111
KATA PENGANTAR Alhamdulillahirabbil’alamin, puji syukur kita panjatkan ke hadirat Alah SWT, atas rahmat dan ridhoNYA, penyusunan LAKIP tahun 2007 dapat diselesaikan dengan tepat waktu. Kewajiban menyusun LAKIP didasarkan pada Instruksi Presiden Nomor 7 tahun 1999 tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah. Tahun 2007 merupakan tahun ke7, Departemen Kehutanan menyusun Laporan Akuntabilitas Kinerja Departemen Kehutanan (LAKIP Dephut), sebagai laporan pertanggungjawaban Departemen Kehutanan dalam mewujudkan visi, misi, dan tujuan organisasi. Melalui LAKIP Dephut tahun 2007, Departemen Kehutanan melaporkan kinerjanya yang diukur dari pencapaian kinerja misi, sasaran, program, dan kegiatan yang dilakukan pada tahun 2007, sesuai yang tertuang dalam Rencana Stratejik Dephut 20052009 dan Rencana Kinerja Dephut Tahun 2007. Pengukuran pencapaian kinerja dilakukan dengan merujuk pada indikator kinerja input, output, dan outcome, yang telah ditetapkan dan direalisasikan per tahun. LAKIP Dephut Tahun 2007 disusun berdasarkan masukan dari seluruh unit kerja lingkup Dephut. Laporan ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai seberapa jauh keberhasilan dan kegagalan Departemen Kehutanan dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya pada tahun 2007. Semoga laporan ini dapat bermanfaat. Jakarta, Maret 2008 Menteri Kehutanan ttd H.M.S. Kaban

KATA PENGANTAR dan IKHTISAR LAKIP 2007storage.jak-stik.ac.id/ProdukHukum/kehutanan/lakip_dephut_07.pdf · 8 Penelitian dan Pengembangan IPTEK 81,64 9 Pendidikan Kedinasan 80,70

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: KATA PENGANTAR dan IKHTISAR LAKIP 2007storage.jak-stik.ac.id/ProdukHukum/kehutanan/lakip_dephut_07.pdf · 8 Penelitian dan Pengembangan IPTEK 81,64 9 Pendidikan Kedinasan 80,70

KATA PENGANTAR 

 

  Alhamdulillahirabbil’alamin, puji  syukur kita panjatkan ke hadirat Alah SWT, atas rahmat dan ridho‐NYA, penyusunan LAKIP tahun 2007 dapat diselesaikan dengan  tepat waktu. Kewajiban menyusun LAKIP didasarkan pada Instruksi Presiden Nomor 7 tahun 1999 tentang Sistem Akuntabilitas  Kinerja  Instansi  Pemerintah.  Tahun  2007  merupakan tahun ke‐7, Departemen Kehutanan menyusun Laporan Akuntabilitas Kinerja  Departemen  Kehutanan  (LAKIP  Dephut),  sebagai  laporan pertanggungjawaban Departemen Kehutanan dalam mewujudkan visi, misi, dan tujuan organisasi.  

  Melalui  LAKIP  Dephut  tahun  2007,  Departemen  Kehutanan melaporkan  kinerjanya  yang  diukur  dari  pencapaian  kinerja  misi, sasaran, program, dan kegiatan yang dilakukan pada tahun 2007, sesuai yang tertuang dalam Rencana Stratejik Dephut 2005‐2009 dan Rencana Kinerja Dephut Tahun 2007.  Pengukuran pencapaian kinerja dilakukan dengan merujuk  pada  indikator  kinerja  input,  output,  dan  outcome, yang telah ditetapkan dan direalisasikan per tahun.   

LAKIP Dephut Tahun  2007 disusun  berdasarkan masukan dari seluruh  unit  kerja  lingkup  Dephut.    Laporan  ini  diharapkan  dapat memberikan  informasi  mengenai  seberapa  jauh  keberhasilan  dan kegagalan  Departemen  Kehutanan  dalam  melaksanakan  tugas  dan wewenangnya pada tahun 2007.  

Semoga laporan ini dapat bermanfaat. 

Jakarta,      Maret 2008 Menteri Kehutanan 

 ttd  

H.M.S. Kaban 

Page 2: KATA PENGANTAR dan IKHTISAR LAKIP 2007storage.jak-stik.ac.id/ProdukHukum/kehutanan/lakip_dephut_07.pdf · 8 Penelitian dan Pengembangan IPTEK 81,64 9 Pendidikan Kedinasan 80,70

ii

IKHTISAR EKSEKUTIF

Departemen Kehutanan dalam Rencana Stratejik tahun 2005-2009 telah menetapkan visi “Terwujudnya kelestarian hutan bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat”. Dari visi tersebut, telah ditetapkan 6 misi. Misi tersebut dipandang sebagai misi yang amat penting dan stratejik karena mendasari kebijakan, program, dan kegiatan Departemen Kehutanan dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsi.

Sesuai Dengan Renja Dephut tahun 2007, visi Departemen Kehutanan dicapai melalui 6 misi, 14 tujuan, dan 33 sasaran, yang dilaksanakan melalui 5 kebijakan prioritas, 10 program, dan 51 kegiatan yang dilakukan pada tahun 2007.

Sesuai pedoman penyusunan pelaporan akuntabilitas kinerja instansi pemerintah yang tertuang dalam surat keputusan Kepala Lembaga Administrasi Negara No. 239/IX/6/8/2003 tahun 2003, kinerja Departemen Kehutanan diukur dengan mengukur pencapaian indikator kinerja (masukan, keluaran, dan hasil) kegiatan pembangunan kehutanan yang dilakukan pada tahun 2007.

Hasil pengukuran menunjukkan bahwa kinerja Departemen Kehutanan pada tahun 2007 adalah sebesar 81,28%, sedangkan tahun 2006 sebesar 87,79% dan tahun 2005 sebesar 90,60%. Nilai pencapaian persentase (%) kinerja hasil ini menurun dari tahun ketahun, tetapi hasil fisik yang didapatkan jauh lebih besar karena anggaran yang tersedia jauh lebih besar dari tahun sebelumnya. Dari total anggaran pembangunan kehutanan yang tersedia pada tahun 2007 sebesar Rp. 6.724.549.072.000,- realisasi pelaksanaannya sebesar 50,64% atau Rp. 3.405.613.613.000. Pelaksanaan anggaran ini sangat dipengaruhi oleh sistem penganggaran berbasis kinerja yang belum mantap. Pada sistem ini mekanisme pertanggungjawaban anggaran semakin kompleks dan ada ketentuan keharusan untuk seluas-luasnya melibatkan berbagai pihak dalam setiap kegiatan.

Pencapaian kinerja hasil pembangunan kehutanan tahun 2007 per program, yang nilainya masing-masing adalah sebagai berikut:

Page 3: KATA PENGANTAR dan IKHTISAR LAKIP 2007storage.jak-stik.ac.id/ProdukHukum/kehutanan/lakip_dephut_07.pdf · 8 Penelitian dan Pengembangan IPTEK 81,64 9 Pendidikan Kedinasan 80,70

iii

NO. PROGRAM Hasil

Kinerja (%)

1 Pemantapan Pemanfaatan potensi SDH 81,64

2 Peningkatan kualitas dan akses informasi SDA dan LH 75,00

3 Rehabilitasi dan Pemulihan cadangan SDA 80,41

4 Pengembangan Kapasitas pengelolaan SDA 80,00

5 Pemantapan keamanan dalam negeri 74,81

6 Perlindungan dan konservasi SDA 72,84

7 Penyelenggaraan Pimpinan Kenegaraan dan Kepemerintahan

84,99

8 Penelitian dan Pengembangan IPTEK 81,64

9 Pendidikan Kedinasan 80,70

10 Peningkatan Pengawasan dan Akuntabilitas Aparatur Negara 96,83

Rata-rata 81,28

Melihat pencapaian hasil di atas, Departemen Kehutanan tahun 2007 memiliki kinerja sebesar 81,28%, dibandingkan tahun 2006 mengalami penurunan sebesar 7,66% (tahun 2006 sebesar 88,94%).

Hasil-hasil yang pelaksanaan kinerja pembangunan kehutanan tahun 2007, antara lain :

1. Program Pemantapan Pemanfaatan Potensi Sumber Daya Hutan dengan hasil peta paduserasi provinsi Kalimantan Tengah; data dan dokumen pengukuhan kawasan hutan di 12 provinsi; penyelesaian permasalahan pengukuhan kawasan hutan di 2 provinsi; penyelesaian proses tukar menukar kawasan hutan untuk pembangunan non kehutanan di 12 lokasi; sertifikasi pengelolaan hutan produksi lestari 19 sertifikat seluas 1.774.820 ha; ekspor panel kayu 2,67 juta ton dan

Page 4: KATA PENGANTAR dan IKHTISAR LAKIP 2007storage.jak-stik.ac.id/ProdukHukum/kehutanan/lakip_dephut_07.pdf · 8 Penelitian dan Pengembangan IPTEK 81,64 9 Pendidikan Kedinasan 80,70

iv

wood working 1,6 juta ton; jumlah pulp yang dihasilkan tahun 2007 sebanyak 5,5 juta ton; pngkayaan dan pemeliharaan hasil pengkayaan di 4 provinsi (Sumbar, Kalbar, Kaltim, Kalsel); pnerimaan PNBP dari 16 provinsi penghasil; buku Pedoman actionplan pembangunn KPH tingkat nasional; pembangunan areal model HHBK seluas 295 ha.

2. Program Peningkatan kualitas dan akses informasi SDA dan LH, dengan hasil data dan informasi neraca sumber daya hutan (NSDH) 33 provinsi; data luas dan persebaran penutupan lahan sebanyak 300 lembar peta; data penutupan lahan di Sumatera dan Sulawesi; data tematik kehutanan di 29 provinsi

3. Program Rehabilitasi dan Pemulihan cadangan SDA, dengan hasil pembangunan Gerhan dengan hutan tanaman reboisasi seluas 28.536 ha, tanaman hutan rakyat 51.016.944 ha, tanaman hutan mangrove 2.911 ha, dan tanaman silvikultur intensif 2.276 ha, HTI 447.982 ha, Perum Perhutani 201.564 ha, hutan meranti 2.799 ha; bangunan konservasi tanah (dam, embung, sumur resapan) sebanyak 2.568 unit; pembangunan areal model hutan rakyat 500 ha, dan areal model wanatani 140 ha; rencana teknik tahunan tahun 2007 di 23 DAS; Indonesia menanam 79 juta batang; perempuan menanam 12 juta batang; dan penanaman kemitraan dengan 32 ormas sebanyak 3,2 juta batang.

4. Program Pengembangan Kapasitas pengelolaan SDA, dengan hasil pembangunan hutan kemasyarakatan tahun 2007, program HKm melibatan masyarakat sebanyak 57 Kelompok Tani terbaik (6.742 KK), dengan luas lahan 8.811,06 Ha di Lampung, DIY, dan NTB. Untuk mendorong upaya pengentasan kemiskinan dan rehabilitasi kawasan hutan Negara, Wapres RI menetapkan target penetapan areal kerja dan ijin usaha pemanfaatan HKm seluas 400.000 Ha tahun 2009, dan 2,1 juta ha tahun 2015; pemberdayaan masyarakat (PHBM) di areal IUPHHK-HA 16.015 KK dan IUPHHK-HTI 30.557 KK; pengelolaan hutan bersama masyarakat (PHBM) 1,6 juta KK; peningkatan ekonomi masyarakat di sekitar kawasan konservasi 425.764 KK di 1.333 desa; peningkatan usaha masyarakat di sekitar hutan produksi 29 provinsi, 58 desa, 1.160 KK.

5. Program Pemantapan Keamanan Dalam Negeri, dengan hasil pelatihan Polisi Kehutanan Reaksi Cepat (SPORC), Diklat Polhut dan PPNS sebanyak 8.153 orang, jumlah SPORC 893 orang 11 provinsi; operasi Represif dan operasi Polhut khusus 11 paket, dengan hasil

Page 5: KATA PENGANTAR dan IKHTISAR LAKIP 2007storage.jak-stik.ac.id/ProdukHukum/kehutanan/lakip_dephut_07.pdf · 8 Penelitian dan Pengembangan IPTEK 81,64 9 Pendidikan Kedinasan 80,70

v

operasi kayu 37.105 batang/126.928 m3, alat berat 8 unit, kapal 7 unit, truk 16 unit, mobil 3 unit, satwa 424 ekor, dan lahan perambahan 416,43 ha; rapat kerja pengamanan hutan dengan instansi terkait; penanganan perkara tindak pidana kehutanan 1 paket; pelanggaran pencurian kayu tahun 2007 sebanyak 293 kasus (2006 : 1422 kasus), kebakaran hutan 11 kasus (2006: 28 kasus), perambahan 39 kasus (2006 : 84 kasus). Terjadi penurunan kasus pelanggaran kehutanan pada tahun 2007; perbaikan tata usaha hasil hutan (SAKB, faktur, SKAU, log tracking atau barcode system).

6. Program Perlindungan dan Konservasi SDA, dengan hasil pemantauan hotspot di 25 provinsi, dimana tahun 2007 jumlah hotspot yang teridentifikasi dalam kawasan hutan 343 titik, dan di lahan 1.081 titik; koordinasi pengendalian kebakaran hutan, pengendalian kebakaran lahan dan hutan di di BKSDA/BTN rawan kebakaran di 11 porpinsi; pembentukan masyarakat peduli api di Bengkulu, Sumbar, Sumut, Sulsel, dan Kalbar; inventarisasi areal bekas kebakaran di Riau, Jambi, TN Ciremai, TN Gunung palung, dan kalimantan Tengah; Pengelolaan jasa lingkungan dan jasa wisata di 10 lokasi.

7. Program Penelitian dan Pengembangan IPTEK, dengan hasil teknologi pengembangan jenis-jenis pohon dan rehabilitasi sebanyak 55 kegiatan; teknologi peningkatan produktivitas hutan sebanyak 198 kegiatan; teknologi pengelolaan dan pelestarian keanekaragaman hayati sebanyak 141 kegiatan; teknologi pembuatan, pengelolaan, pemanfaatan HHBK dan jasa hutan; tehnik pengkayaan dan inventarisasi hutan alam 17 kegiatan, dan model dan pola partisipasi masyarakat sebanyak 35 kegiatan.

8. Program Pendidikan Kedinasan, dengan hasil jumlah yang terdidik di SKMA Manokwari, Diploma IV penyuluhan dan S1 kerjasama, 253 orang; jumlah aparatur yang mengikuti diklat perencanaan, pemanfaatan hutan, rehabilitasi hutan dan lahan, konservasi sumber daya alam hayati dan ekosistemnya, perlindungan hutan dan pengamanan hutan, bidang administrasi kepemimpinan 3.463 orang.

9. Program Peningkatan Pengawasan dan Akuntabilitas Aparatur Negara, dengan hasil laporan hasil pemeriksaan reguler, PNBP, khusus, lainnya, pencermatan kerjasama dan BLN, aset IKMN, evaluasi pencapaian DIPA th 2007, evaluasi pencermatan lainnya 369 LHA;

Page 6: KATA PENGANTAR dan IKHTISAR LAKIP 2007storage.jak-stik.ac.id/ProdukHukum/kehutanan/lakip_dephut_07.pdf · 8 Penelitian dan Pengembangan IPTEK 81,64 9 Pendidikan Kedinasan 80,70

vi

laporan evaluasi SAKIP dan SAI; laporan pembinaan wilayah 15 provinsi.

10. Program Penyelenggaraan Pimpinan Kenegaraan dan Kepemerintahan, dengan hasil arahan kebijakan Departemen kehutanan 288 dokumen; penerimaan negara bukan pajak Dana Reboisasi 1.358,78 milyar, PSDH 670,09 milyar, IHPH dan IHPHTI 76,01 milyar; fasilitasi konvensi internasional dan internalisasi konvensi internasional dan perencanaan kehutanan 33 propinsi; kerjasama lintas sektor dan international (Fleg, MOU dengan Inggris, China, Jepang, Korea Selatan, Amerika Serikat, dan Norwegia); penyusunan peraturan perundang-undangan bidang kehutanan; Laporan perkembangan kredit KUK DAS, KUPA, KUHR

Penegakan hukum masalah hutan dan lingkungan masih menjadi masalah besar yang dihadapi dalam pelaksanaan pembangunan kehutanan. Kejahatan bidang kehutanan sangat komplek dan dampaknya tidak dirasakan secara langsung secara singkat tetapi dampak yang ditimbulkan jangka panjang. Tidak efektifnya penegakan hukum terutama disebabkan oleh kurangnya kemauan untuk melakukan tindakan. Sebaliknya, justru banyak faktor yang mendukung lemahnya penegakan hukum, antara lain: lemahnya kelembagaan, peraturan perundangan yang kurang realistis, lemahnya sistem pengawasan serta penyalahgunaan wewenang.

Menghadapi permasalahan tersebut diatas, maka Departemen kehutanan akan terus meningkatkan kinerjanya, terutama kinerja dari 5 kebijakan prioritas dan dijabarkan ke daalam 19 fokus kegiatan yang telah ditetapkan. Peningkatan kinerja ini akan tercapai dengan meningkatkan kerjasama dengan semua pihak (stakeholders), terutama dengan masyarakat di dalam dan sekitar hutan.

Page 7: KATA PENGANTAR dan IKHTISAR LAKIP 2007storage.jak-stik.ac.id/ProdukHukum/kehutanan/lakip_dephut_07.pdf · 8 Penelitian dan Pengembangan IPTEK 81,64 9 Pendidikan Kedinasan 80,70

vii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................... i

IKHTISAR EKSEKUTIF.................................................... ii

DAFTAR ISI................................................................ vii

DAFTAR TABEL........................................................... viii

DAFTAR GRAFIK.......................................................... ix

I. PENDAHULUAN................................................... 1

A. KEDUDUKAN, TUGAS POKOK, DAN FUNGSI.......... 1

B. STRUKTUR ORGANISASI................................. 1

C. LINGKUNGAN STRATEGIS YANG BERPENGARUH..... 3

II. PERENCANAAN STRATEJIK......................................

A. RENCANA STRATEJIK.................................... 8

1. VISI.................................................. 8

2. MISI................................................. 8

3. TUJUAN ............................................ 8

4. SASARAN............................................ 10

5. CARA MENCAPAI TUJUAN DAN SASARAN....... 10

B. RENCANA KINERJA DEPARTEMEN KEHUTANAN

TAHUN 2007............................................. 18

III. AKUNTABILITAS KINERJA....................................... 19

A. PENGUKURAN KINERJA ................................. 19

1. KINERJA PROGRAM PEMBANGUNAN

KEHUTANAN.................... 21

2. KINERJA MISI PEMBANGUNAN KEHUTANAN ..... 28

3. KINERJA VISI PEMBANGUNAN

KEHUTANAN......................................... 34

B. ASPEK KEUANGAN......................................... 35

C. PERMASALAHAN ............................................. 36

Page 8: KATA PENGANTAR dan IKHTISAR LAKIP 2007storage.jak-stik.ac.id/ProdukHukum/kehutanan/lakip_dephut_07.pdf · 8 Penelitian dan Pengembangan IPTEK 81,64 9 Pendidikan Kedinasan 80,70

viii

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Misi, Jumlah Sasaran, Program, dan Jumlah Kegiatan Sesuai Renstra Dephut 2005-2009 dan Renja Dephut 2007....................................... 19 Tabel 2. Hasil Pengukuran Kinerja Program.......................... 21 Tabel 3. Hasil Pengukuran Kinerja Sasaran, tujuan, dan misi Pembangunan Kehutanan Tahun 2007...................... 29 Tabel 4. Alokasi dan Realisasi Anggaran Departemen Kehutanan Tahun 2007...................................................... 35

Page 9: KATA PENGANTAR dan IKHTISAR LAKIP 2007storage.jak-stik.ac.id/ProdukHukum/kehutanan/lakip_dephut_07.pdf · 8 Penelitian dan Pengembangan IPTEK 81,64 9 Pendidikan Kedinasan 80,70

ix

DAFTAR GRAFIK Grafik 1. Sebaran Pegawai Departemen Kehutanan Berdasarkan Pendidikan dan Jenis Kelamin ............... 3

Page 10: KATA PENGANTAR dan IKHTISAR LAKIP 2007storage.jak-stik.ac.id/ProdukHukum/kehutanan/lakip_dephut_07.pdf · 8 Penelitian dan Pengembangan IPTEK 81,64 9 Pendidikan Kedinasan 80,70

x

DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1. Matrik Renstra-Kl Departemen Kehutanan Tahun 2005-2009 ........................................ 38

Lampiran 2. Rencana Kinerja Tahunan Tahun 2007 .............. 47 Lampiran 3. Pengukuran Kinerja Kegiatan ......................... 68 Lampiran 4. Pengukuran Pencapaian Sasaran ..................... 84

Page 11: KATA PENGANTAR dan IKHTISAR LAKIP 2007storage.jak-stik.ac.id/ProdukHukum/kehutanan/lakip_dephut_07.pdf · 8 Penelitian dan Pengembangan IPTEK 81,64 9 Pendidikan Kedinasan 80,70

1

I. PENDAHULUAN

A. KEDUDUKAN, TUGAS POKOK, DAN FUNGSI

Berdasarkan Keppres Nomor 187/M Tahun 2004 Tentang Susunan Kabinet Indonesia Bersatu, telah ditunjuk Menteri Kehutanan yang tergabung didalam Menteri Negara Kabinet Indonesia Bersatu, untuk membantu melaksanakan sebaik–baiknya tugas Presiden didalam menyelenggarakan kekuasaan pemerintahan negara.

Sementara itu, berdasarkan Peraturan Presiden RI Nomor 9 Tahun 2005 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Susunan Organisasi, dan Tata Kerja Kementerian Negara RI, disebutkan bahwa Menteri memimpin Departemen dan berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Presiden. Departemen adalah unsur pelaksana Pemerintah.

Departemen Kehutanan mempunyai tugas membantu Presiden dalam menyelenggarakan sebagian urusan pemerintahan di bidang kehutanan. Dalam melaksanakan tugasnya, Departemen Kehutanan menyelenggarakan fungsi:

1. perumusan kebijakan nasional, kebijakan pelaksanaan, dan kebijakan teknis di bidang kehutanan;

2. pelaksanaan urusan pemerintahan sesuai dengan bidang tugasnya;

3. pengelolaan barang milik/kekayaan negara yang menjadi tanggungjawabnya;

4. pengawasan atas pelaksanaan tugasnya;

5. penyampaian laporan hasil evaluasi, saran dan pertimbangan di bidang tugas dan fungsinya kepada Presiden.

B. STRUKTUR ORGANISASI

Untuk dapat menampung tugas dan fungsi pokok tersebut di atas, maka telah ditetapkan susunan organisasi Departemen sesuai Peraturan Presiden RI Nomor 9 Tahun 2005, sebagai berikut:

a. Menteri;

b. Sekretaris Jenderal;

c. Direktorat Jenderal;

d. Inspektorat Jenderal;

e. Badan dan/atau Pusat;

f. Staf Ahli.

Susunan organisasi Departemen Kehutanan ditetapkan didalam peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.13/Menhut-II/2005 tentang Organisasi Dan

Page 12: KATA PENGANTAR dan IKHTISAR LAKIP 2007storage.jak-stik.ac.id/ProdukHukum/kehutanan/lakip_dephut_07.pdf · 8 Penelitian dan Pengembangan IPTEK 81,64 9 Pendidikan Kedinasan 80,70

2

Tata Kerja Departemen Kehutanan. Tugas setiap unit kerja di dalam susunan organisasi Departemen Kehutanan, adalah sebagai berikut:

1. Sekretariat Jenderal mempunyai tugas melaksanakan pembinaan dan koordinasi pelaksanaan tugas dan administrasi Departemen.

2. Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam mempunyai tugas merumuskan dan melaksanakan kebijakan dan standarisasi teknis di bidang perlindungan hutan dan konservasi alam.

3. Direktorat Jenderal Rehabilitasi Lahan dan Perhutanan Sosial mempunyai tugas merumuskan serta melaksanakan kebijakan dan standarisasi teknis di bidang rehabilitasi lahan dan perhutanan sosial.

4. Direktorat Jenderal Bina Produksi Kehutanan mempunyai tugas merumuskan serta melaksanakan kebijakan dan standardisasi teknis di bidang pembinaan produksi kehutanan.

5. Inspektorat Jenderal mempunyai tugas melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan tugas di lingkungan Departemen.

6. Badan Planologi Kehutanan mempunyai tugas melaksanakan penyusunan perencanaan makro di bidang kehutanan dan pemantapan kawasan hutan.

7. Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan mempunyai tugas melaksanakan penelitian dan pengembangan di bidang kehutanan.

8. Staf Ahli Bidang Kelembagaan mempunyai tugas memberikan telaahan mengenai masalah kelembagaan dan sumberdaya manusia.

9. Staf Ahli Bidang Ekonomi mempunyai tugas memberikan telaahan mengenai masalah ekonomi kehutanan.

10. Staf Ahli Bidang Lingkungan mempunyai tugas memberikan telaahan mengenai masalah lingkungan hidup.

11. Staf Ahli Bidang Kemitraan mempunyai tugas memberikan telaahan mengenai masalah kemitraan kehutanan.

12. Staf Ahli Bidang Penanganan Perkara Kehutanan mempunyai tugas memberikan telaahan mengenai masalah perkara kehutanan.

Struktur organisasi Departemen Kehutanan adalah sebagai berikut:

MENTERI KEHUTANAN

SETJEN ITJEN

BALITBANG BAPLAN DITJEN PHKA DITJEN RLPS DITJEN BPK

SAM I s/d V

Page 13: KATA PENGANTAR dan IKHTISAR LAKIP 2007storage.jak-stik.ac.id/ProdukHukum/kehutanan/lakip_dephut_07.pdf · 8 Penelitian dan Pengembangan IPTEK 81,64 9 Pendidikan Kedinasan 80,70

3

C. LINGKUNGAN STRATEGIS YANG BERPENGARUH

Departemen Kehutanan dalam melaksanakan tugas, fungsi dan wewenangnya, dipengaruhi oleh kondisi lingkungan stratejik, baik internal maupun eksternal. Lingkungan internal berasal dari aspek-aspek sumberdaya manusia (SDM), peraturan perundang-undangan, sarana dan prasarana, keuangan, dan kelembagaan. Sedangkan lingkungan eksternal berasal dari aspek-aspek ekologi, sosial, dan ekonomi, karena pembangunan kehutanan ke depan ditujukan untuk mewujudkan pengelolaan hutan lestari yang dapat memberikan kesejahteraan bagi masyarakat yang secara umum tercermin pada kondisi ekologi, sosial, dan ekonomi.

1. Lingkungan Internal

a. Aspek Sumber Daya manusia

SDM sangat berpengaruh dalam pencapaian suatu program. Berdasarkan data 28 Desember 2007, jumlah pegawai Departemen Kehutanan sebanyak 17.170 orang. Berdasarkan pendidikan, pegawai Departemen Kehutanan dapat diklasifikasikan sebagai berikut: 78 orang S3, 845 orang S2, 4.192 orang S1/D4, 587 orang D3, 10.251 orang SLTA, 648 orang SLTP, dan 569 orang SD. Kondisi pegawai berdasarkan pendidikan dapat dilihat dalam grafik berikut:

Grafik 1. Sebaran Pegawai Departemen Kehutanan berdasarkan Pendidikan dan Jenis Kelamin

Peningkatan kompetensi SDM Departemen Kehutanan telah dilakukan melalui pendidikan formal dan pelatihan di dalam dan luar negeri. Sedangkan untuk meningkatkan kinerja pegawai agar lebih profesional di bidang tugasnya, para pegawai Departemen

0

2000

4000

6000

8000

10000

12000

S3 S2 S1/D4 D3 SLTA SLTP SD

PerempuanLaki-laki

Page 14: KATA PENGANTAR dan IKHTISAR LAKIP 2007storage.jak-stik.ac.id/ProdukHukum/kehutanan/lakip_dephut_07.pdf · 8 Penelitian dan Pengembangan IPTEK 81,64 9 Pendidikan Kedinasan 80,70

4

Kehutanan dianjurkan untuk meniti karir di jabatan fungsional (jabfung).

a. Aspek Peraturan Perundangan

Perangkat perundang-undangan memberikan legitimasi yang diperlukan Departemen Kehutanan dalam melaksanakan wewenang dan tanggungjawabnya dengan mengingat pembatasan-pembatasan tertentu yang diberlakukan. Ketentuan perundang-undangan yang berlaku berupa produk legalilasi yang dicapai melalui berbagai tahap dan proses serta melibatkan banyak pihak yang berkepentingan. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa secara prosedural ketentuan perundang-undangan, dalam konteks kehutanan menjadi domain Departemen, telah mencerminkan perhatian, harapan, persepsi dari unsur-unsur pemangku kepentingan mengenai tugas pokok dan fungsi Departemen Kehutanan.

b. Aspek Sarana dan Prasarana

Dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya, Departemen Kehutanan memiliki berbagai fasilitas utama, antara lain:

• Tanah senilai Rp 84,51 Milyar

• Peralatan dan mesin senilai Rp 1,74 trilyun

• Gedung dan bangunan senilai Rp 340,28 Milyar

• Jalan, irigasi dan jaringan senilai Rp 35,23 Milyar

• Asset tetap lainnya senilai Rp 39,28 Milyar

d. Aspek Sumber Daya Keuangan

Sumber daya keuangan merupakan faktor yang menentukan dalam pelaksanaan tugas dan fungsi guna merealisasikan tujuan dan sasaran organisasi yang telah ditetapkan. Pada tahun 2007 total alokasi anggaran Departemen Kehutanan adalah sebesar Rp6.724.549.072.000,00. Anggaran ini dibagi kedalam 2 jenis sumber anggaran, yaitu yang tercantum dalam DIPA 29 sebesar Rp2.503.920.399.000,00 dan dalam DIPA 69 Luncuran sebesar Rp1.259.672.026.000,00, dan DIPA 69 Murni sebesar Rp2.960.956.647.000,00.

e. Aspek Kelembagaan

Penyelenggaraan kehutanan, selain dilakukan oleh pemerintahan pusat (sesuai susunan organisasi di atas), juga dilakukan oleh pemerintahan daerah.

Sesuai dengan Undang-Undang No. 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan dan UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, Penyelenggaraan Kehutanan di daerah terdiri dari :

Page 15: KATA PENGANTAR dan IKHTISAR LAKIP 2007storage.jak-stik.ac.id/ProdukHukum/kehutanan/lakip_dephut_07.pdf · 8 Penelitian dan Pengembangan IPTEK 81,64 9 Pendidikan Kedinasan 80,70

5

1. Desentralisasi/pelimpahan wewenang dan tanggung jawab berada di Provinsi dan Kabupaten/Kota;

2. Dekonsentrasi yang dikelola oleh Unit Pelaksana Teknis (UPT) Departemen Kehutanan;

3. Perbantuan, tugas-tugas pusat dilaksanakan oleh daerah.

Dalam melaksanakan dekonsentrasi, Departemen Kehutanan memiliki 180 UPT yang terdiri dari Balai Pengelolaan DAS (36 unit); Balai Pemantapan Kawasan Hutan (17 unit); Balai Pengelolaan Hutan Mangrove (2 unit); Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (8 unit), Balai Konservasi Sumberdaya Alam (19 unit), Balai Besar Taman Nasional (8 unit) Balai Taman Nasional (42 unit), Balai Pemantauan Pemanfaatan Hutan Produksi (18 unit), Balai Besar Litbang (2 unit), Balai Litbang Kehutanan (14 unit), Balai Persuteraan Alam (1 unit), Balai Diklat Kehutanan (7 unit), Balai Perbenihan dan Tanaman Hutan (6 unit).

Untuk mencapai sinkronisasi-koordinasi perencanaan dan pelaksanaan pembangunan kehutanan di pusat dan daerah melalui Keputusan Menteri Kehutanan No. SK. 103/Menhut-II/2004, Departemen kehutanan membentuk Pusat Pengendalian Pembangunan Kehutanan Regional di 4 Regional, masing-masing: Regional I wilayah Sumatra; Regional II wilayah Jawa, Bali, Nusa Tenggara; Regional III wilayah Kalimantan, Regional IV wilayah Sulawesi, Maluku dan Papua.

2. Lingkungan Eksternal

a. Aspek Ekologi

Sampai dengan tahun 2007, dari kawasan hutan Indonesia seluas 120,35 juta ha, yang telah ditunjuk oleh Menteri Kehutanan adalah seluas 109,9 juta ha. Kawasan hutan tersebut terdiri dari hutan konservasi seluas 23,24 juta ha, hutan lindung seluas 29,1 juta ha, hutan produksi terbatas seluas 16,21 juta ha, hutan produksi seluas 27,74 juta ha, dan hutan produksi yang dapat dikonversi seluas 13,67 juta ha.

Berdasarkan hasil-hasil penelitian, hutan dan perairan Indonesia memiliki kekayaan alam hayati yang tinggi, tercermin dengan keanekaragaman jenis satwa dan flora. Sejauh ini kekayaan tersebut diindikasikan dengan jumlah mamalia 515 jenis (12% dari jenis mamalia dunia), 511 jenis reptilia (7,3% dari jenis reptilia dunia), 1.531 jenis burung (17% jenis burung dunia), 270 jenis amphibi, 2.827 jenis binatang tak bertulang, dan 38.000 jenis tumbuhan (Bappenas, 2003).

Page 16: KATA PENGANTAR dan IKHTISAR LAKIP 2007storage.jak-stik.ac.id/ProdukHukum/kehutanan/lakip_dephut_07.pdf · 8 Penelitian dan Pengembangan IPTEK 81,64 9 Pendidikan Kedinasan 80,70

6

Populasi dan distribusi kekayaan tersebut saat ini mengalami penurunan sebagai akibat pemanfaatan Sumber Daya Hutan (SDH) yang kurang bijaksana antara lain: pemanfaatan yang berlebihan (flora/fauna), perubahan peruntukan kawasan hutan (legal dan illegal), bencana alam, dan kebakaran hutan.

b. Aspek Sosial

Berdasarkan sensus penduduk BPS tahun 2003, mengindikasikan jumlah penduduk Indonesia mencapai 220 juta orang. CIFOR (2004) dan BPS (2000) menggambarkan bahwa kurang lebih 48,8 juta diantaranya tinggal di sekitar kawasan hutan dan sekitar 10,2 juta orang diantaranya tergolong dalam kategori miskin. Penduduk yang bermata pencaharian langsung dari hutan sekitar 6 juta orang dan sebanyak 3,4 juta orang diantaranya bekerja di sektor swasta kehutanan. Secara tradisi, pada umumnya masyarakat tersebut memiliki mata pencaharian dengan memanfaatkan produk-produk hutan, baik kayu maupun bukan kayu (al. rotan, damar, gaharu, lebah madu).

Keadaan pendidikan dan kesehatan penduduk sekitar hutan pada umumnya tidak sebaik di perkotaan. Akses terhadap fasilitas tersebut di atas dapat dikatakan rendah. Seiring dengan kondisi tersebut, sanitasi perumahan dan lingkungan serta fasilitas umum masih kurang memadai. Dengan meningkatnya jumlah dan kepadatan penduduk di dalam dan sekitar kawasan hutan, kondisi kualitas sosial penduduk di sekitar hutan secara umum menurun.

c. Aspek Ekonomi

Pemanfaatan hutan secara komersial terutama di hutan alam, yang dimulai sejak tahun 1967, telah menempatkan kehutanan sebagai penggerak perekonomian nasional. Indonesia telah berhasil merebut pasar ekspor kayu tropis dunia yang diawali dengan ekspor log, kayu kergajian, kayu lapis, dan produk kayu lainnya. Selama 1992 - 1997 tercatat devisa sebesar US$ 16.0 milyar, dengan kontribusi terhadap PDB termasuk industri kehutanan rata-rata sebesar 3,5 % (BPS, 2004).

Pada tahun 2003 ekspor kehutanan secara resmi dilaporkan sejumlah US$ 6,6 milyar atau sekitar 13,7 % dari nilai seluruh ekspor non migas. Ekspor tersebut terdiri dari kayu lapis, kayu gergajian, dan kayu olahan sebesar US$ 2,8 milyar, pulp and paper sebesar US$ 2,4 milyar dan furniture sebesar US$ 1,1 milyar dan sisanya berasal dari kayu olahan lain. Tetapi menurut perkiraan, karena tidak tercatat seluruhnya jumlah tersebut dapat mencapai lebih dari US$ 8,0 milyar, (CIFOR, 2003).

