22
BAB I STATUS PASIEN I. Identitas 1. Nama : Tn. T/Laki-Laki/55tahun 2. Pendidikan : SMP 3. Pekerjaan : Swasta 4. Alamat :Rt. 23 Pakuan Baru II. LatarBelakangSosio-Ekonomi- DemografidanLingkunganKeluarga : a. Status perkawinan : Sudah menikah b. Jumlah anak : 4 c. Status ekonomikeluarga : Cukup d. Kondisirumah :Rumah berdinding semen dan beratap seng dengan ukuran rumah 10 x 7 meter.Samping kanan ada rumah tetangga, mempunyai halaman rumah. Memiliki ruang tamu, 3 ruang kamar tidur, 1 ruang keluarga sekaligus ruang makan dan 1 ruang dapur dan ada kamar mandi, Rumah memiliki ventilasi pertukaran udara yang cukup dan cukup pencahayaan. Sumber air berasal dariair PDAM. Kamar mandi menggunakan wc jongkok. e. Kondisi Lingkungan Keluarga : 1

Kasus Bronkitis Kronis

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Bronkitis

Citation preview

BAB ISTATUS PASIEN

I. Identitas1. Nama: Tn. T/Laki-Laki/55tahun2. Pendidikan: SMP3. Pekerjaan: Swasta4. Alamat:Rt. 23 Pakuan Baru

II. LatarBelakangSosio-Ekonomi-DemografidanLingkunganKeluarga :a. Status perkawinan: Sudah menikahb. Jumlah anak: 4c. Status ekonomikeluarga: Cukupd. Kondisirumah:Rumah berdinding semen dan beratap seng dengan ukuran rumah 10 x 7 meter.Samping kanan ada rumah tetangga, mempunyai halaman rumah. Memiliki ruang tamu, 3 ruang kamar tidur, 1 ruang keluarga sekaligus ruang makan dan 1 ruang dapur dan ada kamar mandi, Rumah memiliki ventilasi pertukaran udara yang cukup dan cukup pencahayaan. Sumber air berasal dariair PDAM. Kamar mandi menggunakan wc jongkok. e. Kondisi Lingkungan Keluarga :Pasien tinggal bersama anaknya. Anak pasien bekerja di swasta dan sedangkan pasien bekerja sebagai tukang ojek.

III. Aspekpsikologis di keluarga :Secara psikologis pasien tidak bermasalah. Pasien dikenal sebagai seorang ayah yang baik bagi keluarganya.

IV. Anamnesa :a. Keluhan utama :Batuk berdahak sejak 5 hari yang lalub. Keluhan tambahan :Sesak Nafasc. Riwayat perjalanan penyakitPasien mengeluh batuk berdahak sejak 6 bulan yang lalu, dahak berwarna putih kekuningan, banyak dan kental. Munculnya batuk tidak dipengaruhi oleh alergi. Awalnya badan pasien terasa dingin kemudian perut panas lalu muncul sesak nafas kemudian akhirnya batuk. Keadaan kemudian membaik sendiri setelah 20 menit. Pasien juga mengalami nyeri dada pada saat batuk. Setelah keadaan membaik, sekitar 2 jam kemudian pasien akan merasakan batuk lagi yang kemudian akan membaik lagi dengan sendirinya, begitu seterusnya. Tidak ada mual, muntah, dan tidak ada keluhan pada BAB dan BAK. Dahulu pasienadalah perokok aktif dan sekarang sudah berhenti merokok 2 tahun yang lalu.

V. Riwayat penyakit dahulu / penyakit keluarga : Pasien tidak pernah menderita penyakit yang sama sebelumnya Tidak ada anggota keluarga yang mengalami keluhan yang sama Riwayat alergi makanan, cuaca, debu dan bulu disangkal Riwayat penyakit Hipertensi disangkal Riwayat Penyakit Diabetes Melitus disangkal Riwayat merokok (+) sejak usia 15 tahun. Pasien adalah perokok berat, dalam sehari menghabiskan 1 bungkus rokok. 2 tahun terakhir pasien sudah mulai berhenti merokok.

