Upload
others
View
5
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
i
Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 2013
i
Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 2013
Kami panjatkan puji syukur alhamdulillah kehadirat Allah Subhanahu wa ta’ala, atas segala limpahan Rahmat dan Hidayah-Nya, akhirnya penyusunan Buku “ Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 2013 “ ini dapat kami selesaikan. Dan kami menyambut gembira dengan terbitnya buku profil ini untuk merespon tingginya kebutuhan akan data dan informasi, ditengah banyaknya tantangan yang dihadapi terkait pemenuhan data dan informasi sebagai landasan pengambilan keputusan yang evidence-based. Profil Kesehatan Kota Semarang merupakan salah satu media yang dapat berperan dalam pemantauan dan evaluasi pencapaian hasil pembangunan kesehatan dan hasil kinerja penyelenggaraan Standar Pelayanan Minimal Kota Semarang. Profil Kesehatan Kota Semarang juga merupakan penyajian yang relative komprehensif terdiri dari data derajat kesehatan, upaya kesehatan, sumberdaya kesehatan dan data umum serta lingkungan yang berhubungan dengan kesehatan.
Penyediaan data daninformasi dilaksanakan melalui serangkaian proses
panjang mulai dari hulu sampai hilir. Proses pengelolaan data ini bersumber dari berbagai unit kerja baik di dalam maupun di luar sektor kesehatan. Agar data yang diperoleh relevan dan akurat, maka terhadap data yang berasal dari unit pelaksana teknis (Puskesmas, Instalasi Farmasi) maupun dari Rumah Sakit yang bersumber dari Sistem Pelaporan Rumah Sakit, telah dilakukan uji silang data dengan para pemegang program melalui mekanisme pemutakhiran data di tingkat Kota dan tingkat Provinsi termasuk melibatkan pula lintas sektoral yaitu Badan Pusat Statistik, Bapermas & KB, Polrestabes Semarang, dan lain-lain. Penyusunan profil kesehatan yang dilaksanakan setiap tahun, maka berbagai perkembangan indikator yang digunakan dalam pembangunan kesehatan baik indikator masukan, proses maupun indikator keluaran, manfaat dan indikator dampak dapat diikuti secara cermat. Fakta ini merupakan bahan yang sangat berguna untuk melakukan analisa kecenderungan dalam konteks penentu strategi dan kebijakan kesehatan di masa yang akan datang. Profil Kesehatan Kota Semarang ini disajikan dalam bentuk cetakan, dan softcopy serta juga dapat diunduh di website www.dinkes-kotasemarang.go.id sehingga memudahkan para pengguna (masyarakat) untuk mendapatkan publikasi ini.
Kami menyadari bukan hal yang mudah untuk dapat menyajikan data yang
berkualitas, sesuai kebutuhan dan tepat waktu. Untuk meningkatkan mutu Profil Kesehatan Kota Semarang berikutnya diharapkan saran dan kritik yang membangun, serta partisipasi dari semua pihak. Kepada semua pihak yang telah menyumbangkan pikiran dan tenaganya dalam penyusunan Profil Kesehatan Kota Semarang, kami mengucapkan terima kasih.
Semarang, Mei 2014 Kepala Dinas Kesehatan
ttd
dr. Widoyono, M.PH NIP. 19630809 198801 1 001
KATA PENGANTAR
ii
Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 2013
Keterangan Halaman KATA PENGANTAR ........................................................................... DAFTAR ISI ....................................................................................... DAFTAR TABEL
i ii iv
BAB
I
PENDAHULUAN
A. B. C. D. E.
Latar Belakang .................................................... Dasar .................................................................. Visi dan Misi ....................................................... Tujuan ................................................................ Sistematika Penulisan ................................................
1 1 3 7 8
BAB
II
GAMBARAN UMUM KOTA SEMARANG
A. B. C.
Keadaan Geografis ................................................... Kependudukan ................................................... Sarana dan Prasarana Kesehatan .........................
9 10 14
BAB III SITUASI DERAJAT KESEHATAN DAERAH A.
B. C.
Mortalitas / Kematian ................................................. Status Gizi Bayi & Balita ............................................ Morbiditas ......................................................... 1. Pola 10 besar penyakit RS .............................. 2. Pola 10 besar penyakit Puskesmas ................. 3. Penyakit menular ............................................ 4. Penyakit PD3I ................................................ 5. Penyakit bersumber binatang .......................... 6. Penyakit tidak menular ....................................
16 20 21 22 22 23 41 47 63
BAB
IV
SITUASI UPAYA KESEHATAN
A. Pelayanan Kesehatan Dasar ................................. 67 1. Pelayanan KIA ................................................... 67 2. Pelayanan KB ................................................... 71 3. Pelayanan Imunisasi ....................................... 72 B. Pelayanan Kesehatan Rujuan ...............................
1. Kunjungan pelayanan kesehatan ..................... 2. Indikator pelayanan kesehatan di RS ............... 3. Pelayanan kesehatan gigi & mulut ...................
74 74 75 76
C. Pelayanan Jaminan Kesehatan Masyarakat ........... 77 D. Perbaikan Gizi Masyarakat ..................................
E. Pelayanan Kesehatan Usia Lanjut ......................... F. Pelayanan Kesehatan Pekerja .............................. G. Pelayanan Kesehatan khusus .............................. H. Keadaan Kesehatan Lingkungan ..........................
81 83 83 84 85
DAFTAR ISI
iii
Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 2013
I.
1. Sarana air bersih & air minum ........................... 2. Sarana & akses terhadap sanitasi dasar ........... Keadaan Perilaku Masyarakat ..............................
85 86 90
BAB
V
SITUASI SUMBER DAYA KESEHATAN A. Sarana Kesehatan ................................................... B. Tenaga Kesehatan ................................................... C. Perbekalan Kesehatan ................................................. D. Pembiayaan Kesehatan ...............................................
92 92 93 96 97
BAB VI KESIMPULAN ...............................................................
LAMPIRAN-LAMPIRAN
99
iv
Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 2013
DAFTAR LAMPIRAN TABEL
Tabel Nama Tabel
1 Luas wilayah, jumlah kelurahan, jumlah & kepadatan penduduk, jumlah rumah tangga
2 Jumlah penduduk menurut jenis kelamin, umur, dan rasio beban tanggungan
3 Jumlah penduduk menurut jenis kelamin, dan kelompok umur
6 Jumlah kelahiran menurut jenis kelamin, kecamatan dan puskesmas
7 Jumlah kematian bayi & balita menurut jenis kelamin, kecamatan dan puskesmas
8 Jumlah kematian ibu menurut kelompok umur, kecamatan dan puskesmas
9 Jumlah kasus AFP dan AFP Rate menurut kecamatan dan puskesmas
10 Jumlah kasus baru TB Paru dan kematian akibat TB menurut jenis kelamin, kecamatan
11 Jumlah kasus dan angka penemuan TB Paru BTA + menurut jenis kelamin, kecamatan
12 Jumlah kasus dan kesembuhan TB Paru BTA + menurut jenis kelamin, kecamatan & puskesmas
13 Penemuan kasus pneumonia balita menurut jenis kelamin, kecamatan & puskesmas
14 Jumlah kasus baru HIV, AIDS dan IMS lain menurut jenis kelamin, kecamatan & Puskemas
15 Persentase donor darah diskrining terhadap HIV/AIDS
16 Kasus diare yang ditangani menurut jenis kelamin, kecamatan & puskesmas
17 Jumlah kasus baru kusta menurut jenis kelamin, kecamatan & puskesmas
18 Kasus baru kusta 0-14 tahun dan cacat tingkat 2 menurut jenis kelamin, kecamatan & puskesmas
19 Jumlah kasus dan angka prevalensi kusta menurut jenis kelamin, kecamatan & puskesmas
20 Persentase penderita kusta selesai berobat menurut jenis kelamin, kecamatan & puskesmas
21 Jumlah kasus penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I) : difteri, pertusis, tetanus
22 Jumlah kasus penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I) : campak, polio, hepatitis B
23 Jumlah kasus DBD menurut jenis kelamin, kecamatan & puskemas
24 Kesakitan dan kematian malaria menurut jenis kelamin, kecamatan & puskesmas
25 Penderita filariasis ditangani menurut jenis kelamin, kecamatan & puskesmas
26 Bayi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) menurut jenis kelamin, kecamatan & puskemas
27 Status gizi balita menurut jenis kelamin, kecamatan & puskesmas
28 Cakupan kunjungan ibu hamil, persalinan ditolong tenaga kesehatan, pelayanan ibu nifas
29 Persentase cakupan imunisasi TT pada ibu hamil menurut kecamatan & puskesmas
30 Jumlah ibu hamil yang dapat tablet Fe 1 dan Fe 3 menurut kecamatan & puskemas
31 Jumlah & persentase ibu hamil dan neonatal resiko tinggi/komplikasi ditangani
32 Cakupan pemberian vitamin A pada bayi, anak balita dan ibu nifas menurut kecamatan
33 Proporsi peserta KB aktif menurut jenis kontrasepsi, per kecamatan & puskesmas
34 Proporsi peserta KB baru menurut jenis kontrasepsi per kecamatan & puskesmas
35 Jumlah peserta KB baru dan KB aktif menurut kecamatan & puskesmas
36 Cakupan kunjungan neonatus (KN) menurut jenis kelamin, kecamatan & puskesmas
37 Cakupan kunjungan bayi menurut jenis kelamin, kecamatan & puskesmas
38 Cakupan desa/kelurahan UCI menurut kecamatan & puskesmas
39 Cakupan imunisasi DPT, HB, dan campak pada bayi menurut kecamatan & puskesmas
40 Cakupan imunisasi BCG, Polio pada bayi menurut jenis kelamin, kecamatan & puskesmas
41 Jumlah bayi yang diberi ASI Ekslusif menurut jenis kelamin, kecamatan & puskesmas
v
Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 2013
42 Pemberian makanan pendamping (MP) ASI anak usia 6-23 bulan keluarga miskin
43 Cakupan pelayanan anak balita menurut jenis kelamin, kecamatan & puskesmas
44 Jumlah balita ditimbang menurut jenis kelamin, kecamatan & puskesmas
45 Cakupan balita gizi buruk mendapat perawatan menurut jenis kelamin, kecamatan & puskesmas
46 Cakupan penjaringan kesehatan siswa SD & setingkat menurut jenis kelamin, kecamatan
47 Cakupan pelayanan kesehatan siswa SD & setingkat menurut jenis kelamin, kecamatan
48 Cakupan pelayanan kesehatan usia lanjut menurut jenis kelamin, kecamatan & puskesmas
49 Persentase sarana kesehatan dengan kemampuan gawat darurat level 1
50 Jumlah penderita & kematian pada KLB menurut jenis KLB
51 Desa/kelurahan terkena KLB yang ditangani <24 jam menurut kecamatan & puskesmas
52 Pelayanan kesehatan gigi mulut menurut jenis kelamin, kecamatan & puskesmas
53 Pelayanan kesehatan gigi mulut pada anak SD/setingkat menurut jenis kelamin, kecamatan
54 Jumlah kegiatan penyuluhan kesehatan
55 Cakupan jaminan pemeliharaan kesehatan pra bayar menurut jenis kelamin, kecamatan & puskesmas
56 Cakupan pelayanan rawat jalan masyarakat miskin menurut strata sarana kesehatan
57 Cakupan pelayanan rawat inap masyarakat miskin menurut strata sarana kesehatan
57a Jumlah Kunjungan Pelayanan kesehatan masyarakat miskin menurut jenis & rumah sakit
58 Jumlah kunjungan rawat jalan, rawat inap & kunjungan gangguan jiwa di sarana kesehatan
59 Jumlah Tempat Tidur & Angka kematian pasien di rumah sakit
60 Indikator kinerja pelayanan di rumah sakit
61 Persentase rumah tangga ber PHBS menurut kecamatan & puskesmas
62 Persentase rumah sehat menurut kecamatan & puskesmas
63 Persentase rumah/bangunan bebas jentik nyamuk aedes menurut kecamatan & puskesmas
64 Persentase keluarga menurut jenis sarana air bersih per kecamatan & puskesmas
65 Persentase keluarga menurut sumber air minum yang digunakan per kecamatan & puskesmas
66 Persentase keluarga dengan kepemilikan sarana sanitasi dasar menurut kecamatan & puskesmas
67 Persentase tempat umum & pengelolaan makanan (TUPM) sehat per kecamatan & puskesmas
68 Persentase institusi dibina kesehatan lingkungannya menururt kecamatan & puskesmas
69 Ketersediaan obat menurut jenis obat
70 Jumlah sarana pelayanan kesehatan menurut kepemilikan
71 Sarana pelayanan kesehatan dengan kemampuan labkes & memiliki 4 spesialis dasar
72 Jumlah posyandu menurut strata, kecamatan & puskesmas
73 Upaya kesehatan bersumberdaya masyarakat (UKBM) menurut kecamatan & puskesmas
74 Jumlah tenaga medis di sarana kesehatan : dokter spesialis, dr. umum, dr. gigi
75 Jumlah tenaga keperawatan & kebidanan di sarana kesehatan
76 Jumlah tenaga kefarmasian disarana kesehatan
77 Jumlah tenaga kesehatan masyarakat & sanitasi di sarana kesehatan
78 Jumlah tenaga gizi di sarana kesehatan
79a Jumlah tenaga teknisi medis & fisioterapi di sarana kesehatan
79b Jumlah tenaga teknisi medis & fisioterapi di sarana kesehatan
80 Jumlah tenaga kesehatan lainnya di sarana kesehatan
81 Jumlah non kesehatan di sarana kesehatan
vi
Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 2013
82 Anggaran kesehatan
83 Jumlah kejadian kecelakaan lalu lintas & rasio korban luka serta meninggal
84 Persentase desa/kelurahan dengan garam beryodium baik menurut kecamatan & puskesmas
85 Kasus penyakit tidak menular (PTM) di Puskesmas & Rumah Sakit
1
Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 2013
A. Latar Belakang
Kesehatan merupakan salah satu komponen utama dalam Index
Pembangunan Manusia (IPM) yang dapat mendukung terciptanya SDM yang sehat,
cerdas, terampil dan ahli menuju keberhasilan pembangunan kesehatan.
Pembangunan kesehatan merupakan salah satu hak dasar masyarakat yaitu hak
untuk memperoleh pelayanan kesehatan. Oleh sebab itu dalam pelaksanaan
pembangunan kesehatan telah dilakukan perubahan cara pandang (mindset) dari
paradigma sakit menuju paradigma sehat sejalan dengan Visi Indonesia Sehat.
Seiring dengan visi tersebut, maka Visi Pembangunan Kesehatan di Kota
Semarang adalah “Terwujudnya Masyarakat Kota Semarang yang Mandiri untuk
Hidup Sehat”
B. Dasar
Dasar pembangunan kesehatan adalah nilai kebenaran dan aturan pokok
yang menjadi landasan untuk berfikir dan bertindak dalam penyelenggaraan
pembangunan kesehatan. Dasar-dasar berikut ini merupakan landasan dalam
penyusunan visi, misi dan strategi serta sebagai petunjuk pokok pelaksanaan
pembangunan kesehatan:
1. Perikemanusiaan
Setiap kegiatan proyek, program kesehatan harus berlandaskan
perikemanusiaan yang dijiwai, digerakkan dan dikendalikan oleh keimanan dan
ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa.
2. Pemberdayaan dan Kemandirian
Individu, keluarga, masyarakat beserta lingkungannya bukan saja sebagai
obyek namun sekaligus pula subyek kegiatan, proyek, program kesehatan.
Segenap komponen bangsa bertangggung jawab untuk memelihara dan
meningkatkan derajat kesehatan individu, keluarga, masyarakat beserta
BAB
I PENDAHULUAN
2
Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 2013
lingkungannya. Setiap kegiatan, proyek, program kesehatan harus mampu
membangkitkan peran serta individu, keluarga dan masyarakat sedemikian rupa
sehingga setiap individu, keluarga dan masyarakat dapat menolong dirinya
sendiri.
Dengan dasar ini, setiap individu, keluarga dan masyarakat melalui kegiatan,
proyek, program kesehatan difasilitasi agar mampu mengambil keputusan yang
tepat ketika membutuhkan pelayanan kesehatan. Warga masyarakat harus mau
bahu membahu menolong siapa saja yang membutuhkan pertolongan agar dapat
menjangkau fasilitas kesehatan yang sesuai kebutuhan dalam waktu yang
sesingkat mungkin. Di lain pihak, fasilitas pelayanan kesehatan yang ada perlu
terus diberdayakan agar mampu memberikan pertolongan kesehatan yang
berkualitas, terjangkau, sesuai dengan norma sosial budaya setempat serta tepat
waktu.
3. Adil dan Merata
Setiap individu, keluarga dan masyarakat mempunyai kesempatan yang sama
untuk memperoleh pelayanan kesehatan yang dibutuhkan sehingga dapat
mencapai derajat kesehatan yang setinggi-tingginya. Kesempatan untuk
memperoleh pelayanan kesehatan yang berkualitas, terjangkau dan tepat waktu,
tidak boleh memandang perbedaan ras, golongan, agama, dan status sosial
individu, keluarga dan masyarakat.
Pembangunan kesehatan yang cenderung urban-based harus terus diimbangi
dengan upaya-upaya kesehatan yang bersifat rujukan, bersifat luar gedung
maupun yang bersifat satelit pelayanan. Dengan demikian pembangunan
kesehatan dapat menjangkau kantong-kantong penduduk beresiko tinggi yang
merupakan penyumbang terbesar kejadian sakit dan kematian. Kelompok-
kelompok penduduk inilah yang sesungguhnya lebih membutuhkan pertolongan
karena selain lebih rentan terhadap penyakit, kemampuan membayar mereka
jauh lebih sedikit.
3
Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 2013
4. Pengutamaan dan Manfaat
Pemanfaatan ilmu pengetahuan dan tekhnologi kedokteran dan atau
kesehatan dalam kegiatan, proyek, program kesehatan harus mengutamakan
peningkatan kesehatan dan pencegahan penyakit. Kegiatan, proyek dan program
kesehatan diselenggarakan agar memberikan manfaat yang sebesar-besarnya
bagi peningkatan deajat kesehatan masyarakat. Kegiatan, proyek dan program
kesehatan diselenggarakan dengan penuh tanggung jawab, sesuai dengan standar
profesi dan peraturan perundang-undangan yang berlaku serta
mempertimbangkan dengan sungguh-sungguh kebutuhan dan kondisi spesifik
daerah.
C. Visi dan Misi
1. Visi
Dalam mewujudkan gambaran masyarakat Kota Semarang di masa depan
maka Dinas Kesehatan Kota memiliki Visi “Terwujudnya Masyarakat Kota Semarang
yang Mandiri untuk Hidup Sehat”
Visi tersebut mengandung filosofi pokok yang akan dilaksanakan
perwujudannya, yaitu kemandirian masyarakat untuk hidup sehat.
Kesehatan adalah tanggungjawab bersama dari setiap individu, masyarakat,
pemerintah dan swasta. Apapun peran yang dimainkan oleh pemerintah, tanpa
kesadaran individu dan masyarakat untuk secara mandiri menjaga kesehatan
mereka, hanya sedikit hasil yang akan dapat dicapai. Perilaku masyarakat kota
Semarang yang mandiri untuk hidup sehat diharapkan adalah yang bersifat proaktif
untuk memlihara dan meningkatkan kesehatan masyarakat. Disamping itu semua
lapisan masyarakat di Kota Semarang juga mempunyai akses dan mampu
menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu.
4
Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 2013
2. Misi
Misi mencerminkan peran, fungsi dan kewenangan seluruh jajaran organisasi
kesehatan di seluruh wilayah Kota Semarang, yang bertanggung jawab secara
teknisterhadap pencapaian tujuan dan sasaran pembangunan kesehatan Kota
Semarang. Untuk mewujudkan visi tersebut ditetapkan misi yang diemban oleh
seluruh jajaran petugas kesehatan di masing-masing jenjang administarsi
pemerintahan, yaitu :
1. Meningkatkan pelayanan kesehatan yang berkualitas,
2. Memberdayakan masyarakat untuk memiliki kemauan dan kemampuan
hidup sehat
3. Tujuan
a. Meningkatkan mutu pelayanan kesehatan masyarakat dan perorangan yang
efektif dan efisien. (Misi 1)
b. Meningkatkan kesiapan dan ketersediaan sumberdaya kesehatan dalam
mendukung proses pelayanan kesehatan. (Misi 1)
c. Mengembangkan kebijakan dan manajemen yang efektif dan efisien dalam
pengelolaan pelayanan dan sumber daya kesehatan. (Misi 1)
d. Meningkatkan pelayanan kefarmasian serta penyediaan obat perbekalan
kesehatan yang memenuhi persyaratan mutu. (Misi 1)
e. Meningkatkan perilaku dan peran aktif individu, keluarga dan masyarakat
untuk memlihara dan melindungi kesehatan dan lingkungannya sendiri. (Misi
2)
4. Sasaran
a. Menurunnya angka kesakitan, kematian dan mencegah kecacatan akibat
penyakit..
b. Meningkatnya mutu pelayanan kesehatan dasar, rujukan dan penunjangnya.
c. Meningkatnya mutu pelayanan kesehatan keluarga.
5
Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 2013
d. Meningkatnya pelayanan gizi masyarakat serta kemandirian keluarga dalam
upaya perbaikan gizi.
e. Meningkatnya kualitas kesehatan lingkungan.
f. Meningkatnya ketersediaan, kemampuan dan ketrampilan sumberdaya
manusia kesehatan sehingga mampu menyelenggarakan upaya kesehatan
yang optimal.
g. Meningkatnya kualitas pengelolaan administrasi keuangan, ketatalaksanaan
tugas umum dan rumah tangga.
h. Meningkatnya kuantitas dan kualitas sarana prasarana pelayanan kesehatan
i. Meningkatnya fungsi perencanaan, pengawasan, pengendalian dan penilaian
pelaksanaan kegiatan serta tersedianya berbagai kebijakan kesehatan guna
menjamin tercapainya kinerja secara efektif dan efisien.
j. Mengembangkan system informasi kesehatan yang komprehensif,
berhasilguna dan berdaya guna
k. Meningkatkan ketersediaan dan mutu pengelolaan obat pelayanan kesehatan
l. Meningkatnya kualitas makanan minuman produksi industri tumah tangga
yang memnuhi syarat kesehatan
m. Meningkatnya perilaku hidup bersih sehat dan berkembangnya upaya
kesehatan bersumberdata masyarakat.
5. Strategi Kebijakan
Program yang telah disusun dan ditetapkan sebagai strategi kebijakan Dinas
Kesehatan Kota Semarang terdiri dari 12 (dua belas ) alternative startegi yang
ditetapkan, antara lain
1. Mengoptimalkan pelayanan kesehatan pada masyarakat miskin di seluruh fasilitas
pelayanan kesehatan dasar
2. Memanfaatkan secara optimal jejaring kerja yang ada
3. Menggerakkan sumber daya kesehatan secara efektif dengan melibatkan peran
aktif masyarakat
6
Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 2013
4. Meningkatkan advokasi pembiayaan kesehatan pada pemegang kebijakan
5. Meningkatkan keterpaduan pelaksanaan program
6. Meningkatkan pengelolaan data dan informasi kesehatan berbasis teknologi
informasi
7. Mengintensifkan promosi kesehatan melalui pemanfaatan teknologi informasi
khususnya pada kelompok beresiko
8. Mengalokasikan sumber daya kesehatan yang ada pada kegiatan bersarna
masyarakat miskin dan rentan.
9. Meningkatkan cakupan pemanfaatan pelayanan kesehatan
10. Mengembangkan dan memantapkan program jaminan mutu pada semua
pelayanan
11. Meningkatkan kualitas manajemen kesehatan menuju pelayanan kesehatan yang
akuntable, transparan dan berkinerja tinggi.
12. Meningkatkan jumlah tenaga kesehatan sesuai kompetensinya.
Dalam rangka memberikan gambaran situasi kesehatan di Kota Semarang
Tahun 2013 perlu diterbitkan Buku Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 2013.
Media Profil Kesehatan Kota Semarang merupakan salah satu sarana untuk menilai
pencapaian kinerja pembangunan kesehatan dalam rangka mewujudkan Kota
Semarang Sehat.
Profil Kesehatan menyajikan berbagai data dan informasi diantaranya
meliputi data kependudukan, fasilitas kesehatan, pencapaian program – program
kesehatan, masalah kesehatan dan lain-lain. Tersusunnya Buku Profil Kesehatan Kota
Semarang Tahun 2013 didukung oleh pengelola data dan informasi Dinas Kesehatan
Kota Semarang, Puskesmas, Instalasi Farmasi, berbagai sarana pelayanan kesehatan,
juga lintas sektor terkait (Badan Pusat Statistik, PT.ASKES, PT. JAMSOSTEK, Bapermas
& KB, POLRESTABES Semarang, dll).
7
Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 2013
D. Tujuan
1. Umum
Tujuan disusunnya Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 2013 adalah
tersedianya data / informasi yang relevan, akurat, tepat waktu dan sesuai kebutuhan
dalam rangka meningkatkan kemampuan manajemen kesehatan secara berhasilguna
dan berdayaguna sebagai upaya menuju Kota Semarang yang Sehat.
2. Khusus
Secara khusus tujuan penyusunan Profil Kesehatan adalah :
a. Diperolehnya Data / informasi umum dan lingkungan yang meliputi lingkungan
fisik dan biologi, perilaku masyarakat yang berkaitan dengan kesehatan
masyarakat, data kependudukan dan sosial ekonomi;
b. Diperolehnya Data / informasi tentang status kesehatan masyarakat yang meliputi
angka kematian, angka kesakitan dan status gizi masyarakat;
c. Diperolehnya Data / informasi tentang upaya kesehatan, yang meliputi cakupan
kegiatan dan sumber daya kesehatan.
d. Diperolehnya Data / informasi untuk bahan penyusunan perencanaan kegiatan
program kesehatan;
e. Tersedianya alat untuk pemantauan dan evaluasi tahunan program – program
kesehatan;
f. Tersedianya wadah integrasi berbagai data yang telah dikumpulkan oleh berbagai
sistem pencatatan dan pelaporan yang ada di Puskesmas, Rumah Sakit maupun
Unit-Unit Kesehatan lainnya;
g. Tersedianya alat untuk memacu penyempurnaan sistem pencatatan dan
pelaporan kesehatan.
8
Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 2013
E. Sistematika Penulisan
Untuk lebih menggambarkan situasi derajat kesehatan, peningkatan upaya
kesehatan dan sumber daya kesehatan di Kota Semarang pada Tahun 2013, maka
diterbitkanlah Buku Profil Kesehatan Kota Semarang yang disusun dengan
sistematika sebagai berikut :
BAB I PENDAHULUAN
BAB II GAMBARAN UMUM & PERILAKU PENDUDUK KOTA
SEMARANG
BAB III SITUASI DERAJAT KESEHATAN DAERAH
BAB IV SITUASI UPAYA KESEHATAN
BAB V SITUASI SUMBER DAYA KESEHATAN
BAB VI KESIMPULAN
LAMPIRAN
9
Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 2013
A. Keadaan Geografis
1. Letak
Kota Semarang terletak antara garis 6º50’ - 7º10’ Lintang Selatan dan garis
109º35’ - 110º50’ Bujur Timur. Dibatasi sebelah Barat dengan Kabupaten Kendal,
sebelah Timur dengan Kabupaten Demak, sebelah Selatan dengan Kabupaten
Semarang, dan sebelah Utara dibatasi oleh Laut Jawa dengan panjang garis pantai
meliputi 13,6 Km. Ketinggian Kota Semarang terletak antara 0,75 sampai dengan
348,00 di atas garis pantai.
2. Luas Wilayah Kota Semarang
Dengan luas wilayah sebesar 373,67 km2, dan merupakan 1,15% dari total luas
daratan Provinsi Jawa Tengah. Kota Semarang terbagi dalam 16 kecamatan dan 177
kelurahan. Dari 16 kecamatan yang ada,
kecamatan Mijen (57,55 km2) dan
Kecamatan Gunungpati (54,11 km2),
dimana sebagian besar wilayahnya
berupa persawahan dan perkebunan.
Sedangkan kecamatan dengan luas
terkecil adalah Semarang Selatan (5,93
km2) dan kecamatan Semarang Tengah
(6,14 km2), sebagian besar wilayahnya berupa pusat perekonomian dan bisnis Kota
Semarang, seperti bangunan toko/mall, pasar, perkantoran dan sebagainya.
GAMBARAN UMUM & PERILAKU PENDUDUK KOTA SEMARANG
BAB
II
10
Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 2013
B. Kependudukan
1. Pertumbuhan Penduduk, Persebaran dan Kepadatan Penduduk, Komposisi
Penduduk, Kelahiran, Kematian dan Perpindahan
a. Jumlah dan Laju Pertumbuhan Penduduk
Jumlah penduduk Kota Semarang menurut Buku Estimasi Penduduk Menurut
Umur Tunggal yang dikeluarkan oleh Pusat Data & Informasi Kemenkes RI sampai
dengan akhir Desember tahun 2013 sebesar : 1.575.068 jiwa, terdiri dari 773.764
jiwa penduduk laki-laki dan 801.304 jiwa penduduk perempuan. Dengan jumlah
sebesar itu Kota Semarang masih termasuk dalam 5 besar Kabupaten/Kota yang
mempunyai jumlah penduduk terbesar di Jawa Tengah.
Tabel 2.1 : Jumlah dan Pertumbuhan Penduduk Tahun 2004 - 2013
Tahun Jumlah Penduduk Tingkat pertumbuhan
Setahun ( % )
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011
2012
2013
1.399.133
1.419.478
1.434.132
1.454.594
1.481.640
1.506.924
1.527.433
1.544.358
1.559.198
1.575.068 *
1,52
1,45
1,02
1,43
1,86
1,53
1,41
1,11
0,96
Sumber data : Kantor BPS Kota Semarang – Semarang Dalam Angka
*)Sumber: Pusat Data & Informasi Kementerian Kesehatan RI
Perkembangan dan pertumbuhan penduduk selama 7 tahun terakhir
menunjukkan hasil yang bervariasi dengan tren semakin meningkat.
