35
Bagian Obstetri dan Ginekologi Tutorial Klinik Program Studi Kedokteran Umum Universitas Mulawarman RETENSIO PLASENTA Disusun Oleh: 1. Afiani Miftahul Jannah 4. Titis Hadiyanti Setyadi 2. Dwi Tantri 5. Raden Adityo T.H.P 3. Munira Pembimbing: dr. Prima Deri Pella, Sp.OG

Kasus Tutorial Retensio Plasenta

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Kasus Tutorial Retensio Plasenta

Bagian Obstetri dan Ginekologi Tutorial KlinikProgram Studi Kedokteran UmumUniversitas Mulawarman

RETENSIO PLASENTA

Disusun Oleh:1. Afiani Miftahul Jannah 4. Titis Hadiyanti Setyadi2. Dwi Tantri 5. Raden Adityo T.H.P3. Munira

Pembimbing:

dr. Prima Deri Pella, Sp.OG

Dibawakan Dalam Rangka Tugas Kepaniteraan Klinik

Pada Bagian Obstetri dan Ginekologi

Program Studi Kedokteran Umum

Universitas Mulawarman

2012

Page 2: Kasus Tutorial Retensio Plasenta

BAB I

PENDAHULUAN

Perdarahan merupakan penyebab kematian nomor satu (40%-60%) kematian

ibu melahirkan di Indonesia. Insidens perdarahan pasca persalinan akibat retensio

plasenta dilaporkan berkisar 16%-17%. Salah satu data angka kejadian retensio

plasenta di rumah sakit yang pernah dilaporkan adalah di RSU H. Damanhuri Barabai,

Kalimantan Selatan selama 3 tahun (1997-1999) didapatkan 146 kasus rujukan

perdarahan pasca persalinan akibat retensio plasenta. Dari sejumlah kasus tersebut,

terdapat satu kasus (0,68%) berakhir dengan kematian ibu.1

Perdarahan pasca persalinan dini jarang disebabkan oleh retensi potongan

plasenta kecil, tetapi plasenta yang tersisa sering menyebabkan perdarahan pada akhir

masa nifas. Pemeriksaan plasenta setelah proses persalinan harus dilakukan secara

rutin. Apabila ada bagian plasenta yang hilang, uterus harus dieksplorasi dan sisa

plasenta dikeluarkan.2

Menurunkan kejadian perdarahan pasca persalinan akibat retensio plasenta

tidak hanya mengurangi risiko kematian ibu, namun juga menghindarkannya dari

risiko kesakitan yang berhubungan dengan perdarahan pasca persalinan, seperti reaksi

tranfusi, tindakan operatif, dan infeksi. Bukti berbagai penelitian mendukung

penatalaksanaan aktif kala III persalinan (setelah lahirnya bayi dan berakhir dengan

lahirnya plasenta) dapat menurunkan risiko perdarahan pasca persalinan sampai 40%.

2

Page 3: Kasus Tutorial Retensio Plasenta

BAB II

LAPORAN KASUS

Anamnesis dan pemeriksaan fisik dilakukan pada hari Jumat, 24 Februari 2012

pukul 02.15 WITA di ruang VK Mawar Rumah Sakit Umum Daerah Abdul Wahab

Sjahranie Samarinda.

ANAMNESIS

Identitas Pasien

Nama : Ny. M

Usia : 38 tahun.

Alamat : Jl. Melintang Ulu Mahakam

Pekerjaan : Ibu rumah tangga (IRT).

Pendidikan : Sekolah dasar (SD).

Suku : Banjar

Agama : Islam.

Masuk ke IGD Rumah Sakit Umum Daerah Abdul Wahab Sjahranie Samarinda

pada hari Kamis, 23 Februari 2012 pukul 23.09 WITA.

Identitas Suami

Nama : Tn. S

Usia : 40 tahun.

Alamat : Jl. Melintang Ulu Mahakam

Pekerjaan : Nelayan

Pendidikan : SMA

Suku : Jawa

Agama : Islam

3

Page 4: Kasus Tutorial Retensio Plasenta

Keluhan Utama

Ari ari bayi tidak lahir

Riwayat Penyakit Sekarang

Pasien merupakan rujukan dari puskesmas karena ari ari bayi belum lahir.

Pasien telah melahirkan anak ke tujuhnya dirumah sejak ± 10 Jam SMRS yang di

tolong oleh dukun kampung, anak lahir spontan dan setelah setengah jam plasenta

tidak lahir dan akhirnya pasien di bawa ke Puskesmas dan dilakukan manual plasenta

namun plasenta tetap tidak lahir sehingga pasien di rujuk ke RSUD AW Sjahranie

Samarinda. Selain itu, pasien juga mengeluhkan adanya nyeri pada perut bawah, dan

pasien juga mengeluhkan adanya rasa lemas.

