Upload
others
View
0
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
i
KARYA TULIS ILMIAH
ASUHAN KEPERAWATAN PADA Nn S DENGAN
DIAGNOSA MEDIS BRONKITIS DI RUANG MELATI
RSUD BANGIL PASURUAN
OLEH:
DINCE DEBORA SAIKMATA
NIM 1701017
PROGRAM DIII KEPERAWATAN
AKADEMI KEPERAWATAN KERTA CENDEKIA
SIDOARJO
2020
ii
KARYA TULIS ILMIAH
ASUHAN KEPERAWATAN PADA Nn S DENGAN
DIAGNOSAMEDIS BRONKITIS DI
RSUD BANGIL PASURUAN
Sebagai Prasyarat Untuk Memeperoleh Gelar
Ahli Madya Keperawatan (Amd.Kep)
Di Akademi Keperawatan Kerta Cendekia Sidoarjo
OLEH:
DINCE DEBORA SAIKMATA
NIM 1701017
PROGRAM DIII KEPERAWATAN
AKADEMI KEPERAWATAN KERTA CENDEKIA
SIDOARJO
2020
iii
HALAMAN PERNYATAAN
Yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama : Dince Debora Saikmata
Nim : 1701017
Tempat, Tanggal Lahir : Makatian, 26 Januari 1999
Institusi : Akademi Keperawatan Kerta Cendekia Sidoarjo
Menyatakan bahwa Karya Tulis Ilmiah yang berjudul : “ASUHAN
KEPERAWATAN PADA Nn S DENGAN DIAGNOSA MEDIS BRONKITIS
DI RUANG MELATI RSUD BANGIL PASURUAN ” adalah bukan karya tulis
orang lain baik sebagian maupun keseluruhan, kecuali dalam bentuk kutipan yang
telah disebutkan sumbernya.
Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya dan dan
apabila pernyataan ini tidak benar, saya bersedia mendapatkan sanksi.
Sidoarjo, 02 Februari 2020
Yang Menyatakan,
Dince D Saikmata
1701017
Mengetahui,
iv
LEMBAR PERSETUJUAN
Nama : Dince D saikmata
Judul : Asuhan Keperawatan pada Nn S dengan diangnosa medis Bronkitis di
ruang melati RSUD Bangil
Telah disetujui untuk di ujikan dihadapan Dewan Penguji karya tulis ilmiah pada:
Tanggal: 09 Juni 2020
Oleh
Mengetahui,
Direktur
v
HALAMAN PENGESAHAN
Telah diuji dan disetujui oleh Tim Penguji pada sidang di program D3
Keperawatan di Akademi Keperawatan Kerta Cendekia Sidoarjo.
Tanggal : 09 Juni 2020
TIM PENGUJI
Tanda Tangan
Ketua : Riesmiyatiningdyah, S.Kep, Ns., M.Kes
Anggota : 1. Ns. Dini Prastyo Wijayanti, S.Kep, M.Kep
2. Ns.Faida Annisa, S.Kep., MNS
Mengetahui,
Direktur
( )
( )
( )
vi
MOTTO
“Mencari ilmu tidak mengenal batas usia
Tekad dan niat yang kuat merupakan
modal utama
Kegagalan adalah keberhasilan yang
tertunda
Doa dan harapan merupakan upaya yang
paling utama
Maju terus pantang meneyerah
Keberhasilan akan menyertai kita
Agar bermanfaat bagi orang sekitar kita
Merupakan bekat kembali padanya “
vii
KATA PERSEMBAHAN
Puji syukur kupersembahkan kepada Tuhan yang Maha Esa, Maha Tinggi, Maha
Adil dan Maha Penyang
Atas takdirmu kau jadikan aku manusia yang senantiasa berfikir, berilmu, beriman
dan bersabar dalam menjalani kehidupan ini. Semoga keberhasilan ini menjadi
satu langkah awal bagiku untuk meraih cita cita besarku.
Dalam setiap langkahku aku berusaha mewujudkan harapan- harapan yang kalian
impikan didiriku, meski belum semua itu kuraih, insya Allah atas dukungan doa
dan restu semua mimpi itukan terjawab dimasa penuh kenghangatan nanti.
Untuk itu kupersembahkan ungkapan
Terimakasih kepada :
Bapak sama ibu yng selalu member dukungan baik secara moril maupun material.
Pembimbing yang senantiasa sabar dalam memberikan arahan serta
bimbingannya.
Tak lupa juga untuk sahabat sekaligus saudara sejawat terimakasih atas dukungan
dan motivasinya selama ini .
Terimakasih beribu terimakasih kuucapkan ..
Atas segala kehilafan dan kekuranganku,
viii
Kerendahan hati serta diri menjabat tangan meminta beribu ribu kata maaf
tercurah.
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat, taufik serta hidayah-Nya, sehingga dapat menyelesaikan
Karya Tulis Ilmiah dengan judul “Asuhan Keperawatan Pada Nn S Dengan
Diagnosa Medis BRONKITIS di Ruang Melati RSUD Bangil Pasuruan“ ini
dengan tepat waktu sebagai persyaratan akademik dalam menyelesaikan Program
D3 Keperawatan di Akademi Keperawatan Kerta Cendekia Sidoarjo.
Penulisan Proposal ini tidak terlepas dari bantuan dan bimbingan berbagai
pihak, untuk itu kami mengucapkan banyak terima kasih kepada:
1. Tuhan yang Maha Esa yang senantiasa memberikan rahmat-Nya sehingga
Proposal ini selesai dengan baik.
2. Orang tua tercinta yang selalu mendukung dan mendoakan sehingga semua
bisa berjalan lancar.
3. Ns.Agus Sulistyowati, S.Kep., M. Kes selaku Direktur Akademi Keperawatan
Kerta Cendekia Sidoarjo.
4. Ns. Faida Annisa, S.Kep, MNS selaku pembimbing 1 dalam pembuatan karya
tulis ilmiah
5. Ns. Dini Prastyo, S.Kep, M.Kep selaku pembimbing 2 dalam pembuatan
karya tulis ilmiah .
6. Pihak – pihak yang turut berjasa dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini
yang tidak bisa disebutkan satu persatu.
Penulis sadar bahwa karya tulis ilmiah ini belum mencapai kesempurnaan,
sebagai bekal perbaikan, penulis akan berterima kasih apabila para pembaca
berkenan memberikan masukan, baik dalam bentuk kritikan maupun saran demi
kesempurnaan karya tulis ilmiah ini.
Penulis berharap karya tulis ilmiah ini bermanfaat bagi para pembaca dan
bagi keperawatan.
Sidoarjo,
Dince Debora Saikamata
ix
DAFTAR ISI
Sampul Depan .................................................................................................. i
LembarPersetujuan ........................................................................................... ii
Kata Pengantar ................................................................................................. iii
Daftar Isi........................................................................................................... iv
DaftarTabel ...................................................................................................... v
Daftar Gambar .................................................................................................. vi
Daftar Lampiran ............................................................................................... vii
BAB 1 Pendahuluan ........................................................................... .......... 1
1.1 Latar Belakang .............................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ......................................................................... 4
1.3 Tujuan Penelitian ........................................................................... 4
1.4 Manfaat ......................................................................................... 5
1.5 Metode Penulisan .......................................................................... 6
1.5.1 Metode ................................................................................. 6
1.5.2 Teknik Pengumpulan Data .................................................. 6
1.5.3 Sumber Data ........................................................................ 7
1.5.4 Studi Kepustakaan ............................................................... 7
1.6 Sistematika Penulisan .................................................................... 7
BAB 2 Tinjauan Pustaka..................................................................... 9
2.1 Konsep Penyakit ............................................................................ 9
2.1.1 Definisi .............................................................................. 9
2.1.2 Etiologi................................................................................ 10
2.1.3 Patofisiologi......................................................................... 10
2.1.4 Manifestasi Klinis .............................................................. 11
2.1.5 Komplikasi........................................................................... 11
2.1.6 PemeriksaanPenunjang........................................................ 12
2.1.7 Penatalaksanaan.................................................................... 12
2.2 Konsep asuhan keperawatan.......................................................... 14
2.2.1 Pengkajian .......................................................................... 14
2.2.2 Diagnosa Keperawatan ...................................................... 18
2.2.3 Intervensi Keperawatan ...................................................... 18
2.2.4 Implementasi ..................................................................... 23
2.2.5 Evaluasi .............................................................................. 24
BAB III TINJAUAN KASUS
3.1 Pengkajian ………………………………………………………. 28
3.1.1 Biodata …………………………………………………… 28
3.1.2 Riwayat Keperawatan …………………………………….. 29
3.1.2.1 Riwayat Keperawatan Sekarang ……………………….. 29
3.1.2.2 Riwayat Penyakit sebelumnya ………………………… 30
x
3.1.2.3 Riwayat Kesehatan Keluarga ………………………… 30
3.1.2.4 Status cairan dan nutrisi ………………………………. 30
3.1.2.5 Genogram ……………………………………………… 31
3.1.2.6 Pemeriksaan Fisik ……………………………………… 32
3.1.2.6.1 Keadaan Umum …………………………………. 32
3.1.2.6.2 Tanda Vital ……………………………………… 32
3.1.2.6.3 Pemeriksaan Fisik Persistem ( B1-B8) ………..... 32
3.1.2.6.4 Data Psikologis …………………………………. 38
3.1.2.6.5 Pemeriksaan Penunjang ………………………… 41
3.2 Diagnosa Keperawatan ………………………………………… 43
3.2.1 Daftar Masalah Keperawatan …………………………… 46
3.2.2 Daftar Diagnosa Keperawatan Berdasarkan Prioritasnya .. 46
3.3 Intervensi Keperawatan ……………………………………….. 47
3.4 Implementasi Keperawatan ……………………………………. 52
3.5 Catatan Perkembangan ………………………………………… 57
3.6 Evaluasi Keperawatan ………………………………………… 62
BAB IV PEMBAHASAN
4.1 Pengkajian ……………………………………………………… 63
4.1.1 Identitas ……………………………………………………. 63
4.1.2 Riwayat Keperawatan ……………………………………… 64
4.1.2.1 Keluhan Utama ………………………………………. 64
4.1.2.2 Riwayat Penyakit saat Ini …………………………… 64
4.1.2.3 Riwayat Penyakit Dahulu ……………………………. 65
4.1.2.4 Riwayat Kesehatan Keluarga ………………………… 65
4.1.3 Pemeriksaan Fisik…………………………………………… 65
4.2 Diagnosa Keperawatan …………………………………………… 69
4.3 Perencanaan ………………………………………………………. 70
4.4 Implementasi …………………………………………………….... 71
4.5 Evaluasi …………………………………………………………… 72
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan……………………………………………………….. 73
5.2 Saran………………………………………………………………. 75
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................. 76
xi
DAFTAR TABEL
No Tabel JudulTabel Hal
Tabel 3.1 Hasil Laboratorium dengan diagnosa medis bronchitis
di RSUD Bangil pasuruan ................................................ 53
Tabel 3.2 Analisa data dengan diagnosa medis bronchitis di RSUD
BangilPasaruan ................................................................ 56
Tabel 3.3 Rencana Tindakan Keperawatan dengan diagnosa Medis
bronchitis di RSUD Bangil ............................................. 60
Tabel 3.4 Tindakan Keperawatan dengan diagnose medis
Bronchitis di RSUD Bangil Pasuruan .............................. 65
Tabel 3.5 Catatan Perkembangan Keperawatan dengan diagnosa
Medis bronkitis di RSUD Bangi lPasuruan .................... 70
Tabel 3.6 Evaluasi Keperawatan dengan diagnosa medis
Bronchitis di RSUD Bangil Pasuruan ............................. 75
xii
DAFTAR GAMBAR
No Gambar JudulGambar Hal
Gambar 2.1 Kerangka Masalah ............................................................... 42
Gambar 3.1 Genogram Nn S dengan diagnose medis brnkitis + HIV di
Ruang Melati RSUD Bangil Pasuruan………………………………. 45
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
No Lampiran JudulLampiran Hal
Lampiran 1 Surat Ijin Pengambilan studi kasus .......................... 91
Lampiran 2 Surat Balasan studi pendahuluan ............................ 92
Lampiran 3 Lembar Informed Consent ....................................... 93
Lampiran 4 Lembar Konsultasi ................................................... 94
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Bronchitis kronis merupakan salah satu komponen dari Penyakit
Paru Obstruksi Kronis ( PPOK). Penyakit Paru Obstruksi Kronis ( PP0K )
didefinisikan sebagai penyakit yang dikaraktersir oleh adanya
peningkatan resistensi aliran udara ( obstruksi ) pada saluran pernapasan
yang tidak sepenuhnya reversible. Sumbatan aliran udara ini umumnya
bersifat progresif dan berkaitan dengan respon inflamasi abnormal paru –
paru terhadap partikel atau gas yang berbahaya ( Ikawati, 2011 ).
