Upload
mochamad-ismawan-w
View
20
Download
1
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Karya Tulis Ilmiah yang membahas mengenai dampat negatif dari tayangan televisi.
Citation preview
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Masa remaja merupakan masa dimana dianggap sebagai masa topan badai
dan stress (Storm and Stress). Karena mereka telah memiliki keinginan bebas
untuk menentukan nasib sendiri, kalau terarah dengan baik maka ia akan
menjadi seorang individu yang memiliki rasa tanggungjawab, tetapi kalau
tidak terbimbing maka bisa menjadi seorang yang tak memiliki masa depan den-
gan baik.
Perilaku remaja terdiri dari perilaku kognitif, sosioemosional, dan seksual.
Perilaku kognitif merupakan suatu perilaku remaja yang ditandai dengan
bagaimana pola berpikir dari remaja itu. Sedangkan perilaku sosioemosianal
merupakan suatu perilaku yang erat kaitannya dengan emosi remaja dan
bagaimana remaja berinteraksi dengan kehidupan sosialnya. Dan perilaku seksual
yakni suatu perilaku yang berkaitan erat dengan bagaimana remaja tersebut
berpacaran. Perilaku-perilaku tersebut tentunya berkaitan erat dengan masa puber-
tas. Dimana masa tersebut merupakan masa tumbuh kembang yang dialami oleh
semua remaja.
Pada masa ini memang pertumbuhan dan perkembangan berlangsung
dengan cepat. Itu dinamakan masa pubertas. Pada perempuan pubertas ditandai
dengan menstruasi pertama (menarche), sedangkan pada laki-laki ditandai dengan
mimpi basah. Kini, dikenal adanya pubertas dini pada remaja. Penyebab pu-
bertas dini ialah bahwa bahan kimia DDT sendiri, DDE, mempunyai efek yang
mirip dengan hormon estrogen. Hormon ini diketahui sangat berperan dalam
mengatur perkembangan seks wanita.
Pada masa pubertas itulah perkembangan remaja perlu adanya pen-
gontrolan diri dari orang tua, masyarakat dilingkungan dimana mereka berada.
Karena pada masa itu remaja merasa semakin mampu dalam pengambilan keputu-
san. Remaja yang lebih tua lebih kompeten dalam mengambil keputusan disband-
2
ing remaja yang lebih muda, dimana mereka lebih kompeten daripada anak-anak.
Kemampuan untuk mengambil keputusan tidak menjamin kemampuan itu diterap-
kan, karena dalam kehidupan nyata, luasnya pengalaman adalah penting. Remaja
perlu lebih banyak peluang untuk mempraktekkan dan mendiskusikan keputusan
realistis. Dalam beberapa hal, kesalahan pengambilan keputusan pada remaja
mungkin terjadi ketika dalam realitas yang menjadi masalah adalah prientasi
masyarakat terhadap remaja dan kegagalan untu member mereka pilihan-pilihan
yang memadai. Untuk itu sebagai orang tua, dan masyarakat harus mengenal re-
maja itu pada tingkat perkembangan dalam masa pubertasnya.
Dalam proses perkembangannya ini terjadi pula pembentukan kepribadian
yang menghasilkan tingkahlaku remaja dalam kehidupannya sehari-hari. Proses
pembentukannya tersebut tidak lepas dari adanya beberapa faktor. Penyerapan
informasi adalah salah satunya. Pada zaman era globalisasi ini dalam memperoleh
informasi sudah mengalami perkembangan dan peningkatan, ada banya media
yang dapat kita jadika sebagai sumber informasi, baik media cetak dan elektronik.
Yang saat ini sedang marak dan banyak digunakan masyarakat ialah media
elektronik, televisi salah satunya sebagai media informasi dan komunikasi.
Komunikasi merupakan kebutuhan dasar manusia. Dalam proses komunikasi
terdapat pertukaran informasi. Media massa yang dianggap paling mempengaruhi
khalayaknya dalam hal penyampaian informasi adalah televisi. Kehadiran televisi
dalam kehidupan manusia memunculkan suatu peradaban, khususnya dalam
proses komunikasi dan penyebaran informasi yang bersifat massal dan
menghasilkan suatu efek sosial yang berpengaruh terhadap nilai-nilai sosial dan
budaya manusia.
Program siaran televisi di Indonesia pada umumnya diproduksi oleh stasiun
televisi yang bersangkutan. Stasiun televisi dapat memilih program yang menarik
dan memiliki nilai jual kepada pemasang iklan, sementara perusahaan produksi
acara televisi dapat meraih keuntungan dari produksinya. Pada umumnya isi
program siaran di televisi meliputi acara seperti berita, dialog interaktif, program
3
pedesaan, periklanan, kesenian dan budaya, film, sinetron, pendidikan, kuis,
komedi, dan lain-lain.
Informasi yang diperoleh melalui siaran televisi dapat mengendap dalam daya
ingatan manusia lebih lama dibandingkan dengan perolehan informasi yang sama
tetapi melalui media lain. Alasannya karena informasi yang diperoleh melibatkan
dua indera yaitu pendengaran (audio) dan penglihatan (visual) sekaligus secara
stimultan pada saat yang bersamaan. Kemudian gambar yang disajikan melalui
siaran televisi merupakan pemindahan bentuk, warna, ornamen, dan karakter yang
sesungguhnya dari objek yang divisualisasikan (Muda, 2005).
Kini tayangan berita di televisi semakin banyak dan berkembang sehingga
menyebabkan pihak stasiun televisi berlomba-lomba untuk menyajikan kemasan
berita yang eksklusif dan istimewa agar diminati masyarakat. Berita yang
disajikan terdiri atas tiga jenis, yaitu: hard news, depth news, dan feature news.
Hard news adalah berita mengenai hal-hal penting yang langsung terkait dengan
kehidupan masyarakat dan harus segera diketahui oleh masyarakat, seperti kasus
kriminal.
