80
SEORANG SISWI SMA YANG MENGALAMI GANGGUAN TIDUR & KEBINGUNGAN KELOMPOK X 03008003 ADELINA DWI PUTRI 03009030 ARUMTYAS CAHYANING W 03009033 ATHIKA HERNI RAMADHONA 03009034 ATHIKA RODHYA 03009035 AYU PARAMITHA 03009036 AYU PRIMA DEWI 03009093 FITRI NUR LAELI 03009094 FITRIA AHDIYANTI 03009095 FITRIEND SYAHPUTRI 03009096 FITYA SYARIFA 03009097 FRANCISCA ANGGUN 03009140 MADE AYU INTAN WINAYATI O. 03009141 MALVIN GIOVANNI 03009142 MARCO INDRAKUSUMAH 03009144 MARIA ULFA NOOR ALIKA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TRISAKTI

Kasus Nn. Conny

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Kasus Nn. Conny

SEORANG SISWI SMA YANG MENGALAMI GANGGUAN TIDUR & KEBINGUNGAN

KELOMPOK X

03008003 ADELINA DWI PUTRI

03009030 ARUMTYAS CAHYANING W

03009033 ATHIKA HERNI RAMADHONA

03009034 ATHIKA RODHYA

03009035 AYU PARAMITHA

03009036 AYU PRIMA DEWI

03009093 FITRI NUR LAELI

03009094 FITRIA AHDIYANTI

03009095 FITRIEND SYAHPUTRI

03009096 FITYA SYARIFA

03009097 FRANCISCA ANGGUN

03009140 MADE AYU INTAN WINAYATI O.

03009141 MALVIN GIOVANNI

03009142 MARCO INDRAKUSUMAH

03009144 MARIA ULFA NOOR ALIKA

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TRISAKTI

Jakarta, 14 November 2011

Page 2: Kasus Nn. Conny

BAB I

PENDAHULUAN

Skizofrenia merupakan gangguan psikotik yang paling sering, hampir 1% penduduk

dunia menderita psikotik selama hidup mereka di Amerika. Walaupun insidennya hanya 1 per

1000 orang di Amerika Serikat, skizofrenia seringkali ditemukan di gawat darurat karena

beratnya gejala, ketidakmampuan untuk merawat diri, hilangnya tilikan dan pemburukan

sosial yang bertahap. Kedatangan di ruang gawat darurat atau tempat praktek disebabkan oleh

halusinasi yang menimbulkan ketegangan yang mungkin dapat mengancam jiwa, baik dirinya

maupun orang lain, perilaku kacau, inkoherensi, agitasi dan penelantaran. Di Indonesia

diperkirakan 1 – 2% penduduk atau sekitar 2 – 4 juta jiwa terkena penyakit ini.

Tiga per empat dari jumlah pasien skizofrenia umumnya dimulai pada usia 16 sampai

25 tahun pada laki-laki. Pada kaum perempuan, skizofrenia biasanya mulai diidap pada usia

25 hingga 30 tahun. Penyakit ini cenderung menyebar diantara anggota keluarga sedarah.

2

Page 3: Kasus Nn. Conny

BAB II

LAPORAN KASUS

Conny, gadis berumur 17 tahun, siswi SMA swasta di Jakarta, dibawa oleh ibunya ke

RS Trisakti dengan keluhan sulit tidur dan merasa bingung karena ia tidak bisa mengerti

mengapa semuanya berubah. Ia selalu memikirkan hal itu sehingga membuatnya sulit untuk

tidur . Sudah sejak delapan bulan yang lalu pasien tampak malas dan tidak mau sekolah.

Padahal sebelumnya ia termasuk anak yang rajin bersekolah dan prestasi akademiknya baik.

Menurut ibunya, akhir-akhir ini Conny cenderung menarik diri, malas merawat diri, dan

sering bergumam seperti orang yang kebingungan “Mengapa semuanya berubah?”

Menurut ibunya, delapan bulan yang lalu, sejak naik kelas II SMA, Conny tampak

agak berubah perilakunya. Sebelumnya Conny tampak periang, tetapi belakangan ini lebih

sering terlihat pendiam diri dan kerap kali bertanya tentang hal-hal yang tidak masuk akal

seperti: Kenapa kok orang-orang sekarang berubah semua? Ibunya menurut pasien juga

berubah seperti bukan ibunya yang dulu. Demikian juga teman-temannya berubah seperti

bukan temannya yang dulu. Bahkan lingkungan rumahnya juga berubah. “Apa dunia sudah

mau kiamat?”, “Apa aku ini mau gila?”

Ibunya mengira Conny telah mengalami stress yang berat, mungkin karena pergaulan

di sekolahnya. Oleh karena itu, Conny lalu dicutikan dari sekolahnya dan dibawa beristirahat

di luar kota. Enam bulan beristirahat di luar kota, tidak membuat Conny menjadi lebih baik.

Bahkan keadaan Conny menjadi semakin buruk. Ia tidak lagi memperhatikan perawatan

dirinya. Sekarang Conny bahkan sering marah-marah tanpa alasan yang jelas. Menurutnya, ia

sering mendengar orang-orang menyindir dirinya, mengomentari dirinya, yang ia tidak dapat

3

Page 4: Kasus Nn. Conny

mengerti menurut Conny, mengapa semua orang itu mengetahui tentang rahasia dirinya. Hal

itu membuat Conny menjadi semakin bingung dan putus asa, serta pernah melakukan

percobaan bunuh diri dengan berusaha memotong urat nadi tangannya. Beruntung Conny

masih bisa diselamatkan. Oleh karena kejadia-kejadian di atas, ibunya merasa tidak mampu

lagi mengurus Conny, lalu membawanya ke klinik jiwa di RS Trisakti, tempat anda sedang

bertugas sebagai dokter jaga.

Status mental tanggal 8 November 2011

Deskripsi umum

Penampilan: seorang wanita muda, 17 tahun, tampak sesuai dengan usianya. Rambut

terlihat tidak tersisir rapi, cara berpakaian terlihat seadanya, wajah tidak dirias, memakai

sepatu. Terlihat seperti orang kebingungan, bicaranya agak kacau dan sering tidak

menyambung. Pasien tampak tidak tenang, tidak dapat duduk lama. Pasien kadang-kadang

terlihat seperti bicara sendiri, tersenyum sendiri. Kesadaran biologis tidak terganggu,

walaupun pasien terlihat seperti orang yang mengantuk. Afek terbatas, cenderung terlihat

tumpul. Ekspresi afektif agak labil, pengendalian kurang, Echt, dangkal, tidak dapat diraba

rasakan, skala diferensiasi sempit, tidak serasi

Batas ego tidak intak

Persepsi: derealisasi dan depersonalisasi ada. Halusinasi auditorik third order.

Proses pikir: Produktivitas kurang, miskin pikir, pengendaraan asosiasi, inkoherensi

Isi pikir: waham dunia kiamat, siar pikir

Fungsi intelektual: Daya konsentrasi terganggu. Perhatian terganggu, orientasi baik,

daya ingat baik, intelegensi di atas rata-rata, daya nilai social dan uji daya nilai social:baik.

Daya nilai realita:ada hendaya berat dalam menilai realita.

Tilikan : derajat satu

4

Page 5: Kasus Nn. Conny

Taraf dapat dipercaya: dapat dipercaya

Pemeriksaan fisik, neurologi, dan laboratorium: tidak ditemukan kelainan

Pasien anak ke-2 dari tiga bersaudara. Kakaknya laki-laki berumur 20 tahun,

mahasiswa di Universitas Swasta di Jakarta. Adiknya perempuan berumur 15 tahun, pelajar

SMP Swasta di Jakarta. Ayahnya karyawan Swasta, sedang ibunya adalah ibu rumah tangga.

Pasien dilahirkan cukup bulan. Tidak ada masalah dengan kelahirannya. Perkembangan

psikomotorik tidak ada kelainan. Di antara saudaranya, pasien termasuk yang paling pandai

di sekolah. Pasien anak yang rajin, sangat memperhatikan perawatan dirinya. Pasien senang

bergaul dan memiliki banyak teman. Hobby pasien adalah membaca buku novel, mengarang

cerita dan jalan-jalan ke Mal. Kehidupan beragamanya cukup baik, pasien belum punya

pacar.

Riwayat keluarga:

Adik perempuan ibu pasien (bibi pasien) pernah mengalami stress berat hingga mau

bunuh diri dan sempat dirawat di rumah sakit jiwa. Paman pasien pernah dirawat di Rumah

Sakit Jiwa karena marah-marah tanpa alasan dan mempunyai pikiran yang aneh-aneh.

2.1. Informasi Kasus

2.1.1. Identitas

a. Nama: Conny

b. Jenis kelamin: perempuan

c. Umur: 17 tahun

d. Pekerjaan: pelajar

e. Alamat: -

2.1.2. Riwayat Psikiatrik

5

Page 6: Kasus Nn. Conny

a. Keluhan utama: sulit tidur dan merasa bingung.

b. Riwayat gangguan sekarang:

Sulit tidur → kemungkinan pasiem memiliki beberapa masalah seperti:

mungkin mempunyai masalah dengan keadaan keluarganya , mungkin

memiliki masalah di sekolahnya .

Sudah 8 bulan yang lalu tampak malas dan tidak mau sekolah

Kemungkinan penyebabnya : pasien memiliki masalah di sekolahnya

sehingga ia menjadi takut untuk ke sekolah , sehingga prestasi akademik

pasien menurun.

Sering bergumam seperti orang yang keheranan: “Mengapa semua

berubah?”

Kemungkinan penyebabnya : mungkin pasien memikirkan masalah yang

dia miliki .

Belakangan ini lebih sering terlihat berdiam diri, cenderung menarik diri,

malas merawat diri.

Ini merupakan fase prodromal (biasanya timbul gejala-gejala non spesifik

yang lamanya bisa berminggu, bulan ataupun lebih dari satu tahun

sebelum onset psikotik menjadi jelas. Gejala tersebut meliputi : hendaya

fungsi pekerjaaan, fungsi sosial, fungsi penggunan waktu luang dan fungsi

perawatan diri.1

Pasien malas merawat diri menunjukkan beberapa kemungkinan penyebab,

bisa karena depresi, schizophrenia, pasien phobia terhadap air .

