113
KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. S DENGAN DIAGNOSA MEDIS TUBERKULOSIS PARU DI RUANG MELATI RSUD BANGIL PASURUAN Sebagai Persyaratan Untuk Memperoleh Gelar Ahli Madya Keperawatan (Amd.Kep) Di Akademi Keperawatan Kerta Cendekia Sidoarjo Oleh : NOR ASLINA NIM 1601024 PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN AKADEMI KEPERAWATAN KERTA CENDEKIA SIDOARJO 2019 ii

KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. S …eprints.kertacendekia.ac.id/52/1/KTI NOR ASLINA.pdf · 2020. 6. 1. · KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. S DENGAN

  • Upload
    others

  • View
    5

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

  • KARYA TULIS ILMIAH

    ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. S DENGAN DIAGNOSA

    MEDIS TUBERKULOSIS PARU DI RUANG MELATI RSUD

    BANGIL PASURUAN

    Sebagai Persyaratan Untuk Memperoleh Gelar Ahli Madya Keperawatan

    (Amd.Kep) Di Akademi Keperawatan Kerta Cendekia Sidoarjo

    Oleh :

    NOR ASLINA

    NIM 1601024

    PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN AKADEMI KEPERAWATAN KERTA CENDEKIA

    SIDOARJO 2019

    ii

  • SURAT PERNYATAAN

    Yang bertanda tangan dibawah ini:

    Nama : Nor Aslina

    NIM : 1601024

    Tempat, TanggalLahir : Lumajang, 08 Maret 1998

    Institusi : Akademi Keperawatan Kerta Cendekia

    Menyatakan bahwa karya ilmiah berjudul: “ASUHAN KEPERAWATAN

    PADA Tn. S DENGAN DIAGNOSA MEDIS TUBERKULOSIS PARU DI

    RUANG MELATI RSUD BANGIL” adalah bukan Karya Tulis Ilmiah orang

    lain baik sebagian maupun keseluruhan, kecuali dalam bentuk kutipan yang telah

    disebutkan sumbernya.

    Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya dan apabila

    pernyataan ini tidak benar, saya bersedia mendapat sanksi.

    Sidoarjo, 20 Juni 2019

    Yang Menyatakan,

    Nor Aslina

    NIM. 1601024

    Mengetahui,

    Pembimbing 1 Pembimbing 2

    Meli Diana, S.Kep.Ns., M.Kes Dini Prastyo Wijayanti, S.Kep.Ns., M.Kep

    NIDN. 0724098402 NPP. 89060022

    iii

  • LEMBAR PERSETUJUAN KARYA TULIS ILMIAH

    Nama : Nor Aslina

    Judul : Asuhan Keperawatan Pada Tn. S Dengan Diagnosa Medis Tuberkulosis

    Paru Di Ruang Melati RSUD Bangil

    Telah disetujui untuk diujikan di hadapan Dewan Penguji Karya Tulis Ilmiah pada

    tanggal: 20 Juni 2019

    Oleh:

    Pembimbing 1 Pembimbing 2

    Meli Diana, S.Kep.Ns., M.Kes Dini Prastyo Wijayanti, S.Kep.Ns., M.Kep

    NIDN. 0724098402 NPP. 89060022

    Mengetahui,

    Direktur

    Akademi Keperawatan Kerta Cendekia

    Agus Sulistyowati, S.Kep.,M.Kes

    NIDN. 0703087801

    iv

  • HALAMAN PENGESAHAN

    Telah diuji dan disetujui oleh Tim Penguji pada sidang di Program D3

    Keperawatan di Akademi Keperawatan Kerta Cendekia Sidoarjo.

    Tanggal : 20 Juni 2019

    TIM PENGUJI

    Tanda Tangan

    Ketua : Kusuma Wijaya Ridi Putra, S.Kep.,MNS (............................... )

    Anggota : Meli Diana, S.Kep.Ns, M.Kes

    (............................... )

    : Dini Prastyo Wijayanti, S.Kep.Ns.,M.Kep (............................... )

    Mengetahui,

    Direktur

    Akademi Keperawatan Kerta Cendekia Sidoarjo

    Agus Sulistyowaty, S.Kep., M.Kes

    NIDN. 0703087801

    v

  • MOTTO

    Kesuksesan hanya dapat diraih dengan segala upaya dan usaha yang disertai dengan do’a, karena sesungguhnya nasib seseorang manusia tidak akan berubah dengan sendirinya tanpa berusaha....................

    vi

  • PERSEMBAHAN

    Tiada yang maha pengasih dan maha penyayang selain engkau ya Allah..

    syukur Alhamdulillah berkat rahmat dan ridhomu ya Allah, saya bisa

    menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini. Karya Tulis Ilmiah ku ini akan ku

    persembahkan untuk :

    1. Kedua orang tuaku tercinta, Ayah Suyono dan Ibu Rumani terima kasih

    yang tak terhingga atas semua dukungan, doa, semangat dan dukungan

    materil selama ini, terimah kasih atas kesabaran mengadapi segala

    keluhanku dan perjuangan menemaniku sampai lulus maaf belum bisa

    membuat bangga.

    2. Untuk kedua Dosen Pembimbing Ibu Meli Diana, S.Kep.Ns, M.Kes dan

    Ibu Dini Prastyo Wijayanti, S.Kep.Ns.,M.Kep terima kasih atas bimbingan,

    doa dan motivasinya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas akhir ini

    dengan lancar tanpa satu halangan apapun.

    3. Terima kasih untuk para Dosen dan Staf Akademi Akper Kerta Cendekia

    Sidoarjo yang telah memberi saya banyak ilmu yang bermanfaat untuk

    kedepannya nanti dan memberi banyak pengalaman yang tak terlupakan

    selama saya menempuh pendidikan dikampus kita tercinta ini.

    4. Terimakasih untuk kakakku tercinta Roni yang telah memberiku semangat

    dan motivasinya untuk selalu menjadi pribadi yang lebih baik.

    5. Untuk para sahabat-sahabatku Feni, Meilinda dan Putri M terimah kasih

    atas semangat, dukungan, do’a, serta motivasinya selama ini untuk

    senantiasa mengingatkanku ke dalam hal kebaikan, yang selalu ada dalam

    vii

  • suka dan duka ku tanpa melihat latar belakangku, terimah kasih banyak

    atas pengertian dan kesabaran kalian menghadapi segala sifat dan sikapku

    selama ini semoga persahabatan kita sampai syurga.

    6. Untuk teman-teman yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu tetap

    semangat karena kehidupan yang sesungguhnya baru kita mulai.

    Almamaterku tercinta terima kasih, akan ku bawa nama baik Akper

    Kerta Cendekia !!!

    viii

  • KATA PENGANTAR

    Syukur Alhamdulillah kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah

    melimpahkan rahmat, taufik serta hidayah-Nya, sehingga dapat menyelesaikan

    Karya Tulis Ilmiah dengan judul “Asuhan Keperawatan Pada Tn. S Dengan

    Diagnosa Medis Tuberkulosis Paru” ini dengan tepat waktu sebagai persyaratan

    akademik dalam menyelesaikan Program D3 Keperawatan di Akademi

    Keperawatan Kerta Cendekia Sidoarjo.

    Penulis Karya Tulis Ilmiah ini tidak terlepas dari bantuan dan bimbingan berbagai

    pihak, untuk itu kami mengucapkan banyak terima kasih kepada:

    1. Tuhan yang Maha Esa yang senantiasa memberikan rahmat-Nya sehingga

    Karya Tulis Ilmiah ini selesai dengan baik 2. Orang tua tercinta yang selalu mendukung dan mendoakan sehingga

    semua bisa berjalan lancar 3. Agus Sulistyowati, S.Kep.,M.Kes selaku Direktur Akademi Keperawatan

    Kerta Cendekia Sidoarjo 4. Meli Diana, S.Kep.Ns, M.Kes selaku pembimbing 1 dalam pembuatan

    Karya Tulis Ilmiah 5. Dini Prastyo Wijayanti, S.Kep.Ns.,M.Kep selaku pembimbing 2 dalam

    pembuatan Karya Tulis Ilmiah 6. Hj. Muniroh Mursan, Lc selaku petugas perpustakaan yang telah

    membantu dalam kelengkapan literature yang dibutuhkan 7. Pihak – pihak yang turut berjasa dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini

    yang tidak bisa disebutkan satu persatu

    Penulis sadar bahwa Karya Tulis Ilmiah ini belum mencapai

    kesempurnaan, sebagai bekal perbaikan, penuli sakan berterima kasih apabila para

    pembaca berkenan memberikan masukan, baik dalam bentuk kritikan maupun

    saran demi kesempurnaan Karya Tulis Ilmiahini.

    Penulis berharap Karya Tulis Ilmiah ini bermanfaat bagi para pembaca dan

    bagi keperawatan.

    Sidoarjo, 20 Juni 2019

    Penulis

    ix

  • DAFTAR ISI

    Sampul Depan .......................................................................................................

    Lembar Judul ......................................................................................................... Lembar Pernyataan................................................................................................

    Lembar Persetujuan ............................................................................................... Halaman Pengesahan ............................................................................................

    Motto ..................................................................................................................... Persembahan ......................................................................................................... Kata pengantar ......................................................................................................

    Datar Isi ................................................................................................................. Daftar Tabel ..........................................................................................................

    Daftar Gambar .......................................................................................................

    Daftar Lampiran ....................................................................................................

    i ii iii iv v vi vii ix x xii xiii xiv

    BAB 1 PENDAHULUAN ................................................................................... 1

    1.1 Latar Belakang ................................................................................................ 1

    1.2 Rumusan Masalah ........................................................................................... 3

    1.3 Tujuan Penelitian ............................................................................................ 4

    1.3.1 Tujuan Umum ........................................................................................ 4

    1.3.2 Tujuan Khusus ....................................................................................... 4

    1.4 Manfaat ........................................................................................................... 4

    1.5 Metode Penulisan ............................................................................................ 5

    1.5.1 Metode.................................................................................................... 5

    1.5.2 Teknik Pengumpulan Data ..................................................................... 5

    1.5.3 Sumber Data ........................................................................................... 6

    1.5.4 Studi Kepustakaan .................................................................................. 6

    1.6 Sistematika Penulisan Metode ........................................................................ 6

    BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA .......................................................................... 8

    2.1 Konsep Dasar Penyakit ................................................................................... 8

    2.1.1 Pengertian ............................................................................................... 8

    2.1.2 Etiologi ................................................................................................... 9

    2.1.3 Manifestasi klinik ................................................................................... 9

    2.1.4 Klasifikasi .............................................................................................. 10

    2.1.5 Patofisiologi ........................................................................................... 13

    2.1.6 Penatalaksanaan ..................................................................................... 14

    2.1.6 Komplikasi ............................................................................................. 15

    2.1.7 Diagnosa Banding .................................................................................. 16

    2.1.8 Pemeriksaan Penunjang ......................................................................... 17

    2.2 Dampak Masalah ............................................................................................ 19

    2.3 Konsep Solusi dan Pencegahan ....................................................................... 21

    2.4 Konsep Asuhan Keperawatan ......................................................................... 22

    x

  • 2.4.1 Pengkajian ................................................................................................................ 22 2.4.2 Pemeriksaan Fisik ................................................................................................... 25 2.4.3 Konsep Analisa Data ............................................................................................. 27 2.4.4 Diagnosa Keperawatan ......................................................................................... 28 2.4.5 Intervensi Keperawatan ........................................................................................ 29 2.4.6 Implementasi Keperawatan ................................................................................. 34 2.4.7 Evaluasi Keperawatan ........................................................................................... 37

    BAB 3 TINJAUAN KASUS ................................................................................................ 40

    3.1 Pengkajian ............................................................................................................................ 40 3.1.1 Identitas .............................................................................................................................. 40