Sungguhpun demikian masa keemasan industri kehutanan mulai tahun 1990 mengalami penurunan. Hal tersebut digambarkan

Page 17: KATA PENGANTAR dan IKHTISAR LAKIP 2007storage.jak-stik.ac.id/ProdukHukum/kehutanan/lakip_dephut_07.pdf · 8 Penelitian dan Pengembangan IPTEK 81,64 9 Pendidikan Kedinasan 80,70

7

antara lain dengan penurunan jumlah unit pengusahaan hutan (HPH) dari 560 unit (tahun 1990) dengan ijin produksi 27 juta m3, menjadi 270 unit HPH (tahun 2002) dengan ijin produksi 23,8 juta m3. Penurunan berlanjut pada tahun 2003 dengan ijin produksi 6,8 juta m3 dan tahun 2004 dengan ijin produksi 5,8 juta m3.

Penerimaan pemerintah dari pungutan Dana Reboisasi (DR), Bunga Jasa Giro DR, Provisi Sumber Daya hutan (PSDH), dan Iuran Hak Pengusahaan Hutan pada tahun 2007 Rp. 2,10 trilyun.

Pembangunan kehutanan sejauh ini memiliki kontribusi yang besar terhadap pembangunan wilayah. Hal ini ditunjukkan dengan terbukanya wilayah-wilayah terpencil melalui ketersedian jalan HPH bagi masyarakat di dalam dan sekitar hutan, bertambahnya kesempatan kerja, peningkatan pendapatan pemerintah daerah dan masyarakat.

Page 18: KATA PENGANTAR dan IKHTISAR LAKIP 2007storage.jak-stik.ac.id/ProdukHukum/kehutanan/lakip_dephut_07.pdf · 8 Penelitian dan Pengembangan IPTEK 81,64 9 Pendidikan Kedinasan 80,70

8

II. PERENCANAAN STRATEJIK

A. RENCANA STRATEJIK

1. VISI

Sesuai dengan UU No. 41 tahun 1999 tentang Kehutanan pasal 3, kondisi hutan dan kehutanan Indonesia serta persetujuan DPR-RI periode 2004-2009, visi pembangunan kehutanan ditetapkan sebagai berikut :

‘Terwujudnya Penyelenggaraan Kehutanan untuk Menjamin Kelestarian Hutan dan Peningkatan Kemakmuran Rakyat’

Berdasarkan visi tersebut, Departemen Kehutanan menyelenggarakan pengurusan hutan untuk memperoleh manfaat yang optimal dan lestari serta untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat yang berkeadilan dan berkelanjutan.

2. MISI

Berdasarkan UU No. 41 tahun 1999 tentang Kehutanan dan UU No. 5 tahun 1990 tentang Sumberdaya Alam Hayati dan Ekosistemnya serta persetujuan DPR-RI periode 2004-2009 tanggal 1 Desember 2004, Departemen Kehutanan telah menetapkan 6 misi dalam pembangunan kehutanan, yaitu:

1) Menjamin keberadaan hutan dengan luasan yang cukup dan sebaran yang proporsional.

2) Mengoptimalkan aneka fungsi hutan dan ekosistem perairan yang meliputi fungsi konservasi, lindung dan produksi kayu, non kayu dan jasa lingkungan untuk mencapai manfaat lingkungan sosial, budaya dan ekonomi yang seimbang dan lestari.

3) Meningkatkan daya dukung Daerah Aliran Sungai (DAS).

4) Mendorong peran serta masyarakat.

5) Menjamin distribusi manfaat yang berkeadilan dan berkelanjutan.

6) Memantapkan koordinasi antara pusat dan daerah.

3. TUJUAN

Tujuan yang ditetapkan Departemen Kehutanan berdasarkan misi yang diemban, adalah sebagai berikut:

• Tujuan dari misi 1: Menjamin keberadaan hutan dengan luasan yang cukup dan sebaran yang proporsional, adalah untuk:

Page 19: KATA PENGANTAR dan IKHTISAR LAKIP 2007storage.jak-stik.ac.id/ProdukHukum/kehutanan/lakip_dephut_07.pdf · 8 Penelitian dan Pengembangan IPTEK 81,64 9 Pendidikan Kedinasan 80,70

9

a. Terselenggaranya pengukuhan kawasan hutan;

b. Terjamin dan optimalnya luas dan fungsi kawasan hutan.

• Tujuan dari misi 2: Mengoptimalkan aneka fungsi hutan dan ekosistem perairan yang meliputi fungsi konservasi, lindung dan produksi kayu, non kayu dan jasa lingkungan untuk mencapai manfaat lingkungan sosial, budaya dan ekonomi yang seimbang dan lestari, adalah untuk:

a. Terselenggaranya pengaturan dan pengurusan pengelolaan hutan;

b. Terselenggaranya pengaturan dan pengurusan rehabilitasi dan reklamasi hutan;

c. Termanfaatkannya sumber daya alam hayati dan ekosistemnya berdasarkan prinsip kelestarian;

d. Terselenggaranya pengaturan dan pengurusan perencanaan kehutanan;

e. Berperan aktif dalam memanfaatkan perjanjian global tentang kehutanan dan lingkungan;

f. Meningkatkan efektifitas pengelolaan hutan di propinsi, kabupaten/kota;

g. Terselenggaranya penelitian dan pengembangan, pendidikan dan latihan, serta penyuluhan kehutanan.

• Tujuan dari misi 3: Meningkatkan daya dukung Daerah Aliran Sungai (DAS), adalah untuk memulihkan, mempertahankan, dan meningkatkan fungsi hutan dan lahan untuk mendukung sistem penyangga kehidupan.

• Tujuan dari misi 4: Mendorong peran serta masyarakat, adalah untuk:

a. Terbangunnya masyarakat untuk berperan serta dalam pembangunan kehutanan;

b. Mewujudkan aparatur kehutanan yang bersih dan berwibawa.

• Tujuan dari misi 5: Menjamin distribusi manfaat yang berkeadilan dan berkelanjutan, adalah untuk mewujudkan ketahanan usaha di bidang kehutanan.

• Tujuan dari misi 6: Memantapkan koordinasi antara pusat dan daerah, adalah untuk mewujudkan sinkronisasi peraturan perundangan.

Page 20: KATA PENGANTAR dan IKHTISAR LAKIP 2007storage.jak-stik.ac.id/ProdukHukum/kehutanan/lakip_dephut_07.pdf · 8 Penelitian dan Pengembangan IPTEK 81,64 9 Pendidikan Kedinasan 80,70

10

4. SASARAN

Sasaran prioritas pencapaian visi jangka menengah Departemen Kehutanan (2005-2009), adalah sebagai berikut:

1) Tercapainya desentralisasi pembangunan kehutanan yang didukung oleh stakeholder dan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat serta mendorong pelestarian sumberdaya hutan;

2) Pemberantasan pencurian kayu dan perdagangan kayu ilegal;

3) Penerapan prinsip pengelolaan hutan lestari antara lain dengan membangun minimal satu unit pengelolaan hutan di setiap provinsi:

4) Penambahan pembangunan hutan tanaman sehingga mencaapai seluas 5 juta ha dan rehabilitasi hutan dan lahan seluas 5 juta ha;

5) Pembentukan 20 unit Taman Nasional mmodel;

6) Revitalisasi dan pengembangan hutan rakyat terutama di luar pulau Jawa;

7) Revitalisasi 282 DAS prioritas agar berfungsi secara optimal;

8) Pengembangan aneka usaha kehutanan non kayu dan jasa lingkungan secara komersial;

9) Peningkatan penyerapan tenaga tenaga kerja sebesar 3-10% dan pendapatan masyarakat di dalam dan sekitar hutan sebesar 3-4%;

10) Pengukuhan kawasan hutan seluas 12 juta ha.

Berdasarkan visi dan misi Departemen Kehutanan dan dengan mempertimbangkan kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman, maka sesuai dengan tujuan di atas, telah ditetapkan sasaran pembangunan kehutanan selama 5 tahun (2005-2009) sejumlah 35 sasaran.

5. CARA MENCAPAI TUJUAN DAN SASARAN

Cara untuk mencapai tujuan dan sasaran tersebut di atas, dilakukan melalui kebijakan, program, dan kegiatan pokok, sebagai berikut:

a. Kebijakan

Untuk mencapai sasaran pembangunan jangka menengah sebagaimana diuraikan sebelumnya, Departemen Kehutanan menetapkan 5 kebijakan prioritas periode 2005-2009, yang

Page 21: KATA PENGANTAR dan IKHTISAR LAKIP 2007storage.jak-stik.ac.id/ProdukHukum/kehutanan/lakip_dephut_07.pdf · 8 Penelitian dan Pengembangan IPTEK 81,64 9 Pendidikan Kedinasan 80,70

11

ditetapkan melalui surat Keputusan Menteri Kehutanan No. SK.456/Menhut-VII/2004, yaitu sebagai berikut:

1) Pemberantasan pencurian kayu di hutan negara dan perdagangan kayu illegal; Kebijakan ini dimaksudkan :

a) Menegakkan kepastian hukum dibidang kehutanan.

b) Mendorong iklim usaha di bidang kehutanan secara sah dan benar.

c) Meningkatkan partisipasi berbagai pihak serta masyarakat dalam melestarikan hutan.

d) Menjamin keberadaan hutan sebaagai model pembangunan.

2) Revitalisasi sektor kehutanan khususnya industri kehutanan; kebijakan ini dimaksudkan :

a) Menciptakan industri kehutanan yang tangguh dan mampu bersaing secara global serta mewujudkan struktur industri pengolahan kayu yang efisien dan berwawasan lingkungan yang dapat menghasilkan produk bernilai tinggi dan berdaya saing global.

b) Mewujudkan produk kehutanan yang memenuhi standar nasional dan internasional, termasuk standar PHL.

c) Meningkatkan penyerapan tenaga kerja.

d) Meningkatkan pendapatan masyarakat dan negara.

e) Mewujudkan PHL mendukung pengembangan industri kehutanan.

3) Rehabilitasi dan konservasi sumber daya hutan; kebijakan ini dimaksudkan :

a) Menjaga dan memelihara keutuhan ekosistem hutan dan fungsinya.

b) Mempercepat pemulihan hutan dan lahan kritis, termasuk rehabilitasi hutan mangrove dan hutan pantai.

c) Meningkatkan daya dukung lingkungan lokal, nasional, dan global.

d) Meningkatkan manfaat hutan bagi kesejahteraan masyarakat.

e) Meningkatkan partisipasi masyarakat dalam memelihara hutan dan berusaha di sektor kehutanan.

Page 22: KATA PENGANTAR dan IKHTISAR LAKIP 2007storage.jak-stik.ac.id/ProdukHukum/kehutanan/lakip_dephut_07.pdf · 8 Penelitian dan Pengembangan IPTEK 81,64 9 Pendidikan Kedinasan 80,70

12

f) Meningkatkan pennyerapan tenaga kerja.

g) Meningkatkan dan menjaga daya dukung DAS.

4) Pemberdayaan ekonomi masyarakat di dalam dan sekitar kawasan hutan; kebijakan ini dimaksudkan :

a) Meningkatkan peran serta masyarakat dalam pembangunan kehutanan.

b) Meningkatkan akses masyarakat setempat dalam pemanfaatan hutan.

c) Meningkatkan lapangan pekerjaaan bagi masyarakat setempat.

d) Meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar hutan.

5) Pemantapan kawasan hutan; kebijakan ini dimaksudkan:

a) Menjamin keberadaan kawasan hutan dan penutupan hutan.

b) Menjamin berjalannya unit-unit pengelolaan hutan untuk berbagai pemanfaatan hutan dan hasil hutan.

c) Menjamin intensifikasi pengelolaan hutan dan hasil hutan.

d) Menjamin kelestarian usaha dan daya dukung kehidupan dari hutan.

6) Kebijakan Pendukung; kebijakan ini dimaksudkan :

a) Menjamin terselenggaranya proses desentralisasi pembangunan kehutanan yang mendukung terwujudnya kesejahteraan masyarakat dan pengelolaan hutan lestari.

b) Menjamin ketersediaan rencana-rencana kehutanan yang menjadi acuan pelaksanaan kegiatan pembangunan kehutanan.

c) Menjamin kesinambungan Litbang IPTEK.

d) Menjamin keberlanjutan pengembangan SDM.

e) Menjamin kesinambungan monitoring evaluasi pengendalian dan pengawasan terhadap pelaksanaan kegiatan pembangunan kehutanan.

Page 23: KATA PENGANTAR dan IKHTISAR LAKIP 2007storage.jak-stik.ac.id/ProdukHukum/kehutanan/lakip_dephut_07.pdf · 8 Penelitian dan Pengembangan IPTEK 81,64 9 Pendidikan Kedinasan 80,70

13

Kebijakan tersebut didasari oleh kehendak Departemen Kehutanan untuk tetap mementingkan perlindungan pemanfaatan Sumber Daya Alam Hayati (SDAH) secara lestari dengan tidak mengurangi kontribusi kehutanan terhadap perekonomian Nasional, terutama pengembangan ekonomi skala pedesaan.

Langkah ini diharapkan selain meningkatkan peran produksi hasil hutan bukan kayu (Non Timber Forest Product/NTFP) dan jasa lingkungan juga dapat mendorong peningkatan penyerapan tenaga kerja dan peningkatan usaha kecil sektor kehutanan terutama yang berada di sekitar hutan.

Dismaping itu, untuk mengimplementasikan sasaran strategis setiap kebijakan prioritas pembangunan kehutanan di atas, melalui Surat Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 421/Menhut-II/2006 ditetapkan fokus-fokus Kegiatan Pembangunan Kehutanan untuk setiap kebijakan prioritas, meliputi :

1. Pemberantasan penebangan liar (illegal logging) dan perdagangan kayu illegal, dengan dua fokus kegiatan, yaitu: a. Pengamanan Kawasan Hutan b. Penertiban Peredaran Hasil Hutan

2. Revitalisasi sektor kehutanan khususnya industri kehutanan, dengan empat fokus kegiatan, meliputi a. Pengelolaan Pemanfaatan Hutan Alam Produksi b. Pengelolaan Pemanfaatan Hutan Tanaman c. Pengelolaan Kawasan Yang Belum Dibebani Hak d. Restrukturisasi Industri Primer Kehutanan

3. Rehabilitasi dan konservasi sumberdaya hutan. a. Rehabilitasi Hutan dan Lahan b. Pengelolaan Daerah Aliran Sungai c. Pengendalian Kebakaran Hutan d. Pengelolaan Kawasan Konservasi (KPA/KSA/TB dan

Hutan Lindung) e. Pengelolaan Keanekaragaman Hayati dan Produk

Tumbuhan dan Satwa Liar (TSL). f. Pemanfaatan Jasa Lingkungan dan Wisata Alat

4. Pemberdayaan ekonomi masyarakat di dalam dan sekitar hutan. a. Pengembangan Hutan Rakyat b. Pengembangan Hasil Hutan Bukan Kayu c. Pengembangan Hutan Kemasyarakatan

Page 24: KATA PENGANTAR dan IKHTISAR LAKIP 2007storage.jak-stik.ac.id/ProdukHukum/kehutanan/lakip_dephut_07.pdf · 8 Penelitian dan Pengembangan IPTEK 81,64 9 Pendidikan Kedinasan 80,70

14

5. Pemantapan kawasan hutan. a. Pengukuhan dan Penatagunaan Kawasan Hutan b. Pengembangan Informasi Sumberdaya Hutan c. Pembentukan Wilayah Pengelolaan Kawasan Hutan

b. Program

Berdasarkan visi, misi, tujuan, sasaran dan kebijakan, Departemen Kehutanan menetapkan 10 program pembangunan kehutanan periode 2005-2009 yang telah diintegrasikan kedalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2004-2009. Program-program tersebut adalah sebagai berikut :

1) Program Pemantapan Keamanan Dalam Negeri;

2) Program Pemantapan Pemanfaatan Potensi Sumberdaya Hutan;

3) Program Perlindungan dan Konservasi Sumberdaya Alam;

4) Program Rehabilitasi dan Pemulihan Cadangan Sumberdaya Alam;

5) Program Pengembangan Kapasitas Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan Hidup;

6) Program Peningkatan Akses Informasi Sumberdaya Alam dan Lingkungan Hidup.

7) Program Pendidikan Kedinasan;

8) Program Penelitian Pengembangan dan Ilmu Pengetahuan Teknologi;

9) Program Peningkatan Pengawasan dan Akuntabilitas Aparatur Negara.

10) Program Penyelenggaraan Pimpinan Kenegaraan dan Kepemerintahan

Pada tataran pelaksanaan kebijakan prioritas Departemen Kehutanan dan program jangka menengah nasional, dituangkan dalam kegiatan pokok Departemen Kehutanan.

c. Kegiatan prioritas

Kegiatan prioritas yang mendukung kebijakan prioritas pembangunan Departemen Kehutanan tahun 2007 adalah sebagai berikut:

1) Pemberantasan pencurian kayu (illegal logging) dan perdagangan kayu illegal, dengan kegiatan pokok antara lain:

a) Penyempurnaan peraturan perundangan dan kerjasama pemberantasan kejahatan kehutanan dan meningkatnya

Page 25: KATA PENGANTAR dan IKHTISAR LAKIP 2007storage.jak-stik.ac.id/ProdukHukum/kehutanan/lakip_dephut_07.pdf · 8 Penelitian dan Pengembangan IPTEK 81,64 9 Pendidikan Kedinasan 80,70

15

kegiatan-kegiatan operasi penanggulangan illegal logging sesuai Inpres Nomor 4 tahun 2005.

b) Tersedianya basis data sebagai bahan kajian bagi pelaksanaan pemberantasan pencurian kayu (illegal logging dan perusakan hutan lain) dalam rangka tertib tata usaha hasil hutan dan pemenuhan bahan baku industri primer yang legal.

c) Meningkatnya penertiban penggunana peralatan eksploitasi di hutan alam maupun di areal-areal Ijin Penebangan Kayu (IPK)

d) Terbitnya pedoman-pedoman dalam rangka penertiban perdagangan hasil hutan ilegal di lingkup internal dan eksternal Departemen.

2) Revitalisasi sektor kehutanan khususnya industri kehutanan, dengan kegiatan pokok antara lain :

a) Deregulasi peraturan-peraturan menyangkut hutan tanaman yang berisikan insentif dan desinsentif serta deregulasi alokasi pembangunan hutan tanaman.

b) Pengembangan dan pembinaan usaha hutan tanaman skala kecil dengan jenis unggulan lokal.

c) Berkembangnya kelembagaan dan investasi unit kelola usaha pemanfaatan hasil hutan serta promosi melalui program Revitalisasi Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan (RPPK) serta pengembangan kajian restrukturisasi dan pemolaan industri hasil hutan.

d) Tersedianya sistem informasi pengelolaan hutan produksi yang didukung data yang handal.

3) Rehabilitasi dan konservasi sumberdaya hutan, dengan kegiatan pokok antara lain :

a) Meningkatnya kapasitas kelembagaan pengelolaaan DAS dan RHL dengan didukung basis data dan informasi tentang penutupan lahan dan tingkat erosi tanah.

b) Terselenggaranya kegiatan konservasi tanah yang efektif dengan didukung oleh sistem monitoring dan evaluasi yang berkelanjutan.

c) Terlatihnya kader-kader ormas dan mitra bidang RHL serta terlaksananya penanaman sebanyak 1 juta batang bibit pada setiap wilayah kerja BP-DAS.

d) Deregulasi tentang pemanfaatan Taman Nasional, dan terselenggaranya pengelolaan TN Model yang didukung oleh stakeholders.

Page 26: KATA PENGANTAR dan IKHTISAR LAKIP 2007storage.jak-stik.ac.id/ProdukHukum/kehutanan/lakip_dephut_07.pdf · 8 Penelitian dan Pengembangan IPTEK 81,64 9 Pendidikan Kedinasan 80,70

16

e) Terbitnya rencana-rencana pengelolaan KSA/KPA/TB, pembinaan habitat dan berkembangnya pengelolaan KSA/KPA/TB kolaboratif bersama masyarakat/mitra.

f) Meningkatnya kegiatan inventarisasi jasa lingkungan dalam rangka pengembangan basis data serta pengelolaan publikasi pemanfaatan jasa lingkungan dan wisata alam.

g) Terbitnya penyempurnaan peraturan perundangan bidang kebakaran lahan dan hutan serta penyuluhan dan kampanyenya.

h) Terbitnya regulasi penangkaran flora dan satwa liar serta pemanfaatan dan perdagangan sumberdaya alam yang dilindungi serta pengelolaan/pembinaan habitat spesies yang dilindungi dan yang tidak dilindungi.

4) Pemberdayaan ekonomi masyarakat di dalam dan sekitar kawasan hutan, dengan kegiatan pokok antara lain :

a) Berkembangnya upaya-upaya pengelolaan hutan rakyat terutama diluar Pulau Jawa.

b) Tersedianya data dna informasi kondisi ekonomi dan sosial-budaya masyarakat sekitar kawasan hutan dalam rangka pengembangan kelembagaan dan kemitraan masyarakat dalam usaha-usaha kehutanan dan pemanfaatan jasa lingkungan.

c) Berkembangnya model-model usaha kehutanan non kayu dan model hutan kemasyarakatan pada DAS priorittas di 10 provinsi yaitu Bengkulu, Lampung, DIY, NTB, NTT, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Sulawesi Tenggara, dan Sulawesi Selatan.

d) Deregulasi peraturan perundangan pemanfaatan Jasa Lingkungan Wisata Alam (JLWA) dan Tumbuah dan Satwa Liar (TSL) dan terbitnya pedoman dan kritera pemanfaatan JLWA dan TSL.

e) Terbentuknya Lembaga Keuangan Alternatif (LKA) untuk investasi/pemodalan untuk usaha pemanfaatan lingkungan, wisata alam dan TSL oleh masyarakat.

5) Pemantapan kawasan hutan, dengan kegiatan pokok antara lain :

a) Terbitnya kriteria dan standar penyusunan NSDH (Nerara Sumber Daya Hutan) serta terbukanya NSDH

Page 27: KATA PENGANTAR dan IKHTISAR LAKIP 2007storage.jak-stik.ac.id/ProdukHukum/kehutanan/lakip_dephut_07.pdf · 8 Penelitian dan Pengembangan IPTEK 81,64 9 Pendidikan Kedinasan 80,70

17

tahun 2006 sesuai dengan standar dan kriteria yang berlaku.

b) Penunjukan kawasan hutan Provinsi Riau, Kepulauan Riau, Kalteng, Gorontalo, Maluku Utara, Sulawesi Barat dan Irian Jaya Barat dan penunjukan kawasan hutan partial di 30 lokasi.

c) Penetapan kawasan hutan seluas 6 juta ha.

d) Tersedianya sistem informasi kehutanan yang memuat data dan informasi spatial dan non spatial pemanfaatan hutan, penutupan lahan dan perubahan fungsi kawasan hutan.

e) Terbitnya rencana aksi pembangunan KPH dan fasilitasi strukturisasi institusi pengelola KPH, serta implementasi rancangan pembangunan KPH model sebanyak 21 unit.

6) Kebijakan Penunjang

a) Terselenggaranya pengembangan DIKLAT Kehutanan yang menghasilkan SDM kehutanan handal.

b) Optimalisasi penerimaan,verifikasi pelaksanaan anggaran dan perbendahaaraan serta pengurusan dan pengembangan pengadaan sarana dan prasarana.

c) Terselenggaranya monitoring dan evaluasi barang dan inventaris milik negara dengan optimal.

d) Kerjasama bilateral dan multilateral bidang kehutanan berjalan dengan baik.

e) Kordinasi penyusunan rencana rencana kegiatan dan anggaran pembangunan kehutanan di setiap tingkatan (Pusat, Provinsi, Kab/Kota) dengan sektor lain.

f) Desentralisasi pembangunan kehutanan untuk menjamin terjadinya peningkatan kesejahteraan masyarakat sekitar hutan dan pengelolaan hutan lestari.

g) Terselenggaranya pelaksanaan PDRB hijau di beberapa daerah.

h) Tersusunnya rencana pembangunan dan rencana makro kegiatan kehutanan yang diacu semua pihak.

Visi, misi, tujuan, sasaran, kebijakan, dan program Departemen Kehutanan selama 5 tahun (2005–2009) tersaji dalam lampiran 1. Rencana Stratejik.

Page 28: KATA PENGANTAR dan IKHTISAR LAKIP 2007storage.jak-stik.ac.id/ProdukHukum/kehutanan/lakip_dephut_07.pdf · 8 Penelitian dan Pengembangan IPTEK 81,64 9 Pendidikan Kedinasan 80,70

18

B. RENCANA KINERJA DEPARTEMEN KEHUTANAN TAHUN 2007

Pembangunan Kehutanan tahun 2007 merupakan kelanjutan Pembangunan Kehutanan tahun 2005 dan 2006 yang menekankan pada upaya pemberantasan pencurian kayu dan perdagangan kayu illegal, revitalisasi sektor kehutanan khususnya industri kehutanan, rehabilitasi dan konservasi SDA, pemberdayaan masyarakat di dalam dan sekitar kawasan hutan serta pementapan kawasan hutan. Kelima fokus tersebut merupakan penjabaran Keputusan Menteri Kehutanan No. SK. 456/Menhut-VII/2004 tentang Lima Kebijakan Prioritas Bidang Kehutanan dalam Program Pembangunan Nasional Kabinet Indonesia Bersatu serta telah dijabarkan dalam Rencana Strategis Kementerian Negara/Lembaga (Renstra-KL) Departemen Kehutanan tahun 2005-2009 (Peraturan Menteri Kehutanan no. P.04/Menhut-II/2005 tanggal 14 Pebruari 2005).

Kebijakan tersebut didasari oleh kehendak Departemen Kehutanan untuk tetap mementingkan perlindungan pemanfaatan Sumber Daya Alam Hayati (SDAH) secara lestari yang tidak mengurangi kontribusi kehutanan terhadap perekonomian Nasional, terutama pengembangan ekonomi skala pedesaan.

Kegiatan-kegiatan pembangunan kehutanan pada dasarnya dirancang sebagai bagian dari kegiatan-kegiatan pokok yang tertuang dalam Renstra Departemen Kehutanan periode 2005-2009, dan disesuaikan dengan Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Nasional 2004-2009, serta Rencana Kerja Pemerintah (RKP) Tahun 2007 termasuk didalamnya 9 (tujuh) prioritas pembangunan nasional tahun 2007 yaitu: 1) Penanggulangan kemiskinan, 2) Peningkatan kesempatan kerja, investasi dan ekspor, 3) Revitalisasi pertanian dalam arti luas dan pedesaan, 4) Peningkatan aksesibilitas dan kualitas pendidikan dan kesehatan, 5) Penegakan hukum dan HAM, pemberantasan korupsi, dan reformasi birokrasi, 6) Pemantapan kemampuan pertahanan, pemantapan keamanan dan ketertiban serta penyelesaian konflik, 7) Mitigasi dan Penanggulangan Bencana; 8) Percepatan pembangunan insfrastruktur, serta 9) Pembangunan Daerah Perbatasan dan wilayah terisolir.

Kegiatan-kegiatan pembangunan kehutanan tahun 2007 tercatat sebanyak 35 kegiatan pokok yang diarahkan untuk menunjang 5 (lima) kebijakan prioritas Departemen Kehutanan.

Dalam mencapai visi pembangunan kehutanan maka Departemen Kehutanan pada tahun 2007 mempunyai 6 misi, 14 tujuan, 31 sasaran, yang akan dicapai melalui 5 kebijakan prioritas, 10 program, dan 149 kegiatan pembangunan kehutanan.

Page 29: KATA PENGANTAR dan IKHTISAR LAKIP 2007storage.jak-stik.ac.id/ProdukHukum/kehutanan/lakip_dephut_07.pdf · 8 Penelitian dan Pengembangan IPTEK 81,64 9 Pendidikan Kedinasan 80,70

19

III. AKUNTABILITAS KINERJA

A. PENGUKURAN KINERJA

Untuk mengetahui kinerja Departemen Kehutanan pada tahun 2007, maka pada laporan ini dilakukan pengukuran kinerja terhadap misi, sasaran, program, dan kegiatan yang dilakukan Departemen Kehutanan pada tahun 2007. Sesuai dengan Rencana Startejik Departemen Kehutanan 2005-2009 dan Rencana Kinerja Departemen Kehutanan tahun 2007, misi, sasaran, program, dan kegiatan yang diukur kinerjanya adalah sebagai berikut:

Tabel 1. Misi, Jumlah Sasaran, Program, dan Jumlah Kegiatan sesuai Renstra Dephut 2005-2009 dan Renja Dephut 2007

Misi Jumlah Tujuan

Jumlah Sasaran

Kebijakan Prioritas Program Kegiatan

Pokok

1 Menjamin keberadaan hutan dengan luasan yang cukup dan sebaran yang proporsional.

2 5 Pemantapan Kawasan Hutan

• Pemantapan Pemanfaatan Potensi SDH

• Peningkatan Kualitas dan Akses Informasi SDA dan LH

4

2 Mengoptimalkan aneka fungsi hutan dan ekosistem perairan yang meliputi fungsi konservasi, lindung dan produksi kayu, non kayu dan jasa lingkungan untuk mencapai manfaat lingkungan sosial, budaya dan ekonomi yang seimbang dan lestari.

7 18 Pemberantasan pencurian kayu di dalam hutan negara dan perdagangan kayu illegal

Revitalisasi sektor kehutanan termasuk industri kehutanan

Rehabilitasi dan Konservasi Sumberdaya hutan

Pemantapan kawasan hutan

Kebijakan Pendukung

- Pemantapan Pemanfaatan Potensi SDH

• Rehabilitasi dan Pemulihan Cadangan SDA

• Pengembangan Kapasitas Pengelolaan SDA

• Pemantapan Keamanan Dalam Negeri

• Perlindungan dan Konservasi SDA

• Litbang dan IPTEK

24

3 Meningkatkan daya dukung Daerah Aliran Sungai (DAS)

1 1 Rehabilitasi dan konservasi hutan

• Rehabilitasi dan Pemulihan Cadangan SDA

2

Page 30: KATA PENGANTAR dan IKHTISAR LAKIP 2007storage.jak-stik.ac.id/ProdukHukum/kehutanan/lakip_dephut_07.pdf · 8 Penelitian dan Pengembangan IPTEK 81,64 9 Pendidikan Kedinasan 80,70

20

Misi Jumlah Tujuan

Jumlah Sasaran

Kebijakan Prioritas

Program Jumlah Kegiatan

4 Mendorong peran serta masyarakat.

2 4 o Pemberdayaan ekonomi masyarakat di dalam dan sekitar hutan

o Kebijakan pendukung

• Peningkatan Kualitas dan Akses Informasi SDA dan LH

• Rehabilitasi dan Pemulihan Cadangan SDA

• Pendidikan Kedinasan

• Peningkatan pengawasan dan akuntabilitas aparatur negara

7

5 Menjamin distribusi manfaat yang berkeadilan dan berkelanjutan.

1 1 Pemberdayaan ekonomi masyarakat di dalam dan sekitar hutan

• Pemantapan Pemanfaatan Potensi SDH

1

6 Memantapkan koordinasi antara pusat dan daerah.

1 2 Kebijakan pendukung

• Peningkatan pengawasan dan akuntabilitas aparatur negara.

• Pengembangan Kapasitas Pengelolaan SDA

15

Σ 6 14 33 5+1 10 51

Pada tahun 2007, Departemen Kehutanan melaksanakan seluruh misi dan tujuan yang ada di dalam Renstra, yaitu 6 misi dan 14 tujuan. Sasaran yang ingin dicapai pada tahun 2007 sebanyak 33 sasaran Renstra. Misi, tujuan dan sasaran tersebut dicapai melalui pelaksanaan 10 program dan 5 kebijakan prioritas. Sesuai Renja 2007, maka pada tahun 2007 dilaksanakan sebanyak 51 kegiatan pokok.

Pengukuran kinerja dilakukan dengan cara melihat prosentase realisasi terhadap target yang telah ditetapkan. Target yang ditetapkan, telah diuraikan didalam indikator kinerja untuk setiap kegiatan yang dilaksanakan. Pada laporan ini, indikator kinerja yang diukur adalah indikator input (masukan), output (keluaran), dan outcome (hasil).

Hasil pengukuran kinerja terhadap misi, sasaran, program dan kegiatan, dapat dilihat pada tabel RKT (Rencana Kerja Tahunan), PKK (Pengukuran Kinerja Kegiatan), dan PPS (Pengukuran Pencapaian Sasaran), sebagaimana yang ada dalam lampiran.

Page 31: KATA PENGANTAR dan IKHTISAR LAKIP 2007storage.jak-stik.ac.id/ProdukHukum/kehutanan/lakip_dephut_07.pdf · 8 Penelitian dan Pengembangan IPTEK 81,64 9 Pendidikan Kedinasan 80,70

21

1. KINERJA PROGRAM PEMBANGUNAN KEHUTANAN

Pengukuran kinerja program pembangunan kehutanan, dapat diuraikan sebagai berikut:

Program yang diselenggarakan Departemen Kehutanan tahun 2007 ada sebanyak 10 program.

Pencapaian indikator kinerja suatu program dihitung dengan merata-ratakan pencapaian indikator kinerja kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan untuk mencapai program dimaksud.

Pencapaian kinerja suatu program dihitung dengan merata-ratakan pencapaian kinerja indikator masukan, keluaran dan hasil dari program tersebut.

Hasil pengukuran kinerja program dapat dilihat pada tabel 2 berikut:

Tabel 2. Hasil Pengukuran Kinerja Program

Pencapaian kinerja No Program Jumlah

Kegiatan Masukan Keluaran Hasil

1 2 3 4 5 6

1 Pemantapan Pemanfaatan potensi SDH

12 49,51 82,20 81,64

2 Peningkatan kualitas dan akses informasi SDA dan LH

2 43,42 100,00 75,00

3 Rehabilitasi dan Pemulihan cadangan SDA

5 56,31 78,33 80,41

4 Pengembangan Kapasitas pengelolaan SDA

1 31,97 100,00 80,00

5 Pemantapan keamanan dalam negeri

3 36,48 93,33 74,81

6 Perlindungan dan konservasi SDA

8 37,31 85,75 72,84

7 Penyelenggaraan Pimpinan Kenegaraan dan Kepemerintahan

13 73,59 96,79 84,99

8 Penelitian dan Pengembangan IPTEK

1 80,30 98,14 81,64

9 Pendidikan Kedinasan 3 77,54 80,70 80,70

10 Peningkatan Pengawasan dan Akuntabilitas Aparatur Negara

3 76,34 98,35 96,83

Rata-rata 57,51 87,85 81,28

Page 32: KATA PENGANTAR dan IKHTISAR LAKIP 2007storage.jak-stik.ac.id/ProdukHukum/kehutanan/lakip_dephut_07.pdf · 8 Penelitian dan Pengembangan IPTEK 81,64 9 Pendidikan Kedinasan 80,70

22

Dari tabel di atas dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut:

1) Pencapaian kinerja hasil pembangunan kehutanan tahun 2007 sebesar 81,28%, sedangkan pada tahun 2006 sebesar 88,94%, dan tahun 2005 sebesar 90,46%. Dari data tersebut menunjukkan bahwa pencapaian kinerja program Dephut mengalami penurunan rata-rata sebesar 5,21%.

2) Program 1: Pemantapan Pemanfaatan Potensi Sumber Daya Hutan

- Program ini bertujuan untuk meningkatkan kinerja pengelolaan hutan alam dan hutan tanaman secara lestari, meningkatkan produksi hasil hutan non kayu, meningkatkan kinerja industri perkayuan agar mampu bersaing di pasar internasional, dan mewujudkan prakondisi pengelolaan hutan yang mantap melalui pengukuran, penataan batas, serta penyiapan unit-unit pengelolaan hutan.

- Pencapaian kinerja program ini digambarkan dengan nilai rata-rata sebesar 81,64%, dengan hasil pelaksanaan program antara lain :

• Peta paduserasi provinsi Kalimantan Tengah

• Data dan dokumen pengukuhan kawasan hutan di 12 provinsi

• Penyelesaian permasalahan pengukuhan kawasan hutan di 2 provinsi

• Surat Keputusan penetapan kawasan hutan sebanyak 75 buah

• Peta kawasan hutan yang sesuai dengan peta dasar tematik kehutanan di seluruh Indonesia.

