Upload
others
View
12
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
KARYA TULIS ILMIAH
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN CHRONIC KIDNEY DISEASE
DENGAN MASALAH RESIKO GANGGUAN INTEGRITAS KULIT DI
RUMAH SAKIT PANTI WALUYA SAWAHAN MALANG
Disusun Oleh:
IDA PARWATI
NIM: 16.1411
PROGRAM STUDI D-III KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PANTI WALUYA
MALANG
2019
ii
KARYA TULIS ILMIAH
HALAMAN CO
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN CHRONIC KIDNEY DISEASE
DENGAN MASALAH RESIKO GANGGUAN INTEGRITAS KULIT
DI RUMAH SAKIT PANTI WALUYA SAWAHAN MALANG
Diajukan sebagai salah satu syarat mendapatkan gelar Ahli Madya Keperawatan
(A.Md.Kep.) di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Panti Waluya Malang
Disusun Oleh :
IDA PARWATI
NIM: 16.1411
PROGRAM STUDI D-III KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PANTI WALUYA
MALANG
2019
iii
iv
v
vi
vii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan kasih-Nya penulis
dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah yang berjudul “Asuhan Keperawatan Pada
Klien Chronic Kidney Disease dengan Masalah Resiko Gangguan Integritas
Kulit”. Penulis membuat karya tulis ilmiah untuk memenuhi sebagai persyaratan
dalam memperoleh gelar Ahli Madya Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan Panti Waluya Malang. Dalam pembuatan ini penulis telah banyak
mendapatkan bantuan dari berbagai pihak. Oleh sebab itu, penulis mengucapkan
terimakasih kepada:
1. Ibu Maria Magdalena Setyaningsih, Ns.,Sp.Kep.Mat selaku Ketua Sekolah
Tinggi Ilmu Kesehatan Panti Waluya Malang
2. dr. Maria Tri Irama RDP, M. Kes selaku Direktur Rumah Sakit Panti
Waluya Malang yang telah memberikan kesempatan melaksanakan
penelitian di lahan praktik
3. Ibu Wisoedhani Widi Anugrahanti, S.KM., M.Kes selaku pembimbing I
yang telah memberikan ide, saran, arahan, dan waktunya dalam membantu
penyusunan karya tulis ilmiah
4. Bapak Wibowo, S. Kep., Ners., M. Biomed selaku pembimbing II yang
telah memberikan ide, saran, arahan, dan waktunya dalam membantu
penyusunan karya tulis ilmiah
5. Ibu Kristin Teguh Wahyuning, S. Kep., Ns selaku pembimbing III yang
telah meluangkan waktu dan bersedia memberikan bimbingan dalam
menyusun karya tulis ilmiah
viii
6. Keluarga yang selalu mendukung, mendoakan, dan menyemangati dalam
setiap proses penulisan karya tulis ilmiah
7. Teman-teman di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Panti Waluya Malang
yang senantiasa memberikan bantuan dan semangat
8. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan namanya satu-persatu yang telah
membantu penulisan karya tulis ilmiah.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini jauh dari kata
sempurna. Oleh sebab itu, penulis mengharapkan adanya kritik dan saran yang
membangun demi sempurnanya karya tulis ilmiah ini. Semoga karya tulis ilmiah
ini dapat bermanfaat bagi penulis, bagi Institusi, bagi lahan penelitian, dan bagi
pembaca pada umumnya.
Malang, 18 Juni 2019
Penulis
ix
ABSTRAK
Parwati, Ida. 2019. Asuhan Keperawatan Pada Klien Chronic Kidney Disease
Dengan Masalah Resiko Gangguan integritas kulit Di Rumah Sakit Panti
Waluya Sawahan Malang, Karya Tulis Ilmiah, Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan Panti Waluya Malang. Pembimbing (1) Wisoedhanie Widi A.,
S.KM., M.Kes (2)Wibowo, S.Kep.,Ners. M. Biomed.
Gagal Ginjal Kronis adalah kegagalan ginjal mempertahankan fungsi
metabolisme, keseimbangan cairan dan elektrolit yang ditandai dengan
penumpukan sisa metabolik (toksik uremik) dalam darah. Saat terjadi uremia zat
sisa metabolisme akan beresiko gangguan integritas kulit. Penelitian ini bertujuan
untuk melaksanakan Asuhan Keperawatan Pada Klien Chronic Kidney Disease
Dengan Masalah Resiko Gangguan Integritas Kulit Di RS Panti Waluya Sawahan
Malang. Desain yang digunakan studi kasus dengan 2 responden di ruang rawat
inap Pavilliun St. Maria Rumah Sakit Panti Waluya Sawahan Malang pada bulan
Maret 2019. Hasil pengkajian didapatkan pada kedua klien gagal ginjal kronis
yang memiliki masalah pada kulit seperti kering, perubahan warna kulit, kulit
terasa kasar dan hiperpigmentasi namun klien 1 juga mengalami edema dan tirah
baring. Pada kedua klien direncanakan tindakan yang sama hanya beberapa hal
yang membedakan dengan klien 1 seperti dilakukan mobilisasi, menganjurkan
memakai kasur khusus, memberikan bantalan pada bagian kulit dengan tulang
yang menonjol, pemberian diuretik. Berdasarkan penelitian, didapatkan hasil
evaluasi pada klien 1 dan 2 masalah resiko kerusakan integritas kulit tidak terjadi
setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 hari. Penelitian ini diharapkan
dapat menjadi masukan dalam memberikan asuhan keperawatan yaitu untuk
memperhatikan kondisi klinis klien karena meskipun dengan diagnosa dan
masalah yang sama belum tentu kebutuhan kedua klien sama.
Kata kunci: CKD, Risiko Kerusakan Integritas Kulit
x
ABSTRACT
Parwati, Ida, 2019. Nursing Care In Clients Chronic Kidney Disease With Risk Of
Impaired Skin at Panti Waluya Sawahan Hospital, Malang. Scientific
Writing, Institute of Health Science Panti Waluya. Mentor: (1)
Wisoedhanie Widi A., S.KM., M.Kes (2)Wibowo, S.Kep.,Ners. M.
Biomed.
Chronic Kidney Disease is the failure of the kidneys to maintain metabolic
functions, fluid and electrolyte balance which is characterized by the metabolic
(uremic toxic) accumulation in the blood. When uremia occurs, metabolic waste
substances will be at risk of impaired to skin integrity. The purpose of this study
is to provide nursing care to Clients of Chronic Kidney Disease with Risk of
Impaired to Skin Integrity at Panti Waluya Sawahan Hospital, Malang. The
design of this study used a case study method with 2 respondents at Pavilliun St.
Maria Panti Waluya Sawahan Hospital in March 2019. The results of the study
were obtained in both chronic kidney disease clients who had skin problems such
as dryness, skin discoloration, rough and hyperpigmented skin but on first client
also experienced edema and bed rest. Both clients had given same nursing
interventions but there was only few things different, on first client was assisted
mobilization, recommend using a specific mattress, gave cushion to the skin with
prominent bones, gave diuretics. Based on the research, the result of this study
was both clients did not experience the risk of impaired skin after given nursing
intervention for three days. This research is expected to be an advice in providing
nursing care, which is to pay attention on client's clinical condition because even
with the diagnosis and problem were same, client’s need is not necessarily same.
Keywords: CKD, Risk of impaired Skin Integrity
xi
DAFTAR ISI
HALAMAN COVER .............................................................................................. ii
HALAMAN PERNYATAAN ............................................................................... iii
HALAMAN PERSETUJUAN ............................................................................... iv
HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................. v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ............................................................................... vi
KATA PENGANTAR .......................................................................................... vii
ABSTRAK ............................................................................................................. ix
ABSTRACT .............................................................................................................. x
DAFTAR ISI .......................................................................................................... xi
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ xv
DAFTAR BAGAN .............................................................................................. xvi
DAFTAR TABEL ............................................................................................... xvii
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ xix
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang .............................................................................................. 1
1.2 Batasan Masalah ............................................................................................ 4
1.3 Rumusan Masalah ......................................................................................... 4
1.4 Tujuan ............................................................................................................ 4
1.4.1 Tujuan Umum ......................................................................................... 4
1.4.2 Tujuan Khusus ........................................................................................ 4
1.5 Manfaat .......................................................................................................... 5
1.5.1 Manfaat Teoritis ...................................................................................... 5
1.5.2 Manfaat Praktis ....................................................................................... 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................... 7
2.1 Anatomi dan Fisiologi Ginjal ........................................................................ 7
xii
2.1.1Struktur Ginjal ......................................................................................... 7
2.1.2 Bagian – Bagian Ginjal ........................................................................... 8
2.1.3 Fungsi Ginjal........................................................................................... 9
2.2 Konsep Chronic Kidney Disease ................................................................... 9
2.2.1 Definisi Chronic Kidney Disease ........................................................... 9
2.2.2 Etiologi.................................................................................................. 10
2.2.3 Klasifikasi Chronic Kidney Disease ..................................................... 12
2.2.4 Manifestasi Klinis ................................................................................. 13
2.2.5 Patofisiologi Chronic Kidney Disease .................................................. 14
2.2.6 Pathway ................................................................................................. 16
2.2.7 Pemeriksaan Diagnostik ....................................................................... 17
2.3 Anatomi dan Fisiologi Kulit ........................................................................ 19
2.3.1 Struktur Kulit ........................................................................................ 19
2.3.2 Lapisan Kulit......................................................................................... 19
2.3.3 Fungsi Kulit .......................................................................................... 20
2.4 Konsep Resiko Gangguan integritas kulit ................................................... 22
2.4.1 Definisi Resiko Gangguan integritas kulit ............................................ 22
2.4.2 Etiologi Resiko Gangguan integritas kulit ............................................ 22
2.4.3 Masalah Pada Kulit ............................................................................... 23
2.4.4 Penatalaksanaan Resiko Gangguan integritas kulit .............................. 24
2.5 Konsep Asuhan Keperawatan Klien Chronic Kidney Disease.................... 25
2.5.1 Pengkajian ............................................................................................. 25
2.5.2 Pemeriksaan Fisik (Head To Toe) ........................................................ 27
2.5.3 Skor Resiko Gangguan integritas kulit ................................................. 34
2.5.4 Diagnosa Keperawatan ......................................................................... 35
2.5.5 Intervensi Keperawatan ........................................................................ 38
xiii
2.5.6 Implementasi Keperawatan ................................................................... 40
2.5.7 Evaluasi Keperawatan........................................................................... 40
BAB III METODE PENELITIAN........................................................................ 42
3.1 Desain Penelitian ......................................................................................... 42
3.2 Batasan Istilah ............................................................................................. 42
3.3 Partisipan ..................................................................................................... 43
3.4 Lokasi dan Waktu Penelitian ....................................................................... 43
3.5 Pengumpulan Data ...................................................................................... 43
3.6 Uji Keabsahan Data ..................................................................................... 44
3.7 Analisa Data ................................................................................................ 44
3.8 Etika Penulisan ............................................................................................ 45
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .............................................................. 46
4.1 Hasil ............................................................................................................. 46
4.1.1 Gambaran Lokasi Pengambilan Data ................................................... 46
4.1.2 Pengkajian ............................................................................................. 47
4.1.3 Riwayat Penyakit Sekarang .................................................................. 47
4.1.4 Pola Konsep Diri ................................................................................... 49
4.1.5 Perubahan Pola Kesehatan .................................................................... 51
4.1.6 Pemeriksaan fisik .................................................................................. 53
4.1.7 Pemeriksaan Penunjang ........................................................................ 58
4.1.8 Terapi .................................................................................................... 60
4.1.9 Analisa Data .......................................................................................... 61
4.1.10 Diagnosa Keperawatan ....................................................................... 64
4.1.11 Intervensi ............................................................................................ 64
4.1.12 Implementasi ....................................................................................... 67
4.1.13 Evaluasi ............................................................................................... 70
xiv
4.2 Pembahasan ................................................................................................. 74
4.2.1 Pengkajian ............................................................................................. 74
4.2.2 Diagnosa Keperawatan ......................................................................... 75
4.2.3 Rencana Keperawatan........................................................................... 76
4.2.4 Implementasi Keperawatan ................................................................... 78
4.2.5 Evaluasi ................................................................................................. 79
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................ 80
5.1 Kesimpulan .................................................................................................. 80
5.1.1 Pengkajian ............................................................................................. 80
5.1.2 Diagnosa Keperawatan ......................................................................... 81
5.1.3 Rencana Keperawatan........................................................................... 81
5.1.4 Implementasi Keperawatan ................................................................... 82
5.1.5 Evaluasi ................................................................................................. 82
5.2 Saran ............................................................................................................ 82
5.2.1 Bagi Lahan Penelitian ........................................................................... 82
5.2.2 Bagi Institusi Pendidikan ...................................................................... 83
5.2.3 Bagi Peneliti Selanjutnya ...................................................................... 83
Daftar Pustaka ....................................................................................................... 84
Lampiran ............................................................................................................... 88
xv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Ginjal Tampak Samping.................................................................... 7
Gambar 2.2 Kulit ................................................................................................. 19
Gambar 2.3 Gambar NRS ................................................................................... 34
xvi
DAFTAR BAGAN
Bagan 2.1 Pathway CKD ................................................................................ 16
xvii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Klasifikasi National Kidney Foundation .......................................... 13
Tabel 2.2 Skor kulit kering................................................................................ 24
Tabel 2.3 Intervensi keperawatan ..................................................................... 38
Tabel 4.1 Identitas Klien ................................................................................... 47
Table 4.2 Riwayat Penyakit .............................................................................. 47
Table 4.3 Persepsi Diri ...................................................................................... 49
Tabel 4.4 Perubahan pola kesehatan ................................................................. 51
Tabel 4.5 Pemeriksaan fisik klien CKD ........................................................... 53
Tabel 4.6 Pemeriksaan Radiologi Klien 1......................................................... 58
Tabel 4.7 Pemeriksaan Laboratorium Klien 1 .................................................. 58
Tabel 4. 8 Pemeriksaan Radiologi Klien 2 ....................................................... 59
Tabel 4.9 Pemeriksaan Laboratorium Klien 2 .................................................. 59
Tabel 4.10 Terapi .............................................................................................. 60
Tabel 4.11 Analisa Data .................................................................................... 61
Tabel 4.12 Diagnosa Keperawatan ................................................................... 64
Tabel 4.13 Intervensi Keperawatan................................................................... 64
Tabel 4.14 Implementasi pada klien 1 .............................................................. 67
Tabel 4.15 Implementasi pada klien 2 .............................................................. 69
Table 4.16 Evaluasi klien 1 ............................................................................... 70
Tabel 4.17 Evaluasi klien 2 ............................................................................... 72
Tabel 4.18 Pembahasan Pengkajian .................................................................. 74
Tabel 4.19 Pembahasan Diagnosa Keperawatan .............................................. 75
Tabel 4.20 Pembahasan Tujuan Intervensi ....................................................... 76
xviii
Tabel 4.21 Pembahasan Kriteria Hasil Intervensi Keperawatan ....................... 76
Table 4.22 Pembahasan Intervensi Keperawatan.............................................. 76
Tabel 4.23 Pembahasan Implementasi Keperawatan ........................................ 78
Tabel 4.24 Pembahasan Evaluasi ...................................................................... 79
xix
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Surat Studi Pendahuluan ................................................................ 87
Lampiran 2 Surat Balasan Studi Pendahuluan .................................................. 88
Lampiran 3 Surat Penelitian .............................................................................. 89
Lampiran 4 Surat Balasan Penelitian ................................................................ 90
Lampiran 5 Surat Persetujuan Menjadi Responden 1 ....................................... 91
Lampiran 6 Surat Persetujuan Menjadi Responden 2 ....................................... 92
Lampiran 7 Surat Peryataan Home Care ........................................................... 93
Lampiran 8 Lembar Konsultasi Pembimbing 1 ................................................ 94
Lampiran 9 Lembar Konsultasi Pembimbing 2 ................................................ 99
Lampiran 10 Lembar Konsultasi Pembimbing 3 ............................................ 103
Lampiran 11 Satuan Acara Penyuluhan .......................................................... 105
Lampiran 12 Leflet .......................................................................................... 116
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Gagal ginjal kronis atau Chronic Kidney Disease (CKD) adalah penyakit
pada ginjal yang sudah berlangsung dari 3 bulan atau lebih yang dimana
ginjal sudah tidak bisa mempertahankan metabolisme, keseimbangan cairan
dan elektrolit yang menyebabkan retensi urea dan sampah nitrogen tetap
berada dalam darah (Bruner & Suddarth, 2001 dalam Haryono, 2013; Mc
Clellan, 2006 dalam Prabowo & Pranata, 2014). Penyebab CKD adalah
penyakit glomerulonephritis, infeksi kronis, kelainan kongenital, penyakit
vaskuler, obstruksi saluran kemih, obat-obatan nefrotoksik (Robinson, 2013
dalam Prabowo & Pranata, 2014).
Angka kejadian CKD menurut Hill et al (2016) berdasarkan hasil dari
systemic review dan metaanalysis yang telah dilakukannya didapatkan
prevalensi di dunia CKD sebesar 13,4%. Di Indonesia menurut Riskesdas
tahun 2013 terdapat 0,2% penderita terdiagnosis CKD karena di Indonesia
sebagian besar baru diketahui pada tahap lanjut dan akhir oleh sebab itu
angkanya lebih rendah daripada negara lain. Sementara itu, provinsi Jawa
Timur sebesar 0,3% penderita CKD sehingga menduduki peringkat ke-5 di
Indonesia dan angka kejadian di Indonesia meningkat pada umur 35-75 tahun
ke atas dan paling tinggi pada umur 75 tahun ke atas daripada pada kelompok
umur 25-34 tahun (InfoDATIN, 2017). Pada tahun 2016 menurut Indonesian
2
Renal Registry terdapat 78.281 pasien yang menjalani hemodialisa dan pada
tahun 2017 meningkat menjadi 108.723 pasien (IRR, 2017). Pada tahun 2018
angka kejadian CKD menurut data dari rekam medis RS Panti Waluya
Malang dari bulan Januari-Desember penderita CKD sebanyak 128 penderita
CKD dalam rentang umur >60 tahun dan sebanyak 257 penderita CKD dalam
rentang umur 26-59 tahun (Data Rekam Medis RS Panti Waluya Sawahan,
2018).
Fenomena yang ditemui peneliti yaitu di RS Panti Waluya Malang pada bulan
Agustus tahun 2017 saat peneliti melakukan praktik klinik terdapat penderita
CKD di ruang rawat inap St. Anna Bawah dan Pavilliun Placida. Ada 2 orang
yang menderita CKD. Pasien 1 sudah menderita CKD sekitar 2 tahun dan
mulai mengalami gangguan kulit setelah 1 tahun seperti kulit kering, bersisik
dan mengelupas sebelum HD. Klien mengeluhkan kulit jadi terasa kasar dan
kering terutama di bagian kaki. Pada kulit jadi terlihat seperti ada retakan-
retakan seperti sisik ikan dan membuat klien merasa tidak nyaman. Pada
pasien 2 menderita CKD selama 2,5 tahun dan setelah beberapa minggu
menjalani HD mulai mengalami gangguan kulit kering, bersisik dan terasa
gatal. Pasien mengeluhkan rasa tidak nyaman terutama pada malam hari saat
tidur karena merasa gatal dan kulit terasa kasar. Pada saat digaruk terdapat
bekas garukan berupa garis putih. Saat dilakukan pemeriksaan lab didapatkan
kreatinin 1.10 mg/dL dan kadar ureum 80 mg/dL.
3
Resiko gangguan integritas kulit terjadi karena adanya gangguan reabsorbsi
sisa-sisa metabolisme yang tidak dapat diekskresikan oleh ginjal sehingga
terjadi peningkatan natrium dan ureum yang seharusnya dikeluarkan bersama
urine tetap berada dalam darah pada akhirnya akan diekskresikan melalui
kapiler kulit yang bisa membuat pigmen kulit juga berubah (Baradero, Dayrit,
& siswadi, 2009; Haryono, 2013; Prabowo & Pranata 2014). Sisa limbah dari
tubuh yang seharusnya dibuang melalui urine terserap oleh kulit maka dapat
menyebabkan pruritus, perubahan warna kulit, uremic frosts dan kulit kering
karena sering melakukan hemodialisa (LeMone dkk, 2015).
Resiko gangguan integritas kulit apabila tidak segera ditangani bisa
mengiritasi dan menyebabkan luka yang bisa menjadi infeksi akibat garukan
pada kulit saat terasa gatal. Selain itu pada saat menggaruk maka rasa gatal
akan semakin berat hingga terjadi ekskoriasi, jika terjadi malam hari dapat
mengganggu pola tidur. Pada kulit kering dan bersisik akan menyebabkan
gangguan body image yang bisa membuat penderita menjadi kurang percaya
diri karena kulitnya mengalami kerusakan (LeMone dkk, 2015).
Perawat dalam menjalankan perannya sebagai pemberi asuhan keperawatan
yang komprehensif pada klien dengan masalah resiko gangguan integritas
kulit yaitu untuk mencegah terjadinya kerusakan. Salah satu tindakan
keperawatan yang dapat dilakukan yaitu dengan menjaga kelembapan kulit
agar tidak kering dengan memberikan pelembab dan memberikan KIE
tentang penyebab munculnya masalah kulit akibat CKD. Berdasarkan dari
4
uraian di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan studi kasus tentang
“Asuhan Keperawatan Pada Klien Chronic Kidney Disease Dengan Masalah
Resiko Gangguan Integritas Kulit”.
1.2 Batasan Masalah
Masalah pada studi kasus ini dibatasi pada asuhan keperawatan pada klien
CKD dengan masalah resiko gangguan integritas kulit di RS Panti Waluya
Sawahan Malang
1.3 Rumusan Masalah
Bagaimanakah asuhan keperawatan pada klien CKD dengan masalah resiko
gangguan integritas kulit di RS Panti Waluya Sawahan Malang?
1.4 Tujuan
1.4.1 Tujuan Umum
Melaksanakan asuhan keperawatan pada klien CKD dengan masalah resiko
gangguan integritas kulit di RS Panti Waluya Sawahan Malang
1.4.2 Tujuan Khusus
1) Melakukan pengkajian keperawatan pada klien CKD dengan masalah
resiko gangguan integritas kulit
2) Menetapkan diagnosa keperawatan pada klien CKD dengan masalah
resiko gangguan integritas kulit
5
3) Menyusun perencanaan keperawatan pada klien CKD dengan masalah
resiko gangguan integritas kulit
4) Melaksanakan tindakan keperawatan pada klien CKD dengan masalah
resiko gangguan integritas kulit
5) Melaksanakan evaluasi keperawatan pada klien CKD dengan masalah
resiko gangguan integritas kulit
1.5 Manfaat
1.5.1 Manfaat Teoritis
1) Bermanfaat untuk pengembangan ilmu keperawatan yang komprehensif
di bidang perawatan klien CKD dengan masalah resiko gangguan
integritas kulit
1.5.2 Manfaat Praktis
1) Manfaat bagi perawat
Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan bagi perawat dalam
memberikan asuhan keperawatan kepada klien dengan CKD yang
mengalami resiko gangguan integritas kulit dengan tindakan
keperawatan yang komprehensif menjadi efektif.
2) Manfaat bagi institusi pendidikan
Sebagai masukan untuk menambah pengetahuan kepada mahasiswa
tentang pemberian asuhan keperawatan pada klien dengan CKD yang
mengalami masalah resiko gangguan integritas kulit.
6
3) Manfaat bagi Rumah Sakit
Memberikan bahan masukan yang diperlukan dalam memberikan
pelayanan asuhan keperawatan pada klien dengan CKD yang
mengalami masalah resiko gangguan integritas kulit untuk
meningkatkan kualitas pelayanan.
4) Manfaat bagi pasien dan keluarga
Memberikan pengetahuan dan informasi kepada pasien dan keluarga
mengenai tindakan pencegahan untuk mengurangi terjadinya resiko
gangguan integritas kulit pada penderita CKD. Sehingga perawat, klien
dan keluarga bisa bekerjasama untuk mengurangi dampak yang akan
terjadi.
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Anatomi dan Fisiologi Ginjal
Gambar 2.1 Ginjal tampak samping (Sobota, 2006)
2.1.1Struktur Ginjal
Ginjal terletak di dinding posterior abdomen, di daerah lumbal, kanan dan
kiri tulang belakang, terbungkus lapisan lemak yang tebal, diluar rongga
peritoneum karena itu ginjal berada di belakang peritoneum. Ginjal kanan
memiliki posisi yang lebih rendah dari ginjal kiri karena terdapat hati yang
mengisi rongga abdomen sebelah kanan dengan panjang masing-masing
ginjal 6-7,5 cm dan tebal 1,5-2,5 cm dengan berat sekitar 140 gram pada
dewasa (Pearce, 2013).
8
2.1.2 Bagian – Bagian Ginjal
Menurut Haryono (2013) ginjal memiliki 3 bagian, yaitu:
1) Kulit ginjal (korteks) yang terdapat nefron sebanyak 1-1,5 juta yang
bertugas menyaring darah karena memiliki kapiler-kapiler darah yang
tersusun secara bergumpal yang disebut glomerulus yang dikelilingi
oleh Simpai Bownman, dan gabungan dari glomerulus dan Simpai
Bownman disebut malphigi yang merupakan tempat terjadinya
penyaringan darah (Haryono, 2013).
2) Sumsum ginjal (medula) terdapat piramid renal yang dasarnya
menghadap korteks dan puncaknya (apeks/papilla renis) mengarah ke
bagian dalam ginjal. Diantara bagian piramid terdapat jaringan korteks
yang disebut kolumna renal yang menjadi tempat berkumpulnya
ribuan pembuluh halus yang mengangkut urin hasil penyaringan darah
dalam badan malphigi setelah diproses yang merupakan lanjutan dari
Simpai Bownman (Haryono, 2013).