11
Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 2013
b. Persebaran dan Kepadatan Penduduk
Penyebaran penduduk yang tidak merata perlu mendapat perhatian karena
berkaitan dengan daya dukung lingkungan yang tidak seimbang. Secara geografis
wilayah Kota Semarang terbagi menjadi dua yaitu daerah dataran rendah (
Kota Bawah ) dan daerah perbukitan (Kota Atas). Kota Bawah merupakan
pusat kegiatan pemerintahan, perdagangan dan industri, sedangkan Kota Atas
lebih banyak dimanfaatkan untuk perkebunan, persawahan, dan hutan.
Sedangkan ciri masyarakat Kota Semarang terbagi dua yaitu masyarakat
dengan karakteristik perkotaan dan masyarakat dengan karakteristik pedesaan.
Sebagai salah satu kota metropolitan, Semarang boleh dikatakan belum
terlalu padat. Pada tahun 2012 kepadatan penduduknya sebesar 4.358 jiwa per
km2. Bila dilihat menurut Kecamatan yang mempunyai kepadatan penduduk
paling kecil adalah Kecamatan Ngaliyan sebesar 806 jiwa per km2, diikuti
dengan Kecamatan Mijen 1.056 jiwa per km2 dan Kecamatan Gunungpati 1.776
jiwa per km2. Ketiga Kecamatan tersebut merupakan daerah pertanian dan
perkebunan, sehingga sebagian wilayahnya masih banyak terdapat areal
persawahan dan perkebunan,
Namun sebaliknya untuk Kecamatan-Kecamatan yang terletak di pusat kota,
dimana luas wilayahnya tidak terlalu besar tetapi jumlah penduduknya sangat
banyak, kepadatan penduduknya sangat tinggi. Yang paling tinggi kepadatan
penduduknya adalah Kecamatan Gayamsari 12.144 jiwa/km2, kemudian
Kecamatan Semarang Selatan 11.883 jiwa/km2 , dan Kecamatan Candisari 11.724
jiwa/km2.
Bila dikaitkan dengan banyaknya keluarga atau rumah tangga, maka dapat
dilihat bahwa rata-rata setiap keluarga di Kota Semarang memiliki 4 (empat)
anggota keluarga, dan kondisi ini terjadi pada hampir seluruh Kecamatan yang
ada .
Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 201
c. Komposisi Penduduk
Untuk dapat menggambarkan tent
dapat dilihat dari komposisinya, salah satunya adalah penduduk menurut jenis
kelamin. Dari 1.575.068 penduduk Kota Semarang pada tahun
773.764 jiwa penduduk laki
dari variabel jenis kelamin adalah rasio jenis kelamin yang merupakan angka
perbandingan antara penduduk laki
Gambar. 2.1 Komposisi
Sumber data : BPS Kota Semarang
Gambar. 2.2 Pi
Sumber data : BPS Kota Semarang
51%
Komposisi Penduduk Kota Semarang menurut jenis
100000 50000
0 - 4
10 - 14
20 - 24
30 - 34
40 - 44
50 - 54
60 - 64
70 - 74
LAKI
Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 2013
Untuk dapat menggambarkan tentang keadaan penduduk secara khusus
dapat dilihat dari komposisinya, salah satunya adalah penduduk menurut jenis
penduduk Kota Semarang pada tahun 2013 terdiri dari
jiwa penduduk laki-laki dan 801.304 jiwa penduduk perempuan. Indikator
dari variabel jenis kelamin adalah rasio jenis kelamin yang merupakan angka
perbandingan antara penduduk laki-laki dan perempuan.
Komposisi Penduduk Menurut Jenis Kelamin Tahun
Sumber data : BPS Kota Semarang
Piramida Penduduk Kota Semarang Tahun 2013
Sumber data : BPS Kota Semarang
49%
Komposisi Penduduk Kota Semarang menurut jenis kelamin 2013
Laki-Laki Perempuan
50000 0 50000 100000
LAKI-LAKI perempuan
12
ang keadaan penduduk secara khusus
dapat dilihat dari komposisinya, salah satunya adalah penduduk menurut jenis
terdiri dari
. Indikator
dari variabel jenis kelamin adalah rasio jenis kelamin yang merupakan angka
Tahun 2013
3
13
Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 2013
d. Kelahiran, Kematian dan Perpindahan
Potensi permasalahan jumlah penduduk yang besar dipengaruhi oleh tingkat
pertumbuhan penduduk yang dimiliki. Bila jumlah penduduk yang besar
sedangkan tingkat pertumbuhannya tinggi, maka beban untuk mencukupi
kebutuhan pangan, sandang, perumahan, pendidikan, kesehatan dan sebagainya
menjadi sangat berat.
Tingkat pertumbuhan penduduk dibedakan atas tingkat pertumbuhan
alamiah dan tingkat pertumbuhan karena migrasi. Tingkat pertumbuhan alamiah
secara sederhana dihitung dengan membandingkan jumlah penduduk yang lahir
dan mati. Pada periode waktu tertentu digambarkan dengan Angka Kelahiran
Kasar atau Crude Birth Rate ( CBR ) dan Angka Kematian Kasar atau Crude Death
Rate ( CDR ) yang merupakan perbandingan antara jumlah kelahiran dan kematian
selama 1 tahun dengan jumlah penduduk pertengahan tahun.
Selama periode 5 tahun terakhir perkembangan kelahiran dan kematian
penduduk di Kota Semarang terlihat cukup berfluktuasi. Hal ini dilihat bahwa
untuk CBR periode 2004 – 2011. Dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 2.2: Perkembangan Kelahiran dan Kematian Penduduk Kota Semarang Periode 2006 – 2013
Tahun Jml Penduduk CBR (/1000 pddk)
CDR (/1000 pddk)
2006
2007
2008
2009
2010
2011
2012
2013
1.434.025
1.454.594
1.481.640
1.506.924
1.527.433
1.544.358
1.559.198
1.575.068
15,10
16,06
16,60
17,01
14,98
16,09
15,23
17,6
6,35
7,04
6,79
6,98
6,77
6,76
6,45
6,5
Sumber data : BPS Kota Semarang – Profil Kependudukan
Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 201
Umur Harapan Hidup Kota Semar
mengalami peningkatan dari t
Gambar. 2.
C. SARANA DAN PRASARANA KESEHATA
Tabel 2.3 Jumlah
A. SARANA DAN PRASARANA KESEHATAN
1.
2.
3.
4.
Rumah Sakit Umum :
a. Rumah Sakit Swasta
b. Rumah Sakit Umum Daerah
c. Rumah Sakit Umum Pusat
d. Rumah Sakit TNI / POLRI
e. Rumah Sakit Khusus, terdiri dari :
- RS Jiwa
- RS Bedah Plastik
- Rumah Sakit Ibu dan Anak ( RSIA )
- Rumah Sakit Bersalin ( RSB )
Rumah Bersalin ( RB ) / BKIA
Puskesmas , terdiri dari :
a. Puskesmas Perawatan
b. Puskesmas Non
Puskesmas Pembantu
Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 2013
Umur Harapan Hidup Kota Semarang Tahun 2013 ini mencapai 72,3
mengalami peningkatan dari tahun 2012 yaitu 72,24 dan tahun 2011 yaitu 72,18.
Gambar. 2.3 Perkembangan UHH Kota Semarang
SARANA DAN PRASARANA KESEHATAN
Jumlah Sarana dan Prasarana di Kota Semarang
SARANA DAN PRASARANA KESEHATAN 2011 2012
Rumah Sakit Umum :
Rumah Sakit Swasta
Rumah Sakit Umum Daerah
h Sakit Umum Pusat
Rumah Sakit TNI / POLRI
Rumah Sakit Khusus, terdiri dari :
RS Jiwa
RS Bedah Plastik
Rumah Sakit Ibu dan Anak ( RSIA )
Rumah Sakit Bersalin ( RSB )
Rumah Bersalin ( RB ) / BKIA
Puskesmas , terdiri dari :
Puskesmas Perawatan
Puskesmas Non Perawatan
Puskesmas Pembantu
10
2
1
3
9
1
1
3
3
6
37
13
24
35
10
2
1
3
9
1
1
3
3
6
37
12
25
35
14
Tahun 2013 ini mencapai 72,3
2011 yaitu 72,18.
Sarana dan Prasarana di Kota Semarang
2012 2013
12
10
2
1
3
9
1
1
3
2
6
37
12
25
35
15
Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 2013
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
Puskesmas Keliling
Posyandu yang ada
Posyandu Aktif
Apotik
Laboratorium Kesehatan Swasta
Klinik Spesialis / Klinik Utama
Optik
Klinik 24 Jam
Toko Obat
BP Umum
BP Gigi
PBDS
Dokter Umum Praktek Perorangan
Dokter Spesialis Praktek
Dokter gigi praktek
Bidan praktek swasta
37
1.533
1.055
381
30
14
95
13
20
139
24
23
1.327
681
328
-
37
1.556
1.150
403
30
31
9
12
72
25
4
1.512
691
358
-
37
1.559
1.202
406
32
36
7
23
80
25
1.640
730
393
-
Sumber: Bidang Pelayanan Kesehatan DKK Semarang
16
Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 2013
Untuk menilai derajat kesehatan masyarakat, digunakan beberapa indicator
yang mencerminkan kondisi mortalitas (kematian), status gizi dan morbiditas
(kesakitan). Pada bagian ini, derajat kesehatan masyarakat di Indonesia digambarkan
melalui Angka Mortalitas; terdiri atas Angka Kematian Bayi (AKB), Angka Kematian
Balita (AKABA), dan Angka Kematian Ibu (AKI), Angka Morbiditas; angka kesakitan
beberapa penyakit serta Status Gizi pada balita dan dewasa.
A. MORTALITAS / KEMATIAN
Mortalitas dapat dijelaskan sebagai kejadian kematian pada suatu masyarakat
dari waktu ke waktu dan tempat tertentu yang dapat menggambarkan status
kesehatan masyarakat secara kasar, kondisi/ tingkat permasalahan kesehatan,
kondisi lingkungan fisik dan biologik secara tidak langsung. Selain itu dapat pula
digunakan sebagai indikator dalam penilaian keberhasilan pelayanan kesehatan dan
program pembangunan kesehatan.
1. Kematian Bayi dan Balita
Seperti diketahui bahwa angka kematian bayi adalah jumlah penduduk yang
meninggal sebelum mencapai usia 1 tahun yang dinyatakan dalam 1.000 kelahiran
hidup pada tahun yang sama. Usia bayi merupakan kondisi yang rentan baik
terhadap kesakitan maupun kematian. Pada tahun 2013, berdasarkan hasil laporan
kegiatan sarana pelayanan kesehatan, jumlah kematian bayi yang terjadi di Kota
Semarang sebanyak 251 dari 26.547 kelahiran hidup (laporan Puskesmas), sehingga
didapatkan Angka Kematian Bayi (AKB) sebesar 9,5 per 1.000 KH. Berdasarkan
pencapaian tersebut maka terdapat penurunan dari tahun sebelumnya. Jika
dibandingkan dengan target MDGs dimana tahun 2015 target AKB sebesar 23 per
1.000 KH, maka AKB Kota Semarang telah dibawah target.
SITUASI DERAJAT KESEHATAN KOTA SEMARANG
BAB
III
Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 201
Angka Kematian Balita (AKBa
mencapai usia 5 tahun yang
AKBa merepresentasikan risiko terjadinya kematian pada fase antara kelahiran dan
sebelum umur 5 tahun. Berdasarkan data
Semarang Tahun 2013 sebanyak
Puskesmas), sehingga diperoleh Angka Kematian Balita (
sebesar 11,3 per 1.000 KH. Jika dibandingkan dengan target MDGs yang menetapkan
bahwa AKBa tahun 2015 sebesar 32 per 1.000 KH, maka AK
dibawah target.
Gambar 3.1 Grafik
Sumber: Seksi anak & remaja Bidang Kesga
Berbagai faktor dapat menyebabk
antaranya pemerataan pelayanan kesehatan berikut fasilitasnya. Hal itu d
AKB & AKBa sangat sensitive terhadap perbaikan pelayanan kesehatan. Selain itu,
perbaikan kondisi ekonomi yang tercermin dengan pendapatan masyarakat yang
meningkat juga dapat berkontribusi melalui perbaikan gizi yang berdampak positif
pada daya tahan bayi terhadap infeksi penyakit.
2. Kematian Ibu Maternal (AKI)
Angka Kematian Ibu (AKI) juga menjadi salah satu indikator penting dari
derajat kesehatan masyarakat. AKI menggambarkan jumlah wanita yang meninggal
dari suatu penyebab kematian terkait
16.8
3.5
0
5
10
15
20
2010
Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 2013
Angka Kematian Balita (AKBa) adalah jumlah anak yang meninggal sebelum
mencapai usia 5 tahun yang dinyatakan sebagai angka per 1.000 kelahiran hidup.
merepresentasikan risiko terjadinya kematian pada fase antara kelahiran dan
sebelum umur 5 tahun. Berdasarkan data kasus kematian Anak Balita di Kota
sebanyak 299 anak dari 26.547 kelahiran hidup
Puskesmas), sehingga diperoleh Angka Kematian Balita (AKBa) Kota Semarang
Jika dibandingkan dengan target MDGs yang menetapkan
tahun 2015 sebesar 32 per 1.000 KH, maka AKBa Kota Semarang tel
Grafik Perkembangan AKB & AKBa Kota Semarang
Sumber: Seksi anak & remaja Bidang Kesga
Berbagai faktor dapat menyebabkan adanya penurunan AKB & AK
antaranya pemerataan pelayanan kesehatan berikut fasilitasnya. Hal itu disebabkan
sangat sensitive terhadap perbaikan pelayanan kesehatan. Selain itu,
perbaikan kondisi ekonomi yang tercermin dengan pendapatan masyarakat yang
meningkat juga dapat berkontribusi melalui perbaikan gizi yang berdampak positif
tahan bayi terhadap infeksi penyakit.
Kematian Ibu Maternal (AKI)
Angka Kematian Ibu (AKI) juga menjadi salah satu indikator penting dari
derajat kesehatan masyarakat. AKI menggambarkan jumlah wanita yang meninggal
dari suatu penyebab kematian terkait dengan gangguan kehamilan atau
12.110.7
9.5
2.7 1.6 1.8
14.912.3
11.3
2011 2012 2013
AK Bayi
AK Anak Balita
AK Balita
17
) adalah jumlah anak yang meninggal sebelum
a per 1.000 kelahiran hidup.
merepresentasikan risiko terjadinya kematian pada fase antara kelahiran dan
Balita di Kota
kelahiran hidup (laporan
) Kota Semarang
Jika dibandingkan dengan target MDGs yang menetapkan
Kota Semarang telah
Kota Semarang
an adanya penurunan AKB & AKBa, di
isebabkan
sangat sensitive terhadap perbaikan pelayanan kesehatan. Selain itu,
perbaikan kondisi ekonomi yang tercermin dengan pendapatan masyarakat yang
meningkat juga dapat berkontribusi melalui perbaikan gizi yang berdampak positif
Angka Kematian Ibu (AKI) juga menjadi salah satu indikator penting dari
derajat kesehatan masyarakat. AKI menggambarkan jumlah wanita yang meninggal
dengan gangguan kehamilan atau
AK Anak Balita
18
Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 2013
penanganannya (tidak termasuk kecelakaan atau kasus insidentil) selama kehamilan,
melahirkan dan dalam masa nifas (42 hari setelah melahirkan) tanpa
memperhitungkan lama kehamilan per 100.000 kelahiran hidup. AKI juga dapat
digunakan dalam pemantauan kematian terkait dengan kehamilan. Indikator ini
dipengaruhi status kesehatan secara umum, pendidikan dan pelayanan selama
kehamilan dan melahirkan. Sensitivitas AKI terhadap perbaikan pelayanan kesehatan
menjadikannya indikator keberhasilan pembangunan sektor kesehatan.
Berdasarkan laporan Puskesmas jumlah kematian ibu maternal di Kota
Semarang pada tahun 2013 sebanyak 29 kasus dari 26.547 jumlah kelahiran hidup
atau sekitar 109,2 per 100.000 KH menurun jika dibandingkan dengan tahun 2012
yaitu 29 kasus dari 27.448 jumlah kelahiran hidup atau sekitar 77,5 per 100.000
Sumber: Seksi Ibu & Lansia, Bidang Kesga
73.8
119.9
77.5
109.2
1931
22 29
2010 2011 2012 2013
Angka kematian ibu maternal Jumlah kematian ibu maternal
Gambar 3.2 Grafik Tren Angka Kematian Ibu Maternal & Jumlah kematian ibu maternal Kota Semarang
Tahun 2010 – 2013
Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 201
Gambar 3.3
Sebanyak 24 kasus merupakan kematian ibu maternal pada masa
kemudian pada waktu persalinan sebanyak
Sumber: Seksi Ibu & Lansi Bidang Kesga
Sebagai upaya untuk menurunkan Angka Kematian Ibu (AKI), telah
dilaksanakan berbagai pelatihan peningkatan kualitas pe
anak diantaranya Pelatihan Asuhan Persalihan Normal (APN) yang merupakan
Gambar 3.
Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 2013
Gambar 3.3 Peta Sebaran Kasus Kematian Ibu Th 2013
kasus merupakan kematian ibu maternal pada masa
pada waktu persalinan sebanyak 0 kasus dan masa kehamilan 5 kasus
Sumber: Seksi Ibu & Lansi Bidang Kesga
Sebagai upaya untuk menurunkan Angka Kematian Ibu (AKI), telah
dilaksanakan berbagai pelatihan peningkatan kualitas pelayanan kesehatan ibu dan
anak diantaranya Pelatihan Asuhan Persalihan Normal (APN) yang merupakan
Gambar 3.4 Grafik Waktu Kejadian Kematian Ibu Maternal
Nifas83%
Hamil17%
Bersalin0%
19
kasus merupakan kematian ibu maternal pada masa nifas,
kasus.
Sebagai upaya untuk menurunkan Angka Kematian Ibu (AKI), telah
layanan kesehatan ibu dan
anak diantaranya Pelatihan Asuhan Persalihan Normal (APN) yang merupakan
Grafik Waktu Kejadian Kematian Ibu Maternal
20
Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 2013
standar pertolongan persalinan dan pendampingan persalinan dukun bayi oleh
tenaga kesehatan, Pelayanan Obstetri dan Neonatal Emergensi Dasar (PONED) dan
Pelayanan Obstetri dan Neonatal Emergensi Komprehensif (PONEK) serta yang
lainnya.
Sumber: Seksi Ibu & Lansia Bidang Kesga
B. STATUS GIZI BAYI & BALITA
Perkembangan keadaan gizi masyarakat dapat dipantau melalui hasil
pencatatan dan pelaporan program perbaikan gizi masyarakat yang tercermin dalam
hasil penimbangan bayi dan balita setiap bulan di posyandu. Menurut laporan
puskesmas pada tahun 2013 di Kota Semarang menunjukkan jumlah Bayi Lahir Hidup
sebanyak 26.547 bayi dan jumlah Balita yang ada (S) sebesar 108.570 anak.
Untuk kasus bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) pada tahun 2013
yaitu sebanyak 288 bayi (1,1%) yang terdiri dari 127 bayi laki-laki dan 161 bayi
perempuan.
Sedangkan jumlah Balita yang datang dan ditimbang (D) di posyandu dari
seluruh balita yang ada yaitu sejumlah 86.515 balita (79,7%) dengan rincian jumlah
balita yang naik berat badannya sebanyak 69.080 anak (79,8%) dan Bawah Garis
Merah (BGM) sebanyak 1.502 anak (1,7%), data selengkapnya pada tabel 44.
Gambar 3.5 Grafik Kematian Ibu Maternal Berdasarkan Penyebab Kematian Kota Semarang Tahun 2013
Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 201
Permasalahan gizi yang masih tetap ada dan jumlah cenderung bertambah
adalah masalah gizi kurang dan gizi buruk. Kurang gizi sangat dipengaruhi oleh
pengetahuan masyarakat yang kurang, keadaan sosial ekonomi dan kejadian
penyakit.
Dari tabel diatas tahun 2013
mengalami penurunan dari tahun lalu yang berjumlah
gizi buruk tersebut juga telah dilakukan intervensi khususnya upaya perbaikan gizi
masyarakat dalam bentuk kegiatan pemberian PMT pemulihan selama 180 hari,
perawatan serta pengobatan baik di puskesmas maupun di Rumah Sakit dengan
bantuan dana program Asuransi Kesehatan Masyarakat Miskin
(Askeskin)/JAMKESMAS dan APBD II
C. MORBIDITAS
Morbiditas adalah angka kesakitan, dapat berupa angka insiden
angka prevalensi dari suatu penyakit. Morbiditas menggambarkan kejadian penyakit
dalam suatu populasi dan pada kurun waktu tertentu. Morbiditas juga berperan
dalam penilaian terhadap derajat kesehatan masyarakat
Status Gizi
Gizi Lebih
Gizi baikGizi Kurang
Gizi Buruk
Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 2013
Permasalahan gizi yang masih tetap ada dan jumlah cenderung bertambah
adalah masalah gizi kurang dan gizi buruk. Kurang gizi sangat dipengaruhi oleh
pengetahuan masyarakat yang kurang, keadaan sosial ekonomi dan kejadian
Dari tabel diatas tahun 2013 kasus gizi buruk ditemukan sebanyak
dari tahun lalu yang berjumlah 39 kasus. Dari seluruh kasus
gizi buruk tersebut juga telah dilakukan intervensi khususnya upaya perbaikan gizi
masyarakat dalam bentuk kegiatan pemberian PMT pemulihan selama 180 hari,
perawatan serta pengobatan baik di puskesmas maupun di Rumah Sakit dengan
a program Asuransi Kesehatan Masyarakat Miskin
(Askeskin)/JAMKESMAS dan APBD II
orbiditas adalah angka kesakitan, dapat berupa angka insidensi
dari suatu penyakit. Morbiditas menggambarkan kejadian penyakit
pada kurun waktu tertentu. Morbiditas juga berperan
erhadap derajat kesehatan masyarakat di suatu wilayah.
Status Gizi Jumlah Balita
Gizi Lebih 1.806 (2,09%)
Gizi baik 83.814 (96,8%) Gizi Kurang 801 (0,9%)
Gizi Buruk 32 (0,04%)
21
Permasalahan gizi yang masih tetap ada dan jumlah cenderung bertambah
adalah masalah gizi kurang dan gizi buruk. Kurang gizi sangat dipengaruhi oleh
pengetahuan masyarakat yang kurang, keadaan sosial ekonomi dan kejadian
kasus gizi buruk ditemukan sebanyak 32 kasus,
seluruh kasus
gizi buruk tersebut juga telah dilakukan intervensi khususnya upaya perbaikan gizi
masyarakat dalam bentuk kegiatan pemberian PMT pemulihan selama 180 hari,
perawatan serta pengobatan baik di puskesmas maupun di Rumah Sakit dengan
a program Asuransi Kesehatan Masyarakat Miskin
si maupun
dari suatu penyakit. Morbiditas menggambarkan kejadian penyakit
pada kurun waktu tertentu. Morbiditas juga berperan
Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 201
1. Pola 10 Besar Penyakit Rumah Sakit
Sumber: bidang pelayanan kesehatan DKK
2. Pola 10 Besar Penyakit Puskesmas
Sumber: bidang pelayanan kesehatan DKK
Infeksi akut lain pd Saluran napas (J06)
Jantung Hipertensi (I11)
Gangguan Otot yang Lain (M62)
Gastritis & Duodenitis (K29)
Diabetes Melitus tdk tergantung insulin (E11)
Penyakit Pulpa & Peripikal (K02)
Sindrom Nyeri Kepala lainnya (G44)
Diare & Gastroenteritis Akut (A09)
Demam Tifoid dan Paratifoid (A01)
Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 2013
Pola 10 Besar Penyakit Rumah Sakit
Sumber: bidang pelayanan kesehatan DKK
uskesmas
Sumber: bidang pelayanan kesehatan DKK
34566
30259
15466
14220
13913
13414
10193
9433
8085
Infeksi akut lain pd Saluran napas (J06)
Jantung Hipertensi (I11)
Faringitis Akut (J02)
Gangguan Otot yang Lain (M62)
Gastritis & Duodenitis (K29)
Diabetes Melitus tdk tergantung insulin (E11)
Penyakit Pulpa & Peripikal (K02)
Sindrom Nyeri Kepala lainnya (G44)
Diare & Gastroenteritis Akut (A09)
Demam Tifoid dan Paratifoid (A01)
JENIS PENYAKIT DI PUSKESMAS
22
85125
23
Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 2013
3. Penyakit Menular
a. Tuberkulosis Paru
Kasus Penderita
Di tahun 2013 penemuan kasus TB-Paru BTA (+) di Kota Semarang baru
mencapai 69,5% (1.120 kasus dari 1.612 kasus BTA (+) yang ditargetkan) dari target
penemuan 70 %. Angka kesembuhan tahun 2013 sebesar 55,7 % dari 85 % angka
kesembuhan yang ditargetkan. Hal ini masih jauh dari target nasional. Sedangkan
penemuan kasus TB Anak di tahun 2013 sejumlah 167 kasus, jumlah tersebut
menurun lebih dari 50 % dibandingkan dengan penemuan kasus di tahun 2012.
Gambar 3.6 Grafik Penemuan kasus TB Paru Kota Semarang th 2009 s.d 2013
Gambar 3.7 Grafik Penemuan kasus TB Paru Anak & TB Paru Ekstra Th 2009 - 2013
Sumber: Seksi P2ML Bidang P2P
2009 2010 2011 2012 2013
Suspect 8003 11047 15001 11724 12464
Tgt BTA (+) 1557 1612 1612 1612 1612
BTA (+) 793 879 989 1132 1120
BTA (-) 892 1051 1240 1034 1434
Tgt Suspect 15570 16120 16120 16120 16120
02000400060008000
1000012000140001600018000
2009 2010 2011 2012 2013
TB-EP 67 146 186 225 333
TB-Anak 771 371 356 359 167
0
200
400
600
800
1000
TB-EP
TB-Anak
Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 201
Gambar 3.8 Grafik P
Gambar 3.9 Grafik Penemuan Penderita TB Paru Kota Semarang 2009
Prosentase penemuan penderita baru B
6,50% mengalami peningkatan
Hal ini menunjukkan hasil dari kegiatan kontak serumah serta pencatatan dan
pelaporan yang lebih baik.
Gambar 3.10 Grafik Kasus TB Paru berdasarkan Jenis Kelamin & Kelompok
495, 44%
Pria Wanita
50 %
0
20
40
60
80
2009
Suspect(x 1000)
Persen (%)
Target Suspect(x 1000)
Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 2013
Grafik Penemuan Suspek TB Paru Tahun 2009 - 2013
Penemuan Penderita TB Paru Kota Semarang 2009
Prosentase penemuan penderita baru BTA Positif tahun 2012 mencapai
0% mengalami peningkatan 0,5% bila dibandingkan tahun 2011 sebesar
Hal ini menunjukkan hasil dari kegiatan kontak serumah serta pencatatan dan
Grafik Kasus TB Paru berdasarkan Jenis Kelamin & Kelompok
Usia Tahun 2013
625, 56%
Wanita
53%61%
70%
2010 2011 2012
2009 2010 2011 2012 2013
8.003 11.047 15.001 11.724 12.464
51.4 68.5 93.1 72.7
Target Suspect(x 1000) 15.567 16.12 16.12 16.12 16.12
51.468.5
93.172.7
0
20
40
60
80
100
24
2013
Penemuan Penderita TB Paru Kota Semarang 2009 - 2013
TA Positif tahun 2012 mencapai
2011 sebesar 70%.
Hal ini menunjukkan hasil dari kegiatan kontak serumah serta pencatatan dan
Grafik Kasus TB Paru berdasarkan Jenis Kelamin & Kelompok
69,5%
2013
2013
12.464
77.3
16.12
77.3
25
Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 2013
Penderita TB BTA (+) tahun 2013, persentase TB-Paru pada laki-laki (56 %)
lebih besar dari pada perempuan (44 %), meskipun kejadian TB-Paru pada jenis
kelamin perempuan mengalami kenaikan sebesar 2 %. Hai ini disebabkan karena
(fakta kwalitatif) pada laki-laki lebih intens kontak dengan faktor risiko dan kurang
peduli terhadap aspek pemeliharaan kesehatan individu dibandingkan dengan
wanita. Sedangkan menurut golongan umur Penderita TB terbanyak pada golongan
umur 25-34 th sebanyak 241 kasus ( 23%), namun juga menunjukkan bahwa
penularan TB masih berlangsung disegala usia.
Gambar 3.11 Grafik 10 besar CDR Puskesmas Tahun 2013
Sumber: Seksi P2ML bidang P2P
Berdasarkan 70 % penemuan kasus (case detection rate = CDR) TB BTA Positif
dicapai oleh 4 (empat) puskesmas. Tertinggi di capai oleh Puskesmas Mangkang yaitu
118,2 % (13 kasus dari target 11 kasus TB BTA Positif), ke dua disusul oleh
Puskesmas Karangdoro yaitu 100 % (22 kasus dari 22 kasus BTA (+) yang ditargetkan)
ke tiga oleh Puskesmas Genuk sebesar 93,3 % (28 kasus dari 30 kasus BTA (+) yang
ditargetkan. Hal ini disebabkan oleh karena kurang aktifnya petugas dalam
pemberdayaan masyarakat di wilayahnya.
