Upload
novalja-nega-nusantara
View
542
Download
8
Embed Size (px)
Citation preview
LAPORAN KASUS BESAR
SEORANG LAKI-LAKI 67 TAHUN
DENGAN PENYAKIT PARU OBSTRUKTIF EKSASERBASI AKUT,
INFILTRAT PARU, HIPERTENSI STAGE II, DAN HIPERGLIKEMIA
Diajukan guna melengkapi tugas kepaniteraan seniorIlmu Penyakit Dalam
Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro
Oleh :
Novalja Nega Nusantara22010110200108
Pembimbing
dr. Bambang Joni,Sp.PD
BAGIAN ILMU PENYAKIT DALAMFAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG2012
HALAMAN PENGESAHAN
Nama Mahasiswa : Novalja Nega Nusantara
NIM : 22010110200108
Bagian : Ilmu Penyakit Dalam FK UNDIP
Judul kasus besar : Seorang Laki-laki 67 tahun dengan Penyakit Paru
Obstruktif Eksaserbasi Akut, Infiltrat Paru,
Hipertensi Stage II, dan Hiperglikemia
Semarang, April 2012
Pembimbing
dr. Bambang Joni, Sp.PD
2
BAB I
LAPORAN KASUS
I. IDENTITAS PENDERITA
Nama : Tn. S
Umur : 67 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Pendidikan : SD
Alamat : Gisikdrono, RT 3/RW 11, Semarang
Agama : Islam
Suku Bangsa : Jawa
Masuk RSDK : 29 Maret 2012
No. CM : 6896908
II. DAFTAR MASALAH
No Masalah Aktif Tanggal No Masalah Pasif Tanggal
1. Penyakit Paru
Obstruktif
Eksaserbasi Akut
29/3/2012
2. Infiltrat Paru 29/3/2012
3. Hipertensi Stage II 29/3/2012
4. Hiperglikemi 29/3/2012
3
III. DATA DASAR
A. Anamnesis
Autoanamnesis ( tanggal 29 Maret 2012, pukul 01.00 WIB di UGD
RSUP Dr. Kariadi dan pukul 09.00 di bangsal C3C)
Keluhan Utama : Sesak Nafas
Riwayat Penyakit Sekarang :
a. Lokasi : Dada
b. Onset dan Kronologis :
± 3 bulan sebelum masuk rumah sakit, pasien mulai merasakan
sesak nafas, hilang-timbul, berbicara tersengal-sengal, batuk (+)
dahak (+) warna putih kental. Pasien hanya beli obat di warung
”Asma Soho”.
± 1 minggu sebelum masuk rumah sakit, pasien mengeluhkan
sesak lebih berat, nafas berbunyi ngik-ngik. Sesak tidak
dipengaruhi aktivitas, cuaca, dan emosi. Batuk (+) dahak (+)
putih kekuningan kental. Karena sesak dirasakan makin
memberat, pasien berobat ke UGD RSUP Dr. Kariadi.
c. Kualitas : Terus-menerus.
d. Kuantitas : Sesak nafas sampai mengganggu aktifitas.
f. Faktor memperberat : -
g, Faktor memperingan : Duduk
h. Gejala yang menyertai : terbangun malam hari karena sesak (-),
demam (+) 1 minggu, nglemeng tidak tinggi, menggigil (-), batuk
(+), dahak (+) warna putih kekuningan kental, BB turun (-),
keringat malam hari (-), nyeri dada (-), berdebar-debar (-), mual
(-), muntah (-), sering makan & minum tetapi berat badan
menurun (-), kesemutan (-), mata kabur (-), kaki bengkak (-),
BAB & BAK tidak ada keluhan.
4
Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat batuk lama (-)
Riwayat pengobatan penyakit paru selam 6 bulan disangkal
Riwayat sakit kencing manis (-),
Riwayat asma (-), alergi (-)
Riwayat darah tinggi (-)
Riwayat merokok (+) 40 tahun, sehari + 6-12 batang
(kretek) berhenti 3 bulan lalu
Riwayat Penyakit Keluarga
Riwayat keluarga sakit sesak nafas seperti ini disangkal.
Riwayat keluarga menderita sakit paru disangkal
Riwayat keluarga darah tinggi disangkal
Riwayat sakit kencing manis disangkal
Riwayat sakit jantung disangkal
Riwayat sakit asma disangkal
Riwayat Sosial Ekonomi
Penderita bekerja sebagai tukang parkir. Mempunyai 4 orang
anak yang sudah mandiri. Biaya pengobatan ditanggung oleh
Jamkesmas
Kesan : sosial ekonomi kurang
B. Data Obyektif
Pemeriksaan Fisik
Tanggal 29 Maret 2012, pukul 09.15 WIB di bangsal C3C)
Keadaan Umum : dispneu, orthopneu
Kesadaran : Composmentis ( GCS : E4V5M6 = 15)
Tanda Vital :
T : 150/100 mmHg
N : 100x/menit
RR : 28x/menit
5
T : 37,00 C ( axiller)
BB : 65 kg
TB : 165 cm
BMI : 23,87 kg/m2
Kesan : Normal ( Normoweight)
Kepala : Mesosefal, tugor kulit cukup
Mata :Conjungtiva palpebra pucat -/-, sklera ikterik -/-
Telinga : Discharge -/-, nyeri tekan tragus -/-
Hidung : discharge (-), nafas cuping hidung (-)
Mulut : Bibir pucat (-), sianosis (-), gusi berdarah (-),
pursed lips breathing (+)
Tenggorok : T 1-1, faring hiperemis (-), nyeri telan (-)
Leher : JVP tidak meningkat, deviasi trakea (-),
pembesaran nnll (-), hipertrofi m.
sternocleidomastoideus
Thorax : Sela iga melebar, angulus costae > 90⁰, retraksi
(+) supraclavicular.
Cor
I : Ictus cordis tak tampak
Pa : Ictus cordis teraba di SIC V 2 cm medial linea
mid clavicula sinistra, tidak melebar, tidak
kuat angkat
Pe : Batas kiri : SIC V linea mid clavicula sinistra,
Batas atas : SIC II
Batas kanan : Linea parasternalis dekstra
Au : HR 100x/ menit, reguler. Suara jantung I-II
murni, bising (-), gallop (-)
Pulmo depan
I : Simetris, statis dinamis
Pa : Stem fremitus kanan = kiri
Pe : Hipersonor seluruh lapangan paru
6
Au :Suara dasar vesikuler, suara tambahan ronkhi
basah kasar SIC VI ke bawah (+/+),
wheezing(+/+) saat ekspirasi dan inspirasi,
eksperium diperpanjang
Pulmo belakang
I : Simetris, statis dinamis
Pa : Stem fremitus kanan = kiri
Pe : Hipersonor seluruh lapangan paru
Au :Suara dasar vesikuler, suara tambahan ronkhi
basah kasar vertebra thoracalis VII ke bawah
(+/+), wheezing(+/+) saat ekspirasi dan
inspirasi, eksperium diperpanjang
SD : Vesikuler SD : Vesikuler
ST : Wheezing ST : Wheezing
Abdomen
I : Datar, venektasi (-)
Au : Bising usus (+) normal
Pe : Timpani, pekak sisi (+) normal, pekak alih (-)
Pa : Supel, nyeri tekan (-), Hepar dan Lien tidak teraba
7
Ekstremitas : Superior Inferior
Sianosis - / - - / -
Akral dingin - / - - / -
Edema - / - - / -
Sensibilitas +N/+N +N / +N
Reflek fisiologis +/+ N +/+ N
Clubbing finger -/- -/-
C. Masalah Psikologi dan Fungsi
Fungsi Depresi : 3/15
Skor minimental : 0/10
Skor Norton : 20/20
AKS : A
Keterangan :
Pemeriksaan Khusus Geriatri :
SKALA DEPRESI GERIATRI
No Apakah.. Ya Tidak
1. Anda sebenarnya puas dengan kehidupan anda? Ya Tidak
2. Anda telah meninggalkan banyak kegiatan / minat /
kesenangan anda?