3) Rongga ginjal (pelvis renalis) merupakan ujung ureter yang
berpangkal di ginjal, berbentuk corong lebar. Pelvis renalis bercabang
menjadi dua atau tiga yang disebut kaliks mayor yang masing-masing
membentuk beberapa kaliks minor yang menampung urine yang
keluar dari papila. Dari kaliks minor urin ke kaliks mayor lalu ke
pelvis renis kemudian ke ureter hingga akhirnya ditampung di vesika
urinaria (Haryono, 2013).
9
2.1.3 Fungsi Ginjal
Ginjal memiliki beberapa fungsi, yaitu:
a) Mengatur volume air (cairan) dalam tubuh melalui pengeluaran
jumlah urin (Haryono, 2013).
b) Mengatur keseimbangan osmotic dan mempertahankan keseimbangan
ion yang optimal dalam plasma (keseimbangan elektrolit) apabila ada
pengeluaran ion yang abnormal ginjal akan meningkatkan ekskresi ion
yang penting (natrium, kalium, kalsium) (Haryono, 2013).
c) Mengatur keseimbangan asam basa dengan mensekresi urin sesuai
dengan pH darah yang berubah (Haryono, 2013)..
d) Mengekskresikan sisa hasil metabolisme (ureum, asam urat, kreatinin)
obat-obatan, zat toksik dan hasil metabolisme pada hemoglobin
(Haryono, 2013).
e) Mengatur fungsi hormonal seperti mensekresi hormone renin untuk
mengatur tekanan darah dan metabolisme dengan membentuk
eritropoiesis yang berperan dalam proses pembentukan sel darah
merah (Haryono, 2013)
2.2 Konsep Chronic Kidney Disease
2.2.1 Definisi Chronic Kidney Disease
Chronic Kidney Disease (CKD) adalah suatu kondisi gagalnya ginjal dalam
menjalankan fungsinya mempertahankan metabolisme serta keseimbangan
cairan dan elektrolit karena rusaknya struktur ginjal yang progresif ditandai
10
dengan penumpukan sisa metabolik (toksik uremik) dalam darah (Muttaqin
& Sari, 2014).
2.2.2 Etiologi
CKD bisa terjadi karena berbagai kondisi klinis seperti penyakit komplikasi
yang bisa menyebabkan penurunan fungsi pada ginjal (Muttaqin & Sari
2011). Menurut Robinson (2013) dalam Prabowo dan Pranata (2014)
penyebab CKD, yaitu:
a) Penyakit glomerular kronis (glomerulonephritis)
b) Infeksi kronis (pyelonephritis kronis, tuberculosis)
c) Kelainan vaskuler (renal nephrosclerosis)
d) Obstruksi saluran kemih (nephrolithiasis)
e) Penyakit kolagen (Systemic Lupus Erythematosus)
f) Obat-obatan nefrotoksik (aminoglikosida)
Sedangkan menurut Muttaqqin & Sari (2011) kondisi klinis yang bisa
memicu munculnya CKD, yaitu:
1) Penyakit dari ginjal
a) Penyakit pada saringan (glomerulus): glomerulonephritis
b) Infeksi kuman: pyelonephritis, ureteritis
c) Batu ginjal: nefrolitiasis
d) Kista di ginjal: polycitis kidney
e) Trauma langsung pada ginjal
f) Keganasan pada ginjal
g) Sumbatan: batu, tumor, penyempitan/striktur
11
2) Penyakit umum di luar ginjal
a) Penyakit sistemik: diabetes mellitus, hipertensi, kolesterol
tinggi sangat berkaitan erat untuk terjadinya kerusakan pada
ginjal. Saat kadar insulin dalam darah berlebih akan
menyebabkan resistensi insulin yang dapat meningkatkan
lipolisis pada jaringan adiposa yang membuat lemak dalam
darah meningkat termasuk kolesterol dan trigliserida.
Hiperkolesterolemia akan meningkatkan LDL-kol dan
penurunan HDL-kol yang akan memicu aterosklerosis karena
ada akumulasi LDL-kol yang akan membentuk plak pada
pembuluh darah. Terbentuknya plak akan membuat retensi
natrium sehingga tekanan darah naik. Retensi ini yang
nantinya akan merusak struktur tubulus ginjal (Noviyanti
dkk, 2015).
b) Dyslipidemia karena dapat memicu aterosklerosis akibat
akumulasi LDL-kol sehingga memunculkan plak pada
pembuluh darah yang akan meningkatkan tekanan darah
karena ada retensi natrium bisa membuat ginjal rusak
(Noviyanti dkk, 2015).
c) SLE (Systemic Lupus Erythematosus) adalah penyakit
autoimun yang dapat menyebabkan peradangan pada jaringan
dan pembuluh darah di semua bagian tubuh, terutama
menyerang pembuluh darah di ginjal. Pembuluh darah dan
membran pada ginjal akan menyimpan bahan kimia yang
12
seharusnya ginjal keluarkan dari tubuh karena hal ini ginjal
tidak berfungsi sebagaimana mestinya (Roviati, 2012).
d) Infeksi di badan: TBC paru, sifilis, malaria, hepatitis karena
apabila tidak segera diobati maka bakteri, virus dan parasit
akan menggerogoti organ yang ditempati hingga nanti akan
menyebar ke seluruh tubuh melalui aliran darah dan
menyerang organ lain seperti ginjal (Mohamad dkk, 2016).
e) Preeklamsi menyebabkan vasokonstriksi sehingga terjadi
penurunan aliran darah ke ginjal yang berakibat GFR
menurun dan laju ekskresi kreatinin dan urea juga menurun
(Fadhila dkk, 2018).
f) Obat-obatan seperti antihipertensi memiliki efek samping
yaitu meningkatkan serum kreatinin jika digunakan dalam
jangka panjang (Irawan, 2014)
g) Kehilangan banyak cairan yang mendadak (luka bakar, diare)
akan membuat seseorang mengalami dehidrasi sehingga akan
membuat urine menjadi lebih pekat (Arifa dkk, 2017).
2.2.3 Klasifikasi Chronic Kidney Disease
Dalam Muttaqin dan Sari, 2011 CKD memiliki kaitan dengan penurunan
Glomerular Filtration Rate (GFR), maka perlu diketahui derajat CKD untuk
mengetahui tingkat prognosanya.
13
Tabel 2.1 Klasifikasi National Kidney Foundation
Stadium Deskripsi GFR
(ml/menit/1,73m2)
1 Kerusakan ginjal dengan GFR normal atau
meningkat
>90
2 Kerusakan ginjal dengan GFR meningkat
atau ringan
60-89
3 Kerusakan ginjal dengan GFR meningkat
atau sedang
30-59
4 Kerusakan ginjal dengan GFR meningkat
atau berat
15-29
5 Gagal ginjal <15 atau dialisis (Sumber: Sudoyo, 2015)
Penurunan GFR menurut Suwitra (2009) dalam Kandacong (2017) dapat
diukur dengan menggunakan rumus Cockroft-Gault untuk mengetahui
derajat penurunan fungsi ginjal:
LFG/GFR (ml/mnt/1.73m²) ( )
( )⁄ )
*) pada perempuan dikalikan 0,85
2.2.4 Manifestasi Klinis
Menurut Haryono (2013) & Robinson (2013) CKD memiliki tanda dan
gejala sebagai berikut:
a) Ginjal dan gastrointestinal biasanya muncul hiponatremi maka akan
muncul hipotensi karena ginjal tidak bisa mengatur keseimbangan
cairan dan elektrolit dan gangguan reabsorpsi menyebabkan sebagian
zat ikut terbuang bersama urine sehingga tidak bisa menyimpan
garam dan air dengan baik. Saat terjadi uremia maka akan
merangsang reflek muntah pada otak.
14
b) Kardiovaskuler biasanya terjadi aritmia, hipertensi, kardiomiopati,
pitting edema, pembesaran vena leher
c) Respiratory system akan terjadi edema pleura, sesak napas, nyeri
pleura, nafas dangkal, kusmaull, sputum kental dan liat
d) Integumen maka pada kulit akan tampak pucat, kekuning-kuningan
kecoklatan,biasanya juga terdapat purpura, petechie, timbunan urea
pada kulit, warna kulit abu-abu mengilat, pruritus, kulit kering
bersisik, ekimosis, kuku tipis dan rapuh, rambut tipis dan kasar
e) Neurologis biasanya ada neuropathy perifer, nyeri, gatal pada lengan
dan kaki, daya memori menurun, apatis, rasa kantuk meningkat.
f) Endokrin maka terjadi infertilitas dan penurunan libido, gangguan
siklus menstruasi pada wanita, impoten, kerusakan metabolisme
karbohidrat.
g) Sistem muskulosekeletal: kram otot, kehilangan kekuatan otot,
fraktur tulang.
h) Sistem reproduksi: amenore, atrofi testis
2.2.5 Patofisiologi Chronic Kidney Disease
CKD diawali dengan menurunnya fungsi ginjal, sebagian nefron (termasuk
glomerulus dan tubulus) ada yang utuh dan yang lainnya rusak. Akibatnya
nefron yang utuh atau sehat mengambil ahli tugas nefron yang rusak.
Nefron yang sehat akhirnya meningkatkan kecepatan filtrasi, reabsorpsinya
dan ekskresinya meski GFR mengalami penurunan, serta mengalami
hipertropi. Semakin banyak nefron yang rusak maka beban kerja pada
15
nefron yang sehat semakin berat yang pada akhirnya akan mati. Fungsi renal
menurun akibatnya produk akhir metabolisme dari protein yang seharusnya
diekskresikan kedalam urin menjadi tertimbun dalam darah dan terjadi
uremia yang mempengaruhi semua sistem tubuh (Nursalam & Batticaca,
2009; Mutaqqin & Sari, 2011; Haryono, 2013). Salah satunya yaitu sistem
integumen karena adanya gangguan pada reabsorbsi sisa-sisa metabolisme
yang tidak dapat dieksresikan oleh ginjal sehingga terjadi peningkatan
natrium dan ureum yang seharusnya dikeluarkan bersama urine tetap berada
dalam darah pada akhirnya akan diekskresikan melalui kapiler kulit yang
bisa membuat pigmen kulit juga berubah (Baradero, Dayrit, & siswadi,
2009; Haryono, 2013; Prabowo & Pranata 2014). Karena sisa limbah dari
tubuh yang seharusnya dibuang melalui urine terserap oleh kulit maka dapat
menyebabkan pruritus, perubahan warna kulit, uremic frosts dan kulit
kering karena sering melakukan hemodialisa (LeMone dkk, 2015). Sindrom
uremia juga bisa menyebabkan respon pada muskuloskeletal yaitu terdapat
ureum pada jaringan otot yang bisa menyebabkan otot mengalami
kelemahan, kelumpuhan, mengecil dan kram. Akibatnya bisa menyebabkan
terjadi miopati, kram otot dan kelemahan fisik (Muttaqin & Sari, 2014).
Saat seseorang mengalami gangguan pada jaringan otot bisa membuat
kesulitan dalam beraktivitas hingga tirah baring yang lama hingga bisa
menyebabkan penekanan pada area tulang yang menonjol dan akan terjadi
luka tekan. Sehingga terjadilah gangguan integritas kulit pada penderita
CKD.
16
2.2.6 Pathway
Keterangan:
= Diteliti : Faktor yang mempengaruhi
= Tidak diteliiti : Berhubungan
Bagan 2.1 Pathway CKD (Muttaqin & Sari, 2014)
CKD
Resiko Gangguan integritas kulit
Berbagai kondisi yang menyebabkan
terjadinya penurunan fungsi nefron
Mekanisme kompensasi dan adaptasi
dari nefron menyebabkan kematian
nefron
Respon integumen kulit pada
jaringan kulit
Sindrom Uremik Penumpukan toksik uremik di
dalam darah, ketidakseimbangan
cairan dan elektrolit
GFR menyebabkan kegagalan dalam
mempertahankan metabolisme dan
keseimbangan cairan dan elektrolit
Destruksi struktur ginjal secara
progresif
Peningkatan
produksi melanin
Pajanan matahari
Hiperpigmentasi
Uremic frost
Diekskresikan
melaui kapiler kulit
Perubahan warna
kulit
Penimbunan keratinoid
dan pigmen urine
pruritus
Kulit kering
Atrofi kelenjar keringat
dan minyak
Respon muskuloskeletal,
ureum pada jaringan otot
Kelemahan fisik
Penekanan
jaringan setempat
17
2.2.7 Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan pada klien CKD, yaitu:
a) Pemeriksaan pada urine yang meliputi:
1) Volume urine pada orang normal yaitu 500-3000 ml/24 jam atau
1.200 ml selama siang hari sedangkan pada orang CKD produksi
urine kurang dari 400 ml/24 jam atau sama sekali tidak ada
produksi urine (anuria) (Debora, 2017).
2) Warna urine pada temuan normal transparan atau jernih dan
temuan pada orang CKD didapatkan warna urine keruh karena
disebabkan oleh pus, bakteri, lemak, fosfat atau urat sedimen
kotor, kecoklatan karena ada darah, Hb, myoglobin, porfirin
(Nuari & Widayati, 2017).
3) Berat jenis untuk urine normal yaitu 1.010-1.025 dan jika<1.010
menunjukan kerusakan ginjal berat (Nuari & Widayati, 2017).
4) Klirens kreatinin kemungkinan menurun dan untuk nilai
normalnya menurut Verdiansah (2016), yaitu:
a) Laki-laki : 97 mL/menit – 137 mL/menit per 1,73 m2
b) Perempuan : 88 mL/menit – 128 mL/menit per 1,73 m2
5) Protein: derajat tinggi proteinuria (3-4+) menunjukkan kerusakan
glomerulus bila SDM dan fragmen ada. Normalnnya pada urine
tidak ditemukan kandungan protein.
18
b) Pemeriksaan darah pada penderita CKD menurut Nuari & Widayati
(2017)
1) BUN meningkat dari keadaan normal 10.0-20.0 mg/dL, kreatinin
meningkat dari nilai normal <0.95 mg/dL, ureum lebih dari nilai
normal 21-43 mg/dL
2) Hemoglobin biasanya < 7-8 gr/dl
3) SDM menurun dari nilai normal 4.00-5.00, defisiensi eritopoetin
4) BGA menunjukkan asidosis metabolik, pH <7,2
5) Natrium serum rendah dari nilai normal 136-145 mmol/L
6) Kalium meningkat dari nilai normal 3,5-5 mEq/L atau 3,5-5
mmol/L
7) Magnesium meningkat dari nilai normal 1,8-2,2 mg/dL
8) Kalsium menurun dari nilai normal 8,8-10,4 mg/dL
9) Protein (albumin) menurun dari nilai normal 3,5-4,5 mg/dL
c) Pielografi intravena bisa menunjukkan adanya abnormalitas pelvis
ginjal dan ureter. Pielografi retrograde dilakukan bila muncul
kecurigaan adanya obstruksi yang reversibel. Arteriogram ginjal
digunakan untuk mengkaji sirkulasi ginjal dan mengidentifikasi
ekstravaskular massa (Haryono, 2013).
d) Ultrasono ginjal digunakan untuk menentukan ukuran ginjal serta ada
atau tidaknya massa, kista, obstruksi pada saluran perkemihan bagian
atas (Nuari & Widayati, 2017)
e) Biopsi ginjal dilakukan secara endoskopi untuk menentukan sel
jaringan untuk diagnosis histologis (Haryono, 2013).
19
2.3 Anatomi dan Fisiologi Kulit
Gambar 2.2 Kulit (Pearce, 2012)
2.3.1 Struktur Kulit
Kulit merupakan sistem integumen yang melindungi dan menutupi
permukaan tubuh. Di dalam kulit ada ujung saraf peraba yang mempunyai
banyak fungsi (Pearce, 2012).
2.3.2 Lapisan Kulit
Kulit memiliki 3 lapisan, yaitu:
1) Epidermis merupakan lapisan paling luar dengan ketebalan sekitar
0,1 mm yang berfungsi sebagai barier pelindung. Epidermis sangat
bergantung pada lapisan dermis untuk memperoleh suplai oksigen
dan nutrisi karena epidermis tidak memiliki pembuluh darah sendiri
(Debora, 2017).
2) Dermis memiliki fibroblas yang menghasilkan kolagen dan serat
elastin sehingga saat direnggangkan akan kembali ke bentuk semula
tetapi seiring waktu berlalu kulit akan kehilangan kelenturannya.
Lapisan ini memiliki banyak pembuluh darah kapiler untuk
20
memberikan nutrisi untuk lapisan dermis sendiri dan lapisan
epidermis (Debora, 2017).
3) Hipodermis atau lapisan subkutan terdiri dari lapisan lemak.
Jaringan ini terdiri dari jaringan ikat longgar yang mengandung
kolagen, serat elastin, dan banyak sel darah putih yang akan keluar
dari pembuluh darah kapiler yang akan menyebar dan membunuh
bakteri patogen yang masuk melalui kulit yang rusak (Debora,
2017).
2.3.3 Fungsi Kulit
Kulit memiliki beberapa fungsi, yaitu:
1) Fungsi proteksi sebagai pelindung tubuh dari berbagai gangguan
fisik seperti gesekan, tarikan, gangguan kimiawi yang dapat
menimbulkan iritasi, serta gangguan panas (Syaifuddin, 2018).
2) Fungsi absorpsi dimana penyerapan terjadi di celah antarsel lalu
menembus sel-sel epidermis dan saluran kelenjar. Kulit memiliki
sifat permeabel pada cairan yang mudah menguap seperti oksigen,
karbondioksida, dan uap air. Namun tidak mudah menyerap pada air,
larutan dan benda padat (Syaifuddin, 2018).
3) Fungsi ekskresi dengan mengeluarkan zat yang tidak berguna hasil
sisa metabolisme seperti natrium klorida (garam), urea, asam urat
dan ammonia melalui kelenjar kulit (Syaifuddin, 2018).
4) Fungsi persepsi karena di lapisan dermis dan subkutis ada ujung-
ujung saraf sensorik. Panas dapat dirasakan oleh lapisan dermis dan
21
subkutis dan rasa dingin dapat dirasakan oleh lapisan dermis. Jika
perabaan oleh papilla dermis dan markel renvier, sedangkan untuk
tekanan dirasakan oleh lapisan epidermis (Syaifuddin, 2018).
5) Kulit sebagai pengatur suhu karena pada saat vasodilatasi arteriol
memekar, kulit menjadi lebih panas dan panas berlebih tersebut akan
cepat terpancar dan hilang disebabkan bertambah aktifnya kelenjar
keringat sehingga terjadi penguapan cairan dari permukaan tubuh.
Akan tetapi, pada saat vasokonstriksi pembuluh darah di kulit akan
mengerut, kulit berubah menjadi pucat dan dingin maka pengeluaran
keringat hampir dihentikan dan penghilangan panas akan dibatasi.
(Pearce, 2012).
6) Fungsi pembentukan pigmen terletak pada lapisn basal dan sel dari
rigi saraf. Melanosit akan membentuk warna pada kulit karena
memiliki enzim melanosom dan sinar matahari mempengaruhi
melanosom, lalu tangan-tangan dendrit akan menyebarkan pigmen
ke dermis (Syaifuddin, 2018).
7) Fungsi keratinasi terjadi melalui proses sintesis dan generasi yang
berubah menjadi lapisan tanduk yang terjadi sekitar 14-21 hari.
8) Fungsi pembentukan vitamin D dengan bantuan sinar matahari yang
mengubah dihidroksi kolesterol (Syaifuddin, 2018).
22
2.4 Konsep Resiko Gangguan integritas kulit
2.4.1 Definisi Resiko Gangguan integritas kulit
Resiko gangguan integritas kulit adalah suatu keadaan yang terjadi di mana
lapisan epidermis dan atau dermis beresiko untuk mengalami perubahan
(Moorhead et al, 2013).Sedangkan resiko gangguan integritas kulit menurut
Ackley dan Ladwig (2011) adalah dimana kulit beresiko untuk mengalami
perubahan untuk menjadi buruk.
2.4.2 Etiologi Resiko Gangguan integritas kulit
1. Kulit kering pada penderita CKD terjadi karena penumpukan urea (urea
frost) (Aisara, Azmi, & Yanni, 2018).
2. Garukan berulang akan menyebabkan ekskoriasi, pendarahan maupun
infeksi pada kulit (Astuti & Husna, 2017).
3. Memar yang disebabkan oleh adanya trauma kecil dan bisa menjadi
gambaran adanya gangguan pada aktivitas keping darah dan pembuluh
darah kulit yang rapuh (Chamberlain’s, 2012).
4. Pajanan sinar matahari karena uremia mempengaruhi hormon MSH
sehingga terjadi peningkatan produksi melanin menyebabkan
hiperpigmentasi (Harlim dan Yogyartono, 2012).
5. Pada penderita CKD yang mengalami anemia akan membuat kulit
tampak pucat (Chamberlain’s, 2012).
6. Uremia bisa menyebabkan menjadi kulit kering dan mengelupas dengan
warna coklat kekuningan (Chamberlain’s, 2012).
23
7. Konsumsi obat kortikosteroid dalam jangka panjang akan membuat
hilangnya jaringan dibawah kulit akibatnya kulit menjadi rapuh, tipis
dan mudah memar karena trauma kecil (Chamberlain’s, 2012).
8. Sindrom nefrosis menyebabkan kuku menjadi rapuh karena kehilangan
protein (Chamberlain’s, 2012).
2.4.3 Masalah Pada Kulit
Ada beberapa masalah kulit yang sering dialami sehingga bisa
menyebabkan gangguan integritas kulit, yaitu:
a) Pruritus bisa menyebabkan orang memiliki keinginan untuk
menggaruk karena adanya sensasi gatal baik di area yang kecil dan
terbatas atau bisa area yang luas. Pruritus bisa menjadi manifestasi
sekunder dari gangguan sistemik yang meliputi jenis kanker tertentu,
diabetes melitus, penyakit hati dan gagal ginjal. Efek dari pruritus
karena sering menggaruk yaitu terjadi kemerahan, bintul, perubahan
pigmentasi, dan infeksi (LeMone dkk, 2015).
b) Xerosis atau biasa disebut juga kulit kering terjadi karena adanya
penurunan aktivitas pada kelenjar sebasea dan kelenjar keringat
sehingga mengurangi lubrikasi kulit dan retensi pelembap. Xerosis
terjadi karena adanya penurunan asupan cairan, mandi secara
berlebihan, kelembapan yang rendah, sinar matahari dan panas
lingkungan. Kondisi ini kebanyakan dialami oleh lansia namun
kondisi ini juga bisa terjadi pada semua umur (LeMone dkk, 2015).
24
c) Uremic frost atau pembekuan uremia yang terjadi karena adanya
akumulasi dan pembentukan kristal urea dan sisa-sisa produk
nitrogen lain yang dikeluarkan oleh keringat sehingga terjadi
endapan (Chamberlain’s, 2012).
d) Memar terjadi karena adanya trauma kecil dan menandakan adanya
gangguan pada aktivitas keping darah dan pembuluh darah yang
berada dikulit rapuh (Chamberlain’s, 2012).
e) Menurut Amano dkk (2017) tingkatan kulit kering menggunakan 5
poin skala kekeringan melalui visual.
Tabel 2.2 Skor kulit kering
Skor Deskripsi
0 Kulit normal, tidak mengelupas
1 Sedikit mengelupas, kulit tampak kasar, tampak sedikit keputihan
2 Mengelupas, permukaan agak kasar
3
Ditandai dengan adanya sisik dan tampak sedikit celah, kasar, tampak
retakan
4 Bersisik parah, sangat kasar
(Sumber: Amano dkk, 2017)
2.4.4 Penatalaksanaan Resiko Gangguan integritas kulit
a) Perhatikan perawatan yang baik untuk kulit dengan menjaga personal
hygiene seperti mandi atau seka dengan tidak menggunakan sabun yang
mengandung gliserin yang akan membuat kulit bertambah kering
(Prabowo & Pranata, 2014).
b) Memberikan KIE bagaimana cara untuk mengurangi kulit kering dan
pruritus (LeMone, Priscilla dkk 2015).
c) Gunakan sabun yang mengandung lemak dan lotion yang tidak
memiliki kandungan alkohol untuk membuat rasa gatal berkurang
(Prabowo & Pranata, 2014).
25
d) Berikan obat antipruritus untuk mengurangi rasa gatal bila diperlukan
(Nursalam, & Baticaca, 2009)
e) Terapi dialisis untuk menghilangkan produk akhir metabolisme protein
seperti ureum dan kreatinin dari dalam darah, serta menghilangkan
kelebihan cairan dari darah (Black & Hawks, 2014).
2.5 Konsep Asuhan Keperawatan Klien Chronic Kidney Disease
2.5.1 Pengkajian
Pengkajian yang dapat dilakukan pada klien dengan CKD meliputi beberapa
hal, yaitu:
a) Biodata
Tanyakan identitas klien meliputi nama lengkap, tanggal lahir,
alamat dan sebagainya lalu cocokkan dengan label nama untuk
memastikan bahwa setiap rekam medis, catatan, hasil tes dan
sebagainya memang milik klien (Gleadle, 2007).
Menurut Prabowo & Pranata (2014) pekerjaan dan pola hidup tidak
sehat juga memiliki keterkaitan dengan penyakit CKD karena itu
laki-laki sangat beresiko.
b) Keluhan utama
Pada klien CKD dengan masalah kulit biasanya memiliki keluhan
seperti kulit kering sampai bersisik, kasar, pucat, gatal, mengalami
iritasi karena garukan, edema (Nursalam, & Baticaca, 2009;
Muttaqin & Sari, 2011).