TB Paru MDR (Multiple Drug Resistant)
Sampai saat ini di Kota Semarang telah tercatat 12 (dua belas) kasus TB-Paru MDR, 6
(enam) kasus diantaranya aktif mendapatkan pengobatan lanjutan di puskesmas-
118.2100.0 93.3 91.9
62.9 58.1 58.1 55.0 55.0 54.2
0.0
50.0
100.0
150.0
CDR
KASUS
26
Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 2013
puskesmas, 1 (satu) kasus putus obat atas permintaan sendiri setelah + 2 (dua) bulan
pegobatan, 1 (satu) kasus menolak pengobatan sejak awal dan 4 kasus diantaranya
belum mendapatkan penanganan dan pengobatan dari RSUP dr. Kariadi Semarang
sebagai rumah sakit rujukan. Terdapat pula 12 suspek yang tersebar di wilayah kerja
puskesmas Kota Semarang.
Angka Konversi
Angka konversi di tahun 2013 sampai tribulan 4 sebesar 56.7 % (635 dari
1120 BTA (+)) mengalami penurunan sebesar 15.3 % dibandingkan pada tahun 2012
(72 %), hal ini dikarenakan penderita yang diobati teratur minum obat dan
pemeriksaan follow up bulan ke dua belum dilaksanakan secara teratur.
Gambar 3.12 Grafik Angka konversi TB BTA (+) tahun 2009 - 2013
Sumber: Seksi P2ML Bidang P2P
Angka kesembuhan (Cure Rate)
Angka kesembuhan tahun 2012 sebesar 55,7 % ( 631 kasus dinyatakan
sembuh dari total kasus 1.132 yang diobati), ini berarti telah terjadi penurunan 7,3 %
dibandingkan angka kesembuhan di tahun 2011 (63 %), namun belum mencapai
target nasional yang 85%, hal ini disebabkan masih ada follow up akhir pengobatan
yang tidak dilakukan oleh petugas kesehatan, yang sebagian besar adalah kasus TB
yang diobati di Rumah sakit.
2009 2010 2011 2012 2013
Konversi 70 86 75 72 56.7
Target Konversi 80 80 80 80 80
0
20
40
60
80
100
Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 201
Gambar 3.13 Grafik Angka kesembuhan TB Paru BTA (+) Tahun 2013
Sumber: Seksi P2ML Bidang P2P
b. HIV / AIDS
Sebelum memasuki fase AIDS, penderita terlebih dulu dinyatakan sebagai HIV
positif. Jumlah HIV positif yang ada di masyarakat
yaitu pada layanan Voluntary, Counseling, and Testing (VCT), sero survey, dan survei
Terpadu Biologis dan Perilaku (STBP).
Gambar 3.14 Grafik Tren Kasus HIV Kota Semarang 1995
Jumlah penemuan kasus pad
Data diatas merupakan data kasus HIV yang ditemukan di Kota Semarang dari
2008
Kesembuhan 63
Target Kesembuhan 85
0
20
40
60
80
100
Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 2013
Grafik Angka kesembuhan TB Paru BTA (+) Tahun 2013
Sumber: Seksi P2ML Bidang P2P
Sebelum memasuki fase AIDS, penderita terlebih dulu dinyatakan sebagai HIV
positif. Jumlah HIV positif yang ada di masyarakat dapat diketahui melalui 3 metode,
yaitu pada layanan Voluntary, Counseling, and Testing (VCT), sero survey, dan survei
Terpadu Biologis dan Perilaku (STBP).
Grafik Tren Kasus HIV Kota Semarang 1995 - 2013
Jumlah penemuan kasus pada tahun 2013 yaitu sebesar 430 kasus (17,3%).
Data diatas merupakan data kasus HIV yang ditemukan di Kota Semarang dari
2008 2009 2010 2011 2012
63 66 66 63 55.7
85 85 85 85
27
Grafik Angka kesembuhan TB Paru BTA (+) Tahun 2013
Sebelum memasuki fase AIDS, penderita terlebih dulu dinyatakan sebagai HIV
dapat diketahui melalui 3 metode,
yaitu pada layanan Voluntary, Counseling, and Testing (VCT), sero survey, dan survei
2013
a tahun 2013 yaitu sebesar 430 kasus (17,3%).
Data diatas merupakan data kasus HIV yang ditemukan di Kota Semarang dari
2012
55.7
85
Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 201
laporan klinik VCT, sehingga bukan hanya warga Kota Semarang namun juga luar
wilayah Kota Semarang. Sedangkan data untuk kasus HIV tahu
Semarang saja sebanyak 174 orang, dengan kondisi 75 orang sudah pada stadium
AIDS.
Gambar 3.15
Sumber: Seksi P2ML Bidang P2P
Berdasarkan grafik pie diatas terlihat bahwa selama tahun 1995
HIV lebih banyak diderita oleh la
perempuan. Namun demikian
perbandingannya adalah 55% dan 45%. Artinya bahwa kasus HIV juga sudah banyak
menyerang kaum perempuan, terutama ibu
perhatian khusus karena ibu hamil yang terinfeksi HIV dapat menularkan kepada
anaknya.
47%
Kumulatif Kasus HIV Tahun 1995 - 2013* (Laporan Klinik VCT)
di Kota SemarangBerdasarkan Jenis Kelamin
Laki
Perempuan
Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 2013
laporan klinik VCT, sehingga bukan hanya warga Kota Semarang namun juga luar
wilayah Kota Semarang. Sedangkan data untuk kasus HIV tahun 2013 untuk Kota
Semarang saja sebanyak 174 orang, dengan kondisi 75 orang sudah pada stadium
Gambar 3.15 Grafik Kasus HIV Kota Semarang
Sumber: Seksi P2ML Bidang P2P
Berdasarkan grafik pie diatas terlihat bahwa selama tahun 1995 – 2012 kasu
HIV lebih banyak diderita oleh laki-laki yaitu sebesar 55% dibandingkan dengan
Namun demikian antara laki-laki dan perempuan yang terinfeksi HIV
55% dan 45%. Artinya bahwa kasus HIV juga sudah banyak
puan, terutama ibu-ibu rumah tangga sehingga perlu
perhatian khusus karena ibu hamil yang terinfeksi HIV dapat menularkan kepada
53%
HIV *
(Laporan Klinik VCT)
Berdasarkan Jenis Kelamin
Laki-laki
Perempuan
45%55%
Kasus HIV Tahun 2013(Laporan Klinik VCT)
di Kota SemarangBerdasarkan Jenis Kelamin
Laki
Perempuan
28
laporan klinik VCT, sehingga bukan hanya warga Kota Semarang namun juga luar
n 2013 untuk Kota
Semarang saja sebanyak 174 orang, dengan kondisi 75 orang sudah pada stadium
2012 kasus
ingkan dengan
laki dan perempuan yang terinfeksi HIV
55% dan 45%. Artinya bahwa kasus HIV juga sudah banyak
ibu rumah tangga sehingga perlu
perhatian khusus karena ibu hamil yang terinfeksi HIV dapat menularkan kepada
%
Berdasarkan Jenis Kelamin
Laki-laki
Perempuan
Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 201
Gambar 3.1
Sumber: Seksi P2ML Bidang P2P
Berdasarkan grafik diatas dap
kelompok umur 25-49 tahun paling besar terinfeksi HIV dengan total sebanyak 1.122
kasus dan yang terendah adalah kelompok umur 5
Gambar 3.17 Peta
Sumber: Seksi P2ML Bidang P2P
<4
2010 12
2011 26
2012 15
2013 14
0200400600800
10001200
(Laporan Klinik VCT) di Kota Semarang
Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 2013
Gambar 3.16 Grafik Kasus HIV Berdasar Kelompok Umur
Sumber: Seksi P2ML Bidang P2P
Berdasarkan grafik diatas dapat diketahui selama tahun 2010
49 tahun paling besar terinfeksi HIV dengan total sebanyak 1.122
kasus dan yang terendah adalah kelompok umur 5 – 14 tahun.
Peta Penemuan Kasus HIV Per Kecamatan 2011 -2013
P2ML Bidang P2P
5-14 15-19 20-24 25-49 ≥50
3 6 27 141 12
6 3 64 280 19
4 10 43 410 34
5 13 51 291 34
Kasus HIV Tahun 2010-2013 (Laporan Klinik VCT) di Kota Semarang
Berdasarkan Kelompok Umur
29
Grafik Kasus HIV Berdasar Kelompok Umur
at diketahui selama tahun 2010 – 2013
49 tahun paling besar terinfeksi HIV dengan total sebanyak 1.122
-2013
≥50
12
19
34
34
Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 201
Berdasarkan gambar peta diatas dapat diketahui sebaran
tahun 2011-2013 di Kota Semarang sudah tersebar di seluruh kecamatan,
berdasarkan data Kecamatan tertinggi kasus HIV adalah Kecamatan
yaitu sebanyak 46 kasus, sedangkan kasus terendah di
sebanyak 7 kasus.
Gambar 3.18 Kumulatif Kasus AIDS Kota Semarang 1998
Sumber: Seksi P2ML Bidang P2P
Berdasarkan grafik diatas dapat diketahui pada tahun 2012 jumlah kasus AIDS
di Kota Semarang yaitu sebanyak
sebesar 104 kasus, dan meninggal sebanyak 12 orang. Dapat diketahui jumlah
kematian akibat AIDS pada tahun 201
dibanding tahun 2012. Sedangkan kumulatif kasus
dengan tahun 2013 yaitu sebanyak
1998 1999 2000 2001
Kasus AIDS 1 0 1
Kematian 0 0 0
Kumulatif 1 1 2
1 1 2
0
50
100
150
200
250
300
350
400
450
Kumulatif Kasus
Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 2013
Berdasarkan gambar peta diatas dapat diketahui sebaran kasus HIV selama
di Kota Semarang sudah tersebar di seluruh kecamatan,
berdasarkan data Kecamatan tertinggi kasus HIV adalah Kecamatan Semarang Utara
asus, sedangkan kasus terendah di Kecamatan Tugu
Kumulatif Kasus AIDS Kota Semarang 1998 - 2013
Sumber: Seksi P2ML Bidang P2P
Berdasarkan grafik diatas dapat diketahui pada tahun 2012 jumlah kasus AIDS
g yaitu sebanyak 75 kasus, meningkat dibandingkan tahun 201
kasus, dan meninggal sebanyak 12 orang. Dapat diketahui jumlah
tian akibat AIDS pada tahun 2013 mengalami penurunan yaitu
. Sedangkan kumulatif kasus AIDS dari tahun 1998 sampai
yaitu sebanyak 414 kasus.
2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012
1 1 1 7 11 25 33 15 19 61 59 104
0 0 1 1 3 9 5 4 2 5 10 12
3 4 5 12 23 48 81 96 115 176 235 339
3 4 5 12 2348
8196
115
176
235
339
Kasus AIDS Tahun 1998 - Desember 2013* di Kota Semarang
30
kasus HIV selama
di Kota Semarang sudah tersebar di seluruh kecamatan,
Semarang Utara
Tugu yaitu
Berdasarkan grafik diatas dapat diketahui pada tahun 2012 jumlah kasus AIDS
bandingkan tahun 2012
kasus, dan meninggal sebanyak 12 orang. Dapat diketahui jumlah
yaitu 7 orang,
AIDS dari tahun 1998 sampai
2012 2013 Total
104 75 414
12 7 59
339 414
339
414
Desember 2013*
Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 201
Gambar 3.19 Peta Kasus Penderita AIDS Per Kecamatan Tahun 2013
Peta diatas menunjukkan penyebaran kasus AIDS DI Kota Semarang tahun
2013 hampir mencapai seluruh kecamatan di Kota Semarang. Pada tahun 2013 tidak
ditemukan kasus AIDS baru di Kecamatan Candisari dan Kecamatan Gunungpati,
Kecamatan yang mempunyai kasus rendah (1
Kec. Mijen, Kec. Banyumanik, Kec. Temb
Kec. Semarang Selatan, Kec. Semarang Tengah. . Sedangkan kecamatan yang
memiliki kasus AIDS yang tinggi yaitu Kecamatan Semarang Utara,Kec. Genuk, Kec
Gayamsari, Kec. Semarang Barat, Kec. Semarang Timur.
Berbagai upaya penanganan terhadap kasus HIV / AIDS di kota semarang
telah dilakukan. Berkaitan dengan penanganan ODHA
memenuhi syarat ARV Tahun 2013 sebesar 2.095 orang. Sedangkan kumulatif ODHA
yang pernah diberi ARV di Kota Semarang sa
Persentase ODHA yang mendapatkan layanan CST sebesar 90,97%.
Selanjutnya pada bulan September 201
mengadakan pelatihan Layanan Komprehensif Berkesinambungan yang lebih sering
Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 2013
Peta Kasus Penderita AIDS Per Kecamatan Tahun 2013
Sumber: Seksi P2ML Bidang P2P
Peta diatas menunjukkan penyebaran kasus AIDS DI Kota Semarang tahun
capai seluruh kecamatan di Kota Semarang. Pada tahun 2013 tidak
ditemukan kasus AIDS baru di Kecamatan Candisari dan Kecamatan Gunungpati,
Kecamatan yang mempunyai kasus rendah (1 – 5) yaitu; Kec. Tugu, Kec. Ngaliyan,
Kec. Mijen, Kec. Banyumanik, Kec. Tembalang, Kec. Pedurungan, Kec. Gajahmungkur,
Kec. Semarang Selatan, Kec. Semarang Tengah. . Sedangkan kecamatan yang
memiliki kasus AIDS yang tinggi yaitu Kecamatan Semarang Utara,Kec. Genuk, Kec
Gayamsari, Kec. Semarang Barat, Kec. Semarang Timur.
upaya penanganan terhadap kasus HIV / AIDS di kota semarang
telah dilakukan. Berkaitan dengan penanganan ODHA jumlah kumulatif ODHA yang
memenuhi syarat ARV Tahun 2013 sebesar 2.095 orang. Sedangkan kumulatif ODHA
yang pernah diberi ARV di Kota Semarang sampai tahun 2013 sebanyak 1.873 orang.
Persentase ODHA yang mendapatkan layanan CST sebesar 90,97%.
jutnya pada bulan September 2013, Dinas Kesehatan Kota Semarang
mengadakan pelatihan Layanan Komprehensif Berkesinambungan yang lebih sering
31
Peta Kasus Penderita AIDS Per Kecamatan Tahun 2013
Peta diatas menunjukkan penyebaran kasus AIDS DI Kota Semarang tahun
capai seluruh kecamatan di Kota Semarang. Pada tahun 2013 tidak
ditemukan kasus AIDS baru di Kecamatan Candisari dan Kecamatan Gunungpati,
5) yaitu; Kec. Tugu, Kec. Ngaliyan,
alang, Kec. Pedurungan, Kec. Gajahmungkur,
Kec. Semarang Selatan, Kec. Semarang Tengah. . Sedangkan kecamatan yang
memiliki kasus AIDS yang tinggi yaitu Kecamatan Semarang Utara,Kec. Genuk, Kec
upaya penanganan terhadap kasus HIV / AIDS di kota semarang
jumlah kumulatif ODHA yang
memenuhi syarat ARV Tahun 2013 sebesar 2.095 orang. Sedangkan kumulatif ODHA
mpai tahun 2013 sebanyak 1.873 orang.
, Dinas Kesehatan Kota Semarang
mengadakan pelatihan Layanan Komprehensif Berkesinambungan yang lebih sering
Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 201
disingkat dengan LKB. Yang dimaksud dengan layanan komprehensif adalah upaya
yang meliputi upaya promotif preventif,
semua bentuk layanan HIV dan IMS. Berikut ini bagan jenis layanan LKB :
Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 2013
engan LKB. Yang dimaksud dengan layanan komprehensif adalah upaya
yang meliputi upaya promotif preventif, kuratif, dan rehabilitatif yang mencakup
HIV dan IMS. Berikut ini bagan jenis layanan LKB :
32
engan LKB. Yang dimaksud dengan layanan komprehensif adalah upaya
mencakup
Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 201
c. Pneumonia
Gambar 3.20 Grafik Kasus Pneumoni & Pneumoni Berat th 2006
Sumber: Seksi P2ML Bidang P2P
Jumlah penderita pneumonia <1 th pada tahun 2013 ini mengalami
peningkatan 292 kasus dari 1075 menjadi 1367, penderita pneumonia 1
meningkat 68 kasus dan Pne
meningkat 43 dan 59 kasus.
Gambar 3.21 Grafik Kasus Pneumonia Menurut Kelompok Umur
Sumber: Seksi P2ML Bidang P2P
0500
100015002000250030003500
Pneumonia < 1 Th
Pneumonia 1 - 4 Th
Pneumonia berat < 1Th
Pneumonia berat 1 - 4 Th
KASUS PNEUMONI DAN PNEUMONI BERAT TAHUN 2006
1 - 42,719 47%
> 5 1,148 20%
Kasus Pneumonia Kota SemarangTahun 2013 Menurut Kelompok Umur
Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 2013
Grafik Kasus Pneumoni & Pneumoni Berat th 2006 -
Sumber: Seksi P2ML Bidang P2P
Jumlah penderita pneumonia <1 th pada tahun 2013 ini mengalami
peningkatan 292 kasus dari 1075 menjadi 1367, penderita pneumonia 1
meningkat 68 kasus dan Pneumonia Berat < 1 dan 1-4 tahun masing
Grafik Kasus Pneumonia Menurut Kelompok Umur
Sumber: Seksi P2ML Bidang P2P
2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013
609 1011 1147 1268 1448 1600 1075 1367
1664 2206 2712 3446 3132 2960 3147 3215
3 5 56 45 17 15 18
4 Th 10 8 8 8 11 12 36
KASUS PNEUMONI DAN PNEUMONI BERAT TAHUN 2006 - 2013
< 11,863 33%
Kasus Pneumonia Kota SemarangTahun 2013 Menurut Kelompok Umur
P180539%
Kasus Pneumonia BalitaKota Semarang
Menurut Jenis Kelamin Tahun 2013
33
2013
Jumlah penderita pneumonia <1 th pada tahun 2013 ini mengalami
peningkatan 292 kasus dari 1075 menjadi 1367, penderita pneumonia 1-4 th
4 tahun masing-masing
2013
1367
3215
61
95
KASUS PNEUMONI DAN PNEUMONI BERAT
L277761%
Kasus Pneumonia BalitaKota Semarang
Menurut Jenis Kelamin Tahun 2013
34
Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 2013
Pada tahun 2013 kasus pneumonia balita banyak terjadi pada kelompok
umur 1 – 4 tahun, yaitu sejumlah 2719 kasus ( 47 %) meningkat dibandingkan tahun
sebelumnya. Pada kelompok umur < 1 tahun sejumlah 1.863 kasus ( 33 %).
Menurut jenis kelamin kasus Pneumonia Balita di Kota Semarang tahun 2013 pada
perempuan lebih sedikit dibanding dengan kasus pneumonia balita pada laki – laki
IR pneumonia dan pneumonia berat pada tahun 2013 sebesar 258 per 10.000
balita meningkat dibandingkan tahun 2012 (246/10.000 balita Peningkatan IR
pneumonia berarti jumlah penderita pneumonia dan pneumonia berat yang
ditemukan semakin meningkat, hal ini dipengaruhi oleh peran serta aktif masyarakat
untuk mau membawa balitanya berobat ke Puskesmas dan juga peran aktif petugas
Puskesmas serta kader kesehatan di masyarakat dalam rangka menemukan
penderita pneumonia balita di masyarakat.
Angka kematian (CFR) akibat pneumonia dan pneumonia berat di Kota
Semarang tahun 2013 sebanyak 9 orang sebesar 0.15% (9/5715),dari RS 7 orang
sedangkan di Puskesmas ada 2 kasus pnemonia maupun pneumonia berat yang
meninggal.
Cakupan penemuan penderita pneumonia dan pneumonia berat yang
berobat ke Puskesmas di tahun 2013 sebesar 26% mengalami peningkatan
dibandingkan dengan tahun sebelumnya, dengan kualitas tata laksana penderita
pneumonia dan pneumonia berat adalah 100% dan tidak ada masalah dalam tata
laksananya.
d. Kusta
Capaian kusta di Kota Semarang tahun 2013 sebagai daerah low endemik :
Prevalensi : 0,30 ( target nasional : < 1 / 10.000 penduduk)
CDR : 1,60 ( target nasional : < 5 / 100.000 penduduk)
35
Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 2013
Gambar 3.22 Grafik Penemuan Kusta Kota Semarang th 2001 - 2012
0
5
10
15
20
25
30
35
40
45
2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013PB 1 0 1 0 4 2 7 3 3 1 6 3 5
MB 6 11 10 8 16 12 27 17 24 16 35 41 25
Juml 7 11 11 8 20 14 34 20 27 17 41 44 30
GRAFIK PENEMUAN KUSTA KOTA SEMARANG TAHUN 2001 – 2013
Sumber: Seksi P2ML Bidang P2P
Berdasarkan grafik di atas penemuan kusta di Kota Semarang tahun 2013
berjumlah 30 - menurun dibandingkan dengan tahun 2012 - yang terdiri dari kusta
tipe PB 5 kasus ( 16,66 %), dan kusta tipe MB 25 kasus ( 83,3 %). Prosentase kasus
MB lebih besar dari kasus PB sebagaimana tahun-tahun sebelumnya, sebagaimana
terlihat pada grafik di bawah.
Gambar 3.23 Grafik CDR Kasus Kusta Kota Semarang th 2008 - 2013
GRAFIK CDR KASUS KUSTA KOTA SEMARANG TAHUN 2008 - 2013
0
0,5
1
1,5
2
2,5
2008 2009 2010 2011 2012 2013
1,35
1,8
0,86
2,19 2,34
1,6
36
Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 2013
Gambar 3.24 Grafik Kasus Kusta Berdasar Jenis Kelamin Th 2013
GRAFIK KASUS KUSTA BERDASARKAN JENIS KELAMIN TAHUN 2013
LAKI-LAKI70%
PEREMPUAN30%
Sumber: Seksi P2ML Bidang P2P Berdasarkan jenis kelamin, kusta terdiri atas laki-laki ( 70 % ) dan perempuan ( 30 %).
Gambar 3.25 Grafik Kasus Kusta Berdasarkan Kelompok Umur Th 2013
KASUS KUSTA BERDASARKAN KELOMPOK UMUR KOTA SEMARANG
TAHUN 2013
1 - 15 TH3%
16 - 49 TH67%
> 50 TH30%
Sumber: Seksi P2ML Bidang P2P
Berdasarkan kelompok umur kasus kusta di Kota Semarang tahun 2013
sebagai berikut : tertinggi adalah kategori umur 16 – 49 tahun ( 67 % ), > 50
tahun ( 30 % ), 1 – 15 tahun ( 3 % ). Prosentase tertinggi terdapat pada usia
37
Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 2013
produktif, hal ini dikarenakan pada kelompok umur tersebut mobilitas tinggi,
sehingga kemungkinan tertular kuman Baccilus leprae juga tinggi.
Gambar 3. 26 Grafik Peta Kelurahan Dengan Kasus Kusta Th 2013
Sumber: Seksi P2ML Bidang P2P
Berdasarkan kelurahan kasus kusta tahun 2013 , kasus terbanyak terdapat di
Kelurahan Panggung Kidul (4 kasus), Ngesrep (3 kasus), Bululor (2 kasus),
Karangmalang (2 kasus), Sambirejo (2 kasus), selebihnya kelurahan Bandarharjo,
Banjardowo, Bongsari, Jangli, Karangayu, Kauman, Kembangarum, Kuningan, Miroto,
Padangsari, Plalangan, Purwodinatan, Rowosari, Srondol Kulon, Tambakharjo,
Tlogosari Kulon masing-masing 1 kasus.
Sebagaimana grafik dibawah, RFT Rate MB Kusta semenjak tahun 2003
hingga tahun 2012, mengalami fluktuatif. Tahun 2012 : 62 %, sedangkan tahun
2013 pengobatan masih berjalan.
Tambakharjo
Bandarharjo
Tlogosari Kulon
Ngesrep
Rowosari
Jangli
Banjardowo
SambirejoMiroto
Purwodinatan
Karangayu
Panggung KidulBulu Lor
BongsariKembangarum
Karangmalang
Padangsari
Srondol Kulon
Plalangan
Kasus per KelurahanTidak ada kasusJml kasus : 1 - 2Jml kasus : 3 - 4
PETA KELURAHAN DENGAN KASUS KUSTADI KOTA SEMARANG
TAHUN 2013
38
Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 2013
Gambar 3.27 Grafik Prosentase RFT Rate MB Kusta Th 2003 - 2013
Sumber: Seksi P2ML Bidang P2P
RFT Rate Kusta tipe PB tahun 2013 sebesar 60 %, menurun dibanding tahun
2012 : 67 %. Karena pasien tahun 2013 berobat pada triwulan keempat, sehingga
masih dalam pengobatan saat laporan disusun.
Diagnosa dan pengobatan dini dapat mencegah sebagian besar cacat fisik.
Sebagaimana tujuan utama terapi medik yaitu pengobatan dengan menggunakan
MDT sesuai tipe.Terjadinya cacat pada kusta disebabkan kerusakan fungsi saraf tepi,
baik karena kuman kusta maupun karena peradangan sewaktu keadaan reaksi.
Kecacatan pada penderita kusta di Kota Semarang pada tahun 2013 sebagaimana
dapat dilihat pada grafik di atas adalah berikut : Cacat Tk. I : 7 %, cacat Tk. II : 7 % ,
semua dari pasien kusta tipe MB.
Cacat kusta tingkat 2 tahun 2013 di Kota Semarang sebanyak : 2 kasus ( 6,67
% ). Indikator nasional untuk kecacatan kusta < 5 % dari kasus yang ditemukan.
Dengan demikian kecacatan kusta tingkat 2 di Kota Semarang lebih besar dari
indikator nasional.
PROSENTASE RFT RATE MB KUSTA KOTA SEMARANG TH 2003 - 2013
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013Prosentase 100 92 100 91 81 88 92 87 53 19.51 0
Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 201
e. Diare
Gambar 3.28 Grafik Pender
Sumber: Seksi P2ML Bidang P2P
Penderita Diare dari tahun 200
2013 mengalami penurunan, hal ini disebabkan program cuci tangan pakai sabun
(CTPS) yang sudah di canangkan sud
Tahun 2013 kasus diare menurut golongan umur banyak ditemukan pada golo
umur >5 tahun sebanyak 23.712
1 tahun sejumlah 4.462 kasus (11.5 % )
Grafik 3.29 Grafik Kasus Diare Kota Semarang Menurut Jenis Kelamin
Sumber: Seksi P2ML Bidang P2P
2008 2009
< 1 th 3776 3446
1 - 4 th 8625 7996
> 5 th 19947 18991
Total 32338 30133
0
10000
20000
30000
40000
50000
60000
GRAFIK PENDERITA DIARE MENURUT KELOMPOK UMUR TAHUN 2008
KASUS DIARE KOTA SEMARANG TAHUN 2013
Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 2013
Grafik Penderita Diare Menurut Kelompok Umur
Sumber: Seksi P2ML Bidang P2P
Penderita Diare dari tahun 2008 – 2013 terus meningkat namun pada tahun
mengalami penurunan, hal ini disebabkan program cuci tangan pakai sabun
(CTPS) yang sudah di canangkan sudah diterapkan dalam kegiatan sehari hari.
kasus diare menurut golongan umur banyak ditemukan pada golo
3.712 kasus (62 %) dan terendah pada kelompok umur <
kasus (11.5 % ).
fik Kasus Diare Kota Semarang Menurut Jenis Kelamin
Sumber: Seksi P2ML Bidang P2P
2009 2010 2011 2012 2013
3446 4402 6915 4870 4462
7996 10194 12550 11215 9827
18991 19895 28586 26264 23712
30133 34491 48051 42349 38001
GRAFIK PENDERITA DIARE MENURUT KELOMPOK UMUR TAHUN 2008 - 2013
L17,797
47%
P20,204
53%
KASUS DIARE KOTA SEMARANG TAHUN 2013 MENURUT JENIS KELAMIN
39
terus meningkat namun pada tahun
mengalami penurunan, hal ini disebabkan program cuci tangan pakai sabun
kegiatan sehari hari.
kasus diare menurut golongan umur banyak ditemukan pada golongan
kasus (62 %) dan terendah pada kelompok umur <
fik Kasus Diare Kota Semarang Menurut Jenis Kelamin
Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 201
Berdasarkan grafik di atas, kasus Diare di Kota Semarang tahun 2013 pada
perempuan lebih banyak dibandingkan pada laki
Cakupan pelayanan penderita diare diket
penderita baru dibagi jumlah penduduk dikalikan 1.000. Pada tahun 201
(Incidence Rate) sebesar 23 per 1.000 penduduk, hal ini berarti terjadi penurunan
dibandingkan dengan tahun sebelumnya.
Angka kematian (CFR) dihitung b
akibat penyakit diare yang ber
10.000) dan berdasarkan data yang masuk dapa
tidak ada laporan mengenai penderita diare yang menin
penderita diare yang berobat ke Puskesmas dan yang ditolong kader tidak ada yang
meninggal. Untuk lebih jelasnya berikut ini peta IR diare per Puske
Semarang tahun 2013.
Dari 37 Puskesmas di Kota Semarang yang IR n
(target IR 22/1000 penduduk) ada 12 puskesmas yaitu puskesmas Bugangan 40.2),
Mangkang (39.1), halmahera (38.8), Ngalian (35.3), Ngesrep (30.7), Gunungpati
(27.7), Banget ayu (27.6), Ngemplak simongan (27.2), Lamper
Gambar 3.30 Grafik Cakupan, Kualitas & Tata Laksana Diare Th 2013
0.0
20.0
40.0
60.0
80.0
100.0
Cakupan Pelayanan (%)
Kualitas Tatalaksana (%)
Masalah Tatalaksana (%)
Cakupan ,Kualitas dan Tatalaksana Diare Tahun 2013
Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 2013
Berdasarkan grafik di atas, kasus Diare di Kota Semarang tahun 2013 pada
perempuan lebih banyak dibandingkan pada laki - laki.
