Upload
phungkiet
View
254
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
KEANEKARAGAMAN JENIS BURUNG PADA BEBERAPA TIPE TEGAKAN
DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT, SUKABUMI, JAWA BARAT
ARONIKA KABAN
DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA
FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2013
KEANEKARAGAMAN JENIS BURUNG PADA BEBERAPA TIPE TEGAKAN
DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT, SUKABUMI, JAWA BARAT
ARONIKA KABAN
Skripsi
Sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Kehutanan pada
Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor
DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA
FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2013
RINGKASAN ARONIKA KABAN. Keanekaragaman Jenis Burung pada Beberapa Tipe Tegakan di Hutan Pendidikan Gunung Walat, Sukabumi, Jawa Barat. Dibimbing oleh YENI ARYATI MULYANI dan ANI MARDIASTUTI. Hutan Pendidikan Gunung Walat (HPGW) yang merupakan hutan tanaman berisi beberapa tipe tegakan sejenis adalah habitat bagi berbagai jenis burung. Perbedaan kondisi keanekaragaman jenis pohon dan ketinggian tajuk menyebabkan keanekaragaman jenis burung yang berbeda. Tujuan penelitian yaitu mendeskripsikan habitat, mengidentifikasi keanekaragaman jenis burung, mengetahui komposisi guild burung dan mendeskripsikan pemanfaatan vegetasi oleh burung berdasarkan stratifikasi vertikal di setiap tipe tegakan. Penelitian dilaksanakan di kawasan HPGW pada empat tipe tegakan yaitu tegakan puspa, agathis, pinus dan campuran (agathis, pinus dan puspa) pada bulan Agustus 2011. Pengukuran vegetasi untuk penggambaran profil dilakukan pada plot berukuran 10 m x 50 m di setiap tipe tegakan, sedangkan untuk mengetahui jenis vegetasi lain dilakukan pengamatan pada plot berukuran 3 m x 3m. Data burung dikumpulkan menggunakan metode IPA dan metode daftar jenis MacKinnon (MacKinnon et al. 1998). Analisis terhadap komponen burung menggunakan indeks keanekaragaman Shannon-Wiener dan indeks kesamaaan komunitas burung Jaccard. Analisis untuk komponen habitat dan profil pohon dilakukan secara deskriptif dan analisis guild dilakukan dengan merujuk kepada MacKinnon et al. (1998), Wong (1986), Lambert dan Collar (2002), serta Novarino (2008). Hubungan antara burung dengan vegetasi dianalisis secara deskriptif. Tegakan puspa (518-573 m dpl) terletak pada topografi relatif datar dan terdapat aliran sungai kecil yang melalui lokasi pengamatan. Jumlah jenis vegetasi lain yang tercatat sebanyak 21 jenis. Tegakan agathis (+ 529 m dpl) terletak pada topografi relatif miring dengan jumlah jenis vegetasi lain sebanyak 16 jenis, Tegakan pinus (545-601 mdpl) berada pada topografi datar dengan jumlah jenis vegetasi lain 13 jenis. Tegakan campuran yang terdiri dari tiga jenis pohon yaitu pinus, agathis dan puspa terletak pada topografi datar pada ketinggian 518 - 573 mdpl dan memiliki sebanyak 18 jenis vegetasi lain. Secara vertikal, stratifikasi vegetasi di keempat tipe tegakan dapat dibagi menjadi tajuk atas, tajuk tengah, tajuk bawah, batang dan lantai hutan. Empatpuluh sembilan jenis burung dari 24 suku ditemukan selama penelitian, dengan Cuculidae sebagai suku yang memiliki jenis terbanyak (6 jenis).Jumlah jenis burung terbanyak tercatat di tegakan puspa (30 jenis, H’= 3.03, E=0.89), disusul oleh tegakan agathis (28 jenis, H’=2.79, E=0.83), tegakan campuran (27 jenis, H’= 2.73, E=0.85) dan yang paling sedikit adalah di tegakan pinus (25 jenis, H’=2.73, E=0.85). Nilai IS tertinggi yaitu tegakan pinus dengan tegakan campuran(ISJ=0.63).
