50
KEANEKARAGAMAN HAMA DAN PENYAKIT PADA TANAMAN KRISAN (Chrysanthemum spp.) NUKE HARDIANI PUTRI DEPARTEMEN PROTEKSI TANAMAN FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014

KEANEKARAGAMAN HAMA DAN PENYAKIT PADA · dan kritik selama pembuatan proposal usulan tugas akhir ini, 2. Dr. Ir. Ruly Anwar, M.Si sebagai dosen pembimbing akademik, 3. Dr. Ir

  • Upload
    phamdat

  • View
    224

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: KEANEKARAGAMAN HAMA DAN PENYAKIT PADA · dan kritik selama pembuatan proposal usulan tugas akhir ini, 2. Dr. Ir. Ruly Anwar, M.Si sebagai dosen pembimbing akademik, 3. Dr. Ir

1

KEANEKARAGAMAN HAMA DAN PENYAKIT PADA

TANAMAN KRISAN (Chrysanthemum spp.)

NUKE HARDIANI PUTRI

DEPARTEMEN PROTEKSI TANAMAN

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2014

Page 2: KEANEKARAGAMAN HAMA DAN PENYAKIT PADA · dan kritik selama pembuatan proposal usulan tugas akhir ini, 2. Dr. Ir. Ruly Anwar, M.Si sebagai dosen pembimbing akademik, 3. Dr. Ir
Page 3: KEANEKARAGAMAN HAMA DAN PENYAKIT PADA · dan kritik selama pembuatan proposal usulan tugas akhir ini, 2. Dr. Ir. Ruly Anwar, M.Si sebagai dosen pembimbing akademik, 3. Dr. Ir

i

©Hak Cipta milik IPB, tahun 2014

Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau

menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian,

penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu

masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB

Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis dalam

bentuk apa pun tanpa izin IPB.

Page 4: KEANEKARAGAMAN HAMA DAN PENYAKIT PADA · dan kritik selama pembuatan proposal usulan tugas akhir ini, 2. Dr. Ir. Ruly Anwar, M.Si sebagai dosen pembimbing akademik, 3. Dr. Ir

ii

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Keanekaragaman

hama dan penyakit pada tanaman krisan (Chrysanthemum spp.) adalah benar

karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam

bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang

berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari

penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di

bagian akhir disertasi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada

Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Januari 2014

Nuke Hardiani Putri

NIM A34090073

Page 5: KEANEKARAGAMAN HAMA DAN PENYAKIT PADA · dan kritik selama pembuatan proposal usulan tugas akhir ini, 2. Dr. Ir. Ruly Anwar, M.Si sebagai dosen pembimbing akademik, 3. Dr. Ir

i

ABSTRAK

NUKE HARDIANI PUTRI. Keanekaragaman Hama dan Penyakit pada

Tanaman Krisan (Chrysanthemum spp.). Dibimbing oleh TITIEK SITI

YULIANI dan IDHAM SAKTI HARAHAP.

Tanaman hias merupakan komoditas hortikultura yang banyak diminati oleh

masyarakat karena memiliki keindahan dan estetika. Salah satu tanaman hias

penting di dunia yakni krisan. Tujuan penelitian mengetahui keragaman hama dan

penyakit krisan serta kejadian dan keparahannya pada umur tanaman yang

berbeda. Metode penelitian yang dilakukan meliputi wawancara, pengamatan dan

pengambilan contoh, serta identifikasi agen penyebab di laboratorium. Penyakit

yang ditemukan pada tanaman krisan adalah karat putih (Puccinia horiana), karat

hitam (Puccinia chrysanthemi), layu fusarium (Fusarium oxysporium), embun

jelaga, embun tepung (Oidium chrysanthemi), hawar daun (Helminthosporium

sp.), kerdil (Chrysanthemum stunt viroid), busuk pangkal batang (Pythium spp.),

dan kapang kelabu (Botrytis cinerea). Hama yang ditemukan pada tanaman krisan

adalah kutu kebul (Bemisia tabaci Gennadius.), lalat penggorok daun (Lyriomiza

huidobrensis Blanchard.), kutu daun (Aphis gossypii Glover. dan

Macrosiphoniella sanborni Gillete.), ulat grayak (Spodoptera litura Fabricius.),

dan thrips (Thrips parvispinus Karny.). Pengendalian hama dan penyakit yang

dilakukan petani antara lain melaui teknik budidaya yaitu memberi pupuk organik

secara rutin, perontokan daun yang terserang penyakit, penyiangan gulma, dan

pengaplikasian pestisida secara rutin.

Kata kunci: tanaman hias, krisan, hama, penyakit, umur tanaman

Page 6: KEANEKARAGAMAN HAMA DAN PENYAKIT PADA · dan kritik selama pembuatan proposal usulan tugas akhir ini, 2. Dr. Ir. Ruly Anwar, M.Si sebagai dosen pembimbing akademik, 3. Dr. Ir

ii

ABSTRACT

NUKE HARDIANI PUTRI. The variety of insect pest and pathogen in

chrysanthemum (Chrysanthemum spp.). Supervised by TITIEK SITI YULIANI

and IDHAM SAKTI HARAHAP.

Ornamental plants are horticultural commodities which have great market

demand because of their beauty and aesthetics. One of the important ornamental

plants in the world is chrysanthemum. The purpose of this observation was to

know the variety of insect pest and pathogen, and also know about intensity and

severity on different plant age. Data were collected though interview with farmers

and direct observations in the fields. Identification of insect pests and pathogen

were conducted in the laboratory. The result showed that diseases found in the

fields were white rust (Puccinia horiana), black rust (Puccinia chrysanthemi),

fusarium (Fusariumoxysporium), downy mildew, powdery mildew (Oidium

chrysanthemi), leaf blight (Helminthosporium sp.), dwarf (Chrysanthemum stunt

viroid), pythium (Pythium spp.), and grey mould (Botrytis cinerea). Pests found in

chrysanthemum were whitefly (Bemisia tabaci Gennadius.), leaf miner

(Lyriomiza huidobrensis Blanchard.), aphids (Aphis gossypii Glover. and

Macrosiphoniella sanborni Gillete.), armyworm (Spodoptera litura Fabricius.),

dan thrips (Thrips parvispinus Karny.). Insect pests and pathogens management

conducted by farmers were organic fertilize rountinely, removing diseased leves,

weed control, and pesticide application.

Keywords: ornamental plants, chrysanthemum, insect pest, plant pathogen, plant

age

Page 7: KEANEKARAGAMAN HAMA DAN PENYAKIT PADA · dan kritik selama pembuatan proposal usulan tugas akhir ini, 2. Dr. Ir. Ruly Anwar, M.Si sebagai dosen pembimbing akademik, 3. Dr. Ir

iii

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian

di Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor

DEPARTEMEN PROTEKSI TANAMAN

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2014

KEANEKARAGAMAN HAMA DAN PENYAKIT PADA

TANAMAN KRISAN (Chrysanthemum spp.)

NUKE HARDIANI PUTRI

Page 8: KEANEKARAGAMAN HAMA DAN PENYAKIT PADA · dan kritik selama pembuatan proposal usulan tugas akhir ini, 2. Dr. Ir. Ruly Anwar, M.Si sebagai dosen pembimbing akademik, 3. Dr. Ir

iv

Judul Penelitian : Keanekaragaman Hama dan Penyakit pada Tanaman

Krisan (Chrysanthemum spp.)

Nama : Nuke Hardiani Putri

NRP : A34090073

Disetujui oleh

Dr. Ir. Titiek Siti Yuliani, SU

Pembimbing I

Dr. Ir. Idham Sakti Harahap, M.Si

Pembimbing II

Diketahui oleh

Dr. Ir. Abdjad Asih Nawangsih, M.Si

Ketua Departemen

Tanggal lulus :

Page 9: KEANEKARAGAMAN HAMA DAN PENYAKIT PADA · dan kritik selama pembuatan proposal usulan tugas akhir ini, 2. Dr. Ir. Ruly Anwar, M.Si sebagai dosen pembimbing akademik, 3. Dr. Ir

Judul Penelitian Keanekaragaman Hama dan Penyakit pad a Tanaman Krisan (Chrysanthemum spp.)

Nama 1 uke Hardiani Putri NRP : A34090073

Disetujui oleh

Dr. Ir. Titiek Siti Yuliani, SU Dr. Ir. Id m kti Harahap, M.Si Pembimbing I Pembimbing II

Ketua Departemen

Tanggallulus : 2 1 JAN 201 4

Page 10: KEANEKARAGAMAN HAMA DAN PENYAKIT PADA · dan kritik selama pembuatan proposal usulan tugas akhir ini, 2. Dr. Ir. Ruly Anwar, M.Si sebagai dosen pembimbing akademik, 3. Dr. Ir

v

PRAKATA

Puji dan syukur dipanjatkan ke hadirat Allah SWT, karena dengan

seizinNya penulis dapat menyelesaikan tugas akhir yang berjudul

“Keanekaragaman Hama dan Penyakit pada Tanaman Krisan (Chrysanthemum

spp.)” dengan tepat waktu dan sebaik-baiknya. Penelitian dan penulisan tugas

akhir ini merupakan salah satu syarat agar mendapatkan gelar Sarjana Pertanian di

Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Dengan penuh rasa hormat, penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Dr. Ir. Titiek Siti Yuliani, SU dan Dr. Ir. Idham Sakti Harahap, M.Si sebagai

dosen pembimbing yang selalu member bimbingan, arahan, motivasi, saran,

dan kritik selama pembuatan proposal usulan tugas akhir ini,

2. Dr. Ir. Ruly Anwar, M.Si sebagai dosen pembimbing akademik,

3. Dr. Ir. Sugeng Santoso, M.Agr sebagai dosen penguji,

4. Seluruh dosen dan staf Departemen Proteksi Tanaman dan TPB atas ilmu

yang diberikan selama penulis menuntut ilmu di Institut Pertanian Bogor,

5. Bapak Rahmat dan Bapak H. Mumu yang telah membantu penelitian saya

dalam hal perizinan lahan dan informasi,

6. Mamah Ir. Elfariana, Bapak Ir. Mushardi, adik M. Rizky H.P, dan adik Bella

H.P yang selalu memberikan doa, cinta kasih, motivasi, dan inspirasi yang

luar biasa,

7. Ibu Dr. Demsi Minar, SE.,MSi.,Ak yang selalu memberikan semangat dalam

penyelesaian tugas akhir ini,

8. Lukman Fahmi yang telah banyak membantu selama penelitian di lapang dan

selalu sabar serta memberikan motivasi serta semangat hingga penyusunan

skripsi,

9. Sahabat-sahabat tersayang Atwinda A.Md, Eva, Marissa, Arnis, Diyah, Putri,

Riska, dan Grestia SE. yang telah menjadi tempat berbagi suka dan duka, 10. Trijanti SP., Daniar SP., Siti Fathur SP. serta teman-teman Proteksi Tanaman

46 lainnya yang tidak bisa disebutkan satu-persatu atas kebersamaan yang

hangat dan semangat yang selalu berkobar,

11. Seluruh mahasiswa Departemen Proteksi Tanaman atas motivasi yang terus

diberikan selama penyelesaian skripsi ini,

12. Teman-teman Paguyuban Mahasiswa Bandung, dan

13. Akang Ceuceu Daya Mahasiswa Sunda (DAMAS) cab. Bogor yang terus

memberikan dukungannya.

Semoga skripsi ini dapat diterima dan bermanfaat bagi perkembangan ilmu

pengetahuan, khususnya ilmu perlindungan tanaman.

