Upload
ekaputriwidya
View
231
Download
4
Embed Size (px)
Citation preview
KASUS KOMPREHENSIF 1
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN KETONASIDOSIS DIABETIK DI RUANG/UNIT GAWAT DARURAT RUMAH SAKIT BALUNG-JEMBER
Oleh
Eka Putri Widyaningtyas
NIM 142310101047
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS JEMBER
2016
LEMBAR PENGESAHAN
Laporan kasus komprehensif I yang dibuat oleh :
Nama : Eka Putri Widyaningtyas
NIM : 142310101047
Judul : ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN KETONASIDOSIS DIABETIK DIRUANG/UNIT GAWAT DARURAT RUMAH SAKIT BALUNG-JEMBER
Telah diperiksa dan disahkan oleh pembimbing pada :
Hari :
Tanggal :
Jembet, 2016
TIM PEMBIMBING
Pembimbing Akademik, Pembimbing Klinik,
NIP : NIP :
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL..............................................................................................
LAPORAN PENDAHULUAN
A. Definisi
Keto asidosis Diabetik adalah keadaan kegawatan atau akut dari DM tipe I disebabkan oleh
meningkatnya keasaman tubuh benda-benda keton akibat kekurangan atau defisiensi insulin,
di karakteristikan dengan hiperglikemia, asidosis, dan keton akibat kurangnya insulin
(Stillwell, 1992).
Ketoasidosis diabetik (KAD) merupakan komplikasi akut diabetes melitus yang serius, suatu
keadaan darurat yang harus segera diatasi. Merupakan komplikasi metabolik yang paling
serius dari Diabetes Mellitus Tipe 1. KAD memerlukan pengelolaan yang cepat dan tepat,
mengingat angka kematiannya yang tinggi. Pencegahan merupakan upaya penting untuk
menghindari terjadinya KAD.
Keto Asidosis Diabetik (KAD) adalah keadaan dekompensasi kekacauan metabolic yang
ditandai oleh trias hiperglikemia, asidosis dan ketosis terutama disebabkan oleh defisiensi
insulin absolut atau relative. KAD dan hipoglikemia merupakan komplikasi akut diabetes
mellitus (DM) yang serius dan membutuhkan pengelolaan gawat darurat. Akibat diuresia
osmotik, KAD biasanya mengalami dehidrasi berat dan dapat sampai menyebabkan syok.
B. Epidemiologi
Data komunitas di Amerika Serikat, Rochester, menunjukkan bahwa insiden KAD sebesar
8/1000 pasien DM per tahun untuk semua kelompok umur, sedangkan untuk kelompok umur
kurang dari 30 tahun sebesar 13,4/1000 pasien DM per tahun. Sumber lain menyebutkan
insiden KAD sebesar 4,6 – 8/1000 pasien DM per tahun. 4,5 KAD dilaporkan bertanggung
jawab untuk lebih dari 100.000 pasien yang dirawat per tahun di Amerika Serikat. 6
Walaupun data komunitas di Indonesia belum ada, agaknya insiden KAD di Indonesia tidak
sebanyak di negara barat, mengingat prevalensi DM tipe 1 yang rendah. Laporan insiden
KAD di Indonesia umumnya berasal dari data rumah sakit dan terutama pada pasien DM tipe
2. Angka kematian pasien dengan KAD di negara maju kurang dari 5% pada banyak senter,
beberapa sumber lain menyebutkan 5 – 10%2, 2 – 10%5, atau 9 – 10%1. Sedangkan di klinik
dengan sarana sederhana dan pasien usia lanjut angka kematian dapat mencapai 25 – 50%.
Angka kematian menjadi lebih tinggi pada beberapa keadaan yang menyertai KAD, seperti
sepsis, syok berat, infark miokard akut yang luas, pasien usia lanjut, kadar glukosa darah
awal yang tinggi, uremia dan kadar keasaman darah yang rendah. Kematian pada pasien
KAD usia muda umumnya dapat dihindari dengan diagnosis cepat, pengobatan yang tepat
dan rasional sesuai dengan pato Þ siologinya. Pada pasien kelompok usia lanjut, penyebab
kematian lebih sering dipicu oleh faktor penyakit dasarnya.