Komunitas burung yang ditemukan di HPGW terbagi kedalam 12 kategori guild, dengan kelompok pemakan serangga yang aktif mencari makan di bagian tajuk pohon mempunyai jumlah jenis terbanyak (14 jenis).Pemanfaatan strata vegetasi oleh burung di keempat tipe tegakan paling tinggi pada bagian tajuk atas dan paling rendah di bagian batang.
Keberagaman habitat, keberadaan pohon puspa yang sedang berbunga dan lebih banyaknya jenis vegetasi lain diduga merupakan faktor yang mempengaruhi tingginya keanekaragaman burung di tegakan puspa. Selain itu, lokasi tiga plot pengamatan pada tegakan puspa berdekatan dengan areal agroforestry. Kondisi demikian menghadirkan habitat antara (ecotone) maupun rumpang (gap) sehingga berpotensi memiliki keanekaragaman jenis yang lebih tinggi. Tegakan pinus merupakan tipe tegakan dengan jumlah jenis burung paling rendah, diduga karena kondisi lantai hutan yang relatif bersih, tidak banyak ditumbuhi tumbuhan bawah dan cukup banyaknya aktivitas manusia yaitu penyadapan getah pinus dan pengambilan kayu bakar.
Berdasarkan data dari beberapa penelitian sebelumnya yang mendapatkan jumlah jenis burung tidak jauh berbeda, diduga jumlah jenis burung mengindikasikan kapasitas habitat yang ada di HPGW bagi burung. Untuk memperkaya dan memelihara keanekaragaman jenis burung di HPGW perlu dilakukan pengkayaan jenis pohon pakan burung dan strata vegetasi di HPGW. Kata kunci: Keanekaragaman jenis burung, HPGW
SUMMARY
ARONIKA KABAN. Birds Species Diversity in Several Types of Forest Stands in Gunung Walat Educational Forest, Sukabumi, West Java. Under Supervision ofYENI ARYATI MULYANI And ANI MARDIASTUTI. Gunung Walat Educational Forest (GWEF) which is a plantation forest that consists of several homogenous standsis a habitat of various bird species. Difference in tree species composition, canopy coverage and canopy height could cause different birds species diversity. The objectives of this research were to describe the habitat, to identify bird species diversity, to find out composition of bird guild and to describe use of vertical startification by birds. This research was carried out in four types of forest stands of GWEF area; those are Schima, Agathis, Pine and mixed stands (Agathis, Pines and Schima) at August 2011). Vegetation measurement to describe vegetation profile was conducted in 10 m x 50 m sample plot on each stand type, while profile of other type of vegetation was observed in 3 m x 3 m sample plot. Birds data were collected by using IPA method and Mackinnon’s Species list method (Mackinnon et al. 1998). Analysis of bird component was performed by using Shannon-Wiener’s diversity index and Jaccard’s similarity index of bird’s communities. Analysis of habitat component and tree profile was conducted descriptively, while guild analysis was performed by referring to Mackinnon at al. (1998), Wong (1986), Lambert and Collar (2002) and also Novarino (2008). Relationship between birds and vegetation was analyzed descriptively. Schima stand (518-573 m above sea level) is located in relatively flat topography with a small creek goes through the habitat in the observation site. Total of other species of vegetation in this stands was 21 species. Agathis stands (+ 529 m above sea level) were located in relatively slope topography with total of other vegetations were 16 species. Pine stand (545-601 m above sea level) is located in relatively plain topography with total of other vegetations were 13 species. Mixed standthat is consisted of three species of trees, Pines, Agathis, and Schima, is located in relatively plain topography at altitude of 518 - 573 m above sea level and has total of other vegetations recorded 18 species. Canopy stratification in those four types of stands were could be divided vertically into top canopy, middle canopy, lower canopy, stem and forest floor. There were 49 species of 24 families of birds found during research period with Cuculidae as family with highest total species (6 species). Highest total bird’s species was recorded at Schima stands (30 species, H’= 3.03, E=0.89), then followed by Agathis stands (28 species, H’=2.79, E=0.83), mixed stands (27 species, H’= 2.73, E=0.85),and the lowest was recorded at Pines stands (25 species, H’=2.73, E=0.85). Highest IS value was recorded at Pines stands and mixed stands (ISJ=0.63).
