13
1 KATA PENGANTAR Puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas segala bimbingan dan  petunjukNya, serta berkat rahmat, nikmat, dan karuniaNya sehingga kami masih diberi kesempatan untuk menyelesaikan laporan tutorial yang berjudul Malpraktek Dan Resiko Medik . Kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :  1. Dr. Drg. Masniari Novita, M.kes yang telah memberi kami kesempatan untuk lebih mendalami materi dengan pembuatan laporan tutorial ini. 2. Teman-teman Kelompok Tutorial IV yang telah berperan aktif dalam pembuatan laporan tutorial ini. Kami menyadari bahwa laporan tutorial ini mengandung banyak kekurangan, baik dari segi isi maupun sistematika. Oleh karena itu, kami mohon maaf jika ada kesalahan karena kami masih dalam proses p embelajaran. Kami juga berharap laporan tutorial y ang telah kami  buat ini dapat bermanfaat untuk pendalaman pada blok Etika dan Hukum Pelayanan Kesehatan Masyarakat. Jember, Juni 2014 Penulis

Kata Pengantar

Embed Size (px)

DESCRIPTION

bcdfghjkjh

Citation preview

KATA PENGANTARPuji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas segala bimbingan dan petunjukNya, serta berkat rahmat, nikmat, dan karuniaNya sehingga kami masih diberi kesempatan untuk menyelesaikan laporan tutorial yang berjudul Malpraktek Dan Resiko Medik. Kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :1. Dr. Drg. Masniari Novita, M.kes yang telah memberi kami kesempatan untuk lebih mendalami materi dengan pembuatan laporan tutorial ini.2. Teman-teman Kelompok Tutorial IV yang telah berperan aktif dalam pembuatan laporan tutorial ini.Kami menyadari bahwa laporan tutorial ini mengandung banyak kekurangan, baik dari segi isi maupun sistematika. Oleh karena itu, kami mohon maaf jika ada kesalahan karena kami masih dalam proses pembelajaran. Kami juga berharap laporan tutorial yang telah kami buat ini dapat bermanfaat untuk pendalaman pada blok Etika dan Hukum Pelayanan Kesehatan Masyarakat.

Jember, Juni 2014

Penulis

Bab 1Pendahuluan

1.1 Latar BelakangIstilah malpraktek tidak dijumpai dalam KUHP, karena memang bukan istilah yuridis. Istilah malpraktek hanya digunakan untuk menyatakan adanya tindakan yang salah dalam rangka pelaksanaan suatu profesi, baik dibidang kedokteran maupun bidang hukum.Tindakan yang salah secara yuridis diartikan melalui putusan pengadilan. Tindakan salah yang dimaksud sebagai tindakan yang dapat menumbuhkan kerugian baik nyawa, maupun harta benda. Malpraktek menyangkut pelaksanaa profesi yang memiliki ciri sebagai berikut :1. Ilmu pengetahuan yang diperoleh secara sistematika dan dalam waktu relatif lama2. Orientasi utama lebih kepada kepentingan umum3. Ada mekanisme kontrol terhadap perilaku pemegang profesi, melalui kode etik oleh organisasi profesi4. Ada reward sistem yang tidak didasarkan pada tujuan komersialTransaksi teraupeutik dapat dijelaskan sebagai bentuk perjanjian antara pasien dan penyedia pelayanan jasa dimana dasar dari perjanjian itu adalah usaha maksimal untuk penyembuhan pasien yang dilakukan dengan cermat dan hati hati sehingga hubungan hukumnya disebut sebagai perikatan usaha/ikhtiar. Agar dapat berlaku dengan sah, transaksi teraupeutik tersebut harus memenuhi 4 syarat, pertama ada kata sepakat dari para pihak yang mengikatkan diri, kedua kecakapan untuk membuat sesuatu, ketiga mengenai suatu hal atau objek, dan yang keempat karena suatu kausa yang sah. Transaksi atau perjanjian menurut hukum dengan transaksi yang berkaitan dengan terapeutik tidaklah sama. Pada hakekatnya transaksi terapeutik terkait dengan norma atau etika yang mengatur perilaku dokter dan oleh karena itu bersifat menjelaskan, merinci, ataupun menegaskan berlakunya suatu kode etik yang bertujuan agar dapat memberikan perlindungan bagi dokter atau pasien. Hubungan antatara transaksi terapeutik dengan perlindungan hak pasien dapat dilihat pada undang undang 29 tahun 2004 tentang praktek kedokteran diantaranya adalah hak mendapatkan penjelasan secara lengkap tentang tindakan medis yang akan dilakukan, hak meminta penjelasan pendapat dokter, hak mendapatkan pelayanan sesuai kebutuhan medis, hak menolak tindakan medis dan hak untuk mendapatkan rekam medis. Kewajiban pasien dalam menerima pelayanan kedokteran antara lain memberikan informasi yang lengkap dan jujur tentang masalah kesehatannya, mematuhi nasehat atau petunjuk dokter, mematuhi ketentuan yang berlaku disarana pelayanan kesehatan dan memberikan imbalan jasa atas pelayanan yang diterimanya.Dokter dan dokter gigi dalam menjalankan praktek kedokteran harus memberikan pelayanan medik secara profesional, serta memiliki etik dan moral yang tinggi. Hal ini dilakukan untuk menjamin kepastian hukum bagi dokter dan dokter gigi dalam menjalankan tugasnya. Dalam beberapa dekade terakhir ini istilah malpraktek banyak dibicacarakan masyarakat umum khususnya malpraktek bidang kedokteran dalam transaksi terapeutik antara dokter dan pasien. Jika kita flashback beberapa dekade ke belakang khusunya di indonesia anggapan banyak orang, dokter adalah profesi yang dia lakukan. Hal ini berbeda seratus delapan puluh derajat saat sekarang banyak tuntutan hukum baik perdata, pidana maupun administrasi yang diajukan pasien atau keluarga pasien kepada dokter karena kurang puas atau hasil perawatan atau pengobatan.

