Upload
agung-nugraha
View
148
Download
1
Embed Size (px)
DESCRIPTION
-
Citation preview
MAKALAH STUDY TOUR YOGYAKARTA-SOLO
Disusun oleh :
1. Dewi Wulandari
2. Indri Nurhendriani
3. Intan Prawati
4. Lathifah Azizah
5. Riska Setiawati
SMA NEGERI 1 BANJAR
Terakreditasi : “A” (Amat Baik) SK No:02.00/535/BAP-SM/XI/2010
JL.K.H.Mustofa No.1 Tlp(0265)741192 Banjar 46311
Email: [email protected] Website: www.sman1banjar.sch.id
Kata Pengantar
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan
hidayahnya penulis dapat menyelesaikan makalah tentang “ Makalah Studytour Jogja-
Solo”. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata pelajaran Bahasa Indonesia.
Dalam kesempatan ini kami mengucapkan terimakasih kepada Yth :
1. Drs. Tarsum Sumarna, M.Pd selaku kepala sekolah
2. Iis Yulia selaku guru mata pelajaran
3. Orang tua kami yang telah membantu baik moril maupun materi
4. Rekan-rekan satu kelompok yang telah membantu dalam menyelesaikan
makalah kami
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini jauh dari kata sempurna,
baik dari segi penyusunan, bahasa ataupun penulisannya. Karena tak ada gading yang
tak retak. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya
membangun, khususnya dari guru mata pelajaran guna menjadi acuan dalam bekal
pengalaman bagi kami untuk lebih baik di masa yang akan datang.
Banjar, Januari 2014
Penyusun
LEMBAR PENGESAHAN
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kegiatan studi lapangan selain bertujuan untuk rekreasi juga bertujuan untuk
menambah pengetahuan siswa. Studi lapangan sebenarnya adalah kegiatan belajar
diluar jam efektif sekolah. Atau juga bisa disebut belajar sambil bermain. Suatu
kegiatan belajar yang dilakukan diluar ruangan dengan mengamati objek secara
langsung. Sistem ini bertujuan untuk melatih daya pikir para siswa.
Kegiatan studi lapangan merupakan salah satu langah untuk meningkatkan mutu
lulusan SMA sesuai dengan Permen Diknas RI No 39 Tahun 2008 tentang wisata
siswa pada seksi pembinaan pendidikan pendahuluan bela negara dan tentang
pembuatan karya tulis pada seksi bidang kehidupan berbangsa dan bernegara.
Studi lapangan menjadi sarana agar para siswa bisa meningkatkan daya pikir dan
kreatifitas mereka.
Setiap tahunnya SMAN 1 Banjar selalu mengadakan kegiatan Studi Lapangan.
Studi lapangan hanya diperuntukkan bagi siswa siswi kelas XI. Guru menugaskan
para siswa agar membuat laporan kegiatan studi lapangan ini setelah selesai
melakukan kegiatan studi lapangan. Laporan kegiatan studi lapangan sangat
berguna bagi para siswa khususnya dimasa yang akan datang.
Siswa akan mendapat banyak pengalaman dan pengetahuan baru. Siswa juga
mendapat kenangan yang tidak terlupakan bersama teman-teman dan guru-guru
mereka.
B. Rumusan Masalah
Seperti apa yang telah diuraikan di atas, bahwa pada dasarnya tujuan sekolah
mengadakan study lapangan adalah untuk menambah pengetahuan siswa. Namun
persoalan yang muncul adalah seberapa jauh siswa dapat memahami maksud dan
tujua diadakan kegiatan study lapangan. Berdasarkan pemikiran diatas, maka
rumusan masalah dalam penyusunan laporan ini adalah:
C. Maksud dan Tujuan
1. Memperluas wawasan pengetahuan siswa
2. Memperoleh pengetahuan tentang penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi
3. Melatih siswa untuk mengamati, mengumpulkan data, dan menyimpulkan
4. Melatih siswa untuk mengerjakan tugas secara kelompok
5. Melatih siswa untuk selalu berjiwa gotong royong
6. Menumbuhkan wawasan kebangsaan dan semangat persatuan
D. Sasaran
Sasaran yang ingin dicapai dari pembuatan makalah Wisata Ilmiah ini,
diantaranya adalah sebagai berikut :
Universitas Gadjah Mada Yogyakarta
- Mengetahui sejarah berdirinya Universitas Gadjah Mada
- Mengetahui prosedur dan syarat masuk Universitas Gadjah Mada
- Mengetahui tentang kemungkinan Beasiswa belajar di Universitas
Gadjah Mada
- Mengetahui fakultas-fakultasnya dan prospek kelulusan dari
Universitas Gadjah Mada
Taman Sriwedari / Taman Pandawa
- Memahami budaya bangsa dan semakin cinta dengan
keanekaragaman budaya bangsa
- Menambah pengetahuan tentang seni bangunan / arsitektur cara
pembangunannya
- Pengamatan akan pengaruh keberadaan taman sriwedari / taman
pandawa bagi kehidupan masyarakat sekitarnya.
Keraton Istana Mangkunegara
- Memahami budaya bangsa dan semakin cinta dengan
keanekaragaman budaya bangsa
- Menambah pengetahuan tentang arsitektur dan teknologi cara
pembangunannya
Tawangmangu Surakarta
- Mengetahui budaya bangsa dan semakin cinta dengan
keanekaragaman budaya bangsa
- Mengetahui keterkaitan antara obyek wisata tersebut dengan
keanekaragaman masyarakat dan budaya di negara kita
- Mengetahui keterkaitan antara obyek wisata tersebut dengan rasa
persatuan dan kesatuan bangsa.
- Mengetahui keadaan Geosfer di Tawangmangu
Malioboro Yogyakarta
- Mengetahui sejarah keberadaan tempat wisata Malioboro
- Mengetahui keterkaitan antara obyek wisata tersebut dengan
keanekaragaman masyarakat dan budaya di Yogyakarta
- Mengetahui keterkaitan antara obyek wisata tersebut dengan rasa
persatuan dan kesatuan, rasa memiliki bagi warga Yogyakarta.
E. Metodologi Penulisan
Metode yang kami gunakan yaitu metode Studi Pustaka : Semua bahan
kami peroleh dari buku – buku dan internet. Selain itu kami juga
menggunakan Studi Lapangan : Kami mengambil data langsung di lokasi
penelitian.
F. Metode Penelitian
Untuk mengumpulkan sejumlah data dalam penelitian ini, penulis
mempergunakan teknik-teknik sebagai berikut:
a. Observasi
Yaitu mengumpulkan data dengan cara mengadakan pengamatan
masalah atau mengadakan penyelidikan langsung ke tempat yang
dijadikan objek penelitian. Dengan teknik ini, penulis berusaha terjun
ke lapangan untuk melihat langsung kenyataan yang ada.
b. Wawancara
Yaitu merupakan proses tanya jawab lisan, dimana dua orang atau
lebih berhadapan fisik, saling bertemu. Alasan menggunakan tehnik
ini karena yang dijadikan sumber sangat terbatas, serta memungkinkan
untuk diwawancarai. Data yang diperlukan perlu penjelasan dan perlu
adanya komunikasi timbal balik antara penanya dan orang yang
ditanya.
c. Melalui Internet
Yaitu mengumpulkan data dengan mencari di internet.
G. Manfaat Penelitian
Segala sesauatu yang positif pasti ada manfaatnya. Manfaat penelitian ini
adalah sebagai berikut :
1. Menambah wawasan
2. Menumbuhkan rasa kekeluargaan dan tenggang rasa terhadap semua
warga sekolah.
3. Belajar bekerja sama.
4. Menambah pengalaman untuk masa yang akan datang.
BAB III : PEMBAHASAN
1. Universitas Gadjah Mada
a. Sejarah
Pembentukan
Dilihat dari sejarahnya, Universitas Gadjah Mada merupakan
penggabungan dan pendirian kembali dari berbagai balai pendidikan,
sekolah tinggi, perguruan tinggi yang ada di Yogyakarta, Klaten dan
Surakarta.
Nama Gadjah Mada berawal dari dibentuknya Balai Perguruan Tinggi
Gadjah Mada yang terdiri dari Fakultas Hukum dan Fakultas
Kesusasteraan. Pendirian diumumkan di Gedung KNI Malioboro pada
tanggal 3 Maret 1946 oleh Mr. Boediarto, Ir. Marsito, Prof. Dr. Prijono,
Mr. Soenario, Dr. Soleiman, Dr. Buntaran dan Dr. Soeharto.
Sejak 4 Januari 1946 Soekarno dan Hatta memindahkan ibukota
Republik Indonesia ke Yogyakarta. Dengan maraknya pertempuran
antara pejuang kemerdekaan dan Sekutu serta NICA di Jakarta dan
Bandung, maka Sekolah Tinggi Teknik (STT) Bandung ikut pindah ke
Yogyakarta. Pada tanggal 17 Februari 1946, Sekolah Tinggi Teknik
(STT) Bandung dihidupkan kembali di Yogyakarta dengan para
pengajarnya antara lain Prof. Ir. Rooseno dan Prof. Ir.