26
c) Riwayat kesehatan sekarang
Klien akan mengeluhkan mengalami penurunan urine output
(oliguria) sampai pada anuria, anoreksia, mual dan muntah, fatigue,
napas berbau urea, adanya perubahan pada kulit. Kondisi ini terjadi
karena penumpukan (akumulasi) zat sisa metabolisme/toksin dalam
tubuh karena ginjal mengalami kegagalan dalam filtrasi (Muttaqin &
Sari, 2014; Prabowo & Pranata, 2014).
d) Riwayat penyakit dahulu
Riwayat pemakaian obat-obatan, ada riwayat gagal ginjal akut, ISK,
atau faktor predisposisi seperti diabetes melitus dan hipertensi
biasanya sering dijumpai pada penderita CKD (Muttaqin & Sari,
2011).
e) Riwayat Psikososial
Menurut Muttaqin & Sari (2014) CKD bisa menyebabkan gangguan
pada kondisi psikososial klien seperti adanya gangguan peran pada
keluarga karena sakit, kecemasan karena biaya perawatan dan
pengobatan yang banyak, gangguan konsep diri (gambaran diri).
f) Kebutuhan dasar manusia meliputi:
1) Pola nutrisi: Pada klien CKD terjadi peningkatan BB karena
adanya edema, namun bisa juga terjadi penurunan BB karena
kebutuhan nutrisi yang kurang ditandai dengan adanya anoreksia
serta mual atau muntah (Rendi & Margareth, 2012).
2) Pola eliminasi: Pada klien CKD akan terjadi oliguria atau
penurunan produksi urine kurang dari 30 cc/jam atau 500 cc/24
27
jam. Bahkan bisa juga terjadi anuria yaitu tidak bisa
mengeluarkan urin selain itu juga terjadi perubahan warna pada
urin seperti kuning pekat, merah dan coklat (Haryono 2013;
Debora, 2017).
3) Pola istirahat dan tidur: Pada klien CKD istirahat dan tidur akan
terganggu karena terdapat gejala nyeri panggul, sakit kepala,
kram otot dan gelisah dan akan memburuk pada malam hari
(Haryono, 2013).
4) Pola aktivitas: Pada klien CKD akan terjadi kelemahan otot dan
kelelahan yang ekstrem (Rendi & Margareth, 2012).
5) Personal Hygiene: Pada klien CKD penggunaan sabun yang
mengandung gliserin akan mengakibatkan kulit bertambah
kering (Prabowo & Pranata, 2014).
2.5.2 Pemeriksaan Fisik (Head To Toe)
Pemeriksaan pertama yang harus dilakukan sebelum melakukan
pemeriksaan fisik meliputi:
1) Tekanan darah: pada klien CKD tekanan darah cenderung mengalami
peningkatan dari hipertensi ringan hingga berat. Sedangkan rentang
pengukuran tekanan darah normal pada dewasa yaitu 100-140/60-90
mmHg dengan rata-rata 120/80 mmHg dan pada lansia 100-160/ 60-90
mmHg dengan rata-rata 130/180 mmHg.
28
2) Nadi: pada klien CKD biasanya teraba kuat dan jika disertai dengan
disritmia jantung nadi akan teraba lemah halus. Frekuensi normal pada
nadi orang dewasa yaitu 60-100 x/menit.
3) Suhu: pada klien CKD biasanya suhu akan mengalami peningkatan
karena adanya sepsis atau dehidrasi sehingga terjadi demam. Suhu pada
dewasa normalnya berbeda pada setiap lokasi. Pada aksila 36,4⁰C,
rektal 37,6°C, oral 37,0°C.
4) Frekuensi pernapasan pada klien CKD akan cenderung meningkat
karena terjadi takipnea dan dispnea. Rentang normal frekuensi
pernapasan pada dewasa 12-20 x/menit dengan rata-rata 18 x/menit.
5) Keadaan umum pada klien CKD cenderung lemah dan nampak sakit
berat sedangkan untuk tingkat kesadaran menurun karena sistem saraf
pusat yang terpengaruhi sesuai dengan tingkat uremia yang
mempengaruhi (Rendi & Margareth, 2012; Muttaqin & Sari, 2014;
Debora, 2017).
Setelah pemeriksaan TTV selesai selanjutnya pemeriksaan fisik,
meliputi:
1) Kepala
Inspeksi:
Pada klien CKD, rambut tampak tipis dan kering, berubah warna dan
mudah rontok, wajah akan tampak pucat, kulit tampak kering dan
kusam (Williams & Wilkins, 2011; Debora 2017).
Palpasi:
Rambut akan terasa kasar, kulit terasa kasar (Haryono, 2013)
29
2) Telinga
Inspeksi:
Periksa kesimetrisan dan posisi kedua telinga, produksi serumen,
warna, kebersihan dan kemampuam mendengar. Pada klien CKD
lihat adanya uremic frost (Nursalam & Batticaca, 2009; Debora,
2017).
Palpasi:
Periksa ada tidaknya massa, elastisitas atau nyeri tekan pada tragus,
pada klien CKD kulit akan terasa kasar karena kering (Nursalam &
Batticaca, 2009; Debora, 2017).
3) Mata
Inspeksi:
Pada klien CKD akan tampak kalsifikasi (endapan mineral kalsium
fosfat) akibat uremia yang berlarut-larut di daerah pinggir mata, di
sekitar mata akan tampak edema, penglihatan kabur dan konjungtiva
akan terlihat pucat jika ada yang mengalami anemia berat
(Chamberlain’s, 2012;Haryono, 2013; Debora, 2017).
Palpasi:
Bola mata akan teraba kenyal dan melenting, pada sekitar mata akan
teraba edema (Chamberlain’s, 2012; Debora, 2017).
30
4) Hidung
Inspreksi:
Periksa adanya produksi sekret, ada atau tidak pernapasan cuping
hidung, kesimetrisan kedua lubang hidung, pada kulit akan telihat
kering dan kusam (Chamberlain’s, 2012; Debora, 2017).
Palpasi:
Periksa ada massa dan nyeri tekan pada sinus atau tidak, ada
dislokasi tulang hidung atau tidak, akan terasa kasar (Chamberlain’s,
2012; Debora, 2017).
5) Mulut
Inspeksi:
Pada saat bernapas akan tercium bau ammonia karena faktor uremik,
ulserasi pada gusi, bibir tampak kering (Williams & Wilkins, 2011).
6) Leher
Inspeksi:
Periksa ada massa atau tidak, pembengkakan atau kekakuan leher,
kulit kering, pucat, kusam (Williams & Wilkins, 2011; Debora,
2017).
Palpasi:
Periksa adanya pembesaran kelenjar limfe, massa atau tidak. Periksa
posisi trakea ada pergeseran atau tidak, kulit terasa kasar (Debora,
2017).
31
7) Dada
a) Paru
Inspeksi:
Pada klien CKD pergerakan dada akan cepat karena pola napas
juga cepat dan dalam (kusmaul), batuk dengan ada tidaknya
sputum kental dan banyak apabila ada edema paru batuk akan
produktif menghasilkan sputum merah muda dan encer, pada
kulit akan ditemukan kulit kering, uremic frost, pucat atau
perubahan warna kulit dan bersisik (Haryono, 2013; Prabowo &
Pranata, 2014).
Palpasi:
Periksa pergerakan dinding dada teraba sama atau tidak, terdapat
nyeri dan edema atau tidak, kulit terasa kasar dan permukaan
tidak rata (Debora, 2017).
Perkusi:
Perkusi pada seluruh lapang paru normalnya resonan dan pada
CKD pekak apabila paru terisi cairan karena edema (Debora,
2017).
Auskultasi:
Dengarkan apa ada suara napas tambahan seperti ronchi,
wheezing, pleural friction rub dan stridor (Debora, 2017).
32
b) Jantung
Inspeksi:
Normalnya akan tampak pulsasi pada ICS 5 midklavikula kiri
katup mitrialis pada beberapa orang dengan diameter normal 1-2
cm (Debora, 2017).
Palpasi:
Normalnya akan teraba pulsasi pada ICS 5 midkalvikula kiri
katup mitrialis (Debora, 2017).
Perkusi:
Normalnya pada area jantung akan terdengar pekak pada ICS 3-
5 di sebelah kiri sternum (Debora, 2017).
Auskultasi:
Pada klien CKD akan terjadi disritmia jantung dan akan
terdengar bunyi jantung murmur (biasanya pada lansia) pada
klien CKD yang memiliki hipertensi (Haryono 2013; Debora,
2017).
8) Abdomen
Inspeksi:
Kulit abdomen akan tampak mengkilap karena asites dan kulit
kering, pucat, bersisik, warna cokelat kekuningan, akan muncul
pruritus (Williams & Wilkins, 2011; Debora, 2017).
Auskultasi:
Dengarkan bising usus di keempat kuadran abdomen (Debora,
2017).
33
Perkusi:
Klien dengan CKD akan mengeluh nyeri pada saat dilakukan
pemeriksaan di sudut costo-vertebrae pada penderita penyakit ginjal
(Debora, 2017)
Palpasi:
Lakukan palpasi pada daerah terakhir diperiksa yang terasa nyeri,
teraba ada massa atau tidak pada ginjal (Debora, 2017).
9) Kulit dan kuku
Inspeksi:
Kuku akan menjadi rapuh dan tipis, kulit menjadi pucat, kering dan
mengelupas, bersisik, akan muncul pruritus, warna cokelat
kekuningan, hiperpigmentasi, memar, uremic frost, ekimosis, petekie
(Nursalam & Batticaca, 2009; Muttaqin & Sari, 2011; Williams &
Wilkins, 2011; Chamberlain’s, 2012)
Palpasi:
CRT > 3 detik, kulit teraba kasar dan tidak rata (Muttaqin & Sari,
2011).
Menurut Amano dkk (2017) tingkatan kulit kering menggunakan 5
poin skala kekeringan melalui visual.
Tabel 2.2 Skor kulit kering
Skor Deskripsi
0 Kulit normal, tidak mengelupas
1 Sedikit mengelupas, kulit tampak kasar, tampak sedikit keputihan
2 Mengelupas, permukaan agak kasar
3
Ditandai dengan adanya sisik dan tampak sedikit celah, kasar, tampak
retakan
4 Bersisik parah, sangat kasar
(Sumber: Amano dkk, 2017)
34
Menurut Lai et al (2017) intensitas pruritus dapat diukur dengan
menggunakan NRS (Numerical Rating Scale).
Gambar 2.4 NRS (Pereira & Stander, 2016)
10) Genetalia
Inspeksi:
Lihat kebersihan genetalia, tampak lesi atau tidak (Debora, 2017).
11) Ekstermitas
Inspeksi:
Pada klien CKD terdapat edema pada kaki karena adanya gravitasi
biasanya ditemukan di betis dan paha pada klien yang bedrest,
kelemahan, kelelahan, kulit kering, hiperpigmentasi, bersisik (Rendi
& Margareth, 2012; Haryono 2013)
Palpasi:
Turgor kulit > 3 detik karena edema, kulit teraba kering dan kasar
(Chamberlain’s, 2012)
2.5.3 Skor Resiko Gangguan integritas kulit
a) Menurut Amano dkk (2017) tingkatan kulit kering menggunakan 5
poin skala kekeringan melalui visual.
35
Tabel 2.2 Skor kulit kering
Skor Deskripsi
0 Kulit normal, tidak mengelupas
1 Sedikit mengelupas, kulit tampak kasar, tampak sedikit keputihan
2 Pengelupasan sedang, permukaan agak kasar
3
Ditandai dengan adanya sisik dan tampak sedikit celah, kasar, tampak
retakan
4 Bersisik parah, sangat kasar
(Sumber: Amano dkk, 2017)
b) Menurut Lai et al (2017) intensitas pruritus dapat diukur dengan
menggunakan NRS (Numerical Rating Scale) yang terbagi menjadi
5 kategori, yaitu angka 0 (tidak ada gatal), 1-3 (gatal ringan), 4-6
(gatal sedang), 7-8 (gatal berat), dan 9-10 (sangat gatal).
Gambar 2.4 NRS (Pereira & Stander, 2016)
2.5.4 Diagnosa Keperawatan
1) Diagnosa keperawatan yang dapat muncul pada klien yang menderita
CKD salah satunya adalah resiko gangguan integritas kulit
berhubungan dengan gangguan status metabolik, akumulasi ureum
dalam kulit, penurunan aktivitas, penurunan turgor kulit, sensasi
(neuropati perifer) dan sirkulasi seperti anemia dan iskemia jaringan
(Muttaqin & Sari, 2014).
36
2) Batasan karakteristik gangguan integritas kulit menurut Wilkinson &
Ahern (2012), yaitu:
a) Kerusakan pada lapisan kulit (dermis)
b) Kerusakan pada permukaan kulit (epidermis)
c) Invasi struktur tubuh
3) Faktor yang berhubungan menurut Wilkinson (2016)
1) Eksternal
a) Zat kimia
b) Usia yang ekstrem
c) Kelembapan
d) Hipertermia
e) Hipotermia
f) Faktor mekanik: terpotong, terkena tekanan, akibat restrain
g) Medikasi
h) Lembab
i) Imobilisasi fisik
j) Radiasi
2) Internal
a) Perubahan status cairan
b) Perubahan pigmentasi
c) Perubahan turgor
d) Faktor perkembangan
e) Kondisi ketidakseimbangan nutrisi
f) Penurunan imunologis
37
g) Penurunan sirkulasi
h) Kondisi gangguan metabolik
i) Gangguan sensasi
j) Tonjolan tulang
38
2.5.5 Intervensi Keperawatan
Tabel 2.3 Intervensi keperawatanresiko gangguan integritas kulit pada klien CKD
Tujuan Kriteria Hasil Intervensi Rasional
Tujuan jangka
panjang:
Klien
terhindar dari
gangguan
integritas kulit
setelah
diberikan
asuhan
keperawatan 3
x 24 jam
(Muttaqin &
Sari, 2014).
Tujuan jangka
pendek:
Klien
menunjukan
permukaan
integritas kulit
dalam kondisi
yang optimal
setelah
dilakukan
tindakan
keperawatan 1
x 24 jam
1) Kembalinya
integritas
permukaan
kulit (Ackley
& Ladwiq)
2) Klien akan
menjaga
integritas
kulit dengan
memperlihatk
an cara
perawatan
kulit (Black
& Hawks,
2014)
3) Menunjukan
pemahaman
tentang faktor
resiko
gangguan
integritas
kulit (Ackley
& Ladwig,
2017).
4) Kulit tidak
kering dan
gatal
(Muttaqin &
Sari 2014).
5) Hiperpigmen-
tasi
berkurang
(Muttaqin &
Sari 2014).
6) Melaporkan
perubahan
sensasi atau
nyeri area
yang beresiko
(Ackley dan
Ladwiq,
2017)
1) Observasi kondisi kulit
minimal sehari sekali
untuk perubahan pada
warna dan tekstur,
kondisi kulit atau luka
(Ackley & Ladwig,
2017).
2) Observasi terhadap
kekeringan kulit,
pruritus, ekskoriasi,
dan infeksi (Muttaqin
& Sari 2014)
3) Observasi terhadap
adanya petekie dan
purpura (Muttaqin &
Sari 2014)
4) Observasi lipatan kulit
dan area yang
mengalami edema
(Muttaqin & Sari
2014)
5) Observasi kondisi kulit
untuk klien yang
memiliki hambatan
mobilitas dengan
menutupi kulit dengan
tulang yang menonjol
(Ackley & Ladwig,
2017).
6) Observasi perawatan
kulit klien, catat jenis
sabun dan bahan
pembersih lain yang
digunakan,
temperature air dan
frekuensi
membersihkan kulit
(Ackley & Ladwig,
2017).
7) Anjurkan mandi dan
menggunakan sabun
(PPNI, 2018)
1) Menentukan apakah
klien mengalami
kehilangan sensai atau
rasa sakit. Pemeriksaan
secara sistematis bisa
mengenali masalah yang
akan datang sejak awal
(Ackley & Ladwig,
2017).
2) Perubahan mungkin
disebabkan oleh
penurunan aktivitas
kelenjar keringat atau
pengumpulan kalsium
dan fosfat pada lapisan
kutaneus (Muttaqin &
Sari 2014)
3) Perdarahan yang
abnormal sering
dihubungkan dengan
keadaan menurunnya
jumlah dan fungsi
platelet akibat uremia
(Muttaqin & Sari 2014)
4) Daerah-daerah seperti
ini sangat mudah
mengalami injuri
(Muttaqin & Sari 2014)
5) Tekanan ulserasi
biasanya terjadi pada
tulang yang menonjol
(Ackley & Ladwig,
2017).
6) Disesuaikan dengan
kondisi dan kebutuhan
kulit klien (Ackley &
Ladwig, 2017).
7) Mandi 2 kali sehari
untuk menjaga kulit
tetap bersih dan gunakan
sabun yang sesuai
dengan kondisi kulit
39
8) Lakukan penilaian
skor pada kulit kering
dan pruritus klien
9) Berikan bantalan pada
titik tekan atau
tonjolan tulang (PPNI,
2018)
10) Gunakan kasur khusus,
jika perlu (PPNI,
2018)
11) Berikan KIE tentang
penyebab munculnya
masalah kulit
12) Gunting kuku dan
pertahankan kuku tetap
pendek dan bersih
(Nursalam &
Batticaca, 2009).
13) Lakukan mobilisasi
dengan merubah posisi
klien sesuai kondisi
klien tiap 2 jam
(Black & Hawks,
2014)
14) Pakai emolien, lotion
atau pelembab
(minyak mineral,
minyak bayi, lanolin)
(Black & Hawks,
2014)
15) Hindarkan bahan
pembersih yang keras,
air panas, gesekan kuat
dan ekstrim atau sering
membersihkan (Ackley
& Ladwig, 2017).
16) Gunakan pakaian
katun yang longgar,
tipis dan dingin (Black
& Hawks, 2014)
17) Menjaga linen tetap
bersih, kering dan
bebas dari kerutan
(Bulechek et al, 2013)
18) Mandikan dengan air
hangat suam-suam
kuku (32,2-40,5°C)
dan keringkan dengan
menepuk (Bulechek et
al, 2013)
19) Kolaborasi dalam
pemberian obat
antipruritus sesuai
anjuran (Muttaqin &
8) Untuk mengetahui
tingkat kekeringan dan
gatal pada kulit klien
secara keseluruhan
9) Mencegah terjadinya
luka tekan pada area
tulang yang menonjol
10) Mengurangi tekanan dan
meratakan tekanan pada
kulit (kasur angina,
kasur air bisa untuk
memberikan sensasi
dingin)
11) Mengetahui penyebab
munculnya masalah kulit
12) Memotong kuku untuk
meminimalisir terjadinya
luka karena garukan
(Nursalam & Batticaca,
2009).
13) Mengurangi tekanan
pada tonjolan tulang
(Black & Hawks, 2014)
14) Emolien mengurangi
penguapan dan menjga
kelembapan kulit (Black
& Hawks, 2014)
15) Meminimalisir kulit
kering dan iritasi
(Ackley & Ladwig,
2017).
16) Meminimalkan iritasi
dan gatal (Black &
Hawks, 2014)
17) Menimalisir gesekan
antara kulit kering dan
sprei (Bulechek et al,
2013)
18) Meminimalisir kulit
kering dan terjadinya
irirtasi karena gesekan
(Bulechek et al, 2013)
19) Mengurangi stimulus
gatal pada kulit
(Muttaqin & Sari, 2014).
40
Sari 2014)
20) Kolaborasi pemberian
diuretik (Black &
Hawks, 2014)
21) Catat intake-output
dan hitung balans
cairan 24 jam (PPNI,
2018)
22) Diskusikan tentang
pilihan terapi dialisis
(hemodialisa,
peritoneal dialisis)
(PPNI, 2018)
20) Mengurangi retensi
cairan dan meningkatkan
diuresis (Black &
Hawks, 2014)
21) Untuk mempertahankan
keseimbangan cairan
22) Menurunkan kadar
ureum dalam darah
(Ackley & Ladwig, 2017; Black & Hawks, 2014; Muttaqin & Sari 2014, PPNI, 2018)
2.5.6 Implementasi Keperawatan
Implementasi digunakan untuk membantu klien dalam mencapai tujuan
yang sudah ditetapkan melalui penerapan rencana asuhan keperawatan
dalam bentuk intervensi. Pada tahap ini perawat harus memiliki kemampuan
dalam berkomunikasi yang efektif, mampu menciptakan hubungan saling
percaya dan saling bantu, observasi sistematis, mampu memberikan
pendidikan kesehatan, kemampuan dalam advokasi dan evaluasi (Asmadi,
2008). Implementasi adalah tindakan yang sudah direncanakan dalam
rencana perawatan. Tindakan ini mncangkup tindakan mandiri dan
kolaborasi (Tarwoto & Wartonah, 2011).
2.5.7 Evaluasi Keperawatan
Evaluasi bertujuan untuk mencapai tujuan yang sudah disesuaikan dengan
kriteria hasil selama tahap perencanaan yang dapat dilihat melalui
kemampuan klien untuk mencapai tujuan tersebut (Setiadi, 2012).
41
Berdasarkan masalah CKD yang dialami, maka evaluasi keperawatannya,
yaitu:
1) Kembalinya integritas permukaan kulit (Ackley & Ladwiq, 2017)
2) Klien dapat menjaga integritas kulit dengan memperlihatkan cara
perawatan kulit(Black & Hawks, 2014)
3) Klien dapat menunjukan pemahaman tentang faktor resiko gangguan
integritas kulit (Ackley & Ladwig, 2017)
4) Kulit tidak kering dan tidak gatal (Muttaqin & Sari, 2014)
5) Berkurangnya hiperpigmentasi (Muttaqin & Sari, 2014)
6) Melaporkan perubahan sensasi atau nyeri area yang beresiko
(Ackley dan Ladwiq, 2017)
42
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Desain Penelitian
Desain penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah studi kasus yang
bertujuan untuk menggalih lebih dalam masalah asuhan keperawatan pada
klien yang mengalami CKD dengan masalah resiko gangguan integritas kulit
di Rumah Sakit Panti Waluya Sawahan Malang
3.2 Batasan Istilah
Asuhan keperawatan pada klien CKD yang mengalami masalah resiko
gangguan integritas kulit di ruang rawat inap Rumah Sakit Panti Waluya
Sawahan Malang, maka penulis menjabarkan tentang konsep CKD dengan
resiko gangguan integritas kulit. Klien yang dimaksud adalah:
1) Klien terdiagnosa medis CKD dengan atau tanpa penyakit penyerta
2) Klien CKD dengan kadar ureum >43 mg/dL, BUN >20 mg/dL, kreatinin
>0.95 mg/dL
3) Klien dengan rentang skor kulit kering antara 0-2
4) Klien dengan rentang skor pruritus 0-3
5) Klien CKD baik yang tidak, belum atau sudah menjalani hemodialisa dan
memakai Continuous Ambulatory Peritoneal Dialysis, double lumen
ataupun AV Shunt
43
3.3 Partisipan
Pada penelitian ini yang menjadi partisipan 2 klien dengan diagnosis medis
CKD dengan masalah resiko gangguan integritas kulit di ruang rawat inap
Pavilliun St. Maria Rumah Sakit Panti Waluya Sawahan Malang
3.4 Lokasi dan Waktu Penelitian
Studi kasus ini dilakukan di ruang rawat inap Pavilliun St. Maria Rumah
Sakit Panti Waluya Sawahan Malang. Pada klien 1 dilakukan tanggal 1-3
Maret 2019 dan pada klien 2 dilakukan tanggal 6-7 Maret 2019 untuk tanggal
8 Maret 2019 dilakukan Home care di rumah klien yang beralamat di
Segaran, Kendalpayak Kabupaten Malang.
3.5 Pengumpulan Data
Mencari data klien CKD dengan masalah resiko gangguan integritas kulit,
penulis menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut:
1) Wawancara
Wawancara dilakukan oleh kedua belah pihak yaitu pewawancara
dalam hal ini penulis dan terwawancara atau klien CKD dengan
masalah resiko gangguan integritas kulit. Sumber yang lain juga didapat
dari keluarga dan perawat di ruang Pavilliun St. Maria.
2) Observasi dan pemeriksaan fisik
Pemeriksaanfisik dan observasi yang dilakukan mulai dari head to
toedan pemeriksaan terfokus pada masalah terkait integritas kulit klien
CKD.
44
3) Studi dokumen
Studi dokumen digunakan untuk melengkapi hasil penelitian yang
didapatkan dari list klien CKD, pemeriksaan lab serta laporan asuhan
keperawatan klien dengan masalah resiko gangguan integritas kulit di
Rumah Sakit Panti Waluya Sawahan Malang
3.6 Uji Keabsahan Data
Uji keabsahan data dilakukan dengan cara mencari sumber informasi
tambahan menggunakan triagulasi dari tiga sumber yang terdiri dari klien,
keluarga dan perawat yang memiliki kaitan dengan masalah yang diteliti.
3.7 Analisa Data
1) Pengumpulan Data
Data didapat dari hasil wawancara dengan klien, keluarga dan perawat di
ruang rawat inap Pavilliun St. Maria.Observasi yaitu dengan melakukan
pengamatan dan pemeriksaan secara head to toe kepada klien. Dokumen
yang didapatkan dari list klien, pemeriksaan penunjang dan laporan
asuhan keperawatan klien. Hasil ditulis dalam catatan lapangan,
kemudian disalin dalam bentuk transkip (catatan terstruktur)
2) Penyajian Data
Penyajian data dilakukan dengan tabel, gambar, bagan maupun teks
naratif. Kerahasiaan klien dijamin dengan jalan identitas klien ditulis
dengan inisial pada klien 1 diberikan inisial Ny. I dan klien 2 diberikan
inisial Tn. H.
45
3) Kesimpulan
Dari data yang disajikan, kemudian data dibahas dan dibandingkan
secara teoritis dengan perilaku kesehatan. Penarikan kesimpulan yang
dilakukan dengan cara metode induksi. Data yang dikumpulkan terkait
dengan data pengkajian, diagnosis, perencanaan, tindakan dan evaluasi.
3.8 Etika Penulisan
Dicantumkan etika yang mendasari penyusunan studi kasus, yaitu:
1) Informed Consent (persetujuan menjadi klien)
Dalam penelitian yang dilakukan peneliti menjelaskan prosedur,
manfaat dan tujuan dilakukan asuhan keperawatan kepada klien atau
keluarga dan meminta persetujuan untuk menjadi responden dengan
meminta tanda tangan untuk Informed Consent.
2) Anonymity (tanpa nama)
Untuk menjaga kerahasiaan dan privasi, oleh peneliti kedua responden
diberikan inisial nama Ny. I pada klien 1 dan Tn. H pada klien 2.