• Penyelesaian proses tukar menukar kawasan hutan untuk pembangunan non kehutanan di 12 lokasi

• Penyelesaian masalah pertanahan dalam kawasan hutan di 10 lokasi

• Rencana pemanfaatan areal eks HPH/HTI untuk HHBK 4 provinsi

• Unit manajemen hutan tanaman 11 lokasi

• Penilaian kinerja pembangunan hutan alam

• Sertifikasi pengelolaan hutan produksi lestari 19 sertifikat seluas 1.774.820 ha

• Ekspor panel kayu 2,67 juta ton dan wood working 1,6 juta ton

Page 33: KATA PENGANTAR dan IKHTISAR LAKIP 2007storage.jak-stik.ac.id/ProdukHukum/kehutanan/lakip_dephut_07.pdf · 8 Penelitian dan Pengembangan IPTEK 81,64 9 Pendidikan Kedinasan 80,70

23

• Jumlah pulp yang dihasilkan tahun 2007 sebanyak 5,5 juta ton

• Pengkayaan dan pemeliharaan hasil pengkayaan di 4 provinsi (Sumbar, Kalbar, Kaltim, Kalsel)

• Penyempurnaan Permenhut pengganti Kepmenhut No. 326/Menhut-II/2003

• Sistem informasi penatausaahaan PSDH/DR secara online 1 paket

• Penerimaan PNBP dari 16 provinsi penghasil

• Buku Pedoman actionplan pembangunn KPH tingkat nasional

• Modul lokalatih personil pelaksana KPH model 6 judul

• Pembangunan areal model HHBK seluas 295 ha

- Hambatan dan permasalahan yang mempengaruhi pencapaian kinerja, antara lain:

• Penyelesaian penetapan kawasan hutan

• Penataan batas kawasan hutan

3) Program 2: Peningkatan kualitas dan akses informasi SDA dan LH

- Program ini bertujuan untuk menyiapkan data dan informasi sumberdaya hutan yang lengkap, akurat, baik spatial maupun bukan spatial bagi kepentingan pengambilan kebijakan dan perancanaan pembangunan kehutanan.

- Kinerja program ini pada tahun 2007 sebesar 75,00%, dengan hasil program antara lain :

• Data dan informasi neraca sumber daya hutan (NSDH) 1 judul

• Data luas dan persebaran penutupan lahan sebanyak 300 lembar peta

• Data penutupan lahan di Sumatera dan Sulawesi

• Data digital kontur 300 lembar

• Data tematik kondisi kawasan hutan provinsi 300 lembar

• Data tematik kehutanan di 29 provinsi

4) Program 3: Rehabilitasi dan Pemulihan cadangan SDA

- Program ini bertujuan untuk meningkatkan penutupan hutan pada lahan kritis di 282 DAS prioritas, meningkatkan lapangan kerja dalam pembangunan hutan rakyat, hutan kemasyarakatan, dan meningkatkan usaha perbenihan.

Page 34: KATA PENGANTAR dan IKHTISAR LAKIP 2007storage.jak-stik.ac.id/ProdukHukum/kehutanan/lakip_dephut_07.pdf · 8 Penelitian dan Pengembangan IPTEK 81,64 9 Pendidikan Kedinasan 80,70

24

- Pencapaian kinerja program pada tahun 2007 sebesar 80,41%, dengan 5 kegiatan pokok.

- Hasil dari pelaksanaan program adalah kegiatan:

• Pembangunan Gerhan dengan hutan tanaman reboisasi seluas 28.536 ha, tanaman hutan rakyat 51.016.944 ha, tanaman hutan mangrove 2.911 ha, dan tanaman silvikultur intensif 2.276 ha, HTI 447.982 ha, Perum Perhutani 201.564 ha, hutan meranti 2.799 ha.

• Bangunan konservasi tanah (dam, embung, sumur resapan) sebanyak 2.568 unit

• Pembangunan areal model hutan rakyat 500 ha, dan areal model wanatani 140 ha

• Rencana teknik tahunan tahun 2007 di 23 DAS

• Pembangunan perbenihan masyarakat 6 unit

• Data dan informasi perbenihan 4 BPTH

• Indonesia menanam 79 juta batang

• Perempuan menanam 12 juta batang

• Penanaman kemitraan dengan 32 ormas sebanyak 3,2 juta batang

5) Program 4: Pengembangan Kapasitas pengelolaan SDA

- Program ini bertujuan untuk meningkatkan pengembangan kelembagaan penyuluhan kehutanan, pemberdayaan masyarakat madani kehutanan, serta pengembangan kapasitas kelembagaan pengelolaan hutan dan ekosistemnya.

- Nilai pencapaian kinerja program ini, yaitu sebesar 80,00%, dengan hasil program antara lain :

• Pembangunan hutan kemasyarakatan tahun 2007 seluas 50 ha

• Hasil evaluasi tahun 2007, program HKm melibatan masyarakat sebanyak 57 Kelompok Tani terbaik (6.742 KK), dengan luas lahan 8.811,06 Ha di Lampung, DIY, dan NTB. Untuk mendorong upaya pengentasan kemiskinan dan rehabilitasi kawasan hutan Negara, Wapres RI menetapkan target penetapan areal kerja dan ijin usaha pemanfaatan HKm seluas 400.000 Ha tahun 2009, dan 2,1 juta ha tahun 2015Hutan kemasyarakatn/SF 250 ha.

Page 35: KATA PENGANTAR dan IKHTISAR LAKIP 2007storage.jak-stik.ac.id/ProdukHukum/kehutanan/lakip_dephut_07.pdf · 8 Penelitian dan Pengembangan IPTEK 81,64 9 Pendidikan Kedinasan 80,70

25

• Pemberdayaan masyarakat (PHBM) di areal IUPHHK-HA 16.015 KK dan IUPHHK-HTI 30.557 KK

• Pengelolaan hutan bersama masyarakat (PHBM) 1,6 juta KK

• Peningkatan ekonomi masyarakat di sekitar kawasan konservasi 425.764 KK di 1.333 desa

• Peningkatan usaha masyarakat di sekitar hutan produksi 29 provinsi, 58 desa, 1.160 KK.

6) Program 5: Pemantapan Keamanan Dalam Negeri

- Program ini bertujuan untuk meningkatkan koordinasi dengan aparatur penegak hukum(Kepolisian, Kejaksanaan dan Kehakiman) untuk menanggulangi pencurian kayu pada kawasan hutan negara dan praktek-praktek penyelundupan kayu ke luar negeri, serta menyeret pelakunya ke pengadilan.

- Kinerja program ini yaitu sebesar 74,81%, dengan hasil pelaksanaan program antara lain :

• Penyusunan rencana penyidikan dan perlindungan 10 judul

• Pelatihan Polisi Kehutanan Reaksi Cepat (SPORC), Diklat Polhut dan PPNS sebanyak 8.153 orang, jumlah SPORC 893 orang 11 provinsi.

• Operasi Represif dan operasi Polhut khusus 11 paket, dengan hasil operasi kayu 37.105 batang/126.928 m3, alat berat 8 unit, kapal 7 unit, truk 16 unit, mobil 3 unit, satwa 424 ekor, dan lahan perambahan 416,43 ha.

• Rapat kerja pengamanan hutan dengan instansi terkait

• Penanganan perkara tindak pidana kehutanan 1 paket

• Advokasi penanganan perkara 1 paket

• Pelanggaran pencurian kayu tahun 2007 sebanyak 293 kasus (2006 : 1422 kasus), kebakaran hutan 11 kasus (2006: 28 kasus), perambahan 39 kasus (2006 : 84 kasus). Terjadi penurunan kasus pelanggaran kehutanan pada tahun 2007

• Perbaikan tata usaha hasil hutan (SAKB, faktur, SKAU, log tracking atau barcode system)

Page 36: KATA PENGANTAR dan IKHTISAR LAKIP 2007storage.jak-stik.ac.id/ProdukHukum/kehutanan/lakip_dephut_07.pdf · 8 Penelitian dan Pengembangan IPTEK 81,64 9 Pendidikan Kedinasan 80,70

26

7) Program 6: Perlindungan dan Konservasi SDA

- Program ini bertujuan untuk meningkatkan perlindungan, pencegahan, dan penanggulangan kebakaran hutan, pengelolaan Taman Nasional dan pengelolaan kawasan konservasi lainnya.

- Kinerja program ini pada tahun 2007 digambarkan dari pencapaian kinerja 8 kegiatan yang rata-ratanya sebesar 72,84%. Pencapaian kinerja tahun 2007 mengalami penurunan dibandingkan tahun 2006 sebesar 83,58%.

- Beberapa hambatan yang mempengaruhi hasil pencaapaian kinerja antara lain : pengembangan 20 TN model/mandiri karena belum tersedianya pola optimalisasi pengelolaan TN model dan mandiri; dan pengembangan kerjasama kemitraan bidang KSDAHE karena belum terselesaikannya kasus tumpang tindih kawasan.

- Hasil pelaksanaan program ini antara lain:

• Pemantauan hotspot di 25 provinsi, dimana tahun 2007 jumlah hotspot yang teridentifikasi dalam kawasan hutan 343 titik, dan di lahan 1.081 titik

• Koordinasi pengendalian kebakaran hutan

• Pengendalian kebakaran lahan dan hutan di di BKSDA/BTN rawan kebakaran di 11 porpinsi

• Pembentukan masyarakat peduli api di Bengkulu, Sumbar, Sumut, Sulsel, dan Kalbar

• Inventarisasi areal bekas kebakaran di Riau, Jambi, TN Ciremai, TN Gunung palung, dan kalimantan Tengah

• Pengelolaan jasa lingkungan dan jasa wisata di 10 lokasi

• Pengkajian kebijakan perburuan satwa liar

8) Program 7: Penelitian dan Pengembangan IPTEK

- Program ini bertujuan untuk menyelenggarakan penelitian dalam rangka mendukung peningkatan pengelolaan hutan.

- Kinerja program ini tahun 2007 sebesar 81,64%, sementara pada tahun 2006 sebesar 90,44%.

- Hasil kinerja program antara lain:

• Teknologi pengembangan jenis-jenis pohon dan rehabilitasi sebanyak 55 kegiatan

Page 37: KATA PENGANTAR dan IKHTISAR LAKIP 2007storage.jak-stik.ac.id/ProdukHukum/kehutanan/lakip_dephut_07.pdf · 8 Penelitian dan Pengembangan IPTEK 81,64 9 Pendidikan Kedinasan 80,70

27

• Teknologi peningkatan produktivitas hutan sebanyak 198 kegiatan

• Teknologi pengelolaan dan pelestarian keanekaragaman hayati sebanyak 141 kegiatan

• Teknologi pembuatan, pengelolaan, pemanfaatan HHBK dan jasa hutan

• Tehnik pengkayaan dan inventarisasi hutan alam 17 kegiatan

• Model dan pola partisipasi masyarakat sebanyak 35 kegiatan

9) Program 8: Pendidikan Kedinasan

- Program ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas penyelenggaraan dan pengelolaan diklat, pengembangan tenaga kediklatan, serta pengembangan organisasi kediklatan.

- Pencapaian kinerja program ini pada tahun 2006 sebesar 80,70%, sedangkan tahun 2006 sebesar 97,24%.

- Hasil kinerja program ini antara lain:

• Jumlah yang terdidik di SKMA Manokwari, Diploma IV penyuluhan dan S1 kerjasama, 253 orang

• Jumlah aparatur yang mengikuti diklat perencanaan, pemanfaatan hutan, rehabilitasi hutan dan lahan, konservasi sumber daya alam hayati dan ekosistemnya, perlindungan hutan dan pengamanan hutan, bidang administrasi kepemimpinan 3.463 orang

10) Program 9: Peningkatan Pengawasan dan Akuntabilitas Aparatur Negara

- Program ini bertujuan untuk meningkatkan kinerja aparatur pemerintahan dalam menjalankan tugas pembangunan dan pelayanan umum terhadap masyarakat, serta pengendalian terhadap kinerja pemerintah.

- Kinerja program ini tahun 2007 sebesar 96,83%, sedangkan tahun 2006 sebesar 86,06%

- Hasil kinerja program ini antara lain:

• Laporan hasil pemeriksaan reguler, PNBP, khusus, lainnya, pencermatan kerjasama dan BLN, aset IKMN, evaluasi pencapaian DIPA th 2007, evaluasi pencermatan lainnya 369 LHA

Page 38: KATA PENGANTAR dan IKHTISAR LAKIP 2007storage.jak-stik.ac.id/ProdukHukum/kehutanan/lakip_dephut_07.pdf · 8 Penelitian dan Pengembangan IPTEK 81,64 9 Pendidikan Kedinasan 80,70

28

• Laporan evaluasi SAKIP dan SAI

• Laporan pembinaan wilayah 15 provinsi

11) Program 10: Penyelenggaraan Pimpinan Kenegaraan dan Kepemerintahan

- Program ini bertujuan untuk meningkatkan pembinaan dan pengembangan perencanaan, pengembangan SDM dan kepegawaian, pengembangan hukum dan kerjasama luar negeri, serta pengendalian pembangunan kehutanan.

- Pencapaian kinerja program pada tahun 2007, yaitu sebesar 84,99%, sedangkan tahun 2006 sebesar 89,86%.

- Hasil dari program ini antara lain:

• Arahan kebijakan Departemen kehutanan 288 dokumen

• Penerimaan negara bukan pajak Dana Reboisasi 1.358,78 milyar, PSDH 670,09 milyar, IHPH dan IHPHTI 76,01 milyar

• Fasilitasi konvensi internasional dan internalisasi konvensi internasional dan perencanaan kehutanan 33 propinsi

• Kerjasama lintas sektor dan international (Fleg, MOU dengan Inggris, China, Jepang, Korea Selatan, Amerika Serikat, dan Norwegia)

• Penyusunan peraturan perundang-undangan bidang kehutanan

• Laporan perkembangan kredit KUK DAS, KUPA, KUHR

• Tersedianya sarana dan prasaran kehutanan

• Pengendalian pembangunan kehutanan di tingkat provinsi

2. KINERJA MISI PEMBANGUNAN KEHUTANAN

Departemen Kehutanan pada tahun 2007 melaksanakan 6 misi pembangunan, dengan 8 tujuan dan 19 sasaran. Pencapaian kinerja misi dihitung dari rata-rata pencapaian kinerja tujuan. Pencapaian kinerja tujuan dihitung dari rata-rata pencapaian kinerja sasarannya. Sedangkan perhitungan kinerja sasaran dihitung berdasarkan rata-rata pencaapaian kinerja kegiatan. Hasil dari pencapaian kinerja sasaran, tujuan, dan misi pembangunan kehutanan tahun 2007, dapat dilihat pada Tabel 3 berikut.

Page 39: KATA PENGANTAR dan IKHTISAR LAKIP 2007storage.jak-stik.ac.id/ProdukHukum/kehutanan/lakip_dephut_07.pdf · 8 Penelitian dan Pengembangan IPTEK 81,64 9 Pendidikan Kedinasan 80,70

29

Tabel 3. Hasil pengukuran kinerja sasaran, tujuan, dan misi pembangunan kehutanan tahun 2007

MISI TUJUAN SASARAN KINERJA SASARAN

KINERJA TUJUAN

KINERJA MISI

1. Menjamin Keberadaan hutan dengan luasan yang cukup dan sebaran yang proporsional

1. Terselengga-ranya pengukuhan kawasan hutan

1. Tersedianya data dan informasi sumber daya hutan (SDH) serta informasi lokasi pemanfaatan hutan di seluruh Indonesia yang lebih berkualitas (akurat, mutakhir, dapat dipertanggungjawabkan) sebgaai bahan pengambilan kebijakan pengelolaan hutan lestari

75,00 63,89 64,44

2. Tercapainya penunjukkan kawasan hutan di Indonesia dan penetapannya seluas 30% dari seluruh kawasan hutan

41,67

2. Terjamin dan optimalnya luas dan fungsi kawasan hutan.

Penggunaan dan perubahan kawasan hutan di seluruh Indonesia terkendali

66,11 66,11

1. Terselengga-ranya pengaturan dan pengurusan pengelolaan hutan

1. Terkelolanya kawasan hutan bekas HPH dan HPHTI

75,00 91,63 85,85

2. Terwujudnya hutan tanaman yang produktif

100,00

3. Tercapainya pengelolaan hutan lestari

100,00

2. Mengoptimalkan aneka fungsi hutan dan ekosistem perairan yang meliputi fungsi konservasi, lindung dan produksi kayu, non kayu dan jasa lingkungan untuk mencapai manfaat lingkungan, sosial, budaya dan ekonomi yang seimbang dan lestari 4. Terwujudnya

efisiensi Industri Primer Kehutanan

100,00

5. Tidak terjadi pelanggaran tata usaha hasil hutan

100,00

6. Tidak terjadi pencurian kayu skala besar di hutan negara

74,81

2. Terseleng-garanya Pengaturan dan pengurusan rehabilitasi dan

Tersedianya bibit yang memenuhi persyaratan untuk RHL tersedia dan tersebar di

95,00 95,00

Page 40: KATA PENGANTAR dan IKHTISAR LAKIP 2007storage.jak-stik.ac.id/ProdukHukum/kehutanan/lakip_dephut_07.pdf · 8 Penelitian dan Pengembangan IPTEK 81,64 9 Pendidikan Kedinasan 80,70

30

MISI TUJUAN SASARAN KINERJA SASARAN

KINERJA TUJUAN

KINERJA MISI

reklamasi hutan kabupaten sesuai kebutuhan

3. Termanfaat kan sumber daya alam hayati dan ekosistemnya berdasarkan prinsip kelestarian.

1. Terbentuknya dan beroperasinya Taman Nasional Model

66,67 63,16

2. Tercapainya pengelolaan dan pemanfaatan kawasan KPA/KSA/TB secara efektif

50,00

3. Terwujudnya pengendalian kebakaran hutan yang efektif di Kalimantan dan Sumatera

85,71

4. Tercapainya pengelolaan SDAH secara lestari

50,29

4. Terseleng-garanya penga- turan dan pengurusan perencanaan kehutanan

Terwujudnya rencana-rencana kehutanan yang menjadi acuan dalam implementasi kegiatan pembangunan kehutanan dan sektor lain

100,00 100,00

5. Terwujud nya pemantapan pengelolaan hutan di provinsi, kabupaten/kota

1. Terbangun dan beroperasinya KPH di setiap provinsi

100,00 83,87

2. Tercapainya peningkatan efektifitas pengelolaan dan pemanfaatan hutan lindung

62,50

3. Tercapainya peningkatan pemanfaatan TSL dan jasa lingkungan secara optimal

89,12

6. Terseleng-garanya peneli-tian danpengem-bangan,pendidikan dan latihan serta penyuluhan kehutanan

Terwujudnya RISTEK kehutanan yang menjadi acuan pembangunan nasional

84,48 84,48

Page 41: KATA PENGANTAR dan IKHTISAR LAKIP 2007storage.jak-stik.ac.id/ProdukHukum/kehutanan/lakip_dephut_07.pdf · 8 Penelitian dan Pengembangan IPTEK 81,64 9 Pendidikan Kedinasan 80,70

31

MISI TUJUAN SASARAN KINERJA SASARAN

KINERJA TUJUAN

KINERJA MISI

3. Meningkatkan daya dukung daerah aliran sungai

1. Memulihkan, mempertahan-kan dan meningkatkan fungsi hutan dan lahan untuk mendukung sistem penyangga kehidupan

Terkendainya erosi, sedimentasi dan banjir di DAS Prioritas

77,50 86,25 86,25

Tercapainya perbaikan penutupan lahan kritis di DAS prioritas, termasuk perlindungan Daerah Tangkapan Air (DTA)

95,00

4. Mendorong peran serta masyarakat

1. Terbangunnya masyarakat untuk turut berperan serta dalam pembangunan kehutanan

Tercapainya penambahan hutan rakyat dan hutan tanaman rakyat

100,00 89,90 82,32

Tercapainya pemanfaatan hasil hutan non kayu secara optimal dan lestari

93,12

Terwujudnya daerah penyangga kawasan konservasi yang berfungsi menjaga keutuhan kawasan

75,00

Terwujudnya kemampuan dan peran masyarakat madani dalam upaya Rehabilitasi Hutan dan Lahan (RHL) meningkat

85,00

5 . Menjamin Distribusi Manfaat yang berkeadilan dan berkelanjutan

Mewujudkan ketahanan usaha di bidang kehutanan

Berkembangnya model pengelolaaan hutan berbasis masyarakat

80,00 80,00 80,00

6. Memantapkan koordinasi Pusat dan Daerah

1. Mewujudkan sinkronisasi peraturan perundangan, kebijakan, rencana dan penganggaran, koordinasi pembangunan, dan kesekretariatan pembangunan kehutanan

1. Tercapainya penegakan hukum dan penanggulangan kejahatan kehutanan secara efektif

52,50 64,16 79,52

Page 42: KATA PENGANTAR dan IKHTISAR LAKIP 2007storage.jak-stik.ac.id/ProdukHukum/kehutanan/lakip_dephut_07.pdf · 8 Penelitian dan Pengembangan IPTEK 81,64 9 Pendidikan Kedinasan 80,70

32

MISI TUJUAN SASARAN KINERJA SASARAN

KINERJA TUJUAN

KINERJA MISI

2. Tercapainya desentralisasi pembangunan kehutanan yang meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan pelestarian hutan

50,00

3. Tersedianya dana, sarana, prasarana yang proporsional untuk mendukung pembangunan kehutanan

90,00

2. Tercapainya pemanfaatan perjanjian global tentang kehutanan dan lingkungan

Peran aktif Indonesia dalam tataran global bidang kehutanan dan SDAH serta kerjasama internasional yang berkontribusi positif pada pembangunan kehutanan ansional

67,50 67,50

3. Mewujudkan aparatur kehutanan yang bersih dan berwibawa

Terwujudnya SDM Kehutanan yang berkualitas, kompeten, serta terdistribusi secara proporsional

90,62 93,72

Terbentuknya PNS Kehutaanan yang dapat menjalankan tugas secara benar sesuai dengan ketentuan dan kompetensinya

96,82

Beberapa hal yang dapat disimpulkan dari tabel di atas, antara lain:

1) Misi 1: Menjamin keberadaan hutan dengan luasan yang cukup dan sebaran yang proporsional.

• Pencapaian kinerja misi ini sebesar 64,44%.

• Misi 1 mempunyai 2 tujuan. Melalui pelaksanaan kegiatan yang telah direncanakan, tujuan pertama misi ini, yaitu terselenggaranya pengukuhan kawasan hutan, dapat dicapai kinerjanya sebesar 63,89%. Tujuan ini dicapai melalui pelaksanaan kegiatan inventarisasi dan perpetaan sumber daya hutan; pengembangan sistem informasi kehutanan, pengukuhan kawasan hutan. Nilai pencapaian kinerja kurang begitu baik karena tidak selesainya kegiatan penyelesaian penetapan kawasan hutan.

Page 43: KATA PENGANTAR dan IKHTISAR LAKIP 2007storage.jak-stik.ac.id/ProdukHukum/kehutanan/lakip_dephut_07.pdf · 8 Penelitian dan Pengembangan IPTEK 81,64 9 Pendidikan Kedinasan 80,70

33

• Sedangkan tujuan kedua (terjamin dan optimalnya luas dan fungsi kawasan hutan) hanya dicapai sebesar 66,11%. Tujuan ini dicapai melalui pelaksanaan kegiatan penyiapan dan evaluasi penggunaan dan perubahan kawasan hutan.

• Pada tahun 2006, misi ini mencapai nilai yang lebih besar, yaitu 63,28%.

2) Misi 2: Mengoptimalkan aneka fungsi hutan dan ekosistem perairan yang meliputi fungsi konservasi, lindung dan produksi kayu, non kayu dan jasa lingkungan untuk mencapai manfaat lingkungan sosial, budaya dan ekonomi yang seimbang dan lestari.

• Pencapaian kinerja misi ke-2 ini, tahun 2007 yaitu sebesar 85,25%.

• Misi ini mempunyai 6 tujuan dan 16 sasaran. Kegiatan yang mendukung misi ini antara lain pengelolaan hutan produksi alam yang tidak dibebani hak, pengembangan hutan tanaman, pengelolaan hutan produksi alam, restrukturisasi industri primer kehutanan, penertiban tata usaha hasil hutan, operasi pengamanan hutan, penyelesaian kasus kejahatan hutan, pembangunan sumber benih, pengelolaan taman nasional, pengendalian kebakaran hutan, pengelolaan keanekaragaman hayati, penyusunan rencana kehutanan, pembangunan KPH, pengelolaan hutan lindung.

• Pada tahun 2006, kinerja misi-2,sebesar 86,99%.

3) Misi 3: Meningkatkan daya dukung Daerah Aliran Sungai (DAS)

Pencapaian kinerja misi pada tahun 2007 adalah sebesar 86,25%, sedangkan pencapaian kinerja misi ini pada tahun 2006 dinilai sebesar 84,72%.

Tujuan misi ini adalah memulihkan, mempertahankan dan meningkatkan fungsi hutan dan lahan untuk mendukung sistem penyangga kehidupan. Sedangkan kegiatannya adalah pengelolaan DAS, rehabilitasi hutan dan lahan (RHL).

Kecilnya pencapaian kinerja misi ini pada tahun 2007 adalah karena belum selesainya pelaksanaan kegiatan rehabilitasi hutan dan lahan.

4) Misi 4: Mendorong peran serta masyarakat

Kinerja misi ini pada tahun 2007, yaitu sebesar 82,32%, sedangkan pada tahun 2006 kinerjanya mencapai sebesar 95,60%.

Kinerja misi ini dicapai dari pencapaian kinerja kegiatan, yaitu melalui pengembangan hutan rakyat dan hutan tanaman rakyat, pengembangan pemanfaatan hasil hutan bukan kayu (HHBK),

Page 44: KATA PENGANTAR dan IKHTISAR LAKIP 2007storage.jak-stik.ac.id/ProdukHukum/kehutanan/lakip_dephut_07.pdf · 8 Penelitian dan Pengembangan IPTEK 81,64 9 Pendidikan Kedinasan 80,70

34

pengembangan daerah penyangga di sekitar kawasan konservasi, pengembangan RHL swadaya.

5) Misi 5: Menjamin distribusi manfaat yang berkeadilan dan berkelanjutan

Pada tahun 2007, misi yang mempunyai 1 tujuan dan 1 sasaran ini, hanya dapat dilihat dari kinerja pelaksanaan satu kegiatan, yaitu kegiatan pengembangan hutan kemasyarakatan. Pencapaian kinerja kegiatan ini tahun 2007 sebesar 80,00%, sedangkan pada tahun 2006 pencapaian kinerja misi 5, mencapai sebesar 96,40%.

6) Misi 6: Memantapkan koordinasi antara pusat dan daerah

Pada tahun 2007, kinerja misi ini dinilai sebesar 79,52%, sedangkan pencapaian kinerja misi ini pada tahun 2006, yaitu sebesar 91,26%.

Tujuan dari misi ini adalah untuk mewujudkan sinkronisasi peraturan perundangan, kebijakan, rencana dan penganggaran, koordinasi pembangunan, dan tercapainya pemanfaatan perjanjian, serta mewujudkan aparatur kehutanan yang bersih dan berwibawa. Dalam misi dilakukan melalui kegiatan pembinaan hukum dan peraturan perundangan, desentralisasi kehutanan, pengembangan rencana dan penganggaran, pengembangan organisasi.

3. PENCAPAIAN KINERJA VISI PEMBANGUNAN KEHUTANAN

a. Dari hasil pencapaian kinerja keenam misi tersebut di atas, maka pencapaian kinerja Departemen Kehutanan pada tahun 2007 sebesar 76,34%, mengalami penurunan dibandingkan dengan tahun 2006 yang pencaapaian kinerjanya mencapai sebesar 87,79%.

b. Nilai kinerja ini menurun dari nilai kinerja yang dicapai Departemen Kehutanan tahun 2006. Namun sesungguhnya hasil yang dicapai pada tahun 2006 jauh lebih besar, karena anggaran yang tersedia juga jauh lebih besar dibandingkan tahun 2005.

c. Pencapaian kinerja yang menurun lebih banyak disebabkan karena dengan belum mantapnya pelaksanaan sistem anggaran berbasis kinerja (unified budgeting).

Page 45: KATA PENGANTAR dan IKHTISAR LAKIP 2007storage.jak-stik.ac.id/ProdukHukum/kehutanan/lakip_dephut_07.pdf · 8 Penelitian dan Pengembangan IPTEK 81,64 9 Pendidikan Kedinasan 80,70

35

B. ASPEK KEUANGAN

Table 4. Alokasi dan Realisasi Anggaran Dephut Tahun 2007

Realisasi Jenis Dokumen

Pagu X Rp.1000 X Rp. 1000 %

DIPA BA 29 2.503.920.399 1.494.194.317 59,67 DIPA BA 69 (Luncuran)

1.259.672.026 911.373.595 72,35

DIPA BA 69 Murni

2.960.956.647 1.000.045.701 33,77

Total 6.724.549.072 3.405.613.613 50,64

a. Total anggaran Departemen Kehutanan (dalam Bagian Anggaran 29) tahun 2007 adalah sebesar Rp. 2.503.920.399.000, yang terdiri dari:

- Rupiah Murni : Rp. 1.546.824.727.000

- Bantuan Luar Negeri : Rp. 12.818.182.000

- PNBP Kehutanan : Rp. 944.277.490.000

Apabila dibandingkan dengan anggaran Dephut dari BA 29 tahun 2006, maka anggaran BA 29 tahun 2007 mengalami kenaikan sebesar 34%. Anggaran tersebut pada tahun 2007 dialokasikan ke dalam 205 Satker dan terbagi dalam 10 program

b. Disamping anggaran yang dialokasikan melalui BA 29, Dephut juga mendapatkan alokasi anggaran BA 69 Cadangan Dana Reboisasi sebesar Rp.4.220.628.673.000,- (terdiri dari luncuran Rp1.259.672.026.000,- dan dan BA 69 murni Rp2.960.956.647.000) yang dilaksanakan oleh 580 satker.

c. Dengan demikian total anggaran yang harus dilaksanakan oleh Dephut (termasuk UPT, Dishut Prop, dan Dishut Kab/Kota) pada tahun 2007 adalah sebesar Rp. 6.724.549.072.000,-.

d. Anggaran yang dialokasikan melalui Bagian Anggaran 29 digunakan untuk melaksanakan kegiatan rutin dan pembangunan kehutanan, sedangkan anggaran yang dialokasikan melalui Bagian Anggaran 69 digunakan untuk membiayai 2 kegiatan pokok (GERHAN dan Pengamanan Hutan) serta untuk relokasi peralatan Sistem Komunikasi Radio Terpadu (SKRT) dan fasilitasi kegiatan kerjasama luar negeri.

e. Pelaksanaan anggaran Departemen Kehutanan Tahun 2007 sampai dengan bulan Desember 2007 sebesar 50,64%, yaitu pelaksanaan anggaran BA 29 sebesar 59,67% dan pelaksanaan anggaran BA 69 luncuran 72,35% dan BA 69 murni sebesar 33,77%.

Page 46: KATA PENGANTAR dan IKHTISAR LAKIP 2007storage.jak-stik.ac.id/ProdukHukum/kehutanan/lakip_dephut_07.pdf · 8 Penelitian dan Pengembangan IPTEK 81,64 9 Pendidikan Kedinasan 80,70

36

f. Rendahnya realisasi penyerapan anggaran sampai saat ini antara lain disebabkan :

- Untuk DIPA BA 29, adanya pemotongan belanja perjalanan dinas tidak mengikat berdampak pada kegiatan kegiatan teknis lapangan yang memerlukan perjalanan dinas, seperti pengukuran, tata batas, pengamanan hutan, perlindungan hutan, dan penelitian, dll.

- Setoran PNBP Kehutanan, sebagai salah satu sumber pembiayaan DIPA Dephut, baru dapat direalisasikan 100% pada bulan Oktober 2007.

- Untuk DIPA BA 69, sebagian besar adalah kegiatan pengadaan bibit dan penanaman untuk Gerhan yang pelaksanaannya menunggu musim hujan. Untuk TA 2007 hampir di seluruh wilayah Indonesia terjadi kemarau panjang dimana permulaan musim hujan jatuh pada bulan Desember.

C. PERMASALAHAN

1. Penegakan hukum masalah hutan dan lingkungan masih belum sesuai yang diharapkan. Kejahatan bidang kehutanan sangat komplek dan dampaknya tidak dirasakan secara langsung secara singkat tetapi dampak yang ditimbulkan jangka panjang. Tidak efektifnya penegakan hukum terutama disebabkan oleh kurangnya kemauan untuk melakukan tindakan. Sebaliknya, justru banyak faktor yang mendukung lemahnya penegakan hukum, antara lain: lemahnya kelembagaan, peraturan perundangan yang kurang realistis, lemahnya sistem pengawasan serta penyalahgunaan wewenang.

2. Upaya penegakan hukum dalam pengendalian penebangan liar sudah dilakukan sesuai dengan UU Nomor 5 tahun 1990, UU Nomor 23 tahun 1997 dan UU Nomor 41 tahun 1999, dan mengajukan kepengadilan perusahaan-perusahaan yang diduga melakukan pembakaran. Namun upaya ini belum memberikan hasil yang memadai karena kendala dalam penyidikan (pembuktian sesuai kaidah hukum) sehingga hukumannya masih bersifat administratif.

3. Persoalan mendasar yang dihadapi dalam industri kehutanan saat ini adalah tidak terpenuhinya kebutuhan pasok kayu bulat bagi industri pengolahan kayu nasional. Hal ini disebabkan oleh ketidakmampuan sumber daya hutan memasok kebutuhan industri.

4. Ketimpangan supply-demand tersebut dipercaya menjadi salah satu penyebab utama berlangsungnya kegiatan illegal logging, pencurian kayu dan lain-lain kerusakan hutan. Persoalan yang tengah dihadapi sektor kehutanan ini memberikan pemahaman bahwa industri kehutanan nasional tengah menuju kebangkrutan. Oleh karena itu upaya revitalisasi

Page 47: KATA PENGANTAR dan IKHTISAR LAKIP 2007storage.jak-stik.ac.id/ProdukHukum/kehutanan/lakip_dephut_07.pdf · 8 Penelitian dan Pengembangan IPTEK 81,64 9 Pendidikan Kedinasan 80,70

37

industri kehutanan, menjadi prioritas bagi terwujudnya pembangunan kehutanan berkelanjutan.

5. Saat ini, luasnya lahan kritis yang harus direhabilitasi jauh melampaui kapasitas institusi pemerintah sebagai fasilitator dan regulator dalam kegiatan tersebut. Di lain pihak, jumlah masyarakat miskin di sekitar hutan juga sangat besar. Oleh karena itu, kiat kebijakan pemerintah yang diambil dalam rangka rehabilitasi sumber daya hutan, harus efektif yaitu didekati dengan pemberdayaan masyarakat, pemulihan fungsi lingkungan, dan pembiayaan rehabilitasi.

6. Masih belum sinkronnya peraturan perundangan yang berlaku, antara lain UU No. 41/1999 tentang Kehutanan dengan UU No. 32/2000 tentang Pemerintahan Daerah. (desentralisasi). Hal ini disebabkan UU No. 41/1999 lebih menitikberatkan pada aspek-aspek pengelolaan hutan secara ideal. Sementara itu, aspek kewenangan dalam melaksanakan pengelolaan hutan (siapa melakukan apa) tidak dijelaskan dalam undang-undang tersebut. Pada sisi lain, UU Nomor 22/1999 sebagai acuan pelaksanaan otonomi daerah lebih banyak mengatur hal-hal yang berkaitan dengan kewenangan pemerintah daerah, tanpa menjelaskan lebih lanjut hal-hal yang berkaitan dengan karakteristik sumber daya yang harus dikelola.

Pelaksanaan desentralisasi diharapkan dapat memberikan peluang lebih besar bagi peningkatan kegiatan rehabilitasi sumber daya hutan, dengan didukung oleh penyelenggaraan pemanfaatan yang efisien dan efektif.

Perbedaan persepsi antara peraturan perundangan yang berlaku membuat hubungan antara pusat dan daerah belum harmonis. Hal ini menjadi suatu kendala dalam mendapatkan data dan informasi dari daerah dan kegiatan yang seharusnya dapat dilaksanakan secara bersama-sama tidak dapat dilaksanakan sebagaimana mestinya.

7. Penundaan perjalanan tidak mengikat telah berpengaruh pada kegiatan-kegiatan teknis lapangan yang memerlukan perjalanan ke lapangan, seperti patroli rutin kehutanan, operasi pengamanan hutan, survey dan identifikasi satwa, pengukuran dan penatagunaan hutan, penyelesaian kasus-kasus pertanahan di dalam kawasan hutan. Kegiatan tersebut telah berpengaruh pada kegiatan teknis yang lain, yang berakibat pada penyerapan anggaran Dephut.

Menghadapi permasalahan tersebut diatas, maka Departemen kehutanan selanjutnya bertekad untuk terus meningkat kinerjanya, terutama kinerja dari 5 kebijakan prioritas dan dijabarkan ke daalam 19 fokus kegiatan yang telah ditetapkan. Peningkatan kinerja ini akan tercapai dengan meningkatkan kerjasama dengan semua pihak (stakeholders), terutama dengan masyarakat di dalam dan sekitar hutan.