Ya Tidak
3. Anda merasa kehidupan anda kosong? Ya Tidak
4. Anda merasa sering bosan? Ya Tidak
5. Anda mempunyai semangat yang baik setiap saat? Ya Tidak
6. Anda takut sesuatu yang buruk akan terjadi pada diri
anda?
Ya Tidak
7. Anda merasa bahagia untuk sebagian besar hidup anda? Ya Tidak
8
8. Anda sering merasa tidak berdaya? Ya Tidak
9. Anda lebih senang tinggal di rumah daripada keluar dan
mengerjakan sesuatu yang baru?
Ya Tidak
10. Anda merasa mempunyai banyak masalah dengan daya
ingat anda dibanding kebanyakan orang?
Ya Tidak
11. Anda pikir bahwa hidup anda sekarang ini
menyenangkan?
Ya Tidak
12. Anda merasa tidak berharga seperti perasaan anda saat
ini?
Ya Tidak
13. Anda merasa anda penuh semangat? Ya Tidak
14. Anda merasa bahwa keadaan anda tidak ada harapan? Ya Tidak
15. Anda pikir bahwa orang lain lebih baik keadaannya
daripada anda?
Ya Tidak
Keterangan : Jawaban pasien yang bergaris bawah
Skor : Hitung jumlah jawaban yang bercetak tebal dan bergaris bawah
Tiap jawaban ercetak tebal dan bergaris bawah mempunyai nilai 1
Skor antara 1-4 menunjukkan keadaan baik/tidk depresi
Skor antara 5-9 menunjukkan kemungkinan besar depresi
Skor 10 atau lebih menunjukkan depresi
Skor = 3
Kesan : baik/tidak depresi
9
SKOR MINI MENTAL STATUS
No. Daftar Pertanyaan Benar Salah
1. Tanggal berapakah hari ini ? (tanggal/bulan/tahun) Benar
2. Hari apakah hari ini? Benar
3. Apakah nama tempat ini? Benar
4. Berapa no. Telp, bila tidak ada, no.rumah/jalan Benar
5. Berapakah usia anda? Benar
6. Kapan anda lahir (tanggal/bulan/tahun)? Benar
7. Siapakah nama presiden sekarang? Benar
8. Siapakah nama presiden sebelumnya? Benar
9. Siapa nama ibumu sebelum menikah? Benar
10. 20 dikurangi 3 dan seterusnya Benar
Jumlah kesalahan 0-2 :baik
3-4 : gangguan intelek ringan
5-7 : gangguan intelek sedang
8-10 : gangguan intelek berat
Kesan : baik
SKOR NORTON ( Untuk Mengukur Risiko Dekubitus)
Penilaian Skor 29-03-2012
Kondisi fisik umum :
·Baik
·Lumayan
·Buruk
4
3
2
4
10
Sangat buruk 1
Kesadaran :
·Komposmentis
·Apatis
·Konfus/soporus
Stupor/koma
4
3
2
1
4
Aktivitas :
·Ambulan
·Ambulan dengan
bantuan
·Hanya bisa duduk
Tiduran
4
3
2
1
4
Mobilitas :
·Bergerak bebas
·Sedikit terbatas
·Sangat terbatas
Tak bisa bergerak
4
3
2
1
4
Inkontinensia :
·Tidak ada
·Kadang-kadang
·Sering inkontinensia urin
Inkontinensia alvi &
urin
4
3
2
1
4
Skor total 20
Kategori : Skor 16-20 : kecil sekali/tak terjadi
12-15 : kemungkinan kecil terjadi
< 12 : kemungkinan besar terjadi
Kesan : kecil sekali / tak terjadi
11
INDEKS KATZ
No. Aktivitas Mandiri Tergantung 29-03-2012
1. Bathing Memerlukan bantuan
hanya pada 1 bagian
tubuh (bagian belakang /
anggota tubuh yang
terganggu) atau dapat
melakukan sendiri
Memerlukan bantuan
dalam mandi lebih
dari 1 bagian tubuh
dan saat masuk serta
keluar dari bak
mandi / tidak dapat
mandi sendiri
Mandiri
2. Dressing Menaruh pakaian &
mengambil pakaian,
memakai pakaian,
’brace’, & menalikan
sepatu dilakukan sendiri
Tidak dapat
memakai pakaian
sendiri atau tidak
berpakaian sebagian
Mandiri
3. Toilletting Pergi ke toilet, duduk
berdiri dari kloset,
memakai pakaian dalam,
membersihklan kotoran
(memakai ’bedpan’ pada
malam hari saja & tidak
memakai penyangga
mekanik)
Memakai ’bedpan’
atau ’comode’ atau
mendapat bantuan
pergi ke toilet atau
memakai toilet
Mandiri
12
4. Transfering Berpindah dari dan ke
tempat tidur &
berpindah dari dan ke
tempat duduk (memakai
atau tidak memakai alat
bantu)
Tidak dapat
melakukan / dengan
bantuan untuk
berpindah dari & ke
tempat tidur / tempat
duduk
Mandiri
5. Continence BAK & BAB baik Tidak dapat
mengontrol sebagian
/ seluruhnya dalam
BAB & BAK,
dengan bantuan
manual / kateter
Mandiri
6. Feeding Mengambil makanan
dari piring / yang
lainnya & memasukkan
ke dalam mulut (tidak
termasuk kemampuan
untuk memotong daging
& menyiapkan makanan
seperti mengoleskan
mentega di roti)
Memerlukan bantuan
untuk makan atau
tidak dapat makan
semuanya atau
makan per-
parenteral)
Mandiri
Klasifikasi menurut Indeks Katz :
A : Mandiri, untuk 6 fungsi
B : Mandiri, untuk 5 fungsi
C : Mandiri, kecuali bathing & 1 fungsi lain
D : Mandiri, kecuali bathing, dressing, & 1 fungsi lain
E : Mandiri, kecuali bathing, dressing, toiletting & 1 fungsi lain
F : Mandiri,kecuali bathing,dressing, toiletting, transfering & 1
fungsi lain
13
G : Ketergantungan untuk semua 6 fungsi di atas
Kesan : Katz A
D. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboratorium (tanggal 29 Maret 2012, 01:20)
Hb : 17,20 g % ( ↑ ) (13-16)
Ht : 51,6 % (40-54)
Eritrosit : 6,05 juta/mm3 (4,50 – 6,50)
Lekosit : 14,60 ribu/mm3 ( ↑ ) (4-11)
Trombosit : 342,0 ribu/mm3 (150-400)
MCV : 85,40 fl (76-96)
MCH : 28,50 pg (27-32)
MCHC : 33,40 gr/dl (29-36)
GDS : 208 mg/dl ( ↑ ) (74-106)
Ureum : 29 mg/dl (15-39)
Kreatinin : 0,90 mg/dl (0,6-1,3)
Natrium : 137 mmol/l (136-145)
Kalium : 4,3 mmol/l (3,5-5,1)
Khlorida : 107 mmol/l (98-107)
Urin Rutin ( 29 Maret 2012, 06:51)
Warna : kuning jernih
BJ : 1,030
PH : 6,00
Protein : 100 mg/dl
Reduksi : 100 mg/dl
Urobilinogen : 0,2 mg/dl
Bilirubin : positif
Aseton : 5 mg/dl
Nitrit : neg
14
Epitel : 1-3 LPK
Leukosit : 0-1 LPB
Eritrosit : -
Ca oksalat, asam urat, triple fosfat, silinder, bakteri : -
X-foto Thorax AP/Lat
15
Kesan : Suspek kardiomegali & Gambaran TB paru lama
EKG
Irama sinus
HR 1500/15 = 100 x/menit
Normoaxis
16
Zona transisi V3
Gelombang P 0,12 detik, p pulmonal -, p mitral di II, III, aVF, P bifasik
di V1 dominan defleksi negatif
QRS kompleks 0,08 detik
ST segmen : isoelektrik
Gelombang T : T inverted + di V1, tall T –
R/S di V1 < 1
S di V1 + R di V5 = 8+11 = 17
Kesan : Sinus Takikardi, LAH
IV. RESUME
Pasien laki-laki berumur 67 tahun datang dengan keluhan sesak nafas.
