Upload
dinhliem
View
225
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
D D
ina
s P
ert
an
ian
, Perk
ebu
na
n,
da
n K
eh
uta
na
n 2
01
2
49
KATA PENGANTAR
Puji serta Syukur Terpanjat Kehadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa, yang
telah memberi Berkah serta Ridho-Nya kepada kita semua sehingga penyusunan
Rencana Kerja 2013 dapat terselesaikan.
Sejalan dengan penerapan sistem otonomi daerah maka pembangunan
pertanian, perkebunan dan kehutanan mengalami pergeseran pendekatan yang
semula berorientasi pada produksi dan penyeragaman program dari pusat yang
sering bersifat top-down menuju paradigma baru yang menekankan pada
pembangunan faktor manusia yang bersifat bottom-up.
Pembangunan pertanian merupakan pilar dari pembangunan nasional
mengingat lebih dari 50% penduduk Indonesia bermatapencaharian sebagai
petani sedangkan lapangan usaha yang terserap di sektor Pertanian, Perkebunan
dan Kehutanan mencapai 20,66% dibawah penyerapan industri pengolahan yaitu
mencapai 27,08%. Kualitas petani menentukan hasil pembangunan pertanian
untuk meningkatkan kesejahteraan petani merupakan salah satu tujuan dari
pembangunan pertanian, perkebunan dan kehutanan. Selain itu, sektor pertanian
Kabupaten Bandung memberikan kontribusi ketiga terbesar PDRB, yakni sebesar
7,36% terhadap PDRB Kabupaten Bandung Tahun 2009. Untuk mempertahankan
dan meningkatkan produktivitas kinerja pembangunan pertanian perlu adanya
peningkatan kualitas sumberdaya manusia sector pertanian serta dukungan
sarana prasarana infrastruktur pertanian, berupa jaringan irigasi dan sarana
produksi.
Mengingat hal tersebut di atas, maka Dinas Pertanian, Perkebunan dan
Kehutanan Kabupaten Bandung pada Tahun 2013 mengajukan beberapa usulan
kegiatan yang ditujukan untuk pembangunan pedesaan di wilayah Kabupaten
Bandung berbasis pertanian dalam satuan “Rencana Kerja Tahun 2013”.
Penyusunan Rencana Kerja dalam proses pembangunan sektor pertanian
merupakan suatu keharusan agar tujuan pembangunan pertanian dapat dicapai
dengan sempurna Rencana Kerja Dinas Pertanian, Perkebunan dan Kehutanan
Kabupaten Bandung Tahun 2013 ini merupakan tindak lanjut dari Renstra
(Rencana Strategis) SKPD periode 2011-2015 sebagai penjabaran dari RPJMD
Kabupaten Bandung dan merupakan arah atau pedoman pelaksanaan
pembangunan di bidang pertanian, perkebunan, dan kehutanan pada tahun 2012.
Rencana Kerja (Renja) 2013 ditujukan untuk mengkonsolidasikan kerjasama dan
kemitraan dari semua aktor-aktor ekonomi yang terlibat secara langsung atau
tidak langsung dalam sektor agribisnis dan pembangunan lingkungan beserta
semua pemangku kepentingan di sektor ini. Lebih lanjut, rencana kerja 2013
diwarnai dengan peningkatan kualitas dan kuantitas produk agribisnis,
Ren
can
a K
erj
a 2
01
4
50
kelembagaan agribinis, dan struktur ekonomi pasar agribisnis, yang merupakan
identitas lokal serta peningkatan kualitas infrastruktur dasar pertanian.
Semoga Rencana Kerja Dinas Pertanian, Perkebunan dan Kehutanan ini
dapat bermanfaat bagi pihak-pihak yang berkepentingan sebagai bahan referensi,
pedoman, evaluasi, penilaian, dan informasi mengenai kegiatan pada sub sektor
pertanian di Kabupaten Bandung Tahun 2013.
Ren
can
a K
erj
a 2
01
4
51
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI iii
DAFTAR TABEL vi
BAB I. PENDAHULUAN
1
1.1. Latar Belakang
1
1.2. Landasan Hukum
15
BAB II. GAMBARAN UMUM PEMBANGUNAN PERTANIAN, PERKEBUNAN DAN KEHUTANAN
15
2.1 Gambaran Umum 28
19
2.2. Tugas Pokok dan Fungsi 32
21
2.3. Sumberdaya SKPD 24
BAB III. EVALUASI PELAKSANAAN RENJA 2011
25
3.1. Program dan Kegiatan Tahun 2011 56
25
3.2. Permasalahan dan Upaya Penanganan
27
3.3. Analisis Kinerja
28
3.3.1. 3.3.2. 57
Analisis Kinerja Ekonomi Sektor Pertanian Posisi Sektor Pertanian Kab. Bandung dalam Regional Jawa Barat 57
28
37
BAB IV. RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN,INDIKATOR KINERJA, KELOMPOK SASARAN DAN PENDANAAN INDIKATIF
51
4.1. Rencana Program dan Kegiatan
51
4.1.1. 61 Rencana Program dan Kegiatan Propinsi Jawa Barat dan Nasional
51
Ren
can
a K
erj
a 2
01
4
52
4.1.2. Rencana Program dan Kegiatan Dinas pertanian,
Perkebunan dan Kehutanan
52
4.2. Indikator Kinerja dan Kelompok Sasaran 57
4.2.1. Program Peningkatan Kesejahteraan Petani 58
4.2.2. 4.2.3. 4.2.4.
Program Peningkatan Ketahanan Pangan Program Peningkatan Pemasaran Hasil Produksi Pertanian/Perkebunan Program Peningkatan Penerapan Teknologi Pertanian / Perkebunan
58
63
64
4.2.5. 4.2.6. 4.2.7. 4.2.8.
Program Peningkatan Produksi Pertanian / Perkebunan Program Peningkatan Potensi Sumber Daya Hutan Program Rehabilitasi Hutan dan Lahan Program Perlindungan dan Konservasi Hutan
65
68
69
70
4.2. Pembiayaan Kegiatan
71
BAB V. PENUTUP
72
Ren
can
a K
erj
a 2
01
4
53
DAFTAR TABEL
No. Uraian Halaman
2.1 Bentuk Penggunaan Lahan Pertanian Tahun 2010
19
3.1 Program dan Kegitan Dinas Pertanian, Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Bandung Tahun 2011
27
3.2 Pertumbuhan Nilai PDRB Sektoral Kabupaten Bandung (Trilyun Rupiah)
29
3.3 Pertumbuhan PDRB Subsektor dalam Pertanian (Trilyun Rupiah)
30
3.4
3.5
3.6
3.7
Realisasi Produksi Padi Palawija Kab. Bandung Tahun 2010 Pertumbuhan Produksi Sub Sektor Tanaman Pangan dan Hortikultura (Ton) Realisasi Luas Tanam, Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Komoditas Sayuran Unggulan Kab. Bandung Tahun 2010 Pertumbuhan Produksi Subsektor Tanaman Hortikultura (Ton)
32
33
34
35
3.8 Pertumbuhan Produksi Perkebunan Kabupaten Bandung
36
3.9 Peranan Sektor dalam Ekonomi Regional (Persen)
39
3.10 Perbandingan Kinerja Tenaga Kerja Antar Sektor
40
3.11 Perbandinmgan Indeks Produksi Komoditas dalam Subsektor Tanaman Pangan dan Hortikultura
40
3.12 Kinerja Produksi Perkebunan di Kabupaten Bandung
44
Ren
can
a K
erj
a 2
01
4
54
3.13 Luas Areal, Laju Perubahan dan Produksi Tebangan Hutan
48
4.1 Program dan Kegiatan yang akan dilaksanakan tahun 2012
55
4.2 Sasaran dan Indikator Kinerja Program Peningkatan Kesejahteraan Petani
57
4.3 Sasaran dan Indikator Kinerja Program Peningkatan Ketahanan Pangan
60
4.4 Sasaran dan Indikator Kinerja Program Peningkatan Pemasaran Hasil Produksi Pertanian/Perkebunan
63
4.5 Sasaran dan Indikator Kinerja Program Peningkatan Penerapan Teknoligi Pertanian/Perkebunan
64
4.6 Sasaran dan Indikator Kinerja Program Peningkatan Produksi Pertanian/Perkebunan
67
4.7 Sasaran dan Indikator Kinerja Program Pemanfaatan Potensi Sumber Daya Hutan
69
4.8 Sasaran dan Indikator Kinerja Program Rehabilitasi Hutan dan Lahan
70
4.9 Sasaran dan Indikator Kinerja Program Perlindunangan dan Konservasi Hutan
71
4.10 Rencana Kebutuhan indikatif program dan kegiatan Dinas Pertanian, Perkebunan dan Kehutanan Tahun Anggaran 2012
72
Ren
can
a K
erj
a 2
01
4
55
DAFTAR GAMBAR
No. Uraian Halaman
1.1 3.1
Hubungan Antar Komponen Permasalahan Kuadran Pertumbuhan Ekonomi dan Nilai PDRB
4
42
3.2 Nilai LQ pada Komoditas Pangan dan Hortikultura
43
3.3 Kuadran pertumbuhan Ekonomni dan Nilai PDRB Tahun Dasar Komoditas Perkebunan
46
3.4 Nilai LQ pada Komoditas Perkebunan
47
3.5 Nilai LQ pada Komoditas Kehutanan
49
4.1 Kerangka Migrasi Strategi Pembangunan Sub Sektor Tanaman Pangan dan Perkebunan Kab. Bandung
54
4.2 Kerangka Migrasi Strategi Pembangunan Sub-Sektor Kehutanan Kabupaten Bandung
55
Ren
can
a K
erj
a 2
01
4
56
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Rencana kerja 2014 Dinas pertanian, Perkebunan, dan Kehutanan Kabupaten Bandung merupakan periode ketiga dari Rencana Strategis Pembangunan Pertanian, Perkebunan, dan Kehutanan tahun 2011-2015. Seiring dengan RPJMD Kabupaten Bandung 2011-2015 dan Rencana strategis tersebut, tahapan keempat ditujukan untuk mematapkan kerjasama dan kemitraan dari semua aktor-aktor ekonomi yang terlibat secara langsung atau tidak langsung dalam sektor agribisnis dan pembangunan lingkungan beserta semua pemangku kepentingan di sektor ini. Lebih lanjut, rencana kerja 2014 diwarnai dengan peningkatan kualitas dan kuantitas produk agribisnis, kelembagaan agribinis, dan struktur ekonomi pasar agribisnis, yang merupakan identitas lokal.
Penerapan perjanjian Free Trade dalam pembangunan ekonomi wilayah serta peluncuran target MDGs 2015 dalam upaya pengentasan kemiskinan, besar ataupun kecil, akan memberikan dampak terhadap arah kebijakan pembangunan di segala strata dan sektor sampai ke tingkat yang paling bawah, termasuk di dalamnya pembangunan pertanian di daerah. Disamping itu, perubahan struktur dan tuntutan kemasyarakatan akan produk yang berkualitas dan berwawasan lingkungan juga telah berimbas terhadap akuntabilitas arah pembangunan pertanian dan kehutanan. Pemerintah sebagai fasilitator, mediator, dan promoter dalam pembangunan pertanian berkewajiban dalam menentukan arah kebijakan pembangunan yang dimaksud. Berdasarkan hal tersebut, pengembangan agribisnis dituntut mampu beresolusi pada sistem dan manajemen produksi dalam rantai pasokan produk pertanian, sehingga menghasilkan produk-produk pertanian yang memiliki karakteristik:
1. Memanfaatkan potensi sumberdaya lokal, yang mencirikan produk
pertanian unggulan daerah;
2. Mampu berdaya saing secara global; dan
3. Green Products
Selain itu, sektor pertanian merupakan sektor strategis yang harus
didukung keberlagsungannya sebagai faktor pendorong percepatan
pembangunan wilayah pedesaan dan juga merupakan sektor yang
memperkuat ketahanan pangan, sebagai bahan baku pengolahan untuk
agroindustri pedesaan, membuka kesempatan kerja dan perbaikan
pendapatan petani. Jika dilihat dari fungsi, sektor pertanian mempunyai
peranan penting dalam pembangunan wilayah di Kabupaten Bandung, yang
Ren
can
a K
erj
a 2
01
4
57
dibuktikan dengan kontribusinya terhadap perekonomian daerah sebesar
7,36-7,13% atau 3,013 Triliun pada tahun 2009 (BPS, 2009).
Menurut World Bank (2008), lima karakteristik yang harus dipenuhi
untuk pembangunan pertanian berkelanjutan dalam pembangunan wilayah
adalah (1) Established Preconditions; (2) Comprehensive; (3) Differentiated
dan kemitraan yang solid; (4) berkelanjutan, sinergitas antara ekonomi,
sosial, dan lingkungan; dan (5) Feasible dalam manajemen data,
penganggaran, program, kebijakan, dan dampak. Karakteristik tersebut
harus menjadi agenda khusus dari hirarki kepemerintahan. Dinas Pertanian,
Perkebunan, dan Kehutanan yang merupakan lembaga teknis di Kabupaten
Bandung telah menyusun strategi yang mampu mengkolaborasikan
partisipasi masyarakat tani lokal, hirarki pemerintahan, stakeholder
pendukung lainnya (seperti lembaga penelitian/ universitas sebagai
mediator dan fasilitator transfer teknologi, lembaga financial, dan lembaga
lainnya). Meningkatnya geliat usaha agribisnis dan berkembangnya
diferensiasi usaha berbasis agribisnis yang tersinergi dengan pembangunan
lingkungan menjadi salah satu arah kebijakan pembangunan yang secara
makro ekonomi dapat dilihat dari adanya peningkatan PDRB sektor
pertanian di Kabupaten Bandung.
Ren
can
a K
erj
a 2
01
4
58
Gambar 1 Kontribusi Sektor Pertanian dalam Pembangunan Wilayah
Menurut Abdul Ajid, D (2001), pembangunan pertanian merupakan
suatu rangkaian panjang dari perubahan atau peningkatan kapasitas, kualitas, profesionalitas, dan produktivitas faktor-faktor produksi pendukungnya, disertai dengan penataan dan pengembangan lingkungan fisik dan sosialnya sebagai manifestasi dari akumulasi dan aplikasi kemajuan ilmu dan teknologi, akumulasi modal serta organisasi dan manajemen. Dalam konteks pembangunan di Indonesia, pembangunan pertanian pada dasarnya bertujuan untuk mewujudkan beberapa pencapaian utama yaitu (1) terwujudnya sistem pertanian berdayasaing; (2) tercapainya ketahanan pangan yang mandiri; dan (3) terciptanya kesempatan kerja penuh bagi masyarakat pertanian. Pencapaian ketiga tujuan tersebut diharapkan dapat menghapus masyarakat pertanian dari lingkaran kemiskinan yang selama ini menjadi simpul kritis pembangunan nasional dan mengembangkan ekonomi kerakyatan yang berdaya saing global berbasis sumberdaya lokal.
Di samping itu, dalam pembangunan pertanian proses industrialisasi serta berkembangnya sektor jasa telah mendorong perubahan sasaran
Ren
can
a K
erj
a 2
01
4
59
pembangunan pertanian dari sekedar dalam bentuk pertanian primer menjadi suatu sektor ekonomi modern dalam bentuk agribisnis. Sistem agribisnis merupakan totalitas atau kesatuan kinerja agribisnis yang terdiri dari subsistem agribisnis hulu yang berupa kegiatan ekonomi input produksi, informasi dan teknologi, subsistem usahatani, yaitu kegiatan produksi pertanian primer tanaman dan hewan, subsistem agribisnis pengolahan, subsistem pemasaran, dan subsistem penunjang, yaitu dukungan sarana dan prasarana serta lingkungan yang kondusif bagi pengembangan agribisnis (Hafsah, 1999).
Pembangunan pertanian dalan konteks agribisnis, sesuai dengan arah pembangunan nasional jangka panjang 2005–2025 yang diorientasikan pada peningkatan kualitas hidup masyarakat pertanian melalui perwujudan sistem pertanian industrial yang berdaya saing. Sistem pertanian industrial dicirikan oleh usaha pertanian bernilai tambah tinggi dan terintegrasi dalam satu relasi kemitraan sinergis dan adil dengan bertumpu pada sumberdaya nasional, kearifan lokal serta ilmu pengetahuan dan teknologi berwawasan lingkungan. Sistem pertanian industrial adalah sosok pertanian ideal yang merupakan keharusan agar usaha pertanian dapat bertahan hidup dan tumbuh berkembang secara berkelanjutan dalam tatanan lingkungan persaingan global yang makin ketat (Departemen Pertanian, 2005).
Sistem pertanian industrial harus memiliki karakteristik usaha tani yang bernilai tinggi melalui intensifikasi, diversifikasi, atau multi usaha intensif. Kabupaten Bandung sebagai salah satu sentra produksi pertanian Jawa Barat, regionalisasi pengembangan komoditas unggulan diarahkan untuk meningkatkan efisiensi pemanfaatan sumberdaya pertanian dan mendorong investasi baru berdasarkan keunggulan komparatif wilayah. Oleh karena itu, efisiensi pemanfaatan sumberdaya alam dan perubahan struktur ekonomi tersebut ditujukan untuk mengembangkan komoditas unggulan bernilai tinggi (high value commodities).
Pembangunan pertanian yang dijadikan fokus kembali strategi pembangunan nasional sejak digulirkannya program revitalisasi pertanian tahun 2005, telah mendorong berbagai pihak menitikberatkan dan mengubah arah pembangunan pertanian menjadi pengembangan pertanian yang berbasis kompetitif dan komparatif. Menurut Dudung, A (2001), pembangunan pertanian merupakan suatu rangkaian panjang dari perubahan atau peningkatan kapasitas, kualitas, profesionalitas, dan produktivitas faktor-faktor produksi pendukungnya, disertai dengan penataan dan pengembangan lingkungan fisik dan sosialnya sebagai manifestasi dari akumulasi dan aplikasi kemajuan ilmu dan teknologi, akumulasi modal serta organisasi dan manajemen. Berlangsungnya proses industrialisasi serta berkembangnya sektor jasa mendorong perubahan
Ren
can
a K
erj
a 2
01
4
60
sasaran pembangunan pertanian dari sekedar dalam bentuk pertanian primer menjadi suatu sektor ekonomi modern dalam bentuk agribisnis.
Sistem agribisnis merupakan totalitas atau kesatuan kinerja agribisnis yang terdiri dari subsistem agribisnis hulu yang berupa kegiatan ekonomi input produksi, informasi dan teknologi, subsistem usahatani, yaitu kegiatan produksi pertanian primer tanaman dan hewan, subsistem agribisnis pengolahan, subsistem pemasaran, dan subsistem penunjang, yaitu dukungan sarana dan prasarana serta lingkungan yang kondusif bagi pengembangan agribisnis (Hafsah, 1999).
Sektor pertanian yang telah terabaikan sejak dicapainya masa keemasannya pada periode 1980-an ternyata tampaknya telah menjelma menjadi satu-satunya solusi yang paling rasional di dalam mengatasi permasalahan di dalam pembangunan nasional yang selama ini sangat bergantung pada sektor industri. Stagnasi yang dialami oleh sektor industri pada dua dekade terakhir ini, terutama pada tingkat penyerapan tenaga kerja yang cenderung semakin rendah, merupakan indikator kurang berhasilnya strategi pembangunan yang dianut selama ini. Selain itu, tingkat impor barang ekonomi, terutama pangan, juga merupakan sinyal yang menunjukkan ketimpangan kinerja dalam memacu pertumbuhan ekonomi Indonesia. Kombinasi dari kedua kondisi ini adalah pangsa tingkat kemiskinan yang cenderung semakin besar antar waktu.
Mungkin telah tiba waktunya untuk kembali menyandarkan pertumbuhan ekonomi nasional kepada sektor pertanian. Telah banyak kajian yang dilakukan untuk mengidentifikasi peran sektor pertanian dalam memacu pertumbuhan ekonomi. Ravallion and Datt (1996) dan Datt and Ravallion (1998) yang melakukan penelitian di negara-negara berkembang (least developing countries) menghasilkan beberapa temuan penting; (1) ternyata kinerja sektor primer (pertanian) secara signifikan memiki dampak terhadap laju kemiskinan, sementara sebaliknya untuk sektor sekunder (industri); (2) pertumbuhan ekonomi pedesaan ternyata dapat mereduksi tingkat kemiskinan di pedesaan dan juga di perkotaan, sementara pertumbuhan di perkotaan hanya akan mereduksi kemiskinan di perkotaan saja.
Selanjutnya Timmer (1997) yang meneliti hubungan antara pertumbuhan ekonomi dan kemiskinan di 35 negara berkembang menemukan bahwa meskipun produktivitas tenaga kerja di dalam sektor pertanian termasuk rendah namun secara konsisten dapat menjadi kontributor utama di dalam upaya pengentasan kemiskinan untuk keseluruhan sektor di dalam perekonomian. Delgado et.al. (1998) yang melakukan penelitian di beberapa negara miskin di Asia dan Afrika menunjukkan bahwa jika pendapatan nasional dapat didistribusikan secara
Ren
can
a K
erj
a 2
01
4
61
merata pada rumahtangga perdesaan dan pertanian maka akselerasi pertumbuhan ekonomi dapat dilakukan.
Pada tingkat mikro, dikotomi paradigma pembangunan antara sektor pertanian dan industri tentunya sangat mewarnai dinamika perekonomian di Kabupaten Bandung. Sebagai kabupaten dengan PDRB sektor industri yang relatif sangat tinggi, tidaklah berlebihan jika Kabupaten Bandung merupakan salah satu wilayah yang menjadi tulang punggung perekonomian regional Jawa Barat. Dan tidaklah juga berlebihan bahwa fokus pengembangan wilayah lebih dititikberatkan pada sektor ini. Namun begitu, gejala-gejala stagnasi sektor industri telah mulai terlihat; dimana tingkat penyerapan tenaga kerja di sektor industri memiliki kecenderungan semakin rendah seiring dengan semakin tingginya difusi teknologi manufaktur. Selanjutnya, keterkaitan yang semakin erat dengan pasar global menyebabkan sektor industri semakin memerlukan sumberdaya yang tidak bersifat lokal (tenaga kerja terdidik dan input produksi yang spesifik); dalam hal ini transfer sumberdaya dilakukan lintas regional yang berimplikasi pada terlewatinya peluang untuk menciptakan multiplier effect di tingkat regional.
Pengabaian atas kondisi-kondisi faktual tersebut diperkirakan akan memicu kembali berputarnya vicious circle, baik di tingkat mikro kabupaten maupun regional Jawa Barat dan nasional. Ketika sektor industri diperkirakan akan mengalami turbulensi sebagai hasil dari proses liberalisasi maka diperlukan paradigma baru dalam pembangunan ekonomi di Kabupaten Bandung yang dapat menjamin keberlangsungan pertumbuhan ekonomi wilayah dan sektoral. Seperti temuan yang telah banyak dihasilkan oleh kajian-kajian sebelumnya, sektor pertanian merupakan opsi yang paling rasional untuk digunakan sebagai motor pembangunan; tentunya dengan beragam kendala yang melingkupinya.
Dinas Pertanian Kabupaten Bandung merupakan Satuan Kerja
Pemerintah Daerah (SKPD) yang berperan dan berwenang dalam
pengembangan sektor pertanian di Kabupaten Bandung. Seperti yang
telah dikemukakan sebelumnya, wewenang dan peran yang dimiliki oleh
Dinas tersebut tentunya akan mengalami perubahan yang cukup
signifikan mengingat bahwa pada waktu sekarang dan ke depan, tugas
pokok yang diemban akan semakin berat; dimana selain harus
menjamin keberlangsungan pertumbuhan sektor, serta juga sebagai
sektor yang diharapkan menjadi motor alternatif pertumbuhan ekonomi
wilayah.
Oleh karena itu, dibutuhkan suatu perencanaan strategis dalam
pembangunan dan pengembangan sektor pertanian dalam konteks
Ren
can
a K
erj
a 2
01
4
62
pembangunan wilayah di Kabupaten Bandung. Meskipun selama ini
perencanaan pembangunan selalu menghadapi dilema antara
penempatan prioritas pada pembangunan sektoral atau pembangunan
wilayah, namun pada paradigma baru ini perencanaan pembangunan
harus bersifat holistik. Jika sebelumnya pendekatan regional lebih
menitikberatkan pada daerah “mana” yang perlu mendapat prioritas
untuk dikembangkan, baru kemudian ditentukan sektor yang sesuai
untuk dikembangkan di masing-masing daerah dan pendekatan sektoral
selalu dimulai dengan pertanyaan yang menyangkut sektor “apa” yang
perlu dikembangkan untuk mencapai tujuan pembangunan secara
keseluruhan, maka sekarang kedua pendekatan tersebut harus
bersinergi. Keunggulan wilayah dan suatu sektor sangat ditentukan oleh
derajat kesinergian kedua pendekatan tersebut. Peran berbagai sektor
di berbagai dareah inilah yang selanjutnya dibutuhkan untuk
memperoleh pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan.
1.2. Dasar Hukum Pelaksanaan Program dan Kegiatan
Program dan kegiatan Tahun 2014 pada Dinas Pertanian, Perkebunan, dan Kehutanan Kabupaten Bandung mempertimbangkan landasan hukum, sebagai berikut:
a. Landasan Idiil Pancasila
b. Landasan Konstitusional Undang-Undang Dasar (UUD) 1945
c. Landasan Operasional :
1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286).
2. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan
Negara.
3. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 Tentang Pemeriksaan
Pengelolaan dan Tanggung jawab Keuangan Negara (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 66, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4400).
4. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan
Pembangunan Nasional;
Ren
can
a K
erj
a 2
01
4
63
5. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor
125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437).
6. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan
Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438).
7. Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2001 tentang Pembinaan dan
Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah
8. Peraturan Pemerintah Nomor 56 Tahun 2001 tentang Pelaporan
Penylenggaraan Pemerintahan Daerah, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4124
9. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2004
tentang Rencana Kerja Pemerintah;
10. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2004
tentang Penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran Kementrian
Negara/Lembaga;
11. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan
Keuangan Daerah.
12. Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 2005 Rencana Pembangunan
Jangka Menengah Nasional Tahun 2004 – 2009.
13. Peraturan Presiden RI Nomor 5 Tahun 2010 tentang Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2010-2014.
14. Kepmendagri Nomor 050-188/Kep/Bangda/2007 tentang Pedoman
Penilaian Dokumen Perencanaan Pembangunan Daerah (Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Daerah/RPJMD).
15. Peraturan Bersama Menteri Dalam Negeri, Menteri Perencanaan
Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas dan Menteri Keuangan
Nomor 28 Tahun 2010; Nomor 0199/M PPN/04/2010; Nomor PMK
95/PMK 07/2010, tentang Penyelarasan Rencana Pembangunan
Jangka Menengah Daerah (RPJMD) dengan Rencana Pembangunan
Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2010-2014.