Page 48: KATA PENGANTAR dan IKHTISAR LAKIP 2007storage.jak-stik.ac.id/ProdukHukum/kehutanan/lakip_dephut_07.pdf · 8 Penelitian dan Pengembangan IPTEK 81,64 9 Pendidikan Kedinasan 80,70

URAIAN INDIKATOR KEBIJAKAN PROGRAM

1. Menjamin Keberadaan hutan dengan luasan yang cukup dan sebaran yang proporsional

1 Terselenggaranya pengukuhan kawasan hutan

1 Tersedianya data dan informasi sumber daya hutan (SDH) serta informasi lokasi pemanfaatan hutan di seluruh Indonesia yang lebih berkualitas (akurat, mutakhir, dapat dipertanggungjawabkan) sebagai bahan pengambilann kebijakan pengelolaan hutan lestari

Data dan informasi SDH spatial dan non spatial berikut ini tersedia dalam sistem informasi:(- Penutupan lahan, - Tematik sumberdaya hutan, - Neraca Sumberdaya Hutan (NSDH) Nasional. - Pemanfaatan hutan produksi, - Perubahan fungsi dan peruntukan kawasan hutan)

Pemantapan Kawasan Hutan

Pengembangan kapasitas SDH dan LH; dan Peningkatan kualitas akses informasi SDA dan LH

2 Tercapainya penunjukan kawasan hutan di Indonesia dan penetapannya seluas 30% dari seluruh kawasan hutan

- Keputusan Menteri tentang penunjukan kawasan hutan di seluruh Indonesia

- Penunjukan kawasan hutan diacu oleh sektor lain

- Penetapan kawasan hutan yang telah ditata batas mencapai 12 juta ha (prioritas pada kawasan konservasi)

2 Terjamin dan optimalnya luas dan fungsi kawasan hutan.

3 Penggunaan dan perubahan kawasan hutan di seluruh Indonesia terkendali

- Minimal 70% penggunaan kawasan yang bermasalah selesai dievaluasi

Pemantapan Kawasan Hutan

Pemantapan Pemanfaatan potensi SDH

1 Terselenggaranya pengaturan dan pengurusan pengelolaan hutan

4 Terkelolanya kawasan hutan bekas HPH dan HPHTI

- Deregulasi Pengelolaan Hutan Alam Pemantapan Pemanfaatan potensi SDH

- Sebanyak 50% dari luas kawasan hutan bekas HPH dan HPTI yang tidak dibebani hak (21 juta ha), dikelola kembali dalam bentuk IUPHHK-HA, IUPHHK-HT, HT-Rakyat, dan IUPHHBK

5 Terwujudnya hutan tanaman yang produktif

- Deregulasi pembangunan HT Revitalisasi sektor kehutanan termasuk industri kehutanan

Pemantapan Pemanfaatan potensi SDH

- Luas hutan tanaman bertambah menjadi 5 juta ha dengan potensi produksi 100 m3/ha

Pemantapan Kawasan Hutan

Pemantapan Pemanfaatan potensi SDH

Revitalisasi sektor kehutanan termasuk industri kehutanan

2. Mengoptimalkan aneka fungsi hutan dan ekosistem perairan yang meliputi fungsi konservasi, lindung dan produksi kayu, non kayu dan jasa lingkungan untuk mencapai manfaat lingkungan, sosial, budaya dan ekonomi yang seimbang dan lestari

Lampiran 1. MATRIK RENSTRA-KL DEPARTEMEN KEHUTANAN TAHUN 2005-2009

VISI : Terwujudnya Penyelenggaraan Kehutanan Untuk Menjamin Kelestarian Hutan Dan Peningkatan Kemakmuran Rakyat

TUJUANSASARAN CARA MENCAPAI TUJUAN DAN SASARAN

MISI

38

Page 49: KATA PENGANTAR dan IKHTISAR LAKIP 2007storage.jak-stik.ac.id/ProdukHukum/kehutanan/lakip_dephut_07.pdf · 8 Penelitian dan Pengembangan IPTEK 81,64 9 Pendidikan Kedinasan 80,70

URAIAN INDIKATOR KEBIJAKAN PROGRAM

Lampiran 1. MATRIK RENSTRA-KL DEPARTEMEN KEHUTANAN TAHUN 2005-2009

VISI : Terwujudnya Penyelenggaraan Kehutanan Untuk Menjamin Kelestarian Hutan Dan Peningkatan Kemakmuran Rakyat

TUJUANSASARAN CARA MENCAPAI TUJUAN DAN SASARAN

MISI

- Peningkatan penyerapan tenaga kerja dalam HT sebesar 7 % per tahun

6 Tercapainya pengelolaan hutan lestari

- Sebanyak 59 pemegang IUPHHK-HA dan HT memiliki sertifikat PHL mandatori dan mampu menyelenggarakan pengelolaan hutan secara lestari

Revitalisasi sektor kehutanan khususnya industri kehutanan

Pemantapan Pemanfaatan potensi SDH

7 Terwujudnya efisiensi Industri Primer Kehutanan

- Hasil produksi industri pengelolaan hasil hutan meningkat sebesar 10% dan mampu bersaing di pasar global

Revitalisasi sektor kehutanan termasuk industri kehutanan

Pemantapan Pemanfaatan potensi SDH

- Industri primer dapat meningkatkan efisiensi pemanfaatan bahan baku sebesar 10%

- Industri primer dapat meningkatkan penyerapan tenaga kerja sebesar 9%

- Diversifikasi produk olahan

8 Tidak terjadi pelanggaran tata usaha hasil hutan

- Data administratif aliran hasil hutan sesuai dengan data fisik/penerimaan iuran kehutanan

Pemberantasan pencurian kayu di dalam hutan negara dan perdagangan kayu illegal

Pemantapan Pemanfaatan potensi SDH

- Tidak ada kebocoran PNBP kehutanan, dan PNBP kayu meningkat sebesar 10%

9 Tidak terjadi pencurian kayu skala besar di hutan negara

- Pencurian kayu di hutan negara menurun secara nyata, khususnya pada provinsi Sumatera Utara, Riau, Jambi, Kalbar, Kalteng, Kalsel, Kaltim, Maluku, Irian jaya Barat dan Papua

Pemberantasan pencurian kayu di dalam hutan negara dan perdagangan kayu illegal

Pemantapan keamanan dalam negeri

- Pengamanan hutan oleh masyarakat berjalan efektif

- Koordinasi penanggulangan pencurian kayu antar instansi penegak hukum berjalan efektif

39

Page 50: KATA PENGANTAR dan IKHTISAR LAKIP 2007storage.jak-stik.ac.id/ProdukHukum/kehutanan/lakip_dephut_07.pdf · 8 Penelitian dan Pengembangan IPTEK 81,64 9 Pendidikan Kedinasan 80,70

URAIAN INDIKATOR KEBIJAKAN PROGRAM

Lampiran 1. MATRIK RENSTRA-KL DEPARTEMEN KEHUTANAN TAHUN 2005-2009

VISI : Terwujudnya Penyelenggaraan Kehutanan Untuk Menjamin Kelestarian Hutan Dan Peningkatan Kemakmuran Rakyat

TUJUANSASARAN CARA MENCAPAI TUJUAN DAN SASARAN

MISI

2. Terselenggaranya Pengaturan dan pengurusan rehabilitasi dan reklamasi hutan

10 Tersedianya bibit yang memenuhi persyaratan untuk RHL tersedia dan tersebar di kabupaten sesuai kebutuhan

- Terbangunnya perbenihan tanaman hutan/sumber benih prioritas seluas 4.500 ha di 12 provinsi

Rehabilitasi dan Konservasi Sumberdaya hutan

Rehabilitasi dan Pemulihan cadangan SDA

3 Terkelolanya sumberdaya alam hayati dan ekosistemnya secara optimal berdasarkan prinsip kelestarian

11 Terbentuknya dan beroperasinya Taman Nasional Model

- Sebanyak 20 Taman Nasional model terbentuk dan dikelola dengan optimal serta mendapat dukungan penuh dari stakeholder

- TN model mampu melaksanakan penggalangan dana dari luar pemerintah

- TN model meningkatkan penyerapan tenaga kerja dan pendapatan masyarakat sebesar 5%

12 Tercapainya pengelolaan dan pemanfaatan kawasan KPA/KSA/TB secara efektif

- Pengelolaan 200 unit KSA/KPA berjalan secara optimal dan mendapat dukungan penuh dari stakeholders

Rehabilitasi dan konservasi sumberdaya hutan

Perlindungan dan konservasi SDA

- Pengelolaan 200 unit KSA/KPA dapat meningkatkan penyerapan tenaga kerja setempat

13 Terwujudnya pengendalian kebakaran hutan yang efektif di Kalimantan dan Sumatra

- Pengendalian dan penurunan frekuensi kebakaran hutan secara nyata di Sumatera dan Kalimantan

Rehabilitasi dan konservasi sumberdaya hutan

Perlindungan dan konservasi SDA

- Informasi dan deteksi dini kebakaran hutan berfungsi optimal

- Pencegahan dan pemadaman kebakaran hutan di tingkat masyarakat berjalan efektif

14 Tercapainya pengelolaan SDAH secara lestari

- Populasi TSL langka menigkat Rehabilitasi dan konservasi sumberdaya hutan

Perlindungan dan konservasi SDA

- Penangkaran TSL langka komersil berkembang

Perlindungan dan Konservasi SDA

Rehabilitasi dan konservasi sumberdaya hutan

40

Page 51: KATA PENGANTAR dan IKHTISAR LAKIP 2007storage.jak-stik.ac.id/ProdukHukum/kehutanan/lakip_dephut_07.pdf · 8 Penelitian dan Pengembangan IPTEK 81,64 9 Pendidikan Kedinasan 80,70

URAIAN INDIKATOR KEBIJAKAN PROGRAM

Lampiran 1. MATRIK RENSTRA-KL DEPARTEMEN KEHUTANAN TAHUN 2005-2009

VISI : Terwujudnya Penyelenggaraan Kehutanan Untuk Menjamin Kelestarian Hutan Dan Peningkatan Kemakmuran Rakyat

TUJUANSASARAN CARA MENCAPAI TUJUAN DAN SASARAN

MISI

- Penyerapan tenaga kerja dalam pengelolaan SDAH meningkat

- Pengelolaan TSL langka di kawasan konservasi berjalan optimal dan mendapat dukungan dari stakeholders

4 15 - Rencana Kerja (Renja-KL Tahun 2007 s.d. 2010) dan rencana Strategis Tahun 2010-2014)

- Evaluasi RPJP Kehutanan

- PDRB Hijau Propinsi dan Kabupaten

- Sosialisasi komitmen internasional departemen pada tingkat global

- Fasilitasi pembangunan kehutanan wilayah perbatasan

- Evaluasi rencana dan kebijakan kehutanan

- Rencana makro kegiatan kehutanan

5 Terwujudnya pemantapan pengelolaan hutan di provinsi, kabupaten/kota

16 Terbangun dan beroperasinya KPH di setiap provinsi

- Penetapan, pembangunan dan beroperasinya KPH di seluruh provinsi di Indonesia

Pemantapan Kawasan Hutan

Pemantapan Pemanfaatan potensi SDH

17 Tercapainya peningkatan efektifitas pengelolaan dan pemanfaatan hutan lindung

- Penetapan Menteri tentang lembaga pengelolaan hutan lindung

Rehabilitasi dan konservasi SDH

Perlindungan dan konservasi SDA

- Fungsi kawasan hutan lindung sebagai penyangga tata air berjalan optimal

Pemantapan Pemanfaatan potensi SDH

Pendukung kebijakan Prioritas

Terwujudnya rencana-rencana kehutanan yang menjadi acuan dalam implementasi kegiatan pembangunankehutanan dan sektor lain

Terselenggara nya pengaturan dan pengurusan perencanaan kehutanan

41

Page 52: KATA PENGANTAR dan IKHTISAR LAKIP 2007storage.jak-stik.ac.id/ProdukHukum/kehutanan/lakip_dephut_07.pdf · 8 Penelitian dan Pengembangan IPTEK 81,64 9 Pendidikan Kedinasan 80,70

URAIAN INDIKATOR KEBIJAKAN PROGRAM

Lampiran 1. MATRIK RENSTRA-KL DEPARTEMEN KEHUTANAN TAHUN 2005-2009

VISI : Terwujudnya Penyelenggaraan Kehutanan Untuk Menjamin Kelestarian Hutan Dan Peningkatan Kemakmuran Rakyat

TUJUANSASARAN CARA MENCAPAI TUJUAN DAN SASARAN

MISI

- Lembaga pengelolaan hutan lindung beroperasi dan mendapat dukungan penuh stakeholders

18 Tercapainya peningkatan pemanfaatan TSL dan jasa lingkungan secara optimal

- PNBP produk TSL dan jasa lingkungan meningkat sebesar 3%

Rehabilitasi dan konservasi SDH

Perlindungan dan konservasi SDA

- Penyerapan tenaga kerja pada TSL dan pada pengelolaan jasa lingkungan/wisata alam meningkat sebesar 4%

6 Terselenggaranya penelitian dan pengembangan, pendidikan dan latihan, serta penyuluhan kehutanan

19 Terwujudnya RISTEK Kehutanan yang menjadi acuan pembangunan nasional

- Hasil IPTEK dapat meningkatkan produktivitas kehutanan lestari sebesar 5%

Pendukung kebijakan Prioritas

Penelitian dan pengembangan IPTEK

- Hasil IPTEK dapat meningkatkan partisipasi, pendapatan/usaha di bidang kehutanan sebesar 4%

Pendukung kebijakan Prioritas

Penelitian dan pengembangan IPTEK

- Hasil IPTEK dapat diakses oleh masyarakat luas

Pendukung kebijakan Prioritas

Penelitian dan pengembangan IPTEK

- Tersedianya SDM kehutanan yang handal di setiap strata dan dalam jumlah yang memadai

Pendukung kebijakan Prioritas

Pendidikan kedinasan

- Terbentuknya masyarakat kehutanan madani yang mengetahui, memahami turut serta dalam pembangunan kehutanan

Pendukung kebijakan Prioritas

Penyelenggaraan Pimpinan Kenegaraan dan Kepemerintahan

- Sertifikat produk barang dan jasa kehutanan Indonesia diterima ditingkat nasional dan global

Pendukung kebijakan Prioritas

Penyelenggaraan Pimpinan Kenegaraan dan Kepemerintahan

- Produk barang dan jasa kehutanan dapat bersaing secara global

Pendukung kebijakan Prioritas

Penyelenggaraan Pimpinan Kenegaraan dan Kepemerintahan

42

Page 53: KATA PENGANTAR dan IKHTISAR LAKIP 2007storage.jak-stik.ac.id/ProdukHukum/kehutanan/lakip_dephut_07.pdf · 8 Penelitian dan Pengembangan IPTEK 81,64 9 Pendidikan Kedinasan 80,70

URAIAN INDIKATOR KEBIJAKAN PROGRAM

Lampiran 1. MATRIK RENSTRA-KL DEPARTEMEN KEHUTANAN TAHUN 2005-2009

VISI : Terwujudnya Penyelenggaraan Kehutanan Untuk Menjamin Kelestarian Hutan Dan Peningkatan Kemakmuran Rakyat

TUJUANSASARAN CARA MENCAPAI TUJUAN DAN SASARAN

MISI

3. Meningkatkan daya dukung daerah aliran sungai

1 Memulihkan, mempertahankan dan meningkatkan fungsi hutan dan lahan untuk mendukung sistem kehidupan

20 Terkendalinya erosi, sedimentasi dan banjir di DAS prioritas

- Ancaman bahaya erosi, sedimantasi, dan tanah longsor dapat dihindari dan atau menurun

Rehabilitasi dan konservasi hutan

Rehabilitasi dan pemulihan cadangan SDA

- Pengelolaan 282 DAS prioritas mendapat dukungan penuh stakeholders

- Pengelolaan DAS dapat meningkatkan penyerapan tenaga kerja setempat sebesar 10%

21 - RHL di 282 DAS prioritas mencapai 5 juta ha dengan ratio 60% dalam kawasan hutan dan 40% diluar kawasan hutan

Rehabilitasi dan konservasi hutan

Rehabilitasi dan pemulihan cadangan SDA

- Sebanyak 80% dari hasil penanaman RHL di 282 DAS prioritas tumbuh dengan baik

- Master plan RHL (MP-RHL) tersedia di seluruh Indonesia dan mendapat dukungan stakeholders

- RHL di 282 DAS prioritas mendapat dukungan p[enuh stakeholders dan meningkatkan penyerapan tenaga kerja sebesar 10%

4. Mendorong peran serta masyarakat 1 Terbangunnya masyarakat untuk turut berperan serta dalam pembangunan kehutanan

22 Tercapainya penambahan hutan rakyat dan Hutan Tanaman Rakyat

- Luas HR dan HTR bertambah 500.000 ha Pemberdayaan ekonomi masyarakat di dalam dan sekitar hutan

Rehabilitasi dan pemulihan cadangan SDA

- Produksi kayu dari hutan rakyat mampu mencapai 40 m3/ha

- Masyarakat yang berusaha dalam pembangunan HR dan HTR meningkat sebesar 3, dan kesejahteraannya meningkat sebesar 4%

Pemberdayaan ekonomi masyarakat di dalam dan sekitar hutan

Pemantapan Pemanfaatan potensi SDH

Tercapainya perbaikan penutupan lahan kritis di DAS prioritas, termasuk perlindungan Daerah Tangkapan Air (DTA)

43

Page 54: KATA PENGANTAR dan IKHTISAR LAKIP 2007storage.jak-stik.ac.id/ProdukHukum/kehutanan/lakip_dephut_07.pdf · 8 Penelitian dan Pengembangan IPTEK 81,64 9 Pendidikan Kedinasan 80,70

URAIAN INDIKATOR KEBIJAKAN PROGRAM

Lampiran 1. MATRIK RENSTRA-KL DEPARTEMEN KEHUTANAN TAHUN 2005-2009

VISI : Terwujudnya Penyelenggaraan Kehutanan Untuk Menjamin Kelestarian Hutan Dan Peningkatan Kemakmuran Rakyat

TUJUANSASARAN CARA MENCAPAI TUJUAN DAN SASARAN

MISI

- Penyerapan tenaga kerja di bidang HR dan HTR meningkat 3%

Tercapainya 23 Tercapainya pemanfaatan hasil hutan non kayu secara optimal dan lestari

- Pemanfaatan HHBK secara lestari dan komersial meningkat 3 % per tahun

Pemberdayaan ekonomi masyarakat di dalam dan sekitar hutan

Pemantapan Pemanfaatan potensi SDH

- Pemanfaatan HHBK dapat meningkatkan penyerapan tenaga kerja setempat sebesar 3%, dan kesejahteraan masyarakat setempat meningkat

- Pengembangan tanaman agroforestry dalam rangka penanganan kawasan perbatasan negara di 7 provinsi (NAD, Kepri, Kalbar, Kaltim, Sulut, NTT dan Irjabar)

24 Terwujudnya daerah penyangga kawasan konservasi yang berfungsi menjaga keutuhan kawasan

- Kawasan penyangga berfungsi optimal, masyarakat yang tinggal di daerah penyangga sejahtera dan terlibat dalam pengelolaan kawasan

Pemberdayaan ekonomi masyarakat di dalam dan sekitar hutan

Perlindungan dan Konservasi SDA

25 Terwujudnya kemampuan dan peran masyarakat madani dalam upaya Rehabilitasi Hutan dan Lahan (RHL) meningkat

- Kemampuan dan peran masyarakat madani dalam upaya Rehablitasi Hutan dan Lahan (RHL) meningkat secara nyata

Rehabilitasi dan konservasi SDH

Rehabilitasi dan Pemulihan cadangan SDA

5 . Menjamin Distribusi Manfaat yang berkeadilan dan berkelanjutan

1 Mewujudkan ketahanan usaha di bidang kehutanan

26 Berkembangnya model pengelolaan hutan berbasis masyarakat

- Pengelolaan hutan berbasis masyarakat dapat meningkatkan penyerapan tenaga kerja setempat sebesar 3% dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat sebesar 4%

Pengembangan ekonomi masyarakat di dalam dan di sekitar kawasan hutan

Pengembangan kapasitas pengelolaan SDA

6. Memantapkan koordinasi Pusat dan Daerah

1 27 Tercapainya penegakan hukum dalam penanggulangan kejahatan kehutanan secara efektif

- Produk hukum bidang kehutanan dapat diimplementasikan secara efektif

Pendukung kebijakan prioritas

Penyelenggaraan pimpinan kenegaraan dan kepemerintahan

- Penegakan hukum dan peraturan perundang-undangan bidang kehutanan diterapkan dengan tegas dan adil

Mewujudkan sinkronisasi peraturan perundangan, kebijakan, rencana dan pengenggaran, koordinasi pembangunan, dan kesekretariatan pembangunan kehutanan

44

Page 55: KATA PENGANTAR dan IKHTISAR LAKIP 2007storage.jak-stik.ac.id/ProdukHukum/kehutanan/lakip_dephut_07.pdf · 8 Penelitian dan Pengembangan IPTEK 81,64 9 Pendidikan Kedinasan 80,70

URAIAN INDIKATOR KEBIJAKAN PROGRAM

Lampiran 1. MATRIK RENSTRA-KL DEPARTEMEN KEHUTANAN TAHUN 2005-2009

VISI : Terwujudnya Penyelenggaraan Kehutanan Untuk Menjamin Kelestarian Hutan Dan Peningkatan Kemakmuran Rakyat

TUJUANSASARAN CARA MENCAPAI TUJUAN DAN SASARAN

MISI

28 - Desetralisasi /regulasi pembangunan kehutanan secara menyeluruh dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan kelestarian hutan

Pendukung kebijakan prioritas

Penyelenggaraan pimpinan kenegaraan dan kepemerintahan

- Sinkronisasi pembangunan kehutanan pusat dan daerah

29 Tersedianya dana, sarana, prasarana yang proporsional untuk mendukung pembangunan kehutanan

- Pendanaan pembangunan kehutanan sesuai dengan prioritas, teralokasi dengan benar dan sesuai dengan tata waktu

Pendukung kebijakan prioritas

Penyelenggaraan pimpinan kenegaraan dan kepemerintahan

Penyelenggaraan pembangunan kehutanan terpadu dan terkoordinasi di setiap regional

Pendukung kebijakan prioritas

Penyelenggaraan pimpinan kenegaraan dan kepemerintahan

Regulasi dan deregulasi pembangunan kehutanan

Desentralisasi pembangunan kehutanan berjalan dengan benar dan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat serta kelestarian hutan

Pengelolaan dana kehutanan sesuai prioritas, dan alokasi dana berjalan sesuai aturan

Pendukung kebijakan prioritas

Penyelenggaraan pimpinan kenegaraan dan kepemerintahan

Sarana dan prasarana pendukung pembangunan kehutanan tersedia secara proporsional pada setiap instansi kehutanan pusat dan daerah

Pendukung kebijakan prioritas

Penyelenggaraan pimpinan kenegaraan dan kepemerintahan

Informasi pembangunan kehutanan berlangsung secara objektif, didukung dengan data yang benar dan disajikan secara terus menerus kepada stakeholders nasional dan global

Pendukung kebijakan prioritas

Penyelenggaraan pimpinan kenegaraan dan kepemerintahan

Tercapainya desentralisasi pembangunan kehutanan yang meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan pelestarian hutan

45

Page 56: KATA PENGANTAR dan IKHTISAR LAKIP 2007storage.jak-stik.ac.id/ProdukHukum/kehutanan/lakip_dephut_07.pdf · 8 Penelitian dan Pengembangan IPTEK 81,64 9 Pendidikan Kedinasan 80,70

URAIAN INDIKATOR KEBIJAKAN PROGRAM

Lampiran 1. MATRIK RENSTRA-KL DEPARTEMEN KEHUTANAN TAHUN 2005-2009

VISI : Terwujudnya Penyelenggaraan Kehutanan Untuk Menjamin Kelestarian Hutan Dan Peningkatan Kemakmuran Rakyat

TUJUANSASARAN CARA MENCAPAI TUJUAN DAN SASARAN

MISI

Pendukung kebijakan prioritas

Penyelenggaraan pimpinan kenegaraan dan kepemerintahan

2 Tercapainya pemanfaatan perjanjian global tentang kehutanan dan lingkungan

30 Berperan aktif dalam melaksanakan ketentuan dan kesepakatan global yang berkaitan dengan kehutanan

Pendukung kebijakan prioritas

Pemantapan pemanfaatan potensi SDH

Kerjasama dan dukungan internasionall bidang kehutanan meningkat

3 Mewujudkan aparatur kehutanan yang bersih dan berwibawa

31 Terwujudnya SDM kehutanan yang berkualita, kompeten, serta terdistribusi secara proporsional

Misi dan program kehutanan dapat berjalan dengan benar dan tercapai

Pendukung kebijakan prioritas

Penyelenggaraan pimpinan kenegaraan dan kepemerintahan

Tercapainya kesetaraan hak dan kewajiban bagi seluruh SDM kehutanan

32 Kualitas dan kuantitas pengawasan penyelenggaraan pembangunan kehutanan meningkat

Pendukung kebijakan prioritas

Peningkatan Pengawasan dan Akuntabilitas Aparatur Negara

Jumlah kasus penyelewengan/KKN menurun drastis dan signifikan

Pembangunan kehutanan dapat terselenggara lebih efektif dan efisien

Peran aktif Indonesia dalam tataran global bidang kehutanan dan SDAH serta kerjasama internasional yang berkontribusi positif pada pembangunan kehutanan nasional

Terbentuknya PNS kehutanan yang dapat menjalankan tugas secara benar sesuai dengan ketentuan dan kompetensinya

Organisasi dan tata laksana institusi kehutanan pusat dan daerah berjalan efektif dan responsif sesuai tuntutan pembangunan kehutanan pada setiap tingkatan

46

Page 57: KATA PENGANTAR dan IKHTISAR LAKIP 2007storage.jak-stik.ac.id/ProdukHukum/kehutanan/lakip_dephut_07.pdf · 8 Penelitian dan Pengembangan IPTEK 81,64 9 Pendidikan Kedinasan 80,70

URAIAN INDIKATOR TARGET KEBIJAKAN PROGRAM URAIAN SATUANRENCANA TINGKAT CAPAIAN

1.1.1 1 Data dan informasi SDH spatial dan non spatial berikut ini tersedia dalam sistem informasi:(- Penutupan lahan, - Tematik sumberdaya hutan, - Neraca Sumberdaya Hutan (NSDH) Nasional. - Pemanfaatan hutan produksi, - Perubahan fungsi dan peruntukan kawasan hutan)

Pedoman penyusunan NSDH hasil penyempurnaan (1 judul)

Pemantapan Kawasan Hutan

Pengembangan kapasitas SDH dan LH; dan Peningkatan kualitas akses informasi SDA dan LH

Inventarisasi dan perpetaan SDH

Input : Dana Rp 58.980.622.000

Kriteria dan standar NSDH (1 judul) SDM Orang 653

Buku NSDH daerah/prop (30 judul) dan nasional (1 judul) tahun 2006

Output : Kriteria dan standar NSDH Judul 1

Outcome : Kriteria dan standar NSDH % 100

Perangkat keras, aplikasi, sistem jaringan SIAPHUT

Input : Dana Rp 20.899.604.500

Peralatan 1 unit HW/SW komputer dimasing-masing 11 BPKH tersedia

SDM Orang 390

Buku standar pembakuan hasil penafsiran yang telah disempurnakan dan sesuai dengan Standar nasional Indonesia

Output : Peta perkembangan pemasangan jatikon lembar 8

Data spasial digital tematik dan turunan dalam mendukung perencanaan dan pembangunan

Aplikasi SIAPHUT hasil penyempurnaan judul 1

Peta SDH 4 prop (Maluku, Maluku Utara, Papua dan Irjabar), peta tematik kehutanan, peta bahan bakar hutan 5 propinsi

Outcome : tersedianya data dan informasi posisi titik kontrol yang dapat digunakan untuk mendukung kegiatan pemetaan kawasan hutan

%

Data titik kontrol 450 titik 14 propinsi % 100Tersedianya data dan informasi sumberdaya hutan yang lebih lengkap dan akurat, dan memudahkan pengguna informasi

Pengembangan Sistem Informasi Assessment Pembangunan kehutanan (SIAPHUT)

Tersedianya data dan informasi sumber daya hutan (SDH) serta informasi lokasi pemanfaatan hutan di seluruh Indonesia yang lebih berkualitas (akurat, mutakhir, dapat dipertanggungjawabkan) sebagai bahan pengambilann kebijakan pengelolaan hutan lestari

VISI : Terwujudnya Penyelenggaraan Kehutanan Untuk Menjamin Kelestarian Hutan Dan Peningkatan Kemakmuran Rakyat

LAMPIRAN 2. RENCANA KINERJA TAHUNAN

CARA MENCAPAI TUJUAN DAN SASARAN

SASARAN KEGIATAN POKOK

INDIKATOR KINERJA

47

Page 58: KATA PENGANTAR dan IKHTISAR LAKIP 2007storage.jak-stik.ac.id/ProdukHukum/kehutanan/lakip_dephut_07.pdf · 8 Penelitian dan Pengembangan IPTEK 81,64 9 Pendidikan Kedinasan 80,70

URAIAN INDIKATOR TARGET KEBIJAKAN PROGRAM URAIAN SATUANRENCANA TINGKAT CAPAIAN

VISI : Terwujudnya Penyelenggaraan Kehutanan Untuk Menjamin Kelestarian Hutan Dan Peningkatan Kemakmuran Rakyat

LAMPIRAN 2. RENCANA KINERJA TAHUNAN

CARA MENCAPAI TUJUAN DAN SASARAN

SASARAN KEGIATAN POKOK

INDIKATOR KINERJA

1.1.2 2 Tercapainya penunjukan kawasan hutan di Indonesia dan penetapannya seluas 30% dari seluruh kawasan hutan

- Keputusan Menteri tentang penunjukan kawasan hutan di seluruh Indonesia

Draft SK dan peta penunjukan kawasan hutan propinsi Riau, Kepri, kalteng, Gorontalo, maluku Utara, Sulawesi Barat dan Irian Jaya Barat dan kawasan hutan parsial di 30 lokasi (termasuk KHDTK)

Pengukuhan kawasan hutan

Input : Dana Rp 10.236.109.000

- Penunjukan kawasan hutan diacu oleh sektor lain

SK pelepasan kawasan hutan, kumulatif seluas 6 juta ha

SDM Orang 297

- Penetapan kawasan hutan yang telah ditata batas mencapai 12 juta ha (prioritas pada kawasan konservasi)

SK dan penetapan terdesiminasi kepada pihak-pihak kunci di kab/kota, prop, dan sektor lain terkait

Output : Draft SK dan peta penunjukan kawasan hutan partial dan KHDTK

lokasi 30

Peta draft paduserasi sebagai justifikasi keberadaan kawasan hutan tahun 2006

Data dan dokumen pengukuhan kawasan hutan

provinsi 12

Naskah dan peta kesepakatan yang ditandatangani oleh Bappeda, BPN, BPKH, Dinas terkait propinsi

Outcome : tersedianya bahan penunjukan kawasan hutan partial dan KHDTK

lokasi 30

Kesepakatan peta lokasi kawasan hutan yang ditunjuk

Terlenbgkapinya data dan dokumen pengukuhan kawasan hutan

provinsi 12

1.2.1 3 Penggunaan dan perubahan kawasan hutan di seluruh Indonesia terkendali

- Minimal 70% penggunaan kawasan yang bermasalah selesai dievaluasi

Pertimbangan teknis atas permohonan penggunaan kawasan hutan

Pemantapan Kawasan Hutan

Pemantapan Pemanfaatan potensi SDH

Input : Dana Rp 13.847.270.800

Data/informasi pemenuhan kewajiban penggunaan KH oleh pemegang izin pinjam pakai KH (laporan hasil evaluasi)

SDM Orang 1.075

Data dan peta lokasi, luas, fungsi kawasan hutan yang dipinjampakaikan, pemehang izin, jangka waktu izin, legalitas (KP, Persetujuan Menhut, KepMenhut)

Output : Laporan hasil kajian terpadu dalam rangka usulan perubahan fungsi kawasan hutan

lokasi 9

Status penggunaan kawasanhutan (letak lokasi, pemenuhan kewajiban) tahun 2005

Pertimbangan teknis atas permohonan penggunaan kawasan hutan

lokasi 30

Data dan peta digital penggunaan kawasan hutan tahun 2005

Outcome : Rekomendasi hasil kajian terpadu dalam rangka perubahan fungsi kawasan hutan

lokasi 9

Tersedianya data dan informasi dalam rangka pemberian rekomendasi penggunaan kawasan hutan

lokasi 30

Pemantapan Pemanfaatan potensi SDH

Penyiapan dan evaluasi penggunaan dan perubahan kawasan hutan

Pemantapan Kawasan Hutan

48

Page 59: KATA PENGANTAR dan IKHTISAR LAKIP 2007storage.jak-stik.ac.id/ProdukHukum/kehutanan/lakip_dephut_07.pdf · 8 Penelitian dan Pengembangan IPTEK 81,64 9 Pendidikan Kedinasan 80,70

URAIAN INDIKATOR TARGET KEBIJAKAN PROGRAM URAIAN SATUANRENCANA TINGKAT CAPAIAN

VISI : Terwujudnya Penyelenggaraan Kehutanan Untuk Menjamin Kelestarian Hutan Dan Peningkatan Kemakmuran Rakyat

LAMPIRAN 2. RENCANA KINERJA TAHUNAN

CARA MENCAPAI TUJUAN DAN SASARAN

SASARAN KEGIATAN POKOK

INDIKATOR KINERJA

2.1.1 4 Terkelolanya kawasan hutan bekas HPH dan HPHTI

- Deregulasi Pengelolaan Hutan Alam Regulasi dan deregulasi pengelolaan hutan alam

Pemantapan Pemanfaatan potensi SDH

Identifikasi dan pemetaan kawasan hutan produksi yang tidak dibebani hak

Input : Dana Rp 6.603.550.000

- Deregulasi alokasi lahan untuk pemanfaatan (IUPHHK-HA/IUPHHK-HT, HTR)

Output : Site plan pemanfataan hutan produksi judul 3

Kawasan HP yang tidak dibebani hak teridentifikasi dan terpetakan

Outcome : teridentifikasinya kawasan HP yang tidak dibebani hak

judul 3

Terlaksananya pembinaan, pengendalian, dan pengelolaann produksi dan monitoring dan penilaian kinerja usaha pemanfaatan hutan alam

Perencanaan dan pemantapan pemanfaatan areal dalam kerangka lelang

Input : Dana Rp 6.121.000.000

Terlaksananya identifikasi dan pemetaan kawasan HP yang tidak dibebani hak (pra FS)

Output : Rencana penataan pemanfaatan areal eks HPH

paket 8

Terselenggaranya perencanaan pemanfaatan areal dalam kerangka persiapan lelang dan pelelangan IUPHHK-HA/HT

Outcome : Tersusunnya rencana penataan pemanfaatan areal eks HPH

paket 8

2.1.2 5 Terwujudnya hutan tanaman yang produktif

- Deregulasi pembangunan HT Terwujudnya restrukturisasi/pengembangan hutan tanaman rakyat murni (areal ditetapkan/ditunjuk oleh pemerintah) atau hutan tanaman rakyat pola kemitraan

Revitalisasi sektor kehutanan termasuk industri kehutanan

Pemantapan Pemanfaatan potensi SDH

Pengembangan hutan tanaman

Input : Dana Rp 19.711.604.000

- Luas hutan tanaman bertambah menjadi 5 juta ha dengan potensi produksi 100 m3/ha

Terlaksananya deregulasi dan debirokratisasi alokasi lahan dan pemanfaatan hutan tanaman dalam mendorong investasi HT/HTR sebagai tindak lanjuut Inpres No. 3/2006

Output : pelaksanaan koordinasi perencanaan dan pelaksanaan kegiatan pemantauan dan kelola lingkungan pada areal unit manajemen

provinsi 3

- Peningkatan penyerapan tenaga kerja dalam HT sebesar 7 % per tahun

Terwujudnya disain lokasi hutan tanaman rakyat seluas 5000 ribu ha dan hutan tanaman rakyat pola mandiri seluas 500 ribu ha

Data dan informasi investasi hutan tanaman paket 1

Outcome : Adanya kesamaan pemahaan pentingnya kegiatan kelola lingkungan dalam menunjang keberhasilan pembangunan hutan tanaman

provinsi 3

Revitalisasi sektor kehutanan termasuk industri kehutanan

Sebanyak 50% dari luas kawasan hutan bekas HPH dan HPTI yang tidak dibebani hak (21 juta ha), dikelola kembali dalam bentuk IUPHHK-HA, IUPHHK-HT, HT-Rakyat, dan IUPHHBK

Terlaksananya pembangunan hutan tanaman rakyat (HTR) Pola Kemitraan seluas 125 ribu ha (5% dari total 2,5 juta ha hutan tanaman yang hendak dibangun hingga tahun 2009)

