan Siswa (LKS)
beserta lembar jawabannya
2 Membentuk kelompok kooperatif
Dalam menentukan kelompok diusahakan agar kemampuan siswa
dalam satu kelompok heterogen baik berdasarkan prestasi jenis
kelamin suku dan latar belakang sosial Kemampuan antar
kelompok diusahakan homogen Apabila dalam kelas terdiri atas
ras dan latar belakang yang relatif sama maka pembentukan
kelompok bisa didasarkan pada prestasi akademik
3 Menentukan skor awal
Nilai ulangan sebelumnya dalam kelas ini dapat dijadikan sebagai
skor awal Skor ini bisa berubah setelah diadakan kuis Selain itu
hasil tes masing-masing individu yang diadakan setelah
pembelajaran lebih lanjut juga dapat dijadikan sebagai skor awal
4 Pengaturan tempat duduk
Untuk menunjang keberhasilan pembelajaran kooperatif maka
pengaturan tempat duduk diusahakan satu kelompok berdekatan
supaya tidak kacau Tempat duduk sebaiknya tidak berpindah-
pindah
5 Kerja kelompok
Supaya tidak terjadi kekacauan lain maka terlebih dahulu diadakan
latihan kerjasama dalam kelompok Hal ini dilakukan agar masing-
masing individu dalam satu kelompok lebih saling mengenal
Model pembelajaran kooperatif tipe PPT ini merupakan tipe
pembelajaran kooperatif yang cukup sederhana Hal ini karena dalam
pembelajaran PPT ini masih ada penyampaian materi pelajaran yang
cenderung seperti model pembelajaran konvensional Perbedaan tipe
pembelajaran ini dengan metode konvensional terletak pada adanya
pemberian penghargaan pada kelompok
12
Kelebihan dari model pembelajaran ini adalah
1 Seluruh siswa menjadi lebih siap
2 Melatih kerjasama dengan baik
Sedangkan kekurangan dari model pembelajaran ini adalah
1 Anggota kelompok semua mengalami kesulitan dalam
penyesuaian
2 Membedakan siswa
243 Bidak (Bantuan Individual Dalam Kelompok)
Menurut situs httpeducaree-fkipunlanetindexphpoption =
com bantuan Individual dalam Kelompok (Bidak) adalah terjemahan
bebas dari Team Assisted Individually (TAI) yang merupakan model
pembelajaran kooperatif dengan karateristirk tanggung jawab belajar
adalah pada siswa Oleh karena itu siswa harus membangun
pengetahuan sendiri dengan kata lain tidak menerima materi pelajaran
dalam bentuk jadi dari guru Pola komunikasi antara guru dengan
siswa adalah negosiasi dan bukan imposisi-intruksi
Langkah-langkah pembelajaran dengan Bidak adalah sebagai berikut
1 Membuat kelompok secara heterogen dan memberikan bahan ajar
berupa modul
2 Siswa-siswa yang telah dikelompokan belajar dengan dibantu oleh
siswa pandai dari anggota kelompok secara individual saling tukar
jawaban dan saling berbagi sehingga terjadi diskusi dalam
kelompok
3 Melaksanakan refleksi dan tes formatif
4 Memberikan penghargaan terhadap kelompok
Model pembelajaran ini memang mengajak siswa untuk
mengkontstruksi pengetahuannya sendiri Namun Bidak sulit
diterapkan pada kelas yang siswanya sama sekali belum pernah
melaksanakan pembelajaran kooperatif
13
244 Jigsaw (Tim Ahli)
Langkah-langkah pada pembelajaran Jigsaw adalah sebagai berikut
1 Membagi para siswa kedalam beberapa kelompok secara heterogen
yang tiap kelompok beranggotakan 5-6 orang
2 Memberikan materi pelajaran kepada siswa dalam bentuk teks
yang telah dibagi-bagi menjadi beberapa sub pokok bahasan
3 Setiap anggota kelompok membaca sub pokok bahasan yang
ditugaskan dan bertanggungjawab untuk mempelajarinya
4 Anggota dari kelompok lain yang mempelajari sub pokok bahasan
yang sama berdiskusi dalam tim ahli
5 Setiap anggota tim ahli kembali ke kelompoknya mengajar teman-
temannya setelah selesai berdiskusi
6 Pada saat bertemu dengan kelompok asal dan berdiskusi para
siswa mendapat tagihan berupa kuis individu (Trianto 2007 57)
Kelebihan dan kekurangan dari model pembelajaran ini hampir
sama dengan model kooperatif tipe PPT Selain itu model
pembelajaran ini lebih rumit karena diskusi tidak hanya dilaksanakan
dalam kelompok tetapi juga dilakukan oleh tim ahli dari masing-
masing kelompok Hal ini membutuhkan banyak waktu
245 Berpikir Berpasangan
Berpikir berpasangan atau Think Pairs Share (TPS) merupakan
tipe pembelajaran kooperatif yang dirancang agar siswa mempunyai
lebih banyak waktu untuk berfikir merespon dan saling membantu
Langkah-langkah yang perlu dilakukan adalah sebagai berikut
1 Berpikir
Suatu pertanyaan atau masalah diajukan oleh guru kepada siswa
Dalam beberapa menit siswa diberi waktu untuk berpikir sendiri
menemukan jawaban atau jalan keluar dari permasalahan yang
diajukan
2 Berpasangan
Guru meminta siswa berpasangan untuk mendiskusikan jawaban
yang diperoleh melalui metode berpikir
14
3 Berbagi
Guru meminta pasangan-pasangan tersebut menyampaikan apa
yang telah mereka diskusikan kepada seluruh kelas dengan cara
presentasi (Trianto 2007 62)
Model pembelajaran ini baik untuk melatih kemapuan berpikir kritis
siswa dalam diskusi Tetapi perlu diperhatikan pasangan sebaiknya
tidak selalu sama Dalam kelas besar presentasi belum tentu bisa
disampaikan oleh semua pasangan karena terbatasnya waktu
246 Investigasi Kelompok
Langkah-langkah pembelajaran Investigasi Kelompok adalah
1 Membuat kelompok heterogen yang terdiri atas 5-6 siswa dengan
orientasi tugas
2 Merencanakan pelaksanaan investigasi Tiap kelompok
menginvestigasi proyek tertentu (bisa di luar kelas misalnya
mengukur tinggi pohon mendata banyak dan jenis kendaraan di
dalam sekolah jenis dagangan dan keuntungan di kantin sekolah
banyak guru dan staf sekolah)
3 Mengolah data penyajian data hasil investigasi presentasi kuis
individual
4 Membuat skor perkembangan siswa umumkan hasil kuis dan
berikan reward httplearning-with-meblogspotcom200609
pembelajaranhtml
Investigasi kelompok merupakan model pembelajaran kooperatif
paling rumit dan sulit untuk dilaksanakan Tetapi bisa dilaksanakan
untuk kelas yang jumlah siswanya tidak terlalu banyak ataupun sedikit
dan mempunyai jam pelajaran lebih
247 Kepala Bernomor
Langkah-langkah dalam pembelajaran Kepala Bernomor adalah
sebagai berikut
1 Membuat kelompok heterogen dan tiap siswa memiliki nomor
tertentu
15
2 Memberikan persoalan materi bahan ajar (untuk tiap kelompok
sama tapi untuk tiap siswa tidak sama sesuai dengan nomor siswa
tiap siswa dengan nomor sama mendapat tugas yang sama)
3 Bekerja kelompok dan presentasi kelompok dengan nomor siswa
yang sama sesuai tugas masing-masing sehingga terjadi diskusi
kelas
4 Kuis individual membuat skor perkembangan tiap siswa serta
mengumumkan hasil kuis dan pemberian reward
Kelebihan dari model pembelajaran ini adalah
1 Setiap siswa menjadi siap semua
2 Dapat melakukan diskusi dengan sungguh-sungguh
3 Siswa yang pandai dapat mengajari siswa yang kurang pandai
Sedangkan kelemahannya yaitu
4 Kemungkinan nomor yang dipanggil dipanggil lagi oleh guru
5 Tidak semua anggota kelompok dipanggil oleh guru
Dari beberapa model pembelajara kooperatif tersebut yang paling
mudah untuk dikombinasikan dengan media ular tangga adalah model
pembelajaran kooperatif yang paling sederhana dan tidak terlalu rumit dalam
pelaksanaannya yaitu model pembelajaran kooperatif tipe PPT
Dalam pelaksanaannya siswa dibagi dalam beberapa kelompok yang
beranggotakan 4-5 orang siswa yang merupakan campuran menurut tingkat
prestasi jenis kelamin dan suku Guru menyampaikan materi pelajaran
kemudian siswa bekerja dalam kelompok mereka memastikan bahwa seluruh
anggota kelompok telah menguasai materi pelajaran yang disampaikan
Permainan ular tangga disisipkan setiap akhir pertemuan sebagai penguatan
belajar
Gambar ular dan tangga dalam papan permainan diganti dengan
nomor-nomor bonus yaitu nomor-nomor tertentu yang disusun acak pada
papan ular tangga Apabila bidak berhenti pada nomo-nomor tersebut
pemain harus menjawab pertanyaan yang disediakan oleh wasit Jika jawaban
pemain tersebut salah atau tidak bisa menjawab pertanyaan maka pertanyaan
16
bisa dilempar ke pemain lain sampai pertanyaan terjawab dengan benar dan
semua pemain paham
25 Hasil Belajar
Menurut Chatarina (20044) hasil belajar merupakan perubahan
perilaku yang diperoleh pembelajar setelah mengalami aktivitas
belajarPerubahan tingkah laku dikatakan sebagai hasil belajar apabila
1 Hasil belajar sebagai pencapaian tujuan menekankan pentingnya tujuan
mengajar
Ketegasan dalam menetapkan tujuan akan memberikan arah yang jelas
pada pelaksanaan kegiatan pembelajaran Tujuan pembelajaran merupakan
rumusan pertanyaan mengenai kemampuan atau tingkah laku yang
diharapkan dikuasai oleh siswa setelah mengikuti pelajaran Tingkat
pencapaian tujuan menunjukkan kualitas pembelajaran
2 Hasil belajar merupakan proses kegiatan belajar yang disadari
Siswa yang termotivasi akan menunjukkan belajar dengan penuh
kesadaran kesungguhan tidak ada paksaan untuk memperoleh tingkat
penguasaan pengetahuan Di samping itu motivasi sangat berpengaruh
terhadap pengetahuan dan konsentrasi siswa pada pelajaran
3 Hasil belajar sebagai proses latihan
Latihan-latihan adalah suatu pengulangan atau tindakan sebagai respon
terhadap rangsangan dari luar dalam rangka memperoleh kemampuan
baru untuk bertindak Latihan merupakan proses belajar yang disadari oleh
pelakunya
4 Hasil belajar merupakan tindak-tanduk yang berfungsi dalam kurun waktu
tertentu atau hasil belajar harus bersifat permanent Selain itu hasil belajar
memberikan informasi mengenai tingkat penguasaan pelajaran yang
diberikan selama proses pembelajaran yang dilangsungkan dengan
menggunakan alat ukur berupa tes dalam suatu proses evaluasi
17
26 Reaksi Oksidasi - Reduksi
Perubahan kimia yang terjadi di sekitar kita beragam jenisnya seperti
pembusukan fermentasi reaksi penggaraman atau penetralan reaksi
hidrolisis reaksi pembakaran oksidasi atau reaksi reduksiReaksi redoks
yaitu reaksi reduksi dan oksidasi bilangan oksidasi oksidator reduktor dan
reaksi autoredoks
261 Definisi Reaksi Oksidasi dan Reduksi
Di sekitar kita sering dijumpai peristiwa kimiawi seperti logam
berkarat pembuatan besi dari bijih besi penyepuhan logam terjadinya
arus listrik pada aki atau baterai buah masak buah busuk mercon
meledak kembang api dibakar dan lain sebagainya Perkaratan pada
logam pembakaran pembusukan oleh mikroba fotosintesis pada
tumbuhan dan metabolism di dalam tubuh merupakan sebagian
contoh-contoh reaksi oksidasi dan reduksi
262 Konsep Redoks Berdasarkan Pengikatan Dan Pelepasan
Oksigen
Konsep reaksi oksidasi dan reduksi mengalami perkembangan
dari masa ke masa sesuai cakupan konsep yang dijelaskan Pada
mulanya konsep reaksi oksidasi dan reduksi ditinjau dari
penggabungan dan pelepasan oksigen
Reaksi oksidasi didefinisikan sebagai reaksi pengikatan suatu zat
dengan oksigen Sebaliknya reaksi pelepasan oksigen oleh suatu zat
disebut reaksi reduksi Contoh reaksi oksidasi
1 C(s) + O2(g) rarr CO2(g)
2 4 Fe(s) + 3 O2(g) rarr 2 Fe2O3(s)
3 Cu(s) + O2(g) rarr CuO(s)
4 S(s) + O2(g) rarr SO2(g)
5 SO2(g) + O2(g) rarr SO3(g)
Pada reaksi di atas C mengikat O2 membentuk CO2 Demikian juga Fe
Cu S dan SO2 berturut-turut menjadi Fe2O3 CuO SO2 dan SO3
18
setelah mengikat oksigen Jadi C Fe Cu S dan SO2 telah mengalami
reaksi oksidasi
Contoh reaksi reduksi
1 2 SO3(g) rarr 2 SO2(g) + O2(g)
2 2 KClO3(s) rarr 2 KCl(s) + 3 O2(g)
3 2 KNO3(aq) rarr 2 KNO2(aq) + O2(g)
Perhatikan reaksi di atas SO3 melepaskan oksigen membentuk SO2
demikian juga KClO3 dan KNO3 masingmasing melepaskan oksigen
menjadi KCl dan KNO2 Jadi SO3 KClO3 dan KNO3 mengalami
reaksi reduksi Pada reaksi termit menghasilkan besi cair yang sering
digunakan untuk mengelas benda-benda dari besi reaksinya adalah
2 Al(s) + Fe2O3(s) rarr 2 Fe(l) + Al2O3(s)
Al mengikat oksigen membentuk Al2O3 berarti Al mengalami
oksidasi Fe2O3 melepaskan oksigen membentuk Fe Jadi Fe2O3
mengalami reduksi Pada reaksi termit tersebut oksidasi dan reduksi
terjadi bersamaan reaksi seperti ini disebut reaksi redoks
263 Konsep Redoks Berdasarkan Pengikatan Dan Pelepasan Elektron
Pada reaksi Na(s) + S(s) rarr Na2S(s) tidak melibatkan gas
oksigen maka konsep redoks berdasarkan pengikatan dan pelepasan
oksigen tidak dapat digunakan Konsep redoks berkembang bukan lagi
pengikatan dan pelepasan oksigen tetapi pengikatan dan pelepasan
elektron Reaksi oksidasi adalah reaksi pelepasan elektron
Contohnya pada pembentukan ion Na+
Na(s) rarr Na+ (aq) + e ndash
Sebaliknya reaksi pengikatan elektron disebut reaksi reduksi
Contohnya pada pembentukan ion S2-
S (s) + 2e ndash rarrS2- (aq)
Reaksi redoks adalah reaksi yang terjadi di mana reaksi oksidasi dan
reduksi terjadi bersama-sama 2Na(s) + S(s) rarr Na2S(s)
Reaksi di atas dapat ditulis menjadi 2 tahap yaitu
Reaksi oksidasi 2Na(s) rarr Na+(aq) + 2 endash
Reaksi reduksi S (s) + 2 endash rarr S 2- (aq)
19
Reaksi redoks 2Na(s) + S(s) rarr Na2S(s)
Pada reaksi di atas Na mengalami reaksi oksidasi dan
menyebabkan S tereduksi Zat seperti Na ini disebut reduktor
Sedangkan S disebut oksidator karena menyebabkan Na teroksidasi
dan dia sendiri mengalami reaksi reduksi
264 Konsep Redoks Berdasarkan Perubahan (Kenaikkan Dan
Penurunan) Bilangan Oksidasi
Sebelum mempelajari konsep reaksi redoks berdasarkan
kenaikan dan penurunan bilangan oksidasi ada baiknya kamu belajar
tentang bilangan oksidasi terlebih dahulu Bilangan oksidasi (bilok)
adalah jumlah muatan yang dimiliki atom suatu unsure jika bergabung
dengan atom unsur lain Aturan biloks antara lain
1 Unsur bebas mempunyai bilok 0 (nol) yang termasuk unsur bebas
unsur diatomik (H2 N2 O2 F2 Cl2 Br2 I2) unsur poliatomik (O3
P4 S8) Selain unsur tersebut adalah unsur monoatomik (Na K
Mg C dan lain-lain)
Contoh
a H dalam H2
b O dalam O2 dan O3
c F dalam F2
d Na dalam Na
2 Unsur H umumnya mempunyai biloks (+1) kecuali pada senyawa
hidrida mempunyai biloks (ndash1) Senyawa hidrida adalah senyawa
yang terbentuk jika logam bergabung dengan atom H (Contoh
NaH KH CaH2)
Contoh H dalam H2O NH3 HCl
3 Unsur O umumnya mempunyai biloks (ndash2) kecuali
a Pada senyawa peroksida contohnya Na2O2 H2O2 BaO2
mempunyai bilok (ndash1)
b Senyawa F2O mempunyai bilok (+2)
20
c Senyawa superoksida (contohnya KO2) mempunyai biloks (ndash12
)
Contoh O dalam H2O Na2O Fe2O3 MgO
4 Unsur logam dalam senyawa umumnya mempunyai biloks positif
Contoh
a Golongan IA (Li Na K Rb dan Cs) mempunyai biloks (+1)
b Golongan IIA ( Be Mg Ca Sr dan Ba) mempunyai bilok
(+2)
c Al3+ Ag+ Zn2+ Pb2+ Pb3+ Fe2+ dan Fe3+
5 Unsur nonlogam umumnya mempunyai bilok negatif
Contoh
a Golongan VIIA (F Cl Br I) mempunyai bilok (ndash1)
b Golongan VIA (O S Se Te) mempunyai bilok (ndash2)
6 Jumlah bilok unsur-unsur dalam ion sama dengan jumlah
muatannya
Contoh
Bilok S dalam SO42-
Bilok O = ndash2
Jumlah bilok = (1 times bilok S + 4 times bilok O)
ndash2 = (1 times bilok S + 4 times (ndash2))
ndash2 = bilok S + (ndash8)
Bilok S = +6
7 Jumlah bilok unsur-unsur dalam senyawa sama dengan 0 (nol)
Contoh H2S
Jumlah bilok = ((2 times bilok H) + (1 times bilok S))
0 = ((2 times (+1)) + (1 times bilok S))
0 = (+2) + bilok S
Bilok S = (ndash2)
Reaksi oksidasi adalah reaksi kenaikkan bilok Sedangkan reaksi
reduksi adalah reaksi penurunan bilok
21
Contoh
1 Zn(s) + 2HCl(aq) 1048687 ZnCl2(aq) + H2(g)
Bilok Zn (unsur bebas) = 0
Bilok Zn dalam ZnCl2 = +2
Berarti Zn mengalami kenaikkan bilok maka Zn mengalami reaksi
oksidasi
Bilok H dalam HCl = +1
Bilok H dalam H2 (unsur bebas) = 0
Jadi H mengalami penurunan bilok maka H mengalami reaksi
reduksi
2 Reaksi pemakaian baterai Zn + 2NH4Cl rarr ZnCl2 + 2NH3 + H2
Bilok Zn (unsur bebas) = 0
Bilok Zn pada ZnCl2 = +2
Berarti Zn mengalami kenaikkan bilok maka Zn mengalami
reaksi oksidasi
Bilok H pada NH4Cl = +1
Bilok H pada H2 (unsur bebas = 0
Berarti H mengalami penurunan bilok maka H mengalami reaksi
reduksi
3 Reaksi pelapisan logam Cu + 2AgNO3 rarr Cu(NO3)2 + 2Ag
Bilok Cu (unsur bebas) = 0
Bilok Cu pada Cu(NO3)2 = +2
Berarti Cu mengalami kenaikkan bilok maka Cu mengalami reaksi
oksidasi
Bilok Ag pada AgNO3 = +1
Bilok Ag (unsur bebas) = 0
Berarti Ag mengalami penurunan bilok maka Ag mengalami
reaksi reduksi Pada reaksi di atas terjadi kenaikkan bilok (reaksi
22
oksidasi) dan penurunan bilok (reaksi reduksi) secara
bersamasama maka disebut reaksi redoks Jika suatu zat
mengalami reaksi oksidasi sekaligus reduksi maka reaksi ini
disebut autoredoks (disproporsionasi)
BAB III
PEMBAHASAN
Dalam penelitian ini peneliti ingin mengetahui apakah penggunaan
media ular tangga yang dikombinasikan dengan model pembelajaran
kooperatif tipe PPT dapat meningkatkan hasil belajar siswa Dalam penelitian
tersebut digunakan populasi siswa kelas X SMA Kristen 1 Kupang sebanyak
109 orang yang terbagi dalam 3 kelas Dengan data nilai mid semester
digunakan 49 uji normalitas dan homogenitas Dari hasil perhitungan
diketahui bahwa populasi mempunyai homogenitas yang sama Dan seluruh
populasi dalam kelas berdistribusi normal Kemudian peneliti mengambil
secara acak dari populasi sebagai sampel Diperoleh kelas X E sebagai
kelompok eksperimen dengan media ular tangga yang dikombinasikan
dengan model pembelajaran kooperatif tipe PPT dan X D sebagai kelompok
kontrol dengan menggunakan metode konvensional Peneliti memilih atau
mengambil pokok bahasan reaksi oksidasi-reduksi karena di dalam pokok
bahasan ini terdapat konsep-konsep dan perhitungan kimia Penelitian
dilaksanakan dalam waktu kurang lebih 1 bulan Kelas eksperimen diberikan
pengajaran dengan media ular tangga yang dikombinasikan dengan model
pembelajaran kooperatif tipe PPT Dalam metode ini peneliti membagi 37
siswa menjadi 8 kelompok yakni 5 kelompok yang terdiri dari lima orang dan
3 kelompok yang terdiri dari empat orang Pembagian kelompok dilakukan
berdasarkan nilai mid semester jenis kelamin dan latar belakang sosial yang
di konsultasikan dengan guru Hal ini dilakukan agar dihasilkan siswa yang
kemampuannya heterogen dalam satu kelompok dan antar kelompok
memiliki kemampuan yang homogen
23
Kegiatan pelaksanan pembelajaran dilakukan 8 kali pertemuan
dengan pertemuan pertama untuk pretest dan pertemuan terakhir untuk
posttest Dalam setiap pertemuan tempat duduk siswa diatur sedemikian rupa
sehingga siswa yang satu kelompok berdekatan Dalam pembelajaran peneliti
menjelaskan hal-hal pokok dan memberi contoh-contoh perhitungan serta
latihan kepada siswa 50 Kemudian dilanjutkan dengan diskusi antar
kelompok tentang materi yang sudah diajarkan Sebagai penguatan sisa jam
pelajaran digunakan untuk bermain ular tangga
Sebelum penelitian dilakukan peneliti menyadari akan timbul kendala dalam
hal kerja kelompok karena siswa belum terbiasa untuk bekerja secara
kooperatif dalam kelompok Untuk itu peneliti memberikan tugas kelompok
awal setelah pelaksanaan pretest sebelum pertemuan pembelajaran pertama
dan menjelaskan kepada siswa akan pentingnya kerjasama dalam kelompok
Kemudian pada kegiatan awal dalam pertemuan pertama pembelajaran guru
menanyai siswa secara acak Hal ini dilakukan untuk melatih tanggung jawab
siswa terhadap tugas kelompoknya Selain itu sebelumnya peneliti
mengadakan pertemuan dengan wasit tiap kelompok di luar jam pelajaran
untuk membahas bagaimana tata cara permainan ular tangga Awalnya
peneliti merencanakan bahwa wasit untuk tiap kelompok bergantian tapi
kemudian diperoleh kesepakatan bahwa wasit untuk tiap kelompok tetap
Penilaian terhadap wasit dilakukan oleh guru (peneliti)
Dari 8 kali pertemuan permainan ular tangga dilakukan sebanyak 4
kali yaitu pada pertemuan kedua ketiga kelima dan ketujuh Dalam
permainan ular tangga ini siswa bermain dalam kelompok masing-masing
dengan wasit yang berasal dari kelompok lain Papan ular tangga
dimodifikasi dengan mengganti gambar ular dan tangga dengan nomor-
nomor bonus yaitu nomor-nomor tertentu yang disusun acak pada papan ular
tangga Apabila bidak berhenti pada nomor-nomor tersebut pemain harus
menjawab pertanyaan yang disediakan oleh wasit Jika jawaban benar pemain
mendapatkan skor 10 Jika jawaban pemain tersebut salah atau tidak bisa
menjawab pertanyaan maka pertanyaan bisa dilempar ke pemain lain sampai
pertanyaan terjawab dengan benar dan semua pemain paham Siapapun yang
24
dapat menjawab pertanyaan wasit dengan benar akan mendapat skor 10 untuk
tiap soalnya Apabila tidak ada yang bisa menjawab dengan benar maka
wasitlah yang harus menjelaskan jawaban sampai semua paham Jadi wasit
sebelumnya sudah mendapatkan soal sekaligus kunci jawaban singkat Bila
wasit tidak mampu menjelaskan jawaban maka wasit boleh bertanya
langsung pada guru (peneliti)
Untuk pertemuan keenam kegiatan pembelajaran diisi dengan
presentasi masing-masing kelompok dengan tugas kelompok yang diberikan
pada pertemuan sebelumnya Akan tetapi pelaksanaanya tidak sesuai seperti
yang direncanakan karena waktu yang terbatas Jadi presentasi hanya bisa
dilakukan di tempat duduk masing-masing kelompok yang dilanjutkan
dengan diskusi antar kelompok Di dalam pembelajaran siswa diarahkan
untuk bersifat aktif dalam pembelajaran
Pertemuan terakhir yaitu pertemuan ke-8 digunakan untuk evaluasi
Dari hasil evaluasi didapatkan data hasil belajar kognitif siswa kelompok
eksperimen dan kontrol yang selanjutnya digunakan dalam analisis data
Siswa yang diajar dengan model pembelajaran PPT mempunyai hasil
belajar yang lebih baik hal ini dikarenakan dalam pembelajarannya siswa
dituntut untuk selalu bekerja sama dalam tim atau kelompoknya untuk
meningkatkan prestasi timnya dengan cara meningkatkan pemahaman dan
prestasi setiap individu dalam kelompok Selain itu siswa diberi penguatan
dengan permainan media ular tangga yang memancing diskusi dan keaktifan
siswa Siswa juga diberitahukan perkembangan skor tiap kelompok dan
individu Kemudian penghargaan diberikan kepada kelompok terbaik dan
individu terbaik Hal ini dilakukan untuk memotivasi siswa dalam belajar
baik baik dalam proses pembelajaran di kelas maupun di luar kelas
Peneliti berusaha melakukan prosedur dengan benar dan maksimal
namun hasil yang didapatkan masih belum memuaskan dan kelemahan-
kelemahan penelitian sebelumnya belum sepenuhnya teratasi Beberapa
kendala yang dihadapi dalam penelitian ini antara lain penentuan sampel
secara cluster random didapatkan kelas X E sebagai kelas eksperimen dan X
D sebagai kelas kontrol Menurut guru pembimbing kondisi kedua kelas
25
secara umum baik namun ketika peneliti melakukan penelitian ternyata kelas
kontrol lebih tertib sehingga pembelajaran dapat berlangsung tanpa hambatan
berarti Namun kelas eksperimen berbeda kelas ini lebih ramai sehingga
banyak menit yang terbuang sia-sia Hal ini juga yang menyebabkan peneliti
kesulitan untuk mengadakan pembelajaran presentasi kelompok Peneliti
sudah mencoba berkonsultasi dengan guru pembimbing namun hasilnya
belum maksimal hingga penelitian usai Permainan ular tangga dari peneliti
juga masih perlu dikembangkan lagi dengan bentuk yang lebih menarik serta
soal yang lebih berbobot dan memancing diskusi Selain itu peneliti
menyadari bahwa instrumen yang dikembangkan belum sempurna sehingga
belum dapat membedakan dengan baik antara kelas eksperimen yang diajar
dengan media ular tangga yang dikombinasikan dengan model pembelajaran
PPT dengan kelas kontrol yang tidak menggunakan media ular tangga yang
dikombinasikan dengan model pembelajaran PPT
Dari beberapa penelitian sebelumnya yang peneliti temukan
kebanyakan metode STAD tidak divariasi kalaupun divariasi belum
menggunakan permainan sebagai media belajar tapi dengan model atau
metode pembelajaran lain Tujuan digunakannya permainan sebagai media
belajar adalah untuk membantu siswa belajar secara mandiri dan
menciptakan suasana yang rekreatif sehingga siswa merasa tertarik untuk
mengikuti pembelajaran Selain itu fungsi media ular tangga yang peneliti
gunakan dalam penelitian ini adalah sebagai penguatan belajar yang
berbentuk permainan Penelitian tentang media permainan ular tangga
sebelumnya masih mempunyai kelemahan dalam aturan permainan yang
belum memancing diskusi dan dalam waktu pelaksanaannya Dalam
penelitian ini peneliti berusaha membuat aturan permainan agar siswa tidak
hanya bermain tapi juga belajar bersama dalam memecahkan soal Dalam hal
waktu pelaksanaan permainan hanya dilakukan 4 kali dengan pertimbangan
agar siswa tidak bosan
W S Winkel dalam Catharina (2004 12) menerangkan bahwa
belajar pada manusia dirumuskan sebagai suatu aktivitas mentalpsikis yang
berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan
26
perubahan-perubahan dalam pengetahuan pemahaman ketrampilan dan
nilai sikap Perubahan itu bersifat secara relatif konstan dan berbekas Dalam
penelitian ini media ular tangga digunakan untuk meningkatkan pengetahuan
dan pemahaman siswa pada pokok bahasan reaksi oksidasi-reduksi
Sedangkan model pembelajaran PPT melatih siswa bagaimana bekerja sama
dalam tim atau kelompok dan memahami makna serta pentingnya melakukan
sesuatu secara bersama untuk mencapai tujuan bersama Setiap siswa dalam
tim mempunyai tanggung jawab yang sama untuk meningkatkan prestasi
timnya dengan cara saling berbagi baik itu sebuah pengetahuan atau sebuah
ketidaktahuan Dari hal tersebut diharapkan siswa dapat mengalami
perubahan dalam perilaku dan sikapnya Dalam penelitian ini peneliti tidak
mengadakan pembelajaran praktikum untuk melatih ketrampilan atau aspek
psikomotorik siswa Hal ini dikarenakan keterbatasan waktu dan persiapan
peneliti Menurut Chatarina (20044) hasil belajar merupakan perubahan
perilaku yang diperoleh pembelajar setelah mengalami aktivitas
belajarPerubahan tingkah laku dikatakan sebagai hasil belajar apabila
1 Hasil belajar sebagai pencapaian tujuan menekankan pentingnya tujuan
mengajar
Ketegasan dalam menetapkan tujuan akan memberikan arah yang jelas
pada pelaksanaan kegiatan pembelajaran Dalam hal ini sebelum
penelitian peneliti menyusun perangkat pembelajaran berupa RPP alat
evaluasi serta mempersiapkan media yang akan digunakan dalam
pembelajaran
2 Hasil belajar merupakan proses kegiatan belajar yang disadari
Dalam proses pembelajaran peneliti memberikan motivasi kepada siswa
ataupun kelompok diantaranya dengan memberikan penghargaan kepada
siswa atau kelompok yang berprestasi
3 Hasil belajar sebagai proses latihan
Proses latihan dan pengulangan dalam penelitian ini dilakukan dengan
media ular tangga
4 Hasil belajar merupakan tindak-tanduk yang berfungsi dalam kurun
waktu tertentu atau hasil belajar harus bersifat permanent Selain itu
27
hasil belajar memberikan informasi mengenai tingkat penguasaan
pelajaran yang diberikan selama proses pembelajaran yang
dilangsungkan dengan menggunakan alat ukur berupa tes dalam suatu
proses evaluasi Dalam hal ini di akhir pembelajaran peneliti
mengadakan evaluasi hasil belajar dengan instrument tes yang
sebelumnya telah diuji keampuhannya Walaupun dalam kurikulum
KTSP terdapat tiga ranah yang diukur yaitu ranah kognitif afektif dan
psikomotorik tujuan pembelajaran pada pokok bahasan lebih
menekankan ranah kognitif Hal ini dapat dilihat dari standar
kompetensi kompetensi dasar hingga indikator pada pokok bahasan
tersebut Selain itu media ular tangga dibuat untuk meningkatkan hasil
belajar siswa pada ranah kognitif karena yang terdapat dalam media
tersebut adalah soal-soal yang berfungsi sebagai penguatan siswa setelah
proses pembelajaran Walaupun demikian peneliti tidak ingin melupakan
ranah afektif dan psikomotorik begitu saja maka media ular tangga
dikombinasikan dengan model pembelajaran kooperatif tipe PPT yang
mengasah sikap dan ketrampilan siswa Hal tersebut yang menjadi
alasan mengapa yang dikaji dalam skripsi ini hanya aspek kognitif saja
28
BAB IV
PENUTUP
41 Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan diatas dapat disimpulkan
bahwa
1 Media ular tangga yang dikombinasikan dengan model pembelajaran
kooperatif tipe PPT meningkatkan hasil belajar kognitif siswa yang
diajar pokok bahasan reaksi oksidasi-reduksi Hal ini berdasarkan hasil
uji tanda Wilcoxon untuk nilai posttest mempunyai jumlah rank positif
yang lebih besar (221) dari rank negatifnya (104)
2 Siswa dapat mencapai ketuntasan belajar untuk pokok bahasan reaksi
oksidasi reduksi dengan media ular tangga yang dikombinasikan dengan
model pembelajaran kooperatif tipe PPT Hal ini berdasarkan rata-rata
hasil posttest kedua kelas lebih dari 65 yaitu rata-rata untuk kelas
eksperimen 718 dan untuk kelas control 662
42 Saran
Saran yang dapat diberikan terkait penelitian ini yaitu
1 Sebelum melakukan penelitian perlu dicermati dengan teliti populasi
yang akan diteliti sehingga sampel benar-benar homogen bukan hanya
dari sisi akademik tetapi juga sisi-sisi lain seperti kondisi kelas
2 Ular tangga perlu dikembangkan lagi baik dari bentuk aturan permainan
maupun soal-soalnya
3 Guru hendaknya lebih kreatif dalam menyampaikan pelajaran sehingga
dengan kondisi kelas seperti apapun pembelajaran dapat berlangsung
secara efektif
4 Sebaiknya dalam mengajar terdapat guru pendamping sehingga guru
tidak kewalahan dalam mengawasi permainan
5 Sebaiknya permainan ular tang dilakukan di luar jam pelajaran
6 Hasil penelitian hanya bisa digunakan untuk sekolah tertentu yang
mempunyai kelas kecil
29
DAFTAR PUSTAKA
Anni CT 2004 Psikologi Belajar Semarang UNNES
Suharsimi Arikunto 2002a Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan Jakarta Bumi Aksara
Bahri S dan AZ 2002 Strategi Belajar Mengajar Jakarta Erlangga
Dianto 2008 Pengaruh Penggunaan Ular Tangga Redoks sebagai Media Chemo-Edutainment Bervisi Sets terhadap Hasil Belajar Siswa SMA Kelas X Semester II Tahun 20072008 Semarang Universitas Negeri Semarang
httpidwikipediaorgwikiUlar_tangga
httplearning-with-meblogspotcom200609 pembelajaranhtml
Lismiyati 2006 Meningkatkan Hasil Belajar Kimia Siswa Kelas XI Semester 2 SMA N 2 Demak dengan Memberikan Umpan Balik Kuis dalam Model Pembelajaran Studens Teams-Achievment Division (STAD) Semarang Universitas Negeri Semarang
Mungin Eddy Wibowo dkk 2008 Panduan Penulisan Karya Ilmiah Semarang Universitas Negeri Semarang
Nana Sudjana 2005 Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar Bandung Sinar Baru Algensindo
Poerwadarminta W J S 1999 Kamus Umum Bahasa Indonesia Jakarta Balai Pustaka
Rina Apitasari 2005 Penggunaan Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe Studens Teams-Achievment Division (STAD) dalam Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Kimia pada Materi Pokok Stoikiometri Siswa Kelas X-6 Semester 1 SMA Negeri 13 Semarang Tahun Pelajaran 20042005 Semarang Universitas Negeri Semarang
Renita Tri Parwati 2006 Peningkatkan Hasil Belajar Kimia Siswa Kelas X dengan Menggunakan kombinasi Metode Studens Teams-Achievment Division (STAD) dan Structure Exercise Methode di SMA N 16 Semarang Semarang Universitas Negeri Semarang
Saptorini 2004 Strategi Belajar Mengajar Semarang Unnes Soeprodjo 1997 Metode Statistik Semarang Jurusan Kimia FPMIPA IKIP
Semarang
30
22 Permainan Sebagai Media Belajar
Permainan merupakan kontes antar pemain yang berinteraksi satu
sama lain dengan mengikuti aturan-aturan tertentu untuk mencapai tujuan
tertentu Komponen utama yang terdapat dalam sebuah permainan yaitu
pemain lingkungan tempat berinteraksi aturan permainan dan tujuan yang
ingin dicapai
Permainan dapat digunakan sebagai media belajar siswa Tujuan
digunakannya permainan sebagai media yaitu untuk membantu siswa dalam
belajar secara mandiri dan menciptakan suasana yang rekretatif bagi siswa
sehingga belajar terasa lebih menarik Kelebihan permainan sebagai media
belajar antara lain
1 permainan merupakan kegiatan yang bersifat menyenangkan dan
menghibur sehingga siswa tertarik untuk belajar sambil bermain
2 siswa berpartisipasi untuk belajar
3 siswa mendapatkan umpan balik
4 permainan dapat menyesuaikan kondisi siswa
5 permainan dapat dilakukan di luar kelas
6 permainan pada umumnya mudah dilakukan
Selain itu permainan sebagai media belajar juga mempunyai
kelemahan yaitu
1 permainan yang bersifat rumit memerlukan banyak waktu untuk
dijelaskan
2 satu permainan tidak dapat diadopsi untuk semua materi
3 kurangnya pemahaman aturan permainan oleh siswa dapat menimbulkan
kericuhan
4 siswa yang tidak menguasai materi dengan baik akan mengalami
kesulitan dalam bermain
Dalam menggunakan permainan sebagai media belajar guru harus
memperhatikan beberapa hal yaitu
1 permainan harus benar-benar mengikat perhatian siswa
2 permainan harus benar-benar menarik dan mudah dilakukan
7
3 siswa harus dapat terlibat secara penuh dalam permainan
Permainan yang baik untuk digunakan sebagai media pembelajaran adalah
permainan yang memenuhi syarat-syarat sebagai berikut
1 alat atau perlengkapan permainan itu mudah ditemukan atau dibuat
mudah disimpan dan tahan lama
2 permainan mempunyai aturan yang jelas dan sederhana
3 permainan dapat dimainkan dalam waktu yang relatif singkat
4 permainan harus berkaitan atau dapat mencapai tujuan pembelajaran
23 Ular Tangga
Menurut situs httpidwikipediaorgwikiUlar_tangga ular tangga
merupakan permainan anak-anak berbentuk papan yang dimainkan oleh dua
orang atau lebih Papan permainan dibagi dalam kotak-kotak kecil sejumlah
tangga atau ular digambar di beberapa kotak yang menghubungkannya
dengan kotak lain Permainan ini diciptakan pada tahun 1870
Gambar 21 Contoh papan permainan ular tangga
8
Tidak ada bentuk standar dari papan permainan ular tangga Setiap
orang dapat menciptakan sendiri papan mereka dengan jumlah kotak ular
dan tangga yang berlainan
Setiap pemain memulai permainan dengan meletakkan bidaknya di
kotak pertama (biasanya kotak di sudut kiri bawah) kemudian secara
bergiliran pemain melemparkan dadu Bidak dijalankan sesuai dengan jumlah
mata dadu yang muncul Jika bidak pemain berhenti di ujung bawah sebuah
tangga bidak tersebut dapat langsung pergi ke ujung tangga yang lain Bila
bidak pemain berhenti di kotak dengan gambar ekor ular mereka harus turun
ke kotak di ujung bawah ular Pemenang adalah pemain pertama yang
bidaknya mencapai kotak terakhir
Biasanya bila seorang pemain mendapatkan angka 6 dari dadu yang
dilempar mereka mendapat giliran sekali lagi untuk melempar dadu Jika
tidak maka giliran jatuh ke pemain selanjutnya
Papan permainan ular tangga dapat dimodifikasi menjadi media
pembelajaran Modifikasi dapat dilakukan dengan cara mengganti peraturan
permainan Pada penelitian sebelumya mengunakan permainan ular tangga
dengan papan permainan tetap terdapat ular ataupun tangga seperti pada
umumnya Namun berbeda pada prosedur kenaikan pada tangga dan
penurunan pada ular Pada ular tangga penelitian tersebut untuk dapat
menaiki tangga maka peserta yang berhenti pada ujung bawah tangga harus
dapat menjawab pertanyaan yang terdapat di balik kartu bertanda T
sedangkan bila peserta berhenti pada ekor ular agar ia dapat bertahan atau
tidak turun ke kepala ular maka ia harus dapat menjawab pertanyaan yang
terdapat di balik kartu bertanda U (Dianto 2008)
Selain bentuk U dan T modifikasi juga dapat dilakukan dengan
mengganti gambar ular dan tangga dengan nomor-nomor bonus yaitu nomor-
nomor tertentu yang disusun acak pada papan ular tangga Apabila bidak
berhenti pada nomo-nomor tersebut pemain harus menjawab pertanyaan
yang disediakan oleh wasit Jika jawaban pemain tersebut salah atau tidak
bisa menjawab pertanyaan maka pertanyaan bisa dilempar ke pemain lain
sampai pertanyaan terjawab dengan benar dan semua pemain paham
9
24 Model Pembelajaran Kooperatif
Beberapa tipe model pembelajaran kooperatif adalah sebagai berikut
241 Permainan Tim (PT)
Penerapan model PT dilakukan dengan cara mengelompokkan
siswa secara heterogen Tiap kelompok mendapatkan tugas yang sama
atau berbeda Setelah tugas diperoleh setiap kelompok bekerja sama
dalam bentuk kerja individual dan diskusi Usahakan dinamikia
kelompok kohesif dan kompak serta tumbuh rasa kompetisi antar
kelompok Suasana diskuisi dibuat nyaman dan menyenangkan sepeti
dalam kondisi permainan (games) yaitu dengan cara guru bersikap
terbuka ramah lembut dan santun Setelah selesai kerja kelompok
sajikan hasil kelompok sehuingga terjadi diskusi kelas
Langkah-langkahnya adalah sebagai berikut
1 Membuat kelompok siswa heterogen yang terdiri dari 4 orang
kemudian memberikan informasi pokok materi dan mekanisme
kegiatan
2 Menyiapkan meja turnamen secukupnya misalnya 10 meja Untuk
tiap meja ditempati 4 siswa yang berkemampuan setara meja I
diisi oleh siswa dengan level tertinggi dari tiap kelompok dan
seterusnya sampai meja ke-X ditempati oleh siswa yang levelnya
paling rendah Penentuan tiap siswa yang duduk pada meja tertentu
adalah hasil kesepakatan kelompok
3 Turnamen dilaksanakan dengan cara setiap siswa mengambil kartu
soal yang telah disediakan pada tiap meja dan mengerjakannya
untuk jangka waktu tertentu (misal 3 menit) Siswa bisa
mengerjakan lebih dari satu soal dan hasilnya diperiksa dan dinilai
sehingga diperoleh skor turnamen untuk tiap individu dan
sekaligus skor kelompok asal Siswa pada tiap meja tunamen
diberikan gelar superior very good good medium sesuai dengan
skor yang diperolehnya
10
4 Pergeseran yaitu pada turnamen kedua ( begitu juga untuk
turnamen ketiga-keempat dst) dilakukan pergeseran tempat duduk
pada meja turnamen sesuai dengan sebutan gelar tadi Siswa
superior dalam kelompok meja turnamen yang sama begitu pula
untuk meja turnamen yang lainnya diisi oleh siswa dengan gelar
yang sama
5 Menghitung skor untuk tiap kelompok asal dan skor individual
serta memberikan penghargaan kelompok dan individual
Kelebihan dari model pembelajaran ini adalah
1 Melatih siswa mengungkap atau menyampaikan gagasannya
2 Melatih siswa untuk menghargai pendapat atau gagasan orang lain
3 Menumbuhkan rasa tanggung jawab sosial
Sedangkan kelemahannya yaitu
1 Kadang hanya beberapa siswa yang aktif dalam kelompok
2 Tempat duduk yang kadang sulit atau kurang mendukung untuk
diatur
3 Memakan banyak waktu
242 Peningkatan Prestasi Tim (PPT)
Seperti yang telah dijelaskan di atas bahwa model
pembelajaran kooperatif tipe PPT merupakan model pembelajaran
kooperatif dengan menggunakan kelompok-kelompok kecil yang
jumlah anggota tiap kelompok 4-5 orang siswa secara heterogen
Kegiatan belajar mengajarnya diawali dengan penyampaian tujuan
pembelajaran penyampaian materi kegiatan kelompok kuis dan
penghargaan kelompok Kegiatan kelompok dalam pembelajaran ini
berupa diskusi bahan belajar seperti LKS atau modul secara kolabratif
kemudian menyajikannya dengan cara presentasi kelompok Selain itu
dibuat skor perkembangan tiap siswa atau kelompok
Menurut Trianto (200754) persiapan-persiapan yang dibutuhkan
dalam pembelajaran kooperatif tipe PPT antara lain
11
1 Perangkat pembelajaran
Perangkat pembelajaran yang dibutuhkan meliputi Rencana
Pembelajaran (RP) Buku Siswa Lembar Kegiatan Siswa (LKS)
beserta lembar jawabannya
2 Membentuk kelompok kooperatif
Dalam menentukan kelompok diusahakan agar kemampuan siswa
dalam satu kelompok heterogen baik berdasarkan prestasi jenis
kelamin suku dan latar belakang sosial Kemampuan antar
kelompok diusahakan homogen Apabila dalam kelas terdiri atas
ras dan latar belakang yang relatif sama maka pembentukan
kelompok bisa didasarkan pada prestasi akademik
3 Menentukan skor awal
Nilai ulangan sebelumnya dalam kelas ini dapat dijadikan sebagai
skor awal Skor ini bisa berubah setelah diadakan kuis Selain itu
hasil tes masing-masing individu yang diadakan setelah
pembelajaran lebih lanjut juga dapat dijadikan sebagai skor awal
4 Pengaturan tempat duduk
Untuk menunjang keberhasilan pembelajaran kooperatif maka
pengaturan tempat duduk diusahakan satu kelompok berdekatan
supaya tidak kacau Tempat duduk sebaiknya tidak berpindah-
pindah
5 Kerja kelompok
Supaya tidak terjadi kekacauan lain maka terlebih dahulu diadakan
latihan kerjasama dalam kelompok Hal ini dilakukan agar masing-
masing individu dalam satu kelompok lebih saling mengenal
Model pembelajaran kooperatif tipe PPT ini merupakan tipe
pembelajaran kooperatif yang cukup sederhana Hal ini karena dalam
pembelajaran PPT ini masih ada penyampaian materi pelajaran yang
cenderung seperti model pembelajaran konvensional Perbedaan tipe
pembelajaran ini dengan metode konvensional terletak pada adanya
pemberian penghargaan pada kelompok
12
Kelebihan dari model pembelajaran ini adalah
1 Seluruh siswa menjadi lebih siap
2 Melatih kerjasama dengan baik
Sedangkan kekurangan dari model pembelajaran ini adalah
1 Anggota kelompok semua mengalami kesulitan dalam
penyesuaian
2 Membedakan siswa
243 Bidak (Bantuan Individual Dalam Kelompok)
Menurut situs httpeducaree-fkipunlanetindexphpoption =
com bantuan Individual dalam Kelompok (Bidak) adalah terjemahan
bebas dari Team Assisted Individually (TAI) yang merupakan model
pembelajaran kooperatif dengan karateristirk tanggung jawab belajar
adalah pada siswa Oleh karena itu siswa harus membangun
pengetahuan sendiri dengan kata lain tidak menerima materi pelajaran
dalam bentuk jadi dari guru Pola komunikasi antara guru dengan
siswa adalah negosiasi dan bukan imposisi-intruksi
Langkah-langkah pembelajaran dengan Bidak adalah sebagai berikut
1 Membuat kelompok secara heterogen dan memberikan bahan ajar
berupa modul
2 Siswa-siswa yang telah dikelompokan belajar dengan dibantu oleh
siswa pandai dari anggota kelompok secara individual saling tukar
jawaban dan saling berbagi sehingga terjadi diskusi dalam
kelompok
3 Melaksanakan refleksi dan tes formatif
4 Memberikan penghargaan terhadap kelompok
Model pembelajaran ini memang mengajak siswa untuk
mengkontstruksi pengetahuannya sendiri Namun Bidak sulit
diterapkan pada kelas yang siswanya sama sekali belum pernah
melaksanakan pembelajaran kooperatif
13
244 Jigsaw (Tim Ahli)
Langkah-langkah pada pembelajaran Jigsaw adalah sebagai berikut
1 Membagi para siswa kedalam beberapa kelompok secara heterogen
yang tiap kelompok beranggotakan 5-6 orang
2 Memberikan materi pelajaran kepada siswa dalam bentuk teks
yang telah dibagi-bagi menjadi beberapa sub pokok bahasan
3 Setiap anggota kelompok membaca sub pokok bahasan yang
ditugaskan dan bertanggungjawab untuk mempelajarinya
4 Anggota dari kelompok lain yang mempelajari sub pokok bahasan
yang sama berdiskusi dalam tim ahli
5 Setiap anggota tim ahli kembali ke kelompoknya mengajar teman-
temannya setelah selesai berdiskusi
6 Pada saat bertemu dengan kelompok asal dan berdiskusi para
siswa mendapat tagihan berupa kuis individu (Trianto 2007 57)
Kelebihan dan kekurangan dari model pembelajaran ini hampir
sama dengan model kooperatif tipe PPT Selain itu model
pembelajaran ini lebih rumit karena diskusi tidak hanya dilaksanakan
dalam kelompok tetapi juga dilakukan oleh tim ahli dari masing-
masing kelompok Hal ini membutuhkan banyak waktu
245 Berpikir Berpasangan
Berpikir berpasangan atau Think Pairs Share (TPS) merupakan
tipe pembelajaran kooperatif yang dirancang agar siswa mempunyai
lebih banyak waktu untuk berfikir merespon dan saling membantu
Langkah-langkah yang perlu dilakukan adalah sebagai berikut
1 Berpikir
Suatu pertanyaan atau masalah diajukan oleh guru kepada siswa
Dalam beberapa menit siswa diberi waktu untuk berpikir sendiri
menemukan jawaban atau jalan keluar dari permasalahan yang
diajukan
2 Berpasangan
Guru meminta siswa berpasangan untuk mendiskusikan jawaban
yang diperoleh melalui metode berpikir
14
3 Berbagi
Guru meminta pasangan-pasangan tersebut menyampaikan apa
yang telah mereka diskusikan kepada seluruh kelas dengan cara
presentasi (Trianto 2007 62)
Model pembelajaran ini baik untuk melatih kemapuan berpikir kritis
siswa dalam diskusi Tetapi perlu diperhatikan pasangan sebaiknya
tidak selalu sama Dalam kelas besar presentasi belum tentu bisa
disampaikan oleh semua pasangan karena terbatasnya waktu
246 Investigasi Kelompok
Langkah-langkah pembelajaran Investigasi Kelompok adalah
1 Membuat kelompok heterogen yang terdiri atas 5-6 siswa dengan
orientasi tugas
2 Merencanakan pelaksanaan investigasi Tiap kelompok
menginvestigasi proyek tertentu (bisa di luar kelas misalnya
mengukur tinggi pohon mendata banyak dan jenis kendaraan di
dalam sekolah jenis dagangan dan keuntungan di kantin sekolah
banyak guru dan staf sekolah)
3 Mengolah data penyajian data hasil investigasi presentasi kuis
individual
4 Membuat skor perkembangan siswa umumkan hasil kuis dan
berikan reward httplearning-with-meblogspotcom200609
pembelajaranhtml
Investigasi kelompok merupakan model pembelajaran kooperatif
paling rumit dan sulit untuk dilaksanakan Tetapi bisa dilaksanakan
untuk kelas yang jumlah siswanya tidak terlalu banyak ataupun sedikit
dan mempunyai jam pelajaran lebih
247 Kepala Bernomor
Langkah-langkah dalam pembelajaran Kepala Bernomor adalah
sebagai berikut
1 Membuat kelompok heterogen dan tiap siswa memiliki nomor
tertentu
15
2 Memberikan persoalan materi bahan ajar (untuk tiap kelompok
sama tapi untuk tiap siswa tidak sama sesuai dengan nomor siswa
tiap siswa dengan nomor sama mendapat tugas yang sama)
3 Bekerja kelompok dan presentasi kelompok dengan nomor siswa
yang sama sesuai tugas masing-masing sehingga terjadi diskusi
kelas
4 Kuis individual membuat skor perkembangan tiap siswa serta
mengumumkan hasil kuis dan pemberian reward
Kelebihan dari model pembelajaran ini adalah
1 Setiap siswa menjadi siap semua
2 Dapat melakukan diskusi dengan sungguh-sungguh
3 Siswa yang pandai dapat mengajari siswa yang kurang pandai
Sedangkan kelemahannya yaitu
4 Kemungkinan nomor yang dipanggil dipanggil lagi oleh guru
5 Tidak semua anggota kelompok dipanggil oleh guru
Dari beberapa model pembelajara kooperatif tersebut yang paling
mudah untuk dikombinasikan dengan media ular tangga adalah model
pembelajaran kooperatif yang paling sederhana dan tidak terlalu rumit dalam
pelaksanaannya yaitu model pembelajaran kooperatif tipe PPT
Dalam pelaksanaannya siswa dibagi dalam beberapa kelompok yang
beranggotakan 4-5 orang siswa yang merupakan campuran menurut tingkat
prestasi jenis kelamin dan suku Guru menyampaikan materi pelajaran
kemudian siswa bekerja dalam kelompok mereka memastikan bahwa seluruh
anggota kelompok telah menguasai materi pelajaran yang disampaikan
Permainan ular tangga disisipkan setiap akhir pertemuan sebagai penguatan
belajar
Gambar ular dan tangga dalam papan permainan diganti dengan
nomor-nomor bonus yaitu nomor-nomor tertentu yang disusun acak pada
papan ular tangga Apabila bidak berhenti pada nomo-nomor tersebut
pemain harus menjawab pertanyaan yang disediakan oleh wasit Jika jawaban
pemain tersebut salah atau tidak bisa menjawab pertanyaan maka pertanyaan
16
bisa dilempar ke pemain lain sampai pertanyaan terjawab dengan benar dan
semua pemain paham
25 Hasil Belajar
Menurut Chatarina (20044) hasil belajar merupakan perubahan
perilaku yang diperoleh pembelajar setelah mengalami aktivitas
belajarPerubahan tingkah laku dikatakan sebagai hasil belajar apabila
1 Hasil belajar sebagai pencapaian tujuan menekankan pentingnya tujuan
mengajar
Ketegasan dalam menetapkan tujuan akan memberikan arah yang jelas
pada pelaksanaan kegiatan pembelajaran Tujuan pembelajaran merupakan
rumusan pertanyaan mengenai kemampuan atau tingkah laku yang
diharapkan dikuasai oleh siswa setelah mengikuti pelajaran Tingkat
pencapaian tujuan menunjukkan kualitas pembelajaran
2 Hasil belajar merupakan proses kegiatan belajar yang disadari
Siswa yang termotivasi akan menunjukkan belajar dengan penuh
kesadaran kesungguhan tidak ada paksaan untuk memperoleh tingkat
penguasaan pengetahuan Di samping itu motivasi sangat berpengaruh
terhadap pengetahuan dan konsentrasi siswa pada pelajaran
3 Hasil belajar sebagai proses latihan
Latihan-latihan adalah suatu pengulangan atau tindakan sebagai respon
terhadap rangsangan dari luar dalam rangka memperoleh kemampuan
baru untuk bertindak Latihan merupakan proses belajar yang disadari oleh
pelakunya
4 Hasil belajar merupakan tindak-tanduk yang berfungsi dalam kurun waktu
tertentu atau hasil belajar harus bersifat permanent Selain itu hasil belajar
memberikan informasi mengenai tingkat penguasaan pelajaran yang
diberikan selama proses pembelajaran yang dilangsungkan dengan
menggunakan alat ukur berupa tes dalam suatu proses evaluasi
17
26 Reaksi Oksidasi - Reduksi
Perubahan kimia yang terjadi di sekitar kita beragam jenisnya seperti
pembusukan fermentasi reaksi penggaraman atau penetralan reaksi
hidrolisis reaksi pembakaran oksidasi atau reaksi reduksiReaksi redoks
yaitu reaksi reduksi dan oksidasi bilangan oksidasi oksidator reduktor dan
reaksi autoredoks
261 Definisi Reaksi Oksidasi dan Reduksi
Di sekitar kita sering dijumpai peristiwa kimiawi seperti logam
berkarat pembuatan besi dari bijih besi penyepuhan logam terjadinya
arus listrik pada aki atau baterai buah masak buah busuk mercon
meledak kembang api dibakar dan lain sebagainya Perkaratan pada
logam pembakaran pembusukan oleh mikroba fotosintesis pada
tumbuhan dan metabolism di dalam tubuh merupakan sebagian
contoh-contoh reaksi oksidasi dan reduksi
262 Konsep Redoks Berdasarkan Pengikatan Dan Pelepasan
Oksigen
Konsep reaksi oksidasi dan reduksi mengalami perkembangan
dari masa ke masa sesuai cakupan konsep yang dijelaskan Pada
mulanya konsep reaksi oksidasi dan reduksi ditinjau dari
penggabungan dan pelepasan oksigen
Reaksi oksidasi didefinisikan sebagai reaksi pengikatan suatu zat
dengan oksigen Sebaliknya reaksi pelepasan oksigen oleh suatu zat
disebut reaksi reduksi Contoh reaksi oksidasi
1 C(s) + O2(g) rarr CO2(g)
2 4 Fe(s) + 3 O2(g) rarr 2 Fe2O3(s)
3 Cu(s) + O2(g) rarr CuO(s)
4 S(s) + O2(g) rarr SO2(g)
5 SO2(g) + O2(g) rarr SO3(g)
Pada reaksi di atas C mengikat O2 membentuk CO2 Demikian juga Fe
Cu S dan SO2 berturut-turut menjadi Fe2O3 CuO SO2 dan SO3
18
setelah mengikat oksigen Jadi C Fe Cu S dan SO2 telah mengalami
reaksi oksidasi
Contoh reaksi reduksi
1 2 SO3(g) rarr 2 SO2(g) + O2(g)
2 2 KClO3(s) rarr 2 KCl(s) + 3 O2(g)
3 2 KNO3(aq) rarr 2 KNO2(aq) + O2(g)
Perhatikan reaksi di atas SO3 melepaskan oksigen membentuk SO2
demikian juga KClO3 dan KNO3 masingmasing melepaskan oksigen
menjadi KCl dan KNO2 Jadi SO3 KClO3 dan KNO3 mengalami
reaksi reduksi Pada reaksi termit menghasilkan besi cair yang sering
digunakan untuk mengelas benda-benda dari besi reaksinya adalah
2 Al(s) + Fe2O3(s) rarr 2 Fe(l) + Al2O3(s)
Al mengikat oksigen membentuk Al2O3 berarti Al mengalami
oksidasi Fe2O3 melepaskan oksigen membentuk Fe Jadi Fe2O3
mengalami reduksi Pada reaksi termit tersebut oksidasi dan reduksi
terjadi bersamaan reaksi seperti ini disebut reaksi redoks
263 Konsep Redoks Berdasarkan Pengikatan Dan Pelepasan Elektron
Pada reaksi Na(s) + S(s) rarr Na2S(s) tidak melibatkan gas
oksigen maka konsep redoks berdasarkan pengikatan dan pelepasan
oksigen tidak dapat digunakan Konsep redoks berkembang bukan lagi
pengikatan dan pelepasan oksigen tetapi pengikatan dan pelepasan
elektron Reaksi oksidasi adalah reaksi pelepasan elektron
Contohnya pada pembentukan ion Na+
Na(s) rarr Na+ (aq) + e ndash
Sebaliknya reaksi pengikatan elektron disebut reaksi reduksi
Contohnya pada pembentukan ion S2-
S (s) + 2e ndash rarrS2- (aq)
Reaksi redoks adalah reaksi yang terjadi di mana reaksi oksidasi dan
reduksi terjadi bersama-sama 2Na(s) + S(s) rarr Na2S(s)
Reaksi di atas dapat ditulis menjadi 2 tahap yaitu
Reaksi oksidasi 2Na(s) rarr Na+(aq) + 2 endash
Reaksi reduksi S (s) + 2 endash rarr S 2- (aq)
19
Reaksi redoks 2Na(s) + S(s) rarr Na2S(s)
Pada reaksi di atas Na mengalami reaksi oksidasi dan
menyebabkan S tereduksi Zat seperti Na ini disebut reduktor
Sedangkan S disebut oksidator karena menyebabkan Na teroksidasi
dan dia sendiri mengalami reaksi reduksi
264 Konsep Redoks Berdasarkan Perubahan (Kenaikkan Dan
Penurunan) Bilangan Oksidasi
Sebelum mempelajari konsep reaksi redoks berdasarkan
kenaikan dan penurunan bilangan oksidasi ada baiknya kamu belajar
tentang bilangan oksidasi terlebih dahulu Bilangan oksidasi (bilok)
adalah jumlah muatan yang dimiliki atom suatu unsure jika bergabung
dengan atom unsur lain Aturan biloks antara lain
1 Unsur bebas mempunyai bilok 0 (nol) yang termasuk unsur bebas
unsur diatomik (H2 N2 O2 F2 Cl2 Br2 I2) unsur poliatomik (O3
P4 S8) Selain unsur tersebut adalah unsur monoatomik (Na K
Mg C dan lain-lain)
Contoh
a H dalam H2
b O dalam O2 dan O3
c F dalam F2
d Na dalam Na
2 Unsur H umumnya mempunyai biloks (+1) kecuali pada senyawa
hidrida mempunyai biloks (ndash1) Senyawa hidrida adalah senyawa
yang terbentuk jika logam bergabung dengan atom H (Contoh
NaH KH CaH2)
Contoh H dalam H2O NH3 HCl
3 Unsur O umumnya mempunyai biloks (ndash2) kecuali
a Pada senyawa peroksida contohnya Na2O2 H2O2 BaO2
mempunyai bilok (ndash1)
b Senyawa F2O mempunyai bilok (+2)
20
c Senyawa superoksida (contohnya KO2) mempunyai biloks (ndash12
)
Contoh O dalam H2O Na2O Fe2O3 MgO
4 Unsur logam dalam senyawa umumnya mempunyai biloks positif
Contoh
a Golongan IA (Li Na K Rb dan Cs) mempunyai biloks (+1)
b Golongan IIA ( Be Mg Ca Sr dan Ba) mempunyai bilok
(+2)
c Al3+ Ag+ Zn2+ Pb2+ Pb3+ Fe2+ dan Fe3+
5 Unsur nonlogam umumnya mempunyai bilok negatif
Contoh
a Golongan VIIA (F Cl Br I) mempunyai bilok (ndash1)
b Golongan VIA (O S Se Te) mempunyai bilok (ndash2)
6 Jumlah bilok unsur-unsur dalam ion sama dengan jumlah
muatannya
Contoh
Bilok S dalam SO42-
Bilok O = ndash2
Jumlah bilok = (1 times bilok S + 4 times bilok O)
ndash2 = (1 times bilok S + 4 times (ndash2))
ndash2 = bilok S + (ndash8)
Bilok S = +6
7 Jumlah bilok unsur-unsur dalam senyawa sama dengan 0 (nol)
Contoh H2S
Jumlah bilok = ((2 times bilok H) + (1 times bilok S))
0 = ((2 times (+1)) + (1 times bilok S))
0 = (+2) + bilok S
Bilok S = (ndash2)
Reaksi oksidasi adalah reaksi kenaikkan bilok Sedangkan reaksi
reduksi adalah reaksi penurunan bilok
21
Contoh
1 Zn(s) + 2HCl(aq) 1048687 ZnCl2(aq) + H2(g)
Bilok Zn (unsur bebas) = 0
Bilok Zn dalam ZnCl2 = +2
Berarti Zn mengalami kenaikkan bilok maka Zn mengalami reaksi
oksidasi
Bilok H dalam HCl = +1
Bilok H dalam H2 (unsur bebas) = 0
Jadi H mengalami penurunan bilok maka H mengalami reaksi
reduksi
2 Reaksi pemakaian baterai Zn + 2NH4Cl rarr ZnCl2 + 2NH3 + H2
Bilok Zn (unsur bebas) = 0
Bilok Zn pada ZnCl2 = +2
Berarti Zn mengalami kenaikkan bilok maka Zn mengalami
reaksi oksidasi
Bilok H pada NH4Cl = +1
Bilok H pada H2 (unsur bebas = 0
Berarti H mengalami penurunan bilok maka H mengalami reaksi
reduksi
3 Reaksi pelapisan logam Cu + 2AgNO3 rarr Cu(NO3)2 + 2Ag
Bilok Cu (unsur bebas) = 0
Bilok Cu pada Cu(NO3)2 = +2
Berarti Cu mengalami kenaikkan bilok maka Cu mengalami reaksi
oksidasi
Bilok Ag pada AgNO3 = +1
Bilok Ag (unsur bebas) = 0
Berarti Ag mengalami penurunan bilok maka Ag mengalami
reaksi reduksi Pada reaksi di atas terjadi kenaikkan bilok (reaksi
22
oksidasi) dan penurunan bilok (reaksi reduksi) secara
bersamasama maka disebut reaksi redoks Jika suatu zat
mengalami reaksi oksidasi sekaligus reduksi maka reaksi ini
disebut autoredoks (disproporsionasi)
BAB III
PEMBAHASAN
Dalam penelitian ini peneliti ingin mengetahui apakah penggunaan
media ular tangga yang dikombinasikan dengan model pembelajaran
kooperatif tipe PPT dapat meningkatkan hasil belajar siswa Dalam penelitian
tersebut digunakan populasi siswa kelas X SMA Kristen 1 Kupang sebanyak
109 orang yang terbagi dalam 3 kelas Dengan data nilai mid semester
digunakan 49 uji normalitas dan homogenitas Dari hasil perhitungan
diketahui bahwa populasi mempunyai homogenitas yang sama Dan seluruh
populasi dalam kelas berdistribusi normal Kemudian peneliti mengambil
secara acak dari populasi sebagai sampel Diperoleh kelas X E sebagai
kelompok eksperimen dengan media ular tangga yang dikombinasikan
dengan model pembelajaran kooperatif tipe PPT dan X D sebagai kelompok
kontrol dengan menggunakan metode konvensional Peneliti memilih atau
mengambil pokok bahasan reaksi oksidasi-reduksi karena di dalam pokok
bahasan ini terdapat konsep-konsep dan perhitungan kimia Penelitian
dilaksanakan dalam waktu kurang lebih 1 bulan Kelas eksperimen diberikan
pengajaran dengan media ular tangga yang dikombinasikan dengan model
pembelajaran kooperatif tipe PPT Dalam metode ini peneliti membagi 37
siswa menjadi 8 kelompok yakni 5 kelompok yang terdiri dari lima orang dan
3 kelompok yang terdiri dari empat orang Pembagian kelompok dilakukan
berdasarkan nilai mid semester jenis kelamin dan latar belakang sosial yang
di konsultasikan dengan guru Hal ini dilakukan agar dihasilkan siswa yang
kemampuannya heterogen dalam satu kelompok dan antar kelompok
memiliki kemampuan yang homogen
23
Kegiatan pelaksanan pembelajaran dilakukan 8 kali pertemuan
dengan pertemuan pertama untuk pretest dan pertemuan terakhir untuk
posttest Dalam setiap pertemuan tempat duduk siswa diatur sedemikian rupa
sehingga siswa yang satu kelompok berdekatan Dalam pembelajaran peneliti
menjelaskan hal-hal pokok dan memberi contoh-contoh perhitungan serta
latihan kepada siswa 50 Kemudian dilanjutkan dengan diskusi antar
kelompok tentang materi yang sudah diajarkan Sebagai penguatan sisa jam
pelajaran digunakan untuk bermain ular tangga
Sebelum penelitian dilakukan peneliti menyadari akan timbul kendala dalam
hal kerja kelompok karena siswa belum terbiasa untuk bekerja secara
kooperatif dalam kelompok Untuk itu peneliti memberikan tugas kelompok
awal setelah pelaksanaan pretest sebelum pertemuan pembelajaran pertama
dan menjelaskan kepada siswa akan pentingnya kerjasama dalam kelompok
Kemudian pada kegiatan awal dalam pertemuan pertama pembelajaran guru
menanyai siswa secara acak Hal ini dilakukan untuk melatih tanggung jawab
siswa terhadap tugas kelompoknya Selain itu sebelumnya peneliti
mengadakan pertemuan dengan wasit tiap kelompok di luar jam pelajaran
untuk membahas bagaimana tata cara permainan ular tangga Awalnya
peneliti merencanakan bahwa wasit untuk tiap kelompok bergantian tapi
kemudian diperoleh kesepakatan bahwa wasit untuk tiap kelompok tetap
Penilaian terhadap wasit dilakukan oleh guru (peneliti)
Dari 8 kali pertemuan permainan ular tangga dilakukan sebanyak 4
kali yaitu pada pertemuan kedua ketiga kelima dan ketujuh Dalam
permainan ular tangga ini siswa bermain dalam kelompok masing-masing
dengan wasit yang berasal dari kelompok lain Papan ular tangga
dimodifikasi dengan mengganti gambar ular dan tangga dengan nomor-
nomor bonus yaitu nomor-nomor tertentu yang disusun acak pada papan ular
tangga Apabila bidak berhenti pada nomor-nomor tersebut pemain harus
menjawab pertanyaan yang disediakan oleh wasit Jika jawaban benar pemain
mendapatkan skor 10 Jika jawaban pemain tersebut salah atau tidak bisa
menjawab pertanyaan maka pertanyaan bisa dilempar ke pemain lain sampai
pertanyaan terjawab dengan benar dan semua pemain paham Siapapun yang
24
dapat menjawab pertanyaan wasit dengan benar akan mendapat skor 10 untuk
tiap soalnya Apabila tidak ada yang bisa menjawab dengan benar maka
wasitlah yang harus menjelaskan jawaban sampai semua paham Jadi wasit
sebelumnya sudah mendapatkan soal sekaligus kunci jawaban singkat Bila
wasit tidak mampu menjelaskan jawaban maka wasit boleh bertanya
langsung pada guru (peneliti)
Untuk pertemuan keenam kegiatan pembelajaran diisi dengan
presentasi masing-masing kelompok dengan tugas kelompok yang diberikan
pada pertemuan sebelumnya Akan tetapi pelaksanaanya tidak sesuai seperti
yang direncanakan karena waktu yang terbatas Jadi presentasi hanya bisa
dilakukan di tempat duduk masing-masing kelompok yang dilanjutkan
dengan diskusi antar kelompok Di dalam pembelajaran siswa diarahkan
untuk bersifat aktif dalam pembelajaran
Pertemuan terakhir yaitu pertemuan ke-8 digunakan untuk evaluasi
Dari hasil evaluasi didapatkan data hasil belajar kognitif siswa kelompok
eksperimen dan kontrol yang selanjutnya digunakan dalam analisis data
Siswa yang diajar dengan model pembelajaran PPT mempunyai hasil
belajar yang lebih baik hal ini dikarenakan dalam pembelajarannya siswa
dituntut untuk selalu bekerja sama dalam tim atau kelompoknya untuk
meningkatkan prestasi timnya dengan cara meningkatkan pemahaman dan
prestasi setiap individu dalam kelompok Selain itu siswa diberi penguatan
dengan permainan media ular tangga yang memancing diskusi dan keaktifan
siswa Siswa juga diberitahukan perkembangan skor tiap kelompok dan
individu Kemudian penghargaan diberikan kepada kelompok terbaik dan
individu terbaik Hal ini dilakukan untuk memotivasi siswa dalam belajar
baik baik dalam proses pembelajaran di kelas maupun di luar kelas
Peneliti berusaha melakukan prosedur dengan benar dan maksimal
namun hasil yang didapatkan masih belum memuaskan dan kelemahan-
kelemahan penelitian sebelumnya belum sepenuhnya teratasi Beberapa
kendala yang dihadapi dalam penelitian ini antara lain penentuan sampel
secara cluster random didapatkan kelas X E sebagai kelas eksperimen dan X
D sebagai kelas kontrol Menurut guru pembimbing kondisi kedua kelas
25
secara umum baik namun ketika peneliti melakukan penelitian ternyata kelas
kontrol lebih tertib sehingga pembelajaran dapat berlangsung tanpa hambatan
berarti Namun kelas eksperimen berbeda kelas ini lebih ramai sehingga
banyak menit yang terbuang sia-sia Hal ini juga yang menyebabkan peneliti
kesulitan untuk mengadakan pembelajaran presentasi kelompok Peneliti
sudah mencoba berkonsultasi dengan guru pembimbing namun hasilnya
belum maksimal hingga penelitian usai Permainan ular tangga dari peneliti
juga masih perlu dikembangkan lagi dengan bentuk yang lebih menarik serta
soal yang lebih berbobot dan memancing diskusi Selain itu peneliti
menyadari bahwa instrumen yang dikembangkan belum sempurna sehingga
belum dapat membedakan dengan baik antara kelas eksperimen yang diajar
dengan media ular tangga yang dikombinasikan dengan model pembelajaran
PPT dengan kelas kontrol yang tidak menggunakan media ular tangga yang
dikombinasikan dengan model pembelajaran PPT
Dari beberapa penelitian sebelumnya yang peneliti temukan
kebanyakan metode STAD tidak divariasi kalaupun divariasi belum
menggunakan permainan sebagai media belajar tapi dengan model atau
metode pembelajaran lain Tujuan digunakannya permainan sebagai media
belajar adalah untuk membantu siswa belajar secara mandiri dan
menciptakan suasana yang rekreatif sehingga siswa merasa tertarik untuk
mengikuti pembelajaran Selain itu fungsi media ular tangga yang peneliti
gunakan dalam penelitian ini adalah sebagai penguatan belajar yang
berbentuk permainan Penelitian tentang media permainan ular tangga
sebelumnya masih mempunyai kelemahan dalam aturan permainan yang
belum memancing diskusi dan dalam waktu pelaksanaannya Dalam
penelitian ini peneliti berusaha membuat aturan permainan agar siswa tidak
hanya bermain tapi juga belajar bersama dalam memecahkan soal Dalam hal
waktu pelaksanaan permainan hanya dilakukan 4 kali dengan pertimbangan
agar siswa tidak bosan
W S Winkel dalam Catharina (2004 12) menerangkan bahwa
belajar pada manusia dirumuskan sebagai suatu aktivitas mentalpsikis yang
berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan
26
perubahan-perubahan dalam pengetahuan pemahaman ketrampilan dan
nilai sikap Perubahan itu bersifat secara relatif konstan dan berbekas Dalam
penelitian ini media ular tangga digunakan untuk meningkatkan pengetahuan
dan pemahaman siswa pada pokok bahasan reaksi oksidasi-reduksi
Sedangkan model pembelajaran PPT melatih siswa bagaimana bekerja sama
dalam tim atau kelompok dan memahami makna serta pentingnya melakukan
sesuatu secara bersama untuk mencapai tujuan bersama Setiap siswa dalam
tim mempunyai tanggung jawab yang sama untuk meningkatkan prestasi
timnya dengan cara saling berbagi baik itu sebuah pengetahuan atau sebuah
ketidaktahuan Dari hal tersebut diharapkan siswa dapat mengalami
perubahan dalam perilaku dan sikapnya Dalam penelitian ini peneliti tidak
mengadakan pembelajaran praktikum untuk melatih ketrampilan atau aspek
psikomotorik siswa Hal ini dikarenakan keterbatasan waktu dan persiapan
peneliti Menurut Chatarina (20044) hasil belajar merupakan perubahan
perilaku yang diperoleh pembelajar setelah mengalami aktivitas
belajarPerubahan tingkah laku dikatakan sebagai hasil belajar apabila
1 Hasil belajar sebagai pencapaian tujuan menekankan pentingnya tujuan
mengajar
Ketegasan dalam menetapkan tujuan akan memberikan arah yang jelas
pada pelaksanaan kegiatan pembelajaran Dalam hal ini sebelum
penelitian peneliti menyusun perangkat pembelajaran berupa RPP alat
evaluasi serta mempersiapkan media yang akan digunakan dalam
pembelajaran
2 Hasil belajar merupakan proses kegiatan belajar yang disadari
Dalam proses pembelajaran peneliti memberikan motivasi kepada siswa
ataupun kelompok diantaranya dengan memberikan penghargaan kepada
siswa atau kelompok yang berprestasi
3 Hasil belajar sebagai proses latihan
Proses latihan dan pengulangan dalam penelitian ini dilakukan dengan
media ular tangga
4 Hasil belajar merupakan tindak-tanduk yang berfungsi dalam kurun
waktu tertentu atau hasil belajar harus bersifat permanent Selain itu
27
hasil belajar memberikan informasi mengenai tingkat penguasaan
pelajaran yang diberikan selama proses pembelajaran yang
dilangsungkan dengan menggunakan alat ukur berupa tes dalam suatu
proses evaluasi Dalam hal ini di akhir pembelajaran peneliti
mengadakan evaluasi hasil belajar dengan instrument tes yang
sebelumnya telah diuji keampuhannya Walaupun dalam kurikulum
KTSP terdapat tiga ranah yang diukur yaitu ranah kognitif afektif dan
psikomotorik tujuan pembelajaran pada pokok bahasan lebih
menekankan ranah kognitif Hal ini dapat dilihat dari standar
kompetensi kompetensi dasar hingga indikator pada pokok bahasan
tersebut Selain itu media ular tangga dibuat untuk meningkatkan hasil
belajar siswa pada ranah kognitif karena yang terdapat dalam media
tersebut adalah soal-soal yang berfungsi sebagai penguatan siswa setelah
