124
I KEABADIAN DI DALAM NERAKA (Studi Perbedaan Ayat al-Qur’an dan Hadis Nabi) Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ushuluddin untuk Memenuhi Persyaratan memperoleh Gelar Sarjana Agama (S. Ag.) Oleh: Faiz Nashrulloh Al Hakim NIM. 1113034000185 PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’ĀN DAN TAFSIR FAKULTAS USHULUDDIN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1439 H / 2018 M

KEABADIAN DI DALAM NERAKArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40149/1/FAIZ... · I KEABADIAN DI DALAM NERAKA (Studi Perbedaan Ayat al-Qur’an dan Hadis Nabi) Skripsi

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: KEABADIAN DI DALAM NERAKArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40149/1/FAIZ... · I KEABADIAN DI DALAM NERAKA (Studi Perbedaan Ayat al-Qur’an dan Hadis Nabi) Skripsi

I

KEABADIAN DI DALAM NERAKA

(Studi Perbedaan Ayat al-Qur’an dan Hadis Nabi)

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ushuluddin

untuk Memenuhi Persyaratan memperoleh Gelar

Sarjana Agama (S. Ag.)

Oleh:

Faiz Nashrulloh Al Hakim

NIM. 1113034000185

PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’ĀN DAN TAFSIR

FAKULTAS USHULUDDIN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1439 H / 2018 M

Page 2: KEABADIAN DI DALAM NERAKArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40149/1/FAIZ... · I KEABADIAN DI DALAM NERAKA (Studi Perbedaan Ayat al-Qur’an dan Hadis Nabi) Skripsi

II

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan asli karya saya yang diajukan untuk memenuhi salah

satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta.

2. Semua sumber yang saya rujuk dalam penulisan skripsi ini telah saya

cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.

3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya saya atau

merupakan hasil plagiasi dari karya orang lain, maka saya bersedia untuk

menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Page 3: KEABADIAN DI DALAM NERAKArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40149/1/FAIZ... · I KEABADIAN DI DALAM NERAKA (Studi Perbedaan Ayat al-Qur’an dan Hadis Nabi) Skripsi

III

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING

KEABADIAN DI DALAM NERAKA

(Studi Perbedaan Ayat al-Qur’an dan Hadis Nabi)

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ushuluddin

untuk Memenuhi Persyaratan memperoleh Gelar

Sarjana Agama (S. Ag.)

Pembimbing:

Dr. Abdul Hakim Wahid, MA

NIP. 19780424201503 1 001

PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’ĀN DAN TAFSIR

FAKULTAS USHULUDDIN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1439 H / 2018 M

Page 4: KEABADIAN DI DALAM NERAKArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40149/1/FAIZ... · I KEABADIAN DI DALAM NERAKA (Studi Perbedaan Ayat al-Qur’an dan Hadis Nabi) Skripsi

IV

HALAMAN PENGESAHAN

Page 5: KEABADIAN DI DALAM NERAKArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40149/1/FAIZ... · I KEABADIAN DI DALAM NERAKA (Studi Perbedaan Ayat al-Qur’an dan Hadis Nabi) Skripsi

V

KATA PENGANTAR

ب سم الله الرحمن الرحي م Alhamdu lillāhi rabbi al-‘ālamīn, rasa syukur penulis sampaikan kehadirat

Allah subhānahu wa ta’ālā, atas segala curahan rahmat, karunia, serta petunjuknya,

penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini dengan baik. Penulis yakin, bahwa

setiap keberhasilan dalam hidup, termasuk selesainya penulisan skripsi ini tidak

lain dan tidak bukan, merupakan salah satu karunia dan atas pertolongan-Nya,

sehingga menjadi suatu keharusan bagi penulis untuk menyampaikan ribuah

ungkapan syukur atas semua hal ini.

Allāhumma salli ‘alā sayyidinā Muhammad sallallāhu ‘alaihi wa sallam,

lantunan sholawat semoga senantiasa tetap terlimpahkan kepada baginda junjungan

alam. Kehadirannya ke alam dunia menjadi cahaya yang telah membebaskan

manusia dari belenggu kesesatan dan membawa kepada jalan yang penuh rahmat

dan mendapat ridho Allah subhānahu wa ta’ālā.

Berbagai hambatan dalam penulisan skripsi ini menjadi warna tersendiri bagi

penulis yang memberikan banyak sekali pelajaran. Penulis sendiri menyadari

bahwa semua hambatan tersebut dapat dilewati atas bantuan berbagai pihak. Oleh

karena itu, dengan segala bentuk kerend

ahan hati dan ketulusan, penulis menyampaikan terima kasih tak terhingga

kepada:

1. Prof. Dr. Dede Rosyada, MA., selaku Rektor Universitas Islam Negeri

Syarif Hidayatullah, serta kepada jajaran rektorat yang lain, khususnya

kepada Prof. Dr. Yusran Razak, MA., serta kepada segenap civitas akade

Page 6: KEABADIAN DI DALAM NERAKArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40149/1/FAIZ... · I KEABADIAN DI DALAM NERAKA (Studi Perbedaan Ayat al-Qur’an dan Hadis Nabi) Skripsi

VI

mika UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.Prof. Dr. Masri Mansoer, MA.,

selaku Dekan Fakultas Ushuluddin, Dr. M. Suryadinata, MA., selaku

Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan, serta jajaran dekanat yang lain.

2. Dr. Lilik Umi Kaltsum, MA., selaku Ketua Jurusan Ilmu Al-Qur’an dan

Tafsir, dan Dra. Banun Binaningrum, MA., selaku Sekretaris Jurusan Ilmu

Al-Qur’an dan Tafsir yang telah melayani mahasiswa termasuk penulis

dalam banyak hal.

3. Dr. Abdul Hakim Wahid, MA., selaku dosen pembimbing skripsi yang

telah bersedia menyisikan waktu sibuknya untuk membimbing penulis

hingga dapat menyelesaikan skripsi ini, jazākallah ahsan al- jazā’.

4. Eva Nugraha, MA., selaku dosen mata kuliah penulisan karya ilmiah dan

juga ketua pengabdian masyarakat yang telah mengajarkan kepada

penulis cara menulis yang baik dan benar, selalu terbuka untuk menerima

mahasiswa di rumahnya, dan yang telah memberikan arahan kepada

penulis serta menjadi tempat konsultasi pada awal proses penyusunan

proposal skripsi.

5. Seluruh dosen di Fakultas Ushuluddin, yang telah memberikan ilmunya,

khususnya kepada Bapak Maulana, M. Ag., yang menjadi jembatan bagi

penulis untuk berlatih bermasyarakat dengan menjadi Imam Ramadhan di

komplek tempat tinggalnya selama beberapa tahun.

6. Segenap keluarga penulis, khususnya kedua orang tua, Bapak

Ikhsanuddin Assalaby, dan Ibu Siti Johariyah, yang selalu mendorong

penulis untuk segera menyelesaikan skripsi, dan tidak pernah terputus

rangkaian do-doanya. Adik penulis, Dek Salma, yang juga tidak pernah

Page 7: KEABADIAN DI DALAM NERAKArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40149/1/FAIZ... · I KEABADIAN DI DALAM NERAKA (Studi Perbedaan Ayat al-Qur’an dan Hadis Nabi) Skripsi

VII

berhenti untuk menanyakan status skripsi kakaknya, dan nenek yang

mendorong penulis untuk bisa menyelesaikan skripsi dalam waktu dekat

karena ingin menghadiri acara wisuda cucunya.

7. Keluarga besar Pondok Pesantren Riyadlotul ‘Uqul, khususnya kepada

Abah Yai Imam Jurjani Hasbullah, dan segenap asatidz di pesantren

tersebut yang telah mengajarkan berbagai macam ilmu, khususnya nahwu

sharaf yang sangat bermanfaat bagi kelacaran akademik selama menjadi

mahasiswa di UIN Syarif Hidayatullah Jakata.

8. Keluarga besar Pondok Pesantren Darus-Sunnah, khususnya kepada Prof.

Dr. KH. ‘Ali Mustafa Yaqub, MA. ghafarallahu lah yang telah

memberikan banyak pengetahuan tentang hadis dan keilmuannya, serta

khususnya kepada Ustadz Dr. Ahmad Ubaydi Hasbillah, MA., yang

bersedia menerima konsultasi penulis mengenai penyusunan dan

pembahasan skripsi saat mengalami kebingungan.

9. Teman-teman satu jurusan, khususnya yang mendahului wisuda sehingga

memberikan motivasi kepada penulis untuk segera menyusul wisuda, juga

kepada Salman, yang telah meniti karir sebagai asisten Pak Kusmana yang

bersedia diajak sekedar berdiskusi membahas skripsi penulis. Terima

kasih juga kepada kawan-kawan kelas TH-E 2-2013, khususnya ketua

kelas, Fauzan al-Maduri yang sudah berkenan membaca dan memberi

masukan pada proposal skripsi penulis, Aini Indah atas contekan proposal

Page 8: KEABADIAN DI DALAM NERAKArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40149/1/FAIZ... · I KEABADIAN DI DALAM NERAKA (Studi Perbedaan Ayat al-Qur’an dan Hadis Nabi) Skripsi

VIII

nya, dan yang lainnya, semoga semuanya diberikan kemudahan dalam

segala urusan.

10. BUPERDA Masjid Fathullah UIN Jakarta, khususnya kepada Pak Drs.

Anas Darwis, M.Si., yang selalu menggoda penulis dengan pertanyaan,

“kapan sidang?” dan sekarang sudah penulis akhiri pertanyaan berulang

itu, juga kepada Bang Mustaqim, selaku kawan muadzin dan imam Masjid

Fathullah yang meskipun baru mengenal sebentar tapi tanpa basa-basi

langsung menjadikan pertanyaan kapan wisuda sebagai wirid harian yang

disampaikan kepada penulis.

11. Teman-teman angkatan IHNA Darus-Sunnah yang telah mendokan untuk

kelancaran skripsi penulis.

12. Teman-teman KKN Genesa 111 yang telah mewarnai kehidupan penulis

selama satu bulan di tanah pengabdian, khususnya kepada Hasin yang

selalu ramah dari awal perkenalan hingga saat ini.

13. Teman-teman LTTQ Masjid Fathullah, khususnya kepada para pendahulu

wisuda: Vanny, Azki, Umi, Fauziah, yang semakin mendorong penulis

untuk segera menyusul meraih singgasana sarjana. Aldi selaku

pendamping selama memimpin LTTQ, maafkan harus sidang lebih

dahulu, Mukhlis sesama mahasiswa satu bimbingan, Vijay dan Latifah

yang menemani langkah perjalanan menyusun skripsi ini. Tidak lupa

kepada Ketum dan Waketum LTTQ sekarang, Amir dan A’yun; Bendum,

Rifda, yang telah mengizinkan penulis menggunakan ruang kantor LTTQ

dan printer, sehigga bisa menghemat biaya, he. Kepada para junior,

Khanifa, Haidar, Miqdad, Adam dan yang lain, yang selalu mempertanya

Page 9: KEABADIAN DI DALAM NERAKArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40149/1/FAIZ... · I KEABADIAN DI DALAM NERAKA (Studi Perbedaan Ayat al-Qur’an dan Hadis Nabi) Skripsi

IX

kan status skripsi, “gimana skripsi?”, akhirnya penulis bisa mengakhiri

pertanyaan kalian ini, he.

Kepada meraka, penulis menyampaikan terima kasih atas do’nya,

dukungannya, bantuannya, serta kebaikan-kebaikan yang telah diberikan, yang

tidak dapat penulis balas satu per satu, jazahumullah ahsan al-jazā’

Semoga apa yang penulis lakukan, dapat memberikan manfaat, aamiin.

Ciputat, 11 Maret 2018 M

Faiz Nashrulloh Al Hakim

NIM. 1113034000185

Page 10: KEABADIAN DI DALAM NERAKArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40149/1/FAIZ... · I KEABADIAN DI DALAM NERAKA (Studi Perbedaan Ayat al-Qur’an dan Hadis Nabi) Skripsi

X

PEDOMAN TRANSLITERASI

Berikut ini merupakan pedoman transliteriasi dalam penyusunan skripsi yang

digunakan oleh penulis. Penulis menggunakan transliterasi arab-latin dengan

berpedoman pada buku Pedoman Penulisan Skripsi yang diterbitkan oleh Fakultas

Ushuluddin Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2015.

1. Konsonan Tunggal

Huruf Arab Huruf Latin Keterangan

Tidak dilambankan ا

B Be ب

T Te ت

Ts te dan es ث

J Je ج

H H dengan garis di bawah ح

Kh Ka dan Ha خ

D De د

Dz De dan Zet ذ

R Er ر

Z Zet ز

S Es س

Sy Es dan Ye ش

S Es dengan garis di bawah ص

D De dengan garis di bawah ض

T Te dengan garis di bawah ط

Z Zet dengan garis di bawah ظ

Page 11: KEABADIAN DI DALAM NERAKArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40149/1/FAIZ... · I KEABADIAN DI DALAM NERAKA (Studi Perbedaan Ayat al-Qur’an dan Hadis Nabi) Skripsi

XI

Koma terbalik di atas hadap kanan ‘ ع

Gh Ge dan Ha غ

F Ef ف

Q Ki ق

K Ka ك

L El ل

M Em م

N En ن

W We و

H Ha ه

Apostrof ' ء

Y Ye ي

2. Konsonan Rangkap

Vokal dalam bahasa Arab, seperti vokal bahasa Indonesia, terdiri dari vokal

tungggal atau monoftong dan vokal rangkap atau diftong. Untuk vokal tunggal

alih aksaranya sebagai berikut:

Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan

A Fathah ـ

I Kasrah ـ

U Dammah ـ

Page 12: KEABADIAN DI DALAM NERAKArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40149/1/FAIZ... · I KEABADIAN DI DALAM NERAKA (Studi Perbedaan Ayat al-Qur’an dan Hadis Nabi) Skripsi

XII

Adapun untuk vokal rangkap, ketentuan alih akasara sebagai berikut:

Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan

Ai a dan i ـــــــي

Au a dan u ـــــــو

3. Vokal Panjang

Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan

Ā a dengan garis di atas ـــــــا

Ī i dengan garis di atas ـــــــي

Ū u dengan garis di atas ـــــــو

4. Kata Sandang

Kata sandang yang dalam system aksara Arab dilambangkan dengan huruf,

yaitu alif dan lam, dialih aksarakan menjadi huruf /l/, baik diikuti huruf

syamsiyyah maupun qomariyyah. Contoh: al-syamsiyyah bukan asy-

syamsiyyah, dan al-rijāl bukan ar-rijāl.

5. Tasydid

Huruf yang ber-tasydid ditulis dengan dua huruf serupa secara berturut-

turut, seperti pada kata السنة, ditulis al-sunnah.

6. Ta’ marbutah di akhir kata

Jika ta marbūtah terdapat pada kata yang berdiri sendiri, maka huruf

tersebut dialih-aksarakan menjadi huruf /h/, seperti pada kata أبو هريرة, ditulis

Abū Hurairah.

Page 13: KEABADIAN DI DALAM NERAKArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40149/1/FAIZ... · I KEABADIAN DI DALAM NERAKA (Studi Perbedaan Ayat al-Qur’an dan Hadis Nabi) Skripsi

XIII

7. Huruf Kapital

Huruf capital sesuai dengan ketentuan yang berlaku dalam Ejaan yang

Disempurnakan (EYD). Jika nama didahulukan oleh kata sandang, maka yang

ditulis dengan huruf kapital adalah nama diri tersebut, bukan huruf awal atau

kata sandangan, seperti: البخاري, maka ditulis al-Bukhārī

Page 14: KEABADIAN DI DALAM NERAKArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40149/1/FAIZ... · I KEABADIAN DI DALAM NERAKA (Studi Perbedaan Ayat al-Qur’an dan Hadis Nabi) Skripsi

XIV

ABSTRAK

Surga dan neraka adalah dua tempat yang disediakan untuk proses menjalani

tahap akhir dari rangkaian proses perjalanan manusia, yang merupakan salah satu

bagian dari kehidupan akhirat. Perihal abadi dan tidaknya keberadaan hamba di

dalam neraka diperselisihkan oleh beberapa tokoh. Ibn al-Qayyim al-Jauziyyah

dengan membaca pesan al-Qur’ān yang menyampaikan ada kebebasan kehendak

Allah, mengatakan mengenai tidak kekalnya siksa di dalam neraka. Sebagian

lainnya, melihat dari sisi bahwa adanya sifat rahmat Allah melahirkan harapan akan

dikeluarkannya penghuni neraka. Beberapa nash juga menyebutkan perihal hal ini.

al-Qur’ān sendiri menyebutkan bahwa penduduk jahannam kekal di dalamnya.

Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap makna kata al-jahannamiyyūn

yang terdapat dalam hadis nabi, untuk mendapat kesimpulan tentang keabadian di

dalam neraka. Melalui kajian ini pula, didapatkan pengetahuan tentang alur untuk

memahami hadis yang secara tekstual bertentangan dengan sumber hukum yang

lain.

Penilitian ini dilakukan menggunakan metode penelitian kepustakaan (library

research), dengan pendekatan ilmu fahm al-hadīts untuk mendapatkan pemahaman

mengenai hadis tersebut, dan menyelesaikan perbedaan dalil dengan kaidah al-

Imām al-Syāfi’ī.

Penelitian ini menyimpulkan bahwa kekekalan di dalam neraka tidak bersifat

mutlak, akan tetapi relatif. Kekekalan di dalam neraka diberlakukan untuk orang-

orang kafir, orang yang syirik, dan orang yang meninggal dalam keadaan tidak

membawa keimanan. Berbeda dengan mereka, keberadaan di dalam neraka tidak

bersifat kekal bagi orang-orang yang mendapatkan syafaat, dan orang-orang yang

telah habis masa siksaan dengan catatan orang tersebut masih membawa keimanan.

Keyword: jahannamiyyun, jahannam, siksa, kekal

Page 15: KEABADIAN DI DALAM NERAKArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40149/1/FAIZ... · I KEABADIAN DI DALAM NERAKA (Studi Perbedaan Ayat al-Qur’an dan Hadis Nabi) Skripsi

XV

DAFTAR ISI

LEMBAR PERNYATAAN ........................................................................... II

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING .............................................. III

HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................ IV

KATA PENGANTAR .................................................................................... V

PEDOMAN TRANSLITERASI ................................................................... X

ABSTRAK ...................................................................................................... XIV

DAFTAR ISI ................................................................................................... XV

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1

A. Latar Belakang ................................................................................ 1

B. Permasalahan .................................................................................. 11

1) Identifikasi Masalah.................................................................. 11

2) Pembatasan Masalah ................................................................ 12

3) Perumusan Masalah.................................................................. 12

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ..................................................... 12

D. Kajian Terdahulu yang Relevan .................................................... 13

E. Metode Penelitian ............................................................................ 16

F. Sistematika Penulisan ..................................................................... 18

BAB II NERAKA DAN KARAKTERISTIKNYA...................................... 20

A. Definisi Neraka ................................................................................ 20

B. Neraka dan Sifatnya ....................................................................... 20

1) Pintu Neraka .............................................................................. 21

2) Kedalaman Neraka ................................................................... 21

3) Warna Api Neraka .................................................................... 22

Page 16: KEABADIAN DI DALAM NERAKArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40149/1/FAIZ... · I KEABADIAN DI DALAM NERAKA (Studi Perbedaan Ayat al-Qur’an dan Hadis Nabi) Skripsi

XVI

4) Panas Api Neraka ...................................................................... 22

C. Nama-Nama Neraka dan Penghuninya ........................................ 23

BAB III ANALISIS SANAD DAN MATAN HADIS .................................. 29

A. Keragaman Matan Hadis ............................................................... 29

1) Hadis-Hadis tentang Al-Jahannamiyyūn..................................... 30

2) Hadis-Hadis tentang Sifat Neraka ............................................... 36

3) Hadis-Hadis tentang Syafaat ....................................................... 43

B. Biografi dan Kualitas Periwayat.................................................... 44

1) Menelisik Riwayat Para Rawi Hadis al-Jahannamiyyūn ............ 44

2) Menelisik Riwayat Para Rawi Hadis tentang Sifat Neraka ......... 61

3) Menelisik Riwayat Para Rawi Hadis tentang Syafaat ................. 75

C. Skema Jalur Periwayatan............................................................... 77

BAB IV KONSEP KEABADIAN PENGHUNI NERAKA ........................ 82

A. Syafaat .............................................................................................. 82

B. Amal Baik ........................................................................................ 91

C. Perbedaan Dalil tentang Konsep Kekekalan Penghuni Neraka . 92

D. Metode Penyelesaian Perbedaan Dalil menurut al-Syāfi’ī .......... 101

BAB V PENUTUP .......................................................................................... 105

A. Kesimpulan ...................................................................................... 105

B. Saran................................................................................................. 105

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 106

Page 17: KEABADIAN DI DALAM NERAKArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40149/1/FAIZ... · I KEABADIAN DI DALAM NERAKA (Studi Perbedaan Ayat al-Qur’an dan Hadis Nabi) Skripsi

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Neraka adalah tempat yang disediakan oleh Allah subhānahu wa ta’ālā bagi

orang-orang kafir, yaitu orang-orang yang membangkang terhadap syari’at Allah

subhānahu wa ta’ālā dan mengingkari rasul-Nya. Neraka merupakan wujud siksa

Allah subhānahu wa ta’ālā kepada musuh-musuh-Nya dan penjara bagi mereka

yang berbuat dosa.1

Tempat ini merupakan suatu wujud kehinaan dan kerugian tiada tara yang tiada

lagi kehinaan dan kerugian lain setelah ini. Allah subhānahu wa ta’ālā

menggambarkan dengan jelas dalam Q. S. Ali ‘Imrān ayat 192 sebagai berikut:

﴾٢٩١﴿ وما للظالمين من أنصار أخزيـته ربـنا إنك من تدخل النار فـقد

“Ya Tuhan kami, sesungguhnya barangsiapa yang Engkau masukkan ke dalam

neraka, maka sesungguhnya Engkau hinakan ia, dan tidak ada bagi orang-orang

yang zalim seorang penolong pun.”

Ketika ada orang yang masuk ke dalam neraka, maka dia akan kekal di

dalamnya, sebagaimana disebutkan dalam Q. S. al-Nisā’ ayat 168-169, di antaranya

sebagai berikut:

ـلدين إال طريق جهنم خ ﴾٢٦١﴿ ا م وال ليـهديـهم طريق إن الذين كفروا وظلموا لم يكن الله ليـغفر له

﴾٢٦٩﴿ وكان ذلك على الله يسيرا فيهآ أبدا

“Sesungguhnya orang-orang yang kafir dan melakukan kezaliman, Allah sekali-kali

tidak akan mengampuni (dosa) mereka dan tidak (pula) akan menunjukkan jalan

kepada mereka, kecuali jalan ke neraka Jahannam,

1 Umar Sulaimān al-Asyqar, al-Aqīdah fī Dau al-Kitāb wa al-Sunnah: al-Yaum al-Ākhir al-

Jannah wa al-Nār (Amman: Dār al-Nafāis, 1998), Jilid V h. 11

Page 18: KEABADIAN DI DALAM NERAKArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40149/1/FAIZ... · I KEABADIAN DI DALAM NERAKA (Studi Perbedaan Ayat al-Qur’an dan Hadis Nabi) Skripsi

2

mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Dan yang demikian itu

adalah mudah bagi Allah.”

Mendukung pernyataan dalam ayat di atas, Salmān al-Fārisī2 (wafat 34 H)

menyatakan tentang sebuah riwayat yang berisi firman Allah Q. S. al-Hajj ayat 22,

sebagai berikut:

﴾١١كلمآ أرادوا أن يخرجوا منـها من غم أعيدوا فيـها وذوقوا عذاب الحريق ﴿

“setiap kali penghuni neraka hendak keluar dari neraka lantaran kesengsaraan

mereka, niscaya mereka dikembalikan ke dalamnya. (Kepada mereka dikatakan):

‘terimalah adzab yang membakar ini.”3

Berbeda dengan yang disebutkan di atas, al-Imām al-Qurtūbī4 (wafat 671 H),

menyebutkan dalam kitab al-Tadzkirah, sebuah riwayat yang bersumber dari hadis

Nabi Muhammad sallallāhu ‘alaihi wa sallam, pada bab man dakhala al-nār min

al-muwahhidīn matā wa ihtaqara tsumma yakhrujūna bi al-syafā’ah: diriwayatkan

dari al-Imām Muslim5 (wafat 261 H) bahwa pada saatnya nanti, akan ada penghuni

neraka yang dihukum di dalam neraka dikarenakan dosa-dosanya, dan

kesalahannya. Allah subhānahu wa ta’ālā kemudian mematikan mereka. Setelah

2 Salmān al-Fārisī adalah seorang sahabat nabi. Sebelum menjadi seorang muslim, Salmān

adalah seorang majusi yang tinggal di daerah Fāris, dengan nama Mābih bin Būdzakhsyān bin

Muwarsalān bin Bahbūdzān bin Fairuz bin Sahrak. Salmān adalah sahabat nabi yang memberikan

masukan untuk melakukan penggalina parit saat terjadinya perang khandak. 3 Abū Bakr ‘Abdullāh bin Muhammad bin Abī al-Dunya, Sifat Neraka Terjemah Abu Aisyah

Rendusara, (Jakarta: Pustaka as-Sunnah, 2006), h. 33 4 Beliau adalah Syaikh Muhammad bin Ahmad bin Abī Bakr bin Farh al-Ansārī al-Khazrajī

al-Andalusī al-Qurtūbī. Ayahnya meninggal karena dibunuh oleh orang Nasarni. Masa

pertembuhannya tidak terdeteksi oleh sumber-sumber sejarah karena ketika musuh Islam menguasai

daerah Qurtubi (saat masa pertembuhan al-Imām al-Qurtūbī) memaksa penduduknya untuk hijrah,

termasuk dia dan keluarganya. Para sejarawan tidak sempat menuliskan sejarah kehidupannya.

Beliau pada akhirnya melakukan perjalan hijrah ke negeri Mesir sekitar tahun 633 H (tepat setelah

terjadi pengusiran oleh musuh), hingga meninggal di daerah tersebut pada tahun 671 H). 5 Beliau bernama Abū al-Hasan Muslim bin al-Hajjāj bin Muslim bin Ward bin Karsyān.

Ulama sepakat bahwa beliau lahir pada tahun 200-an, akan tetapi berbeda pendapat mengenai tahun

tepatnya. Beliau adalah ulama yang produktif, dengan karya monumentalnya berupa kitab yang

menghimpun hadis shahih, bernama Sahih Muslim.

Page 19: KEABADIAN DI DALAM NERAKArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40149/1/FAIZ... · I KEABADIAN DI DALAM NERAKA (Studi Perbedaan Ayat al-Qur’an dan Hadis Nabi) Skripsi

3

itu, pendosa tersebut diberikan syafaat dan diguyur di sungai surga, kemudian

dijadikan sebagai penduduk surga.6

Senada dengan apa yang disampaikan dalam riwayat al-Imām al-Qurtūbī (wafat

671 H) di atas, terdapat pula sebuah riwayat dari al-Imām al-Bukhārī7 (w. 256 H)

mengenai adanya sekolompok orang di hari akhir nanti yang oleh Nabi dinamakan

dengan al-jahannamiyyūn, sebagaimana tersebut dalam hadis berikut:

م ل س و ه ي ل ع ى الله ل ص ي ب الن ن ع ك ال م ن ب س ن ا أ ن ثـ د ح ة اد ت قـ ن ع ام م ا ه ن ثـ د ح د ال خ ن ب ة ب د ا ه ن ثـ د ح

يهم أ هل الج ي : ال ق فع ف ي دخلون الج نة ف يس م نة الج ه نمي ون خرج ق وم من النار ب عد م ا م سهم س

8ي ار خ ب ال اه و ر

“dari Hudbah bin Khālid, dari Hammām, dari Qatādah, dari Anas bin Mālik, dari

Nabi Muhammad sallallāhu ‘alaihi wa sallam, beliau berkata: “akan ada suatu kaum

yang keluar dari neraka setelah mereka dibakar )di dalamnya(, kemudian mereka

masuk surga dan penduduk surga menyebutnya dengan nama al-jahannamiyyūn”.

Dalam redaksi yang berbeda, al-Imām al-Tirmidzī9 (wafat 279 H)

menyampaikan sebuah riwayat yang memberikan informasi tambahan bahwa

keluarnya kelompok al-jahannamiyyūn dari dalam neraka disebabkan mendapat

pertolongan (syafaat) dari Rasūlullah sallallahu ‘alaihi wa sallam, sebagaimana

terdapat dalam hadis berikut:

6 Muhammad bin Ahmad al-Qurtūbī, al-Tadzkirah bi Ahwāl al-Mautā wa Umūr al-Ākhirah

(Riyad: Maktabah Dār al-Manhāj, 1425) h. 770 7 al-Imām al-Bukhārī adalah seorang muhaddis yang mendapat gelar Amīr al-Mukminīn fī

al-Hadīs, Beliau lahir di kota bernama Bukhara. Salah satu hasil karyanya yang paling terkenal

adalah kitab yang menghimpun hadis-hadis sahih, bernama Sahih al-Bukhārī. 8 al-Bukhārī, Muhammad bin Ismā’īl, Sahīh al-Bukhārī (Kairo: Dār al-Hadīts, 2008) Jilid IV,

h. 330 9 Beliau adalah Abū ‘Isā Muhammad bin ‘Isā bin Sūrah bin Mūsā bin al-Dahhāk al-Sulamī

al-Darīr al-Būghī al-Tirmidzī al-Hāfiz, seorang muhaddis yang lahir pada tahun 200 H. Al-Tirmīdzī

merupakan murid dari Qutaibah bin Sa’īd dan juga al-Imām Muslim (Pengarang Sahīh Muslim). Ibn

Khalkān mengatakan bahwa al-Imām al-Tirmīdzī meninggal pada tahun 279 H, di salah satu daerah

bernama al-Bughī (Salah satu desa di Tirmidz).

Page 20: KEABADIAN DI DALAM NERAKArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40149/1/FAIZ... · I KEABADIAN DI DALAM NERAKA (Studi Perbedaan Ayat al-Qur’an dan Hadis Nabi) Skripsi

4

ي د ار ط ع ال ء ا ج ر ي ب أ ن ع ان و ك ذ ن ب ن س ح ا ال ن ثـ د ح د ي ع س ن ى ب ي ح ا ي ن ثـ د ح ار ش ب ن ب د م ح ا م ن ثـ د ح

ار الن ن م ي ت م أ ن م م و ق ن ج ر خ ي ل : ال ق م ل س و ه ي ل ع ى الله ل ص ي ب الن ن ع ن ي ص ح ن ب ان ر م ع ن ع

10رواه الترمذي ن و ي م ن ه ج ال ن و م س ي ي ت اع ف ش ب

"dari Muhammad bin Basyār, dari Yahya bin Sa’īd, dari al-Hasan bin Dzakwān,

dari Abī Rajā al-‘Atāridī, dari ‘Imrān bin Husain, dari Nabi Muhammad sallallāhu

‘alaihi wa sallam, beliau berkata: “Sungguh, akan keluar suatu kaum dari umatku

dari neraka disebabkan karena syafaatku, mereka dinamakan dengan al-

jahannamiyyūn”.

al-Imām al-Mubārakfūrī11 (wafat 1353 H) menjelaskan bahwa kata al-

jahannamiyyūn merupakan bentuk jamak dari jahannamī, yang artinya secara

tekstual bermakna segolongan orang yang menjadi penghuni neraka jahannam. Dia

juga mengutip pernyataan al-Hāfiz ibn Hajar al-’Asqalānī12 (wafat 852 H) yang

menyampaikan perkataan Anas bin Mālik13 (wafat 90 H) bahwa maksud dari al-

10 Muhammad bin ‘Abd al-Rahmān bin ‘Abd al-Rahīm, Tuhfah al-Ahwadzī bi Syarh Jāmi’

al-Tirmīdzī (Kairo: Syirkah al-Quds, 2009) Jilid V, h. 584 11 Beliau adalah salah satu pensyarah kitab Sunan al-Tirmīdzī, yang bernama lengkap al-

Imām al-Hafīz Abī al-‘Alā Muhammad bin ‘Abd al-Rahmān ibn ‘Abd al-Rahīm al-Mubārakfurī.

Muhaddis ini lahir dan berasal dari tanah Mubarakfur, India. Sejak kecil mendapat bimbingnan dari

ayahnya, dengan diawali belajar al-Qur’an. Beliau adalah salah satu murid dari al-Syaikh Nadzīr

Husain al-Dahlawī, dan juga al-Syaikh Husain bin Muhsin al-Ansārī. 12 Ibn Hajar bernama lengkap Abū al-Fadl Ahmad bin ‘Alī bin Muhammad al-Kinānī al-

‘Asqalānī. Beliau lahir pada 773 H dan meninggal pada 852 H di tanah Mesir. Salah satu karya

monumentalnya adalah kitab Fath al-Bārī, sebuah kitab yang menjelaskan hadis-hadis yang ditulis

oleh al-Imām al-Bukhārī dalam kitab Sahih al-Bukhārī. Ibn Hajar merupakan guru dari Syaikh

Zakariya al-Ansārī, al-Sakhāwī, dan Jalāl al-Dīn al-Suyūtī. Ibn Hajar merupakan ulama yang

produktif mengarang banyak kitab, termasuk dalam hal ini adalah berkaitan dengan ilmu hadis.

Selain karya monumental syarah kitab Sahih al-Bukhārī, beliau menulis juga menulis tentang kitab

yang menjelaskan biografi para perawi hadis: Lisān al-Mizān, al-Isābah, Tahdzīb al-Tahdzīb.

Eksistensi keilmuannya sangat diakui oleh orang-orang yang hidup pada masanya. 13 Anas bin Mālik adalah salah seorang sahabat Nabi Muhammad, yang bernama lengkap

Anas bin Mālik bin al-Nadr bin Damdam bin Zaid bin Harām bin Jundub bin ‘Āmir bin Ghanam bin

‘Adī bin al-Najjār al-Khazrajī. Anas hidup dalam rentang usia 110 tahun, dan menjadi sahabat

terkahir yang tinggal di kota Basrah. Anas bin Mālik mendapat gelar Khādim al-Nabī.

Page 21: KEABADIAN DI DALAM NERAKArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40149/1/FAIZ... · I KEABADIAN DI DALAM NERAKA (Studi Perbedaan Ayat al-Qur’an dan Hadis Nabi) Skripsi

5

jahannamiyyūn adalah orang-orang yang dibebaskan Allah subhānahu wa ta’ālā

dari neraka.14

Beberapa kelompok dalam Islam berbeda pendapat mengenai pembebasan

hamba dari neraka. Sebagai contoh, pandangan kelompok Khawarij dan Mu’tazilah

yang mengatakan bahwa penghuni neraka, pelaku dosa besar akan kekal selamanya

di dalam neraka. Hal ini karena menurut mereka setiap pelaku dosa besar adalah

kafir dan kekal di dalam neraka. Tentu saja pernyataan tersebut menolak konsep

adanya kelompok yang dibebaskan dari neraka, atau yang dalam penelitian ini

dikenal dengan nama al-jahannamiyyūn. Ada sekelompok lain yang beranggapan

bahwa penduduk neraka akan dikeluarkan darinya, keberadaan neraka akan tetap

kekal dan tidak akan pernah berkahir, dan berbagai macam pendapat lainnya.15

Berdasarkan data yang ada, maka kemudian penulis melakukan analisis singkat

berkenaan tentang dikeluarkannya seorang hamba dari neraka.

Dalam Islam dikenal nama-nama neraka, sebagaimana disebutkan di dalam al-

Qur’an. Sementara itu, redaksi al-jahannamiyyūn yang merupakan bentuk jamak

dari kata jahannamī, secara tekstual mengindikasikan bahwa hanya penduduk

neraka jahannam saja yang memiliki kesempatan untuk dibebaskan dari neraka.