1.2 Rumusan Masalah1. Apa saja jenis malpraktek pada umumnya?2. Apa saja landasan hukum pada malpraktek?3. Apa itu resiko medik dan hubungannya dengan malpraktek?

1.3 Tujuan1. Mampu mengetahui dan menjelaskan tentang jenis jenis malpraktek2. Mampu mengetahui dan menjelaskan tentang landasan hukum pada malpraktek3. Mampu mengetahui dan menjelaskan tentang resiko medik dan hubungannya dengan malpraktek

1.4 Mapping

Sengketa Medis

Landasan Hukum

Resiko MedisMalpraktek

PidanaAdministrasiPerdataMalpraktek EtikMalpraktek YuridisRekam MedikInform Concern

Bab 2Pembahasan

2.1 Jenis-jenis malpraktekJenis jenis malpraktek dapat dibedakan menjadi 2 yaitu malpraktek etik (ethical malpractice) dan malpraktik yuridis (yuridical malpractice), ditinjau dari segi etika profesi dan segi hukuma. Malpraktek EtikMalpraktek etik adalah tindakan dokter yang bertentangan dengan etika kedokteran, sebagaimana yang diatur dalam kode etik kedokteran indonesia yang merupakan seperangkat standar etika, prinsip, aturan, norma yang berlaku untuk dokter.Yang dimaksud dengan malpraktek etik adalah kesalahan profesi karena kelalaian dalam melaksanakan etika profesi, maka sanksinya adalah sanksi etika yang berupa sanksi administrasi sesuai dengan tingkat kesalahannya.Contoh konkrit yang merupakan malpraktek etik ini adalah : Dibidang terapiBerbagai perusahaan yang menawarkan antibiotika kepada dokter dengan janji kemudahan yang akan diperoleh dokter bila mau menggunakan obat tersebut, kadang kadang juga bisa mempengaruhi pertimbangan dokter dalam memberikan terapi kepada pasien. Orientasi terapi berdasarkan janji janji pabrik obat yang sesungguhnya tidak sesuai dengan indikasi yang diperlukan pasien juga merupakan malpraktek etik.

b. Malpraktek yuridikMalpraktek yuridik dapat dibedakan menjadi 3 bentuk, yaitu malpraktek perdata (civil malpractice), malpraktek pidana (criminal practice), dan malpraktek administrasi (administrative malpractice)