    3.1.2 Riwayat Keperawatan .................................................................................................... 40

    3.1.2.1 Riwayat Keperawatan Sekarang ...................................................................... 40

    3.1.2.2 Riwayat Keperawatan Sebelumnya ................................................................ 41

    3.1.2.3 Riwayat Kesehatan Keluarga ............................................................................ 41

    3.1.2.4 Genogram ............................................................................................................... 42

    3.1.2.5 Status Cairan dan Nutrisi ................................................................................... 42

    3.1.2.6 Pemeriksaan Fisik ................................................................................................ 43

    3.2 Analisa Data ......................................................................................................................... 49

    3.3 Diagnosa Keperawatan ..................................................................................................... 51

    3.4 Intervensi Keperawatan .................................................................................................... 53

    3.5 Implementasi Perkembangan .......................................................................................... 57

    3.6 Catatan Perkembangan...................................................................................................... 66

    3.7 Evaluasi Keperawatan ....................................................................................................... 70

    3.8 Discharge Planning ............................................................................................................ 71

    BAB 4 PEMBAHASAN ........................................................................................................ 72

    4.1 Pengkajian keperawatan ................................................................................................... 72 4 2 Pemeriksaan Fisik .............................................................................................................. 74

    4.3 Diagnosa keperawatan ...................................................................................................... 79 4.4 Intervensi keperawatan ..................................................................................................... 80

    4.5 Implementasi keperawatan .............................................................................................. 81

    4.6 Evaluasi keperawatan ........................................................................................................ 82

    BAB 5 PEMBAHASAN ......................................................................................................... 84

    5.1 Kesimpulan............................................................................................................................ 84

    5.2 Saran ........................................................................................................................................ 85

    DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................. 88

    xi

  • DAFTAR TABEL

    No Tabel Judul Tabel Hal

    Tabel 3.1 Laboratrorium ............................................................................................. 47

    Tabel 3.2 Analisa data ................................................................................................ 49

    Tabel 3.3 Intervensi ketidakefektifan bersihan jalan nafas ............................. 53

    Tabel 3.4 Intervensi resiko ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh ................................................................................................................................. 55

    Tabel 3.5 Intervensi nyeri akut ................................................................................. 56

    Tabel 3.6 Implementasi tanggal 21-12-2018 ........................................................ 57

    Tabel 3.7 Implementasi tanggal 22-12-2018 ........................................................ 61

    Tabel 3.8 Implementasi tanggal 23-12-2018 ........................................................ 63

    Tabel 3.9 Catatan Perkembangan tanggal 21-12-2018 ...................................... 66

    Tabel 3.10 Catatan Perkembangan tanggal 22-12-2018 ................................... 68

    Tabel 3.11 Evaluasi ....................................................................................................... 70

    xii

  • DAFTAR GAMBAR

    No Gambar Judul Gambar Hal

    2.1 Kerangka Masalah ................................................................................................. 39

    3.1 Genogram ................................................................................................................. 42

    xiii

  • DAFTAR LAMPIRAN

    No Lampiran Judul Lampiran Hal

    Lampiran 1 Surat Ijin Pengambilan Studi Kasus ............................................... 90

    Lampiran 2 Informed Consent ................................................................................. 91

    Lampiran 3 Lembar Konsultasi ................................................................................ 92

    Lampiran 4 SAP Tuberkulosis Paru ........................................................................ 93

    Lampiran 5 Leaflet Tuberkulosis Paru ................................................................... 97

    xiv

  • BAB 1

    PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang

    Tuberkulosis Paru adalah suatu penyakit infeksi yang disebabkan oleh kuman

    Tuberkulosis (Mycobacterium tuberculosis). Bakteri ini lebih sering menginfeksi

    organ paru-paru dibandingkan bagian yang lain (Indriani, 2013). Zaman dahulu

    penyakit Tuberkulosis menyerang pada siapa saja, baik pria maupun wanita, tua atau

    muda. Penyakit paru ini diidentifikasikan sebagi penyakit yang paling luas

    melibatkan batuk darah dan demam yang hampir selalu fatal penyakit Tuberkulosis

    paru merupakan penyakit infeksi yang masih menjadi masalah kesehatan masyarakat.

    Penyakit ini dapat menyerang siapa saja (tua, muda, laki-laki, perempuan, miskin,

    atau kaya) (Yunita, 2012). Karena pengobatan tbc memakan waktu yang cukup lama

    sekitar 6-8 bulan sering kali masyarakat mengabaikannya karena 2 bulan saat

    pengobatan sudah tidak ada gejala sehingga mereka menganggap sudah sembuh,tetapi

    sebenarnya penyakit mereka belum sembuh sehingga akan terjadi kekambuhan yang

    disebut Tuberkulosis berulang (Pradana, 2014).

    Data Badan Kesehatan Dunia WHO (World Health Organization) menyatakan

    sepertiga penduduk dunia telah terinfeksi Tuberkulosis (TBC atau TB). India

    menempati urutan pertama dengan persentase kasus 23 persen terhadap yang ada di

    seluruh dunia. Dalam laporan Tuberkulosis Global 2015 yang dirilis Organisasi

    Kesehatan Dunia (WHO) disebutkan, insidensi di Indonesia pada angka 460.000

    kasus baru per tahun. Namun, di laporan serupa tahun 2015, angka tersebut sudah

    1

  • 2

    direvisi berdasarkan survei sejak 2016, yakni naik menjadi 1 juta kasus baru per

    tahun. Penyakit ini merupakan penyebab kematian urutan ke tiga, setelah penyakit

    jantung dan penyakit saluran pernafasan. Berdasarkan data dinas kesehatan jawa

    timur (2015), menjelaskan bahwa jumlah kasus baru sebanyak 41.472 penderita, dan

    BTA positif baru sebayak 25.618 kasus. Surabaya mendudukki peringkat pertama

    jumlah penderita Tuberkulosis paru terbesar di jawa timur sebanyak 3.957 jiwa

    (Suherni,2013). Berdasarkan laporan WHO Insiden Tuberkulosis paru tahun 2017 ada

    1.020.000 kasus di Indonesia, namun baru dilaporkan ke Kementrian Kesehatan

    sebanyak 420.000 kasus. Penyakit ini banyak ditemukan di permukiman padat

    penduduk dengan sanitasi yang kurang baik, kurangnya ventilasi dan pencahayaan

    matahari dan kurangnya istirahat.

    Tuberkulosis Paru disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis.

    Mycobacterium tuberculosis merupakan jenis kuman berbentuk batang berukuran

    panjang 1-4 mm dengan tebal 0,3-0,6 mm. Mikroorganisme ini tidak tahan terhadap

    sinar UV, karena itu penularannya terutama pada malam hari. Mikroorganisme ini

    adalah bersifat aerob yakni menyukai daerah yang banyak oksigen. Oleh karena itu

    Mycobacterium tuberculosis senang tinggal di daerah apeks paru-paru yang

    kandungan oksigennya tinggi. Daerah tersebut menjadi tempat yang kondusif untuk

    penyakit Tuberkulosis. Biasanya sering ditandai dengan batuk, batuk berdahak, nyeri

    dada, sesak, batuk darah serta keringat malam. Komplikasi pada penderita

    Tuberkulosis Paru adalah kerusakan jaringan paru yang masif, gagal napas,

    pneumothoraks, efusi pleura, pneumonia, bronkioektasis, infeksi organ tubuh lain

    oleh fokus primer, penyakit hati sekunder (Aryanto,2015).

  • 3

    Tatalaksana Tuberkulosis terdiri dari : tindakan pencegahan dengan promosi

    kesehatan/ Health Education tentang Tuberkulosis, pengobatan dan rehabilitasi

    pasien Tuberkulosis. Tindakan pencegahan dapat berupa pemeriksaan kontak

    terhadap individu yang dekat dengan penderita Tuberkulosis Paru BTA Positif. Mass

    chest X-Ray, yaitu pemeriksaan massal terhadap kelompok populasi tertentu.

    Vaksinasi BCG, Salah satu penanggulangan penyakit Tuberkulosis dengan strategis

    DOTS adalah dengan penemuan kasus sedini mungkin. Hal ini maksutkan untuk

    mengefektifkan pengobatan penderita dan menghindari penularan dari orang kontak

    yang termasuk subclinical infection. Dengan pencegahan, gunakan masker untuk

    menutup mulut, mengusahakan sinar matahari dan udara segar masuk secukupnya ke

    dalam tempat tidur, makanan harus tinggi karbohidrat dan tinggi protein, serta pola

    hidup sehat dapat di biasakan dengan mengkonsumsi makanan yang di berikan

    bergizi dan menjaga kebersihan diri. Sebagai perawat kita dapat mengajarkan cara

    untuk batuk efektif dengan cara nafas dalam dan mengeluarkan dahaknya dengan cara

    dibatukkan. Namun beritahu klien untuk tidak batuk, bersin dan meludah

    sembarangan. Menganjurkan klien untuk menghirup uap air hangat untuk

    mengencerkan dahak, anjurkan pada keluarga untuk memberikan makan klien sedikit

    tapi sering dan mencuci tangan enam langkah setiap sebelum dan sesudah melakukan

    aktivitas (Depkes RI,2015).

    1.2 Rumusan masalah

    Untuk mengetahui lebih lanjut dari perawatan penyakit ini maka penulis akan

    melakukan kajian lebih lanjut dengan melakukan asuhan keperawatan Tuberkulosis

  • 4

    Paru dengan membuat rumusan masalah sebagai berikut “Bagaimanakah asuhan

    keperawatan pada Tn. S dengan diagnosa Tuberkulosis Paru di RSUD Bangil?”

    1.3 Tujuan penelitian

    1.3.1 Tujuan Umum

    Mengidentifikasi asuhan keperawatan pada Tn. S dengan diagnosa Tuberkulosis

    Paru di RSUD Bangil.

    1.3.2 Tujuan Khusus

    1.3.2.1 Mengkaji pasien dengan diagnosa Tuberkulosis Paru di RSUD Bangil.

    1.3.2.2 Merumuskan diagnosa keperawatan pada Tn. S dengan diagnosa Tuberkulosis

    Paru di RSUD Bangil.

    1.3.2.3 Merencanakan tindakan keperawatan pada Tn. S dengan diagnosa

    Tuberkulosis Paru di RSUD Bangil.

    1.3.2.4 Melaksanakan tindakan keperawatan pada Tn. S dengan diagnosa

    Tuberkulosis Paru di RSUD Bangil.

    1.3.2.5 Mengevaluasi tindakan keperawatan Tn. S dengan diagnosa Tuberkulosis

    Paru di RSUD Bangil.

    1.3.2.6 Mendokumentasikan tindakan keperawatan pada Tn. S dengan diagnosa

    Tuberkulosis Paru di RSUD Bangil.

    1.4 Manfaat

    Terkait dengan tujuan, maka tugas akhir ini diharapkan dapat memberi manfaat :

    1.4.1 Akademis, hasil studi kasus ini merupakan sumbangan bagi ilmu pengetahuan

  • khususnya dalam hal asuhan keperawatan pada pasien Tuberkulosis Paru.

  • 5

    1.4.2 Secara praktis, tugas akhir ini akan bermanfaat bagi :

    1.4.2.1 Bagi pelayanan keperawatan di rumah sakit

    Hasil studi kasus ini, dapat menjadi masukan bagi pelayanan di rumah

    sakit agar dapat melakukan asuhan keperawatan pada pasien Tuberkulosis

    Paru dengan baik.

    1.4.2.2 Bagi peneliti

    Hasil penelitian ini dapat menjadi salah satu rujukan bagi peneliti

    berikutnya, yang akan melakukan studi kasus pada asuhan keperawatan pada

    pasien Tuberkulosis Paru.