Fenomena dimasyarakat secara umum bronchitis sering disebut sebagai
penyakit paru – paru basah, banyak anggapan bahwa penyakit bronchitis
sebagai penyakit keturunan sehingga apabila ada keluarga yang terserang
penyakit bronchitis cepat atau lambat anggota keluarga yang lain pasti
akan terserang bronchitis juga ( Irho, 2013). Penyakit ini tidak menujukan
gejala yang membahayakan, gejala awal hanya mengalami batuk.
Masyarakat mengangap batuk tidak perlu penanganan yang serius.
Masyarakat memanfaatkan jahe dan pengangan untuk proses
penyembuhan pada bronkitis kronis. Cara mengkonsumsi dengan
merebus dan meminum airnya. Seharusnya selain mengandalakn obat
tradisional sebagai solusi, masyarakat juga harus kepelayanan kesehatan
agar tidak terjadi yang lebih lanjut (Zainidin,2010).
1
2
Menurut World Health Organization (WHO,2015) saat ini,
penyakit bronkitis diderita oleh sekitar 64 juta orang di dunia. penggunaan
tembakau, polusi udara dalam ruangan/luar ruangan dan debu serta bahan
kimia adalah faktor resiko utama. Menurut Renaldi (2015) di Indonesia
diperkirakan terdapat 4,8 juta pasien PPOK dengan prevalensi 5,6% angka
ini bisa meningkat dengan makin banyaknya jumlah perokok karena 90%
pasien PPOK adalah perokok atau mantan perokok. Untuk jawa timur
sendiri, tahun 2015 tercatat sebanyak 9.145 kasus ( Diskominfo Provinsi
Jawa Timur 2015). Sedangkan Di RSUD Bangil pasuruan sendiri
didapatkan data penderita pasien bronkiis sebanyak 274 ( Dinkes Pasuruan
2018).
Penyebab utama dari bronchitis adalah virus Rhinovirus, bakteri,
mytoplasma, pneumonia berbagai senyawa kimia dan partiikel, selain
penyebab utama tersebut terdapat factor fesik lainnya antara lain factor
usia, lingkungan, alkoholik, individu yang mengalami gangguan reflex
batuk, individu yang mendapat terapi alat pernapasan dan individu yang
mempunyai penyakit bronchitis kronis ( kowalak, 2011). bronchitis kronis
ini biasannya ditandai dengan batuk – batuk dengan sputum ( dahak)
mukoit atau purelem, kadang – kadang disertai darah merasa nyeri pada
dada, demam tinggi, menggigil serta kesulitan bernafas atau sesak nafas,
sehingga menimbulkan masalah keperawatan yakni ketidakefektifan
bersihan jalan nafas di rongga akan adanya penumpukan sputum pada
penyakit bronchitis kronis ( Herdman, 2016) apabila penyakit bronchitis
kronis ditandai dengan cara cepat akan menimbulkan komplikasi yang
3
lebih lanjut seperti bronchitis akut yang tidak segera ditangani, akteletasis,
selain pneumonia ada komplikasi yaitu pleuritas, sinusitis, jalan nafas
super infeksi sampai berakibat kematian pada penderita ( Mahmud 2010).
Masalah penyakit bronchitis kronis dapat berakibat pada kematian
yang sebelumnnya juga terjadi banyak komplikasi yang ditimbulkan
namun sekarang pnenokakus dan influenza telah dianjurkan individu yang
sudah berumur lebih dari 45 tahun vaksin ini memberikan perlindungan
terhadap bronchitis kronis, namun vaksin tidak boleh diberikan kepada ibu
hamil selama trimester pertama. Penyakit bronchitis kronis dapat dicegang
dengan pola hidup atau gaya yang sehat dan salah satunya termasuk tidak
merokok dan tidak meminum dan mengkonsumsi alcohol. Memberikan
pendidikan dan penyuluhan kepada masyarakat tentang penyakit
bronchitis kronis secara tidak kalah pentingnya yaitu lingkungan yang
tetap bersih dan berfentilasi baik yang dapat melancarkan sirkulasi udara
juga dapat mencegah terkena penyakit bronchitis dalam kasus ini peran
seorang perawat sendiri yaitu mampu memberikan health education yang
tepat bagi pasien seperti mengarahkan pasien agar tetap beristirahat
dengan cukup serta makan makanan yang bergizi dan menghindari factor
yang mampu memperparah penyakit ini merokok dan meminum alcohol (
PDPI, 2010). Deteksi dini kasus dan factor resiko ( maternal atau balita )
imunisasi terhadap bayi dan anak balita serta ibu hamil. Adapum usaha
kuratifnya, usaha pengobatan bertujuan untuk merawat dan mengobati
anggota keluarga kelompok yang menderita penyakit dan masalah
kesehatan. Yaitu dengan dukungan penyembuhan perawatan psikisnnya,
4
perawatan orang sakit sebagai tindak lanjut perawatan puskesmas dan
rumah sakit. Usaha rehabilitative adalah merupakan upaya pemulihan
kesehatan bagi penderita – penderita yang dirawat dirumah, maupun
kelompok-kelompok tertentu yang menderita penyakit yang sama. Adapun
usaha pencegahan akan diperoleh hasil yang lebih baik, serta memerlukan
biaya yang lebih murah dibandingkan dengan usaha pengobatan maupun
rehabilitasi ( Brunner& Suddarth, 2011) .
1.2 Rumusan Masalah
Untuk mengetahui lebih lanjut dari perawatan penyakit ini maka penulis
akan melakukan kajian lebih lanjut dengan melakukan asuhan keperawatan
bronkitis kronis dengan membuat rumusan masalah sebagai berikut;
bagaimanakah asuhan keperawatan pada pasien dengan diagnosa medis bronkitis
kronis di RSUD Bangil Pasuruan
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Mengidentifikasi asuhan keperawatan pada klien dengan diagnosa
bronkitis kronis di RSUD Bangil Pasuruan
1.3.2 Tujuan Khusus
1.3.2.1 Mengkaji klien dengan diagnosa bronkitis kronis di RSUD Bangil
Pasuruan
1.3.2.2 Merumuskan diagnosa keperawatan pada klien dengan diagnosa Bronkitis
kronis di RSUD Bangil Pasuruan
5
1.3.2.3 Merencanaka tindakan keperawatan pada klien dengan diagnosa Bronkitis
kronis di RSUD Bangil Pasuruan
1.3.2.4 Melaksanakan tindakan keperawatan pada klien dengan diagnosa
Bronkitis kronis di RSUD Bangil Pasuruan
1.3.2.5 Mengevaluasi tindakan keperawatan dengan diagnosa Bronkitis kronis di
RSUD Bangil Pasuruan
1.3.2.6 Mendokumentasikan asuhan keperawatan pada klien dengan diagnosa
Bronkitis kronis di RSUD Bangil Pasuruan
1.4 Manfaat
Terkait dengan tujuan maka tugas akhir ini diharapkan dapat bermanfaat:
1.4.1 Akademis, hasil studi kasus ini merupakan sumbangan bagi ilmu
pengetahuan khususnya dalam hal asuhan keperawatan pada pasien Bronkitis
kronis di RSUD Bangil Pasuruan
1.4.2 Secara praktis, tugas akhir ini bermanfaat
1.4.2.1 Bagi pelayanan keperawatan rumah sakit
Hasil Studi kasus ini, dapat menjadi masukan bagi pelayanan di RS agar
dapat melalukan asuhan keperawatan pada pasien dengan diagnosa Bronkitis
kronis
6
1.4.2.2 Bagi peneliti
Hasil penelitian itu dapat menjadi salah satu rujukan bagi peneliti
berikutnya, yang akan melakukan studi kasus pada asuhan keperawatan pasien
dengan Bronkitis kronis
1.4.2. 3 Bagi profesi kesehatan
Sebagai tambahan ilmu bagi profesi keperawatan dan memberikan
pemahaman yang lebih baik tentang asuhan keperawatan pada pasien Bronkitis
kronis
1.5 Metode penulisan
1.5.1 Metode
Metode deskritip yaitu metode yang sifatnya mengungkapkan peristiwa
atau gejala yang terjadi pada waktu sekarang yang meliputi studi kepustakaan
yang mempelajari ,mengumpulkan data, membahas data dengan studi pendekatan
proses keperawatan dengan langkah- langkah pengajian,diagnosis,perencanaan,
dan evaluasi.
1.5.2 Teknik pengumpulan data
1.5.2.1 Wawancara
Data diambil / diperoleh melalui percakapan baik dengan klien, keluarga
maupun tim kesehatan lain.
1.5.2.2 Observasi
Data yang di ambil melalui pengamatan dari klien.
7
1.5.2.3 Pemeriksaan
Meliputi pemeriksaam fisik dan laboratorium yang dapat menunjang
menegankan diagnosa dan penaganan selanjutnya.
1.5.3 Sumber data
1.5.3.1 Data primer
Data primer adalah data yang di peroleh dari klien
1.5.3.2 Data sekunder
Data sekunder adalah data yang di peroleh dari keluarga atau orang
terdekat klien,catatan medic perawat, hasil-hasil pemeriksaan dan tim kesehatan
lain.
1.5.4 Studi kepustakaan
Studi kepustakaan yaitu mempelajari buku suber yang berhubungan
dengan judul studi kasus dan msalah yang di bahas.
1.6 Sistematika Penulisan
Supaya lebih jelas dan lebih mudah dalam mempelajari dan memahami
studi kasus,secara keseluruhan di bagi menjadi tiga bagian, yaitu:
1.6.1 Bagian awal membuat halaman judul,persetujuan pembimbing, pengesahan,
motto dan persembahan kata pengantar, daftar isi
1.6.2 Bagian inti, terdidri dari limah bab, yang masing-masing bab terdiri dari sub
bab berikut ini:
8
Bab 1 : pendahuluan, berisih latar belakang masalah, tujuan, masalah penelitian,
sistematika penulisan, penulisan studi kasus
Bab 2 : Tinjauan pustaka, berisi tentang konsep penyakit dari studi medis dan
asuhan keperawatan klien dengan diagnosa Bronkitis kronis serta kerangka
masalah
Bab 3 : Tinjaun kasus, berisi tentang deskripsi data hasil pengkajian diagnosa,
perencanaan, pelaksanaan dan evalusi
Bab 4 : Pembahasan, berisi tentang perbandingan antara teori dengan kenyataan
yang ada di lapangan
Bab 5 : penutup, berisi tentang simpulan dan saran
1.6.3 Bagian akhir, terdiri dari daftar pustaka dan lampiran
9
BAB ll
TINJAUAN PUSTAKA
Dalam bab 2 ini akan diuraikan secara teoritis mengenai konsep penyakit dan
Asuhan Keperawatan pada pasien bronchitis kronis . Konsep penyakit akan
diuraikan defenisi, etiologi dan cara penanganan secara medis. Asuhan
Keperawatan akan diuraikan masalah-masalah yang muncul pada bronchitis
kronis dengan melakukan Asuhan Keperawatan terdiri dari pengkajian, diagnosa,
perencanaan, pelaksanaan, evaluasi.
2.1 Konsep penyakit
2.1.1 Definisi
Bronkitis adalah suatu komponen dari penyakit paru obstruksi kronis
(PPOK). Deskripsi standar tentang bronchitis kronis adalah batuk berdahak yang
terjadi selama sedikitnya 3 bulan dalam satu tahun untuk 2 tahun berturut-turut.
Eksaserbasi akut bronchitis kronis didefenisiskan sebagai memburuknya gejala
seperti: batuk sekresi dahak yang berlebihan dan kesulita bernapas (Ikwati, 2016).
2.1.2 Etiologi
Beberapa factor sering dikaitkanan dengan pathogenesis bronchitis kronis,
tetapi penyebab persisnya tidak diketahui. Factor utama bronchitis kronis adalah
merokok, dan hamper semua klien dengan bronchitis kronis memiliki riwayat
merokok. Debu, bau-bauan, dan polusi lingkungan juga berkontribusi terhadap
terjadinya bronchitis kronis. Dikenal istilah industry bronchitis, yaitu bronchitis
kronis yang disebabkan oleh paparan polusi yang berasal dari lingkungan atau
tempat kerja (pabrik asbes atau tambang) dingin, perubahan iklim yang drastic
9
10
juga dapat memicu bronchitis kronis, termasuk hipersekresi mucus pada penderita
asma juga bisa memicu terjadinya bronkitid kronis. Fakta menunjukan bahwa
infeksi saluran nafas kambuhan yang sering terjadi merupakan factor predisposisi
seseorang untuk mengalami bronchitis kronis. Bartlett, 1997 (dikutip dalam
Ikawati ,2016).
2.1.3 Patofisiologi
Virus ( penyebab tersering infeksi ) – masuk saluran pernapasan – sel
mukosa dan sel silia, - berlanjut – masuk saluran pernafasan - menginfeksi saluran
pernapasan - bronchitis mukosa membengkak dan menghasilkan lendir pilek 3-
4x . Unsur-unsur iritan ini menimbulkan inflamasi pada percabangan
trakeobronkial, yang menyebabkan peningkatan produksi secret dan penyempitan
atau penyumbatan jalan nafas. Seiring berlanjutnya proses inflamasi perubahan
pada sel-sel yang membentuk didnding trakus respiratorius akan mengakibatkan
resistensi jalan nafas yang kecil dan ketidak seimbangan ventilasi-pervusi yang
berat sehingga menimbulkan penurunan oksigenasi daerah arteri. Efek tambahan
lainnya meliputi inflamasi yang menyebar luas, penyempitan jalan nafas dan
penumpukan mucus dijalan nafas.
