Upload
hanga
View
225
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas Karunia dan
Rahmat-Nya kegiatan Balai Besar Peramalan Organisme Pengganggu
Tumbuhan (BBPOPT) Triwulan III Tahun 2018 dapat terlaksana dengan
baik.
Laporan kinerja triwulan III ini berisi capaian kinerja BBPOPT selama
periode bulan Juli - September 2018. Laporan kinerja merupakan bentuk
pertangggungjawaban sesuai Instruksi Presiden Nomor 7 Tahun 1999
tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah. BBPOPT sebagai salah
satu instansi pemerintah yang dibiayai oleh APBN berkewajiban untuk
menyampaikan laporan kinerja sebagai pelaksanaan tugas pokok dan
fungsi penyelenggara peramalan organisme pengganggu tumbuhan.
Kinerja Balai Besar Peramalan OPT diharapkan selalu berjalan dengan
baik dan meningkat dibanding sebelumnya, walaupun masih terdapat
permasalahan yang menyebabkan tidak tercapainya target yang telah
ditetapkan. Hasil evaluasi triwulan III ini dapat dijadikan sebagai masukan
dalam perbaikan perencanaan pada triwulan selanjutnya dalam mencapai
sasaran Balai Besar Peramalan OPT.
Semoga laporan kinerja triwulan III dapat menggambarkan apa yang telah
dicapai oleh BBPOPT sampai dengan September 2018 bagi pihak yang
membutuhkan. Selanjutnya laporan ini dapat dijadikan pendorong BBPOPT
untuk meningkatkan kinerja dalam rangka menuju good governance.
Karawang, Oktober 2018
Kepala Balai,
Ir. Tri Susetyo, M.M.
NIP. 195903111983031022
ii
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI iv
DAFTAR TABEL v
DAFTAR LAMPIRAN viii
I. PENDAHULUAN 1
1.1. LATAR BELAKANG 1
1.2. MAKSUD DAN TUJUAN 2
1.3. TUGAS, FUNGSI DAN STRUKTUR ORGANISASI 2
1.4. DUKUNGAN SUMBER DAYA MANUSIA 6
1.5. DUKUNGAN ANGGARAN 6
II. PERENCANAAN KINERJA 7
2.1. RENCANA STRATEGIS 2015-2019 9
2.2. SASARAN KEGIATAN 10
2.3. RENCANA KERJA TAHUNAN 10
2.4. PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2018 11
III. AKUNTABILITAS KINERJA 13
3.1. CAPAIAN KINERJA ORGANISASI 13
3.2. REALISASI ANGGARAN 29
IV. PENUTUP 30
iii
DAFTAR TABEL
Halaman
1. Sasaran Output Kegiatan Pengembangan Peramalan Serangan
OPT Tahun 2018
10
2. Nilai rata-rata pada masing-masing unsur 16
3. Identifikasi Sampel di Laboratorium Fitopatologi 19
4. Identifikasi Sampel di Laboratorium PCR 20
5. Identifikasi Sampel di Laboratorium APH 21
6. Rasio Luas Serangan OPT Padi yang Terjadi Terhadap Luas
Serangan OPT yang Diramalkan
22
7. Rasio Luas Serangan OPT Jagung yang Terjadi Terhadap Luas
Serangan OPT yang Diramalkan
25
8. Rasio Luas Serangan OPT Kedelai yang Terjadi Terhadap Luas
Serangan OPT yang Diramalkan
9. Realisasi Anggaran Balai Besar POPT Triwulan I Tahun 2018
26
29
iv
DAFTAR GAMBAR
Halaman
1. Struktur Organisasi Balai Besar Peramalan OPT 6
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Seiring dengan pertumbuhan jumlah penduduk, Indonesia
membutuhkan tambahan ketersediaan pangan, sehingga komoditas
tanaman pangan memiliki peranan yang sangat penting dalam rangka
pemenuhan kebutuhan pangan, pakan, dan industri dalam negeri yang
setiap tahun terus meningkat. Untuk itu, Pemerintah selalu berusaha
untuk meningkatkan produksi dan produktivitas komoditas pangan
strategis nasional. Dalam usaha peningkatan produksi pangan,
perlindungan tanaman mempunyai peranan yang penting dan menjadi
bagian yang tidak dapat dipisahkan.
Mengingat upaya khusus yang dilaksanakan oleh Kementerian Pertanian
dalam rangka meningkatkan produksi padi, jagung, dan kedelai melalui
peningkatan luas tambah tanam (LTT) dan percepatan kegiatan budidaya
yang difasilitasi oleh Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, maka
diperlukan upaya pengamanan produksi untuk mengantisipasi serangan
OPT. Untuk itu perlu dikembangkan metode pengamatan, peramalan dan
pengendalian serangan organisme pengganggu tumbuhan.
Balai Besar Peramalan OPT sebagai salah satu Unit Pelaksana Teknis
(UPT) di lingkup Direktorat Jenderal Tanaman Pangan yang mempunyai
tugas melaksanakan dan mengembangkan peramalan organisme
pengganggu tumbuhan (OPT) serta rujukan proteksi tanaman pangan
dan hortikultura, harus dapat turut serta berperan aktif dan memberikan
kontribusi nyata dalam mendukung program peningkatan produksi padi,
jagung, dan kedelai.
Dasar hukum penyusunan laporan kinerja triwulan III tahun 2018
BBPOPT antara lain:
1. Perpres Nomor 29 Tahun 2014 tentang SAKIP
2
2. Permenpan RB Nomor 29 Tahun 2010 tentang Pedoman
Penyusunan Penetapan Kinerja dan Pelaporan Akuntabilitas Kinerja
Instansi Pemerintah
3. Permenpan RB Nomor 25 Tahun 2012 tentang Juklak Evaluasi AKIP
4. Permenpan RB Nomor 20 Tahun 2013 tentang Perubahan Lampiran
Permenpan RB Nomor 25 Tahun 2012 tentang Juklak Evaluasi AKIP
5. Permenpan RB Nomor 53 Tahun 2014 tentang Juknis Perjanjian
Kinerja, Pelaporan Kinerja dan Tata Cara Reviu atas Laporan Kinerja
Instansi Pemerintah
6. Permentan Nomor 153/Permentan/OT.140/12/2013 tanggal 31
Desember 2013 tentang Pedoman SAK Kementan
1.2. Maksud dan Tujuan
Maksud penyusunan laporan kinerja triwulan III tahun 2018 antara lain:
1. Mengukur capaian kinerja Indikator Kinerja Utama (IKU)
2. Mengevaluasi dan menganalisis capaian kinerja IKU
Adapun tujuan disusunnya laporan kinerja triwulan III tahun 2018 antara
lain:
1. Sebagai gambaran tingkat keberhasilan dan ketidakberhasilan
kinerja IKU sampai dengan triwulan III tahun 2018
2. Sebagai gambaran kekuatan dan kelemahan serta kendala
1.3. Tugas, Fungsi, dan Struktur Organisasi
Berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian Nomor 76/Permentan/
OT.140/11/2011 Balai Besar Peramalan Organisme Pengganggu
Tumbuhan merupakan unit pelaksana teknis yang berada dibawah dan
bertanggung jawab kepada Direktur Jenderal tanaman Pangan. Balai
Besar Peramalan Organisme Pengganggu Tumbuhan secara teknis
dibina oleh Direktur Perlindungan Tanaman Pangan, Direktorat Jenderal
Tanaman Pangan dan Direktur Perlindungan Hortikultura, Direktorat
Jenderal Hortikultura.