1. Malpraktek Perdata (Civil Malpractice)Malpraktek perdata terjadi apabila terdapat hal hal yang menyebabkan tidak terpenuhinya isi perjanjian (wanprestasi) didalam transaksi terapeutik oleh tenaga kesehatan, atau terjadinya perbuatan melanggar hukum (onrechtmatige daad) sehingga menimbulkan kerugian kepada pasien.Adapun isi daripada tidak terpenuhinya perjanjian tersebut dapat berupa:a. Tidak melakukan apa yang menurut kesepakatan wajib dilakukanb. Melakukan apa yang menurut kesepakatannya wajib dilakukan, tetapi terlambat pelaksanaannyac. Melakukan apa yang menurut kesepakatannya wajib dilakukan, tetapi tidak sempurna dalam pelaksanaan dan hasilnya.d. Melakukan apa yang menurut kesepakatannya tidak seharusnya dilakukan.Sedangkan untuk perbuatan atau tindakan yang melanggar hukum haruslah memenuhi beberapa syarat seperti:a. Harus ada perbuatan (baik berbuat maupun tidak berbuat)b. Perbuatan tersebut melanggar hukum (tertulis ataupun tidak tertulis)c. Ada kerugiand. Ada hubungan sebab akibat (hukum kausal) antara perbuatan melanggar hukum dengan kerugian yang dideritae. Adanya kesalahan (schuld)Sedangkan untuk dapat menuntut pergantian kerugian (ganti rugi) karena kelalaian tenaga kesehatan, maka pasien harus dapat membuktikan adanya 4 unsur berikut: Adanya suatu kewajiban tenaga kesehatan terhadap pasien Tenaga kesehatan telah melanggar standar pelayanan medik yang dipergunakan Penggugat (pasien) telah menderita kerugian yang dapat dimintakan ganti ruginya Secara faktual kerugian itu disebabkan oleh tindakan dibawah standarNamun adakalanya seorang pasien (penggugat) tidak perlu membuktikan adanya kelalaian tenaga kesehatan (tergugat). Dalam hukum ada kaidah yang berbunyi res ipsa loquitor yang artinya fakta telah berbicara. Dalam hal demikian tenaga kesehatan itulah yang harus membuktikan tidak adanya kelalaian pada dirinya.Dalam malpraktek perdata yang dijadikan ukuran dalam malpraktek yang disebabkan oleh kelalaian adalah kelalaian yang bersifat ringan (culpa levis). Karena apabila yang terjadi adalah kelalaian berat (culpa lata) maka seharusnya perbuatan tersebut termasuk dalam malpraktek pidana.Contoh dari malpraktek perdata, misalnya seorang dokter yang melakukan operasi ternyata meninggalkan sisa perban didalam tubuh si pasien. Setelah diketahui bahwa ada sisa perban yang tertinggal kemudian dilakukan operasi kedua untuk mengambil perban yang tertinggal tersebut.Dalam hal ini kesalahan yang dilakukan oleh dokter dapat diperbaiki dan tidak menimbulkan efek negatif yang berkepanjangan tterhadap pasien.

2. Malpraktek Pidana (Criminal Malpractice)Malpraktek pidana bisa terjadi karena apabila pasien meninggal dunia atau mengalami cacat akibat tenaga kesehatan kurang hati hati. Atau kurang cermat dalam melakukan upaya perawatan terhadap pasien yang meinggal dunia atau cacat tersebut.Malpraktek pidana ada tiga bentuk yaitu:a. Malpraktek pidana karena kesengajaan (intensional), misalnya pada kasus aborsi tanpa indikasi medis, tidak melakukan pertolongan pertama pada kasus gawat darurat padahal diketahui bahwa tidak ada orang lain yang bisa menolong, serta memberikan surat keterangan yang tidak benarb. Malpraktek pidana karena kecerobohan (reckleness), misalnya melakukan tindakan yang tidak lege artis atau tidak sesuai dengan standar profesi serta melakukan tindakan tanpa disertai persetujuan tindakan medisc. Malpraktek pidana karena kealpaan (negligence), misalnya terjadi cacat atau kematian pada pasien sebagai akibat tindakan tenaga kesehatan yang kurang hati hati.

3. Malpraktek AdministratifMalpraktek administatif terjadi apabila tenaga kesehatan melakukan pelanggaran terhadap hukum administrasi negara yang berlaku, misalnya menjalankan praktek bidan tanpa lisensi natau izin praktek, melakukan tindakan yqang tidak sesuai dengan lisensi atau izinya, menjalankan praktek dengan izin yang sudah kadaluarsa, dan menjalankan praktek tanpa membuat cacatan medik.Dua macam pelanggaran administasi tersebut adalah:a. Pelanggaran hukum administrasi tentang kewenangan praktek kedokteranb. Pelanggaran administrasi mengenai pelayanan medis

2.2 Landasan Hukum Malpraktek1. Pasal pasal 359-360 KUHP Pidana

Pasal 359 KUHPBarang siapa karena kesalahannya (kealpaannya) menyebabkan orang lain meninggal, diancam dengan pidana penjara paling lama lima tahun atau pidana kurungan paling lama satu tahun.

