32
Page | 1 KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan atas karunia yang telah diberikan Tuhan yang Maha Esa sehingga penyusun dapat menyelesaikan makalah yang berjudul KEBUTUHAN DASAR MOBILISASI DAN IMMOBILISASI, dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah Kebutuhan Dasar Manusia. Penyusun menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan maupun materi dari makalah ini, sehingga masih memerlukan penyempurnaan dan koreksi dari semua pihak. Ucapan terima kasih kami tujukan kepada dosen pembimbing mata kuliah Kebutuhan Dasar Manusia atas waktu dan kesabaran beliau membimbing kami hingga selesainya penyusunan makalah ini. Dengan segala kerendahan hati penyusun berharap makalah ini dapat memberikan manfaat bagi masyarakat umumnya, terutama bagi sejawat perawat khususnya. Penyusun

KDM Mobilisasi New

  • Upload
    ifans

  • View
    54

  • Download
    2

Embed Size (px)

DESCRIPTION

...

Citation preview

P a g e | 1

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan atas karunia yang telah diberikan Tuhan yang Maha Esa sehingga penyusun dapat menyelesaikan makalah yang berjudul KEBUTUHAN DASAR MOBILISASI DAN IMMOBILISASI, dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah Kebutuhan Dasar Manusia. Penyusun menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan maupun materi dari makalah ini, sehingga masih memerlukan penyempurnaan dan koreksi dari semua pihak.

Ucapan terima kasih kami tujukan kepada dosen pembimbing mata kuliah Kebutuhan Dasar Manusia atas waktu dan kesabaran beliau membimbing kami hingga selesainya penyusunan makalah ini.

Dengan segala kerendahan hati penyusun berharap makalah ini dapat memberikan manfaat bagi masyarakat umumnya, terutama bagi sejawat perawat khususnya.

Penyusun

P a g e | 2

BAB IPENDAHULUAN

A. Latar BelakangMakalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Kebutuhan Dasar Manusia, disamping juga untuk menjawab fenomena yang terjadi di masyarakat umumnya dan di institusi pelayanan kesehatan khususnya. Klien sebagai pengguna pelayanan kesehatan dalam hal ini asuhan keperawatan seringkali mengalami keterbatasan untuk melakukan mobilisasi, di mana faktor tersering yang menyebabkannya adalah fisik. Oleh karenanya perlu acuan bagi perawat dalam memenuhi kebutuhan mobilisasi yang baku, agar dalam pelaksanaannya dapat menyelesaikan masalah keperawatan yang dialami klien, tetapi perawat juga aman secara hukum.

B. Tujuano Tujuan umum :

perawat sebagai care giver mengetahui pentingnya latihan mobilisasi bagi kliendengan kondisi tertentu, sehingga klien sebagai pengguna pelayanan keperawatan tidak jatuh dalam kondisi keterbatasan fisik baik sementara maupun menetap.

o Tujuan khusus : Institusi pendidikan dan pelayanan kesehatan terkait seyogyanya dapat membekali peserta didik/ perawat dengan keilmuan dan keterampilan tentang Mobilization Exercise.

P a g e | 3

BAB IIMOBILISASI DAN IMMOBILISASI

A. KONSEP DASAR MOBILISASIMobilisasi atau kemampuan seseorang untuk bergerak bebas merupakan

salah satu kebutuhan dasar manusia yang harus terpenuhi. Tujuan mobilisasi adalah memenuhi kebutuhan dasar (termasuk melakukan aktifitas hidup sehari-hari dan aktifitas rekreasi), mempertahankan diri (melindungi diri dari trauma), mempertahankan konsep diri, mengekspresikan emosi dengan gerakan tangan non verbal. Immobilisasi adalah suatu keadaan di mana individu mengalami atau berisiko mengalami keterbatasan gerak fisik.

Mobilisasi dan immobilisasi berada pada suatu rentang. Immobilisasi dapat berbentuk tirah baring yang bertujuan mengurangi aktivitas fisik dan kebutuhan oksigen tubuh, mengurangi nyeri, dan untuk mengembalikan kekuatan. Individu normal yang mengalami tirah baring akan kehilangan kekuatan otot rata-rata 3% sehari (atropi disuse).

Mobilisasi sangat dipengaruhi oleh sistem neuromuskular, meliputi : a. sistem ototb. sistem skeletal c. sistem sendid. system ligamente. tendonf. kartilagog. sistem saraf.

Otot Skeletal mengatur gerakan tulang karena adanya kemampuan otot berkontraksi dan relaksasi yang bekerja sebagai sistem pengungkit. Ada dua tipe kontraksi otot: 1) Kontraksi isotonik

Pada kontraksi isotonik, peningkatan tekanan otot menyebabkan otot memendek.

2) Kontraksi isometrik. Kontraksi isometrik menyebabkan peningkatan tekanan otot atau kerja otot tetapi tidak ada pemendekan atau gerakan aktif dari otot, misalnya, menganjurkan klien untuk latihan kuadrisep.

Gerakan volunter adalah kombinasi dari kontraksi isotonik dan isometrik.Meskipun kontraksi isometrik tidak menyebabkan otot memendek, namun pemakaian energi meningkat. Perawat harus mengenal adanya peningkatan energi (peningkatan kecepatan pernafasan, fluktuasi irama jantung, tekanan darah) karena latihan isometrik. Hal ini menjadi kontra indikasi pada klien yang sakit (infark miokard atau penyakit obstruksi paru kronik).

Postur dan Gerakan Otot merefleksikan kepribadian dan suasana hati seseorang dan tergantung pada ukuran skeletal dan perkembangan otot skeletal.