    1.4.2.3 Bagi profesi kesehatan

    Sebagai tambahan ilmu bagi profesi keperawatan dan memberikan

    pemahaman yang baik tentang asuahan keperawatan pada pasien dengan

    Tuberkulosis Paru.

    1.5 Metode Penulisan

    1.5.1 Metode

    Metode deskriptif yaitu metode yang sifatnya mengungkapkan peristiwa atau

    gejala yang terjadi pada waktu sekarang yang meliputi studi kepustakaan yang

    mempelajari, mengumpulkan, membahas data dengan studi pendekatan proses

    keperawatan dengan langkah-langkah pengkajian, diagnosis, perencanaan,

    pelaksanaan dan evaluasi.

  • 6

    1.5.2 Teknik Pengumpulan Data

    1.5.2.1 Wawancara

    Data diambil/diperoleh melalui percakapan baik dengan klien, keluarga

    maupun tim kesehatan lain

    1.5.2.2 Obsevasi

    Data yang diambil melalui pengamatan kepada

    klien 1.5.2.3 Pemeriksaan

    Meliputi pemeriksaan fisik dan laboratorium yang dapat menunjang

    menegakkan diagnosa dan penanganan selanjutnya

    1.5.3 Sumber Data

    1.5.3.1 Data primer

    Data primer adalah data yang diperoleh dari klien.

    1.5.3.2 Data sekunder

    Data sekunder adalah data yang diperoleh dari keluarga atau orang terdekat

    klien, catatan medic perawat, hasil-hasil pemeriksaan dan tim kesehatan lain.

    1.5.3.3 Studi Kepustakaan

    Studi kepustakaan yaitu mempelajari buku sumber yang berhubungan dengan

    judul studi kasus dan masalah yang dibahas.

    1.6 Sistematika Penulisan

    Supaya lebih jelas dan lebih mudah dalam mempelajari dan memahami studi

    kasus ini, secara kesuluruhan dibagi menjadi tiga bagian, yaitu :

  • 7

    1.6.1 Bagian awal, memuat halaman judul, persetujuan pembimbing, pengesahan,

    motto dan persembahan, kata pengantar, daftar isi.

    1.6.2 Bagian inti, terdiri dari lima bab, yang masing-masing bab terdiri dari sub bab

    berikut ini :

    Bab 1 : Pendahuluan, berisi latar belakang masalah, tujuan, manfaat

    penelitian, sistematika penuisan studi kasus

    Bab 2 : Tinjauan pustaka, berisi tentang konsep penyakit dari sudut medis dan

    asuhan keperawatan klien dengan diagnosa Tuberkulosis Paru serta kerangka

    masalah

    Bab 3 : Tinjauan kasus tentang diskripsi data hasil pengkajian, diagnosa,

    perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi

    Bab 4 : Pembahasan berisi tentang perbandingan antara teori dengan

    kenyataan yang ada di lapangan

    Bab 5 : Penutup, berisi tentang simpulan dan saran

    1.6.3 Bagian akhir, terdiri dari daftar pustaka dan lampiran.

  • BAB 2

    TINJAUAN PUSTAKA

    Dalam bab 2 ini akan diuraikan secara teoritis mengenai konsep penyakit

    asuhan keperawatan Tuberkulosis. Konsep penyakit akan diuraikan definisi,

    etiologi dan cara penanganan secara medis. Asuhan keperawatan akan diraikan

    masalah-masalah yang muncul pada penyakit Tuberkulosis dengan melakukan

    asuhan keperawatan terdiri dari pengkajian, diagnosa, perencanaan, pelaksanaan,

    evaluasi.

    2.1 Konsep Dasar Penyakit

    2.1.1 Pengertian Tuberkulosis Paru

    Tuberkulosis Paru adalah suatu penyakit infeksi yang disebabkan

    oleh kuman Tuberkulosis (Mycobacterium tuberculosis). Bakteri ini lebih

    sering menginfeksi organ paru-paru dibandingkan bagian yang lain

    (Indriani, 2014). Tuberkulosis adalah suatu penyakit infeksi menular yang

    disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis. Sebagian besar infeksi

    Tuberkulosis menyebar lewat udara, melalui terhirupnya nucleus droplet

    yang berisikan organisme basil tuberkel dari seorang yang terinfeksi

    (Sylfia A. price & Lorraine M. Willson, 2013).

    Tuberkulosis paru yaitu penyakit infeksius, yang terutama

    menyerang parenkim paru, tuberculosis dapat juga di tularkan kebagian

    tubuh lainnya, termasuk meninges, ginjal, tulang, dan nodus limfe

    (Brunner dan Suddart, 2013).

    8

  • 9

    2.1.2 Etiologi

    Penyebab tuberkulosis adalah Mycobacterium tuberculosis. Jenis

    kuman ini berbentuk basil dengan ukuran 1-4 mmdengan tebal 0.3-0.6

    mm. Mikroorganisme ini tidak tahan terhadap Sinar UV, karena itu

    penularannya terutama pada malam hari. Pada waktu batuk dan bersin

    pasien menyebarkan kuman, percikan dari droplet. Pertumbuhan bakteri

    tuberkulosis dengan suhu pertumbuhan 30-40 ºC dan suhu optimum 37-

    38ºC. Dan akan mati pada pemanasan dengan suhu 60ºC selama 15-20

    menit. Basil Tuberkulosis dapat bertahan lebih dari 50 tahun dalam

    keadaan dormant (tidur) (Amin dan Hardhi,2015).

    2.1.3 Manifestasi Klinis

    Gejala utama Tuberkulosis Paru adalah batuk berdahak selama 2-3

    minggu, dapat diikuti dengan gejala tambahan yaitu dahak bercampur

    darah, sesak napas, badan lemas, nafsu makan menurn, berat badan

    menurun (Depkes, 2014).

    Gejala lain yang sering timbul adalah :

    2.1.3.1 Demam, dengan suhu tubuh bisa mencapai 40-41ºC. Biasanya sering

    timbul pada waktu sore dan malam hari.

    2.1.3.2 Batuk darah, batuk yang disertai bercak darah atau gumpalan darah dalam

    jumlah yang banyak. Batuk darah terjadi karena pecahnya pembuluh

    darah.

  • 10

    2.1.3.3 Sesak napas

    Pada penyakit yang ringan (baru kambuh) belum dirasakan sesak

    napas. Sesak napas akan ditemukan pada kondisi yang sudah lanjut yang

    infiltrasinya sudah meliputi setengah bagian paru-paru.

    2.1.3.4 Nyeri dada, nyeri pada Tuberkulosis Paru merupakan nyeri pleuritik yang

    ringan. Gejala ini timbul apabila bagian persyarafan di pleura terkena.

    2.1.3.5 Anoreksia. Anoreksia dan penurunan berat badan merupakan manifestasi

    toksemia yang timbul belakangan dan lebih sering dikeluhkan bila proses

    progresif.

    2.1.3.6 Keringat malam. Keringat malam bukanlah gejala yang patognomonis

    untuk penyakit Tuberkulosis Paru. Keringat malam umumnya baru timbul

    bila proses telah lanjut.

    2.1.3.7 Gejala sistemik lainnya : malaise, lemah badan, dan penurunan berat

    badan.

    2.1.4 Klasifikasi Tuberkulosis menurut Pedoman Nasional Penganggulangan

    Tuberkulosis (2014).

    Pasien Tuberkulosis juga diklasifikasikan menurut: Lokasi anatomi

    dari penyakit, Riwayat pengobatan sebelumnya, Hasil pemeriksaan uji

    kepekaan obat dan hasil pemeriksaan dahak mikroskopik.

    2.1.4.1 Klasifikasi berdasarkan lokasi anatomi dari penyakit:

    Tuberkulosis paru adalah Tuberkulosis yang terjadi pada parenkim

    (jaringan) paru Milier Tuberkulosis dianggap sebagai Tuberkulosis paru

    karena adanya lesi pada jaringan paru. Limfadenitis Tuberkulosis dirongga

    dada (hilus dan atau mediastinum) atau efusi pleura tanpa terdapat

  • 11

    gambaran radiologis yang mendukung Tuberkulosis pada paru, dinyatakan

    sebagai Tuberkulosis ekstra paru. Pasien yang menderita Tuberkulosis paru

    dan sekaligus juga menderita Tuberkulosis ekstra paru, diklasifikasikan

    sebagai pasien Tuberkulosis paru.

    Tuberkulosis ekstra paru adalah Tuberkulosis yang terjadi pada

    organ selain paru, misalnya: pleura, kelenjar limfe, abdomen, saluran

    kencing, kulit, sendi, selaput otak dan tulang. Diagnosis Tuberkulosis

    ekstra paru dapat ditetapkan berdasarkan hasil pemeriksaan bakteriologis

    atau klinis. Diagnosis Tuberkulosis ekstra paru harus diupayakan

    berdasarkan penemuan Mycobacterium tuberculosis. Pasien Tuberkulosis

    ekstra paru yang menderita Tuberkulosis pada beberapa organ,

    diklasifikasikan sebagai pasien Tuberkulosis ekstra paru pada organ

    menunjukkan gambaran Tuberkulosis yang terberat.

    2.1.4.2 Klasifikasi berdasarkan riwayat pengobatan sebelumnya:

    1) Pasien baru Tuberkulosis: adalah pasien yang belum pernah

    mendapatkan pengobatan Tuberkulosis sebelumnya atau sudah pernah

    menelan OAT namun kurang dari 1 bulan (dari 28 dosis).

    2) Pasien yang pernah diobati Tuberkulosis: adalah pasien yang

    sebelumnya pernah menelan OAT selama 1 bulan atau lebih (dari 28

    dosis). Pasien ini selanjutnya diklasifikasikan berdasarkan hasil

    pengobatan Tuberkulosis terakhir.

    3) Pasien kambuh: adalah pasien Tuberkulosis yang pernah dinyatakan

    sembuh atau pengobatan lengkap dan saat ini didiagnosis Tuberkulosis

  • 12

    berdasarkan hasil pemeriksaan bakteriologis atau klinis (baik karena

    benar-benar kambuh atau karena reinfeksi).

    4) Pasien yang diobati kembali setelah gagal: adalah pasien Tuberkulosis

    yang pernah diobati dan dinyatakan gagal pada pengobatan terakhir.

    5) Pasien yang diobati kembali setelah putus berobat (lost to follow-up)

    adalah pasien yang pernah diobati dan dinyatakan lost to follow up

    (klasifikasi ini sebelumnya dikenal sebagai pengobatan pasien setelah

    putus berobat /default).

    6) Lain-lain: adalah pasien Tuberkulosis yang pernah diobati namun hasil

    akhir pengobatan sebelumnya tidak diketahui.

    2.1.4.3 Klasifikasi pasien Tuberkulosis berdasarkan hasil pemeriksaan dahak

    mikroskopis yaitu :

    1) Tuberkulosis paru BTA positif.

    (1) Sekurang-kurangnya 2 dari 3 spesimen dahak SPS hasilnya BTA

    positif.

    (2) 1 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif dan foto thorak dada

    menunjukkan tuberkulosis.

    (3) 1 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif dan biakan kuman

    Tuberkulosis positif.

    (4) 1 atau lebih spesimen dahak hasilnya positif setelah 3 spesimen

    dahak SPS yang pada pemeriksaan sebelumnya hasilnya BTA

    negatif dan tidak ada perbaikan setelah pemberian antibiotika non

    OAT.

  • 13

    2) Tuberkulosis BTA Negatif

    Kasus yang tidak memenuhi definisi pada Tuberkulosis paru BTA

    positif. Kriteria diagnostik Tuberkulosis paru BTA negatif harus

    meliputi:

    (1) spesimen dahak SPS hasilnya BTA negatif.