Ren
can
a K
erj
a 2
01
4
64
16. Peraturan Daerah Kabupaten Bandung Nomor 6 Tahun 2004 tentang
Transparansi dan Partisipasi dalam Penyelenggaraan Pemerintah di
Kabupaten Bandung.
17. Peraturan Daerah Kabupaten Bandung No. 8 Tahun 2005 tentang
Tata Cara Penyusunan Perencanaan Pembangunaan Daerah.
18. Peraturan Daerah Kabupaten Bandung Nomor 2 Tahun 2006 tentang
Alokasi Dana Perimbangan Desa di Kabupaten Bandung
sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Daerah Kabupaten
Bandung Nomor 24 Tahun 2009 tentang Perubahan Atas Peraturan
Daerah Kabupaten Bandung Nomor 2 Tahun 2006 tentang Alokasi
Dana Perimbangan Desa di Kabupaten Bandung.
19. Peraturan Daerah Kabupaten Bandung Nomor 3 Tahun 2006 tentang
Pedoman Kerjasama Pemerintah Daerah Kabupaten Bandung.
20. Peraturan Daerah Kabupaten Bandung Nomor 2 Tahun 2007 tentang
Pokok-Pokok Pengelolaan Keuangan Daerah.
21. Peraturan Daerah Kabupaten Bandung Nomor 17 Tahun 2007
tentang Urusan Pemerintahan Kabupaten Bandung.
22. Peraturan Daerah Kabupaten Bandung No. 11 tahun 2011 tentang
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)
Kabupaten Bandung Tahun 2011-2015.
23. Surat Keputusan Kepala Dinas Pertanian, Perkebunan, dan
Kehutanan No. 521.1/1600/prog/2011 tanggal 15 Desember 2011
tentang Rencana Strategis Dinas Pertanian, Perkebunan, dan
Kehutanan Kabupaten Bandung Tahun 2011-2015.
24. Rancangan RPKD Pemerintah Kabupaten Bandung Tahun 2014.
Ren
can
a K
erj
a 2
01
4
65
1.3. Tujuan, Sasaran dan Keluaran
Penyusunan Rencana Kerja tahun 2014 bertujuan untuk menentukan pedoman dasar bagi perencanaan dan pelaksanaan pembangunan di bidang pertanian Tahun 2013 yang didasarkan pada Rencana Strategis Dinas 2011-2015 dan hasil evaluasi kegiatan tahun 2005-2010. Selanjutnya, Rencana Kerja juga bisa dijadikan sebagai bahan evaluasi untuk program pembangunan pertanian setiap tahunnya yang sangat diperlukan untuk perbaikan program tahun berikutnya.
Sasaran penyusunan Rencana Kerja ini adalah pengambil kebijakan di bidang pertanian khususnya pihak eksekutif dan legislatif, personil Dinas Pertanian, Perkebunan, dan Kehutanan Kabupaten Bandung, para petani, dan stakeholders yang terkait dengan bidang pertanian.
Keluaran yang diharapkan dari penyusunan Rencana Kerja ini adalah tersusunnya Rencana pelaksanaan pembangunan pertanian, perkebunan, dan kehutanan pada Dinas Pertanian Kabupaten Bandung Tahun 2014 sebagai arah atau pedoman pelaksanaan pembangunan di bidang pertanian. Rencana Kerja disusun berdasarkan atas skala prioritas pengembangan komoditas dan kewilayahan yang disusun dalam program pembangunan pertanian dengan target dan sasaran yang terukur dan hasil
evaluasi pelaksanaan pembangunan 2005-2010.
1.4. Sistematika Penulisan
Penyusunan Rencana Kerja Tahun 2014 Dinas Pertanian, Perkebunan, dan Kehutanan Kabupaten Bandung disusun berdasarkan sistematika penulisan sebagai
berikut; Bab I : PENDAHULUAN mencakup justifikasi mengenai pentingnya
penyusunan rencana kerja. Selanjutnya dipaparkan pula kerangka pemikiran yang melandasi penyusunan ini dan landasan penyusunan renja. Kerangka pemikiran dan metode kajian juga terdapat di bab ini.
Bab II : EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM DAN KEGIATAN mencakup paparan mengenai kondisi internal, eksternal dan pemetaan wilayah basis produksi komoditas pertanian dan evaluasi program/kegiatan di tahun-tahun sebelumnya. Lebih lanjut, Bab ini menmuat review terhadap hasil evaluasi pelaksanaan program dan kegiatan dan perkiraan capaian
Establishment among
members to develop
agribusiness
agglomeration through
using local resources
Ren
can
a K
erj
a 2
01
4
66
tahun berjalan.
Bab III : TUJUAN, SASARAN, PROGRAM, DAN KEGIATAN memaparkan telaahan terhadap kebijakan nasional dan propinsi sebagaimana dimaksud yang menyangkut arah kebijakan dan prioritas pembangunan nasional dan daerah propinsi yang terkait dengan tugas pokok dan fungsi. Lebih lanjut, bab ini juga memuat tujuan dan sasaran program dan kegiatan Tahun 2014.
Bab VI : PENUTUP
Ren
can
a K
erj
a 2
01
4
67
BAB II EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM DAN KEGIATAN
2.1. Evaluasi Pelaksanaan Program dan Kegiatan Tahun 2012
Kebijakan Dinas Pertanian, Perkebunan dan Kehutanan Tahun 2012 diarahkan untuk memenuhi tujuan dan sasaran pembangunan pertanian Kabupaten Bandung. Tujuan yang ingin dicapai dari program kerja Dinas Pertanian, perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Bandung Tahun 2012 adalah:
a. Meningkatkan kesejahteraan petani
b. Meningkatkan keunggulan
c. Meningkatkan posisi tawar petani
d. Meningkatkan kesempatan kerja
e. Meningkatkan ketahanan pangan
f. Meningkatkan layanan kepada petani
g. Kelestarian sumberdaya
h. Memberikan kontribusi nyata terhadap pertumbuhan ekonomi daerah
Selama periode lima tahun ke depan (2010-2015), sasaran pembangunan pertanian, perkebunan, dan kehutanan diarahkan untuk membangun stabilitas pondasi pembangunan secara fisik maupun non fisik. Tahun 2012, sebagai tahun kedua dalam periode tersebut ditujukan untuk mengidentifikasi potensi, peluang pengembangan, maupun masalah dan tantangan, dan secara simultan menata ulang dan atau memperkuat infrastruktur pertanian, perkebunan, dan kehutanan. Adapun sasaran yang ingin dicapai dalam program kerja Tahun 2012 adalah:
a. Pengembangan manajemen data dan informasi pertanian,
perkebunan, dan kehutanan, melalui:
1) Tersusunnya profil pembangunan pertanian, perkebunan, dan
kehutanan;
2) Tersusunnya data pokok kondisi pertanian, perkebunan dan
kehutanan berupa kondisi perkembangan komoditas tanaman
pangan, hortikultura, dan perkebunan, perkembangan lahan
pertanian, dan kondisi sumberdaya manusia pertanian secara
berkala bulanan, triwulanan, semesteran, dan tahunan;
3) Tersusunnya sasaran luas tanam, luas panen, produksi, dan
produktivitas komoditas tanaman pangan, hortikultura, dan
perkebunan;
4) Terbangunnya manajemen database berbasis komputerisasi;
Ren
can
a K
erj
a 2
01
4
68
5) Terbangunnya local areal network (LAN) pengelolaan database
pertanian;
6) Terbangunnya website Dinas Pertanian, Perkebunan, dan
Kehutanan;
7) Tersusunnya dokumen perencanaan pembangunan pertanian,
perkebunan, dan kehutanan tahunan.
b. Meningkatnya wawasan, pengetahuan dan ketrampilan petani dan
pelaku agribisnis pertanian
c. Mendorong terbentuknya pola kemitraan usaha tani di daerah sentra
komoditas pangan, hortikultura, perkebunan dan kehutanan, melalui
kegiatan forum kemitraan, temu usaha pelaku, dan
d. Meningkatnya hasil produksi, keragaman produksi dan konsumsi
pertanian
Pada Tahun 2012, Dinas Pertanian Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Bandung ditargetkan untuk menghasilkan pendapatan sebesar Rp. 177.320.000,- (Seratus Tujuh Puluh Tujuh Juta Tiga Ratus Dua Puluh Ribu Rupiah) dari hasil pengelolaan balai-balai benih. Sampai dengan bulan Desember 2012, realisasi pendapatan dari 3 balai benih/kebun bibit tersebut mencapai Rp. 177.985.000,- (Seratus Tujuh Puluh Tujuh Juta Sembilan Ratus Delapan Puluh Lima Ribu Rupiah) atau 100,38% dari target pendapatan yang ditetapkan atau peningkatan 0,38% serta bila dibandingkan dengan Tahun 2011 terdapat kenaikan Rp15.085.000,- (Lima Belas Juta Delapan Puluh Lima Ribu Rupiah) atau 9,26%.
Adapun perincian anggaran pendapatan Dinas Pertanian, Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten bandung dan realisasinya tahun 2012 dapat dilihat pada Tabel 3.1. Tabel 3.1. Target dan Realisasi Anggaran Pendapatan Dinas Pertanian,
Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Bandung Tahun 2012
No SUMBER PENDAPATAN Target (Rp) Realisasi
(Rp) (%)
1 Balai Benih Padi Jelekong 115.785.000
115.785.000 100,00
2 Balai Benih Padi Solokanjeruk
40.110.000 40.775.000 101,66
3 Balai Benih Buah Batu 21.425.000 21.425.000 100,00
J u m l a h 177.320.000
177.985.000
100,38
Ren
can
a K
erj
a 2
01
4
69
3.1.1. Anggaran Belanja
Dinas Pertanian Perkebunan dan Kehutanan Tahun 2012 mendapatkan alokasi anggaran Belanja sebesar Rp19.896.529.063,- (Sembilan Belas Miliar Delapan Ratus Sembilan Puluh Enam Juta Lima Ratus Dua Puluh Sembilan Ribu Enam Puluh Tiga Rupiah), yang terdiri dari belanja tidak langsung Rp4.621.660.309,- dan belanja langsung Rp15.274.868.754,-.
1. Belanja Tidak Langsung (BTL)
Belanja tidak langsung merupakan alokasi belanja untuk membiayai gaji pegawai beserta tunjangannya. Pada tahun 2012, Dinas Pertanian mendapatkan alokasi BTL sebesar Rp4.621.660.309,- atau 23,22% dari total anggaran belanja. Dari target tersebut, terealisasi sebesar Rp4.464.268.774,- (Empat Miliar Empat Ratus Enam Puluh Empat Juta Dua Ratus Enam Puluh Delapan Ribu Tujuh Ratus Tujuh Puluh Empat Rupiah) atau 96,59 persen. Tabel 3.2 Target dan realisasi Belanja Tidak Langsung
No Belanja Target (Rp) Realisasi
(Rp) (%)
1 Gaji dan Tunjangan 3.685.894.000
3.541.603.977
96,09
2 Tambahan Penghasilan PNS
935.766.309 922.664.797 98,60
J u m l a h 4.621.660.309
4.464.268.774
96,59
2. Belanja Langsung
Belanja langsung dialokasikan untuk membiayai belanja langsung peningkatan kinerja aparatur dinas dan belanja langsung masyarakat. Pada tahun 2012, target anggaran Belanja Langsung sebesar Rp15.274.868.754,- dan terealisasi sebesar Rp14.518.356.830,- atau 95,05% dari target yang telah ditetapkan, yang terdiri dari belanja langsung SKPD Rp886.312.161,- atau 95,27% dan belanja langsung urusan pilihan Rp13.632.044.669,- atau 95,03%. Berikut Rincian target dan realisasi pada belanja SKPD Dinas Pertanian Perkebunan dan Kehutanan Tahun Anggaran 2012.
Ren
can
a K
erj
a 2
01
4
70
Tabel 3.2. Target dan Realisasi Anggaran Belanja Langsung Tahun 2012
No. URAIAN TARGET
TA.2012 (Rp) REALISASI
TA.2012 (Rp) %
SISA ANGGARAN
I. BELANJA SKPD 903.332.000 886.312.161 95,27 44.019.000
1. Pelayanan Administrasi Perkantoran
431.053.000 411.693.811 95,51 19.359.189
2. Peningkatan Sarana dan
Prasarana Aparatur
432.355.000 407.974.800 94,36 24.380.200
3. Peningkatan Disiplin Aparatur
24.265.000 23.984.550 98,84 280.450
4. Peningkatan Pengembangan Sistem Pelaporan Kinerja Dan Keuangan
42.659.000 42.659.000 100,00 -
Belanja Langsung Pilihan
Anggaran belanja langsung pilihan Dinas Pertanian, Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Bandung Tahun Anggaran 2012 adalah sebesar Rp14.344.536.754,- yang dialokasikan untuk membiayai sebanyak 6 program dan 20 kegiatan. Anggaran tersebut bersumber dari APBD Kabupaten Bandung Tahun 2012 sebesar Rp12.474.591.849,-; Dana Alokasi Khusus (DAK) bidang Kehutanan sebesar Rp1.310.920.000,-, dan Dana Bagi Hasil Cukai Tembakau APBN 2012 sebesar Rp559.024.905,-. Total realisasi anggaran Belanja Langsung Pilihan sebesar Rp13.632.044.669,- dan terdapat sisa anggaran sebesar Rp712.492.085,-. Perincian belanja dapat dilihat pada Tabel 3.3.
D D
ina
s P
ert
an
ian
, Perk
ebu
na
n,
da
n K
eh
uta
na
n 2
01
2
71
Tabel 3.3 Target dan Realisasi Anggaran Belanja Langsung Program Tahun 2012
Program dan Kegiatan Target
Anggaran (Rp)
Realisasi Anggaran
(Rp)
Prosentase (%)
Sisa Anggaran
(Rp) Program Peningkatan Kesejahteraan Petani
1. Pelatihan Petani dan Pelaku Agribisnis 281.000.000 281.000.000 100,00 -
Program Peningkatan Ketahanan Pangan Pert./Perkebunan 5.124.466.905 4.904.117.730 95,70 220.349.175
1. Penyusunan Data Base Potensi Produk Pangan 404.000.000 403.301.000 99,83 699.000
2. Penanganan Pasca Panen Dan Pengolahan Hasil Pertanian 402.000.000 393.882.500 97,98 8.117.500
3. Pengembangan Intensifikasi Tanaman, Padi Palawija 1.401.875.000 1.388.322.325 99,03 13.552.675
4. Pengembangan Diversifikasi Tanaman 86.400.000 83.871.000 97,07 2.529.000
5. Pengembangan Pertanian Pada Lahan Kering 1.284.135.000 1.249.196.690 97,28 34.938.310
6. Pengembangan Perbenihan dan Pembibitan 350.000.000 348.284.650 99,51 1.715.350
7. Penelitian dan Peng. Sumber daya Pertanian/Perkebunan 637.032.000 632.153.650 99,23 4.878.350
8. Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Produk Perkebunan/Pertanian 559.024.905 405.105.915 72,47 153.918.990
Program Peningkatan Pemasaran Hasil Produksi Pertanian/perkebunan. 1.034.300.000 1.027.442.650 99,34 6.857.350
1. Penelitian Dan Pengembangan Pemasaran Hasil Produksi Pertanian/perkebunan. 75.000.000 75.000.000 100,00 -
2. Promosi Atas Hasil Produksi Pertanian/perkebunan Unggulan Daerah 625.000.000 620.991.450 99,36 4.008.550
3. Pembangunan Pusat-Pusat Penampungan Produksi Hasil Pertanian/Perkebunan 334.300.000 331.451.200 99,15 2.848.800
Program Penerapan Teknologi Pertanian/Perkebunan 1.943.650.000 1.818.502.250 93,56 125.147.750
1. Pengadaan Sarana & Prasarana Tehnologi Pert./Perkebunan 1.285.525.000 1.161.417.500 90,35 124.107.500
2. Pemeliharaan Rutin/Berkala sarana dan prasarana Teknologi Pertanian/Perkebunan 658.125.000 657.084.750 99,84 1.040.250
Program Peningkatan Produksi Pertanian/Perkebunan 2.162.700.000 2.111.288.150 97,62 51.411.850
1. Penyediaan Sarana Produksi Pertanian/Perkebunan 1.157.400.000 1.124.418.500 97,15 32.981.500
2. Pengembangan Bibit Unggul Pertanian/Perkebunan 1.005.300.000 986.869.650 98,17 18.430.350
Program Pemanfaatan Potensi Sumberdaya Hutan 300.000.000 297.422.050 98,17 2.577.950
1. Pengembangan hasil hutan non kayu 300.000.000 297.422.050 98,17 2.577.950
Program Rehabilitasi Hutan dan Lahan 3.433.803.000 3.127.655.589 91,08 306.147.911
1. Pembuatan Benih/Bibit tanaman Kehutanan 230.000.000 216.369.250 94,07 13.630.750
2. Pembinaan, Pengendalian dan Pengawasan GRLK 1.528.775.000 1.308.608.839 85,60 220.166.161
3. Peningkatan Peran Serta Masyarakat dalam Rehabilitasi Hutan dan Lahan 1.675.028.500 1.602.677.500 95,68 72.351.000
Program Perlindungan dan Konservasi Sumberdaya Hutan 64.616.349 64.616.250 100,00 99
Renca
na K
erj
a 2
014
73
Evaluasi dan Analisis Kinerja Pelaksanaan Program/Kegiatan
2011
Secara menyeluruh pelaksanaan program/kegiatan tahun 2011
tidak mengalami hambatan atau kendala yang signifikan, namun masalah
yang harus dihadapi adalah merekayasa perubahan iklim yang cukup
signifikan. Masalah tersebut mempengaruhi adanya perubahan pola tanam
terutama tanaman-tanaman yang berkebutuhan air cukup tinggi, seperti
padi dan sayuran. Pola tanam cenderung bergeser 2 bulan. Berikut
rekapitulasi evaluasi hasil pelaksanaan program/kegiatan sampai dengan
tahun 2011.
Visi pembangunan dari Dinas Pertanian, Perkebunan, dan
Kehutanan Kabupaten Bandung periode 2011-2015 adalah “Meningkatkan
kesejahteraan masyarakat melalui pengembangan agribisnis berkelanjutan
berbasis sumberdaya lokal menuju keunggulan bersaing global, maju,
mandiri, dan berwawasan lingkungan”.
Sejalan dengan visi Dinas Pertanian, Perkebunan, dan Kehutanan
Kabupaten Bandung, pemahaman yang komprehensif atas kondisi aktual
sektor pertanian merupakan suatu komponen yang esensial dalam proses
implementasi rencana strategis pembangunan pertanian di Kabupaten
Bandung. Secara umum, pembangunan sektor pertanian diarahkan pada
upaya-upaya untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat pertanian
melalui perbaikan kinerja ekonomi di dalam sektor pertanian itu sendiri.
Kinerja dan perkembangan sektor pertanian di kabupaten Bandung
dapat dilihat melalui perkembangan indikator-indikator ekonomi yang
terdiri dari pangsa Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) sektor
pertanian relatif terhadap total PDRB Kabupaten Bandung, pangsa PDRB
subsektor tanaman pangan, hortikultura, perkebunan dan kehutanan
relatif terhadap total PDRB sektor pertanian, tingkat penyerapan tenaga
kerja dan perkembangan volume produksi komoditas masing-masing
subsektor.
Berdasarkan nilai pertumbuhan nominal sektor pertanian rata-rata
memberikan kontribusi terhadap pembentukan PDRB kabupaten sebesar
10 persen, sementara sektor industri pengolahan dan perdagangan
berkontribusi sebesar lebih dari 60 persen dalam pembentukan PDRB
kabupaten. Kondisi ini menunjukkan fenomena serupa dengan kondisi
sektor pertanian nasional, dimana struktur perekonomian telah mengalami
transformasi dari sektor pertanian ke sektor-sektor industri pengolahan.
Renca
na K
erj
a 2
014
74
Perkembangan sektor pertanian (tanaman pangan, hortikultura)
perkebunan dan kehutanan dalam pembangunan daerah Kabupaten
Bandung khususnya di bidang perekonomian diantaranya dapat dilihat
melalui perkembangan indikator-indikator yang mengusungnya, seperti
kontribusinya dalam pembentukan PDRB, LPE, kesempatan kerja dan
perdagangan, disamping itu perkembangan sektor pertanian juga dapat
dilihat dari kontribusinya dalam pembangunan ekonomi, ketahanan
pangan, dan pelestarian lingkungan hidup di Kabupaten Bandung.
Hasil pelaksanaan Program Pembangunan Pertanian pada Tahun 2010 dan 2011, secara nyata memberikan konstribusi terhadap Produk Domestik Regional (PDRB) pada tahun 2001 mencapai Rp 3.452.210,59 juta bila dibandingkan dengan realisasi pencapaian PDRB sektor pertanian pada tahun 2010 sebesar Rp. 3.007.028,13 juta (berdasarkan harga berlaku).
Tabel 3.20. PDRB Kabupaten Bandung Tahun 2011 dan 2012
Berdasarkan Harga Berlaku dan Konstan
No Lapangan Usaha Laju Pertumbuhan (%) Distribusi Persentase PDRB (%)
2010 2011 2012 2010 2011 2012
A1 Pertanian (Tan Bahan Makanan, Perkebunan dan Kehutanan)
1 Pertanian 6,66 5,38 5,23 7,37 7,33 7,88
2 Pertambangan dan Penggalian 4,87 3,00 0,00 1,30 1,27 1,20
3 Industri pengolahan 5,24 5,19 5,40 60,61 60,18 57,67
4 Listrik, Gas dan Air Bersih 5,32 8,21 12,53 1,82 1,86 1,67
5 Bangunan/Kontruksi 7,17 8,10 5,04 1,75 1,79 1,66
6 Perdagangan, Hotel dan Restoran 8,21 7,88 8,86 15,99 16,28 18,32
7 Pengangkutan dan Komunikasi 5,78 7,62 7,90 4,11 4,17 4,16
8 Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 5,26 7,15 9,09 2,18 2,21 1,98
9 Jasa-jasa 5,6 6,99 5,05 4,86 4,91 5,46
PDRB 5,88 5,94 6,15 100 100 100 Sumber : Produk Domestik regional Bruto semesteran Kabupaten bandung 2012, BPS Kabupaten Bandung (Angka sangat Sementara).
PDRB sektor pertanian Kabupaten Bandung tahun 2012 mengalami
peningkatan dari tahun 2011 dan 2010 dan kontribusi PDRB Pertanian
terhadap PDRB Kabupaten Bandung sebesar 7,88 dan meningkat 0,55 bila
dibandingkan dengan Tahun 2011. Sampai saat ini, penyumbang terbesar
terhadap PDRB tahun 2011 (harga berlaku) sektor pertanian di Kabupaten
Bandung adalah produksi pertanian tanaman pangan, disusul oleh
produksi perkebunan, peternakan, perikanan dan terakhir produksi
kehutanan, dan PDRB Kabupaten Bandung juga dari tahun ke tahun terus
mengalami peningkatan dan Sektor Pertanian masih tetap menempati
posisi ketiga terbesar dibawah Sektor Industri Pengolahan serta Sektor
Perdagangan, Hotel dan Restoran.
Renca
na K
erj
a 2
014
75
Sektor Pertanian dalam Struktur Ekonomi Kabupaten Bandung Tahun 2012
Hasil Sensus Pertanian 2003 (BPS Kabupaten Bandung)
menunjukkan bahwa sektor pertanian merupakan sumber
matapencaharian dari 535.120 Rumah Tangga atau 52,2 % dari total
jumlah Rumah Tangga di Kabupaten Bandung sebesar 1.024.871, sisanya
47,8 % didominasi oleh kegiatan industri, buruh dan perdagangan.
Informasi ini menunjukkan peran dominan kegiatan pertanian dalam
struktur ekonomi rumah tangga pedesaan dan pertumbuhan perkonomian
daerah.
Sejalan dengan meningkatkan peran sektor pertanian terhadap
PDRB Kabupaten Bandung serta meningkatnya kinerja sektor pertanian
pada tahun 2011, yang ditandai dengan naiknya LPE sektor pertanian,
penting pula dilihat struktur mata pencaharian penduduk berdasarkan
lapangan usaha, dan berdasarkan data dari BPS (suseda 2008), sektor
pertanian mampu menyerap/menyediakan lapangan kerja bagi 20,66 %
penduduk Kabupaten Bandung. Selain berperan dalam memberikan
lapangan pekerjaan bagi masyarakat, sektor pertanian pun terbukti relatif
paling tahan terhadap krisis dibandingkan dengan sektor lainnya.
535.120 489.751 Pertanian
52,2% Non-Pertanian
47,8%
Sumber Sensus Pertanian 2003
Gambar 3.3. Struktur Ekonomi Rumah Tangga Pertanian
Pengguna Lahan 285.916
Bukan Pengguna Lahan 3.793
Petani Pemilik Lahan 245.411
Pertanian Non-Pertanian
Renca
na K
erj
a 2
014
76
Dengan berdasarkan pada hal-hal tersebut diatas maka sektor
pertanian masih sangatlah layak untuk lebih dikembangkan lagi menjadi
core bisnis di Kabupaten Bandung. Selain itu Sektor pertanian pun
merupakan sektor yang cukup stategis yang harus didukung
keberlangsungannya sebagai faktor pendorong paling utama dalam
percepatan pembangunan perdesaan.
Tabel 3.21 Penyerapan Tenaga Kerja Kabupaten Bandung 2006-2008 diatas usia
10 tahun dan Persentasenya pada tahun 2008.
Laju Pertumbuhan Ekonomi (LPE) Dalam mengukur upaya kemajuan pembangunan di bidang
pertanian adalah dengan mengamati konstribusi PDRB sub sector pertanian terhadap PDRB Kabupaten Bandung yang ditandai dengan meningkat, menurun atau tetap sebagai hubungan timbal balik antara nilai PDRB dengan konstribusi kinerja Dinas Pertanian Perkebunan dan Kehutanan. Pada Tahun 2011 terjadi kondisi iklim yang ekstrem seigga curah hujan menjadi sangat sedikit juga masih terjadinya fluktuasi harga minyak mentah dunia dan bencana alam yang tak diduga-duga sehingga secara tidak langsung mempengaruhi pencapaian Laju Pertumbuhan Ekonomi (LPE) dan ternyata LPE Kabupaten Bandung secara keseluruhan pada tahun 2007 sampai tahun 2011 terus mengalami peningkatan.
Tabel 3.22. Laju Pertumbuhan Ekonomi (LPE) Kabupaten Bandung Tahun
2007-2012
Sektor Lapangan Usaha 2006 2007 2008 Persen Penduduk
PERTANIAN 697.709 268.273 239.004 20,66
NON-PERTANIAN 1.169.604 957.878 917.659
1. Pertambangan dan Penggalian *) *) *) *)
2. Industri 416.793 329.017 313.234 27,08
3. Listrik, Gas dan Air *) *) *) *)
4. Konstruksi *) *) *) *)
5. Perdagangan 300.656 239.246 225.667 19,51
6. Angkutan dan Komunikasi *) *) *) *)
7. Keuangan *) *) *) *)
8. Jasa 169.703 266.650 118.094 10,21
9. Lainnya 282.452 122.965 260.664 22,54
TOTAL 1.867.258 1.918.295 1.156.663 100 Sumber : BPS Kabupaten Bandung 2008,
Keterangan : *) data tidak tersedia.
