95
KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN JIWA DENGAN MASALAH UTAMA IS0LASI SOSIAL: MENARIK DIRI PADA An. H DENGAN DIAGNOSA MEDIS F23.2: GANGGUAN PSIKOTIK LIR-SKIZOFRENIA (schizophrenia-like) AKUT DI RUANG PURI ANGGREK RUMAH SAKIT JIWA MENUR SURABAYA Oleh: SUHARIS NIM. 162.0027B PROGRAM STUDI D-III KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HANG TUAH SURABAYA 2019

KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN JIWA …

  • Upload
    others

  • View
    17

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN JIWA …

i

KARYA TULIS ILMIAH

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA DENGAN MASALAH UTAMA

IS0LASI SOSIAL: MENARIK DIRI PADA An. H DENGAN DIAGNOSA

MEDIS F23.2: GANGGUAN PSIKOTIK LIR-SKIZOFRENIA

(schizophrenia-like) AKUT DI RUANG PURI ANGGREK

RUMAH SAKIT JIWA MENUR

SURABAYA

Oleh:

SUHARIS

NIM. 162.0027B

PROGRAM STUDI D-III KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HANG TUAH SURABAYA

2019

Page 2: KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN JIWA …

i

KARYA TULIS ILMIAH

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA DENGAN MASALAH UTAMA

IS0LASI SOSIAL: MENARIK DIRI PADA An. H DENGAN DIAGNOSA

MEDIS F23.2: GANGGUAN PSIKOTIK LIR-SKIZOFRENIA

(schizophrenia-like) AKUT DI RUANG PURI ANGGREK

RUMAH SAKIT JIWA MENUR

SURABAYA

Karya Tulis Ilmiah ini diajukan sebagai salah satu syarat

untuk memperoleh gelar Ahli Madya Keperawatan

Oleh:

SUHARIS

NIM. 162.0027B

PROGRAM STUDI D-III KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HANG TUAH SURABAYA

2019

Page 3: KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN JIWA …

ii

Page 4: KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN JIWA …

iii

HALAMAN PERSETUJUAN

Setelah kami periksa dan amati, selaku pembimbing mahasiswa :

Nama : SUHARIS

NIM : 1620027B

Program Studi : D-III KEPERAWATAN.

Judul : Asuhan Keperawatan Jiwa dengan Masalah Utama

Isolasi Sosial: Menarik Diri pada An. H dengan

Diagnosa Medis F23.2: Gangguan Psikotik Lir-

Skizofrenia (schizophrenia-like) Akut di Ruang Puri

Anggrek Rumah Sakit Jiwa Menur Surabaya.

Serta perbaikan - perbaikan sepenuhnya, maka kami menganggap dan dapat

menyetujui bahwa karya tulis ini diajukan dalam sidang guna memenuhi sebagian

persyaratan untuk memperoleh gelar :

AHLI MADYA KEPERAWATAN (AMd.Kep)

Surabaya, 10 Juli 2019

Ditetapkan di : Stikes Hang Tuah Surabaya

Tanggal : 10 Juli 2019

Pembimbing

Hidayatus Sya’diyah, S.Kep., Ns., M.Kep

NIP. 03.009

Page 5: KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN JIWA …

iv

Page 6: KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN JIWA …

v

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan

rahmad dan hidayah-Nya pada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan

karya tulis ilmiah ini sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.

Karya tulis ini disusun sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan

program pendidikan Ahli Madya Keperawatan di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan

Hang Tuah Surabaya Tahun Akademik 2018 / 2019

Penulis menyadari bahwa keberhasilan dan kelancaran karya tulis ini

bukan hanya karena kemampuan penulis tetapi banyak ditentukan oleh bantuan

dari berbagai pihak, yang telah dengan ikhlas membantu penulis demi

terselesainya penulisan ini. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis

menyampaikan terima kasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada :

1. Ibu dr. Herlin Firliana, M.Kes selaku kepala Rumah Sakit Jiwa Menur

Surabaya yang telah memberikan ijin dan lahan praktik untuk penyusunan

karya tulis dan selama kami berada di Rumah Sakit Jiwa Menur Surabaya.

2. Ibu Wiwiek Liestyaningrum, S.Kp., M.Kep selaku Ketua Sekolah Tinggi Ilmu

Kesehatan Hang Tuah Surabaya yang telah memberikan kesempatan pada

kami untuk praktik di Rumah Sakit Jiwa Menur Surabaya dan menyelesaikan

pendidikan di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Hang Tuah Surabaya.

3. Ibu Dya Sustrami, S.Kep., Ns., M.Kes selaku Kepala program studi D-III

Keperawatan yang selalu memberikan dorongan penuh dengan wawasan

dalam upaya meningkatkan sumber daya manusia.

Page 7: KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN JIWA …

vi

4. Ibu Hidayatus Sya’diyah, S.Kep., Ns., M.Kep selaku pembimbing I, yang

dengan tulus ikhlas bersedia meluangkan waktu, tenaga dan pikiran serta

perhatian dalam memberikan dorongan, bimbingan dan arahan dalam

penyusunan karya tulis ilmiah ini.

5. Ibu Tri Darmi Herawati, S.Kep., Ns., M.Kep selaku pembimbing II, yang

dengan tulus ikhlas bersedia meluangkan waktu, tenaga dan pikiran serta

perhatian dalam memberikan dorongan, bimbingan dan arahan dalam

penyusunan karya tulis ilmiah ini.

6. Bapak dan Ibu Dosen Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Hang Tuah Surabaya,

yang telah memberikan bekal bagi penulis melalui materi-materi kuliah yang

penuh nilai dan makna dalam penyempurnaan penulisan karya tulis ilmiah ini,

juga kepada seluruh tenaga administrasi yang tulus ikhlas melayani keperluan

penulis selama menjalani studi dan penulisannya.

7. Kedua Orang Tua tercinta dan saudara-saudaraku yang tak henti-hentinya

memberikan bantuan baik materi dan moril, motivasi serta do’a restu kepada

penulis.

8. Sahabat-sahabat seperjuangan tersayang dalam naungan Sekolah Tinggi Ilmu

Kesehatan Hang Tuah Surabaya yang telah memberikan dorongan semanga

tsehingga karya tulis ilmiah ini dapat terselesaikan, saya hanya dapat

mengucapkan semoga hubungan persahabatan tetap terjalin.

9. Pasien dan keluarga pasien yang telah bersedia meluangkan waktu dengan

ikhlas untuk memberikan informasi terkait data yang kami perlukan dalam

proses pembuatan karya ilmiah ini.

Page 8: KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN JIWA …

vii

10. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu, penulis hanya

bisa berdo’a semoga Allah SWT membalas amal baik semua pihak yang telah

membantu dalam proses penyelesaian karya tulis ilmiah ini.

Selanjutnya, penulis menyadari bahwa karya tulis ilmiah ini masih banyak

kekurangan dan masih jauh dari kesempurnaan. Maka dari itu saran dan kritik

yang kontruksif senantiasa penulis harapkan. Akhirnya penulis berharap, semoga

karya tulis ilmiah ini dapat memberikan manfaat bagi siapa saja yang membaca

terutama bagi Civitas Stikes Hang Tuah Surabaya.

Surabaya, 10 Juli 2019

Penulis.

Page 9: KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN JIWA …

viii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.......................................................................................... i

SURAT PERNYATAAN................................................................................... ii

HALAMAN PERSETUJUAN........................................................................... iii

HALAMAN PENGESAHAN........................................................................... iv

KATA PENGANTAR........................................................................................ v

DAFTAR ISI....................................................................................................... viii

DAFTAR TABEL............................................................................................... x

DAFTAR GAMBAR.......................................................................................... xi

DAFTAR LAMPIRAN...................................................................................... xii

DAFTAR SINGKATAN.................................................................................... xiii

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah......................................................................... . 1

1.2 Rumusan Masalah ................................................................................... 4

1.3 Tujuan Penulisan ..................................................................................... 4

1.4 Manfaat Penulisan ................................................................................... 6

1.5 Metode Penulisan .................................................................................... 7

1.6 Sistematika Penulisan. ............................................................................ 8

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Isolasi Sosial............................................................................... 10

2.1.1 Definisi Isolasi Sosial.............................................................................. 10

2.1.2 Etiologi Isolasi Sosial.............................................................................. 11

2.1.3 Proses Terjadinya Isolasi Sosial...............................................................13

2.1.4 Rentang Respon Isolasi Sosial................................................................. 13

2.1.5 Tanda dan Gejala..................................................................................... 15

2.1.6 Komplikasi Isolasi Sosial......................................................................... 16

2.1.7 Penatalaksanaan....................................................................................... 17

2.2 Konsep Tumbuh Kembang Anak............................................................ 17

2.2.1 Pengertian................................................................................................ 17

2.2.2 Tahap Tumbuh Kembang Anak............................................................... 18

2.2.3 Fase Remaja Awal................................................................................... 18

2.3 Gangguan Psikotik Akut......................................................................... 21

2.3.1 Epidemilogi.............................................................................................. 22

2.3.2 Etiologi.................................................................................................... 22

2.3.3 Gambaran Klinis...................................................................................... 23

2.3.4 Perjalanan dan Prognosis........................................................................ 23

2.3.5 Pengobatan.............................................................................................. 24

2.4 Diagnosa Medis....................................................................................... 25

2.4.1 F23: Gangguan Psikotik Akut dan Sementara........................................ 25

2.4.2 F23.0: Gangguan Psikotik Poliformik Akut yang Nyata tanpa

Gejala Skizofrenia................................................................................... 26

2.4.3 F23.1: Gangguan Psikotik Poliformik Akut yang Nyata dengan

Gejala Skizofrenia................................................................................... 26

Page 10: KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN JIWA …

ix

2.4.4 F23.2: Gangguan Psikotik Lir-Skizofrenia (schizoprenia-like) akut...... 27

2.4.5 F23.3: Gangguan Psikotik Akut Lainnya dengan Predominan

Waham..................................................................................................... 27

2.4.6 F23.8: Gangguan Psikotik Akut dan Sementara Lainnya....................... 28

2.5 Konsep Asuhan Keperawatan Isolasi Soaial........................................... 28

2.5.1 Pengkajian............................................................................................... 28

2.5.2 Diagnosa Keperawatan........................................................................... 30

2.5.3 Pohon Masalah ....................................................................................... 30

2.5.4 Intervensi Keperawatan .......................................................................... 31

2.5.5 Evaluasi .................................................................................................. 38

BAB 3 TINJAUAN KASUS

3.1 Pengkajian .............................................................................................. 39

3.1.1 Identitas................................................................................................... 39

3.1.2 Alalasan Masuk....................................................................................... 40

3.1.3 Faktor Predisposiasi................................................................................. 40

3.1.4 Pemeriksaan Fisik.................................................................................... 40

3.1.5 Psikososial............................................................................................... 41

3.1.6 Status Mental.......................................................................................... 43

3.1.7 Kebutuhan Prencanaan Pulang................................................................ 46

3.1.8 Mekanisme Koping................................................................................. 49

3.1.9 Masalah Psikososial dan Lingkungan..................................................... 49

3.1.10 Pengetahuan Kurang Tentang.................................................................. 50

3.1.11 Data Lain – lain........................................................................................ 51

3.1.12 Aspek Medik............................................................................................ 51

3.1.13 Daftar Masalah Keperawatan................................................................... 51

3.1.14 Daftar Diagnosa Keperawatan................................................................ 52

3.2 Pohon Masalah......................................................................................... 52

3.3 Analisa Data............................................................................................ 53

3.4 Rencana Tindakan Keperawatan Isolasi Sosial....................................... 58

3.5 Pelaksanaan dan Catatan Perkembangan................................................ 61

BAB 4 PEMBAHASAN

4.1 Pengkajian................................................................................................ 62

4.2 Diagnosa Keperawatan............................................................................ 63

4.3 Perencanaan............................................................................................. 63

4.4 Pelaksanaan.............................................................................................. 64

4.5 Evaluasi.................................................................................................... 66

BAB 5 PENUTUP

5.1 Simpulan.................................................................................................. 67

5.2 Saran ....................................................................................................... 69

DAFTAR PUSTAKA....................................................................................... 71

Page 11: KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN JIWA …

x

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Rencana tindakan keperawatan......................................................... ..41

Tabel 3.1 Kemampuan memenuhi kebutuhan.................................................. ...46

Tabel 3.2 Aktivitas daily living......................................................................... ..47

Tabel 3.3 Pemeriksaan laborat.......................................................................... ..51

Tabel 3.4 Analisa data pada klien harga diri rendah....................................... ....53

Tabel 3.5 Rencana tindakan keperawata........................................................... ..58

Tabel 3.6 Implementasi..................................................................................... ..61

Page 12: KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN JIWA …

xi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Proses terjadinya isosolasi sosial...................................................... 13

Gambar 2.2 Rentang respom sosial..................................................................... . 13

Gambar 2.2 Pohon masalah bab 2..................................................................... 30

Gambar 3.1 Genogram........................................................................................ . 41

Gambar 3.2 Pohon masalah.................................................................................. 52

Page 13: KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN JIWA …

xii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan hari ke – 1 ................72

Lampiran 2 Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan hari ke – 2 ................76

Lampiran 3 Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan hari ke – 3 ................79

Page 14: KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN JIWA …

xiii

DAFTAR SINGKATAN

BAB : Buang air besar

BAK : Buang air kecil

BB : Berat badan

TB : Tinggi badan

CM : Centi meter

KG : Kilo gram

MG : Mili gram

LED : Laju endap darah

SGOT : serum glutamic oxaloacetic transanamine

SGPT : serum glutamic pyvuric transanamine

BUN : blood urea nitrogen

DO : Data obyektif

DS : Data subyektif

N : Nadi

R : Pernafasan

S : Suhu

SP : Strategi pelaksanaan

TAK : Terapi aktivitas kelompok

TUK : Tujuan khusus

TUM : Tujuan umum

RSJ : Rmuah Sakit Jiwa

BPJS : Badan Penyelenggara Jaminan Kesehatan

SOAP : Subjektif Objektif Assesment Plan

Page 15: KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN JIWA …

1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kesehatan jiwa merupakan kondisi dimana seseorang yang terus tumbuh

dan berkembang dan mempertahankan keselarasan dalam pengendalian diri, serta

terbebas dari stress yang serius (Direja, 2011). Kesehatan jiwa tidak luput dari

beberapa gangguan jiwa yang merupakan manifestasi dari bentuk penyimpangan

perilaku akibat adanya distorsi sehingga ditemukan ketidakwajaran dalam

bertingkah laku (Nasir, 2011). Gangguan psikotik hampir sama dengan

skizofrenia. Skizofrenia adalah suatu bentuk psikosa fungsional dengan gangguan

utama pada proses pikir serta disharmoni antara proses pikir, emosi dan kemauan,

salah satunya pada kasus jiwa dengan isolasi sosial. Isolasi sosial adalah keadaan

dimana individu mengalami penurunan atau bahkan sama sekali tidak mampu

berinteraksi dengan orang lain disekitarnya (Dermawan dan Rusdi, 2013).

Fenomena lapangan yang muncul dan dapat dilihat dengan nyata pada penderita

isolasi sosial dan menarik diri adalah kurangnya hubungan sosial dengan orang

lain, merasa harga diri rendah, ketidaksesuaian sosial, tidak tertarik dengan

aktivitas rekreasi, kerancuan identitas gender, menarik diri dari orang lain yang

berhubungan dengan stigma, dan mengalami penurunan kualitas hidup yang dapat

mengarah ke defisit perawatan diri (Stuart 2013).