proses pembelajaran Walaupun demikian peneliti tidak ingin melupakan
ranah afektif dan psikomotorik begitu saja maka media ular tangga
dikombinasikan dengan model pembelajaran kooperatif tipe PPT yang
mengasah sikap dan ketrampilan siswa Hal tersebut yang menjadi
alasan mengapa yang dikaji dalam skripsi ini hanya aspek kognitif saja
28
BAB IV
PENUTUP
41 Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan diatas dapat disimpulkan
bahwa
1 Media ular tangga yang dikombinasikan dengan model pembelajaran
kooperatif tipe PPT meningkatkan hasil belajar kognitif siswa yang
diajar pokok bahasan reaksi oksidasi-reduksi Hal ini berdasarkan hasil
uji tanda Wilcoxon untuk nilai posttest mempunyai jumlah rank positif
yang lebih besar (221) dari rank negatifnya (104)
2 Siswa dapat mencapai ketuntasan belajar untuk pokok bahasan reaksi
oksidasi reduksi dengan media ular tangga yang dikombinasikan dengan
model pembelajaran kooperatif tipe PPT Hal ini berdasarkan rata-rata
hasil posttest kedua kelas lebih dari 65 yaitu rata-rata untuk kelas
eksperimen 718 dan untuk kelas control 662
42 Saran
Saran yang dapat diberikan terkait penelitian ini yaitu
1 Sebelum melakukan penelitian perlu dicermati dengan teliti populasi
yang akan diteliti sehingga sampel benar-benar homogen bukan hanya
dari sisi akademik tetapi juga sisi-sisi lain seperti kondisi kelas
2 Ular tangga perlu dikembangkan lagi baik dari bentuk aturan permainan
maupun soal-soalnya
3 Guru hendaknya lebih kreatif dalam menyampaikan pelajaran sehingga
dengan kondisi kelas seperti apapun pembelajaran dapat berlangsung
secara efektif
4 Sebaiknya dalam mengajar terdapat guru pendamping sehingga guru
tidak kewalahan dalam mengawasi permainan
5 Sebaiknya permainan ular tang dilakukan di luar jam pelajaran
6 Hasil penelitian hanya bisa digunakan untuk sekolah tertentu yang
mempunyai kelas kecil
29
DAFTAR PUSTAKA
Anni CT 2004 Psikologi Belajar Semarang UNNES
Suharsimi Arikunto 2002a Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan Jakarta Bumi Aksara
Bahri S dan AZ 2002 Strategi Belajar Mengajar Jakarta Erlangga
Dianto 2008 Pengaruh Penggunaan Ular Tangga Redoks sebagai Media Chemo-Edutainment Bervisi Sets terhadap Hasil Belajar Siswa SMA Kelas X Semester II Tahun 20072008 Semarang Universitas Negeri Semarang
httpidwikipediaorgwikiUlar_tangga
httplearning-with-meblogspotcom200609 pembelajaranhtml
Lismiyati 2006 Meningkatkan Hasil Belajar Kimia Siswa Kelas XI Semester 2 SMA N 2 Demak dengan Memberikan Umpan Balik Kuis dalam Model Pembelajaran Studens Teams-Achievment Division (STAD) Semarang Universitas Negeri Semarang
Mungin Eddy Wibowo dkk 2008 Panduan Penulisan Karya Ilmiah Semarang Universitas Negeri Semarang
Nana Sudjana 2005 Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar Bandung Sinar Baru Algensindo
Poerwadarminta W J S 1999 Kamus Umum Bahasa Indonesia Jakarta Balai Pustaka
Rina Apitasari 2005 Penggunaan Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe Studens Teams-Achievment Division (STAD) dalam Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Kimia pada Materi Pokok Stoikiometri Siswa Kelas X-6 Semester 1 SMA Negeri 13 Semarang Tahun Pelajaran 20042005 Semarang Universitas Negeri Semarang
Renita Tri Parwati 2006 Peningkatkan Hasil Belajar Kimia Siswa Kelas X dengan Menggunakan kombinasi Metode Studens Teams-Achievment Division (STAD) dan Structure Exercise Methode di SMA N 16 Semarang Semarang Universitas Negeri Semarang
Saptorini 2004 Strategi Belajar Mengajar Semarang Unnes Soeprodjo 1997 Metode Statistik Semarang Jurusan Kimia FPMIPA IKIP
Semarang
30
3 siswa harus dapat terlibat secara penuh dalam permainan
Permainan yang baik untuk digunakan sebagai media pembelajaran adalah
permainan yang memenuhi syarat-syarat sebagai berikut
1 alat atau perlengkapan permainan itu mudah ditemukan atau dibuat
mudah disimpan dan tahan lama
2 permainan mempunyai aturan yang jelas dan sederhana
3 permainan dapat dimainkan dalam waktu yang relatif singkat
4 permainan harus berkaitan atau dapat mencapai tujuan pembelajaran
23 Ular Tangga
Menurut situs httpidwikipediaorgwikiUlar_tangga ular tangga
merupakan permainan anak-anak berbentuk papan yang dimainkan oleh dua
orang atau lebih Papan permainan dibagi dalam kotak-kotak kecil sejumlah
tangga atau ular digambar di beberapa kotak yang menghubungkannya
dengan kotak lain Permainan ini diciptakan pada tahun 1870
Gambar 21 Contoh papan permainan ular tangga
8
Tidak ada bentuk standar dari papan permainan ular tangga Setiap
orang dapat menciptakan sendiri papan mereka dengan jumlah kotak ular
dan tangga yang berlainan
Setiap pemain memulai permainan dengan meletakkan bidaknya di
kotak pertama (biasanya kotak di sudut kiri bawah) kemudian secara
bergiliran pemain melemparkan dadu Bidak dijalankan sesuai dengan jumlah
mata dadu yang muncul Jika bidak pemain berhenti di ujung bawah sebuah
tangga bidak tersebut dapat langsung pergi ke ujung tangga yang lain Bila
bidak pemain berhenti di kotak dengan gambar ekor ular mereka harus turun
ke kotak di ujung bawah ular Pemenang adalah pemain pertama yang
bidaknya mencapai kotak terakhir
Biasanya bila seorang pemain mendapatkan angka 6 dari dadu yang
dilempar mereka mendapat giliran sekali lagi untuk melempar dadu Jika
tidak maka giliran jatuh ke pemain selanjutnya
Papan permainan ular tangga dapat dimodifikasi menjadi media
pembelajaran Modifikasi dapat dilakukan dengan cara mengganti peraturan
permainan Pada penelitian sebelumya mengunakan permainan ular tangga
dengan papan permainan tetap terdapat ular ataupun tangga seperti pada
umumnya Namun berbeda pada prosedur kenaikan pada tangga dan
penurunan pada ular Pada ular tangga penelitian tersebut untuk dapat
menaiki tangga maka peserta yang berhenti pada ujung bawah tangga harus
dapat menjawab pertanyaan yang terdapat di balik kartu bertanda T
sedangkan bila peserta berhenti pada ekor ular agar ia dapat bertahan atau
tidak turun ke kepala ular maka ia harus dapat menjawab pertanyaan yang
terdapat di balik kartu bertanda U (Dianto 2008)
Selain bentuk U dan T modifikasi juga dapat dilakukan dengan
mengganti gambar ular dan tangga dengan nomor-nomor bonus yaitu nomor-
nomor tertentu yang disusun acak pada papan ular tangga Apabila bidak
berhenti pada nomo-nomor tersebut pemain harus menjawab pertanyaan
yang disediakan oleh wasit Jika jawaban pemain tersebut salah atau tidak
bisa menjawab pertanyaan maka pertanyaan bisa dilempar ke pemain lain
sampai pertanyaan terjawab dengan benar dan semua pemain paham
9
24 Model Pembelajaran Kooperatif
Beberapa tipe model pembelajaran kooperatif adalah sebagai berikut
241 Permainan Tim (PT)
Penerapan model PT dilakukan dengan cara mengelompokkan
siswa secara heterogen Tiap kelompok mendapatkan tugas yang sama
atau berbeda Setelah tugas diperoleh setiap kelompok bekerja sama
dalam bentuk kerja individual dan diskusi Usahakan dinamikia
kelompok kohesif dan kompak serta tumbuh rasa kompetisi antar
kelompok Suasana diskuisi dibuat nyaman dan menyenangkan sepeti
dalam kondisi permainan (games) yaitu dengan cara guru bersikap
terbuka ramah lembut dan santun Setelah selesai kerja kelompok
sajikan hasil kelompok sehuingga terjadi diskusi kelas
Langkah-langkahnya adalah sebagai berikut
1 Membuat kelompok siswa heterogen yang terdiri dari 4 orang
kemudian memberikan informasi pokok materi dan mekanisme
kegiatan
2 Menyiapkan meja turnamen secukupnya misalnya 10 meja Untuk
tiap meja ditempati 4 siswa yang berkemampuan setara meja I
diisi oleh siswa dengan level tertinggi dari tiap kelompok dan
seterusnya sampai meja ke-X ditempati oleh siswa yang levelnya
paling rendah Penentuan tiap siswa yang duduk pada meja tertentu
adalah hasil kesepakatan kelompok
3 Turnamen dilaksanakan dengan cara setiap siswa mengambil kartu
soal yang telah disediakan pada tiap meja dan mengerjakannya
untuk jangka waktu tertentu (misal 3 menit) Siswa bisa
mengerjakan lebih dari satu soal dan hasilnya diperiksa dan dinilai
sehingga diperoleh skor turnamen untuk tiap individu dan
sekaligus skor kelompok asal Siswa pada tiap meja tunamen
diberikan gelar superior very good good medium sesuai dengan
skor yang diperolehnya
10
4 Pergeseran yaitu pada turnamen kedua ( begitu juga untuk
turnamen ketiga-keempat dst) dilakukan pergeseran tempat duduk
pada meja turnamen sesuai dengan sebutan gelar tadi Siswa
superior dalam kelompok meja turnamen yang sama begitu pula
untuk meja turnamen yang lainnya diisi oleh siswa dengan gelar
yang sama
5 Menghitung skor untuk tiap kelompok asal dan skor individual
serta memberikan penghargaan kelompok dan individual
Kelebihan dari model pembelajaran ini adalah
1 Melatih siswa mengungkap atau menyampaikan gagasannya
2 Melatih siswa untuk menghargai pendapat atau gagasan orang lain
3 Menumbuhkan rasa tanggung jawab sosial
Sedangkan kelemahannya yaitu
1 Kadang hanya beberapa siswa yang aktif dalam kelompok
2 Tempat duduk yang kadang sulit atau kurang mendukung untuk
diatur
3 Memakan banyak waktu
242 Peningkatan Prestasi Tim (PPT)
Seperti yang telah dijelaskan di atas bahwa model
pembelajaran kooperatif tipe PPT merupakan model pembelajaran
kooperatif dengan menggunakan kelompok-kelompok kecil yang
jumlah anggota tiap kelompok 4-5 orang siswa secara heterogen
Kegiatan belajar mengajarnya diawali dengan penyampaian tujuan
pembelajaran penyampaian materi kegiatan kelompok kuis dan
penghargaan kelompok Kegiatan kelompok dalam pembelajaran ini
berupa diskusi bahan belajar seperti LKS atau modul secara kolabratif
kemudian menyajikannya dengan cara presentasi kelompok Selain itu
dibuat skor perkembangan tiap siswa atau kelompok
Menurut Trianto (200754) persiapan-persiapan yang dibutuhkan
dalam pembelajaran kooperatif tipe PPT antara lain
11
1 Perangkat pembelajaran
Perangkat pembelajaran yang dibutuhkan meliputi Rencana
Pembelajaran (RP) Buku Siswa Lembar Kegiatan Siswa (LKS)
beserta lembar jawabannya
2 Membentuk kelompok kooperatif
Dalam menentukan kelompok diusahakan agar kemampuan siswa
dalam satu kelompok heterogen baik berdasarkan prestasi jenis
kelamin suku dan latar belakang sosial Kemampuan antar
kelompok diusahakan homogen Apabila dalam kelas terdiri atas
ras dan latar belakang yang relatif sama maka pembentukan
kelompok bisa didasarkan pada prestasi akademik
3 Menentukan skor awal
Nilai ulangan sebelumnya dalam kelas ini dapat dijadikan sebagai
skor awal Skor ini bisa berubah setelah diadakan kuis Selain itu
hasil tes masing-masing individu yang diadakan setelah
pembelajaran lebih lanjut juga dapat dijadikan sebagai skor awal
4 Pengaturan tempat duduk
Untuk menunjang keberhasilan pembelajaran kooperatif maka
pengaturan tempat duduk diusahakan satu kelompok berdekatan
supaya tidak kacau Tempat duduk sebaiknya tidak berpindah-
pindah
5 Kerja kelompok
Supaya tidak terjadi kekacauan lain maka terlebih dahulu diadakan
latihan kerjasama dalam kelompok Hal ini dilakukan agar masing-
masing individu dalam satu kelompok lebih saling mengenal
Model pembelajaran kooperatif tipe PPT ini merupakan tipe
pembelajaran kooperatif yang cukup sederhana Hal ini karena dalam
pembelajaran PPT ini masih ada penyampaian materi pelajaran yang
cenderung seperti model pembelajaran konvensional Perbedaan tipe
pembelajaran ini dengan metode konvensional terletak pada adanya
pemberian penghargaan pada kelompok
12
Kelebihan dari model pembelajaran ini adalah
1 Seluruh siswa menjadi lebih siap
2 Melatih kerjasama dengan baik
Sedangkan kekurangan dari model pembelajaran ini adalah
1 Anggota kelompok semua mengalami kesulitan dalam
penyesuaian
2 Membedakan siswa
243 Bidak (Bantuan Individual Dalam Kelompok)
Menurut situs httpeducaree-fkipunlanetindexphpoption =
com bantuan Individual dalam Kelompok (Bidak) adalah terjemahan
bebas dari Team Assisted Individually (TAI) yang merupakan model
pembelajaran kooperatif dengan karateristirk tanggung jawab belajar
adalah pada siswa Oleh karena itu siswa harus membangun
pengetahuan sendiri dengan kata lain tidak menerima materi pelajaran
dalam bentuk jadi dari guru Pola komunikasi antara guru dengan
siswa adalah negosiasi dan bukan imposisi-intruksi
Langkah-langkah pembelajaran dengan Bidak adalah sebagai berikut
1 Membuat kelompok secara heterogen dan memberikan bahan ajar
berupa modul
2 Siswa-siswa yang telah dikelompokan belajar dengan dibantu oleh
siswa pandai dari anggota kelompok secara individual saling tukar
jawaban dan saling berbagi sehingga terjadi diskusi dalam
kelompok
3 Melaksanakan refleksi dan tes formatif
4 Memberikan penghargaan terhadap kelompok
Model pembelajaran ini memang mengajak siswa untuk
mengkontstruksi pengetahuannya sendiri Namun Bidak sulit
diterapkan pada kelas yang siswanya sama sekali belum pernah
melaksanakan pembelajaran kooperatif
13
244 Jigsaw (Tim Ahli)
Langkah-langkah pada pembelajaran Jigsaw adalah sebagai berikut
1 Membagi para siswa kedalam beberapa kelompok secara heterogen
yang tiap kelompok beranggotakan 5-6 orang
2 Memberikan materi pelajaran kepada siswa dalam bentuk teks
yang telah dibagi-bagi menjadi beberapa sub pokok bahasan
3 Setiap anggota kelompok membaca sub pokok bahasan yang
ditugaskan dan bertanggungjawab untuk mempelajarinya
4 Anggota dari kelompok lain yang mempelajari sub pokok bahasan
yang sama berdiskusi dalam tim ahli
5 Setiap anggota tim ahli kembali ke kelompoknya mengajar teman-
temannya setelah selesai berdiskusi
6 Pada saat bertemu dengan kelompok asal dan berdiskusi para
siswa mendapat tagihan berupa kuis individu (Trianto 2007 57)
Kelebihan dan kekurangan dari model pembelajaran ini hampir
sama dengan model kooperatif tipe PPT Selain itu model
pembelajaran ini lebih rumit karena diskusi tidak hanya dilaksanakan
dalam kelompok tetapi juga dilakukan oleh tim ahli dari masing-
masing kelompok Hal ini membutuhkan banyak waktu
245 Berpikir Berpasangan
Berpikir berpasangan atau Think Pairs Share (TPS) merupakan
tipe pembelajaran kooperatif yang dirancang agar siswa mempunyai
lebih banyak waktu untuk berfikir merespon dan saling membantu
Langkah-langkah yang perlu dilakukan adalah sebagai berikut
1 Berpikir
Suatu pertanyaan atau masalah diajukan oleh guru kepada siswa
Dalam beberapa menit siswa diberi waktu untuk berpikir sendiri
menemukan jawaban atau jalan keluar dari permasalahan yang
diajukan
2 Berpasangan
Guru meminta siswa berpasangan untuk mendiskusikan jawaban
yang diperoleh melalui metode berpikir
14
3 Berbagi
Guru meminta pasangan-pasangan tersebut menyampaikan apa
yang telah mereka diskusikan kepada seluruh kelas dengan cara
presentasi (Trianto 2007 62)
Model pembelajaran ini baik untuk melatih kemapuan berpikir kritis
siswa dalam diskusi Tetapi perlu diperhatikan pasangan sebaiknya
tidak selalu sama Dalam kelas besar presentasi belum tentu bisa
disampaikan oleh semua pasangan karena terbatasnya waktu
246 Investigasi Kelompok
Langkah-langkah pembelajaran Investigasi Kelompok adalah
1 Membuat kelompok heterogen yang terdiri atas 5-6 siswa dengan
orientasi tugas
2 Merencanakan pelaksanaan investigasi Tiap kelompok
menginvestigasi proyek tertentu (bisa di luar kelas misalnya
mengukur tinggi pohon mendata banyak dan jenis kendaraan di
dalam sekolah jenis dagangan dan keuntungan di kantin sekolah
banyak guru dan staf sekolah)
3 Mengolah data penyajian data hasil investigasi presentasi kuis
individual
4 Membuat skor perkembangan siswa umumkan hasil kuis dan
berikan reward httplearning-with-meblogspotcom200609
pembelajaranhtml
Investigasi kelompok merupakan model pembelajaran kooperatif
paling rumit dan sulit untuk dilaksanakan Tetapi bisa dilaksanakan
untuk kelas yang jumlah siswanya tidak terlalu banyak ataupun sedikit
dan mempunyai jam pelajaran lebih
247 Kepala Bernomor
Langkah-langkah dalam pembelajaran Kepala Bernomor adalah
sebagai berikut
1 Membuat kelompok heterogen dan tiap siswa memiliki nomor
tertentu
15
2 Memberikan persoalan materi bahan ajar (untuk tiap kelompok
sama tapi untuk tiap siswa tidak sama sesuai dengan nomor siswa
tiap siswa dengan nomor sama mendapat tugas yang sama)
3 Bekerja kelompok dan presentasi kelompok dengan nomor siswa
yang sama sesuai tugas masing-masing sehingga terjadi diskusi
kelas
4 Kuis individual membuat skor perkembangan tiap siswa serta
mengumumkan hasil kuis dan pemberian reward
Kelebihan dari model pembelajaran ini adalah
1 Setiap siswa menjadi siap semua
2 Dapat melakukan diskusi dengan sungguh-sungguh
3 Siswa yang pandai dapat mengajari siswa yang kurang pandai
Sedangkan kelemahannya yaitu
4 Kemungkinan nomor yang dipanggil dipanggil lagi oleh guru
5 Tidak semua anggota kelompok dipanggil oleh guru
Dari beberapa model pembelajara kooperatif tersebut yang paling
mudah untuk dikombinasikan dengan media ular tangga adalah model
pembelajaran kooperatif yang paling sederhana dan tidak terlalu rumit dalam
pelaksanaannya yaitu model pembelajaran kooperatif tipe PPT
Dalam pelaksanaannya siswa dibagi dalam beberapa kelompok yang
beranggotakan 4-5 orang siswa yang merupakan campuran menurut tingkat
prestasi jenis kelamin dan suku Guru menyampaikan materi pelajaran
kemudian siswa bekerja dalam kelompok mereka memastikan bahwa seluruh
anggota kelompok telah menguasai materi pelajaran yang disampaikan
Permainan ular tangga disisipkan setiap akhir pertemuan sebagai penguatan
belajar
Gambar ular dan tangga dalam papan permainan diganti dengan
nomor-nomor bonus yaitu nomor-nomor tertentu yang disusun acak pada
papan ular tangga Apabila bidak berhenti pada nomo-nomor tersebut
pemain harus menjawab pertanyaan yang disediakan oleh wasit Jika jawaban
pemain tersebut salah atau tidak bisa menjawab pertanyaan maka pertanyaan
16
bisa dilempar ke pemain lain sampai pertanyaan terjawab dengan benar dan
semua pemain paham
25 Hasil Belajar
Menurut Chatarina (20044) hasil belajar merupakan perubahan
perilaku yang diperoleh pembelajar setelah mengalami aktivitas
belajarPerubahan tingkah laku dikatakan sebagai hasil belajar apabila
1 Hasil belajar sebagai pencapaian tujuan menekankan pentingnya tujuan
mengajar
Ketegasan dalam menetapkan tujuan akan memberikan arah yang jelas
pada pelaksanaan kegiatan pembelajaran Tujuan pembelajaran merupakan
rumusan pertanyaan mengenai kemampuan atau tingkah laku yang
diharapkan dikuasai oleh siswa setelah mengikuti pelajaran Tingkat
pencapaian tujuan menunjukkan kualitas pembelajaran
2 Hasil belajar merupakan proses kegiatan belajar yang disadari
Siswa yang termotivasi akan menunjukkan belajar dengan penuh
kesadaran kesungguhan tidak ada paksaan untuk memperoleh tingkat
penguasaan pengetahuan Di samping itu motivasi sangat berpengaruh
terhadap pengetahuan dan konsentrasi siswa pada pelajaran
3 Hasil belajar sebagai proses latihan
Latihan-latihan adalah suatu pengulangan atau tindakan sebagai respon
terhadap rangsangan dari luar dalam rangka memperoleh kemampuan
baru untuk bertindak Latihan merupakan proses belajar yang disadari oleh
pelakunya
4 Hasil belajar merupakan tindak-tanduk yang berfungsi dalam kurun waktu
tertentu atau hasil belajar harus bersifat permanent Selain itu hasil belajar
memberikan informasi mengenai tingkat penguasaan pelajaran yang
diberikan selama proses pembelajaran yang dilangsungkan dengan
menggunakan alat ukur berupa tes dalam suatu proses evaluasi
17
26 Reaksi Oksidasi - Reduksi
Perubahan kimia yang terjadi di sekitar kita beragam jenisnya seperti
pembusukan fermentasi reaksi penggaraman atau penetralan reaksi
hidrolisis reaksi pembakaran oksidasi atau reaksi reduksiReaksi redoks
yaitu reaksi reduksi dan oksidasi bilangan oksidasi oksidator reduktor dan
reaksi autoredoks
261 Definisi Reaksi Oksidasi dan Reduksi
Di sekitar kita sering dijumpai peristiwa kimiawi seperti logam
berkarat pembuatan besi dari bijih besi penyepuhan logam terjadinya
arus listrik pada aki atau baterai buah masak buah busuk mercon
meledak kembang api dibakar dan lain sebagainya Perkaratan pada
logam pembakaran pembusukan oleh mikroba fotosintesis pada
tumbuhan dan metabolism di dalam tubuh merupakan sebagian
contoh-contoh reaksi oksidasi dan reduksi
262 Konsep Redoks Berdasarkan Pengikatan Dan Pelepasan
Oksigen
Konsep reaksi oksidasi dan reduksi mengalami perkembangan
dari masa ke masa sesuai cakupan konsep yang dijelaskan Pada
mulanya konsep reaksi oksidasi dan reduksi ditinjau dari
penggabungan dan pelepasan oksigen
Reaksi oksidasi didefinisikan sebagai reaksi pengikatan suatu zat
dengan oksigen Sebaliknya reaksi pelepasan oksigen oleh suatu zat
disebut reaksi reduksi Contoh reaksi oksidasi
1 C(s) + O2(g) rarr CO2(g)
2 4 Fe(s) + 3 O2(g) rarr 2 Fe2O3(s)
3 Cu(s) + O2(g) rarr CuO(s)
4 S(s) + O2(g) rarr SO2(g)
5 SO2(g) + O2(g) rarr SO3(g)
Pada reaksi di atas C mengikat O2 membentuk CO2 Demikian juga Fe
Cu S dan SO2 berturut-turut menjadi Fe2O3 CuO SO2 dan SO3
18
setelah mengikat oksigen Jadi C Fe Cu S dan SO2 telah mengalami
reaksi oksidasi
Contoh reaksi reduksi
1 2 SO3(g) rarr 2 SO2(g) + O2(g)
2 2 KClO3(s) rarr 2 KCl(s) + 3 O2(g)
3 2 KNO3(aq) rarr 2 KNO2(aq) + O2(g)
Perhatikan reaksi di atas SO3 melepaskan oksigen membentuk SO2
demikian juga KClO3 dan KNO3 masingmasing melepaskan oksigen
menjadi KCl dan KNO2 Jadi SO3 KClO3 dan KNO3 mengalami
reaksi reduksi Pada reaksi termit menghasilkan besi cair yang sering
digunakan untuk mengelas benda-benda dari besi reaksinya adalah
2 Al(s) + Fe2O3(s) rarr 2 Fe(l) + Al2O3(s)
Al mengikat oksigen membentuk Al2O3 berarti Al mengalami
oksidasi Fe2O3 melepaskan oksigen membentuk Fe Jadi Fe2O3
mengalami reduksi Pada reaksi termit tersebut oksidasi dan reduksi
terjadi bersamaan reaksi seperti ini disebut reaksi redoks
263 Konsep Redoks Berdasarkan Pengikatan Dan Pelepasan Elektron
Pada reaksi Na(s) + S(s) rarr Na2S(s) tidak melibatkan gas
oksigen maka konsep redoks berdasarkan pengikatan dan pelepasan
oksigen tidak dapat digunakan Konsep redoks berkembang bukan lagi
pengikatan dan pelepasan oksigen tetapi pengikatan dan pelepasan
elektron Reaksi oksidasi adalah reaksi pelepasan elektron
Contohnya pada pembentukan ion Na+
Na(s) rarr Na+ (aq) + e ndash
Sebaliknya reaksi pengikatan elektron disebut reaksi reduksi
Contohnya pada pembentukan ion S2-
S (s) + 2e ndash rarrS2- (aq)
Reaksi redoks adalah reaksi yang terjadi di mana reaksi oksidasi dan
reduksi terjadi bersama-sama 2Na(s) + S(s) rarr Na2S(s)
Reaksi di atas dapat ditulis menjadi 2 tahap yaitu
Reaksi oksidasi 2Na(s) rarr Na+(aq) + 2 endash
Reaksi reduksi S (s) + 2 endash rarr S 2- (aq)
19
Reaksi redoks 2Na(s) + S(s) rarr Na2S(s)
Pada reaksi di atas Na mengalami reaksi oksidasi dan
menyebabkan S tereduksi Zat seperti Na ini disebut reduktor
Sedangkan S disebut oksidator karena menyebabkan Na teroksidasi
dan dia sendiri mengalami reaksi reduksi
264 Konsep Redoks Berdasarkan Perubahan (Kenaikkan Dan
Penurunan) Bilangan Oksidasi
Sebelum mempelajari konsep reaksi redoks berdasarkan
kenaikan dan penurunan bilangan oksidasi ada baiknya kamu belajar
tentang bilangan oksidasi terlebih dahulu Bilangan oksidasi (bilok)
adalah jumlah muatan yang dimiliki atom suatu unsure jika bergabung
dengan atom unsur lain Aturan biloks antara lain
1 Unsur bebas mempunyai bilok 0 (nol) yang termasuk unsur bebas
unsur diatomik (H2 N2 O2 F2 Cl2 Br2 I2) unsur poliatomik (O3
P4 S8) Selain unsur tersebut adalah unsur monoatomik (Na K
Mg C dan lain-lain)
Contoh
a H dalam H2
b O dalam O2 dan O3
c F dalam F2
d Na dalam Na
2 Unsur H umumnya mempunyai biloks (+1) kecuali pada senyawa
hidrida mempunyai biloks (ndash1) Senyawa hidrida adalah senyawa
yang terbentuk jika logam bergabung dengan atom H (Contoh
NaH KH CaH2)
Contoh H dalam H2O NH3 HCl
3 Unsur O umumnya mempunyai biloks (ndash2) kecuali
a Pada senyawa peroksida contohnya Na2O2 H2O2 BaO2
mempunyai bilok (ndash1)
b Senyawa F2O mempunyai bilok (+2)
20
c Senyawa superoksida (contohnya KO2) mempunyai biloks (ndash12
)
Contoh O dalam H2O Na2O Fe2O3 MgO
4 Unsur logam dalam senyawa umumnya mempunyai biloks positif
Contoh
a Golongan IA (Li Na K Rb dan Cs) mempunyai biloks (+1)
b Golongan IIA ( Be Mg Ca Sr dan Ba) mempunyai bilok
(+2)
c Al3+ Ag+ Zn2+ Pb2+ Pb3+ Fe2+ dan Fe3+
5 Unsur nonlogam umumnya mempunyai bilok negatif
Contoh
a Golongan VIIA (F Cl Br I) mempunyai bilok (ndash1)
b Golongan VIA (O S Se Te) mempunyai bilok (ndash2)
6 Jumlah bilok unsur-unsur dalam ion sama dengan jumlah
muatannya
Contoh
Bilok S dalam SO42-
Bilok O = ndash2
Jumlah bilok = (1 times bilok S + 4 times bilok O)
ndash2 = (1 times bilok S + 4 times (ndash2))
ndash2 = bilok S + (ndash8)
Bilok S = +6
7 Jumlah bilok unsur-unsur dalam senyawa sama dengan 0 (nol)
Contoh H2S
Jumlah bilok = ((2 times bilok H) + (1 times bilok S))
0 = ((2 times (+1)) + (1 times bilok S))
0 = (+2) + bilok S
Bilok S = (ndash2)
Reaksi oksidasi adalah reaksi kenaikkan bilok Sedangkan reaksi
reduksi adalah reaksi penurunan bilok
21
Contoh
1 Zn(s) + 2HCl(aq) 1048687 ZnCl2(aq) + H2(g)
Bilok Zn (unsur bebas) = 0
Bilok Zn dalam ZnCl2 = +2
Berarti Zn mengalami kenaikkan bilok maka Zn mengalami reaksi
oksidasi
Bilok H dalam HCl = +1
Bilok H dalam H2 (unsur bebas) = 0
Jadi H mengalami penurunan bilok maka H mengalami reaksi
reduksi
2 Reaksi pemakaian baterai Zn + 2NH4Cl rarr ZnCl2 + 2NH3 + H2
Bilok Zn (unsur bebas) = 0
Bilok Zn pada ZnCl2 = +2
Berarti Zn mengalami kenaikkan bilok maka Zn mengalami
reaksi oksidasi
Bilok H pada NH4Cl = +1
Bilok H pada H2 (unsur bebas = 0
Berarti H mengalami penurunan bilok maka H mengalami reaksi
reduksi
3 Reaksi pelapisan logam Cu + 2AgNO3 rarr Cu(NO3)2 + 2Ag
Bilok Cu (unsur bebas) = 0
Bilok Cu pada Cu(NO3)2 = +2
Berarti Cu mengalami kenaikkan bilok maka Cu mengalami reaksi
oksidasi
Bilok Ag pada AgNO3 = +1
Bilok Ag (unsur bebas) = 0
Berarti Ag mengalami penurunan bilok maka Ag mengalami
reaksi reduksi Pada reaksi di atas terjadi kenaikkan bilok (reaksi
22
oksidasi) dan penurunan bilok (reaksi reduksi) secara
bersamasama maka disebut reaksi redoks Jika suatu zat
mengalami reaksi oksidasi sekaligus reduksi maka reaksi ini
disebut autoredoks (disproporsionasi)
BAB III
PEMBAHASAN
Dalam penelitian ini peneliti ingin mengetahui apakah penggunaan
media ular tangga yang dikombinasikan dengan model pembelajaran
kooperatif tipe PPT dapat meningkatkan hasil belajar siswa Dalam penelitian
tersebut digunakan populasi siswa kelas X SMA Kristen 1 Kupang sebanyak
109 orang yang terbagi dalam 3 kelas Dengan data nilai mid semester
digunakan 49 uji normalitas dan homogenitas Dari hasil perhitungan
diketahui bahwa populasi mempunyai homogenitas yang sama Dan seluruh
populasi dalam kelas berdistribusi normal Kemudian peneliti mengambil
secara acak dari populasi sebagai sampel Diperoleh kelas X E sebagai
kelompok eksperimen dengan media ular tangga yang dikombinasikan
dengan model pembelajaran kooperatif tipe PPT dan X D sebagai kelompok
kontrol dengan menggunakan metode konvensional Peneliti memilih atau
mengambil pokok bahasan reaksi oksidasi-reduksi karena di dalam pokok
bahasan ini terdapat konsep-konsep dan perhitungan kimia Penelitian
dilaksanakan dalam waktu kurang lebih 1 bulan Kelas eksperimen diberikan
pengajaran dengan media ular tangga yang dikombinasikan dengan model
pembelajaran kooperatif tipe PPT Dalam metode ini peneliti membagi 37
siswa menjadi 8 kelompok yakni 5 kelompok yang terdiri dari lima orang dan
3 kelompok yang terdiri dari empat orang Pembagian kelompok dilakukan
berdasarkan nilai mid semester jenis kelamin dan latar belakang sosial yang
di konsultasikan dengan guru Hal ini dilakukan agar dihasilkan siswa yang
kemampuannya heterogen dalam satu kelompok dan antar kelompok
memiliki kemampuan yang homogen
23
Kegiatan pelaksanan pembelajaran dilakukan 8 kali pertemuan
dengan pertemuan pertama untuk pretest dan pertemuan terakhir untuk
posttest Dalam setiap pertemuan tempat duduk siswa diatur sedemikian rupa
sehingga siswa yang satu kelompok berdekatan Dalam pembelajaran peneliti
menjelaskan hal-hal pokok dan memberi contoh-contoh perhitungan serta
latihan kepada siswa 50 Kemudian dilanjutkan dengan diskusi antar
kelompok tentang materi yang sudah diajarkan Sebagai penguatan sisa jam
pelajaran digunakan untuk bermain ular tangga
Sebelum penelitian dilakukan peneliti menyadari akan timbul kendala dalam
hal kerja kelompok karena siswa belum terbiasa untuk bekerja secara
kooperatif dalam kelompok Untuk itu peneliti memberikan tugas kelompok
awal setelah pelaksanaan pretest sebelum pertemuan pembelajaran pertama
dan menjelaskan kepada siswa akan pentingnya kerjasama dalam kelompok
Kemudian pada kegiatan awal dalam pertemuan pertama pembelajaran guru
menanyai siswa secara acak Hal ini dilakukan untuk melatih tanggung jawab
siswa terhadap tugas kelompoknya Selain itu sebelumnya peneliti
mengadakan pertemuan dengan wasit tiap kelompok di luar jam pelajaran
untuk membahas bagaimana tata cara permainan ular tangga Awalnya
peneliti merencanakan bahwa wasit untuk tiap kelompok bergantian tapi
kemudian diperoleh kesepakatan bahwa wasit untuk tiap kelompok tetap
Penilaian terhadap wasit dilakukan oleh guru (peneliti)
Dari 8 kali pertemuan permainan ular tangga dilakukan sebanyak 4
kali yaitu pada pertemuan kedua ketiga kelima dan ketujuh Dalam
permainan ular tangga ini siswa bermain dalam kelompok masing-masing
dengan wasit yang berasal dari kelompok lain Papan ular tangga
dimodifikasi dengan mengganti gambar ular dan tangga dengan nomor-
nomor bonus yaitu nomor-nomor tertentu yang disusun acak pada papan ular
tangga Apabila bidak berhenti pada nomor-nomor tersebut pemain harus
menjawab pertanyaan yang disediakan oleh wasit Jika jawaban benar pemain
mendapatkan skor 10 Jika jawaban pemain tersebut salah atau tidak bisa
menjawab pertanyaan maka pertanyaan bisa dilempar ke pemain lain sampai
pertanyaan terjawab dengan benar dan semua pemain paham Siapapun yang
24
dapat menjawab pertanyaan wasit dengan benar akan mendapat skor 10 untuk
tiap soalnya Apabila tidak ada yang bisa menjawab dengan benar maka
wasitlah yang harus menjelaskan jawaban sampai semua paham Jadi wasit
sebelumnya sudah mendapatkan soal sekaligus kunci jawaban singkat Bila
wasit tidak mampu menjelaskan jawaban maka wasit boleh bertanya
langsung pada guru (peneliti)
Untuk pertemuan keenam kegiatan pembelajaran diisi dengan
presentasi masing-masing kelompok dengan tugas kelompok yang diberikan
pada pertemuan sebelumnya Akan tetapi pelaksanaanya tidak sesuai seperti
yang direncanakan karena waktu yang terbatas Jadi presentasi hanya bisa
dilakukan di tempat duduk masing-masing kelompok yang dilanjutkan
dengan diskusi antar kelompok Di dalam pembelajaran siswa diarahkan
untuk bersifat aktif dalam pembelajaran
Pertemuan terakhir yaitu pertemuan ke-8 digunakan untuk evaluasi
Dari hasil evaluasi didapatkan data hasil belajar kognitif siswa kelompok
eksperimen dan kontrol yang selanjutnya digunakan dalam analisis data
Siswa yang diajar dengan model pembelajaran PPT mempunyai hasil
belajar yang lebih baik hal ini dikarenakan dalam pembelajarannya siswa
dituntut untuk selalu bekerja sama dalam tim atau kelompoknya untuk
meningkatkan prestasi timnya dengan cara meningkatkan pemahaman dan
prestasi setiap individu dalam kelompok Selain itu siswa diberi penguatan
dengan permainan media ular tangga yang memancing diskusi dan keaktifan
siswa Siswa juga diberitahukan perkembangan skor tiap kelompok dan
individu Kemudian penghargaan diberikan kepada kelompok terbaik dan
individu terbaik Hal ini dilakukan untuk memotivasi siswa dalam belajar
baik baik dalam proses pembelajaran di kelas maupun di luar kelas
Peneliti berusaha melakukan prosedur dengan benar dan maksimal
namun hasil yang didapatkan masih belum memuaskan dan kelemahan-
kelemahan penelitian sebelumnya belum sepenuhnya teratasi Beberapa
kendala yang dihadapi dalam penelitian ini antara lain penentuan sampel
secara cluster random didapatkan kelas X E sebagai kelas eksperimen dan X
D sebagai kelas kontrol Menurut guru pembimbing kondisi kedua kelas
25
secara umum baik namun ketika peneliti melakukan penelitian ternyata kelas
kontrol lebih tertib sehingga pembelajaran dapat berlangsung tanpa hambatan
berarti Namun kelas eksperimen berbeda kelas ini lebih ramai sehingga
banyak menit yang terbuang sia-sia Hal ini juga yang menyebabkan peneliti
kesulitan untuk mengadakan pembelajaran presentasi kelompok Peneliti
sudah mencoba berkonsultasi dengan guru pembimbing namun hasilnya
belum maksimal hingga penelitian usai Permainan ular tangga dari peneliti
juga masih perlu dikembangkan lagi dengan bentuk yang lebih menarik serta
soal yang lebih berbobot dan memancing diskusi Selain itu peneliti
menyadari bahwa instrumen yang dikembangkan belum sempurna sehingga
belum dapat membedakan dengan baik antara kelas eksperimen yang diajar
dengan media ular tangga yang dikombinasikan dengan model pembelajaran
PPT dengan kelas kontrol yang tidak menggunakan media ular tangga yang
dikombinasikan dengan model pembelajaran PPT
Dari beberapa penelitian sebelumnya yang peneliti temukan
kebanyakan metode STAD tidak divariasi kalaupun divariasi belum
menggunakan permainan sebagai media belajar tapi dengan model atau
metode pembelajaran lain Tujuan digunakannya permainan sebagai media
belajar adalah untuk membantu siswa belajar secara mandiri dan
menciptakan suasana yang rekreatif sehingga siswa merasa tertarik untuk
mengikuti pembelajaran Selain itu fungsi media ular tangga yang peneliti
gunakan dalam penelitian ini adalah sebagai penguatan belajar yang
berbentuk permainan Penelitian tentang media permainan ular tangga
sebelumnya masih mempunyai kelemahan dalam aturan permainan yang
belum memancing diskusi dan dalam waktu pelaksanaannya Dalam
penelitian ini peneliti berusaha membuat aturan permainan agar siswa tidak
hanya bermain tapi juga belajar bersama dalam memecahkan soal Dalam hal
waktu pelaksanaan permainan hanya dilakukan 4 kali dengan pertimbangan
agar siswa tidak bosan
W S Winkel dalam Catharina (2004 12) menerangkan bahwa
belajar pada manusia dirumuskan sebagai suatu aktivitas mentalpsikis yang
berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan
26
perubahan-perubahan dalam pengetahuan pemahaman ketrampilan dan
nilai sikap Perubahan itu bersifat secara relatif konstan dan berbekas Dalam
penelitian ini media ular tangga digunakan untuk meningkatkan pengetahuan
dan pemahaman siswa pada pokok bahasan reaksi oksidasi-reduksi
Sedangkan model pembelajaran PPT melatih siswa bagaimana bekerja sama
dalam tim atau kelompok dan memahami makna serta pentingnya melakukan
sesuatu secara bersama untuk mencapai tujuan bersama Setiap siswa dalam
tim mempunyai tanggung jawab yang sama untuk meningkatkan prestasi
timnya dengan cara saling berbagi baik itu sebuah pengetahuan atau sebuah
ketidaktahuan Dari hal tersebut diharapkan siswa dapat mengalami
perubahan dalam perilaku dan sikapnya Dalam penelitian ini peneliti tidak
mengadakan pembelajaran praktikum untuk melatih ketrampilan atau aspek
psikomotorik siswa Hal ini dikarenakan keterbatasan waktu dan persiapan
peneliti Menurut Chatarina (20044) hasil belajar merupakan perubahan
perilaku yang diperoleh pembelajar setelah mengalami aktivitas
belajarPerubahan tingkah laku dikatakan sebagai hasil belajar apabila
1 Hasil belajar sebagai pencapaian tujuan menekankan pentingnya tujuan
mengajar
Ketegasan dalam menetapkan tujuan akan memberikan arah yang jelas
pada pelaksanaan kegiatan pembelajaran Dalam hal ini sebelum
penelitian peneliti menyusun perangkat pembelajaran berupa RPP alat
evaluasi serta mempersiapkan media yang akan digunakan dalam
pembelajaran
2 Hasil belajar merupakan proses kegiatan belajar yang disadari
Dalam proses pembelajaran peneliti memberikan motivasi kepada siswa
ataupun kelompok diantaranya dengan memberikan penghargaan kepada
siswa atau kelompok yang berprestasi
3 Hasil belajar sebagai proses latihan
Proses latihan dan pengulangan dalam penelitian ini dilakukan dengan
media ular tangga
4 Hasil belajar merupakan tindak-tanduk yang berfungsi dalam kurun
waktu tertentu atau hasil belajar harus bersifat permanent Selain itu
27
hasil belajar memberikan informasi mengenai tingkat penguasaan
pelajaran yang diberikan selama proses pembelajaran yang
dilangsungkan dengan menggunakan alat ukur berupa tes dalam suatu
proses evaluasi Dalam hal ini di akhir pembelajaran peneliti
mengadakan evaluasi hasil belajar dengan instrument tes yang
sebelumnya telah diuji keampuhannya Walaupun dalam kurikulum
KTSP terdapat tiga ranah yang diukur yaitu ranah kognitif afektif dan
psikomotorik tujuan pembelajaran pada pokok bahasan lebih
menekankan ranah kognitif Hal ini dapat dilihat dari standar
kompetensi kompetensi dasar hingga indikator pada pokok bahasan
tersebut Selain itu media ular tangga dibuat untuk meningkatkan hasil
belajar siswa pada ranah kognitif karena yang terdapat dalam media
tersebut adalah soal-soal yang berfungsi sebagai penguatan siswa setelah
proses pembelajaran Walaupun demikian peneliti tidak ingin melupakan
ranah afektif dan psikomotorik begitu saja maka media ular tangga
dikombinasikan dengan model pembelajaran kooperatif tipe PPT yang
mengasah sikap dan ketrampilan siswa Hal tersebut yang menjadi
alasan mengapa yang dikaji dalam skripsi ini hanya aspek kognitif saja
28
BAB IV
PENUTUP
41 Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan diatas dapat disimpulkan
bahwa
1 Media ular tangga yang dikombinasikan dengan model pembelajaran
kooperatif tipe PPT meningkatkan hasil belajar kognitif siswa yang
diajar pokok bahasan reaksi oksidasi-reduksi Hal ini berdasarkan hasil
uji tanda Wilcoxon untuk nilai posttest mempunyai jumlah rank positif
yang lebih besar (221) dari rank negatifnya (104)
2 Siswa dapat mencapai ketuntasan belajar untuk pokok bahasan reaksi
oksidasi reduksi dengan media ular tangga yang dikombinasikan dengan
model pembelajaran kooperatif tipe PPT Hal ini berdasarkan rata-rata
hasil posttest kedua kelas lebih dari 65 yaitu rata-rata untuk kelas
eksperimen 718 dan untuk kelas control 662
42 Saran
Saran yang dapat diberikan terkait penelitian ini yaitu
1 Sebelum melakukan penelitian perlu dicermati dengan teliti populasi
yang akan diteliti sehingga sampel benar-benar homogen bukan hanya
dari sisi akademik tetapi juga sisi-sisi lain seperti kondisi kelas
2 Ular tangga perlu dikembangkan lagi baik dari bentuk aturan permainan
maupun soal-soalnya
3 Guru hendaknya lebih kreatif dalam menyampaikan pelajaran sehingga
dengan kondisi kelas seperti apapun pembelajaran dapat berlangsung
secara efektif
4 Sebaiknya dalam mengajar terdapat guru pendamping sehingga guru
tidak kewalahan dalam mengawasi permainan
5 Sebaiknya permainan ular tang dilakukan di luar jam pelajaran
6 Hasil penelitian hanya bisa digunakan untuk sekolah tertentu yang
mempunyai kelas kecil
29
DAFTAR PUSTAKA
Anni CT 2004 Psikologi Belajar Semarang UNNES
Suharsimi Arikunto 2002a Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan Jakarta Bumi Aksara
Bahri S dan AZ 2002 Strategi Belajar Mengajar Jakarta Erlangga
Dianto 2008 Pengaruh Penggunaan Ular Tangga Redoks sebagai Media Chemo-Edutainment Bervisi Sets terhadap Hasil Belajar Siswa SMA Kelas X Semester II Tahun 20072008 Semarang Universitas Negeri Semarang
httpidwikipediaorgwikiUlar_tangga
httplearning-with-meblogspotcom200609 pembelajaranhtml
Lismiyati 2006 Meningkatkan Hasil Belajar Kimia Siswa Kelas XI Semester 2 SMA N 2 Demak dengan Memberikan Umpan Balik Kuis dalam Model Pembelajaran Studens Teams-Achievment Division (STAD) Semarang Universitas Negeri Semarang
Mungin Eddy Wibowo dkk 2008 Panduan Penulisan Karya Ilmiah Semarang Universitas Negeri Semarang
Nana Sudjana 2005 Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar Bandung Sinar Baru Algensindo
Poerwadarminta W J S 1999 Kamus Umum Bahasa Indonesia Jakarta Balai Pustaka
Rina Apitasari 2005 Penggunaan Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe Studens Teams-Achievment Division (STAD) dalam Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Kimia pada Materi Pokok Stoikiometri Siswa Kelas X-6 Semester 1 SMA Negeri 13 Semarang Tahun Pelajaran 20042005 Semarang Universitas Negeri Semarang
Renita Tri Parwati 2006 Peningkatkan Hasil Belajar Kimia Siswa Kelas X dengan Menggunakan kombinasi Metode Studens Teams-Achievment Division (STAD) dan Structure Exercise Methode di SMA N 16 Semarang Semarang Universitas Negeri Semarang
Saptorini 2004 Strategi Belajar Mengajar Semarang Unnes Soeprodjo 1997 Metode Statistik Semarang Jurusan Kimia FPMIPA IKIP
Semarang
30
Tidak ada bentuk standar dari papan permainan ular tangga Setiap
orang dapat menciptakan sendiri papan mereka dengan jumlah kotak ular
dan tangga yang berlainan
Setiap pemain memulai permainan dengan meletakkan bidaknya di
kotak pertama (biasanya kotak di sudut kiri bawah) kemudian secara
bergiliran pemain melemparkan dadu Bidak dijalankan sesuai dengan jumlah
mata dadu yang muncul Jika bidak pemain berhenti di ujung bawah sebuah
tangga bidak tersebut dapat langsung pergi ke ujung tangga yang lain Bila
bidak pemain berhenti di kotak dengan gambar ekor ular mereka harus turun
ke kotak di ujung bawah ular Pemenang adalah pemain pertama yang
bidaknya mencapai kotak terakhir
Biasanya bila seorang pemain mendapatkan angka 6 dari dadu yang
dilempar mereka mendapat giliran sekali lagi untuk melempar dadu Jika
tidak maka giliran jatuh ke pemain selanjutnya
Papan permainan ular tangga dapat dimodifikasi menjadi media
pembelajaran Modifikasi dapat dilakukan dengan cara mengganti peraturan
permainan Pada penelitian sebelumya mengunakan permainan ular tangga
dengan papan permainan tetap terdapat ular ataupun tangga seperti pada
umumnya Namun berbeda pada prosedur kenaikan pada tangga dan
penurunan pada ular Pada ular tangga penelitian tersebut untuk dapat
menaiki tangga maka peserta yang berhenti pada ujung bawah tangga harus
dapat menjawab pertanyaan yang terdapat di balik kartu bertanda T
sedangkan bila peserta berhenti pada ekor ular agar ia dapat bertahan atau
tidak turun ke kepala ular maka ia harus dapat menjawab pertanyaan yang
terdapat di balik kartu bertanda U (Dianto 2008)
Selain bentuk U dan T modifikasi juga dapat dilakukan dengan
mengganti gambar ular dan tangga dengan nomor-nomor bonus yaitu nomor-
nomor tertentu yang disusun acak pada papan ular tangga Apabila bidak
berhenti pada nomo-nomor tersebut pemain harus menjawab pertanyaan
yang disediakan oleh wasit Jika jawaban pemain tersebut salah atau tidak
bisa menjawab pertanyaan maka pertanyaan bisa dilempar ke pemain lain
sampai pertanyaan terjawab dengan benar dan semua pemain paham
9
24 Model Pembelajaran Kooperatif
Beberapa tipe model pembelajaran kooperatif adalah sebagai berikut
241 Permainan Tim (PT)
Penerapan model PT dilakukan dengan cara mengelompokkan
siswa secara heterogen Tiap kelompok mendapatkan tugas yang sama
atau berbeda Setelah tugas diperoleh setiap kelompok bekerja sama
dalam bentuk kerja individual dan diskusi Usahakan dinamikia
kelompok kohesif dan kompak serta tumbuh rasa kompetisi antar
kelompok Suasana diskuisi dibuat nyaman dan menyenangkan sepeti
dalam kondisi permainan (games) yaitu dengan cara guru bersikap
terbuka ramah lembut dan santun Setelah selesai kerja kelompok
sajikan hasil kelompok sehuingga terjadi diskusi kelas
Langkah-langkahnya adalah sebagai berikut
1 Membuat kelompok siswa heterogen yang terdiri dari 4 orang
kemudian memberikan informasi pokok materi dan mekanisme
kegiatan
2 Menyiapkan meja turnamen secukupnya misalnya 10 meja Untuk
tiap meja ditempati 4 siswa yang berkemampuan setara meja I
diisi oleh siswa dengan level tertinggi dari tiap kelompok dan
seterusnya sampai meja ke-X ditempati oleh siswa yang levelnya
paling rendah Penentuan tiap siswa yang duduk pada meja tertentu
adalah hasil kesepakatan kelompok
3 Turnamen dilaksanakan dengan cara setiap siswa mengambil kartu
soal yang telah disediakan pada tiap meja dan mengerjakannya
untuk jangka waktu tertentu (misal 3 menit) Siswa bisa
mengerjakan lebih dari satu soal dan hasilnya diperiksa dan dinilai
sehingga diperoleh skor turnamen untuk tiap individu dan
sekaligus skor kelompok asal Siswa pada tiap meja tunamen
diberikan gelar superior very good good medium sesuai dengan
skor yang diperolehnya
10
4 Pergeseran yaitu pada turnamen kedua ( begitu juga untuk
turnamen ketiga-keempat dst) dilakukan pergeseran tempat duduk
pada meja turnamen sesuai dengan sebutan gelar tadi Siswa
superior dalam kelompok meja turnamen yang sama begitu pula
untuk meja turnamen yang lainnya diisi oleh siswa dengan gelar
yang sama
5 Menghitung skor untuk tiap kelompok asal dan skor individual
serta memberikan penghargaan kelompok dan individual
Kelebihan dari model pembelajaran ini adalah
1 Melatih siswa mengungkap atau menyampaikan gagasannya
2 Melatih siswa untuk menghargai pendapat atau gagasan orang lain
3 Menumbuhkan rasa tanggung jawab sosial
Sedangkan kelemahannya yaitu
1 Kadang hanya beberapa siswa yang aktif dalam kelompok
2 Tempat duduk yang kadang sulit atau kurang mendukung untuk
diatur
3 Memakan banyak waktu
242 Peningkatan Prestasi Tim (PPT)
Seperti yang telah dijelaskan di atas bahwa model
pembelajaran kooperatif tipe PPT merupakan model pembelajaran
kooperatif dengan menggunakan kelompok-kelompok kecil yang
jumlah anggota tiap kelompok 4-5 orang siswa secara heterogen
Kegiatan belajar mengajarnya diawali dengan penyampaian tujuan
pembelajaran penyampaian materi kegiatan kelompok kuis dan
penghargaan kelompok Kegiatan kelompok dalam pembelajaran ini
berupa diskusi bahan belajar seperti LKS atau modul secara kolabratif
kemudian menyajikannya dengan cara presentasi kelompok Selain itu
dibuat skor perkembangan tiap siswa atau kelompok
Menurut Trianto (200754) persiapan-persiapan yang dibutuhkan
dalam pembelajaran kooperatif tipe PPT antara lain
11
1 Perangkat pembelajaran
Perangkat pembelajaran yang dibutuhkan meliputi Rencana
Pembelajaran (RP) Buku Siswa Lembar Kegiatan Siswa (LKS)
beserta lembar jawabannya
2 Membentuk kelompok kooperatif
Dalam menentukan kelompok diusahakan agar kemampuan siswa
dalam satu kelompok heterogen baik berdasarkan prestasi jenis
kelamin suku dan latar belakang sosial Kemampuan antar
kelompok diusahakan homogen Apabila dalam kelas terdiri atas
ras dan latar belakang yang relatif sama maka pembentukan
kelompok bisa didasarkan pada prestasi akademik
3 Menentukan skor awal
Nilai ulangan sebelumnya dalam kelas ini dapat dijadikan sebagai
skor awal Skor ini bisa berubah setelah diadakan kuis Selain itu
hasil tes masing-masing individu yang diadakan setelah
pembelajaran lebih lanjut juga dapat dijadikan sebagai skor awal
4 Pengaturan tempat duduk
Untuk menunjang keberhasilan pembelajaran kooperatif maka
pengaturan tempat duduk diusahakan satu kelompok berdekatan
supaya tidak kacau Tempat duduk sebaiknya tidak berpindah-
pindah
5 Kerja kelompok
Supaya tidak terjadi kekacauan lain maka terlebih dahulu diadakan
latihan kerjasama dalam kelompok Hal ini dilakukan agar masing-
masing individu dalam satu kelompok lebih saling mengenal
Model pembelajaran kooperatif tipe PPT ini merupakan tipe
pembelajaran kooperatif yang cukup sederhana Hal ini karena dalam
pembelajaran PPT ini masih ada penyampaian materi pelajaran yang
cenderung seperti model pembelajaran konvensional Perbedaan tipe
pembelajaran ini dengan metode konvensional terletak pada adanya
pemberian penghargaan pada kelompok
12
Kelebihan dari model pembelajaran ini adalah
1 Seluruh siswa menjadi lebih siap
2 Melatih kerjasama dengan baik
Sedangkan kekurangan dari model pembelajaran ini adalah
1 Anggota kelompok semua mengalami kesulitan dalam
penyesuaian
2 Membedakan siswa
243 Bidak (Bantuan Individual Dalam Kelompok)
Menurut situs httpeducaree-fkipunlanetindexphpoption =
com bantuan Individual dalam Kelompok (Bidak) adalah terjemahan
bebas dari Team Assisted Individually (TAI) yang merupakan model
pembelajaran kooperatif dengan karateristirk tanggung jawab belajar
adalah pada siswa Oleh karena itu siswa harus membangun
pengetahuan sendiri dengan kata lain tidak menerima materi pelajaran
dalam bentuk jadi dari guru Pola komunikasi antara guru dengan
siswa adalah negosiasi dan bukan imposisi-intruksi
Langkah-langkah pembelajaran dengan Bidak adalah sebagai berikut
1 Membuat kelompok secara heterogen dan memberikan bahan ajar
berupa modul
2 Siswa-siswa yang telah dikelompokan belajar dengan dibantu oleh
siswa pandai dari anggota kelompok secara individual saling tukar
jawaban dan saling berbagi sehingga terjadi diskusi dalam
kelompok
3 Melaksanakan refleksi dan tes formatif
4 Memberikan penghargaan terhadap kelompok
Model pembelajaran ini memang mengajak siswa untuk
mengkontstruksi pengetahuannya sendiri Namun Bidak sulit
diterapkan pada kelas yang siswanya sama sekali belum pernah
melaksanakan pembelajaran kooperatif
13
244 Jigsaw (Tim Ahli)
Langkah-langkah pada pembelajaran Jigsaw adalah sebagai berikut
1 Membagi para siswa kedalam beberapa kelompok secara heterogen
yang tiap kelompok beranggotakan 5-6 orang
2 Memberikan materi pelajaran kepada siswa dalam bentuk teks
yang telah dibagi-bagi menjadi beberapa sub pokok bahasan
3 Setiap anggota kelompok membaca sub pokok bahasan yang
ditugaskan dan bertanggungjawab untuk mempelajarinya
4 Anggota dari kelompok lain yang mempelajari sub pokok bahasan
yang sama berdiskusi dalam tim ahli
5 Setiap anggota tim ahli kembali ke kelompoknya mengajar teman-
temannya setelah selesai berdiskusi
6 Pada saat bertemu dengan kelompok asal dan berdiskusi para
siswa mendapat tagihan berupa kuis individu (Trianto 2007 57)
Kelebihan dan kekurangan dari model pembelajaran ini hampir
sama dengan model kooperatif tipe PPT Selain itu model
pembelajaran ini lebih rumit karena diskusi tidak hanya dilaksanakan
dalam kelompok tetapi juga dilakukan oleh tim ahli dari masing-
masing kelompok Hal ini membutuhkan banyak waktu
245 Berpikir Berpasangan
Berpikir berpasangan atau Think Pairs Share (TPS) merupakan
tipe pembelajaran kooperatif yang dirancang agar siswa mempunyai
lebih banyak waktu untuk berfikir merespon dan saling membantu
Langkah-langkah yang perlu dilakukan adalah sebagai berikut
1 Berpikir
Suatu pertanyaan atau masalah diajukan oleh guru kepada siswa
Dalam beberapa menit siswa diberi waktu untuk berpikir sendiri
menemukan jawaban atau jalan keluar dari permasalahan yang
diajukan
2 Berpasangan
Guru meminta siswa berpasangan untuk mendiskusikan jawaban
yang diperoleh melalui metode berpikir
14
3 Berbagi
Guru meminta pasangan-pasangan tersebut menyampaikan apa
yang telah mereka diskusikan kepada seluruh kelas dengan cara
presentasi (Trianto 2007 62)
Model pembelajaran ini baik untuk melatih kemapuan berpikir kritis
siswa dalam diskusi Tetapi perlu diperhatikan pasangan sebaiknya
tidak selalu sama Dalam kelas besar presentasi belum tentu bisa
disampaikan oleh semua pasangan karena terbatasnya waktu
246 Investigasi Kelompok
Langkah-langkah pembelajaran Investigasi Kelompok adalah
1 Membuat kelompok heterogen yang terdiri atas 5-6 siswa dengan
orientasi tugas
2 Merencanakan pelaksanaan investigasi Tiap kelompok
menginvestigasi proyek tertentu (bisa di luar kelas misalnya
mengukur tinggi pohon mendata banyak dan jenis kendaraan di
dalam sekolah jenis dagangan dan keuntungan di kantin sekolah
banyak guru dan staf sekolah)
3 Mengolah data penyajian data hasil investigasi presentasi kuis
individual
4 Membuat skor perkembangan siswa umumkan hasil kuis dan
berikan reward httplearning-with-meblogspotcom200609
pembelajaranhtml
Investigasi kelompok merupakan model pembelajaran kooperatif
paling rumit dan sulit untuk dilaksanakan Tetapi bisa dilaksanakan
untuk kelas yang jumlah siswanya tidak terlalu banyak ataupun sedikit
dan mempunyai jam pelajaran lebih
247 Kepala Bernomor
Langkah-langkah dalam pembelajaran Kepala Bernomor adalah
sebagai berikut
1 Membuat kelompok heterogen dan tiap siswa memiliki nomor
tertentu
15
2 Memberikan persoalan materi bahan ajar (untuk tiap kelompok
sama tapi untuk tiap siswa tidak sama sesuai dengan nomor siswa
tiap siswa dengan nomor sama mendapat tugas yang sama)
3 Bekerja kelompok dan presentasi kelompok dengan nomor siswa
yang sama sesuai tugas masing-masing sehingga terjadi diskusi
kelas
4 Kuis individual membuat skor perkembangan tiap siswa serta
mengumumkan hasil kuis dan pemberian reward
Kelebihan dari model pembelajaran ini adalah
1 Setiap siswa menjadi siap semua
2 Dapat melakukan diskusi dengan sungguh-sungguh
3 Siswa yang pandai dapat mengajari siswa yang kurang pandai
Sedangkan kelemahannya yaitu
4 Kemungkinan nomor yang dipanggil dipanggil lagi oleh guru
5 Tidak semua anggota kelompok dipanggil oleh guru
Dari beberapa model pembelajara kooperatif tersebut yang paling
mudah untuk dikombinasikan dengan media ular tangga adalah model
pembelajaran kooperatif yang paling sederhana dan tidak terlalu rumit dalam
pelaksanaannya yaitu model pembelajaran kooperatif tipe PPT
Dalam pelaksanaannya siswa dibagi dalam beberapa kelompok yang
beranggotakan 4-5 orang siswa yang merupakan campuran menurut tingkat
prestasi jenis kelamin dan suku Guru menyampaikan materi pelajaran
kemudian siswa bekerja dalam kelompok mereka memastikan bahwa seluruh
anggota kelompok telah menguasai materi pelajaran yang disampaikan
Permainan ular tangga disisipkan setiap akhir pertemuan sebagai penguatan
belajar
Gambar ular dan tangga dalam papan permainan diganti dengan
nomor-nomor bonus yaitu nomor-nomor tertentu yang disusun acak pada
papan ular tangga Apabila bidak berhenti pada nomo-nomor tersebut
pemain harus menjawab pertanyaan yang disediakan oleh wasit Jika jawaban
pemain tersebut salah atau tidak bisa menjawab pertanyaan maka pertanyaan
16
bisa dilempar ke pemain lain sampai pertanyaan terjawab dengan benar dan
semua pemain paham
25 Hasil Belajar
Menurut Chatarina (20044) hasil belajar merupakan perubahan
perilaku yang diperoleh pembelajar setelah mengalami aktivitas
belajarPerubahan tingkah laku dikatakan sebagai hasil belajar apabila
1 Hasil belajar sebagai pencapaian tujuan menekankan pentingnya tujuan
mengajar
Ketegasan dalam menetapkan tujuan akan memberikan arah yang jelas
pada pelaksanaan kegiatan pembelajaran Tujuan pembelajaran merupakan
rumusan pertanyaan mengenai kemampuan atau tingkah laku yang
diharapkan dikuasai oleh siswa setelah mengikuti pelajaran Tingkat
pencapaian tujuan menunjukkan kualitas pembelajaran
2 Hasil belajar merupakan proses kegiatan belajar yang disadari
Siswa yang termotivasi akan menunjukkan belajar dengan penuh
kesadaran kesungguhan tidak ada paksaan untuk memperoleh tingkat
penguasaan pengetahuan Di samping itu motivasi sangat berpengaruh
terhadap pengetahuan dan konsentrasi siswa pada pelajaran
3 Hasil belajar sebagai proses latihan
Latihan-latihan adalah suatu pengulangan atau tindakan sebagai respon
terhadap rangsangan dari luar dalam rangka memperoleh kemampuan
baru untuk bertindak Latihan merupakan proses belajar yang disadari oleh
pelakunya
4 Hasil belajar merupakan tindak-tanduk yang berfungsi dalam kurun waktu
tertentu atau hasil belajar harus bersifat permanent Selain itu hasil belajar
memberikan informasi mengenai tingkat penguasaan pelajaran yang
diberikan selama proses pembelajaran yang dilangsungkan dengan
menggunakan alat ukur berupa tes dalam suatu proses evaluasi
17
26 Reaksi Oksidasi - Reduksi
Perubahan kimia yang terjadi di sekitar kita beragam jenisnya seperti
pembusukan fermentasi reaksi penggaraman atau penetralan reaksi
hidrolisis reaksi pembakaran oksidasi atau reaksi reduksiReaksi redoks
yaitu reaksi reduksi dan oksidasi bilangan oksidasi oksidator reduktor dan
reaksi autoredoks
261 Definisi Reaksi Oksidasi dan Reduksi
Di sekitar kita sering dijumpai peristiwa kimiawi seperti logam
berkarat pembuatan besi dari bijih besi penyepuhan logam terjadinya
arus listrik pada aki atau baterai buah masak buah busuk mercon
meledak kembang api dibakar dan lain sebagainya Perkaratan pada
logam pembakaran pembusukan oleh mikroba fotosintesis pada
tumbuhan dan metabolism di dalam tubuh merupakan sebagian
contoh-contoh reaksi oksidasi dan reduksi
262 Konsep Redoks Berdasarkan Pengikatan Dan Pelepasan
Oksigen
Konsep reaksi oksidasi dan reduksi mengalami perkembangan
dari masa ke masa sesuai cakupan konsep yang dijelaskan Pada
mulanya konsep reaksi oksidasi dan reduksi ditinjau dari
penggabungan dan pelepasan oksigen
Reaksi oksidasi didefinisikan sebagai reaksi pengikatan suatu zat
dengan oksigen Sebaliknya reaksi pelepasan oksigen oleh suatu zat
disebut reaksi reduksi Contoh reaksi oksidasi
1 C(s) + O2(g) rarr CO2(g)
2 4 Fe(s) + 3 O2(g) rarr 2 Fe2O3(s)
3 Cu(s) + O2(g) rarr CuO(s)
4 S(s) + O2(g) rarr SO2(g)
5 SO2(g) + O2(g) rarr SO3(g)
Pada reaksi di atas C mengikat O2 membentuk CO2 Demikian juga Fe
Cu S dan SO2 berturut-turut menjadi Fe2O3 CuO SO2 dan SO3
18
setelah mengikat oksigen Jadi C Fe Cu S dan SO2 telah mengalami
reaksi oksidasi
Contoh reaksi reduksi
1 2 SO3(g) rarr 2 SO2(g) + O2(g)
2 2 KClO3(s) rarr 2 KCl(s) + 3 O2(g)
3 2 KNO3(aq) rarr 2 KNO2(aq) + O2(g)
Perhatikan reaksi di atas SO3 melepaskan oksigen membentuk SO2
demikian juga KClO3 dan KNO3 masingmasing melepaskan oksigen
menjadi KCl dan KNO2 Jadi SO3 KClO3 dan KNO3 mengalami
reaksi reduksi Pada reaksi termit menghasilkan besi cair yang sering
digunakan untuk mengelas benda-benda dari besi reaksinya adalah
2 Al(s) + Fe2O3(s) rarr 2 Fe(l) + Al2O3(s)
Al mengikat oksigen membentuk Al2O3 berarti Al mengalami
oksidasi Fe2O3 melepaskan oksigen membentuk Fe Jadi Fe2O3
mengalami reduksi Pada reaksi termit tersebut oksidasi dan reduksi
terjadi bersamaan reaksi seperti ini disebut reaksi redoks
263 Konsep Redoks Berdasarkan Pengikatan Dan Pelepasan Elektron
Pada reaksi Na(s) + S(s) rarr Na2S(s) tidak melibatkan gas
oksigen maka konsep redoks berdasarkan pengikatan dan pelepasan
oksigen tidak dapat digunakan Konsep redoks berkembang bukan lagi
pengikatan dan pelepasan oksigen tetapi pengikatan dan pelepasan
elektron Reaksi oksidasi adalah reaksi pelepasan elektron
Contohnya pada pembentukan ion Na+
Na(s) rarr Na+ (aq) + e ndash
Sebaliknya reaksi pengikatan elektron disebut reaksi reduksi
Contohnya pada pembentukan ion S2-
S (s) + 2e ndash rarrS2- (aq)
Reaksi redoks adalah reaksi yang terjadi di mana reaksi oksidasi dan
reduksi terjadi bersama-sama 2Na(s) + S(s) rarr Na2S(s)
Reaksi di atas dapat ditulis menjadi 2 tahap yaitu
Reaksi oksidasi 2Na(s) rarr Na+(aq) + 2 endash
Reaksi reduksi S (s) + 2 endash rarr S 2- (aq)
19
Reaksi redoks 2Na(s) + S(s) rarr Na2S(s)
Pada reaksi di atas Na mengalami reaksi oksidasi dan
menyebabkan S tereduksi Zat seperti Na ini disebut reduktor
Sedangkan S disebut oksidator karena menyebabkan Na teroksidasi
dan dia sendiri mengalami reaksi reduksi
264 Konsep Redoks Berdasarkan Perubahan (Kenaikkan Dan
Penurunan) Bilangan Oksidasi
Sebelum mempelajari konsep reaksi redoks berdasarkan
kenaikan dan penurunan bilangan oksidasi ada baiknya kamu belajar
tentang bilangan oksidasi terlebih dahulu Bilangan oksidasi (bilok)
adalah jumlah muatan yang dimiliki atom suatu unsure jika bergabung
dengan atom unsur lain Aturan biloks antara lain
1 Unsur bebas mempunyai bilok 0 (nol) yang termasuk unsur bebas
unsur diatomik (H2 N2 O2 F2 Cl2 Br2 I2) unsur poliatomik (O3
P4 S8) Selain unsur tersebut adalah unsur monoatomik (Na K
Mg C dan lain-lain)
Contoh
a H dalam H2
b O dalam O2 dan O3
c F dalam F2
d Na dalam Na
2 Unsur H umumnya mempunyai biloks (+1) kecuali pada senyawa
hidrida mempunyai biloks (ndash1) Senyawa hidrida adalah senyawa
yang terbentuk jika logam bergabung dengan atom H (Contoh
NaH KH CaH2)
Contoh H dalam H2O NH3 HCl
3 Unsur O umumnya mempunyai biloks (ndash2) kecuali
a Pada senyawa peroksida contohnya Na2O2 H2O2 BaO2
mempunyai bilok (ndash1)
b Senyawa F2O mempunyai bilok (+2)
20
c Senyawa superoksida (contohnya KO2) mempunyai biloks (ndash12
)
Contoh O dalam H2O Na2O Fe2O3 MgO
4 Unsur logam dalam senyawa umumnya mempunyai biloks positif
Contoh
a Golongan IA (Li Na K Rb dan Cs) mempunyai biloks (+1)
b Golongan IIA ( Be Mg Ca Sr dan Ba) mempunyai bilok
(+2)
c Al3+ Ag+ Zn2+ Pb2+ Pb3+ Fe2+ dan Fe3+
5 Unsur nonlogam umumnya mempunyai bilok negatif
Contoh
a Golongan VIIA (F Cl Br I) mempunyai bilok (ndash1)
b Golongan VIA (O S Se Te) mempunyai bilok (ndash2)
6 Jumlah bilok unsur-unsur dalam ion sama dengan jumlah
muatannya
Contoh
Bilok S dalam SO42-
Bilok O = ndash2
Jumlah bilok = (1 times bilok S + 4 times bilok O)
ndash2 = (1 times bilok S + 4 times (ndash2))
ndash2 = bilok S + (ndash8)
Bilok S = +6
7 Jumlah bilok unsur-unsur dalam senyawa sama dengan 0 (nol)
Contoh H2S
Jumlah bilok = ((2 times bilok H) + (1 times bilok S))
0 = ((2 times (+1)) + (1 times bilok S))
0 = (+2) + bilok S
Bilok S = (ndash2)
Reaksi oksidasi adalah reaksi kenaikkan bilok Sedangkan reaksi
reduksi adalah reaksi penurunan bilok
21
Contoh
1 Zn(s) + 2HCl(aq) 1048687 ZnCl2(aq) + H2(g)
Bilok Zn (unsur bebas) = 0
Bilok Zn dalam ZnCl2 = +2
Berarti Zn mengalami kenaikkan bilok maka Zn mengalami reaksi
oksidasi
Bilok H dalam HCl = +1
Bilok H dalam H2 (unsur bebas) = 0
Jadi H mengalami penurunan bilok maka H mengalami reaksi
reduksi
2 Reaksi pemakaian baterai Zn + 2NH4Cl rarr ZnCl2 + 2NH3 + H2
Bilok Zn (unsur bebas) = 0
Bilok Zn pada ZnCl2 = +2
Berarti Zn mengalami kenaikkan bilok maka Zn mengalami
reaksi oksidasi
Bilok H pada NH4Cl = +1
Bilok H pada H2 (unsur bebas = 0
Berarti H mengalami penurunan bilok maka H mengalami reaksi
reduksi
3 Reaksi pelapisan logam Cu + 2AgNO3 rarr Cu(NO3)2 + 2Ag
Bilok Cu (unsur bebas) = 0
Bilok Cu pada Cu(NO3)2 = +2
Berarti Cu mengalami kenaikkan bilok maka Cu mengalami reaksi
oksidasi
Bilok Ag pada AgNO3 = +1
Bilok Ag (unsur bebas) = 0
Berarti Ag mengalami penurunan bilok maka Ag mengalami
reaksi reduksi Pada reaksi di atas terjadi kenaikkan bilok (reaksi
22
oksidasi) dan penurunan bilok (reaksi reduksi) secara
bersamasama maka disebut reaksi redoks Jika suatu zat
mengalami reaksi oksidasi sekaligus reduksi maka reaksi ini
disebut autoredoks (disproporsionasi)
BAB III
PEMBAHASAN
Dalam penelitian ini peneliti ingin mengetahui apakah penggunaan
media ular tangga yang dikombinasikan dengan model pembelajaran
kooperatif tipe PPT dapat meningkatkan hasil belajar siswa Dalam penelitian
tersebut digunakan populasi siswa kelas X SMA Kristen 1 Kupang sebanyak
109 orang yang terbagi dalam 3 kelas Dengan data nilai mid semester
digunakan 49 uji normalitas dan homogenitas Dari hasil perhitungan
diketahui bahwa populasi mempunyai homogenitas yang sama Dan seluruh
populasi dalam kelas berdistribusi normal Kemudian peneliti mengambil
secara acak dari populasi sebagai sampel Diperoleh kelas X E sebagai
kelompok eksperimen dengan media ular tangga yang dikombinasikan
dengan model pembelajaran kooperatif tipe PPT dan X D sebagai kelompok
kontrol dengan menggunakan metode konvensional Peneliti memilih atau
mengambil pokok bahasan reaksi oksidasi-reduksi karena di dalam pokok
bahasan ini terdapat konsep-konsep dan perhitungan kimia Penelitian
dilaksanakan dalam waktu kurang lebih 1 bulan Kelas eksperimen diberikan
pengajaran dengan media ular tangga yang dikombinasikan dengan model
pembelajaran kooperatif tipe PPT Dalam metode ini peneliti membagi 37
siswa menjadi 8 kelompok yakni 5 kelompok yang terdiri dari lima orang dan
3 kelompok yang terdiri dari empat orang Pembagian kelompok dilakukan
berdasarkan nilai mid semester jenis kelamin dan latar belakang sosial yang
di konsultasikan dengan guru Hal ini dilakukan agar dihasilkan siswa yang
kemampuannya heterogen dalam satu kelompok dan antar kelompok
memiliki kemampuan yang homogen
23
Kegiatan pelaksanan pembelajaran dilakukan 8 kali pertemuan
dengan pertemuan pertama untuk pretest dan pertemuan terakhir untuk
posttest Dalam setiap pertemuan tempat duduk siswa diatur sedemikian rupa
sehingga siswa yang satu kelompok berdekatan Dalam pembelajaran peneliti
menjelaskan hal-hal pokok dan memberi contoh-contoh perhitungan serta
latihan kepada siswa 50 Kemudian dilanjutkan dengan diskusi antar
kelompok tentang materi yang sudah diajarkan Sebagai penguatan sisa jam
pelajaran digunakan untuk bermain ular tangga
Sebelum penelitian dilakukan peneliti menyadari akan timbul kendala dalam
hal kerja kelompok karena siswa belum terbiasa untuk bekerja secara
kooperatif dalam kelompok Untuk itu peneliti memberikan tugas kelompok
awal setelah pelaksanaan pretest sebelum pertemuan pembelajaran pertama
dan menjelaskan kepada siswa akan pentingnya kerjasama dalam kelompok
Kemudian pada kegiatan awal dalam pertemuan pertama pembelajaran guru
menanyai siswa secara acak Hal ini dilakukan untuk melatih tanggung jawab
siswa terhadap tugas kelompoknya Selain itu sebelumnya peneliti
mengadakan pertemuan dengan wasit tiap kelompok di luar jam pelajaran
untuk membahas bagaimana tata cara permainan ular tangga Awalnya
peneliti merencanakan bahwa wasit untuk tiap kelompok bergantian tapi
kemudian diperoleh kesepakatan bahwa wasit untuk tiap kelompok tetap
Penilaian terhadap wasit dilakukan oleh guru (peneliti)
Dari 8 kali pertemuan permainan ular tangga dilakukan sebanyak 4
kali yaitu pada pertemuan kedua ketiga kelima dan ketujuh Dalam
permainan ular tangga ini siswa bermain dalam kelompok masing-masing
dengan wasit yang berasal dari kelompok lain Papan ular tangga
dimodifikasi dengan mengganti gambar ular dan tangga dengan nomor-