Serta penumpukan sel-sel inflamasi selanjutnya efek bronskopasme otot
polos akan mempersempit lumen bronkus. Pada awalnya hanya bronkus besar
yang yang terlihat inflamasi ini, tetapi kemudian semua saluran nafas turut terkena
jalan nafas jadi tersumbat dan terjadi penutupan, khususnya terjadi pada saat
ekspirasi. Dengan demikian, udara nafas akan terperangkap dibagian distal paru.
11
Pada keadaan ini akan terjadi hipoventilasi yang menyebabkan ketidak cocokan
dan akibatnya.
Timbul hipoksemia. Hipoksemia dan hiperkapnasi terjadi sekunder karena
hipoventilasi. Resistensi vaskuler paru meningkat ketika vaso kontriksi yang
terjadi karena inflamasi dan konpensasi pada daerah-daerah yang mengalami
hipoventilasi membuat arteri pulmonalis menyempit inflamasi alveolus
menyebabkan sesak nafas ( Manurung, 2010).
2.1.4 Manifestasi klinis
Tanda dan gejala pada bronchitis kronis menurut Digiuolio (2014).
2.1.4.1 Batuk karena produksi lendir dan iritasi jalur udara.
2.1.4.2 Napas pendek.
2.1.4.3 Demam pada episode akut akibat infeksi.
2.1.4.4 Accessory muscledipakai untuk bernafas ketika uasaha pernafasan
bertambah, otot tambahan perlu membantu.
2.1.4.5 Batuk produktif karena iritasi jalur udara. Lendir adalah reaksi protektif
dari system pernafasan
2.1.4.6 Berat badan naik karena edema pada bronchitis kronis karena gagal
jantung bagian kanan.
2.1.4.7 Desisan karena inflamasi didalam jalur udara.
2.1.5 Komplikasi
Menurut Sa’ripah ( 2017)
Penyakit bronchitis kronis bila tidak ditangani dengan benar akan menimbulkan
komplikasi yaitu :
12
2.1.5.1 Umumnya pasien seringkali terserang infeksi.
2.1.5.2 Atelektasis atau bronkiktosis komplikasi ini terjadi apabila dahak tetap
tinggi.
2.1.5.3 Gagal napas komplikasi ini adalah komplikasi bronchitis yang paling berat
dan juga luas, sehingga diperlukan pengobatan bronchitis yang lebih
dalam lagi.
2.1.6 Pemeriksaan Diasnotik
Menurut (Muttaqin,2011)
2.1.6.1 Pemeriksaan Radiologis
Pemeriksaan foto thoraks posterior- anterior dilakukan untuk menilai
derajat progresivitas penyakit yang berpengaruh menjadi penyakit
paru obstruktif menahan.
2.1.6.2 Pemeriksaan laboratorium
Hasil pemeriksaan laboratorium menunjukan adanya perubahan pada
peningkatan eosinophil (berdasarkan pada hasil hitung jenis darah).
Sputum diperiksa secara makroskopis untuk diagnosis banding
dengan tuberkolosis paru.
2.1.7 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan bronchitis kronis menurut (Manurung, 2016).
2.1.7.1 Obat – obatan
Memberikan obat sesuai dengan indikasi :
Bronkodilator ( Misal : Epikefrin, Albuterol, Isolterin) merilekskan otot
halus dan menurunkan spasme kalan napas.
13
1) Xotin ( Misal : Amminiofilin, Oxtrifilin, Teofilin ) dosis
yang dianjurkan 100 mg/kg BB.
2) Kromolin dosis harian yang dianjurkan 200 mg/kg B.
3) Antimikromal.
4) Analgesic ( Misal : kodein )
2.1.7.2 Tindakan Supportif
Pendidikan bagi klien dan keluarganya:
1) Menghindari merokok
2) Menghindari iritan lainnya yang dapat terhirup
3) Menghindari penderita penyakit infeksi saluran nafas
atas
4) Mengontrol suhu dan kelembabapan lingkungan
5) Nutrisi yang baik
6) Hidrasi yang adekuat
2.1.7.3 Penyesuaian fisik
1) Latihan relaksasi
2) Meditasi
3) Menahan nafas
4) Pernafasan perut
5) Rehabilitasi
14
1.2 Dampak Masalah
1.2.1 Dampak Fisik
Dampak yang besar terhadap kualiatas hidup pasien berupa dampak fisik,
sosial, dan mental. Dampak fisik pada pasien dapat berupa keterbatasan
dalam melakukan kegiatan fisik secara normal.
1.2.2 Dampak Sosial
Dampak sosial pada pasien bronchitis kronis dapat berupa terisolasi atau
dikucilkan oleh masyarakat
1.2.3 Dampak Mental
Pasien bronchitis kronis mengalami kekuatan dan kecemasan karena tidak
bisa diterima dimasyarakat. Penelitian terhadap persepsi pasien tentang
bronchitis menunjukan bahwa reaksi pasien pada saat menetahui
diagnosanya adalah kekawatiran 50 %, pasien bronchitis kronis memiliki
presistensi stigma dan rendahnya kualitas emosi, bahkan setelah penyebab
utama meningkatkan beban masalah diantaranya : Kemiskinan pada
berbagai kelompok masyarakat seperti pada Negara – Negara yang sedang
berkembang
1.3 Konsep Asuhan Keperawatan pada pasien bronchitis kronis
1.3.1 Pengkajian
Pada tahap ini dilakukan pengumpulan data melalui wawancara, observasi,
pemeriksaan fisik pada sasaran yang dituju, selain itu pengumpulan data dapat
diperoleh dari klien,keluarga,tenaga kesehatan, catatan medis, medical recod dan
literature.(Nurarif , 2015). Hal-hal yang dibagi pada klien antara lain:
15
2.3.1.1 Pengumpulan data
Identitas klien
Penderita umumnya berjenis kelamin laki – laki, usia antara 60 – 80
tahun, biasanya pasien menderita penyakit paru obstruktif kronis
bekerja dipabrik atau merokok.
2.3.1.2 Keluhan utama
Kebanyakan kasus yang dijumpai dengan keluhan batuk – batuk,
produksi sputum seperti warna putih, dan biasanya sesak napas.
2.3.1.2 Riwayat Kesehatan Sekarang
Biasanya klien mulai mual dan berat badan mulai turun, biasanya pola
nafas tidak teratur, mudah letih dan sakit kepala.
2.3.1.3 Riwayat Kesehatan Terdahulu
Sebelumnya klien pernah menderita batuk – batuk ada darah kurang
lebih 6 bulan dan warnah darah segar dan mepunyai riwayat merokok.
2.3.1.4 Riwayat Kesehatan Keluarga
Penyakit yang pernah diderita oleh aggota keluarga :
Ada keluarga klien yang menderita penyakit yang sama.
Lingkungan rumah dan komunitas :
Perilaku yang mempengaruhi kesehata :
2.3.1.5 Pemeriksaan fisik
1) B1 pernafasan ( Breathing)
Inspeksi : klien biasanya mengalami peningkatan usaha dan
frekwensi pernafasan, biasanya menggunakan otot bantu
pernafasan. Pada kasus bronchitis kronis, bentuk dada barrel atau
16
tong. Gerakan pernafasan masih simetris. Hasil pengkajian lainnya
menunjukan klien juga mengalami batuk yang produkstif dengan
sputum purulem berwarna kuning kehijauan sampai hhitam
kecoklatan karena bercampur darah.
Palpasi : adanya penurunan gerakan dinding pernafasan biasanya
ditemukan pada klien bronchitis dengan komplikasi.
Perkusi : pada klien dengan bronchitis dengan komplikasi,
biasannya akan didapatkan bunyi krekels suara yang berat dan
kasar pada bronkus paru. Pada klien dengan bronchitis yang
disertai komplikasi seperti leurutis dan efisema akan didapatkan
bunyi redup sampai pekak pada sisi yang sakit sesuai banyaknya
akumulasi cairan dirongga pleura. Apabila disertai pneumothoraks,
maka didapatkan bunyi hipersonan terutama jika pneuthoraks
rental yang mendorong posisi paru ke posisi yang sehat.
Auskultasi : padas klien dengan bronchitis didapatkan bunyi nafas
tambahan ( ronkhi ) pada sisi yang sakit.
2) B2 ( blood ) Kardiovaskuler
Inspeksi : adanya keluhan kelemahan fisik
Palpasi : denyut nadi perifer melemah
Perkusi : adanya pembengkakan pada ektermitas bawa
Auskultasi : adanya peningkatan tekanan darah, frekwensi jantung
atau takikardi berat, suara jantung redup, akral hangat.
3) B3 ( Brain ) Persyarafan
17
Kesadaran biasannya compos mentris, ditemukan adanya sianosis
perifer. Pada pengkajian objektif, klien mengatakan pusing, sclera
menurun, konjungtifa anemis, tidak ada masalah gangguan
pandangan, pendengaran dan penciuman.
4) B4 ( Bladder ) Perkemihan
Pengukuran volume output urin berhubungan dengan intake cairan.
Oleh karena itu perawat perlu memonitir adanya oliguria karena
hal tersebut merupakan tanda awal dari shock. Baik normal 3 -
4x/hari, produksi urin, warna kuning jernih dan amoniak.
5) B5 ( Bowel ) Pencernaan
Klien biasanya mengalami rasa mual, muntah, penurunan nafsu
makan dan penurunan BB.
6) B6 ( Bone) Muskuloskeletal dan intergumen
Aktivitas sehari-hari berkurang banyak pada klien dengan
bronchitis, gejala yang muncul antara lain : kelemahan, kelelahan,
insomnia, pola hidup menetap, dan jadwal olahraga menjadi tidak
teratur.
7) B7 (Pengindraan)
Mata biasanya tidak mengalami gangguan, hidung terdapat secret,
mukosa hidung lembab, telinga biasannya tidak mengalami
gangguan, perasa baik dan peraba bisa merasakan sentuhan.
8) B8 (Endokrim)
18
Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid dan kelenjar parotis, pada
kasus bronchitis jarang sekali ditemukan masalah pada system
endokrim atau hormonal.
( Potter, 2010 ).
2.3.1 Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan menurut (Nurarif & kusuma ,2015), etiologi
menurut NANDA NIC NOC 2015-2017.
1) Intolerasi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum
2) Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan keletihan otot
pernafasan
3) Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan secret
4) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan factor biologis.
5) Hipetermi berhubungan dengan proses inflamasi.
2.4 Perencanaan
2.4.1 Diagnosa keperawatan 1
Intolerasi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum
Tujuan : Setelah dilakuakan tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam diharapkan
klien mampu melakukan aktivitas dalam batas normal.
Kriteria hasil :
1) mampu melakukan aktivitas sehari-hari (ADLs) secara mandiri
2) berpartisipasi dalam aktivitas fisik tanpa disertai peningkatan
tekanan darah, nadi dan RR.
19
3) mampu berpindah sendiri/tanpa bantan alat
Intervensi :
1) Tingkatkan tirah baring/duduk. Berikan lingkungan tenang
: batasi pengunjung sesuai keperluan.
Rasional : meningkatkan istirahat dan ketenangan
menyediakan waktu yang digunakan untuk penyembuhan.
Aktivasi dan posisi duduk tegak diyakini menurunkan
aliran darah kekaki, yang mencegah sirkulasi optimal
kehati.
2) Tingkatkan aktivitas sesuai toleransi, melakukan rentang
gerak sendi pasif/aktif.
Rasional : turah baring lama dapat menurunkan
kemampuan, ini dapat terjadi karena keterbatasan aktivitas
yang menggangu periode istirahat.
3) Dorong penggunaan tehnik manajemen strees. Contoh
relaksasi progresif, visualisai, bimbingan imajinasi berikan
aktivitas hiburan yang tepat contoh menonton TV
Rasional : meningkatkan relaksasi dan penghematan
energi, memusatkan kembali perhatian dan dapat
meningkatkan koping.
4) Kolaborasi pemberian obat antiansietas.
Rasional : membantu dalam manjemen kebutuhan tidur.
5) Awasi dan catat pemeriksaan laboratorium : Bilirubin total
dan bilirubin direc.
20
Rasional : membantu dalam mengetahui tingkat bilirubin
dalam hati.
2.4.2 Diagnosa Keperawatan 2
Ketidakefektifan pola nafas b.d keletihan otot bantu nafas
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam
diharapkan tidak ada gangguan pola nafas
Kriteria hasil :
1) Waktu tidur 6-8 jam
2) Pola nafas kualitas dalam batas normal
3) Perasaan retraksi otot bantu nafas tidak ada rhonki
4) Tidak ada rhonki
5) Suara nafas bersih
Intervensi :
1) BHSP
Rasional : agar terjalin hubungan saling percaya denga klien
2) Lakukan pengkajian masalah gangguan nafas dan penyebabnya.