Perbedaan malas antara depresi dan penderita schizophrenia yaitu:

6

Page 7: Kasus Nn. Conny

Pada depresi → ada rem yang membuat orang tersebut jadi malas untuk

melakukan aktivitas padahal ada kemauan untuk melakukannya.

Sedangkan pada schizophrenia → terdapat abulia (tidak ada dorongan

kemauannya).

Pasien cenderung menarik diri menandakan adanya kemunduran

kepribadian pada pasien.

Kerap kali bertanya hal-hal yang tidak masuk akal: “kenapa kok orang-

orang sekarang berubah semua? Apa dunia sudah mau kiamat? Apa aku ini

mau gila?”

Sering marah-marah tanpa alasan yang jelas.

Menurutnya sering mendengar orang-orang menyindir dia dan

mengomentari dirinya.

Gejala ini merupakan halusinasi Third Order (Kurt Schneider).

c. Riwayat gangguan dahulu:

Delapan bulan yang lalu, tampak perubah perilakunya dan merasakan

orang-orang di sekitarnya sudah berubah sejak beberapa bulan yang lalu.

Hal ini merupakan sesuatu yang kronis, disebut derealisasi dimana pasien

melihat lingkungannya sudah berubah dan adanya distorsi perasaan

mengenai hubungan dengan ruang ; terdapat pada skizofrenia.

Pernah melakukan percobaan bunuh diri dengan berusaha memotong urat

nadi di tangannya.

7

Page 8: Kasus Nn. Conny

Ini disebabkan oleh pasien yang merasa putus asa karena orang-orang

mengetahui rahasia dirinya dan dia bingung mengapa semua orang

mengetahui semua rahasianya . Enam bulan sudah berisitirahat di luar kota

tapi tidak membuat dirinya menjadi lebih baik, tapi keadaannya malah

menjadi semakin buruk.

Pada kasus dikatakan bahwa ibunya mengira Conny mengalami stress

berat karena mungkin memiliki masalah pergaulan di sekolahnya sehingga

ibunya mencutikan Conny dari sekolah . Tindakan ibu Conny ini bisa

memberikan dampak yang benar atau tidak benar terhadap Conny, karena

kalau memang benar gejala-gejala pasien timbul karena faktor stress atau

adanya faktor eksternal yang dialami pasien, maka tindakan ibunya benar,

tetapi kalau gejala-gela tersebut timbul dari diri pasien sendiri (faktor

internal), maka tindakan ibunya akan menambah keadaan pasien menjadi

semakin memburuk.

d. Riwayat kehidupan pribadi:

Sebelumnya pasien termasuk anak yang rajin bersekolah dan prestasi

akademiknya baik.

Sebelumnya pasien anak yang rajin dan sangat memperhatikan perawatan

dirinya juga pandai bergaul serta mempunyai banyak teman.

Sebelumnya pasien hobby membaca novel dan mengarang cerita serta

jalan-jalan ke Mall.

Pasien belum mempunyai pacar.

e. Riwayat keluarga:

Adik perempuan ibu pasien (bibi pasien) pernah mengalami stress berat

hingga pernah mau bunuh diri dan sempat dirawat di Rumah Sakit Jiwa.

8

Page 9: Kasus Nn. Conny

Paman pasien, pernah dirawat di Rumah Sakit Jiwa karena marah- marah

tanpa alasan dan mempunyai pikiran yang aneh - aneh.

2.1.3. Pemeriksaan Status Mental dan Pemeriksaan Diagnostik Lanjut

a. Status mental

Deskripsi umum

- Penampilan

Seorang wanita muda, 17 tahun, tampak sesuai dengan usianya.

Rambut tidak tersisir rapi, cara berpakaian terlihat seadanya, wajah

tidak dirias, memakai sepatu. Terlihat seperti orang kebingungan.

Pasien tidak tampak tenang. Pasien kadang-kadang terlihat seperti

bicara sendiri, tersenyum sendiri

- Kesadaran

Kesadaran biologis tidak terganggu, walaupun pasien terlihat seperrti

orang yang mengantuk

- Perilaku dan aktivitas psikomotor

Tidak dapat duduk lama

- Sikap terhadap pemeriksa

Alam perasaan

- Afek

Afek terbatas terdapat penurunan jelas di dalam rentang dan

intensitas ekspresi

Cenderung terlihat tumpulekspresi emosional menurun lebih jauh

9

Page 10: Kasus Nn. Conny

Stabilitas: Ekspresi afektif agak labil, pengendalian kurang

Echt afek yang dicetuskan dengan wajar tidak dibuat-buat

Dangkal

Empati (einfuhlung): tidak dapat dirabarasakan

Skala diferensiasi: sempit

- Kesesuaian

Tidak serasi tidak serasi antara pikiran, perasaan, dan perbuatan.

Batas ego tidak intak.

Bicara: bicaranya agak kacau dan sering tidak menyambung.

Gangguan persepsi

- Derealisasi dan depersonalisasi ada perasaan ekstrem terlepasnya

dari diri seseorang atau lingkungan.

- Halusinasi auditorik third order Ada suara berdebat antara dua orang

yang memperdebatkan penderita atau mengomentari perilaku penderita

(selaku orang ketiga) padahal tidak ada orang lain.

Pikiran

- Proses atau bentuk pikiran

Produktivitas kurang, miskin pikir,

Pengendoran asosiasi gangguan arus pikir dengan ide - ide yang

berpindah dari satu subyek ke subyek lain yang tidak berhubungan

sama sekali; dalam bentuk yang lebih parah disebut inkoherensia

10

Page 11: Kasus Nn. Conny

Inkoherensi pikiran yang secara umum tidak dapat kita mengerti,

pikiran atau kata keluar bersama - sama tanpa hubungan yang logis

atau tata bahasa tertentu hasil disorganisasi pikir

- Isi pikiran

Waham dunia kiamat

Siar pikir pasien merasa pikirannya diketahui oleh orang lain atau

pikirannya itu disiarkan keluar secara.

- Sensorium dan kognitif

- Kesiagaan dan tingkat kesadaran: kesadaran biologis tidak terganggu.

- Orientasi: orientasi baik, pasien masih dapat menganli dirinya sendiri,

ibunda lingkungan rumahnya

- Daya Ingat: daya ingat baik

- Konsentrasi dan perhatian: perhatian terganggu

- Kapasitas untuk membaca dan menulis:-

- Kemampuan visuospasial:-

- Pikiran abstrak:-

- Sumber informasi dan kecerdasan: intelegensi di atas rata-rata.

Pengendalian impuls: pasien pernah melakukan percobaan bunuh diri

dengan berusaha memotong urat nadi di tangannya.

Pertimbangan dan tilikan

- Pertimbangan:

Daya nilai sosial: baik.

Daya nilai realita: ada hendaya berat dalam menilai realita.

11

Page 12: Kasus Nn. Conny

- Tilikan: derajat satu, penyangkalan total terhadap penyakitnya.

Reliabilitas: pasien dapata dipercaya.

b. Pemeriksaa Diagnostik Lanjut

Pemeriksaan fisik tidak ditemukan kelainan.

Pemeriksaan laboratorium tidak ditemukan kelainan.

2.2. Pengkajian Masalah

Berdasarkan informasi yang ada masalah pasien ini antara lain:

Masalah Pembahasan

Keluhan sulit tidur dan merasa

bingung

Kebingungan merupakan gangguan kesadaran berupa

reaksi yang tidak tepat terhadap rangsang lingkungan.

Pasien mengalami kebingungan kemungkinan karena

gangguan persepsi pasien dimana ia merasa semuanya

berubah. Kemudian ia menjadi terus menerus

memikirkan hal tersebut sehingga ia sulit tidur.

Terdapat gejala-gejala negatif Dasar daripada masalah ini adalah karena pada

anamnesis didapatkan sejak 8 bulan yang lalu pasien

merasa malas, tidak mau sekolah, cenderung menarik

diri, malas merawat diri. Kemudian pada anamnesis

tambahan didapatkan bahwa ia sering marah-marah

dan pada status mental didapatkan rambut tidak disisir

rapi, cara berpakaian terlihat seadanya.

12

Page 13: Kasus Nn. Conny

Hal tersebut menujukkan gejala-gejala negatif

menunjukkan diagnosis kelompok kami mengenai

skizophrenia.

Pernah melakukan percobaan

bunuh diri dengan berusaha

memotong urat nadi di

tangannya

Hal ini menunjukkan bahwa pasien mungkin

mengalami gejala depresi. Kurang lebih 50 persen dari

pasien skizophrenik mencoba bunuh diri, faktor

pemicu yang menyebabkan hal tersebut antara lain:

depresi, perasaan kehampaan absolut, kebutuhan

melarikan diri dan penyiksaan mental atau halusinasi

auditorik yang memerintahkan pasien bunuh diri.

Gangguan Persepsi

a. Halusinasi Audiotorik

Third order

Hal ini dapat disimpulkan karena pada anamnesis

didapatkanketerangan bahwa pasien sering mendengar

orang-orang menyindir dirinya, mengomentari dirinya

Halusinasi adalah persepsi sensorik palsu yang tidak

dikaitkan dengan stimulus eksternal yang nyata.

Pasien mengaku mendengar suara orang-orang

menyindir dan mengomentari, hal ini berarti pasien

mengalami halusinasi auditorik “Third Order” (pasien

sebagai orang ketiga). Halusinasi merupakan gejala

positif yang biasa terdapat pada orang dengan

skizophrenia.

b. Derealisasi Ia merasa orang-orang sekarang disekelilingnya

13

Page 14: Kasus Nn. Conny

berubah. Ia merasa ibunya seperti bukan ibunya yang

dulu demikian juga teman-temannya bahkan

lingkungan rumahnya.

Pasien kemungkinan mengalami gangguan persepsi

yaitu derealisasi. Derealisasi merupakan sensasi

subyektif bahwa lingkungan tampak aneh atau tak

nyata atau dengan kata lain pasien memiliki perasaan

bahwa kenyataan telah berubah.2

c. Depersonalisasi Pada status mental pasien disebutkan bahwa pasien

mengalami gangguan persepsi yaitu depersonalisasi.

Depersonalisasi merupakan sensasi subyektif pada

seseorang bahwa dirinya tidak nyata atau asing.