Bird communities in GWEF were classified into 12 guild categories, with insect feeder that actively feeding at canopy as guild with the highest total species (14 species). Highest utilization of canopy strata by birds in four types of stands was recorded at top canopy layer, while the lowest was recorded at stem layer. Habitat variety, Schima stands that bearing flower and also higher total of other vegetations was supposed to be the causes of highbird diversity in Schima
stands. Moreover, location of tree observation plots was adjacent with agroforestry area. Those circumstances provide ecotone and also gap thus has potential of higher species diversity. Pines stands has lowest bird species diversity.It was supposed to be caused by relatively clear forest floor with not much understory and relatively high of human activity through resin sapping and firewood collecting.
Based on data from previous researches that obtain total birds species there is no significant differenc in the number of species. Therefore, it might indicate the capacity GWEF in terms of bird diversity.. Thus, enrichment of tree species beneficial for bird food source and vegetation strata is needed to enrich and maintain bird’s species diversity of GWEF. Keywords: Bird species diversity, GWEF
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Keanekaragaman
Jenis Burung pada Beberapa Tipe Tegakan di Hutan Pendidikan Gunung Walat,
Sukabumi, Jawa Barat adalah benar karya saya dengan arahan dosen pemimbing
dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi. Sumber
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta
dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.
Bogor, Februari 2013
Aronika Kaban E34070053
Judul Skripsi : Keanekaragaman Jenis Burung pada Beberapa Tipe Tegakan di Hutan Pendidikan Gunung Walat, Sukabumi, Jawa Barat
Nama : Aronika Kaban NIM : E34070053
Menyetujui,
Pembimbing I, Pembimbing II, Dr. Ir. Yeni Aryati Mulyani, M.Sc. Prof. Dr. Ir. Ani Mardiastuti, M.Sc. NIP. 19610411 198703 2 001 NIP. 19590925 198303 2 002
Mengetahui,
Ketua Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor
Prof. Dr. Ir. Sambas Basuni, MS. NIP. 19580915 198403 1 003
Tanggal Lulus:
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Karya ilmiah
yang berjudul “Keanekaragaman Jenis Burung pada Beberapa Tipe Tegakan
di Hutan Pendidikan Gunung Walat, Sukabumi, Jawa Barat” dengan
pembimbing Dr. Ir. Yeni Aryati Mulyani, M.Sc dan Prof. Dr. Ir. Ani Mardiastuti,
M.Sc. ini merupakan salah satu syarat bagi penulis untuk mendapatkan gelar
Sarjana Kehutanan pada Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan
Ekowisata, Fakultas kehutanan Institut Pertanian Bogor.
Sebagai ujian akhir dari masa perkuliahan, semoga karya ilmiah ini dapat
memberikan manfaat yang sebesar-besarnya bagi semua pihak. Penulis menyadari
bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan karya ilmiah ini. Tidak lupa,
penulis juga berterima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan saran
dan kritik yang membangun selama ini.
Bogor, Februari 2013
Penulis
DAFTAR RIWAYAT HIDUP Aronika Kaban dilahirkan di Munte, Sumatera Utara pada
tanggal 21 September 1988 sebagai anak ketiga dari Lima
bersaudara pasangan Jalan Gemini Kaban dan Ibu
Warnawati Sembiring. Pendidikan formal penulis dimulai di
SDN 05 pagi Jakarta (1995–2001), kemudian penulis
melanjutkan ke SLTPN 161 Jakarta (2001–2004), dan
SMAN 47 Jakarta (2004–2007). Setelah lulus SMA, penulis diterima di Institut
Pertanian Bogor melalui jalur Ujian Saringan Masuk IPB (USMI) yaitu pada
mayor Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata, Fakultas
Kehutanan IPB.
