Upload
others
View
0
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan
hidayah-Nya kami dapat melaksanakan praktikum Analisis Fisikokimiaserta dapat
menyelesaikan penyusunan laporan praktikum Analisis Fisikokimia ini.
Dalam menyelesaikan laporan ini tidak terlepas dari bantuan semua
pihak,oleh karena itu dengan kerendahan hati penulis mengucapkan rasa terima kasih
kepada seluruh pihak yang telah membantu dalam penyelesaian laporan ini.
Penulis menyadari bahwa penyusunan laporan ini masih banyak
kekurangannya, seperti peribahasa Tiada gading yang tak retak.Dikarenakan
keterbatasan pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki oleh penulis.Oleh karena itu
penulis mengharapkan kritik dan saran untuk penulisan laporan prakerin ini.
Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih, semoga semua bantuan dan
bimbingan yang telah diberikan mendapat balasan yang setimpal dari Allah SWT dan
semoga laporan ini dapat bermanfaat khususnya bagi penulis dan umumnya bagi
semua pihak yang membaca laporan ini.
Bandung, 10 Desember 2016
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR....................................................................................................i
DAFTAR ISI.................................................................................................................ii
BAB I.............................................................................................................................1
PENDAHULUAN.........................................................................................................1
1.1. Prinsip Percobaan............................................................................................1
1.2. Tujuan Percobaan............................................................................................1
BAB II...........................................................................................................................2
TEORI PENUNJANG...................................................................................................2
2.1. Pengertian Analisa Kuantitatif............................................................................2
2.2. Macam-Macam Analisa Kuantitatif................................................................2
2.3. Spektrofotometri.............................................................................................3
2.4. Metode spektrofotometri UV-sinar tampak....................................................3
2.5. Sediaan farmasi obat Aspirin..........................................................................4
BAB III..........................................................................................................................6
PROSEDUR PERCOBAAN.........................................................................................6
3.1. Cara Kerja...........................................................................................................6
3.2. Alat dan Bahan...................................................................................................7
BAB 1V.........................................................................................................................8
HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN........................................................8
4.1. Hasil Pengamatan...............................................................................................8
4.2. Pembahasan........................................................................................................9
4.3. Hasil analisa spektrofotometri dan perhitungan...............................................13
BAB V.........................................................................................................................16
PENUTUP...................................................................................................................16
5.1. KESIMPULAN................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................17
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Prinsip Percobaan
Sfektrofotometri UV-VS yaitu suatu molekul yang dikenal sinar dan sumber
radiasi dan diteruskan menuju monokromator.
1.2. Tujuan Percobaan
1. Melakukan analis kuantitatif zat aktif dalam sediaan farmasi dengan metode
sfektrofotometri UV-sinar tampak.
2. Menyimpulkan mutu sediaan farmasi dengan data sfektrum UV-Sinar tampak
dan hasil penetapan kadar zat aktif
1
BAB II
TEORI PENUNJANG
2.1. Pengertian Analisa Kuantitatif
Analisa kuantitatif adalah suatu analisa yang digunakan untuk
mengetahui kadar suatu zat (Svehla, 1985). Analisa kuantitatif berkaitan
dengan penetapan beberapa banyak suatu zat tertentu yang terkandung dalam
suatu sampel. Zat yang ditetapkan tersebut, yang sering kali dinyatakan
sebagai konstituen atau analit, menyusun sebagian kecil atau sebagian besar
sampel yang di analisis (Day dan Underwood, 2002).Pengertian lain dari
analisa kuantitatif adalah analisa yang bertujuan untuk mengetahui jumlah
kadar senyawa kimia dalam suatu bahan atau campuran bahan (Sumardjo,
1997).
2.2. Macam-Macam Analisa Kuantitatif
Secara garis besar metode yang digunakan dalam analisis kuantitatif
dibagi menjadi dua macam yaitu kimia analisis kuantitatif instrumental, yaitu
metode analisis bahan-bahan kimia menggunakan alat-alat instrumen, dan
analisa kimia konvensional. Metode dalam analisa kuantitatif dibedakan
menjadi 2 bagian: metode gravimeter, yaitu penetapan kadar suatu unsur atau
senyawa berdasarkan berat, tetapnya dengan cara penimbangan.