Gangguan isi pikir

a. Waham dunia kiamat,

siar pikir

Berdasarkan anamnesis, pasien bertanya “Apa dunia

sudah mau kiamat?”

Hal ini menuju kepada pasien memiliki waham bahwa

dunia akan kiamat. Waham merupakan suatu

kepercayaan yang salah yang tidak dapat dikoreksi

dengan penalaran.

Berdasarkan anamnesis, pasien merasa semua orang

itu mengetahui rahasia tentang dirinya.

14

Page 15: Kasus Nn. Conny

Hal ini menunjukkan kepada waham kendali yaitu siar

pikir. Siar pikir adalah waham bahwa pikiran

seseorang dapat didengar oleh orang lain.

Produktivitas kurang, miskin

pikir, pengendoran asosiasi,

inkoherensi

Produktivitas yang kurang dan miskin pikir

menunjukkan bahwa pasien mengalami gangguan

proses pikir, sedangkan pengendoran asosiasi dan

inkoherensi menunjukkan adanya gangguan pada

bentuk pikir pasien. Produktivitas kurang berkaitan

dengan jumlah pembicaraan yang dihasilkan oleh

pasien. Pengendoran asosiasi merupaakn aliran pikiran

berupa perpindahan ide dari satu subyek ke subyek

yang lain dengan cara yang sama sekali tidak

beruhubungan, apabila parah dapat terjadi inkoheren.

Inkoherensi berarti pikiran yang secara umum tidak

dapat dipahami.3

Bicaranya agak kacau dan

sering tidak menyambung.

Hal ini menunjukkan bahwa ada gangguan pada

bentuk pikiran, yaitu gangguan asosiasi.

Pasien tampak tidak tenang,

tidak dapat duduk lama.

Pasien yang tampak tidak tenang kemungkinan juga

disebabkan oleh gangguan yang dialami pasien ini

yaitu schizophrenia.

Pasien terlihat seperti orang

yang mengantuk.

Mengantuk merupakan suatu keadaan dimana keadaan

siaga yang terganggu disebabkan oleh kecenderungan

untuk tidur, hal ini mengindikasikan bahwa pasien

mengalmai gangguan perhatian.

15

Page 16: Kasus Nn. Conny

Afek terbatas, cenderung terlihat

tumpul. Ekspresi afektif agak

labil, pengendalian kurang.

Echt, dangkal, tidak dapat

dirabarasakan, skala diferensiasi

sempit, tidak serasi.

Hal tersebut terdapat dalam prnilaian status mental

dan menunjukkan bahwa terjadi gangguan alam

perasaan pasien. Afek merupakan ekspresi emosi yang

teramati. Afek yang cenderung tumpul berarti pasien

mengalami gangguan yang bermanifestasi sebagai

sangat berkurangnya intensitas tonus perasaan yang

diungkapkan. Echt berarti ekspresi yang tidak dibuat-

buat.

Gangguan fungsi intelektual

Daya konsentrasi terganggu.

Perhatian terganggu

Pada status mental disebutkan bahwa daya konsentrasi

terganggu, hal ini menunjukkan bahwa terdapat

gangguan fungsi intelektual pada pasien.

Daya nilai realita: ada hendaya

berat dalam menilai realita.

Hal ini berarti pasien memiliki ketidakmampuan

dalam menilai realita yang ada yang juga disebabkan

karena kondisinya.

Tilikan derajat I Berdasarkan status mental pasien, pasien disebutkan

memiliki tilikan derajat I yang artinya pasien

menyangkal total atas penyakitnya.Tilikan atau insight

merupakan tingkat kesadaran dan pemahaman pasien

terhadap penyakitnya.

Riwayat Keluarga Adik perempuan ibu pasien (bibi pasien) pernah

mengalami stress berat sehingga mau bunuh diri dan

16

Page 17: Kasus Nn. Conny

sempat dirawat di Rumah Sakit Jiwa

Paman pasien, pernah dirawat di Rumah Sakit Kiwa

karena marah-marah tanpa alasan dan mempunyai

pikiran yang aneh-aneh.

Hal ini mendukung diagnosis kelompok kami

mengenai skizophrenia. Skizophrenia terjadi dengan

didukung oleh adanya bakat “Skizophrenia” yang

diturunkan secara genetik.

Faktor Keturunan

Pasien merupakan anak ke-2 dari tiga bersaudara. Kakaknya laki-laki berumur 20 tahun.

Adiknya perempuan berumur 15 tahun. Ayahnya seorang karyawan swasta dan ibunya

adalah ibu rumah tangga. Adik perempuan ibu pasien (bibi pasien) pernah mengalami

stress berat hingga mau bunuh diri dan sempat dirawat di Rumah Sakit Jiwa. Paman

pasien pernah dirawat di Rumah Sakit Jiwa karena marah-marah tanpa alasan dan

mempunyai pikiran yang aneh-aneh.

Riwayat penyakit keluarga pada pasien dapat digambarkan dengan genogram sebagai berikut:

17

Page 18: Kasus Nn. Conny

GENOGRAM

PS

Keterangan:

= ♂

= ♀

= paman pasien yang mengalami gangguan jiwa

= bibi pasien yang mengalami gangguan jiwa

PS = pasien

18

Page 19: Kasus Nn. Conny

Patofisiologi

1. Psikologis

Sejumlah mekanisme psikologis non-kausal telah terlibat dalam pengembangan dan

pemeliharaan skizofrenia. Bias kognitif yang telah diidentifikasi pada mereka yang

terdiagnosis atau mereka yang berisiko, terutama ketika sedang stres atau dalam situasi

membingungkan, termasuk perhatian berlebihan terhadap ancaman potensial, melompat

ke kesimpulan, membuat atribusi eksternal, gangguan penalaran tentang situasi sosial

dan keadaan mental, kesulitan membedakan inner speech dari pidato dari sumber

eksternal, dan kesulitan dengan pengolahan visual awal dan konsentrasi menjaga.4

Beberapa fitur mungkin mencerminkan defisit kognitif neurokognitif global dalam

memori, perhatian, fungsi pemecahan masalah, eksekutif atau kognisi sosial, sementara

yang lain mungkin terkait dengan isu-isu tertentu dan pengalaman.5,6 Meskipun

penampilan umum dari "tumpul mempengaruhi", temuan baru menunjukkan bahwa

banyak individu didiagnosis dengan skizofrenia sangat emosional responsif, terutama

terhadap rangsangan stres atau negatif, dan bahwa sensitivitas tersebut dapat

menyebabkan kerentanan terhadap gejala atau gangguan tersebut.7,8 Beberapa bukti

menunjukkan bahwa konten keyakinan delusi dan pengalaman psikotik dapat

mencerminkan menyebabkan gangguan emosional, dan bahwa bagaimana seseorang

menafsirkan pengalaman semacam itu dapat mempengaruhi simtomatologi.9,10,11

Penggunaan "perilaku keamanan" untuk menghindari ancaman membayangkan dapat

berkontribusi pada kronisitas delusi.12 Bukti lebih lanjut untuk peran mekanisme

psikologis berasal dari efek terapi terhadap gejala skizofrenia.

19

Page 20: Kasus Nn. Conny

2. Neurokimia

Studi menggunakan tes neuropsikologi dan teknologi pencitraan otak seperti fMRI dan

PET untuk menguji perbedaan fungsional dalam aktivitas otak telah menunjukkan bahwa

perbedaan tampaknya paling sering terjadi di hippocampus, lobus frontal dan lobus

temporal. Perbedaan-perbedaan ini telah dikaitkan dengan defisit neurokognitif sering

dikaitkan dengan skizofrenia.

Hipotesis Dopamin

Fokus khusus telah ditempatkan pada fungsi dopamin di jalur mesolimbic otak. Fokus

ini sebagian besar dihasilkan dari kebetulan menemukan bahwa kelompok obat yang

menghambat fungsi dopamin, yang dikenal sebagai fenotiazin, bisa mengurangi gejala

psikotik. Hal ini juga didukung oleh fakta bahwa amfetamin, yang memicu pelepasan

dopamin dapat memperburuk gejala-gejala psikotik dalam skizofrenia.13 Sebuah teori

yang berpengaruh, yang dikenal sebagai hipotesis Dopamin skizofrenia, mengusulkan

bahwa kelebihan aktivasi reseptor D 2 adalah penyebab (gejala positif) skizofrenia.

Meskipun dipostulasikan selama sekitar 20 tahun berdasarkan pengaruh 2 blokade D

umum untuk semua antipsikotik, tidak sampai pertengahan 1990-an bahwa PET dan

pencitraan SPET penelitian menyediakan bukti pendukung. Teori ini kini dianggap

terlalu sederhana sebagai penjelasan lengkap, sebagian karena obat antipsikotik baru

(disebut obat antipsikotik atipikal) dapat sama-sama efektif sebagai obat yang lebih tua

(disebut obat antipsikotik khas), tetapi juga mempengaruhi fungsi serotonin dan

mungkin memiliki sedikit kurang dari dopamin yang menghalangi efek.