3) Confidentiality (kerahasiaan)
Kerahasiaan informasi responden dijamin oleh peneliti baik identitas
maupun data pribadi lain dan hanya kelompok data tertentu dilaporkan
hasil penelitian.
46
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini penulis menyajikan hasil dan melakukan pembahasan asuhan
keperawatan pada klien Chronic Kidney Disease yang mengalami masalah resiko
kerusakan pada kulit di Rumah Sakit Panti Waluya Sawahan Malang.
4.1 Hasil
4.1.1 Gambaran Lokasi Pengambilan Data
Penelitian studi kasus dilakukan di Rumah Sakit Panti Waluya Sawahan
Malang yang beralamat di Jl. Nusakambangan No. 56 Malang, Jawa Timur.
Penelitian dilakukan di ruang rawat inap Pavilliun St. Maria yang memiliki
fasilitas 13 kamar dengan dengan fasilitas 25 tempat tidur, lemari, kursi dan
meja di balkon, kamar mandi dalam dan televisi. Pada kamar 39 hanya
memiliki 1 tempat tidur pasien dan 1 tempat tidur untuk penunggu, untuk
kamar 37-49 kecuali kamar 39 memiliki 2 tempat tidur pasien yang dibatasi
dengan tirai untuk menjaga privasi. Klien 1 berada di kamar 39 bed 1 dan
klien 2 berada di kamar 49 bed 2. Pada klien 2 dilakukan home care pada
hari terakhir penelitian yang beralamat di Segaran, Kendalpayak Kabupaten
Malang. Rumah memiliki luas 15 m x 7 m dengan 3 kamar, ruang tamu,
dapur dan kamar mandi.
47
4.1.2 Pengkajian
Tabel 4.1 Identitas Klien
Identitas Klien Klien 1 Klien 2
Nama
Umur
Jenis kelamin
Suku
Pekerjaan
Pendidikan terakhir
Agama
Status Perkawinan
Alamat
Tanggal MRS/ pukul
Tanggal pengkajian/ pukul
Ny. I
66 tahun
Perempuan
Jawa
Ibu rumah tangga
SD
Islam
Kawin
Kebonagung
21 Februari 2019/ 17.20
1 Maret 2019/ 14.45
Tn. H
52 tahun
Laki-laki
Jawa
Swasta
SMP
Islam
Kawin
Segaran
4 Maret 2019/ 07.30
6 Maret 2019/ 15.00
Diagnosa medis Hipoglikemia + Chronic
Kidney Disease Stage V
+ Diabetes Mellitus+
Acute Decompensated
Heart Failure
End Stage Renal
Disease + Vomiting
Dehidrasi + Anemia
4.1.3 Riwayat Penyakit Sekarang
Table 4.2 Riwayat Penyakit
Riwayat
Penyakit
Klien 1 Klien 2
Keluhan
Utama
Kulit kering dan kehitaman Kulit kering, terasa kasar, sedikit
kekuningan dan kehitaman
Riwayat
Penyakit
Sekarang
Pada tanggal 21 Februari keluarga
membawa Ny. I ke IGD RS Panti
Waluya Sawahan Malang pukul
17.20 WIB karena mengalami
penurunan kesadaran, keluar
keringat dingin dan terdengar suara
nafas ngorok. Di IGD didapatkan
hasil pemeriksaan GD low dan hasil
pemeriksaan TD 180/ 90 mmHg,
RR 18 x/menit, nadi 82 x/menit,
suhu 36°C, saturasi 90% sehingga
diberi terapi oksigenasi
menggunakan nasal canul 3 lpm
dan saturasi menjadi 98-99 %, klien
mendapat terapi IVFD D5% 10 tpm,
D40% 50 ml dan dipasang kateter
folley ukuran 16, wajah, kaki dan
tangan bengkak. Pemeriksaan
terakhir sebelum klien dipindahkan
dilakukan foto thorax. Oleh Dr. M
klien didiagnosa awal Hipoglikemia
+ DM + ADHF Pemeriksaan
terakhir di IGD didapatkan GCS
456, TD 140/70 mmHg, nadi 82x/i,
RR 18x/i. Setelah itu klien
Pada tanggal 4 Maret pukul 07.30
WIB keluarga membawa Tn. H ke
IGD RS Panti Waluya Sawahan
Malang karena mengalami
bengkak pada kaki kanan, kulit
tubuh mulai dari dada sampai ke
wajah berwarna kekuningan, kulit
kering, sedikit bersisik dan sedikit
mengelupas, BAK keluar sedikit
serta mual dan muntah sejak
tanggal 2 Maret. Di IGD
didapatkan hasil pemeriksaan TD
180/110 mmHg, nadi 100 x/i,
suhu 36,2°C, RR 26 x/i, saturasi
89% dan dengan oksigen nasal
canul 3 lpm 98-99%, GDA 105
mg/dL, keluhan mual muntah
sejak 3 hari sebanyak 5-7 x/hari,
dada terasa panas saat dibuat
bernapas, badan lemas, nafsu
makan menurun, BAK keluar
sedikit, konjungtiva anemis. Di
IGD klien mendapat terapi infus
NS 10 tpm, injeksi ondansentron 8
mg 1 ampul, injeksi ranitidine 1
48
dipindahkan ke ruang rawat inap
Pavilliun St. Maria kamar 39 pada
pukul 17.55 WIB. Akan tetapi
setelah seminggu bengkak pada
klien tidak berkurang dan BAK
yang keluar hanya sedikit, warna
kuning pekat. Oleh Dr. P dianjurkan
untuk cek lab faal ginjal pada
tanggal 26 Februari dan di dapatkan
hasil BUN 60.0 mg/dL, kreatinin
6.38 mg/dL, asam urat 8.0 mg/dL,
ureum 128.4 mg/dL. Pada USG
abdomen ditemukan ginjal kanan
kiri mengecil. Dari hasil tersebut
oleh Dr. P klien didiagnosa CKD
stage V pada tanggal 27 Februari
dan dianjurkan untuk HD tetapi
keluarga menolak dengan alasan
usia sudah tua. Klien dibatasi
minum sehari 600 ml. Untuk
mengurangi bengkak di pasang
syringe pump Lasix 10 mg/jam
sampai tanggal 29 Februari diganti
dengan injeksi Lasix 3x20 mg. Pada
hari jumat tanggal 1 Maret pukul
14.45 WIB dilakukan pengkajian
kembali dan didapatlan hasil
pengkajian TD 140/70 mmHg, suhu
36,5°C, nadi 88 x/i, RR 22 x/i,
SPO2 97%. Terpasang oksigen
nasal canul 3 lpm, urine 400 ml dari
jam 05.00 pagi sampai jam 14.45
WIB. Klien mengatakan mulai
mengalami perubahan kulit sebelum
masuk RS selama kurang lebih 5
hari sekitar tanggal 15 Februari
dimana kulit menjadi kering dan
kehitaman. Pada bagian kulit tubuh
yang hiperpigmentasi ditemukan di
area wajah, tangan dan kaki. Kulit
mengkilap pada lengan bawah dan
kaki. Kulit tampak sedikit
mengelupas pada area siku tangan
kanan. Kulit kering pada betis,
dekat siku tangan dan wajah. Klien
mengatakan kulit tidak terasa gatal.
Saat dilakukan penilaian untuk skor
kulit kering didapatkan skor 1
karena tampak ada keputihan,
sedikit mengelupas dan tampak
kasar, lalu untuk skor pruritus 0.
Klien tampak berbaring di atas
tempat tidur dan kulit tampak odem.
Pitting edema 2 mm (derajat 1) dan
kembali dalam waktu 6 detik.
ampul. Di IGD juga dilakukan
cek DL, Ur/Cr, SE, thorax dan
EKG. Oleh Dr. A diagnosa
sementara yaitu Vomiting
dehidrasi ringan + anemia + susp
ESRD. Pemeriksaan terakhir
sebelum klien dipindahkan ke
ruang rawat inap yaitu kondisi
lemas, GCS 456, TD 170/100
mmHg, suhu 36,2°C, RR 23 x/i,
nadi 89 x/i. Lalu pada pukul 08.10
klien dipindahkan ke ruang rawat
inap Pavilliun St. Maria kamar 49
bed 2. Dari hasil pemeriksaan DL
didapatkan jumlah eritrosit 2.55
(L), Hb 7,2 (L), Ur/Cr yaitu
Ureum 263.6 mg/dL, BUN 123.2
mg/dL, kreatinin 13.07 mg/Dl, SE
dalam batas normal. Oleh Dr. A
klien didiagnosa ESRD dan
dianjurkan untuk segera HD.
Klien dibatasi minum sehari 600
ml. Setelah HD pada hari itu juga,
hasil ureum menjadi 126.4 mg/dL,
BUN 59.1 mg/dL, kreatinin 5. 68
mg/dL. Pada tanggal 6 klien
melakukan HD untuk yang kedua
kalinya dengan hasil ureum 98,1
mg/dL, BUN 45.0 mg/dL,
kreatinin 4.23 mg/dL. Pada hari
Rabu 6 Maret jam 15.10 WIB
dilakukan pengkajian dan
didapatkan hasil TD 140/70
mmHg, suhu 36°C, nadi 83 x/i,
RR 20 x/i. Klien dan keluarga
mengatakan semenjak sakit ginjal
kulit kalien menjadi kering tidak
lembab seperti biasanya,
kekuningan, warna kulit menjadi
tidak seperti kulit normal atau
pucat. Selain itu klien juga
mengatakan kulitnya pernah
menjadi terasa kasar dan sedikit
bersisik terutama tangan dan kaki
oleh keluarga diberikan lotion.
Keluarga klien mengatakan sekitar
tanggal 2 Maret pada kaki sebelah
kanan sempat bengkak dan saat
dilakukan pengkajian pada tanggal
6 Maret tidak ditemukan odem
pada tubuh karena sudah
mendapat terapi injeksi Lasix 3x2
ampul, tidak ada pitting edema,
turgor kulit 2 detik. Pada bagian
yang mengalami hiperpigmentasi
dan kering ditemukan di area kaki
dan tangan. Lalu sedikit
mengelupas pada area tangan
49
dekat siku. Klien tidak
mengeluhkkan rasa gatal pada
kulit. Saat dilakukan penilaian
untuk skor kulit kering didapatkan
skor 1 karena tampak keputihan,
sedikit kasar, dan sedikit
mengelupas. Skor pruritus pada
klien 0.
Riwayat
Penyakit
Dahulu
Keluarga mengatakan pada bulan
Agustus 2018, pernah masuk rumah
sakit dan dirawat di kamar 45 ruang
Pavilliun St. Maria RS Panti
Waluya Sawahan Malang karena
mengalami hipoglikemia dan klien
mengatakan jantung sempat
bengkak. Klien menderita DM
sekitar 10 tahun dan Hipertensi
lebih dari 3 tahun. Klien pernah
terjatuh di kamar mandi sekitar
tanggal 18 Februari 2019 dan
dibawa periksa ke klinik di
Mulyorejo.
Klien dan keluarga mengatakan 6
bulan yang lalu pernah masuk
rumah sakit di RS BM di Malang
karena DM yang diderita selama 2
tahun, Hipertensi selama sekitar
1,5 tahun dan 2 bulan yang lalu
karena gagal ginjal. Klien
disarankan untuk HD tetapi tidak
mau karena takut saat ditusuk –
tusuk dengan jarum selain itu juga
tidak ada fasilitas HD di RS BM.
Riwayat
Penyakit
Keluarga
Keluarga dan klien mengatakan
tidak tau
: Laki-laki : Meninggal
: Perempuan : Klien
: Pernikahan
: Tinggal bersama
: Keturunan
Klien mengatakan keluarga tidak
memiliki riwayat penyakit
keturunan seperti DM, HT, asma.
: Laki-laki : Meninggal
: Perempuan : Klien
: Pernikahan
: Tinggal bersama
: Keturunan
Riwayat
Alergi
Keluarga klien mengatakan klien
tidak memiliki alergi makanan
maupun obat
Klien mengatakan tidak memiliki
alergi pada makanan maupun obat
4.1.4 Pola Konsep Diri
Table 4.3 Persepsi Diri
Persepsi Diri Klien 1 Klien 2
Gambaran diri Klien mengatakan menyukai
seluruh anggota tubuhnya
namun klien merasa tidak
nyaman dengan memiliki kulit
yang kering karena terasa
kasar selain itu tubuhnya
bengkak.
Klien mengatakan bersyukur
dengan anggota tubuhya dari ujung
kepala sampai kaki namun klien
merasa tidak nyaman saat tubuh
mulai mengalami perubahan warna
menjadi kuning dan memiliki kulit
kering yang terasa kasar saat
disentuh.
Identitas diri Klien mengatakan dirinya
adalah seorang nenek dari 3
Klien mengatakan dirinya seorang
ayah dari 2 orang anak perempuan
50
orang cucu 1 laki-laki dan 2
perempuan
dan suami dari 1 orang istri serta
kakek dari 2 orang cucu
Peran diri Klien mengatakan saat di
rumah adalah seorang istri dari
1 orang suami, ibu dari 1
orang anak laki-laki dan nenek
dari 3 orang cucu. Saat sakit
klien merasa menjadi beban
bagi keluarga.
Klien mengatakan seorang kepala
keluarga, suami, ayah dan kakek
dari 2 orang cucu. Setelah
menderita sakit ginjal klien merasa
menjadi beban bagi istri dan
anaknya.
Ideal diri Klien mengatakan ingin cepat
sembuh dan pulang ke rumah
karena tidak betah berada di
RS
Klien mengatakan ingin segera
pulang dan cepat sembuh serta
kembali bisa bekerja seperti saat
sebelum sakit. Klien juga ingin bisa
bermain bersama dengan cucunya
Harga diri Klien mengatakan saat sakit
sedih karena diusianya yang
senja keluar masuk RS serta
harus merepotkan anak dan
menantunya. Saat sakit klien
merasa aneh karena tubuhnya
bengkak.
Klien mengatakan semenjak sakit
sudah tidak bekerja lagi sehingga
yang bekerja adalah istri dan
anaknya. Klien merasa sedih
karena dengan sakitnya menambah
biaya pengeluaran. Setelah sakit
klien juga mengalami perubahan
pada kulit menjadi kekuningan dan
kering kusam dan sempat bersisik
sehingga klien merasa sedikit malu.
Hubungan sosial Di rumah: Klien berhubungan
baik dengan tetangga dan serta
keluarganya yang selalu
membantu saat butuh bantuan
atau sakit
Di rumah sakit: Klien
memiliki hubungan yang baik
dengan perawat serta dokter
meskipun klien lebih banyak
tidur dan menutup mata,
namun saat dibangunkan dan
diberi pertanyaan serta
tindakan klien kooperatif
Di rumah: Klien memiliki
hubungan yang baik dengan
saudara, keluarga dan tetangga
sekitar rumah. Keluarganya selalu
meluangkan waktu unuk
berkunjung dan membantu jika
butuh bantuan
Di rumah sakit: Klien memiliki
hubungan yang baik dengan teman
sekamar dan terutama pada tenaga
kesehatan klien sangat kooperatif
saat dilakukan tindakan
Spiritual Di rumah: Klien beragama
Islam dan rutin mengikuti
kegiatan pengajian
Di rumah sakit: Klien saat
merasa sakit berdoa meminta
kesembuhan dan kekuatan
agar sakit yang dirasakan
dapat berkurang
Di rumah: Klien beragama Islam
dan rutin mengikuti ibadah baik
pengajian ataupun ke masjid
Di rumah sakit: Klien berdoa di
atas tempat tidur untuk diberikan
kelancaran selama menjalani
pengobatan dan diberikan
kesembuhan serta kekuatan
Kecemasan Keluarga mengatakan klien
merasa cemas saat sendiri di
ruang rawat inap dan akan
terbangun tetapi saat ada yang
menemani klien lebih banyak
tidur. Klien juga pernah
melempar bantal dan guling ke
lantai karena ingin cepat
pulang ke rumah
Klien mengatakan pasrah akan
penyakitnya dan bisa menerima
karena atas saran dari dokter agar
tekanan darah klien juga tidak
tinggi
51
Kehilangan
(Kubbler-Ross)
Depression: Klien merasa
tidak betah berada di rumah
sakit dan ingin segera pulang
ke rumah
Acceptance: Klien mengatakan
dapat menerima keadaannya yang
sakit dan pasrah pada Tuhan. Klien
juga berusaha menerima akibat dari
gaya hidupnya yang dulu tidak
sehat karena minum air putih
sedikit dan lebih banyak minum-
minuman penambah stamina
4.1.5 Perubahan Pola Kesehatan
Tabel 4.4 Perubahan pola kesehatan
Pola
Kesehatan
Klien 1 Klien 2
Pola nutrisi Di rumah: Klien makan 3x
sehari. Minum sehari 500-1500
cc/hari.
Jenis makanan: selama di rumah
klien makan 3x setiap hari pada
sekitar jam 07.00 WIB, 12.30
WIB dan 18.00 WIB. Setiap
Kali makan menghabiskan 1
porsi piring sedang yang terdiri
dari nasi, sayur bening, ikan
tahu atau tempe dan selalu
habis. Klien juga terkadang
minum teh tawar 2x sehari dan
air putih sekitar 5-7 gelas
ukuran sedang. Klien juga
mengurangi mengosumsi kue
yang manis seperti kadang kue
bolu hanya makan 1-2 potong..
Klien dapat memenuhi
kebutuhan nutrisi secara
mandiri. Saat di rumah klien
taat diit dengan mengurangi
mengonsumsi makanan dan
minuman yang manis dalam
jumlah banyak
Di rumah sakit: Klien makan 3x
sehari dengan diit nasi tim DM
1700kal DJ lauk cincang dan
hanya menghabiskan setengah
porsi atau sekitar 5-7 sendok.
Jenis makanan: nasi tim, daging
cincang, sayur bening. Klien
minum 1-2 gelas sehari namun
Di rumah: Klien makan 2-3x
sehari tidak teratur terkadang
hanya pagi dan sore dengan
hanya menghabiskan setengah
porsi sedang atau sekitar 5-7
sendok.
Jenis makanan: nasi, jika ada
makanan berkuah hanya
diambil kuahnya saja dan
sayurnya tidak dimakan, tahu
dan tempe, ayam kampung.
Untuk minum dulu saat masih
bekerja sebagai sopir klien
sering mengkonsumsi minuman
penambah stamina baik dalam
kemasan siap minum maupun
yang diseduh dalam sehari bisa
2-3 botol atau 2 gelas besar.
Dalam sehari klien juga bisa
minum kopi 4-6 gelas sedang
sehari. Klien juga jarang minum
air putih dalam sehari hanya
minum sekitar 2 gelas. Saat di
rumah klien dapat memenuhi
kebutuhan nutrisinya secara
mandiri. Setelah keluar dari RS
klien diet rendah makanan yang
mengandung protein, rendah
garam dan minum sekitar 4-5
gelas sehari
Di rumah sakit: Klien makan 3x
sehari dengan diit nasi tim
rendah purin dan selama 2 hari
hanya menghabiskan sekiatr 4-6
sendok karena merasa mual.
Jenis makanan: nasi tim, tempe,
tahu goreng dan tidak mau ikan
serta ayam. Klien minum air
52
terkadang 1 gelas tidak habis
dan teh 1x sehari setiap pagi
dengan gula diabetasol yang
terkadang tidak diminum.
Minum dibatasi 600 ml perhari
putih sekitar 1-2 gelas dan teh 1
x sehari setiap pagi dengan gula
diabetasol. Minum dibatasi 600
ml perhari
Pola eliminasi Di rumah: Klien BAB 1-2 x
sehari dengan konsistensi lunak,
warna kuning kecoklatan dan
berbau khas BAB. BAK 3-4 x
sehari dengan konsistensi cair
dan keluar sedikit-sedikit, warna
kuning keruh dan berbau khas
urine.
Di rumah sakit: Klien BAB 4
hari setelah di RS dengan
konsistensi lunak, berbau dan
berwarna coklat. Pada klien
terpasang kateter ukuran 16 dan
saat pengkajian terdapat 400 ml
urine selama 10 jam dan
berwarna kuning jernih.
Sebelumnya keluarga
mengatakan urine klien
berwarna kuning keruh dan
hanya sekitar 100-150 ml
selama 7 jam sebelum diberi
obat Lasix melalui syringe
pump.
Di rumah: Klien BAB sekitar
1x sehari dengan konsistensi
lunak, warna kuning kecoklatan
dan berbau khas BAB. BAK 3-
5x sehari dan hanya keluar
sedikit selama 2 bulan terakhir
dan berwarna kuning keruh, bau
khas urine.
Di rumah sakit: klien BAB 1x
selama 3 hari setelah di RS
dengan konsistensi kuning
kecoklatan, lunak dan berbau
khas BAB. Untuk BAK sekitar
4-6x sehari dan hanya keluar
sedikit selama 2 hari dan
berwarna kuning keruh. Saat
BAK dan BAB klien
menggunakan pispot dan
dibantu dengan keluarga.
Jumlah urine tidak terkaji
karena BAK menggunakan
pispot dan oleh keluarga
langsung dibuang. Setelah
diberikan injeksi furosemidedan
HD urine klien keluar lebih
banyak dari sebelumnya.
Pola cairan Keluarga mengatakan BB
sebelum sakit 51 kg saat periksa
ke klinik BB klien menjadi 55
kg. Keluarga mengatakan klien
minum hampir 1 gelas air putih
dari jam 12.00 WIB dan urine
sebanyak 240 ml selama 6 jam.
Klien dibatasi minum 600 ml
perhari.
Klien mengatakan BB sebelum
sakit ginjal 60 kg tapi setelah
terkena penyakit ginjal BB
menjadi 54 kg. Klien minum 2
gelas air putih sejak jam 10.00
WIB, dan minum dibatasi 600
ml perhari. Setelah HD, klien
mengatakan urine yang keluar
lebih banyak daripada sebelum
HD.
Pola
kebersihan diri
Di rumah: klien mandi 2x/hari
dengan menggunakan sabun
antibakteri yang mengandung
gliserin dan alkohol. Dan saat
mencuci wajah atau badan klien
menggosok secara berlebihan
hingga daki atau kotoran benar-
benar hilang, gosok gigi 2x
sehari, keramas 2x seminggu
dan pola kebersihan diri
dilakukan secara mandiri.
Di rumah sakit: klien mandi 1x
sehari dengan diseka saat pagi
hari oleh perawat. Selama di RS
klien belum keramas.
Di rumah: klien mandi 1x
sehari saat sore hari dengan
menggunakan sabun antibakteri
yang mengandung gliserin dan
alkohol. Klien menggosok gigi
2x sehari dan keramas 3x
seminggu. Pola kebersihan diri
dilakukan secara mandiri.
Di rumah sakit: klien mandi 2x
sehari dengan diseka oleh
keluarga, dan menggosok gigi
1x sehari saat pagi. Selama di
53
RS klien belum keramas.
Pola aktivitas Di rumah: klien sebagai seorang
istri tinggal bersama dengan
suaminya. Kadang klien
membersihkan rumah dan
kamar mandi. Saat waktu luang
klien menghabiskan waktu
dengan membuat hiasan dinding
untuk dijual apabila ada yang
pesan atau diberikan pada
keluarga
Di rumah sakit: klien hanya
menghabiskan waktunya dengan
berbaring di atas tempat tidur
karena kondisi tubuh klien yang
lemas, bengkak serta terpasang
oksigen nasal canul 3 lpm
Di rumah: klien selama 2 bulan
terakhir hanya mengahabiskan
waktunya di rumah bermain
bersama cucu dan beristirahat
karena kondisi tubuh yang
kurang sehat.
Di rumah sakit: klien hanya
menghabiskan harinya dengan
berbaring di atas tempat tidur
dan duduk karena kondisi tubuh
klien yang lemas
Pola istirahat
tidur
Di rumah: klien tidak pernah
tidur saat siang hari dan saat
malam hari klien tidur ±7-8 jam
Di rumah sakit: klien lebih
banyak tidur dan hanya
terbangun sebentar atau ketika
dibangunkan paling lama 30
menit terbangun. Saat sendirian
di ruangan klien akan terjaga
akan tetapi jika terdapat banyak
orang di ruangan klien lebih
banyak tidur dan saat malam
haripun sama.
Di rumah: klien selama 2 bulan
terakhir tidur siang sekitar ±1-2
jam. Dan saat malam hari 7-8
jam.
Di rumah sakit: klien selama di
rumah sakit biasanya tidur
siang sekitar 1 jam dan saat
malam hari 7-8 jam.
4.1.6 Pemeriksaan fisik
Tabel 4.5 Pemeriksaan fisik klien CKD
Pemeriksaan Fisik Klien 1 Klien 2
Keadaan Umum Cukup Cukup
Kesadaran Composmentis Composmentis
GCS E 3, V 5, M 6 E 4, V 5, M 6
TTV a) TD: 140/70 mmHg
b) Suhu: 36,5 °C
c) Nadi: 88x/i
d) RR: 22 x/i
a) TD: 140/70 mmHg
b) Suhu: 36 °C
c) Nadi: 83 x/i
d) RR: 20 x/i
Pemeriksaan
Kepala
Inspeksi: Klien memiliki bentuk
kepala normochepal, rambut
klien tampak putih, tipis dan
rontok, persebaran tidak merata,
tidak tampak massa dan lesi,
kulit wajah tampak keriput,
hiperpigmentasi dan kering.
Palpasi: Tidak teraba massa,
Inspeksi: Klien memiliki bentuk
kepala normochepal, rambut
klien tampak rontok, persebaran
warna rambut tidak merata,
tidak tampak massa dan lesi,
kulit wajah tampak kering, kulit
kepala tampak bersih, wajah
tampak sedikit kekuningan.
Palpasi: Tidak teraba massa,
54
tidak terdapat nyeri tekan, kulit
kepala teraba kasar
tidak terdapat nyeri tekan, kulit
kepala terasa kasar
Pemeriksaan Mata Inspeksi: Mata klien tampak
simetris kiri dan kanan, tidak
tampak massa dan lesi. Kedua
alis simetris kiri dan kanan,
warna tidak merata, tidak
tampak lesi. Bola mata dapat
bergerak mengikuti pergerakan
tangan. Sklera tampak putih
susu. Konjungtiva tampak
pucat. Pupil tampak isokor,
reflek cahaya +/+.