Wreksodhiningrat.
Lembaga pendidikan lain yang berdiri pada waktu yang hampir
bersamaan adalah Perguruan Tinggi Kedokteran (berdiri 5 Maret
1946), Sekolah Tinggi Kedokteran Hewan (berdiri 20 September 1946),
Sekolah Tinggi Farmasi (berdiri 27 September 1946), dan Perguruan
Tinggi Pertanian (berdiri 27 September 1946) yang kesemuanya
berada di Klaten, sekitar 20 kilometer dari Yogyakarta.
Institut Pasteur di Bandung sejak 1 September 1945, turut pula
dipindahkan ke Klaten dengan laboratorium di Rumah Sakit Tegalyoso.
Salah seorang yang berperan dalam pemindahan ini adalah Prof. Dr.
M. Sardjito yang kelak menjadi Rektor Universitas Gadjah Mada yang
pertama. Kehidupan kampus di Klaten semakin ramai dengan
berdirinya Fakultas Kedokteran Gigi pada awal 1948.
Pada awal Mei 1948, Kementerian Pendidikan, Pengajaran dan
Kebudayaan mendirikan Akademi Ilmu Politik di Yogyakarta atas usul
Kementerian Dalam Negeri untuk mendidik calon-calon pegawai
Departemen Dalam Negeri, Departemen Luar Negeri dan Departemen
Penerangan. Akademi ini awalnya dipimpin oleh Prof. Djokosoetono,
S.H. Sayangnya akademi ini tidak berumur panjang, setelah
pemberontakan PKI Madiun meletus, September 1948, akademi ini
ditinggalkan para mahasiswanya yang ikut menumpas pemberontakan
sehingga akademi ini ditutup.
Selanjutnya pada 1 November 1948 didirikan Balai Pendidikan Ahli
Hukum di Surakarta, sebagai hasil kerja sama Kementerian
Pendidikan, Pengajaran dan Kebudayaan dengan Kementerian
Kehakiman. Bersamaan dengan itu Panitia Pendirian Perguruan Tinggi
Swasta di Surakarta, yaitu Drs. Notonagoro, S.H., Koesoemadi, S.H.
dan Hardjono, S.H. di Surakarta merencanakan mendirikan Sekolah
Tinggi Hukum Negeri. Demi efisiensi, Panitia mengusulkan
penggabungan Balai Pendidikan Ahli Hukum ke dalam Sekolah Tinggi
Hukum Negeri yang akhirnya disetujui dan disahkan oleh Peraturan
Pemerintah No. 73 tahun 1948.
Serangan Belanda ke ibukota Republik Indonesia di Yogyakarta dalam
rangka Agresi Militer Belanda II melumpuhkan semua kegiatan belajar
mengajar di Yogyakarta, Klaten dan Surakarta dan semua perguruan
tinggi tersebut terpaksa ditutup dan para mahasiswa ikut berjuang.
Setelah serangan Belanda, wilayah Republik Indonesia menjadi
semakin sempit. Pada tanggal 20 Mei 1949, diadakan rapat Panitia
Perguruan Tinggi, di Pendopo Kepatihan Yogyakarta yang dipimpin
oleh Prof. Dr. Soetopo, dengan anggota rapat antara lain, Sri Sultan
Hamengkubuwono IX, Prof. Dr. M. Sardjito, Prof. Dr. Prijono, Prof. Ir.
Wreksodhiningrat, Prof. Ir. Harjono, Prof. Sugardo dan Slamet Soetikno,
S.H. Salah satu hasil rapat adalah pendirian perguruan kembali di
wilayah republik yang masih tersisa, yaitu Yogyakarta. Disepakati Prof.
Ir. Wreksodhiningrat, Prof. Dr. Prijono, Prof. Ir. Harjono dan Prof. Dr. M.
Sardjito akan berusaha keras mewujudkannya. Kesulitan utama saat
itu adalah tidak adanya ruangan untuk kuliah. Namun Sri Sultan
Hamengkubuwono IX bersedia meminjamkan ruangan keraton dan
beberapa gedung di sekitarnya.
Tanggal 1 November 1949, di Kompleks Peguruan Tinggi Kadipaten,
Yogyakarta, berdiri kembali Fakultas Kedokteran Gigi dan Farmasi,
Fakultas Pertanian dan Fakultas Kedokteran. Pembukaan ketiga
fakultas ini dihadiri oleh Presiden Soekarno. Pada upacara pembukaan
diadakan sebuah renungan bagi para dosen dan mahasiswa yang telah
gugur dalam peperangan melawan Belanda, yaitu: Prof. Dr.
Abdulrahman Saleh, Ir. Notokoesoemo, Roewito, Asmono, Hardjito dan
Wurjanto.
Tanggal 2 November 1949, Fakultas Teknik, Akademi Ilmu Politik serta
Fakultas Hukum dan Fakultas Kesusasteraan yang berada di bawah
naungan Yayasan Balai Perguruan Tinggi Gadjah Mada ikut
diresmikan.
Tanggal 3 Desember 1949 dibuka Fakultas Hukum di Yogyakarta
dengan pimpinan Prof. Drs. Notonagoro, S.H.. Fakultas ini merupakan
pindahan Sekolah Tinggi Hukum Negeri Solo.
Akhirnya tanggal 19 Desember 1949, lahirlah Universitas Gadjah Mada
dengan enam fakultas. Menurut Peraturan Pemerintah No. 23 Tahun
1949, keenam fakultas tersebut adalah:
1. Fakultas Teknik (di dalamnya termasuk Akademi Ilmu Ukur dan
Akademi Pendidikan Guru Bagian Ilmu Alam dan Ilmu Pasti);
2. Fakultas Kedokteran, yang di dalamnya termasuk bagian
Farmasi, bagian Kedokteran Gigi dan Akademi Pendidikan Guru
bagian Kimia dan limu Hayat;
3. Fakultas Pertanian di dalamya ada Akademi Pertanian dan
Kehutanan;
4. Fakultas Kedokteran Hewan;
5. Fakultas Hukum, yang di dalamnya termasuk Akademi Keahlian
Hukum, Keahlian Ekonomi dan Notariat, Akademi Ilmu Politik dan
Akademi Pendidikan Guru Bagian Tatanegara, Ekonomi dan
Sosiologi;
6. Fakultas Sastra dan Filsafat, yang di dalamnya termasuk
Akademi Pendidikan Guru bagian Sastra.
Sebagai Rektor yang pertama (Presiden) ditetapkan Prof. Dr. M.
Sardjito. Pada saat yang sama juga ditetapkan Senat UGM dan Dewan
Kurator UGM. Dewan Kurator UGM terdiri dari Ketua Kehormatan Sri
Sultan Hamengkubuwono IX, dan Ketua adalah Sri Paku Alam VIII,
seorang wakil ketua dan anggota.
Perkembangan
Tahun 1952 Fakultas Hukum, Sosial dan Politik ditambah dengan
bagian ekonomi sehingga menjadi Fakultas Hukum, Ekonomi, Sosial
dan Politik HESP). Pada bulan September 1952 Fakultas Pertanian
ditambah dengan Bagian Kehutanan, sehingga menjadi Fakultas
Pertanian dan Kehutanan.
Sejak September 1955, beberapa fakultas dimekarkan menjadi
fakultas-fakultas baru, antara lain:
Fakultas Kedokteran, Kedokteran Gigi, dan Farmasi menjadi
Fakultas Kedokteran dan Kedokteran Gigi dan Fakultas Farmasi.
Bagian Bakaloreat Biologi Fakultas Kedokteran, Kedokteran Gigi,
dan Farmasi menjadi Fakultas Biologi.
Fakultas Hukum, Ekonomi, Sosial dan Politik dipecah menjadi
tiga fakultas, yaitu: Fakultas Hukum, Fakultas Ekonomi dan
Fakultas Sosial dan Politik.
Fakultas Sastra, Pedagogik dan Filsafat dipecah menjadi tiga
fakultas, yaitu: Fakultas Sastra dan Kebudayaan, Fakultas Ilmu
Pendidikan dan Fakulas Filsafat.
Tingkat pengajaran Bakaloreat Ilmu Pasti dan Bakaloreat Ilmu
Alam pada Bagian Sipil Fakultas Teknik dijadikan Fakultas Ilmu
Pasti dan Alam.
Fakultas Ilmu Pendidikan mempunyai dua bagian yaitu Bagian
Pendidikan dan Bagian Pendidikan Jasmani.
Fakultas Kedokteran Hewan diubah namanya menjadi Fakultas
Kedokteran Hewan dan Peternakan.
Pada tahun 1960 Fakultas Kedokteran dan Kedokteran Gigi dipisahkan
menjadi Fakultas Kedokteran dan Fakultas Kedokteran Gigi.
Pada tahun 1962 Bagian Pendidikan Jasmani dari Fakultas Ilmu
Pendidikan ditingkatkan menjadi Fakultas Pendidikan Jasmani. Fakultas
ini diserahkan pada Departemen Olah Raga pada tahun 1963 dan
menjadi Sekolah Tinggi Olah Raga (STO).