Cakupan pelayanan penderita diare diketahui dengan menghitung jumlah
penderita baru dibagi jumlah penduduk dikalikan 1.000. Pada tahun 201
(Incidence Rate) sebesar 23 per 1.000 penduduk, hal ini berarti terjadi penurunan
dibandingkan dengan tahun sebelumnya.
Angka kematian (CFR) dihitung berdasarkan jumlah penderita yang meninggal
akibat penyakit diare yang berobat di Rumah Sakit sebesar 0,06 % (12 / 1.762.942 x
) dan berdasarkan data yang masuk dapat diketahui dari tahun 2005
tidak ada laporan mengenai penderita diare yang meninggal di Puskesmas, berarti
penderita diare yang berobat ke Puskesmas dan yang ditolong kader tidak ada yang
meninggal. Untuk lebih jelasnya berikut ini peta IR diare per Puskesmas di Kota
Dari 37 Puskesmas di Kota Semarang yang IR nya sesuai dan melebihi target
(target IR 22/1000 penduduk) ada 12 puskesmas yaitu puskesmas Bugangan 40.2),
Mangkang (39.1), halmahera (38.8), Ngalian (35.3), Ngesrep (30.7), Gunungpati
(27.7), Banget ayu (27.6), Ngemplak simongan (27.2), Lamper tgh (25.5)
Gambar 3.30 Grafik Cakupan, Kualitas & Tata Laksana Diare Th 2013
2,008 2,009 2,010 2,011 2,012 2,013
6.1 5.4 5.6 31 55 42.0
100 100 100 100 100 100
Masalah Tatalaksana (%) 1 1 2 2 2
Cakupan ,Kualitas dan Tatalaksana Diare Tahun 2013
40
Berdasarkan grafik di atas, kasus Diare di Kota Semarang tahun 2013 pada
ahui dengan menghitung jumlah
penderita baru dibagi jumlah penduduk dikalikan 1.000. Pada tahun 2013 IR
(Incidence Rate) sebesar 23 per 1.000 penduduk, hal ini berarti terjadi penurunan
erdasarkan jumlah penderita yang meninggal
1.762.942 x
t diketahui dari tahun 2005–2013
ggal di Puskesmas, berarti
penderita diare yang berobat ke Puskesmas dan yang ditolong kader tidak ada yang
smas di Kota
ya sesuai dan melebihi target
(target IR 22/1000 penduduk) ada 12 puskesmas yaitu puskesmas Bugangan 40.2),
Mangkang (39.1), halmahera (38.8), Ngalian (35.3), Ngesrep (30.7), Gunungpati
tgh (25.5).
Gambar 3.30 Grafik Cakupan, Kualitas & Tata Laksana Diare Th 2013
2,013
42.0
100
2
41
Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 2013
Cakupan pelayanan penderita diare adalah jumlah penderita diare yang
berobat ke tempat pelayanan kesehatan dibagi dengan jumlah sasaran. Cakupan
pelayanan penderita diare tahun 2013 sebesar 42% . Hal ini bisa diartikan kinerja
petugas Puskesmas lebih baik sehingga kepercayaan masyarakat terhadap pelayanan
puskesmas meningkat jumlah penderita diare yang berobat ke Puskesmas menjadi
semakin banyak jumlahnya. Kualitas tata laksana penderita diare adalah jumlah
penderita yang diberi oralit dibagi dengan jumlah penderita. Kualitas tata laksana
penderita diare pada tahun 2013 sudah 100%, berarti kinerja petugas diare
Puskesmas bisa dikatakan baik karena kualitas tata laksana dalam hal ini adalah
pelayanan pengobatan terhadap penderita diare ke Puskesmas terlayani dengan
baik dan mendapatkan pengobatan yang sesuai.
Masalah tata laksana penderita diare adalah jumlah penderita yang diberi
infus dibagi jumlah penderita. Masalah tata laksana penderita diare di Puskesmas
tahun 2013 adalah 2 %, sama dengan tahun sebelumnya. Hal ini berarti
penanganan penderita diare yang berobat ke Puskesmas ada yang sudah terjadi
dehidrasi sehingga tetap memerlukan cairan infus.
4. Penyakit PD3I
a. Tetanus
Kasus Tetanus Neonatorum (TN) di kota Semarang pada tahun 2013 tidak
ditemukan. Meskipun Cakupan persalinan nakes dan Cakupan TT Bumil sudah
melebihi target, tetapi cakupan TT Bumil tahun 2012 mengalami penurunan yaitu
cakupan TT sebanyak 85%, sedangkan tahun 2011 sebanyak 92,3 %.
42
Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 2013
Gambar 3.31 Grafik Cakupan Imunisasi Bumil & Persalinan Nakes
Sumber: Seksi PP Bidang P2P
b. Difteri
Tahun 2013 kasus difteri Kota Semarang sebanyak 2 kasus, mengalami
penurunan jika dibandingkan dengan tahun 2012 dan tidak ditemukan penderita
meninggal dunia.
Gambar 3.32 Kasus Difteri Kota Semarang Th 2007 - 2013
2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012
Persalinan Nakes 95.27 90.17 92.15 96.7 93.19 96.08 98.2
Target Nas 85 85 90 90 95 93 90
Cak. TT Bumil 92 85 79 71.3 77.4 92.3 85
Target Nas. TT 80 80 80 80 85 85 85
0
20
40
60
80
100
120
Jum
lah
Grafik Cakupan Imunisasi Bumil dan Persalinan Nakes Tahun 2006-2012
2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013
Difteri 26 10 21 6 5 5 2
0
5
10
15
20
25
30
35
Jum
lah
KASUS DIFTERI DI KOTA SEMARANG
TAHUN 2007 - 2013
43
Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 2013
Berdasarkan jenis kelamin, maka kasus ditemukan lebih banyak pada laki-laki,
yaitu sebanyak 1 penderita ( 50 %,) dan perempuan sebanyak 1 penderita ( 50 % ).
Berdasarkan golongan umur kasus terbanyak ditemukan pada umur antara 5-14
tahun yaitu sebanyak 50 %, hal ini berbeda dengan tahun 2011 dimana penderita
terbanyak adalah umur < 1 tahun yaitu sebanyak 65 %.
Penderita difteri menurut tempat wilayah kerja Pukesmas yaitu Puskesmas
Tlogosari Wetan, dan Puskesmas Pandanaran.
Gambar 3.33 Peta KLB Kota Semarang Th 2013
Sumber: Seksi PP Bidang P2P
99 Bandarharjo
Bangetayu
BuganganBulu Lor
Candi Lama
Gayamsari
Genuk
Gunung Pati
Halmahera
Kagok
Karanganyar
Karangayu
Karangdoro
Karangmalang
Kedungmundu
Krobokan
Lamper Tengah
Lebdosari
Mangkang
Manyaran
Mijen
Miroto
NgaliyanNgemplak Simg
Ngesrep
Padangsari
Pandanaran
Pegandan
Poncol
Pudak Payung
Purwoyoso
Rowosari
Sekaran
Srondol
TambakajiTlogosari Kulon
Tlogosari Wetan
Sum2.shpTdk ada kasusAda kasus
NPETA KASUS DIFTERI TH 2012
44
Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 2013
c. Campak
Gambaran secara umum untuk kasus campak dari tahun 2007–2013 dari hasil
laporan mingguan (W2) puskesmas maupun rumah sakit mengalami fluktuatif. Pada
tahun 2013 kasus Campak berjumlah 137 kasus mengalami penurunan dibanding
tahun 2012. Kasus Campak yang ditemukan merupakan kasus Campak klinis (belum
dengan pemeriksaan laboratorium). Sedangkan cakupan imunisasi juga mengalami
fluktuatif walaupun dari tahun ke tahun cakupan selalu diatas target nasional (90%),
seperti terlihat pada grafik dibawah ini :
Gambar 3.34 Grafik Kasus Campak & Cakupan Imunisasi
Sumber: Seksi PP Bidang P2P
Adapun lokasi kasus Campak terbanyak tahun 2013 di kecamatan Ngaliyan
berbeda dengan tahun 2012 kasus Campak terbanyak di kecamatan Gajahmungkur.
2009 2010 2011 2012 2013
Cak. Imun 107 105.5 101.1 114 121.9
Campak 305 426 422 201 137
0
100
200
300
400
500
Axi
s Ti
tle
Kasus Campak & Cakupan Imunisasi Campak th 2009 - 2013
23
2220
12 11 118 7 6 5 4 2 2 2 1 1
0
5
10
15
20
25
Kasus Campak Klinisberdasarkan Kecamatan
tahun 2013
Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 201
Sejak tahun 2010 Surveilans Campak di kota Semarang diilaksanakan
berbasis laboratorium dengan kegiatan CB
tahun 2013 telah dilakukan pemeriksaan Serum kasus klinis Campak di Balai
Laboratorium Kesehatan Yogyakarta.
dikirim ke BLK Yogyakarta , semuanya negative campak.
Cakupan Imunisasi Campak digunakan untuk mengukur tingkat perlindungan
/ efektivitas program. Tahun 2013 cakupan imunisasi campak naik 7,7 % jika
dibandingkan dengan tahun 2012. Hal ini disebabkan karena kesadaran masyarakat
semakin tinggi dalam hal melaksankan Imunis
Gambar 3.35 Grafik Cakupan Campak
Sumber: Seksi PP Bidang P2P
d. Polio
Hasil surveilans AFP
selalu ditemukan kasus AFP. Hal ini disebabkan karena surveilans aktif yang sudah
berjalan cukup baik .Kasus AFP di tahun 201
2009
CAKUPAN 91.6
0102030405060708090
100110120130
Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 2013
Sejak tahun 2010 Surveilans Campak di kota Semarang diilaksanakan
berbasis laboratorium dengan kegiatan CBMS (Case Base Measles Surveilans)
telah dilakukan pemeriksaan Serum kasus klinis Campak di Balai
Laboratorium Kesehatan Yogyakarta. Dari total 42 sampel serum Campak yang
dikirim ke BLK Yogyakarta , semuanya negative campak.
asi Campak digunakan untuk mengukur tingkat perlindungan
/ efektivitas program. Tahun 2013 cakupan imunisasi campak naik 7,7 % jika
dibandingkan dengan tahun 2012. Hal ini disebabkan karena kesadaran masyarakat
semakin tinggi dalam hal melaksankan Imunisasi untuk bayinya.
Gambar 3.35 Grafik Cakupan Campak
Sumber: Seksi PP Bidang P2P
Hasil surveilans AFP di Kota Semarang dari tahun 2007 sampai tahun 201
selalu ditemukan kasus AFP. Hal ini disebabkan karena surveilans aktif yang sudah
up baik .Kasus AFP di tahun 2013 sebanyak 8 kasus.
2009 2010 2011 2012 2013
91.6 107.6 104 114.2 121.9
GRAFIK CAKUPAN CAMPAK
45
Sejak tahun 2010 Surveilans Campak di kota Semarang diilaksanakan
Case Base Measles Surveilans). Pada
telah dilakukan pemeriksaan Serum kasus klinis Campak di Balai
sampel serum Campak yang
asi Campak digunakan untuk mengukur tingkat perlindungan
/ efektivitas program. Tahun 2013 cakupan imunisasi campak naik 7,7 % jika
dibandingkan dengan tahun 2012. Hal ini disebabkan karena kesadaran masyarakat
sampai tahun 2013
selalu ditemukan kasus AFP. Hal ini disebabkan karena surveilans aktif yang sudah
95
46
Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 2013
Gambar 3.36 Grafik Kasus AFP Di Kota Semarang th 2007 - 2013
Sumber: Seksi PP Bidang P2P
Kasus AFP di kota Semarang pada tahun 2013 berada di wilayah kerja
Puskesmas Rowosari, Manyaran, Krobokan, dan Karanganyar.
Gambar 3.37 Peta Kasus AFP Tahun 2013
2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013
AFP 11 14 9 12 13 8 8
0
2
4
6
8
10
12
14
16
Jum
lah
KASUS AFP DI KOTA SEMARANG
TAHUN 2007- 2013
Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 201
Kasus AFP yang ditemukan di kota Semarang tahun 201
yang terdiri dari laki-laki sebanyak
ini tidak berbeda jika dibandingkan dengan tahun 201
daripada perempuan. Dan yang terbanyak pada golongan umur 1
4 orang (50 %).
5. Penyakit Bersumber Binatang
a. Malaria
Malaria merupakan salah satu masalah kesehatan masyaraka
Semarang, angka kesakitan malaria di Semarang dalam kurun wakt
terakhir (2010-2013) menunjukkan trend meningkat, kemungkinan besar penyakit ini
bisa menimbulkan KLB bahkan hingga mewabah apabila tidak dilakukan penanganan
yang memadai.
Situasi angka kesakitan malaria selama tahun 2010
naik, tahun 2010 sebanyak 7 kasus, tahun 2011 sebanyak 14 kasus
sebanyak 20 kasus sedangkan pada tahun 201
2013 dibandingkan dengan
kesembuhan 100%.
Gambar 3.38 Grafik Kasus Malaria Kota Semarang
Sumber: Seksi P2B2 Bidang P2P
Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 2013
Kasus AFP yang ditemukan di kota Semarang tahun 2013 sebanyak 8 kasus,
laki sebanyak 4 orang (50 %) dan perempuan 4 orang (
a dibandingkan dengan tahun 2012 dimana laki-laki lebih banyak
daripada perempuan. Dan yang terbanyak pada golongan umur 1-5 tahun sebanyak
enyakit Bersumber Binatang
Malaria merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat di kota
Semarang, angka kesakitan malaria di Semarang dalam kurun waktu tiga tahun
) menunjukkan trend meningkat, kemungkinan besar penyakit ini
bisa menimbulkan KLB bahkan hingga mewabah apabila tidak dilakukan penanganan
Situasi angka kesakitan malaria selama tahun 2010 – 2013 relatif cenderung
naik, tahun 2010 sebanyak 7 kasus, tahun 2011 sebanyak 14 kasus, tahun 2011
kasus sedangkan pada tahun 2013 sebanyak 17 kasus, dan jika tahun
tahun 2012 terdapat penurunan sebesar 15%
Gambar 3.38 Grafik Kasus Malaria Kota Semarang
Sumber: Seksi P2B2 Bidang P2P
47
sebanyak 8 kasus,
orang (50 %).Hal
laki lebih banyak
5 tahun sebanyak
t di kota
u tiga tahun
) menunjukkan trend meningkat, kemungkinan besar penyakit ini
bisa menimbulkan KLB bahkan hingga mewabah apabila tidak dilakukan penanganan
relatif cenderung
tahun 2011
kasus, dan jika tahun
%, dengan
Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 201
Penemuan penderita Malaria diwilayah kecamatan kota Semarang
menggunakan indicator Annual Paracite I
per 1.000 penduduk. pada tahun 2013 API kota Semarang sebesar 0,0091 atau turun
0,0019 bila dibandingkan dengan API tahun 2012 bagaimana dapat dilihat pada
grafik berikut
Gambar 3.39 Grafik Annual Paracite Inciden
Sumber: Seksi P2B2 Bidang P2P
Selama empat tahun terakhir (2010
sebanyak 100% adalah kasus import, karena hasil penyelidikan epidemiologi malaria
di kota Semarang sebelum sakit kasus pernah tingg
malaria (Kalimantan, Flores, Papua
Gambar 3.40 Grafik Kasus & Kematian Malaria
Sumber: Seksi P2B2 Bidang P2P
Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 2013
Penemuan penderita Malaria diwilayah kecamatan kota Semarang
menggunakan indicator Annual Paracite Incidence (API) atau angka parasite Malaria
per 1.000 penduduk. pada tahun 2013 API kota Semarang sebesar 0,0091 atau turun
0,0019 bila dibandingkan dengan API tahun 2012 bagaimana dapat dilihat pada
Grafik Annual Paracite Incidence (API) Kota Semarang
Sumber: Seksi P2B2 Bidang P2P
tahun terakhir (2010-2013) kasus malaria kota Semarang
sebanyak 100% adalah kasus import, karena hasil penyelidikan epidemiologi malaria
di kota Semarang sebelum sakit kasus pernah tinggal/bekerja di daerah endemis
Papua, Sumbawa dan Kep. Riau).
Kasus & Kematian Malaria Kota Semarang
Sumber: Seksi P2B2 Bidang P2P
48
Penemuan penderita Malaria diwilayah kecamatan kota Semarang
ncidence (API) atau angka parasite Malaria
per 1.000 penduduk. pada tahun 2013 API kota Semarang sebesar 0,0091 atau turun
0,0019 bila dibandingkan dengan API tahun 2012 bagaimana dapat dilihat pada
ce (API) Kota Semarang
) kasus malaria kota Semarang
sebanyak 100% adalah kasus import, karena hasil penyelidikan epidemiologi malaria
al/bekerja di daerah endemis
Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 201
Dari grafik diatas kasus Malaria meninggal empat tahun terakhir (20
sebanyak 1 kasus, tahun 2010 meninggal 0 kasus, tahun 2011 sebanyak 1 kasus dan
tahun 2012 tidak ada kasus meninggal serta tahun 2013 tidak ada kasus meninggal.
Sedangkan rata-rata kasus Malaria selama tahun 2010
pertahun.
Jumlah API menurut wilayah kecamatan dikota Semarang tahun 2013,
tertinggi adalah kecamatan Tembalang yaitu sebesar 0,003
Kota Semarang 100% API ≤ 1 sebagaimana dapat dilihat pada peta dibawah ini:
Gambar 3.41
Sumber: Seksi P2B2 Bidang P2P
Dari 17 kasus Malaria import kota Semarang tahun 2013 menurut jenis
plasmodium setelah dilakukan pemeriksaan sediaan darah yaitu falsifarum 8
(47.05%) vivaks 6 (35,3%) mixed (11,7%) lainnya 1 (5,88%).
Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 2013
asus Malaria meninggal empat tahun terakhir (20
sebanyak 1 kasus, tahun 2010 meninggal 0 kasus, tahun 2011 sebanyak 1 kasus dan
tahun 2012 tidak ada kasus meninggal serta tahun 2013 tidak ada kasus meninggal.
rata kasus Malaria selama tahun 2010-2013 sebanyak 15 kasus
umlah API menurut wilayah kecamatan dikota Semarang tahun 2013,
tertinggi adalah kecamatan Tembalang yaitu sebesar 0,003 dan semua kelurahan di
≤ 1 sebagaimana dapat dilihat pada peta dibawah ini:
Gambar 3.41 Peta API Kota Semarang tahun 2013
Sumber: Seksi P2B2 Bidang P2P
Dari 17 kasus Malaria import kota Semarang tahun 2013 menurut jenis
plasmodium setelah dilakukan pemeriksaan sediaan darah yaitu falsifarum 8
(47.05%) vivaks 6 (35,3%) mixed (11,7%) lainnya 1 (5,88%).
49
asus Malaria meninggal empat tahun terakhir (2010-2013)
sebanyak 1 kasus, tahun 2010 meninggal 0 kasus, tahun 2011 sebanyak 1 kasus dan
tahun 2012 tidak ada kasus meninggal serta tahun 2013 tidak ada kasus meninggal.
2013 sebanyak 15 kasus
umlah API menurut wilayah kecamatan dikota Semarang tahun 2013,
semua kelurahan di
≤ 1 sebagaimana dapat dilihat pada peta dibawah ini:
Dari 17 kasus Malaria import kota Semarang tahun 2013 menurut jenis
plasmodium setelah dilakukan pemeriksaan sediaan darah yaitu falsifarum 8
50
Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 2013
b. Demam Berdarah
Tahun 2013 jumlah kasus DBD sejumlah 2.364 kasus atau naik 89,11% dari
1.250 kasus pada Tahun 2012. Jumlah Kematian pada Tahun 2013 27 kasus atau naik
22,73% dari Tahun 2012 yang berjumlah 22 kasus, tetapi CFR turun dari 1,80 % pada
Tahun 2012 turun menjadi 1,14 pada Tahun 2013 karena jumlah penderita pada
Tahun 2013 meningkat.
Gambar 3.42 Grafik Perkembangan IR-CFR DBD Th 1994 - 2013
Sumber: Seksi P2B2 Bidang P2P
Pola perhitungan Dinas Kesehatan Kota Semarang menggunakan data jumlah
penduduk riil. Yang dimaksud penduduk riil adalah orang yang tinggal di Kota
Semarang dengan tidak memperhatikan apakah dia beridentitas Kota Semarang
maupun tidak. Termasuk anak kost, kontrak atau orang yang tinggal di Kota
Semarang dalam waktu yang cukup lama.
Incidence Rate (IR) DBD Kota Semarang dari Tahun 2006 sampai dengan
Tahun 2013 selalu jauh lebih tinggi dari IR DBD Jawa Tengah dan IR DBD Nasional.
Tahun 2013 IR DBD Kota Semarang dua kali lebih tinggi dari IR DBD Jawa Tengah.
1994. 1995. 1996. 1997. 1998. 1999. 2000. 2001. 2002. 2003. 2004. 2005. 2006. 2007. 2008. 2009. 2010. 2011. 2012. 2013.
Penderita 1278 2015 2369 964 2294 1400 1428 986 607 1128 1621 2297 1845 2924 5,249 3883 5,556 1,303 1,250 2,364
IR 107.5 165.7 190.8 76.4 180.0 74.0 110.0 74.7 45.0 81.8 116.0 164.5 126.3 196.4 361 262.1 368.7 73.87 70.9 134.09
Kematian 3 31 21 2 12 3 8 10 3 10 7 38 42 32 18 42 47 10.0 22 27
CFR % 0.23 1.54 0.89 0.21 0.52 0.21 0.56 1.01 0.49 0.89 0.43 1.65 2.28 1.09 0.30 1.08 0.85 0.77 1.80 1.14
0
1000
2000
3000
4000
5000
6000PERKEMBANGAN IR-CFR DBD 1994 - 2013
51
Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 2013
Namun demikian Incidence Rate DBD Kota Semarang menduduki peringkat Ketiga IR
DBD Jawa Tengah setelah Kabupaten Jepara dan Kota Magelang.
Gambar 3.43 IR & CFR DBD Kota Semarang
Rangking IR DBD Kota Semarang di Jawa Tengah
tahun 2009 - 2013
tahun rangking DBD
2009 1
2010 1
2011 1
2012 2
2013 3
Jumlah Penderita DBD Laki-laki Tahun 2013 adalah 1.167 kasus atau 49,37%,
sisanya atau 1.197 (50,63%) adalah Perempuan. Proporsi menurut jenis kelamin
pada penderita DBD tidak terlalu signifikan.
TH. 2006
TH. 2007
TH. 2008
TH. 2009
TH. 2010
TH. 2011
TH. 2012
TH. 2013
KOTA SEMARANG 129.4 197.7 361 262.1 368.7 73.87 70.9 134.09
JAWA TENGAH 33.7 62 61 61.4 61.4 13.7 19.29 45.52
INDONESIA 52.5 71.7 59 55 55 25.7
050
100150200250300350400
IR DAN CFR DBD KOTA SEMARANG, JAWA TENGAH DAN INDONESIA
Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 201
Gambar 3.44 Grafik P
Sumber: Seksi P2B2 Bidang P2P
Kasus DBD berdasarkan golongan umur terbanyak pada golongan umur
tahun yaitu sebanyak 686 kasus atau 2
th, sebanyak 7 kasus atau 0,3
usia balita dan usia sekolah paling dominan.
Gambar 3.45 Grafik Penderita DBD Menurut Kelompok Umur
Sumber: Seksi P2B2 Bidang P2P
P1,167
49.37%
PENDERITA DBD KOTA SEMARANG TAHUN 2013
15-19 th2099%
20-24 th1366%
25-29 th753%
30-34 th783%
35-39 th613%
GRAFIK PENDERITA DBD MENURUT KEL.
Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 2013
Gambar 3.44 Grafik Penderita DBD Menurut Jenis Kelamin
Sumber: Seksi P2B2 Bidang P2P
Kasus DBD berdasarkan golongan umur terbanyak pada golongan umur
kasus atau 29% dan terendah pada golongan umur > 60
0,3%. Jika dilihat dari sudut lebih luas lagi maka golongan
sekolah paling dominan.
Gambar 3.45 Grafik Penderita DBD Menurut Kelompok Umur
Sumber: Seksi P2B2 Bidang P2P
L1,197
50.63%1,167
49.37%
PENDERITA DBD KOTA SEMARANG TAHUN 2013MENURUT JENIS KELAMIN
< 1 TH1085% 1 - 4th
38416%
5-9 th68629%
10-14th47520%
34 th783%
40-44 th582% 45-49 th
261%
50-54 th241%
55-59th432%
> 60 th7
0%
GRAFIK PENDERITA DBD MENURUT KEL. UMUR KASUS DBD TH. 2013
52
Kasus DBD berdasarkan golongan umur terbanyak pada golongan umur 5–9
% dan terendah pada golongan umur > 60
ihat dari sudut lebih luas lagi maka golongan
GRAFIK PENDERITA DBD MENURUT KEL.
53
Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 2013
Gambar 3.46 Grafik Bulanan Penderita DBD
Sumber: Seksi P2B2 Bidang P2P
Dari grafik di atas terlihat bahwa Kasus DBD Kota Semarang pada Tahun 2013
sebanyak 1.364 kasus. Jumlah tersebut naik 89,11% dari Tahun 2012. Dari grafik di
atas terlihat bahwa hamper seluruh kasus DBD bulanan di atas jumlah kasus DBD
Tahun 2012, hanya bulan Juni, September, Nopember dan Desember jumlah kasus
DBD Tahun 2013 yang dibawah jumlah Tahun 2012, selebihnya jauh lebih tinggi
kasus DBD bulanan Tahun 2013. Kejadian kasus DBD tertinggi Tahun 2013 terjadi di
Bulan Januari dengan 488 kasus dan kasus terendah terjadi Bulan September 2013.
Jumlah kematian per bulan tertinggi pada Tahun 2013 yaitu 4 orang terjadi di
Bulan Februari, April, dan Juli. Sementara Bulan September dan Oktober tidak terjadi
kasus Kematian DBD.
Sedangkan berdasarkan tempat kejadian, Incidence Rate DBD Kecamatan
Tembalang dengan 218,20 per 100.000 penduduk kembali menduduki peringkat IR
DBD Kecamatan Tertinggi Kota Semarang setelah pada Tahun 2012 berada di
peringkat ketiga. Pada urutan kedua Kecamatan Ngaliyan dengan IR 217 dan
Kecamatan Genuk diurutan ketiga dengan IR DBD 195,52. Kecamatan Semarang
JAN FEB MAR APR MEI JUNI JULI AGUST SEPT OKT NOP DES
P 2013 488 380 261 269 203 131 190 106 63 81 82 110
M 2013 2 4 3 4 2 3 4 2 - - 2 1
P 2012 85 128 113 155 137 136 109 51 64 58 88 126
M 2012 0 3 3 6 2 0 1 2 1 0 1 3
-
100.0
200.0
300.0
400.0
500.0
600.0
GRAFIK BULANAN DBD TAHUN 2013
54
Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 2013
Utara dengan IR 72,91 menjadi Kecamatan dengan IR DBD terendah untuk kedua
kalinya secara beruntun pada Tahun 2012 dan 2013.
Gambar 3.47 Peta Capaian IR DBD Th 2013
Tahun 2012 hanya 5 kelurahan atau 2,8 % dari kelurahan di Kota yang tidak
ada kejadian DBD. Kelurahan tersebut adalah Pesantren, Polaman, Jatirejo dan
Karangmalang di Kecamatan Mijen dan Kelurahan Kalisegoro di Kecmaan
Gunungpati. Lebih jelas dapat dilihat pada peta di bawah ini.
Gambar 3.48 Peta Capaian IR DBD Th 2013
Sumber: Seksi P2B2 Bidang P2P
Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 201
Angka Kematian
Gambar 3.49 Grafik Kematian Akibat DBD Menurut Kelompok Umur
Sumber: Seksi P2B2 Bidang P2P
Kematian akibat penyakit DBD Kota Semarang berdas
terbanyak pada golongan umur 1 s.d. 4 tahun
kematian terendah pada kelompok umur 15
masing 1 kasus atau 4%. Kelompok usia anak sekolah masih merupakan kelompok
usia dominan dalam hal kematian
DBD Kelurahan DBD pada Tahun 2013, Sebanyak 153 kelurahan atau 76,3%
dari 177 kelurahan di Kota Semarang pernah mengalami KLB. Jumlah kejadian KLB
DBD Kelurahan 477 kejadian. Jumlah kejadian KLB terbanyak ada di Bulan Januari
dengan 124 Kejadian dan terendah ada di bulan Agustus dengan 13 Kejadian.
c. Chikungunya
Gambar 3.50 Grafik Kasus Chikungunya Kota Semarang
10-14th4
15%
15-
Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 2013
Gambar 3.49 Grafik Kematian Akibat DBD Menurut Kelompok Umur
Sumber: Seksi P2B2 Bidang P2P
Kematian akibat penyakit DBD Kota Semarang berdasarkan golongan umur
terbanyak pada golongan umur 1 s.d. 4 tahun dengan 10 Kematian atau 37%. Jumlah
kematian terendah pada kelompok umur 15–19 tahun dan 25–29 tahun masing
masing 1 kasus atau 4%. Kelompok usia anak sekolah masih merupakan kelompok
inan dalam hal kematian
DBD Kelurahan DBD pada Tahun 2013, Sebanyak 153 kelurahan atau 76,3%
dari 177 kelurahan di Kota Semarang pernah mengalami KLB. Jumlah kejadian KLB
DBD Kelurahan 477 kejadian. Jumlah kejadian KLB terbanyak ada di Bulan Januari
124 Kejadian dan terendah ada di bulan Agustus dengan 13 Kejadian.
Gambar 3.50 Grafik Kasus Chikungunya Kota Semarang
< 1 TH2
7%
1 - 4th10
37%5-9 th
933%
-19 th1
4%
25-29 th1
4%
55
Gambar 3.49 Grafik Kematian Akibat DBD Menurut Kelompok Umur
arkan golongan umur
dengan 10 Kematian atau 37%. Jumlah
29 tahun masing
masing 1 kasus atau 4%. Kelompok usia anak sekolah masih merupakan kelompok
DBD Kelurahan DBD pada Tahun 2013, Sebanyak 153 kelurahan atau 76,3%
dari 177 kelurahan di Kota Semarang pernah mengalami KLB. Jumlah kejadian KLB
DBD Kelurahan 477 kejadian. Jumlah kejadian KLB terbanyak ada di Bulan Januari
124 Kejadian dan terendah ada di bulan Agustus dengan 13 Kejadian.
56
Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 2013
Berdasarkan grafik di atas dapat dilihat bahwa Incidence Rate (IR) kasus
Chikungunya di Kota Semarang dari tahun 2009 sampai dengan tahun 2013
cenderung mengalami penurunan walaupun pada tahun 2013 mengalami kenaikan.