Menurut data WHO (World Health Organization) pada tahun 2016 sekitar

35 juta orang mengalami stres, 60 juta orang terkena bipolar, 21 juta orang

terkena skizofrenia, serta 47,5 juta orang terkena dimensia. Data Riskesdas (2018)

Page 16: KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN JIWA …

2

menunjukkan prevalensi ganggunan mental emosional yang ditunjukkan dengan

gejala-gejala depresi dan kecemasan untuk usia 15 tahun ke atas mencapai sekitar

18,55 juta orang atau 7% dari jumlah penduduk Indonesia yang berjumlah 265

juta jiwa. Sedangkan prevalensi gangguan jiwa berat, seperti skizofrenia mencapai

1,7% per 1.000 penduduk. Sedangkan dijawa timur didapatkan data angka

gangguan jiwa 6% dari jumlah nasional atau sebesar 1.113.000 jiwa, di Surabaya

sebesar 5% dari jumlah di Jawa timur atau sebesar 55.650 jiwa. Berdasarkan data

keperawatan di ruang Puri Anggrek dalam 3 bulan terakhir terdapat 219 pasien

jiwa. Dari jumlah tersebut 209 di diagnosa F20: Skizofrenia dan 10 lainnya

dengan diagnosa kejiwaan lainnya. Dari 209 pasien dengan diagnosa F20 :

Skizofrenia didapatkan data dengan masalah utama Halusinasi sebanyak 40 %,

Isolasi Sosial 20 %, Harga Diri Rendah 10 %, Perilaku Kekerasan 15 %, Waham

5 %, dan lain lain 10 %.

Faktor predisposisi yang dapat menyebabkan seseorang mengalami isolasi

sosial: menarik diri antara lain adanya tahap pertumbuhan dan perkembangan

yang belum dapat dilalui dengan baik, adanya gangguan komunikasi di dalam

keluarga, selain itu juga adanya norma-norma yang salah yang dianut dalam

keluarga serta faktor biologis berupa gen yang diturunkan dari keluarga yang

menyebabkan klien menderita gangguan jiwa. Yang kedua adalah faktor

presipitasi yaitu adanya stressor sosial budaya serta stressor psikologis yang dapat

menyebabkan klien mengalami kecemasan (Muhith, 2015). Proses terjadinya

Isolasi sosial pada seseorang dapat terjadi karena adanya pola asuh keluarga tidak

efektif, ketidakefektifan koping individual, gangguan tugas perkembangan, dan

pengaruh stress internal dan eksternal. Dampak yang akan muncul dari akibat

Page 17: KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN JIWA …

3

isolasi sosial yang pertama adalah kebutuhan fisiologis, pasien dengan interaksi

sosial menarik diri kurang memperhatikan diri dan lingkungannya sehingga

motivasi untuk makan sendiri tidak ada. Yang kedua adalah kebutuhan rasa aman,

pasien dengan gangguan interaksi menarik diri cenderung merasa cemas, gelisah,

takut dan bingung sehingga akan menimbulkan rasa tidak aman bagi pasien. Yang

ketiga kebutuhan mencintai dan dicintai, pasien dengan gangguan interaksi sosial

menarik diri cenderung memisahkan diri dari orang lain. Yang ke empat

kebutuhan harga diri pasien dengan gangguan interaksi sosial menarik diri akan

mengalami perasaan yang tidak berarti dan tidak berguna. Yang kelima kebutuhan

aktualisasi diri, pasien dengan gangguan interaksi sosial menarik diri akan merasa

tidak percaya diri, merasa dirinya tidak pantas menerima pengakuan dan

penghargaan dari orang lain dan pasien akan merasa rendah diri untuk meminta

pengakuan dari orang lain (Rusdi dan Dermawan, 2014). Namun apabila isolasi

sosial tidak ditangani, maka akibat yang ditimbulkan dapat berupa risiko

perubahan sensori persepsi: halusinasi, resiko mencederai diri dan orang lain, dan

defisit perawatan diri sebagai bentuk gejala negatif yang tidak tertangani dan

dapat memicu terjadinya gejala positif (Stuart, 2013).

Dalam mengatasi risiko tersebut, diperlukan asuhan keperawatan yang

bermutu berdasarkan hasil kajian ilmiah dengan menggunakan metode

komunikasi terapeutik. Adapun yang harus dilakukan perawat jiwa untuk

meminimalisi isolasi sosial pada penderita skizofrenia dengan cara memberikan

pasien gangguan jiwa mengeluarkan isi hati, sehingga pasien merasa lega,

memberikan saran yang masuk akal tentang timbulnya gejala-gejala serta baik

buruknya atau memberikan pengobatan yang mendorong pasien melakukan

Page 18: KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN JIWA …

4

kegiatan yang lebih bermanfaat lagi, mengajak pasien untuk komunikasi dua arah

dengan cara mengenal diri pasien lebih baik agar pasien mampu mengatasi

masalahnya. Perawat juga memberikan pengertian kepada masyarakat sekitar

rumah pasien agar menerima kondisi pasien dan mampu membantu proses

penyembuhan pasien.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarakan latar belakang masalah, maka penulis merumuskan

permasalahan sebagai berikut “Bagaimana asuhan keperawatan jiwa masalah

utama isolasi sosial: menarik diri pada An. H dengan diagnosa medis F23.2:

Gangguan Psikotik Lir-Skizofrenia (schizophrenia-like) Akut di Ruang Puri

Anggrek Rumah Sakit Jiwa Menur Surabaya?”.

1.3 Tujuan Penulisan

1.3.1 Tujuan Umum

Penulis dapat melaporkan asuhan keperawatan jiwa masalah utama isolasi

sosial: menarik diri pada An. H dengan diagnosa medis F23.2: Gangguan Psikotik

Lir-Skizofrenia (schizophrenia-like) Akut di Ruang Puri Anggrek Rumah Sakit

Jiwa Menur Surabaya.

1.3.2 Tujuan Khusus

Adapun tujuan khusus dari penulisan karya ilmiah akhir ini adalah sebagai

berikut:

1. Penulis mampu melakukan pengkajian asuhan keperawatan jiwa masalah

utama isolasi sosial: menarik diri pada An. H dengan diagnosa medis

F23.2: Gangguan Psikotik Lir-Skizofrenia (schizophrenia-like) Akut di

Ruang Anggrek Rumah Sakit Jiwa Menur Surabaya.

Page 19: KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN JIWA …

5

2. Penulis mampu merumuskan diagnosa asuhan keperawatan jiwa masalah

utama isolasi sosial: menarik diri pada An. H dengan diagnosa medis

F23.2: Gangguan Psikotik Lir-Skizofrenia (schizophrenia-like)di Ruang

Puri Anggrek Rumah Sakit Jiwa Menur Surabaya.

3. Penulis mampu menyusun perencanaan keperawatan pada asuhan

keperawatan jiwa masalah utama isolasi sosial: menarik diri pada An. H

dengan diagnosa medis F23.2: Gangguan Psikotik Lir-Skizofrenia

(schizophrenia-like)di Ruang Puri Anggrek Rumah Sakit Jiwa Menur

Surabaya.

4. Penulis mampu melakukan tindakan keperawatan asuhan keperawatan

jiwa masalah utama isolasi social: menarik diri pada An. H dengan

diagnosa medis F23.2: Gangguan Psikotik Lir-Skizofrenia (schizophrenia-

like)di Ruang Puri Anggrek Rumah Sakit Jiwa Menur Surabaya.

5. Penulis mampu melakukan evaluasi asuhan keperawatan jiwa masalah

utama isolasi sosial: menarik diri pada An. H dengan diagnosa medis

F23.2: Gangguan Psikotik Lir-Skizofrenia (schizophrenia-like)di Ruang

Puri Anggrek Rumah Sakit Jiwa Menur Surabaya.

6. Penulis mampu mendokumentasikan asuhan keperawatan jiwa masalah

utama isolasi sosial: menarik diri pada An. H dengan diagnosa medis

F23.2: Gangguan Psikotik Lir-Skizofrenia (schizophrenia-like)di Ruang

Puri Anggrek Rumah Sakit Jiwa Menur Surabaya.

Page 20: KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN JIWA …

6

1.4 Manfaat

Berdasarkan tujuan umum maupun tujuan khusus maka kaya tulis ilmiah

ini diharapkan bisa memberikan manfaat bak bagi kepentingan pengembangan

program maupun bagi kepentingan ilmu pengetahuan, adapun manfaat-manfaat

dari karya tulis ilmiah secara teoritis maupun praktis seperti dibawah ini:

1. Secara teoritis.

Dengan pemberian asuhan keperawatan secara cepat, tepat dan efisien

akan menghasilkan keluaran klinis yang baik, menurunkan angka kejadian

gangguan isolasi sosial.

2. Secara Praktis

a. Bagi Institusi Rumah Sakit :

Dapat sebagai masukan untuk menyusun kebijakan atau pedoman

pelaksanaan pasien dengan gangguan isolasi sosial sehingga

penatalaksanaan dini bisa dilakukan dan dapat menghasilkan keluaran

klinis yang baik bagi pasien yang mendapatkan asuhan keperawatan di

institusi rumah sakit yang bersangkutan.

b. Bagi Institusi Pendidikan

Dapat digunakan dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi

serta meningkatkan kualitas asuhan keperawatan pada pasien dengan

gangguan isolasi sosial serta meningkatkan pengembangan profesi

keperawatan.

3. Bagi Keluarga dan Pasien

Sebagai bahan penyuluhan kepada keluarga tentang deteksi dini penyakit

gangguan isolasi sosial sehingga keluarga mampu menggunakan

Page 21: KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN JIWA …

7

pelayanan kesehatan jiwa setempat. Selain itu agar keluarga mampu

melakukan perawatan pasien dengan gangguan isolasi sosial di rumah.

4. Bagi Penulis Selanjutnya

Bahan penulisan ini bisa dipergunakan sebagai perbandingan atau

gambaran tentang asuhan keperawatan pasien dengan gangguan isolasi

sosial sehingga penulis selanjutnya mampu mengembangkan ilmu

pengetahuan dan teknologi yang terbaru.

1.5 Metode Penulisan

1. Metode

Studi kasus yaitu metode yang memusatkan perhatian pada satu obyek

tertentu yang diangkat sebagai sebuah kasusu untuk dikaji secara

mendalam sehingga mampu membongkar relitas dibalik fenomena.

2. Teknik Pengumpulan Data

a. Wawancara

Data diambil atau diperoleh melalui percakapan baik dengan pasien,

maupun tim kesehatan lain.

b. Observasi

Data yang diambil melalui pengamatan secara langsung terhadap keadaan,

reaksi, sikap, dan perilaku pasien yang dapat diamati.

c. Pemeriksaan

Meliputi pemeriksaan fisik yang dapat menunjang menegakkan diagnosa

dan penanganan selanjutnya.

Page 22: KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN JIWA …

8

3. Sumber Data

a. Data Primer

Merupakan data yang diperoleh dari pasien.

b. Data Sekunder

Merupakan data yang diperoleh catatan medis perawat, hasil – hasil

pemeriksaan dan tim kesehatan yang lain.

c. kepustakaan

Yaitu mempelajari buku sumber yang berhubungan dengan judul karya

tulis dan masalah yang dibahas.

1.6 Sistematika Penulisan

Dalam studi kausu secara keseluruhan dibagi dalam 3 bagian, yaitu:

1. Bagian awal, membuat halaman judul, abstrak penulisan, persetujuan

pembimbing, pengesahan, motto dan persembahan, kata pengantar, daftar

isi, daftar tabel, daftar lampiran dan abstraksi.

2. Bagian ini terdiri dari lima bab, yang masing – masing bab terdiri sub bab

berikut ini :

Bab 1: Pendahuluan, berisi tentang latar belakang masalah, perumusan

masalah, tujuan manfaat penulisan, dan sistematika penulisan studi

kasus.

Bab 2: Landasan teori, berisi tentang konsep penyakit dari sudut medis

dan asuhan keperawatan klien dengan diagnosa isolasi sosial.

Bab 3: Hasil berisi tentang data hasil pengkajian, diagnosa keperawatan,

perencanaan keperawatan, pelaksanaan keperawatan, dan evaluasi

dari pelaksanaan.

Page 23: KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN JIWA …

9

Bab 4: Pembahasan kasus yang ditemukan yang berisi data, teori, dan

opini serta analisis.

Bab 5: Simpulan dan saran.

3. Bagian akhir terdiri dari daftar pustaka dan lampiran.

Page 24: KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN JIWA …

10

10

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

Pada bab ini akan diuraikan secara teoritis mengenai konsep penyakit,

konsep tumbuh kembang anak, konsep diagnosa medis, diagnosa medis yang

terkait dengan gangguan psikotik, dan asuhan keperawatan jiwa dengan masalah

utama isolasi sosial : menarik diri pada An. H dengan diagnosa medis F23.2:

Gangguan Psikotik Lir-Skizofrenia (schizophrenia-like) Akut di Ruang Puri

Anggrek Rumah Sakit Jiwa Menur Surabaya. Asuhan keperawatan akan

menguraikan masalah-masalah yang muncul dengan melakukan asuhan

keperawatan yang terdiri dari pengkajian, diagnosa, perencanaan dan evaluasi.

2.1 Konsep Isolasi Sosial

2.1.1 Definisi Isolasi Sosial

Isolasi sosial adalah suatu gangguan hubungan interpersonal yang terjadi

akibat adanya kepribadian yang tidak fleksibel yang menimbulkan perilaku

maladaptif dan menggangu fungsi seseorang dalam hubungan sosial (Depkes,

2000 dalam Dermawan dan Rusdi, 2014).

Isolasi sosial adalah kesendirian yang dialami oleh individu dan dianggap

timbul karena orang lain dan sebagai suatu keadaan negatif atau mengancam

(NANDA, 2018).

Menarik diri merupakan suatu keadaan dimana seseorang menemukan

kesulitan dalam membina hubungan secara terbuka dengan orang lain. Penarikan

diri atau withdrawl merupakan suatu tindakan melepaskan diri baik perhatian

Page 25: KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN JIWA …

11

maupun minatnya terhadap lingkungan sosial secara langsung yang dapat bersifat

sementara atau menetap (muhith, 2015).

2.1.2 Etiologi Isolasi Sosial

Menurut Dermawan dan Rusdi (2014) factor-faktor pasien dengan

gangguan isolasi sosial sebagai berikut:

1. Faktor Predisposisi

Faktor predisposisi yang menjadi pendukung terjadinya perilaku isolasi

sosial:

a. Faktor perkembangan

Tiap gangguan dalam pencapaian tugas perkembangan dari masa bayi

sampai dewasa tua akan menjadi pencetus seseorang sehingga mempunyai

masalah respon sosial menarik diri. Sistem keluarga yang terganggu juga

dapat mempengaruhi terjadinya menarik diri. Organisasi anggota keluarga

bekerja sama dengan tenaga profesional untuk mengembangkan gambaran

yang lebih tepat tentang hungan antara kelainan jiwa dan stress keluarga,

pendekatan kolaboratif dapat mengurangi masalah respon sosial menarik

diri.

b. Faktor biologic

Faktor genetik dapat menunjang terhadap respon sosial maladaprif.

Genetik merupakan salah satu faktor pendukung gangguan jiwa. Kelainan

struktur otak, seperti atropi, pembesaran ventrikel, penurunan berat dan

volume otak serta perubahan limbic diduga dapat menyebabkan

skizofrenia.

Page 26: KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN JIWA …

12

c. Faktor sosiokultural

Isolasi sosial merupakan faktor dalam gangguan berhubungan. Ini

merupakan akibat dari norma yang tidak mendukung pendekatan terhadap

orang lain, atau tidak menghargai anggota masyarakat yang tidak

produktif, seperti lansia, orang cacat dan penyakit kronik. Isolasi dapat

terjadi karena mengadopsi norma, prilaku dan sistem nilai yang berbeda

dari yang dimiliki budaya mayoritas. Harapan yang tidak realistis terhadap

hubungan merupakan faktor lain yang berkaitan dengan gangguan ini.

