4
Pemantauan Kasus Pencemaran Sungai Cilamaya dan Sungai Siwara Direktur Pengawasan dan Pengendalian Sumberdaya Kelautan telah menurunkan Tim untuk melakukan pengecekan lapangan. Tim telah melakukan Kegiatan Pemantauan Kondisi Pencemaran di Sungai Cilamaya, Kabupaten Subang ( Jawa Barat) dan Kabupaten Tegal (Jawa Tengah), yang berlangsung pada tanggal 5 s/d 6 Oktober 2006, dengan hasil pelaksanaan kegiatan sebagai berikut: A. SUNGAI CILAMAYA (KAB. SUBANG - JAWA BARAT) 1. Sungai Cilamaya yang bermuara di Desa Rawameneng, Kec. Bianakan, Kab. Subang secara administrasi alirannya melalui 3 kabupaten, yaitu : Kab. Purwakarta (Hulu Sungai). Kab. Karawang, dan Kab. Subang. Sungai tersebut digunakan oleh masyarakat untuk berbagai keperluan, seperti : MCK, mengairi tanaman, dan tambak; 2. Tambak-tambak masyarakat di sekitar muara Sungai Cilamaya menggunakan air sungai tersebut sebagai sumber air tawar. Menurut Ketua KUD Mina Karya Baru, pencemaran sungai sudah berlangsung cukup lama, sekitar tahun 1980- an. Karena sumber airnya yang telah tercemar maka ikan dan udang yang dipelihara di dalam tambak terhambat pertumbuhanya, mengalami stres, dan kemudian mati. Berdasarkan hal tersebut, Tim Ditjen P2SDKP telah melakukan pertemuan dengan Kepala Dinas KP Kab. Subang dan Kasubid Analisa, kemudian selanjutnya melakukan peninjauan lapangan; 3. Hasil pertemuan dengan Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Kab. Subang, disampaikan bahwa Dinas Kelautan dan Perikanan tidak mendapat laporan resmi dari KUD Mina Karya Mandiri tentang kasus pencemaran Sungai Cilamaya. Dalam kasus-kasus pencemaran sungai di Kabupaten Subang, Dinas Kelautan dan Perikanan tidak dilibatkan dalam Tim yang dibentuk oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Subang, sehingga kurang begitu mengetahui kasus-kasus yang terjadi dilapangan; 4. Sehubungan dengan kondisi pencemaran Sungai Cilamaya yang menyebabkan stres/matinya ikan dan udang di tambak. Kepala Cabang Dinas Kelautan dan Perikanan Kecamatan Blanakan dan Ciasem telah bersurat kepada Kepala Dinas Kelautan dan

KASUS AMDAL

Embed Size (px)

DESCRIPTION

kasus amdal

Citation preview

Pemantauan Kasus Pencemaran Sungai Cilamaya dan Sungai Siwara

Pemantauan Kasus Pencemaran Sungai Cilamaya dan Sungai Siwara Direktur Pengawasan dan Pengendalian Sumberdaya Kelautan telah menurunkan Tim untuk melakukan pengecekan lapangan. Tim telah melakukan Kegiatan Pemantauan Kondisi Pencemaran di Sungai Cilamaya, Kabupaten Subang ( Jawa Barat) dan Kabupaten Tegal (Jawa Tengah), yang berlangsung pada tanggal 5 s/d 6 Oktober 2006, dengan hasil pelaksanaan kegiatan sebagai berikut:

A. SUNGAI CILAMAYA (KAB. SUBANG - JAWA BARAT)1. Sungai Cilamaya yang bermuara di Desa Rawameneng, Kec. Bianakan, Kab. Subang secara administrasi alirannya melalui 3 kabupaten, yaitu : Kab. Purwakarta (Hulu Sungai). Kab. Karawang, dan Kab. Subang. Sungai tersebut digunakan oleh masyarakat untuk berbagai keperluan, seperti : MCK, mengairi tanaman, dan tambak;

2. Tambak-tambak masyarakat di sekitar muara Sungai Cilamaya menggunakan air sungai tersebut sebagai sumber air tawar. Menurut Ketua KUD Mina Karya Baru, pencemaran sungai sudah berlangsung cukup lama, sekitar tahun 1980- an. Karena sumber airnya yang telah tercemar maka ikan dan udang yang dipelihara di dalam tambak terhambat pertumbuhanya, mengalami stres, dan kemudian mati. Berdasarkan hal tersebut, Tim Ditjen P2SDKP telah melakukan pertemuan dengan Kepala Dinas KP Kab. Subang dan Kasubid Analisa, kemudian selanjutnya melakukan peninjauan lapangan;

3. Hasil pertemuan dengan Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Kab. Subang, disampaikan bahwa Dinas Kelautan dan Perikanan tidak mendapat laporan resmi dari KUD Mina Karya Mandiri tentang kasus pencemaran Sungai Cilamaya. Dalam kasus-kasus pencemaran sungai di Kabupaten Subang, Dinas Kelautan dan Perikanan tidak dilibatkan dalam Tim yang dibentuk oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Subang, sehingga kurang begitu mengetahui kasus-kasus yang terjadi dilapangan;

4. Sehubungan dengan kondisi pencemaran Sungai Cilamaya yang menyebabkan stres/matinya ikan dan udang di tambak. Kepala Cabang Dinas Kelautan dan Perikanan Kecamatan Blanakan dan Ciasem telah bersurat kepada Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Kab. Subang. Dalam laporan tersebut disampaikan bahwa luas areal tambak yang tekena dampak pencemaran Sungai Cilamaya adalah 400 ha yang meliputi 5 desa, yaitu : Rawameneng, Jayamukti, Blanakan, Langensari dan Muara. Dinas KP Subang sampai saat ini belum menurunkan Tim ke lapangan untuk memantau dan menangani kasus pencemaran tersebut;