Rasional : memberikan informasi dasar dalam menentukan rencana
keperawatan.
3) Ciptakan suasana yang nyaman.
Rasional : suasana yang nyaman akan memudahkan pasien untuk
tidur
21
2.4.3 Diagnosa Keperawatan 3
ketidakefektifan bersihan jalan nafas b.d peningkatan produksi secret yang
ditandai dengan batuk disertai sputum.
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan 2x24 jam diharapkan
pasien dapat batuk dengan efektif dan dapat mengeluarkan secret dengan
mudah.
Kriteria hasil :
1) Mampu mempertahankan jalan nafas
2) Mampu mengeluarkan secret
3) RR 20x/ menit
4) Sputum berkurang
5) Batuk berkurang
6) Suara nafas vesikuler
7) Irama nafas regular
Intervensi :
1) Catat untuk kemampuan mengeluarkan secret
Rasional : pengeluaran sulit bila secret kental
2) Berikan pasien posisi semi flower
Rasional : meningkatkan espansi paru, ventilasi maksimal
3) Anjurkan dan batuk untuk efektif dan latihan napas dalam
Rasional : untuk mengeluarkan secret dengan mudah
4) Bersihkan secret dari mulut dan trakea, suction bila perlu
Rasional : mencegah obstruksi/ aspirasi. Suction dilakukan
bila pasien tidak mampu mengeluarkan secret
22
5) Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian terapi
Rasional : untuk proses penyembuhan
2.3.4 Diagnosa Keperawatan 4
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d anoreksia,
mual, muntah.
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24jam
diharapkan kebutuhan nutrisi terpenuhi tidak ada mual muntah
Kriteria hasil :
1) Nafsu makan membaik
2) Tidak mual muntah
3) Berat badan ideal sesuai tinggi badan
4) Tidak terjadi penurunan berat badan yang bararti
Intervensi :
1) Catat status nutrisi pasien
Rasional : berguna dalam mendefinisikan derajat masalah dan
intervensi yang tepat
2) Kaji ulang pola diri pasien yyang disukai atau tidak disukai
Rasional : untuk menghangatkan intake diri pasien
3) Monitor intake dan output secara periode
Rasional : mengukur keefektifan nutrisi dan cairan
4) Lakukan perawatan mulut sebelum dan sesudah pernafasan
23
Rasional : mengurang rasa tidak enak dari spktrum yang
merangsang muntah.
5) Anjurkan makan sedikit tapi sering
Rasional : memaksimalkan intake nutrisi dan menurunkan iritasi
gaster.
2.3.2 Diagnosa Keperawatan 5
Hipetermi b.d proses inflamasi
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan suhu
tubuh kembali normal
Kriteria hasil :
1) Suhu tubuhh dalam rentang normal 36℃ - 37 ℃
2) Nadi dan RR dalam rentang normal
3) Tidak ada perubahan kulit
4) Tidak ada pusing
Intervensi :
1) Kaji suhu tubuh
Rasional : mengetahui kondisi suhu tubuh pasien
2) Berikan kompres air hangat
Rasioanal : menguranggi panas dengan pemindahan panas
secara konduksi .
3) Berikan / anjurkan pasien untuk banyak minum 1500-2000 CC
/ hari ( sesuai toleransi )
Rasional : untuk mengganti cairan ttubuh yang hialang akibat
evaporasi
24
4) Anjurkan pasien untuk menggunakan pakian yang tipis dan
mudah menyerap keringat
Rasional : memberikan rasa nyaman dan pakian yang tipis ddan
benyerap keringat dan tidak merangsang peningkatan suhu
tubuh
5) Observasi input dan output cairan dan tanda-tanda vital
Rasional : mendeteksi dini kekurangan cairan serta mengetahui
elektrolit dalam tubuh. Tanda vvital merupakan acuan untuk
mengetahui keadaan umum pasien.
6) Kolaborasi pemberian cairan dan pemberian obat secara
iindikasi
Rasional : pemberian cairan sangat penting bagi pasien dengan
suhu tubuh yang tinggi. Obat khususnya untuk menurunkan
panas tubuh pasien.
( Bluchek dkk, 2016)
2.4 Implementasi
pelaksanaan atau implementasi keperawatan adalah
serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh perawat untuk
membantu kklien dari masalah status kesehatan yang dihadapi, ke
status kesehatan yang lebih baik yang menggambarkan kriteria
hasil yang diharapkan (Zainidin, 2014).
Implementasi merupakan langkah-langkah dari proses
keperawatan yang diberikan kepada klien untuk mencegah
mengurangi dan menghilangkan dampak atau respon yang
25
ditimbulkan oleh masalah keperawatan dan kesehatan
(Jitowijoyono dkk, 2010).
2.5 Evaluasi
Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses
keperawatan yang mendadak seberapa jauh diagnosis keperawatan,
rencana tindakan dan implementasinya sudah berhasil dicapai. Tujuan
evaluai adalah melihat kemampuan klien dan mencapai tujuan. hal
ini bisa dilaksanankan dengan mengadakan hubungan dengan klien
berdasarkan respon klien terhadap tindakan keperawatan yang
diberikan, sehingga perawat dapat mengambil keputusan. (
Jitowijoyono dkk, 2010).
26
Gambar 2.1 Pathway bronchitis kronis
Sumber ( Nurarif & Kusuma, 2015)
Saluran napas dalam Invasi virus respiratory sinistal,
adeno virus
parainfluensa,rhinovirus,
alrgen, emosi/stress, obat-
obatan,infeksi,asap rokok Gangguan pembersihan di
paru-paru
Radang bronkial
Hipetermi
Radang inflamasi pada
bronkus
Akumulasi mucus Produksi mucus Kontraksi berlebihan
Timbul reaksi balik
Pengeluaran energy
berlebihan
Edema/pembengkakan pada
mucus/secret
Ketidakefektifan bersihan jalan
napas
Hiperventilasi paru
Atelectasis
Kompensasi frekwensi
napas
Ketidakefektifan pola
napas
Kelelahan Intoleransi aktivitas
Anoreksia Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh
27
BAB 3
TINJAUAN KASUS
Untuk mendapatkan gambaran nyata tentang pelaksanaan Asuhan Keperawatan
kepada pasien dengan bronchitis, maka penulis menyajikan suatu kasus yang
penulis amati pada tanggal 30 Januari 2020 sampai 01 Februari 2020 dengan data
pengkajian pada tanggal 30 Januari 2020 Jam 08:30 WIB. Anamnesa diperoleh
dari pasien,keluarga dan rekam medis No Register 410089, nama Nn S, Diagnosa
Medis : Bronkitis+ HIV sebagai berikut:
3.1 Pengkajian
3.1.1 Identitas
Pasien adalah seorang peremuan “Nn S” usia 21 Tahun beragama Islam.
Pendidikan SMA, suku jawa, pasien tinggal Bersama ayahnya bernama “ Tn A”
yang berusia 32 Tahun beragama Islam dan pekerjaan sebagai swasta, pasien
tinggal di jalan Mangga 556. Pasien MRS pada tanggal 29 Januari 2020 Jam
07:30
3.1.2 Keluhan utama/ alasan MRS:
Pasien mengatakan sesak, batuk, dan nyeri dada
3.1.3 Riwayat Penyakit Saat Ini
Pasien datang ke IGD RSUD Bangil pada tanggal 29 Januari 2020 dengan keluah
sesak nafas sudah 2 hari yang lalu, batuk kering sudah 4 hari yang lalu nyeri dada
28
di sebelah kanan kemudian dianjurkan oleh dokter untuk dilakukan pengobatan
diruang rawat inap Melati. Pada saat pengkajian pasien mengatak masih sesak
nafas, batuk, nyeri dada dan adanya ronkhi.
3.1.4 Riwayat Kesehatan Sebelumnya
3.1.4.1 Penyakit yang pernah diderita
Pasien mengatakan sebelumnya pernah menderita penyakt TB Paru kurang
lebih 7 bulan
3.1.4.2 Tindakan (Operasi atau Tindakan lain )
Pasien mengatakan tidak pernah di operasi
3.1.4.3 Alergi
Pasien mengataka tidak pernah memiliki alergi baik itu obat-obatan
maupun makanan
3.1.5 Riwayat Kesehatan Keluarga
3.1.5.1 Penyakit yang pernah diderita oleh keluarga
Pasien mengatak ada anggota keluarga yang menderita penyakit jantung
3.1.5.2 Lingkungan Rumah Dan Komunitas
Pasien mengatakan lingkungan rumah selokan bersih, terdapat ventilasi udara
yang cukup
3.1.5.3 Perilaku Yang Mempengaruhi Kesehatan
Pasien mengatakan ayahnya sering mengkonsumsi rokok
3.1.6 Status Cairan Dan Nutrisi
Status cairan dan nutrisi Sebelum pasien sakit nafsu makan baik dan saat
pasien sakit nafsu makan baik, sebelum pasien sakit pola makan 3x1 porsi
dan saat pasien sakit pola makan 3x1 porsi, Sebelum pasien sakit jenis
29
minum teh, air putih dan saat pasien sakit jenis minum air putih dan
jumlah sebelum pasien sakit 1500 ml dan saat pasien sakit 1500 ml, tidak
ada pantangan makanan, berat badan pasien sebelum saki 48 saat sakit
tidak terkaji.
Masalah Keperawatan : Tidak Ada Masalah Keperawatan
3.1.7 Pengkajian Keluarga
Genogram (3 generasi) Keterangan : : Laki-laki : Perempuan : Sudah
meninggal : Tinggal serumah Gambar 3.1 Genogram Nn. S dengan
diagnosa medis Bronkitis + HIV di Ruang Melati RSUD Bangil Pasuruan
MASALAH KEPERAWATAN : Tidakn ada masalah keperawatan
Genogram ( 3 Generasi)
Gambar 3.1 Genogram (3 Genrasi)
30
Keterangan :
: Laki-Laki : Tinggal serumah
: Perempuan -------- : Ada Hubungan
X : Meninggal : Pasien
3.1.7 Pemeriksaan Fisik
3.1.7.1 Keadaan Umum
Keadaan umum cukup, kesadaraan compos mentris GCS 4,5,6
3.1.7.2 Tanda tanda Vital
1. Tensi : 130/80 mmhg
2. Suhu Tubuh : 36,6 ℃ ( Lokasi Pengukuran Temporalis )
3. Nadi : 90×/menit ( Lokasi Penghitungan Arteri Radialis)
4. Respirasi : 26×/menit
Masalah Keperawatan : Tidak Ada Masalah Keperawatan
3.1.7.3 Pemeriksaan Fisik (Persistem B1- B8 )
3.1.7.3.1 Respirasi (B1)
Inspeksi : Bentuk dada simetris,susnan ruas tulang belakang normal,
menggunakan masker 10 lpm, irama nafas tidak teratur, ada nyeri dada saat
bernafas terdapat retraksi otot bantu nafas.
Palpasi : Adanya penuruna Gerakan dinding pernafasan, vocal fremitus sisi kanan
lebih bergetar dari pada kiri
31
Perkusi : Normal; Sonor pada kedua lapang paru
Auskultasi : terdengar suara nafas tambahan atau ronkhi pada sisi dada sebelah
kanan ( lobus superior, lobus Medius dan Lobus Inferior )
Lain- lain : ada nyeri dada saat bernafas, warna sputum tidak ada (tidak bisa
mengluarkan secret ), pasien tampak memegang dadanya
Pasien tampak menyeringai :
P: Nyeri karena infeksi pada paru
Q: Nyeri seperti disayat
R: Di dada bagian kanan
S: Skala nyeri 4
T: Pada saat batuk dan bernafas
Masalah Keperawatan : Ketidakefektifan Bersihan Jalan Nafas
Nyeri Akut
3.1.7.3.2 Kardiovaskuler (B2)
Ada nyeri dada, irama jantung teratur dengan pulsasi kuat posisi
midclavicula sinistra ukuran 1 cm, bunyi jantung : S1 dan S2 tunggal, tidak
terdapat bunyi jantung tambahan, tidak ada cianosis, tidak ada clubbing finger,
JVP tidak teraba.
Lain-lain : tidak ada
Masalah keperawatan : Tidak Ada Masalah Keperawatan
32
3.1.7.3.3. Persyarafan (B3)
Kesadaran composmentis, GCS : 4-5-6, orientasi baik, tidak ada kejang,
tidak ada kaku kuduk, tidak ada brudsky, tidak ada nyeri kepala, istirahat/tidur :
siang 2 jam/hari dan malam 7 jam/hari, tidak ada kelainan nervus cranialis.
Lain-lain : Tidak ada
Masalah Keperawatan : Tidak Ada Masalah Keperawatan
3.1.7.3.4. Genetourinaria (B4)
Bentuk alat kelamin normal, uretra normal, alat kelamin bersih, pasien
menggunakan pempres, frekwensi berkemih 3-4×/hari ganti pempres, warna
kuning jernih, bau khas urine.