nomor bonus yaitu nomor-nomor tertentu yang disusun acak pada papan ular
tangga Apabila bidak berhenti pada nomor-nomor tersebut pemain harus
menjawab pertanyaan yang disediakan oleh wasit Jika jawaban benar pemain
mendapatkan skor 10 Jika jawaban pemain tersebut salah atau tidak bisa
menjawab pertanyaan maka pertanyaan bisa dilempar ke pemain lain sampai
pertanyaan terjawab dengan benar dan semua pemain paham Siapapun yang
24
dapat menjawab pertanyaan wasit dengan benar akan mendapat skor 10 untuk
tiap soalnya Apabila tidak ada yang bisa menjawab dengan benar maka
wasitlah yang harus menjelaskan jawaban sampai semua paham Jadi wasit
sebelumnya sudah mendapatkan soal sekaligus kunci jawaban singkat Bila
wasit tidak mampu menjelaskan jawaban maka wasit boleh bertanya
langsung pada guru (peneliti)
Untuk pertemuan keenam kegiatan pembelajaran diisi dengan
presentasi masing-masing kelompok dengan tugas kelompok yang diberikan
pada pertemuan sebelumnya Akan tetapi pelaksanaanya tidak sesuai seperti
yang direncanakan karena waktu yang terbatas Jadi presentasi hanya bisa
dilakukan di tempat duduk masing-masing kelompok yang dilanjutkan
dengan diskusi antar kelompok Di dalam pembelajaran siswa diarahkan
untuk bersifat aktif dalam pembelajaran
Pertemuan terakhir yaitu pertemuan ke-8 digunakan untuk evaluasi
Dari hasil evaluasi didapatkan data hasil belajar kognitif siswa kelompok
eksperimen dan kontrol yang selanjutnya digunakan dalam analisis data
Siswa yang diajar dengan model pembelajaran PPT mempunyai hasil
belajar yang lebih baik hal ini dikarenakan dalam pembelajarannya siswa
dituntut untuk selalu bekerja sama dalam tim atau kelompoknya untuk
meningkatkan prestasi timnya dengan cara meningkatkan pemahaman dan
prestasi setiap individu dalam kelompok Selain itu siswa diberi penguatan
dengan permainan media ular tangga yang memancing diskusi dan keaktifan
siswa Siswa juga diberitahukan perkembangan skor tiap kelompok dan
individu Kemudian penghargaan diberikan kepada kelompok terbaik dan
individu terbaik Hal ini dilakukan untuk memotivasi siswa dalam belajar
baik baik dalam proses pembelajaran di kelas maupun di luar kelas
Peneliti berusaha melakukan prosedur dengan benar dan maksimal
namun hasil yang didapatkan masih belum memuaskan dan kelemahan-
kelemahan penelitian sebelumnya belum sepenuhnya teratasi Beberapa
kendala yang dihadapi dalam penelitian ini antara lain penentuan sampel
secara cluster random didapatkan kelas X E sebagai kelas eksperimen dan X
D sebagai kelas kontrol Menurut guru pembimbing kondisi kedua kelas
25
secara umum baik namun ketika peneliti melakukan penelitian ternyata kelas
kontrol lebih tertib sehingga pembelajaran dapat berlangsung tanpa hambatan
berarti Namun kelas eksperimen berbeda kelas ini lebih ramai sehingga
banyak menit yang terbuang sia-sia Hal ini juga yang menyebabkan peneliti
kesulitan untuk mengadakan pembelajaran presentasi kelompok Peneliti
sudah mencoba berkonsultasi dengan guru pembimbing namun hasilnya
belum maksimal hingga penelitian usai Permainan ular tangga dari peneliti
juga masih perlu dikembangkan lagi dengan bentuk yang lebih menarik serta
soal yang lebih berbobot dan memancing diskusi Selain itu peneliti
menyadari bahwa instrumen yang dikembangkan belum sempurna sehingga
belum dapat membedakan dengan baik antara kelas eksperimen yang diajar
dengan media ular tangga yang dikombinasikan dengan model pembelajaran
PPT dengan kelas kontrol yang tidak menggunakan media ular tangga yang
dikombinasikan dengan model pembelajaran PPT
Dari beberapa penelitian sebelumnya yang peneliti temukan
kebanyakan metode STAD tidak divariasi kalaupun divariasi belum
menggunakan permainan sebagai media belajar tapi dengan model atau
metode pembelajaran lain Tujuan digunakannya permainan sebagai media
belajar adalah untuk membantu siswa belajar secara mandiri dan
menciptakan suasana yang rekreatif sehingga siswa merasa tertarik untuk
mengikuti pembelajaran Selain itu fungsi media ular tangga yang peneliti
gunakan dalam penelitian ini adalah sebagai penguatan belajar yang
berbentuk permainan Penelitian tentang media permainan ular tangga
sebelumnya masih mempunyai kelemahan dalam aturan permainan yang
belum memancing diskusi dan dalam waktu pelaksanaannya Dalam
penelitian ini peneliti berusaha membuat aturan permainan agar siswa tidak
hanya bermain tapi juga belajar bersama dalam memecahkan soal Dalam hal
waktu pelaksanaan permainan hanya dilakukan 4 kali dengan pertimbangan
agar siswa tidak bosan
W S Winkel dalam Catharina (2004 12) menerangkan bahwa
belajar pada manusia dirumuskan sebagai suatu aktivitas mentalpsikis yang
berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan
26
perubahan-perubahan dalam pengetahuan pemahaman ketrampilan dan
nilai sikap Perubahan itu bersifat secara relatif konstan dan berbekas Dalam
penelitian ini media ular tangga digunakan untuk meningkatkan pengetahuan
dan pemahaman siswa pada pokok bahasan reaksi oksidasi-reduksi
Sedangkan model pembelajaran PPT melatih siswa bagaimana bekerja sama
dalam tim atau kelompok dan memahami makna serta pentingnya melakukan
sesuatu secara bersama untuk mencapai tujuan bersama Setiap siswa dalam
tim mempunyai tanggung jawab yang sama untuk meningkatkan prestasi
timnya dengan cara saling berbagi baik itu sebuah pengetahuan atau sebuah
ketidaktahuan Dari hal tersebut diharapkan siswa dapat mengalami
perubahan dalam perilaku dan sikapnya Dalam penelitian ini peneliti tidak
mengadakan pembelajaran praktikum untuk melatih ketrampilan atau aspek
psikomotorik siswa Hal ini dikarenakan keterbatasan waktu dan persiapan
peneliti Menurut Chatarina (20044) hasil belajar merupakan perubahan
perilaku yang diperoleh pembelajar setelah mengalami aktivitas
belajarPerubahan tingkah laku dikatakan sebagai hasil belajar apabila
1 Hasil belajar sebagai pencapaian tujuan menekankan pentingnya tujuan
mengajar
Ketegasan dalam menetapkan tujuan akan memberikan arah yang jelas
pada pelaksanaan kegiatan pembelajaran Dalam hal ini sebelum
penelitian peneliti menyusun perangkat pembelajaran berupa RPP alat
evaluasi serta mempersiapkan media yang akan digunakan dalam
pembelajaran
2 Hasil belajar merupakan proses kegiatan belajar yang disadari
Dalam proses pembelajaran peneliti memberikan motivasi kepada siswa
ataupun kelompok diantaranya dengan memberikan penghargaan kepada
siswa atau kelompok yang berprestasi
3 Hasil belajar sebagai proses latihan
Proses latihan dan pengulangan dalam penelitian ini dilakukan dengan
media ular tangga
4 Hasil belajar merupakan tindak-tanduk yang berfungsi dalam kurun
waktu tertentu atau hasil belajar harus bersifat permanent Selain itu
27
hasil belajar memberikan informasi mengenai tingkat penguasaan
pelajaran yang diberikan selama proses pembelajaran yang
dilangsungkan dengan menggunakan alat ukur berupa tes dalam suatu
proses evaluasi Dalam hal ini di akhir pembelajaran peneliti
mengadakan evaluasi hasil belajar dengan instrument tes yang
sebelumnya telah diuji keampuhannya Walaupun dalam kurikulum
KTSP terdapat tiga ranah yang diukur yaitu ranah kognitif afektif dan
psikomotorik tujuan pembelajaran pada pokok bahasan lebih
menekankan ranah kognitif Hal ini dapat dilihat dari standar
kompetensi kompetensi dasar hingga indikator pada pokok bahasan
tersebut Selain itu media ular tangga dibuat untuk meningkatkan hasil
belajar siswa pada ranah kognitif karena yang terdapat dalam media
tersebut adalah soal-soal yang berfungsi sebagai penguatan siswa setelah
proses pembelajaran Walaupun demikian peneliti tidak ingin melupakan
ranah afektif dan psikomotorik begitu saja maka media ular tangga
dikombinasikan dengan model pembelajaran kooperatif tipe PPT yang
mengasah sikap dan ketrampilan siswa Hal tersebut yang menjadi
alasan mengapa yang dikaji dalam skripsi ini hanya aspek kognitif saja
28
BAB IV
PENUTUP
41 Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan diatas dapat disimpulkan
bahwa
1 Media ular tangga yang dikombinasikan dengan model pembelajaran
kooperatif tipe PPT meningkatkan hasil belajar kognitif siswa yang
diajar pokok bahasan reaksi oksidasi-reduksi Hal ini berdasarkan hasil
uji tanda Wilcoxon untuk nilai posttest mempunyai jumlah rank positif
yang lebih besar (221) dari rank negatifnya (104)
2 Siswa dapat mencapai ketuntasan belajar untuk pokok bahasan reaksi
oksidasi reduksi dengan media ular tangga yang dikombinasikan dengan
model pembelajaran kooperatif tipe PPT Hal ini berdasarkan rata-rata
hasil posttest kedua kelas lebih dari 65 yaitu rata-rata untuk kelas
eksperimen 718 dan untuk kelas control 662
42 Saran
Saran yang dapat diberikan terkait penelitian ini yaitu
1 Sebelum melakukan penelitian perlu dicermati dengan teliti populasi
yang akan diteliti sehingga sampel benar-benar homogen bukan hanya
dari sisi akademik tetapi juga sisi-sisi lain seperti kondisi kelas
2 Ular tangga perlu dikembangkan lagi baik dari bentuk aturan permainan
maupun soal-soalnya
3 Guru hendaknya lebih kreatif dalam menyampaikan pelajaran sehingga
dengan kondisi kelas seperti apapun pembelajaran dapat berlangsung
secara efektif
4 Sebaiknya dalam mengajar terdapat guru pendamping sehingga guru
tidak kewalahan dalam mengawasi permainan
5 Sebaiknya permainan ular tang dilakukan di luar jam pelajaran
6 Hasil penelitian hanya bisa digunakan untuk sekolah tertentu yang
mempunyai kelas kecil
29
DAFTAR PUSTAKA
Anni CT 2004 Psikologi Belajar Semarang UNNES
Suharsimi Arikunto 2002a Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan Jakarta Bumi Aksara
Bahri S dan AZ 2002 Strategi Belajar Mengajar Jakarta Erlangga
Dianto 2008 Pengaruh Penggunaan Ular Tangga Redoks sebagai Media Chemo-Edutainment Bervisi Sets terhadap Hasil Belajar Siswa SMA Kelas X Semester II Tahun 20072008 Semarang Universitas Negeri Semarang
httpidwikipediaorgwikiUlar_tangga
httplearning-with-meblogspotcom200609 pembelajaranhtml
Lismiyati 2006 Meningkatkan Hasil Belajar Kimia Siswa Kelas XI Semester 2 SMA N 2 Demak dengan Memberikan Umpan Balik Kuis dalam Model Pembelajaran Studens Teams-Achievment Division (STAD) Semarang Universitas Negeri Semarang
Mungin Eddy Wibowo dkk 2008 Panduan Penulisan Karya Ilmiah Semarang Universitas Negeri Semarang
Nana Sudjana 2005 Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar Bandung Sinar Baru Algensindo
Poerwadarminta W J S 1999 Kamus Umum Bahasa Indonesia Jakarta Balai Pustaka
Rina Apitasari 2005 Penggunaan Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe Studens Teams-Achievment Division (STAD) dalam Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Kimia pada Materi Pokok Stoikiometri Siswa Kelas X-6 Semester 1 SMA Negeri 13 Semarang Tahun Pelajaran 20042005 Semarang Universitas Negeri Semarang
Renita Tri Parwati 2006 Peningkatkan Hasil Belajar Kimia Siswa Kelas X dengan Menggunakan kombinasi Metode Studens Teams-Achievment Division (STAD) dan Structure Exercise Methode di SMA N 16 Semarang Semarang Universitas Negeri Semarang
Saptorini 2004 Strategi Belajar Mengajar Semarang Unnes Soeprodjo 1997 Metode Statistik Semarang Jurusan Kimia FPMIPA IKIP
Semarang
30
24 Model Pembelajaran Kooperatif
Beberapa tipe model pembelajaran kooperatif adalah sebagai berikut
241 Permainan Tim (PT)
Penerapan model PT dilakukan dengan cara mengelompokkan
siswa secara heterogen Tiap kelompok mendapatkan tugas yang sama
atau berbeda Setelah tugas diperoleh setiap kelompok bekerja sama
dalam bentuk kerja individual dan diskusi Usahakan dinamikia
kelompok kohesif dan kompak serta tumbuh rasa kompetisi antar
kelompok Suasana diskuisi dibuat nyaman dan menyenangkan sepeti
dalam kondisi permainan (games) yaitu dengan cara guru bersikap
terbuka ramah lembut dan santun Setelah selesai kerja kelompok
sajikan hasil kelompok sehuingga terjadi diskusi kelas
Langkah-langkahnya adalah sebagai berikut
1 Membuat kelompok siswa heterogen yang terdiri dari 4 orang
kemudian memberikan informasi pokok materi dan mekanisme
kegiatan
2 Menyiapkan meja turnamen secukupnya misalnya 10 meja Untuk
tiap meja ditempati 4 siswa yang berkemampuan setara meja I
diisi oleh siswa dengan level tertinggi dari tiap kelompok dan
seterusnya sampai meja ke-X ditempati oleh siswa yang levelnya
paling rendah Penentuan tiap siswa yang duduk pada meja tertentu
adalah hasil kesepakatan kelompok
3 Turnamen dilaksanakan dengan cara setiap siswa mengambil kartu
soal yang telah disediakan pada tiap meja dan mengerjakannya
untuk jangka waktu tertentu (misal 3 menit) Siswa bisa
mengerjakan lebih dari satu soal dan hasilnya diperiksa dan dinilai
sehingga diperoleh skor turnamen untuk tiap individu dan
sekaligus skor kelompok asal Siswa pada tiap meja tunamen
diberikan gelar superior very good good medium sesuai dengan
skor yang diperolehnya
10
4 Pergeseran yaitu pada turnamen kedua ( begitu juga untuk
turnamen ketiga-keempat dst) dilakukan pergeseran tempat duduk
pada meja turnamen sesuai dengan sebutan gelar tadi Siswa
superior dalam kelompok meja turnamen yang sama begitu pula
untuk meja turnamen yang lainnya diisi oleh siswa dengan gelar
yang sama
5 Menghitung skor untuk tiap kelompok asal dan skor individual
serta memberikan penghargaan kelompok dan individual
Kelebihan dari model pembelajaran ini adalah
1 Melatih siswa mengungkap atau menyampaikan gagasannya
2 Melatih siswa untuk menghargai pendapat atau gagasan orang lain
3 Menumbuhkan rasa tanggung jawab sosial
Sedangkan kelemahannya yaitu
1 Kadang hanya beberapa siswa yang aktif dalam kelompok
2 Tempat duduk yang kadang sulit atau kurang mendukung untuk
diatur
3 Memakan banyak waktu
242 Peningkatan Prestasi Tim (PPT)
Seperti yang telah dijelaskan di atas bahwa model
pembelajaran kooperatif tipe PPT merupakan model pembelajaran
kooperatif dengan menggunakan kelompok-kelompok kecil yang
jumlah anggota tiap kelompok 4-5 orang siswa secara heterogen
Kegiatan belajar mengajarnya diawali dengan penyampaian tujuan
pembelajaran penyampaian materi kegiatan kelompok kuis dan
penghargaan kelompok Kegiatan kelompok dalam pembelajaran ini
berupa diskusi bahan belajar seperti LKS atau modul secara kolabratif
kemudian menyajikannya dengan cara presentasi kelompok Selain itu
dibuat skor perkembangan tiap siswa atau kelompok
Menurut Trianto (200754) persiapan-persiapan yang dibutuhkan
dalam pembelajaran kooperatif tipe PPT antara lain
11
1 Perangkat pembelajaran
Perangkat pembelajaran yang dibutuhkan meliputi Rencana
Pembelajaran (RP) Buku Siswa Lembar Kegiatan Siswa (LKS)
beserta lembar jawabannya
2 Membentuk kelompok kooperatif
Dalam menentukan kelompok diusahakan agar kemampuan siswa
dalam satu kelompok heterogen baik berdasarkan prestasi jenis
kelamin suku dan latar belakang sosial Kemampuan antar
kelompok diusahakan homogen Apabila dalam kelas terdiri atas
ras dan latar belakang yang relatif sama maka pembentukan
kelompok bisa didasarkan pada prestasi akademik
3 Menentukan skor awal
Nilai ulangan sebelumnya dalam kelas ini dapat dijadikan sebagai
skor awal Skor ini bisa berubah setelah diadakan kuis Selain itu
hasil tes masing-masing individu yang diadakan setelah
pembelajaran lebih lanjut juga dapat dijadikan sebagai skor awal
4 Pengaturan tempat duduk
Untuk menunjang keberhasilan pembelajaran kooperatif maka
pengaturan tempat duduk diusahakan satu kelompok berdekatan
supaya tidak kacau Tempat duduk sebaiknya tidak berpindah-
pindah
5 Kerja kelompok
Supaya tidak terjadi kekacauan lain maka terlebih dahulu diadakan
latihan kerjasama dalam kelompok Hal ini dilakukan agar masing-
masing individu dalam satu kelompok lebih saling mengenal
Model pembelajaran kooperatif tipe PPT ini merupakan tipe
pembelajaran kooperatif yang cukup sederhana Hal ini karena dalam
pembelajaran PPT ini masih ada penyampaian materi pelajaran yang
cenderung seperti model pembelajaran konvensional Perbedaan tipe
pembelajaran ini dengan metode konvensional terletak pada adanya
pemberian penghargaan pada kelompok
12
Kelebihan dari model pembelajaran ini adalah
1 Seluruh siswa menjadi lebih siap
2 Melatih kerjasama dengan baik
Sedangkan kekurangan dari model pembelajaran ini adalah
1 Anggota kelompok semua mengalami kesulitan dalam
penyesuaian
2 Membedakan siswa
243 Bidak (Bantuan Individual Dalam Kelompok)
Menurut situs httpeducaree-fkipunlanetindexphpoption =
com bantuan Individual dalam Kelompok (Bidak) adalah terjemahan
bebas dari Team Assisted Individually (TAI) yang merupakan model
pembelajaran kooperatif dengan karateristirk tanggung jawab belajar
adalah pada siswa Oleh karena itu siswa harus membangun
pengetahuan sendiri dengan kata lain tidak menerima materi pelajaran
dalam bentuk jadi dari guru Pola komunikasi antara guru dengan
siswa adalah negosiasi dan bukan imposisi-intruksi
Langkah-langkah pembelajaran dengan Bidak adalah sebagai berikut
1 Membuat kelompok secara heterogen dan memberikan bahan ajar
berupa modul
2 Siswa-siswa yang telah dikelompokan belajar dengan dibantu oleh
siswa pandai dari anggota kelompok secara individual saling tukar
jawaban dan saling berbagi sehingga terjadi diskusi dalam
kelompok
3 Melaksanakan refleksi dan tes formatif
4 Memberikan penghargaan terhadap kelompok
Model pembelajaran ini memang mengajak siswa untuk
mengkontstruksi pengetahuannya sendiri Namun Bidak sulit
diterapkan pada kelas yang siswanya sama sekali belum pernah
melaksanakan pembelajaran kooperatif
13
244 Jigsaw (Tim Ahli)
Langkah-langkah pada pembelajaran Jigsaw adalah sebagai berikut
1 Membagi para siswa kedalam beberapa kelompok secara heterogen
yang tiap kelompok beranggotakan 5-6 orang
2 Memberikan materi pelajaran kepada siswa dalam bentuk teks
yang telah dibagi-bagi menjadi beberapa sub pokok bahasan
3 Setiap anggota kelompok membaca sub pokok bahasan yang
ditugaskan dan bertanggungjawab untuk mempelajarinya
4 Anggota dari kelompok lain yang mempelajari sub pokok bahasan
yang sama berdiskusi dalam tim ahli
5 Setiap anggota tim ahli kembali ke kelompoknya mengajar teman-
temannya setelah selesai berdiskusi
6 Pada saat bertemu dengan kelompok asal dan berdiskusi para
siswa mendapat tagihan berupa kuis individu (Trianto 2007 57)
Kelebihan dan kekurangan dari model pembelajaran ini hampir
sama dengan model kooperatif tipe PPT Selain itu model
pembelajaran ini lebih rumit karena diskusi tidak hanya dilaksanakan
dalam kelompok tetapi juga dilakukan oleh tim ahli dari masing-
masing kelompok Hal ini membutuhkan banyak waktu
245 Berpikir Berpasangan
Berpikir berpasangan atau Think Pairs Share (TPS) merupakan
tipe pembelajaran kooperatif yang dirancang agar siswa mempunyai
lebih banyak waktu untuk berfikir merespon dan saling membantu
Langkah-langkah yang perlu dilakukan adalah sebagai berikut
1 Berpikir
Suatu pertanyaan atau masalah diajukan oleh guru kepada siswa
Dalam beberapa menit siswa diberi waktu untuk berpikir sendiri
menemukan jawaban atau jalan keluar dari permasalahan yang
diajukan
2 Berpasangan
Guru meminta siswa berpasangan untuk mendiskusikan jawaban
yang diperoleh melalui metode berpikir
14
3 Berbagi
Guru meminta pasangan-pasangan tersebut menyampaikan apa
yang telah mereka diskusikan kepada seluruh kelas dengan cara
presentasi (Trianto 2007 62)
Model pembelajaran ini baik untuk melatih kemapuan berpikir kritis
siswa dalam diskusi Tetapi perlu diperhatikan pasangan sebaiknya
tidak selalu sama Dalam kelas besar presentasi belum tentu bisa
disampaikan oleh semua pasangan karena terbatasnya waktu
246 Investigasi Kelompok
Langkah-langkah pembelajaran Investigasi Kelompok adalah
1 Membuat kelompok heterogen yang terdiri atas 5-6 siswa dengan
orientasi tugas
2 Merencanakan pelaksanaan investigasi Tiap kelompok
menginvestigasi proyek tertentu (bisa di luar kelas misalnya
mengukur tinggi pohon mendata banyak dan jenis kendaraan di
dalam sekolah jenis dagangan dan keuntungan di kantin sekolah
banyak guru dan staf sekolah)
3 Mengolah data penyajian data hasil investigasi presentasi kuis
individual
4 Membuat skor perkembangan siswa umumkan hasil kuis dan
berikan reward httplearning-with-meblogspotcom200609
pembelajaranhtml
Investigasi kelompok merupakan model pembelajaran kooperatif
paling rumit dan sulit untuk dilaksanakan Tetapi bisa dilaksanakan
untuk kelas yang jumlah siswanya tidak terlalu banyak ataupun sedikit
dan mempunyai jam pelajaran lebih
247 Kepala Bernomor
Langkah-langkah dalam pembelajaran Kepala Bernomor adalah
sebagai berikut
1 Membuat kelompok heterogen dan tiap siswa memiliki nomor
tertentu
15
2 Memberikan persoalan materi bahan ajar (untuk tiap kelompok
sama tapi untuk tiap siswa tidak sama sesuai dengan nomor siswa
tiap siswa dengan nomor sama mendapat tugas yang sama)
3 Bekerja kelompok dan presentasi kelompok dengan nomor siswa
yang sama sesuai tugas masing-masing sehingga terjadi diskusi
kelas
4 Kuis individual membuat skor perkembangan tiap siswa serta
mengumumkan hasil kuis dan pemberian reward
Kelebihan dari model pembelajaran ini adalah
1 Setiap siswa menjadi siap semua
2 Dapat melakukan diskusi dengan sungguh-sungguh
3 Siswa yang pandai dapat mengajari siswa yang kurang pandai
Sedangkan kelemahannya yaitu
4 Kemungkinan nomor yang dipanggil dipanggil lagi oleh guru
5 Tidak semua anggota kelompok dipanggil oleh guru
Dari beberapa model pembelajara kooperatif tersebut yang paling
mudah untuk dikombinasikan dengan media ular tangga adalah model
pembelajaran kooperatif yang paling sederhana dan tidak terlalu rumit dalam
pelaksanaannya yaitu model pembelajaran kooperatif tipe PPT
Dalam pelaksanaannya siswa dibagi dalam beberapa kelompok yang
beranggotakan 4-5 orang siswa yang merupakan campuran menurut tingkat
prestasi jenis kelamin dan suku Guru menyampaikan materi pelajaran
kemudian siswa bekerja dalam kelompok mereka memastikan bahwa seluruh
anggota kelompok telah menguasai materi pelajaran yang disampaikan
Permainan ular tangga disisipkan setiap akhir pertemuan sebagai penguatan
belajar
Gambar ular dan tangga dalam papan permainan diganti dengan
nomor-nomor bonus yaitu nomor-nomor tertentu yang disusun acak pada
papan ular tangga Apabila bidak berhenti pada nomo-nomor tersebut
pemain harus menjawab pertanyaan yang disediakan oleh wasit Jika jawaban
pemain tersebut salah atau tidak bisa menjawab pertanyaan maka pertanyaan
16
bisa dilempar ke pemain lain sampai pertanyaan terjawab dengan benar dan
semua pemain paham
25 Hasil Belajar
Menurut Chatarina (20044) hasil belajar merupakan perubahan
perilaku yang diperoleh pembelajar setelah mengalami aktivitas
belajarPerubahan tingkah laku dikatakan sebagai hasil belajar apabila
1 Hasil belajar sebagai pencapaian tujuan menekankan pentingnya tujuan
mengajar
Ketegasan dalam menetapkan tujuan akan memberikan arah yang jelas
pada pelaksanaan kegiatan pembelajaran Tujuan pembelajaran merupakan
rumusan pertanyaan mengenai kemampuan atau tingkah laku yang
diharapkan dikuasai oleh siswa setelah mengikuti pelajaran Tingkat
pencapaian tujuan menunjukkan kualitas pembelajaran
2 Hasil belajar merupakan proses kegiatan belajar yang disadari
Siswa yang termotivasi akan menunjukkan belajar dengan penuh
kesadaran kesungguhan tidak ada paksaan untuk memperoleh tingkat
penguasaan pengetahuan Di samping itu motivasi sangat berpengaruh
terhadap pengetahuan dan konsentrasi siswa pada pelajaran
3 Hasil belajar sebagai proses latihan
Latihan-latihan adalah suatu pengulangan atau tindakan sebagai respon
terhadap rangsangan dari luar dalam rangka memperoleh kemampuan
baru untuk bertindak Latihan merupakan proses belajar yang disadari oleh
pelakunya
4 Hasil belajar merupakan tindak-tanduk yang berfungsi dalam kurun waktu
tertentu atau hasil belajar harus bersifat permanent Selain itu hasil belajar
memberikan informasi mengenai tingkat penguasaan pelajaran yang
diberikan selama proses pembelajaran yang dilangsungkan dengan
menggunakan alat ukur berupa tes dalam suatu proses evaluasi
17
26 Reaksi Oksidasi - Reduksi
Perubahan kimia yang terjadi di sekitar kita beragam jenisnya seperti
pembusukan fermentasi reaksi penggaraman atau penetralan reaksi
hidrolisis reaksi pembakaran oksidasi atau reaksi reduksiReaksi redoks
yaitu reaksi reduksi dan oksidasi bilangan oksidasi oksidator reduktor dan
reaksi autoredoks
261 Definisi Reaksi Oksidasi dan Reduksi
Di sekitar kita sering dijumpai peristiwa kimiawi seperti logam
berkarat pembuatan besi dari bijih besi penyepuhan logam terjadinya
arus listrik pada aki atau baterai buah masak buah busuk mercon
meledak kembang api dibakar dan lain sebagainya Perkaratan pada
logam pembakaran pembusukan oleh mikroba fotosintesis pada
tumbuhan dan metabolism di dalam tubuh merupakan sebagian
contoh-contoh reaksi oksidasi dan reduksi
262 Konsep Redoks Berdasarkan Pengikatan Dan Pelepasan
Oksigen
Konsep reaksi oksidasi dan reduksi mengalami perkembangan
dari masa ke masa sesuai cakupan konsep yang dijelaskan Pada
mulanya konsep reaksi oksidasi dan reduksi ditinjau dari
penggabungan dan pelepasan oksigen
Reaksi oksidasi didefinisikan sebagai reaksi pengikatan suatu zat
dengan oksigen Sebaliknya reaksi pelepasan oksigen oleh suatu zat
disebut reaksi reduksi Contoh reaksi oksidasi
1 C(s) + O2(g) rarr CO2(g)
2 4 Fe(s) + 3 O2(g) rarr 2 Fe2O3(s)
3 Cu(s) + O2(g) rarr CuO(s)
4 S(s) + O2(g) rarr SO2(g)
5 SO2(g) + O2(g) rarr SO3(g)
Pada reaksi di atas C mengikat O2 membentuk CO2 Demikian juga Fe
Cu S dan SO2 berturut-turut menjadi Fe2O3 CuO SO2 dan SO3
18
setelah mengikat oksigen Jadi C Fe Cu S dan SO2 telah mengalami
reaksi oksidasi
Contoh reaksi reduksi
1 2 SO3(g) rarr 2 SO2(g) + O2(g)
2 2 KClO3(s) rarr 2 KCl(s) + 3 O2(g)
3 2 KNO3(aq) rarr 2 KNO2(aq) + O2(g)
Perhatikan reaksi di atas SO3 melepaskan oksigen membentuk SO2
demikian juga KClO3 dan KNO3 masingmasing melepaskan oksigen
menjadi KCl dan KNO2 Jadi SO3 KClO3 dan KNO3 mengalami
reaksi reduksi Pada reaksi termit menghasilkan besi cair yang sering
digunakan untuk mengelas benda-benda dari besi reaksinya adalah
2 Al(s) + Fe2O3(s) rarr 2 Fe(l) + Al2O3(s)
Al mengikat oksigen membentuk Al2O3 berarti Al mengalami
oksidasi Fe2O3 melepaskan oksigen membentuk Fe Jadi Fe2O3
mengalami reduksi Pada reaksi termit tersebut oksidasi dan reduksi
terjadi bersamaan reaksi seperti ini disebut reaksi redoks
263 Konsep Redoks Berdasarkan Pengikatan Dan Pelepasan Elektron
Pada reaksi Na(s) + S(s) rarr Na2S(s) tidak melibatkan gas
oksigen maka konsep redoks berdasarkan pengikatan dan pelepasan
oksigen tidak dapat digunakan Konsep redoks berkembang bukan lagi
pengikatan dan pelepasan oksigen tetapi pengikatan dan pelepasan
elektron Reaksi oksidasi adalah reaksi pelepasan elektron
Contohnya pada pembentukan ion Na+
Na(s) rarr Na+ (aq) + e ndash
Sebaliknya reaksi pengikatan elektron disebut reaksi reduksi
Contohnya pada pembentukan ion S2-
S (s) + 2e ndash rarrS2- (aq)
Reaksi redoks adalah reaksi yang terjadi di mana reaksi oksidasi dan
reduksi terjadi bersama-sama 2Na(s) + S(s) rarr Na2S(s)
Reaksi di atas dapat ditulis menjadi 2 tahap yaitu
Reaksi oksidasi 2Na(s) rarr Na+(aq) + 2 endash
Reaksi reduksi S (s) + 2 endash rarr S 2- (aq)
19
Reaksi redoks 2Na(s) + S(s) rarr Na2S(s)
Pada reaksi di atas Na mengalami reaksi oksidasi dan
menyebabkan S tereduksi Zat seperti Na ini disebut reduktor
Sedangkan S disebut oksidator karena menyebabkan Na teroksidasi
dan dia sendiri mengalami reaksi reduksi
264 Konsep Redoks Berdasarkan Perubahan (Kenaikkan Dan
Penurunan) Bilangan Oksidasi
Sebelum mempelajari konsep reaksi redoks berdasarkan
kenaikan dan penurunan bilangan oksidasi ada baiknya kamu belajar
tentang bilangan oksidasi terlebih dahulu Bilangan oksidasi (bilok)
adalah jumlah muatan yang dimiliki atom suatu unsure jika bergabung
dengan atom unsur lain Aturan biloks antara lain
1 Unsur bebas mempunyai bilok 0 (nol) yang termasuk unsur bebas
unsur diatomik (H2 N2 O2 F2 Cl2 Br2 I2) unsur poliatomik (O3
P4 S8) Selain unsur tersebut adalah unsur monoatomik (Na K
Mg C dan lain-lain)
Contoh
a H dalam H2
b O dalam O2 dan O3
c F dalam F2
d Na dalam Na
2 Unsur H umumnya mempunyai biloks (+1) kecuali pada senyawa
hidrida mempunyai biloks (ndash1) Senyawa hidrida adalah senyawa
yang terbentuk jika logam bergabung dengan atom H (Contoh
NaH KH CaH2)
Contoh H dalam H2O NH3 HCl
3 Unsur O umumnya mempunyai biloks (ndash2) kecuali
a Pada senyawa peroksida contohnya Na2O2 H2O2 BaO2
mempunyai bilok (ndash1)
b Senyawa F2O mempunyai bilok (+2)
20
c Senyawa superoksida (contohnya KO2) mempunyai biloks (ndash12
)
Contoh O dalam H2O Na2O Fe2O3 MgO
4 Unsur logam dalam senyawa umumnya mempunyai biloks positif
Contoh
a Golongan IA (Li Na K Rb dan Cs) mempunyai biloks (+1)
b Golongan IIA ( Be Mg Ca Sr dan Ba) mempunyai bilok
(+2)
c Al3+ Ag+ Zn2+ Pb2+ Pb3+ Fe2+ dan Fe3+
5 Unsur nonlogam umumnya mempunyai bilok negatif
Contoh
a Golongan VIIA (F Cl Br I) mempunyai bilok (ndash1)
b Golongan VIA (O S Se Te) mempunyai bilok (ndash2)
6 Jumlah bilok unsur-unsur dalam ion sama dengan jumlah
muatannya
Contoh
Bilok S dalam SO42-
Bilok O = ndash2
Jumlah bilok = (1 times bilok S + 4 times bilok O)
ndash2 = (1 times bilok S + 4 times (ndash2))
ndash2 = bilok S + (ndash8)
Bilok S = +6
7 Jumlah bilok unsur-unsur dalam senyawa sama dengan 0 (nol)
Contoh H2S
Jumlah bilok = ((2 times bilok H) + (1 times bilok S))
0 = ((2 times (+1)) + (1 times bilok S))
0 = (+2) + bilok S
Bilok S = (ndash2)
Reaksi oksidasi adalah reaksi kenaikkan bilok Sedangkan reaksi
reduksi adalah reaksi penurunan bilok
21
Contoh
1 Zn(s) + 2HCl(aq) 1048687 ZnCl2(aq) + H2(g)
Bilok Zn (unsur bebas) = 0
Bilok Zn dalam ZnCl2 = +2
Berarti Zn mengalami kenaikkan bilok maka Zn mengalami reaksi
oksidasi
Bilok H dalam HCl = +1
Bilok H dalam H2 (unsur bebas) = 0
Jadi H mengalami penurunan bilok maka H mengalami reaksi
reduksi
2 Reaksi pemakaian baterai Zn + 2NH4Cl rarr ZnCl2 + 2NH3 + H2
Bilok Zn (unsur bebas) = 0
Bilok Zn pada ZnCl2 = +2
Berarti Zn mengalami kenaikkan bilok maka Zn mengalami
reaksi oksidasi
Bilok H pada NH4Cl = +1
Bilok H pada H2 (unsur bebas = 0
Berarti H mengalami penurunan bilok maka H mengalami reaksi
reduksi
3 Reaksi pelapisan logam Cu + 2AgNO3 rarr Cu(NO3)2 + 2Ag
Bilok Cu (unsur bebas) = 0
Bilok Cu pada Cu(NO3)2 = +2
Berarti Cu mengalami kenaikkan bilok maka Cu mengalami reaksi
oksidasi
Bilok Ag pada AgNO3 = +1
Bilok Ag (unsur bebas) = 0
Berarti Ag mengalami penurunan bilok maka Ag mengalami
reaksi reduksi Pada reaksi di atas terjadi kenaikkan bilok (reaksi
22
oksidasi) dan penurunan bilok (reaksi reduksi) secara
bersamasama maka disebut reaksi redoks Jika suatu zat
mengalami reaksi oksidasi sekaligus reduksi maka reaksi ini
disebut autoredoks (disproporsionasi)
BAB III
PEMBAHASAN
Dalam penelitian ini peneliti ingin mengetahui apakah penggunaan
media ular tangga yang dikombinasikan dengan model pembelajaran
kooperatif tipe PPT dapat meningkatkan hasil belajar siswa Dalam penelitian
tersebut digunakan populasi siswa kelas X SMA Kristen 1 Kupang sebanyak
109 orang yang terbagi dalam 3 kelas Dengan data nilai mid semester
digunakan 49 uji normalitas dan homogenitas Dari hasil perhitungan
diketahui bahwa populasi mempunyai homogenitas yang sama Dan seluruh
populasi dalam kelas berdistribusi normal Kemudian peneliti mengambil
secara acak dari populasi sebagai sampel Diperoleh kelas X E sebagai
kelompok eksperimen dengan media ular tangga yang dikombinasikan
dengan model pembelajaran kooperatif tipe PPT dan X D sebagai kelompok
kontrol dengan menggunakan metode konvensional Peneliti memilih atau
mengambil pokok bahasan reaksi oksidasi-reduksi karena di dalam pokok
bahasan ini terdapat konsep-konsep dan perhitungan kimia Penelitian
dilaksanakan dalam waktu kurang lebih 1 bulan Kelas eksperimen diberikan
pengajaran dengan media ular tangga yang dikombinasikan dengan model
pembelajaran kooperatif tipe PPT Dalam metode ini peneliti membagi 37
siswa menjadi 8 kelompok yakni 5 kelompok yang terdiri dari lima orang dan
3 kelompok yang terdiri dari empat orang Pembagian kelompok dilakukan
berdasarkan nilai mid semester jenis kelamin dan latar belakang sosial yang
di konsultasikan dengan guru Hal ini dilakukan agar dihasilkan siswa yang
kemampuannya heterogen dalam satu kelompok dan antar kelompok
memiliki kemampuan yang homogen
23
Kegiatan pelaksanan pembelajaran dilakukan 8 kali pertemuan
dengan pertemuan pertama untuk pretest dan pertemuan terakhir untuk
posttest Dalam setiap pertemuan tempat duduk siswa diatur sedemikian rupa
sehingga siswa yang satu kelompok berdekatan Dalam pembelajaran peneliti
menjelaskan hal-hal pokok dan memberi contoh-contoh perhitungan serta
latihan kepada siswa 50 Kemudian dilanjutkan dengan diskusi antar
kelompok tentang materi yang sudah diajarkan Sebagai penguatan sisa jam
pelajaran digunakan untuk bermain ular tangga
Sebelum penelitian dilakukan peneliti menyadari akan timbul kendala dalam
hal kerja kelompok karena siswa belum terbiasa untuk bekerja secara
kooperatif dalam kelompok Untuk itu peneliti memberikan tugas kelompok
awal setelah pelaksanaan pretest sebelum pertemuan pembelajaran pertama
dan menjelaskan kepada siswa akan pentingnya kerjasama dalam kelompok
Kemudian pada kegiatan awal dalam pertemuan pertama pembelajaran guru
menanyai siswa secara acak Hal ini dilakukan untuk melatih tanggung jawab
siswa terhadap tugas kelompoknya Selain itu sebelumnya peneliti
mengadakan pertemuan dengan wasit tiap kelompok di luar jam pelajaran
untuk membahas bagaimana tata cara permainan ular tangga Awalnya
peneliti merencanakan bahwa wasit untuk tiap kelompok bergantian tapi
kemudian diperoleh kesepakatan bahwa wasit untuk tiap kelompok tetap
Penilaian terhadap wasit dilakukan oleh guru (peneliti)
Dari 8 kali pertemuan permainan ular tangga dilakukan sebanyak 4
kali yaitu pada pertemuan kedua ketiga kelima dan ketujuh Dalam
permainan ular tangga ini siswa bermain dalam kelompok masing-masing
dengan wasit yang berasal dari kelompok lain Papan ular tangga
dimodifikasi dengan mengganti gambar ular dan tangga dengan nomor-
nomor bonus yaitu nomor-nomor tertentu yang disusun acak pada papan ular
tangga Apabila bidak berhenti pada nomor-nomor tersebut pemain harus
menjawab pertanyaan yang disediakan oleh wasit Jika jawaban benar pemain
mendapatkan skor 10 Jika jawaban pemain tersebut salah atau tidak bisa
menjawab pertanyaan maka pertanyaan bisa dilempar ke pemain lain sampai
pertanyaan terjawab dengan benar dan semua pemain paham Siapapun yang
24
dapat menjawab pertanyaan wasit dengan benar akan mendapat skor 10 untuk
tiap soalnya Apabila tidak ada yang bisa menjawab dengan benar maka
wasitlah yang harus menjelaskan jawaban sampai semua paham Jadi wasit
sebelumnya sudah mendapatkan soal sekaligus kunci jawaban singkat Bila
wasit tidak mampu menjelaskan jawaban maka wasit boleh bertanya
langsung pada guru (peneliti)
Untuk pertemuan keenam kegiatan pembelajaran diisi dengan
presentasi masing-masing kelompok dengan tugas kelompok yang diberikan
pada pertemuan sebelumnya Akan tetapi pelaksanaanya tidak sesuai seperti
yang direncanakan karena waktu yang terbatas Jadi presentasi hanya bisa
dilakukan di tempat duduk masing-masing kelompok yang dilanjutkan
dengan diskusi antar kelompok Di dalam pembelajaran siswa diarahkan
untuk bersifat aktif dalam pembelajaran
Pertemuan terakhir yaitu pertemuan ke-8 digunakan untuk evaluasi
Dari hasil evaluasi didapatkan data hasil belajar kognitif siswa kelompok
eksperimen dan kontrol yang selanjutnya digunakan dalam analisis data
Siswa yang diajar dengan model pembelajaran PPT mempunyai hasil
belajar yang lebih baik hal ini dikarenakan dalam pembelajarannya siswa
dituntut untuk selalu bekerja sama dalam tim atau kelompoknya untuk
meningkatkan prestasi timnya dengan cara meningkatkan pemahaman dan
prestasi setiap individu dalam kelompok Selain itu siswa diberi penguatan
dengan permainan media ular tangga yang memancing diskusi dan keaktifan
siswa Siswa juga diberitahukan perkembangan skor tiap kelompok dan
individu Kemudian penghargaan diberikan kepada kelompok terbaik dan
individu terbaik Hal ini dilakukan untuk memotivasi siswa dalam belajar
baik baik dalam proses pembelajaran di kelas maupun di luar kelas
Peneliti berusaha melakukan prosedur dengan benar dan maksimal
namun hasil yang didapatkan masih belum memuaskan dan kelemahan-
kelemahan penelitian sebelumnya belum sepenuhnya teratasi Beberapa
kendala yang dihadapi dalam penelitian ini antara lain penentuan sampel
secara cluster random didapatkan kelas X E sebagai kelas eksperimen dan X
D sebagai kelas kontrol Menurut guru pembimbing kondisi kedua kelas
25
secara umum baik namun ketika peneliti melakukan penelitian ternyata kelas
kontrol lebih tertib sehingga pembelajaran dapat berlangsung tanpa hambatan
berarti Namun kelas eksperimen berbeda kelas ini lebih ramai sehingga
banyak menit yang terbuang sia-sia Hal ini juga yang menyebabkan peneliti
kesulitan untuk mengadakan pembelajaran presentasi kelompok Peneliti
sudah mencoba berkonsultasi dengan guru pembimbing namun hasilnya
belum maksimal hingga penelitian usai Permainan ular tangga dari peneliti
juga masih perlu dikembangkan lagi dengan bentuk yang lebih menarik serta
soal yang lebih berbobot dan memancing diskusi Selain itu peneliti
menyadari bahwa instrumen yang dikembangkan belum sempurna sehingga
belum dapat membedakan dengan baik antara kelas eksperimen yang diajar
dengan media ular tangga yang dikombinasikan dengan model pembelajaran
PPT dengan kelas kontrol yang tidak menggunakan media ular tangga yang
dikombinasikan dengan model pembelajaran PPT
Dari beberapa penelitian sebelumnya yang peneliti temukan
kebanyakan metode STAD tidak divariasi kalaupun divariasi belum
menggunakan permainan sebagai media belajar tapi dengan model atau
metode pembelajaran lain Tujuan digunakannya permainan sebagai media
belajar adalah untuk membantu siswa belajar secara mandiri dan
menciptakan suasana yang rekreatif sehingga siswa merasa tertarik untuk
mengikuti pembelajaran Selain itu fungsi media ular tangga yang peneliti
gunakan dalam penelitian ini adalah sebagai penguatan belajar yang
berbentuk permainan Penelitian tentang media permainan ular tangga
sebelumnya masih mempunyai kelemahan dalam aturan permainan yang
belum memancing diskusi dan dalam waktu pelaksanaannya Dalam
penelitian ini peneliti berusaha membuat aturan permainan agar siswa tidak
hanya bermain tapi juga belajar bersama dalam memecahkan soal Dalam hal
waktu pelaksanaan permainan hanya dilakukan 4 kali dengan pertimbangan
agar siswa tidak bosan
W S Winkel dalam Catharina (2004 12) menerangkan bahwa
belajar pada manusia dirumuskan sebagai suatu aktivitas mentalpsikis yang
berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan
26
perubahan-perubahan dalam pengetahuan pemahaman ketrampilan dan
nilai sikap Perubahan itu bersifat secara relatif konstan dan berbekas Dalam
penelitian ini media ular tangga digunakan untuk meningkatkan pengetahuan
dan pemahaman siswa pada pokok bahasan reaksi oksidasi-reduksi
Sedangkan model pembelajaran PPT melatih siswa bagaimana bekerja sama
dalam tim atau kelompok dan memahami makna serta pentingnya melakukan
sesuatu secara bersama untuk mencapai tujuan bersama Setiap siswa dalam
tim mempunyai tanggung jawab yang sama untuk meningkatkan prestasi
timnya dengan cara saling berbagi baik itu sebuah pengetahuan atau sebuah
ketidaktahuan Dari hal tersebut diharapkan siswa dapat mengalami
perubahan dalam perilaku dan sikapnya Dalam penelitian ini peneliti tidak
mengadakan pembelajaran praktikum untuk melatih ketrampilan atau aspek
psikomotorik siswa Hal ini dikarenakan keterbatasan waktu dan persiapan
peneliti Menurut Chatarina (20044) hasil belajar merupakan perubahan
perilaku yang diperoleh pembelajar setelah mengalami aktivitas
belajarPerubahan tingkah laku dikatakan sebagai hasil belajar apabila
1 Hasil belajar sebagai pencapaian tujuan menekankan pentingnya tujuan
mengajar
Ketegasan dalam menetapkan tujuan akan memberikan arah yang jelas
pada pelaksanaan kegiatan pembelajaran Dalam hal ini sebelum
penelitian peneliti menyusun perangkat pembelajaran berupa RPP alat
evaluasi serta mempersiapkan media yang akan digunakan dalam
pembelajaran
2 Hasil belajar merupakan proses kegiatan belajar yang disadari
Dalam proses pembelajaran peneliti memberikan motivasi kepada siswa
ataupun kelompok diantaranya dengan memberikan penghargaan kepada
siswa atau kelompok yang berprestasi
3 Hasil belajar sebagai proses latihan
Proses latihan dan pengulangan dalam penelitian ini dilakukan dengan
media ular tangga
4 Hasil belajar merupakan tindak-tanduk yang berfungsi dalam kurun
waktu tertentu atau hasil belajar harus bersifat permanent Selain itu
27
hasil belajar memberikan informasi mengenai tingkat penguasaan
pelajaran yang diberikan selama proses pembelajaran yang
dilangsungkan dengan menggunakan alat ukur berupa tes dalam suatu
proses evaluasi Dalam hal ini di akhir pembelajaran peneliti
mengadakan evaluasi hasil belajar dengan instrument tes yang
sebelumnya telah diuji keampuhannya Walaupun dalam kurikulum
KTSP terdapat tiga ranah yang diukur yaitu ranah kognitif afektif dan
psikomotorik tujuan pembelajaran pada pokok bahasan lebih
menekankan ranah kognitif Hal ini dapat dilihat dari standar
kompetensi kompetensi dasar hingga indikator pada pokok bahasan
tersebut Selain itu media ular tangga dibuat untuk meningkatkan hasil
belajar siswa pada ranah kognitif karena yang terdapat dalam media
tersebut adalah soal-soal yang berfungsi sebagai penguatan siswa setelah
proses pembelajaran Walaupun demikian peneliti tidak ingin melupakan
ranah afektif dan psikomotorik begitu saja maka media ular tangga
dikombinasikan dengan model pembelajaran kooperatif tipe PPT yang
mengasah sikap dan ketrampilan siswa Hal tersebut yang menjadi
alasan mengapa yang dikaji dalam skripsi ini hanya aspek kognitif saja
28
BAB IV
PENUTUP
41 Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan diatas dapat disimpulkan
bahwa
1 Media ular tangga yang dikombinasikan dengan model pembelajaran
kooperatif tipe PPT meningkatkan hasil belajar kognitif siswa yang
diajar pokok bahasan reaksi oksidasi-reduksi Hal ini berdasarkan hasil
uji tanda Wilcoxon untuk nilai posttest mempunyai jumlah rank positif
yang lebih besar (221) dari rank negatifnya (104)
2 Siswa dapat mencapai ketuntasan belajar untuk pokok bahasan reaksi
oksidasi reduksi dengan media ular tangga yang dikombinasikan dengan
model pembelajaran kooperatif tipe PPT Hal ini berdasarkan rata-rata
hasil posttest kedua kelas lebih dari 65 yaitu rata-rata untuk kelas
eksperimen 718 dan untuk kelas control 662
42 Saran
Saran yang dapat diberikan terkait penelitian ini yaitu
1 Sebelum melakukan penelitian perlu dicermati dengan teliti populasi
yang akan diteliti sehingga sampel benar-benar homogen bukan hanya
dari sisi akademik tetapi juga sisi-sisi lain seperti kondisi kelas
2 Ular tangga perlu dikembangkan lagi baik dari bentuk aturan permainan
maupun soal-soalnya
3 Guru hendaknya lebih kreatif dalam menyampaikan pelajaran sehingga
dengan kondisi kelas seperti apapun pembelajaran dapat berlangsung
secara efektif
4 Sebaiknya dalam mengajar terdapat guru pendamping sehingga guru
tidak kewalahan dalam mengawasi permainan
5 Sebaiknya permainan ular tang dilakukan di luar jam pelajaran
6 Hasil penelitian hanya bisa digunakan untuk sekolah tertentu yang
mempunyai kelas kecil
29
DAFTAR PUSTAKA
Anni CT 2004 Psikologi Belajar Semarang UNNES
Suharsimi Arikunto 2002a Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan Jakarta Bumi Aksara
Bahri S dan AZ 2002 Strategi Belajar Mengajar Jakarta Erlangga
Dianto 2008 Pengaruh Penggunaan Ular Tangga Redoks sebagai Media Chemo-Edutainment Bervisi Sets terhadap Hasil Belajar Siswa SMA Kelas X Semester II Tahun 20072008 Semarang Universitas Negeri Semarang
httpidwikipediaorgwikiUlar_tangga
httplearning-with-meblogspotcom200609 pembelajaranhtml
Lismiyati 2006 Meningkatkan Hasil Belajar Kimia Siswa Kelas XI Semester 2 SMA N 2 Demak dengan Memberikan Umpan Balik Kuis dalam Model Pembelajaran Studens Teams-Achievment Division (STAD) Semarang Universitas Negeri Semarang
Mungin Eddy Wibowo dkk 2008 Panduan Penulisan Karya Ilmiah Semarang Universitas Negeri Semarang
Nana Sudjana 2005 Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar Bandung Sinar Baru Algensindo
Poerwadarminta W J S 1999 Kamus Umum Bahasa Indonesia Jakarta Balai Pustaka
Rina Apitasari 2005 Penggunaan Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe Studens Teams-Achievment Division (STAD) dalam Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Kimia pada Materi Pokok Stoikiometri Siswa Kelas X-6 Semester 1 SMA Negeri 13 Semarang Tahun Pelajaran 20042005 Semarang Universitas Negeri Semarang
Renita Tri Parwati 2006 Peningkatkan Hasil Belajar Kimia Siswa Kelas X dengan Menggunakan kombinasi Metode Studens Teams-Achievment Division (STAD) dan Structure Exercise Methode di SMA N 16 Semarang Semarang Universitas Negeri Semarang
Saptorini 2004 Strategi Belajar Mengajar Semarang Unnes Soeprodjo 1997 Metode Statistik Semarang Jurusan Kimia FPMIPA IKIP
Semarang
30
4 Pergeseran yaitu pada turnamen kedua ( begitu juga untuk
turnamen ketiga-keempat dst) dilakukan pergeseran tempat duduk
pada meja turnamen sesuai dengan sebutan gelar tadi Siswa
superior dalam kelompok meja turnamen yang sama begitu pula
untuk meja turnamen yang lainnya diisi oleh siswa dengan gelar
yang sama
5 Menghitung skor untuk tiap kelompok asal dan skor individual
serta memberikan penghargaan kelompok dan individual
Kelebihan dari model pembelajaran ini adalah
1 Melatih siswa mengungkap atau menyampaikan gagasannya
2 Melatih siswa untuk menghargai pendapat atau gagasan orang lain
3 Menumbuhkan rasa tanggung jawab sosial
Sedangkan kelemahannya yaitu
1 Kadang hanya beberapa siswa yang aktif dalam kelompok
2 Tempat duduk yang kadang sulit atau kurang mendukung untuk
diatur
3 Memakan banyak waktu
242 Peningkatan Prestasi Tim (PPT)
Seperti yang telah dijelaskan di atas bahwa model
pembelajaran kooperatif tipe PPT merupakan model pembelajaran
kooperatif dengan menggunakan kelompok-kelompok kecil yang
jumlah anggota tiap kelompok 4-5 orang siswa secara heterogen
Kegiatan belajar mengajarnya diawali dengan penyampaian tujuan
pembelajaran penyampaian materi kegiatan kelompok kuis dan
penghargaan kelompok Kegiatan kelompok dalam pembelajaran ini
berupa diskusi bahan belajar seperti LKS atau modul secara kolabratif
kemudian menyajikannya dengan cara presentasi kelompok Selain itu
dibuat skor perkembangan tiap siswa atau kelompok
Menurut Trianto (200754) persiapan-persiapan yang dibutuhkan
dalam pembelajaran kooperatif tipe PPT antara lain
11
1 Perangkat pembelajaran
Perangkat pembelajaran yang dibutuhkan meliputi Rencana
Pembelajaran (RP) Buku Siswa Lembar Kegiatan Siswa (LKS)
beserta lembar jawabannya
2 Membentuk kelompok kooperatif
Dalam menentukan kelompok diusahakan agar kemampuan siswa
dalam satu kelompok heterogen baik berdasarkan prestasi jenis
kelamin suku dan latar belakang sosial Kemampuan antar
kelompok diusahakan homogen Apabila dalam kelas terdiri atas
ras dan latar belakang yang relatif sama maka pembentukan
kelompok bisa didasarkan pada prestasi akademik
3 Menentukan skor awal
Nilai ulangan sebelumnya dalam kelas ini dapat dijadikan sebagai
skor awal Skor ini bisa berubah setelah diadakan kuis Selain itu
hasil tes masing-masing individu yang diadakan setelah
pembelajaran lebih lanjut juga dapat dijadikan sebagai skor awal
4 Pengaturan tempat duduk
Untuk menunjang keberhasilan pembelajaran kooperatif maka
pengaturan tempat duduk diusahakan satu kelompok berdekatan
supaya tidak kacau Tempat duduk sebaiknya tidak berpindah-
pindah
5 Kerja kelompok
Supaya tidak terjadi kekacauan lain maka terlebih dahulu diadakan
latihan kerjasama dalam kelompok Hal ini dilakukan agar masing-
masing individu dalam satu kelompok lebih saling mengenal
Model pembelajaran kooperatif tipe PPT ini merupakan tipe
pembelajaran kooperatif yang cukup sederhana Hal ini karena dalam
pembelajaran PPT ini masih ada penyampaian materi pelajaran yang
cenderung seperti model pembelajaran konvensional Perbedaan tipe
pembelajaran ini dengan metode konvensional terletak pada adanya
pemberian penghargaan pada kelompok
12
Kelebihan dari model pembelajaran ini adalah
1 Seluruh siswa menjadi lebih siap
2 Melatih kerjasama dengan baik
Sedangkan kekurangan dari model pembelajaran ini adalah
1 Anggota kelompok semua mengalami kesulitan dalam
penyesuaian
2 Membedakan siswa
243 Bidak (Bantuan Individual Dalam Kelompok)
Menurut situs httpeducaree-fkipunlanetindexphpoption =
com bantuan Individual dalam Kelompok (Bidak) adalah terjemahan
bebas dari Team Assisted Individually (TAI) yang merupakan model
pembelajaran kooperatif dengan karateristirk tanggung jawab belajar
adalah pada siswa Oleh karena itu siswa harus membangun
pengetahuan sendiri dengan kata lain tidak menerima materi pelajaran
dalam bentuk jadi dari guru Pola komunikasi antara guru dengan
siswa adalah negosiasi dan bukan imposisi-intruksi
Langkah-langkah pembelajaran dengan Bidak adalah sebagai berikut
1 Membuat kelompok secara heterogen dan memberikan bahan ajar
berupa modul
2 Siswa-siswa yang telah dikelompokan belajar dengan dibantu oleh
siswa pandai dari anggota kelompok secara individual saling tukar
jawaban dan saling berbagi sehingga terjadi diskusi dalam
kelompok
3 Melaksanakan refleksi dan tes formatif
4 Memberikan penghargaan terhadap kelompok
Model pembelajaran ini memang mengajak siswa untuk
mengkontstruksi pengetahuannya sendiri Namun Bidak sulit
diterapkan pada kelas yang siswanya sama sekali belum pernah
melaksanakan pembelajaran kooperatif
13
244 Jigsaw (Tim Ahli)
Langkah-langkah pada pembelajaran Jigsaw adalah sebagai berikut
1 Membagi para siswa kedalam beberapa kelompok secara heterogen
yang tiap kelompok beranggotakan 5-6 orang
2 Memberikan materi pelajaran kepada siswa dalam bentuk teks
yang telah dibagi-bagi menjadi beberapa sub pokok bahasan
3 Setiap anggota kelompok membaca sub pokok bahasan yang
ditugaskan dan bertanggungjawab untuk mempelajarinya
4 Anggota dari kelompok lain yang mempelajari sub pokok bahasan
yang sama berdiskusi dalam tim ahli
5 Setiap anggota tim ahli kembali ke kelompoknya mengajar teman-
temannya setelah selesai berdiskusi
6 Pada saat bertemu dengan kelompok asal dan berdiskusi para
siswa mendapat tagihan berupa kuis individu (Trianto 2007 57)
Kelebihan dan kekurangan dari model pembelajaran ini hampir
sama dengan model kooperatif tipe PPT Selain itu model
pembelajaran ini lebih rumit karena diskusi tidak hanya dilaksanakan
dalam kelompok tetapi juga dilakukan oleh tim ahli dari masing-
masing kelompok Hal ini membutuhkan banyak waktu
245 Berpikir Berpasangan
Berpikir berpasangan atau Think Pairs Share (TPS) merupakan
tipe pembelajaran kooperatif yang dirancang agar siswa mempunyai
lebih banyak waktu untuk berfikir merespon dan saling membantu
Langkah-langkah yang perlu dilakukan adalah sebagai berikut
1 Berpikir
Suatu pertanyaan atau masalah diajukan oleh guru kepada siswa
Dalam beberapa menit siswa diberi waktu untuk berpikir sendiri
menemukan jawaban atau jalan keluar dari permasalahan yang
diajukan
2 Berpasangan
Guru meminta siswa berpasangan untuk mendiskusikan jawaban
yang diperoleh melalui metode berpikir
14
3 Berbagi
Guru meminta pasangan-pasangan tersebut menyampaikan apa
yang telah mereka diskusikan kepada seluruh kelas dengan cara
presentasi (Trianto 2007 62)
Model pembelajaran ini baik untuk melatih kemapuan berpikir kritis
siswa dalam diskusi Tetapi perlu diperhatikan pasangan sebaiknya
tidak selalu sama Dalam kelas besar presentasi belum tentu bisa
disampaikan oleh semua pasangan karena terbatasnya waktu
246 Investigasi Kelompok
Langkah-langkah pembelajaran Investigasi Kelompok adalah
1 Membuat kelompok heterogen yang terdiri atas 5-6 siswa dengan
orientasi tugas
2 Merencanakan pelaksanaan investigasi Tiap kelompok
menginvestigasi proyek tertentu (bisa di luar kelas misalnya
mengukur tinggi pohon mendata banyak dan jenis kendaraan di
dalam sekolah jenis dagangan dan keuntungan di kantin sekolah
banyak guru dan staf sekolah)
3 Mengolah data penyajian data hasil investigasi presentasi kuis
individual
4 Membuat skor perkembangan siswa umumkan hasil kuis dan
berikan reward httplearning-with-meblogspotcom200609
pembelajaranhtml
Investigasi kelompok merupakan model pembelajaran kooperatif
paling rumit dan sulit untuk dilaksanakan Tetapi bisa dilaksanakan
untuk kelas yang jumlah siswanya tidak terlalu banyak ataupun sedikit
dan mempunyai jam pelajaran lebih
247 Kepala Bernomor
Langkah-langkah dalam pembelajaran Kepala Bernomor adalah
sebagai berikut
1 Membuat kelompok heterogen dan tiap siswa memiliki nomor
tertentu
15
2 Memberikan persoalan materi bahan ajar (untuk tiap kelompok
sama tapi untuk tiap siswa tidak sama sesuai dengan nomor siswa
tiap siswa dengan nomor sama mendapat tugas yang sama)
3 Bekerja kelompok dan presentasi kelompok dengan nomor siswa
yang sama sesuai tugas masing-masing sehingga terjadi diskusi
kelas
4 Kuis individual membuat skor perkembangan tiap siswa serta
mengumumkan hasil kuis dan pemberian reward
Kelebihan dari model pembelajaran ini adalah
1 Setiap siswa menjadi siap semua
2 Dapat melakukan diskusi dengan sungguh-sungguh
3 Siswa yang pandai dapat mengajari siswa yang kurang pandai
Sedangkan kelemahannya yaitu
4 Kemungkinan nomor yang dipanggil dipanggil lagi oleh guru
5 Tidak semua anggota kelompok dipanggil oleh guru
Dari beberapa model pembelajara kooperatif tersebut yang paling
mudah untuk dikombinasikan dengan media ular tangga adalah model
pembelajaran kooperatif yang paling sederhana dan tidak terlalu rumit dalam
pelaksanaannya yaitu model pembelajaran kooperatif tipe PPT
Dalam pelaksanaannya siswa dibagi dalam beberapa kelompok yang
beranggotakan 4-5 orang siswa yang merupakan campuran menurut tingkat
prestasi jenis kelamin dan suku Guru menyampaikan materi pelajaran
kemudian siswa bekerja dalam kelompok mereka memastikan bahwa seluruh
anggota kelompok telah menguasai materi pelajaran yang disampaikan
Permainan ular tangga disisipkan setiap akhir pertemuan sebagai penguatan
belajar
Gambar ular dan tangga dalam papan permainan diganti dengan
nomor-nomor bonus yaitu nomor-nomor tertentu yang disusun acak pada
papan ular tangga Apabila bidak berhenti pada nomo-nomor tersebut
pemain harus menjawab pertanyaan yang disediakan oleh wasit Jika jawaban
pemain tersebut salah atau tidak bisa menjawab pertanyaan maka pertanyaan
16
bisa dilempar ke pemain lain sampai pertanyaan terjawab dengan benar dan
semua pemain paham
25 Hasil Belajar
Menurut Chatarina (20044) hasil belajar merupakan perubahan
perilaku yang diperoleh pembelajar setelah mengalami aktivitas
belajarPerubahan tingkah laku dikatakan sebagai hasil belajar apabila
1 Hasil belajar sebagai pencapaian tujuan menekankan pentingnya tujuan
mengajar
Ketegasan dalam menetapkan tujuan akan memberikan arah yang jelas
pada pelaksanaan kegiatan pembelajaran Tujuan pembelajaran merupakan
rumusan pertanyaan mengenai kemampuan atau tingkah laku yang
diharapkan dikuasai oleh siswa setelah mengikuti pelajaran Tingkat
pencapaian tujuan menunjukkan kualitas pembelajaran
2 Hasil belajar merupakan proses kegiatan belajar yang disadari
Siswa yang termotivasi akan menunjukkan belajar dengan penuh
kesadaran kesungguhan tidak ada paksaan untuk memperoleh tingkat
penguasaan pengetahuan Di samping itu motivasi sangat berpengaruh
terhadap pengetahuan dan konsentrasi siswa pada pelajaran
3 Hasil belajar sebagai proses latihan
Latihan-latihan adalah suatu pengulangan atau tindakan sebagai respon
terhadap rangsangan dari luar dalam rangka memperoleh kemampuan
baru untuk bertindak Latihan merupakan proses belajar yang disadari oleh
pelakunya
4 Hasil belajar merupakan tindak-tanduk yang berfungsi dalam kurun waktu
tertentu atau hasil belajar harus bersifat permanent Selain itu hasil belajar
memberikan informasi mengenai tingkat penguasaan pelajaran yang
diberikan selama proses pembelajaran yang dilangsungkan dengan
menggunakan alat ukur berupa tes dalam suatu proses evaluasi
17
26 Reaksi Oksidasi - Reduksi
Perubahan kimia yang terjadi di sekitar kita beragam jenisnya seperti
pembusukan fermentasi reaksi penggaraman atau penetralan reaksi
hidrolisis reaksi pembakaran oksidasi atau reaksi reduksiReaksi redoks
yaitu reaksi reduksi dan oksidasi bilangan oksidasi oksidator reduktor dan
reaksi autoredoks
261 Definisi Reaksi Oksidasi dan Reduksi
Di sekitar kita sering dijumpai peristiwa kimiawi seperti logam
berkarat pembuatan besi dari bijih besi penyepuhan logam terjadinya
arus listrik pada aki atau baterai buah masak buah busuk mercon
meledak kembang api dibakar dan lain sebagainya Perkaratan pada
logam pembakaran pembusukan oleh mikroba fotosintesis pada
tumbuhan dan metabolism di dalam tubuh merupakan sebagian
contoh-contoh reaksi oksidasi dan reduksi
262 Konsep Redoks Berdasarkan Pengikatan Dan Pelepasan
Oksigen
Konsep reaksi oksidasi dan reduksi mengalami perkembangan
dari masa ke masa sesuai cakupan konsep yang dijelaskan Pada
mulanya konsep reaksi oksidasi dan reduksi ditinjau dari
penggabungan dan pelepasan oksigen
Reaksi oksidasi didefinisikan sebagai reaksi pengikatan suatu zat
dengan oksigen Sebaliknya reaksi pelepasan oksigen oleh suatu zat
disebut reaksi reduksi Contoh reaksi oksidasi
1 C(s) + O2(g) rarr CO2(g)
2 4 Fe(s) + 3 O2(g) rarr 2 Fe2O3(s)
3 Cu(s) + O2(g) rarr CuO(s)
4 S(s) + O2(g) rarr SO2(g)
5 SO2(g) + O2(g) rarr SO3(g)
Pada reaksi di atas C mengikat O2 membentuk CO2 Demikian juga Fe
Cu S dan SO2 berturut-turut menjadi Fe2O3 CuO SO2 dan SO3
18
setelah mengikat oksigen Jadi C Fe Cu S dan SO2 telah mengalami
reaksi oksidasi
Contoh reaksi reduksi
1 2 SO3(g) rarr 2 SO2(g) + O2(g)
2 2 KClO3(s) rarr 2 KCl(s) + 3 O2(g)
3 2 KNO3(aq) rarr 2 KNO2(aq) + O2(g)
Perhatikan reaksi di atas SO3 melepaskan oksigen membentuk SO2
demikian juga KClO3 dan KNO3 masingmasing melepaskan oksigen
menjadi KCl dan KNO2 Jadi SO3 KClO3 dan KNO3 mengalami
reaksi reduksi Pada reaksi termit menghasilkan besi cair yang sering
digunakan untuk mengelas benda-benda dari besi reaksinya adalah
2 Al(s) + Fe2O3(s) rarr 2 Fe(l) + Al2O3(s)
Al mengikat oksigen membentuk Al2O3 berarti Al mengalami
oksidasi Fe2O3 melepaskan oksigen membentuk Fe Jadi Fe2O3
mengalami reduksi Pada reaksi termit tersebut oksidasi dan reduksi
terjadi bersamaan reaksi seperti ini disebut reaksi redoks
263 Konsep Redoks Berdasarkan Pengikatan Dan Pelepasan Elektron
Pada reaksi Na(s) + S(s) rarr Na2S(s) tidak melibatkan gas
oksigen maka konsep redoks berdasarkan pengikatan dan pelepasan
oksigen tidak dapat digunakan Konsep redoks berkembang bukan lagi
pengikatan dan pelepasan oksigen tetapi pengikatan dan pelepasan
elektron Reaksi oksidasi adalah reaksi pelepasan elektron
Contohnya pada pembentukan ion Na+
Na(s) rarr Na+ (aq) + e ndash
Sebaliknya reaksi pengikatan elektron disebut reaksi reduksi
Contohnya pada pembentukan ion S2-
S (s) + 2e ndash rarrS2- (aq)
Reaksi redoks adalah reaksi yang terjadi di mana reaksi oksidasi dan
reduksi terjadi bersama-sama 2Na(s) + S(s) rarr Na2S(s)
Reaksi di atas dapat ditulis menjadi 2 tahap yaitu
Reaksi oksidasi 2Na(s) rarr Na+(aq) + 2 endash
Reaksi reduksi S (s) + 2 endash rarr S 2- (aq)
19
Reaksi redoks 2Na(s) + S(s) rarr Na2S(s)
Pada reaksi di atas Na mengalami reaksi oksidasi dan
menyebabkan S tereduksi Zat seperti Na ini disebut reduktor
Sedangkan S disebut oksidator karena menyebabkan Na teroksidasi
dan dia sendiri mengalami reaksi reduksi
264 Konsep Redoks Berdasarkan Perubahan (Kenaikkan Dan
Penurunan) Bilangan Oksidasi
Sebelum mempelajari konsep reaksi redoks berdasarkan
kenaikan dan penurunan bilangan oksidasi ada baiknya kamu belajar
tentang bilangan oksidasi terlebih dahulu Bilangan oksidasi (bilok)
adalah jumlah muatan yang dimiliki atom suatu unsure jika bergabung
dengan atom unsur lain Aturan biloks antara lain
1 Unsur bebas mempunyai bilok 0 (nol) yang termasuk unsur bebas
unsur diatomik (H2 N2 O2 F2 Cl2 Br2 I2) unsur poliatomik (O3
P4 S8) Selain unsur tersebut adalah unsur monoatomik (Na K
Mg C dan lain-lain)
Contoh
a H dalam H2
b O dalam O2 dan O3
c F dalam F2
d Na dalam Na
2 Unsur H umumnya mempunyai biloks (+1) kecuali pada senyawa
hidrida mempunyai biloks (ndash1) Senyawa hidrida adalah senyawa
yang terbentuk jika logam bergabung dengan atom H (Contoh
NaH KH CaH2)
Contoh H dalam H2O NH3 HCl
3 Unsur O umumnya mempunyai biloks (ndash2) kecuali
a Pada senyawa peroksida contohnya Na2O2 H2O2 BaO2
mempunyai bilok (ndash1)
b Senyawa F2O mempunyai bilok (+2)
20
c Senyawa superoksida (contohnya KO2) mempunyai biloks (ndash12
)
Contoh O dalam H2O Na2O Fe2O3 MgO
4 Unsur logam dalam senyawa umumnya mempunyai biloks positif
Contoh
a Golongan IA (Li Na K Rb dan Cs) mempunyai biloks (+1)
b Golongan IIA ( Be Mg Ca Sr dan Ba) mempunyai bilok
(+2)
c Al3+ Ag+ Zn2+ Pb2+ Pb3+ Fe2+ dan Fe3+
5 Unsur nonlogam umumnya mempunyai bilok negatif
Contoh
a Golongan VIIA (F Cl Br I) mempunyai bilok (ndash1)
b Golongan VIA (O S Se Te) mempunyai bilok (ndash2)
6 Jumlah bilok unsur-unsur dalam ion sama dengan jumlah
muatannya
Contoh
Bilok S dalam SO42-
Bilok O = ndash2
Jumlah bilok = (1 times bilok S + 4 times bilok O)
ndash2 = (1 times bilok S + 4 times (ndash2))
ndash2 = bilok S + (ndash8)
Bilok S = +6
7 Jumlah bilok unsur-unsur dalam senyawa sama dengan 0 (nol)
Contoh H2S
Jumlah bilok = ((2 times bilok H) + (1 times bilok S))
0 = ((2 times (+1)) + (1 times bilok S))
0 = (+2) + bilok S
Bilok S = (ndash2)
Reaksi oksidasi adalah reaksi kenaikkan bilok Sedangkan reaksi
reduksi adalah reaksi penurunan bilok
21
Contoh
1 Zn(s) + 2HCl(aq) 1048687 ZnCl2(aq) + H2(g)
Bilok Zn (unsur bebas) = 0
Bilok Zn dalam ZnCl2 = +2
Berarti Zn mengalami kenaikkan bilok maka Zn mengalami reaksi
oksidasi
Bilok H dalam HCl = +1
Bilok H dalam H2 (unsur bebas) = 0
Jadi H mengalami penurunan bilok maka H mengalami reaksi
reduksi
2 Reaksi pemakaian baterai Zn + 2NH4Cl rarr ZnCl2 + 2NH3 + H2
Bilok Zn (unsur bebas) = 0
Bilok Zn pada ZnCl2 = +2
Berarti Zn mengalami kenaikkan bilok maka Zn mengalami
reaksi oksidasi
Bilok H pada NH4Cl = +1
Bilok H pada H2 (unsur bebas = 0
Berarti H mengalami penurunan bilok maka H mengalami reaksi
reduksi
3 Reaksi pelapisan logam Cu + 2AgNO3 rarr Cu(NO3)2 + 2Ag
Bilok Cu (unsur bebas) = 0
Bilok Cu pada Cu(NO3)2 = +2
Berarti Cu mengalami kenaikkan bilok maka Cu mengalami reaksi
oksidasi
Bilok Ag pada AgNO3 = +1
Bilok Ag (unsur bebas) = 0
Berarti Ag mengalami penurunan bilok maka Ag mengalami
reaksi reduksi Pada reaksi di atas terjadi kenaikkan bilok (reaksi
22
oksidasi) dan penurunan bilok (reaksi reduksi) secara
bersamasama maka disebut reaksi redoks Jika suatu zat
mengalami reaksi oksidasi sekaligus reduksi maka reaksi ini
disebut autoredoks (disproporsionasi)
BAB III
PEMBAHASAN
Dalam penelitian ini peneliti ingin mengetahui apakah penggunaan
media ular tangga yang dikombinasikan dengan model pembelajaran
kooperatif tipe PPT dapat meningkatkan hasil belajar siswa Dalam penelitian
tersebut digunakan populasi siswa kelas X SMA Kristen 1 Kupang sebanyak
109 orang yang terbagi dalam 3 kelas Dengan data nilai mid semester
digunakan 49 uji normalitas dan homogenitas Dari hasil perhitungan
diketahui bahwa populasi mempunyai homogenitas yang sama Dan seluruh
populasi dalam kelas berdistribusi normal Kemudian peneliti mengambil
secara acak dari populasi sebagai sampel Diperoleh kelas X E sebagai
kelompok eksperimen dengan media ular tangga yang dikombinasikan
dengan model pembelajaran kooperatif tipe PPT dan X D sebagai kelompok
kontrol dengan menggunakan metode konvensional Peneliti memilih atau
mengambil pokok bahasan reaksi oksidasi-reduksi karena di dalam pokok
bahasan ini terdapat konsep-konsep dan perhitungan kimia Penelitian
dilaksanakan dalam waktu kurang lebih 1 bulan Kelas eksperimen diberikan
pengajaran dengan media ular tangga yang dikombinasikan dengan model
pembelajaran kooperatif tipe PPT Dalam metode ini peneliti membagi 37
siswa menjadi 8 kelompok yakni 5 kelompok yang terdiri dari lima orang dan
3 kelompok yang terdiri dari empat orang Pembagian kelompok dilakukan
berdasarkan nilai mid semester jenis kelamin dan latar belakang sosial yang
di konsultasikan dengan guru Hal ini dilakukan agar dihasilkan siswa yang
kemampuannya heterogen dalam satu kelompok dan antar kelompok
memiliki kemampuan yang homogen
23
Kegiatan pelaksanan pembelajaran dilakukan 8 kali pertemuan
dengan pertemuan pertama untuk pretest dan pertemuan terakhir untuk
posttest Dalam setiap pertemuan tempat duduk siswa diatur sedemikian rupa
sehingga siswa yang satu kelompok berdekatan Dalam pembelajaran peneliti
menjelaskan hal-hal pokok dan memberi contoh-contoh perhitungan serta
latihan kepada siswa 50 Kemudian dilanjutkan dengan diskusi antar
kelompok tentang materi yang sudah diajarkan Sebagai penguatan sisa jam
pelajaran digunakan untuk bermain ular tangga
Sebelum penelitian dilakukan peneliti menyadari akan timbul kendala dalam
hal kerja kelompok karena siswa belum terbiasa untuk bekerja secara
kooperatif dalam kelompok Untuk itu peneliti memberikan tugas kelompok
awal setelah pelaksanaan pretest sebelum pertemuan pembelajaran pertama
dan menjelaskan kepada siswa akan pentingnya kerjasama dalam kelompok
Kemudian pada kegiatan awal dalam pertemuan pertama pembelajaran guru