Siaran berita kriminal di televisi kerap kali menayangkan berita-berita yang
mengandung unsur pornografis, kekerasan, hedonisme, dan sebagainya yang
ditampilkan di layar kaca. Berita tersebut disaksikan oleh berbagai lapisan
masyarakat, diantaranya adalah anak-anak dan remaja. Mereka masih belum dapat
memilih dan memilah mana tayangan yang seharusnya patut dicontoh dan tidak.
Tayangan berita yang demikian dapat mempengaruhi perilaku anak-anak dan
remaja yang notabene masih berjiwa labil. Maka, orangtua dituntut untuk
memiliki andil besar dalam mengontrol perubahan yang terjadi pada anak-anak
dan remaja. Berdasarkan latar belakang ini, maka dilakukanlah penulisan makalah
mengenai pengaruh berita di televisi terhadap perilaku anak-anak dan remaja
1.2. Identifikasi Masalah
4
Berdasarkan fenomena yang tekah dipaparkan sebelumnya dilatar belakang
masalah, maka identifikasi masalah yang ingin di ambil penulis ialah “Bagaimana
upaya dalam mengatasi dampak negatif yang ditimbulkan oleh beberapa tayangan
televisi?”
1.3. Tujuan dan Manfaat
1.3.1 Tujuan
Tujuan dari di buatnya karya tulis ilmiah ini agar masyarakat mengetahui
mengenai dampak positive dan negatif yang ditimbulkan oleh tayangan televisi
1.3.2 Manfaat
Manfaat dari karya tulis ilmiah agar masyarakat dapat selektif dalam
memilih program tayangan televisi dan dapat meminimalisir dampak negatif
tayangan telivisi terhadap pembentukan perilaku para remaja.
BAB II
5
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 MASA REMAJA
2.1.1 Pengertian Masa Remaja
Istilah adolescence atau remaja berasal dari kata latin adolescere (kata ben-
danya, adolescentia yang berarti remaja) yang berarti “tumbuh” atau “tumbuh
menjadi dewasa”.
Menurut Stanley Hall (1) Masa remaja merupakan masa dimana dianggap
sebagai masa topan badai dan stress (Storm and Stress). Karena mereka
telah memiliki keinginan bebas untuk menentukan nasib sendiri, kalau
terarah dengan baik maka ia akan menjadi seorang individu yang
memiliki rasa tanggungjawab, tetapi kalau tidak terbimbing maka bisa
menjadi seorang yang tak memiliki masa depan dengan baik.
Menurut Stanley Hall (2) usia remaja antara 12 sampai usia 23 tahun.
Menurut Erikson (3) masa remaja adalah masa yang akan melalui
krisis dimana remaja berusaha untuk mencari identitas diri (Search
for self - Identity).
Menurut Piaget (4), masa remaja adalah usia di mana individu berintegrasi
dengan masyarakat dewasa, usia di mana anak tidak lagi merasa di bawah
tingkat orang-orang yang lebih tua, melainkan berada dalam tingkatan
yang sama, sekurang-kurangnya dalam masalah hak.
WHO (5) mendefinisikan masa remaja merupakan periode perkembangan
antara pubertas, perlihan biologis masa anak-anak dan masa dewasa, yaitu
antara umur 10-20 tahun.
2.1.2 Ciri-Ciri Masa Remaja
6
Seperti halnya dengan semua periode yang penting selama rentang kehidu-
pan, masa remaja mempunyai cirri-ciri tertentu yang membedakannya dengan pe-
riode sebelum dan sesudahnya. Ciri-ciri tersebut diantaranya adalah :
a. Masa remaja sebagai periode yang penting
b. Masa remaja sebagai periode peralihan
c. Masa remaja sebagai periode perubahan
d. Masa remaja sebagai usia bermasalah
e. Masa remaja sebagai masa mencari identitas
f. Masa remaja sebagai usia yang menimbulkan ketakutan
g. Masa remaja sebagai masa yang tidak realistic
h. Masa remaja sebagai ambang masa dewasa
Ciri – Ciri Khusus Masa Remaja (6 )
a. ertumbuhan fisik yang sangat cepat
b. Emosinya yang tidak stabil
c. Perkembangan seksual sangat menonjol
d. Cara berpikirnya bersifat kausalitas ( hukum sebab akibat )
e. Terikat erat dengan kelompoknya
2.1.3 Perkembangan Perilaku Remaja
Perkembangan perilaku remaja pada masa pubertas ditandai dengan pe-
rubahan-perubahan akibat pubertas yaitu sebagai berikut :
1. Perkembangan Perilaku Kognitif Remaja
Perkembangan kognitif remaja, dalam pandangan Jean Piaget (seo-
rang ahli perkembangan kognitif) merupakan periode terakhir dan tertinggi
dalam tahap pertumbuhan operasi formal (period of formal operations). Pada
periode ini, idealnya para remaja sudah memiliki pola pikir sendiri dalam
usaha memecahkan masalah-masalah yang kompleks dan abstrak. Kemampuan
berpikir para remaja berkembang sedemikian rupa sehingga mereka dengan mu-
dah dapat membayangkan banyak alternatif pemecahan masalah beserta ke-
mungkinan akibat atau hasilnya. Kapasitas berpikir secara logis dan abstrak
7
mereka berkembang sehingga mereka mampu berpikir multi-dimensi seperti
ilmuwan.
Para remaja tidak lagi menerima informasi apa adanya, tetapi mereka
akan memproses informasi itu serta mengadaptasikannya dengan pemikiran
mereka sendiri. Mereka juga mampu mengintegrasikan pengalaman masa
lalu dan sekarang untuk ditransformasikan menjadi konklusi, prediksi, dan ren-
cana untuk masa depan. Dengan kemampuan operasional formal ini, para re-
maja mampu mengadaptasikan diri dengan lingkungan sekitar mereka.