2. Faktor Presipitasi

Faktor pencetus terdiri dari 4 sumber utama yang dapat menentukan alasan

perasaan adalah:

a. Kehilangan ketertarikan yang nyata atau yang dibayangkan, termasuk

kehilangan cinta seseorang. Fungsi fisik kedudukan atau harga diri, karena

elemen actual dan simbolik melibatkan konsep kehilangan, maka konsep

persepsi lain merupakan hal yang sangat penting.

b. Peristiwa besar dalam kehidupan, sering dilaporkan sebagai pendahulu

episode depresi dan mempunyai dampak terhadap masalah – msalah yang

dihadapi sekarang dan kemapuan menyelesaikan masalah,

c. Peran dan ketegangan peran telah dilaporkan mempengaruhi depresi

terutama pada wanita.

d. Perubahan fisiologis di akibatkan oleh obat – obatan berbagai penyakit

fisik seperti infeksi, meoplasma dan gangguan keseimbangan metabolic

dapat mencetus gangguan alam perasaan.

Page 27: KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN JIWA …

13

Respon Adaptif Respon Maladaptif

2.1.3 Proses Terjadinya Isolasi Sosial

Pattern of Parenting

(Pola Asuh

Keluarga)

Ineffective Coping

(Koping Individu

Tidak Efektif)

Lack of Development

Task (Gangguan

Tugas

Perkembangan)

Stressor Internal

and External

(Stress Internal

dan Eksternal)

Misal: pada anak yang

kelahirannya tidak

dikehendaki

(unwanted child)

akibat kegagalan KB,

hamil di luar nikah,

jenis kelamin yang

tidak diinginkan,

bentuk fisik kurang

menawan

menyebabkan keluarga

mengeluarkan

komentar-komentar

negative,

merendahkan,

menyalahkan anak

Misal: saat individu

menghadapi kegagalan

menyalahkan orang lain,

ketidakberdayaan,

menyangkal tidak

mampu menghadapi

kenyataan dan menarik

diri dari lingkungan,

terlalu tingginya self

ideal dan tidak mampu

menerima realitas

dengan rasa syukur.

Misal: kegagalan

menjalin hubungan

intim dengan sesame

jenis atau lawan jenis,

tidak mampu mandiri

dan menyelesaikan

tugas, bekerja, bergaul,

sekolah menyebabkan

ketergantungan pada

orang tua, rendahnya

ketahanan terhadap

berbagai kegagalan.

Misal: stress terjadi

akibat ansietas yang

berkepanjangan dan

terjadi bersamaan

dengan keterbatasan

kemampuan

individu untuk

mengatasinya.

Ansietas terjadi

akibat berpisah

dengan orang

terdekat, hilangnya

pekerjaan atau orang

yang dicintai.

Gambar 2.1. Proses Terjadinya Masalah Isolasi Sosial

Sumber : Rusdi & Dermawan 2014

2.1.4 Rentang Respon Sosial

Gambar 2.2 Rentang Respon Sosial (Dermawan dan Rusdi, 2014)

Harga Diri Rendah Kronis

Isolasi Sosial

Menyendiri / solitude

Otonomi

Bekerjasama

Saling tergantung

Merasa sendiri

Menarik diri

Tergantung

Manipulative

Impulsive

Narcissism

Page 28: KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN JIWA …

14

Respon adaptif adalah respon individu dalam menyelesaikan maslah yang

masih dapat diterima oleh norma sosial dan budaya yang umum berlaku. Respon

ini meliputi:

1. Menyendiri/solitude: respon seseorang untuk mernungkan apa yang telah

dilakukan di lingkungan sosialnya dan cara mengevaluasi diri untuk

menentukan langkah – langkah selanjutnya.

2. Otonomi: kemampuan individu dalam menentukan dan menyampaikan

ide, pikiran, perasaan dalam hubungan sosial.

3. Kebersamaan: kondisu hubungan interpersonal dimana individu mampu

untuk saling memberi dan menerima.

4. Saling tergantung (interdependen): suatu hubungan saling tergantun antar

individu dengan orang lain dalam membina hubungan interpersonal.

Respon maladaptive adalah respon individu dalam menyelesaikan masalah

yang menyimpang dari norma sosial dan budaya lingkungannya, respon yang

sering ditemukan :

1. Manipulasi: orang lain diberlakukan sebagai obyek, hubungan terpusat

pada masalah pengendalian orang lain, orientasi diri sendiri atau tujuan

bukan pada orang lain.

2. Impulsive: tidak mampu merencanakan sesuatu, tidak mampu belajar dari

pengalaman, tidak dapat diandalkan.

3. Narkisme: harga diri rapuh, berusaha mendapatkan penghargaan dan

pujian, sikap egosentris, pencemburu, marah bila orang lain tidak

mendukung.

Page 29: KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN JIWA …

15

2.1.5 Tanda dan Gejala

Menurut Dermawan dan Rusdi (2014) tanda gejala isolasi sosial dibagi

menjadi 2 Subjektif dan Objektif:

Tanda dan gejala Subjektif :

1. Klien menceritakan perasaan kesepian atau ditolak orang lain

2. Klien merasa tidak aman berada dengan orang lain

3. Respon verbal kurang dan sangat singkat

4. Pasien mengatakan hubungan yang tidak berarti dengan orang lain

5. Pasien merasa bosan dan lambat menghabiskan waktu

6. Pasien tidak mampu berkonsentrasi dan membuat keputusan

7. Pasien merasa tidak berguna

8. Pasien tidak yakin dapat melangsungkan hidup

9. Pasien merasa ditolak.

Tanda dan gejala Objektif :

1. Pasien banyak diam dan tidak mau bicara

2. Tidak mengikuti kegiatan

3. Banyak diam diri dikamar

4. Pasien menyendiri dan tidak mau berinteraksi dengan orang yang terdekat

5. Pasien tampak sedih, ekspresi datar dan dangkal

6. Kontak mata kurang

7. Kurang spontan

8. Apatis (acuh terhadap lingkungan)

9. Ekspresi wajah kurang berseri

10. Tidak merawat diri dan tidak memperhatikan kebersihan diri

Page 30: KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN JIWA …

16

11. Mengisolasi diri

12. Tidak atau kurang sadar terhadap lingkungan sekitar

13. Masukan makanan dan minuman terganggu

14. Retensi urin dan feses

15. Aktivitas menurun

16. Kurang energy

17. Rendah diri

18. Postur tubuh brubah

2.1.6 Komplikasi Isolasi Sosial

Pasien dengan isolasi sosial semakin tenggelam dalam perjalanan dan

tingkah laku masa lalu primitive antara lain pembicaraan yang autistic dan tingkah

laku yan tidak sesuai dengan kenyataan, sehingga berakibat lanjut menjadi resiko

gangguan sensori persepsi: halusinasi, mencederai diri sendiri, orang lain serta

lingkungan dan penurunan aktivitas sehingga dapat menyebabkan deficit

perawatan diri (Dalami, 2009 dalam Dermawan dan Rusdi, 2014).

2.1.7 Penatalaksanaan

Penatalaksanaan pasien dengan isolasi sosial menurut Dermawan dan

Rusdi (2013) adalah:

1. Terapi farmakologi

2. Electri Convulsive Therapi

Electri Convulsive Therapi (ECT) atau yang dikenal dengan electroshock

adalah suatu terapi psikiatri yang menggunakan energy shock listrik dalam usaha

pengobatannya. Biasanya ECT ditujukan untuk terapi pasien gangguan jiwa yang

tidak berespon kepada obat psikiatri pada dosis terapinya.

Page 31: KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN JIWA …

17

3. Terapi Kelompok

Terapi kelompok merupakan suatu psikoterapi yang dilakukan

sekelompok pasien bersama – sama dengan jalan berdiskusi satu sama lain yang

dipimpin atau diarahkan oleh seorang terapis atau petugas kesehatan jiwa. Terapi

ini bertujuan memberi stimulus bagi klien dengan gangguan interpersonal.

4. Terapi lingkungan

Manusia tidak dapat dipisahkan dari lingkungan sehingga aspek

lingkungan harus mendapatkan perhatian khusus dalam kaitanya untuk menjaga

dan memelihara kesehatan manusia. Lingkungan berkaitan erat dengan stimulus

psikologi seseorang yang akan berdampak pada kesembuhan, karena lingkungan

tersebut akan memberikan dampak baik pada kondisi fisik maupun kondisi

psikologi seseorang.

2.2 Konsep Tumbuh Kembang Anak

2.2.1 Pegertian

Pertumbuhan (Growth) dan perkembangan (Development) memiliki

definisi yang sama yaitu sama-sama mengalami perubahan, namun secara khusus

keduanya berbeda. Pertumbuhan menunjukan perubahan yang bersifat kuantitas

sebagai akibat pematangan fisik yan ditandai dengan semakin kompleknya sistem

jaringan otot, sistem syaraf serta fungsi sistem organ tubuh lainnya dan dapat

diukur. Perkembangan berarti perubahan secara kualitatif. Perkembangan adalah

bertambahnya struktur dan fungsi tubuh yang lebih komplek dalam kemampuan

gerak kasar, gerak halus, bicara dan bahasa serta sosialisasi dan kemandirian

(Wahab, Amik, Ilmu Kesehatan Anak, 2012).

Page 32: KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN JIWA …

18

2.2.2 Tahap Tumbuh Kembang

Tahapan tumbuh kembang secara garis besar menurut Wahab, Amik,

dalam Ilmu Kesehatan Anak, (2012) dibagi menjadi dua, yaitu:

1. Tahap tumbuh kembang usia 0-6 tahun, terdiri atas masa pranatal mulai

embrio (mulai konsepsi -8 minggu) dan masa fetus (9 minggu sampai

lahir), serta masa pascanatal mulai dari masa neonatus (0-28 hari), masa

bayi (29 hari-1 tahun), masa anak (1-2 tahun), dan masa prasekolah (3-6

tahun).

2. Tahap tumbuh kembang usia 6 tahun ke atas, terdiri atas masa sekolah (6-

12 tahun) dan masa remaja, remaja awal (10-13 tahun), remaja tengah (14-

16 tahun), remaja akhir (17-20 tahun).

2.2.3 Fase Remaja Awal (usia 10-13 tahun)

Fase remaja awal merupakan fase yang lanjutan dari masa sekolah pada

usia 10-13 tahun. Pada fase ini ketertarikan pada lawan jenis mulai nampak.

Sehingga remaja mencari suatu pola untuk mrmuaskan dorongan genitalnya. Masa

remaja awal merupakan suatu periode ketika konflik dengan orang tua

meingkatkan melampaui tingkat masa anak-anak. Dalam fase ini menrut Wahab,

Amik, dalam Ilmu Kesehatan Anak, (2012) remaja akan mengalami bebrapa

perubahan pada faktor :

1. Perkembangan Biologis

Pada keadaan prapubertas kadar steroid seks dalam sirkulasi tertekan oleh

Umpan balik negatif dari hipotalamus. Pubertas mulai dengan pengurangan

hambatan hipotalamus dalam responnya terhadap faktor- faktor yang belum

sepenuhnya dapat dimengerti. Hipotalamus merangsang pelepasannya selama

Page 33: KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN JIWA …

19

tidak bekerjannya pulsa gonodotropin dan hormon pertumbuhan dari pituatria

anterior. Rangkaian akibat perubahan tersebut mengakibatkan perubahan somatik

dan fisiologis meningkatkan kecepatan maturitas seksual (sexual maturity rating

(SMR)) atau stadium tanner.

2. Seksualitas

Seksualitas tidak hanya meliputi perilaku seksual, tetapi juga keinginan

dan fantasi, orientasi seksual, sikap terhadap seks dan hubungan dengan emosi,

dan kesadaran terhadap aturan dan adat istiadat yang ditentukan dalam kehidupan

sosial.

Ketertarikan pada seks meningkat pada masa pubertas awal. Hubungan

antara perubahan hormonal dan ketertarikan serta aktivitas seksual adalah

kontraversial; tidak ada kaitan yang konsisten antara hormon dan kebangkitan

seksual, usia hubungan seks pertama, atau frekuensi hubungan seks yang telah

dtemukan.

3. Perkembangan Kognitif dan Moral

Dalam teori piaget, remaja menandai peralihan dari karakteristik

pemikiran operasional anak usia-sekolah yang nyata ke perubahan logis dan

formal. Perbuatan formal meliputi kemempuan memanpulasi gagasan seperti

tanda-tanda aljabar, memberi alasan dari prinsip-prinsip yang diketahui,

mempertimbangkan berbagai sudut pandang sesuai dengan kriteria, dan

memikirkan mengenai proses pemikirannya itu sendiri. Pemikiran operasional

formal, yang menyatakan kemampuan menangani kemampuan-kemampuan

sebagai sustu kesatuan yang nyata, bisa dihubungkan dengan keputusan mendesak

Page 34: KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN JIWA …

20

seperti apakah melakukan atau tidak hubungan kelamin tidak terproteksi atau

terjerumus kedalam perilaku beresiko yang lain.

Beberapa remaja muda memperagakkan pemikiran formal, yang lain

memperoleh kecakapan setelahnya, dan yang lain lagi sama sekali tidak

memilikinya. Para remaja muda mungkin mampu untuk mengaplikasikan

pelaksanaan formal tugas sekolah tetapi tidak mampu untuk dilema-dilema

pribadi. Bila tiang emosionslnya tinggi, pemikiran magis, seperti pembuktian

kekebalan, bisa mengganggu urutan kognisi yang lebih tinggi.

4. Konsep Diri

Kesadaran diri meningkat secara eksponen dalam tanggapannya terhadap

transformasi somatis pubertas. Kesadaran diri pada usia ini cenderung untuk

memusatkan pada karakteristik luar yang berbeda dengan instropeksi pada remaja

akhir. Adalah normal pada masa remaja awal, memperhatikan dengan teliti

penampilanya dan merasakan bahwa orang lain sedang memandangi mereka.

Gangguan citra tubuh yang serius, seperti aneroksia nervosa, juga cenderung

muncul, pad usia ini. Masa pubertas dapat meningkatkan harga diri pada anak

laki-laki, tetapi memperlemahnya pada anak perempuan karena kedua jenis

kelamin tersebut menerima aturan-aturan gender yang menggabungkan

ketidaksejajaran yang kasar dalam kekuasaan dan kehormatan.

5. Hubungan dengan Teman Keluarga, Teman Sebaya dan Masyarakat

Pada awal remaja, kecenderungan kearah pemisahan dari keluarga dan

peningkatan keterlibatan kedalam percepatan aktivitas kelompok sebaya.

Ungkapan simbolis dari pergeseran ini adalah penyangkalan kode berpakaian dan

perawatan keluarga dengan mendukung “seragam” kelompok sebayanya.

Page 35: KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN JIWA …

21

Perubahan gaya demikian sering mencetuskan konflik yang sebenarnya mengenai

kekuatan atau kesulitan menerima perpisahan. Tidak semua remaja memberontak

dan tidak semua orang tua menolak pernyataan tentang perpisahan demikian

sebagai tanda-tanda pemberontakan. Kebanyakan remaja melanjutkan usahanya

untuk membahagiakan orang tuanya meskipun mereka tidak setuju pada hal

tersebut.

Remaja muda sering bersosialisasi dengan kelompok jenis kelamin yang

sebaya. Dalam persahabatan satu lawan satu, anak laki-laki dan anak perempuan

dapat berbeda dalam beberapa cara yang penting. Persahabatan anatara wanita

dapat berpusat pada saling mempercayai, di lain pihak hubungan antara laki-laki

dapat lebih beepusat pada kegiatan-kegiatan dan kompetisi bersama.

Hubungan remaja muda terhadap masyarakat berpusat pada sekolah.