    (2) Foto thorak abnormal menunjukkan gambaran tuberkulosis.

    (3) Tidak ada perbaikan setelah pemberian antibiotika non OAT.

    (4) Ditentukan (dipertimbangkan) oleh dokter untuk diberi pengobatan.

    2.1.5 Patofisiologi (Doenges, 2014)

    Penularan terjadi karena kuman dibatukan atau dibersinkan keluar

    menjadi droplet nuklei dalam udara. Partikel infeksi ini dapat menetap

    dalam udara bebas selama 1 – 2 jam, tergantung ada atau tidaknya sinar

    ultra violet. dan ventilasi yang baik dan kelembaban. Dalam suasana yang

    gelap dan lembab kuman dapat bertahan sampai berhari – hari bahkan

    berbulan, bila partikel infeksi ini terhisap oleh orang yang sehat akan

    menempel pada alveoli kemudian partikel ini akan berkembang bisa

    sampai puncak apeks paru sebelah kanan atau kiri dan dapat pula

    keduanya dengan melewati pembuluh linfe, basil berpindah ke bagian

    paru-paru yang lain atau jaringan tubuh yang lain. Setelah itu infeksi akan

    menyebar melalui sirkulasi, yang pertama terangsang adalah limfokinase,

    yaitu akan dibentuk lebih banyak untuk merangsang macrofage. Berkurang

    tidaknya jumlah kuman tergantung pada jumlah macrofage. Karena

    fungsinya adalah membunuh kuman / basil apabila proses ini

  • 14

    berhasil & macrofage lebih banyak maka klien akan sembuh dan daya

    tahan tubuhnya akan meningkat.

    Tetapi apabila kekebalan tubuhnya menurun maka kuman tadi akan

    bersarang didalam jaringan paru-paru dengan membentuk tuberkeln(biji-biji kecil

    sebesar kepala jarum). Tuberkel lama kelamaan akan bertambah besar dan

    bergabung menjadi satu dan lama-lama timbul perkejuan ditempat tersebut.

    Apabila jaringan yang nekrosis dikeluarkan saat penderita batuk yang

    menyebabkan pembuluh darah pecah, maka klien akan batuk darah (hemaptoe).

    2.1.6 Penatalaksanaan (Harjana, 2013)

    Pengobatan tuberkulosis terbagi menjadi 2 fase, yaitu fase intensif

    (2-3 bulan) dan fase lanjutan (4 atau 7 bulan). Paduan obat yang digunakan

    terdiri dari paduan obat utama dan tambahan.

    2.1.6.1 Obat Anti Tuberkulosis (OAT)

    Tabel 2.1 Nama Obat anti Tuberkulosis Paru (Yunita, 2013)

    Nama OAT Potensi Efek Samping Dosis

    (mg/kgbb)

    Isoniazid (INH) Tinggi Neuropati perifer, 5 10 15

    gangguan fungsi

    hati, kejang

    Rifampisisn (R) Tinggi Demam, anemia 10 10 10

    hemolitik, urine

    warna merah,

    sesak napas,

    trombositopenia

    Pirazinamid (Z) Rendah Gangguan GI, 25 35 50

    gangguan fungsi

    hati, gout atritis

    Streptomisin (S) Rendah Nyeri ditempat 15 15 5

    suntikan, gangguan

    keseimbangan

    pendengaran,

    anemia,

  • 15

    trombositopenia

    Etambutol (E) Rendah Gangguan 15 30 45

    penglihatan, buta

    warna, neuritis

    perifer

    2.1.6.2 Pengobatan Supportif/ Simptomatik

    1) Makan makanan yang bergizi

    2) Bila demam berikan obat penurun panas

    3) Bila perlu dapat diberikan obat untuk mengatasi batuk, sesak napas

    dan keluhan lainnya.

    1) Diit tinggi kalori tinggi protein (TKTP)

    2) Hindari merokok dan minuman alkohol

    3) Istirahat yang cukup

    4) Mengajarkan batuk efektif

    5) Olahraga

    6) Pengawasan minum obat

    2.1.7 Komplikasi

    Menurut Sudoyo, dkk (2009 : hal 2238), komplikasi yang dapat

    terjadi pada klien dengan Tuberculosis Paru, yaitu :

    2.1.7.1 Pleuritis tuberkulosa

    Terjadi melalui fokus subpleura yang robek atau melalui aliran

    getah bening, sebab lain dapat juga dari robeknya perkijuan ke arah

    saluran getah bening yang menuju ronggal pleura, iga atau columna

    vertebralis.

  • 16

    2.1.7.2 Efusi pleura

    Keluarnya cairan dari pembuluh darah atau pembuluh limfe ke

    dalam jaringan selaput paru, yang disebabkan oleh adanya penjelasan

    material masuk ke rongga pleura. Material mengandung bakteri dengan

    cepat mengakibatkan reaksi inflamasi dan eksudat pleura yang kaya akan

    protein.

    2.1.7.3 Empisema

    Penumpukann cairana terinfeksi atau pus (nanah) pada cavitas

    pleura, rongga pleura yang di sebabkan oleh terinfeksinya pleura oleh

    bakteri mycobacterium tuberculosis (pleuritis tuberculosis).

    2.1.7.4 Laryngitis

    Infeksi mycobacteriym pada laring yang kemudian menyebabkan

    laryngitis tuberculosis.

    2.1.7.5 Tuberkulosis Milier (tulang, usus, otak, limfe)

    Bakteri mycobacterium tuberculosis bila masuk dan berkumpul di

    dalam saluran pernapasan akan berkembang biak terutama pada orang

    yang daya tahan tubuhnya lemah, dan dapat menyebat melalaui pembuluh

    darah atau kelenjar getah bening, oleh karena itu infeksi mycobacterium

    tuberculosis dapat menginfeksi seluruh organ tubuh seperti paru, otak,

    ginjal, dan saluran pencernaan.

    2.1.7.6 Keruskan parennkim paru berat

    Mycobacterium tuberculosis dapat menyerang atau menginfeksi

    parenkim paru, sehingga jika tidak ditangani akan menyebabkan kerusakan

    lebih lanjut pada parenkim yang terinfeksi.

  • 17

    2.1.7.7 Sindrom gagal napas (ARDS)

    Disebabkan oleh kerusakan jaringan dan organ paru yang meluas,

    menyebabkan gagal napas atau ketidak mampuan paru-paru untuk

    mensuplay oksigen ke seluruh jaringan tubuh.

    2.1.8 Diagnosa Banding (Abdul Mukty, 2013)

    2.1.8.1 Pneumonia

    2.1.8.2 Abses paru

    2.1.8.3 Kanker paru

    2.1.8.4 Bronkiektasis

    2.1.8.5 Pneumonia aspirasi

    2.1.9 Pemeriksaan Penunjang (Supyan Maulana, 2012)

    2.1.9.1 Pemeriksaan Laboratorium

    LED (Laju Endap Darah) sebagai indikator atau respon terhadap

    pengobatan dan prediksi tingkat penyembuhan; meningkat pada fase aktif.

    Leukosit/ limfosit menggambarkan status imunitas penderita.

    2.1.9.2 Tes kulit tuberkulin

    Tes Mantoux adalah tes kulit yang digunakan untuk menentukan

    individu terinfeksi basil Tuberkulosis. Ekstrak basil tuberkulin ada 2

    macam, yaitu : OT (Old Tuberkulin) dan PPD (Purified Protein

    Derivative). Disuntikkan secara IC sebanyak 3-5 kali TU (Tuberculin

    Unit), membentuk benjolan pada kulit, dan reaksi lokal seperti edema dan

    infiltrasi seluler. Area suntikkan diinspeksi dalam waktu 48-72 jam dan

    diukur indurasinya. Ukuran indurasi menentukan apakah Negatif (0-4

    mm)natau Positif (5-10 mm), dan dapat bertahan selama beberapa hari.

  • 18

    2.1.9.3 Rontgen Thoraks

    Karakteristik kelainan terlihat sebagai daerah garis opaque yang

    ukurannya bervariasi dengan batas lesi yang tidak jelas dilokasi sekitar

    hilus. Tidak jarang kelainan ini tampak kurang jelas bibagian atas maupun

    bawah, memanjang di daerah clavicula atau satu bagian lengan atas.

    Pasien dengan kelainan sering kali tidak dapat terdeteksi hingga mencapai

    stadium lanjut, sehingga tampak gambaran kavitas dan penyebaran

    brokhogenik ke paru lain maupun lobus bawah pada parus yang sama.

    Pemeriksaan toraks sangat berguna untuk mengevaluasi hasil pengobatan

    dan bergantung juga pada tipe kerentanan bakteri tuberkel terhadap OAT.

    2.1.9.4 CT Scan

    Pemeriksaan CT Scan dilakukan untuk menemukan hubungan

    kasus Tuberkulosis yang inaktif dengan hasil kultur sputum. Ditunjukkan

    dengan adanya gambaran garis-garis fibrotik ireguler, pita parenkimal,

    kalsifikasi nodul dan adenopati, perubahan kelengkungan berkas

    bronkhovaskular, bronkhiektasis, dan emfisema perisikatriksial. Pada

    pasien Tuberkulosis ditemukan adanya gambaran kavitas yang membentuk

    lingkaran nyata atau bentuk oval dengan dinding yang cukup tipis.

    2.1.9.5 Pemeriksaan Mikrobiologi

    Hasil pemeriksaan mikroskopik dilaporkan sebabgai berikut

    +1 : Bila setelah 10 menit tidak ditemukan BTA, maka BTA Negatif

    +2 : Bila ditemukan BTA 1-3 batang pada seluruh sediaan, maka sediaan

    diulang

    +3 : Bila ditemukan bakteri tersebut, maka BTA +

  • 19

    Bahan pemeriksaan dapat berupa :

    1) Sputum.

    Sputum diambil pada pagi hari dan yang pertama

    keluar. Jika sulit didapatkan maka sputum dikumpulkan

    selama 24 jam. Pemeriksaan dahak untuk penegakan diagnosis

    dilakukan dengan mengumpulkan 3 bahan dahak yang

    dikumpulkan dalam dua hari kunjungan yang berurutan

    berupa, yang dikenal dengan konsep sewaktu- pagi sewaktu

    (SPS) : Diagnosis tuberkolusi paru pada orang dewasa di

    tegakkan dengan ditemukannya kuman tuberkolusis (BTA).

    2) Urine.

    Urine yang pertama di pagi hari atau yang dikumpulkan

    selama 12-24 jam. Jika pasien menggunakan kateter maka urine

    yang tertampung didalam urine bag dapat diambil.

    3) Cairan kumbah lambung.

    Umumnya bahan pemeriksaan ini digunakan jika anak-

    anak atau penderita tidak dapat mengeluarkan sputum. Bahan

    pemeriksaan diambil pagi hari sebelum sarapan.

    4) Bahan lain : pus, cairan cerebrospinal (sumsum

    tulangbelakang), cairan pleura, jaringan tubuh, feses dan swab

    tenggorok.

    2.1.9.6 Tes faal paru

    Penurunan kapasitas vital, peningkatan ruang mati, peningkatan

    rasio udara residu dan kapasitas paru total, penurunan saturasi oksigen

  • 20

    sebagai akibat dari infiltrasi parenkim/fibrosis, kehilangan jaringan paru

    dan penyakit pleural.