Pasal 360 KUHP(1) Barang siapa karena kealpaanya menyebabkan orang lain mendapatkan luka luka berat, diancam dengan pidana penjara paling lama lima tahun atau kurungan paling lama satu tahun.(2) Barang siapa karena kealpaannya menyebabkan orang lain luka luka sedemikian rupa sehingga timbul penyakit atau halangan menjadikan pekerjaan jabatan atau pencarian selama waktu tertentu, diancam dengan pidana paling lama sembilan bulan atau denda paling tinggi tiga ratus rupiah.

2. Undang Undang Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2004 Tentang Praktik Kedokteran

Paragraf 1Standar PelayananPasal 44(1) Dokter atau dokter gigi dalam menyelenggarakan praktik kedokteran wajib mengikuti standar pelayanan kedokteran atau kedokteran gigi(2) Standar pelayanan sebagaimana dimaksudkan pada ayat 1 dibedakan menurut jenis dan strata sarana pelayanan kesehatan(3) Standar pelayanan untuk dokter atau dokter gigi sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dan 2 diatur dengan peraturan mentri

Paragraf 2Persetujuan Tindakan Kedokteran atau Kedokteran GigiPasal 45(1) Setiap tindakan kedokteran atau kedokteran gigi yang akan dilakukan oleh dokter atau dokter gigi terhadap pasien harus mendapat persetujuan(2) Persetujuan sebagimana dimaksud pada ayat 1 diberikan setelah pasien mendapat penjelasan secara lengkap(3) Penjelasan sebagaiman dimaksud pada ayat 2 sekurang kurangnya mencakup:a. Diagnosis dan tata cara tindakan medisb. Tujuan tindakan medis yang dilakukanc. Alternatif tindakan lain dan resikonyad. Risiko dan komplikasi yang mungkin terjadie. Prognosis terhadap tindakan yang dilakukan(4) Persetujuan sebagaimana yang dimaksud pada ayat 2 dapat diberikan baik tertulis maupun lisan(5) Setiap tindakan kedokteran atau kedokteran gigi yang mengandung resiko tinggi harus diberikan dengan persetujuan tertulis yang ditandatangani oleh yang berhak memberikan persetujuan(6) Ketentuan mengenai tata cara persetujuan tindakan kedokteran atau kedokteran gigi sebagaimana dimaksud pada ayat 1 2 3 4 5 diatur dengan peraturan mentri

Paragraf 3Rekam MedisPasal 46(1) Setiap dokter atau dokter gigi dalam menjalankan praktik kedokteran wajib membuat rekam medis(2) Rekam medis sebagaimana dimaksud pada ayat 1 harus segera dilengkapi setelah pasien selesai meneriman pelayanan kesehatan(3) Setiap catatan rekam medis harus dibubuhi nama, waktu, dan tanda tangan petugas yang memberikan pelayanan dan tindakanPasal 47(1) Dokumen rekam medis sebagaimana dimaksud dalam pasal 46 merupakan milik dokter, dokter gigi, atau sarana pelayanan kesehatan, sedangkan isi rekam medis merupakan milik pasien(2) Rekam medis sebagaimana dimaksud pada ayat 1 harus disimpan dan dijaga kerahasiaanya oleh dokter atau dokter gigi dan pimpinan sarana pelayanan kesehatan(3) Ketentuan mengenai rekam medis sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dan 2 diatur dengan peraturan mentri

Ketentuan PidanaPasal 75(1) Setiap dokter atau dokter gigi yang dengan sengaja melakukan praktik kedokteran tanpa memiliki surat tanda registrasi sebagaimana dimaksud dalam pasal 29 ayat 1 dipidana dengan pidana penjara paling lama tiga tahun dan denda paling banyak seratus juta rupiah.(2) Setiap dokter atau dokter gigi warga negara asing yang dengan sengaja melakukan praktik kedokteran tanpa memiliki surat tanda registrasi sementara sebagaimana dimaksud dalam pasal 31 ayat 1 dipidana dengan pidana penjara paling lama tiga tahun atau denda paling banyak seratus juta rupiah(3) Setiap dokter atau dokter gigi warga negara asing yang dengan sengaja melakukan praktik kedokteran tanpa memiliki surat tanda registrasi bersyarat sebagaimana dimaksud dalam pasal 32 ayat 1 dipidana penjara paling lama tiga tahun atau denda paling banyak seratus juta rupiah