Renca
na K
erj
a 2
014
77
No Tahun PDRB (juta Rupiah)
(atas dasar harga berlaku)
Laju Pertumbuhan Ekonomi (%)
1 2007 2.465.321,20 2,51
2 2008 2.728.755,88 3,97
3 2009 3.013.007,10 5,31
4 2010 3.471.661,92 5,88
5 2011 3.978.936,25 5,94
6 2012 6,15
Dalam perdagangan, baik lokal (regional/nasional) maupun ekspor,
sektor pertanian Kabupaten Bandung merupakan salah satu pemasok
utama komoditi beras dan sayuran dataran tinggi maupun dataran rendah
bagi daerah perkotaan/konsumen potensial seperti : Jakarta, Bogor,
Tangerang dan Bekasi, serta pasar lokal baik di Kota Bandung, ataupun di
Kabupaten Bandung Barat serta pasar-pasar di Kabupaten Bandung
sendiri.
Untuk komoditas beras, sampai saat ini Kabupaten Bandung
memasok kurang lebih 50-70 ton per hari ke Pasar Induk Beras Cipinang
Jakarta. Sedangkan pada komoditas sayuran, 50% produksi sayuran
Kabupaten Bandung dijual ke pasar Jakarta dan sekitarnya, 25% dijual ke
pasar Kota Bandung dan sisanya dijual ke pasar lokal di Kabupaten
Bandung dan Bandung Barat, khusus untuk komoditas kentang,
Kabupaten bandung merupakan penghasil produklsi tertinggi di Jawa
Barat, yaitu mencapai 70% dan sisanya sebesar 30% untuk tingkat
Nasional. Sedangkan sebagian dari komoditas Perkebunan (sepert teh,
kopi, cengkeh) dan Hortikultura (sayuran dan buah-buahan) baik yang
berasal dari perkebunan Negara, perkebunan besar swasta dan
perkebunan rakyat merupakan komoditas yang sebagian di ekspor.
Pendapatan Petani
Sesuai dengan AKU APBD kabupaten bandung tahun 2011,
pelaksanaan kegiatan pembangunan bidang pertanian salah satunya
diarahkan untuk meningkatkan pendapatan petani.
Berdasarkan hasil survey terhadap usahatani beberapa komoditas
pertanian, menunjukkan rata-rata pendapatan bersih usaha tani di
Kabupaten Bandung pada tahun 2011 mengalami peningkatan
dibandingkan dengan tahun 2010. Meningkatnya produktivitas serta harga
jual komoditas pertanian pada tahun 2011 merupakan salah satu dari
Renca
na K
erj
a 2
014
78
beberapa faktor yang telah mempengaruhi/menyebabkan terjadinya
peningkatan pendapatan para petani/pengusaha bidang pertanian di
Kabupaten Bandung.
Tabel 3.23 Pendapatan Rata-rata Usahatani beberapa Komoditas Pertanian di Kabupaten Bandung Tahun 2012
Komoditas Pendapatan Usaha
Tani/Musim/Hektar (Rp)
Pendapatan per Bulan/Hektar
(Rp)
Padi Sawah 10.500.000 3.500.000
Jagung 10.800.000 3.600.000
Kacang Tanah 3.900.000 1.300.000
Ubi Kayu 25.000.000 2.083.333
Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa rata-rata pendapatan bersih
usahatani padi sawah tahun 2012 mencapai Rp. 10.500.000,- per musim
atau kurang lebih Rp. 3.500.000,- per bulan per hektar (3 kali panen dalam
satu tahun) dan bila dilihat rata-rata kepemilikan lahan sebesar 0,3 hektar,
maka rata-rata pendapatan petani di Kabupaten Bandung tahun 2011
sebesar Rp. 1.050.000,- per bulan per kapita.
Petani
A. Rumah Tangga Petani (RTP)
Petani dan keluarga tani perlu mengetahui dan meyakini adanya kemungkinan-kemungkinan untuk memperbaiki penghidupan dan kehidupan, serta berkeinginan untuk itu, maka mereka perlu menerapkan teknologi baru untuk hasil produksi yang tinggi dan bermutu, mengorganisasikan dan mengelola serta memanfaatkan perkembangan dari permintaan usaha taninya secara lebih efektif juga efesien, dan memanfaatkan perkembangan dari permintaan dan harga pasar untuk keuntungan yang lebih besar. Secara umum pembinaan penyuluh pertanian diarahkan untuk memantapkan kemampuan, peranan dan peran serta petani beserta keluarganya sebagai upaya mencapai pertanian yang tangguh.
B. Kelompok Tani dan Gapoktan
Kelompok tani merupakan kumpulan orang-orang yang bergerak dalam bidang pertanian yang terikat secara informal dalam satu wilayah kelompok yang bekerja samaatas dasar saling percaya, saling asah dan
Renca
na K
erj
a 2
014
79
saling asuh untuk keberhasilan usaha taninya yang diketuai oleh seorang kontak tani dan berperan sebagai uit produksi, wahana kerjasama dan kelas belajar. Peranan Kelompok tani dalam pelaksanaan prongam pembangunan pertanian semakin penting dan strategis, sehingga pembinaannya perlu lebih diarahkan dan diintensifkan.
Berdasarkan jenisnya, kelompok tani di Kab. Bandung tahun 2011 dibagi menjadi tiga yaitu Tani Dewasa sebanyak (terbagi dalam kelas pemula, lanjut, madya dan utama), Wanita Tani dan Pemuda Tani.
Untuk mencapai efisiensi dan efektivitas yang lebih tinggi dalam mengelola usaha taninya, kelompok tani bergabung menjadi Gabungan Kelompok Tani (GAPOKTAN). Selain itu, beberapa petani atau Kelompok Tani juga saling bergabung membentuk Asosiasi atau Paguyuban dengan tujuan meningkatkan kesejahteraan, meningkat kuantitas dan kualitas produk serta meningkatkan pemasaran baik di tingkat lokal, regional ataupun eksport ke mancanegara. Asosiasi tersebut dapat dikelompokkan menjadi Asosiasi Industri Kecil Menengah Agro (AIKMA) dan Asosiasi Pedagang Komoditi Agro (APKA).
C. Kelompok Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A)
Dalam rangka meningkatkan efesiensi dan efektivitas pengunaan air di tingkat Kelompok Tani maka diharapkan adanya peran serta aktif dari organisasi Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A) dalam kegiatan pengaturan air ditingkat usahatani, yaitu dalam pengelolaan air irigasi dan pemeliharaan jaringan irigasi tersier dan pedesaan yang sasarannya adalah terlaksananya pemberian air yang optimal untuk setiap jenis tanaman guna menunjang peningkatan produksi pangan. Selain tujuan tersebut P3A Mitra Cai juga diharapkan dapat menunjang pelaksanaan Iuran Pelayanan Air Irigasi (IPAIR) dalam rangka menggerakan partisipasi mesyarakat petani pemakai air dalam pembiayaan Operasi dan Pemeliharaan jaringan irigasi.
Organisasi Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A) Mitra Cai dillihat dari segi kuantitas cukup menggembirakan, tetapi bila ditinjau dari aktivitasnya masih perlu pembinaan karena aktivitasnya belum seperti yang diharapkan. Tabel 3.24 Perkembangan dan Kondisi P3A Mitra Cai Tahun di Kabupaten
Bandung Tahun 2012
No Kecamatan Jml
Desa
Jml P3A
(Unit)
Luas Areal (Ha)
Jumlah P3A Menurut Kondisinya Berbadan
Hukum SB SDB BB SK Bupati
1 Soreang 10 4 1.900 - 4 1 4 -
2 Pasirjambu 10 6 210 - 2 4 2 -
3 Ciwidey 7 9 1.573 - 9 - 8 -
4 Nagreg 6 3 461 - - 3 - -
5 Rancabali 5 2 460 - - 2 - 1
6 Margaasih 6 2 318 - 2 - 2 -
Renca
na K
erj
a 2
014
80
7 Bojongsoang 6 - 1.339 - - - - -
8 Dayeuhkolot 6 - 160 - - - - -
9 Banjaran 11 21 1.642 - 17 4 17 -
10 Pameungpeuk 6 15 1.746 - 15 - 15 -
11 Pangalengan 13 3 517 - 3 - 3 -
12 Katapang 7 11 987 1 9 2 8 3
13 Majalaya 11 11 1.285 1 4 7 5 1
14 Ciparay 14 20 2.669 2 14 6 12 1
15 Pacet 13 24 1.783 - 3 21 3 1
16 Kertasari 7 2 360 - 1 1 1 -
17 Cicalengka 12 11 1.116 - 6 5 6 4
18 Cikancung 9 7 912 - 2 5 2 -
19 Rancaekek 13 16 3.100 - 2 14 2 -
20 Paseh 12 10 1.581 - - 10 - -
21 Ibun 12 14 1.147 - 1 13 1 -
22 Cileunyi 6 3 1.000 - - 3 - -
23 Cimenyan 9 2 224 - - 2 - -
24 Cilengkrang 6 1 234 - - 1 - -
25 Margahayu 5 - 69 - - - - -
26 Baleendah 8 14 1.292 - - 14 - -
27 Arjasari 11 9 1.613 - - 9 - -
28 Cimaung 10 10 2.445 - - 10 - 1
29 Solokan Jeruk 7 8 1.767 - - 8 - -
30 Cangkuang 7 - 1.803 - - - - -
31 Kutawaringin 11 6 499 6 6 -
JUMLAH 277* 244 36.212 4 100 145 97 12 Sumber: Bidang Pangan DISTANBUNHUT Kabupaten Bandung, 2011
Keterangan : - SB; Sudah Berkembang, SDB; Sedang Berkembang, BB; Belum Berkembang
- * 277 = 267 Desa dan 9 Kelurahan
Kelompok Usaha Pelayanan Jasa Alsin (UPJA)
Pengembangan Usaha Pelayanan Jasa Alsin dimulai Tahun 2010 Yang dilaksanakan di 3 Kecamatan, sampai Tahun 2010 telah berkembang hingga 9 Kecamatan. Pengembangan sentra penumbuhan Usaha Pelayanan Jasa Alsin merupakan salah satu alternative dalam rangka meningkatkan efektivitas dan evisiensi usahatani dan memasyarakatkan penggunaan alat panen dan pasca panen. Kondisi saat ini di Kabupaten Bandung telah terbentuk sebanyak 13 Kelompok UPJA dengan rincian dapat dilihat pada tabel di bawah ini :
Tabel 3.25 Kelompok UPJA Sesuai Jenis Alat Tahun 2009/2010
No Kecamatan Traktor Tangan
Power Thresher
Pompa Air
Dryer Rice
Miling Unit
Jumlah Alsin (Unit)
Jumlah UPJA (Kelp)
1 Soreang 2 1 1 - - 4 1
2 Bojongsoang - - 1 - - 1 1
3 Banjaran 1 - - 1 - 2 1
4 Ciparay 2 1 3 - - 6 2
5 Baleendah 1 1 1 - - 3 1
JUMLAH 6 3 6 1 16 5 Sumber: Bid.Tan.Pangan dan UPTD Alsin Dinas Pertanian Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Bandung, 2009
Renca
na K
erj
a 2
014
81
Dalam perdagangan, baik lokal (regional/nasional) maupun ekspor,
sektor pertanian Kabupaten Bandung merupakan salah satu pemasok
utama komoditi beras dan sayuran dataran tinggi maupun dataran rendah
bagi daerah perkotaan/konsumen potensial seperti : Jakarta, Bogor,
Tangerang dan Bekasi, serta pasar lokal baik di Kota Bandung, ataupun di
Kabupaten Bandung Barat serta pasar-pasar di Kabupaten Bandung
sendiri.
Untuk komoditas beras, sampai saat ini Kabupaten Bandung
memasok kurang lebih 50-70 ton per hari ke Pasar Induk Beras Cipinang
Jakarta. Sedangkan pada komoditas sayuran, 50% produksi sayuran
Kabupaten Bandung dijual ke pasar Jakarta dan sekitarnya, 25% dijual ke
pasar Kota Bandung dan sisanya dijual ke pasar lokal di Kabupaten
Bandung dan Bandung Barat, khusus untuk komoditas kentang,
Kabupaten bandung merupakan penghasil produklsi tertinggi di Jawa
Barat, yaitu mencapai 70% dan sisanya sebesar 30% untuk tingkat
Nasional. Sedangkan sebagian dari komoditas Perkebunan (sepert teh,
kopi, cengkeh) dan Hortikultura (sayuran dan buah-buahan) baik yang
berasal dari perkebunan Negara, perkebunan besar swasta dan
perkebunan rakyat merupakan komoditas yang sebagian di ekspor.
Dalam rangka mencapai tujuan dan sasaran pembangunan
pertanian di Kabupaten Bandung tahun 2012, yang telah ditetapkan dalam
Indikator kinerja utama, Dinas Pertanian Perkebunan dan Kehutanan
menetapkan beberapa langkah rencana tindak tahun 2012 ke dalam 8
program dan 22 kegiatan. Untuk mengevaluasi tingkat efektivitas
program/kegiatan tersebut, indikator kinerja menjadi acuan penilaian
sasaran strategis.
Sasaran Strategis 1 Meningkatkan swasembada pangan lokal melalui peningkatan produktivitas lahan dan komoditas pangan unggulan lokal
Salah satu sasaran strategis pembangunan pertanian adalah
meningkatnya swasembada pangan lokal melalui peningkatan lahan dan
komoditas pangan unggulan lokal. Hal ini merupakan salah satu langkah
perwujudan tercapainya ketahanan pangan sampai tingkat rumah tangga,
terutama dalam keberlanjutan ketersediaan pangan. Keadaan ini dicirikan
antara lain dengan tersedianya pangan yang cukup serta harga yang
Renca
na K
erj
a 2
014
82
terjangkau oleh daya beli masyarakat dan terwujudnya diversifikasi
konsumsi pangan yang tercermin dari tersedianya berbagai komoditas
pangan, baik produk segar maupun produk olahan.
Untuk mewujudkan ketersediaan pangan sampai tingkat rumah
tangga tersebut, pemerintah mengupayakan strategi antara lain berbagai
usaha peningkatan produksi dan produktivitas lahan dan pangan. Selain
itu, peningkatan kapasitas dan kapabilitas masyarakat tani dalam
desiminasi teknologi mulai dari budidaya tanaman pangan pada sisi on-
farm juga teknologi pasca panen dan pengolahan hasil pada sisi off-farm.
Berdasarkan hasil pengukuran terhadap pencapaian sasaran seperti
yang telah dilakukan dan dapat dilihat pula dari berbagai fakta yang ada,
baik berupa keberhasilan maupun kekurangberhasilan pelaksanaan
pembangunan pertanian di Kabupaten Bandung, apabila dibandingkan
dengan tahun 2012 maupun terhadap sasaran/target yang telah
ditentukan, ataupun juga terhadap realisasi pencapaian dalam
pelaksanaan kegiatan pada tahun 2012 ini.
Tabel 3.3 pengukuran sasaran kinerja tahunan 2012
SASARAN STRATEGIS
INDIKATOR KINERJA TARGET KINERJA
REALISASI %
Meningkatkan swasembada pangan lokal melalui peningkatan produktivitas lahan dan komoditas pangan unggulan lokal
1. Jumlah produksi komoditas tanaman pangan unggulan: - Padi (ton)
498.076
552.096
110,83
- Jagung (Ton) 51.954 50.687 97,56 - Ubi Kayu (Ton) 52.186 120.923
231,72
2. Jumlah produktivitas komoditas tanaman pangan: - Padi (kui/ha)
61,85
63,66
102,9
3 - Jagung (kui/ha)
58,10 59,03 101,6
0 - Ubi Kayu (kui/ha)
110,65 183,55 165,8
8 3. Prosentase
kehilangan/kerusakan hasil tanaman pangan
0,2 – 5% 0,4%
100,00
Renca
na K
erj
a 2
014
83
SASARAN STRATEGIS
INDIKATOR KINERJA TARGET KINERJA
REALISASI %
4. Proporsi serangan OPT terhadap luas tanam: - Padi - Jagung
15% 10%
13% 11%
115,38 90,91
5. Jumlah perluasan tanam yang telah menerapkan teknologi a. Padi
- SL-PTT (ha) - SRI (ha)
b. SL-PTT Jagung (ha)
1.500 334 1.250
16.000 1.000 1.350
996,67 299,40 108,00
6. Prosentase luas tanam yang telah menerapkan teknologi: a. Penggunaan Pupuk
Berimbang b. Penggunaan Benih
Berlabel
61,11% 60,00%
62,92% 68,32%
102,94 113,87
Tabel 3.3 menunjukkan bahwa ketersediaan pangan yang
diindikasikan oleh jumlah produksi tanaman pangan mengalami
pertumbuhan positif dan melebihi target kinerja yang telah ditetapkan.
Pencapaian jumlah hasil produksi padi sampai Desember 2012 ini
mencapai 552.029 ton GKG atau dengan peningkatan Produksi sebesar
110,83% dari target atau mencapai 116,07% dari tahun 2011 dengan
produktivitas sebesar 63,66 kuintal/hektar. Pencapaian ini melebihi target
yang telah ditetapkan yang disebabkan oleh adanya perlakuan dan
langkah strategis dalam peningkatan produktivitas lahan dan komoditas
padi serta penurunan persentase kehilangan hasil akibat proses pasca
panen dan pengolahan hasil.
Sedangkan realisasi produksi jagung mencapai 87.862 ton (Jagung
pipilan kering dan jagung yang dipanen muda/basah/sayur). Jagung
Pipilan keringnya sebesar 50.687 ton. Hasil panen jagung terbagi ke
dalam dua bentuk produk yang jagung dipanen muda dan jagung dalam
bentuk pipilan kering. Pada tahun 2012, petani lebih menginginkan panen
muda karena dari sisi ekonomi lebih cepat pergulirannya.
Dalam Tabel 3.4 dapat dilihat bahwa peningkatan padi di Kabupaten Bandung tahun 2012 ini terjadi dalam peningkatan produksi dan
Renca
na K
erj
a 2
014
84
produktivitas per satuan luas bila dibandingkan dengan realisasi MT. 2010/2011 dan MT. 2011 dan target tahun 2012. Hal ini dikarenakan kondisi iklim pada MT. 2012 lebih bersahabat untuk membudidayakan padi/ tanaman pangan lainnya, walaupun pada beberapa titik sentra produksi mengalami puso akibat kekeringan. Lebih lanjut, upaya yang dilakukan untuk meningkatkan luas tanam melalui peningkatan indeks pertanaman padi. Peningkatan IP tersebut dilaksanakan melalui perbaikan/rehabilitasi jaringan irigasi dan/atau pembangunan jaringan irigasi baru, dinilai efektif. Dengan demikian, dampak negatif dari alih fungsi lahan terhadap pencapaian jumlah produksi tanaman pangan, khususnya padi masih bisa diminimalisasi melalui peningkatan IP dan produktivitas komoditas, disamping pengendalian OPT secara sabilulungan (Brigade Proteksi Tanaman).
Tabel 3.4. Target dan Realisasi Jumlah Produksi Padi Palawija di Kabupaten Bandung Tahun 2012
No Uraian Komoditi Realisasi
2011 (Ha)
Target 2012 (Ha)
Realisasi 2012 (Ha)
Perkembangan Realisasi Thdp Target 2012
% thdp 2011
A PADI 1 Padi Sawah
Luas Tanam (ha) 74.171 75.770 78.969 104,22 106,47
Luas panen (ha) 71.055 73.607 78.029 106,01 109,81
Produksi (ton) 450.652 477.848 518.032 108,41 114,95
Produktivitas (kwt/ha) 63,50 64,92 66,39 102,27 104,55
2 Padi Gogo
Luas Tanam (ha) 7.137 5.956 7.950 133,48 111,39
Luas panen (ha) 6.231 5.377 7.885 146,64 126,54
Produksi (ton) 22.337 20.228 33.997 168,07 152,20
Produktivitas (kwt/ha) 35,85 37,62 43,12 114,62 120,28
JUMLAH PADI
Luas Tanam (ha) 81.308 81.726 86.919 106,35 106,90
Luas panen (ha) 77.286 78.984 85.914 108,77 111,16
Produksi (ton) 472.989 498.076 552.029 110,83 116,71
Produktivitas (kwt/ha) 61,20 63,06 63,66 100,95 104,02
B PALAWIJA
1 Jagung
Luas Tanam (ha) 11.931 12.911 13.101 101,48 109,81
Luas panen (ha) 9.115 10.329 8.587 83,13 94,21
Produksi (ton) 51.039 51.954 50.687 97,56 99,31
Produktivitas (kwt/ha) 55,99 58,10 59,03 101,60 105,43
2 Kedelai
Luas Tanam (ha) 4 185 48 25,95 1.200,00
Luas panen (ha) 64 175 44 25,15 68,75
Produksi (ton) 95 273 67 24,73 70,53
Renca
na K
erj
a 2
014
85
No Uraian Komoditi Realisasi
2011 (Ha)
Target 2012 (Ha)
Realisasi 2012 (Ha)
Perkembangan Realisasi Thdp Target 2012
% thdp 2011
Produktivitas (kwt/ha) 14,84 15,03 15,34 102,06 103,37
3 Kacang Tanah
Luas Tanam (ha) 1.297 2.145 1.673 77,98 128,99
Luas panen (ha) 1.308 2.038 1.655 81,21 126,53
Produksi (ton) 2.202 3.018 2.853 94,53 129,56
Produktivitas (kwt/ha) 16,83 14,81 17,24 116,41 102,44
5 Ubi Kayu
Luas Tanam (ha) 6.674 6.483 6.540 100,88 97,99
Luas panen (ha) 7.565 6.159 6.588 106,97 87,09
Produksi (ton) 144.990 118.013 120.923 102,47 83,40
Produktivitas (kwt/ha) 191,66 110,65 183,55 165,88 95,77
6 Ubi Jalar
Luas Tanam (ha) 1.965 2.140 1.737 81,17 88,40
Luas panen (ha) 2.618 2.033 1.820 89,52 69,52
Produksi (ton) 37.692 26.501 26.503 100,01 70,31
Produktivitas (kwt/ha) 143,97 130,35 145,62 111,71 101,15
JUMLAH PALAWIJA
Luas Tanam (ha) 21.871 23.864 23.099 96,79 105,61
Luas panen (ha) 20.670 20.734 18.694 90,16 90,44
Produksi (ton) 236.018 213.867 201.032 94,00 85,18
Produktivitas (kwt/ha) 114,18 103,15 107,54 104,26 94,18
Sumber: Dinas Pertanian, Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Bandung, 2012
Indikator kinerja lain yang dapat digunakan untuk mengevaluasi pencapaian sasaran strategis 1: “Meningkatkan swasembada pangan lokal melalui peningkatan produktivitas lahan dan komoditas pangan unggulan lokal” untuk mendorong tercapainya pengamanan produksi pangan adalah
1. Sub sistem pengelolaan sarana dipengaruhi oleh ketersediaan
sarana produksi pada saat dibutuhkan petani terutama pupuk,
pestisida, benih serta sarana dan prasarana lainnya.
2. Sub sistem pengelolaan infrastruktur dasar pertanian.
3. Peningkatan kapasitas dan kapabilitas petani melalui desiminasi
teknologi budidaya tanaman: (1) Sekolah Lapang Pengelolaan
Tanaman Terpadu; (2) System Rice of Intesification; (3)
penggunaan pupuk berimbang.
4. Peningkatan sarana prasarana pasca panen.
5. Pemberdayaan kelembagaan pertanian tanaman pangan.
Melalui peningkatan kualitas dan kuantitas sarana dan prasarana tersebut di atas secara langsung dapat berdampak pada peningkatan luas pertanaman pertanian tanaman pangan yang merupakan upaya dalam pencapaian peningkatan produksi 5% terutama komoditas padi di Kabupaten Bandung. Grafik Indeks Pertanaman (IP) dibawah menunjukkan adanya peningkatan nilai dari 1,92 di tahun 2009, 1,98 di tahun 2011 menjadi 2,01 pada Tahun 2012 dan produktivitas padi
Renca
na K
erj
a 2
014
86
meningkat dari 55,63 kuintal/ha di tahun 2005 menjadi 61,20 kuintal/ha di tahun 2011 dan 63,66 kuintal/ha pada Tahun 2012.
Gambar 3.1 perkembangan produktivitas padi Kabupaten Bandung
Gambar 3.2 perkembangan indeks pertanaman padi Kabupaten Bandung
Renca
na K
erj
a 2
014
87
Sub sistem pengelolaan sarana dipengaruhi oleh ketersediaan sarana produksi pada saat dibutuhkan petani terutama pupuk, pestisida, benih serta sarana dan prasarana lainnya 1. Pupuk Keberadaan pupuk sangat penting artinya bagi keberhasilan kegiatan pengembangan agribisnis. Secara teknis kebutuhan pupuk setiap tahun meningkat sejalan dengan peningkatan kebutuhan pangan masyarakat, akan tetapi pada tahun 2012 ini penggunaan pupuk kimia mulai dikurangi dengan tujuan untuk mengurangi tingkat degradasi lahan/tanah, dengan kata lain untuk mengembalikan tingkat kesuburan tanah, dengan cara sedikit demi sedikit memperbaiki tekstur serta struktur tanah agar sifat-sifat fisik, biologi maupun kimia tanah nya menjadi lebih baik lagi dan otomatis ketersediaan unsur hara serta penyerapannya oleh tanaman menjadi maksimal, juga bisa membentuk iklim mikro yang sesuai dengan perakaran tanaman. Cara yang ditempuh diantaranya yaitu dengan cara mensosialisasikan kembali penggunaan pupuk organik terutama pupuk organik buatan sendiri/kompos maupun buatan pabrik yang lebih ramah terhadap lingkungan ataupun dengan cara melakukan pemupukan yang berimbang antara pupuk an organik dan pupuk organik. Realisasi penyaluran pupuk tahun 2012 dapat dilihat pada tabel 3.5 berikut. Tabel 3.5 Realisasi Penyaluran Pupuk Pada Tahun 2012
No Jenis Sarana Produksi Realisasi
Tahun 2011 (Ton)
Sasaran Tahun 2012
Realisasi Tahun 2012
Perbandingan Realisasi terhadap
Target 2012
1 Urea 39.489 41.000 26.289,20 64,12
2 SP- 36 (Superphos) 5.445 7.500 3.638,00 48,51
3 ZA 5.885 7.000 5.152,00 73,60
4 NPK Kujang 2.018 3.500 1.725,00 49,29
5 NPK Ponska 11.660 15.000 12.014,00 80,09
6 Petro Organik 1.310 3.500 1.076,00 30,74
Sumber: Bidang Pangan dan Hortikultura DISTANBUNHUT Kabupaten Bandung, 2012
Lebih lanjut, sebagai upaya penerapan pupuk organik,
pengembangan unit-unit pengolahan pupuk organik dalam bentuk rumah kompos menjadi prioritas. Disamping mensosialisasikan penggunaan kembali pupuk organik dan menjaga kualitas lingkungan melalui pemanfaatan kembali limbah peternakan dan pertanian, juga memberikan alternatif usaha bagi kelompok masyarakat tani di luar agribisnis. Langkah strategis yang telah dilakukan sampai dengan Tahun 2012, adalah:
1. Memfasilitasi pembangunan rumah kompos dan Memfasilitasi alat-
alat pengolahan pupuk organik.