Pergeseran dari sekolah dasar ke sekolah menengah memerlukan perhatian

perlindungan dirumah yang bertukar dengan rangsangan tambahan dan dilibatkan

dalam tanggung jawab kesinukan kelas. Perubahan dalam struktur sekolah ini

merefleksikan dan memperkuat perubahan- perubahan yang terkandung dalam

perpisahan dengan keluarga.

2.3 Gangguan Psikotik Akut

Gangguan psikotik akut (brief psychotic disorder) merupakan suatu

sindrom psikotikakut dan transien. Berdasarkan revisi teks edisi keempat

Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders (DSM-IV-TR), gangguan

berlangsung dari satu hari sampai dengan satu bulan dan gejala dapat menyerupai

skizofrenia. Selain itu gangguan dapat berkembang sebagai respons terhadap

stresor psikososial berat atau sekelompok stresor. Karena sifat gangguan yang

Page 36: KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN JIWA …

22

berbeda-beda dan tidak stabil, kadang-kadang sulit menegakkan diagnosis dalam

praktik klinis (Sadock & Benjamin, Buku Ajar Psikiatri Klinis, 2012).

2.3.1 Epidemiologi

Gangguan ini lebih sering terjadi pada usia muda ( kurang dari 30 tahun)

dari pada pasien tua. Data yang dapat diandalkan berdasarkan determinan jenis

kelamin dan sosiokulturalterbatas, meskipun beberapa gejala menunjukkan bahwa

insiden lebih tinggi pada perempuan dan negara berkembang. Pada epidemiologi

tersebut sangat berbeda pola pada skizofrenia (Sadock & Benjamin, Buku Ajar

Psikiatri Klinis, 2012).

2.3.2 Etiologi

Penyebab gangguan psikotik akut belum diketahui secara pasti. Pasien

yang menderita gangguan kepribadian mungkin mempunyai kerentanan biologis

atau psikologis mengalami gejala psikotik, terutama mereka dengan kualitas

borderline, skizod, skizotipal, atau paranoid. Beberapa pasien gangguan psikotik

akut mempunyai riwayat keluarga skizofrenia atau gangguan mood tetapi tidak

bersifat konklusif. Formulasi psikodinamik menekankan adanya mekanisme

koping yang tidak adekuat dan mungkin adanya tujuan skunder pada pasien

dengan gejala psikotik. Teori psikodinamik tambahan menunjukan bahwa gejala

psikotik merupakan suatu pertahanan melawan fantasi yang dilarang, pemenuhan

harapan yang tidak diperoleh, atau pelarian dari situasi psikososial yang menekan

(Sadock & Benjamin, Buku Ajar Psikiatri Klinis, 2012).

Page 37: KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN JIWA …

23

2.3.3 Gambaran Klinis

Gejala gangguan psikotik akut selelu mencakup sekurang-kurangnya satu

gejala psikosis, biasanya dengan awitan mendadak, tetapi tidak terlalu mencakup

seluruh pola gejala yang terjadi pada skizofrenia. Beberapa gejala psikotik akut

(Sadock & Benjamin, Buku Ajar Psikiatri Klinis, 2012) anatar lain:

1. Adanya satu atau lebih gejala berikut:

a. Waham

b. Halusinasi

c. Bicara kacau

d. Perilaku katatonik atau kacau keseluruhan

2. Durasi episode gangguan sekurang-sekurangnya satu hari dan tidak lebih

dari satu bulan, dan akhirnya kembali ketingkat fungsi sebelum sakit.

3. Gangguan tidak disebebkan oleh mood dengan gambaran psikotik,

gangguan skizoafektif, atau skizofrenia dan tidak disebabkan efek

fisiologis langsung suatu zat atau kondisi medis umum.

2.3.4 Perjalanan dan Prognosis

Berdasarkan definisi, gangguan psikotik akut berlangsung kurang dari satu

bulan, meskipun demikian, perkembangan gangguan psikiatri yang signifikan

tersebut dapat menandakan kerentanan mental pasien. Sekitar separuh pasien yang

pertama kali digolongkan sebagai penderita gangguan psikotik akut kemudian

menunjukan sindrom psikiatri kronik seperti skizofrenia dan gangguan mood.

Lamanya gejala akut dan residual sering hanya beberapa hari. Kadang-kadang,

gejala depresif terjadi setelah resolusi gejala psikoti. dan bunuh diri menjadi

Page 38: KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN JIWA …

24

masalah yang harus diperhatikan selama fase psikotik dan fase depresif

pascapsikotik.

2.3.5 Pengobatan

Pengobatan gangguan psikotik akut menurut (Sadock & Benjamin, Buku

Ajar Psikiatri Klinis, 2012) adalah:

1. Rawat Inap

Seorang pasien psikotik akut mungkin memerlukan rawat inap yang

singkat baik untuk evaluasi maupun proteksi. Evaluasi memerlukan pemantauan

gejala yang ketat dan penilaian tingkat bahaya pasie terhadap diri sendiri dan

orang lain. Selain itu, rawat inap yang tenang dan terstruktur dapat membantu

pasien mendapatkan kembali kesadarannya terhadap realita. Sementara klinising

menunggu efek perawatan atau obata- obatan, mungkin diperlukan pengasingan,

pengendalian fisik atau pemantauan satu pasien oleh satu pemeriksa.

2. Farmakoterapi

Dua golongan utama obat yang dipertimbangkan diberikan dalam

pengobatan gangguan psikotik akut adalah obat-obat anti psikotik dan ansiolitik.

Bila obat antipsikotik yang dipilih, obat antipsikotik potensi tinggi atau atipikal

seperti haloperidol (haldol) atau risperidon (risperdal) dapat digunakan. Sebagai

alternatif, ansiolitik seperti benzodiazepin dapat digunakan pada pengobatan

psikosis jangka pendek. Obat-obat tersebut dapat efektif untuk waktu singkat dan

disertai efek simpang yang lebih sedikit daripada obat antipsikotik. Pada kasus

jarang, benzodiazepin menyebabkan peningkatan agitasi dan, yang lebih jarang,

bangkitan kejang akibat keadaan putus zat. Klinisi harus menghindari penggunaan

Page 39: KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN JIWA …

25

jangka panjang setiap obat pada pengobatan ganggaun tersebut. Jika diperlukan

obat rumatan, seorang klinisi dapat memikirkan ulang diagnosis.

3. Psikoterapi

Psikoterapi digunakan untuk memberikan kesempatan membahas stresor

dan episode psikotik. Meskipun rawat inap dan farmakoterapi cenderung

mengendalikan situasi jangka pendek, bagian pengobatan yang sulit adalah

integrasi psikologis pengalaman (dan kemungkinan trauma pemicu, jika ada)

kedalam kehidupan pasien dan keluarganya. Eksplorasi dan perkembangan

strategi koping adalah topik utama psiko terapi. Masalah terkait meliputi membatu

pasien menangani rasa harga dirinya yang hilang dan mendapatkan kembali rasa

percaya diri. Setiap strategi pengobatan didasarkan pada peningkatan

keterampilan menyelesaikan masalah, sementara memperkuat struktur ego melalu

psiko terapi tampaknya merupakan cara yang paling efektif. Keterlibatan

kelauarga dalam proses pengobatan diperlukan untuk mendapatkan keberhasilan.

2.4 Diagnosa Medis

Ada enam diagnosis medis yang muncul menurut Maslim, Rusdi, 2013

dalam Diagnosis Gangguan Jiwa Rujukan singkat dari PPDGJ-II DSM-5.

2.4.1 F23: Gangguan Psikotik Akut dan Sementara

1. Menggunakan urutan diagnosis yang mencerminkan urutan prioritas yang

diberikan untuk ciri-ciri utama tepilihdari gangguan ini. Urutan prioritas

yang dipakai adalah:

a. Onset yang akut (dalam masa 2 minggu atau kurang yang menujukan

gejala psikotik yang nyata yang mengganggu proses kehidupan)

Page 40: KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN JIWA …

26

b. Adanya sindrom yang khas (berupa “polimorfik” = beranekaragam dan

berubah cepat, atau scizoprenia-like = gejala skizofrenik yang khas)

c. Adanya stress akut yang berkaitan

d. Tanpa diketahui berapa lama gangguan ini akan berlangsung

2. Tidak ada gangguan dalam kelompok ini yang menemui kriteria episode

manik (F30) atau episode depresif (F32) walaupun perubahan emosional

dan gejala afektif individual dapat menonjol dari waktu ke waktu.

3. Tidak ada penyebab organik, seperti trauma kapitis, derilium, atau

demensia.

2.4.2 F23.0: Gangguan Psikotik Polimorfik Akut tanpa Gejala Skizofrenia

Untuk diagnosis pasti harus memenuhi:

a. Onset harus akut (dari suatu kedaan nonpsikotik sampai keadaan psikotik

yang jelas dalam kurun waktu kurang dari 2 minggu)

b. Harus ada beberapa jenis halusinasi atau waham, yang berubah dalam jenis

dan intensitasnya dari hari ke hari

c. Harus ada keadaan emosionalyang sama beraneka ragamnya

d. Walaupun gejala-gejalanya beraneka ragam tidak satupun dari itu ada

secara cukup konsisten untuk dapat memenuhi skizofrenia (F20).

2.4.3 F23.1: Gangguan Psikotik Polimorfik Akut dengan Gejala Skizofrenia

1. Menmenuhi kriteria a, b, dan c diatas yang khas untuk gangguan psikotik

polimorfik akut (F23)

2. Disertai dengan gejala yang memenuhi kriteria untuk skizofrenia (F20)

yang harus sudah ada untuk sebagian besar waktu sejak munculnya

gambaran klinis psikotik itu secara jelas

Page 41: KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN JIWA …

27

2.4.4 F23.2: Gangguan Psikotik Lir-skizofrenia (schizoprenia-like) Akut

1. Untuk diagnosis pasti harus memenuhi:

a. Onset dari gejala psikotik harus akut (kurang dari 2 minggu)

b. Gejala-gejala yang memenuhi kriteria untuk skizofrenia (F20) harus sudah

ada untuk sebagian besar waktu semenjak berkembangnya gambaran klinis

yang jelas psikotik

c. Kriteria untuk psikotik polimorfik tidak terpenuhi

2. Apabila gejala-gejala skizofrenia menetap untuk kurun waktu lebih dari 1

bulan, maka diagnosis harus dirubah menjadi skizofrenia (F20)

2.4.5 F23.3: Gangguan Psikotik Akut Lainnya dengan Predominan Waham

1. Untuk diagnosis pasti harus memenuhi:

a.. Onset dari gejala psikotik harus akut (kurang dari 2 minggu)

b. Waham dan halusinasi harus sudah ada dalam sebagian besar waktu sejak

berkembangnya keadaan psikotik yang jelas

c. Baik kriteria skizofrenia (F20) maupun gangguan psikotik polimorfik akut

(F23)tidak terpenuhi

2. Kalau waham menetap lebih dari 3 bulan lamanya maka diagnosis harus

dirubah menjadi gangguan waham menetap (F22). Apabila halusinasi yang

menetap lebih dari 3 bulan lamanya maka diagnosa harus dirubah menjadi

gangguan psikotik nonorganik lainnya (F28).

2.4.6 F23.8: Gangguan Psikotik Akut dan Sementara Lainnya

Gangguan psikotik akut lain yang tidak dapat diklasifikasikan kedalam

kategori manapun F23.

Page 42: KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN JIWA …

28

2.5 Konsep Asuhan Keperawatan Pasien Isolasi Sosial

Standar asuhan keperawatan atau standar praktik keperawatan mengacu

pada standar praktik profesional dan standar kinerja profesional. Standar praktik

profesional di Indonesia telah dijabarkan oleh PPNI (2009). Standar praktik

profesional tersebut juga mengacu pada proses keperawatan jiwa yang terdiri dari

lima tahap standar yaitu: 1) pengkajian, 2) diagnosis, 3) perencanaan, 4)

pelaksanaan (implementasi), dan 5) evaluasi (PPNI, 2009, dalam Muhith, 2015).

2.5.1 Pengkajian

Isolasi sosial adalah keadaan dimana seorang individu mengalami

penurunan atau bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang lain

di sekitarnya. Pasien mungkin merasa ditolak, tidak diterima, kesepian, dan tidak

mampu membina hubungan yang berarti dengan orang lain. Untuk mengkaji

pasien isolasi sosial, dapat menggunakan wawancara dan observasi kepada pasien

dan keluarga. Menurut Dermawan dan Rusdi (2014) untuk dapat mengkaji pasien

dengan isolasi sosial, perawat dapat menggunakan teknik wawancara dan

observasi kepada pasien dan keluarga. Tanda dan gejala isolasi sosial yang dapat

ditemukan dengan wawancara adalah:

1. Pasien menceritakan perasaan tentang kesepian atau ditolak oleh orang

lain

2. Pasien merasa tidak aman berada dengan orang lain

3. Pasien merasakan hubungan yang tidak berarti dengan orang lain

4. Pasien merasa bosan dan lambat mengahbiskan waktu

5. Pasien tidak mampu berkonsentrasi dan membuat keputusan

6. Pasien merasa tidak berguna

Page 43: KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN JIWA …

29

7. Pasien tidak yakin dapat melangsungkan hidup

Pertanyaan-pertanyaan berikut ini dapat ditanyakan pada waktu

wawancara untuk mendapatkan data subjektif :

1. Bagaimana pendapat pasien terhadap orang-orang di sekitarnya (keluarga

atau tetangga)?

2. Apakah pasien mempunyai teman dekat? Bila punya siapa teman dekat

itu?

3. Apa yang membuat pasien tidak memiliki orang yang terdekat dengannya?

4. Apa yang pasien inginkan dari orang-orang di sekitarnya?

5. Apakah ada perasaan tidak aman yang dialami oleh pasien?

6. Apa yang menghambat hubungan yang harmonis antara pasien dengan

orang sekitarnya?

7. Apakah pasien merasakan bahwa waktu begitu lama berlalu?

8. Apakah pernah ada perasaan ragu untuk bisa melanjutkan kehidupan?

Tanda dan gejala isolasi sosial yang dapat diobservasi:

1. Tidak memiliki teman dekat

2. Mengisolasi diri dari pergaulan

3. Tidak komunikatif

4. Tindakan berulang yang tidak bermakna

5. Asyik dengan pikirannya sendiri

6. Tidak ada kontak mata

7. Tampak sedih, afek tumpul

8. Posisi tidur seperti hanin (menekur)

Page 44: KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN JIWA …

30

2.5.2 Diagnosa Keperawatan

Berdasarkan data di atas dapat ditegakkan diagnosis keperawatan dengan

rumusan diagnosis tunggal, yaitu:

1. Risiko gangguan pesepsi sensori : Halusinasi

2. Isolasi sosial

3. Harga diri rendah kronik (Damaiyanti, 2014)

2.5.3 Pohon Masalah

Gambar 2.3. Pohon Masalah Isolasi Sosial

Sumber: Damaiyanti, Mukhripah. Asuhan Keperawatan Jiwa. (2014)

Risiko Gangguan Persepsi

Sensori : Halusinasi

(Effect)

Isolasi Sosial : Menarik

Diri

(Core Problem)

Harga Diri Rendah Kronik

(Causa)

Page 45: KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN JIWA …

30

30

2.5.4 Rencana Intervensi Keperawatan

Tabel 2.1 Rencana tindakan keperawatan pasien isolasi sosial ( Damaiyati, Makhripah, 2014 ).