Cara dilakukan dengan unsur atau senyawa yang diselidiki dan bahan
yang menyusunnya.Bagian terbesar yang dilakukan metode gravimetri adalah
perubahan unsur berat tetapnya. Berat senyawa selanjutnya dapat dianalisa
berdasarkan jenis senyawa (khoppar, 1990).. Metode volumetri, adalah analisa
kuantitatif yang dilakukan dengan cara menambahkan sejumlah larutan baru
yang lebih diketahui kadarnya. Dengan mengetahui jumlah larutan baru yang
ditambahkan dan reaksinya berjalan secara kuantitatif sehingga senyawa yang
dianalisis dapat dihitung jumlahnya (Sumardjo, 1997).
2
2.3. Spektrofotometri
. Spektrofotometri merupakan suatu metode analisa yang didasarkan
pada pengukuran serapan sinar monokromatis oleh suatu lajur larutan
berwarna pada panjang gelombang spesifik dengan mengguankan
monokromator prisma atau kisi difraksi dengan detector Fototube. Dalam
analisis cara spektrofotometri terdapat tiga daerah panjang gelombang
elektromagnetik yang digunakan, yaitu daerah UV (200-380 nm), daerah
Visible (380-700 nm), daerah Inframerah (700-3000 nm).
Prinsip kerja spektrofotometri berdasarkan hokum Lambert-Beer, bila
cahaya monokromatik (I0),melalui suatu media (larutan), maka sebagian
cahaya tersebut diserap (Ia), sebagian dipantulkan (Ir), dan sebagian lagi
dipancarkan (It). Transmitans adalah perbandingan intensitas cahaya yang di
transmisikan ketika melewati sampel (It) dengan intensitas cahaya mula-mula
sebelum melewati sampel (Io). Persyaratan hokum Lambert-Beer antara lain :
Radiasi yang digunakan harus monokromatik, rnergi radiasi yang di absorpsi
oleh sampel tidak menimbulkan reaksi kimia, sampel (larutan) yang
mengabsorpsi harus homogeny, tidak terjadi flouresensi atau phosphoresensi,
dan indeks refraksi tidak berpengaruh terhadap konsentrasi, jadi larutan harus
pekat (tidak encer).
2.4. Metode spektrofotometri UV-sinar tampak
Spektrofotometri Sinar Tampak (UV-Vis) adalah pengukuran energi
cahaya oleh suatu sistem kimia pada panjang gelombang tertentu (Day,
2002).Sinar ultraviolet (UV) mempunyai panjang gelombang antara 200-400
nm, dan sinar tampak (visible) mempunyai panjang gelombang 400-750 nm.
Pengukuran spektrofotometri menggunakan alat spektrofotometer yang
melibatkan energi elektronik yang cukup besar pada molekul yang dianalisis,
sehingga spektrofotometer
UV-Vis lebih banyak dipakai untuk analisis kuantitatif dibandingkan
kualitatif.Spektrum UV-Vis sangat berguna untuk pengukuran secara
3
kuantitatif.Konsentrasi dari analit di dalam larutan bisa ditentukan dengan
mengukur absorban pada panjang gelombang tertentu dengan menggunakan
hukum Lambert-Beer (Rohman, 2007).
Hukum Lambert-Beer menyatakan hubungan linieritas antara absorban
dengan konsentrasi larutan analit dan berbanding terbalik dengan transmitan.
Dalam hukum Lambert-Beer tersebut ada beberapa pembatasan, yaitu :
– Sinar yang digunakan dianggap monokromatis
– Penyerapan terjadi dalam suatu volume yang mempunyai penampang yang
sama
– Senyawa yang menyerap dalam larutan tersebut tidak tergantung terhadap
yang lain dalam larutan tersebut
– Tidak terjadi fluorensensi atau fosforisensi
– Indeks bias tidak tergantung pada konsentrasi larutan
Hukum Lambert-Beer dinyatakan dalam rumus sbb :
A = e.b.c
dimana :
A = absorban
e = absorptivitas molar
b = tebal kuvet (cm)
c = konsentrasi
2.5. Sediaan farmasi obat Aspirin
Aspirin ditemukan oleh Bayer pada tahum 1893. Aspirin merupakan
obat yang ditemukan tertua dan banyak dikonsumsi sebagai obat dan
diproduksi di US sebanyak 10.000 juta Kg/tahun.Aspirin disebut juga asam
asetil salisilat, sering digunakan sebagai pereda sakit (analgesic).Aspirin
adalah turunan dari asam salisilat. Berikut sifat-sifat dari aspirin :
– Aspirin berbentuk kristal berwarna putih
– Bersifat asam lemah (pH 3,5) dengan titik lebur 135°C
4
– Mudah larut dalam cairan ammonium asetat, karbonat, sitrat atau hidroksida
dari logam alkali.
– Stabil dalam udara kering, tetapi terhidrolisis perlahan menjadi asetat dan
asam salisilat bila kontak dengan udara lembab.
– Dalam campuran basa, proses hidrolisis ini terjadi secara cepat dan sempurna.
– Bersifat analgesik, antipyretic (fever reducer), nti-inflammatory (inhibition of
the synthesis of prostaglandins), dan memiliki efek samping seperti: gastric
irritation dan bleeding .
Kegunaan aspirin :
Aspirin digunakan sebagai penurun demam (antipiretik) dan sebagai
obat anti peradangan.Aspirin juga memiliki sifat anti penggumpalan darah
karena menghambat pembentukan tromboksan (protein pengikat yang
dihasilkan oleh platelet).Oleh karena itu aspirin digunakan sebagai obat
jangka panjang dalam dosis rendah untuk mencegah penyumbatan pembuluh
darah, stroke dan serangan jantung. Tetapi efek antipenggumpalan ini dapat
menyebabkan pendarahan berlebihan terjadi, karena itu orang yang akan
menjalani pembedahan atau mempunyai masalah pendarahan tidak
diperbolehkan mengonsumsi aspirin.
Efek samping aspirin :
Efek samping utama aspirin adalah pengikisan saluran pencernaan, pendarahan usus
dan tinnitus (gejala telinga berdenging). Aspirin sebaiknya tidak digunakan oleh
anak-anak dan remaja dibawah umur, karena dapat menyebabkan Sindrom Reye,
yaitu kerusakan pada mitokondria liver sehingga liver tidak mampu mengubah
timbunan glikogen menjadi glukosa.
Dalam dosis tinggi, aspirin dapat menyebabkan kematian. Kadar mematikan aspirin
adalah LD50 1,1 g/kg atau 1,1 gram aspirin untuk setiap 1 kilogram berat tubuh suatu
organisme.
Cara penentuan kadar aspirin dalam tablet :
Senyawa ini bersifat asam, untuk mengetahui konsentrasi aspirin dalam tablet
dilakukan titrasi dengan larutan NaOH standar. Dalam reaksi netralisasi ini gugusan
5
asetil lebih sukar dilepaskan daripada gugusan karbonil hingga terjadi reaksi :Untuk
mengetahui kadar aspirin dalam tablet, dapat dilakukan titrasi dengan larutan basa..
6
BAB III
PROSEDUR PERCOBAAN
3.1. Cara Kerja
Pembuatan larutan standar Fe- salisilat dan kurva kalibrasi
Larutan standar
1. Timbang dengan seksama 160 mg baku pembanding asam salisilat ke dalam
labu Erlenmeyer 50 mL.
2. Tambahkan 5 mL NaOH 1.0 ( gunakan pipet seukuran ).
3. Bila perlu, tempatkan labu erlenmeyer pada hot plate. Panaskan campuran
selama 5 menit secara perlahan sambil sesekali diaduk dengan batang
pengaduk hingga padatan larut sempurna , setelah itu dinginkan larutan.
4. Pindahkan larutan yang diperoleh ke dalam labu ukur 100 mL. Lalu encerkan
dengan air destilasi hingga tanda batas. Larutan yang diperoleh adalah larutan
stock baku pembanding ( Tandai labu takar dengan kode “SA”).
5. Pipet masing – masing 0,5 ; 0,4 ; 0,3 ; 0,2 dan 0,1 mL larutan stock baku
pembanding ke dalam labu ukur 10 mL. Encerkan dengan larutan FeCl3 0.02
M.
6. Ukur absorbansi masing – masing larutan standard tersebut pada panjang
gelombang 530 nm. Mulailah pengukuran dari sampel yang paling encer .
Bilas kuvet terlebih dahulu sebelum diisi dengan larutan standard . Gunakan
larutan FeCl3 sebagai larutan blanko.
Larutan uji
1. Serbukkan lima tablet Aspirin yang dijual di pasaran.
2. Timbang dengan seksama 160 mg aspirin yang telah diserbukkan
3. Tambahkan 5 mL NaOH 0,10 N (gunakan pipet seukuran)
7
4. Bila perlu, tempatkan labu erlenmeyer pada hot plate. Panaskan campuran
selama 5 menit secara perlahan sambil sesekali diaduk dengan batang
pengaduk hingga padatan larut sempurna , setelah itu dinginkan larutan.
5. Pindahkan larutan yang diperoleh ke dalam labu ukur 100 mL. Lalu encerkan
dengan air destilasi hingga tanda batas. Larutan yang diperoleh adalah larutan
stock ASA ( Tandai labu takar dengan kode “ASA”).
6. Buat pengenceran larutan stock ASA dengan cara memipet 0,3 mL larutan
stock ke dalam labu ukur 10 mL lalu encerkan dengan FeCl3 0. 02 M hingga
tanda batas.
7. Ukur dan catat nilai adsorbansi dari larutan tersebut pada panjang gelombang
530 nm.
3.2. Alat dan Bahan
Alat Bahan
a) Spektrofotometri UV sinar tampak
b) Labu ukur 50 ml
c) Gelas ukur
d) Batang pengaduk
e) Gelas kimia
f) Pipet tetes
g) Hot plate
a) Asam salisilat
b) Aspirin
c) NaOH
d) Aquadest
8
BAB 1V
HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil Pengamatan
Larutan standard
No. Sampel ID Type Konsentrasi Absorbansi WGT Factor
1 Standar 0,1 Standard 0,100 0,327 1,000
2 Standar 0,2 Standard 0,200 0,687 1,000
3 Standar 0,3 Standard 0,300 0,340 1,000
4 Standar 0,4 Standard 0,400 2,041 1,000
5 Standar 0,5 Standard 0,500 0,177 1,000
Larutan sampel
Namasampel Konsentrasi Absorbansi
Aspirin 0,233 0,644
9
4.2. Pembahasan
Spektrofotometri merupakan suatu metoda analisis yang didasarkan pada
pengukuran serapan sinar monokromatis oleh suatu lajur larutan berwarna pada
panjang gelombang spesifik dengan menggunakan monokromator prisma atau kisi di
fraksi dengan detektor fototube. Spektrofotometer adalah alat untuk mengukur
transmitan atau absorban suatu sampel sebagai fungsi panjang gelombang.
Spektrofotometri terdiri dari beberapa jenis berdasarkan sumber cahaya yang
digunakan, yaitu Spektofotometri UV (Ultra Violet), spektrofotometri visible ( Sinar
Tampak ), spektrofotometer UV-Vis, dan Spektrofotometri IR (Inframerah), memiliki
prinsip kerja yang sama yaitu “adanya interaksi antara materi materi dengan cahaya
yang memiliki panjang gelombang tertentu”. Perbedaannya terletak pada panjang
gelombang yang digunakan.
Spektrofotometri UV-Vis dapat digunakan baik untuk sampel yang berwarna
maupun tidak berwarna.Metode spektrofotometer UV-Vis lebih banyak dipakai untuk
analisis kuantitatif dibandingkan kualitatif.Konsentrasi dari analit di dalam larutan
bisa ditentukan dengan mengukur absorban pada panjang gelombang tertentu dengan
menggunakan hukum Lambert-Beer (Rohman, 2007).
Prinsip kerja spektrofotometri UV-Vis yaitu suatu molekul yang dikenai sinar
dari sumber radiasi akan diteruskan menuju monokromator. Cahaya dari
monokromator di arahkan terpisah melalui sampel dengan sebuah cermin berotasi.
Detektor menerima cahaya dari sampel secara bergantian dan berulang, sinyal listrik
dari detektor diproses sehingga di dapatkan nilai absorbansi.Pada percobaan kali ini
dilakukan penentuaan kadar aspirin (asam asetil salisilat) di dalam suatu sediaan
farmasi dengan cara analisis kuantitatif. Aspirin merupakan asam organik yang
lemah, mengandung gugus kromofor yaitu karboksil (asam karboksilat) dan benzene.
Gugus kromofor pada aspirin merupakan gugus yang dapat menghasilkan
warna.Sesuai dengan literatur penentuan kadar aspirin dilakukan pada panjang
gelombang 530 nm. Akan tetapi dilakukan pemastian kembali untuk penentuan
panjang gelombang yang digunakan pada aspirin. Setelah didapatkan panjang
gelombang yang pasti, barulah dapat dilakukan pemilihan metode yang
10
akandigunakan. Pemilihan metode ini didasarkan pada karakteristik dari aspirin.
Karena aspirin memiliki gugus kromofor dan panjang gelombang penyerapan
cahayanya berada pada daerah visible yaitu 350 – 800 nm, maka dipilihlah metode
spektrofotometri visible atau spektrofotometer berkas tunggal dimana blanko
dimasukkan atau disinari secara terpisah. Keuntungan alat ini yaitumempunyai
sensitivitas yang relatif tinggi, pengerjaanya mudah sehingga pengukuran yang
dilakukan cepat, dan mempunyai spesifisitas yang baik.
Pada penetapan kadar aspirin dilakukan dengan pembuatan larutan standar Fe
salisilat dan kurva kalibrasi. Pada pembuatan larutan standar baku pembanding yang
digunakan yaitu asam salisilat, sedangkan pada larutan uji digunakan aspirin dan
dilakukan secara duplo, pengerjaan duplo bertujuan untuk menambah keakuratan
hasil pengukuran, dengan membandingkan kadar yang diperoleh keduanya sama atau
tidak. Kedua larutan tersebut diencerkan menggunakan aquadest dan FeCl3.
Penambahan aquadest bertujuan untuk melarutkan sampel, akan tetapi karena kedua
jenis sampel yang digunakan kurang larut dalam volume air yang kecil sehingga
kelarutannya kurang sempurna. Sedangkan FeCl3 berfungsi sebagai blanko dan
kromotag (menghasilkan warna). FeCl3 akan membentuk kompleks ungu dengan
asam salisilat karena dalam gugus asam salisilat terdapat atom O (nukleofil) dalam
gugus OH akan menyerang atom Fe dengan melepaskan atom H nya untuk
membentuk ikatan O-FeCl2. Aspirin tidak membentuk kompleks berwarna ungu
karena tidak memiliki gugus OH.Sedangkan, FeCl3 digunakan sebagai blanko supaya
alat spektrofotometer UV/Vis mengenal matriks selain sampel sebagai
pengotor.Kemudian setting blank sehingga ketika pengukuran hanya sampel yang
diukur absorbansinya.Sebelum pengukuran absorbansi sampel/standar, harus
dilakukan blanko terlebih dahulu.
Selama proses pemeriksaan ini, bagian bening kuvet tidak boleh disentuh
oleh tangan karena sumber sinar akan diteruskan melalui bagian bening kuvet. Jika
bagian bening kuvet terkontaminasi oleh tangan, maka akan mempengaruhi nilai
absorbansi. Hal ini akan memungkinkan kesalahan dalam menginterpretasikan data
yang diperoleh. Prinsip penetapan kadar aspirin, dimana terjadi reaksi pembentukan
11
kompleks aspirin yang diencerkan dengan penambahan basa kemudian terjadi reaksi
hidrolisis yang cepat atau lambat menjadi salisilat dan asetat tanpa tergantung pada
konsentrasi ion OH. aspirin yang terhidrolisis dengan katalis NaOH terurai menjadi
salisilat dianion dan asetat anion. Selanjutnya, senyawa asam salisilat bereaksi
dengan larutan FeCl3 sehingga atom -H terlepasmenjadikan asam salisilat
mengandung Fenol.maka reaksi FeCl3 dengan asam salisilat akan membentuk
kompleks ungu. Hal ini menunjukkan bahwa telah terbentuk senyawa kompleks dari
Fe3+ dengan fenol.Fenol merupakan senyawa yang mengandung gugus hidroksil
yang terikat pada karbon tak jenuh, sehingga dapat bereaksi dengan besi (III) klorida
menghasilkan larutan berwarna.dengan membuat sederet larutan standar dengan
konsentrasi yang telah diketahui secara pasti. Selanjutnya diukur absorbansinya dan
dibuat kurva antara absorbansi dengan konsentrasi sehingga diperoleh garis
linear.Menurut hukum lambert beer absorbansi berbanding lurus dengan
konsentrasi.Namun demikian pada kenyataannya penyimpangan sering terjadi.
Kurva standar menunjukkan hubungan antara konsentrasi larutan ( sumbu-x )
dengan absorbansi larutan ( sumbu-y ) dari kurva standar dihasilkan suatu persamaan
yang di regresilinierkan, didapat persamaan y =1514.x – 0,006. Dengan regresi yang
dihasilkan sebesar 0,999. Nilai ini menunjukkan koefisien korelasi antara absorbansi
dengan konsentrasi besar sehingga linearitas dari kurva adalah baik. Dimana semakin
tinggi konsentrasi maka semakin besar pula nilai absorbansinya
Setelah dilakukan pembuatan kurva kalibrasi dan dilakukan perhitungan
kadar. Hasil kadar aspirin secara duplo yaitu 32.89% dan 30.44%. Hal ini dapat
dinyatakan kadar aspirin yang terkandung di dalam sediaan farmasi yang diuji
memiliki kadar yang relatif kecil. Menurut Farmakope Indonesia edisi IV persyaratan
kadar untuk tablet yang mengandung aspirin adalah mengandung tidak kurang dari
90,0 % dan tidak lebih dari 110,0 %. Untuk itu dapat disimpulkan bahwa tablet yang
mengandung aspirin tersebut tidak memenuhi persyaratan kadar yang ditetapkan oleh
Farmakope Indonesia IV
Hal tersebut dapat dikarenakan kesalahan atau ketidak telitian alat sangat
berpengaruh besar, ketika aspirin dilarutkan belum terlarut secara sempurna atau
12
masih terdapat bongkahan kecil, kurang telitinya dalam penimbangan bahan,
pengambilan pelarut, maupun ketidak homogenan dalam pengocokan,
akibatkurangnya ketelitian praktikan dapat memungkinkan perbedaan panjang
gelombang yang diperoleh. Diketahui dari kelarutannya aspirin mudah larut dalam air
mendidih seharusnya pelarutannya memerlukan volume air yang banyak dan
memerlukan suhu yang tinggi sehingga dapat melarut sempurna.Masih adanya zat
pengotor dari larutan tersebut, pengotor seperti pencucian alat yang tidak bersih
dimungkinkan membawa dampak terhadap hasil yang diperoleh dari percobaan
ini.Atau juga karena ketersediaan alat yang minim sebab alat yang digunakan pada
saat praktikum bukan spektrofotometer Visible, melainkan spektrofotometer UV.
13
4.3.Hasil analisa spektrofotometri dan perhitungan
Hasil analisa larutan standart Aspirin melalui Spektrofotometri UV .
14
Hasil analisa larutan sampel Aspirin melalui spektrofotometri UV-Vis .
15
Perhitungan regresi linear
No X( Konsentrasi ) Y( Absorbans ) XY X2 Y2
1 0,100 0,327 0,0327 0,01 0,1069
2 0,200 0,687 0,1374 0,04 0,4720
3 0,300 0,340 0,1020 0,09 0,1156
4 0,400 2,041 0,8164 0,16 4,1657
5 0,500 0,177 0,0885 0,25 0,0313
6 0,233 0,644 0,1501 0,0543 0,4147
Jumlah 1,733 4,216 1,3271 0,6043 5,3062
B = ( (n × ∈ XY) – (∈X × ∈Y) ) ÷ ( (n × ∈X2) - (∈X)2 )
= ( (6 × 1,3271) – (1,733 × 4,216) ) ÷ ( (6 × 0,6043) – ( 1,733)2 )
=( 7,9626 – 7,3063) ÷ ( 3,6258 – 3,0033)
= 0,6563 ÷ 0,6225
= 1,0543
A = (∈Y ÷ n ) - ( b × ¿X ÷ n) )
= ( 4,216 ÷ 6 ) – ( 1,0543 × ( 1,733 ÷ 6 ) )
= 0,7027 – 0,3045
= 0,3982
R = ( (n × ∈ XY) – (∈X × ∈Y) ) ÷ √ ((n×∈ X2)−(∈ X)2)×((n×∈Y 2))
= (6 x 1,3271) – (1,733 x 4,216) ÷ √ ((6 x0,6043)−(1,733)2)×((6×4,216))
= 7,9626 – 7,3063 ÷ - 72,3457
= 0,6563 ÷ - 72,3457
= 0,0091 ( Korelasi lemah)
16
BAB V
PENUTUP
5.1. KESIMPULAN
Kesimpulan yang didapat setelah melakukan percobaan ini adalah:
a) Semakin tinggi panjang gelombang yang di gunakan untuk mengukur sampel,
maka semakin tinggi pula nilai absorbennya.
b) Semakin tinggi nilai pengenceran ppm, semakin besar nilai absorbennya
c) Praktikum yang kami lakukan menunjukan hasil konsentrasi sampel yang
mendekati hasil konsentrasi salah satu larutan standard . Hasil konsentrasi
sampel yang diperoleh adalah 0,233, dan itu mendekati hasil konsentrasi
satndard kedua 0,200 . Nilai adsorbansi sampel 0,644 mendekati nilai
adsorbansi sampel 0,687.
17
DAFTAR PUSTAKA
http://wwwfahmi-puja-anggara.blogspot.co.id/2009/12/analisa-kuantitatif.html
http://organiksmakma3b30.blogspot.co.id/2013/04/spektrofotometri.html
https://wocono.wordpress.com/2013/03/04/spektrofotometri-uv-vis/
18