Selama menempuh pendidikan di IPB penulis aktif mengikuti beberapa
kegiatan, diantaranya aktif sebagai Bendahara II HIMAKOVA (2008-2009),
Bendahara Umum HIMAKOVA (2009-2010), dan anggota Kelompok Pemerhati
Burung (KPB). Pengalaman lapangan penulis meliputi Eksplorasi Flora dan Fauna
Indonesia (RAFFLESIA) di Cagar Alam Rawa Danau pada tahun 2009,
RAFFLESIA di Cagar Alam Gunung Burangrang pada tahun 2010, Studi
Konservasi Lingkungan (SURILI) di Taman Nasional Manupeu Tanadaru Nusa
Tenggara Timur pada tahun 2009, SURILI di Taman Nasional Sebangau
Kalimantan Tengah pada tahun 2010, kegiatan pencincinan burung oleh
Cikabayan Birdbanding Club 2010-2013, dan voluntir kegiatan konservasi burung
Cikalang Christmas di Teluk Jakarta, Jawa Barat.
Kegiatan akademik lapangan yang pernah diikuti antara lain Praktek
Pengenalan Ekosistem Hutan (P2EH) di CA Pangandaran – SM Gunung Sawal
Jawa Barat (2009), Praktek Pengelolaan Hutan (PPH) di Hutan Pendidikan
Gunung Walat Sukabumi, Jawa Barat (2010), serta Praktek Kerja Lapang di
Taman Nasional Laiwangi Wanggameti Nusa Tenggara Timur (2011). Penulis
berpengalaman sebagai asisten praktikum mata kuliah Ekologi Satwaliar (2009–
2012), termasuk menjadi asisten pada praktikum Lapang di Pulau Rambut, Kebun
Binatang Ragunan, Suaka Margasatwa Muara Angke, dan Cagar Alam
Pangandaran. Untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan IPB, penulis
menyelesaikan skripsi dengan judul Keanekaragaman Jenis Burung pada
Beberapa Tipe Tegakan di Hutan Pendidikan Gunung Walat, Sukabumi, Jawa
Barat dengan pembimbing Dr. Ir. Yeni Aryati Mulyani, M.Sc dan Prof. Dr. Ir. Ani
Mardiastuti, M.Sc.
UCAPAN TERIMA KASIH
Puji dan syukur dipanjatkan ke Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan Kasih dan karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
Penghargaan dan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
penulis menyelesaikan skripsi ini mengucapkan terima kasih kepada:
1. Orang tuaku tercinta, Bapak Jalan Gemini Kaban dan Ibu Warnawati
Sembiring atas doa, kasih sayang, dukungan moril, serta motivasi untuk
penulis, adik-adikku Primusta Hagai Kaban dan Yosenta Kaban yang telah
memberikan semangat, serta keluarga besar penulis atas semua doa untuk
penulis.
2. Dr. Ir. Yeni Aryati Mulyani, M.Sc dan Prof. Dr. Ir. Ani Mardiastuti, M.Sc
selaku dosen pembimbing atas kesabaran dan telah memberikan motivasi,
nasehat serta bimbingannya.
3. Dr. Ir Gunawan Santosa, MS yang telah bersedia menjadi dosen penguji
untuk ujian komprehensif dan terima kasih atas semua masukan dan koreksi.
4. Dr. Agus Priyono Kartono, MS yang telah bersedia menjadi ketua sidang
untuk ujian komprehensif dan terima kasih atas semua masukan dan koreksi.
5. Dr. Ir. Mirza Dikari Kusrini, M.Si yang telah menjadi moderator saat seminar
skripsi.
6. Ir. Budi Prihanto, MS, Dr. Ir. Tatang Tiryana, MSc.F, dan Dizy Rizal, S.Hut.
atas dukungan yang diberikan kepada penulis sehingga dapat melaksanakan
penelitian di Hutan Pendidikan Gunung Walat (HPGW), serta seluruh pihak
pengelola HPGW yang telah membantu, membimbing, dan memberikan
informasi yang sangat membantu dalam penyusunan skripsi, terutama bapak
Lilik dan bapak Uus yang sudah membantu identifikasi jenis tumbuhan dan
orientasi lapang.