P a g e | 4

Koordinasi dan pengaturan dari kelompok otot tergantung dari tonus otot dan aktifitas dari otot yang berlawanan, sinergis, dan otot yang melawan gravitasi. Tonus otot adalah suatu keadaan tegangan otot yang seimbang. Ketegangan dapat dipertahankan dengan adanya kontraksi dan relaksasi yang bergantian melalui kerja otot. Tonus otot mempertahankan posisi fungsional tubuh dan mendukung kembalinya aliran darah ke jantung. Immobilisasi menyebabkan aktifitas dan tonus otot menjadi berkurang.

Skeletal adalah rangka pendukung tubuh dan terdiri dari empat tipe tulang: panjang, pendek, pipih,dan ireguler (tidak beraturan). Sistem skeletal berfungsi dalam pergerakan, melindungi organ vital,membantu mengatur keseimbangan kalsium, berperan dalam pembentukan sel darah merah.

Sendi adalah hubungan di antara tulang, diklasifikasikan menjadi: Sendi sinostotik mengikat tulang dengan tulang mendukung kekuatan dan

stabilitas. Tidak ada pergerakan pada tipe sendi ini. Contoh: sakrum, pada sendi vertebra

Sendi kartilaginous/sinkondrodial memiliki sedikit pergerakan, tetapi elastis dan menggunakan kartilago untuk menyatukan permukaannya. Sendi kartilago terdapat pada tulang yang mengalami penekanan yang konstan, seperti sendi, kostosternal antara sternum dan iga.

Sendi fribrosa/sindesmodial adalah sendi di mana kedua permukaan tulang disatukan dengan ligamen atau membran. Serat atau ligamennya fleksibel dan dapat diregangkan, dapat bergerak dengan jumlah yang terbatas. Contoh: sepasang tulang pada kaki bawah (tibia dan fibula)

Sendi sinovial atau sendi yang sebenarnya adalah sendi yang dapat digerakkan secara bebas di mana permukaan tulang yang berdekatan dilapisi oleh kartilago artikular dan dihubungkan oleh ligamen oleh membran sinovial. Contoh: sendi putar seperti sendi pangkal paha (hip) dan sendi engsel seperti sendi interfalang pada jari.

Ligamen adalah ikatan jaringan fibrosa yang berwarna putih, mengkilat, fleksibel mengikat sendi menjadi satu sama lain dan menghubungkan tulang dan kartilago. Ligamen itu elastis dan membantu fleksibilitas sendi dan memiliki fungsi protektif. Misalnya, ligamen antara vertebra, ligamen non elastis, dan ligamentum flavum mencegah kerusakan spinal kord (tulang belakang) saat punggung bergerak.

Tendon adalah jaringan ikat fibrosa berwarna putih, mengkilat, yang menghubungkan otot dengan tulang. Tendon itu kuat, fleksibel, dan tidak elastis, serta mempunyai panjang dan ketebalan yang bervariasi, misalnya tendon akhiles/kalkaneus.

P a g e | 5

Kartilago adalah jaringan penghubung pendukung yang tidak mempunyai vaskuler, terutama berada di sendi dan toraks, trakhea, laring, hidung, dan telinga. Bayi mempunyai sejumlah besar kartilago temporer. Kartilago permanen tidak mengalami osifikasi kecuali pada usia lanjut dan penyakit, seperti osteoarthritis.

Sistem saraf mengatur pergerakan dan postur tubuh. Area motorik volunteer utama, berada di konteks serebral, yaitu di girus prasentral atau jalur motorik.

Propriosepsi adalah sensasi yang dicapai melalui stimulasi dari bagian tubuh tertentu dan aktifitas otot. Proprioseptor memonitor aktifitas otot dan posisi tubuh secara berkesinambungan. Misalnya: proprioseptor pada telapak kaki berkontribusi untuk memberi postur yang benar ketika berdiri atau berjalan. Saat berdiri, ada penekanan pada telapak kaki secara terus menerus. Proprioseptor memonitor tekanan, melanjutkan informasi ini sampai memutuskan untuk mengubah posisi.

Faktor yang mempengaruhi mobilisasi:1. Sistem neuromuskular2. Gaya hidup3. Ketidakmampuan4. Tingkat energi5. Tingkat perkembangan :

Bayi: sistem muskuloskeletal bayi bersifat fleksibel. Ekstremitas lentur dan persendian memiliki ROM lengkap. Posturnya kaku karena kepala dan tubuh bagian atas dibawa ke depan dan tidak seimbang sehingga mudah terjatuh.

Batita: kekakuan postur tampak berkurang, garis pada tulang belakang servikal dan lumbal lebih nyata

Balita dan anak sekolah: tulang-tulang panjang pada lengan dan tungkai tumbuh. Otot, ligamen, dan tendon menjadi lebih kuat, berakibat pada perkembangan postur dan peningkatan kekuatan otot. Koordinasi yang lebih baik memungkinkan anak melakukan tugas-tugas yang membutuhkan keterampilan motorik yang baik.

Remaja: remaja putri biasanya tumbuh dan berkembang lebih dulu dibanding yang laki-laki. Pinggul membesar, lemak disimpan di lengan atas, paha, dan bokong. Perubahan laki-laki pada bentuk biasanya menghasilkan pertumbuhan tulang panjang dan meningkatnya massa otot. Tungkai menjadi lebih panjang dan pinggul menjadi lebih sempit. Perkembangan otot meningkat di dada, lengan, bahu, dan tungkai atas.

Dewasa: postur dan kesegarisan tubuh lebih baik. Perubahan normal pada tubuh dan kesegarisan tubuh pada orang dewasa terjadi terutama pada wanita hamil. Perubahan ini akibat dari respon adaptif tubuh terhadap penambahan berat dan pertumbuhan fetus. Pusat gravitasi berpindah ke bagian depan. Wanita hamil bersandar ke belakang dan agak berpunggung lengkung. Dia biasanya mengeluh sakit punggung.

