10
Kasus PT Lumbung Tani Indonesia (PT LTI) Latar Belakang Bedasarkan pengamatan kami terhadap kasus ini, terdapat empat pihak yang terkait: PT Lumbung Tani Indonesia (PT. LTI) PT. Lumbung Tani Indonesia berdomisili di jalan ngagel 85 A, Surabaya. PT Lumbung Tani Indonesia, mendirikan pabrik gula fructose yang berlokasi di Mojokerto. Rencananya pabrik ini akan memproduksi 50% EFS (Enriched Fructosa Syrup), 77% DS (Dry System) dari bahan baku akar singkong. Untuk keperluan tersebut, PT Lumbung Tani Indonesia membeli mesin mesin dari Kloekner Industrie Anlagen (KINA) yang bekerja sama dengan Starcosa Gmbh (Kina and Starcosa). Adapun untuk memperoleh mesin mesin tersebut, PT Lumbung Tani Indonesia meminjam dana kepada Deutsche Genossenschaft Bank (DG Bank), sehingga berdasarkan perjanjian pinjaman PT Lumbung Tani Indonesia, berkewajiban untuk melakuan pembayaran terhadap pinjaman beserta bunganya. Pada keputusan terakhir arbitrase, pihak PT Lumbung Tani Indonesia diwakili oleh Dr Harald Voelze Boersenplantz. Deutsche Genossenschaft Bank (DG Bank) Deustsche Genossenschaft bank (DG Bank) adalah sebuah bank yang berkantor pusat di Plaats der Republik, 6000 Frankfurt/Main, Republik Federasi Jerman. DG bank memberikan pinjaman dana atau kredit kepada PT Lumbung Tani Indonesia. Kloekner Industrie Anlagen dan Starcosa GmbH (Kina&Starcosa) Kina dan Starcosa ini sebagai penjual mesin dan komponen mesin untuk memproduksi gula fructose. PT Lumbung Tani Indonesia membeli mesin tersebut dari Kina dan Starcosa. Dalam perkembangannya, Kina dan Starcosa melakukan wanprestasi kepada PT Lumbung Tani Indonesia.

Kasus PT Lumbung Tani Indonesia

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Kasus PT Lumbung Tani Indonesia

Kasus PT Lumbung Tani Indonesia (PT LTI)

Latar Belakang

Bedasarkan pengamatan kami terhadap kasus ini, terdapat empat pihak yang terkait:

PT Lumbung Tani Indonesia (PT. LTI)

PT. Lumbung Tani Indonesia berdomisili di jalan ngagel 85 A, Surabaya. PT Lumbung Tani Indonesia, mendirikan pabrik gula fructose yang berlokasi di Mojokerto. Rencananya pabrik ini akan memproduksi 50% EFS (Enriched Fructosa Syrup), 77% DS (Dry System) dari bahan baku akar singkong. Untuk keperluan tersebut, PT Lumbung Tani Indonesia membeli mesin mesin dari Kloekner Industrie Anlagen (KINA) yang bekerja sama dengan Starcosa Gmbh (Kina and Starcosa). Adapun untuk memperoleh mesin mesin tersebut, PT Lumbung Tani Indonesia meminjam dana kepada Deutsche Genossenschaft Bank (DG Bank), sehingga berdasarkan perjanjian pinjaman PT Lumbung Tani Indonesia, berkewajiban untuk melakuan pembayaran terhadap pinjaman beserta bunganya. Pada keputusan terakhir arbitrase, pihak PT Lumbung Tani Indonesia diwakili oleh Dr Harald Voelze Boersenplantz.

Deutsche Genossenschaft Bank (DG Bank)

Deustsche Genossenschaft bank (DG Bank) adalah sebuah bank yang berkantor pusat di Plaats der Republik, 6000 Frankfurt/Main, Republik Federasi Jerman. DG bank memberikan pinjaman dana atau kredit kepada PT Lumbung Tani Indonesia.

Kloekner Industrie Anlagen dan Starcosa GmbH (Kina&Starcosa)

Kina dan Starcosa ini sebagai penjual mesin dan komponen mesin untuk memproduksi gula fructose. PT Lumbung Tani Indonesia membeli mesin tersebut dari Kina dan Starcosa. Dalam perkembangannya, Kina dan Starcosa melakukan wanprestasi kepada PT Lumbung Tani Indonesia.