7. Nurindah Ristiana, Zulfikri dan Rahmat Hidayat yang telah menemani dan
memberikan saran serta masukan selama pengambilan data di lapangan.
8. Tutia Rahmi, Sarlita F. Pasaribu, Clara DSD, Ulfah Zulfarisa, Mila
Rahmania, dan Nining Maulana yang telah membantu dan memberikan saran
dan masukan saat penulisan skripsi.
9. Lina K Dewi S.Hut, Herry Jamaksari S.Hut, dan Harri Purnomo S.Hut atas
masukan, diskusi, saran serta kritik selama penyusunan skripsi ini.
10. Nurindah Ristiana, Febriyanto Kolanus, dan Irham Fauzi yang telah
membantu dalam pembuatan peta penelitian.
11. Hadi Surono dan Neina Febriyanti atas bantuannya dalam pembuatan gambar
profil pohon.
12. KPB “Perenjak” atas semua dukungan terutama kepada KPB Perenjak 44 dan
adik-adikku dari 45, 46, dan 47 serta semua yang telah membantu penulis.
13. Keluarga Besar KSHE 44 “KOAK” (Cahya Wiratama, Irham Fauzi, Septian
Wiguna, Zulfikri) terimakasih atas dorongan moril hingga akhir penyelesaian
skripsi ini.
14. Tim PKLP Taman Nasional Laiwangi-Wanggameti (Septian Wiguna, Gigih
E. Pratama, Tutia Rahmi, Sarlita F. Pasaribu, Neina Febriyanti, Rakhmi
Walidaini) terimakasih atas dorongan moril hingga akhir penyelesaian skripsi
ini.
15. Zulfikri, Asep Hayat, FN Tirtaningtyas, Adi Sugiharto, Kamal muda, Andhy
PS, Asman A Purwanto, Eddy Swan, Khaleb Yordan, Imam F, Swiss
Winarsi, Pakde Robert, bu Yeni A Mulyani dan Syahputera terimakasih atas
ijin penggunaan foto-foto burung.
16. Keluarga besar Himakova atas pembelajaran berorganisasi.
17. Keluarga besar DKSHE atas bantuannya terutama untuk Ibu Ratna, Ibu Titin,
Pak Acu, dan Ibu Evan serta segenap staf tata usaha yang telah banyak
membantu persiapan administrasi dari awal penelitian hingga proses ujian
komprehensif.
18. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan seluruhnya yang telah
membantu dan memberikan andil dalam proses kematangan jiwa penulis serta
penyelesaian skripsi.