Namun, jika diteliti dalam al-Qur’ān, ada beberapa nama neraka yang tidak

diiringi dengan kata kekalnya penghuni neraka tersebut. Hal ini mengindikasikan

bahwa penghuni neraka selain jahannam juga memiliki kesempatan untuk

dikeluarkan dari neraka. Selain itu, dari sejumlah data yang dikumpukan dari al-

Qur’ān, ditemukan bahwa penghuni jahannam termasuk orang dengan dosa yang

14 Muhammad bin ‘Abd al-Rahmān bin ‘Abd al-Rahīm, Tuhfah al-Ahwadzī bi Syarh Jāmi’

al-Tirmīdzī, Jilid V, h. 584 15 ‘Umar Sulaimān al-Asyqar, al-‘Aqīdah fī Dau al-Kitāb wa al-Sunnah: al-Yaum al-Ākhir

al-Jannah wa al-Nār (Amman: Dār al-Nafāis, 1998), Jilid V h. 42

Page 22: KEABADIAN DI DALAM NERAKArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40149/1/FAIZ... · I KEABADIAN DI DALAM NERAKA (Studi Perbedaan Ayat al-Qur’an dan Hadis Nabi) Skripsi

6

berat: kafir, munafik, dan murtad. Keumuman lafal al-jahannamiyyun (dalam

bentuk jamak) memberikan arti memasukkan ketiga kelompok tersebut pada kata

al-jahannamiyyun.

Hal tersebut di atas dapat memberikan implikasi makna bahwa semua penghuni

neraka jahannam akan dibebaskan dari neraka, termasuk tiga golongan di atas.

Selain itu, sebagaimana disebutkan dalam riwayat al-Imām al-Tirmidzī’ (wafat 279

H) yang mengatakan bahwa kelompok al-jahannamiyyūn keluar dari neraka

jahannam dengan syafaat Nabi, maka bisa diasumsikan di awal bahwa orang kafir,

munafik, dan murtad pun termasuk orang-orang yang berhak atas syafaat Nabi

tersebut.

Berikut ini merupakan tabel mengenai sebagian ayat-ayat al-Qur’ān yang

membicarakan tentang neraka, siksa, serta kekekalan di dalamnya:

No Redaksi Lokasi Objek Keterangan

1

خالدين فيها

al-Baqarah:

161-162

Orang yang mati

kafir

1. Mendapat laknat

abadi

2. Ibn Katsīr

menafsirkan

dengan masuk ke

dalam neraka dan

mendapat laknat

2 Ali ‘Imrān:

86-88

Orang yang

murtad (dzalim)

1. Mendapat laknat

abadi

3 al-Nisā: 167-

169

Orang kafir dan

orang yang

menghalangi

orang lain dari

jalan Allah

Kekal di dalam

neraka jahannam

4 al-An’ām:

128

Jin yang

mengajak kepada

kesesatan

1. Kekal di dalam

neraka

2. Neraka tidak

disebutkan secara

khusus

Page 23: KEABADIAN DI DALAM NERAKArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40149/1/FAIZ... · I KEABADIAN DI DALAM NERAKA (Studi Perbedaan Ayat al-Qur’an dan Hadis Nabi) Skripsi

7

3. Ada kemungkinan

dibebaskan jika

Allah

menghendaki

5 al-Taubah:

68

Orang munafik

dan kafir

1. Masuk neraka

jahannam

2. Kekal di dalam

neraka

6 Hūd: 106-

107

Orang yang

sengsara

1. Masuk neraka

selamanya

2. Tidak

menyebutkan

nama neraka

secara khusus

7 al-Nahl: 28-

29

Orang yang

berbuat dzalim

kepada diri

sendiri

Kekal di dalam

neraka jahannam

8

خالدون

al-Baqarah:

39

Orang kafir dan

orang yang

mendustakan ayat

Allah

1. Masuk neraka

dengan kekal

2. Tidak disebutkan

spesifik nama

neraka

9 al-Baqarah:

81

Orang yang

berbuat

keburukan dan

tenggelam di

dalamnya

1. Kekal di dalam

neraka

2. Tidak disebutkan

secara spesifik

nama neraka

10 al-Baqarah:

217

Orang murtad dan

meninggal dalam

keadaan kafir

11 al-Baqarah:

257 Orang kafir

12 al-Baqarah:

275

Orang yang terus-

menerus

memakan riba

13 Ali ‘Imrān:

116 Orang kafir

Page 24: KEABADIAN DI DALAM NERAKArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40149/1/FAIZ... · I KEABADIAN DI DALAM NERAKA (Studi Perbedaan Ayat al-Qur’an dan Hadis Nabi) Skripsi

8

Tabel di atas merupakan sebagian dari hasil temuan penulis mengenai ayat-ayat

yang membicarakan tentang penghuni neraka serta kekekalan penghuni di

dalamnya, yang nanti akan dijelaskan lebih rinci pada pembahasan skripsi ini.

Sebagian ayat menyebutkan bahwa orang kafir kekal di dalam neraka jahannam dan

pada ayat yang lain tidak disebutkan nama neraka yang dihuni oleh orang kafir.

Sementara itu, ada juga ayat yang menyebutkan bahwa penghuni neraka adalah

orang yang memakan riba, dan orang yang berbuat keburukan.16

Berkenaan dengan ini, Ibn al-Qayyim17 (wafat 751 H) memaparkan

penjelasannya tentang perbedaan kekekalan surga dan neraka18. Menurutnya, Allah

subhanahu wa ta’ālā menyebutkan perihal keabadian nikmat surga, tapi tidak

dengan neraka. Allah subhanahu wa ta’ālā tidak memberikan berita tentang

kekekalan penduduk neraka. Ibn al-Qayyim mengatakan bahwa Allah subhanahu

wa ta’ālā memberikan indikasi adanya ketidakkekalan neraka dalam beberapa

ayatnya. Dalam ayat tersebut, mengindikasikan bahwa Allah subhanahu wa ta’ālā

bisa saja berbuat hal-hal apa saja yang tidak diketahui oleh makhluk. Dia

16 Hasil yang tedapat di dalam tabel merupakan temuan penulis atas beberapa ayat berkenaan

dengan ketidak kekekalan penghuni neraka, menggunakan kitab Fath al-Rahmān. 17 Ibn al-Qayyaim merupakan murid dari Ibn Taimiyyah, yang bernama lengkap Abū

‘Abdillāh Syams al-Dīn Muhammad bin Abī Bakr bin Ayyūb bin Sa’d bin Harīz al-Zar’ī. Beliau

lebih dikenal dengan nama Ibn al-Qayyim al-Jauziyyah, atau Ibn al-Qayyim. Beliau lahir pada 691

H dan tumbuh sebagai seorang muslim dan penuntut ilmu di usia mudanya di kota Damaskus. Ibn

al-Qayyim pernah dipenjara bersama gurunya, Ibn Taimiyyah pada tahun 726 H. Perjalanan ilmiah

Ibn al-Qayyim dimulai sejak usia mudanya, yaitu dengan berguru ‘Ilm al-Farāid kepada ayahnya,

Abū Bakr bin Ayyūb, kemudian melanjutkan belajarnya kepada Ibn Taimiyyah dengan belajar

beberapa ilmu: tafsir, hadis, fikih dan usul fikih, faraid. Ibn al-Qayyim mendapat gelar Syaikh al-

Islām sebagaimana gurunya, Ibn Taimiyyah. 18 Pembahasan Ibn al-Qayyim dalam hal ini memang menekankan pada kekal dan tidaknya

surga dan neraka, akan tetapi dalam isi pembahasan juga membiarakan mengenai keberadaan

penghuni neraka. Ibn al-Qayim mengatakan tentang adanya kemungkinan bahwa siapa saja atau

bahkan semua penduduk neraka akan dikeluarkan dengan merujuk kepada ayat yang menyatakan

adanya kemungkinan Allah melakukan perbuatan yang Dia kehendaki, berupa mengeluarkan hamba

dari neraka.

Page 25: KEABADIAN DI DALAM NERAKArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40149/1/FAIZ... · I KEABADIAN DI DALAM NERAKA (Studi Perbedaan Ayat al-Qur’an dan Hadis Nabi) Skripsi

9

menyimpulkan bahwa adanya hal ini memberikan pemahaman bahwa nikmat surga

tidak ada batasnya sementara siksa neraka ada batas akhirnya.19

Terdapat 3 tokoh filsuf, menyatakan mengenai ketidakkekalan siksa neraka.

William James20 (meninggal 1910 M), seorang filsuf berkebangsaan Amerika, ia

mengatakan bahwa neraka tidak akan kekal.21 Hal tersebut didasarkan atas

argumennya bahwa Tuhan memiliki rahmat yang luas, sehingga hal ini

menimbulkan harapan agar kiranya siksa tidak diberikan dengan kekal. Demikian

juga dengan Ibn Sina22 (wafat 427 H), seorang filsuf muslim kenamaan,

menganggap bahwa siksa neraka bersifat sementara, sampai bersihnya jiwa

manusia dari kekotoran dosa. Senada dengan hal tersebut, seorang filsuf muslim

berkebangsaan Pakistan, Muhammad Iqbal, juga mengamini argumen ini, dengan

berpendapat bahwa Islam tidak mengenal adanya kutukan abadi.23

Salāh al-Dīn bin Ahmad al-Idlibī24 mengatakan bahwa setiap riwayat dari Nabi

Muhammad sallallahu ‘alaihi wa sallam yang bertentangan dengan al-Qur’ān harus

19 Muhammad bin Abī Bakr bin Ayyūb bin al-Qayyim al-Jauziyyah, Hādī al-Arwāh ilā Bilād

al-Afrāh (T.Tp.: Dār ‘Ilm al-Fawāid, t.t.) , h. 752 - 753 20 William James adalah seorang filsuf berkebangsaan Amerika yang lahir di New York pada

11 Januari 1842 M, dan meninggal di Tamworth, New Hampshire, Amerika, pada 26 Agustus 1910

M. Selain dikenal sebagai seorang tokoh filsuf, William James juga merupakan seorang psikolog.

Setelah mempelajari ilmu kedokteran di Unveristas Harvard, dia melanjutkan belajar psikologi di

Jerman dan Perancis. Setelah semua masa pendidikan ditempuh, dia mengajar di Harvard pada

bidang anatomi, fisiologi, dan psikologi, dan filsafat, hingga tahun 1907. 21 Pernyataan William James mengenai ketidakkekalan neraka, memiliki implikasi makna

bahwa penduduknya akan dibebaskan dari siksa neraka, atau dengan kata lain penduduk neraka tidak

kekal. 22 Beliau bernama lengkap Abū ‘Alī al-Husain bin ‘Abdullāḥ bin al-usain bin ‘Abdullāḥ bin

al-Hasan bin ‘Ali bin Sīnā. Beliau terkenal sebagai tokoh kedokteran dan filsafat. Lahir di daerah

Afsyanah, dekat Bukhara (sekarang Uzbekistan) pada tahun 370 H, dan meninggal di daerah

Hamdān (sekarang masuk wilayah Iran) pada tahun 427 H. Orang barat menyebutnya sebagai Bapak

Kedokteran, dan dinilai sebagai orang yang pertama kali menyusun buku kedokteran di dunia. Hasil

karyanya mencapai 200 kitab dalam berbagai macam bidang keilmuan. 23 M. Quraisy Shihab, Kematian Adalah Nikmat (Ciputat: Lentera Hati, 2014) , h. 233 24 Beliau adalah seorang dosen di Fakultas Dirasah Islamiyyah wa al-‘Arabiyyah, Dubai dan

Universitas Imam Muhammad bin Su’ud al-Islamiyyah, Riyadh. al-Adlibī lahir di Madinah pada

1367 H/ 1948 M. Beliau mendapatkan gelar doktor dalam bidang Ulūm al-Islāmiyyah wa al-Hadīts

di Dār al-Hadīts dengan predikat Hasan Jiddan pada 1980 M. Pemikirannya banyak membicarakan

tentang permasalahan agama yang ditinjau dari perspektif hadis.

Page 26: KEABADIAN DI DALAM NERAKArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40149/1/FAIZ... · I KEABADIAN DI DALAM NERAKA (Studi Perbedaan Ayat al-Qur’an dan Hadis Nabi) Skripsi

10

ditolak, karena pertentangan itu sendiri sudah mengindikasikan ketidaksahihan

hadisnya berdasarkan pada kesepakatan ulama. Berbeda jika suatu riwayat ditolak

oleh sebagian ulama karena bertentangan dengan nash al-Qur’ān, sementara

sebagian ulama yang lain menerimanya, maka, dikatakan bahwa hal tersebut terjadi

bukan karena bertentangan dengan nash al-Qur’ān, akan tetapi adanya perbedaan

cara pandang.25

Perbedaan pendapat juga terjadi seputar eksistensi syafaat, yang menjadi sebab

dikeluarkannya seorang hamba dari dalam neraka yang kemudian akan mendapat

sebutan al-jahannamiyyūn. ‘Abd al-‘Azīm al-Mut’inī26 (wafat 2008 M), seorang

doktor dari al-Azhar mengatakan bahwa al-Qur’an menyebutkan tentang eksistensi

syafaat pada hari kiamat27, sementara pada bagian yang lain menyebutkan tidak

adanya syafaat pada hari tersebut.28 Berbeda dengan hadis yang menyebutkan

tentang adanya syafaat sebagaimana pada hadis di atas. Perbedaan dalil ini bahkan

menyebabkan lahirnya pendapat di kalangan mufasir kontemporer yang

meniadakan syafaat di akhirat secara mutlak.29

Berdasarkan latar belakang yang telah penulis sampaikan di atas, maka untuk

memahami lebih lanjut mengenai makna al-jahannamiyyūn, dan mendapatkan

25 Salāh al-Dīn al-Adlībī, Metodologi Kritik Matan Hadis, terj. M. Qodirun Nur dan Ahmad

Musyafiq (Jakarta: Gaya Media Pratama, 2004) h. 234 26 Beliau adalah seorang doktor yang berasal dari Mesir, dengan nama lengkap al-Syaikh al-

Duktūr ‘Abd al-‘Azīm Ibrāhīm Muhammad al-Mutinī. 27 Contohnya terdapat dalam Q. S. al-Baqarah ayat 255 sebagai berikut:

ذا الذي يشفع عنده إال بإذنه ... من ...“... tidak ada yang dapat memberi syafaat disisiNya, selain bagi orang yang mendapat izinNya (untuk

memberikan syafaat). 28 Contohnya terdapat dalam Q. S. al-Baqarah ayat 254 sebagai berikut:

زقناكم من قبل أن يأتي يوم ال بيع فيه و ال خلة و ال شفاعة والكافرون هم الظالمونياأيها الذين آمنوا أنفقوا مما ر “Wahai orang-orang yang beriman, infakkanlah sebagian dari rizki yang telah Kami berikan

kepadamu, sebelum datang hari yang pada saat itu tidak ada lagi jual beli, dan tidak ada syafaat”. 29 Mustafa Mahmūd, al-Syafa’ah Muhāwalah li Fahm al-Khallāf al-Qadīm baina al-

Muayyidīn wa al-Mu’āridīn (Mesir: 1999) h. 47

Page 27: KEABADIAN DI DALAM NERAKArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40149/1/FAIZ... · I KEABADIAN DI DALAM NERAKA (Studi Perbedaan Ayat al-Qur’an dan Hadis Nabi) Skripsi

11

informasi tentang keabadian di dalam neraka, maka perlu dilakukan penelitian

skripsi dengan judul “KEABADIAN DI DALAM NERAKA.”

B. Permasalahan

1) Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas, penulis

mengidentifikasi ada beberapa permasalahan sebagai berikut:

a. Keumuman redaksi kata al-jahannamiyyūn mengindikasikan akan

dikeluarkannya semua penduduk neraka jahannam, dan menandakan

bahwa tidak ada yang abadi di dalam neraka.

b. Sebagaimana diketahui, bahwa neraka bermacam-macam, sementara

sebutan orang yang dikeluarkan dari neraka adalah al-jahannamiyyūn.

Hal ini memunculkan pertanyaan, apakah redaksi al-jahannamiyyūn

juga merupakan sebutan bagi hamba yang dikeluarkan dari neraka selain

jahannam, mengingat memang neraka selain jahannam justru yang tidak

menyebutkan tentang kekalnya siksa penghuni di dalamya, sementara

yang kekal adalah penghuni jahannam.

c. Apabila semua penduduk neraka jahannam dikeluarkan, maka akan

terjadi kekosongan penghuni neraka.

d. Terjadi perbedaan dalil yang terdapat dalam al-Qur’ān dan hadis Nabi

Muhammad sallallahu ‘alaihi wa sallam, di mana Nabi menyebutkan

penduduk neraka jahannam akan dibebaskan dari neraka, sementara al-

Qur’ān menyebutkan penduduk neraka jahannam akan kekal di

dalamnya.

Page 28: KEABADIAN DI DALAM NERAKArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40149/1/FAIZ... · I KEABADIAN DI DALAM NERAKA (Studi Perbedaan Ayat al-Qur’an dan Hadis Nabi) Skripsi

12

e. Terdapat hadis yang bersifat umum, yaitu hanya menyebutkan tentang

dikeluarkannya semua penduduk neraka jahannam, terdapat hadis yang

bersifat khusus, yaitu membatasi hamba yang dikeluarkan dari neraka

hanya untuk yang mendapatkan syafaat.

f. Pandangan beberapa orang yang mengatakan bahwa neraka tidak akan

kekal, termasuk siksa dan keberadaan seseorang di dalam neraka.

2) Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas, agar pembahasan tidak melebar

dari yang telah direncakan, maka penulis membatasi penelitian ini untuk

mengkaji mengenai perbedaan dalil yang terdapat dalam al-Qur’ān dan Hadis

Nabi Muhammad sallallhu ‘alaihi wa sallam mengenai kekekalan penghuni

neraka, sehingga pada akhir pembahasan akan didapatkan sebuah kesimpulan

tentang golongan yang dikehendaki dari kata al-jahannamiyyūn dan konsep

keabadiaan di dalam neraka.

3) Perumusan Masalah

Berdasarkan pemaparan pada bagian identifikasi dan batasan masalah, maka

skripsi ini dirumuskan untuk menjawab permasalahan bagaimana konsep

keabadian di dalam neraka berdasarkan hadis al-Jahannamiyyūn?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1) Tujuan Penelitian

Secara praktis tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengungkap makna

dari kata al-jahannamiyyūn yang terdapat dalam hadis Rasulullāh sallallhu

‘alaihi wa sallam, dan memperoleh pemahaman tentang konsep keabadian di

dalam neraka.

Page 29: KEABADIAN DI DALAM NERAKArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40149/1/FAIZ... · I KEABADIAN DI DALAM NERAKA (Studi Perbedaan Ayat al-Qur’an dan Hadis Nabi) Skripsi

13

Adapun tujuan penelitian ini secara teoritis adalah untuk memberikan

gambaran bagaimana cara memahami hadis yang secara tesktual bertentangan

dengan sumber hukum yang lain.

2) Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini bagi penulis adalah untuk melatih berpikir kritis dan

sistematis, serta agar mampu memahami hadis dengan baik dan benar.

Bagi masyarakat secara umum, adalah agar tidak keliru dalam memahami

hadis yang disampaikan oleh Rasulullāh sallallhu ‘alaihi wa sallam mengenai

pembebasan seorang hamba dari neraka. Selain itu, juga agar bisa

mengingatkan akan negeri akhirat sehingga akan senantiasa mawas diri dalam

kehidupan.

D. Kajian Terdahulu yang Relevan

Berdasarkan penelusuran literatur yang telah penulis lakukan, belum ditemukan

kajian mendalam yang secara khusus membahas mengenai makna al-

jahannamiyyūn. Namun demikian, meskipun tidak secara mendetail, pembahasan

mengenai kekal dan tidaknya penghuni neraka dapat penulis temukan dalam

beberapa karya ilmiah, di antaranya sebagai berikut:

1) Skripsi yang ditulis oleh Muhammad Kahfi Banna, Mahasiswa Jurusan Ilmu

al-Qur’an dan Tafsir, UIN Sunan Kalijaga tahun 2016 dengan judul

Kehidupan Penduduk Neraka di Dalam al-Qur’an. Skripsi yang secara

khusus membahas topik neraka ini menerangkan banyak hal dari seluk

beluk neraka menurut al-Qur’an, berbagai macam siksaan yang terdapat di

dalam neraka, para penghuni neraka di dalamnya. Penulis hanya

menyinggung secara singkat bahwa ada tiga pendapat mengenai keabadian

Page 30: KEABADIAN DI DALAM NERAKArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40149/1/FAIZ... · I KEABADIAN DI DALAM NERAKA (Studi Perbedaan Ayat al-Qur’an dan Hadis Nabi) Skripsi

14

neraka: surga dan neraka kekal selamanya, surga dan neraka akan hancur,

neraka hancur dan tersisa surga dan penghuni neraka semuanya masuk

surga. Penulis skripsi tersebut tidak membahas perihal al-jahannamiyyūn.30

2) Jurnal yang ditulis oleh Iskandar Arnel, Dosen UIN Sultan Syarif Kasim

Riau tahun 2014 dengan judul Azab dalam Eskatologi Ibn ‘Arabi. Iskandar

menjelaskan tentang perspektif Ibn ‘Arabi yang berbeda dengan mayoritas

perihal azab. Dijelaskan bahwa azab ada masa berakhirnya dan akan

berganti dengan rasa nikmat. Beliau menjelaskan bahwa pembebasan dari

siksa tidak hanya berupa dikeluarkannya seorang hamba dari neraka dan

dipindahkan ke surga, akan tetapi hilangnya rasa sakit penduduk neraka

setelah sekian lama disiksa. Akan tetapi dalam jurnal tersebut tidak

dijelaskan mengenai al-jahannamiyyūn melainkan hanya akan ada yang

dikeluarkan karena syafaat Nabi.31

3) Jurnal yang ditulis oleh Deddy Ilyas, Dosen Fakultas Ushuluddin IAIN

Raden Fatah Palembang dengan judul Antara Surga dan Neraka: Menanti

Kehidupan dan Kekal Bermula. Pada jurnal ini, penulis menjelaskan tiga

hal: Kematian, Surga, dan Neraka. Dalam pembahasan mengenai kekekalan

neraka baik siksaannya maupun neraka itu sendiri penulis berkesimpulan

pada ketidak kekalannya semua hal termasuk neraka. Artinya neraka akan

hancur dan penghuninya akan pindah semua ke surga.32

30 Muhammad Kahfi al-Banna, “Kehidupan Penduduk Neraka di Dalam Neraka,” (Skripsi

S1 Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran Islam, Univeristas Islam Negeri Sunan Kalijaga Jogjakarta,

2016) 31 Iskandar Arnel, “Azab dalam Eskatologi Ibn ‘Arabi,” An-Nida, Jurnal Pemikiran Islam,

Vol. 39, No. 1 (Januari-Juni 2014) 32 Deddy Ilyas, “Antara Surga dan Neraka: Menanti Kehidupan nan Kekal Bermula,” JIA,

No. 2 (Desember 2013)

Page 31: KEABADIAN DI DALAM NERAKArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40149/1/FAIZ... · I KEABADIAN DI DALAM NERAKA (Studi Perbedaan Ayat al-Qur’an dan Hadis Nabi) Skripsi

15

Berdasarkan hasil kajian terdahulu yang telah penulis lakukan, maka dapat

diketahui persamaan dan perbedaannya. Adapun persamaan yang terdapat pada

kajian terdahulu dengan kajian yang dilakukan oleh penulis adalah terletak pada

objek kajian, yakni membahas tentang neraka.

Adapun perbedaan yang terdapat di dalam penelitian ini dengan penelitian

terdahulu adalah:

1) Kajian pertama, meneliti tentang neraka dari berbagai macam sisi, termasuk

dalam hal ini berkenaan dengan siksa neraka. Akan tetapi, peneliti hanya

memaparkan mengenai berbagai pendapat tentang keabadian alam akhirat.

Sementara skripsi ini memfokuskan pada kajian al-jahannamiyyūn, yaitu

orang-orang yang dibebaskan dari neraka, sehingga dapat diperoleh tentang

konsep keabadian di dalam neraka.

2) Kajian kedua, peneliti memaparkan konsep pemikiran Ibn ‘Arabi tentang

adzab di neraka. Peneliti hanya melakukan kajian tentang cara pandang

pemaknaan Ibn ‘Arabi terhadap kata adzab. Berbeda dengan penulis yang

melakukan kajian untuk memahami golongan yang akan dibebaskan dari

neraka sesuai hadis Nabi tentang al-jahannamiyyūn, dan mencari

kesimpulan tentang keabadian di dalam neraka.

3) Kajian ketiga, sebuah jurnal memaparkan tentang kehidupan akhirat.

Adapun berkenaan dengan konsep kekekalan neraka, penulis memaparkan

argumen yang menyatakan mengenai ketidakkekalan siksa neraka. Akan

tetapi, yang berbeda dengan penelitian penulis dalam skripsi ini adalah

terdapat fokus kajian mengenai kelompok yang akan dibebaskan dari siksa

neraka, sementara dalam kajian terdahulu ketiga tidak dibahas.

Page 32: KEABADIAN DI DALAM NERAKArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40149/1/FAIZ... · I KEABADIAN DI DALAM NERAKA (Studi Perbedaan Ayat al-Qur’an dan Hadis Nabi) Skripsi

16

E. Metode Penelitian

1) Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penyusunan karya ilmiah ini adalah

penelitian kepustakaan (library research). Peneliti akan banyak berbicara dan

berdialog dengan buku-buku, arsip-arsip, dokumen-dokumen tua, jurnal,

catatan-catatan, dokumentasi-dokumentasi film fotografi, monografi,

dokumentasi-dokumentasi statistik, diaries, surat-surat, dan lain-lain.33 Hal ini

karena penulis akan melakukan serangkaian usaha penelitian yang berhubungan

dengan data dalam berbagai literatur.

2) Sumber Data

Bahan yang akan digunakan dalam penelitian ini berupa data kepustakaan,

baik primer maupun sekunder. Data primer yang peneliti gunakan dalam kajian

ilmiah ini adalah kitab hadis induk yang di dalamnya terdapat hadis tentang al-

jahannamiyyūn, beserta kitab syarah-nya untuk dapat memahami hadis tersebut

dari perspektif hadis.

Sementara itu, untuk sumber data sekunder berupa berbagai hal yang bisa

mendukung tema kajian, baik berupa buku, kitab-kitab baik mengenai tafsir ayat

al- Qur’an yang terkait maupun kitab para ulama yang menjelaskan tentang

eskatologi neraka, artikel, maupun sumber yang lainnya.

3) Teknik Pengumpulan Data

Sebagaimana telah disebutkan di awal, bahwasannya penelitian yang akan

dilakukan oleh peneliti merupakan jenis library research, maka sebagai langkah

awal dalam melakukan penelitian, penulis akan melakukan takhrij hadis

33 Bungaran Antonius Simanjuntak, Metode Penelitian Sosial (Jakarta: Yayasan Pustaka

Obor Indonesia, 2014), h. 8

Page 33: KEABADIAN DI DALAM NERAKArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40149/1/FAIZ... · I KEABADIAN DI DALAM NERAKA (Studi Perbedaan Ayat al-Qur’an dan Hadis Nabi) Skripsi

17

menggunakan metode pencarian kata dan metode awal matan, untuk

menemukan berbagai macam redaksi hadis tentang al-jahannamiyyun.

Setelah itu, penulis akan menghimpun berbagai pendapat yang

dikemukakan oleh ulama mengenai tema bahasan neraka, dan kekekalan

penghuninya. Pendapat dan keterangan tersebut penulis dapatkan dari berbagai

macam kitab syarah hadis, didukung dengan keterangan mengenai neraka

dalam berbagai buku literatur terkait.

4) Analisa Data

Data yang telah terkumpul kemudian akan dibahas dan dianalisis sehingga

akan memberikan kesimpulan di akhir penelitian yang penulis lakukan. Analisis

yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif analisis.

Analisis yang penulis lakukan diawali dengan analisis sanad hadis

menggunakan ‘ilm dirasah al-asānīd, yaitu takhrij hadis.

Penulis akan meneliti pemahaman hadis melalui pendekatan ‘ilm fahm al-

hadīts, untuk memperoleh pemahaman mengenai makna hadis tersebut. Dalam

melakukan proses pemahaman hadis, penulis menggunakan kitab syarah serta

penjelasan para ulama. Penulis akan menghimpun berbagai riwayat dari hadis

Nabi yang menjelaskan orang-orang yang akan menjadi penghuni neraka.

Selain itu, penulis juga akan mengelompokkan ayat-ayat al-Qur’ān yang

menerangkan tentang penghuni neraka, sebagai pembanding riwayat tersebut.

Kemudian sebagai langkah akhir, penulis akan melakukan analisis mendalam

atas setiap hasil temuan dari ayat-ayat al-Qur’an dan hadis perihal penghuni

neraka tersebut.

Page 34: KEABADIAN DI DALAM NERAKArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40149/1/FAIZ... · I KEABADIAN DI DALAM NERAKA (Studi Perbedaan Ayat al-Qur’an dan Hadis Nabi) Skripsi

18

F. Sistematika Penulisan

Penulisan skripsi ini akan dibagi ke dalam lima bab pembahasan. Adapun lima

bab yang akan menjadi pembagian dalam penulisan skripsi ini sebagai berikut:

Bab pertama, menjelaskan secara urut mengenai latar belakang, identifikasi

masalah, batasan dan rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, kajian

terdahulu, metode penelitian, dan sistematika penulisan.

Bab kedua, penulis akan menjelaskan definisi neraka secara etimologi dan

terminologi. Selain itu, untuk memperoleh pemahaman dasar mengenai neraka,

penulis juga akan memaparkan mengenai sifat-sifat neraka. Pembahasan pada bab

ini bertujuan untuk menyampaikan informasi-informasi dasar mengenai neraka.

Bab ketiga, penulis akan melakukan kajian takhrij hadis untuk menemukan

berbagai ragam bentuk redaksi hadis yang berhubungan dengan neraka, terutama

berkenaan dengan konsep pembebasan hamba dari dalam neraka. Hal ini akan

diselesaikan dengan melakukan kajian sanad dan penelusuran riwayat para rawi.

Bab keempat, penulis akan memaparkan pandangan para ulama tentang

perbincangan mereka dalam diskusi seputar neraka, penghuni, dan kekalannya.

Akan tetapi, agar pembahasan tetap fokus pada kajian hadis, maka pemaparan pada

bab keempat ini akan dikaitkan dengan pembahasan pada bab sebelumnya, atau

dengan kata lain poin pembahasan pada bab keempat ini akan dikorelasikan dengan

bab sebelumnya. Selanjutnya, penulis akan memaparkan pemahaman hadis para

ulama mengenai makna al-jahannamiyyūn, dengan pendekatan ilmu fahm al-

hadits. Pada bagian ini penulis juga akan menyelesaikan perbedaan nash antara al-

Qur’ān yang pada ayatnya menyebut kekekalan neraka dan penghuninya dengan

hadis yang menyebutkan ada penghuni yang tidak kekal di dalamnya. Sebagai

Page 35: KEABADIAN DI DALAM NERAKArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40149/1/FAIZ... · I KEABADIAN DI DALAM NERAKA (Studi Perbedaan Ayat al-Qur’an dan Hadis Nabi) Skripsi

19

lagkah menyelesaikan pertentangan dalil tersebut, penulis akan menggunakan cara

penyelesaian perbedaan hadis menurut al-Imām al-Syāfi’ī.

Bab kelima, merupakan bab penutup. Pada bab ini penulis akan menyampaikan

kesimpulan atas semua pembahasan dan penelitian yang telah dilakukan. Bab ini

akan menyimpulkan pembahasan pada bab-bab sebelumnya yang telah dirumuskan

dalam perumusan masalah. Selain itu, penulis juga akan menyampaikan saran-saran

terkait hasil penelitian.

Page 36: KEABADIAN DI DALAM NERAKArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40149/1/FAIZ... · I KEABADIAN DI DALAM NERAKA (Studi Perbedaan Ayat al-Qur’an dan Hadis Nabi) Skripsi

20

BAB II

NERAKA DAN KARAKTERISTIKNYA

A. Definisi Neraka

Secara etimologi kata neraka berasal dari kata dalam bahasa arab, al- nār yang

memiliki beberapa makna, di antaranya panas, cahaya (al-nūr), api.1 Sedangkan

secara istilah, al-nār yang dimaksud dalam penelitian ini adalah tempat yang

digambarkan sangat mengerikan yang disediakan untuk orang-orang yang banyak

berbuat dosa dan kejahatan.2

Muhammad Ali mengatakan bahwa neraka bukanlah semata-mata tempat

penyiksan oleh Allah subhānahu wa ta’ālā, namun sebagai tempat penyembuhan.

Siksaan yang diterima oleh makhluk Allah subhānahu wa ta’ālā adalah dalam

rangka untuk mensucikan diri atas segala kotoran dari hasil perbuatan buruk selama

di dunia. Pada dasarnya kehidupan akhirat adalah kehidupan dengan peningkatan

ruhani bagi manusia. Pada kehidupan ini, manusia mencapai kehidupan ruhani

puncak, sehingga untuk memasuki surga, perlun dilakukan pensucian ruhani.3

B. Neraka dan Sifatnya

Neraka termasuk bagian dari hal ghaib bagi manusia pada umumnya, kecuali

bagi orang-orang yang oleh Allah subhānahu wa ta’alā diberi kemuliaan dengan

kemampuan melihat hal-hal yang bersifat ghaib. Gambaran mengenai neraka dapat

dikenali melalui penjelasan nash yang menerangkan tentang hal tersebut. Dalam hal

1 Mujamma’ al-Lughah al-‘Arabiyyah, al-Mu’jam al-Wasīt (Mesir: Maktabah al-Syurūq al –

Dauliyyah, 2004) h. 961 2 Agus Mustofa, Ternyata Akhirat Tidak Kekal (Surabaya: Padma Press, 2005) h. 258 3 Febri Prasetya Adi, Menyibak Misteri Kekal Akhirat Tinjauan Ilmu Fisika (Jogjakarta: Total

Media, 2007) h. 114

Page 37: KEABADIAN DI DALAM NERAKArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40149/1/FAIZ... · I KEABADIAN DI DALAM NERAKA (Studi Perbedaan Ayat al-Qur’an dan Hadis Nabi) Skripsi

21

ini, Rasūlullah sallallahu ‘alaihi wa sallam telah menyampaikan gambaran neraka

serta keadaannya kepada umatnya, melalui beberapa redaksi hadis.

1) Pintu Neraka

Neraka merupakan tempat yang sangat luas dan memiliki beberapa pintu.

Perihal hal ini, Rasūlullah sallallahu ‘alaihi wa sallam menyampaikan

penjelasannya dalam hadis berikut:

بة بن عبد الس لمي رضي الله عنه قال سمعت رسول الله صلى الله عليه وسلم يـقول: عن عتـ

ع ة أ ب و اب ب ا لج نة ل ه ا ث م اني ة أ ب و اب و النار ل ه ا س

Dari ‘Utbah bin ‘Abd al-Sullamī r.a., mendengar Rasūlullah sallallahu ‘alaihi

wa sallam, bersabda: “Surga memiliki delapan pintu dan neraka memiliki tujuh

pintu”.4

Hadis di atas memberikan pengertian bahwa neraka tidak hanya satu jenis

saja, akan tetapi terdiri atas beberapa macam yang masing-masing memiliki

pintu.