Renca
na K
erj
a 2
014
88
2. Memfasilitasi peningkatan pengetahuan, keterampilan dan teknologi
pengolahan pupuk organik bagi kelompok usaha.
3. Revitalisasi komisi Pengawasan Penyaluran Pupuk Kabupaten
Bandung (KP3)
Fasilitasi pengembangan unit pengolahan pupuk organik dialokasikan dari anggaran yang bersumber dari APBN Kementerian Pertanian Tahun 2012 pada Direktorat Jenderal Pengelolaan Sarana dan Prasarana dan APBD Kabupaten Bandung Tahun 2012. Tabel 3.6 Fasilitasi Pengembangan Unit Pengolahan Pupuk Organik
No Jenis Sarana Volume Lokasi
1. Rumah Kompos 4 unit Solokanjeruk, Paseh, Bojongsoang, Pameumpeuk
2. Alat Pengolahan Pupuk Organik
12 unit Paseh, Bojongsoang, Pasirjambu, Pameumpeuk, Solokanjeruk, Rancabali dan Cangkuang
Sumber: Bidang Teknis Distanbunhut, 2012
Melalui upaya pengembangan Unit Pengolahan Pupuk Organik, Kelompok Usaha Ekonomi Pedesaan (KUEP) “Taruna Mukti” Kampung Papakmanggu Desa Cibodas Kecamatan Pasirjambu telah berhasil menyalurkan pupuk organik kurang lebih 7.000 Ton/tahun. Penyaluran produk pupuk organik tersebut tersebar dari Kabupaten Bandung, Kabupaten Karawang, dan Kabupaten Subang, juga telah bekerjasama dengan PT. PN VIII dan PT. Agrimas sebagai pasar/pengguna produk.
Renca
na K
erj
a 2
014
89
Gambar 3.2 Unit Pengolahan Pupuk Organik KUEP Taruna Mukti
2. Pengelolaan Benih
Kegiatan pada tahun 2012 ini Dinas Pertanian Perkebunan dan Kehutanan hanya membantu/memfasilitasi BKPPP dan BPSB dalam melakukan pengawasan dan sertifikasi benih terhadap para penangkar benih. Selanjutnya, Balai benih Dinas Pertanian Perkebunan dan Kehutanan di Solokan Jeruk dan Jelekong sebagai UPTD dari Dinas Pertanian Perkebunan dan Kehutanan terus mengembangkan dan memantau penggunaan benih bermutu/berlabel di lapangan. Pada Tahun 2012, telah dapat menyalurkan benih padi sebanyak 421,25 Ton dan 20,25 Ton benih jagung, yang terdiri dari: 35 Ton dari APBD Kabupaten Bandung sebagai Cadangan Benih Daerah (CBD) stimulan bencana alam dan pengembangan untuk 1.400 hektar dan dari BLBU dan CBN sebanyak 262,5 Ton untuk SL-PTT padi non hibrida; 93,75 Ton SL-PTT padi lading; 30 Ton untuk SL-PTT padi Hibrida; dan 20,25 Ton untuk SL-PTT Jagung.
Lebih lanjut, pada Tahun 2012, Dinas Pertanian Perkebunan dan Kehutanan telah melakukan penjajakan kerjasama dengan BATAN untuk melakukan pelepasan varietas padi lokal Kabupaten Bandung, yakni varietas Jembar. Kerjasama tersebut di mulai dengan uji multi lokasi dan uji adaptasi di beberapa titik di Kabupaten Bandung dan beberapa titik di luar Kabupaten Bandung, yang langkah selanjutnya akan dilaksanakan pada Tahun 2013. Disamping itu pula dalam upaya mengejar penyerapan
Renca
na K
erj
a 2
014
90
teknologi pertanian, UPTD Benih menampung serta menyediakan benih berlabel/bermutu untuk disebar/ditanam oleh para petani di wilayah kabupaten bandung, dan menurut data dari UPTD benih bermutu/berlabel yang banyak ditanam/digunakan oleh para petani di Kabupaten Bandung ini adalah Varietas Ciherang (60%), Sintanur (3%), Mekongga (17%), IR-64 (10%) dan benih Lokal sebanyak 10%.
3. Pengelolaan Alat Mesin Pertanian
Alat Mesin Pertanian sangat mempengaruhi tingkat pencapaian ketersediaan pangan di Kabupaten Bandung. Melalui hal tersebut, akan mempercepat waktu tanam, waktu olah, dan waktu simpan dengan kuantitas dan kualitas yang relatif lebih bila dibandingkan dengan secara manual. Perkembangan Alat Mesin Pertanian dari tahun ke tahun terus mengalami peningkatan baik dari jumlah alat maupun ketrampilan operator. Peningkatan tersebut disebabkan adanya swadaya masyarakat maupun dukungan dari pemerintah Pusat, Propinsi ataupun Kabupaten. Meskipun demikian, program mekanisasi pertanian secara bertahap perlu terus dikembangkan karena semakin terbatasnya tenaga kerja di pedesaan terutama buruh tani, meningkatnya efisiensi dan efektivitas pemanfaatan alat itu sendiri, meningkatnya tuntutan konsumen terhadap mutu dan kualitas produk pertanian. Pada tahun 2011 ini jumlah alat mesin pertanian yang diberikan ke tingkat petani mengalami sedikit penurunan seperti pada tahun 2012, hal ini disebabkan karena alat mesin tahun-tahun sebelumnya masih ada serta masih layak untuk digunakan dan diarahkan untuk pengembangan sarana reparasi alat mesin tersebut.
Pengembangan kegiatan mekanisasi pertanian diharapkan dapat berdampak positif terhadap kualitas penerapan teknologi usaha tani, pendapatan usaha tani, peningkatan minat generasi muda untuk terus bekerja di sektor pertanian, sehingga diharapkan usaha tani dan bisnis pertanian dapat terus berkembang serta dapat meningkatkan minat para generasi muda agar tidak merasa minder dalam bergumul dengan lumpur dan bercinta dengan tanah dan terus bekerja pada sektor pertanian dalam merajut masa depan keluarga.
Pada tahun 2012, sebagai langkah strategis dalam mengelola alat mesin pertanian di Kabupaten Bandung, Dinas Pertanian Perkebunan dan Kehutanan mengembangkan Unit Pelayanan Jasa Alsintan yang bertujuan untuk mengelola dan memelihara alat dan mesin pertanian yang telah ada di lapangan. Dengan UPJA ini, kelompok-kelompok masyarakat mendapatkan alternatif usaha dalam bidang penyewaan alat mesin pertanian tersebut. Hal tersebut dapat memberikan efek positif pada kedua belah pihak. Di sisi petani, akan mempermudah pekerjaan dan mempercepat waktu usahanya dengan pembayaran sewa setelah panen, di sisi lain, UPJA akan mendapatkan keuntungan sebagai penghasilan dan
Renca
na K
erj
a 2
014
91
pemeliharaan aset UPJA. Kehadiran UPJA di perdesaan diharapkan dapat memenuhi kebutuhan petani, kelompok tani dan gabungan kelompok tani dalam rangka penyediaan pelayanan jasa alsintan guna mendukung tercapainya pemenuhan produksi pertanian yang terus meningkat sejalan dengan pertambahan jumlah penduduk, menurunnya daya dukung lahan, rendahnya intensitas pertanaman, dan kepemilikan alsintan secara individu yang kurang menguntungkan.
Tabel 3.7. Perbandingan Jumlah Alat Mesin Pertanian di tingkat petani Kabupaten
Bandung Tahun 2011 dan Tahun 2012
No Jenis Alsintan
Tahun 2011 (Unit) Tahun 2012 (Unit)
Total Yang dapat
digunakan Rusak Total
Yang dapat digunakan
Rusak
1 Alat Pengolahan Lahan 456 402 54 593 539 54
2 Alat Pemupukan 243 135 108 243 135 108
3 Alat Pemberantasan OPT 46.472 45.669 803 46.556 45.753 803
4 Pompa Air 425 411 14 571 533 38
5 Sabit Bergerigi 219 194 25 998 987 11
6 Alat Pengolah Padi 1.700 1.664 143 1.726 1.519 207
7 Alat Pengolah Jagung 18 18 0 18 18 0
8 Alat Pengolah Non Jagung 154 135 19 154 135 19
9 Perajang 3 3 0 3 3 0
10 Grader 409 363 46 409 363 46
Sumber: UPTD Alat mesin Pertanian dan Pengendalian OPT; Statistik DISTANBUNHUT Kab. Bandung 2012.
Pada Tahun 2012, pemerintah Kabupaten Bandung melalui Dinas Pertanian Perkebunan dan Kehutanan telah memberikan stimulan berupa alat mesin pertanian kepada kelompok tani sebagai langkah dalam pengembangan UPJA, berupa alat dan mesin baik pada sub sistem on-farm maupun sub sistem pasca panen dan pengolahan hasil. Hal tersebut dilakukan dengan tujuan untuk meningkatkan produktivitas usaha kelompok tani. Stimulan alat dan mesin tersebut berupa:
1. Traktor sebanyak 89 unit, terdiri dari 13 unit berasal dari APBD
Kabupaten Bandung; 26 unit dari APBD Provinsi Jawa Barat; dan 50
unit dari APBN Kementerian Pertanian.
2. Alat pengendalian OPT berupa hand sprayer, emposan, dan power
sprayer sebanyak 92 unit yang berasal dari APBD Kabupaten
Bandung.
3. Alat dan mesin perbengkelan pertanian sebanyak 2 paket.
Lebih lanjut, pengembangan UPJA di Kabupaten telah dilaksanakan di Kecamatan Kutawaringin dan Ciparay. Kedua UPJA center tersebut diharapkan dapat memberikan efek positif untuk menjawab kebutuhan masyarakat tani akan alat dan mesin pertanian.
4. Pengendalian Organisme Pengganggu Tanaman (OPT)
Renca
na K
erj
a 2
014
92
Salah satu upaya pengamanan produksi beras daerah adalah pengendalian OPT. Pemerintah Kabupaten Bandung berupaya seefektif dan seefisien mungkin dalam mengendalikan serangan OPT maupun menangani bencana alam. Hal ini memberikan efek positif dalam meminimalisasi kemungkinan terjadinya puso yang diakibatkan oleh serangan OPT dan bencana alam kekeringan/banjir. Melalui pembentukan Brigade Proteksi Tanaman di tingkat kecamatan dan desa se-Kabupaten Bandung pengendalian dan penanganan tersebut dapat segera dilakukan secara cepat, tepat, dan akurat.
Brigade proteksi tanaman merupakan agen pemerintah yang bertugas sebagai pemantau, pengendali, dan pelaksana pengamanan produksi pangan di Kabupaten Bandung, terutama yang diakibatkan oleh serangan OPT dan bencana alam. Agen tersebut terdiri dari Petugas Pengendali OPT (POPT) dinas dan para petani di desa dan kecamatan se-Kabupaten Bandung. Setiap kejadian di lapangan akan segera ditangani secara cepat dan tepat dengan memotong jalur koordinasi/birokrasi. Teknologi pengendalian OPT yang telah dilaksanakan adalah: (1) Spot Stop; (2) Trips Barrier System; (3) Agen hayati.
Selain itu, pengembangan desa-desa PHT yang bekerjsama dengan BPTPH Provinsi Jawa Barat menjadi salah satu prioritas langkah untuk mengendalikan serangan OPT. Melalui kombinasi Desa PHT dan brigade proteksi tanaman diharapkan akan mengurangi dampak negatif dari serangan OPT dan bencana alam terhadap jumlah produksi dan keadaan puso. Berikut stimulan yang telah disalurkan untuk pengendalian OPT, yang berasal dari APBD Kabupaten Bandung dan APBN, adalah:
Tabel 3.8 Stimulan Pengendalian OPT Tahun 2012
No Sarana Volume
1. Sarana pengendali agen hayati a. Trichogaamma sp b. metharizium sp c. Beauveria sp
900 pias 800 bungkus 800 bungkus
2. Teknologi trip barrier system 40 paket
3. Obat-obatan pengendalian OPT a. Rodentisida anti oagulan b. Insektisida c. Fungisida d. Rodentisida/pengasapan
300 kg 300 kg 250 kg 40 kg
Sumber: UPTD Alat mesin Pertanian dan Pengendalian OPT Sub sistem pengelolaan infrastruktur dasar pertanian
1. Pengelolaan Infrastruktur Pengairan
Renca
na K
erj
a 2
014
93
Pada sisi pengelolaan infrastruktur pengairan, Pelaksanaannya ditentukan oleh beberapa peraturan termasuk pengaturan kewenangan diantaranya. Undang-undang No. 7 tahun 2004 tentang SDA dan Peraturan Pemerintah No. 20 tahun 2006 tentang Irigasi mengamanatkan bahwa tanggung jawab pengelolaan jaringan irigasi tersier sampai ke tingkat usahatani (JITUT) dan jaringan irigasi desa (JIDES) menjadi hak dan tanggung jawab petani pemakai air (P3A) sesuai dengan kemampuannya. Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 38 tahun 2007 tentang pembagian urusan pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintah daerah Provinsi dan Pemerintah daerah Kabupaten/Kota disebutkan bahwa kewenangan pengembangan dan rehabilitasi jaringan irigasi tingkat usahatani dan jaringan irigasi desa menjadi kewenangan dan tanggung jawab instansi tingkat kabupaten/kota yang menangani urusan pertanian.
Potensi sumber daya air permukaan di wilayah Kabupaten Bandung dari sisi kuantitas dapat dikatakan cukup baik apabila hanya dilihat secara jumlah volume keseluruhan dalam setahun. Namun apabila ditinjau dari periode waktu dan lokasi setiap Satuan Wilayah Sungai (SWS), kondisi ketersediaan sumber air ini diperkirakan mempunyai 3 macam fluktuasi yaitu fluktuasi tinggi, Sedang dan Rendah. Potensi sumber daya air yang dimiliki oleh Kabupaten Bandung berupa mata air dan situ-situ serta curah hujan. Untuk pemanfaatan sumber air tersebut telah dibangun bangunan pengambilan utama berupa bendungan, embung dan bangunan irigasi-irigasi, bendungan-bendungan yang ada ini dimanfaatkan selain untuk mengairi lahan pertanian juga untu pembangkit tenaga listrik.
Potensi air permukaan sungai dan air permukaan bendungan yang ada di Kabupaten Bandung dapat dilihat pada Tabel 3.9 di bawah ini.
Tabel 3.9. Potensi Air Permukaan Bendungan Desa di Kabupaten Bandung
No Lokasi Nama
Sungai/ DAM
Volume (Juta m3)
Kecamatan Desa
1 Soreang - Sadu - Cibeureum 20,0947
- Buninagara - Leuwikuya 97,4462
2 Pasirjambu - Buninagara - Leuwikuya -
3 Ciwidey - Panyocokan - Cigadog 30,2745
4 Margaasih - Lagadar - Malang 20,1326
5 Katapang - Parungserab - Leuwikuya 18,6567
- Banyusari - Kiarawuyeuh
8,7039
- Juntigirang - Juntihilir 6,5847
- Banyusari - Baros 2,1192
Renca
na K
erj
a 2
014
94
No Lokasi Nama
Sungai/ DAM
Volume (Juta m3)
Kecamatan Desa
6 Majalaya - Wangisagara - Wangisagara
63,8793
7 Ciparay - Pakutandang - Cirasea 93,5105
8 Pacet - Maruyung - Wanir 71,1452
9 Rancaekek - Rancaekek kulon - Ciajasana 46,1848
10 Ibun - Lampegan - Cikaro 125
16 Cangkuang - Jatisari - Ciherang 95,7811
Pengelolaan sumberdaya air ini, dilaksanakan program pengontrolan dan pemeliharan juga rehabilitasi saluran-saluran irigasi tersier yang ada melalui JIDES dan JITUT, agar supaya tidak terjadi kekeringan pada musim kemarau dan banjir pada musim penghujan dan juga pembuatan sumur pantek serta embung. Tujuan utama pengelolaan/pemeliharaan air irigasi ini adalah untuk (1) meningkatkan indeks pertanaman (IP) dan (2) mengurangi dampak bencana alam kekeringan dan banjir. Upaya pemeliharaan saluran irigasi tersebut, dianggarkan baik berasal dari APBD Kabupaten Bandung, APBD Provinsi Jawa Barat, maupun APBN.
Pada Tahun 2012, ada beberapa kegiatan pengelolaan air irigasi tersier di beberapa wilayah kecamatan di Kabupaten Bandung, yakni kegiatan rehabilitasi Jaringan Irigasi Desa (JIDES), Rehabilitasi Jaringan Irigasi Tingkat Usaha Tani (JITUT), pembangunan embung; dan revitalisasi kelembagaan pengelolaan air irigasi - P3A mitra cai -. a. Alokasi anggaran dari APBD Kabupaten Bandung
1. Rehabilitasi Jaringan Irigasi Desa (JIDES) seluas 25 hektar di
Kecamatan Solokanjeruk;
2. Rehabilitasi jaringan irigasi tingkat usahatani (JITUT) seluas 60 hektar
di Kecamatan Cileunyi;
3. Pembangunan jaringan irigasi air permukaan, berupa rumah pompa
sebanyak 6 unit di Kecamatan Bojongsoang, Solokanjeruk, Baleendah,
Cikancung, Ciparay, dan Rancaekek;
4. Stimulan pompa air sebanyak 23 unit;
5. Revitalisasi P3A Mitra Cai.
b. Alokasi anggaran dari APBD provinsi Jawa Barat
Revitalisasi kelembagaan pengelola air irigasi menjadi prioritas utama. c. Alokasi anggaran dari APBN Kementerian Pertanian
1. Rehabilitasi jaringan irigasi seluas 1.000 hektar di Kecamatan
Cangkuang, Kutawaringin, Pameungpeuk, Rancaekek, Cicalengka,
Renca
na K
erj
a 2
014
95
Solokanjeruk, Majalaya, Ciparay, Paseh, Cikancung, Nagreg, Ibun,
Baleendah, Bojongsoang, Pacet, Katapang, Pasirjambu, Cimaung,
Cileunyi.
2. Pengelolaan Lahan
Pengelolaan lahan ditujukan untuk mengoptimal penggunaan lahan
bagi pengusahaan agribisnis tanaman pangan, hortikultura, dan
perkebunan, sehingga dapat meningkatkan Indeks Pertanaman (IP) dan
berproduktif. Lebih lanjut, pengotimalisasi lahan tersebut termasuk
pembangunan infrastruktur dasar – jalan, optimalisasi, konservasi –.
Pengelolaan lahan tersebut juga merupakan langkah strategis yang
dilakukan oleh Dinas Pertanian Perkebunan dan Kehutanan untuk menjaga
dan mengamankan ketersediaan pangan lokal. Langkah strategis yang
dilakukan bersumber dari APBD Kabupaten Bandung dan APBN
Kementerian Pertanian, yang meliputi:
1) Pembangunan/rehabilitasi jalan usaha tani
Pada Tahun 2012, rehabilitasi jalan usaha tani dilakukan di
Kecamatan Pacet sebanyak 1 km
2) Optimalisasi lahan tidak produktif, yang dilaksanakan seluas 500 hektar dengan mengembangkan budidaya pertanian tanaman pangan alternatif, seperti ubi kayu
Peningkatan kapasitas dan kapabilitas petani melalui desiminasi teknologi budidaya tanaman
Berdasarkan data yang ada, diketahui bahwa pada tahun 2012 penerapan teknologi budidaya pertanian terutama padi dan palawija melalui metode PTT (Pengelolaan Tanaman Terpadu) mengalami kenaikan dalam skala presentase di tingkat petani terutama dalam hal pemupukan berimbang, begitupun dalam hal penggunaan benih bermutu, namun demikian ternyata penggunaan benih bermutu pun terkadang hasilnya tidak signifikan ini dimungkinkan karena benih tersebut tidak sesuai dengan iklim mikro di tempat/lahan para petani itu berada. Penerapan teknologi pertanian tanaman pangan melalui metode PTT (Pengelolaan Tanaman Terpadu) di tingkat petani dapat dilihat pada Tabel 3.10.
Tabel 3.10 Penerapan Teknologi di Tingkat Petani thn 2011-2012
No Metode Teknologi Penerapan Penerapan Perkembangan
Renca
na K
erj
a 2
014
96
Tahun 2011 (Ha)
Tahun 2012 (Ha)
Tahun 2012 thdp 2011
1 Pupuk Berimbang 11.650 22.637 194,31 2 Benih
Bermutu/Berlabel 12.433 24.477 196,87
3 Penerapan SRI 700 1.000 142,86 4 S L P T T 15.200 16.600 109,21
Sumber: Bidang Pangan DISTANBUNHUT Kabupaten Bandung, 2012
Berdasarkan data Tabel 3.10 dapat dilihat bahwa desiminasi teknologi khususnya pada peningkatan produktivitas tanaman pangan dapat dikatakan telah menyebar hampir ke seluruh kawasan/lahan pertanian terutama lahan sawah di Kabupaten Bandung. Hal ini terbukti penggunaan pupuk berimbang dan benih bermutu/berlabel meningkat dari luas lahan sawah yang telah menerapkan teknologi pupuk berimbang 11.650 hektar menjadi 22.637 hektar pada tahun 2012 atau 62,92% dari total luas lahan sawah di Kabupaten Bandung dan 12.433 hektar luas lahan sawah yang menerapkan teknologi benih bermutu/berlabel menjadi 24.477 hektar pada Tahun 2012 atau 68,31% dari total luas lahan sawah.
Lebih lanjut, 16.600 hektar atau 46,14% dari total luas lahan sawah telah mengikuti dan menerapkan teknologi Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT). SL-PTT tersebut termasuk didalamnya SL-PTT padi sawah non hibrida, padi sawah hibrida, padi ladang, dan SL-PTT jagung. 1.000 hektar juga telah menerapkan teknologi System Rice of Intensification (SRI) yang merupakan cikal bakal pengembangan padi organik di Kabupaten Bandung.
Pada Tahun 2012, Penerapan SRI fokus pengembangan pertanian di Kecamatan Bojongsoang, Ciparay, Baleendah, Banjaran, dan Solokanjeruk, yang memberikan dampak positif bagi petani. Petani secara antusias mengembangkan pertanian padi organik. Jumlah kelompok tani yang telah mendapat sertifikasi organik dari Inofice sebanyak 2 kelompok di Kecamatan Ciparay dan Bojongsoang. Salah satu diantaranya telah mendapatkan kerjasama dengan eksportir PT. Amazing Farm dan PT. Sarinah Agro Mandiri dalam hal pemasaran, yaitu Kelompok Tani “Organik Sarinah” Kecamatan Ciparay dengan produksi rata-rata 11,44 kuintal/ha GKP. Lebih lanjut, untuk meningkatkan keberdayaan kelembagaan pertanian organik di Kabupaten Bandung, khususnya di wilayah Kecamatan Ciparay dibentuk “Asosiasi Organik”. Penerapan SRI tersebut dari sisi harga produk mengalami peningkatan. Dari semula harga jual gabah sebesar + Rp3.500 per kg dengan konvensional menjadi + Rp5.000/kg dan dalam bentuk beras kemasan dijual + Rp15.000/kg.
Renca
na K
erj
a 2
014
97
Gambar 3.2 pengembangan pertanian organik Kelompok tani Sarinah Peningkatan Sarana Prasarana Pasca Panen dan Pengolahan Hasil
Penanganan panen dan pasca panen di Kabupaten Bandung pada tahun 2012 untuk komoditas padi dan jagung memperlihatkan perkembangan yang cukup mengembirakan, hal ini salah satunya dapat dilihat dari tingkat penurunan angka kehilangan hasil dalam hal pemanenan serta pengolahan pasca panennya. Berdasarkan data yang ada, tingkat kehilangan hasil komoditas padi pada tahun 2011 dalam penanganan pasca panen mencapai 11,15% dan pada tahun 2012 ini menurun 0,75% menjadi 10,75%. Sedangkan pada komoditas jagung angka kehilangan hasil tahun 2010 sebesar 4,20% menurun menjadi 4,17% pada tahun 2011 (turun 0,03%), ditunjukkan pada Tabel 3.11. Nilai-nilai penurunan kehilangan hasil tersebut diukur pada kelompok tani yang mendapatkan intervensi bantuan.
Penurunan tingkat kehilangan hasil tersebut didukung adanya penggunaan alat mesin pertanian yang semakin modern, tingkat kesadaran petani dan ketrampilan petani yang semakin meningkat sejalan
Renca
na K
erj
a 2
014
98
dengan upaya pembinaan yang cukup intensif dari Dinas Pertanian, Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Bandung.
Tabel 3.11 Realisasi Tingkat Kehilangan Hasil Komoditas Padi dan Jagung
Tahun 2010, 2011, dan 2012.
No
Komponen
Tahun 2010 Tahun 2011 Tahun 2012
Padi Jagung
Padi Jagung
Padi Jagung
1 Panen 2,42 0,29 2,35 0,29 0,58 0,27
2 Perontokan 3,91 2,77 3,35 2,76 3,33 2,76
3 Pengeringan 2,83 0,72 3,03 0,71 3,83 0,70
4 Pengilingan 2,36 0,42 2,42 0,41 3,01 0,41
JUMLAH 11,52 4,20 11,15
4,17 10,75
4,14
Sumber : Bidang Tanaman Pangan DISTANBUNHUT Kabupaten Bandung, 2012
Pada tahun 2012, Pemerintah Kabupaten Bandung yang didukung
oleh anggaran yang bersumber dari APBN Kementerian Pertanian dan
APBD Provinsi Jawa Barat telah memberikan stimulan barang dan
peningkatan keterampilan dan pengetahuan teknologi pasca panen dan
pengolahan hasil sebagai upaya dalam pengembangan dan pemberdayaan
kelompok-kelompok pengolahan hasil berbasis komoditas tanaman
pangan, berupa:
1. Rice Milling Unit (RMU) sebanyak 2 paket di Kecamatan Ciparay dan
Rancaekek;
2. 2 unit power thresher multiguna di Kecamatan Nagreg dan
Cikancung;
3. Penggilingan padi/power thresher/peda thresher sebanyak 18 unit
di Kecamatan Ciparay, Cimaung, Bojongsoang, Cangkuang, dan
Margaasih;
4. Combine harvester sebanyak 2 unit di Kecamatan Kutawaringin dan
Ciparay;
5. Mesin pengering vertical sebanyak 1 unit di Kecamatan
Bojongsoang.