Masa remaja ialah masa semakin meningkatnya pengambilan keputusan.
Remaja yang lebih tua lebih kompeten dalam mengambil keputusan disbanding
remaja yang lebih muda, dimana mereka lebih kompeten daripada anak-anak. Ke-
mampuan untuk mengambil keputusan tidak menjamin kemampuan itu diterap-
kan, karena dalam kehidupan nyata, luasnya pengalaman adalah penting. Remaja
perlu lebih banyak peluang untuk mempraktekkan dan mendiskusikan keputusan
realistis. Dalam beberapa hal, kesalahan pengambilan keputusan pada remaja
mungkin terjadi ketika dalam realitas yang menjadi masalah adalah prientasi
masyarakat terhadap remaja dan kegagalan untu member mereka pilihan-pilihan
yang memadai (10).
2. Perkembangan Perilaku Sosioemosional Remaja
Masa remaja merupakan masa yang penuh gejolak. Pada masa ini mood
(suasana hati) bisa berubah dengan sangat cepat. Perubahan mood (swing) yang
drastis pada para remaja ini seringkali dikarenakan beban pekerjaan rumah,
pekerjaan sekolah, atau kegiatan sehari-hari di rumah. Meski mood remaja
yang mudah berubah-ubah dengan cepat, hal tersebut belum tentu merupakan
gejala atau masalah psikologis.
Dalam hal kesadaran diri, pada masa remaja para remaja mengalami
perubahan yang dramatis dalam kesadaran diri mereka (self-awareness). Mereka
sangat rentan terhadap pendapat orang lain karena mereka menganggap
bahwa orang lain sangat mengagumi atau selalu mengkritik mereka seperti
mereka mengagumi atau mengkritik diri mereka sendiri. Anggapan itu mem-
8
buat remaja sangat memperhatikan diri mereka dan citra yang direfleksikan
(self-image).
Remaja cenderung untuk menganggap diri mereka sangat unik dan
bahkan percaya keunikan mereka akan berakhir dengan kesuksesan dan kete-
naran. Remaja putri akan bersolek berjam-jam di hadapan cermin karena ia
percaya orang akan melirik dan tertarik pada kecantikannya, sedang remaja
putra akan membayangkan dirinya dikagumi lawan jenisnya jika ia terlihat unik
dan “hebat”.
Para remaja juga sering menganggap diri mereka serba mampu, sehingga
seringkali mereka terlihat “tidak memikirkan akibat” dari perbuatan mereka.
Tindakan impulsif sering dilakukan; sebagian karena mereka tidak sadar dan
belum biasa memperhitungkan akibat jangka pendek atau jangka panjang.
Remaja yang diberi kesempatan untuk mempertangung-jawabkan per-
buatan mereka, akan tumbuh menjadi orang dewasa yang lebih berhati-hati,
lebih percaya-diri, dan mampu bertanggung-jawab. Rasa percaya diri dan
rasa tanggung-jawab inilah yang sangat dibutuhkan sebagai dasar pemben-
tukan jati- diri positif pada remaja. Kelak, ia akan tumbuh dengan penilaian posi-
tif pada diri sendiri dan rasa hormat pada orang lain dan lingkungan. Bimbin-
gan orang yang lebih tua sangat dibutuhkan oleh remaja sebagai acuan
bagaimana menghadapi masalah itu sebagai “seseorang yang baru”; berbagai
nasihat dan berbagai cara akan dicari untuk dicobanya.
Dapat dimengerti bahwa akibat yang luas dari masa puber pada keadaan
fisik remaja juga memperngaruhi sikap dan perilaku. Namun ada bukti yang me-
nunjukkan bahwa perubahan dalam sikap dan perilaku yang terjadi pada saat ini
lebih merupakan akibat dari perubahan sosial daripada akibat perubahan kelenjar
yang berpengaruh pada keseimbangan tubuh. Semakin sedikit simpati dan penger-
tian yang diterima remaja puber dari orang tua, kakak-adik, guru-guru, dan teman-
teman dan semakin besar harapan-harapan social pada periode ini, semakin besar
akibat psikologis dari perubahan-perubahan fisik.
Pada umumnya pengaruh masa puber lebih banyak pada remaja perem-
puan daripada remaja laki-laki, sebagian disebabkan karena remaja perempuan bi-
9
asanya lebih cepat matang daripada remaja laki-laki dan sebagian karena banyak
hambatan-hambatan social mulai ditekankan pada perilaku remaja perempuan jus-
tru pada saat remaja perempuan mencoba untuk membebaskan diri dari berbagai
pembatasan. More membahas sebab-sebab mengapa remaja laki-laki tidak banyak
berpengaruh oleh perubahan-perubahan masa puber seperti halnya remaja perem-
puan:
Masa puber rupanya lebih merupakan kejadian yang berlangsung se-
cara bertahap. Tidak terjadi secara serentak dengan kepesatan perkembangan
seperti yang dialami remaja perempuan. Rangsangan yang ditimbulkan sama
kuatnya atau lebih kuat bagi pria namun ia mempunyai kesempatan lebih
akrab untuk menyesuaikan dirinya.
Karena mencapai masa puber lebih dulu, remaja perempuan lebih cepat
menunjukkan tanda-tanda perilaku yang mengganggu daripada remaja laki-laki.
Tetapi perilaku remaja perempuan lebih cepat stabil daripada remaja laki-laki, dan
remaja perempuan mulai berperilaku seperti sebelum masa puber.