menanyai siswa secara acak Hal ini dilakukan untuk melatih tanggung jawab
siswa terhadap tugas kelompoknya Selain itu sebelumnya peneliti
mengadakan pertemuan dengan wasit tiap kelompok di luar jam pelajaran
untuk membahas bagaimana tata cara permainan ular tangga Awalnya
peneliti merencanakan bahwa wasit untuk tiap kelompok bergantian tapi
kemudian diperoleh kesepakatan bahwa wasit untuk tiap kelompok tetap
Penilaian terhadap wasit dilakukan oleh guru (peneliti)
Dari 8 kali pertemuan permainan ular tangga dilakukan sebanyak 4
kali yaitu pada pertemuan kedua ketiga kelima dan ketujuh Dalam
permainan ular tangga ini siswa bermain dalam kelompok masing-masing
dengan wasit yang berasal dari kelompok lain Papan ular tangga
dimodifikasi dengan mengganti gambar ular dan tangga dengan nomor-
nomor bonus yaitu nomor-nomor tertentu yang disusun acak pada papan ular
tangga Apabila bidak berhenti pada nomor-nomor tersebut pemain harus
menjawab pertanyaan yang disediakan oleh wasit Jika jawaban benar pemain
mendapatkan skor 10 Jika jawaban pemain tersebut salah atau tidak bisa
menjawab pertanyaan maka pertanyaan bisa dilempar ke pemain lain sampai
pertanyaan terjawab dengan benar dan semua pemain paham Siapapun yang
24
dapat menjawab pertanyaan wasit dengan benar akan mendapat skor 10 untuk
tiap soalnya Apabila tidak ada yang bisa menjawab dengan benar maka
wasitlah yang harus menjelaskan jawaban sampai semua paham Jadi wasit
sebelumnya sudah mendapatkan soal sekaligus kunci jawaban singkat Bila
wasit tidak mampu menjelaskan jawaban maka wasit boleh bertanya
langsung pada guru (peneliti)
Untuk pertemuan keenam kegiatan pembelajaran diisi dengan
presentasi masing-masing kelompok dengan tugas kelompok yang diberikan
pada pertemuan sebelumnya Akan tetapi pelaksanaanya tidak sesuai seperti
yang direncanakan karena waktu yang terbatas Jadi presentasi hanya bisa
dilakukan di tempat duduk masing-masing kelompok yang dilanjutkan
dengan diskusi antar kelompok Di dalam pembelajaran siswa diarahkan
untuk bersifat aktif dalam pembelajaran
Pertemuan terakhir yaitu pertemuan ke-8 digunakan untuk evaluasi
Dari hasil evaluasi didapatkan data hasil belajar kognitif siswa kelompok
eksperimen dan kontrol yang selanjutnya digunakan dalam analisis data
Siswa yang diajar dengan model pembelajaran PPT mempunyai hasil
belajar yang lebih baik hal ini dikarenakan dalam pembelajarannya siswa
dituntut untuk selalu bekerja sama dalam tim atau kelompoknya untuk
meningkatkan prestasi timnya dengan cara meningkatkan pemahaman dan
prestasi setiap individu dalam kelompok Selain itu siswa diberi penguatan
dengan permainan media ular tangga yang memancing diskusi dan keaktifan
siswa Siswa juga diberitahukan perkembangan skor tiap kelompok dan
individu Kemudian penghargaan diberikan kepada kelompok terbaik dan
individu terbaik Hal ini dilakukan untuk memotivasi siswa dalam belajar
baik baik dalam proses pembelajaran di kelas maupun di luar kelas
Peneliti berusaha melakukan prosedur dengan benar dan maksimal
namun hasil yang didapatkan masih belum memuaskan dan kelemahan-
kelemahan penelitian sebelumnya belum sepenuhnya teratasi Beberapa
kendala yang dihadapi dalam penelitian ini antara lain penentuan sampel
secara cluster random didapatkan kelas X E sebagai kelas eksperimen dan X
D sebagai kelas kontrol Menurut guru pembimbing kondisi kedua kelas
25
secara umum baik namun ketika peneliti melakukan penelitian ternyata kelas
kontrol lebih tertib sehingga pembelajaran dapat berlangsung tanpa hambatan
berarti Namun kelas eksperimen berbeda kelas ini lebih ramai sehingga
banyak menit yang terbuang sia-sia Hal ini juga yang menyebabkan peneliti
kesulitan untuk mengadakan pembelajaran presentasi kelompok Peneliti
sudah mencoba berkonsultasi dengan guru pembimbing namun hasilnya
belum maksimal hingga penelitian usai Permainan ular tangga dari peneliti
juga masih perlu dikembangkan lagi dengan bentuk yang lebih menarik serta
soal yang lebih berbobot dan memancing diskusi Selain itu peneliti
menyadari bahwa instrumen yang dikembangkan belum sempurna sehingga
belum dapat membedakan dengan baik antara kelas eksperimen yang diajar
dengan media ular tangga yang dikombinasikan dengan model pembelajaran
PPT dengan kelas kontrol yang tidak menggunakan media ular tangga yang
dikombinasikan dengan model pembelajaran PPT
Dari beberapa penelitian sebelumnya yang peneliti temukan
kebanyakan metode STAD tidak divariasi kalaupun divariasi belum
menggunakan permainan sebagai media belajar tapi dengan model atau
metode pembelajaran lain Tujuan digunakannya permainan sebagai media
belajar adalah untuk membantu siswa belajar secara mandiri dan
menciptakan suasana yang rekreatif sehingga siswa merasa tertarik untuk
mengikuti pembelajaran Selain itu fungsi media ular tangga yang peneliti
gunakan dalam penelitian ini adalah sebagai penguatan belajar yang
berbentuk permainan Penelitian tentang media permainan ular tangga
sebelumnya masih mempunyai kelemahan dalam aturan permainan yang
belum memancing diskusi dan dalam waktu pelaksanaannya Dalam
penelitian ini peneliti berusaha membuat aturan permainan agar siswa tidak
hanya bermain tapi juga belajar bersama dalam memecahkan soal Dalam hal
waktu pelaksanaan permainan hanya dilakukan 4 kali dengan pertimbangan
agar siswa tidak bosan
W S Winkel dalam Catharina (2004 12) menerangkan bahwa
belajar pada manusia dirumuskan sebagai suatu aktivitas mentalpsikis yang
berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan
26
perubahan-perubahan dalam pengetahuan pemahaman ketrampilan dan
nilai sikap Perubahan itu bersifat secara relatif konstan dan berbekas Dalam
penelitian ini media ular tangga digunakan untuk meningkatkan pengetahuan
dan pemahaman siswa pada pokok bahasan reaksi oksidasi-reduksi
Sedangkan model pembelajaran PPT melatih siswa bagaimana bekerja sama
dalam tim atau kelompok dan memahami makna serta pentingnya melakukan
sesuatu secara bersama untuk mencapai tujuan bersama Setiap siswa dalam
tim mempunyai tanggung jawab yang sama untuk meningkatkan prestasi
timnya dengan cara saling berbagi baik itu sebuah pengetahuan atau sebuah
ketidaktahuan Dari hal tersebut diharapkan siswa dapat mengalami
perubahan dalam perilaku dan sikapnya Dalam penelitian ini peneliti tidak
mengadakan pembelajaran praktikum untuk melatih ketrampilan atau aspek
psikomotorik siswa Hal ini dikarenakan keterbatasan waktu dan persiapan
peneliti Menurut Chatarina (20044) hasil belajar merupakan perubahan
perilaku yang diperoleh pembelajar setelah mengalami aktivitas
belajarPerubahan tingkah laku dikatakan sebagai hasil belajar apabila
1 Hasil belajar sebagai pencapaian tujuan menekankan pentingnya tujuan
mengajar
Ketegasan dalam menetapkan tujuan akan memberikan arah yang jelas
pada pelaksanaan kegiatan pembelajaran Dalam hal ini sebelum
penelitian peneliti menyusun perangkat pembelajaran berupa RPP alat
evaluasi serta mempersiapkan media yang akan digunakan dalam
pembelajaran
2 Hasil belajar merupakan proses kegiatan belajar yang disadari
Dalam proses pembelajaran peneliti memberikan motivasi kepada siswa
ataupun kelompok diantaranya dengan memberikan penghargaan kepada
siswa atau kelompok yang berprestasi
3 Hasil belajar sebagai proses latihan
Proses latihan dan pengulangan dalam penelitian ini dilakukan dengan
media ular tangga
4 Hasil belajar merupakan tindak-tanduk yang berfungsi dalam kurun
waktu tertentu atau hasil belajar harus bersifat permanent Selain itu
27
hasil belajar memberikan informasi mengenai tingkat penguasaan
pelajaran yang diberikan selama proses pembelajaran yang
dilangsungkan dengan menggunakan alat ukur berupa tes dalam suatu
proses evaluasi Dalam hal ini di akhir pembelajaran peneliti
mengadakan evaluasi hasil belajar dengan instrument tes yang
sebelumnya telah diuji keampuhannya Walaupun dalam kurikulum
KTSP terdapat tiga ranah yang diukur yaitu ranah kognitif afektif dan
psikomotorik tujuan pembelajaran pada pokok bahasan lebih
menekankan ranah kognitif Hal ini dapat dilihat dari standar
kompetensi kompetensi dasar hingga indikator pada pokok bahasan
tersebut Selain itu media ular tangga dibuat untuk meningkatkan hasil
belajar siswa pada ranah kognitif karena yang terdapat dalam media
tersebut adalah soal-soal yang berfungsi sebagai penguatan siswa setelah
proses pembelajaran Walaupun demikian peneliti tidak ingin melupakan
ranah afektif dan psikomotorik begitu saja maka media ular tangga
dikombinasikan dengan model pembelajaran kooperatif tipe PPT yang
mengasah sikap dan ketrampilan siswa Hal tersebut yang menjadi
alasan mengapa yang dikaji dalam skripsi ini hanya aspek kognitif saja
28
BAB IV
PENUTUP
41 Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan diatas dapat disimpulkan
bahwa
1 Media ular tangga yang dikombinasikan dengan model pembelajaran
kooperatif tipe PPT meningkatkan hasil belajar kognitif siswa yang
diajar pokok bahasan reaksi oksidasi-reduksi Hal ini berdasarkan hasil
uji tanda Wilcoxon untuk nilai posttest mempunyai jumlah rank positif
yang lebih besar (221) dari rank negatifnya (104)
2 Siswa dapat mencapai ketuntasan belajar untuk pokok bahasan reaksi
oksidasi reduksi dengan media ular tangga yang dikombinasikan dengan
model pembelajaran kooperatif tipe PPT Hal ini berdasarkan rata-rata
hasil posttest kedua kelas lebih dari 65 yaitu rata-rata untuk kelas
eksperimen 718 dan untuk kelas control 662
42 Saran
Saran yang dapat diberikan terkait penelitian ini yaitu
1 Sebelum melakukan penelitian perlu dicermati dengan teliti populasi
yang akan diteliti sehingga sampel benar-benar homogen bukan hanya
dari sisi akademik tetapi juga sisi-sisi lain seperti kondisi kelas
2 Ular tangga perlu dikembangkan lagi baik dari bentuk aturan permainan
maupun soal-soalnya
3 Guru hendaknya lebih kreatif dalam menyampaikan pelajaran sehingga
dengan kondisi kelas seperti apapun pembelajaran dapat berlangsung
secara efektif
4 Sebaiknya dalam mengajar terdapat guru pendamping sehingga guru
tidak kewalahan dalam mengawasi permainan
5 Sebaiknya permainan ular tang dilakukan di luar jam pelajaran
6 Hasil penelitian hanya bisa digunakan untuk sekolah tertentu yang
mempunyai kelas kecil
29
DAFTAR PUSTAKA
Anni CT 2004 Psikologi Belajar Semarang UNNES
Suharsimi Arikunto 2002a Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan Jakarta Bumi Aksara
Bahri S dan AZ 2002 Strategi Belajar Mengajar Jakarta Erlangga
Dianto 2008 Pengaruh Penggunaan Ular Tangga Redoks sebagai Media Chemo-Edutainment Bervisi Sets terhadap Hasil Belajar Siswa SMA Kelas X Semester II Tahun 20072008 Semarang Universitas Negeri Semarang
httpidwikipediaorgwikiUlar_tangga
httplearning-with-meblogspotcom200609 pembelajaranhtml
Lismiyati 2006 Meningkatkan Hasil Belajar Kimia Siswa Kelas XI Semester 2 SMA N 2 Demak dengan Memberikan Umpan Balik Kuis dalam Model Pembelajaran Studens Teams-Achievment Division (STAD) Semarang Universitas Negeri Semarang
Mungin Eddy Wibowo dkk 2008 Panduan Penulisan Karya Ilmiah Semarang Universitas Negeri Semarang
Nana Sudjana 2005 Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar Bandung Sinar Baru Algensindo
Poerwadarminta W J S 1999 Kamus Umum Bahasa Indonesia Jakarta Balai Pustaka
Rina Apitasari 2005 Penggunaan Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe Studens Teams-Achievment Division (STAD) dalam Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Kimia pada Materi Pokok Stoikiometri Siswa Kelas X-6 Semester 1 SMA Negeri 13 Semarang Tahun Pelajaran 20042005 Semarang Universitas Negeri Semarang
Renita Tri Parwati 2006 Peningkatkan Hasil Belajar Kimia Siswa Kelas X dengan Menggunakan kombinasi Metode Studens Teams-Achievment Division (STAD) dan Structure Exercise Methode di SMA N 16 Semarang Semarang Universitas Negeri Semarang
Saptorini 2004 Strategi Belajar Mengajar Semarang Unnes Soeprodjo 1997 Metode Statistik Semarang Jurusan Kimia FPMIPA IKIP
Semarang
30
1 Perangkat pembelajaran
Perangkat pembelajaran yang dibutuhkan meliputi Rencana
Pembelajaran (RP) Buku Siswa Lembar Kegiatan Siswa (LKS)
beserta lembar jawabannya
2 Membentuk kelompok kooperatif
Dalam menentukan kelompok diusahakan agar kemampuan siswa
dalam satu kelompok heterogen baik berdasarkan prestasi jenis
kelamin suku dan latar belakang sosial Kemampuan antar
kelompok diusahakan homogen Apabila dalam kelas terdiri atas
ras dan latar belakang yang relatif sama maka pembentukan
kelompok bisa didasarkan pada prestasi akademik
3 Menentukan skor awal
Nilai ulangan sebelumnya dalam kelas ini dapat dijadikan sebagai
skor awal Skor ini bisa berubah setelah diadakan kuis Selain itu
hasil tes masing-masing individu yang diadakan setelah
pembelajaran lebih lanjut juga dapat dijadikan sebagai skor awal
4 Pengaturan tempat duduk
Untuk menunjang keberhasilan pembelajaran kooperatif maka
pengaturan tempat duduk diusahakan satu kelompok berdekatan
supaya tidak kacau Tempat duduk sebaiknya tidak berpindah-
pindah
5 Kerja kelompok
Supaya tidak terjadi kekacauan lain maka terlebih dahulu diadakan
latihan kerjasama dalam kelompok Hal ini dilakukan agar masing-
masing individu dalam satu kelompok lebih saling mengenal
Model pembelajaran kooperatif tipe PPT ini merupakan tipe
pembelajaran kooperatif yang cukup sederhana Hal ini karena dalam
pembelajaran PPT ini masih ada penyampaian materi pelajaran yang
cenderung seperti model pembelajaran konvensional Perbedaan tipe
pembelajaran ini dengan metode konvensional terletak pada adanya
pemberian penghargaan pada kelompok
12
Kelebihan dari model pembelajaran ini adalah
1 Seluruh siswa menjadi lebih siap
2 Melatih kerjasama dengan baik
Sedangkan kekurangan dari model pembelajaran ini adalah
1 Anggota kelompok semua mengalami kesulitan dalam
penyesuaian
2 Membedakan siswa
243 Bidak (Bantuan Individual Dalam Kelompok)
Menurut situs httpeducaree-fkipunlanetindexphpoption =
com bantuan Individual dalam Kelompok (Bidak) adalah terjemahan
bebas dari Team Assisted Individually (TAI) yang merupakan model
pembelajaran kooperatif dengan karateristirk tanggung jawab belajar
adalah pada siswa Oleh karena itu siswa harus membangun
pengetahuan sendiri dengan kata lain tidak menerima materi pelajaran
dalam bentuk jadi dari guru Pola komunikasi antara guru dengan
siswa adalah negosiasi dan bukan imposisi-intruksi
Langkah-langkah pembelajaran dengan Bidak adalah sebagai berikut
1 Membuat kelompok secara heterogen dan memberikan bahan ajar
berupa modul
2 Siswa-siswa yang telah dikelompokan belajar dengan dibantu oleh
siswa pandai dari anggota kelompok secara individual saling tukar
jawaban dan saling berbagi sehingga terjadi diskusi dalam
kelompok
3 Melaksanakan refleksi dan tes formatif
4 Memberikan penghargaan terhadap kelompok
Model pembelajaran ini memang mengajak siswa untuk
mengkontstruksi pengetahuannya sendiri Namun Bidak sulit
diterapkan pada kelas yang siswanya sama sekali belum pernah
melaksanakan pembelajaran kooperatif
13
244 Jigsaw (Tim Ahli)
Langkah-langkah pada pembelajaran Jigsaw adalah sebagai berikut
1 Membagi para siswa kedalam beberapa kelompok secara heterogen
yang tiap kelompok beranggotakan 5-6 orang
2 Memberikan materi pelajaran kepada siswa dalam bentuk teks
yang telah dibagi-bagi menjadi beberapa sub pokok bahasan
3 Setiap anggota kelompok membaca sub pokok bahasan yang
ditugaskan dan bertanggungjawab untuk mempelajarinya
4 Anggota dari kelompok lain yang mempelajari sub pokok bahasan
yang sama berdiskusi dalam tim ahli
5 Setiap anggota tim ahli kembali ke kelompoknya mengajar teman-
temannya setelah selesai berdiskusi
6 Pada saat bertemu dengan kelompok asal dan berdiskusi para
siswa mendapat tagihan berupa kuis individu (Trianto 2007 57)
Kelebihan dan kekurangan dari model pembelajaran ini hampir
sama dengan model kooperatif tipe PPT Selain itu model
pembelajaran ini lebih rumit karena diskusi tidak hanya dilaksanakan
dalam kelompok tetapi juga dilakukan oleh tim ahli dari masing-
masing kelompok Hal ini membutuhkan banyak waktu
245 Berpikir Berpasangan
Berpikir berpasangan atau Think Pairs Share (TPS) merupakan
tipe pembelajaran kooperatif yang dirancang agar siswa mempunyai
lebih banyak waktu untuk berfikir merespon dan saling membantu
Langkah-langkah yang perlu dilakukan adalah sebagai berikut
1 Berpikir
Suatu pertanyaan atau masalah diajukan oleh guru kepada siswa
Dalam beberapa menit siswa diberi waktu untuk berpikir sendiri
menemukan jawaban atau jalan keluar dari permasalahan yang
diajukan
2 Berpasangan
Guru meminta siswa berpasangan untuk mendiskusikan jawaban
yang diperoleh melalui metode berpikir
14
3 Berbagi
Guru meminta pasangan-pasangan tersebut menyampaikan apa
yang telah mereka diskusikan kepada seluruh kelas dengan cara
presentasi (Trianto 2007 62)
Model pembelajaran ini baik untuk melatih kemapuan berpikir kritis
siswa dalam diskusi Tetapi perlu diperhatikan pasangan sebaiknya
tidak selalu sama Dalam kelas besar presentasi belum tentu bisa
disampaikan oleh semua pasangan karena terbatasnya waktu
246 Investigasi Kelompok
Langkah-langkah pembelajaran Investigasi Kelompok adalah
1 Membuat kelompok heterogen yang terdiri atas 5-6 siswa dengan
orientasi tugas
2 Merencanakan pelaksanaan investigasi Tiap kelompok
menginvestigasi proyek tertentu (bisa di luar kelas misalnya
mengukur tinggi pohon mendata banyak dan jenis kendaraan di
dalam sekolah jenis dagangan dan keuntungan di kantin sekolah
banyak guru dan staf sekolah)
3 Mengolah data penyajian data hasil investigasi presentasi kuis
individual
4 Membuat skor perkembangan siswa umumkan hasil kuis dan
berikan reward httplearning-with-meblogspotcom200609
pembelajaranhtml
Investigasi kelompok merupakan model pembelajaran kooperatif
paling rumit dan sulit untuk dilaksanakan Tetapi bisa dilaksanakan
untuk kelas yang jumlah siswanya tidak terlalu banyak ataupun sedikit
dan mempunyai jam pelajaran lebih
247 Kepala Bernomor
Langkah-langkah dalam pembelajaran Kepala Bernomor adalah
sebagai berikut
1 Membuat kelompok heterogen dan tiap siswa memiliki nomor
tertentu
15
2 Memberikan persoalan materi bahan ajar (untuk tiap kelompok
sama tapi untuk tiap siswa tidak sama sesuai dengan nomor siswa
tiap siswa dengan nomor sama mendapat tugas yang sama)
3 Bekerja kelompok dan presentasi kelompok dengan nomor siswa
yang sama sesuai tugas masing-masing sehingga terjadi diskusi
kelas
4 Kuis individual membuat skor perkembangan tiap siswa serta
mengumumkan hasil kuis dan pemberian reward
Kelebihan dari model pembelajaran ini adalah
1 Setiap siswa menjadi siap semua
2 Dapat melakukan diskusi dengan sungguh-sungguh
3 Siswa yang pandai dapat mengajari siswa yang kurang pandai
Sedangkan kelemahannya yaitu
4 Kemungkinan nomor yang dipanggil dipanggil lagi oleh guru
5 Tidak semua anggota kelompok dipanggil oleh guru
Dari beberapa model pembelajara kooperatif tersebut yang paling
mudah untuk dikombinasikan dengan media ular tangga adalah model
pembelajaran kooperatif yang paling sederhana dan tidak terlalu rumit dalam
pelaksanaannya yaitu model pembelajaran kooperatif tipe PPT
Dalam pelaksanaannya siswa dibagi dalam beberapa kelompok yang
beranggotakan 4-5 orang siswa yang merupakan campuran menurut tingkat
prestasi jenis kelamin dan suku Guru menyampaikan materi pelajaran
kemudian siswa bekerja dalam kelompok mereka memastikan bahwa seluruh
anggota kelompok telah menguasai materi pelajaran yang disampaikan
Permainan ular tangga disisipkan setiap akhir pertemuan sebagai penguatan
belajar
Gambar ular dan tangga dalam papan permainan diganti dengan
nomor-nomor bonus yaitu nomor-nomor tertentu yang disusun acak pada
papan ular tangga Apabila bidak berhenti pada nomo-nomor tersebut
pemain harus menjawab pertanyaan yang disediakan oleh wasit Jika jawaban
pemain tersebut salah atau tidak bisa menjawab pertanyaan maka pertanyaan
16
bisa dilempar ke pemain lain sampai pertanyaan terjawab dengan benar dan
semua pemain paham
25 Hasil Belajar
Menurut Chatarina (20044) hasil belajar merupakan perubahan
perilaku yang diperoleh pembelajar setelah mengalami aktivitas
belajarPerubahan tingkah laku dikatakan sebagai hasil belajar apabila
1 Hasil belajar sebagai pencapaian tujuan menekankan pentingnya tujuan
mengajar
Ketegasan dalam menetapkan tujuan akan memberikan arah yang jelas
pada pelaksanaan kegiatan pembelajaran Tujuan pembelajaran merupakan
rumusan pertanyaan mengenai kemampuan atau tingkah laku yang
diharapkan dikuasai oleh siswa setelah mengikuti pelajaran Tingkat
pencapaian tujuan menunjukkan kualitas pembelajaran
2 Hasil belajar merupakan proses kegiatan belajar yang disadari
Siswa yang termotivasi akan menunjukkan belajar dengan penuh
kesadaran kesungguhan tidak ada paksaan untuk memperoleh tingkat
penguasaan pengetahuan Di samping itu motivasi sangat berpengaruh
terhadap pengetahuan dan konsentrasi siswa pada pelajaran
3 Hasil belajar sebagai proses latihan
Latihan-latihan adalah suatu pengulangan atau tindakan sebagai respon
terhadap rangsangan dari luar dalam rangka memperoleh kemampuan
baru untuk bertindak Latihan merupakan proses belajar yang disadari oleh
pelakunya
4 Hasil belajar merupakan tindak-tanduk yang berfungsi dalam kurun waktu
tertentu atau hasil belajar harus bersifat permanent Selain itu hasil belajar
memberikan informasi mengenai tingkat penguasaan pelajaran yang
diberikan selama proses pembelajaran yang dilangsungkan dengan
menggunakan alat ukur berupa tes dalam suatu proses evaluasi
17
26 Reaksi Oksidasi - Reduksi
Perubahan kimia yang terjadi di sekitar kita beragam jenisnya seperti
pembusukan fermentasi reaksi penggaraman atau penetralan reaksi
hidrolisis reaksi pembakaran oksidasi atau reaksi reduksiReaksi redoks
yaitu reaksi reduksi dan oksidasi bilangan oksidasi oksidator reduktor dan
reaksi autoredoks
261 Definisi Reaksi Oksidasi dan Reduksi
Di sekitar kita sering dijumpai peristiwa kimiawi seperti logam
berkarat pembuatan besi dari bijih besi penyepuhan logam terjadinya
arus listrik pada aki atau baterai buah masak buah busuk mercon
meledak kembang api dibakar dan lain sebagainya Perkaratan pada
logam pembakaran pembusukan oleh mikroba fotosintesis pada
tumbuhan dan metabolism di dalam tubuh merupakan sebagian
contoh-contoh reaksi oksidasi dan reduksi
262 Konsep Redoks Berdasarkan Pengikatan Dan Pelepasan
Oksigen
Konsep reaksi oksidasi dan reduksi mengalami perkembangan
dari masa ke masa sesuai cakupan konsep yang dijelaskan Pada
mulanya konsep reaksi oksidasi dan reduksi ditinjau dari
penggabungan dan pelepasan oksigen
Reaksi oksidasi didefinisikan sebagai reaksi pengikatan suatu zat
dengan oksigen Sebaliknya reaksi pelepasan oksigen oleh suatu zat
disebut reaksi reduksi Contoh reaksi oksidasi
1 C(s) + O2(g) rarr CO2(g)
2 4 Fe(s) + 3 O2(g) rarr 2 Fe2O3(s)
3 Cu(s) + O2(g) rarr CuO(s)
4 S(s) + O2(g) rarr SO2(g)
5 SO2(g) + O2(g) rarr SO3(g)
Pada reaksi di atas C mengikat O2 membentuk CO2 Demikian juga Fe
Cu S dan SO2 berturut-turut menjadi Fe2O3 CuO SO2 dan SO3
18
setelah mengikat oksigen Jadi C Fe Cu S dan SO2 telah mengalami
reaksi oksidasi
Contoh reaksi reduksi
1 2 SO3(g) rarr 2 SO2(g) + O2(g)
2 2 KClO3(s) rarr 2 KCl(s) + 3 O2(g)
3 2 KNO3(aq) rarr 2 KNO2(aq) + O2(g)
Perhatikan reaksi di atas SO3 melepaskan oksigen membentuk SO2
demikian juga KClO3 dan KNO3 masingmasing melepaskan oksigen
menjadi KCl dan KNO2 Jadi SO3 KClO3 dan KNO3 mengalami
reaksi reduksi Pada reaksi termit menghasilkan besi cair yang sering
digunakan untuk mengelas benda-benda dari besi reaksinya adalah
2 Al(s) + Fe2O3(s) rarr 2 Fe(l) + Al2O3(s)
Al mengikat oksigen membentuk Al2O3 berarti Al mengalami
oksidasi Fe2O3 melepaskan oksigen membentuk Fe Jadi Fe2O3
mengalami reduksi Pada reaksi termit tersebut oksidasi dan reduksi
terjadi bersamaan reaksi seperti ini disebut reaksi redoks
263 Konsep Redoks Berdasarkan Pengikatan Dan Pelepasan Elektron
Pada reaksi Na(s) + S(s) rarr Na2S(s) tidak melibatkan gas
oksigen maka konsep redoks berdasarkan pengikatan dan pelepasan
oksigen tidak dapat digunakan Konsep redoks berkembang bukan lagi
pengikatan dan pelepasan oksigen tetapi pengikatan dan pelepasan
elektron Reaksi oksidasi adalah reaksi pelepasan elektron
Contohnya pada pembentukan ion Na+
Na(s) rarr Na+ (aq) + e ndash
Sebaliknya reaksi pengikatan elektron disebut reaksi reduksi
Contohnya pada pembentukan ion S2-
S (s) + 2e ndash rarrS2- (aq)
Reaksi redoks adalah reaksi yang terjadi di mana reaksi oksidasi dan
reduksi terjadi bersama-sama 2Na(s) + S(s) rarr Na2S(s)
Reaksi di atas dapat ditulis menjadi 2 tahap yaitu
Reaksi oksidasi 2Na(s) rarr Na+(aq) + 2 endash
Reaksi reduksi S (s) + 2 endash rarr S 2- (aq)
19
Reaksi redoks 2Na(s) + S(s) rarr Na2S(s)
Pada reaksi di atas Na mengalami reaksi oksidasi dan
menyebabkan S tereduksi Zat seperti Na ini disebut reduktor
Sedangkan S disebut oksidator karena menyebabkan Na teroksidasi
dan dia sendiri mengalami reaksi reduksi
264 Konsep Redoks Berdasarkan Perubahan (Kenaikkan Dan
Penurunan) Bilangan Oksidasi
Sebelum mempelajari konsep reaksi redoks berdasarkan
kenaikan dan penurunan bilangan oksidasi ada baiknya kamu belajar
tentang bilangan oksidasi terlebih dahulu Bilangan oksidasi (bilok)
adalah jumlah muatan yang dimiliki atom suatu unsure jika bergabung
dengan atom unsur lain Aturan biloks antara lain
1 Unsur bebas mempunyai bilok 0 (nol) yang termasuk unsur bebas
unsur diatomik (H2 N2 O2 F2 Cl2 Br2 I2) unsur poliatomik (O3
P4 S8) Selain unsur tersebut adalah unsur monoatomik (Na K
Mg C dan lain-lain)
Contoh
a H dalam H2
b O dalam O2 dan O3
c F dalam F2
d Na dalam Na
2 Unsur H umumnya mempunyai biloks (+1) kecuali pada senyawa
hidrida mempunyai biloks (ndash1) Senyawa hidrida adalah senyawa
yang terbentuk jika logam bergabung dengan atom H (Contoh
NaH KH CaH2)
Contoh H dalam H2O NH3 HCl
3 Unsur O umumnya mempunyai biloks (ndash2) kecuali
a Pada senyawa peroksida contohnya Na2O2 H2O2 BaO2
mempunyai bilok (ndash1)
b Senyawa F2O mempunyai bilok (+2)
20
c Senyawa superoksida (contohnya KO2) mempunyai biloks (ndash12
)
Contoh O dalam H2O Na2O Fe2O3 MgO
4 Unsur logam dalam senyawa umumnya mempunyai biloks positif
Contoh
a Golongan IA (Li Na K Rb dan Cs) mempunyai biloks (+1)
b Golongan IIA ( Be Mg Ca Sr dan Ba) mempunyai bilok
(+2)
c Al3+ Ag+ Zn2+ Pb2+ Pb3+ Fe2+ dan Fe3+
5 Unsur nonlogam umumnya mempunyai bilok negatif
Contoh
a Golongan VIIA (F Cl Br I) mempunyai bilok (ndash1)
b Golongan VIA (O S Se Te) mempunyai bilok (ndash2)
6 Jumlah bilok unsur-unsur dalam ion sama dengan jumlah
muatannya
Contoh
Bilok S dalam SO42-
Bilok O = ndash2
Jumlah bilok = (1 times bilok S + 4 times bilok O)
ndash2 = (1 times bilok S + 4 times (ndash2))
ndash2 = bilok S + (ndash8)
Bilok S = +6
7 Jumlah bilok unsur-unsur dalam senyawa sama dengan 0 (nol)
Contoh H2S
Jumlah bilok = ((2 times bilok H) + (1 times bilok S))
0 = ((2 times (+1)) + (1 times bilok S))
0 = (+2) + bilok S
Bilok S = (ndash2)
Reaksi oksidasi adalah reaksi kenaikkan bilok Sedangkan reaksi
reduksi adalah reaksi penurunan bilok
21
Contoh
1 Zn(s) + 2HCl(aq) 1048687 ZnCl2(aq) + H2(g)
Bilok Zn (unsur bebas) = 0
Bilok Zn dalam ZnCl2 = +2
Berarti Zn mengalami kenaikkan bilok maka Zn mengalami reaksi
oksidasi
Bilok H dalam HCl = +1
Bilok H dalam H2 (unsur bebas) = 0
Jadi H mengalami penurunan bilok maka H mengalami reaksi
reduksi
2 Reaksi pemakaian baterai Zn + 2NH4Cl rarr ZnCl2 + 2NH3 + H2
Bilok Zn (unsur bebas) = 0
Bilok Zn pada ZnCl2 = +2
Berarti Zn mengalami kenaikkan bilok maka Zn mengalami
reaksi oksidasi
Bilok H pada NH4Cl = +1
Bilok H pada H2 (unsur bebas = 0
Berarti H mengalami penurunan bilok maka H mengalami reaksi
reduksi
3 Reaksi pelapisan logam Cu + 2AgNO3 rarr Cu(NO3)2 + 2Ag
Bilok Cu (unsur bebas) = 0
Bilok Cu pada Cu(NO3)2 = +2
Berarti Cu mengalami kenaikkan bilok maka Cu mengalami reaksi
oksidasi
Bilok Ag pada AgNO3 = +1
Bilok Ag (unsur bebas) = 0
Berarti Ag mengalami penurunan bilok maka Ag mengalami
reaksi reduksi Pada reaksi di atas terjadi kenaikkan bilok (reaksi
22
oksidasi) dan penurunan bilok (reaksi reduksi) secara
bersamasama maka disebut reaksi redoks Jika suatu zat
mengalami reaksi oksidasi sekaligus reduksi maka reaksi ini
disebut autoredoks (disproporsionasi)
BAB III
PEMBAHASAN
Dalam penelitian ini peneliti ingin mengetahui apakah penggunaan
media ular tangga yang dikombinasikan dengan model pembelajaran
kooperatif tipe PPT dapat meningkatkan hasil belajar siswa Dalam penelitian
tersebut digunakan populasi siswa kelas X SMA Kristen 1 Kupang sebanyak
109 orang yang terbagi dalam 3 kelas Dengan data nilai mid semester
digunakan 49 uji normalitas dan homogenitas Dari hasil perhitungan
diketahui bahwa populasi mempunyai homogenitas yang sama Dan seluruh
populasi dalam kelas berdistribusi normal Kemudian peneliti mengambil
secara acak dari populasi sebagai sampel Diperoleh kelas X E sebagai
kelompok eksperimen dengan media ular tangga yang dikombinasikan
dengan model pembelajaran kooperatif tipe PPT dan X D sebagai kelompok
kontrol dengan menggunakan metode konvensional Peneliti memilih atau
mengambil pokok bahasan reaksi oksidasi-reduksi karena di dalam pokok
bahasan ini terdapat konsep-konsep dan perhitungan kimia Penelitian
dilaksanakan dalam waktu kurang lebih 1 bulan Kelas eksperimen diberikan
pengajaran dengan media ular tangga yang dikombinasikan dengan model
pembelajaran kooperatif tipe PPT Dalam metode ini peneliti membagi 37
siswa menjadi 8 kelompok yakni 5 kelompok yang terdiri dari lima orang dan
3 kelompok yang terdiri dari empat orang Pembagian kelompok dilakukan
berdasarkan nilai mid semester jenis kelamin dan latar belakang sosial yang
di konsultasikan dengan guru Hal ini dilakukan agar dihasilkan siswa yang
kemampuannya heterogen dalam satu kelompok dan antar kelompok
memiliki kemampuan yang homogen
23
Kegiatan pelaksanan pembelajaran dilakukan 8 kali pertemuan
dengan pertemuan pertama untuk pretest dan pertemuan terakhir untuk
posttest Dalam setiap pertemuan tempat duduk siswa diatur sedemikian rupa
sehingga siswa yang satu kelompok berdekatan Dalam pembelajaran peneliti
menjelaskan hal-hal pokok dan memberi contoh-contoh perhitungan serta
latihan kepada siswa 50 Kemudian dilanjutkan dengan diskusi antar
kelompok tentang materi yang sudah diajarkan Sebagai penguatan sisa jam
pelajaran digunakan untuk bermain ular tangga
Sebelum penelitian dilakukan peneliti menyadari akan timbul kendala dalam
hal kerja kelompok karena siswa belum terbiasa untuk bekerja secara
kooperatif dalam kelompok Untuk itu peneliti memberikan tugas kelompok
awal setelah pelaksanaan pretest sebelum pertemuan pembelajaran pertama
dan menjelaskan kepada siswa akan pentingnya kerjasama dalam kelompok
Kemudian pada kegiatan awal dalam pertemuan pertama pembelajaran guru
menanyai siswa secara acak Hal ini dilakukan untuk melatih tanggung jawab
siswa terhadap tugas kelompoknya Selain itu sebelumnya peneliti
mengadakan pertemuan dengan wasit tiap kelompok di luar jam pelajaran
untuk membahas bagaimana tata cara permainan ular tangga Awalnya
peneliti merencanakan bahwa wasit untuk tiap kelompok bergantian tapi
kemudian diperoleh kesepakatan bahwa wasit untuk tiap kelompok tetap
Penilaian terhadap wasit dilakukan oleh guru (peneliti)
Dari 8 kali pertemuan permainan ular tangga dilakukan sebanyak 4
kali yaitu pada pertemuan kedua ketiga kelima dan ketujuh Dalam
permainan ular tangga ini siswa bermain dalam kelompok masing-masing
dengan wasit yang berasal dari kelompok lain Papan ular tangga
dimodifikasi dengan mengganti gambar ular dan tangga dengan nomor-
nomor bonus yaitu nomor-nomor tertentu yang disusun acak pada papan ular
tangga Apabila bidak berhenti pada nomor-nomor tersebut pemain harus
menjawab pertanyaan yang disediakan oleh wasit Jika jawaban benar pemain
mendapatkan skor 10 Jika jawaban pemain tersebut salah atau tidak bisa
menjawab pertanyaan maka pertanyaan bisa dilempar ke pemain lain sampai
pertanyaan terjawab dengan benar dan semua pemain paham Siapapun yang
24
dapat menjawab pertanyaan wasit dengan benar akan mendapat skor 10 untuk
tiap soalnya Apabila tidak ada yang bisa menjawab dengan benar maka
wasitlah yang harus menjelaskan jawaban sampai semua paham Jadi wasit
sebelumnya sudah mendapatkan soal sekaligus kunci jawaban singkat Bila
wasit tidak mampu menjelaskan jawaban maka wasit boleh bertanya
langsung pada guru (peneliti)
Untuk pertemuan keenam kegiatan pembelajaran diisi dengan
presentasi masing-masing kelompok dengan tugas kelompok yang diberikan
pada pertemuan sebelumnya Akan tetapi pelaksanaanya tidak sesuai seperti
yang direncanakan karena waktu yang terbatas Jadi presentasi hanya bisa
dilakukan di tempat duduk masing-masing kelompok yang dilanjutkan
dengan diskusi antar kelompok Di dalam pembelajaran siswa diarahkan
untuk bersifat aktif dalam pembelajaran
Pertemuan terakhir yaitu pertemuan ke-8 digunakan untuk evaluasi
Dari hasil evaluasi didapatkan data hasil belajar kognitif siswa kelompok
eksperimen dan kontrol yang selanjutnya digunakan dalam analisis data
Siswa yang diajar dengan model pembelajaran PPT mempunyai hasil
belajar yang lebih baik hal ini dikarenakan dalam pembelajarannya siswa
dituntut untuk selalu bekerja sama dalam tim atau kelompoknya untuk
meningkatkan prestasi timnya dengan cara meningkatkan pemahaman dan
prestasi setiap individu dalam kelompok Selain itu siswa diberi penguatan
dengan permainan media ular tangga yang memancing diskusi dan keaktifan
siswa Siswa juga diberitahukan perkembangan skor tiap kelompok dan
individu Kemudian penghargaan diberikan kepada kelompok terbaik dan
individu terbaik Hal ini dilakukan untuk memotivasi siswa dalam belajar
baik baik dalam proses pembelajaran di kelas maupun di luar kelas
Peneliti berusaha melakukan prosedur dengan benar dan maksimal
namun hasil yang didapatkan masih belum memuaskan dan kelemahan-
kelemahan penelitian sebelumnya belum sepenuhnya teratasi Beberapa
kendala yang dihadapi dalam penelitian ini antara lain penentuan sampel
secara cluster random didapatkan kelas X E sebagai kelas eksperimen dan X
D sebagai kelas kontrol Menurut guru pembimbing kondisi kedua kelas
25
secara umum baik namun ketika peneliti melakukan penelitian ternyata kelas
kontrol lebih tertib sehingga pembelajaran dapat berlangsung tanpa hambatan
berarti Namun kelas eksperimen berbeda kelas ini lebih ramai sehingga
banyak menit yang terbuang sia-sia Hal ini juga yang menyebabkan peneliti
kesulitan untuk mengadakan pembelajaran presentasi kelompok Peneliti
sudah mencoba berkonsultasi dengan guru pembimbing namun hasilnya
belum maksimal hingga penelitian usai Permainan ular tangga dari peneliti
juga masih perlu dikembangkan lagi dengan bentuk yang lebih menarik serta
soal yang lebih berbobot dan memancing diskusi Selain itu peneliti
menyadari bahwa instrumen yang dikembangkan belum sempurna sehingga
belum dapat membedakan dengan baik antara kelas eksperimen yang diajar
dengan media ular tangga yang dikombinasikan dengan model pembelajaran
PPT dengan kelas kontrol yang tidak menggunakan media ular tangga yang
dikombinasikan dengan model pembelajaran PPT
Dari beberapa penelitian sebelumnya yang peneliti temukan
kebanyakan metode STAD tidak divariasi kalaupun divariasi belum
menggunakan permainan sebagai media belajar tapi dengan model atau
metode pembelajaran lain Tujuan digunakannya permainan sebagai media
belajar adalah untuk membantu siswa belajar secara mandiri dan
menciptakan suasana yang rekreatif sehingga siswa merasa tertarik untuk
mengikuti pembelajaran Selain itu fungsi media ular tangga yang peneliti
gunakan dalam penelitian ini adalah sebagai penguatan belajar yang
berbentuk permainan Penelitian tentang media permainan ular tangga
sebelumnya masih mempunyai kelemahan dalam aturan permainan yang
belum memancing diskusi dan dalam waktu pelaksanaannya Dalam
penelitian ini peneliti berusaha membuat aturan permainan agar siswa tidak
hanya bermain tapi juga belajar bersama dalam memecahkan soal Dalam hal
waktu pelaksanaan permainan hanya dilakukan 4 kali dengan pertimbangan
agar siswa tidak bosan
W S Winkel dalam Catharina (2004 12) menerangkan bahwa
belajar pada manusia dirumuskan sebagai suatu aktivitas mentalpsikis yang
berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan
26
perubahan-perubahan dalam pengetahuan pemahaman ketrampilan dan
nilai sikap Perubahan itu bersifat secara relatif konstan dan berbekas Dalam
penelitian ini media ular tangga digunakan untuk meningkatkan pengetahuan
dan pemahaman siswa pada pokok bahasan reaksi oksidasi-reduksi
Sedangkan model pembelajaran PPT melatih siswa bagaimana bekerja sama
dalam tim atau kelompok dan memahami makna serta pentingnya melakukan
sesuatu secara bersama untuk mencapai tujuan bersama Setiap siswa dalam
tim mempunyai tanggung jawab yang sama untuk meningkatkan prestasi
timnya dengan cara saling berbagi baik itu sebuah pengetahuan atau sebuah
ketidaktahuan Dari hal tersebut diharapkan siswa dapat mengalami
perubahan dalam perilaku dan sikapnya Dalam penelitian ini peneliti tidak
mengadakan pembelajaran praktikum untuk melatih ketrampilan atau aspek
psikomotorik siswa Hal ini dikarenakan keterbatasan waktu dan persiapan
peneliti Menurut Chatarina (20044) hasil belajar merupakan perubahan
perilaku yang diperoleh pembelajar setelah mengalami aktivitas
belajarPerubahan tingkah laku dikatakan sebagai hasil belajar apabila
1 Hasil belajar sebagai pencapaian tujuan menekankan pentingnya tujuan
mengajar
Ketegasan dalam menetapkan tujuan akan memberikan arah yang jelas
pada pelaksanaan kegiatan pembelajaran Dalam hal ini sebelum
penelitian peneliti menyusun perangkat pembelajaran berupa RPP alat
evaluasi serta mempersiapkan media yang akan digunakan dalam
pembelajaran
2 Hasil belajar merupakan proses kegiatan belajar yang disadari
Dalam proses pembelajaran peneliti memberikan motivasi kepada siswa
ataupun kelompok diantaranya dengan memberikan penghargaan kepada
siswa atau kelompok yang berprestasi
3 Hasil belajar sebagai proses latihan
Proses latihan dan pengulangan dalam penelitian ini dilakukan dengan
media ular tangga
4 Hasil belajar merupakan tindak-tanduk yang berfungsi dalam kurun
waktu tertentu atau hasil belajar harus bersifat permanent Selain itu
27
hasil belajar memberikan informasi mengenai tingkat penguasaan
pelajaran yang diberikan selama proses pembelajaran yang
dilangsungkan dengan menggunakan alat ukur berupa tes dalam suatu
proses evaluasi Dalam hal ini di akhir pembelajaran peneliti
mengadakan evaluasi hasil belajar dengan instrument tes yang
sebelumnya telah diuji keampuhannya Walaupun dalam kurikulum
KTSP terdapat tiga ranah yang diukur yaitu ranah kognitif afektif dan
psikomotorik tujuan pembelajaran pada pokok bahasan lebih
menekankan ranah kognitif Hal ini dapat dilihat dari standar
kompetensi kompetensi dasar hingga indikator pada pokok bahasan
tersebut Selain itu media ular tangga dibuat untuk meningkatkan hasil
belajar siswa pada ranah kognitif karena yang terdapat dalam media
tersebut adalah soal-soal yang berfungsi sebagai penguatan siswa setelah
proses pembelajaran Walaupun demikian peneliti tidak ingin melupakan
ranah afektif dan psikomotorik begitu saja maka media ular tangga
dikombinasikan dengan model pembelajaran kooperatif tipe PPT yang
mengasah sikap dan ketrampilan siswa Hal tersebut yang menjadi
alasan mengapa yang dikaji dalam skripsi ini hanya aspek kognitif saja
28
BAB IV
PENUTUP
41 Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan diatas dapat disimpulkan
bahwa
1 Media ular tangga yang dikombinasikan dengan model pembelajaran
kooperatif tipe PPT meningkatkan hasil belajar kognitif siswa yang
diajar pokok bahasan reaksi oksidasi-reduksi Hal ini berdasarkan hasil
uji tanda Wilcoxon untuk nilai posttest mempunyai jumlah rank positif
yang lebih besar (221) dari rank negatifnya (104)
2 Siswa dapat mencapai ketuntasan belajar untuk pokok bahasan reaksi
oksidasi reduksi dengan media ular tangga yang dikombinasikan dengan
model pembelajaran kooperatif tipe PPT Hal ini berdasarkan rata-rata
hasil posttest kedua kelas lebih dari 65 yaitu rata-rata untuk kelas
eksperimen 718 dan untuk kelas control 662
42 Saran
Saran yang dapat diberikan terkait penelitian ini yaitu
1 Sebelum melakukan penelitian perlu dicermati dengan teliti populasi
yang akan diteliti sehingga sampel benar-benar homogen bukan hanya
dari sisi akademik tetapi juga sisi-sisi lain seperti kondisi kelas
2 Ular tangga perlu dikembangkan lagi baik dari bentuk aturan permainan
maupun soal-soalnya
3 Guru hendaknya lebih kreatif dalam menyampaikan pelajaran sehingga
dengan kondisi kelas seperti apapun pembelajaran dapat berlangsung
secara efektif
4 Sebaiknya dalam mengajar terdapat guru pendamping sehingga guru
tidak kewalahan dalam mengawasi permainan
5 Sebaiknya permainan ular tang dilakukan di luar jam pelajaran
6 Hasil penelitian hanya bisa digunakan untuk sekolah tertentu yang
mempunyai kelas kecil
29
DAFTAR PUSTAKA
Anni CT 2004 Psikologi Belajar Semarang UNNES
Suharsimi Arikunto 2002a Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan Jakarta Bumi Aksara
Bahri S dan AZ 2002 Strategi Belajar Mengajar Jakarta Erlangga
Dianto 2008 Pengaruh Penggunaan Ular Tangga Redoks sebagai Media Chemo-Edutainment Bervisi Sets terhadap Hasil Belajar Siswa SMA Kelas X Semester II Tahun 20072008 Semarang Universitas Negeri Semarang
httpidwikipediaorgwikiUlar_tangga
httplearning-with-meblogspotcom200609 pembelajaranhtml
Lismiyati 2006 Meningkatkan Hasil Belajar Kimia Siswa Kelas XI Semester 2 SMA N 2 Demak dengan Memberikan Umpan Balik Kuis dalam Model Pembelajaran Studens Teams-Achievment Division (STAD) Semarang Universitas Negeri Semarang
Mungin Eddy Wibowo dkk 2008 Panduan Penulisan Karya Ilmiah Semarang Universitas Negeri Semarang
Nana Sudjana 2005 Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar Bandung Sinar Baru Algensindo
Poerwadarminta W J S 1999 Kamus Umum Bahasa Indonesia Jakarta Balai Pustaka
Rina Apitasari 2005 Penggunaan Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe Studens Teams-Achievment Division (STAD) dalam Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Kimia pada Materi Pokok Stoikiometri Siswa Kelas X-6 Semester 1 SMA Negeri 13 Semarang Tahun Pelajaran 20042005 Semarang Universitas Negeri Semarang
Renita Tri Parwati 2006 Peningkatkan Hasil Belajar Kimia Siswa Kelas X dengan Menggunakan kombinasi Metode Studens Teams-Achievment Division (STAD) dan Structure Exercise Methode di SMA N 16 Semarang Semarang Universitas Negeri Semarang
Saptorini 2004 Strategi Belajar Mengajar Semarang Unnes Soeprodjo 1997 Metode Statistik Semarang Jurusan Kimia FPMIPA IKIP
Semarang
30
Kelebihan dari model pembelajaran ini adalah
1 Seluruh siswa menjadi lebih siap
2 Melatih kerjasama dengan baik
Sedangkan kekurangan dari model pembelajaran ini adalah
1 Anggota kelompok semua mengalami kesulitan dalam
penyesuaian
2 Membedakan siswa
243 Bidak (Bantuan Individual Dalam Kelompok)
Menurut situs httpeducaree-fkipunlanetindexphpoption =
com bantuan Individual dalam Kelompok (Bidak) adalah terjemahan
bebas dari Team Assisted Individually (TAI) yang merupakan model
pembelajaran kooperatif dengan karateristirk tanggung jawab belajar
adalah pada siswa Oleh karena itu siswa harus membangun
pengetahuan sendiri dengan kata lain tidak menerima materi pelajaran
dalam bentuk jadi dari guru Pola komunikasi antara guru dengan
siswa adalah negosiasi dan bukan imposisi-intruksi
Langkah-langkah pembelajaran dengan Bidak adalah sebagai berikut
1 Membuat kelompok secara heterogen dan memberikan bahan ajar
berupa modul
2 Siswa-siswa yang telah dikelompokan belajar dengan dibantu oleh
siswa pandai dari anggota kelompok secara individual saling tukar
jawaban dan saling berbagi sehingga terjadi diskusi dalam
kelompok
3 Melaksanakan refleksi dan tes formatif
4 Memberikan penghargaan terhadap kelompok
Model pembelajaran ini memang mengajak siswa untuk
mengkontstruksi pengetahuannya sendiri Namun Bidak sulit
diterapkan pada kelas yang siswanya sama sekali belum pernah
melaksanakan pembelajaran kooperatif
13
244 Jigsaw (Tim Ahli)
Langkah-langkah pada pembelajaran Jigsaw adalah sebagai berikut
1 Membagi para siswa kedalam beberapa kelompok secara heterogen
yang tiap kelompok beranggotakan 5-6 orang
2 Memberikan materi pelajaran kepada siswa dalam bentuk teks
yang telah dibagi-bagi menjadi beberapa sub pokok bahasan
3 Setiap anggota kelompok membaca sub pokok bahasan yang
ditugaskan dan bertanggungjawab untuk mempelajarinya
4 Anggota dari kelompok lain yang mempelajari sub pokok bahasan
yang sama berdiskusi dalam tim ahli
5 Setiap anggota tim ahli kembali ke kelompoknya mengajar teman-
temannya setelah selesai berdiskusi
6 Pada saat bertemu dengan kelompok asal dan berdiskusi para
siswa mendapat tagihan berupa kuis individu (Trianto 2007 57)
Kelebihan dan kekurangan dari model pembelajaran ini hampir
sama dengan model kooperatif tipe PPT Selain itu model
pembelajaran ini lebih rumit karena diskusi tidak hanya dilaksanakan
dalam kelompok tetapi juga dilakukan oleh tim ahli dari masing-
masing kelompok Hal ini membutuhkan banyak waktu
245 Berpikir Berpasangan
Berpikir berpasangan atau Think Pairs Share (TPS) merupakan
tipe pembelajaran kooperatif yang dirancang agar siswa mempunyai
lebih banyak waktu untuk berfikir merespon dan saling membantu
Langkah-langkah yang perlu dilakukan adalah sebagai berikut
1 Berpikir
Suatu pertanyaan atau masalah diajukan oleh guru kepada siswa
Dalam beberapa menit siswa diberi waktu untuk berpikir sendiri
menemukan jawaban atau jalan keluar dari permasalahan yang
diajukan
2 Berpasangan
Guru meminta siswa berpasangan untuk mendiskusikan jawaban
yang diperoleh melalui metode berpikir
14
3 Berbagi
Guru meminta pasangan-pasangan tersebut menyampaikan apa
yang telah mereka diskusikan kepada seluruh kelas dengan cara
presentasi (Trianto 2007 62)
Model pembelajaran ini baik untuk melatih kemapuan berpikir kritis
siswa dalam diskusi Tetapi perlu diperhatikan pasangan sebaiknya
tidak selalu sama Dalam kelas besar presentasi belum tentu bisa
disampaikan oleh semua pasangan karena terbatasnya waktu
246 Investigasi Kelompok
Langkah-langkah pembelajaran Investigasi Kelompok adalah
1 Membuat kelompok heterogen yang terdiri atas 5-6 siswa dengan
orientasi tugas
2 Merencanakan pelaksanaan investigasi Tiap kelompok
menginvestigasi proyek tertentu (bisa di luar kelas misalnya
mengukur tinggi pohon mendata banyak dan jenis kendaraan di
dalam sekolah jenis dagangan dan keuntungan di kantin sekolah
banyak guru dan staf sekolah)
3 Mengolah data penyajian data hasil investigasi presentasi kuis
individual
4 Membuat skor perkembangan siswa umumkan hasil kuis dan
berikan reward httplearning-with-meblogspotcom200609
pembelajaranhtml
Investigasi kelompok merupakan model pembelajaran kooperatif
paling rumit dan sulit untuk dilaksanakan Tetapi bisa dilaksanakan
untuk kelas yang jumlah siswanya tidak terlalu banyak ataupun sedikit
dan mempunyai jam pelajaran lebih
247 Kepala Bernomor
Langkah-langkah dalam pembelajaran Kepala Bernomor adalah
sebagai berikut
1 Membuat kelompok heterogen dan tiap siswa memiliki nomor
tertentu
15
2 Memberikan persoalan materi bahan ajar (untuk tiap kelompok
sama tapi untuk tiap siswa tidak sama sesuai dengan nomor siswa
tiap siswa dengan nomor sama mendapat tugas yang sama)
3 Bekerja kelompok dan presentasi kelompok dengan nomor siswa
yang sama sesuai tugas masing-masing sehingga terjadi diskusi
kelas
4 Kuis individual membuat skor perkembangan tiap siswa serta
mengumumkan hasil kuis dan pemberian reward
Kelebihan dari model pembelajaran ini adalah
1 Setiap siswa menjadi siap semua
2 Dapat melakukan diskusi dengan sungguh-sungguh
3 Siswa yang pandai dapat mengajari siswa yang kurang pandai
Sedangkan kelemahannya yaitu
4 Kemungkinan nomor yang dipanggil dipanggil lagi oleh guru
5 Tidak semua anggota kelompok dipanggil oleh guru
Dari beberapa model pembelajara kooperatif tersebut yang paling
mudah untuk dikombinasikan dengan media ular tangga adalah model
pembelajaran kooperatif yang paling sederhana dan tidak terlalu rumit dalam
pelaksanaannya yaitu model pembelajaran kooperatif tipe PPT
Dalam pelaksanaannya siswa dibagi dalam beberapa kelompok yang
beranggotakan 4-5 orang siswa yang merupakan campuran menurut tingkat
prestasi jenis kelamin dan suku Guru menyampaikan materi pelajaran
kemudian siswa bekerja dalam kelompok mereka memastikan bahwa seluruh
anggota kelompok telah menguasai materi pelajaran yang disampaikan
Permainan ular tangga disisipkan setiap akhir pertemuan sebagai penguatan
belajar
Gambar ular dan tangga dalam papan permainan diganti dengan
nomor-nomor bonus yaitu nomor-nomor tertentu yang disusun acak pada
papan ular tangga Apabila bidak berhenti pada nomo-nomor tersebut
pemain harus menjawab pertanyaan yang disediakan oleh wasit Jika jawaban
pemain tersebut salah atau tidak bisa menjawab pertanyaan maka pertanyaan
16
bisa dilempar ke pemain lain sampai pertanyaan terjawab dengan benar dan
semua pemain paham
25 Hasil Belajar
Menurut Chatarina (20044) hasil belajar merupakan perubahan
perilaku yang diperoleh pembelajar setelah mengalami aktivitas
belajarPerubahan tingkah laku dikatakan sebagai hasil belajar apabila
1 Hasil belajar sebagai pencapaian tujuan menekankan pentingnya tujuan
mengajar
Ketegasan dalam menetapkan tujuan akan memberikan arah yang jelas
pada pelaksanaan kegiatan pembelajaran Tujuan pembelajaran merupakan
rumusan pertanyaan mengenai kemampuan atau tingkah laku yang
diharapkan dikuasai oleh siswa setelah mengikuti pelajaran Tingkat
pencapaian tujuan menunjukkan kualitas pembelajaran
2 Hasil belajar merupakan proses kegiatan belajar yang disadari
Siswa yang termotivasi akan menunjukkan belajar dengan penuh
kesadaran kesungguhan tidak ada paksaan untuk memperoleh tingkat
penguasaan pengetahuan Di samping itu motivasi sangat berpengaruh
terhadap pengetahuan dan konsentrasi siswa pada pelajaran
3 Hasil belajar sebagai proses latihan
Latihan-latihan adalah suatu pengulangan atau tindakan sebagai respon
terhadap rangsangan dari luar dalam rangka memperoleh kemampuan
baru untuk bertindak Latihan merupakan proses belajar yang disadari oleh
pelakunya
4 Hasil belajar merupakan tindak-tanduk yang berfungsi dalam kurun waktu
tertentu atau hasil belajar harus bersifat permanent Selain itu hasil belajar
memberikan informasi mengenai tingkat penguasaan pelajaran yang
diberikan selama proses pembelajaran yang dilangsungkan dengan
menggunakan alat ukur berupa tes dalam suatu proses evaluasi
17
26 Reaksi Oksidasi - Reduksi
Perubahan kimia yang terjadi di sekitar kita beragam jenisnya seperti
pembusukan fermentasi reaksi penggaraman atau penetralan reaksi
hidrolisis reaksi pembakaran oksidasi atau reaksi reduksiReaksi redoks
yaitu reaksi reduksi dan oksidasi bilangan oksidasi oksidator reduktor dan
reaksi autoredoks
261 Definisi Reaksi Oksidasi dan Reduksi
Di sekitar kita sering dijumpai peristiwa kimiawi seperti logam
berkarat pembuatan besi dari bijih besi penyepuhan logam terjadinya
arus listrik pada aki atau baterai buah masak buah busuk mercon
meledak kembang api dibakar dan lain sebagainya Perkaratan pada
logam pembakaran pembusukan oleh mikroba fotosintesis pada
tumbuhan dan metabolism di dalam tubuh merupakan sebagian
contoh-contoh reaksi oksidasi dan reduksi
262 Konsep Redoks Berdasarkan Pengikatan Dan Pelepasan
Oksigen
Konsep reaksi oksidasi dan reduksi mengalami perkembangan
dari masa ke masa sesuai cakupan konsep yang dijelaskan Pada
mulanya konsep reaksi oksidasi dan reduksi ditinjau dari
penggabungan dan pelepasan oksigen
Reaksi oksidasi didefinisikan sebagai reaksi pengikatan suatu zat
dengan oksigen Sebaliknya reaksi pelepasan oksigen oleh suatu zat
disebut reaksi reduksi Contoh reaksi oksidasi
1 C(s) + O2(g) rarr CO2(g)
2 4 Fe(s) + 3 O2(g) rarr 2 Fe2O3(s)
3 Cu(s) + O2(g) rarr CuO(s)
4 S(s) + O2(g) rarr SO2(g)
5 SO2(g) + O2(g) rarr SO3(g)
Pada reaksi di atas C mengikat O2 membentuk CO2 Demikian juga Fe
Cu S dan SO2 berturut-turut menjadi Fe2O3 CuO SO2 dan SO3
18
setelah mengikat oksigen Jadi C Fe Cu S dan SO2 telah mengalami
reaksi oksidasi
Contoh reaksi reduksi
1 2 SO3(g) rarr 2 SO2(g) + O2(g)
2 2 KClO3(s) rarr 2 KCl(s) + 3 O2(g)
3 2 KNO3(aq) rarr 2 KNO2(aq) + O2(g)
Perhatikan reaksi di atas SO3 melepaskan oksigen membentuk SO2
demikian juga KClO3 dan KNO3 masingmasing melepaskan oksigen
menjadi KCl dan KNO2 Jadi SO3 KClO3 dan KNO3 mengalami
reaksi reduksi Pada reaksi termit menghasilkan besi cair yang sering
digunakan untuk mengelas benda-benda dari besi reaksinya adalah
2 Al(s) + Fe2O3(s) rarr 2 Fe(l) + Al2O3(s)
Al mengikat oksigen membentuk Al2O3 berarti Al mengalami
oksidasi Fe2O3 melepaskan oksigen membentuk Fe Jadi Fe2O3
mengalami reduksi Pada reaksi termit tersebut oksidasi dan reduksi
terjadi bersamaan reaksi seperti ini disebut reaksi redoks
263 Konsep Redoks Berdasarkan Pengikatan Dan Pelepasan Elektron
Pada reaksi Na(s) + S(s) rarr Na2S(s) tidak melibatkan gas
oksigen maka konsep redoks berdasarkan pengikatan dan pelepasan
oksigen tidak dapat digunakan Konsep redoks berkembang bukan lagi
pengikatan dan pelepasan oksigen tetapi pengikatan dan pelepasan
elektron Reaksi oksidasi adalah reaksi pelepasan elektron
Contohnya pada pembentukan ion Na+
Na(s) rarr Na+ (aq) + e ndash
Sebaliknya reaksi pengikatan elektron disebut reaksi reduksi
Contohnya pada pembentukan ion S2-
S (s) + 2e ndash rarrS2- (aq)
Reaksi redoks adalah reaksi yang terjadi di mana reaksi oksidasi dan
reduksi terjadi bersama-sama 2Na(s) + S(s) rarr Na2S(s)
Reaksi di atas dapat ditulis menjadi 2 tahap yaitu
Reaksi oksidasi 2Na(s) rarr Na+(aq) + 2 endash
Reaksi reduksi S (s) + 2 endash rarr S 2- (aq)
19
Reaksi redoks 2Na(s) + S(s) rarr Na2S(s)
Pada reaksi di atas Na mengalami reaksi oksidasi dan
menyebabkan S tereduksi Zat seperti Na ini disebut reduktor
Sedangkan S disebut oksidator karena menyebabkan Na teroksidasi
dan dia sendiri mengalami reaksi reduksi
264 Konsep Redoks Berdasarkan Perubahan (Kenaikkan Dan
Penurunan) Bilangan Oksidasi
Sebelum mempelajari konsep reaksi redoks berdasarkan
kenaikan dan penurunan bilangan oksidasi ada baiknya kamu belajar
tentang bilangan oksidasi terlebih dahulu Bilangan oksidasi (bilok)
adalah jumlah muatan yang dimiliki atom suatu unsure jika bergabung
dengan atom unsur lain Aturan biloks antara lain
1 Unsur bebas mempunyai bilok 0 (nol) yang termasuk unsur bebas
unsur diatomik (H2 N2 O2 F2 Cl2 Br2 I2) unsur poliatomik (O3
P4 S8) Selain unsur tersebut adalah unsur monoatomik (Na K
Mg C dan lain-lain)
Contoh
a H dalam H2
b O dalam O2 dan O3
c F dalam F2
d Na dalam Na
2 Unsur H umumnya mempunyai biloks (+1) kecuali pada senyawa
hidrida mempunyai biloks (ndash1) Senyawa hidrida adalah senyawa
yang terbentuk jika logam bergabung dengan atom H (Contoh
NaH KH CaH2)
Contoh H dalam H2O NH3 HCl
3 Unsur O umumnya mempunyai biloks (ndash2) kecuali
a Pada senyawa peroksida contohnya Na2O2 H2O2 BaO2
mempunyai bilok (ndash1)
b Senyawa F2O mempunyai bilok (+2)
20
c Senyawa superoksida (contohnya KO2) mempunyai biloks (ndash12
)
Contoh O dalam H2O Na2O Fe2O3 MgO
4 Unsur logam dalam senyawa umumnya mempunyai biloks positif
Contoh
a Golongan IA (Li Na K Rb dan Cs) mempunyai biloks (+1)
b Golongan IIA ( Be Mg Ca Sr dan Ba) mempunyai bilok
(+2)
c Al3+ Ag+ Zn2+ Pb2+ Pb3+ Fe2+ dan Fe3+
5 Unsur nonlogam umumnya mempunyai bilok negatif
Contoh
a Golongan VIIA (F Cl Br I) mempunyai bilok (ndash1)
b Golongan VIA (O S Se Te) mempunyai bilok (ndash2)
6 Jumlah bilok unsur-unsur dalam ion sama dengan jumlah
muatannya
Contoh
Bilok S dalam SO42-
Bilok O = ndash2
Jumlah bilok = (1 times bilok S + 4 times bilok O)
ndash2 = (1 times bilok S + 4 times (ndash2))
ndash2 = bilok S + (ndash8)
Bilok S = +6
7 Jumlah bilok unsur-unsur dalam senyawa sama dengan 0 (nol)
Contoh H2S
Jumlah bilok = ((2 times bilok H) + (1 times bilok S))
0 = ((2 times (+1)) + (1 times bilok S))
0 = (+2) + bilok S
Bilok S = (ndash2)
Reaksi oksidasi adalah reaksi kenaikkan bilok Sedangkan reaksi
reduksi adalah reaksi penurunan bilok
21
Contoh
1 Zn(s) + 2HCl(aq) 1048687 ZnCl2(aq) + H2(g)
Bilok Zn (unsur bebas) = 0
Bilok Zn dalam ZnCl2 = +2
Berarti Zn mengalami kenaikkan bilok maka Zn mengalami reaksi
oksidasi
Bilok H dalam HCl = +1
Bilok H dalam H2 (unsur bebas) = 0
Jadi H mengalami penurunan bilok maka H mengalami reaksi
reduksi
2 Reaksi pemakaian baterai Zn + 2NH4Cl rarr ZnCl2 + 2NH3 + H2
Bilok Zn (unsur bebas) = 0
Bilok Zn pada ZnCl2 = +2
Berarti Zn mengalami kenaikkan bilok maka Zn mengalami
reaksi oksidasi
Bilok H pada NH4Cl = +1
Bilok H pada H2 (unsur bebas = 0
Berarti H mengalami penurunan bilok maka H mengalami reaksi
reduksi
3 Reaksi pelapisan logam Cu + 2AgNO3 rarr Cu(NO3)2 + 2Ag
Bilok Cu (unsur bebas) = 0
Bilok Cu pada Cu(NO3)2 = +2
Berarti Cu mengalami kenaikkan bilok maka Cu mengalami reaksi
oksidasi
Bilok Ag pada AgNO3 = +1
Bilok Ag (unsur bebas) = 0
Berarti Ag mengalami penurunan bilok maka Ag mengalami
reaksi reduksi Pada reaksi di atas terjadi kenaikkan bilok (reaksi
22
oksidasi) dan penurunan bilok (reaksi reduksi) secara
bersamasama maka disebut reaksi redoks Jika suatu zat
mengalami reaksi oksidasi sekaligus reduksi maka reaksi ini
disebut autoredoks (disproporsionasi)
BAB III
PEMBAHASAN
Dalam penelitian ini peneliti ingin mengetahui apakah penggunaan
media ular tangga yang dikombinasikan dengan model pembelajaran
kooperatif tipe PPT dapat meningkatkan hasil belajar siswa Dalam penelitian
tersebut digunakan populasi siswa kelas X SMA Kristen 1 Kupang sebanyak
109 orang yang terbagi dalam 3 kelas Dengan data nilai mid semester
digunakan 49 uji normalitas dan homogenitas Dari hasil perhitungan
diketahui bahwa populasi mempunyai homogenitas yang sama Dan seluruh
populasi dalam kelas berdistribusi normal Kemudian peneliti mengambil
secara acak dari populasi sebagai sampel Diperoleh kelas X E sebagai
kelompok eksperimen dengan media ular tangga yang dikombinasikan
dengan model pembelajaran kooperatif tipe PPT dan X D sebagai kelompok
kontrol dengan menggunakan metode konvensional Peneliti memilih atau
mengambil pokok bahasan reaksi oksidasi-reduksi karena di dalam pokok
bahasan ini terdapat konsep-konsep dan perhitungan kimia Penelitian
dilaksanakan dalam waktu kurang lebih 1 bulan Kelas eksperimen diberikan
pengajaran dengan media ular tangga yang dikombinasikan dengan model
pembelajaran kooperatif tipe PPT Dalam metode ini peneliti membagi 37
siswa menjadi 8 kelompok yakni 5 kelompok yang terdiri dari lima orang dan
3 kelompok yang terdiri dari empat orang Pembagian kelompok dilakukan
berdasarkan nilai mid semester jenis kelamin dan latar belakang sosial yang
di konsultasikan dengan guru Hal ini dilakukan agar dihasilkan siswa yang
kemampuannya heterogen dalam satu kelompok dan antar kelompok
memiliki kemampuan yang homogen
23
Kegiatan pelaksanan pembelajaran dilakukan 8 kali pertemuan
dengan pertemuan pertama untuk pretest dan pertemuan terakhir untuk
posttest Dalam setiap pertemuan tempat duduk siswa diatur sedemikian rupa
sehingga siswa yang satu kelompok berdekatan Dalam pembelajaran peneliti
menjelaskan hal-hal pokok dan memberi contoh-contoh perhitungan serta
latihan kepada siswa 50 Kemudian dilanjutkan dengan diskusi antar
kelompok tentang materi yang sudah diajarkan Sebagai penguatan sisa jam
pelajaran digunakan untuk bermain ular tangga
Sebelum penelitian dilakukan peneliti menyadari akan timbul kendala dalam
hal kerja kelompok karena siswa belum terbiasa untuk bekerja secara
kooperatif dalam kelompok Untuk itu peneliti memberikan tugas kelompok
awal setelah pelaksanaan pretest sebelum pertemuan pembelajaran pertama
dan menjelaskan kepada siswa akan pentingnya kerjasama dalam kelompok
Kemudian pada kegiatan awal dalam pertemuan pertama pembelajaran guru
menanyai siswa secara acak Hal ini dilakukan untuk melatih tanggung jawab
siswa terhadap tugas kelompoknya Selain itu sebelumnya peneliti
mengadakan pertemuan dengan wasit tiap kelompok di luar jam pelajaran
untuk membahas bagaimana tata cara permainan ular tangga Awalnya
peneliti merencanakan bahwa wasit untuk tiap kelompok bergantian tapi
kemudian diperoleh kesepakatan bahwa wasit untuk tiap kelompok tetap
Penilaian terhadap wasit dilakukan oleh guru (peneliti)
Dari 8 kali pertemuan permainan ular tangga dilakukan sebanyak 4
kali yaitu pada pertemuan kedua ketiga kelima dan ketujuh Dalam
permainan ular tangga ini siswa bermain dalam kelompok masing-masing
dengan wasit yang berasal dari kelompok lain Papan ular tangga
dimodifikasi dengan mengganti gambar ular dan tangga dengan nomor-
nomor bonus yaitu nomor-nomor tertentu yang disusun acak pada papan ular
tangga Apabila bidak berhenti pada nomor-nomor tersebut pemain harus
menjawab pertanyaan yang disediakan oleh wasit Jika jawaban benar pemain
mendapatkan skor 10 Jika jawaban pemain tersebut salah atau tidak bisa
menjawab pertanyaan maka pertanyaan bisa dilempar ke pemain lain sampai
pertanyaan terjawab dengan benar dan semua pemain paham Siapapun yang
24
dapat menjawab pertanyaan wasit dengan benar akan mendapat skor 10 untuk
tiap soalnya Apabila tidak ada yang bisa menjawab dengan benar maka
wasitlah yang harus menjelaskan jawaban sampai semua paham Jadi wasit
sebelumnya sudah mendapatkan soal sekaligus kunci jawaban singkat Bila
wasit tidak mampu menjelaskan jawaban maka wasit boleh bertanya
langsung pada guru (peneliti)
Untuk pertemuan keenam kegiatan pembelajaran diisi dengan
presentasi masing-masing kelompok dengan tugas kelompok yang diberikan
pada pertemuan sebelumnya Akan tetapi pelaksanaanya tidak sesuai seperti
yang direncanakan karena waktu yang terbatas Jadi presentasi hanya bisa
dilakukan di tempat duduk masing-masing kelompok yang dilanjutkan
dengan diskusi antar kelompok Di dalam pembelajaran siswa diarahkan
untuk bersifat aktif dalam pembelajaran
Pertemuan terakhir yaitu pertemuan ke-8 digunakan untuk evaluasi
Dari hasil evaluasi didapatkan data hasil belajar kognitif siswa kelompok
eksperimen dan kontrol yang selanjutnya digunakan dalam analisis data
Siswa yang diajar dengan model pembelajaran PPT mempunyai hasil
belajar yang lebih baik hal ini dikarenakan dalam pembelajarannya siswa
dituntut untuk selalu bekerja sama dalam tim atau kelompoknya untuk
meningkatkan prestasi timnya dengan cara meningkatkan pemahaman dan
prestasi setiap individu dalam kelompok Selain itu siswa diberi penguatan
dengan permainan media ular tangga yang memancing diskusi dan keaktifan
siswa Siswa juga diberitahukan perkembangan skor tiap kelompok dan
individu Kemudian penghargaan diberikan kepada kelompok terbaik dan
individu terbaik Hal ini dilakukan untuk memotivasi siswa dalam belajar
baik baik dalam proses pembelajaran di kelas maupun di luar kelas
Peneliti berusaha melakukan prosedur dengan benar dan maksimal
namun hasil yang didapatkan masih belum memuaskan dan kelemahan-
kelemahan penelitian sebelumnya belum sepenuhnya teratasi Beberapa
kendala yang dihadapi dalam penelitian ini antara lain penentuan sampel
secara cluster random didapatkan kelas X E sebagai kelas eksperimen dan X
D sebagai kelas kontrol Menurut guru pembimbing kondisi kedua kelas
25
secara umum baik namun ketika peneliti melakukan penelitian ternyata kelas
kontrol lebih tertib sehingga pembelajaran dapat berlangsung tanpa hambatan
berarti Namun kelas eksperimen berbeda kelas ini lebih ramai sehingga
banyak menit yang terbuang sia-sia Hal ini juga yang menyebabkan peneliti
kesulitan untuk mengadakan pembelajaran presentasi kelompok Peneliti
sudah mencoba berkonsultasi dengan guru pembimbing namun hasilnya
belum maksimal hingga penelitian usai Permainan ular tangga dari peneliti
juga masih perlu dikembangkan lagi dengan bentuk yang lebih menarik serta
soal yang lebih berbobot dan memancing diskusi Selain itu peneliti
menyadari bahwa instrumen yang dikembangkan belum sempurna sehingga
belum dapat membedakan dengan baik antara kelas eksperimen yang diajar
dengan media ular tangga yang dikombinasikan dengan model pembelajaran
PPT dengan kelas kontrol yang tidak menggunakan media ular tangga yang
dikombinasikan dengan model pembelajaran PPT
Dari beberapa penelitian sebelumnya yang peneliti temukan
kebanyakan metode STAD tidak divariasi kalaupun divariasi belum
menggunakan permainan sebagai media belajar tapi dengan model atau
metode pembelajaran lain Tujuan digunakannya permainan sebagai media
belajar adalah untuk membantu siswa belajar secara mandiri dan
menciptakan suasana yang rekreatif sehingga siswa merasa tertarik untuk
mengikuti pembelajaran Selain itu fungsi media ular tangga yang peneliti
gunakan dalam penelitian ini adalah sebagai penguatan belajar yang
berbentuk permainan Penelitian tentang media permainan ular tangga
sebelumnya masih mempunyai kelemahan dalam aturan permainan yang
belum memancing diskusi dan dalam waktu pelaksanaannya Dalam
penelitian ini peneliti berusaha membuat aturan permainan agar siswa tidak
hanya bermain tapi juga belajar bersama dalam memecahkan soal Dalam hal
waktu pelaksanaan permainan hanya dilakukan 4 kali dengan pertimbangan
agar siswa tidak bosan
W S Winkel dalam Catharina (2004 12) menerangkan bahwa
belajar pada manusia dirumuskan sebagai suatu aktivitas mentalpsikis yang
berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan
26