Rata–rata IR kasus Chikungunya dalam 5 tahun terakhir (tahun 2009–2013) adalah
8,6 per 100.000 penduduk. Kasus tertinggi terjadi pada tahun 2010 dengan IR 22,9
per 100.000 penduduk (345 kasus). Sedangkan pada tahun 2013 mengalami
kenaikan IR yang cukup sigifikan dari tahun 2012 yaitu sebesar 90,3% dengan IR 6,7
per 100.000 penduduk (119 kasus).
Dari tahun 2011–2013, kasus Chikungunya lebih banyak menyerang
perempuan, hal ini kemungkinan disebabkan karena perempuan lebih banyak
tinggal di rumah dibandingkan dengan laki-laki. Disamping itu kasus ini banyak
menyerang golongan usia produktif, yaitu usia 16 – 55 tahun.
57
Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 2013
Distribusi kasus Chikungunya pada tahun 2013 terjadi di 7 kecamatan. IR
tertinggi terjadi di Kecamatan Gunungpati (IR = 38,85 per 100.000 penduduk) dan
yang terendah di Kecamatan Banyumanik (IR = 1,24 per 100.000 penduduk).
Gambar 3.51 Peta Kasus Chikungunya Kota Semarang Th 2013
Sumber: Seksi P2B2 Bidang P2P
kasus Chikungunya ditemukan di kecamatan yang letaknya saling berdekatan.
Hanya terdapat 2 kecamatan yang IR Chikungunya di bawah rata–rata IR Kota
Semarang 5 tahun terakhir yaitu Kecamatan Pedurungan dan Banyumanik.
Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 201
Sedangkan 5 kecamatan lainnya memiliki IR Chikungunya di atass rata
Semarang.
Penanganan Kasus
Penyelidikan Epidemiologi (PE) dilakukan pada setiap laporan adanya kasus
Chikungunya. Pada tahun 2013, dari 119 kasus Chikungunya yang ditemukan,
semuanya telah dilakukan Penyelidikan Epidemiologi (100%).
Selama tahun 2013 telah dilakukan Fogging Focus di 1 wilayah Puskesmas,
yaitu Puskesmas Rowosari yaitu di Kel
Puskesmas tersebut masuk dalam Kejadian Luar Biasa (KLB) Chiku
d. Rabies
Dalam periode tahun
Kota Semarang mengalami peningkatan, tahun 2009 kasus GHPR sebanyak 9 kasus,
tahun 2010 sebanyak 19 kasu
36 kasus dan tahun 2013 sebanyak 44 kasus
dan tahun 2012 terdapat peningkatan
dilihat pada grafik dibawah ini:
Gambar 3.52. Grafik GHPR Kota Semarang Th 2010
Sumber: Seksi P2B2 Bidang P2P
Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 2013
5 kecamatan lainnya memiliki IR Chikungunya di atass rata–rata IR Kota
Penyelidikan Epidemiologi (PE) dilakukan pada setiap laporan adanya kasus
Chikungunya. Pada tahun 2013, dari 119 kasus Chikungunya yang ditemukan,
elah dilakukan Penyelidikan Epidemiologi (100%).
Selama tahun 2013 telah dilakukan Fogging Focus di 1 wilayah Puskesmas,
yaitu Puskesmas Rowosari yaitu di Kelurahan Rowosari dimana kejadian di
Puskesmas tersebut masuk dalam Kejadian Luar Biasa (KLB) Chikungunya.
Dalam periode tahun 2009-2013 angka Gigitan Hewan Penular Rabies (
ota Semarang mengalami peningkatan, tahun 2009 kasus GHPR sebanyak 9 kasus,
tahun 2010 sebanyak 19 kasus, tahun 2011 sebanyak 38 kasus, tahun 2012 sebanyak
dan tahun 2013 sebanyak 44 kasus. Jika dibandingkan GHPR tahun 201
peningkatan kasus sebanyak 8 (18.2%) sebagaimana dapat
dilihat pada grafik dibawah ini:
Gambar 3.52. Grafik GHPR Kota Semarang Th 2010 - 2013
eksi P2B2 Bidang P2P
58
rata IR Kota
Penyelidikan Epidemiologi (PE) dilakukan pada setiap laporan adanya kasus
Chikungunya. Pada tahun 2013, dari 119 kasus Chikungunya yang ditemukan,
Selama tahun 2013 telah dilakukan Fogging Focus di 1 wilayah Puskesmas,
Rowosari dimana kejadian di
Gigitan Hewan Penular Rabies (GHPR)
ota Semarang mengalami peningkatan, tahun 2009 kasus GHPR sebanyak 9 kasus,
tahun 2012 sebanyak
ika dibandingkan GHPR tahun 2013
%) sebagaimana dapat
Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 201
Kasus GHPR Kota Semarang tahun 201
pada grafik dibawah, laki-laki sebanyak 2
(45,5%). Dari grafik juga dapat dilihat kasus GHPR kota Semarang tahun 201
menurut golongan umur, tertinggi kasus
(32%), sedang terendah kasus G
Gambar 3.53. Grafik GHPR Menurut Jenis Kelamin & Kelompok umur
GPHR menurut Jenis Kelamin
Kasus GHPR Kota Semarang perkecamatan tahun 2013 berasal dari 12
Kecamatan, tertinggi kasus adalah kecamatan Banyumanik, Semarang Selatan dan
Kecamatan Gajahmungkur masing
yaitu kecamatan Gunungpati dan Genuk masing
distribusi kasus GHPR di
pengelompokan kasus yaitu diwilayah tengah Kota Semarang, dimana diwilayah
tersebut merupakan tempat hunian padat dan banyak yang meme
penular rabies (Anjing, kera dan kucing).
Gambar 3.54. Peta Kejadian GHPR Kota Semarang
3
Mijen
Podorejo
Wates
Sekaran
M
Kandri
Tugurejo
Ngaliyan
Ngijo
Wonosari
SadengWonoplumbon
SukorejoPesantren
Gunungpati
Gondoriyo
Jangli
Pudak Payung
Jatisari
Tambakharjo
Plalangan
Patemon
Tambak Aji
Randugarut
Sen
Sumurrejo
Bulus
Mangunharjo
Jabungan
Cepoko
Wonolopo
Kramas
Karanganyar Tanjungmas
Ngesrep
Bubakan
Cangkiran
KalipancurTandan
KaliPurwoyoso
JerakahTlogos
Kemijen
Muktihar
Tambangan
Candi
Bongsari
Tegalsari
Tawangmas
Krobokan
Peta GHPR tahun 2012
Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 2013
Kasus GHPR Kota Semarang tahun 2013 menurut jenis kelamin sebagaimana
laki sebanyak 24 (54,5%), sedang perempuan sebanyak
%). Dari grafik juga dapat dilihat kasus GHPR kota Semarang tahun 201
golongan umur, tertinggi kasus berumur 16-34 tahun sebanyak 1
%), sedang terendah kasus GHPR berumur 0-5 tahun sebanyak 4 kasus (9
Gambar 3.53. Grafik GHPR Menurut Jenis Kelamin & Kelompok umur
GPHR menurut Jenis Kelamin GPHR menurut Kelompok Umur
Kasus GHPR Kota Semarang perkecamatan tahun 2013 berasal dari 12
Kecamatan, tertinggi kasus adalah kecamatan Banyumanik, Semarang Selatan dan
Kecamatan Gajahmungkur masing-masing sebanyak 6 kasus, sedangkan terendah
ti dan Genuk masing-masing 1 kasus. Menurut pemetaan
Kota Semarang tahun 2012 dan 2013
pengelompokan kasus yaitu diwilayah tengah Kota Semarang, dimana diwilayah
tersebut merupakan tempat hunian padat dan banyak yang memelihara hewan
penular rabies (Anjing, kera dan kucing).
Gambar 3.54. Peta Kejadian GHPR Kota Semarang
Rowosari
Meteseh
Kudu
ndangmulyo
Trimulyo
san
n
s
Genuksari
ng
Tlogomulyo
icari
sari Kulon
rjo Kidul
KeteranganTdk ada kasusAda Kasus
N
EW
S
2
59
menurut jenis kelamin sebagaimana
%), sedang perempuan sebanyak 20
%). Dari grafik juga dapat dilihat kasus GHPR kota Semarang tahun 2013
34 tahun sebanyak 14 kasus
9%).
Gambar 3.53. Grafik GHPR Menurut Jenis Kelamin & Kelompok umur
t Kelompok Umur
Kasus GHPR Kota Semarang perkecamatan tahun 2013 berasal dari 12
Kecamatan, tertinggi kasus adalah kecamatan Banyumanik, Semarang Selatan dan
masing sebanyak 6 kasus, sedangkan terendah
Menurut pemetaan
terdapat
pengelompokan kasus yaitu diwilayah tengah Kota Semarang, dimana diwilayah
lihara hewan
60
Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 2013
Dari total kasus GHPR Kota Semarang tahun 2013, GPHR digigit oleh anjing,
sbanyak 39 kasus (88,6%), kasus GHPR oleh kucing sebanyak 3 kasus (6,8%), dan 2
kasus (4,5%) GPHR diakibatkan gigitan kera.
e. Leptospirosis
Kasus Leptospirosis di Kota Semarang pada Tahun 2013 sebanyak 71 kasus,
mengalami penurunan sebesar 12,34% dibandingkan tahun sebelumnya yang jumlah
kasusnya sebanyak 81 kasus. Sedangkan untuk angka kematian masih sama seperti
tahun lalu yaitu sebesar 17 %.
Gambar 3.55 Grafik Kasus Leptopsirosis Kota Semarang Th 2007 - 2013
Sumber: Seksi P2B2 Bidang P2P
Kasus leptospirosis di kota Semarang menyebar di 23 Puskesmas dari 37
Puskesmas yang ada (62,1 %). Berdasarkan IR atau angka kesakitan Leptospirosis
tahun 2013, ada 19 Puskesmas dengan IR 0,1-10 /100.000 penduduk yaitu
Puskesmas Gayamsari, Genuk, Halmahera, Gunungpati, Kedungmundu, Lebdosari,
Mijen , Miroto, Ngemplak Simongan, Ngaliyan, Pandanaran, Pegandan, Rowosari,
Sekaran, Bulu Lor, Lamper Tengah, Ngesrep, Togosari Kulon, dan Tlogosari Wetan,
sedangkan 4 Puskesmas dengan IR > 10/100.000 pendududk, yaitu Puskesmas
Bangetayu, Candilama, Karang Ayu dan Banfarharjo.
2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013
P 8 178 235 71 70 81 71
M 1 8 9 6 25 14 12
CFR 13 4 5 8 36 17 17
0
50
100
150
200
250
GRAFIK KASUS LEPTOSPIROSIS KOTA SEMARANG TAHUN 2007-2013
61
Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 2013
Gambar 3.56 Peta IR Leptopsirosis Kota Semarang Th 2013
Kasus leptospirosis berdasarkan jenis kelamin pada tahun 2013 lebih banyak
laki-laki yaitu sebanyak 49 kasus (69 %) dibandingkan perempuan 22 kasus (31 %).
Pada tahun 2013 kasus tertinggi pada kelompok umur > 50 th, yaitu sebanyak
29 kasus (41 %), sedangkan terendah pada kelompok umur 0 - 10 tahun yaitu
sebanyak 1 kasus (1 %). Hal ini menunjukkan bahwa penyakit Leptospirosis dapat
menyerang segala umur bahkan balita, seperti terlihat pada grafik di atas.
69%
31%
GRAFIK KASUS LEPTOSPIROSIS KOTA SEMARANG BERDASARKAN JENIS KELAMIN TAHUN 2013
LAKI-LAKI PEREMPUAN0-10
11%
11-207
10%
21-3015
21%
31-4013
18%41-50
69%
> 5029
41%
GRAFIK KASUS LEPTOSPIROSIS KOTA SEMARANG BERDASARKAN GOL.UMUR TAHUN 2013
Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 201
f. Flu Burung
Tahun 2013 di Kota Semarang tidak ditemukan adanya ko
tetapi ada beberapa wilayah kelurahan yang melaporkan tentang adanya unggas
yang mati dan setelah dilakukan pemeriksaan rapid hasilnya negatif H5N1 sedang
yang dicurigai suspek flu burung 1 orang.
Suspec flu burung di Kota Semarang sel
penurunan, tahun 2011 sebanyak 1 suspec dan tahun 2012 sebanyak 1 suspek
tahun 2013 tidak ditemukan suspek
Gambar 3.57 Grafik Kasus Flu Burung Kota Semarang
Suspek flu burung tahun 2011
suspek tahun 2011 berasal dari kecamatan Genuk 1 suspek, tahun 2012 kecamatan
Semarang Tengah 1 suspek, sedangkan tahun 201
Gambar 3.58 Peta kasus suspec flu burung kota Semarang tahun 2011
Tahun 2011
Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 2013
Kota Semarang tidak ditemukan adanya konfirm flu burung
tetapi ada beberapa wilayah kelurahan yang melaporkan tentang adanya unggas
yang mati dan setelah dilakukan pemeriksaan rapid hasilnya negatif H5N1 sedang
i suspek flu burung 1 orang.
Suspec flu burung di Kota Semarang selama tahun 2011-201
penurunan, tahun 2011 sebanyak 1 suspec dan tahun 2012 sebanyak 1 suspek
tahun 2013 tidak ditemukan suspek flu burung, seperti tampak pada grafik berikut:
Gambar 3.57 Grafik Kasus Flu Burung Kota Semarang
Suspek flu burung tahun 2011-2013 sebanyak 2 suspek, sedangkan distribusi
suspek tahun 2011 berasal dari kecamatan Genuk 1 suspek, tahun 2012 kecamatan
Semarang Tengah 1 suspek, sedangkan tahun 2013 tidak ada suspek.
Peta kasus suspec flu burung kota Semarang tahun 2011Tahun 2011 Tahun 2012
Pindrikan Kidul
ke
62
firm flu burung,
tetapi ada beberapa wilayah kelurahan yang melaporkan tentang adanya unggas
yang mati dan setelah dilakukan pemeriksaan rapid hasilnya negatif H5N1 sedang
2013 terjadi
penurunan, tahun 2011 sebanyak 1 suspec dan tahun 2012 sebanyak 1 suspek dan
, seperti tampak pada grafik berikut:
2013 sebanyak 2 suspek, sedangkan distribusi
suspek tahun 2011 berasal dari kecamatan Genuk 1 suspek, tahun 2012 kecamatan
Peta kasus suspec flu burung kota Semarang tahun 2011-2012 Tahun 2012
eterangan.shptdk ada suspekada suspek
N
EW
S
Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 201
020000400006000080000
100000120000
Angina
pektoris
IMA
2009 5630 2033
2010 3672 1847
2011 6736 2130
2012 2577 1182
2013 2275 1161
DISTRIBUSI KASUS PTM TAHUN 2009 S/D 2013
05000
10000150002000025000300003500040000
Ca hati
Ca bronk
2009 299 237
2010 222 268
2011 332 451
2012 292 186
2013 270 152
DISTRIBUSI KASUS PTM TAHUN 2009 S/D 2013
6. Penyakit Tidak Menular
Perhatian terhadap penyakit tidak menular semakin meningkat seiring
meningkatnya frekuensi kejadian penyakit di masyarakat. Di Indonesia terjadi
perubahan pola penyakit yaitu dari penyakit menular ke penyakit tidak menular,
yang dikenal sebagai transisi epidemiologi
adalah penyakit jantung termasuk kardiovaskul
stroke dan kanker. Dan angka penyakit tidak menular di Indonesia terus meningkat,
pada Tahun 2009 kematian akibat penyakit tidak menular sebesar 993 kasus, Tahun
2010 sebesar 907 kasus, Tahun 2011 sebesar 1
kasus, dan tahun 2013 meningkat menjadi 2.725 kasus
Gambar 3.59 Grafik Distribusi Kasus Penyakit Tidak Menular Kota Semarang
Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 2013
IMA Dekom
kordis
Hipertensi ess
Hipertensi lain
stroke hem
Stroke non hem
DM TGT INS
DM NON INS
2033 6315 99738 13799 2767 8235 13632 40295
1847 4349 89412 18427 2026 7116 9504 37759
2130 9944 10697 21617 2507 12183 14326 45551
1182 1347 34202 2973 987 3092 976 14648
1161 1130 33440 1455 828 2864 1095 13112
DISTRIBUSI KASUS PTM TAHUN 2009 S/D 2013
bronk Ca
mammae
Ca servic
PPOM Asma KLL Psikosis
Osteoporosi
s
237 3249 3505 4903 17271 9423 21476
268 2349 2782 2846 14568 8753 24388
451 4946 5155 4249 17670 8785 39935
186 998 482 1342 5674 3659 1023 1559
152 832 529 820 5040 2440 1449 182
DISTRIBUSI KASUS PTM TAHUN 2009 S/D 2013
Perhatian terhadap penyakit tidak menular semakin meningkat seiring
kejadian penyakit di masyarakat. Di Indonesia terjadi
perubahan pola penyakit yaitu dari penyakit menular ke penyakit tidak menular,
transisi epidemiologi. Penyakit tidak menular yang utama
adalah penyakit jantung termasuk kardiovaskuler, paru-paru terutama yang kronis,
stroke dan kanker. Dan angka penyakit tidak menular di Indonesia terus meningkat,
pada Tahun 2009 kematian akibat penyakit tidak menular sebesar 993 kasus, Tahun
2010 sebesar 907 kasus, Tahun 2011 sebesar 1.077 kasus, tahun 2012 sebesar
, dan tahun 2013 meningkat menjadi 2.725 kasus.
Gambar 3.59 Grafik Distribusi Kasus Penyakit Tidak Menular Kota Semarang
63
Perhatian terhadap penyakit tidak menular semakin meningkat seiring
kejadian penyakit di masyarakat. Di Indonesia terjadi
perubahan pola penyakit yaitu dari penyakit menular ke penyakit tidak menular,
Penyakit tidak menular yang utama
paru terutama yang kronis,
stroke dan kanker. Dan angka penyakit tidak menular di Indonesia terus meningkat,
pada Tahun 2009 kematian akibat penyakit tidak menular sebesar 993 kasus, Tahun
sebesar 2.084
Gambar 3.59 Grafik Distribusi Kasus Penyakit Tidak Menular Kota Semarang
Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 201
Selama tahun 2009 –
atas. Pola beraturan serta berulang, di mana angka tertinggi selama lima tahun
tersebut terdapat pada kasus karena Hipertensi dan Diabetes mellitus
Gambar 3.60 Grafik Distribusi Kasus Penyakit Tidak Menular
Sumber: Seksi PP Bidang P2P
Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 2013
– 2013 grafik kasus karena PTM ditunjukkan oleh grafik di
eraturan serta berulang, di mana angka tertinggi selama lima tahun
tersebut terdapat pada kasus karena Hipertensi dan Diabetes mellitus
Distribusi Kasus Penyakit Tidak Menular Kota Semarang
dang P2P
64
grafik kasus karena PTM ditunjukkan oleh grafik di
eraturan serta berulang, di mana angka tertinggi selama lima tahun
Kota Semarang
Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 201
050
100150200250300350400450500
1 2
2008 20 74
2009 12 77
2010 28 80
2011 28 80
2012 54 193
2013 82 203
GRAFIK KEMATIAN AKIBAT PTM DI KOTA SEMARANG
020406080
100120
1
2008 18
2009 26
2010 19
2011 18
2012 31
2013 32
GRAFIK KEMATIAN AKIBAT PTM DI KOTA SEMARANG
Berdasarkan kelompok umur, kasus penyakit tidak menular banyak terjadi
pada penderita golongan umur 45
umur tersebut seseorang banyak melakukan aktivitas namun tidak diimbangi oleh
pola hidup sehat. Sedangkan untuk usia muda ( < 5 tahun ) lebih didominasi oleh
penyakit pernapasan seperti Asma bronkial dan PPOM
penyakit jantung dan pembuluh darah (Hipertensi, Stroke,
Cordis, Diabetes Mellitus) kemungkinan dis
diturunkan oleh orang tuanya.
Gambar 3.61 Grafik
Sumber: Seksi PP Bidang P2P
Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 2013
2 3 4 5 6 7 8 9
74 72 48 14 197 160 18 67
77 33 111 15 183 163 26 56
80 32 53 13 199 147 60 25
80 32 140 15 199 162 53 37
193 128 275 162 298 234 106 180
203 193 445 132 336 457 188 237
GRAFIK KEMATIAN AKIBAT PTM DI KOTA SEMARANG TAHUN 2008-2013
2 3 4 5 6 7 8 9
16 61 36 29 11 88 1
20 60 38 36 38 97 2
28 41 50 36 15 78 3
48 58 48 46 27 86 0
32 94 72 66 38 52 12 57
43 105 78 81 28 79 1 5
GRAFIK KEMATIAN AKIBAT PTM DI KOTA SEMARANG TAHUN 2008-2013
Berdasarkan kelompok umur, kasus penyakit tidak menular banyak terjadi
pada penderita golongan umur 45 – 64 tahun, hal ini dimungkinkan karena pada
umur tersebut seseorang banyak melakukan aktivitas namun tidak diimbangi oleh
dangkan untuk usia muda ( < 5 tahun ) lebih didominasi oleh
penyakit pernapasan seperti Asma bronkial dan PPOM. Kasus usia muda dengan
penyakit jantung dan pembuluh darah (Hipertensi, Stroke, Angina, Dekompensasio
ellitus) kemungkinan disebabkan karena kasus bawaan lahir atau
diturunkan oleh orang tuanya.
Gambar 3.61 Grafik Distribusi Kematian PTM Kota Semarang
Sumber: Seksi PP Bidang P2P
65
180
237
Berdasarkan kelompok umur, kasus penyakit tidak menular banyak terjadi
64 tahun, hal ini dimungkinkan karena pada
umur tersebut seseorang banyak melakukan aktivitas namun tidak diimbangi oleh
dangkan untuk usia muda ( < 5 tahun ) lebih didominasi oleh
Kasus usia muda dengan
ngina, Dekompensasio
ebabkan karena kasus bawaan lahir atau
Kota Semarang
Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 201
Berdasar grafik kematian tahun 2013, urutan kematian karena penyakit tidak
menular adalah : jantung dan pembuluh darah ( 960 ), diabetes mellitus ( 258 ),
kanker ( 58 ), kecelakaan lalu lintas ( 56 ), PPOM (26), dan asma ( 15 ), serta psikosis (
1 ).
Gambar 3.61 Grafik CFR
Berdasarkan grafik CFR PTM Kota Semarang di atas, urutan kematian PTM
pertama dan kedua adalah penyakit stroke haemorragie dan kanker bronkus dan
paru.
Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 2013
Berdasar grafik kematian tahun 2013, urutan kematian karena penyakit tidak
ar adalah : jantung dan pembuluh darah ( 960 ), diabetes mellitus ( 258 ),
kanker ( 58 ), kecelakaan lalu lintas ( 56 ), PPOM (26), dan asma ( 15 ), serta psikosis (
Gambar 3.61 Grafik CFR Penyakit Tidak Menular Kota Semarang
an grafik CFR PTM Kota Semarang di atas, urutan kematian PTM
pertama dan kedua adalah penyakit stroke haemorragie dan kanker bronkus dan
66
Berdasar grafik kematian tahun 2013, urutan kematian karena penyakit tidak
ar adalah : jantung dan pembuluh darah ( 960 ), diabetes mellitus ( 258 ),
kanker ( 58 ), kecelakaan lalu lintas ( 56 ), PPOM (26), dan asma ( 15 ), serta psikosis (
an grafik CFR PTM Kota Semarang di atas, urutan kematian PTM
pertama dan kedua adalah penyakit stroke haemorragie dan kanker bronkus dan
67
Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 2013
Secara umum upaya kesehatan terdiri dari atas dua unsur utama, yaitu upaya
kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan perorangan. Upaya kesehatan
masyarakat adalah setiap kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah dan atau
masyarakat serta swasta, untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan serta
mencegah dan menanggulangi timbulnya masalah kesehatan di masyarakat. Upaya
kesehatan masyarakat mencakup upaya-upaya promosi kesehatan, pemeliharaan
kesehatan, pemberantasan penyakit menular, pengendalian penyakit tidak menular,
penyehatan lingkungan dan penyediaan sanitasi dasar, perbaikan gizi masyarakat,
kesehatan jiwa, pengamanan sediaan farmasi dan alat kesehatan, pengamanan
penggunaan zat adiktfi dalam makanan dan minuman, pengamanan narkotika,
psikotropika, zat adiktif dan bahan berbahaya, serta penanggulangan bencana dan
bantuan kemanusiaan.
Upaya kesehatan perorangan adalah setiap kegiatan yang dilakukan oleh
pemerintah dan atau masyarakat serta swasta, untuk memelihara dan meningkatkan
kesehatan serta mencegah dan menyembuhkan penyakit serta memulihkan
kesehatan perorangan. Upaya kesehatan perorangan mencakup upaya-upaya
promosi kesehatan, pencegahan penyakit, pengobatan rawat jalan, pengobatan
rawat inap, pembatasan dan pemulihan kecacatan yang ditujukan terhadap
perorangan.
Berikut ini diuraikan upaya kesehatan yang dilakukan selama beberapa tahun
terakhir, pada tahun 2013.
A. PELAYANAN KESEHATAN DASAR
1. Pelayanan KIA
a. Pelayanan Kesehatan Antenatal
Cakupan pelayanan antenatal dapat dipantau melalui pelayanan kunjungan
baru ibu hamil K1 untuk melihat akses dan pelayanan kesehatan ibu hamil sesuai
SITUASI UPAYA KESEHATAN KOTA SEMARANG
BAB
IV
68
Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 2013
standar paling sedikit empat kali (K4) dengan distribusi sekali pada triwulan
pertama, sekali pada triwulan kedua dan dua kali pada triwulan ketiga.
Pelayanan yang diberikan oleh petugas kesehatan pada ibu hamil yang
berkunjung ke tempat pelayanan kesehatan atau antenatal care (ANC) meliputi
penimbangan berat badan, pemeriksaan kehamilannya, pemberian tablet besi,
pemberian imunisasi TT dan konsultasi.
Cakupan kunjungan ibu hamil K4 Kota Semarang pada tahun 2013 adalah
27.910 (97,2%) meningkat jika dibanding dengan tahun 2012 adalah 27.889 bumil
(94,4%). Faktor pendukung dalam hal ini dapat disebabkan oleh meningkatnya
kesadaran ibu hamil dalam memeriksakan kehamilannya ke sarana pelayanan
kesehatan yang ada dan adanya dukungan peningkatan kualitas pelayanan ANC
oleh petugas puskesmas. Cakupan K4 Puskesmas dari rentang antara yang
terendah adalah Puskesmas Ngemplak S (77,1%) dan yang tertinggi adalah
Puskesmas Sekaran (177,4%), data selengkapnya di tabel 28.
b. Pelayanan Kesehatan Ibu Bersalin
Pertolongan Persalinan
Upaya untuk menurunkan Angka Kematian Bayi dan Ibu Maternal, salah
satunya melalui persalinan yang sehat dan aman, yaitu persalinan yang ditolong
oleh tenaga kesehatan (dokter spesialis kebidanan, dokter umum, bidan,
pembantu bidan, dan perawat bidan) maupun dengan dukun terlatih yang
didampingi oleh tenaga kesehatan.
Jumlah persalinan dengan pertolongan tenaga kesehatan di Kota Semarang
pada tahun 2013 adalah 26.949 (98,3%) dari 27.406 ibu bersalin. Hal ini berarti
meningkat jika dibanding dengan tahun 2012 sejumlah 26.618 (98,2%) dari 27.108
total persalinan. Pencapaian ini didukung dengan tersedianya Bidan di seluruh
Puskesmas dengan perbandingan Puskesmas dan Bidan yaitu 1 : 4. Disamping itu
jumlah Rumah Sakit dan Rumah Bersalin di Kota Semarang yang telah mencukupi.
69
Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 2013
c. Pelayanan Kesehatan Ibu Nifas
Jumlah pelayanan ibu nifas yang mendapat pelayanan kesehatan di tahun
2013 adalah 22.829 (83,3%) dari 27.406 ibu nifas, mengalami peningkatan
daripada tahun 2012 yaitu 21.398 orang atau 78,9% dari total ibu nifas yang
berjumlah 27.108 orang.
d. Pelayanan Komplikasi Maternal
Yang dimaksud dengan risiko tinggi pada ibu hamil adalah keadaan ibu hamil
yang mengancam kehidupannya maupun janinnya, misalnya umur, paritas,
interval dan tinggi badan. Prosentase sasaran ibu hamil risiko tinggi adalah 20%
dari ibu hamil yang ada di masyarakat. Pada tahun 2013 jumlah
Kebidanan/komplikasi yang ditangani sebesar 2.497 kasus atau 100% dari total
2.497 komplikasi kebidanan. Adapun jumlah ibu hamil adalah 28.712 orang.
e. Pelayanan Neonatal Komplikasi
Pada tahun 2013 jumlah neonatal risti yang ditangani sebesar 2.980 kasus
atau 74,8 % dari total perkiraan 3.982 neonatal risti, meningkat dari tahun 2012
jumlah neonatal risti yang ditangani sebesar 2.785 (67,5%) dari total perkiraan
4.128 neonatal komplikasi.
f. Kunjungan Neonatal
Cakupan kunjungan neonatus (KN 1) tingkat Kota Semarang tahun 2013
adalah 26.285 atau (99%) dari 26.547 bayi lahir hidup, mengalami kenaikan jika
dibanding tahun 2011 sebesar 27.035 (98,5%). Sedangkang KN3 tahun 2012
adalah 24.884 (93,7%) sedikit mengalami penurunan jika dibanding tahun 2012
yaitu sebesar 25.533 (93%) dan tahun 2011 sebanyak 23.317 anak (90,2%).