20

Page 21: Kasus Nn. Conny

Hipotesis Glutamat

Perhatian juga difokuskan pada neurotransmitter glutamat dan penurunan fungsi dari

reseptor glutamat NMDA dalam skizofrenia. Ini sebagian besar telah disarankan oleh

abnormal rendahnya tingkat reseptor glutamat ditemukan dalam otak postmortem dari

orang yang sebelumnya didiagnosis dengan skizofrenia14 dan penemuan bahwa glutamat

menghalangi obat-obatan seperti phencyclidine dan ketamin bisa meniru gejala dan

masalah kognitif yang terkait dengan kondisi tersebut.15 Fakta bahwa penurunan fungsi

glutamat adalah terkait dengan kinerja yang buruk pada tes memerlukan lobus frontal

dan fungsi hippocampus dan glutamat yang dapat mempengaruhi fungsi dopamin, semua

yang telah terlibat pada skizofrenia, telah menyarankan peran mediasi (dan mungkin

kausal) penting dari jalur glutamat dalam skizofrenia.16 Nejala gejala positif gagal

merespons pada obat glutamatergic.17

3. Neuroanatomi

Ada juga temuan perbedaan dalam ukuran dan struktur daerah otak tertentu dalam

skizofrenia. Sebuah studi 2006 metaanlaysis MRI menemukan bahwa seluruh otak dan

volume hipokampus berkurang dan bahwa volume ventrikel meningkat pada pasien

dengan episode psikotik pertama relatif terhadap kontrol yang sehat. Perubahan

volumetrik rata-rata di studi ini namun dekat dengan batas deteksi dengan metode MRI,

sehingga masih harus ditentukan apakah skizofrenia adalah proses neurodegenerative

yang dimulai pada waktu onset gejala, atau apakah lebih baik ditandai sebagai

perkembangan saraf proses yang menghasilkan volume otak yang abnormal pada usia

dini.18 Dalam psikosis episode pertama antipsikotik khas seperti haloperidol dikaitkan

dengan pengurangan yang signifikan dalam volume materi abu-abu, sedangkan

21

Page 22: Kasus Nn. Conny

antipsikotik atipikal seperti olanzapine tidak.19 Studi di primata non-manusia ditemukan

pengurangan materi abu-abu dan putih untuk kedua antipsikotik tipikal dan atipikal.20

Meta-analisis pada tahun 2009 dengan difusi pencitraan tensor mengidentifikasi dua

lokasi yang konsisten penurunan anisotropi pecahan dalam skizofrenia. Satu wilayah, di

lobus frontal kiri, dilalui oleh saluran materi putih interkoneksi lobus frontal, talamus

dan cingulate gyrus; wilayah kedua di lobus temporal, yang dilalui oleh saluran materi

putih interkoneksi lobus frontal, insula, hippocampus-amigdala, lobus temporal dan

oksipital. Para penulis berpendapat bahwa dua jaringan saluran materi putih mungkin

akan terpengaruh pada skizofrenia, dengan potensi untuk "pemutusan" dari daerah abu-

abu dimana mereka terhubung.21 Selama studi fMRI, konektivitas yang lebih besar dalam

jaringan default otak dan tugas-positif jaringan telah diamati pada pasien skizofrenia,

dan mungkin mencerminkan orientasi berlebihan perhatian untuk introspeksi dan

extrospection, masing-masing. Semakin besar anti-korelasi antara dua jaringan

menunjukkan persaingan yang berlebihan antara jaringan.

Diagnosis Multiaksial

Axis I : Sindroma klinis F.20.0 Schizophrenia paranoid

Axis II : Gangguan keperibadian Z03.2 Tidak ada diagnosis

Axis III : Kondisi medis lain Tidak ada

Axis IV : Masalah psikososial Tidak ada

Axis V : GAF 41-50, Gejala berat, disabilitas berat

22

Page 23: Kasus Nn. Conny

Aksis I : F 20.0 Skizofrenia paranoid

Berdasarkan pedoman diagnostik, pasien telah:

Memenuhi kriteria umum diagnosis skizofrenia, yaitu

- “thought broadcasting” = isi pikirannya tersiar keluar sehingga orang lain

atau umum mengetahuinya

Didapat dari hasil anamnesis dan pemeriksaan pasien:

Yang ia tidak dapat mengerti menurut Conny, mengapa semua orang itu

mengetahui tentang rahasia dirinya. Isi pikir: waham dunia kiamat, siar

pikir.

- Halusinasi auditorik

Suara halusinasi yang berkomentar secara terus menerus terhadap perilaku pasien

Mendiskusikan perihal pasien diantara mereka sendiri (diantara berbagai suara

yang berbicara)

Didapat dari hasil anamnesis pasien:

Menurutnya, ia sering mendengar orang-orang menyindir dirinya, mengomentari

dirinya.

- Arus pikiran yang terputus (break) atau yang mengalami sisipan

(interpolation) yang berakibat inkoherensi atau pembicaraan yang tidak

relevan, atau neologisme

Didapat dari hasil anamnesis dan pemeriksaan:

..bicaranya agak kacau dan sering tidak menyambung.

Proses pikir: produktivitas kurang, miskin pikir, pengendoran asosiasi,

inkoherensi

- Gejala-gejala negatif, seperti sikap sangat apatis, bicara yang jarang, dan

respons emosional yang menumpul atau tidak wajar, biasanya yang

23

Page 24: Kasus Nn. Conny

mengakibatkan penarikan diri dari pergaulan social dan menurunnya kinerja

social; tetapi harus jelas bahwa semua hal tersebut tidak disebabkan oleh

depresi atau medikasi neuroleptika

Didapat dari hasil anamnesis:

Menurut ibunya, akhir-akhir ini, Conny cenderung menarik diri, malas

merawat diri..

..belakangan ini lebih sering terlihat berdiam diri..

Sekarang Conny sering marah-marah tanpa alasan yang jelas

- Adanya gejala-gejala khas tersebut diatas telah berlangsung kurun waktu satu

bulan atau lebih

Didapat dari hasil anamnesis:

Sudah sejak 8 bulan yang lalu, pasien..

- Harus ada suatu perubahan yang konsisten dan bermakna dalam mutu

keseluruhan (overall quality) dari beberapa aspek perilaku pribadi (personal

behavior), bermanifestasi sebagai hilangnya minat, hidup tak bertujuan, tidak

berbuat

Sebagai tambahan:

- Gangguan afektif, dorongan kehendak dan pembicaraan, serta gejala

katatonik secara relatif tidak nyata/ tidak menonjol

Aksis II : Z03.2 Tidak ada diagnosis

Sebelumnya, pasien tidak pernah mengalami gangguan kepribadian dan hasil

anamnesis kepada ibu pasien yang menyatakan bahwa prestasi akademik baik

menyingkirkan terjadinya retardasi mental.

24

Page 25: Kasus Nn. Conny

Aksis III : Tidak ada (none)

Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik yang dilakukan, tidak didapatkan

kelainan medic umum.

Aksis IV : Tidak ada (none)

Tidak didapatkan masalah dengan keluarga/ lingkungan sosial/ pendidikan/ pekerjaan/

perumahan/ ekonomi/ akses ke pelayanan kesehatan/ interaksi dengan hukum &

kriminal/ psikososial & lingkungan lain sebelum pasien menderita gangguan kejiwaan.

Aksis V : GAF = 35 (mutakhir)

Global Assessment of Functioning Scale pasien terdapat dalam rentang 40-31, yaitu

beberapa disabilitas berat dalam hubungan dengan realita & komunikasi, disabilitas berat

dalam beberapa fungsi. Dan penilaian ini dilakukan saat pasien pertama kali datang

mengunjungi dokter.

2.3. Daftar Masalah

2.3.1. Masalah Organobiologi: tidak ditemukan.

2.3.2. Masalah Psikologis:

Distorsi proses pikir (inkoherensi).

Gangguan persepsi (halusinasi dan derealisasi).

Gejala negatif.

Waham dunia mau kiamat (bizarre)

25

Page 26: Kasus Nn. Conny

Afek terbatas, cenderung terlihat tumpul.

Ekspresi afektif agak labil, pengendalian kurang, dangkal, tidak dapat

diraba rasakan, skala diferensiasi sempit, tidak serasi.

Gangguan konsentrasi.

2.3.3. Masalah Sosiobudaya: tidak diketahui.

2.4. Rencana Penatalaksanaan

Tiga pengamatan dasar tentang skizophrenia, yang harus diperhatikaan saat

mempertimbangkan pengobatan:

1. Pendekatan pengobatan harus disusun sesuai bagaimana pasien telah

terpengaruhi oleh gangguan, dan bagaimana pasien kan tertolong oleh pengobatan

2. Faktor lingkungan dan psikologis kemungkinan spesifik telah berperan

dalam perkembangan gangguan. Jadi, dengan agen farmakologis yang digunakan

untuk menjawab ketidakseimbangan kimiawi yang diperkirakan, strategi

nonfarmakologis harus menjawab masalah non-biologis.

3. Skizofrenia adalah suatu gangguan yang kompleks, tiap pendekatan

terapeutik tunggal jarang mencukupi untuk menjawab secara memuaskan gangguan

yang memiliki berbagai segi.

Maka, penatalaksanaaan pada pasien ini adalah:

1. Rawat Inap

hal ini dilakukan untuk menstabilkan medikasi juga untuk keamanan pasien karena gagasan

bunuh diri atau membunuh, dan perilaku yang sangat kacau atau tidak sesuai. Selain itu,

26

Page 27: Kasus Nn. Conny

rawat inap juga bertujuan agar dapat terlaksananya penegakkan diagnosis serta tindakan

intervensi medis lainnya seperti tindakan diagnostik maupun terapeutik. Tujuan utama

perawatan di rumah sakit yang harus ditegakkan adalah ikatan efektif antara pasien dan

sistem pendukung masyarakat (rencana pengobatan dengan orientasike arah masalah

kehidupan, perawatan diri sendiri, kualtas hidup, pekerjaan dan hubngan sosial.

2. Terapi Somatik

Dalam penggunaan obat anti-psikosis yang ingin dicapai adalah “optimal response with

minimal side effect’s. Dikarenakan pada gejala klinis pasien ditemukan adanya dua gelaja,

yaitu :

a. Gejala positif : waham, halusinasi auditorik, inkoherensi

b. Gejala negatif : gangguan perasaan (afek tumpul), gangguan hubungan sosial

(menarik diri), gangguan proses pikir (siar pikir)

Maka, pada pase ini diberikan terapi psikofarmaka golongan Anti-psikosis Atypical yang

mekanisme kerjanya adalah memblokade Dopamin pada reseptor pasca sinaptik di otak

( sistem limbik dan ekstrapiramidal, khususnya) untuk gejala POSITIF, dan memblokade

pula Serotonin 5HT2 reseptor yang efektif pula untuk gejala NEGATIF.

Pilihan obat yang kita pakai adalah Risperidon yang merupakan obat lini pertama dalam

pengobatan skizofrenia karena kemungkinan obat ini adalah lebih efektif dan lebih aman

juga efek samping neurologis yang kuang bermaknadan kurang parah dibandingkan

dengan antagonis resptor dopaminergik yang tipikal.

Dosis Risperidon yang dipakai adalah 2 mg dengan ambang batas (2-9 mg/h).