perubahan-perubahan dalam pengetahuan pemahaman ketrampilan dan
nilai sikap Perubahan itu bersifat secara relatif konstan dan berbekas Dalam
penelitian ini media ular tangga digunakan untuk meningkatkan pengetahuan
dan pemahaman siswa pada pokok bahasan reaksi oksidasi-reduksi
Sedangkan model pembelajaran PPT melatih siswa bagaimana bekerja sama
dalam tim atau kelompok dan memahami makna serta pentingnya melakukan
sesuatu secara bersama untuk mencapai tujuan bersama Setiap siswa dalam
tim mempunyai tanggung jawab yang sama untuk meningkatkan prestasi
timnya dengan cara saling berbagi baik itu sebuah pengetahuan atau sebuah
ketidaktahuan Dari hal tersebut diharapkan siswa dapat mengalami
perubahan dalam perilaku dan sikapnya Dalam penelitian ini peneliti tidak
mengadakan pembelajaran praktikum untuk melatih ketrampilan atau aspek
psikomotorik siswa Hal ini dikarenakan keterbatasan waktu dan persiapan
peneliti Menurut Chatarina (20044) hasil belajar merupakan perubahan
perilaku yang diperoleh pembelajar setelah mengalami aktivitas
belajarPerubahan tingkah laku dikatakan sebagai hasil belajar apabila
1 Hasil belajar sebagai pencapaian tujuan menekankan pentingnya tujuan
mengajar
Ketegasan dalam menetapkan tujuan akan memberikan arah yang jelas
pada pelaksanaan kegiatan pembelajaran Dalam hal ini sebelum
penelitian peneliti menyusun perangkat pembelajaran berupa RPP alat
evaluasi serta mempersiapkan media yang akan digunakan dalam
pembelajaran
2 Hasil belajar merupakan proses kegiatan belajar yang disadari
Dalam proses pembelajaran peneliti memberikan motivasi kepada siswa
ataupun kelompok diantaranya dengan memberikan penghargaan kepada
siswa atau kelompok yang berprestasi
3 Hasil belajar sebagai proses latihan
Proses latihan dan pengulangan dalam penelitian ini dilakukan dengan
media ular tangga
4 Hasil belajar merupakan tindak-tanduk yang berfungsi dalam kurun
waktu tertentu atau hasil belajar harus bersifat permanent Selain itu
27
hasil belajar memberikan informasi mengenai tingkat penguasaan
pelajaran yang diberikan selama proses pembelajaran yang
dilangsungkan dengan menggunakan alat ukur berupa tes dalam suatu
proses evaluasi Dalam hal ini di akhir pembelajaran peneliti
mengadakan evaluasi hasil belajar dengan instrument tes yang
sebelumnya telah diuji keampuhannya Walaupun dalam kurikulum
KTSP terdapat tiga ranah yang diukur yaitu ranah kognitif afektif dan
psikomotorik tujuan pembelajaran pada pokok bahasan lebih
menekankan ranah kognitif Hal ini dapat dilihat dari standar
kompetensi kompetensi dasar hingga indikator pada pokok bahasan
tersebut Selain itu media ular tangga dibuat untuk meningkatkan hasil
belajar siswa pada ranah kognitif karena yang terdapat dalam media
tersebut adalah soal-soal yang berfungsi sebagai penguatan siswa setelah
proses pembelajaran Walaupun demikian peneliti tidak ingin melupakan
ranah afektif dan psikomotorik begitu saja maka media ular tangga
dikombinasikan dengan model pembelajaran kooperatif tipe PPT yang
mengasah sikap dan ketrampilan siswa Hal tersebut yang menjadi
alasan mengapa yang dikaji dalam skripsi ini hanya aspek kognitif saja
28
BAB IV
PENUTUP
41 Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan diatas dapat disimpulkan
bahwa
1 Media ular tangga yang dikombinasikan dengan model pembelajaran
kooperatif tipe PPT meningkatkan hasil belajar kognitif siswa yang
diajar pokok bahasan reaksi oksidasi-reduksi Hal ini berdasarkan hasil
uji tanda Wilcoxon untuk nilai posttest mempunyai jumlah rank positif
yang lebih besar (221) dari rank negatifnya (104)
2 Siswa dapat mencapai ketuntasan belajar untuk pokok bahasan reaksi
oksidasi reduksi dengan media ular tangga yang dikombinasikan dengan
model pembelajaran kooperatif tipe PPT Hal ini berdasarkan rata-rata
hasil posttest kedua kelas lebih dari 65 yaitu rata-rata untuk kelas
eksperimen 718 dan untuk kelas control 662
42 Saran
Saran yang dapat diberikan terkait penelitian ini yaitu
1 Sebelum melakukan penelitian perlu dicermati dengan teliti populasi
yang akan diteliti sehingga sampel benar-benar homogen bukan hanya
dari sisi akademik tetapi juga sisi-sisi lain seperti kondisi kelas
2 Ular tangga perlu dikembangkan lagi baik dari bentuk aturan permainan
maupun soal-soalnya
3 Guru hendaknya lebih kreatif dalam menyampaikan pelajaran sehingga
dengan kondisi kelas seperti apapun pembelajaran dapat berlangsung
secara efektif
4 Sebaiknya dalam mengajar terdapat guru pendamping sehingga guru
tidak kewalahan dalam mengawasi permainan
5 Sebaiknya permainan ular tang dilakukan di luar jam pelajaran
6 Hasil penelitian hanya bisa digunakan untuk sekolah tertentu yang
mempunyai kelas kecil
29
DAFTAR PUSTAKA
Anni CT 2004 Psikologi Belajar Semarang UNNES
Suharsimi Arikunto 2002a Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan Jakarta Bumi Aksara
Bahri S dan AZ 2002 Strategi Belajar Mengajar Jakarta Erlangga
Dianto 2008 Pengaruh Penggunaan Ular Tangga Redoks sebagai Media Chemo-Edutainment Bervisi Sets terhadap Hasil Belajar Siswa SMA Kelas X Semester II Tahun 20072008 Semarang Universitas Negeri Semarang
httpidwikipediaorgwikiUlar_tangga
httplearning-with-meblogspotcom200609 pembelajaranhtml
Lismiyati 2006 Meningkatkan Hasil Belajar Kimia Siswa Kelas XI Semester 2 SMA N 2 Demak dengan Memberikan Umpan Balik Kuis dalam Model Pembelajaran Studens Teams-Achievment Division (STAD) Semarang Universitas Negeri Semarang
Mungin Eddy Wibowo dkk 2008 Panduan Penulisan Karya Ilmiah Semarang Universitas Negeri Semarang
Nana Sudjana 2005 Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar Bandung Sinar Baru Algensindo
Poerwadarminta W J S 1999 Kamus Umum Bahasa Indonesia Jakarta Balai Pustaka
Rina Apitasari 2005 Penggunaan Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe Studens Teams-Achievment Division (STAD) dalam Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Kimia pada Materi Pokok Stoikiometri Siswa Kelas X-6 Semester 1 SMA Negeri 13 Semarang Tahun Pelajaran 20042005 Semarang Universitas Negeri Semarang
Renita Tri Parwati 2006 Peningkatkan Hasil Belajar Kimia Siswa Kelas X dengan Menggunakan kombinasi Metode Studens Teams-Achievment Division (STAD) dan Structure Exercise Methode di SMA N 16 Semarang Semarang Universitas Negeri Semarang
Saptorini 2004 Strategi Belajar Mengajar Semarang Unnes Soeprodjo 1997 Metode Statistik Semarang Jurusan Kimia FPMIPA IKIP
Semarang
30
244 Jigsaw (Tim Ahli)
Langkah-langkah pada pembelajaran Jigsaw adalah sebagai berikut
1 Membagi para siswa kedalam beberapa kelompok secara heterogen
yang tiap kelompok beranggotakan 5-6 orang
2 Memberikan materi pelajaran kepada siswa dalam bentuk teks
yang telah dibagi-bagi menjadi beberapa sub pokok bahasan
3 Setiap anggota kelompok membaca sub pokok bahasan yang
ditugaskan dan bertanggungjawab untuk mempelajarinya
4 Anggota dari kelompok lain yang mempelajari sub pokok bahasan
yang sama berdiskusi dalam tim ahli
5 Setiap anggota tim ahli kembali ke kelompoknya mengajar teman-
temannya setelah selesai berdiskusi
6 Pada saat bertemu dengan kelompok asal dan berdiskusi para
siswa mendapat tagihan berupa kuis individu (Trianto 2007 57)
Kelebihan dan kekurangan dari model pembelajaran ini hampir
sama dengan model kooperatif tipe PPT Selain itu model
pembelajaran ini lebih rumit karena diskusi tidak hanya dilaksanakan
dalam kelompok tetapi juga dilakukan oleh tim ahli dari masing-
masing kelompok Hal ini membutuhkan banyak waktu
245 Berpikir Berpasangan
Berpikir berpasangan atau Think Pairs Share (TPS) merupakan
tipe pembelajaran kooperatif yang dirancang agar siswa mempunyai
lebih banyak waktu untuk berfikir merespon dan saling membantu
Langkah-langkah yang perlu dilakukan adalah sebagai berikut
1 Berpikir
Suatu pertanyaan atau masalah diajukan oleh guru kepada siswa
Dalam beberapa menit siswa diberi waktu untuk berpikir sendiri
menemukan jawaban atau jalan keluar dari permasalahan yang
diajukan
2 Berpasangan
Guru meminta siswa berpasangan untuk mendiskusikan jawaban
yang diperoleh melalui metode berpikir
14
3 Berbagi
Guru meminta pasangan-pasangan tersebut menyampaikan apa
yang telah mereka diskusikan kepada seluruh kelas dengan cara
presentasi (Trianto 2007 62)
Model pembelajaran ini baik untuk melatih kemapuan berpikir kritis
siswa dalam diskusi Tetapi perlu diperhatikan pasangan sebaiknya
tidak selalu sama Dalam kelas besar presentasi belum tentu bisa
disampaikan oleh semua pasangan karena terbatasnya waktu
246 Investigasi Kelompok
Langkah-langkah pembelajaran Investigasi Kelompok adalah
1 Membuat kelompok heterogen yang terdiri atas 5-6 siswa dengan
orientasi tugas
2 Merencanakan pelaksanaan investigasi Tiap kelompok
menginvestigasi proyek tertentu (bisa di luar kelas misalnya
mengukur tinggi pohon mendata banyak dan jenis kendaraan di
dalam sekolah jenis dagangan dan keuntungan di kantin sekolah
banyak guru dan staf sekolah)
3 Mengolah data penyajian data hasil investigasi presentasi kuis
individual
4 Membuat skor perkembangan siswa umumkan hasil kuis dan
berikan reward httplearning-with-meblogspotcom200609
pembelajaranhtml
Investigasi kelompok merupakan model pembelajaran kooperatif
paling rumit dan sulit untuk dilaksanakan Tetapi bisa dilaksanakan
untuk kelas yang jumlah siswanya tidak terlalu banyak ataupun sedikit
dan mempunyai jam pelajaran lebih
247 Kepala Bernomor
Langkah-langkah dalam pembelajaran Kepala Bernomor adalah
sebagai berikut
1 Membuat kelompok heterogen dan tiap siswa memiliki nomor
tertentu
15
2 Memberikan persoalan materi bahan ajar (untuk tiap kelompok
sama tapi untuk tiap siswa tidak sama sesuai dengan nomor siswa
tiap siswa dengan nomor sama mendapat tugas yang sama)
3 Bekerja kelompok dan presentasi kelompok dengan nomor siswa
yang sama sesuai tugas masing-masing sehingga terjadi diskusi
kelas
4 Kuis individual membuat skor perkembangan tiap siswa serta
mengumumkan hasil kuis dan pemberian reward
Kelebihan dari model pembelajaran ini adalah
1 Setiap siswa menjadi siap semua
2 Dapat melakukan diskusi dengan sungguh-sungguh
3 Siswa yang pandai dapat mengajari siswa yang kurang pandai
Sedangkan kelemahannya yaitu
4 Kemungkinan nomor yang dipanggil dipanggil lagi oleh guru
5 Tidak semua anggota kelompok dipanggil oleh guru
Dari beberapa model pembelajara kooperatif tersebut yang paling
mudah untuk dikombinasikan dengan media ular tangga adalah model
pembelajaran kooperatif yang paling sederhana dan tidak terlalu rumit dalam
pelaksanaannya yaitu model pembelajaran kooperatif tipe PPT
Dalam pelaksanaannya siswa dibagi dalam beberapa kelompok yang
beranggotakan 4-5 orang siswa yang merupakan campuran menurut tingkat
prestasi jenis kelamin dan suku Guru menyampaikan materi pelajaran
kemudian siswa bekerja dalam kelompok mereka memastikan bahwa seluruh
anggota kelompok telah menguasai materi pelajaran yang disampaikan
Permainan ular tangga disisipkan setiap akhir pertemuan sebagai penguatan
belajar
Gambar ular dan tangga dalam papan permainan diganti dengan
nomor-nomor bonus yaitu nomor-nomor tertentu yang disusun acak pada
papan ular tangga Apabila bidak berhenti pada nomo-nomor tersebut
pemain harus menjawab pertanyaan yang disediakan oleh wasit Jika jawaban
pemain tersebut salah atau tidak bisa menjawab pertanyaan maka pertanyaan
16
bisa dilempar ke pemain lain sampai pertanyaan terjawab dengan benar dan
semua pemain paham
25 Hasil Belajar
Menurut Chatarina (20044) hasil belajar merupakan perubahan
perilaku yang diperoleh pembelajar setelah mengalami aktivitas
belajarPerubahan tingkah laku dikatakan sebagai hasil belajar apabila
1 Hasil belajar sebagai pencapaian tujuan menekankan pentingnya tujuan
mengajar
Ketegasan dalam menetapkan tujuan akan memberikan arah yang jelas
pada pelaksanaan kegiatan pembelajaran Tujuan pembelajaran merupakan
rumusan pertanyaan mengenai kemampuan atau tingkah laku yang
diharapkan dikuasai oleh siswa setelah mengikuti pelajaran Tingkat
pencapaian tujuan menunjukkan kualitas pembelajaran
2 Hasil belajar merupakan proses kegiatan belajar yang disadari
Siswa yang termotivasi akan menunjukkan belajar dengan penuh
kesadaran kesungguhan tidak ada paksaan untuk memperoleh tingkat
penguasaan pengetahuan Di samping itu motivasi sangat berpengaruh
terhadap pengetahuan dan konsentrasi siswa pada pelajaran
3 Hasil belajar sebagai proses latihan
Latihan-latihan adalah suatu pengulangan atau tindakan sebagai respon
terhadap rangsangan dari luar dalam rangka memperoleh kemampuan
baru untuk bertindak Latihan merupakan proses belajar yang disadari oleh
pelakunya
4 Hasil belajar merupakan tindak-tanduk yang berfungsi dalam kurun waktu
tertentu atau hasil belajar harus bersifat permanent Selain itu hasil belajar
memberikan informasi mengenai tingkat penguasaan pelajaran yang
diberikan selama proses pembelajaran yang dilangsungkan dengan
menggunakan alat ukur berupa tes dalam suatu proses evaluasi
17
26 Reaksi Oksidasi - Reduksi
Perubahan kimia yang terjadi di sekitar kita beragam jenisnya seperti
pembusukan fermentasi reaksi penggaraman atau penetralan reaksi
hidrolisis reaksi pembakaran oksidasi atau reaksi reduksiReaksi redoks
yaitu reaksi reduksi dan oksidasi bilangan oksidasi oksidator reduktor dan
reaksi autoredoks
261 Definisi Reaksi Oksidasi dan Reduksi
Di sekitar kita sering dijumpai peristiwa kimiawi seperti logam
berkarat pembuatan besi dari bijih besi penyepuhan logam terjadinya
arus listrik pada aki atau baterai buah masak buah busuk mercon
meledak kembang api dibakar dan lain sebagainya Perkaratan pada
logam pembakaran pembusukan oleh mikroba fotosintesis pada
tumbuhan dan metabolism di dalam tubuh merupakan sebagian
contoh-contoh reaksi oksidasi dan reduksi
262 Konsep Redoks Berdasarkan Pengikatan Dan Pelepasan
Oksigen
Konsep reaksi oksidasi dan reduksi mengalami perkembangan
dari masa ke masa sesuai cakupan konsep yang dijelaskan Pada
mulanya konsep reaksi oksidasi dan reduksi ditinjau dari
penggabungan dan pelepasan oksigen
Reaksi oksidasi didefinisikan sebagai reaksi pengikatan suatu zat
dengan oksigen Sebaliknya reaksi pelepasan oksigen oleh suatu zat
disebut reaksi reduksi Contoh reaksi oksidasi
1 C(s) + O2(g) rarr CO2(g)
2 4 Fe(s) + 3 O2(g) rarr 2 Fe2O3(s)
3 Cu(s) + O2(g) rarr CuO(s)
4 S(s) + O2(g) rarr SO2(g)
5 SO2(g) + O2(g) rarr SO3(g)
Pada reaksi di atas C mengikat O2 membentuk CO2 Demikian juga Fe
Cu S dan SO2 berturut-turut menjadi Fe2O3 CuO SO2 dan SO3
18
setelah mengikat oksigen Jadi C Fe Cu S dan SO2 telah mengalami
reaksi oksidasi
Contoh reaksi reduksi
1 2 SO3(g) rarr 2 SO2(g) + O2(g)
2 2 KClO3(s) rarr 2 KCl(s) + 3 O2(g)
3 2 KNO3(aq) rarr 2 KNO2(aq) + O2(g)
Perhatikan reaksi di atas SO3 melepaskan oksigen membentuk SO2
demikian juga KClO3 dan KNO3 masingmasing melepaskan oksigen
menjadi KCl dan KNO2 Jadi SO3 KClO3 dan KNO3 mengalami
reaksi reduksi Pada reaksi termit menghasilkan besi cair yang sering
digunakan untuk mengelas benda-benda dari besi reaksinya adalah
2 Al(s) + Fe2O3(s) rarr 2 Fe(l) + Al2O3(s)
Al mengikat oksigen membentuk Al2O3 berarti Al mengalami
oksidasi Fe2O3 melepaskan oksigen membentuk Fe Jadi Fe2O3
mengalami reduksi Pada reaksi termit tersebut oksidasi dan reduksi
terjadi bersamaan reaksi seperti ini disebut reaksi redoks
263 Konsep Redoks Berdasarkan Pengikatan Dan Pelepasan Elektron
Pada reaksi Na(s) + S(s) rarr Na2S(s) tidak melibatkan gas
oksigen maka konsep redoks berdasarkan pengikatan dan pelepasan
oksigen tidak dapat digunakan Konsep redoks berkembang bukan lagi
pengikatan dan pelepasan oksigen tetapi pengikatan dan pelepasan
elektron Reaksi oksidasi adalah reaksi pelepasan elektron
Contohnya pada pembentukan ion Na+
Na(s) rarr Na+ (aq) + e ndash
Sebaliknya reaksi pengikatan elektron disebut reaksi reduksi
Contohnya pada pembentukan ion S2-
S (s) + 2e ndash rarrS2- (aq)
Reaksi redoks adalah reaksi yang terjadi di mana reaksi oksidasi dan
reduksi terjadi bersama-sama 2Na(s) + S(s) rarr Na2S(s)
Reaksi di atas dapat ditulis menjadi 2 tahap yaitu
Reaksi oksidasi 2Na(s) rarr Na+(aq) + 2 endash
Reaksi reduksi S (s) + 2 endash rarr S 2- (aq)
19
Reaksi redoks 2Na(s) + S(s) rarr Na2S(s)
Pada reaksi di atas Na mengalami reaksi oksidasi dan
menyebabkan S tereduksi Zat seperti Na ini disebut reduktor
Sedangkan S disebut oksidator karena menyebabkan Na teroksidasi
dan dia sendiri mengalami reaksi reduksi
264 Konsep Redoks Berdasarkan Perubahan (Kenaikkan Dan
Penurunan) Bilangan Oksidasi
Sebelum mempelajari konsep reaksi redoks berdasarkan
kenaikan dan penurunan bilangan oksidasi ada baiknya kamu belajar
tentang bilangan oksidasi terlebih dahulu Bilangan oksidasi (bilok)
adalah jumlah muatan yang dimiliki atom suatu unsure jika bergabung
dengan atom unsur lain Aturan biloks antara lain
1 Unsur bebas mempunyai bilok 0 (nol) yang termasuk unsur bebas
unsur diatomik (H2 N2 O2 F2 Cl2 Br2 I2) unsur poliatomik (O3
P4 S8) Selain unsur tersebut adalah unsur monoatomik (Na K
Mg C dan lain-lain)
Contoh
a H dalam H2
b O dalam O2 dan O3
c F dalam F2
d Na dalam Na
2 Unsur H umumnya mempunyai biloks (+1) kecuali pada senyawa
hidrida mempunyai biloks (ndash1) Senyawa hidrida adalah senyawa
yang terbentuk jika logam bergabung dengan atom H (Contoh
NaH KH CaH2)
Contoh H dalam H2O NH3 HCl
3 Unsur O umumnya mempunyai biloks (ndash2) kecuali
a Pada senyawa peroksida contohnya Na2O2 H2O2 BaO2
mempunyai bilok (ndash1)
b Senyawa F2O mempunyai bilok (+2)
20
c Senyawa superoksida (contohnya KO2) mempunyai biloks (ndash12
)
Contoh O dalam H2O Na2O Fe2O3 MgO
4 Unsur logam dalam senyawa umumnya mempunyai biloks positif
Contoh
a Golongan IA (Li Na K Rb dan Cs) mempunyai biloks (+1)
b Golongan IIA ( Be Mg Ca Sr dan Ba) mempunyai bilok
(+2)
c Al3+ Ag+ Zn2+ Pb2+ Pb3+ Fe2+ dan Fe3+
5 Unsur nonlogam umumnya mempunyai bilok negatif
Contoh
a Golongan VIIA (F Cl Br I) mempunyai bilok (ndash1)
b Golongan VIA (O S Se Te) mempunyai bilok (ndash2)
6 Jumlah bilok unsur-unsur dalam ion sama dengan jumlah
muatannya
Contoh
Bilok S dalam SO42-
Bilok O = ndash2
Jumlah bilok = (1 times bilok S + 4 times bilok O)
ndash2 = (1 times bilok S + 4 times (ndash2))
ndash2 = bilok S + (ndash8)
Bilok S = +6
7 Jumlah bilok unsur-unsur dalam senyawa sama dengan 0 (nol)
Contoh H2S
Jumlah bilok = ((2 times bilok H) + (1 times bilok S))
0 = ((2 times (+1)) + (1 times bilok S))
0 = (+2) + bilok S
Bilok S = (ndash2)
Reaksi oksidasi adalah reaksi kenaikkan bilok Sedangkan reaksi
reduksi adalah reaksi penurunan bilok
21
Contoh
1 Zn(s) + 2HCl(aq) 1048687 ZnCl2(aq) + H2(g)
Bilok Zn (unsur bebas) = 0
Bilok Zn dalam ZnCl2 = +2
Berarti Zn mengalami kenaikkan bilok maka Zn mengalami reaksi
oksidasi
Bilok H dalam HCl = +1
Bilok H dalam H2 (unsur bebas) = 0
Jadi H mengalami penurunan bilok maka H mengalami reaksi
reduksi
2 Reaksi pemakaian baterai Zn + 2NH4Cl rarr ZnCl2 + 2NH3 + H2
Bilok Zn (unsur bebas) = 0
Bilok Zn pada ZnCl2 = +2
Berarti Zn mengalami kenaikkan bilok maka Zn mengalami
reaksi oksidasi
Bilok H pada NH4Cl = +1
Bilok H pada H2 (unsur bebas = 0
Berarti H mengalami penurunan bilok maka H mengalami reaksi
reduksi
3 Reaksi pelapisan logam Cu + 2AgNO3 rarr Cu(NO3)2 + 2Ag
Bilok Cu (unsur bebas) = 0
Bilok Cu pada Cu(NO3)2 = +2
Berarti Cu mengalami kenaikkan bilok maka Cu mengalami reaksi
oksidasi
Bilok Ag pada AgNO3 = +1
Bilok Ag (unsur bebas) = 0
Berarti Ag mengalami penurunan bilok maka Ag mengalami
reaksi reduksi Pada reaksi di atas terjadi kenaikkan bilok (reaksi
22
oksidasi) dan penurunan bilok (reaksi reduksi) secara
bersamasama maka disebut reaksi redoks Jika suatu zat
mengalami reaksi oksidasi sekaligus reduksi maka reaksi ini
disebut autoredoks (disproporsionasi)
BAB III
PEMBAHASAN
Dalam penelitian ini peneliti ingin mengetahui apakah penggunaan
media ular tangga yang dikombinasikan dengan model pembelajaran
kooperatif tipe PPT dapat meningkatkan hasil belajar siswa Dalam penelitian
tersebut digunakan populasi siswa kelas X SMA Kristen 1 Kupang sebanyak
109 orang yang terbagi dalam 3 kelas Dengan data nilai mid semester
digunakan 49 uji normalitas dan homogenitas Dari hasil perhitungan
diketahui bahwa populasi mempunyai homogenitas yang sama Dan seluruh
populasi dalam kelas berdistribusi normal Kemudian peneliti mengambil
secara acak dari populasi sebagai sampel Diperoleh kelas X E sebagai
kelompok eksperimen dengan media ular tangga yang dikombinasikan
dengan model pembelajaran kooperatif tipe PPT dan X D sebagai kelompok
kontrol dengan menggunakan metode konvensional Peneliti memilih atau
mengambil pokok bahasan reaksi oksidasi-reduksi karena di dalam pokok
bahasan ini terdapat konsep-konsep dan perhitungan kimia Penelitian
dilaksanakan dalam waktu kurang lebih 1 bulan Kelas eksperimen diberikan
pengajaran dengan media ular tangga yang dikombinasikan dengan model
pembelajaran kooperatif tipe PPT Dalam metode ini peneliti membagi 37
siswa menjadi 8 kelompok yakni 5 kelompok yang terdiri dari lima orang dan
3 kelompok yang terdiri dari empat orang Pembagian kelompok dilakukan
berdasarkan nilai mid semester jenis kelamin dan latar belakang sosial yang
di konsultasikan dengan guru Hal ini dilakukan agar dihasilkan siswa yang
kemampuannya heterogen dalam satu kelompok dan antar kelompok
memiliki kemampuan yang homogen
23
Kegiatan pelaksanan pembelajaran dilakukan 8 kali pertemuan
dengan pertemuan pertama untuk pretest dan pertemuan terakhir untuk
posttest Dalam setiap pertemuan tempat duduk siswa diatur sedemikian rupa
sehingga siswa yang satu kelompok berdekatan Dalam pembelajaran peneliti
menjelaskan hal-hal pokok dan memberi contoh-contoh perhitungan serta
latihan kepada siswa 50 Kemudian dilanjutkan dengan diskusi antar
kelompok tentang materi yang sudah diajarkan Sebagai penguatan sisa jam
pelajaran digunakan untuk bermain ular tangga
Sebelum penelitian dilakukan peneliti menyadari akan timbul kendala dalam
hal kerja kelompok karena siswa belum terbiasa untuk bekerja secara
kooperatif dalam kelompok Untuk itu peneliti memberikan tugas kelompok
awal setelah pelaksanaan pretest sebelum pertemuan pembelajaran pertama
dan menjelaskan kepada siswa akan pentingnya kerjasama dalam kelompok
Kemudian pada kegiatan awal dalam pertemuan pertama pembelajaran guru
menanyai siswa secara acak Hal ini dilakukan untuk melatih tanggung jawab
siswa terhadap tugas kelompoknya Selain itu sebelumnya peneliti
mengadakan pertemuan dengan wasit tiap kelompok di luar jam pelajaran
untuk membahas bagaimana tata cara permainan ular tangga Awalnya
peneliti merencanakan bahwa wasit untuk tiap kelompok bergantian tapi
kemudian diperoleh kesepakatan bahwa wasit untuk tiap kelompok tetap
Penilaian terhadap wasit dilakukan oleh guru (peneliti)
Dari 8 kali pertemuan permainan ular tangga dilakukan sebanyak 4
kali yaitu pada pertemuan kedua ketiga kelima dan ketujuh Dalam
permainan ular tangga ini siswa bermain dalam kelompok masing-masing
dengan wasit yang berasal dari kelompok lain Papan ular tangga
dimodifikasi dengan mengganti gambar ular dan tangga dengan nomor-
nomor bonus yaitu nomor-nomor tertentu yang disusun acak pada papan ular
tangga Apabila bidak berhenti pada nomor-nomor tersebut pemain harus
menjawab pertanyaan yang disediakan oleh wasit Jika jawaban benar pemain
mendapatkan skor 10 Jika jawaban pemain tersebut salah atau tidak bisa
menjawab pertanyaan maka pertanyaan bisa dilempar ke pemain lain sampai
pertanyaan terjawab dengan benar dan semua pemain paham Siapapun yang
24
dapat menjawab pertanyaan wasit dengan benar akan mendapat skor 10 untuk
tiap soalnya Apabila tidak ada yang bisa menjawab dengan benar maka
wasitlah yang harus menjelaskan jawaban sampai semua paham Jadi wasit
sebelumnya sudah mendapatkan soal sekaligus kunci jawaban singkat Bila
wasit tidak mampu menjelaskan jawaban maka wasit boleh bertanya
langsung pada guru (peneliti)
Untuk pertemuan keenam kegiatan pembelajaran diisi dengan
presentasi masing-masing kelompok dengan tugas kelompok yang diberikan
pada pertemuan sebelumnya Akan tetapi pelaksanaanya tidak sesuai seperti
yang direncanakan karena waktu yang terbatas Jadi presentasi hanya bisa
dilakukan di tempat duduk masing-masing kelompok yang dilanjutkan
dengan diskusi antar kelompok Di dalam pembelajaran siswa diarahkan
untuk bersifat aktif dalam pembelajaran
Pertemuan terakhir yaitu pertemuan ke-8 digunakan untuk evaluasi
Dari hasil evaluasi didapatkan data hasil belajar kognitif siswa kelompok
eksperimen dan kontrol yang selanjutnya digunakan dalam analisis data
Siswa yang diajar dengan model pembelajaran PPT mempunyai hasil
belajar yang lebih baik hal ini dikarenakan dalam pembelajarannya siswa
dituntut untuk selalu bekerja sama dalam tim atau kelompoknya untuk
meningkatkan prestasi timnya dengan cara meningkatkan pemahaman dan
prestasi setiap individu dalam kelompok Selain itu siswa diberi penguatan
dengan permainan media ular tangga yang memancing diskusi dan keaktifan
siswa Siswa juga diberitahukan perkembangan skor tiap kelompok dan
individu Kemudian penghargaan diberikan kepada kelompok terbaik dan
individu terbaik Hal ini dilakukan untuk memotivasi siswa dalam belajar
baik baik dalam proses pembelajaran di kelas maupun di luar kelas
Peneliti berusaha melakukan prosedur dengan benar dan maksimal
namun hasil yang didapatkan masih belum memuaskan dan kelemahan-
kelemahan penelitian sebelumnya belum sepenuhnya teratasi Beberapa
kendala yang dihadapi dalam penelitian ini antara lain penentuan sampel
secara cluster random didapatkan kelas X E sebagai kelas eksperimen dan X
D sebagai kelas kontrol Menurut guru pembimbing kondisi kedua kelas
25
secara umum baik namun ketika peneliti melakukan penelitian ternyata kelas
kontrol lebih tertib sehingga pembelajaran dapat berlangsung tanpa hambatan
berarti Namun kelas eksperimen berbeda kelas ini lebih ramai sehingga
banyak menit yang terbuang sia-sia Hal ini juga yang menyebabkan peneliti
kesulitan untuk mengadakan pembelajaran presentasi kelompok Peneliti
sudah mencoba berkonsultasi dengan guru pembimbing namun hasilnya
belum maksimal hingga penelitian usai Permainan ular tangga dari peneliti
juga masih perlu dikembangkan lagi dengan bentuk yang lebih menarik serta
soal yang lebih berbobot dan memancing diskusi Selain itu peneliti
menyadari bahwa instrumen yang dikembangkan belum sempurna sehingga
belum dapat membedakan dengan baik antara kelas eksperimen yang diajar
dengan media ular tangga yang dikombinasikan dengan model pembelajaran
PPT dengan kelas kontrol yang tidak menggunakan media ular tangga yang
dikombinasikan dengan model pembelajaran PPT
Dari beberapa penelitian sebelumnya yang peneliti temukan
kebanyakan metode STAD tidak divariasi kalaupun divariasi belum
menggunakan permainan sebagai media belajar tapi dengan model atau
metode pembelajaran lain Tujuan digunakannya permainan sebagai media
belajar adalah untuk membantu siswa belajar secara mandiri dan
menciptakan suasana yang rekreatif sehingga siswa merasa tertarik untuk
mengikuti pembelajaran Selain itu fungsi media ular tangga yang peneliti
gunakan dalam penelitian ini adalah sebagai penguatan belajar yang
berbentuk permainan Penelitian tentang media permainan ular tangga
sebelumnya masih mempunyai kelemahan dalam aturan permainan yang
belum memancing diskusi dan dalam waktu pelaksanaannya Dalam
penelitian ini peneliti berusaha membuat aturan permainan agar siswa tidak
hanya bermain tapi juga belajar bersama dalam memecahkan soal Dalam hal
waktu pelaksanaan permainan hanya dilakukan 4 kali dengan pertimbangan
agar siswa tidak bosan
W S Winkel dalam Catharina (2004 12) menerangkan bahwa
belajar pada manusia dirumuskan sebagai suatu aktivitas mentalpsikis yang
berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan
26
perubahan-perubahan dalam pengetahuan pemahaman ketrampilan dan
nilai sikap Perubahan itu bersifat secara relatif konstan dan berbekas Dalam
penelitian ini media ular tangga digunakan untuk meningkatkan pengetahuan
dan pemahaman siswa pada pokok bahasan reaksi oksidasi-reduksi
Sedangkan model pembelajaran PPT melatih siswa bagaimana bekerja sama
dalam tim atau kelompok dan memahami makna serta pentingnya melakukan
sesuatu secara bersama untuk mencapai tujuan bersama Setiap siswa dalam
tim mempunyai tanggung jawab yang sama untuk meningkatkan prestasi
timnya dengan cara saling berbagi baik itu sebuah pengetahuan atau sebuah
ketidaktahuan Dari hal tersebut diharapkan siswa dapat mengalami
perubahan dalam perilaku dan sikapnya Dalam penelitian ini peneliti tidak
mengadakan pembelajaran praktikum untuk melatih ketrampilan atau aspek
psikomotorik siswa Hal ini dikarenakan keterbatasan waktu dan persiapan
peneliti Menurut Chatarina (20044) hasil belajar merupakan perubahan
perilaku yang diperoleh pembelajar setelah mengalami aktivitas
belajarPerubahan tingkah laku dikatakan sebagai hasil belajar apabila
1 Hasil belajar sebagai pencapaian tujuan menekankan pentingnya tujuan
mengajar
Ketegasan dalam menetapkan tujuan akan memberikan arah yang jelas
pada pelaksanaan kegiatan pembelajaran Dalam hal ini sebelum
penelitian peneliti menyusun perangkat pembelajaran berupa RPP alat
evaluasi serta mempersiapkan media yang akan digunakan dalam
pembelajaran
2 Hasil belajar merupakan proses kegiatan belajar yang disadari
Dalam proses pembelajaran peneliti memberikan motivasi kepada siswa
ataupun kelompok diantaranya dengan memberikan penghargaan kepada
siswa atau kelompok yang berprestasi
3 Hasil belajar sebagai proses latihan
Proses latihan dan pengulangan dalam penelitian ini dilakukan dengan
media ular tangga
4 Hasil belajar merupakan tindak-tanduk yang berfungsi dalam kurun
waktu tertentu atau hasil belajar harus bersifat permanent Selain itu
27
hasil belajar memberikan informasi mengenai tingkat penguasaan
pelajaran yang diberikan selama proses pembelajaran yang
dilangsungkan dengan menggunakan alat ukur berupa tes dalam suatu
proses evaluasi Dalam hal ini di akhir pembelajaran peneliti
mengadakan evaluasi hasil belajar dengan instrument tes yang
sebelumnya telah diuji keampuhannya Walaupun dalam kurikulum
KTSP terdapat tiga ranah yang diukur yaitu ranah kognitif afektif dan
psikomotorik tujuan pembelajaran pada pokok bahasan lebih
menekankan ranah kognitif Hal ini dapat dilihat dari standar
kompetensi kompetensi dasar hingga indikator pada pokok bahasan
tersebut Selain itu media ular tangga dibuat untuk meningkatkan hasil
belajar siswa pada ranah kognitif karena yang terdapat dalam media
tersebut adalah soal-soal yang berfungsi sebagai penguatan siswa setelah
proses pembelajaran Walaupun demikian peneliti tidak ingin melupakan
ranah afektif dan psikomotorik begitu saja maka media ular tangga
dikombinasikan dengan model pembelajaran kooperatif tipe PPT yang
mengasah sikap dan ketrampilan siswa Hal tersebut yang menjadi
alasan mengapa yang dikaji dalam skripsi ini hanya aspek kognitif saja
28
BAB IV
PENUTUP
41 Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan diatas dapat disimpulkan
bahwa
1 Media ular tangga yang dikombinasikan dengan model pembelajaran
kooperatif tipe PPT meningkatkan hasil belajar kognitif siswa yang
diajar pokok bahasan reaksi oksidasi-reduksi Hal ini berdasarkan hasil
uji tanda Wilcoxon untuk nilai posttest mempunyai jumlah rank positif
yang lebih besar (221) dari rank negatifnya (104)
2 Siswa dapat mencapai ketuntasan belajar untuk pokok bahasan reaksi
oksidasi reduksi dengan media ular tangga yang dikombinasikan dengan
model pembelajaran kooperatif tipe PPT Hal ini berdasarkan rata-rata
hasil posttest kedua kelas lebih dari 65 yaitu rata-rata untuk kelas
eksperimen 718 dan untuk kelas control 662
42 Saran
Saran yang dapat diberikan terkait penelitian ini yaitu
1 Sebelum melakukan penelitian perlu dicermati dengan teliti populasi
yang akan diteliti sehingga sampel benar-benar homogen bukan hanya
dari sisi akademik tetapi juga sisi-sisi lain seperti kondisi kelas
2 Ular tangga perlu dikembangkan lagi baik dari bentuk aturan permainan
maupun soal-soalnya
3 Guru hendaknya lebih kreatif dalam menyampaikan pelajaran sehingga
dengan kondisi kelas seperti apapun pembelajaran dapat berlangsung
secara efektif
4 Sebaiknya dalam mengajar terdapat guru pendamping sehingga guru
tidak kewalahan dalam mengawasi permainan
5 Sebaiknya permainan ular tang dilakukan di luar jam pelajaran
6 Hasil penelitian hanya bisa digunakan untuk sekolah tertentu yang
mempunyai kelas kecil
29
DAFTAR PUSTAKA
Anni CT 2004 Psikologi Belajar Semarang UNNES
Suharsimi Arikunto 2002a Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan Jakarta Bumi Aksara
Bahri S dan AZ 2002 Strategi Belajar Mengajar Jakarta Erlangga
Dianto 2008 Pengaruh Penggunaan Ular Tangga Redoks sebagai Media Chemo-Edutainment Bervisi Sets terhadap Hasil Belajar Siswa SMA Kelas X Semester II Tahun 20072008 Semarang Universitas Negeri Semarang
httpidwikipediaorgwikiUlar_tangga
httplearning-with-meblogspotcom200609 pembelajaranhtml
Lismiyati 2006 Meningkatkan Hasil Belajar Kimia Siswa Kelas XI Semester 2 SMA N 2 Demak dengan Memberikan Umpan Balik Kuis dalam Model Pembelajaran Studens Teams-Achievment Division (STAD) Semarang Universitas Negeri Semarang
Mungin Eddy Wibowo dkk 2008 Panduan Penulisan Karya Ilmiah Semarang Universitas Negeri Semarang
Nana Sudjana 2005 Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar Bandung Sinar Baru Algensindo
Poerwadarminta W J S 1999 Kamus Umum Bahasa Indonesia Jakarta Balai Pustaka
Rina Apitasari 2005 Penggunaan Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe Studens Teams-Achievment Division (STAD) dalam Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Kimia pada Materi Pokok Stoikiometri Siswa Kelas X-6 Semester 1 SMA Negeri 13 Semarang Tahun Pelajaran 20042005 Semarang Universitas Negeri Semarang
Renita Tri Parwati 2006 Peningkatkan Hasil Belajar Kimia Siswa Kelas X dengan Menggunakan kombinasi Metode Studens Teams-Achievment Division (STAD) dan Structure Exercise Methode di SMA N 16 Semarang Semarang Universitas Negeri Semarang
Saptorini 2004 Strategi Belajar Mengajar Semarang Unnes Soeprodjo 1997 Metode Statistik Semarang Jurusan Kimia FPMIPA IKIP
Semarang
30
3 Berbagi
Guru meminta pasangan-pasangan tersebut menyampaikan apa
yang telah mereka diskusikan kepada seluruh kelas dengan cara
presentasi (Trianto 2007 62)
Model pembelajaran ini baik untuk melatih kemapuan berpikir kritis
siswa dalam diskusi Tetapi perlu diperhatikan pasangan sebaiknya
tidak selalu sama Dalam kelas besar presentasi belum tentu bisa
disampaikan oleh semua pasangan karena terbatasnya waktu
246 Investigasi Kelompok
Langkah-langkah pembelajaran Investigasi Kelompok adalah
1 Membuat kelompok heterogen yang terdiri atas 5-6 siswa dengan
orientasi tugas
2 Merencanakan pelaksanaan investigasi Tiap kelompok
menginvestigasi proyek tertentu (bisa di luar kelas misalnya
mengukur tinggi pohon mendata banyak dan jenis kendaraan di
dalam sekolah jenis dagangan dan keuntungan di kantin sekolah
banyak guru dan staf sekolah)
3 Mengolah data penyajian data hasil investigasi presentasi kuis
individual
4 Membuat skor perkembangan siswa umumkan hasil kuis dan
berikan reward httplearning-with-meblogspotcom200609
pembelajaranhtml
Investigasi kelompok merupakan model pembelajaran kooperatif
paling rumit dan sulit untuk dilaksanakan Tetapi bisa dilaksanakan
untuk kelas yang jumlah siswanya tidak terlalu banyak ataupun sedikit
dan mempunyai jam pelajaran lebih
247 Kepala Bernomor
Langkah-langkah dalam pembelajaran Kepala Bernomor adalah
sebagai berikut
1 Membuat kelompok heterogen dan tiap siswa memiliki nomor
tertentu
15
2 Memberikan persoalan materi bahan ajar (untuk tiap kelompok
sama tapi untuk tiap siswa tidak sama sesuai dengan nomor siswa
tiap siswa dengan nomor sama mendapat tugas yang sama)
3 Bekerja kelompok dan presentasi kelompok dengan nomor siswa
yang sama sesuai tugas masing-masing sehingga terjadi diskusi
kelas
4 Kuis individual membuat skor perkembangan tiap siswa serta
mengumumkan hasil kuis dan pemberian reward
Kelebihan dari model pembelajaran ini adalah
1 Setiap siswa menjadi siap semua
2 Dapat melakukan diskusi dengan sungguh-sungguh
3 Siswa yang pandai dapat mengajari siswa yang kurang pandai
Sedangkan kelemahannya yaitu
4 Kemungkinan nomor yang dipanggil dipanggil lagi oleh guru
5 Tidak semua anggota kelompok dipanggil oleh guru
Dari beberapa model pembelajara kooperatif tersebut yang paling
mudah untuk dikombinasikan dengan media ular tangga adalah model
pembelajaran kooperatif yang paling sederhana dan tidak terlalu rumit dalam
pelaksanaannya yaitu model pembelajaran kooperatif tipe PPT
Dalam pelaksanaannya siswa dibagi dalam beberapa kelompok yang
beranggotakan 4-5 orang siswa yang merupakan campuran menurut tingkat
prestasi jenis kelamin dan suku Guru menyampaikan materi pelajaran
kemudian siswa bekerja dalam kelompok mereka memastikan bahwa seluruh
anggota kelompok telah menguasai materi pelajaran yang disampaikan
Permainan ular tangga disisipkan setiap akhir pertemuan sebagai penguatan
belajar
Gambar ular dan tangga dalam papan permainan diganti dengan
nomor-nomor bonus yaitu nomor-nomor tertentu yang disusun acak pada
papan ular tangga Apabila bidak berhenti pada nomo-nomor tersebut
pemain harus menjawab pertanyaan yang disediakan oleh wasit Jika jawaban
pemain tersebut salah atau tidak bisa menjawab pertanyaan maka pertanyaan
16
bisa dilempar ke pemain lain sampai pertanyaan terjawab dengan benar dan
semua pemain paham
25 Hasil Belajar
Menurut Chatarina (20044) hasil belajar merupakan perubahan
perilaku yang diperoleh pembelajar setelah mengalami aktivitas
belajarPerubahan tingkah laku dikatakan sebagai hasil belajar apabila
1 Hasil belajar sebagai pencapaian tujuan menekankan pentingnya tujuan
mengajar
Ketegasan dalam menetapkan tujuan akan memberikan arah yang jelas
pada pelaksanaan kegiatan pembelajaran Tujuan pembelajaran merupakan
rumusan pertanyaan mengenai kemampuan atau tingkah laku yang
diharapkan dikuasai oleh siswa setelah mengikuti pelajaran Tingkat
pencapaian tujuan menunjukkan kualitas pembelajaran
2 Hasil belajar merupakan proses kegiatan belajar yang disadari
Siswa yang termotivasi akan menunjukkan belajar dengan penuh
kesadaran kesungguhan tidak ada paksaan untuk memperoleh tingkat
penguasaan pengetahuan Di samping itu motivasi sangat berpengaruh
terhadap pengetahuan dan konsentrasi siswa pada pelajaran
3 Hasil belajar sebagai proses latihan
Latihan-latihan adalah suatu pengulangan atau tindakan sebagai respon
terhadap rangsangan dari luar dalam rangka memperoleh kemampuan
baru untuk bertindak Latihan merupakan proses belajar yang disadari oleh
pelakunya
4 Hasil belajar merupakan tindak-tanduk yang berfungsi dalam kurun waktu
tertentu atau hasil belajar harus bersifat permanent Selain itu hasil belajar
memberikan informasi mengenai tingkat penguasaan pelajaran yang
diberikan selama proses pembelajaran yang dilangsungkan dengan
menggunakan alat ukur berupa tes dalam suatu proses evaluasi
17
26 Reaksi Oksidasi - Reduksi
Perubahan kimia yang terjadi di sekitar kita beragam jenisnya seperti
pembusukan fermentasi reaksi penggaraman atau penetralan reaksi
hidrolisis reaksi pembakaran oksidasi atau reaksi reduksiReaksi redoks
yaitu reaksi reduksi dan oksidasi bilangan oksidasi oksidator reduktor dan
reaksi autoredoks
261 Definisi Reaksi Oksidasi dan Reduksi
Di sekitar kita sering dijumpai peristiwa kimiawi seperti logam
berkarat pembuatan besi dari bijih besi penyepuhan logam terjadinya
arus listrik pada aki atau baterai buah masak buah busuk mercon
meledak kembang api dibakar dan lain sebagainya Perkaratan pada
logam pembakaran pembusukan oleh mikroba fotosintesis pada
tumbuhan dan metabolism di dalam tubuh merupakan sebagian
contoh-contoh reaksi oksidasi dan reduksi
262 Konsep Redoks Berdasarkan Pengikatan Dan Pelepasan
Oksigen
Konsep reaksi oksidasi dan reduksi mengalami perkembangan
dari masa ke masa sesuai cakupan konsep yang dijelaskan Pada
mulanya konsep reaksi oksidasi dan reduksi ditinjau dari
penggabungan dan pelepasan oksigen
Reaksi oksidasi didefinisikan sebagai reaksi pengikatan suatu zat
dengan oksigen Sebaliknya reaksi pelepasan oksigen oleh suatu zat
disebut reaksi reduksi Contoh reaksi oksidasi
1 C(s) + O2(g) rarr CO2(g)
2 4 Fe(s) + 3 O2(g) rarr 2 Fe2O3(s)
3 Cu(s) + O2(g) rarr CuO(s)
4 S(s) + O2(g) rarr SO2(g)
5 SO2(g) + O2(g) rarr SO3(g)
Pada reaksi di atas C mengikat O2 membentuk CO2 Demikian juga Fe
Cu S dan SO2 berturut-turut menjadi Fe2O3 CuO SO2 dan SO3
18
setelah mengikat oksigen Jadi C Fe Cu S dan SO2 telah mengalami
reaksi oksidasi
Contoh reaksi reduksi
1 2 SO3(g) rarr 2 SO2(g) + O2(g)
2 2 KClO3(s) rarr 2 KCl(s) + 3 O2(g)
3 2 KNO3(aq) rarr 2 KNO2(aq) + O2(g)
Perhatikan reaksi di atas SO3 melepaskan oksigen membentuk SO2
demikian juga KClO3 dan KNO3 masingmasing melepaskan oksigen
menjadi KCl dan KNO2 Jadi SO3 KClO3 dan KNO3 mengalami
reaksi reduksi Pada reaksi termit menghasilkan besi cair yang sering
digunakan untuk mengelas benda-benda dari besi reaksinya adalah
2 Al(s) + Fe2O3(s) rarr 2 Fe(l) + Al2O3(s)
Al mengikat oksigen membentuk Al2O3 berarti Al mengalami
oksidasi Fe2O3 melepaskan oksigen membentuk Fe Jadi Fe2O3
mengalami reduksi Pada reaksi termit tersebut oksidasi dan reduksi
terjadi bersamaan reaksi seperti ini disebut reaksi redoks
263 Konsep Redoks Berdasarkan Pengikatan Dan Pelepasan Elektron
Pada reaksi Na(s) + S(s) rarr Na2S(s) tidak melibatkan gas
oksigen maka konsep redoks berdasarkan pengikatan dan pelepasan
oksigen tidak dapat digunakan Konsep redoks berkembang bukan lagi
pengikatan dan pelepasan oksigen tetapi pengikatan dan pelepasan
elektron Reaksi oksidasi adalah reaksi pelepasan elektron
Contohnya pada pembentukan ion Na+
Na(s) rarr Na+ (aq) + e ndash
Sebaliknya reaksi pengikatan elektron disebut reaksi reduksi
Contohnya pada pembentukan ion S2-
S (s) + 2e ndash rarrS2- (aq)
Reaksi redoks adalah reaksi yang terjadi di mana reaksi oksidasi dan
reduksi terjadi bersama-sama 2Na(s) + S(s) rarr Na2S(s)
Reaksi di atas dapat ditulis menjadi 2 tahap yaitu
Reaksi oksidasi 2Na(s) rarr Na+(aq) + 2 endash
Reaksi reduksi S (s) + 2 endash rarr S 2- (aq)
19
Reaksi redoks 2Na(s) + S(s) rarr Na2S(s)
Pada reaksi di atas Na mengalami reaksi oksidasi dan
menyebabkan S tereduksi Zat seperti Na ini disebut reduktor
Sedangkan S disebut oksidator karena menyebabkan Na teroksidasi
dan dia sendiri mengalami reaksi reduksi
264 Konsep Redoks Berdasarkan Perubahan (Kenaikkan Dan
Penurunan) Bilangan Oksidasi
Sebelum mempelajari konsep reaksi redoks berdasarkan
kenaikan dan penurunan bilangan oksidasi ada baiknya kamu belajar
tentang bilangan oksidasi terlebih dahulu Bilangan oksidasi (bilok)
adalah jumlah muatan yang dimiliki atom suatu unsure jika bergabung
dengan atom unsur lain Aturan biloks antara lain
1 Unsur bebas mempunyai bilok 0 (nol) yang termasuk unsur bebas
unsur diatomik (H2 N2 O2 F2 Cl2 Br2 I2) unsur poliatomik (O3
P4 S8) Selain unsur tersebut adalah unsur monoatomik (Na K
Mg C dan lain-lain)
Contoh
a H dalam H2
b O dalam O2 dan O3
c F dalam F2
d Na dalam Na
2 Unsur H umumnya mempunyai biloks (+1) kecuali pada senyawa
hidrida mempunyai biloks (ndash1) Senyawa hidrida adalah senyawa
yang terbentuk jika logam bergabung dengan atom H (Contoh
NaH KH CaH2)
Contoh H dalam H2O NH3 HCl
3 Unsur O umumnya mempunyai biloks (ndash2) kecuali
a Pada senyawa peroksida contohnya Na2O2 H2O2 BaO2
mempunyai bilok (ndash1)
b Senyawa F2O mempunyai bilok (+2)
20
c Senyawa superoksida (contohnya KO2) mempunyai biloks (ndash12
)
Contoh O dalam H2O Na2O Fe2O3 MgO
4 Unsur logam dalam senyawa umumnya mempunyai biloks positif
Contoh
a Golongan IA (Li Na K Rb dan Cs) mempunyai biloks (+1)
b Golongan IIA ( Be Mg Ca Sr dan Ba) mempunyai bilok
(+2)
c Al3+ Ag+ Zn2+ Pb2+ Pb3+ Fe2+ dan Fe3+
5 Unsur nonlogam umumnya mempunyai bilok negatif
Contoh
a Golongan VIIA (F Cl Br I) mempunyai bilok (ndash1)
b Golongan VIA (O S Se Te) mempunyai bilok (ndash2)
6 Jumlah bilok unsur-unsur dalam ion sama dengan jumlah
muatannya
Contoh
Bilok S dalam SO42-
Bilok O = ndash2
Jumlah bilok = (1 times bilok S + 4 times bilok O)
ndash2 = (1 times bilok S + 4 times (ndash2))
ndash2 = bilok S + (ndash8)
Bilok S = +6
7 Jumlah bilok unsur-unsur dalam senyawa sama dengan 0 (nol)
Contoh H2S
Jumlah bilok = ((2 times bilok H) + (1 times bilok S))
0 = ((2 times (+1)) + (1 times bilok S))
0 = (+2) + bilok S
Bilok S = (ndash2)
Reaksi oksidasi adalah reaksi kenaikkan bilok Sedangkan reaksi
reduksi adalah reaksi penurunan bilok
21
Contoh
1 Zn(s) + 2HCl(aq) 1048687 ZnCl2(aq) + H2(g)
Bilok Zn (unsur bebas) = 0
Bilok Zn dalam ZnCl2 = +2
Berarti Zn mengalami kenaikkan bilok maka Zn mengalami reaksi
oksidasi
Bilok H dalam HCl = +1
Bilok H dalam H2 (unsur bebas) = 0
Jadi H mengalami penurunan bilok maka H mengalami reaksi
reduksi
2 Reaksi pemakaian baterai Zn + 2NH4Cl rarr ZnCl2 + 2NH3 + H2
Bilok Zn (unsur bebas) = 0
Bilok Zn pada ZnCl2 = +2
Berarti Zn mengalami kenaikkan bilok maka Zn mengalami
reaksi oksidasi
Bilok H pada NH4Cl = +1
Bilok H pada H2 (unsur bebas = 0
Berarti H mengalami penurunan bilok maka H mengalami reaksi
reduksi
3 Reaksi pelapisan logam Cu + 2AgNO3 rarr Cu(NO3)2 + 2Ag
Bilok Cu (unsur bebas) = 0
Bilok Cu pada Cu(NO3)2 = +2
Berarti Cu mengalami kenaikkan bilok maka Cu mengalami reaksi
oksidasi
Bilok Ag pada AgNO3 = +1
Bilok Ag (unsur bebas) = 0
Berarti Ag mengalami penurunan bilok maka Ag mengalami
reaksi reduksi Pada reaksi di atas terjadi kenaikkan bilok (reaksi
22
oksidasi) dan penurunan bilok (reaksi reduksi) secara
bersamasama maka disebut reaksi redoks Jika suatu zat
mengalami reaksi oksidasi sekaligus reduksi maka reaksi ini
disebut autoredoks (disproporsionasi)
BAB III
PEMBAHASAN
Dalam penelitian ini peneliti ingin mengetahui apakah penggunaan
media ular tangga yang dikombinasikan dengan model pembelajaran
kooperatif tipe PPT dapat meningkatkan hasil belajar siswa Dalam penelitian
tersebut digunakan populasi siswa kelas X SMA Kristen 1 Kupang sebanyak
109 orang yang terbagi dalam 3 kelas Dengan data nilai mid semester
digunakan 49 uji normalitas dan homogenitas Dari hasil perhitungan
diketahui bahwa populasi mempunyai homogenitas yang sama Dan seluruh
populasi dalam kelas berdistribusi normal Kemudian peneliti mengambil
secara acak dari populasi sebagai sampel Diperoleh kelas X E sebagai
kelompok eksperimen dengan media ular tangga yang dikombinasikan
dengan model pembelajaran kooperatif tipe PPT dan X D sebagai kelompok
kontrol dengan menggunakan metode konvensional Peneliti memilih atau
mengambil pokok bahasan reaksi oksidasi-reduksi karena di dalam pokok
bahasan ini terdapat konsep-konsep dan perhitungan kimia Penelitian
dilaksanakan dalam waktu kurang lebih 1 bulan Kelas eksperimen diberikan
pengajaran dengan media ular tangga yang dikombinasikan dengan model
pembelajaran kooperatif tipe PPT Dalam metode ini peneliti membagi 37
siswa menjadi 8 kelompok yakni 5 kelompok yang terdiri dari lima orang dan
3 kelompok yang terdiri dari empat orang Pembagian kelompok dilakukan
berdasarkan nilai mid semester jenis kelamin dan latar belakang sosial yang
di konsultasikan dengan guru Hal ini dilakukan agar dihasilkan siswa yang
kemampuannya heterogen dalam satu kelompok dan antar kelompok
memiliki kemampuan yang homogen
23
Kegiatan pelaksanan pembelajaran dilakukan 8 kali pertemuan
dengan pertemuan pertama untuk pretest dan pertemuan terakhir untuk
posttest Dalam setiap pertemuan tempat duduk siswa diatur sedemikian rupa
sehingga siswa yang satu kelompok berdekatan Dalam pembelajaran peneliti
menjelaskan hal-hal pokok dan memberi contoh-contoh perhitungan serta
latihan kepada siswa 50 Kemudian dilanjutkan dengan diskusi antar
kelompok tentang materi yang sudah diajarkan Sebagai penguatan sisa jam
pelajaran digunakan untuk bermain ular tangga
Sebelum penelitian dilakukan peneliti menyadari akan timbul kendala dalam
hal kerja kelompok karena siswa belum terbiasa untuk bekerja secara
kooperatif dalam kelompok Untuk itu peneliti memberikan tugas kelompok
awal setelah pelaksanaan pretest sebelum pertemuan pembelajaran pertama
dan menjelaskan kepada siswa akan pentingnya kerjasama dalam kelompok
Kemudian pada kegiatan awal dalam pertemuan pertama pembelajaran guru
menanyai siswa secara acak Hal ini dilakukan untuk melatih tanggung jawab
siswa terhadap tugas kelompoknya Selain itu sebelumnya peneliti
mengadakan pertemuan dengan wasit tiap kelompok di luar jam pelajaran
untuk membahas bagaimana tata cara permainan ular tangga Awalnya
peneliti merencanakan bahwa wasit untuk tiap kelompok bergantian tapi
kemudian diperoleh kesepakatan bahwa wasit untuk tiap kelompok tetap
Penilaian terhadap wasit dilakukan oleh guru (peneliti)
Dari 8 kali pertemuan permainan ular tangga dilakukan sebanyak 4
kali yaitu pada pertemuan kedua ketiga kelima dan ketujuh Dalam
permainan ular tangga ini siswa bermain dalam kelompok masing-masing
dengan wasit yang berasal dari kelompok lain Papan ular tangga
dimodifikasi dengan mengganti gambar ular dan tangga dengan nomor-
nomor bonus yaitu nomor-nomor tertentu yang disusun acak pada papan ular
tangga Apabila bidak berhenti pada nomor-nomor tersebut pemain harus
menjawab pertanyaan yang disediakan oleh wasit Jika jawaban benar pemain
mendapatkan skor 10 Jika jawaban pemain tersebut salah atau tidak bisa
menjawab pertanyaan maka pertanyaan bisa dilempar ke pemain lain sampai
pertanyaan terjawab dengan benar dan semua pemain paham Siapapun yang
24
dapat menjawab pertanyaan wasit dengan benar akan mendapat skor 10 untuk
tiap soalnya Apabila tidak ada yang bisa menjawab dengan benar maka
wasitlah yang harus menjelaskan jawaban sampai semua paham Jadi wasit
sebelumnya sudah mendapatkan soal sekaligus kunci jawaban singkat Bila
wasit tidak mampu menjelaskan jawaban maka wasit boleh bertanya
langsung pada guru (peneliti)
Untuk pertemuan keenam kegiatan pembelajaran diisi dengan
presentasi masing-masing kelompok dengan tugas kelompok yang diberikan
pada pertemuan sebelumnya Akan tetapi pelaksanaanya tidak sesuai seperti
yang direncanakan karena waktu yang terbatas Jadi presentasi hanya bisa
dilakukan di tempat duduk masing-masing kelompok yang dilanjutkan
dengan diskusi antar kelompok Di dalam pembelajaran siswa diarahkan
untuk bersifat aktif dalam pembelajaran
Pertemuan terakhir yaitu pertemuan ke-8 digunakan untuk evaluasi
Dari hasil evaluasi didapatkan data hasil belajar kognitif siswa kelompok
eksperimen dan kontrol yang selanjutnya digunakan dalam analisis data
Siswa yang diajar dengan model pembelajaran PPT mempunyai hasil
belajar yang lebih baik hal ini dikarenakan dalam pembelajarannya siswa
dituntut untuk selalu bekerja sama dalam tim atau kelompoknya untuk
meningkatkan prestasi timnya dengan cara meningkatkan pemahaman dan
prestasi setiap individu dalam kelompok Selain itu siswa diberi penguatan
dengan permainan media ular tangga yang memancing diskusi dan keaktifan
siswa Siswa juga diberitahukan perkembangan skor tiap kelompok dan
individu Kemudian penghargaan diberikan kepada kelompok terbaik dan
individu terbaik Hal ini dilakukan untuk memotivasi siswa dalam belajar
baik baik dalam proses pembelajaran di kelas maupun di luar kelas
Peneliti berusaha melakukan prosedur dengan benar dan maksimal
namun hasil yang didapatkan masih belum memuaskan dan kelemahan-
kelemahan penelitian sebelumnya belum sepenuhnya teratasi Beberapa
kendala yang dihadapi dalam penelitian ini antara lain penentuan sampel
secara cluster random didapatkan kelas X E sebagai kelas eksperimen dan X
D sebagai kelas kontrol Menurut guru pembimbing kondisi kedua kelas
25
secara umum baik namun ketika peneliti melakukan penelitian ternyata kelas
kontrol lebih tertib sehingga pembelajaran dapat berlangsung tanpa hambatan
berarti Namun kelas eksperimen berbeda kelas ini lebih ramai sehingga
banyak menit yang terbuang sia-sia Hal ini juga yang menyebabkan peneliti
kesulitan untuk mengadakan pembelajaran presentasi kelompok Peneliti
sudah mencoba berkonsultasi dengan guru pembimbing namun hasilnya
belum maksimal hingga penelitian usai Permainan ular tangga dari peneliti
juga masih perlu dikembangkan lagi dengan bentuk yang lebih menarik serta
soal yang lebih berbobot dan memancing diskusi Selain itu peneliti
menyadari bahwa instrumen yang dikembangkan belum sempurna sehingga
belum dapat membedakan dengan baik antara kelas eksperimen yang diajar
dengan media ular tangga yang dikombinasikan dengan model pembelajaran
PPT dengan kelas kontrol yang tidak menggunakan media ular tangga yang
dikombinasikan dengan model pembelajaran PPT
Dari beberapa penelitian sebelumnya yang peneliti temukan
kebanyakan metode STAD tidak divariasi kalaupun divariasi belum
menggunakan permainan sebagai media belajar tapi dengan model atau
metode pembelajaran lain Tujuan digunakannya permainan sebagai media
belajar adalah untuk membantu siswa belajar secara mandiri dan
menciptakan suasana yang rekreatif sehingga siswa merasa tertarik untuk
mengikuti pembelajaran Selain itu fungsi media ular tangga yang peneliti
gunakan dalam penelitian ini adalah sebagai penguatan belajar yang
berbentuk permainan Penelitian tentang media permainan ular tangga
sebelumnya masih mempunyai kelemahan dalam aturan permainan yang
belum memancing diskusi dan dalam waktu pelaksanaannya Dalam
penelitian ini peneliti berusaha membuat aturan permainan agar siswa tidak
hanya bermain tapi juga belajar bersama dalam memecahkan soal Dalam hal
waktu pelaksanaan permainan hanya dilakukan 4 kali dengan pertimbangan
agar siswa tidak bosan
W S Winkel dalam Catharina (2004 12) menerangkan bahwa
belajar pada manusia dirumuskan sebagai suatu aktivitas mentalpsikis yang
berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan
26
perubahan-perubahan dalam pengetahuan pemahaman ketrampilan dan
nilai sikap Perubahan itu bersifat secara relatif konstan dan berbekas Dalam
penelitian ini media ular tangga digunakan untuk meningkatkan pengetahuan
dan pemahaman siswa pada pokok bahasan reaksi oksidasi-reduksi
Sedangkan model pembelajaran PPT melatih siswa bagaimana bekerja sama
dalam tim atau kelompok dan memahami makna serta pentingnya melakukan
sesuatu secara bersama untuk mencapai tujuan bersama Setiap siswa dalam
tim mempunyai tanggung jawab yang sama untuk meningkatkan prestasi
timnya dengan cara saling berbagi baik itu sebuah pengetahuan atau sebuah
ketidaktahuan Dari hal tersebut diharapkan siswa dapat mengalami
perubahan dalam perilaku dan sikapnya Dalam penelitian ini peneliti tidak
mengadakan pembelajaran praktikum untuk melatih ketrampilan atau aspek
psikomotorik siswa Hal ini dikarenakan keterbatasan waktu dan persiapan
peneliti Menurut Chatarina (20044) hasil belajar merupakan perubahan
perilaku yang diperoleh pembelajar setelah mengalami aktivitas
belajarPerubahan tingkah laku dikatakan sebagai hasil belajar apabila
1 Hasil belajar sebagai pencapaian tujuan menekankan pentingnya tujuan
mengajar
Ketegasan dalam menetapkan tujuan akan memberikan arah yang jelas
pada pelaksanaan kegiatan pembelajaran Dalam hal ini sebelum
penelitian peneliti menyusun perangkat pembelajaran berupa RPP alat
evaluasi serta mempersiapkan media yang akan digunakan dalam
pembelajaran
2 Hasil belajar merupakan proses kegiatan belajar yang disadari
Dalam proses pembelajaran peneliti memberikan motivasi kepada siswa
ataupun kelompok diantaranya dengan memberikan penghargaan kepada
siswa atau kelompok yang berprestasi
3 Hasil belajar sebagai proses latihan
Proses latihan dan pengulangan dalam penelitian ini dilakukan dengan
media ular tangga
4 Hasil belajar merupakan tindak-tanduk yang berfungsi dalam kurun
waktu tertentu atau hasil belajar harus bersifat permanent Selain itu
27
hasil belajar memberikan informasi mengenai tingkat penguasaan
pelajaran yang diberikan selama proses pembelajaran yang
dilangsungkan dengan menggunakan alat ukur berupa tes dalam suatu
proses evaluasi Dalam hal ini di akhir pembelajaran peneliti
mengadakan evaluasi hasil belajar dengan instrument tes yang
sebelumnya telah diuji keampuhannya Walaupun dalam kurikulum
KTSP terdapat tiga ranah yang diukur yaitu ranah kognitif afektif dan
psikomotorik tujuan pembelajaran pada pokok bahasan lebih
menekankan ranah kognitif Hal ini dapat dilihat dari standar
kompetensi kompetensi dasar hingga indikator pada pokok bahasan
tersebut Selain itu media ular tangga dibuat untuk meningkatkan hasil
belajar siswa pada ranah kognitif karena yang terdapat dalam media
tersebut adalah soal-soal yang berfungsi sebagai penguatan siswa setelah
proses pembelajaran Walaupun demikian peneliti tidak ingin melupakan
ranah afektif dan psikomotorik begitu saja maka media ular tangga
dikombinasikan dengan model pembelajaran kooperatif tipe PPT yang
mengasah sikap dan ketrampilan siswa Hal tersebut yang menjadi
alasan mengapa yang dikaji dalam skripsi ini hanya aspek kognitif saja
28
BAB IV
PENUTUP
41 Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan diatas dapat disimpulkan
bahwa
1 Media ular tangga yang dikombinasikan dengan model pembelajaran
kooperatif tipe PPT meningkatkan hasil belajar kognitif siswa yang
diajar pokok bahasan reaksi oksidasi-reduksi Hal ini berdasarkan hasil
uji tanda Wilcoxon untuk nilai posttest mempunyai jumlah rank positif
yang lebih besar (221) dari rank negatifnya (104)
2 Siswa dapat mencapai ketuntasan belajar untuk pokok bahasan reaksi
oksidasi reduksi dengan media ular tangga yang dikombinasikan dengan
model pembelajaran kooperatif tipe PPT Hal ini berdasarkan rata-rata
hasil posttest kedua kelas lebih dari 65 yaitu rata-rata untuk kelas
eksperimen 718 dan untuk kelas control 662
42 Saran
Saran yang dapat diberikan terkait penelitian ini yaitu
1 Sebelum melakukan penelitian perlu dicermati dengan teliti populasi
yang akan diteliti sehingga sampel benar-benar homogen bukan hanya
dari sisi akademik tetapi juga sisi-sisi lain seperti kondisi kelas
2 Ular tangga perlu dikembangkan lagi baik dari bentuk aturan permainan
maupun soal-soalnya
3 Guru hendaknya lebih kreatif dalam menyampaikan pelajaran sehingga
dengan kondisi kelas seperti apapun pembelajaran dapat berlangsung
secara efektif
4 Sebaiknya dalam mengajar terdapat guru pendamping sehingga guru
tidak kewalahan dalam mengawasi permainan
5 Sebaiknya permainan ular tang dilakukan di luar jam pelajaran
6 Hasil penelitian hanya bisa digunakan untuk sekolah tertentu yang
mempunyai kelas kecil
29
DAFTAR PUSTAKA
Anni CT 2004 Psikologi Belajar Semarang UNNES
Suharsimi Arikunto 2002a Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan Jakarta Bumi Aksara
Bahri S dan AZ 2002 Strategi Belajar Mengajar Jakarta Erlangga
Dianto 2008 Pengaruh Penggunaan Ular Tangga Redoks sebagai Media Chemo-Edutainment Bervisi Sets terhadap Hasil Belajar Siswa SMA Kelas X Semester II Tahun 20072008 Semarang Universitas Negeri Semarang
httpidwikipediaorgwikiUlar_tangga
httplearning-with-meblogspotcom200609 pembelajaranhtml
Lismiyati 2006 Meningkatkan Hasil Belajar Kimia Siswa Kelas XI Semester 2 SMA N 2 Demak dengan Memberikan Umpan Balik Kuis dalam Model Pembelajaran Studens Teams-Achievment Division (STAD) Semarang Universitas Negeri Semarang
Mungin Eddy Wibowo dkk 2008 Panduan Penulisan Karya Ilmiah Semarang Universitas Negeri Semarang
Nana Sudjana 2005 Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar Bandung Sinar Baru Algensindo
Poerwadarminta W J S 1999 Kamus Umum Bahasa Indonesia Jakarta Balai Pustaka
Rina Apitasari 2005 Penggunaan Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe Studens Teams-Achievment Division (STAD) dalam Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Kimia pada Materi Pokok Stoikiometri Siswa Kelas X-6 Semester 1 SMA Negeri 13 Semarang Tahun Pelajaran 20042005 Semarang Universitas Negeri Semarang
Renita Tri Parwati 2006 Peningkatkan Hasil Belajar Kimia Siswa Kelas X dengan Menggunakan kombinasi Metode Studens Teams-Achievment Division (STAD) dan Structure Exercise Methode di SMA N 16 Semarang Semarang Universitas Negeri Semarang
Saptorini 2004 Strategi Belajar Mengajar Semarang Unnes Soeprodjo 1997 Metode Statistik Semarang Jurusan Kimia FPMIPA IKIP
Semarang
30
2 Memberikan persoalan materi bahan ajar (untuk tiap kelompok
sama tapi untuk tiap siswa tidak sama sesuai dengan nomor siswa
tiap siswa dengan nomor sama mendapat tugas yang sama)
3 Bekerja kelompok dan presentasi kelompok dengan nomor siswa
yang sama sesuai tugas masing-masing sehingga terjadi diskusi
kelas
4 Kuis individual membuat skor perkembangan tiap siswa serta
mengumumkan hasil kuis dan pemberian reward
Kelebihan dari model pembelajaran ini adalah
1 Setiap siswa menjadi siap semua
2 Dapat melakukan diskusi dengan sungguh-sungguh
3 Siswa yang pandai dapat mengajari siswa yang kurang pandai
Sedangkan kelemahannya yaitu
4 Kemungkinan nomor yang dipanggil dipanggil lagi oleh guru
5 Tidak semua anggota kelompok dipanggil oleh guru
Dari beberapa model pembelajara kooperatif tersebut yang paling
mudah untuk dikombinasikan dengan media ular tangga adalah model
pembelajaran kooperatif yang paling sederhana dan tidak terlalu rumit dalam
pelaksanaannya yaitu model pembelajaran kooperatif tipe PPT
Dalam pelaksanaannya siswa dibagi dalam beberapa kelompok yang
beranggotakan 4-5 orang siswa yang merupakan campuran menurut tingkat
prestasi jenis kelamin dan suku Guru menyampaikan materi pelajaran
kemudian siswa bekerja dalam kelompok mereka memastikan bahwa seluruh
anggota kelompok telah menguasai materi pelajaran yang disampaikan
Permainan ular tangga disisipkan setiap akhir pertemuan sebagai penguatan
belajar
Gambar ular dan tangga dalam papan permainan diganti dengan
nomor-nomor bonus yaitu nomor-nomor tertentu yang disusun acak pada
papan ular tangga Apabila bidak berhenti pada nomo-nomor tersebut
pemain harus menjawab pertanyaan yang disediakan oleh wasit Jika jawaban
pemain tersebut salah atau tidak bisa menjawab pertanyaan maka pertanyaan
16
bisa dilempar ke pemain lain sampai pertanyaan terjawab dengan benar dan
semua pemain paham
25 Hasil Belajar
Menurut Chatarina (20044) hasil belajar merupakan perubahan
perilaku yang diperoleh pembelajar setelah mengalami aktivitas
belajarPerubahan tingkah laku dikatakan sebagai hasil belajar apabila
1 Hasil belajar sebagai pencapaian tujuan menekankan pentingnya tujuan
mengajar
Ketegasan dalam menetapkan tujuan akan memberikan arah yang jelas
pada pelaksanaan kegiatan pembelajaran Tujuan pembelajaran merupakan
rumusan pertanyaan mengenai kemampuan atau tingkah laku yang
diharapkan dikuasai oleh siswa setelah mengikuti pelajaran Tingkat
pencapaian tujuan menunjukkan kualitas pembelajaran
2 Hasil belajar merupakan proses kegiatan belajar yang disadari
Siswa yang termotivasi akan menunjukkan belajar dengan penuh
kesadaran kesungguhan tidak ada paksaan untuk memperoleh tingkat
penguasaan pengetahuan Di samping itu motivasi sangat berpengaruh
terhadap pengetahuan dan konsentrasi siswa pada pelajaran
3 Hasil belajar sebagai proses latihan
Latihan-latihan adalah suatu pengulangan atau tindakan sebagai respon
terhadap rangsangan dari luar dalam rangka memperoleh kemampuan
baru untuk bertindak Latihan merupakan proses belajar yang disadari oleh
pelakunya
4 Hasil belajar merupakan tindak-tanduk yang berfungsi dalam kurun waktu
tertentu atau hasil belajar harus bersifat permanent Selain itu hasil belajar
memberikan informasi mengenai tingkat penguasaan pelajaran yang
diberikan selama proses pembelajaran yang dilangsungkan dengan
menggunakan alat ukur berupa tes dalam suatu proses evaluasi
17
26 Reaksi Oksidasi - Reduksi
Perubahan kimia yang terjadi di sekitar kita beragam jenisnya seperti
pembusukan fermentasi reaksi penggaraman atau penetralan reaksi
hidrolisis reaksi pembakaran oksidasi atau reaksi reduksiReaksi redoks
yaitu reaksi reduksi dan oksidasi bilangan oksidasi oksidator reduktor dan
reaksi autoredoks
261 Definisi Reaksi Oksidasi dan Reduksi
Di sekitar kita sering dijumpai peristiwa kimiawi seperti logam
berkarat pembuatan besi dari bijih besi penyepuhan logam terjadinya
arus listrik pada aki atau baterai buah masak buah busuk mercon
meledak kembang api dibakar dan lain sebagainya Perkaratan pada
logam pembakaran pembusukan oleh mikroba fotosintesis pada
tumbuhan dan metabolism di dalam tubuh merupakan sebagian
contoh-contoh reaksi oksidasi dan reduksi
262 Konsep Redoks Berdasarkan Pengikatan Dan Pelepasan
Oksigen
Konsep reaksi oksidasi dan reduksi mengalami perkembangan
dari masa ke masa sesuai cakupan konsep yang dijelaskan Pada
mulanya konsep reaksi oksidasi dan reduksi ditinjau dari
penggabungan dan pelepasan oksigen
Reaksi oksidasi didefinisikan sebagai reaksi pengikatan suatu zat
dengan oksigen Sebaliknya reaksi pelepasan oksigen oleh suatu zat
disebut reaksi reduksi Contoh reaksi oksidasi
1 C(s) + O2(g) rarr CO2(g)
2 4 Fe(s) + 3 O2(g) rarr 2 Fe2O3(s)
3 Cu(s) + O2(g) rarr CuO(s)
4 S(s) + O2(g) rarr SO2(g)
5 SO2(g) + O2(g) rarr SO3(g)
Pada reaksi di atas C mengikat O2 membentuk CO2 Demikian juga Fe
Cu S dan SO2 berturut-turut menjadi Fe2O3 CuO SO2 dan SO3
18
setelah mengikat oksigen Jadi C Fe Cu S dan SO2 telah mengalami
reaksi oksidasi
Contoh reaksi reduksi
1 2 SO3(g) rarr 2 SO2(g) + O2(g)
2 2 KClO3(s) rarr 2 KCl(s) + 3 O2(g)
3 2 KNO3(aq) rarr 2 KNO2(aq) + O2(g)
Perhatikan reaksi di atas SO3 melepaskan oksigen membentuk SO2
demikian juga KClO3 dan KNO3 masingmasing melepaskan oksigen