Seberapa serius perubahan masa puber akan mempengaruhi perilaku seba-
gian besar bergantung pada kemampuan dan kemauan remaja puber untuk men-
gungkapkan keprihatinan dan kecemasannya kepada orang lain sehingga dengan
begitu ia dapat memperoleh pandangan yang baru dan yang lebih baik. Seperti
yang dijelaskan Dunbar, “Reaksi efektif terhadap perubahan terutama ditentukan
oleh kemampuan untuk berkomunikasi…. Komunikasi adalah cara untuk men-
gatasi kecemasan yang selalu disertai tekanan”. Remaja yang merasa sulit atau
tidak mampu berkomunikasi dengan orang lain lebih banyak berperilaku negatif
daripada remaja yang mampu dan mau berkomunikasi (11)
Akibat perubahan masa puber pada sikap dan perilaku remaja adalah sebagai
berikut (12) :
1. Ingin Menyendiri
Kalau perubahan pada masa puber mulai terjadi, remaja biasanya menarik diri dari
teman-teman dan dari berbagai kegiatan keluarga dan sering bertengkar pada te-
man-teman dan pada anggota keluarga. Remaja puber kerap melamun, sering
tidak dimengerti dan diperlakukan dengan kurang baik, dan ia juga mengadakan
10
ekperimen seks melalui masturbasi. Gejala menarik diri ini mencakup ketidakingi-
nan berkomunikasi dengan orang-orang lain. Dalam masa remaja, remaja
berusaha untuk melepaskan diri dari milieu orang tua dengan maksud untuk men-
emukan dirinya. Erikson menyebutnya untuk menemukan identitas diri (13)
2. Bosan
Remaja puber bosan dengan permainan yang sebelumnya amat digemari, tugas-tu-
gas sekolah, kegiatan-kegiatan sosial, dan kehidupan pada umumnya. Akibatnya,
remaja sedikit sekali bekerja sehingga prestasinya diberbagai bidang menurun.
Remaja menjadi terbiasa untuk tidak mau berprestasi khususnya karena sering
timbul perasaan akan keadaan fisik yang tidak normal.
3. Inkoordinasi
Pertumbuhan pesat dan tidak seimbang mempengaruhi pola koordinasi gerakan,
dan remaja akan merasa kikuk dan janggal selama beberapa waktu. Setelah per-
tumbuhan melambat, koordinasi akan membaik secara bertahap.
4. Antagonisme sosial
Remaja puber seringkali tidak mau bekerja sama, sering membantah, dan menen-
tang. Permusuhan terbuka anatara dua seks yang berlainan diungkapkan dalam
kritik, dan komentar-komentar yang merendahkan. Dengan berlanjutnya masa pu-
ber, remaja kemudian menjadi lebih ramah, lebih dapat bekerja sama dan lebih
sabar kepada orang lain.
5. Emosi yang meninggi
Kemurungan, merajuk, ledakan amarah dan kecenderungan untuk menangis
karena hasutan yang sangat kecil merupakan ciri-ciri bagian awal masa puber.
Pada masa ini remaja merasa khawatir, gelisah, dan cepat marah. Sedih, mudah
marah, dan suasana hati yang negative sangat sering terjadi selama masa prahaid
dan awal periode haid. Dengan semakin matangnya keadaan fisik remaja, kete-
gangan lambat laun berkurang dan remaja sudah mulai mampu mengendalikan
emosinya.
6. Hilangnya kepercayaan diri
11
Remaja yang tadinya sangat yakin pada diri sendiri sekaran menjadi kurang per-
caya diri dan takut akan kegagalan karena daya tahan fisik menurun dank arena
kritik yang bertubi-tubi datang dari orang tua dan teman-temannya. Banyak re-
maja laki-laki dan perempuan setelah masa puber mempunyai perasaan rendah
diri.
7. Terlalu sederhana
Perubahan tubuh yang terjadi selama masa puber menyebabkan remaja menjadi
sangat sederhana dalam segala penampilannya karena takut orang-orang lain akan
memperhatikan perubahan yang dialaminya dan member komentar yang buruk.
3. Perkembangan Perilaku Seksual Remaja
a. Berpacaran
Berpacaran dikalangan remaja bukanlah merupakan hal yang biasa, dibuk-
tikan dari hampir sebagian responden menyatakan bahwa mereka pernah atau
sedang berpacaran. Sebagian remaja berpendapat bahwa pacaran juga mem-
berikan dampak yang positif, misalnya terpacu untuk belajar lebih giat atau mem-
berikan dampak negatif terhadap perilaku remaja mengarah keseksualitas. Usia
pertama berpacaran berkisar 14-17 tahun. Hal ini di dukung juga dari kegiatan
yang biasa dilakukan remaja ketika berpacaran adalah ngobrol, namun tak jarang
juga berpacaran diselingi dengan berciuman. Mengapa remaja memilih berpacaran
? banyak faktor pendorong yang menyebabkan remaja memilih berpacaran.
Dikalangan remaja muncul trend yang menyatakan bahwa jika seseorang remaja
berpacaran berarti remaja tersebut modern dan tidak “kampungan”. Perkemban-
gan terhadap informasi juga menjadi salah satu pendorong (14)
b. Mengenal Media pornografi
Sebagian besar remaja pernah menggunakan/melihat media pornografi
pada saat berusia 14-17 tahun. Pada masa tersebut merupakan masa remaja den-
gan rasa ingin tahu yang tinggi. Dan sepatutnya pada masa ini, remaja memper-
oleh informasi seks yang benar sehingga remaja tidak salah dalam bertingkah
laku. Informasi tersebut memang sangat diperlukan oleh remaja. Informasi men-
genai kesehatan reproduksi merupakan hal yang perlu diketahui bagi remaja.
12
Lembaga pendidikan hendaknya memikirkan bagaimana agar informasi tersebut
dapat diberikan melalui sekolah oleh seorang guru tau dijadikan suatu mata pela-
jaran penunjang byang memiliki kurikulum pelajaran.
