Upload
nurul-komariah
View
214
Download
2
Embed Size (px)
DESCRIPTION
kasus
Citation preview
Isu-Isu yang berkembang di masyarakat tentang HIV/AIDSBagi masyarakat awam keberadaan penyakit HIV dan AIDS dianggap sebagai sesuatu
yang berbahaya. Bagi masyarakat istilah HIV dan AIDS biasanya tergambar sebagai masalah medis yang timbul akibat suatu perilaku negative dalam pergaulannya. Penderitanya yang di sebut ODHA (Orang Dengan HIV/AIDS) sering dijauhi dalam pergaulan karena dianggap perilaku negatifnya dapat menimbulkan HIV dan AIDS.
Banyak masyarakat menganggap penularan HIV dapat terjadi dengan mudah. Isu yang berkembang di masyarakat mengenai penularan HIV adalah sebagai berikut:
1. Penularan HIV dapat terjadi karena bersalaman, berpelukan, atau berciuman dengan penderita HIV dan AIDS
2. Kontak langsung seperti terpapar batuk atau bersin oleh penderita HIV dan AIDS3. Memakai fasilitas umum bersama-sama dengan penderita HIV dan AIDS misalnya
toilet4. HIV dan AIDS dapat menular pada tempat pemandian umum misalnya memakai
kolam renang bersama-sama5. Hidup bersama, berbagi makanan atau menggunakan alat makan secara bersama
dengan ODHA6. HIV dan AIDS dapat menular akibat gigitan serangga misalnya nyamukBerdasarkan isu yang berkembang pada masyarat, kita akan cenderung mengganggap
bahwa HIV itu adalah virus yang dapat menular dengan mudahnya kapanpun, dimanapun, dan kepada siapapun. Padahal dalam kenyataannya tidak seperti yang masyarakat bayangkan.
2.2 Apa itu HIV/AIDSMasyarakat sering mendengar nama penyakit tersebut dan merasa takut akan hadirnya
penyakit tersebut. Tetapi sebenarnya masyarakat belum mengetahui secara jelas apa itu HIV dan apa itu AIDS. HIV (Human Imunodeficiensi Virus) adalah virus penyebab AIDS. Terdapat dalam cairan tubuh pengidapnya seperti darah, air mani atau cairan vagina. Pengidap HIV akan tampak sehat sampai HIV menjadi AIDS dalam waktu 5-10 tahun kemudian. Walaupun tampak sehat mereka dapat menularkan HIV pada orang lain. AIDS (Aquired immune Deficiency Syndrome) atau sindroma menurunnya kekebalan tubuh yang disebabkan HIV sehingga tubuh tidak dapat memerangi penyakit.
Seperti isu yang telah berkembang di masyarakat mengenai cara penularan HIV sebenarnya terjadi kekeliruan pada pandangan masyarakat tersebut. Sebenarnya HIV hanya dapat menular melalui 4 cairan tubuh yaitu cairan sperma, cairan vagina, dan darah. Penularan HIV itu sendiri dapat terjadi melalui beberapa cara:
1. Melalui hubungan sex yang tidak terlindung (anal, oral, vaginal) dengan pengidap HIV
2. Melalui transfuse darah atau menggunakan jarum suntik secara bergantian3. Melalui ibu hamil pengidap HIV pada bayi yang dilahirkan dan dari ibu ke anak
selama menyusui.
HIV tidak ditularkan melalui pergaulan seperti berjabat tangan, sentuhan, ciuman, pelukan, peralatan makan, gigitan nyamuk, penggunaan jamban atau tinggal serumah, kontak dengan penderita yang betuk atau bersin. Hal ini menjawab bahwa isu yang berkembang di masyarakat tidaklah benar.