3
Tugas Balai Besar POPT adalah melaksanan dan mengembangkan
peramalan organisme pengganggu tumbuhan (OPT) serta rujukan
proteksi tanaman pangan dan hortikultura.
Sedangkan fungsi BBPOPT adalah sebagai berikut:
1) Penyusunan program dan evaluasi peramalan, pengembangan
peramalan OPT, dan rujukan proteksi tanaman pangan dan
hortikultura;
2) Pelaksanaan analisis data dan informasi serangan OPT, dan faktor
penentu perkembangan OPT;
3) Pelaksanaan dan penyusunan peramalan, pengamatan, dan
pengendalian OPT;
4) Pelaksanaan pengkajian dan pengembangan teknologi peramalan
dan pengamatan, pengendalian OPT berdasarkan sistem
Pengendalian Hama Terpadu (PHT);
5) Pelaksanaan pemantauan dan evaluasi penerapan teknologi
peramalan, pengamatan dan pengendalian OPT;
6) Pelaksanaan pemantauan dan evaluasi pengembangan sistem mutu
standar Laboratorium Pengamatan Hama dan Penyakit (LPHP);
7) Pelaksanaan pemberian bimbingan teknis peramalan, pengamatan,
dan pengendalian OPT;
8) Pemberian pelayanan kegiatan peramalan, pengembangan
peramalan OPT dan rujukan proteksi tanaman pangan dan
hortikultura;
9) Pengelolaan cadangan bahan pengendali OPT tingkat nasional;
10) Pelaksanaan tata usaha dan rumah tangga BBPOPT.
Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya, Balai Besar Peramalan OPT
dipimpin oleh seorang Kepala dan memiliki tiga Eselon III dan kelompok
fungsional sebagai berikut:
4
1. Bagian Umum
Bagian Umum mempunyai tugas melaksanakan urusan
kepegawaian, tata usaha, keuangan, rumah tangga dan
perlengkapan serta penyimpanan dan pengelolaan cadangan bahan
pengendali OPT tingkat nasional. Dalam melaksanakan tugasnya,
Bagian Umum mempunyai fungsi sebagai berikut:
a) Pelaksanaan urusan kepegawaian, surat menyurat dan kearsipan.
b) Pelaksanaan urusan keuangan.
c) Pelaksanaan urusan rumah tangga dan perlengkapan.
d) Pengelolaan cadangan bahan pengendali OPT tingkat nasional.
Dalam melaksanakan tugasnya, Bagian Umum dibantu oleh
Subbagian Kepegawaian dan Tata Usaha, Keuangan, serta Rumah
Tangga dan Perlengkapan.
2. Bidang Program dan Evaluasi
Pengelolaan penyusunan program dan evaluasi peramalan,
pengembangan peramalan OPT,dan rujukan proteksi tanaman
pangan dan hortikultura merupakan tugas Bidang Program dan
Evaluasi. Dalam melaksanakan tugasnya, Bidang Program dan
Evaluasi menyelanggarakan fungsi:
a) Penyusunan rencana, program dan anggaran peramalan,
pengembangan peramalan OPT, dan rujukan proteksi tanaman
pangan dan hortikultura.
b) Pelaksanaan kerjasama peramalan, pengembangan peramalan
OPT, dan rujukan proteksi tanaman pangan dan hortikultura.
c) Pemantauan dan evaluasi peramalan, pengembangan peramalan
OPT, dan rujukan proteksi tanaman pangan dan hortikultura.
d) Penyusunan laporan hasil peramalan, pengembangan peramalan
OPT, dan rujukan proteksi tanaman pangan dan hortikultura.
5
Dalam melaksanakan fungsinya, Bidang Program dan Evaluasi
dibantu oleh Seksi Program, dan Seksi Pemantauan dan Evaluasi.
3. Bidang Pelayanan Teknis
Pengelolaan pemberian dan pelayanan peramalan, pengamatan dan
pengendalian OPT, penyusunan informasi dan dokumentasi hasil
peramalan, pengamatan dan pengendalian OPT, pengembangan
peramalan, pengamatan, pelaksanaan pemberian bimbingan teknis
peramalan, pengamatan dan pengendalian OPT serta rujukan
proteksi tanaman pangan dan hortikultura merupakan tugas Bidang
Pelayanan Teknis, Informasi dan Dokumentasi mempunyai fungsi :
a) Pemberian pelayanan teknis peramalan, pengamatan, dan
pengendalian OPT, pengembangan peramalan, pengamatan, dan
pengendalian OPT, serta rujukan proteksi tanaman pangan dan
hortikultura.
b) Penyusunan informasi dan dokumentasi hasil peramalan,
pengamatan, dan pengendalian OPT, serta pengembangan
peramalan, pengamatan, dan pengendalian OPT, dan rujukan
proteksi tanaman pangan dan hortikultura .
Dalam melaksanakan fungsinya, Bidang Pelayanan Teknis, Informasi
dan Dokumentasi di bantu oleh Seksi Pelayanan Teknis, dan Seksi
Informasi dan Dokumentasi.
Struktur Organisasi Balai Besar Peramalan OPT seperti pada gambar
berikut:
STRUKTUR ORGANISASI BALAI BESAR Peramalan OPT
(Permentan Nomor 76/Permentan/OT.140/11/2011)
6
Gambar 1. Struktur Organisasi Balai Besar Peramalan OPT
1.4. Dukungan Sumberdaya Manusia
Sampai akhir September 2018, sumber daya manusia (SDM) BBPOPT
berjumlah 92 pegawai, terdiri dari 11 Pejabat Struktural (11,95%), 39
Pejabat Fungsional Umum (42,39%) dan 42 Pejabat Fungsional Khusus
POPT (45,65%). Sedangkan proporsi pegawai berdasarkan
bagian/bidang adalah Bagian Umum 27 pegawai (29,34%); Bidang
Program dan Evaluasi 10 pegawai (10,86%); Bidang Pelayanan Teknis,
Informasi dan Dokumentasi 13 pegawai (14,13%); dan Kelompok
Jabatan Fungsional 42 pegawai (45,65%).
Klasifikasi pegawai berdasarkan tingkat pendidikan dapat
dikelompokkan sebagai berikut: SMP 1 pegawai (1.18%), SLTA 43
pegawai (50.59%), Diploma III 9 pegawai (10.59%), Sarjana 28 pegawai
(32.94%), dan Pasca Sarjana 4 pegawai (4.71%).
1.5. Dukungan Anggaran
Dukungan anggaran Balai Besar Peramalan OPT anggaran pada tahun
2018 sebesar Rp. 15.668.846.000,- untuk mendukung kegiatan utama
dan pendukung, termasuk pelaksanaan kegiatan pelayanan
perkantoran. Seluruh alokasi anggaran bersumber dari APBN.
7
BAB II
PERENCANAAN KINERJA
2.1. Rencana Strategis 2015-2019
1. Visi
Dalam melaksanakan tugas dan fungsi serta menjawab
tantangan lingkungan strategis yang dihadapi tersebut di atas,
BBPOPT mempunyai visi “Menjadi Lembaga Terpercaya dan Pusat
Pengembangan Peramalan OPT dan Diakui Dunia Internasional”.