Lansia: kehilangan progresif pada massa tulang total terjadi pada orangtua.

P a g e | 6

6. Kondisi patologik:1) Postur abnormal:

a. Tortikolis: kepala miring pada satu sisi, di mana adanya kontraktur pada otot sternoklei domanstoid

b. Lordosis: kurva spinal lumbal yang terlalu cembung ke depan/ anteriorc. Kifosis: peningkatan kurva spinal torakald. Kipolordosis: kombinasi dari kifosis dan lordosis

e. Skolioasis: kurva spinal yang miring ke samping, tidak samanya tinggi hip/ pinggul dan bahu

f. Kiposkoliosis: tidak normalnya kurva spinal anteroposterior dan lateralg. Footdrop: plantar fleksi, ketidakmampuan menekuk kaki karena kerusakan

saraf peroneal2) Gangguan perkembangan otot, seperti distropsi muskular, terjadi karena

gangguan yang disebabkan oleh degenerasi serat otot skeletal3) Kerusakan sistem saraf pusat4) Trauma langsung pada sistem muskuloskeletal: kontusio, salah urat, dan

fraktur.

Fungsi motorik dan kemampuan untuk bergerak merupakan keseluruhan bagian dari Sistem Saraf Pusat. Injuri, perubahan bentuk atau penyakit pada sebagian sistem ini akan berdampak terhadap kemampuan individu untuk begrerak. Yang termasuk sistem saraf motorik, yaitu :

Sistem Saraf Pusat (SSP) meliputi otak dan spinal cord dan bertanggung jawab dalam berinisiatif dan mengkoordinasikan pergerakan

Sistem Saraf Perifer yang terdiri dari saraf yang saling berpasangan, yang yang mempersarafi berbagai bagian tubuh dari Sistem Saraf Pusat. Saraf-saraf yang berpasangan ini mengirimkan pesan dari dan ke otak.

Otot, ligament dan tendon terdapat di seluruh tubuh dan merespon informasi sensori. Otot menggunakan daya kontraksi dan bekerja berpasangan dan bersifat antagonis, di mana saling mengalahkan satu sama lain

Skeleton merupakan sistem yang terdiri dari sendi-sendi yang memberikan kebebasan untuk bergerak.

Tulang belakang dan cakram sendi membentuk bagian yang signifikan dari rangka dan mempunyai fungsi sebagai berikut :Fungsi tulang belakang Fungsi cakram

Melindungi spinal cord Merupakan central

support dan menjaga kestabilan

Tempat melekatnya otot dan ligament

Menahan aksi dan guncangan

Sebagai ruas vertebra Mereduksi gesekan Membatasi gerakan/

ekstensi yang berlebihan

Faktor-faktor yang mempengaruhi mobilisasi :

P a g e | 7

1. Fisik : kelemahan, anemia, gangguan otot dan saraf, fraktur2. Psikologis : depresi,ketakutan dan kecemasan, gangguan citra

tubuh akibat stroke dan amputasi3. Nyeri yang mempengaruhi pergerakan otot dan sendi4. Lingkungan dan social, seperti perumahan yang buruk,

obstruksi dan bahaya yang lain, isolasi sosial 5. Politik dan ekonomi, misalnya kurangnya financial untuk

memenuhi kebutuhan, adaptasi dan mencari pertolongan

B. BODY MECHANIC/ MEKANIKA TUBUHI. Pengertian

Mekanika Tubuh adalah suatu usaha mengkoordinasikan sistem muskuloskeletal dan sistem syaraf dalam mempertahankan keseimbangan, postur dan kesejajaran tubuh selama mengangkat, membungkuk, bergerak, danmelakukan aktivitas sehari-hari ( Potter & Perry, 2005).

Body Mekanik meliputi 3 elemen dasar yaitu : 1. Body Alignment (Postur Tubuh)

Susunan geometrik bagian-bagian tubuh dalam hubungannya dengan bagian tubuh yang lain.

2. Balance / KeseimbanganKeseimbangan tergantung pada interaksi antara pusat gravity, line gravity dan base of support.

3. Koordinated body movement (Gerakan tubuh yang terkoordinir)Dimana body mekanik berinteraksi dalam fungsi muskuloskeletal dan sistem syaraf.

II. Prinsip body mekanik1. Gravity2. Balance (Keseimbangan)3. Weight (berat)

III. Pergerakan dasar yang digunakan dalam Body Mekanik1. Walking / berjalan

Kestabilan berjalan, sangat berhubungan dg ukuran base of support

2. Squating / jongkokSquating mempertinggi atau meningkatkan keseimbangan tubuh, ketika seseorang mengangkat obyek yg terletak di bawah pusat grativitas tubuh.

3. Pulling / menarikBeberapa hal yang perlu diperhatikan sebelum menarik benda, diantaranya ketinggian, letak benda, posisi kaki dan tubuh sewaktu menarik (seperti condong ke depan dari panggul), sodorkan telapak tangan dan lengan atas dibawah pusat

P a g e | 8

gravitasi pasien, lengan atas dan siku diletakkan pada permukaan tempat tidur, pinggul, lutut dan pergelangan kaki ditekuk dan lalu lakukan penarikan.

4. Pivoting / berputarPivoting adalah suatu tehnik dimana tubuh dibungkukkan dlm rangka menghindari terjadinya resiko keseleo tulang

IV. Faktor-faktor yang mempengaruhi body mekanik :1. Status kesehatan

Kondisi kesehatan seseorang akan berpengaruh terhadap keseimbangan tubuh sehingga aktivitasnya menjadi terganggu.

2. NutrisiPemenuhan kebutuhan tubuh akan nutrisi sangat penting karena mempengaruhi produksi energi yang digunakanuntuk mobilisasi.