Untuk memberikan pendidikan umum yang kuat bagi semua Fakultas,
didirikan pula Fakultas Umum, dan digabungkan dengan Fakultas
Filsafat menjadi Gabungan Fakultas Umum dan Fakultas Filsafat. Pada
tahun 1961 Fakultas Filsafat dibubarkan dan pada tahun 1962 Fakultas
Umum juga dibubarkan. Sebagai penggantinya tahun 1963 didirikan
Biro Penyelenggara Kuliah-Kuliah khusus untuk melaksanakan tugas
yang semula menjadi tugas gabungan Fakultas Umum dan Fakultas
Filsafat. Namun pada tanggal 18 Agustus 1967 Fakultas Filsafat
didirikan kembali dan pada tahun 1969 Biro Penyelenggara Kuliah-
Kuliah khusus dimasukkan dalam Fakultas Filsafat sebagai Biro
Penyelenggara Kuliah-Kuliah Agama.
Pada tahun 1963 Bagian Kehutanan Fakultas Pertanian ditingkatkan
menjadi Fakultas Kehutanan, seksi teknologi dan seksi kultur teknik
menjadi Fakultas Teknologi Pertanian. Pada tahun itu pula Jurusan
Geografi pada Fakultas Sastra dan Kebudayaan ditingkatkan menjadi
Fakultas Geografi.
Jurusan Psikologi pada FIP menjadi Bagian Psikologi yang kemudian
pada tanggal 8 Januari 1965 menjadi Fakultas Psikologi.
Pada tahun 1969 Fakultas yang ke-18 lahir yaitu Fakultas Peternakan
yang merupakan peningkatan Bagian Peternakan Fakultas Kedokteran
Hewan dan Peternakan.
Semenjak tahun 1983 Universitas Gadjah Mada memiliki 18 Fakultas
Program Sarjana, dua Fakulas Program Diploma (Fakultas Non Gelar
Ekonomi dan Fakultas Non Gelar Teknologi) dan satu Fakultas
Pascasarjana (Magister dan Doktor). Awal tahun 1992 terjadi
penyederhanaan jumlah fakultas, Fakultas Pascasarjana diubah
menjadi Program Pascasarjana, sedangkan Fakultas Non Gelar
Ekonomi diintegrasikan ke Fakultas Ekonomi dan Fakultas Non Gelar
Teknologi diintegrasikan ke Fakultas Teknik.
Fakultas
Berikut ini adalah fakultas-fakultas dan jurusan-jurusan yang ada di
UGM. Jurusan adalah level terendah dari struktur organisasi. Di bawah
jurusan, terdapat program-program studi dalam berbagai jenjang.
Fakultas Biologi
Fakultas Ekonomika dan Bisnis
o Jurusan Ilmu Ekonomi
o Jurusan Manajemen
o Jurusan Akuntansi
Fakultas Farmasi
Fakultas Filsafat
Fakultas Geografi
o Jurusan Geografi dan Ilmu Lingkungan
o Jurusan Kartografi dan Penginderaan Jauh
o Jurusan Pembangunan Wilayah
Fakultas Hukum
Fakultas Ilmu Budaya
o Jurusan Pariwisata
o Jurusan Antropologi
o Jurusan Arkeologi
o Jurusan Sastra Asia Barat
o Jurusan Ilmu Sejarah
o Jurusan Sastra Indonesia
o Jurusan Sastra Inggris
o Jurusan Sastra Jepang
o Jurusan Bahasa Korea
o Jurusan Sastra Nusantara
o Jurusan Sastra Prancis
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
o Jurusan Politik dan Pemerintahan (sebelum tahun 2010
bernama Jurusan Ilmu Pemerintahan)
o Jurusan Hubungan Internasional
o Jurusan Manajemen & Kebijakan Publik (sebelum tahun
2010 bernama Jurusan Ilmu Administrasi Negara)
o Jurusan Komunikasi
o Jurusan Sosiologi
o Jurusan Pembangunan Sosial & Kesejahteraan (sebelum
tahun 2010 bernama Jurusan Sosiatri)
Fakultas Kedokteran
o Jurusan Pendidikan Dokter
o Jurusan Ilmu Keperawatan
o Jurusan Gizi Kesehatan
Fakultas Kedokteran Gigi
Fakultas Kedokteran Hewan
Fakultas Kehutanan
o Jurusan Manajemen Hutan
o Jurusan Budidaya Hutan
o Jurusan Teknologi Hasil Hutan
o Jurusan Konservasi Sumberdaya Hutan
Fakultas MIPA (Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam)
o Jurusan Fisika
o Jurusan Kimia [1]
o Jurusan Matematika
o Jurusan Ilmu Komputer dan Elektronika
Fakultas Pertanian
o Jurusan Budidaya Pertanian
o Jurusan Perlindungan Tanaman
o Jurusan Tanah
o Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian
o Jurusan Mikrobiologi Pertanian
o Jurusan Perikanan
Fakultas Peternakan
o Jurusan Nutrisi dan Makanan Ternak
o Jurusan Produksi Ternak
o Jurusan Sosial Ekonomi Peternakan
o Jurusan Teknologi Hasil Ternak
Fakultas Psikologi
Fakultas Teknik
o Jurusan Arsitektur
o Jurusan Teknik Fisika
o Jurusan Perencanaan Wilayah dan Tata Kota
o Jurusan Teknik Elektro dan Teknologi Informasi
o Jurusan Teknik Geologi
o Jurusan Teknik Geodesi Geomatika
o Jurusan Teknik Mesin
o Jurusan Teknik Nuklir
o Jurusan Teknik Industri
o Jurusan Teknik Kimia
o Jurusan Teknik Sipil
Fakultas Teknologi Pertanian
o Jurusan Teknologi Pangan dan Hasil Pertanian
o Jurusan Teknik Pertanian
o Jurusan Teknologi Industri Pertanian
Sekolah Vokasi
o Komputer dan Sistem Informasi
o Rekam Medis
o Bidan Pendidik (D4)
o Agroindustri
o Pengelolaan Hutan
o Kesehatan Hewan
o Elektronika dan Instrumentasi
o Teknik Elektro
o Teknik Mesin
o Teknik Sipil
o Teknik Geomatika
o Sistem Informasi Geografi dan Penginderaan Jauh
o Ekonomika Terapan
o Akuntansi
o Manajemen
o Kearsipan
o Hukum
o Bahasa Mandarin
o Bahasa Korea
o Bahasa Jepang
o Bahasa Inggris
o Bahasa Perancis
o Kepariwisataan
Pusat Studi
UGM memiliki 28 Pusat Studi yan memki tugas utama
melakukan kegiatan penelitian untuk mendukung kegiatan pendidikan
dan pengabdian masyarakat. Pusat-pusat studi tersebut adalah:
o PS Sumber Daya Lahan
o PS Kependudukan dan Kebijakan
o PS Pedesaan dan Kawasan
o PS Transportasi dan Logistik
o PS Keamaanan dan Perdamaian
o PS Bencana
o PS Pariwisata
o PS Ilmu Teknik
o PS Jerman
o PS Korea
o PS Pangan dan Gizi
o PS Farmakologi Klinik dan Kebijakan Obat
o PS Sosial Asia Tenggara
o PS Lingkungan Hidup
o PS Pancasila
o PS Wanita
o PS Ekonomi dan Kebijakan Publik
o PS Perencanaan Pembangunan Regional
o PS Bioteknologi
o PS Ekonomi Kerakyatan
o PS Sumderdaya dan Teknologi Kelautan
o PS Pengendalian Hayati
o PS Kebudayaan
o PS Asia Pasifik
o PS Jepang
o PS Argoekologi
o PS Energi
o PS Perdagangan Dunia
Rektor
Rektor UGM adalah Pimpinan Eksekutif tertinggi Universitas
Gadjah Mada yang dipilih oleh Senat Universitas dalam suatu sidang
Senat beranggotakan para Guru Besar dan wakil-wakil Fakultas di
lingkungan UGM. Calon-calon yang ada ditetapkan dan dipilih
berdasarkan persyaratan yang ditetapkan dan disetujui oleh Majelis
Wali Amanat yang merupakan lembaga legislatif UGM setelah UGM
resmi menjadi Badan Hukum Milik Negara (BHMN)).
Sejak berdiri 19 Desember 1949, UGM telah mempunyai 12
orang Rektor. Pimpinan Universitas pertama Prof. Dr. M. Sardjito
(1949-1961) yang berasal dari Fakultas Kedokteran UGM belum
menyandang sebutan Rektor, melainkan Presiden Universiteit. Rektor
yang menjabat saat ini adalah Prof. Dr. Pratikno, M.Soc.Sc., dari
FISIPOL, dan sebelumnya menjabat sebagai Dekan Fakultas Ilmu Sosial
dan Politik.