2. Misi
Dalam mewujudkan visi yang telah ditetapkan, maka BBPOPT
merumuskan misi sebagai berikut:
a) Meningkatkan Pengetahuan dan Keterampilan Petugas di
Bidang Pengamatan, Peramalan, dan Pengendalian OPT
(P3OPT);
b) Menciptakan Model Peramalan OPT yang tepat dan akurat;
c) Menciptakan Metode Pengamatan OPT yang tepat dan
akurat;
d) Merakit dan Mengembangkan Teknologi Pengendalian OPT
tepat guna yang efektif, efisien dan aman;
e) Menerapkan dan mengembangkan teknologi PHT spesifik
lokasi; dan
f) Meningkatkan pelayanan dan diseminasi informasi P3OPT.
3. Motto “Peramalan Akurat, Pengendalian Tepat, Produksi
Meningkat”
4. Maklumat “BBPOPT Melayani Konsultasi Teknologi P3OPT Gratis”
5. Tujuan dan Sasaran BBPOPT
8
Dalam rangka pelaksanaan tugas, fungsi, visi, dan misi, BBPOPT
telah merumuskan tujuan strategis, yaitu “Memberikan dukungan
pengamanan produksi dan mengoptimalkan penggunaan
teknologi pengamatan, peramalan dan pengendalian Organisme
Pengganggu Tumbuhan dan Dampak Perubahan Iklim”.
Sesuai dengan tujuan strategis yang ingin dicapai, maka
dirumuskan sasaran strategi yang ingin dicapai BBPOPTsebagai
berikut :
a) Meningkatnya sumber daya manusia (SDM) baik petugas,
petani maupun masyarakat lainnya di bidang peramalan,
pengamatan, dan pengendalian OPT dalam rangka
pemahaman, pelaksanaan, pemasyarakatan dan
pelembagaan konsepsi PHT.
b) Tercapainya koordinasi dan sinkronisasi instansi pemerintah,
swasta dan masyarakat terkait dalam perencanaan,
pelaksanaan dan pengendalian pembangunan perlindungan
tanaman.
c) Terlaksananya penyusunan program dan mengevaluasi
peramalan, pengembangan peramalan OPT dan rujukan
proteksi tanaman pangan dan hortikultura, serta sinkronisasi
dengan program dan kegiatan perlindungan tanaman antar
berbagai instansi baik di tingkat pusat maupun daerah.
d) Terwujudnya dukungan teknologi di bidang peramalan,
pengamatan, dan pengendalian OPT (P3OPT) kepada pihak
pengambil kebijakan dalam pelaksanaan P3OPT dan rujukan
proteksi.
e) Terwujudnya peran aktif dalam mendukung kegiatan
pembangunan tanaman pangan khususnya pencapaian dan
9
pertumbuhan produksi pangan nasional khususnya padi,
jagung, kedelai dan ubi kayu pada tahun 2015-2019.
6. Arah Kebijakan
Peningkatan keseimbangan ekosistem dan pengendalian OPT
secara terpadu merupakan salah satu kebijakan Direktorat
Jenderal Tanaman Pangan yang melekat pada tugas dan fungsi
Direktorat Perlindungan Tanaman dan BBPOPT. Kebijakan
tersebut untuk mendukung Program Peningkatan Produksi,
Produktivitas, dan Mutu Tanaman Pangan untuk mencapai
Swasembada dan Swasembada Berkelanjutan.
Dukungan tersebut diharapkan dapat menjadi arah kebijakan
untuk menjamin terjadinya peningkatan produksi dan
produktivitas pada taraf tinggi, menguntungkan bagi petani dan
aman terhadap lingkungan.
7. Strategi
Strategi Balai Besar Peramalan Organisme Pengganggu
Tumbuhan dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsi serta
misi untuk mencapai visi yang diinginkan yaitu :
a) Meningkatkan kualitas dan profesionalisme sumber daya
manusia yang bergerak dalam bidang perlindungan tanaman.
b) Meningkatkan kuantitas dan kualitas teknologi peramalan
dan rujukan proteksi tanaman pangan.
c) Meningkatkan kuantitas dan kualitas informasi, komunikasi
dan diseminasi hasil peramalan dan rujukan proteksi
tanaman.
d) Menjalin dan meningkatkan kualitas kemitraan dalam rangka
mewujudkan hubungan sinergi antara kelembagaan
10
perlindungan tanaman pangan dan hortikultura di tingkat
pusat dan daerah.
e) Mengoptimalkan pemanfaatan fasilitas, sumber daya
manusia, dan dana untuk pengembangan peramalan dan
rujukan proteksi.
2.2. Sasaran Kegiatan BBPOPT
Sasaran kegiatan BBPOPT adalah:
a) Meningkatnya kualitas layanan publik.
b) Meningkatnya implementasi rekomendasi peramalan serangan
OPT yang diberikan oleh BBPOPT.
c) Meningkatnya akuntabilitas kinerja di lingkungan BBPOPT.
2.3. Rencana Kerja Tahunan
Rencana Strategis BBPOPT disusun dengan mengacu kepada
Strategi Umum Pembangunan Pertanian, Rencana Strategis
Kementerian Pertanian, Rencana Strategis Direktorat Jenderal
Tanaman Pangan dan Rencana Strategis Direktorat Perlindungan
Tanaman Pangan.
Selanjutnya dalam rangka mencapai sasaran yang telah ditentukan
dalam Rencana Strategis BBPOPT Tahun 2015-2019, disusun
Rencana Kerja dalam setiap periode pelaksanaan anggaran.
Berdasarkan DIPA-BBPOPT, RKT dirangkum menjadi 3 sasaran fisik
output kegiatan yang ingin dicapai (Tabel 1).
Tabel 1. Sasaran Output Kegiatan Pengembangan Peramalan
Serangan OPT Tahun 2018
No Kegiatan/ Sub
Kegiatan/Uraian/Indikator Output
Sasaran
Fisik Satuan
1. Terlaksananya Pengembangan Model
Peramalan OPT
15 Model
11
No Kegiatan/ Sub
Kegiatan/Uraian/Indikator Output
Sasaran
Fisik Satuan
2. Terlaksananya Layanan Perkantoran 12 Bulan
3. Terlaksananya Layanan Internal 12
Bulan
2.4. Perjanjian Kinerja Tahun 2018
Perjanjian Kinerja (PK) merupakan suatu dokumen pernyataan
kesepakatan kinerja antara atasan dan bawahan untuk mewujudkan
target kinerja tertentu berdasarkan pada sumber daya yang dimiliki
oleh instansi. Perjanjian Kinerja dimaksud adalah bagian dari Sistem
Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP) yang merupakan
serangkaian dokumen perencanaan dan mempunyai keterkaitan
sangat erat dengan Rencana Strategis, Rencana Kerja (Renja),
Rencana Kerja Anggaran (RKA) dan DIPA yang telah disusun
sebelumnya. Perjanjian Kinerja digunakan sebagai ukuran dalam
menilai tingkat capaian sasaran Kegiatan Pengembangan
Peramalan Serangan OPT secara efektif, efisien, akuntabel, dan
terukur, serta berorientasi pada keluaran (output) dan hasil
(outcome).
Perjanjian Kinerja BBPOPT yang telah ditandatangi Kepala BBPOPT
dan Direktur Jenderal Tanaman Pangan dengan indikator kinerja
sebagai berikut :
a. Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM) atas layanan publik BBPOPT
dengan target 3,5 (skala likert).
b. Rasio luas serangan OPT tanaman padi yang terjadi terhadap luas
serangan OPT yang diramalkan dengan target 67 %.