2) Kedalaman Neraka

Neraka, selain merupakan tempat yang sangat luas juga merupakan tempat

yang sangat dalam, sebagaimana disebutkan dalam riwayat berikut:

ي ب الن وسلم فسمعنا وجبة فـقال بي صلى الله عليه عن أبي هريرة رضي الله عنه قال: كنا عند الن

: ه أ ت درون م ا ه : م ل س و ه ي ل ع ى الله ل ص ا؟ ق لن ا: الله و ر سوله أ عل م ق ال ذ ا ح ج ر من ج ه نم ذ

بعين خ ري فا ف ال ت ه ى إلى ق عره ان حين ان منذ س

“Dari Abū Hurairah r.a. berkata: Suatu hari kami sedang bersama dengan

Rasūlullah sallallahu ‘alaihi wa sallam, tiba-tiba kami mendengar bunyi benda

yang jatuh. Kemudian Rasūlullah sallallahu ‘alaihi wa sallam bertanya:

“Apakah kalian tahu suara apakah ini?” Para sahabat menjawab: “Allah

4 Wahīd ‘Abd al-Salām Bālī, Wasf al-Jannah wa al-Nār min Sahīh al-Akhbār (Beirut: Dār

al-Kutub al-‘Ilmiyyah, 1987) h. 37

Page 38: KEABADIAN DI DALAM NERAKArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40149/1/FAIZ... · I KEABADIAN DI DALAM NERAKA (Studi Perbedaan Ayat al-Qur’an dan Hadis Nabi) Skripsi

22

subhānahu wa ta’ālā dan Rasul-Nya lebih mengetahui” Nabi sallallahu ‘alaihi

wa sallam bersabda: “Ini (suara) adalah batu yang dilemparkan ke dalam

neraka jahannam sejak 70 tahun yang lalu, dan sekarang sampai di dasar neraka

jahannam”.5

Riwayat hadis di atas menjelaskan kepada kita bahwa neraka merupakan

tempat yang sangat dalam, khususnya mengenai neraka jahannam yang terletak

di dasar neraka.

3) Warna Api Neraka

Rasūlullah sallallahu ‘alaihi wa sallam memberikan gambaran warna api

neraka dalam sebuah riwayat yang diriwayatkan dari Abū Hurairah r.a. sebagai

berikut:

م أوقد ع ل ى أ لف س ن ة أوقد النار أ لف س ن ة ح تى احم رت ث :ال ق ه ن ع الله ي ض ر ة ر يـ ر ه ي ب أ ن ع

الليل ال مظلم ح ت ى اب ي ضت ثم أوقد ع ل ى أ لف س ن ة ح تى اسو دت ف هي ك

Dari Abū Hurairah r.a. berkata: “Api neraka dinayalakan selama seribu tahun,

sehingga warnanya menjadi merah, kemudian dinyalakan selama seribu tahun

sehingga warnanya menjadi putih, kemudian dinyalakan selama seribu tahun

hingga warnanya menjadi hitam seperti hitamnya malam yang gelap”.6

Berdasarkan riwayat di atas, kita dapat mengetahui warna api neraka telah

mengalami perubahan-perubahan selama ribuan tahun, dari berwarna merah

hingga akhirnya menjadi hitam.

4) Panas Api Neraka

Panas api neraka besarnya berkali-kali lipat panas api yang ada di dunia.

Hal ini sebagaimana terdapat dalam riwayat berikut:

5 Wahīd ‘Abd al-Salām Bālī, Wasf al-Jannah wa al-Nār min Sahīh al-Akhbār, h. 39 6 Wahīd ‘Abd al-Salām Bālī, Wasf al-Jannah wa al-Nār min Sahīh al-Akhbār, h. 38

Page 39: KEABADIAN DI DALAM NERAKArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40149/1/FAIZ... · I KEABADIAN DI DALAM NERAKA (Studi Perbedaan Ayat al-Qur’an dan Hadis Nabi) Skripsi

23

د م ذه م ا ي وقد ب ن و أ : "ن اركم ه ال ق م ل س و ه ي ل ع ى الله ل ص ي ب الن ن ع ه ن ع الله ي ض ر ة ر يـ ر ه ي ب أ ن ع

بعين جزءا من ن ار ج ه نم ا فض ل ت : "إ ال ق ة ي اف ك ل ت ان ك ن إ الله ا: و و ال " ق جزء و احد من س ن ه

ا بتسع ة و ست ين جزءا كل هن مثل ح ر ه ا ه ع ل ي

Dari Abū Hurairah r.a. dari Rasūlullah sallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

“Api yang biasa kalian nyalakan merupakan satu bagian dari tujuh puluh

bagian panasnya neraka jahannam” Ya Rasūlullah: “Demi Allah, jika memang

demikian, sunggah api dunia sudah cukup panas” Berkata Rasūlullah: “Tetapi

sungguh api neraka jahannam enam puluh sembilan kali lebih panas

dibandingkan api dunia, yang masing-masing bagian sama panasnya dengan

api dunia.7

Berdasarkan riwayat di atas, kita dapat mengetahui bahwa panas api yang

terdapar di alam dunia hanya titik kecil dari panas api yang terdapat di dalam

neraka.

C. Nama-Nama Neraka dan Penghuninya

al-Qur’ān menyebutkan nama-nama neraka yang telah Allah subhānahu wa

ta’ālā siapkan untuk kehidupan di alam akhirat. Berikut ini adalah nama-nama

neraka sebagaimana yang disebutkan di dalam al-Qur’ān:

1) Neraka Jahannam

Neraka jahannam merupakan tempat yang disedikan untuk orang-orang

kafir dan musyrik.8

Perihal hal ini telah Allah subhānahu wa ta’ālā sebutkan di dalam Q. S. al-

Bayyinah ayat 6, sebagai berikut:

الدين فيه ا ر الب رية أ إن الذين ك ف روا من أ هل الكت اب و المشركين في ن ار ج ه نم خ هم ﴿ ول

٦﴾

7 Wahīd ‘Abd al-Salām Bālī, Wasf al-Jannah wa al-Nār min Sahīh al-Akhbār, h. 37 8 Hadiyah Salim, Dua Macam Kehidupan yang Berbeda Antara Dunia dan Akhirat

(Bandung: Angkasa, 1995) h. 74-75

Page 40: KEABADIAN DI DALAM NERAKArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40149/1/FAIZ... · I KEABADIAN DI DALAM NERAKA (Studi Perbedaan Ayat al-Qur’an dan Hadis Nabi) Skripsi

24

“Sesungguhnya orang-orang yang kafir yakni ahli Kitab dan orang-orang yang

musyrik (akan masuk) ke neraka Jahannam; mereka kekal di dalamnya. Mereka

itu adalah seburuk-buruk makhluk.”

Berdasarkan ayat di atas, dapat diketahui bahwa orang kafir dan musyrik

akan menjadi penduduk yang kekal di dalam neraka.

2) Neraka Hutamah

Allah subhānahu wa ta’ālā telah menyediakan sebuah tempat di alam

akhirat bagi orang-orang yang suka mengumpat, mencela, dan suka menimbun

harta kekayaan disertai menghitung - hitungnya.9 Perihal hal ini telah Allah

subhānahu wa ta’ālā sebutkan di dalam Q. S. al-Humazah ayat 1-9, sebagai

berikut:

ه ﴾١﴿ الذي ج م ع م ال و ع دد ه ﴾٢﴿ و يل لكل هم ز ة لم ز ة ك ل ﴾٣﴿ ي حس ب أ ن م ال ه أ خل د

ب ذ ن في الح ة ل ي ن ة ﴾٤﴿ ط م التي ت طلع ع ل ى ﴾٦﴿ ن ار الله الموق د ة ﴾٥﴿ و م ا أ در اك م ا الحط م

ة ﴾٩﴿ في ع م د مم دد ة ﴾١﴿ إن ه ا ع ل يهم مؤص د ة ﴾٧﴿ال فد

“Kecelakaanlah bagi setiap pengumpat lagi pencela yang mengumpulkan harta

dan menghitung-hitung, dia mengira bahwa hartanya itu dapat

mengkekalkannya, sekali-kali tidak! Sesungguhnya dia benar-benar akan

dilemparkan ke dalam Hutamah. Dan tahukah kamu apa Hutamah itu? (yaitu)

api (yang disediakan) Allah yang dinyalakan, yang (membakar) sampai ke hati.

Sesungguhnya api itu ditutup rapat atas mereka, (sedang mereka itu) diikat

pada tiang-tiang yang panjang.”

Ayat al-Qur’ān di atas menyampaikan salah satu neraka dan penghuninya,

yaitu neraka Hutamah yang akan dihuni oleh orang-orang yang yang memiliki

kesenangan mengumpulkan harta serta menganggap harta tersembut akan

membuatnya kekal.

9 Hadiyah Salim, Dua Macam Kehidupan yang Berbeda Antara Dunia dan Akhirat, h. 76

Page 41: KEABADIAN DI DALAM NERAKArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40149/1/FAIZ... · I KEABADIAN DI DALAM NERAKA (Studi Perbedaan Ayat al-Qur’an dan Hadis Nabi) Skripsi

25

al-Tabarī menjelaskan bahwa orang tersebut selain mengumpulkan harta

juga enggan mengeluarkan sedekah atau infaq dari harta yang

dikumpulkannya.10

3) Neraka Hāwiyah

Orang-orang yang timbangan amalnya kejahatannya lebih berat dari amal

baiknya, maka dia akan menjadi penghuni neraka sebagaimana disebutkan di

dalam Q. S. al-Qāri’ah ayat 8-11 sebagai berikut:

ن ار ح امي ة ﴾٢١﴿ و م ا أ در اك م ا هي ه ﴾٩﴿ ف أم ه ه اوي ة ﴾١﴿ و أ ما م ن خ فت م و ازينه

﴿٢٢﴾

“Dan adapun orang-orang yang ringan timbangan (kebaikan)nya, maka tempat

kembalinya adalah neraka Hāwiyah. Tahukah kamu apakah neraka Hāwiyah

itu? (Yaitu) api yang sangat panas.”

Ayat di atas mengindikasikan bahwa salah satu penyebab seseorang masuk

ke dalam neraka adalah kurangnya amal baik. Amal keburukan yang

mengungguli amal kebaikan menyebabkan seseorang dimasukkan ke dalam

neraka hawiyah.11

4) Neraka Laza

Neraka ini akan membakar dan mengelupaskan kulit kepala manusia. Para

pembangkang dan orang yang berpaling dari kebenaran akan menjadi penghuni

di dalamnya. Selain itu juga orang pelit yang suka mengumpulkan harta tanpa

pernah merasa puas juga termasuk golongan yang akan menjadi penghuni

10 Ibn Jarīr al-Tabarī, Tafsīr al-Tabarī (Beirut: Muassasah al-Risālah, 1994) h. 564 11 Isma’īl bin ‘Umar bin Katsīr, Tafsīr all-Qur’ān al-‘Azīm (Riyād: Dār Tayyibah li al-Nasyr

wa al-Tauzī’, 1999) Jilid VIII, h. 468

Page 42: KEABADIAN DI DALAM NERAKArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40149/1/FAIZ... · I KEABADIAN DI DALAM NERAKA (Studi Perbedaan Ayat al-Qur’an dan Hadis Nabi) Skripsi

26

neraka ini.12 Allah subhanahu wa ta’ālā menyebutkan di dalam Q. S. al-Ma’ārij

ayat 15-18, sebagai berikut:

و ت و لى و ج م ع ﴾٢٧﴿ت دعو م ن أ دب ر ﴾٢٦﴿ن زاع ة للشو ى ﴾٢٥﴿ ك ل إن ه ا ل ظ ى

﴾٢١﴿ف أ وع ى

“Sekali-kali tidak dapat, sesungguhnya neraka itu adalah api yang bergolak,

yang mengelupas kulit kepala, yang memanggil orang yang membelakang dan

yang berpaling (dari agama), serta mengumpulkan (harta benda) lalu

menyimpannya.”

Berdasarkan ayat al-Qur’ān di atas, dapat dipahami bahwa salah satu hal

yang dapat menyebabkan seseorang masuk neraka adalah orang yang keluar

dari agama Islam, yang disebut murtad.

5) Neraka Saqar

Allah subhānahu wa ta’ālā berfirman di dalam Q. S. al-Muddatstsir ayat

27-29, menjelaskan tentang neraka saqar sebagai berikut:

ر ﴾١٧﴿اك م ا س ق ر و م ا أ در ة للب ش ر ﴾١١﴿ل ت بقي و ل ت ذ ﴾١٩﴿ل واح

“Tahukah kamu apakah (neraka) Saqar itu? Saqar itu tidak meninggalkan dan

tidak membiarkan. (Neraka Saqar) adalah pembakar kulit manusia.”

Berdasarkan firman Allah subhānahu wa ta’ālā pada ayat di atas, kita dapat

mengetahui dahsyatnya siksaan yang akan diterima oleh penghuni neraka

tersebut, hingga kulit manusia yang ada di dalamnya akan terbakar oleh api

neraka yang menyala.

12 Hadiyah Salim, Dua Macam Kehidupan yang Berbeda Antara Dunia dan Akhirat, h. 77 -

78

Page 43: KEABADIAN DI DALAM NERAKArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40149/1/FAIZ... · I KEABADIAN DI DALAM NERAKA (Studi Perbedaan Ayat al-Qur’an dan Hadis Nabi) Skripsi

27

6) Neraka Sa’īr

Salah satu dosa yang mendapat ancama Allah subhānahu wa ta’ālā adalah

orang-orang yang memakan harta anak yatim.13 Mereka akan menjadi penghuni

neraka sa’īr sebagaimana disebutkan di dalam Q. S. al-Nisā’ ayat 10 sebagai

berikut:

ا ي عيراأكلون في بطونهم ن اإن الذين ي أكلون أ مو ال الي ت ام ى ظلما إنم را و س ي صل ون س

﴿٢١﴾

“Sesungguhnya orang-orang yang memakan harta anak yatim secara zalim,

sebenarnya mereka itu menelan api sepenuh perutnya dan mereka akan masuk

ke dalam api yang menyala-nyala (neraka).”

Memakan harta anak yatim merupakan salah satu perbuatan yang tercela.

Hal tersebut dijelaskan dalam ayat di atas yang menegaskan bahwa pelakunya

kelak akan mendapatkan ancaman dimasukkan ke dalam neraka.

7) Neraka Jahīm

Sebagian ulama menyamakan antara neraka jahīm dengan neraka jahannam.

Namun demikian, tetap ada yang membedakan di antara keduanya.14 Perihal

keberadaan neraka jahīm sebagai salah satu tempat pembalasan amal di akhirat

nanti disebutkan di dalam Q. S. al-Nāzi’āt ayat 37-39 sebagai berikut:

أو ى ﴾٣١﴿و آث ر الح ي اة الد ن ي ا ﴾٣٧﴿ن ط غ ى ف أ ما م ﴾٣٩﴿ ف إن الج حيم هي الم

“Adapun orang yang melampaui batas, dan lebih mengutamakan kehidupan

dunia, maka sesungguhnya nerakalah tempat tinggal (nya).”

al-Tabarī mengatakan bahwa kelompok orang ini memiliki karakter lebih

mengutamakan kehidupan dunia. Mereka mengabaikan kemuliaan kehidupan

13 Hadiyah Salim, Dua Macam Kehidupan yang Berbeda Antara Dunia dan Akhirat, h. 79 14 Hadiyah Salim, Dua Macam Kehidupan yang Berbeda Antara Dunia dan Akhirat, h. 81

Page 44: KEABADIAN DI DALAM NERAKArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40149/1/FAIZ... · I KEABADIAN DI DALAM NERAKA (Studi Perbedaan Ayat al-Qur’an dan Hadis Nabi) Skripsi

28

akhirat yang telah dijanjikan oleh Allah subhānahu wa ta’ālā. Lebih lanjut

beliau menjelaskan bahwa golongan ini melalukan suatu perbuatan hanya untuk

dunia.15

15 Isma’īl bin ‘Umar bin Katsīr, Tafsīr al-Qur’ān al-‘Azīm, Jilid VII, h. 457

Page 45: KEABADIAN DI DALAM NERAKArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40149/1/FAIZ... · I KEABADIAN DI DALAM NERAKA (Studi Perbedaan Ayat al-Qur’an dan Hadis Nabi) Skripsi

29

BAB III

ANALISIS SANAD DAN MATAN HADIS

A. Keragaman Matan Hadis

Takhrij merupakan ilmu penting yang berkenaan dengan kajian sunnah Nabi

(hadis).1 Takhrij secara tinjauan asal kata berarti mengumpulkan dua hal yang

bertolak belakang dalam satu wadah.2 Para ahli hadis menjelaskan bahwa takhrij

memiliki beberapa makna secara istilah. Sebagian mengartikan takhrij dengan

menyebutkan perawi yang mengeluarkan suatu hadis dengan jalur periwayatannya

sendiri. Takhrij juga dikatakan sebagai proses identifikasi periwayatan dan kitab

yang menghimpunnya. Adapun definisi yang lebih masyhur di kalangan para ahli

hadis mengenai takhrij adalah proses menunjukkan keberadaan sumber asli atau

asal hadis yang dikeluarkan dengan jalur sanadnya, disertai dengan penjelasan

tentang derajat hadis tersebut.3 Berdasarkan penjelasan tersebut, penulis akan

melakukan takhrij hadis sesuai definisi yang masyhur sebagaimana tersebut di atas.

Terdapat beberapa metode yang digunakan dalam melakukan takhrij hadis,

yaitu:

1. Takhrij berdasarkan nama rawi pada tingkatan sahabat

2. Takhrij hadis dengan melihat kondisi matan dan sanad

3. Takhrij hadis dengan awal kata dalam matan hadis

4. Takhrij hadis berdasarkan tema hadis, dan

1 Hātim bin ‘Ārif al-Syarīf, al-Takhrīj wa Dirāsah al-Asānīd (Multaqa Ahl al-Hadīts, t.t.), h.

4 2 Mahmūd al-Tahhān, Usūl al-Takhrīj wa Dirāsah al-Asānīd (Beirut: Dār al-Qur’ān al-

Karīm, 1979), h. 9 3 Mahmūd al-Tahhān, Usūl al-Takhrīj wa Dirāsah al-Asānīd, h. 10 - 12

Page 46: KEABADIAN DI DALAM NERAKArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40149/1/FAIZ... · I KEABADIAN DI DALAM NERAKA (Studi Perbedaan Ayat al-Qur’an dan Hadis Nabi) Skripsi

30

5. Takhrij hadis menggunakan kata yang terdapat dalam matan hadis serta

turunan kata tersebut.4

1) Hadis-Hadis tentang Al-Jahannamiyyūn

Penulis memilih untuk menggunakan metode pencairan hadis dengan awal

matan dan penelusuran kata dalam hadis, agar hasil yang didapatkan juga lebih

menyeluruh, sehingga hal yang ingin dicapai dalam takhrij ini, yaitu menemukan

keragaman redaksi hadis berkenaan dengan al-jahannamiyyūn dapat tercapai.

Kitab yang penulis gunakan untuk melakukan takhrij hadis metode awal matan

adalah Mausū’ah Atrāf al-Hadīts al-Nabawī al-Syarīf5 karangan Abū Hājir

Muhammad al-Sa’īd bin Bayūnī Za’lūl.6 Setelah dilakukan penelusuran oleh

penulis mengenai hadis al-jahannamiyyūn pada kitab tersebut, ditemukan ada

beberapa hasil yang penulis temukan dalam takhrij hadis ini, sebagai berikut:

1) Kitab Misykāh al-Masābīh dengan Nomor Hadis 5585:

بش ف اع ة مح مد من النار أ ق و ام ج ي خر

“Kelak akan ada sekolompok manusia yang keluar dari neraka sebab syafaat

Nabi Muhammad ”

2) Kitab Sahīh Muslim, dalam Kitab al-Imān: 325:

ه إل الله إل من النار م ن ق ال ل ي خرج

“Orang-orang yang pernah mengucapkan kalimat Lā Ilāha Illa Allāh, kelak

akan keluar dari neraka. ”

Setelah melakukan penelusuran ke kitab asli berdasarkan data yang didapatkan

dalam kitab mausū’ah di atas, penulis memperoleh data teks hadis lengkap

4 Mahmūd al-Tahhān, Usūl al-Takhrīj wa Dirāsah al-Asānīd, h. 35 5 Penulis memilih kitab ini karena lebih memudahkan dalam melakukan proses takhrij hadis. 6 Muhammad al-Sa’īd bin Bayūnī Zaghlūl, Mausū’ah Atrāf al-Hadīts al-Nabawī al-Syarīf

(Beirut: Dār al-Kutub al-‘Ilmiyyah, t.t.) Jilid XI, h. 297

Page 47: KEABADIAN DI DALAM NERAKArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40149/1/FAIZ... · I KEABADIAN DI DALAM NERAKA (Studi Perbedaan Ayat al-Qur’an dan Hadis Nabi) Skripsi

31

sebagaimana informasi yang terdapat pada kitab tersebut. Berikut ini adalah redaksi

lengkap dari setiap hadis yang penulis dapatkan dari hasil penelusuran

menggunakan metode awal matan pada sumber aslinya.

a. Bunyi Hadis dalam Kitab Misykāh al-Masābīh

Hadis yang terdapat di dalam kitab Misykāh al-Masābīh, berbunyi sebagai

berikut:

من النار ام و ق ي خرج أ : م ل س و ه ي ل ع ى الله ل ص الله ل و س ر ال : ق ال , ق ن ي ص ح ن ب ان ر م ع ن ع و

ن م ي ت م أ ن م م و ق ج ر خ ي : ة اي و ر ي ف . و ن و ي م ن ه ج ال ن و م س ي و ة ن ج ال ن و ل خ د ي ف د م ح م ة اع ف ش ب

7ن و ي م ن ه ج ال ن و م س ي ،ي ت اع ف ش ب ار الن

“dari ‘Imrān bin Husain, berkata: Rasūlullah sallallahu ‘alaihi wa sallam

bersabda: ‘akan keluar suatu kaum dari neraka berkat syafaat Muhammad,

kemudian mereka akan masuk ke dalam surga, dan dinamakan al-

jahannamiyyūn. Pada riawayat yang lain, dikatakan ‘akan keluar suatu kaum

dari golongan umatku dari nerak, sebab syafaatku, mereka dinamakan al-

jahannamiyyūn”.

al-Tabrizī menyebutkan di akhir hadis di atas yang ditulis dalam Misykāh

al-Masābīh, bahwa dia menukil hadis tersebut dari Sahīh al-Bukhārī. Setelah

penulis melakukan penelusuran pada Sahīh al-Bukhārī ditemukan rangkaian

jalur sanad lengkap hadis di atas sebagai berikut:

7 Walī Al-Dīn Abū ‘Abdillāh Muhammad bin ‘Abdillāh al-Khatīb al-Tabrizī, Misykāh al-

Masābīh (Libanon: Dār al-Kutub al-‘Ilmiyyah, 2010) Jilid II, h. 324

Page 48: KEABADIAN DI DALAM NERAKArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40149/1/FAIZ... · I KEABADIAN DI DALAM NERAKA (Studi Perbedaan Ayat al-Qur’an dan Hadis Nabi) Skripsi

32

ثـن ثـنا يحيى ،مسدد ا حد ،ن ي ص ح ن ب ان ر م ع ان ث د ح ، جاء أبـو ر ان ثـ د ح ،ان و ك ذ ن ب ن س ح ال ن ، ع حد

ن و ل خ د ي ف د م ح م ة اع ف ش من النار ب 8ام و ق ي خرج أ : م ل س و ه ي ل ع ى الله ل ص الله ل و س ر ال : ق ال ق

9ن و ي م ن ه ج ال ن و م س ي و ة ن ج ال

“Musaddad telah menceritakan kepada kami, Yahyā telah menceritakan kepada

kami, dari al-Hasan bin Dzakwān, Abū Rajā’ telah menceritakan kepada kami,

‘Imrān bin Husain berkata: Rasūlullah sallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

‘akan keluar suatu kaum dari neraka berkat syafaat Muhammad, kemudian

mereka akan masuk ke dalam surga, dan dinamakan al-jahannamiyyūn.”

b. Bunyi Hadis dalam Kitab Sahīh Muslim10

Hadis yang terdapat di dalam kitab Sahīh Muslim dalam Kitāb al-Imān,

berbunyi sebagai berikut:

ام ش ه و ة ب و ر ع ي ب أ ن ب ن د ي ع نا س ث د ح ع ي ر ز ن ب د ي ز ا ي ن ثـ د ح ر ي ر الض ن ال ه نـ م ن ب ن د م ح ا م ن ثـ د ح و

ن ثني أبـو غسان المسمعي و محمد وحد ح ك ال م ن اب ن س ن أ ن ع ة اد ت قـ ن ع ي ائ و تـ س الد ب اح ص

ثني أبي عن قـت ام ش ه ن اب و ه و اذ ع ا م ن ثـ د : ح اال ، ق بن المثـنى ثـنا أنس ، قال: حد بن ن ادة حد

إل :ال ق مالك أن النبي صلى الله عليه وسلم ير م ا ي زين ه إل الله و ك ان في ل ق لبه من الخ

ر ة عي إل ٬ : ل ير م ا ي زين ب رة ه إل الله ثم ي خرج من النار م ن ق ال لبه من الخ ثم ٬و ك ان في ق

إل : ل ير م ا ي زين ذ رة الله ه إل ي خرج من النار م ن ق ال لبه من الخ 11و ك ان في ق

8 Penulis mendapatkan, di dalam kitab Sahīh al-Bukhārī hanya ditulis menggunakan redaksi

kata قوم dan tidak ditemukan kata أقوام (al-Imām al-Bukhārī tidak mengguanak kata tersebut).

9 al-Bukhārī, Muhammad bin Ismā’īl, Sahīh al-Bukhārī, Jilid IV, h. 332 10 Lafal hadis yang terdapat dalam kitab Sahīh Muslim, tidak ada yang secara tekstual

menyebut al-Jahannamiyyūn, akan tetapi karena penulis memandang bahwa sebutan al-

Jahannamiyyūn berlaku bagi semua orang yang keluar dari neraka, sehingga penulis mengumpulkan

semua data hadis yang menjelaskan tentang sebab dikeluarkannya hamba dari neraka, sebagaimana

yang terdapat di dalam hadis ini. 11 Muslim bin al-Hajjāj al-Naisābūrī, Sahīh Muslim (Kairo: Dār al-Hadīts, 2010 ) Jilid I, h.

192

Page 49: KEABADIAN DI DALAM NERAKArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40149/1/FAIZ... · I KEABADIAN DI DALAM NERAKA (Studi Perbedaan Ayat al-Qur’an dan Hadis Nabi) Skripsi

33

“dari Muhammad bin Minhāl al-Darīr, dari Yazīd bin Zurai’, dari Sa’īd bin Abī

‘Arūbah dan Hisyām al-Dastuwā’ī, dari Qatādah dari Anas bin Malik tahwil

dari Abū Ghassān al-Musma’ī dan Muhammad bin al-Mutsannā: mereka berdua

berkata: dari Mu’ādz (putra Hisyām), dari ayahnya, dari Qatādah, dari Anas bin

Mālik berkata: Rasūlullāh sallallhu ‘alaihi wa sallam bersabda: ‘nanti orang

yang pernah mengucapkan kalimat lā ilāha illa Allah dan di hatinya ada sebutir

kebaikan akan keluar dari neraka, kemudian keluar dari neraka orang yang

memiliki kebaikan sebutir gandum, kemudian kemudian keluar dari neraka

orang yang memiliki kebaikan sekecil atom”.

Adapun untuk metode pencarian kata, penulis menggunakan kitab Mu’jam

al-Mufahras li Alfāz al-Hadīts al-Nabawī karangan A. J. Wensink12. Redaksi

hadis yang akan penulis takhrij adalah sebagai berikut:

يهم أ هل ال فع ف ي دخلون الج نة ف يس م نة الج ه نمي ون ج ي خرج ق وم من النار ب عد م ا م سهم س

“nanti akan ada segolongan orang yang keluar dari neraka setelah mereka

dibakar kemudian masuk surga dan para penduduk surga menyebutnya dengan

al-Jahannamiyyūn”.

Kata yang penulis gunakan sebagai bahan penelusuran hadis adalah sebagai

berikut:

ى(م )س ن ي م س ي -(ل خ )د ل خ د ي -)س ف ع (ع ف س -س م - (ج ر )خ ج ر خ ي

Berikut ini adalah hasil takhrij yang dilakukan oleh penulis menggunakan

metode pencarian kata:

Kata Hasil Temuan

ار الن ن م م و ق ج ر خ ي 15اب الرقاق كت البخاري 51, 9جهنم الترمذي

12 Wensinck adalah seorang orientalis berkebangsaan Belanda, yang melakukan kajian

mendalam atas agama Islam, salah satunya dalam bidang hadis.

Page 50: KEABADIAN DI DALAM NERAKArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40149/1/FAIZ... · I KEABADIAN DI DALAM NERAKA (Studi Perbedaan Ayat al-Qur’an dan Hadis Nabi) Skripsi

34

Penulis hanya menemukan hasil takhrij hadis dengan menggunakan metode

pencarian kata, dengan kata kunci kharaja, adapun selain kata tersebut tidak

dapat penulis temukan dalam kitab Mu’jam Al-Mufahras.13

a. Bunyi Hadis dalam Kitab Sahīh al-Bukhārī

Hadis mengenai al-jahannamiyyūn yang terdapat dalam Sahīh al-Bukhārī

terdapat dalam Kitāb al-Raqāq dengan nomor hadis 6559, sebagai berikut:

ى الله ل ص ي ب الن ن ، ع ك ال م ن ب ن س ن ا أ ن ثـ د ، ح ة اد ت قـ ن ، ع ام م ا ه ن ثـ د ، ح د ال خ ن ب ن ة ب د ا ه ن ثـ د ح

فع ف ي دخلون الج ن : " ال ق م ل س و ه ي ل ع يهم أ هل ي خرج ق وم من النار ب عد م ا م سهم س ة ف يس م

" الج ه نمي ون :الج نة

“diriwayatkan Hudbah bin Khālid, dari Hamām, dari Qatādah, dari Anas bin

Mālik, dari Rasūlullāh sallallhu ‘alaihi wa sallam, berkata: “nanti aka ada orang

yang keluar dari neraka, setelah mereka dibakar di dalamnya, kemudiam

mereka masuk ke dalam surga, lalu para penduduk surga menyebutnya dengan

al-jahannamiyyūn.”14

b. Bunyi Hadis dalam Kitab Sunan Al-Tirmīdzī

Hadis tentang al-jahannamiyyūn yang terdapat dalam Sunan al-Tirmīdzī

ditemukan dalam dua bab15, yaitu pertama dalam Kitāb Sifah Jahannam bab ke-

9 tentang akan dikeluarkannya ahli tauhid dari dalam neraka, dengan nomor

hadis 2593, sebagai berikut:

13 A. J. Wensinck, Mu’jam al-Mufahras li Alfāz al-Hadīts al-Nabawī (Leiden: Maktab Barbil,

1946), Jilid II, h. 19 14 al-Bukhārī, Muhammad bin Ismā’īl, Sahīh al-Bukhārī Kitāb al-Raqāq Bāb Sifah al-Jannah

wa al-Nār, Jilid IV, h. 330 15 Hadis tentang al-Jahannamiyyūn pada dalam kitab Sunan al-Tirmidzī di sini adalah hadis

yang berkenaan dengan orang-orang yang dikeluarkan dari neraka, meskipun tidak secara langsung

menyebutkan dengan redaksi al-Jahannamiyyūn. Letak persinggungannya terdapat pada persamaan

kabar tentang sebab dikeluarkannya penghuni neraka.

Page 51: KEABADIAN DI DALAM NERAKArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40149/1/FAIZ... · I KEABADIAN DI DALAM NERAKA (Studi Perbedaan Ayat al-Qur’an dan Hadis Nabi) Skripsi

35

ثـنا محمود ثـنا شعبة وهشام عن قـتادة عن أ ن حد ثـنا أبـو داود حد بن مالك ن نس بن غيلن حد

أ خرجوا من النار م ن ق ال بة: وقال شع ي خرج من النار :أن رسول الله صلى الله عليه وسلم قال

إل ر ة ل عي ير م ا ي زين لبه من الخ إل أ خرجوا ˛ه إل الله و ك ان في ق : ل إل ه من النار م ن ق ال

لبه من ال ير م ا ي زين ب رة الله و ك ان في ق إل من النار م ن ق أ خرجوا ˛خ : ل ه إل الله و ك ان في ال

ير م ا ي زين ذ رة لبه من الخ 16 ق

“diriwayatkan dari Mahmūd bin Ghailān, dari Abū Dāwud, dari Syu’bah dan

Hisyām, dari Qatādah, dari Anas bin Mālik: sesungguhnya Rasulullāh sallallhu

‘alaihi wa sallam bersabda: ‘nanti orang yang pernah mengucapkan kalimat lā

ilāha illa Allah dan di hatinya ada sebutir kebaikan17 akan keluar dari neraka

(atau keluarkanlah berdasarkan riwayat dari Syu’bah), kemudian (ada perintah)

keluarkan orang yang memiliki kebaikan sebutir gandum, kemudian (ada

perintah) keluarkan oleh orang yang memiliki kebaikan sekecil atom18’”.

Kedua terdapat Sunan al-Tirmīdzī ditemukan dalam dalam Kitāb Sifah

Jahannam bab ke-10 dengan nomor hadis 2598 dan 2600, dengan redaksi

lengkap sebagai berikut:

ثـنا سلمة ٨٩٥٢ ثـنا عبد الرزاق ،بن شبيب ن حد عن ،بن أسلم ن عن زيد ،أخبـرنا معمر ،حد

يخر ج من وسلم قال: ه ي ل ع أن رسول الله صلى الله ،الخدري ن عن أبي سعيد ،ء بن يسار عطا

ان يم إن الله ل ي ظلم ك فـليـقرأ قال أبـو سعيد فمن ش النار م ن ك ان في ق لبه مث ق ال ذ رة من ال

ديث مث ق ال ذ رة ق ال ه ا ح 19ح س ن ص حيح ذ

“diriwayatkan dari Salamah bin Syubaib, dari ‘Abd al-Razzāq, dari Ma’mar,

dari Zaid bin Aslam, dari ‘Atā’ bin Yasār, dari Abī Sa’īd al-Khudrī:

16 al-Tirmīzī, Abū ‘Īsā Muhammad bin ‘Īsā, Sunan al-Tirmīzī Kitāb Sifah Jahannam Bāb Mā

Jā’a Anna li al-Nār Nafsain wa Mā Dzukira Man Yakhruju min al-Nār min Ahl al-Tauhīd (Kairo:

Dār al-Hadīts, 2010) Jilid IV, h. 422 17 Makna al-Khair dalam Tuhfah al-Ahwadzī dijelaskan oleh pengarangnya dengan al-Īmān. 18 al-Imām al-Mubārakfūrī mengartikan dzurrah dengan al-Habā’, yaitu debu. Kata debu

menunjukkan kepada hal sangat kecil dan ringan. Salah satu cara untuk menggambarkan bagaimana

ukuran dzurrah adalah dengan meletakkan debu di tangan, kemudian meniupnya. Debu yang

beterbangan saat ditiup merupakan wujud atau gambaran ukuran dzurrah. 19 al-Tirmīzī, Abū ‘Īsā Muhammad bin ‘Īsā, Sunan al-Tirmīzī, Jilid IV, h. 424

Page 52: KEABADIAN DI DALAM NERAKArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40149/1/FAIZ... · I KEABADIAN DI DALAM NERAKA (Studi Perbedaan Ayat al-Qur’an dan Hadis Nabi) Skripsi

36

sesungguhnya Rasulullāh sallallhu ‘alaihi wa sallam bersabda: ‘kelak orang

yang di dalam hatinya memiliki sebutir keimanan akan dikeluarkan dari

dalam neraka. Abu Sa’īd berkata: maka ketika seseorang memiliki keraguan,

maka bacalah (ayat yang artinya): sesungguhnya Allah tidak akan melakukan

sebuah kezaliman sekecil apapun20”

ثـنا مح ح ٨٠٢٢ ، عن أبي ان و ك ذ ن ب ن س ح ل ا ان ثـ د ، ح بن بشار ، حدثـنا يحيى بن سعيد ن مد د

ل يخرج ن ق وم لم قال: ، عن النبي صلى الله عليه وس ن ي ص ح ن ب ان ر م ع ن ، ع العطاردي ن ء رجا

21ن النار بش ف اع تي يس م ون الج ه نمي ون من أمتي م

“diriwayatkan dari Muhammad bin Basyār, dari Yahyā bin Sa’īd, dari al-Hasan

bin Dzakwān, dari Abī Rajā’ al-‘Attāridī, dari ‘Imrān bin Husain, dari Nabi

Muhammad sallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Sungguh nanti akan keluar

sekelompok umatku dari neraka sebab syafaatku, kemudian mereka dinamakan

dengan al-jahannamiyyūn”.