Renca
na K
erj
a 2
014
99
Sasaran Strategis 2 Meningkatkan keunggulan komparatif dan kompetitif produk pertanian melalui pengembangan agribisnis dalam aglomerasi ekonomi pertanian
Sasaran strategis ini diarahkan untuk mengembangkan kelompok-
kelompok usaha agribisnis yang berbasis komoditas hortikultura dan perkebunan unggul lokal Kabupaten Bandung. Agribisnis hortikultura dan perkebunan dikembangkan berdasarkan pada potensi satu kawasan tertentu. Pengembangan Kawasan Pertanian menekankan transformasi desa-desa dengan memperkenalkan unsur-unsur urbanisme ke dalam lingkungan pedesaan yang spesifik yang didalamnya menekankan kekuatan lokal untuk berkembang aktif dalam struktur ekonomi wilayah.
Selain itu, pertimbangan kaidah-kaidah konservasi air dan tanah menjadi prioritas dalam pengembangan kawasan hortikultura dan perkebunan di Kabupaten Bandung. Penentuan kawasan-kawasan didasarkan pada: (1) potensi yang dimiliki; (2) sumberdaya pertanian yang memadai; (3) sesuai kaidah konservasi dan tercantum dalam RTRW Kabupaten Bandung; dan (4) memiliki peluang komparatif dan kompetitif.
Berdasarkan hasil pengukuran terhadap pencapaian sasaran strategis 2 seperti yang telah dilakukan dan dapat dilihat pula dari berbagai fakta yang ada, baik berupa keberhasilan maupun kekurangberhasilan pelaksanaan pembangunan pertanian di Kabupaten Bandung, apabila dibandingkan dengan tahun 2012 maupun terhadap sasaran/target yang telah ditentukan, ataupun juga terhadap realisasi pencapaian dalam pelaksanaan kegiatan pada tahun 2012 ini. Tabel 3.12 pengukuran sasaran strategis 2 Tahun 2012
Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target Kinerja
Realisasi %
Meningkatkan keunggulan komparatif dan kompetitif produk pertanian melalui pengembangan agribisnis dalam aglomerasi ekonomi pertanian
1. Jumlah produksi komoditas unggulan: - Sayuran (ton) - Buah-buahan (ton)* - Biofarmaka (ton)* - Tan. Hias (tangkai) - Kopi (ton) - Teh (ton) - Cengkeh (ton)
1.060.004 574.281 859.830 388.369
4.064 3.261
116
783.488 184.842 399.729
1.070.448 6.362 3.124
62
73,91 32,18 46,49
275,63 156,54 95,80 53,45
2. Jumlah kelompok tani yang telah memiliki registrasi kebun
a. Hortikultura (kel) b. Perkebunan (kel)
9 -
11 -
122,22 100,00
3. Jumlah kelompok usaha rumah kemasan dan UPH:
a. Hortikultura (kel) b. Perkebunan (kel)
2 2
8 7
400 350
Renca
na K
erj
a 2
014
10
0
Pencapaian Jumlah Produksi Komoditas Hortikultura dan Perkebunan
Produksi serta produktivitas komoditas pertanian khususnya komoditas hortikultura dan perkebunan yang diunggulkan di Kabupaten Bandung tahun 2012 ini terjadi peningkatan yang cukup signifikan walaupun menghadapi kendala-kendala yang cukup sulit seperti keadaan alam yang cukup ekstreem khususnya iklim yang kering, namun disisi lain iklim tersebut membantu dalam pertumbuhan serta perkembangan bunga dan pembuahan komoditas hortikultura dan perkebunan sehingga umumnya mampu menaikan produksi dan produktivitasnya asalkan pengairannya tetap terjaga dan terpenuhi. Selain itu pula ada tantangan internal diantaranya adalah peralihan komoditas karena alasan-alasan tertentu, pengurangan lahan produktif karena digunakan untuk keperluan lainnya serta terkadang penanaman/pertanian komoditas hortikultura berbenturan dengan isu-isu tentang kaidah-kaidah konservasi.
Berikut diantaranya peningkatan produksi dari komoditas hortikultura dan perkebunan antara lain; kentang dari 110.793 ton menjadi 131.007 ton, bawang merah dari 20.887 ton menjadi 39.222 ton, produksi tomat dari 94.124 ton menjadi 94.486 ton, strawberry produksinya naik 429,9%, dari 35.342 ton menjadi 151.959 ton serta produksi tanaman perkebunan rakyat yaitu; teh 15.708,50 ton naik 100,07% (bahan mentah) dari tahun 2011, kopi mencapai 25.449,76 ton naik 136%, serta tembakau naik sebesar 123% dari tahun 2011.
Sayuran
Lima komoditas utama sayuran di kabupaten Bandung adalah kentang,
tomat, cabe, bawang merah, dan kubis. Kelima komoditas tersebut
mengalami peningkatan dalam hal produksi dan produktivitas. Disamping
itu, terdapat komoditas-komoditas spesifikasi lokal dan eksklusif yang
dikembangkan atas kerjasama antara petani dengan pelaku pasar (ritel,
industri, dan eksportir), seperti wortel, brokoli, paprika, dan sayuran
eksklusif jepang. Komoditas tersebut tersebar di Kecamatan Pangalengan,
Ciwidey, Pasirjambu, Rancabali, Cimenyan, dan Kertasari.
Perkembangan yang cukup signifikan adalah pada komoditas stroberi
dengan jumlah produksi sebanyak 151.959 ton dari luas areal 451 hektar.
Komoditas stroberi tersebar di 3 kecamatan – Pasirjambu, Ciwidey, dan
Rancabali –. Pada tahun 2012, Pemerintah Kabupaten Bandung
mendeklarasikan da menetapkan sebagai “kabupaten stroberi” dengan
Renca
na K
erj
a 2
014
10
1
memecahkan rekor muri. Melalui penetapan ini, memberikan komitmen
dari pemerintah untuk mengembangkan komoditas unggul lokal.
Tabel 3.12 Realisasi Luas Tanam, Luas Panen, Produksi dan Produktivitas
Komoditas Sayuran di Kabupaten Bandung Tahun 2012
No Uraian Komoditi Realisasi
2010 Realisasi
2011 Realisasi
2012
Perkembangan Realisasi Th.2012
thdp Th.2011
1 Bawang Merah
Luas Tanam (ha) 2.098 2.827 3.116 110,22
Luas panen (ha) 2.378 1.799 3.265 181,49
Produksi (ton) 26.990 20.887 39.222 187,79
Produktivitas (kwt/ha) 113,98 116,10 120,13 103,47
2 Kentang
Luas Tanam (ha) 4.834 6.527 6.711 102,82
Luas panen (ha) 5.606 5.346 7.036 131,61
Produksi (ton) 114.919 110.793 131.007 118,24
Produktivitas (kwt/ha) 204,99 207,25 186,19 89,84
3 Kubis
Luas Tanam (ha) 4.424 5.394 5.266 97,63
Luas panen (ha) 4.424 4.592 5.242 114,16
Produksi (ton) 102.747 109.326 125.606 114,89
Produktivitas (kwt/ha) 232,2 238,08 239,61 100,65
4 Cabe
Luas Tanam (ha) 711 787 226 28,72
Luas panen (ha) 969 740 691 93,38
Produksi (ton) 20.684 20.682 20.376 98,52
Produktivitas (kwt/ha) 213,58 87,74 294,88 336,07
5 Tomat
Luas Tanam (ha) 1.344 1.295 1.174 90,66
Luas panen (ha) 1.499 1.339 1.097 81,93
Produksi (ton) 86.960 94.124 94.486 100,38
Produktivitas (kwt/ha) 580,12 702,95 861,31 580,12
6 Bawang Daun
Luas Tanam (ha) 2.764 3.147 3.549 112,77
Luas panen (ha) 2.696 2.969 3.512 118,29
Produksi (ton) 38.479 49.570 54.115 109,17
Produktivitas (kwt/ha) 142,73 166,96 154,09 92,29
7 Kembang Kol
Luas Tanam (ha) 294 466 512 109,87
Luas panen (ha) 289 418 511 122,25
Produksi (ton) 5.419 8.091 9.958 123,08
Produktivitas (kwt/ha) 187,51 193,56 194,88 100,68
8 Petsai/Sawi/Sosin
Luas Tanam (ha) 2.788 3.128 3.176 101,53
Luas panen (ha) 2.787 3.015 3.218 106,73
Produksi (ton) 55.536 61.396 67.581 110,07
Produktivitas (kwt/ha) 199,27 203,63 210,01 103,13
9 Wortel
Luas Tanam (ha) 1.566 2.131 1.745 81,89
Luas panen (ha) 1.457 2.006 1.796 89,53
Produksi (ton) 31.738 42.524 40.316 94,81
Produktivitas (kwt/ha) 217,83 211,99 224,48 105,89
10 Lobak
Luas Tanam (ha) 365 376 306 81,38
Luas panen (ha) 345 360 313 86,94
Produksi (ton) 7.525 8.027 7.228 90,05
Renca
na K
erj
a 2
014
10
2
No Uraian Komoditi Realisasi
2010 Realisasi
2011 Realisasi
2012
Perkembangan Realisasi Th.2012
thdp Th.2011
Produktivitas (kwt/ha) 218,12 222,96 230,91 103,57
11 Kacang Merah
Luas Tanam (ha) 1.877 1.547 1.690 109,24
Luas panen (ha) 2.609 1.191 1.538 129,14
Produksi (ton) 23.797 10.835 9.833 90,75
Produktivitas (kwt/ha) 91,21 90,97 63,93 70,27
12 Kacang Panjang
Luas Tanam (ha) 180 179 119 66,48
Luas panen (ha) 603 139 156 112,23
Produksi (ton) 4.744 2.786 3.620 129,92
Produktivitas (kwt/ha) 78,67 117,59 232,03 197,32
13 Jamur
Luas Tanam (m2) 6.415 8.971 11.413 127,22
Luas panen (m2) 5.172 8.689 20.205 232,54
Produksi (ku) 28.014 15.643 29.530 188,77
Produktivitas (kg/m2) 10,16 18,00 14,62 81,18
14 Terung
Luas Tanam (ha) 117 173 160 92,49
Luas panen (ha) 99 143 186 130,07
Produksi (ton) 2.442 4.673 4.964 106,23
Produktivitas (kwt/ha) 246,66 135,05 266,89 197,62
15 Buncis
Luas Tanam (ha) 478 696 850 122,13
Luas panen (ha) 546 639 789 123,47
Produksi (ton) 11.287 14.857 18.279 123,04
Produktivitas (kwt/ha) 206,72 128,27 231,68 180,62
16 Ketimun
Luas Tanam (ha) 544 561 460 82,00
Luas panen (ha) 456 524 538 102,67
Produksi (ton) 12.885 24.388 18.164 74,48
Produktivitas (kwt/ha) 282,51 207,80 337,62 162,47
17 Labu Siam
Luas Tanam (ha) 21 55 87 158,18
Luas panen (ha) 353 62 69 111,29
Produksi (ton) 52.306 66.493 60.089 90,37
Produktivitas (kwt/ha) 1481,75 10.724,68 8.708,49 81,20
18 Kangkung
Luas Tanam (ha) 193 266 260 97,74
Luas panen (ha) 224 242 255 105,37
Produksi (ton) 2.752 9.092 9.495 104,44
Produktivitas (kwt/ha) 122,9 135,91 372,37 273,98
19 Bayam
Luas Tanam (ha) 106 153 259 169,28
Luas panen (ha) 120 128 267 208,59
Produksi (ton) 793 1.250 2.953 236,29
Produktivitas (kwt/ha) 66,08 97,64 110,61 113,28
20 Seledri
Luas Tanam (ha) 1.624 1.560 1.516 97,18
Luas panen (ha) 1.866 1.596 1.441 90,29
Produksi (ton) 35.501 30.479 28.516 93,56
Produktivitas (kwt/ha) 190,25 190,97 197,89 103,62
21 Cabe Rawit
Luas Tanam (ha) 377 432 282 65,28
Luas panen (ha) 324 424 324 76,42
Produksi (ton) 6.619 11.943 8.150 68,24
Produktivitas (kwt/ha) 67,61 68,45 251,54 367,48
Jumlah Sayuran
Luas Tanam (ha) 33.120 40.671 42.877 105,42
Luas panen (ha) 34.822 36.361 52.449 144,25
Produksi (ton) 672.137 1.060.004 783.488 73,91
Renca
na K
erj
a 2
014
10
3
No Uraian Komoditi Realisasi
2010 Realisasi
2011 Realisasi
2012
Perkembangan Realisasi Th.2012
thdp Th.2011
Produktivitas (kwt/ha) 19,30 19,74 19,94 101,10
22 Strowberry**)
Luas Tanam (ha) 156 172 148 86,05
Luas panen (ha) 1.764 188 141 75,00
Produksi (ton) 27.949 35.342 151.959 429,97
Produktivitas (kwt/ha) 158,44 179,93 10.777,21 5.989,81
Sumber : Bidang hortikultura Dinas Pertanian Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Bandung 2012
Ket **) Termasuk dalam komoditas tanaman buah-buahan semusim
Buah-buahan
Produksi komoditas buah-buahan unggulan seperti alpukat, durian
dan strawberry di Kabupaten Bandung pada tahun 2012 umumnya dapat
melampaui target serta memperlihatkan realisasi yang lebih tinggi jika
dibandingkan dengan tahun 2011, tetapi ada juga yang tidak bisa
melampaui realisasi tahun 2011, ini disebabkan oleh kondisi alam yang
cukup kering sehingga dalam proses pembungaan dan pembuahan
tanaman banyak yang gugur karena evavotranspirasi dari tanaman itu
sendiri cukup tinggi, disamping itu pula sudah banyak tanaman yang tua
dan tidak produktif lagi serta tanaman muda sebagai penggatinya belum
produktif menghasilkan buah. Untuk selengkapnya mengenai realisasi
produksi, dapat dilihat pada Tabel 3.13 di bawah ini.
Tabel 3.13 Realisasi Produksi Tanaman Buah-buahan di Kabupaten Bandung
Tahun 2012 *)
No Komoditi
Produksi ( Kuintal ) Persen Realisasi Produksi
2012 Thdp 2011
Realisasi Tahun 2010
Realisasi Tahun 2011
Realisasi Tahun 2012
1 Alpukat 93.734 78.576 32.982 41,97
2 Belimbing 3.149 3.236 1.533 47,37
3 Duku/Langsat 283 140 321 229,29
4 Durian 8.672 12.067 5.647 46,80
5 Jambu Biji 15.926 25.458 11.016 43,27
6 Jambu Air 3.179 10.384 3.217 30,98
7 Jeruk Besar 3.277 9.833 4.991 50,76
8 Mangga 6.942 27.508 10.674 38,80
9 Manggis 92 118 316 267,80
10 Nangka/Campedak 49.705 34.810 22.605 64,94
11 Nenas 29 18 3 16,67
12 Pepaya 9.270 9.981 4.107 41,15
13 Pisang 292.095 150.041 63.028 42,01
Renca
na K
erj
a 2
014
10
4
No Komoditi
Produksi ( Kuintal ) Persen Realisasi Produksi
2012 Thdp 2011
Realisasi Tahun 2010
Realisasi Tahun 2011
Realisasi Tahun 2012
14 Rambutan 1.485 4.975 4.598 92,42
15 Salak 376 249 147 59,04
16 Sawo 3.674 3.453 2.080 60,24
17 Sirsak 3.221 3.957 2.260 57,11
18 Sukun 16.351 25.847 8.688 33,61
19 Melinjo 5.912 7.321 2.060 28,14
20 Petai 15.502 20.086 4.569 22,75
JUMLAH 532.874 574.281 184.842 32,18
Sumber : Bidang Hortikultura,DISTANBUNHUT Kabupaten Bandung, 2012 *) Data sampai dengan s.d Triwulan II
Tanaman Hias dan Obat-obatan
Produksi komoditas tanaman hias dan obat-obatan unggulan seperti Anggrek, Krisan, Mawar dan Gerbera, serta komoditas tanaman obat di Kabupaten Bandung tahun 2012 yaitu diantaranya jahe, lengkuas, kencur, kunyit umumnya memperlihatkan realisasi produksi yang sedikit menurun dibanding target dan realisasi tahun 2011 ini dikarenakan cuaca yang cukup panas sehingga tidak mendukung terhadap pertumbuhan tanaman dikarenakan porositas, struktur serta agregat tanah menjadi lebih besar dan solid/keras terutama untuk perkembangan tanaman obat-obatan yang kebanyakan berbentuk rimpang. Realisasi produksi tanaman hias tersaji pada tabel 3.14.
Tabel 3.14 Realisasi Produksi Tanaman Hias di Kabupaten Bandung Tahun 2012
No Komoditas Luas Tanam
(m2) Target
Realisasi Produksi 2012
(Tangkai)
Perkemb realisasi thd Target (%)
1 Anggrek 4.300 57.545 117.115 203,52
2 Anthurium Bunga 140 3.614 4.640 128,39
3 Gladiul 201 6.040 1.532 25,36
4 Helicania 700 6.360 4.221 66,37
5 Krisan 12.063 1.200 860.237 71.686,42
6 Mawar 1.538 10.825 23.257 214.85
7 Melati 114 1.148 2.075 180,75
8 Palem 146 358 8.952 2.500,56
9 Sedap Malem 1.331 260.554 40.624 15,59
10 Gerbera 268 14.138 4.689 33,17
11 Anyelir 85 29.737 3.106 10,44
12 Dracaena 30 - - -
Jumlah 20.916 388.369 1.070.448 Sumber : Bid. Hortikultura, DISTANBUNHUT Kabupaten Bandung, 2012
Renca
na K
erj
a 2
014
10
5
Tabel 3.15 Realisasi Produksi Tanaman Obat Tahun 2012 *)
No Komoditas Luas Tanam Baru (m2)
Produksi (Kg) Perkemb Realisasi Produksi
Thd Target (%)
Target Realisasi
1 Jahe 33.953 232.006 75.700 32,628
2 Lengkuas 8.892 51.381 25.213 49,071
3 Kencur 6.881 58.826 17.436 29,640
4 Kunyit 8.925 141.030 33.510 23,761
5 Lempuyang 342 1.710 865 50,585
6 Temulawak 2.170 53.008 5.600 10,564
7 Temu Ireng 750 952 275 28,887
8 Kaji Beling 263 884 292 33,032
9 Kapulaga 6.047 5.700 12.294 215,684
10 Sambiloto 118 284 146 51,408
11 Mengkudu/Pace 1 12.751 13.275 104,109
Jumlah 68.342 558.532 184.606 33,052
Sumber : Bid. Hortikultura, DISTANBUNHUT Kabupaten Bandung, 2012 (Datas.d Triwulan II) *) Data sampai dengan s.d Triwulan II
Tanaman Perkebunan
Upaya peningkatan fungsi lahan serta penanaman baru komoditas (Replanting) perkebunan di Kabupaten Bandung dilaksanakan dalam rangka optimalisasi penggunaan lahan perkebunan yang telah ada, agar supaya terjadi peningkatan produksi komoditas perkebunan, terutama produksi tanaman perkebunan unggulan Kabupaten Bandung. Pencapaian produksi tanaman Perkebunan unggulan (Perkebunan Rakyat) tahun 2012 di Kabupaten Bandung adalah diantaranya sebagai berikut:
- Teh : Jumlah produksi bahan mentah mencapai 15.708,5 ton meningkat 11,50 ton dari tahun 2011 yang hanya 15.697 ton, serta hasil olahan mencapai 3,142 ton.
- Kopi : Jumlah produksi bahan mentah mencapai 25.449,76 ton, dan Hasil Olahan mencapai 6.362,44 ton. Perbandingan produksi bahan mentah dengan tahun 2011 adalah mencapai 136 %.
- Cengkeh : Jumlah produksi bahan mentah mencapai 248,18 ton dan hasil olahan 62,05 ton dan perbandingan hasil bahan mentah antara 2012 dengan 2011 mencapai 123,65 %.
- Tembakau
: Jumlah produksi bahan mentah mencapai 6.603,36 ton dan hasil olahan 1.320,67 ton dan perbandingan bahan mentah antara 2012 dengan 2011 mencapai 123 %.
Renca
na K
erj
a 2
014
10
6
Sumber. Bid. Perkebunan DISTANBUNHUT 2012
Pengembangan Agribisnis Berbasis Komoditas Hortikultura dan Perkebunan
Sejalan dengan pemenuhan dalam pencapaian jumlah produksi,
pengembangan agribisnis berbasis komoditas hortikultura juga menjadi
sasaran dalam pembangunan pertanian, perkebunan, dan kehutanan.
Pengembangan agribisnis ditujukan untuk meningkatkan keberdayaan
kelembagaan petani. Manajemen kelembagaan petani dikelola, sehingga
terjalin kerjasama/kemitraan bisnis di antara para pelaku usaha dalam
satu kesatuan system agribisnis, di mulai dari sistem off-farm hulu, on-
farm, on-farm hilir dan pasar.
Seperti halnya komoditas tanaman pangan, pengembangan
agribisnis hortikultura dan perkebunan tidak lepas dari pengelolaan faktor-
faktor yang mempengaruhi pada sisi pencapaian produksi. Pengembangan
pupuk organik (UPPO), pembangunan/rehabilitasi jaringan irigasi, dan
pengembangan dan penyediaan sarana produksi benih menjadi fokus
utama pada sub sistem off-farm hulu. Pada Tahun 2012, kegiatan yang
menunjang peningkatan kapasitas sub sistem off-farm hulu dialokasikan
dari anggaran yang bersumber dari APBD Kabupaten Bandung, APBD
Provinsi Jawa Barat, dan APBN Kementerian Pertanian.
1. Alokasi Anggaran APBD Kabupaten Bandung
a. Pembangunan embung 4 unit, di Kecamatan Cimenyan,
Pangalengan, Pasirjambu, dan Kertasari;
b. Fasilitasi bibit hortikultura: sayuran, buah-buahan, tanaman
hias, dan biofarmaka (jahe) dan komoditas perkebunan: kopi,
teh, dan cengkeh di Kecamatan Cikancung, Kutawaringin,
Soreang, Pacet, Kertasari, Ciwidey, Cimaung, Cilengkrang,
Cimenyan, Pasirjambu, Pangalengan, Rancabali, Arjasari,
Cicalengka, dan Paseh;
c. Pengembangan jaringan irigasi;
d. Pembangunan/rehabilitasi jalan produksi dan jalan usaha tani;
e. Pengembangan rumah kompos/ unit pengolahan pupuk organik
2. Alokasi Anggaran APBN Kementerian Pertanian
a. Konservasi lahan
b. Optimalisasi lahan
Renca
na K
erj
a 2
014
10
7
Melalui pengembangan agribisnis berbasis hortikultura dan
perkebunan tersebut, beberapa kelompok usaha telah berhasil
mengembangkan unit-unit pasca panen dan pengolahan hasil dalam
bentuk rumah kemasan (packing house) pada komoditas hortikultura dan
UPH pada komoditas perkebunan. Kelompok-kelompok tersebut telah
bekerjasama/berkemitraan dengan perusahaan, ekportir, dan industry
pengolahan lainnya. Lebih lanjut, kelompok usaha Jaya Alam Lestari
Kecamatan Pasirjambu telah mendapatkan sertifikat organik untuk produk
hortikulturan – sayuran – organik. Pengembangan keberdayaan
kelembagaan pemasaran hasil hortikultura dan perkebunan dialokasikan
dalam anggaran yang bersumber dari APBD Kabupaten Bandung dan
APBN Kementerian Pertanian Tahun 2012.
Sasaran Strategis 3
Mengembangkan usaha ekonomi produktif dalam upaya
stabilitas kualitas lingkungan hutan dan lahan
Rehabilitasi hutan dan lahan di Kabupaten Bandung dilaksanakan melalui
2 mekanisme pendekatan: (1) pendekatan vegetatif dan (2) pendekatan
ekonomi dengan mengembangkan agribisnis di sekitar hutan. Kedua
mekanisme tersebut saling berkesinambungan dan ketergantungan satu
dengan yang lainnya.
Tabel 3.16. pengukuran sasaran strategis 3 Tahun 2012
Sasaran Strategis
Indikator Kinerja Target Kinerja
Realisasi %
Mengembangkan usaha ekonomi produktif dalam upaya stabilitas kualitas lingkungan hutan dan lahan
1. Jumlah usaha agribisnis hasil non-kayu: - Jamur - Lebah Madu - Ulat Sutera
1 unit 1 kel 1 kel
1 unit 2 kel 1 kel
100,00 200,00 100,00
2. Jumlah usaha agribisnis hasil kayu
- - -
3. Penanaman lahan kritis (hektar)
4.415 6.097 138,10
Renca
na K
erj
a 2
014
10
8
Pengelolaan Lahan Kritis
Adanya praktek-praktek budidaya pertanian yang tidak memperhatikan
kaidah-kaidah konservasi tanah dan air serta banyaknya penelantaran lahan-
lahan kering yang berlangsung dalam jangka waktu yang cukup lama telah
mengakibatkan terjadinya lahan-lahan kritis di Kabupaten Bandung.
Keberadaan lahan kritis di Kabupaten Bandung ini telah menyebabkan
rusaknya keseimbangan, daya dukung serta daya tampung lingkungan
terutama pada lahan-lahan yang terdapat di daerah-daerah hulu dengan
fungsi sebagai daerah resapan air. Kondisi yang sama, dan dengan ditambah
banyaknya pemukiman pendudukpun terjadi di daerah sepanjang aliran sungai
(DAS), keadaan ini pada akhirnya turut berpengaruh sebagai faktor penyebab
atau faktor yang mempercepat terjadinya bencana alam di Kabupaten
Bandung seperti banjir, longsor, kekeringan serta makin tingginya kualitas
pencemaran yang terjadi di beberapa badan sungai di Kabupaten Bandung,
baik pencemaran dari rumah tangga maupun industri.
Sehubungan dengan hal tersebut diatas, Dinas Pertanian
Perkebunan dan Kehutanan pada tahun 2011 dan tahun 2012 ini telah
melakukan upaya-upaya untuk mengurangi luas lahan kritis di Kabupaten
Bandung melalui penanaman komoditas tanaman tahunan produktif
seperti buah-buahan dan kayu-kayuan, baik melalui kegiatan yang dibiayai
APBD Kabupaten, Propinsi maupun APBN TA. 2012. Upaya-upaya tersebut
telah dilakukan Dinas Pertanian Perkebunan dan Kehutanan dan berhasil
menanami lahan kritis serta tegalan seluas 6.096,67 Ha.