Palpasi: Kedua bola mata
tampak kenyal dan tidak teraba
massa atau nyeri tekan
Keterangan: Penglihatan klien
kabur saat melihat jauh
Inspeksi: Mata klien tampak
simetris kiri dan kanan, tidak
tampak massa dan lesi. Kedua
alis klien simetris dan berwarna
hitam, tidak tampak lesi. Bola
mata dapat bergerak megikuti
pergerakan tangan. Sklera
berwarna putih susu.
Konjungtiva tampak pucat.
Pupil tampak isokor, reflek
cahaya +/+.
Palpasi: Kedua bola mata klien
teraba kenyal dan tidak teraba
massa atau nyeri tekan
Keterangan: Penglihatan klien
kabur saat melihat sesuatu yang
jauh
Pemeriksaan
Telinga
Inspeksi: Kedua telinga tampak
simetris kiri dan kanan. Kondisi
kedua lubang telinga terdapat
serumen, tidak ada pendarahan,
tidak tampak massa dan lesi,
gendang telinga tampak utuh.
Palpasi: Tidak terdapat nyeri
tekan pada tragus, tidak teraba
massa
Keterangan: Klien mengalami
penurunan pendengaran
Inspeksi: Kedua telinga klien
tampak simetris kiri dan kanan.
Kondisi kedua lubang telinga
sedikit kotor, tidak ada
pendarahan, gendang telinga
tampak utuh, tidak tampak
massa dan lesi. Kulit berwarna
sedikit kekuningan.
Palpasi: Tidak terdapat nyeri
tekan pada tragus, tidak teraba
massa
Keterangan: Pendengaran klien
masih normal
Pemeriksaan
Hidung
Inspeksi: Hidung tepat ditengah.
Kondisi kedua lubang hidung
simetris antara kiri dan kanan,
tampak kotor, tampak kering,
terpasang oksigen nassal canul
3 lpm, tidak tampak massa atau
lesi, tidak terdapat pernapasan
cuping hidung.
Palpasi: Tidak teraba massa dan
nyeri tekan pada sinus, tidak ada
dislokasi tulang hidung, kulit
teraba kasar
Keterangan: Penciuman klien
masih normal karena masih
mengenali bau
Inspeksi: Hidung tepat ditengah.
Kondisi kedua lubang hidung
tampak sedikit kotor, tampak
kering dan sedikit kekuningan,
tidak tampak massa atau lesi,
tidak terdapat pernapasan
cuping hidung
Palpasi: Tidak teraba massa dan
nyeri tekan pada sinus, tidak ada
dislokasi tulang hidung, kulit
teraba kasar
Keterangan: Klien masih
mampu mengenali bau
Pemeriksaan Mulut Inspeksi: Bibir simetris kiri dan
kanan, tepat berada di tengah,
tidak tampak ulserasi pada gusi,
gigi sudah tidak ada dan
memakai gigi palsu, bibir
Inspeksi: Bibir simetris kiri dan
kanan, tepat berada di tengah,
tidak tampak ulserasi pada gusi
dan berwarna hitam, gigi
kekuningan, bibir tampak
55
tampak kering, uvula tepat
berada di tengah dan berwarna
merah muda, tidak ada
pembesaran tonsil (T1)
Keterangan: Klien mengatakan
bisa merasakan pahit, manis,
asin dan asam
kering, uvula berada tepat di
tengah dan berwarna merah
muda, tidak ada pembesaran
tonsil (T1)
Keterangan: Klien mengatakan
masih bisa membedakan rasa
manis, asin, asam dan pahit
Pemeriksaan Leher Inspeksi: Tidak tampak
deformitas pada trakea, tidak
tampak massa dan lesi, tidak
ada kekakuan, tidak tampak
pembesaran vena jugularis dan
kelenjar limfe
Palpasi: Trakea tepat berada di
tengah dan tidak teraba
deformitas, tidak teraba massa,
tidak teraba pembesaran pada
vena jugularis dan kelenjar
limfe, kulit tidak terasa kasar
Inspeksi: Tidak tampak
deformitas pada trakea, tidak
tampak massa dan lesi, tampak
agak kekuningan, tidak tampak
pembesaran pada vena jugularis
dan kelenjar limfe
Palpasi: Trakea tepat berada di
tengah dan tidak teraba
deformitas, tidak teraba massa,
tidak teraba pembesaran pada
vena jugularis dan kelenjar
limfe, kulit tidak terasa kasar
Pemeriksaan Dada a) Paru-paru
Inspeksi: Bentuk dada
normal. Pergerakan dada
klien cepat, kulit tampak
kering, pergerakan dada
simetris antara kanan dan
kiri
Palpasi: Tidak terdapat
nyeri tekan, pergerakan
dinding dada antara kanan
dan kiri teraba sama
Perkusi: Terdengar resonan
pada seluruh lapang paru
Auskultasi: Tidak terdengar
suara nafas tambahan,
terdengar vaskuler dan
teratur
Whezzing Ronchi
b) Jantung
Inspeksi: Tidak tampak
pulsasi Ictus Cordis pada
ICS 5 midclavikula sinistra.
Pergerakan dada klien cepat,
kulit tampak kering,
pergerakan dada simetris
antara kanan dan kiri, tidak
tampak massa atau lesi.
a) Paru-paru
Inspeksi: Bentuk dada
normal, kulit tampak sedikit
kekuningan, kulit tampak
kering, pergerakan dada
simetris antara kanan dan
kiri, terpasang double lumen
di supraclavikula dekstra
Palpasi: Tidak tampak
odem, tidak terdapat pitting
edema, tidak terdapat nyeri
tekan, taktil fremitus teraba
sama, tidak teraba massa
Perkusi: Terdengar resonan
pada seluruh lapang paru
Auskultasi: Tidak terdengar
suara nafas tambahan,
terdengar vaskuler dan
teratur
Whezzing Ronchi
b) Jantung
Inspeksi: Tidak tampak
pulsasi Ictus Cordis pada
ICS 5 midclavikula sinistra,
pergerakan dada simetris
antara sinistra dan dekstra,
tidak tampak massa atau
lesi, kulit tampak sedikit
kekuningan, kulit tampak
56
Palpasi: Teraba pulsasi Ictus
Cordis pada ICS 5
midclavikula sinistra tidak
lebih dari 1 cm.
Perkusi: Terdengar pekak
pada ICS 3 dekstra dan ICS
3,4 dan 5 sinistra sebelah
kiri sternum
Auskultasi:
BJ 1: Terdengar tunggal di
ICS 2 (aorta) dekstra dan
ICS 5 (mitrialis) sinistra/ lup
BJ 2: Terdengar tunggal di
ICS 4 (trikuspidalis) dekstra
dan 2 (pulmonal) sinistra/
dup
BJ 3: Tidak terdengar suara
jantung tambahan
kering.
Palpasi: Teraba pulsasi pada
Ictus Cordis pada ICS 5
midclavikula sinistra tidak
lebih dari 1 cm.
Perkusi: Terdengar pekak
pada ICS 3 dekstra dan ICS
3, 4 dan 5 sinistra sebelah
kiri sternum
Auskultasi:
BJ 1: Terdengar tunggal di
ICS 2 (aorta) dekstra dan
ICS 5 (mitrialis) sinistra/ lup
BJ 2: Terdengar tunggal di
ICS 4 (trikuspidalis) dekstra
dan 2 (pulmonal) sinistra/
dup
BJ 3: Tidak terdengar suara
jantung tambahan
Pemeriksaan
Abdomen
Inspeksi: Abdomen tampak
asites, kulit kendur, persebaran
warna kulit merata, kering, tidak
tampak massa atau lesi
Auskultasi: Bising usus 12 x/i
Perkusi: Terasa gelombang
cairan, terdengar shifting
dullness saat klien tidur miring
Palpasi: Tidak terdapat nyeri
tekan, tidak teraba massa
Inspeksi: Persebaran warna kulit
tidak merata, kulit tampak
kering, tidak tampak massa atau
lesi, tidak tampak asites
Auskultasi: Bising usus 10 x/i
Perkusi: Tidak terasa adanya
gelombang cairan, terdengar
timpani
Palpasi: Tidak terdapat nyeri
tekan, tidak teraba adanya
massa
Pemeriksaan Kulit
dan Kuku
Inspeksi: Persebaran warna kulit
tidak merata. Pada wajah,
tangan dan kaki mengalami
hiperpigmentasi. Pada lengan
bawah dan kaki tampak
mengkilap. Kulit tampak sedikit
mengelupas pada area siku
tangan. Kulit tampak kering
pada betis, dekat siku tangan
dan wajah. Skor kulit kering 1
karena tampak ada keputihan,
sedikit mengelupas dan tampak
kasar. Skor pruritus 0, tampak
odem, tidak tampak massa dan
lesi, kuku tampak tidak rata
Palpasi: Tidak teraba massa,
tidak terdapat nyeri tekan, kulit
teraba kasar, terdapat pitting
edema 2 mm (derajat 1),
Inspeksi: Persebaran warna kulit
tidak merata pada bagian dada
sampai kepala berwarna agak
kekuningan sedangkan dari dada
sampai kaki berwarna sawo
matang, Pada bagian yang
mengalami hiperpigmentasi dan
kering ditemukan di area kaki
dan tangan. Lalu sedikit
mengelupas di area tangan dekat
siku dan kaki bagian bawah
luar. Skor kulit kering 1 karena
tampak ada keputihan, sedikit
mengelupas, dan sedikit kasar.
Skor pruritus 0, tidak tampak
odem, tidak tampak massa atau
lesi, kuku tampak tidak rata
Palpasi: Tidak teraba massa,
tidak terdapat nyeri tekan, CRT
2 detik, turgor kulit kembali
dalam 2 detik, tidak teraba
57
terdapat odem dan kembali 6
detik, CRT 3 detik
odem dan tidak terdapat pitting
edema, kulit teraba kasar pada
kaki dan tangan.
Pemeriksaan
Ekstermitas
Atas:
Inspeksi: Persebaran warna kulit
tidak merata pada kedua tangan,
tampak hiperpigmentasi pada
kedua tangan, tampak odem
pada kedua tangan, tampak
mengkilap pada kedua lengan
bawah, tampak kering pada area
dekat siku pada kedua tangan,
sedikit mengelupas pada area
siku tangan kanan, tidak tampak
massa dan lesi, kedua tangan
tampak simetris kiri dan kanan,
terpasang abocath infus no 22
pada ekstermitas atas sinistra,
tidak tampak deformitas
Palpasi: Terdapat pitting edema
2 mm (derajat 1) dan kembali
dalam 6 detik, tidak terdapat
nyeri tekan, tidak teraba massa,
kulit teraba kasar
Bawah:
Inspeksi: Persebaran warna
tidak merata di kedua
ekstermitas, kulit tampak kering
pada kedua betis, kulit tampak
mengkilap, tidak tampak massa,
tidak tampak lesi tampak
hiperpigmnetasi pada kedua
kaki, kaki tampak odem, kedua
kaki tampak simetris kiri dan
kanan, tidak tampak deformitas
Palpasi: Tidak terdapat nyeri
tekan, tidak teraba massa, kulit
teraba kasar, pitting edema 2
mm (derajat 1) dan kembali
dalam 6 detik, CRT 3 detik,
tidak teraba deformitas
Perkusi: Reflek patella +/+
Kekuatan otot
4 4
4 4
Keterangan: Skor kulit kering 1
karena tampak kasar, sedikit
mengelupas dan tampak sedikit
Atas:
Inspeksi: Persebaran warna
kulit tidak merata pada kedua
tangan, kulit tampak kering
pada kedua tangan, sedikit
mengelupas di area dekat siku
tangan kanan, tidak tampak
massa dan lesi, tampak
hiperpigmentasi pada kedua
tangan, tidak tampak odem,
terpasang abocath infus no 22
pada ektermitas atas dekstra,
kedua tangan tampak simetris,
tidak ada deformitas
Palpasi: Tidak terdapat nyeri
tekan, tidak terdapat piting
edema, turgor kulit kembali
dalam 2 detik, tidak teraba
massa, kulit teraba kasar pada,
CRT 2 detik
Bawah:
Inspeksi: Persebaran warna kulit
tidak merata, kulit tampak
kering, sedikit mengelupas pada
area kaki kanan bagian bawah
luar, tampak bekas luka bakar
terkena air panas pada kaki
kanan sejak 1 tahun yang lalu,
tampak hiperpigmentasi, tidak
tampak massa dan lesi, tidak
tampak deformitas, kedua kaki
tampak simetris, tidak tampak
odem
Palpasi: Tidak terdapat nyeri
tekan, tidak teraba massa, tidak
teraba deformitas, tidak terdapat
pitting edema, turgor kulit
kembali dalam 2 detik, CRT 2
detik
Perkusi: Reflek patelle +/+
Kekuatan otot
5 5
5 5
Keterangan: Skor kulit kering 1
karena tampak kasar, sedikit
mengelupas dan tampak sedikit
58
4.1.7 Pemeriksaan Penunjang
Tabel 4.6 Pemeriksaan Radiologi Klien 1
No Tanggal Pemeriksaan Hasil
1 21-02-2019 Thorax Kedua sinus/ Diaphragma kiri sukar dinilai---
tertutup COR
COR membesar ke kiri
Arcus aorta dan Pulmonal segment normal
Tidak tampak infiltrat proses
Corakan Bronchovascular normal
2 26-02-2019 USG
Abdomen
Hepar:
Ukuran normal. Sudut tajam. Permukaan rata.
Intensitas echo parenchym homogeny rata.
Sistem portal dan bilier tak melebar. Nodule (-).
Kiste kecil di lobus kiri
Gallblader:
Tak melebar. Dinding tak menebal. Batu (-)
Pancreas dan lien tak tampak kelainan
Ren dex/ sin:
Ukuran mengecil. Echo cortex meningkat.
Pelviocaliceal tak melebar. Batu/ kiste (-)
V. Urinaria:
Normal
Tampak echo cairan bebas di cavum pleura
kanan kiri dan cavum abdomen
Kesimpulan:
Khronik parenchymathous renal disease bilateral
Pleural effuse bilateral
Ascites
Tabel 4.7 Pemeriksaan Laboratorium Klien 1
No Pemeriksaan Tanggal Hasil Satuan Nilai Rujukan
1 Faal Ginjal
Ureum
BUN
Kreatinin
Asam Urat
22-02-2019
H 128.4
H 60.0
H 6.38
H 8.0
mg/dL
mg/dL
mg/dL
mg/dL
21-43
10.0-20.0
< 0.95
2.3-6.1
Ureum
BUN
Kreatinin
Asam Urat
26-02-2019
H 159.4
H 74. 5
H 6.76
H 7.1
mg/dL
mg/dL
mg/dL
mg/Dl
21-43
10.0-20.0
< 0.95
2.3-6.1
2 Faal Hepar
Albumin 26-02-2019
L 2.98
g/dL
3.5-5.5
keputihan. Skor pruritus 0
karena tidak ada gatal
keputihan. Skor pruritus 0
karena tidak ada gatal
Pemeriksaan
Genetalia dan
rektum
Inspeksi: Terpasang kateter no.
16 dan memakai pampers,
genetalia tampak bersih, kulit
anal tampak lebih gelap dari
area sekitarnya, tidak tampak
lesi, tidak tampak hemoroid
Inspeksi: Tidak terkaji karena
klien merasa malu
59
3 Elektrolit
SE
Natrium (Na)
Kalium (K)
Klorida (Cl
28-02-2019
L 124
4.75
104
mEq/L
mEq/L
mEq/L
135-145
3.50-5.50
94-110
Tabel 4. 8 Pemeriksaan Radiologi Klien 2
Tanggal Pemeriksaan Hasil
21-02-2019 Thorax Kedua sinus/ Diaphragma Normal
Bentuk dan besar COR membesar ke kiri
Tidak tampak infiltrat proses
Corakan Bronchovascular paru normal
Tabel 4. 9 Pemeriksaan Laboratorium Klien 2
No Pemeriksaan Tanggal Hasil Satuan Nilai
Rujukan
1 Faal Ginjal
Ureum
BUN
Kreatinin
04-03-2019
(Pre HD)
H 263.6
H 123.2
H 13.07
mg/dL
mg/dL
mg/dL
18-55
10.0-20.0
< 1.20
Ureum
BUN
Kreatinin
04-03-2019
(Post HD)
H 126.4
H 59.1
H 5.68
mg/dL
mg/dL
mg/dL
18-55
10.0-20.0
< 1.20
Ureum
BUN
Kreatinin
07-03-2019
(Post HD)
45.0
H 21.0
H 2.53
mg/dL
mg/dL
mg/dL
18-55
10.0-20.0
< 1.20
2 Elektrolit
SE
Natrium (Na)
Kalium (K)
Klorida (Cl
04-03-2019
136
5.29
98
mEq/L
mEq/L
mEq/L
135-145
3.50-5.50
94-110
3 Hematologi
Darah Lengkap
Jumlah Leukosit
Jumah Eritrosit
Hemoglobin
Hematokrit
MCV
MCH
MCHC
Jumlah Trombosit
RDW-SD
RDW-CV
PDW
MPV
P-LCR
PCT
Hitung Jeis
Neutrofil
Limfosit
04-03-2019
6.96
L 2.55
L7.4
L 21.1
82.7
29.0
35.1
168
44
H 14.6
11.2
10.4
H 28.5
0.180
H 83.7
L 9.9
10^3/µL
10^6/µL
g/dL
%
fL
pg
g/dL
10^3/µL
fL
%
fL
fL
%
%
%
%
4.0-11.0
4.50-5.50
13.0-17.0
40.0-50.0
82.0-92.0
27.0-31.0
32.0-37.0
150-400
35-47
11.5-14.5
9.0-13.0
7.2-11.1
15.0-25.0
0.150-0.400
50-70
20-40
60
Monosit
Eosinofil
Basofil
Jumlah Neutrofil
Jumlah Limfosit
Jumlah Monosit
Jumlah Eosinofil
Jumlah Basofil
3.4
2.3
0.7
5.8
L 0.7
0.24
0.2
0.1
%
%
%
10^3/µL
10^3/µL
10^3/µL
10^3/µL
10^3/µ
2-8
1-3
0-1
1.5-7.0
1.0-3.7
0.16-1.00
0-0.8
0-0.2
4.1.8 Terapi
Tabel 4.10 Terapi
Klien 1
Nama obat dan Dosis Rute Pemberian Fungsi
Natrium Bikarbonat 3 x
1 tab
PO
Untuk menetralisir asam darah, urine yang
terlalu asam, dan asam lambung
Allopurinol 1 x 300 mg
PO
Membantu mengobati hiperurisemia atau
meningkatnya kadar asam urat dalam darah
dan batu ginjal yang baru terjadi
Captopril 2 x 25 mg
PO
Untuk mengobati tekanan darah tinggi dan
gagal jantung dengan merelaksasikan
pembuluh darah
Amlodipin 1 x 10 mg PO Mengatasi hipertensi dan angina pectoris
Ns 10 tetes/ menit
IV
Cairan ini untuk mengganti elektrolit dan
cairan yang sudah hilang, mengganti cairan
saat diare, menjaga cairan ekstra seluler dan
elektrolit serta membuat peningkatan pada
metabolit nitrogen berupa ureum dan
kreatinin pada penyakit ginjal
Lasix 3 x 20 mg
IV Obat ini digunakan untuk membuang cairan
atau garam berlebih di dalam tubuh melalui
urine dan meredakan pembenngkakan yang
disebabkan oleh gagal jantung, penyakit
hati, penyakit ginjal atau kondisi terkait.
Klien 2
Ns 10 tetes/ menit
IV
Cairan ini untuk mengganti elektrolit dan
cairan yang sudah hilang, mengganti cairan
saat diare, menjaga cairan ekstra seluler dan
elektrolit serta membuat peningkatan pada
metabolit nitrogen berupa ureum dan
kreatinin pada penyakit ginjal
Furosemide 3 x 2 amp
IV
Obat ini digunakan untuk membuang cairan
atau garam berlebih di dalam tubuh melalui
urine dan meredakan pembenngkakan yang
disebabkan oleh gagal jantung, penyakit
hati, penyakit ginjal atau kondisi terkait.