Tanggal Diagnose

Keperawatan

Perencanaan

Tujuan Kriteria Hasil Tindakan Keperawatan Rasional

Gangguan

isolasi sosial:

menarik diri

SP 1 Pasien

1) Membina

hubungan

saling percaya

Setelah dilakukan

tindakan keperawatan

diharapkan:

1) Ekspresi wajah

bersahabat

2) Menunjukan rasa

senang

3) Adanya kontak mata

4) Mau berjabat tangan

5) Mau menyebutkan

nama

6) Mau menjawab salam

7) Mau duduk

berdampingan dengan

perawat

8) Mau mengutarakan

masalah yang dihadapi

1. Bina hubungan saling

percaya dengan

menggunakan prinsip

komunikasi terapeutik

a. Sapa Pasien dengan

nama baik verbal

maupun non verbal

b. Perkenalkan diri

dengan sopan

c. Tanyakan nama

lengkap dan nama

panggilan yang

disukai Pasien

d. Jelaskan tujuan

pertemuan

e. Jujur dan menepati

janji

f. Tunjukan sikap

empati dan

menerima pasien apa

adanya

g. Berikan perhatian

Salam merupakan

penghargaan bagi seseorang

dan perhatian untuk

seseorang

31

Page 46: KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN JIWA …

31

kepada pasien dan

perhatikan

kebutuhan dasar

pasien

2) Membantu

pasien

mengenal

penyebab

menarik diri

Pasien dapat

menyebutkan penyebab

menarik diri yang berasal

dari:

1) Diri sendiri

2) Orang lain

3) lingkungan

1. kaji pengetahuan klien

tentang perilaku

menarik diri dan

tandanya

a. “dirumah ibu, bapak

tinggal dengan

siapa”

b. “siapa yang paling

dekat dengan bapak”

c. Apa yang membuat

bapak dekat

denganya”

d. Dengan siapa bapak

tidak dekat”

e. Apa yang membuat

ibu tidak dekat”

2. Berikan kesempatan

kepada pasien untuk

mengungkapkan

perasaan yang

menyebabkan pasien

tidak mau bergaul

3. Berikan pujian terhadap

Menggali pengetahuan

menarik diri pada klien

Memberikan kesempatan

untuk mengungkapkan

perasaannya dapat membatu

mengurangi stress

Meningkatkan rasa percaya

32

Page 47: KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN JIWA …

32

klien mengungkapkan

perasaannya

diri pasien dengan cara

memberikan pujian

3) Membatu

pasien

mengenal

manfaat

berhubungan

dan kerugian

ridak

berhubungan

dengan orang

lain

Pasien dapat

menyebutkan keuntungan

berinteraksi dengan orang

lain:

1) Banyak teman

2) Tidak sendiri

3) Bisa diskusi, dll

Pasien dapat

menyebutkan kerugian

bila tidak berinteraksi

dengan orang lain:

1) Sendiri

2) Tidak memiliki teman

3) Sepi, dll

1. Kaji pengetahuan pasien

tentang keuntungan

memiliki teman

2. Beri kesempatan kepada

klien untuk berinteraksi

dengan orang lain

3. Diskusikan bersama

klien tentang

keuntungan berinteraksi

dengan orang lain

4. Beri pengutan positif

terhadap kemampuan

mengungkapkan

perasaan tentang

keuntungan berinteraksi

dengan orang lain

1. Kaji pengetahuan pasien

tentang kerugian bila

tidak berinteraksi

dengan orang lain

2. Berikan kesempatan

kepada pasien untuk

mengungkapkan

perasaan tentang

Mengetahui manfaat

berhubungan sosial dan

kerugian menarik diri maka

pasien akan termotivasi

dengan orang lain

Mengetahui kerugian jika

tidak mau berinteraksi

dengan orang lain maka

pasien akan sediri, tidak ada

teman dan sepi

33

Page 48: KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN JIWA …

33

kerugian bila tidak

berinteraksi dengan

orang lain

3. Diskusikan bersama

pasien tentang kerugian

idak berinteraksi dengan

orang lain

4. Beri penguatan posiif

terhadap kemampuan

mengungkapkan

perasaan tentang

kerugian tidak

berintraksi dengan

orang lain

SP 2 dan 3 pasien

1) Klien dapat

melaksanaka

n interaksi

sosial secara

bertahap

Pasien dapat

mendemonstrasikan

interaksi sosial secara

bertahap antara:

1) Pasien – perawat

2) Klien – perawat –

perawat lain

3) Pasien – perawat –

perawat lain – klien

lain

4) Pasien – keluarga/

kelompok/ masyarakat

1. Kaji kemampuan pasien

membina hubungan

dengan orang lain

2. Bermain peran tentang

cara berhubungan/

berinteraksi dengan

orang lain

3. Dorong dan bantu

pasien untuk

berinteraksi dengan

orang lain melaui tahap:

a. Pasien – perawat

b. Pasien – perawat –

perawat lain

Pasien dapat melaksanakan

hubungan sosial hubungan

sosial secara bertahap

34

Page 49: KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN JIWA …

34

c. Pasien – perawat –

perawat lain –

pasien lain

d. Pasien – keluarga/

kelompok/

masyarakat

4. Beri penguatan positif

terhadap keberhasilan

yang telah dicapai

5. Bantu pasien untuk

mengevaluasi

keuntungan menjalin

hubungan social

6. Diskusikan jadwal

harian yang dapat

dilakukan bersama klien

dalam mengatasi waktu,

yaitu berinteraksi

dengan orang lain

7. Motivasi pasien untuk

mengikuti kegiatan

ruangan

8. Beri penguat positif atas

kegiatan klien dalam

kegiatan ruangan

35

Page 50: KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN JIWA …

35

Klien dapat

mengungkapkan

perasaan

Klien dapat

mengungkapkan

perasaannya setelah

berinteraksi dengan orang

lain untuk:

1) Diri sendiri

2) Orang lain

1) Dorong klien untuk

mengungkapkan

perasaannya bila

berinteraksi dengan

orang lain

2) Diskusikan dengan

klien tentang perasaan

keuntungan berinteraksi

dengan orang lain

3) Beri penguatan positif

atas kemampuasn klien

mengungkapkan

perasaan keuntungan

berhubungan dengan

prang lain

Memberi kesempatan klien

untuk mengungkapkan

perassan selama berinteraksi

dengan orang lain

SP keluarga

1) Pasien dapat

memberdaya

kan sistem

pendukung

atau keluarga

Keluarga dapat:

1) Menjelaskan

perasaannya

2) Menjelaskan cara

merawat Pasien

menarik diri

3) Mendemonstrasikan

cara perawatan

pasien menarik diri

4) Berpartisipasi dalam

perawatan pasien

menarik diri

1) Bina hubungan saling

percaya dengan

keluarga:

a. Salam, perkenalkan

diri

b. Jelaskan tujuan

c. Buat kontrak

d. Eksplorasi perasaan

Pasien

2) Diskusikan dengan

anggota keluarga

tentang:

a. Perilaku menarik

Support sistem dari keluarga

untuk merawat klien dengan

gangguan isolasi menarik diri

sangat diperlukan untuk

memantau perkembangan

pasien

36

Page 51: KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN JIWA …

36

diri

b. Penyebab perilaku

menarik diri

c. Akibat yang akan

terjadi jika perilaku

menarik diri tidak

ditanggapi

d. Cara keluarga untuk

menghadapi klien

menarik diri

3) Dorong anggota

keluarga untuk

memberikan dukungan

kepada pasien dalam

berkomunikasi dengan

orang lain

4) Anjurkan anggota

keluarga untuk secara

rutin bergantian

menjenguk pasien

minimal satu kali

seminggu

5) Beri penguatan posditif

atas hal – hal yang telah

dicapai oleh keluarga

6) Menyusun rencana

pasien pulang.

37

Page 52: KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN JIWA …

38

2.5.5 Evaluasi

Semua data keperawatan yang dilakukan oleh perawat didokumentasikan

dalam format implementasi dan evaluasi dengan menggunakan pendekatan SOAP

(subyektif, obyektif, analisis, perencanaan). Disamping itu terkait dengan

pendekatan SOAP setiap selesai berinteraksi dengan pasien, perawat memberikan

penugasan atau kegiatan yang terkait dengan tindakan keperawatan yang telah

dilakukan sebagai bentuk tindak lanjut yang akan dilaksanakan oleh pasien.

Penugasan atau kegiatan ini dimasukkan ke dalam jadwal kegiatan harian pasien

dan diklasifikasikan apakah tugas tersebut dilakukan secara mandiri (M), dengan

sebagian (B), dan dengan bantuan total (T). Kemampuan melakukan tugas

aktivitas ini dievaluasi setiap hari (Keliat, 2010).

Page 53: KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN JIWA …

39

BAB 3

TINJAUAN KASUS

Untuk mendapatkan gambaran nyata tentang pelaksanaan nyata tentang

pelaksanaan asuhan keperawatan jiwa dengan diagnosa keperawatan isolasi sosial,

maka penulis menyajikan suatu kasus yang penulis amati mulai tanggal 27 Juni

2019 sampai dengan 29 Juni 2019 dengan data pengkajian pada tanggal 27 Juni

2019 jam 09.00 WIB. Anamnesa diperoleh dari Pasien dan file No.Register

04.XX.XX sebagai berikut :

3.1 Pengkajian

3.1.1 Identitas

Pasien adalah seorang laki-laki bernama An. H usia 13 tahun, beragama

Islam, bahasa yang sering digunakan adalah bahasa Jawa, Pasien bertempat

tinggal di Benowo, Surabaya.

3.1.2 Alasan masuk

Ayah pasien mengatakan masuk tanggal 27 Juni 2019 pukul 05.34 WIB

diantar keluarga. Ayah pasien mengatakan An. H sering menyendiri dirumah,

tidak mau berbicara dengan siapapun, kadang-kadang tertawa sendiri, dan

membanting barang-barang yang ada dirumah. Saat dikaji pasien banyak diam dan

sedikit bicara.

Page 54: KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN JIWA …

40

3.1.3 Faktor predisposisi

1. Ayah pasien mengatakan An. H pernah mengalami gangguan jiwa sekitar

sebulan yang lalu.

2. Pengobatan sebelumnya tidak berhasil, klien mengatakan pernah dirawat

di RS Jiwa menur selama 2 minggu pada 27 Mei 2019 dan pulang. Karena

merasa sudah sembuh pasien tidak minum obat yang diinstruksikan oleh

dokter. Pasien sering menyendiri, diam, terkadang bicara sendiri, dan

terkadang membanting barang-barang yang ada dirumah.

Masalah keperawatan: Isolasi sosial: menarik diri, resiko perilaku

kekerasan

3. Ayah pasien mengatakan ada keluarga yang mengalami gangguan jiwa,

yaitu paman korban, dan pengobatan kurang berhasil karena tidak patuh

minum obat yang diberikan.

Masalah keperawatan: Koping keluarga tidak efektif

4. Ayah pasien mengatakan besar harapannya agar An. H bisa mengikuti

jejak kakaknya masuk di pondok pesantren favorit, tetapi karena

hafalannya kurang pasien masuk di pondok yang biasa saja, semenjak itu

pasien sering diam dan menyendiri.

Masalah keperawatan: Ketidakefektifan koping individual

3.1.4 Pemeriksaan fisik

1. Tanda vital

Tekanan darah : 120/80 mmhg Pernafasan : 18 x/menit

Nadi : 104 x/menit Suhu : 36,4 C

Page 55: KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN JIWA …

41

2. Ukuran

Berat badan (BB) : 42 kg

Tinggi badan (TB) : 148 cm

3. Keluhan fisik

Saat dilaksanakan pengkajian tidak ditemukan kelainan dalam

pemeriksaan fisik.

Masalah keperawatan: Tidak ditemukan masalah keperawatan.

3.1.5 Psikososial

1. Genogram

Gambar. 3.1 Genogram

13

Page 56: KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN JIWA …

42

Keterangan :

: laki-laki

: perempuan

: meninggal

: orang yang tinggal serumah

: Pasien

: garis keturunan

Masalah keperawatan: tidak ditemukan masalah keperawatan

2. Konsep Diri

a. Gambaran diri

Pasien tidak menjawab pertanyaan yang diberikan.

b. Identitas diri

Pasien tidak menjawab pertanyaan yang diberikan.

c. Peran

Pasien tidak menjawab pertanyaan yang diberikan.

d. Ideal diri

Pasien tidak menjawab pertanyaan yang diberikan.

e. Harga diri

Pasien tidak menjawab pertanyaan yang diberikan.

Masalah keperawatan: Belum bisa dievaluasi

3. Hubungan Sosial

a. Orang yang berarti:

Ayah pasien mengatakan bahwa orang yang berarti adalah adiknya yang

pertama karena selalu bersama saat kegiatan sehari – hari.

Page 57: KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN JIWA …

43

b. Peran serta dalam kegiatan kelompok/masyarakat

Ayah pasien mengatakan aktif mengikuti pengajian di lingkungan

rumahnya sehabis sholat maghrib. Selama di RSJ Menur pasien hanya

diam menyendiri dalam kamar.

c. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain

Ayah pasien mengatakan An. H bersifat pendiam terhadap orang yang

belum dikenal, dan tidak adan bicara kalau tidak ditanya.

Masalah keperawatan: isolasi sosial: menarik diri

4. Spiritual

a. Nilai dan kenyakinan:

Ayah pasien mengatakan An. H beragama islam.

b. Kegiatan ibadah:

Ayah Pasien mengatakan selama masuk RSJ Menur pasien belum bisa

melakukan ibadah sholat dan lainnya, karena pasien tidak menyadarinya.

Masalah Keperawatan: Tidak ditemukan masalah keperawatan

3.1.6 Status Mental

1. Penampilan

Tidak rapi

Klien memakai pakaian pasien RS Jiwa Menur kondisi tidak rapi, rambut

bersih tersisir rapi, dan kuku panjang hitam.

Masalah Keperawatan: Defisit perawatan diri

Page 58: KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN JIWA …

44

2. Pembicaraan

Apatis

Pada saat pengkajian pasien tampak apatis dan menjawab tidak sesuai

dengan pertanyaan yang diajukan.

Masalah Keperawatan: Gangguan komunikasi verbal

3. Aktivitas Motorik

Gelisah

Pada saat penkajian pasien terlihat gelisah, pasien tidak bisa tenang

sehingga pasien diikat.

Masalah Keperawatan: Resiko perilaku kekerasan.

4. Alam perasaan

Pada saat pengkajian pasien hanya diam.

Masalah Keperawatan: Belum bisa dievaluasi

5. Afek

Labil

Pada saat pengkajian ekspresien terlihat labil, ekspresi bercampur antara

khawatir dan bingung.

Masalah Keperawatan: Ansietas

6. Interaksi Selama Wawancara

Pada saat wawancara:

Kontak mata kurang

Pasien tidak kooperatif

Dalam berinteraksi pasien selalu menuduh dan tidak ada kontak mata.

Masalah Keperawatan: Gangguan interaksi sosial

Page 59: KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN JIWA …

45

7. Persepsi halusinasi

Pada saat pengkajian pasien hanya diam, tidak ada tanda – tanda

halusinasi, tetapi saat dirumah Ayah pasien mengatakan terkadang tertawa

dan bicara sendiri, serta belum mampu megungkapkan apa yang menjadi

masalahnya.

Masalah Keperawatan: Resiko gangguan persepsi sensori: Halusinasi

8. Proses pikir

Pada saat pengkajian pasien hanya diam.

Masalah Keperawatan: Belum bisa dievaluasi

9. Isi pikir

Pada saat pengkajian pasien hanya diam.

Masalah Keperawatan: Belum bisa dievaluasi

10. Tingkat Kesadaran

Pada saat pengkajian pasien hanya diam

Masalah Keperawatan: Belum bisa dievaluasi

11. Memori

Pada saat pengkajian pasien hanya diam.

Masalah Keperawatan: Belum bisa dievaluasi

12. Tingkat konsentrasi dan berhitung

Pada saat pengkajian pasien hanya diam

Masalah Keperawatan: Belum bisa dievaluasi

13. Kemampuan penilaian

Pada saat pengkajian pasien hanya diam.

Masalah Keperawatan: Belum bisa dievaluasi

Page 60: KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN JIWA …

46

14. Daya tilik diri

Pada saat pengkajian pasien hanya diam.

