Kasus

Embed Size (px)

DESCRIPTION

gaje

Citation preview

TUGAS TUTORIALSTUDI KASUS NY. D P1A0 UMUR 27 TAHUN AKSEPTOR KB SUNTIK DENGAN MENORHAGIA Dosen Pengampu : Mundarti, S.Pd, S.SiT, M.KesMata Kuliah : Kesehatan Reproduksi dan KB

Oleh :Nama:Fathya Nur ArifahNIM :P.174.24.212.061Kelas:Reguler II (Vanda)

POLTEKKES KEMENKES SEMARANGPRODI D III KEBIDANAN MAGELANG2014KASUS :Ny. D umur 27 tahun datang ke bidan bersama suami (Tn. S umur 28 tahun) pada tanggal 26 Mei 2014 pukul 16.00 WIB. Kepada bidan ibu mengatakan ingin memeriksakan haidnya yang sudah 8 hari dengan perdarahan yang banyak, 1 hari ganti pembalut 4x kurang lebih tiap 5 jam. Ibu juga mengatakan bahwa ia merasa cemas dan tidak nyaman dengan haidnya yang lama dan darah haid yang banyak, dua kali lebih banyak dari biasanya serta merasa lemas dan pusing.Pada riwayat obstetri ibu mengatakan hari pertama haid terakhir (HPHT) adalah tanggal 18 Mei 2014. Pada riwayat kehamilan, ibu pernah hamil dan melahirkan satu kali. Ibu melahirkan pada tahun 2012 dengan UK 39 minggu/aterm, spontan dan ditolong oleh bidan. Anak berjenis kelamin perempuan dengan berat badan lahir 2800 gram dan dalam keadaan normal, meneteki selama 1,5 tahun.Saat ini anak berusia 2 tahun. Pada riwayat kb, ibu mengatakan sebelumnya menggunakan kondom bila berhubungan seksual, kemudian saat ini menggunakan kb suntik DMPA selama 6 bulan. Pada riwayat kesehatan Ny D juga mengatakan bahwa Ny. D, suami, ataupun dari anggota keluarga tidak ada yang menderita penyakit penyakit menurun seperti: hipertensi, penyakit jantung, DM, kelainan atau cacat bawaan, penyakit jiwa, kembar, pre eklamsi-eklamsi pada ibu/kakak/adik kandung, tidak ada yang sedang dan pernah menderita penyakit menular seperti: TBC, hepatitis, typoid, herpes atau varicella.Selama menggunakan kb suntik ibu tidak mengalami perubahan pola makan, eliminasi dan personal hygiene. Ny. D mengatakan terakhir berhubungan seksual tanggal 18 Mei 2014. Tidak ada keluhan. Ibu mengatakan tidak pernah melakukan hubungan seksual selama menstruasi. Ny. D mengatakan aktivitas menyapu, memasak dan mencuci terganggu karena adanya rasa tidak nyaman dan sejak haid 16 Mei 2014 tidak pernah tidur siang, tidur malam 5-6 jam, dikarenakan adanya rasa tidak nyaman. Dari hasil pemeriksaan umum, tekanan darah ibu 90/60 mmHg, nadi 80x/menit, suhu 36,50 C, pernapasan 21x/menit, BB 54 kg, TB 160 cm, LILA 24 cm (N) dan IMT 21,1 (N). Pada pemeriksaan fisik konjungtiva pucat dan pada pemeriksaan obstetri inspeksi daerah genital terdapat pengeluaran darah haid.Dengan demikian, dari hasil data yang telah dikaji oleh bidan, bidan menyimpulkan bahwa diagnosa pada Ny. D umur 27 tahun P1A0 akseptor KB suntik dengan menhoragia. Kemudian bidan menjelaskan kondisi yang dialami Ny. D dan segera melakukan rujukan ke rumah sakit dengan sebelumnya telah menandatangani inform consent. Perujukan dilakukan agar segera mendapat penanganan dari dokter dalam proses rujukan, bidan memasangkan infus RL dan saat proses perujukan juga membawa oksigen bila tiba-tiba diperlukan. Dalam proses rujukan bidan juga selalu menenangkan ibu dan suami, bidan juga menganjurkan untuk berdoa agar keadaannya dapat membaik. Sesampainya di RS, dokter segera melakukan pertolongan dan menurut hasil pemeriksaan ternyata perdarahan disebabkan dari efek samping penggunaan kb suntik. Setelah kondisi ibu membaik bidan memberikan konseling menorhagia, gizi seimbang dan personal hygiene terutama pada daerah kelamin. Bidan juga menganjurkan ibu utnuk mengurangi aktivitas yang dapat membuat ibu kelelahan seperti aktivitas menyapu, memasak dan mencuci piring atau baju serta stress psikologi yang disebabkan karena rasa cemas dan khawatir dengan menstruasi yang dialaminya.