12
c. Rasio luas serangan OPT tanaman jagung yang terjadi terhadap
luas serangan OPT yang diramalkan dengan target 67 %.
d. Rasio luas serangan OPT tanaman kedelai yang terjadi terhadap
luas serangan OPT yang diramalkan dengan target 20 %.
e. Jumlah temuan BPK atas pengelolaan keuangan BBPOPT yang
terjadi berulang dengan target 0 (nihil).
f. Jumlah temuan Itjen atas implementasi SAKIP yang terjadi
berulang dengan target 0 (nihil).
Dalam rangka mendukung tercapainya sasaran kinerja BBPOPT,
sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 46 tahun 2011 tentang
Sasaran Kerja Pegawai (SKP), maka seluruh pegawai BBPOPT telah
menyusun SKP 2017. Secara berjenjang SKP Kepala Balai Besar
Peramalan OPT dijabarkan menjadi SKP pejabat Eselon III (Kepala
Bagian/Kepala Bidang), SKP pejabat Eselon III dijabarkan menjadi
SKP Pejabat Eselon IV (Kepala Subbagian/Kepala Seksi). Tugas
Eselon IV yang dituangkan dalam SKP Eselon IV dijabarkan menjadi
SKP pejabat Fungsional Umum yang berada dibawah binaannya,
sedangkan untuk Pejabat Fungsional Khusus (POPT) SKP disusun
dengan merujuk kepada uraian tugas jabatan fungsional POPT yang
disesuaikan dengan tugas, fungsi, visi, misi dan sasaran kinerja
BBPOPT.
13
BAB III
AKUNTABILITAS KINERJA
3.1. Capaian Kinerja Organisasi
Untuk menilai keberhasilan dan kegagalan capaian sasaran kinerja Balai
Besar Peramalan OPT tahun 2018 (sampai dengan triwulan II)
ditetapkan berdasarkan penilaian capaian melalui metode scoring.
Mengacu pada kriteria ukuran keberhasilan yang digunakan oleh
Kementerian Pertanian, maka kriteria pengukuran yang digunakan, yaitu
(1). Sangat berhasil apabila capaian > 100%, (2). Berhasil apabila
capaian 80-100%, (3). Cukup berhasil apabila capaian 60-80%, dan (4).
Kurang berhasil apabila capaian < 60% terhadap sasaran output yang
telah ditetapkan.
3.1.1. Pencapaian Sasaran Strategis
Akuntabilitas kinerja dilakukan untuk menentukan keberhasilan kinerja
dalam mewujudkan visi, misi yang telah ditentukan dengan
membandingkan antara target dengan realisasi masing-masing indikator
kinerja sebagai alat ukur keberhasilan.
Sampai dengan triwulan III tahun 2018, berdasarkan hasil pengukuran
terhadap indikator kinerja utama pada perjanjian kinerja, baru satu
indikator kinerja yang dapat dilakukan penilaian, sementara lainnya
belum dapat diukur, dengan rincian sebagai berikut:
1. Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM) atas layanan publik Balai Besar
Peramalan OPT adalah 3,41.
2. Rasio luas serangan OPT tanaman padi yang terjadi terhadap luas
serangan OPT yang diramalkan dengan hasil 72,0 %.
14
3. Jumlah temuan BPK atas pengelolaan keuangan Balai Besar POPT
yang terjadi berulang, sampai saat ini belum ada pemeriksaan oleh
BPK.
4. Jumlah temuan Itjen atas implementasi SAKIP yang terjadi berulang (5
aspek SAKIP sesuai PermenPAN RB Nomor 12 Tahun 2015), tidak
ada uji petik penilaian SAKIP oleh Itjen atas Eselon II, penilaian hanya
di tingkat Eselon I.
3.1.2. Evaluasi dan Analisis Capaian Kinerja Balai Besar Peramalan OPT
Evaluasi dan analisis capaian kinerja Balai Besar Peramalan OPT adalah
sebagai berikut:
3.1.2.1. Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM) atas layanan publik BBPOPT
Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM) bertujuan untuk memberikan
informasi yang terukur terhadap kepuasan masyarakat dalam
memperoleh pelayanan dan informasi dari BBPOPT. Metode yang
digunakan dalam penilaian IKM adalam melalui metode survei terhadap
pelanggan/customer dan penerima manfaat lainnya terhadap pelayanan
Balai Besar Peramalan OPT. Hasil pengolahan data terhadap 14 unsur
pelayanan survei kepuasaan masyarakat dilaksanakan setiap satu
semester yaitu bulan Juni dan November. Berdasarkan penilaian IKM
yang telah dilaksanakan pada bulan Juni 2018, nilai IKM Balai Besar
Peramalan OPT adalah sebesar 85,33 atau 3,41 (skala likert). Nilai
tersebut menunjukkan mutu layanan termasuk kategori baik.
Balai Besar Peramalan Organisme Pengganggu Tumbuhan (BBPOPT)
merupakan salah satu Instansi Pemerintah yang tugas dan fungsinya
antara lain memberikan pelayanan kepada masyarakat di bidang
Pengamatan, Peramalan dan Pengendalian Organisme Pengganggu
Tumbuhan (P3OPT). Pelayanan yang diberikan BBPOPT kepada
masyarakat mencakup antara lain dalam hal Penyediaan Isolat Agens
Hayati, Pelayanan Bibit Pestisida Nabati, Pelayanan Pias Trichogramma,
Pelayanan Identifikasi Sampel, Penyediaan Serangga Uji, Penyediaan
15
Benih Varietas Indikator, Penyediaan Efikasi Pestisida/Ketahanan
Varietas Indikator, Penyediaan Efikasi Pestisida/Ketahanan Varietas,
Pelayanan Magang/Praktek Kerja Lapang, Bimbingan Teknis (Bimtek)
Teknologi P3OPT, Pelayanan Pengelolaan Cadangan Bahan Pengendali
OPT Tingkat Nasional, Pelayanan Penyediaan Ruang Pertemuan, dan
Pelayanan Penggunaan Asrama.
Penilaian tingkat kepuasan masyarakat terhadap pelayanan yang
diberikan BBPOPT yang disebut dengan Indeks Kepuasan Masyarakat
(IKM). Penilaian Tingkat kepuasan masyarakat disusun berdasarkan
Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Dan Reformasi
Birokrasi Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2017 Tentang Pedoman
Penyusunan Survei Kepuasan Masyarakat Unit Penyelenggara Pelayanan
Publik dan Peraturan Menteri Pertanian Nomor
19/PERMENTAN/OT/080/4/2018 tentang Pedoman Survei Kepuasan
Masyarakat.
Tujuan penilaian IKM adalah: a) Mengetahui tingkat kepuasan Pengguna
layanan (masyarakat) terhadap pelayanan yang diberikan BBPOPT dan b)
Menginventarisasi kritik dan saran dari Pengguna layanan sehubungan
dengan pelayanan yang diberikan BBPOPT
Metode survey Kepuasan Masyarakat (SKM) dilakukan dengan pengisian
kuesioner oleh pengguna layanan yang datang secara langsung ke
BBPOPT. Kuesioner SKM terdiri dari 9 unsur pelayanan yaitu:
a. Persyaratan
b. Prosedur
c. Waktu pelayanan
d. Biaya/tarif
e. Produk layanan
f. Kompetensi pelaksana
g. Perilaku pelaksana
h. Sarana dan Prasarana
i. Penanganan Pengaduan
16
Penilaian IKM dilakukan dengan cara terlebih dahulu dilakukan
pengisian kuesioner oleh pengguna layanan. Pengguna layanan BBPOPT
terdiri dari petugas, petani, swasta dan akademisi. Pada periode bulan
Januari – Juni 2018 (semester I) jumlah kuesioner yang dapat diolah
sejumlah 76 kuesioner yang berasal dari petugas, petani, dan akdemisi.