Masalah Keperawatan: Belum bisa dievaluasi

3.1.7 Kebutuhan Perencanaan Pulang

1. Kemampuan Pasien memenuhi kebutuhan

Tabel. 3.1 kemampuan memenuhi kebutuhan

Kemampuan memenuhi

kebutuhan Ya Tidak

Makanan √

Keamanan √

Perawatan Kesehatan √

Pakaian √

Transportasi √

Tempat Tinggal √

Keuangan √

Penjelasannya:

a. Makanan

Dari pengamatan dan observasi didapatkan porsi makan dihabiskan ,

berat badan 42 kg , dan nafsu makan baik

b. Keamanan

Pada saat pengkajian pasien terlihat tidak mampu menjaga keamanan

dirinya sendiri.

c. Perawatan Kesehatan

Pada saat pengkajian pasien membutuhkan orang lain untuk

memenuhinya.

d. Pakaian

Pada saat pengkajian pasien didapatkan bahwa pakaian pasien tidak

rapi.

Page 61: KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN JIWA …

47

e. Transportasi

Pasien diantar dan dijemput keluarganya.

f. Tempat tinggal

Ayah pasien mengatakan tinggal bersama suami dan anaknya di Gubeng

g. Keuangan

Biaya pasien ditanggung oleh keluarga.

Masalah keperawatan: Defisit perawatan diri

2. Kegiatan hidup sehari-hari (ADL)

a. Perawatan diri

Tabel. 3.2 Activity Daily Living

Kegiatan Hidup Sehari-hari Bantuan total Tanpa bantuan

Mandi √

Kebersihan √

Makan √

Buang air kecil √

Buang air besar √

Ganti pakaian √

Penjelasanya:

1) Mandi

Pada saat pengkajian pasien dibantu oleh orang lain ketika mandi.

2) Kebersihan

Pada saat pengkajian pasien lingkungan pasien terlihat kotor karena

pasien meludah sembarangan

3) Makan

Pada saat pengkajian pasien belum mampu makan sendiri dan dibantu

oleh ayah pasien.

Page 62: KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN JIWA …

48

4) Buang air kecil

Dari hasil pengamatan/observasi pasien dapat BAK ke kamar

mandi.

5) Buang air besar

Dari pengamatan/observasi didapatkan pasien BAB ke kamar

mandi dengan dibantu oleh orang lain.

6) Ganti pakaian

Dari pengamatan/observasi pasien dibantu oleh orang lain dalam

memakai pakaian.

Masalah Keperawatan: Defisit perawatan diri

a. Nutrisi

1) Dari observasi/pengamatan pasien puas dengan pola makannya, pasien

makan memisahkan diri dari yang lainnya.

2) Frekuensi 3x sehari berat badanya 42 kg .

Dariobservasi/ pengamatan klien waktu makan dan pembagian snack

selalu makan dan di habiskan.

Masalah Keperawatan: Gangguan persepsi diri : menarik diri

b. Tidur

1) Pasien terlihat susah untuk tidur

2) Pasien tidur siang setelah mendapatkan obat

3) Waktu tidur siang pukul 11.00 – 13.00 WIB

4) Pasien tidur malam setelah mendapatkan obat

5) Waktu tidur malam pukul 23.00 – 06.00 WIB

Page 63: KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN JIWA …

49

Dari pengamatan/observasi didapatkan hasil pasien susah tidur jika tidak

diberikan obat.

Masalah Keperawatan: Gangguan pola tidur

3. Kemampuan Pasien

1) Pasien tidak mampu mengantisipasi kebutuhan sendiri.

2) Pasien tidak mampu membuat keputusan berdasarkan keinginan

sendiri.

3) Pasien tidak mampu mengatur penggunaan obat.

4) Pasien tidak mampu melakukan pemeriksaan kesehatan.

Masalah keperawatan: Ketidakefektifan koping individual.

4. Klien memiliki sistem pendukung

Pasien memiliki sistem pendukung keluarga, yaitu ayah pasien yang sering

menemani dan anggota keluarga lain yang mengunjungi.

Masalah keperawatan: tidak ada masalah keperawatan

5. Apakah Pasien menikmati saat bekerja , kegiatan yang menghasilkan

atau hobi ?

Pasien masih sekolah dan belum bekerja.

Masalah keperawatan: tidak ada masalah keperawatan

3.1.8 Mekanisme Koping

Adaptif : -

Maladaptif: Menghindar, reaksi lambat/berlebih.

Masalah keperawatan: Koping individu tidak efektif

Page 64: KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN JIWA …

50

3.1.9 Masalah Psikososial dan Lingkungan

1. Masalah dengan dukungan kelompok , spesifiknya: Ayah pasien

mengatakan keluarganya selalu mendukung klien untuk cepat sembuh.

2. Masalah berhubungan dengan lingkungan, spesifiknya: Ayah pasien

mengatakan pasien pendiam dan selalu melakukan sendiri aktivitas

sehari-hari dan malas berhubungan dengan orang lain

3. Masalah dengan pendidikan, spesifiknya: Ayah pasien mengatakan

lulusan SD, rajin tidak pernah membolos.

4. Masalah dengan pekerjaan, spesifiknya: Pasien belum bekerja.

5. Masalah dengan perumahan, spesifiknya: Ayah pasien mengatakan

pasien tinggal di Benowo bersama suami dan anaknya.

6. Masalah dengan ekonomi dan , spesifiknya: Ayah pasien mengatakan

gaji pas - pasan untuk memenuhi kebutuhan.

7. Masalah dengan pelayanan kesehatan, spesifiknya: Ayah pasien

mengatakan tidak menggunakan BPJS, karena dirasakan iurannya cukup

berat.

8. Masalah lainnya, spesifiknya: Ayah pasien mengatakan anaknya terlalu

pendiam.

Masalah keperawatan: Manajemen kesehatan tidak efektif, isolasi sosial

3.1.10 Pengetahuan Kurang Tentang

1. Penyakit jiwa

2. Faktor presipitasi

3. Koping

Masalah keperawatan: Defisit pengetahuan tentang penyakit

Page 65: KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN JIWA …

51

3.1.11 Data Lain – Lain

Tabel 3.3 Pemeriksaan laborat 28 Juni 2019

NAMA

PEMERIKSAAN

HASIL SATUAN NILAI NORMAL

Leukosit 8.500 /mm3 4.500-13.500

Eritrosit 5,73 Juta/ul 4-5

Hemoglobin 15,8 g/dl 12-15

Hematokrit 47,1 % 33-45

Trombosit 376.000 /mm3 150.000-400.000

LED 50-85 Mm/jam <15

SGOT 63 ( H ) u/L L : 37 P : 31

SGPT 74 ( H ) u/L L : 37 P : 31

BUN 6.4 mg/dl 4.5 – 23

Creatinin 0.95 g/dl L : 0.6 – 1.1 P : 0.6- 1.2

Asam urat 5.0 mg/dl L : 3.4 – 7.0 P : 2.5-6.0

Gula Puasa 107 mg/dl 75 – 115

3.1.12 Aspek Medik

Diagnosa medik : F23.2: Gangguan Psikotik Lir-Skizofrenia

(schizophrenia-like) Akut

Terapi medik :

Risperidon 2 x 1,5 mg 1-0-1

THD 2 x 1 mg 1-0-1

Clozapine 2 x 12,5 mg 1-0-1

Inj. Lodomer iv 2 x ½ ampul 1-0-1

2 2

3.1.13 Daftar Masalah Keperawatan

1. Isolasi sosial: menarik diri

2. Resiko peilaku kekerasan

3. Komunikasi verbal tidak efektif

4. Ketidakefektifan koping individual

5. Koping keluarga tidak efektif

6. Defisit perawatan diri

Page 66: KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN JIWA …

52

7. Resiko gangguan persepsi sensori: halusinasi

8. Gangguan pola tidur

9. Defisit pengetahuan tentang penyakit

10. Manajemen kesehatan tidak efektif

3.1.14 Daftar Diagnosa Keperawatan

1. Resiko gangguan persepsi sensori : Halusinasi

2. Defisit perawatan diri

3. Isolasi sosial: Menarik diri

4. Ketidakefektifan koping individual

3.2 Pohon Masalah

Defisit perawatan diri Resiko gangguan EFFECT

persepsi sensori: Halusinasi

Isolasi Sosial : Menarik Diri CORE PROBLEM

Ketidakefektifan Koping Individual CAUSA

Gambar 3.2 Pohon Masalah

Surabaya,27 Juni 2019

Mahasiswa

Suharis

1620027BB

Page 67: KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN JIWA …

53

3.3 Analisa Data

NAMA : An. H No RM:04.xx.xx RUANGAN : Poli Anggrek

Tabel. 3.4 Analisa Data pada klien dengan Isolasi Sosial

Surabaya, 27 Juni 2019

Suharis

NIM 162.0027B

No DATA ETIOLOGI MASALAH TT

1. DS:

Ayah pasien mengatakan

An. H sering diam

menyendiri dan tidak mau

diajak berkomunikasi.

DO:

1. Pasien tampak sering

diam dan menyendiri

2. Saat diajak berkenalan /

berkomunikasi lainnya

pasien hanya diam.

3. Pasien tampak apatis dan

tidak peduli dengan

lingkungan, karena

menjawab pertanyaan

semaunya sendiri dan

tidak sesuai dengan yang

diajukan.

Ketidakefektifan

koping

individual

Isolasi sosial

suharis

Page 68: KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN JIWA …

3.4 Rencana Tindakan Keperawatan Isolasi Sosial

Nama : An. H Nama Mahasiswa : Suharis

No.RM : 04-xx-xx Institusi : Stikes Hang Tuah Surabaya

Ruangan : Puri Anggrek

Tabel 3.5 Rencana tindakan keperawatan

NO Tgl DIAGNOSA

KEPERAWATAN

PERENCANAAN

RASIONAL

TUJUAN KRITERIA

EVALUASI TINDAKAN KEPERAWATAN

1 27/06/

2019

Isolasi Sosial :

Menarik Diri

TUM :

Klien mampu

berinteraksi

dengan orang lain

SP 1 :

TUK

Pasien dapat

membina

hubungan saling

percaya

Setelah

dilaksanakan

tindakan

keperawatan

diharapkan pasien

dapat :

1. Memperlihatkan

ekspresi senyum

1.1 BHSP

a. Mengucapkan salam setiap kali

berinteraksi dengan pasien.

b. Berkenalan dengan

pasien: perkenalan nama, nama

panggilan yang disukai, serta

tanyakan nama pasien dan nama

panggilan yang disukainya.

Hubungan saling

percaya akan

menimbulkan

kepercayaan klien

pada perawat

sehingga memudah

kan dalam

pelaksanaan

54

Page 69: KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN JIWA …

dan menjawab

salam dari

perawat.

2. Mau berkenalan

dengan perawat

3. Kontak mata

baik

4. Bersedia

mengungkapkan

perasaan dan

masalahnya

c. Menanyakan perasaan dan

keluhan pasien saat ini.

d. Buat kontrak asuhan: apa yang

akan dilakukan bersama pasien,

berapa lama dikerjakan dan

tempatnya dimana.

e. Jelaskan bahwa perawat akan

merahasiakan semua informasi

yang disampaikan pasien untuk

kepentingan terapi

f. Setiap saat tunjukkan sikap

empati atau caring terhadap

pasien.

g. Penuhi kebutuhan dasar

pasien bila memungkinkan

h. Untuk membina hubungan

saling percaya dengan pasien

isolasi sosial, lakukan interaksi

yang sering, karena tidak mudah

bagi pasien untuk percaya dengan

orang lain.

tindakan

selanjutnya

1. Membantu

pasien

mengenal

penyebab

isolasi sosial

Pasien dapat

mengungkapkan

minimal satu dari

tanda penyebab

isolasi sosial,

misalnya : takut /

minder saat

2.1. Tanyakan pada pasien

tentang :

a. Kebiasaan berinteraksi dengan

orang lain

b. Apa yang menyebabkan pasien

tidak ingin berinteraksi dengan

orang lain

Dengan mengetahu

tanda-tanda dan

gejala, kita dapat

menentukan

langkah intervensi

selanjutnya

55

Page 70: KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN JIWA …

berinteraksi dengan

orang lain

2. Membantu

pasien

mengenal

keuntungan

berinteraksi

dengan orang

lain

Klien dapat

menyebutkan

keuntungan

berhubungan

sosial,misalnya :

a. Banyak teman

b. Tidak kesepian

c. Saling

menolong

3.1.Tanyakan pada klien tentang

Manfaat hubungan sosiial

3.2. Diskusikan bersama klien

tentang manfaat berhubungan

sosial

3.3. Beri pujian terhadap

kemampuan klien

mengungkapkan perasaannya

Memotivasi pasien

untuk bisa

berinteraksi dengan

orang lain

3. Membantu

pasien

mengenal

kerugian tidak

berinteraksi

dengan orang

lain

SP 2,3

Pasien dapat

menyebutkan

kerugian menarik

diri misalnya :

a. Sendiri

b. Kesepian

c. Tidak bisa diskusi

4.1 Mendiskusikan kerugian bila

pasien hanya mengurung diri

di kamar dan tidak mau

bergaul dengan orang lain.

4.2 Menjelaskan pengaruh

isolasi sosial terhadap fisik

pasien

Memotivasi pasien

untuk bisa

berinteraksi dengan

orang lain

4. Membantu

pasien

berinteraksi

dengan orang

lain secara

Pasien dapat

melaksanakan

hubungan soosial

secara bertahaap

dengan :

5.1. Beri kesempatan psien

mempraktikkan cara

berinteraksi dengan orang

lain yang dilakukan di

hadapan perawat

Mengetahui sejauh

mana pengetahuan

klien tentang

berhubungan

dengan orang lain

56

Page 71: KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN JIWA …

bertahap a. Perawat

b. Perawat lain

c. Kelompok

5.2.Mulailah bantu pasien

berinteraksi dengan satu

orang (pasien lain, perawat

lain atau keluarga).

5.3.Bila pasien sudah

menunjukkan kemajuan,

tingkatkan jumlah interaksi

dengan dua, tiga, empat orang

san seterusnya.

5.4.Beri pujian untuk setiap

kemajuan interaksi yang telah

dilakukan oleh pasien.

6. Siap

mendengarka

n ekspresi

perasaan

pasien setelah

berinteraksi

dengan orang

lain.

Pasien dapat

mengungkapkan

perasaanya setelah

berhubungan sosial

dengan :

a. Orang lain

b. Kelompok

6.1.Diskusikan dengan klien

tentang perasaanya setelah

berhbungan sosial dengan :

a. Orang lain

b. Kelompok

6.2. Beri pujian terhadap

kemampuan klien

mengungkapkan perasaaanya

Agar klien lebih

percaya diri untuk

berhungan dengan

orang lain

57

Page 72: KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN JIWA …

3.5 Pelaksanaan Dan Catatan Perkembangan

Nama : An. H Nama Mahasiswa : Suharis

No.RM : 04-xx-xx Institusi : Stikes Hang Tuah Surabaya

Ruangan : Anggrek

Tabel 3.6 implementasi

TGL DX KEP IMPLEMENTASI EVALUASI TTD

27/06/19

09.30 –

14.00

WIB

Isolasi Sosial :

Menarik Diri

SP 1 :

BHSP (Bina hubungan saling percaya) :

09.30 WIB

a. Memberi senyum, dan

mengucapkan salam

b. Berjabat tangan, memperkenalkan

diri, dan nama panggilan

c. Menanyakan kembali nama

lengkap pasien dan nama

panggilannya

10.00 WIB

a. Melaksanakan pemeriksaan TTV

b. Mencatat hasil TTV

TD: 120/80mmhg, N: 104x/mnt, S: 36,4

c,RR: 18x/mnt

14.00 WIB

S :

“.......”