Para Penanggung Hutang (PT Rajut Djatim Baru, Mr David Lauwidjaja, Mrs Anneke Lauwidjaja, dan Mrs Ester Lauwidjaja)

Dalam perkembangan kasus ini, terdapat pihak penanggung hutang yang bersama dengan PT LTI bertanggung jawab renteng atas pelunasan pembayaran hutang PT LTI kepada DG Bank.

Adapun pihak penanggung hutang tersebut adalah :

1. PT Rajut Djatim Baru, berdomisili di jalan Pregolan Bunder 19 Surabaya.

2. Mr David Lauwidjaja, berdomisili di jalan Pregolan Bunder 19 Surabaya.

3. Mrs Anneke Lauwidjaja, berdomisili di jalan Ngagel 85 A Surabaya.

4. Mrs Ester Lauwidjaja, berdomisili di jalan Pregolan Bunder 19 Surabaya.

Page 2: Kasus PT Lumbung Tani Indonesia

Pada keputusan terakhir arbitrase, pihak para penanggung hutang bersama dengan PT Lumbung Tani Indonesia diwakili oleh Dr Harald Voelze Boersenplantz.

Gambaran Umum Kasus PT Lumbung Tani Indonesia

PT Lumbung Tani Indonesia (PT LTI) berencana memproduksi 50% EFS dan 77% DS dari bahan baku akar singkong. Untuk memproduksi itu, PT LTI membeli seperangkat mesin dari Kloekner Industrie Anlagen dan Starcosa GmbH (Kina&Starcosa).

pada tanggal 15 November 1984. Cara pembelian, penjualan, pembayaran dan penyerahan serta pemasangan mesin dituangkan dalam export-contract antara PT LTI dan Kina&Starcosa. Komponen mesin yang dibeli oleh PT LTI dari Kina&Starcosa disepakati berkapasitan 100 ton perhari, dengan nilai kontrak DM 15.920.000

Pada tanggal 11 Desember 1984, PT LTI membuat perjanjian pinjaman (Loan Agreement) dengan DG Bank. Berdasarkan Loan Agreement, pihak DG bank telah memberikan pinjaman/kredit kepada PT LTI sebesar DM 13.532.000 untuk pembayaran 85% dari nilai kontrak pembelian mesin mesin oleh PT LTI kepada Kina&Starcosa.

Pembayaran mesin mesin oleh PT LTI kepada Kina&Starcosa selain dari kredit yang diperoleh dari DG Bank, juga dibayar dengan cara 5% down payment (dibayar tunai), 10% dengan pembukaan L/C pada Bank Dagang Negara dikonfirmasikan oleh PT LTI di Frankfurt, Jerman.

Berdasarkan Loan Agreement, PT LTI berkewajiban membayar pinjaman tersebut dengan 10 kali cicilan per setengah tahun sesuai dengan Repayment Schedule. Adapun kewajiban lainnya PT LTI adalah

1. Membayar bunga atas kredit yang masih terhutang sebesar 9,5% per annum.2. Bunga keterlambatan 3.5% di atas suku bunga yang ditentukan untuk setiap kali

keterlambatan pembayaran.3. Ganti rugi i.c. “GLOBAL SETTLEMENT of DAMAGES” sebesar 3.5% di atas suku bunga

yang ditentukan sebagai “CHARGE of DEFAULT” apabila dan setiap kali bercidera janji.4. Dengan keterlambatan dan Global Settlement of Damages masing-masing sebesar 3.5%

di atas suku bunga yang ditentukan diperhitungkan dari mulai hari bayar/gugur daripada pembayaran yang terlambat tersebut dikredit dan dibukukan pada Rekening Kreditor.

5. Membayar dengan segera dan sekaligus ongkos pembiayaan tambahan “ADDITIONAL FINANCING COST” yang timbul sebagai akibat dari adanya perubahan Repayment Schedule.

Pada tanggal 7 januari 1985 dibuat perjanjian Payment Guarantee antara DG Bank dengan pihak PT LTI dan para penanggung hutang. Dalam perjanjiannya, PT LTI bersama dengan para penanggung hutang, bertanggung jawab secara renteng atas pelunasan hutang PT LTI kepada DG Bank. Adapun para penanggung hutang tersebut adalah :

1. PT. RAJUT DJATIM BARU, berdomisili di Jalan Pregolan Bunder 19 Surabaya.2. MR. DAVID LAUWIDJAJA, berdomisili di Jalan Pregolan Bunder 19 Surabaya.