Siapapun bisa saja tertular HIV dan gejala yang diltimbulkan tidak dapat di bedakan dengan orang sehat kebanyakan karena penampilan luar seseorang tidak menjamin mereka bebas HIV. Orang dengan HIV positif sering terlihat sehat dan merasa sehat sebelum melakukan tes darah. Pelayanan tes darah ini telah disediakan oleh pemerintah di rumah sakit atau puskesmas dengan tidak dipungut bayaran.
Setelah terinveksi HIV biasanya tidak ada gejala dalam waktu 5-10 tahun. Kemudian AIDS mulai berkembang dan menunjukkan gejala-gejala sebagai berikut:
1. Kehilangan berat badan secara drastis2. Diare yang berkelanjutan3. Pembekakan di leher dan di ketiak 4. Batuk terus menerus
Setelah mengetahui apa itu HIV/AIDS pastilah muncul di pemikiran kita bagaimana upaya untuk mencegah penularan HIV. Pencegahan HIV sangat mudah, tergantung pada prilaku kita sendiri. Pencegahannya dapat dilakukan dengan model pencegahan ABCDE yaitu:
1. Absen Seks yaitu tidak melakukan hubungan seks diluar nikah2. Befaithfull yaitu saling setia dengan pasangan dan tidak berganti-ganti pasangan seks.3. Condom yaitu selalu menggunakan kondom jika melakukkan hubungan seks beresiko
baik lewat vagina, anal, ataupun oral.4. Don’t Inject yaitu tidak menggunakan alat-alat suntik atau jarum bekas apalagi
menggunakan narkoba suntik.5. Education yaitu selalu mengikuti perkembangan informasi tentanng HIV/AIDS
melalui membaca, berbicara mengenai HIV/AIDS untuk menambah pengetahuan.
2.3 Masalah sosial yang dapat timbul oleh penyakit HIV/AIDSODHA mendapat stigma (cap negatif) dan diskriminasi dari masyarakat di
sekitarnya. Ini nampak dari begitu banyak penderita menerima perlakuan yang berbanding terbalik sebelum terdiagnosa HIV. Pada rentang antara 10-12 tahun HIV memunculkan AIDS. Jadi, sang penderita menghadapi stigma dan diskriminasi pada 10 tahun itu. Ini muncul karena persepsi keliru atas HIV dan AIDS terutama media penularan serta pandangan mengenai masalah ini adalah masalah medis.
Stigma adalah alat kontrol sosial terampuh dalam menilai pihak berkarakteristik tertentu, maka dalam kerangka stigma dan diskriminasi HIV dan AIDS sebenarnya adalah persoalan sosial yang tatarannya sama dengan kemiskinan, kebodohan, dan apatisme, yang merupakan masalah semua orang. Diskriminasi terhadap ODHA terlihat dalam kehidupan sehari-hari seperti contoh-contoh dibawah ini :
Dalam dunia kerja, ODHA sering dikucilkan dari pergaulan rekan-rekan kerjanya dan ada pula kejadian dimana ODHA harus di PHK karena penyakit yang di deritanya itu.
Untuk mencari lapangan pekerjaan juga merupakan hal yang tidak mudah bagi mereka, banyak perusahaan yang menolak orang-orang dengan HIV untuk bekerja.
Dalam keluarga, ODHA juga kadang-kadang diberikan perlakuan yang tidak sama dengan keluarga lainnya, misalnya dikirim keluar kota, dilarang bergaul dengan orang-orang di sekitarnya, dan dilarang pula membuka statusnya sebagai pengidap HIV karena keluarga masih menganggap hal itu sebagai aib yang harus disembunyikan selamanya.
Dalam dunia medis, perlakuan diskriminasi yang terjadi pada ODHA misalnya ketika seorang penderita yang harus mendapat operasi karena suatu penyakit atau kecelakaan mendadak harus dibatalkan karena statusnya sebagai pengidap HIV.