Kegiatan pendataan IKM dilakukan secara terus menerus dalam 1 tahun
(12 bulan). Penilaian IKM dilakukan 2 kali dalam 1 tahun (semester).
Sekretariat pengelolaan IKM dilakukan oleh Seksi Pelayanan Teknis.
Data hasil pengisian kuesioner SKM diolah menggunakan skala likert.
Hasil pengolahan 76 data sumber pada masing-masing unsur pelayanan
tersaji dalam tabel berikut.
Tabel 2. Nilai rata-rata pada masing-masing unsur
No.
Unsur
Unsur Pelayanan NRR NRR
tertimbang
(1) (2) (3) (4)
U1 Persyaratan 3,276 0,364
U2 Prosedur 3,263 0,362
U3 Waktu pelayanan 3,316 0,368
U4 Biaya/tarif 3,539 0,393
U5 Produk layanan 3,342 0,371
U6 Kompetensi pelaksana 3,382 0,375
U7 Perilaku pelaksana 3,684 0,409
U8 Sarana dan Prasarana 3,434 0,381
U9 Penanganan Pengaduan 3,513 0,390
NRR tertimbang 3.41
IKM BBPOPT (Januari –
Juni 2018)
85.33
Mutu Pelayananan
BBPOPT
B (Baik)
Berdasarkan hasil analisa deskriptif dengan metode SPSS menunjukkan
bahwa hasil survey menunjukkan variasi yang hampir seragam. Nilai
minimum dan maksimum pada 8 unsur menunjukkan interval yang sama
yaitu 1. Pada unsur 3 (kecepatan waktu pelayanan) yang menunjukkan
interval 2. Hal ini dapat disebabkan kepentingan pengguna layanan pada
17
saat yang bersamaan sehingga petugas pelaksana harus terpecah dalam
beberapa kegiatan pelayanan sehingga pelayanan dinilai kurang optimal
waktunya. Perbaikan pelayanan akan disajikan dalam rencana tindak
lanjut (RTL) perbaikan IKM.
Dalam mendukung upaya peningkatan IKM atas layanan publik Balai
Besar POPT, Balai Besar POPT melaksanakan kegiatan-kegiatan antara
lain sebagai berikut:
1. Mengikuti pelatihan pemetaan GIS Tingkat Dasar di Yogyakarta pada
tanggal 23-27 Juli 2018 yang diikuti oleh Ulfah Nuzululia, SP dan
Dewi Nirwati, SP.
2. Mengikuti Workshop Keprotokolan dan Pelayanan Prima di Pangkal
Pinang, Babel, pada tanggal 24-26 Juli 2018 yang diikuti oleh Ir. Dini
Suhadiniah dan Rospina Limbong. Tujuan dari workshop tersebut
adalah: (1). Meningkatkan efisiensi dan efektivitas pelayanan
kepegawaian, (2). Memperlancar arus komunikasi dan koordinasi
antar unit kerja, (3). Meningkatkan kualitas dan peran SDM bidang
kepegawaian, (4).Meningkatkan pengelolaan pelayanan
kepegawaian, dan (5). Menemukan solusi berbagai persoalan yang
dihadapi.
3. Mengikuti Kegiatan Forum Koordinasi UPT dengan Tema “Peran UPT
dalam Mendukung Penerapan e-Government di Bidang
Kelembagaan, Ketatalaksanaan dan Sumber Daya Manusia” di
Bogor pada tanggal 15-17 Juli 2018 yang diikuti oleh Ir. Mustaghfirin
dan Mira Sahara.
4. Mengikuti kegiatan Peningkatan Kemampuan Petugas Satuan
Pengamanan di Bandung pada tanggal 7-9 Agustus 2018 yang
diikuti oleh Sutiman, Sudarno, Mirwan, Binsar dan Acep Kuswara
dan pada tanggal 28-30 Agustus 2018 yang diikuti oleh Wawan
Gunawan, Mujiawansyah, Somantri, Sony Susanto dan Reydhos F.
Materi pelatihan yang diberikan adalah (a). Peraturan Baris Berbaris
dan Teknik Beladiri, (b). Kualitas, tanggungjawab dan disiplin
18
petugas keamanan, (c). Tata cara pelayanan dan pengamanan
terhadap pimpinan, (d). Pelatihan Pemadam Kebakaran, (e).
Membangun disiplin, budaya kerja dan profesionalisme.
5. Mengikuti kegiatan Workshop Penyediaan dan Pengelolaan
Informasi Publik di Bogor, tanggal 12-14 September 2018, yang
diikuti oleh Eri Budiyanto, S.P. Materi yang diberikan terdiri dari: (1)
Evaluasi Pengelolaan Informasi dan Dokumentasi Kementerian
Pertanian; Narasumber: Ir. Marihot Hamonangan Pangabean, M.Si.,
(2) Tantangan Media Digital; Narasumber: Ir. Abdul Madjid, (3)
Menulis Artikel; Narasumber: Tony D. Widiyastono (media kompas),
(4) Menulis Konten Ilmiah Populer; Narasumber: Pieter P. Gero
(media kompas) dan (5) Komunikasi di Era Digital; Narasumber:
Kuncoro Boga Andri, S.P., M.Agr., Ph.D.
6. Mengikuti Kegiatan Workshop Penyusunan RKBMN Tahun 2020, di
Yogyakarta, tanggal 26 sampai dengan 28 September 2018, yang
diikuti oleh Edi Suryadi dan Syahidin.
7. Mengikuti Kegiatan Workshop Pengelolaan i-Tani Perpustakaan, di
Yogyakarta, tanggal 26 sampai dengan 27 September 2018 yang
diikuti Memed Jamhari, S.ST. dan tanggal 26 sampai dengan 28
September 2018, atas nama Eri Budiyanto, S.P. Workshop
pengelolaan i-tani lingkup Kementerian Pertanian, diselenggarakan
di hotel Arjuna Yogyakarta, diikuti oleh 46 peserta yang merupakan
Pustakawan dan Pengelola Perpustakaan dan narasumber yang
berasal dari PUSTAKA, Woolu Aksaramaya dan Perpustakaan UIN
Yogyakarta. Materi yang diberikan terdiri dari: (1) Kebijakan
Pengembangan Perpustakaan Digital Lingkup Kementerian
Peetanian oleh Kepala Pustaka Bogor, (2) Potensi dan Tantangan
Perpustakaan Digital Kementerian Pertanian Berbasis Smartphone
oleh Dr. Bambang S. Sankarto, M.I.M., Pustakawan Ahli, (3)
Penguatan Digital Content dan Kapasitas SDM mendukung
pelayanan perpustakaan Digital oleh Dra. Labibah Zein, Kepala
Perpustakaan UIN Yogyakarta, (4) Pengembangan i-tani Mendukung
19
Knowledge Center Pertanian Indonesia, oleh Sulasmo Sudhrmo, PT.
Aksaramaya dan (5) Workshop Pengelolaan i-Tani, oleh Tim PT.
Aksaramaya.
8. Pelayanan Pengujian BBPOPT
BBPOPT mempunyai fungsi sebagai rujukan proteksi tanaman dari
seluruh wilayah Indonesia. Dalam rangka mewujudkan hal tersebut,
BBPOPT melayani pegujian ataupun identifikasi sampel baik berupa
virus, jamur ataupun bakteri yang menginfeksi jaringan tanaman.