Aktivitas Mahasiswa
Gelanggang Mahasiswa UGM adalah pusat kegiatan untuk para
mahasiswa di Yogyakarta. Hanya saja karena letaknya berdekatan
dengan Kampus UGM maka akhirnya identik dengan pusat kegiatan
bagi mahasiswa UGM saja. Gelanggang Mahasiswa UGM dibangun
tahun 1970-an dan sempat menjadi sentra pergerakan bagi para
aktivis tahun 1970-an ketika Dewan Mahasiswa UGM dan Dewan
Mahasiswa se-Yogyakarta masih berkantor di gedung tersebut. Dari
sejak berdiri hingga sekarang, Gelanggang Mahasiswa UGM telah
menghasilkan belasan ribu aktivis kegiatan kemahasiswaan.
Antara 1980 hingga 1990, Gelanggang Mahasiswa dipergunakan
oleh sekretariat organ-organ eks Dewan Mahasiswa yang kini berdiri
sendiri-sendiri dengan nama Unit Kegiatan Mahasiswa. Unit-unit
Olahraga, Kesenian dan berbagai unit khusus Dewan Mahasiswa tetap
eksis menggunakan berbagai fasilitas di gedung tersebut. Termasuk
juga Unit Kerohanian Islam Jamaah Shalahuddin UGM yang setiap
bulan Ramadhan menyulap gedung tersebut menjadi Masjid Kampus
dan Unit Kerohanian Kristen (UKK) sebagai wadah bagi mahasiswa
yang beragama Kristen.
Setelah tahun 1990, Senat Mahasiswa UGM meneruskan tradisi
Dewan Mahasiswa UGM dan berkantor di gedung tersebut dengan
menggunakan ruang eks Koperasi Mahasiswa di sisi barat gedung
tersebut, bertetangga dengan ruang Unit Kegiatan Pencinta Alam
MAPAGAMA dan Unit Kegiatan Pers Mahasiswa Majalah Balairung
Pada tanggal 13 Mei 1985, Unit Kesehatan Mahasiswa UGM yang
biasa disebut sebagai UKESMA mulai dirintis. Unit kesehatan
mahasiswa yang dulunya bernama PPPK UGM ini bergerak di bidang
sosiomedis. Pada tanggal 31 Maret 1991 resmi berdiri sebuah kegiatan
mahasiswa yang baru yaitu UKM FOTOGRAFI, Unit yang sekarang lebih
dikenal dengan sebutan UFO dan mempunyai ruang di sebelah timur
kantin Cafetaria dan bertetangga dengan UKM PRAMUKA. UKM
PRAMUKA sendiri merupakan salah satu unit kegiatan pramuka tingkat
universitas yang tertua di Indonesia, berdiri sejak 1981, dan banyak
menjadi contoh bagi unit-unit pramuka tingkat universitas lainnya.
Pada tahun 2004 dibentuk pula sebuah UKM pertama yang bergerak di
penelitian dan pengkajian yang dinamakan Unit Penalaran Ilmiah
Interdisipliner (UPI Interdisipliner) yang menaungi kegiatan ilmiah bagi
para mahasiswa di lingkup UGM.
Organisasi mahasiswa
o Senat Mahasiswa
Senat Mahasiswa UGM adalah lembaga sentral kemahasiswaan
yang dibentuk pada tahun 1990 dengan semangat penyelenggaraan
pemerintahan ala mahasiswa (Student Government). Dalam konteks
ini Senat Mahasiswa adalah salah satu organ dari Badan Keluarga
Mahasiswa UGM, dan berfungsi sebagai lembaga legislatif dengan
kepengurusan kolektif.
Untuk pertama kalinya Senat Mahasiswa UGM dibentuk pada
tahun 1990. Saat itu, anggota Senat Mahasiswa termasuk Pengurus
terdiri dari 54 orang, masing-masing dua orang dari tiap-tiap fakultas
dan 14 orang mewakili Unit Kegiatan Mahasiswa. Sejarah
pembentukan Senat Mahasiswa UGM ini cukup menarik untuk diikuti
dan merupakan bagian dari sejarah Gerakan Mahasiswa UGM Pasca
NKK/BKK.
Kepengurusan Senat Mahasiswa UGM pada tahun 1990 terdiri
dari Seorang Ketua Umum, Seorang Sekretaris Jenderal, Lima Ketua
Komisi dan Lima Wakil Ketua Komisi. Presidium SM UGM terdiri dari
Ketua Umum, Sekjen, dan Lima Ketua Komisi.
Pelaksanaan kegiatan kemahasiswaan dilaksanakan oleh Badan
Pelaksana Senat Mahasiswa UGM (BP SMUGM) yang berfungsi sebagai
lembaga eksekutif. Kepengurusannya ditunjuk dan dipilih dari
sebagian anggota Senat Mahasiswa UGM. Pada generasi/Angkatan II
istilah BP SMUGM diganti menjadi Badan Eksekutif Mahasiswa UGM.
o Satu Bumi
Logo satu bumi
Satu Bumi (Solidaritas Teknik Untuk Bumi) merupakan organisasi
mahasiswa penggiat kegiatan alam bebas dari Fakultas Teknik
Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta. Organisasi pecinta alam
ini (biasa disebut Mapala) merupakan salah satu komunitas mapala
terbesar di Universitas Gadjah Mada dan berdiri sejak tanggal 27 April
2000.
Pada tahun 2000, Magmagama (mapala Fakultas Geologi UGM])
mengadakan lomba lintas alam, bernama GEOWISATA di daerah
Parangkusumo, Parangtritis. Lomba ini diikuti oleh mapala se-
Indonesia, tak terkecuali mapala-mapala jurusan di Fakultas Teknik
UGM sendiri. Pada saat lomba tersebut, tercetuslah wacana
bagaimana kalo di Fakultas Teknik UGM di dirikan semacam
kesekretariatan bersama (sekber) mapala, untuk menyatukan mapala
jurusan yang terkesan berdiri sendiri-sendiri, padahal masih berada
dalam satu lingkup kampus Fakultas Teknik(FT).
Kemudian pada akhir bulan April diadakan pertemuan untuk
menindaklanjuti wacana di atas. Pertemuan ini diikuti oleh anggota
mapala-mapala jurusan di FT UGM. Akhirnya tercetuslah nama Satu
Bumi, singkatan dari Solidaritas Teknik Untuk Bumi, sebagai nama
resmi sekber mapala fakultas Teknik UGM . Tanggal pertemuan
tersebut diadakan menjadi tanggal berdirinya Satu Bumi yaitu 27 april
2000.
Mulanya Satu Bumi masih berada di bawah naungan salah satu
departemen Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM), yaitu departemen
minat dan bakat. Lalu pada bulan April 2002 satu bumi mengadakan
rapat umum pertama, guna merumuskan bentuk organisasi yang lebih
tepat. Lalu dihasilkan beberapa keputusan yaitu perubahan dari
sekber menjadi Badan Semi Otonom (BSO), pembuatan dan penetapan
Anggaran Dasar / Anggaran Rumah Tangga (AD/ART), status
keanggotaan satu bumi, dan bentuk organisasi. Salah satu hasil
keputusan terpenting adalah bahwa satu bumi merupakan suatu
wadah organisasi yang berkecimpung di dunia kepencintaan alam dan
statusnya lepas dari Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM). Akhirnya sejak
tahun 2002 tersebut Satu Bumi resmi menjadi Badan Semi Otonom
dan lepas dari BEM serta memiliki ruang kesekretariatan sendiri.
Peringkat Dunia
o Ranking 1 di Indonesia, 9 di Asia Tenggara, 50 di Asia, 381 di
dunia versi Webometrics (2012)
o Universitas Gadjah Mada merupakan Universitas dengan Sistem
Penjaminan Mutu Terbaik di ASEAN bersama dengan National
University of Singapore dan Chulalongkorn University.
Alumni
o KAGAMA (Keluarga Alumni Gadjah Mada)
Gagasan membentuk organisasi persatuan para alumnus UGM timbul
tahun 1956. Pada tahun ini mulai terselenggara berbagai pertemuan
yang dilakukan alumni dari berbagai fakultas.
Dalam peringatan Dies Natalis UGM tahun 1958 Ir. Suwarno (alm.)
didesak Panitia Dies Natalis Dewan Mahasiswa UGM untuk mengambil
inisiatif pertama menyelenggarakan musyawarah para alumnus UGM
pertama dari berbagai kota tanggal 18 Desember 1958 di Yogyakarta.
Dari musyawarah ini lahirlah organisasi "Keluarga Alumni Universitas
Gadjah Mada" disingkat KAGAMA.
MUNAS X KAGAMA diselenggarakan pada bulan Juli 2005 di Hotel
Borobudur Jakarta, terpilih sebagai Ketua Umum : Dr.Ir. Djoko
Kirmanto, Dipl.,HE dan Wakil Ketum. Ir. Airlangga Hartarto, MT.,
dengan Sekretaris Umum : Ir. A. Hamid Dipopramono dan Bendahara
Umum : Ir. A. Sutjipto.