Keluhan dirasakan sejak 3 bulan sebelum masuk rumah sakit, sesak nafas
sampai bicara tersengal-sengal, keluhan hilang timbul, disertai batuk dan
dahak berwarna putih kental. ± 1 minggu sebelum masuk rumah sakit,
pasien mengeluhkan sesak lebih berat, nafas berbunyi ngik-ngik. Keluhan
ini tidak dipengaruhi aktivitas, cuaca, dan emosi. Karena memberat,
pasien berobat ke UGD RSUP Dr. Kariadi. Pasien juga merasakan
demam nglemeng, dan batuk berdahak
Pasien merokok sejak 40 tahun yang lalu, sebanyak 6-12 batang rokok
(kretek) per hari, pasien berhenti sejak 3 bulan yang lalu.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan :
Keadaan Umum : dispneu, orthopneu
Kesadaran : Composmentis ( GCS : E4V5M6 = 15)
Tanda Vital :
T : 150/100 mmHg
N : 100x/menit
RR : 28x/menit
T : 37,0C ( axiller)
BB : 65 kg
17
TB : 165 cm
BMI : 23,87 kg/m2
Kesan : Normal ( Normoweight)
Mulut : Pursed lip breathing (+)
Leher : Hipertrofi m. sternocleidomastoideus
Thorax : Sela iga melebar, costae mendatar, retraksi
(+) supraclavicular
Pulmo : Pe : Hipersonor seluruh lapangan paru
Au : Wheezing (+) saat ekspirasi dan
inspirasi, eksperium diperpanjang, Ronkhi
basah kasar pada kedua lapangan paru.
Masalah Psikologi dan Fungsi
Fungsi Depresi : 3/15
Skor minimental : 0/10
Skor Norton : 20/20
AKS : A
Pemeriksaan Penunjang
1. Laboratorium
Hb, Leukosit, Cholesterol, LDL dan GDS meningkat.
Na menurun
2. X-foto thorax AP/lat
Suspek kardiomegali dan gambaran TB paru lama
3. EKG
Sinus takikardi dan LAH
V. DAFTAR ABNORMALITAS
Sesak nafas
Batuk berdahak putih kekuningan, kental
18
Demam
Riwayat merokok
Riwayat hipertensi
Pursed lips breathing
Hipertrofi m. sternocleidomastoideus
Retraksi supraclavicula
Eksperium diperpanjang
Wheezing fase inspirasi dan ekspirasi
Hiperglikemia
Leukositosis
19
VI. RENCANA PEMECAHAN MASALAH
Problem 1. PPOK eksaserbasi akut + infeksi sekunder
Assessment:
Derajat obstruksi
Etiologi kuman
Rencana Awal.
Dx : spirometri, pengecatan sputum BTA 3x, gram , jamur, kultur sputum
Rx:
o O2 2 L/menit nasal kanul
o Infus RL + aminophylin 240 mg 20 tpm
o Nebulizer/4 jam
Berotec : Atrovent : Bisolvon : NaCl 0,9% 1 mg : 0,025 mg : 2
mg : 1cc
o Inj. Dexamethason 3 x 2 mg. iv
o Inj. Ceftriaxon 1 x 2 gr iv.
o GG 3 x 100 mg po
Mx : RR, eksperium diperpanjang, wheezing, Saturasi O2
Ex : jangan menambah dosis oksigen
Problem 2. Infiltrat Paru
Ass :
Etiologi kuman
• IP Dx : Pengecatan sputum BTA, gram, jamur, kultur sputum
• IP Rx :
– Inf RL 20 tpm
– Inj. Ceftriaxon 1 x 2 gr IV
– Paracetamol 500 mg (bila demam)
– GG 3 x 100 mg
• IP Mx : suhu, respiratory rate, ronkhi paru
• IP Ex : tampung sputum untuk diperiksa
20
Problem 3. Hipertensi stage II
Assessment:
Etiologi primer, sekunder
Faktor risiko penyakit jantung iskemik lainnya, dislipidemia,
hiperurisemia
Komplikasi retinopati
Rencana Awal.
Dx : USG ginjal, kolesterol total, HDL, LDL, trigliserid, asam urat,
funduskopi
Rx:
o Diet lunak 1700 kkal rendah garam, rendah karbohidrat
o Captopril 3 x 25 mg
Mx : Tensi tiap pagi
Ex : olah raga, kurangi makanan asin dan gorengan
Problem 4. Hiperglikemia
Ass :
Diabetes Mellitus
Rencana Awal
Dx : Gula darah I & II, tes toleransi glukosa oral, HbA1c
Rx : -
Mx : GDS pagi & sore
Ex : puasa sebelum pengambilan darah.
21
VII. TINJAUAN PUSTAKA
1. USIA LANJUTMenua adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan-lahan
kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri/mengganti diri dan
mempertahankan struktur dan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan
terhadap jejas dan memperbaiki kerusakan yang diderita. Dengan begitu manusia
secara progresif akan kehilangan daya tahan terhadap infeksi dan akan
menumpuk makin banyak distorsi metabolik dan struktural yang disebut sebagai
“penyakit degeneratif.”1
Teori-teori proses menua:
Teori “Genetic clock”Menurut teori ini menua telah terprogram secara genetik untuk
spesies-spesies tertentu. Tiap spesies di dalam inti selnya mempunyai
suatu jam genetik yang telah diputar menurut suatu replikasi tertentu.
Jam ini akan menghitung mitosis dan menghentikan replikasi sel bila
tidak diputar. Sehingga menurut konsep ini bila jam kita itu berhenti
akan meninggal dunia, meskipun tanpa disertai kecelakaan
lingkungan ataupun penyakit akhir yang katastrofal.1
Mutasi somatik (teori Error Catastrophe)Mutasi yang progresif pada DNA sel somatik akan
menyebabkan terjadinya penurunan kemampuan fungsional sel
tersebut. Menurut teori Error Catastrophe menua disebabkan oleh
kesalahan-kesalahan yang beruntun sepanjang kehidupan, kesalahan
dalam proses transkripsi maupun dalam proses translasi. Kesalahan
tersebut akan menyebabkan terbentuknya enzim yang salah, terjadi
reaksi metabolisme yang salah dan akan mengurangi fungsional sel.1
Rusaknya sistem imun tubuhMutasi yang berulang atau perubahan protein paska translasi
dapat menyebabkan berkurangnya kemampuan sistem imun tubuh
mengenali dirinya sendiri. Selain itu, daya pertahanan sistem imun
tubuh akan mengalami penurunan pada proses menua.1
Teori menua akibat metabolismePerpanjangan umur pada penurunan jumlah kalori disebabkan
karena menurunnya beberapa proses metabolisme. Terjadi penurunan
pengeluaran hormon yang merangsang proliferasi sel, misalnya
insulin dan hormon pertumbuhan.1
Kerusakan akibat radikal bebasRadikal bebas bersifat merusak karena sangat reaktif sehingga
dapat bereaksi dengan DNA, protein, asam lemak tak jenuh.