49

Page 60: KATA PENGANTAR dan IKHTISAR LAKIP 2007storage.jak-stik.ac.id/ProdukHukum/kehutanan/lakip_dephut_07.pdf · 8 Penelitian dan Pengembangan IPTEK 81,64 9 Pendidikan Kedinasan 80,70

URAIAN INDIKATOR TARGET KEBIJAKAN PROGRAM URAIAN SATUANRENCANA TINGKAT CAPAIAN

VISI : Terwujudnya Penyelenggaraan Kehutanan Untuk Menjamin Kelestarian Hutan Dan Peningkatan Kemakmuran Rakyat

LAMPIRAN 2. RENCANA KINERJA TAHUNAN

CARA MENCAPAI TUJUAN DAN SASARAN

SASARAN KEGIATAN POKOK

INDIKATOR KINERJA

Terwujudnya persepsi masyarakat yang baik terhadap pembangunan hutan tanaman

1 paket 1

2.1.3 6 Tercapainya pengelolaan hutan lestari

- Sebanyak 59 pemegang IUPHHK-HA dan HT memiliki sertifikat PHL mandatori dan mampu menyelenggarakan pengelolaan hutan secara lestari

Terlaksananya penilaian kinerja dan sertifikasi pada 15 IUPHHK hutan alam dan IUPHHK hutan tanaman oleh LPI

Revitalisasi sektor kehutanan khususnya industri kehutanan

Pemantapan Pemanfaatan potensi SDH

Pegelolaan (pemanfaatan) hutan produksi alam

Input : Dana Rp 54.481.364.000

Terlaksananya sertifikasi dalam pengembangan sistem insentif untuk IUPHHK hutan alam dan IUPHHK hutan tanaman yang berhasil

Output : Penilaian kinerja PHAPL pada unit manajemen IUPHHK-HA

paket 1

Terselenggaranya penguatan kelembagaan dan kapasitas IUPHHK-HA/HT

Outcome : tersedianya data dan informasi sebagai bahan masukan pengambilan keputusan kinerja IUPHHK

paket 1

2.1.4 7 Terwujudnya efisiensi Industri Primer Kehutanan

- Hasil produksi industri pengelolaan hasil hutan meningkat sebesar 10% dan mampu bersaing di pasar global

Deregulasi perizinan IPHHK dan bukan kayu (IPHHBK)

Revitalisasi sektor kehutanan termasuk industri kehutanan

Pemantapan Pemanfaatan potensi SDH

Restrukturisasi industri primer kehutanan

Input : Dana Rp 28.003.662.500

- Industri primer dapat meningkatkan efisiensi pemanfaatan bahan baku sebesar 10%

Deregulasi pengunaan bahan baku Output : Penyempurnaan Permenhut pengganti Kepmenhut No. 326/Menhut-II/2003

paket 1

- Industri primer dapat meningkatkan penyerapan tenaga kerja sebesar 9%

Deregulasi insentif dan disintensif Hasil evaluasi industri kehutanan paket 1

- Diversifikasi produk olahan Terselenggaranya pembinaan/pengendalian/penilaian kinerja IPHHK

Terselenggaranya pengkajian dan pemolaan untuk restrukturisasi industri kehutanan

Outcome : Tersedianya acuan dalam perencanaan pemenuhan bahan baku industri primer

paket 1

Tersedianya bahan pembinaan dan pengendalian IPHHK

paket 1

dibangun hingga tahun 2009)

terselenggaranya pembinaan rencana kerja IUPHHK-HA dan kelembagaan dan investasi IUPHHK-HA

50

Page 61: KATA PENGANTAR dan IKHTISAR LAKIP 2007storage.jak-stik.ac.id/ProdukHukum/kehutanan/lakip_dephut_07.pdf · 8 Penelitian dan Pengembangan IPTEK 81,64 9 Pendidikan Kedinasan 80,70

URAIAN INDIKATOR TARGET KEBIJAKAN PROGRAM URAIAN SATUANRENCANA TINGKAT CAPAIAN

VISI : Terwujudnya Penyelenggaraan Kehutanan Untuk Menjamin Kelestarian Hutan Dan Peningkatan Kemakmuran Rakyat

LAMPIRAN 2. RENCANA KINERJA TAHUNAN

CARA MENCAPAI TUJUAN DAN SASARAN

SASARAN KEGIATAN POKOK

INDIKATOR KINERJA

2.1.5 8 Tidak terjadi pelanggaran tata usaha hasil hutan

- Data administratif aliran hasil hutan sesuai dengan data fisik/penerimaan iuran kehutanan

Diterapkannya sistem informasi peredaran dan pemantauan produksi hasil hutan secara on-line di seluruh propinsi

Pemantapan Pemanfaatan potensi SDH

Penertiban tata usaha hasil hutan

Input : Dana Rp 42.830.486.000

- Tidak ada kebocoran PNBP kehutanan, dan PNBP kayu meningkat sebesar 10%

System Operating Procedure (SOP) operasi penertiban IUPHHK dan IPHHK illegal bersama instansi terkait dan strategi pembangunan/pengembangan industri kehutanan nasional

Output : Sistem informasi penatausahaan PSDH /DR secara on line

paket 1

Terlaksananya operasi penertiban IPHH ilegal dan operasi penertiban peredarann pada daerah rawan

Data dan informasi produksi dan pelaksanaan lelang hasil hutan illegal

provinsi 33

Penguatan kapasitas kelembagaan penertiban hasil hutan dan upaya pencegahan pencurian hasil hutan

Outcome : Terlaksananya implementasi sistem informasi penatausahaan PSDH/DR secara on line

paket 1

Tidak terjadi kebocoran PNBP kehutanan, dan PNBP kayu meningkat sebesar 2%

Terlaksananya penertiban dan lelang hasil hutan illegal

provinsi 33

Tidak terjadi pelanggaran tata usaha hasil hutan

2.1.6 9 Tidak terjadi pencurian kayu skala besar di hutan negara

- Pencurian kayu di hutan negara menurun secara nyata, khususnya pada provinsi Sumatera Utara, Riau, Jambi, Kalbar, Kalteng, Kalsel, Kaltim, Maluku, Irian jaya Barat dan Papua

Permenhut/SK Dirjen PHKA tentang standar pelaksanaan perlindungan dan pengamanan serta pedoman kerjasama pemberantasan pencurian kayu di hutan negara, sebagai penjabaran dari PP No. 45/2004

Pemberantasan pencurian kayu di dalam hutan negara dan perdagangan kayu illegal

Pemantapan keamanan dalam negeri

Operasi pengamanan hutan

Input : Dana Rp 6.340.744.000

- Pengamanan hutan oleh masyarakat berjalan efektif

Permenhut/SK Dirjen PHKA tentang pedoman, standar, kriteria, prosedur operasionalisasi clearing house untuk data/informasi pencurian kayu di hutan

Output : Operasi intelijen lokasi 10

- Koordinasi penanggulangan pencurian kayu antar instansi penegak hukum berjalan efektif

Data dan informasi yang akurat dan mutakhir tentang kasus-kasus pencurian kayu

Outcome : Meningkatkanya pencegahan tindak kejahatan kehutanan

% 100

Clearing house dan sistem layanan informasi di tingkat porpinsi dan di tingkat nasional yang terkoneksi, diakui, dan digunakan/dirujuk

Penguatan kapasitas kelembagaan

Input : Dana Rp 20.923.712.500

Penguatan dukungan berbagai sumberdaya untuk pemberantasan pencurian kayu lebih efektif

Output : Peningkatan dan pengembangan tenaga pengamanan

paket 2

Pemberantasan pencurian kayu di dalam hutan negara dan perdagangan kayu illegal

51

Page 62: KATA PENGANTAR dan IKHTISAR LAKIP 2007storage.jak-stik.ac.id/ProdukHukum/kehutanan/lakip_dephut_07.pdf · 8 Penelitian dan Pengembangan IPTEK 81,64 9 Pendidikan Kedinasan 80,70

URAIAN INDIKATOR TARGET KEBIJAKAN PROGRAM URAIAN SATUANRENCANA TINGKAT CAPAIAN

VISI : Terwujudnya Penyelenggaraan Kehutanan Untuk Menjamin Kelestarian Hutan Dan Peningkatan Kemakmuran Rakyat

LAMPIRAN 2. RENCANA KINERJA TAHUNAN

CARA MENCAPAI TUJUAN DAN SASARAN

SASARAN KEGIATAN POKOK

INDIKATOR KINERJA

Koordinasi antar instansi penegak hukum dalam penanggulangan pencurian kayu berjalan efektif

Outcome : Meningkatnya kinerja pengamanan hutan % 90

Sinkronisasi rencana-rencana aksi pencegahan dan penanganan pencurian kayu

Penyelesaian kasus hukum pelanggaran/kejahatan hutan

Input : Dana Rp 1.050.150.000

Terlaksananya kegiatan-kegiatan preventif, represif, dan pre-emptive dalam penertiban peredaran hasil hutan

Output : Penanganan perkara tindak pidana kehutanan paket 1

Pengamanan hutan oleh masyarakat berjalan efektif

Outcome : Meningkatnya penyelesaian kasus-kasus tindak pidana kehutanan

% 90

2.2.1 10 - Terbangunnya perbenihan tanaman hutan/sumber benih prioritas seluas 4.500 ha di 12 provinsi

Tersusunnya regulasi /pengaturan mekanisme pengadaan benih dan bibit tanaman hutan

Rehabilitasi dan Konservasi Sumberdaya hutan

Rehabilitasi dan Pemulihan cadangan SDA

Pembangunan sumber benih

Input : Dana Rp 12.123.135.000

Terbangunnya sumber benih seluas 1.500 ha di 32 lokasi (12 provinsi)

Sumber benih dan tanaman unggulan lokal unit 20

Berkembang dan beroperasinya sistem peredaran benih/bibit tanaman hutan pada 6 wilayahh BPTH

Rencana perbenihan BPTH 6

Berkembangnya kelembagaan usaha perbenihan tanaman hutan pada 6 wilayah BPTH di tingkat masyarakat dan UKM

Outcome : Diperolehnya benih yang berkualitas dan jelas asal usulnya

% 100

Mekanisme kegiatan perbenihan dapat terlaksana dengan baik

% 100

2.3.1 11 Terbentuknya dan beroperasinya Taman Nasional Model

- Sebanyak 20 Taman Nasional model terbentuk dan dikelola dengan optimal serta mendapat dukungan penuh dari stakeholder

PermenhutSK Dirjen PHKA baru yang memuat standar, kriteria, pedoman untuk pengembangan pengelolaan TN model

Rehabilitasi dan konservasi sumberdaya hutan

Perlindungan dan Konservasi SDA

Pengelolaan Taman Nasional

Input : Dana Rp 1.521.610.000

- TN model mampu melaksanakan penggalangan dana dari luar pemerintah

Permenhut/SK Dirjen PHKA tentang pedoman dan tata cara investasi di TN model

Output : Evaluasi kondisi pengelolaan TN model unit 21

Tersedianya bibit yang memenuhi persyaratan untuk RHL tersedia dan tersebar di kabupaten sesuai kebutuhan

52

Page 63: KATA PENGANTAR dan IKHTISAR LAKIP 2007storage.jak-stik.ac.id/ProdukHukum/kehutanan/lakip_dephut_07.pdf · 8 Penelitian dan Pengembangan IPTEK 81,64 9 Pendidikan Kedinasan 80,70

URAIAN INDIKATOR TARGET KEBIJAKAN PROGRAM URAIAN SATUANRENCANA TINGKAT CAPAIAN

VISI : Terwujudnya Penyelenggaraan Kehutanan Untuk Menjamin Kelestarian Hutan Dan Peningkatan Kemakmuran Rakyat

LAMPIRAN 2. RENCANA KINERJA TAHUNAN

CARA MENCAPAI TUJUAN DAN SASARAN

SASARAN KEGIATAN POKOK

INDIKATOR KINERJA

- TN model meningkatkan penyerapan tenaga kerja dan pendapatan masyarakat sebesar 5%

SK Dirjen tentang pedoman restorasi/pengelolaan habitat

Outcome : Terkelolanya TN secara efektif % 90

2.3.2 12 Tercapainya pengelolaan dan pemanfaatan kawasan KPA/KSA/TB secara efektif

- Pengelolaan 200 unit KSA/KPA berjalan secara optimal dan mendapat dukungan penuh dari stakeholders

Review/revisi kebijakan dan pedoman untuk percepatan penyusunan rencana pengelolaan

Rehabilitasi dan konservasi sumberdaya hutan

Perlindungan dan konservasi SDA

Pengelolaan KSA/KPA/TB

Input : Dana Rp 10.943.906.000

- Pengelolaan 200 unit KSA/KPA dapat meningkatkan penyerapan tenaga kerja setempat

Pedoman (standar, kriteria, prosedur) kerjasama kemitraan dalam pemanfaatan serta rehabilitasi/restorasi KSA/KPA/TB

Output : Supervisi evaluasi fungsi KPA/KSA dan TB lokasi 77

Implementasi program/kegiatan mengacu pada rencana pengelolaan sesuai dengan karakteristik dan tujuan pengelolaan masing-masing KSA/KPA/TB: a) pemulihan fungsi di 41 unit (30 KSA, 11 KPA)

Outcome : Terlaksananya KPA/KSA/TB sesuai fungsi % 100

2.3.3 13 Terwujudnya pengendalian kebakaran hutan yang efektif di Kalimantan dan Sumatra

- Pengendalian dan penurunan frekuensi kebakaran hutan secara nyata di Sumatera dan Kalimantan

Permenhut/SK Dirjen PHKA (baru/revisi) tentang pedoman (standar, kriteria) pengendalian kebakaran hutan

Rehabilitasi dan konservasi sumberdaya hutan

Perlindungan dan konservasi SDA

Pengendalian kebakaran hutan

Input : Dana Rp 23.618.333.500

- Informasi dan deteksi dini kebakaran hutan berfungsi optimal

Inpres tentang Pedoman Dalkarhut Output : Laporan pemantauan hotspot provinsi 25

- Pencegahan dan pemadaman kebakaran hutan di tingkat masyarakat berjalan efektif

Seluruh elemen lingkup Dephut (di pusat dan daerah), pemda, dan masyarakat di 10 provinsi rawan kebakaran hutan mengetahui pedoman-pedoman pengendalian dan sistem peringatan dini kebakarn hutan

Outcome : Tersedianya bahan peringatan dini bahaya kebakaran hutan

% 75

Data daninformasi (spasial dan non spasial) lokasi-lokasi rawan kebakaran hutan (perkebunan, lahan gambut, HTI, kawasan HP open access) sebagai bahan untuk strategi antisipasi kebakaran hutan

Penguatan kapasitas kelembagaan pengendalian kebakaran

Input : Dana Rp 84.141.640.000

terselesaikannya kasus hukum pelaku pembakaran hutan dan lahan

Output : Tersedianya tenaga dan sarpras serta kelembagaan pengendalian kebakaran hutan

paket 3

53

Page 64: KATA PENGANTAR dan IKHTISAR LAKIP 2007storage.jak-stik.ac.id/ProdukHukum/kehutanan/lakip_dephut_07.pdf · 8 Penelitian dan Pengembangan IPTEK 81,64 9 Pendidikan Kedinasan 80,70

URAIAN INDIKATOR TARGET KEBIJAKAN PROGRAM URAIAN SATUANRENCANA TINGKAT CAPAIAN

VISI : Terwujudnya Penyelenggaraan Kehutanan Untuk Menjamin Kelestarian Hutan Dan Peningkatan Kemakmuran Rakyat

LAMPIRAN 2. RENCANA KINERJA TAHUNAN

CARA MENCAPAI TUJUAN DAN SASARAN

SASARAN KEGIATAN POKOK

INDIKATOR KINERJA

koordinasi antar para pihak, danpenanggulangan kebakaran hutan berjalan efektif

Outcome : Meningkatnya kinerja petugas penegndalian kebakaran hutan

% 88

2.3.4 14 Tercapainya pengelolaan SDAH secara lestari

- Populasi TSL langka menigkat Permenhut/SK Dirjen PHKA tentang pedomannnn pengelolaan spesies-spesies kunci/prioritas

Rehabilitasi dan konservasi sumberdaya hutan

Perlindungan dan konservasi SDA

Pengelolaan keanekaragaman hayati

Input : Dana Rp 19.421.183.000

- Penangkaran TSL langka komersil berkembang

Permenhut/SK Dirjen PHKA tentang arah kebijakan dan pengelolaan pusat penyelamatan dn rehabilitasi satwa

Output : pembinaan, pengendalian, pemanfaatan dan peredaran TSL

paket 8

- Penyerapan tenaga kerja dalam pengelolaan SDAH meningkat

Sistem informasi data/informasi seluruh spesies TSL kunci/prioritas clearing house data/informasi (PIKA)

Outcome : Berkembangnya penangkaran TSL langka komersial

% 100

2.4.1 15 - Rencana Kerja (Renja-KL Tahun 2007 s.d. 2010) dan rencana Strategis Tahun 2010-2014)

Pedoman penyusunan rencana makro kegiatan kehutanan

Pendukung kebijakan Prioritas

Pemantapan Pemanfaatan potensi SDH

Penyusunan Rencana Kehutanan

Input : Dana Rp 58.611.922.850

- Evaluasi RPJP Kehutanan hasil perhitungan PDRB hijau provinsi da kabupaten

SDM Orang 271

- PDRB Hijau Propinsi dan Kabupaten Rencana-rencana keutanan, seperti: Rencana Kerja (Renja-KL) tahun 20088 dan rencana makro konservasi sumberdaya alam

Output : Dokumen Renja-KL, RKP Dephut judul 2

- Sosialisasi komitmen internasional departemen pada tingkat global

Data dan informasi kondisi pembangunan kehutanan tahun 2020 berdasarkan kondisi terpilih, PDRB hijau

judul 2

- Fasilitasi pembangunan kehutanan wilayah perbatasan

- Evaluasi rencana dan kebijakan kehutanan

Pembangunan kehutanan wlayah perbatasan dapat terfasilitasi melalui konsep desentralisasi

Outcome : Tersedianya acuan pelaksanaan pembangunan kehutanan

% 100

- Rencana makro kegiatan kehutanan Hasil evaluasi pelaksanaan rencana dan kebijakan npembangunan kehutanan

Rekomendasi mengenai kondisi pembangunan kehutanan tahun 2020 berdasarkan kondisi terpilih

rekom 1

2.5.1 16 Terbangun dan beroperasinya KPH di setiap provinsi

- Penetapan, pembangunan dan beroperasinya KPH di seluruh provinsi di Indonesia

Pedoman pembangunan KPH (5 paket)

Pemantapan Kawasan Hutan

Pemantapan Pemanfaatan potensi SDH

Pembangunan KPH Input : Dana Rp 9.181.640.000

Rencana investasu dan studi kelayakan pembangunan pada setiap KPH di 27 provinsi

SDM Orang 319

Komitmen-komitmen internasional yang telah disepakati dapat diinternalisasi ke dalam rencana pembangunan kehutanan

Terwujudnya rencana-rencana kehutanan yang menjadi acuan dalam implementasi kegiatan pembangunankehutanan dan sektor lain

54

Page 65: KATA PENGANTAR dan IKHTISAR LAKIP 2007storage.jak-stik.ac.id/ProdukHukum/kehutanan/lakip_dephut_07.pdf · 8 Penelitian dan Pengembangan IPTEK 81,64 9 Pendidikan Kedinasan 80,70

URAIAN INDIKATOR TARGET KEBIJAKAN PROGRAM URAIAN SATUANRENCANA TINGKAT CAPAIAN

VISI : Terwujudnya Penyelenggaraan Kehutanan Untuk Menjamin Kelestarian Hutan Dan Peningkatan Kemakmuran Rakyat

LAMPIRAN 2. RENCANA KINERJA TAHUNAN

CARA MENCAPAI TUJUAN DAN SASARAN

SASARAN KEGIATAN POKOK

INDIKATOR KINERJA

Formulasi kebijakan SDM Tk. Nasional (1 paket) dan Tk Provinsi (27 paket)Action plan pembangunan KPH (Tk. Nasional 1 paket, provinsi 27 paket, kabupaten 27 paket dan KPH 27 unit)

Output : Draft formulasi kebijakan SDM Tingkat Nasional

judul 1

Lokakarya pemahaman pedoman penyusunan rancangan pembangunan KPH model 2 paket

Buku action plan pembanguan KPH tingkat nasional

judul 1 1

Koordinasi pembangunan KPH oleh sekretariat pembangunan KPH nasional 1 paket

Outcome : Tersedianya bahan sebagai acuan untuk pemenuhan peronal pengelola KPH

paket 1

Data dan rekomendasi pembangunan KPH

tersedianya arahan bagi action plan kegiatan pembangunan KPH tingkat nasional

paket 1

2.5.2 17 Tercapainya peningkatan efektifitas pengelolaan dan pemanfaatan hutan lindung

- Penetapan Menteri tentang lembaga pengelolaan hutan lindung

Penetapan lembaga pengelolaan hutan lindung di 27 provinsi

Rehabilitasi dan konservasi SDH

Perlindungan dan konservasi SDA

Pengelolaan hutan lindung

Input : Dana Rp 782.750.000

- Fungsi kawasan hutan lindung sebagai penyangga tata air berjalan optimal

Rencanan pengelolaan hutan lindung di 27 provinsi

Output : Evaluasi fungsi dan status huutan lindung lokasi 5

- Lembaga pengelolaan hutan lindung beroperasi dan mendapat dukungan penuh stakeholders

Kualitas dan kuantitas penutupan hutan pada hutan lindung meningkat gangguan terhadap hutan lindung berkurang

Outcome : Teridentifikasinya kondisi dan kelembagaan hutan lindung

% 80

2.5.3 18 Tercapainya peningkatan pemanfaatan TSL dan jasa lingkungan secara optimal

- PNBP produk TSL dan jasa lingkungan meningkat sebesar 3%

Permenhut tentang pedoman (standar, kriteria) pemanfaatan jasa lingkungan, wisata alam, dan TSL oleh masyarakat sekitar KSA/KPA/TB

Rehabilitasi dan konservasi SDH

Perlindungan dan konservasi SDA

Pengembangan data base JLWA, BCA dan PM

Input : Dana Rp 449.081.000

- Penyerapan tenaga kerja pada TSL dan pada pengelolaan jasa lingkungan/wisata alam meningkat sebesar 4%

Permenhut tentang pedoman (standar, kriteria) pengelolaan KSA/KPA/TB

Output : Data dasar JLWA, BCA dan PM lokasi 54

Dokumen rencana program kegiatan untuk layanan masyarakat sekitar KSA/KPA/TB

Outcome : Tersedianya bahan pertimbangan dalam menetukan kebijakan pengembangan lebih lanjut

% 85

55

Page 66: KATA PENGANTAR dan IKHTISAR LAKIP 2007storage.jak-stik.ac.id/ProdukHukum/kehutanan/lakip_dephut_07.pdf · 8 Penelitian dan Pengembangan IPTEK 81,64 9 Pendidikan Kedinasan 80,70

URAIAN INDIKATOR TARGET KEBIJAKAN PROGRAM URAIAN SATUANRENCANA TINGKAT CAPAIAN

VISI : Terwujudnya Penyelenggaraan Kehutanan Untuk Menjamin Kelestarian Hutan Dan Peningkatan Kemakmuran Rakyat

LAMPIRAN 2. RENCANA KINERJA TAHUNAN

CARA MENCAPAI TUJUAN DAN SASARAN

SASARAN KEGIATAN POKOK

INDIKATOR KINERJA

kesepakatan kerjasama kemitraan dengan kelompok-kelompok masyarakat: KSA/KPA/TB, investor/donors, buyers

Input : Dana Rp 1.346.950.000

Kelompok masyarakat yang bermitra memiliki pengetahuan dan keterampilan baru

Output : Laporan hasil evaluasi, asistensi, bimbingan dalam rangka penguatan kapasitas

judul 9

Model pemanfaatan jasa lingkungan, wisata alam, dan TSL oleh masyarakat di 132 desa (68 desa model di balai TNN dan 64 desa model di BKSDA)

Outcome : Diketahuinya permasalahan dalam pemanfaatan pariwisata alam

% 100

Penyusunan model pengelolaan pemanfaatan JLWA dan TSL

Input : Dana Rp 836.500.000

Output : Draft pedoman pemanfaatan jasa lingkungan air di kawasan hutan

judul 2

Outcome : terarahnya pemanfaatan jasa lingkungan air di kawasan hutan

% 100

2.6.1 19 Terwujudnya RISTEK Kehutanan yang menjadi acuan pembangunan nasional

- Hasil IPTEK dapat meningkatkan produktivitas kehutanan lestari sebesar 5%

Regulasi dan deregulasi penelitian dan pengembangan kehutanan

Pendukung kebijakan Prioritas

Penelitian dan pengembangan IPTEK

Teknologi dan kelembagaan rehabilitasi dan pencegahan degradasi SDH

Input : Dana Rp 4.878.862.000

- Hasil IPTEK dapat meningkatkan partisipasi, pendapatan/usaha di bidang kehutanan sebesar 4%

SDM Orang 267

- Hasil IPTEK dapat diakses oleh masyarakat luas

Output : Teknologi pengembangan jenis-jenis pohon dan rehabilitasi

Laporan penelitian

55

Outcome : Tersedianya rekomendasi kebijakan rehabilitasi

% 60

Menurunnya lahan terdegradasi % 60

Input : Dana Rp 14.384.910.000

Penguatan kapasitas organisasi dan SDM dalam pengembangan kemitraan dan pemanfaatan JLWA dan TSL

Hasil-hasil penelitian dan pengembangan dapat diakses oleh masyarakat luas dan dapat diterapkan secara efektif untuk pengembangan pengelolaan hutan alam produksi dan hutan tanaman; pengelolaan DAS; pengelolaan keanekaragaman hayati; pengembangan hutan rakyat dan hutan tanaman; peningkatan pemanfaatan HHBK oleh UKM; pemanfaatan jasa lingkungan; pemantapan kelembagaan serta pengemabangan tekno ekonomi pemanfaatan SDH, dan pengembangan biologi hutan

Teknologi dan kelembagaan pengelolaan hutan

56

Page 67: KATA PENGANTAR dan IKHTISAR LAKIP 2007storage.jak-stik.ac.id/ProdukHukum/kehutanan/lakip_dephut_07.pdf · 8 Penelitian dan Pengembangan IPTEK 81,64 9 Pendidikan Kedinasan 80,70

URAIAN INDIKATOR TARGET KEBIJAKAN PROGRAM URAIAN SATUANRENCANA TINGKAT CAPAIAN

VISI : Terwujudnya Penyelenggaraan Kehutanan Untuk Menjamin Kelestarian Hutan Dan Peningkatan Kemakmuran Rakyat

LAMPIRAN 2. RENCANA KINERJA TAHUNAN

CARA MENCAPAI TUJUAN DAN SASARAN

SASARAN KEGIATAN POKOK

INDIKATOR KINERJA

Output : teknologi peningkatan produktivitas hutan Laporan penelitian

198

Outcome : Tersedianya teknik budidaya jenis-jenis prioritas yang dapat menghasilkan peningkatan hasil hutan tanaman

% 60

Input : Dana Rp 3.817.450.000

SDM Orang 186

Output : Teknologi pengelolaan dan pelestarian keanekaragaman hayati

Laporan penelitian

141

Outcome : Tersedianya paket teknologi pengelolaan dan pelestarian keanekaragaman hayati

% 60

Input : Dana Rp 2.702.965.000

SDM Orang 194

Output : Teknologi pembuatan, pengelolaan, pemanfaatan HHBK dan jasa hutan

Laporan penelitian

35

Outcome : Meningkatnya pemanfaatan HHBK dan jasa lingkungan

% 60

Input : Dana Rp 1.275.955.000

SDM Orang 71

Output : Teknik pengayaan dan inventarisasi hutan alam

Laporan penelitian

17

Outcome : Adanya pengetahuan tentang pemanfaatan dan pengolahan hutan alam produksi lestari

% 60

Input : Dana Rp 3.148.636.000

SDM Orang 173

Teknologi pemanfaatan dan pemasaran HHBK dan jasa hutan

Teknologi dan kelembagaan sistem pengelolaan hutan lestari

Kajian pengembangan social forestry dan tata niaga hasil hutan

Teknologi dan kelembagaan pengelolaan dan pelestarian keragaman hayati

p gtanaman

57

Page 68: KATA PENGANTAR dan IKHTISAR LAKIP 2007storage.jak-stik.ac.id/ProdukHukum/kehutanan/lakip_dephut_07.pdf · 8 Penelitian dan Pengembangan IPTEK 81,64 9 Pendidikan Kedinasan 80,70

URAIAN INDIKATOR TARGET KEBIJAKAN PROGRAM URAIAN SATUANRENCANA TINGKAT CAPAIAN

VISI : Terwujudnya Penyelenggaraan Kehutanan Untuk Menjamin Kelestarian Hutan Dan Peningkatan Kemakmuran Rakyat

LAMPIRAN 2. RENCANA KINERJA TAHUNAN

CARA MENCAPAI TUJUAN DAN SASARAN

SASARAN KEGIATAN POKOK

INDIKATOR KINERJA

Output : Model dan pola partisipasi masyarakat Laporan penelitian

35

Outcome : Tersedianya rekomendasi kelembagaan partisipasi masyarakat dan tata niaga hasil hutan

% 60

Perpustakan berfungsi dan dimanfaatkan serta dilengkapi dengan koleksi yang diperlukan

Input : Dana Rp 73.580.025.562

Hasil-hasil litbang termanfaatkan

Kualitas dan kuantitas kelembagaan litbang meningkat

Output : Jurnal, info, pedoman, dan hasil-hasil penelitian

Buku 78

Kualitas dan kuantitas SDM peneliti meningkat

Alih teknologi, gelar teknologi, temu lapang, seminar, diskusi

kali 117

Rencana penyelenggaraan litbang Sarana prasarana penelitian paket 31

Hasil-hasil penelitian terdata dan terevaluasi pemanfaatannya

Outcome : Meningkatnya penyebarluasan produk litbang skala komersial

% 71

Sarana dan prasarana (peralatan) litbang bertambah secara proporsional

Meningkatnya sarana prasarana badan litbang

% 68

- Tersedianya SDM kehutanan yang handal di setiap strata dan dalam jumlah yang memadai

Regulaasi dan deregulasi pengembangan diklat kehutanan

Pendukung kebijakan Prioritas

Pendidikan kedinasan Pengembangan Diklat Kehutanan

Input : Dana Rp 43.385.794.000

Kualitas dan kuantitas SDM diklat meningkat

Output : Jumlah siswa yang mengikuti pendidikan dan aparatur serta masyarakat yang mengikuti diklat

orang 9.441

Kualitas dan kuantitas fasilitas diklat meningkat

Outcome : Meningkatnya kualitas SDM dan tersedianya aparatur yang memiliki kompetensi

orang 9.441

kurikulum diklat sesuai kebutuhan dan mutakhir

Pengembangan fasilitas diklat

Input : Dana Rp 57.071.048.000

Kelembagaan diklat kehutanan semakin memadai

Output : terpeliharanya sarana diklat paket 72

Outcome : Sarana danprasana diklat terpenuhi unit kerja 10

Pengembangan kurikulum diklat

Input : Dana Rp 7.311.557.000

Output : kurikulum dan silabus judul 84

Sistem penunjang kelitbangan dan penerapan hasil litbang kehutanan

58

Page 69: KATA PENGANTAR dan IKHTISAR LAKIP 2007storage.jak-stik.ac.id/ProdukHukum/kehutanan/lakip_dephut_07.pdf · 8 Penelitian dan Pengembangan IPTEK 81,64 9 Pendidikan Kedinasan 80,70

URAIAN INDIKATOR TARGET KEBIJAKAN PROGRAM URAIAN SATUANRENCANA TINGKAT CAPAIAN

VISI : Terwujudnya Penyelenggaraan Kehutanan Untuk Menjamin Kelestarian Hutan Dan Peningkatan Kemakmuran Rakyat

LAMPIRAN 2. RENCANA KINERJA TAHUNAN

CARA MENCAPAI TUJUAN DAN SASARAN

SASARAN KEGIATAN POKOK

INDIKATOR KINERJA

Outcome : Terarahnya pelaksanaan diklat sesuai kebutuhan

judul 84

- Terbentuknya masyarakat kehutanan madani yang mengetahui, memahami turut serta dalam pembangunan kehutanan

Regulasi dan deregulasi pengembangan penyuluhan kehutanan

Pendukung kebijakan Prioritas

Penyelenggaraan Pimpinan Kenegaraan dan Kepemerintahan

Pengembangan materi penyuluhan

Input : Dana Rp 4.036.675.000

Kualitas, kuantitas dan fasilitas penyuluh kehutanan meningkat sesuai kebutuhan

Output : tersedianya materi penyuluhan dalam bentuk media elektronik

judul 11

Aktivitas penyuluhan kehutanan meningkat sesuai kebutuhan dan perkembangan pembangunan kehutanan

Outcome : Tersebarluaskannya materi penyuluhan judul 11

Keterlibatan masyarakat dalam pembangunan kehutanan meningkat

Pengembangan penyuluhan

Input : Dana Rp 6.834.425.000

Output : terselengaranya kegiatanpenyuluhan propinsi 9

Outcome : Tumbuhnya kesadaran masyarakat propinsi 9

- Sertifikat produk barang dan jasa kehutanan Indonesia diterima ditingkat nasional dan global

Regulasi dan deregulasi standarisasi produk barang dan jasa kehutanan

Pendukung kebijakan Prioritas

Input : Dana Rp 5.099.710.000

- Produk barang dan jasa kehutanan dapat bersaing secara global

Kualitas produk barang dan jasa kehutanan meningkat 25% dibanding tahun sebelumnya

Output : Penerapan Standar nasional Indonesia bidang kehutanan oleh produsen maupun konsumen

lokasi 3

Produk barang dan jasa kehutanan Indonesia memenuhi standar internasional dan diakui

outcome : Produsen dan konsumen dapat saling memberikan keuntungan kualitas berdasarkan SNI

% 100

3.1.1 20 Terkendalinya erosi, sedimentasi dan banjir di DAS prioritas

- Ancaman bahaya erosi, sedimantasi, dan tanah longsor dapat dihindari dan atau menurun

RPP tentang penetapan pengelolaan DAS teroadu

Rehabilitasi dan konservasi Sumber Daya Hutan

Rehabilitasi dan pemulihan cadangan SDA

Pengelolaan DAS Input : Dana Rp 34.711.470.000

- Pengelolaan 282 DAS prioritas mendapat dukungan penuh stakeholders

Tersedianya data dan informasi kondisi karakteristik 282 DAS prioritas

Output : Data dan informasi karakteristik DAS DAS 16

Standarisasi produk barang dan jasa kehutanan

Penyelenggaraan Pimpinan Kenegaraan dan Kepemerintahan

59

Page 70: KATA PENGANTAR dan IKHTISAR LAKIP 2007storage.jak-stik.ac.id/ProdukHukum/kehutanan/lakip_dephut_07.pdf · 8 Penelitian dan Pengembangan IPTEK 81,64 9 Pendidikan Kedinasan 80,70

URAIAN INDIKATOR TARGET KEBIJAKAN PROGRAM URAIAN SATUANRENCANA TINGKAT CAPAIAN

VISI : Terwujudnya Penyelenggaraan Kehutanan Untuk Menjamin Kelestarian Hutan Dan Peningkatan Kemakmuran Rakyat

LAMPIRAN 2. RENCANA KINERJA TAHUNAN

CARA MENCAPAI TUJUAN DAN SASARAN

SASARAN KEGIATAN POKOK

INDIKATOR KINERJA

- Pengelolaan DAS dapat meningkatkan penyerapan tenaga kerja setempat sebesar 10%

Tersusunnya review urutan prioritas DAS, 31 wilayah PDAS

Data dan informasi penanganan bencana lokasi 5

Tersusunnya hasil identifikasi lokasi (rawan) bencana banjir, longsor, dan kekeringan di 31 wilayah kerja BPAS

Terbangunnya tanaman pada MDM sebagai model pengelolaan DAS, di 31 model mikro seluas 775 ha

Outcome : DAS dapat dikelola dengan metode dan teknik yang tepat

% 100

Termitigasinya bencana alam dengan baik % 100

3.1.2 21 - RHL di 282 DAS prioritas mencapai 5 juta ha dengan ratio 60% dalam kawasan hutan dan 40% diluar kawasan hutan

Tersusun dan tersedianya Master Plan RHL (MP-RHL) di seluruh Indonesia dan mendapat dukungan stakeholders

Rehabilitasi dan konservasi hutan

Rehabilitasi dan pemulihan cadangan SDA

Rehabilitasi hutan dan lahan (RHL)

Input : Dana Rp 4.034.475.544.000

- Output :

Rencana RHL 5 tahun di 22 BPDAS BPDAS 22 :