Page 3: Kasus PT Lumbung Tani Indonesia

3. MRS. ANNEKE LAUWIDJAJA, berdomisili di Jalan Ngagel 85 A Surabaya.4. MRS ESTER LAUWIDJAJA, berdomisili di Jalan Pregolan Bunder 19 Surabaya.

Pada kenyataannya PT LTI hanya melakukan pembayaran untuk termin pertama yang jatuh tempo pada 27 Febuari 1987 di bulan maret – april 1986 (sebesar DM 163,169.99) dan termin kedua yang jatuh temponya 27 agustus 1987 (dibayarkan pada 21 juli 1987 dengan nominal DM 100,000). Sisanya masih terhutang. Sehingga baik PT LTI maupun para penanggung hutang telah melakukan wanprestasi.

Adapun list yang masih terhutang sebagai berikut :1. Bunga dan Utang Pokok

jatuh tempo sampai 31 Oktober 1988. DM 8.327.429.37,-2. Utang selebihnya meskipun menurut Repayment

Schedule belum jatuh tempo karena cidera janji pada saat tanggal 6 Maret 1989 DM 8.119.200.00,-

3. Bunga terutang atas utang butir 2 selama periode31 Oktober 1988 – 6 Maret 1989 DM 269.963.40,-

4. Bunga keterlambatan atas pembayaran utang pokok DM 1.352.598.57,-5. Charge of Default atas pembayaran-pembayaran

yang jatuh tempo total pembayaran yang terhutang pada tanggal 30 Juni 1989 DM 694.050.29,-

Total DM18.763.241.63,-

Pengadilan Negeri Surabaya

Berdasarkan tindakan wanprestasi tersebut, DG Bank melakukan gugatan perdata di pengadilan negeri Surabaya (reg no 568/PDT.G/1989/PN.Sby) terhadap para tergugat yaitu :

1. PT LUMBUNG TANI INDONESIA sebagai Tergugat I2. PT. RAJUT DJATIM BARU sebagai Tergugat III 3. MR. DAVID LAUWIDJAJA sebagai Tergugat IV4. MRS. ANNEKE LAUWIDJAJA sebagai Tergugat V 5. MRS ESTER LAUWIDJAJA sebagai Tergugat VI

DG Bank menuntut dilakukannya sita jaminan dan sita penyesuaian dan meminta agar para tergugat melunasi hutangnya yaitu sebesar DM 18.763.241.63 (Deutsche Mark: delapan belas juta tujuh ratus enam puluh tiga ribu dua ratus empat puluh satu dan enam puluh tiga per seratus) ditambah bunga yang berjalan terus dan biaya-biaya lainnya sesuai perjanjian Loan Agreement.

Adapun sanggahan atau keberatan para tergugat (PT LTI dan para penjamin hutang) adalah seharusnya DG bank (penggugat) mengajukan permasalahan ini dihadapan badan arbitrase, dikarenakan sesuai dengan pasal 15:2 alinea pertama dlm Loan Agreement dengan tegas

Page 4: Kasus PT Lumbung Tani Indonesia

menyatakan keinginan para pihak untuk menyelesaikan sengketa atau perselisihan melalui badan arbitrase. Adapun bunyi pasal tersebut adalah sebagai berikut

“Semua perselisihan/sengketa yang timbul dalam hubungannya dengan LOAN AGREEMENT ini, termasuk sengketa-sengketa mengenai keabsahan dari LOAN AGREEMENT atau setiap ketentuan yang ada didalamnya, akan diselesaikan oleh ARBITRASE berdasarkan ketentuan-ketentuan INTERNATIONAL CHAMBER COMMERCE (ICC) sesuai dengan Persetujuan Arbitrase yang terlampir pada LOAN AGREEMENT SEBAGAI LAMPIRAN V.”

Sanggahan lainnya adalah penyitaan seharusna dilakukan oleh badan arbitrase. Adapun yurispundensi tetap makamah agung RI menyatakan dengan tegas apabila pihak dalam suatu perjanjian sepakat menyelesaikan sengketanya di hadapan badan arbitrase, seharusnya pengadilan negeri tidak berwenang mengadili.

Berdasarkan hal diatas, para tergugat memoho putusan :

1. Menyatakan Pengadilan Negeri Surabaya tidak berwenang mengadili perkara ini;2. Membatalkan/mencabut Sita Jaminan/Sita Penyesuaian yang telah diletakkan dalam perkara

ini;3. Menolak gugatan, atau setidak-tidaknya menyatakan gugatan tidak dapat diterima;4. Menghukum Penggugat untuk membayar ongkos perkara.