Sampel untuk kegiatan pengujian dikirimkan langsung ke BBPOPT
ataupun dibawa oleh petugas BBPOPT yang melaksanakan kegiatan
di daerah.
Kegiatan pengujian dilakukan dengan cara identifikasi morfologi di
laboratorium fitopatologi. Pada bulan Juli – September 2018 telah
dilakukan identifikasi sebanyak 11 kali di lab Fitopatologi.
Sedangkan identifikasi molekuler dilakukan di laboratorium PCR dan
telah dilakukan sebanyak 12 kali pengujian.
Tabel 3. Identifikasi Sampel di Laboratorium Fitopatologi
20
Tabel 4. Identifikasi Sampel di Laboratorium PCR
No Asal Sampel Gejala/varietas Patogen
1 Patean, KendalDaun Jagung Terkena
Hawar
Setosphaeria
turcica
2 Boja, KendalDaun Jagung Terinfeksi
Karat Daun
Puccinia
polysora
3Jalaksana,
Kuningan
Umbi ubi jalar terlihat
membusuk
Erwinia
chrysanthemi
4Jalaksana,
Kuningan
Terdapat gorokan dan
berlubang pada umbi ubi
jalar
Hama
Penggorok umbi
5Jalaksana,
Kuningan
Kulit umbi ubi jalar bergaris-
garisFisiologis
6Cilimus,
KuninganBatang ubi jalar busuk Fusarium sp.
7Pageurageung,
TasikmalayaKeriting pada daun ubi kayu Tungau
8Pageurageung,
TasikmalayaBusuk pada batang ubi kayu
Masih proses
identifikasi
No Asal Sampel Gejala/varietas Patogen
9Pageurageung,
TasikmalayaDaun ubi kayu terlihat layu
Xanthomonas
axonopodis
10Pamulihan,
Sumedang
Umbi mengeras dan terlihat
pucat
Masih proses
identifikasi
11Pamulihan,
Sumedang
Terdapat bercak berwarna
coklat pada daun ubi jalar
Alternaria
bataticola
21
No Asal Sampel Jenis SampelTarget
Identifikasi
Hasil Identifikasi
/ Pengujian
1Jatisari,
Karawang
Padi Varietas
Taiken
Virus Kerdil
Rumput/hampaPositif KH/KR
2BBSBTP
gorontaloBenih
Virus Kerdil
Rumput/hampaNegatif KR/KH
3BBSBTP
gorontaloBibit
Virus Kerdil
Rumput/hampaNegatif KR/KH
4Jatisari
KarawangPadi
Virus Kerdil
Rumput/hampa
Negatif KR, Positif
KH
5Jatisari,
KarawangPadi
Virus Kerdil
Rumput/hampa
, Tungro
Negatif KH dan
Tungro, Positif KR
6Anjatan,
IndramayuPadi
Virus Kerdil
Rumput/hampa
Positif Kerdil
Hampa
7
Sumedang
Selatan,
Sumedang
Padi Tungro Negatif Tungro
22
Tabel 5. Identifikasi Sampel di Laboratorium APH
3.1.2.2. Rasio luas serangan OPT tanaman padi yang terjadi terhadap
luas serangan OPT yang diramalkan
Berdasarkan hasil evaluasi yang disajikan pada Tabel 3, diketahui bahwa
kejadian luas serangan OPT Utama Padi pada MT 2017/2018 secara
nasional adalah sebesar 72,0 % dari luas prakiraannya yaitu 216.727,9
ha (maksimal). Hasil ini mengindikasikan bahwa informasi angka
prakiraan serangan dan saran tindak pengelolaan yang disampaikan
telah memberi manfaat dan ditindaklanjuti dengan kegiatan
pengelolaannya secara proporsional, kecuali pada serangan penyakit
blas (Pyricularia oryzae). Hal ini diakibatkan oleh belum optimalnya
No Asal Sampel Jenis SampelTarget
Identifikasi
Hasil Identifikasi
/ Pengujian
8
Sumedang
Selatan,
Sumedang
Padi Tungro Negatif Tungro
9Ranca Kalong,
SumedangPadi Tungro Negatif Tungro
10Ranca Kalong,
SumedangPadi Tungro Negatif Tungro
11Cimalaka,
SumedangPadi Tungro Negatif Tungro
12Cimalaka,
SumedangPadi Tungro Positif Tungro
No Asal Sampel Sampel Pengujian Hasil
Kerapatan Spora 6,58 x 108
Viabilitas Spora 85,70%
2 Lebakwangi, SerangTrichoderma
PadatKerapatan Spora 1,25 x 108
3 LPHP Bandar Buat, PadangTrichodherma
PadatKerapatan Spora 4x1011
4 LPHP Bandar Buat, Padang Beauveria Kerapatan Spora 1,75 x 1011
BP2TPH Jawa TimurIsolat
Beauveria1
23
pemanfaatan agen pengendali hayati (APH) yaitu Paenibacillus polymixa
dalam perlakuan benih, karena penyakit blas yang disebabkan oleh P.
oryzae ini merupakan penyakit yang tertular dan terbawa benih.
Tabel 6. Rasio Luas Serangan OPT Padi yang Terjadi Terhadap Luas
Serangan OPT yang Diramalkan (%)
Min Rerata Mak
1 PBP 46.115,8 51.474,2 52.346,8 53.220,5 43.334,8 81,4
2 WBC 51.840,2 55.218,3 56.345,7 57.543,7 19.168,1 33,3
3 Tikus 51.353,8 51.667,8 52.471,3 53.278,0 40.110,1 75,3
4 Tungro 2.828,6 1.616,3 2.554,2 3.497,5 1.147,9 32,8
5 Blas 16.727,3 19.577,6 20.529,2 21.487,4 24.226,2 112,7
6 BLB 21.666,1 25.815,7 26.754,2 27.700,8 27.958,1 100,9
Jumlah 190.531,8 205.369,9 211.001,4 216.727,9 155.945,2 72,0
Prakiraan Luas Serangan MT
2017/2018 (Ha)No OPT UtamaKLTS MT
2017 (Ha)
Kejadian Luas
Serangan MT
2017/2018 (Ha)
Rasio Luas Serangan
OPT Padi yang
Terjadi Thd Luas
Serangan OPT yang
Diramalkan (%)
OPT Utama Tanaman padi yang dievaluasi pada workshop ini adalah
Penggerek Batang Padi (PBP, Scirpophaga spp), Wereng Batang Coklat
(WBC, Nilaparvata lugens Stal), Tikus Sawah (Rattus argentiventer),
Penyakit Tungro (ditularkan oleh Nephotettix virescens), Penyakit Blas
(Pyricularia oryzae), Penyakit Bacterial Leaf Blight (BLB, Xanthomonas
campestris pv oryzae), dan Ulat Grayak (Spodoptrera exigua).
Kejadian serangan penyakit blas melebihi angka prakiraan yaitu sebesar
112,7 %. Tingginya serangan blas pada periode MT 2017/2018 ini
disebabkan oleh faktor iklim terutama tingginya curah hujan dan faktor
terbatasnya penggunaan sumber benih sehat yang digunakan petani
(tertular melalui benih).