Tabel 3.17 Luas Hutan dan Lahan Kritis yang Direhabilitasi
NO LUAS HUTAN DAN LAHAN KRITIS
YANG DIREHABILITASI 2010 (Ha)
2011 (Ha)
2012 (Ha)
1 Soreang 160,00 200,91 55,00
2 Pasirjambu 113,00 547,25 150,00
3 Ciwidey 50,00 356,82 52,50
4 Nagreg 125,00 97,15 298,50
5 Rancabali 160,00 230,00 -
6 Margaasih - - -
7 Bojongsoang - 77,27 -
8 Dayeuhkolot - 11,81 -
9 Banjaran 285,00 - 205,00
10 Pameungpeuk - - 25,00
11 Pangalengan 505,00 306,82 230,00
12 Katapang - 38,35 -
13 Majalaya - 2,27 -
14 Ciparay 55,00 256,82 30,00
15 Pacet 445,00 716,77 250,00
Renca
na K
erj
a 2
014
10
9
NO LUAS HUTAN DAN LAHAN KRITIS
YANG DIREHABILITASI 2010 (Ha)
2011 (Ha)
2012 (Ha)
16 Kertasari 25,00 212,50 75,45
17 Cicalengka 200,00 203,41 248,18
18 Cikancung 100,00 305,19 252,00
19 Rancaekek 1,00 - -
20 Paseh 125,00 160,23 200,00
21 Ibun 135,00 2,27 302,00
22 Cileunyi 225,00 484,30 25,00
23 Cimenyan 185,00 297,05 -
24 Cilengkrang 235,00 169,32 52,50
25 Margahayu 1,00 - -
26 Baleendah 70,00 198,56 75,00
27 Arjasari 470,00 446,89 212,36
28 Cimaung 285,00 207,73 215,00
29 Solokan Jeruk - - -
30 Cangkuang 131,00 422,50 172,95
31 Kutawaringin 81,00 108,64 300,00
32 Tersebar di Kab. Bandug 147,73 2.670,23
JUMLAH 4.167,00 6.208,56 6.096,67
Sumber: Bidang Kehutanan Dinas Pertanian Perkebunan dan Kehutanan Kab. Bandung 2012
Saat ini upaya mempertahankan dan melestarikan hutan rakyat
diakui cukup berat dan masih mengalami banyak kendala. Hasil kajian LPM ITB (2001) menunjukkan gambaran kondisi kerusakan lahan yang diakibatkan oleh penggunaan lahan yang tidak sesuai dengan kaidah-kaidah konservasi tanah dan air serta terjadinya penggunaan lahan yang tidak sesuai dengan peruntukannya di Kabupaten Bandung cukup memprihatinkan sehingga menyebabkan tingkat erosi yang terjadi di Kabupaten Bandung berkisar mulai dari kategori sedang sampai dengan berat.
Hutan, khususnya hutan rakyat merupakan salah satu sumberdaya
alam yang dimiliki Kabupaten Bandung dan peranannya sangat penting, baik
dilihat dari aspek ekonomi, aspek sosial dan aspek lingkungan hidup. Secara
keseluruhan realisasi produksi kayu hutan rakyat di Kabupaten Bandung
mencapai 272,70 m3 (Tabel 4.18), terjadi penurunan bila dibandingkan
dengan tahun 2011. Hal ini dimungkinkan karena umur tebang kayu hutan
tersebut belum mencukupi untuk dipanen/ditebang.
4. Pemberdayaan Masyarakat di Sekitar Hutan dan Kebun
Pemberdayaan masyarakat di sekitar hutan dan kebun salah
satunya diarahkan untuk menambah penghasilan/pendapatan
masyarakat/petani dan juga diharapkan dapat mengurangi jumlah
perambah dan penjarah hutan serta mencegah terjadinya kembali
aktivitas perambahan hutan. Upaya ini dilakukan melalui program
Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat (PHBM). Kontribusi Dinas
Renca
na K
erj
a 2
014
11
0
Pertanian Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Bandung dalam
mendukung PHBM di antaranya dilaksanakan melalui:
- Penyediaan bibit Kopi;
- Pemberian bantuan peralatan pengolahan Kopi;
- Penyediaan bibit kayu-kayuan; Kicangkudu, Kikancing, Jabon, Kihoe,
Manglid, Maesopsi, Campoleh, Petai, Sukun, Nangka, Gamelina,
Mangga dan Mahoni Uganda.
- Terfasilitasinya budidaya jamur tiram
- Memfasilitasi perkembangan Usaha AUK masyarakat disekitar hutan
untuk usaha budidaya Ulat Sutra dan Jamur Kayu tani diantaranya 2
kelompok tani dari petani ulat sutra dan 7 kelompok tani jamur kayu.
Pemberdayaan masyarakat disekitar hutan dan kebun ini secara
tidak langsung mampu menurunkan jumlah perambah hutan dimana para
perambah itu umumnya merusak/mengganggu keseimbangan ekosistem
hutan, kemudian dampak lainnya adalah semakin terkendalinya berbagai
gangguan terhadap sumber daya hutan sehingga kerusakan lingkungan
dapat diminimalisir dan yang paling utama adalah mampu meningkatkan
pendapatan serta kesejahteraan petani/masyarakat disekitar hutan.
1.2. Review terhadap Rancangan Awal Rencana Kerja
Pelaksanaan program dan kegiatan Tahun Anggaran 2012 pada Dinas Pertanian, Perkebunan, dan Kehutanan secara umum didasarkan pada dokumen Rencana kerja Tahun 2012. Namun demikian, ada beberapa kegiatan yang mengalami perubahan karena (1) ketergantungan sektor pertanian terhadap iklim yang memasak terjadinya perubahan, walaupun tidak signifikan; (2) pelaksanaan secara teknis di lapangan, walaupun tidak mengubah indikator kinerja program ataupun kegiatan; (3) keterbatasan anggaran yang mendorong terjadinya pengurangan indikator kinerja Hasil review terhadap rancangan awal Rencana Kerja tahun 2012 dapat dilihat pada Tabel 2.25. 1.3. Penelaahan usulan Program dan Kegiatan Masyarakat
Program dan kegiatan yang diusulkan para pemangku kepentingan, baik kelompok masyarakat yang terkait dengan sektor pertanian, LSM, asosiasi-asosiasi, perguruan tinggi, maupun dari SKPD lainnya, secara garis besar didasarkan dari 3 tahapan pelaksanaan perencanaan, penelitian lapangan, dan pengmatan pelaksanaan, yakni: (1) Pelaksanaan Musrenbang Tingkat Kecamatan dan Tingkat Kabupaten; (2) pelaksanaan
Renca
na K
erj
a 2
014
11
1
Musyawarah Perencanaan Pembangunan Pertanian, Perkebunan, dan kehutanan; dan (3) hasil monitoring dan evaluasi.
Lebih lanjut, usulan-usulan program dan kegiatan yang dimaksud di atas harus didasarkan pada kriteria teknis yang telah disusun berdasarkan penyepakatan, pedoman-pedoman umum, dan petunjuk teknis pembangunan pertanian, perkebunan, dan kehutanan yang diacu dari Kementrian Pertanian, kementrian Kehutanan Republik Indonesia dan dinas-dinas terkait lingkup Pemerintah Provinsi Jawa Barat. Berikut kriteria teknis program dan kegiatan pembangunan pertanian, perkebunan, dan kehutanan Tahun 2014:
1. Usulan program dan kegiatan dapat selaras dengan Rencana Kerja
dari Dinas Pertanian, Kehutanan dan Perkebunan Tahun 2014,
sehingga akan lebih fokus dalam mencapai keberhasilan program
dan kegiatan:
1. Pengembangan agribisnis pertanian ramah lingkungan dan
aman konsumsi (padi dan sayuran)
1) Kriteria Lokasi
a. Hamparan sawah beririgasi yang ketersediaan airnya terjamin yang dimiliki/dikelola oleh satu kelompok secara utuh seluas lahan yang dimiliki oleh anggota kelompok tersebut (kurang lebih 20 ha untuk SRI - Padi).
b. Lokasi mudah dijangkau. c. Bukan daerah rawan genangan/banjir dan infrastruktur
drainase cukup memadai. d. Diutamakan yang di daerah sekitarnya tersedia bahan
organik (hijauan, kotoran hewan). e. Luas lahan pemilik penggarap atau penggarap maksimum
2 ha/KK. f. Lokasi pengembangan merupakan wilayah/kawasan
sentra komoditas pertanian. 2) Kriteria Calon Petani/Kelompok Tani
a. Petani pemilik penggarap atau penggarap yang mempunyai kemauan dan kemampuan dalam mengembangkan pertanian ramah lingkungan dan aman konsumsi serta berada dalam satu kelompok tani hamparan;
b. Kelompok tani hamparan yang merupakan kelompok tani aktif dan dinamis serta berorientasi ekologis dan agrobisnis.
c. Kelompok tani sasaran beranggotakan + 25 orang 3) Kriteria usulan program/kegiatan, dapat berupa:
Renca
na K
erj
a 2
014
11
2
a. Sekolah Lapang/ Laboratorium Lapang pertanian ramah
lingkungan dan aman konsumsi;
b. Stimulan Unit Pengolahan Pupuk Organik;
c. Bimbingan Teknis Manajemen Kelembagaan, Manajemen
Usaha, dan forum kemitraan bisnis;
d. Usulan program/kegiatan tidak berupa
pengadaan/stimulan sarana produksi, seperti benih dan
pupuk
2. Pengembangan rumah kemasan
1) Kriteria Lokasi.
a. Lokasi pengembangan merupakan wilayah/kawasan sentra komoditas hortikultura yang bernilai ekonomi tinggi.
b. Tersedianya/ dekatnya lokasi bahan baku untuk olahan rumah kemasan.
c. Luas lahan pemilik penggarap atau penggarap maksimum 2 ha/KK.
4) Kriteria Calon Petani/Kelompok Tani
a. Petani pemilik penggarap atau penggarap yang mempunyai kemauan dan kemampuan dalam mengembangkan manajemen kemitraan rumah kemasan serta berada dalam satu kelompok tani hamparan;
b. Kelompok tani hamparan yang merupakan kelompok tani aktif dan dinamis serta berorientasi ekologis dan agrobisnis.
c. Kelompok tani sasaran beranggotakan + 25 orang d. Adanya petani mitra yang mempunyai kemauan untuk
bermitra dengan kelompok usaha rumah kemasan. 5) Kriteria usulan program/kegiatan, dapat berupa:
a. Bimbingan teknis manajemen kelembagaan, manajemen
usaha, dan SOP GHP dan GMP komoditas hortikultura;
b. Stimulan unit pengolahan merupakan perguliran
kelembagaan kelompok usaha pertanian.
c. Forum kemitraan bisnis
3. Pengembangan agribisnis unggulan hortikultura (sayuran
bernilai ekonomi tinggi, buah-buahan termasuk didalamnya
pengembangan agribisnis strawberry, serta tanaman hias)
1) Kriteria Lokasi
a. Harus sesuai dengan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW).
Renca
na K
erj
a 2
014
11
3
b. Merupakan daerah pengembangan kawasan sentra produksi hortikultura Unggulan Kabupaten Bandung atau pemanfataan lahan pekarangan melalui pengembangan agribisnis tanaman toga (biofarmaka).
c. Bebas banjir dan atau bisa dilakukan pengendalian banjir secara mudah dan murah.
d. Mempunyai aksesibilitas yang baik, relatif dekat dari pemukiman sehingga mudah dijangkau.
e. Mempunyai status kepemilikan yang jelas dan tidak dalam sengketa.
f. Tidak tumpang tindih dengan program dan kegiatan proyek lain yang sejenis.
g. Kesesuaian lahan sesuai untuk pertumbuhan komoditas hortikultura.
h. Faktor ikilim (curah hujan, angin, kelembaban dan suhu) yang sesuai serta sumber daya air (sungai, danau, dam, air tanah dangkal dan air tanah dalam) tersedia untuk pengembangan hortikultura.
i. Berada dalam wilayah binaan Petugas Penyuluh Lapang (PPL).
2) Kriteria calon petani/kelompok
a. Belum pernah menerima kegiatan yang sama/ sejenis pada tahun sebelumnya dan jika telah menerima, usulan ditujukan untuk pengembangan usaha agribisnis.
b. Pemilik penggarap dan atau penggarap. Kepemilikan lahan usaha tani per KK maksimal 1 Ha.
c. Bersedia membentuk suatu kelompok (wadah) untuk bekerjasama dalam melakukan kegiatan pengembangan agribisnis hortikultura, diutamakan pada kelompok tani yang mempunyai respon dan partisipasi yang tinggi.
d. Bersedia memberikan kontribusi, antara lain dalam bentuk tenaga mulai dari kegiatan konstruksi, penanaman dan pemeliharaan.
e. Memiliki dedikasi yang baik dan bersedia memelihara lahan dan tanaman secara berkelanjutan sesuai anjuran Petugas Penyuluh Lapang (PPL).
f. Tidak menuntut ganti rugi apabila dilakukan pembangunan infrastruktur pada lahannya.
g. Masyarakat desa yang mempunyai keinginan bersama dalam memanfaatkan lahan pekarangan melalui tanaman biofarmaka secara kelompok.
3) Kriteria usulan program/kegiatan, dapat berupa:
Renca
na K
erj
a 2
014
11
4
a. Bimbingan teknis dan sekolah lapang SOP GAP dan GHP,
manajemen kelembagan, manajemen bisnis, dan forum
kemitraan bisnis;
b. Stimulan/pengadaan sarana produksi, kecuali pupuk dan
benih tanaman semusim sayuran.
4. Pengembangan agribisnis unggulan perkebunan (kopi, teh,
cengkeh)
1) Kriteria Lokasi
a. Harus sesuai dengan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW).
b. Merupakan daerah pengembangan kawasan sentra produksi perkebunan Unggulan Kabupaten Bandung;
c. Bebas banjir dan atau bisa dilakukan pengendalian banjir secara mudah dan murah.
d. Mempunyai aksesibilitas yang baik, relatif dekat dari pemukiman sehingga mudah dijangkau.
e. Mempunyai status kepemilikan yang jelas dan tidak dalam sengketa.
f. Tidak tumpang tindih dengan program dan kegiatan proyek lain yang sejenis.
g. Kesesuaian lahan sesuai untuk pertumbuhan komoditas Perkebunan dan faktor ikilim (curah hujan, angin, kelembaban dan suhu) yang sesuai serta sumber daya air (sungai, danau, dam, air tanah dangkal dan air tanah dalam) tersedia untuk pengembangan hortikultura.
h. Berada dalam wilayah binaan Petugas Penyuluh Lapang (PPL).
2) Kriteria calon petani/kelompok
a. Belum pernah menerima kegiatan yang sama/ sejenis pada tahun sebelumnya dan jika telah menerima, usulan ditujukan untuk pengembangan usaha agribisnis.
b. Pemilik penggarap dan atau penggarap. Kepemilikan lahan usaha tani per KK maksimal 2 Ha.
c. Bersedia membentuk suatu kelompok (wadah) untuk bekerjasama dalam melakukan kegiatan pengembangan agribisnis perkebunan, diutamakan pada kelompok tani yang mempunyai respon dan partisipasi yang tinggi.
d. Bersedia memberikan kontribusi, antara lain dalam bentuk tenaga mulai dari kegiatan konstruksi, penanaman dan pemeliharaan.
e. Memiliki dedikasi yang baik dan bersedia memelihara lahan dan tanaman secara berkelanjutan sesuai anjuran Petugas Penyuluh Lapang (PPL).
Renca
na K
erj
a 2
014
11
5
f. Tidak menuntut ganti rugi apabila dilakukan pembangunan infrastruktur pada lahannya.
3) Kriteria usulan program/kegiatan, dapat berupa:
a. Bimbingan teknis dan sekolah lapang SOP GAP dan GHP,
manajemen konservasi lingkungan, manajemen
kelembagan, manajemen bisnis, dan forum kemitraan
bisnis;
b. Stimulan/pengadaan sarana produksi.
5. Peningkatan intensifikasi palawija (Jagung dan Ubi Kayu)
6. Pembangunan dan rehabilitasi infrastruktur pertanian dan
perkebunan (JITUT, JIDES, Embung, Sumur Pantek,
pemanfaatan air permukaan, Jalan Usaha Tani, dan Jalan
Produksi)
1) Kriteria Teknis Rehabilitasi Infrastruktur JITUT dan JIDES
d. Syarat Lokasi
- Lokasi merupakan Daerah Irigasi Desa/ Daerah Irigasi Pemerintah yang jaringan irigasi tingkat usaha taninya yang mengalami kerusakan.
- Jaringan utama (primer dan sekunder) berfungsi baik. - Mempunyai potensi IP (Intensitas Pertanaman) dapat
ditingkatkan. - Di lokasi tersedia petani pemilik / penggarap.
e. Syarat calon petani
- Telah terbentuk kelompok tani/P3A, apabila belum ada agar segera membentuknya sebelum penetapan lokasi.
- Kelompok tani/P3A belum pernah mendapatkan bantuan sejenis.
- Diutamakan kelompok tani/P3A yang mempunyai semangat partisipatif atau ada kemauan untuk sharing.
- Membutuhkan dan mau membangun serta memelihara JITUT/JIDES.
- Adanya petani yang sanggup menanan padi lebih dari 2 kali dalam satu tahun.
2) Kriteria Teknis Pembangunan Embung dan Sumur Pantek
a. Syarat Lokasi
- Mempunyai potensi sumber air permukaan dan atau air tanah dangkal. Untuk potensi kegiatan Pengembagan Sumber Air yang tersedia paling tidak dapat memberikan air irigasi suplementer (supplementary irrigation) pada areal seluas kurang lebih 25 hektar sesuai jenis komoditas yang diusahakan (Pertanian dan Perkebunan).
Renca
na K
erj
a 2
014
11
6
- Diprioritaskan pada lokasi lahan sawah tadah hujan dan lahan kering kawasan pertanian dan sering mengalami kendala/kekurangan air irigasi terutama pada musim kemarau.
- Embung dibangun pada cekungan diantara 2 punggung bukit (gully) tempat mengalirnya aliran permukaan saat terjadi hujan, dengan membendung pada bagian bawahnya.
- Diupayakan lahan tempat embung dibangun tidak porus.
- Di daerah atau sekitar daerah pertanian /perkebunan /peternakan yang memerlukan pasokan air dari embung sebagai suplesi air irigasi.
b. Syarat calon petani
- Telah terbentuk Kelompok Tani / P3A yang beranggotakan + 25 orang perwakilan dari daerah hulu, tengah, dan hilir.
- Kelompok Tani / P3A terpilih belum pernah mendapat bantuan sejenis.
- Bersedia menyediakan lahan tanpa ganti rugi yang dinyatakan dalam surat pernyataan bermaterai cukup.
- Bersedia mengoperasikan dan memelihara bangunan yang dinyatakan dalam surat pernyataan.
3) Kriteria Teknis Rehabilitasi Jalan Usaha Tani dan Jalan
Produksi
a. Dimensi lebar badan jalan produksi minimal dapat dilalui kendaraan roda 4 (untuk Jalan usaha Tani) atau kendaraan roda 3 (untuk jalan produksi) dan dapat saling berpapasan atau dibuatkan tempat untuk berpapasan, dengan kapasitas tonase + 3 ton atau sesuai dengan jenis komoditas yang akan diangkut dan alat angkut yang akan digunakan.
b. Spesifikasi dan dimensi komponen jalan produksi (bahu jalan, badan jalan, saluran drainase, gorong-gorong, jembatan dll) disesuaikan dengan kebutuhan lapangan, dan aspirasi petani melalui musyawarah kelompok tani atau rembug desa dan dituangkan dalam desain sederhana.
c. Untuk Jalan Usaha Tani pada wilayah sentra pertanian, tanaman pangan/hortikultura, sedangkan jalan produksi pada sentra produksi perkebunan rakyat;
d. Petani bersedia bekerja dalam kelompok
Renca
na K
erj
a 2
014
11
7
e. Petani bersedia melepaskan sebagian lahannya tanpa ganti rugi untuk pengembangan jalan usaha tani dan jalan produksi, apabila diperlukan.
f. Petani/kelompok tani bersedia untuk melakukan perawatan/pemeliharaan secara swadaya.
7. Pengembangan pencitraaan/ identitas produk lokal unggulan
pertanian di wilayah kecamatan dengan kriteria bahwa
komoditas tersebut dapat dijamin kualitas, kuantitas, dan
kontinuitasnya,
8. Program dan kegiatan yang diusulkan ditujukan untuk
meningkatkan pemberdayaan masyarakat dan mengembangkan
kemitraan usaha agribisnis:
Program dan kegiatan sesuai dengan potensi lahan, kondisi
wilayah, ketenagakerjaan, tata ruang, market di wilayah
maupun potensi market ke luar wilayah.
Menciptakan kemitraan usaha, diantaranya antar pelaku
usaha pertanian (on-farm dan off-farm) dan dengan pelaku
pasar terstruktur (Industri dan Pasar Modern/Ritel) melalui
berbagai forum kemitraan.
Upaya peningkatan kualitas dan kontinuitas produk unggulan
pertanian, perkebunan dan kehutanan seperti melalui
bimbingan teknis dan sosialisasi penerapan teknologi SOP
GAP,SOP GMP dan SOP GHP, termasuk manajemen
kelembagaan agribisnis.
9. Program dan kegiatan yang bertujuan mendorong terciptanya
lahan pertanian berkelanjutan (lahan sawah abadi).
10. Program/kegiatan pengembangan Unit Pelayanan Jasa Alsintan
(UPJA).
11. Rehabilitasi lahan kritis dan hutan melalui pendekatan
konservasi fisik (penanaman lahan) dan ekonomi (usaha
agribisnis alternatif, kayu dan non kayu) di sekitar masyarakat
hutan, pengembangan hutan kota dan pembibitan hutan
rakyat.
12. Kriteria spesifik lainnya:
a. Usulan program/kegiatan tidak berupa pengadaan/stimulan
sarana produksi, seperti pupuk, benih tanaman musiman
(padi dan sayuran musiman), kecuali benih/bibit tanaman
tahunan (kopi, cengkeh, teh, tanaman kayu-kayuan)
Renca
na K
erj
a 2
014
11
8
b. Usulan program/kegiatan berupa alat mesin pertanian harus
terkonsentrasi dalam lembaga UPJA di wilayah kecamatan.
Adanya kemauan kelompok tani untuk mengembangkan
UPJA sebagai kelompok usaha penyewaan jasa alsintan.
Renca
na K
erj
a 2
014
11
9
BAB III
TUJUAN, SASARAN, PROGRAM DAN KEGIATAN
Dalam rangka perencanaan program dan kegiatan diperlukan
elemen pokok pendukung lain berupa: Indikator kerja sebagai parameter
penilaian dari keberhasilan program dan kegiatan, kelompok sasaran
merupakan objek dari program/kegiatan dan pendanaan indikatif sebagai
indikasi awal besaran dana yang diperlukan untuk terlaksananya program
dan kegiatan. Berikut adalah program/kegiatan, indikator kerja, kelompok
sasaran serta pendanaan indikatif dari Dinas Pertanian Perkebunan dan
Kehutanan Tahun 2014.
3.1. Rencana Program dan Kegiatan Propinsi Jawa Barat dan
Nasional
Berdasarkan Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM)
Daerah Propinsi Jawa Barat tahun 2008-2013 dan sesuai dengan misi 2
Propinsi Jawa Barat yaitu meningkatkan pembangunan perekonomian
regional berbasis potensi lokal yang mencakup bidang pertanian dan
bidang ketahanan pangan, yang meliputi program:
1. Program Peningkatan Ketahanan Pangan
2. Program Peningkatan Produksi Pertanian
3. Program Pemberdayaan Sumberdaya Pertanian
4. Program Pemasaran dan pengolahan Hasil Pertanian, Perkebunan,
Peternakan, Perikanan, dan Kehutanan
Selanjutnya sesuai dengan misi 4 Propinsi Jawa Barat:
meningkatkan daya dukung dan daya tampung lingkungan untuk
pembangunan yang berkelanjutan di bidang kehutanan, yang
dilaksanakan melalui:
1. Program Pemantapan Kawasan Lindung
2. Program Peningkatan Efektivitas Pengelolaan dan Konservasi
Sumberdaya Alam dan Lingkungan Hidup
3. Program Pengembangan Agribisnis
4. Program Perencanaan, Pengendalian dan Pengawasan
Pembangunan
Renca
na K
erj
a 2
014
12
0
Disamping itu, dalam mewujudkan rencana strategis 2011-2015
Dinas Pertanian, Perkebunan, dan Kehutanan, program nasional di bidang
pertanian dan perkebunan yang akan dilaksanakan meliputi:
1. Program Peningkatan Produksi, Produktivitas, dan Mutu
Tanaman Pangan untuk Mencapai Swasembada dan Swasembada
Berkelanjutan
2. Program Peningkatan Produksi, Produktivitas, dan Mutu
Produk Tanaman Hortikultura Berkelanjutan
3. Peningkatan Produksi, Produktivitas, dan Mutu Tanaman
Perkebunan Berkelanjutan
4. Program Penyediaan dan Pengembangan Prasarana dan Sarana
Pertanian
5. Program Peningkatan Nilai Tambah, Daya Saing, Industri Hilir,
Pemasaran dan Ekspor Hasil Pertanian
6. Program Peningkatan Diversifikasi dan Ketahanan Pangan
Masyarakat
7. Program Penciptaan Teknologi dan Varietas Unggul Berdaya Saing
Program nasional di bidang kehutanan yang akan dilaksanakan
meliputi:
1. Program Pemantapan Kawasan Hutan
2. Program Rehabilitasi hutan dan peningkatan daya dukung DAS
3. Program Revitalisasi pemanfaatan hutan dan industry kehutanan
4. Pemberdayaan masyarakat di sekitar hutan
Disamping itu, pencapaian target 10 juta Ton surplus beras pada
Tahun 2014 melalui program P2BN (Program Peningkatan Beras Nasional)
mengharuskan setiap daerah mampu meningkatkan produksi minimal 5%
setiap tahunnya. Untuk mencapai target tersebut diatas, Kabupaten
Bandung menargetkan pencapaian produksi melalui peningkatan
produktivitas (penerapan teknologi) dan peningkatan kualitas infrastruktur
dasar pertanian.
3.2. Tujuan dan Sasaran Renja 2014
Sesuai dengan Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM)
Daerah Kabupaten Bandung tahun 2011-2015 pada misi 3 dan 7 serta
guna mendorong tercapainya sasaran peningkatan konstribusi sektor
Renca
na K
erj
a 2
014
12
1
pertanian pada PDRB sebesar 2.19%, maka diharuskan Program dan
Kegiatan utama dapat tercapai dengan baik. Rencana kerja Tahun 2014
merupakan periode keempat dari Rencana Strategis 2010-2015 yang
ditujukan untuk mengkonsolidasikan kerjasama dan kemitraan dari semua
aktor-aktor ekonomi yang terlibat secara langsung atau tidak langsung
dalam sektor agribisnis dan pembangunan lingkungan beserta semua
pemangku kepentingan di sektor ini. Lebih lanjut, rencana kerja 2014
diwarnai dengan peningkatan kualitas dan kuantitas produk agribisnis,
kelembagaan agribinis, dan struktur ekonomi pasar agribisnis, yang
merupakan identitas lokal serta peningkatan kualitas infrastruktur dasar
pertanian.