Walaupun tubuh memiliki kemampuan untuk menangkal radikal
bebas, namun sebagian radikal bebas tetap lolos, bahkan semakin
lanjut usia makin banyak radikal bebas yang terbentuk sehingga
proses penuaan terus terjadi. Kerusakan organel sel makin lama makin
banyak dan akhirnya sel mati.1
Tujuan hidup manusia ialah menjadi tua tetapi tetap sehat (healthy aging).
Healthy aging akan dipengaruhi oleh faktor :
Endogenic factor, yang dimulai dengan cellular aging, lewat tissue dan anatomical aging ke arah proses menuanya organ tubuh. Proses ini seperti jam yang terus berputar.1
Exogenic factor, yang dibagi dalam sebab lingkungan dimana seseo-rang hidup dan faktor sosio budaya yang paling tepat disebut gaya hidup (life style). Faktor exogenic ini sering disebut sebagai faktor re-siko. 1
Pada populasi usia lanjut terdapat pengertian status/kapasitas fungsional
yang dimanifestasikan dengan AHS (aktivitas hidup sehari-hari = activity of daily
living), masalah kesehatan utama yang sering dikeluhkan oleh penderita lanjut
usia (sindroma geriatrik) dan penyakit. 1
Sindroma geriatri adalah kumpulan gejala mengenai kesehatan yang sangat
sering dikeluhkan oleh para lanjut usia dan/atau keluarganya. Sindroma ini
bukanlah suatu penyakit atau diagnosis, sehingga diperlukan asesmen lebih lanjut
untuk mencari latar belakang penyakit yang mendasari sindroma ini. Tergantung
pada peneliti dan tempat penelitian, maka terdapat berbagai pembagian atas
sindroma geriatri, yaitu: 1
23
Cape et al : “the O complex” :
- Fall- Confusion- Incontinence- Iatrogenic disorders- Impaired homeostasis
Coni, Weber and Davison : “the big three”
- Intelectual failure- Instability/immobility- Incontinence
Solomon et al, California, UCLA : “the 13 I”
- Immobility - Isolation- Impaction - Impotence- Instability - Immuno-deficiency- Iatrogenic - Infection- Intelectual impairment - Inanition- Insomnia - Impairment of vision, smell, hearing, etc- Incontinence
Brocklehurst, Allen et al : “the geriatric giants”
- Cerebral syndromes- Bone diseases and fractures- Autonomic disorders- Confusion and dementia- Pressure sores (decubitus)- Falls- Incontinence (alvie et urine)
Jenis dan diagnosis penyakit pada usia lanjut serupa dengan apa yang
terjadi pada usia muda, walaupun pada usia lanjut seringkali lebih banyak jenis
yang diakibatkan proses degeneratif, dan dengan penampilan yang tidak sama
dengan yang terjadi pada usia muda. 1
24
Tabel 1. Perbedaan Penyakit pada Usia Lanjut dan dewasa Muda1
Parameter Pada Usia Lanjut Pada Usia Muda
Etiologi - Endogen (asal dari dalam tubuh)
- Tersembunyi- Kumulatif/multipel- Telah lama terjadi
- Eksogen (dari luar tubuh)
- Jelas, nyata- Spesifik, tunggal- Recent (baru terjadi)
Awitan gejala
Insidious, kronik Florid (jelas sekali)
Pejalanan penyakit
- Kronik/menahun, progresif, menyebabkan cacat lama sebelum terjadinya kematian
- Justru sebabkan lebih rentan terhadap penyakit lain
- Self-limitting- Memberi kekebalan
Variasi individual
Besar, aneka ragam bentuk Kecil
Mengingat sifat dan karakteristik penderita usia lanjut, maka
penanganannya harus bersifat holistik, seperti berikut1 :
Penegakan diagnosisPenegakan diagnosis pada penderita usia lanjut dilaksanankan dengan
tata cara khusus yang disebut asesmen geriatri, yang merupakan suatu
analisis multidimensional dan sebaiknya dilakukan oleh suatu tim
geriatri. Diagnosis tersebut harus meliputi AHS, sindroma geriatrik dan
berbagai penyakit yang terdapat pada penderita usia lanjut tersebut.
Penatalaksanaan penderitaPenatalaksanaan penderita dilakukan oleh suatu tim multidisipliner
yang bekerja secara interdisipliner. Hal ini perlu, mengingat semua
aspek penyakit (fisik-psikis), sosial ekonomi dan lingkungan harus
mendapatkan perhatian yang sama.
25
Pelayanan kesehatan vertikal dan horizontalAspek holistik dari pelayanan geriatri harus tercermin dari pemberian
pelayanan vertikal, yaitu pelayanan yang diberikan mulai dari
puskesmas sampai ke pusat rujukan geriatri tertinggi, yaitu rumah sakit
provinsi. Pelayanan kesehatan horizontal artinya pelayanan kesehatan
yang diberikan merupakan bagian dari pelayanan kesejahteraan
menyeluruh.
Jenis pelayanan kesehatanPelayanan kesehatan yang diberikan harus meliputi aspek promotif,
preventif, kuratif, dan rehabilitasi dengan memperhatikan aspek psiko-
sosial dan lingkungan.
2. PPOK EKSASERBASI AKUT
Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) adalah penyakit paru kronik
ditandai dengan hambatan aliran udara di saluran nafas yang tidak sepenuhnya
reversibel. Hambatan aliran udara ini bersifat progresif dan berhubungan dengan
respons inflamasi paru terhadap partikel atau gas beracun / berbahaya.
Faktor risiko PPOK :
1. Asap Rokok :
- Perokok aktif
- Perokok pasif
2. Polusi Udara :
- Polusi di dalam ruangan (Asap rokok, Asap kompor)
- Polusi di luar ruangan (Gas buangan kendaraan, Debu
jalanan)
- Polusi tempat kerja (bahan kimia, zat iritan, gas beracun)
3. Infeksi saluran nafas bawah berulang
Pada pasien tersebut didapatkan faktor resiko PPOK yaitu riwayat merokok
yang lama.
Gejala eksaserbasi meliputi bertambahnya sesak nafas, kadang-kadang
disertai mengi, bertambahnya batuk disertai meningkatnya sputum dan sputum
26
menjadi lebih purulen atau berubah warna. Gejala non-spesifik meliputi malaise,
insomnia, fatigue dan depresi. Pada spirometri didapatkan fungsi paru sangat
menurun.