Media yang biasa/ sering digunakan remaja yaitu foto/gambar (semakin
maraknya internet sehingga remaja memanfaatkannya untuk hal yang negatif den-
gan mengunjungi situs-situs X yang memberikan informasi seks yang tidak ter-
batas), majalah dan VCD/ film (semakin banyak dan mudahnya diperoleh remaja
didukung dengan harga yang relatif terjangkau).
Kebanyakan remaja menggunakanmedia pornografiu di rumah, sekolah,
bioskop atau rumah teman. Remaja cenderung memilih di rumah teman, karena
merasa lebih leluasa dan dapat berdiskusi bersama jika ada yang tidak dipahami.
Sumber media pornografi sebagian besar diperoleh melalui teman, menyewa atau
membelinya sendiri akibat dorongan rasa ingintahu yang tinggi. Keinginan tahu
remaja adalah hal yang wajar, namun bagaimana mengemasnya dan cara penyam-
paian informasi yang tepat, gar remaja tidak salah menafsirkannya.
c. Mengalami Masalah Masturbasi dan Hubungan seksual
Pemahaman remaja mengenai masturbasi atau onani masih sangatlah ren-
dah. Dan dikalangan remaja berpendapat bahwa jika melakukan masturbasi atau
onani berarti melakukan perbuatan yang melanggar norma. Hubungan seksual
merupakan perilaku seksual yang tertinggi, karena jika remaja berani melakukan
hal tersebut berarti remaja telah dan harus siap menerima segala resiko yang akan
dihadapi.
Pada umumnya usia pertama kali melakukan hal tersebut berkisar 15-19
tahun. Pada masa ini memang secara fisik telah siap, namun banyak hal lain perlu
diingat bahwa resikonya pun akan besar. Pacar merupakan pasangan utama
melakukan hubungan seks tersebut. Hal ini berarti kondisi pacaran dapat men-
dorong dan merangsang untuk melakukannya. Didukung dengan pacaran yang di-
lakukan di rumah tanpa adanya pengawasan dari orang tua atau saudara. Alasan
utama remaja melakukan hubungan seksual adalah karena cinta atau sama-sama
mau, terangsang dan rasa ingin tau. Jika dilihat dari umur remaja pertama kali
13
melakukan hubungan seksual, telah dapat tercermin bahwa memang ketiga alasan
di atas lah yang mendorong seorang remaja menyerahkan kehormatannya (15 )
d. Mengalami berbagai Permasalahan Remaja
Apabila remaja dihadapkan dalam suatu kondisi yang tidak diinginkan
maka tjika terjadi kehamilan, remaja kebanyakan akan memilih akan meneruskan-
nya dan menikah, karena menurut kalangan remaja bahwa pengguguran kandun-
gan merupakan perbuatan yang tercela. Dan jika pun pengguguran kandungan
yang dipilih maka hal tersebut akan dilakukan dengan seorang dokter kandungan.
2.2 Tayangan Televisi
Acara televisi atau program televisi merupakan acara-acara yang ditayangkan
oleh stasiun televisi. Secara garis besar, program TV dibagi menjadi program
berita dan program non-berita.
2.2.1 Jenis
Jenis program televisi dapat dibedakan berdasarkan bentuk jadi (format)
teknis atau berdasarkan isi. Bentukjadi teknis merupakan bentuk jadi umum yang
menjadi acuan terhadap bentuk program televisi seperti gelar wicara (talk show),
dokumenter, film, kuis, musik, instruksional, dll. Berdasarkan isi, program televisi
berbentuk non-berita dapat dibedakan antara lain berupa program hiburan, drama,
olahraga, dan agama. Sedangkan untuk program televisi berbentuk berita secara
garis besar digolongkan ke dalam warta penting (hard news) atau berita-berita
mengenai peristiwa pcnting yang baru saja terjadi dan warta ringan (soft news)
yang mengangkat berita bersifat ringan.
2.2.2 Pengaturan penayangan
14
Pengaturan penayangan program televisi di sebuah stasiun televisi
biasanya diatur oleh bagian pemrograman siaran atau bagian perencanaan siaran.
Pada umumnya, pihak perencanaan siaran mengatur jadwal penayangan satu
program televisi berdasarkan perkiraan kecenderungan menonton peminat
program tersebut. Misalnya, pengaturan jadwal tayang siaran berita di pagi hari
disesuaikan dengan kecenderungan peminat penonton siaran berita.
2.2.3 Pengukuran keberhasilan
Keberhasilan sebuah program TV saat ini diukur oleh tingkat konsumsi
program tersebut oleh pemirsa atau biasa disebut pemeringkatan. Pengukuran
peringkat dilakukan oleh lembaga riset yang menempatkan alat bernama "people
meter" pada beberapa responden.
2.2.4 Evaluasi Tayangan Acara
Acara Televisi di Indonesia semakin bervariasi. Jika dahulu acara paling
favorit adalah acara-acara kuis, sinetron, dan siaran langsung sepakbola, maka
saat ini ada berbagai pilihan acara televisi yang fresh dan inovatif. Ada berbagai
macam hal yang bisa dieksplor dari kebudayaan dan kehidupan masyarakat di
Indonesia. Salah satu acara reality show yang menarik di salah satu stasiun TV,
mengangkat kisah kehidupan masyarakat dari lapisan bawah yang bisa membuka
mata kita bahwa ada banyak orang yang sebenarnya hidup dalam kesulitan. Dalam
tayangan tersebut dikisahkan bagaimana orang yang hidup serba mapan dan
nyaman di kota, bisa ikut merasakan seperti apa beratnya kehidupan. Acara
televisi seperti ini bisa memberikan nilai moral dan pelajaran yang berharga.