Lain-lain : tidak ada
Masalah Keperawatan : Tidak Ada Masalah Keperawatan
3.1.7.3.5. Pencernaan (B5)
Mukosa bibir lembab, lidah kotor, kebiasaan gosok gig 1 kali per hari
,keadaan gigi baik, rongga mulut bersih, tidak ada kesulitan menelan, tidak ada
nyeri tekan pada abnormal atau benjolan, peristaltic 15×per menit, buang air besar
1 sampai 2 kali perhari konsisten padat, warna kuning, bau khas, tidak ada
masalah eliminasi alvi
Lain-lain : Tidak ada
Masalah Keperawatan : Tidak Ada Masalah Keperawatan
33
3.1.7.3.6. Muskuluskeletal dan Intergumen (B6)
Kemampuan aktivitas sendi dan tungkai (ROM) berkurang , kekuatan otot 5 5
2 2
Tidak ada fraktur, tidak ada dislokasi, kulit bersih, akral hangat, turgor elastic,
Kelembabapan lembab, tidak ada oedema, pada ekstremitas bawa pergerakan
terbatas
Lain-lain: ADL dibantu keluarga seperti; makan minum, ke toilet,saat duduk,
pasien tidak berani banyak bergerak jika tanpa bantuan keluarga karena pada saat
pasien menderita TB Paru tidak mengkonsumsi obatdengan teratur akhirnya
mebuat pasien tidak sembuh dan tidak banyak bergerak akhirnya pasien lemah
dalam melakukan ativitas
Masalah Keperawatan: Hambatan mobilitas fisik
3.1.7.3.7.Pengindraan (B7)
Mata normal, konjungtiva tidak ada anemis, sklera putih, palpebra tidak
ada pembengkakan, strabismus tidak terkaji, ketajaman penglihatan normal, tidak
ada alat bantu, hidung normal, mukosa hidung lembab, ada scret, ketajaman
penciuman normal, tidak ada kelainan, telinga normal, tidak ada masalah
pendengaran, ketajaman pendengaran normal, tidak ada alat bantu pendengaran,
perasa : manis, pahit, asam, asin, peraba normal.
Masalah Keperawatan : Tidak Ada Masalah Keperawatan
34
3.1.7.3.8.Endokrim dan Kelenjar Limfe
Tidak ditemukan pembesaran kelenjar thyroid, kelenjar limfe dan
kelenjar parotis pada pasien
Lain-lain : Tidak ada
Masalah Keperawatan : Tidak Ada Masalah Keperawatan
3.1.7.4 Data Psikososial
3.1.7.4.1 Gambaran diri atau Citra diri
1 Tanggapan tentang tubuhnya :
Pasien bersyukur kepada Allah mempunyai anggota tubuh yang
lengkap dari kepala sampai kaki dan tanpa kekurangan apapun
2 Bagian tubuh yang disukai:
Pasien menyukai semua anggota tubuhnya dan menganggap tubuhnya
sempurna tanpa kekurangan apapun
3 Bagian tubuh yang kurang disukai :
Tidak ada bagian tubuh yang kurang disukai pasien karena pasien
menyukai semua anggota tubuhnya
4 Persepsi terhadap kehilangan bagian tubuh :
Pasien merasa sedih apabila kehilangan salah satu bagian tubuhnya
3.1.7.4.2 Identitas
1 Status pasien dalam keluarga :
Pasien didalam keluarga sebagai anak
2 Kepuasaan pasien terhadap status dan posisi dalam keluarga :
35
Posisi pasien dalam keluarga yaitu anak, dan pasien mengatakan puas
dengan posisinya menjadi anak
3 Kemampuan pasien terhadap jenis kelamin:
Pasien merasa puas menjadi seorang perempuan
3.1.7.4.3 Peran
1 Tanggapan pasien tentang perannya :
Pasien merarsa puas dalam melakukan perannya sebagai anak
2 Kemampuan / kesanggupan pasien melaksanakan perannya:
Pasien merasa mampu melakukan perannya sebagai anak
3.1.7.4.4 Ideal Diri
Harapan pasien terhadap :
1 Tubuhnya:
Pasien berharap bisa sembuh dan bisa melakukan aktivitas kembali
seperti biasannya
2 Status (dalam keluarga)
Pasien ingin kembali sehat, dan kembali beraktivitas seperti biasanya
3 Keluarga :
Pasien berharap kepada keluarganya untuk tetap sabar dan
memeberokan semangat selama menjalani pengobatan
4 Masyarakat:
Pasien berharap kepada masyarakat untuk tetap menerima saat dalam
pengobatan maupun setelah sakit
5 Harapan pasien tentang penyakit yang diderita dan tenaga kesehatan :
36
Pasien berharap agar penyakit yang dideritanya akan segera sembuh,
dan para tenaga medis dapat memberikan perawatan, motivasi serta
pengobatan sebagai mungkin
3.1.7.4.5 Harga Diri :
Tanggapan pasien terhadap dirinya :
Pasien perasa cukup puas dengan apa yang ia punya sekarang seperti
keluarganya yang selalu ada saat ia butuhkan
3.1.7.4.6 Data Sosal
1 Hubungan pasien dengan keluarga :
Pasien mengatakan hubungan keluarganya begitu baik dan saling
memberi dukungan satu sama lain
2 Hubungan pasien dengan pasien lain :
Pasien mengatakan hubungan pasien dengan pasien lain sangat baik
dan saling berinteraksi dan saling mendukung dalam pengobatan
3 Dukungan keluarga terhadap pasien :
Keluarga mendukung dan memeberi semanagat kepada pasien agar
pasien cepat sembuh dari penyakitnya
4 Reaksi pasien saat interaksi :
Pasien kooperatif dan sangat menanggapi dengan baik ketika
berinteraksi
3.1.7.4.7 Data Spiritual
1 Konsep tentang penguasa kehidupan :
Pasien menganggap sakit yang diderita adalah cobaan yang diberikan
Allah tetapi pasien yakin akan sembuh
37
2 Sumber kekuatan harapan saat sakit:
Pasien mengatakan keluarga adalah sumber kekuatannya
3 Ritual agama yang bermakna / berarti / harapaan saat ini :
Pasien mengatakan berdoa dan sholat
4 Sarana / peralatan / orang yang diperlukan untuk melaksanakan ritual :
Pasien mengatakan berdoa sendiri dan tidak membutuhkan bantuan
orang lain
5 Keyakinan terhadap kesembuhan penyakit :
Pasien ingin kembali sehat dan bisa melakukan aktivitas
6 Persepsi terhadap penyakitnya pasien mengataka penyakitnya akan
hilang dan sembuh
MASALAH KEPERAWATAN : Tidak ada masalah keperawatan
38
3.1.7.5 Pemeriksaan penunjang
Table 3.1 pemeriksaan penunjang
Cek lab tanggal 29 Januari 2020
Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai rujukan
Hematologi led
Darah lengkap :
Leukosit WBC
Neutrophil
Limfosit
Monosit
Eosinophil
Basophil
Neutrophil %
Limfosit %
Eosinophil %
Basophil %
Eritrosit %
Eritrosit WBC
Hemoglosil (HGB)
Hematoksit (HCT)
MCV
MCH
ROW
99/110
3,91
3,2
0,40
0,3
0,0115
0,03
81,0
10,2
7,6
0,4
0,9
21,5
13,7
6,82
108,00
34,23
31,70
mm/jam
x103 / µL
x103 / µL
x103 / µL
x103 / µL
x103 / µL
x103 / µL
x103 / µL
%
%
%
%
%
g/dl
%
FL
PG
%
0/15
4,5-11,5
1,5-8,5
1,1-50
0,14-0,66
0-0,33
0-0,11
35-66
24-44
3-6
0-3
0-1
4-5,2
12-16
33-51
80-100
26-34
32-36
39
PLT
MPV
Glukosa darah sewaktu
25,48
54,03
115
%
FL
Mg/dL
11,5-13,1
6,90-10,6
< 200
< 40 Or > 450
Table 3.2 Terapi obat tanggal 30-01-2020
Nama obat Kegunaan
Infuse Pz 14 tmp mampu membantu mengatasi kehilangan cairan dan
darah dalam jumlah banyak, membantu kadar kalsium
yang rendah,menyeimbangkan jumlah elektrolit dalam
tubuhdan menambah jumlah natrium yang rendah
didalam tubuh
Cefadrokxil 1x500 gr
Untuk mengatasi sejumlah infeksi akibat bakteri, seperti
infeksi saluran kemih,kulit,pernafasan atau tenggorokan
Moxifoxacai 1x40 mg Digunakan untuk mengobati berbagai infeksi bakteri
Injeksi antrain 1x500
gr
Adalah obat analgetik peredaraan nyeri,penurunan
demam, untuk meringankan rasa sakit, seperti sakit
gigi,sakit kepala,nyeri otot,nyeri haid dan lain-lain
Nebul: combivent
Untuk mengatasi penyakit saluran pernafasan seperti
PPOK atau asma penyumbatan hidung radang selaput
lender dan bronkospasme
40
3.2 DIAGNOSA KRPRRAWATAN
Tanggal :30 Januari 2020 Umur: 21 Tahun
Nama : Nn S No Register : 410xx
Tabel 3.2 Analisa data Bronkitis
NO Data Etiologi Problem
1 DS: pasien mengatakan batuk,sesak
nafas ,
DO: terdapat retraksi otot bantu
nafas
- Terdapat Rokhi paru
disebelah kanan
+ -
+
+ -
- Menggunakan alat bantu
nafas masker 10 lpm
- Sesak+
- Suara nafas Ronkhi
- Irama nafas : ireguler
- Perkusi : redup
TTV :
TD: 130/80 mmhg
N: 90x/menit
S :36,6 ℃
Saluran nafas
dalam
Gangguan
pembersihan
diparu-paru
Radang Bronkhial
Peningkatan
pelepasan histamin
Edema mukosa
meningkat (sel
globet
memproduksi
mucus )
Ketidakefektifan
bersihan jalan nafas
41
RR: 26x/menit
Peningkatan
akumulasi secret
Ketidakefektifan
bersihan jalan nafas
42
2
DS: pasien menatakan nyeri pada
dadanya
P : nyeri karena infeksi pada paru
Q : nyeri seperti disayat
R : di dada sebelah kanana
S : skala nyeri 4
T : pada saat batuk atau bernafas
DO: pasien tampak menyeringai
- Pasien tampak memegangi
dadanya
- K/U: cukup
- Kesadarancomposmentris
GCS 4,5,6
TTV
TD : 130/80mmhg
N 90x/menit
S 36,6 ℃
RR 26x/menit
Batuk produktif
Hipoksia
Nyeri dada
Nyeri Akut
43
3 DS : pasien mengatakan lemas
DO : K/U: cukup
- Pasien tampak lemah
- Aktivitas dibantu oleh
keluarga
- Kekuatan otot 5 5
TTV: 2 2
TD : 130/80 mmhg
N : 90x/menit
S : 36,6 ℃
RR : 26x/menit
Kelemahan pada
otot
Susah
beraktivitas
Penurunan fungsi
motoric dan
muskuluskeletal
Hambatan
mobilitas fisik
44
3.2.1 Daftar Masalah Keperawatan
1 Ketidakefektifan bersihan jalan nafas
2 Nyeri Akut
3 Hambatan mobilitas fisik
3.2.2 Daftar Diagnoosa Keperawatan Berdasarkan Prioritas
1 Ketidakefektifan bersihan jalan nafas b.d produksi sputum yang meningkat
2 Nyeri akut b.d obstruksi jalan nafas oleh sekresi yang kental
3 Hambatan mobilitas fisik b.d penurunan fungsi motoric dan
muskuluskelatal
45
3.3 Intervnsi Keperawatan
Tanggal 31 Januari 2020 Nama Pasien : Nn S
DX Medis : Bronkitis No. RM : 410xxx
Tabel 3.3 intervensi keperawatan bronchitis
NO
DX
Tujuan / Kriteria Hasil Intervensi Rasional
1 Setelah dilakukan
tindakan keperawatan
selama 3x24 jam
didarapkan bersihan
jalan nafas kembali
efektif dengan kriteria
hasil :
- Tidak ada alat
bantu nafas
- Retraksi otot
bantu nafas tidak
ada
- Tidak ada ronkhi
- RR dalam batas
normal(16-
20x/menit)
- Tidak sesak
1. Bina hubungan
saling percaya
2. Posisikan
pasien dengan
posisi yang
nyaman
3. Lakukan
fisioterapi dada
4. Ajarkan batu
efektif
5. Berikan
minuman
hangat
6. Auskultasi
suara nafas
7. Observasi
tanda-tanda
1. Agar pasien
dan keluarga
lebih kooperatif
dengan
tindakan yang
dilakukan
2. Agar mampu
memaksimalka
n ventilasi
3. Agar dahak
lebih mudah