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ..................................................................................... i
DAFTAR ISI .................................................................................................... vi
DAFTAR TABEL ............................................................................................ viii
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... ix
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... x
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ......................................................................... 1
1.2 Tujuan ...................................................................................... 2
1.3 Manfaat .................................................................................... 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ................................................................ 3
2.1 Keanekaragaman Jenis ............................................................ 3 2.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keanekaragaman
Jenis Burung ............................................................................ 3 2.3 Habitat Burung ........................................................................ 4 2.4 Profil Vegetasi ......................................................................... 5
BAB III METODE PENELITIAN ............................................................... 6
3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ................................................... 6
3.2 Alat dan Bahan ........................................................................ 6
3.3 Data yang Dikumpulkan .......................................................... 6
3.4 Metode Pengumpulan Data ...................................................... 6
3.4.1 Pemilihan lokasi ............................................................ 6 3.4.2 Vegetasi ......................................................................... 8 3.4.3 Burung ........................................................................... 8 3.4.4 Pengelompokan berdasarkan kategori guild ................. 9 3.4.5 Pemanfaatan strata vegetasi oleh burung ...................... 10
3.5 Analisis Data ............................................................................ 10
3.5.1 Vegetasi ......................................................................... 10 3.5.2 Kekayaan jenis burung menggunakan daftar
jenis MacKinnon .......................................................... 11 3.5.3 Kekayaan jenis burung berdasarkan guild .................... 11 3.5.4 Indeks keanekaragaman jenis (H’) dan indeks
kemerataan (E) .............................................................. 11 3.5.5 Dominansi ..................................................................... 12
3.5.6 Indeks kesamaan komunitas (ISJ) ................................. 13 3.5.7 Pemanfaatan tajuk sebagai habitat oleh burung ............ 13
BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN ................................. 14
4.1 Sejarah Kawasan ..................................................................... 14
4.2 Letak dan Luas Geografis ........................................................ 15
4.3 Jenis Tanah dan Topografi ...................................................... 15
4.4 Iklim ........................................................................................ 16
4.5 Kependudukan ......................................................................... 16
4.6 Aksesibilitas ............................................................................ 17
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN ...................................................... 18
5.1 Hasil ......................................................................................... 18
5.1.1 Tegakan puspa ............................................................... 18 5.1.2 Tegakan agathis ............................................................. 23 5.1.3 Tegakan pinus ............................................................... 28 5.1.4 Tegakan campuran ........................................................ 32 5.1.5 Keanekaragaman burung pada empat tegakan di HPGW ......................................................................... 37 5.1.6 Perbandingan burung antar empat tipe tegakan .......... 39 5.1.7 Status konservasi burung ............................................. 41
5.2 Pembahasan ............................................................................. 42
5.2.1 Keanekaragaman jenis burung pada beberapa tipe tegakan di HPGW ................................................. 42 5.2.2 Indeks kesamaan komunitas burung ............................ 44 5.2.3 Keanekaragaman guild di lokasi penelitian ................. 44 5.2.4 Pemanfaatan strata vegetasi ......................................... 45 5.2.5 Status konservasi burung .............................................. 46 5.2.6 Implementasi terhadap pengelolaan ............................. 47
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ....................................................... 49
6.1 Kesimpulan ............................................................................... 49
6.2 Saran ......................................................................................... 49
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 51
LAMPIRAN .................................................................................................... 53
DAFTAR TABEL
No Halaman
1 Jenis dan jumlah individu burung yang ditemukan di tegakan puspa ....................................................................................................... 20
2 Jumlah individu dan jenis penyusun guild di tegakan puspa .................. 21
3 Stratifikasi jenis burung pada tiap strata di tegakan puspa ..................... 22