Dipertimbangkan dengan:

27

Page 28: Kasus Nn. Conny

a. Oset efek primer (efek klinis) : sekitar 2-4 minggu

Onset efek sekunder (efek samping) : sekitar 2-6 jam

b. Waktu paruh : 12 – 14 jam (pemberian obat 1-2x perhari)

Dosis pagi dan malam dapat berbeda untuk mengurangi dampak dari efek samping

(dosis pagi kecil, dosis malam lebih besar) sehingga tidak begitu mengganggu

kualitas hidup pasien.

c. Lama pemberian

Pada umumnya pemberian obat sebaiknya dipertahankan selama 3 bulan

sampai 1 tahun hingga semua gejala psikosis mereda sama sekali. Mulai dengan

‘dosis awal” sesuai dengan ‘dosis anjuran’, dan dinaikkan setiap 2 – 3 hari sampai

mencapai ‘dosis efektif’ (mulai timbul peredaran Sindrom Psikosis) dievaluasi

setiap dua minggu dan bila perlu dinaikkan ‘ dosis optimal’ dipertahankan

sekitar 8-12 minggu (stabilisasi) diturunkan setiap 2 minggu ‘dosis

maintenance’ dipertahankan 6 bulan hingga 2 tahun (diselingi “drug holiday” 1-2

hari/minggu) tappering off (dosis diturunkan 2-4 minggu) STOP.

3. Terapi Psikososial :

Bertujuan untuk mengembalikan kemampuan pasien agar berfungsi dalam komunitas,

menambahkan interaksi sosial, meningkatkan kemampuan hidup sendiri, dan

mendorong penampilan yang layak.

28

Page 29: Kasus Nn. Conny

2.5. Prognosis

Pada pasien terdapat faktor-faktor yang memperberat kondisinya yaitu onset muda, tidak ada

faktor pencetus, adanya faktor keturunan dari paman dan bibi pasien, perilaku menarik diri

atau autistik, riwayat gejala skizofrenia, dan adanya gejala negatif.22 Berdasarkan hal tersebut

prognosis pada pasien ini adalah dubia ad malam.

29

Page 30: Kasus Nn. Conny

BAB III

PEMBAHASAN

3.1. Komentar Kasus

Kelompok kami cukup kesulitan dalam menegakkan diagnosis pada kasus ini. Hal ini

terjadi karena pada kasus gejala-gejala yang timbul ada beberapa yang sulit dibedakan Pada

kasus memang terdapat gangguan persepsi dan juga waham sehingga mengarahkan diagnosis

kami kepada schizophrenia, namun pada pada pasien juga terdapat gejala yang nampak

seperti depresi namun setelah pemeriksaan lebih lanjut hal tersebut ternyata merupakan gejala

negatif dari schizophrenia. Dari pemeriksaan fisik dan lab tidak ditemukan kelainan yang

menunjukkan bahwa pada pasien tidak terdapat gangguan mental organik. Hal ini semakin

mengarahkan diagnosis kami pada schizophrenia dimana memang pada schizophrenia tidak

ditemukannya gangguan mental organik.

Setelah dilakukan anamnesis lebih lanjut diketahui bahwa keluarga pasien juga ada

yang mengalami gangguan jiwa, hal ini menunjukkan bahwa pada pasien terdapat faktor

genetik. Seperti yang terdapat pada literatur, pada schzophrenia memang ada faktor genetik.

Jadi berdasarkan pertimbangan tersebut pada akhirnya kelompok kami mendiagnosis pasien

ini schizophrenia.

3.2. Informasi yang Kurang

Penetapan diagnosis pada kasus ini untuk lebih lengkapnya masih diperlukan informasi

tambahan yang dapat ditanyakan pada saat anamnesis, yaitu:

30

Page 31: Kasus Nn. Conny

Riwayat Gangguan Sekarang

- Sejak kapan pasien mengalami sulit tidur dan bingung?

- Apakah ada masalah di sekolah?

- Apakah pasien mengalami tekanan di rumah?

- Apakah pasien memiliki pacar?

- Apakah pasien pernah ingin mengakhiri hidupnya?

Riwayat Gangguan Dahulu

- Apakah pasien pernah mengalami trauma?

- Apakah pasien pernah mengalami hal ini sebelumnya?

Riwayat Kehidupan Pribadi

Riwayat prenatal

- Apakah ada masalah pada saat kehamilan dan saat kelahiran?

Riwayat saat anak-anak

- Bagaimana riwayat tumbuh kembang pasien?

- Apakah ada gangguan dari perkembangan awal seperti berjalan, berdiri, dll?

- Apakah ada gangguan perilaku dan kepribadian?

- Apakah ada gangguan dengan hubungan dengan orang lain, sekolah, keluarga?

Riwayat usia awitan

- Apakah ada gangguan hubungan sosial?

- Bagaimana dengan riwayat sekolah?

- Bagaimana hubungan pasien dengan teman, guru, dan lingkungan sekolah?

- Apakah ada gangguan kognitif dan perilaku?

- apakah ada gangguan emosional dan fisik?

Riwayat Kehamilan dan kelahiran

- Apakah saat kehamilan ibu terkena suatu infeksi?

31

Page 32: Kasus Nn. Conny

- Apakah pasien lahir cukup bulan? Berapa berat badan saat lahir?

Riwayat keluarga

- Apakah ada anggota keluarga yang lain mengalami hal serupa?

- Bagaimana kondisi keadaan di rumah, hubungan pasien dengan orang di rumah serta

peran pasien di dalam keluarga?

Riwayat pengobatan

- Apakah pasien sedang mengkonsumsi obat-obatan?

3.3. Perbandingan antara Kasus dengan Kepustakaan

3.3.1. Persamaan

a. Gejala schizophrenia yang timbul pada kasus sama dengan literatur.

b. Pada kasus terdapat faktor genetik yang berperan sebagai penyebab schizophrenia

sama seperti pada literatur.

3.3.2. Perbedaan

a. Pada kasus riwayat kehamilan dan kelahiran pasien normal sedangkan pada literatur

disebutkan bahwa salah satu penyebab schizophrenia adalah gangguan pada saat

kelahiran atau kehamilan seperti infeksi dan hypoxia.

b. Pada kasus tidak ditemukan adanya faktor pncetus seperti stressor yang berat yang

dapat menimbulkan masalah pasien, sedangkan pada literatur disebutkan bahwa

selain faktor genetik diperlukan juga stressor yang berat sebagai pencetus

timbulnya schizophrenia.

32

Page 33: Kasus Nn. Conny

3.4. Tinjauan Pustaka

Skizofrenia adalah gangguan mental yang kompleks yang membuatnya sulit untuk:

Beritahu perbedaan antara pengalaman nyata dan tidak nyata

Berpikir logis

Apakah reaksi emosi yang normal,

Bersikap normal dalam situasi sosial

Penyebab

Skizofrenia adalah penyakit kompleks. Ahli kesehatan mental tidak yakin apa penyebabnya.

Namun, faktor genetik tampaknya memainkan peran.

Peristiwa lingkungan tertentu dapat memicu skizofrenia pada orang yang secara

genetik beresiko untuk itu.

Anda lebih mungkin untuk mengembangkan skizofrenia jika Anda memiliki anggota

keluarga dengan penyakit tersebut.

Skizofrenia mempengaruhi baik laki-laki dan perempuan sama-sama. Ini biasanya dimulai

pada masa remaja atau dewasa muda, tapi mungkin mulai di kemudian hari. Hal ini

cenderung untuk memulai kemudian pada wanita, dan lebih ringan.

Anak-awal skizofrenia dimulai setelah usia 5 tahun. Anak skizofrenia jarang dan bisa sulit

untuk membedakan dari gangguan perkembangan lain dari masa kanak-kanak, seperti

autisme.

Gejala

Gejala skizofrenia biasanya berkembang secara perlahan selama beberapa bulan atau tahun.

Kadang-kadang Anda mungkin memiliki banyak gejala, dan pada waktu lain Anda mungkin

hanya memiliki beberapa.

33

Page 34: Kasus Nn. Conny

Orang dengan jenis skizofrenia mungkin memiliki kesulitan menjaga teman-teman dan

bekerja. Mereka juga mungkin memiliki masalah dengan kecemasan, depresi, dan pikiran

bunuh diri atau perilaku.

Pada awalnya, Anda mungkin memiliki gejala berikut:

Mudah marah atau tegang perasaan

Kesulitan tidur

Kesulitan berkonsentrasi

Sebagai penyakit berlanjut, masalah dengan pemikiran, emosi dan perilaku mengembangkan,

termasuk:

Kurangnya emosi (emosi datar)

Sangat memegang keyakinan yang tidak berdasarkan dalam realitas (delusi)

Mendengar atau melihat hal-hal yang tidak ada (halusinasi)

Masalah memperhatikan

Pikiran "melompat" antara topik yang tidak berhubungan ("asosiasi longgar")

Aneh perilaku

Isolasi sosial

Gejala dapat bervariasi, tergantung pada jenis skizofrenia yang Anda miliki.

Gejala skizofrenia paranoid mungkin termasuk:

Cemas

Marah atau argumentatif

Salah percaya bahwa orang lain berusaha untuk menyakiti Anda atau orang yang

Anda cintai.

Gejala skizofrenia tidak teratur dapat mencakup:

34

Page 35: Kasus Nn. Conny

Masalah dengan berpikir dan mengekspresikan ide-ide dengan jelas

Perilaku kekanak-kanakan

Menampilkan sedikit emosi

Gejala skizofrenia katatonik bisa meliputi:

Kurangnya aktivitas

Otot dan postur mungkin kaku

Meringis atau ekspresi aneh lainnya pada wajah

Tidak merespon banyak orang lain

Gejala skizofrenia dibedakan mungkin termasuk gejala lebih dari satu jenis lain dari

skizofrenia.

Orang dengan skizofrenia residual memiliki beberapa gejala, tetapi tidak sebanyak mereka

yang berada dalam episode full-blown skizofrenia.

Gambaran Klinis

Tanda dan gejala klinis skizofrenia menimbulkan tiga masalah. Pertama, tidak ada tanda atau

gejala yang patognomonik untuk skizofrenia; setiap tanda atau gejala yang ditemukan pada

skizofrenia dapat ditemukan di gangguan psikiatrik atau neurologis lainnya. Kedua, gejala

pasien berubah dengan berjalannya waktu. Ketiga, klinisi harus memperhitungkan tingkat

pendidikan pasien, kemampuan intelektual, dan keanggotaan cultural dan subkultural.