Bogor, Oktober 2013

Nuke Hardiani P

Page 11: KEANEKARAGAMAN HAMA DAN PENYAKIT PADA · dan kritik selama pembuatan proposal usulan tugas akhir ini, 2. Dr. Ir. Ruly Anwar, M.Si sebagai dosen pembimbing akademik, 3. Dr. Ir

vi

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI viii

DAFTAR GAMBAR ix

DAFTAR TABEL ix

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Tujuan Penelitian 2

Manfaat Penelitian 2

BAHAN DAN METODE 3

Waktu dan Tempat Penelitian 3

Wawancara 3

Penentuan Petak dan Tanaman Contoh 3

Pengamatan dan Pengambilan Sampel 3

Pengamatan Hama 4

PengamatanPenyakit 5

Identifikasi Hama dan Patogen Penyakit 6

HASIL DAN PEMBAHASAN 8

Keadaan Umum Lahan Pertanaman Krisan 8

Budidaya Tanaman Krisan oleh Petani 8

Bibit 8

Pola Tanam 8

Pengolahan tanah dan penanaman 9

Perawatan krisan awal penanaman 9

Panen dan Pemasaran 9

Hama Tanaman Krisan 9

Kutu Kebul, Bemisia tabaci Gennadius 10

Thrips, Thrips parvispinus Karny 11

Lalat Pengorok Daun, Liriomyza huidobrensis Blanchard 12

Ulat Grayak, Spodoptera litura Fabricius 13

Kutudaun, Aphis gossyipii Glover dan Macrosiphoniella

sanborni Gillete 14

Penyakit Tanaman Krisan 15

Karat Putih 15

Karat Hitam 17

Layu Fusarium 18

Embun jelaga 19

Embun Tepung 20

Hawar Daun 20

Kerdil 21

Busuk Pangkal Batang 22

Page 12: KEANEKARAGAMAN HAMA DAN PENYAKIT PADA · dan kritik selama pembuatan proposal usulan tugas akhir ini, 2. Dr. Ir. Ruly Anwar, M.Si sebagai dosen pembimbing akademik, 3. Dr. Ir

vii

Kapang Kelabu 22

Pengelolaan hama dan penyakit oleh petani 23

Pengamatan hama dan penyakit 23

Pengendalian yang dilakukan 23

Pembahasan Umum 23

PENUTUP

Kesimpulan 26

Saran 26

DAFTAR PUSTAKA 27

LAMPIRAN 29

Page 13: KEANEKARAGAMAN HAMA DAN PENYAKIT PADA · dan kritik selama pembuatan proposal usulan tugas akhir ini, 2. Dr. Ir. Ruly Anwar, M.Si sebagai dosen pembimbing akademik, 3. Dr. Ir

viii

DAFTAR GAMBAR

1 Petak pengamatan menggunakan metode sismatik dua dimensi 3

2 Pengambilan 5 titik contoh pada pengamatan Spodoptera litura 4

3 Pengambilan titik contoh berdasarkan arah mata angin pada 5

4 Pertanaman krisan di desa Ciwalen kecamatan Cipanas: (a) lahan

pembibitan, (b) lahan pertanaman krisan umur 2 minggu, (c) lahan

pertanaman krisan umur 2 bulan, dan (d) lahan pertanaman krisan

umur 3 bulan 8

5 Rata-rata populasi kutu kebul (Bemissia tabaci) pada tanaman krisan 10

6 B. tabaci: (a) Imago dan (b) telur dan pupa 10

7 B. tabaci: (a) preparat pupa dan (b) telur, pupa, dan imago

(www.cottoncrc.org.au) 11

8 Persentase serangan thrips (Thrips parvispinus) 11

9 T. parvispinus: (a) Bunga yang terserang, (b) dan (c) gejala

serangandan (d) preparat 12

10 Persentase kerusakan daun akibat serangan Liriomyza huidobrensis 12

11 L. huidobrensis: (a) korokan pada daun dan (b) imago 13

12 S. litura: (a) serangan larva instar awal menyisakan sisa-sisa

epidermis atas/transparan, (b) bunga yang terserang, dan (c) serangan

larva instar 4 dan 5 memakan habis daun 14

13 Persentase serangan kutu daun (A. gossypii dan M. sanborni) 14

14 Kutu daun: (a) gejala serangan kutudaun pada daun krisan (daun

berkerut), (b) preparat A. gossypii, dan (c) preparat M. sanbroni 15

15 Penyakit karat putih pada pertanaman krisan: (a) insidensi penyakit

dan (b) severitas penyakit 16

16 Gejala dan penyebab karat putih Pucciana horiana: (a) teliospora P.

horiana, (b) gejala bercak bewarna kuning pada permukaandaun, dan

(c) pustul yang terdapat dibawah permukaan daun 16

17 Penyakit karat hitam pada pertanaman krisan: (a) insidensi penyakit

dan (b) severitas penyakit 17

18 Gejala dan penyabab karat hitam (P. chrysanthemi): (a) teliospora P.

chrysanthemi, (b) gejala bintik hitam pada permukaan daun, dan (c)

bintik klorosis dibawah permukaan daun 17

19 Penyakit layu fusarium pada pertanaman krisan: (a) insidensi penyakit

dan (b) severitas penyakit 18

20 Gejala dan penyebab F. oxysporium: (a) tanaman terserang menjadi

layu dan (b) mikrokonidium F. oxysporium 18

21 Penyakit embun jelaga pada pertanaman krisan: (a) insidensi penyakit

dan (b) severitas penyakit 19

22 Gejala tanaman krisan yang terserang penyakit embun jelaga 19

Page 14: KEANEKARAGAMAN HAMA DAN PENYAKIT PADA · dan kritik selama pembuatan proposal usulan tugas akhir ini, 2. Dr. Ir. Ruly Anwar, M.Si sebagai dosen pembimbing akademik, 3. Dr. Ir

ix

23 Penyakit embun tepung pada pertanaman krisan: (a) insidensi

penyakit dan (b) severitas penyakit 20

24 Embun tepung: (a) lapisan tepung pada permukaan daun dan (b)

gejala embun tepung pada pembibitan 20

25 Penyakit hawar daun pada pertanaman krisan: (a) insidensi penyakit

dan (b) severitas penyakit 21

26 Gejala dan penyebab hawar daun: (a) bercak coklat tidak beraturan

pada daun dan (b) konidia Helminthosporium sp. 21

27 Penyakit kerdil pada pertanaman krisan: (a) insidensi penyakit dan (b)

severitas penyakit 22

28 Gejala Pythium sp. pada pembibitan 22

29 Gejala kapang kelabu yang diakibatkan Botrytis cinerea 22

DAFTAR TABEL

1 Produksi tanaman hias di Indonesia tahun 2009-2011a 1

2 Penentuan nilai numerik tingkat serangan 4

3 Penentuan nilai numerik intensitas serangan peyakit 6

4 Jenis-jenis hama krisan pada berbagai umur pertanaman 9

5 Populasi ulat grayak (Spodoptera litura) 13

6 Jenis-jenis penyakit krisan pada berbagai umur pertanaman 15

DAFTAR LAMPIRAN

1 Data Kejadian Penyakit per Lahan Pengamatan 30

2 Data Keparahan Penyakit per Lahan Pengamatan 31

3 Luas Serangan Hama pada Tanaman Krisan 32

4 Spesies Krisan yang Terdapat pada Lahan 32

5 Blangko Skoring Pengamatan Tanaman Krisan 33

Page 15: KEANEKARAGAMAN HAMA DAN PENYAKIT PADA · dan kritik selama pembuatan proposal usulan tugas akhir ini, 2. Dr. Ir. Ruly Anwar, M.Si sebagai dosen pembimbing akademik, 3. Dr. Ir
Page 16: KEANEKARAGAMAN HAMA DAN PENYAKIT PADA · dan kritik selama pembuatan proposal usulan tugas akhir ini, 2. Dr. Ir. Ruly Anwar, M.Si sebagai dosen pembimbing akademik, 3. Dr. Ir

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Tanaman hias merupakan komoditas hortikultura yang banyak diminati

karena memiliki keindahan dan estetika. Kehadiran tanaman hias di dalam

ataupun di luar ruangan dapat memberikan nuansa asri tersendiri, sebagai

penyejuk, peneduh, penyegar udara, penghijau, kepentingan lanskap, aksesoris,

dan memperindah ruangan (Mattjik 2010).

Salah satu tanaman hias penting di dunia yakni krisan. Pada perdagangan

dunia, krisan merupakan salah satu bunga yang banyak diminati oleh beberapa

negara di Asia seperti Jepang, Hongkong, dan Singapura, serta negara Eropa

seperti Jerman, Perancis, dan Inggris (Purwanto 2009). Fenomena ini

menunjukkan Indonesia berpeluang mengembangkan usaha tani krisan dengan

pola agribisnis, baik untuk memenuhi kebutuhan pasar dalam negeri maupun

internasional. Dalam beberapa tahun terakhir produksi krisan di Indonesia

meningkat (Tabel 1). Situasi ini memberi peluang bagi petani Indonesia dan

pengusaha untuk meningkatkan kuantitas dan kualitas produksi bunga krisan

sesuai dengan permintaan pasar (Rukmana dan Mulyana 1997).

Tabel1 Produksi tanaman hias di Indonesia tahun 2009-2011a

No. Tanaman

Hias

Tahun Pertumbuhan

(%) 2009 2010 2011

1 Anggrek 16 205 949 14 050 445 24 419 818 2.63

2 Anthurium 3 833 100 7 655 542 5 242 773 -31.52

3 Anyelir 5 320 824 7 607 588 5 133 624 -32.52

4 Ganbera 5 185 586 9 693 487 10 539 797 8.73

5 Gladiol 9 775 500 10 064 082 5 263 717 -47.70

6 Heliconia 4 124 174 2 961 385 2 406 017 -18.75

7 Krisan 107 847 072 185 232 970 305 889 556 65.14

8 Mawar

60 1

91 362

82 351 332 74 331 125 -9.74

9 Sedap Malam 51 047 807 59 298 954 62 356 777 5.16

10 Dracaena 2 262 505 4 625 935 2 449 898 -47.07 aSumber: Badan Pusat Statistika 2012

Krisan memiliki bunga dengan warna, bentuk, dan tipe yang beragam.

Bunga krisan juga memiliki kesegaran yang relatif lama dan mudah untuk

dirangkai. Selain itu, krisan memiliki nilai ekonomis yang tinggi sehingga banyak

dibudidayakan di Indonesia. Usaha budidaya krisan dapat dilakukan dalam skala

besar maupun kecil, serta dapat berdampak positif dalam meningkatkan

pendapatan petani.

Dalam usaha budidaya krisan, kondisi keragaman fisik tanaman dan bunga

dapat terganggu dengan adanya hama dan penyakit tanaman. Serangan hama dan

penyakit tersebut dapat menurunkan mutu petumbuhan dan kerusakan fisik

Page 17: KEANEKARAGAMAN HAMA DAN PENYAKIT PADA · dan kritik selama pembuatan proposal usulan tugas akhir ini, 2. Dr. Ir. Ruly Anwar, M.Si sebagai dosen pembimbing akademik, 3. Dr. Ir

2

tanaman secara langsung ataupun tidak langsung sehingga dapat menyebabkan

penurunan nilai kualitas serta kuantitas produksi bunga krisan.

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan mengetahui keanekaragaman hama dan penyakit

krisan serta kejadian dan keparahannya pada umur tanaman yang berbeda.

Manfaat Penelitian

Hasil penelitian diharapkan dapat menjadi sumber informasi mengenai

jenis-jenis hama dan penyakit krisan pada umur tanaman krisan yang berbeda.