5. P2SDKP telah berkoordinasi dan melakukan pertemuan dengan Kasubid Analisa , Evaluasi, dan Amdal Badan Pengolahan Lingkungan Hidup Kab. Subang. Dari data dan informasi yang disampaikan, diketahui bahwa pada bagian hulu sungai Cilamaya telah tercemar. Beberapa parameter kimia yang telah melewati ambang batas (SK Gubernur Jabar No. 39/2000 dan PP No. 82/2001), yaitu : Oksigen terlarut (DO), Amoniak, Nitrit, BOD, dan COD. Industri yang mencemari adalah pabrik kertas PT. Papertech. Selain itu beberapa pabrik lainya seperti pabrik pembuatan Mie juga membuang limbahnya ke Sungai Cilamaya;

6. Pada saat kunjungan lapangan ke Hilir Sungai Cilamaya yang berada di Desa Rawameneng, Kec. Blanakan, terlihat bahwa warna air berwarna kehitaman dan mengeluarkan bau yang menyengat. Kondisi pantauan visual ini mengindikasikan bahwa sungai cilamaya telah tercemar. Untuk mengetahui kadar bahan pencemarnya, Tim Ditjen P2SDKP telah melakukan pengambilan sampel air. Saat ini, sampel air Sungai Cilamaya sedang dianalisis di laboratorium.

B. SUNGAI SIWARA DAN SUNGAI BAH (KAB. TEGAL - JAWA TENGAH)1. Kasus kematian ikan di tambak yang terjadi di Kabupaten Tegal dilaporkan oleh petani tambak kepada Dinas Kelautan dan Perikanan Kab. Tegal dan Pengurus Cabang Partai Demokrasi Indonesia - Perjuangan ( PDIP-P) Kab. Tegal. Kematian ikan tersebut diduga disebabkan oleh pembuangan limbah pabrik saos dan pabrik playwood ke aliran Sungai Siwara dan Sungai Bah. Sebagaimana diketahui bahwa kedua sungai tersebut merupakan sumber air tawar bagi tambak yang ada di pesisir Kab. Tegal. Lokasi tambak dan hatchery (tempat pembenihan ikan/udang) di Kab. Tegal meliputi 3 (tiga) Kecamatan, yaitu: Warurejo, Suradadi, dan Kramat;

2. Berdasarkan laporan tersebut, Dinas Kelautan dan Perikanan Kab. Tegal bersama dengan UPTD Balai Perbenihan dan Budidaya Ikan Dinas Kelautan dan Perikanan Propinsi Jawa Tengah, Serta Pengurus PDIP-P Kab. Tegal telah turun ke lapangan untuk melakukan pengecekan lapangan sekaligus mengambil sampel air Sungai Siwara dan Sungai Bah. Hasil uji laboratorium didapatkan hasil yang negatip, artinya semua parameter yang diuji masih berada dibawah baku mutu yang telah ditetapkan (PP No. 82/2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air);

3. Menurut Kabid Kelautan Dinas KP Kab. Tegal dan Petugas Penyuluh Lapangan Dinas KP Kab.Tegal, kematian ikan di tambak masyarakat terjadi pada musim kemarau, dimana ketinggian air dalam tambak sangat rendah (volume air sedikit). Kondisi ini menyebabkan suhu air menjadi tinggi dan kadar oksigen terlarut menurun drastis, sehingga menyebabkan kematian ikan. Sementara itu Lokasi pembudidayaan ikan UPTD Balai Perbenihan dan Budidaya Ikan yang terletak antara pabrik playwood - saos dan tambak nelayan tidak mengalami kematian. Kondisi air (volume air) di Balai Perbenihan dan Budidaya Ikan tidak mengalami fluktuasi yang besar. Hal ini menunjukan bahwa kematian ikan di tambak-tambak bukan disebabkan oleh pencemaran air, tetapi karena turunya kadar oksigen terlarut/DO (Disolved Oxygen) yang disebabkan oleh faktor alami (musim kemarau);

4. Menurut Kabid Perikanan Dinas KP Kab. Tegal, kondisi saat ini sudah normal kembali, tidak ada lagi kasus kematian di tambak-tambak dan hachery skala rumah tangga (backyard) yang dilaporkan oleh masyarakat.C.KESIMPULAN Kesimpulan dari pelaksanaan kegiatan tersebut adalah :

1. Sungai Cilamaya telah tercemar oleh limbah berbagai pabrik sejak tahun 1980-an, sehingga menyebabkan terhambatnya pertumbuhan ikan, stres, dan matinya ikan di tambak-tambak milik nelayan;

2. Luas tambak yang terkena dampak pencemaran Sungai Cilamaya adalah 400 ha yang meliputi 5 desa di Kec. Blanakan, Yaitu : Rawameneng, Jayamukti, Blanakan, Langensari, dan Muara;

3. Kasus kematian ikan di tambak-tambak masyarakat di kab. Tegal bukan disebabkan oleh limbah pabrik saos, tetapi disebabkan oleh rendahnya ketinggian air di dalam tambak pada musim kemarau, dimana suhu meningkat dan terjadi penurunan kadar oksigen telarut (DO) didalam air (faktor alamiah).

Sumber : Laporan Bulan Oktober Ditjen P2SDKP