Pasal 76Setiap dokter atau dokter gigi yang dengan sengaja melakukan praktik kedokteran tanpa memiliki surat izin praktek sebagaimana diatur dalam pasa 36 dipidana dengan pidana penjara paling lama tiga tahun atau denda paling banyak seratus juta rupiahPasal 77Setiap orang yang dengan sengaja menggunakan identitas berupa gelar atau bentuk lain yang menimbulkan kesan bagi masyarakat seolah olah yang bersangkutan adalah dokter atau dokter gigi yang telah memiliki surata tanda registrasi dokter atau surat tanda registrasi dokter gigi atau izin praktik sebagaimana dimaksud dalam pasal 73 ayat 1 dipidana dengan pidana penjara paling lama lima tahun atau denda paling banyak seratus lima puluh juta rupiah.Pasal 78Setiap orang dengan sengaja menggunakan alat, metode, atau cara lain dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat yang menimbulkan kesan seolah olah yang bersangkutan adalah dokter atau dokter gigi yang telah memiliki surat tanda registrasi dokter atau surat tanda registrasi dokter gigi atau surat izin praktek sebagaimana dimaksud pada pasal 73 ayat 1 dipidana penjara paling lama lima tahun atau denda paling banyak seratus lima puluh juta rupiah.Pasal 79Dipidan dengan pidana kurungan paling lama satu tahun atau denda paling banyak lima puluh juta rupiah, setiap dokter atau dokter gigi yang:a. Dengan sengaja tidak memasang papan nama sebagaimana dimaksud dalam pasal 41 ayat 1b. Dengan sengaja tidak membuat rekam medis sebagaimana dimaksud dalam pasal 46 ayat 1c. Dengan sengaja tidak memenuhi kewajiban sebagaimana dimaksud dalam pasal 51 huruf a, huruf b, huruf c, huruf d, atau huruf ePasal 29Setiap dokter dan dokter gigi yang melakukan praktik kedokteran diindonesia wajib memiliki surat tanda registrasi dokter dan surat tanda registrasi dokter gigi

Pasal 36Setiap dokter atau dokter gigi yang melakukan praktik kedokteran diindonesia wajib memiliki surat izin praktik

Pasal 45Setiap tindakan kedokteran atau kedokteran gigi yang akan dilakukan oleh dokter dan dokter gigi terhadap pasien harus mendapat persetujuan

Pasal 46Setiap dokter atau dokter gigi dalam menjalankan praktik kedokteran kedokteran wajib membuat rekam medis

Pasal 48Setiap dokter atau dokter gigi dalam melaksankan praktik kedokteran wajib menyimpan rahasia kedokteran

Pasal 50Dokter atau dokter gigi dalam melaksanakan praktik kedokteran mempunyai hak:a. Memperoleh perlindungan hukum sepanjang melaksanakan tugas sesuai dengan standar profesi dan standar prosedur operasionalb. Memberikan pelayanan medis menurut standar profesi dan standar prosedur operasionalc. Memperoleh informasi yang lengkap dan jujur dari pasien atau keluarganyad. Menerima imbalan atau jasa

Pasal 51Dokter atau dokter gigi dalam melaksanakan praktik kedokteran mempunyai kewajiban:a. Memberikan pelayanan medis sesuai dengan standar profesi dan standar operasional serta kebutuhan medis pasienb. Merujuk pasien ke dokter atau dokter gigi lain yang mempunyai keahlian atau kemampuan yang lebih baik, apabila tidak mampu melakukan suatu pemeriksaan atau pengobatanc. Merahasiakan segala sesuatu yang diketahui tentang pasien, bahkan juga setelah pasien tersebut meninggal dunia.d. Melakukan pertolongan darurat atau dasar perikemanusiaan kecuali bila ia yakin ada orang yang bertugas dan mampu melakukannyae. Menambah ilmu pengetahuan dan mengikuti perkembangan ilmu kedokteran atau kedokteran gigi

Pasal 52Pasien dalam menerima pelayanan pada praktik kedokteran mempunyai hak:a. Mendapatkan penjelasan secara lengkap tentang tindakan medis sebagaimana dimaksud dalam pasal 45 ayat 3b. Meminta pendapat dokter atau dokter gigi lainc. Mendapatkan pelayanan sesuai dengan kebutuhan medisd. Menolak tindakan medise. Mendapatkan isi dari rekam medis

Pasal 53Pasien dalam menerima pelayanan pada praktik kedokteran mempunyai kewajiban:a. Memberikan informasi yang lengkap dan jujur tentang masalah kesehatannyab. Mematuhi nasihat dan petunjuk dokter atau dokter gigic. Mematuhi ketentuan yang berlaku di sarana pelayanan kesehatand. Memberikan imbalan jasa atas pelayanan yang diterima.