    2.2 Dampak Masalah Tuberkulosis Paru Menurut Bruner dan Sudart (2012)

    2.2.1 Dampak Ekonomi

    Sakit selalu memiliki dampak ekonomi karena untuk sembuh

    dibutuhkan biaya yaitu biaya untuk perawatan dan obat. Terlebih jika

    penyakit yang diderita butuh proses panjang untuk bisa sembuh, seperti

    Tuberkulosis yang membutuhkan waktu hingga enam bulan mengonsumsi

    obat.. waktu penyembuhan bisa lebih panjang jika Tuberkulosis yang

    diidap adalah Tuberkulosis resisten atau Tuberkulosis MDR (Multi Drug

    Resisten). Tuberkulosis MDR, yaitu Tuberkulosis paru dengan kuman

    tidak sensitive lagi dengan obat-anti Tuberkulosis (OAT) minimal dengan

    jenis obat rifampisin dan INH, dimana pasien harus menjalani pengobatan

    dua tahun lamanya.

    Perlu diketahui, Indnesia sekarang berada pada ranking kelima

    Negara dengan beban Tuberkulosis tertinggi di dunia. Menurut hasil

    Riskesdas 2013, prevalensi Tuberkulosis berdasarkan diagnosis sebesar

    0,4% dari jumlah penduduk. Dengan kata lain, rata-rata tiap seratus ribu

    penduduk Indonesia terdapat 400 0rang yang didiagnosa kasus

    Tuberkulosis oleh tenaga kesehatan.

    Bagi pasien yang mampu atau bahkan sudah pension tidak terlalu

    bermasalah, akan tetapi bagi pasien dengan umur muda, masih bekerja

    atau bahkan tulang punggung rumah tangga, sangat menimbulkan masalah

  • 21

    dan penderitaan bukan saja terhadap diri sendiri yang sedang sakit tetapi

    juga keluarga terutama istri dan anak-anak

    2.2.2 Dampak Fisik

    1) Kerusakan jantung

    2) Resistens kuman

    3) Kerusakan hati dan ginjal

    4) Gangguan mata

    5) Ateletaksis

    6) Penyebaran infeksi ke organ lain seperti otak dan tulang persendian.

    2.3Konsep solusi dan pencegahan (Soemantri, 2012)

    2.3.1 Minum obat Tuberkulosis secara lengkap dan teratur sampai sembuh

    2.3.2 Pasien Tuberkulosis harus menutup mulutnya pada waktu bersin dan batuk

    karena pada saat bersin dan batuk ribuan hingga jutaan kuman

    Tuberkulosis keluar melalui percikan dahak. Kuman Tuberkulosis yang

    keluar bersama percikan dahak yang dikeluarkan pasien Tuberkulosis saat

    : bersin, batuk.

    2.3.3 Tidak membuang dahak di sembarang tempat, tetapi dibuang pada tempat

    khusus dan tertutup. Misalnya dengan menggunakan wadah/kaleng

    tertutup yang sudah diberi karbol/antiseptik atau pasir. Kemudian

    timbunlah kedalam tanah.

    2.3.4 Menjalankan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS), antara lain :

    2.3.5 Menjemur peralatan tidur.

    2.3.6 Membuka jendela dan pintu setiap pagi agar udara dan sinar matahari

    masuk.

  • 22

    2.3.7 Aliran udara (ventilasi) yang baik dalam ruangan dapat mengurangi

    jumlah kuman di udara. Sinar matahari langsung dapat mematikan kuman.

    2.3.8 Makan makanan bergizi.

    2.3.9 Tidak merokok dan minum-minuman keras.

    2.3.10 Lakukan aktivitas fisik/olahraga secara teratur.

    2.3.11 Mencuci peralatan makan dan minuman dengan airbersih mengalir dan

    memakai sabun.

    2.3.12 Mencuci tangan dengan air bersih mengalir dan memakai sabun.

    2.4 Konsep Asuhan Keperawatan

    2.4.1 Pengkajian

    2.4.1.1 Identitas

    1) Usia : Yang mudah terpapar bakteri penyebab penyakit Tuberkulosis

    adalah usia 15-50 tahun, karena penyakit Tuberkulosis Paru paling

    sering ditemukan pada usia muda atau usia produktif (15-50) tahun.

    Dewasa ini dengan terjadinya transisi demografi menyebabkan usia

    harapan hidup lansia menjadi lebih tinggi. Pada usia lanjut lebih dari

    55 tahun sistem imunologis seseorang menurun, sehingga sangat rentan

    terhadap berbagai penyakit, termasuk penyakit Tuberkulosis Paru,

    bahkan juga tidak menutup kemungkinan pada usia produktif atau pada

    anak (Nurarif dan Kusuma, 2015).

    2) Jenis kelamin : laki-laki, karena jenis kelamin cukup berperan dalam

    menentukan apakah seseorang lebih rentan terkena Tuberkulosis atau

    tidak. Jumlah penderita pria yang lebih banyak diduga disebabkan

    mobilitas dan aktivitasnya yang lebih tinggi daripada perempuan.

  • 23

    Terlalu banyak merokok tembakau dan minum alcohol sehingga dapat

    menurunkan system pertahanan tubuh, sehingga lebih mudah terpapar

    dengan agen penyebab Tuberkulosis Paru. Dengan faktor tersebut, pria

    diyakini lebih mudah terpapar bakteri penyebab penyakit Tuberkulosis

    (Hiswani, 2009).

    3) Pekerjaan : pasiean yang mempunyai pekerjaan yang tidak sesuai

    standart K3 seperti di pabrik , pekerja diruangan tertutup tanpa adanya

    ventilasi yang memadai hingga kurangnya paparan sinar matahari yang

    dapat menimbulkan kuman Tuberkulosis dapat menetap disana.

    Pekerja tambang khususnya tambang logam, peleburan dan konstruksi

    yang rentan terpapar debu silika yang jika dibiarkan terus menerus bisa

    menyebabkan sesak nafas dan terjangkit Tuberkulosis paru (Irman

    Somantri, 2009).

    2.4.1.2 Keluhan utama

    Gejala umum biasanya lemah dan demam. Keluhan Tuberkulosis

    dibagi menjadi gejala respiratorik (batuk, batuk darah, sesak napas, nyeri

    dada), dan gejala sistemik(demam, anoreksia, keringat malam, penurunan

    berat badan, dan malaise) (Somantri, 2008).

    2.4.1.3 Riwayat penyakit sekarang

    Bagian ini untuk melengkapi keluhan utama. Biasanya batuk lebih

    dari tiga minggu dengan dahak berwarna kuning yang bisa bercampur

    dengan darah. Berkeringat di malam hari yang dimulai dengan demam dan

    akhirnya menyebabkan keringat berlimpah diikuti oleh menggigil.

    Kehilangan nafsu makan pada penderita biasanya disebabkan oleh rasa

  • 24

    mual yang dirasakan, dan terjadi penurunan berat badan karena pengaruh

    hormone leptin dalam tubuh (Naga, 2014).

    2.4.1.4 Riwayat penyakit dahulu

    Pernah menderita/ didiagnosa Tuberkulosis sebelumnya,

    mengalami keluhan atau gejala yang sama, pernah mendapatkan OAT.

    Jika iya, bagaiman keteraturan meminum obat dan efek yang dirasa.

    Riwayat penyakit lain, seperti Diabetes, pembesaran getah bening, riwayat

    operasi, diet, alergi obat, dan obat-obat yang biasa diminum pada masa

    lalu (Arif Muttaqin, 2009)

    2.4.1.5 Riwayat penyakit keluarga

    Secara patologi Tuberkulosis tidak diturunkan, tetapi riwayat

    Tuberkulosis pada anggota keluarga lain perlu ditanyakan sebagai faktor

    presdiposisi penularan didalam rumah.

    Kebiasaan yang mempengaruhi kesehatan yaitu, merokok, penyalahgunaan

    obat-obatan dan alkohol, dan kurangnya olahraga, kurang istirahat,

    terpapar polusi setiap hari tanpa menggunakan masker, besar kemungkinan

    untuk tertular penyakit Tuberkulosis Paru (Helmia, 2010).

    Lingkungan tempat tinggal pasien kumuh, udara yang kotor, rumah yang

    kurang terpapar sinar matahari, lembab dan berdebu punya resiko tinggi

    terinfeksi kuman Mycobacterium Tuberculosis (Ahmad, 2008).

  • 25

    2.4.2 Pemeriksaan Fisik Menurut Arif Mutaqin (2012)

    2.4.2.1 Breath (B1)

    Pada inspeksi didapatkan bentuk dada. Sekilas pasien Tuberkulosis

    terlihat kurus sehingga tampak penurunan proporsi diameter bentuk dada

    anterior-posterior dibandingkan proporsi diameter lateral. Pada

    Tuberkulosis dengan efusi pleura yang masif, terlihat adanya

    ketidaksimetrisan rongga dada, pelebaran ICS pada sisi yang sakit. Pada

    Tuberkulosis dengan atelektasis paru membuat bentuk dada menjadi

    asimetris, penyempitan ICS pada sisi yang sakit. Gerakan napas pada

    Tuberkulosis minimal tanpa komplikasi, biasanya gerakan pernapasan

    tidak mengalami perubahan. Jika terdapat komplikasi yang melibatkan

    kerusakan luas pada parenkim paru, biasanya pasien terlihat sesak napas,

    peningkatan frekuensi napas, dan menggunakan otot bantu napas. Batuk

    dan sputum. Pasien Tuberkulosis biasanya didapatkan batuk yang

    produktif disertai adanya peningkatan produksi sekret dan sekresi sputum

    yang purulen. Tuberkulosis Paru dengan atelektasis mengalami

    peningkatan produksi sputum yang banyak. Produksi sputum seperti

    konsistensi, jumlah, warna, darah, dan kemampuan mengeluarkan perlu

    diukur sebagai penunjang evaluasi.

    Pada palpasi didapatkan adanya pergeseran trakhea menunjukkan

    penyakit dari lobus atas paru. Pada Tuberkulosis paru dengan efusi pleura

    masif dan pneumothoraks akan mendorong posisi trakhea ke arah

    berlawanan dari arah sakit. Gerakan dinding thoraks Tuberkulosis Paru

  • 26

    tanpa komplikasi, gerakan dada biasanya normal. Adanya penurunan

    gerakan dinding pernapasan biasanya ditemukan pada pasien Tuberkulosis

    dengan kerusakan parenkim paru yang luas.

    Perkusi pada pasien Tuberkulosis paru minimal tanpa komplikasi,

    biasanya didapatkan bunyi resonan pada seluruh lapang paru. Pada

    Tuberkulosis Paru dengan efusi pleura didapatkan bunyi redup sampai

    pekak pada sisi yang sakit sesuai banyaknya akumulasi cairan dirongga

    pleura. Apabila disertai pneumothoraks, didapatkan bunyi hiperresonan.

    Pada auskultasi didapatkan bunyi napas tambahan Ronchi pada sisi

    yang sakit. Catat diarea paru mana terdengar suara ronchi. Bunyi yang

    terdengar melalui stetoskop ketika pasien berbicara pada Tuberkulosis

    Paru dengan efusi pleura akan didapatkan penurunan pada sisi yang sakit.

    2.4.2.2 Blood (B2)

    Inspeksi adanya jaringan parut dan keluhan kelemahan fisik.

    Denyut nadi perifer terpalpasi lemah. Saat diperkusi pada Tuberkulosis

    Paru dengan efusi pleura masif, batas jantung mengalami pergeseran

    mendorong ke sisi sehat. Tekanan darah biasanya normal. Bunyi jantung

    tambahan biasanya tidak didapatkan.

    2.4.2.3 Brain (B3)

    Kaji tingkat kesadaran, penurunan sensori, nyeri, reflek, fungsi

    saraf kranial dan fungsi saraf serebral. Pada Tuberkulosis Paru telah

    mengalami Tuberkulosis miliralis maka akan terjadi komplikasi meningitis

    yang berakibat penurunan kesadaran, penurunan sensasi, kerusakan nervus

  • 27

    kranial, tanda kernig dan brudinsky serta kaku kuduk yang positif (Arif

    Muttaqin, 2009).