Hingga UGM menapak usia 50th, yang merupakan Tahun Emas UGM,
KAGAMA ikut menyemarakkan dengan berbagai kegiatan sesuai
dengan komitmen KAGAMA. untuk selalu memperhatikan masyarakat
sekitar yang kurang beruntung, dengan mengadakan penyuluhan
kesehatan terpadu, penyuluhan masyarakat dalam berbagai bidang,
khitanan massal, aksi donor darah, ziarah dan kunjungan tokoh/janda
tokoh UGM.
2. Taman Sriwedari / Taman Pandawa
A. Sejarah Taman Sriwedari
Menurut sejarah sebelum dibangun Taman Sriwedari, daerah di sekitar tempat itu
dikenal sebagai Desa Talawangi, yang sekarang lebih dikenal sebagai Kadipolo, di mana
batas utara adalah Jalan Besar Purwosari (sekarang Jalan Slamet Riyadi), sebelah barat
berbatasan dengan Jalan Mangunjayan (sekarang Jalan Bayangkara), batas sebelah timur
adalah Jalan Pasar Kembang (sekarang Jalan Honggowongso), dan sebelah selatan
berbatasan dengan Jalan Besar Baron (sekarang Jalan Dr. Rajiman). Jalan Dr. Rajiman
merupakan jalan tertua yang ada di Kota Solo sebelum dibangun Jalan Slamet Riyadi.
Jalan tersebut dibuat ketika akan dilakukan pindahan Kraton Kartasura ke kraton yang
baru di Desa Sala (Solo). Di sebelah utara jalan besar depan Sriwedari terdapat Desa
Gumuk, dulu di daerah ini banyak gunduk-gundukan yang lama kelamaan menjadi
gumukan maka dari itu daerah ini dinamakan Kampung Gumuk.
Sedangkan desa di sebelah barat Gumuk adalah Gentan, akan tetapi setelah di
daerah tersebut berdiri Dalem (rumah) Pangeran Mangkubumi, daerah tersebut dikenal
sebagai Kampung Mangkubumen hingga kini.
Sebelah selatan Gumuk pinggir jalan besar, tepatnya di depan Taman Sriwedari,
kala itu terdapat pohon Benda yang begitu rindang, yang begitu nyaman untuk berteduh
di kala musim kemarau. Daerah itu lalu dikenal dengan nama Benda, yang menjadi halte
trem yang dari Sangkrah menuju Purwosari. Dulu trem tersebut dari Purwosari menuju
ke timur sampai Gladag, lalu belok ke utara melewati Benteng Vastenburg lalu Pasar
Gede ke utara menuju Stasiun Jebres. Namun ketika Kanjeng Gusti Pangeran Adipati
Arya (KGPAA) Mangkunegoro IV bertahta, jalur trem tersebut dipindah dari Purwosari
ke timur hingga Sangkrah lalu ke timur lagi terus ke selatan hingga Baturetno melintasi
Sukoharjo, Nguter dan Wonogiri.
Pada saat pindahan kraton dari Kartasura menuju Solo (Surakarta) pada tahun
1745, di Solo masih banyak tanah yang luas dan lebar. Namun setelah memasuki
zamannya Ingkang Sinuwun Kanjeng Susuhunan (ISKS) Paku Buwono X (1839-1939)
sudah ramai. Sedangkan yang menjalankan pemerintahan kala itu adalah Pepatihdalem
Kanjeng Raden Adipati Sosrodiningrat IV. Sang Patih yang bertanggung jawab
menjalankan roda pemerintahan memikirkan kemajuan serta keuntungan bagi
pemerintah, maka memerintahkan menggarap tanah Talawangi yang sampai bertahun-
tahun masih menjadi lahan luas yang belum didayagunakan. Tanah Talawangi ini sudah
dikenal para abdidalem supranatural di Kraton Kartasura bahwa tanah Talawangi yang
dianggapa angker tersebut pantas menjadi milik raja. Setelah dibersihkan lalu dibuatlah
taman, yang diberi nama Taman Sriwedari. Banyak orang yang menyebut Kebon Rojo
atau Kebun miliknya raja. Pembuatan Taman Sriwedari tersebut menghabiskan biaya
ribuan gulden, lantaran di dalamnya dipelihara binatang hasil buruan yang beraneka
warna digolong-golongkan berdasarkan jenisnya. Begitu juga tanamannya yang
berwarna-warni dengan keindahan tanaman bunganya.
Adapun bentuk tanah yang ditempati Taman Sriwedari berbentuk persegi panjang
yang membujur dari barat ke timur. Yang sebelah barat dulu berbentuk taman, yang
sekarang telah berubah menjadi Stadion R. Maladi (Stadion Sriwedari). Di sebelah barat
daya, dibuat Rumah Sakit Jiwa Mangunjayan sebelum dipindah ke Kentingan. Bagian
tengah menjadi taman hiburan, yang terdiri dari gedung wayang orang (1911), bioskop
(sekarang menjadi Gedung Kesenian Solo) maupun Taman Hiburan Rakyat (THR). Di
sebelah timur dari utara ke selatan, ada Museum Radyapustaka, telaga buatan yang diberi
nama segaran (dalam bahasa Jawa berarti lautan). Di tengah segaran terdapat punthuk
seperti gumuk membentuk pulau , yang diberi bangunan panggung yang ditembok
melingkar dengan dihiasi kaca yang berwarna-warni dan diberi ukira-ukiran. Bangunan
tersebut dinamakan Panti Pangaksi. Di sekitar panggung tadi dihiasi dengan arca-arca
yang terbuat dari batu andesit, sehingga tampak asri dan menyenangkan. Bagian bawah
panggung dibuat seperti gua, yang diberi nama “Guwa Swara”, berasal dari kata guwa
dan swara yang berarti “Gua Suara”. Ruangan ini digunakan untuk menyimpan
perangkat gamelan keraton, yakni Gamelan Satiswaran. Penyediaan ruangan Guwa
Swara dilakukan untuk memastikan bahwa gamelan selalu siap saat diperlukan, misalnya
untuk mengiringi suatu perayaan. Di sepanjang paruh abad ke-20 M, khususnya selama
masa pemerintahan Sri Susuhunan Paku Buwono (PB) X, diadakan acara perayaan besar
di Sriwedari pada setiap peringatan ulang tahun Susuhunan. Sejak masa pemerintahan
Sri Susuhunan Pakubuwono X, Taman Sriwedari menjadi tempat diselenggarakannya
tradisi Malam Selikuran. Dalam bahasa Jawa, Malam Selikuran berarti malam ke-21
pada bulan Ramadhan. Pada setiap malam yang sering disebut juga sebagai malam
Lailatul Qadar ini, Kasunanan Surakarta Hadiningrat dan warga Solo menggelar tradisi
berupa Kirab Seribu Tumpeng. Kirab ini dimulai dari pelataran Keraton Kasunanan
Surakarta Hadiningrat dan berakhir di Taman Sriwedari. Seribu tumpeng yang diarak
tersebut kemudian diperebutkan oleh warga di Taman Sriwedari karena dipercaya
mengandung berkah. Inilah yang disebut Malam Selikuran dan tradisi ini masih
dijalankan hingga sekarang. Tradisi Malam Selikuran diyakini sudah muncul sejak
zaman para wali, kemudian berlanjut pada masa Kesultanan Demak, Mataram,
Kartasura, hingga kemudian Kasunanan Surakarta Hadiningrat.
Di sebelah timur Stadion Sriwedari atau bekas Rumah Sakit Jiwa Mangunjayan,
dulunya adalah kebun binatang, yang terdiri dari aneka satwa. Sri Susuhunan
Pakubuwono X menambah koleksi di Taman Sriwedari dengan memelihara berbagai
jenis hewan di lingkungan taman. Di sisi sebelah selatan, ada banyak rusa yang
ditempatkan tidak jauh dari bangunan paviliun yang nyaman. Sebagian dari paviliun
tersebut dibangun dengan konsep terbuka dan bertingkat untuk tempat istirahat sekaligus
refreshing. Selain itu, di sisi utara, terdapat sejumlah kandang untuk memelihara
beberapa jenis hewan liar, termasuk buaya dan kura-kura. Tak jauh dari situ, masih
terdapat sejumlah kandang lainnya yang digunakan untuk menampung binatang-binatang
buas, seperti harimau dan macan kumbang. Di sisi selatannya lagi, terdapat kandang
monyet, siamang, dan orangutan. Ada juga kandang untuk gajah dan berbagai jenis
unggas, seperti ayam liar dan ayam emas. Namun, sekarang kebun binatang tersebut
telah dipindah ke Taman Satwa Taru Jurug.
Peresmian Taman Sriwedari dilakukan dengan meriah. Siang diadakan sedekah
dari PB X yang dijadikan rebutan bagi pengunjung. Malam harinya di putar film
(bioskop) dan wayang orang dengan diselingi kembang api. Peresmian tersebut memang
dilakukan dengan besar-besaran dengan mengundang perwakilan dari bangsa lain.
Peresmian Taman Sriwedari diberi sinengkalan “Luwih Katon Estining Wong”,
tahun Dal 1831 atau tahun 1899.