Diagnosis PPOK:
a. Anamnesis
Gejala klinis PPOK meliputi sesak nafas, batuk-batuk kronis, sputum
produktif, aktivitas terbatas dan faktor resiko(+). Pada PPOK ringan dapat
keluhan atau gejala. Anamnesis riwayat paparan dengan faktor risiko, riwayat
penyakit sebelumnya, riwayat keluarga PPOK, riwayat eksaserbasi dan
perawatan di RS sebelumnya, komorbiditas, dampak penyakit terhadap aktivitas
dan kemungkinan mengurangi faktor resiko.
b. Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik PPOK didapatkan kelainan pernafasan pursued lips,
takipneu, bentuk dada (barrel chest), penggunaan otot bantu nafas, hipertrofi alat
bantu nafas, pelebaran sela iga, hipersonor, suara dasar vesikuler melemah atau
normal, ekspirasi memanjang, mengi dan bunyi jantung jauh
c. Pemeriksaan Penunjang
Foto thorax : didapatkan kelainan berupa hiperinflasi, hiperluscen, diafragma
mendatar, corakan bronkovaskuler meningkat, bulla, jantung pendulum
Spirometri
BGA
Uji coba kortikosteroid
Klasifikasi PPOK
Derjat Klinis Faal Paru
Derajat 0
Beresiko
Gejala klinis (batuk, produksi sputum) Normal
Derajat I :
PPOK ringan
Dengan atau tanpa gejala klinis (batuk
produksi sputum)
VEP1/KVP < 75%
VEP1 > 80 % prediksi
Derajat II :
PPOK Sedang
Dengan atau tanpa gejala klinis (batuk VEP1/KVP < 75 %
27
produksi sputum)
Gejala bertambah sehingga menjadi
sesak
30%<VEP1<80%
IIA : 50%<VEP1<80%
IIB : 30%<VEP1<50%
Derajat III :
PPOK Berat
Gejala di atas ditambah tanda-tanda
gagal nafas dan gagal jantung kanan
VEP1/KVP < 75%
VEP1<30% prediksi
Diagnosis Banding PPOK:
Diagnosis banding PPOK antara lain: Asma, Gagal jantung kongestif,
bronkiektasis, tuberkulosis, pneumonia SOPT.
Terapi
A. Usaha mengurangi faktor risiko
Edukasi-motivasi berhenti merokok
Farmakoterapi stop merokok
B. Terapi ppok stabil
1. Terapi Farmakologis
Bronkodilator
- Secara inhalasi (MDI), kecuali preparat tak tersedia / tak terjangkau
- Rutin(bila gejala menetap) atau hanya bila diperlukan (gejala
intermitten)
- 3 golongan :
agonis β-2 : fenopterol, salbutamol, albuterol, terbutalis,fomo-
terol,salmeterol
antikolinergik : ipatropium bromid, oksitropium bromid
metilxantin : teofilin lepasa lambat, bila kombinasi β-2 dan
steroid belum memuaskan
- Dianjurkan bronkodilator kombinasi daripada meningkatkan dosis
bronkodilator monoterapi
28
Steroid, pada :
- PPOK yang menunjukkan respons pada uji steroid
- PPOK dengan FEVI < 50% prediksi (stadium IIB dan III),
eksaserbasi akut
Obat-obat tambahan lain
- mukolitik (mukokinetik, mukoregulator) : ambroxol,
karbosistein, gliserol iodida
- antioksidan : N-asetil-sistein
- imunoregulator (imunostimulator, imunomodulator) : tidak
rutin
- antitusif : tidak rutin
- vaksinasi : influenza, pneumokok
2. Terapi Non-farmakologis
1. Rehabilitasi : latihan fisik, latihan endurance, latihan pernafasan,
rehabilitasi psikososial
2. Terapi oksigen jangka panjang (>15 jam sehari): Pada PPOK
stadium III,
AGD =
- PaO2 < 55 mmHg, atau SaO2 < 88% dengan/tanpa hiperkapnia
- PaO2 55-60 mmHg, atau SaO2 < 88% disertai hipertensi
pulmonal, edema perifer karena gagal jantung, polisitemia
TERAPI PPOK EKSASERBASI AKUT
Penatalaksanaan PPOK eksaserbasi akut di rumah : Bronkodilator
seperti pada PPOK stabil, dosis 4-6 kali 2-4 hirup sehari. Steroid oral dapat
diberikan selama 10-14 hari. Bila infeksi: diberikan antibiotika spektrum luas
(termasuk S pneumonia, H influenza, M catarrhalis)
Terapi PPOK eksaserbasi akut di rumah sakit :
- Terapi oksigen terkontrol, melalui kanul nasal atau venturi mask
29
- Bronkodilator: inhalasi agonis β2 (dosis&frekuensi ditingkatkan)
+antikolinergik
Pada eksaserbasi akut berat :
- Aminofilin (0,5mg/kgbb/jam)
- Steroid : Prednisolon 30-40 mgPO selama 10-14 hari
Steroid intravena : pada keadaan berat
- Antibiotika terhadap S pneumonia, H influenza, M catarrhalis)
- Ventilasi mekanik, indikasi : gagal nafas akut atau kronis
KOMPLIKASI PPOK
1. Gagal nafas
2. Kor Pulmonal
3. Septikemia
2. HIPERTENSI
Hipertensi didefinisikan sebagai suatu tingkat tekanan darah di atas 140/90,
dimana pemeriksaan dan terapi untuk menurunkannya akan berefek lebih baik.
Keadaan ini dapat merusak pembuluh darah dan organ serta meningkatkan
mortalitas. Tingginya tekanan sistolik dan diastolik berhubungan dengan risiko
penyakit serebrovaskuler, kardiovaskuler dan penyakit ginjal. 4
JNC 7 melaporkan klasifikasi hipertensi sebagai berikut4,5 :
Tabel 1. Klasifikasi Hipertensi
Klasifikasi Tekanan Sistolik mmHg Tekanan Diastolik mmHg
Normal < 120 < 80
Prehipertensi 120-139 80-89
Hipertensi stage 1 140-159 90-99
Hipertensi stage 2 ≥160 ≥100
30
Hipertensi merupakan suatu penyakit multifaktorial yang timbul karena
interaksi faktor resiko tertentu antara lain; 1. Life style (diet, stress, merokok); 2.
Sistem saraf simpatis (tonus simpatis, variasi diurnal); 3. Keseimbangan
modulator vasokonstriksi dan vasodilatasi; 4. Sistem otokrin yang berperan pada
sistem RAA.4
Krisis hipertensi adalah suatu keadaan peningkatan tekanan darah men-
dadak ( sistole >180 mmHg dan/atau diastole >120 mmHg), pada penderita
hipertensi, dengan kemungkinan akan timbulnya atau telah terjadi kelainan organ
target, sehingga membutuhkan penanggulangan segera. Krisis hipertensi ini dik-
lasifikasikan menjadi hipertensi emergensi dan hipertensi urgensi. 4,6
Hipertensi emergensi adalah kenaikan tekanan darah mendadak yang diser-
tai kerusakan organ target yang progresif, sehingga diperlukan tindakan penu-
runan tekanan darah yang segera dalam kurun waktu menit/jam, agar dapat
mencegah/membatasi kerusakan target organ yang terjadi. Hipertensi urgensi
yaitu kenaikan tekanan darah yang mendadak tetapi tidak disertai kerusakan or-
gan target yang progresif, sehingga penurunan tekanan darah pada keadaan ini
dapat dilaksanakan dalam kurun waktu 24 - 48 jam. 4,6
Manifestasi klinis pada krisis hipertensi adalah dapat terjadi gangguan
dalam neurologi (sakit kepala, penglihatan kabur, kejang, defisit neurologis
fokal, dan gangguan kesadaran), gangguan mata (perdarahan retina, eksudat
retina, dan edema pupil), gangguan kardiovaskuler (nyeri dada dan edema paru),
gangguan pada ginjal (azotemia, proteinuria dan oliguria; serta gangguan pada
obstetri (pre eklampsia/eklampsia). 4,6
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk penderita hipertensi
adalah4:
a. Pemeriksaan rutin meliputi :
Darah rutin, urinalisis, gula darah, profil lipid, asam urat, ureum
creatinin serum, kalium serum, dan e/lektrokardiogram.
b. Pemeriksaan yang direkomendasikan :
31
Proteinuria kuantitatif, funduskopi, ekokardiografi, USG karotis, C-
reactive Protein, Mikroalbuminuria.
c. Pemeriksaan lebih lanjut :
- Hipertensi komplikasi: pemeriksaan fungsi otak, jantung dan ginjal.