Adapun sebelum kejadian ini, Kina & Starcosa telah melakukan wanprestasi terlebih dahulu terhadap PT LTI sehingga menyebabkan PT LTI tidak dapat memenuhi produksi 50% EFS (Enriched Fructosa Syrup), 77% DS (Dry System). Loan agreement merupakan bagian yang tidak terpisahkan dengan kontrak eksport antara PT LTI (tergugat I) dengan Kina dan Starcosa.

Pernyataan para tergugat mengenai tidak berwenangnya pengadilan negeri untuk mengadili perkara ini disanggah oleh pengadilan negeri Surabaya dikarenakan

Pasal 15:2 “loan agreement” menegaskan: “Walaupun demikian Pemberi Pinjaman memiliki hak untuk melancarkan tindakan hukum di depan Pengadilan yang berwenang di Indonesia, dengan tidak mengecualikan setiap wilayah hukum berwenang lainnya sejauh menyangkut tindakan hukum di Pengadilan yang berwenang, ARBITRASE tidak akan dilakukan, tetapi pengeluaran perintah Penyitaan atau Sita Jaminan, Penahanan tidak akan mengecualikan arbitarse”.

Dengan demikian Penggugat berhak untuk mengajukan perkara ini ke forum Pengadilan Negeri atau forum Arbitrase, karena Penggugat telah menggunakan haknya mengajukan perkara ini ke forum Pengadilan Negri dalam hal ini Pengadilan Negri Surabaya, maka Pengadilan Negeri Surabaya berwenang mengadili perkara ini;

Karena Pengadilan Negeri Surabaya berwenang mengadili perkara ini, hukum yang berlaku adalah hukum Republik Indonesia termasuk Hukum Acaranya, karena itu Sita Penyesuaian (Vergelijkende Beslag) yang dilakukan menurut ketentuan dan cara-cara berdasarkan hukum di Indonesia adalah sah dan berharga;

Page 5: Kasus PT Lumbung Tani Indonesia

Tentang tempat pelaksanaan penerapan hukum/tentang pilihan domisili, karena Penggugat telah memilih forum Pengadilan Negeri di Indonesia untuk menyelesaikan sengketanya, bertolak dari pasal 118 HIR yang menyebutkan pada azasnya gugatan diajukan di tempat tinggal Tergugat, adalah tepat dan benar Penggugat menggunakan hak dan azas umum tersebut, kendatipun dalam LOAN AGREEMENT menentukan Frankfurt/Main sebagai tempat penerapan hukum.

Tentang Eksepsi Pengadilan Negeri Surabaya tidak berwenang mengadili perkara ini, adalah tidak tepat dan tidak beralasan, karena itu harus ditolak, dan biaya perkara karena belum selesai ditangguhkan hingga putusan akhir.

Pada akhirnya keputusan final hakim pertama pengadilan negeri Surabaya adalah sebagai berikut: Mengabulkan gugatan Penggugat untuk seluruhnya. Menyatakan sebagai hukum Tergugat I, II, III, IV dan V telah melakukan wanprestasi. Menghukum Tergugat I, II, III, IV dan V untuk membayar seluruh jumlah hutang kepada

Penggugat sebesar DM 18.763.241.63 (Deutsche Mark: Delapan belas juta tujuh ratus enam puluh tiga ribu dua ratus empat puluh satu dan enam puluh tiga per seratus) ditambah bunga yang berjalan terus dan biaya lainnya sesuai perjanjian Loan Agreement, terhitung sejak gugatan ini didaftarkan sampai dengan perkara ini dilaksanakan.

Menyatakan Sita Perbandingan atau Sita Penyesuaian (Vergelijkende Beslag) dan Sita Jaminan (Conservatoir Beslag) yang dilakukan dalam perkara ini adalah sah dan berharga.

Pengadilan Tinggi

Dikarenakan keputusan hakim pertama pengadilan negeri Surabaya tersebut tidak memuaskan, para pihak Tergugat menolak putusan Hakim Pengadilan Negeri Surabaya tersebut dan mengajukan banding ke Pengadilan Tinggi Surabaya.

Adapun putusan hakim banding, sama seperti putusan hakim pertama pengadilan negeri Surabaya.