Bibit tanaman GERHAN Ha 1.279.191 - Rencana gerakan penanaman

swadaya bersama organisasi-organisasi kemasyarakatan 40.000 ha dan 11 ormas/mitra

Outcome : Tersedianya cuan dalam penyusunan RTT % 100

- tersedianya bibit untuk merehabilitasi hutan dan lahan

% 100

4.1.1 22 Tercapainya penambahan hutan rakyat dan Hutan Tanaman Rakyat

- Luas HR dan HTR bertambah 500.000 ha

Tersusunnya draft deregulasi peraturan pengelolaan hutan rakyat dan tata usaha hasil hutan rakyat

Pemberdayaan ekonomi masyarakat di dalam dan sekitar hutan

Rehabilitasi dan pemulihan cadangan SDA

Pengembangan hutan rakyat dan hutan tanaman rakyat

Input : Dana Rp 8.600.201.000

- Produksi kayu dari hutan rakyat mampu mencapai 40 m3/ha

Output Terbangunnya Hutan rakyat Ha 275

Outcome : Bertambahnya luas hutan rakyat dan penutupan lahan

% 100

Tercapainya perbaikan penutupan lahan kritis di DAS prioritas, termasuk perlindungan Daerah Tangkapan Air (DTA)

Sumber benih seluas 1.500 ha di 32 lokasi (12 provinsi) dan pengendalian peredaran benih/bibit tanaman hutan pada 6 wilayah BPTH, pengembangan usaha dan kelembagaan perbenihan tanaman hutan pada 6 wilayah BPTH

RHL di 282 DAS prioritas mendapat dukungan p[enuh stakeholders dan meningkatkan penyerapan tenaga kerja sebesar 10%

Master plan RHL (MP-RHL) tersedia di seluruh Indonesia dan mendapat dukungan stakeholders

Terselenggaranya GERHAN di 282 DAS / 33 prop, berupa: reboisasi (lahan kritis HP, HL, HK dan LOA), penghijauan (hutan rakyat, lingkungan, hutan kota, turus jalan), mangrove, sipil teknis, pemeliharaan dan kelembagaan

Sebanyak 80% dari hasil penanaman RHL di 282 DAS prioritas tumbuh dengan baik

Meningkatnya kapasitas kelembagaan dan kemitraan usaha hutan rakyat pada 12 provinsi (Jabar, jatim, jateng, banten, Sumut, riau, Sumsel, Lampung, Kalsel, Kalbar, kaltim, Sulsel), 6 kelompok kemitraan

60

Page 71: KATA PENGANTAR dan IKHTISAR LAKIP 2007storage.jak-stik.ac.id/ProdukHukum/kehutanan/lakip_dephut_07.pdf · 8 Penelitian dan Pengembangan IPTEK 81,64 9 Pendidikan Kedinasan 80,70

URAIAN INDIKATOR TARGET KEBIJAKAN PROGRAM URAIAN SATUANRENCANA TINGKAT CAPAIAN

VISI : Terwujudnya Penyelenggaraan Kehutanan Untuk Menjamin Kelestarian Hutan Dan Peningkatan Kemakmuran Rakyat

LAMPIRAN 2. RENCANA KINERJA TAHUNAN

CARA MENCAPAI TUJUAN DAN SASARAN

SASARAN KEGIATAN POKOK

INDIKATOR KINERJA

4.1.2 23 Tercapainya pemanfaatan hasil hutan non kayu secara optimal dan lestari

- Pemanfaatan HHBK secara lestari dan komersial meningkat 3 % per tahun

Peraturan Menteri Kehutanan tentang penyempurnaan ijin pemanfaatan dan pemasaran Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK)

Pemberdayaan ekonomi masyarakat di dalam dan sekitar hutan

Pemantapan Pemanfaatan potensi SDH

Pengembangan pemanfaatan HHBK

Input : Dana Rp 10.180.271.000

- Pemanfaatan HHBK dapat meningkatkan penyerapan tenaga kerja setempat sebesar 3%, dan kesejahteraan masyarakat setempat meningkat

Rencana inventarisasi potensi pengembangan HHBK pada 31 wilayah BPDAS

Output Terbentuknya areal model dan terpeliharanya tanaman AUK, madu, rotan, gaharu, persuteraan alam, bambu

Ha 2.370

- Pengembangan tanaman agroforestry dalam rangka penanganan kawasan perbatasan negara di 7 provinsi (NAD, Kepri, Kalbar, Kaltim, Sulut, NTT dan Irjabar)

Rencana pengembangan tanaman agroforestry dalam rangka penanganan kawasan perbatasan negara, di 7 provinsi (NAD, Kepri, Kalbar, Kaltim, Sulut, NTT dan Irjabar)

Outcome : Berkembangnya areal model dan pemanfaatan hasil hutan bukan kayu

% 100

Meningkatnya kapasitas kelembagaan usaha HHBK melalui penguatan jejaring kerja dan usaha HHBK dan temu usaha tani, serta bimbingan teknik dan pelatihan peserta model pengembangan usaha HHBK

Pengendalian penerbitan ijin pemungutan dan penyusunan pola pengembangan HHBK

Input : Dana Rp 1.035.250.000

Pemeliharaan dan pengembangan tanaman HHBK seluas 2.605 ha

Output : Data dan informasi produksi HHBK paket 1

Outcome : tersedianya bahan kebijakan HHBK paket 1

Input : Dana Rp 2.109.393.000

Output : data dan informasi kelola sosial, pengelolaan hutan berbasis masyarakat

UM 35

Outcome : Tersedianya bahan masukan kelola sosial dan pengelolaan hutan berbasis masyarakat

judul 3

4.1.3 24 Terwujudnya daerah penyangga kawasan konservasi yang berfungsi menjaga keutuhan kawasan

- Kawasan penyangga berfungsi optimal, masyarakat yang tinggal di daerah penyangga sejahtera dan terlibat dalam pengelolaan kawasan

Regulasi pengelolaan kawasan penyangga di sekitar kawasan konservasi

Pemberdayaan ekonomi masyarakat di dalam dan sekitar hutan

Perlindungan dan Konservasi SDA

Pengembangan daerah penyangga di sekitar kawasan konservasi

Input : Dana Rp 1.546.760.000

Rencana-rencana pengembangan daerah penyangga di sekitar kawasan konservasi

Output : Supervisi pengembangan daerah penyangga di KSA, KPA, TB

lokasi 5

Kemampuan masyarakat yang terlibat dalam pengelolaan daerah penyangga di sekitar kawasan konservasi meningkat

Outcome : Terbentuknya daerah penyangga KSA, KPA, TB

% 80

Pemantauan kegiatan PMDH kemitraan dan fasilitasi pelaksanaan pengelolaan PHBM

61

Page 72: KATA PENGANTAR dan IKHTISAR LAKIP 2007storage.jak-stik.ac.id/ProdukHukum/kehutanan/lakip_dephut_07.pdf · 8 Penelitian dan Pengembangan IPTEK 81,64 9 Pendidikan Kedinasan 80,70

URAIAN INDIKATOR TARGET KEBIJAKAN PROGRAM URAIAN SATUANRENCANA TINGKAT CAPAIAN

VISI : Terwujudnya Penyelenggaraan Kehutanan Untuk Menjamin Kelestarian Hutan Dan Peningkatan Kemakmuran Rakyat

LAMPIRAN 2. RENCANA KINERJA TAHUNAN

CARA MENCAPAI TUJUAN DAN SASARAN

SASARAN KEGIATAN POKOK

INDIKATOR KINERJA

4.1.4 25 Terwujudnya kemampuan dan peran masyarakat madani dalam upaya Rehabilitasi Hutan dan Lahan (RHL) meningkat

- Kemampuan dan peran masyarakat madani dalam upaya Rehablitasi Hutan dan Lahan (RHL) meningkat secara nyata

Pedoman kerjasama Dephut dengan mitra

Rehabilitasi dan konservasi SDH

Rehabilitasi dan Pemulihan cadangan SDA

Pengembangan RHL Swadaya

Input : Dana Rp 4.151.568.000

terselenggaranya pengembangan kader ormas melalui pelatihan dalam rangka pengembangan RHL swadaya

Output : Areal model wanatani ha 150

Terealisasinya penanaman bibit oleh kader-kader ormas di wilayah kerja BP-DAS

Outcome : Pengembangan wanatani dalam skala luas % 100

Terselenggaranya fasilitas dalam rangka penandatangan MoU

5.1.1 26 Berkembangnya model pengelolaan hutan berbasis masyarakat

- Pengelolaan hutan berbasis masyarakat dapat meningkatkan penyerapan tenaga kerja setempat sebesar 3% dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat sebesar 4%

Tersusunnya peraturan-peraturan, penyusunan sistem insentif dan disinsentif, serta penetapan areal kerja HKm model pada 12 propinsi

Pemberdayaan ekonomi masyarakat di dalam dan di sekitar kawasan hutan

Pengembangan kapasitas pengelolaan SDA

Pengembangan hutan kemasyarakatan

Input : Dana Rp 2.884.422.000

Terselenggaranya fasilitasi penguatan kelembagaan, pengembangan usaha, dan pemantapan kawasan dalam rangka pengembangan HKm sebagai unit model HKm pada 12 provinsi, seluas 25.000 ha

Output : Hutan kemasyarakatan dan tanaman agroforestry di perbatsasan negara

provinsi 12

Terselengaranya fasilitasi penguatan dan pengembangan kelembagaan Pemda dan masyarakat dalam pengembangan HKm

Outcome : masyarakat dapat mengelola hutan dan meningkatkan pendapatannya

% 100

Terselenggaranya insentif pengembangan dan pemeliharaan unit areal kerja HKm, 22 unit areal kerja HKm pada 19 provinsi.

6.1.1 27 Tercapainya penegakan hukum dalam penanggulangan kejahatan kehutanan secara efektif

- Produk hukum bidang kehutanan dapat diimplementasikan secara efektif

Produk hukum bidang kehutanan ditetapkan sesuai kebutuhan dan perkembangan pembangunan kehutanan

Pendukung kebijakan prioritas

Penyelenggaraan pimpinan kenegaraan dan kepemerintahan

Pembinaan hukum dan peraturan perundangan

Input : Dana Rp 14.939.762.000

62

Page 73: KATA PENGANTAR dan IKHTISAR LAKIP 2007storage.jak-stik.ac.id/ProdukHukum/kehutanan/lakip_dephut_07.pdf · 8 Penelitian dan Pengembangan IPTEK 81,64 9 Pendidikan Kedinasan 80,70

URAIAN INDIKATOR TARGET KEBIJAKAN PROGRAM URAIAN SATUANRENCANA TINGKAT CAPAIAN

VISI : Terwujudnya Penyelenggaraan Kehutanan Untuk Menjamin Kelestarian Hutan Dan Peningkatan Kemakmuran Rakyat

LAMPIRAN 2. RENCANA KINERJA TAHUNAN

CARA MENCAPAI TUJUAN DAN SASARAN

SASARAN KEGIATAN POKOK

INDIKATOR KINERJA

- Penegakan hukum dan peraturan perundang-undangan bidang kehutanan diterapkan dengan tegas dan adil

Penegakan hukum dan peraturan perundangan bidang kehutanan diterapkan dengan tegas dan adil

Output : tersusunnya Draft RUU, RPP, Permenhut buah 40

Otcome : Terwujudnya landasan hukum % 40

6.1.2 28 - Desetralisasi /regulasi pembangunan kehutanan secara menyeluruh dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan kelestarian hutan

Regulasi dan deregulasi desentralisasi pembangunan kehutanan

Pendukung kebijakan prioritas

Penyelenggaraan pimpinan kenegaraan dan kepemerintahan

Desentralisasi kehutanan

Input : Dana Rp 1.904.819.655

- Sinkronisasi pembangunan kehutanan pusat dan daerah

Produk hukum desentralisasi dapat tersosialisasikan dan diimplementasikan secara efektif dalam pembangunan kehutanan

Output : Sosialisasi produk hukum paket 2

Outcome : Meningkatnya pemahaman produk hukum paket 2

6.1.3 29 Tersedianya dana, sarana, prasarana yang proporsional untuk mendukung pembangunan kehutanan

- Pendanaan pembangunan kehutanan sesuai dengan prioritas, teralokasi dengan benar dan sesuai dengan tata waktu

Regulasi dan deregulasi pengelolaan penadanaan pembangunan kehutanan

Pendukung kebijakan prioritas

Penyelenggaraan pimpinan kenegaraan dan kepemerintahan

Koordinasi penyusunan rencana kegiatan dan anggaran

Input : Dana Rp 5.914.350.000

pendanaan pembangunan kehutanan sesuai dengan prioritas, teralokasi dengan benar, dan sesuai dengan tata waktu

Output : Arahan kebijakan Dephut dokumen 288

Kemajuan pelaksanaan anggaran diketahui setiap periode 3 bulan

Outcome : Selarasnya rancangan kegiatan pusat dan daerah

RKAKL 288

Tersusunnya dokumen hasil evaluasi dan monitoring dan kegiatan

Monitoring dan evaluasi penyerapan anggaran

Input : Dana Rp 10.086.500.000

Output : Laporan hasil monev keuangan dan kegiatan pembangunan

buku 26

Tercapainya desentralisasi pembangunan kehutanan yang meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan pelestarian hutan

63

Page 74: KATA PENGANTAR dan IKHTISAR LAKIP 2007storage.jak-stik.ac.id/ProdukHukum/kehutanan/lakip_dephut_07.pdf · 8 Penelitian dan Pengembangan IPTEK 81,64 9 Pendidikan Kedinasan 80,70

URAIAN INDIKATOR TARGET KEBIJAKAN PROGRAM URAIAN SATUANRENCANA TINGKAT CAPAIAN

VISI : Terwujudnya Penyelenggaraan Kehutanan Untuk Menjamin Kelestarian Hutan Dan Peningkatan Kemakmuran Rakyat

LAMPIRAN 2. RENCANA KINERJA TAHUNAN

CARA MENCAPAI TUJUAN DAN SASARAN

SASARAN KEGIATAN POKOK

INDIKATOR KINERJA

Outcome : Tersedianya data dan informasi pelaksanaan keuangan dan kegiatan

laporan 19

Penyelenggaraan pembangunan kehutanan terpadu dan terkoordinasi di setiap regional

Tercapainya koordinasi pembangunan kehutanan antara pusat dengan daerah (pusat- propinsi-kabupaten)

Pendukung kebijakan prioritas

Penyelenggaraan pimpinan kenegaraan dan kepemerintahan

Input : Dana Rp 24.184.708.000

Regulasi dan deregulasi pembangunan kehutanan

Regulasi dan deregulasi sinkronisasi pembangunan kehutanan di pusat dan daerah

Output : Laporan dan masukan kepada pimpinan dan stakeholder dalam koordinasi dan sinkronisasi pembangunan kehutanan

judul 36

Desentralisasi pembangunan kehutanan berjalan dengan benar dan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat serta kelestarian hutan

Tercapainya sinkronisasi proses perencanaan kehutanan antara pusat dan daerah

Outcome : Adanya interaksi informasi dari para pihak dalam penyelenggaraan pembangunan kehutanan

% 100

Hasil musyawarah rencana pembangunan propinsi dan reginal

Desentralisasi pembangunan kehutanan berjalan

Pengelolaan dana kehutanan sesuai prioritas, dan alokasi dana berjalan sesuai aturan

Regulasi dan deregulasi pengelolaan keuangan

Pendukung kebijakan prioritas

Penyelenggaraan pimpinan kenegaraan dan kepemerintahan

Input : Dana Rp 3.373.036.000

Pengelolaan dana kehutanan sesuai prioritas, dan alokasi dana berjalan sesuai aturan

Output : tersusunnya pedoman pengurusan pengelolaan keuangan

buku 59

Terlaksananya pembinaan dan pengelolaan admnistrasi keuangan

Outcome : terarahnya pengurusan keuangan judul 17

Tertibnya administasi dan penatausahaan PNBP

Input : Dana Rp 8.074.050.000

Telaksananya pembinaan dan penatausahaan optimalisasi PNBP

Output : tersusunnya data setoran DR, PSDH, IIUPH, TP GR

buku 40

Outcome : termonitor dan meningkatnya penerimaan PNBP

laporan 80

Pembinaan administrasi pengelolaan keuangan

Penertiban administrasi dan penatausahaan PNBP

Penguatan koordinasi dan sinkronisasi pembangunan kehutanan regional

64

Page 75: KATA PENGANTAR dan IKHTISAR LAKIP 2007storage.jak-stik.ac.id/ProdukHukum/kehutanan/lakip_dephut_07.pdf · 8 Penelitian dan Pengembangan IPTEK 81,64 9 Pendidikan Kedinasan 80,70

URAIAN INDIKATOR TARGET KEBIJAKAN PROGRAM URAIAN SATUANRENCANA TINGKAT CAPAIAN

VISI : Terwujudnya Penyelenggaraan Kehutanan Untuk Menjamin Kelestarian Hutan Dan Peningkatan Kemakmuran Rakyat

LAMPIRAN 2. RENCANA KINERJA TAHUNAN

CARA MENCAPAI TUJUAN DAN SASARAN

SASARAN KEGIATAN POKOK

INDIKATOR KINERJA

Kriteria dan indikator publikasi dapat tersusun sesuai perkembangan pembangunan Dephut

Pendukung kebijakan prioritas

Penyelenggaraan pimpinan kenegaraan dan kepemerintahan

Pengembangan urusan umum

Input : Dana Rp 191.790.010.000

Penyelenggaraan pengadaan barang dan jasa dapat terlaksana sesuai peraturan perundangan yang berlaku

Output : terlaksananya pengadaan dan pemantauan barang dan jasa, sistem kearsipan, dan BIMN

paket 22

Inventarisasi kebutuhan sarana dan prasarana dapat dilaksanakan

Outcome : Terpenuhinya kebutuhan sarana dan prasarana

% 100

Laporan hasil monitoring barang inventaris milik negara

Sarana dan prasarana pendukung pembangunan kehutanan tersedia pada setiap instansi kehutanan pusat dan daerah

Regulasi dan deregulasi pengelolaan informasi kehutanan

Pendukung kebijakan prioritas

Penyelenggaraan pimpinan kenegaraan dan kepemerintahan

Penyelenggaraan publikasi, promosi pembangunan dan kebijakan Dephut

Input : Dana Rp 8.056.651.000

Output : Berita kehutanan di media cetak dan elektronik

bulan 12

Outcome : Tersiarnya berita kehutanan, hubungan mutualisma Dephut-Media massa, kerjasama antar humas dan DPR

bulan 12

Penyebaran informasi kehutanan melalui media masa berjalan efektif dan mutakhir

Penyelenggaraan pemanfaatanjaringan komunikasi sosial

Input : Dana Rp 8.564.830.000

Output : Pertemuan forwahut, sosialisasi, lokakarya penanganan kasus, pembinaan dan partisipasi

paket 25

Outcome : Terbitnya majalah MKI, leaflet, poster, siaran pers, partisipasi LSM

paket 25

Regulasi dan deregulasi pengembangan organisasi dan ketatalaksanaan

Pendukung kebijakan prioritas

Penyelenggaraan pimpinan kenegaraan dan kepemerintahan

Pengembangan organisasi dan tatalaksana

Input : Dana Rp 5.048.652.000

Informasi pembangunan kehutanan berlangsung secara obyektif, didukung dengan data yang benar, dan disajikan secara terus menerus kepada para pihak nasional daninternasional

Informasi pembangunan kehutanan berlangsung secara objektif, didukung dengan data yang benar dan disajikan secara terus menerus kepada stakeholders nasional dan global

Organisasi dan tata laksana institusi kehutanan pusat dan daerah berjalan efektif dan responsif sesuai tuntutan pembangunan kehutanan pada setiap tingkatan

Sarana dan prasarana pendukung pembangunan kehutanan tersedia secara proporsional pada setiap instansi kehutanan pusat dan daerah

65

Page 76: KATA PENGANTAR dan IKHTISAR LAKIP 2007storage.jak-stik.ac.id/ProdukHukum/kehutanan/lakip_dephut_07.pdf · 8 Penelitian dan Pengembangan IPTEK 81,64 9 Pendidikan Kedinasan 80,70

URAIAN INDIKATOR TARGET KEBIJAKAN PROGRAM URAIAN SATUANRENCANA TINGKAT CAPAIAN

VISI : Terwujudnya Penyelenggaraan Kehutanan Untuk Menjamin Kelestarian Hutan Dan Peningkatan Kemakmuran Rakyat

LAMPIRAN 2. RENCANA KINERJA TAHUNAN

CARA MENCAPAI TUJUAN DAN SASARAN

SASARAN KEGIATAN POKOK

INDIKATOR KINERJA

Output : Tersusunnya 15 draft Permenhut dan 1 RPP urusan Bidang Kehutanan

buah 15

Outcome : Terwujudnya susunan organisasi, tahubja, prosedur kerja, dan uraian jabatan yang mantap

% 100

6.2.1 30 Berperan aktif dalam melaksanakan ketentuan dan kesepakatan global yang berkaitan dengan kehutanan

Terselenggaranya pertemuan -pertemuan bilateral, regional, dan sub regional bidang kehutanan

Pendukung kebijakan prioritas

Pemantapan pemanfaatan potensi SDH

Input : Dana Rp 27.196.046.000

Kerjasama dan dukungan internasional bidang kehutanan meningkat

Ditandatanganinya agreement/kesepakatam di berbagai fokus (pemberantasan illegal logging, peningkatan kapasitas SDM dan teknologi, dll)

Output : Laporan perkembangan, pemantauan dan evaluasi kerjasama bilateral, regional, dan pertemuan/sidang

judul 14

Terwujudnya pertukaran informasi dan pengetahuan dalam kerangka kerjasama bilateral, regional dan sub regional

Outcome : Terjalinnya kerjasama dan dukungan internasional bidang kehutanan

% 80

Kerjasama dan dukungan internasional bidang kehutanan meningkat

6.3.1 31 Misi dan program kehutanan dapat berjalan dengan benar dan tercapai

SK Menteri/deregulasi tentang pengembangan SDM kehutanan dan kesetaraan gender

Pendukung kebijakan prioritas

Penyelenggaraan pimpinan kenegaraan dan kepemerintahan

Penyelenggaraan agenda PUG

Input : Dana Rp 1.084.100.000

Tercapainya kesetaraan hak dan kewajiban bagi seluruh SDM kehutanan

Terselenggaranya pengembangan SDM dan penyelenggaraan admnistrasi kepegawaian sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku

Output : Buku evaluasi impelementasi PUG dibidang kehutanan

buku 2

Terselenggaranya diklat SDM kehutanan sesuai kebutuhan

Outcome : Terdatanya pekerja berwawasan gender di lingkup Dephut

judul 2

Berkembangnya institusi UPT kehutanan di daerah dapat berjalan secara efektif

Input :

Dana Rp 18.674.721.000,00Peraturan perundangan pengembangan SDM dapat tersusun melalui koordinasi inter dan antar sektor

Penyelenggaraan administrasi kepegawaian

Output :

Proses penilaian dan pengurusan administrasi kepegawaian paket 39

Organisasi dan tata laksana institusi kehutanan pusat dan daerah berjalan efektif dan responsif sesuai tuntutan pembangunan kehtanan di semua tingkatan

Pengembangan kerjasama internasional dan perjanjian global bidang kehutanan

Peran aktif Indonesia dalam tataran global bidang kehutanan dan SDAH serta kerjasama internasional yang berkontribusi positif pada pembangunan kehutanan nasional

pada setiap tingkatan

Terwujudnya SDM kehutanan yang berkualita, kompeten, serta terdistribusi secara proporsional

66

Page 77: KATA PENGANTAR dan IKHTISAR LAKIP 2007storage.jak-stik.ac.id/ProdukHukum/kehutanan/lakip_dephut_07.pdf · 8 Penelitian dan Pengembangan IPTEK 81,64 9 Pendidikan Kedinasan 80,70

URAIAN INDIKATOR TARGET KEBIJAKAN PROGRAM URAIAN SATUANRENCANA TINGKAT CAPAIAN

VISI : Terwujudnya Penyelenggaraan Kehutanan Untuk Menjamin Kelestarian Hutan Dan Peningkatan Kemakmuran Rakyat

LAMPIRAN 2. RENCANA KINERJA TAHUNAN

CARA MENCAPAI TUJUAN DAN SASARAN

SASARAN KEGIATAN POKOK

INDIKATOR KINERJA

Misi dan program pengembangan SDM kehutanan dan kesetaraan gender dapat berjalan dengan benar dan tercapai

Outcome :

Terlaksananya pengembangan SDM dan administrasi kepegawaian % 80

6.3.2 32 Kualitas dan kuantitas pengawasan penyelenggaraan pembangunan kehutanan meningkat

Regulasi dan deregulasi penyelenggaraan pengawasan aparatur negara

Pendukung kebijakan prioritas

Input : Dana Rp 20.217.200.000

Jumlah kasus penyelewengan/KKN menurun drastis dan signifikan

Kualitas dan kuantitas pengawasan penyelenggaraan pembangunan kehutanan meningkat

Output : Buku UPKPT, dokumen PKPT dan buku data dan informasi pengawasan

judul 6

Pembangunan kehutanan dapat terselenggara lebih efektif dan efisien

Laporan dan rekomendasi hasil pengawasan

Outcome : terarahnya koordinasi pengawasan antar APIP % 100

Koordinasi dansinkronisasi pengawasan dengan lembaga pengawasan daerah meningkat

evaluasi dan pemantauan hasil pengawasan

Input : Dana Rp 2.512.600.000

Output : Laporan hasil pemeriksaan judul 18

Outcome : Termanfaatkannya asil pemeriksaan sebagai bahan pemeriksaan selanjutnya

% 100

Input : Dana Rp 11.290.500.000

Output : Laporan LHA 404

Input : terselesaikannya kasus-kasus pelanggaran % 53

Peningkatan Pengawasan dan Akuntabilitas Aparatur Negara

Penyusunan peraturan penyelenggaraan pengawasan

Audit kinerja komprehensif, operasional keuangan, optimalisasi penerimaan negara dan audit khusus

Terbentuknya PNS kehutanan yang dapat menjalankan tugas secara benar sesuai dengan ketentuan dan kompetensinya

67

Page 78: KATA PENGANTAR dan IKHTISAR LAKIP 2007storage.jak-stik.ac.id/ProdukHukum/kehutanan/lakip_dephut_07.pdf · 8 Penelitian dan Pengembangan IPTEK 81,64 9 Pendidikan Kedinasan 80,70

URAIAN SATUAN RENCANATINGKAT CAPAIAN

Inventarisasi dan perpetaan SDH

Input : Dana Rp 58.980.622.000 13.201.665.640 22,38

SDM Orang 653 653 100,00

Output : Kriteria dan standar NSDH Judul 1 1 100,00

Outcome : Kriteria dan standar NSDH % 100 50 50,00

Input : Dana Rp 20.899.604.500 13.470.729.174 64,45

SDM Orang 390 368 94,36

Output : Peta perkembangan pemasangan jatikon lembar 8 8 100,00

Aplikasi SIAPHUT hasil penyempurnaan judul 1 1 100,00

Outcome : Tersedianya data dan informasi posisi titik kontrol yang dapat digunakan untuk mendukung kegiatan pemetaan kawasan hutan

% 100 100 100,00

% 100 100 100,00

Pemantapan Pemanfaatan potensi SDH

Pengukuhan kawasan hutan

Input : Dana Rp 10.236.109.000 2.507.590.200 24,50

SDM Orang 297 195 65,66

Output : Draft SK dan peta penunjukan kawasan hutan partial dan KHDTK

lokasi 30 15 50,00

Data dan dokumen pengukuhan kawasan hutan provinsi 12 4 33,33

Tersedianya data dan informasi sumberdaya hutan yang lebih lengkap dan akurat, dan memudahkan pengguna informasi

LAMPIRAN 3. PENGUKURAN KINERJA KEGIATAN

INDIKATOR KINERJA

PROGRAMKEGIATAN POKOK

REALISASI

% (PERSENTASE

TINGKAT CAPAIAN)

Pengembangan kapasitas SDH dan LH; dan Peningkatan kualitas akses informasi SDA dan LH

Pengembangan Sistem Informasi Assessment Pembangunan kehutanan (SIAPHUT)

68

Page 79: KATA PENGANTAR dan IKHTISAR LAKIP 2007storage.jak-stik.ac.id/ProdukHukum/kehutanan/lakip_dephut_07.pdf · 8 Penelitian dan Pengembangan IPTEK 81,64 9 Pendidikan Kedinasan 80,70

URAIAN SATUAN RENCANATINGKAT CAPAIAN

INDIKATOR KINERJA

PROGRAMKEGIATAN POKOK

REALISASI

% (PERSENTASE

TINGKAT CAPAIAN)

Outcome : tersedianya bahan penunjukan kawasan hutan partial dan KHDTK

lokasi 30 15 50,00

Terlenbgkapinya data dan dokumen pengukuhan kawasan hutan

provinsi 12 4 33,33

Input : Dana Rp 13.847.270.800 3.484.489.000 25,16

SDM Orang 1.075 636 59,16

Output : Laporan hasil kajian terpadu dalam rangka usulan perubahan fungsi kawasan hutan

lokasi 9 5 55,56

Pertimbangan teknis atas permohonan penggunaan kawasan hutan

lokasi 30 23 76,67

Outcome : Rekomendasi hasil kajian terpadu dalam rangka perubahan fungsi kawasan hutan

lokasi 9 5 55,56

Tersedianya data dan informasi dalam rangka pemberian rekomendasi penggunaan kawasan hutan

lokasi 30 23 76,67

Pemantapan Pemanfaatan potensi SDH

Identifikasi dan pemetaan kawasan hutan produksi yang tidak dibebani hak

Input : Dana Rp 6.603.550.000 1.963.586.700 29,74

Output : Site plan pemanfataan hutan produksi judul 3 3 100,00

Outcome : teridentifikasinya kawasan HP yang tidak dibebani hak

judul 3 3 100,00

Input : Dana Rp 6.121.000.000 5.013.189.000 81,90

Output : Rencana penataan pemanfaatan areal eks HPH paket 8 6 75,00

Outcome : Tersusunnya rencana penataan pemanfaatan areal eks HPH

paket 8 6 75,00

Pemantapan Pemanfaatan potensi SDH

Penyiapan dan evaluasi penggunaan dan perubahan kawasan hutan

Perencanaan dan pemantapan pemanfaatan areal dalam kerangka lelang

69

Page 80: KATA PENGANTAR dan IKHTISAR LAKIP 2007storage.jak-stik.ac.id/ProdukHukum/kehutanan/lakip_dephut_07.pdf · 8 Penelitian dan Pengembangan IPTEK 81,64 9 Pendidikan Kedinasan 80,70

URAIAN SATUAN RENCANATINGKAT CAPAIAN

INDIKATOR KINERJA

PROGRAMKEGIATAN POKOK

REALISASI

% (PERSENTASE

TINGKAT CAPAIAN)

Pemantapan Pemanfaatan potensi SDH

Pengembangan hutan tanaman

Input : Dana Rp 19.711.604.000 11.589.489.391 58,80

Output : pelaksanaan koordinasi perencanaan dan pelaksanaan kegiatan pemantauan dan kelola lingkungan pada areal unit manajemen

provinsi 3 3 100,00

Data dan informasi investasi hutan tanaman paket 1 1 100,00

Outcome : Adanya kesamaan pemahaan pentingnya kegiatan kelola lingkungan dalam menunjang keberhasilan pembangunan hutan tanaman

provinsi 3 3 100,00

Terwujudnya persepsi masyarakat yang baik terhadap pembangunan hutan tanaman

1 paket 1 1 100,00

Pemantapan Pemanfaatan potensi SDH

Pegelolaan (pemanfaatan) hutan produksi alam

Input : Dana Rp 54.481.364.000 38.467.521.464 70,61

Output : Penilaian kinerja PHAPL pada unit manajemen IUPHHK-HA

paket 1 1 100,00

Outcome : tersedianya data dan informasi sebagai bahan masukan pengambilan keputusan kinerja IUPHHK

paket 1 1 100,00

Pemantapan Pemanfaatan potensi SDH

Restrukturisasi industri primer kehutanan

Input : Dana Rp 28.003.662.500 11.648.413.693 41,60

Output : Penyempurnaan Permenhut pengganti Kepmenhut No. 326/Menhut-II/2003

paket 1 1 100,00

Hasil evaluasi industri kehutanan paket 1 1 100,00

Outcome : Tersedianya acuan dalam perencanaan pemenuhan bahan baku industri primer

paket 1 1 100,00

Tersedianya bahan pembinaan dan pengendalian IPHHK

paket 1 1 100,00

70

Page 81: KATA PENGANTAR dan IKHTISAR LAKIP 2007storage.jak-stik.ac.id/ProdukHukum/kehutanan/lakip_dephut_07.pdf · 8 Penelitian dan Pengembangan IPTEK 81,64 9 Pendidikan Kedinasan 80,70

URAIAN SATUAN RENCANATINGKAT CAPAIAN

INDIKATOR KINERJA

PROGRAMKEGIATAN POKOK

REALISASI

% (PERSENTASE

TINGKAT CAPAIAN)

Pemantapan Pemanfaatan potensi SDH

Penertiban tata usaha hasil hutan

Input : Dana Rp 42.830.486.000 22.728.037.200 53,07

Output : Sistem informasi penatausahaan PSDH /DR secara on line

paket 1 1 100,00

Data dan informasi produksi dan pelaksanaan lelang hasil hutan illegal

provinsi 33 33 100,00

Outcome : Terlaksananya implementasi sistem informasi penatausahaan PSDH/DR secara on line

paket 1 1 100,00

Terlaksananya penertiban dan lelang hasil hutan illegal

provinsi 33 33 100,00

Pemantapan keamanan dalam negeri

Operasi pengamanan hutan Input : Dana Rp 6.340.744.000 1.271.177.030 20,05

Output : Operasi intelijen lokasi 10 8 80,00

Outcome : Meningkatkanya pencegahan tindak kejahatan kehutanan

% 100 80 80,00

Penguatan kapasitas kelembagaan

Input : Dana Rp 20.923.712.500 11.718.988.042 56,01

Output : Peningkatan dan pengembangan tenaga pengamanan

paket 2 2 100,00

Outcome : Meningkatnya kinerja pengamanan hutan % 90 65 72,22

Penyelesaian kasus hukum pelanggaran/kejahatan hutan

Input : Dana Rp 1.050.150.000 356.990.200 33,99

Output : Penanganan perkara tindak pidana kehutanan paket 1 1 100,00

Outcome : Meningkatnya penyelesaian kasus-kasus tindak pidana kehutanan

% 90 65 72,22

Rehabilitasi dan Pemulihan cadangan SDA

Pembangunan sumber benih

Input : Dana Rp 12.123.135.000 10.649.252.500 87,84

71

Page 82: KATA PENGANTAR dan IKHTISAR LAKIP 2007storage.jak-stik.ac.id/ProdukHukum/kehutanan/lakip_dephut_07.pdf · 8 Penelitian dan Pengembangan IPTEK 81,64 9 Pendidikan Kedinasan 80,70

URAIAN SATUAN RENCANATINGKAT CAPAIAN

INDIKATOR KINERJA

PROGRAMKEGIATAN POKOK

REALISASI

% (PERSENTASE

TINGKAT CAPAIAN)

Output : Sumber benih dan tanaman unggulan lokal unit 20 17 85,00

Rencana perbenihan BPTH 6 6 100,00

Outcome : Diperolehnya benih yang berkualitas dan jelas asal usulnya

% 100 90 90,00

Mekanisme kegiatan perbenihan dapat terlaksana dengan baik

% 100 90 90,00

Perlindungan dan Konservasi SDA

Pengelolaan Taman Nasional

Input : Dana Rp 1.521.610.000 521.013.000 34,24

Output : Evaluasi kondisi pengelolaan TN model unit 21 20 95,24

Outcome : Terkelolanya TN secara efektif % 90 60 66,67

Perlindungan dan konservasi SDA

Pengelolaan KSA/KPA/TB Input : Dana Rp 10.943.906.000 2.631.691.900 24,05

Output : Supervisi evaluasi fungsi KPA/KSA dan TB lokasi 77 10 12,99

Outcome : Terlaksananya KPA/KSA/TB sesuai fungsi % 100 50 50,00

Perlindungan dan konservasi SDA

Pengendalian kebakaran hutan

Input : Dana Rp 23.618.333.500 7.323.742.518 31,01

Output : Laporan pemantauan hotspot provinsi 25 25 100,00

Outcome : Tersedianya bahan peringatan dini bahaya kebakaran hutan

% 75 75 100,00

Input : Dana Rp 84.141.640.000 48.362.167.447 57,48

Output : Tersedianya tenaga dan sarpras serta kelembagaan pengendalian kebakaran hutan

paket 3 3 100,00

Outcome : Meningkatnya kinerja petugas penegndalian kebakaran hutan

% 88 63 71,43

Perlindungan dan konservasi SDA

Pengelolaan keanekaragaman hayati

Input : Dana Rp 19.421.183.000 6.694.746.700 34,47

Penguatan kapasitas kelembagaan pengendalian kebakaran

72

Page 83: KATA PENGANTAR dan IKHTISAR LAKIP 2007storage.jak-stik.ac.id/ProdukHukum/kehutanan/lakip_dephut_07.pdf · 8 Penelitian dan Pengembangan IPTEK 81,64 9 Pendidikan Kedinasan 80,70