B. Sejarah Taman Pandawa
Pandawa Water World Merupakan obyek wisata keluarga andalan kota Solo.
Pandawa mengambil konsep dari cerita legenda Pandawa Lima, yaitu Krishna, Bhima,
Arjuna, Nakula dan Sadewa.
Sejarah Pandawa Lima
Kisah pewayangan merupakan kisah legendaris bagi masyarakat hindu. Di india
maupun di Indonesia semasa nusantara dibawah jaman kerajaan hindu kisah tersebut
mengakar dalam cerita rakyat, juga berkembang menjadi budaya di masyarakat
nusantara. Seperti kitab Bharatayudha karangan Mpu Sedah dan Mpu Panuluh.kisah2
tersebut kemudian berakulturasi dengan kebudayaan jawa, dan diceritakan kembali
dalam kisah pewayangan, meskipun mengalami sedikit perbedaan. Cerita filosofi wayang
yang merupakan budaya hindu tersebut mulai menjadi filosofi jawa, yang digelar dalam
acara2 penting pada masyarakat jawa. Pada
tanggal 7 November 2003, wayang dianugerahi oleh UNESCO sebagai karya
kebudayaan yang mengagumkan dalam bidang cerita narasi dan warisan yang indah dan
sangat berharga(Masterpiece of Oral and Intangible Heritage of Humanity). Kisah
Baratayudha, sebuah kisah pertempuran antara bala Pandawa dan Kurawa di Kurusetra,
meninggalkan sepenggal legenda heroik yang sarrat makna. Pandawa yang
merupakan Putra Pandu, terdiri dari 5 orang kesatria yang melambangkan kebaikan dan 5
sifat kesempurnaan manusia (khususnya pria).
o YUDHISTIRA
Dalam pewayangan jawa lebih sering dikenal dengan Puntadewa, merupakan
putra pertama pandawa yang memiliki sifat paling Jujur. Dalam kisahnya dia diceritakan
tidak pernah berbohong selama hidupnya. Dia juga disebut Satria dari Amarta.
Yudisthira adalah pemegang hak waris tahta Hastinapura yang sesungguhnya, karena
ayahnya Pandu menitipkan Hastinapura kepada Destarata adiknya yang juga merupakan
ayah para Korawa. Namun karena ketamakan Korawa, Pandawa menjadi teraniaya dan
sering ditipu.
o BIMA
Dalam pewayangan jawa Werkudara atau Bimasena, merupakan putra kedua
Pandawa yang paling perkasa dan pemberani, tempramental namun mencintai kebenaran,
ia dikenal dengan Gada Rujakpolo sebagai senjatanya yang paling terkenal. Werkudara
adalah satria dari Jodiphati, wilayah dari Amarta.
Dia menganggap semua orang sama derajadnya, sehingga dalam cerita
pewayangan jawa, dia tidak pernah bicara dalam Bahasa Krama Inggil (bahasa jawa yang
nilai rasanya paling halus) juga tidak pernah duduk ketika berbicara dengan orang lain.
Sifat khasnya yang lain, dia tidak suka berbasa-basi dalam berbicara, tanpa tading aling-
aling dan tidak pernah menelan kembali ludahnya sendiri.
o ARJUNA
Dikenal juga dengan nama Janaka atau Permadi, diceritakan memiliki wajah yang
rupawan, romantis, dan pecinta ulung dengan panah pasopati sebagai senjatanya. dalam
berbagai kisah roman masa kini, kisah arjuna banyak dijadikan inspirasi percintaan para
sastrawan. Janaka merupakan Satria dari Madukara.
Arjuna memiliki banyak istri, yang paling terkenal adalah Sembadradan Srikandi.
Sembadra memiliki sifat yang lembut, lemah gemulai, anggun dan santun.sedangkan
Srikandi memiliki sifat lincah, enerjik, bahkan ikut bertempur di Baratayudha bahu-
membahu bersama suaminya. maka dalam masyarakat masa kini wanita karir dengan
segudang prestasi sering dikiaskan dengan Srikandi istri sang Arjuna.
Meskipun tampan dan rupawan, Arjuna merupakan kesatria tanpa tanding, selalu
menang dalam setiap pertempuran.untuk itu dia juga pernah dijuluki Wijaya yang berarti
tidak pernah kalah.
Dan yang terakhir adalah si kembar Nakula dan Sadewa merupakan saudara tiri
dari ketiga pandawa sebelumnya.
o NAKULA
Mempunyai watak setia, taat, belas kasih, tahu membalas budi dan dapat
menyimpan rahasia.dia memiliki kelebihan dalam ilmu pengobatan. Dikisahkan dia
memiliki ingatan yang tidak terbatas, sehingga dapat mengingat semua hal yang pernah
ia alami.
o SADEWA
Sadewa dikisahkan memiliki sifat bijak dan pintar.jika Nakula saudara
kembarnya memiliki ingatan masa lalu yang kuat, sadewa memiliki penglihatan masa
depan karena Sadewa adalah seorang ahli perbintangan yang ulung (ramalan) dan
dianggap mengetahui kejadian yang akan terjadi dalam Mahabharata namun ia dikutuk
bahwa apabila ia membeberkan apa yang diketahuinya, kepalanya akan terbelah. Maka
dari itu, selama dalam kisah ia cenderung diam saja dibandingkan dengan saudaranya
yang lain. Sadewa jugalah dengan kepintarannya akhirnya yang berhasil membunuh
Sengkuni, paman dan penasihat Korawa yang paling pintar (licik).
Dalam kisah Baratayudha, seteru pandawa adalah Korawa dengan Duryudana
sebagai putra sulungnya, merupakan seratus bersaudara laki-laki yang merupakan sepupu
pandawa.seratus berarti banyak maka Kurawa merupakan filosofis dari Tamak dan
Serakah. Dalam kisah Baratayudha lahir pula berbagai sosok pahlawan yang gugur di
medan Kurusetra.
o ABIMANYU
Abimanyu: Tokoh yang sering terdengar namanya ini adalah putra Arjuna dari
Dewi Sembadra, merupakan sosok yang lembut, namun keras hati. dia seorang yang
cerdik, ahli strategi, dan patuh kepada ayahnya.
Pada hari ketiga belas perang Bharatayuddha, Abimanyu tewas dalam formasi
Chakrayuha korawa yang sebenarnya digunakan untuk menjebak Pandawa yang begitu
tangguh. namun Abimanyu yang berhasil memporakporandakan formasi korawa malah
tertinggal dalam Chakrayuha sendirian, karena para pandawa yang lain dipancing keluar.
dengan gagah berani Abimanyu bertarung seperti banteng terluka menjelang ajalnya di
medan Kurusetra. Bahkan sempat menewaskan Laksamana, Putra kesayangan
Duryudana.Abimanyu merupakan sosok pejuang sampai titik darah penghabisan.
o GATOTKACA
Gatotkaca merupakan putra Bima dengan dewi Arimbi, kesatria sakti
mandraguna dari Pringgodani.dikisahkan sebagai seorang manusia setengah raksasa
yang gagah perkasa, memiliki sifat pemberani rela berkorban, dan pantang menyerah.
Ketika lahir, ia di masukkan dalam kawah candradimuka sehingga benar2 menjadi
kesatria yang tertempa. Dia bisa terbang, memiliki otot kawat balung wesi (otot kawat
tulang besi).Gatotkaca memiliki dua orang saudara tiri yang juga sangat sakti yaitu
Antareja dan Antasena, namun kedua saudaranya tersebut meningal sebelum perang
baratayudha. Gatotkaca tewas oleh Adipati Dorna dengan satu-satunya senjata yang
bisa membunuhnya yaitu Kuntawijayadanu, sebuah keris yang digunakan untuk
memoton tali pusarnya sewaktu lahir. Dan di hari tewasnya Gatotkaca menukar
nyawanya dengan seribu nyawa pasukan Korawa.
Wayang merupakan cerita moral yang lekat dengan budaya asli indonesia
khusunya di jawa. Bahkan Walisongo menggunakan wayang (entertainment pada masa
itu) sebagai media untuk menyebarkan ajaran islam, dan sampai saat ini di daerah
rembang (perbatasan Jawa Tengah dengan Jawa Timur) wayang masih digunakan untuk
media berdakwah. Dalam kepalaku, kisah Gatotkaca tak kalah heroik dengan kisah
Superman manusia baja, Kisah Abimanyu yang gugur di tengah medan pertempuran tak
kalah dengan cerita "Mel Gibson" dalam Film Brave Heart yang tewas dipenggal
pasukan inggris. kisah Arjuna yang rupawan, dipuja banyak wanita, dan kesatria tanpa
tanding tak kalah dengan cerita James Bond 007. Dan kisah Baratayudha di Kurusetra,
tak kalah seru dengan kisah pertempuran di Gondor dalam film Lord Of The Rings. Akan
sangat tidak rela, jika wayang suatu saat tiba2 sudah dipatenkan oleh negara lain sebagai
budaya mereka, seperti angklung yang kabarnya sudah diakui oleh orang Malaysia. Jika
bukan kita yang mencintai budaya asli bangsa sendiri, siapa lagi?