- Pemeriksaan hipertensi sekunder : pemeriksaan renin, aldosterone,
kortikosteroid, katekolamin, arteriografi, USG ginjal dan adrenal, MRI
otak.
Pengobatan hipertensi urgensi memerlukan pengobatan yang dapat segera
menurunkan tekanan darah dalam beberapa jam. Berikut obat hipertensi oral
yang sering dipakai di Indonesia antara lain: 4,6
Tabel 2. Obat hipertensi oral
Obat Dosis Efek Lama kerja
Nifedipin
5-10 mg
Diulang 15 menit 5-15 menit 4-6 jam
Captopril
12,5-25 mg
Diulang/ ½ jam 15-30 menit 6-8 jam
Clonidin
75-150 μg
Diulang/ jam 30-60 menit 8-16 jam
Propanolol
10-40 mg
Diulang/ ½ jam 15-30 menit 3-6 jam
Pada penderita krisis hipertensi, setelah ditangani kegawatannya,
diperlukan perhatian khusus untuk mengontrol tekanan darah. Pengontrolan
tekanan darah ini selain menggunakan terapi medikamentosa, diperlukan juga
modifikasi gaya hidup untuk meningkatkan efektifitas obat antihipertensi, juga
mengurangi risiko terjadinya komplikasi lebih lanjut. 4
32
Perubahan Gaya Hidup
Target tekanan darah tidak tercapai (<140/90 mmHg)(<130/80mmHg untuk pasien diabetes atau penyakit ginjal kronis)
Pilihan Obat
Tanpa Indikasi lain Dengan Indikasi lain
Hipertensi Stage IDiuretik (thiazide), ACEI, ARB, BB, CCB,atau kombinasi
Hipertensi Stage IIKombinasi 2 obat (diuretik thiazide, ACEI, ARB, BB, CCB)
Disesuaikan indikasi lain
Target tekanan darah tidak tercapai
Tingkatkan dosis atau kombinasikan obat lain sampai target tekanan darah tercapai.Pertimbangkan untuk konsultasi dengan spesialis hipertensi
Alogaritma penanganan hipertensi (JNC VII)
Modifikasi Gaya Hidup
Modifikasi gaya hidup cukup efektif untuk menurunkan risiko
kardiovaskuler. selain itu, modifikasi gaya hidup dapat meningkatkan efektifitas
obat antihipertensi.
Tabel 3. Modifikasi gaya hidup untuk mengatasi hipertensi
Modifikasi Rekomendasi Perkiraan
penurunan tekanan
darah sistolik
- Penurunan BB Pertahankan BMI 18,5-24,9 5-20 mmHg/ 10 kg
- Perencanaan pola
makan
Konsumsi kaya buah, sayur dan
rendah lemak
8-14 mmHg
33
- Diet rendah Natrium Diet Natrium tidak lebih dari 2,4
g Na atau 6 g NaCl
2-8 mmHg
- Aktivitas Fisik Aktifitas aerobik minimal 30
menit sehari
4-9 mmHg
- Pembatasan konsumsi
alkohol
Konsumsi alkohol tidak lebih
dari 2 gelas sehari.
2-4 mmHg
Terapi Farmakologis Hipertensi4,6
Obat penurun tekanan yang biasa digunakan adalah :
1. Golongan diuretik ( jenis Thiazide), penggunaannya tidak efektif jika
laju filtrasi glomerulus rendah, dalam hal ini Furosemide dapat berguna.
2. Angiotensin Converting Enzyme (ACE) inhibitor, obat ini mengurangi
tekanan intraglomerulus dengan lebih mendilatasi arteriol eferen diband-
ingkan aferen. ACE-I meningkatkan kadar bradikinin sehingga menye-
babkan batuk
3. Angiotensin Receptor Blockers (ARBs), seperti Losartan, memiliki efek
yang sama dengan ACE-I, namun tidak menyebakan batuk.
4. β blocker, menyupresi sekresi renin, mengurangi curah jantung, dan
memiliki efek sentral.
5. Calcium chanel blocker/ Calcium antagonist, menyebabkan vasodi-
latasi. Pada hipertensi sensitif garam, obat ini meningkatkan ekskresi na-
trium.
6. Antagonis α1, seperti doksazosin, mengeblok vasokonstriksi katekolamin-
ergik dan dapat menyebabkan hipotensi postural.
7. Vasodilator langsung, seperti Na nitroprusid, nitrat intravena, hidralazin,
diazoksid dan minoksidil menyebabkan vasodilatasi perifer secara lang-
sung.
Untuk mencapai target tekanan darah, tidak jarang diperlukan kombinasi
dengan beberapa obat. Keuntungan menggunakan monoterapi adalah bila
penderita ternyata tidak toleran dengan obat pertama maka dapat segera
diketahui dan diganti obat lain. Sedangkan keuntungan terapi kombinasi adalah
34
lebih besar kemungkinan mengontrol tekanan darah dan komplikasi, masing-
masing obat dapat diberi dengan dosis kecil sehingga efek samping minimal. 4
Kombinasi obat yang direkomendasikan adalah2 :
- Diuretik dan β blocker
- Diuretik dan ACE inhibitor atau angiotensin receptor antagonist
- Calcium antagonist dan diuretik
- Calcium antagonist dan B Blocker
- Calcium antagonis dan ACE inhibitor atau angiotensin receptor antagonis
- α blocker dan β blocker
- Kombinasi lain : obat efek sentral demham ACE inhibitor dan angiotensin
receptor antagonist
Pemilihan obat-obat harus didasarkan pula pada kemungkinan efek
samping yang dapat memperberat gangguan pada organ target atau penyakit
komorbidnya. Beberapa pilihan obat yang dapat dipakai dalam keadaan khusus4:
1. Hipertrofi Ventrikel Kiri
Regresi ventrikel kiri dapat dicapai dengan menurunkan tekanan darah
dengan cara menurunkan barat badan, pembatasan natrium dan terapi
dengan semua obat hipertensi kecuali vasodilator langsung seperti
hydralazine dan minoxidil.
2. Penyakit Jantung Iskemi
PJI merupakan komplikasi hipertensi yang paling sering. Pada penderita
hipertensi dengan angina stabil, pilihan pertama terapi adalah β blocker
dan sebagai alternatif adalah calcium antagonis kerja panjang. Penderita
dengan angina tak stabil dan infark miokard akut , sebagai terapi pilihan
pertama adalh ACE inhibitor dan β blocker dengan tambahan obat lain
jika perlu. Penderita dengan pasca infark miokard, pilihannya adalah
ACE inhibitor, β blocker dan antagonis aldosteron terbukti paling
menguntungkan.