Seharusnya stasiun TV yang ada di Indonesia lebih banyak memberikan
tayangan yang bersifat informatif dan edukatif dalam porsi yang cukup. Tidak
hanya sekedar kejar rating dengan tayangan-tayangan yang bisa populer namun
sifatnya hanya hiburan semata. Belum lagi dengan derasnya budaya konsumtif
yang datang dari luar, jika tidak hati-hati akan turut mempengaruhi pola berpikir
banyak orang lewat tayangan tersebut. Beruntung beberapa tahun terakhir ini
15
tayangan televisi di Indonesia diperketat. Bahkan dalam beberapa tayangan film
harus mensensor adegan merokok maupun tampilan syur dari para bintang film
khususnya mancanegara. Hal ini tentu menjadi sebuah kemajuan tersendiri. Pada
penayang acara tidak boleh hanya kejar tayang saja, namun juga harus
bertanggung jawab dengan tayangan tersebut. Karenanya proses editing dan
sensor yang teliti bisa menjadi langkah awalnya.
BAB III
PEMBAHASAN
16
Pengaruh Tayangan Televisi Terhadap Anak sangat kuat, bahkan cenderung
ke dampak negatifnya dari pada dampak positifnya, apalagi tayangan sinetron
laga, percintaan, dan kehidupan sosialnya. Mereka lebih meniru tokoh antagonis
dari pada protagonis, karena dirasa tokoh antagonis lebih menguntungkan dari
pada tokoh protagonis yang terkesan lemah dan kalah.
Televisi adalah alat komunikasi satu arah jarak jauh yang berupa alat elektronik
yang menampilkan suara dan gambar atau audio visual. Semakin banyaknya
stasiun televisi swasta yang bermunculan, menimbulkan masalah tersendiri dalam
dunia pendidikan di Indonesia. Anak cenderung lebih memilih menonton
tayangan televisi, dari pada membaca buku atau belajar.
Televisi dapat juga disebut sebagai sebuah keajaiban dalam dunia walaupun hanya
berbentuk sebuah kotak elektronik yang sederhana yang mampu secara efektif
berperan sebagai media massa dalam berbagai informasi dengan gambar hidup,
berwarna-warni dan bergerak. Sehingga dapat memikat, membius dan menggiring
seluruh perhatian para pemirsanya, itulah sebabnya, sebagian besar pemirsa
menganggap bahwa informasi apa saja yang ditayangkan televisi adalah benar,
apa saja yang disajikan oleh televisi adalah baik, sehingga mereka memutuskan
bahwa televisi merupakan satu-satunya sumber dan pusat informasi yang benar,
baik dan akurat, bahkan televisi dianggap sebagai guru yang wajib ditiru dan
diikuti, alat yang paling efisien dan efektif untuk mengenal mempelajari dan
mendapatkan berbagai hal dalam hidup dan kehidupan ini ketimbang berbagai
buku bacaan yang dianggap menyita waktu.
Program acara yang disajikan televisi, sangat mempengaruhi sikap penontonnya
setelah atau pada waktu melihat tayangan televisi tersebut. Banyak fakta yang kita
jumpai dari informasi yang disampaikan televisi, baik fakta positif maupun fakta
negatif. Sehingga hal ini baik secara langsung atau tidak langsung akan
mempengaruhi akhlak penontonnya ke arah positif atau ke arah negatif, sehingga
17
ada dua pengaruh atau dampak tayangan televisi terhadap akhlak anak, yaitu:
3.1 Dampak positif tayangan televisi:
Televisi dapat memberikan pengaruh yang positif bagi para pemirsa yang
menyaksikan program acara atau tayangan televisi. Adapun pengaruhnya yang
bersifat positif sebagai berikut:
1. Televisi sebagai sumber informasi yang update.
2. Dapat memberikan informasi peluang usaha untuk belajar bisnis bagi para
anak.
3. Adanya acara atau tayangan yang bernuansakan pendidikan atau
pengetahuan seperti cerdas cermat, berita dan lain sebagainya.
4. Sebagai sumber belajar bagi siswa dalam menyelesaikan tugas yang
diberikan oleh guru.
3.2 Dampak negatif tayangan televisi:
Tayangan televisi tidak hanya memberikan pengaruh yang positif saja, tetapi acara
televisi lebih banyak memberikan pengaruh yang negatif kepada sikap para
pemirsanya setelah atau pada waktu melihat tayangan televisi, sehingga akan
mempengaruhi akhlak penonton ke arah negatif. Adapun pengaruhnya tayangan
televisi yang bersifat negatif sebagai berikut:
• Berpengaruh Terhadap Perkembangan Otak
Terhadap perkembangan otak anak usia 0-3 tahun dapat menimbulkan gangguan
perkembangan bicara, menghambat kemampuan membaca-verbal maupun
pemahaman. Juga, menghambat kemampuan anak dalam mengekspresikan pikiran
melalui tulisan, meningkatkan agresivitas dan kekerasan dalam usia 5-10 tahun,
serta tidak mampu membedakan antara realitas dan khayalan.
• Mendorong Anak Menjadi Konsumtif
Anak-anak merupakan target pengiklan yang utama sehingga mendorong mereka
menjadi konsumtif
18
• Berpengaruh Terhadap Sikap
Anak yang banyak menonton TV namun belum memiliki daya kritis yang tinggi,
besar kemungkinan terpengaruh oleh apa yang ditampilkan di televisi. Mereka
bisa jadi berpikir bahwa semua orang dalam kelompok tertentu mempunyai sifat
yang sama dengan orang di layar televisi. Hal ini akan mempengaruhi sikap
mereka dan dapat terbawa hingga mereka dewasa.
•Mengurangi semangat belajar
Bahasa televisi simpel, memikat, dan membuat ketagihan sehingga sangat
mungkin anak menjadi malas belajar
• Membentuk pola pikir sederhana
Terlalu sering menonton TV dan tidak pernah membaca menyebabkan anak akan
memiliki pola pikir sederhana, kurang kritis, linier atau searah dan pada akhirnya
akan mempengaruhi imajinasi, intelektualitas, kreativitas dan perkembangan
kognitifnya
• Mengurangi konsentrasi
Rentang waktu konsentrasi anak hanya sekitar 7 menit, persis seperti acara dari
iklan ke iklan, akan dapat membatasi daya konsentrasi anak.