5. Malioboro
A. Pengertian Malioboro
Malioboro adalah sebuah Jalan sepanjang tidak lebih dari 2 Kilo Meter yang
membentang mulai dari persimpangan Rel Kereta Api Stasiun Tugu Yogyakarta diujung
utara hingga pertigaan pojokan Gedung Agung diujung Selatan.
Malioboro adalah sebuah Jalan legendaris yang menjadi ikon Kota Yogyakarta
dengan kehidupan kontras antara siang dan malamnya.
Saat siang hari, ruas Jalan Malioboro dipadati kendaraan para pelancong maupun
warga Yogyakarta yang beraktifitas disekitar Jalan Malioboro, sementara dikanan-kiri
jalan adalah toko-toko berbagai macam kebutuhan pokok, serta sepanjang trotoar kaki
limanya dijejali lapak-lapak penjaja souvenir khas Yogyakarta, kemudian diujung
selatannya ada pasar Beringharjo, tak ketinggalan sejumlah pusat perbelanjaan dan hotel
yang mengguratkan kehidupan perekonomian warga Yogyakarta.
Sebaliknya pada malam hari, Malioboro dipenuhi aroma berbagai sajian kuliner
yang menggugah selera, yang terhampar di ratusan tikar Warung lesehan dengan menu
khas Gudeg Yogya, Bakmi Jawa, dan berbagai pilihan Ayam/ Burung dara/ Bebek bakar
dan goreng. Keriuhan suasana lesehan akan ditimpali oleh alunan sejumlah seniman yang
melantunkan musik dan lagu secara nomaden….dalam istilah kuno disebut sebagai
“mbarang” atau pengamen.
B. Sejarah Asal usul malioboro Yogyakarta
Ditinjau dari segi bahasa, kata malioboro berasal dari bahasa sansakerta yang
berarti karangan bunga. Dahulu kawasan Malioboro dikembangkan oleh Sri Sultan HB I
pada th 1758, kawasan itu sebelumnya dipakai untuk sarana perdagangan melalui pasar
tradisional, dahulu di kawasan itu banyak terdapat karangan bunga sebagai daya tarik,
maka sangat wajar jika kemudian kawasan itu dinamakan Malioboro. Ditinjau dari segi
letaknya, Malioboro berada berada segaris dengan gunung merapi, kraton dan pantai
parang tritis jogja.
Malioboro terletak 800 meter dari Kraton Ngayogyokarto Hadiningrat. Jalan
maliboro yogyakarta dulunya pernah menjadi basis perjuangan tentara Indonesia saat
terjadi agresi militer belanda. Jalan malioboro diapit oleh bangunan gedung perkantoran
dan gedung pertokoan sehingga malioboro bisa berkembang menjadi pusat bisnis seperti
sekarang ini di Yogyakarta. Malioboro juga menjadi tempat berkumpulnya para seniman
dan sastrawan dari berbagai daerah yang bermukim di Yogyakarta.
C. Fungsi Malioboro
Pariwisata merupakan kegiatan perjalanan untuk rekreasi. Biasanya masayarakat
mengunjungi tempat-tempat pariwisata yang menarik, mulai dari gunung, pantai,
perkotaan, dll. Manusia modern sekarang ini menjadikan pariwisata sebagai kebutuhan
pokok setelah disibukkan oleh urusan pekerjaan. Sedangkan menurut Purwadi pariwisata
adalah kegiatan melakukan perjalanan dengan tujuan mendapatkan kenikmatan,
kepuasan, pengetahuan, kesehatan, olahraga, istirahat, dan ziarah.
Pariwisata dapat dibedakan berdasarkan letak geografis dan berdasarkan jenis.
Berdasarkan jenisnya wisata dibagi lagi menjadi wisata alam, wisata budaya, wisata
keagamaan, serta wisata belanja. Sedangkan jenis wisata yang sedang digandrungi oleh
banyak orang terutama kaum hawa saat ini adalah jenis wisata belanja. Indonesia
memiliki banyak tempat pariwisata yang harus dikunjungi oleh para pelancong dari
dalam maupun dari luar negeri yang sedang berlibur di Indonesia. Termasuk juga dengan
tempat wisata belanjanya. Dari jenis ini, Indonesia memiliki tempat wisata belanja
seperti: beberapa daerah dengan relief sungai-sungai panjang memiliki pasar
terapung seperti Pasar Terapung Muara Kuin di Sungai Barito, Banjarmasin dan Pasar
Terapung Lok Baintan di Banjar, namun adapula yang khusus menjual barang - barang
seni atau benda khas setempat seperti Pasar Sukawati di Gianyar yang menjual berbagai
kerajinan tangan dan barang seni khas Bali, Pasar Klewer di Solo yang menjual kain –
kain batik, Kota gede dengan hasil kerajinan perak dan kawasan Malioboro
di Yogyakarta yang menjajakan kerajinan khas Yogya. Salah satu tempat belanja yang
ada di Indonesi yang akan dibahas dalam artikel ini adalah tempat wisata belanja yang
sudah dikenal oleh banyak orang bahkan sampai mancanegara, yaitu Malioboro.
Malioboro adalah nama salah satu jalan dari tiga jalan di Kota Yogyakarta yang
membentang dari Tugu Yogyakarta hingga ke perempatan Kantor Pos Yogyakarta.
Secara keseluruhan terdiri dari Jalan Pangeran Mangkubumi, Jalan Malioboro dan Jalan
Jend. A. Yani. Jalan ini merupakan poros Garis Imajiner Kraton Yogyakarta. Terdapat
beberapa obyek bersejarah di kawasan tiga jalan ini antara lain Tugu Yogyakarta, Stasiun
Tugu, Gedung Agung, Pasar Beringharjo, Benteng Vredeburg dan Monumen Serangan
Oemoem 1 Maret.
Kawasan Malioboro sebagai salah satu kawasan wisata belanja andalan kota
Jogja, ini didukung oleh adanya pertokoan, rumah makan, pusat perbelanjaan, dan tak
ketinggalan para pedagang kaki limanya. Untuk pertokoan, pusat perbelanjaan dan
rumah makan yang ada sebenarnya sama seperti pusat bisnis dan belanja di kota-kota
besar lainnya, yang disemarakan dengan nama-merk besar dan ada juga nama-nama
lokal. Barang yang diperdagangkan dari barang import maupun lokal, dari kebutuhan
sehari-hari sampai dengan barang elektronika, mebel dan lain sebagainya. Juga
menyediakan aneka kerajinan, misal batik, wayang, ayaman, tas dan lain sebagainya.
Terdapat pula tempat penukaran mata uang asing, bank, hotel bintang lima hingga tipe
melati.
Keramaian dan semaraknya Malioboro juga tidak terlepas dari banyaknya
pedagang kaki lima yang berjajar sepanjang jalan Malioboro menjajakan dagangannya,
hampir semuanya yang ditawarkan adalah barang/benda khas Jogja sebagai
souvenir/oleh-oleh bagi para wisatawan. Mereka berdagang kerajinan rakyat khas
Jogjakarta, antara lain kerajinan ayaman rotan, kulit, batik, perak, bambu dan lainnya,
dalam bentuk pakaian batik, tas kulit, sepatu kulit, hiasan rotan, wayang kulit, gantungan
kunci bambu, sendok/garpu perak, blangkon batik [semacan topi khas Jogja/Jawa], kaos
dengan berbagai model/tulisan dan masih banyak yang lainnya. Para pedagang kaki lima
ini ada yang menggelar dagangannya diatas meja, gerobak adapula yang hanya
menggelar plastik di lantai. Sehingga saat pengunjung Malioboro cukup ramai saja antar
pengunjung akan saling berdesakan karena sempitnya jalan bagi para pejalan kaki karena
cukup padat dan banyaknya pedagang di sisi kanan dan kiri.
Dan ini juga perlu di waspadai atau mendapat perhatian khusus karena kawasan
Malioboro menjadi rawan akan tindak kejahatan, ini terbukti dengan tidak sedikitnya
laporan ke pihak kepolisian terdekat soal pencopetan atau penodongan, dan tidak jarang
pula wisatan asing juga menjadi korban kejahatan dan ini sangat memalukan sebenarnya
Malioboro berkembang pesat menjadi denyut nadi perdagangan dan pusat belanja,
di sini Anda bisa memborong aneka barang yang diinginkan mulai dari pernik cantik,
cideramata unik, batik klasik, emas dan permata hingga peralatan rumah tangga. Bagi
penggemar cinderamata, Malioboro menjadi surga perburuan yang asyik. Berjalan kaki
di bahu jalan sambil menawar aneka barang yang dijual oleh pedagang kaki lima akan
menjadi pengalaman tersendiri. Aneka cinderamata buatan lokal seperti batik, hiasan
rotan, perak, kerajinan bambu, wayang kulit, blangkon, miniatur kendaraan tradisional,
aksesoris, hingga gantungan kunci semua bisa ditemukan dengan mudah. Jika pandai
menawar, barang-barang tersebut bisa anda bawa pulang dengan harga yang terbilang
murah. Sultan menyatakan bersyukur bahwa penataan Malioboro yang telah dilakukan
sudah bisa mengembalikan kesadaran semua pihak untuk menata kota dengan
mengedepankan unsur manusiawi. Hal ini dapat tercermin dari penataan Malioboro
secara vertikal dan horizontal. Penataan vertikal menyangkut pengembalian wajah
bangunan budaya asli dengan membersihkan papan reklame melintang. Hal ini bertujuan
menampilkan kembali serta meletarikan cagar budaya bangunan bergaya Hindis dan
China yang jumlahnya mencapai puluhan.