35

Page 36: Kasus Nn. Conny

Pemeriksaan Status Mental

Penjelasan umum

Penampilan umum dari pasien skizofrenia dapat bermacam-macam—dari orang yang sama

sekali acak-acakan, berteriak-teriak, teragitasi sampai orang yang berdandan secara obsesif,

sangat tenang, dan tidak bergerak. Pada stupor katatonik, sering kali hanya disebut katatonia,

dimana pasien tampaknya tanpa kehidupan sama sekali dan mungkin menunjukan tanda

seperti kebisuan, negativisme, dan kepatuhan otomatis. Presentasi yang kurang ekstrem dari

tipe tersebut mungkin adalah penarikan diri dari lingkungan sosial yang jelas dan

egosentrisitas, tidak adanya bicara atau gerakan spontan, dan tidak adanya perilaku yang

diarahkan tujuan. Pasien skizofrenik sering kali memiliki dandanan yang buruk, tidak mandi,

dan berpakaian terlalu tebal bagi temperatur lingkungan di sekelilingnya. Perilaku aneh

lainnya adalah tiks, stereotipik, manerisme, dan kadang-kadang, ekopraksia, di mana pasien

meniru postur atau perilaku pemeriksa.

Mood, perasaan, dan afek

Depresi dapat merupakan suatu ciri dari psikosis akut dan suatu akibat dari suatu episode

psikotik. Beberapa data menunjukkan bahwa depresi berhubungan dengan adanya gejala

ekstrapiramidalis akibat antipsikotik. Data tersebut dapat mengarahkan bahwa pasien

skizofrenik dengan ciri depresif adalah rentan terhadap efek samping ekstrapiramidalis dari

antipsikotik.

GEJALA AFEKTIF LAINNYA. Dua gejala afektif lain yang sering ditemukan dalam

skizofrenia adalah penurunan responsivitas emosional, yang sering kali cukup parah sehingga

36

Page 37: Kasus Nn. Conny

memerlukan label anhedonia, dan emosi yang sangat aktif dan tidak sesuai. Suatu afek yang

datar atau tumpul dapat merupakan suatu gejala penyakitnya sendiri.

Gangguan persepsi

Pada pasien psikiatrik semua dari lima indera dapat dipengaruhi oleh pengalaman halusinasi.

Tetapi, halusinasi yang paling sering adalah halusinasi dengar. Suara-suara sering kali

mengancam, kotor, menuduh, atau menghina.

Ilusi

Ilusi, berbeda dari halusinasi, adalah suatu penyimpangan (distorsi) dari citra atau sensasi

yang sesungguhnya, sedangkan halusinasi adalah tidak didasarkan pada citra atau sensasi

yang nyata. Ilusi dapat terjadi pada pasien skizofrenia selama fase aktif gangguan, tetapi juga

dapat terjadi selama fase prodromal dari gangguan dan selama periode remisi.

Pikiran

Gangguan berpikir pada kenyataannya dapat merupakan gejala inti dari skizofrenia. Satu cara

untuk memperjelas gangguan berpikir adalah membaginya menjadi gangguan isi pikiran,

bentuk pikiran, dan proses berpikir.

ISI PIKIRAN. Waham adalah contoh yang paling jelas dari gangguan isi pikiran. Waham

dapat bervariasi pada pasien skizofrenia—waham kejar, kebesaran, keagamaan, atau somatik.

37

Page 38: Kasus Nn. Conny

BENTUK PIKIRAN. Gangguan bentuk pikiran secara objektif terlihat dalam ucapan dan

bahasa tulisan pasien. Gangguan berupa kelonggaran asosiasi, hal yang keluar dari jalurnya,

inkoherensi, tangensialitas, sirkumstansialitas, neologisme, ekolalia, verbigerasi, kata yang

campur aduk, dan mutisme.

PROSES PIKIRAN. Pemeriksa menemukan gangguan dari apa dan bagaimana pasien

berbicara, menulis, atau menggambar. Pemeriksa juga menilai proses berpikir pasien dengan

mengamati perilaku pasien, khususnya dalam melakukan tugas yang tertentu dalam terapi

kerja (occupational therapy).

Impulsivitas, bunuh diri, dan pembunuhan

Beberapa perilaku yang tampaknya impulsif, termasuk usaha bunuh diri dan pembunuhan,

mungkin sebagai respons dari halusinasi yang memerintah pasien untuk melakukan hal

tersebut.

Sensorium dan kognisi

ORIENTASI. Pasien skizofrenik biasanya terorientasi terhadap orang, waktu, dan tempat.

Beberapa pasien skozofrenik dapat memberikan jawaban yang tidak tepat atau aneh terhadap

pertanyaan orientasi.

DAYA INGAT. Daya ingat, seperti yang diuji pada pemeriksaan status mental biasanya

intak.

38

Page 39: Kasus Nn. Conny

Pertimbangan dan tilikan

Biasanya pasien skizofrenik digambarkan sebagai memiliki tilikan yang buruk terhadap sifat

dan keparahan penyakitnya. Tidak adanya tilikan adalah dihubungkan dengan kepatuhan

terhadap pengobatan yang buruk.

Diagnosis

Skizofrenia didiagnosis berdasarkan gejala profil. Berkorelasi saraf tidak memberikan kriteria

yang cukup berguna. Diagnosa didasarkan pada diri-melaporkan pengalaman orang tersebut,

dan kelainan dalam perilaku yang dilaporkan oleh anggota keluarga, teman atau rekan kerja,

diikuti dengan penilaian klinis oleh seorang psikiater, pekerja sosial, psikolog klinis atau

profesional kesehatan mental lainnya. Penilaian kejiwaan termasuk riwayat psikiatri dan

beberapa bentuk pemeriksaan status mental.

Standar kriteria

Kriteria standar yang paling banyak digunakan untuk skizofrenia mendiagnosis berasal dari

Manual American Psychiatric Association Diagnostik dan Statistik Gangguan Mental, versi

DSM-IV-TR, dan Klasifikasi Internasional Statistik Kesehatan Dunia Organisasi Penyakit

dan Masalah Kesehatan Terkait, ICD-10. Kriteria terakhir ini biasanya digunakan di negara-

negara Eropa, sementara kriteria DSM yang digunakan di Amerika Serikat dan seluruh dunia,

serta berlaku dalam studi penelitian. ICD-10 kriteria yang lebih menekankan pada

Schneiderian pertama-peringkat gejala, meskipun, dalam prakteknya, perjanjian antara kedua

sistem yang tinggi.

Menurut edisi keempat revisi Diagnostik dan Statistik Manual of Mental Disorders (DSM-

IV-TR), untuk dapat didiagnosis dengan skizofrenia, tiga kriteria diagnostik harus dipenuhi:

39

Page 40: Kasus Nn. Conny

Karakteristik gejala: Dua atau lebih dari berikut ini, masing-masing hadir untuk banyak

waktu selama jangka waktu satu bulan (atau kurang, jika gejala disetorkan dengan

pengobatan).

Delusi

Halusinasi

Tidak teratur pidato, yang merupakan manifestasi dari gangguan pikiran formal

Terlalu teratur perilaku (misalnya berpakaian tidak tepat, sering menangis) atau perilaku

katatonik

Gejala negatif - afektif merata (kekurangan atau penurunan respons emosional), alogia

(kekurangan atau penurunan dalam pidato), atau avolition (kekurangan atau penurunan

motivasi)

Jika delusi yang dinilai aneh, atau halusinasi terdiri dari mendengar satu suara

berpartisipasi dalam komentar menjalankan tindakan pasien atau mendengar dua atau

lebih suara bercakap-cakap dengan satu sama lain, hanya gejala yang diperlukan di

atas.Kriteria disorganisasi bicara hanya bertemu jika cukup berat untuk secara substansial

merusak komunikasi.

Disfungsi sosial / pekerjaan: Untuk sebagian besar waktu sejak terjadinya gangguan, satu

atau lebih bidang utama dari fungsi seperti pekerjaan, hubungan interpersonal, atau

perawatan diri, yang nyata di bawah tingkat yang dicapai sebelum onset.

Durasi: tanda-tanda terus-menerus dari gangguan tersebut menetap selama setidaknya

enam bulan. Periode enam bulan harus menyertakan setidaknya satu bulan gejala (atau

kurang, jika gejala disetorkan dengan pengobatan).

Skizofrenia tidak dapat didiagnosis jika gejala gangguan mood atau gangguan

40

Page 41: Kasus Nn. Conny

perkembangan pervasif yang hadir, atau gejala-gejala adalah akibat langsung dari suatu

kondisi medis umum atau suatu zat, seperti penyalahgunaan obat atau obat.

Kebingungan dengan kondisi lain

Gejala psikotik mungkin hadir dengan beberapa penyakit kejiwaan lainnya, termasuk

gangguan bipolar, gangguan kepribadian borderline, gangguan schizoafektif, intoksikasi obat,

baik mabuk atau obat-induced berpuasa psikosis, dan gangguan schizophreniform.Skizofrenia

adalah rumit dengan obsesif-kompulsif (OCD) jauh lebih sering daripada yang dapat

dijelaskan dengan kebetulan murni, meskipun bisa sulit untuk membedakan dorongan yang

mewakili OCD dari karakteristik delusi skizofrenia tersebut.

Sebuah pemeriksaan medis dan neurologis lebih umum mungkin diperlukan untuk

menyingkirkan penyakit medis yang mungkin jarang menghasilkan psikotik seperti

skizofrenia gejala, seperti gangguan metabolik, infeksi sistemik, sifilis, infeksi HIV, epilepsi,

dan lesi otak. Mungkin perlu untuk menyingkirkan delirium, yang dapat dibedakan dengan

halusinasi visual, onset akut dan tingkat fluktuasi kesadaran, dan menunjukkan suatu

penyakit medis yang mendasari. Investigasi umumnya tidak diulang untuk kambuh kecuali

ada indikasi medis tertentu atau efek samping yang mungkin dari obat antipsikotik.

"Skizofrenia" tidak berarti kepribadian ganda, meskipun etimologi kata (Yunani σχίζω = "aku

membagi").

41

Page 42: Kasus Nn. Conny

Subtipe

DSM-IV-TR berisi lima sub-klasifikasi skizofrenia.