menjadi KCl dan KNO2 Jadi SO3 KClO3 dan KNO3 mengalami
reaksi reduksi Pada reaksi termit menghasilkan besi cair yang sering
digunakan untuk mengelas benda-benda dari besi reaksinya adalah
2 Al(s) + Fe2O3(s) rarr 2 Fe(l) + Al2O3(s)
Al mengikat oksigen membentuk Al2O3 berarti Al mengalami
oksidasi Fe2O3 melepaskan oksigen membentuk Fe Jadi Fe2O3
mengalami reduksi Pada reaksi termit tersebut oksidasi dan reduksi
terjadi bersamaan reaksi seperti ini disebut reaksi redoks
263 Konsep Redoks Berdasarkan Pengikatan Dan Pelepasan Elektron
Pada reaksi Na(s) + S(s) rarr Na2S(s) tidak melibatkan gas
oksigen maka konsep redoks berdasarkan pengikatan dan pelepasan
oksigen tidak dapat digunakan Konsep redoks berkembang bukan lagi
pengikatan dan pelepasan oksigen tetapi pengikatan dan pelepasan
elektron Reaksi oksidasi adalah reaksi pelepasan elektron
Contohnya pada pembentukan ion Na+
Na(s) rarr Na+ (aq) + e ndash
Sebaliknya reaksi pengikatan elektron disebut reaksi reduksi
Contohnya pada pembentukan ion S2-
S (s) + 2e ndash rarrS2- (aq)
Reaksi redoks adalah reaksi yang terjadi di mana reaksi oksidasi dan
reduksi terjadi bersama-sama 2Na(s) + S(s) rarr Na2S(s)
Reaksi di atas dapat ditulis menjadi 2 tahap yaitu
Reaksi oksidasi 2Na(s) rarr Na+(aq) + 2 endash
Reaksi reduksi S (s) + 2 endash rarr S 2- (aq)
19
Reaksi redoks 2Na(s) + S(s) rarr Na2S(s)
Pada reaksi di atas Na mengalami reaksi oksidasi dan
menyebabkan S tereduksi Zat seperti Na ini disebut reduktor
Sedangkan S disebut oksidator karena menyebabkan Na teroksidasi
dan dia sendiri mengalami reaksi reduksi
264 Konsep Redoks Berdasarkan Perubahan (Kenaikkan Dan
Penurunan) Bilangan Oksidasi
Sebelum mempelajari konsep reaksi redoks berdasarkan
kenaikan dan penurunan bilangan oksidasi ada baiknya kamu belajar
tentang bilangan oksidasi terlebih dahulu Bilangan oksidasi (bilok)
adalah jumlah muatan yang dimiliki atom suatu unsure jika bergabung
dengan atom unsur lain Aturan biloks antara lain
1 Unsur bebas mempunyai bilok 0 (nol) yang termasuk unsur bebas
unsur diatomik (H2 N2 O2 F2 Cl2 Br2 I2) unsur poliatomik (O3
P4 S8) Selain unsur tersebut adalah unsur monoatomik (Na K
Mg C dan lain-lain)
Contoh
a H dalam H2
b O dalam O2 dan O3
c F dalam F2
d Na dalam Na
2 Unsur H umumnya mempunyai biloks (+1) kecuali pada senyawa
hidrida mempunyai biloks (ndash1) Senyawa hidrida adalah senyawa
yang terbentuk jika logam bergabung dengan atom H (Contoh
NaH KH CaH2)
Contoh H dalam H2O NH3 HCl
3 Unsur O umumnya mempunyai biloks (ndash2) kecuali
a Pada senyawa peroksida contohnya Na2O2 H2O2 BaO2
mempunyai bilok (ndash1)
b Senyawa F2O mempunyai bilok (+2)
20
c Senyawa superoksida (contohnya KO2) mempunyai biloks (ndash12
)
Contoh O dalam H2O Na2O Fe2O3 MgO
4 Unsur logam dalam senyawa umumnya mempunyai biloks positif
Contoh
a Golongan IA (Li Na K Rb dan Cs) mempunyai biloks (+1)
b Golongan IIA ( Be Mg Ca Sr dan Ba) mempunyai bilok
(+2)
c Al3+ Ag+ Zn2+ Pb2+ Pb3+ Fe2+ dan Fe3+
5 Unsur nonlogam umumnya mempunyai bilok negatif
Contoh
a Golongan VIIA (F Cl Br I) mempunyai bilok (ndash1)
b Golongan VIA (O S Se Te) mempunyai bilok (ndash2)
6 Jumlah bilok unsur-unsur dalam ion sama dengan jumlah
muatannya
Contoh
Bilok S dalam SO42-
Bilok O = ndash2
Jumlah bilok = (1 times bilok S + 4 times bilok O)
ndash2 = (1 times bilok S + 4 times (ndash2))
ndash2 = bilok S + (ndash8)
Bilok S = +6
7 Jumlah bilok unsur-unsur dalam senyawa sama dengan 0 (nol)
Contoh H2S
Jumlah bilok = ((2 times bilok H) + (1 times bilok S))
0 = ((2 times (+1)) + (1 times bilok S))
0 = (+2) + bilok S
Bilok S = (ndash2)
Reaksi oksidasi adalah reaksi kenaikkan bilok Sedangkan reaksi
reduksi adalah reaksi penurunan bilok
21
Contoh
1 Zn(s) + 2HCl(aq) 1048687 ZnCl2(aq) + H2(g)
Bilok Zn (unsur bebas) = 0
Bilok Zn dalam ZnCl2 = +2
Berarti Zn mengalami kenaikkan bilok maka Zn mengalami reaksi
oksidasi
Bilok H dalam HCl = +1
Bilok H dalam H2 (unsur bebas) = 0
Jadi H mengalami penurunan bilok maka H mengalami reaksi
reduksi
2 Reaksi pemakaian baterai Zn + 2NH4Cl rarr ZnCl2 + 2NH3 + H2
Bilok Zn (unsur bebas) = 0
Bilok Zn pada ZnCl2 = +2
Berarti Zn mengalami kenaikkan bilok maka Zn mengalami
reaksi oksidasi
Bilok H pada NH4Cl = +1
Bilok H pada H2 (unsur bebas = 0
Berarti H mengalami penurunan bilok maka H mengalami reaksi
reduksi
3 Reaksi pelapisan logam Cu + 2AgNO3 rarr Cu(NO3)2 + 2Ag
Bilok Cu (unsur bebas) = 0
Bilok Cu pada Cu(NO3)2 = +2
Berarti Cu mengalami kenaikkan bilok maka Cu mengalami reaksi
oksidasi
Bilok Ag pada AgNO3 = +1
Bilok Ag (unsur bebas) = 0
Berarti Ag mengalami penurunan bilok maka Ag mengalami
reaksi reduksi Pada reaksi di atas terjadi kenaikkan bilok (reaksi
22
oksidasi) dan penurunan bilok (reaksi reduksi) secara
bersamasama maka disebut reaksi redoks Jika suatu zat
mengalami reaksi oksidasi sekaligus reduksi maka reaksi ini
disebut autoredoks (disproporsionasi)
BAB III
PEMBAHASAN
Dalam penelitian ini peneliti ingin mengetahui apakah penggunaan
media ular tangga yang dikombinasikan dengan model pembelajaran
kooperatif tipe PPT dapat meningkatkan hasil belajar siswa Dalam penelitian
tersebut digunakan populasi siswa kelas X SMA Kristen 1 Kupang sebanyak
109 orang yang terbagi dalam 3 kelas Dengan data nilai mid semester
digunakan 49 uji normalitas dan homogenitas Dari hasil perhitungan
diketahui bahwa populasi mempunyai homogenitas yang sama Dan seluruh
populasi dalam kelas berdistribusi normal Kemudian peneliti mengambil
secara acak dari populasi sebagai sampel Diperoleh kelas X E sebagai
kelompok eksperimen dengan media ular tangga yang dikombinasikan
dengan model pembelajaran kooperatif tipe PPT dan X D sebagai kelompok
kontrol dengan menggunakan metode konvensional Peneliti memilih atau
mengambil pokok bahasan reaksi oksidasi-reduksi karena di dalam pokok
bahasan ini terdapat konsep-konsep dan perhitungan kimia Penelitian
dilaksanakan dalam waktu kurang lebih 1 bulan Kelas eksperimen diberikan
pengajaran dengan media ular tangga yang dikombinasikan dengan model
pembelajaran kooperatif tipe PPT Dalam metode ini peneliti membagi 37
siswa menjadi 8 kelompok yakni 5 kelompok yang terdiri dari lima orang dan
3 kelompok yang terdiri dari empat orang Pembagian kelompok dilakukan
berdasarkan nilai mid semester jenis kelamin dan latar belakang sosial yang
di konsultasikan dengan guru Hal ini dilakukan agar dihasilkan siswa yang
kemampuannya heterogen dalam satu kelompok dan antar kelompok
memiliki kemampuan yang homogen
23
Kegiatan pelaksanan pembelajaran dilakukan 8 kali pertemuan
dengan pertemuan pertama untuk pretest dan pertemuan terakhir untuk
posttest Dalam setiap pertemuan tempat duduk siswa diatur sedemikian rupa
sehingga siswa yang satu kelompok berdekatan Dalam pembelajaran peneliti
menjelaskan hal-hal pokok dan memberi contoh-contoh perhitungan serta
latihan kepada siswa 50 Kemudian dilanjutkan dengan diskusi antar
kelompok tentang materi yang sudah diajarkan Sebagai penguatan sisa jam
pelajaran digunakan untuk bermain ular tangga
Sebelum penelitian dilakukan peneliti menyadari akan timbul kendala dalam
hal kerja kelompok karena siswa belum terbiasa untuk bekerja secara
kooperatif dalam kelompok Untuk itu peneliti memberikan tugas kelompok
awal setelah pelaksanaan pretest sebelum pertemuan pembelajaran pertama
dan menjelaskan kepada siswa akan pentingnya kerjasama dalam kelompok
Kemudian pada kegiatan awal dalam pertemuan pertama pembelajaran guru
menanyai siswa secara acak Hal ini dilakukan untuk melatih tanggung jawab
siswa terhadap tugas kelompoknya Selain itu sebelumnya peneliti
mengadakan pertemuan dengan wasit tiap kelompok di luar jam pelajaran
untuk membahas bagaimana tata cara permainan ular tangga Awalnya
peneliti merencanakan bahwa wasit untuk tiap kelompok bergantian tapi
kemudian diperoleh kesepakatan bahwa wasit untuk tiap kelompok tetap
Penilaian terhadap wasit dilakukan oleh guru (peneliti)
Dari 8 kali pertemuan permainan ular tangga dilakukan sebanyak 4
kali yaitu pada pertemuan kedua ketiga kelima dan ketujuh Dalam
permainan ular tangga ini siswa bermain dalam kelompok masing-masing
dengan wasit yang berasal dari kelompok lain Papan ular tangga
dimodifikasi dengan mengganti gambar ular dan tangga dengan nomor-
nomor bonus yaitu nomor-nomor tertentu yang disusun acak pada papan ular
tangga Apabila bidak berhenti pada nomor-nomor tersebut pemain harus
menjawab pertanyaan yang disediakan oleh wasit Jika jawaban benar pemain
mendapatkan skor 10 Jika jawaban pemain tersebut salah atau tidak bisa
menjawab pertanyaan maka pertanyaan bisa dilempar ke pemain lain sampai
pertanyaan terjawab dengan benar dan semua pemain paham Siapapun yang
24
dapat menjawab pertanyaan wasit dengan benar akan mendapat skor 10 untuk
tiap soalnya Apabila tidak ada yang bisa menjawab dengan benar maka
wasitlah yang harus menjelaskan jawaban sampai semua paham Jadi wasit
sebelumnya sudah mendapatkan soal sekaligus kunci jawaban singkat Bila
wasit tidak mampu menjelaskan jawaban maka wasit boleh bertanya
langsung pada guru (peneliti)
Untuk pertemuan keenam kegiatan pembelajaran diisi dengan
presentasi masing-masing kelompok dengan tugas kelompok yang diberikan
pada pertemuan sebelumnya Akan tetapi pelaksanaanya tidak sesuai seperti
yang direncanakan karena waktu yang terbatas Jadi presentasi hanya bisa
dilakukan di tempat duduk masing-masing kelompok yang dilanjutkan
dengan diskusi antar kelompok Di dalam pembelajaran siswa diarahkan
untuk bersifat aktif dalam pembelajaran
Pertemuan terakhir yaitu pertemuan ke-8 digunakan untuk evaluasi
Dari hasil evaluasi didapatkan data hasil belajar kognitif siswa kelompok
eksperimen dan kontrol yang selanjutnya digunakan dalam analisis data
Siswa yang diajar dengan model pembelajaran PPT mempunyai hasil
belajar yang lebih baik hal ini dikarenakan dalam pembelajarannya siswa
dituntut untuk selalu bekerja sama dalam tim atau kelompoknya untuk
meningkatkan prestasi timnya dengan cara meningkatkan pemahaman dan
prestasi setiap individu dalam kelompok Selain itu siswa diberi penguatan
dengan permainan media ular tangga yang memancing diskusi dan keaktifan
siswa Siswa juga diberitahukan perkembangan skor tiap kelompok dan
individu Kemudian penghargaan diberikan kepada kelompok terbaik dan
individu terbaik Hal ini dilakukan untuk memotivasi siswa dalam belajar
baik baik dalam proses pembelajaran di kelas maupun di luar kelas
Peneliti berusaha melakukan prosedur dengan benar dan maksimal
namun hasil yang didapatkan masih belum memuaskan dan kelemahan-
kelemahan penelitian sebelumnya belum sepenuhnya teratasi Beberapa
kendala yang dihadapi dalam penelitian ini antara lain penentuan sampel
secara cluster random didapatkan kelas X E sebagai kelas eksperimen dan X
D sebagai kelas kontrol Menurut guru pembimbing kondisi kedua kelas
25
secara umum baik namun ketika peneliti melakukan penelitian ternyata kelas
kontrol lebih tertib sehingga pembelajaran dapat berlangsung tanpa hambatan
berarti Namun kelas eksperimen berbeda kelas ini lebih ramai sehingga
banyak menit yang terbuang sia-sia Hal ini juga yang menyebabkan peneliti
kesulitan untuk mengadakan pembelajaran presentasi kelompok Peneliti
sudah mencoba berkonsultasi dengan guru pembimbing namun hasilnya
belum maksimal hingga penelitian usai Permainan ular tangga dari peneliti
juga masih perlu dikembangkan lagi dengan bentuk yang lebih menarik serta
soal yang lebih berbobot dan memancing diskusi Selain itu peneliti
menyadari bahwa instrumen yang dikembangkan belum sempurna sehingga
belum dapat membedakan dengan baik antara kelas eksperimen yang diajar
dengan media ular tangga yang dikombinasikan dengan model pembelajaran
PPT dengan kelas kontrol yang tidak menggunakan media ular tangga yang
dikombinasikan dengan model pembelajaran PPT
Dari beberapa penelitian sebelumnya yang peneliti temukan
kebanyakan metode STAD tidak divariasi kalaupun divariasi belum
menggunakan permainan sebagai media belajar tapi dengan model atau
metode pembelajaran lain Tujuan digunakannya permainan sebagai media
belajar adalah untuk membantu siswa belajar secara mandiri dan
menciptakan suasana yang rekreatif sehingga siswa merasa tertarik untuk
mengikuti pembelajaran Selain itu fungsi media ular tangga yang peneliti
gunakan dalam penelitian ini adalah sebagai penguatan belajar yang
berbentuk permainan Penelitian tentang media permainan ular tangga
sebelumnya masih mempunyai kelemahan dalam aturan permainan yang
belum memancing diskusi dan dalam waktu pelaksanaannya Dalam
penelitian ini peneliti berusaha membuat aturan permainan agar siswa tidak
hanya bermain tapi juga belajar bersama dalam memecahkan soal Dalam hal
waktu pelaksanaan permainan hanya dilakukan 4 kali dengan pertimbangan
agar siswa tidak bosan
W S Winkel dalam Catharina (2004 12) menerangkan bahwa
belajar pada manusia dirumuskan sebagai suatu aktivitas mentalpsikis yang
berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan
26
perubahan-perubahan dalam pengetahuan pemahaman ketrampilan dan
nilai sikap Perubahan itu bersifat secara relatif konstan dan berbekas Dalam
penelitian ini media ular tangga digunakan untuk meningkatkan pengetahuan
dan pemahaman siswa pada pokok bahasan reaksi oksidasi-reduksi
Sedangkan model pembelajaran PPT melatih siswa bagaimana bekerja sama
dalam tim atau kelompok dan memahami makna serta pentingnya melakukan
sesuatu secara bersama untuk mencapai tujuan bersama Setiap siswa dalam
tim mempunyai tanggung jawab yang sama untuk meningkatkan prestasi
timnya dengan cara saling berbagi baik itu sebuah pengetahuan atau sebuah
ketidaktahuan Dari hal tersebut diharapkan siswa dapat mengalami
perubahan dalam perilaku dan sikapnya Dalam penelitian ini peneliti tidak
mengadakan pembelajaran praktikum untuk melatih ketrampilan atau aspek
psikomotorik siswa Hal ini dikarenakan keterbatasan waktu dan persiapan
peneliti Menurut Chatarina (20044) hasil belajar merupakan perubahan
perilaku yang diperoleh pembelajar setelah mengalami aktivitas
belajarPerubahan tingkah laku dikatakan sebagai hasil belajar apabila
1 Hasil belajar sebagai pencapaian tujuan menekankan pentingnya tujuan
mengajar
Ketegasan dalam menetapkan tujuan akan memberikan arah yang jelas
pada pelaksanaan kegiatan pembelajaran Dalam hal ini sebelum
penelitian peneliti menyusun perangkat pembelajaran berupa RPP alat
evaluasi serta mempersiapkan media yang akan digunakan dalam
pembelajaran
2 Hasil belajar merupakan proses kegiatan belajar yang disadari
Dalam proses pembelajaran peneliti memberikan motivasi kepada siswa
ataupun kelompok diantaranya dengan memberikan penghargaan kepada
siswa atau kelompok yang berprestasi
3 Hasil belajar sebagai proses latihan
Proses latihan dan pengulangan dalam penelitian ini dilakukan dengan
media ular tangga
4 Hasil belajar merupakan tindak-tanduk yang berfungsi dalam kurun
waktu tertentu atau hasil belajar harus bersifat permanent Selain itu
27
hasil belajar memberikan informasi mengenai tingkat penguasaan
pelajaran yang diberikan selama proses pembelajaran yang
dilangsungkan dengan menggunakan alat ukur berupa tes dalam suatu
proses evaluasi Dalam hal ini di akhir pembelajaran peneliti
mengadakan evaluasi hasil belajar dengan instrument tes yang
sebelumnya telah diuji keampuhannya Walaupun dalam kurikulum
KTSP terdapat tiga ranah yang diukur yaitu ranah kognitif afektif dan
psikomotorik tujuan pembelajaran pada pokok bahasan lebih
menekankan ranah kognitif Hal ini dapat dilihat dari standar
kompetensi kompetensi dasar hingga indikator pada pokok bahasan
tersebut Selain itu media ular tangga dibuat untuk meningkatkan hasil
belajar siswa pada ranah kognitif karena yang terdapat dalam media
tersebut adalah soal-soal yang berfungsi sebagai penguatan siswa setelah
proses pembelajaran Walaupun demikian peneliti tidak ingin melupakan
ranah afektif dan psikomotorik begitu saja maka media ular tangga
dikombinasikan dengan model pembelajaran kooperatif tipe PPT yang
mengasah sikap dan ketrampilan siswa Hal tersebut yang menjadi
alasan mengapa yang dikaji dalam skripsi ini hanya aspek kognitif saja
28
BAB IV
PENUTUP
41 Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan diatas dapat disimpulkan
bahwa
1 Media ular tangga yang dikombinasikan dengan model pembelajaran
kooperatif tipe PPT meningkatkan hasil belajar kognitif siswa yang
diajar pokok bahasan reaksi oksidasi-reduksi Hal ini berdasarkan hasil
uji tanda Wilcoxon untuk nilai posttest mempunyai jumlah rank positif
yang lebih besar (221) dari rank negatifnya (104)
2 Siswa dapat mencapai ketuntasan belajar untuk pokok bahasan reaksi
oksidasi reduksi dengan media ular tangga yang dikombinasikan dengan
model pembelajaran kooperatif tipe PPT Hal ini berdasarkan rata-rata
hasil posttest kedua kelas lebih dari 65 yaitu rata-rata untuk kelas
eksperimen 718 dan untuk kelas control 662
42 Saran
Saran yang dapat diberikan terkait penelitian ini yaitu
1 Sebelum melakukan penelitian perlu dicermati dengan teliti populasi
yang akan diteliti sehingga sampel benar-benar homogen bukan hanya
dari sisi akademik tetapi juga sisi-sisi lain seperti kondisi kelas
2 Ular tangga perlu dikembangkan lagi baik dari bentuk aturan permainan
maupun soal-soalnya
3 Guru hendaknya lebih kreatif dalam menyampaikan pelajaran sehingga
dengan kondisi kelas seperti apapun pembelajaran dapat berlangsung
secara efektif
4 Sebaiknya dalam mengajar terdapat guru pendamping sehingga guru
tidak kewalahan dalam mengawasi permainan
5 Sebaiknya permainan ular tang dilakukan di luar jam pelajaran
6 Hasil penelitian hanya bisa digunakan untuk sekolah tertentu yang
mempunyai kelas kecil
29
DAFTAR PUSTAKA
Anni CT 2004 Psikologi Belajar Semarang UNNES
Suharsimi Arikunto 2002a Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan Jakarta Bumi Aksara
Bahri S dan AZ 2002 Strategi Belajar Mengajar Jakarta Erlangga
Dianto 2008 Pengaruh Penggunaan Ular Tangga Redoks sebagai Media Chemo-Edutainment Bervisi Sets terhadap Hasil Belajar Siswa SMA Kelas X Semester II Tahun 20072008 Semarang Universitas Negeri Semarang
httpidwikipediaorgwikiUlar_tangga
httplearning-with-meblogspotcom200609 pembelajaranhtml
Lismiyati 2006 Meningkatkan Hasil Belajar Kimia Siswa Kelas XI Semester 2 SMA N 2 Demak dengan Memberikan Umpan Balik Kuis dalam Model Pembelajaran Studens Teams-Achievment Division (STAD) Semarang Universitas Negeri Semarang
Mungin Eddy Wibowo dkk 2008 Panduan Penulisan Karya Ilmiah Semarang Universitas Negeri Semarang
Nana Sudjana 2005 Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar Bandung Sinar Baru Algensindo
Poerwadarminta W J S 1999 Kamus Umum Bahasa Indonesia Jakarta Balai Pustaka
Rina Apitasari 2005 Penggunaan Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe Studens Teams-Achievment Division (STAD) dalam Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Kimia pada Materi Pokok Stoikiometri Siswa Kelas X-6 Semester 1 SMA Negeri 13 Semarang Tahun Pelajaran 20042005 Semarang Universitas Negeri Semarang
Renita Tri Parwati 2006 Peningkatkan Hasil Belajar Kimia Siswa Kelas X dengan Menggunakan kombinasi Metode Studens Teams-Achievment Division (STAD) dan Structure Exercise Methode di SMA N 16 Semarang Semarang Universitas Negeri Semarang
Saptorini 2004 Strategi Belajar Mengajar Semarang Unnes Soeprodjo 1997 Metode Statistik Semarang Jurusan Kimia FPMIPA IKIP
Semarang
30
bisa dilempar ke pemain lain sampai pertanyaan terjawab dengan benar dan
semua pemain paham
25 Hasil Belajar
Menurut Chatarina (20044) hasil belajar merupakan perubahan
perilaku yang diperoleh pembelajar setelah mengalami aktivitas
belajarPerubahan tingkah laku dikatakan sebagai hasil belajar apabila
1 Hasil belajar sebagai pencapaian tujuan menekankan pentingnya tujuan
mengajar
Ketegasan dalam menetapkan tujuan akan memberikan arah yang jelas
pada pelaksanaan kegiatan pembelajaran Tujuan pembelajaran merupakan
rumusan pertanyaan mengenai kemampuan atau tingkah laku yang
diharapkan dikuasai oleh siswa setelah mengikuti pelajaran Tingkat
pencapaian tujuan menunjukkan kualitas pembelajaran
2 Hasil belajar merupakan proses kegiatan belajar yang disadari
Siswa yang termotivasi akan menunjukkan belajar dengan penuh
kesadaran kesungguhan tidak ada paksaan untuk memperoleh tingkat
penguasaan pengetahuan Di samping itu motivasi sangat berpengaruh
terhadap pengetahuan dan konsentrasi siswa pada pelajaran
3 Hasil belajar sebagai proses latihan
Latihan-latihan adalah suatu pengulangan atau tindakan sebagai respon
terhadap rangsangan dari luar dalam rangka memperoleh kemampuan
baru untuk bertindak Latihan merupakan proses belajar yang disadari oleh
pelakunya
4 Hasil belajar merupakan tindak-tanduk yang berfungsi dalam kurun waktu
tertentu atau hasil belajar harus bersifat permanent Selain itu hasil belajar
memberikan informasi mengenai tingkat penguasaan pelajaran yang
diberikan selama proses pembelajaran yang dilangsungkan dengan
menggunakan alat ukur berupa tes dalam suatu proses evaluasi
17
26 Reaksi Oksidasi - Reduksi
Perubahan kimia yang terjadi di sekitar kita beragam jenisnya seperti
pembusukan fermentasi reaksi penggaraman atau penetralan reaksi
hidrolisis reaksi pembakaran oksidasi atau reaksi reduksiReaksi redoks
yaitu reaksi reduksi dan oksidasi bilangan oksidasi oksidator reduktor dan
reaksi autoredoks
261 Definisi Reaksi Oksidasi dan Reduksi
Di sekitar kita sering dijumpai peristiwa kimiawi seperti logam
berkarat pembuatan besi dari bijih besi penyepuhan logam terjadinya
arus listrik pada aki atau baterai buah masak buah busuk mercon
meledak kembang api dibakar dan lain sebagainya Perkaratan pada
logam pembakaran pembusukan oleh mikroba fotosintesis pada
tumbuhan dan metabolism di dalam tubuh merupakan sebagian
contoh-contoh reaksi oksidasi dan reduksi
262 Konsep Redoks Berdasarkan Pengikatan Dan Pelepasan
Oksigen
Konsep reaksi oksidasi dan reduksi mengalami perkembangan
dari masa ke masa sesuai cakupan konsep yang dijelaskan Pada
mulanya konsep reaksi oksidasi dan reduksi ditinjau dari
penggabungan dan pelepasan oksigen
Reaksi oksidasi didefinisikan sebagai reaksi pengikatan suatu zat
dengan oksigen Sebaliknya reaksi pelepasan oksigen oleh suatu zat
disebut reaksi reduksi Contoh reaksi oksidasi
1 C(s) + O2(g) rarr CO2(g)
2 4 Fe(s) + 3 O2(g) rarr 2 Fe2O3(s)
3 Cu(s) + O2(g) rarr CuO(s)
4 S(s) + O2(g) rarr SO2(g)
5 SO2(g) + O2(g) rarr SO3(g)
Pada reaksi di atas C mengikat O2 membentuk CO2 Demikian juga Fe
Cu S dan SO2 berturut-turut menjadi Fe2O3 CuO SO2 dan SO3
18
setelah mengikat oksigen Jadi C Fe Cu S dan SO2 telah mengalami
reaksi oksidasi
Contoh reaksi reduksi
1 2 SO3(g) rarr 2 SO2(g) + O2(g)
2 2 KClO3(s) rarr 2 KCl(s) + 3 O2(g)
3 2 KNO3(aq) rarr 2 KNO2(aq) + O2(g)
Perhatikan reaksi di atas SO3 melepaskan oksigen membentuk SO2
demikian juga KClO3 dan KNO3 masingmasing melepaskan oksigen
menjadi KCl dan KNO2 Jadi SO3 KClO3 dan KNO3 mengalami
reaksi reduksi Pada reaksi termit menghasilkan besi cair yang sering
digunakan untuk mengelas benda-benda dari besi reaksinya adalah
2 Al(s) + Fe2O3(s) rarr 2 Fe(l) + Al2O3(s)
Al mengikat oksigen membentuk Al2O3 berarti Al mengalami
oksidasi Fe2O3 melepaskan oksigen membentuk Fe Jadi Fe2O3
mengalami reduksi Pada reaksi termit tersebut oksidasi dan reduksi
terjadi bersamaan reaksi seperti ini disebut reaksi redoks
263 Konsep Redoks Berdasarkan Pengikatan Dan Pelepasan Elektron
Pada reaksi Na(s) + S(s) rarr Na2S(s) tidak melibatkan gas
oksigen maka konsep redoks berdasarkan pengikatan dan pelepasan
oksigen tidak dapat digunakan Konsep redoks berkembang bukan lagi
pengikatan dan pelepasan oksigen tetapi pengikatan dan pelepasan
elektron Reaksi oksidasi adalah reaksi pelepasan elektron
Contohnya pada pembentukan ion Na+
Na(s) rarr Na+ (aq) + e ndash
Sebaliknya reaksi pengikatan elektron disebut reaksi reduksi
Contohnya pada pembentukan ion S2-
S (s) + 2e ndash rarrS2- (aq)
Reaksi redoks adalah reaksi yang terjadi di mana reaksi oksidasi dan
reduksi terjadi bersama-sama 2Na(s) + S(s) rarr Na2S(s)
Reaksi di atas dapat ditulis menjadi 2 tahap yaitu
Reaksi oksidasi 2Na(s) rarr Na+(aq) + 2 endash
Reaksi reduksi S (s) + 2 endash rarr S 2- (aq)
19
Reaksi redoks 2Na(s) + S(s) rarr Na2S(s)
Pada reaksi di atas Na mengalami reaksi oksidasi dan
menyebabkan S tereduksi Zat seperti Na ini disebut reduktor
Sedangkan S disebut oksidator karena menyebabkan Na teroksidasi
dan dia sendiri mengalami reaksi reduksi
264 Konsep Redoks Berdasarkan Perubahan (Kenaikkan Dan
Penurunan) Bilangan Oksidasi
Sebelum mempelajari konsep reaksi redoks berdasarkan
kenaikan dan penurunan bilangan oksidasi ada baiknya kamu belajar
tentang bilangan oksidasi terlebih dahulu Bilangan oksidasi (bilok)
adalah jumlah muatan yang dimiliki atom suatu unsure jika bergabung
dengan atom unsur lain Aturan biloks antara lain
1 Unsur bebas mempunyai bilok 0 (nol) yang termasuk unsur bebas
unsur diatomik (H2 N2 O2 F2 Cl2 Br2 I2) unsur poliatomik (O3
P4 S8) Selain unsur tersebut adalah unsur monoatomik (Na K
Mg C dan lain-lain)
Contoh
a H dalam H2
b O dalam O2 dan O3
c F dalam F2
d Na dalam Na
2 Unsur H umumnya mempunyai biloks (+1) kecuali pada senyawa
hidrida mempunyai biloks (ndash1) Senyawa hidrida adalah senyawa
yang terbentuk jika logam bergabung dengan atom H (Contoh
NaH KH CaH2)
Contoh H dalam H2O NH3 HCl
3 Unsur O umumnya mempunyai biloks (ndash2) kecuali
a Pada senyawa peroksida contohnya Na2O2 H2O2 BaO2
mempunyai bilok (ndash1)
b Senyawa F2O mempunyai bilok (+2)
20
c Senyawa superoksida (contohnya KO2) mempunyai biloks (ndash12
)
Contoh O dalam H2O Na2O Fe2O3 MgO
4 Unsur logam dalam senyawa umumnya mempunyai biloks positif
Contoh
a Golongan IA (Li Na K Rb dan Cs) mempunyai biloks (+1)
b Golongan IIA ( Be Mg Ca Sr dan Ba) mempunyai bilok
(+2)
c Al3+ Ag+ Zn2+ Pb2+ Pb3+ Fe2+ dan Fe3+
5 Unsur nonlogam umumnya mempunyai bilok negatif
Contoh
a Golongan VIIA (F Cl Br I) mempunyai bilok (ndash1)
b Golongan VIA (O S Se Te) mempunyai bilok (ndash2)
6 Jumlah bilok unsur-unsur dalam ion sama dengan jumlah
muatannya
Contoh
Bilok S dalam SO42-
Bilok O = ndash2
Jumlah bilok = (1 times bilok S + 4 times bilok O)
ndash2 = (1 times bilok S + 4 times (ndash2))
ndash2 = bilok S + (ndash8)
Bilok S = +6
7 Jumlah bilok unsur-unsur dalam senyawa sama dengan 0 (nol)
Contoh H2S
Jumlah bilok = ((2 times bilok H) + (1 times bilok S))
0 = ((2 times (+1)) + (1 times bilok S))
0 = (+2) + bilok S
Bilok S = (ndash2)
Reaksi oksidasi adalah reaksi kenaikkan bilok Sedangkan reaksi
reduksi adalah reaksi penurunan bilok
21
Contoh
1 Zn(s) + 2HCl(aq) 1048687 ZnCl2(aq) + H2(g)
Bilok Zn (unsur bebas) = 0
Bilok Zn dalam ZnCl2 = +2
Berarti Zn mengalami kenaikkan bilok maka Zn mengalami reaksi
oksidasi
Bilok H dalam HCl = +1
Bilok H dalam H2 (unsur bebas) = 0
Jadi H mengalami penurunan bilok maka H mengalami reaksi
reduksi
2 Reaksi pemakaian baterai Zn + 2NH4Cl rarr ZnCl2 + 2NH3 + H2
Bilok Zn (unsur bebas) = 0
Bilok Zn pada ZnCl2 = +2
Berarti Zn mengalami kenaikkan bilok maka Zn mengalami
reaksi oksidasi
Bilok H pada NH4Cl = +1
Bilok H pada H2 (unsur bebas = 0
Berarti H mengalami penurunan bilok maka H mengalami reaksi
reduksi
3 Reaksi pelapisan logam Cu + 2AgNO3 rarr Cu(NO3)2 + 2Ag
Bilok Cu (unsur bebas) = 0
Bilok Cu pada Cu(NO3)2 = +2
Berarti Cu mengalami kenaikkan bilok maka Cu mengalami reaksi
oksidasi
Bilok Ag pada AgNO3 = +1
Bilok Ag (unsur bebas) = 0
Berarti Ag mengalami penurunan bilok maka Ag mengalami
reaksi reduksi Pada reaksi di atas terjadi kenaikkan bilok (reaksi
22
oksidasi) dan penurunan bilok (reaksi reduksi) secara
bersamasama maka disebut reaksi redoks Jika suatu zat
mengalami reaksi oksidasi sekaligus reduksi maka reaksi ini
disebut autoredoks (disproporsionasi)
BAB III
PEMBAHASAN
Dalam penelitian ini peneliti ingin mengetahui apakah penggunaan
media ular tangga yang dikombinasikan dengan model pembelajaran
kooperatif tipe PPT dapat meningkatkan hasil belajar siswa Dalam penelitian
tersebut digunakan populasi siswa kelas X SMA Kristen 1 Kupang sebanyak
109 orang yang terbagi dalam 3 kelas Dengan data nilai mid semester
digunakan 49 uji normalitas dan homogenitas Dari hasil perhitungan
diketahui bahwa populasi mempunyai homogenitas yang sama Dan seluruh
populasi dalam kelas berdistribusi normal Kemudian peneliti mengambil
secara acak dari populasi sebagai sampel Diperoleh kelas X E sebagai
kelompok eksperimen dengan media ular tangga yang dikombinasikan
dengan model pembelajaran kooperatif tipe PPT dan X D sebagai kelompok
kontrol dengan menggunakan metode konvensional Peneliti memilih atau
mengambil pokok bahasan reaksi oksidasi-reduksi karena di dalam pokok
bahasan ini terdapat konsep-konsep dan perhitungan kimia Penelitian
dilaksanakan dalam waktu kurang lebih 1 bulan Kelas eksperimen diberikan
pengajaran dengan media ular tangga yang dikombinasikan dengan model
pembelajaran kooperatif tipe PPT Dalam metode ini peneliti membagi 37
siswa menjadi 8 kelompok yakni 5 kelompok yang terdiri dari lima orang dan
3 kelompok yang terdiri dari empat orang Pembagian kelompok dilakukan
berdasarkan nilai mid semester jenis kelamin dan latar belakang sosial yang
di konsultasikan dengan guru Hal ini dilakukan agar dihasilkan siswa yang
kemampuannya heterogen dalam satu kelompok dan antar kelompok
memiliki kemampuan yang homogen
23
Kegiatan pelaksanan pembelajaran dilakukan 8 kali pertemuan
dengan pertemuan pertama untuk pretest dan pertemuan terakhir untuk
posttest Dalam setiap pertemuan tempat duduk siswa diatur sedemikian rupa
sehingga siswa yang satu kelompok berdekatan Dalam pembelajaran peneliti
menjelaskan hal-hal pokok dan memberi contoh-contoh perhitungan serta
latihan kepada siswa 50 Kemudian dilanjutkan dengan diskusi antar
kelompok tentang materi yang sudah diajarkan Sebagai penguatan sisa jam
pelajaran digunakan untuk bermain ular tangga
Sebelum penelitian dilakukan peneliti menyadari akan timbul kendala dalam
hal kerja kelompok karena siswa belum terbiasa untuk bekerja secara
kooperatif dalam kelompok Untuk itu peneliti memberikan tugas kelompok
awal setelah pelaksanaan pretest sebelum pertemuan pembelajaran pertama
dan menjelaskan kepada siswa akan pentingnya kerjasama dalam kelompok
Kemudian pada kegiatan awal dalam pertemuan pertama pembelajaran guru
menanyai siswa secara acak Hal ini dilakukan untuk melatih tanggung jawab
siswa terhadap tugas kelompoknya Selain itu sebelumnya peneliti
mengadakan pertemuan dengan wasit tiap kelompok di luar jam pelajaran
untuk membahas bagaimana tata cara permainan ular tangga Awalnya
peneliti merencanakan bahwa wasit untuk tiap kelompok bergantian tapi
kemudian diperoleh kesepakatan bahwa wasit untuk tiap kelompok tetap
Penilaian terhadap wasit dilakukan oleh guru (peneliti)
Dari 8 kali pertemuan permainan ular tangga dilakukan sebanyak 4
kali yaitu pada pertemuan kedua ketiga kelima dan ketujuh Dalam
permainan ular tangga ini siswa bermain dalam kelompok masing-masing
dengan wasit yang berasal dari kelompok lain Papan ular tangga
dimodifikasi dengan mengganti gambar ular dan tangga dengan nomor-
nomor bonus yaitu nomor-nomor tertentu yang disusun acak pada papan ular
tangga Apabila bidak berhenti pada nomor-nomor tersebut pemain harus
menjawab pertanyaan yang disediakan oleh wasit Jika jawaban benar pemain
mendapatkan skor 10 Jika jawaban pemain tersebut salah atau tidak bisa
menjawab pertanyaan maka pertanyaan bisa dilempar ke pemain lain sampai
pertanyaan terjawab dengan benar dan semua pemain paham Siapapun yang
24
dapat menjawab pertanyaan wasit dengan benar akan mendapat skor 10 untuk
tiap soalnya Apabila tidak ada yang bisa menjawab dengan benar maka
wasitlah yang harus menjelaskan jawaban sampai semua paham Jadi wasit
sebelumnya sudah mendapatkan soal sekaligus kunci jawaban singkat Bila
wasit tidak mampu menjelaskan jawaban maka wasit boleh bertanya
langsung pada guru (peneliti)
Untuk pertemuan keenam kegiatan pembelajaran diisi dengan
presentasi masing-masing kelompok dengan tugas kelompok yang diberikan
pada pertemuan sebelumnya Akan tetapi pelaksanaanya tidak sesuai seperti
yang direncanakan karena waktu yang terbatas Jadi presentasi hanya bisa
dilakukan di tempat duduk masing-masing kelompok yang dilanjutkan
dengan diskusi antar kelompok Di dalam pembelajaran siswa diarahkan
untuk bersifat aktif dalam pembelajaran
Pertemuan terakhir yaitu pertemuan ke-8 digunakan untuk evaluasi
Dari hasil evaluasi didapatkan data hasil belajar kognitif siswa kelompok
eksperimen dan kontrol yang selanjutnya digunakan dalam analisis data
Siswa yang diajar dengan model pembelajaran PPT mempunyai hasil
belajar yang lebih baik hal ini dikarenakan dalam pembelajarannya siswa
dituntut untuk selalu bekerja sama dalam tim atau kelompoknya untuk
meningkatkan prestasi timnya dengan cara meningkatkan pemahaman dan
prestasi setiap individu dalam kelompok Selain itu siswa diberi penguatan
dengan permainan media ular tangga yang memancing diskusi dan keaktifan
siswa Siswa juga diberitahukan perkembangan skor tiap kelompok dan
individu Kemudian penghargaan diberikan kepada kelompok terbaik dan
individu terbaik Hal ini dilakukan untuk memotivasi siswa dalam belajar
baik baik dalam proses pembelajaran di kelas maupun di luar kelas
Peneliti berusaha melakukan prosedur dengan benar dan maksimal
namun hasil yang didapatkan masih belum memuaskan dan kelemahan-
kelemahan penelitian sebelumnya belum sepenuhnya teratasi Beberapa
kendala yang dihadapi dalam penelitian ini antara lain penentuan sampel
secara cluster random didapatkan kelas X E sebagai kelas eksperimen dan X
D sebagai kelas kontrol Menurut guru pembimbing kondisi kedua kelas
25
secara umum baik namun ketika peneliti melakukan penelitian ternyata kelas
kontrol lebih tertib sehingga pembelajaran dapat berlangsung tanpa hambatan
berarti Namun kelas eksperimen berbeda kelas ini lebih ramai sehingga
banyak menit yang terbuang sia-sia Hal ini juga yang menyebabkan peneliti
kesulitan untuk mengadakan pembelajaran presentasi kelompok Peneliti
sudah mencoba berkonsultasi dengan guru pembimbing namun hasilnya
belum maksimal hingga penelitian usai Permainan ular tangga dari peneliti
juga masih perlu dikembangkan lagi dengan bentuk yang lebih menarik serta
soal yang lebih berbobot dan memancing diskusi Selain itu peneliti
menyadari bahwa instrumen yang dikembangkan belum sempurna sehingga
belum dapat membedakan dengan baik antara kelas eksperimen yang diajar
dengan media ular tangga yang dikombinasikan dengan model pembelajaran
PPT dengan kelas kontrol yang tidak menggunakan media ular tangga yang
dikombinasikan dengan model pembelajaran PPT
Dari beberapa penelitian sebelumnya yang peneliti temukan
kebanyakan metode STAD tidak divariasi kalaupun divariasi belum
menggunakan permainan sebagai media belajar tapi dengan model atau
metode pembelajaran lain Tujuan digunakannya permainan sebagai media
belajar adalah untuk membantu siswa belajar secara mandiri dan
menciptakan suasana yang rekreatif sehingga siswa merasa tertarik untuk
mengikuti pembelajaran Selain itu fungsi media ular tangga yang peneliti
gunakan dalam penelitian ini adalah sebagai penguatan belajar yang
berbentuk permainan Penelitian tentang media permainan ular tangga
sebelumnya masih mempunyai kelemahan dalam aturan permainan yang
belum memancing diskusi dan dalam waktu pelaksanaannya Dalam
penelitian ini peneliti berusaha membuat aturan permainan agar siswa tidak
hanya bermain tapi juga belajar bersama dalam memecahkan soal Dalam hal
waktu pelaksanaan permainan hanya dilakukan 4 kali dengan pertimbangan
agar siswa tidak bosan
W S Winkel dalam Catharina (2004 12) menerangkan bahwa
belajar pada manusia dirumuskan sebagai suatu aktivitas mentalpsikis yang
berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan
26
perubahan-perubahan dalam pengetahuan pemahaman ketrampilan dan
nilai sikap Perubahan itu bersifat secara relatif konstan dan berbekas Dalam
penelitian ini media ular tangga digunakan untuk meningkatkan pengetahuan
dan pemahaman siswa pada pokok bahasan reaksi oksidasi-reduksi
Sedangkan model pembelajaran PPT melatih siswa bagaimana bekerja sama
dalam tim atau kelompok dan memahami makna serta pentingnya melakukan
sesuatu secara bersama untuk mencapai tujuan bersama Setiap siswa dalam
tim mempunyai tanggung jawab yang sama untuk meningkatkan prestasi
timnya dengan cara saling berbagi baik itu sebuah pengetahuan atau sebuah
ketidaktahuan Dari hal tersebut diharapkan siswa dapat mengalami
perubahan dalam perilaku dan sikapnya Dalam penelitian ini peneliti tidak
mengadakan pembelajaran praktikum untuk melatih ketrampilan atau aspek
psikomotorik siswa Hal ini dikarenakan keterbatasan waktu dan persiapan
peneliti Menurut Chatarina (20044) hasil belajar merupakan perubahan
perilaku yang diperoleh pembelajar setelah mengalami aktivitas
belajarPerubahan tingkah laku dikatakan sebagai hasil belajar apabila
1 Hasil belajar sebagai pencapaian tujuan menekankan pentingnya tujuan
mengajar
Ketegasan dalam menetapkan tujuan akan memberikan arah yang jelas
pada pelaksanaan kegiatan pembelajaran Dalam hal ini sebelum
penelitian peneliti menyusun perangkat pembelajaran berupa RPP alat
evaluasi serta mempersiapkan media yang akan digunakan dalam
pembelajaran
2 Hasil belajar merupakan proses kegiatan belajar yang disadari
Dalam proses pembelajaran peneliti memberikan motivasi kepada siswa
ataupun kelompok diantaranya dengan memberikan penghargaan kepada
siswa atau kelompok yang berprestasi
3 Hasil belajar sebagai proses latihan
Proses latihan dan pengulangan dalam penelitian ini dilakukan dengan
media ular tangga
4 Hasil belajar merupakan tindak-tanduk yang berfungsi dalam kurun
waktu tertentu atau hasil belajar harus bersifat permanent Selain itu
27
hasil belajar memberikan informasi mengenai tingkat penguasaan
pelajaran yang diberikan selama proses pembelajaran yang
dilangsungkan dengan menggunakan alat ukur berupa tes dalam suatu
proses evaluasi Dalam hal ini di akhir pembelajaran peneliti
mengadakan evaluasi hasil belajar dengan instrument tes yang
sebelumnya telah diuji keampuhannya Walaupun dalam kurikulum
KTSP terdapat tiga ranah yang diukur yaitu ranah kognitif afektif dan
psikomotorik tujuan pembelajaran pada pokok bahasan lebih
menekankan ranah kognitif Hal ini dapat dilihat dari standar
kompetensi kompetensi dasar hingga indikator pada pokok bahasan
tersebut Selain itu media ular tangga dibuat untuk meningkatkan hasil
belajar siswa pada ranah kognitif karena yang terdapat dalam media
tersebut adalah soal-soal yang berfungsi sebagai penguatan siswa setelah
proses pembelajaran Walaupun demikian peneliti tidak ingin melupakan
ranah afektif dan psikomotorik begitu saja maka media ular tangga
dikombinasikan dengan model pembelajaran kooperatif tipe PPT yang
mengasah sikap dan ketrampilan siswa Hal tersebut yang menjadi
alasan mengapa yang dikaji dalam skripsi ini hanya aspek kognitif saja
28
BAB IV
PENUTUP
41 Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan diatas dapat disimpulkan
bahwa
1 Media ular tangga yang dikombinasikan dengan model pembelajaran
kooperatif tipe PPT meningkatkan hasil belajar kognitif siswa yang
diajar pokok bahasan reaksi oksidasi-reduksi Hal ini berdasarkan hasil
uji tanda Wilcoxon untuk nilai posttest mempunyai jumlah rank positif
yang lebih besar (221) dari rank negatifnya (104)
2 Siswa dapat mencapai ketuntasan belajar untuk pokok bahasan reaksi
oksidasi reduksi dengan media ular tangga yang dikombinasikan dengan
model pembelajaran kooperatif tipe PPT Hal ini berdasarkan rata-rata
hasil posttest kedua kelas lebih dari 65 yaitu rata-rata untuk kelas
eksperimen 718 dan untuk kelas control 662
42 Saran
Saran yang dapat diberikan terkait penelitian ini yaitu
1 Sebelum melakukan penelitian perlu dicermati dengan teliti populasi
yang akan diteliti sehingga sampel benar-benar homogen bukan hanya
dari sisi akademik tetapi juga sisi-sisi lain seperti kondisi kelas
2 Ular tangga perlu dikembangkan lagi baik dari bentuk aturan permainan
maupun soal-soalnya
3 Guru hendaknya lebih kreatif dalam menyampaikan pelajaran sehingga
dengan kondisi kelas seperti apapun pembelajaran dapat berlangsung
secara efektif
4 Sebaiknya dalam mengajar terdapat guru pendamping sehingga guru
tidak kewalahan dalam mengawasi permainan
5 Sebaiknya permainan ular tang dilakukan di luar jam pelajaran
6 Hasil penelitian hanya bisa digunakan untuk sekolah tertentu yang
mempunyai kelas kecil
29
DAFTAR PUSTAKA
Anni CT 2004 Psikologi Belajar Semarang UNNES
Suharsimi Arikunto 2002a Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan Jakarta Bumi Aksara
Bahri S dan AZ 2002 Strategi Belajar Mengajar Jakarta Erlangga
Dianto 2008 Pengaruh Penggunaan Ular Tangga Redoks sebagai Media Chemo-Edutainment Bervisi Sets terhadap Hasil Belajar Siswa SMA Kelas X Semester II Tahun 20072008 Semarang Universitas Negeri Semarang
httpidwikipediaorgwikiUlar_tangga
httplearning-with-meblogspotcom200609 pembelajaranhtml
Lismiyati 2006 Meningkatkan Hasil Belajar Kimia Siswa Kelas XI Semester 2 SMA N 2 Demak dengan Memberikan Umpan Balik Kuis dalam Model Pembelajaran Studens Teams-Achievment Division (STAD) Semarang Universitas Negeri Semarang
Mungin Eddy Wibowo dkk 2008 Panduan Penulisan Karya Ilmiah Semarang Universitas Negeri Semarang
Nana Sudjana 2005 Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar Bandung Sinar Baru Algensindo
Poerwadarminta W J S 1999 Kamus Umum Bahasa Indonesia Jakarta Balai Pustaka
Rina Apitasari 2005 Penggunaan Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe Studens Teams-Achievment Division (STAD) dalam Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Kimia pada Materi Pokok Stoikiometri Siswa Kelas X-6 Semester 1 SMA Negeri 13 Semarang Tahun Pelajaran 20042005 Semarang Universitas Negeri Semarang
Renita Tri Parwati 2006 Peningkatkan Hasil Belajar Kimia Siswa Kelas X dengan Menggunakan kombinasi Metode Studens Teams-Achievment Division (STAD) dan Structure Exercise Methode di SMA N 16 Semarang Semarang Universitas Negeri Semarang
Saptorini 2004 Strategi Belajar Mengajar Semarang Unnes Soeprodjo 1997 Metode Statistik Semarang Jurusan Kimia FPMIPA IKIP
Semarang
30
26 Reaksi Oksidasi - Reduksi
Perubahan kimia yang terjadi di sekitar kita beragam jenisnya seperti
pembusukan fermentasi reaksi penggaraman atau penetralan reaksi
hidrolisis reaksi pembakaran oksidasi atau reaksi reduksiReaksi redoks
yaitu reaksi reduksi dan oksidasi bilangan oksidasi oksidator reduktor dan
reaksi autoredoks
261 Definisi Reaksi Oksidasi dan Reduksi
Di sekitar kita sering dijumpai peristiwa kimiawi seperti logam
berkarat pembuatan besi dari bijih besi penyepuhan logam terjadinya
arus listrik pada aki atau baterai buah masak buah busuk mercon
meledak kembang api dibakar dan lain sebagainya Perkaratan pada
logam pembakaran pembusukan oleh mikroba fotosintesis pada
tumbuhan dan metabolism di dalam tubuh merupakan sebagian
contoh-contoh reaksi oksidasi dan reduksi
262 Konsep Redoks Berdasarkan Pengikatan Dan Pelepasan
Oksigen
Konsep reaksi oksidasi dan reduksi mengalami perkembangan
dari masa ke masa sesuai cakupan konsep yang dijelaskan Pada
mulanya konsep reaksi oksidasi dan reduksi ditinjau dari
penggabungan dan pelepasan oksigen
Reaksi oksidasi didefinisikan sebagai reaksi pengikatan suatu zat
dengan oksigen Sebaliknya reaksi pelepasan oksigen oleh suatu zat
disebut reaksi reduksi Contoh reaksi oksidasi
1 C(s) + O2(g) rarr CO2(g)
2 4 Fe(s) + 3 O2(g) rarr 2 Fe2O3(s)
3 Cu(s) + O2(g) rarr CuO(s)
4 S(s) + O2(g) rarr SO2(g)
5 SO2(g) + O2(g) rarr SO3(g)
Pada reaksi di atas C mengikat O2 membentuk CO2 Demikian juga Fe
Cu S dan SO2 berturut-turut menjadi Fe2O3 CuO SO2 dan SO3
18
setelah mengikat oksigen Jadi C Fe Cu S dan SO2 telah mengalami
reaksi oksidasi
Contoh reaksi reduksi
1 2 SO3(g) rarr 2 SO2(g) + O2(g)
2 2 KClO3(s) rarr 2 KCl(s) + 3 O2(g)
3 2 KNO3(aq) rarr 2 KNO2(aq) + O2(g)
Perhatikan reaksi di atas SO3 melepaskan oksigen membentuk SO2
demikian juga KClO3 dan KNO3 masingmasing melepaskan oksigen
menjadi KCl dan KNO2 Jadi SO3 KClO3 dan KNO3 mengalami
reaksi reduksi Pada reaksi termit menghasilkan besi cair yang sering
digunakan untuk mengelas benda-benda dari besi reaksinya adalah
2 Al(s) + Fe2O3(s) rarr 2 Fe(l) + Al2O3(s)
Al mengikat oksigen membentuk Al2O3 berarti Al mengalami
oksidasi Fe2O3 melepaskan oksigen membentuk Fe Jadi Fe2O3
mengalami reduksi Pada reaksi termit tersebut oksidasi dan reduksi
terjadi bersamaan reaksi seperti ini disebut reaksi redoks
263 Konsep Redoks Berdasarkan Pengikatan Dan Pelepasan Elektron
Pada reaksi Na(s) + S(s) rarr Na2S(s) tidak melibatkan gas
oksigen maka konsep redoks berdasarkan pengikatan dan pelepasan
oksigen tidak dapat digunakan Konsep redoks berkembang bukan lagi
pengikatan dan pelepasan oksigen tetapi pengikatan dan pelepasan
elektron Reaksi oksidasi adalah reaksi pelepasan elektron
Contohnya pada pembentukan ion Na+
Na(s) rarr Na+ (aq) + e ndash
Sebaliknya reaksi pengikatan elektron disebut reaksi reduksi
Contohnya pada pembentukan ion S2-
S (s) + 2e ndash rarrS2- (aq)
Reaksi redoks adalah reaksi yang terjadi di mana reaksi oksidasi dan
reduksi terjadi bersama-sama 2Na(s) + S(s) rarr Na2S(s)
Reaksi di atas dapat ditulis menjadi 2 tahap yaitu
Reaksi oksidasi 2Na(s) rarr Na+(aq) + 2 endash
Reaksi reduksi S (s) + 2 endash rarr S 2- (aq)
19
Reaksi redoks 2Na(s) + S(s) rarr Na2S(s)
Pada reaksi di atas Na mengalami reaksi oksidasi dan
menyebabkan S tereduksi Zat seperti Na ini disebut reduktor
Sedangkan S disebut oksidator karena menyebabkan Na teroksidasi
dan dia sendiri mengalami reaksi reduksi
264 Konsep Redoks Berdasarkan Perubahan (Kenaikkan Dan
Penurunan) Bilangan Oksidasi
Sebelum mempelajari konsep reaksi redoks berdasarkan
kenaikan dan penurunan bilangan oksidasi ada baiknya kamu belajar
tentang bilangan oksidasi terlebih dahulu Bilangan oksidasi (bilok)
adalah jumlah muatan yang dimiliki atom suatu unsure jika bergabung
dengan atom unsur lain Aturan biloks antara lain
1 Unsur bebas mempunyai bilok 0 (nol) yang termasuk unsur bebas
unsur diatomik (H2 N2 O2 F2 Cl2 Br2 I2) unsur poliatomik (O3
P4 S8) Selain unsur tersebut adalah unsur monoatomik (Na K
Mg C dan lain-lain)
Contoh
a H dalam H2
b O dalam O2 dan O3
c F dalam F2
d Na dalam Na
2 Unsur H umumnya mempunyai biloks (+1) kecuali pada senyawa
hidrida mempunyai biloks (ndash1) Senyawa hidrida adalah senyawa
yang terbentuk jika logam bergabung dengan atom H (Contoh
NaH KH CaH2)
Contoh H dalam H2O NH3 HCl
3 Unsur O umumnya mempunyai biloks (ndash2) kecuali
a Pada senyawa peroksida contohnya Na2O2 H2O2 BaO2
mempunyai bilok (ndash1)
b Senyawa F2O mempunyai bilok (+2)
20
c Senyawa superoksida (contohnya KO2) mempunyai biloks (ndash12
)
Contoh O dalam H2O Na2O Fe2O3 MgO
4 Unsur logam dalam senyawa umumnya mempunyai biloks positif
Contoh
a Golongan IA (Li Na K Rb dan Cs) mempunyai biloks (+1)
b Golongan IIA ( Be Mg Ca Sr dan Ba) mempunyai bilok
(+2)
c Al3+ Ag+ Zn2+ Pb2+ Pb3+ Fe2+ dan Fe3+
5 Unsur nonlogam umumnya mempunyai bilok negatif
Contoh
a Golongan VIIA (F Cl Br I) mempunyai bilok (ndash1)
b Golongan VIA (O S Se Te) mempunyai bilok (ndash2)
6 Jumlah bilok unsur-unsur dalam ion sama dengan jumlah
muatannya
Contoh
Bilok S dalam SO42-
Bilok O = ndash2
Jumlah bilok = (1 times bilok S + 4 times bilok O)
ndash2 = (1 times bilok S + 4 times (ndash2))
ndash2 = bilok S + (ndash8)
Bilok S = +6
7 Jumlah bilok unsur-unsur dalam senyawa sama dengan 0 (nol)
Contoh H2S
Jumlah bilok = ((2 times bilok H) + (1 times bilok S))
0 = ((2 times (+1)) + (1 times bilok S))
0 = (+2) + bilok S
Bilok S = (ndash2)
Reaksi oksidasi adalah reaksi kenaikkan bilok Sedangkan reaksi
reduksi adalah reaksi penurunan bilok
21
Contoh
1 Zn(s) + 2HCl(aq) 1048687 ZnCl2(aq) + H2(g)
Bilok Zn (unsur bebas) = 0
Bilok Zn dalam ZnCl2 = +2
Berarti Zn mengalami kenaikkan bilok maka Zn mengalami reaksi
oksidasi
Bilok H dalam HCl = +1
Bilok H dalam H2 (unsur bebas) = 0
Jadi H mengalami penurunan bilok maka H mengalami reaksi
reduksi
2 Reaksi pemakaian baterai Zn + 2NH4Cl rarr ZnCl2 + 2NH3 + H2
Bilok Zn (unsur bebas) = 0
Bilok Zn pada ZnCl2 = +2
Berarti Zn mengalami kenaikkan bilok maka Zn mengalami
reaksi oksidasi
Bilok H pada NH4Cl = +1
Bilok H pada H2 (unsur bebas = 0
Berarti H mengalami penurunan bilok maka H mengalami reaksi
reduksi
3 Reaksi pelapisan logam Cu + 2AgNO3 rarr Cu(NO3)2 + 2Ag
Bilok Cu (unsur bebas) = 0
Bilok Cu pada Cu(NO3)2 = +2
Berarti Cu mengalami kenaikkan bilok maka Cu mengalami reaksi
oksidasi
Bilok Ag pada AgNO3 = +1
Bilok Ag (unsur bebas) = 0
Berarti Ag mengalami penurunan bilok maka Ag mengalami
reaksi reduksi Pada reaksi di atas terjadi kenaikkan bilok (reaksi
22
oksidasi) dan penurunan bilok (reaksi reduksi) secara
bersamasama maka disebut reaksi redoks Jika suatu zat
mengalami reaksi oksidasi sekaligus reduksi maka reaksi ini
disebut autoredoks (disproporsionasi)
BAB III
PEMBAHASAN
Dalam penelitian ini peneliti ingin mengetahui apakah penggunaan
media ular tangga yang dikombinasikan dengan model pembelajaran
kooperatif tipe PPT dapat meningkatkan hasil belajar siswa Dalam penelitian
tersebut digunakan populasi siswa kelas X SMA Kristen 1 Kupang sebanyak
109 orang yang terbagi dalam 3 kelas Dengan data nilai mid semester
digunakan 49 uji normalitas dan homogenitas Dari hasil perhitungan
diketahui bahwa populasi mempunyai homogenitas yang sama Dan seluruh
populasi dalam kelas berdistribusi normal Kemudian peneliti mengambil
secara acak dari populasi sebagai sampel Diperoleh kelas X E sebagai
kelompok eksperimen dengan media ular tangga yang dikombinasikan
dengan model pembelajaran kooperatif tipe PPT dan X D sebagai kelompok
kontrol dengan menggunakan metode konvensional Peneliti memilih atau
mengambil pokok bahasan reaksi oksidasi-reduksi karena di dalam pokok
bahasan ini terdapat konsep-konsep dan perhitungan kimia Penelitian
dilaksanakan dalam waktu kurang lebih 1 bulan Kelas eksperimen diberikan
pengajaran dengan media ular tangga yang dikombinasikan dengan model
pembelajaran kooperatif tipe PPT Dalam metode ini peneliti membagi 37
siswa menjadi 8 kelompok yakni 5 kelompok yang terdiri dari lima orang dan
3 kelompok yang terdiri dari empat orang Pembagian kelompok dilakukan
berdasarkan nilai mid semester jenis kelamin dan latar belakang sosial yang
di konsultasikan dengan guru Hal ini dilakukan agar dihasilkan siswa yang
kemampuannya heterogen dalam satu kelompok dan antar kelompok
memiliki kemampuan yang homogen
23
Kegiatan pelaksanan pembelajaran dilakukan 8 kali pertemuan
dengan pertemuan pertama untuk pretest dan pertemuan terakhir untuk
posttest Dalam setiap pertemuan tempat duduk siswa diatur sedemikian rupa
sehingga siswa yang satu kelompok berdekatan Dalam pembelajaran peneliti
menjelaskan hal-hal pokok dan memberi contoh-contoh perhitungan serta
latihan kepada siswa 50 Kemudian dilanjutkan dengan diskusi antar
kelompok tentang materi yang sudah diajarkan Sebagai penguatan sisa jam
pelajaran digunakan untuk bermain ular tangga
Sebelum penelitian dilakukan peneliti menyadari akan timbul kendala dalam
hal kerja kelompok karena siswa belum terbiasa untuk bekerja secara
kooperatif dalam kelompok Untuk itu peneliti memberikan tugas kelompok
awal setelah pelaksanaan pretest sebelum pertemuan pembelajaran pertama
dan menjelaskan kepada siswa akan pentingnya kerjasama dalam kelompok
Kemudian pada kegiatan awal dalam pertemuan pertama pembelajaran guru
menanyai siswa secara acak Hal ini dilakukan untuk melatih tanggung jawab
siswa terhadap tugas kelompoknya Selain itu sebelumnya peneliti
mengadakan pertemuan dengan wasit tiap kelompok di luar jam pelajaran
untuk membahas bagaimana tata cara permainan ular tangga Awalnya
peneliti merencanakan bahwa wasit untuk tiap kelompok bergantian tapi
kemudian diperoleh kesepakatan bahwa wasit untuk tiap kelompok tetap
Penilaian terhadap wasit dilakukan oleh guru (peneliti)
Dari 8 kali pertemuan permainan ular tangga dilakukan sebanyak 4
kali yaitu pada pertemuan kedua ketiga kelima dan ketujuh Dalam
permainan ular tangga ini siswa bermain dalam kelompok masing-masing
dengan wasit yang berasal dari kelompok lain Papan ular tangga
dimodifikasi dengan mengganti gambar ular dan tangga dengan nomor-
nomor bonus yaitu nomor-nomor tertentu yang disusun acak pada papan ular
tangga Apabila bidak berhenti pada nomor-nomor tersebut pemain harus
menjawab pertanyaan yang disediakan oleh wasit Jika jawaban benar pemain
mendapatkan skor 10 Jika jawaban pemain tersebut salah atau tidak bisa
menjawab pertanyaan maka pertanyaan bisa dilempar ke pemain lain sampai
pertanyaan terjawab dengan benar dan semua pemain paham Siapapun yang
24
dapat menjawab pertanyaan wasit dengan benar akan mendapat skor 10 untuk
tiap soalnya Apabila tidak ada yang bisa menjawab dengan benar maka
wasitlah yang harus menjelaskan jawaban sampai semua paham Jadi wasit
sebelumnya sudah mendapatkan soal sekaligus kunci jawaban singkat Bila
wasit tidak mampu menjelaskan jawaban maka wasit boleh bertanya
langsung pada guru (peneliti)
Untuk pertemuan keenam kegiatan pembelajaran diisi dengan
presentasi masing-masing kelompok dengan tugas kelompok yang diberikan
pada pertemuan sebelumnya Akan tetapi pelaksanaanya tidak sesuai seperti
yang direncanakan karena waktu yang terbatas Jadi presentasi hanya bisa
dilakukan di tempat duduk masing-masing kelompok yang dilanjutkan
dengan diskusi antar kelompok Di dalam pembelajaran siswa diarahkan
untuk bersifat aktif dalam pembelajaran
Pertemuan terakhir yaitu pertemuan ke-8 digunakan untuk evaluasi
Dari hasil evaluasi didapatkan data hasil belajar kognitif siswa kelompok
eksperimen dan kontrol yang selanjutnya digunakan dalam analisis data
Siswa yang diajar dengan model pembelajaran PPT mempunyai hasil
belajar yang lebih baik hal ini dikarenakan dalam pembelajarannya siswa
dituntut untuk selalu bekerja sama dalam tim atau kelompoknya untuk
meningkatkan prestasi timnya dengan cara meningkatkan pemahaman dan
prestasi setiap individu dalam kelompok Selain itu siswa diberi penguatan
dengan permainan media ular tangga yang memancing diskusi dan keaktifan
siswa Siswa juga diberitahukan perkembangan skor tiap kelompok dan
individu Kemudian penghargaan diberikan kepada kelompok terbaik dan
individu terbaik Hal ini dilakukan untuk memotivasi siswa dalam belajar
baik baik dalam proses pembelajaran di kelas maupun di luar kelas
Peneliti berusaha melakukan prosedur dengan benar dan maksimal
namun hasil yang didapatkan masih belum memuaskan dan kelemahan-
kelemahan penelitian sebelumnya belum sepenuhnya teratasi Beberapa
kendala yang dihadapi dalam penelitian ini antara lain penentuan sampel
secara cluster random didapatkan kelas X E sebagai kelas eksperimen dan X
D sebagai kelas kontrol Menurut guru pembimbing kondisi kedua kelas
25
secara umum baik namun ketika peneliti melakukan penelitian ternyata kelas
kontrol lebih tertib sehingga pembelajaran dapat berlangsung tanpa hambatan
berarti Namun kelas eksperimen berbeda kelas ini lebih ramai sehingga
banyak menit yang terbuang sia-sia Hal ini juga yang menyebabkan peneliti
kesulitan untuk mengadakan pembelajaran presentasi kelompok Peneliti
sudah mencoba berkonsultasi dengan guru pembimbing namun hasilnya
belum maksimal hingga penelitian usai Permainan ular tangga dari peneliti
juga masih perlu dikembangkan lagi dengan bentuk yang lebih menarik serta
soal yang lebih berbobot dan memancing diskusi Selain itu peneliti
menyadari bahwa instrumen yang dikembangkan belum sempurna sehingga
belum dapat membedakan dengan baik antara kelas eksperimen yang diajar
dengan media ular tangga yang dikombinasikan dengan model pembelajaran
PPT dengan kelas kontrol yang tidak menggunakan media ular tangga yang
dikombinasikan dengan model pembelajaran PPT
Dari beberapa penelitian sebelumnya yang peneliti temukan
kebanyakan metode STAD tidak divariasi kalaupun divariasi belum
menggunakan permainan sebagai media belajar tapi dengan model atau
metode pembelajaran lain Tujuan digunakannya permainan sebagai media
belajar adalah untuk membantu siswa belajar secara mandiri dan
menciptakan suasana yang rekreatif sehingga siswa merasa tertarik untuk
mengikuti pembelajaran Selain itu fungsi media ular tangga yang peneliti
gunakan dalam penelitian ini adalah sebagai penguatan belajar yang
berbentuk permainan Penelitian tentang media permainan ular tangga
sebelumnya masih mempunyai kelemahan dalam aturan permainan yang
belum memancing diskusi dan dalam waktu pelaksanaannya Dalam
penelitian ini peneliti berusaha membuat aturan permainan agar siswa tidak
hanya bermain tapi juga belajar bersama dalam memecahkan soal Dalam hal
waktu pelaksanaan permainan hanya dilakukan 4 kali dengan pertimbangan
agar siswa tidak bosan
W S Winkel dalam Catharina (2004 12) menerangkan bahwa
belajar pada manusia dirumuskan sebagai suatu aktivitas mentalpsikis yang
berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan
26
perubahan-perubahan dalam pengetahuan pemahaman ketrampilan dan
nilai sikap Perubahan itu bersifat secara relatif konstan dan berbekas Dalam
penelitian ini media ular tangga digunakan untuk meningkatkan pengetahuan
dan pemahaman siswa pada pokok bahasan reaksi oksidasi-reduksi
Sedangkan model pembelajaran PPT melatih siswa bagaimana bekerja sama
dalam tim atau kelompok dan memahami makna serta pentingnya melakukan
sesuatu secara bersama untuk mencapai tujuan bersama Setiap siswa dalam
tim mempunyai tanggung jawab yang sama untuk meningkatkan prestasi
timnya dengan cara saling berbagi baik itu sebuah pengetahuan atau sebuah
ketidaktahuan Dari hal tersebut diharapkan siswa dapat mengalami
perubahan dalam perilaku dan sikapnya Dalam penelitian ini peneliti tidak
mengadakan pembelajaran praktikum untuk melatih ketrampilan atau aspek
psikomotorik siswa Hal ini dikarenakan keterbatasan waktu dan persiapan
peneliti Menurut Chatarina (20044) hasil belajar merupakan perubahan
perilaku yang diperoleh pembelajar setelah mengalami aktivitas
belajarPerubahan tingkah laku dikatakan sebagai hasil belajar apabila
1 Hasil belajar sebagai pencapaian tujuan menekankan pentingnya tujuan
mengajar
Ketegasan dalam menetapkan tujuan akan memberikan arah yang jelas
pada pelaksanaan kegiatan pembelajaran Dalam hal ini sebelum
penelitian peneliti menyusun perangkat pembelajaran berupa RPP alat
evaluasi serta mempersiapkan media yang akan digunakan dalam
pembelajaran
2 Hasil belajar merupakan proses kegiatan belajar yang disadari
Dalam proses pembelajaran peneliti memberikan motivasi kepada siswa
ataupun kelompok diantaranya dengan memberikan penghargaan kepada
siswa atau kelompok yang berprestasi
3 Hasil belajar sebagai proses latihan
Proses latihan dan pengulangan dalam penelitian ini dilakukan dengan
media ular tangga
4 Hasil belajar merupakan tindak-tanduk yang berfungsi dalam kurun
waktu tertentu atau hasil belajar harus bersifat permanent Selain itu
27
hasil belajar memberikan informasi mengenai tingkat penguasaan
pelajaran yang diberikan selama proses pembelajaran yang
dilangsungkan dengan menggunakan alat ukur berupa tes dalam suatu
proses evaluasi Dalam hal ini di akhir pembelajaran peneliti
mengadakan evaluasi hasil belajar dengan instrument tes yang
sebelumnya telah diuji keampuhannya Walaupun dalam kurikulum
KTSP terdapat tiga ranah yang diukur yaitu ranah kognitif afektif dan
psikomotorik tujuan pembelajaran pada pokok bahasan lebih
menekankan ranah kognitif Hal ini dapat dilihat dari standar
kompetensi kompetensi dasar hingga indikator pada pokok bahasan
tersebut Selain itu media ular tangga dibuat untuk meningkatkan hasil
belajar siswa pada ranah kognitif karena yang terdapat dalam media
tersebut adalah soal-soal yang berfungsi sebagai penguatan siswa setelah
proses pembelajaran Walaupun demikian peneliti tidak ingin melupakan
ranah afektif dan psikomotorik begitu saja maka media ular tangga
dikombinasikan dengan model pembelajaran kooperatif tipe PPT yang
mengasah sikap dan ketrampilan siswa Hal tersebut yang menjadi
alasan mengapa yang dikaji dalam skripsi ini hanya aspek kognitif saja
28
BAB IV
PENUTUP
41 Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan diatas dapat disimpulkan
bahwa
1 Media ular tangga yang dikombinasikan dengan model pembelajaran
kooperatif tipe PPT meningkatkan hasil belajar kognitif siswa yang
diajar pokok bahasan reaksi oksidasi-reduksi Hal ini berdasarkan hasil
uji tanda Wilcoxon untuk nilai posttest mempunyai jumlah rank positif
yang lebih besar (221) dari rank negatifnya (104)
2 Siswa dapat mencapai ketuntasan belajar untuk pokok bahasan reaksi
oksidasi reduksi dengan media ular tangga yang dikombinasikan dengan
model pembelajaran kooperatif tipe PPT Hal ini berdasarkan rata-rata
hasil posttest kedua kelas lebih dari 65 yaitu rata-rata untuk kelas
eksperimen 718 dan untuk kelas control 662
42 Saran
Saran yang dapat diberikan terkait penelitian ini yaitu
1 Sebelum melakukan penelitian perlu dicermati dengan teliti populasi
yang akan diteliti sehingga sampel benar-benar homogen bukan hanya
dari sisi akademik tetapi juga sisi-sisi lain seperti kondisi kelas
2 Ular tangga perlu dikembangkan lagi baik dari bentuk aturan permainan
maupun soal-soalnya
3 Guru hendaknya lebih kreatif dalam menyampaikan pelajaran sehingga
dengan kondisi kelas seperti apapun pembelajaran dapat berlangsung
secara efektif
4 Sebaiknya dalam mengajar terdapat guru pendamping sehingga guru
tidak kewalahan dalam mengawasi permainan
5 Sebaiknya permainan ular tang dilakukan di luar jam pelajaran
6 Hasil penelitian hanya bisa digunakan untuk sekolah tertentu yang
mempunyai kelas kecil
29
DAFTAR PUSTAKA
Anni CT 2004 Psikologi Belajar Semarang UNNES
Suharsimi Arikunto 2002a Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan Jakarta Bumi Aksara
Bahri S dan AZ 2002 Strategi Belajar Mengajar Jakarta Erlangga
Dianto 2008 Pengaruh Penggunaan Ular Tangga Redoks sebagai Media Chemo-Edutainment Bervisi Sets terhadap Hasil Belajar Siswa SMA Kelas X Semester II Tahun 20072008 Semarang Universitas Negeri Semarang
httpidwikipediaorgwikiUlar_tangga
httplearning-with-meblogspotcom200609 pembelajaranhtml
Lismiyati 2006 Meningkatkan Hasil Belajar Kimia Siswa Kelas XI Semester 2 SMA N 2 Demak dengan Memberikan Umpan Balik Kuis dalam Model Pembelajaran Studens Teams-Achievment Division (STAD) Semarang Universitas Negeri Semarang
Mungin Eddy Wibowo dkk 2008 Panduan Penulisan Karya Ilmiah Semarang Universitas Negeri Semarang
Nana Sudjana 2005 Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar Bandung Sinar Baru Algensindo
Poerwadarminta W J S 1999 Kamus Umum Bahasa Indonesia Jakarta Balai Pustaka
Rina Apitasari 2005 Penggunaan Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe Studens Teams-Achievment Division (STAD) dalam Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Kimia pada Materi Pokok Stoikiometri Siswa Kelas X-6 Semester 1 SMA Negeri 13 Semarang Tahun Pelajaran 20042005 Semarang Universitas Negeri Semarang
Renita Tri Parwati 2006 Peningkatkan Hasil Belajar Kimia Siswa Kelas X dengan Menggunakan kombinasi Metode Studens Teams-Achievment Division (STAD) dan Structure Exercise Methode di SMA N 16 Semarang Semarang Universitas Negeri Semarang
Saptorini 2004 Strategi Belajar Mengajar Semarang Unnes Soeprodjo 1997 Metode Statistik Semarang Jurusan Kimia FPMIPA IKIP
Semarang
30
setelah mengikat oksigen Jadi C Fe Cu S dan SO2 telah mengalami
reaksi oksidasi
Contoh reaksi reduksi
1 2 SO3(g) rarr 2 SO2(g) + O2(g)
2 2 KClO3(s) rarr 2 KCl(s) + 3 O2(g)
3 2 KNO3(aq) rarr 2 KNO2(aq) + O2(g)
Perhatikan reaksi di atas SO3 melepaskan oksigen membentuk SO2
demikian juga KClO3 dan KNO3 masingmasing melepaskan oksigen
menjadi KCl dan KNO2 Jadi SO3 KClO3 dan KNO3 mengalami
reaksi reduksi Pada reaksi termit menghasilkan besi cair yang sering
digunakan untuk mengelas benda-benda dari besi reaksinya adalah
2 Al(s) + Fe2O3(s) rarr 2 Fe(l) + Al2O3(s)
Al mengikat oksigen membentuk Al2O3 berarti Al mengalami
oksidasi Fe2O3 melepaskan oksigen membentuk Fe Jadi Fe2O3
mengalami reduksi Pada reaksi termit tersebut oksidasi dan reduksi
terjadi bersamaan reaksi seperti ini disebut reaksi redoks
263 Konsep Redoks Berdasarkan Pengikatan Dan Pelepasan Elektron
Pada reaksi Na(s) + S(s) rarr Na2S(s) tidak melibatkan gas
oksigen maka konsep redoks berdasarkan pengikatan dan pelepasan
oksigen tidak dapat digunakan Konsep redoks berkembang bukan lagi
pengikatan dan pelepasan oksigen tetapi pengikatan dan pelepasan
elektron Reaksi oksidasi adalah reaksi pelepasan elektron
Contohnya pada pembentukan ion Na+
Na(s) rarr Na+ (aq) + e ndash
Sebaliknya reaksi pengikatan elektron disebut reaksi reduksi
Contohnya pada pembentukan ion S2-
S (s) + 2e ndash rarrS2- (aq)
Reaksi redoks adalah reaksi yang terjadi di mana reaksi oksidasi dan
reduksi terjadi bersama-sama 2Na(s) + S(s) rarr Na2S(s)
Reaksi di atas dapat ditulis menjadi 2 tahap yaitu
Reaksi oksidasi 2Na(s) rarr Na+(aq) + 2 endash
Reaksi reduksi S (s) + 2 endash rarr S 2- (aq)
19
Reaksi redoks 2Na(s) + S(s) rarr Na2S(s)
Pada reaksi di atas Na mengalami reaksi oksidasi dan
menyebabkan S tereduksi Zat seperti Na ini disebut reduktor
Sedangkan S disebut oksidator karena menyebabkan Na teroksidasi
dan dia sendiri mengalami reaksi reduksi
264 Konsep Redoks Berdasarkan Perubahan (Kenaikkan Dan
Penurunan) Bilangan Oksidasi