3. Emosi4. Situasi dan kebiasaan5. Gaya hidup6. Pengetahuan

V. Sistem tubuh yang berperan dalam kebutuhan aktivitas:1. Tulang

Tulang merupakan organ yang mempunyai berbagai fungsi, fungsi mekanis untuk membentuk rangka dan tempat melekatnya berbagai otot, fungsi sebagai tempat menyimpan mineral kususnya kalsium dan fosfor yang bisa dilepaskan setiap saat sesuai kebutuhan, fungsi tempat sumsum tulang dalam membentuk sel darah, dan fungsi pelindung organ-organ dalam.

2. Otot dan tendoTubuh memiliki mempunyai kemampuan berkontraksi yang memungkinkan tubuh bergerak sesuai keinginan. Otot memiliki origo dan insersinya tulang, serta dihubungkan dengan tulang melalui tendon, yaitu suatu jaringan ikat yang melekat sangat kuat pada tempat insersinya tulang.3. LigamenLigamen merupakan bagian yang menghubungkan tulang dengan tulang. Ligamen pada lutut merupakan penjaga stabilitas.

4. Sistem syarafSyaraf terdiri dari syaraf pusat (otak dan medula spinalis) dan syaraf tepi (percabangan dari syaraf pusat). Bagian somatic memiliki fungsi sensorik dan motorik. Kerusakan pada syaraf pusat seperti kerusakan tulang belakang akan menyebabkan kelemahan umum, sedangkan kerusakan saraf tepi

P a g e | 9

menyebabkan terganggunya daerah yang diinervasi dan kerusakan pada saraf radial akan menyebabkan drop hand atau gangguan sensorik di daerah radial tangan.

5. SendiSendi merupakan tempat dua atau lebih tulang bertemu.

VI. Konsekuensi body mekanik yang buruk1. Jatuh2. Cidera belakang (Harber 1985), memberikan daftar penyebab

cidera belakang yang paling sering terjadi pada perawat yang bekerja di rumah sakit yaitu :a. Mengangkat pasien ke atas tempat tidur (48%)b. Membantu pasien turun dari tempat tidur (30%)c. Memindahkan bed (27%)d. Mengangkat pasien keatas brankat(22%)

VII. Macam-macam bodi mekanik1. Body alignment

a. Membantu pasien berdiriPengertian:Suatu tindakan keperawatan yang dilakukan pada klien yang imobilisasi atau klien lemah untuk memberikanbantuan berdiri.

b. Membantu pasien dudukPengertian:Suatu tindakan keperawatan yang dilakukan pada klien yang imobilisasi atau klien lemah untuk memberikanbantuan duduk ditempat tidur.Tujuan:Mengurangi risiko cedera muskuloskeletal pada semua orang yang terlibat.

Mengatur berbagai posisi klien1) Posisi fowler

Posisi fowler adalah posisi setengah duduk atau duduk, dimana bagian kepala tempat tidur lebih tinggi atau dinaikkan setinggi 15°- 90°.Tujuannya untuk mempertahankan kenyamanan dan memfasilitasi fungsi kenyamanan pasien, Melakukan aktivitas ttu, Mengatasi kesulitan pernafasan & KV pernafasan pasien. Fowler : 45 – 90o dan Semi fowler : 15 – 45 o

P a g e | 10

2) Posisi dorsal recumbentAdalah dimana posisi kepala dan bahu pasien sedikit mengalami elevasi diatas bantal, kedua lengan berada di samping sisi tubuh, posisi kaki fleksi dengan telapak kaki datar diatas tempat tidur. Tujuannya untuk memeriksa daerah genetalia, pasang cateter, serta pada proses persalinan

3) Posisi TrendelenburgAdalah posisi pasien berbaring di TT dg bagian kepala lebih rendah daripada bagian kaki Tujuan : Melancarkan peredaran darah ke otak

4) Posisi antitrendelenbergAdalah posisi pasien berbaring di TT dengan kaki lebih rendahdari kepala. Tujuan : tindakan menurunkan tekanan intrakranial pada pasien trauma kapitis.

P a g e | 11

5) Posisi pronasi/ tengkurapAdalah dimana posisi pasien berbaring diatas abdomen dengan kepala menoleh kesalah satu sisi. Kedua lengan fleksidisamping kepala. Posisi ini memiliki beberapa tujuan diantaranya :

Memberikan ekstensi penuh pada persendian pinggul dan lutut.

Mencegah terjadinya fleksi kontraktur dari pinggul dan sendi.

Membantu drainase dari mulut.

6) Posisi lateral (side lying)Yaitu seorang tidur diatas salah satu sisi tubuh, dengan membentuk fleksi pada pinggul dan lutut bagian atas danmeletakkannya lebih depan dari bagian tubuh yang lain dengan kepala menoleh kesamping. Tujuan posisi ini : Mengurangilordosis & meningkatkan kelurusan punggung , Baik untuk posisi tidur & istirahat, Membantu menghilangkan tekanan padasacrum

P a g e | 12

7) Posisi supine/ terlentang.Ini biasanya disebut berbaring telentang, datar dengan kepala dan bahu sedikit elevasi dengan menggunakan bantal. Posisipasien harus di tengah-tengah tempat tidur, sekitar tiga inci di bawah kepala tempat tidur. Tujuan : Klien pasca operasidengan anestesi spinal, Mengatasi masalah yg timbul akibat pemberian posisi pronasi yg tidak tepat.

8) Posisi Sim’sAdalah posisi dimana tubuh miring kekiri atau kekanan. Tujuan posisi ini :

Memberikan kenyamanan dan memberikan obatper anus (supositoria).