3. Gagal Jantung
Penderita dengan disfungsi ventrikel asimptomatik terapi yang
direkomendasikan adalah ACE inhibitor dan β blocker. Penderita dangan
disfungsi ventrikel simptomatik dan penyakit jantung terminal
35
direkomendasikan dengan ACE inhibitor, β blocker, ARB dan aldosteron
antagonis bersama diuretik loop.
4. Diabetes Melitus
Pilihannya adalah thiazide, β blocker, ACE inhibitor, ARB dan calcium
antagonis untuk menurunkan risiko kardiovaskuler dan stroke. Untuk
menurunkan progresivitas nefropati diabetik dan albuminuria yang
digunakan adalah ARB dan ACE inhibitor . ARB terbukti menurunkan
progresivitas makroalbuminuria.
5. Penyakit Ginjal Kronik
Penyakit ginjal kronik didefinisikan sebagai :
1. Fungsi ekskresi menurun dengan perkitraan GFR kurang dari
60mL/menit per 1,73m2
2. Adanya albuminuria > 300mg/hari atau 200mg albumin per gram
creatinin.
Target terapi bertujuan memperlambat perburukan fungsi ginjal
dan mencegah penyakit jantung dengan target TD < 130/80mmHg. Obat
yang tampaknya paling menguntungkan adalah ACE inhibitor dan ARB
kecuali bila ada hiperkalemia. Pada GFR < 30mL/menit per 1,73m2,
diperlukan kombinasi dengan diuretik Loop.
6. Penyakit cerebrovaskular
Risiko dari penurunan mendadak tekanan darah pada stroke akut masih
belum jelas. Penurunan tekanan darah sementara sampai 160/100mmHg
dinilai cukup sampai kondisi stabil. Frekwensi Stroke berulang
diturunkan dengan kombinasi ACE inhibitor dan Thiazide.
7. Penyakit Arteri Perifer (PAP)
Risiko PAP setara dengan risiko PJI. Setiap jenis obat hipertensi dapat
digunakan untuk PAP. Faktor risiko lain harus dikoreksi dan diberi
aspirin.
36
8. Hipertensi pada Lanjut Usia
Dua pertiga penderita lanjut usia (>65 tahun) menderita hipertensi.
Patofisiologi hipertensi dan penyakit jantung hipertensif pada usia lanjut
sedikit berbeda dengan yang terjadi pada usia yang lebih muda1,4:
Akibat perubahan dinding aorta dan pembuluh darah akan terjadi
peningkatan tekanan darah sistolik tanpa perubahan tekanan darah
diastolik. Peningkatan TD sistolik akan meningkatkan beban kerja
jantung dan pada akhirnya akan mengakibatkan penebalan dinding
ventrikel kiri sebagai usaha kompensasi/adaptasi.
Hipertrofi ventrikel ini yang awalnya adalah untuk adaptasi lama-
kelamaan malah akan menambah beban kerja jantung dan menjadi
suatu proses patologis.
Terjadi penurunan fungsi ginjal akibat penurunan jumlah nefron
sehingga kadar renin darah akan turun. Sehingga sistem renin-
angiotensin diduga bukan sebagai penyebab hipertensi pada lansia.
Terjadi perubahan pengendalian simpatis terhadap vaskular. Resep-
tor α-adrenergik masih berespons tapi reseptor ß-adrenergik menurun
responsnya.
Terjadi disfungsi endotel sehingga mengakibatkan peningkatan
resistensi pembuluh darah perifer.
Terjadi kecenderungan labilitas tekanan darah dan mudah terjadi
hipotensi postural (penurunan tekanan darah sistolik sekitar
20mmHg atau lebih yang terjadi akibat perubahan posisi dari
tidur/duduk ke posisi berdiri). Ini terjadi akibat berkurangnya
sensitivitas baroreseptor dan menurunnya volume plasma.
Proses aterosklerosis yang terjadi juga dapat menyebabkan
hipertensi.
Terapi pada lanjut usia prinsipnya sama dengan terapi hipertensi
golongan usia muda tetapi dengan dosis awal yang lebih rendah.1 Dalam
beberapa penelitian menunjukkan bahwa yang menjadi lini pertama pada
terapi hipertensi sistolik terisolasi adalah diuretik dan Calcium antagonis
dihydropyridine.
37
9. Hipertensi pada wanita Hamil
Pilihan antihipertensi pada wanita hamil adalah methyldopa, β blocker
dan vasodilator.
3. DIABETES MELITUS TIPE 2
Diagnosis DM ditegakkan atas dasar pemeriksaan kadar glukosa darah
dengan bahan pemeriksaan glukosa secara enzimatik berupa darah plasma vena
dan tidak dapat ditegakkan berdasarkan adanya glukosuria. Kecurigaan adanya
DM perlu dipikirkan apabila terdapat keluhan klasik DM berupa poliuria,
polidipsia, polifagia, dan penurunan berat badan yang tidak dapat dijelaskan
sebabnya. Keluhan yang tidak khas berupa lemah badan, kesemutan, gatal, mata
kabur, disfungsi ereksi pada pria dan pruritus vulvae pada wanita.4,6
Langkah-langkah Diagnotik Diabetes Melitus
Faktor Resiko Diabetes Melitus
Faktor risiko diabetes terdiri dari faktor risiko yang tidak bisa dimodifikasi
(ras dan etnik, riwayat keluarga dengan diabetes, umur, riwayat melahirkan bayi
makrosomia atau riawayat DM Gestasional, riwayat lahir denga berat badan
38
kurang dari 2,5 kg) dan faktor risiko yang bisa dimodifikasi (berat badan lebih,
kurangnya aktivitas fisik, hipertensi, dislipidemia, dan diet tak sehat).2,3
Penatalaksanaan Diabetes Melitus
Penatalaksanaan diabetes secara umum bertujuan untuk meningkatkan
kualitas hidup penyandang diabetes, antara lain:6
a. Jangka pendek: menghilangkan keluhan dan tanda DM, mempertahankan rasa
nyaman, dan mencapai target pengendalian glukosa darah
b. Jangka panjang: mencegah dan menghambat progresivitas penyulit mikroan-
giopati, makroangiopati, dan neuropati
c. Mengurangi morbiditas dan mortalitas DM
Cara yang dilakukan adalah melakukan pengendalian glukosa darah,
tekanan darah, berat badan, dan profil lipid, melalui pengelolaan pasien secara
holistik dengan mengajarkan perawatan mandiri dan perubahan perilaku.
Evaluasi medis yang dilakukan pada kunjungan pertama penyandang diabetes
meliputi riwayat penyakit, pemeriksaan fisik, evaluasi laboratoris. Riwayat
penyakit mencakup gejala, hasil pemeriksaan laboratorium terdahulu, pola
makan, status nutrisi, riwayat perubahan berat badan, riwayat pengobatan,
komplikasi dan infeksi yang pernah dialami, serta faktor risiko. Pemeriksaan fisik
terdiri dari tinggi badan, berat badan, lingkar pinggang, tekanan darah,
funduskopi, pemeriksaan rongga mulut dan kelenjar tiroid, pemeriksaan jantung,
evaluasi nadi, pemeriksaan ekstremitas atas dan bawah, pemeriksaan kulit, serta
pemeriksaan neurologis. Pemeriksaan penunjang yang dilakukan antara lain
glukosa darah puasa dan 2 jam post prandial, A1C, profil lipid pada keadaan
puasa (kolesterol total, HDL, LDL, dan trigliserida), kreatinin serum,
albuminuria, keton, sedimen dan protein dalam urin, elektrokardiogram, foto
sinar-X dada. Selain itu, perlu dilakukan evaluasi medis secara berkala yang
meliputi pemeriksaan kadar glukosa darah sesuai kebutuhan, pemeriksaan A1C
setiap 3-6 bulan, dan pemeriksaan penunjang lainnya.