Page 18: KEANEKARAGAMAN HAMA DAN PENYAKIT PADA · dan kritik selama pembuatan proposal usulan tugas akhir ini, 2. Dr. Ir. Ruly Anwar, M.Si sebagai dosen pembimbing akademik, 3. Dr. Ir

3

BAHAN DAN METODE

Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian dilakukan di lahan krisan milik bapak Rahmat dan bapak H.

Mumu yang berada di Desa Ciwalen, Kecamatan Cipanas, Kabupaten Cianjur,

Jawa Barat. Identifikasi hama dan penyakit dilakukan di Laboratorium

Biosistematika Serangga dan Laboratorium Mikologi Tanaman, Departemen

Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Penelitian

dilaksanakan pada bulan Maret sampai Juli 2013.

Wawancara

Wawancara dengan pengelola pertanaman krisan dilakukan untuk

mendapatkan informasi mengenai teknik budidaya yang diterapkan dan

mengetahui jenis hama dan penyakit yang menyerang serta pengendalian yang

telah dilakukan pengelola. Pelaksanaan wawancara menggunakan kuesioner yang

telah disediakan.

Penentuan Petak dan Tanaman Contoh

Pengamatan dilakukan pada 3 lahan pertanaman krisan dengan awal umur

pertanaman saat diamati adalah 2 minggu, 2 bulan, dan 3 bulan yang masing-

masing diamati 35 rumpun tanaman contoh.

Gambar 1 Penentuan tanaman contoh dilakukan dengan cara sismatik. rumpun

yang diamati ( ) dan rumpun yang tidak diamati ( )

Pengamatan dan Pengambilan Sampel

Pengamatan dan pengambilan contoh hama dan penyakit dilakukan pada

tanaman contoh yang telah ditentukan. Bagian tanaman yang diamati adalah

batang, daun, dan bunga yang merupakan bagian penting pada tanaman krisan.

Serangga yang ditemukan di lapangan dimasukan ke dalam botol film dan

ke dalam plastik untuk contoh tanaman sakit, kemudian dibawa ke laboratorium

untuk diamati dengan menggunakan mikroskop.

Page 19: KEANEKARAGAMAN HAMA DAN PENYAKIT PADA · dan kritik selama pembuatan proposal usulan tugas akhir ini, 2. Dr. Ir. Ruly Anwar, M.Si sebagai dosen pembimbing akademik, 3. Dr. Ir

4

Pengamatan Hama

Pengamatan hama krisan dilakukan dengan mengamati langsung tanaman

contoh dengan mengidentifikasi jenis, gejala serangan, dan luas serangan hama.

Pengamatan hanya dilakukan terhadap hama utama pada saat pengamatan di

lapangan.

Tingkat serangan kutudaun dan penggorok daun, dihitung menggunakan

rumus Townsend dan Heuberger (1974 dalam Agrios 2005):

I = tingkat serangan

ni = jumlah tanaman yang terserang denga kategorik tertentu

vi = nilai numerik dari kategori Tabel 2

N = jumlah tanaman yang diamati

V = nilai numerik dari kategori tertinggi

Tabel 2 Penentuan nilai numerik tingkat serangan

Nilai scoring Kategori serangan

0 Tidak ada serangan

1 < 25%

2 25% < x ≤ 50%

3

4

50% < x ≤ 75%

75% < x ≤ 100%

Penghitungan populasi Spodoptera litura dilakukan pada 5 titik contoh

kemudian dirata-ratakan (Gambar 2).

Gambar 2 Pengambilan 5 titik contoh pada pengamatan Spodoptera litura

Penentuan intensitas serangan akibat kutu kebul dilakukan dengan

pengambilan contoh daun atas, daun tengah, dan daun bawah berdasarkan arah

mata angin. Kutu kebul yang terdapat pada setiap tanaman contoh diamati dengan

cara dihitung populasinya.

Page 20: KEANEKARAGAMAN HAMA DAN PENYAKIT PADA · dan kritik selama pembuatan proposal usulan tugas akhir ini, 2. Dr. Ir. Ruly Anwar, M.Si sebagai dosen pembimbing akademik, 3. Dr. Ir

5

Gambar 3 Pengambilan titik contoh berdasarkan arah mata angin pada

pengamatan kutu kebul

Penentuan tingkat serangan akibat thrips dilakukan dengan cara menghintung

jumlah bunga yang terserang dalam satu rumpun tanaman, lalu dihitung menggunakan

rumus (Cooke 2006):

I = kejadian penyakit

n = jumlah tanaman yang terserang

N= jumlah tanaman contoh yahg diamati

PengamatanPenyakit

Pengamatan penyakit pada krisan dilakukan pada bagian batang, daun, dan

bunga dengan mengamati secara langsung terhadap gejala yang terdapat pada

tanaman contoh.

Kejadian penyakit dihitung dengan menggunakan rumus (Cooke 2006):

I = kejadian penyakit

n = jumlah tanaman yang terserang

N= jumlah tanaman contoh yahg diamati

Keparahan penyakit dihitung menggunakan rumus Townsend dan Heuberger

(1974 dalam Agrios 2005):

I = keparahan serangan

ni= jumlah tanaman yang terserang dengan kategori tertentu

vi = nilai numerik dari kategori (Tabel 3)

N = jumlah tanaman yang diamati

V = nilai numerik dari kategori tertinggi

U

B T

S

Page 21: KEANEKARAGAMAN HAMA DAN PENYAKIT PADA · dan kritik selama pembuatan proposal usulan tugas akhir ini, 2. Dr. Ir. Ruly Anwar, M.Si sebagai dosen pembimbing akademik, 3. Dr. Ir

6

Tabel 3 Penentuan nilai numerik intensitas serangan peyakit

Nilai scoring Kategori penyakit

0 Tidak ada serangan

1 0% < x ≤ 25%

2 25% < x ≤ 50%

3 50% < x ≤ 75%

4 >75%

Identifikasi Hama dan Patogen Penyakit

Identifikasi serangga dan patogen penyakit tanaman krisan dilakukan di

laboratorium. Identifikasi kutudaun dilakukan dengan menggunakan kunci

identifikasi Blackman dan Eastop (2000), identifikasi kutu kebul menggunakan

kunci identifikasi Dooley (2007), dan identifikasi thrips menggunakan kunci

identifikasi Mound & Kibby (1998).

Identifikasi kutudaun dilakukan pada preparat slide yang disiapkan

sebelumnya. Kutudaun yang disimpan dalam alkohol 70% dipindahkan ke dalam

tabung reaksi yang telah berisi alkohol 90% lalu direbus selama 5 menit.

Kutudaun dituang ke dalam cawan sirakus, kemudian abdomen dilubangi sebagai

tempat untuk mengeluarkan isi tubuh. Setelah itu, kutu daun dimasukan ke dalam

tabung reaksi berisi KOH 10% dan direbus hingga tubuh transparan kemudian isi

tubuh dikeluarkan perlahan menggunakan jarum tangkai. Kutudaun yang sudah

bersih dan transparan kemudian dicuci dengan akuades sebanyak dua kali. Setelah

itu dilakukan pemberian alkohol secara bertingkat dari 50% selama 10 menit, 80%

selama 10 menit, 90% selama 10 menit, alkohol absolut selama 10 menit, dan

minyak cengkeh. Kemudian dilakukan mounting, yaitu penempatan dan

pengaturan posisi kutudaun pada preparat slide yang selanjutnya ditutup kaca

penutup dengan media tambahan media canada balsam.

Identifikasi kutu kebul dilakukan pada preparat slide dari spesimen pupa.

Spesimen pupa kutu kebul dimasukan ke dalam cawan sirakus yang telah

berisikan alkohol 80%, kemudian dimasukan ke dalam tabung reaksi berisaikan

KOH 10% lalu dipanaskan selama 10 menit. Selanjutnya spesimen dituang

kembali ke dalam cawan sirakus, KOH 10% dibuang diganti dengan asam asetat

glasial yang ditambahkan alkohol absolut kemudian diaduk selama 3 menit.

Tambahkan dua tetes karbol xylene lalu kocong sampai besih. Larutan tersebut

lalu dibuang dan digantikan dengan asam asetal glasial yang dicampur asam

fuchsin dan rendam selama 10 menit sampai satu malam. Larutan kemudian

dibuang dan diganti dengan minyak cengkeh 10 menit, selanjutnya dilakukan

mounting seperti kutudaun.

Identifikasi thrips dilakukan pada preparat slide sementara yang disiapkan

dengan cara spesimen yang disimpan dalam alkohol 70% dituang ke dalam cawan

sirakus. Menggunakan jarum bertangkai letakan thrips diatas kaca penutup yang

sudah diteteskan larutan hoyer dalam posisi ventral menghadap ke atas. Kaca

penutup ditutupkan secara perlahan sampai menyentuh larutan hoyer, setelah

menyentuh larutan hoyer posisi kaca objek langsung dibalikansehingga posisi

kaca penutup berada di atas kaca objek. Preparat mikroskopis dipanaskan diatas

hot plate, setelah kering sekeliling bagian kaca penutup dioleskan kutek bening

agar tidak terjadi penguapan.

Page 22: KEANEKARAGAMAN HAMA DAN PENYAKIT PADA · dan kritik selama pembuatan proposal usulan tugas akhir ini, 2. Dr. Ir. Ruly Anwar, M.Si sebagai dosen pembimbing akademik, 3. Dr. Ir

7

Untuk identifikasi patogen penyakit dilakukan berdasarkan gejala

makroskopis pada contoh tanaman. Identifkasi penyakit akibat serangan

cendawan dilakukan dengan pengamatan mikroskopis menggunakan mikroskop

compound dan mikroskop stereo dengan membuat preparat dari bagian tanaman

yang bergejala penyakit. Patogen yang berupa cendawan diidentifikasi dengan

menggunakan kunci identifikasi Barnett & Hunter (1999).

Page 23: KEANEKARAGAMAN HAMA DAN PENYAKIT PADA · dan kritik selama pembuatan proposal usulan tugas akhir ini, 2. Dr. Ir. Ruly Anwar, M.Si sebagai dosen pembimbing akademik, 3. Dr. Ir

8

HASIL DAN PEMBAHASAN

Keadaan Umum Lahan Pertanaman Krisan

Desa Ciwalen termasuk Kecamatan Cipanas, Kabupaten Cianjur, Jawa

Barat. Pertanaman krisan yang diamati berada pada ketinggian 1 200 m dpl.

Pertanaman krisan yang diamati terdiri dari umur 2 minggu, 2 bulan, dan 3 bulan

pada awal pengamatan yang masing-masing memiliki luas 7x9 m dengan populasi

setiap lahan 12 780 tanaman. Pengamatan juga dilakukan pada lahan pembibitan

dan panen.

Gambar 4 Pertanaman krisan di desa Ciwalen kecamatan Cipanas: (a) lahan

pembibitan, (b) pertanaman krisan umur 2 minggu, (c) pertanaman

krisan umur 2 bulan, dan (d) pertanaman krisan umur 3 bulan

Budidaya Tanaman Krisan oleh Petani

Bibit

Bibit yang digunakan petani merupakan hasil stek dari pertanaman

sebelumnya. Perbanyakan secara stek merupakan perbanyakan secara vegetatif,

keturunannya akan memiliki sifat yang sama dengan induknya. Penanaman stek

menggunakan media sekam yang telah direndam selama 24 jam dan dilakukan

pada meja pembibitan. Pembibitan ini dilakukan selama 14-20 hari.

Pola Tanam

Dalam budidaya krisan petani tidak melakukan rotasi tanaman. Penanaman

tidak dilakukan bersamaan sehingga umur tanaman di tiap lahan berbeda. Tujuan

petani melakukan hal tersebut agar petani terus dapat memanen hasil setiap saat.

a b

c d

Page 24: KEANEKARAGAMAN HAMA DAN PENYAKIT PADA · dan kritik selama pembuatan proposal usulan tugas akhir ini, 2. Dr. Ir. Ruly Anwar, M.Si sebagai dosen pembimbing akademik, 3. Dr. Ir

9

Dalam satu lahan, petani menanam lebih dari satu spesies krisan, yaitu

Chrysanthemum coccineum, C. indicum, C. maximum, dan C. morifolium.