URAIAN SATUAN RENCANATINGKAT CAPAIAN

INDIKATOR KINERJA

PROGRAMKEGIATAN POKOK

REALISASI

% (PERSENTASE

TINGKAT CAPAIAN)

Output : pembinaan, pengendalian, pemanfaatan dan peredaran TSL

paket 8 8 100,00

Outcome : Berkembangnya penangkaran TSL langka komersial

% 100 50,29 50,29

Penyusunan Rencana Kehutanan

Input : Dana Rp 58.611.922.850 41.491.270.074 70,79

SDM Orang 271 271 100,00

Output : Dokumen Renja-KL, RKP Dephut judul 2 2 100,00

judul 2 2 100,00

Outcome : Tersedianya acuan pelaksanaan pembangunan kehutanan

% 100 100 100,00

rekom 1 1 100,00

Pembangunan KPH Input : Dana Rp 9.181.640.000 3.654.113.880 39,80

SDM Orang 319 237 74,29

Output : Draft formulasi kebijakan SDM Tingkat Nasional judul 1 1 100,00

Buku action plan pembanguan KPH tingkat nasional

judul 1 1 100,00

Outcome : Tersedianya bahan sebagai acuan untuk pemenuhan peronal pengelola KPH

paket 1 1 100,00

paket 1 1 100,00

Perlindungan dan konservasi SDA

Pengelolaan hutan lindung Input : Dana Rp 782.750.000 230.535.000 29,45

Data dan informasi kondisi pembangunan kehutanan tahun 2020 berdasarkan kondisi terpilih, PDRB hijau

tersedianya arahan bagi action plan kegiatan pembangunan KPH tingkat nasional

Rekomendasi mengenai kondisi pembangunan kehutanan tahun 2020 berdasarkan kondisi terpilih

Pemantapan Pemanfaatan potensi SDH

Pemantapan Pemanfaatan potensi SDH

73

Page 84: KATA PENGANTAR dan IKHTISAR LAKIP 2007storage.jak-stik.ac.id/ProdukHukum/kehutanan/lakip_dephut_07.pdf · 8 Penelitian dan Pengembangan IPTEK 81,64 9 Pendidikan Kedinasan 80,70

URAIAN SATUAN RENCANATINGKAT CAPAIAN

INDIKATOR KINERJA

PROGRAMKEGIATAN POKOK

REALISASI

% (PERSENTASE

TINGKAT CAPAIAN)

Output : Evaluasi fungsi dan status huutan lindung lokasi 5 5 100,00

Outcome : Teridentifikasinya kondisi dan kelembagaan hutan lindung

% 80 50 62,50

Input : Dana Rp 449.081.000 403.607.000 89,87

Output : Data dasar JLWA, BCA dan PM lokasi 54 48 88,89

Outcome : Tersedianya bahan pertimbangan dalam menetukan kebijakan pengembangan lebih lanjut

% 85 75 88,24

Input : Dana Rp 1.346.950.000 556.303.800 41,30

Output : Laporan hasil evaluasi, asistensi, bimbingan dalam rangka penguatan kapasitas

judul 9 8 88,89

Outcome : Diketahuinya permasalahan dalam pemanfaatan pariwisata alam

% 100 90 90,00

Input : Dana Rp 836.500.000 757.539.000 90,56

Output : Draft pedoman pemanfaatan jasa lingkungan air di kawasan hutan

judul 2 2 100,00

Outcome : terarahnya pemanfaatan jasa lingkungan air di kawasan hutan

% 100 90 90,00

Input : Dana Rp 4.878.862.000 4.093.624.801 83,91

SDM Orang 267 267 100,00

Output : Teknologi pengembangan jenis-jenis pohon dan rehabilitasi

Laporan penelitian

55 54 98,18

Outcome : Tersedianya rekomendasi kebijakan rehabilitasi

% 60 53 88,33

Menurunnya lahan terdegradasi % 60 49 82,22

Teknologi dan kelembagaan rehabilitasi dan pencegahan degradasi SDH

Perlindungan dan konservasi SDA

Penelitian dan pengembangan IPTEK

Penguatan kapasitas organisasi dan SDM dalam pengembangan kemitraan dan pemanfaatan JLWA dan TSL

Penyusunan model pengelolaan pemanfaatan JLWA dan TSL

Pengembangan data base JLWA, BCA dan PM

74

Page 85: KATA PENGANTAR dan IKHTISAR LAKIP 2007storage.jak-stik.ac.id/ProdukHukum/kehutanan/lakip_dephut_07.pdf · 8 Penelitian dan Pengembangan IPTEK 81,64 9 Pendidikan Kedinasan 80,70

URAIAN SATUAN RENCANATINGKAT CAPAIAN

INDIKATOR KINERJA

PROGRAMKEGIATAN POKOK

REALISASI

% (PERSENTASE

TINGKAT CAPAIAN)

Input : Dana Rp 14.384.910.000 11.558.300.600 80,35

Output : teknologi peningkatan produktivitas hutan Laporan penelitian

198 196 98,99

Outcome : % 60 53 87,78

Input : Dana Rp 3.817.450.000 3.378.368.500 88,50

SDM Orang 186 186 100,00

Output : Teknologi pengelolaan dan pelestarian keanekaragaman hayati

Laporan penelitian

141 140 99,29

Outcome : Tersedianya paket teknologi pengelolaan dan pelestarian keanekaragaman hayati

% 60 52 86,67

Input : Dana Rp 2.702.965.000 2.470.413.400 91,40

SDM Orang 194 194 100,00

Output : Teknologi pembuatan, pengelolaan, pemanfaatan HHBK dan jasa hutan

Laporan penelitian

35 35 100,00

Outcome : Meningkatnya pemanfaatan HHBK dan jasa lingkungan

% 60 54 90,00

Input : Dana Rp 1.275.955.000 823.615.025 64,55

SDM Orang 71 36 50,70

Output : Teknik pengayaan dan inventarisasi hutan alam

Laporan penelitian

17 16 94,12

Outcome : Adanya pengetahuan tentang pemanfaatan dan pengolahan hutan alam produksi lestari

% 60 31 51,67

Teknologi dan kelembagaan pengelolaan dan pelestarian keragaman hayati

Teknologi pemanfaatan dan pemasaran HHBK dan jasa hutan

Tersedianya teknik budidaya jenis-jenis prioritas yang dapat menghasilkan peningkatan hasil hutan tanaman

Teknologi dan kelembagaan pengelolaan hutan tanaman

Teknologi dan kelembagaan sistem pengelolaan hutan lestari

75

Page 86: KATA PENGANTAR dan IKHTISAR LAKIP 2007storage.jak-stik.ac.id/ProdukHukum/kehutanan/lakip_dephut_07.pdf · 8 Penelitian dan Pengembangan IPTEK 81,64 9 Pendidikan Kedinasan 80,70

URAIAN SATUAN RENCANATINGKAT CAPAIAN

INDIKATOR KINERJA

PROGRAMKEGIATAN POKOK

REALISASI

% (PERSENTASE

TINGKAT CAPAIAN)

Input : Dana Rp 3.148.636.000 2.504.449.875 79,54

SDM Orang 173 173 100,00

Output : Model dan pola partisipasi masyarakat Laporan penelitian

35 35 100,00

Outcome : Tersedianya rekomendasi kelembagaan partisipasi masyarakat dan tata niaga hasil hutan

% 60 45 74,17

Input : Dana Rp 73.580.025.562 54.346.798.398 73,86

Output : Jurnal, info, pedoman, dan hasil-hasil penelitian

Buku 78 78 100,00

Alih teknologi, gelar teknologi, temu lapang, seminar, diskusi

kali 117 112 95,73

Sarana prasarana penelitian paket 31 29 93,55

Outcome : Meningkatnya penyebarluasan produk litbang skala komersial

% 71 67 94,78

Meningkatnya sarana prasarana badan litbang % 68 66 97,06

Pendidikan kedinasan

Pengembangan Diklat Kehutanan

Input : Dana Rp 43.385.794.000 30.695.072.570 70,75

Output : Jumlah siswa yang mengikuti pendidikan dan aparatur serta masyarakat yang mengikuti diklat

orang 9.441 6.223 65,91

Outcome : Meningkatnya kualitas SDM dan tersedianya aparatur yang memiliki kompetensi

orang 9.441 6.223 65,91

Pengembangan fasilitas diklat

Input : Dana Rp 57.071.048.000 49.281.960.597 86,35

Kajian pengembangan social forestry dan tata niaga hasil hutan

Sistem penunjang kelitbangan dan penerapan hasil litbang kehutanan

76

Page 87: KATA PENGANTAR dan IKHTISAR LAKIP 2007storage.jak-stik.ac.id/ProdukHukum/kehutanan/lakip_dephut_07.pdf · 8 Penelitian dan Pengembangan IPTEK 81,64 9 Pendidikan Kedinasan 80,70

URAIAN SATUAN RENCANATINGKAT CAPAIAN

INDIKATOR KINERJA

PROGRAMKEGIATAN POKOK

REALISASI

% (PERSENTASE

TINGKAT CAPAIAN)

Output : terpeliharanya sarana diklat paket 72 72 100,00

Outcome : Sarana danprasana diklat terpenuhi unit kerja 10 10 100,00

Pengembangan kurikulum diklat

Input : Dana Rp 7.311.557.000 5.522.377.880 75,53

Output : kurikulum dan silabus judul 84 64 76,19

Outcome : Terarahnya pelaksanaan diklat sesuai kebutuhan

judul 84 64 76,19

Pengembangan materi penyuluhan

Input : Dana Rp 4.036.675.000 3.650.552.777 90,43

Output : tersedianya materi penyuluhan dalam bentuk media elektronik

judul 11 23 209,09

Outcome : Tersebarluaskannya materi penyuluhan judul 11 23 209,09

Pengembangan penyuluhan Input : Dana Rp 6.834.425.000 3.207.548.203 46,93

Output : terselengaranya kegiatanpenyuluhan propinsi 9 6 66,67

Outcome : Tumbuhnya kesadaran masyarakat propinsi 9 6 66,67

Penyelenggaraan Pimpinan Kenegaraan dan Kepemerintahan

77

Page 88: KATA PENGANTAR dan IKHTISAR LAKIP 2007storage.jak-stik.ac.id/ProdukHukum/kehutanan/lakip_dephut_07.pdf · 8 Penelitian dan Pengembangan IPTEK 81,64 9 Pendidikan Kedinasan 80,70

URAIAN SATUAN RENCANATINGKAT CAPAIAN

INDIKATOR KINERJA

PROGRAMKEGIATAN POKOK

REALISASI

% (PERSENTASE

TINGKAT CAPAIAN)

Input : Dana Rp 5.099.710.000 3.948.525.900 77,43

Output : Penerapan Standar nasional Indonesia bidang kehutanan oleh produsen maupun konsumen

lokasi 3 3 100,00

outcome : % 100 100 100,00

Pengelolaan DAS Input : Dana Rp 34.711.470.000 16.143.211.935 46,51

Output : Data dan informasi karakteristik DAS DAS 16 12 75,00

Data dan informasi penanganan bencana lokasi 5 5 100,00

Outcome : DAS dapat dikelola dengan metode dan teknik yang tepat

% 100 80 80,00

Termitigasinya bencana alam dengan baik % 100 75 75,00

Rehabilitasi hutan dan lahan (RHL)

Input : Dana Rp 4.034.475.544.000 784.900.503.000 19,45

Output :Rencana RHL 5 tahun di 22 BPDAS BPDAS 22 19 86,36

:Bibit tanaman GERHAN Ha 1.279.191 355.913 27,82

Outcome : Tersedianya cuan dalam penyusunan RTT % 100 100 100,00

tersedianya bibit untuk merehabilitasi hutan dan lahan

% 100 90 90,00

Input : Dana Rp 8.600.201.000 6.175.017.500 71,80

Output Terbangunnya Hutan rakyat Ha 275 150 54,55

Outcome : Bertambahnya luas hutan rakyat dan penutupan lahan

% 100 55 55,00

Pengembangan hutan rakyat dan hutan tanaman rakyat

Penyelenggaraan Pimpinan Kenegaraan dan Kepemerintahan

Rehabilitasi dan pemulihan cadangan SDA

Rehabilitasi dan pemulihan cadangan SDA

Standarisasi produk barang dan jasa kehutanan

Produsen dan konsumen dapat saling memberikan keuntungan kualitas berdasarkan SNI

Rehabilitasi dan pemulihan cadangan SDA

78

Page 89: KATA PENGANTAR dan IKHTISAR LAKIP 2007storage.jak-stik.ac.id/ProdukHukum/kehutanan/lakip_dephut_07.pdf · 8 Penelitian dan Pengembangan IPTEK 81,64 9 Pendidikan Kedinasan 80,70

URAIAN SATUAN RENCANATINGKAT CAPAIAN

INDIKATOR KINERJA

PROGRAMKEGIATAN POKOK

REALISASI

% (PERSENTASE

TINGKAT CAPAIAN)

Pengembangan pemanfaatan HHBK

Input : Dana Rp 10.180.271.000 5.636.015.000 55,36

Output Terbentuknya areal model dan terpeliharanya tanaman AUK, madu, rotan, gaharu, persuteraan alam, bambu

Ha 2.370 1.779 75,06

Outcome : Berkembangnya areal model dan pemanfaatan hasil hutan bukan kayu

% 100 79 79,38

Input : Dana Rp 1.035.250.000 488.526.800 47,19

Output : Data dan informasi produksi HHBK paket 1 1 100,00

Outcome : tersedianya bahan kebijakan HHBK paket 1 1 100,00

Input : Dana Rp 2.109.393.000 612.717.911 29,05

Output : data dan informasi kelola sosial, pengelolaan hutan berbasis masyarakat

UM 35 32 91,43

Outcome : Tersedianya bahan masukan kelola sosial dan pengelolaan hutan berbasis masyarakat

judul 3 3 100,00

Input : Dana Rp 1.546.760.000 217.766.000 14,08

Output : Supervisi pengembangan daerah penyangga di KSA, KPA, TB

lokasi 5 5 100,00

Outcome : Terbentuknya daerah penyangga KSA, KPA, TB % 80 60 75,00

Pengembangan RHL Swadaya

Input : Dana Rp 4.151.568.000 2.322.836.000 55,95

Output : Areal model wanatani ha 150 150 100,00

Outcome : Pengembangan wanatani dalam skala luas % 100 85 85,00

Rehabilitasi dan Pemulihan cadangan SDA

Pemantapan Pemanfaatan potensi SDH

Pemantauan kegiatan PMDH kemitraan dan fasilitasi pelaksanaan pengelolaan PHBM

Pengembangan daerah penyangga di sekitar kawasan konservasi

Perlindungan dan Konservasi SDA

Pengendalian penerbitan ijin pemungutan dan penyusunan pola pengembangan HHBK

79

Page 90: KATA PENGANTAR dan IKHTISAR LAKIP 2007storage.jak-stik.ac.id/ProdukHukum/kehutanan/lakip_dephut_07.pdf · 8 Penelitian dan Pengembangan IPTEK 81,64 9 Pendidikan Kedinasan 80,70

URAIAN SATUAN RENCANATINGKAT CAPAIAN

INDIKATOR KINERJA

PROGRAMKEGIATAN POKOK

REALISASI

% (PERSENTASE

TINGKAT CAPAIAN)

Pengembangan hutan kemasyarakatan

Input : Dana Rp 2.884.422.000 922.023.000 31,97

Output : Hutan kemasyarakatan dan tanaman agroforestry di perbatsasan negara

provinsi 12 3 25,00

Outcome : masyarakat dapat mengelola hutan dan meningkatkan pendapatannya

% 100 80 80,00

Pembinaan hukum dan peraturan perundangan

Input : Dana Rp 14.939.762.000 8.680.033.685 58,10

Output : tersusunnya Draft RUU, RPP, Permenhut buah 40 21 52,50

Otcome : Terwujudnya landasan hukum % 40 21 52,50

Desentralisasi kehutanan Input : Dana Rp 1.904.819.655 1.302.005.053 68,35

Output : Sosialisasi produk hukum paket 2 1 50,00

Outcome : Meningkatnya pemahaman produk hukum paket 2 1 50,00

Input : Dana Rp 5.914.350.000 4.798.118.803 81,13

Output : Arahan kebijakan anggaran Dephut dokumen 288 288 100,00

Outcome : Selarasnya rancangan kegiatan pusat dan daerah

RKAKL 288 288 100,00

Input : Dana Rp 10.086.500.000 8.925.350.178 88,49

Output : Laporan hasil monev keuangan dan kegiatan pembangunan

buku 26 24 92,31

Outcome : Tersedianya data dan informasi pelaksanaan keuangan dan kegiatan

laporan 19 17 89,47

Koordinasi penyusunan rencana kegiatan dan anggaran

Monitoring dan evaluasi penyerapan anggaran

Penyelenggaraan pimpinan kenegaraan dan kepemerintahan

Pengembangan kapasitas pengelolaan SDA

Penyelenggaraan pimpinan kenegaraan dan kepemerintahan

Penyelenggaraan pimpinan kenegaraan dan kepemerintahan

80

Page 91: KATA PENGANTAR dan IKHTISAR LAKIP 2007storage.jak-stik.ac.id/ProdukHukum/kehutanan/lakip_dephut_07.pdf · 8 Penelitian dan Pengembangan IPTEK 81,64 9 Pendidikan Kedinasan 80,70

URAIAN SATUAN RENCANATINGKAT CAPAIAN

INDIKATOR KINERJA

PROGRAMKEGIATAN POKOK

REALISASI

% (PERSENTASE

TINGKAT CAPAIAN)

Input : Dana Rp 24.184.708.000 19.130.008.423 79,10

Output : Laporan dan masukan kepada pimpinan dan stakeholder dalam koordinasi dan sinkronisasi pembangunan kehutanan

judul 36 36 100,00

Outcome : Adanya interaksi informasi dari para pihak dalam penyelenggaraan pembangunan kehutanan

% 100 75 75,00

Pembinaan administrasi pengelolaan keuangan

Input : Dana Rp 3.373.036.000 2.360.539.800 69,98

Output : tersusunnya pedoman pengurusan pengelolaan keuangan

buku 59 54 91,53

Outcome : terarahnya pengurusan keuangan judul 17 12 70,59

Input : Dana Rp 8.074.050.000 6.563.982.050 81,30

Output : tersusunnya data setoran DR, PSDH, IIUPH, TP GR

buku 40 38 95,00

Outcome : termonitor dan meningkatnya penerimaan PNBP

laporan 80 80 100,00

Pengembangan urusan umum

Input : Dana Rp 191.790.010.000 118.027.059.000 61,54

Output : terlaksananya pengadaan dan pemantauan barang dan jasa, sistem kearsipan, dan BIMN

paket 22 20 90,91

Outcome : Terpenuhinya kebutuhan sarana dan prasarana % 100 75 75,00

Penguatan koordinasi dan sinkronisasi pembangunan kehutanan regional

Penyelenggaraan pimpinan kenegaraan dan kepemerintahan

Penyelenggaraan pimpinan kenegaraan dan kepemerintahan

Penyelenggaraan pimpinan kenegaraan dan kepemerintahan

Penertiban administrasi dan penatausahaan PNBP

81

Page 92: KATA PENGANTAR dan IKHTISAR LAKIP 2007storage.jak-stik.ac.id/ProdukHukum/kehutanan/lakip_dephut_07.pdf · 8 Penelitian dan Pengembangan IPTEK 81,64 9 Pendidikan Kedinasan 80,70

URAIAN SATUAN RENCANATINGKAT CAPAIAN

INDIKATOR KINERJA

PROGRAMKEGIATAN POKOK

REALISASI

% (PERSENTASE

TINGKAT CAPAIAN)

Input : Dana Rp 8.056.651.000 6.938.930.300 86,13

Output : Berita kehutanan di media cetak dan elektronik bulan 12 12 100,00

Outcome : Tersiarnya berita kehutanan, hubungan mutualisma Dephut-Media massa, kerjasama antar humas dan DPR

bulan 12 12 100,00

Input : Dana Rp 8.564.830.000 5.861.248.499 68,43

Output : Pertemuan forwahut, sosialisasi, lokakarya penanganan kasus, pembinaan dan partisipasi

paket 25 25 100,00

Outcome : Terbitnya majalah MKI, leaflet, poster, siaran pers, partisipasi LSM

paket 25 25 100,00

Input : Dana Rp 5.048.652.000 3.617.078.500 71,64

Output : Tersusunnya 15 draft Permenhut dan 1 RPP urusan Bidang Kehutanan

buah 15 15 100,00

Outcome : Terwujudnya susunan organisasi, tahubja, prosedur kerja, dan uraian jabatan yang mantap

% 100 80 80,00

Input : Dana Rp 27.196.046.000 11.640.085.000 42,80

Output : Laporan perkembangan, pemantauan dan evaluasi kerjasama bilateral, regional, dan pertemuan/sidang

judul 14 11 78,57

Outcome : Terjalinnya kerjasama dan dukungan internasional bidang kehutanan

% 80 54 67,50

Pengembangan organisasi dan tatalaksana

Penyelenggaraan pemanfaatan jaringan komunikasi sosial

Penyelenggaraan publikasi, promosi pembangunan dan kebijakan Dephut

Pengembangan kerjasama internasional dan perjanjian global bidang kehutanan

Penyelenggaraan pimpinan kenegaraan dan kepemerintahan

Penyelenggaraan pimpinan kenegaraan dan kepemerintahan

Pemantapan pemanfaatan potensi SDH

82

Page 93: KATA PENGANTAR dan IKHTISAR LAKIP 2007storage.jak-stik.ac.id/ProdukHukum/kehutanan/lakip_dephut_07.pdf · 8 Penelitian dan Pengembangan IPTEK 81,64 9 Pendidikan Kedinasan 80,70

URAIAN SATUAN RENCANATINGKAT CAPAIAN

INDIKATOR KINERJA

PROGRAMKEGIATAN POKOK

REALISASI

% (PERSENTASE

TINGKAT CAPAIAN)

Penyelenggaraan agenda PUG

Input : Dana Rp 1.084.100.000 889.596.100 82,06

Output : Buku evaluasi impelementasi PUG dibidang kehutanan

buku 2 2 100,00

Outcome : Terdatanya pekerja berwawasan gender di lingkup Dephut

judul 2 2 100,00

Input :Dana Rp 18.674.721.000,00 14.496.137.995,00 77,62

Penyelenggaraan administrasi kepegawaian

Output :

Proses penilaian dan pengurusan administrasi kepegawaian paket 39 39 100,00

Outcome :Terlaksananya pengembangan SDM dan administrasi kepegawaian % 80 65 81,25

Input : Dana Rp 20.217.200.000 13.498.680.021 66,77

Output : Buku UPKPT, dokumen PKPT dan buku data dan informasi pengawasan

judul 6 6 100,00

Outcome : terarahnya koordinasi pengawasan antar APIP % 100 100 100,00

evaluasi dan pemantauan hasil pengawasan

Input : Dana Rp 2.512.600.000 2.053.676.354 81,74

Output : Laporan hasil pemantauan dan pengawasan judul 18 18 100,00

Outcome : Termanfaatkannya hasil pemeriksaan sebagai bahan pemeriksaan selanjutnya

% 100 100 100,00

Input : Dana Rp 11.290.500.000 9.089.561.626 80,51

Output : Laporan hasil pemeriksaan LHA 404 384 95,05

Input : terselesaikannya kasus-kasus pelanggaran % 53 48 90,48

Penyusunan peraturan penyelenggaraan pengawasan

Audit kinerja komprehensif, operasional keuangan, optimalisasi penerimaan negara dan audit khusus

Peningkatan Pengawasan dan Akuntabilitas Aparatur Negara

Penyelenggaraan pimpinan kenegaraan dan kepemerintahan

83

Page 94: KATA PENGANTAR dan IKHTISAR LAKIP 2007storage.jak-stik.ac.id/ProdukHukum/kehutanan/lakip_dephut_07.pdf · 8 Penelitian dan Pengembangan IPTEK 81,64 9 Pendidikan Kedinasan 80,70

URAIAN INDIKATOR

1.1.1 Pedoman penyusunan NSDH hasil penyempurnaan (1 judul)

Kriteria dan standar NSDH 1 judul 1 judul 100,00

Kriteria dan standar NSDH (1 judul) Penyempurnaan aplikasi SIAPHUT 1 judul

1 judul 100,00

Buku NSDH daerah/prop (30 judul) dan nasional (1 judul) tahun 2006

Peta pemasangan jatikon 8 lembar 8 lembar 100,00

Perangkat keras, aplikasi, sistem jaringan SIAPHUT

Peralatan 1 unit HW/SW komputer dimasing-masing 11 BPKH tersedia

Buku standar pembakuan hasil penafsiran yang telah disempurnakan dan sesuai dengan Standar nasional Indonesia

Data spasial digital tematik dan turunan dalam mendukung perencanaan dan pembangunan

Peta SDH 4 prop (Maluku, Maluku Utara, Papua dan Irjabar), peta tematik kehutanan, peta bahan bakar hutan 5 propinsi

Data titik kontrol 450 titik 14 propinsi

1.1.2 Keputusan Menteri tentang penunjukan kawasan hutan di seluruh Indonesia

Draft SK dan peta penunjukan kawasan hutan pantai dan KHDTK 30 lokasi

15 lokasi 50,00

Penunjukan kawasan hutan diacu oleh sektor lain

SK pelepasan kawasan hutan, kumulatif seluas 6 juta ha

Data dan dokumen pengukuhan kawasan hutan 12 propinsi

4 propinsi 33,33

SK dan penetapan terdesiminasi kepada pihak-pihak kunci di kab/kota, prop, dan sektor lain terkait

LAMPIRAN 4. PENGUKURAN PENCAPAIAN SASARAN

PRESENTASE PENCAPAIAN TINGKAT

CAPAIAN (%)KELUARAN

Tercapainya penunjukan kawasan hutan di Indonesia dan penetapannya seluas 30% dari seluruh kawasan hutan

Draft SK dan peta penunjukan kawasan hutan propinsi Riau, Kepri, kalteng, Gorontalo, maluku Utara, Sulawesi Barat dan Irian Jaya Barat dan kawasan hutan parsial di 30 lokasi (termasuk KHDTK)

Penetapan kawasan hutan yang telah ditata batas mencapai 12 juta ha (prioritas pada kawasan konservasi)

REALISASISASARAN RENCANA TINGKAT CAPAIAN (TARGET)

Data dan informasi SDH spatial dan non spatial berikut ini tersedia dalam sistem informasi:(- Penutupan lahan, - Tematik sumberdaya hutan, - Neraca Sumberdaya Hutan (NSDH) Nasional. - Pemanfaatan hutan produksi, - Perubahan fungsi dan peruntukan kawasan hutan)

Tersedianya data dan informasi sumber daya hutan (SDH) serta informasi lokasi pemanfaatan hutan di seluruh Indonesia yang lebih berkualitas (akurat, mutakhir, dapat dipertanggungjawabkan) sebagai bahan pengambilann kebijakan pengelolaan hutan lestari

84

Page 95: KATA PENGANTAR dan IKHTISAR LAKIP 2007storage.jak-stik.ac.id/ProdukHukum/kehutanan/lakip_dephut_07.pdf · 8 Penelitian dan Pengembangan IPTEK 81,64 9 Pendidikan Kedinasan 80,70

URAIAN INDIKATOR

PRESENTASE PENCAPAIAN TINGKAT

CAPAIAN (%)KELUARAN REALISASISASARAN RENCANA TINGKAT CAPAIAN (TARGET)

Peta draft paduserasi sebagai justifikasi keberadaan kawasan hutan tahun 2006

Naskah dan peta kesepakatan yang ditandatangani oleh Bappeda, BPN, BPKH, Dinas terkait propinsi

Kesepakatan peta lokasi kawasan hutan yang ditunjuk

1.2.1 Penggunaan dan perubahan kawasan hutan di seluruh Indonesia terkendali

Minimal 70% penggunaan kawasan yang bermasalah selesai dievaluasi

Pertimbangan teknis atas permohonan penggunaan kawasan hutan

Laporan hasil kajian terpadu dalam rangka usulan perubahan fungsi kawasan hutan 9 lokasi

5 lokasi 55,56

Data/informasi pemenuhan kewajiban penggunaan KH oleh pemegang izin pinjam pakai KH (laporan hasil evaluasi)

Pertimbangan teknis atas permohonan penggunaan kawasan hutan 30 lokasi

23 lokasi 69,70

Data dan peta lokasi, luas, fungsi kawasan hutan yang dipinjampakaikan, pemehang izin, jangka waktu izin, legalitas (KP, Persetujuan Menhut, KepMenhut)

Status penggunaan kawasanhutan (letak lokasi, pemenuhan kewajiban) tahun 2005

Data dan peta digital penggunaan kawasan hutan tahun 2005

2.1.1 Terkelolanya kawasan hutan bekas HPH dan HPHTI

Deregulasi Pengelolaan Hutan Alam Regulasi dan deregulasi pengelolaan hutan alam Site plan pemanfataan hutan produksi 3 judul

3 judul 100,00

Deregulasi alokasi lahan untuk pemanfaatan (IUPHHK-HA/IUPHHK-HT, HTR)

Kawasan HP yang tidak dibebani hak teridentifikasi dan terpetakan

Sebanyak 50% dari luas kawasan hutan bekas HPH dan HPTI yang tidak dibebani hak (21 juta ha), dikelola kembali dalam bentuk IUPHHK-HA, IUPHHK-HT, HT-Rakyat, dan IUPHHBK

85

Page 96: KATA PENGANTAR dan IKHTISAR LAKIP 2007storage.jak-stik.ac.id/ProdukHukum/kehutanan/lakip_dephut_07.pdf · 8 Penelitian dan Pengembangan IPTEK 81,64 9 Pendidikan Kedinasan 80,70

URAIAN INDIKATOR

PRESENTASE PENCAPAIAN TINGKAT

CAPAIAN (%)KELUARAN REALISASISASARAN RENCANA TINGKAT CAPAIAN (TARGET)

Terlaksananya pembinaan, pengendalian, dan pengelolaann produksi dan monitoring dan penilaian kinerja usaha pemanfaatan hutan alam

Terlaksananya identifikasi dan pemetaan kawasan HP yang tidak dibebani hak (pra FS)

terselenggaranya perencanaan pemanfaatan areal dalam kerangka persiapan lelang dan pelelangan IUPHHK-HA/HT

2.1.2 Terwujudnya hutan tanaman yang produktif

Deregulasi pembangunan HT Terwujudnya restrukturisasi/pengembangan hutan tanaman rakyat murni (areal ditetapkan/ditunjuk oleh pemerintah) atau hutan tanaman rakyat pola kemitraan

pelaksanaan koordinasi perencanaan dan pelaksanaan kegiatan pemantauan dan kelola lingkungan pada areal unit manajemen 3 propinsi

3 propinsi 100,00

Luas hutan tanaman bertambah menjadi 5 juta ha dengan potensi produksi 100 m3/ha

Terlaksananya deregulasi dan debirokratisasi alokasi lahan dan pemanfaatan hutan tanaman dalam mendorong investasi HT/HTR sebagai tindak lanjuut Inpres No. 3/2006

Data dan informasi investasi hutan tanaman 1 paket

1 paket 100,00

Peningkatan penyerapan tenaga kerja dalam HT sebesar 7 % per tahun

Terwujudnya disain lokasi hutan tanaman rakyat seluas 5000 ribu ha dan hutan tanaman rakyat pola mandiri seluas 500 ribu ha

Terlaksananya pembangunan hutan tanaman rakyat (HTR) Pola Kemitraan seluas 125 ribu ha (5% dari total 2,5 juta ha hutan tanaman yang hendak dibangun hingga tahun 2009)

2.1.3 Tercapainya pengelolaan hutan lestari

Terlaksananya penilaian kinerja dan sertifikasi pada 15 IUPHHK hutan alam dan IUPHHK hutan tanaman oleh LPI

Penilaian kinerja PHAPL pada unit manajemen IUPHHK-HA 1 paket

1 paket 100,00

Terlaksananya sertifikasi dalam pengembangan sistem insentif untuk IUPHHK hutan alam dan IUPHHK hutan tanaman yang berhasil

Terselenggaranya penguatan kelembagaan dan kapasitas IUPHHK-HA/HT

terselenggaranya pembinaan rencana kerja IUPHHK-HA dan kelembagaan dan investasi IUPHHK-HA

Sebanyak 59 pemegang IUPHHK-HA dan HT memiliki sertifikat PHL mandatori dan mampu menyelenggarakan pengelolaan hutan secara lestari

86

Page 97: KATA PENGANTAR dan IKHTISAR LAKIP 2007storage.jak-stik.ac.id/ProdukHukum/kehutanan/lakip_dephut_07.pdf · 8 Penelitian dan Pengembangan IPTEK 81,64 9 Pendidikan Kedinasan 80,70

URAIAN INDIKATOR

PRESENTASE PENCAPAIAN TINGKAT

CAPAIAN (%)KELUARAN REALISASISASARAN RENCANA TINGKAT CAPAIAN (TARGET)

2.1.4 Terwujudnya efisiensi Industri Primer Kehutanan

Hasil produksi industri pengelolaan hasil hutan meningkat sebesar 10% dan mampu bersaing di pasar global

Deregulasi perizinan IPHHK dan bukan kayu (IPHHBK)

Penyempurnaan Permenhut pengganti Kepmenhut No. 326/Menhut-II/2003 1 paket

1 paket 100,00

Industri primer dapat meningkatkan efisiensi pemanfaatan bahan baku sebesar 10%

Deregulasi pengunaan bahan baku Hasil evaluasi industri kehutanan 1 paket

1 paket 100,00

Industri primer dapat meningkatkan penyerapan tenaga kerja sebesar 9%

Deregulasi insentif dan disintensif

Diversifikasi produk olahan Terselenggaranya pembinaan/pengendalian/penilaian kinerja IPHHK

Terselenggaranya pengkajian dan pemolaan untuk restrukturisasi industri kehutanan

2.1.5 Tidak terjadi pelanggaran tata usaha hasil hutan

Data administratif aliran hasil hutan sesuai dengan data fisik/penerimaan iuran kehutanan

Diterapkannya sistem informasi peredaran dan pemantauan produksi hasil hutan secara on-line di seluruh propinsi

Sistem informasi penatausahaan PSDH /DR secara on line 1 paket

1 paket 100,00

Tidak ada kebocoran PNBP kehutanan, dan PNBP kayu meningkat sebesar 10%

System Operating Procedure (SOP) operasi penertiban IUPHHK dan IPHHK illegal bersama instansi terkait dan strategi pembangunan/pengembangan industri kehutanan nasional

Data dan informasi produksi dan pelaksanaan lelang hasil hutan illegal 33 propinsi

33 propinsi 100,00

Terlaksananya operasi penertiban IPHH ilegal dan operasi penertiban peredarann pada daerah rawan

Penguatan kapasitas kelembagaan penertiban hasil hutan dan upaya pencegahan pencurian hasil hutan

Tidak terjadi kebocoran PNBP kehutanan, dan PNBP kayu meningkat sebesar 2%

Tidak terjadi pelanggaran tata usaha hasil hutan

87

Page 98: KATA PENGANTAR dan IKHTISAR LAKIP 2007storage.jak-stik.ac.id/ProdukHukum/kehutanan/lakip_dephut_07.pdf · 8 Penelitian dan Pengembangan IPTEK 81,64 9 Pendidikan Kedinasan 80,70

URAIAN INDIKATOR

PRESENTASE PENCAPAIAN TINGKAT

CAPAIAN (%)KELUARAN REALISASISASARAN RENCANA TINGKAT CAPAIAN (TARGET)

2.1.6 Tidak terjadi pencurian kayu skala besar di hutan negara

Pencurian kayu di hutan negara menurun secara nyata, khususnya pada provinsi Sumatera Utara, Riau, Jambi, Kalbar, Kalteng, Kalsel, Kaltim, Maluku, Irian jaya Barat dan Papua

Permenhut/SK Dirjen PHKA tentang standar pelaksanaan perlindungan dan pengamanan serta pedoman kerjasama pemberantasan pencurian kayu di hutan negara, sebagai penjabaran dari PP No. 45/2004