Memfasilitasi drainase dari mulut pada klien tidak sadar Mengurangi penekanan pada sakrum & trokanter mayor

pada klien paralisis Memudahkan pemeriksaan perineal Untuk tindakan

pemberian enema

P a g e | 13

9) Posisi Genu pectoral/knee chest positionPosisi pasien berbaring dengan kedua kaki ditekuk dan dada menempel pada bagian alas TT. Tujuan : memeriksa daerah rectum & sigmoid

10) Posisi Litotomiposisi pasien berbaring terlentang dengan mengangkat kedua kaki dan menariknya keatas bagian perut Tujuan : Merawat atau memeriksa genetalia pada proses persalinan, memasang alat kontrasepsi

11) Posisi Orthopneikposisi adaptasi dari fowler tinggi. Klien duduk di TT atau tepi TT dg meja yang menyilang diatas TT (90°) Tujuan : membantu mengatasi masalah kesulitan bernafas dg ekspansi ada maksimum, membantu klien yg mengalami inhalasi

P a g e | 14

2. Ambulasia. Memindahkan klien dari tempat tidur (TT) ke kursi/ kursi

roda1). Memindahkan klien dari tempat tidur ke kursi Pengertian : Memindahkan klien yang tirah baring ke kursi2). Memindahkan klien dari tempat tidur (TT) ke kursi roda Pengertian : Memindahkan klien dari tempat tidur ke kursi roda

b. Memindahkan klien dari tempat tidur (TT) ke brankard (TT) dan sebaliknya Memindahkan klien dari TT ke brankard/ TT dan sebaliknya dengan cara diangkat. 2) Memindahkan klien dari TT ke brankar/ TT dan sebaliknya dengan easy move. Memindahkan klien dari TT ke brankard dan sebaliknya dengan Scoop Stretcher

c. Membantu klien berjalan Tujuan: Memulihkan kembali toleransi aktivitas, Mencegah terjadinya kontraktur sendi dan flaksid otot

d. Membantu klien dengan alat bantu jalan (Kruk) Tujuan :

Membantu melatih kemampuan gerak klien, melatih dan meningkatkan mobilisasi.

Mencapai kestabilan klien dalam berjalan.Manfaat : Klien mampu berjalan dengan menggunakan alat bantu dan meningkatnya kemampuan mobilisasi klien.

C. ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GANGUAN BODY MEKANIKPengkajianUntuk melakukan pengkajian body mekanik dan alignment lakukan inspeksi terhadap pada pasien pada saat berdiri,duduk maupun berbaring. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam mengkaji antara lain :Posisi berdiriLakukan inspeksi melalui sudut pandang secara : Anterior,Lateral dan posterior. Pasien dalam posisi berdiri dengan kepala tegak dan mata lurus kedepan serta bahu dan pinggul harus lurus dan sejajar, apabila posisi tidak sesuai dengan posisi berdiri yang benar maka dapat diidentifikasikan bahwa ada gangguan pada otot dan tulang pasien.

Posisi dudukPada saat keadaan ini normalnya kepala dan dada akan akan memiliki keadaan yang sama pada saat posisi berdiri yaitu kepala pasien harus tegak lurus dengan leher dan verterba kolumna telapak kaki lurus berpijak pada lantai.Pasien yang dalam keadaan abnormal akan mengalami kelemahan otot atau pralis otot serta adanya sensasi (kerusakan saraf).

P a g e | 15

Posisi berbaringLetakan pasien pada posisi lateral semua bantal dan penyokong posisi dipindahkan dari tempat tidur, kemudian tubuh ditopang dengan kasur yang cukup dan vertebra harus lurus dengan alas yang ada . apabila dijumpaikelainan pada pasien, maka terdapat penurunan sensasi atau gangguan sirkulasi serta adanya kelemahan.

Cara berjalanDikaji untuk mengetahui mobilitas dan kemungkinan resiko cedera akibat dari terjatuh, pasien diminta berjalan sepanjang 10 langkah kemudian perawat memperhatikan hal-hal berikut ini :

a. Kepala tegak, pandangan lurus kedepan, punggung tegak.b. Tumit menyentuh tanah terlebih dahulu sebelum jarijari kaki. c. Langkah lembut, terkoordinasi dan ritmik d. Mudah untuk memulai dan mengakhiri berjalane. Jumlah langkah per menit (pace) 70-100 X per menit,

kecuali pada orang tua mungkin 40 X per menit.

Diagnosa Keperawatan1. Nyeri akut berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan tulang2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan neurovasculer3. Resiko cedera berhubungan dengan gangguan keseimbangan yang disertai

kelemahan otot

Perencanaan KeperawatanNyeri akut b.d terputusnya kontinuitas jaringan tulangDefinisi: perasaan sensori dan emosional yang tidak menyenangkan yang muncul akibat kerusakan jaringan yang aktualatau potensial atau digambarkan dalam hal kerusakan sedemikian rupa; awitan yang tiba-tiba atau lambat dari intensitas ringan hingga berat dengan akhir yang dapat diantisipasi atau diprediksiberlangsung < 6 bulan.Tujuan: 1) Klien mengatakan nyeri yang dirasakan berkurang. 2) Klien dapat mendeskripsikan bagaimana mengontrol nyeri 3) Klien mengatakan kebutuhan istirahat dapat terpenuhi 4) Klien dapat menerapkan metode non farmakologik untuk mengontrol nyeri

Intervensi: 1) Identifikasi nyeri yang dirasakan klien (P, Q, R, S, T) 2) Eksplor faktor-faktor

penyebab nyeri 3) Kaji pengalaman klien masa lalu dalam mengatasi nyeri. 4) Pantau tanda-tanda vital. 5) Berikan tindakan kenyamanan.

P a g e | 16

6) Ajarkan teknik non farmakologik (relaksasi, fantasi, dll) untuk menurunkan nyeri.