VI. Pemeriksaan FisikKeadaan Umum :Keadaan umum: Tampak sakit ringanKesadaran: Compos mentisTD: 120/80 mmhgNadi: 80x/menitRR: 22x/menitSuhu: 36C

Pemeriksaan OrganKepalaBentuk: Simetris, normocephalMata: Konjungtivaanemis -/-, Skleraikterik -/- Telinga: Dalam Batas Normal Hidung: Napascupinghidung -/-, Sekret -/-, Epistaksis -/- Mulut: Dalam Batas NormalThoraksInspeksi: Simetris, retraksi (-)Palpasi: Krepitasi (-), vokal fremitus sama kanan dan kiriPerkusi: Hipersonor pada kedua lapang paruAuskultasi: Vesikuler +/+, Rhonki+/+, wheezing -/- BJI dan II regular, BJ III (-), bisingjantung (-) AbdomenInspeksi : Datar, sikatriks (-). Palpasi: Nyeritekan (-) Perkusi: Timpani (+) Auskultasi : Bisingusus (+) normal

Ekstremitas: Akralhangat +/+, edema -/-

VII. Pemeriksaan anjuran Pemeriksaan Sputum Darah Lengkap Rontgen

VIII. DiagnosaBronkitis Kronis

IX. Diagnosa Banding1. TB paru2. Asma3. CHF

X. Manajemen Promotif: Memberikan edukasi kepada pasien tentang penyakitnya serta komplikasi yang dapat terjadi Memberikan pengetahuan tentang pengobatan yang diberikan serta pentingnya keteraturan dalam berobat Memberi edukasi kepada keluarga pasien tentang penyakit pasien serta menciptakan lingkungan bebas polusi di rumah Menghirup uap air panas 2-3x selama 15 30 menit/hari Menghindari zat zat yang mengiritasi bronkus seperti berhenti merokok, menghindari asap rokok orang lain (perokok pasif) serta memakai masker bila terpapar zat yang bisa mengiritasi bronkus Latihan fisik, psikososial, latihan pernapasan

Preventif Mengurangi paparan terhadap asap baik asap bakaran ataupun asap rokok Mengurangi aktivitas berlebihan untuk meminimalkan terjadinya sesak Menciptakan lingkungan yang bebas dari polusi Meningkatkan daya tahan tubuh dengan mengkonsumsi makanan yang bergizi tinggi

Kuratif Non Farmakologi1. Istirahat di rumah2. Menggunakan masker3. Makan makanan yang bergizi untuk menjaga imunitas tubuh, bila dianggap perlu dapat diberikan vitamin tambahan4. Berolahragaringan danteraturuntukmemperbaikipernapasandanmemperbanyakoksigenmasukkeparu-paru

Farmakologi Dexametason tablet 0,5 mg 3 x sehari Amoxicilin tablet 500 mg 3 x sehari GG tablet 3x sehari

Rehabilitatif Menjalankanpengobatandenganteratur Sebisa mungkin untuk tidak melakukan kontak kontak dengan asap, baik asap rokok ataupun asap pembakaran Menjaga daya tahan tubuh dengan mengkonsumsi makanan bergizi tinggi Jika keluhan tidak membaik dan dirasa semakin sesak segera berobat ke RS/Puskesmas terdekat

XI. ResepDinas Kesehatan Kota JambiPuskesmas Pakuan BaruJln. Jendral Sudirman No. 75

Dokter : Meuthia NadhirohSIP : STR :

Tanggal : 23 Maret 2015 R/ Dexametason tab 0,5 mg No X 3 dd tab I R/ Amoxicilin tab 500 mgNo X 3 ddtab I R/ GG tab 100mg No X 3 dd tab I

Pro : Tn. TUmur : 55tahunAlamat : Rt. 23 PakuanBaru

Resep tidak boleh ditukar tanpa sepengetahuan dokter

BAB IITINJAUAN PUSTAKA 2.1DefinisiBronkitis KronikBronkhitis kronis adalah suatu bentuk penyakit obstruksi paru kronik, pada keadaan ini terjadi iritasi bronkhial dengan sekresi yang bertambah dan batuk produktif selama sedikitnya tiga bulan atau bahkan dua tahun berturut-turut, biasanya keadaan ini disertai emfisema paru.12.2EpidemiologiDi Indonesia, belum ada angka kesakitan Bronkitis kronis secara pasti. Sebagai perbandingan, di AS ( National Center for Health tatistics ) diperkirakan sekitar 4% dari populasi di diagnose sebagai Bronkitis kronis. Angka ini pun diduga masih di bawah angka kesakitan yang sebenarnya (underestimate) dikarenakan tidak terdiagnosanya Bronkitis kronis. Di sisi lain dapat terjadi pula overdiagnosis bronchitis kronis pada pasien pasien dengan batuk non spesifik yang self-limited (sembuhsendiri). Bronkitis kronis dapat dialami oleh semua ras tanpa ada perbedaan. Frekuensi angka kesakitan Bronkitis kronis lebih kerap terjadi pada pria disbanding wanita. Hanya saja hingga kini belum ada angka perbandingan yang pasti.1,2,32.3 Etiologi41. Asap rokok.2. Polusi udara.3. Pekerjaan : lebih umum pada perempuan terkena debu atau gas beracun.4. Infeksi: serangan berulang bronchitis akut.5. Perokok pasif dan perokok aktif.