(pasien hanya diam)

O :

1. Pasien mau berjabat tangan, tidak

menjawab salam

2. Kontak mata buruk / tidak fokus

3. Pasien tidak kooperatif saat diajak

berkomunikasi

4. Pasien tidak mampu menyebutkan

kembali nama perawat yang sudah

berkenalan

Suharis

58

Page 73: KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN JIWA …

12.30 WIB

a. Mencoba kembali berkenalan

dengan pasien

b. Menyuapi pasien makan siang

5. Pasien hanya diam saja ditempat tidur

A : BHSP dan SP 1 belum berhasil

P : Ulangi intervensi pada BHSP dan semua poin

pada SP 1

28/06/19

07.00 –

14.00

WIB

Isolasi Sosial :

Menarik Diri

SP 1 :

BHSP (Bina hubungan saling percaya) :

07.00 WIB

a. Memberi senyum dan memberikan

salam

b. Berjabat tangan dan

memperkenalkan diri kepada

pasien

c. Membantu pasien dalam

menyebutkan namanya dalam

perkenalan

07.30 WIB

a. Menyuapi pasien makan pagi

b. Meminumkan obat pagi

09.00 WIB

a. Mencoba menanyakan rasa

masakan pagi hari

b. Mencoba menanyakan hobi dan

kesukaan pasien

14.00 WIB

S : “ Sinan Haris”

(Pasien menyebutkan nama setelah dipancing

menggunakan nama depannya “ Muhammad “)

O :

1. Pasien mau berjabat tangan

2. Kontak mata masih buruk / tidak fokus

3. Pasien masih tidak kooperatif saat diajak

berkomunikasi

4. Pasien salah dalam menyebutkan

kembali nama perawat yang berkenalan,

pasien mengatakan “ susunya haris “

5. Pasien hanya diam saja ditempat tidur

A : BHSP dan SP 1 belum berhasil

P :

Suharis

59

Page 74: KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN JIWA …

10.00 WIB

a. Melaksanakan pemeriksaan TTV

b. Mencatat hasil

TD: 120/70 mmhg, N: 98x/mnt,

S: 36,5 C, RR: 16x/mnt

12.30 WIB

a. Menawari pasien makan siang

b. Menyuapi pasien makan siang

c. Menanyakan rasa masakan makan

siang

Ulangi intervensi pada BHSP dan semua poin

pada SP 1

29/06/19

07.00 –

14.00

WIB

Isolasi Sosial :

Menarik Diri

SP 1 :

BHSP (Bina hubungan saling percaya) :

07.00 WIB

a. Memberi senyum, dan

mengucapkan salam

b. Berjabat tangan, memperkenalkan

diri kembali, dan nama panggilan

c. Melatih kembali cara berkenalan

dengan menyebutkan nama

lengkap dan nama panggilan

07.30 WIB

a. Menawari pasien makan pagi

b. Menyuapi pasien makan pagi

c. Memberikan obat minum pagi

08.30 WIB

14.00 WIB

S : 1. “ Sinan Haris “

(Pasien masih sama seperti hari

sebelumnya menyebutkan nama lengkap setelah

dipancing menggunakan nama depannya “

Muhammad “)

2. “ Haris “

(Pasien mau menyebutkan nama perawat setelah

dipancing dengan nama depan “ su “)

O :

1. Pasien mau berjabat tangan, dan tidak

menjawab salam

2. Kontak mata masih buruk / tidak fokus

Suharis

60

Page 75: KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN JIWA …

a. Melatih kembali cara berkenalan

dengan menyebutkan nama

lengkap dan nama panggilan

b. Mencoba menanyakan nama

perawat yang telah berkenalan

dengan pasien

10.30 WIB

a. Melaksanakan pemeriksaan TTV

b. Mencatat hasil

TD: 110/70 mmhg, N: 96x/mnt

S: 36,3 C, RR: 18x/mnt

13.00 WIB

a. Membangunkan pasien untuk

makan siang

b. Menyuapi pasien makan siang

c. Mencoba menanyakan nama

perawat yang telah berkenalan

dengan pasien

3. Pasien masih tidak kooperatif saat diajak

berkomunikasi

4. Pasien pergi jalan – jalan tetapi tidak

peduli dengan orang yang ditemuinya

dan acuh tak acuh pada lingkungan

sekitarnya

A : BHSP dan SP 1 belum berhasil

P : Ulangi intervensi pada BHSP dan semua poin

pada SP 1

61

Page 76: KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN JIWA …

62

BAB 4

PEMBAHASAN

Dalam pembahasan ini penulis akan menguraikan tentang asuhan

keperawatan pada pasien dengan masalah utama isolasi sosial : menarik diri dan

diagnosa medis F23.2: Gangguan Psikotik Lir-Skizofrenia (schizophrenia-like)

Akut di Ruang Puri Anggrek Rumah Sakit Jiwa Menur Provinsi Jawa Timur yang

meliputi pengkajian, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.

4.1 Pengkajian

Pada tahap pengumpulan data, penulis sudah mengadakan perkenalan

tetapi tidak ada respon dari pasien, kemudian penulis menjelaskan kepada ayah

pasien maksud penulis yaitu untuk melaksanakan asuhan keperawatan kepada

pasien, pasien tidak koperatif, kontak mata buruk, sehingga sebagian data di

peroleh dari rekam medik pasien.

Pada dasar pengkajian antara tinjauan pustaka dan tinjauan kasus tidak ada

kesenjangan yaitu pada tinjauan pustaka menjelaskan tanda-tanda isolasi sosial:

menarik diri yaitu : pasien menyendiri dan tidak mau berinteraksi dengan orang

yang terdekat, pasien banyak diam dan tidak mau bicara, respon verbal kurang

dan sangat singkat, tidak merawat diri dan tidak memperhatikan kebersihan diri,

dan apatis (acuh terhadap lingkungan). Pada tinjauan kasus didapatkan tanda

yaitu: Pada saat wawancara pasien hanya diam, menyendiri terus dikamar,

kebersihan diri dan lingkungan kurang, apatis (tidak peduli dengan orang dan

ligkungan sekitar). Analisa data pada tinjauan pustaka hanya menguraikan teori

62

Page 77: KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN JIWA …

63

saja, sedangkan pada kasus disesuaikan dengan data subyektif dan data obyektif

dari pasien secara langsung.

4.2 Diagnosa keperawatan

Pada diagnosa keperawatan dari tinjauan pustaka dan tinjauan kasus

sebagai berikut:

Pada tinjauan pustaka :

1. Risiko gangguan pesepsi sensori : Halusinasi

2. Isolasi sosial

3. Harga diri rendah kronik (Damaiyanti, 2014)

Pada tinjauan kasus :

1. Resiko gangguan persepsi sensori : Halusinasi

2. Defisit perawatan diri

3. Isolasi sosial : Menarik diri

4. Ketidakefektifan koping individual

Berdasarkan diagnosa tinjauan pustaka dan tinjauan kasus di temukan

perbedaan, pada tinjauan kasus dilapangan penyebab dari isolasi sosial adalah

ketidakefektifan koping individual, dan akibatnya defisit perawatan diri serta

resiko gangguan persepsi sensori: halusinasi.

4.3 Perencanaan

Pada rencana keperawatan antara tinjauan pustaka dan tinjauan kasus

terdapat kesamaan perencanaan menggunakan kriteria hasil yang mengacu pada

percapaian tujuan. Sedangkan pada tinjauan kasus perencanaan menggunakan

sasaran, dalam rasionalnya dengan alasan penulis ingin berupaya memandirikan

klien dan keluarga dalam pelaksanaan pemberian asuhan keperawatan melalui

Page 78: KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN JIWA …

64

peningkatan pengetahuan yang (kognitif), keterampilan menangani masalah

(afektif) dan perubahan tingkah laku pasien (psikomotor).

Dalam tujuan pada tinjauan kasus dicantumkan kriteria waktu karena pada

kasus nyata diketahui keadaan pasien secara langsung. Rasional rencana

keperawatan yang ditampilkan antara tinjauan pustaka dan tinjauan kasus terdapat

kesamaan, maka rasional tetap mengacu pada sasaran dan kriteria yang telah

ditetapkan.

Di dalam keperawatan jiwa yang di lakukan adalah komunikasi

terapeutiknya, dan untuk melakukan komunikasi terapeutik maka harus di bina

hubungan saling percaya antara pasien dan perawat.

4.4 Pelaksanaan

Pelaksanaan adalah perwujudan atau realitas dari perencanaan yang telah

disusun. Pelaksanaan pada tinjauan pustaka belum dapat direalisasikan karena

hanya membahas teori asuhan keperawatan tanpa ada kasus nyata. Sedangkan

pada kasus nyata pelaksanaan telah disusun dan direalisasikan pada pasien dan

ada pendokumentasian dan intervensi keperawatan.

Pelaksanaan rencana keperawatan dilakukan secara terkoordinasi dan

terintegrasi. Karena disesuaikan dengan keadaan pasien yang sebenarnya.

Pada tinjauan pustaka, perencanaan pelaksanaan tindakan keperawatan pasien

tersebut terdapat SP yang akan dilaksanakan diantaranya yaitu :

1. SP 1 Pasien: Membina hubungan saling percaya dengan pasien, membantu

pasien mengenal penyebab isolasi sosial, membantu pasien mengenal

manfaat berhubungan dan kerugian tidak berhubungan dengan orang lain,

dan mengajarkan pasien berkenalan.

Page 79: KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN JIWA …

65

2. SP 2 Pasien: mengevaluasi jadwal kegiatan yang lalu (SP 1), mengajarkan

pasien berinteraksi secara bertahap (berkenalan dengan orang

pertama/perawat)

3. SP 3 Pasien: mengevaluasi jadwal kegiatan yang lalu (SP 1 dan SP 2),

melatih pasien berinteraksi secara bertahap (berkenalan dengan orang

kedua, ketiga, keempat, dan seterusnya).

4. SP 1 Keluarga: memberikan pendidikan kesehatan kepada keluarga

mengenai masalah isolasi sosial, penyebab, isolasi sosial, dan cara

merawat pasien isolasi sosial.

5. SP 2 Keluarga: melatih keluarga mempraktekan cara merawat pasien

isolasi sosial langsung dihadapan pasien.

6. SP 3 Keluarga: membuat perencanaan pulang bersama keluarga.

Dalam proses asuhan keperawatan yang dilaksanakan pasien tidak

koperatif, sehingga susah untuk membentuk hubungan saling percaya. Pada

pelaksanaan intervensi pada tinjauan kasus SP 1 BHSP tidak terlaksana sesuai

harapan sehingga diulang sampai tiga hari pemberian intervensi.

Dalam penulisan asuhan keperawatan ini penulis menemukan beberapa

kesulitan, pasien tidak kooperatif, kontak mata buruk, saat diberikan pertanyaan

pasien hanya diam dan menjawab diluar konteks yang ditanyakan. Pasien tidak

mampu mencapai SP 1 selama tiga hari pemberian intervensi. Harapan besar bisa

melibatkan keluarga dalam proses pengkajian untuk memperlengkap data pasien

sehingga intervensi dan implementasi pada pasien tepat dan berhasil.

Page 80: KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN JIWA …

66

4.5 Evaluasi

Pada prinsipnya evaluasi yang ada pada tinjauan pustaka maupun tinjauan

kasus tidak mengalami perbedaan yang berarti disesuaikan dengan tujuan dan

kriteria hasil yang telah ditetapkan pada perencanaan.

Evaluasi pada tinjauan pustaka berdasarkan observasi perubahan tingkah

laku dan respon pasien. Sedangkan pada tinjauan kasus evaluasi dilakukan setiap

hari selama pasien dirawat di rumah sakit. Evaluasi tersebut menggunakan SOAP

sehingga terpantau respon pasien terhadap intervensi keperawatan yang telah

dilakukan.

Page 81: KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN JIWA …

67

BAB 5

PENUTUP

Setelah penulis melakukan pengamatan dan melaksanakan asuhan

keperawatan jiwa secara langsung pada klien dengan masalah utama isolasi sosial:

menarik diri pada diagnosa medis F23.2: Gangguan Psikotik Lir-Skizofrenia

(schizophrenia-like) Akut di Rumah Sakit Jiwa Menur Provinsi Jawa Timur, maka

penulis dapat menarik beberapa kesimpulan sekaligus saran yang dapat

bermanfaat dalam meningkatkan mutu asuhan keperawatan.

5.1 Kesimpulan

Dari hasil uraian yang telah menguraikan tentang asuhan keperawatan jiwa

pada pasien dengan gangguan isolasi sosial: menarik diri maka penulis dapat

mengambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Isolasi sosial: Menarik diri adalah gangguan kejiwaan pada pasien dimana

pasien mengalami suatu gangguan hubungan interpersonal yang terjadi

akibat adanya kepribadian yang tidak fleksibel yang menimbulkan perilaku

maladaptif dan menggangu fungsi seseorang dalam hubungan sosial.

2. Masalah keperawatan jiwa yang muncul pada An. H meliputi yaitu:

Isolasi sosial: menarik diri, Resiko peilaku kekerasan, Komunikasi verbal

tidak efektif, Ketidakefektifan koping individual, Defisit perawatan diri,

Resiko gangguan persepsi sensori : halusinasi, Gangguan pola tidur,

Defisit pengetahuan, Ketidakefektifan koping keluarga Manajemen

kesehatan tidak efektif,.

67

Page 82: KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN JIWA …

68

3. Perencanaan tindakan keperawatan pada pasien yaitu;

SP 1 Pasien: membina hubungan saling percaya dengan pasien, membantu

pasien mengenal penyebab isolasi sosial, membantu pasien mengenal

keuntungan dan kerugian berinteraksi dengan orang lain, dan mengajarkan

pasien berkenalan dengan satu orang (perawat).

SP 2 Pasien: mengevaluasi jadwal kegiatan yang lalu (SP 1), memberikan

kesempatan kepada pasien mempraktikkan cara berkenalan dengan satu

orang.

SP 3 Pasien: mengevaluasi jadwal kegiatan yang lalu (SP 2), memberikan

kesempatan kepada pasien mempraktikkan cara berkenalan dengan satu

orang, dua orang, tiga orang, dan seterusnya hingga berkenalan dengan

kelompok.

SP 1 Keluarga: mendiskusikan masalah yang dirasakan dengan keluarga

dalam merawat pasien, menjelaskan pengertian tanda gejala isolasi sosial

yang dialami pasien beserta proses terjadinya, menjelaskan cara-cara

merawat pasien dengan isolasi sosial: menarik diri.

SP 2 Keluarga : melatih keluarga mempraktikkan cara merawat pasien

isolasi sosial, melatih keluarga melakukan cara merawat langsung pada

pasien dengan isolasi sosial : menarik diri.

SP 3 Keluarga: membantu keluarga membuat jadwal aktivitas dirumah

termasuk minum obat (perencanaan pulang), menjelaskan tindakan tindak

lanjut setelah pasien pulang.

Page 83: KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN JIWA …

69

4. Pada pelaksanaan keperawatan jiwa pada An, H, SP 1, tidak dapat

terlaksana sesuai harapan. Pasien tidak menjawab salam perkenalan dan

pertanyaan lainnya. Hal ini berlangsung sampai dengan hari ke – 3 proses

pelaksanaan intervensi perawatan, pasien belum mampu memperkenalkan

diri maupun berkenalan dengan orang lain.

5. Untuk menyelesaikan masalah tersebut, penulis melibatkan ayah pasien

secara aktif untuk membantu pasien dalam berkomunikasi mulai dari cara

yang sederhana seperti, berkenalan dengan orang-orang yang ada

disekitarnya.

6. Untuk menyelesaikan masalah ini, penulis telah sesuai dengan standar

prosedur oprasional yang telah di tentukan.