Sebenarnya perlakuan diskriminasi seperti diatas tidak perlu terjadi seandainya semua orang memiliki pengetahuan tentang HIV/AIDS dan bagaimana proses infeksinya. Orang-orang dengan HIV sebenarnya adalah orang-orang yang patut diberikan dukungan agar di sisa hidupnya yang tidak lama lagi bisa berbuat banyak untuk sesama baik untuk orang yang belum terinfeksi maupun yang telah terlanjur terinfeksi.
2.4 Peranan Pemerintah, Pelajar/Mahasiswa, keluarga dalam menanggulangi masalah HIV/AIDS
1. Peranan PemerintahKomitmen pemerintah dalam penanggulangan HIV/AIDS tidak diragukan lagi.
Program dilaksanakan secara komprehensif artinya adalah pada tempat-tempat dimana terjadi penularan, dilaksanakan program mulai dari pencegahan, perawatan, dukungan dan pengobatan serta mitigasi didukung oleh kebijakan yang memberdayakan masyarakat untuk secara mandiri menanggulangi masalah HIV dan AIDS. Dengan demikian penduduk yang paling berisiko tertular HIV dapat mengakses informasi dan layanan kesehatan, sementara stigma dan diskriminasi dapat dihilangkan.
2. Peranan Pelajar/Mahasiswaa. Menyelenggarakan kegiatan-kegiatan sosialisasi tentang HIV/AIDS di sekolah
dan kampus masing-masing.b. Berpatisifasi aktif dalam kegiatan-kegiatan yang diselenggarakan KPA maupun
LSM.c. Mengangkat makalah, tugas, skripsi, dan presentasi tentang HIV/AIDS sehingga
dapat berfungsi sekaligus sebagai media sosialisasid. Berperilaku dan menjauhi perbuatan-perbuatan yang mengarah pada kenakalan
remaja.3. Peranan Keluarga
a. Memberikan dukungan moril bagi anggota keluarga yang sudah positif terkena HIV
b. Memantau pergaulan anak agar tidak menjurus ke pergaulan bebas antar remaja dan kenakalan remaja
c. Memberikan edukasi yang cukup mengenai fungsi seksual kepada anak sejak dini sebagai usaha preventif.
4. Peranan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM)Komisi Penanggulangan AIDS (KPA), instansi terkait dan semua komponen masyarakat termasuk LSM peduli AIDS, secara bersama-sama melakukan langkah-langkah nyata antara lain:1. Manajemen Program
a. Rapat Rutin KPAb. Pengolahan & Analisa Datac. Hari AIDS se-Dunia
2. Pelayanan Kesehatana. Penjangkauan dan Pendampinganb. Pelayanan Klinik dan pengobatan.c. Promosi Kondom
3. Komunikasi, Informasi dan Edukasia. Penyuluhan bagi Siswa Sekolahb. Penyuluhan massac. Sosialisasi HIV/AIDS bagi Ibu Hamild. Media KIE (Media cetak, Radio Spot, dan Dialog Interaktif)
4. Lapangan PekerjaanDalam loyalitas untuk menolong para penderita AIDS, Komisi
Penanggulangan AIDS juga membuka lapangan pekerjaan untuk para penderita HIV/AIDS. Hal ini merupakan jalan keluar dari diskriminasi yang dialami ODHA dalam dunia kerja. Diharapkan disisa umur yang ada, para ODHA bisa membuktikan bahwa merekapun bisa berguna, hidup mereka bisa berharga bagi diri mereka dan juga orang lain.
Diatas segalanya, kita sebenarnya dapat mencegah segala problematika sosial dengan memperbaiki ”hubungan manusia dengan Tuhannya”. Kita harus menyadari bahwa manusia itu apa, tujuannya apa dan maksudnya apa? Kalau sudah menyadari sebagai manusia yang tinggal disunia, maka secara lambat laun manusia akan mengetahui dirinya sendiri dan kemudian akan menemukan manusia lain untuk melahirkan nilai-nilai dan perilaku sosial yang bermanfaat bagi manusia itu sendiri ataupun manusia lainnya.