39
Pilar penatalaksanaan DM terdiri dari edukasi, terapi gizi medis, latihan
jasmani dan intervensi farmakologis. Edukasi harus meliputi pengetahuan
tentang pemantauan glukosa darah mandiri, tanda dan geljala hipoglikemia serta
cara mengatasinya. Pada penyandang diabetes perlu ditekankan pentingnya
keteraturan makan dalam hal jadwal makan, jenis, dan jumlah makanan, terutama
pada mereka yang menggunakan obat penurun glukosa darah atau insulin.
Komposisi makanan terdiri dari karbohidrat (45-65%), lemak (20-25%), protein
(10-20%), natrium (maksimal 6-7 gram), serat (± 25 gr/hari). Perhitungan
kebutuhan kalori dapat dilakukan dengan berbagai cara, salah satuya adalah
kebutuhan kalori basal 25-30 kalori/kgBB ideal (dengan rumus Brocca) dan
mempertimbangkan faktor lain seperti jenis kelamin, umur, aktivitas fisik, dan
berat badan. Makanan sejumlah kalori terhitung tersebut dibagi dalam 3 porsi
besar untuk makan pagi (20%), siang (30%) dan sore (25%) serta 2-3 porsi
makanan ringan (10-15%) di antaranya. Untuk penyandang diabetes yang
mengidap penyakit lain, pola pengaturan makan disesuaikan dengan penyakit
penyertanya. Kegiatan jasmani sehari-hari dan latihan jasmani perlu dilakukan
secara teratur (3-4 kali seminggu selama kurang lebih 30 menit). Latihan jasmani
berfungsi untuk menjaga kebugaran, menurunkan berat badan, dan memperbaiki
sensitivitas insulin. Terapi farmakologis diberikan bersama dengan pengaturan
makan dan latihan jasmani.
Obat Hipoglikemik Oral
Berdasarkan cara kerjanya, OHO dibagi menjadi 5 golongan: pemicu
sekresi insulin, peningkat sensitivitas terhadap insulin, penghambat
glukoneogenesis, penghambat absorpsi glukosa, dan DPP-IV inhibitor.4,6
Sulfonilurea termasuk jenis pemicu sekresi insulin (insulin secretagogue)
yang mempunyai efek utama meningkatkan sekresi insulin oleh sel beta
pankreas. Untuk menghindari hipoglikemia berkepanjangan pada berbagai
keadaan seperti orang tua, gangguan faal ginjal dan hati, kurang nutrisi serta
penyakit kardiovaskular, tidak dianjurkan penggunaan sulfonilurea kerja panjang.
40
Glinid, jenis insulin secretagogue, meningkatkan sekresi insulin fase
pertama. Ada dua jenis glinid yaitu Repaglinid dan Nateglinid. Obat ini
diabsorpsi secara cepat setelah pemberian secara oral dan diekskresi secara cepat
melalui hati.4,6
Tiazolidindion (pioglitazon) berefek menurunkan resistensi insulin dengan
meningkatkan jumlah protein pengangkut glukosa sehingga meningkatkan
ambilan glukosa di perifer. Obat golongan ini tidak boleh dipakai pada pasien
dengan gagal jantung dan gangguan faal hati.4,6
Metformin mempunyai efek utama mengurangi produksi glukosa hati
(glukoneogenesis) dan memperbaiki ambilan glukosa perifer. Kontraindikasi
pemakaian pada pasien dengan gangguan fungsi ginjal (serum kreatinin > 1,5
mg/dL) dan hati, serta kecenderungan hipoksemia. Pemberian dapat dilakukan
pada saat atau sesudah makan untuk mengurangi efek samping mual.4,6
Acarbose bekerja dengan mengurangi absorpsi glukosa di usus halus
sehingga menurunkan kadar glukosa darah sesudah makan. Obat ini tidak
menimbulkan hipoglikemia tetapi mengakibatkan kembung dan flatulens.
GLP-1, hormon peptida yang dihasilkan oleh sel L di mukosa usus,
merupakan perangsang kuat penglepasan insulin dan penghambat sekresi
glukagon. GLP-1 secara cepat diubah oleh enzim DPP-4 menjadi tak aktif.
Pemberian obat golongan DPP-4 inhibitor membuat konsentrasi GLP-1 tetap
tinggi.4,6
Obat Hipoglikemik Suntikan
Obat suntikan terdiri dari 2 macam, yaitu insulin dan agonis GLP-1. Insulin
bekerja dengan menekan produksi glukosa hati dan stimulasi pemanfaatan
glukosa dengan efek samping hipoglikemi dan kenaikan berat badan. Sedangkan
injeksi inkretin analog bekerja dengan meningkatkan sekresi insulin dan
menghambat sekresi glukagon. Injeksi inkretin analog menyebabkan rasa sebah
dan muntah tapi tidak menyebabkan kenaikan berat badan.
41
Pemantauan Glukosa Darah
Tes dilakukan pada waktu sebelum makan, 2 jam sesudah makan dan
sebelum tidur malam/bed-time (tergantung tujuan pemeriksaan). Pasien dengan
kendali buruk/tidak stabil dilakukan tes setiap hari. Pemantauan glukosa darah
pada pasien yang mendapat terapi insulin, ditujukan juga untuk penyesuaian
dosis insulin dan memantau timbulnya hipoglikemia. Tes lebih sering dilakukan
pada pasien yang melakukan aktivitas tinggi, pada keadaan krisis, atau pasien
yang sulit mencapai target terapi, juga pada saat perubahan dosis terapi.6
Pencegahan Tersier Diabetes Melitus
Pencegahan tersier ditujukan pada kelompok penyandang diabetes yang
telah mengalami penyulit dalam upaya mencegah terjadinya kecacatan lebih
lanjut. Upaya rehabilitasi pada pasien dilakukan sedini mungkin, sebelum
kecacatan menetap. Sebagai contoh aspirin dosis rendah dapat diberikan secara
rutin bagi penyandang diabetes yang sudah mempunyai penyulit
makroangiopati.6
Pengelolaan Diabetes Pada Usia Lanjut
Pada dasarnya pengelolaan diabetes usia lanjut tidak berbeda dengan
pengelolaan pada usia muda. Pengelolaan diawali dengan pengaturan makanan
dan secara bertingkat menggunakan obat. Mulai monoterapi, kemudian terapi
kombinasi, baru dengan insulin apabila terapi kombinasi tidak berhasil.1,6
42
DAFTAR PUSTAKA
1. Darmojo R.B, Martono H.H. Buku Ajar Geriatri (Ilmu Kesehatan Usia Lan-
jut). Jakarta : Balai Penerbit Fakultas Kedokteran universitas Indonesia, 2009.
2. Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia. Standar Pelayanan
Medik. Jakarta. 2005
3. Perhimpunan Dokter Paru Indonesia. PPOK : Pedoman Praktis Diagnosis &
Penatalaksanaan di Indonesia. Jakarta. 2003
4. Sudoyo A.W, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati S. Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam Edisi V. Jakarta: Interna Publishing, 2009.
5. The JNC 7 Report. The Sevent Report of the Joint National Committee of Pre-
vention detection Evaluation and Treatment of High Blood Pressure. JAMA,
2003
6. Perkeni. Konsensus Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2 di
Indonesia 2011
43
44