2) Hadis-Hadis tentang Sifat Neraka

a. Takhrij Hadis tentang Pintu Neraka

Hadis tentang pintu neraka berbunyi:

بة بن ع ليه وسلم يـقول:بد الس لمي رضي الله عنه قال سمعت رسول الله صلى الله ع عن عتـ

ع ة أ ب و اب ب ا لج نة ل ه ا ث م اني ة أ ب و اب و النار ل ه ا س

Dari ‘Utbah bin ‘Abd al-Sullamī r.a., mendengar Rasūlullah sallallahu ‘alaihi

wa sallam, bersabda: “Surga memiliki delapan pintu dan neraka memiliki tujuh

pintu”.

Hadis di atas penulis takhrij dengan menggunakan metode awal matan22 dan

menggunakan kata yang tedapat dalam hadis23 tersebut, dengan hasil sebagai

berikut:

20 Ayat tersebut merupakan potongan dari Q. S. al-Nisā ayat 4 21 al-Tirmīzī, Abū ‘Īsā Muhammad bin ‘Īsā, Sunan al-Tirmīzī, Jilid IV, h. 421 22 Kitab yang digunakan adalah Mausū’ah Atrāf al-Hadīts al-Nabawī al-Syarīf 23 Kitab yang digunakan adalah Mu’jam al-Mufahras li Alfāz al-Hadīts al-Nabawī

Page 53: KEABADIAN DI DALAM NERAKArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40149/1/FAIZ... · I KEABADIAN DI DALAM NERAKA (Studi Perbedaan Ayat al-Qur’an dan Hadis Nabi) Skripsi

37

No Nama Kitab Hasil

1 Mausū’ah al-Aṭraf24 ٥٤٩: ٧سعد

2 Mu’jam al-Mufahras25

بدء ٩ ،٤26صوم ٥٨٥أذان خأبواب الجنة: رقاق ٩فضائل أصحاب النبي ٤٧أنبياء ٥الخلق

٤٥٢ ،٨٥٥ ،٤٠إيمان م ٨٤توحيد ٩٥

Redaksi lengkap hadis tentang pintu neraka berdasarkan data yang penulis

dapatkan adalah sebagai berikut:

بة بن ع قال الوليد بن مسلم عن صفوان بن عمر و السكسكي عن أبي المثـنى الملوكي ن عتـ

ا لج نة ل ه ا ث م اني ة قول:يـ عبد الس لمي رضي الله عنه قال سمعت رسول الله صلى الله عليه وسلم

ع ة أ ب و اب ب 27أ ب و اب و النار ل ه ا س

“al-Walīd bin Muslim berkata, dari Safwān bin ‘Amr al-Zaksakiyyī, dari Abī

al-Mutsannā al-Amlūkī, dari ‘Utbah bin ‘Abd al-Sullamī r.a., mendengar

Rasūlullah sallallahu ‘alaihi wa sallam, bersabda: “Surga memiliki delapan

pintu dan neraka memiliki tujuh pintu”.

b. Takhrij Hadis tentang Kedalaman Neraka

Hadis tentang kedalaman neraka berbunyi:

ي ب الن يه وسلم فسمعنا وجبة فـقال له عل عن أبي هريرة رضي الله عنه قال: كنا عند النبي صلى ال

: ه أ ت درون م ا ه : م ل س و ه ي ل ع ى الله ل ص ا؟ ق لن ا: الله و ر سوله أ عل م ق ال ر من ج ه نم منذ ذ ا ح ج ذ

بعين خ ري فا ف ال ره ان حين ان ت ه ى إلى ق ع س

24 Muhammad al-Sa’īd bin Bayūnī Zaghlūl, Mausū’ah Atrāf al-Hadīts al-Nabawī al-Syarīf

(Beirut: Dār al-Kutub al-‘Ilmiyyah, t.t.) Jilid IV, h. 514 25 A. J. Wensinck, Mu’jam al-Mufahras li Alfāz al-Hadīts al-Nabawī (Leiden: Maktab Barbil,

1946), Jilid I, h. 377 26 Hadis tentang pintu dalam bab Saum hanya menjelaskan tentang pintu yang khusus akan

dilewati oleh orang yang ahli puasa dan tidak membicarakan sama sekali tentang pintu neraka. 27 Muhammad bin Sa’d bin Munī’ al-Zuhrī, Kitāb Tabaqāt al-Kubrā (Kairo: Maktabah al-

Khanjī, 2001), Jilid IX, h. 433

Page 54: KEABADIAN DI DALAM NERAKArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40149/1/FAIZ... · I KEABADIAN DI DALAM NERAKA (Studi Perbedaan Ayat al-Qur’an dan Hadis Nabi) Skripsi

38

“Dari Abū Hurairah r.a. berkata: Suatu hari kami sedang bersama dengan

Rasūlullah sallallahu ‘alaihi wa sallam, tiba-tiba kami mendengar bunyi benda

yang jatuh. Kemudian Rasūlullah sallallahu ‘alaihi wa sallam bertanya:

“Apakah kalian tahu suara apakah ini?” Para sahabat menjawab: “Allah

subhānahu wa ta’ālā dan Rasul-Nya lebih mengetahui” Nabi sallallahu ‘alaihi

wa sallam bersabda: “Ini (suara) adalah batu yang dilemparkan ke dalam neraka

jahannam sejak 70 tahun yang lalu, dan sekarang sampai di dasar neraka

jahannam”.

Hadis di atas penulis takhrij dengan menggunakan metode awal matan28 dan

menggunakan kata yang tedapat dalam hadis29 tersebut, dengan hasil sebagai

berikut:

No Nama Kitab Hasil

1 Mausū’ah al-Aṭraf30 ١٧٥: ٨حم

2 Mu’jam al-Mufahras31 جنة م ٨جهنم ت جاء في صفة قعر جهنم باب ما

١٧٥ ،٨حم ١٥

Redaksi lengkap hadis tentang kedalaman neraka berdasarkan data yang

penulis dapatkan adalah sebagai berikut:

ثـنا يزيد بن كي فة حد ثـنا خلف بن خليـ ثـنا يحيى بن أيـ وب حد عن أبي زم ا ان عن أبي حس حد

: ا ؟ درون م ا ه ت هريـرة قال: كنا مع رسول الله صلى الله عليه وسلم إذ سمع وجبة فـقال النبي ذ

بعين خ ري فا ف هو ي هوي في ي النار منذ س ذ ا ح ج ر رمي به ف ه قال: قـلنا الله ورسوله أعلم قال:

32ن ح تى ان ت ه ى إل ى ق عره االنار ال

“Yahya bin Ayyūb telah menceritakan kepadaku, Khalaf bin Khalīfah telah

menceritakan kepadaku, Yazīd bin Kaisān telah menceritakan kepadaku, dari

Abī Hāzm, dari Abī Hurairah, berkata: saat sedang bersama Rasūlullāh

sallallāhu ‘alaihi wa sallam, kami mendengar suara bunyi benda jatuh yang

28 Kitab yang digunakan adalah Mausū’ah Atrāf al-Hadīts al-Nabawī al-Syarīf 29 Kitab yang digunakan adalah Mu’jam al-Mufahras li Alfāz al-Hadīts al-Nabawī 30 Muhammad al-Sa’īd bin Bayūnī Zaghlūl, Mausū’ah Atrāf al-Hadīts al-Nabawī al-Syarīf

(Beirut: Dār al-Kutub al-‘Ilmiyyah, t.t.) Jilid I, h. 27 31 A. J. Wensinck, Mu’jam al-Mufahras li Alfāz al-Hadīts al-Nabawī (Leiden: Maktab Barbil,

1946), Jilid V, h. 443 - 444 32 Muslim bin al-Hajjāj al-Naisābūrī, Sahīh Muslim, Jilid IV, h. 440

Page 55: KEABADIAN DI DALAM NERAKArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40149/1/FAIZ... · I KEABADIAN DI DALAM NERAKA (Studi Perbedaan Ayat al-Qur’an dan Hadis Nabi) Skripsi

39

sangat keras, nabi bertanya: Kalian tahu suara apa itu ? Abu Hurairah berkata:

Kami para sahabat berkata: Allah dan Rasulnya lebih mengetahui, Nabi

kemudian menjelaskan: Ini (suara batu) adalah batu yang dilempar di

dalam neraka sejak 70 tahun. Sekarang, batu itu jatuh di dalam neraka

dan belum sampai di dasar neraka.

ثـنا حس ثـنا عبد بن حميد حد يل بن عياض عن هشام عن عن ف ض ن بن علي ى الجعفي ي حد

بـر البصرة عن النبي صلى ا برنا هذا منـ بة بن غزوان : على منـ لله عليه وسلم الحسن قال: قال عتـ

قال: ي ض ف ا ت م ا و ام ع ن ي ع ب ا س ه ي ي ف و ه ت ف م ن ه ج ر ي ف ن ى م ق ل ت ل ة م ي ظ ع ال ة ر خ الص ن إ

عيد و إن قال: وكان عمر يـقول: أكثروا ذكر النار فإن حرها شديد و إن قـعرها ب اه ار ر ى ق ل إ

33مقامعها حديد

“’Abd bin Humaid telah menceritakan kepada kami, Husain bin ‘Alī al-Ja’farī

telah menceritakan kepada kami, dari Fudail bin ‘Iyād, dari Hisyām dari al-

Hasan, berkata: ‘Utbah bin Ghazwān berkata (di atas minbar), dari Nabi

Muhammad sallallāhu ‘alaihi wa sallam: sesungguhnya batu besar dilempar

dari tepi neraka jahannam, sehingga jatuh selama 70 tahun, dan (hal

tersebut) tidak (membuat batu) sampai ke dasar neraka jahannam. ‘Umar

berkata: perbanyaklah mengingat neraka, sebab apinya sangat panas, dan

jurangnya sangat dalam, dan cambuknya terbuat dari besi.”

c. Takhrij Hadis tentang Warna Api Neraka

Hadis tentang warna apa neraka berbunyi:

تى احم رت ث :ال ق ه ن ع الله ي ض ر ة ر يـ ر ه ي ب أ ن ع م أوقد ع ل ى أ لف س ن ة أوقد النار أ لف س ن ة ح

الليل ال مظلم ح تى اب ي ضت ثم أوقد ع ل ى أ لف س ن ة ح تى اسو دت ف هي ك

"Dari Abū Hurairah r.a. berkata: ‘Api neraka dinayalakan selama seribu tahun,

sehingga warnanya menjadi merah, kemudian dinyalakan selama seribu tahun

sehingga warnanya menjadi putih, kemudian dinyalakan selama seribu tahun

hingga warnanya menjadi hitam seperti hitamnya malam yang gelap’.”

33 al-Tirmīzī, Abū ‘Īsā Muhammad bin ‘Īsā, Sunan al-Tirmīzī Kitāb Sifah Jahannam Bāb Mā

Jā’a fī Sifah Qa’ri Jahannam (Kairo: Syirkah al-Quds, 2009) Jilid V, h. 561

Page 56: KEABADIAN DI DALAM NERAKArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40149/1/FAIZ... · I KEABADIAN DI DALAM NERAKA (Studi Perbedaan Ayat al-Qur’an dan Hadis Nabi) Skripsi

40

Hadis di atas penulis takhrij dengan menggunakan metode awal matan34 dan

menggunakan kata yang tedapat dalam hadis35 tersebut, dengan hasil sebagai

berikut:

No Nama Kitab Hasil

1 Mausū’ah al-Aṭraf36

٨٩٥٥ت أوقد على النار ألف سنة حتى احمرت: ه قدت على النار ألف سنة حتى احمرت: أو

٤١٨٢ 2 Mu’jam al-Mufahras37 ١٢زهد جه ،٢جهنم ت

Redaksi lengkap hadis tentang warna api neraka berdasarkan data yang

penulis dapatkan adalah sebagai berikut:

ثـنا عباس الد وري البـغدادي حدثـنا ي ثـن حد ا شريك عن عاصم هو ابن حيى بن أبي بكير حد

وقد ع ل ى النار أ لف أ بـهدلة عن أبي صالح عن أبي هريـرة عن النبي صلى الله عليه وسلم قال:

ه ا أ لف س ن ة ح تى ه ا أ لف س ن ة ح تى اب ي ضت ثم أوقد ع س ن ة ح تى احم رت ثم أوقد ع ل ي ل ي

ود اء مظلم ة 38اسو دت ف هي س

“’Abbās al-Dūrī al-Baghdādī telah menceritakan kepadaku, Yahya bin Abī

Bukair telah menceritakan kepadaku, Syarīk telah menceritakan kepadaku, dari

‘Āsim (ibn Bahdalah), dari Abī Sālih, dari Abū Hurairah, dari Nabi Muhammad

sallallāhu ‘alaihi wa salamm: ‘Api neraka dinayalakan selama seribu tahun

sehingga warnanya menjadi merah, kemudian dinyalakan selama seribu tahun

sehingga warnanya menjadi putih, kemudian dinyalakan selama seribu tahun

hingga warnanya menjadi hitam seperti hitamnya malam yang gelap’.”

34 Kitab yang digunakan adalah Mausū’ah Atrāf al-Hadīts al-Nabawī al-Syarīf 35 Kitab yang digunakan adalah Mu’jam al-Mufahras li Alfāz al-Hadīts al-Nabawī 36 Muhammad al-Sa’īd bin Bayūnī Zaghlūl, Mausū’ah Atrāf al-Hadīts al-Nabawī al-Syarīf

(Beirut: Dār al-Kutub al-‘Ilmiyyah, t.t.) Jilid IV, h. 40 37 A. J. Wensinck, Mu’jam al-Mufahras li Alfāz al-Hadīts al-Nabawī (Leiden: Maktab Barbil,

1946), Jilid VII, h. 784 38 al-Tirmīzī, Abū ‘Īsā Muhammad bin ‘Īsā, Sunan al-Tirmīzī Kitāb Sifah Jahannam Bāb Mā

Jā’a fī Sifah Qa’ri Jahannam (Kairo: Syirkah al-Quds, 2009) Jilid V, h. 576

Page 57: KEABADIAN DI DALAM NERAKArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40149/1/FAIZ... · I KEABADIAN DI DALAM NERAKA (Studi Perbedaan Ayat al-Qur’an dan Hadis Nabi) Skripsi

41

d. Takhrij Hadis tentang Panas Api Neraka

Hadis tentang warna panas api neraka berbunyi:

د م ذه م ا ي وقد ب ن و أ : "ن اركم ه ال ق م ل س و ه ي ل ع ى الله ل ص ي ب الن ن ع ه ن ع الله ي ض ر ة ر يـ ر ه ي ب أ ن ع

بعين جزءا من ن ار ج ه نم ا فض ل ت ال ق ة ي اف ك ل ت ان ك ن إ الله ا: و و ال " ق جزء و احد من س : "إن ه

ا بتسع ة و ست ي ه ن جزءا كل هن مثل ح ر ه اع ل ي

Dari Abū Hurairah r.a. dari Rasūlullah sallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Api yang biasa kalian nyalakan merupakan satu bagian dari tujuh puluh bagian

panasnya neraka jahannam” Ya Rasūlullah: “Demi Allah, jika memang

demikian, sunggah api dunia sudah cukup panas” Berkata Rasūlullah: “Tetapi

sungguh api neraka jahannam enam puluh sembilan kali lebih panas

dibandingkan api dunia, yang masing-masing bagian sama panasnya dengan api

dunia.

Hadis di atas penulis takhrij dengan menggunakan metode awal matan39 dan

menggunakan kata yang tedapat dalam hadis40 tersebut, dengan hasil sebagai

berikut:

No Nama Kitab Hasil

1 Mausū’ah al-Aṭraf41 ٨٩٥٢ت ،٨٥٢٤م ،٥٤٧: ٤خ 2 Mu’jam al-Mufahras42 ٤٠٧ ،٨٥١ ،٨ حم ،٥جهنم ط ،٧جهنم ت

Redaksi lengkap hadis tentang panas api neraka berdasarkan data yang

penulis dapatkan adalah sebagai berikut:

39 Kitab yang digunakan adalah Mausū’ah Atrāf al-Hadīts al-Nabawī al-Syarīf 40 Kitab yang digunakan adalah Mu’jam al-Mufahras li Alfāz al-Hadīts al-Nabawī 41 Muhammad al-Sa’īd bin Bayūnī Zaghlūl, Mausū’ah Atrāf al-Hadīts al-Nabawī al-Syarīf

(Beirut: Dār al-Kutub al-‘Ilmiyyah, t.t.) Jilid X, h. 5 42 A. J. Wensinck, Mu’jam al-Mufahras li Alfāz al-Hadīts al-Nabawī (Leiden: Maktab Barbil,

1946), Jilid VII, h. 784

Page 58: KEABADIAN DI DALAM NERAKArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40149/1/FAIZ... · I KEABADIAN DI DALAM NERAKA (Studi Perbedaan Ayat al-Qur’an dan Hadis Nabi) Skripsi

42

ثـنا المغيـرة )يـعني ابن عبد الرحم بة بن سعيد حد ثـنا قـتـيـ ج الحزامي عن أبي الز ناد عن العر ن حد

ه التي ي وقد ابن آد م جزء من ذ ن اركم ه عن أبي هريـرة أن النبي صلى الله عليه وسلم قال:

بعين جزءا من ح ر ج ه نم ا فض ل ت ف ال: قالوا: والله ! إن كانت لكافية يا رسول الله ! ق س إن ه

ا مثل ح ر ه ا ا بتسع ة و ست ين جزءا كل ه ه 43ع ل ي

“Qutaibah bin Sa’īd menyampaikan kepada kami, al-Mughīrah (Ibn ‘Abd al-

Raḥmān al-Ḥizāmī) menyampaikan kepada kami, dari Abū al-Zīnād, dari al-

A’raj, dari Abū Hurairah, bahwasannya Nabi berkata: Api yang dinyalakan

oleh anak cucu adam ini adalah satu bagian dari 70 bagian panas api

neraka. Mereka berkata: Demi Allah: kalau memang demikian adanya, sunggh

itu sudah cukup (panas) wahai Rasulallah. Nabi berkata: Sungguh, api neraka

itu 69 kali lebih panas dari api dunia.

ثـنا سويد أخبـرنا عبد الله أخبـرنا معمر عن همام بن منـب ه عن أبي هريـرة عن النبي صلى الله حد

بعين ج ذه التي ت وقدون ن اركم ه : عليه وسلم قال قالوا: زءا من ح ر ج ه نم جزء و احد من س

ا فض ل ت ع ل ي ه ا بتسع ة و ست يا رسول الله ! قال: 44والله ! إن كانت لكافية ين جزءا كل هن ف إن ه

45مثل ح ر ه ا

“Suwaid telah menceritakan kepadaku, “Abdullāh telah mengakabarkan

kepadaku, Ma’mar telah mengabarkan kepadaku, dari Hammām bin Munabbih,

dari Abu Hurairah r.a., dari Nabi Muhammad sallahu ‘alaihi wa sallam, beliau

berkata: Api yang dinyalakan oleh anak cucu adam ini adalah satu bagian

dari 70 bagian panas api neraka. Mereka berkata: Demi Allah: kalau memang

demikian adanya, sunggh itu sudah cukup (panas) wahai Rasulallah. Nabi

berkata: Sungguh, api neraka itu 69 kali lebih panas dari api dunia.

43 Muslim bin al-Hajjāj al-Naisābūrī, Sahīh Muslim, Jilid IV, h. 440 44 Maksud perkataan dari para sahabat ini adalah, bahwa satu bagian kadar panas api yang

ada di dunia sudah sangat cukup untuk membakar para pelaku dosa. 45 al-Tirmīzī, Abū ‘Īsā Muhammad bin ‘Īsā, Sunan al-Tirmīzī Kitāb Sifah Jahannam Bāb Mā

Jā’a fī Sifah Qa’ri Jahannam (Kairo: Syirkah al-Quds, 2009) Jilid V, h. 575

Page 59: KEABADIAN DI DALAM NERAKArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40149/1/FAIZ... · I KEABADIAN DI DALAM NERAKA (Studi Perbedaan Ayat al-Qur’an dan Hadis Nabi) Skripsi

43

ثـنا العباس الد وري حد بان عن ف حد ثـنا شيـ راس عن عطية عن أبي ثـنا عبـيد الله بن موسى حد

عن النبي صلى الله عليه وسلم قال بعين جزءا من ن ار ج ه نم لكل ذه جزء من س ن اركم ه : سعيد

ه ا ح ر 46ه اجزء من

“al-‘Abbās al-Dūrī telah menceritakan kepadaku, ‘Ubaidullāh bin Mūsā telah

menceritakan kepadaku, Syaibān telah menceritakan kepadaku, dari Firās, dari

‘Atiyyah, dari Abū Sa’īd, dari Nabi Muhammad sallahu ‘alaihi wa sallam,

beliau berkata: Api yang dinyalakan oleh anak cucu adam ini adalah satu

bagian dari 70 bagian panas api neraka. Mereka berkata: Demi Allah: kalau

memang demikian adanya, sunggh itu sudah cukup (panas) wahai Rasulallah.

Nabi berkata: Sungguh, api neraka itu 69 kali lebih panas dari api dunia.

3) Hadis-Hadis tentang Syafaat

Hadis tentang syafaat yang akan penulis takhrij di sini adalah hadis tentang

syafaat Nabi Muhammad untuk pamannya, Abū Tālib, yang berbunyi:

فإنه قال: يا رسول الله هل نـ عن العباس بن عبد المطل ب رضي الله عنه أنه فعت أبا طالب بشي

أ ن ا ل ك ان في الدرك و ل و ل ˛اح من النار ن ع م هو في ض حض كان يحوطك و يـغضب لك ؟ قال:

ال سف ل من النار

“dari al-‘Abbās bin ‘Abd al-Mutallib, berkata: “Wahai Rasulallāh, apa Abū Tālib

akan memperoleh manfaat dari perbuatannya (di dunia), sebab dia menjagamu dan

marah karenamu ?”, Rasūlullāh sallallhu ‘alaihi wa sallam menjawab: “Ya, dia

(Abū Tālib) berada pada suatu air di neraka, jika bukan karena (syafaat)ku, pasti

dia berada pada dasar neraka paling bawah”.

Hasil takhrij atas hadis di atas sebagai terdapat di dalam tabel di bawah ini

Kata Hasil Temuan

٥٥٩أدب خ صحيح البخاري نفع١٩٧إيمان م صحيح مسلم

46 al-Tirmīzī, Abū ‘Īsā Muhammad bin ‘Īsā, Sunan al-Tirmīzī Kitāb Sifah Jahannam Bāb Mā

Jā’a fī Sifah Qa’ri Jahannam (Kairo: Syirkah al-Quds, 2009) Jilid V, h. 576

Page 60: KEABADIAN DI DALAM NERAKArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40149/1/FAIZ... · I KEABADIAN DI DALAM NERAKA (Studi Perbedaan Ayat al-Qur’an dan Hadis Nabi) Skripsi

44

غضب٤٢مناقب النصار خ صحيح البخاري

سفل

Redaksi lengkap hadis tentang panas api neraka berdasarkan data yang penulis

dapatkan adalah sebagai berikut

ا ن ثـ د ح ث ار ح ال ن ب الله د ب ا ع ن ثـ د ح ك ل م ال د ب ا ع ن ثـ د ح ان ي ف س ن ى ع ي ح ا ي ن ثـ د ح د د س ا م ن ثـ د ح

ن ع ت ي نـ غ ا أ م م: ل س و ه ي ل ع له ى الل ص ي ب لن ل ال ق -ه ن ع الله ي ض ر – ب ل ط م ال د ب ع ن ب اس ب ع ال

ان ك ا ل ن أ ل و ل و ،ار ن ن م اح ض ح ض ي ف و ه : ال ؟ ق ك ل ب ض غ يـ و ك ط و ح ي ان ك ه ن إ ف ،ك م ع

47ار الن ن م ل ف س ال ك ر الد في

“Musaddad telah menceritakan kepadaku, Yahya menceritakan padaku, dari

Sufyān, ‘Abd al-Malik telah menceritakan kepadaku, ‘Abdullāh bin al-Hārits

telah menceritakan kepadaku, al-‘Abbās bin ‘Abd al-Muttalib telah

menceritakan kepadaku, berkata Nabi Muhammad sallahu ‘alaihi wa sallam,

beliau berkata: apakah Engkau memberi manfaat kepada pamanmu,

sesungguhnya dia melindungimu, dan marah karenamu. Nabi berkata: Dia ada

di suatu perairan dangkal di neraka, dan andai bukan karena aku, pasti

dia sudah ada di dasar neraka.

B. Biografi dan Kualitas Periwayat

Setelah mengumpulkan berbagai macam riwayat hadis dari berbagai kitab,

penulis akan memaparkan tentang skema jalur periwayatan hadis dan melihat

bagaimana kualitas periwayat yang ada di dalamnya, sebagai berikut

1) Menelisik Riwayat Para Rawi Hadis Al-Jahannamiyyūn

Pada bagian ini, penulis akan memaparkan perihal masing-masing

periwayat yang meriwayatakan hadis dengan tema al-jahannamiyyūn.

47 al-Bukhārī, Sahih al-Bukhārī, Jilid III, h. 91

Page 61: KEABADIAN DI DALAM NERAKArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40149/1/FAIZ... · I KEABADIAN DI DALAM NERAKA (Studi Perbedaan Ayat al-Qur’an dan Hadis Nabi) Skripsi

45

Pembahasan ini penulis kelompokkan berdasarkan mukharrij agar lebih

sistematis.

a. Perawi dalam Sanad Al-Imām al-Tirmīdzī48

1. Mahmud bin Ghailān

Perawi ini memiliki nama lengkap Mahmūd bin Ghailān al-‘Adawī.

Beliau adalah orang yang tsiqah menurut al-Nasā’ī. Demikian pula oleh

Ibn Hibbān dimasukkan ke dalam kitabnya al-Tsiqah. al-Bukhāri dan

al-Nasā’ī menyatakan bahwa Mahmūd bin Ghailān meninggal pada

Ramadan 239 H.

Semua imam enam kutub sitah meriwayatkan hadis darinya, kecuali

Abū Dāwud. Selain mereka yang belajar kepadanya adalah Abū Hātim,

Abū Zur’ah, Ibn Khuzaimah. Adapun di antara gurunya adalah Abū al-

Nadr, Abū Ahmad al-Zubairī, Ya’lā bin ‘Ubaid, Abū Dāwud al-

Tayālisī, Abū Dāwud al-Hafarī, Mu’āwiyah bin Hisyām.49

2. Abū Dāwud

Perawi dengan nama kunyah Abū Dāwud dalam hadis terdapat lebih

dari satu.50 Setelah penulis telusuri lebih lanjut, Abū Dāwud dalam hadis

ini adalah Abū Dāwud yang memiliki nama lengkap Sulaymān bin

Dāwud bin al-Jārūd al-Tayālīsī al-Basrī, yang berdarah persia asli.51

al-Tayālisī meriwayatkan dari banyak guru, di antara mereka adalah

Aimān bin Nābil, Abān bin Yazīd al-‘Attār, Ibrāhīm bin Sa’d, Jarīr bin

48 Penyusunan urutan daftar rawi yang meriwayatkan hadis al-Imām al-Tirmīdzī mengikuti

dengan susunan dan urutan hadis yang diriwayatkan oleh al-Tirmīdzi pada sub bab sebelumnya. 49 Ahmad bin ‘Alī bin Hajar al-‘Asqalānī, Tahdzīb al-Tahdzīb, Jilid IV, h. 36 - 37 50 Ahmad bin ‘Alī bin Hajar al-‘Asqalānī, Tahdzīb al-Tahdzīb, Jilid IV, h. 519 51 Ahmad bin ‘Alī bin Hajar al-‘Asqalānī, Tahdzīb al-Tahdzīb, Jilid II, h. 90

Page 62: KEABADIAN DI DALAM NERAKArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40149/1/FAIZ... · I KEABADIAN DI DALAM NERAKA (Studi Perbedaan Ayat al-Qur’an dan Hadis Nabi) Skripsi

46

Hazm, Syu’bah, Ibn Abī al-Zinād, Hisyām al-Dastuwā’ī, Hammām bin

Yahya. Demikian pula murid yang belajar kepadanya terbilang cukup

banyak, mereka di antaranya adalah Ahmad bin Hanbal, ‘Alī bin al-

Madīnī, Zaid bin Akhram, Mahmūd bin Ghailān, Abū Mas’ūd al-Rāzī,

Bundār, Mahmūd bin Rāfi’, ‘Abdullāh bin Muhammad al-Musnadī.

Bahkan salah satu yang juga meriwayatkan darinya adalah gurunya

sendiri, yaitu Jarīr bin ‘Abd al-Hamīd al-Rāzī.52

al-Madīnī, seorang kritikus yang ketat dan merupakan salah satu dari

muridnya menyatakan bahwa gurunya adalah orang seorang penghafal

yang tidak ada bandingnya. Demikian pula, salah satu murid yang

meriwayatkan hadis dari al-Tayālisī, Muhammad bin Basyar,

mengungkapkan bentuk kekagumannya dalam tangisan haru atas

gurunya karena kemampuan sang guru dalam menghafal.53

Abū Dāwud al-Tayālisī lahir pada 133 H (780 M) di Kota Basrah

dan wafat pada 204 H (819 M) di kota yang sama.54

3. Syu’bah

Beliau bernama lengkap Syu’bah bin al-Hajjāj bin al-Ward al-Azdī.

Perawi yang agung ini memiliki banyak sekali guru. Ibn Hajar

membutuhkan lebih dari satu halaman sendiri untuk menuliskan daftar

nama guru-gurunya. Sebagian di antara guru-guru al-Imām Syu’bah

adalah Ibrāhīm bin Maimūn, al-Aswad bin Qais, Bukair bin ‘Atā’, al-

Hajjāj bin ‘Āsim, Sa’d bin Ibrāhīm, Sulaimān bin ‘Abd al-Rahmān,

52 Ahmad bin ‘Alī bin Hajar al-‘Asqalānī, Tahdzīb al-Tahdzīb, Jilid II, h. 90 53 Ahmad bin ‘Alī bin Hajar al-‘Asqalānī, Tahdzīb al-Tahdzīb, Jilid II, h. 91 54 Khair al-Dīn al-Ziriklī, al-A’lām Qāmus Tarājim li Asyhur al-Rijāl wa al-Nisā min al-

Maghrib wa al-Musta’ribīn wa al-Mustasyriqīn, Jilid III, h, 125

Page 63: KEABADIAN DI DALAM NERAKArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40149/1/FAIZ... · I KEABADIAN DI DALAM NERAKA (Studi Perbedaan Ayat al-Qur’an dan Hadis Nabi) Skripsi

47

‘Abd al-Rahmān al-Asbahānī, Hisyam al-Dastuwā’ī. Yahya bin Ishāq

al-Hadramī. Periwayatan al-Imām Syu’bah dari Hisyām al-Dastuwā’ī

dikenal dengan riwāyah al-aqrān, karena keduanya sezaman. Demikian

pula dengan muridnya, jumlahnya cukup banyak, di antara mereka

adalah Jarīr bin Hazm, Yahya al-Qattān, Ibn Mahdī, Wakī’, Abū

Dāwud al-Tayālisī, Muslim bin Ibrāhīm, dan ‘Ali bin al-Ja’d.55

al-Imām Syu’bah hidup antara tahun 82 H (701 M) hingga 160 H

(776 M). Beliau tinggal di Basrah hingga ajal menjemputnya. Pujian

banyak tertuju kepadanya dari para ahli ilmu. al-Syāfi’ī memuji dengan

mengatakan tanpa adanya Syu’bah maka tidak ada eksistensi hadis di

tanah Irak. Kapasitasnya sebagai seorang ahli dalam syair juga diakui

oleh al-Asma’ī. Ahmad bin Hanbal juga menyanjung Syu’bah dengan

menyatakan bahwasanya dia adalah seorang imam dalam bidang

hadis.56

4. Hisyam al-Dastuwā’ī

Beliau bernama lengkap Hisyām bin Abī ‘Abdillāh al-Dastuwā’ī al-

Basrī. Penisbatan al-Dastuwā’ī disebabkan karena perawi ini menjual

kain yang diambil dari daerah Dastuwā. Beberapa guru yang dijadikan

sebagai tempatnya mengambil riwayat hadis adalah Qatādah, Yūnus al-

Iskāf, Syu’aib bin al-Haihāb, Matar al-Warrāq, Hammād bin Abī

Sulaimān, Ibn Abī Najīh. Sementara sebagian di antara murid-muridnya

adalah Syu’bah bin al-Hajjāj, Ibn Al-Mubārak, ‘Abd al-Warīts bin

55 Ahmad bin ‘Alī bin Hajar al-‘Asqalānī, Tahdzīb al-Tahdzīb, Jilid II, h. 167 - 168 56 Khair al-Dīn al-Ziriklī, al-A’lām Qāmus Tarājim li Asyhur al-Rijāl wa al-Nisā min al-

Maghrib wa al-Musta’ribīn wa al-Mustasyriqīn, Jilid III, h, 164

Page 64: KEABADIAN DI DALAM NERAKArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40149/1/FAIZ... · I KEABADIAN DI DALAM NERAKA (Studi Perbedaan Ayat al-Qur’an dan Hadis Nabi) Skripsi

48

Sa’īd, Ibn Mahdī, Yahya bin al-Qattan, ‘Abd al-A’lā, Wakī’, Katsīr bin

Hisyām, Yazīd bin Zurai’.

Pengarang Musnad Abū Dāwud mengatakan bahwa Hisyām adalah

seorang penghulu umat dalam bidang keilmuan hadis. Ahmad bin

Hanbal membandingkan bahwa al-Dastuwā’ī lebih kuat hafalannya dari

al-Auzā’ī. Penilaian bahwa al-Dastuwā’ī adalah orang yang kuat

hafalannya juga datang dari banyak orang selain kedua orang tersebut,

di antaranya adalah al-‘Ijlī, Muhammad bin Sa’d, Abū Hātim. Bahkan

Yahya bin Sa’īd ketika mendengar sebuah hadis dari Hisyām akan

menerimanya tanpa memperdulikan apapun ungkapan orang lain.

Seorang putra al-Dastuwā’ī, Mu’ādz bin Hisyām mengatakan bahwa

ayahnya hidup dalam usia 78 tahun. Ibn Hibbān menyatakan bahwa

perawi ini meninggal pada 153 H.57

5. Qatādah

Perawi ini bernama lengkap Qatādah bin Di’āmah bin Qatādah bin

‘Azīz bin ‘Umar bin Rabī’ah bin ‘Umar bin al-Hārits bin Sadūs al-Basrī.

Beliau meriwayatkan hadis dari para sahabat, di antaranya adalah Anas

bin Mālik, ‘Abdullāh bin Sarjis, Abī al-Tafīl, Safiyyah binti Syaibah,

Abū Sa’īd al-Khudrī, ‘Atā’ bin Abī Rabāh. Sementara itu yang

meriwayatkan darinya juga banyak, mereka di antaranya adalah Ayyūb

al-Sikhtiyānī, Jarīr bin Hazm, Sa’īd bin Abī ‘Arūbah, Abū ‘Awānah, al-

Laits bin Sa’d, Hammād bin Salamah, Hisyām al-Dastuwā’ī, Abū Hilāl

al-Rāsibī.

57 Ahmad bin ‘Alī bin Hajar al-‘Asqalānī, Tahdzīb al-Tahdzīb, Jilid IV, h. 272 - 273

Page 65: KEABADIAN DI DALAM NERAKArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40149/1/FAIZ... · I KEABADIAN DI DALAM NERAKA (Studi Perbedaan Ayat al-Qur’an dan Hadis Nabi) Skripsi

49

Saat Ma’mar bertanya kepada al-Zuhri mengenai siapa sosok yang

lebih ‘alim darinya, al-Zuhrī menjawab dengan menyebut nama

Qatādah. Yahya bin Ma’īn juga menilai bahwa Qatādah adalah sosok

rawi yang dinilai tsiqah. ‘Amr bin ‘Alī mengatakan bahwa Qatādah lahir

pada 61 H dan meninggal pada 117 H.58

6. Anas bin Mālik

Sahabat ini memiliki gelar Khādim Rasulillāh. Beliau bernama

lengkap Anas bin Mālik bin al-Nadr bin Damdam bin Zaid bin Harām

bin Jundub bin ‘Āmir bin Ghanam bin ‘Adī bin al-Najjār al-Khazrajī.