4 Aktivitas yang dilakukan oleh burung di tegakan puspa ......................... 23
5 Jenis dan jumlah individu burung yang ditemukan di tegakan agathis ..................................................................................................... 24
6 Jumlah individu dan jenis penyusun guild di tegakan agathis ................ 26
7 Stratifikasi jenis burung pada tiap strata di tegakan agathis ................... 27
8 Aktivitas yang dilakukan oleh burung di tegakan agathis ....................... 28
9 Jenis dan jumlah individu burung yang ditemukan di tegakan pinus......................................................................................................... 29
10 Jumlah individu dan jenis penyusun guild di tegakan pinus .................. 30
11 Stratifikasi jenis burung pada tiap strata di tegakan pinus ..................... 31
12 Aktivitas yang dilakukan oleh burung di tegakan pinus .......................... 32
13 Jenis dan jumlah individu burung yang ditemukan di tegakan campuran ................................................................................................ 34
14 Stratifikasi jenis burung pada tiap strata di tegakan campuran .............. 35
15 Jumlah individu dan jenis penyusun guild di tegakan campuran ........... 36
16 Aktivitas yang dilakukan oleh burung di tegakan campuran .................. 37
17 Jenis burung berdasarkan jenis pakan utama di lokasi penelitian .......... 39
18 Jumlah jenis dan suku burung menggunakan metode IPA dan metode daftar jenis MacKinnon ............................................................. 39
19 Indeks kesamaan jenis (ISJ) burung pada empat tipe tegakan HPGW .................................................................................................... 40
20 Status konservasi dan perlindungan jenis-jenis burung di HPGW .......... 41
DAFTAR GAMBAR
No Halaman
1 Peta lokasi pengambilan data penelitian (menggunakan metode titik hitung atau IPA) ............................................................................... 7
2 Ilustrasi pembagian strata vegetasi untuk pemanfaatan burung .............. 10
3 Sketsa lokasi HPGW ............................................................................... 17
4 Strata vegetasi pada tegakan puspa ......................................................... 18
5 Jenis burung di tegakan puspa ................................................................. 19
6 Strata vegetasi pada tegakan agahis ......................................................... 23
7 Jenis burung di tegakan agathis ............................................................... 25
8 Strata vegetasi pada tegakan pinus .......................................................... 28
9 Jenis burung di tegakan pinus .................................................................. 29
10 Strata vegetasi pada tegakan campuran ................................................... 33
11 Jenis burung di tegakan campuran ........................................................... 34
12 Komposisi suku burung berdasarkan jumlah jenis di empat tipe tegakan .................................................................................................... 38
13 Kurva penemuan jenis burung dengan metode daftar jenis MacKinnon di empat tipe tegakan ........................................................... 40
DAFTAR LAMPIRAN
No Halaman
1 Jenis burung di Hutan Pendidikan Gunung Walat (HPGW) ................... 52
2 Jenis burung dilindungi di Hutan Pendidikan Gunung Walat (HPGW) ................................................................................................... 55
3 Keanekaragaman, kelimpahan, dominansi, dan kemerataan jenis burung pada tegakan puspa. ..................................................................... 57
4 Keanekaragaman, kelimpahan, dominansi, dan kemerataan jenis burung pada tegakan agathis. ................................................................... 59
5 Keanekaragaman, kelimpahan, dominansi, dan kemerataan jenis burung pada tegakan pinus. ..................................................................... 61
6 Keanekaragaman, kelimpahan, dominansi, dan kemerataan jenis burung pada tegakan campuran. .............................................................. 63
1
BAB I
PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
Hutan Pendidikan Gunung Walat (HPGW) yang terletak di Kabupaten
Sukabumi, Provinsi Jawa Barat merupakan hutan tanaman dengan status Kawasan
Hutan Dengan Tujuan Khusus (KHDTK) dan dikelola oleh sivitas akademika
IPB, khususnya Fakultas Kehutanan (Fahutan 2010). Hutan tanaman adalah
kawasan hutan yang berisi tegakan monokultur atau sejenis. Ada beberapa
tegakan sejenis di HPGW, yaitu tegakan agathis (Agathis loranthifolia), pinus
(Pinus merkusii), puspa (Schima wallichii) (Badan Eksekutif HPGW 2010).
Hutan tanaman di HPGW merupakan habitat bagi berbagai jenis burung.
Hernowo (1989) melaporkan 27 jenis burung terdapat di HPGW, sedangkan Tim
Himakova (2007) yang melakukan penelitian mengenai keanekaragaman jenis
burung mencatat 55 jenis burung dari 21 suku di delapan jalur pengamatan
diantaranya tegakan pinus, tegakan agathis, tegakan puspa, tegakan campuran,
kebun tepi hutan, dan sawah tepi hutan. Penelitian yang dilakukan oleh Mulyani
dan Haneda (2010) di tegakan puspa dan agathis mencatat 44 jenis burung dari 19
suku.
Menurut Schultze et al. (2004) dan Waltert et al. (2004) penelitian
terhadap burung sangat penting karena burung diketahui menjadi kelompok satwa
yang menjadi indikator dalam menjaga keseimbangan ekosistem. Menurut Lailo
(2002) keanekaragaman jenis burung di suatu tempat dipengaruhi oleh beberapa
faktor yaitu struktur dan komposisi vegetasi yang beragam seperti distribusi
vertikal dari dedaunan. Tripathy dan Singh (2009) menyatakan bahwa
keanekaragaman jenis berhubungan dengan struktur vegetasi dan variasi strata
vegetasi.