Visi pembangunan dari Dinas Pertanian, Perkebunan, dan
Kehutanan Kabupaten Bandung periode 2011-2015 adalah “Meningkatkan
kesejahteraan masyarakat melalui pengembangan agribisnis berkelanjutan
berbasis sumberdaya lokal menuju keunggulan bersaing global, maju,
mandiri, dan berwawasan lingkungan”
Untuk mencapai visi Pembangunan Pertanian tersebut, Dinas
Pertanian, Perkebunan, dan Kehutanan Kabupaten Bandung mengemban
misi yang harus dilaksanakan, yaitu:
1. Mendorong peningkatan peran sektor pertanian Kabupaten Bandung
dalam perekonomian regional dan nasional.
2. Meningkatkan akses dan ketersediaan sumberdaya pertanian yang
bersifat lokal dengan memanfaatkan teknologi untuk menjamin
keberlanjutan usaha pertanian.
3. Meningkatkan peran dan keterkaitan antar pelaku usaha melalui
integrasi wilayah produksi dan konsumsi komoditas serta produk
pertanian.
4. Meningkatkan partisipasi setiap usaha pertanian terhadap pasar bebas
melalui pembenahan pola produksi, kelembagaan dan pasar.
5. Membangun agribisnis berwawasan lingkungan
Renca
na K
erj
a 2
014
12
2
Gambar 3.1. Kerangka Migrasi Strategi Pembangunan Sub-Sektor
Tanaman Pangan dan Perkebunan Kab. Bandung
Jangka Pendek Jangka Menengah Jangka Panjang
PA
SA
RK
EL
EM
BA
GA
AN
PR
OD
UK
5 Penerapan Integral Chain Care selanjutnya
(penekanan pada good manufacturing
practices, HACCP dan sistim traceability).
6 Adopsi teknologi yang tersedia untuk
pengembangan komoditas menjadi produk
derivatif;.
1 Pemetaan komoditas aktual dan potensi.
2 Penentuan fokus pengembangan komoditas.
3 Inventarisasi dan inisisasi pemanfaatan teknologi yang
tersedia pada tingkat nasional dan internasional.
4 Penyesuaian dan penerapan standar komoditas dan
terdiferensiasi. Sosialisasi dan inisiasi penerapan Integral
Chain Care tahap awal (penekanan pada sektor budidaya;
good agricultural practices, good pesticide practices).
6 Penetrasi pasar nasional untuk
komoditas terfokus beserta
produk dan produk derivatifnya.
Pemanfaatan peluang pasar
global (extenderization).
12 Pemanfaatan kekuatan
kolaborasi dan SCNM untuk
menciptakan co-innovation pada
produk. Pengembangan sistem
inovasi agribisnis.
13 Proses regenerasi dan suksesi
pada generasi muda
agripreneur.
7 Pengembangan industri
pertanian di sektor hilir.
7 Pemetaan cluster komoditas dan produk.
8 Pengembangan sistem informasi cluster.
9 Pengarahan dan pemanfaatan dana corporate
social responsibility untuk pembentukan
cluster.
10 Menciptakan iklim kondusif untuk merangsang
pembentukan aliansi strategis antar pelaku
usaha dan stakeholders. Pengembangan
biopartnership pada industri agrofarmaka.
11 Pengembangan collaborative decision making.
4 Transformasi perilaku pasar yang informal
(open negotiation based) menjadi formal
(contract based).
5 Penetrasi pasar (penekanan pada niche
market dan pasar industri).
1 Competitive intelligent. Pemetaan karakteristik dan
perilaku pasar.
2 Inventarisasi kendala barriers to entry pada pasar.
3 Pengembangan promosi generik. Inisiasi penetrasi pasar
(penekanan pada pasar ritel moderen).
1 Inisiasi untuk mentransformasi kelembagaan petani
berbasis produksi menjadi berbasis pasar (nilai).
2 Pengembangan aglomerasi di sektor pertanian.
3 Pemetaan dan identifikasi keterkaitan di antara jaringan
pelaku usaha dan stakeholders di sektor pertanian.
4 Menginisiasi pembentukan forum pada (3.) dan
merancang proses kolaborasi di dalam rantai pasokan.
5 Pemetaan industri penunjang komoditas dan produk.
6 Inisiasi pembentukan klaster agribisnis pangan dan
perkebunan. Pengembangan supply chain and network
management (SCNM).
Jangka Pendek Jangka Menengah Jangka Panjang
PASA
RKE
LEM
BAG
AAN
PRO
DUK
1 Identifikasi pasar barang dan
jasa lingkungan; menyusun
target pasar. Penyusunan paket-
paket produksi barang dan jasa
lingkungan.
2 Pemenuhan kebutuhan
infrastruktur minimal dengan
memanfaatkan jaringan dengan
swasta.
3 Inisiasi pengintegrasian objek
hutan ke dalam jaringan
kepariwisataan nasional dan
internasional.
1 Pemetaan stakeholders
kehutanan; terutama masyarakat
sekitar hutan. Pembentukan
komunitas hutan. Inisiasi
pembentukan jaringan bisnis
dan pendidikan.
2 Pembakuan mekanisme sharing
manfaat dan tanggung jawab
dengan stakeholders.
Pengembangan sistim
pendidikan lingkungan.
3 Pemberlakuan audit sosial
terhadap stakeholders.
Pemanfaatan kekuatan
kolaborasi untuk
menciptakan co-innovation
pada produk lingkungan.
1 Inventarisasi detil mengenai
interaksi antara hutan dengan
objek lainnya (aspek tekno-
sosio-ekonomi).
2 Adopsi dan pembakuan standar
mengenai pengelolaan hutan
sesuai konvensi internasional.
3 Konvergensi sistim pertanian
dengan produk dan jasa
lingkungan.
Renca
na K
erj
a 2
014
12
3
Gambar 3.2. Kerangka Migrasi Strategi Pembangunan Sub-Sektor
Kehutanan
Tahun 2014, pembangunan pertanian, perkebunan, dan kehutanan
ditujukan untuk memperkuat ketersediaan pangan secara lokal,
membangun konsolidasi pelaku agribisnis dalam manajemen rantai pasok
komoditas hortikultura dan perkebunan unggul. Dalam rangka
peningkatan produksi pertanian dalam periode lima tahun ke depan, Dinas
Pertanian, Perkebunan, dan Kehutanan akan lebih difokuskan pada
komoditas yang menjadi produk unggulan di Kabupaten Bandung.
Komoditas tersebut berjumlah 17 komoditas, yang terdiri dari 3 komoditas
tanaman pangan, 11 komoditas hortikultura dan 3 komoditas perkebunan.
Tabel 3.1. Komoditas Unggulan Kabupaten Bandung dan Nasional
Komoditas
Kabupaten Bandung Nasional
Pangan Non
Pangan Pangan Non Pangan
Tanaman
Pangan
Padi,
Jagung, dan
Ubi kayu
padi, jagung, kedelai, kacang tanah, kacang hijau, ubi kayu, ubi jalar
Hortikultura cabe, bawang merah, kentang, kubis, tomat, stroberi, alpukat
Jahe,
tanaman
hias
cabe, bawang merah, kentang, mangga, pisang, jeruk, durian, manggis
rimpang, tanaman hias
Perkebunan kopi, teh Cengkeh,
tembakau
kelapa sawit, kelapa, kakao, kopi, lada, jambu mete, teh, tebu
karet, kapas, tembakau, cengkeh, jarak pagar, nilam, kemiri sunan
Komoditas unggulan untuk pangan diharapkan dapat memberikan
swasembada pangan terutama di pedesaan, terutama komoditas pangan
Renca
na K
erj
a 2
014
12
4
utama seperti padi, jagung, dan kentang. Sasaran produksi tanaman
pangan dan hortikultura serta pertumbuhannya periode 2011-2015, dapat
dilihat pada Tabel 4.2. Sementara, sasaran produksi tanaman pangan dan
hortikultura dapat dilihat pada Lampiran
Tabel 3.2. Sasaran Produksi Tanaman Pangan dan Hortikultura 2014
No Komoditas Produksi Pertumbuhan
1. Padi 491.447 4,10%
2. Jagung 51.801 0,85%
3. Ubi Kayu 58.474 1,00%
4. Bawang Merah 23.664 1,21%
5. Cabe 23.891 8,08%
6. Kentang 177.126 4,89%
7. Tomat 73.102 4,64%
8. Kubis 138.059 4,47%
Adapun untuk tanaman perkebunan, sasaran produksi dan
pertumbuhannya periode 2011-2015, dapat dilihat pada Tabel 3.3.
Sementara, sasaran produksi tanaman pangan dan hortikultura dapat
dilihat pada Lampiran
Tabel 3.3 Sasaran Produksi Komoditas Perkebunan Rakyat
Komoditas
2011 2012 2013 2014 2015 Pertumbuhan
Ton
1. Kopi 3.961,21 4.063,93 4.171,90 4.286,73 4.407,29 2,608%
2. Teh 3.193,45 3261,14 3.332,39 3.411,09 3.495,03 2,206%
3. Cengkeh 113,39 115,77 118,40 121,24 124,28 2,224%
Peningkatan nilai produksi pada komoditas-komoditas tersebut lebih
dikarenakan adanya peningkatan produktivitas per hektar-nya dan areal
tanam pada komoditas perkebunan, terutama kopi dan teh. Untuk
mencapai nilai produksi yang ditargetkan, Dinas Pertanian, Perkebunan,
dan Kehutanan bekerjasama dengan Dinas/Lembaga lainnya di Kabupaten
Bandung harus berupaya untuk mempertahankan lahan-lahan produktif
untuk pengembangan pertanian. Selain itu, hal tersebut membutuhkan
sarana produksi yang efektif, seperti pupuk dan benih/bibit bermutu, dan
Renca
na K
erj
a 2
014
12
5
pendukungan infrastruktur pertanian –pengairan, lahan, jalan, dan
kemudahaan aksesibilitas lainnya–.
Pengembangan Agribisnis Komoditas Unggulan Lokal
Peningkatan nilai tambah akan difokuskan pada dua hal yakni
sustainabilitas dalam peningkatan kualitas dan jumlah produk pertanian,
baik segar maupun produk olahan untuk mendukung peningkatan daya
saing dan ekspor. Peningkatan kualitas produk pertanian (segar dan
olahan) diukur dari peningkatan jumlah produk pertanian yang
mendapatkan sertifikasi jaminan mutu (SNI, Organik, Good Agricultural
Practices, Good Handling Practices, Good Manucfacturing Practices). Sat
ini, sekitar 80 % produk pertanian diperdagangkan dalam bentuk segar
sedangkan 20% dalam bentuk olahan sehingga nilai tambahnya sangat
kecil.
Dinas Pertanian, Perkebunan, dan Kehutanan dalam periode 2011-
2015 menargetkan terbentuknya kelompok-kelompok usaha agribisnis
berbasis komoditas unggulan lokal dan produk pertanian yang ramah
lingkungan. Pengembangan agribisnis tersebut dalam pendekatan
keterpaduan antara sub sistem hulu sampai dengan sub sistem hilir,
terutama untuk komoditas-komoditas yang memiliki karakteristik high
value commodities, seperti stroberi, sayuran eksklusif, biofarmaka,
tanaman hias dan kopi. Jalinan kerjasama antara semua pelaku usaha
agribisnis yang terlibat dalam manajemen rantai pasok pertanian melalui
pengembangan rumah kemasan menjadi target utama dalam penciptaan
agribisnis yang mandiri dan maju serta mampu berdaya saing dalam pasar
internal dan eksternal.
Seperti diketahui bahwa nilai pendapatan petani dapat bersumber
dari usaha pertanian dan usaha non-pertanian. Nilai pendapatan yang
bersumber dari usaha pertanian akan diperoleh dari selisih nilai penjualan
komoditas usahatani yang dihasilkan dengan biaya usahatani yang
dikeluarkan. Nilai penjualan hasil usahatani akan ditentukan oleh volume
produksi yang dihasilkan serta harga jual. Makin besar volume produksi
yang dihasilkan makin besar pula volume fisik yang dapat dijual, di mana
upaya peningkatan volume produksi ini merupakan hal yang sudah banyak
dipaparkan pada saat mengupayakan target peningkatan produksi.
Sementara itu, walaupun komoditas pertanian berhasil ditingkatkan
produksinya, hal tersebut hanya akan secara nyata meningkatkan nilai
Renca
na K
erj
a 2
014
12
6
penjualan manakala harga jual paling tidak konstan atau lebih baik lagi
kalau juga meningkat.
Oleh karena itu hal fundamental yang perlu diupayakan dalam
rangka peningkatan nilai jual ini adalah mempertahankan agar harga jual
tidak mengalami penurunan. Salah satu upaya dalam menstabilkan harga
produk pertanian adalah melalui pendekatan kemitraan bisnis dalam
pengembangan rumah kemasan dan keterpaduan agribisnis. Selama
periode 2011-2015, Dinas Pertanian, Perkebunan, dan Kehutanan
menargetkan adanya pengembangan 4 kelompok usaha rumah kemasan
yang mampu menjalin kerjasama dengan petani-petani kecil sebagai
sumber pasokan bahan baku di Kecamatan Pangalengan, Ciwidey,
Pasirjambu, dan Arjasari. Selain itu pengembangan pertanian yang ramah
lingkungan, baik padi, sayuran, maupun kopi menjadi sasaran target
utama dalam menghadapi kerentanan kualitas lingkungan, keamanan
pangan, dan perubahan persepsi konsumen pangan. Sasaran utama
dalam pengembangan agribisnis, adalah (1) meningkatkan kualitas produk
pertanian; (2) meningkatkan kapasitas dan kualitas kelembagaan
pertanian serta aksesibilitas permodalan dan kemitraan usaha; dan (3)
meningkatkan aksesibilitas pasar produk pertanian unggulan.
Pemanfaatan Potensi Sumberdaya Hutan melalui Konservasi
Berbasis Ekonomi dan Rehabilitasi Hutan dan Lahan
Kawasan hutan di Kabupaten Bandung meliputi kawasan hutan
negara dan kawsan hutan rakyat. Pengelolaan kawasan tersebut dilakukan
melalui dua pendekatan yaitu (1) vegetatif dan (2) ekonomi. Hal tersebut
dikarenakan adanya ketidakefektifan kinerja jika dilakukan hanya melalui
pendekatan vegetatif. Maka dari itu, dalam kurun waktu lima tahun ke
depan pada periode 2011-2015, Dinas Pertanian, Perkebunan, dan
Kehutanan menitikberatkan pada pendekatan ekonomi dalam membangun
dan mengendalikan kawasan hutan di wilayah Kabupaten Bandung.
Usaha ekonomi merupakan pola penataan aktivitas ekonomi
masyarakat di sekitar hutan berbasis hasil kayu dan non-kayu – lebah
madu, jamur, bambu, ulat sutera – melalui alternatif usaha agribisnis dan
agroforestry. Program dan kegiatan ini akan mendorong perekonomian
masyarakat di sekitar hutan dengan tetap menjaga stabilitas kawasan
kehutanan.
Pendekatan kedua dalam upaya rehabilitasi hutan dan lahan adalah
melalui pendekatan vegetatif dan pemberdayaan masyarakat.
Renca
na K
erj
a 2
014
12
7
Pemberdayaan masyarakat dalam upaya vegetatif merupakan upaya
meningkatkan kontribusi masyarakat dalam pengelolaan hutan dan lahan,
seperti pengembangan KBR.
3.3. Program dan Kegiatan
Menindaklanjuti rencana migrasi strategi pembangunan tersebut,
khususnya dalam jangka pendek, maka Dinas Pertanian, Perkebunan dan
Kehutanan Kabupaten Bandung merumuskan program dan kegiatan yang
akan dilaksanakan pada tahun anggaran 2014 sebagaimana terlihat pada
Tabel 3.4.
Tabel 3.4.
Program dan kegiatan Tahun 2014
Program Kegiatan
1. Program Peningkatan
Kesejahteraan Petani
(1) Pelatihan petani dan Pelaku Agribisnis
2. Program Peningkatan Ketahanan
Pangan Pertanian/Perkebunan
(1) Penyusunan Database Potensi Produk
Pertanian/Perkebunan
(2) Penanganan Pasca Panen dan Pengolahan
Hasil Pertanian
(3) Pengembangan Intensifikasi Tanaman
Padi/Palawija
(4) Pengembangan Diversifikasi Pangan
(5) Pengembangan Pertanian pada Lahan
Kering
(6) Pengembangan Perbenihan / Pembibitan
(7) Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya
Pertanian
(8) Peningkatan Produksi, Produktivitas, dan
Mutu Produk Pertanian/Perkebunan
3. Program Peningkatan Pemasaran
Hasil Produksi
Pertanian/Perkebunan
(1) Penelitian dan Pengembangan Pemasaran
Hasil Produksi Pertanian/Perkebunan
(2) Promosi atas Hasil Produksi
Pertanian/Perkebunan Unggul Daerah
(3) Pembangunan Pusat-pusat Penampungan
Produksi Hasil Pertanian/Perkebunan
4. Program Peningkatan Penerapan
Teknologi Pertanian/Perkebunan
(1) Pengadaan Sarana dan Prasarana
Teknologi Pertanian/perkebunan tepat
Guna
(2) Pemeliharaan Rutin/Berkala Sarana dan
Prasarana Teknologi Pertanian/Perkebunan
Tepat Guna
5. Program Peningkatan Produksi (1) Penyediaan Sarana Produksi
Renca
na K
erj
a 2
014
12
8
Program Kegiatan
Pertanian/Perkebunan
Pertanian/Perkebunan
(2) Pengembangan Bibit Unggul
Pertanian/Perkebunan
6. Program Pemanfataan Potensi
Sumberdaya Hutan
(1) Pengembangan Hasil Hutan Non-Kayu
(2) Pengembangan Industri dan Pemasaran
Hasil Hutan
7. Program Rehabilitasi Hutan dan
Lahan
(1) Pembuatan Bibit/Benih Tanaman
Kehutanan
(2) Peningkatan Peran Serta Masyarakat dalam
Rehabilitasi Hutan dan Lahan
8. Program Perlindungan dan
Konservasi Hutan
(1) Pengembangan Pengujian dan
Pengendalian Peredaran Hasil Hutan
(2) Sosialisasi Pencegahan kebakaran
Selain itu program dan kegiatan tersebut, dalam pencapaian arah
kebijakan, sasaran, dan tujuan pembangunan pertanian, perkebunan, dan
kehutanan di Kabupaten Bandung, didorong melalui penitikberatan pada program
unggulan, yaitu:
1. Pengembangan Managemen Database Berbasis Komputerisasi
2. Pengembangan pertanian padi organik (SRI)
3. Penumbuhan group pasca panen dan pengolahan hasil komoditas pangan
(padi, Jagung, ubi kayu)
4. Pengembangan usaha agribisnis stoberi untuk menunjang pengembangan
OVOP di wilayah paciran
5. Pengembangan agribisnis komoditas unggulan perkebunan (kopi)
6. Pengembangan ekonomi kerakyatan melalui pengembangan agribisnis
berbasis komoditas unggulan lokal
7. Pengembangan rumah kemasan
8. Peningkatan peran serta masyarakat dalam rehabilitasi hutan dan lahan
9. Konservasi hutan dan lahan melalui pengembangan ekonomi kerakyatan
yang berdaya saing
Indikator Kinerja dan Kelompok Sasaran
Sasaran pertama adalah Peningkatan PDRB Sektor Pertanian Sebesar
2,19%. Dalam mendorong tercapainya sasaran tersebut, maka di fokuskan
terhadap program/kegiatan peningkatan ekonomi dari sektor pertanian.
Program Peningkatan Kesejahteraan Petani
Sasaran dan tujuan utama pembangunan sektor pertanian diantaranya
adalah meningkatkan kesejahteraan petani sebagai pelaku utama dalam kegiatan
Renca
na K
erj
a 2
014
12
9
pertanian. Seperti kita etahui bahwa sektor pertanianmerupakan salah satu
sektor perekonomian dengan penyerapan tenaga kerja terbesar diantara sektor
perekonomian yang lain, sehingga sebagai subjek pertanian, kesejahteraan
petani sangat penting artinya bagi perekonomian baik regional maupun nasional.
Isu kesejahteraan petani juga merupakan salah satu arah kebijakan yang diambil
oleh Dinas Pertanian, Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Bandung pada
tahun 2014 dengan sasatan dan indikator kinerja yang ingin dicapai, seperti
terlihat pada Tabel 3.5. berikut.
Tabel 3.5. Sasaran dan indikator kinerja Program Peningkatan Kesejahteraan
Petani
Program/Kegiatan Indikator Kinerja
- Kegiatan Petani dan
Pelaku Agribisnis
(1) Berkembangnya kelompok usaha agribisnis hortikultura
di kecamatan Pangalengan, Kertasari, Pasirjambu,
Ciwidey, Rancabali, Cimenyan, Arjasari, Cileunyi,
Cimaung dan Cikancung
(2) Meningkatnya kemampuan, keterampilan pelaku agribisnis
hortikultura dengan cara :
- pembentukan kelompok usaha holtikultura organik
(GAP) dan SLPHT sayuran
- pengadopsian teknologi sub sistem hulu (GAP) untuk
komoditas buah-buahan, tanaman hias dan
biofarmaka
- peningkatan kemampuan managemen agribisnis dan
wirausaha hortikultura,
- peningkatan kemampuan manajemen agribisnis dan
wirausaha hortikultura
- Terfasilitasinya proses kemitraan usaha agribisnis
berbasis komoditas hortikultura
Program Peningkatan Ketahanan Pangan
Target utama program peningkatan ketahanan pangan adalah
meningkatnya produksi tanaman pangan dan produktivitas bahan pangan tahun
2015, menurunnya kehilangan hasil tanaman pangan sebesar 0.2-5% pertahun
Renca
na K
erj
a 2
014
13
0
dan berkembangnya kelompok usaha agribisnis berbasis komoditas tanaman
pangan dan perkebunan. Disamping itu program peningkatan ketahanan pangan
ditujukan untuk meningkatkan produktivitas dan nilai tambah komoditas pangan
utama (food crops) lokal, baik itu serealia maupun palawija dalam pendukungan
ketahanan pangan di tingkat rumah tangga. Adapun teknis pelaksanaan kegiatan
diarahkan dalam pemenuhan:
a. Pengidentifikasian Kelompok Sasaran
Kegiatan dilaksanakan oleh petugas lapangan untuk mengetahui potensi
sumber daya pangan, spesifikasi teknis teknologi pengembangan, kemampuan
SDM dan pengembangan bisnis pertanian. Selain itu, juga dikumpulkan data
dan informasi mengenai kelembagaan dan budaya lokal.
1) Seleksi peserta dan jenis usaha
Berdasarkan hasil identifikasi, dilakukan seleksi dan penentuan jenis
usaha pangan lokal kepada calon peserta. Penetapan jenis usaha dilakukan
dengan studi kelayakan usaha untuk mengetahui keuntungan dan
keberlanjutan usaha. Kegiatan ini harus dilakukan dengan hati - hati karena
hasilnya menentukan kegiatan selanjutnya.
2) Pelatihan Teknis Agribisnis
Setelah seleksi peserta, dilaksanakan pelatihan tentang
pengembangan pangan lokal yang disesuaikan dengan hasil seleksi dan
potensi wilayahnya. Mata pelajaran diberikan secara teori dan praktek baik
berupa teknis maupun manajemen usaha. Kegiatan ini akan berhasil baik jika
dilaksanakan dengan metode belajar sambil bekerja. Pelatihan teknis
agribisnis ditujukan untuk peningkatan kesiapan penerima manfaat dalam
manajerial usaha.
b. Pemberian bantuan
Bantuan dapat diberikan berupa uang, peralatan, sarana produksi
atau kombinasi keduanya. Sebaiknya bantuan tersebut diberikan secara
bertahap sesuai dengan kebutuhannya dalam kegiatan produksi/pengolahan
pangan.
c. Pendampingan/pembinaan
Kelompok dalam mengelola usahanya, perlu diberikan
pendamping/pembina dengan keahlian sesuai dengan kebutuhan teknis dan
manajemen dari usahanya. Pendampingan dilaksanakan selama satu tahun
atau satu kali proses produksi/pengolahan pangan sampai dengan
pemasarannya. Apabila dalam proses pendampingan menghadapi
permasalahan yang sulit dipecahkan ditingkat lapangan, maka dapat meminta
bantuan kepada dinas/instansi teknis terkait.
Renca
na K
erj
a 2
014
13
1
d. Pembinaan pasca proyek dan pengembangannya
Walaupun pendampingan sudah selesai, pembinaan tetap diberikan
selama beberapa bulan dengan frekwensi kunjungan sesuai dengan kondisi
dan kebutuhan kelompok. Pembinaan akan terus dilanjutkan sampai kelompok
dapat mengembangkan usahanya menjadi kokoh dan mandiri termasuk
mengupayakan kemitraan dengan perusahaan mitra. Pembinaan pasca proyek
ini merupakan pembinaan rutin yang diberikan oleh petugas lapangan dari
dinas sesuai dengan bidangnya.