2.4 Gejala dan KeluhanKeluhan dan gejala-gejala klinis Bronkitis kronis adalah sebagai berikut:2,4,5 Batuk dengan dahak atau batuk produktif dalam jumlah yang banyak. Dahak makin banyak dan berwarna kekuningan (purulen) pada serangan akut (eksaserbasi). Kadang dapat dijumpai batuk darah. Sesak napas. Sesak bersifat progresif (makin berat) saat beraktifitas. Ada kalanya terdengar suara mengi (ngik-ngik). Pada pemeriksaan dengan stetoskop (auskultasi) terdengar suara krok-krok terutama saat inspirasi (menarik napas) yang menggambarkan adanya dahak di saluran napas.

2.5 PatofisiologiBronkitis Kronik berhubungan dengan berlebihnya mukus trakeobronkial, cukup membuat batuk dengan dahak selama 3 bulan dalam setahun sekurangnya 2 tahun berurutan. Gambaran histopatologinya menunjukkan hipertrofi kelenjar mukosa bronkial dan peradangan peribronkial yang menyebabkan kerusakan lumen bronkus berupa metaplasia skuamos, silia yang abnormal, hiperplasia sel otot polos saluran pernapasan, peradangan dan penebalan mukosa bronkus. Ditemukan banyak sel neutrofil pada lumen bronkus dan infiltrat neutrofil pada submukosa.1,3,5Terjadi peradangan hebat pada bronkiolus respiratorius, banyak sel mononuklear, sumbatan mukus. Semua hal diatas menyebabkan obstruksi saluran pernapasan. Sel epitel pada saluran pernapasan melepaskan mediator mediator inflamasi sebagai respon dari zat toksik,infeksi, ditambah lagi berkurangnya pelepasan dari produk regulatori seperti ACE (angiotensin-converting enzym) dan neutral endopeptidase.1,2Bronkitis kronik dapat dikategorikan sebagai bronkitis kronik sederhana, bronkitis kronik mukopurulent, atau bronkitis kronik dengan obstruksi. Bronkitis kronik dengan ditandai oleh produksi mucoid sputum. Produksi sputum yang tetap atau berulang tanpa adanya penyakit supuratif seperti bronkiektasis mengarah pada bronkitis kronik mukopurulen.Bronkitis kronik harus dapat dibedakan dengan asma. Perbedaannya didasarkan pada riwayat penyakit sebelumnya: pasien yang menderita bronkitis kronik mengalami batuk produktif yang lama dan mengi atau wheezing yang muncul setelahnya,sedangkan pasien dengan asma mengalami mengi yang lama dan diikuti oleh batuk produktif. Bronkitis kronik bisa akibat dari serangkaian serangan akut dari bronkitis akut.6

2.6 Klasifikasi6,71. Bronkitis kronis ringan( simple chronic bronchitis), ditandai dengan batuk berdahak dan keluhan lain yang ringan.2. Bronkitis kronis mukopurulen ( chronic mucupurulent bronchitis), ditandai dengan batuk berdahak kental, purulen (berwarna kekuningan).3. Bronkitis kronis dengan penyempitan saluran napas( chronic bronchitis with obstruction ), ditandai dengan batuk berdahak yang disertai dengan sesak napas berat dan suara mengi.Untuk membedakan ketiganya didasarkan pada riwayat penyakit dan pemeriksaan klinis oleh dokter disertai pemeriksaan penunjang (jika diperlukan), yakni radiologi (rontgen), faal paru, EKG, analisa gas darah.2.7 Diagnosis1. AnamnesisAdanya batuk berdahak ataupun tidak, biasanya di sertai sesak nafas yang memberat saat melakukan aktifitas.2. Pemeriksaan fisikPada pemeriksaan fisik biasanya ditemukan keadaan normal dan kadang-kadang terdengar suara wheezing di beberapa tempat. Rhonki dapat terdengar jika produksi sputum meningkat 3. Pemeriksaan Penunjanga. Foto thoraxFoto thorax biasanya menunjukkan gambaran normal atau tampak corakan bronkial meningkat dan terdapat gambaran air bonkogram. Diagnosis ditegakkan dengan foto thorax dengan gambaran fotonya tidak dijumpai infiltrat.

b. Uji faal paruPada beberapa penderita menunjukkan adanya penurunan uji fungsi paru. c. LaboratoriumPada bronkhitis didapatkan jumlah leukosit meningkat.2.8 Diferensial Diagnosis1. Empisema2. TB Paru3. Asma

2.9 PenatalaksanaanPenatalaksanaan Bronkitis kronik dilakukan secara berkesinambungan untuk mencegah timbulnya penyulit, meliputi:8 Edukasi, yakni memberikan pemahaman kepada penderita untuk mengenali gejala dan faktor-faktor pencetus kekambuhan Bronkitis kronis. Sedapat mungkin menghindari paparan faktor-faktor pencetus. Rehabilitasi medic untuk mengoptimalkan fungsi pernapasan dan mencegah kekambuhan, diantaranya dengan olah raga sesyuai usia dan kemampuan, istirahat dalam jumlah yang cukup, makan makanan bergizi. Oksigenasi (terapi oksigen) Obat-obat bronkodilator dan mukolitik agar dahak mudah dikeluarkan. Antibiotika. Digunakan manakala penderita Bronkitis kronis mengalami eksaserbasi oleh infeksi kuman (H. influenzae, S. pneumoniae, M. catarrhalis). Pemilihan jenis antibiotika (pilihan pertama, kedua dan seterusnya) dilakukan oleh dokter berdasarkan hasil pemeriksaan.Para penderita Bronkitis kronik sebaiknya memeriksakan diri dan berkonsultasi ke dokter manakala mengalami keluhan-keluhan batuk berdahak dan lama, sesak napas, agar segera mendapatkan pengobatan yang tepat.BAB IIIANALISA KASUS

a. Hubungan Diagnosis dengankeadaanRumahdanLingkunganSekitarKeadaan rumah dan lingkungan sekitar rumah cukup tenang dan tidak begitu padat. Rumah pasien berlantai semen, berdinding semen dan beratap seng. Rumah memiliki 3 buah kamar tidur, 1 ruang tamu, 1 ruang makan yang bergabung dengan ruang keluarga, 1 dapur bergabung dengan tempat mencuci piring dan 1 buah kamar mandi. Rumah memiliki ventilasi dan cukup pencahayaan. Sumber air bersih berasal dari PDAM.Penyakit bronkitis kronis dipengaruhi oleh keadaan lingkungan yang berdebu dan berpolusi. Biasanya pada daerah perkotaan atau tempat tinggal yang dekat dengan jalan raya maupun dekat dengan pabrik. Rumah pasien tidak terletak di jalan raya yang padat. Pasien juga tidak tinggal di daerah perkotaan. Di sekitar tempat tinggal pasien juga tidak terdapat pabrik ataupun bangsal kayu yang menghasilkan banyak debu. Sehingga pada pasien ini tidak ada hubungan diagnosis dengan keadaan rumah dan lingkungan sekitar.

b. Hubungan diagnosis dengan keadaan keluarga dan hubungan keluarga.Keadaan keluarga dan hubungan pasien dengan keluarga tergolong baik. Hubungan antar keluarga pun harmonis. Istri dan anak pasien selalu mendukung pasien untuk rutin melakukan pengobatan.Penyakit bronkitis dipengaruhi oleh keadaan keluarga maupun hubungan antar keluarga karena faktor resiko terjadinya bronkitis kronik adalah paparan debu, asap, kebiasaan merokok. Sehingga dapat disimpulkan tidakada hubungan diagnosis dengan keadaan keluarga dan hubungan keluarga.

c. Hubungan diagnosis dengan perilaku kesehatan dalam keluarga dan lingkungan sekitar.Pasien dulunya adalah seorang perokok aktif. Pasien mulai merokok saat usia 15 tahun. Dalam 1 hari pasien bisa menghabiskan sekitar 1 bungkus rokok. Walaupun sejak dahulu pasien sudah mulai merasakan batuk dan sedikit sesak namun pasien tetap mengkonsumsi rokok. Hal ini menandakan pasien tidak memiliki kepedualian terhadap perilaku kesehatan dirinya. Lingkungan sekitar pasien juga tidak sehat. Dahulu kebanyakan teman teman pasien adalah perokok aktif, hal ini menyebabkan pasien sering terkena paparan asap rokok dari lingkungan sekitar. Lingkungan sekitar pasien juga merupakan tempat yang berdebu dan berpolusi tinggi karena pekerjaan pasien adalah seorang tukang ojek maka hampir seluruh waktunya dihabiskan di jalan. Pada pasien ini ada hubungan antara perilaku kesehatan dalam keluarga dan dengan lingkungan sekitar.