Kondisi ini harus terus digalakkan dalam upaya untuk selalu meningkatkan
kesadaran masyarakat akan kesehatan neonatus, peningkatan pelayanan
kesehatan terutama kesehatan anak (neonatus, bayi, balita) di Puskesmas, dan
adanya pemeriksaan kunjungan ke rumah oleh tenaga kesehatan bagi neonatus
70
Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 2013
yang tidak dapat berkunjung ke puskesmas serta sistem pencatatan dan
pelaporan (PWS KIA) yang sudah berjalan dengan baik, untuk lebih jelasnya dapat
dilihat di tabel lampiran 37.
g. Pelayanan Kesehatan Bayi
Kunjungan bayi adalah kunjungan bayi (0 – 11 bulan) yang memperoleh
pelayanan kesehatan sesuai dengan standar oleh tenaga kesehatan, paling sedikit
4 kali. Hasil cakupan kunjungan bayi di Kota Semarang pada tahun 2013 adalah
25.767 atau 97,1 % dari 26.547 bayi yang ada. Hal ini menunjukkan sedikit
penurunan jika dibanding dengan tahun 2012 adalah 25.680 atau 99,3% dari
25.852 bayi yang ada.
h. Pelayanan Kesehatan Balita
Deteksi Dini Tumbuh Kembang (DDTK) anak balita dan pra sekolah adalah
anak umur 1 – 6 tahun yang dideteksi dini tumbuh kembang sesuai dengan
standar oleh tenaga kesehatan, paling sedikit 2 kali. Pelayanan DDTK anak balita
dan prasekolah meliputi kegiatan deteksi dini masalah kesehatan anak
menggunakan Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS), monitoring pertumbuhan
menggunakan Buku KIA/KMS dan pemantauan perkembangan (motorik kasar,
motorik halus, bahasa dan sosialisasi dan kemandirian), penanganan penyakit
sesuai MTBS, penanganan masalah pertumbuhan, stimulasi perkembangan anak
balita dan prasekolah, pelayanan rujukan ke tingkat yang lebih mampu.
Hasil pelayanan kesehatan balita minimal 8 kali di peroleh cakupan tahun
2013 adalah 69.869 atau (66,9 %). Sedangkan hasil cakupan deteksi dini tumbuh
kembang (DDTK) anak balita tingkat Kota Semarang pada tahun 2013 sebanyak
86.515 (79,7%) bayi ditimbang dari 108.570 total balita yang ada.
Adapun jumlah balita yang ditimbang bulan ini dikurangi dengan balita yang
ditimbang bulan ini tetapi tidak datang pada bulan sebelumnya (D’) adalah
77.496. Dari angka tersebut sebanyak 69.080 (79,8%) balita dengan BB naik.
Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 201
Sedangkan yang mengalami BGM adalah
dapat dilihat pada tabel 43 dan
i. Pelayanan Kesehatan pada siswa SD
Pelayanan kesehatan pada siswa SD kelas 1 & sederajat yang dilakukan oleh
tenaga kesehatan di tingkat puske
atau 97,3 % dari 26.693 murid SD keseluruhan. Dari capaian ini dapat disimpulkan
bahwa pelayanan kesehatan pada siswa SD kelas 1 sudah optimal.
2. Pelayanan Keluarga Berencana (KB)
Sebagai upaya mengendalikan
yang sehat dan sejahtera, pemerintah melakukan konsep pengaturan jarak kelahiran
atau pembatasan kelahiran dengan program Keluarga Berencana (KB).
a. Jumlah Pasangan Usia Subur (PUS)
Pada tahun 2013, jumla
163.862, angka ini mengalami peningkatan jik
yaitu sebanyak 259.120. Yang menjadi peserta KB baru sebanyak
(13,3%) dengan jumlah peserta KB aktif yang dibina s
(76,5%).
b. Peserta KB Baru
Dari 35.125 peserta KB Baru, secara rinci mix kontrasepsi yang digunakan
adalah sebagai berikut :
Gambar
Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 2013
yang mengalami BGM adalah 1.502 (1,7%). Data secara terperinci
43 dan 44.
Pelayanan Kesehatan pada siswa SD
Pelayanan kesehatan pada siswa SD kelas 1 & sederajat yang dilakukan oleh
tenaga kesehatan di tingkat puskesmas diperoleh hasil sebanyak 25.964
murid SD keseluruhan. Dari capaian ini dapat disimpulkan
bahwa pelayanan kesehatan pada siswa SD kelas 1 sudah optimal.
erencana (KB)
Sebagai upaya mengendalikan jumlah kelahiran dan mewujudkan keluarga kecil
yang sehat dan sejahtera, pemerintah melakukan konsep pengaturan jarak kelahiran
atau pembatasan kelahiran dengan program Keluarga Berencana (KB).
Jumlah Pasangan Usia Subur (PUS)
, jumlah PUS yang berhasil didata oleh Puskesmas sebanyak
, angka ini mengalami peningkatan jika dibandingkan dengan tahun 201
. Yang menjadi peserta KB baru sebanyak 35.125
%) dengan jumlah peserta KB aktif yang dibina sebesar 201.732
peserta KB Baru, secara rinci mix kontrasepsi yang digunakan
Gambar 4.1 Grafik Penggunaan Kontrasepsi Th 2013
71
Data secara terperinci
Pelayanan kesehatan pada siswa SD kelas 1 & sederajat yang dilakukan oleh
murid SD
murid SD keseluruhan. Dari capaian ini dapat disimpulkan
jumlah kelahiran dan mewujudkan keluarga kecil
yang sehat dan sejahtera, pemerintah melakukan konsep pengaturan jarak kelahiran
h PUS yang berhasil didata oleh Puskesmas sebanyak
a dibandingkan dengan tahun 2012,
35.125 orang
201.732 orang
peserta KB Baru, secara rinci mix kontrasepsi yang digunakan
Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 201
c. Peserta KB Aktif
Hasil pembinaan peserta KB A
mix kontrasepsi sebagai berikut :
Gambar 4
Dari data diatas menunjukkan bahwa selama tahun 201
kontrasepsi suntik merupakan yang tertinggi karena si
cepat dalam mendapatkan pelayanannya. Apabila dibandingkan dengan data
tahun 2012, kontrasepsi suntik juga masih menduduki peringkat teratas,
sedangkan kontrasepsi pria merupakan yang paling sedikit digunakan yaitu
kondom dan MOP. Hal ini disebabkan banyak suami masih menganggap bahwa
istri saja yang mempunyai kewajiban untuk menggunakan kontrasepsi sebagai
upaya pengaturan kelahiran.
3. Pelayanan Imunisasi
Untuk menurunkan angka kesakitan, kematian dan kecacatan bayi serta an
balita perlu dilaksanakan program imunisasi untuk penyakit
dicegah dengan imunisasi (PD3I) seperti penyakit TBC, Difteri, Pertusis, Tetanus,
Hepatitis B, Polio dan campak. Idealnya bayi harus mendapat imunisasi dasar
lengkap terdiri dari BCG 1 kali, DPT 3 kali, Polio 4 kali, HB 3 kali dan campak 1 kali.
Untuk menilai kelengkapan imunisasi dasar bagi bayi, biasanya dilihat dari cakupan
imunisasi DPT3 + HB, Polio 4 dan Campak
Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 2013
Hasil pembinaan peserta KB Aktif selama tahun 2012 sebesar 201.732
mix kontrasepsi sebagai berikut :
Gambar 4.2 Grafik Penggunaan Kontrasepsi Th 2013
Dari data diatas menunjukkan bahwa selama tahun 2013, pemakaian
kontrasepsi suntik merupakan yang tertinggi karena sifatnya yang praktis dan juga
cepat dalam mendapatkan pelayanannya. Apabila dibandingkan dengan data
, kontrasepsi suntik juga masih menduduki peringkat teratas,
sedangkan kontrasepsi pria merupakan yang paling sedikit digunakan yaitu
OP. Hal ini disebabkan banyak suami masih menganggap bahwa
istri saja yang mempunyai kewajiban untuk menggunakan kontrasepsi sebagai
upaya pengaturan kelahiran.
Untuk menurunkan angka kesakitan, kematian dan kecacatan bayi serta an
balita perlu dilaksanakan program imunisasi untuk penyakit-penyakit yang dapat
dicegah dengan imunisasi (PD3I) seperti penyakit TBC, Difteri, Pertusis, Tetanus,
Hepatitis B, Polio dan campak. Idealnya bayi harus mendapat imunisasi dasar
dari BCG 1 kali, DPT 3 kali, Polio 4 kali, HB 3 kali dan campak 1 kali.
Untuk menilai kelengkapan imunisasi dasar bagi bayi, biasanya dilihat dari cakupan
imunisasi DPT3 + HB, Polio 4 dan Campak 80%.
72
201.732 dengan
, pemakaian
fatnya yang praktis dan juga
cepat dalam mendapatkan pelayanannya. Apabila dibandingkan dengan data
, kontrasepsi suntik juga masih menduduki peringkat teratas,
sedangkan kontrasepsi pria merupakan yang paling sedikit digunakan yaitu
OP. Hal ini disebabkan banyak suami masih menganggap bahwa
istri saja yang mempunyai kewajiban untuk menggunakan kontrasepsi sebagai
Untuk menurunkan angka kesakitan, kematian dan kecacatan bayi serta anak
penyakit yang dapat
dicegah dengan imunisasi (PD3I) seperti penyakit TBC, Difteri, Pertusis, Tetanus,
Hepatitis B, Polio dan campak. Idealnya bayi harus mendapat imunisasi dasar
dari BCG 1 kali, DPT 3 kali, Polio 4 kali, HB 3 kali dan campak 1 kali.
Untuk menilai kelengkapan imunisasi dasar bagi bayi, biasanya dilihat dari cakupan
Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 201
Dengan sasaran bayi sejumlah 26.100 anak, c
HB3 pada tahun 2013 sebesar
tahun 2012 yang sebesar 29.663 (211,8%)
30.402 (116,5%) sedikit menurun
Rate yang didapat selama tahun 201
berarti masih baik. Dari data tersebut maka cakupan imunisasi di Kota Semarang
pada bayi telah dilaksanakan secara lengkap dan memenuhi target yang ada.
Program imunisasi dapat berjalan secara efektif dan memberikan dampak
penurunan kejadian penyakit apabila kelengkapan imunisasi telah terlaksana dan
mutu pelayanan imunisasi diterapkan sesuai standar, terutama dalam penangan co
chain. Strategi operasional pencapaian cakupa
pencapaian Universal Child Immunization (UCI) desa/kelurahan. Tahun 201
desa/kelurahan yang sudah mencapai UCI dengan kriteria cakupan DPT 3, polio dan
Campak 80% sebanyak 177 kelurahan (100%) dari 177 kelur
ini sama dari Tahun 2012 dan tahun 201
Hasil imunisasi TT 1 ibu hamil pada tahun 201
target 85 %, TT 2 sebesar 13.244
1.387 (4,8%) dan TT5 sebesar 1.387 (4,8%)
Pencapaian hasil Imunisasi kontak lengkap di Kota Semarang mulai tahun 2008
sudah mencapai target minimal yaitu 95%. Dibandingkan dengan tahun 201
cakupan imunisasi kontak lengkap tahun 201
Gambar 4.3
BCG
2012 118.4
2013 117.5
020406080
100120140
GRAFIK PENCAPAIAN HASIL IMUNIUSASI
Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 2013
Dengan sasaran bayi sejumlah 26.100 anak, cakupan bayi yang diimunisasi DPT3 +
sebesar 30.077 (115,2%) sedikit berkurang jika dibanding
sebesar 29.663 (211,8%), Cakupan imunisasi campak sebesar
sedikit menurun dari tahun 2012 yaitu 29.473 (210,5%). Adapun D
e yang didapat selama tahun 2013 adalah -0,2 dari batasan -5 > 0 > 5, hal ini
Dari data tersebut maka cakupan imunisasi di Kota Semarang
pada bayi telah dilaksanakan secara lengkap dan memenuhi target yang ada.
apat berjalan secara efektif dan memberikan dampak
penurunan kejadian penyakit apabila kelengkapan imunisasi telah terlaksana dan
mutu pelayanan imunisasi diterapkan sesuai standar, terutama dalam penangan co
chain. Strategi operasional pencapaian cakupan tinggi dan merata dapat dilihat dari
pencapaian Universal Child Immunization (UCI) desa/kelurahan. Tahun 201
desa/kelurahan yang sudah mencapai UCI dengan kriteria cakupan DPT 3, polio dan
80% sebanyak 177 kelurahan (100%) dari 177 kelurahan yang ada, jumlah
dan tahun 2011 yaitu 177 kelurahan (100%).
ibu hamil pada tahun 2013 sebesar 16.015 (55,8 %)
13.244 (46,1 %), TT3 sebesar 4.083 (14,2%), TT4 sebesar
7 (4,8%) dan TT5 sebesar 1.387 (4,8%)
Pencapaian hasil Imunisasi kontak lengkap di Kota Semarang mulai tahun 2008
sudah mencapai target minimal yaitu 95%. Dibandingkan dengan tahun 201
cakupan imunisasi kontak lengkap tahun 2013 meningkat.
Grafik Pencapaian Hasil Imunisasi Th 2013
DPT-HB 1
DPT-HB 3
POLIO 1 POLIO 4 CAMPAK
113.9 114.9 118.9 115.8 114.2
119.8 121.3 120 120 121.9
95
GRAFIK PENCAPAIAN HASIL IMUNIUSASI
73
i yang diimunisasi DPT3 +
jika dibanding
imunisasi campak sebesar
Adapun DO
5 > 0 > 5, hal ini
Dari data tersebut maka cakupan imunisasi di Kota Semarang
pada bayi telah dilaksanakan secara lengkap dan memenuhi target yang ada.
apat berjalan secara efektif dan memberikan dampak
penurunan kejadian penyakit apabila kelengkapan imunisasi telah terlaksana dan
mutu pelayanan imunisasi diterapkan sesuai standar, terutama dalam penangan cool
n tinggi dan merata dapat dilihat dari
pencapaian Universal Child Immunization (UCI) desa/kelurahan. Tahun 2013 jumlah
desa/kelurahan yang sudah mencapai UCI dengan kriteria cakupan DPT 3, polio dan
ahan yang ada, jumlah
%) dengan
, TT3 sebesar 4.083 (14,2%), TT4 sebesar
Pencapaian hasil Imunisasi kontak lengkap di Kota Semarang mulai tahun 2008
sudah mencapai target minimal yaitu 95%. Dibandingkan dengan tahun 2012,
95
74
Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 2013
Gambar 4.4 Peta Cakupan imunisasi Th 2013
B. PELAYANAN KESEHATAN RUJUKAN
1. Kunjungan Pelayanan Kesehatan
Cakupan kunjungan pelayanan kesehatan oleh penduduk dapat diperoleh
dari data kunjungan di sarana pelayanan kesehatan (Puskesmas & Rumah Sakit)
baik kunjungan rawat jalan dan rawat inap. Pada tahun 2013 total kunjungan
pasien rawat jalan dan rawat inap di saryankes mencapai 5.258.010 kunjungan.
Untuk kunjungan rawat jalan sendiri mencapai 4.851.060, mengalami peningkatan
Bandarharjo
Bangetayu
BuganganBulu Lor
Candi Lama
Gayamsari
Genuk
Gunung Pati
Halmahera
Kagok
Karanganyar
Karangayu
Karangdoro
Karangmalang
Kedungmundu
Krobokan
Lamper Tengah
Lebdosari
Mangkang
Manyaran
Mijen
Miroto
Ngaliyan
Ngemplak Simg
Ngesrep
Padangsari
Pandanaran
Pegandan
Poncol
Pudak Payung
Purwoyoso
Rowosari
Sekaran
Srondol
Tambakaji
Tlogosari Kulon
Tlogosari Wetan
Sum2.shp0 - 8990 - 9495 - 150
N
PETA CAKUPAN BCG TH 2013
Bandarharjo
Bangetayu
BuganganBulu Lor
Candi Lama
Gayamsari
Genuk
Gunung Pati
Halmahera
Kagok
Karanganyar
Karangayu
Karangdoro
Karangmalang
Kedungmundu
Krobokan
Lamper Tengah
Lebdosari
Mangkang
Manyaran
Mijen
Miroto
NgaliyanNgemplak Simg
Ngesrep
Padangsari
Pandanaran
Pegandan
Poncol
Pudak Payung
Purwoyoso
Rowosari
Sekaran
Srondol
TambakajiTlogosari Kulon
Tlogosari Wetan
Sum2.shp0 - 8990 - 9495 - 150
N
PETA DPT-HB 3 TH 2013
Bandarharjo
Bangetayu
BuganganBulu Lor
Candi Lama
Gayamsari
Genuk
Gunung Pati
Halmahera
Kagok
Karanganyar
Karangayu
Karangdoro
Karangmalang
Kedungmundu
Krobokan
Lamper Tengah
Lebdosari
Mangkang
Manyaran
Mijen
Miroto
Ngaliyan
Ngemplak Simg
Ngesrep
Padangsari
Pandanaran
Pegandan
Poncol
Pudak Payung
Purwoyoso
Rowosari
Sekaran
Srondol
Tambakaji
Tlogosari Kulon
Tlogosari Wetan
Sum2.shp0 - 8990 - 9495 - 150
N
PETA CAKUPAN CAMPAK TH 2013
Bandarharjo
Bangetayu
BuganganBulu Lor
Candi Lama
Gayamsari
Genuk
Gunung Pati
Halmahera
Kagok
Karanganyar
Karangayu
Karangdoro
Karangmalang
Kedungmundu
Krobokan
Lamper Tengah
Lebdosari
Mangkang
Manyaran
Mijen
Miroto
NgaliyanNgemplak Simg
Ngesrep
Padangsari
Pandanaran
Pegandan
Poncol
Pudak Payung
Purwoyoso
Rowosari
Sekaran
Srondol
TambakajiTlogosari Kulon
Tlogosari W etan
Sum2.shp0 - 8990 - 9495 - 150
N
PETA CAKUPAN POLIO 4 TH 2013
75
Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 2013
jika dibanding tahun 2012 yaitu sebesar 2.845.274 kunjungan, tahun 2011 yaitu
1.398.308 kunjungan dan 2010 yaitu sebesar 1.439.924.
Sedangkan untuk kunjungan rawat inap pada tahun 2013 sebesar 406.950
kunjungan. Namun demikian kunjungan pasien di pelayanan kesehatan ini belum
bisa menunjukkan kunjungan khusus warga Kota Semarang karena berbagai
macam faktor. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada lampiran tabel 58.
2. Indikator Pelayanan Kesehatan di Rumah Sakit
Indikator pelayanan kesehatan di rumah sakit dapat dilihat dari angka BOR,
LOS, TOI, GDR, dan NDR. Adapun data pemanfaatan Rumah Sakit di Kota
Semarang dapat dilihat dari beberapa indikator kinerja sebagai berikut:
a. Bed Occupation Rate (BOR), standar yang ideal untuk suatu Rumah Sakit
adalah antara 70% s.d 80%. Manfaat Angka Penggunaan Tempat Tidur (BOR )
adalah untuk mengetahui tingkat pemanfaatan tempat tidur Rumah Sakit.
Berdasarkan data yang dilaporkan prosentase BOR yang digunakan oleh
penderita Rawat Inap di Rumah Sakit se- Kota Semarang pada tahun 2013
adalah 70,7 %, sedangkan tahun 2012 mencapai 73,7 %, dan tahun 2011
sebesar 62,6%. Adapun jumlah tempat tidur yang tersedia di tahun 2013
sebanyak sebesar sebanyak 3.869 buah. Capaian angka ini belum dapat
mencapai standar yang ideal untuk Rumah Sakit. Hal ini menunjukkan bahwa
pemanfaatan tempat tidur pada Rumah Sakit di Kota Semarang belum
dimanfaatkan secara optimal dan ada Rumah Sakit yang belum bisa
mengirimkan datanya sampai dengan tanggal yang telah ditentukan.
b. Length Of Stay ( LOS) adalah rata-rata dalam 1 (satu) tempat tidur dihuni
oleh 1 (satu) penderita rawat inap yang dihitung dalam hari dengan standar
ideal antara 6 – 9 hari. Manfaat LOS adalah untuk mengukur efisiensi
pelayanan Rumah Sakit, dan untuk mengukur mutu pelayanan Rumah Sakit.
Berdasarkan data yang dilaporkan pencapaian LOS RS tahun 2013 adalah 6,3
hari, mengalami kenaikan dari pada tahun 2012 yang sebesar 5,6 hari, dan
76
Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 2013
tahun 2011 adalah 4,8 hari. Cakupan pencapaian tersebut dapat diartikan
bahwa penggunaan tempat tidur di RS di Kota Semarang sudah memenuhi
standar ideal.
c. Turn of Interval (TOI) adalah rata-rata tempat tidur tidak ditempati
dengan standar ideal antara 1 – 3 hari. TOI untuk Kota Semarang pada tahun
2013 adalah 2,6 hari, untuk tahun 2012 sebesar 2,0 hari, dan tahun 2011
sebesar 2,9 hari. Angka ini dapat diartikan bahwa pemakaian tempat tidur di
Rumah Sakit sudah optimal.
d. Gross Death Rate (GDR), adalah angka kematian untuk tiap-tiap 1000
penderita keluar maksimum adalah 45. Manfaat GDR (Gross Death Rate)
untuk mengetahui mutu pelayanan / perawatan Rumah Sakit. Angka ini bisa
untuk menilai mutu pelayanan jika angka kematian kurang dari 48 jam
rendah. Berdasarkan data yang dilaporkan GDR Kota Semarang pada tahun
2013 adalah 4,1 % mengalami peningkatan dari tahun 2012 yang sebesar 3,5
% dan tahun 2011 sebesar 3,07 %.
e. Neath Death Rate (NDR), manfaat NDR adalah untuk mengetahui mutu
pelayanan / perawatan Rumah Sakit. Semakin rendah NDR suatu Rumah
Sakit, berarti bahwa mutu pelayanan / perawatan Rumah Sakit makin baik.
NDR yang masih dapat ditolerir adalah kurang dari 25 per 1000 penderita
keluar. Pencapaian NDR di Kota Semarang pada tahun 2013 adalah 3,3 %
sedikit mengalami peningkatan jika dibanding dengan tahun 2012 sebesar 2,1
% dan tahun 2011 yang sebesar 1,66 %. Namun demikian secara keseluruhan
pelayanan rumah sakit di Kota Semarang masih tergolong baik.
3. Pelayanan Kesehatan Gigi & Mulut
Kegiatan pelayanan kesehatan gigi dan mulut yang dilaksanakan di sarana
pelayanan kesehatan pada tahun 2013 meliputi pelayanan tumpatan gigi tetap
sejumlah 6.511 kasus, pencabutan gigi tetap 8.401 kasus, dengan rasio untuk
77
Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 2013
tumpatan/pencabutan dibandingkan pencabutan gigi sebesar 0,8 sedikit
mengalami peningkatan dari tahun 2012 sebesar 0,7.
Berdasarkan data yang ada, upaya pelayanan UKGS di sekolah dasar, telah
dilaksanakan pemeriksaan kesehatan gigi terhadap 16.447 siswa (45,9%), dari
total 35.866 anak SD/MI. Dari jumlah tersebut terdapat 3.813 siswa perlu
perawatan dan yang telah mendapatkan perawatan sebanyak 2.344 siswa
(61,5%). Berkaitan dengan kegiatan sikat gigi massal, diperoleh hasil sejumlah 207
SD/MI (79%) telah melakukan kegiatan tersebut dari total 262 SD/MI yang
dilaporkan. Namun demikian sudah 100 % SD/MI mendapat pelayanan kesehatan
gigi.
Berdasarkan data yang ada kesehatan gigi dan mulut masih belum menjadi
alasan penting masyarakat untuk mendapatkan pelayanan kesehatan. Selain itu
pencatatan dan pelaporan pelayanan kesehatan gigi dan mulut masih belum
terlaksana dengan baik sehingga sering terjadi keterlambatan dalam
pelaporannya. Untuk itu perlu adanya peningkatan pelayanan kesehatan gigi
mulut khususnya pada upaya kesehatan secara promotif dan preventif,
peningkatan kemampuan tenaga kesehatan serta peningkatan kualitas
pencatatan dan pelaporan yang ada.
C. PELAYANAN JAMINAN KESEHATAN MASYARAKAT
Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat (JPKM) merupakan upaya
pemeliharaan kesehatan secara paripurna, terstruktur yang dijamin kesinambungan
dan mutunya dimana pembiayaannya dilaksanakan secara pra upaya yang bertujuan
tidak hanya sekedar menyembuhkan penyakit tetapi juga dituntut aktif untuk
berusaha meningkatkan derajad kesehatan dan mencegah peserta agar tidak jatuh
sakit.
Program Jamkesmas diselenggarakan untuk memberikan kemudahan dan
akses pelayanan kesehatan kepada peserta di seluruh jaringan fasilitas kesehatan
yang melaksanakan program Jamkesmas, mendorong peningkatan pelayanan
Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 201
kesehatan yang terstandar dan terkendali mutu dan biayanya, dan tersele
pengelolaan keuangan negara yang transparan dan akuntabel.
Program Jamkesmas dikembangkan dengan memberikan Jaminan Persalinan
bagi semua kehamilan/persalinan (yang belum memiliki Jaminan Persalinan).
Jaminan Persalinan yang memberikan pelayanan k
melahirkan dimana persalinannya ditolong tenaga kesehatan di fasilitas kesehatan
pemerintah dan swasta.
Jumlah warga miskin Kota Semarang Tahun 201
pembiayaan kesehatannya oleh Pemerintah Pusat adalah s
turun 11,94% jika dibandingkan dengan kuota Jamkesmas tahun 2008
306.700 jiwa.
Cakupan kunjungan Jamkesmas di pelayana
untuk rawat jalan mengalami penurunan di
berikut:
Gambar 4.5 Grafik Cakupan Kunjungan Jamkesmas Kota Semarang
Pelayanan persalinan tingkat pertama pada program Jampersal meliputi Ante
Natal Care (ANC) sesuai standar pelayanan KIA dengan frekuensi 4 kali, deteksi dini
faktor risiko, komplikasi kebidanan dan bayi baru lahir, Pertolongan persalinan
normal, Pertolongan persalinan dengan komplikasi dan atau penyulit pervaginam
yang merupakan kompetensi Puskesmas PONED, Pelayanan Nifas (PNC) bagi ibu dan
Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 2013
kesehatan yang terstandar dan terkendali mutu dan biayanya, dan terseleng
egara yang transparan dan akuntabel.
Program Jamkesmas dikembangkan dengan memberikan Jaminan Persalinan
bagi semua kehamilan/persalinan (yang belum memiliki Jaminan Persalinan).
Jaminan Persalinan yang memberikan pelayanan kepada seluruh ibu hamil yang
melahirkan dimana persalinannya ditolong tenaga kesehatan di fasilitas kesehatan
Jumlah warga miskin Kota Semarang Tahun 2013 (kuota) yang ditanggung
pembiayaan kesehatannya oleh Pemerintah Pusat adalah sebanyak 270.096 jiwa
turun 11,94% jika dibandingkan dengan kuota Jamkesmas tahun 2008-2012 sebesar
Cakupan kunjungan Jamkesmas di pelayanan dasar Kota Semarang tahun 201
at jalan mengalami penurunan dibanding 2012, sebagaimana gra
Grafik Cakupan Kunjungan Jamkesmas Kota Semarang
Pelayanan persalinan tingkat pertama pada program Jampersal meliputi Ante
Natal Care (ANC) sesuai standar pelayanan KIA dengan frekuensi 4 kali, deteksi dini
ikasi kebidanan dan bayi baru lahir, Pertolongan persalinan
normal, Pertolongan persalinan dengan komplikasi dan atau penyulit pervaginam
yang merupakan kompetensi Puskesmas PONED, Pelayanan Nifas (PNC) bagi ibu dan
78
nggaranya
Program Jamkesmas dikembangkan dengan memberikan Jaminan Persalinan
bagi semua kehamilan/persalinan (yang belum memiliki Jaminan Persalinan).
epada seluruh ibu hamil yang
melahirkan dimana persalinannya ditolong tenaga kesehatan di fasilitas kesehatan
(kuota) yang ditanggung
ebanyak 270.096 jiwa
2012 sebesar
n dasar Kota Semarang tahun 2013
, sebagaimana grafik
Grafik Cakupan Kunjungan Jamkesmas Kota Semarang
Pelayanan persalinan tingkat pertama pada program Jampersal meliputi Ante
Natal Care (ANC) sesuai standar pelayanan KIA dengan frekuensi 4 kali, deteksi dini
ikasi kebidanan dan bayi baru lahir, Pertolongan persalinan
normal, Pertolongan persalinan dengan komplikasi dan atau penyulit pervaginam
yang merupakan kompetensi Puskesmas PONED, Pelayanan Nifas (PNC) bagi ibu dan
Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 201
bayi baru lahir sesuai standar pelayana
rujukan terencana sesuai indikasi medis untuk ibu dan janin/bayinya. Cakupan
pelayanan Jampersal di pelayanan dasar tergambar pada grafik dibawah ini.
Gambar 4.6 Grafik Cakupan Kunjungan Jampersal Kota Semarang
Jaminan Kesehatan Masyarakat Kota (Jamkesmaskot) merupakan Pengembangan
program jaminan kesehatan di daerah (Jamkesda) dalam upaya menuju pencapaian
kepesertaan semesta (universal coverage
Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sis
rangka memperluas cakupan kepesertaan di luar kuota sasaran yang sudah tercakup
dalam program Jamkesmas (Nasional).