5.2 Saran

Dari kesimpulan diatas penulis memberikan saran sebagai berikut :

1. Untuk mencapai hasil keperawatan yang diharapkan, diperlukan hubungan

baik dan keterlibatan klien dan perawat sehingga timbul rasa saling

percaya yang akan menimbulkan kerja sama dalam pemberian asuhan

keperawatan jiwa.

2. Perawat sebagai petugas pelayanan kesehatan hendaknya mempunyai

pengetahuan dan keterampilan baru dengan cara mengikuti seminar-

seminar keperawatan jiwa, serta dapat bekerjasama dengan tim kesehatan

lain dalam memberikan asuhan keperawatan jiwa pada pasien dengan

masalah utama isolasi sosial: menarik diri.

3. Dalam meningkatkan mutu asuhan keperawatan yang professional

alangkah baiknya diadakan home visite dalam bidang keperawatan jiwa.

Page 84: KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN JIWA …

70

4. Pendidikan dan pengetahuan perawat secara berkelanjutan perlu

ditingkatkan baik secara formal dan dengan informal khususnya

pengetahuan yang berhubungan dengan perawatan pasien, dengan harapan

perawat mampu memberikan pelayanan asuhan keperawatan sesuai

standart asuhan keperawatan dan kode etik.

5. Mengembangkan pemahaman perawat terhadap konsep manusia secara

komprehensif dengan harapan perawat mempunyai respon yang tinggi

terhadap keluhan pasien sehingga intervensi yang diberikan dapat

membantu menyelesaikan masalah.

6. Kerja sama dengan keluarga sangat mempengaruhi tingkat keberhasilan

dalam melaksanakan asuhan keperawatan, serta perawatan paska sangat

berpengaruh pada kondisi pasien dalam kehidupan bermasyarakat.

Page 85: KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN JIWA …

71

DAFTAR PUSTAKA

Aprilistyawati, Ana. 2016. Keperawatan Psikiatri dan Kesehatan Jiwa.

Yogyakarta : Kyta

Benjamin & Sadock.2012. Buku Ajar Psikiatri Klinis, Edisi 2. Jakarta: EGC

Damaiyanti, Mukhripah dan Iskandar. 2014. Asuhan Keperawatan Jiwa. Bandung

: Refika Aditama

Dermawan dan Rusdi. 2014. Keperawatan Jiwa: Konsep dan Kerangka Kerja

Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Gosyen Publishing

Direja, A.H.S. 2011. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Jiwa,Edisi 1. Yogyakarta:

Nuha Medika

Kelliat, B. A, Henny, S.M, & Teuku, T. 2018. NANDA-1 Diagnosis Keperawatan

Definisi dan Klasifikasi 2018-2020. Jakarta: EGC

Kelliat, B. A, Akemat, dkk. 2011. Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas.

Jakarta : EGC

Maslim, Rusdi. 2013 . Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa, Rujukan Ringkas

PPDGJ-III Dan DSM-5. Jakarta : PT Nuh Jaya

Muhith, Abdul. 2015. Pendidikan Keperawatan Jiwa : Teori dan Aplikasi.

Yogyakarta : Andi

Nasir, Abdul. 2011. Dasar-Dasar Keperawatan Jiwa Pengantar dan Teori.

Jakarta : Salemba Medika

Wahab, Amik, Ed. 2012. Ilmu Kesehatan Anak Nelson, Edisi 15 vol.1. Jakarta:

EGC

Persatuan Perawat Nasional Indonesia. 2016 . Standar Diagnosis Keperawatan

Indonesia Definisi dan Indikator Diagnostik, Edisi 1. Jakarta : DPP PPNI

Tanto, Chris,dkk. Ed. 2014. Kapita Selekta Kedokteran, Edisi IV Jilid II. Jakarta:

Media Aesculaplus

Fathullah dan Sari, et al. 2013. F,23 Gangguan Psikotik Akut dan Sementara. Fk

UNLAM-Banjarmasin. Diakses pada tanggal 01 Juli 2019 pukul 07.50

WIB

Kirana Sukma Ayu.et al. 2018. Gambaran Kemampuan Interaksi Sosial Pasien

Isolasi Sosial Setelah Pemberian Social Skills Therapy Di Rumah Sakit

Jiwa. Diakses pada tanggal 01 Juli 2019 pukul 07.18 WIB

Page 86: KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN JIWA …

72

STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN

ISOLASI SOSIAL: MENARIK DIRI

SP 1/Pertemuan Ke-1

Nama : An. H Hari/tanggal : kamis, 27 Juni 2019

Ruang : Puri Anggrek Waktu : 09.30 – 14.00 WIB

A. PROSES KEPERAWATAN

1. Kondisi Pasien

Pasien sedang tiduran ditempat tidur dalam kamar, tampak diam,

penampilan pasien dan lingkungan tempat tidur tampak kurang rapi, dan

pasien didampingi oleh ayahnya.

2. Diagnosa Keperawatan

Isolasi sosial: Menarik diri

3. Tujuan (Sp)

a. Pasien mampu membina hubungan saling percaya

b. Pasien mampu mengenal penyebab isolasi sosial

c. Pasien mampu mengenal manfaat berhubungan dengan orang lain

d. Pasien mampu mengenal kerugian tidak berhubungan dengan orang

lain

e. Pasien mampu berkenalan dengan satu orang

f. Pasien mampu berkenalan dengan lebih dari satu orang secara

bertahap

Page 87: KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN JIWA …

73

4. Tindakan Keperawatan

a. Membina hubungan saling percaya dengan pasien menggunakan

komunikasi terapeutik.

b. Membatu pasien dalam mengenal penyebab isolasi sosial

c. Mendiskusikan dengan pasien manfaat berhubungan dengan orang lain

d. Mendiskusikan dengan pasien kerugian tidak berhubungan dengan orang

lain

e. Mengajarkan pasien berkenalan dengan satu orang

f. Melatih pasien dalam berkenalan dengan lebih dari satu orang secara

bertahap

B. STRATEGI KOMUNIKASI DALAM PELAKSANAAN TINDAKAN

KEPERAWATAN

1. FASE ORIENTASI

a Salam Terapeutik

“Selamat pagi Mas, perkenalkan nama saya Suharis,mahasiswa Stikes

Hang Tuah Surabaya yang akan praktik disini selama 3 hari, saya senang

dipanggil Haris, nama Mas siapa ? senang dipanggil siapa ?”

b Evaluasi / Validasi

“Apa keluhan Mas saat ini?”

c Kontrak

Topik :” Bagaimana kalau kita bercakap – cakap tentang keluarga dan

teman - teman Mas? “

Waktu : “ Mau berapa lama ? Bagaimana kalau 30 menit ?”

Tempat : “ Mau dimana kita ngobrol ? bagaimana kalau diruang tamu ?”

Page 88: KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN JIWA …

74

2. FASE KERJA

“Dengan siapa Mas tinggal serumah ? “

“Siapa yang paling dekat dengan Mas ? “

“Apa yang menyebabkan Mas dekat dengan orang tersebut ?”

“Siapa anggota keluarga yang tidak dekat dengan Mas ?”

“Apa yang membuat Mas tidak dekat dengan orang tersebut ?”

“Apa yang menghambat Mas dalam berteman atau bercakap-cakap dengan

orang lain ?”

“Menurut Mas apa keuntungan kita kalau mempunyai teman ?”

“Wah benar, kita mempunyai teman untuk bercakap-bercakap”.

“Apa lagi Mas ?”

“Nah kalau kerugian kita tidak mempunyai teman apa Mas ?” ya apa

lagi?”

“Jadi banyak juga ruginya tidak punya teman ya”.

“Kalau begitu ingin Mas belajar berteman dengan orang lain ?”

“Nah untuk memulainya sekrang Mas latihan berkenalan dengan saya

terlebih dahulu”.

“Begini Mas, untuk berkenalan dengan orang lain dengan orang lain kita

sebutkan dahulu nama kita dan nama panggilan yang kita sukai”.

“Contohnya: nama saya Suharis, senang sipanggil Haris”.

“Selanjutnya Mas menanyakan nama orang yang diajak berkenalan.

Contohnya nama Bapak siapa ? senangnya dipanggil apa?”

“Ayo Mas coba dipraktekkan! Misalnya saya belum kenal dengan Mas,

coba Mas berkenalan dengan saya”.

Page 89: KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN JIWA …

75

“Ya bagus sekali Mas!! coba sekali lagi Mas..!!! bagus sekali Mas!!

“Ngomong – ngomong olahraga apa yang Mas sukai ? Sama dengan saya,

saya juga menyukai bulu tangkis”.

3. FASE TERMINASI

a Evaluasi respon klien terhadap tindakan keperawatan

Evaluasi Subyektif (Klien)

“Bagaimana perasaan ibu setelah kita ngobrol-ngobrol tadi?”

Evaluasi Obyektif (Perawat)

Pasien belum mampu berkenalan dan mengenalkan diri.

b Rencana Tindak Lanjut

“Mas tadi belum bisa berkenalan dan mengenalkan diri, besok kita akan

belajar lagi ya bagaimana cara berkenalan’.

c Kontrak yang akan datang

Topik : “Bagaimana kalau besok kita ulangi cara berkenalan ?”

Waktu : “Bagaimana kalau 30 menit lagi ?”

“Besok saya menemui Mas pukul 08.00 WIB”.

Tempat : “ Besok kita ngobrol di kamar ini saja’.

Page 90: KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN JIWA …

76

STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN

ISOLASI SOSIAL: MENARIK DIRI

SP 1/Pertemuan Ke-2

Nama : Tn, H Hari/tanggal : Jum’at, 28 Juni 2019

Ruang : Puri Anggrek Waktu : 07.00 – 14.00 WIB

A. PROSES KEPERAWATAN

1. Kondisi Pasien

Pasien masih tiduran ditempat tidur, menyendiri, diam, pakaian dan

lingkungan tempat tidur nampak kurang rapi, dan ditemani oleh ayah

pasien.

2. Diagnosa Keperawatan

Isolasi sosial : Menarik diri

3. Tujuan (Sp) : Pasien mampu membina hubungan saling percaya dengan

perawat.

4. Tindakan Keperawatan : Membina hubungan saling percaya dengan pasien

menggunakan komunikasi terapeutik

Page 91: KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN JIWA …

77

B. STRATEGI KOMUNIKASI DALAM PELAKSANAAN TINDAKAN

KEPERAWATAN

1. FASE ORIENTASI

a Salam Terapeutik

“Selamat pagi Mas, perkenalkan nama saya Suharis,mahasiswa Stikes

Hang Tuah Surabaya yang akan praktik disini selama 3 hari, saya senang

dipanggil Haris, nama Mas siapa ? senang dipanggil siapa ?”

b Evaluasi / Validasi

“Bagaimana kabar Mas hari ini ?”

c Kontrak

Topik : “Bagaimana kalau kita belajar berkenalan lagi ?”

Waktu : “Sesuai kesepakatan kemarrin kita akan ngobrol selama 30

menit”

Tempat : “Kita ngobrolnya disini saja, yang penting mas mau

menyampaikan sesuatu”.

2. FASE KERJA

“Perkenalkan nama saya suharis saya senang dipanggil Haris, ayo gantian

nama mas siapa ? Senang dipanggil apa ?”

“Ayo, kok diem saja. Masa lupa namanya sendiri, bagaimana kalau saya

bantu menyebutkan nama depan mas. Baiklah akan saya bantu nanti Mas

bisa lanjutkan nama lengkapnya. “Muhammad......”???

“Benar sekali namanya mas Muhammad Sinan Haris, senang dipanggil

siapa ?”

Page 92: KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN JIWA …

78

“Baiklah mas, saya akan memanggil mas Haris. Sekarang ayo coba

sebutkan nama lengkap saya dan nama panggilannya”.

“Kok diam, ayo coba diingat – ingat nama saya siapa ? “Su...........” Benar

sekali nama saya Suharis, nama panggilan kita sama Haris. Diingat – ingat

ya”.

3. FASE TERMINASI

a Evaluasi respon klien terhadap tindakan keperawatan

Evaluasi Subyektif (Klien)

“Bagaimana perasaan Mas Haris setelah kita belajar perkenalan tadi ?”

Evaluasi Obyektif (Perawat)

“Coba dingat – ingat, nama saya siapa ? panggilannya siapa ?”

b Rencana Tindak Lanjut

“Baiklah kalau begitu, karena mas Haris masih belum lancar dalam

berkenalan kita akan mengulang lagi cara berkenalan dengan saya besok”.

c Kontrak yang akan datang

Topik : ”Besok kita akan belajar berkenalan lagi seperti tadi ya mas

Haris”.

Waktu : “Besok saya akan menemui mas Haris jam 09.00 WIB”.

“Kita akan berlatih selama 30 menit”.

Tempat : “Besok kita akan bertemu dikamar ini saja’.

Page 93: KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN JIWA …

79

STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN

ISOLASI SOSIAL : MENARIK DIRI

SP 1/Pertemuan Ke-3

Nama : Tn. H Hari/tanggal : Sabtu, 29 Juni 2019

Ruang : Puri Anggrek Waktu : 07.00 – 14.00 WIB

A. PROSES KEPERAWATAN

1. Kondisi Pasien

Pasien tetap tiduran ditempat tidur, menyendiri, diam, pakaian dan

lingkungan tempat tidur nampak kurang rapi, dan ditemani oleh ayah

pasien.

2. Diagnosa Keperawatan

Isolasi sosial: Menarik diri

3. Tujuan (Sp): Pasien mampu membina hubungan saling percaya dengan

perawat.

4. Tindakan Keperawatan: Membina hubungan saling percaya dengan pasien

menggunakan komunikasi terapeutik

C. STRATEGI KOMUNIKASI DALAM PELAKSANAAN TINDAKAN

KEPERAWATAN

1. FASE ORIENTASI

a Salam Terapeutik

“Selamat pagi mas Haris , masih ingat dengan saya?”

Page 94: KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN JIWA …

80

b Evaluasi/Validasi

“Bagaimana kabar Mas hari ini?”

c Kontrak

Topik : “Bagaimana kalau kita berrlatih nerkenalan lagi seperti

kemarin?”

Waktu : “Kita akan berlatih berkenalan selama 30 menit”.

Tempat : “Kita berlatih berkenalan di kamar Mas Haris saja ya”.

2. FASE KERJA

“Ayo kita ulangi lagi cara berkenalan seperti kemarin, dimulai dari saya

ya. Perkenalkan nama saya suharis saya senang dipanggil Haris, ayo

gantian nama mas siapa ? Senang dipanggil apa ?”

“Ayo, kok diem saja. Bagaimana kalau saya bantu menyebutkan nama

depan mas. Baiklah akan saya bantu nanti Mas bisa lanjutkan nama

lengkapnya. “Muhammad......”???

“Benar sekali namanya mas Muhammad Sinan Haris, senang dipanggil

siapa ?”

“Baiklah mas, saya akan memanggil mas Haris. Sekarang ayo coba

sebutkan nama lengkap saya dan nama panggilannya”.

“Kok diam, ayo coba diingat – ingat nama saya siapa ? “Su...........” Benar

sekali nama saya Suharis, nama panggilan kita sama Haris. Diingat – ingat

ya

3. FASE TERMINASI

a Evaluasi respon klien terhadap tindakan keperawatan

Evaluasi Subyektif (Klien)

Page 95: KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN JIWA …

81

“Bagaimana perasaan Mas Haris setelah kita belajar perkenalan tadi ?”

Evaluasi Obyektif (Perawat)

Pasien belum mampu berkenalan dan mengenalkan diri.

b Rencana Tindak Lanjut

“Baiklah mas Haris, hari ini saya sudah selesai praktek, jadi saya harapkan

apa yang sudah saya ajarkan untuk bisa berkenalan nanti dapat

dipraktekkan agar mas haris tidak kesepian dan mempunyai banyak

teman”.