Perkembangan penyakit blas dipengaruhi oleh beberapa faktor antara
lain: (a). Faktor Lingkungan yaitu jamur Pyricularia grisea berkembang
optimal pada lingkungan dengan suhu berkisar antara 24-28 oC serta
kelembaban udara mencapai 90 %. Penyebaran spora dibantu angin dan
masih dapat menginfeksi tanaman sehat sejauh 2 km dari sumber
24
inokulum awal, (b). Faktor inang alternatif yaitu rerumputan (Digitaria
cilaris, Echinochloa colona) dan tanaman jagung atau jerami sisa-sisa
panen dapat menjadi tempat hidup miselia jamur, (c). Faktor pemupukan
nitrogen yang tinggi menyebabkan jaringan daun menjadi lemah
sehingga spora jamur menginfeksi secara optimal dan menyebabkan
kerusakan serius pada tanaman padi. Gabungan antara pemupukan
nitrogen yang tinggi dengan sedikit unsur kalium dan jarak pertanaman
yang rapat juga menjadi faktor penyebab tingginya serangan blas.
Persentase kejadian serangan blas yang melebihi angka prakiraan
terjadi di beberapa provinsi yaitu provinsi Aceh, Sumatera Selatan, DIY,
Jawa Timur, Banten, Bali, Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan,
Kalimantan Timur dan Papua.
Selain penyakit blas, rasio luas serangan OPT padi yang terjadi pada MT
2017/2018 terhadap luas serangan OPT yang diramalkan yang melebihi
target adalah BLB (Kresek) yaitu 100,9 %. Penyakit BLB ini menyebar
dengan terbawa air, angin dan benih serta infeksi melalui stomata (seed
transmitted). Perkembangan penyakit BLB sangat dipengaruhi oleh
kelembaban tinggi dan suhu rendah yang umumnya terjadi pada musim
penghujan. Gejala serangan terjadi pada awal pertumbuhan, tanaman
layu dan mati. Bila serangan BLB terjadi pada saat berbungan, proses
pengisian gabah menjadi tidak sempurna, menyebabkan gabah tidak
terisi penuh atau bahkan hampa.
Persentase kejadian serangan BLB yang melebihi angka prakiraan terjadi
di Provinsi Aceh, Riau, Sumatera Selatan, Bengkulu, DIY, Banten,
Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Sulawesi
Selatan, Gorontalo, dan Sulawesi Barat.
25
3.1.2.3. Rasio luas serangan OPT tanaman jagung yang terjadi terhadap
luas serangan OPT yang diramalkan
Berdasarkan hasil evaluasi yang disajikan pada Tabel 4, diketahui bahwa
kejadian luas serangan OPT Utama Jagung pada MT 2017/2018 secara
nasional adalah sebesar 58,3 % dari luas prakiraannya yaitu 28.142,9
ha (maksimal). Hasil ini mengindikasikan bahwa informasi angka
prakiraan serangan dan saran tindak pengelolaan yang disampaikan
telah memberi manfaat dan ditindaklanjuti dengan kegiatan
pengelolaannya secara proporsional dan rasio luas serangan OPT jagung
yang terjadi terhadap luas serangan yang diramalkan adalah sebesar
58,3 % atau masih dibawah target 67 %. Meskipun pada kejadian
serangan penyakit Hawar Daun Jagung (Helmithosporium turcicum)
masih relatif tinggi yaitu sebesar 79,9 %. Hal ini diakibatkan oleh belum
optimalnya kegiatan sanitasi lahan dari sisa-sisa bahan organik yang ada
di lapangan khususnya pada daerah-daerah yang tanam jagungnya 2
(dua) kali dalam satu musim dan pemanfaatan agen pengendali hayati
(APH) yaitu Paenibacillus polymixa dalam pengendalian dini (fase
vegetatif awal). Sedangkan masih relatif tingginya kejadian serangan ulat
grayak dikarenakan perkembangan ulat grayak dominan dipengaruhi
oleh perubahan musim dari musim kemarau ke musim penghujan.
Persentase kejadian penyakit hawar daun jagung yang melebihi angka
prakiraan terjadi di Provinsi Sumatera Utara. Sedangkan persentase
kejadian serangan ulat grayak yang melebihi angka prakiraan terjadi di
Provinsi Sumatera Barat, NTB, Sulawesi Tenggara, Gorontalo dan
Sulawesi Barat.
26
Tabel 7. Rasio Luas Serangan OPT Jagung yang Terjadi Terhadap Luas
Serangan OPT yang Diramalkan (%)
Kejadian Luas
Serangan MT
2017/2018 (Ha)
Min Rerata Mak (ha)
1 Lalat Bibit 955 1.073 1.971 2.886 778 27,0
2 Penggerek Batang 2.319 3.888 4.690 5.493 2.608 47,5
3 Bulai 2.215 3.423 4.466 5.508 2.627 47,7
4 Tikus 2.872 1.801 2.660 3.718 2.347 63,1
5 PenggerekTongkol 1.592 1.343 2.209 3.100 1.963 63,3
6 Ulat Grayak 1.479 1.658 2.406 3.184 2.678 84,1
7 Hawar Daun 2.579 2.434 3.360 4.255 3.398 79,9
Jumlah 14.009 15.620 21.762 28.143 16.400 58,3
No OPT Utama
Rasio Luas Serangan
OPT Jagung yang
Terjadi Thd Luas
Serangan OPT yang
Diramalkan (%)
KLTS MT
2017 (ha)
Prakiraan Luas Serangan MT
2017/2018 (Ha)
OPT Utama Tanaman Jagung yang dievaluasi adalah Lalat Bibit,
Penggerek Batang Jagung (PBJ), Penyakit Bulai (Peronospora maydis),
Tikus sawah (Rattus argentiventer), Penggerek Tongkol Jagung, Ulat
Grayak (Spodoptrera excemota), dan Penyakit Hawar Daun Jagung
(Helminthosporium sp).
3.1.2.4. Rasio luas serangan OPT tanaman kedelai yang terjadi terhadap
luas serangan OPT yang diramalkan
Berdasarkan hasil evaluasi yang disajikan pada Tabel 5, diketahui bahwa
kejadian luas serangan OPT Utama Kedelai pada MT 2017/2018 secara
nasional adalah sebesar 13.5 % atau masih dibawah target rasio luas
serangan OPT kedelai yang terjadi terhadap luas serangan OPT yang
diramalkan sebesar 20 %. Hasil ini mengindikasikan bahwa informasi
angka prakiraan serangan dan saran tindak pengelolaan yang
disampaikan telah memberi manfaat dan ditindaklanjuti dengan
kegiatan pengelolaannya secara proporsional, meskipun pada kejadian
serangan Hama Penggulung Daun (Lamprosema indicata) masih relatif
tinggi yaitu sebesar 22.3 %. Hal ini diakibatkan oleh belum optimalnya
27
kegiatan sanitasi lingkungan terhadap gulma-gulma yang dapat menjadi
inang alternatif dari perusak daun tersebut.
Tabel 8. Rasio Luas Serangan OPT Kedelai yang Terjadi Terhadap Luas
Serangan OPT yang Diramalkan (%)
Kejadian
KLTS MT
2017/2018
Min Rerata Mak (ha)
1 Penggerek Polong 137 -158 681 1.550 255 16,5
2 Lalat Kacang 111 -527 270 1.122 55 4,9
3 Ulat Grayak 348 -138 743 1.668 281 16,8
4 Tikus 153 -300 380 1.103 28 2,5
5 Penggulung Daun 379 580 1.359 2.144 478 22,3
6 Ulat Jengkal 161 -433 315 1.125 80 7,1
Jumlah 1.289 -976 3.748 8.712 1.177 13,5
OPTKLTS MT
2017 (Ha)
Rasio Luas Serangan
OPT Kedelai yang
Terjadi Thd Luas
Serangan OPT yang
Diramalkan (%)
Prakiraan Luas Serangan MT
2017/2018 (Ha) No
OPT Utama Tanaman Kedelai yang dievaluasi adalah Penggerek Polong
(Etiella zinckinella), Lalat Kacang, Ulat Grayak (Spodoptera litura), Tikus
sawah (Rattus argentiventer), Penggulung Daun (Lamprosema inclusa),
dan Ulat Jengkal.