Operasi intelijen 10 lokasi 8 lokasi 80,00

Pengamanan hutan oleh masyarakat berjalan efektif

Permenhut/SK Dirjen PHKA tentang pedoman, standar, kriteria, prosedur operasionalisasi clearing house untuk data/informasi pencurian kayu di hutan

Peningkatan dan pengembangan tenaga pengamanan 2 paket

2 paket 100,00

Koordinasi penanggulangan pencurian kayu antar instansi penegak hukum berjalan efektif

Data dan informasi yang akurat dan mutakhir tentang kasus-kasus pencurian kayu

Penanganan perkara tindak pidana kehutanan 1 paket

1 paket

Clearing house dan sistem layanan informasi di tingkat porpinsi dan di tingkat nasional yang terkoneksi, diakui, dan digunakan/dirujuk

Penguatan dukungan berbagai sumberdaya untuk pemberantasan pencurian kayu lebih efektif

Koordinasi antar instansi penegak hukum dalam penanggulangan pencurian kayu berjalan efektif

Sinkronisasi rencana-rencana aksi pencegahan dan penanganan pencurian kayu

Terlaksananya kegiatan-kegiatan preventif, represif, dan pre-emptive dalam penertiban peredaran hasil hutan

Pengamanan hutan oleh masyarakat berjalan efektif

2.2.1 Tersedianya bibit yang memenuhi persyaratan untuk RHL tersedia dan tersebar di kabupaten sesuai kebutuhan

Terbangunnya perbenihan tanaman hutan/sumber benih prioritas seluas 4.500 ha di 12 provinsi

Tersusunnya regulasi /pengaturan mekanisme pengadaan benih dan bibit tanaman hutan

Sumber benih dan tanaman unggulan lokal 20 unit

17 unit 85,00

Terbangunnya sumber benih seluas 1.500 ha di 32 lokasi (12 provinsi)

Rencana perbenihan 6 BPTH 6 BPTH 100,00

88

Page 99: KATA PENGANTAR dan IKHTISAR LAKIP 2007storage.jak-stik.ac.id/ProdukHukum/kehutanan/lakip_dephut_07.pdf · 8 Penelitian dan Pengembangan IPTEK 81,64 9 Pendidikan Kedinasan 80,70

URAIAN INDIKATOR

PRESENTASE PENCAPAIAN TINGKAT

CAPAIAN (%)KELUARAN REALISASISASARAN RENCANA TINGKAT CAPAIAN (TARGET)

Berkembang dan beroperasinya sistem peredaran benih/bibit tanaman hutan pada 6 wilayahh BPTH

Berkembangnya kelembagaan usaha perbenihan tanaman hutan pada 6 wilayah BPTH di tingkat masyarakat dan UKM

2.3.1 Terbentuknya dan beroperasinya Taman Nasional Model

Sebanyak 20 Taman Nasional model terbentuk dan dikelola dengan optimal serta mendapat dukungan penuh dari stakeholder

PermenhutSK Dirjen PHKA baru yang memuat standar, kriteria, pedoman untuk pengembangan pengelolaan TN model

Evaluasi kondisi pengelolaan TN model 21 unit

20 unit 95,24

TN model mampu melaksanakan penggalangan dana dari luar pemerintah

Permenhut/SK Dirjen PHKA tentang pedoman dan tata cara investasi di TN model

TN model meningkatkan penyerapan tenaga kerja dan pendapatan masyarakat sebesar 5%

SK Dirjen tentang pedoman restorasi/pengelolaan habitat

2.3.2 Tercapainya pengelolaan dan pemanfaatan kawasan KPA/KSA/TB secara efektif

Pengelolaan 200 unit KSA/KPA berjalan secara optimal dan mendapat dukungan penuh dari stakeholders

Review/revisi kebijakan dan pedoman untuk percepatan penyusunan rencana pengelolaan

Supervisi evaluasi fungsi KPA/KSA dan TB 77 lokasi

10 lokasi 12,99

Pengelolaan 200 unit KSA/KPA dapat meningkatkan penyerapan tenaga kerja setempat

Pedoman (standar, kriteria, prosedur) kerjasama kemitraan dalam pemanfaatan serta rehabilitasi/restorasi KSA/KPA/TB

Implementasi program/kegiatan mengacu pada rencana pengelolaan sesuai dengan karakteristik dan tujuan pengelolaan masing-masing KSA/KPA/TB: a) pemulihan fungsi di 41 unit (30 KSA, 11 KPA)

2.3.3 Terwujudnya pengendalian kebakaran hutan yang efektif di Kalimantan dan Sumatra

Pengendalian dan penurunan frekuensi kebakaran hutan secara nyata di Sumatera dan Kalimantan

Permenhut/SK Dirjen PHKA (baru/revisi) tentang pedoman (standar, kriteria) pengendalian kebakaran hutan

Laporan pemantauan hotspot 25 provinsi

25 provinsi 100,00

Informasi dan deteksi dini kebakaran hutan berfungsi optimal

Inpres tentang Pedoman Dalkarhut Tersedianya tenaga dan sarpras serta kelembagaan pengendalian kebakaran hutan 3 paket

3 paket 100,00

89

Page 100: KATA PENGANTAR dan IKHTISAR LAKIP 2007storage.jak-stik.ac.id/ProdukHukum/kehutanan/lakip_dephut_07.pdf · 8 Penelitian dan Pengembangan IPTEK 81,64 9 Pendidikan Kedinasan 80,70

URAIAN INDIKATOR

PRESENTASE PENCAPAIAN TINGKAT

CAPAIAN (%)KELUARAN REALISASISASARAN RENCANA TINGKAT CAPAIAN (TARGET)

Pencegahan dan pemadaman kebakaran hutan di tingkat masyarakat berjalan efektif

Seluruh elemen lingkup Dephut (di pusat dan daerah), pemda, dan masyarakat di 10 provinsi rawan kebakaran hutan mengetahui pedoman-pedoman pengendalian dan sistem peringatan dini kebakarn hutan

Data daninformasi (spasial dan non spasial) lokasi-lokasi rawan kebakaran hutan (perkebunan, lahan gambut, HTI, kawasan HP open access) sebagai bahan untuk strategi antisipasi kebakaran hutan

terselesaikannya kasus hukum pelaku pembakaran hutan dan lahan

koordinasi antar para pihak, danpenanggulangan kebakaran hutan berjalan efektif

2.3.4 Tercapainya pengelolaan SDAH secara lestari

Populasi TSL langka menigkat Permenhut/SK Dirjen PHKA tentang pedomannnn pengelolaan spesies-spesies kunci/prioritas

pembinaan, pengendalian, pemanfaatan dan peredaran TSL 8 paket

8 paket 100,00

Penangkaran TSL langka komersil berkembang

Permenhut/SK Dirjen PHKA tentang arah kebijakan dan pengelolaan pusat penyelamatan dn rehabilitasi satwa liar

Penyerapan tenaga kerja dalam pengelolaan SDAH meningkat

Sistem informasi data/informasi seluruh spesies TSL kunci/prioritas clearing house data/informasi (PIKA)

2.4.1 Rencana Kerja (Renja-KL Tahun 2007 s.d. 2010) dan rencana Strategis Tahun 2010-2014)

Pedoman penyusunan rencana makro kegiatan kehutanan

Dokumen Renja-KL, RKP Dephut 2 judul

2 judul 100,00

Evaluasi RPJP Kehutanan hasil perhitungan PDRB hijau provinsi da kabupaten

Data dan informasi kondisi pembangunan kehutanan tahun 2020 berdasarkan kondisi terpilih, PDRB hijau 2 judul

2 judul 100,00

PDRB Hijau Propinsi dan Kabupaten Rencana-rencana keutanan, seperti: Rencana Kerja (Renja-KL) tahun 20088 dan rencana makro konservasi sumberdaya alam

Terwujudnya rencana-rencana kehutanan yang menjadi acuan dalam implementasi kegiatan pembangunankehutanan dan sektor lain

90

Page 101: KATA PENGANTAR dan IKHTISAR LAKIP 2007storage.jak-stik.ac.id/ProdukHukum/kehutanan/lakip_dephut_07.pdf · 8 Penelitian dan Pengembangan IPTEK 81,64 9 Pendidikan Kedinasan 80,70

URAIAN INDIKATOR

PRESENTASE PENCAPAIAN TINGKAT

CAPAIAN (%)KELUARAN REALISASISASARAN RENCANA TINGKAT CAPAIAN (TARGET)

Sosialisasi komitmen internasional departemen pada tingkat global

Fasilitasi pembangunan kehutanan wilayah perbatasan

Evaluasi rencana dan kebijakan kehutanan

Pembangunan kehutanan wlayah perbatasan dapat terfasilitasi melalui konsep desentralisasi

Rencana makro kegiatan kehutanan hasil evaluasi pelaksanaan rencana dan kebijakan npembangunan kehutanan

2.5.1 Terbangun dan beroperasinya KPH di setiap provinsi

Penetapan, pembangunan dan beroperasinya KPH di seluruh provinsi di Indonesia

Pedoman pembangunan KPH (5 paket) Draft formulasi kebijakan SDM Tingkat Nasional 1 judul

1 judul 100,00

Rencana investasu dan studi kelayakan pembangunan pada setiap KPH di 27 provinsi

Buku action plan pembanguan KPH tingkat nasional 1 judul

1 judul 100,00

Formulasi kebijakan SDM Tk. Nasional (1 paket) dan Tk Provinsi (27 paket)Action plan pembangunan KPH (Tk. Nasional 1 paket, provinsi 27 paket, kabupaten 27 paket dan KPH 27 unit)

Lokakarya pemahaman pedoman penyusunan rancangan pembangunan KPH model 2 paket

Koordinasi pembangunan KPH oleh sekretariat pembangunan KPH nasional 1 paket

Data dan rekomendasi pembangunan KPH

2.5.2 Tercapainya peningkatan efektifitas pengelolaan dan pemanfaatan hutan lindung

Penetapan Menteri tentang lembaga pengelolaan hutan lindung

Penetapan lembaga pengelolaan hutan lindung di 27 provinsi

Evaluasi fungsi dan status huutan lindung 5 lokasi

5 lokasi 100,00

Fungsi kawasan hutan lindung sebagai penyangga tata air berjalan optimal

Rencanan pengelolaan hutan lindung di 27 provinsi

Komitmen-komitmen internasional yang telah disepakati dapat diinternalisasi ke dalam rencana pembangunan kehutanan

91

Page 102: KATA PENGANTAR dan IKHTISAR LAKIP 2007storage.jak-stik.ac.id/ProdukHukum/kehutanan/lakip_dephut_07.pdf · 8 Penelitian dan Pengembangan IPTEK 81,64 9 Pendidikan Kedinasan 80,70

URAIAN INDIKATOR

PRESENTASE PENCAPAIAN TINGKAT

CAPAIAN (%)KELUARAN REALISASISASARAN RENCANA TINGKAT CAPAIAN (TARGET)

Lembaga pengelolaan hutan lindung beroperasi dan mendapat dukungan penuh stakeholders

Kualitas dan kuantitas penutupan hutan pada hutan lindung meningkat gangguan terhadap hutan lindung berkurang

2.5.3 Tercapainya peningkatan pemanfaatan TSL dan jasa lingkungan secara optimal

PNBP produk TSL dan jasa lingkungan meningkat sebesar 3%

Permenhut tentang pedoman (standar, kriteria) pemanfaatan jasa lingkungan, wisata alam, dan TSL oleh masyarakat sekitar KSA/KPA/TB

Data dasar JLWA, BCA dan PM 54 lokasi

48 lokasi 88,89

Permenhut tentang pedoman (standar, kriteria) pengelolaan KSA/KPA/TB

Laporan hasil evaluasi, asistensi, bimbingan dalam rangka penguatan kapasitas 9 judul

8 judul 88,89

Dokumen rencana program kegiatan untuk layanan masyarakat sekitar KSA/KPA/TB

Draft pedoman pemanfaatan jasa lingkungan air di kawasan hutan 2 judul

2 judul 100,00

kesepakatan kerjasama kemitraan dengan kelompok-kelompok masyarakat: KSA/KPA/TB, investor/donors, buyers

Kelompok masyarakat yang bermitra memiliki pengetahuan dan keterampilan baru

Model pemanfaatan jasa lingkungan, wisata alam, dan TSL oleh masyarakat di 132 desa (68 desa model di balai TNN dan 64 desa model di BKSDA)

2.6.1 Terwujudnya RISTEK Kehutanan yang menjadi acuan pembangunan nasional

Hasil IPTEK dapat meningkatkan produktivitas kehutanan lestari sebesar 5%

Regulasi dan deregulasi penelitian dan pengembangan kehutanan

Teknologi pengembangan jenis-jenis pohon dan rehabilitasi 55 laporan penelitian

54 Laporan penelitian 98,18

Hasil IPTEK dapat meningkatkan partisipasi, pendapatan/usaha di bidang kehutanan sebesar 4%

Teknologi peningkatan produktivitas hutan 198 laporan penelitian

196 Laporan penelitian

98,99

Hasil IPTEK dapat diakses oleh masyarakat luas

Teknologi pengelolaan dan pelestarian keanekaragaman hayati 141 laporan penelitian

140 Laporan penelitian

99,29

Teknologi pembuatan, pengelolaan, pemanfaatan HHBK dan jasa hutan 35 laporan penelitian

35 Laporan penelitian 100,00

Penyerapan tenaga kerja pada TSL dan pada pengelolaan jasa lingkungan/wisata alam meningkat sebesar 4%

Hasil-hasil penelitian dan pengembangan dapat diakses oleh masyarakat luas dan dapat diterapkan secara efektif untuk pengembangan pengelolaan hutan alam produksi dan hutan tanaman; pengelolaan DAS; pengelolaan keanekaragaman hayati; pengembangan hutan rakyat dan hutan tanaman; peningkatan pemanfaatan HHBK oleh UKM; pemanfaatan jasa lingkungan; pemantapan kelembagaan serta pengemabangan tekno ekonomi pemanfaatan SDH, dan pengembangan biologi h t

92

Page 103: KATA PENGANTAR dan IKHTISAR LAKIP 2007storage.jak-stik.ac.id/ProdukHukum/kehutanan/lakip_dephut_07.pdf · 8 Penelitian dan Pengembangan IPTEK 81,64 9 Pendidikan Kedinasan 80,70

URAIAN INDIKATOR

PRESENTASE PENCAPAIAN TINGKAT

CAPAIAN (%)KELUARAN REALISASISASARAN RENCANA TINGKAT CAPAIAN (TARGET)

Teknik pengayaan dan inventarisasi hutan alam 17 laporan penelitian

16 Laporan penelitian 94,12

Model dan pola partisipasi masyarakat 35 laporan penelitian

35 Laporan penelitian 100,00

Perpustakan berfungsi dan dimanfaatkan serta dilengkapi dengan koleksi yang diperlukan

Jurnal, info, pedoman, dan hasil-hasil penelitian 78 buku

78 buku 100,00

Hasil-hasil litbang termanfaatkan Alih teknologi, gelar teknologi, temu lapang, seminar, diskusi 117 kali

112 kali 95,73

Kualitas dan kuantitas kelembagaan litbang meningkat

Sarana prasarana penelitian 31 paket 29 paket 93,55

Kualitas dan kuantitas SDM peneliti meningkat

Rencana penyelenggaraan litbang

hasil-hasil penelitian terdata dan terevaluasi pemanfaatannya

Sarana dan prasarana (peralatan) litbang bertambah secara proporsional

Tersedianya SDM kehutanan yang handal di setiap strata dan dalam jumlah yang memadai

Regulaasi dan deregulasi pengembangan diklat kehutanan

Jumlah siswa yang mengikuti pendidikan dan aparatur serta masyarakat yang mengikuti diklat 9.441 orang

6.223 orang 65,91

Kualitas dan kuantitas SDM diklat meningkat terpeliharanya sarana diklat 72 paket 72 paket 100,00

Kualitas dan kuantitas fasilitas diklat meningkat kurikulum dan silabus 84 judul 64 judul 76,19

kurikulum diklat sesuai kebutuhan dan mutakhir

Kelembagaan diklat kehutanan semakin memadai

93

Page 104: KATA PENGANTAR dan IKHTISAR LAKIP 2007storage.jak-stik.ac.id/ProdukHukum/kehutanan/lakip_dephut_07.pdf · 8 Penelitian dan Pengembangan IPTEK 81,64 9 Pendidikan Kedinasan 80,70

URAIAN INDIKATOR

PRESENTASE PENCAPAIAN TINGKAT

CAPAIAN (%)KELUARAN REALISASISASARAN RENCANA TINGKAT CAPAIAN (TARGET)

Terbentuknya masyarakat kehutanan madani yang mengetahui, memahami turut serta dalam pembangunan kehutanan

Regulasi dan deregulasi pengembangan penyuluhan kehutanan

tersedianya materi penyuluhan dalam bentuk media elektronik 11 judul

23 judul 209,09

Kualitas, kuantitas dan fasilitas penyuluh kehutanan meningkat sesuai kebutuhan

terselengaranya kegiatan penyuluhan 9 provinsi

6 provinsi 66,67

Aktivitas penyuluhan kehutanan meningkat sesuai kebutuhan dan perkembangan pembangunan kehutanan

Keterlibatan masyarakat dalam pembangunan kehutanan meningkat

Sertifikat produk barang dan jasa kehutanan Indonesia diterima ditingkat nasional dan global

Regulasi dan deregulasi standarisasi produk barang dan jasa kehutanan

Penerapan Standar nasional Indonesia bidang kehutanan oleh produsen maupun konsumen 3 lokasi

3 lokasi 100,00

Produk barang dan jasa kehutanan dapat bersaing secara global

Kualitas produk barang dan jasa kehutanan meningkat 25% dibanding tahun sebelumnya

Produk barang dan jasa kehutanan Indonesia memenuhi standar internasional dan diakui

3.1.1 Terkendalinya erosi, sedimentasi dan banjir di DAS prioritas

Ancaman bahaya erosi, sedimantasi, dan tanah longsor dapat dihindari dan atau menurun

RPP tentang penetapan pengelolaan DAS teroadu

Data dan informasi karakteristik DAS 16 DAS

12 DAS 75,00

Pengelolaan 282 DAS prioritas mendapat dukungan penuh stakeholders

Tersedianya data dan informasi kondisi karakteristik 282 DAS prioritas

Data dan informasi penanganan bencana 5 lokasi

5 lokasi 100,00

Pengelolaan DAS dapat meningkatkan penyerapan tenaga kerja setempat sebesar 10%

Tersusunnya review urutan prioritas DAS, 31 wilayah PDAS

Tersusunnya hasil identifikasi lokasi (rawan) bencana banjir, longsor, dan kekeringan di 31 wilayah kerja BPAS

94

Page 105: KATA PENGANTAR dan IKHTISAR LAKIP 2007storage.jak-stik.ac.id/ProdukHukum/kehutanan/lakip_dephut_07.pdf · 8 Penelitian dan Pengembangan IPTEK 81,64 9 Pendidikan Kedinasan 80,70

URAIAN INDIKATOR

PRESENTASE PENCAPAIAN TINGKAT

CAPAIAN (%)KELUARAN REALISASISASARAN RENCANA TINGKAT CAPAIAN (TARGET)

Terbangunnya tanaman pada MDM sebagai model pengelolaan DAS, di 31 model mikro seluas 775 ha

3.1.2 RHL di 282 DAS prioritas mencapai 5 juta ha dengan ratio 60% dalam kawasan hutan dan 40% diluar kawasan hutan

Tersusun dan tersedianya Master Plan RHL (MP-RHL) di seluruh Indonesia dan mendapat dukungan stakeholders

Rencana RHL 5 tahun di 22 BPDAS 19 BPDAS 86,36

Bibit tanaman GERHAN 1.279.191 ha 355.913 Ha 27,82

Master plan RHL (MP-RHL) tersedia di seluruh Indonesia dan mendapat dukungan stakeholders

Rencana gerakan penanaman swadaya bersama organisasi-organisasi kemasyarakatan 40.000 ha dan 11 ormas/mitra

RHL di 282 DAS prioritas mendapat dukungan p[enuh stakeholders dan meningkatkan penyerapan tenaga kerja sebesar 10%

Sumber benih seluas 1.500 ha di 32 lokasi (12 provinsi) dan pengendalian peredaran benih/bibit tanaman hutan pada 6 wilayah BPTH, pengembangan usaha dan kelembagaan perbenihan tanaman hutan pada 6 wilayah BPTH

4.1.1 Tercapainya penambahan hutan rakyat dan Hutan Tanaman Rakyat

Luas HR dan HTR bertambah 500.000 ha

Tersusunnya draft deregulasi peraturan pengelolaan hutan rakyat dan tata usaha hasil hutan rakyat

Terbangunnya Hutan rakyat 275 ha 150 ha 54,55

Produksi kayu dari hutan rakyat mampu mencapai 40 m3/ha

4.1.2 Tercapainya pemanfaatan hasil hutan non kayu secara optimal dan lestari

Pemanfaatan HHBK secara lestari dan komersial meningkat 3 % per tahun

Peraturan Menteri Kehutanan tentang penyempurnaan ijin pemanfaatan dan pemasaran Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK)

Terbentuknya areal model dan terpeliharanya tanaman AUK, madu, rotan, gaharu, persuteraan alam, bambu 2.370 ha

1.779 Ha 75,06

Meningkatnya kapasitas kelembagaan dan kemitraan usaha hutan rakyat pada 12 provinsi (Jabar, jatim, jateng, banten, Sumut, riau, Sumsel, Lampung, Kalsel, Kalbar, kaltim, Sulsel), 6 kelompok kemitraan

Terselenggaranya GERHAN di 282 DAS / 33 prop, berupa: reboisasi (lahan kritis HP, HL, HK dan LOA), penghijauan (hutan rakyat, lingkungan, hutan kota, turus jalan), mangrove, sipil teknis, pemeliharaan dan kelembagaan

Tercapainya perbaikan penutupan lahan kritis di DAS prioritas, termasuk perlindungan Daerah Tangkapan Air (DTA)

Sebanyak 80% dari hasil penanaman RHL di 282 DAS prioritas tumbuh dengan baik

95

Page 106: KATA PENGANTAR dan IKHTISAR LAKIP 2007storage.jak-stik.ac.id/ProdukHukum/kehutanan/lakip_dephut_07.pdf · 8 Penelitian dan Pengembangan IPTEK 81,64 9 Pendidikan Kedinasan 80,70

URAIAN INDIKATOR

PRESENTASE PENCAPAIAN TINGKAT

CAPAIAN (%)KELUARAN REALISASISASARAN RENCANA TINGKAT CAPAIAN (TARGET)

Pemanfaatan HHBK dapat meningkatkan penyerapan tenaga kerja setempat sebesar 3%, dan kesejahteraan masyarakat setempat meningkat

Rencana inventarisasi potensi pengembangan HHBK pada 31 wilayah BPDAS

Data dan informasi produksi HHBK 1 paket

1 paket 100,00

Pengembangan tanaman agroforestry dalam rangka penanganan kawasan perbatasan negara di 7 provinsi (NAD, Kepri, Kalbar, Kaltim, Sulut, NTT dan Irjabar)

Rencana pengembangan tanaman agroforestry dalam rangka penanganan kawasan perbatasan negara, di 7 provinsi (NAD, Kepri, Kalbar, Kaltim, Sulut, NTT dan Irjabar)

data dan informasi kelola sosial, pengelolaan hutan berbasis masyarakat 35 UM

32 UM 91,43

Meningkatnya kapasitas kelembagaan usaha HHBK melalui penguatan jejaring kerja dan usaha HHBK dan temu usaha tani, serta bimbingan teknik dan pelatihan peserta model pengembangan usaha HHBK

Pemeliharaan dan pengembangan tanaman HHBK seluas 2.605 ha

4.1.3 Terwujudnya daerah penyangga kawasan konservasi yang berfungsi menjaga keutuhan kawasan

Kawasan penyangga berfungsi optimal, masyarakat yang tinggal di daerah penyangga sejahtera dan terlibat dalam pengelolaan kawasan

Regulasi pengelolaan kawasan penyangga di sekitar kawasan konservasi

Supervisi pengembangan daerah penyangga di KSA, KPA, TB 5 lokasi

5 lokasi 100,00

Rencana-rencana pengembangan daerah penyangga di sekitar kawasan konservasi

Kemampuan masyarakat yang terlibat dalam pengelolaan daerah penyangga di sekitar kawasan konservasi meningkat

4.1.4 Terwujudnya kemampuan dan peran masyarakat madani dalam upaya Rehabilitasi Hutan dan Lahan (RHL) meningkat

Kemampuan dan peran masyarakat madani dalam upaya Rehablitasi Hutan dan Lahan (RHL) meningkat secara nyata

Pedoman kerjasama Dephut dengan mitra Areal model wanatani 150 ha 150 ha 100,00

terselenggaranya pengembangan kader ormas melalui pelatihan dalam rangka pengembangan RHL swadaya

Terealisasinya penanaman bibit oleh kader-kader ormas di wilayah kerja BP-DAS

96

Page 107: KATA PENGANTAR dan IKHTISAR LAKIP 2007storage.jak-stik.ac.id/ProdukHukum/kehutanan/lakip_dephut_07.pdf · 8 Penelitian dan Pengembangan IPTEK 81,64 9 Pendidikan Kedinasan 80,70

URAIAN INDIKATOR

PRESENTASE PENCAPAIAN TINGKAT

CAPAIAN (%)KELUARAN REALISASISASARAN RENCANA TINGKAT CAPAIAN (TARGET)

Terselenggaranya fasilitas dalam rangka penandatangan MoU

5.1.1 Berkembangnya model pengelolaan hutan berbasis masyarakat

Pengelolaan hutan berbasis masyarakat dapat meningkatkan penyerapan tenaga kerja setempat sebesar 3% dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat sebesar 4%

Tersusunnya peraturan-peraturan, penyusunan sistem insentif dan disinsentif, serta penetapan areal kerja HKm model pada 12 propinsi

Hutan kemasyarakatan dan tanaman agroforestry di perbatsasan negara 12 provinsi

3 provinsi 25,00

Terselenggaranya fasilitasi penguatan kelembagaan, pengembangan usaha, dan pemantapan kawasan dalam rangka pengembangan HKm sebagai unit model HKm pada 12 provinsi, seluas 25.000 ha

Terselengaranya fasilitasi penguatan dan pengembangan kelembagaan Pemda dan masyarakat dalam pengembangan HKm

Terselenggaranya insentif pengembangan dan pemeliharaan unit areal kerja HKm, 22 unit areal kerja HKm pada 19 provinsi.

6.1.1 Tercapainya penegakan hukum dalam penanggulangan kejahatan kehutanan secara efektif

Produk hukum bidang kehutanan dapat diimplementasikan secara efektif

Regulasi dan deregulasi desentralisasi pembangunan kehutanan secara menyeluruh

tersusunnya Draft RUU, RPP, Permenhut 40 buah

21 buah 52,50

Penegakan hukum dan peraturan perundang-undangan bidang kehutanan diterapkan dengan tegas dan adil

Produk hukum bidang kehutanan ditetapkan sesuai kebutuhan dan perkembangan pembangunan kehutanan

Penegakan hukum dan peraturan perundangan bidang kehutanan diterapkan dengan tegas dan adil

6.1.2 Desetralisasi /regulasi pembangunan kehutanan secara menyeluruh dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan kelestarian hutan

Regulasi dan deregulasi desentralisasi pembangunan kehutanan

Sosialisasi produk hukum 2 paket 1 paket 50,00

Sinkronisasi pembangunan kehutanan pusat dan daerah

Produk hukum desentralisasi dapat tersosialisasikan dan diimplementasikan secara efektif dalam pembangunan kehutanan

Tercapainya desentralisasi pembangunan kehutanan yang meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan pelestarian hutan

97

Page 108: KATA PENGANTAR dan IKHTISAR LAKIP 2007storage.jak-stik.ac.id/ProdukHukum/kehutanan/lakip_dephut_07.pdf · 8 Penelitian dan Pengembangan IPTEK 81,64 9 Pendidikan Kedinasan 80,70

URAIAN INDIKATOR

PRESENTASE PENCAPAIAN TINGKAT

CAPAIAN (%)KELUARAN REALISASISASARAN RENCANA TINGKAT CAPAIAN (TARGET)

6.1.3 Tersedianya dana, sarana, prasarana yang proporsional untuk mendukung pembangunan kehutanan

Pendanaan pembangunan kehutanan sesuai dengan prioritas, teralokasi dengan benar dan sesuai dengan tata waktu

Regulasi dan deregulasi pengelolaan pendanaan pembangunan kehutanan

Arahan kebijakan anggaran Dephut 288 dokumen

288 dokumen 100,00

pendanaan pembangunan kehutanan sesuai dengan prioritas, teralokasi dengan benar, dan sesuai dengan tata waktu

Laporan hasil monev keuangan dan kegiatan pembangunan 26 buku

24 buku 92,31

Kemajuan pelaksanaan anggaran diketahui setiap periode 3 bulan

Tersusunnya dokumen hasil evaluasi dan monitoring dan kegiatan

Penyelenggaraan pembangunan kehutanan terpadu dan terkoordinasi di setiap regional

Tercapainya koordinasi pembangunan kehutanan antara pusat dengan daerah (pusat- propinsi-kabupaten)

Laporan dan masukan kepada pimpinan dan stakeholder dalam koordinasi dan sinkronisasi pembangunan kehutanan 36 judul

36 judul 100,00

Regulasi dan deregulasi pembangunan kehutanan

Regulasi dan deregulasi sinkronisasi pembangunan kehutanan di pusat dan daerah

Desentralisasi pembangunan kehutanan berjalan dengan benar dan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat serta kelestarian hutan

Tercapainya sinkronisasi proses perencanaan kehutanan antara pusat dan daerah

Hasil musyawarah rencana pembangunan propinsi dan reginal

Desentralisasi pembangunan kehutanan berjalan

Pengelolaan dana kehutanan sesuai prioritas, dan alokasi dana berjalan sesuai aturan

Regulasi dan deregulasi pengelolaan keuangan tersusunnya pedoman pengurusan pengelolaan keuangan 59 buku

54 buku 96,43

Pengelolaan dana kehutanan sesuai prioritas, dan alokasi dana berjalan sesuai aturan

tersusunnya data setoran DR, PSDH, IIUPH, TP GR 40 buku

38 buku 95,00

Terlaksananya pembinaan dan pengelolaan admnistrasi keuangan

98

Page 109: KATA PENGANTAR dan IKHTISAR LAKIP 2007storage.jak-stik.ac.id/ProdukHukum/kehutanan/lakip_dephut_07.pdf · 8 Penelitian dan Pengembangan IPTEK 81,64 9 Pendidikan Kedinasan 80,70

URAIAN INDIKATOR

PRESENTASE PENCAPAIAN TINGKAT

CAPAIAN (%)KELUARAN REALISASISASARAN RENCANA TINGKAT CAPAIAN (TARGET)

Tertibnya administasi dan penatausahaan PNBP

Telaksananya pembinaan dan penatausahaan optimalisasi PNBP

Sarana dan prasarana pendukung pembangunan kehutanan tersedia secara proporsional pada setiap instansi kehutanan pusat dan daerah

Kriteria dan indikator publikasi dapat tersusun sesuai perkembangan pembangunan Dephut

terlaksananya pengadaan dan pemantauan barang dan jasa, sistem kearsipan, dan BIMN 22 paket

20 paket 100,00

Penyelenggaraan pengadaan barang dan jasa dapat terlaksana sesuai peraturan perundangan yang berlaku

Inventarisasi kebutuhan sarana dan prasarana dapat dilaksanakan

Laporan hasil monitoring barang inventaris milik negara

Sarana dan prasarana pendukung pembangunan kehutanan tersedia pada setiap instansi kehutanan pusat dan daerah

Informasi pembangunan kehutanan berlangsung secara objektif, didukung dengan data yang benar dan disajikan secara terus menerus kepada stakeholders nasional dan global

Regulasi dan deregulasi pengelolaan informasi kehutanan

Berita kehutanan di media cetak dan elektronik 12 bulan

12 bulan 100,00

Pertemuan forwahut, sosialisasi, lokakarya penanganan kasus, pembinaan dan partisipasi 25 paket

25 paket 100,00

Penyebaran informasi kehutanan melalui media masa berjalan efektif dan mutakhir

Informasi pembangunan kehutanan berlangsung secara obyektif, didukung dengan data yang benar, dan disajikan secara terus menerus kepada para pihak nasional daninternasional

99

Page 110: KATA PENGANTAR dan IKHTISAR LAKIP 2007storage.jak-stik.ac.id/ProdukHukum/kehutanan/lakip_dephut_07.pdf · 8 Penelitian dan Pengembangan IPTEK 81,64 9 Pendidikan Kedinasan 80,70

URAIAN INDIKATOR

PRESENTASE PENCAPAIAN TINGKAT

CAPAIAN (%)KELUARAN REALISASISASARAN RENCANA TINGKAT CAPAIAN (TARGET)

Organisasi dan tata laksana institusi kehutanan pusat dan daerah berjalan efektif dan responsif sesuai tuntutan pembangunan kehutanan pada setiap tingkatan

Regulasi dan deregulasi pengembangan organisasi dan ketatalaksanaan

Tersusunnya 15 draft Permenhut dan 1 RPP urusan Bidang Kehutanan 15 buah

15 buah 100,00

Organisasi dan tata laksana institusi kehutanan pusat dan daerah berjalan efektif dan responsif sesuai tuntutan pembangunan kehtanan di semua tingkatan

6.2.1 Berperan aktif dalam melaksanakan ketentuan dan kesepakatan global yang berkaitan dengan kehutanan

Terselenggaranya pertemuan -pertemuan bilateral, regional, dan sub regional bidang kehutanan

Laporan perkembangan, pemantauan dan evaluasi kerjasama bilateral, regional, dan pertemuan/sidang 14 judul

11 78,57

Kerjasama dan dukungan internasional bidang kehutanan meningkat

Ditandatanganinya agreement/kesepakatam di berbagai fokus (pemberantasan illegal logging, peningkatan kapasitas SDM dan teknologi, dll)

Terwujudnya pertukaran informasi dan pengetahuan dalam kerangka kerjasama bilateral, regional dan sub regional

Kerjasama dan dukungan internasional bidang kehutanan meningkat

6.3.1 Terwujudnya SDM kehutanan yang berkualita, kompeten, serta terdistribusi secara proporsional

Misi dan program kehutanan dapat berjalan dengan benar dan tercapai

SK Menteri/deregulasi tentang pengembangan SDM kehutanan dan kesetaraan gender

Buku evaluasi impelementasi PUG dibidang kehutanan 2 buku

2 buku 100,00

Tercapainya kesetaraan hak dan kewajiban bagi seluruh SDM kehutanan

Terselenggaranya pengembangan SDM dan penyelenggaraan admnistrasi kepegawaian sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku

Proses penilaian dan pengurusan administrasi kepegawaian 39 paket

39 paket 100,00

Terselenggaranya diklat SDM kehutanan sesuai kebutuhan

Berkembangnya institusi UPT kehutanan di daerah dapat berjalan secara efektif

Peran aktif Indonesia dalam tataran global bidang kehutanan dan SDAH serta kerjasama internasional yang berkontribusi positif pada pembangunan kehutanan nasional

100

Page 111: KATA PENGANTAR dan IKHTISAR LAKIP 2007storage.jak-stik.ac.id/ProdukHukum/kehutanan/lakip_dephut_07.pdf · 8 Penelitian dan Pengembangan IPTEK 81,64 9 Pendidikan Kedinasan 80,70

URAIAN INDIKATOR

PRESENTASE PENCAPAIAN TINGKAT

CAPAIAN (%)KELUARAN REALISASISASARAN RENCANA TINGKAT CAPAIAN (TARGET)

Peraturan perundangan pengembangan SDM dapat tersusun melalui koordinasi inter dan antar sektor

Misi dan program pengembangan SDM kehutanan dan kesetaraan gender dapat berjalan dengan benar dan tercapai

6.3.2 Kualitas dan kuantitas pengawasan penyelenggaraan pembangunan kehutanan meningkat

Regulasi dan deregulasi penyelenggaraan pengawasan aparatur negara

Buku UPKPT, dokumen PKPT dan buku data dan informasi pengawasan 6 judul

6 judul 100,00

Jumlah kasus penyelewengan/KKN menurun drastis dan signifikan

Kualitas dan kuantitas pengawasan penyelenggaraan pembangunan kehutanan meningkat

Laporan hasil pemantauan dan pengawasan 18 judul

18 judul 100,00

Pembangunan kehutanan dapat terselenggara lebih efektif dan efisien

Laporan dan rekomendasi hasil pengawasan Laporan hasil pemeriksaan 404 LHA 384 LHA 95,05

Koordinasi dansinkronisasi pengawasan dengan lembaga pengawasan daerah meningkat

Terbentuknya PNS kehutanan yang dapat menjalankan tugas secara benar sesuai dengan ketentuan dan kompetensinya

101