Pengolahan tanah dan penanaman

Pengelolaan tanah dilakukan 1 minggu sebelum tanam dengan cara

menggenangkan lahan selama tiga hari. Jarak tanam yang dilakukan petani adalah

(10-20)x(10-20) cm. Sementara menurut Mattjik 2010, jarak tanam krisan yang

umum adalah (10-20)x(15-23) cm. Pemindahan bibit tanaman krisan ke lahan

dilakukan saat bibit telah memiliki akar. Lahan siap tanam sebelumnya

dicampurkan dengan pupuk kandang yang memiliki berbagai unsur hara makro

dan unsur hara mikro. Unsur hara makro berupa: nitrogen, fosfor, kalium,

kalsium, magnesium, dan sulfur, sedangkan unsur hara mikro berupa: zink,

tembaga, kobalt, barium, mangan, dan besi (Lestarin 2012).

Perawatan krisan awal penanaman

Penanaman awal krisan membutuhkan penyinaran lampu selama 14 jam

dalam sehari untuk membantu pertumbuhan tangkai krisan. Penyinaran lampu ini

dilakukan sampai tanaman krisan berumur 2 bulan. Pemupukan dengan urea, TSP,

phoska, dan NPK dilakukan saat tanaman krisan berumur 3 minggu secara rutin 2

minggu sekali sampai pucuk bunga muncul.

Panen dan Pemasaran

Krisan dapat dipanen pada saat tanaman berumur 4-5 bulan. Petani krisan

menjual hasil panennya seharga Rp 7 000/ikat, satu ikat krisan berisi 10 batang.

Petani pada satu lahan pertanaman mendapatkan 500-700 ikat krisan. Krisan hasil

panen ini dipasarkan ke Jakarta.

Hama Tanaman Krisan

Pada lahan krisan di Cipanas, Cianjur dijumpai berbagai hama seperti yang

tercantum pada Tabel 4 yang dapat berpotensi menjadi hama penting jika

populasinya meledak di pertanaman.

Tabel 4 Jenis-jenis hama krisan pada berbagai umur pertanaman

No Jenis Hama Pembibitan Umur Tanaman

Panen 2 minggu 2 bulan 3 bulan

1 Bemisia tabaci - √ √ √ √

2 Thrips parvispinus - √ √ √ √

3 Liriomyza

huidobrensis - √ √ √ -

4 Spodoptera litura √ √ √ √ √

5 Aphis gossyipii - √ √ √ √

6 Macroshiponella

sanborni - - √ √ -

Page 25: KEANEKARAGAMAN HAMA DAN PENYAKIT PADA · dan kritik selama pembuatan proposal usulan tugas akhir ini, 2. Dr. Ir. Ruly Anwar, M.Si sebagai dosen pembimbing akademik, 3. Dr. Ir

10

Kutu Kebul, Bemisia tabaci Gennadius

Hasil pengamatan pada ketiga lahan tanaman krisan, dapat dilihat pada

Gambar 5. Rata-rata populasi Bemisia tabaci pada lahan berumur 2 minggu

terdapat 2 ekor pada daun atas, 4 ekor pada daun tengah, dan 3 ekor pada daun

bawah, sementara pada lahan berumur 2 bulan terdapat 5 ekor pada daun atas dan

8 ekor untuk daun tengah dan daun bawah, serta pada lahan berumur 3 bulan

terdapat 6 ekor pada daun atas, 9 ekor pada daun tengah, dan 10 ekor pada daun

bawah. Dari ketiga bagian tanaman yang diamati, daun bawah memiliki rata-rata

populasi tertinggi.

Gambar 5 Rata-rata populasi kutu kebul (Bemissia tabaci) pada tanaman krisan

Kutu ini termasuk ke dalam ordo Hemiptera, famili Aleyrodidae (Borror et

al. 1996) yang memiliki ukuran imago yang sangat kecil, yaitu sekitar 1mm.

Tubuh kutu ini bewarna keputihan atau kekuningan (Gambar 6a). Kutu kebul

betina bertelur di bawah permukaan daun, terutama pada daun muda. Telurnya

berbentuk elips dengan panjang 0.2–0.3 mm (Gambar 6b). Ciri morfologi dari

kutu kebul ini yaitu terdapatnya seta pada ekor dengan ukuran setidaknya

sepanjang lubang vasiform dan panjang dari abdomen segmen ke-7 tereduksi

secara medial (Gambar 7). Gejala yang ditimbulkan oleh serangan kutu kebul

adanya bercak hitam. Kehilangan hasil akibat serangan hama kutu kebul ini dapat

mencapai 80% bahkan pada serangan berat dapat menyebabkan kehilangan hasil

100% (gagal panen) (Balitkabi 2012).

Gambar 6 B. tabaci: (a) Imago dan (b) telur dan pupa

a b

Page 26: KEANEKARAGAMAN HAMA DAN PENYAKIT PADA · dan kritik selama pembuatan proposal usulan tugas akhir ini, 2. Dr. Ir. Ruly Anwar, M.Si sebagai dosen pembimbing akademik, 3. Dr. Ir

11

Gambar 7 B. tabaci: (a) preparat pupa dan (b) telur, pupa, dan imago

(www.cottoncrc.org.au)

Thrips, Thrips parvispinus Karny

Berdasarkan Gambar 8 dapat dilihat tingkat serangan Thrips parvispinus

pada lahan berumur 2 minggu pada minggu ke-8 sebesar 4.29% hal ini

dikarenakan pada pengamatan ke-1 sampai ke-7 pada pertanaman belum terdapat

bunga, lahan berumur 2 bulan terlihat dari minggu ke-1 sebesar 6.43% sampai

dengan minggu ke-8 sebesar 17.86%, sedangkan lahan berumur 3 bulan terlihat

paling besar yakni minggu ke-1 sebesar 17.86% sampai minggu ke-8 sebesar

25.71%.

Gambar 8 Persentase serangan thrips (T. parvispinus)

Menurut kunci identifikasi, thrips ini termasuk ordo Thysanoptera famili

Thripidae yang merupakan spesies Thrips parvispinus memiliki 7 ruas antena

(ruas ke-2 memiliki organ sensori berbentuk kerucut bercabang seperti garpu),

sepasang sayap berumbai yang panjangnya lebih dari setengah panjang abdomen

berwarna gelap atau transparan, dan memiliki 11 ruas abdomen (tergit ke-5 dan

ke-8 terdapat ctenidia). Serangga dewasa (imago) berukuran sangat kecil, dengan

panjang tubuh lebih kurang 1 mm, bewarna kuning pucat hingga coklat

kehitaman, dan abdomen berbentuk kerucut berwarna gelap (Gambar 9d). Hama

ini ditemukan di lapang menyerang bunga (Gambar 9a) yang masih kuncup dan

sudah mekar, dan mengakibatkan bunga menjadi bewarna kecoklatan (Gambar

9c) dan berbintik-bintik hitam (Gambar 9b).

a b

Imago

Telur

Pupa

Page 27: KEANEKARAGAMAN HAMA DAN PENYAKIT PADA · dan kritik selama pembuatan proposal usulan tugas akhir ini, 2. Dr. Ir. Ruly Anwar, M.Si sebagai dosen pembimbing akademik, 3. Dr. Ir

12

Gambar 9 T. parvispinus: (a) Bunga yang terserang, (b) dan (c) gejala serangan

dan (d) preparat slide

Lalat Pengorok Daun, Liriomyza huidobrensis Blanchard

Tingkat serangan yang ditimbulkan oleh lalat pengorok daun pada lahan

berumur 2 minggu dimulai pada minggu ke-2 sebesar 9.52% yang meningkat

dengan cepat pada minggu ke-3 sebesar 23.81% selanjutnya peningkatan tidak

terlalu tinggi hingga minggu ke-8. Persentase luas serangan minggu ke-8

pengamatan pada lahan berumur 2 minggu sebesar 32.38%. Pada lahan berumur 2

bulan dan 3 bulan peningkatan persentase kerusakan tidak jauh berbeda, terdapat

penurunan dari minggu ke-2 sampai minggu ke-4 diduga akibat kerontokan daun.

Persentase kerusakan minggu ke-8 lahan berumur 2 bulan dan 3 bulan berturut-

turut sebesar 45.71% dan 50.48% (Gambar 10).

Gambar 10 Persentase kerusakan daun akibat serangan Liriomyza huidobrensis

Lalat pengorok termasuk dalam ordo Diptera, famili Agromyzidae. Larva

hidup dengan cara mengorok daun sehingga pada daun terdapat alur-alur bekas

gorokan (Gambar 11a). Menurut Rauf (2001), tubuh imago L. huidobrensis

a

c d

b

Page 28: KEANEKARAGAMAN HAMA DAN PENYAKIT PADA · dan kritik selama pembuatan proposal usulan tugas akhir ini, 2. Dr. Ir. Ruly Anwar, M.Si sebagai dosen pembimbing akademik, 3. Dr. Ir

13

berwarna hitam mengkilat, dengna bagian tengah kepala, bagian samping toraks,

dan skutelumn berwarna kuning (Gambar 11b). Hama dewasa (imago) menyerang

mulai dari daun yang muda sampai tua dengan cara menghisap cairan tanaman

yang keluar dari bekas tusukan ovipositor pada saat akan meletakkan telur

(Balitkabi 2012).

Gambar 11 L. huidobrensis: (a) korokan pada daun dan (b) imago

Ulat Grayak, Spodoptera litura Fabricius

Data hasil pengamatan pada ketiga lahan dapat dilihat pada Tabel 5. Rata-

rata populasi ulat grayak (Spodoptera litura) pada lahan berumur 2 minggu

sebanyak 0.25 ekor/m2, lahan berumur 2 bulan sebanyak 1.12 ekor/m

2, dan lahan

berumur 3 bulan sebanyak 1 ekor/m2.

Tabel 5 Populasi ulat grayak (Spodoptera litura)

Pengamatan ke- Rata-rata populasi/m

2

Lahan 1 Lahan 2 Lahan 3

1 0 1 1

2 0 1 1

3 0 1 1

4 1 1 1

5 0 1 1

6 0 2 1

7 0 1 1

8 1 1 1

Rata-rata 0.25 1.12 1

Ulat grayak tergolong dalam ordo Lepidoptera, famili Noctuidae. Larva

instar awal memakan daun dan meninggalkan sisa-sisa epidermis bagian

atas/transparan (Gambar 12a) dan tinggal tulang-tulang daun saja sementara larva

instar 4 dan 5 memakan habis daun (Gambar 12c). Hama ini tidak hanya

menyerang bagian daun pada pertanaman krisan tetapi juga memakan bagian

tunas dan bunga (Gambar 12b). Ciri khas dari S. litura tubuhnya terdapat bintik-

bintik segitiga berwarna hitam dan bergaris-garis kekuningan pada sisinya.

a b

Page 29: KEANEKARAGAMAN HAMA DAN PENYAKIT PADA · dan kritik selama pembuatan proposal usulan tugas akhir ini, 2. Dr. Ir. Ruly Anwar, M.Si sebagai dosen pembimbing akademik, 3. Dr. Ir

14

Gambar 12 S. litura: (a) serangan larva instar awal menyisakan sisa-sisa

epidermis atas/transparan, (b) bunga yang terserang, (c) serangan

larva instar 4 dan 5 memakan habis daun, dan (d) larva ulat grayak

Kutudaun, Aphis gossyipii Glover dan Macrosiphoniella sanborni Gillete

Persentase tingkat serangan kutudaun pada pertanaman krisan yang

diamati terlihat pada Gambar 13. Lahan berumur 2 minggu kutudaun terlihat

mulai menyerang pada minggu ke-7 dengan besar 1.67% dan meningkat pada

minggu ke-8 sebesar 2.5%. Lahan berumur 2 bulan terjadi penurunan persentase

pada minggu ke-3 sampai ke-4 dan lahan berumur 3 bulan terlihat adanya

penurunan persentase yang sangat drastis pada minggu ke-4. Penurunan

persentase diakibatkan oleh perontokan secara alamai ataupun pengguguran daun

yang dilakukan sengaja oleh petani sebagai pengendalian.