Makamah Agung RI

Keputusan pengadilan tinggi Surabaya tersebut ditolak oleh para pihak tergugat dan memohon pemeriksaan kasasi kepada makamah agung RI dengan mengemukakan keberatan kasasi yang isi pokoknya :1. Pengadilan Tinggi Surabaya dalam putusannya sama sekali tidak mempertimbangkan memori

banding para Pemohon Kasasi/ Tergugat asal I, II, III, dan IV. Pengadilan Tinggi Surabaya hanya mengoper seluruh pertimbangan hukum Pengadilan Negeri sehingga Pengadilan Tinggi tidak menuruti Surat Edaran MARI tanggal 2 Agustus 1962 No. 856 /62/189K/Sip/1962 yang dialamatkan kepada Ketua Pengadilan Tinggi seluruh Indonesia;

2. Pengadilan Tinggi Surabaya dalam memeriksa perkara ini begitu saja mengambil oper segala pertimbangan hukum judex facti Pengadilan Negeri Surabaya. Seharusnya Hakim Banding memeriksa kembali perkara dalam keseluruhannya baik mengenai fakta maupun mengenai

Page 6: Kasus PT Lumbung Tani Indonesia

pengetrapan hukumnya. Oleh karena itu bertentangan dengan Yurisprudensi tetap MARI dalam putusannya No. 9511 K/Sip/1973 tanggal 9 Oktober 1973;

3. Putusan Pengadilan Tinggi Surabaya yang hanya menyetujui keputusan Pengadilan Negeri Surabaya a quo tanpa memberikan pertimbangan hukum yang tepat yang mengandung “persetujuannya” itu haruslah dinyatakan tidak cukup. Putusan Pengadilan Tinggi bertentangan dengan Yurisprudensi tetap MARI dalam putusannya No. 9K/Sip/1972 tanggal 19 Maret 1972;

4. Para Pemohon Kasasi/Tergugat asal I, II, III dan IV tidak sependapat dan sangat keberatan atas pertimbangan hukum judex facti mengenai kewenangan memeriksa dan mengadili perkara ini seperti terurai dalam putusan sela yang kemudian dipertahankan pada putusan akhir dan diperkuat oleh Pengadilan Tinggi Surabaya karena berdasarkan artikel 15.1 dan artikel 15.2 dari LOAN AGREEMENT bukti P-1, menetapkan bahwa antara Pemohon Kasasi/Tergugat-tergugat asal dan Termohon Kasasi/Penggugat asal telah disepakati secara tegas tentang pilihan hukum (yaitu hukum Republik Federasi Jerman) dan tempat pelaksanaan penerapan hukumnya (adalah Frankfurt-am Main) serta forum Arbitrase untuk menyelesaikan sengketa yang timbul;Berdasarkan pasal 1338 KUH Perdata, maka apa yang telah disepakati secara sah berlaku sebagi undang-undang yang mengikat, maka Loan Agreement untuk pilihan hukum dan tempat penerapah hukum haruslah di Republik Federasi Jerman. Pemohon Kasasi telah menunjuk dan mengangkat Dr. Harald Voelze Boersenplatz 1 am Main sebagai agen untuk pelayanan proses Arbitrase di Republik Federasi Jerman.Dengan demikian penyelesaian sengketa yang timbul terlebih dahulu sebagai pilihan utama diselesaikan melalui BADAN ARBITRASE, sehingga Termohon kasasi/Penggugat asal telah keliru mengajukan gugatan melalui Pengadilan Negeri Surabaya. Oleh karena itu Pengadilan Negeri Surabaya dinyatkan tidak berwenang memeriksa dan mengadili perkara ini;

5. Pemohon Kasasi tidak sependapat dan sangat berkeberatan pertimbangan hukum judec facti tentan pasal 17:4 Loan Agreement tersebut. Loan Agreement – bukti P-1 adalah bagaian yang tak terpisahkan dan saling kait mengkait dengan Export Contract bukti T-1;

6. Pertimbangan hukum judex facti mengenai bunga untuk jumlah pinjaman yang belum dibayar sebesar 9.5% setahun ternyata tidak konsisten dengan pertimbangan hukum yang lain. Tentang bunga judex facti mendasarkan pada artikel 5.1 Loan Agreement, tentang pilihan hukum judex facti telah melanggar artikel 15.1 dan 15.2 Loan Agreement;

7. Judex facti sama sekali tidak memeriksa dan memberikan pertimbangan hukum atas gugatan Rekonpensi para Pemohon Kasasi/Tergugat-tergugat asal.Tindakan KINA & STARCOSA yang tidak sesuai dengan perjanjian eksport contract yang telah disepakati adalah merupakan wanprestasi dan oleh karena Loan Agreement tersebut adalah bagian yang tidak terpisahkan dengan Export Contract, maka Termohon Kasasi/Penggugat asal harus pula bertanggung jawab atas perbuatan wanprestasi KINA & STARCOSA.