Beliau adalah sahabat yang banyak meriwayatkan hadis nabi.59

Ulama berbeda pendapat mengenai tahun wafat dan usia Anas bin

Mālik. Perbedaan mereka berkisar antara tahun 90-94 H. Adapun

tentang usia Anas bin Mālik, sebagian berpendapat usianya 103 tahun,

sebagian lagi berpendapat 110 tahun. Anas bin Mālik menjadi sahabat

yang terakhir meninggal di Kota Basrah.60

7. Salamah bin Syabīb

Nama lengkap beliau adalah Abū ‘Abd al-Rahmān Salamah bin

Syabīb al-Naisābūrī. Beliau meninggal di Makkah pada 247 H atau 861

M.61

58 Ahmad bin ‘Alī bin Hajar al-‘Asqalānī, Tahdzīb al-Tahdzīb, Jilid III, h. 428 - 430 59 Ahmad bin ‘Alī bin Hajar al-‘Asqalānī, al-Isabah fī Tamyīz al-Sahabah (Beirut: Dār Al-

Kutub Al-‘Ilmiyyah, 1995), h. 275 - 278 60 ‘Iz al-Dīn Abū al-Hasan ‘Alī bin Muhammad al-Jazarī, Usūd al-Ghābah fī Ma’rifah al-

Sahābah, h. 74 -75 61 Khair al-Dīn al-Ziriklī, al-A’lām Qāmus Tarājim li Asyhur al-Rijāl wa al-Nisā min al-

Maghrib wa al-Musta’ribīn wa al-Mustasyriqīn (Beirut: Dār al-‘Ilm li al-Malāyīn, 2002), Jilid III,

h, 113

Page 66: KEABADIAN DI DALAM NERAKArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40149/1/FAIZ... · I KEABADIAN DI DALAM NERAKA (Studi Perbedaan Ayat al-Qur’an dan Hadis Nabi) Skripsi

50

Ibn Hajar memandangnya sebagai orang yang tsiqah.62 Semua imam

hadis yang enam meriwayatkan darinya kecuali al-Imām al-Bukhārī.

Sementara yang meriwayatkan darinya antara lain ‘Abd al-Razzāq,

Abū Usāmah, Yazīd bin Harūn, Abū Dāwud al-Tayālisī.63

8. ‘Abd al-Razzāq

Nama lengkap beliau adalah ‘Abd al-Razzāq bin Hammām bin Nāfi’

al-Himyarī. Beliau lahir pada 126 H dan meninggal pada 211 H,

sehingga ternasuk dalam jajaran atbā’ al-tābi’īn. Syaikh al-Islām Ibn

Hajar menilainya sebagai orang yang tsiqah. Ahmad bin Hanbal

mengatakan bahwa tidak ditemukan orang yang lebih bagus dari ‘Abd

al-Razzāq. Menguatkan penilaian Ahmad bin Hanbal, Abū Zur’ah

menilai bahwa ‘Abd al-Razzāq termasuk di antara orang yang hadisnya

dinilai kuat. Namun demikian, beberapa kritikus menilai bahwa ‘Abd

al-Razzāq tasyayyu’.

Beliau mengambil ilmu dari banyak guru termasuk ayahnya sendiri

dan pamannya yang bernama Wahb. Selain keduanya, ditemukan

banyak sekali gurunya yang lain yaitu Ma’mar, ‘Ubaidullāh bin ‘Umar,

Aiman bin Nabīl, Ibn Juraij. Sementara muridnya antara lain Ibrāhīm

bin Mūsa, Abū Khaitsamah, Ahmad bin Sālih, Salamah bin Syabīb,

Muhammad bin Rāfi’.64

62 Tsiqah merupakan penilaian baik yang diberikan oleh kritikus hadis kepada seorang rawi

yang memiliki standar kekuatan hafalan bagus. Hal tersebut akan memberikan pandangan bahwa

hadis yang diriwayatkan oleh rawi tersebut dapat dipercaya. 63 Ahmad bin ‘Alī bin Hajar al-‘Asqalānī, Tahdzīb Al-Tahdzīb (Libanon: Muassasah al-

Risālah, 1995) Jilid II, h. 72 - 73 64 Ahmad bin ‘Alī bin Hajar al-‘Asqalānī, Tahdzīb Al-Tahdzīb, Jilid II, h. 572 - 574

Page 67: KEABADIAN DI DALAM NERAKArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40149/1/FAIZ... · I KEABADIAN DI DALAM NERAKA (Studi Perbedaan Ayat al-Qur’an dan Hadis Nabi) Skripsi

51

9. Ma’mar

Perawi dengan nama lengkap Ma’mar bin Rāsyid al-Azdī al-

Haddānī, lahir pada 96 H dan meninggal pada 154 H. Beberapa guru

yang menjadi tempatnya belajar adalah Qatādah, al-Zuhrī, ‘Amr bin

Dīnār, Hammām bin Munabbih, ‘Abdullāh bin Tāwus, Zaid bin Aslam,

Ziyād bin ‘Ilāqah. Sedangkan murid-muridnya antara lain Abū Ayyūb,

Abū Ishāq, Sa’īd bin Abī ‘Arūbah, ‘Abd al-Razzāq bin Hammām,

Marwān bin Mu’āwiyah.65

Perawi yang tinggal di Yaman dan pernah menyaksikan jenazah al-

Hasan al-Basrī ini mendapat banyak penilai dari para kritikus hadis. Ibn

Ma’īn dan Ibn Abī Khaitsamah mengatakan bahwa Ma’mar lebih tsiqah

dari al-Zuhrī. Sementara Abū Hātim menilainya dengan Salih al-Hadīts.

Selain mereka yang memberikan penilaian baik, al-Nasā’ī juga

menyatakan bahwa Ma’mar adalah orang yang tsiqah dan dapat

dipercaya.66

10. Zaid bin Aslam

Perawi yang masyhur dengan nama kunyah Abū Usāmah

meriwayatkan hadis dari beberapa gurunya yaitu ‘Atā’ bin Yasar, Ibn

‘Umar, Abū Hurairah, Salamah bin Al-Akwa’, Anas bin Mālik, ‘Alī bin

al-Husain. Beliau wafat pada 136 H.67 Sementara orang-orang yang

meriwayatkan hadis darinya adalah Ibn ‘Ajlān, Ibn Juraij, Sulaimān bin

65 Abū ‘Abdillah Syams al-Dīn Muhammad bin Ahmad bin ‘Utsmān al-Dzahabī, Siyar A’lām

al-Nubalā’ (Makkah: Bait al-Afkār all-Dauliyyah, 2004), Jilid III, h. 3908 66 Ahmad bin ‘Alī bin Hajar al-‘Asqalānī, Tahdzīb al-Tahdzīb, Jilid IV, h. 125 67 Abū ‘Abdillah Syams al-Dīn Muhammad bin Ahmad bin ‘Utsmān al-Dzahabī, Siyar A’lām

al-Nubalā’, Jilid II, h. 1737

Page 68: KEABADIAN DI DALAM NERAKArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40149/1/FAIZ... · I KEABADIAN DI DALAM NERAKA (Studi Perbedaan Ayat al-Qur’an dan Hadis Nabi) Skripsi

52

Bilāl, Hafs bin Maisarah, Ayyūb al-Sikhtiyyānī, Ma’mar, Hisyām bin

Sa’d.

Beliau mendapat penilaian tsiqah dari beberapa tokoh, yaitu Ahmad

bin Hanbal, Abū Zur’ah, Abū Hātīm, Muhammad bin Sa’d, al-Nasā’ī,

dan Ibn Khirāsy. 68

11. ‘Atā’ bin Yasar

Perawi dengan nama lengkap ‘Atā’ bin Yasār al-Hilālī memiliki

nama kunyah Abū Muhammad, Abū ‘Abdullāh, Abū Yasār. Beliau

termasuk generasi tabi’in, dan meninggal pada 511 H, sementara

sebagian lain mengatakan meninggal sebelum tahun 100 H.69

Syaikh al-Islām menilainya sebagai orang yang tsiqah, dan al-

Dzahabī menilai sebagai pembesar sekaligus ulama di kalangan tabi’in.

Sebagai generasi tabi’in, beliau belajar kepada banyak sahabat, di

antara mereka adalah Ubai bin Ka’b, Usāmah bin Zaid, Abū al-Dardā,

Abū Sa’īd al-Khudrī, Ummu Salamah. Sebagaimana banyaknya guru

beliau, banyak pula yang berguru kepadanya, di antara mereka adalah

Safwān bin Salām, Muhammad bin Abī Harmalah, Zaid bin Aslam,

‘Amr bin Dinār.

12. Abū Sa’īd al-Khudrī

Perawi ini memiliki nama asli Sa’d bin Mālik bin Sinān bin ‘Ubaid

bin Tsa’labah bin ‘Ubaid bin al-Abjar. Beliau berada di tabaqah pertama

dan berguru langsung kepada Rasūlullah sallallhu ‘alaihi wa sallam.

68 Ahmad bin ‘Alī bin Hajar al-‘Asqalānī, Tahdzīb al-Tahdzīb, Jilid I, h. 658 69 Abū ‘Abdillah Syams al-Dīn Muhammad bin Ahmad bin ‘Utsmān al-Dzahabī, Siyar A’lām

al-Nubalā’, Jilid II, h. 2692

Page 69: KEABADIAN DI DALAM NERAKArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40149/1/FAIZ... · I KEABADIAN DI DALAM NERAKA (Studi Perbedaan Ayat al-Qur’an dan Hadis Nabi) Skripsi

53

Sebagai sahabat yang agung beliau memiliki banyak murid, di antara

mereka adalah Ibn ‘Abbās, Ibn ‘Umar, Zaid bin Tsābit, Abū Umāmah,

‘Atā bin Yasār, ‘Abdullāh bin Khabāb, ‘Abd al-Rahman bin Abī

Nu’aim, Abū ‘Alqamah al-Hāsyimī. Abū Sufyān menilai Sa’d bin Malik

sebagai orang yang faqih pada masanya. Al-Wāqidī menuturkan bahwa

Abū Sa’īd meninggal pada 64 H dalam usia 74 tahun.70

13. Muhammad bin Basyār

Perawi yang menjadi guru dari al-Imām al-Tirmīdzī ini bernama

lengkap Muhammad bin Basyār bin ‘Utsmān al-‘Ibadī. Beliau terkenal

dengan nama Bundār. Lahir pada 167 H dan meninggal pada 252 H di

Basrah. Ibn Hajar dan al-Dzahabī, keduanya menilai perawi ini dengan

tsiqoh. Ibn Khuzaimah menyatakan bahwa Bundār adalah imam pada

masanya.

Para imam enam berguru kepadanya termasuk al-Imām Abū ‘Isā

al-Tirmīdzī. Beliau berguru kepada banyak orang alim, di antaranya

adalah Rūh bin ‘Ubadah, Hammād bin Mas’adah, ‘Umar bin Yūnus,

Umayyah bin Khālid, Abī ‘Āsim, Yahya bin Sa’īd al-Qattān, Sālim bin

Nūh, Mahmūd bin ‘Ar’arah.71

14. Yahya bin Sa’īd

Beliau bernama lengkap Yahyā bin Sa’īd bin Farūkh al-Qattān al-

Tamīmī. Seorang rawi yang bernama kunyah Abū Sa’īd al-Basrī yang

juga menjadi maula bagi bani tamim ini lahir pada 120 H dan wafat pada

198 H. Beliau terkenal ketat dalam ilmu hadis sehingga Ibn Hajar

70 Ahmad bin ‘Alī bin Hajar al-‘Asqalānī, Tahdzīb al-Tahdzīb, Jilid I, h. 696-697 71 Ahmad bin ‘Alī bin Hajar al-‘Asqalānī, Tahdzīb al-Tahdzīb, Jilid III, h. 519 - 520

Page 70: KEABADIAN DI DALAM NERAKArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40149/1/FAIZ... · I KEABADIAN DI DALAM NERAKA (Studi Perbedaan Ayat al-Qur’an dan Hadis Nabi) Skripsi

54

menggelarinya dengan tsiqah mutqin, dan al-Dzahabī memberikan gelar

dengan imam yang agung. Ahmad bin Hanbal mengatakan bahwa dia

tidak pernah melihat orang yang semisal dengan Yahya bin Sa’īd. Ibn

Ma’īn ketika ditanya oleh Abū Zur’ah mengenai kedudukan antara

Yahya al-Qattān dan Ibn Mahdī mengatakan bahwa al-Qattān lebih

unggul dari Ibn Mahdī.

Sebagai orang yang dipandang demikian, Yahya bin Sa’īd terbukti

belajar kepada banyak guru, di antara mereka adalah Sulaimān al-

Tamīmī, Humaid al-Tawīl, Ismā’īl bin Abī Khālid, Ibn ‘Ajlān, al-Hasan

bin Dzakwān, Yazīd bin Kaisān. Adapun murid beliau di antaranya

adalah ‘Ali bin al-Madīnī, Bundār, Abū Mūsa, Sadaqah bin al-Fadl,

Abū Bakr bin Abī Syaibah.72

15. al-Hasan bin Dzakwān

Beliau adalah al-Hasan bin Dzakwān al-‘Auzī al-Basrī, yang wafat

pada 145 H. Meskipun dinilai sebagai rawi yang tsiqah oleh Ibn Hajar,

akan tetapi yang perlu diketahui bahwa rawi ini juga memiliki sifat

wahm. Berbeda dengan pernyataan al-Dzahabī yang hanya

menyebutkan bahwa beliau adalah rawi yang tsiqoh. Berbeda lagi

dengan keduanya, dua orang kritikus yang memang terkenal dengan

kriterianya yang ketat, Ibn Ma’īn dan Abū Hātim, menganggapnya

sebagai seorang perawi yang lemah. Sementara Ibn Hibbān yang

terkenal sedikit mudah dalam menentukan kriteria tsiqoh seorang rawi

memasukkannya dalam daftar rawi yang tsiqoh.

72 Ahmad bin ‘Alī bin Hajar al-‘Asqalānī, Tahdzīb al-Tahdzīb, Jilid IV, h. 357 - 358

Page 71: KEABADIAN DI DALAM NERAKArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40149/1/FAIZ... · I KEABADIAN DI DALAM NERAKA (Studi Perbedaan Ayat al-Qur’an dan Hadis Nabi) Skripsi

55

Guru-guru beliau di antaranya adalah ‘Atā’ bin Abī Rabāh, ‘Ubādah

bin Nusā, Tāwūs, Ibn Sīrīn, Abū Rajā al-‘Atāridī. Sementara murid

beliau di antaranya adalah Yahya al-Qattān, Ibn al-Mubārak,

Muhammad bin Rāsyid.73

16. Abū Rajā’ al-‘Atāridī

Perawi ini memiliki nama asli ‘Imrān bin Milhān. Sebagian ada yang

menyebutnya dengan Ibn Tamīm. Nama kunyahnya, Abū Rajā’ al-

‘Atāridī lebih masyhur dari pada nama aslinya. Menurut al-Imām Ibn

Hajar, beliau hidup pada masa Rasulullāh sallallhu ‘alaihi wa sallam

masih ada, akan tetapi tidak pernah berjumpa dengan Rasulullāh

sallallhu ‘alaihi wa sallam.

Ibn Hajar menyebutkan beberapa di antara tokoh yang berguru

kepadanya, yaitu Sa’īd bin Abī ‘Arūbah, Madhī bin Maimūn, Hammād

bin Najīh, al-Hasan bin Dzakwān, ‘Auf al-A’rābī. Sementara sebagian

di antara gurunya adalah ‘Umar, ‘Alī, ‘Imrān bin Husain, ‘Āisyah,

Samurah bin Jundub.

Ibn Ma’īn dan Abū Zur’ah, dua tokoh kritikus hadis yang terkenal

ketat dalam menilai seorang rawi mengatakan bahwa rawi ini adalah

tsiqah. Ibn ‘Abd al-Bar mengatakan bahwa Abū Rajā’ meninggal pada

105 H, di awal masa kepemimpinan Khalīfah Hisyām.74

17. ‘Imrān bin Husain

Beliau bernama lengkap ‘Imrān bin Husain bin ‘Ubaid bin Khalaf

bin ‘Abd Nuhm bin Hudzaifah bin Jahamah bin Ghāridah bin Hubsyah

73 Ahmad bin ‘Alī bin Hajar al-‘Asqalānī, Tahdzīb al-Tahdzīb, Jilid I, h. 394 74 Ahmad bin ‘Alī bin Hajar al-‘Asqalānī, Tahdzīb al-Tahdzīb, Jilid III, h. 323

Page 72: KEABADIAN DI DALAM NERAKArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40149/1/FAIZ... · I KEABADIAN DI DALAM NERAKA (Studi Perbedaan Ayat al-Qur’an dan Hadis Nabi) Skripsi

56

bin Ka’b bin ‘Amr al-Khazā’ī al-Ka’bī. Muhammad bin Sīrīn

menyatakan bahwa di antara sekian penduduk Basrah tidak ada yang

lebih utama dibandingkan dengan ‘Imrān bin Husain. Beliau meninggal

di Basrah pada 52 H.75

b. Perawi dalam Sanad al-Imām Muslim

1. Muhammad bin Minhāl al-Darīr

Perawi ini bernama lengkap Muhammad bin al-Minhāl al-Tamīmī

al-Darīr al-Hāfiz. Beberapa di antara guru beliau adalah Yazīd bin

Zurai’, Ja’far bin Sulaimān al-Duba’ī, Muhammad bin ‘Abd al-Rahmān

al-Tufāwī, Umayah bin Khālid, Abū Dāwud al-Tayālisī. Semetara orang

yang berguru kepadanya antara lain al-Bukhāri, Muslim, Abū Dāwud,

‘Utsmān bin Sa’īd al-Dārimī, ‘Abdullāh bin ‘Abd al-Rahmān al-Dārimī.

Ibn Ma’īn selaku kritikus yang cukup ketat menilai bahwa al-Darīr

adalah orang yang tsiqah.76

Ibn Hibbān meriwayatkan dari Abī Ya’lā mengatakan bahwa al-

Darīr meninggal di Basrah pada malam Ahad 231 H.77

2. Yazīd bin Zurai’

Beliau bernama lengkap Yazīd bin Zurai’ al-‘Aisyī al-Basrī.

Periwayatannya berasal dari beberapa gurunya, di antaranya adalah

Sulaimān al-Tamīmī, Abū Salamah Sa’īd bin Yazīd, Sa’īd bin Abī

75 ‘Iz al-Dīn Abū al-Hasan ‘Alī bin Muhammad al-Jazarī, Usūd al-Ghābah fī Ma’rifah al-

Sahābah (Beirut: Dār Ibn Hazm, 2012), h. 958 76 Ahmad bin ‘Alī bin Hajar al-‘Asqalānī, Tahdzīb al-Tahdzīb, Jilid III, h. 710 - 711 77 Abū ‘Abdillah Syams al-Dīn Muhammad bin Ahmad bin ‘Utsmān al-Dzahabī, Siyar A’lām

al-Nubalā’, Jilid III, h. 3725 - 3726

Page 73: KEABADIAN DI DALAM NERAKArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40149/1/FAIZ... · I KEABADIAN DI DALAM NERAKA (Studi Perbedaan Ayat al-Qur’an dan Hadis Nabi) Skripsi

57

‘Arūbah, Syu’bah, Ma’mar bin Rasyid, Hisyām al-Dastuwāī’, Ibn

‘Aun. Sementara beberapa rawi yang mengambil sanad darinya antara

lain Ibn al-Mubārak, Ibn Mahdī, Umayyah bin Bistām, Zakariyā bin

‘Adī, Muhammad bin Al-Minhāl, Qutaibah, Bundār.

Sa’īd bin Sāliu bertanya kepada Ibn Ma’īn tentang tokoh yang paling

kuat hafalannya di Basrāh dan dijawab dengan menyebut nama Yazīd

bin Zurai’. Abū Hatīm juga seakan mengafirmasi pendapat dari Ibn

Ma’īn dengan menyatakan bahwa Yazīd bin Zurai’ adalah orang yang

tsiqah dan menjadi seorang imam dalam hadis.

‘Umar bin ‘Alī mengatakan bahwa Ibn Zurai’ lahir pada 101 H dan

menurut Ibn Hibbān mengatakan bahwa Ibn Zurai’ meninggal pada

Syawal 182 / 183 H.78

3. Sa’īd bin Abī ‘Arūbah

Perawi yang berada dalam tabaqah tabi’in ini bernama lengkap Abū

al-Nadr Sa’īd bin Abī ‘Arūbah al-Basrī. Beliau memiliki banyak sekali

guru dan di antara sekian banyak gurunya adalah Qatādah, al-Nadr bin

Anas, al-Hasan al-Basrī, Abū Rajā’ al-‘Atāridī, Ya’la bin Hakīm.

Demikian pula dengan murdinya yang cukup banyak dan sebagaian di

antara mereka adalah al-A’masy, Syu’bah, Yazīd bin Zurai’

Muhammad bin Abī ‘Adī, Abū Bahr al-Bakrāwī, Muhammad bin

Sawā’, Yahya bin al-Qattān, ‘Alī bin Yūnus, Muhammad bin Ja’far

Ghundar, Muhammad bin Bisyr.79

78 Ahmad bin ‘Alī bin Hajar al-‘Asqalānī, Tahdzīb al-Tahdzīb, Jilid IV, h. 411 - 412 79 Ahmad bin ‘Alī bin Hajar al-‘Asqalānī, Tahdzīb al-Tahdzīb, Jilid II, h. 33

Page 74: KEABADIAN DI DALAM NERAKArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40149/1/FAIZ... · I KEABADIAN DI DALAM NERAKA (Studi Perbedaan Ayat al-Qur’an dan Hadis Nabi) Skripsi

58

Sa’īd bin Abī ‘Arūbah dinilai sebagai orang yang tsiqah oleh Ibn

Abī Hātim, kecuali setelah Sa’īd mengalami fase ikhtilat. Abū Dāwud

al-Tayālisī menilainya sebagai orang yang paling kuat hafalannya di

antara murid Qatādah. Beliau meninggal pada 156 H.80

4. Abū Ghassān al-Mismā’ī

Nama asli perawi ini adalah Mālik bin ‘Abd al-Wāhid al-Basrī.81

Imam Muslim merupakan salah satu dari sekian banyak muridnya.

Beliau meriwayatkan hadis dari ‘Abd al-A’lā bin ‘Abd al-A’lā, ‘Abd al-

Wahhāb al-Tsaqafī, Ibn ‘Adī, Mu’ādz bin Hisyām, Yazīd bin Hārūn.

Perawi yang mendapat penilaian tsiqah oleh Ibn Hibbān ini meninggal

pada tahun 230 H.82

5. Muhammad bin al-Mutsannā

Beliau memiliki nama lengkap Abū Mūsā Muhammad bin al-

Mutsannā bin ‘Ubaid bin Qais bin Dīnār al-‘Anazī al-Basrī. Beliau

berlajar kepada banyak guru, di antaranya adalah Yazīd bin Zurai’,

‘Abdullāh bin Idrīs, Khālid bin al-Harits, Mu’ādz bin Hisyām,

Muhammad bin Jahdam, Muhammad bin ‘Abdullāh al-Ansārī. Adapun

murid-muridnya, antara lain: al-Jamā’ah, Abū Zur’ah, Abū Hatim, Ibn

Abi al-Dunya, Zakariyā al-Sājī. ‘Abdullāh bin Ahmad dan Ibn Ma’īn

menilai perawi ini tsiqah. Beliau lahir pada 167 H dan meninggal pada

252 H / 251 H.83

80 Ahmad bin ‘Alī bin Hajar al-‘Asqalānī, Tahdzīb al-Tahdzīb, Jilid II, h. 34 81 Ahmad bin ‘Alī bin Hajar al-‘Asqalānī, Tahdzīb al-Tahdzīb, Jilid IV, h. 571 82 Ahmad bin ‘Alī bin Hajar al-‘Asqalānī, Tahdzīb al-Tahdzīb, Jilid IV, h. 13-14 83 Ahmad bin ‘Alī bin Hajar al-‘Asqalānī, Tahdzīb al-Tahdzīb, Jilid III, h. 687

Page 75: KEABADIAN DI DALAM NERAKArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40149/1/FAIZ... · I KEABADIAN DI DALAM NERAKA (Studi Perbedaan Ayat al-Qur’an dan Hadis Nabi) Skripsi

59

6. Mu’adz bin Hisyām

Perawi ini merupakan putra dari Hisyām al-Dastuwā’ī, yang

bernama lengkap Mu’ādz bin Hisyām bin ‘Abi ‘Abdillāh. Ayahnya

merupakan salah satu guru di antara sekian banyak gurunya. Beberapa

di antara orang yang belajar dan berguru kepadanya adalah Ibn al-

Madīnī, Ibn Ma’īn, Bundār, Abu Musā84, Abū Khaitsamah, Abū

Ghassān al-Mismā’ī, Abū Hisyām al-Rifā’ī.85 Beliau meninggal pada

tahun 200 H.86

c. Perawi dalam Sanad al-Imām al-Bukhāri

1. Musaddad

Beliau adalah guru dari al-Imām al-Bukhāri. Perawi dengan nama

lengkap Abū al-Hasan Musaddad bin Musarhad bin Musarbal al-Basrī

al-Asadī berguru kepada banyak orang ‘alim, di antaranya adalah Yazīd

bin Zurai’, Yahya bin Sa’īd al-Qattān, Mahdī bin Maimūn, Hammād

bin Zaid. Sementara murid-muridnya yang jumlah juga tidak sedikit

antara lain adalah Muhammad bin Ismā’īl, Abū Dāwud, Ya’qūb bin

Sufyān, Yūsuf bin Ya’qūb, Abū Zur’ah, Abū Hātim.

Penilaian baik atas dirinya datang dari banyak ulama, di antaranya

penyematan tsiqah dari al-Nasā’ī, dan sadūq dari Ibn Ma’īn. al-Bukhārī

84 Murid Mu’adz bin Hisyām yang menggunakan laqab Abū Mūsa tidak disebut lengkap

dalam Tahdzīb al-Tahdzīb. Memastikan hal ini, dalam Siyar A’lām al-Nubalā halaman 3876

disebutkan lebih lengkap, yaitu Abū Mūsā al-Zaman. Al-Zaman merupakan julukan terkenal perawi

ini, sehingga ketika disebut Abū Mūsā al-Zaman maka hal tersebut mengarahkan kepada

Muhammad bin al-Mutsannā. 85 Ahmad bin ‘Alī bin Hajar al-‘Asqalānī, Tahdzīb al-Tahdzīb, Jilid IV, h. 102 86 Muhammad bin Ahmad bin ‘Utsmān al-Dzahabī, Siyar A’lām al-Nubalā, h. 3876

Page 76: KEABADIAN DI DALAM NERAKArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40149/1/FAIZ... · I KEABADIAN DI DALAM NERAKA (Studi Perbedaan Ayat al-Qur’an dan Hadis Nabi) Skripsi

60

dan juga banyak selainnya menyatakan bahwa Musaddad meninggal

pada 228 H.87

2. Hudbah bin Khālid

Beliau bernama lengkap Hudbah bin Khālid bin al-Aswad bin

Hudbah al-Qaisī al-Tsaubānī al-Basrī. Jalur periwayatannya berasal dari

banyak guru di antaranya Umayyah bin Khālid (saudara kandung), Jarīr

bin Hāzim, Hammām bin Yahya. Sementara murdinya adalah al-

Bukhārī, Muslim, Abū Dāwud, Abū Hātim, Zakariyā al-Sājī, ‘Abdān al-

Ahwāzī. Abū Hatim menilainya sebagai orang yang sadūq, namun al--

Nasā’ī menilainya dengan da’īf. Muhammad bin ‘Abd al-Mālik

menyatakan bahwa Hudbah meninggal pada 305 H.88

3. Hammām

Abu ‘Abdullāh Hammām bin Yahya bin Dīnār al-Azdī al-‘Auzī al-

Muhallimī al-Basrī merupakan nama lengkap Hammām. Beliau berguru

kepada ‘Atā’ bin Abī Rabāh, Ishāq bin Abī Talhah, Muhammad bin

Juhadah, Qatādah, Yahya bin Abī Katsīr. Sedangkan murid yang

berguru kepadanya antara lain adalah al-Tsaurī, Ahmad bin Ishāq al-

Hadramī, Hajjāj bin al-Minhāl, Abū Nu’aim, Mu’ādz bin Hānī’, Hudbah

bin Khālid, Syaybān bin Farūkh.

Hammām adalah seorang rawi yang dicintai oleh Ahmad bin

Hanbal, Ibn Ma’īn. Ibn Sa’d menyatakan bahwa Hammām adalah orang

yang tsiqah. Demikian juga pernyataan al-‘Ijlī dan al-Hākim adalah

87 Ahmad bin ‘Alī bin Hajar al-‘Asqalānī, Tahdzīb al-Tahdzīb, Jilid IV, h. 57 - 58 88 Ahmad bin ‘Alī bin Hajar al-‘Asqalānī, Tahdzīb al-Tahdzīb, Jilid IV, h. 263 - 264

Page 77: KEABADIAN DI DALAM NERAKArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40149/1/FAIZ... · I KEABADIAN DI DALAM NERAKA (Studi Perbedaan Ayat al-Qur’an dan Hadis Nabi) Skripsi

61

orang yang tsiqah. Muhammad bin Mahbūb menyatakan bahwa

Hammām meninggal pada 163 H.89

2) Menelisik Riwayat Para Rawi Hadis tentang Sifat Neraka

Pada bagian ini, penulis akan memaparkan perihal masing-masing

periwayat yang meriwayatakan hadis tentang sifat neraka yang terdapat pada

bab kedua. Pembahasan ini penulis kelompokkan berdasarkan mukharrij

dengan tujuan agar lebih sistematis.

a. Perawi dalam Sanad Ibn Sa’d

1. al-Walīd bin Muslim

Abu al-‘Abbās al-Walīd bin Muslim al-Dimasyqī al-Hāfiz,

meriwayatkan hadis dari Ibn ‘Ajlān, Tsaur bin Yazīd, Syaibah bin al-

Ahnaf, Safwān bin ‘Amr, Sulaimān bin Mūsa, Harīz bin ‘Utsmān,

Hisyām bin Hassān. Sedangkan murdinya antara lain adalah al-Laits bin

Sa’d, Abū Mushir, Ahmad bin Hanbal, Suwaid bin Sa’īd, Ibrāhīm bin

Mūsa, Nu’aim bin Hammād, dan yang lainnya. Muhammad bin Sa’d

menilai al-Walīd sebagai orang yang tsiqoh, serta dari kritikus hadis lain

tidak ada yang memberikan penilaian tidak baik atasnya. al-Walīd

meninggal pada bulan Muharram tahun 195 H.90

2. Safwān bin ‘Amr al-Saksakī

al-Imām al-Muhaddits Abū Amr Safwān bin ‘Amr bin Harm al-

Saksakī al-Himsā. Beliu adalah seorang muhaddits yang meriwayatkan

dari Jubair bin Nufair, Rāsyid bin Sa’d, Khālid bin Ma’dān, ‘Uqail bin

89 Ahmad bin ‘Alī bin Hajar al-‘Asqalānī, Tahdzīb al-Tahdzīb, Jilid IV, h. 284 - 285 90 Muhammad bin Ahmad bin ‘Utsmān al-Dzahabī, Siyar A’lām al-Nubalā, h. 4133

Page 78: KEABADIAN DI DALAM NERAKArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40149/1/FAIZ... · I KEABADIAN DI DALAM NERAKA (Studi Perbedaan Ayat al-Qur’an dan Hadis Nabi) Skripsi

62

Mudrik, ‘Ikrimah maula ibn ‘Abbās. Sementara muridnya antara lain

Mu’āwiyah bin Sālih, Ismā’īl bin ‘Ayyāsy, ‘Īsya bin Yūnus, ibn al-

Mubārak, al-Walīd bin Muslim, Muhammad bin Himyar, Abu al-

Yamān. Beliau meninggal pada 155 H.91

3. Abi al-Mustanna al-Amlūkī

Nama asli beliau adalah Abū al-Mutsanna Damdam al-Amlūkī al-

Himsyī. Beliau meriwayatkan hadis dari ‘Utbah bin ‘Ubaid al-Sulamī,

Ka’b al-Ahbār, dan Abī Aubai ibn Ummi Harām. Sedangkan muridnya

antara lain adalah Hilāl bin Yasāf, Safwān bin ‘Amr al-Saksakī.

4. ‘Utbah bin ‘Abd al-Sulamī

‘Utbah diberikan nama kunyah juga dengan Abū al-Walīd,

sebagaimana rawi pertama dalam sanad ini. Beliau bernama lengkap

‘Utbah bin ‘Abd al-Sulamī. Nama ‘Utbah adalah pemberian nabi.92

Beliau meriwayatkan dari Nabi Muhammad, sedangkan murid yang

meriwayatkan hadis adalahnya Hakīm bin ‘Umair, Rāsyid bin Sa’d,

Syurahbīl bin Syu’bah, dan yang lainnya. ‘Utbah meninggal dalam usia

94 tahun, pada tahun 87 H.93

b. Perawi dalam Sanad al-Imām Muslim

1. Yahya bin Ayyūb

Beliau bernama lengkap Abū Zakariyā Yahya bin Ayyūb al-

Maqābirī al-Baghdādī al-‘Abbād. Guru-gurunya antara lain Ismā’īl bin

91 Muhammad bin Ahmad bin ‘Utsmān al-Dzahabī, Siyar A’lām al-Nubalā, h. 2030 92 Ibn al-Atsīr, ‘Iz al-Dīn Abī al-Hasan al-Jazarī, Usūd al-Ghabah fī Ma’tifah al-Sahābah

(Beirut: Dār ibn Hazm, 2012), h. 815 93 Ahmad bin ‘Alī bin Hajar al-‘Asqalānī, Tahdzīb al-Tahdzīb, Jilid III, h. 52

Page 79: KEABADIAN DI DALAM NERAKArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40149/1/FAIZ... · I KEABADIAN DI DALAM NERAKA (Studi Perbedaan Ayat al-Qur’an dan Hadis Nabi) Skripsi

63

Ja’far, Ibn al-Mubārak, Husyaim, Marwān bin Mu’āwiyah, Khalaf bin

Khalīfah, Ibn Wahb, Wakī’, ‘Abbād al-Muhallī. Adapun beberapa

ulama yang menjadi muridnya, antara lain, al-Imām Muslim, Abū

Dāwud, al-Bukhārī, ibn Abī al-Dunyā, Muhammad bin Ishāq al-

Saghānī. ‘Alī bin al-Madīnī dan Abū Hātim menilainya sebagai orang

yang jujur, dan Ibn Hibbān juga menyebutnya dalam kitabnya, al-

Tsiqah. Mūsa bin Hārun menuturkan bahwa Yahya bin Ayyūb lahir

pada 157 H.94 al-Husain bin Fahm menyebutkan bahwa Yahya bin

Ayyūb meninggal pada 234 H.95

2. Khalaf bin Khalīfah

Beliau bernama lengkap Khalaf bin Khalīfah bin Sā’id al-Asyja’ī.

Beliau berasal dari Kufah, kemudian melakukan banyak perjalan hingga

bermukim di Baghdad sampai waktu meninggalnya. Beliau disebutkan

pernah berjumpa dengan sahabat yang bernama Huraist96. Khalaf

meriwayatkan dari ayahnya, Yazīd bin Kaisān, Humaid bin ‘Atā’al-

A’raj, Mālik bin Anas. Adapun orang yang meriwayatkan darinya97

antara lain Dāwud bin Rāsyid, Abū Bakr bin Abī Syaibah, Qutaibah,

dan ‘Alī bin Hujr. Beliau meninggal diperkirakan pada tahun 80 H.

Beliau dinilai sebagai orang yang jujur oleh Ibn Ma’īn dan Abū Hātim.