Paranoid Jenis: Dimana delusi dan halusinasi yang hadir tapi pikir gangguan, perilaku

tidak teratur, dan afektif merata tidak hadir. (DSM kode 295.3/ICD kode F20.0)

Jenis teratur: Dinamakan skizofrenia hebephrenic di ICD. Dimana gangguan berpikir dan

emosi datar yang hadir bersama-sama. (DSM kode 295.1/ICD kode F20.1)

Jenis katatonik: Subjek mungkin hampir bergerak atau menunjukkan gelisah, gerakan

tujuan. Gejala dapat mencakup stupor katatonik dan fleksibilitas lilin. (DSM kode

295.2/ICD kode F20.2)

Jenis dibedakan: gejala psikotik yang hadir tetapi kriteria untuk jenis paranoid, tidak

teratur, atau katatonik belum terpenuhi. (DSM kode 295.9/ICD kode F20.3)

Jenis Sisa: Dimana gejala positif yang hadir pada intensitas yang rendah saja. (DSM kode

295.6/ICD kode F20.5)

ICD-10 mendefinisikan dua subtipe tambahan.

Depresi pasca skizofrenia: Sebuah episode depresi yang timbul setelah terjadinya

penyakit skizofrenia di mana beberapa tingkat rendah gejala skizofrenia masih dapat

hadir. (ICD kode F20.4)

Sederhana skizofrenia: pengembangan berbahaya dan progresif gejala negatif menonjol

dengan tidak ada riwayat episode psikotik. (ICD kode F20.6)

42

Page 43: Kasus Nn. Conny

Kontroversi dan Arah Penelitian

Bagian dari kontroversi yang lebih besar selama biopsychiatry, validitas skizofrenia sebagai

entitas diagnostik telah dikritik oleh sejumlah psikolog sebagai kurang validitas ilmiah dan

reliabilitas diagnostik. Pada tahun 2006, sekelompok pasien dan profesional kesehatan mental

dari Inggris, di bawah bendera Kampanye untuk Penghapusan Label Skizofrenia, berpendapat

penolakan terhadap diagnosis skizofrenia berdasarkan heterogenitas dan stigma yang terkait,

dan menyerukan untuk adopsi model bio-psikososial. Lain psikiater Inggris menentang

langkah berargumen bahwa istilah skizofrenia adalah sebuah konsep, yang berguna

sementara bahkan jika.

Kategori diskrit skizofrenia digunakan dalam DSM juga telah dikritik. Seperti dengan

gangguan kejiwaan lainnya, beberapa psikiater telah menyarankan bahwa diagnosis akan

lebih baik ditangani sebagai dimensi individu sepanjang yang setiap orang bervariasi, seperti

bahwa ada spektrum atau kontinum daripada cut-off antara normal dan sakit. Pendekatan ini

tampaknya konsisten dengan penelitian tentang schizotypy, dan dengan prevalensi yang

relatif tinggi pengalaman psikotik, sebagian besar non-menyedihkan keyakinan delusi,

kalangan masyarakat umum. Dalam konkordansi dengan pengamatan, psikolog Edgar Jones,

dan psikiater Tony Daud dan Nassir Ghaemi, survei literatur yang ada pada delusi,

menunjukkan bahwa konsistensi dan kelengkapan dari definisi delusi telah ditemukan oleh

banyak ingin; delusi yang tidak selalu tetap, atau salah, atau melibatkan adanya bukti yang

tak terbantahkan.

Nancy Andreasen, seorang tokoh terkemuka dalam penelitian skizofrenia, telah mengkritik

saat ini DSM-IV dan ICD-10 kriteria untuk mengorbankan validitas demi meningkatkan

43

Page 44: Kasus Nn. Conny

keandalan diagnostik. Dia berpendapat penekanan yang berlebihan bahwa pada psikosis

dalam kriteria diagnostik, sementara meningkatkan keandalan diagnostik, mengabaikan

gangguan kognitif yang lebih mendasar yang sulit untuk menilai karena variasi yang besar

dalam presentasi. Pandangan ini didukung oleh psikiater lainnya. Dalam nada yang sama,

Ming Tsuang dan rekan berpendapat bahwa gejala psikotik mungkin menjadi akhir negara-

umum di berbagai gangguan, termasuk skizofrenia, daripada sebuah refleksi dari etiologi

spesifik dari skizofrenia, dan memperingatkan bahwa ada sedikit dasar untuk tentang DSM

definisi operasional sebagai membangun "benar" dari skizofrenia. Neuropsychologist

Michael Foster Hijau melangkah lebih jauh dalam menyarankan adanya defisit neurokognitif

khusus dapat digunakan untuk membangun fenotipe yang alternatif untuk mereka yang murni

berdasarkan gejala. Defisit mengambil bentuk pengurangan atau gangguan dalam fungsi

psikologis dasar seperti memori, fungsi perhatian, eksekutif dan pemecahan masalah.

Pengecualian komponen afektif dari kriteria untuk skizofrenia, meskipun di mana-mana

mereka dalam pengaturan klinis, juga menjadi rebutan. Hal ini pengecualian dalam DSM

telah mengakibatkan gangguan "yang agak berbelit-belit" terpisah - gangguan schizoafektif.

Mengutip kehandalan interrater miskin, beberapa psikiater telah benar-benar diperebutkan

konsep gangguan schizoafektif sebagai entitas yang terpisah.Perbedaan kategoris antara

gangguan mood dan skizofrenia, yang dikenal sebagai dikotomi Kraepelinian, juga telah

ditantang oleh data dari epidemiologi genetik.

44

Page 45: Kasus Nn. Conny

Ujian dan Tes

Tidak ada tes medis untuk mendiagnosis skizofrenia. Seorang psikiater harus memeriksa

pasien untuk membuat diagnosis. Diagnosis dibuat berdasarkan wawancara mendalam dari

orang dan anggota keluarga.Dokter akan bertanya tentang:

Berapa lama gejala telah berlangsung

Bagaimana kemampuan seseorang untuk berfungsi telah berubah

Latar belakang perkembangan

Genetik dan riwayat keluarga

Bagaimana obat-obatan juga telah bekerja

Scan otak (seperti CT atau MRI) dan tes darah dapat membantu untuk menyingkirkan

gangguan lain yang memiliki gejala mirip dengan skizofrenia.

Pengobatan skizofrenia

Perawatan di rumah sakit

Indikasi utama untuk perawatan di rumah sakit adalah untuk tujuan diagnostik,

menstabilkan medikasi, keamanan pasien karena gagasan bunuh diri atau membunuh,

dan perilaku yang sangat kacau atau tidak sesuai, termasuk ketidakmampuan untuk

memenuhi kebutuhan dasar, seperti makanan, pakaian, dan tempat berlindung. Tujuan

utama perawatan di rumah sakit yang harus ditegakkan adalah ikatan efektif antara

pasien dan sistem pendukung masyarakat. Perawatan di rumah sakit menurunkan

stress pada pasien dan membantu mereka menyusun aktivitas harian mereka.

Lamanya perawatan di rumah sakit tergantung pada keparahan penyakit pasien dan

tersedianya fasilitas pengobatan rawat jalan.

45

Page 46: Kasus Nn. Conny

Terapi somatik

1. Antipsikotik

Remoxipride adalah antagonis reseptor dopamin. Di Eropa, obat ini telah dibuktikan

merupakan antipsikotik yang efektif, dan data awal menyatakan bahwa obat ini

disertai dengan efek samping neurologis yang kurang bermakna dibandingkan

antagonis reseptor dopamine lainnya. Tetapi, data yang paling akhir menyatakan

bahwa remoxipride mungkin disertai dengan anemia aplastik, jadi membatasi nilai

klinisnya.

Risperidon adalah suatu obat antipsikotik dengan aktivitas antagonis yang bermakna

pada reseptor serotonin tipe 2 (5-HT2) dan pada reseptor dopamine tipe 2 (D2). Data

penelitian menyatakan bahwa obat ini mungkin lebih efektif dalam mengobati gejala

positif maupun gejala negatif dari skizofrenia. Risperidon menjadi obat lini pertama

dalam pengobatan skizofrenia karena kemungkinan obat ini lebih efektif dan aman

daripada antagonis reseptor dopaminergik yang tipikal.

Clozapine adalah suatu obat antipsikotik yang efektif. Mekanisme kerjanya belum

dimengerti secara baik, walaupun diketahui bahwa clozapine adalah suatu antagonis

lemah terhadap reseptor D2 tetapi tampaknya merupakan antagonis yang kuat

terhadap reseptor D4 dan mempunyai aktivitas antagonistik pada reseptor

serotonergik.clozapine diindikasikan pada pasien dengan tardive dyskinesia karena

data yang tersedia menyatakan bahwa clozapine tidak disertai dengan perkembangan

atau eksaserbasi gangguan tersebut.

46

Page 47: Kasus Nn. Conny

Prinsip – prinsip terapeutik. Pemakaian medikasi antipsikotik pada skizofrenia harus

mengikuti lima prinsip utama. (1) Klinisi harus cermat menentukan gejala sasaran

yang akan diobati. (2) Suatu antipsikotik yang telah bekerja dengan baik di masa lalu

pada pasien harus digunakan lagi. Jika tidak ada informasi tersebut, pemilihan

antipsikotik biasanya didasarkan pada sifat efek samping. (3) Lama minimal

percobaan antipsikotik adalah empat sampai enam minggu pada dosis yang adekuat.

Jika percobaan tidak berhasil, suatu antipsikotik, yang biasanya dari kelas lain, dapat

dicoba. (4) Pada umumnya, penggunaan lebih dari satu medikasi antipsikotik pada

satu waktu adalah jarang diindikasikan, walaupun beberapa dokter psikiatrik

menggunakan thioridazine (Mellaril) untuk mengobati insomnia pada pasien yang

mendapatkan antipsikotik lain untuk pengobatan gejala skizofrenia. (5) Pasien harus

dipertahankan pada dosis efektif yang serendah mungkin yang diperlukan untuk

mencapai pengendalian gejala selama episode psikotik.