Riwayat Penyakit Dahulu

Pasien memiliki riwayat hipertensi sebelumnya sejak melahirkan anak yang ke-

6, tidak ada diabetes mellitus maupun asma sebelum masa kehamilan.

Riwayat Penyakit Keluarga

Keluarga pasien tidak memiliki riwayat hipertensi, diabetes mellitus maupun

asma.

Riwayat Menstruasi

Menarche : 13 tahun.

Siklus haid : 28 hari /teratur

Lama haid : 7 hari.

Jumlah darah haid : 2 kali ganti pembalut.

Riwayat Pernikahan

Untuk pertama kali, pasien menikah pada usia 18 tahun dengan lama

pernikahan selama 20 tahun.

Riwayat Obstetrik

4

Page 5: Kasus Tutorial Retensio Plasenta

1. 1997/Rumah/aterm/spontan/tidak ada penyulit/dukun/laki-laki/sehat

2. 1998/Rumah/aterm/spontan/tidak ada penyulit/dukun /perempuan/sehat

3. 2000/abortus

4. 2001/Rumah/aterm/spontan/tidak ada penyulit/dukun /laki-laki/sehat

5. 2002/Rumah/aterm/spontan/tidak ada penyulit/dukun /perempuan/sehat

6. 2007/Rumah/aterm/spontan/retensio plasenta/dukun /laki-laki/sehat

7. 2012/Rumah/aterm/spontan/retensio plasenta/dukun /laki-laki/sehat

Antenatal Care (ANC)

Puskesmas

Kontrasepsi

Suntik KB 3 bulan sekali selama 3 bulan

Pemeriksaan Fisik

Antropometri : Berat badan (BB) : 46 kg, Tinggi badan (TB) : 158 cm.

Keadaan umum : Tampak sakit sedang

Kesadaran : Compos mentis

Tanda vital :

Tekanan darah : 160/70 mmHg

Frekuensi nadi : 124 kali/menit

Frekuensi nafas : 28 kali/menit

Suhu : 36 ºc

Status Generalisata

Kepala : normocephal

Mata : konjungtiva anemis (+/+), sklera ikterik (-/-)

Telinga : tidak ditemukan kelainan

Hidung : tidak ditemukan kelainan

Tenggorokkan : tidak ditemukan kelainan

5

Page 6: Kasus Tutorial Retensio Plasenta

Leher : pembesaran kelenjar getah bening (-), pembesaran

tiroid (-)

Thoraks :

Jantung : S1S2 reguler tunggal, murmur (-), gallop (-)

Paru-paru : suara napas vesikuler, ronki (-), wheezing (-)

Abdomen:

Inspeksi : flat, linea (-), striae (-)

Auskultasi : bising usus (+) normal

Ekstremitas:

Superior : edema (-/-), akral hangat

Inferior : edema (-/-), akral hangat, varises (-/-)

Status Obstetrik dan Ginekologi

Inspeksi : flat, striae (-), linea (-), vulva vagina normal.

Palpasi : Tinggi fundus uteri : 15 cm, kontraksi: kurang baik

Periksa Dalam: tampak perdarahan tidak aktif dan tali pusat dengan panjang 7

cm, pembukaan 2 cm, porsio tebal lunak.

Diagnosis Kerja Sementara

P6A1 + Retensio Plasenta+Anemia

Pemeriksaan Penunjang

Darah Rutin Urine Lengkap

Leukosit : 15.000 / mm3 Tidak dilakukan pemeriksaan

Hemoglobin : 8,0 gr %

Hematokrit : 23,4%

Trombosit : 260.000 / mm3

Bleeding Time: 3 menit

Clotting Time : 10 menit

6

Page 7: Kasus Tutorial Retensio Plasenta

Kimia Darah

GDS : 85 mg/dL

Penatalaksanaan:

Rencana Manual Plasenta

Transfusi PRC 1 kolf

Laporan Operasi (11 Februari 2012)

Diagnosis Pre-Operatif : P6AI + Retensio Plasenta

Diagnosis Post-Operatif : Retensio Plasenta et causa Plasenta Akreta

Macam Operasi : Manual Plasenta dan Kuretase

Langkah operasi :

Mengkaji Ulang diagnosis sebelum operasi

Dilakukan sepsis dan antisepsis

Pasang doek steril

Mencoba melakukan penegangan tali pusat dengan tarikan ringan

(plasenta belum terlepas)