d. Analisis kemungkinan berbagai factor resiko atau etiologi penyakit pada pasien iniKemungkinan faktor resiko terjadinya bronkitis kronis pada pasien ini adalah kebiasaan merokok dan paparan debu dari lingkungan sekitar. Merokok merupakan penyebab tersering bronkitis kronis karena komponen asap rokok menstimulasi perubahan pada selsel penghasil mukus bronkus dan silia. Komponenkomponen tersebut juga menstimulasi inflamasi kronis. Secara patologis rokok berhubungan dengan hiperplasi kelenjar mucus bronkus dan metaplasia skuamus epitel saluran pernapasan juga dapat menyebabkan bronkokonstriksi kronis. Eksasebasi bronchitis disangka paling sering diawali dengan infeksi virus yang kemudian menyebabkan infeksi sekunder bakteri. Bakteri yang diisolasi paling banyak adalah hemophilus influenza dan streptococcus pneumonie. Pajanan debu dan gas berbahaya. Polusi tidak begitu besar pengaruhnya sebagai factor penyebab, tetapi bila ditambah merokok resiko akan lebih tinggi. Zat-zat kimia dapat juga menyebabkan bronchitis adalahzat-zat pereduksi O2, zat-zat pengoksidasi seperti N2O, hidrokarbon, aldehid,ozon. Pada kasus ini dapat disimpulkan bahwa faktor resiko pada pasien ini kebiasaan merokok.e. Analisis untuk mengurangi paparan/memutuskan rantai penularan dengan factor resiko atau etiologi pada pasien iniUntuk mengurangi paparan/memutuskan rantai penularan dengan faktor resiko atau etiologi pada pasien ini adalah dengan cara berhenti merokok, tidak berada didekat orang yang sedang merokok, tidak berada di tempat yang banyak debu serta menghindari terkena penyakit inflamsi paru lainnya. Selain itu pasien juga disarankan untuk mengkonsumsi makanan yang tinggi zat gizi untuk meningkatkan daya tahan tubuh, karena penyakit bronkitis kronis juga sering mengenai mereka yang daya tahan tubuhnya sedang tidak baik. Pasien juga disarankan untuk rutin berobat ke puskesmas dan mengkonsumsi obat secara teratur.

DAFTAR PUSTAKA

1. Snell, SR. Anatomi klinik untuk mahasiswa kedokteran. Jakarta: EGC; 2006. hal. 88-90.2. Hartanto H, Natalia S, Pita W, Dewi AM. Anatomi dan fisiologi sistem pernapasan. Dalam Wilson LM, editor. Patofisiologi konsep klinis proses-proses penyakit. Edisi ke-enam. Terjemahan Price SA, Lorraine MW. Pathophysiology: Clinical concepts of disease processes. Jakarta: EGC; 2005. hal. 736-69. 3. Novrianti A, Frans D, Titiek R, Luqman YR, Husny M, Aryandhito WN, et al, editor. Fisiologi kedokteran. Edisi ke-dua puluh dua. Terjemahan Ganong WF. Medical physiology. Jakarta: EGC; 2008. hal. 669-78.4. Rachman LY, Huriawati H, Andita N, Nanda W, editor. Buku ajar fisiologi kedokteran. Edisi ke-sebelas. Terjemahan Guyton AC, Hall JE. Textbook of medical physiology. Jakarta: EGC; 2007. hal. 495-559.5. Santoso BI, editor. Fisiologi manusia : dari sel ke sistem. Edisi ke-dua. Terjemahan Sherwood L. Human physiology: from cells to systems. Jakarta: EGC; 2001. hal. 410-35.6. PDT IlmuPenyakitParu FK Unair, RSU Dr.Soetomo, edisi 3, 2005.7. Bronchitis, JazeelaFayyaz, DO, eMedicine Specialties Pulmonology, 20098. Diagnosis danTerapiIlmuPenyakitDalam, Lawrence M, Tierney, Jr, MD et all, 2002.

6