    2.4.2.4 Bladder (B4)

    Pasien Tuberkulosis paru akan menemukan urine berwarna jingga

    pekat dan berbau yang menandakan fungsi ginjal masih normal sebagai

    ekskresi karena meminum OAT terutama Rifampisin.

    2.4.2.5 Bowel (B5)

    Pasien mungkin mengalami mual, muntah, penurunan nafsu makan dan

    penurunan berat badan.

    2.4.2.6 Bone (B6)

    Aktivitas sehari-hari mungkin berkurang pada pasien Tuberkulosis Paru.

    Gejala kelemahan, keletihan, insomnia, jadwal olahraga tidak teratur.

    2.4.3 Konsep Analisa Data

    Merupakan informasi yang dilakukan secara sistematis dan

    kontinyu tentang status kesehatan klien untuk menentukan masalah-

    masalah serta kebutuhan-kebutuhan kesehatan klien. Informasi yang

    diperlukan adalah segala sesuatu penyimpangan tentang klien sebagai

    makhluk bio-psiko-sosio-spiritual, kemampuan dalam mengatasi masalah

    sehari-hari, masalah kesehatan dan keperawatan yang mengganggu

    kemampuan klien dan keadaan sekarang yang berkaitan dengan rencana

    asuhan keperawatan yang akan dilakukan terhadap klien.

    Jenis data yang dikumpulkan dapat berupa data subjektif dan data

    objektif. Data subjektif adalah data yang diperoleh dari keluhan-keluhan

    yang disampaikan oleh klien, termasuk sensasi klien, perasaan, nilai-nilai,

  • 28

    kepercayaan, pengetahuan, dan persepsi terhadap status kesehatan dan

    situasi kehidupan, misalnya: rasa nyeri, mual, sakit kepala, rasa khawatir,

    cemas dan lain-lain. Sedangkan data objektif adalah data yang diperoleh

    melalui suatu pengamatan, pengukuran, pemeriksaan dengan

    menggunakan standar yang diakui (berlaku), misalnya: perubahan warna

    kulit, tekanan darah, suhu tubuh, perubahan perilaku dan lain-lain (Patricia

    A. Dan Perry Anne Griffin, 2008).

    2.4.4 Diagnosa Keperawatan

    Berikut ini merupakan diagnosa keperawatan menurut Nurarif dan

    Kusuma, 2015:

    2.4.4.1 Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan

    penumpukan sekret

    2.4.4.2 Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan

    paru,penurunan perifer, dan penurunan curah jantung

    dengan

    kongesti

    2.4.4.3 Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan menurunnya

    ekspasi paru sekunder terhadap penumpukan cairan dalam rongga

    pleura

    2.4.4.4 Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

    berhubungan dengan penurunan nafsu makan.

    2.4.4.5 Gangguan pola istirahat tidur berhubungan dengan batuk produktif

  • 29

    2.4.5 Intervensi Keperawatan

    Berikut ini merupakan intervensi keperawatan menurut Doengoes, 2012 :

    2.4.5.1 Diagnosa 1 : Ketidakefektifan bersihan jalan nafas

    Tujuan dan kriteria hasil : Setelah di lakukan tindakan keperawatan selama

    3x24 jam diharapkan nafas kembali efektif dengan kriteria hasil :

    1) Tidak ada suara ronkhi

    2) Mengeluarkan secret tanpa bantuan

    3) Mempertahankan jalan nafas

    4) Tanda-tanda vital dalam batas normal

    Intervensi :

    (1) Observasi dan pantau fungsi pernapasan (bunyi napas, kecepatan, dan

    penggunaan otot bantu napas)

    R/ Penurunan bunyi napas menunjukkan atelektasis, ronkhi

    menunjukkan akumulasi sekret, dan adanya penggunaan otot bantu

    napas serta peningkatan kerja napas

    (2) Observasi dan pantau kemampuan mengeluarkan sekresi dan

    karakteristiknya

    R/ Sputum yang kental akan menyulitkan untuk mengeluarkannya,

    sputum kental juga menunjukkan efek infeksi dan hidrasi yang tidak

    adekuat, sputum berdarah bila ada kerusakan atau luka bronkhial

    (3) Berikan posisi semifowler/ fowler

    R/ Memaksimalkan ekspansi paru dan menurunkan upaya bernapas

    (4) Ajarkan batuk efektif

  • 30

    R/ Ventilasi maksimal membuka area atelektasis dan meningkatkan

    gerakan sekret ke jalan napas besar untuk dikeluarkan

    (5) Bersihkan sekret, lakukan suction bila perlu

    R/ Mencegah obstruksi dan aspirasi. Penghisapan dilakukan jika pasien

    tidak mampu mengeluarkan.

    (6) Lakukan oksigenasi bila perlu

    R/ Memberikan transpor oksigen yang adekuat, meringankan upaya

    bernapas

    (7) Kolaborasi pemberian OAT, agen mukolitik, bronkodilator,

    kortikosteroid

    R/ Perlu memantau minum OAT pada pasien. Agen mukolitik untuk

    menurunkan kekentalan sekret sehingga mudah dikeluarkan dengan

    mudah. Bronkodilator untuk meningkatkan diameter lumen

    percabangan trakeobronkhial sehingga menurunkan tahanan terhadap

    aliran udara. Kortikosteroid berguna dengan keterlibatan luas pada

    hipoksemia dan bila reaksi inflamasi mengancam kehidupan

    2.4.5.2 Diagnosa 2 : Gangguan pertukaran gas

    Tujuan dan kriteria hasil : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama

    3x24 jam diharapakan oksigenasi adekuat dengan criteria hasil :

    1) Tidak ada keluhan sesak

    2) Tidak tampak tarikan dinding dada

    3) Klien bisa istirahat pada malam hari

    4) TTV dalam batas normal (RR 20-24 x/menit)

  • 31

    5) Analisis gas darah dalam batas normal

    Intervensi :

    (1) Auskultasi bunyi nafas, catat adanya alergi

    R/ Menyatakan adanya kongestif paru / pengumpulan sekret

    menunjukkan kebutuhan untuk intervensi lebih lanjut

    (2) Anjurkan klien untuk batuk efektif dan nafas dalam

    R/ Membersihkan jalan nafas dan memudahkan oksigenasi

    (3) Dorong klien untuk perubahan posisi sering

    R/ Membantu untuk mencegah ateletaksis dan pneumonia

    (4) Berikan tambahan O2 6 liter /menit

    R/ Untuk meningkatkan konsentrasi O2 dalam proses pertukaran gas

    (5) Kolaborasi pemberian digoxin

    R/ Meningkatkan kontraktilitas otot jantung sehingga dapat

    mengurangi timbulnya edema dan dapat mencegah gangguan

    pertukaran gas

    2.4.5.3 Diagnosa 3 :Ketidakefektifan pola napas

    Tujuan dan kriteria hasil : Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24

    jam diharapkan ketidakefektifan pola nafas kembali efektif dengan kriteria

    hasil :

    1) Jalan nafas kembali normal

    2) Respirasi rate dalam batas normal

    3) Tidak ada retraksi intercosta

    4) Tidak ada pernafasan cuping hidung

  • 32

    Intervensi :

    (1) Observasi dan pantau fungsi pernapasan

    R/ Distress pernapasan dan perubahan tanda vital dapat terjadi sebagai

    akibat stres fisiologi dan nyeri atau dapat menunjukkan terjadinya syok

    akibat hipoksia. Bunyi napas dapat menurun/ tidak ada pada area

    kolaps yang meliputi satu lobus, segmen paru atau seluruh area paru

    (2) Berikan posisi semifowler/ fowler tinggi dan miring pada sisi yang

    sakit

    R/ Posisi fowler memaksimalkan ekspansi paru dan menurunkan upaya

    bernapas

    (3) Bantu pasien untuk melakukan napas dalam dan batuk efektif

    R/ Ventilasi maksimal membuka area atelektasis dan meningkat kan

    gerakan sekret ke jalan napas besar untuk dikeluarkan

    (4) Lakukan oksigenasi bila perlu

    R/ Memberikan transpor oksigen yang adekuat, meringankan upaya

    bernapas

    (5) Kolaborasi untuk tindakan thorakosentesis atau WSD, jika perlu

    R/ Sebagai evakuasi cairan atau udara dan memudahkan ekspansi paru

    secara maksimal

    2.4.5.4 Diagnosa 4 :Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan

    Tujuan dan kriteria hasil : Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24

    jam diharapkan klien ada peningkatan nutrisi dengan kriteria hasil :

    1) Menunjukan berat badan meningkat

    2) Melakukan pola makan untuk mempertahankan berat badan yang tepat

  • 33

    Intervensi :

    (1) Observasi dan pantau status nutrisi pasien (BB, intake, output, turgor

    kulit, integritas mukosa bibir, kemampuan menelan, anoreksia, diare)

    R/ Memvalidasi dan menetapkan derajat masalah nutrisi sebagai

    evaluasi

    (2) Ajarkan perawatan kebersihan mulut

    R/ Menurunkan rasa tidak enak pada mulut karena sisa makanan, sisa

    sputum atau sisa obat, dan menurunkan rangsangan muntah

    (3) Kolaborasi dan fasilitasi pasien untuk memperoleh diet yang sesuai

    indikasi dan disukai, diet tinggi kalori tinggi protein, porsi sedikit tapi

    sering

    R/ Memaksimalkan pemberian intake gizi, mengurangi kelelahan dan

    iritasi saluran cerna. Merencanakan diet dengan kandungan gizi yang

    cukup dan sesuai dengan status hipermetabolik pasien

    (4) Kolaborasi pemeriksaan BUN, protein serum, dan albumin

    R/ Menilai kemajuan terapi nutrisi dan sebagai evaluasi

    (5) Kolaborasi pemberian multivitamin, jika perlu

    R/ Multivitamin berguna untuk memenuhi kebutuhan vitamin yang

    tinggi sekunder dari peningkatan metabolisme

    2.4.5.5 Diagnosa 5 : Gangguan pola istirahat tidur

    Tujuan dan kriteria hasil : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama

    3x24 jam diharapkan kebutuhan tidur klie terpenuhi dengan criteria hasil :

    1) Klien tidak mengeluh susah tidur

  • 34

    2) Sklera tidak tampak merah

    3) Frekuensi tidur 7-8 jam / hari

    Intervensi :

    (1) Beri posisi senyaman mungkin bagi pasien

    R/ Posisi semi fowler atau posisi yang menyenangkan akan

    memperlancar pereedaran O2 dan CO2

    (2) Tentukan kebiasaan motivasi sebelum tidur malam sesuai dengan

    kebiasaan pasien sebelum sakit

    R/ Mengubah pola yang sudah menjadi kebiasaan sebelum tidur

    akan mengganggu proses tidur

    (3) Anjurkan pasien untuk latihan relaksasi sebelum tidur R/

    Relaksasi dapat membantu mengatasi gangguan tidur

    (4) Ciptakan lingkungan yang nyaman dan tenang

    R/ Dengan lingkungan yang nyaman dan tenang ditunjukkan

    sepaya klien dapat tidur dengan nyenyak

    (5) Jelaskan tentang pentingnya istirahat tidur

    R/ Melalui penjelasan tentang pentingnya istirahat tidur diharapkan

    klien dapat beristirahat dengan teratur dan tepat waktu sehinga

    sklera mata tidak tampak merah

    2.4.6 Implementasi Keperawatan

    Implementasi merupakan penerapan dari perencanaan keperawatan

    yang telah ditetapkan untuk mencapai suatu tujuan, kegiatan dalam

    pelaksanaan juga meliputi pengumpulan data berkelanjutan –

    mengobservasi respon sebelum dan sesudah pelaksanaan tindakan. Tujuan

  • 35

    tahap pelaksanaan ini adalah membantu klien dalam mencapai tujuan yang

    ditetapkan yang mencakup kesehatan dan pencegahan penyakit (A. Aziz

    Alimul Hidayat, 2013).