Memasukkan tangan secara pelan-pelan dengan menelusuri tali pusat

Melepaskan plasenta dari implantasinya

Menilai kembali apakah plasenta sudah terlepas semuanya

Melanjutkan dengan kuretase hingga besih

Menilai jumlah perdarahan (±500 cc)

Terapi Post Operasi

RL drip oxytosin 2 amp/hari 28 Tpm

Cefotaxim 3x1 gr i.v

Injeksi ketorolak 3x30 mg iv

Injeksi metergin 3x1 amp

Injeksi kalnex 3x 500 mg iv

RL:D5 28 tpm

7

Page 8: Kasus Tutorial Retensio Plasenta

Gastrul tablet 3x1 selama 7 hari

Cek HB post manual plasenta, jika < 8 pro transfuse

Pro USG 7 hari post partum

Follow Up Antepartum

Tanggal/Jam Follow Up

24-02-2012

02. 15

Menerima pasien baru dari IGD, kemudian melakukan anamnesis dan pemeriksaan

fisik di ruang VK Mawar hingga didapatkan dengan diagnosis : P6AI + Retensio

Plasenta

02.30 Tekanan Darah : 160/70 mmHg, Nadi : 124 kali/menit, Pernapasan : 26 kali/menit;

Suhu : 36,7 ºC.

05.30 Lapor dr. Sp. OG mendapatkan advis :

Transfuse PRC 1 Kolf

Rencana Manual plasenta di OK IGD

Siapakan SIO, lapor OK

Kalau emergansi pada jam 07-12.00, lapor dr.Andriansyah, Sp.OG

06.30 Transfusi PRC 1 kolf

11.00 TD: 130/ 80 mmHg

Nadi: 90x/menit

RR: 20x/menit

12.30 Pasien di antar ke OK IBS

15.25 Menjemput pasien dari OK IBS

TD: 100/70 mmHg

Nadi: 100x/menit

RR: 22x/menit

22.00 TD: 140/80 mmHg

Nadi: 82x/menit

RR: 22x/menit

Keluhan: pusing masih, pasien dipuasakan

17.00 Memasang Transfusi 1 kolf PRC

17.45 TD: 50 per palpasi

Pasien gelisah

Guyur RL

Memberikan oksigen

8

Page 9: Kasus Tutorial Retensio Plasenta

18.15 TD: 90/50 mmHg N: 120x/menit RR:28x/menit

Reflex pupil (+/+)

Lapor dr.jaga: advise

- Guyur RL selesaikan 1 kolf, bila Tekanan darah

masih tetap lanjutkan 1 kolf lagi.

- Cek GDS

- Observasi tanda vital

- Tidak perlu pasang kateter

18.45

18.55

Guyur 1 kolf RL selesai

TD:120/80 mmHg Nadi: 108 x/menit

Hasil Laboratorium sito:

HB: 5,9 gr/dl Leukosit: 28.000 gr/dl HCT : 17 % PLT: 424.000

GDS: 87

21.10 Suhu: 39,5 c

Memberikan Parasetamol 1 tablet.

Observasi post Manual Plasenta

Tanggal/Jam Follow Up

15.30 TTV: TD: 110/70 mmHg Nadi: 96x/I, RR: 24x/I t: 36,9 c

Cairan: RL+Oksitosin 2 ampul

15.45 TTV: TD: 100/70 mmHg Nadi: 100x/I, RR: 22x/I t: 36,6 c

16.00 TTV: TD: 100/60 mmHg Nadi: 98x/I, RR: 22x/I t: 36,9 c

16.15 TTV: TD: 110/70 mmHg Nadi: 100x/I, RR: 22x/I t: 36 c

16.45 TTV: TD: 110/60 mmHg Nadi: 100x/I, RR: 24x/I t: 36 c

17.00 TTV: TD: 110/70 mmHg Nadi: 96x/I, RR: 24x/I t: 36,3 c

9

Page 10: Kasus Tutorial Retensio Plasenta

BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

1. Pengertian

Apabila plasenta belum lahir setengah jam setelah janin lahir, maka disebut

retensio plasenta.3,4

2. Epidemiologi

Di Inggris, separuh kematian ibu hamil akibat perdarahan disebabkan oleh

proses pasca persalinan.2 Frekuensi perdarahan pasca persalinan 4/5-15% dari seluruh

10

Page 11: Kasus Tutorial Retensio Plasenta

persalinan. Berdasarkan penyebabnya, perdarahan pasca persalinan berturut-turut dari

yang paling banyak disebabkan oleh atonia uteri (50-60%), sisa plasenta (23-24%),

retensio plasenta (16-17%), laserasi jalan lahir (4-5%) dan kelainan darah (0,3-0,8%).