PEMBAHASAN DARI BEBERAPA SEGI : 1. Segi KesehatanPada kasus Ny. D didapatkan diagnosa bahwa Ny. D mengalami menhoragia. Apabila hal ini dibiarkan maka kondisi Ny. D dapat semakin memburuk, Ny. D akan semakin anemi bahkan bila perdarahan dibiarkan maka dapat menyebabkan kematian. Dalam kasus ini, penyebab dari perdarahan adalah penggunaan kb suntik. Apabila ditinjau dari hak-hak reproduksi (ICPD, 1994) maka pada kasus ini, hak pertama yakni mendapatkan informasi dan pendidikan kesehatan reproduksi sudah didapatkan oleh Ny. D yang tampak pada pemberian konseling oleh bidan. Hak kedua (mendapatkan pelayanan dan perlindungan kesehatan reproduksi) juga telah didapatkan Ny. D karena pada kasus ini bidan telah memberikan pelayanan sesuai dengan kewenangannya dan telah melakukan perlindungan kesehatan dengan segera melakukan perujukan. Lalu hak ketiga (hak kebebasan berpikir tentang pelayanan kesehatan reproduksi) terpenuhi dengan adanya persetujuan dari ibu apabila akan dirujuk. Hak kelima (hak untuk menentukan jumlah dan jarak kelahiran) juga telah diberikan karena ibu memiliki satu anak dan saat ini memang berencana untuk menunda memiliki anak. Hak keenam (hak atas kebebasan dan keamanan berkaitan dengan kesehatan reproduksi), dalam hal ini ibu telah mendapatkan kebebasan memilih alat kontrasepsi, keamanan dalam menyuntikkan kb juga diperhatikan. Hak kesembilan yakni kerahasiaan pribadi berkaitan dengan pilihan atas pelayanan dan kesehatan reproduksi juga telah didapatkan. Hak kesebelas yaitu bebas dari diskriminasi juga telah diperoleh karena bidan segera melakukan pertolongan tanpa melihat status ekonomi ataupun sosial ibu.2. Segi PsikologisDari segi psikologis, tampak bahwa ibu mengalami kecemasan karena perdarahan yang dialaminya. Kondisi ini dapat menimbulkan trauma bagi ibu untuk menggunakan alat kontrasepsi. Apalagi ini adalah pengalaman pertama kali bagi ibu. Dukungan secara psikologis sangatlah dibutuhkan untuk menghilangkan trauma yang dialammi. Pada kasus ini bidan dan keluarga yang selalu memberikan motivasi dapat menurunkan tingkat kecemasan ibu. Dukungan dari masyarakat disekitar juga dapat meningkatkan kepercayaan Ny. D bahwa dirinya diperhatikan oleh semua orang sehingga keadaannya bisa lebih tenang.3. Segi SosialDilihat dari aspek sosial maka dampak yang ditimbulkan dapat berupa menurunnya kepercayaan masyarakat terhadap penggunaan kb suntik. Masyarakat yang mengetahui kasus ini bisa saja menjadi takut bila menggunakan kb suntik bisa mengalami perdarahan. Untuk mengatasi ketakutan tersebut maka sebagai bidan seharusnya dapat memberikan pendidikan kesehatan kepada ibu tentang kb suntik dan menenangkan para ibu bahwa kejadian pada kasus Ny. D tidak selalu terjadi pada akseptor kb.Dari segi social juga berdampak pada perhatian masyarakat disekitar rumah Ny. D ataupun kerabat yang akan memberikan support mental dan social atas kejadian yang terjadi missal dengan berkunjung ke Ny. D.4. Segi Etika Dari segi etika bidan telah melakukan hal yang baik karena bidan dengan segera memberikan pertolongan kepada ibu tanpa melihat dari status ekonomi ataupun kedudukan social Ny. D. Secara tidak langsung bidan adalah contoh panutan oleh masyarakat apabila bidan memiliki etika yang baik maka masyarakat akan menyukai bidan tersebut.5. Segi Moral Pada kasus ini dilihat dari sisi bidan maka bidan telah melakukan hal terpuji dengan memberikan pertolongan kepada Ny. D kemudian melakukan rujukan demi keselamatan ibu. 6. Segi AgamaDalam kasus ini, saat perujukan bidan selalu mendorong ibu dan suami untuk yakin dan berdoa kepada Tuhan YME untuk menjaga dan berdoa agar kondisi ibu dapat segera membaik. Dengan demikian dari sisi agama hal yang telah dilakukan oleh bidan selalu memperhatikan aspek spiritual pasiennya.7. Segi Kode EtikApabila didasarkan pada kode etik bagian I pasal 3 yang tertulis bahwa Setiap bidan bidan dalam menjalankan tugasnya senantiasa berpedoman pada peran, tugas dan tanggung jawab sesuai dengan kebutuhan klien, keluarga, dan masyarakat maka dalam kasus ini bidan telah melakukan pertolongan kepada Ny. D sesuai dengan tugas dan tanggung jawabnya sebagai bidan.