C. Etiologi
Ada sekitar 20% paseien KAD yang baru diketahui menderita DM untuk pertama kali. Pada
pasien KAD yang sudah diketahui DM sebelumnya, 80% dapat dikenali adanya faktor
pencetus ini penting untuk pengobatan dan pencegahan ketoasidosis berulang. Faktor
pencetus yang berperan untuk terjadinya KAD adalah infeksi, infark miokard akut,
pankreatitis akut, penggunaan obat golongan steroid, mengehentikan, atau mengurangi dosis
insulin. Sementara itu 20% pasien KAD tidak ditemukan faktor pencetus. Infeksi yang
paling sering diketemukan adalah pneumonia dan infeksi saluran kemih yang mencakup
antara 30% sampai 50% kasus. Penyakit medis lainnya yang dapat mencetuskan KAD adalah
penyalah gunaan alkohol, trauma, emboli pulmonal dan infark miokard. Beberapa obat yang
mempengaruhi metabolisme karbohidrat juga dapat menyebabkan KAD diantaranya adalah:
kortikosteroid, pentamidine, zat simpatomimetik, penyekat alpha dan beta serta penggunaan
diuretik berlebihan pada pasien lansia.
Tabel 1. Kondisi pencetus KAD
Ketoasidosis Diabetikum (KAD) diklasifikasikan menjadi empat yang masing-masing
menunjukkan tingkatan atau stadiumnya.
Tabel 2. Klasifikasi Ketoasidosis Diabetik
D. Tanda dan Gejala
1. Poliuria, Poliuria merupakan kondisi di mana air kencing yang dikeluarkan
melebih normal. Istilah poliuria didefinisikan sebagai urin (air kencing) yang
keluar melebihi 3 liter per hari (pada dewasa) atau 2 liter/m2 (pada anak-
anak).
2. Polidipsi
3. Penglihatan kabur
4. Lemah
5. Sakit kepala
6. Hipotensi ortostatik (penurunan tekanan darah sistolik 20 mmHg atau > pada
saat berdiri)
7. Anoreksia, Mual, Muntah
8. Nyeri abdomen
9. Hiperventilasi
10. Perubahan status mental (sadar, letargik, koma)
11. Kadar gula darah tinggi (> 240 mg/dl)
12. Terdapat keton di urin
13. Nafas berbau aseton
14. Bisa terjadi ileus sekunder akibat hilangnya K+ karena diuresis osmotic
15. Kulit kering
16. Keringat
17. Kussmaul (pola pernapasan yang sangat dalam dengan frekuensi yang normal
atau semakin kecil) karena asidosis metabolic.
E. Patofisiologi dan Clinical Pathway
Diabetes ketoasidosis disebabakan oleh tidak adanya insulin atau tidak cukupnya jumlah
insulin yang nyata, keadaan ini mengakibatkan gangguan pada metabolisme karbohidrat,
protein dan lemak. Ada tiga gambaran kliniks yang penting pada diabetes ketoasidosis yaitu
dehidrasi, kehilangan elektrolit dan asidosis. Apabila jumlah insulin berkurang, jumlah
glukosa yang memasuki sel akan berkurang pula. Disamping itu produksi glukosa oleh hati
menjadi tidak terkendali. Kedua faktor ini akan mengakibatkan hipergikemia. Dalam upaya
untuk mnghilangkan glukosa yang berlebihan dari dalam tubuh, ginjal akan mengekresikan
glukosa bersama – sama air dan elektrolit (seperti natrium, dan kalium). Diurisis osmotik
yang ditandai oleh urinasi berlebihan (poliuri) ini kan menyebabkan dehidrasi dan kehilangan
elekrolit. Penderita ketoasidosis yang berat dapat kehilangan kira – kira 6,5 liter air dan
sampai 400 hingga 500 mEg natrium, kalium serta klorida selam periode waktu 24 jam.