Kutudaun termasuk ordo Hemiptera, famili Aphididae. Spesies kutudaun

yang ditemukan pada tanaman krisan yaitu Aphis gossypii dan Macrosiphoniella

sanborni. Kutudaun A. gossypii ini merupakan serangga yang sangat polifag

dengan ciri khas femur yang pucat dan warna kauda kehitaman(Kalshoven 1981;

Blackman & Eastop 2000). Inangnya antara lain kapas, kapuk, wijen, kopi, jeruk,

cabai, mentimun, dan tanaman hias.

Gambar 13 Persentase serangan kutudaun (A. gossypii dan M. sanborni)

M. sanborni memiliki ciri khas warna antena segmen 3, proksimal femur,

dan bagian tengah tibia pucat. M.sanborni merusak dengan cara mengisap cairan

tanaman dengan alat mulutnya yang bertipe menusuk menghisap. Akibatnya

tanaman menjadi layu, kualitas bunga menurun akibat malformasi, bahkan pada

serangan berat tanaman gagal menghasilkan bunga. Kutudaun yang menyerang

bagian bunga yang masih kuncup ataupun yang sudah mekar serta pada bagian

a c b

Page 30: KEANEKARAGAMAN HAMA DAN PENYAKIT PADA · dan kritik selama pembuatan proposal usulan tugas akhir ini, 2. Dr. Ir. Ruly Anwar, M.Si sebagai dosen pembimbing akademik, 3. Dr. Ir

15

daun, semuanya merupakan bagian yang dapat menurunkan harga jual produk

tanaman hias (Maryam 1998).

Gambar 14 Kutudaun: (a) Gejala serangan kutudaun pada daun krisan (daun

berkerut), (b) preparat A. gossypii, dan (c) preparat M. sanbroni

Penyakit Tanaman Krisan

Hasil pengamatan, ditemukan beberapa penyakit di lahan krisan pada

berbagai umur pertanaman seperti yang tercantum pada Tabel 6.

Tabel 6 Jenis-jenis penyakit krisan pada berbagai umur pertanaman

No. Jenis Penyakit Pembibitan Umur Tanaman

Panen 2 minggu 2 bulan 3 bulan

1 Karat putih - √ √ √ -

2 Karat hitam - √ √ √ -

3 Layu fusarium - √ √ √ -

4 Embun jelaga - - √ √ -

5 Embun tepung √ √ √ √ -

6 Hawar daun - √ √ √ -

7 Kerdil - √ √ √ -

8 Busuk batang √ - - - -

9 Kapang kelabu - - - - √

Karat Putih

Penyakit karat putih terdapat pada pertanaman berumur 2 minggu, 2 bulan,

dan 3 bulan. Pada Gambar 15 diperoleh hasil, bahwa perkembangan kejadian dan

keparahan penyakit tidak berbeda. Kejadian penyakit karat putih pada minggu ke-

1 sampai minggu ke-8 terus meningkat, hal ini karena penyebaran patogennya

melalui percikan air dan patogen dapat berkembang baik pada kondisi basah. Pada

saat pengamatan, kondisi lahan berada pada rata-rata suhu 27oC dan kelembaban

96 %. Penurunan kejadian penyakit pada minggu ke-3 pada pertanaman berumur

3 bulan dan minggu ke-6 pada pertanaman berumur 2 bulan dikarenakan daun

yang terserang karat putih mengalami kerontokan.

a b c

Page 31: KEANEKARAGAMAN HAMA DAN PENYAKIT PADA · dan kritik selama pembuatan proposal usulan tugas akhir ini, 2. Dr. Ir. Ruly Anwar, M.Si sebagai dosen pembimbing akademik, 3. Dr. Ir

16

(a) (b)

Gambar 15 Penyakit karat putih pada pertanaman krisan: (a) kejadian penyakit

dan (b) keparahan penyakit

Penyakit karat putih pada krisan disebabkan oleh cendawan Puccinia

horiana. Cendawan ini bersifat parasit obligat atau hanya hidup sebagai parasit

pada tanaman hidup. Menurut Suhardi (2009), patogen karat putih menghasilkan

dua jenis spora, yaitu teliospora yang merupakan spora rihat dan basidiospora

yang dihasilkan oleh teliospora yang telah berkecambah. Teliospora akan

berkecambah apabila kelembapan udara sangat tinggi yaitu Rh 96-100%.

Teliospora berbentuk oblong dengan warna kuning pucat dan berukuran 52 µm

(Gambar 16a).

Gejala penyakit mulai dari daun tanaman muda hingga panen. Gejala P.

horiana pada daun krisan dimulai dengan munculnya bercak berwarna kuning

pada permukaan atas daun, kemudian diikuti dengan perubahan warna pusat

bercak dari putih menjadi coklat tua (Gambar 16b). Pada permukaan bawah daun

terbentuk pustul (Gambar 16c) yang pada awalnya berwarna merah muda,

selanjutnya pustul membesar dan berwarna putih, daun rontok dan akhirnya mati.

Penyakit karat putih pada krisan pertama kali dilaporkan menginfeksi

pertanaman krisan di beberapa negara seperti Inggris, Selandia Baru, Afrika

Selatan, dan Australia. P. horiana dilaporkan masuk ke Indonesia sekitar tahun

1990, diduga melalui bibit krisan impor (Hanudin dan Marwoto 2012).

Kehilangan hasil krisan akibat penyakit karat putih belum pernah dihitung secara

tepat. Kehilangan hasil diperkirakan mencapai 30% karena penurunan nilai jual

dan penundaan waktu panen (Suhardi 2009).

Gambar 16 Gejala dan penyebab karat putih Puccinia horiana: (a) teliospora P.

horiana, (b) gejala bercak bewarna kuning pada permukaan atas

daun, dan (c) pustul yang terdapat pada permukaan bawah daun

c b a

Page 32: KEANEKARAGAMAN HAMA DAN PENYAKIT PADA · dan kritik selama pembuatan proposal usulan tugas akhir ini, 2. Dr. Ir. Ruly Anwar, M.Si sebagai dosen pembimbing akademik, 3. Dr. Ir

17

Karat Hitam

Penyakit karat hitam terdapat pada ketiga lahan pengamatan. Gejala

penyakit ini terlihat mulai dari daun tanaman muda hingga saat panen.

Perkembangan kejadian dan keparahan penyakit berbeda pada pertanaman

berumur 2 minggu, 2 bulan, dan 3 bulan seperti terlihat pada Gambar 17, kejadian

penyakit pada pertanaman berumur 3 bulan meningkat dari minggu ke-1 sampai

minggu ke-4 dan mengalami penurunan pada minggu ke-5 sampai ke-6 yang

diduga karena daun mengalami kerontokan. Keparahan penyakit pada pertanaman

berumur 2 minggu, 2 bulan dan 3 bulan dari minggu ke-1 sampai ke-8 mengalami

peningkatan yang diakibatkan oleh meningkatnya suhu dan kelembapan pada saat

pengamatan dilakukan.

(a) (b)

Gambar 17 Penyakit karat hitam pada pertanaman krisan: (a) kejadian penyakit

dan (b) keparahan penyakit

Penyakit karat hitam disebabkan oleh Puccinia chrysanthemi. Patogen ini

mempunyai urediospora bersel satu, bulat dan berbentuk ginjal dengan dinding sel

berjerawat bewarna coklat atau putih cerah (Gambar 18a). Kadang-kadang

terdapat urediospora yang bersel dua, dianggap sebagai urediospora yang

berlekatan.

Gejala gangguan P. chrysanthemi pada daun krisan adalah muncul bintik

coklat atau hitam di permukaan daun (Gambar 18b) yang diikuti dengan adanya

bintik-bintik klorosis di permukaan bawah daun (Gambar 18c). Penyakit ini

berkembang biak pada kelembapan tinggi terutama pada tanaman dengan jarak

tanaman yang rapat.

Gambar 18 Gejala dan penyebab karat hitam (P. chrysanthemi): (a) urediospora

P. chrysanthemi, (b) gejala bintik hitam pada permukaan atas daun,

dan (c) bintik klorosis di bawah permukaan daun

a c b

Page 33: KEANEKARAGAMAN HAMA DAN PENYAKIT PADA · dan kritik selama pembuatan proposal usulan tugas akhir ini, 2. Dr. Ir. Ruly Anwar, M.Si sebagai dosen pembimbing akademik, 3. Dr. Ir

18

Layu Fusarium

Penyakit layu fusarium terdapat pada pertanaman berumur 2 minggu, 2

bulan, dan 3 bulan. Perkembangan kejadian dan keparahan penyakit layu fusarium

pada minggu ke-1 sampai ke-8 terlihat adanya peningkatan seperti yang terlihat

pada Gambar 19. Pada grafik terlihat, bahwa pertanaman berumur 3 bulan

memilliki kejadian dan keparahan yang jauh lebih tinggi dibandingkan lahan

lainnya.

(a) (b)

Gambar 19 Layu fusarium pada krisan: (a) kejadian penyakit dan (b) keparahan

penyakit

Penyakit ini disebabkan oleh Fusarium oxysporum yang mengakibatkan

tanaman layu, daun menguning dan mengering, akhirnya mengakibatkan kematian

tanaman (Gambar 20a). Patogen ini merupakan patogen tular tanah yang bertahan

secara alami di dalam media tumbuh dan akar-akar tanaman sakit dalam jangka

waktu yang relatif lama. Patogen ini mempunyai konidiofor bercabang-cabang

dengan rata-rata panjang 70µm. Cabang-cabang samping biasanya bersel satu,

panjangnya sampai 14µm. Konidium terbentuk pada ujung cabang utama atau

cabang samping. Mikrokonidium banyak dihasilkan oleh cendawan F. oxysporium

pada semua kondisi, bersel satu atau dua, hialin, jorong atau agak memanjang,

berukuran (5-7) x(2.5-3) µm, tidak bertangkai kecil, tidak bersekat atau kadang

bersekat satu dan berbentuk bulat telur atau lurus (Gambar 20b). Makrokonidium

berbentuk sabit, bertangkai kecil, kebanyakan bersel empat, hialin, berukuran (22-

36) x (4-5) µm. Klamidiospora bersel satu, jorong atau bulat, berukuran (7-13) x

(7-8) µm, terbentuk di tengah hifa atau pada makrokonidium, seringkali

berpasangan (Djaenuddin 2011).

Gambar 20 Gejala layu dan penyebab F. oxysporium: (a) tanaman terserang

menjadi layu dan (b) mikrokonidium F. oxysporium

b a

Page 34: KEANEKARAGAMAN HAMA DAN PENYAKIT PADA · dan kritik selama pembuatan proposal usulan tugas akhir ini, 2. Dr. Ir. Ruly Anwar, M.Si sebagai dosen pembimbing akademik, 3. Dr. Ir

19

Embun jelaga

Penyakit embun jelaga hanya ditemukan di pertanaman berumur 2 bulan

dan 3 bulan seperti terlihat pada Gambar 21, kejadian dan keparahan penyakit

pada pertanaman berumur 2 bulan mengalami peningkatan pada pengamatan

minggu ke-5 sampai ke-8, sedangkan pada lahan berumur 3 bulan peningkatan

terjadi dari minggu ke-1 sampai ke-8. Peningkatan kejadian dan keparahan yang

sangat tinggi diduga karena adanya peningkatan serangan dari hama kutu kebul

sebagai serangga penghasil embun madu yang berasosiasi dengan cendawan ini.