2. Obat lain

Jika percobaan yang adekuat dengan sekurangnya satu antagonis reseptor

dopaminergik semuanya tidak berhasil, terapi kombinasi dengan salah satu dari

obat tersebut dan medikasi tambahan (adjuvant) mungkin diindikasikan. Medikasi

tambahan dengan data yang paling mendukung adalah litium, dua antikonvulsan

(carbamazepine dan valproate), dan benzodia-zepine.

47

Page 48: Kasus Nn. Conny

3. Terapi somatik lainnya

Walaupun jauh kurang efektif daripada antipsikotik, terapi elektrokonvulsif (ECT)

dapat diindikasikan pada pasien katatonik dan bagi pasien yang karena suatu

alasan tidak dapat menggunakan antipsikotik. Pasien yang telah sakit selama

kurang dari satu tahun adalah pasien yang paling mungkin berespons.

Terapi psikososial

1. Terapi perilaku.

Rencana pengobatan untuk skizofrenia harus ditujukan pada kemampuan dan

kekurangan pasien. Teknik perilaku menggunakan hadiah ekonomi dan latihan

keterampilan sosial untuk meningkatkan kemampuan sosial, kemampuan

memenuhi diri sendiri, latihan praktis, dan komunikasi interpersonal. Perilaku

adaptif adalah didorong dengan pujian atau hadiah yang dapat ditebus untuk hal-

hal yang diharapkan, seperti hak istimewa dan pas jalan di rumah sakit. Dengan

demikian, frekuensi perilaku maladaptif atau menyimpang—seperti berbicara

lantang, berbicara sendirian di masyarakat, dan postur tubuh yang aneh—dapat

diturunkan.

2. Terapi berorientasi keluarga

Sejumlah penelitian telah menemukan bahwa terapi keluarga adalah efektif dalam

menurunkan relaps. Tetapi, masing-masing penelitian tersebut adalah

menggunakan jenis terapi keluarga yang berbeda, dan kelaziman di antara terapi

keluarga tersebut adalah tidak jelas. Di dalam penelitian terkontrol penurunan

48

Page 49: Kasus Nn. Conny

angka relaps adalah dramatis -- angka relaps tahunan tanpa terapi keluarga

sebesar 25 sampai 50 persen dan 5 sampai 10 persen dengan terapi keluarga.

3. Terapi kelompok

Terapi kelompok bagi skizofrenia biasanya memusatkan pada rencana, masalah,

dan hubungan dalam kehidupan nyata. Terapi kelompok adalah efektif dalam

menurunkan isolasi social, meningkatkan rasa persatuan, dan meningkatkan tes

realitas bagi pasien dengan skizofrenia.

4. Psikoterapi individual

Pasien skizofrenia sering kali kesepian dan menolak terhadap keakraban dan

kepercayaan dan kemungkinan bersikap curiga, cemas, bermusuhan, atau teregresi

jika seseorang berusaha mendekati. Pengamatan yang cermat dari jarak jauh dan

rahasia, perintah sederhana, kesabaran, ketulusan hati, dan kepekaan terhadap

kaidah social adalah lebih disukai daripada informalitas yang prematur dan

penggunaan nama pertama yang merendahkan diri. Kehangatan atau profesi

persahabatan yang berlebihan adalah tidak tepat dan kemungkinan dirasakan

sebagai usaha untuk suapan, manipulasi, atau eksploitasi.

Outlook (Prognosis)

Prospek untuk orang dengan skizofrenia adalah sulit untuk memprediksi. Sebagian besar

waktu, gejala membaik dengan obat-obatan. Namun, orang lain mungkin mengalami

kesulitan berfungsi dan beresiko untuk episode berulang, terutama selama tahap awal

penyakit.

49

Page 50: Kasus Nn. Conny

Orang dengan skizofrenia mungkin perlu didukung perumahan, pelatihan kerja, dan program

dukungan masyarakat lainnya. Orang dengan bentuk yang paling parah gangguan ini

mungkin tidak bisa hidup sendirian.Kelompok rumah atau jangka panjang lainnya, tempat

terstruktur untuk hidup mungkin diperlukan.

Gejala akan kembali jika seseorang dengan skizofrenia tidak mengambil obat mereka.

Kemungkinan Komplikasi

Setelah skizofrenia meningkatkan risiko Anda untuk:

Mengembangkan masalah dengan alkohol atau obat: ini disebut masalah

penyalahgunaan zat.Menggunakan alkohol atau obat lain meningkatkan kemungkinan

gejala Anda akan kembali.

Penyakit fisik: Orang dengan skizofrenia mungkin menjadi sakit secara fisik, karena

gaya hidup aktif dan efek samping dari obat. Sebuah penyakit fisik mungkin tidak

terdeteksi karena akses masyarakat miskin ke perawatan medis dan kesulitan

berbicara dengan penyedia perawatan kesehatan.

Bunuh diri

Pencegahan

Tidak ada cara yang dikenal untuk mencegah skizofrenia, namun gejala dapat dicegah dengan

minum obat.

50

Page 51: Kasus Nn. Conny

BAB IV

DAFTAR PUSTAKA

1. Carson VB. Mental health nursing: the nurse-patent journey. New York: WB Saunders;

2000.p.638.

2. Sadock BJ, Sadock VA. Tanda dan Gejala dalam Psikiatri. Dalam: Muttaqin H,

Sihombing RN (editor). Kaplan dan Sadock Buku Ajar Psikiatri Klinis. Edisi 2. Jakarta:

EGC; 2010 .p. 35-6.

3. Sadock BJ, Sadock VA.Skizophrenia. Dalam: Muttaqin H, Sihombing RN (editor).

Kaplan dan Sadock Buku Ajar Psikiatri Klinis. Edisi 2. Jakarta: EGC; 2010 .p.160-2.

4. Broome MR, Woolley JB, Tabraham P, et al.. What causes the onset of

psychosis?. Schizophr. Res.. 2005;79(1):23–34.

5. Bentall RP, Fernyhough C, Morrison AP, Lewis S, Corcoran R. Prospects for a cognitive-

developmental account of psychotic experiences. Br J Clin Psychol. 2007;46(Pt 2):155–

73.

6. Kurtz MM. Neurocognitive impairment across the lifespan in schizophrenia: an

update. Schizophrenia Research. 2005;74(1):15–26.

7. Cohen AS, Docherty NM. Affective reactivity of speech and emotional experience in

patients with schizophrenia.Schizophrenia Research. 2004;69(1):7–14.

8. Horan WP, Blanchard JJ. Emotional responses to psychosocial stress in schizophrenia:

the role of individual differences in affective traits and coping. Schizophrenia Research.

2003;60(2–3):271–83.

51

Page 52: Kasus Nn. Conny

9. Smith B, Fowler DG, Freeman D, et al.. Emotion and psychosis: links between

depression, self-esteem, negative schematic beliefs and delusions and

hallucinations.Schizophr. Res.. 2006;86(1–3):181–8.

10. Beck, AT. A Cognitive Model of Schizophrenia. Journal of Cognitive Psychotherapy.

2004;18(3):281–88.

11. Bell V, Halligan PW, Ellis HD. Explaining delusions: a cognitive perspective. Trends in

Cognitive Science. 2006;10(5):219–26.

12. Freeman D, Garety PA, Kuipers E, Fowler D, Bebbington PE, Dunn G. Acting on

persecutory delusions: the importance of safety seeking. Behav Res Ther. 2007;45(1):89–

99.

13. Laruelle M, Abi-Dargham A, van Dyck CH, et al.. Single photon emission computerized

tomography imaging of amphetamine-induced dopamine release in drug-free

schizophrenic subjects. Proc. Natl. Acad. Sci. U.S.A.. 1996;93(17):9235–40.

14. Konradi C, Heckers S. Molecular aspects of glutamate dysregulation: implications for

schizophrenia and its treatment. Pharmacol. Ther. 2003;97(2):153–79.

15. Lahti AC, Weiler MA, Tamara Michaelidis BA, Parwani A, Tamminga CA. Effects of

ketamine in normal and schizophrenic volunteers. Neuropsychopharmacology.

2001;25(4):455–67.

16.  Coyle JT, Tsai G, Goff D. Converging evidence of NMDA receptor hypofunction in the

pathophysiology of schizophrenia. Ann. N. Y. Acad. Sci. 2003;1003:318–27.

17. Tuominen HJ, Tiihonen J, Wahlbeck K. Glutamatergic drugs for schizophrenia: a

systematic review and meta-analysis. Schizophr. Res. 2005;72(2-3):225–34.

18. Steen RG, Mull C, McClure R, Hamer RM, Lieberman JA. Brain volume in first-episode

schizophrenia: systematic review and meta-analysis of magnetic resonance imaging

studies.Br J Psychiatry. 2006;188:510–8.

52

Page 53: Kasus Nn. Conny

19. Lieberman JA, Bymaster FP, Meltzer HY, et al. Antipsychotic drugs: comparison in

animal models of efficacy, neurotransmitter regulation, and neuroprotection. Pharmacol.

Rev. 2008;60(3):358–403.

20. DeLisi LE. The concept of progressive brain change in schizophrenia: implications for

understanding schizophrenia. Schizophr Bull. 2008;34(2):312–21.

21. Ellison-Wright I, Bullmore E. Meta-analysis of diffusion tensor imaging studies in

schizophrenia.Schizophr. Res. 2009;108(1-3):3–10.

22. Kaplan H I,Sadock B J,Grebb J A. Skizofrenia. In: I Made Wiguna S,eds. Sinopsis

Psikiatri Jilid 1. Tangerang: Bina Rupa Aksara Inc; 2010: 723.

53

Page 54: Kasus Nn. Conny

BAB V

PENUTUP

Kelompok kami berpendapat bahwa kasus tentang skizofrenia ini cukup disajikan

secara baik dengan diskusi yang menonjolkan cirri khas dari skizofrenia tersebut.

Kami mengucapkan terima kasih kepada Tuhan YME karenanNyalah kami dapat

menyelesaikan makalah ini dan kami juga mengucapkan terimakasih kepada tutor

pembimbing dan para narasumber yang kemudian akan menilai makalah dan presentasi kami

serta semua pihak yang telah memberikan kontribusinya dalam pengerjaan makalah nini.

Kritik dan saran yang membangun sangat kami hargai demi kebaikan penulisan di masa yang

akan datang. Semoga makalahj ini dapat berguna bagi kita semua.

54