Akibat defisiensi insulin yang lain adalah pemecahan lemak (lipolisis) menjadi asam – asam
lemak bebas dan gliserol. Asam lemak bebas akan diubah menjadi benda keton oleh hati.
Pada ketoasidosis diabetik terajdi produksi benda keton yang berlebihan sebagai akibat dari
kekurangan insulin yang secara normal akan mencegah timbulnya keadaan tersebut. Benda
keton bersifat asam, dan bila bertumpuk dalanm sirkulasi darah, benda keton akan
menimbulkan asidosis metabolik (Brunner and suddarth, 2002).
F. Penatalaksanaan medis
Prinsip terapi KAD adalah dengan mengatasi dehidrasi, hiperglikemia, dan
ketidakseimbangan elektrolit, serta mengatasi penyakit penyerta yang ada. Pengawasan ketat,
KU jelek masuk HCU/ICU Fase I/Gawat :
A. Pemeriksaan dan pencatatan :
1. Frekwensi nadi, frekwensi napas, dan tekanan darah setiap jam.
2. Suhu badan dilakukan setiap 2-4 jam.
3. Pengukuran balans cairan setiap jam.
4. Kadar glukosa darah kapiler setiap jam.
5. Tanda klinis dan neurologis atas edema serebri
6. EKG : untuk menilai gelombang T, menentukan tanda hipo/hiperkalemia.
7. Keton urine sampai negatif, atau keton darah (bila terdapat fasilitas)
B. Rehidrasi
1. Berikan cairan isotonik NaCl 0,9% atau RL 2L loading dalam 2 jam pertama, lalu 80
tpm selama 4 jam, lalu 30-50 tpm selama 18 jam (4-6L/24jam)
2. Atasi syok (cairan 20 ml/kg BB/jam)
3. Bila syok teratasi berikan cairan sesuai tingkat dehidrasi
4. Rehidrasi dilakukan bertahap untuk menghindari herniasi batang otak (24 – 48 jam).
5. Bila Gula darah < 200 mg/dl, ganti infus dengan D5%
6. Koreksi hipokalemia (kecepatan max 0,5mEq/kgBB/jam)
7. Monitor keseimbangan cairan
B. Insulin
1. Bolus insulin kerja cepat (RI) 0,1 iu/kgBB (iv/im/sc)
2. Berikan insulin kerja cepat (RI) 0,1/kgBB dalam cairan isotonic
3. Monitor Gula darah tiap jam pada 4 jam pertama, selanjutnya tiap 4 jam sekali
4. Pemberian insulin parenteral diubah ke SC bila : AGD < 15 mEq/L ³250mg%,
Perbaikan hidrasi, Kadar HCO3
5. Infus K (tidak boleh bolus)
6. Bila K+ < 3mEq/L, beri 75mEq/L
7. Bila K+ 3-3.5mEq/L, beri 50 mEq/L
8. Bila K+ 3.5 -4mEq/L, beri 25mEq/L
9. Masukkan dalam NaCl 500cc/24 jam
10. Infus Bicarbonat, bila pH 7,1 tidak diberikan
11. Antibiotik dosis tinggi
Batas fase I dan fase II sekitar GDR 250 mg/dl atau reduksi Fase II/Maintenance:
A. Cairan maintenance
1. Nacl 0.9% atau D5 atau maltose 10% bergantian
2. Sebelum maltose, berikan insulin reguler 4IU
B. Kalium
Perenteral bila K+ 240 mg/dL atau badan terasa tidak enak.
C. Saat sakit, makanlah sesuai pengaturan makan sebelumnya. Bila tidak nafsu makan,
boleh makan bubur atau minuman berkalori lain.
D. Minumlah yang cukup untuk mencegah dehidrasi.
G. Pemenuhan Kebutuhan Dasar Manusia
H. Penatalaksanaan Keperawatan
I. 1. Diagnosa Keperawatan yang sering muncul
2. Perencanaan/Nursing Care Plan
J. Referensi