(a) (b)

Gambar 21 Penyakit bercak hitam pada pertanaman krisan:(a) kejadian penyakit

dan (b) keparahan penyakit

Cendawan penyebab penyakit embun jelaga belum teridentifikasi

dikarenakan konidia yang ditemukan pada gejala penyakit ini berbeda dengan

konidia Capnodium sp. yang biasanya merupakan cendawan penyebab embun

jelaga. Konidia yang ditemukan pada penyakit ini berbentuk bulat, memiliki 2 inti

sel (Gambar 22c), tidak bersekat, bewarna hialin, dan memiliki 1 atau 2 dinding

sel (Gambar 22b). Penutupan pada daun ini menyebabkan berkurangnya luasan

daun untuk berfotosintesis dan permukaan daun menjadi kotor (Faridah 2011). Gejala embun jelaga ini membentuk lapisan berwarna hitam, kering dan

tipis pada permukaan atas daun (Gambar 22a). Lapisan itu dapat mengakibatkan

kematian pada tanaman karena akan mengurangi fotosintesis dan respirasi daun.

Gambar 22 Bercak hitam: (a) lapisan hitam pada permukaan atas daun, (b) dan

(c) mikroskopis cendawan penyebab embun jelaga

a b c

Page 35: KEANEKARAGAMAN HAMA DAN PENYAKIT PADA · dan kritik selama pembuatan proposal usulan tugas akhir ini, 2. Dr. Ir. Ruly Anwar, M.Si sebagai dosen pembimbing akademik, 3. Dr. Ir

20

Embun Tepung

Penyakit embun tepung terjadi pada semua umur pertanaman krisan

(Gambar 23). Kejadian dan keparahan dari tiap lahan meningkatan dari minggu

ke-1 sampai ke-8. Penyakit embun tepung juga menimbulkan gejala di lahan

pembibitan (Gambar 24b). Kejadian penyakit embun tepung mencapai 50 % tetapi

keparahan hanya mencapai lebih kurang 10%, diduga karena ketinggian tempat

tidak mendukung perkembangan cendawan ini.

(a) (b)

Gambar 23 Penyakit embun tepung pada pertanaman krisan: (a) kejadian

penyakit dan (b) keparahan penyakit

Gejala penyakit ini berupa lapisan putih bertepung pada permukaan atas

daun (Gambar 24a).Tepung ini sebenarnya merupakan masa dari konidia

cendawan. Pada serangan berat menyebabkan daun pucat dan mengering. Menurut

Chandra 2008, patogen Oidium chrysanthemi tumbuh baik di daerah dengan

ketinggian 500-1000 m dpl dan pada daun yang masih muda.

Gambar 24 Embun tepung: (a) lapisan tepung pada permukaan daun, (b) embun

tepung pada pembibitan, dan (c) mikroskopis O. chrysanthemi

Hawar Daun

Kejadian dan keparahan penyakit hawar daun pada pertanaman berumur 2

minggu lebih besar dibandingkan lahan berumur 2 bulan dan 3 bulan. Pada

Gambar 25 pertanaman berumur 2 bulan pada minggu ke-1 hingga ke-5 tidak

menunjukkan adanya gejala penyakit hawar daun. Perbedaan ini diduga karena

perbedaan cuaca pada saat pengamatan dilakukan.

b a c

Page 36: KEANEKARAGAMAN HAMA DAN PENYAKIT PADA · dan kritik selama pembuatan proposal usulan tugas akhir ini, 2. Dr. Ir. Ruly Anwar, M.Si sebagai dosen pembimbing akademik, 3. Dr. Ir

21

(a) (b)

Gambar 25 Penyakit hawar daun pada pertanaman krisan: (a) kejadian penyakit

dan (b) keparahan penyakit

Gejala yang ditimbulkan, pada permukaan daun terdapat bercak-bercak

coklat tidak beraturan, lama kelamaan bercak tersebut meluas ke seluruh

permukaan daun seperti Gambar 26a yang mengakibatkan daun gugur saat terkena

angin. Penyakit ini disebabkan oleh cendawan Helminthosporium sp. yang

memiliki konidia memanjang dengan ujung agak menyempit, berwarna coklat.

Konidia dibatasi 7 sekat melintang dan membagi konidia menjadi delapan sel

seperti pada Gambar 26b.

Gambar 26 Gejala dan penyebab hawar daun: (a) bercak coklat tidak beraturan

pada daun dan (b) konidia Helminthosporium sp.

Kerdil

Pada Gambar 27 dapat dijelaskan bahwa tingkat kejadian dan keparahan

penyakit kerdil dari yang tertinggi sampai terendah berturut-turut terdapat pada

tanaman berumur 3 bulan, 2 bulan, dan 2 minggu. Hal ini diduga karena, masa

inkubasi virus untuk menghasilkan gejala pada tanaman sekitar 2 sampai 3 bulan

tergantung dengan kultivarnya (Diningsih 2008).

Penyakit ini disebabkan oleh Chrysanthemum stunt viroid (CSVd) yang

menyebabkan gejala daun belang hijau dan kuning, kadang-kadang bergaris serta

tanaman tumbuh kerdil, tidak membentuk tunas samping, berbunga lebih awal dan

bunganya berwarna menjadi pucat.

b a

Page 37: KEANEKARAGAMAN HAMA DAN PENYAKIT PADA · dan kritik selama pembuatan proposal usulan tugas akhir ini, 2. Dr. Ir. Ruly Anwar, M.Si sebagai dosen pembimbing akademik, 3. Dr. Ir

22

(a) (b)

Gambar 27 Penyakit kerdil pada pertanaman krisan: (a) kejadian penyakit dan

(b) keparahan penyakit

Busuk Pangkal Batang

Penyakit ini disebabkan oleh Pythium spp. yang dijumpai pada lahan

pembibitan. Gejala serangan yakni kelayuan tanaman dan daun menguning

terutama daun bagian bawah. Pangkal batang yang berbatasan dengan akar terjadi

pembusukan yang berwarna kehitaman (Gambar 28). Bila tanaman dicabut, akar

bewarna coklat sampai hitam dan mengkerut.

Gambar 28 Gejala Pythium sp. pada pembibitan

Kapang Kelabu

Penyakit ini ditemukan pada bunga krisan pada proses pemanenan. Gejala

pada bunga terdapat gejala busuk (Gambar 29). Menurut Budiarto 2006, gejala

kapang kelabu ini diakibatkan oleh cendawan Botrytis cinerea yang dapat

menyebar dengan perantara angin atau serangga serta hanya terjadi pada musim

hujan.

Gambar 29 Gejala kapang kelabu pada bunga

Page 38: KEANEKARAGAMAN HAMA DAN PENYAKIT PADA · dan kritik selama pembuatan proposal usulan tugas akhir ini, 2. Dr. Ir. Ruly Anwar, M.Si sebagai dosen pembimbing akademik, 3. Dr. Ir

23

Pengelolaan hama dan penyakit oleh petani

Pengamatan hama dan penyakit

Petani tidak melakukan pengamatan secara rinci terhadap serangan serta

keparahan dari hama dan penyakit pada lahannya. Namun, menurut pengalaman

sebelumnya petani mengatakan bahwa kutu kebul dan pengorok daun merupakan

hama terpenting yang menyerang pertanaman krisan. Petani juga mengatakan

bahwa kutu kebul pernah menyerang pertanaman krisan hingga mengalami gagal

panen. Menurut petani, karat putih merupakan penyakit yang sering menyerang

pertanaman, penyakit karat putih ini merupakan penyakit yang sangat cepat

menyebar di pertanaman.

Pengendalian yang dilakukan

Pengendalian hama dan penyakit yang dilakukan petani antara lain melalui

teknik budidaya yaitu memberi pupuk organik secara rutin, pembuangan daun

yang terserang penyakit, dan penyiangan gulma. Beberapa petani membiarkan

sisa-sisa tanaman krisan yang tidak dapat dijual karena rusak oleh serangan hama

atau terinfeksi penyakit membusuk di pertanaman.

Petani juga melakukan pengendalian dengan menggunakan pestisida kimia

sintetik yang dilakukan sejak tanaman krisan sudah memiliki pucuk baru dengan

tujuan mencegah hama tersebut sebelum muncul. Aplikasi pestisida selanjutnya

dilakukan berdasarkan status hama atau secara rutin setiap satu minggu sekali.

Aplikasi pestisida juga bergantung pada keadaan ekonomi petani. Petani

mengaplikan pestisida umumnya ditujukan secara umum untuk semua hama yang

terdapat di pertanaman, oleh karena itu pestisida yang dipilih adalah pestisida

berspektrum luas antara lain pestisida berbahan aktif karbaril, deltametrin,

sipermetrin, karbofuran, imidakloropid dan klorpirifos. Pestisida diaplikasikan

dengan cara mencampur pestisida satu dengan yang lainnya. Hal ini ditujukan

untuk menghemat biaya tenaga kerja.

Pembahasan Umum

Permasalahan yang ditemukan pada pertanaman krisan selama

pengamatan berlangsung diantaranya adalah OPT yang berasal dari kelompok

hama dan penyakit. Hama yang ditemukan pada pertanaman krisan yaitu kutu

daun (Aphis gossypii dan Macroshiponiella sanborni), thrips (Thrips parvispinus),

kutu kebul (Bemisia tabaci), ulat grayak (Spodoptera litura), dan lalat penggorok

daun (Liriomyza huidobrensis). Penyakit yang ditemukan di pertanaman krisan

yaitu karat putih (Pucciana horiana), karat hitam (Pucciana chrysanthemi), layu

fusarium (Fusarium oxysporium), busuk pangkal batang (Pythium sp.), embun

jelaga, embun tepung (Oidium chrysanthemi), hawar daun (Helminthosporium

sp.), kerdil (Chrysanthemum stunt viroid (CSVd)), dan kapang kelabu (Botrytis

cinerea). Hama dan penyakit yang ditemukan sebagian besar terdapat pada semua

umur tanaman, namun persentase luas serangan, serta kejadian dan keparahan

penyakit berbeda pada setiap umur tanaman.

Menurut hasil wawancara dengan petani, hama dan penyakit utama yang

sangat mempengaruhi produksi tanaman krisan adalah kutu kebul dan karat putih.

Kutu kebul pernah menyebabkan petani mengalami kegagalan panen, dengan rata-

rata populasi kutu kebul pada tanaman berumur 2 minggu terdapat 2 ekor pada

daun atas, 4 ekor pada daun tengah, dan 3 ekor pada daun bawah, sementara pada

Page 39: KEANEKARAGAMAN HAMA DAN PENYAKIT PADA · dan kritik selama pembuatan proposal usulan tugas akhir ini, 2. Dr. Ir. Ruly Anwar, M.Si sebagai dosen pembimbing akademik, 3. Dr. Ir

24

tanaman berumur 2 bulan terdapat 5 ekor pada daun atas dan 8 ekor untuk daun

tengah dan daun bawah, serta pada tanaman berumur 3 bulan terdapat 6 ekor pada

daun atas, 9 ekor pada daun tengah, dan 10 ekor pada daun bawah. Embun jelaga

yang dihasilkan oleh kutu kebul mengakibatkan adanya penurunan produksi

bunga krisan. Tingkat serangan embun jelaga di lapangan pada tanaman berumur

2 bulan sebesar 5.14% dan pada tanaman berumur 3 bulan sebesar 22.86%.