Sebelum mempelajari konsep reaksi redoks berdasarkan
kenaikan dan penurunan bilangan oksidasi ada baiknya kamu belajar
tentang bilangan oksidasi terlebih dahulu Bilangan oksidasi (bilok)
adalah jumlah muatan yang dimiliki atom suatu unsure jika bergabung
dengan atom unsur lain Aturan biloks antara lain
1 Unsur bebas mempunyai bilok 0 (nol) yang termasuk unsur bebas
unsur diatomik (H2 N2 O2 F2 Cl2 Br2 I2) unsur poliatomik (O3
P4 S8) Selain unsur tersebut adalah unsur monoatomik (Na K
Mg C dan lain-lain)
Contoh
a H dalam H2
b O dalam O2 dan O3
c F dalam F2
d Na dalam Na
2 Unsur H umumnya mempunyai biloks (+1) kecuali pada senyawa
hidrida mempunyai biloks (ndash1) Senyawa hidrida adalah senyawa
yang terbentuk jika logam bergabung dengan atom H (Contoh
NaH KH CaH2)
Contoh H dalam H2O NH3 HCl
3 Unsur O umumnya mempunyai biloks (ndash2) kecuali
a Pada senyawa peroksida contohnya Na2O2 H2O2 BaO2
mempunyai bilok (ndash1)
b Senyawa F2O mempunyai bilok (+2)
20
c Senyawa superoksida (contohnya KO2) mempunyai biloks (ndash12
)
Contoh O dalam H2O Na2O Fe2O3 MgO
4 Unsur logam dalam senyawa umumnya mempunyai biloks positif
Contoh
a Golongan IA (Li Na K Rb dan Cs) mempunyai biloks (+1)
b Golongan IIA ( Be Mg Ca Sr dan Ba) mempunyai bilok
(+2)
c Al3+ Ag+ Zn2+ Pb2+ Pb3+ Fe2+ dan Fe3+
5 Unsur nonlogam umumnya mempunyai bilok negatif
Contoh
a Golongan VIIA (F Cl Br I) mempunyai bilok (ndash1)
b Golongan VIA (O S Se Te) mempunyai bilok (ndash2)
6 Jumlah bilok unsur-unsur dalam ion sama dengan jumlah
muatannya
Contoh
Bilok S dalam SO42-
Bilok O = ndash2
Jumlah bilok = (1 times bilok S + 4 times bilok O)
ndash2 = (1 times bilok S + 4 times (ndash2))
ndash2 = bilok S + (ndash8)
Bilok S = +6
7 Jumlah bilok unsur-unsur dalam senyawa sama dengan 0 (nol)
Contoh H2S
Jumlah bilok = ((2 times bilok H) + (1 times bilok S))
0 = ((2 times (+1)) + (1 times bilok S))
0 = (+2) + bilok S
Bilok S = (ndash2)
Reaksi oksidasi adalah reaksi kenaikkan bilok Sedangkan reaksi
reduksi adalah reaksi penurunan bilok
21
Contoh
1 Zn(s) + 2HCl(aq) 1048687 ZnCl2(aq) + H2(g)
Bilok Zn (unsur bebas) = 0
Bilok Zn dalam ZnCl2 = +2
Berarti Zn mengalami kenaikkan bilok maka Zn mengalami reaksi
oksidasi
Bilok H dalam HCl = +1
Bilok H dalam H2 (unsur bebas) = 0
Jadi H mengalami penurunan bilok maka H mengalami reaksi
reduksi
2 Reaksi pemakaian baterai Zn + 2NH4Cl rarr ZnCl2 + 2NH3 + H2
Bilok Zn (unsur bebas) = 0
Bilok Zn pada ZnCl2 = +2
Berarti Zn mengalami kenaikkan bilok maka Zn mengalami
reaksi oksidasi
Bilok H pada NH4Cl = +1
Bilok H pada H2 (unsur bebas = 0
Berarti H mengalami penurunan bilok maka H mengalami reaksi
reduksi
3 Reaksi pelapisan logam Cu + 2AgNO3 rarr Cu(NO3)2 + 2Ag
Bilok Cu (unsur bebas) = 0
Bilok Cu pada Cu(NO3)2 = +2
Berarti Cu mengalami kenaikkan bilok maka Cu mengalami reaksi
oksidasi
Bilok Ag pada AgNO3 = +1
Bilok Ag (unsur bebas) = 0
Berarti Ag mengalami penurunan bilok maka Ag mengalami
reaksi reduksi Pada reaksi di atas terjadi kenaikkan bilok (reaksi
22
oksidasi) dan penurunan bilok (reaksi reduksi) secara
bersamasama maka disebut reaksi redoks Jika suatu zat
mengalami reaksi oksidasi sekaligus reduksi maka reaksi ini
disebut autoredoks (disproporsionasi)
BAB III
PEMBAHASAN
Dalam penelitian ini peneliti ingin mengetahui apakah penggunaan
media ular tangga yang dikombinasikan dengan model pembelajaran
kooperatif tipe PPT dapat meningkatkan hasil belajar siswa Dalam penelitian
tersebut digunakan populasi siswa kelas X SMA Kristen 1 Kupang sebanyak
109 orang yang terbagi dalam 3 kelas Dengan data nilai mid semester
digunakan 49 uji normalitas dan homogenitas Dari hasil perhitungan
diketahui bahwa populasi mempunyai homogenitas yang sama Dan seluruh
populasi dalam kelas berdistribusi normal Kemudian peneliti mengambil
secara acak dari populasi sebagai sampel Diperoleh kelas X E sebagai
kelompok eksperimen dengan media ular tangga yang dikombinasikan
dengan model pembelajaran kooperatif tipe PPT dan X D sebagai kelompok
kontrol dengan menggunakan metode konvensional Peneliti memilih atau
mengambil pokok bahasan reaksi oksidasi-reduksi karena di dalam pokok
bahasan ini terdapat konsep-konsep dan perhitungan kimia Penelitian
dilaksanakan dalam waktu kurang lebih 1 bulan Kelas eksperimen diberikan
pengajaran dengan media ular tangga yang dikombinasikan dengan model
pembelajaran kooperatif tipe PPT Dalam metode ini peneliti membagi 37
siswa menjadi 8 kelompok yakni 5 kelompok yang terdiri dari lima orang dan
3 kelompok yang terdiri dari empat orang Pembagian kelompok dilakukan
berdasarkan nilai mid semester jenis kelamin dan latar belakang sosial yang
di konsultasikan dengan guru Hal ini dilakukan agar dihasilkan siswa yang
kemampuannya heterogen dalam satu kelompok dan antar kelompok
memiliki kemampuan yang homogen
23
Kegiatan pelaksanan pembelajaran dilakukan 8 kali pertemuan
dengan pertemuan pertama untuk pretest dan pertemuan terakhir untuk
posttest Dalam setiap pertemuan tempat duduk siswa diatur sedemikian rupa
sehingga siswa yang satu kelompok berdekatan Dalam pembelajaran peneliti
menjelaskan hal-hal pokok dan memberi contoh-contoh perhitungan serta
latihan kepada siswa 50 Kemudian dilanjutkan dengan diskusi antar
kelompok tentang materi yang sudah diajarkan Sebagai penguatan sisa jam
pelajaran digunakan untuk bermain ular tangga
Sebelum penelitian dilakukan peneliti menyadari akan timbul kendala dalam
hal kerja kelompok karena siswa belum terbiasa untuk bekerja secara
kooperatif dalam kelompok Untuk itu peneliti memberikan tugas kelompok
awal setelah pelaksanaan pretest sebelum pertemuan pembelajaran pertama
dan menjelaskan kepada siswa akan pentingnya kerjasama dalam kelompok
Kemudian pada kegiatan awal dalam pertemuan pertama pembelajaran guru
menanyai siswa secara acak Hal ini dilakukan untuk melatih tanggung jawab
siswa terhadap tugas kelompoknya Selain itu sebelumnya peneliti
mengadakan pertemuan dengan wasit tiap kelompok di luar jam pelajaran
untuk membahas bagaimana tata cara permainan ular tangga Awalnya
peneliti merencanakan bahwa wasit untuk tiap kelompok bergantian tapi
kemudian diperoleh kesepakatan bahwa wasit untuk tiap kelompok tetap
Penilaian terhadap wasit dilakukan oleh guru (peneliti)
Dari 8 kali pertemuan permainan ular tangga dilakukan sebanyak 4
kali yaitu pada pertemuan kedua ketiga kelima dan ketujuh Dalam
permainan ular tangga ini siswa bermain dalam kelompok masing-masing
dengan wasit yang berasal dari kelompok lain Papan ular tangga
dimodifikasi dengan mengganti gambar ular dan tangga dengan nomor-
nomor bonus yaitu nomor-nomor tertentu yang disusun acak pada papan ular
tangga Apabila bidak berhenti pada nomor-nomor tersebut pemain harus
menjawab pertanyaan yang disediakan oleh wasit Jika jawaban benar pemain
mendapatkan skor 10 Jika jawaban pemain tersebut salah atau tidak bisa
menjawab pertanyaan maka pertanyaan bisa dilempar ke pemain lain sampai
pertanyaan terjawab dengan benar dan semua pemain paham Siapapun yang
24
dapat menjawab pertanyaan wasit dengan benar akan mendapat skor 10 untuk
tiap soalnya Apabila tidak ada yang bisa menjawab dengan benar maka
wasitlah yang harus menjelaskan jawaban sampai semua paham Jadi wasit
sebelumnya sudah mendapatkan soal sekaligus kunci jawaban singkat Bila
wasit tidak mampu menjelaskan jawaban maka wasit boleh bertanya
langsung pada guru (peneliti)
Untuk pertemuan keenam kegiatan pembelajaran diisi dengan
presentasi masing-masing kelompok dengan tugas kelompok yang diberikan
pada pertemuan sebelumnya Akan tetapi pelaksanaanya tidak sesuai seperti
yang direncanakan karena waktu yang terbatas Jadi presentasi hanya bisa
dilakukan di tempat duduk masing-masing kelompok yang dilanjutkan
dengan diskusi antar kelompok Di dalam pembelajaran siswa diarahkan
untuk bersifat aktif dalam pembelajaran
Pertemuan terakhir yaitu pertemuan ke-8 digunakan untuk evaluasi
Dari hasil evaluasi didapatkan data hasil belajar kognitif siswa kelompok
eksperimen dan kontrol yang selanjutnya digunakan dalam analisis data
Siswa yang diajar dengan model pembelajaran PPT mempunyai hasil
belajar yang lebih baik hal ini dikarenakan dalam pembelajarannya siswa
dituntut untuk selalu bekerja sama dalam tim atau kelompoknya untuk
meningkatkan prestasi timnya dengan cara meningkatkan pemahaman dan
prestasi setiap individu dalam kelompok Selain itu siswa diberi penguatan
dengan permainan media ular tangga yang memancing diskusi dan keaktifan
siswa Siswa juga diberitahukan perkembangan skor tiap kelompok dan
individu Kemudian penghargaan diberikan kepada kelompok terbaik dan
individu terbaik Hal ini dilakukan untuk memotivasi siswa dalam belajar
baik baik dalam proses pembelajaran di kelas maupun di luar kelas
Peneliti berusaha melakukan prosedur dengan benar dan maksimal
namun hasil yang didapatkan masih belum memuaskan dan kelemahan-
kelemahan penelitian sebelumnya belum sepenuhnya teratasi Beberapa
kendala yang dihadapi dalam penelitian ini antara lain penentuan sampel
secara cluster random didapatkan kelas X E sebagai kelas eksperimen dan X
D sebagai kelas kontrol Menurut guru pembimbing kondisi kedua kelas
25
secara umum baik namun ketika peneliti melakukan penelitian ternyata kelas
kontrol lebih tertib sehingga pembelajaran dapat berlangsung tanpa hambatan
berarti Namun kelas eksperimen berbeda kelas ini lebih ramai sehingga
banyak menit yang terbuang sia-sia Hal ini juga yang menyebabkan peneliti
kesulitan untuk mengadakan pembelajaran presentasi kelompok Peneliti
sudah mencoba berkonsultasi dengan guru pembimbing namun hasilnya
belum maksimal hingga penelitian usai Permainan ular tangga dari peneliti
juga masih perlu dikembangkan lagi dengan bentuk yang lebih menarik serta
soal yang lebih berbobot dan memancing diskusi Selain itu peneliti
menyadari bahwa instrumen yang dikembangkan belum sempurna sehingga
belum dapat membedakan dengan baik antara kelas eksperimen yang diajar
dengan media ular tangga yang dikombinasikan dengan model pembelajaran
PPT dengan kelas kontrol yang tidak menggunakan media ular tangga yang
dikombinasikan dengan model pembelajaran PPT
Dari beberapa penelitian sebelumnya yang peneliti temukan
kebanyakan metode STAD tidak divariasi kalaupun divariasi belum
menggunakan permainan sebagai media belajar tapi dengan model atau
metode pembelajaran lain Tujuan digunakannya permainan sebagai media
belajar adalah untuk membantu siswa belajar secara mandiri dan
menciptakan suasana yang rekreatif sehingga siswa merasa tertarik untuk
mengikuti pembelajaran Selain itu fungsi media ular tangga yang peneliti
gunakan dalam penelitian ini adalah sebagai penguatan belajar yang
berbentuk permainan Penelitian tentang media permainan ular tangga
sebelumnya masih mempunyai kelemahan dalam aturan permainan yang
belum memancing diskusi dan dalam waktu pelaksanaannya Dalam
penelitian ini peneliti berusaha membuat aturan permainan agar siswa tidak
hanya bermain tapi juga belajar bersama dalam memecahkan soal Dalam hal
waktu pelaksanaan permainan hanya dilakukan 4 kali dengan pertimbangan
agar siswa tidak bosan
W S Winkel dalam Catharina (2004 12) menerangkan bahwa
belajar pada manusia dirumuskan sebagai suatu aktivitas mentalpsikis yang
berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan
26
perubahan-perubahan dalam pengetahuan pemahaman ketrampilan dan
nilai sikap Perubahan itu bersifat secara relatif konstan dan berbekas Dalam
penelitian ini media ular tangga digunakan untuk meningkatkan pengetahuan
dan pemahaman siswa pada pokok bahasan reaksi oksidasi-reduksi
Sedangkan model pembelajaran PPT melatih siswa bagaimana bekerja sama
dalam tim atau kelompok dan memahami makna serta pentingnya melakukan
sesuatu secara bersama untuk mencapai tujuan bersama Setiap siswa dalam
tim mempunyai tanggung jawab yang sama untuk meningkatkan prestasi
timnya dengan cara saling berbagi baik itu sebuah pengetahuan atau sebuah
ketidaktahuan Dari hal tersebut diharapkan siswa dapat mengalami
perubahan dalam perilaku dan sikapnya Dalam penelitian ini peneliti tidak
mengadakan pembelajaran praktikum untuk melatih ketrampilan atau aspek
psikomotorik siswa Hal ini dikarenakan keterbatasan waktu dan persiapan
peneliti Menurut Chatarina (20044) hasil belajar merupakan perubahan
perilaku yang diperoleh pembelajar setelah mengalami aktivitas
belajarPerubahan tingkah laku dikatakan sebagai hasil belajar apabila
1 Hasil belajar sebagai pencapaian tujuan menekankan pentingnya tujuan
mengajar
Ketegasan dalam menetapkan tujuan akan memberikan arah yang jelas
pada pelaksanaan kegiatan pembelajaran Dalam hal ini sebelum
penelitian peneliti menyusun perangkat pembelajaran berupa RPP alat
evaluasi serta mempersiapkan media yang akan digunakan dalam
pembelajaran
2 Hasil belajar merupakan proses kegiatan belajar yang disadari
Dalam proses pembelajaran peneliti memberikan motivasi kepada siswa
ataupun kelompok diantaranya dengan memberikan penghargaan kepada
siswa atau kelompok yang berprestasi
3 Hasil belajar sebagai proses latihan
Proses latihan dan pengulangan dalam penelitian ini dilakukan dengan
media ular tangga
4 Hasil belajar merupakan tindak-tanduk yang berfungsi dalam kurun
waktu tertentu atau hasil belajar harus bersifat permanent Selain itu
27
hasil belajar memberikan informasi mengenai tingkat penguasaan
pelajaran yang diberikan selama proses pembelajaran yang
dilangsungkan dengan menggunakan alat ukur berupa tes dalam suatu
proses evaluasi Dalam hal ini di akhir pembelajaran peneliti
mengadakan evaluasi hasil belajar dengan instrument tes yang
sebelumnya telah diuji keampuhannya Walaupun dalam kurikulum
KTSP terdapat tiga ranah yang diukur yaitu ranah kognitif afektif dan
psikomotorik tujuan pembelajaran pada pokok bahasan lebih
menekankan ranah kognitif Hal ini dapat dilihat dari standar
kompetensi kompetensi dasar hingga indikator pada pokok bahasan
tersebut Selain itu media ular tangga dibuat untuk meningkatkan hasil
belajar siswa pada ranah kognitif karena yang terdapat dalam media
tersebut adalah soal-soal yang berfungsi sebagai penguatan siswa setelah
proses pembelajaran Walaupun demikian peneliti tidak ingin melupakan
ranah afektif dan psikomotorik begitu saja maka media ular tangga
dikombinasikan dengan model pembelajaran kooperatif tipe PPT yang
mengasah sikap dan ketrampilan siswa Hal tersebut yang menjadi
alasan mengapa yang dikaji dalam skripsi ini hanya aspek kognitif saja
28
BAB IV
PENUTUP
41 Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan diatas dapat disimpulkan
bahwa
1 Media ular tangga yang dikombinasikan dengan model pembelajaran
kooperatif tipe PPT meningkatkan hasil belajar kognitif siswa yang
diajar pokok bahasan reaksi oksidasi-reduksi Hal ini berdasarkan hasil
uji tanda Wilcoxon untuk nilai posttest mempunyai jumlah rank positif
yang lebih besar (221) dari rank negatifnya (104)
2 Siswa dapat mencapai ketuntasan belajar untuk pokok bahasan reaksi
oksidasi reduksi dengan media ular tangga yang dikombinasikan dengan
model pembelajaran kooperatif tipe PPT Hal ini berdasarkan rata-rata
hasil posttest kedua kelas lebih dari 65 yaitu rata-rata untuk kelas
eksperimen 718 dan untuk kelas control 662
42 Saran
Saran yang dapat diberikan terkait penelitian ini yaitu
1 Sebelum melakukan penelitian perlu dicermati dengan teliti populasi
yang akan diteliti sehingga sampel benar-benar homogen bukan hanya
dari sisi akademik tetapi juga sisi-sisi lain seperti kondisi kelas
2 Ular tangga perlu dikembangkan lagi baik dari bentuk aturan permainan
maupun soal-soalnya
3 Guru hendaknya lebih kreatif dalam menyampaikan pelajaran sehingga
dengan kondisi kelas seperti apapun pembelajaran dapat berlangsung
secara efektif
4 Sebaiknya dalam mengajar terdapat guru pendamping sehingga guru
tidak kewalahan dalam mengawasi permainan
5 Sebaiknya permainan ular tang dilakukan di luar jam pelajaran
6 Hasil penelitian hanya bisa digunakan untuk sekolah tertentu yang
mempunyai kelas kecil
29
DAFTAR PUSTAKA
Anni CT 2004 Psikologi Belajar Semarang UNNES
Suharsimi Arikunto 2002a Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan Jakarta Bumi Aksara
Bahri S dan AZ 2002 Strategi Belajar Mengajar Jakarta Erlangga
Dianto 2008 Pengaruh Penggunaan Ular Tangga Redoks sebagai Media Chemo-Edutainment Bervisi Sets terhadap Hasil Belajar Siswa SMA Kelas X Semester II Tahun 20072008 Semarang Universitas Negeri Semarang
httpidwikipediaorgwikiUlar_tangga
httplearning-with-meblogspotcom200609 pembelajaranhtml
Lismiyati 2006 Meningkatkan Hasil Belajar Kimia Siswa Kelas XI Semester 2 SMA N 2 Demak dengan Memberikan Umpan Balik Kuis dalam Model Pembelajaran Studens Teams-Achievment Division (STAD) Semarang Universitas Negeri Semarang
Mungin Eddy Wibowo dkk 2008 Panduan Penulisan Karya Ilmiah Semarang Universitas Negeri Semarang
Nana Sudjana 2005 Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar Bandung Sinar Baru Algensindo
Poerwadarminta W J S 1999 Kamus Umum Bahasa Indonesia Jakarta Balai Pustaka
Rina Apitasari 2005 Penggunaan Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe Studens Teams-Achievment Division (STAD) dalam Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Kimia pada Materi Pokok Stoikiometri Siswa Kelas X-6 Semester 1 SMA Negeri 13 Semarang Tahun Pelajaran 20042005 Semarang Universitas Negeri Semarang
Renita Tri Parwati 2006 Peningkatkan Hasil Belajar Kimia Siswa Kelas X dengan Menggunakan kombinasi Metode Studens Teams-Achievment Division (STAD) dan Structure Exercise Methode di SMA N 16 Semarang Semarang Universitas Negeri Semarang
Saptorini 2004 Strategi Belajar Mengajar Semarang Unnes Soeprodjo 1997 Metode Statistik Semarang Jurusan Kimia FPMIPA IKIP
Semarang
30
Reaksi redoks 2Na(s) + S(s) rarr Na2S(s)
Pada reaksi di atas Na mengalami reaksi oksidasi dan
menyebabkan S tereduksi Zat seperti Na ini disebut reduktor
Sedangkan S disebut oksidator karena menyebabkan Na teroksidasi
dan dia sendiri mengalami reaksi reduksi
264 Konsep Redoks Berdasarkan Perubahan (Kenaikkan Dan
Penurunan) Bilangan Oksidasi
Sebelum mempelajari konsep reaksi redoks berdasarkan
kenaikan dan penurunan bilangan oksidasi ada baiknya kamu belajar
tentang bilangan oksidasi terlebih dahulu Bilangan oksidasi (bilok)
adalah jumlah muatan yang dimiliki atom suatu unsure jika bergabung
dengan atom unsur lain Aturan biloks antara lain
1 Unsur bebas mempunyai bilok 0 (nol) yang termasuk unsur bebas
unsur diatomik (H2 N2 O2 F2 Cl2 Br2 I2) unsur poliatomik (O3
P4 S8) Selain unsur tersebut adalah unsur monoatomik (Na K
Mg C dan lain-lain)
Contoh
a H dalam H2
b O dalam O2 dan O3
c F dalam F2
d Na dalam Na
2 Unsur H umumnya mempunyai biloks (+1) kecuali pada senyawa
hidrida mempunyai biloks (ndash1) Senyawa hidrida adalah senyawa
yang terbentuk jika logam bergabung dengan atom H (Contoh
NaH KH CaH2)
Contoh H dalam H2O NH3 HCl
3 Unsur O umumnya mempunyai biloks (ndash2) kecuali
a Pada senyawa peroksida contohnya Na2O2 H2O2 BaO2
mempunyai bilok (ndash1)
b Senyawa F2O mempunyai bilok (+2)
20
c Senyawa superoksida (contohnya KO2) mempunyai biloks (ndash12
)
Contoh O dalam H2O Na2O Fe2O3 MgO
4 Unsur logam dalam senyawa umumnya mempunyai biloks positif
Contoh
a Golongan IA (Li Na K Rb dan Cs) mempunyai biloks (+1)
b Golongan IIA ( Be Mg Ca Sr dan Ba) mempunyai bilok
(+2)
c Al3+ Ag+ Zn2+ Pb2+ Pb3+ Fe2+ dan Fe3+
5 Unsur nonlogam umumnya mempunyai bilok negatif
Contoh
a Golongan VIIA (F Cl Br I) mempunyai bilok (ndash1)
b Golongan VIA (O S Se Te) mempunyai bilok (ndash2)
6 Jumlah bilok unsur-unsur dalam ion sama dengan jumlah
muatannya
Contoh
Bilok S dalam SO42-
Bilok O = ndash2
Jumlah bilok = (1 times bilok S + 4 times bilok O)
ndash2 = (1 times bilok S + 4 times (ndash2))
ndash2 = bilok S + (ndash8)
Bilok S = +6
7 Jumlah bilok unsur-unsur dalam senyawa sama dengan 0 (nol)
Contoh H2S
Jumlah bilok = ((2 times bilok H) + (1 times bilok S))
0 = ((2 times (+1)) + (1 times bilok S))
0 = (+2) + bilok S
Bilok S = (ndash2)
Reaksi oksidasi adalah reaksi kenaikkan bilok Sedangkan reaksi
reduksi adalah reaksi penurunan bilok
21
Contoh
1 Zn(s) + 2HCl(aq) 1048687 ZnCl2(aq) + H2(g)
Bilok Zn (unsur bebas) = 0
Bilok Zn dalam ZnCl2 = +2
Berarti Zn mengalami kenaikkan bilok maka Zn mengalami reaksi
oksidasi
Bilok H dalam HCl = +1
Bilok H dalam H2 (unsur bebas) = 0
Jadi H mengalami penurunan bilok maka H mengalami reaksi
reduksi
2 Reaksi pemakaian baterai Zn + 2NH4Cl rarr ZnCl2 + 2NH3 + H2
Bilok Zn (unsur bebas) = 0
Bilok Zn pada ZnCl2 = +2
Berarti Zn mengalami kenaikkan bilok maka Zn mengalami
reaksi oksidasi
Bilok H pada NH4Cl = +1
Bilok H pada H2 (unsur bebas = 0
Berarti H mengalami penurunan bilok maka H mengalami reaksi
reduksi
3 Reaksi pelapisan logam Cu + 2AgNO3 rarr Cu(NO3)2 + 2Ag
Bilok Cu (unsur bebas) = 0
Bilok Cu pada Cu(NO3)2 = +2
Berarti Cu mengalami kenaikkan bilok maka Cu mengalami reaksi
oksidasi
Bilok Ag pada AgNO3 = +1
Bilok Ag (unsur bebas) = 0
Berarti Ag mengalami penurunan bilok maka Ag mengalami
reaksi reduksi Pada reaksi di atas terjadi kenaikkan bilok (reaksi
22
oksidasi) dan penurunan bilok (reaksi reduksi) secara
bersamasama maka disebut reaksi redoks Jika suatu zat
mengalami reaksi oksidasi sekaligus reduksi maka reaksi ini
disebut autoredoks (disproporsionasi)
BAB III
PEMBAHASAN
Dalam penelitian ini peneliti ingin mengetahui apakah penggunaan
media ular tangga yang dikombinasikan dengan model pembelajaran
kooperatif tipe PPT dapat meningkatkan hasil belajar siswa Dalam penelitian
tersebut digunakan populasi siswa kelas X SMA Kristen 1 Kupang sebanyak
109 orang yang terbagi dalam 3 kelas Dengan data nilai mid semester
digunakan 49 uji normalitas dan homogenitas Dari hasil perhitungan
diketahui bahwa populasi mempunyai homogenitas yang sama Dan seluruh
populasi dalam kelas berdistribusi normal Kemudian peneliti mengambil
secara acak dari populasi sebagai sampel Diperoleh kelas X E sebagai
kelompok eksperimen dengan media ular tangga yang dikombinasikan
dengan model pembelajaran kooperatif tipe PPT dan X D sebagai kelompok
kontrol dengan menggunakan metode konvensional Peneliti memilih atau
mengambil pokok bahasan reaksi oksidasi-reduksi karena di dalam pokok
bahasan ini terdapat konsep-konsep dan perhitungan kimia Penelitian
dilaksanakan dalam waktu kurang lebih 1 bulan Kelas eksperimen diberikan
pengajaran dengan media ular tangga yang dikombinasikan dengan model
pembelajaran kooperatif tipe PPT Dalam metode ini peneliti membagi 37
siswa menjadi 8 kelompok yakni 5 kelompok yang terdiri dari lima orang dan
3 kelompok yang terdiri dari empat orang Pembagian kelompok dilakukan
berdasarkan nilai mid semester jenis kelamin dan latar belakang sosial yang
di konsultasikan dengan guru Hal ini dilakukan agar dihasilkan siswa yang
kemampuannya heterogen dalam satu kelompok dan antar kelompok
memiliki kemampuan yang homogen
23
Kegiatan pelaksanan pembelajaran dilakukan 8 kali pertemuan
dengan pertemuan pertama untuk pretest dan pertemuan terakhir untuk
posttest Dalam setiap pertemuan tempat duduk siswa diatur sedemikian rupa
sehingga siswa yang satu kelompok berdekatan Dalam pembelajaran peneliti
menjelaskan hal-hal pokok dan memberi contoh-contoh perhitungan serta
latihan kepada siswa 50 Kemudian dilanjutkan dengan diskusi antar
kelompok tentang materi yang sudah diajarkan Sebagai penguatan sisa jam
pelajaran digunakan untuk bermain ular tangga
Sebelum penelitian dilakukan peneliti menyadari akan timbul kendala dalam
hal kerja kelompok karena siswa belum terbiasa untuk bekerja secara
kooperatif dalam kelompok Untuk itu peneliti memberikan tugas kelompok
awal setelah pelaksanaan pretest sebelum pertemuan pembelajaran pertama
dan menjelaskan kepada siswa akan pentingnya kerjasama dalam kelompok
Kemudian pada kegiatan awal dalam pertemuan pertama pembelajaran guru
menanyai siswa secara acak Hal ini dilakukan untuk melatih tanggung jawab
siswa terhadap tugas kelompoknya Selain itu sebelumnya peneliti
mengadakan pertemuan dengan wasit tiap kelompok di luar jam pelajaran
untuk membahas bagaimana tata cara permainan ular tangga Awalnya
peneliti merencanakan bahwa wasit untuk tiap kelompok bergantian tapi
kemudian diperoleh kesepakatan bahwa wasit untuk tiap kelompok tetap
Penilaian terhadap wasit dilakukan oleh guru (peneliti)
Dari 8 kali pertemuan permainan ular tangga dilakukan sebanyak 4
kali yaitu pada pertemuan kedua ketiga kelima dan ketujuh Dalam
permainan ular tangga ini siswa bermain dalam kelompok masing-masing
dengan wasit yang berasal dari kelompok lain Papan ular tangga
dimodifikasi dengan mengganti gambar ular dan tangga dengan nomor-
nomor bonus yaitu nomor-nomor tertentu yang disusun acak pada papan ular
tangga Apabila bidak berhenti pada nomor-nomor tersebut pemain harus
menjawab pertanyaan yang disediakan oleh wasit Jika jawaban benar pemain
mendapatkan skor 10 Jika jawaban pemain tersebut salah atau tidak bisa
menjawab pertanyaan maka pertanyaan bisa dilempar ke pemain lain sampai
pertanyaan terjawab dengan benar dan semua pemain paham Siapapun yang
24
dapat menjawab pertanyaan wasit dengan benar akan mendapat skor 10 untuk
tiap soalnya Apabila tidak ada yang bisa menjawab dengan benar maka
wasitlah yang harus menjelaskan jawaban sampai semua paham Jadi wasit
sebelumnya sudah mendapatkan soal sekaligus kunci jawaban singkat Bila
wasit tidak mampu menjelaskan jawaban maka wasit boleh bertanya
langsung pada guru (peneliti)
Untuk pertemuan keenam kegiatan pembelajaran diisi dengan
presentasi masing-masing kelompok dengan tugas kelompok yang diberikan
pada pertemuan sebelumnya Akan tetapi pelaksanaanya tidak sesuai seperti
yang direncanakan karena waktu yang terbatas Jadi presentasi hanya bisa
dilakukan di tempat duduk masing-masing kelompok yang dilanjutkan
dengan diskusi antar kelompok Di dalam pembelajaran siswa diarahkan
untuk bersifat aktif dalam pembelajaran
Pertemuan terakhir yaitu pertemuan ke-8 digunakan untuk evaluasi
Dari hasil evaluasi didapatkan data hasil belajar kognitif siswa kelompok
eksperimen dan kontrol yang selanjutnya digunakan dalam analisis data
Siswa yang diajar dengan model pembelajaran PPT mempunyai hasil
belajar yang lebih baik hal ini dikarenakan dalam pembelajarannya siswa
dituntut untuk selalu bekerja sama dalam tim atau kelompoknya untuk
meningkatkan prestasi timnya dengan cara meningkatkan pemahaman dan
prestasi setiap individu dalam kelompok Selain itu siswa diberi penguatan
dengan permainan media ular tangga yang memancing diskusi dan keaktifan
siswa Siswa juga diberitahukan perkembangan skor tiap kelompok dan
individu Kemudian penghargaan diberikan kepada kelompok terbaik dan
individu terbaik Hal ini dilakukan untuk memotivasi siswa dalam belajar
baik baik dalam proses pembelajaran di kelas maupun di luar kelas
Peneliti berusaha melakukan prosedur dengan benar dan maksimal
namun hasil yang didapatkan masih belum memuaskan dan kelemahan-
kelemahan penelitian sebelumnya belum sepenuhnya teratasi Beberapa
kendala yang dihadapi dalam penelitian ini antara lain penentuan sampel
secara cluster random didapatkan kelas X E sebagai kelas eksperimen dan X
D sebagai kelas kontrol Menurut guru pembimbing kondisi kedua kelas
25
secara umum baik namun ketika peneliti melakukan penelitian ternyata kelas
kontrol lebih tertib sehingga pembelajaran dapat berlangsung tanpa hambatan
berarti Namun kelas eksperimen berbeda kelas ini lebih ramai sehingga
banyak menit yang terbuang sia-sia Hal ini juga yang menyebabkan peneliti
kesulitan untuk mengadakan pembelajaran presentasi kelompok Peneliti
sudah mencoba berkonsultasi dengan guru pembimbing namun hasilnya
belum maksimal hingga penelitian usai Permainan ular tangga dari peneliti
juga masih perlu dikembangkan lagi dengan bentuk yang lebih menarik serta
soal yang lebih berbobot dan memancing diskusi Selain itu peneliti
menyadari bahwa instrumen yang dikembangkan belum sempurna sehingga
belum dapat membedakan dengan baik antara kelas eksperimen yang diajar
dengan media ular tangga yang dikombinasikan dengan model pembelajaran
PPT dengan kelas kontrol yang tidak menggunakan media ular tangga yang
dikombinasikan dengan model pembelajaran PPT
Dari beberapa penelitian sebelumnya yang peneliti temukan
kebanyakan metode STAD tidak divariasi kalaupun divariasi belum
menggunakan permainan sebagai media belajar tapi dengan model atau
metode pembelajaran lain Tujuan digunakannya permainan sebagai media
belajar adalah untuk membantu siswa belajar secara mandiri dan
menciptakan suasana yang rekreatif sehingga siswa merasa tertarik untuk
mengikuti pembelajaran Selain itu fungsi media ular tangga yang peneliti
gunakan dalam penelitian ini adalah sebagai penguatan belajar yang
berbentuk permainan Penelitian tentang media permainan ular tangga
sebelumnya masih mempunyai kelemahan dalam aturan permainan yang
belum memancing diskusi dan dalam waktu pelaksanaannya Dalam
penelitian ini peneliti berusaha membuat aturan permainan agar siswa tidak
hanya bermain tapi juga belajar bersama dalam memecahkan soal Dalam hal
waktu pelaksanaan permainan hanya dilakukan 4 kali dengan pertimbangan
agar siswa tidak bosan
W S Winkel dalam Catharina (2004 12) menerangkan bahwa
belajar pada manusia dirumuskan sebagai suatu aktivitas mentalpsikis yang
berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan
26
perubahan-perubahan dalam pengetahuan pemahaman ketrampilan dan
nilai sikap Perubahan itu bersifat secara relatif konstan dan berbekas Dalam
penelitian ini media ular tangga digunakan untuk meningkatkan pengetahuan
dan pemahaman siswa pada pokok bahasan reaksi oksidasi-reduksi
Sedangkan model pembelajaran PPT melatih siswa bagaimana bekerja sama
dalam tim atau kelompok dan memahami makna serta pentingnya melakukan
sesuatu secara bersama untuk mencapai tujuan bersama Setiap siswa dalam
tim mempunyai tanggung jawab yang sama untuk meningkatkan prestasi
timnya dengan cara saling berbagi baik itu sebuah pengetahuan atau sebuah
ketidaktahuan Dari hal tersebut diharapkan siswa dapat mengalami
perubahan dalam perilaku dan sikapnya Dalam penelitian ini peneliti tidak
mengadakan pembelajaran praktikum untuk melatih ketrampilan atau aspek
psikomotorik siswa Hal ini dikarenakan keterbatasan waktu dan persiapan
peneliti Menurut Chatarina (20044) hasil belajar merupakan perubahan
perilaku yang diperoleh pembelajar setelah mengalami aktivitas
belajarPerubahan tingkah laku dikatakan sebagai hasil belajar apabila
1 Hasil belajar sebagai pencapaian tujuan menekankan pentingnya tujuan
mengajar
Ketegasan dalam menetapkan tujuan akan memberikan arah yang jelas
pada pelaksanaan kegiatan pembelajaran Dalam hal ini sebelum
penelitian peneliti menyusun perangkat pembelajaran berupa RPP alat
evaluasi serta mempersiapkan media yang akan digunakan dalam
pembelajaran
2 Hasil belajar merupakan proses kegiatan belajar yang disadari
Dalam proses pembelajaran peneliti memberikan motivasi kepada siswa
ataupun kelompok diantaranya dengan memberikan penghargaan kepada
siswa atau kelompok yang berprestasi
3 Hasil belajar sebagai proses latihan
Proses latihan dan pengulangan dalam penelitian ini dilakukan dengan
media ular tangga
4 Hasil belajar merupakan tindak-tanduk yang berfungsi dalam kurun
waktu tertentu atau hasil belajar harus bersifat permanent Selain itu
27
hasil belajar memberikan informasi mengenai tingkat penguasaan
pelajaran yang diberikan selama proses pembelajaran yang
dilangsungkan dengan menggunakan alat ukur berupa tes dalam suatu
proses evaluasi Dalam hal ini di akhir pembelajaran peneliti
mengadakan evaluasi hasil belajar dengan instrument tes yang
sebelumnya telah diuji keampuhannya Walaupun dalam kurikulum
KTSP terdapat tiga ranah yang diukur yaitu ranah kognitif afektif dan
psikomotorik tujuan pembelajaran pada pokok bahasan lebih
menekankan ranah kognitif Hal ini dapat dilihat dari standar
kompetensi kompetensi dasar hingga indikator pada pokok bahasan
tersebut Selain itu media ular tangga dibuat untuk meningkatkan hasil
belajar siswa pada ranah kognitif karena yang terdapat dalam media
tersebut adalah soal-soal yang berfungsi sebagai penguatan siswa setelah
proses pembelajaran Walaupun demikian peneliti tidak ingin melupakan
ranah afektif dan psikomotorik begitu saja maka media ular tangga
dikombinasikan dengan model pembelajaran kooperatif tipe PPT yang
mengasah sikap dan ketrampilan siswa Hal tersebut yang menjadi
alasan mengapa yang dikaji dalam skripsi ini hanya aspek kognitif saja
28
BAB IV
PENUTUP
41 Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan diatas dapat disimpulkan
bahwa
1 Media ular tangga yang dikombinasikan dengan model pembelajaran
kooperatif tipe PPT meningkatkan hasil belajar kognitif siswa yang
diajar pokok bahasan reaksi oksidasi-reduksi Hal ini berdasarkan hasil
uji tanda Wilcoxon untuk nilai posttest mempunyai jumlah rank positif
yang lebih besar (221) dari rank negatifnya (104)
2 Siswa dapat mencapai ketuntasan belajar untuk pokok bahasan reaksi
oksidasi reduksi dengan media ular tangga yang dikombinasikan dengan
model pembelajaran kooperatif tipe PPT Hal ini berdasarkan rata-rata
hasil posttest kedua kelas lebih dari 65 yaitu rata-rata untuk kelas
eksperimen 718 dan untuk kelas control 662
42 Saran
Saran yang dapat diberikan terkait penelitian ini yaitu
1 Sebelum melakukan penelitian perlu dicermati dengan teliti populasi
yang akan diteliti sehingga sampel benar-benar homogen bukan hanya
dari sisi akademik tetapi juga sisi-sisi lain seperti kondisi kelas
2 Ular tangga perlu dikembangkan lagi baik dari bentuk aturan permainan
maupun soal-soalnya
3 Guru hendaknya lebih kreatif dalam menyampaikan pelajaran sehingga
dengan kondisi kelas seperti apapun pembelajaran dapat berlangsung
secara efektif
4 Sebaiknya dalam mengajar terdapat guru pendamping sehingga guru
tidak kewalahan dalam mengawasi permainan
5 Sebaiknya permainan ular tang dilakukan di luar jam pelajaran
6 Hasil penelitian hanya bisa digunakan untuk sekolah tertentu yang
mempunyai kelas kecil
29
DAFTAR PUSTAKA
Anni CT 2004 Psikologi Belajar Semarang UNNES
Suharsimi Arikunto 2002a Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan Jakarta Bumi Aksara
Bahri S dan AZ 2002 Strategi Belajar Mengajar Jakarta Erlangga
Dianto 2008 Pengaruh Penggunaan Ular Tangga Redoks sebagai Media Chemo-Edutainment Bervisi Sets terhadap Hasil Belajar Siswa SMA Kelas X Semester II Tahun 20072008 Semarang Universitas Negeri Semarang
httpidwikipediaorgwikiUlar_tangga
httplearning-with-meblogspotcom200609 pembelajaranhtml
Lismiyati 2006 Meningkatkan Hasil Belajar Kimia Siswa Kelas XI Semester 2 SMA N 2 Demak dengan Memberikan Umpan Balik Kuis dalam Model Pembelajaran Studens Teams-Achievment Division (STAD) Semarang Universitas Negeri Semarang
Mungin Eddy Wibowo dkk 2008 Panduan Penulisan Karya Ilmiah Semarang Universitas Negeri Semarang
Nana Sudjana 2005 Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar Bandung Sinar Baru Algensindo
Poerwadarminta W J S 1999 Kamus Umum Bahasa Indonesia Jakarta Balai Pustaka
Rina Apitasari 2005 Penggunaan Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe Studens Teams-Achievment Division (STAD) dalam Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Kimia pada Materi Pokok Stoikiometri Siswa Kelas X-6 Semester 1 SMA Negeri 13 Semarang Tahun Pelajaran 20042005 Semarang Universitas Negeri Semarang
Renita Tri Parwati 2006 Peningkatkan Hasil Belajar Kimia Siswa Kelas X dengan Menggunakan kombinasi Metode Studens Teams-Achievment Division (STAD) dan Structure Exercise Methode di SMA N 16 Semarang Semarang Universitas Negeri Semarang
Saptorini 2004 Strategi Belajar Mengajar Semarang Unnes Soeprodjo 1997 Metode Statistik Semarang Jurusan Kimia FPMIPA IKIP
Semarang
30
c Senyawa superoksida (contohnya KO2) mempunyai biloks (ndash12
)
Contoh O dalam H2O Na2O Fe2O3 MgO
4 Unsur logam dalam senyawa umumnya mempunyai biloks positif
Contoh
a Golongan IA (Li Na K Rb dan Cs) mempunyai biloks (+1)
b Golongan IIA ( Be Mg Ca Sr dan Ba) mempunyai bilok
(+2)
c Al3+ Ag+ Zn2+ Pb2+ Pb3+ Fe2+ dan Fe3+
5 Unsur nonlogam umumnya mempunyai bilok negatif
Contoh
a Golongan VIIA (F Cl Br I) mempunyai bilok (ndash1)
b Golongan VIA (O S Se Te) mempunyai bilok (ndash2)
6 Jumlah bilok unsur-unsur dalam ion sama dengan jumlah
muatannya
Contoh
Bilok S dalam SO42-
Bilok O = ndash2
Jumlah bilok = (1 times bilok S + 4 times bilok O)
ndash2 = (1 times bilok S + 4 times (ndash2))
ndash2 = bilok S + (ndash8)
Bilok S = +6
7 Jumlah bilok unsur-unsur dalam senyawa sama dengan 0 (nol)
Contoh H2S
Jumlah bilok = ((2 times bilok H) + (1 times bilok S))
0 = ((2 times (+1)) + (1 times bilok S))
0 = (+2) + bilok S
Bilok S = (ndash2)
Reaksi oksidasi adalah reaksi kenaikkan bilok Sedangkan reaksi
reduksi adalah reaksi penurunan bilok
21
Contoh
1 Zn(s) + 2HCl(aq) 1048687 ZnCl2(aq) + H2(g)
Bilok Zn (unsur bebas) = 0
Bilok Zn dalam ZnCl2 = +2
Berarti Zn mengalami kenaikkan bilok maka Zn mengalami reaksi
oksidasi
Bilok H dalam HCl = +1
Bilok H dalam H2 (unsur bebas) = 0
Jadi H mengalami penurunan bilok maka H mengalami reaksi
reduksi
2 Reaksi pemakaian baterai Zn + 2NH4Cl rarr ZnCl2 + 2NH3 + H2
Bilok Zn (unsur bebas) = 0
Bilok Zn pada ZnCl2 = +2
Berarti Zn mengalami kenaikkan bilok maka Zn mengalami
reaksi oksidasi
Bilok H pada NH4Cl = +1
Bilok H pada H2 (unsur bebas = 0
Berarti H mengalami penurunan bilok maka H mengalami reaksi
reduksi
3 Reaksi pelapisan logam Cu + 2AgNO3 rarr Cu(NO3)2 + 2Ag
Bilok Cu (unsur bebas) = 0
Bilok Cu pada Cu(NO3)2 = +2
Berarti Cu mengalami kenaikkan bilok maka Cu mengalami reaksi
oksidasi
Bilok Ag pada AgNO3 = +1
Bilok Ag (unsur bebas) = 0
Berarti Ag mengalami penurunan bilok maka Ag mengalami
reaksi reduksi Pada reaksi di atas terjadi kenaikkan bilok (reaksi
22
oksidasi) dan penurunan bilok (reaksi reduksi) secara
bersamasama maka disebut reaksi redoks Jika suatu zat
mengalami reaksi oksidasi sekaligus reduksi maka reaksi ini
disebut autoredoks (disproporsionasi)
BAB III
PEMBAHASAN
Dalam penelitian ini peneliti ingin mengetahui apakah penggunaan
media ular tangga yang dikombinasikan dengan model pembelajaran
kooperatif tipe PPT dapat meningkatkan hasil belajar siswa Dalam penelitian
tersebut digunakan populasi siswa kelas X SMA Kristen 1 Kupang sebanyak
109 orang yang terbagi dalam 3 kelas Dengan data nilai mid semester
digunakan 49 uji normalitas dan homogenitas Dari hasil perhitungan
diketahui bahwa populasi mempunyai homogenitas yang sama Dan seluruh
populasi dalam kelas berdistribusi normal Kemudian peneliti mengambil
secara acak dari populasi sebagai sampel Diperoleh kelas X E sebagai
kelompok eksperimen dengan media ular tangga yang dikombinasikan
dengan model pembelajaran kooperatif tipe PPT dan X D sebagai kelompok
kontrol dengan menggunakan metode konvensional Peneliti memilih atau
mengambil pokok bahasan reaksi oksidasi-reduksi karena di dalam pokok
bahasan ini terdapat konsep-konsep dan perhitungan kimia Penelitian
dilaksanakan dalam waktu kurang lebih 1 bulan Kelas eksperimen diberikan
pengajaran dengan media ular tangga yang dikombinasikan dengan model
pembelajaran kooperatif tipe PPT Dalam metode ini peneliti membagi 37
siswa menjadi 8 kelompok yakni 5 kelompok yang terdiri dari lima orang dan
3 kelompok yang terdiri dari empat orang Pembagian kelompok dilakukan
berdasarkan nilai mid semester jenis kelamin dan latar belakang sosial yang
di konsultasikan dengan guru Hal ini dilakukan agar dihasilkan siswa yang
kemampuannya heterogen dalam satu kelompok dan antar kelompok
memiliki kemampuan yang homogen
23
Kegiatan pelaksanan pembelajaran dilakukan 8 kali pertemuan
dengan pertemuan pertama untuk pretest dan pertemuan terakhir untuk
posttest Dalam setiap pertemuan tempat duduk siswa diatur sedemikian rupa
sehingga siswa yang satu kelompok berdekatan Dalam pembelajaran peneliti
menjelaskan hal-hal pokok dan memberi contoh-contoh perhitungan serta
latihan kepada siswa 50 Kemudian dilanjutkan dengan diskusi antar
kelompok tentang materi yang sudah diajarkan Sebagai penguatan sisa jam
pelajaran digunakan untuk bermain ular tangga
Sebelum penelitian dilakukan peneliti menyadari akan timbul kendala dalam
hal kerja kelompok karena siswa belum terbiasa untuk bekerja secara
kooperatif dalam kelompok Untuk itu peneliti memberikan tugas kelompok
awal setelah pelaksanaan pretest sebelum pertemuan pembelajaran pertama
dan menjelaskan kepada siswa akan pentingnya kerjasama dalam kelompok
Kemudian pada kegiatan awal dalam pertemuan pertama pembelajaran guru
menanyai siswa secara acak Hal ini dilakukan untuk melatih tanggung jawab
siswa terhadap tugas kelompoknya Selain itu sebelumnya peneliti
mengadakan pertemuan dengan wasit tiap kelompok di luar jam pelajaran
untuk membahas bagaimana tata cara permainan ular tangga Awalnya
peneliti merencanakan bahwa wasit untuk tiap kelompok bergantian tapi
kemudian diperoleh kesepakatan bahwa wasit untuk tiap kelompok tetap
Penilaian terhadap wasit dilakukan oleh guru (peneliti)
Dari 8 kali pertemuan permainan ular tangga dilakukan sebanyak 4
kali yaitu pada pertemuan kedua ketiga kelima dan ketujuh Dalam
permainan ular tangga ini siswa bermain dalam kelompok masing-masing
dengan wasit yang berasal dari kelompok lain Papan ular tangga
dimodifikasi dengan mengganti gambar ular dan tangga dengan nomor-
nomor bonus yaitu nomor-nomor tertentu yang disusun acak pada papan ular
tangga Apabila bidak berhenti pada nomor-nomor tersebut pemain harus
menjawab pertanyaan yang disediakan oleh wasit Jika jawaban benar pemain
mendapatkan skor 10 Jika jawaban pemain tersebut salah atau tidak bisa
menjawab pertanyaan maka pertanyaan bisa dilempar ke pemain lain sampai
pertanyaan terjawab dengan benar dan semua pemain paham Siapapun yang
24
dapat menjawab pertanyaan wasit dengan benar akan mendapat skor 10 untuk
tiap soalnya Apabila tidak ada yang bisa menjawab dengan benar maka
wasitlah yang harus menjelaskan jawaban sampai semua paham Jadi wasit
sebelumnya sudah mendapatkan soal sekaligus kunci jawaban singkat Bila
wasit tidak mampu menjelaskan jawaban maka wasit boleh bertanya
langsung pada guru (peneliti)
Untuk pertemuan keenam kegiatan pembelajaran diisi dengan
presentasi masing-masing kelompok dengan tugas kelompok yang diberikan
pada pertemuan sebelumnya Akan tetapi pelaksanaanya tidak sesuai seperti
yang direncanakan karena waktu yang terbatas Jadi presentasi hanya bisa
dilakukan di tempat duduk masing-masing kelompok yang dilanjutkan
dengan diskusi antar kelompok Di dalam pembelajaran siswa diarahkan
untuk bersifat aktif dalam pembelajaran
Pertemuan terakhir yaitu pertemuan ke-8 digunakan untuk evaluasi
Dari hasil evaluasi didapatkan data hasil belajar kognitif siswa kelompok
eksperimen dan kontrol yang selanjutnya digunakan dalam analisis data
Siswa yang diajar dengan model pembelajaran PPT mempunyai hasil
belajar yang lebih baik hal ini dikarenakan dalam pembelajarannya siswa
dituntut untuk selalu bekerja sama dalam tim atau kelompoknya untuk
meningkatkan prestasi timnya dengan cara meningkatkan pemahaman dan
prestasi setiap individu dalam kelompok Selain itu siswa diberi penguatan
dengan permainan media ular tangga yang memancing diskusi dan keaktifan
siswa Siswa juga diberitahukan perkembangan skor tiap kelompok dan
individu Kemudian penghargaan diberikan kepada kelompok terbaik dan
individu terbaik Hal ini dilakukan untuk memotivasi siswa dalam belajar
baik baik dalam proses pembelajaran di kelas maupun di luar kelas
Peneliti berusaha melakukan prosedur dengan benar dan maksimal
namun hasil yang didapatkan masih belum memuaskan dan kelemahan-
kelemahan penelitian sebelumnya belum sepenuhnya teratasi Beberapa
kendala yang dihadapi dalam penelitian ini antara lain penentuan sampel
secara cluster random didapatkan kelas X E sebagai kelas eksperimen dan X
D sebagai kelas kontrol Menurut guru pembimbing kondisi kedua kelas
25
secara umum baik namun ketika peneliti melakukan penelitian ternyata kelas
kontrol lebih tertib sehingga pembelajaran dapat berlangsung tanpa hambatan
berarti Namun kelas eksperimen berbeda kelas ini lebih ramai sehingga
banyak menit yang terbuang sia-sia Hal ini juga yang menyebabkan peneliti
kesulitan untuk mengadakan pembelajaran presentasi kelompok Peneliti
sudah mencoba berkonsultasi dengan guru pembimbing namun hasilnya
belum maksimal hingga penelitian usai Permainan ular tangga dari peneliti
juga masih perlu dikembangkan lagi dengan bentuk yang lebih menarik serta
soal yang lebih berbobot dan memancing diskusi Selain itu peneliti
menyadari bahwa instrumen yang dikembangkan belum sempurna sehingga
belum dapat membedakan dengan baik antara kelas eksperimen yang diajar
dengan media ular tangga yang dikombinasikan dengan model pembelajaran
PPT dengan kelas kontrol yang tidak menggunakan media ular tangga yang
dikombinasikan dengan model pembelajaran PPT
Dari beberapa penelitian sebelumnya yang peneliti temukan
kebanyakan metode STAD tidak divariasi kalaupun divariasi belum
menggunakan permainan sebagai media belajar tapi dengan model atau
metode pembelajaran lain Tujuan digunakannya permainan sebagai media
belajar adalah untuk membantu siswa belajar secara mandiri dan
menciptakan suasana yang rekreatif sehingga siswa merasa tertarik untuk
mengikuti pembelajaran Selain itu fungsi media ular tangga yang peneliti
gunakan dalam penelitian ini adalah sebagai penguatan belajar yang
berbentuk permainan Penelitian tentang media permainan ular tangga
sebelumnya masih mempunyai kelemahan dalam aturan permainan yang
belum memancing diskusi dan dalam waktu pelaksanaannya Dalam
penelitian ini peneliti berusaha membuat aturan permainan agar siswa tidak
hanya bermain tapi juga belajar bersama dalam memecahkan soal Dalam hal
waktu pelaksanaan permainan hanya dilakukan 4 kali dengan pertimbangan
agar siswa tidak bosan
W S Winkel dalam Catharina (2004 12) menerangkan bahwa
belajar pada manusia dirumuskan sebagai suatu aktivitas mentalpsikis yang
berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan
26
perubahan-perubahan dalam pengetahuan pemahaman ketrampilan dan
nilai sikap Perubahan itu bersifat secara relatif konstan dan berbekas Dalam
penelitian ini media ular tangga digunakan untuk meningkatkan pengetahuan
dan pemahaman siswa pada pokok bahasan reaksi oksidasi-reduksi
Sedangkan model pembelajaran PPT melatih siswa bagaimana bekerja sama
dalam tim atau kelompok dan memahami makna serta pentingnya melakukan
sesuatu secara bersama untuk mencapai tujuan bersama Setiap siswa dalam
tim mempunyai tanggung jawab yang sama untuk meningkatkan prestasi
timnya dengan cara saling berbagi baik itu sebuah pengetahuan atau sebuah
ketidaktahuan Dari hal tersebut diharapkan siswa dapat mengalami
perubahan dalam perilaku dan sikapnya Dalam penelitian ini peneliti tidak
mengadakan pembelajaran praktikum untuk melatih ketrampilan atau aspek
psikomotorik siswa Hal ini dikarenakan keterbatasan waktu dan persiapan
peneliti Menurut Chatarina (20044) hasil belajar merupakan perubahan
perilaku yang diperoleh pembelajar setelah mengalami aktivitas
belajarPerubahan tingkah laku dikatakan sebagai hasil belajar apabila
1 Hasil belajar sebagai pencapaian tujuan menekankan pentingnya tujuan
mengajar
Ketegasan dalam menetapkan tujuan akan memberikan arah yang jelas
pada pelaksanaan kegiatan pembelajaran Dalam hal ini sebelum
penelitian peneliti menyusun perangkat pembelajaran berupa RPP alat
evaluasi serta mempersiapkan media yang akan digunakan dalam
pembelajaran
2 Hasil belajar merupakan proses kegiatan belajar yang disadari
Dalam proses pembelajaran peneliti memberikan motivasi kepada siswa
ataupun kelompok diantaranya dengan memberikan penghargaan kepada
siswa atau kelompok yang berprestasi
3 Hasil belajar sebagai proses latihan
Proses latihan dan pengulangan dalam penelitian ini dilakukan dengan
media ular tangga
4 Hasil belajar merupakan tindak-tanduk yang berfungsi dalam kurun
waktu tertentu atau hasil belajar harus bersifat permanent Selain itu
27
hasil belajar memberikan informasi mengenai tingkat penguasaan
pelajaran yang diberikan selama proses pembelajaran yang
dilangsungkan dengan menggunakan alat ukur berupa tes dalam suatu
proses evaluasi Dalam hal ini di akhir pembelajaran peneliti
mengadakan evaluasi hasil belajar dengan instrument tes yang
sebelumnya telah diuji keampuhannya Walaupun dalam kurikulum
KTSP terdapat tiga ranah yang diukur yaitu ranah kognitif afektif dan
psikomotorik tujuan pembelajaran pada pokok bahasan lebih
menekankan ranah kognitif Hal ini dapat dilihat dari standar
kompetensi kompetensi dasar hingga indikator pada pokok bahasan
tersebut Selain itu media ular tangga dibuat untuk meningkatkan hasil
belajar siswa pada ranah kognitif karena yang terdapat dalam media
tersebut adalah soal-soal yang berfungsi sebagai penguatan siswa setelah
proses pembelajaran Walaupun demikian peneliti tidak ingin melupakan
ranah afektif dan psikomotorik begitu saja maka media ular tangga
dikombinasikan dengan model pembelajaran kooperatif tipe PPT yang
mengasah sikap dan ketrampilan siswa Hal tersebut yang menjadi
alasan mengapa yang dikaji dalam skripsi ini hanya aspek kognitif saja
28
BAB IV
PENUTUP
41 Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan diatas dapat disimpulkan
bahwa
1 Media ular tangga yang dikombinasikan dengan model pembelajaran
kooperatif tipe PPT meningkatkan hasil belajar kognitif siswa yang
diajar pokok bahasan reaksi oksidasi-reduksi Hal ini berdasarkan hasil
uji tanda Wilcoxon untuk nilai posttest mempunyai jumlah rank positif
yang lebih besar (221) dari rank negatifnya (104)
2 Siswa dapat mencapai ketuntasan belajar untuk pokok bahasan reaksi
oksidasi reduksi dengan media ular tangga yang dikombinasikan dengan
model pembelajaran kooperatif tipe PPT Hal ini berdasarkan rata-rata
hasil posttest kedua kelas lebih dari 65 yaitu rata-rata untuk kelas
eksperimen 718 dan untuk kelas control 662
42 Saran
Saran yang dapat diberikan terkait penelitian ini yaitu
1 Sebelum melakukan penelitian perlu dicermati dengan teliti populasi
yang akan diteliti sehingga sampel benar-benar homogen bukan hanya
dari sisi akademik tetapi juga sisi-sisi lain seperti kondisi kelas
2 Ular tangga perlu dikembangkan lagi baik dari bentuk aturan permainan
maupun soal-soalnya
3 Guru hendaknya lebih kreatif dalam menyampaikan pelajaran sehingga
dengan kondisi kelas seperti apapun pembelajaran dapat berlangsung
secara efektif
4 Sebaiknya dalam mengajar terdapat guru pendamping sehingga guru
tidak kewalahan dalam mengawasi permainan
5 Sebaiknya permainan ular tang dilakukan di luar jam pelajaran
6 Hasil penelitian hanya bisa digunakan untuk sekolah tertentu yang
mempunyai kelas kecil
29
DAFTAR PUSTAKA
Anni CT 2004 Psikologi Belajar Semarang UNNES
Suharsimi Arikunto 2002a Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan Jakarta Bumi Aksara
Bahri S dan AZ 2002 Strategi Belajar Mengajar Jakarta Erlangga
Dianto 2008 Pengaruh Penggunaan Ular Tangga Redoks sebagai Media Chemo-Edutainment Bervisi Sets terhadap Hasil Belajar Siswa SMA Kelas X Semester II Tahun 20072008 Semarang Universitas Negeri Semarang
httpidwikipediaorgwikiUlar_tangga
httplearning-with-meblogspotcom200609 pembelajaranhtml
Lismiyati 2006 Meningkatkan Hasil Belajar Kimia Siswa Kelas XI Semester 2 SMA N 2 Demak dengan Memberikan Umpan Balik Kuis dalam Model Pembelajaran Studens Teams-Achievment Division (STAD) Semarang Universitas Negeri Semarang
Mungin Eddy Wibowo dkk 2008 Panduan Penulisan Karya Ilmiah Semarang Universitas Negeri Semarang
Nana Sudjana 2005 Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar Bandung Sinar Baru Algensindo
Poerwadarminta W J S 1999 Kamus Umum Bahasa Indonesia Jakarta Balai Pustaka
Rina Apitasari 2005 Penggunaan Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe Studens Teams-Achievment Division (STAD) dalam Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Kimia pada Materi Pokok Stoikiometri Siswa Kelas X-6 Semester 1 SMA Negeri 13 Semarang Tahun Pelajaran 20042005 Semarang Universitas Negeri Semarang
Renita Tri Parwati 2006 Peningkatkan Hasil Belajar Kimia Siswa Kelas X dengan Menggunakan kombinasi Metode Studens Teams-Achievment Division (STAD) dan Structure Exercise Methode di SMA N 16 Semarang Semarang Universitas Negeri Semarang
Saptorini 2004 Strategi Belajar Mengajar Semarang Unnes Soeprodjo 1997 Metode Statistik Semarang Jurusan Kimia FPMIPA IKIP
Semarang
30
Contoh
1 Zn(s) + 2HCl(aq) 1048687 ZnCl2(aq) + H2(g)
Bilok Zn (unsur bebas) = 0
Bilok Zn dalam ZnCl2 = +2
Berarti Zn mengalami kenaikkan bilok maka Zn mengalami reaksi
oksidasi
Bilok H dalam HCl = +1
Bilok H dalam H2 (unsur bebas) = 0
Jadi H mengalami penurunan bilok maka H mengalami reaksi
reduksi
2 Reaksi pemakaian baterai Zn + 2NH4Cl rarr ZnCl2 + 2NH3 + H2
Bilok Zn (unsur bebas) = 0
Bilok Zn pada ZnCl2 = +2
Berarti Zn mengalami kenaikkan bilok maka Zn mengalami
reaksi oksidasi
Bilok H pada NH4Cl = +1
Bilok H pada H2 (unsur bebas = 0
Berarti H mengalami penurunan bilok maka H mengalami reaksi
reduksi
3 Reaksi pelapisan logam Cu + 2AgNO3 rarr Cu(NO3)2 + 2Ag
Bilok Cu (unsur bebas) = 0
Bilok Cu pada Cu(NO3)2 = +2
Berarti Cu mengalami kenaikkan bilok maka Cu mengalami reaksi
oksidasi
Bilok Ag pada AgNO3 = +1
Bilok Ag (unsur bebas) = 0
Berarti Ag mengalami penurunan bilok maka Ag mengalami
reaksi reduksi Pada reaksi di atas terjadi kenaikkan bilok (reaksi
22
oksidasi) dan penurunan bilok (reaksi reduksi) secara
bersamasama maka disebut reaksi redoks Jika suatu zat
mengalami reaksi oksidasi sekaligus reduksi maka reaksi ini
disebut autoredoks (disproporsionasi)
BAB III
PEMBAHASAN
Dalam penelitian ini peneliti ingin mengetahui apakah penggunaan
media ular tangga yang dikombinasikan dengan model pembelajaran
kooperatif tipe PPT dapat meningkatkan hasil belajar siswa Dalam penelitian
tersebut digunakan populasi siswa kelas X SMA Kristen 1 Kupang sebanyak
109 orang yang terbagi dalam 3 kelas Dengan data nilai mid semester
digunakan 49 uji normalitas dan homogenitas Dari hasil perhitungan
diketahui bahwa populasi mempunyai homogenitas yang sama Dan seluruh
populasi dalam kelas berdistribusi normal Kemudian peneliti mengambil
secara acak dari populasi sebagai sampel Diperoleh kelas X E sebagai
kelompok eksperimen dengan media ular tangga yang dikombinasikan
dengan model pembelajaran kooperatif tipe PPT dan X D sebagai kelompok
kontrol dengan menggunakan metode konvensional Peneliti memilih atau
mengambil pokok bahasan reaksi oksidasi-reduksi karena di dalam pokok
bahasan ini terdapat konsep-konsep dan perhitungan kimia Penelitian
dilaksanakan dalam waktu kurang lebih 1 bulan Kelas eksperimen diberikan
pengajaran dengan media ular tangga yang dikombinasikan dengan model
pembelajaran kooperatif tipe PPT Dalam metode ini peneliti membagi 37
siswa menjadi 8 kelompok yakni 5 kelompok yang terdiri dari lima orang dan
3 kelompok yang terdiri dari empat orang Pembagian kelompok dilakukan
berdasarkan nilai mid semester jenis kelamin dan latar belakang sosial yang
di konsultasikan dengan guru Hal ini dilakukan agar dihasilkan siswa yang
kemampuannya heterogen dalam satu kelompok dan antar kelompok
memiliki kemampuan yang homogen
23
Kegiatan pelaksanan pembelajaran dilakukan 8 kali pertemuan
dengan pertemuan pertama untuk pretest dan pertemuan terakhir untuk
posttest Dalam setiap pertemuan tempat duduk siswa diatur sedemikian rupa
sehingga siswa yang satu kelompok berdekatan Dalam pembelajaran peneliti
menjelaskan hal-hal pokok dan memberi contoh-contoh perhitungan serta
latihan kepada siswa 50 Kemudian dilanjutkan dengan diskusi antar
kelompok tentang materi yang sudah diajarkan Sebagai penguatan sisa jam
pelajaran digunakan untuk bermain ular tangga
Sebelum penelitian dilakukan peneliti menyadari akan timbul kendala dalam
hal kerja kelompok karena siswa belum terbiasa untuk bekerja secara
kooperatif dalam kelompok Untuk itu peneliti memberikan tugas kelompok
awal setelah pelaksanaan pretest sebelum pertemuan pembelajaran pertama
dan menjelaskan kepada siswa akan pentingnya kerjasama dalam kelompok
Kemudian pada kegiatan awal dalam pertemuan pertama pembelajaran guru
menanyai siswa secara acak Hal ini dilakukan untuk melatih tanggung jawab
siswa terhadap tugas kelompoknya Selain itu sebelumnya peneliti
mengadakan pertemuan dengan wasit tiap kelompok di luar jam pelajaran
untuk membahas bagaimana tata cara permainan ular tangga Awalnya
peneliti merencanakan bahwa wasit untuk tiap kelompok bergantian tapi
kemudian diperoleh kesepakatan bahwa wasit untuk tiap kelompok tetap
Penilaian terhadap wasit dilakukan oleh guru (peneliti)
Dari 8 kali pertemuan permainan ular tangga dilakukan sebanyak 4
kali yaitu pada pertemuan kedua ketiga kelima dan ketujuh Dalam
permainan ular tangga ini siswa bermain dalam kelompok masing-masing
dengan wasit yang berasal dari kelompok lain Papan ular tangga
dimodifikasi dengan mengganti gambar ular dan tangga dengan nomor-
nomor bonus yaitu nomor-nomor tertentu yang disusun acak pada papan ular
tangga Apabila bidak berhenti pada nomor-nomor tersebut pemain harus
menjawab pertanyaan yang disediakan oleh wasit Jika jawaban benar pemain
mendapatkan skor 10 Jika jawaban pemain tersebut salah atau tidak bisa
menjawab pertanyaan maka pertanyaan bisa dilempar ke pemain lain sampai
pertanyaan terjawab dengan benar dan semua pemain paham Siapapun yang
24
dapat menjawab pertanyaan wasit dengan benar akan mendapat skor 10 untuk
tiap soalnya Apabila tidak ada yang bisa menjawab dengan benar maka
wasitlah yang harus menjelaskan jawaban sampai semua paham Jadi wasit
sebelumnya sudah mendapatkan soal sekaligus kunci jawaban singkat Bila
wasit tidak mampu menjelaskan jawaban maka wasit boleh bertanya
langsung pada guru (peneliti)
Untuk pertemuan keenam kegiatan pembelajaran diisi dengan
presentasi masing-masing kelompok dengan tugas kelompok yang diberikan
pada pertemuan sebelumnya Akan tetapi pelaksanaanya tidak sesuai seperti
yang direncanakan karena waktu yang terbatas Jadi presentasi hanya bisa
dilakukan di tempat duduk masing-masing kelompok yang dilanjutkan
dengan diskusi antar kelompok Di dalam pembelajaran siswa diarahkan
untuk bersifat aktif dalam pembelajaran
Pertemuan terakhir yaitu pertemuan ke-8 digunakan untuk evaluasi
Dari hasil evaluasi didapatkan data hasil belajar kognitif siswa kelompok
eksperimen dan kontrol yang selanjutnya digunakan dalam analisis data
Siswa yang diajar dengan model pembelajaran PPT mempunyai hasil
belajar yang lebih baik hal ini dikarenakan dalam pembelajarannya siswa
dituntut untuk selalu bekerja sama dalam tim atau kelompoknya untuk
meningkatkan prestasi timnya dengan cara meningkatkan pemahaman dan
prestasi setiap individu dalam kelompok Selain itu siswa diberi penguatan
dengan permainan media ular tangga yang memancing diskusi dan keaktifan
siswa Siswa juga diberitahukan perkembangan skor tiap kelompok dan
individu Kemudian penghargaan diberikan kepada kelompok terbaik dan
individu terbaik Hal ini dilakukan untuk memotivasi siswa dalam belajar
baik baik dalam proses pembelajaran di kelas maupun di luar kelas
Peneliti berusaha melakukan prosedur dengan benar dan maksimal
namun hasil yang didapatkan masih belum memuaskan dan kelemahan-
kelemahan penelitian sebelumnya belum sepenuhnya teratasi Beberapa
kendala yang dihadapi dalam penelitian ini antara lain penentuan sampel
secara cluster random didapatkan kelas X E sebagai kelas eksperimen dan X
D sebagai kelas kontrol Menurut guru pembimbing kondisi kedua kelas
25
secara umum baik namun ketika peneliti melakukan penelitian ternyata kelas
kontrol lebih tertib sehingga pembelajaran dapat berlangsung tanpa hambatan
berarti Namun kelas eksperimen berbeda kelas ini lebih ramai sehingga
banyak menit yang terbuang sia-sia Hal ini juga yang menyebabkan peneliti
kesulitan untuk mengadakan pembelajaran presentasi kelompok Peneliti
sudah mencoba berkonsultasi dengan guru pembimbing namun hasilnya
belum maksimal hingga penelitian usai Permainan ular tangga dari peneliti
juga masih perlu dikembangkan lagi dengan bentuk yang lebih menarik serta
soal yang lebih berbobot dan memancing diskusi Selain itu peneliti
menyadari bahwa instrumen yang dikembangkan belum sempurna sehingga
belum dapat membedakan dengan baik antara kelas eksperimen yang diajar
dengan media ular tangga yang dikombinasikan dengan model pembelajaran
PPT dengan kelas kontrol yang tidak menggunakan media ular tangga yang
dikombinasikan dengan model pembelajaran PPT
Dari beberapa penelitian sebelumnya yang peneliti temukan
kebanyakan metode STAD tidak divariasi kalaupun divariasi belum
menggunakan permainan sebagai media belajar tapi dengan model atau
metode pembelajaran lain Tujuan digunakannya permainan sebagai media
belajar adalah untuk membantu siswa belajar secara mandiri dan
menciptakan suasana yang rekreatif sehingga siswa merasa tertarik untuk
mengikuti pembelajaran Selain itu fungsi media ular tangga yang peneliti
gunakan dalam penelitian ini adalah sebagai penguatan belajar yang
berbentuk permainan Penelitian tentang media permainan ular tangga
sebelumnya masih mempunyai kelemahan dalam aturan permainan yang
belum memancing diskusi dan dalam waktu pelaksanaannya Dalam
penelitian ini peneliti berusaha membuat aturan permainan agar siswa tidak
hanya bermain tapi juga belajar bersama dalam memecahkan soal Dalam hal
waktu pelaksanaan permainan hanya dilakukan 4 kali dengan pertimbangan
agar siswa tidak bosan
W S Winkel dalam Catharina (2004 12) menerangkan bahwa
belajar pada manusia dirumuskan sebagai suatu aktivitas mentalpsikis yang
berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan
26
perubahan-perubahan dalam pengetahuan pemahaman ketrampilan dan
nilai sikap Perubahan itu bersifat secara relatif konstan dan berbekas Dalam
penelitian ini media ular tangga digunakan untuk meningkatkan pengetahuan
dan pemahaman siswa pada pokok bahasan reaksi oksidasi-reduksi
Sedangkan model pembelajaran PPT melatih siswa bagaimana bekerja sama
dalam tim atau kelompok dan memahami makna serta pentingnya melakukan
sesuatu secara bersama untuk mencapai tujuan bersama Setiap siswa dalam
tim mempunyai tanggung jawab yang sama untuk meningkatkan prestasi
timnya dengan cara saling berbagi baik itu sebuah pengetahuan atau sebuah
ketidaktahuan Dari hal tersebut diharapkan siswa dapat mengalami
perubahan dalam perilaku dan sikapnya Dalam penelitian ini peneliti tidak
mengadakan pembelajaran praktikum untuk melatih ketrampilan atau aspek
psikomotorik siswa Hal ini dikarenakan keterbatasan waktu dan persiapan
peneliti Menurut Chatarina (20044) hasil belajar merupakan perubahan
perilaku yang diperoleh pembelajar setelah mengalami aktivitas
belajarPerubahan tingkah laku dikatakan sebagai hasil belajar apabila
1 Hasil belajar sebagai pencapaian tujuan menekankan pentingnya tujuan
mengajar
Ketegasan dalam menetapkan tujuan akan memberikan arah yang jelas
pada pelaksanaan kegiatan pembelajaran Dalam hal ini sebelum
penelitian peneliti menyusun perangkat pembelajaran berupa RPP alat
evaluasi serta mempersiapkan media yang akan digunakan dalam
pembelajaran
2 Hasil belajar merupakan proses kegiatan belajar yang disadari
Dalam proses pembelajaran peneliti memberikan motivasi kepada siswa
ataupun kelompok diantaranya dengan memberikan penghargaan kepada
siswa atau kelompok yang berprestasi
3 Hasil belajar sebagai proses latihan
Proses latihan dan pengulangan dalam penelitian ini dilakukan dengan
media ular tangga
4 Hasil belajar merupakan tindak-tanduk yang berfungsi dalam kurun
waktu tertentu atau hasil belajar harus bersifat permanent Selain itu
27
hasil belajar memberikan informasi mengenai tingkat penguasaan
pelajaran yang diberikan selama proses pembelajaran yang
dilangsungkan dengan menggunakan alat ukur berupa tes dalam suatu
proses evaluasi Dalam hal ini di akhir pembelajaran peneliti
mengadakan evaluasi hasil belajar dengan instrument tes yang
sebelumnya telah diuji keampuhannya Walaupun dalam kurikulum
KTSP terdapat tiga ranah yang diukur yaitu ranah kognitif afektif dan
psikomotorik tujuan pembelajaran pada pokok bahasan lebih
menekankan ranah kognitif Hal ini dapat dilihat dari standar
kompetensi kompetensi dasar hingga indikator pada pokok bahasan
tersebut Selain itu media ular tangga dibuat untuk meningkatkan hasil
belajar siswa pada ranah kognitif karena yang terdapat dalam media
tersebut adalah soal-soal yang berfungsi sebagai penguatan siswa setelah
proses pembelajaran Walaupun demikian peneliti tidak ingin melupakan
ranah afektif dan psikomotorik begitu saja maka media ular tangga
dikombinasikan dengan model pembelajaran kooperatif tipe PPT yang
mengasah sikap dan ketrampilan siswa Hal tersebut yang menjadi
alasan mengapa yang dikaji dalam skripsi ini hanya aspek kognitif saja
28
BAB IV
PENUTUP
41 Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan diatas dapat disimpulkan
bahwa
1 Media ular tangga yang dikombinasikan dengan model pembelajaran
kooperatif tipe PPT meningkatkan hasil belajar kognitif siswa yang
diajar pokok bahasan reaksi oksidasi-reduksi Hal ini berdasarkan hasil
uji tanda Wilcoxon untuk nilai posttest mempunyai jumlah rank positif
yang lebih besar (221) dari rank negatifnya (104)
2 Siswa dapat mencapai ketuntasan belajar untuk pokok bahasan reaksi
oksidasi reduksi dengan media ular tangga yang dikombinasikan dengan