Langkah-langkah pelaksanaan kegiatan di atas merupakan rincian
tahapan kegiatan, sehingga dapat dicapai impact yang bermanfaat bagi
masyarakat tani pada khususnya. Adapun sasaran kegiatan yang ingin dicapai
pada tahun 2014, sebagai berikut:
Tabel 3.6 Sasaran dan indikator kinerja yang ingin dicapai pada program
peningkatan ketahanan pangan
Program/Kegiatan Sasaran dan Indikator Kinerja
1. Keg. Penyusunan
Database Potensi
Produk Pangan.
a. Berkembangnya teknologi informasi dan komunikasi
agribisnis, pembangunan pertanian dan kehutanan
b. Tersusunnya laporan dan sasaran data base produk
pangan (luas tanam, panen, produksi dan
produktivitas), hortikultura, perkebunan baik secara
bulanan, triwulanan, semesteran maupun tahunan
c. Sinkronisasi data dan informasi statistik pertanian
d. Tersusunnya data potensi dan pelaku usaha
agribisnis komoditas unggulan pertanian,
perkebunan dan kehutanan
e. Terlaksananya perencanaan pembangunan
pertanian, perkebunan dan kehutanan melalui rapat
koordinasi perencanaan pembangunan
f. Terevaluasinya dan termonitoringnya kegiatan
pembangunan pertanian, perkebunan dan kehutanan
2. Keg. Penanganan
Pasca Panen dan
Pengolahan Hasil
Pertanian.
a) Berkembangnya pertanian padi organik (SRI)
dengan indikator :
- meningkatnya mutu dan produktivitas produk padi
organik untuk penyesuanian standar kualitas dan
keamanan pangan (GHP, GMP)
- tersertifikasinya propuk padi organik (GHP)
- tumbuhnya forum komunikasi kemitraan bisnis
Renca
na K
erj
a 2
014
13
2
produk organik di 16 kecamatan.
b) Tumbuhnya grup pasca panen komoditas pangan
(padi, jagung, ubi kayu) di 15 kecamatan melalui
- Terbentuknya 5 grup pengolahan hasil dan
pasca panen komoditas pangan (padi, jagung,
ubi kayu)
- Terbimbingnya 2 kelompok melalui kegiatan
bimbingan teknis pengolahan hasil dan
penanganan pasca panen (padi, jagung,
ubikayu),
- Terbimbingnya 5 kelompok melalui bimbingan
teknis kelembagaan
c) Terinventarisasinya pelaku olahan hasil pertanian
dan pengilingan padi, jagung, dan ubi kayu
d) Meningkatnya penanganan hasil pertanian tanaman
pangan dengan menurunnya kehilangan/kerusakan
tanaman sebesar 0,2-5%/tahun dan terbentuknya
kelompok tani yang menerapkan penanganan pasca
panen sesuai GHP dan standar mutu
e) Terevaluasinya dan termonitornya data losis dan
pertumbuhan grup pasca panen
(3) Kegiatan
Pengembangan
intensifikasi tanaman
padi palawija
a) Berkembangnya pertanian padi organik (SRI) di 15
kecamatan melalui kegiatan
- perluasan areal pengembangan padi organik,
- peningkatan kinerja sistem pemenuhan input
produksi,
- terfasilitasinya alat pangolahan pupuk (UPPO)
dan rumah kompos,
- peningkatan mutu dan produktifitas produk padi
organik untuk penyesuaian standar kualitas dan
keamanan pangan melalui pelatihan, sosialisasi
dan bintek SOP GAP, penerapan tehnologi
berimbang
b) Berkembangnya Agribisnis Jagung dan Ubi Kayu
melalui:
- perluasan pengembangan jagung,
- peningkatan kinerja sistem pemenuhan input
produksi dan peningkatan mutu dan
produktivitas produk untuk penyesuaian standar
Renca
na K
erj
a 2
014
13
3
kualitas dan keamanan pangan di Kec. Nagreg,
Cikancung, Cicalengka, Arjasari, Cilengkrang,
Cimaung, Cimenyan
c) Terevaluasinya dan termonitornya pengembangan
agribisnis tanasman pangan
(4) Kegiatan
Pengembangan
Difersifikasi tanaman
a) berkembangnya diversifikasi tanaman pangan untuk
pengembangan umbi-umbian dan kacang-kacangan
yang tepat dan berkelanjutan termasuk untuk bahan
bakar nabati melalui
a) perluasan areal pengembangan SLPTT ubi kayu,
b) pembentukan 1 kelompok agribisnis ubi kayu,
c) peningkatan kinerja sistem pemenuhan input
produksi, d) peningkatan mutu dan produktivitas
produk untuk penyesuaian standar kualitas dan
keamanan pangan (melalui bimbimbingan teknis
SOP, GAP, GHP) di kecamatan Nagreg, Cicalengka,
Cilengkrang, Arjasari dan Cimenyan
c) Termonitornya dan terevaluasinya serta
tersosialisasinya pengembangan agribisnis tanaman
pangan
(5) Keg. Pengembangan
Pertanian pada Lahan
Kering
a) pengembangan pertanian hortikultura organik
(sayuran, buah-buahan, paprika) melalui
pengembangan agribisnis pertanian organik,
peningkatan kinerja sistem pemenuhan input
produksi, peningkatan mutu dan produktivitas
produk padi organik
b) pengembangan usaha agribisnis stroberi untuk
menunjang pengembangan OVOP di wilayah paciran
(Pangalengan, Ciwidey, Rancabali), peningkatan
mutu dan produktivitas produk organik untuk
penyesuaian standar kualitas dan keamanan
c) meningkatnya sistem pengawasan dan pengendalian
saprodi untuk menunjang konservasi di DAS hulu
dan daerah rawan bencana melauia bantuan bibit
buah-buahan dan SL Pertanian Konservasi
d) meningkatnya assesibilitas petani terhadap lembaga
permodal
e) Termonitornya dan terevaluasinya serta
tersosialisasinya pengembangan agribisnis
hortikultura organik dan stroberi
Renca
na K
erj
a 2
014
13
4
(6) Kegiatan
Pengembangan
Perbenihan /
Perbibitan
a) Terfasilitasinya penyediaan benih bermutu dalam
mendukung peningkatan produksi, produktivitas dan
keamanan pangan di Kecamatan Solokanjeruk,
Baleendah dan Pangalengan melalui peningkatan
ketersediaan benih bermutu pangan sebesar 2%,
dan hortikultura sebesar 1%
b) Berkembangnya benih lokal melalui teknologi mutu
benih dan penerapan sistem pengujian benih pada
tanaman pangan dan hortikultura
c) Termonitornya dan terevaluasinya serta
tersosialisasinya pengembangan perbenihan
(7) Kegiatan Penelitian
dan Pengembangan
Sumber Daya
Pertanian
a) Berkembangnya kemitraan usaha agribisnis produk
higienis berbasis komoditas perkebunan melalui
kegiatan forum pembangunan perkebunan,
sosialisasi pengembangan green product
perkebunan (kopi), fasilitasi proses kemitraan dan
peningkatan mutu hasil lokal
b) Tersusunnya dokumen perencanaan dan
pengawasan pengembangan agribisnis perkebunan
(teh, kopi) dan pengelolaan lahan dan air melalui
kegiatan konservasi
c) Terkendalinya gangguan usaha perkebunan (OPT
dan lainnya) di wilayah sentra perkebunan
d) Termonitornya dan terevaluasinya serta
tersosialisasinya forum kemitraan, pengembangan
green product dan konservasi lahan
(8) Kegiatan Peningkatan
Produksi,
Produktivitas dan
Mutu produk
Perkebunan, Produk
Pertanian
a) Berkembangnya agribisnis tembakau melalui
perluasan areal tembakau di kecamatan Paseh, Ibun
dan Cikancung, terbentuknya kelompok tani
tembakau di Arjasari, Cimaung, Soreang,
Pasirjambu, Kutawaringin dan Ciwidey
b) Meningkatnya kinerja sistem pemenuhan input
produksi dan peningkatan hasil mutu hasil produk
(tembakau, kopi, cengkeh)
c) Meningkatnya kapasitas dan kapabilitas
kelembagaan petani tembakau
d) Berkembangnya kemitraan usaha agribisnis
tembakau untuk menunjang peningkatan
aksesibilitas pemasaran produk tembakau
Renca
na K
erj
a 2
014
13
5
Program Peningkatan Pemasaran Hasil Produksi Pertanian/
Perkebunan
Peningkatan pemasaran hasil produksi pertanian/ perkebunan menjadi
keharusan dalam mempertahankan kontinuitas usaha agribisnis pada berbagai
komoditas unggulan di sektor pertanian. Menurut Abdul Adjid, D (2001), pasar
merupakan suatu tempat yang terbentuk dari usaha dua pihak yang akan
berinteraksi, yaitu pembelian dan penjualan. Dengan kata lain, pasar menjadi
sentra aktivitas ekonomi di dalam lingkungan dunia usaha termasuk di sektor
pertanian. Stabilitas dan mekanisme pasar termasuk ke dalam sasaran utama
dalam menciptakan masyarakat ekonomi yang berswasembada. Maka dari itu,
program peningkatan pemasaran hasil produksi pertanian/ perkebunan
merupakan hal mutlak yang harus dilaksanakan dalam pembangunan pertanian
di Kabupaten Bandung.
Pada tahun 2014, program peningkatan pemasaran hasil produksi
pertanian,perkebunan dan kehutanan diarahkan untuk menyusun, mendeteksi,
dan merestrukturisasi mekanisme dan stabilitas jaringan pasar komoditas
unggulan pertanian, perkebunan dan kehutanan di Kabupaten Bandung. Adapun
sasaran kegiatan yang ingin dicapai, sebagai berikut:
Tabel 3.7. Sasaran dan indikator kinerja program peningkatan pemasaran hasil
produksi pertanian/perkebunan
Program/Kegiatan Sasaran dan Indikator Kinerja
1. Penelitian dan
Pengembangan
Pemasaran Hasil Produksi
Pertanian / Perkebunan
a) Terbentuknya forum kemitraan dan pemasaran
hasil pertanian di Kabupaten Bandung dengan
adanya lembaga pemasaran hasil bagi petani,
kerjasama antara petani dengan pasar modern
dan tradisional serta peningkatan sebesar 2%
terhadap jaringan pasar antar kecamatan
b) Tersusunya data dan informasi pelaku usaha dan
harga pasar komoditas unggulan pertanian,
perkebunan dan kehutanan lokal
c) Termonitornya dan terevaluasinya serta
tersosialisasinya pengembangan pemasaran hasil
komoditas unggulan daerah
2. Promosi Atas Hasil
Produksi Pertanian /
Perkebunan Unggul
Daerah
a) meningkatnya jumlah pemasaran hasil pertanian,
perkebunan dan kehutanan melalui pembentukan
brand produk lokal di Kabupaten Bandung melalui:
- pelaksanaan pameran komoditas unggulan
Renca
na K
erj
a 2
014
13
6
pertanian,
- gelar pasar tani produk unggulan,
- Agro Expo
b)Termonitornya dan terevaluasinya serta
tersosialisasinya komoditas unggulan daerah
3. Pembangunan Pusat-
pusat Penampungan
Produksi Hasil pertanian
/ Perkebunan Masyarakat
yang Akan Dipasarkan
a. berkembangnya usaha rumah kemasan di
kecamatan pasirjambu, pangalengan dan
rancabali dengan pengembangan usaha rumah
kemasan melalui:
- fasilitasi sarana prasarana penunjang
pengembangan rumah kemasan hortikultura
- pembentukan kerjasama petani dengan pasar
modern
b. Termonitornya dan terevaluasinya serta
tersosialisasinya pengembangan rumah kemasan
Program Peningkatan Penerapan Teknologi Pertanian / Perkebunan
Program peningkatan penerapan teknologi pertanian/ perkebunan
ditujukan sebagai usaha pendukungan dalam peningkatan produksi tanaman
unggulan pertanian, seperti padi, jagung, kentang, cabe, tomat, bawang merah,
kubis, alpukat, manggis, kopi, coklat, dan teh. Adapun sasaran kegiatan yang
ingin dicapai pada tahun 2014, sebagai berikut:
Tabel 3.8. Sasaran dan indikator kinerja yang ingin dicapai pada program
peningkatan Penerapan Teknologi Pertanian / Perkebunan
Program/Kegiatan Sasaran dan indikator kinerja
1. Pengadaan Sarana dan
Prasarana Teknologi
Pertanian / Perkebunan
Tepat Guna
a) Terselenggaranya sistem penyediaan dan
pengawasan sarana produksi tanaman pangan
yang efisien dan berkelanjutan di lokasi
penerapan budidaya yang tepat melalui:
- penguatan UPJA pemula di kutawaringin
- penguatan UPJA berkembang,
- fasilitasi sarana prasarana pengembangan
Renca
na K
erj
a 2
014
13
7
agribisnis padi dan sayuran dan
b) Terkendalinya serangan OPT di lokasi
penerapan budidaya dengan proporsi luas
serangan OPT utama hortikultura terhadap luas
panen maksimal 5% dari luas serangan
2. Pemeliharaan Rutin /
Berkala Sarana dan
Prasarana Teknologi
Pertanian / Perkebunan
Tepat Guna
a) Terlaksananya pengembangan fasilitasi dalam
pengelolaan lahan dan air melalui upaya
pemberdayaan lahan pertanian, pengelolaan air
irigasi pertanian dan perluasan areal pertanian di
Kabupaten Bandung melalui :
- pengelolaan air irigasi,
- optimasi lahan pertanian dan jalan usaha
tani
- penyediaan pengembangan sumber air
alternatif skala irigasi pedesaan,
pengembangan air tanah, pompanisasi air
permukaan yang berfungsi
- penyediaan optimalisasi pemanfaatan air
irigasi melalui perbaikan JITUT/JIDES yang
berfungsi
b) Terlaksananya pengembangan fasilitasi dalam
pengelolaan lahan dan air melalui upaya
pembnerdayaan kelembagaan petani melalui
revitalisasi P3A Mitra Cai dan revitalisasi GP3A
Mitra Cai
4.2.1. Program Peningkatan Produksi Pertanian / Perkebunan
Program peningkatan produksi pertanian/ perkebunan ditujukan untuk
meningkatkan produktivitas dan nilai tambah komoditas hortikultura dan
perkebunan spsesifik lokalita. Adapun teknis pelaksanaan kegiatan diarahkan
dalam pemenuhan:
a. Pengidentifikasian Kelompok Sasaran
Kegiatan dilaksanakan oleh petugas lapangan untuk mengetahui
potensi sumber daya pangan, spesifikasi teknis teknologi pengembangan,
kemampuan SDM dan pengembangan bisnis pertanian. Selain itu, juga
dikumpulkan data dan informasi mengenai kelembagaan dan budaya lokal.
Renca
na K
erj
a 2
014
13
8
1) Seleksi peserta dan jenis usaha
Berdasarkan hasil identifikasi, dilakukan seleksi dan penentuan jenis
usaha pangan lokal kepada calon peserta. Penetapan jenis usaha dilakukan
dengan studi kelayakan usaha untuk mengetahui keuntungan dan
keberlanjutan usaha. Kegiatan ini harus dilakukan dengan hati - hati karena
hasilnya menentukan kegiatan selanjutnya.
2) Pelatihan Teknis Agribisnis
Setelah seleksi peserta, dilaksanakan pelatihan tentang
pengembangan pangan lokal yang disesuaikan dengan hasil seleksi dan
potensi wilayahnya. Mata pelajaran diberikan secara teori dan praktek baik
berupa teknis maupun manajemen usaha. Kegiatan ini akan berhasil baik jika
dilaksanakan dengan metode belajar sambil bekerja. Pelatihan teknis
agribisnis ditujukan untuk peningkatan kesiapan penerima manfaat dalam
manajerial usaha.
b. Pemberian bantuan
Bantuan dapat diberikan berupa uang, peralatan, sarana produksi atau
kombinasi keduanya. Sebaiknya bantuan tersebut diberikan secara bertahap
sesuai dengan kebutuhannya dalam kegiatan produksi/pengolahan.
c. Pendampingan/pembinaan
Kelompok dalam mengelola usahanya, perlu diberikan
pendamping/pembina dengan keahlian sesuai dengan kebutuhan teknis dan
manajemen dari usahanya. Pendampingan dilaksanakan selama satu tahun
atau satu kali proses produksi/pengolahan hortikultura dan perkebunan
sampai dengan pemasarannya. Apabila dalam proses pendampingan
menghadapi permasalahan yang sulit dipecahkan ditingkat lapangan, maka
dapat meminta bantuan kepada dinas/instansi teknis terkait.
d. Pembinaan pasca proyek dan pengembangannya
Walaupun pendampingan sudah selesai, pembinaan tetap diberikan
selama beberapa bulan dengan frekuensi kunjungan sesuai dengan kondisi
dan kebutuhan kelompok. Pembinaan akan terus dilanjutkan sampai kelompok
dapat mengembangkan usahanya menjadi kokoh dan mandiri termasuk
mengupayakan kemitraan dengan perusahaan mitra. Pembinaan pasca proyek
ini merupakan pembinaan rutin yang diberikan oleh petugas lapangan dari
dinas sesuai dengan bidangnya.
Langkah-langkah pelaksanaan kegiatan di atas merupakan rincian
tahapan kegiatan, sehingga dapat dicapai impact yang bermanfaat bagi
masyarakat tani pada khususnya. Adapun sasaran kegiatan yang ingin dicapai
pada tahun 2014, sebagai berikut:
Renca
na K
erj
a 2
014
13
9
Tabel 3.9. Sasaran dan indikator kinerja yang ingin dicapai pada program
peningkatan Produksi Pertanian / Perkebunan
Program/Kegiatan Sasaran dan indikator kinerja
1. Penyediaan Sarana
Produksi Pertanian /
Perkebunan
a) pengembangan agribisnis komoditas unggulan
perkebunan di pangalengan, ciwidey, pasir jambu,
kertasari, rancabali, ibun, pacet dan soreang
melalui :
- rehabilitasi areal pengembangan perkebunan
(kopi, teh, cengkeh) dan pembangunan
komoditas usaha kopi dan tembakau;
- Pembentukan kelompok usaha agibisnis
tanaman perkebunan
- Peningkatan kinerja sistem pemenuhan input
produksi;
- Peningkatan mutu dan produktivitas produk
kebun untuk penyesuaian standar kualitas dan
keamanan pangan (GAP, GHP, dan GMP)
- pembangunan pusat penampungan pucuk hasil
perkebunan
b) Terlaksananya pengembangan fasilitasi terpadu
dalam pengelolaan lahan dan air melalui upaya
pemberdayaan lahan pertanian, pengelolaan air
irigasi pertanian dan pengembangan agribisnis
perkebunan di kecamatan pasirjambu, cimenyan,
cikancung, ibun, nagreg, kutawaringin melalui:
- Fasilitasi alat mesin dan benih
- konservasi lahan terpadu pada lahan kering
untuk menunjang perluasan tutupan vegetasi
pada potensi lahan kritis melalui pemberdayaan
lembaga petani
- monitoring dan evaluasi
2. Pengembangan Bibit
Unggul Pertanian /
Perkebunan
a) Meningkatnya produksi dan produktivitas komoditas
hortikultura unggulan daerah di Pangalengan,
Kertasari, Cimaung, Arjasari, Ciwidey, Pasirjambu,
Rancabali, Cimenyan,
b) meningkatnya laju peningkatan produktivitas
kebun/lahan usaha hortikultura dengan perincian:
- buah-buahan 1,5%
Renca
na K
erj
a 2
014
14
0
- sayuran 2,5%
- biofarmaka 1%
- tanaman hias 1%
c) meningkatnya kinerja sistem pemenuhan input
produksi melalui :
- pengawasan dan pengendalian pengadaan
sarana produksi dengan pengadaan bibit/benih
bersertifikasi;
- Pengawasan dan pengendalian dalam
penyediaan prasarana produksi dengan fasilitasi
pengelolaan lahan dan irigasi, screen house dan
green house, SLPHT, rumah kompos.
d) Meningkatnya mutu dan produktivitas produk
organik untuk penyesuaian standar kualitas dan
keamanan pangan melalui penerapan GAP petani
stroberi dan stimulan sarana pengolahan produk
segar dan produk olahan hortikultura
e) Terlaksananya pengembangan fasilitasi dalam
pengelolaan lahan dan air melalui upaya
pemberdayaan lahan pertanian, pengelolaan air
irigasi pertanian dan pemberdayaan kelembagaan
petani melalui pemberian bantuan bibit buah-
buahan, biofarmaka, SL pertanian hortikultura
f) Monitoring dan evaluasi
Program Pemanfaatan Potensi Sumber Daya Hutan
Program pemanfaatan potensi sumber daya hutan merupakan salah satu
kebijakan untuk membantu masyarakat sekitar hutan meningkatkan
kesejahteraannya melalui pengembnagan agribisnis hasil hutan non-kayu seperti
pada komoditas lebah madu, jamur tiram dan ulat sutera. Indikator kinerja dan
sasaran program ini adalah :
Tabel 3.10. Sasaran dan indikator kinerja yang ingin dicapai pada program
Pemanfaatan Potensi Sumber Daya Hutan
Program/Kegiatan Sasaran dan indikator kinerja
1. Pengembangan Hasil
Hutan Non-Kayu
a) Berkembangnya agribisnis non kayu berbasis komoditas
lebah madu di Kecamatan Cicalengka, Nagreg, Cikancug,
Renca
na K
erj
a 2
014
14
1
Cangkuang dan Paseh
b) Berkembangnya agribisnis hasil non kayu berbasis
komoditas jamur tiram di Kecamatan Ciwidey, Pasirjambu,
Kutawaringin, Cicalengka dan Pangalengan
c) Pengembangan agribisnis hasil nonkayu berbasis
komoditas ulat sutera di Kecamatan Pangalengan dan
Pasirjambu
d) Pengembangan agribisnis hasil nonkayu berbasis
komoditas bambu di Kecamatan Banjaran
e) Termanfaatkannya lahan bawah tegakan di Kecamatan
Arjasari seluas 20 ha.
f) Monitoring dan evaluasi
2. Pengembangan
Industri dan
Pemasaran Hasil
Hutan
a) Berkembangnya kemitraan agribisnis kehutanan dengan
adanya pelaksanaan forum pertemuan petani kayu rakyat
dan petani hasil hutan non-kayu dengan industri.
b) Monitoring dan evaluasi
Program Rehabilitasi Hutan dan Lahan
Program rehabilitasi hutan dan lahan merupakan kebijakan yang ditujukan
dalam pelestarian dan konservasi lingkungan, bertujuan untuk:
a. Meningkatkan akselerasi penanggulangan lahan kritis;
b. Mendukung dan mengembangkan program perbaikan lingkungan melalui
Gerakan Rehabilitasi Hutan dan Lahan (Gerhan) melalui pemberdayaan
masyarakat tani di sekitar hutan dalam peningkatan peran aktif
masyarakat;
c. Meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan petani.
Adapun sasaran yang diharapkan, adalah:
a. Terpenuhinya masalah kekurangan bibit tanaman untuk penanaman pada
lahan kritis;
b. Tercapainya sasaran percepatan penanganan lahan kritis;
c. Mendorong tercapainya Kabupaten Bandung Hijau dan Lestari dan JABAR
hijau
Tabel 4.8. Sasaran dan indikator kinerja yang ingin dicapai pada program
Rehabilitasi Hutan dan Lahan
Renca
na K
erj
a 2
014
14
2
Program/Kegiatan Sasaran dan indikator kinerja
1. Pembuatan
bibit/benih tanaman
kehutanan
a) Tersedianya kebun bibit tanaman untuk
penghijauan di Kecamatan Pasirjambu,
Kutawaringin, Baleendah, Soreang, Margasih,
Dayeuhkolot, Katapang, Margahayu,
Pameungpeuk
b) Tersedianya kebun bibit rakyat untuk
mengurangi luasan lahan kritis (3.000 ha)
c) Tersedianya lahan Agroforestry
2. Peningkatan Peran
Serta Masyarakat
Dalam Rehabilitasi
Hutan dan Lahan
a) Terlaksananya pencanangan Bulan Menanam
Nasional
b) Terlaksananya pencanangan JABAR hijau
berbasis sekolah di Kec. Arjasari seluas 50 ha
c) Terlaksananya pembuatan bangunan sipil teknis
di Kec. Ciparay
d) Tertanganinya rehabilitasi lahan kritis seluas
500 ha di Kecamatan Kertasari, Pangalengan,
Cikancung, Paseh, Pacet, Arjasari, Cimaung,
Ibun, Ciparay, Baleendah, Cilengkrang,
Rancaekek
e) Terlaksananya pembuatan bangunan sipil teknis
untuk mengendalikan terjadinya bencana di
Kec. Kertasari, Pangalengan, Cikancung, Paseh,
Pacet, Arjasari, Cimaung
f) Terlaksananya kegiatan monitoring, evaluasi
dan sosialisasi rehabilitasi lahan dan hutan
4.2.2. Program Perlindungan dan Konservasi Hutan
Program perlindungan dan konservasi hutan merupakan kebijakan yang
ditujukan dalam melindungi kawasan hutan dan melakukan konservasi hutan di
Kabupaten Bandung dengan mengajak peran serta masyarakat baik masyarakat
sekitar hutan maupun masyarakat Kabupaten Bandung pada umumnya.
Indikator kinerja dan sasaran ayng ingin dicapai dari program ini terlihat pada
tabel berikut :
Renca
na K
erj
a 2
014
14
3
Tabel 4.9. Sasaran dan indikator kinerja yang ingin dicapai pada program
Perlindungan dan Konservasi Hutan
Program/Kegiatan Sasaran dan indikator kinerja
1. Pengembangan
Pengujian dan
Pengendalian Peredaran
Hasil Hutan
a) Tumbuhnya kesadaran hukum masyarakat yang
menggunakan hasil hutan kayu dengan
terlaksananya sosialisasi Permenhut peredaran
hasil hutan
b) Terlaksananya pemasangan rambu/papan
larangan untuk mencegah kerusakan hutan
c) Tumbuhnya kesadaran hukum masyarakat
pengusaha industri kayu dalam perijinan hasil
dengan terlaksananya sosialisasi Permenhut ijin
usaha industri hasil hutan kayu
2. Sosialisasi pencegahan dan
dampak kebakaran hutan
dan lahan
a) Meningkatnya kepedulian masyarakat akan
kelestarian hutan
b) Meningkatnya ketrampilan dan keahlian
masyarakat dalam pengendalian gangguan /
kebakaran hutan
c) Tumbuhnya kesadaran masyarakat dalam
pengelolaan hutan dan lahan
d) Terlaksananya kegiatan monitoring, evaluasi dan
sosialisasi perlindungan, pengendalian dan
konservasi hutan
Renca
na K
erj
a 2
014
14
4
BAB IV
PENUTUP
Adanya tuntutan mutu, persaingan dengan wilayah produsen
pertanian lainnya serta semakin tinggilnya tingkat impor komoditas dan
produk pertanian mengharuskan Kabupaten Bandung untuk terus memacu
produktifitas dan kinerja sektor pertaniannya melalui perwujudan
agribisnis dan agroindustri.
Pencapaian tujuan pembangunan sektor pertanian di Kabupaten
Bandung tentunya memerlukan berbagai dukungan intensif dalam hal
penciptaan iklim pengembangan pertanian yang kondusif melalui
peningkatan efisiensi birokrasi, peningkatan akses pada kredit serta
peninjauan untuk peraturan perpajakan dan tarif pajak untuk sektor
pertanian. Selanjutnya untuk menggerakkan sektor pertanian tersebut
diperlukan kerjasama antara berbagai pihak sebagai pemangku
kepentingan di sektor tersebut, seperti masyarakat petani pemerintah dan
perbankan. Berbagai bentuk kerjasama, hubungan dan kolaborasi seluruh
pemangku kepentingan tersebut sangat diperlukan agar sektor pertanian
di Kabupaten Bandung mampu memberikan kontribusi terhadap
peningkatan kesejahteraan wilayah.
Renca
na K
erj
a 2
014
14
5
Rencana Kerja (Renja) Dinas Pertanian Kabupaten Bandung 2013 disusun sebagai salah satu upaya untuk menjawab tantangan yang dihadapi oleh sektor pertanian. Renja ini memaparkan kekuatan dan kelemahan serta peluang dan ancaman sebagai implikasi dari perubahan kondisi ekonomi yang selalu terjadi antar waktu. Dengan menggunakan seluruh komponen tersebut maka program, kebijakan dan kegiatan pembangunan dan pengembangan sektor pertanian dapat diformulasikan. Diharapkan dengan tersusunnya Renja dapat menjadi sebuah panduan baku dalam mengawal proses pembangunan pertanian di Kabupaten Bandung secara berkelanjutan. Bandung, 2013 Dinas Pertanian, Perkebunan, dan
Kehutanan Kabupaten Bandung
Kepala,
Ir. H. A. Tisna Umaran, MP. Pembina Utama Muda
NIP. 19640923 199203 1 005