Makamah Agung RI setelah memeriksa perkara ini dalam tingkat kasasi, dalam putusannya berpendirian bahwa keberatan kasasi yang diajukan oleh Pemohon Kasasi ad. 4 dapat dibenarkan karena judex factie telah salah menerapkan hukum yang dalam putusannya telah menolak Eksepsi Pemohon Kasasi/Tergugat-tergugat asal.

Pendirian Mahkamah Agung ini didasari oleh alasan yuridis yang intisarinya sbb:

Page 7: Kasus PT Lumbung Tani Indonesia

Loan Agreement dalam sengketa, menetapkan pada pasal 15 (1,2), bahwa Loan Agreement ini ditundukkan pada hukum FEDERAL REPUBLIC of GERMANY;

Segala sengketa yang mungkin timbul sehubungan dengan perjanjian pinjaman tersebut akan diselesaikan melalui ARBITRASE;

Berdasarkan hal-jal tersebut di atas, maka berarti dalam perjanjian ini ada KLAUSULA ARBITRASE, yang menurut Yurisprudensi tetap Indonesia menyebabkan Pengadilan tidak berwenang lagi mengadili perkara yang terjadi karena sengketa pinjaman tersebut;

Bahwa akan tetapi pada pasal 15.2 melanjutkan menyatakan: “bahwa kreditur” (“Lender”) tetap mempunyai hak untuk membawa perkara ke depan Pengadilan di Indonesia;

Menurut pendapat Mahkamah Agung alinea tersebut di atas (pasal 15.2 alinea kedua) haruslah diartikan sebgai tidak sejalan bahkan bertentangan denga pasal 1.2 yang menentukan bahwa untuk “Loan Agreement ini diperlakukan hukum dari Federal Republic of Germany, hal mana tentu tidak dapat dilaksanakan Pengadilan Indonesia;

Selebihnya dari itu, ketentuan bahwa Kreditur (“Lender”) tetap mempunyai hak untuk mengajukan sengketa kepada Pengadilan Indonesia yang berwenang, adalah ketentuan yang tidak seimbang, karena debitur (“Borrower”) tidak memiliki hak yang demikian, dalam hal mana Pengadilan (dalam hal ini Mahkamah Agung) berwenang menyatkan bahwa alinea kedua dari pasal 15.2 LOAN AGREEMENT tersebut tidak dapat diperlakukan;

Karena alasan-alasan tersebut Mahkamah Agung berpendapat bahwa dalam “LOAN AGREEMENT” ini terdapat KLAUSULE ARBITRASE, dan berarti pula Pengadilan haruslah menyatakan diri tidak berwenang.Adapun keputusan Mahkamah Agung RI sebagai berikut:

Mengabulkan permohonan kasasi dari pemohon-pemohon kasasi:1. PT LUMBUNG TANI INDONESIA ,2. PT. RAJUT DJATIM BARU, 3. MR. DAVID LAUWIDJAJA,4. MRS. ANNEKE LAUWIDJAJA,

Membatalkan putusan pengadilan Tinggi Surabaya tanggal 1 Oktober 1991 No. 769/Pdt/1990/PT.Sby, (yo putusan Pengadilan Negeri Surabaya tanggal 21 Juli 1990 No. 568/Pdt.G/1989/PN. Sby., tersebut;

Menyatakan Eksepsi Tergugat I, II, III dan IV dapat diterima; Menyatakan Pengadilan Negeri tidak berwenang memeriksa perkara ini;

Menyatakan gugatan Penggugat tidak dapat diterima; Menyatakan Sita Perbandingan atau Sita Penyesuaian (Vergelikende Beslag) dan Sita

Jaminan (Conservatoir Beslag) yang telah dilakukan dalam perkara ini tidak sah dan tidak berharga;

Memerintahkan Pengdilan Negeri Surabaya untuk mengangkat sita tersebut.