2.3 Resiko medik dan Hubungannya Dengan MalpraktekResiko medik adalah suatu peristiwa yang tak terduga yang timbul akibat tindakan seorang tenaga kesehatan yang diberikan sesuai dengan standar prosedur medis, kompetensi dan etika yang berlaku. Semua tindakan medis mengandung resiko, sekecil apapun tindakan medis itu selalu mengandung apa yang dinamakan resiko. Resiko medis tidak dapat dipersalahkan dan tidak dapat dimintai pertanggung jawabannya, asalkan resiko ini merupakan resiko murni di mana tidak ada unsur kelalaliannya.Manajemen resiko medik merupakan suatu perencanaan, pengorganisasian, pengkoordinasian sumber daya, sistim, fasilitas dan sebagainya untuk mecapai pelayanan medis yang baik dan diberikan secara efektif dan efisien dengan memperhatikan kemungkinan timbulnya resiko dan melakukan tindakan segera apabila resiko itu terjadi. Dikatakan malpraktek apabila memenuhi 4 unsur berikut yaitu:a. Adanya suatu kewajiban bagi dokter kepada pasienb. Dokter telah melanggar standar pelayanan medis yang lazim dipergunakanc. Penggugat telah menderita kerugian yang dapat dimintakan ganti ruginyad. Secara faktual kerugian itu disebabkan oleh tindakan dibawah standar

Disamping itu perbedaan dari resiko medis dan malpraktek adalah jika resiko medik merupakan suatu konsekuensi dari perawatan yang sudah diketahui dan terjadi apabila perawatan tersebut dilakukan. Jika malpraktek sesuatu yang dengan sengaja dilakukan tenaga medis tersebut. Biasanya resiko medis ditanggung sendiri oleh pasien yang bersangkutan dan malpraktek biasanya ditanggung oleh tenaga medis yang melakukannya. Biasanya untuk melindungi dokter ataupun dokter gigi dari tuduhan malpraktik dokter ataupun dokter gigi diwajibkan untuk membuat inform concern dan rekam medis. Hal ini dicantumkan dalam pasal 2 ayat 3 dan pasal 3 ayat 1 didalam permenkes/335/Menkes/IXBab 3Kesimpulan

1. Macam macam malpraktek dapat dibedakan menjadi 2 yaitu malpraktek etik dan malpraktek yuridis. Malpraktek yuridis dapat dibedakan menjadi 3 yaitu malpraktek perdata, malpraktek pidana dan malpraktek administrasi2. Landasan hukum dari malpraktek adalaha. Non hukum ada kode etik kedokteran gigib. Permenkes pasal 1 ayat 1c. UU no.23 tahun 1992d. Dan pasal pasal yang telah tersebut diatas3. Hubungan antara malpratik dan resiko medis adalah resiko medis merupakan suatu peristiwa yang tak terduga yang timbul akibat tindakan seorang tenaga kesehatan yang diberikan sesuai dengan standar prosedur medis, kompetensi dan etika yang berlaku. Sedangkan malpraktik adalah suatu peristiwa yang disengaja atau kealpaan yang dilakukan oleh tenaga medis yang menyebabkan pasien mengalami kerugian secara materi maupun non materi

Bab 4Daftar pustaka

1. Adami Chazawi. 2007. Malpraktik Kedokteran. Malang: Bayumedia2. Agus Irianto. 2006. Ananlisis Yuridis Kebijakan Pertanggungjawaban Dokter Dalam Malpraktik. Surakarta: Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret3. Bahder Johan Nasution. 2005. Hukum Kesehatan Dan Pertanggung Jawaban Dokter. Jakarta: PT Rineka Cipta.4. Danny Wiradharma. 1996. Hukum Kedokteran. Jakarta: Binarupa Aksara5. Hari Wujoso. 2008. Analisis Hukum Tindakan Medik. Surakarta: UNS Press6. J. Guwandi. 2006. Dugaan Malpraktik Medis Dan Draft RPP Perjanjian Terapeutik Antara Dokter dan Pasien. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia7. Anny Isfandyarie, Malpraktik dan Resiko Medis, Prestasi Pustaka, Jakarta, 20055