untuk di
keluarkan
4. Untuk
mengetahui
apakah ada
suara nafas
46
- Tidak ada batuk vital
8. Kolaborasi
dengan tim
medis dalam
pemberian
oksigen sesuai
dengan
indikasi
tambahan atau
tidak
5. Untuk
mengetahui
keadaan pasien
secara umum
6. Untuk
memenuhi
kebutuhan
oksigen yang
dibutuhkan
pasien
2 Setelah dilakukan
tindakan keperawatan
selama 3x24 jam
diharapkan nyeri saat
batuk berkurang dengan
kriteria hasil :
- Nyeri saat batuk
berkurang
- Pasien tidak lagi
menyeringai
1. Jelaskan pada
pasien tentang
penyebab nyeri
2. Beri posisi
senyaman
mungkin
/semifoler
3. Ajarkan
Teknik cara
control nyeri
1. Untuk
menambah
pengetahuan
pasien
2. Agar rasa nyeri
berkurang
3. Untuk
mengetahui
skala nyeri
yang dirasakan
47
- Pasien tampak
rileks
- Skla nyeri 0-1
dengan
relaksasi dan
distraksi
4. Evaluasi skala
nyeri, letak
serta frekwensi
5. Kolaborasi
dengan ti,
medis dalam
pemberian obat
sesuai keluhan
pasien
oleh pasien
4. Untuk
mempercepat
proses
penyembuhan
3 Setelah dilakukan
tindakan keperawatan
selama 3x24 jam
diharapkan pasien
mampu melakukan
aktivitas sesuai dengan
kemampuannya dengan
kriteria hasil :
- Berpartisipasi dalam
aktivitas fisik tanpa
disertai peningkatan
tekanan darah, nadi
1. Jelaskan pada
pasien tentang
mobilisasi fisik
2. Mengkaji
kekuatan otot
3. Melatih ROM
aktif dan pasif
4. Anjurkan pasien
istirahat bila
terjadi kelelahan
dan kelemahan
5. Anjurkan pasien
1. Untuk
menambah
pengetahuan
pasien tentang
mobilitator
fisik
2. Untuk
meningkatkan
aktivitas secara
bertahap
sampai normal
3. Untuk menilai
48
dan RR
- Mmpu melakukan
aktivitas sehari-hari
(ADLs) secara
mandiri
- TTV normal
- Mampu berpindah :
dengan atau tanpa
bantuan alat
melakukan
aktivitas
semampunya
6. Kolaborasi
dengan ahli
fisioterapi untuk
latihan
mobilisasi
pasien
respon tubuh
pasien
4. Unuk
menurunkan
kebutuhan
oksigen tubuh
5. Untuk
meningkatkan
mobilitas
pasien
49
3.4 Implementasi Keperawatan
Nama pasien : Nn S
No RM : 041xxx
Umur : 21 Tahun
Tabel 3.4 implementasi keperawatan bronchitis
N
DX
Tanggal Jam Implementasi Nama /
Tanda
Tangan
1 30/01/20 08:10
08: 30
08 :50
09:00
1. Membina hubungan saling percaya
dengan pasien serta keluarga
dengan cara memperkenalkan diri
dan menjelaskan setiap tindakan
yang akan dilakukan
2. Menjelaskan pada pasien tentang
penyebab sesak
3. Memposisikan pasien pada posisi
yang nyaman/ semifoler
4. Mengauskultasi suara nafas
didapatkan data: uara nafas
tambahan (ronkhi) pada sisi paru
sebelah kanan + -
+ -
+
50
09: 30
09:50
5. Membantu pasien latihan nafs
dalam dan batuk efektif
6. Mengobservasi TTV : didapatkan
data
TD : 130/80 mmhg
N : 90×/menit
S : 36,6 ℃
RR : 26×/menit
2 30/01/20 10:00
10:15
10: 30
10: 50
11:00
1. Menjelaskan pada pasien tentang
penyebab nyeri
2. Menanyakan pasien tentang
keluahan sakit didadanya
3. Mengobserfasi skala nyeri pada
pasien
4. Memberikan posisi yang nyaman
bagi pasien (semifoler)
5. Mengajarkan cara mengontrol nyeri
6. Memberikan obat analgesic
(antrain 1gr)
3 30/01/20 11:10
11:20
11:35
1. Menjelaskan pada pasien akibat
mobilisasi fisik
2. Mengkaji kekuatan otot
3. Melatih ROM aktif dan pasief
4. Membantu pasien dalam istirahat
51
11:45 dan tidur
5. Anjurkan pasien untuk melakukan
aktivitas semampunya
6. Berkolaborasi dengan ahli
fisioterapi
1 31/01/20 08:10
08: 30
08 :50
09:30
09:50
10: 15
1. Menjelaskan pada pasien tentang
penyebab sesak
2. Memposisikan pasien pada posisi
yang nyaman/ semifoler
3. Melakukan auskultasi dengan cara
vibrasi secara pelan pada lapang
paru
4. Mengauskultasi suara nafas
didapatkan data: suara nafas
tambahan (ronkhi) pada sisi paru
sebelah kanan -
5 . Membantu pasien latihan nafs
dalam dan batuk efektif
6 . Mengobservasi TTV : didapatkan
data
TD : 130/80 mmhg
N : 90×/menit
S : 36,6 ℃
RR : 26×/menit
52
2 31/01/20 10:00
10:15
10: 30
10: 50
11:00
1 Menjelaskan pada pasien tentang
penyebab nyeri
2 Menanyakan pasien tentang
keluahan sakit didadanya
3 Memberikan posisi yang nyaman
bagi pasien (semifoler)
4 Mengajarkan cara mengontrol nyeri
5. Memberikan obat analgesic
(antrain 1gr)
3 31/01/20 11:10
11:20
11:35
11:45
12:10
1 Menjelaskan pada pasien akibat
mobilisasi fisik
2 Mengkaji kekuatan otot
3 Melatih ROM aktif dan pasief
4 Membantu pasien dalam istirahat
dan tidur
5 Anjurkan pasien untuk melakukan
aktivitas semampunya
6 Berkolaborasi dengan ahli
fisioterapi
53
3.5 Evaluasi Keperawatan
Nama pasien : Nn S
Umur : 21 Tahun
NO. RM : 410xxx
Tabel 3.5 Catatan perkembangan pada Nn S dengan bronchitis
Tanggal Diagnose Keperawatan Catatan Perkembangan Paraf
31/01/20 Ketidakefektifan
bersihan jalan nafas b.d
produksi sputum yang
meningkat
S: pasien mengatakan sesak
O: - k/u Cukup
- Kes Compos mentris
- batuk +
- Ronkhi sebelah kanan
- Terpasng masker NRBM
10 lpm
- Terdapat retraksi otot bantu
nafas
- Pola nafas tidak teratur
- RR 26x/menit
A: Masalah belum teratasi
P: Intervensi dilanjutkan
- Mengobservasi TTV
pasien ( TD,S,N,RR)
54
- Mengauskultasi bunyi
nafas ronkhi
- Mengkaji frekwensi
pernafasan
- Mengkaji pasien untuk
posisi yang nyaman/semi
foler
31/01/20 Nyeri Akut b.d
obstruksi jalan nafas
atau sekresi yang
kental
S : pasien mengatakan rasa nyeri
pada dada saat pasien batuk dan
berbafas
P: nyeri ketika batuk dan nafas
Q: nyeri sepert disayat
R: di dadanya
S: skala nyeri 4
T: padaa saat batuk dan nafas
O: K/U cukup
Kes : Composmentris
GCS 4,5,6
- Pasien tampak rileks
- Skala nyeri 4
55
31/01/20 Hambatan mobilitas
fisik b.d npenurunan
fungsi motoric dan
muskuluskeletal
S : pasien mengatakan lemas
O : K/U : cukup
Kes : composmentris
- Pasien tampak lemah
- Aktivitas dibantu oleh
keluarga
- Kekuatan otot
5 5
2 2
TTV :
TD : 130/ 80 mmhg
N : 90x/menit
Suhu : 36,6 ℃
RR : 26x/menit
A : masalah belum teratasi
P : intervensi dilanjutkan
TTV :
TD: 130/80 mmhg
S : 36,6℃
N : 90x/menit
RR : 26x/menit
A : Masalah belum teratasi
P : Intervensi dilanjutkan
56
01/02/20 Ketidakefektifan
bersihan jalan nafas
b.d produksi sputum
yang meningkat
S : pasien mengatakan sesaknya
berkurang
O : K/U cukup
- Kes : composmentris
- Ronkhi
- Tidak ada sputum
- Irama nafas : regular
- Pola nafas : teratur
TTV
TD : 120/80 mmhg
N 80x/menit
Suhu : 36 ℃
RR 22x/ menit
A : Masalah teratasi sebagian
P : Interven dilanjutkan
01/02/20 Nyeri Akut b.d
obstruksi jalan nafas
atau sekeresi
berlebihan
S : pasien mengatakan rasa nteri
berkurang
O : K/U : cukup
- Kes : composmentris
- GCS : 4,5,6
- Paien tanpak rileks
- Skala nyeri 2
TTV :
57
TD : 120/80 mmhg
N 80x/menit
Suhu : 36 ℃
RR : 22x/menit
A : Masalah teratasi sebagian
P : intervensi dilanjutkan
01/02/20 Hambatan mobilitas
fisik b.d penurunan
fungsi motoric dan
muskuluskeletal
S : pasien mengatakan lemasnya
sudah berkurang
O : K/U : cukup
- Kes : composmentris
- GCS : 4,5,6
- Pasien masih tampak
lemah
- Kekuatan otot
5 5
4 4
TTV :
TD : 120/80 mmhg
N : 80x/menit
Suhu : 36℃
RR : 22x/menit
A : Masalah teratsi sebagian
P intervensi dilanjutkan
58
Tabel 3.5 Evaluasi keperawatan pada Nn S dengan bronchitis
Tanggal Diagnose Keperawatan Evaluasi
02/02/20 Ketidakefektifan
bersihan jalan nafas
S : pasien mengatakan sudah tidak
sesak, batuk berkurang
O : K/U : cukup
- Kes : cpmposmentris
- GCS : 4,5,6
- Tidak ada Ronkhi
- Tidak ada retraksi otot bantu
nafas
TTV :
TD : 120/80 mmhg
N : 80x/menit
Suhu : 36 ℃
RR : 20x/menit
A : Masalah Teratasi
P : Interven di hentikan
Pasien pulang
59
02/02/20
02/02/20
Nyeri Akut b.d
obstruksi jalan nafas
oleh secret yang
berlebihan
Hambatan mobilitas
fisik b.d penurunan
fungsi motoric dan
muskuluskeletal
S : pasien mengatak nyeri berkurang
O : K/U cukup
- Kes : composmentris
- GCS : 4,5,6
- Pasien rileks
- Skala nyeri 1
TTV :
TD : 120/80 mmhg
N : 80x/menit
Suhu : 36℃
RR : 20x/menit
A : Masalah Teratasi
P : Intervensi dihentikan
Pasien pulang
S : pasien mengatakan tidak lemas
O : K/U: cukup
- Kes : composmentris
- GCS : 4,5,6
- Kemampuan aktivitas
meningkat
60
- Kekuatan otot 5 5
5 5
TTV :
TD : 120/80mmhg
N : 80x/menit
Suhu : 36 ℃
RR : 20x/menit
A: Masalah teratasi
P : Intervensi dihentikan
Pasien pulang
61
BAB IV
PEMBAHASAN
Pada bab IV akan dilakukan pembahasan mengenai asuhan
keperawatan pada pasien Nn. S dengan diagnosa Bronkitis + HIV di ruang
Melati RSUD Bangil Kabupaten Pasuruan yang di laksanakan mulai tanggal
29 Januari sampai 02 Februari 2020. Melalui pendekatan studi kasus untuk
mendapatkan kesenjangan antara teori dan praktek di lapangan. Pembahasan
terhadap proses asuhan keperawatan ini dimulai dari pengkajian, diagnosa
keperawatan, intervensi keperawatan, implementasi keperawatan, dan evaluasi
keperawatan.
4.1 Pengkajian
Pada tahap pengumpulan data, penulis tidak mengalami kesulitan
karena penulis telah melakukan perkenalan dan menjelaskan maksud penulis
yaitu untuk melaksanakan asuhan keperawatan pada klien sehingga klien
dan keluarga terbuka, mengerti dan kooperatif. Penulis melakukan
pengkajian pada Nn. S dengan melakukan anamnesa pada pasien dan keluarga,
melakukan pemeriksaan fisik dan mendapatkan data dari pemeriksaan penunjang
medis. Pembahasan akan dimulai dari :
4.1.1 Identitas
Identitas klien pada tinjauan pustaka degan penyakit bronkitis,Penderita
umumnya berjenis kelamin laki – laki, usia antara 60 – 80 tahun sedangkan pada
wanita dengan usia produktif yaitu dengan antara 15-54 tahun, biasanya pasien
menderita penyakit paru obstruktif kronis bekerja dipabrik atau merokok..(Nurarif
62
, 2015). Sedangkan ditinjauan kasus ditemukan hal yang sama yaitu pada Nn. S
berusi 21 tahun,jenis kelamin perempuan pendidikan terakhir SMA dan belum
bekerja.