7) Jelaskan prosedur yang dapat meningkatkan nyeri dan mengurangi nyeri 8) Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian: analgetik sesuai indikasi

Gangguan mobilitas fisik b.d gangguan neuromuskuler.Definisi: keterbatasan pada pergerakan fisik tubuh atau satu atau lebih ekstrimitas secara mandiri dan terarahTujuan: 1) Aktivitas fisik meningkat 2) ROM normal 3) Melaporkan perasaan peningkatan kekuatan dalam bergerak. 4) Klien bisa melakukan aktivitas.

Intervensi: a. Pastikan keterbatasan gerak sendi yang dialami. b. Motivasi klien untuk mempertahankan pergerakansendi. c. pastikan klien bebas dari nyeri sebelum diberikan latihan. d. Ajarkan ROM exercise aktif dan pasif; jadual;keteraturan, latih ROM pasif

dan aktife. Anjurkan dan Bantu klien duduk di tempat tidur sesuai toleransi.f. Atur posisi setiap 2 jam atau sesuai toleransi. g. Fasilitasi penggunaan alat Bantu. h. Jelaskan manfaat ROM aktif dan pasif i. Kolaborasi dengan fisioterapi

Ambulasio Memindahkan klien dari tempat tidur ke (TT) ke kursi/ kursi roda/

brankar dan sebaliknyao Membantu klien berjalano Membantu klien dengan alat bantu jalan

EvaluasiEvaluasi yang diharapkan dari hasil tindakan keperawatan untuk mengatasi gangguan postur tubuh adalah tidak terjadi perubahan atau kesalahan dalam postur tubuh dan pasien mampu melaksanakan aktifitas dengan mudah serta tidak merasakan kelemahan. Kelainan postur yg didpat atau congenital mempengaruhi efisiensi system moskuloskeletal, spt kesejajaran tubuh keseimbangan dan penampilan.

P a g e | 17

Macam2 abnormal:a. Tortikolis

i. Diskripsi: mencondongkan kepala ke sisi yang sakit, dimana otot sternokleidomastoideus berkontraksi.

ii. Penyebab: kondisi congenital. Penatalaksanaan: operasi, pemanasan, topangan, atau imobilisasi berdasarkan penyebab dan tingkat keparahan.

b. Kifosisi. Diskripsi : peningkatan kelengkungan pada kurva spinal torakal.ii. Penyebab : kondisi congenital, penyakit tulang atau ricket

tuberkolosis spinal.iii. Penatalaksanaan: latihan peregangan spinal, tidur tanpa bantal,

menggunakan papan tempat tidur, memakai jaket, penggabungan spinal (berdasarkan penyebab dan tingkat keparahan).

c. Kifolordosis Diskripsi: kombinasi dari kifosis dan lordosis. Penyebab: kondisi congenital.Penatalaksanaan: sama dengan metode yang digunakan untuk kifosis dan lordosis berdasarkan penyebab.

d. Skoliosis Diskripsi: kurvatura spinal lateral, tinggi pinggul dan bahu tidak sama.Penyebab: kondisi congenital, poliomyelitis, paralisis spastic, panjang kaki tidaksamaPenatalaksanaan: immobilisasi dan operasi (berdasarkan penyebab dan tingkatkeparahan).

P a g e | 18

e. Kifoskoliosis Diskripsi: tidak normalnya kurva spinal anteroposteriol dan lateral. Penyebab: kondisi congenital, poliomyelitis, kor pulmonal.Penatalaksanaan: immobilisasi dan operasi (berdasarkan penyebab dan tingkatkeparahan).

f. Dysplasia Pnggung Kongenital Diskripsi: ketidakstabilan pinggul dengan keterbatasan abduksi pinggul, dan kadangkadang kontraktur adduksi (kaput vemur tidak bersambung dengan assetatbulum karena abnormal kedangkalan assetatbulum). Penyebab: kondisi congenital (biasanya dengan kelahiran sungsang). Penatalaksanaan: mempertahankan abduksi paha yang terus menerus sehingga kaput vemur menekan ke bagian tengah assetatbulum, beban abduksi, gips, pembedahan.

g. Knock-knee (genu varum) Diskripsi: kurva kaki yang masuk ke dalam sehingga lutut rapat jika seseorang berjalan.Penyebab: kondisi congenital, penyakit tulang atau ricket. Penatalaksanaan: knee braces, operasi jika tidak dapat diperbaiki oleh pertumbuhan.

h. Lordosis adalah kelainan pada tulang belakang dimana hyperekstensi dari tulang lumbal.Diskripsi: kurva anterior pada spinal lumbal yang melengkung berlebihan.Penyebab: kondisi congenital, kondisi temporer missal, kehamilan.Penatalaksanaan: latihan peregangan spinal berdasarkan penyebab.

TERMINASI 1. Mekanika tubuh adalah suatu usaha sistem muskuloskeletal dan sistem saraf

yang terkoordinasi untuk mempertahankan keseimbangan, postur, dan kesegarisan tubuh selama mengangkat, membungkuk, bergerak, dan melakukan aktifitas sehari-hari.

2. Penggunaan mekanika tubuh yang sesuai dapat mengurangi risiko injuri sistem

muskuloskeletal dan memfasilitasi pergerakan tubuh yang memungkinkan mobilisasi fisik tanpa ketegangan otot, dan menggunakan energi otot yang berlebihan.

P a g e | 19

3. Kesegarisan tubuh atau postur berhubungan dengan posisi sendi, tendon, ligament, dan otot ketika posisi berdiri, duduk, dan berbaring. Kesegarisan tubuh yang benar mengurangi ketegangan pada struktur muskuloskeletal, mempertahankan tonus otot secara adekuat, dan menunjang keseimbangan.