Di Indonesia perdarahan merupakan penyebab pertama kematian ibu melahirkan (40-

60%). Insiden perdarahan pasca persalinan akibat retensio plasenta dilaporkan berkisar

16-17%.1

A. Jenis-Jenis Retensio Plasenta

1. Plasenta Adhesiva

Adalah implantasi yang kuat dari jonjot korion plasenta sehingga menyebabkan

kegagalan mekanisme separasi fisiologis.

2. Plasenta Akreta

Adalah implantasi jonjot korion plasetita hingga memasuki sebagian lapisan

miornetrium.

3. Plasenta Inkreta

Adalah implantasi jonjot korion plasenta hingga mencapai / memasuki

miornetnum.

4. Plasenta Perlireta

Adalah implantasi jonjot korion plasenta yang menembus lapisan otot hingga

mencapai lapisan serosa dinding uterus.

5. Plaserita Inkarserata

Adalah tertahannya plasenta di dalam kavum utrri disebabkan oleh kontriksi

osteuni uteri.

3. Etiologi2

Plasenta belum lepas dari dinding uterus

Apabila plasenta belum lepas sama sekali, tidak terjadi perdarahan. Jika lepas

sebagian, terjadi perdarahan yang merupakan indikasi untuk mengeluarkannya.

Plasenta belum lepas dari dinding uterus dapat karena :

11

Page 12: Kasus Tutorial Retensio Plasenta

a. Kontraksi uterus kurang kuat untuk melepaskan plasenta (plasenta

adhesive)

b. Plasenta melekat erat pada dinding uterus oleh sebab vili korialis

menembus desidua sampai miometrium – sampai dibawah peritoneum

(plasenta akreta – perkreta).

Plasenta sudah lepas akan tetapi belum dilahirkan

Plasenta yang sudah lepas dari dinding uterus akan tetapi belum keluar,

disebabkan oleh tidak adanya usaha untuk melahirkan atau karena salah

penanganan kala III, sehingga terjadi lingkaran konstriksi pada bagian bawah

uterus yang mengahalangi keluarnya plasenta (inkarserasio plasenta).

4. Diagnosis

Diagnosa retensio plasenta dibuat apabila plasenta yang tidak lepas secara

spontan setelah setengah jam bayi lahir atau timbul perdarahan aktif setelah bayi

dilahirkan.5

Pada pemeriksaan pervaginam, plasenta tidak ditemukan di dalam kanalis

servikalis tetapi secara parsial atau lengkap menempel di dalam uterus.

5. Diagnosis Banding6

Plasenta akreta, yaitu suatu plasenta plasenta abnormal dimana vili khorialis

tumbuh menembus miometrium sampai ke serosa.

5. Penanganan

12

Page 13: Kasus Tutorial Retensio Plasenta

Retensio plasenta tanpa perdarahan masih dapat menunggu. Sementara itu

kandung kemih dikosongkan, masase uterus dan suntikan oksitosin (i.v. atau i.m. atau

melalui infus).1 Apabila plasenta belum lahir setengah jam setelah anak lahir, harus

diusahakan untuk mengeluarkannya. Dapat dicoba dulu perasat menurut Crede. Tetapi

tindakan ini tidak dianjurkan karena menyebabkan terjadinya inversio uteri. Tekanan

yang keras pada uterus dapat pula menyebabkan perlukaan pada otot uterus dan rasa

nyeri yang hebat dan kemungkinan dapat terjadi syok. Akan tetapi dengan tekhnik

yang sempurna hal-hal itu dapat dihindarkan. Cara yang lain adalah cara Brandt.3

Gambar 1. Brandt-AndrewsManeuver

Dengan salah satu tangan, penolong memegang tali pusat dekat vulva. Tangan

yang lain diletakkan di atas simfisis sehingga permukaan palmar jari-jari tangan

terletak di permukaan depan rahim, kira-kira perbatasan segmen bawah dan badan

rahim. Denagan melakukan tekanan ke arah atas belakang, maka badan rahim akan

terangkat. Apabila plasenta telah terlepas maka tali pusat tidak tertarik kearah atas.

Kemudian tekanan di atas simfisis diarahkan ke bawah belakang, ke arah vulva. Pada

saat ini dilakukan tarikan ringan untuk membantu mengeluarkan plasenta.