    Terkait dengan diagnosa ketidakefektifan bersihan jalan napas,

    tindakan keperawatan yang bisa dilakukan yaitu : Mengobservasi dan

    memantau fungsi pernapasan (suara napas ronchi (+), kecepatan 24-

    30x/menit, dan adanya penggunaan otot bantu napas). Mengobservasi dan

    memantau kemampuan mengeluarkan sekret dan karakteristiknya (jika

    sekret berwarna merah muda maka dicurigai adanya edema paru).

    Memberikan posisi semi fowler (posisi kepala lebih tinggi daripada kaki)

    dapa mengurangi potensi sesak nafas pada pasien. Mengajarkan batuk

    efektif dengan cara nafas dalam dan mengeluarkan sekret dengan cara

    dibatukkan. Membersihkan sekret dengan menggunakan alat suction untuk

    mempermudah pasien jika tidak bisa melakukan batu efektif. Melakukan

    oksigenasi bila pasien membutuhkan (gunakan O2 nasal untuk 1-5 lpm dan

    O2 masker untuk 6-10 lpm). Berkolaborasi dalam pemberian mukolitik

    (untuk mengurangi kekentalan dahak).

    Pada diagnosa gangguan pertukaran gas dapat dilakukan tindakan

    sebagai berikut: Auskultasi bunyi nafas (terdapat wheezing),

    menganjurkan klien untuk nafas dalam dengan cara tarik nafas melalui

    hidung dan menhembuskannya melalui mulut, mendorong klien untuk

    perubahan posisi sering (miring kanan miring kiri bila memungkinkan bagi

    klien), memberikan tambahan O2 6 liter / menit dengan masker,

    berkolaborasi pemberian digoxin (untuk meningkatkan kontraktilitas otot

  • 36

    jantung sehingga dapat mengurangi timbulnya edema dan mencegah

    gangguan pertukaran gas).

    Dari diagnosa ketidakefektifan pola napas, tindakan keperawatan

    yang bisa dilakukan ialah: Mengobservasi dan memantau fungsi pernapasan

    (kecepatan 24-30x/menit, dan adanya penggunaan otot bantu napas).

    Memberikan posisi semi fowler (posisi kepala lebih tinggi daripada kaki

    untuk mengurangi potensi sesak nafas). Membantu pasien untuk melakukan

    nafas dalam dengan cara mengambil nafas melalui hidung dan

    mengeluarkannya melalui mulut. Melakukan oksigenasi sesuai kebutuhan

    pasien.

    Untuk diagnosa ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan,

    tindakan keperawatan yang bisa dilakukan yaitu: Mengobservasi dan

    memantau status nutrisi pasien (berat badan terjadi penurunan, intake dan

    output tidak seimbang, turgor kulit tidak elastis, integritas mukosa bibir

    kering, sulit menelan, adanya anoreksia). Mengajarkan perawatan

    kebersihan mulut (menggosok gigi 2x sehari), berkolaborasi dan fasilitasi

    pasien untuk memperoleh diet yang sesuai dengan indikasi dan disukai (diet

    tinggi kalori tinggi protein, porsi sedikit tapi sering). Berkolaborasi

    pemberian multivitamin.

    Dari diagnosa gangguan pola istirahat tidur bisa dilakukan tindakan

    keperawatan seperti: Menjelaskan tentang pentignya istirahat tidur (bahwa

    tidur sangat penting untuk meningkatkan sistem kekebalan tubuh dengan

    waktu 7-8 jam sehari), memberikan posisi senyaman mungkin bagi pasien

    untuk memudahkan pasien tertidur, menentukan kebiasaan motivasi

  • 37

    sebelum tidur malam sesuai dengan kebiasaan pasien sebelum dirawat

    (misalnya sebelum tidur pasien membaca buku terlebih dulu),

    menganjurkan pasien untuk latihan relaksasi sebelum tidur dengan cara

    melatih pernafasan (bisa dengan nafas dalam) dan mendengarkan musik,

    menciptakan lingkungan yang nyaman dan tenang (jauh dari krbisingan

    untuk mempermudah terlelapnya pasien,

    2.4.7 Evaluasi Keperawatan

    Evaluasi keperawatan merupakan kegiatan akhir dari proses

    keperawatan dimana perawat menilai hasil yang diharapkan terhadap

    perubahan kondisi klien sejauh mana masalah klien dapat teratasi,

    disamping itu perawat juga memberikan umpan balik atau pengkajian

    ulang seandainya tujuan yang ditetapkan belum tercapai maka dalam hal

    ini proses keperawatan yang dimodifikasi (A. Aziz Alimul Hidayat, 2014).

    Pada diagnosa ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan

    dengan penumpukan sekret, evaluasi yang didapatkan adalah jalan nafas

    pasien kembali efektif tanpa adanya ronchi, pasien mampu mengeluarkan

    sekret dengan teknik batuk efektif tanpa bantuan, tanda-tanda vital dalam

    batas normal (RR 16-20 x/menit, nadi 80-100x /menit, suhu 36,5-37,5 C).

    Dari diagnosa gangguan pertukaran gas berhubungan dengan

    kongesti paru, penurunan nadi perifer dan penurunan curah jantung,

    evaluasi yang diperoleh adalah pasien menunjukkan ventilasi adekuat

    RR16-20 /menit, tidak ada suara mengi pada pernafasan pasien, pasien

    mendapatkan terapi oksigen O2 masker 6 liter / menit.

  • 38

    Diagnosa ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan

    menurunnya ekspasi paru sekunder terhadap penumpukan cairan dalam

    rongga pleura, evaluasi yang didapat adalah fungsi pernapasan pasien baik

    (suara nafas vesikuler, RR 16-20 x/ menit), pasien mampu untuk

    melakukan napas dalam tanpa bantuan, pasien mendapatkan terapi

    oksigenasi O2 nasal 4 liter / menit.

    Pada diagnosa ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan

    berhubungan dengan penurunan nafsu makan evaluasi yang dihasilkan

    adalah berat badan pasien dapat meningkat, tidak ada anoreksia, pasien

    melakukan pola makan yang teratur (3x sehari).

    Diagnosa gangguan pola istirahat tidur berhubungan dengan batuk

    produktif, diperoleh evaluasi istirahat tidur pasien terpenuhi (7-8 jam /hari)

    pasien mampu melakukan latihan relaksasi sebelum tidur (nafas dalam dan

    mendengarkan musik), frekuensi tidur pasien tercukupi.

  • 2.5 Kerangka Masalah

    Bakteri tuberkulosis

    Infeksi primer Sembuh

    Sembuh dengan Fokus Gohn

    Bakteri Dorman

    Infeksi primer

    (reaktivasi)

    Bakteri muncul beberapa bulan

    kemudian

    Sembuh dengan fibrotik

    Reaksi infeksi & merusak parenkim paru

    Produksi sekret meningkat Kerusakan membran Perubahan cairan Reaksi

    Pecahnya pembuluh darah alveolar-kapilar intrapleura sistematis

    merusak pleura

    sesak, sianosis anoreksia

    Batuk berdahak, batuk penggunaan otot

    terus menerus Sesak napas, napas

    ekspansi thorax

    Ketidak efektifan

    bersihan jalan napas

    Gangguan

    Pola nafas

    BB menurun

    Pertukaran gas tidak efektif

    Gangguan pola Ketidakseimbangan

    Istirahat tidur

    nutrisi kurang dari

    kebutuhan tubuh

    Gambar 2.1 Pohon masalah klien dengan TB Paru (Harjana, 2013)

    39

  • BAB 3

    TINJAUAN KASUS

    Untuk mendapatkan gambaran nyata tentang pelaksanaan asuhan keperawatan

    pada pasien dengan Tuberkulosis Paru, maka penulis menyajikan suatu kasus yang

    penulis amati mulai tanggal 20 Desember 2018 sampai dengan 23 Desember 2018

    dengan data pengkajian pada tanggal 20 Desember 2018 jam 18.00 WIB. Anamnesa

    diperoleh dari klien, keluarga dan file No.Register 00324xxx sebagai berikut :

    3.1 Pengkajian

    3.1.1 Identitas

    Pasien adalah seorang laki-laki bernama “Tn. S” usia 61 tahun, beragama

    islam, bahasa yang sering digunakan adalah bahasa jawa, dan bekerja sebagai tukang

    becak. Pasien adalah anak pertama dari tiga bersaudara. Pasien tinggal bersama istri

    dan anak terakhirnya bernama “Sdr. S” usia 33 tahun, beragama islam dan pekerjaan

    wiraswasta. Klien tinggal di Kejayan Pasuruan. Pasien masuk rumah sakit pada

    tanggal 19 Desember 2018 jam 10.00 WIB.

    3.1.2 Riwayat Keperawatan

    3.1.2.1 Riwayat Keperawatan Sekarang

    1) Keluhan Utama

    Pasien mengatakan sesak nafas

    2) Riwayat Penyakit Saat Ini

    Pasien mengatakan batuk selama kurang lebih tujuh bulan. Pasien sudah

    periksa ke Puskesmas dan menganggapnya sembuh. Pada tanggal 19 Desember 2018

    40

  • 41

    pasien batuk disertai darah dan dibawa ke IGD RSUD Bangil jam 10.00 WIB. Pada

    jam 12.00 WIB pasien dipindahkan ke ruang Melati. Pada saat pengkajian, pasien

    mengatakan batuk berdahak dan gatal di tenggorokannya sehingga sering terbangun

    saat tidur. Pasien juga mengatakan masih bingung dan tidak mengetahui lebih jelas

    tentang penyakit paru dan cara penularannya. Pada saat pengkajian, pasien dan

    keluarga seringkali tidak memakai masker.

    3.1.2.2 Riwayat Keperawatan Sebelumnya

    1) Penyakit yang pernah diderita

    Pasien tidak pernah menderita penyakit menular paru-paru sebelumnya.

    2) Operasi

    Pasien tidak pernah menjalani operasi.

    3) Alergi

    Pasien tidak mempunyai alergi

    1) Penyakit yang pernah diderita oleh anggota keluarga

    Pasien mengatakan bahwa ibunya pernah menderita penyakit paru-paru.

    2) Lingkungan rumah dan komunitas

    Lingkungan rumah bersih, namun kurang ventilasi udara, rumah pasien dekat

    dengan jalan raya.

    3) Perilaku yang mempengaruhi kesehatan

    Pasien mengatakan saat bekerja tidak menggunakan masker dan pasien adalah

    perokok.

  • 42

    3.1.2.5 Status Cairan dan Nutrisi

    Sebelum MRS nafsu makan baik, klien makan 3x1 porsi habis. Pasien

    menyukai semua jenis makanan. Pasien minum air putih sebanyak kurang lebih 1500

    cc per hari. Pada saat di rumah sakit nafsu makan pasien menurun. Pasien makan 3x

    setengah porsi per hari dengan diet lunak 2100 kkal dan putih telur. Berat badan

    sebelum sakit 63 kg dan berat badan sekarang 60 kg.

    Pasien mengatakan tidak tahu tentang manfaat diet yang diberikan. Pasien

    tampak bingung saat ditanya tentang makanan apa yang harus dikonsumsi dan

    makanan yang harus dihindari sehubungan dengan penyakitnya. Pasien tampak

    lemas.

  • 43

    Masalah keperawatan:

    - Resiko ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

    - Defisit pengetahuan

    1) Keadaan Umum

    Pasien tampak lemah, kesadaran compos mentis dengan GCS 4 5 6.

    Terpasang infus futrolit 20 tetes per menit di tangan kiri.