4. Kesegarisan tubuh menunjang keseimbangan tubuh. Keseimbangan adalah kemampuan untuk mencapai dan mempertahankan postur tubuh tetap tegak melawan gravitasi (duduk atau berdiri) sebaik mungkin untuk mengatur seluruh keterampilan aktifitas fisik (Glick, 1992 dikutip dari Kozier, 1997). Keseimbangan diatur oleh serebelum dan telinga dalam (kanalis semisirkuler). Tanpa keseimbangan ini, pusat gravitasi akan berubah, gaya gravitasi meningkat, dan konsekuensinya menyebabkan risiko jatuh dan injuri. Keseimbangan tubuh diperoleh dengan adanya dasar pendukung yang luas, pusat gravitasi berada pada dasar pendukung, dan garis vertikal dapat digambar dari pusat gravitasi melalui dasar pendukung, postur yang benar (lurus) dan pusat gravitasi yang lebih rendah.

5. Berat adalah gaya pada tubuh yang menggunakan gravitasi. Ketika suatu objek diangkat,

o pengangkat harus mengetahui berat objek dan mengetahui pusat gravitasinya. Pada objek yang simetri, pusat gravitasi berada tepat pada pusat objek. Pada manusia, pusat gravitasinya biasanya berada pada 55-57% tinggi badannya ketika berdiri dan berada di tengah-tengah. Gaya berat selalu mengarah ke bawah, hal ini menjadi alasan mengapa objek yang tidak seimbang itu jatuh

6. Friksi (gaya gesek) adalah gaya yang terjadi pada gerakan benda yang berlawanan. Perawat dapat mengurangi friksi dengan mengikuti beberapa prinsip dasar, antara lain meminimalkan permukaan tubuh (menyilangkan lengan klien di dada), meminimalkan beban, menggunakan kekuatan dan gerakan klien saat mengangkat (ajak klien berpartisipasi), mengangkat menggunakan pull sheet.

Respon fisiologik dari perubahan mobilisasi, adalah perubahan pada:o muskuloskeletal seperti kehilangan daya tahan, penurunan massa otot,

atropi dan abnormalnya sendi (kontraktur) dan gangguan metabolisme kalsium

o kardiovaskuler seperti hipotensi ortostatik, peningkatan beban kerja jantung, dan pembentukan thrombus

o pernafasan seperti atelektasis dan pneumonia hipostatiko metabolisme dan nutrisi antara lain laju metabolic; metabolisme karbohidrat,

lemak dan protein;o ketidakseimbangan cairan dan elektrolit; ketidakseimbangan kalsium; dan

gangguan pencernaan(seperti konstipasi)

P a g e | 20

o eliminasi urin seperti stasis urin meningkatkan risiko infeksi saluran perkemihan dan batu ginjal

o integument seperti ulkus dekubitus adalah akibat iskhemia dan anoksia jaringan

o neurosensori: sensori deprivation

Respon psikososial dari antara lain meningkatkan respon emosional, intelektual, sensori, dan sosiokultural. Perubahan emosional yang paling umum adalah depresi, perubahan perilaku, perubahan dalam siklus tidur-bangun, dan gangguan koping.

ASUHAN KEPERAWATANPENGKAJIANUkur ROM selama latihan ekstremitas

1. Tanyakan klien tentang persepsinya terhadap nyeri2. Tanyakan klien tentang daya tahan dan toleransi aktivitas3. Inspeksi keutuhan area kulit ekstremitas yang digips4. Observasi gaya jalan dan kemampuan bergerak dengan bebas

DIAGNOSA KEPERAWATANContoh Diagnosa Keperawatan NANDA yang berhubungan dengan mekanik tubuh yang tidak sesuai dan gangguan mobilisasi :

1. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan:- Kesegarisan tubuh yang buruk- Penurunan mobilisasi

2. Risiko injuri berhubungan dengan:- Ketidaklayakan mekanik tubuh- Ketidaklayakan posisi- Ketidaklayakan teknik pemindahan

3. Gangguan mobilisasi fisik berhubungan dengan:- Pengurangan ROM- Tirah baring- Penurunan kekuatan

4. Tidak efektifnya bersihan jalan napas b.d:- Stasisnya sekresi paru- Ketidaklayakan posisi tubuh

5. Tidak efektifnya pola napas b.d:- Penurunan pengembangan paru- Penumpukan sekresi paru- Ketidaklayakan posisi tubuh

6. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan:- Pola napas asimetris- Penurunan pengembangan paru- Penumpukan sekresi paru

P a g e | 21

7. Risiko kurangnya volume cairan b.d penurunan asupan cairan8. Gangguan integritas kulit atau risiko gangguan integritas kulit

berhubungan dengan/ b.d:- Pembatasan mobilisasi- Tekanan pada permukaan kulit- Pengurangan kekuatan

9. Perubahan eliminasi urin b.d:- Pembatasan mobilisasi- Risiko infeksi- Retensi urin

10. Risiko infeksi berhubungan dengan:- Stasisnya sekresi paru- Gangguan integritas kulit- Stasisnya urin

11. Inkontinensia total berhubungan dengan:- Perubahan pola eliminasi- Pembatasan mobilisasi

12. Tidak efektifnya koping individu b.d:- Pengurangan tingkat aktivitas- Isolasi sosial

13. Gangguan pola tidur berhubungan dengan:- Pembatasan mobilisasi- Rasa tidak nyaman

PERENCANAANContoh Rencana Keperawatan pada gangguan mobilitas fisikDiagnosa Keperawatan: gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri Definisi: gangguan mobilitas fisik merupakan kondisi individu menunjukkan keterbatasan kemampuan dalam mobilitas fisik secara bebas.TujuanKlien akan mencapai ROM normal (fleksi dan ekstensi 180°) bahu kiri dalam 4bulanHasil yang diharapkan Klien akan ROM pada kesatuan ekstremitas atas Klien akan menunjukkan aktivitas perawatan diri menggunakan ekstrimitas

yang mengalami masalah dalam 2 hari Klien akan mengikuti program latihan secara teratur pada saat pulang