Yang selalu tidak dapat dicegah ialah bahwa plasenta tidak dapat dilahirkan

seluruhnya, ada bagian yang masih tertinggal yang harus dikeluarkan dengan cara

plasenta manual. Cara ini dianggap paling baik.3

13

Page 14: Kasus Tutorial Retensio Plasenta

Penatalaksanaan manual plasenta: 3,5, 7

Kaji ulang indikasi, prinsip dasar perawatan dan pasang infus.

Kosongkan kandung kemih atau lakukan kateterisasi

Berikan sedatif dan analgetika atau ketamin

Beri antibiotik dosis tunggal (profilaksis): ampisilin 2 g IV ditambah

metronidazol 500 mg IV

Pasang sarung tangan DTT

Jepit tali pusat dengan kocher kemudian menegangkan sejajar lantai.

Secara obstetrik memasukkan tangan dengan menelusuri bagian bawah tali

pusat.

Setelah tangan mencapai serviks minta asisten untuk memegang kocher

kemudian tangan yang lainnya menahan fundus uteri, sekaligus mencegah

inversio uteri.

Sambil menahan fundus uteri, masukkan tangan dalam ke kavum uteri hingga

mencapai tempat implantasi plasenta.

Buka tangan obstetrik menjadi seperti memberi salam, jari-jari dirapatkan.

Tentukan implantasi plasenta, temukan tepi plasenta yang paling bawah.

Gerakkan tangan ke kiri dan ke kanan sambil menggeser ke kranial sehingga

semua permukaan maternal plasenta dapat dilepaskan.

Sementara satu tangan masih didalam kavum uteri, lakukan eksplorasi ulangan

untuk memastikan tidak ada bagian plasenta yang masih melekat pada dinding

uterus.

Pindahkan tangan luar ke supra simpisis untuk menahan uterus pada saat

plasenta dikeluarkan.

Instruksikan asisten yang memegang kocher untuk menarik tali pusat sambil

tangan dalam menarik plasenta keluar.

Lakukan sedikit dorongan ke arah dorsocranial setelah plasenta lahir.

Beri oksitosin 10 IU dalam 500 cc cairan IV 60 tetes/menit dan masase uterus

untuk merangsang kontraksi.

14

Page 15: Kasus Tutorial Retensio Plasenta

Periksa apakah plasenta lengkap atau tidak. Jika tidak lengkap, lakukan

eksplorasi ke dalam kavum uteri.

Periksa dan perbaiki robekan serviks, vagina atau episiotomi.

Plasenta manual segera dilakukan jika :

Perdarahan kala-III lebih dari 200 ml

Penderita dalam narkosa

Riwayat PPH habitualis

Plasenta akreta, inkreta dan perkreta ditolong dengan histerektomi.

Sisa plasenta dikeluarkan dengan kerokan.

Penderita diberikan uterotonika, analgetika, roboransia dan antibiotika

Pada pelepasan plasenta akreta, pelepasan plasenta lebih banyak mengalami

kesulitan. Pada plasenta akreta, plasenta hanya dapat dikeluarkan sepotong demi

sepotong dan bahaya perforasi dan perdarahan mengancam. Apabila ditemui kesulitan-

kesulitan seperti diatas, plasenta inkreta dapat dibuat dan plasenta manual dihentikan,

lalu dilakukan histerektomi.3

Pada plasenta yang sudah lepas, akan tetapi terhalang untuk dilahirkan karena

lingkaran kontriksi (inkarserasio plasenta) tangan kiri penolong dimasukkan ke dalam

vagina dan ke bagian bawah uterus dengan dibantu oleh anastesia umum untuk

melonggarkan kontriksi. Dengan tangan tersebut sebagai petunjuk dimasukkan cunam

ovum melalui lingkaran kontriksi untuk memegang plasenta dan perlahan–lahan

plasenta sedikit demi sedikit ditarik kebawah melalui tempat sempit tersebut.3

15

Page 16: Kasus Tutorial Retensio Plasenta

Retensio Plasenta

Perdarahan sedikit:Anemia dan syokPerlekatan plasenta

Penanganan Umum:Infuse tranfusi darahPertimbangan untuk referral RSU C

Perdarahan banyak 300 – 400 cc

Plasenta manual

Gambar 1. Penatalaksanan Retensio Plasenta8

6. Pencegahan

Pencegahan dilakukan dengan menajemen aktif kala III, yaitu:7

Memberikan oksitosin

Klem dan potong tali pusat

Traksi terkendali tali pusat

BAB IV

16

Perdarahan terus:1. Tampon basah2. Atonia uteri

Berhasil baik:Observasi:1. Keadaan umum2. Perdarahan3. Obat profilaktik

Vitamin Fe preparat Antibiotika Uterotonika

HisterektomiPertimbangan:1. Keadaan umum2. Umur penderita3. Paritas penderitaLigasi arteri hipogastrika