Cendawan penyebab embun jelaga belum terindentifikasi, cendawan ini menutupi

permukaan daun sehingga luasan daun untuk berfotosintesis menjadi berkurang.

Penyakit karat putih yang terjadi di lapangan merupakan jenis cendawan

P. horiana pada pertanaman berumur 2 minggu tingkat serangan mencapai 40%,

lahan berumur 2 bulan 41.14%, dan pertanaman berumur 3 bulan 42.86%.

Cendawan ini merupakan cendawan parasit obligat pada tanaman hidup, penyakit

ini menimbulkan pustul bewarna putih pada permukaan bawah daun. Selain,

kedua penyakit tersebut juga didapatkan penyakit yang hampir sama dengan karat

putih yakni penyakit karat hitam yang disebabkan oleh cendawan P.

chrysanthemi. Penyakit ini ditemukan dilapang dengan persentase tingkat

kerusakan pada tanaman berumur 2 minggu 13.14%, tanaman berumur 2 bulan

23.42%, dan tanaman berumur 3 bulan 29.14%. Ketiga penyakit tersebut dapat

menurunkan tingkat produksi karena menyerang daun yang merupakan bagian

terpenting pada tanaman krisan selain bunga.

Hama lain yang menimbulkan tingkat kerusakan yang tinggi berdasarkan

hasil pengamatan di lapangan adalah hama lalat pengorok daun L. huidobrensis

dengan persentase kerusakan pada tanaman berumur 2 minggu 22.98%, tanaman

berumur 2 bulan 37.68%, dan tanaman berumur 3 bulan 40.95%. Persentase

kerusakan yang tinggi dapat mengakibatkan penurunan jumlah produksi karena

hama ini menyerang bagian daun yang juga merupakan bagian terpenting pada

tanaman krisan. Sedangkan kerusakan hama-hama lain yang ditemukan masih

berada di bawah ambang ekonomi.

Petani telah melakukan pengendalian terhadap hama dan penyakit yang

mengganggu tanaman krisan di lapangan yaitu seperti penyemprotan pestisida

secara rutin setiap dua kali seminggu, pemotongan bagian tanaman yang terserang

hama dan penyakit, penyulaman tanaman sakit pada 1-3 minggu setelah pindah

tanam, dan melakukan penggenangan pada lahan yang akan ditanami selama 3

hari.

Dalam melakukan penyemprotan pestisida, petani mencampurkan semua

jenis pestisida yang akan digunakan untuk mengendalikan beberapa hama di

lahan, pencampuran beberapa pestisida tersebut ditujukan untuk memperkecil

biaya pengendalian yang dikeluarkan. Namun, pencampuran pestisida tersebut

sebenarnya tidak boleh dilakukan karena banyak dampak negatif yang dapat

ditimbulkan diantaranya mungkin saja bahan aktif pestisida yang dicampur justru

saling antagonis, bahan aktif yang digunakan berbeda-beda yang akhirnya

menjadi boros karena sifat campuran yang ternyata bersifat antagonis tidak

bersifat sinergis dan konsentrasi larutan menjadi tidak sesuai dan akhirnya

mengakibatkan hama menjadi resisten. Seharusnya petani hanya menggunakan

satu pestisida agar hasil yang diperoleh maksimal, pestisida yang digunakan

adalah pestisida yang khusus mengatasi hama yang populasi atau serangan di

lapangan terbesar.

Page 40: KEANEKARAGAMAN HAMA DAN PENYAKIT PADA · dan kritik selama pembuatan proposal usulan tugas akhir ini, 2. Dr. Ir. Ruly Anwar, M.Si sebagai dosen pembimbing akademik, 3. Dr. Ir

25

Pengendalian penyakit dengan cara pemotongan tanaman yang terserang

memang sudah benar hanya saja perlakuan terhadap sisa-sisa tanaman sakit yang

dipotong tersebut tidak dilakukaan dengan sebagaimana mestinya. Seharusnya

sisa-sisa tanaman sakit yang telah di potong dibuang jauh dari lahan pertanaman

krisan dan sebaiknya dibakar. Pengendalian ini juga seharusnya diimbangi dengan

sanitasi gulma-gulma yang ada di sekitar pertanaman krisan karena sisa-sisa

tanaman sakit yang dibuang dan gulma di sekitar pertanaman dapat menjadi inang

alternatif hama tanaman krisan.

Penyulaman tanaman setelah pindah tanam ditujukan untuk memperkecil

tanaman krisan yang terserang penyakit dan mengurangi kemungkinan rendahnya

hasil produksi, biasanya penyulaman dilakukan bagi tanaman yang terserang layu

fusarium saat 1-3 minggu setelah pindah tanam, pengendalian terhadap layu

fusarium juga dilakukan dengan penggenangna lahan tanaman tiga hari sebelum

pindah tanaman dilakukan ke lahan. Menurut Wiyatiningsih 2009, perlakuan

penggenangan sawah dengan air akan menurunkan kemampuan hidup cendawan

F. oxysporum. Kondisi ini sesuai dengan upaya pengendalian cendawan terbawa

tanah F. cubense penyebab penyakit layu pada pisang di Amerika Tengah yang

berhasil dikendalikan dengan penggenangan lahan (Semangun 1996).

Page 41: KEANEKARAGAMAN HAMA DAN PENYAKIT PADA · dan kritik selama pembuatan proposal usulan tugas akhir ini, 2. Dr. Ir. Ruly Anwar, M.Si sebagai dosen pembimbing akademik, 3. Dr. Ir

26

PENUTUP

Kesimpulan

Keanekaragaman hama dan penyakit di lapangan sangat beragam. Hama

yang ditemukan pada pertanaman krisan adalah kutu daun (Aphis gossypii dan

Macroshiponiella sanborni), thrips (Thrips parvispinus), kutu kebul (Bemisia

tabaci), ulat grayak (Spodoptera litura), dan lalat pengorok daun (Liriomyza

huidobrensis). Penyakit yang ditemukan pada pertanaman krisan adalah karat

putih (Puccinia horiana), karat hitam (Puccinia chrysanthemi), layu fusarium

(Fusarium oxysporium), busuk pangkal batang (phytium sp.), embun jelaga,

embun tepung (Oidium chrysanthemi), hawar daun (Helminthosporium sp.), kerdil

(Chrysanthemum stunt viroid (CSVd)), dan kapang kelabu (Botrytis cinerea).

Hama dan penyakit tersebut sebagian besar terdapat pada semua tingkat umur

tanaman krisan, namun persentase luas serangan, serta kejadian dan keparahan

penyakit berbeda pada setiap umur tanaman yang terserang. Hama yang

mengakibatkan kerugian paling besar yakni kutu kebul pada tanaman umur 2

bulan dan 3 bulan dan penyakit yang mengakibatkan kerusakan paling tinggi

adalah karat putih pada semua umur tanaman. Petani telah melakukan beberapa

pengendalian di lapangan diantaranya penyemprotan pestisida, perontokan daun

dan bagian tanaman lain yang terserang penyakit, dan pengelolaan tanah sebelum

tanam.

Saran

Perlu dilakukan penelitian lanjutan mengenai hama dan penyakit yang lebih

spesifik pada tanaman krisan diantaranya untuk mengetahui penyebab penyakit pada

gejala embun jelaga serta perlu dikembangkan metode pemantauan terhadap hama

dan penyakit agar tidak terjadi ledakan di pertanaman krisan.

Page 42: KEANEKARAGAMAN HAMA DAN PENYAKIT PADA · dan kritik selama pembuatan proposal usulan tugas akhir ini, 2. Dr. Ir. Ruly Anwar, M.Si sebagai dosen pembimbing akademik, 3. Dr. Ir

27

DAFTAR PUSTAKA

Agrios GN. 2005. Plant Pathology. 5th

ed. New York (US): Academic Press.

Barnett H, Hunter BB. 1999. Illustrated Genera Fungi of Imperfect Fungi. Edisi

ke-4. Minnesota: APS Press.

Blackman RL, Eastop VF. 2000. Aphids on the World’s Crop: An Identification

and Information Guide. 2nd

ed. London: The Natural History Museum.

Borror DJ, Johnson NF, Triplehorn CA. 1996. Pengenalan Pelajaran Serangga.

Ed ke-6. Partosoedjono S, penerjemah. Yogyakarta (ID): Gajah Mada Univ

Press. Terjemahan dari: An Introduction to the Study of Insect.

[BPS] Badan Penelitian Statistika. 2010. Data statistika produksi tanaman hias

[Internet]. [diunduh 2012 26 November]. Tersedia pada:

http://www.bps.go.id/hasil_publikasi/flip_2011/5206004/index11.php?pub=

Statistik%20Tanaman%20Hias%20Indonesia%202010

Budiarto, Sulyo KY, Maaswinkel R, Wuryaningsih S. 2006. Budidaya Krisan

Bunga Potong: Prosedur sistem produksi. Jakarta (ID): Puslitbanghorti.

ISBN: 979-8842-20-0

[Balitkabi] Balai penelitian tanaman kacang-kacangan dan umbi-umbian.2012.

Kutu kebul Bemisia tabaci: aleyrodidae hama penting pada tanaman dan

cara pengendaliannya [internet] [diunduh 2013 agus 10] Tersedia pada:

http://balitkabi.litbang.deptan.go.id/info-teknologi/1013-kutu-kebul-

bemisia-tabaci-aleyrodidae-hama-penting-pada-tanaman-kedelai-dan-cara-

pengendaliannya.html

Blackman RL, Eastop VF. 2000. Aphids on the World’s Crop: An Identification

and Informatiion Guide. 2nd ed. London: The Natural History Museum.

Chandra D. 2008. Inventarisasi hama dan penyakit pertanaman jarak pagar

(Jatropha curcas Linn.) di Lampung dan Jawa Barat [Skripsi] Bogor (ID):

Institut Pertanian Bogor.

Cooke BM. 2006. Disease Assessment and Yield Loss. In: The Epidemiology of

Plant Diseases, Cooke, B.M., D.G. Jones and B. Kaye (Eds.). 2nd Ed.,

Springer, Netherlands, ISBN: 10 1-4020- 4580-8, pp: 43-80.

Djaenuddin N. 2011. Bioekologi penyakit layu Fusarium Fusarium oxysporum.

Seminar dan Pertemuan Tahunan XXI PEI, PFI Komda Sulawesi Selatan

dan Dinas Perkebunan Pemerintahan Provinsi Sulawesi Selatan; 07 Juni

2011; Makassar.

Dooley J. 2007. Key to the Commonly Intercepted Whitefly Pest [internet].

[diunduh 2013 Agu 20]. Tersedia pada:

http://keys.lucidcentral.org/keys/v3/whitefly/PDF_PwP%20ETC/Key%20to

%20commonly%intercepted%20pests%20embedded%20images%20.pdf

Faridah D. 2011. Hama dan penyakit tanaman jambu biji (Psidium guajava L.) di

kecamatan Rancabungur dan kampus IPB Dramaga Bogor [Skripsi] Bogor

(ID): Institut Pertanian Bogor.

Hanudin, Marwoto B. 2012. Penyakit karat putih pada krisan dan upaya

pengendaliannya [laporan hasil penelitian], Cianjur (ID): Balai Penelitian

Tanaman Hias.