Intervensi Usulkan pemberian analgesik 30 menit sebelum latihan ROM Ajarkan klien untuk latihan ROM spesifik pada anggota gerak. Buat jadwal

latihan aktif antara waktu makan dan mandiRasional-Aktivitas analgesik akan maksimal pada saat klien memulai latihan

P a g e | 22

-Pendidikan membuat klien mempunyai kesempatan dan pengetahuan untuk menjaga dan meningkatkan ROM (Lehmkuhl et al, 1990) Hal ini akan mendukung frekuensi latihan yang berpengaruh pada kesatuan dan pengurangan risiko perkembangan kontraktur

-Rencana keperawatan didasari oleh satu atau lebih tujuan-tujuan berikut: mempertahankan kesegarisan tubuh yang sesuai mencapai kembali kesegarisan tubuh atau tingkat optimal kelurusan tubuh mengurangi cidera pada kulit dan sistem muskuloskeletal dari ketidaktepatan

mekanika atau kesegarisan tubuh mencapai ROM penuh atau optimal mencegah kontraktur menjaga kepatenan jalan napas mencapai ekspansi paru dan pertukaran gas optimal memobilisasi sekresi jalan napas menjaga fungsi kardiovaskuler meningkatkan toleransi aktivitas mencapai pola eliminasi normal menjaga pola tidur normal mencapai sosialisasi mencapai kemandirian penuh dalam aktivitas perawatan diri mencapai stimulasi fisik dan mental

IMPLEMENTASIKriteria dasar cara mengangkat berikut ini:1. Posisi berat. Berat yang akan diangkat sebaiknya sedekat mungkin

dengan pengangkat.2. Tempatkan obyek sedemikian rupa sehingga menggunakan kekuatan

mengangkat yang dimiliki pengangkat.3. Tinggi obyek. Tinggi yang paling baik untuk diangkat sebaiknya vertikal

yaitu sedikit di atas dari tinggi pertengahan seseorang dengan lengan menggantung sejajar siku.

4. Posisi tubuh. Jika posisi tubuh pengangkat bervariasi dengan tugas mengangkat yang berbedabeda, ikuti petunjuk umum yang dapat dipakai untuk sebagian besar keadaan. Tubuh diposisikan dengan tubuh tegak sehingga kelompok otot-otot multipel bekerja sama dengan cara yang tepat.

5. Berat maksimum. Setiap perawat sebaiknya tahu berat maksimum yang aman untuk membawa- aman bagi perawat dan klien. Obyek yang terlalu berat adalah jika beratnya sama dengan atau lebih dari 35% berat badan orang yang mengangkat. Oleh karena itu, perawat yang beratnya 130 lb (59,1 kg) sebaiknya tidak mencoba mengangkat orang imobilisasi yang beratnya 100 lb (45,5 kg). Meskipun perawat mungkin mampu melakukannya, hal ini akan berisiko menjatuhkan klien atau menyebabkan cidera punggung perawat.

P a g e | 23

EVALUASISesuaikan dengan tujuan.

BAB IIIKESIMPULAN DAN SARAN

A.KesimpulanLatihan mobilisasi penting dilakukan pada pasien post operasi maupun untuk pemulihan pasien rawat inap dan pasien dengan kondisi-kondisi tertentu.Beberapa prinsip yang perlu diperhatikan dalam memberikan latihan mobilisasi adalah : mempertahankan kesegarisan tubuh yang sesuai mencapai kembali kesegarisan tubuh atau tingkat optimal kelurusan tubuh mengurangi cidera pada kulit dan sistem muskuloskeletal dari ketidaktepatan

mekanika atau kesegarisan tubuh mencapai ROM penuh atau optimal mencegah kontraktur menjaga kepatenan jalan napas mencapai ekspansi paru dan pertukaran gas optimal memobilisasi sekresi jalan napas menjaga fungsi kardiovaskuler meningkatkan toleransi aktivitas mencapai pola eliminasi normal menjaga pola tidur normal mencapai sosialisasi mencapai kemandirian penuh dalam aktivitas perawatan diri mencapai stimulasi fisik dan mental

B. SaranPerawat merupakan tenaga kesehatan yang memiliki waktu kontak dengan pasien paling lama, dan memiliki sejumlah peran dalam mempertahankan maupun memulihan status kesehatan bahkan meningkatkan derajat kesehatan, maka dari itu dipandang perlu bagi seorang perawat memiliki pengetahuan dan keterampilan dalam melaksanakan asuhan keperawatan terhadap kliennya. Pengetahuan dan keterampilan tersebut diperoleh tidak hanya melalui pendidikan akademika, melainkan juga didapatkan melalui pelatihan atau workshop di bidang keperawatan. Bila setiap perawat memiliki kompetensi yang selalu up to date, maka dijamin klien akan sangat puas dengan pelayanan asuhan keperawatan yang kita berikan, dan perawat akan menjadi profesi yang maju dan diAKUI keberadaannya.

P a g e | 24

BAB IVDAFTAR PUSTAKA

1. Carpenito, L.J. (1999). Nursing care plans and documentation: Nursing diagnoses and collaborative problems. (third edition). Philadelphia: Lippincott.

2. Craven, R.F., Hirnle, C.J. (2000). Fundamentals of nursing: Concepts, process, and practice. (fifth edition). California: Addison, Wesley Publishing Co.

3. Leahy, J.M.& Kizilay, P.E. (1998). Foundation of nursing practice: A nursing approach. USA:

4. WB Saunders Company.5. Hilton, P.A (2004). Fundamental Nursing Skills, @2004 Whurr Publisher Ltd

Philadelphia USA