4.1.2 Riwayat Keperawatan
4.1.2.1 Keluhan utama
Pada tinjauan pustakan pasien dengan bronkitis menurut (Nurarif 2015)
biasanya ditandai dengan keluhan batuk – batuk, produksi sputum seperti warna
putih, dan biasanya sesak napas. Sedangkan pada tinjauan kasus di temukan data
pada Nn.S yaitu batuk berdahak, sesak nafas dan nyeri dada hal ini desebabkan
karena adanya interaksi bibit penyakit seperti virus, bakteri, dengan tubuh pada
tahap awal.
4.1.2.2 Riwayat Penyakit Saat Ini
Pada tinjauan pustaka teori mengatakan keadaan pasien yang menderita
bronkitis keluhan batuk-batuk berdahak kurang lebih 3 minggu, demam ,nyeri
dada, sesak nafas adanya ronkhi, dahak berwarna kekuningan, sakit kepala nafsu
makan menurun, mual muntah dan penurunan berat badan. Sedangkan hasil dari
tinjauan kasus diperoleh hal yang sama pada Nn.S yaitu batuk, sesak nafas, nyeri
dada dan tampak lemah .
63
4.1.2.3 Riwayat Penyakit Dahulu
Pada tinjauan pustaka teori adanya faktor keturunan atau
Sebelumnya klien pernah menderita batuk – batuk ada darah kurang lebih
6 bulan dan warnah darah segar dan mepunyai riwayat merokok dan
apakah sebelumya pernah masuk rumah sakit dengan keluhan yang sama
(Nurarif , 2015). Sedangkan hasil dari tinjauan kasus diperoleh padaNn.S
sudah 4 hari batuk dan mempunyai riwayat penyakit HIV kurang lebih 7
bulan .
4.1.2.4 Riwayat kesehatan keluarga
Pada riwayat kesehatan keluarga terjadi kesenjangan antara
tinjauan pustaka dengan tinjauan kasus yaitu pasien mengatakan
keluarga tidak ada yang menderita penyakit dahulu seperti Hipertensi
Diabetes Melitus dan penyakit menular (Nurarif , 2015).
4.1.3 Pemeriksaan Fisik
4.1.3.1 Pada pemeriksaan pernafaan (B1) tidak ada kesenjangan antara tinjauan
kasus dan tijauan pustaka. Pada tinjauan kasus didapatkan masalah pola
nafas tidak teratur (Takhipnea) terdapat retraksi otot bantu nafas pada
perkusi normal, sonor pada kedua lapang paru, pada Auskultasi terdengar
suara nafas tambahan (Ronkhi) pada sisi dada sebelah kanan, ada nyeri
dada saat bernafas tidak bisa mengeluarkan sekret. Hal ini disebabkan
adanya kombinasi dari kerusakan sel alvioli yang berisi cairan yang
mengganggu transpostasi normal oksigen kedalam aliran darah ( Potter,
2010 ).
64
4.1.3.2 Pada pemeriksaan sistem Kardiovaskuler (B2) tidak ada kesenjangan
antara tinjauan kasus dengan tinjauan pustaka, didapatkan hasil terdapat
nyeri dada, irama jantung pekak/redup pulsaasi kuat, bunyi jantung S1
tunggal dengan suara Lup S2 terdengar tunggal dengan suara Dup CRT <
3 detik. Hal ini disebabkan karena adanya batuk. ( Potter, 2010 ).
4.1.3.3 Pada pemeriksaan fisik Persyarafan (B3) tidak ada kesenjangan antara
tunjauan kasus dengan tinjauan pustaka didapatkan hasil kesadaran
composmentris GCS: 4,5,6 reflek normal, tidak ada kejang, kaku kuduk
tidak ada, tidak ada sakit kepala, istirahat tidur siang 4 jam malam 7-8 jam.
Hal ini disebabkan karena pasokan oksigen pada saluran nafas terhambat
maka akan meningkat metabolisme anaerobik dimana dari hasil
metabolisme ini tubuh menghasilkan asam laktat yang berlebihan dan
mengakibatkan fatique cepat lelah serta tidak menutup kemungkinan
pasikan oksigen pada otak akan terhambat. ( Potter, 2010 ).
4.1.3.4 Pada pemeriksaan sistem perkemihan (B4) tidak ada kesenjangan antara
tinjauan kasus dengan tinjauan pustaka. Pada inspeksi didapatkan bentuk
kelamin normal, tidak ada masa tua benjolan, kebersihan alat kelamin
bersih, frekwensi berkemih (3-4x sehari ganti pempers ), bau khas, warna
kuning, dan tempat yang digunakan adalah kamar mandi pasien tidak
menggunakan kateter. ( Potter, 2010 ).
4.1.3.5 Pada pemeriksaan sistem pencernaan (B5) pada tinjauan pustaka
didapatkan data: mual,muntah, penurunan nafsu makan, bisisng usus
lemah karena tidak terjadi aktivitas pencernaa, kebersihan mulut cukup
bersih,bau mulut tidak sedap, bibir kering, lidah kotor, tidak terjadi
65
masalah kontisipasi pada klien, karena klien mampu BAB dengan
frekwensi 1x1/hari dan konsistensi padat. Hal ini disebabkan karena
saluran nafas bagian bawah yang terinfeksi dan menghasilkan sputum. (
Potter, 2010 ).
4.1.3.6 Pada pemeiksaan muskuluskeletal dan intergumen (B6) tidak terjadi
kesenjangan antara tinjauan kasus dengan pustaka. Didapatkan hasil:
pasien terbatas dalam melakukan aktivitas hasil pengkasian kekuatan otot
ekstremitas atas tangan kakan 5 tangan kiri 5 ekstremitas bawah kaki kana
2 dan kaki kiri 2 . ( Potter, 2010 ).
4.1.3.7 Pada pemeriksaan sistem pengindraan (B7) tidak ada kesenjangan antara
tinjauan kasus dan tinjauan pustaka mata pupil : normal, reflek cahaya :
normal, konjungtiva : normal, sklera : normal, ketajaman penglihatan tidak
terkaji, alat bantu tidak ada, mukos hidung lembab, tidak terdapat sekret,
telinga bentuk simetris, keluhan tidak ada dapat mendengar dengan baik,
perasa : normal, peraba : normal. Tidak ada masalah pasien dapat
membedakan mana rasa manis asin dan pahit. ( Potter, 2010 ).
4.1.3.8 Pada pemeriksaan sistem endokrin (B8) tidak ada kesenjangan antara
tinjauan kasus dengan tinjauan pustaka. Didapatkan hasil tidak adanya
pembesaran kelenjar tyroid, kelenjar parotis, tidak ditemukan adanya luka
gangren. Masalah keperawatan tidak ada. ( Potter, 2010 ).
Pada terapi dan penatalaksaan pada pasien dengan bronkitis pada
tinjauan pustaka diberikan terapi analgesik : kodein 3x1, salbutamol,
lortidex, sanmo;, pada tinjauan kasus pasien mendapat terapi infus pz 14
66
tpm injeksi antarin 3x500 gr, moxifoxacai 1x40mg, analgesik : kodein 1x1
tidak ada masalah keperawatan.
Pada pemeriksaan penunjang tidak ada kesenjangan anatara tinjauan kasus
dan tinjauan pustaka. Pada tinjauan pustaka pemeriksaan yang dilakukan
yaitu pemeriksaan laboratorium yang dapat dilakukan ( mutaqin 2008)
antara lain HB, Led, Lokasi, Eritrosit, Trombosit, Gula darah.
4.2 Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang ada pada tinjauan pustaka ada lima menurut
Nanda NIC NOC 2015-2017 yaitu:
4.2.1 Ketidakefektifan bersihan jalan nafas yang berhubungan dengan
produksi sputum yang meningkat
4.2.2 Nyeri akut berhubungan dengan obstruksi jalan nafas oleh sekresi
yang ketal
4.2.3 Gangguan pola nafas berhubungan dengan keletihan otot bantu
nafas
4.2.4 Hipertermi berhubungan dengan proses inflamasi
4.2.5 Ketidakseimbangan nurtrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan intake yang kurang atau mual muntah, nafsu
makan menurun.
67
Pada tinjauan kasus terdapat 3 prioritas diagnosa keperawatan menurut
Nanda NIC NOC yaitu:
1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan produksi
sputum yang meningkat. Maka pasien diajarkan batuk efektif dan
memberikan posisi semifoler dan menganjurkan untuk minum air hangat.
2. Nyeri akut berhubungan dengan obstruksi jalan nafas oleh sekresi yang
kental maka pasien dianjurkan untuk minum air hangat dan memberikan
posisi semifoler
3. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan penurunan fungsi motorik
dan muskuluskeletal
4.3 Perencanaan
Pada perumusan tujuan antara tinjauan pustaka dan tinjauan kasus. Pada
tinjauan pustaka perencanaan menggunakan kriteria hasil yang mengacu pada
pencapaian tujuan. Sedangkan pada tinjauan kasus perencanaan menggunakan
sasaran, dalam intervensinya dengan alasan penulis ingin berupaya memandirikan
klien dan keluarga dan pelaksanaan pemberian asuhan keperawatan mealui
peningkatan pengetahuan (kognitif), ketrampilan mengenai masalah (afektif), dan
perubahas tingkah laku klien (psikomotor).
Dalam tujuan pada tinjaun kasus di cantumkan kriteria waktu karena pada
kasus nyata keadaan klien secara langsung intervensi diagnosa keperawatan yang
ditampilkan antara tinjauan pustaka dan tinjauan kasus terdapat kesamaan namun
masing-masing intervensi tetap mengacu pada sasaran data dan kriteria hasil yang
telah ditetapkan.
68
Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan produksi
sputum yang meningkat. Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24
jam diharapkan jalan nafas klien kembali efektif. Kriteria hasilnya retraksi otot
bantu nafas, tidak ada ronkhi, tidak menggunakan alat bantu nafas, perkusi thorak
sonor, tidak sesak RR (16-24x/menit)batas normal, serta pasien tidak lagi batuk.
Rencana tindakan pada tinjauan pustaka dan tinjauan kasus tidak begitu
terdapat kesengajaan kenapa pada tinjauan kasus membutuhkan waktu 3x24 jam
kesengajaan pada intervensi sendiri terdapat pada rencana drainase
postural,perkusi dan vibrasi untuk mobilisasi sekresi. Karena pada fokus
pengkajian hanya difokuskan bagimana pasien harus segera mendapatkan bantuan
suplai oksigen dikarenakan sesak. Pada tinjauan pustaka dapat “diberikan
antibiotik” sedangkan pada kasusnya “ diberikan nebulaizer” selain itu tidak
ditemukan kesengajaan yang berarti antara tinjauan pustaka dan tinjauan kasus.
4.4 Implementasi
Implementasi pada Nn S dapat dilakukan penulis sesuai rencana tindakan
keperawatan yang ada. Saat melakukan tindakan keperawatan, penulis tidak
mengalami kesulitan karena pasien kooperatif. Ada beberepa tindakan
keperawatan yang dilakukan penulis diluar rencana tindakan keperawatan
mengkaji tanda-tanda vital pasien TD 130/80 mmhg RR: 26x/menit N: 90x/menit
Suhu: 36,6ͦc merupakan tindakan utama utuk melihat keadaan umum pasien,
sedangkan dilakukan nebul untuk membantu mengencerkan dahak pasien. Pada
tinjuan teori sudah jelas pasien tersebut berdiagnosa bronkitis diberikan obat
antibiotik dan disebebkan oleh bakterinamun pada tinjaun kasus saat pasien
69
pertama kali dibawah ke RSUD Bangil hanya tindakan yang prioritas saja
dilakukan.
Berhubungan dengan diagnoa utama pada kasus ini adalah
ketidakefektifan bersihan jalan nafas maka pasien dianjurkan unruk batuk efektif
dan menganjurkan minum air hangat.pasien dan keluarga kooperatif dengan
perawat sehingga rencana tindakan dapat dilakukan.
4.5 Evaluai
Pada tinjauan pustaka evaluasi belum dapat dilaksanankan karena
merupakan kasus semu. Sedangkan pada tinjauan kasus evaluasi dapat dilakukan
karena dapat diketahui keadaan pasien secara langsung.
Pada waktu dilaksanakan evaluasi ketidakefektifan bersihan jalan nafas
berhubungan dengan produksi sputum meningkat bersihan jalan nafas klien
selama 3x24 jam masalah teratasi sebagian dikarenakan batuk berkurang pada
tanggal 02 februari 2020.
Pada akhir evaluasi semua tujuan dapat dicapai karena adanya kerja sama
yang baik antara pasien, keluarga dan tim kesehatan. Hasil evaluasi pada Nn S
sudah sesuai degan harapan maalah teratasi apabila diperlukan konsultasi ke RS
Bangil.