Kota Semarang merupakan salah satu daerah otonomi di Provinsi Jawa Tengah
yang telah mengembangka
jaminan kesehatan di Kota Semarang terbentuk dengan terbitnya Peraturan
Walikota Semarang Nomor 28 Tahun 2009 yang dikenal dengan nama Jaminan
Kesehatan Masyarakat Kota Semarang (Jamkesmaskot).
Dari total penduduk kota Semarang, dapat diketahui penduduk Kota Semarang
yang telah masuk kedalam sistem Jaminan Kesehatan sebesar 1.038.027 jiwa (57%),
sedangkan sisanya sekitar 786.001 jiwa (43%) belum mempunyai jaminan kesehatan.
Selengkapnya dapat dilihat pada g
Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 2013
bayi baru lahir sesuai standar pelayanan KIA dengan frekuensi 4 kali dan Pelayanan
rujukan terencana sesuai indikasi medis untuk ibu dan janin/bayinya. Cakupan
pelayanan Jampersal di pelayanan dasar tergambar pada grafik dibawah ini.
.6 Grafik Cakupan Kunjungan Jampersal Kota Semarang
Jaminan Kesehatan Masyarakat Kota (Jamkesmaskot) merupakan Pengembangan
program jaminan kesehatan di daerah (Jamkesda) dalam upaya menuju pencapaian
universal coverage) sebagaimana amanat Undang
Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN). Dalam
rangka memperluas cakupan kepesertaan di luar kuota sasaran yang sudah tercakup
dalam program Jamkesmas (Nasional).
Kota Semarang merupakan salah satu daerah otonomi di Provinsi Jawa Tengah
yang telah mengembangkan sistem jaminan sosial bagi masyarakatnya. Sistem
jaminan kesehatan di Kota Semarang terbentuk dengan terbitnya Peraturan
Walikota Semarang Nomor 28 Tahun 2009 yang dikenal dengan nama Jaminan
Kesehatan Masyarakat Kota Semarang (Jamkesmaskot).
penduduk kota Semarang, dapat diketahui penduduk Kota Semarang
yang telah masuk kedalam sistem Jaminan Kesehatan sebesar 1.038.027 jiwa (57%),
sedangkan sisanya sekitar 786.001 jiwa (43%) belum mempunyai jaminan kesehatan.
Selengkapnya dapat dilihat pada gambar dibawah ini.
79
n KIA dengan frekuensi 4 kali dan Pelayanan
rujukan terencana sesuai indikasi medis untuk ibu dan janin/bayinya. Cakupan
pelayanan Jampersal di pelayanan dasar tergambar pada grafik dibawah ini.
.6 Grafik Cakupan Kunjungan Jampersal Kota Semarang
Jaminan Kesehatan Masyarakat Kota (Jamkesmaskot) merupakan Pengembangan
program jaminan kesehatan di daerah (Jamkesda) dalam upaya menuju pencapaian
) sebagaimana amanat Undang-Undang
Sosial Nasional (SJSN). Dalam
rangka memperluas cakupan kepesertaan di luar kuota sasaran yang sudah tercakup
Kota Semarang merupakan salah satu daerah otonomi di Provinsi Jawa Tengah
n sistem jaminan sosial bagi masyarakatnya. Sistem
jaminan kesehatan di Kota Semarang terbentuk dengan terbitnya Peraturan
Walikota Semarang Nomor 28 Tahun 2009 yang dikenal dengan nama Jaminan
penduduk kota Semarang, dapat diketahui penduduk Kota Semarang
yang telah masuk kedalam sistem Jaminan Kesehatan sebesar 1.038.027 jiwa (57%),
sedangkan sisanya sekitar 786.001 jiwa (43%) belum mempunyai jaminan kesehatan.
Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 201
Gambar 4.7 Grafik Keperse
Jumlah warga miskin Kota Semarang Tahun 2013 (kuota) yang ditanggung
pembiayaan kesehatannya oleh Pemerintah Pusat turun dari 306.700 jiwa menjadi
270.096, sedangkan warga
tahun 2011 adalah 448.398 jiwa sehingga ada 178.302 jiwa yang menjadi tanggung
jawab Pemerintah Kota dalam pelayanan kesehatan.
Gambar 4.8 Grafik Tren Kunjungan Pasien, Utility dan Anggaran Jamkesmas
Sumber: Seksi Pemberdayaan & Pembiayaan Kesehatan
2,541 , 0%
33,131 , 2%
786,001 , 43%
2010
Kunjungan 14652
Utility 6039
Anggaran 16520
0
10000
20000
30000
40000
50000
60000
Axi
s Ti
tle
Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 2013
Grafik Kepersertaan Jaminan Kesehatan Tahun 2013
Jumlah warga miskin Kota Semarang Tahun 2013 (kuota) yang ditanggung
pembiayaan kesehatannya oleh Pemerintah Pusat turun dari 306.700 jiwa menjadi
270.096, sedangkan warga miskin Kota Semarang berdasarkan hasil validasi data
tahun 2011 adalah 448.398 jiwa sehingga ada 178.302 jiwa yang menjadi tanggung
jawab Pemerintah Kota dalam pelayanan kesehatan.
rafik Tren Kunjungan Pasien, Utility dan Anggaran Jamkesmas
Sumber: Seksi Pemberdayaan & Pembiayaan Kesehatan
270.096 ; 14,8%
178.302 ; 13,2%
175,164 , 9%378,793 , 21%
2,541 , 0%
JAMKESMAS
JAMKESMASKOTASKES
JAMSOSTEK
HATIMAS SETIAASABRI
2010 2011 2012
14652 18666 23700 53693
6039 7693 6523 11042
16520 12358 23218 29719
80
2013
Jumlah warga miskin Kota Semarang Tahun 2013 (kuota) yang ditanggung
pembiayaan kesehatannya oleh Pemerintah Pusat turun dari 306.700 jiwa menjadi
miskin Kota Semarang berdasarkan hasil validasi data
tahun 2011 adalah 448.398 jiwa sehingga ada 178.302 jiwa yang menjadi tanggung
rafik Tren Kunjungan Pasien, Utility dan Anggaran Jamkesmaskot
JAMKESMAS
JAMKESMASK
JAMSOSTEK
HATIMAS
2013
53693
11042
29719
81
Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 2013
Cakupan kunjungan pelayanan jamkesmaskot bagi warga miskin Kota
Semarang tahun 2012 sebanyak 23.700 kunjungan, yang terdiri dari kunjungan
warga miskin yang masuk data base sebanyak 15.496 kunjungan (65,38 %) dan yang
menggunakan SKTM sebanyak 8.204 kunjungan (34,62 %). Kunjungan pelayanan
kesehatan ini bila dibandingkan jumlah warga miskin yang memanfaatkan (utility)
maka rata – rata per orang memanfaatkan 3,6 kali kunjungan per tahun.
D. PERBAIKAN GIZI MASYARAKAT
1. Pemberian Tablet Tambah Darah Pada Ibu Hamil (Fe)
Anemia Gizi adalah rendahnya kadar Haemoglobin (Hb) dalam darah yang
disebabkan karena kekurangan zat gizi yang diperlukan untuk pembentukan Hb
tersebut. Di Indonesia sebagian besar anemia ini disebabkan karena kekurangan zat
besi (Fe) hingga disebut anemia kekurangan zat besi atau anemia gizi besi. Untuk
penanggulangan masalah ini telah dilakukan intervensi dengan distribusi tablet Fe.
Cakupan pemberian tablet Fe terkait erat dengan pelayanan antenatal care (ANC).
Analisis cakupan K4 dengan Fe3 sering menunjukkan adanya kesenjangan yang
cukup besar, hal ini mungkin disebabkan karena belum optimalnya koordinasi lintas
program terkait atau pencatatan dan pelaporan cakupan Fe ibu hamil belum
terlaporkan dengan baik.
Pada tahun 2013 cakupan untuk pemberian tablet Fe 3 sebanyak 27.666 atau
96,36 % dari 28.712 ibu hamil yang ada, ini berarti meningkat dari tahun 2012
dimana cakupan untuk pemberian tablet Fe 3 sebanyak 27.221 bumil atau (95,85%).
Hal ini menunjukkan bahwa penjaringan pertama pada ibu hamil sudah dapat
dilaksanakan sesuai target. Dari data yang ada diperoleh bahwa cakupan pemberian
Fe3 kepada ibu hamil tertinggi diperoleh oleh Puskesmas Halmahera sejumlah
146,04% dan terendah pada puskesmas pegandan sebesar 78,89%.
82
Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 2013
2. Pemberian Kapsul Vitamin A
Tujuan pemberian kapsul Vitamin A adalah untuk menurunkan prevalensi dan
mencegah kekurangan vitamin A (KVA) pada balita. Kapsul vitamin A dosis tinggi
terbukti efektif untuk mengatasi masalah KVA pada masyarakat apabila cakupannya
tinggi. Bukti-bukti lain menunjukkan peranan vitamin A dalam menurunkan angka
kematian yaitu sekitar 30%-54%, maka selain untuk mencegah kebutaan, pentingnya
vitamin A saat ini lebih dikaitkan dengan kelangsungan hidup anak, kesehatan dan
pertumbuhan anak.
Dari data yang dilaporkan oleh puskesmas diperoleh bahwa cakupan
pemberian vitamin A pada bayi umur 6-11 bulan sejumlah 13.542 bayi atau sebesar
100,9% dari 13.445 bayi yang ada. Sedangkan cakupan pemberian vitamin A yang
diberikan 2 kali kepada anak balita ( 1-4 tahun ) sebesar 77.819 anak atau 88,4% dari
88.028 sasaran anak balita yang ada. Bagi ibu nifas diperoleh cata cakupan
pemberian vitamin A sebesar 27.420 ibu nifas (100,05%) dari 27.405 ibu nifas. Data
lebih lengkap dapat dilihat pada lampiran tabel 32.
3. Pemberian ASI Ekslusif
Pemberian ASI sangat perlu diberikan secara ekslusif sampai umur 6 (enam)
bulan dan dapat dilanjutkan sampai anak berumur 2 (dua) tahun. ASI (Air Susu Ibu)
merupakan salah satu makanan yang sempurna dan terbaik bagi bayi karena
mengandung unsur-unsur gizi yang dibutuhkan oleh bayi untuk pertumbuhan dan
perkembangan bayi guna mencapai pertumbuhan dan perkembangan bayi yang
optimal. Walaupun demikian masih terdapat kendala dalam pemantauan pemberian
ASI Ekslusif karena belum ada sistem yang dapat diandalkan. Selama ini pemantauan
tingkat pencapaian ASI Ekslusif dilakukan melalui laporan puskesmas yang diperoleh
dari hasil wawancara pada waktu kunjungan bayi di Puskesmas.
Berdasarkan hasil laporan puskesmas tahun 2013, pemberian ASI Ekslusif
pada bayi umur 0-6 bulan sejumlah 7.986 bayi atau 61,2% dari 13.050 bayi. Hal ini
menynjukkan peningkatan dari tahun 2012, dimana pemberian ASI Ekslusif sebesar
9.547 (64,0%) dari 14.915 bayi usia 0 – 6 bulan yang ada. Jika dibandingkan dengan
83
Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 2013
cakupan Indonesia tahun 2012 sebesar 64,0% maka cakupan di tahun 2012 ini sedikit
mengalami penurunan.
Namun demikian terdapat beberapa hal yang menghambat pemberian ASI
Ekslusif diantaranya adalah : rendahnya pengetahuan ibu dan keluarga lainnya
mengenai manfaat dan cara menyusui yang benar, kurangnya pelayanan konseling
laktasi dan dukungan dari petugas kesehatan, faktor sosial budaya, kondisi yang
kurang memadai bagi para ibu yang bekerja dan gencarnya pemasaran susu formula.
Untuk itu tingkat pencapaian dalam program ASI Ekslusif ini harus mendapatkan
perhatian khusus dan memerlukan pemikiran dalam mencari upaya-upaya terobosan
serta tindakan nyata yang harus dilakukan oleh provider di bidang kesehatan dan
semua komponen masyarakat dalam rangka penyampaian informasi maupun
sosialisasi guna meningkatkan pengetahuan dan kesadaran masyarakat.
E. PELAYANAN KESEHATAN USIA LANJUT (USILA)
Pelayanan kesehatan usila yang dimaksudkan adalah penduduk usia 60 tahun ke
atas yang mendapatkan pelayanan kesehatan sesuai standar oleh tenaga kesehatan
baik di puskesmas maupun di Posyandu Kelompok Usia Lanjut (Poksila). Hasil
kegiatan pelayanan kesehatan Usila di Kota Semarang pada tahun 2013 sejumlah
39.478 (64,76%) dari 60.965 usia yang ada, atau mengalami peningkatan dari tahun
2012 yang sebesar 32.958 (64,37%) dari 51.200 jumlah usila yang ada.
Namun demikian keaktifan petugas puskesmas dalam melakukan pembinaan dan
pelayanan di dalam dan luar gedung terhadap kelompok usia lanjut sangat
mendukung pencapaian indikator tersebut.
F. PELAYANAN KESEHATAN PEKERJA
Dari laporan Puskesmas yang terdata cakupan pelayanan kesehatan pekerja
baik sektor formal maupun informal yang dilayani di Kota Semarang pada Tahun
2013 cakupan pelayanan kesehatan kerja sebesar 75.583 menurun 0,85 % dibanding
tahun 2012 dengan rincian kasus penyakit umum pada pekerja sebesar 58.303 (77%),
Kasus diduga PAK pada pekerja 3.890 (5%), kasus Penyakit Akibat Kerja sebesar 804
Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 201
(1%), Kasus Kecelakaan kerja 400 (1 %) dan kasus lainnya sebesar 12.186 (16%).
Gambaran cakupan pelayan kesehatan kerja dapat dilihat pada grafik dibawah ini.
Gambar 4.9 Grafik Cakupan Upaya Kesehatan Kerja Kota Semarang
Sumber: Seksi Pemberdayaan & Pembiayaan Kesehatan
G. PELAYANAN KESEHATAN KHUSUS
1. Sarana Kesehatan dengan Kemampuan Gawat Darurat
Sarana kesehatan dengan kemampuan gawat darurat yang dapat diakses oleh
masyarakat di Kota Semarang pada tahun
(58,06%) yaitu 16 Rumah Sakit Umum (100%), 1 RS Jiwa (100%), 7 RS Khusus
(87,5%) dan 13 puskesmas perawatan (100%).
2. Pelayanan Kesehatan Jiwa
Selain menyelenggarakan pelayanan kesehatan secara umum, sarana
kesehatan yang ada juga memberikan
Berdasarkan data yang berhasil didapat, pelayanan kesehatan jiwa pada
Puskesmas dan Rumah Sakit
dengan jumlah kunjungan ganggu
Namun demikian angka ini termasuk kunjungan gangguan jiwa bagi warga di luar
Kota Semarang yang mendapatkan pelayanan di sarana kesehatan Kota
Semarang.
Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 2013
(1%), Kasus Kecelakaan kerja 400 (1 %) dan kasus lainnya sebesar 12.186 (16%).
Gambaran cakupan pelayan kesehatan kerja dapat dilihat pada grafik dibawah ini.
Cakupan Upaya Kesehatan Kerja Kota Semarang
emberdayaan & Pembiayaan Kesehatan
PELAYANAN KESEHATAN KHUSUS
Sarana Kesehatan dengan Kemampuan Gawat Darurat
Sarana kesehatan dengan kemampuan gawat darurat yang dapat diakses oleh
masyarakat di Kota Semarang pada tahun 2013 sebanyak 37 sarana kes
(58,06%) yaitu 16 Rumah Sakit Umum (100%), 1 RS Jiwa (100%), 7 RS Khusus
(87,5%) dan 13 puskesmas perawatan (100%).
Pelayanan Kesehatan Jiwa
Selain menyelenggarakan pelayanan kesehatan secara umum, sarana
kesehatan yang ada juga memberikan pelayanan terhadap kesehatan jiwa.
Berdasarkan data yang berhasil didapat, pelayanan kesehatan jiwa pada
Puskesmas dan Rumah Sakit di Kota Semarang pada tahun 2013 yang diwakili
dengan jumlah kunjungan gangguan jiwa menunjukkan 37.747 kunjungan pasien.
mun demikian angka ini termasuk kunjungan gangguan jiwa bagi warga di luar
Kota Semarang yang mendapatkan pelayanan di sarana kesehatan Kota
84
(1%), Kasus Kecelakaan kerja 400 (1 %) dan kasus lainnya sebesar 12.186 (16%).
Gambaran cakupan pelayan kesehatan kerja dapat dilihat pada grafik dibawah ini.
Cakupan Upaya Kesehatan Kerja Kota Semarang
Sarana kesehatan dengan kemampuan gawat darurat yang dapat diakses oleh
sebanyak 37 sarana kesehatan
(58,06%) yaitu 16 Rumah Sakit Umum (100%), 1 RS Jiwa (100%), 7 RS Khusus
Selain menyelenggarakan pelayanan kesehatan secara umum, sarana
pelayanan terhadap kesehatan jiwa.
Berdasarkan data yang berhasil didapat, pelayanan kesehatan jiwa pada
yang diwakili
kunjungan pasien.
mun demikian angka ini termasuk kunjungan gangguan jiwa bagi warga di luar
Kota Semarang yang mendapatkan pelayanan di sarana kesehatan Kota
Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 201
H. KEADAAN KESEHATAN LINGKUNGAN
Lingkungan merupakan salah satu variabel yang perlu mendapat perhatian
khusus dalam menilai kondisi kesehatan masyarakat. Bersama dengan faktor
perilaku, pelayanan kesehatan dan genetik, lingkungan mempengaruhi derajat
kesehatan masyarakat. Untuk menggambarkan keadaan lingkungan, akan disajikan
indikator -indikator seperti: ak
akses terhadap sanitasi layak.
1. Sarana Air Bersih dan Akses Air Mimum Berkualitas
a. Ketersediaan Air Bersih
Air adalah salah satu sumber kehidupan, dan setiap manusia memerlukan air
bersih Oleh karena itu air bersih harus selalu tersedia dalam jumlah yang cukup dan
memenuhi syarat kesehatan (syarat fisik, kimiawi, dan bakteriologi). Tahun 201
jumlah KK yang diperiksa sumber air bersihnya adalah 3
414.725 KK yang ada. Adapun c
sarananya adalah sebagai berikut:
Gambar 4.10 Grafik Penggunaan Air Bersih Menurut Jenis Sarana
Dari data yang ada, suplai air bersih rumah tangga terbesar di Kota Semarang
berasal dari Ledeng 65%, diikuti oleh sumur Gali
Upaya peningkatan kualitas air bersih akan meningkat apabila diikuti upaya
perbaikan sanitasi (sarana pembuangan kotoran manusia, sampah, air limbah ).
Selain itu adanya peran serta dan kesadaran sekt
meningkat berkenaan dengan kualitas air bersih.
Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 2013
. KEADAAN KESEHATAN LINGKUNGAN
Lingkungan merupakan salah satu variabel yang perlu mendapat perhatian
husus dalam menilai kondisi kesehatan masyarakat. Bersama dengan faktor
perilaku, pelayanan kesehatan dan genetik, lingkungan mempengaruhi derajat
kesehatan masyarakat. Untuk menggambarkan keadaan lingkungan, akan disajikan
indikator seperti: akses terhadap air bersih dan air minum berkualitas dan
akses terhadap sanitasi layak.
1. Sarana Air Bersih dan Akses Air Mimum Berkualitas
Air adalah salah satu sumber kehidupan, dan setiap manusia memerlukan air
a itu air bersih harus selalu tersedia dalam jumlah yang cukup dan
memenuhi syarat kesehatan (syarat fisik, kimiawi, dan bakteriologi). Tahun 201
jumlah KK yang diperiksa sumber air bersihnya adalah 320.571 KK atau 7
414.725 KK yang ada. Adapun cakupan prosentase air bersih menurut jenis
sarananya adalah sebagai berikut:
Grafik Penggunaan Air Bersih Menurut Jenis Sarana
Sumber: Seksi PAL Bidang PKPKL
Dari data yang ada, suplai air bersih rumah tangga terbesar di Kota Semarang
%, diikuti oleh sumur Gali 20%.
Upaya peningkatan kualitas air bersih akan meningkat apabila diikuti upaya
perbaikan sanitasi (sarana pembuangan kotoran manusia, sampah, air limbah ).
Selain itu adanya peran serta dan kesadaran sektor swasta penyedia air bersih yang
meningkat berkenaan dengan kualitas air bersih.
85
Lingkungan merupakan salah satu variabel yang perlu mendapat perhatian
husus dalam menilai kondisi kesehatan masyarakat. Bersama dengan faktor
perilaku, pelayanan kesehatan dan genetik, lingkungan mempengaruhi derajat
kesehatan masyarakat. Untuk menggambarkan keadaan lingkungan, akan disajikan
ses terhadap air bersih dan air minum berkualitas dan
Air adalah salah satu sumber kehidupan, dan setiap manusia memerlukan air
a itu air bersih harus selalu tersedia dalam jumlah yang cukup dan
memenuhi syarat kesehatan (syarat fisik, kimiawi, dan bakteriologi). Tahun 2013
KK atau 77,3% dari
akupan prosentase air bersih menurut jenis
Grafik Penggunaan Air Bersih Menurut Jenis Sarana
Dari data yang ada, suplai air bersih rumah tangga terbesar di Kota Semarang
Upaya peningkatan kualitas air bersih akan meningkat apabila diikuti upaya
perbaikan sanitasi (sarana pembuangan kotoran manusia, sampah, air limbah ).
or swasta penyedia air bersih yang
Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 201
b. Akses Air Minum
Tahun 2013 jumlah keluarga dengan akses air minum yang diperiksa adalah
406.891 KK. Dari jumlah tersebut jumlah KK dengan akses air minum terlindungi
sebesar 392.424 KK atau 96,4
Gambar 4.11 Grafik Akses Air Minum Masyarakat Kota Semarang
Sumber: Seksi PAL Bidang PKPKL
Dari grafik diatas dapat disimpulkan bahwa sumber air minum keluarga yang
digunakan paling banyak berasal dari ledeng meteran dengan
Data lebih lengkap dapat dilihat pada lampiran tabel 65.
2. Sarana dan Akses Terhadap Sanitasi Dasar
a. Rumah Sehat
Rumah adalah kebutuhan dasar manusia, dan lingkungan yang sehat dapt
berawal dari rumah yang sehat. Rumah tida
SPT, 4.9
Mata air, 1.9
Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 2013
jumlah keluarga dengan akses air minum yang diperiksa adalah
KK. Dari jumlah tersebut jumlah KK dengan akses air minum terlindungi
4%.
Grafik Akses Air Minum Masyarakat Kota Semarang
Sumber: Seksi PAL Bidang PKPKL
Dari grafik diatas dapat disimpulkan bahwa sumber air minum keluarga yang
digunakan paling banyak berasal dari ledeng meteran dengan 204.118 KK (
Data lebih lengkap dapat dilihat pada lampiran tabel 65.
2. Sarana dan Akses Terhadap Sanitasi Dasar
Rumah adalah kebutuhan dasar manusia, dan lingkungan yang sehat dapt
berawal dari rumah yang sehat. Rumah tidak hanya sebatas tempat berteduh
Kemasan, 0.0
Ledeng, 63.2
SPT, 4.9
SGL, 19.0
Mata air, 1.9
PAH, 0.1
Lain, 11.0
86
jumlah keluarga dengan akses air minum yang diperiksa adalah
KK. Dari jumlah tersebut jumlah KK dengan akses air minum terlindungi
Grafik Akses Air Minum Masyarakat Kota Semarang
Dari grafik diatas dapat disimpulkan bahwa sumber air minum keluarga yang
KK (50,2%).
Rumah adalah kebutuhan dasar manusia, dan lingkungan yang sehat dapt
k hanya sebatas tempat berteduh
Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 201
semata, rumah juga salah satu pembentuk karakter indifidu untuk berperilaku sehat.
di Kota Semarang pada tahun 201
unit atau (89,4%), dari jumlah tersebut diperoleh jumlah rumah
284.445 unit atau 89 %.
Rumah juga merupakan salah satu tempat penularan penyakit, salah satunya
adalah penyakit demam berdarah (DBD) yang ditularkan oleh vektor nyamuk. Pada
tahun 2013, terdapat 137.656
terhadap bangunan bebas jentik diperoleh hasil
bangunan bebas jentik. Jika dibandingkan dengan cakupan tahun 201
82.42% bangunan bebas jentik nyamuk, maka masih sangat
partisipasi masyarakat damam penggerakan kegiatan pemberantasan nyamuk / PSN
di rumah dan lingkungannya mengingat Kota Semarang merupakan kota endemis
demam berdarah.
b. Keluarga dengan Jamban Sehat
Jamban Sehat adalah salah satu syarat rumah sehat.
jamban yang memenuhi syarat kesehatan diperlukan sebagai upaya untuk mencegah
terjadinya penularan penyakit. Berdasarkan laporan puskesmas, pada tahun 2012
dari 320.184 KK (77,2%) yang diperiksa
memiliki jamban keluarga dan sebanyak
jamban yang sehat. Faktor yang turut mendukung pencapaian target tersebut yaitu
meningkatnya pembangunan dan pengembangan perumahan yang memenuhi syarat
kesehatan.
Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 2013
semata, rumah juga salah satu pembentuk karakter indifidu untuk berperilaku sehat.
di Kota Semarang pada tahun 2013, jumlah rumah yang diperiksa adalah
ari jumlah tersebut diperoleh jumlah rumah yang sehat adalah
Rumah juga merupakan salah satu tempat penularan penyakit, salah satunya
adalah penyakit demam berdarah (DBD) yang ditularkan oleh vektor nyamuk. Pada
137.656 (39,31%) unit yang diperiksa. Dari hasil pemeriksaan
terhadap bangunan bebas jentik diperoleh hasil 109.007 unit atau 79,19
bangunan bebas jentik. Jika dibandingkan dengan cakupan tahun 2012 yang tercatat
% bangunan bebas jentik nyamuk, maka masih sangat diperlukan peningkat
partisipasi masyarakat damam penggerakan kegiatan pemberantasan nyamuk / PSN
di rumah dan lingkungannya mengingat Kota Semarang merupakan kota endemis
b. Keluarga dengan Jamban Sehat
Jamban Sehat adalah salah satu syarat rumah sehat. Pengelolaan sebuah
jamban yang memenuhi syarat kesehatan diperlukan sebagai upaya untuk mencegah
terjadinya penularan penyakit. Berdasarkan laporan puskesmas, pada tahun 2012
(77,2%) yang diperiksa diketahui bahwa 288.996 KK (90,
memiliki jamban keluarga dan sebanyak 278.565 KK (96,4%) telah memenuhi syarat
jamban yang sehat. Faktor yang turut mendukung pencapaian target tersebut yaitu
meningkatnya pembangunan dan pengembangan perumahan yang memenuhi syarat
87
semata, rumah juga salah satu pembentuk karakter indifidu untuk berperilaku sehat.
, jumlah rumah yang diperiksa adalah 319.615
yang sehat adalah
Rumah juga merupakan salah satu tempat penularan penyakit, salah satunya
adalah penyakit demam berdarah (DBD) yang ditularkan oleh vektor nyamuk. Pada
ri hasil pemeriksaan
19% adalah
yang tercatat
peningkatan
partisipasi masyarakat damam penggerakan kegiatan pemberantasan nyamuk / PSN
di rumah dan lingkungannya mengingat Kota Semarang merupakan kota endemis
Pengelolaan sebuah
jamban yang memenuhi syarat kesehatan diperlukan sebagai upaya untuk mencegah
terjadinya penularan penyakit. Berdasarkan laporan puskesmas, pada tahun 2012
KK (90,3%) telah
%) telah memenuhi syarat
jamban yang sehat. Faktor yang turut mendukung pencapaian target tersebut yaitu
meningkatnya pembangunan dan pengembangan perumahan yang memenuhi syarat
88
Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 2013
c. Pengolahan Air Limbah
Salah satu upaya mendukung terwujudnya kualitas lingkungan yang sehat
adalah pengelolaan air limbah yang sesuai standar dan memenuhi syarat kesehatan.
Saluran Pembuangan Air Limbah (SPAL) adalah suatu bangunan yang digunakan
untuk membuang air buangan kamar mandi, tempat cuci, dapur dan lain-lain bukan
dari jamban atau peturasan. SPAL yang sehat hendaknya memenuhi persyaratan
sebagai berikut :
Tidak mencemari sumber air bersih (jarak dengan sumber air bersih minimal
10 meter
Tidak menimbulkan genangan air yang dapat dipergunakan untuk sarang
nyamuk (diberi tutup yang cukup rapat)
Tidak menimbulkan bau (diberi tutup yang cukup rapat)
Tidak menimbulkan becek atau pandangan yang tidak menyenangkan (tidak
bocor sampai meluap)
Selama tahun 2013 jumlah pengelolaan air limbah di rumah tangga yang
diperiksa adalah 321.404 (77,5%) KK dan yang memiliki sarana tersebut sejumlah
289.961 KK (90,2%) sedangkan yang memenuhi syarat kesehatan sebanyak 279.246
KK (96,3 %).
d. Tempat – Tempat Umum dan Tempat Pengelolaan Makanan (TTU dan TUPM)
Pengawasan sanitasi tempat umum bertujuan untuk mewujudkan kondisi
tempat umum yang memenuhi syarat kesehatan agar masyarakat pengunjung
terhindar dari kemungkinan bahaya penularan penyakit serta tidak menjadi sarang
vektor penyakit yang dapat menimbulkan menyebabkan gangguan terhadap
kesehatan masyarakat di sekitarnya. Tempat-tempat umum merupakan tempat
kegiatan bagi umum yang disediakan oleh badan – badan pemerintah, swasta atau
perorangan yang langsung digunakan oleh masyarakat yang mempunyai tempat dan
kegiatan tetap, memiliki fasilitas sanitasi (jamban, tempat pembuangan sampah dan
limbah) untuk kebersihan dan kesehatan di lingkungan. Tempat-tempat umum yang
89
Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 2013
sehat berpengaruh cukup besar di masyarakat karena masyarakat menggunakan
fasilitas umum tersebut untuk berbagai kepentingan.