Plasenta Rest:1. Kuretase tumpul2. Utero-vaginal

tampon3. masase

Plasenta melekat:1. Akreta2. Inkreta3. Perkreta4. adhesiva

Page 17: Kasus Tutorial Retensio Plasenta

PEMBAHASAN

Pasien Ny. M, usia 38 tahun datang ke rumah sakit dengan keluhan utama ari-

ari belum lahir. Setelah dilakukan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan

penunjang ditegakkanlah diagnosis pasien ini yaitu P6A0 + Retensio Plasenta +

Anemia

Penegakkan Diagnosis

a. Anamnesis

Teori Kasus

Plasenta belum lahir setengah jam setelah janin

lahir

Plasenta belum lepas dari dinding uterus dapat

karena :

a.Kontraksi uterus kurang kuat

untuk melepaskan plasenta

(plasenta adhesive)

b.Plasenta melekat erat pada

dinding uterus oleh sebab vili

korialis menembus desidua

sampai miometrium – sampai

dibawah peritoneum (plasenta

akreta – perkreta)

Anak lahir spontan dan setelah

setengah jam plasenta tidak

lahir

Pasien merasa lemas

Penegakan diagnosis pada pasien dilakukan berdasarkan anamnesis,

pemeriksaan fisik, pemeriksaan obstetrik dan pemeriksaan penunjang. Berdasarkan

anamnesis diperoleh adanya amenorhea, perdarahan pervaginam, perut yang membesar

seperti pada kehamilan Hal ini sesuai dengan teori dimana dikatakan bahwa tanda dan

gejala mola hidatidosa adalah amenorhea, perdarahan pervaginam, adanya besarnya

uterus tidak sesuai usia kehamilan, dan tidak ditemukan tanda kehamilan pasti seperti

ballottement dan detak jantung anak.

17

Page 18: Kasus Tutorial Retensio Plasenta

Perdarahan pervaginam sering terjadi sebagai komplikasi dari mola hidatidosa

yang terlambat didiagnosis, dimana telah terjadi ekspulsi jaringan menyerupai buah

anggur secara spontan. Keluarnya gelembung mola merupakan diagnosis yang paling

tepat. Namun bila kita menunggu sampai gelembung mola keluar biasanya sudah

terlambat karena pengeluaran gelembung umumnya disertai perdarahan yang banyak

dan keadaan umum pasien menurun. Prevalensi perdarahan sebelumnya dilaporkan

muncul pada 97 % kasus, sekarang hanya didapatkan pada 84% kasus dengan derajat

bervariasi dari flek hingga perdarahan masif selama trimester pertama. Perdarahan

dapat terjadi selama beberapa minggu atau bulan secara intermiten. Akibat perdarahan,

maka anemia defisiensi besi dan anemia delusional akibat hipervolemia seringkali

terjadi pada beberapa kasus mola yang besar. Jaringan mola dapat terpisah dari desidua

dan mengganggu pembuluh darah maternal, yang akan mendistensi cavum

endometrium dikarenakan kumpulan darah. Anemia didapatkan pada setengah dari

kasus, namun sekarang hanya 8% kasus saja terdapat anemia.

b. Pemeriksaan Fisik

Teori Kasus

Pada pemeriksaan pervaginam, plasenta tidak

ditemukan di dalam kanalis servikalis tetapi

secara parsial atau lengkap menempel di dalam

uterus

Tinggi fundus uteri : 15 cm,

kontraksi: kurang baik

Periksa Dalam: tampak

perdarahan tidak aktif dan tali

pusat dengan panjang 7 cm,

pembukaan 2 cm, porsio tebal

lunak.

Konjungtiva anemis (+/+)

Berdasarkan pemeriksaan fisik yang telah dilakukan, didapatkan beberapa

tanda yang mendukung diagnosis mola hidatidosa itu sendiri yaitu ukuran uterus yang

membesar, dan pada pemeriksaan tekanan darah tinggi adanya preeklamsia. Selain itu

18

Page 19: Kasus Tutorial Retensio Plasenta

berdasarkan hasil pemeriksaan darah diperoleh bahwa kadar hemoglobin pasien adalah

9,0 mg/dl yang didukung oleh konjungtiva yang anemis akibat perdarahan pervaginam.

Hal tersebut sudah sesuai dengan teori.