Dalam rangka mencapai target rasio luas serangan OPT tanaman pangan
yang terjadi terhadap luas serangan OPT yang diramalkan adalah melalui
langkah-langkah sebagai berikut:
1. Melakukan bimbingan teknis pengendalian OPT yang dilakukan oleh
petugas BBPOPT kepada gapoktan/poktan.
2. Melakukan pengamatan (surveilans) OPT tanaman pangan.
3. Mendistribusikan agens pengendali hayati ke stakeholder terkait
seperti BPTPH, Lab PHP/AH, PPAH dan gapoktan/poktan.
4. Mengadakan workshop evaluasi prakiraan serangan OPT utama PJK
MT 2017/2018.
28
3.1.2.5. Jumlah temuan BPK atas pengelolaan keuangan BBPOPT yang
terjadi berulang
Sampai dengan triwulan III belum ada pemeriksaan oleh BPK terhadap
pelaksanaan anggaran Balai Besar POPT tahun 2017. Kegiatan yang
mendukung pencapaian indikator ini yaitu pengelolaan keuangan dan
perlengkapan, yang antara lain: pengelolaan administrasi satuan kerja
Balai Besar POPT dan pemberian honorarium Kuasa Pengguna
Anggaran, Pejabat Pembuat Komitmen, Pejabat Pembuat Tagihan dan
Penandatangan SPM, Bendahara Pengeluaran, Bendahara Penerimaan
PNBP dan Staf Pengelola keuangan, termasuk juga laporan SAI dan
SABMN yang dilaksanakan selama 12 bulan. Sampai dengan triwulan III
telah dilaksanakan pengelolaan keuangan dan perlengkapan selama tiga
bulan.
3.1.2.6. Jumlah temuan Itjen atas implementasi SAKIP yang terjadi
berulang (5 aspek SAKIP sesuai Permenpan RB No. 12 Tahun 2015)
Dalam pelaksanaan evaluasi pelaksanaan Sistem Akuntabilitas Kinerja
Instansi Pemerintah (SAKIP) lingkup Direktorat Jenderal Tanaman
Pangan tahun 2017 oleh Tim Inspektorat Jenderal Kementan, tidak ada
penilaian SAKIP untuk tingkat Eselon II.
Dalam rangka implementasi Sistem Pengendalian Internal (SPI) di
lingkup Kementan, Inspektorat Jenderal melakukan pembinaan SPI di
BBPOPT pada tanggal 29 Agustus sampai 5 September 2018. Tim Itjen
yang melakukan pembinaan SPI ke BBPOPT Jatisari adalah Inspektur II
Bu Tin Latifah, SP, MSi, Ir. Soeharto, MM, Bintara, SE, MM, dan Maududi
Latif, S.Psi.
Pembinaan SPIP SPIP Kegiatan Lingkup BBPOPT TA 2018 bertujuan
untuk memastikan Satker BBPOPT telah membangun dan
mengimplementasikan SPIP, khususnya (1) melakukan penilaian risiko,
(2) membangun kegiatan pengedalian (Kebijakan/SOP) untuk
menangani risiko, (3) mengukur pelaksanaan K/SOP, dan/atau (4)
mengevaluasi atau membuat rencana evaluasi pelaksanaan K/SOP
29
Berikut ini rekomendasi tim Itjen terkait pembinaan SPI di BBPOPT:
1. Memastikan lingkungan pengendalian berjalan secara memadai
dalam hal:
a. Identifikasi kegiatan yang dibutuhkan untuk mendukung tugas
dan fungsi organisasi.
b. Melakukan sosialisai terhadap pegawai yang diberikan
wewenang sehingga mengerti batasan tanggungjawabnya dalam
pelaksanaan kegiatan.
c. Penerapan kebijakan dan prosedur sejak awal kegiatan dan
supervisi periodik secara memadai (tertulis) terhadap pegawai
yang melaksanakan kegiatan.
2. Memastikan Penanggungjawab kegiatan melaksanakan sosialisasi
mengenai analisa risiko beserta langkah-langkah pengendaliannya
kepada pelaksana kegiatan.
3. Memastikan prosedur operasional kegiatan (K/SOP) yang telah
dibangun disosialisasikan kepada seluruh unsur manajemen dan
pelaksana kegiatan, serta kartu kendali informasi dan komunikasi
dapat diimplementasikan sebagai sarana pengendalian pimpinan
terhadap pelaksanaan serta pencapaian tujuan dan sasaran
kegiatan.
4. Memastikan rancangan pengendalian dapat dilaksanakan secara
efektif dengan melakukan pemantauan atas setiap proses bisnis
yang dilaksanakan, sehingga target output dapat tercapai tepat
waktu.
5. Memastikan pembangunan unsur SPIP pada kegiatan lainnya
sehingga kegiatan satker dapat tercapai tujuan dan sasarannya
30
3.2. Realisasi Anggaran
Realisasi keuangan pada tahun 2018 sampai dengan 30 September
2018 mencapai Rp 10.991.177.105,- (sepuluh milyar sembilan ratus
sembilan puluh satu juta seratus tujuh puluh tujuh ribu seratus lima
rupiah) atau 70,15 %. Realisasi anggaran Balai Besar POPT tahun 2018
berdasarkan output seperti terlihat pada tabel berikut.
Tabel 6. Realisasi Anggaran Balai Besar POPT Triwulan III Tahun 2018
Berdasarkan Output (posisi: s.d 30 September 2018)
Kode Output Pagu (Rp) Realisasi (Rp) %
1768.007 Model Peramalan OPT 5.661.400.000 3.457.870.905 61,08
1768.951 Layanan Internal 2.085.546.000 1.556.699.870 74,64
1768.994 Layanan Perkantoran 7.921.900.000 5.976.606.330 75,44
15.668.846.000 10.991.177.105 70,15Jumlah
31
BAB IV
PENUTUP
Laporan kinerja sebagai bentuk pertanggungjawaban pelaksanaan tugas
pokok dan fungsi serta pengelolaan SDM dan program dan kegiatan
yang dibiayai melalui APBN. Laporan kinerja triwulan III tahun 2018 Balai
Besar POPT ini dapat dijadikan sebagai alat kendali dalam pencapaian
kinerja sampai dengan bulan Juni 2018. Melalui laporan kinerja triwulan
III ini dapat memberikan gambaran keberhasilan ataupun kegagalan
pelaksanaan kegiatan dengan membandingkan terhadap target yang
telah ditetapkan. Sehingga dapat menjadi bahan masukan bagi
pimpinan dalam pelaksanaan kegiatan selanjutnya untuk pencapaian
target sesuai dengan yang telah direncanakan.
Perlu dilakukan evaluasi atas Indikator kinerja yang tidak dilakukan
penilaian yaitu jumlah temuan Itjen atas implementasi SAKIP yang terjadi
berulang (5 aspek SAKIP sesuai PermenPAN RB Nomor 12 Tahun 2015),
sehingga tidak akan menjadi kendala dalam penyusunan LAKIN Balai
Besar POPT pada triwulan selanjutnya dan akhir tahun 2018.