• Mengurangi kreativitas
Dengan adanya TV, anak-anak jadi kurang bermain, mereka menjadi manusia-
manusia yang individualistis dan sendiri. Setiap kali mereka merasa bosan,
mereka tinggal memencet remote control dan langsung menemukan hiburan.
Sehingga waktu liburan, seperti akhir pekan atau libur sekolah, biasanya
kebanyakan diisi dengan menonton TV. Mereka seakan-akan tidak punya pilihan
lain karena tidak dibiasakan untuk mencari aktivitas lain yang menyenangkan. Ini
membuat anak tidak kreatif.
• Meningkatkan kemungkinan obesitas (kegemukan)
Kita biasanya tidak berolahraga dengan cukup karena kita biasa menggunakan
waktu senggang untuk menonton TV, padahal TV membentuk pola hidup yang
tidak sehat. Penelitian membuktikan bahwa lebih banyak anak menonton TV,
lebih banyak mereka mengemil di antara waktu makan, mengonsumsi makanan
yang diiklankan di TV dan cenderung memengaruhi orangtua mereka untuk
19
membeli makanan-makanan tersebut. Anak-anak yang tidak mematikan TV
sehingga jadi kurang bergerak beresiko untuk tidak pernah bisa memenuhi potensi
mereka secara penuh. Selain itu, duduk berjam-jam di depan layar membuat tubuh
tidak banyak bergerak dan menurunkan metabolisme, sehingga lemak bertumpuk,
tidak terbakar dan akhirnya menimbulkan kegemukan.
• Merenggangkan hubungan antar anggota keluarga
Kebanyakan anak kita menonton TV lebih dari 4 jam sehari sehingga waktu untuk
bercengkrama bersama keluarga biasanya ‘terpotong’ atau terkalahkan dengan
TV. 40% keluarga menonton TV sambil menyantap makan malam, yang
seharusnya menjadi ajang ’berbagi cerita’ antar anggota keluarga. Sehingga bila
ada waktu dengan keluarga pun, kita menghabiskannya dengan mendiskusikan
apa yang kita tonton di TV. Rata-rata, TV dalam rumah hidup selama 7 jam 40
menit. Yang lebih memprihatinkan adalah terkadang masing-masing anggota
keluarga menonton acara yang berbeda di ruangan rumah yang berbeda.
• Matang secara seksual lebih cepat
Banyak sekali sekarang tontonan dengan adegan seksual ditayangkan pada waktu
anak menonton TV sehingga anak mau tidak mau menyaksikan hal-hal yang tidak
pantas baginya. Dengan gizi yang bagus dan rangsangan TV yang tidak pantas
untuk usia anak, anak menjadi balig atau matang secara seksual lebih cepat dari
seharusnya. Dan sayangnya, dengan rasa ingin tahu anak yang tinggi, mereka
memiliki kecenderungan meniru dan mencoba melakukan apa yang mereka lihat.
Akibatnya seperti yang sering kita lihat sekarang ini, anak menjadi pelaku dan
sekaligus korban perilaku-perilaku seksual. Persaingan bisnis semakin ketat antar
Media, sehingga mereka sering mengabaikan tanggung jawab sosial,moral &
etika.
Tidak sedikit kasus tentang keluhan masyarakat mengenai tayangan televisi.
Salah satunya dimuat dalam REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA-- Ketua KPI
Judhariksawan mengatakan banyak masyarakat yang mengeluhkan isi tayangan
televisi. Tayangan televisi tersebut, lanjutnya, dapat memberikan dampak negatif
20
kepada masyarakat.
"Bisa membentuk watak karakter bangsa yang kurang baik. KPI diharapkan untuk
jangan ragu-ragu semakin tegas untuk menegakkan hukum penyiaran ini," katanya
di Kantor Wakil Presiden, Kamis (13/11).
KPI pun menemui wakil presiden Jusuf Kalla untuk membahas penegakan hukum
penyiaran. "Bapak wapres memberikan arahan terkait penegakan hukum
penyiaran. Dimana KPI diharapkan bisa menjalin kerjasama dengan penegak
hukum," katanya.
Judhariksawan mengatakan KPI hanya dapat melakukan pengawasan terhadap isi
siaran. Sehingga, sinergi dengan aparatur penegak hukum pun sangat diperlukan.
"Apakah dengan Kemenkominfo terkait pengaturan frekuensi dan izin frekuensi
atau aparatur penegak hukum seperti kepolisian terkait jika terjadi pelanggaran
pidana penyiaran yang ada aturannya dalam UU," jelas Judhariksawan.
Ia menerangkan, sejauh ini, menurut UU, KPI hanya memiliki wewenang untuk
memberikan sanksi administratif seperti teguran tertulis, pengurangan durasi
siaran, dan penghentian siaran. KPI tidak dapat menjatuhkan hukuman pidana
terhadap lembaga penyiaran yang melakukan pelanggaran.
Meskipun begitu, KPI sebagai lembaga pengawas memiliki kewenangan untuk
menemukan tindak pidana penyiaran. Penemuan tersebut, lanjutnya, dapat
diteruskan kepada aparatur yang berwenang. Meskipun begitu, ia mengatakan tak
setiap pelanggaran yang dilakukan oleh institusi penyiaran dapat dipidanakan.
"Ada beberapa kategori pelanggaran. Misalnya isi siaran itu tidak boleh berisi
fitnah bohong atau menyesatkan. Salah satu yang ada di UU penyiaran.
21
Ancamannya adalah pidana. Itu dipandang sebagai tindak pidana penyiaran,"
katanya.