Ondansentron 3 x 4 mg
IV
Obat yang digunakan untuk mencegah serta
mengobati mual dan muntah
Ranitidin 3 x 50 mg
IV
Obat untuk mencegah dan mengatasi mual
muntah
Valsartan 1 x 160 mg
PO
Obat untuk mengatasi hipertensi dan gagal
jantung serta untuk melindungi jantung
pasien yang baru mengalami serangan
61
jantung
Prorenal 3 x 1 tablet
PO
Efek ketoacid dan diet rendah protein dalam
memperbaiki asidosis metabolik dan
menurunkan kadar ureum pada pasien CKD,
memperbaiki resistensi insulin
Hemodialisa
3 x 1 minggu
Double lumen Terapi cuci darah di luar tubuh untuk
oranng yang ginjalnya sudah tidak berfugsi
secara optimal
4.1.9 Analisa Data
Tabel 4.11 Analisa Data
Klien 1
Analisa Data Etiologi Masalah
Ds:
Klien mengatakan masuk rumah
sakit pada tanggal 21 Februari
2019 pada jam 17.20 WIB
Klien mengatakan mengalami
perubahan pada kulit sekitar
tanggal 15 Februari seperti kulit
wajah kering dan mulai bengkak
Klien mengatakan saat mencuci
wajah atau membersihkan badan
menggosok secara berlebihan
hingga daki dan kotoran benar-
benar hilang
Klien mengatakan kulit tampak
kering dan kehitaman
Klien mengatakan memakai
sabun antibakteri yang
mengandung gliserin dan
alkohol
Klien mengatakan kulit tidak
gatal
Klien mengatakan tidak tahu
penyebab dari kulit mengalami
masalah
Klien mengatakan semenjak
tubuhnya bengkak menjadi sulit
dalam bergerak dan selalu lemas
Klien mengatakan hanya
menghabiskan harinya di atas
tempat tidur
Do:
Klien di diagnosa CKD stage 5
sejak tanggal 27 Februari 2019
Terpasang infus Ns 500 ml 10
CKD
Kondisi yang menyebabkan
terjadinya penurunan fungsi
nefron
Mekanisme kompensasi dan
adaptasi dari nefron
menyebabkan kematian
nefron meningkat
Destruksi struktur ginjal
secara progresif
GFR menurun menyebabkan
kegagalan dalam
mempertahankan
metabolisme dan
keseimbangan cairan dan
elektrolit
Penumpukan toksik uremik
di dalam darah,
ketidakseimbangan cairan
dan elektrolit
Sindrom uremik
Respon muskuloskeletal,
ureum pada jaringan otot
Resiko gangguan
integritas kulit
62
tetes/menit
Kulit tampak hiperpigmentasi di
area wajah, tangan dan kaki
Kulit tampak mengkilap pada
lengan bawah dan kaki
Kulit tampak sedikit
mengelupas di area dekat siku
tangan kanan
Kulit tampak kering pada betis,
tangan di daerah dekat siku dan
wajah
Skor kulit kering 1 yang berarti
kulit tampak kasar, sedikit
mengelupas dan tampak sedikit
keputihan
Skor pruritus 0 yang berarti
tidak gatal
Persebaran warna kulit tidak
merata
Kulit tampak odem dan kembali
dalam 6 detik
Pitting edema 2 mm (derajat 1)
Klien tampak kesulitan dalam
mobilisasi karena badannya
lemas dan bengkak
Klien tampak lemas dan
berbaring di atas tempat tidur
Minum dibatasi 600 ml perhari
Natrium L 124 mEq/L
Ureum H 159.4 mg/dL
BUN H 74.5 mg/dL
Kreatinin H 6.76 mg/dL
USG abdomen ditemukan
ukuran ginjal sinistra/dekstra
mengecil
Kelemahan fisik
Penekanan jaringan setempat
Resiko gangguan integritas
kulit
Klien 2
Ds:
Klien mengatakan masuk rumah
sakit pada tanggal 4 Maret 2019
pada jam 07.30 WIB
Klien mengatakan menderita
sakit ginjal sejak bulan Januari
2019 dan belum pernah
melakukan cuci darah
Klien mengatakan semenjak
sakit ginjal kulit menjadi kering
Klien mengatakan kulit menjadi
kekuningan dan warna kulit
tidak seperti kulit normal atau
pucat
Klien mengatakan semenjak
sakit ginjal kulitnya pernah
CKD
Kondisi yang menyebabkan
terjadinya penurunan fungsi
nefron
Mekanisme kompensasi dan
adaptasi dari nefron
menyebabkan kematian
nefron meningkat
Destruksi struktur ginjal
secara progresif
Resiko gangguan
gangguan
integritas kulit
63
menjadi kasar dan sedikit
bersisik terutama bagian tangan
dan kaki lalu diberikan lotion
Keluarga klien mengatakan
pada tanggal 2 Maret kaki
sebelah kanan klien sempat
bengkak
Keluarga klien mengatakan saat
di rumah menggunakan mandi
2x dengan sabun antibakteri
yang mengandung gliserin dan
alkohol
Klien mengatakan kulit tidak
gatal
Klien mengatakan tidak tahu
penyebab munculnya masalah
pada kulit
Do:
Klien didiagnosa ESRD pada
tanggal 4 Maret 2019
Terpasang infus Ns 500 ml 10
tetes/menit
Kulit tampak hiperpigmentasi
dan kering di area kaki dan
tangan
Kulit tampak sedikit
mengelupas pada area dekat
siku tangan kanan dan kaki
kanan bagian bawah luar
Skor kulit kering 1 yang berarti
kulit tampak kasar, dan tampak
sedikit keputihan
Skor pruritus 0 yang berarti
tidak gatal
Persebaran warna kulit tidak
merata
Kulit klien tampak sedikit
kekuningan dari dada sampai
wajah
Minum dibatasi 600 ml perhari
Ureum H 263.6 mg/dL
BUN H 123.2 mg/dL
Kreatinin H 13.07 mg/dL
GFR menurun menyebabkan
kegagalan dalam
mempertahankan
metabolisme dan
keseimbangan cairan dan
elektrolit
Penumpukan toksik uremik
di dalam darah,
ketidakseimbangan cairan
dan elektrolit
Sindrom uremik
Respon integumen pada
jaringan kulit
Hiperpigmentasi, kulit
kering
Resiko gangguan integritas
kulit
64
4.1.10 Diagnosa Keperawatan
Tabel 4.12 Diagnosa keperawatan pada klien CKD dengan masalah resiko
gangguan integritas kulit
Tanggal Diagnosa Keperawatan
Klien 1
1 Maret 2019 Resiko gangguan integritas kulit berhubungan dengan faktor
mekanis (penekanan pada tonjolan tulang)
Klien 2
6 Maret 2019 Resiko gangguan integritas kulit berhubungan dengan
kelembaban
4.1.11 Intervensi
Tabel 4.13 Intervensi keperawatan
Tujuan Kriteria Hasil Intervensi Rasional
Klien 1
Tujuan jangka
panjang:
Klien
terhindar dari
gangguan
integritas kulit
setelah
diberikan
asuhan
keperawatan 3
x 24 jam
Tujuan jangka
pendek:
Klien
menunjukkan
permukaan
integritas kulit
yang optimal
setelah
dilakukan
tindakan
keperawatan 1
x 24 jam
1. Kembalinya
integritas
permukaan kulit
2. Klien akan
menjaga
integritas kulit
dengan
memperlihatkan
cara perawatan
kulit
3. Menunjukkan
pemahaman
tentang faktor
resiko
gangguan
integritas kulit
4. Kulit tidak
kering dan gatal
5. Hiperpigmentas
i berkurang
6. Melaporkan
perubahan
sensasi atau
nyeri area yang
beresiko
1. Observasi kondisi kulit
minimal sehari sekali
untuk perubahan pada
warna dan tekstur,
kondisi kulit atau luka
2. Observasi terhadap
kekeringan kulit,
pruritus, ekskoriasi,
dan infeksi
3. Observasi lipatan kulit
dan area yang
mengalami edema
4. Observasi kondisi kulit
untuk klien yang
memiliki hambatan
mobilitas dengan
menutupi kulit dengan
tulang yang menonjol
5. Observasi perawatan
kulit klien, catat jenis
sabun dan bahan
pembersih lain yang
digunakan,
temperature air dan
frekuensi
membersihkan kulit
6. Anjurkan mandi dan
tidak menggunakan
sabun yang
mengandung deterjen
1. Menentukan apakah
klien mengalami
kehilangan sensai atau
rasa sakit. Pemeriksaan
secara sistematis bisa
mengenali masalah
yang akan datang sejak
awal
2. Perubahan mungkin
disebabkan oleh
penurunan aktivitas
kelenjar keringat atau
pengumpulan kalsium
dan fosfat pada lapisan
kutaneus
3. Daerah-daerah seperti
ini mudah mengalami
injuri
4. Tekanan ulserasi
biasanya terjadi pada
tulang yang menonjol
5. Disesuaikan dengan
kondisi dan kebutuhan
kulit klien
6. Mandi 2 kali sehari
untuk menjaga kulit
tetap bersih dan jangan
gunakan sabun yang
65
7. Lakukan penilaian
skor pada kulit kering
dan pruritus klien
8. Berikan bantalan pada
titik tekan atau
tonjolan tulang
9. Gunakan kasur khusus
10. Berikan KIE tentang
penyebab munculnya
masalah kulit
11. Lakukan mobilisasi
dengan merubah posisi
klien sesuai kondisi
klien tiap 2 jam
12. Pakai emolien, lotion
atau pelembab
(minyak mineral,
minyak bayi, lanolin)
13. Hindarkan bahan
pembersih yang keras,
air panas, gesekan kuat
dan ekstrim atau sering
membersihkan
14. Gunakan pakaian
katun yang longgar,
tipis dan dingin
15. Menjaga linen tetap
bersih, kering dan
bebas dari kerutan
16. Mandikan dengan air
hangat suam-suam
kuku (32,2-40,5°C)
dan keringkan dengan
menepuk
17. Kolaborasi pemberian
diuretic
18. Catat intake-output
dan hitung balans
cairan 24 jam
mengandung deterjen
7. Untuk mengetahui
tingkat kekeringan dan
gatal pada kulit klien
secara keseluruhan
8. Mencegah terjadinya
luka tekan pada area
tulang yang menonjol
9. Mengurangi tekanan
dan meratakan tekanan
pada kulit (kasur
angina, kasur air bisa
untuk memberikan
sensasi dingin)
10. Mengetahui penyebab
munculnya masalah
kulit
11. Mengurangi tekanan
pada tonjolan tulang
12. Emolien mengurangi
penguapan dan menjga
kelembapan kulit
13. Meminimalisir kulit
kering dan iritasi
14. Meminimalkan iritasi
dan gatal
15. Meminimalisir
gesekan antara kulit
kering dan odem
dengan sprei
16. Meminimalisir kulit
kering dan terjadinya
irirtasi karena gesekan
17. Mengurangi retensi
cairan dan
meningkatkan diuresis
18. Untuk menjaga
keseimbangan cairan
Klien 2
Tujuan jangka
panjang:
Klien
terhindar dari
gangguan
integritas kulit
setelah
diberikan
1. Kembalinya
integritas
permukaan kulit
2. Klien akan
menjaga
integritas kulit
dengan
memperlihatkan
1. Observasi kondisi kulit
minimal sehari sekali
untuk perubahan pada
warna dan tekstur,
kondisi kulit atau luka
1. Menentukan apakah
klien mengalami
kehilangan sensai atau
rasa sakit. Pemeriksaan
secara sistematis bisa
mengenali masalah
yang akan datang sejak
awal
66
asuhan
keperawatan 3
x 24 jam
Tujuan jangka
pendek:
Klien
menunjukkan
permukaan
integritas kulit
yang optimal
setelah
dilakukan
tindakan
keperawatan 1
x 24 jam
cara perawatan
kulit
3. Menunjukkan
pemahaman
tentang faktor
resiko gangguan
integritas kulit
4. Kulit tidak kering
dan gatal
5. Hiperpigmentasi
berkurang
2. Observasi terhadap
kekeringan kulit,
pruritus, ekskoriasi,
dan infeksi
3. Observasi perawatan
kulit klien, catat jenis
sabun dan bahan
pembersih lain yang
digunakan,
temperature air dan
frekuensi
membersihkan kulit
4. Anjurkan mandi dan
tidak menggunakan
sabun yang
mengandung deterjen
5. Lakukan penilaian
skor pada kulit kering
dan pruritus klien
6. Berikan KIE tentang
penyebab munculnya
masalah kulit
7. Pakai emolien, lotion
atau pelembab
(minyak mineral,
minyak bayi, lanolin)
8. Hindarkan bahan
pembersih yang keras,
air panas, gesekan kuat
dan ekstrim atau sering
membersihkan
9. Gunakan pakaian
katun yang longgar,
tipis dan dingin
10. Menjaga linen tetap
bersih, kering dan
bebas dari kerutan
11. Catat intake-output
dan hitung balans
cairan 24 jam
2. Perubahan mungkin
disebabkan oleh
penurunan aktivitas
kelenjar keringat atau
pengumpulan kalsium
dan fosfat pada lapisan
kutaneus
3. Disesuaikan dengan
kondisi dan kebutuhan
kulit klien
4. Mandi 2 kali sehari
untuk menjaga kulit
tetap bersih dan jangan
gunakan sabun yang
mengandung deterjen
5. Untuk mengetahui
tingkat kekeringan dan
gatal pada kulit klien
secara keseluruhan
6. Mengetahui penyebab
munculnya masalah
kulit
7. Emolien mengurangi
penguapan dan menjga
kelembapan kulit
8. Meminimalisir kulit
kering dan iritasi
9. Meminimalkan iritasi
dan gatal
10. Meminimalisir
gesekan antara kulit
kering dan odem
dengan sprei
11. Untuk menjaga
keseimbangan cairan
67
4.1.12 Implementasi
Tabel 4.14 Implementasi pada klien 1
Diagnosa
Keperawaan
Jam 1 Maret 2019 Jam 2 Maret 2019 Jam 3 Maret 2019
Resiko gangguan
integritas kulit
berhubungan dengan
akumulasi ureum
dalam kulit
15.00
15.05
15.06
15.08
1) Mengobservasi kondisi kulit
klien yang mengalami
perubahan warna kulit seperti
pucat karena anemia,
hiperpigmentasi atau kuning
karena uremia, tekstur, kulit
kering, area yang mengalami
edema dan kondisi kulit bila
terjadi pruritus disertai
eksoriasi
2) Melakukan penilaian skor
pada kulit kering dan pruritus
pada klien untuk mengetahui
perubahan pada kulit kering
dan apabila klien mengalami
pruritus
3) Mengobservasi perawatan
kulit klien, dengan
menanyakan jenis sabun dan
bahan pembersih lain yang
digunakan, temperatur air
mandi dan frekuensi
membersihkan kulit
4) Menganjurkan untuk mandi 2
kali sehari dan mengganti
sabun yang tidak
mengandung alkohol,
14.30
14.30
14.35
14.48
14.50
1) Mengobservasi kondisi kulit
klien yang mengalami
perubahan warna kulit seperti
pucat karena anemia,
hiperpigmentasi atau kuning
karena anemia, tekstur, kulit
kering, area yang mengalami
edema dan kondisi kulit bila
terjadi pruritus disertai
eksoriasi
2) Melakukan penilaian skor
pada kulit kering dan pruritus
pada klien untuk mengetahui
perubahan pada kulit kering
dan apabila klien mengalami
pruritus
3) Memandikan klien dan
mengeringkan dengan
menepuk nepuk
4) Memberikan baby oil pada
kulit klien setelah mandi dan
menjaga kulit klien tetap
bersih dan lembab
5) Memakaikan pakaian katun
yang longgar, tipis dan dingin
pada klien setelah mandi
untuk mengurangi gesekan
05.00
05.00
05.15
05.17
05.20
08.00
1) Mengobservasi kondisi kulit
klien yang mengalami
perubahan warna kulit seperti
pucat karena anemia,
hiperpigmentasi atau kuning
karena uremia, tekstur, kulit
kering, area yang mengalami
edema dan kondisi kulit bila
terjadi pruritus disertai
eksoriasi
2) Memandikan pasien dengan
air hangat suam-suam kuku
dan mengeringkan dengan
menepuk
3) Memakaikan pakaian yang
longgar, tipis dan dingin
4) Memberikan baby oil pada
kulit klien dan menjaga kulit
klien tetap bersih dan lembab
setelah mandi
5) Menjaga linen tetap bersih,
kering dan bebas dari kerutan
dengan mengganti dan
merapikan setiap hari
6) Berkolaborasi memberikan
injeksi diuretik dan
allopurinol
68
15.10
15.13
15.13
16.00
16.05
16.05
mengandung parfum dan
bersifat basa seperti sabun
antibakteri serta menggosok
tubuh secara berlebihan saat
mandi hingga benar-benar
merasa daki hilang
5) Memberikan baby oil pada
kulit klien dan menjaga kulit
klien tetap bersih
6) Menjaga linen tetap bersih,
kering dan bebas dari kerutan
dengan mengganti dan
merapikan setiap hari
7) Memberikan KIE tentang
penyebab munculnya
masalah kulit dan
penatalaksanannya
8) Membantu klien mobilisasi
dengan merubah posisi klien
menjadi miring untuk
mengurangi tekanan kulit
pada tulang yang menonjol
9) Mengobservasi kondisi kulit
klien dengan memberikan
bantalan dengan
menggunakan handscoen
yang diisi dengan air pada
tulang yang menonjol karena
klien mengalami kesulitan
dalam mobilisasi agar tidak
terjadi luka tekan
10) Menganjurkan kepada
keluarga untuk menggunakan
kasur khusus seperti kasur
15..00
15.20
15.50
15.55
16.10
20.00
dengan kulit edema
6) Menjaga linen tetap bersih
dan kering dengan mengganti
dan merapikan setiap hari
7) Memberikan KIE tentang
penyebab munculnya masalah
kulit dan penatalaksanaannya
8) Membantu klien mobilisasi
dengan merubah posisi klien
menjadi telentang untuk
mengurangi tekanan pada
tulang yang menonjol
9) Mengobservasi kondisi kulit
klien dengan memberikan
bantalan handscoen yang
berisi air pada tulang yang
menonjol karena klien
mengalami kesulitan dalam
mobilisasi agar tidak terjadi
luka tekan dan memberikan
sensasi dingin
10) Berkolaborasi memberikan
injeksi diuretik lasix
11) Melakukan balans cairan
08.00
08.00
09.55
0955
7) Mengobservasi kondisi kulit
klien dengan memberikan
bantalan menggunakan
handscoen yang diisi air
pada tulang yang menonjol
karena klien mengalami
kesulitan dalam mobilisasi
agar tidak terjadi luka tekan
dan memberikan sensasi
dingi
8) Berkolaborasi memberikan
injeksi diuretic lasix
9) Melakukan penilaian skor
pada kulit kering dan
pruritus pada klien untuk
mengetahui perubahan pada
kulit yang kering dan apabila
klien mengalami pruritus
10) Melakukan balans cairan
69
16.10
20.00
angina atau air untuk
menjaga tekanan pada kulit
rata. Untuk alternative
menggunakan handscoen
yang diisi air dan dijadikan
bantalan untuk bagian kulit
dengan tulang yang menonjol
11) Berkolaborasi memberikan
injeksi diuretik lasix
12) Melakukan balans cairan
Tabel 4.15 Implementasi pada klien 2
Diagnosa
Keperawaan
Jam 6 Maret 2019 Jam 7 Maret 2019 Jam 8 Maret 2019
Resiko gangguan
integritas kulit
berhubungan dengan
akumulasi ureum
dalam kulit
15.00
15.07
15.10
1) Mengobservasi kondisi kulit
klien yang mengalami
perubahan pada warna kulit
seperti pucat karena anemia,
hiperpigmentasi atau kuning
karena anemia, tekstur, kulit
kering dan kondisi kulit bila
terjadi pruritus disertai
eksoriasi
2) Mengobservasi perawatan
kulit klien, dengan
menanyakan jenis sabun dan
bahan pembersih lain yang
digunakan, temperatur air dan
frekuensi membersihkan kulit
3) Menganjurkan untuk mandi 2
kali sehari dan mengganti
14.45
14.50
14.05
14.05
1) Mengobservasi kondisi kulit
klien yang mengalami
perubahan warna kulit seperti
pucat karena anemia,
hiperpigmentasi atau kuning
karena uremia, tekstur, kulit
kering dan kondisi kulit bila
terjadi pruritus disertai
eksoriasi
2) Memberikan KIE tentang
penyebab munculnya masalah
kulit dan penatalaksanaan
3) Memberikan baby oil pada
kulit klien dan menjaga kulit
klien tetap bersih dan lembab
4) Menganjurkan kepada klien
untuk menggunakan pakaian
15.00
15.05
15.05
1) Mengobservasi kondisi kulit
klien yang mengalami
perubahan warna kulit
seperti pucat karena anemia,
hiperpigmentasi atau kuning
karena uremia, tekstur, kulit
kering dan kondisi kulit bila
terjadi pruritus disertai
eksoriasi
2) Memberikan baby oil pada
kulit klien dan menganjurkan
memberikan lotion atau baby
oil untuk menjaga kulit klien
lembab dan jaga tetap bersih
3) Menganjurkan kepada klien
untuk mandi 2 kali sehari
dan mengganti sabun yang
70
15.14
15.35
20.40
sabun yang tidak
mengandung alkohol,
mengandung parfum dan
bersifat basa seperti sabun
antibakteri yang bisa
membuat kulit bertambah
kering
4) Memberikan KIE tentang
penyebab munculnya masalah
kulit dan penatalaksanaan
5) Memberikan baby oil pada
kulit klien dan menjaga kulit
klien tetap bersih dan lembab
6) Melakukan balans cairan
15.00
20.30
20.30
yang longgar dan tipis untuk
mengurangi gesekan dengan
kulit yang kering
5) Menjaga linen tetap bersih
dan kering dengan merapikan
dan mengganti setiap hari.
6) Melakukan penilaian skor
pada kulit kering dan pruritus
pada klien untuk mengetahui
perubahan pada kulit kering
dan apabila mengalami
pruritus
7) Melakukan balans cairan
18.35
tidak mengandung alkohol,
menggosok badan dengan
kuat dan ekstrim saat mandi,
serta jangan mandi dengan
air yang terlalu panas
4) Melakukan penilaian skor
pada kulit kering dan
pruritus pada klien untuk
mengethui perubahan pada
kulit kering dan apabila
terjadi pruritus
4.1.13 Evaluasi
Table 4.16 Evaluasi klien 1
Diagnosa
Keperawatan Jam 1 Maret 2019 Jam 2 Maret 2019 Jam 3 Maret 2019
Resiko
gangguan
integritas kulit
berhubungan
dengan
akumulasi
ureum dalam
kulit
20.30 S:
Klien mengatakan kulit klien
masih kering dan kehitaman
Klien mengatakan bengkak
pada tubuh
Klien mengatakan kulit masih
tampak mengkilap
Klien mengatakan kulit tidak
gatal
Klien mengatakan tidak ada
luka
20.30 S:
Klien mengatakan kulit masih
tampak kering dan kehitaman
Klien mengatakan bengkak pada
tubuh sudah sedikit berkurang
Klien mengatakan kulit tampak
mengkilap
Klien mengatakan kulit tidak
terasa gatal
Klien mengatakan tidak ada luka
Klien mengatakan masih
10.15 S:
Klien mengatakan kulit sudah
tidak terlalu kering dan masih
tampak kehitaman
Klien mengatakan bengkak pada
tubuh sedikit berkurang
Klien mengatakan kulit masih
tampak mengkilap
Klien mengatakan kulit tidak
terasa gatal
Klien mengatakan tidak ada luka
71
Klien mengatakan masih
kesulitan dalam mobilisasi dan
sepanjang hari hanya berbaring
di atas tempat tidur
Klien mengatakan belum paham
penyebab masalah kulit
O:
Kulit tampak hiperpigmentasi di
area wajah, tangan dan kaki
Kulit klien tampak mengkilap
pada lengan bawah dan kaki
Kulit klien tampak masih kering
betis, tangan di daerah dekat
siku dan wajah
Persebaran warna kulit tidak
merata
Kulit tampak keputihan dan
sedikit mengelupas di area
dekat siku tangan kanan
Kulit teraba kasar
Kulit tampak masih odem dan
kembali dalam 6 detik
Pitting edema 2 mm (derajat 1)
Tidak tampak luka tekan pada
bagian kulit dengan tulang yang
menonjol dan tubuh bagian
belakang
Klien tampak masih kesulitan
dalam mobilisasi
Skor kulit kering 1 dan pruritus
kesulitan dalam mobilisasi dan
sepanjang hari hanya berbaring
di atas tempat tidur
Klien mengatakan sudah paham
penyebab masalah pada kulit
O:
Kulit tampak hiperpigmentasi di
area wajah, tangan dan kaki
Kulit klien masih tampak
mengkilap pada lengan bawah
dan kaki
Kulit klien tampak masih kering
betis, tangan di daerah dekat
siku dan wajah
Keputihan dan sedikit
mengelupas pada area siku
tangan kanan sudah tidak tampak
Persebaran warna kulit tidak
merata
Kulit teraba kasar
Kulit tampak masih odem dan
kembali dalam 6 detik
Pitting edema 2 mm (derajat 1)
Tidak tampak luka tekan pada
bagian kulit dengan tulang yang
menonjol dan tubuh bagian
belakang
Klien tampak masih kesulitan
dalam mobilisasi
Skor kulit kering 1 dan pruritus 0
Klien mengatakan masih kesulitan
dalam mobilisasi dan sepanjang
hari hanya berbaring di atas
tempat tidur
O:
Kulit tampak hiperpigmentasi di
area wajah, tangan dan kaki
Kulit klien masih tampak
mengkilap pada lengan bawah dan
kaki
Kulit klien tampak masih kering
betis, tangan di daerah dekat siku
dan wajah
Kulit terasa tidak terlalu kasar
daripada sebelumnya
Keputihan dan sedikit mengelupas
di area siku dekat tangan kanan
sudah hilang
Persebaran warna kulit tidak
merata
Kulit tampak masih odem dan
kembali dalam 6 detik
Pitting edema ±2 mm (derajat 1)
Tidak tampak luka tekan pada
area kulit dengan tulang yang
menonjol dan tubuh bagian
belakang
Skor kulit kering 1 dan pruritus 0
Klien tampak masih kesulitan
72
0
Balans cairan +106
A: Masalah belum teratasi
P: Lanjutkan intervensi 1-2, 4-5, 7-
8, 10-12, 14-18 dan lakukan
observasi
Balance cairan +86
A: Masalah belum teratasi
P: Lanjutkan intervensi 1-2, 4, 7-8,
10-12, 14-18 dan lakukan
observasi
dalam mobilisasi
Balance cairan +36
A: Masalah resiko kerusakan
integritas kulit tidak terjadi
P: Lanjutkan intervensi 1-2, 4, 7, 10-
12, 14-18 dan lakukan observasi
Tabel 4.17 Evaluasi klien 2
Diagnosa
Keperawatan Jam 6 Maret 2019 Jam 7 Maret 2019 Jam 8 Maret 2019
Resiko
gangguan
integritas kulit
berhubungan
dengan
akumulasi
ureum dalam
kulit
20.45 S:
Klien mengatakan kulit kering
dan kehitaman
Klien mengatakan kulit tidak
gatal
Kulit tampak sedikit
kekuningan
Klien mengatakan sudah
mengetahui penyebab masalah
pada kulit
O:
Kulit klien hiperpigmentasi dan
tampak kering di area kaki dan
tangan
kulit tampak keputihan dan
sedikit mengelupas di area
dekat siku tangan kanan dan
20.30 S:
Klien mengatakan kaki dan
tangan kehitaman
Klien mengatakan kulit sudah
tidak terlalu kering
Klien mengatakan kulit tidak
gatal
Kulit sudah tidak kuning
O:
Kulit masih hiperpigmentasi
dan tampak kering di area kaki
dan tangan
Kulit sudah tidak tampak
kekuningan dari wajah sampai
dada
Kulit masih nampak keputihan
dan sedikit mengelupas di area
18.35 S:
Klien mengatakan kaki dan tangan
kehitaman
Klien mengatakan kulit sudah
terlalu kering
Klien mengatakan kulit tidak gatal
Klien mengatakan kulit tidak
kuning
O:
Kulit klien tampak hiperpigmentasi
pada tangan dan kaki
Kulit klien sudah tidak terlalu
kering di area tangan dan kaki
Kulit sudah tidak tampak keputihan
dan kulit yang sedikit mengelupas
pada area siku tangan kanan dan
kaki bagian kanan bawah luar
73
kaki kanan bagian bawah luar
Kulit klien sedikit kekuningan
dari dada sampai wajah
Skor kulit kering klien 1 dan
skor pruritus 0
Persebaran warna kulit tidak
merata
A: Masalah belum teratasi
P: Lanjutkan intervensi 1-2, 5-11,
dan lakukan observasi
siku tangan kanan dan kaki
bagian kanan bawah luar
Persebaran warna kulit tidak
merata
Skor kulit kering 1 dan skor
pruritus 0
Balance cairan +54
Ureum 45,0 mg/dL
BUN H 21,0 mg/dL
Kreatinin H 2, 53 mg/dL
A: Masalah teratasi sebagian
P: Lanjutkan intervensi 1-2, 5, 9-11
dan lakukan observasi
sudah tidak tampak
Kulit klien sudah tidak kekuningan
dari dada sampai wajah
Skor kulit kering 1 dan skor
pruritus 0
Persebaran warna kulit tidak
merata
A: Masalah tidak terjadi
P: Lanjutkan intervensi 1-2, 4-5, 7-9,
11 dan lakukan observasi
74
4.2 Pembahasan
4.2.1 Pengkajian
Tabel 4.18 Pembahasan pengkajian
Klien 1 Klien 2
Ny. I mengatakan mengalami perubahan
kulit 5 hari sebelum masuk rumah sakit
sekitar tanggal 15 Februari. Klien
mengatakan kulit mulai kering pada kaki,
tangan dan wajah, lalu muncul kehitaman,
tangan dan kaki mulai bengkak. Setelah
seminggu bengkak pada tubuh klien tidak
berkurang namun bertambah ke seluruh
tubuh dan klien merasa lemas hingga
kesulitan dalam bergerak sehingga klien
hanya menghabiskan harinya di atas tempat
tidur. Lalu oleh Dr. P dilakukan cek lab faal
ginjal dan USG abdomen. Pada tanggal 27
Februari diagnosa CKD Stage V. Pada saat
pengkajian tanggal 1 Maret klien tampak
berbaring diatas tempat tidur dan ditemukan
kulit tampak hiperpigmentasi pada wajah,
tangan dan kaki. Kulit mengkilap pada
lengan bawah dan kaki. Tubuh tampak
odem, pitting edema 2 mm (derajat 1) dan
kembali 6 detik. Kulit sedikit mengelupas
pada area siku tangan. Kulit kering pada
betis, dekat siku tangan dan wajah. Klien
mengatakan kulit tidak gatal. Skor kulit
kering 1 dan skor pruritus 0.
Tn. H mengatakan sakit ginjal sejak bulan
Januari 2019. Pada tanggal 4 Maret klien
mengatakan kaki kanan bengkak, kulit
tubuh mulai dari dada sampai ke wajah
berwarna kekuningan, warna kulit tidak
seperti kulit normal atau pucat, kulit
kering, sempat bersisik dan sedikit
mengelupas oleh keluarga diberikan
lotion. Oleh Dr. A klien didiagnosa ESRD
pada tanggal 4 Maret 2019. Pada saat
pengkajian tanggal 6 Maret ditemukan
kulit mengalami hiperpigmentasi dan
kering pada kaki dan tangan. Sedikit
mengelupas pada tangan dekat siku dan
kaki bagian bawah luar. Kulit tidak
tampak bersisik, sedikit kekuningan pada
bagian dada sampai ke wajah. Tidak
ditemukan odem pada tubuh. Klien tidak
mengeluhkan gatal. Skor kulit kering 1
dan skor pruritus 0.