Pemeriksaan Penunjang

Teori Kasus

- Darah Rutin

Hemoglobin : 8,0 gr %

Hematokrit : 23,4%

Trombosit : 260.000 / mm3

Bleeding Time: 3 menit

Clotting Time : 10 menit

Pemeriksaan penunjang yang dilakukan sebelum evakuasi mola ialah

pemeriksaan laboratorium darah lengkap dan USG. Pada kasus ini pemeriksaan

penunjang tersebut sudah dilakukan dan sesuai dengan standar. Pada pemeriksaan USG

menunjukkan adanya mola hidatidosa.

Pemeriksaan penunjang yang dilakukan setelah dilakukan kuretase ialah

pemeriksaan histologi dari jaringan hasil kuret, pemeriksaan β hCG secara kuantitatif

dan pemeriksaan foto thoraks. Pada pemeriksaan β hCG secara kuantitatif dimana

kadar yang lebih dari 100.000 mIU/ml biasanya diakibatkan oleh mola, sedangkan

kehamilan normal kadarnya < 60.000 mIU/ml. Selain itu pemeriksaan β hCG serum

dilakukan untuk memperkuat diagnosis dan mengetahui apakah mola berisiko tinggi

atau rendah, dimana ini sangat menentukan penatalaksanaan maupun prognosis pasien.

hasil histopatologi tampak di beberapa tempat, vili yang edema dengan sel trofoblas

yang tidak begitu berproliferasi, sedangkan di tempat lain masih tampak vili yang

normal. Namun perlu diingat bahwa hasil pemeriksaan PA tidak mampu

memperkirakan terjadinya koriokarsinoma yang timbul setelah mola hidatidosa.

Kemudian pada literature lainnya dikatakan bahwa keganasan pada pemeriksaan

19

Page 20: Kasus Tutorial Retensio Plasenta

specimen kuretase tidak menyingkirkan adanya mola invasive karena diagnosis

histologik mola invasive hanya bisa didapat setelah pemeriksaan specimen

histerektomi.

d. Komplikasi

Teori Kasus

- Perdarahan

- Preeklampsia

- Hipertiroidisme

- Tirotoksikosis. Dapat diduga bila :

a. Nadi istirahat ≥ 100

kali/menit tanpa adanya

sebab yang jelas seperti Hb

< 7 gr/dl atau demam

b. Besar uterus > 20 minggu

- Komplikasi lanjut ialah terjadinya

tumor trofoblas gestasional

pascamola maupun perdarahan

yang mengancam

- Pada pasien ini terdapat adanya

perdarahan pervaginam

- Didapatkan tekanan darah

pasien 150/90 mmHg sebelum

umur kehamilan 20 minggu

- Pemeriksaan hormon tiroid :

tidak dilakukan

- Pemeriksaan nadi istirahat : <

100 x/menit

Pada pasien ini telah terjadi komplikasi berupa preeklamsia dimana tekanan

darah pasien 150/90 mmHg sebelum usia kehamilan 20 mnggu. Preeklampsia pada

mola hidatidosa berbeda dengan kehamilan nonmola, preeklampsia pada mola

hidatidosa sudah terjadi pada trimester pertama kehamilan. Adapun pada pasien tidak

di lakukan pemeriksaan hormon tyroid sehingga adanya tirotoksikosis tidak diketahui.

Pada pasien datang dengan keluhan adanya perdarahan pervaginam, dimana

perdarahan pervaginam merupakan salah satu komplikasi dari molahidatidosa.

e. Penatalaksanaan

Teori Kasus

20

Page 21: Kasus Tutorial Retensio Plasenta

- Retensio plasenta tanpa perdarahan

masih dapat menunggu. Sementara

itu kandung kemih dikosongkan,

masase uterus dan suntikan

oksitosin (i.v. atau i.m. atau

melalui infus).

- Perasat Crede

- Perasat Brandt

- Manual Plasenta

Penatalaksanaan pada kasus ini ialah dengan memperbaiki keadaan umum dan

melakukan evakuasi mola dengan kuretase yang sudah dilakukan sebanyak 1 kali.

Perbaikan keadaan umum yang dilakukan ialah dengan memberikan IVFD RL dan

transfusi hingga Hb mencapai ≥ 10 mg/dl. Kuretase yang telah dilakukan adalah untuk

mengeluarkan jaringan mola. Kerokan perlu dilakukan secara hati-hati karena adanya

bahaya perforasi. Sebelum tindakan kuret sebaiknya disediakan darah untuk menjaga

apabila terjadi perdarahan yang banyak dan hal ini telah dilakukan pada kasus dimana

sebelum kuret telah disiapkan darah PRC sebanyak 2 kolf. Tujuh sampai sepuluh hari

sesudahnya dilakukan kerokan ulangan agar ada kepastian bahwa uterus sudah benar-

benar kosong dan untuk memeriksa tingkat proliferasi sisa-sisa trofoblas dan

mengetahui ada tidaknya infiltrasi jaringan mola ke miometrium. Pada pasien kuretase

ke-2 direncanakan dilakukan seminggu setelah kuretase pertama. Selain itu

penatalaksanaan terhadap komplikasi berupa preeklamsia adalah nifedipe 2x 10 mg.