3.3 Upaya Mengatasi Dampak Negatif dari Tayangan Televisi
Berdasarkan ekperimen yang dilakukan oleh Bandura, dapat dilihat bahwa bahwa
anak-anak mudah sekali melakukan modelling. Oleh karena itu, tayangan TV
yang tidak sesuai bagi anak dapat membentuk dan meningkatkan perilaku agresif
mereka.
Untuk mencegah dampak negatif tayangan televisi, berikut beberapa cara yang
dapat di lakukan:
Usahakan untuk mendampingi anak anda ketika menonton dan diskusikan
tayangan tersebut bersama. Dengan cara ini, anak anda tidak hanya
sekedar menonton tetapi mereka juga dapat memetik pelajaran (insight)
dari tayangan yg mereka tonton.
Buatlah jadwal menonton TV dan daftar film apa saja yang boleh ditonton
anak anda. Di luar jadwal tersebut, anda bisa mengisinya dengan “quality
time” bersama anak anda, misalnya membantu mengerjakan PR, mengajari
mereka memasak, berolahraga bersama, dan lain-lain
Maraknya tayangan yang tidak bermutu seperti sinetron dan reality show
yang direkayasa dapat disiasati dengan berlangganan TV kabel. Banyak
tayangan TV kabel yang bermutu bagi anak seperti Discovery Channel for
Kids atau National Geographic. Satu lagi keuntungan TV kabel adalah
anda dapat memproteksi saluran-saluran tertentu sehingga tidak dapat
ditonton anak anda.
Dalam menonton film di televisi, selalu lihat rating film tersebut. Di
Indonesia, biasanya rating tayangan TV dibagi menjadi SU (semua umur),
BO (Bimbingan Orangtua), dan D (Dewasa). Untuk film-film Amerika,
ratingnya dikeluarkan oleh MPAA (Motion Picture Association of
America). Rating ini bisa anda temukan di DVD yang biasa anda beli
untuk mengetahui apakah film-film tersebut layak dikonsumsi oleh anak-
22
anak. Rating G (General Audience) untuk semua umur, PG (Parental
Guidance Suggested) untuk semua umur tapi sebaiknya dengan bimbingan
orangtua, PG-13 (Parents Strongly Cautioned) beberapa materi tidak
sesuai untuk anak di bawah 13 tahun, R (Restricted) untuk mereka yang
berusia 17 tahun ke atas, dan NC-17 (No One 17 and Under Admitted)
untuk orang dewasa (dulu rating NC-17 menggunakan rating X atau semi
porno).
Terakhir tapi tidak kalah penting, bekerjasamalah dengan seluruh
penghuni rumah anda (termasuk pembantu anda) untuk mengatur tayangan
televisi di rumah anda karena inkonsistensi dapat membuat anak anda
bingung. Segeralah mengganti saluran atau matikan televisi jika ada
adegan yang tidak sesuai bagi anak anda.
Batasi jam menonton anak, walaupun sulit dan mungkin ada perlawanan
dari anak sendiri, tetapi dengan memberikan pengertian kepadanya
diharapkan anak akan sedikit merubah kebiasaan menonton televisi.
Dampingi anak ketika menonton televisi. Berikan pengertian seputar apa
yang sedang ditontonnya. Bila ada muatan kekerasan didalamnya, beri
pengertian bahwa hal tersebut tidak baik
Agar anak dapat mengalihkan konsentrasinya pada kebiasaan menonton
televisi, lebih baik jika Anda berikan buku-buku bacaan atau Anda bisa
mengajak untuk melakukan kegiatan di luar rumah tentunya dengan
pengawasan Anda.
BAB IV
PENUTUP
23
4.1 Kesimpulan
Berdasarkan kajian yang telah diuraikan di atas dapat disimpulkan bahwa
pengaruh yang timbul akibat adanya tayangan berita di televisi terhadap perilaku
anak-anak dapat berupa pengaruh negatif. Siaran berita di televisi berpengaruh
terhadap anak-anak karena kemampuan menciptakan kesan dan persepsi bahwa
suatu muatan dalam layar kaca menjadi lebih nyata dari realitasnya sehingga
mereka ingin mencoba apa yang mereka lihat di televisi itu agar dapat disebut
sebagai anak gaul di lingkungannya. Oleh sebab itu peran orang tua tidak bisa
diabaikan, disiplin dan pengawasan orang tua mutlak diperlukan. Sikap orang tua
terhadap televisi akan mempengaruhi perilaku anak mereka. Apabila orang tua
mereka mengajarkan dan membimbing ke arah yang baik, maka anak atau remaja
tersebut tidak akan terjerumus ke hal-hal yang tidak baik, dan begitupun
sebaliknya.
4.2 Saran
Remaja memerlukan bimbingan baik dari keluarga atau lingkungannya,
remaja yang mengalami masa pubertas akan terus mencari identitas diri mereka
hingga mereka menemukan identitas diri mereka yang sebenarnya, pencarian
identitas diri tersebut yang memerlukan bimbingan agar mereka dapat
menemukan identitas diri yang sesuai dengan dirinya dan norma yang ada.
Identitas diri tersebut yang nantinya akan menentukan bagaiman perilaku mereka.
Pencarian identitas diri pada remaja dapat di bimbing oleh keluarga atau
lingkungan, baik itu lingkungan sekolah atau lingkungan di luar sekolah.
Bimbingan oleh keluarga dilakukan dengan memberitahukan batasan-batasan
norma yang yang berlaku di agama ataupun masyarakat, pemberitahuan tentang
norma tersebut diharapkan agar remaja dapat berprilaku sesuai dengan norma
yang ada. Sedangkan bimbingan yang dilakukan di sekolah dengan cara
memberikan pelajaran tentang moral, norma dan masa pubertas. Lingkungan di
luar sekolah juga dapat mempengaruhi perilaku remaja, karena lingkungan yang
24
baik tentunya juga akan memberikan contoh perilaku yang baik bagi remaja yang
ada di lingkungannya.