Opini: Klien 1 menderita CKD sejak tanggal 27 Februari 2019 dan klien 2 menderita
CKD sejak bulan Januari 2019. Menurut peneliti, klien 1 bisa mengalami resiko kerusakan
integritas kulit karena saat ginjal rusak dan kehilangan fungsinya maka akan
menyebabkan kegagalan dalam mempertahankan metabolisme dan keseimbangan cairan
dan elektrolit. Sehingga zat-zat seperti ureum lolos dalam proses penyaringan dan kembali
beredar dalam darah. Uremia yang dialami oleh klien 1 berespon pada sistem
muskuloskeletal yaitu terdapat ureum pada jaringan otot yang bisa mengakibatkan otot
mengalami kelemahan, mengecil dan kram yang bisa membuat kelemahan fisik hingga
merasa lemas. Klien 1 juga mengalami edema karena kelebihan volume cairan akibatnya
klien hanya menghabiskan sepanjang waktu di atas tempat tidur. Klien 1 beresiko
mengalami kerusakan integritas kulit karena tirah baring dan terdapat edema apabila
bergesekan dan kulit pada bagian tulang yang menonjol terlalu tertekan bisa menimbulkan
luka tekan atau dikubitus didukung dengan klien yang mengalami kesulitan dalam
mobilisasi. Sedangkan pada klien 2 uremia menyebabkan kulit klien mengalami
kekeringan karena ureum diekskresikan melalui kapiler kulit yang bisa membuat kelenjar
sebasea dan keringat mengalami atrofi sehingga berpengaruh dalam melubrikasi kulit.
Dari keadaan ini akan membuat kulit menjadi kering, sedikit mengelupas, dan terasa
kasar. Pada klien 1 juga memiliki keadaan kulit kering yang sama namun yang memiliki
resiko dalam jangka waktu pendek yaitu akibat penekanan pada bagian kulit yang memilik
bagian tulang menonjol.
Teori: Chronic Kidney Disease (CKD) adalah suatu kondisi gagalnya ginjal dalam
menjalankan fungsinya mempertahankan metabolisme serta keseimbangan cairan dan
elektrolit karena rusaknya struktur ginjal yang progresif yang ditandai dengan
75
penumpukan sisa metabolik (toksik uremik) dalam darah (Muttaqin & Sari, 2014).
Gangguan pada sistem integumen ini terjadi karena adanya gangguan pada reabsorbsi
sisa-sisa metabolisme yang tidak dapat dieksresikan oleh ginjal sehingga terjadi
peningkatan natrium dan ureum yang seharusnya dikeluarkan bersama urine tetap berada
dalam darah pada akhirnya akan diekskresikan melalui kapiler kulit yang bisa membuat
pigmen kulit juga berubah (Baradero, Dayrit, & Siswadi, 2009; Haryono, 2013; Prabowo
& Pranata, 2014).Selain perubahan pigmen kulit menurut LeMone dkk (2015) bisa juga
terjadi pruritus, uremic frost, dan kulit kering. Sindrom uremia juga bisa menyebabkan
respon pada muskuloskeletal yaitu terdapat ureum pada jaringan otot yang bisa
menyebabkan otot mengalami kelemahan, kelumpuhan, mengecil dan kram. Akibatnya
bisa menyebabkan terjadi miopati, kram otot dan kelemahan fisik (Muttaqin & Sari,
2014).
4.2.2 Diagnosa Keperawatan
Tabel 4.19 Pembahasan Diagnosa Keperawatan
Klien 1 Klien 2
Dari hasil pengkajian pada klien 1 dapat
ditegakkan diagnosa yaitu gangguan
integritas kulit berhubungan dengan faktor
mekanis (penekanan pada tonjolan tulang)
Dari hasil pengkajian pada klien 2 dapat
ditegakkan diagnosa yaitu gangguan
integritas kulit berhubungan dengan
kelembaban
Opini: Menurut peneliti pada klien 1 dapat ditegakan diagnosa keperawatan tersebut
karena klien 1 mengalami edema dan kesulitan dalam mobilisasi hingga harus tirah
baring. Saat seseorang mengalami tirah baring yang cukup lama maka tubuh mengalami
tekanan terutama pada bagian dengan tulang yang menonjol didukung dengan klien
mengalami edema sehingga terdapat kulit yang berlipat. Apabila kulit terus mengalami
tekanan dan gesekan bisa beresiko memunculkan luka tekan atau dekubitus. Klien 2
diteggakkan diagnosa yang berbeda karena tingginya kadar ureum pada darah bisa
menyebabkan atrofi pada kelenjar keringat saat diekskresikan melalui kapiler kulit
sehingga akan mengurangi lubrikasi pada kulit sehingga mengalami kekeringan.
Meskipun sama-sama memiliki kondisi uremia yang sama tinggi namun pada klien 1 yang
lebih berisiko tinggi menyebabkan kerusakan resiko kerusakan integritas kulit karena
kondisi klien yang mengalami tirah baring dan edema apabila bergesekan dan tertekan
dalam waktu lama bisa menyebabkan luka tekan.
Teori: Adanya gangguan pada reabsorbsi sisa-sisa metabolisme yang tidak dapat
diekskresikan oleh ginjal sehingga terjadi peningkatan ureum yang seharusnya
dikeluarkan bersama urine tetap berada dalam darah pada akhirnya akan diekskresikan
melalui kapiler kulit yang bisa membuat pigmen kulit berubah (Baradero, Dayrit &
Siswadi, 2009; Haryono, 2013, Prabowo & Pranata 2014). Karena sisa limbah dari tubuh
yang seharusnya dibuang melalui urine terserap oleh kulit maka dapat menyebabkan
pruritus, perubahan warna kulit, uremic frost, dan kulit kering karena sering melakukan
hemodialisa (LeMone dkk, 2015). Menurut Chamberlain’s (2012) uremia bisa
menyebabkan kulit menjadi kering dan mengelupas dengan wrna coklat kekuningan.
Sindrom uremia juga bisa menyebabkan respon pada muskuloskeletal yaitu terdapat
ureum pada jaringan kulit yang bisa menyebabkan otot mengalami kelemahan,
kelumpuhan, mengecil dan kram. Akibatnya bisa menyebabkan terjadi miopati, kram otot
dan kelemahan fisik (Muttaqin & Sari, 2014).
76
4.2.3 Rencana Keperawatan
Tabel 4.20 Pembahasan tujuan intervensi
Klien 1 Klien 2
Pada klien 1 telah ditetapkkan tujuan yang
sama dengan tujuan intervensi
keperawatan sesuai pada teori yaitu tidak
terjadi kerusakan pada kulit setelah
dilakukan asuhan keperawatan
Pada klien 2 telah ditetapkkan tujuan yang
sama dengan tujuan intervensi keperawatan
sesuai pada teori yaitu tidak terjadi
kerusakan pada kulit setelah dilakukan
asuhan keperawatan
Opini: Menurut peneliti, tujuan yang ditetapkan pada klien 1 dan 2 sama karena meskipun
memiliki diagnosa keperawatan yang berbeda kedua klien sama-sama memiliki resiko
gangguan pada integritas kulit dimana klien 1 beresiko mengalami luka tekan atau
dekubitus dan klien 2 yang diawali dengan kulit kering bisa muncul kulit bersisik, timbul
retakan-retakan, gatal pada seluruh tubuh. Diharapkan masalah keperawatan yang dialami
kedua klien tidak terjadi setelah dilakukan implementasi selama
Teori: Menurut Mutaqqin & Sari (2014) tujuan dari ditetapkannya intervensi yaitu agar
klien terhindar dari gangguan integritas kulit setelah diberikan asuhan keperawatan
Tabel 4.21 Pembahasan kriteria hasil intervensi keperawatan
Kriteria hasil pada teori Klien 1 Klien 2
1) Kembalinya integritas permukaan
kulit
2) Klien akan menjaga integritas kulit
dengan memperlihatkan cara
perawatan kulit
3) Menunjukan pemahaman tentang
faktor resiko gangguan integritas
kulit
4) Kulit tidak kering dan gatal
5) Hiperpigmentasi berkurang
6) Melaporkan perubahan sensasi atau
nyeri area yang beresiko
Pada klien 1
diterapkan kriteria
hasil yang sama
sesuai dengan teori
Pada klien 2
diterapkan kriteria
hasil yang sama
sesuai dengan teori
Opini: Menurut peneliti kriteia hasil yang ditetapkan pada klien 1 dan 2 adalah sama
karena tujuan intervensi keperawatan pada kedua pasien pun sama yaitu supaya kedua
klien tidak mengalami gangguan integritas kulit maka dari itu ditetapkan kriteria hasil
seperti diatas sebagai tolok ukur keberhasilan dari diterapkannya intervensi keperawatan
dalam mengatasi masalah gangguan integritas kulit
Teori: Kriteria hasil pada klien 1 dan 2 sesuai dengan teori yang terdapat pada tinjauan
pustaka menurut Ackley & Ladwiq (2017), Black & Hawks (2014), dan Mutaqqin & Sari
(2014) yaitu kembalinya integritas permukaan kulit, klien akan menjaga integritas kulit
dengan memperlihatkan cara perawatan kulit, menunjukan pemahaman tentang faktor
resiko gangguan integritas kulit, kulit tidak kering dan gatal, hiperpigmentasi berkurang,
melaporkan perubahan sensai atau nyeri area yang beresiko.
Tabel 4.22 Pembahasan intervensi keperawatan
Klien 1 Klien 2
1) Observasi kondisi kulit minimal sehari
sekali untuk perubahan pada warna dan
tekstur, kondisi kulit atau luka
1) Observasi kondisi kulit minimal sehari
sekali untuk perubahan pada warna
dan tekstur, kondisi kulit atau luka
77
2) Observasi terhadap kekeringan kulit,
pruritus, ekskoriasi, dan infeksi
3) Observasi lipatan kulit dan area yang
mengalami edema
4) Observasi kondisi kulit untuk klien yang
memiliki hambatan mobilitas dengan
menutupi kulit dengan tulang yang
menonjol
5) Observasi perawatan kulit klien, catat
jenis sabun dan bahan pembersih lain
yang digunakan, temperature air dan
frekuensi membersihkan kulit
6) Anjurkan mandi dan menghindari sabun
yang mengandung deterjen
7) Lakukan penilaian skor pada kulit kering
dan pruritus klien
8) Berikan bantalan pada titik tekan atau
tonjolan tulang
9) Gunakan kasur khusus, jika perlu
10) Berikan KIE tentang penyebab
munculnya masalah kulit
11) Lakukan mobilisasi dengan merubah
posisi klien sesuai kondisi klien tiap 2
jam
12) Pakai emolien, lotion atau pelembab
(minyak mineral, minyak bayi, lanolin)
13) Hindarkan bahan pembersih yang keras,
air panas, gesekan kuat dan ekstrim atau
sering membersihkan
14) Gunakan pakaian katun yang longgar,
tipis dan dingin
15) Menjaga linen tetap bersih, kering dan
bebas dari kerutan
16) Mandikan dengan air hangat suam-suam
kuku (32,2-40,5°C) dan keringkan
dengan menepuk
17) Kolaborasi pemberian diuretik
18) Catat intake-output dan hitung balans
cairan 24 jam
2) Observasi terhadap kekeringan kulit,
pruritus, ekskoriasi, dan infeksi
3) Observasi perawatan kulit klien, catat
jenis sabun dan bahan pembersih lain
yang digunakan, temperature air dan
frekuensi membersihkan kulit
4) Anjurkan mandi dan menghindari
sabun yang mengandung deterjen
5) Lakukan penilaian skor pada kulit
kering dan pruritus klien
6) Berikan KIE tentang penyebab
munculnya masalah kulit
7) Pakai emolien, lotion atau pelembab
(minyak mineral, minyak bayi,
lanolin)
8) Hindarkan bahan pembersih yang
keras, air panas, gesekan kuat dan
ekstrim atau sering membersihkan
9) Gunakan pakaian katun yang longgar,
tipis dan dingin
10) Menjaga linen tetap bersih, kering dan
bebas dari kerutan
11) Catat intake-output dan hitung balans
cairan 24 jam
Opini: Pada klien 1 ditetapkan 18 intervensi dan pada klien 2 ditetapkan 11 intervensi.
Perbedaan intervensi yang ditetapkan karena yaitu pada klien 1 memiliki kondisi yang
berbeda dengan klien 2. Dimana klien 1 mengalami edema dan tirah baring lama sehingga
dari 22 intervensi yang sesuai dengan kondisi dan kebutuhan klien telah ditetapkan 18
intervensi yaitu dilakukan observasi pada bagian kulit yang mengalami edema dan bagian
kulit pada tulang yang menonjol, membantu mobilisasi, memberikan bantalan dengan
handscoen yang diisi oleh air atau menganjurkan menggunakan kasur angin atau air dan
memandikan sedangkan pada klien 2 tidak dilakukan hal tersebut. Pada klien 2 tidak
mengalami edema dan tirah baring serta pada klien 2 tidak bersedia dibantu dalam mandi
karena merasa malu dan ada keluarga yang membantu sehingga dari 22 intervensi
ditetapkan 11 intervensi yang sesuai dengan kebutuhan klien. Klien 2 masih mampu
dalam beraktivitas.
Teori: Intervensi yang ditetapkan pada kedua pasien yaitu sesuai dengan teori pada bab
tinjauan pustaka:
1) Observasi kondisi kulit minimal sehari sekali untuk perubahan pada warna dan
tekstur, kondisi kulit atau luka (Ackley & Ladwig, 2017).
2) Observasi terhadap kekeringan kulit, pruritus, ekskoriasi, dan infeksi (Muttaqin &
Sari 2014)
78
3) Observasi terhadap adanya petekie dan purpura (Muttaqin & Sari 2014)
4) Observasi lipatan kulit dan area yang mengalami edema (Muttaqin & Sari 2014)
5) Observasi kondisi kulit untuk klien yang memiliki hambatan mobilitas dengan
menutupi kulit dengan tulang yang menonjol (Ackley & Ladwig, 2017).
6) Observasi perawatan kulit klien, catat jenis sabun dan bahan pembersih lain yang
digunakan, temperature air dan frekuensi membersihkan kulit (Ackley & Ladwig,
2017).
7) Anjurkan mandi dan menggunakan sabun secukupnya (PPNI, 2018)
8) Lakukan penilaian skor pada kulit kering dan pruritus klien
9) Berikan bantalan pada titik tekan atau tonjolan tulang (PPNI, 2018)
10) Gunakan kasur khusus, jika perlu (PPNI, 2018)
11) Berikan KIE tentang penyebab munculnya masalah kulit
12) Gunting kuku dan pertahankan kuku tetap pendek dan bersih (Nursalam &
Batticaca, 2009).
13) Lakukan mobilisasi dengan merubah posisi klien sesuai kondisi klien tiap 2 jam
(Black & Hawks, 2014)
14) Pakai emolien, lotion atau pelembab (minyak mineral, minyak bayi, lanolin) (Black
& Hawks, 2014)
15) Hindarkan bahan pembersih yang keras, air panas, gesekan kuat dan ekstrim atau
sering membersihkan (Ackley & Ladwig, 2017).
16) Gunakan pakaian katun yang longgar, tipis dan dingin (Black & Hawks, 2014)
17) Menjaga linen tetap bersih, kering dan bebas dari kerutan (Bulechek et al, 2013)
18) Mandikan dengan air hangat suam-suam kuku (32,2-40,5°C) dan keringkan dengan
menepuk (Bulechek et al, 2013)
19) Kolaborasi dalam pemberian obat antipruritus sesuai anjuran (Muttaqin & Sari
2014)
20) Kolaborasi pemberian diuretik (Black & Hawks, 2014)
21) Catat intake-output dan hitung balans cairan 24 jam (PPNI, 2018)
22) Diskusikan tentang pilihan terapi dialisis (hemodialisa, peritoneal dialisis) (PPNI,
2018)
4.2.4 Implementasi Keperawatan
Tabel 4.23 Pembahasan implementasi keperawatan
Klien 1 Klien 2
Implementasi yang dilakukan mengacu
pada intervensi 1-22 dan tidak semua
dilakukan namun disesuaikan dengan
kondisi klien dan telah disetujui oleh klien
dan keluarga
Implementasi yang dilakukan mengacu pada
intervensi 1-22 dan tidak semua dilakukan
namun disesuaikan dengan kondisi klien
dan telah disetujui oleh klien dan keluarga
Opini: Implementasi yang dilakukann pada klien 1 ada 18 sesuai dengan intervensi
sedangkan pada klien 2 ada 10 implementasi sesuai dengan intervensi yang telah disusun.
Pada kedua klien memiliki perbedaan implementasi yang disesuaikan dengan konsisi
klinis yaitu pada klien 1 dilakukan mengobservasi lipatan kulit dan area yang mengalami
edema, kondisi kulit untuk klien yang memiliki hambatan mobilitas dengan memberi
bantalan pada tulang yang menonjol atau menganjurkan dengan kasur angin atau air,
melakukan mobilisasi dengan merubah posisi klien sesuai kondisi klien, dan memandikan
dengan air hangat suam-suam kuku (32,2-40,5°C) dan mengeringkan dengan menepuk.
Pada klien 2 tidak dilakukan 5 implementasi tersebut karena memiliki kondisi yang
berbeda dimana klien 2 tidak mengalami edema dan hambatan dalam mobilisasi sehingga
79
tidak beresiko mengalami luka tekan seperti klien 1 dan terdapat 1 implementasi yang
tidak dilakukan yaitu memandikan karena klien tidak bersedia karena merasa malu selain
itu juga masih bisa mandi sendiri dengan dibantu keluarga. Pada klien 2 dilakukan
implementasi untuk tetap menjaga kelembapan kulit.
Teori: Implementasi digunakan untuk membantu klien dalam mencapai tujuan yang sudah
ditetapkan melalui rencana asuhan keperawatan dalam bentuk intervensi (Asmadi, 2008).
Implementasi adalah tindakan yang sudah direncanakan dalam rencana perawatan.
Tindakan ini mencangkup tindakan mandiri dan kolaborasi (Tarwoto & Wartonah, 2011).
4.2.5 Evaluasi
Tabel 4.24 Pembahasan evaluasi
Klien 1 Klien 2
Pada klien 1 di hari perawatan ke 2 saat
diberikan KIE klien sudah paham yang
menjadi penyebab masalah pada kulit
dan di hari perawatan ketiga kulit klien
sudah tidak terlalu kering dan tidak gatal.
Namun hiperpigmentasi belum
berkurang. Untuk memperlihatkan cara
perawatan kulit klien tidak dapat
mencapainya karena klien memiliki
masalah dalam mobilisasi. Pada klien
juga tidak terjadi luka pada area yang
beresiko.
Pada klien 2 dihari perawatan saat diberikan
KIE klien mampu memahami tentang faktor
penyebab dari masalah pada kulit dan mampu
menunjukan cara perawatan kulit dengan
dibantu oleh keluarga. Di hari perawatan
ketiga klien dilakukan home care dan
didapatkan kulit klien sudah tidak terlalu
kering dan tidak gatal, namun
hiperpigmentasi yang dialami klien belum
berkurang.
Opini: Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3 hari, klien 1 didapatkan hasil
assessment masalah belum teratasi dengan dicapainya 3 dari 6 kriteria hasil yang telah
ditetapkan saat dilakukan evaluasi yaitu klien paham apa yang menjadi penyebab masalah
kulit, klien tidak mengalami perubahan sensasi atau nyeri pada area yang beresiko dengan
ditunjukkan tidak ada luka tekan, kulit tidak kering dan gatal, klien tidak mampu
mempraktekan cara perawatan kulit hal ini dipengaruhi oleh keadaan klien yang edema,
lemas dan mengalami intoleransi kesulitan dalam mobilisasi. Sedangkan pada klien 2
didapatkan hasil masalah teratasi sebagian dengan dicapainya 4 dari 6 kriteria hasil yang
telah ditetapkan pada saat evaluasi yaitu dengan ditunjukkannya kulit sudah tidak terlalu
kering dan tidak gatal, klien mampu memahami apa yang menjadi penyebab masalah pada
kulit, klien mampu cara perawatan kulit dengan dibantu oleh keluarga, namun
hiperpigmentasi tidak berkurang karena kondisi klien yang mendukung dimana klien
masih mampu beraktivitas secara mandiri dan tidak mengalami edema. Perbedaan
tercapainya kriteria hasil pada kedua klien juga dipengaruhi oleh terapi pengobatan yang
dilakukan dimana pada klien 1 tidak melakukan HD sedangkan pada klien 2 melakukan
HD 3 kali selama 5 hari menjalani pengobatan di rumah sakit. Akibatnya kadar ureum
pada klien 1 tetap tinggi dan bisa meningkat sedangkan pada klien 2 kadar ureum
mengalami penurunan efek dari terapi HD.
Teori: Untuk mencapai tujuan yang sudah disesuaikan dengan kriteria hasil selama tahap
perencanaan yang dapat dlihat melalui kemampuan klien untuk mencapai tujuan tersebut
(Setiadi, 2012). Kriteria hasil yang diharapkan setelah dilakukan intervensi keperawatan
pada saat evaluasi menurut Ackley & Ladwiq (2017), Black & Hawks (2014), dan
Muttaqin & Sari (2014), yaitu kembalinya integritas permukaan kulit, Klien akan menjaga
integritas kulit dengan memeprlihatkan cara perawatan kulit yang baik, menunjukkan
pemahaman tentang faktor resiko gangguan integritas kulit, kulit tidak kering dan gatal,
berkurangnya hiperpigmentasi, melaporkan perubahan sensasi atau nyeri area yang
beresiko
80
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
Pada bab ini disajikan kesimpulan dan saran penelitian tentang “Asuhan
Keperawatan Pada Klien Chronic Kidney Disease dengan Masalah Resiko
Gangguan integritas kulit” yang di lakukan di RS Panti Waluya Sawahan Malang
5.1 Kesimpulan
Asuhan keperawatan pada klien CKD yang mengalami masalah resiko
gangguan integritas kulit di RS Panti Waluya Sawahan Malang telah
dilaksanakan pada klien 1 dan klien 2 selama 3x24 jam. Pada klien 1 masalah
resiko gangguan integritas kulit tidak terjadi dengan tercapainya 2 dari 5
kriteria hasil yang telah ditetapkan, sedangkan pada klien 2 masalah resiko
kerusakan integritas kulit tidak terjadi yaitu tercapainya 3 dari 5 kriteria hasil
yang telah ditetapkan.
5.1.1 Pengkajian
Kedua klien mengalami CKD pada pada stage yang ke lima atau pada tahap
ESRD. Keadaan ini yang akan menyebabkan ginjal tidak bisa menjalankan
fungsinya sehingga bekerja lebih keras dalam menyaring zat-zat yang ada
dalam darah dan pada akhirnya akan banyak yang lolos selama proses
penyaringan sehingga ureum kembali beredar dalam darah. Pada akhirnya
zat-zat tersebut seperti ureum akan diekskresikan melalui kulit yang
seharusnya diekskresikan melalui urine dan dampaknya bisa memunculkan
81
masalah resiko gangguan integritas kulit yang ditandai dengan kulit kering,
terdapat keputihan, sedikit mengelupas dan gatal. Berdasarkan dari data baik
subjektif maupun objektif pada kedua klien memiliki masalah resiko
gangguan integritas kulit. Selain itu juga uremia dapat mempengaruhi
jaringan pada otot yang bisa membuat miopati dan kelemahan fisik yang
menyebabkan seseorang menjadi mengalami kesulitan dalam beraktivitas
sehingga berpotensi mengalami luka tekanan pada area kulit dengan tulang
yang menonjol sehingga beresiko mengalami gangguan integritas kulit.
5.1.2 Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan dari hasil pengkajian yang didapatkan dari kedua klien, penulis
menemukan data subjektif dan objektif yang mendukung untuk menegakkan
diagnosa keperawatan yang sama yaitu resiko gangguan integritas kulit.
5.1.3 Rencana Keperawatan
Berdasarkan dari diagnosa keperawatan pada kedua klien maka dapat
disusun rencana keperawatan yang sesuai dengan kondisi dan kebutuhan
penderita CKD dengan masalah resiko gangguan integritas kulit. Rencana
keperawatan pada klien 1 dan 2 memiliki beberapa perbedaan, pada klien 1
ditetapkan 18 intervensi dan pada klien 2 ditetapkan 11 intervensi dari 22
intervensi berdasarkan teori.
82
5.1.4 Implementasi Keperawatan
Peneliti melakukan tindakan keperawatan berdasarkan dari intervensi
keperawatan yang telah disusun berdasarkan 22 teori dan tidak semua
dilakukan. Berdasarkan 22 intervensi yang dilakukan pada klien 1 sebanyak
18 implementasi dan pada klien 2 sebanyak 11 implementasi sesuai dengan
intervensi yang disusun berdasarkan kondisi dan kebutuhan klien.
5.1.5 Evaluasi
Pada kedua klien telah dilakukan tindakan keperawatan selam 3x24 jam dan
berdasarkan hasil evaluasi yang telah dilakukan pada klien 1 didapatkan 2
dari 5 kriteria hasil yang ditetapkan dapat tercapai sedangkan pada kllien 2
didapatkan 3 dari 5 kriteria hasil yang ditetapkan dapat tercapai. Perbedaan
pencapaian kriteria hasil terjadi karena perbedaan kondisi serta efek dari
terapi yang dijalani.