70
BAB V
PENUTUP
Setelah penulis melakukan pengamatan dan melaksanankan asuhan
keperawatan secara langsung pada pasien dengan kasus bronkitis di RSUD
Bangil, maka penulis dapat menarik kesimpulan sekaligus saran yang dapat
bermanfaat dalam meningkatkan mutu asuhan keperawatan pasien dengan
bronkitis
5.1 Simpulan
Dari hasil uraian yang telah menguraikan tentang asuhan keperawatan
pada pasien dengan bronkitis, maka penulis dapat mengambil kesimpulan sebagai
berikut :
5.1.1 Fokus pada pengkajian Nn. S yaitu pada sistem pernafasan
didapatkan data sebagai berikut pasien mengatakan sesak nafas,batuk
dan nyeri dada RR 26 ×/ menit, Spo2 95 %, suara nafas tambahan
ronchi diseluruh lapang paru, tekanan darah 130/90 mmHg, suhu
36,5oC, pola nafas tidak teratur jenis takipnea, menggunakan masker
oksigen 10 lpm, vocal fremitus normal, perkusi Thorax: redup di
bagian paru paru sebelah kanan atas dan kiri atas, tengah ( lobus
dekstra superior medial, lobus sinistra superior), bentuk dada: normal
simetris, susunan tulang ruang belakang: normal / simetris.
71
5.1.2 Masalah Keperawatan Yang Muncul Adalah :
Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan produksi sputum yang
meningkat,nyeri akut berhubungan dengan obstruksi jalan nafas oleh sekresi yang
kental dan hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan penurunan fungsi
motorik dan muskuluskeletal.
5.1.3 Pada ketiga diagnosa prioritas yang muncul pada pasien dilakukan
melalui dua tindakan keperawatan yaitu tindakan keperawatan secara
mandiri dan tindakan kolaborasi dengan tim medis lainnya. Beberapa
tindakan mandiri perawatan pada pasien Bronkitis membina
hubungan saling percaya kepada pasien dan keluarganya serta
menganamnese pasien. Memposisikan pasien semi fowler,
mengobservasi TTV, mencatat kemampuan pasien untuk batuk
efektif. Untuk menyelesaikan masalah tersebut penulis melibatkan
pasien dan keluarganya seara aktif dalam pelaksanaan asuhan
keperawatan karena banyak tindakan keperawatan yang memerlukan
kerjasama antara perawat, pasien, dan keluarga. Pasien dan keluarga
pasien memahami tentang penyakit pasien, resiko penularannya dan
cara batuk yang benar .
5.1.4 Implementasi dilaksanakan selama satu hari dan semua tindakan
yang di implementasikan kepada pasien berdasarkan pada rencana
tindakan keperawatan yang telah ditetapkan oleh perawat.
72
5.1.5 Dari ketiga diagnosa yang muncul pada pasien di dapatkan satu
masalah teratasi dan dua masalah teratasi sebagian. Kondisi Nn.S
sudah cukup baik sehingga Nn. S dianjurkan untuk KRS.
5.2 Saran
Bertolak dari kesimpulan diatas penulis memeberikan sara sebagai berikut:
5.2.1 Untuk pencapaian hasil keperawatan yang diharapkan, diperlukan
hubungan yang baik dan keterlibatan pasien,keluarga dan tim
kesehatan lainnya.
5.2.2 Perawat sebagai petugas pelayanan kesehatan hendaknya
mempunyai pengetahuan ketrampilan yang cukup serta dapat
bekrja sama dengan tim kesehatan lainnya dalam memeberikan
asuhan keperawatan pada pasien dengan bronkitis.
5.2.3 Dalam meningkatakan mutu asuhan keperawatan yang profesianal
alangkah baiknya diadakan suatu seminar atau suatu pertemuan
yang membahas tentang masalah kesehatan yang ada pada pasien.
5.2.4 Pendidikan dan pengetahuan perawat secara berkelanjutan perlu
dintingkatkan baik secara formal dan informal.
5.2.5 Kembangkan dan tingkatkan pemahaman perawat terhadap konsep
manusia secara komprehensif sehingga mampu menerapkan asuhan
keperawatan dengan baik
73
DAFTAR PUSTAKA
Arif, M. 2008. Kapita Selekta Kedokteran. Jilid 2. Edisi III. Jakarta: Penerbitan
Media Aesculapius FKUI.
Bulechek, GM, et al. 2016. Nursing Interventions Classification (NIC). 6th
Indonesia edn. Elsevier Singapore Pte Ltd.
Chang, E, dkk. 2010. Patofisiologi Aplikasi Pada Praktik Keperawatan. Jakarta:
EGC.
Dermawan, Deden. 2012. Proses keperawatan (PenerapanKonsep Dan Kerangka
Kerja). Yogyakarta: Gosyen Publishing.
Digiulio, dkk. 2014. KeperawatanMedikalBedah. Yogyakarta: Rapha Publishing.
Effendi, F &Makhfudli. 2009. KeperawatanKesehatanKomunitas: Teoridan
PraktekDalamKeperawatan. Jakarta: Salembamedika.
Herdman, H danShigemi. 2015. Diagnosis KeperawatanDefinisi&Klasifikasi
2015-2017. Jakarta: EGC.
Hudak& Gallo. 2011. KeperawatanKritis. Jakarta: EGC.
Ikawati, Zullies. 2016. PenatalaksanaanTerapiPenyakitSistemPernafasan.
Yogyakarta: Bursa Ilmu.
Ikawati, Zullie. 2011. SistemPernapasan Dan Tata LaksanaTerapinya.
Yogyakarta: Bursa Ilmu.
Jitowiyono, S, dkk. 2010. AsuhanKeperawatan Post OprasiPendekatan NANDA
NIC NOC. Yogyakarta: NuhaMedika.
Kisner& Colby. 2007. Therapeutic Exercise. Fifth Edition, (Philadelpia : F.A.
Davis Company). Hal 106.
74
Kowalak, J. 2011. Buku Ajar Patofisiologis. Jakarta: EGC.
Kumar V, dkk. 2007. Buku Ajar Patologi Robbins. Edisi 7. Volume 2. Alih
BahasaOlehBrahm U Pendit. Jakarta: EGC.
Manurung, N. 2016. AplikasiAsuhanKeperawatanSistem Respiratory. Jilid 1.
Jakarta: Trans Info Media.
Moorhead, S, et al. 2016. Nursing Outcomes Clasification (NOC). 5th Indonesi
Muttaqin, A. 2008. AsuhanKeperawatanKlienDenganGangguanSistem
Pernapasan. Jakarta: SalembaMedika.
NugrohodanErva. 2011. BatukEfektifDalamPengeluaranDahakPadaPasien
DenganKetidakefektifanBersihanJalanNafas Di InstalasiRehabilitasi
MedikRumahSakitBaptis Kediri. Jurnal STIKES RS. Baptis Kediri.
Volume 4. No 2.
Nurarif, A danHardhi. 2015. AplikasiAsuhanKeperawatanBerdasarkan
DiagnosaMedis Dan NANDA NIC-NOC. Yogyakarta: Mediaction.
Padila. 2012 KeperawatanMedikalBedah. Yogyakarta: Nuhamedika.
PDPI. 2011. PPOK (PenyakitParuObstruksiKronis), Diagnosis Dan
Penatalaksanaan. RevisiPertama. Jakarta: PDPI.
Potter, A.P, & Perry, A.G. 2007. Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep,
Proses, danPraktik. Jakarta: EGC.
Priharjo, Robert. 2007.PengkajianFisikKeperawatan. Bukukedokteran EGC.
RISKESDAS. 2013. PravelansiPenyakitAsma, PPOK, Dan KankerMenurut
Provinsi, Indonesia 2013.
Smeltzer& Bare. 2013, KeperawatanMedikalBedah. Jakarta: EGC.
Soemantri, I. 2007. KeperawatanMedikalBedah: AsuhanKeperawatanPada
75
PasienDenganGangguanSistemPernapasan. Jakarta: SalembaMedika.
Suryo, J. 2010. Herbal PenyembuhGangguanSistemPernapasan. Yogyakarta: B
First.
76
77
78
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)
BRONKITIS
Disusun Oleh :
Dince Debora Saikmata (1701017)
JURUSAN DIII KEPERAWATAN
AKADEMI KEPERAWATAN KERTA CENDEKIA SIDOARJO
2020
SATUAN ACARA PENYULUHAN KESEHATAN
BRONKITIS
Topik : Bronkitis
Pokok Bahasan : Bronkitis
Sasaran : Pasien dan Keluarga
Tempat : Ruang Melati
Hari/tanggal :
Waktu : 11.00-11.40 WIB.
I. Tujuan Instruksional Umum
Diharapkan setelah mendapatkan penyuluahan selama ± 30 menit pasien dan
keluargaakanmemahami tentang penyakit Bronkitis
II. Tujuan Instruksional Khusus
III. Tujuan Khusus Setelah dilakukan tindakan penyuluhan diharapkan pasien
dan/atau keluarga:
1) Memahami dan menjelaskan pengertian tentang apa itu penyakit Bronkitis
2) Mengetahui penyebab penyakit Bronkitis
3) Mengetahui tanda-tanda dan gejala penyakit Bronkitis
4) Mengetahui pengobatan dari penyakit Bronkitis
5) Mengetehui pencegahan dari penyekit bronchitis
IV. Materi Penyuluhan
1.Menjelaskan pengertian Bronkitis
2.Menjelaskan penyebab Bronkitis
3.Menjelaskan tanda & gejala Bronkitis
4. Menjelaskan pengobatan Bronkitis
5. Menjelaskan pencegahan Bronkitis
V. Metode
1. Ceramah
2. Diskusi tanya jawab
VI. Media
1. Leaflet
VII. Evaluasi
1.Memahami dan menjelaskan pengertian tentang apa itu penyakit
Bronkitis
2.Mengetahui apa penyebab penyakit Bronkitis
3.Mengetahui tanda-tanda dan gejala penyakit Bronkitis
4.Mengetahui bagaimana pengobatan dari penyakit Bronkitis
5.Mengetahui pencegahan dari penyakit Bronkitis
VIII. Kegiatan penyuluhan
No Waktu Kegiatan Penyuluhan Kegiatan Masyarakat
1 5 menit Pembukaan:
- Mengucapkan salam
-. Memperkenalkan diri
- Menjelaskan topik dan tujuan pendidikan
kesehatan
- Menanyakan kesiapan Keluarga
Menjawab salam
Mendengarkan
Mendengarkan
Menjawab
2 20
menit
Pelaksanaan:
Penyampaian materi
• pengertian Bronkitis
• penyebab Bronkitis
• tanda & gejala Bronkitis
• pengobatan Bronkitis
• pencegahan Bronkitis
Memberikan kesempatan keluarga untuk
bertanya mengenai materi yang disampaikan
Mendengarkan
Bertanya
3 5 menit Evaluasi:
-Menanyakan kembali hal-hal yang sudah
dijelaskan mengenai Bronkitis
Menjawab
4 5 menit Penutup:
- Menutup pertemuan dengan
menyimpulkan materi yang telah dibahas
- Memberikan salam penutup
Mendengarkan
Menjawab salam
MATERI
PENYULUHAN KESEHATAN BRONKITIS
1.Pengertian Bronkitis
Bronkitis adalah penyakit radang pada sistem trakeobronkial, secara klinis
ditandai dengan batuk atau tanpa produki sputum.
2.Penyebab Bronkitis
a.Bronkitis infeksiosa, disebabkan oleh infeksi virus dan bekteri atau
organisme lain yang meyerupai bakteri (Mycoplasma pneumonie dan
Chlamyidia).
b.Bronkitis iritatif, karena disebabkan oleh zat atau benda yang bersifat iritatif
seperti debu, asap (dari asam kuat, amonia, sejumlah pelarut organik, klorin,
hidrogen, sulfida, sulfur dioksida, dan bromin), polusi udara yang dikarenakan
tembakau dan rokok
3.Tanda dan gejala Bronkitis
a.Batuk berdahakPada bronkitis mempunyai ciri antara lain batuk produktif
berlangsung lama, jumlah sputum bervariasi.
b.Demam berulangBronkitis merupakan penyakit yang berjalan kronis, sering
mangalami infeksi berulang pada bronkus maupun paru, sehingga sering terjadi
demam.
c.Sesak napas atau dyspneaPada 50 % kasus ditemukan sesak napas. Hal
tersebut timbul dan beratnya tergantung seberapa luas bronkitis yang terjadi.
4.Pengobatan Bronkitis
a.Dianjurkanuntuk beristirahat dan minum banyak cairan mencegah dehidrasi.
b.Antibiotik diberikan kepada penderita yang gejalanya menunjukan bahwa
penyebabnya infeksi atau bakteri.
5.Pencegahan Bronkitis
a.Menghindari penggunaan bahan kimia yang menyebabkan iritasi azon
b.Menghindari polusi udara
c.Pada anak anak hindarkan asap rokok dan polusid.Ketahui gejala awal bronkitis
yang berupa batuk dan pilek yang berkepanjangan.
DAFTAR PUSTAKA
Syaifudin,Haji.2011.Anatomi dan Fisiologi. Edisi 4.Jakarta.EGC
Ganong, William.1998.Buku ajar fisiologi kedokteran. Edisi 17. Jakarta. EGC