94 Ahmad bin ‘Alī bin Hajar al-‘Asqalānī, Tahdzīb al-Tahdzīb, Jilid IV, h. 434-435 95 al-Dzahabī, Siyar A’lām al-Nubalā’, Jilid III, h. 4154-4155 96 Namun, hal ini tidak dibenarkan oleh Sufyān bin ‘Uyainah, beliau menganggap bahwa

pernyataan pernah bertemu sahabat ‘Umar bin Huraist adalah tidak benar. Menurut Sufyān

kemungkinan yang dimaksud adalah Ja’far bin ‘Umar bin Huraist. 97 Pada saat menulis biografi Khalaf bin Khalīfah, Ibn Hajar tidak menyebutkan Yahya bin

Ayyūb, namun demikian pada saat menjelaskan biogragi Yahya, Ibn Hajar menyebutkan nama

Khalaf sebagai salah satu gurunya.

Page 80: KEABADIAN DI DALAM NERAKArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40149/1/FAIZ... · I KEABADIAN DI DALAM NERAKA (Studi Perbedaan Ayat al-Qur’an dan Hadis Nabi) Skripsi

64

Adapun al-Imām al-Nasā’ī menganggap sebagai orang yang tidak perlu

dipermasalahkan.98

3. Yazīd bin Kaisān

Perawi ini bernama lengkap Abū Ismā’īl Yazīd bin Kaisān al-

Yasykurī al-Kūfī. Gurunya antara lain Abū Hazim Salmān al-Asyjā’ī,

dan Ma’bad Abī al-Azhar. Adapun muridnya antara lain Ibn ‘Uyainah,

Khalaf bin Khalifah, al-Qattān, dan ‘Abd al-Wāhid bin Ziyād. Ibn

Ma’īn menyebutnya sebagai orang yang tsiqah (dipercaya). Penilaian

serupa juga disampaikan oleh al-Darūqutnī dan al-Nasā’ī. Ibn Hajar

dalam Tahdzīb al-Tahdzīb tidak menyebutkan tahun wafatnya.99

4. Abī Hāzim

Perawi yang menjadi sahabat Abū Bakr ini bernama lengkap Abu

Hāzim Salmān al-Kūfī. Beliau adalah seorang ahli hadis yang terpercaya

yang meriwayatkan hadis dari Abū Hurairah, Ibn ‘Umar, al-Hasan bin

‘Alī. Adapun orang-orang yang meriwayatkan hadis darinya adalah

Mansūr, al-A’māsy, Muhammad bin Juhādah, Muhammad bin

Kaisān. Ahmad bin Hanbal dan Ibn Ma’īn, keduanya menilai Abī

Hāzim sebagai orang yang tsiqah. Abū Hāzim meninggal pada masa

pemerintahan Khalīfah ‘Umar bin ‘Abd al-‘Azīz, sekitar tahun 100 H.100

5. Abu Hurairah

‘Ulama berbeda pendapat mengenai nama asli Abū Hurairah, akan

tetapi yang paling masyhur adalah Muhammad bin Sakhr. Beliau adalah

98 Ahmad bin ‘Alī bin Hajar al-‘Asqalānī, Tahdzīb al-Tahdzīb, Jilid I, h. 547 99 Ahmad bin ‘Alī bin Hajar al-‘Asqalānī, Tahdzīb al-Tahdzīb, Jilid IV, h. 426-427 100 al-Dzahabī, Siyar A’lām al-Nubalā’, Jilid I, h. 1357

Page 81: KEABADIAN DI DALAM NERAKArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40149/1/FAIZ... · I KEABADIAN DI DALAM NERAKA (Studi Perbedaan Ayat al-Qur’an dan Hadis Nabi) Skripsi

65

sahabat yang paling banyak meriwayatkan hadis dari Nabi. Adapun

murid-muridnya, yang meriwayatkan hadis darinya di antaranya adalah

Marwān bin Hakam, Sulaiman bin Yasar, Sa’īd bin Sam’ān, Sa’īd bin

al-Musayyib, Salmān al-Aghrar, Abī Hāzim al-Asyja’ī. Abū Hirairah

meninggal pada tahun 57 H.101

6. Qutaibah bin Sa’īd

Nama lengkapnya adalah Abū Rajā’ Qutaibah bin Sa’īd bin Jamīl

bin Tarīf bin ‘Abdillāh al-Tsaqafī al-Baghlānī. Ibn Mandah mengatakan

bahwa nama aslinya adalah ‘Alī. Beliau meriwayatkan hadis dari

banyak guru, di antaranya adalah al-Laits, Ibn Lahī’ah, Khalaf bin

Khalīfah, Hammād bin Zaid, Ibn ‘Uyainah, Muhammad bin Fudail bin

Ghazwān.102 Adapun keterangan tentang salah satu gurunya adalah al-

Mughīrah bin ‘Abd al-Rahmān al-Hizamī terdapat di dalam kitab

Siyar A’lām al-Nubalā.103

Murid yang meriwayatkan hadis darinya berjumlah banyak, di

antara mereka adalah semua penulis kutub al-Sittah, kecuali Ibn Mājah.

Ibn Ma’īn, Abū Hatim, dan al-Nasā’ī menilainya sebagai orang yang

tsiqah. Qutaibah meninggal pada tahun 204 H.104

7. al-Mughīrah bin ‘Abd al-Rahmān al-Hizamī

Beliau adalah putra dari Hakīm bin Hizām yang bernama lengkap

al-Mughīrah bin ‘Abd al-Rahmān bin ‘Abdillāh bin Khālid bin Hizām

bin Khuwailid bin Asad bin ‘Abd al-‘Uzzā bin Qusyai al-Qurasyī al-

101 Ahmad bin ‘Alī bin Hajar al-‘Asqalānī, Tahdzīb al-Tahdzīb, Jilid IV, h. 601-602 102 Ahmad bin ‘Alī bin Hajar al-‘Asqalānī, Tahdzīb al-Tahdzīb, Jilid III, h. 431 103 al-Dzahabī, Siyar A’lām al-Nubalā’, Jilid II, h. 3087 104 Ahmad bin ‘Alī bin Hajar al-‘Asqalānī, Tahdzīb al-Tahdzīb, Jilid III, h. 432

Page 82: KEABADIAN DI DALAM NERAKArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40149/1/FAIZ... · I KEABADIAN DI DALAM NERAKA (Studi Perbedaan Ayat al-Qur’an dan Hadis Nabi) Skripsi

66

Asdī al-Hizamī al-Madanī. Beliau meriwayatkan hadis dari Abī al-

Zinād105, Mūsa bin ‘Uqbah, Sālim Abi al-Nadr. Adapun murid yang

meriwayatkan hadis darinya antara lain adalah putranya: ‘Abd al-

Rahmān, Ibn Wahb, Sa’īd bin Mansūr, Qutaibah bin Sa’īd. Stausnya

sebagai perawi tidak terlalu dipermasalahkan, sehingga al-Nasā’ī

menilainya dengan laisa bi al-Qawī, dan Ibn Ma’īn menghukuminya

dengan laisa bi syai’. Ibn Hibbān juga menyebutnya di dalam kitabnbya,

al-Tsiqah.106 Al-Mughīrah meninggal pada 180 H di Madinah.107

8. Abi al-Zinād

Beliau bernama lengkap Abū ‘Abd al-Rahmān ‘Abdullāh bin

Dzakwān al-Qurasyī. Akan tetapi, beliau lebih terkenal dengan sebutan

Abī al-Zinād. Beberapa di antara gurunya adalah Sa’īd bin al-Musayyib,

Abū Salamah bin ‘Abd al-Rahmān, Abān bin ‘Utsmān bin ‘Affān, al-

A’raj, ‘Amr bin ‘Utsmān.108 Adapun murid-muridnya antara lain adalah

Hisyām bin ‘Urwah, al-Mughīrah bin ‘Abd al-Rahmān al-Hizāmī, Sa’īd

bin Abī Hilāl, Sufyān bin ‘Uyainah.109 Ahmad bin Hanbal menilainuya

sebagai orang yang tsiqah, dan Ibn Ma’īn menambahkan dengan

mengatakan bahwa Abū al-Zinād adalahh orang yan terpercaya serta

dapat hadis yang diriwayatkannya dapat digunakan sebagai hujjah.

Beliau meninggal pada bulan Ramadhan, 130 H dalam usia 66 tahun.110

105 Adz-Dzahabī menyebutnya hubungan murid dan guru antara keduanya hingga sampai

bermulazamah 106 Ahmad bin ‘Alī bin Hajar al-‘Asqalānī, Tahdzīb al-Tahdzīb, Jilid IV, h. 136 107 al-Dzahabī, Siyar A’lām al-Nubalā’, Jilid III, h. 3920 108 Ahmad bin ‘Alī bin Hajar al-‘Asqalānī, Tahdzīb al-Tahdzīb, Jilid II, h. 329 109 al-Dzahabī, Siyar A’lām al-Nubalā’, Jilid II, h. 2375 110 Ahmad bin ‘Alī bin Hajar al-‘Asqalānī, Tahdzīb al-Tahdzīb, Jilid II, h. 329

Page 83: KEABADIAN DI DALAM NERAKArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40149/1/FAIZ... · I KEABADIAN DI DALAM NERAKA (Studi Perbedaan Ayat al-Qur’an dan Hadis Nabi) Skripsi

67

9. al-A’raj

Perawi ini bernama lengkap Abū Dāwud ‘Abd al-Rahmān bin

Hurmuz al-A’raj al-Madanī. Beliau tabi’in yang meriwayatkan banyak

hadis dari sahabat, di antaranya adalah Abū Hurairah. Adapun murid-

murdinya anatara lain adalah Zaid bin Aslam, Salih bin Kaisān, al-

Zuhrī, Yahya bin Sa’īd, Mūsa bin ‘Uqbah, ‘Abdullāh bin Dzakwān,

dan Muhammad bin ‘Ajlān. Al-‘Ijlī, al-Madanī menilainya sebagai

seorang tab’in yang tsiqah. Selain keduanya, Abū Zur’ah juga menilai

demikian. Ulama berbeda pendapat mengenai tahun wafatnya, ada yang

mengatakan 110 H, ada yang mengatakan 117 H.111

c. Perawi dalam Sanad al-Imām al-Tirmīdzī

1. ‘Abd bin Humaid

Abū Muhammad ‘Abd bin Humaid bin Nasr al-Kissī. Ada yang

berpendapat bahwa namanya juga ‘Abd al-Humaid. Beliau

meriwayatkan hadis dari banyak guru dan murid. Beberapa murid yang

meriwayatkan darinya adalah al-Tirmīdzī. Beliau meninggal pada

tahun 249 H.112

2. Husain bin ‘Alī al-Ju’fī

Beliau adalah Abū ‘Abdullāh al-Husain bin ‘Alī bin al-Walīd al-

Ju’fī al-Kūfī al-Muqrī. Al-Ju’fī meriwayatkan hadis dari ibn Abī

Rawwād, Fudail bin ‘Iyād, Ja’far bin Burqān, Isrā’īl bin Mūsā.

Sedangkan murid yang meriwayatkan hadis darinya adalah Ibn Ma’īn,

111 Ahmad bin ‘Alī bin Hajar al-‘Asqalānī, Tahdzīb al-Tahdzīb, Jilid II, h. 562 112 al-Dzahabī, Siyar A’lām al-Nubalā’, Jilid II, h. 2153

Page 84: KEABADIAN DI DALAM NERAKArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40149/1/FAIZ... · I KEABADIAN DI DALAM NERAKA (Studi Perbedaan Ayat al-Qur’an dan Hadis Nabi) Skripsi

68

Abī Bakar bin Abī Syaibah, Abū Kuraib, Muhammad bin Rāfi’, ‘Abd

bin Humaid, Abū Mas’ūd al-Rāzī. Sufyān bin ‘Uyainah. al-Ju’fī adalah

orang tsiqoh yang meninggal pada tahun 204 H.113

3. Fudail bin ‘Iyād

Abū ‘Alī Fudail bin ‘Iyād114 bin Mas’ūd bin Bisyr al-Tamīmī al-

Yarbū’ī al-Khurāsānī meriwayatkan hadis dari beberapa guru, di

antaranya al-A’masy, Hisyām bin Hassān, Muhammad bin Ishāq,

Ziyād bin Abī Ziyād. Sedangkan para murid yang meriwayatkan hadis

darinya di antaranya adalah Ibn ‘Uyainah, Ibn al-Mubārak, Ibn Mahdī,

Husain bin ‘Alī al-Ju’fī, Yūsuf bin Marwān, Qutaibah bin Sa’īd. Ibn

‘Uyainah, al-Nasā’ī, al-Dāruqutnī menilai Fudail sebagai orang yang

tsiqah.115 al-Imām Fudail meninggal beberapa tahun sebelum

meninggalnya Sufyān bin ‘Uyainah.116

4. Hisyām

Abū ‘Abdillāh Hisyām bin Hassān al-Azdī al-Qurdūsī al-Basrī,

seorang rawi yang meriwayatkan hadis dari banyak guru di antaranya

al-Hasan al-Basrī, ‘Ikrimah, Hisyām bin ‘Urwah, Muhammad bin

Wāsi’, Suhail bin Abī Sālih. Sementara di antara murid-muridnya

adalah Syu’bah, Yazīd bin Zurai’, Husyaim, ibn Abī ‘Adī, ‘Abdullāḥ

bin Numair, Fudail bin ‘Iyād, Wahb bin Jarīr, Yazīd bin Hārūn, Abū

‘Āsim. Ibn ‘Uyainah mengatakan bahwa Hisyām adalah orang yang

113 Ahmad bin ‘Alī bin Hajar al-‘Asqalānī, Tahdzīb al-Tahdzīb, Jilid I, h. 431 114 Perawi yang dimaksud di sini bukan Fudail bin ‘Iyād al-Khaulānī 115 Ahmad bin ‘Alī bin Hajar al-‘Asqalānī, Tahdzīb al-Tahdzīb, Jilid III, h. 399-400 116 al-Dzahabī, Siyar A’lām al-Nubalā’, Jilid II, h.3048

Page 85: KEABADIAN DI DALAM NERAKArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40149/1/FAIZ... · I KEABADIAN DI DALAM NERAKA (Studi Perbedaan Ayat al-Qur’an dan Hadis Nabi) Skripsi

69

paling paham tentang hadis hasan. Ibn al-Madini dan banyak sahabat

besar menghukumi Hisyām sebagai orang yang tsiqoh. Abū Bakr bin

Abī Syaibah mengatakan bahwa Hisyām meninggal pada tahun 60 H.117

5. Al-Hasan

al-Hasan adalah seorang yang agung, bernama lengkap Abū Sa’īd

al-Hasan bin Abī al-Hasan al-Basrī. Ibn Sa’id mengatakan, al-Hasan

lahir pada masa-masa akhir kepemimpinan ‘Umar. Beliau termasuk

golongan sahabat, sebab pernah bertemu dengan ‘Alī, Talhah, ‘Āisyah.

Beberapa di antara gurunya118 adalah Ubay bin Ka’b, Ma’qil bin Sinān,

Ibn ‘Umar, ‘Umar bin al-Khattāb. Sementara murid-muridnya adalah

Buraid bin Abī Maryam, Qatādah, Jarīr bin Hāzim, Ibn ‘Aun, Hisyām

bin Hassān, Ma’bad bin Hilāl. Abū Zur’ah mengatakan bahwa semua

yang diriwayatkan oleh al-Hasan memiliki legitimasi sanad yang kokoh.

Beberapa tokoh, di anataranya Ibn ‘Ulayyah meriwayatkan bahwa al-

Hasan meninggal pada 110 H.119

6. ‘Utbah bin Ghazwān,

‘Utbah adalah salah seorang sahabat Rasulullah, yang bernama

lengkap ‘Utbah bin Ghazwān bin Jābir bin Wuhaib bin Nusaib bin Zaid

bin Mālik bin al-Hārits bin ‘Auf bin Māzin bin Mansūr al-Māzinī.

Meriwayatkan hadis dari Nabi Muhammad, yang diteruskan kepada

117 Ahmad bin ‘Alī bin Hajar al-‘Asqalānī, Tahdzīb al-Tahdzīb, Jilid IV, h. 269 118 Ibn Hajar tidak menyebutkan ‘Utbah bin Ghazwān dalam daftar guru al-Hasan al-Basrī,

akan tetapi menyebutkan al-Hasan al-Basrī sebagai salah satu murid dari ‘Utbah bin Ghazwān. 119 Ahmad bin ‘Alī bin Hajar al-‘Asqalānī, Tahdzīb al-Tahdzīb, Jilid I, h. 388-389

Page 86: KEABADIAN DI DALAM NERAKArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40149/1/FAIZ... · I KEABADIAN DI DALAM NERAKA (Studi Perbedaan Ayat al-Qur’an dan Hadis Nabi) Skripsi

70

para muridnya, di antaranya adalah al-Hasan al-Basrī. ‘Utbah bin

Ghazwān yang dimaksud ini bukan ‘Utbah bin Ghazwān al-Raqāsyī.120

7. Suwaid

Perawi yang dimaksud di sini adalah Abū al-Fadl Suwaid bin Nasr

bin Suwaid al-Marwazī al-Tūsānī. Beliau meriwayatkan hadis dari Ibn

al-Mubārak, Ibn ‘Uyainah, ‘Abd al-Kabīr bin Dīnār. Sedangkan yang

meriwayatkan darinya adalah al-Tirmīdzī, al-Nasā’ī, dan yang lainnya.

Beliau meninggal pada 240 H, menurut penuturan al-Imām al-

Bukhārī.121

8. ‘Abdullāh

‘Abdullāh bin Mu’ādz bin Nasyīt al-San’ānī. Salah seorang murid

dari Ma’mar bin Rasyīd al-Azdī. Yahya bin Ma’īn menilainya sebagai

orang yang tsiqoh, al-Imām Muslim menilainya sebagai orang tsiqoh

yang jujur. ‘Abdullāh bin Mu’adz meninggal pada tahun 181 H.122

9. Hammām bin Munabbih

Abū ‘Uqbah Hammām bin Munabbih bin Kāmil bin Siyaj al-

Yamānī al-San’ānī al-Abnāwī, meriwayatkan hadis dari sahabat-sahabat

besar, Abū Hurairah, Mu’āwiyah, Ibn ‘Abbās, Ibn ‘Umar, dan Ibn

Zubair. Sementara murid-muridnya antara lain Ma’mar bin Rasyīd,

Wahb bin Munabbih, ‘Alī bin al-Hasan bin Atsy. Ibn Ma’īn menilainya

120 Ahmad bin ‘Alī bin Hajar al-‘Asqalānī, Tahdzīb al-Tahdzīb, Jilid III, h. 53 121 Ahmad bin ‘Alī bin Hajar al-‘Asqalānī, Tahdzīb al-Tahdzīb, Jilid II, h. `36-`37 122 Ahmad bin ‘Alī bin Hajar al-‘Asqalānī, Tahdzīb al-Tahdzīb, Jilid II, h. 436

Page 87: KEABADIAN DI DALAM NERAKArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40149/1/FAIZ... · I KEABADIAN DI DALAM NERAKA (Studi Perbedaan Ayat al-Qur’an dan Hadis Nabi) Skripsi

71

sebagai orang yang tsiqoh dan terpercaya. Hammām meninggal pada

tahun 31 H.123

10. al-‘Abbās al-Dūrī

Perawi dengan nama ‘Abbās berjumlah sangat banyak, adapun yang

dimaksud di sini adalah Abū al-Fadl ‘Abbās bin Muhammad bin Hātim

bin Wāqid al-Dūrī al-Baghdādī. Beliau adalah pembesar bani Hāsyim

yang berasal dari daerah Khawārizmi. Beliau meriwayatkan dari banyak

guru, di antaranya adalah Aswād bin ‘Āmir, Yūsuf bin Manāzil, Khālid

bin Makhlad, Abū Dāwud al-Tayālisī, ‘Ubaidullāh bin Mūsa, Abū

Nu’aim al-Fadl bin Dukain, Yahya bin Abū Bukair al-Kirmānī.

Sementara di antara murid yang meriwayatkan darinya adalah Ya’qūb

bin Sufyān, imam yang empat, Abū al-‘Abbās al-Asam, Ismā’īl al-

Saffār. Beliau adalah seorang rawi yang jujur menurut Abū Hātim, dan

seorang yang tsiqoh menurut al-Nasā’ī. al-Dūrī meninggal pada 271

H.124

11. ‘Ubaidullah bin Musa

Abū Muhammad ‘Ubaidullah bin Mūsa bin Abī al-Mukhtār, adalah

nama lengkapnya. Beliau seorang rawi yang meriwayatkan hadis dari

Ismā’īl bin Abī Khālid, Hisyām bin ‘Urwah, Hārūn bin Salmān al-

Farrā’, al-Tsaurī, Ibn Juraij, Syaibān, al-A’masy. Sedangkan murid-

muridnya antara lain adalah al-Bukhārī, Mahmūd bin Ghailān, Yūsuf

bin Mūsa, Ibrāhīm bin Dīnār al-Baghdādī, Wakī’ bin al-Jarrāh, ‘Abbās

123 Ahmad bin ‘Alī bin Hajar al-‘Asqalānī, Tahdzīb al-Tahdzīb, Jilid IV, h. 283-284 124 Ahmad bin ‘Alī bin Hajar al-‘Asqalānī, Tahdzīb al-Tahdzīb, Jilid II, h. 294

Page 88: KEABADIAN DI DALAM NERAKArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40149/1/FAIZ... · I KEABADIAN DI DALAM NERAKA (Studi Perbedaan Ayat al-Qur’an dan Hadis Nabi) Skripsi

72

al-Dūrī, Abī Mūsa. Beliau adalah orang tsiqoh menurut Ibn Ma’īn, dan

berdasarkan pendapat Ibn Sa’d beliau meninggal pada 213 H.125

12. Syaiban

Abu Mu’āwiyah Syaibān bin ‘Abd al-Rahmān al-Tamīmī al-Nahwī.

Beliau pada awalnya tinggal di Kufah, kemudian pindah ke daerah

Baghdad. Beberapa guru yang dijadikan sandaran periwayatan hadisnya

adalah Qatādah, Firās bin Yahyā, Yahyā bin Abī Bukair, Simāk bin

Harb, Ziyād bin ‘Ilāqah, Mansūr bin al-Mu’tamir. Sedangkan murid

yang mentransmisikan hadis darinya adalah Zāidah bin Qudāmah, Abū

Hanīfah, Abū Dāwud al-Tayālisī, Abū Nu’aim, ‘Ubaidullāh bin Mūsa,

‘Ali bin al-Ja’d. Ibn Ma’in mengunggulkan derajat Syaibān di atas

Ma’mar dan Qatādah. Penilaian keunggulan sebagai seorang rawi yang

tsiqoh diberikan oleh al-Nasā’ī dan al-‘Ijlī. Syaibān meninggal pada

masa khilafah al-Mahdī, tahun 164 H.126

13. Firas bin Yahya

Seorang rawi yang berasal dari wilayah Kufah ini bernama lengkap

Abū Yahyā Firās bin Yahyā al-Hamdānī al-Khāriqī. Beliau

meriwayatkan hadis dari al-Sya’bī, ‘Atiyyah al-‘Aufī, Abī Sālih al-

Sammān. Sementara muridnya antara lain adalah Syu’bah, Syaibān.

Sufyān al-Tsaurī, al-Hasan bin ‘Umārah. Ibn Ma’īn dan al-Nasā’ī

sepakata menilai keduanya dengan orang yang tsiqoh. Ibn Sa’īd,

125 Ahmad bin ‘Alī bin Hajar al-‘Asqalānī, Tahdzīb al-Tahdzīb, Jilid III, h. 28-29 126 Ahmad bin ‘Alī bin Hajar al-‘Asqalānī, Tahdzīb al-Tahdzīb, Jilid II, h. 184

Page 89: KEABADIAN DI DALAM NERAKArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40149/1/FAIZ... · I KEABADIAN DI DALAM NERAKA (Studi Perbedaan Ayat al-Qur’an dan Hadis Nabi) Skripsi

73

menurut penuturan Ibn al-Madīnī hanya menolak satu hadis yaitu

tentang al-Istibrā’. Firās meninggal pada tahun 129 H.127

14. ‘Atiyyah

Beliau adalah seorang tabi’īn yang meriwayatkan hadis dari para

sahabat, di antaranya adalah Abū Sa’īd al-Khudrī, Abū Hurairah, Ibn

‘Abbās, Ibn ‘Umar, Zaid bin Arqam, ‘Ikrimah. Sedangkan beberapa

muridnya adalah Muhammad bin Juhādah, Sālim bin Abī Hanīfah,

Firās bin Yahyā, Zakariyā’ bin Abi Zāidah. Penilaian dari para kritikus

tidak ada yang mengatakan bahwasannya beliau adalah orang yang

tsiqoh, hanya terdapat pendapat Ibn Ma’īn yang mengatakan sebagai

Sālih, Abū Zur’ah mengatakan Layyin, al-Nasā’ī mengatakan da’īf.

‘Atiyyah meninggal pada tahun 111 H.

15. Yahya bin Abī Bukair

Abū Zakariyā Yahya bin Abī Bukair al-Asdī al-Qaisī al-Kirmānī.

Beliau berasalah dari Kufah akan tetapi tinggal di Baghdad. Beliau

meriwayatkan hadis dari Ibrāhīm bin Tahmān, Ibrāhīm bin Nāfi’ al-

Makkī, Zāidah, Zuhair bin Muhammad, Syu’bah, Sufyān. Sedangkan

muridnya adalah Muhammad bin Yahya, ‘Abdullāh bin al-Hārits al-

Baghdādī, Abū Bakr bin Abī Syaibah, Abū Khaitsmah, Abū Mūsa,

Ahmad bin Sa’īd, ‘Abbās al-Dūrī. Yahya adalah seorang yang tsqioah

menurut penilaian al-Madīnī, Ibn Hibbān dan al-‘Ijlī. Beliau meninggal

pada 209 H.128

127 Ahmad bin ‘Alī bin Hajar al-‘Asqalānī, Tahdzīb al-Tahdzīb, Jilid III, h. 382 128 Ahmad bin ‘Alī bin Hajar al-‘Asqalānī, Tahdzīb al-Tahdzīb, Jilid IV, h. 344

Page 90: KEABADIAN DI DALAM NERAKArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40149/1/FAIZ... · I KEABADIAN DI DALAM NERAKA (Studi Perbedaan Ayat al-Qur’an dan Hadis Nabi) Skripsi

74

16. Syarīk

Beliau adalah Abū ‘Abdillāh Syarīk bin ‘Abdillāh bin Abī Syarīk al-

Nakha’ī al-Kūfī al-Qādī. Syarīk meriwayatkan dari Ziyād bin ‘Ilāqah,

al-‘Abbās bin Dzarī’, Ibrahīm bin Jarīr, al-Bajalī, ‘Āsim bin Bahdalah,

Simāk bin Harb, al-A’masy. Sedangkan muridnya antara lain Ibn

Mahdī, Wakī’, Husyaim, Salamah bin Tamām al-Syafrī. Beliau adalah

seorang tsiqoh yang meninggal pada tahun 177 H.129

17. ‘Āsim bin Bahdalah

Abū al-Najd ‘Āsim bin Bahdalah al-Asdī al-Kūfī, meriwayatkan

dari Zur bin Hubaisy, Abū ‘Abd al-Rahmān al-Sullamī, Abī Sālih,

Ma’bad bin Khālid. Sedangkan muridnya antara lain al-A’masy, ‘Atā’

bin Abī Rabbāh, Syarīk, Abū ‘Awānah, Abū Bakr bin ‘Ayyāsy. Beberpa

ulama memberikan koreksi bahwa hafalan kurang baik, tapi sebagian

lain ada yang mentsiqohkannya juga. Beliau meninggal pada 128 H.130

18. Abī Salih

Nama asli perawi ini adalah Dzakwān al-Madanī al-Ghatafānī.

Beliau merupakan generasi tabi’īn, yang meriwayatkan dari Abū

Hurairah, Abī al-Dardā’, Abī Sa’īd al-Khudrī, Ibn ‘Abbās, dan yang

lainnya. Beberapa murid yang meriwayatkan hadis darinya antara lain

adalah ‘Atā’ bin Abī Rabbāh, ‘Abdullāh bin Dīnār, Zaid bin Aslam, al-

129 Ahmad bin ‘Alī bin Hajar al-‘Asqalānī, Tahdzīb al-Tahdzīb, Jilid II, h. 165 130 Ahmad bin ‘Alī bin Hajar al-‘Asqalānī, Tahdzīb al-Tahdzīb, Jilid II, h. 250-251

Page 91: KEABADIAN DI DALAM NERAKArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40149/1/FAIZ... · I KEABADIAN DI DALAM NERAKA (Studi Perbedaan Ayat al-Qur’an dan Hadis Nabi) Skripsi

75

A’masy, Abū Hāzim Salamah bin Dīnār, ‘Āsim bin Bahdalah, ‘Amr

bin Dīnār. Beliau adalah orang tsiqoh yang meninggal pada 101 H.131

3) Menelisik Riwayat Para Rawi Hadis tentang Syafaat

Perawi dalam Sanad al-Imām al-Bukhārī

1. Sufyān al-Tsaurī

Beliau adalah seorang imam yang besar pada zamannya, bahkan

mencapai derajat mujtahdi mutlak. Imam Sufyan bernama lengkap Abū

‘Abdillāh Sufyān bin Sa’īd bin Masrūq al-Tsaurī al-Kūfī. Beliau

meriwayatkan hadis dari ‘Abd al-Malik bin ‘Umair, Salamah bin

Kuhail, al-Awad bin Qais, Bayān bin Bisyr, Jāmi’ bin Abī Rāsyid, Firās

bin Yahya, Yūnus bin ‘Ubaid, Ibn ‘Ujlan, Ibn al-Munkadir, Hisyām bin

‘Urwah. Sedangkan para murdinya antara lain Yahya bin Sa’īd al-

Qattān, Ibn Mahdī, ibn al-Mubārak, Jarīr. Mengnenai derajat dan

kedudukannya sidah tidak perlu diragukam lagi.132

2. ‘Abd al-Malik bin ‘Umair

Abu ‘Amr ‘Abd al-Malik bin ‘Umair bin Suwaid bin Jāriyah al-

Qursyī, meriwayatkan hadis dari ‘Abdullāh bin al-Hārits bin Naufal,

al-Nu’mān bin Basyīr, Jābir bin Samurah, al-Mughīrah bin Syu’bah,

Qaza’ah bin Yahyā. Sedangkap para muridnya adalah Zāidah, Mis’ar,

al-Tsarī, Syarīk, al-Nakha’ī, Syaibān. Ibn Ma’īn menilainya sebagai

ornag yang ikhtilat, dan Abū Hātim juga hanya menilai dengan sālih al-

131 Ahmad bin ‘Alī bin Hajar al-‘Asqalānī, Tahdzīb al-Tahdzīb, Jilid I, h. 580-581 132 Ahmad bin ‘Alī bin Hajar al-‘Asqalānī, Tahdzīb al-Tahdzīb, Jilid III, h. 58

Page 92: KEABADIAN DI DALAM NERAKArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40149/1/FAIZ... · I KEABADIAN DI DALAM NERAKA (Studi Perbedaan Ayat al-Qur’an dan Hadis Nabi) Skripsi

76

Hadīts, dan al-Nasā’i mengatakan laisa bihi ba’s. Beliau meninggal pada

136 H.133

3. ‘Abdullāh bin al-Hārits

Abū Muhammad ‘Abdullāh bin al-Hārits bin Naufal bin al-Hārits

bin ‘Abd al-Muttalib bin Hāsyim al-Hāsyimi. Beliau meskipun dalam

tabaqah kedua dalam periwayatan hadis ini, akan tetapi termasuk

sahabat karena meriwayatkan hadis dari Rasulullah. Selain

meriwayatkan dari nabi, al-Hārits juga meriwayatkan dari pamannya,

al-‘Abbās bin ‘Abd al-Muttalib, juga dari Ibn Mas’ūd ‘Alī,

‘Umar,’Utsmān dan yang lainnya. Sementara para murdinya antara lain

adalahh ‘Ubaidullāh (putranya), Ishāq, ‘Abdullāh, ‘Abd al-Malik bin

‘Umair, Sulaimān bin Yasār, dan yang lainnya. Beliau dikukuhkan

sebagai rawi yang tsiqoh oleh ibn Ma’īn, Abū Zur’ah, dan al-Nasā’ī.

Beliau meninggal karena diracun pada tahun 79 Hsedangkan menurut

ibn Sa’d meninggal pada 84 H pada selesainya masa fitnah kepada al-

Asy’ats.134

4. al-‘Abbās bin ‘Abd al-Muttalib

Abū al-Fadl ‘Abbās bin ‘Abdillāh bin Hāsyim bin ‘Abd Manaf al-

Qurasyī al-Makkī, meriwayatkan hadis dari Nabi Muhammad.

Sedangkan para murdinya adalah Umm Kultsūm, Nāfi’ bin Jubair,

133 Ahmad bin ‘Alī bin Hajar al-‘Asqalānī, Tahdzīb al-Tahdzīb, Jilid II, h. 620 134 Ahmad bin ‘Alī bin Hajar al-‘Asqalānī, Tahdzīb al-Tahdzīb, Jilid II, h. 318

Page 93: KEABADIAN DI DALAM NERAKArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40149/1/FAIZ... · I KEABADIAN DI DALAM NERAKA (Studi Perbedaan Ayat al-Qur’an dan Hadis Nabi) Skripsi

77

‘Abdullāh bin al-Hārits bin Naufal, Muhammad bin Ka’b al-Qurazī,

dan yang lainnya.135

C. Skema Jalur Periwayatan

Skema ini akan memberikan gambaran jalur periwayatan semua hadis yang

terdapat di dalam skripsi ini, sehingga akan diketahui rangkai proses transmisi

hadis dari murid dan guru. Skema jalur didasarkan atas dasar hasil penelusuran

data yang berkaitan dengan perawi hadis tersebut, sehingga diketahaui

ketersambungan sanad antar rawi.

Skema hadis yang terdapat di dalam dalam bab ini mencakup semua hadis

dengan pengelompokkan berdasarkan kesamaan pembahasan. Adapun skema

jalur periwayatan mencakup tentang hadis-hadis pengeluaran hamba dari dalam

neraka, hadis yang menjelaskan tentang karakteristik neraka, dan hadis tentang

syafaat.