Pengawasan sanitasi tempat umum meliputi sarana wisata, sarana ibadah,
sarana transportasi, sarana ekonomi dan sosial. Jumlah TTU dan TPM di Kota
Semarang tahun 2013 sejumlah 2.654 pengelolaan makanan (TUPM) di Kota
Semarang, dari jumlah tersebut TUPM yang diperiksa sebanyak 1.964 unit, dan yang
dinyatakan sehat sejumlah 1.780 unit atau 90,63%. TUPM tersebut meliputi hotel,
restoran/rumah makan dan pasar.
- Jumlah hotel : 100 unit, jumlah diperiksa 91 unit, jumlah sehat 91 unit
(100%)
- Jumlah pasar : 59 buah, jumlah diperiksa 53 unit, jumlah sehat 40 unit
(75%)
- Jumlah restoran/rumah makan: 856 unit, jumlah diperiksa 480 unit,
jumlah sehat 480 unit (95,20%)
- Jumlah TUPM lainnya : 1.639 unit, jumlah diperiksa 1.340 unit, jumlah
sehat 1.192 unit (88,95%)
e. Kesehatan Lingkungan Institusi
Upaya pembinaan kesehatan lingkungan pada tahun 2013 ini selain
dilakukan pada rumah tangga dan tempat-tempat umum, juga dilaksanakan pada
beberapa institusi/sarana seperti:
- sarana kesehatan sejumlah 807 tempat, dan yang telah dilakukan
pembinaan sebanyak 785 tempat atau 97,3 %.
- Instalasi Pengolahan Air Minum sejumlah 255 tempat, dan yang telah
dilakukan pembinaan sebanyak 194 tempat atau 76,1 %.
- sarana pendidikan sejumlah 1.505 tempat, dan yang telah dilakukan
pembinaan sebanyak 1.452 tempat atau 96,5 %.
- sarana ibadah sejumlah 1.680 tempat, dan yang telah dilakukan
pembinaan sebanyak 1.540 tempat atau 91,7 %.
90
Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 2013
- perkantoran sejumlah 430 tempat, dan yang telah dilakukan pembinaan
sebanyak 324 tempat atau 75,3 %.
- Dan sarana lain sejumlah 730 tempat, dan yang telah dibina sebanyak
673 tempat atau 92,2%.
Data lebih lengkap dapat dilihat pada lampiran tabel nomer 68.
I. KEADAAN PERILAKU MASYARAKAT
1. Rumah Tangga Ber-Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) tatanan rumah tangga merupakan
sekumpulan perilaku yang dipraktikan anggota rumah tangga atas dasar kesadaran
menolong dirinya sendiri dalam bidang kesehatan dan berperan aktif dalam
meningkatkan derajad kesehatan masyarakat.
PHBS dalam rumah tangga di Kota Semarang diterjemahkan dalam 16
indikator PHBS yang mengacu pada 16 indikator PHBS di Provinsi Jawa Tengah.
Pembinaan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat di Kota semarang dilakukan oleh Dinas
Kesehatatan bermitra dengan Tim Penggerak PKK dan instansi terkait melalui
kegiatan penyuluhan, pengkajian strata, bahkan Lomba Pelaksana PHBS. Dengan
mengkaji PHBS melalui 16 indikator diharapkan masyarakat mampu mengetahui
jumlah rumah tangga yang ber-PHBS dan yang belum, serta prioritas masalah
perilaku yang berpotensi mempengarui derajad kesehatannya sehingga sesegera
mungkin dilakukan upaya mengatasinya.
Dari hasil pengkajian PHBS tahun 2013 yang dilakukan oleh Dinas kesehatan
bersama PKK, secara total populasi rumah tangga (total covered ) diperoleh jumlah
rumah tangga berPHBS (strata Utama dan paripurna) sebesar 88,87 % terdiri dari
strata utama 69,16% dan strata paripurna 19,71 % sementara jumlah rumah tangga
yang belum BerPHBS sebanyak 9,8 % terdiri dari strata pratama 1,62% dan madya
9,5%
91
Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 2013
2. Posyandu Purnama dan Mandiri
Posyandu memiliki peran yang sangat penting dalam sistem penyelenggaraan
pelayanan kebutuhan dasar dalam rangka meningkatkan kualitas sumber daya
manusia secara dini serta merupakan lini terdepan dari deteksi dini di bidang
kesehatan yang dilakukan oleh masyarakat. Agar posyandu dapat melakukan fungsi
dasarnya, dimana posyandu mempunyai daya ungkit yang sangat besar terhadap
penurunan Angka Kematian Bayi, Angka Kematian Balita dan Angka Kematian Ibu,
maka perlu adanya upaya untuk memantau dan mendorong tingkat perkembangan
posyandu.
Jumlah posyandu di Kota Semarang dari tahun ke tahun selalu meningkat,
pada tahun 2012 jumlah posyandu tercatat 1.556 buah dengan posyandu aktif
sejumlah 1.150 buah, sedangkan di tahun 2013 jumlah Posyandu adalah 1.559 buah,
meningkat 3 posyandu. Tingkat Perkembangan Posyandu berdasarkan penghitungan
strata posyandu di tahun 2013 diperoleh jumlah posyandu berstrata Purnama 628
buah (40,28%) dan mandiri 574 buah (36,82%), sementara jumlah posyandu
berstrata pratama 39 (2,5%) dan madya 318 (20,4%). Jumlah posyandu aktif adalah
1.202 (77,10%). Untuk lebih lengkap dapat dilihat pada lampiran tabel 72.
92
Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 2013
Sumber daya kesehatan merupakan salah satu faktor pendukung dalam
penyediaan pelayanan kesehatan yang berkualitas, yang diharapkan dapat
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Pada bab ini, sumber daya kesehatan
diulas dengan menyajikan gambaran keadaan sarana kesehatan, tenaga kesehatan,
perbekalan kesehatan dan pembiayaan kesehatan.
A. SARANA KESEHATAN
Untuk mewujudkan pelayanan kesehatan yang optimal bagi masyarakat perlu
didukung oleh adanya sarana kesehatan yang memadai dan memiliki kualitas
pelayanan yang baik. Sarana kesehatan dasar yang ada di Kota Semarang pada tahun
2013 terdiri dari :
No Nama 2011 2012 2013
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Rumah sakit umum pemerintah
Rumah sakit umum swasta
Rumah sakit jiwa
Rumah sakit ibu dan anak
Rumah sakit bersalin
Puskesmas
- Puskesmas perawatan
- Puskesmas non perawatan
- Puskesmas pembantu
- Puskesmas keliling
Rumah bersalin
Balai pengobatan umum
Balai pengobatan gigi
Klinik 24 Jam
5
9
1
4
3
37
13
24
35
37
6
139
24
9
5
9
1
3
3
37
12
24
35
37
6
72
25
9
5
10
1
3
2
37
12
25
35
37
6
80
25
7
SITUASI SUMBER DAYA KESEHATAN KOTA SEMARANG
BAB
V
93
Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 2013
11
12
13
14
15
Klinik utama
Apotek
Dokter umum praktek perorangan
Dokter spesialis praktek
Dokter gigi praktek
14
381
1327
681
328
31
403
1512
691
358
36
406
1640
730
393
Data secara lengkapnya dapat dilihat pada tabel 70.
Sarana Pelayanan Kesehatan dengan Laboratorium Kesehatan dan 4 spesialis
dasar.
Dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan kesehatan kepada masyarakat, telah
terdapat beberapa sarana pelayanan kesehatan yang telah dilengkapi oleh fasilitas
laboratorium kesehatan dan 4 (empat) spesialis dasar. Kondisi yang ada di Kota
Semarang pada tahun 2013, diketahui bahwa sarana kesehatan yang memiliki
laboratorium kesehatan sebanyak 59 buah (100%) dan yang memberikan pelayanan
4 spesialis dasar sebesar 15 buah (93,75%). Sarana kesehatan tersebut terdiri dari :
16 Rumah Sakit Umum dengan fasilitas laboratorium kesehatan dan 4 spesialis dasar;
5 buah Rumah Sakit Khusus yang memiliki laboratorium kesehatan, 1 Rumah Sakit
Jiwa, serta 37 puskesmas se-Kota Semarang telah seluruhnya dilengkapi oleh fasilitas
laboratorium kesehatan sederhana
Sarana kesehatan dengan kemampuan gawat darurat yang dapat diakses
oleh masyarakat di Kota Semarang pada tahun 2013 sebanyak 37 sarana kesehatan
(58,06%) yaitu 16 Rumah Sakit Umum (100%), 1 RS Jiwa (100%), 7 RS Khusus (87,5%)
dan 13 puskesmas perawatan (100%).
Desa Siaga, merupakan desa yang penduduknya memiliki kesiapan sumber
daya dan kemampuan serta kemauan untuk mencegah dan mengatasi masalah-
masalah kesehatan secara mandiri. Sebuah desa dikatakan menjadi desa siaga
apabila desa tersebut telah memiliki minimal sebuah Pos Kesehatan Desa
(Poskesdes). Jumlah desa/kelurahan siaga yang ada di Kota Semarang Tahun 2013
sebanyak 177 Kelurahan, artinya semua kelurahan di Kota Semarang telah menjadi
kelurahan siaga.
94
Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 2013
Kondisi bangunan & sarana pendukung puskesmas Kota Semarang tahun 2013
No Sarana Jumlah
Kondisi
Baik Rusak
ringan
Rusak
sedang
Rusak
berat
1
2
3
4
Puskesmas
Puskesmas pembantu
Rumah dinas (dokter)
Pusling roda 4
37
33
14
37
31
16
1
5
6
10
9
17
0
9
4
5
0
0
0
10
B. TENAGA KESEHATAN
Penyelenggaraan upaya kesehatan tidak akan berjalan dengan baik jika tidak
didukung oleh ketersediaan sumber daya manusia yang berkualitas. Oleh karena itu
diperlukan peningkatan kuantitas dan kualitas sumber daya manusia (SDM) dibidang
kesehatan, yang diharapkan mampu bekerja secara profesional dan selalu berusaha
untuk mengembangkan kemampuan secara keilmuan dan ketrampilannya dalam
rangka memberikan pelayanan yang optimal kepada masyarakat.
Informasi tenaga kesehatan diperlukan bagi perencanaan dan pengadaan
tenaga serta pengelolaan kepegawaian. Kesulitan memperoleh data ketenagaan
yang mutakhir disebabkan antara lain karena sifat data ketenagaan yang selalu
berubah terus-menerus sehingga sistem pencatatan dan pelaporan belum dapat
ditampilkan secara lengkap, akurat dan sistematis. Sebaran tenaga kesehatan di
sarana pelayanan kesehatan, Rumah Sakit, dan Dinas Kesehatan Kota Semarang
sebagai berikut:
Tabel 5.1 : Data Tenaga Kesehatan di Kota Semarang Tahun 2013
No
Jenis Tenaga Kesehatan
Unit Kerja
Jumlah DKK Puskesmas
RSU/RS RSB
Khusus Lainnya
Institusi Diknake
s /Diktat
Sarana Kesh Lain
(IF & Labkesda)
1 Dokter Spesialis 0 1 728 0 729
2 Dokter Umum 6 109 294 0 409
3 Dokter Gigi 3 45 64 0 112
95
Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 2013
Dokter Gigi Spesialis 0 0 22 0 22
4 Perawat 2 150 3.195 0 3.347
5 Sarjana Keperawatan 3 12 605 0 620
Perawat Gigi 0 44 75 0 119
6 Bidan 3 142 191 0 336
7 Tenaga Farmasi 1 34 293 1 328
8 Sarjana Farmasi & Apoteker 2 12 76 3 90
9 Tenaga Sanitarian 3 38 12 0 53
10 Kesehatan Masy. 37 9 57 0 103
11 Tenaga Gizi 3 34 109 0 146
12 Tenaga Terapi Fisik 0 0 117 0 117
13 Tenaga Keteknisian Medik 0 43 667 0 710
Sumber : Sub Bag Umum Kepegawaian dan Bidang Yankes
Adapun Rasio tenaga kesehatan Kota Semarang (berdasarkan lokasi kerja di
puskesmas, Rumah Sakit dan Dinas Kesehatan Kota Semarang) dibandingkan
dengan jumlah penduduk kota Semarang tahun 2013 dapat diperoleh data
sebagai berikut:
a. jumlah Dokter Umum sebesar 19.7 per 100.000 penduduk
(target IS: 40/100.000 penduduk)
b. jumlah Dokter Spesialis sebesar 38,7 per 100.000 penduduk
(target IS: 6/100.000 penduduk)
c. jumlah Dokter Gigi sebesar 6.8 per 100.000 penduduk
(target IS: 11/100.000 penduduk)
d. jumlah Perawat sebesar 82 per 100.000 penduduk
(target IS: 117,5/100.000 penduduk)
e. jumlah Bidan sebesar 35 per 100.000 penduduk
(target IS: 100/100.000 penduduk)
f. jumlah Tenaga Farmasi sebesar 28 per 100.000 penduduk
(target IS 2011 : 10/100.000 penduduk)
g. jumlah Tenaga Gizi sebesar 7 per 100.000 penduduk
(target IS 2011 : 22/100.000 penduduk)
96
Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 2013
h. jumlah Tenaga Kesehatan Masyarakat sebesar 6,0 per 100.000 penduduk
(target IS 2010 : 40/100.000 penduduk)
i. jumlah Tenaga Sanitasi sebesar 3,1 per 100.000 penduduk
(target IS 2010 : 40/100.000 penduduk)
j. jumlah tenaga teknisi medis sebesar 29 per 100.000 penduduk
Data secara lengkap dapat dilihat pada tabel 74 s.d tabel 77
C. PERBEKALAN KESEHATAN
Ketersediaan Obat
Tingkat ketersediaan obat sesuai dengan Pelayanan Kesehatan dasar di
Puskesmas tahun 2013 adalah 107%. Angka ini diperoleh dari jumlah persediaan
obat dari seluruh sumber anggaran tahun 2013 yaitu Rp. 8.339.021.677 dibagi
dengan jumlah pemakaian obat selama tahun 2013 sebesar Rp. 7.808.560.371.
Perencanaan dan pengadaan obat di Kota Semarang tahun 2013 seluruh jenis
obatnya adalah obat esensial dan generik sesuai dengan Pedoman Pengadaan
Obat dari Kemenkes RI.
No Tahun Pemakaian obat
Puskesmas (Rp.)
Pesediaan Obat (Rp.)
Ketersediaan Obat (%)
1 2009 4.297.138.293 6.972.699.466 162
2 2010 4.937.400.129 7.124.472.650 144
3 2011 5.335.760.964 9.149.159.943 171
4 2012 6.086.186.497 9.633.264.965 158
5 2013 7.808.560.371 8.339.021.677 107
Sumber: Seksi Farmamin Bidang Yankes & Instalasi Farmasi
Sedangkan jumlah kunjungan resep seluruh Puskesmas adalah 1.243.054
lembar, dengan rata-rata tiap bulan adalah 103.588 lembar.
97
Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 2013
Peralatan Kesehatan
NO NAMA ALKES 2011 2012 2013
1 DENTAL UNIT 67 67 67
2 MINOR SET 11 11 11
3 MINOR SURGERY SET 18 18 18
4 NURSE KIT 4 4 4
5 NEBULIZER 51 59 59
6 UGD SET 10 10 10
7 SANITARIAN KIT 15 15 15
D. PEMBIAYAAN KESEHATAN
Tren alokasi anggaran Dinas Kesehatan Kota Semarang menunjukan angka
yang fluktuatif dari tahun 2009 s/d 2013 sebagai berikut:
Gambar 5.1 Grafik Perkembangan Alokasi Anggaran Dinas Kesehatan Kota Semarang
Dari Tahun 2009 s/d 2013
Sumber: Subbag Perencanaan & Evaluasi
Alokasi anggaran kesehatan Kota Semarang pada tahun 2013 sebesar Rp.
169.460.202.414,- hal ini menunjukkan peningkatan dari tahun 2012 yaitu sebesar
Rp. 128.956.186.687,-. Alokasi dana ini terbagi atas: sumber APBD Kota Semarang
sebesar Rp. 150.284.838.869,- (91,85%) dengan rincian belanja langsung Rp.
99.577.286.000,- dan belanja tidak langsung Rp. 56.549.138.000,- ; sumber APBD
Propinsi Rp. 0,- (0%); sumber APBN sebesar Rp. 11.107.359.131,- (6,79%), pinjaman
193,676,453,160
106,684,129,161 110,371,222,850 128,956,186,687
169,460,202,414
2009 2010 2011 2012 2013
Alokasi Anggaran Kesehatan
98
Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 2013
luar negeri sebesar Rp. 1.053.520.283 (0,64%), dan sumber pemerintah lain sebesar
Rp. 1.172.988.000,- (0,72%).
Jika dibandingkan dengan total APBD Kota Semarang yang sebesar Rp.
3.184.087.019.000,- terhadap total APBD dinas Kesehatan adalah 4,90%. Namun
jika dibandingkan antara belanja langsung Dinas Kesehatan terhadap APBD Kota
Semarang hanya sebesar 3,12%. Data secara lengkap dapat dilihat pada lampiran
tabel 79.
Gambar 5.2 Grafik Rasio Anggaran Dinas Kesehatan Terhadap APBD Kota Semarang
Tahun 2010 s/d 2013
Sumber: Subbag Perencanaan & Evaluasi
6.65
4.29 4.3
4.9
2010 2011 2012 2013
rasio
99
Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 2013
Berbagai upaya yang telah dilaksanakan dalam pembangunan
kesehatan, antara lain upaya peningkatan dan perbaikan terhadap derajat kesehatan
masyarakat, upaya pelayanan kesehatan, sarana kesehatan dan sumber daya
kesehatan. Hasil-hasil kegiatan pembangunan kesehatan di semua wilayah kerja
Puskesmas yang tersebar di 16 kecamatan di Kota Semarang selama periode 1 (satu)
tahun tergambar dalam Profil Kesehatan Kota Semarang tahun 2013.
Secara umum upaya-upaya yang telah dilakukan dalam pembangunan
kesehatan telah menunjukkan hasil yang cukup baik, namun masih ada beberapa
program kesehatan yang belum mencapai hasil yang optimal. Keberhasilan maupun
kekurangan dalam pencapaian upaya-upaya pembangunan kesehatan di Kota
Semarang selama tahun 2013 adalah sebagai berikut :
1. Jumlah Kematian Bayi, berdasarkan hasil laporan berbagai sarana pelayan
kesehatan yang terjadi di Kota Semarang Tahun 2013 sebanyak 251 dari 26.547
kelahiran hidup,sehingga didapatkan Angka Kematian Bayi (AKB) sebesar 9,5 per
1.000 KH.
2. Jumlah Kematian Balita di Kota Semarang Tahun 2013 sebanyak 299 anak dari
26.547 kelahiran hidup sehingga Angka Kematian Balita (AKABA) Kota Semarang
diperoleh sebesar 11,3 per 1.000 KH.
3. Jumlah kematian Ibu maternal, berdasarkan laporan Puskesmas dan Rumah
Sakit pada tahun 2013 sebanyak 29 kasus dengan jumlah kelahiran hidup (KH)
sebanyak 26.547 orang atau 109,2 per 100.000 KH.
4. Jumlah kasus bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR) tahun 2013 sebesar
165 bayi (0,6%)
5. Jumlah Balita dengan status bawah garis merah (BGM) sebanyak 1.502 anak
(1,7%) dari 86.515 balita yang datang dan ditimbang (D) di posyandu.
6. Jumlah kasus gizi buruk balita yang ditemukan tahun 2013 sejumlah 32 kasus.
KESIMPULAN BAB
VI
100
Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 2013
7. Jumlah penderita TB Paru yang ditemukan tahun 2013 dengan status supek
sebesar 12.464 orang, penderita BTA (+) sebesar 1.120 orang (69,5%), kasus TB
anak sejumlah 167 kasus (13%). Angka kesembuhan tahun 2012 sebesar 55,7%.
8. Jumlah kasus HIV yang ditemukan tahun 2013 sebesar 430 orang, sedangkan
jumlah kasus AIDS pada tahun 2013 sebanyak 75 orang, dan yang meninggal
adalah 59 orang.
9. Jumlah kasus pneumonia umur < 1 th tahun 2013 adalah 1.367 orang, umur 1 -
4 th sebanyak 3.215. Sedangkan untuk kasus pneumonia berat umur < 1 th
sebesar 61 balita, dan umur 1-4 tahun sebanyak 95 anak.
10. Jumlah penderita kusta yang ditemukan tahun 2013 adalah 30 kasus, dengan
tipe kusta PB ada 5 kasus (16,6%) dan tipe MB ada 25 kasus (83,3%).
11. Jumlah kasus diare, tahun 2013 untuk penderita umur <1 tahun sebesar 4.462
kasus, umur 1-4 tahun sebesar 9.827 kasus, umur > 5 tahun sebesar 23.712
kasus, dengan total kasus adalah 38.001 kasus.
12. Jumlah kasus tetanus neonatorum (TN), tidak ditemukan kasus pada tahun
2013. Dengan cakupan TT bumil tahun 2012 sebanyak 85%.
13. Jumlah kasus difteri tahun 2013 sebanyak 2 kasus, dan tidak ditemukan
penderita yang meninggal.
14. Jumlah kasus campak yang ditemukan pada tahun 2013 sejumlah 137 kasus.
15. Jumlah kasus polio, dengan kasus AFP tahun 2013 sejumlah 8 kasus.
16. Jumlah kasus malaria, tahun 2013 sebesar 17 kasus, dengan API sebesar 0,0091.
17. Jumlah kasus demam berdarah pada tahun 2013 sebanyak 2.364 kasus dengan
jumlah meninggal 22 orang. IR DBD adalah 134,09 % dan CFR DBD adalah 1,1 %.
18. Jumlah kasus Chikungunya yang terjadi pada tahun 2013 sebesar 119 kasus
dengan IR 6,7 per 100.000 penduduk.
19. Jumlah kasus Rabies yang terjadi di tahun 2013 sebanyak 44 kasus, 95%
diberikan vaksin anti rabies, 3% tidak diberikan VAR karena luka garukan atau
lecet/luka kecil disekitar tangan dan kaki serta keadaan hewan pada waktu
menggigit dalam kondisi sehat.
101
Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 2013
20. Jumlah kasus leprospirosis yang terjadi pada tahun 2013 sebesar 81 kasus
dengan jumlah kematian 14 kasus, angka CFR adalah 17 per 100.000 penduduk.
21. Jumlah kasus flu burung yang terjadi pada tahun 2013 tidak temukan adanya
konfirm kasus, namun terdapat 1 kasus suspek flu burung.
22. Jumlah Kasus Penyakit tidak menular , jumlah kematian tahun 2013 sebesar
2.725 kasus dengan, urutan berdasarkan jumlah kematian karena penyakit tidak
menular adalah : jantung dan pembuluh darah ( 960 ), diabetes mellitus ( 258
), kanker ( 58 ), kecelakaan lalu lintas ( 56 ), PPOM (26), dan asma ( 15 ), serta
psikosis ( 1 ).
23. Cakupan kunjungan ibu hamil K4 Kota Semarang pada tahun 2013 adalah 27.910
(97,2%) meningkat jika dibanding dengan tahun 2012 27.889 bumil (94,4%).
24. Jumlah persalinan dengan pertolongan tenaga kesehatan di Kota Semarang
pada tahun 2013 adalah 26.949 (98,3%) dari 27.406 ibu bersalin.
25. Jumlah pelayanan ibu nifas yang mendapat pelayanan kesehatan adalah pada
tahun 2013 adalah 22.829 orang atau 83,3% dari total ibu nifas yang berjumlah
27.406 orang.
26. Jumlah pelayanan komplikasi maternal, pada tahun 2013 jumlah neonatal risti
yang ditangani sebesar 2.497 kasus atau 100% dari total 2.497 komplikasi
kebidanan.
27. Pelayanan Neonatal komplikasi yang dilayani/ditangani pada tahun 2013
sebesar 2.980 kasus atau 74,8 % dari total perkiraan 3.982 neonatal.
28. Cakupan kunjungan neonatus (KN 1) tingkat Kota Semarang tahun 2013 adalah
26.285 atau (99%) dari 26.547 bayi lahir hidup.
29. Cakupan kunjungan bayi di Kota Semarang pada tahun 2013 adalah 25.767 atau
97,1% dari 26.547 bayi yang ada.
30. Pelayanan kesehatan balita minimal 8 kali di peroleh cakupan tahun 2013
adalah 69.869 atau (66,9 %).
31. Cakupan deteksi dini tumbuh kembang (DDTK) anak balita tingkat Kota
Semarang pada tahun 2013 sebanyak 86.515 (79,7%) bayi ditimbang dari total
balita yang ada berjumlah 108.570 anak.
102
Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 2013
32. Pelayanan kesehatan pada siswa SD kelas 1 & sederajat yang dilakukan oleh
tenaga kesehatan di tingkat puskesmas diperoleh hasil sebanyak 25.964 murid
SD atau 97,3 % dari 26.693 murid SD keseluruhan.
33. Jumlah pasangan usia subur (PUS) yang berhasil didata oleh Puskesmas
sebanyak 163.862, dengan jumlah peserta KB baru sebesar 35.125 orang (13,3%)
dengan jumlah peserta KB aktif yang dibina sebesar 201.732 orang (76,5%).
34. Cakupan bayi yang diimunisasi DPT3 + HB3 pada tahun 2013 sebesar 30.077
(115,2%), dengan Cakupan imunisasi campak sebesar 30.402 (116,5%). Adapun
DO Rate yang didapat selama tahun 2013 adalah -0,2 dari batasan -5 > 0 > 5, hal
ini berarti masih baik.
35. Cakupan kunjungan pelayanan kesehatan pada tahun 2013 total kunjungan
tingkat Kota Semarang pada unit rawat jalan sebesar 4.851.060 kunjungan,
sedangkan untuk kunjungan rawat inap pada tahun 2013 sebesar 406.950
kunjungan
36. Pencapaian hasil kinerja Rumah Sakit di Kota Semarang meliputi : BOR (70,7%) ;
LOS (6,3 hari) ;TOI (2,6 hari) ; GDR (4,1 %) ; NDR (3,3 %).
37. Pelayanan kesehatan gigi dan mulut yang dilaksanakan di puskesmas pada tahun
2013 meliputi pelayanan tumpatan gigi tetap sejumlah 6.511 kasus, pencabutan
gigi tetap 8.401 kasus, dengan rasio untuk tumpatan/pencabutan dibandingkan
pencabutan gigi sebesar 0,8.
38. Pelayanan UKGS di sekolah dasar, dilaksanakan pemeriksaan kesehatan gigi
terhadap 16.447 siswa (45,9%), dari total 35.866 anak SD/MI. Dari jumlah
tersebut terdapat 3.813 siswa perlu perawatan dan yang telah mendapatkan
perawatan sebanyak 2.344 siswa (61,5%). Berkaitan dengan kegiatan sikat gigi
massal, diperoleh hasil sejumlah 207 SD/MI (79%) telah melakukan kegiatan
tersebut dari total 262 SD/MI yang dilaporkan.
39. Jumlah pelayanan kesehatan masyarakat miskin, melalui program Jamkesmas
jumlah kunjungan rawat jalan 280.603 kunjungan, kunjungan rawat inap 5.015
kunjungan, kunjungan pelayanan jamkesmaskot 53.693 kunjungan, utility
kunjungan sejumlah 11.042 atau 3,6 kali/th.
103
Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 2013
40. Cakupan pemberian Fe3 sebesar 27.666 (96,36%), dari 28.712 ibu hamil.
41. Cakupan pemberian vitamin A pada bayi umur 6-11 bulan sejumlah 13.542 bayi
atau sebesar 100,9% dari 13.445 bayi yang ada. Sedangkan cakupan pemberian
vitamin A yang diberikan 2 kali kepada anak balita ( 1-4 tahun ) 77.819 anak atau
88,4% dari 88.028 sasaran anak balita yang ada. Bagi ibu nifas diperoleh cata
cakupan pemberian vitamin A sebesar sebesar 27.420 ibu nifas (100,05%) dari
27.405 ibu nifas.
42. Cakupan pemberian ASI Ekslusif pada bayi umur 0-6 bulan sejumlah 7.986 bayi
atau 61,2% dari 13.050 bayi.
43. Cakupan pelayanan kesehatan Usila di Kota Semarang pada tahun 2013
sejumlah 39.478 (64,76%) dari 60.965 usia yang ada.
44. Cakupan pelayanan kesehatan pekerja baik sektor formal maupun informal
yang dilayani di Kota Semarang pada tahun 2013 sebanyak 75.583 orang.
45. Jumlah sarana kesehatan yang memiliki laboratorium kesehatan sebanyak 59
buah (100%) dan yang memberikan pelayanan 4 spesialis dasar sebesar 15 buah
(93,75%).
46. Sarana kesehatan dengan kemampuan gawat darurat yang dapat diakses oleh
masyarakat di Kota Semarang pada tahun 2013 sebanyak 37 sarana kesehatan
(58,06%).
47. Jumlah desa/kelurahan siaga yang ada di Kota Semarang Tahun 2013 sebanyak
177 Kelurahan.
48. Tingkat ketersediaan obat sesuai dengan Pelayanan Kesehatan dasar di
Puskesmas tahun 2013 adalah 107%.
49. Alokasi anggaran kesehatan Kota Semarang pada tahun 2013 sebesar Rp.
169.460.202.414,- dengan rasio terhadap APBD Kota Semarang sebesar 4,90%.