Setelah evakuasi mola maka tetap harus dilakukan pemeriksaan lanjutan

dimana kadar hCG pasien harus tetap dimonitor perminggu atau per 2 minggu sampai

kadarnya normal 3 minggu berturut-turut, kemudian diikuti perbulan sampai kadarnya

normal atau tak terdeteksi (< 5 mIU/ml) sampai 6 bulan berturut-turut.

f. Prognosis

Teori Fakta

21

Page 22: Kasus Tutorial Retensio Plasenta

- Sebagian besar dari pasien mola

akan sehat kembali setelah

jaringannya dikeluarkan, tetapi

ada sekelompok wanita yang

kemudian menderita keganasan

yakni koriokarsinoma

- Apabila dalam pemeriksaan

lanjutan diperoleh bahwa kadar

hCG preevakuasi < 100.000

mIU/ml, besar uterus < 20

minggu dan tidak ditemukan

kista teka lutein dengan

diameter > 6 cm maka prognosis

pasien baik.

- Prognosis pada pasien ini masih

bersifat dubia. Karena

pemeriksaan β hCG kualitatif

maupun kuantitatif setelah

evakuasi mola hidatidosa belum

diketahui hasilnya.

Prognosis pada pasien ini adalah dubia karena hasil pemeriksaan β hCG

kualitatif maupun kuantitatif setelah evakuasi mola hidatidosa belum diketahui.

22

Page 23: Kasus Tutorial Retensio Plasenta

KESIMPULAN

1. Retensio plasenta adalah apabila plasenta belum lahir setengah jam setelah janin

lahir.2. Insiden perdarahan pasca persalinan akibat retensio plasenta dilaporkan berkisar

16-17%.

3. Etiologi retensio plasenta, yaitu: 1). Plasenta belum lepas dari dinding uterus

karena kontraksi uterus kurang kuat atau plasenta melekat erat erat pada dinding

uterus, 2). Plasenta sudah lepas akan tetapi belum dilahirkan.

4. Diagnosis retensio plasenta apabila plasenta tidak lepas secara spontan setelah

setengah jam setelah bayi lahir dan pada pemeriksaan pervaginam plasenta

menempel di dalam uterus.

5. Diagnosis banding retensio plasenta adalah plasenta akreta.

6. Penanganan retensio plasenta yang terbaik adalah dengan manual plasenta.

7. Pencegahan dilakukan dengan manajemen aktif kala III.

23

Page 24: Kasus Tutorial Retensio Plasenta

Daftar Pustaka

1. Khoman, J.S. perdarahan hamil tua dan perdarahan post partum. Cermin dunia

kedokteran, (online). (www.portal

kalbefarma/files/cdk/files/19_PerdarahanHamilTuaDanPerdarahanPostPartum.pdf/,

diakses tanggal 26 Februari 2012).

2. Cunningham, F.G, et al. Obstetri Williams Volume 2 Edisi 21. EGC: Jakarta. 2006.

3. Martohusodo,S, Abdullah, M.N. Gangguan Dalam Kala III Persalinan. Dalam:

Winkjosastro, H (Editor). Ilmu Kebidanan. Jakarta: YBP-SP; 2005. p652-663

4. Bagian Obstetri dan Ginekologi FK Unpad. Patologi Kala III dan IV. Dalam

Obstetri Patologi. Bandung: Elstar Offset. p234-237

5. Saifufuddin, A.B. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan

Neonatal. Jakarta: YBP-SP. 2002.

6. Taber, B. Kapita Selekta Kedaruratan Obstetri dan Ginekologi. Jakarta: EGC.

1994.

24

Page 25: Kasus Tutorial Retensio Plasenta

7. Bagian Obstetri dan Ginekologi FK Unmul-RSUD AW Sjahranie. Plasenta

Manual. Dalam Buku Pengantar Kepaniteraan Klinik Obstetri Ginekologi.

Samarinda: FK Unmul. 2007.

8. Manuaba, I.B.G. Penunutun Kepaniteraan Klinik Obstetri dan Ginekologi Edisi 2.

Jakarta: EGC. 2004.

25