Adapun skema hadis tersebut adalah sebagai berikut:

135 Ahmad bin ‘Alī bin Hajar al-‘Asqalānī, Tahdzīb al-Tahdzīb, Jilid II, h. 291

Page 94: KEABADIAN DI DALAM NERAKArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40149/1/FAIZ... · I KEABADIAN DI DALAM NERAKA (Studi Perbedaan Ayat al-Qur’an dan Hadis Nabi) Skripsi

78

Nabi Muhammad (11 H)

Hammām (163 H)

Hudbah bin Khālīd (305)

Anas bin Mālik (94 H)

Qatādah (117 H)

Ibn Abī ‘Arūbah (156 H) Ibn Dzakwān (145 H)

Yahya bin Sa’īd (198 H)

Abū Sa’īd al-Khudrī (64 H)

‘Atā’ bin Yasar (103 H)

Zaid bin Aslam (136 H)

Ma’mar (154 H)

‘Abd al-Razzāq (211 H)

Ibn Syabīb (247 H)

‘Imrān bin Husain (52 H)

Abū Rajā’ (105 H)

Ibn Basyār (252 H)

Abū ‘Īsā al-Tirmīdzī

al-Dastuwā’ī (153 H) Syu’bah (160 H)

Abū Dāwud (204 H)

Ibn Ghailān (239 H)

Yazīd bin Zurai’ (183 H)

Ibn Minhāl (231 H)

Muslim bin al-Hajjāj

Musaddad (228 H)

Muhammad bin Ismā’īll al-Bukhārī

Abū Ghassān (230 H) Ibn al-Mutsanna (250 H)

Ibn Hisyām (200 H)

Bukhori: عن, Muslim dan al-Tirmīdzī : أن

عن

عن

حدثنا

حدثنا

حدثنا

حدثنا حدثني

حدثنا حدثنا حدثنا

حدثني

حدثنا حدثنا

al-Tirmīdzī: عن, Bukhari : قال

al-Tirmīdzī: عن, Bukhari : حجثنا

al-Tirmīdzī: عن, Bukhari : حجثنا

al-Tirmīdzī: حدثنا, Bukhari : عن

حدثني حدثنا

أن

عن

عن

عن

أخيرنا

حدثنا

a. Skema Sanad Hadis tentang al-Jahannamiyyūn

Page 95: KEABADIAN DI DALAM NERAKArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40149/1/FAIZ... · I KEABADIAN DI DALAM NERAKA (Studi Perbedaan Ayat al-Qur’an dan Hadis Nabi) Skripsi

79

al-‘Abbās bin ‘Abd al-Muttalib

‘Abdullāh bin al-Hārits (w. 101 H)

‘Abd al-Malik bin ‘Umair (w. 128 H)

عن

Sufyān al-Tsaurī (w. 177 H)

Muhammad SAW

عن

سمعت

عن

عن

Yahya bin Sa’īd (w. 209 H)

عن

Musaddad (w. 228 H)

‘Utbah bin ‘Abd al-Sulamī (w. 87 H)

Abi al-Mustanna al-Amlūkī

Safwān bin ‘Amr al-Saksakī (w. 155 H)

عن

al-Walīd bin Muslim (w. 195 H)

Muhammad SAW

عن

سمعت

عن

Abū Hurairah (w. 57 H)

Abī Salih (w. 101 H)

‘Āsim bin Bahdalah (w. 128 H)

عن

Syarīk )w. 522 H(

Muhammad SAW

عن

سمعت

عن

عن

Yahya bin Abī Bukair )w. 209 H)

عن

al-‘Abbās al-Dūrī (w. 271 H)

b. Skema Sanad Hadis tentang Syafaat c. Skema Sanad Hadis Pintu Neraka d. Skema Sanad Hadis Warna Api Neraka

Page 96: KEABADIAN DI DALAM NERAKArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40149/1/FAIZ... · I KEABADIAN DI DALAM NERAKA (Studi Perbedaan Ayat al-Qur’an dan Hadis Nabi) Skripsi

80

Abu Hurairah (w. 57 H)

Abī Hāzim (w. 100 H)

Yazīd bin Kaisan

حدثنا

Khalaf bin Khalīfah (w. 80 H)

عن

قال

عن

حدثنا

Yahya bin Ayyūb (w. 234 H)

‘Utbah bin Ghazwān

al-Hasan (w. 110 H)

Hisyām (w. 60 H)

عن

Fudail bin ‘Iyād

Muhammad SAW

عن

سمعت

عن

عن

Husain bin ‘Alī al-Ju’fī (w. 204 H)

حدثنا

‘Abd bin Humaid (w. 249 H)

e. Skema Sanad Hadis Kedalaman Neraka

Page 97: KEABADIAN DI DALAM NERAKArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40149/1/FAIZ... · I KEABADIAN DI DALAM NERAKA (Studi Perbedaan Ayat al-Qur’an dan Hadis Nabi) Skripsi

81

Hammām bin Munabbih )w. 15 H(

Ma’mar )w. 514 H(

أخبرنا

‘Abdullāh )w. 585 H(

عن

عن

أخبرنا

Suwaid (w. 240 H)

al-A’raj (w. 117 H)

Abi al-Zinād (w. 130 H)

عن

al-Mughīrah )w. 581 H(

عن

عن

حدثنا

Qutaibah bin Sa’īd )w. 714 H(

Abu Hurairah (w. 57 H)

عن

Abī Sa’īd al-Khudrī

‘Atiyyah (w. 110 H)

Firās bin Yahyā )w. 61 H(

عن

Syaibān

Muhammad SAW

عن

عن

عن

حدثنا

‘Ubaidullāh bin Mūsa (w. 204 H)

حدثنا

al-‘Abbās al-Dūrī )w. 749 H(

f. Skema Sanad Hadis Panas Api Neraka

Page 98: KEABADIAN DI DALAM NERAKArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40149/1/FAIZ... · I KEABADIAN DI DALAM NERAKA (Studi Perbedaan Ayat al-Qur’an dan Hadis Nabi) Skripsi

82

BAB IV

KONSEP KEABADIAN PENGHUNI NERAKA

Berdasarkan pada pemaparan sebelumnya serta hasil penelitian ayat-ayat al-

Qur’ān tentang kebadian penghuni neraka, penulis menarik sebuah pemahaman

bahwa terdapat beberapa golongan yang akan menjadi penghuni abadi neraka dan

kelompok yang akan menghuni neraka secara sementara. Apabila membaca pada

hasil temuan hadis oleh penulis, maka terdapat beberapa hal yang dapat

menentukan konsep kebadian penghuni neraka, yaitu syafaat dan amal baik

seseorang.

Para ulama telah memberikan penjelasan mengenai kriteria penerima syafaat

dan tentang amal yang akan menjadi penyelamat seseorang dari menghuni neraka

secara abadi. Pemahaman mengenai kedua hal tersebut akan dapat membantu

menentukan penghuni neraka yang abadi dan tidak abadi. Oleh karena itu, penulis

memberikan pemaparan lebih rinci tentang keduanya sebagai berikut:

A. Syafaat

Keniscayaan syafaat dijelaskan oleh para ulama, sebagaimana mayoritas ulama

tafsir seperti al-Tabarī1 (wafat 310 H), al-Zamakhsyarī2 (wafat 538 H), al-Rāzī3

(wafat 604 H), al-Suyūtī4 (wafat 911 H), dan yang lainnya menafsirkan al-maqam

1 Beliau adalah al-Syaikh Abū Ja’far Muhammad bin Jarīr bin Yazīd bin Katsīr al-Tabarī.

Seorang mufassir yang lahir pada akhir tahun 224 H di daerah Amol, Tahabaristan. Karya tafsirnya

bernama Tafsīr al-Tabarī min Kitābihi Jāmi’ al-Bayān ‘an Ta’wīl Āy al-Qur’an. 2 Beliau adalah al-Syaikh Abū al-Qāsim Mahmūd bin ‘Umar al-Zamakhsyarī al-Khawārizmī,

seorang mufassir dengan karya monumentalnya dalam bidang tafsir berupa kitab tafsir, Tafsīr al-

Kasysyāf ‘an Haqāiq al-Tanzīl wa ‘Uyūn al-Aqāwīl fī Wujūd al-Ta’wīl. Beliau lahir pada hari Rabu

27 Rajab 467 H. Pada zamannya, beliau adalah satu-satu orang ‘ajam (non arab) yang paling

memahami akan bahasa arab. 3 Beliau adalah pengarang kitab tafsir Mafātih al-Ghaib. al-Rāzī bernama lengkap Abū

‘Abdullāh Muhammad bin ‘Umar bin al-Hasan bin al-Husain bin ‘Alī al-Rāzī al-Tabrastānī.

Mufassir ini lahir pada 544 H di daerah Ray. 4 Beliau adalah ulama besar serba bisa yang karyanya mencakup semua hal dalam berbagai

bidang keilmuan agama Islam. Beliau seorang mufassir yang bernama lengkap ‘Abd al-Rahman bin

Page 99: KEABADIAN DI DALAM NERAKArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40149/1/FAIZ... · I KEABADIAN DI DALAM NERAKA (Studi Perbedaan Ayat al-Qur’an dan Hadis Nabi) Skripsi

83

al-mahmūd dalam Q. S. al-Isrā ayat 79, yang artinya “… semoga Tuhanmu akan

membankitkanmu pada maqam yang meulia”, dengan makna syafaat.5 Meskipun

demikian, sebab adanya perbedaan dalil dalam al-Qur’ān dengan hadis mengenai

eksistensi syaf’at membuat beberapa golongan tidak mempercayai adanya syafaat

secara mutlak.

1) Definisi Syafaat

Secara etimologi syafaat berasal dari bahasa arab yang berarti pasaangan.

Kata tersebut merupakan bentuk perlawan kata dari al-witr, sebagaimana

dicontohkan dalam kalimat berikut 6.ك ان و تـ ر ا ف ش ف ع ت ه ش ف ع ا Kata al-syaf’u adalah

bentuk masdar dari syafa’a-yasyfa’u-syafā’atan.7

Pengertian syafaat dalam KBBI adalah perantaraan untuk menyampaikan

permohonan kepada Allah subhanallah wa ta’ala.8 Dilihat dari sisi terminologi,

Ibn al-Atsīr9 (wafat 630 H) menjelaskan bahwa syafaat adalah permohonan

pengampunan atas dosa dan kesalahan.10 Secara lebih lengkap, al-Qādī ‘Abd al-

Jabbār11 (wafat 1024 H) memaparkan bahwa syafaat adalah permohonan

Kamāl al-Dīn Abī Bakr bin Muhammad Sābiq al-Dīn al-Asyūtī, yang lahir pada tahun 849 H. Beliau

menulis tafsir, Tafsīr al-Jalālain¸ bersama temannya, Jalāl al-Dīn al-Mahallī. 5 ‘Abd al-Qādir Mustafa‘Abd al-Razzāq al-Muhammadī, al-Syafā’ah fī al-Hadīts al-Nabawī

(Beirut: Dār al-Kutub al-‘Ilmiyyah, 2005) h. 29 6 Ibn Manzūr, Jamāl al-Dīn Muhammad bin Mukram, Lisān al-‘Arabī (Beirut: Dār Sādir, t.t.)

Jilid VIII, h. 183 7 ‘Abd al-Qādir Mustafa ‘Abd al-Razzāq al-Muhammadī, al-Syafā’ah fī al-Hadīts al-Nabawī,

h. 23 8 Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Bahasa Indonesia (Jakarta: Pusat

Bahasa, 2008) h. 1576 9 Ibn al-Atsīr memiliki nama lengkap ‘Iz al-Dīn Abī al-Hasan al-Jazarī al-Mūsilī. Namun

beliau lebih masyhur dengan nama Ibn al-Atsīr al-Jazarī. Beliau hidup dalam rentang waktu 555 H

– 630 H. Beliau masyhur sebagai seorang ahli sejarah, dengan karyanya antara lain al-Kāmil fī al-

Tārīkh, al-Tārīkh al-Bāhīr fī al-Daulah al-Atābakiyah, Usūd al-Ghabah fī Ma’rifah al-Sahābah. 10 Syams al-Dīn Muhammad bin Ahmad bin ‘Utsmān al-Dzahabī, Itsbāt al-Syafa’ah (Riyād:

Adwā’ al-Salaf, 2000) h. 8 11 Beliau adalah al-Qādī Abū al-Hasan ‘Abd al-Jabbār bin Ahmad bin ‘Abd al-Jabbār bin

Ahmad bin al-Khalīl bin ‘Abdan al-Rāzī, yang lahir pada 359 H dan meninggal pada 415 H. Beliau

Page 100: KEABADIAN DI DALAM NERAKArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40149/1/FAIZ... · I KEABADIAN DI DALAM NERAKA (Studi Perbedaan Ayat al-Qur’an dan Hadis Nabi) Skripsi

84

seseorang kepada orang lain agar memberikan kepadanya suatu manfaat, atau

menolak suatu kesengsaraan (bahaya) dari orang tersebut.12 Ibn Taimiyyah13

(wafat 728 H) menambahkan keterangan bahwa syafa’ah hanya dapat diberikan

oleh orang yang berhak memberikan manfaat maupun menolak suatu bahaya

(madarat). Dengan demikian, maka syafaat atau pertolongan hanya bisa

diberikan oleh orang yang berhak memberikannya.

2) Pembagian Syafaat14

Berdasarkan waktu pemberian, syafaat dibagi menjadi dua, yaitu syafaat di

dunia dan syafaat di akhirat. Beberapa riwayat memberikan contoh mengenai

syafaat yang ada di dunia seperti: dikabulkannya doa umat yang meminta Nabi

untuk memohon diturunkan hujan, dan dikembalikannya penglihatan orang

yang buta.

Syafaat yang akan ada pada hari kiamat nanti dibagi menjadi dua, yaitu

syafa’ah al-manfiyyah, syafa’ah al-mutsbatah. Syafaat pertama merupakan

syafaat yang tidak diberlakukan untuk suatu golongan tertentu, sedangkan

syafaat yang kedua adalah syafaat yang diterima dan akan diberikan pada suatu

golongan tertentu juga.

lebih banyak berkarya dalam bidang ilmu kalam, hingga banyak melahirkan karya dalam bidang

tersebut, di antaranya: al-Khilāf wa al-Wafāq, al-Khātir, al-I’timād. 12 ‘Abd al-Qādir Mustafa ‘Abd al-Razzāq al-Muhammadī, al-Syafā’ah fī al-Hadīts al-

Nabawī, h. 23 13 Ibn Taimiyyah adalah seorang ulama besar yang lahir di daerah Hirān pada tahun 661 H.

Namun kemudian beliau dan keluarganya melakukan perjalanan hijrah dengan meninggal tempat

tinggalnya menuju daerah Damaskus setelah adanya penguasaan wilayah oleh Bangnsa Tartar.

Beliau bernama lengkap Taqy al-Dīn Abū al-‘Abbās Ahmad bin ‘Abd al-Halīm bin ‘Abd al-Salām

al-Numairī al-Hīrānī. Ibn Taimiyyah merupakan ulama kenamaan yang hidup pada akhir abad ke-7

sebagai seorang ahli fikih, ahli hadis, dan ahli tafsir yang bermadzhab hanbali. Perjalanan ilmiahny

dimulai sejak kecil dengan menghafal al-Quran kemudian berguru dalam banyak keilmuan kepada

lebih dari 200 guru. Pada usia 17 tahun, beliau sudah mulai berfatwa dengan izin dari gurunya,

Kamāl al-Dīn Ahmad bin Ni’mah al-Maqdisī, dan pada usia tersebut juga mulai mengarang kitab. 14 Abd al-Qādir Mustafa ‘Abd al-Razzāq al-Muhammadī, al-Syafā’ah fī al-Hadīts al-Nabawī,

h. 39 - 40

Page 101: KEABADIAN DI DALAM NERAKArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40149/1/FAIZ... · I KEABADIAN DI DALAM NERAKA (Studi Perbedaan Ayat al-Qur’an dan Hadis Nabi) Skripsi

85

Dengan demikian, berdasarkan adanya pembagian syafaat tersebut, maka

yang dikehendaki dalam hadis Nabi Muhammad sallallāhu ‘alayhi wa salamm

adalah syafaat di akhirat yang bersifat mutsbatah (diterima) oleh Allah

subhānahu wa ta’āla.

3) Syarat Syafaat

Syafaat seseorang akan dapat diterima dengan beberapa syarat yang harus

terpenuhi. Nāsir al-Dīn ‘Abd al-Rahmān al-Jadī’ menuliskan ada tiga syarat

yang harus ada agar syafaat dapat diterima oleh Allah subhānahu wa ta’ālā,

yaitu15:

a. Izin yang diberikan oleh Allah kepada pemberi syafaat agar untuk

memberikan syafaat

b. Ridho Allah kepada orang yang akan menerima syafaat.

c. Ahli Tauhid16

Berdasarkan hal tersebut, maka syafaat tidak serta merta dapat diberikan

seseorang kepada seseorang yang lain. Hanya orang yang mendapatkan izin

khusus dari Allah yang dapat memberikan syafaat. Demikian pula, sebagaimana

syarat pertama, penerima syafaat harus merupakan orang yang mendapat ridho

Allah subhānahu wa ta’āla, sehingga orang-orang yang telah disebutkan Allah

sebagai golongan yang tidak diampuni dosanya, maka tidak dapat menerima

15 Nāsir al-Dīn ‘Abd al-Rahmān al-Jadī’, al-Syafā’ah ‘Inda Ahl al-Sunnah wa al-Jamā’ah

wa al-Rad ‘Alā al-Mukhālifīn Fīhā (Saudi Arabia: Dār Atlas al-Khadrā’, 2009) h. 71 - 77 16 Syafaat pada hari kiamat tidak diberikan secara mutlak, bahkan ketentuan ini berlaku untuk

orang mu’min dan orang kafir. Syarat bahwa penerima syafaat adalah ahli tahuid menjelaskan

bahwa syarat dari diterima syafaat harus kepada orang mumin yang meninggal dalam keadaan masih

memegang kuat tahuid (tidak syirik). Sehingga keridhaan Allah secara jelas tidak berlaku untuk

hamba-hambanya yang kafir, bahkan Allah sendiri telah menjajikan kepada orang yang kafir dengan

kekekalan dalam neraka. Ulama lain menyebutkan syarat ketiga ini dengan istilah ahl ‘ahdi, dengan

makna yang sama. Bahkan mengenai hal ini, ada yang mengatakan seseorang ahli tauhid akan

menerima syafaat meskipun dia tidak melakukan amal kebaikan apapun pada masa hidupnya di

dunia.

Page 102: KEABADIAN DI DALAM NERAKArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40149/1/FAIZ... · I KEABADIAN DI DALAM NERAKA (Studi Perbedaan Ayat al-Qur’an dan Hadis Nabi) Skripsi

86

syafaat meskipun orang yang akan memberi syafaat telah mendapat izin untuk

memberikan suatu syafaat.

4) Pemberi Syafaat

Hadis tentang akan dikeluarkannya penghuni neraka dari dalam neraka dan

mendapat gelar al-jahannamiyyūn, baik yang menyebutkan tanpa syafaat

maupun dengan syafaat, tidak secara spesifik menjelaskan penghuni neraka

yang dikehendaki akan dikeluarkan dalam hadis tersebut.

Nabi adalah orang yang pertama kali berhak memberikan syafaat. Namun

demikian, syafaat tidak hanya dapat diberikan oleh Nabi Muhammad sallallahu

‘alaihi wa sallam saja, melainkan ada yang dapat memberikan selain beliau.

Ulama berbeda pendapat mengenai jumlah syafaat yang akan pada hari kiamat

kelak. Mustafa bin ‘Abd al-Razzāq al-Muhammadī, menyebutkan ada beberapa

yang dapat memberikan syafaat selain Rasūlullāh sallallahu ‘alaihi wa sallam.

Mustafa membagi menjadi dua bagian, yaitu syafaat yang berasal dari

seseorang tertentu dan syafaat yang berasal dari amaliyah seseorang.17

Pemberi syafaat dari kelompok pertama adalah para nabi, para malaikat,

para syuhada, dan orang-orang mu’min. Syafaat yang berasal dari amaliyah

seseorang bersumber dari kalimat tauhid, syafaat membaca al-Qur’ān, syafaat

puasa, syafaat atas kesabaran pada suatu kondisi yang memberatkan.18

Redaksi hadis, ي ت اع ف ش ب menunjukkan bahwa yang berhak memberikan

syafaat untuk mengeluarkan penghuni neraka dan memasukkannya ke dalam

17 Abd al-Qādir Mustafa ‘Abd al-Razzāq al-Muhammadī, al-Syafā’ah fī al-Hadīts al-Nabawī,

h. 59 18 Abd al-Qādir Mustafa ‘Abd al-Razzāq al-Muhammadī, al-Syafā’ah fī al-Hadīts al-Nabawī,

h. 60

Page 103: KEABADIAN DI DALAM NERAKArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40149/1/FAIZ... · I KEABADIAN DI DALAM NERAKA (Studi Perbedaan Ayat al-Qur’an dan Hadis Nabi) Skripsi

87

surga dikhususkan kepada Nabi Muhammad sallallahu ‘alaihi wa sallam

Syafaat yang dimiliki oleh Nabi Muhamammad sallallahu ‘alaihi wa sallam

sendiri terdiri atas beberapa macam, yaitu: syafa’ah al-kubrā, syafaat untuk

memasukkan umatnya ke surga tanpa hisab saat beliau sujud kepada Allah,

syafaat untuk memasukkan pelaku dosa besar di neraka ke surga, syafaat yang

diberikan kepada penghuni neraka untuk meringankan siksaan mereka.19

5) Penerima Syafaat dan Jenis Syafaat yang Diterima

Sebagaiman telah dijelaskan sebelumnya bahwa sumber syafaat (baca:

pemberi syafaat) ada beberapa macam, namun pada bagian ini hanya akan

dijelaskan penerima syafaat Nabi Muhammad sallallāhu ‘alaihi wa sallam dan

jenis atau bentuk syafaat yang akan diterima.

Dalam sebuah hadis disebutkan bahwa setiap nabi mempunyai do’a yang

mustajab20. Nabi Muhammad sallallāhu ‘alaihi wa sallam menyimpan do’a

mustajabnya tersebut dan akan digunakannya sebagai syafaat yang nanti akan

diberikan kepada umatnya.21 Terdapat beberapa jenis atau bentuk syafaat yang

19 Syams al-Dīn Muhammad bin Ahmad bin ‘Utsmān al-Dzahabī, Itsbāt al-Syafa’ah, h. 21 20 Redaksi hadis yang secara tekstual seakan memberikan pemahaman bahwa nabi hanya

memiliki satu do’a yang mustajab ini dipertanyakan oleh para ulama. Mereka mempermasalahkan

apakan nabi sebagai hamba yang dekat dengan Allah subhānahu wa ta’ālā hanya memiliki satu

kesempatan do’a yang dianggap mustajab. Perbedaan pendapat mengenai makna du’ā mustajabun

pada hadis tersebut diuraikan oleh Ibn Hajar al-‘Asqalānī dengan mengatakan bahwa yang dimaksud

dengan du’ā mustajabun adalah do’a yang paling utama dan para nabi tetap memiliki do’a-do’a yang

lain. Dzahir hadis juga memberikan pemahaman bahwa terdapat do’a-do’a para nabi yan tidak

dikabulkan oleh Allah subhānahu wa ta’ālā. Sebagaimana disebutkan, Nabi menyebutkan bahwa

diantara tiga do’a hanya dua yang dikabulkan sementara yang satu ditolak. Melengkapi penjelasan

mengenai hal ini, ada pendapat yang mengatakan bahwa du’ā mustajabun diartikan sebagai satu

permohonan yang pasti akan dikabulkan, berbeda dengan do’a yang lain dimana terkabul atau

tidaknya bergantung pada kehendak Allah untuk menerima atau tidak. Al-Imām Al-Nabawī juga

mengafirmasi, dengan mengatakan bahwa du’ā mustajabun adalah mutayaqqinah al-ijābah, yaitu

do’a yang pasti akan dikabulkan. 21 Abd al-Qādir Mustafa ‘Abd al-Razzāq al-Muhammadī, al-Syafā’ah fī al-Hadīts al-Nabawī,

h. 61

Page 104: KEABADIAN DI DALAM NERAKArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40149/1/FAIZ... · I KEABADIAN DI DALAM NERAKA (Studi Perbedaan Ayat al-Qur’an dan Hadis Nabi) Skripsi

88

akan diberikan oleh Nabi Muhammad sallallāhu ‘alaihi wa sallam kepada

umatnya nanti¸yaitu sebagai berikut:

1. Syafaat untuk Memasukkan Seseorang Tanpa Hisab

Kelompok orang yang akan menerima syafaat ini berjumlah 70 ribu22

orang. Terdapat syarat yang harus dipenuhi untuk menjadi bagian golongan

ini, yaitu: tidak suka memuji diri sendiri, tidak memakai jimat, tidak

melakukan ramalan-ramalan, dan mereka adalah orang yang bertawakkal

kepada Allah.23

2. Syafaat untuk Orang yang Amal Baik dan Amal Buruk Seimbang

Para ulama menyepakati bahwa yang dimaksud dengan ahl al-a’rāf

adalah sebutan bagi kelompok ini. Mereka tidak memiliki hak masuk neraka

mapun masuk surga meskipun hati mereka akan condong memilih masuk

surga.24

3. Syafaat untuk Orang Tua Nabi Muhammad sallallāhu ‘alaihi wa sallam

Landasan tentang status keimanan orang tua nabi berpijak pada hadis

mengenai dihidupkannya kembali ibunda nabi kemudian beriman kepada

kenabian putranya. Beberapa orang menilai hadis terssebut maudhu’, akan

tetapi al-Imām al-Suyūtī menjelaskan bahwa hadis tersebut berstatus hukum

dha’īf, bukan maudhū’. Alasan penganggapan maudhu’ oleh orang yang

mengatakannya adalah adanya jahalah25 rawi dan bertentangan dengan

22 Sebagian ulama mengatakan bahwa angka 70 ribu yang terdapat pada hadis ini untuk

menunjukkan makna banyak, bukan diartikan sebagai jumlah tertentu, yaitu tujuh puluh ribu. 23 Abd al-Qādir Mustafa ‘Abd al-Razzāq al-Muhammadī, al-Syafā’ah fī al-Hadīts al-Nabawī,

h. 83 - 85 24 Abd al-Qādir Mustafa ‘Abd al-Razzāq al-Muhammadī, al-Syafā’ah fī al-Hadīts al-Nabawī,

h. 88 - 89 25 Seorang rawi tidak dikenal identitasnya

Page 105: KEABADIAN DI DALAM NERAKArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40149/1/FAIZ... · I KEABADIAN DI DALAM NERAKA (Studi Perbedaan Ayat al-Qur’an dan Hadis Nabi) Skripsi

89

hadis lain tentang larangan ziarah kubur. Namun menurut al-Suyūtī rawi

yang dianggap sebagai majhul telah disebutkan oleh al-Dzahabī sehingga

kemajhulan sudah tidak berlaku. Sementara berkaitan dengan hadis ziarah

kubur, maka digunakan ilmu nasikh mansukh, sehingga diketahui bahwa

hadis tentang larangan ziarah kubur ke makam ibunda nabi untuk meminta

ampunan atasnya dinaskh oleh hadis tentang dibangkitkannya ibunda

nabi.26

4. Syafaat untuk Paman Nabi, Abū Tālib

Nabi Muhammad sallallāhu ‘alaihi wa sallam kelak akan memberikan

syafaat untuk pamannya berupa meringankan siksa yang diterimanya.27

لله هل نـفعت أبا طالب قال: يا رسول ا عن العباس بن عبد المطل ب رضي الله عنه أنه

فإنه ولو ال أنا ˛ن النار لك ؟ قال: نـعم هو في ضحضاح م كان يحوطك و يـغضب بشي

رك السفل من النار لكان في الد

“dari al-‘Abbās bin ‘Abd al-Mutallib, berkata: “Wahai Rasulallāh, apa Abū

Tālib akan memperoleh manfaat dari perbuatannya (di dunia), sebab dia

menjagamu dan marah karenamu ?”, Rasūlullāh sallallhu ‘alaihi wa sallam

menjawab: “Ya, dia (Abū Tālib) berada pada suatu air di neraka, jika bukan karena (syafaat)ku, pasti dia berada pada dasar neraka paling bawah”.

26 Al-Suyūtī, Jalāl al-Dīn, al-Ta’zīm wa al-Minnah fī Annā Abawai al-Nabī fī al-Jannah

(T.Tp.: Dār Jawāmi’ al-Kalim, t.t.) h. 1-20 27 Muhammad ibn Abī al-‘Iz al-Hanafī¸ Syarh al-Tahāwiyyah fī al-‘Aqīdah al-Salafiyyah

(Kairo: Dār al-Hadīts, 2005) h. 166

Page 106: KEABADIAN DI DALAM NERAKArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40149/1/FAIZ... · I KEABADIAN DI DALAM NERAKA (Studi Perbedaan Ayat al-Qur’an dan Hadis Nabi) Skripsi

90

5. Syafaat untuk Mengeluarkan Penghuni Neraka

Pada suatu riwayat disebutkan bahwa Nabi bersabda عتي لهل الكبائر اف ش

Riwayat ini menjelaskan bahwa para pelaku dosa kelak akan .من أمتي

mendapatkan syafaat dari baginda Rasūlullah sallallhu ‘alaihi wa sallam.

Syafaat ini hanya akan diberikan kepada pelaku dosa28 yang masuk ke

dalam neraka dengan catatan bahwa dia adalah ahl al-tauhīd.29 Hal ini juga

dijelaskan oleh Nāsir al-Dīn ‘Abd al-Rahmān al-Jadī’ bahwa al-kabāir

dimaknai secara khusus sebagai orang yang berlaku maksiat dari kalangan

ahli tauhid, yang masuk ke dalam neraka disebabkan oleh dosa-dosa yang

mereka perbuat.30

Allah subhānahu wa ta’ālā berfirman dalam Q. S. al-Nisa ayat 48

sebagai berikut:

ل من يشرك بالله فـقد افـتـر ك لمن يشاء و إن الله ال يـغفر أن يشرك به ويـغفر ما دون ذ

ا إثم ا عظيم

“Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia

mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang

dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan Allah, maka

sungguh ia telah berbuat dosa yang besar”.

28 Diantara kelompok yang menolak adanya pembebasan hamba dari neraka bagi pelaku dosa

adalah Khawarij dan Mu’tazilah. 29 Abd al-Qādir Mustafa ‘Abd al-Razzāq al-Muhammadī, al-Syafā’ah fī al-Hadīts al-Nabawī,

h. 91 30 Nāsir Al-Dīn ‘Abd Al-Rahmān Al-Jadī’, al-Syafā’ah ‘Inda Ahl al-Sunnah wa al-Jamā’ah

wa al-Rad ‘Alā al-Mukhālifīn Fīhā, h. 51

Page 107: KEABADIAN DI DALAM NERAKArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40149/1/FAIZ... · I KEABADIAN DI DALAM NERAKA (Studi Perbedaan Ayat al-Qur’an dan Hadis Nabi) Skripsi

91

Sebagian kelompok ada yang bependapat bahwa bentuk syafaat yang

akan diterima seseorang berdasarkan hadis di atas adalah pembatalan

seorang hamba yang akan dimasukkan ke dalam neraka, sehingga dia batal

menjadi penghuni neraka. Pendapat tersebut muncul dengan melihat

keumuman hadis di atas.31

Berdasarkan pemaparan di atas mengenai syafaat, maka dapat dipahami bahwa

para penghuni neraka yang akan dikeluarkan dari dalam neraka harus merupakan

seorang yang ahli tauhid.

B. Amal Baik

Setiap orang tentu pernah melakukan amal perbuatan, baik maupun buruk,

termasuk orang kafir sekalipun. Setiap amal perbuatan akan diberikan balasan

meskipun itu hanya amalan yang kecil. Allah subhānahu wa ta’ālā menyebutkan

dalam Q. S. al-Zalzalah ayat 8-9:

﴾٥﴿ومن يـعمل مثـقال ذرة شرا يـره ﴾٢﴿يـره من يـعمل مثـقال ذرة خيـر اف

“Barang siapa melakukan amal kebaikan sekecil apapun, maka dia akan melihat

(mendapatkan) balasannya, dan barang siapa melakukan perbuatan buruk sekecil

apapun, maka dia akan melihat (mendapatkan) balasannya.”

Pada bab sebelumnya telah disebutkan salah satu hadis tentang salah satu sebab

dikeluarkannya seorang hamba dari dalam neraka, yaitu karena kebaikan yang

dimiliki oleh orang tersebut. Jika diamati matan hadis tersebut, maka dapat

ditemukan bahwa terdapat satu syarat yang harus selalu ada, yaitu orang tesebut

adalah ahli tauhid. Hal ini didasarkan pada kalimat الله ل إ ه ل إ ل ال ق ن م

31 Nāsir al-Dīn ‘Abd al-Rahmān al-Jadī’, al-Syafā’ah ‘inda Ahl al-Sunnah wa al-Jamā’ah wa

al-Rad ‘alā al-Mukhālifīn Fīhā, h. 56

Page 108: KEABADIAN DI DALAM NERAKArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40149/1/FAIZ... · I KEABADIAN DI DALAM NERAKA (Studi Perbedaan Ayat al-Qur’an dan Hadis Nabi) Skripsi

92

Berdasarkan hal tersebut, maka akan dipahami bahwa tidak semua penghuni

neraka yang memiliki kebaikan akan dikeluarkan dari dalam neraka, akan tetapi

dibatasi pada orang yang memiliki amal perbuatan baik dan termasuk ahli tauhid.

C. Perbedaan Dalil tentang Konsep Kekekalan Penghuni Neraka

Perbedaan yang terjadi antara dua dalil atau lebih secara tekstual adalah hal

yang sering ditemui dalam dalil nas. Berdasarkan pada pemaparan sebelumnya,

dapat ditemukan perbedaan yang terjadi antara beberapa dalil berkaitan dengan

konsep para penghuni neraka, baik antar hadis maupun hadis dengan al-Qur’ān.

Sebagian di antara hadis yang bertentangan, ada yang memungkinkan untuk

diamalkan keduanya, maka keduanya wajib di amalkan. Akan tetapi apabila

diketahui salah satu dari dua atau lebih hadis merupakan hadis yang sudah dinaskh

(dihapus), maka yang diamalkan adalah hadis yang belum dihapus hukumnya.

Kemudian jika diketahui bahwa di antara hadis yang bertentangan ada hal yang bisa

diunggulkan, seperti melihat keunggulan antara perawi, maka hadis yang

diamalkan adalah yang lebih unggul dari sisi tersebut.32

Berdasarkan hasil penelitian yang terdapat pada pembahasannya sebelumnya,

dapat ditemukan bahwa terdapat beberapa redaksi dalil yang berbeda antara yang

satu dengan yang lainnya. Masing-masing dalil tersebut mengandung informasi

mengenai golongan-golongan yang akan dikeluarkan dari dalam neraka dan yang

kekal di dalamnya.

Golongan pertama terdapat dalam riwayat al-Bukhārī, yang menginfomasikan

bahwa Nabi Muhammad sallallāhu ‘alaihi wa sallam menyebutkan terdapat

golongan yang akan dikeluarkan dari dalam neraka dan disebut dengan al-

32 ‘Ali Mustafa Yaqub, Cara Benar Memahami Hadis (Jakarta: Pustaka Firdaus, 2016) h.

192

Page 109: KEABADIAN DI DALAM NERAKArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40149/1/FAIZ... · I KEABADIAN DI DALAM NERAKA (Studi Perbedaan Ayat al-Qur’an dan Hadis Nabi) Skripsi

93

Jahannamiyyūn. Mereka dikeluarkan dari dalam neraka hanya dengan syarat telah

melewati masa penyiksaan. Hal ini disebutkan dalam riwayat berikut:

ن ي ي م ن ه ج : ال ة ن ج ال ل ه أ م ه ي م س ي ، فـ ة ن ج ال ن و ل خ د ي ، فـ ع ف ا س ه نـ م م ه س ا م م د ع بـ ار الن ن م م و قـ ج ر خ ي

“nanti aka ada orang yang keluar dari neraka, setelah mereka dibakar di dalamnya,

kemudiam mereka masuk ke dalam surga, lalu para penduduk surga menyebutnya

dengan al-jahannamiyyūn.”33

Beradasarkan hadis di atas, maka akan dipahami bahwa setiap pelaku dosa yang

telah mengalami masa dibakar di dalam neraka, akan keluar dari neraka. Hadis di

atas tidak membatasi pada siapapun, sehingga jika hanya berhenti pada hadis di

atas, akan muncul kesimpulan bahwa semua orang akan dikeluarkan dari neraka

bersamaan dengan telah selesainya masa pembakaran pelaku dosa di dalam neraka.

Golongan kedua terdapat pada Abū ‘Īsā dalam Sunan al-Tirmīdzi, al-Imām

Muslim dalam Sahīh Muslim, dan al-Imām al-Bukhārī dalam Sahīh Al-Bukhārī,

yaitu orang-orang yang mendapatkan syafaat dari Nabi Muhammad sallallāhu

‘alaihi wa sallam. Secara lengkap redaksi hadis tersebut berbunyi sebagai berikut:

ثـنا ثـنا يحيى ،د مسد حد ،ن ي ص ح ن ب ان ر م ع ان ث د ح ،أبـو رجاء ان ثـ د ح ،ان و ك ذ ن ب ن س ح ال ن ، ع حد

ة ن ج ال ن و ل خ د ي ف د م ح م ة اع ف ش من النار ب 34ام و ق ي خرج أ : م ل س و ه ي ل ع ى الله ل ص الله ل و س ر ال : ق ال ق

ن و ي م ن ه ج ال ن و م س ي و

“Musaddad telah menceritakan kepada kami, Yahyā telah menceritakan kepada

kami, dari al-Hasan bin Dzakwān, Abū Rajā’ telah menceritakan kepada kami,

‘Imrān bin Husain berkata: Rasūlullah sallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: ‘akan

33 Al-Bukhārī, Muhammad bin Ismā’īl, Sahīh al-Bukhārī, Jilid IV, h. 330 34 Penulis mendapatkan, di dalam kitab Sahīh al-Bukhārī hanya ditulis menggunakan redaksi

kata قوم dan tidak ditemukan kata أقوام (al-Imām al-Bukhārī tidak mengguanak kata tersebut).