Disini telah terjadi interaksi yang cukup baik antara Pemerintah yang telah
menyediakan tempat yang manusiawi untuk para pedagang mencari rejeki dan antara
pedagang dengan konsumen. Konsuemn masih dibolehkan untuk menawar harga barang
yang akan dibelinya. Hal tersebut merupakan salah satu ciri khas dari Malioboro. Yaitu,
harga yang ditawarkan oleh pedagang bukan harga pas tetapi konsumen masih
dibolehkan untuk menawarnya lagi.
D. Manfaat Malioboro
Berkembang pesatnya Malioboro sebagai denyut nadi perdagangan dan pusat
belanja, menuntut macam-macam pelayanan dan fasilitas yang semakin meningkat baik
jumlah dan ragamnya. Hal ini memberi dampak positif dari segi ekonomi bagi penduduk,
pengusaha dan pemerintah setempat seperti:
1. Penerimaan Devisa : Masuknya wisatawan mancanegara akan
membawa valuta asing, yang berarti akan memperkuat neraca pembayaran dan
perdagangan. Penerimaan devisa negara dari pariwisata bersumber dari : Uang yang
dikeluarkan atau dibelanjakan oleh wisatawan asing selama yang bersangkutan
melakukan kunjungan, berupa pengeluaran untuk penginapan (akomodasi), makan
dan minum, transportasi lokal dan tour, cenderamata, tip, dan lain-lain. Biaya yang
diterima oleh perusahaan penerbangan dimana wisatawan yang berkunjung
dimasukkan sebagai penerimaan sektor pariwisata. Investasi bidang pariwisata. Biaya
promosi pariwisata dari negara lain.
2. Kesempatan Berusaha : Kesempatan berusaha menjadi terbuka luas, baik usaha yang
langsung untuk memenuhi kebutuhan wisatawan maupun yang tidak langsung.
Lapangan usaha langsung seperti usaha akomodasi, restoran dan rumah makan, biro
perjalanan, toko cenderamata, sanggar-sanggar kerajinan dan seni, pramuwisata,
pusat perbelanjaan, dan lain sebagainya. Lapangan usaha tidak langsung seperti
pertanian, perikanan, peternakan, perindustrian dan kerajinan, industri olah raga,
industri pakaian jadi, dan lapangan usaha lain yang berkaitan dengan kebutuhan
manusia.
3. Terbukanya Lapangan Kerja : Luasnya kesempatan dalam berusaha, berarti akan
membuka lapangan kerja baik lapangan kerja diberbagai usaha yang langsung
memenuhi kebutuhan wisatawan maupun yang tidak langsung. Sektor pariwisata
merupakan sektor padat karya, karena kegiatannya lebih banyak pelayanan jasa yang
membutuhkan tenaga manusia. Lapangan kerja yang tidak langsung seperti peternak,
petani sayur mayur, pengrajin, seniman, penjual eceran, dan lain-lain yang menyerap
banyak tenaga kerja.
4. Meningkatnya Pendapatan Masyarakat Dan Pemerintah : Wisatawan yang datang
berkunjung akan mengeluarkan sebagian dari uangnya untuk keperluan selama
perjalanannya. Hal ini akan menambah pendapatan masyarakat setempat, seperti
biaya penginapan, angkutan local, makan minum, cenderamata dan pembelian jasa-
jasa, dan barang lainnya. Disamping itu pemerintah setempat pun akan memperoleh
pendapatan berupa pajak-pajak dari perusahaan dan dari uang asing yang
dibelanjakan oleh wisatawan.
5. Mendorong Pembangunan Daerah : Berkembangnya kepariwisataan di daerah akan
mendorong pemerintah daerah dan masyarakat mempersiapkan dan membangun
prasarana dan sarana yang diperlukan seperti pembangunan dan perbaikan jalan,
instalasi air, instalasi listrik, pembenahan obyek dan daya tarik wisata, perbaikan
lingkungan, pengkondisian masyarakat, penataan kelembagaan dan pengaturan, dan
lain sebagainya. Selain itu juga akan mendorong investor untuk menanamkan
modalnya dalam pembangunan obyek dan daya tarik wisata, usaha sarana akomodasi,
usaha jasa biro perjalanan, restoran dan rumah makan serta lain-lain.
Dengan adanya tempat pariwisata Malioboro ini maka pembangunan dan
pengembangan pariwisata akan mempunyai dampak positif dalam bidang sosial budaya,
seperti : Pelestarian budaya dan adat istiadat salah satu sasaran wisatawan dalam
melakukan perjalanan adalah untuk menikmati, mengagumi dan mempelajari
kebudayaan, dan adat istiadat serta sejarah suatu bangsa.
Oleh karena itu seni dan budaya serta tata cara hidup yang unik dan khas perlu
dipertahankan dan dikembangkan. Apalagi Yogyakarta terkenal dengan kota yang penuh
dengan seniman jalanan serta orang-orangnya yang ramah. Itu menyebabkan akan lebih
banyak lagi wisatawan yang ingin berkunjung ke Yogyakrta. Hal tersebut dapat
meningkatkan kecerdasan masyarakat yang dikunjungi karena penduduk asli akan
banyak belajar dari wisatawan yang berkunjung, demikian pula dengan yang datang
berkunjung akan banyak belajar dari kunjungannya dengan cara melihat, mendengar, dan
merasakan segala sesuatu yang dijumpai selama dalam perjalanannya. Dengan demikian,
pengembangan pariwisata merupakan salah satu cara untuk menambah pengetahuan dan
pengalaman.
Dampak positif lainnya dengan adanya tempat pariwisata yaitu dapat mengurangi
konflik sosial sering terjadi saling curiga antara suatu penduduk dengan penduduk
lainnya, karena kurang saling mengenal, baik dalam soal adatistiadat, budaya sejarah,
kebiasaan maupun perbedaan tingkat sosial. Salingberkunjung melalui berwisata dapat
mengurangi atau menghilangkan saling curiga dan kecemburuan sosial, karena terjadinya
komunikasi dan saling mengenal satu sama lainnya.
H. Kawasan Malioboro Sebagai Kawasan Budaya
Dalam buku yang ditulis Darmosugito dkk. berjudul “Kota Jogjakarta 200
Tahun” disebutkan bahwa terdapat tiga perkampungan yang dihuni oleh para pendatang
diantaranya: pertama, kampung orang kulit putih yang mendiami daerah Lodjikecil
meluas ke jalan Setjodiningratan (dahulu Kampemen Straat), Bintaran, Jetis, dan
Kotabaru. Kedua, perkampungan orang Arab yang menempati daerah Sayidan, dan
ketiga yaitu perkampungan Tiong Hoa atau yang dikenal dengan Pecinan yang terletak di
daerah Kranggan, kemudian berkembang ke tempat-tempat perdagangan lainnya di
sepanjang Jalan Malioboro. Secara spesifik Dulbachri juga mengklasifikasikan
masyarakat ke dalam 4 (empat) bagian berdasarkan pengelompokan sosial ekonomi
yaitu:
1. Rural urban cluster (kelompok penduduk yang cara hidupnya masih sama dengan
penduduk desa) Seperti: Kotagede, Tegalrejo, Umbulharjo, Mergangsan,
Mantrijeron, dan Wirobrajan.
2. Official cluster (kelompok pegawai) biasanya bekas tempat tinggal orang-orang
Belanda seperti Baciro, Kotabaru, Cemorojajar, serta Pakel (komp. Wartawan).
3. Chinese Cluster (kelompok orang-orang cina) di sepanjang jalan Malioboro,
Mangkubumi, Sudirman, Diponegoro, dan Urip Sumoharjo, serta di pasar seperti
Kranggan, Pajeksan, Gandekan, Ketandan, dan beberapa tempat lainnya.
4. Indonesia Merchant Cluster (Kelompok pedagang Indonesia) seperti
Karangkajen, Prawirotaman, Purbayan, Prenggan, Kauman, Suronatan, dan
perkampungan di dalam benteng.
Peristiwa sejarah tentang perkampungan di Yogyakarta sebagaimana disebutkan
diatas sangat menentukan perkembangan kota Yogyakarta di kemudian hari. Hal ini tentu
selalu menarik untuk dipelajari dan dikembangkan. Sebut saja Malioboro sebagaimana
menjadi topik dalam diskusi ini.
BAB IV : PENUTUP
A. Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA