31
BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG Keluarga Berencana merupakan program pemerintah Indonesia yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan penduduk indonesia. Keluarga berencana yang selama ini kita kenal, ternyata memiliki kontroversi yang patut kita perhatikan, sebab, beragamnya agama serta budaya yang kita miliki di Indonesia bahkan di dunia. Sejak kehidupan Nabi-pun program Keluarga berencana sudah dilakukan dengan cara coitus interruptus . bahkan di negara barat, dulunya mereka melakukan KB dengan cara di gugurkan. Namun di negara kita sangat tidak mungkin melakukan hal tersebut dikarenakan, paham yang kita anut adalah paham Hak Asasi Manusia. Dewasa ini, sebanyak 98,4% wania Indonesia melakukan KB sedangkan lelaki Indonesia sebanyak 1,46 % dari 100%. Sedangkan selebihnya para wanita Indonesia mengaku terlalu fanatik terhadap agamanya, mereka menganggap bahwa keluarga berencana itu di haramkan, akan tetapi tidak sedikit mereka mengaku bahwa tidak mengerti tentang KB. 2. TUJUAN Tujuan dari pembuatan makalah mini adalah:

KB baru

Embed Size (px)

DESCRIPTION

KB baru

Citation preview

BAB IPENDAHULUAN

1. LATAR BELAKANGKeluarga Berencana merupakan program pemerintah Indonesia yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan penduduk indonesia. Keluarga berencana yang selama ini kita kenal, ternyata memiliki kontroversi yang patut kita perhatikan, sebab, beragamnya agama serta budaya yang kita miliki di Indonesia bahkan di dunia.Sejak kehidupan Nabi-pun program Keluarga berencana sudah dilakukan dengan cara coitus interruptus. bahkan di negara barat, dulunya mereka melakukan KB dengan cara di gugurkan. Namun di negara kita sangat tidak mungkin melakukan hal tersebut dikarenakan, paham yang kita anut adalah paham Hak Asasi Manusia.Dewasa ini, sebanyak 98,4% wania Indonesia melakukan KB sedangkan lelaki Indonesia sebanyak 1,46 % dari 100%. Sedangkan selebihnya para wanita Indonesia mengaku terlalu fanatik terhadap agamanya, mereka menganggap bahwa keluarga berencana itu di haramkan, akan tetapi tidak sedikit mereka mengaku bahwa tidak mengerti tentang KB. 2. TUJUANTujuan dari pembuatan makalah mini adalah:1. Mengetahui fakta di masyarakat tentang keluarga berencana serta hukumnya.2. Melihat hukum keluarga berencana dari segi agama/religi3. Mengkaji konsep KB dari sudut pandang medis

3. MANFAATSedangkan manfaat dari pembuatan makalah ini adlah:1. Memahami fakta Keluarga Berencana (KB) di masyarakat.2. Memahami Hukum KB3. Mengetahui kajian konsep KB dari sudut medis.BAB IIPEMBAHASAN

A. Perkembangan Transkultural dalam KeperawatanKeperawatan transkultural adalah suatu area/wilayah keilmuwan budaya pada proses belajar dan praktek keperawatan yang fokus memandang perbedaan dan kesamaan diantara budaya dengan menghargai asuhan, sehat dan sakit didasarkan pada nilai budaya manusia, kepercayaan dan tindakan, dan ilmu ini digunakan untuk memberikan asuhan keperawatan khususnya budaya atau keutuhan budaya kepada manusia (Leininger, 2002).Asumsi mendasar dari teori adalah perilaku Caring. Caring adalah esensi dari keperawatan, membedakan, mendominasi serta mempersatukan tindakan keperawatan. Tindakan Caring dikatakan sebagai tindakan yang dilakukan dalam memberikan dukungan kepada individu secara utuh. Perilaku Caring semestinya diberikan kepada manusia sejak lahir, dalam perkembangan dan pertumbuhan, masa pertahanan sampai dikala manusia itu meninggal. Human caring secara umum dikatakan sebagai segala sesuatu yang berkaitan dengan dukungan dan bimbingan pada manusia yang utuh. Human caring merupakan fenomena yang universal dimana ekspresi, struktur dan polanya bervariasi diantara kultur satu tempat dengan tempat lainnya.Kazier Barabara ( 1983 ) dalam bukuya yang berjudul Fundamentals of Nursing Concept and Procedures mengatakan bahwa konsep keperawatan adalah tindakan perawatan yang merupakan konfigurasi dari ilmu kesehatan dan seni merawat yang meliputi pengetahuan ilmu humanistic, philosopi perawatan, praktik klinis keperawatan, komunikasi dan ilmu sosial . Konsep ini ingin memberikan penegasan bahwa sifat seorang manusia yang menjadi target pelayanan dalam perawatan adalah bersifat bio psycho social spiritual .

Konsep Transkultural dalam Keperawatan1. Budaya adalah norma atau aturan tindakan dari anggota kelompok yang dipelajari, dan dibagi serta memberi petunjuk dalam berfikir, bertindak dan mengambil keputusan. 2. Nilai budaya adalah keinginan individu atau tindakan yang lebih diinginkan atau sesuatu tindakan yang dipertahankan pada suatu waktu tertentu dan melandasi tindakan dan keputusan.3. Perbedaan budaya dalam asuhan keperawatan merupakan bentuk yang optimal daei pemberian asuhan keperawatan, mengacu pada kemungkinan variasi pendekatan keperawatan yang dibutuhkan untuk memberikan asuhan budaya yang menghargai nilai budaya individu, kepercayaan dan tindakan termasuk kepekaan terhadap lingkungan dari individu yang datang dan individu yang mungkin kembali lagi (Leininger, 1985).4. Etnosentris adalah persepsi yang dimiliki oleh individu yang menganggap bahwa budayanya adalah yang terbaik diantara budaya-budaya yang dimiliki oleh orang lain.5. Etnis berkaitan dengan manusia dari ras tertentu atau kelompok budaya yang digolongkan menurut ciri-ciri dan kebiasaan yang lazim.6. Ras adalah perbedaan macam-macam manusia didasarkan pada mendiskreditkan asal muasal manusia7. Etnografi adalah ilmu yang mempelajari budaya. Pendekatan metodologi pada penelitian etnografi memungkinkan perawat untuk mengembangkan kesadaran yang tinggi pada perbedaan budaya setiap individu, menjelaskan dasar observasi untuk mempelajari lingkungan dan orang-orang, dan saling memberikan timbal balik diantara keduanya.8. Care adalah fenomena yang berhubungan dengan bimbingan, bantuan, dukungan perilaku pada individu, keluarga, kelompok dengan adanya kejadian untuk memenuhi kebutuhan baik aktual maupun potensial untuk meningkatkan kondisi dan kualitas kehidupan manusia.9. Caring adalah tindakan langsung yang diarahkan untuk membimbing, mendukung dan mengarahkan individu, keluarga atau kelompok pada keadaan yang nyata atau antisipasi kebutuhan untuk meningkatkan kondisi kehidupan manusia.10. Cultural Care berkenaan dengan kemampuan kognitif untuk mengetahui nilai, kepercayaan dan pola ekspresi yang digunakan untuk mebimbing, mendukung atau memberi kesempatan individu, keluarga atau kelompok untuk mempertahankan kesehatan, sehat, berkembang dan bertahan hidup, hidup dalam keterbatasan dan mencapai kematian dengan damai.11. Culturtal imposition berkenaan dengan kecenderungan tenaga kesehatan untuk memaksakan kepercayaan, praktik dan nilai diatas budaya orang lain karena percaya bahwa ide yang dimiliki oleh perawat lebih tinggi daripada kelompok lain.

B. Komunikasi Lintas BudayaKomunikasi adalah proses dimana suatu ide dialihkan dari sumber kepada suatu penerima atau lebih, dengan maksud untuk mengubah tingkah laku mereka. (Hafied Cangara)Kebudayaan adalah keseluruhan yang kompleks, yang di dalamnya terkandung ilmu pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat, kemampuan yang lain serta kebiasaan yang didapat oleh manusia sebagai anggota masyarakat. (E. B Taylor)Adapun komunikasi lintas budaya sendiri didefinisikan sebagai :1. Komunikasi yang dilakukan oleh dua kebudayaan atau lebih,2. Komunikasi yang dilakukan sebagai akibat dari terjalinnya komunikasi antar unsur kebudayaan itu sendiri, seperti komunikasi antar masyarakatnya.Jika kita gabungkan dari kedua pengertian tentang Komunikasi dan kebudayaan (budaya) maka akan mendapatkan pengertian sebagai berikut : Komunikasi Lintas budaya adalah proses dimana dialihkan ide atau gagasan suatu budaya yang satu kepada budaya yang lainnya dan sebaliknya, dan hal ini bisa antar dua kebudayaan yang terkait ataupun lebih, tujuannya untuk saling mempengaruhi satu sama lainnya, baik itu untuk kebaikan sebuah kebudayaan maupun untuk menghancurkan suatu kebudayaan, atau bisa jadi sebagai tahap awal dari proses akulturasi (penggabungan dua kebudayaan atau lebih yang menghasilkan kebudayaan yang baru).Karakteristik Komunikasi Lintas Budaya1. Ada dua atau lebih kebudayaan yang terlibat dalam komunikasi2. Ada jalan atau tujuan yang sama yang akhirnya menciptakan komunikasi itu3. Komunikasi Lintas budaya menghasilkan kuntungan dan kerugian diantara dua budaya atau lebih yang terlibat,4. Komunikasi lintas budaya dijalin baik secara individu anggota masyarakat maupun dijalin secara berkelompok atau dewasa ini dapat dilakukan melalui media,5. Tidak semua komunikasi lintas budaya menghasilkan feedback yang dimaksud, hal ini tergantung kepada penafsiran dan penerimaan dari sebuah kebudayaan yang terlibat, mau atau tidaknya dipengaruhi,6. Bila dua kebudayaan melebur karena pengaruh komunikasi yang dijalin maka akan menghasilkan kebudayaan baru, dan inilah yang disebut akulturasi, dll

C. Budaya, Lingkungan dan Kesehatan1. Konsep Lingkungan Mempengaruhi Budaya2. Konsep Variasi Biokultural

D. Paradigma Keperawatan Transkultural Leininger (1985) mengartikan paradigma keperawatan transkultural sebagai cara pandang, keyakinan, nilai-nilai, konsep-konsep dalam terlaksananya asuhan keperawatan yang sesuai dengan latar belakang budaya terhadap empat konsep sentral keperawatan yaitu : manusia, sehat, lingkungan dan keperawatan (Andrew and Boyle, 1995).1. ManusiaManusia adalah individu, keluarga atau kelompok yang memiliki nilai-nilai dan norma-norma yang diyakini dan berguna untuk menetapkan pilihan dan melakukan pilihan. Menurut Leininger (1984) manusia memiliki kecenderungan untuk mempertahankan budayanya pada setiap saat dimanapun dia berada (Geiger and Davidhizar, 1995).2. SehatKesehatan adalah keseluruhan aktifitas yang dimiliki klien dalam mengisi kehidupannya, terletak pada rentang sehat sakit. Kesehatan merupakan suatu keyakinan, nilai, pola kegiatan dalam konteks budaya yang digunakan untuk menjaga dan memelihara keadaan seimbang/sehat yang dapat diobservasi dalam aktivitas sehari-hari. Klien dan perawat mempunyai tujuan yang sama yaitu ingin mempertahankan keadaan sehat dalam rentang sehat-sakit yang adaptif (Andrew and Boyle, 1995).3. LingkunganLingkungan didefinisikan sebagai keseluruhan fenomena yang mempengaruhi perkembangan, kepercayaan dan perilaku klien. Lingkungan dipandang sebagai suatu totalitas kehidupan dimana klien dengan budayanya saling berinteraksi. Terdapat tiga bentuk lingkungan yaitu : fisik, sosial dan simbolik. Lingkungan fisik adalah lingkungan alam atau diciptakan oleh manusia seperti daerah katulistiwa, pegunungan, pemukiman padat dan iklim seperti rumah di daerah Eskimo yang hampir tertutup rapat karena tidak pernah ada matahari sepanjang tahun. Lingkungan sosial adalah keseluruhan struktur sosial yang berhubungan dengan sosialisasi individu, keluarga atau kelompok ke dalam masyarakat yang lebih luas. Di dalam lingkungan sosial individu harus mengikuti struktur dan aturan-aturan yang berlaku di lingkungan tersebut. Lingkungan simbolik adalah keseluruhan bentuk dan simbol yang menyebabkan individu atau kelompok merasa bersatu seperti musik, seni, riwayat hidup, bahasa dan atribut yang digunakan.4. KeperawatanAsuhan keperawatan adalah suatu proses atau rangkaian kegiatan pada praktik keperawatan yang diberikan kepada klien sesuai dengan latar belakang budayanya. Asuhan keperawatan ditujukan memnadirikan individu sesuai dengan budaya klien. Strategi yang digunakan dalam asuhan keperawatan adalah perlindungan/mempertahankan budaya, mengakomodasi/ negoasiasi budaya dan mengubah/mengganti budaya klien (Leininger, 1991).a. Cara I : Mempertahankan budayaMempertahankan budaya dilakukan bila budaya pasien tidak bertentangan dengan kesehatan. Perencanaan dan implementasi keperawatan diberikan sesuai dengan nilai-nilai yang relevan yang telah dimiliki klien sehingga klien dapat meningkatkan atau mempertahankan status kesehatannya, misalnya budaya berolahraga setiap pagi.b. Cara II : Negosiasi budayaIntervensi dan implementasi keperawatan pada tahap ini dilakukan untuk membantu klien beradaptasi terhadap budaya tertentu yang lebih menguntungkan kesehatan. Perawat membantu klien agar dapat memilih dan menentukan budaya lain yang lebih mendukung peningkatan kesehatan, misalnya klien sedang hamil mempunyai pantang makan yang berbau amis, maka ikan dapat diganti dengan sumber protein hewani yang lain.c. Cara III : Restrukturisasi budayaRestrukturisasi budaya klien dilakukan bila budaya yang dimiliki merugikan status kesehatan. Perawat berupaya merestrukturisasi gaya hidup klien yang biasanya merokok menjadi tidak merokok. Pola rencana hidup yang dipilih biasanya yang lebih menguntungkan dan sesuai dengan keyakinan yang dianut.

Proses Keperawatan TranskulturalModel konseptual yang dikembangkan oleh Leininger dalam menjelaskan asuhan keperawatan dalam konteks budaya digambarkan dalam bentuk matahari terbit (Sunrise Model) seperti yang terdapat pada gambar 1. Geisser (1991) menyatakan bahwa proses keperawatan ini digunakan oleh perawat sebagai landasan berfikir dan memberikan solusi terhadap masalah klien (Andrew and Boyle, 1995). Pengelolaan asuhan keperawatan dilaksanakan dari mulai tahap pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.1. PengkajianPengkajian adalah proses mengumpulkan data untuk mengidentifikasi masalah kesehatan klien sesuai dengan latar belakang budaya klien (Giger and Davidhizar, 1995). Pengkajian dirancang berdasarkan 7 komponen yang ada pada "Sunrise Model" yaitu :a. Faktor teknologi (tecnological factors)Teknologi kesehatan memungkinkan individu untuk memilih atau mendapat penawaran menyelesaikan masalah dalam pelayanan kesehatan. Perawat perlu mengkaji : persepsi sehat sakit, kebiasaan berobat atau mengatasi masalah kesehatan, alasan mencari bantuan kesehatan, alasan klien memilih pengobatan alternatif dan persepsi klien tentang penggunaan dan pemanfaatan teknologi untuk mengatasi permasalahan kesehatan saat ini.b. Faktor agama dan falsafah hidup (religious and philosophical factors) Agama adalah suatu simbol yang mengakibatkan pandangan yang amat realistis bagi para pemeluknya. Agama memberikan motivasi yang sangat kuat untuk menempatkan kebenaran di atas segalanya, bahkan di atas kehidupannya sendiri. Faktor agama yang harus dikaji oleh perawat adalah : agama yang dianut, status pernikahan, cara pandang klien terhadap penyebab penyakit, cara pengobatan dan kebiasaan agama yang berdampak positif terhadap kesehatan.c. Faktor sosial dan keterikatan keluarga (kinship and social factors)Perawat pada tahap ini harus mengkaji faktor-faktor : nama lengkap, nama panggilan, umur dan tempat tanggal lahir, jenis kelamin, status, tipe keluarga, pengambilan keputusan dalam keluarga, dan hubungan klien dengan kepala keluarga.d. Nilai-nilai budaya dan gaya hidup (cultural value and life ways)Nilai-nilai budaya adalah sesuatu yang dirumuskan dan ditetapkan oleh penganut budaya yang dianggap baik atau buruk. Norma-norma budaya adalah suatu kaidah yang mempunyai sifat penerapan terbatas pada penganut budaya terkait. Yang perlu dikaji pada faktor ini adalah : posisi dan jabatan yang dipegang oleh kepala keluarga, bahasa yang digunakan, kebiasaan makan, makanan yang dipantang dalam kondisi sakit, persepsi sakit berkaitan dengan aktivitas sehari-hari dan kebiasaan membersihkan diri.e. Faktor kebijakan dan peraturan yang berlaku (political and legal factors)Kebijakan dan peraturan rumah sakit yang berlaku adalah segala sesuatu yang mempengaruhi kegiatan individu dalam asuhan keperawatan lintas budaya (Andrew and Boyle, 1995). Yang perlu dikaji pada tahap ini adalah : peraturan dan kebijakan yang berkaitan dengan jam berkunjung, jumlah anggota keluarga yang boleh menunggu, cara pembayaran untuk klien yang dirawat.f. Faktor ekonomi (economical factors)Klien yang dirawat di rumah sakit memanfaatkan sumber-sumbermaterial yang dimiliki untuk membiayai sakitnya agar segera sembuh.Faktor ekonomi yang harus dikaji oleh perawat diantaranya : pekerjaanklien, sumber biaya pengobatan, tabungan yang dimiliki oleh keluarga,biaya dari sumber lain misalnya asuransi, penggantian biaya dari kantor atau patungan antar anggota keluarga.g. Faktor pendidikan (educational factors)Latar belakang pendidikan klien adalah pengalaman klien dalammenempuh jalur pendidikan formal tertinggi saat ini. Semakin tinggipendidikan klien maka keyakinan klien biasanya didukung oleh buktibukti ilmiah yang rasional dan individu tersebut dapat belajar beradaptasi terhadap budaya yang sesuai dengan kondisi kesehatannya. Hal yang perlu dikaji pada tahap ini adalah : tingkat pendidikan klien, jenis pendidikan serta kemampuannya untuk belajar secara aktif mandiri tentang pengalaman sakitnya sehingga tidak terulang kembali.2. Diagnosa keperawatanDiagnosa keperawatan adalah respon klien sesuai latar belakangbudayanya yang dapat dicegah, diubah atau dikurangi melalui intervensi keperawatan. (Giger and Davidhizar, 1995). Terdapat tiga diagnosa keperawatan yang sering ditegakkan dalam asuhan keperawatan transkultural yaitu : gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan perbedaan kultur, gangguan interaksi sosial berhubungan disorientasi sosiokultural dan ketidakpatuhan dalam pengobatan berhubungan dengan sistem nilai yang diyakini.3. Perencanaan dan PelaksanaanPerencanaan dan pelaksanaan dalam keperawatan trnaskultural adalahsuatu proses keperawatan yang tidak dapat dipisahkan. Perencanaan adalah suatu proses memilih strategi yang tepat dan pelaksanaan adalah melaksanakan tindakan yang sesuai denganlatar belakang budaya klien (Giger and Davidhizar, 1995). Ada tiga pedoman yang ditawarkan dalam keperawatan transkultural (Andrew and Boyle, 1995) yaitu : mempertahankan budaya yang dimiliki klien bila budaya klien tidak bertentangan dengan kesehatan, mengakomodasi budaya klien bila budaya klien kurang menguntungkan kesehatan dan merubah budaya klien bila budaya yang dimiliki klien bertentangan dengan kesehatan.a. Cultural care preservation/maintenance1) Identifikasi perbedaan konsep antara klien dan perawat tentangproses melahirkan dan perawatan bayi2) Bersikap tenang dan tidak terburu-buru saat berinterkasi dengan klien3) Mendiskusikan kesenjangan budaya yang dimiliki klien dan perawat

b. Cultural careaccomodation/negotiation1) Gunakan bahasa yang mudah dipahami oleh klien2) Libatkan keluarga dalam perencanaan perawatan3) Apabila konflik tidak terselesaikan, lakukan negosiasi dimanakesepakatan berdasarkan pengetahuan biomedis, pandangan klien dan standar etik

c. Cultual care repartening/reconstruction1) Beri kesempatan pada klien untuk memahami informasi yangdiberikan dan melaksanakannya2) Tentukan tingkat perbedaan pasien melihat dirinya dari budayakelompok3) Gunakan pihak ketiga bila perlu4) Terjemahkan terminologi gejala pasien ke dalam bahasa kesehatan yang dapat dipahami oleh klien dan orang tua5) Berikan informasi pada klien tentang sistem pelayanan kesehatan

Perawat dan klien harus mencoba untuk memahami budayamasing-masing melalui proses akulturasi, yaitu proses mengidentifikasi persamaan dan perbedaan budaya yang akhirnya akan memperkaya budaya budaya mereka. Bila perawat tidak memahami budaya klien maka akan timbul rasa tidak percaya sehingga hubungan terapeutik antara perawat dengan klien akan terganggu. Pemahaman budaya klien amat mendasari efektifitas keberhasilan menciptakan hubungan perawat dan klien yang bersifat terapeutik.

EvaluasiEvaluasi asuhan keperawatan transkultural dilakukan terhadap keberhasilan klien tentang mempertahankan budaya yang sesuai dengan kesehatan, mengurangi budaya klien yang tidak sesuai dengan kesehatan atau beradaptasi dengan budaya baru yang mungkin sangat bertentangan dengan budaya yang dimiliki klien. Melalui evaluasi dapat diketahui asuhan keperawatan yang sesuai dengan latar belakang budaya klien.Dari uraian yang telah dijabarkan pada bab terdahulu tentang penerapan asuhan Keperawatan Transkultural dapat disimpulkan sebagai berikut :1. Keperawatan transkultural adalah suatu proses pemberian asuhan keperawatan yang difokuskan kepada individu dan kelompok untuk mempertahankan, meningkatkan perilaku sehat sesuai dengan latar belakang budaya 2. Pengkajian asuhan keperawatan dalam konteks budaya sangat diperlukan untuk menjembatani perbedaan pengetahuan yang dimiliki oleh perawat dengan klien 3. Diagnosa keperawatan transkultural yang ditegakkan dapat mengidentifikasi tindakan yang dibutuhkan untuk mempertahankan budaya yang sesuai dengan kesehatan, membentuk budaya baru yang sesuai dengan kesehatan atau bahkan mengganti budaya yang tidak sesuai dengan kesehatan dengan budaya baru.4. Perencanaan dan pelaksanaan proses keperawatan transkultural tidak dapat begitu saja dipaksakan kepada klien sebelum perawat memahami latar belakang budaya klien sehingga tindakan yang dilakukan dapat sesuai dengan budaya klien. 5. Evaluasi asuhan keperawatan transkultural melekat erat dengan perencanaan dan pelaksanaan proses asuhan keperawatan transkultural.

E. Penerapan Transkultural Sepanjang Hidup ManusiaPerkembangan KB di IndonesiaLatar BelakangDasar pemikiran lahirnya KB di Indonesia adalah adanya permasalahan kependudukan. Aspek-aspek yang penting dalam kependudukan adalah :1. Jumlah besarnya penduduk2. Jumlahpertumbuhanpenduduk3. Jumlahkematianpenduduk4. Jumlahkelahiranpenduduk5. Jumlah perpindahan penduduk

Teori MalthusMalthus adalah orang pertama yang mengemukakan tentang penduduk. Dalam Essay on Population, Malthus beranggapan bahwa bahanmakananpenting untuk kelangsungan hidup, nafsu manusia tak dapat ditahan dan pertumbuhan penduduk jauh lebih cepat dari bahanmakanan. Menurut pendapatnya, faktor pencegah dari ketidakseimbangan penduduk dan manusia antara lainPreventive checks(penundaan perkawinan, mengendalikan hawa nafsu dan pantangan kawin);Possitive checks(bencana alam, wabahpenyakit, kejahatan dan peperangan).

KontroversiTeori MalthusSalah sama sekali, karena mengabaikan peningkatan teknologi, penanaman modal dan perencanaan produksi. Pengikut Malthus (Neo Malthusionism), berpendapat: untuk mencegah laju cepatnya peningkatan penduduk dilakukanMethode Birth Controldengan menggunakan alatkontrasepsi.

Pengikut MalthusPengikutteori Malthusantara lain Francis Flace (1771 1854) : menulis buku yang berjudul Illustration And Proofs of The Population atau penjelasan dari bukti mengenai asas penduduk. Richard Callihie (1790 1843) : menulis buku Whats love ? (Apakah Cinta Itu?). Any C. Besant (1847-1933) : menulis buku berjudul HukumPenduduk, Akibatnya dan Artinya TerhadapTingkah Lakudan Moral Manusia. dr. George Drysdale :keluarga berencanadapat dilakukan tanpa merugikankesehatandan moral.

SejarahLahirnyaKeluarga BerencanaSebelum abad XX, dinegarabarat sudah ada usaha pencegahan kelangsungan hidup anak karena berbagai alasan. Caranya adalah dengan membunuh bayi yang sudah lahir, melakukan abortusdan mencegah/ mengaturkehamilan. KB di Indonesia dimulai pada awal abad XX. Di Inggris, Maria Stopes. Upaya yang ditempuh untuk perbaikanekonomikeluargaburuh dg mengaturkelahiran.Menggunakan cara-cara sederhana (kondom,pantang berkala). Amerika Serikat, Margareth Sanger. Memperoleh pengalaman dari Saddie Sachs, yang berusaha menggugurkan kandungan yang tidak diinginkan. Ia menulis bukuFamily Limitation(PembatasanKeluarga). Hal tersebut merupakan tonggak permulaan sejarah berdirinya KB.

Perkembangan KBdi Indonesia1. Periode Perintisan dan Peloporan2. Periode Persiapan dan Pelaksanaan

Periode Perintisan dan Pelaporan1. Sebelum 1957 Pembatasankelahiransecara tradisional (penggunaan ramuan, pijet, absistensi/ wisuh/ bilas liangsenggamasetelahcoitus).2. Perkembanganbirth control di daerah Berdiriklinik YKK (Yayasan KesejahteraanKeluarga) di Yogyakarta. Di Semarang :berdiriklinik BKIA dan terbentukPKBItahun 1963. Jakarta : Prof. Sarwono P, memulai di poliklinik bagiankebidananRSUP. Jawa dan luar pulau Jawa (Bali, Palembang, Medan).

Periode Persiapan dan PelaksanaanTerbentuk LKBN (LembagaKeluargaBerencanan Nasional) yang mempunyai tugas pokok mewujudkan kesejahteraan sosial,keluargadan rakyat. Bermunculan proyek KB sehingga mulai diselenggarakan latihan untuk PLKB (Petugas Lapangankeluarga Berencana).

Organisasi KB1. PKBI(PerkumpulanKeluarga BerencanaIndonesia)2. BKKBN (Badan KoordinasiKeluarga BerencanaNasional)

PKBI(PerkumpulanKeluarga BerencanaIndonesia)Terbentuk tanggal 23 Desember 1957, di jalan Sam Ratulangi No. 29 Jakarta. Atas prakarsa dari dr. Soeharto yang didukung oleh Prof. Sarwono Prawirohardjo, dr. H.M. Judono, dr. Hanifa Wiknjosastro serta Dr. Hurustiati Subandrio. Pelayananyang diberikan berupa nasehat perkawinan termasuk pemeriksaan kesehatan calon suami isteri, pemeriksaan dan pengobatan kemandulan dalam perkawinan dan pengaturankehamilan.VisiPKBIMewujudkan masyarakat yang sejahtera melaluikeluarga.MisiPKBIMemperjuangkan penerimaan dan praktek keluarga bertanggungjawab dalamkeluarga Indonesia melalui pengembangan program, pengembangan jaringan dan kemitraan dengan semua pihak pemberdayaan masyarakat di bidang kependudukan secara umum, dan secara khusus di bidangkesehatan reproduksiyang berkesetaraan dan berkeadilan gender.

BKKBN (Badan KoordinasiKeluarga BerencanaNasional)KeputusanPresiden Nomor 8 Tahun 1970 tentang pembentukan badan untuk mengelolaprogram KByang telah dicanangkan sebagaiprogramnasional. Penanggung jawab umum penyelenggaraanprogramada pada presiden dan dilakukan sehari-hari oleh MenteriNegaraKesejahteraan Rakyat yang dibantu Dewan PembimbingKeluarga Berencana.

Dasar pertimbangan pembentukanBBKBNa. Programkeluarga berencananasional perlu ditingkatkan dengan jalan lebih memanfaatkan dan memperluas kemampuan fasilitas dan sumber yang tersedia. b. Programperlu digiatkan pula dengan pengikut sertaan baik masyarakat maupun pemerintah secara maksimal. c. Programkeluarga berencanaini perlu diselenggarakan secara teratur dan terencana kearah terwujudnyatujuandan sasaran yang telah ditetapkan.

Tugas pokokBBKBNa. Menjalankan koordinasi, integrasi dan sinkronisasi terhadap usaha-usaha pelaksanaanprogramkeluarga berencananasional yang dilakukan oleh unit-unit pelaksana. b. Mengajukan saran-saran kepada pemerintah mengenai pokok kebijaksanaan dan masalah-masalah penyelenggaraan program Keluarga Berencana Nasional. c. Menyusun Pedoman PelaksanaanKeluarga Berencanaatas dasar pokok-pokok kebijaksanaan yang ditetapkan oleh Pemerintah. d. Mengadakan kerja sama antara Indonesia dengannegara-negaraasing maupun badan-badan internasional dalam bidangkeluarga berencanaselaras dengan kepentingan Indonesia dan sesuai dengan prosedur yang berlaku. e. Mengatur penampungan dan mengawasi penggunaan segalajenisbantuan yang berasal dari dalam negeri maupun yang berasal dari luar negeri sesuai dengan kebijaksanaan yang ditetapkan oleh pemerintah.

Pelita I yaitu tahun 1969-1974 daerah program Keluarga Berencana meliputi 6 propinsi yaitu Jawa Bali (DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali). Merupakan daerah perintis dari BKKBN. Tahun 1974 munculprogram-programintegral (Beyond Family Planning) dan gagasan tentang faseprogrampencapaianakseptoraktif. Berdasar Keppres 38 tahun 1978 BKKBN bertambah besar jangkauan programnya tidak terbatas hanya KB tetapi jugaprogramKependudukan.

PerkembanganBBKBNdimasa sekarangVISI:keluargaberkualitas 2015.MISI: Membangun setiapkeluargaIndonesia untuk memiliki anak ideal, sehat, berpendidikan, sejahtera, berketahanan dan terpenuhi hak-hak reproduksinya melalui pengembangankebijakan, penyediaan layanan promosi, fasilitasi, perlindungan, informasi kependudukan dan keluarga, serta penguatan kelembagaan dan jejaring KB.Tugas pokok: Melaksanakan tugas pemerintahan dibidangkeluarga berencanadankeluargasejahtera sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Landasanhukum1. TAP MPR No. IV/1999 ttg GBHN;2. UU No. 22/1999 ttg OTODA;3. UU No. 10/1992 ttg PKPKS;4. UU No. 25/2000 ttg PROPENAS;5. UU No. 32/2004 ttg PEMERINTAHAN DAERAH;6. PP No. 21/1994 ttg PEMBANGUNAN KS;7. PP No. 27/1994 ttgPERKEMBANGANKEPENDUDUKAN;8. KEPPRES No. 103/2001;9. KEPPRES No. 110/2001;10. KEPPRES No. 9/2004;11. KEPMEN/Ka.BKKBN No. 10/2001;12. KEPMEN/Ka.BKKBN No. 70/2001

FilosofiBBKBNadalah menggerakkan peran serta masyarakat dalamkeluarga berencana.Grand Strategi:a. Menggerakkan dan memberdayakan seluruh masyarakat dalamprogram KB;b. Menata kembali pengelolaanprogram KB; c. Memperkuat SDM operasionalprogram KB; d. Meningkatkan ketahanan dan kesejahteraan keluarga melalui pelayanan KB; e. Meningkatkan pembiayaanprogram KB.

Nilai-nilai yang terkandung dalamgrand strategiadalah integritas, energik, profesional kompeten, partisipatif, konsisten, organisasi pembelajaran, kreatif/ inovatif Kebijakandari adanyagrand strategiadalah pndekatan pemberdayaan, pendekatan desentralisasi, pendekatan kemitraan, pendekatan kemandirian pendekatan segmentasi sasaran, pendekatan pemenuhan hak (rightbased), pendekatan lintas sektor.Strategi1. Re-Establishment adalah mmbangun kembali sendi-sendi pogram KB nasional sampai ke tingkat lini lapanngan pasca penyerahan kewenangan.2. Sustainability adalah memantapkan komitmen program dan kesinambungan dukungan oleh segenap stakeholders dari tingkat pusat sampai dengan tingkat daerah.Tujuannya adalah : a. Keluargadengan anak ideal; b. Keluargasehat; c. Keluargaberpendidikan; d. Keluargasejahtera; e. Keluargaberketahanan; f. Keluargayang terpenuhi hak-hak reproduksinya; g. Penduduk tumbuhseimbang(PTS )

Program KB1. Keluarga berencana2. Kesehatan reproduksiremaja3. Ketahanan dan pemberdayaankeluarga4. Penguatan pelembagaankeluargakecil berkualitas5. Keserasiankebijakankependudukan6. Pengelolaan SDM aparatur7. Penyelenggaran pimpinan kenegaraan dan kepemerintahan8. Peningkatanpengawasandan akuntabilitas aparaturnegara

ANALISA MASALAH

Menurut kelompok kami, KB diperbolehkan dengan alasan demi kesejahteraan rakyat Indonesia. Hal ini didukung oleh hukum yang berlaku di Indonesia. Hukum ini mengatakan bahwa dengan KB dapat mengendalikan pertumbuhan penduduk dan dengan ini juga memperbaiki perekonomian penduduk Indonesia. Dari segi agama juga memberikan pandangan yang berbeda. Agama memberikan pandangan untuk tidak memperbolehkan KB, karena itu bertentangan dari pendangan islam. Islam menganjurkan untuk tidak membatasi kehamilan dengan alasan tertentu, yaitu masalah kesehatan dan yang merugikan bagi slaah satu pihak. Namun pada masa seperti sekarang ini KB sangatlah penting. Karena pada saat ini adalah zaman sulit, semua orang butuh kehidupan yang layak. Dengan pembatasan keturunan dapat menghemat pendapatan keluarga dan dapat membantu mensejahterakan perekonomian bangsa Indonesia. Dan sesuai dengan uraian di atas, kelompok kami setuju untuk mensejahterakan kehidupan masyarakat dengan melakukan KB.

DAFTAR PUSTAKA

1. Syaifuddin. 2003. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta: Bina Pustaka Sarwono.2. Basford, Lynn, dkk. 2006. Teori dan Praktik Keperawatan. Jakarta: EGC.3. Kozier. 2000. Fundamental of Nursing. California: Prentice Hall.4. (http://goyangkarawang.com/2010/08/pengertian-dan-karakteristik-komunikasi-lintas-budaya, Diakses pada tanggal 02 Januari 2011).5. (http://ratnarespati.com/2009/01/30/kb-halal-atau-haram, Diakses pada tanggal 02 Januari 2011).6. (http://kafeilmu.co.cc/tema/makalah-transkultural-care.html, Diakses pada tanggal 02 Januari 2011).7. (http://id.wikipedia.org/wiki/Budaya , Diakses pada tanggal 02 Januari 2011).8. (http://id.wikipedia.org/wiki/Lingkungan, Diakses pada tanggal 02 Januari 2011).9. (http://id.wikipedia.org/wiki/Kesehatan, Diakses pada tanggal 02 Januari 2011).10. (http://www.lusa.web.id/perkembangan-kb-di-indonesia,Diakses pada tanggal 02 Januari 2011).11. (http://seksologi.infogue.com/kb_halal_atau_haram, Diakses pada tanggal 02 Januari 2011).12. (http://www.indonesia.go.id/id/index.php?option=com_frontpage&Itemid=1204&limit=9&limitstart=6543, Diakses pada tanggal 02 Januari 2011).