Page 43: KEANEKARAGAMAN HAMA DAN PENYAKIT PADA · dan kritik selama pembuatan proposal usulan tugas akhir ini, 2. Dr. Ir. Ruly Anwar, M.Si sebagai dosen pembimbing akademik, 3. Dr. Ir

28

Kalshoven LGE. 1981. The Pests of Crops in Indonesia.Lan PA van der,

penerjemah. Jakarta (ID): Ichtiar Baru-van Hoeve. Terjemahan dari: De

Plagenvan de Cultuurgewassengin Indonesie.

Lestari DY. 2012. Cara pembuatan pupuk organic cair [laporan hasil penelitian],

Yogyakarta (ID): Universitas Negeri Yogyakarta.

Mattjick NA. 2010. Budidaya Bunga Potong dan Tanaman Hias. Bogor (ID): IPB

Press.

Maryam. 1998. Beberapa aspek biologi kutu daun pada tanaman krisan. J Hort.

7(4):908-912.

Mound L, Kibby G. 1998. Thysanoptera an Identification Guide. 2nd

Ed. London:

CAB International

Purwanto AW, Tri M. 2009. Krisan, Bunga Seribu Warna. Yogyakarta (ID):

Kanisius.

Rauf A. 2001. Bioekologi, pemantauan, dan pengendalian lalat pengorok daun

lirimyza spp. Lokakarya Pengamatan dan Peramalan Organisme

Pengganggu Tanaman Hortikultura: Jatisari, 11-13 September 2001.

Rukmana R, Mulyana AE. 1997. Krisan. Yogyakarta (ID): Kanisius.

Suhardi. 1996. Manajemen Agribisnis Bunga Potong. Jakarta (ID): UI Press.

SemangunH. 1993. Konsep dan Asas Dasar Pengelolaan Penyakit Tumbuhan

Terpadu. Prosiding Kongres Nasional XII dan Seminar Ilmiah Perhimpunan

Fitopatologi Indonesia. Yogyakarta

Setijo P. 2005. Benih Kacang Panjang. Yogyakarta (ID): Kanisius.

Wiyantiningsih S, Wibowo A, Triwahyu E. 2009. Keparahan Penyakit Moler pada

Enam Kultivar Bawang Merah karena Infeksi Fusarium oxysporum

f.sp.capae di Tiga Daerah Sentra Produksi. Seminar Nasional Akselerasi

Pengembangan Teknologi Pertanian dalam Mendukung Revitalisasi

Pertanian. Univ.Veteran

Page 44: KEANEKARAGAMAN HAMA DAN PENYAKIT PADA · dan kritik selama pembuatan proposal usulan tugas akhir ini, 2. Dr. Ir. Ruly Anwar, M.Si sebagai dosen pembimbing akademik, 3. Dr. Ir

29

LAMPIRAN

Page 45: KEANEKARAGAMAN HAMA DAN PENYAKIT PADA · dan kritik selama pembuatan proposal usulan tugas akhir ini, 2. Dr. Ir. Ruly Anwar, M.Si sebagai dosen pembimbing akademik, 3. Dr. Ir

30

Lampiran 1

Data Kejadian Penyakit per Lahan Pengamatan

Pertanaman Umur 2 Minggu

Penyakit Pengamatan ke- (%)

p1 p2 p3 p4 p5 p6 p7 p8

Karat putih 48.57 68.57 88.57 91.43 94.29 91.43 91.43 94.29

Karat hitam 5.71 14.29 31.43 34.29 34.29 40.00 45.71 57.14

Fusarium 8.57 22.86 37.14 45.71 45.71 45.71 45.71 42.86

Kerdil 2.86 5.71 5.71 5.71 5.71 8.57 11.43 11.43

Embun jelaga 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00

Embun tepung 8.57 14.29 14.29 17.14 20.00 28.57 28.57 40.00

Hawar daun 2.86 20.00 37.14 45.71 60.00 60.00 65.71 74.29

Pertanaman Umur 2 Bulan

Penyakit Pengamatan ke- (%)

p1 p2 p3 p4 p5 p6 p7 p8

Karat putih 85.71 88.57 77.14 85.71 88.57 88.57 91.43 97.14

Karat hitam 22.86 25.71 25.71 37.14 48.57 65.71 82.86 85.71

Layu Fusarium 11.43 17.14 28.57 37.14 34.29 40.00 48.57 54.29

Kerdil 8.57 14.29 17.14 17.14 17.14 20.00 20.00 20.00

Embun jelaga 0.00 0.00 2.86 2.86 11.43 14.29 11.43 20.00

Embun tepung 2.86 2.86 5.71 5.71 11.43 11.43 17.14 34.29

Hawar daun 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 20.00 37.14 37.14

Pertanaman Umur 3 Bulan

Penyakit Pengamatan ke- (%)

p1 p2 p3 p4 p5 p6 p7 p8

Karat putih 60.00 94.29 97.14 97.14 97.14 82.86 94..29 97.14

Karat hitam 34.29 77.14 85.71 94.29 84.29 80.00 82.86 88.57

Layu Fusarium 34.29 60.00 74.29 77.14 77.14 77.14 77.14 77.14

Kerdil 20.00 31.43 37.14 37.14 37.14 37.14 37.14 37.14

Embun jelaga 17.14 28.57 51.43 54.29 60.00 60.00 62.86 65.71

Embun tepung 0.00 8.57 11.43 20.00 31.43 37.14 48.57 51.43

Hawar daun 0.00 20.00 20.00 37.14 37.14 37.14 42.86 45.71

Page 46: KEANEKARAGAMAN HAMA DAN PENYAKIT PADA · dan kritik selama pembuatan proposal usulan tugas akhir ini, 2. Dr. Ir. Ruly Anwar, M.Si sebagai dosen pembimbing akademik, 3. Dr. Ir

31

Lampiran 2

Data Keparahan Penyakit per Lahan Pengamatan

Pertanaman Umur 2 Minggu

Penyakit Pengamatan ke- (%)

p1 p2 p3 p4 p5 p6 p7 p8

Karat putih 9.71 17.71 31.43 31.43 32.00 33.14 36.57 40.00

Karat hitam 1.14 2.86 6.29 6.86 6.68 8.00 9.71 13.14

Layu fusarium 1.71 4.57 8.00 10.86 11.43 11.43 11.43 10.86

Kerdil 0.57 1.14 1.14 1.14 1.14 1.71 2.29 3.43

Embun jelaga 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00

Embun tepung 1.71 2.86 2.86 3.43 4.00 5.71 5.71 8.00

Hawar daun 0.57 5.14 9.71 11.43 16.57 16.57 20.00 22.29

Pertanaman Umur 2 Bulan

Penyakit Pengamatan ke- (%)

p1 p2 p3 p4 p5 p6 p7 p8

Karat putih 20.00 22.86 29.71 29.71 31.43 33.14 36.00 41.14

Karat hitam 5.71 6.29 6.29 8.57 10.86 16.00 21.14 23.42

Layu Fusarium 2.29 3.43 6.29 8.00 7.43 8.57 12.00 13.71

Kerdil 1.71 3.43 4.57 4.57 4.57 5.71 6.29 6.29

Embun jelaga 0.00 0.00 0.57 0.57 2.29 2.86 2.86 5.14

Embun tepung 0.57 0.57 1.14 1.14 2.29 2.29 3.43 6.86

Hawar daun 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 4.00 9.14 9.14

Pertanaman Umur 3 Bulan

Penyakit Pengamatan ke- (%)

p1 p2 p3 p4 p5 p6 p7 p8

Karat putih 13.14 26.28 32.00 36.00 40.00 41.14 41.71 42.86

Karat hitam 9.71 19.43 23.43 26.29 27.43 28.57 29.14 29.14

Layu Fusarium 7.43 13.71 17.71 20.00 20.00 20.00 20.00 20.00

Kerdil 5.71 9.71 10.86 11.43 11.43 11.43 11.43 11.43

Embun jelaga 4.00 5.71 13.71 14.29 15.43 16.00 18.86 22.86

Embun tepung 0.00 1.71 2.29 4.00 6.29 7.43 9.71 10.86

Hawar daun 0.00 4.00 4.00 9.14 9.14 9.14 10.29 12.57

Page 47: KEANEKARAGAMAN HAMA DAN PENYAKIT PADA · dan kritik selama pembuatan proposal usulan tugas akhir ini, 2. Dr. Ir. Ruly Anwar, M.Si sebagai dosen pembimbing akademik, 3. Dr. Ir

32

Lampiran 3

Luas Serangan Hama pada Tanaman Krisan

1. Thrips

Pengamatan ke- Persentase serangan (%)

2 minggu 2 bulan 3 bulan

1 0 6.43 17.86

2 0 10.00 17.86

3 0 11.43 20.00

4 0 15.00 21.43

5 0 15.00 22.14

6 0 16.43 22.86

7 0 17.14 23.57

8 4.29 17.86 25.71

Rata-rata 0.54 13.66 21.43

2. Pengorok daun

Pengamatan ke- Kerusakan daun (%)

2 minggu 2 bulan 3 bulan

1 0.00 34.29 35.71

2 9.52 34.29 35.00

3 23.81 32.38 34.29

4 28.57 30.48 32.14

5 28.57 38.10 42.86

6 29.52 39.05 47.62

7 31.43 43.81 49.52

8 32.38 45.71 50.48

Rata-rata 22.98 37.26 40.95

3. Kutudaun

Pengamatan ke- Persentase serangan (%)

2 minggu 2 bulan 3 bulan

1 0.00 2.50 4.17

2 0.00 4.17 5.83

3 0.00 2.50 6.67

4 0.00 1.67 4.17

5 0.00 1.67 6.67

6 0.00 1.67 7.50

7 1.67 4.17 8.33

8 2.50 5.00 8.33

Rata-rata 0.52 2.92 6.46

Page 48: KEANEKARAGAMAN HAMA DAN PENYAKIT PADA · dan kritik selama pembuatan proposal usulan tugas akhir ini, 2. Dr. Ir. Ruly Anwar, M.Si sebagai dosen pembimbing akademik, 3. Dr. Ir

33

Lampiran 4

Spesies Krisan yang Terdapat pada Lahan

Page 49: KEANEKARAGAMAN HAMA DAN PENYAKIT PADA · dan kritik selama pembuatan proposal usulan tugas akhir ini, 2. Dr. Ir. Ruly Anwar, M.Si sebagai dosen pembimbing akademik, 3. Dr. Ir

34

Page 50: KEANEKARAGAMAN HAMA DAN PENYAKIT PADA · dan kritik selama pembuatan proposal usulan tugas akhir ini, 2. Dr. Ir. Ruly Anwar, M.Si sebagai dosen pembimbing akademik, 3. Dr. Ir

35

RIWAYAT HIDUP

Penulis lahir di Bandung pada tanggal 28 Oktober 1991. Penulis adalah

anak pertama dari tiga bersaudara pasangan Bapak Mushardi dan Ibu Elfariana.

Penulis menyelesaikan pendidikan di SD Negeri Karang Pawulang IV Bandung

pada tahun 2003 dan pendidikan di SLTP Negeri 34 Bandung pada tahun 2006.

Penulis menyelesaikan pendidikan di SMA Negeri 11 Bandung pada tahun 2009.

Penulis diterima di Institut Pertanian Bogor pada tahun 2009 melalui jalur

Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) sebagai mahasiswa Departemen Proteksi

Tanaman, Fakultas Pertanian. Penulis mengambil minor Ekonomi Pertanian dari

Departemen Ekonomi Sumberdaya Lingkungan, Fakultas Ekonomi dan

Manajemen, IPB.

Selama masa kuliah, penulis pernah menjadi asisten praktikum mata

kuliah Vertebrata Hama pada tahun ajaran 2011-2012, mata kuliah Hama dan

Penyakit Tanaman Setahun pada tahun ajaran 2012-2013, dan mata kuliah Dasar-

Dasar Proteksi Tanaman pada tahun ajaran 2012-2013.