Page 110: KEABADIAN DI DALAM NERAKArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40149/1/FAIZ... · I KEABADIAN DI DALAM NERAKA (Studi Perbedaan Ayat al-Qur’an dan Hadis Nabi) Skripsi

94

keluar suatu kaum dari neraka berkat syafaat Muhammad, kemudian mereka akan

masuk ke dalam surga, dan dinamakan al-jahannamiyyūn.”35

atau dalam redaksi lain yang masih memiliki kesamaan makna disebutkan sebagai

berikut:

ن و يـ م ن ه ج ال ن و م س , ي ي ت اع ف ش ب ار الن ن م ي ت م أ ن م م و قـ ج ر خ ي

“akan keluar suatu kaum dari golongan umatku dari nerak, sebab syafaatku, mereka

dinamakan al-jahannamiyyūn”36

atau dalam redaksi lain yang masih memiliki kesamaan makna disebutkan sebagai

berikut:

ن و يـ م ن ه ج ال ن و م س ي ي ت اع ف ش ب ار الن ن م ي ت م أ ن م م و قـ ن ج ر خ ي ل

“sungguh nanti akan keluar suatu kaum dari neraka oleh sebab syafaatku, mereka

disebut dengan Al-Jahannamiyyūn”.37

Berdasarkan sabda Rasūlullāh sallallhu ‘alaihi wa sallam di atas, maka dapat

diketahui bahwa orang yang akan dikeluarkan dari dalam neraka dan disebut

dengan al-Jahannamiyyūn adalah orang yang mendapat syafaat dari Rasūlullāh

sallallhu ‘alaihi wa sallam.

Golongan ketiga terdapat dalam dua hadis riwayat al-Tirmīdzī (wafat 279 H)

dan satu hadis dalam riwayat Muslim. Mereka yang dikeluarkan dari neraka dalam

hadis ini adalah orang-orang yang mengucapkan kalimat tauhid: lā ilāha illa Allah

dan di dalam hatinya masih terdapat amal kebaikan meskipun sekecil atom. Redaksi

lengkap riwayat ini sebagai berikut:

35 Walī Al-Dīn Abū ‘Abdillāh Muhammad bin ‘Abdillāh al-Khatīb al-Tabrizī, Misykāh al-

Masābīh, Jilid II, h. 324 36 Walī al-Dīn Abū ‘Abdillāh Muhammad bin ‘Abdillāh al-Khatīb al-Tabrizī, Misykāh al-

Masābīh, Jilid II, h. 324 37 al-Tirmīdzī, Abū ‘Īsā Muhammad bin ‘Īsā, Sunan al-Tirmīdzī, Jilid IV, h. 421

Page 111: KEABADIAN DI DALAM NERAKArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40149/1/FAIZ... · I KEABADIAN DI DALAM NERAKA (Studi Perbedaan Ayat al-Qur’an dan Hadis Nabi) Skripsi

95

م ث ˛ير ما يزين شعيـرة ه إال الله وكان في قـلبه من الخ الإل : ال ق ن م ار الن ن م ج ر خ : ي الله ل و س ر ال ق

ن م ار الن ن م ج ر خ ي م ث ˛ة ر بـ ه إال الله وكان في قـلبه من الخير ما يزين الإل : ال ق ن م ار الن ن م ج ر خ ي

38ة ر ذ ه إال الله وكان في قـلبه من الخير ما يزين الإل : ال ق

“Rasūlullāh sallallhu ‘alaihi wa sallam bersabda: ‘nanti orang yang pernah

mengucapkan kalimat lā ilāha illa Allah dan di hatinya ada sebutir kebaikan akan

keluar dari neraka, kemudian keluar dari neraka orang yang memiliki kebaikan

sebutir gandum dan mengucapkan kalimat lā ilāha illa Allah, kemudian kemudian

keluar dari neraka orang yang memiliki kebaikan sekecil atom dan mengucapkan

kalimat lā ilāha illa Allah”.

كان في قـلبه من الخير ما ه إال الله و الإل ال ق ن م ار الن ن ا م و ج ر خ : أ ة ب ع ش ال ق و ار الن ن م ج ر خ :ي ال ق

ا و ج ر خ أ ˛ة ر بـ ين ه إال الله وكان في قـلبه من الخير ما يز الإل : ال ق ن م ار الن ن ا م و ج ر خ أ ˛زين شعيـرة ي

39 ة ر ذ ه إال الله وكان في قـلبه من الخير ما يزين الإل : ال ق ن م ار الن ن م

“Rasūlullāh sallallhu ‘alaihi wa sallam bersabda: ‘keluarkan orang yang pernah

mengucapkan kalimat lā ilāha illa Allah dan di hatinya ada sebutir kebaikan akan

keluar dari neraka, kemudian dikatakan: keluarkan orang yang pernah

mengucapkan kalimat lā ilāha illa Allah dan memiliki kebaikan sebutir, kemudian

dikatakan: keluarkan orang yang pernah mengucapkan kalimat lā ilāha illa Allah

dan keluar dari neraka orang yang memiliki kebaikan sekecil atom”.

يمان قال يخرج من النار من كان في قلب قال: وسلم عليه أن رسول الله صلى الله ه مثـقال ذرة من ا

40أبـو سعيد فمن شك فـليـقرأ إن الله ال يظلم مثـقال ذرة

“Sesungguhnya Rasūlullāh berkata: kelak orang yang di dalam hatinya memiliki

sebutir keimanan akan dikeluarkan dari dalam neraka. Abu Sa’īd berkata: maka

38 Muslim bin al-Hajjāj al-Naisābūrī, Sahīh Muslim, Jilid I, h. 192 39 al-Tirmīdzī, Abū ‘Īsā Muhammad bin ‘Īsā, Sunan al-Tirmīdzī, Jilid IV, h. 422 40 al-Tirmīdzī, Abū ‘Īsā Muhammad bin ‘Īsā, Sunan al-Tirmīdzī, Jilid IV, h. 424

Page 112: KEABADIAN DI DALAM NERAKArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40149/1/FAIZ... · I KEABADIAN DI DALAM NERAKA (Studi Perbedaan Ayat al-Qur’an dan Hadis Nabi) Skripsi

96

ketika seseorang memiliki keraguan, maka bacalah (ayat yang artinya):

sesungguhnya Allah tidak akan melakukan sebuah kezaliman sekecil apapun”

Berdasarkan pengelompokkan di atas, maka dapat diklasifikasikan golongan

penghuni neraka yang nanti akan dikeluarkan dari dalam neraka, sebagai berikut:

No Nama Golongan Sebab Dikeluarkan Landasan Dalil

1 al-Jahannamiyyun

Telah selesai masa

penyiksaan (pembakaran di

neraka)

H.R. al-Bukhārī

2 al-Jahannamiyyun

Mendapat syafaat dari

Rasūlullah sallallhu ‘alaihi

wa sallam.

H.R. al-Bukhārī,

H.R. al-Tirmīdzī

3 Tidak Disebutkan

Memiliki amal baik dan

Ahli Tauhid (mengucapa lā

ilāha illā Allāh)

H.R. Muslim

H.R. al-Tirmīdzī

Apabila merujuk pada tabel di atas, maka akan dipahami bahwa semua

penduduk neraka jahannam akan dikeluarkan dari dalam neraka pada masa tertentu

dengan sebab masing-masing, sementara terdapat ayat al-Qur’ān yang menyebut

tentang kekekalan penghuni neraka. Selain itu, sebagaimana diketahui dan

diterangkan di awal, bahwa neraka tidak hanya jahannam, bahkan penghuni neraka

yang dalam al-Qur’ān tidak dikatakan kekal, terdapat pada neraka selain jahannam.

Oleh karerna itu, penulis, menghimpun ayat-ayat yang membicarakan tentang

kekekalan penghuni neraka dengan kata kunci kekal (dalam bahasa Arab: خالد) dan

nama-nama neraka. Berikut ini adalah tabel hasil penghimpunan data yang

dilakukan oleh penulis.

Page 113: KEABADIAN DI DALAM NERAKArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40149/1/FAIZ... · I KEABADIAN DI DALAM NERAKA (Studi Perbedaan Ayat al-Qur’an dan Hadis Nabi) Skripsi

97

1) Ayat al-Qur’ān yang Menggunakan Redaksi Khālidūn (خالدون)

al-Qur’ān menggunakan menggunakan kata khālidūn untuk menjelaskan

tentang keabadian berkaitan dengan surga, neraka, adzab, dan rahmat. Kata

khālidūn digunakan untuk membicarakan tentang keabadian penghuni surga

sebanyak tujuh kali. Adapaun kata khālidūn digunakan untuk membicarakan

ayat tetang keabadian penghuni neraka sebanyak empat belas kali, sebagaimana

terdapat di dalam tabel berikut:

No Lokasi Ayat Objek Keterangan

1 al-Baqarah: 39 Orang kafir dan pendusta ayat

Allah

Masuk neraka

dan kekal di

dalamnnya

2 al-Baqarah: 81 Orang yang berdosa41

3 al-Baqarah: 217

Orang yang murtad dan

meninggal dalam keadaan

kafir

4 al-Baqarah: 257 Orang kafir (138)

5 al-Baqarah: 275 Pemakan harta riba

6 Ali ‘Imrān: 116 Orang kafir

7 al-A’rāf: 36 Pendusta ayat Allah serta

sombong terhadapnya

8 al-Taubah: 17 Orang kafir

9 Yūnus: 27 Orang yang berbuat jahat42

10 al-Ra’d: 5 Orang kafir

11 al-Anbiyā’: 99 Penyembah berhala Masuk neraka

jahannam dan

kekal di

dalamnya

12 al-Mu’minūn: 103 Orang yang ringan timbangan

amal baiknya

13 al-Zukhrūf: 74 Orang yang berbuat dosa43

41 Kalimat orang yang berbuat dosa pada ayat ini, tidak diartikan secara umum. Ibn Jarīr

mengambil dilalah dengan adanya hukuman kekal di dalam neraka yang terdapat pada akhir ayat ini

sebagai hujjah bahwa yang dimaksud dengan keburukan pada ayat ini adalah syirik. Adapaun

kekekalan orang yang berbuat syirik di dalam neraka disebabkan karena dosa syirik tersebut telah

menyelimuti dirinya, sehingga belum sempat bertaubat, akan tetapi sudah meninggal terlebih

dahulu. Ibn Katsīr menjelaskan bahwa orang yang dimaksud pada ayat di atas adalah orang yang

pada saat teradi hari kiamat tidak membawa sedikit pun amal kebaikan. 42 Ibn Katsīr menjelaskan bahwa perbuatan jahat pada ayat ini dilakukan oleh orang yang

kafir kepada Allah dan Rasul-Nya. 43 Ibn Jarīr al-Tabarī menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan mujrim pada ayat ini adalah

perbuatan kufur kepada Allah yang pelakunya disebut dengan kafir.

Page 114: KEABADIAN DI DALAM NERAKArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40149/1/FAIZ... · I KEABADIAN DI DALAM NERAKA (Studi Perbedaan Ayat al-Qur’an dan Hadis Nabi) Skripsi

98

14 al-Mujādalah: 17 Orang munafik

Masuk neraka

dan kekal di

dalamnya

al-Imām Ibn Jarīr al-Tabarī menjelaskan perihal al-Baqarah ayat 39, bahwa

penghuni neraka akan tinggal selama tanpa ada batas masa untuk keluar

darinya.44 Akan tetapi, ada tambahan dari al-Imām Ibn Katsīr dalam kitab

tafsirnya, bahwa berbeda dengan orang yang masuk neraka sebab kesalahannya,

maka golongan ini akan bisa keluar dari dalam neraka dengan adanya syafaat.45

2) Ayat al-Qur’ān yang Menggunakan Redaksi Khālidīn (خالدين)

Penggunaan kata yang menjelaskan tentang keabadian penghuni neraka

dalam al-Qur’ān, selain dengan kata khālidūn, juga terdapat penggunaan kata

khālidīn. Kata khālidīn digunakan untuk membicarakan tentang keabadian

penghuni surga sebanyak 27 kali. Adapaun kata khālidīn digunakan untuk

membicarakan ayat tetang keabadian penghuni neraka sebanyak sebelas kali,

sebagaimana terdapat di dalam tabel berikut:

No Lokasi Ayat Objek Keterangan

1 al-Nisā’: 168-

169 Orang kafir dan dzalim46

Masuk neraka

jahannam dan kekal

di dalamnya

2 al-An’ām: 128 Orang yang mengikuti

godaan syaitan

Masuk neraka dan

kekal, kecuali Allah

menghendaki (yang

lain)

3 al-Tawbah: 68 Orang kafir dan munafiq Masuk neraka

jahannam dan kekal

44 Ibn Jarīr al-Tabarī, Tafsīr al-Tabarī (Beirut: Muassasah al-Risālah, 1994) Jilid I, h. 183 45 Ismā’īl bin ‘Umar bin Katsīr al-Dimasyqī, Tafsīr al-Qur’ān al-‘Azīm (Saudi Arabia: Dār

Tayyibah, 1999) Jilid I, h. 241 46 Kafir dan dzalim di sini bercampur menjadi satu pada diri seseorang.

Page 115: KEABADIAN DI DALAM NERAKArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40149/1/FAIZ... · I KEABADIAN DI DALAM NERAKA (Studi Perbedaan Ayat al-Qur’an dan Hadis Nabi) Skripsi

99

4 Hud: 107 Orang yang celaka

Masuk neraka dan

kekal, kecuali Allah

menghendaki (yang

lain)

5 al-Nahl: 29 Orang takabbur47 Masuk neraka

jahannam dan kekal

6 al-Ahzāb: 65 Orang kafir Masuk neraka sa’ir

dan kekal

7 al-Zumar: 72 Orang kafir Masuk neraka

jahannam dan kekal 8 Ghāfir: 76 Orang takabbur terhadap

ayat-ayat Allah

9 al-Taghābūn: 10 Orang kafir dan pendusta

ayat Allah

Masuk neraka dan

kekal di dalamnnya

10 al-Jīn: 23 Orang yang durhaka48

kepada Allah dan Rasul

Masuk neraka

jahannam dan kekal

di dalamnya

11 al-Bayyinah: 6 Orang kafir dan musyrik Masuk neraka dan

kekal di dalamnya

3) Ayat al-Qur’ān yang Menggunakan Redaksi Khālidan (خالدا)

Penggunaan kata khālidan di dalam al-Qur’ān hanya untuk pembahasan

neraka, dengan penejalasan sebagaimana di dalam tabel di bawah ini:

No Lokasi Ayat Objek Keterangan

1 al-Nisā’: 14

Orang yang bermaksiat

dan melewati batas

aturan49 kepada Allah dan

Rasul

Masuk neraka dan

kekal di dalamnya

2 al-Nisā’: 93 Pembunuh orang beriman

dengan sengaja

47 Ibn Jarīr menjelaskan bahwa takabbur yang dimaksud dalam ayat ini adalah orang yang

bersikap sombong kepada Allah dengan cara tidak mengkaui keTuhanan Allah 48 Durhaka pada ayat ini diartikan sebagai tindakan seseorang yang menyelisihi perintah dan

larangan Allah. Orang-orang yang durhaka tersebut juga belaku kafir dan memerangi risalah Allah. 49 Ibn Jarīr menyebutkan bahwa keingkaran mereka yang menyebabkan keluar dari agama

Islam dan menjadikannya kafir kepada Allah

Page 116: KEABADIAN DI DALAM NERAKArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40149/1/FAIZ... · I KEABADIAN DI DALAM NERAKA (Studi Perbedaan Ayat al-Qur’an dan Hadis Nabi) Skripsi

100

3 al-Taubah: 63

Orang munafik yang

menentang Allah dan

Rasul

Masuk neraka

jahannam dan kekal

di dalamnya

4) Ayat al-Qur’ān yang Menggunakan Nama-Nama Neraka

al-Qur’ān sendiri menyebutkan nama-nama neraka dalam ayat-ayatnya

untuk menjelaskan tempat kembali seseorang. Ada beberapa nama neraka yang

disebutkan dalam al-Qur’ān, sebagaimana terdapat di dalam tabel di bawah ini:

a. Penggunaan Kata Sa’īr

No Lokasi Ayat Objek Keterangan

1 al-Nisā’: 10 Pemakan harta anak

yatim

Masuk neraka

sa’ir

2 al-Nisā’: 55 Menghalangi orang

beriman

Masuk neraka

jahannam yang

apinya menyala-

nyala (sa’ir)

3 al-Isrā’: 97

4 al-Furqān: 11 Orang yang mendustakan

hari akhir

Masuk neraka

sa’ir

5 al-Ahzāb: 64 Orang kafir

6 al-Fath: `13

Orang kafir yang tidak

beriman kepada Allah

dan Rasul

7 al-Insyiqāq: 12

Orang yang mendapat

buku catatan amal dari

belakang

b. Penggunaan Kata Jahīm

No Lokasi Ayat Objek Keterangan

1 al-Wāqi’ah: 94 Orang sesat yang

berdusta

Dibakar di neraka

Jahim

2 al-Infitār: 14 Orang yang duhaka

kepada Allah

Masuk neraka

jahim

c. Penggunaan Kata Lazā

Page 117: KEABADIAN DI DALAM NERAKArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40149/1/FAIZ... · I KEABADIAN DI DALAM NERAKA (Studi Perbedaan Ayat al-Qur’an dan Hadis Nabi) Skripsi

101

No Lokasi Ayat Objek Keterangan

1 al-Ma’ārij: 15 Orang kafir Masuk neraka

lazā

d. Penggunaan Kata Hutamah

No Lokasi Ayat Objek Keterangan

1 al-lHumazah: 1-

9

Orang yang suka

mengumpulkan harta dan

menghitung - hitungnya

Masuk neraka

hutamah

Berdasarkan pada data di atas, maka dapat dipahami bahwa kekekalan

konsep seseorang sebagai penghuni abadi neraka tetap berlaku. Hal tersebut

diberlakukan kepada orang-orang yang kafir, syirik, murtad, dan atau yang

meninggal dalam keadaan tidak beriman.

Nabi tidak memberikan penjelasan mengenai nama khusus bagi orang yang

keluar dari neraka selain jahannam, sebagaimana al-jahannamiyyūn. Demikian

pula pada hadis yang menerangkan tentang al-jahannamiyyūn, Nabi tidak

menyebut neraka jahannam secara khusus, akan tetapi menggunakan kata al-

nār. Sehingga disimpulkan bahwa nama al-jahannamiyyūn diberikan kepada

semua orang yang keluar dari neraka. Dengan demikian, maka orang yang

keluar dari neraka dan mendapat sebutan al-jahannamiyyūn, mencakup sebab

habisnya masa siksaan, mendapat syafaat, dan atau memiliki amal kebaikan.

D. Metode Penyelesaian Perbedaan Dalil menurut al-Syāfi’ī

al- Syāfi’ī memberikan penjelasan bahwa terdapat beberapa ilmu yang dapat

digunakan oleh seseorang untuk dapat memahami sebuah hadis. Ilmu tersebut

adalah mengetahui nāsikh dan mansūkh, mengetahui al-‘ām dan al-khās, memiliki

Page 118: KEABADIAN DI DALAM NERAKArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40149/1/FAIZ... · I KEABADIAN DI DALAM NERAKA (Studi Perbedaan Ayat al-Qur’an dan Hadis Nabi) Skripsi

102

pengetahuan tentang mafhūm al-mukhālafah, mengetahui asbāb wurūd al-hadīts,

memilliki pengetahuan ikhtilāf al-hadīts.50

Pada penelitian ini, ilmu mukhtalaf al-hadīts yang digunakan menerapkan

metode al-Jam’u51. Dua hal yang berbeda, dalam hal ini adalah hadis dan al-Qur’ān

yang bertentangan mengenai kekekalan penghuni neraka, harus dipilih salah satu

sebagai hal yang dinilai dapat mengakomodir maksud yang sebenarnya berdasarkan

dalil yang menunjukkan lebih kuatnya hal yang dipilih tersebut.52 Peneliti dalam

hal ini menyelesaikan perbedaan anatara dua nash di atas dengan hadis mutlak dan

hadis yang muqayyad.

Tiga hadis yang dijelaskan pada bab-bab sebelumnnya terbagi menjadi tiga

macam:

1) Hadis Mutlak

يهم أهل الجنة ،فـيدخلون الجنة ،سفع منـها يخرج قـوم من النار بـعد ما مسهم فـيسم

53الجهنميـ ون.

“nanti aka ada sekolompok orang yang keluar dari neraka, setelah mereka

dibakar di dalamnya, kemudiam mereka masuk ke dalam surga, lalu para

penduduk surga menyebutnya dengan al-jahannamiyyūn”

Hadis ini bersifat mutlak, yang berarti memasukkan semua orang yang

berada dalam neraka sebagai golongan yang akan dikeluarkan dari dalam

50 ‘Abd al-Hakim al-Wahīd, Manhaj Fahm al-Sunnah al-Nabawiyah ‘inda al-Imām al-Syāi’ī

fī Kitābihi Al-Risalah, h. 4-8 51 Menggunakan atau mengamalkan kedua hadis yang secara lahiriyah bertentangan dengan

cara tertentu. 52 ‘Abd al-Hakim al-Wahīd, Manhaj Fahm al-Sunnah al-Nabawiyah ‘inda al-Imām al-Syāi’ī

fī Kitābihi al-Risalah, h. 4 53 al-Bukhārī, Muhammad bin Ismā’īl, Sahīh al-Bukhārī Kitāb al-Raqāq Bāb Sifah al-

Jannah wa al-Nār, Jilid IV, h. 330

Page 119: KEABADIAN DI DALAM NERAKArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40149/1/FAIZ... · I KEABADIAN DI DALAM NERAKA (Studi Perbedaan Ayat al-Qur’an dan Hadis Nabi) Skripsi

103

neraka. Hal ini dapat diketahui dengan kalimat ع ف ا س ه نـ م م ه س ا م م د ع بـ . Hal

tersebut mengindikasikan bahwa setelah seseorang selesai dari masa

penyiksaan, maka dia akan mendapatkan kebebasan dari siksa neraka, lalu akan

dimasukkan ke dalam golongan penghuni surga.

2) Hadis Muqayyid

Terdapat dua hadis yang dalam pandangan penulis menjadi qayyid bagi

hadis di atas, sehingga dapat memberikan pemahaman bahwa tidak semua

penduduk neraka akan dikeluarkan dari dalam neraka. Rasūlullah sallallāhu

‘alaihi wa salam bersabda:

54ن و يـ م ن ه ج ال ن و م س ي و ة ن ج ال ن و ل خ د ي فـ د م ح م ة اع ف ش من النار ب ام و قـ يخرج أ

“nanti aka ada sekolompok orang yang keluar dari neraka, sebab

(mendapatkan) syafaat Nabi Muhammad, kemudiam mereka masuk ke dalam

surga, lalu para penduduk surga menyebutnya dengan al-jahannamiyyūn”

Pada hadis di atas, terdapat sedikit perbedaan dengan hadis sebelumnya,

yaitu adanya kata syafā’ah. Pada hadis yang lain, Rasulullāh sallallhu ‘alaihi

wa sallam juga bersabda:

ثم ٬ه من الخير ما يزين شعيـرة ه إال الله وكان في قـلب صلى الله عليه وسلم قال: الإل أن النبي

خرج من النار ثم ي ٬وكان في قـلبه من الخير ما يزين بـرة ه إال الله يخرج من النار من قال: الإل

55وكان في قـلبه من الخير ما يزين ذرة ه إال الله من قال: الإل

54 al-Bukhārī, Muhammad bin Ismā’īl, Sahīh al-Bukhārī, Jilid IV, h. 332 55 Muslim bin al-Hajjāj al-Naisābūrī, Sahīh Muslim (Kairo: Dār al-Hadīts, 2010 ) Jilid I, h.

192

Page 120: KEABADIAN DI DALAM NERAKArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40149/1/FAIZ... · I KEABADIAN DI DALAM NERAKA (Studi Perbedaan Ayat al-Qur’an dan Hadis Nabi) Skripsi

104

Hadis di atas menunjukkan bahwa satu golongan yang dapat keluar dari

neraka adalah orang yang beriman dan masih memiliki amal baik dalam dirinya,

meskipun berupa amal baik yang kecil atau sepele.

Berdasarkan pada dua hadis terakhir yang dibandingkan dengan hadis

pertama di atas, maka dapat diambil suautu pengertian bahwa tidak semua

penduduk neraka akan dibebaskan dari dalamnya. Pembebasan tersebut hanya

akan diberlakukan bagi orang yang berhak mendapatkan syafaat Nabi

Muhammad sallallāhu ‘alaihi wa sallam serta orang yang memiliki amal baik

dan masih dalam keadaan beriman saatnya meninggalnya. Dengan demikian,

artinya tidak semua penduduk neraka akan diberikan kebebasan meskipun

sudah dibakar di dalamnya. Hal ini semakin dikuatkan oleh ayat-ayat yang

mengatakan bahwa beberapa penduduk neraka akan menjadi penghuni abadi

neraka, yaitu orang kafir, syirik, murtad, dan orang yang meninggal dalam

keadaan tidak beriman.

Adapun cara menjamak hadis-hadis di atas adalah sebagai berikut:

1. Penggunaan hadis dikeluarkannya hamba setelah habisnya masa penyiksaan

berlaku untuk orang-orang yang tidak mendapatkan syafaat akan tetapi

meninggal dalam keadaan beriman dan membawa dosa

2. Penggunaan hadis dikeluarkannya hamba dengan diberikan syafaat berlaku

untuk orang-orang yang memenuhi kriteria memperoleh syafaat, meskipun

berdosa.

Page 121: KEABADIAN DI DALAM NERAKArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40149/1/FAIZ... · I KEABADIAN DI DALAM NERAKA (Studi Perbedaan Ayat al-Qur’an dan Hadis Nabi) Skripsi

105

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian penulis, maka dapat disimpulkan bahwa konsep

kekekalan neraka adalah neraka kekal bagi orang kafir, munafiq, dan murtad, serta

tidak berlaku kekekalan neraka bagi orang yang memiliki amal kebaikan disertai

iman dan bagi orang yang berhak mendapatkan syafaat dari Nabi Muhammad

sallallāhu ‘alaihi wa sallam.

B. Saran

Penelitian yang dilakukan oleh penulis tentunya belum sempurna dan masih

terdapat banyak kekurangan baik dari segi sumber penelitian (referensi) maupun

proses penelitian. Penulis menemukan masih banyak terdapat hal-hal yang perlu

disempurnakan sehingga hasil dari penelitian ini dapat lebih baik. Oleh karena itu,

ada beberapa saran yang dapat penulis berikan kepada pembaca yang memiliki

keinginan untuk melanjutkan penelitian dengan pembahasan ini, sebagai berikut:

1. Melakukan penelitian lebih lanjut tentang syafaat Rasulullāh sallallāhu

‘alayhi wa salamm.

2. Melakukan penelitian lebih lanjut tentang makna ahl al-kabāir

3. Konsep keadilan Allah subhānahu wa ta’āla tentang pembalasan amal di

akhirat.

Page 122: KEABADIAN DI DALAM NERAKArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40149/1/FAIZ... · I KEABADIAN DI DALAM NERAKA (Studi Perbedaan Ayat al-Qur’an dan Hadis Nabi) Skripsi

106

DAFTAR PUSTAKA

al-‘Asqalānī, Ahmad bin ‘Alī bin Hajar. al-Isabah fī Tamyīz al-Sahabah. Beirut.

Dār al-Kutub al-‘Ilmiyyah. 1995.

____. Fath al-Bārī bi Syarh Sahīh al-Bukhārī. Saudi Arabia. Maktabah Faid al-

‘Ilm. 2013.

____. Tahdzīb Al-Tahdzīb. Libanon. Muassasah al-Risālah. 1995.

al-Adlābī, Salāh al-Dīn. Metodologi Kritik Matan Hadis. terj. M. Qodirun Nur dan

Ahmad Musyafiq. Jakarta. Gaya Media Pratama. 2004.

al-Dimasyqī, Ismā’īl bin ‘Umar bin Katsīr. Tafsīr al-Qur’ān al-‘Azīm. Saudi

Arabia. Dār Tayyibah. 1999.

al-Dzahabī, Abū ‘Abdillah Syams al-Dīn Muhammad bin Ahmad bin ‘Utsmān.

Siyar A’lam Al-Nubalā’. Makkah. Bait al-Afkār al-Dauliyyah. 2004.

____. Itsbāt al-Syafa’ah. Riyād. Adwā’ al-Salaf. 2000.

al-Jadī’, Nāsir Al-Dīn ‘Abd Al-Rahmān. al-Syafā’ah ‘inda Ahl al-Sunnah wa al-

Jamā’ah wa al-Rad ‘alā al-Mukhālifīn Fīhā. Saudi Arabia. Dār Atlas al-

Khadrā’. 2009.

al-Jazarī, ‘Iz al-Dīn Abū al-Hasan ‘Alī bin Muhammad. Usūd al-Ghabah fī a’rifah

al-Sahābah. Beirut. Dār Ibn Hazm. 2012.

al-Mubārakfūrī, Muhammad bin ‘Abd al-Rahmān bin ‘Abd al-Rahīm. Tuhfah al-

Ahwadzī bi Syarh Jāmi’ al-Tirmīdzī. Kairo. Syirkah al-Quds. 2009.

al-Muhammadī, ‘Abd al-Qādir Mustafa‘Abd al-Razzāq. al-Syafā’ah fī al-Hadīts al-

Nabawī. Beirut. Dār al-Kutub al-‘Ilmiyyah. 2005.

al-Naisābūrī, Muslim bin al-Hajjāj. Sahīh Muslim. Kairo. Dār al-Hadīts. 2010.

al-Qurtūbī, Muhammad bin Ahmad. al-Tadzkirah bi Ahwāl al-Mautā wa Umūr al-

Ākhirah. Riyad. Maktabah Dār al-Manhāj. 1425.

al-Suyūtī, Jalāl al-Dīn. al-Ta’zīm wa al-Minnah fī Annā Abawai al-Nabī fī al-

Jannah. T.Tp. Dār Jawāmi’ al-Kalim, t.t.

al-Syarīf, Hātim bin ‘Ārif. al-Takrīj wa Dirāsah al-Asānīd. Multaqa Ahl al-Hadīts.

t.t.

al-Tabrizī, Walī al-Dīn Abū ‘Abdillāh Muhammad bin ‘Abdillāh al-Khatīb.

Misykāh al-Masābīh. Libanon. Dār al-Kutub al-‘Ilmiyyah. 2010.

al-Tahhān, Mahmūd. Usūl al-Takhrīj wa Dirāsah al-Asānīd. Beirut. Dār al-Qur’ān

al-Karīm. 1979.

Page 123: KEABADIAN DI DALAM NERAKArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40149/1/FAIZ... · I KEABADIAN DI DALAM NERAKA (Studi Perbedaan Ayat al-Qur’an dan Hadis Nabi) Skripsi

107

al-Tirmīdzī, Abū ‘Īsā Muhammad bin ‘Īsā, Sunan al-Tirmīdzī. Kairo. Dār al-

Hadīts. 2010.

al-Wādi’ī, ‘Abd al-Rahmān Muqbil bin bin Hādī. al-Syafā’ah. Beirut. Muassasah

al-Rayyān. 1999.

Wahīd, ‘Abd Hakim. Manhaj Fahm Al-Sunnah al-Nabawiyah ‘inda Al-Imām Al-

Syāi’ī fī Kitābihi Al-Risalah. Az Zahra Jurnal. Vol. 13 No. 1 2016

al-Ziriklī, Khair al-Dīn. al-A’lām Qāmus Tarājim li Asyhur al-Rijāl wa al-Nisā min

al-Maghrib wa al-Musta’ribīn wa al-Mustasyriqīn. Beirut. Dār al-‘Ilm li al-

Malāyīn. 2002.

al-Banna, Muhammad Kahfi. “Kehidupan Penduduk Neraka Di Dalam Neraka.”

Skripsi S1 Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran Islam, Univeristas Islam

Negeri Sunan Kalijaga Jogjakarta, 2016.

al-Tabarī, Ibn Jarīr. Tafsīr al-Tabarī. Beirut. Muassasah al-Risālah. 1994.

al-Asyqar, ‘Umar Sulaimān. al-‘Aqīdah fī Dau al-Kitāb wa al-Sunnah: al-Yaum al-

Ākhir al-Jannah wa al-Nār. Amman: Dār al-Nafāis. 1998.

al-Bukhārī, Muhammad bin Ismā’īl. Sahīh al-Bukhārī. Kairo. Dār al-Hadīts, 2008.

al-Jauziyyah, Muhammad bin Abī Bakr bin Ayyūb bin al-Qayyim. Hādī al-Arwāh

ilā Bilād al-Afrāh. T.Tp. Dār ‘Ilm al-Fawāid. t.t.

Arnel, Iskandar. “Azab dalam Eskatologi Ibn ‘Arabi,” An-Nida, Jurnal Pemikiran

Islam, Vol. 39, No. 1 (Januari-Juni 2014)

Bālī, Wahīd ‘Abd Al-Salām. Wasf al-Jannah wa al-Nār min Sahīh al-Akhbār.

Beirut. Dār al-Kutub al-‘Ilmiyyah. 1987.

Adi, Febri Prasetya. Menyibak Misteri Kekal Akhirat Tinjauan Ilmu Fisika.

Jogjakarta. Total Media. 2007.

ibn Abī al-‘Iz, Muhammad al-Hanafī. Syarh al-Tahāwiyyah fī al-‘Aqīdah al-

Salafiyyah. Kairo. Dār al-Hadīts. 2005.

Ibn Abī al-Dunya, Abū Bakr ‘Abdullāh bin Muhammad. Terjemah Abu Aisyah

Rendusara. Sifat Neraka. Jakarta. Pustaka as-Sunnah. 2006.

Ibn Katsīr, Isma’īl bin ‘Umar. Tafsīr al-Qur’ān al-‘Azīm. Riyād. Dār Tayyibah li al-Nasyr wa al-Tauzī’. 1999.

Ibn Manzūr, Jamāl al-Dīn Muhammad bin Mukram. Lisān al-‘Arabī. Beirut. Dār

Sādir. t.t.

Page 124: KEABADIAN DI DALAM NERAKArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40149/1/FAIZ... · I KEABADIAN DI DALAM NERAKA (Studi Perbedaan Ayat al-Qur’an dan Hadis Nabi) Skripsi

108

Ilyas, Deddy. “Antara Surga dan Neraka: Menanti Kehidupan nan Kekal Bermula,”

JIA, No. 2 (Desember 2013)

Mahmūd, Mustafa. al-Syafa’ah Muhāwalah li Fahm al-Khallāf al-Qadīm baina al-

Muayyidīn wa al-Mu’āridīn. Mesir. 1999.

Mujamma’ al-Lughah al-‘Arabiyyah. al-Mu’jam al-Wasīt. Mesir. Maktabah al-

Syurūq al-Dauliyyah. 2004).

Mustofa, Agus. Ternyata Akhirat Tidak Kekal. Surabaya. Padma Press. 2005.

Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional. Kamus Bahasa Indonesia. Jakarta.

Pusat Bahasa. 2008.

Salim, Hadiyah. Dua Macam Kehidupan yang Berbeda Antara Dunia dan Akhirat.

Bandung. Angkasa. 1995.

Shihab, M. Quraisy. Kematian Adalah Nikmat. Ciputat. Lentera Hati. 2014.

Simanjuntak, Bungaran Antonius. Metode Penelitian Sosial. Jakarta. Yayasan

Pustaka Obor Indonesia. 2014.

Wensinck, A. J. Mu’jam Al-Mufahras li Alfāz al-Hadīts al-Nabawī. Leiden. Maktab

Barbil. 1946.

Yaqub, ‘Ali Mustafa. Cara Benar Memahami Hadis. Jakarta. Pustaka Firdaus.

2016.

Zaghlūl, Muhammad al-Sa’īd bin Bayūnī. Mausū’ah Atrāf al-Hadīts al-Nabawī al-

Syarīf. Beirut. Dār al-Kutub al-‘Ilmiyyah. t.t.