model pembelajaran kooperatif tipe PPT Hal ini berdasarkan rata-rata
hasil posttest kedua kelas lebih dari 65 yaitu rata-rata untuk kelas
eksperimen 718 dan untuk kelas control 662
42 Saran
Saran yang dapat diberikan terkait penelitian ini yaitu
1 Sebelum melakukan penelitian perlu dicermati dengan teliti populasi
yang akan diteliti sehingga sampel benar-benar homogen bukan hanya
dari sisi akademik tetapi juga sisi-sisi lain seperti kondisi kelas
2 Ular tangga perlu dikembangkan lagi baik dari bentuk aturan permainan
maupun soal-soalnya
3 Guru hendaknya lebih kreatif dalam menyampaikan pelajaran sehingga
dengan kondisi kelas seperti apapun pembelajaran dapat berlangsung
secara efektif
4 Sebaiknya dalam mengajar terdapat guru pendamping sehingga guru
tidak kewalahan dalam mengawasi permainan
5 Sebaiknya permainan ular tang dilakukan di luar jam pelajaran
6 Hasil penelitian hanya bisa digunakan untuk sekolah tertentu yang
mempunyai kelas kecil
29
DAFTAR PUSTAKA
Anni CT 2004 Psikologi Belajar Semarang UNNES
Suharsimi Arikunto 2002a Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan Jakarta Bumi Aksara
Bahri S dan AZ 2002 Strategi Belajar Mengajar Jakarta Erlangga
Dianto 2008 Pengaruh Penggunaan Ular Tangga Redoks sebagai Media Chemo-Edutainment Bervisi Sets terhadap Hasil Belajar Siswa SMA Kelas X Semester II Tahun 20072008 Semarang Universitas Negeri Semarang
httpidwikipediaorgwikiUlar_tangga
httplearning-with-meblogspotcom200609 pembelajaranhtml
Lismiyati 2006 Meningkatkan Hasil Belajar Kimia Siswa Kelas XI Semester 2 SMA N 2 Demak dengan Memberikan Umpan Balik Kuis dalam Model Pembelajaran Studens Teams-Achievment Division (STAD) Semarang Universitas Negeri Semarang
Mungin Eddy Wibowo dkk 2008 Panduan Penulisan Karya Ilmiah Semarang Universitas Negeri Semarang
Nana Sudjana 2005 Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar Bandung Sinar Baru Algensindo
Poerwadarminta W J S 1999 Kamus Umum Bahasa Indonesia Jakarta Balai Pustaka
Rina Apitasari 2005 Penggunaan Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe Studens Teams-Achievment Division (STAD) dalam Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Kimia pada Materi Pokok Stoikiometri Siswa Kelas X-6 Semester 1 SMA Negeri 13 Semarang Tahun Pelajaran 20042005 Semarang Universitas Negeri Semarang
Renita Tri Parwati 2006 Peningkatkan Hasil Belajar Kimia Siswa Kelas X dengan Menggunakan kombinasi Metode Studens Teams-Achievment Division (STAD) dan Structure Exercise Methode di SMA N 16 Semarang Semarang Universitas Negeri Semarang
Saptorini 2004 Strategi Belajar Mengajar Semarang Unnes Soeprodjo 1997 Metode Statistik Semarang Jurusan Kimia FPMIPA IKIP
Semarang
30
oksidasi) dan penurunan bilok (reaksi reduksi) secara
bersamasama maka disebut reaksi redoks Jika suatu zat
mengalami reaksi oksidasi sekaligus reduksi maka reaksi ini
disebut autoredoks (disproporsionasi)
BAB III
PEMBAHASAN
Dalam penelitian ini peneliti ingin mengetahui apakah penggunaan
media ular tangga yang dikombinasikan dengan model pembelajaran
kooperatif tipe PPT dapat meningkatkan hasil belajar siswa Dalam penelitian
tersebut digunakan populasi siswa kelas X SMA Kristen 1 Kupang sebanyak
109 orang yang terbagi dalam 3 kelas Dengan data nilai mid semester
digunakan 49 uji normalitas dan homogenitas Dari hasil perhitungan
diketahui bahwa populasi mempunyai homogenitas yang sama Dan seluruh
populasi dalam kelas berdistribusi normal Kemudian peneliti mengambil
secara acak dari populasi sebagai sampel Diperoleh kelas X E sebagai
kelompok eksperimen dengan media ular tangga yang dikombinasikan
dengan model pembelajaran kooperatif tipe PPT dan X D sebagai kelompok
kontrol dengan menggunakan metode konvensional Peneliti memilih atau
mengambil pokok bahasan reaksi oksidasi-reduksi karena di dalam pokok
bahasan ini terdapat konsep-konsep dan perhitungan kimia Penelitian
dilaksanakan dalam waktu kurang lebih 1 bulan Kelas eksperimen diberikan
pengajaran dengan media ular tangga yang dikombinasikan dengan model
pembelajaran kooperatif tipe PPT Dalam metode ini peneliti membagi 37
siswa menjadi 8 kelompok yakni 5 kelompok yang terdiri dari lima orang dan
3 kelompok yang terdiri dari empat orang Pembagian kelompok dilakukan
berdasarkan nilai mid semester jenis kelamin dan latar belakang sosial yang
di konsultasikan dengan guru Hal ini dilakukan agar dihasilkan siswa yang
kemampuannya heterogen dalam satu kelompok dan antar kelompok
memiliki kemampuan yang homogen
23
Kegiatan pelaksanan pembelajaran dilakukan 8 kali pertemuan
dengan pertemuan pertama untuk pretest dan pertemuan terakhir untuk
posttest Dalam setiap pertemuan tempat duduk siswa diatur sedemikian rupa
sehingga siswa yang satu kelompok berdekatan Dalam pembelajaran peneliti
menjelaskan hal-hal pokok dan memberi contoh-contoh perhitungan serta
latihan kepada siswa 50 Kemudian dilanjutkan dengan diskusi antar
kelompok tentang materi yang sudah diajarkan Sebagai penguatan sisa jam
pelajaran digunakan untuk bermain ular tangga
Sebelum penelitian dilakukan peneliti menyadari akan timbul kendala dalam
hal kerja kelompok karena siswa belum terbiasa untuk bekerja secara
kooperatif dalam kelompok Untuk itu peneliti memberikan tugas kelompok
awal setelah pelaksanaan pretest sebelum pertemuan pembelajaran pertama
dan menjelaskan kepada siswa akan pentingnya kerjasama dalam kelompok
Kemudian pada kegiatan awal dalam pertemuan pertama pembelajaran guru
menanyai siswa secara acak Hal ini dilakukan untuk melatih tanggung jawab
siswa terhadap tugas kelompoknya Selain itu sebelumnya peneliti
mengadakan pertemuan dengan wasit tiap kelompok di luar jam pelajaran
untuk membahas bagaimana tata cara permainan ular tangga Awalnya
peneliti merencanakan bahwa wasit untuk tiap kelompok bergantian tapi
kemudian diperoleh kesepakatan bahwa wasit untuk tiap kelompok tetap
Penilaian terhadap wasit dilakukan oleh guru (peneliti)
Dari 8 kali pertemuan permainan ular tangga dilakukan sebanyak 4
kali yaitu pada pertemuan kedua ketiga kelima dan ketujuh Dalam
permainan ular tangga ini siswa bermain dalam kelompok masing-masing
dengan wasit yang berasal dari kelompok lain Papan ular tangga
dimodifikasi dengan mengganti gambar ular dan tangga dengan nomor-
nomor bonus yaitu nomor-nomor tertentu yang disusun acak pada papan ular
tangga Apabila bidak berhenti pada nomor-nomor tersebut pemain harus
menjawab pertanyaan yang disediakan oleh wasit Jika jawaban benar pemain
mendapatkan skor 10 Jika jawaban pemain tersebut salah atau tidak bisa
menjawab pertanyaan maka pertanyaan bisa dilempar ke pemain lain sampai
pertanyaan terjawab dengan benar dan semua pemain paham Siapapun yang
24
dapat menjawab pertanyaan wasit dengan benar akan mendapat skor 10 untuk
tiap soalnya Apabila tidak ada yang bisa menjawab dengan benar maka
wasitlah yang harus menjelaskan jawaban sampai semua paham Jadi wasit
sebelumnya sudah mendapatkan soal sekaligus kunci jawaban singkat Bila
wasit tidak mampu menjelaskan jawaban maka wasit boleh bertanya
langsung pada guru (peneliti)
Untuk pertemuan keenam kegiatan pembelajaran diisi dengan
presentasi masing-masing kelompok dengan tugas kelompok yang diberikan
pada pertemuan sebelumnya Akan tetapi pelaksanaanya tidak sesuai seperti
yang direncanakan karena waktu yang terbatas Jadi presentasi hanya bisa
dilakukan di tempat duduk masing-masing kelompok yang dilanjutkan
dengan diskusi antar kelompok Di dalam pembelajaran siswa diarahkan
untuk bersifat aktif dalam pembelajaran
Pertemuan terakhir yaitu pertemuan ke-8 digunakan untuk evaluasi
Dari hasil evaluasi didapatkan data hasil belajar kognitif siswa kelompok
eksperimen dan kontrol yang selanjutnya digunakan dalam analisis data
Siswa yang diajar dengan model pembelajaran PPT mempunyai hasil
belajar yang lebih baik hal ini dikarenakan dalam pembelajarannya siswa
dituntut untuk selalu bekerja sama dalam tim atau kelompoknya untuk
meningkatkan prestasi timnya dengan cara meningkatkan pemahaman dan
prestasi setiap individu dalam kelompok Selain itu siswa diberi penguatan
dengan permainan media ular tangga yang memancing diskusi dan keaktifan
siswa Siswa juga diberitahukan perkembangan skor tiap kelompok dan
individu Kemudian penghargaan diberikan kepada kelompok terbaik dan
individu terbaik Hal ini dilakukan untuk memotivasi siswa dalam belajar
baik baik dalam proses pembelajaran di kelas maupun di luar kelas
Peneliti berusaha melakukan prosedur dengan benar dan maksimal
namun hasil yang didapatkan masih belum memuaskan dan kelemahan-
kelemahan penelitian sebelumnya belum sepenuhnya teratasi Beberapa
kendala yang dihadapi dalam penelitian ini antara lain penentuan sampel
secara cluster random didapatkan kelas X E sebagai kelas eksperimen dan X
D sebagai kelas kontrol Menurut guru pembimbing kondisi kedua kelas
25
secara umum baik namun ketika peneliti melakukan penelitian ternyata kelas
kontrol lebih tertib sehingga pembelajaran dapat berlangsung tanpa hambatan
berarti Namun kelas eksperimen berbeda kelas ini lebih ramai sehingga
banyak menit yang terbuang sia-sia Hal ini juga yang menyebabkan peneliti
kesulitan untuk mengadakan pembelajaran presentasi kelompok Peneliti
sudah mencoba berkonsultasi dengan guru pembimbing namun hasilnya
belum maksimal hingga penelitian usai Permainan ular tangga dari peneliti
juga masih perlu dikembangkan lagi dengan bentuk yang lebih menarik serta
soal yang lebih berbobot dan memancing diskusi Selain itu peneliti
menyadari bahwa instrumen yang dikembangkan belum sempurna sehingga
belum dapat membedakan dengan baik antara kelas eksperimen yang diajar
dengan media ular tangga yang dikombinasikan dengan model pembelajaran
PPT dengan kelas kontrol yang tidak menggunakan media ular tangga yang
dikombinasikan dengan model pembelajaran PPT
Dari beberapa penelitian sebelumnya yang peneliti temukan
kebanyakan metode STAD tidak divariasi kalaupun divariasi belum
menggunakan permainan sebagai media belajar tapi dengan model atau
metode pembelajaran lain Tujuan digunakannya permainan sebagai media
belajar adalah untuk membantu siswa belajar secara mandiri dan
menciptakan suasana yang rekreatif sehingga siswa merasa tertarik untuk
mengikuti pembelajaran Selain itu fungsi media ular tangga yang peneliti
gunakan dalam penelitian ini adalah sebagai penguatan belajar yang
berbentuk permainan Penelitian tentang media permainan ular tangga
sebelumnya masih mempunyai kelemahan dalam aturan permainan yang
belum memancing diskusi dan dalam waktu pelaksanaannya Dalam
penelitian ini peneliti berusaha membuat aturan permainan agar siswa tidak
hanya bermain tapi juga belajar bersama dalam memecahkan soal Dalam hal
waktu pelaksanaan permainan hanya dilakukan 4 kali dengan pertimbangan
agar siswa tidak bosan
W S Winkel dalam Catharina (2004 12) menerangkan bahwa
belajar pada manusia dirumuskan sebagai suatu aktivitas mentalpsikis yang
berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan
26
perubahan-perubahan dalam pengetahuan pemahaman ketrampilan dan
nilai sikap Perubahan itu bersifat secara relatif konstan dan berbekas Dalam
penelitian ini media ular tangga digunakan untuk meningkatkan pengetahuan
dan pemahaman siswa pada pokok bahasan reaksi oksidasi-reduksi
Sedangkan model pembelajaran PPT melatih siswa bagaimana bekerja sama
dalam tim atau kelompok dan memahami makna serta pentingnya melakukan
sesuatu secara bersama untuk mencapai tujuan bersama Setiap siswa dalam
tim mempunyai tanggung jawab yang sama untuk meningkatkan prestasi
timnya dengan cara saling berbagi baik itu sebuah pengetahuan atau sebuah
ketidaktahuan Dari hal tersebut diharapkan siswa dapat mengalami
perubahan dalam perilaku dan sikapnya Dalam penelitian ini peneliti tidak
mengadakan pembelajaran praktikum untuk melatih ketrampilan atau aspek
psikomotorik siswa Hal ini dikarenakan keterbatasan waktu dan persiapan
peneliti Menurut Chatarina (20044) hasil belajar merupakan perubahan
perilaku yang diperoleh pembelajar setelah mengalami aktivitas
belajarPerubahan tingkah laku dikatakan sebagai hasil belajar apabila
1 Hasil belajar sebagai pencapaian tujuan menekankan pentingnya tujuan
mengajar
Ketegasan dalam menetapkan tujuan akan memberikan arah yang jelas
pada pelaksanaan kegiatan pembelajaran Dalam hal ini sebelum
penelitian peneliti menyusun perangkat pembelajaran berupa RPP alat
evaluasi serta mempersiapkan media yang akan digunakan dalam
pembelajaran
2 Hasil belajar merupakan proses kegiatan belajar yang disadari
Dalam proses pembelajaran peneliti memberikan motivasi kepada siswa
ataupun kelompok diantaranya dengan memberikan penghargaan kepada
siswa atau kelompok yang berprestasi
3 Hasil belajar sebagai proses latihan
Proses latihan dan pengulangan dalam penelitian ini dilakukan dengan
media ular tangga
4 Hasil belajar merupakan tindak-tanduk yang berfungsi dalam kurun
waktu tertentu atau hasil belajar harus bersifat permanent Selain itu
27
hasil belajar memberikan informasi mengenai tingkat penguasaan
pelajaran yang diberikan selama proses pembelajaran yang
dilangsungkan dengan menggunakan alat ukur berupa tes dalam suatu
proses evaluasi Dalam hal ini di akhir pembelajaran peneliti
mengadakan evaluasi hasil belajar dengan instrument tes yang
sebelumnya telah diuji keampuhannya Walaupun dalam kurikulum
KTSP terdapat tiga ranah yang diukur yaitu ranah kognitif afektif dan
psikomotorik tujuan pembelajaran pada pokok bahasan lebih
menekankan ranah kognitif Hal ini dapat dilihat dari standar
kompetensi kompetensi dasar hingga indikator pada pokok bahasan
tersebut Selain itu media ular tangga dibuat untuk meningkatkan hasil
belajar siswa pada ranah kognitif karena yang terdapat dalam media
tersebut adalah soal-soal yang berfungsi sebagai penguatan siswa setelah
proses pembelajaran Walaupun demikian peneliti tidak ingin melupakan
ranah afektif dan psikomotorik begitu saja maka media ular tangga
dikombinasikan dengan model pembelajaran kooperatif tipe PPT yang
mengasah sikap dan ketrampilan siswa Hal tersebut yang menjadi
alasan mengapa yang dikaji dalam skripsi ini hanya aspek kognitif saja
28
BAB IV
PENUTUP
41 Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan diatas dapat disimpulkan
bahwa
1 Media ular tangga yang dikombinasikan dengan model pembelajaran
kooperatif tipe PPT meningkatkan hasil belajar kognitif siswa yang
diajar pokok bahasan reaksi oksidasi-reduksi Hal ini berdasarkan hasil
uji tanda Wilcoxon untuk nilai posttest mempunyai jumlah rank positif
yang lebih besar (221) dari rank negatifnya (104)
2 Siswa dapat mencapai ketuntasan belajar untuk pokok bahasan reaksi
oksidasi reduksi dengan media ular tangga yang dikombinasikan dengan
model pembelajaran kooperatif tipe PPT Hal ini berdasarkan rata-rata
hasil posttest kedua kelas lebih dari 65 yaitu rata-rata untuk kelas
eksperimen 718 dan untuk kelas control 662
42 Saran
Saran yang dapat diberikan terkait penelitian ini yaitu
1 Sebelum melakukan penelitian perlu dicermati dengan teliti populasi
yang akan diteliti sehingga sampel benar-benar homogen bukan hanya
dari sisi akademik tetapi juga sisi-sisi lain seperti kondisi kelas
2 Ular tangga perlu dikembangkan lagi baik dari bentuk aturan permainan
maupun soal-soalnya
3 Guru hendaknya lebih kreatif dalam menyampaikan pelajaran sehingga
dengan kondisi kelas seperti apapun pembelajaran dapat berlangsung
secara efektif
4 Sebaiknya dalam mengajar terdapat guru pendamping sehingga guru
tidak kewalahan dalam mengawasi permainan
5 Sebaiknya permainan ular tang dilakukan di luar jam pelajaran
6 Hasil penelitian hanya bisa digunakan untuk sekolah tertentu yang
mempunyai kelas kecil
29
DAFTAR PUSTAKA
Anni CT 2004 Psikologi Belajar Semarang UNNES
Suharsimi Arikunto 2002a Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan Jakarta Bumi Aksara
Bahri S dan AZ 2002 Strategi Belajar Mengajar Jakarta Erlangga
Dianto 2008 Pengaruh Penggunaan Ular Tangga Redoks sebagai Media Chemo-Edutainment Bervisi Sets terhadap Hasil Belajar Siswa SMA Kelas X Semester II Tahun 20072008 Semarang Universitas Negeri Semarang
httpidwikipediaorgwikiUlar_tangga
httplearning-with-meblogspotcom200609 pembelajaranhtml
Lismiyati 2006 Meningkatkan Hasil Belajar Kimia Siswa Kelas XI Semester 2 SMA N 2 Demak dengan Memberikan Umpan Balik Kuis dalam Model Pembelajaran Studens Teams-Achievment Division (STAD) Semarang Universitas Negeri Semarang
Mungin Eddy Wibowo dkk 2008 Panduan Penulisan Karya Ilmiah Semarang Universitas Negeri Semarang
Nana Sudjana 2005 Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar Bandung Sinar Baru Algensindo
Poerwadarminta W J S 1999 Kamus Umum Bahasa Indonesia Jakarta Balai Pustaka
Rina Apitasari 2005 Penggunaan Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe Studens Teams-Achievment Division (STAD) dalam Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Kimia pada Materi Pokok Stoikiometri Siswa Kelas X-6 Semester 1 SMA Negeri 13 Semarang Tahun Pelajaran 20042005 Semarang Universitas Negeri Semarang
Renita Tri Parwati 2006 Peningkatkan Hasil Belajar Kimia Siswa Kelas X dengan Menggunakan kombinasi Metode Studens Teams-Achievment Division (STAD) dan Structure Exercise Methode di SMA N 16 Semarang Semarang Universitas Negeri Semarang
Saptorini 2004 Strategi Belajar Mengajar Semarang Unnes Soeprodjo 1997 Metode Statistik Semarang Jurusan Kimia FPMIPA IKIP
Semarang
30
Kegiatan pelaksanan pembelajaran dilakukan 8 kali pertemuan
dengan pertemuan pertama untuk pretest dan pertemuan terakhir untuk
posttest Dalam setiap pertemuan tempat duduk siswa diatur sedemikian rupa
sehingga siswa yang satu kelompok berdekatan Dalam pembelajaran peneliti
menjelaskan hal-hal pokok dan memberi contoh-contoh perhitungan serta
latihan kepada siswa 50 Kemudian dilanjutkan dengan diskusi antar
kelompok tentang materi yang sudah diajarkan Sebagai penguatan sisa jam
pelajaran digunakan untuk bermain ular tangga
Sebelum penelitian dilakukan peneliti menyadari akan timbul kendala dalam
hal kerja kelompok karena siswa belum terbiasa untuk bekerja secara
kooperatif dalam kelompok Untuk itu peneliti memberikan tugas kelompok
awal setelah pelaksanaan pretest sebelum pertemuan pembelajaran pertama
dan menjelaskan kepada siswa akan pentingnya kerjasama dalam kelompok
Kemudian pada kegiatan awal dalam pertemuan pertama pembelajaran guru
menanyai siswa secara acak Hal ini dilakukan untuk melatih tanggung jawab
siswa terhadap tugas kelompoknya Selain itu sebelumnya peneliti
mengadakan pertemuan dengan wasit tiap kelompok di luar jam pelajaran
untuk membahas bagaimana tata cara permainan ular tangga Awalnya
peneliti merencanakan bahwa wasit untuk tiap kelompok bergantian tapi
kemudian diperoleh kesepakatan bahwa wasit untuk tiap kelompok tetap
Penilaian terhadap wasit dilakukan oleh guru (peneliti)
Dari 8 kali pertemuan permainan ular tangga dilakukan sebanyak 4
kali yaitu pada pertemuan kedua ketiga kelima dan ketujuh Dalam
permainan ular tangga ini siswa bermain dalam kelompok masing-masing
dengan wasit yang berasal dari kelompok lain Papan ular tangga
dimodifikasi dengan mengganti gambar ular dan tangga dengan nomor-
nomor bonus yaitu nomor-nomor tertentu yang disusun acak pada papan ular
tangga Apabila bidak berhenti pada nomor-nomor tersebut pemain harus
menjawab pertanyaan yang disediakan oleh wasit Jika jawaban benar pemain
mendapatkan skor 10 Jika jawaban pemain tersebut salah atau tidak bisa
menjawab pertanyaan maka pertanyaan bisa dilempar ke pemain lain sampai
pertanyaan terjawab dengan benar dan semua pemain paham Siapapun yang
24
dapat menjawab pertanyaan wasit dengan benar akan mendapat skor 10 untuk
tiap soalnya Apabila tidak ada yang bisa menjawab dengan benar maka
wasitlah yang harus menjelaskan jawaban sampai semua paham Jadi wasit
sebelumnya sudah mendapatkan soal sekaligus kunci jawaban singkat Bila
wasit tidak mampu menjelaskan jawaban maka wasit boleh bertanya
langsung pada guru (peneliti)
Untuk pertemuan keenam kegiatan pembelajaran diisi dengan
presentasi masing-masing kelompok dengan tugas kelompok yang diberikan
pada pertemuan sebelumnya Akan tetapi pelaksanaanya tidak sesuai seperti
yang direncanakan karena waktu yang terbatas Jadi presentasi hanya bisa
dilakukan di tempat duduk masing-masing kelompok yang dilanjutkan
dengan diskusi antar kelompok Di dalam pembelajaran siswa diarahkan
untuk bersifat aktif dalam pembelajaran
Pertemuan terakhir yaitu pertemuan ke-8 digunakan untuk evaluasi
Dari hasil evaluasi didapatkan data hasil belajar kognitif siswa kelompok
eksperimen dan kontrol yang selanjutnya digunakan dalam analisis data
Siswa yang diajar dengan model pembelajaran PPT mempunyai hasil
belajar yang lebih baik hal ini dikarenakan dalam pembelajarannya siswa
dituntut untuk selalu bekerja sama dalam tim atau kelompoknya untuk
meningkatkan prestasi timnya dengan cara meningkatkan pemahaman dan
prestasi setiap individu dalam kelompok Selain itu siswa diberi penguatan
dengan permainan media ular tangga yang memancing diskusi dan keaktifan
siswa Siswa juga diberitahukan perkembangan skor tiap kelompok dan
individu Kemudian penghargaan diberikan kepada kelompok terbaik dan
individu terbaik Hal ini dilakukan untuk memotivasi siswa dalam belajar
baik baik dalam proses pembelajaran di kelas maupun di luar kelas
Peneliti berusaha melakukan prosedur dengan benar dan maksimal
namun hasil yang didapatkan masih belum memuaskan dan kelemahan-
kelemahan penelitian sebelumnya belum sepenuhnya teratasi Beberapa
kendala yang dihadapi dalam penelitian ini antara lain penentuan sampel
secara cluster random didapatkan kelas X E sebagai kelas eksperimen dan X
D sebagai kelas kontrol Menurut guru pembimbing kondisi kedua kelas
25
secara umum baik namun ketika peneliti melakukan penelitian ternyata kelas
kontrol lebih tertib sehingga pembelajaran dapat berlangsung tanpa hambatan
berarti Namun kelas eksperimen berbeda kelas ini lebih ramai sehingga
banyak menit yang terbuang sia-sia Hal ini juga yang menyebabkan peneliti
kesulitan untuk mengadakan pembelajaran presentasi kelompok Peneliti
sudah mencoba berkonsultasi dengan guru pembimbing namun hasilnya
belum maksimal hingga penelitian usai Permainan ular tangga dari peneliti
juga masih perlu dikembangkan lagi dengan bentuk yang lebih menarik serta
soal yang lebih berbobot dan memancing diskusi Selain itu peneliti
menyadari bahwa instrumen yang dikembangkan belum sempurna sehingga
belum dapat membedakan dengan baik antara kelas eksperimen yang diajar
dengan media ular tangga yang dikombinasikan dengan model pembelajaran
PPT dengan kelas kontrol yang tidak menggunakan media ular tangga yang
dikombinasikan dengan model pembelajaran PPT
Dari beberapa penelitian sebelumnya yang peneliti temukan
kebanyakan metode STAD tidak divariasi kalaupun divariasi belum
menggunakan permainan sebagai media belajar tapi dengan model atau
metode pembelajaran lain Tujuan digunakannya permainan sebagai media
belajar adalah untuk membantu siswa belajar secara mandiri dan
menciptakan suasana yang rekreatif sehingga siswa merasa tertarik untuk
mengikuti pembelajaran Selain itu fungsi media ular tangga yang peneliti
gunakan dalam penelitian ini adalah sebagai penguatan belajar yang
berbentuk permainan Penelitian tentang media permainan ular tangga
sebelumnya masih mempunyai kelemahan dalam aturan permainan yang
belum memancing diskusi dan dalam waktu pelaksanaannya Dalam
penelitian ini peneliti berusaha membuat aturan permainan agar siswa tidak
hanya bermain tapi juga belajar bersama dalam memecahkan soal Dalam hal
waktu pelaksanaan permainan hanya dilakukan 4 kali dengan pertimbangan
agar siswa tidak bosan
W S Winkel dalam Catharina (2004 12) menerangkan bahwa
belajar pada manusia dirumuskan sebagai suatu aktivitas mentalpsikis yang
berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan
26
perubahan-perubahan dalam pengetahuan pemahaman ketrampilan dan
nilai sikap Perubahan itu bersifat secara relatif konstan dan berbekas Dalam
penelitian ini media ular tangga digunakan untuk meningkatkan pengetahuan
dan pemahaman siswa pada pokok bahasan reaksi oksidasi-reduksi
Sedangkan model pembelajaran PPT melatih siswa bagaimana bekerja sama
dalam tim atau kelompok dan memahami makna serta pentingnya melakukan
sesuatu secara bersama untuk mencapai tujuan bersama Setiap siswa dalam
tim mempunyai tanggung jawab yang sama untuk meningkatkan prestasi
timnya dengan cara saling berbagi baik itu sebuah pengetahuan atau sebuah
ketidaktahuan Dari hal tersebut diharapkan siswa dapat mengalami
perubahan dalam perilaku dan sikapnya Dalam penelitian ini peneliti tidak
mengadakan pembelajaran praktikum untuk melatih ketrampilan atau aspek
psikomotorik siswa Hal ini dikarenakan keterbatasan waktu dan persiapan
peneliti Menurut Chatarina (20044) hasil belajar merupakan perubahan
perilaku yang diperoleh pembelajar setelah mengalami aktivitas
belajarPerubahan tingkah laku dikatakan sebagai hasil belajar apabila
1 Hasil belajar sebagai pencapaian tujuan menekankan pentingnya tujuan
mengajar
Ketegasan dalam menetapkan tujuan akan memberikan arah yang jelas
pada pelaksanaan kegiatan pembelajaran Dalam hal ini sebelum
penelitian peneliti menyusun perangkat pembelajaran berupa RPP alat
evaluasi serta mempersiapkan media yang akan digunakan dalam
pembelajaran
2 Hasil belajar merupakan proses kegiatan belajar yang disadari
Dalam proses pembelajaran peneliti memberikan motivasi kepada siswa
ataupun kelompok diantaranya dengan memberikan penghargaan kepada
siswa atau kelompok yang berprestasi
3 Hasil belajar sebagai proses latihan
Proses latihan dan pengulangan dalam penelitian ini dilakukan dengan
media ular tangga
4 Hasil belajar merupakan tindak-tanduk yang berfungsi dalam kurun
waktu tertentu atau hasil belajar harus bersifat permanent Selain itu
27
hasil belajar memberikan informasi mengenai tingkat penguasaan
pelajaran yang diberikan selama proses pembelajaran yang
dilangsungkan dengan menggunakan alat ukur berupa tes dalam suatu
proses evaluasi Dalam hal ini di akhir pembelajaran peneliti
mengadakan evaluasi hasil belajar dengan instrument tes yang
sebelumnya telah diuji keampuhannya Walaupun dalam kurikulum
KTSP terdapat tiga ranah yang diukur yaitu ranah kognitif afektif dan
psikomotorik tujuan pembelajaran pada pokok bahasan lebih
menekankan ranah kognitif Hal ini dapat dilihat dari standar
kompetensi kompetensi dasar hingga indikator pada pokok bahasan
tersebut Selain itu media ular tangga dibuat untuk meningkatkan hasil
belajar siswa pada ranah kognitif karena yang terdapat dalam media
tersebut adalah soal-soal yang berfungsi sebagai penguatan siswa setelah
proses pembelajaran Walaupun demikian peneliti tidak ingin melupakan
ranah afektif dan psikomotorik begitu saja maka media ular tangga
dikombinasikan dengan model pembelajaran kooperatif tipe PPT yang
mengasah sikap dan ketrampilan siswa Hal tersebut yang menjadi
alasan mengapa yang dikaji dalam skripsi ini hanya aspek kognitif saja
28
BAB IV
PENUTUP
41 Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan diatas dapat disimpulkan
bahwa
1 Media ular tangga yang dikombinasikan dengan model pembelajaran
kooperatif tipe PPT meningkatkan hasil belajar kognitif siswa yang
diajar pokok bahasan reaksi oksidasi-reduksi Hal ini berdasarkan hasil
uji tanda Wilcoxon untuk nilai posttest mempunyai jumlah rank positif
yang lebih besar (221) dari rank negatifnya (104)
2 Siswa dapat mencapai ketuntasan belajar untuk pokok bahasan reaksi
oksidasi reduksi dengan media ular tangga yang dikombinasikan dengan
model pembelajaran kooperatif tipe PPT Hal ini berdasarkan rata-rata
hasil posttest kedua kelas lebih dari 65 yaitu rata-rata untuk kelas
eksperimen 718 dan untuk kelas control 662
42 Saran
Saran yang dapat diberikan terkait penelitian ini yaitu
1 Sebelum melakukan penelitian perlu dicermati dengan teliti populasi
yang akan diteliti sehingga sampel benar-benar homogen bukan hanya
dari sisi akademik tetapi juga sisi-sisi lain seperti kondisi kelas
2 Ular tangga perlu dikembangkan lagi baik dari bentuk aturan permainan
maupun soal-soalnya
3 Guru hendaknya lebih kreatif dalam menyampaikan pelajaran sehingga
dengan kondisi kelas seperti apapun pembelajaran dapat berlangsung
secara efektif
4 Sebaiknya dalam mengajar terdapat guru pendamping sehingga guru
tidak kewalahan dalam mengawasi permainan
5 Sebaiknya permainan ular tang dilakukan di luar jam pelajaran
6 Hasil penelitian hanya bisa digunakan untuk sekolah tertentu yang
mempunyai kelas kecil
29
DAFTAR PUSTAKA
Anni CT 2004 Psikologi Belajar Semarang UNNES
Suharsimi Arikunto 2002a Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan Jakarta Bumi Aksara
Bahri S dan AZ 2002 Strategi Belajar Mengajar Jakarta Erlangga
Dianto 2008 Pengaruh Penggunaan Ular Tangga Redoks sebagai Media Chemo-Edutainment Bervisi Sets terhadap Hasil Belajar Siswa SMA Kelas X Semester II Tahun 20072008 Semarang Universitas Negeri Semarang
httpidwikipediaorgwikiUlar_tangga
httplearning-with-meblogspotcom200609 pembelajaranhtml
Lismiyati 2006 Meningkatkan Hasil Belajar Kimia Siswa Kelas XI Semester 2 SMA N 2 Demak dengan Memberikan Umpan Balik Kuis dalam Model Pembelajaran Studens Teams-Achievment Division (STAD) Semarang Universitas Negeri Semarang
Mungin Eddy Wibowo dkk 2008 Panduan Penulisan Karya Ilmiah Semarang Universitas Negeri Semarang
Nana Sudjana 2005 Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar Bandung Sinar Baru Algensindo
Poerwadarminta W J S 1999 Kamus Umum Bahasa Indonesia Jakarta Balai Pustaka
Rina Apitasari 2005 Penggunaan Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe Studens Teams-Achievment Division (STAD) dalam Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Kimia pada Materi Pokok Stoikiometri Siswa Kelas X-6 Semester 1 SMA Negeri 13 Semarang Tahun Pelajaran 20042005 Semarang Universitas Negeri Semarang
Renita Tri Parwati 2006 Peningkatkan Hasil Belajar Kimia Siswa Kelas X dengan Menggunakan kombinasi Metode Studens Teams-Achievment Division (STAD) dan Structure Exercise Methode di SMA N 16 Semarang Semarang Universitas Negeri Semarang
Saptorini 2004 Strategi Belajar Mengajar Semarang Unnes Soeprodjo 1997 Metode Statistik Semarang Jurusan Kimia FPMIPA IKIP
Semarang
30
dapat menjawab pertanyaan wasit dengan benar akan mendapat skor 10 untuk
tiap soalnya Apabila tidak ada yang bisa menjawab dengan benar maka
wasitlah yang harus menjelaskan jawaban sampai semua paham Jadi wasit
sebelumnya sudah mendapatkan soal sekaligus kunci jawaban singkat Bila
wasit tidak mampu menjelaskan jawaban maka wasit boleh bertanya
langsung pada guru (peneliti)
Untuk pertemuan keenam kegiatan pembelajaran diisi dengan
presentasi masing-masing kelompok dengan tugas kelompok yang diberikan
pada pertemuan sebelumnya Akan tetapi pelaksanaanya tidak sesuai seperti
yang direncanakan karena waktu yang terbatas Jadi presentasi hanya bisa
dilakukan di tempat duduk masing-masing kelompok yang dilanjutkan
dengan diskusi antar kelompok Di dalam pembelajaran siswa diarahkan
untuk bersifat aktif dalam pembelajaran
Pertemuan terakhir yaitu pertemuan ke-8 digunakan untuk evaluasi
Dari hasil evaluasi didapatkan data hasil belajar kognitif siswa kelompok
eksperimen dan kontrol yang selanjutnya digunakan dalam analisis data
Siswa yang diajar dengan model pembelajaran PPT mempunyai hasil
belajar yang lebih baik hal ini dikarenakan dalam pembelajarannya siswa
dituntut untuk selalu bekerja sama dalam tim atau kelompoknya untuk
meningkatkan prestasi timnya dengan cara meningkatkan pemahaman dan
prestasi setiap individu dalam kelompok Selain itu siswa diberi penguatan
dengan permainan media ular tangga yang memancing diskusi dan keaktifan
siswa Siswa juga diberitahukan perkembangan skor tiap kelompok dan
individu Kemudian penghargaan diberikan kepada kelompok terbaik dan
individu terbaik Hal ini dilakukan untuk memotivasi siswa dalam belajar
baik baik dalam proses pembelajaran di kelas maupun di luar kelas
Peneliti berusaha melakukan prosedur dengan benar dan maksimal
namun hasil yang didapatkan masih belum memuaskan dan kelemahan-
kelemahan penelitian sebelumnya belum sepenuhnya teratasi Beberapa
kendala yang dihadapi dalam penelitian ini antara lain penentuan sampel
secara cluster random didapatkan kelas X E sebagai kelas eksperimen dan X
D sebagai kelas kontrol Menurut guru pembimbing kondisi kedua kelas
25
secara umum baik namun ketika peneliti melakukan penelitian ternyata kelas
kontrol lebih tertib sehingga pembelajaran dapat berlangsung tanpa hambatan
berarti Namun kelas eksperimen berbeda kelas ini lebih ramai sehingga
banyak menit yang terbuang sia-sia Hal ini juga yang menyebabkan peneliti
kesulitan untuk mengadakan pembelajaran presentasi kelompok Peneliti
sudah mencoba berkonsultasi dengan guru pembimbing namun hasilnya
belum maksimal hingga penelitian usai Permainan ular tangga dari peneliti
juga masih perlu dikembangkan lagi dengan bentuk yang lebih menarik serta
soal yang lebih berbobot dan memancing diskusi Selain itu peneliti
menyadari bahwa instrumen yang dikembangkan belum sempurna sehingga
belum dapat membedakan dengan baik antara kelas eksperimen yang diajar
dengan media ular tangga yang dikombinasikan dengan model pembelajaran
PPT dengan kelas kontrol yang tidak menggunakan media ular tangga yang
dikombinasikan dengan model pembelajaran PPT
Dari beberapa penelitian sebelumnya yang peneliti temukan
kebanyakan metode STAD tidak divariasi kalaupun divariasi belum
menggunakan permainan sebagai media belajar tapi dengan model atau
metode pembelajaran lain Tujuan digunakannya permainan sebagai media
belajar adalah untuk membantu siswa belajar secara mandiri dan
menciptakan suasana yang rekreatif sehingga siswa merasa tertarik untuk
mengikuti pembelajaran Selain itu fungsi media ular tangga yang peneliti
gunakan dalam penelitian ini adalah sebagai penguatan belajar yang
berbentuk permainan Penelitian tentang media permainan ular tangga
sebelumnya masih mempunyai kelemahan dalam aturan permainan yang
belum memancing diskusi dan dalam waktu pelaksanaannya Dalam
penelitian ini peneliti berusaha membuat aturan permainan agar siswa tidak
hanya bermain tapi juga belajar bersama dalam memecahkan soal Dalam hal
waktu pelaksanaan permainan hanya dilakukan 4 kali dengan pertimbangan
agar siswa tidak bosan
W S Winkel dalam Catharina (2004 12) menerangkan bahwa
belajar pada manusia dirumuskan sebagai suatu aktivitas mentalpsikis yang
berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan
26
perubahan-perubahan dalam pengetahuan pemahaman ketrampilan dan
nilai sikap Perubahan itu bersifat secara relatif konstan dan berbekas Dalam
penelitian ini media ular tangga digunakan untuk meningkatkan pengetahuan
dan pemahaman siswa pada pokok bahasan reaksi oksidasi-reduksi
Sedangkan model pembelajaran PPT melatih siswa bagaimana bekerja sama
dalam tim atau kelompok dan memahami makna serta pentingnya melakukan
sesuatu secara bersama untuk mencapai tujuan bersama Setiap siswa dalam
tim mempunyai tanggung jawab yang sama untuk meningkatkan prestasi
timnya dengan cara saling berbagi baik itu sebuah pengetahuan atau sebuah
ketidaktahuan Dari hal tersebut diharapkan siswa dapat mengalami
perubahan dalam perilaku dan sikapnya Dalam penelitian ini peneliti tidak
mengadakan pembelajaran praktikum untuk melatih ketrampilan atau aspek
psikomotorik siswa Hal ini dikarenakan keterbatasan waktu dan persiapan
peneliti Menurut Chatarina (20044) hasil belajar merupakan perubahan
perilaku yang diperoleh pembelajar setelah mengalami aktivitas
belajarPerubahan tingkah laku dikatakan sebagai hasil belajar apabila
1 Hasil belajar sebagai pencapaian tujuan menekankan pentingnya tujuan
mengajar
Ketegasan dalam menetapkan tujuan akan memberikan arah yang jelas
pada pelaksanaan kegiatan pembelajaran Dalam hal ini sebelum
penelitian peneliti menyusun perangkat pembelajaran berupa RPP alat
evaluasi serta mempersiapkan media yang akan digunakan dalam
pembelajaran
2 Hasil belajar merupakan proses kegiatan belajar yang disadari
Dalam proses pembelajaran peneliti memberikan motivasi kepada siswa
ataupun kelompok diantaranya dengan memberikan penghargaan kepada
siswa atau kelompok yang berprestasi
3 Hasil belajar sebagai proses latihan
Proses latihan dan pengulangan dalam penelitian ini dilakukan dengan
media ular tangga
4 Hasil belajar merupakan tindak-tanduk yang berfungsi dalam kurun
waktu tertentu atau hasil belajar harus bersifat permanent Selain itu
27
hasil belajar memberikan informasi mengenai tingkat penguasaan
pelajaran yang diberikan selama proses pembelajaran yang
dilangsungkan dengan menggunakan alat ukur berupa tes dalam suatu
proses evaluasi Dalam hal ini di akhir pembelajaran peneliti
mengadakan evaluasi hasil belajar dengan instrument tes yang
sebelumnya telah diuji keampuhannya Walaupun dalam kurikulum
KTSP terdapat tiga ranah yang diukur yaitu ranah kognitif afektif dan
psikomotorik tujuan pembelajaran pada pokok bahasan lebih
menekankan ranah kognitif Hal ini dapat dilihat dari standar
kompetensi kompetensi dasar hingga indikator pada pokok bahasan
tersebut Selain itu media ular tangga dibuat untuk meningkatkan hasil
belajar siswa pada ranah kognitif karena yang terdapat dalam media
tersebut adalah soal-soal yang berfungsi sebagai penguatan siswa setelah
proses pembelajaran Walaupun demikian peneliti tidak ingin melupakan
ranah afektif dan psikomotorik begitu saja maka media ular tangga
dikombinasikan dengan model pembelajaran kooperatif tipe PPT yang
mengasah sikap dan ketrampilan siswa Hal tersebut yang menjadi
alasan mengapa yang dikaji dalam skripsi ini hanya aspek kognitif saja
28
BAB IV
PENUTUP
41 Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan diatas dapat disimpulkan
bahwa
1 Media ular tangga yang dikombinasikan dengan model pembelajaran
kooperatif tipe PPT meningkatkan hasil belajar kognitif siswa yang
diajar pokok bahasan reaksi oksidasi-reduksi Hal ini berdasarkan hasil
uji tanda Wilcoxon untuk nilai posttest mempunyai jumlah rank positif
yang lebih besar (221) dari rank negatifnya (104)
2 Siswa dapat mencapai ketuntasan belajar untuk pokok bahasan reaksi
oksidasi reduksi dengan media ular tangga yang dikombinasikan dengan
model pembelajaran kooperatif tipe PPT Hal ini berdasarkan rata-rata
hasil posttest kedua kelas lebih dari 65 yaitu rata-rata untuk kelas
eksperimen 718 dan untuk kelas control 662
42 Saran
Saran yang dapat diberikan terkait penelitian ini yaitu
1 Sebelum melakukan penelitian perlu dicermati dengan teliti populasi
yang akan diteliti sehingga sampel benar-benar homogen bukan hanya
dari sisi akademik tetapi juga sisi-sisi lain seperti kondisi kelas
2 Ular tangga perlu dikembangkan lagi baik dari bentuk aturan permainan
maupun soal-soalnya
3 Guru hendaknya lebih kreatif dalam menyampaikan pelajaran sehingga
dengan kondisi kelas seperti apapun pembelajaran dapat berlangsung
secara efektif
4 Sebaiknya dalam mengajar terdapat guru pendamping sehingga guru
tidak kewalahan dalam mengawasi permainan
5 Sebaiknya permainan ular tang dilakukan di luar jam pelajaran
6 Hasil penelitian hanya bisa digunakan untuk sekolah tertentu yang
mempunyai kelas kecil
29
DAFTAR PUSTAKA
Anni CT 2004 Psikologi Belajar Semarang UNNES
Suharsimi Arikunto 2002a Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan Jakarta Bumi Aksara
Bahri S dan AZ 2002 Strategi Belajar Mengajar Jakarta Erlangga
Dianto 2008 Pengaruh Penggunaan Ular Tangga Redoks sebagai Media Chemo-Edutainment Bervisi Sets terhadap Hasil Belajar Siswa SMA Kelas X Semester II Tahun 20072008 Semarang Universitas Negeri Semarang
httpidwikipediaorgwikiUlar_tangga
httplearning-with-meblogspotcom200609 pembelajaranhtml
Lismiyati 2006 Meningkatkan Hasil Belajar Kimia Siswa Kelas XI Semester 2 SMA N 2 Demak dengan Memberikan Umpan Balik Kuis dalam Model Pembelajaran Studens Teams-Achievment Division (STAD) Semarang Universitas Negeri Semarang
Mungin Eddy Wibowo dkk 2008 Panduan Penulisan Karya Ilmiah Semarang Universitas Negeri Semarang
Nana Sudjana 2005 Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar Bandung Sinar Baru Algensindo
Poerwadarminta W J S 1999 Kamus Umum Bahasa Indonesia Jakarta Balai Pustaka
Rina Apitasari 2005 Penggunaan Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe Studens Teams-Achievment Division (STAD) dalam Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Kimia pada Materi Pokok Stoikiometri Siswa Kelas X-6 Semester 1 SMA Negeri 13 Semarang Tahun Pelajaran 20042005 Semarang Universitas Negeri Semarang
Renita Tri Parwati 2006 Peningkatkan Hasil Belajar Kimia Siswa Kelas X dengan Menggunakan kombinasi Metode Studens Teams-Achievment Division (STAD) dan Structure Exercise Methode di SMA N 16 Semarang Semarang Universitas Negeri Semarang
Saptorini 2004 Strategi Belajar Mengajar Semarang Unnes Soeprodjo 1997 Metode Statistik Semarang Jurusan Kimia FPMIPA IKIP
Semarang
30
secara umum baik namun ketika peneliti melakukan penelitian ternyata kelas
kontrol lebih tertib sehingga pembelajaran dapat berlangsung tanpa hambatan
berarti Namun kelas eksperimen berbeda kelas ini lebih ramai sehingga
banyak menit yang terbuang sia-sia Hal ini juga yang menyebabkan peneliti
kesulitan untuk mengadakan pembelajaran presentasi kelompok Peneliti
sudah mencoba berkonsultasi dengan guru pembimbing namun hasilnya
belum maksimal hingga penelitian usai Permainan ular tangga dari peneliti
juga masih perlu dikembangkan lagi dengan bentuk yang lebih menarik serta
soal yang lebih berbobot dan memancing diskusi Selain itu peneliti
menyadari bahwa instrumen yang dikembangkan belum sempurna sehingga
belum dapat membedakan dengan baik antara kelas eksperimen yang diajar
dengan media ular tangga yang dikombinasikan dengan model pembelajaran
PPT dengan kelas kontrol yang tidak menggunakan media ular tangga yang
dikombinasikan dengan model pembelajaran PPT
Dari beberapa penelitian sebelumnya yang peneliti temukan
kebanyakan metode STAD tidak divariasi kalaupun divariasi belum
menggunakan permainan sebagai media belajar tapi dengan model atau
metode pembelajaran lain Tujuan digunakannya permainan sebagai media
belajar adalah untuk membantu siswa belajar secara mandiri dan
menciptakan suasana yang rekreatif sehingga siswa merasa tertarik untuk
mengikuti pembelajaran Selain itu fungsi media ular tangga yang peneliti
gunakan dalam penelitian ini adalah sebagai penguatan belajar yang
berbentuk permainan Penelitian tentang media permainan ular tangga
sebelumnya masih mempunyai kelemahan dalam aturan permainan yang
belum memancing diskusi dan dalam waktu pelaksanaannya Dalam
penelitian ini peneliti berusaha membuat aturan permainan agar siswa tidak
hanya bermain tapi juga belajar bersama dalam memecahkan soal Dalam hal
waktu pelaksanaan permainan hanya dilakukan 4 kali dengan pertimbangan
agar siswa tidak bosan
W S Winkel dalam Catharina (2004 12) menerangkan bahwa
belajar pada manusia dirumuskan sebagai suatu aktivitas mentalpsikis yang
berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan
26
perubahan-perubahan dalam pengetahuan pemahaman ketrampilan dan
nilai sikap Perubahan itu bersifat secara relatif konstan dan berbekas Dalam
penelitian ini media ular tangga digunakan untuk meningkatkan pengetahuan
dan pemahaman siswa pada pokok bahasan reaksi oksidasi-reduksi
Sedangkan model pembelajaran PPT melatih siswa bagaimana bekerja sama
dalam tim atau kelompok dan memahami makna serta pentingnya melakukan
sesuatu secara bersama untuk mencapai tujuan bersama Setiap siswa dalam
tim mempunyai tanggung jawab yang sama untuk meningkatkan prestasi
timnya dengan cara saling berbagi baik itu sebuah pengetahuan atau sebuah
ketidaktahuan Dari hal tersebut diharapkan siswa dapat mengalami
perubahan dalam perilaku dan sikapnya Dalam penelitian ini peneliti tidak
mengadakan pembelajaran praktikum untuk melatih ketrampilan atau aspek
psikomotorik siswa Hal ini dikarenakan keterbatasan waktu dan persiapan
peneliti Menurut Chatarina (20044) hasil belajar merupakan perubahan
perilaku yang diperoleh pembelajar setelah mengalami aktivitas
belajarPerubahan tingkah laku dikatakan sebagai hasil belajar apabila
1 Hasil belajar sebagai pencapaian tujuan menekankan pentingnya tujuan
mengajar
Ketegasan dalam menetapkan tujuan akan memberikan arah yang jelas
pada pelaksanaan kegiatan pembelajaran Dalam hal ini sebelum
penelitian peneliti menyusun perangkat pembelajaran berupa RPP alat
evaluasi serta mempersiapkan media yang akan digunakan dalam
pembelajaran
2 Hasil belajar merupakan proses kegiatan belajar yang disadari
Dalam proses pembelajaran peneliti memberikan motivasi kepada siswa
ataupun kelompok diantaranya dengan memberikan penghargaan kepada
siswa atau kelompok yang berprestasi
3 Hasil belajar sebagai proses latihan
Proses latihan dan pengulangan dalam penelitian ini dilakukan dengan
media ular tangga
4 Hasil belajar merupakan tindak-tanduk yang berfungsi dalam kurun
waktu tertentu atau hasil belajar harus bersifat permanent Selain itu
27
hasil belajar memberikan informasi mengenai tingkat penguasaan
pelajaran yang diberikan selama proses pembelajaran yang
dilangsungkan dengan menggunakan alat ukur berupa tes dalam suatu
proses evaluasi Dalam hal ini di akhir pembelajaran peneliti
mengadakan evaluasi hasil belajar dengan instrument tes yang
sebelumnya telah diuji keampuhannya Walaupun dalam kurikulum
KTSP terdapat tiga ranah yang diukur yaitu ranah kognitif afektif dan
psikomotorik tujuan pembelajaran pada pokok bahasan lebih
menekankan ranah kognitif Hal ini dapat dilihat dari standar
kompetensi kompetensi dasar hingga indikator pada pokok bahasan
tersebut Selain itu media ular tangga dibuat untuk meningkatkan hasil
belajar siswa pada ranah kognitif karena yang terdapat dalam media
tersebut adalah soal-soal yang berfungsi sebagai penguatan siswa setelah
proses pembelajaran Walaupun demikian peneliti tidak ingin melupakan
ranah afektif dan psikomotorik begitu saja maka media ular tangga
dikombinasikan dengan model pembelajaran kooperatif tipe PPT yang
mengasah sikap dan ketrampilan siswa Hal tersebut yang menjadi
alasan mengapa yang dikaji dalam skripsi ini hanya aspek kognitif saja
28
BAB IV
PENUTUP
41 Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan diatas dapat disimpulkan
bahwa
1 Media ular tangga yang dikombinasikan dengan model pembelajaran
kooperatif tipe PPT meningkatkan hasil belajar kognitif siswa yang
diajar pokok bahasan reaksi oksidasi-reduksi Hal ini berdasarkan hasil
uji tanda Wilcoxon untuk nilai posttest mempunyai jumlah rank positif
yang lebih besar (221) dari rank negatifnya (104)
2 Siswa dapat mencapai ketuntasan belajar untuk pokok bahasan reaksi
oksidasi reduksi dengan media ular tangga yang dikombinasikan dengan
model pembelajaran kooperatif tipe PPT Hal ini berdasarkan rata-rata
hasil posttest kedua kelas lebih dari 65 yaitu rata-rata untuk kelas
eksperimen 718 dan untuk kelas control 662
42 Saran
Saran yang dapat diberikan terkait penelitian ini yaitu
1 Sebelum melakukan penelitian perlu dicermati dengan teliti populasi
yang akan diteliti sehingga sampel benar-benar homogen bukan hanya
dari sisi akademik tetapi juga sisi-sisi lain seperti kondisi kelas
2 Ular tangga perlu dikembangkan lagi baik dari bentuk aturan permainan
maupun soal-soalnya
3 Guru hendaknya lebih kreatif dalam menyampaikan pelajaran sehingga
dengan kondisi kelas seperti apapun pembelajaran dapat berlangsung
secara efektif
4 Sebaiknya dalam mengajar terdapat guru pendamping sehingga guru
tidak kewalahan dalam mengawasi permainan
5 Sebaiknya permainan ular tang dilakukan di luar jam pelajaran
6 Hasil penelitian hanya bisa digunakan untuk sekolah tertentu yang
mempunyai kelas kecil
29
DAFTAR PUSTAKA
Anni CT 2004 Psikologi Belajar Semarang UNNES
Suharsimi Arikunto 2002a Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan Jakarta Bumi Aksara
Bahri S dan AZ 2002 Strategi Belajar Mengajar Jakarta Erlangga
Dianto 2008 Pengaruh Penggunaan Ular Tangga Redoks sebagai Media Chemo-Edutainment Bervisi Sets terhadap Hasil Belajar Siswa SMA Kelas X Semester II Tahun 20072008 Semarang Universitas Negeri Semarang
httpidwikipediaorgwikiUlar_tangga
httplearning-with-meblogspotcom200609 pembelajaranhtml
Lismiyati 2006 Meningkatkan Hasil Belajar Kimia Siswa Kelas XI Semester 2 SMA N 2 Demak dengan Memberikan Umpan Balik Kuis dalam Model Pembelajaran Studens Teams-Achievment Division (STAD) Semarang Universitas Negeri Semarang
Mungin Eddy Wibowo dkk 2008 Panduan Penulisan Karya Ilmiah Semarang Universitas Negeri Semarang
Nana Sudjana 2005 Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar Bandung Sinar Baru Algensindo
Poerwadarminta W J S 1999 Kamus Umum Bahasa Indonesia Jakarta Balai Pustaka
Rina Apitasari 2005 Penggunaan Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe Studens Teams-Achievment Division (STAD) dalam Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Kimia pada Materi Pokok Stoikiometri Siswa Kelas X-6 Semester 1 SMA Negeri 13 Semarang Tahun Pelajaran 20042005 Semarang Universitas Negeri Semarang
Renita Tri Parwati 2006 Peningkatkan Hasil Belajar Kimia Siswa Kelas X dengan Menggunakan kombinasi Metode Studens Teams-Achievment Division (STAD) dan Structure Exercise Methode di SMA N 16 Semarang Semarang Universitas Negeri Semarang
Saptorini 2004 Strategi Belajar Mengajar Semarang Unnes Soeprodjo 1997 Metode Statistik Semarang Jurusan Kimia FPMIPA IKIP
Semarang
30
perubahan-perubahan dalam pengetahuan pemahaman ketrampilan dan
nilai sikap Perubahan itu bersifat secara relatif konstan dan berbekas Dalam
penelitian ini media ular tangga digunakan untuk meningkatkan pengetahuan
dan pemahaman siswa pada pokok bahasan reaksi oksidasi-reduksi
Sedangkan model pembelajaran PPT melatih siswa bagaimana bekerja sama
dalam tim atau kelompok dan memahami makna serta pentingnya melakukan
sesuatu secara bersama untuk mencapai tujuan bersama Setiap siswa dalam
tim mempunyai tanggung jawab yang sama untuk meningkatkan prestasi
timnya dengan cara saling berbagi baik itu sebuah pengetahuan atau sebuah
ketidaktahuan Dari hal tersebut diharapkan siswa dapat mengalami
perubahan dalam perilaku dan sikapnya Dalam penelitian ini peneliti tidak
mengadakan pembelajaran praktikum untuk melatih ketrampilan atau aspek
psikomotorik siswa Hal ini dikarenakan keterbatasan waktu dan persiapan
peneliti Menurut Chatarina (20044) hasil belajar merupakan perubahan
perilaku yang diperoleh pembelajar setelah mengalami aktivitas
belajarPerubahan tingkah laku dikatakan sebagai hasil belajar apabila
1 Hasil belajar sebagai pencapaian tujuan menekankan pentingnya tujuan
mengajar
Ketegasan dalam menetapkan tujuan akan memberikan arah yang jelas
pada pelaksanaan kegiatan pembelajaran Dalam hal ini sebelum
penelitian peneliti menyusun perangkat pembelajaran berupa RPP alat
evaluasi serta mempersiapkan media yang akan digunakan dalam
pembelajaran
2 Hasil belajar merupakan proses kegiatan belajar yang disadari
Dalam proses pembelajaran peneliti memberikan motivasi kepada siswa
ataupun kelompok diantaranya dengan memberikan penghargaan kepada
siswa atau kelompok yang berprestasi
3 Hasil belajar sebagai proses latihan
Proses latihan dan pengulangan dalam penelitian ini dilakukan dengan
media ular tangga
4 Hasil belajar merupakan tindak-tanduk yang berfungsi dalam kurun
waktu tertentu atau hasil belajar harus bersifat permanent Selain itu
27
hasil belajar memberikan informasi mengenai tingkat penguasaan
pelajaran yang diberikan selama proses pembelajaran yang
dilangsungkan dengan menggunakan alat ukur berupa tes dalam suatu
proses evaluasi Dalam hal ini di akhir pembelajaran peneliti
mengadakan evaluasi hasil belajar dengan instrument tes yang
sebelumnya telah diuji keampuhannya Walaupun dalam kurikulum
KTSP terdapat tiga ranah yang diukur yaitu ranah kognitif afektif dan
psikomotorik tujuan pembelajaran pada pokok bahasan lebih
menekankan ranah kognitif Hal ini dapat dilihat dari standar
kompetensi kompetensi dasar hingga indikator pada pokok bahasan
tersebut Selain itu media ular tangga dibuat untuk meningkatkan hasil
belajar siswa pada ranah kognitif karena yang terdapat dalam media
tersebut adalah soal-soal yang berfungsi sebagai penguatan siswa setelah
proses pembelajaran Walaupun demikian peneliti tidak ingin melupakan
ranah afektif dan psikomotorik begitu saja maka media ular tangga
dikombinasikan dengan model pembelajaran kooperatif tipe PPT yang
mengasah sikap dan ketrampilan siswa Hal tersebut yang menjadi
alasan mengapa yang dikaji dalam skripsi ini hanya aspek kognitif saja
28
BAB IV
PENUTUP
41 Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan diatas dapat disimpulkan
bahwa
1 Media ular tangga yang dikombinasikan dengan model pembelajaran
kooperatif tipe PPT meningkatkan hasil belajar kognitif siswa yang
diajar pokok bahasan reaksi oksidasi-reduksi Hal ini berdasarkan hasil
uji tanda Wilcoxon untuk nilai posttest mempunyai jumlah rank positif
yang lebih besar (221) dari rank negatifnya (104)
2 Siswa dapat mencapai ketuntasan belajar untuk pokok bahasan reaksi
oksidasi reduksi dengan media ular tangga yang dikombinasikan dengan
model pembelajaran kooperatif tipe PPT Hal ini berdasarkan rata-rata
hasil posttest kedua kelas lebih dari 65 yaitu rata-rata untuk kelas
eksperimen 718 dan untuk kelas control 662
42 Saran
Saran yang dapat diberikan terkait penelitian ini yaitu
1 Sebelum melakukan penelitian perlu dicermati dengan teliti populasi
yang akan diteliti sehingga sampel benar-benar homogen bukan hanya
dari sisi akademik tetapi juga sisi-sisi lain seperti kondisi kelas
2 Ular tangga perlu dikembangkan lagi baik dari bentuk aturan permainan
maupun soal-soalnya
3 Guru hendaknya lebih kreatif dalam menyampaikan pelajaran sehingga
dengan kondisi kelas seperti apapun pembelajaran dapat berlangsung
secara efektif
4 Sebaiknya dalam mengajar terdapat guru pendamping sehingga guru
tidak kewalahan dalam mengawasi permainan
5 Sebaiknya permainan ular tang dilakukan di luar jam pelajaran
6 Hasil penelitian hanya bisa digunakan untuk sekolah tertentu yang
mempunyai kelas kecil
29
DAFTAR PUSTAKA
Anni CT 2004 Psikologi Belajar Semarang UNNES
Suharsimi Arikunto 2002a Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan Jakarta Bumi Aksara
Bahri S dan AZ 2002 Strategi Belajar Mengajar Jakarta Erlangga
Dianto 2008 Pengaruh Penggunaan Ular Tangga Redoks sebagai Media Chemo-Edutainment Bervisi Sets terhadap Hasil Belajar Siswa SMA Kelas X Semester II Tahun 20072008 Semarang Universitas Negeri Semarang
httpidwikipediaorgwikiUlar_tangga
httplearning-with-meblogspotcom200609 pembelajaranhtml
Lismiyati 2006 Meningkatkan Hasil Belajar Kimia Siswa Kelas XI Semester 2 SMA N 2 Demak dengan Memberikan Umpan Balik Kuis dalam Model Pembelajaran Studens Teams-Achievment Division (STAD) Semarang Universitas Negeri Semarang
Mungin Eddy Wibowo dkk 2008 Panduan Penulisan Karya Ilmiah Semarang Universitas Negeri Semarang
Nana Sudjana 2005 Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar Bandung Sinar Baru Algensindo
Poerwadarminta W J S 1999 Kamus Umum Bahasa Indonesia Jakarta Balai Pustaka
Rina Apitasari 2005 Penggunaan Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe Studens Teams-Achievment Division (STAD) dalam Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Kimia pada Materi Pokok Stoikiometri Siswa Kelas X-6 Semester 1 SMA Negeri 13 Semarang Tahun Pelajaran 20042005 Semarang Universitas Negeri Semarang
Renita Tri Parwati 2006 Peningkatkan Hasil Belajar Kimia Siswa Kelas X dengan Menggunakan kombinasi Metode Studens Teams-Achievment Division (STAD) dan Structure Exercise Methode di SMA N 16 Semarang Semarang Universitas Negeri Semarang
Saptorini 2004 Strategi Belajar Mengajar Semarang Unnes Soeprodjo 1997 Metode Statistik Semarang Jurusan Kimia FPMIPA IKIP
Semarang
30
hasil belajar memberikan informasi mengenai tingkat penguasaan
pelajaran yang diberikan selama proses pembelajaran yang
dilangsungkan dengan menggunakan alat ukur berupa tes dalam suatu
proses evaluasi Dalam hal ini di akhir pembelajaran peneliti
mengadakan evaluasi hasil belajar dengan instrument tes yang
sebelumnya telah diuji keampuhannya Walaupun dalam kurikulum
KTSP terdapat tiga ranah yang diukur yaitu ranah kognitif afektif dan
psikomotorik tujuan pembelajaran pada pokok bahasan lebih
menekankan ranah kognitif Hal ini dapat dilihat dari standar
kompetensi kompetensi dasar hingga indikator pada pokok bahasan
tersebut Selain itu media ular tangga dibuat untuk meningkatkan hasil
belajar siswa pada ranah kognitif karena yang terdapat dalam media
tersebut adalah soal-soal yang berfungsi sebagai penguatan siswa setelah
proses pembelajaran Walaupun demikian peneliti tidak ingin melupakan
ranah afektif dan psikomotorik begitu saja maka media ular tangga
dikombinasikan dengan model pembelajaran kooperatif tipe PPT yang
mengasah sikap dan ketrampilan siswa Hal tersebut yang menjadi
alasan mengapa yang dikaji dalam skripsi ini hanya aspek kognitif saja
28
BAB IV
PENUTUP
41 Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan diatas dapat disimpulkan
bahwa
1 Media ular tangga yang dikombinasikan dengan model pembelajaran
kooperatif tipe PPT meningkatkan hasil belajar kognitif siswa yang
diajar pokok bahasan reaksi oksidasi-reduksi Hal ini berdasarkan hasil
uji tanda Wilcoxon untuk nilai posttest mempunyai jumlah rank positif
yang lebih besar (221) dari rank negatifnya (104)
2 Siswa dapat mencapai ketuntasan belajar untuk pokok bahasan reaksi
oksidasi reduksi dengan media ular tangga yang dikombinasikan dengan
model pembelajaran kooperatif tipe PPT Hal ini berdasarkan rata-rata
hasil posttest kedua kelas lebih dari 65 yaitu rata-rata untuk kelas
eksperimen 718 dan untuk kelas control 662
42 Saran
Saran yang dapat diberikan terkait penelitian ini yaitu
1 Sebelum melakukan penelitian perlu dicermati dengan teliti populasi
yang akan diteliti sehingga sampel benar-benar homogen bukan hanya
dari sisi akademik tetapi juga sisi-sisi lain seperti kondisi kelas
2 Ular tangga perlu dikembangkan lagi baik dari bentuk aturan permainan
maupun soal-soalnya
3 Guru hendaknya lebih kreatif dalam menyampaikan pelajaran sehingga
dengan kondisi kelas seperti apapun pembelajaran dapat berlangsung
secara efektif
4 Sebaiknya dalam mengajar terdapat guru pendamping sehingga guru
tidak kewalahan dalam mengawasi permainan
5 Sebaiknya permainan ular tang dilakukan di luar jam pelajaran
6 Hasil penelitian hanya bisa digunakan untuk sekolah tertentu yang
mempunyai kelas kecil
29
DAFTAR PUSTAKA
Anni CT 2004 Psikologi Belajar Semarang UNNES
Suharsimi Arikunto 2002a Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan Jakarta Bumi Aksara
Bahri S dan AZ 2002 Strategi Belajar Mengajar Jakarta Erlangga
Dianto 2008 Pengaruh Penggunaan Ular Tangga Redoks sebagai Media Chemo-Edutainment Bervisi Sets terhadap Hasil Belajar Siswa SMA Kelas X Semester II Tahun 20072008 Semarang Universitas Negeri Semarang
httpidwikipediaorgwikiUlar_tangga
httplearning-with-meblogspotcom200609 pembelajaranhtml
Lismiyati 2006 Meningkatkan Hasil Belajar Kimia Siswa Kelas XI Semester 2 SMA N 2 Demak dengan Memberikan Umpan Balik Kuis dalam Model Pembelajaran Studens Teams-Achievment Division (STAD) Semarang Universitas Negeri Semarang
Mungin Eddy Wibowo dkk 2008 Panduan Penulisan Karya Ilmiah Semarang Universitas Negeri Semarang
Nana Sudjana 2005 Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar Bandung Sinar Baru Algensindo
Poerwadarminta W J S 1999 Kamus Umum Bahasa Indonesia Jakarta Balai Pustaka
Rina Apitasari 2005 Penggunaan Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe Studens Teams-Achievment Division (STAD) dalam Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Kimia pada Materi Pokok Stoikiometri Siswa Kelas X-6 Semester 1 SMA Negeri 13 Semarang Tahun Pelajaran 20042005 Semarang Universitas Negeri Semarang
Renita Tri Parwati 2006 Peningkatkan Hasil Belajar Kimia Siswa Kelas X dengan Menggunakan kombinasi Metode Studens Teams-Achievment Division (STAD) dan Structure Exercise Methode di SMA N 16 Semarang Semarang Universitas Negeri Semarang
Saptorini 2004 Strategi Belajar Mengajar Semarang Unnes Soeprodjo 1997 Metode Statistik Semarang Jurusan Kimia FPMIPA IKIP
Semarang
30
BAB IV
PENUTUP
41 Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan diatas dapat disimpulkan
bahwa
1 Media ular tangga yang dikombinasikan dengan model pembelajaran
kooperatif tipe PPT meningkatkan hasil belajar kognitif siswa yang
diajar pokok bahasan reaksi oksidasi-reduksi Hal ini berdasarkan hasil
uji tanda Wilcoxon untuk nilai posttest mempunyai jumlah rank positif
yang lebih besar (221) dari rank negatifnya (104)
2 Siswa dapat mencapai ketuntasan belajar untuk pokok bahasan reaksi
oksidasi reduksi dengan media ular tangga yang dikombinasikan dengan
model pembelajaran kooperatif tipe PPT Hal ini berdasarkan rata-rata
hasil posttest kedua kelas lebih dari 65 yaitu rata-rata untuk kelas
eksperimen 718 dan untuk kelas control 662
42 Saran
Saran yang dapat diberikan terkait penelitian ini yaitu
1 Sebelum melakukan penelitian perlu dicermati dengan teliti populasi
yang akan diteliti sehingga sampel benar-benar homogen bukan hanya
dari sisi akademik tetapi juga sisi-sisi lain seperti kondisi kelas
2 Ular tangga perlu dikembangkan lagi baik dari bentuk aturan permainan
maupun soal-soalnya
3 Guru hendaknya lebih kreatif dalam menyampaikan pelajaran sehingga
dengan kondisi kelas seperti apapun pembelajaran dapat berlangsung
secara efektif
4 Sebaiknya dalam mengajar terdapat guru pendamping sehingga guru
tidak kewalahan dalam mengawasi permainan
5 Sebaiknya permainan ular tang dilakukan di luar jam pelajaran
6 Hasil penelitian hanya bisa digunakan untuk sekolah tertentu yang
mempunyai kelas kecil
29
DAFTAR PUSTAKA
Anni CT 2004 Psikologi Belajar Semarang UNNES
Suharsimi Arikunto 2002a Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan Jakarta Bumi Aksara
Bahri S dan AZ 2002 Strategi Belajar Mengajar Jakarta Erlangga
Dianto 2008 Pengaruh Penggunaan Ular Tangga Redoks sebagai Media Chemo-Edutainment Bervisi Sets terhadap Hasil Belajar Siswa SMA Kelas X Semester II Tahun 20072008 Semarang Universitas Negeri Semarang
httpidwikipediaorgwikiUlar_tangga
httplearning-with-meblogspotcom200609 pembelajaranhtml
Lismiyati 2006 Meningkatkan Hasil Belajar Kimia Siswa Kelas XI Semester 2 SMA N 2 Demak dengan Memberikan Umpan Balik Kuis dalam Model Pembelajaran Studens Teams-Achievment Division (STAD) Semarang Universitas Negeri Semarang
Mungin Eddy Wibowo dkk 2008 Panduan Penulisan Karya Ilmiah Semarang Universitas Negeri Semarang
Nana Sudjana 2005 Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar Bandung Sinar Baru Algensindo
Poerwadarminta W J S 1999 Kamus Umum Bahasa Indonesia Jakarta Balai Pustaka
Rina Apitasari 2005 Penggunaan Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe Studens Teams-Achievment Division (STAD) dalam Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Kimia pada Materi Pokok Stoikiometri Siswa Kelas X-6 Semester 1 SMA Negeri 13 Semarang Tahun Pelajaran 20042005 Semarang Universitas Negeri Semarang
Renita Tri Parwati 2006 Peningkatkan Hasil Belajar Kimia Siswa Kelas X dengan Menggunakan kombinasi Metode Studens Teams-Achievment Division (STAD) dan Structure Exercise Methode di SMA N 16 Semarang Semarang Universitas Negeri Semarang
Saptorini 2004 Strategi Belajar Mengajar Semarang Unnes Soeprodjo 1997 Metode Statistik Semarang Jurusan Kimia FPMIPA IKIP
Semarang
30
DAFTAR PUSTAKA
Anni CT 2004 Psikologi Belajar Semarang UNNES
Suharsimi Arikunto 2002a Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan Jakarta Bumi Aksara
Bahri S dan AZ 2002 Strategi Belajar Mengajar Jakarta Erlangga
Dianto 2008 Pengaruh Penggunaan Ular Tangga Redoks sebagai Media Chemo-Edutainment Bervisi Sets terhadap Hasil Belajar Siswa SMA Kelas X Semester II Tahun 20072008 Semarang Universitas Negeri Semarang
httpidwikipediaorgwikiUlar_tangga
httplearning-with-meblogspotcom200609 pembelajaranhtml
Lismiyati 2006 Meningkatkan Hasil Belajar Kimia Siswa Kelas XI Semester 2 SMA N 2 Demak dengan Memberikan Umpan Balik Kuis dalam Model Pembelajaran Studens Teams-Achievment Division (STAD) Semarang Universitas Negeri Semarang
Mungin Eddy Wibowo dkk 2008 Panduan Penulisan Karya Ilmiah Semarang Universitas Negeri Semarang
Nana Sudjana 2005 Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar Bandung Sinar Baru Algensindo
Poerwadarminta W J S 1999 Kamus Umum Bahasa Indonesia Jakarta Balai Pustaka
Rina Apitasari 2005 Penggunaan Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe Studens Teams-Achievment Division (STAD) dalam Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Kimia pada Materi Pokok Stoikiometri Siswa Kelas X-6 Semester 1 SMA Negeri 13 Semarang Tahun Pelajaran 20042005 Semarang Universitas Negeri Semarang
Renita Tri Parwati 2006 Peningkatkan Hasil Belajar Kimia Siswa Kelas X dengan Menggunakan kombinasi Metode Studens Teams-Achievment Division (STAD) dan Structure Exercise Methode di SMA N 16 Semarang Semarang Universitas Negeri Semarang
Saptorini 2004 Strategi Belajar Mengajar Semarang Unnes Soeprodjo 1997 Metode Statistik Semarang Jurusan Kimia FPMIPA IKIP
Semarang
30