5.2 Saran
5.2.1 Bagi Lahan Penelitian
Sesuai dengan hasil penelitian ini, maka peneliti mengharapkan bagi lahan
penelitian agar dapat dijadikan pertimbangan atau referensi tambahan dalam
pemberian asuhan keperawatan kepada klien CKD di Rumah Sakit Panti
Waluya Sawahan Malang yang mengalami masalah resiko gangguan
integritas kulit agar tidak terjadi kerusakan pada kulit. Aspek yang perlu
diperhatikan yaitu dengan memperhatikan kondisi klinis klien karena
meskipun memiliki masalah keperawatan yang sama terkadang klien
83
memiliki kondisi klinis yang berbeda sehingga asuhan keperawatan yang
diberikanpun akan berbeda.
5.2.2 Bagi Institusi Pendidikan
Penulis berharap dari hasil penelitian ini dapat dijadikan referensi tambahan
bagi institusi pendidikan mengenai asuhan keperawatan pada klien CKD
dengan masalah resiko gangguan integritas kulit.
5.2.3 Bagi Peneliti Selanjutnya
Penulis berharap hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai referensi untuk
penelitian selanjutnya, masukan atau data awal dan sebagai pertimbangan
penelitian lebih lanjut yang berkaitan dengan asuhan keperawatan pada
klien CKD dengan masalah resiko gangguan integritas kulit meskipun
permasalahnnya sama namun dalam melakukan perawatan harus
memperhatikan kondisi klien dengan mengedepankan nursing art.
84
Daftar Pustaka
Ackley & Ladwig. 2017. Nursing Diagnosis Handbook: An Evidence-Based
Guide To Planning Care – 11th ed. USA: Mosby Elsevier
Ali, dkk. 2017.Perbandingan Kualitas Hidup Pasien Gagal Ginjal Kronik dengan
Comorbid Faktor Diabetes Melitus dan Hipertensi di Ruangan Hemodialisa
RSUP. Prof. Dr. R. D. Kandou Manado. Manado: Universitas Sam Ratulangi
– e-Jurnal Keperawatan Vol. 5 No. 2
Amano dkk, 2017.Dry Skin Condition are Related to the Recovery Rate of Skin
Temperature After Cold Stress Rather Than to Blood flow.International
Journal of Dermatology. Japan: Tokyo 131-8501
Arifa dkk.2017. Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Penyakit Ginjal
Kronik Pada Penderita Hipertensi Di Indonesia. Jurnal MKMI, Vol. 3 No. 14
Asmadi. 2008. Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta: EGC
Astuti & Husna.2017. Skala Pruritus Pada Pasien Gagal Ginjal Kronik. Banda
Aceh: Universitas Syiah Kuala Vol. 2 No.4
Baradero, Mary dkk. 2008. Klien Gangguan Ginjal: Seri Asuhan Keperawatan.
Jakarta: EGC
Black & Hawks.2014. Keperawatan Medikal Bedah Manajemen Klinis untuk
Hasil yang Diharapkan Edisi 8 Buku 2. Jakarta: Salemba Medika
Bulechek, et al. 2013. Nursing Interventions Classifications (NIC) Ed. 6.
Missouri: Mosby Elsevier
Chamberlain’s. 2012. Chamberlain’s Gejala dan Tanda dalam Kedokteran Klinis.
Jakarta: Permata Puri Media
Debora, Oda. 2017. Proses Keperawatan dan Pemeriksaan Fisik Ed.2. Jakarta:
Salemba Medika
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2017. Pusat Data dan Informasi
Kementerian Kesehatan RI: Situasi Penyakit Ginjal Kronis
Eka dkk. 2015. Perbandingan Efektifitas Krim Urea 10% dan Krim Niasinamid
4% pada Xerosis Usia Lanjut. Jurnal Kedokteran dan Kesehatan Vol. 2, No.
1, Januari 2015: 135-141
Fadhila dkk, 2018.Hubungan Antara Tekanan Darah dan Fungsi Ginjal pada
Preeklamsi di RSUP DR. M. Djamil. Jurnal Kesehatan Andalas. 2018; 7 (1)
85
Gleadle, Jonathan. 2007. Anamnesis dan Pemeriksaan Fisik. Jakarta: Penerbit
Erlangga
Halim & Yogyartono. 2012. Pruritus Uremic Pada Penyakit Gagal Ginjal
Kronik. Majalah Kedokteran FK UKI 2012 Vol. XXVIII No. 2
Haryono. 2013. Keperawatan medical bedah: system perkemihan. Yogyakarta:
Rapha Publishing
Indonesian Renal Registry. 2017. Report Of Indonesian Renal Registry
Irawan, Anita. 2014. Peningkatan Serum Kreatinin Akibat Penggunaan ACEi atau
ARB pada Pasien Hipertensi. Jurnal Farmasi Klinik Indonesia Vol. 3 No. 3,
hlm 82-87
Kandacong, Ayumi. 2017. Jumlah Trombosit Pre dan Post Hemodialisa (HD)
pada Pasien Penyakit Gagal Ginjal Kronik (PGK) di Rumah Sakit Perguruan
Tinggi Negeri (RSPTN) Universitas Hasanuddin.Makassar: Universitas
Hasanuddin
Kementerian Kesehatan RI. INFODATIN Pusat Data dan Informasi Situasi
Penyakit Ginjal Kronis. Jakarta. 2017 ISSN 2442-7659
Lai et al. 2017.Transformation of 5-D Itch Scale and Numerical Rating Scale in
Chronic Hemodialysis Patients.E-journal. DOI 10.1186/s12882-017-0475-z
diakses pada tanggal 22 Februari 2019
LeMone, Priscilla dkk. 2015. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Ed 5 Vol 2.
Jakarta: EGC
.2015. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Ed 5 Vol 3.
Jakarta: EGC
Mailani & Andriani.2017. Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Kepatuhan
Diet Pada Pasien Gagal Ginjal Kronik Yang Menjalani Hemodialisis.
STIKes YPAK Padang: Jurnal Endurance 2(3) October 2017(416-432)
Mohamad dkk. 2016. Hasil Diagnostik Mycobacterium Tuberculosis Pada
Penderita Batuk ≥2 Minggu Dengan Pewarnaan Ziehl-Neelsen di Puskesmas
Ranomuut dan Puskesmas Kombos Manado. Jurnal e-Biomedik (e-Bm), Vol.
4 No. 2
Moorhead, et al. 2013.Nursing Outcomes Classification (NOC): Measurement of
Health Outcomes 5th
ed. USA: Elsevier Mosby
Muttaqin & Sari. 2011. Asuhan keperawatan gangguan sistem perkemihan.
Jakarta: Salemba Medika
86
. 2014. Asuhan keperawatan gangguan sistem perkemihan.
Jakarta: Salemba Medika
Noviyanti dkk, 2015.Perbedaan Kadar LDL-Kolesterol Pada Pasien Diabetes
Melitus Tipe 2 Dengan Dan Tanpa Hipertensi di RS Dr. M. Djamil Padang
Tahun 2011. Jurnal Kesehatan Andalas.2015; 4 (2)
Nuari & Widayati.2017. Gangguan Pada Sistem Perkemihan & Penatalaksanaan
Keperawatan. Yogyakarta: Deepublish
Nursalam & Batticaca.2009. Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan
Gangguan Sistem Perkemihan.Jakarta: Salemba Medika
Pearce, Evelyn C. 2012. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis.Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama
Pereira & Stander, 2016.Assessment of Severity and Burden of Pruritus.Japanese
Society of Allergology
PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan
Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI
Prabowo & Pranata. 2014. Buku ajar keperawatan sistem perkemihan.
Yogyakarta: Nuha Medika
Rekam Medis Rumah Sakit Panti Waluya Sawahan Malang tahun 2018
Rendi & Margareth.2012. Asuhan Keperawatan Medikal Bedah dan Penyakit
Dalam. Yogyakarta: Nuha Medika
Roviati, Evi. 2012. Systemic Lupus Erithematosus (SLE): Kelainan Autoimun
Bawaan Yang Langka Dan Mekanisme Biokimiawinya. Jurnal Scientiae
Educatia Vol. 1 Ed. 2
Setiadi. 2012. Konsep & Penulisan Dokumentasi Asuhan Keperawatan: Teori &
Praktik. Yogyakarta: Graha Ilmu
Sobota. 2006. Atlas Anatomi ManusiaEd. 22. Jakarta: EGC
Sudoyo. 2015. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: FKUI
Syaifuddin. 2018. Buku Ajar Ilmu Biomedik Dasar untuk Mahasiswa
Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika
Tarwoto & Wartonah.2011. Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan.
Jakarta: Salemba Medika
87
Verdiansah. 2016. Pemeriksaan Fungsi Ginjal.Program Pendidikan Dokter
Spesialis Patologi Klinik Rumah Sakit Hasan Sadikin, Bandung, Indonesia.
CKD-237 Vol. 43 No.2
Wilkinson, Judith M. 2016. Diagnosis keperawatan: Diagnosis NANDA-1,
intervensi NIC, hasil NOC, Ed. 10. Jakarta: EGC
Wilkinson & Ahern. 2012. Buku Saku Diagnosis Keperawatan: Diagnosis
NANDA, Intervensi NIC, Kriteria Hasil NOC, Ed. 9. Jakarta: EGC
Williams & Wilkins. 2011. Nursing: Memahami Berbagai Macam Penyakit.
Jakarta Barat: Permata Puri Media
88
Lampiran
89
Lampiran 1 Surat Studi Pendahuluan
90
Lampiran 2 Surat Balasan Studi Pendahuluan
91
Lampiran 3 Surat Penelitian
92
Lampiran 4 Surat Balasan Penelitian
93
Lampiran 5 Surat Persetujuan Menjadi Responden 1
94
Lampiran 6 Surat Persetujuan Menjadi Responden 2
95
Lampiran 7 Surat Pernyataan Home Care
96
Lampiran 8 Lembar Konsultasi Pembimbing I
97
98
99
100
101
102
Lampiran 9 Lembar Konsultasi Pembimbing II
103
104
105
106
Lampiran 10 Lembar Konsultasi Pembimbing III
107
108
Lampiran 11
SATUAN ACARA PENYULUHAN
PERAWATAN KULIT PENDERITA GAGAL GINJAL KRONIK
Disusun oleh:
Ida Parwati (161411)
PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PANTI WALUYA MALANG
Jl. Julius Usman No. 62 Malang
109
SATUAN ACARA PENYULUHAN
I. Identifikasi Masalah
Angka kejadian Gagal Ginnjal Kronik atau GGK menurut Hill et al (2016)
berdasarkan hasil dari systemic review danmeta analysis yang telah
dilakukannya didapatkan prevalensi di dunia GGK sebesar 13,4%. Di
Indonesia menurut Riskesdas tahun 2013 terdapat 0,2% penderita
terdiagnosis GGK karena di Indonesia sebagian besar baru diketahui pada
tahap lanjut dan akhir oleh sebab itu angkanya lebih rendah daripada negara
lain. Pada tahun 2016 menurut Indonesian Renal Registry terdapat 78.281
pasien yang menjalani hemodialisa dan pada tahun 2017 meningkat menjadi
108.723 pasien (IRR, 2017).
GGK akan mempengaruhi sistem tubuh seperti kardiovaskuler, integumen,
gastrointestinal, respirasi, saraf, endokrin, musculoskeletal dan reproduksi.
Gangguan ini terjadi karena akumulasi ureum dalam darah karena tidak bisa
dikeluarkan melalui urine akibatnya terjadi uremia. Salah satu dampaknya
yaitu pada sistem integumen karena ureum yang tidak bisa dikeluarkan
melalui urine akan diekresikan melalui kulit.
II. Pengantar
Pokok Bahasan : Perawatan Kulit Penderita Gagal Ginjal Kronik
Sub Pokok Bahasan : a. Pengertian GGK
b. Penyebab GGK
c. Tanda dan Gejala GGK
d. Pengertian kulit
e. Fungsi kulit
f. Penyebab dan tanda gejala masalah kulit bagi
penderita GGK
g. Dampak masalah kulit pada penderita GGK
h. Cara mengatasi masalah kulit pada GGK
Tanggal : 2 Maret 2019 dan 6 Maret 2019
Waktu : 09.00 – 09.30 WIB (30 menit)
Sasaran : Ny. I dan keluarga, Tn. H dan keluarga
110
Tempat : Ruang Rawat Inap Pavilliun St. Maria
III. Tujuan Instruksional Umum
Setelah menerima materi ini, klien dapat mengetahui dan memahami tentang
Perawatan Kulit Penderita Gagal Ginjal Kronik
IV. Tujuan Instruksional Khusus
Setelah diberikan pembelajaran selama 20 menit diharapkan klien dan
keluarga mampu mengerti, memahami dan menjelaskan tentang:
a. Pengertian GGK
b. Penyebab GGK
c. Tanda dan gejala GGK
d. Pengertian kulit
e. Fungsi kulit
f. Penyebab dan tanda gejala masalah kulit bagi penderita gagal ginjal
konik
g. Dampak Masalah kulit pada GGK
h. Cara mengatasi masalah kulit pada penderita gagal ginjal kronik
V. Kegiatan Pengajaran
Tahap Kegiatan Waktu
Pembukaan Mengucapkan salam
Menyampaikan maksud dan tujuan
pertemuan sesuai kontrak waktu
2 menit
Pelaksanaan Menanyakan pengetahuan klien tentang
perubahan yang terjadi pada kulit setelah
sakit gagal ginjal kronik
Menjelaskan pengertian GGK
Menjelaskan penyebab GGK
Menjelaskan tanda dan gejala GGK
Menjelaskan pengertian kulit
Menjelaskan fungsi kulit
Menjelaskan penyebab dan tanda gejala
10
menit
111
masalah kulit bagi penderita gagal ginjal
konik
Menjelaskan cara mengatasi masalah kulit
pada penderita gagal ginjal kronik
Menjelaskan dampak masalah kulit pada
GGK
Penutup Memberikan pertanyaan pada klien dan
keluarga
Mengevaluasi pelaksanaan
Menyimpulkan materi yang telah
disampaikan
Menutup pertemuan, mengucapkan salam
dan terima kasih
Kontrak waktu untuk pertemuan selanjutnya
jika perlu
3 menit
VI. Media
Leaflet
VII. Metode
Diskusi dan tanya jawab
VIII. Setting Tempat
Di ruang rawat inap Pavilliun St. Maria saling berhadapan
1 : Klien tidur atau duduk di bed
2: Keluarga
3: Perawat
3 1
2
112
IX. Evaluasi
a) Struktur:
1. Media yang digunakan dalam acara penyuluhan semuanya
lengkap
2. Materi disiapkan dalam bentuk SAP dan dibuat dalam bentuk
leaflet agar mudah dipahami oleh keluarga
b) Proses penyuluhan:
1. Penyuluhan kesehatan tentang GGK dan masalah pada kulit
penderita GGK dapat berjalan dengan baik. Klien dan keluarga
dapat memahami penyuluhan yang diberikan kecuali klien 1
2. Didalam proses penyuluhan terjadi interaksi dan tanya jawab
c) Hasil penyuluhan:
Peserta penyuluhan dapat memhami dari apa yang disampaikan dan
mampu menjawab pertanyaan yang diberikan. Penyuluh memberikan
beberapa pertanyaan diantaranya:
1. Jelaskan pengertian GGK
2. Sebutkan tanda dan gejala GGK
3. Mengapa GGK dapat menyebabkan kulit bermasalah
4. Sebutkan faktor apa saja yang bisa membuat kulit bermasalah
5. Bagaimana cara merawat kulit yang bermasalah
6. Sebutkan dampak dari masalah kulit
X. Daftar Pustaka
Astuti & Husna.2017. Skala Pruritus Pada Pasien Gagal Ginjal Kronik.
Banda Aceh: Universitas Syiah Kuala Vol. 2 No.4
Chamberlain’s. 2012. Chamberlain’s Gejala dan Tanda dalam Kedokteran
Klinis. Jakarta: Permata Puri Media
Debora, Oda. 2017. Proses Keperawatan dan Pemeriksaan Fisik. Jakarta:
Salemba Medika
113
Halim & Yogyartono. 2012. Pruritus Uremic Pada Penyakit Gagal Ginjal
Kronik. Majalah Kedokteran FK UKI 2012 Vol. XXVIII No. 2
Haryono. 2013. Keperawatan medical bedah: system perkemihan.
Yogyakarta: Rapha Publishing
LeMone, Priscilla dkk. 2015. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Ed 5
Vol 2. Jakarta: EGC
Mohamad dkk. 2016. Hasil Diagnostik Mycobacterium Tuberculosis Pada
Penderita Batuk ≥2 Minggu Dengan Pewarnaan Ziehl-Neelsen di
Puskesmas Ranomuut dan Puskesmas Kombos Manado. Jurnal e-
Biomedik (e-Bm), Vol. 4 No. 2
Muttaqin & Sari. 2011. Asuhan keperawatan gangguan sistem perkemihan.
Jakarta: Salemba Medika
. 2014. Asuhan keperawatan gangguan sistem perkemihan.
Jakarta: Salemba Medika
Noviyanti dkk, 2015.Perbedaan Kadar LDL-Kolesterol Pada Pasien
Diabetes Melitus Tipe 2 Dengan Dan Tanpa Hipertensi di RS Dr. M.
Djamil Padang Tahun 2011. Jurnal Kesehatan Andalas.2015; 4 (2)
Pearce, Evelyn C. 2012. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis.Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama
PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan
Tindakan Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI
Prabowo & Pranata. 2014. Buku ajar keperawatan sistem perkemihan.
Yogyakarta: Nuha Medika
Roviati, Evi. 2012. Systemic Lupus Erithematosus (SLE): Kelainan
Autoimun Bawaan Yang Langka Dan Mekanisme Biokimiawinya.
Jurnal Scientiae Educatia Vol. 1 Ed. 2
Syaifuddin. 2018. Buku Ajar Ilmu Biomedik Dasar untuk Mahasiswa
Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika
114
MATERI PENYULUHAN
PERAWATAN KULIT PENDERITA GAGAL GINJAL
A. Pengertian GGK
Gagal Ginjal Kronik atau GGK adalah suatu kondisi gagalnya ginjal dalam
menjalankan fungsinya mempertahankan metabolisme serta keseimbangan
cairan dan elektrolit karena rusaknya struktur ginjal yang progresif
ditandai dengan penumpukan sisa metabolik (toksik uremik) dalam darah
(Muttaqin & Sari, 2014).
B. Penyebab
Menurut Robinson (2013) dalam Prabowo dan Pranata (2014) penyebab
CKD, yaitu:
g) Penyakit glomerular kronis (glomerulonephritis)
h) Infeksi kronis (pyelonephritis kronis, tuberculosis)
i) Kelainan vaskuler (renal nephrosclerosis)
j) Obstruksi saluran kemih (nephrolithiasis)
k) Penyakit kolagen (Systemic Lupus Erythematosus)
l) Obat-obatan nefrotoksik (aminoglikosida)
Menurut Muttaqqin & Sari (2011) kondisi klinis yang bisa memicu
munculnya CKD, yaitu:
3) Penyakit dari ginjal
h) Penyakit pada saringan (glomerulus): glomerulonephritis
i) Infeksi kuman: pyelonephritis, ureteritis
j) Batu ginjal: nefrolitiasis
k) Kista di ginjal: polycitis kidney
l) Trauma langsung pada ginjal
m) Keganasan pada ginjal
n) Sumbatan: batu, tumor, penyempitan/striktur
115
4) Penyakit umum di luar ginjal
h) Penyakit sistemik: diabetes mellitus, hipertensi, kolesterol
tinggi sangat berkaitan erat untuk terjadinya kerusakan pada
ginjal. Saat kadar insulin dalam darah berlebih akan
menyebabkan resistensi insulin yang dapat meningkatkan
lipolisis pada jaringan adiposa yang membuat lemak dalam
darah meningkat termasuk kolesterol dan trigliserida.
Hiperkolesterolemia akan meningkatkan LDL- kol dan
penurunan HDL-kol yang akan memicu aterosklerosis karena
ada akumulasi LDL-kol yang akan membentuk plak pada
pembuluh darah. Terbentuknya plak akan membuat retensi
natrium sehingga tekanan darah naik. Retensi ini yang
nantinya akan merusak struktur tubulus ginjal (Noviyanti
dkk, 2015).
i) Dyslipidemia karena dapat memicu aterosklerosis akibat
akumulasi LDL-kol sehingga memunculkan plak pada
pembuluh darah yang akan meningkatkan tekanan darah
karena ada retensi natrium bisa membuat ginjal rusak
(Noviyanti dkk, 2015).
j) SLE (Systemic Lupus Erythematosus) adalah penyakit
autoimun yang dapat menyebabkan peradangan pada jaringan
dan pembuluh darah di semua bagian tubuh, terutama
menyerang pembuluh darah di ginjal. Pembuluh darah dan
membran pada ginjal akan menyimpan bahan kimia yang
seharusnya ginjal keluarkan dari tubuh karena hal ini ginjal
tidak berfungsi sebagaimana mestinya (Roviati, 2012).
k) Infeksi di badan: TBC paru, sifilis, malaria, hepatitis karena
apabila tidak segera diobati maka bakteri, virus dan parasit
akan menggerogoti organ yang ditempati hingga nanti akan
menyebar ke seluruh tubuh melalui aliran darah dan
menyerang organ lain seperti ginjal (Mohamad dkk, 2016).
116
l) Preeklamsi menyebabkan vasokonstriksi sehingga terjadi
penurunan aliran darah ke ginjal yang berakibat GFR
menurun dan laju ekskresi kreatinin dan urea juga menurun
(Fadhila dkk, 2018).
m) Obat-obatan seperti antihipertensi memiliki efek samping
yaitu meningkatkan serum kreatinin jika digunakan dalam
jangka panjang (Irawan, 2014)
C. Tanda dan Gejala
Menurut Haryono (2013) & Robinson (2013) CKD memiliki tanda dan
gejala sebagai berikut:
i) Ginjal dan gastrointestinal biasanya muncul hiponatremi maka akan
muncul hipotensi karena ginjal tidak bisa mengatur keseimbangan
cairan dan elektrolit dan gangguan reabsorpsi menyebabkan sebagian
zat ikut terbuang bersama urine sehingga tidak bisa menyimpan
garam dan air dengan baik. Saat terjadi uremia maka akan
merangsang reflek muntah pada otak.
j) Kardiovaskuler biasanya terjadi aritmia, hipertensi, kardiomiopati,
pitting edema, pembesaran vena leher
k) Respiratory system akan terjadi edema pleura, sesak napas, nyeri
pleura, nafas dangkal, kusmaull, sputum kental dan liat
l) Integumen maka pada kulit akan tampak pucat, kekuning-kuningan
kecoklatan, biasanya juga terdapat purpura, petechie, timbunan urea
pada kulit, warna kulit abu-abu mengilat, pruritus, kulit kering
bersisik, ekimosis, kuku tipis dan rapuh, rambut tipis dan kasar
m) Neurologis biasanya ada neuropathy perifer, nyeri, gatal pada lengan
dan kaki, daya memori menurun, apatis, rasa kantuk meningkat.
n) Endokrin maka terjadi infertilitas dan penurunan libido, gangguan
siklus menstruasi pada wanita, impoten, kerusakan metabolisme
karbohidrat.
o) Sistem muskulosekeletal: kram otot, kehilangan kekuatan otot,
fraktur tulang.
117
p) Sistem reproduksi: amenore, atrofi testis
D. Pengertian Kulit
Kulit merupakan lapisan yang melindungi dan menutupi permukaan tubuh
(Pearce, 2012).Kulit memiliki 3 lapisan, yaitu epidermis (lapisan luar),
dermis, dan hipodermis (Debora, 2017).
E. Fungsi
Fungsi kulit menurut Syaifuddin (2018), yaitu:
1. Pelindung tubuh dari berbagai gangguan
2. Fungsi ekskresi dengan mengeluarkan zat yang tidak berguna hasil
sisa metabolisme
3. Fungsi pembentukan vitamin D dengan bantuan sinar matahari yang
mengubah dihidroksi kolesterol
4. Fungsi pembentukan pigmen untuk memberikan warna pada kulit
F. Penyebab dan Tanda Gejala
1. Uremia bisa menyebabkan menjadi kulit kering dan mengelupas
dengan warna coklat kekuningan (Chamberlain’s, 2012).
2. Sinar matahari karena uremia mempengaruhi hormon MSH sehingga
terjadi peningkatan produksi melanin menyebabkan hiperpigmentasi
(Harlim dan Yogyartono, 2012).
3. Anemia akan membuat kulit tampak pucat (Chamberlain’s, 2012).
4. Garukan berulang karena gatal akan menyebabkan ekskoriasi,
pendarahan maupun infeksi pada kulit (Astuti & Husna, 2017).
G. Dampak
Menurut LeMone, dkk (2015) dampak masalah kulit yaitu:
1. Saat menggaruk maka rasa gatal akan semakin berat hingga terjadi
ekskoriasi
2. Mengiritasi dan menyebabkan luka yang bisa menjadi infeksi
3. Dapat mengganggu pola tidur
118
4. Kulit kering dan bersisik akan menyebabkan gangguan citra tubuh
5. Dapat muncul luka tekan atau dikubitus
H. Cara Mengatasi
1. Perhatikan perawatan yang baik untuk kulit dengan menjaga personal
hygiene seperti mandi atau seka dengan tidak menggunakan sabun
yang mengandung gliserin yang akan membuat kulit bertambah kering
(Prabowo & Pranata, 2014).
2. Gunakan sabun yang mengandung lemak dan lotion yang tidak
memiliki kandungan alkohol untuk membuat rasa gatal berkurang
(Prabowo & Pranata, 2014).
3. Berikan obat antipruritus untuk mengurangi rasa gatal bila diperlukan
(Nursalam, & Baticaca, 2009)
4. Cuci darah
5. Pemberian obat diuretik (Black & Hawks, 2014)
6. Mengganti sabun yang menyebabkan kulit bertambah kering dan
pemberian baby oil setelah mandi
7. Untuk yang mengalami hambatan mobilisasi bisa menggunakan kasur
khusus seperti kasur angina atau air, dan minimal 2 jam sekali
berganti posisi agar tidak ada luka tekan (PPNI, 2018).
119
Lampiran 12 Leaflet