    2) Tanda Vital

    Tanda – tanda vital observasi pasien, tekanan darah diperoleh 110/80 mmHg,

    suhu : 36,0 °C (Lokasi pengukuran : Axilla), nadi : 95 x/menit (Lokasi

    perhitungan : Arteri Radialis), respirasi : 22 x/menit.

    3) Respirasi (B1)

    Pada inspeksi bentuk dada pasien nampak normal, susunan ruas tulang

    belakang normal, pola nafas tidak teratur, jenis kusmaul. Terdapat retraksi

    otot bantu nafas intercostae dan suprasternalis. Perkusi thorax redup pada

    thorax kanan atas. Alat bantu napas O2 nasal kanul 4 liter per menit. Vokal

    fremitus antara kanan dan kiri sama. Suara nafas ronchi pada lobus kanan atas,

    bawah dan pada lobus kiri bawah. Pasien batuk berdahak dengan produksi

    sekret warna putih kental. Adanya nyeri dada sebelah kiri, rasanya seperti

    tertindih, pasien tampak menyeringai, nyeri timbul saat bernafas dengan skala

    6. Nyerinya hilang timbul dan bertambah ketika pasien batuk. Masalah

    keperawatan : - Ketidakefektifan bersihan jalan nafas

    - Nyeri akut

  • 44

    4) Kardiovaskuler (B2)

    Pada inspeksi pasien tidak terdapat sianosis, clubbing finger tidak ada.

    Pada palpasi ictus cordis tidak teraba, tidak terdapat nyeri dada. CRT dapat

    kembali ≤ 3 detik. Pada auskultasi di dapatkan irama jantung reguler, bunyi

    jantung S1 S2 tunggal, tidak ada suara tambahan murmur. Masalah

    keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan

    5) Persyarafan (B3)

    Kesadaran pasien composmentis (GCS 4-5-6), orientasi pasien baik.

    Pasien tidak mengalami kejang, kaku kuduk, dan brudzinsky. Tidak terdapat

    kelainan nervus cranialis. Lain-lain : saat di rumah sakit pasien tidur mulai

    jam 21.00-05.00 WIB. Saat di rumah pasien tidur mulai jam 22-05 WIB.

    Masalah keperawatan : - Tidak ada masalah keperawatan

    6) Genetourinaria (B4)

    Pada inspeksi didapatkan bentuk alat kelamin normal, tidak ada

    massa/benjolan, kebersihan alat kelamin bersih. Frekuensi berkemih 3-4 kali

    per hari. Bau khas amonia, warna kuning jernih dan tempat yang digunakan

    klien adalah pispot, dengan jumlah 1500 cc/hr.

    Masalah keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan

    7) Pencernaan (B5)

    Pada inspeksi mukosa bibir pasien kering, mulut bersih. Bentuk bibir

    normal. Gigi caries, selama sakit pasien tidak menggosok gigi. Tidak ada

    kesulitan menelan. Abdomen supel tidak terdapat benjolan ataupun asites.

  • 45

    Pada auskultasi peristaltik usus 15 kali per menit. Kebiasaan BAB 1 kali per

    hari dengan konsistensi lembek.

    Masalah keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan.

    8) Muskuloskeletal dan Integumen (B6)

    Pada pasien tidak terdapat fraktur. Kemampuan pergerakan sendi dan

    tungkai bebas. Pada inspeksi kulit kurang bersih. Pada palpasi akral hangat,

    turgor kulit dapat kembali ≤ 3 detik. Kekuatan otot tangan dan kaki kanan (5

    5) sedangkan tangan dan kaki kiri (5 5). Pasien tampak lemas ketika berjalan

    pasien dibantu oleh keluarga saat turun dari tempat tidur. Pasien mengatakan

    badannya lemah karena tidak beraktivitas seperti biasanya.

    Masalah keperawatan : Keletihan

    9) Penginderaan (B7)

    Pada pemeriksaan mata, pupil pasien isokor, konjungtiva anemis,

    sklera putih, palpebra normal. Ketajaman penglihatan pasien normal. Pasien

    tidak menggunakan alat bantu untuk melihat. Pasien tidak ada kesulitan

    membuka mata. Bentuk hidung normal, mukosa hidung lembab, tidak ada

    sekret, ketajaman penciuman normal. Bentuk telinga simetris antara kanan

    dan kiri, ketajaman pendengaran baik. Tidak ada keluhan pada

    pendengarannya dan pasien tidak menggunakan alat bantu apapun untuk

    mendengar.

    Masalah keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan

  • 46

    10) Endokrin (B8)

    Tidak ditemukan adanya pembesaran kelenjar thyroid, tidak ada

    pembesaran kelenjar parotis pada pasien. Pasien tidak memiliki luka gangren.

    Masalah keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan

    11) Data psikososial

    Pasien bersyukur mempunyai anggota tubuh yang lengkap, pasien

    menyukai semua bagian tubuhnya. Pasien berperan sebagai seorang suami dan

    ayah. Pasien merasa puas menjadi seorang laki-laki. Pasien merasa senang

    terhadap perannya sebagai seorang suami dan ayah. Pasien merasa mampu

    melakukan perannya dengan baik. Pasien berharap agar cepat sembuh dan

    dapat melakukan perannya dengan baik. Pasien berharap keluarganya selalu

    mendukung dalam proses penyembuhan. Pasien berharap masyarakat mau

    menerima kondisinya. Pasien tidak malu dengan kondisinya saat ini.

    Hubungan pasien dengan keluarga baik. Keluarga mendukung sepenuh hati.

    Masalah keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan

  • 47

    12) Pemeriksaan penunjang

    (1) Laboratorium

    Tabel 3.1 Data laboratorium Tn.S pada tanggal 20-12-2018 jam : 15.18

    Pemeriksaan Hasil Nilai rujukan

    Leokosit (WBC) 10,47 3,70-10,1

    Eritrosit (RBC) L 3,633 10 L/UL 4,6 - 6,2

    Hemoglobin (HGB) L 11,01 g/DL 13,5 – 18,0

    (2) X-Ray

    Foto thorax Ap : kesan suspect Tuberkulosis paru tanggal 20 Desember

    2018 jam : 15.31.

    13) Terapi

    (1) Infus futrolit 1500 cc/24 jam 20 tpm

    Futrolit merupakan cairan yang digunakan untuk membantu mengatasi

    kebutuhan karbohidrat, cairan dan elektrolit dalam tubuh.

    (2) Injeksi ambacin 3x1 mg

    Obat ini bekerja dengan cara menekan pertumbuhan bakteri didalam

    tubuh.

    (3) Per oral NAC (N-acetylcysteine) 3x1 gr

    N-acetylcysteine adalah golongan mukolitik yang berfungsi untuk

    mengencerkan dahak yang menghalangi saluran pernafasan.

  • 48

    (4) Nebul combivent 2,5 mg /8 jam

    Combivent memiliki cara kerja dengan membuka saluran udara ke paru-

    paru serta melakukan relaksasi atau menegndurkan otot-otot pada saluran

    nafas.

    (5) Terapi OAT

    (1)) Rifampisin 400 mg adalah obat antibiotik yang digunakan untuk

    mengobati beberapa infeksi kibat bakteri.

    (2)) Isoniazid 350 mg adalah antibiotik dengan fungsi melawan bakteri.

    Isoniazid digunakan untuk mengobati dan mencegah Tuberkulosis.

    (3)) Pirazinamid 950 mg merupakan obat antibiotik yang bekerja

    menghentikan pertumbuhan bakteri.

    (4)) Etambutol 600 mg merupakan obat antibiotik dengan fungsi untuk

    menghentikan pertumbuhan bakteri.

  • 49

    ANALISA DATA

    Tabel 3.2 Analisa data pada Tn.S dengan diagnosa medis Tuberkulosis Paru di ruangan Melati RSUD Bangil

    No DATA ETIOLOGI PROBLEM

    1. DS : Pasien mengatakan Penumpukan sekret Ketidak efektifan

    sesak nafas dan bersihan jalan

    batuk nafas

    DO:-Px tampak batuk

    -Terdapat sekret putih

    kental

    -Ronchi pada lobus

    kanan atas, bawah

    dan lobus kiri bawah

    -Alat bantuu O2 nasal

    kanul 4 lpm

    - TTV :

    TD : 110/80 mmhg

    N : 95 x /menit

    S : 36 ºC

    RR : 22x/menit

    -Pola nafas tidak

    teratur

    Jenis : kusmaul

    -Terdapat retraksi otot

    bantu nafas

    2. DS : - Anoreksia Resiko

    DO: ketidakseimbangan

    • Pasien tampak lemas nutrisi kurang dari

    • Berat badan sebelum kebutuhan tubuh

  • 50

    sakit 63 kg berat

    badan sekarang 60 kg

    • Porsi makan saat di

    rumah sakit 3x ½

    porsi

    • Porsi makan sebelum

    masuk rumah sakit

    3x1 porsi habis

    • Diet lunak 2100 kkal

    dan putih telur

    3. DS: Pasien mengatakan Kurangnya akses Defisit

    tidak tahu tentang terhadap informasi pengetahuan

    manfaat tentang diet yang

    diberikan

    DO:

    • Pasien tampak

    bingung saat ditanya

    tentang makanan apa

    yang harus dikonsumsi

    dan makanan

    yangharus dihindari

    sehubungan dengan

    penyakitnya.

    4. DS : Pasien mengatakan Peningkatan kelelahan Keletihan

    badannya lemah karena fisik sekunder terhadap

    tidak beraktifitas seperti proses infeksi

    biasanya

    DO : Pasien tampak

    lemas saat berjalan dan

  • 51

    dibantu keluarga saat

    turun dari tempat tidur

    Kemapuan melakukan

    ADL : Parsial

    5. DS : Pasien mengatakan Inflamasi paru dan batuk Nyeri akut

    nyeri dada sebelah kiri menetap

    P : Nyeri timbul saat

    bernafas

    Q : Rasanya seperti

    tertindih

    R : Dada sebelah kiri

    S : Skala 6

    T : Nyeri hilang timbul

    dan bertambah ketika

    pasien batuk

    DO : Pasien tampak

    menyeringai

    TD : 110/80 mmHg

    Nadi : 95 x/menit

    RR : 22 x/menit

    Suhu : 36 C

    3.3 Diagnosa Keperawatan

    3.3.1 Daftar Masalah Keperawatan

    3.3.1.1 Ketidakefektifan bersihan jalan nafas

    3.3.1.2 Resiko ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

    3.3.1.3 Defisit pengetahuan

    3.3.1.4 Keletihan

  • 52

    3.3.1.5 Nyeri akut

    3.3.2 Daftar Diagnosa Keperawatan Berdasarkan Prioritas

    3.3.2.1 Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubngan dengan penumpukan secret

    3.3.2.2 Resiko ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubugan

    dengan anoreksia

    3.3.2.3 Nyeri akut berhubungan dengan inflamasi paru dan batuk menetap

    3.3.2.4 Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurangnya akses terhadap informasi

    3.3.2.5 Keletihan berhubungan dengan peningakatan kelelahan fisik sekunder

    terhadap proses infeksi

  • 53

    3.4 Intervensi Keperawatan

    3.4.1 Diagnosa 1 : Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan

    penumpukan sekret

    Tabel 3.3 Intervensi keperawatan pada Tn. S dengan diagnosa ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan penumpukan secret di ruang Melati RSUD Bangil

    Tujuan/ Intervensi

    Rasional

    Kriteria Hasil

    Setelah di lakukan 1. Jelaskan cara mudah 1. Teknik yang benar

    tindakan keperawatan mengeluarkan dahak. dapat mempermudah

    3x24 jam di harapkan mengeluarkan sekret.

    bersihan nafas kembali

    efektif dengan KH : 2. Ajarkan pasien batuk 2. Untuk mempermudah

    -P