Perbedaan kondisi keanekaragaman jenis pohon dan ketinggian tajuk
menyebabkan keanekaragaman jenis burung yang berbeda, namun belum ada
penelitian mengenai parameter tersebut di HPGW, sehingga perlu dilakukan
penelitian untuk memperkaya data dan informasi. Oleh karena itu, penelitian
mengenai keanekaragaman jenis burung pada berbagai tipe tegakan diperlukan
2
sebagai bahan pertimbangan dalam manajemen pengelolaan kawasan HPGW dan
pelestarian burung.
1.2 Tujuan
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk :
1. Mendeskripsikan habitat burung pada empat tipe tegakan di HPGW, yaitu
tegakan puspa, tegakan agathis, tegakan pinus dan tegakan campuran
(agathis, pinus dan puspa).
2. Mengidentifikasi keanekaragaman jenis burung pada empat tipe tegakan
tersebut di atas.
3. Mengetahui komposisi guild burung pada empat tipe tegakan tersebut di
atas.
4. Mendeskripsikan pemanfaatan vegetasi oleh burung berdasarkan
stratifikasi vertikal di setiap tipe tegakan
1.3 Manfaat
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan pertimbangan dalam
pelaksanaan manajemen kawasan HPGW dan pelestarian satwa liar khususnya
burung di HPGW.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Keanekaragaman Jenis
Keanekaragaman jenis memiliki dua komponen yaitu kekayaan dan
sebaran keseragaman. Kekayaan jenis adalah jumlah jenis yang ada, sedangkan
keseragaman menunjukkan kelimpahan relatif dari masing-masing jenisnya
(Winarni 2005). Komponen lain selain kekayaan jenis dalam suatu
keanekaragaman jenis adalah kemerataan jenis dan kelimpahan jenis (Odum
1993).
Keanekaragaman jenis diukur melalui dua pendekatan, yaitu jumlah jenis
(kekayaan jenis) dan kelimpahan relatif dari individu-individu setiap jenis
(Hamilton 2005). Kekayaan jenis dinyatakan dalam jumlah atau indeks
keanekaragaman. Magurran (1988) menyatakan bahwa pertimbangan yang
mendasari penggunaan indeks tersebut adalah kepekaan terhadap perubahan
ukuran unit contoh (rendah sampai sedang), kemampuan mendeteksi perbedaan
antara unit contoh atau lokasi (sedang sampai tinggi) dan kemudahan dalam
proses perhitungan (semuanya sederhana).
2.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keanekaragaman Jenis Burung
Keanekaragaman jenis burung berbeda pada setiap tempat, tergantung
kondisi lingkungan dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Alikodra (1990)
menjelaskan bahwa perbedaan keanekaragaman dapat terjadi karena terdapatnya
perbedaan dalam struktur vegetasi pada masing-masing tipe habitat, sehingga
akan menyebabkan bervariasinya sumber pakan yang ada dalam suatu habitat.
Menurut Zakaria (2009) keanekaragaman jenis burung sangat penting
untuk mendeskripsikan struktur komunitas pada habitat yang ditempati. Alhamid
(1988) menyatakan bahwa struktur hutan dan komposisi penyusun vegetasi
mempengaruhi tingginya keanekaragaman jenis burung. Tingkat keanekaragaman
jenis burung di setiap tempat berbeda-beda antara tempat yang satu dengan
tempat yang lainnya, tergantung pada kondisi habitat dan juga tingginya gangguan
manusia dengan pemburuan berbagai jenis burung.
4
2.3 Habitat Burung
Habitat adalah suatu lingkungan dengan kondisi tertentu tempat suatu
spesies atau komunitas hidup. Habitat yang baik akan mendukung
perkembangbiakan organisme yang hidup di dalamnya secara normal. Habitat
memiliki kapasitas tertentu untuk mendukung pertumbuhan populasi suatu
organisme. Habitat merupakan bagian penting bagi distribusi dan jumlah burung
(Bibby et al. 2000).
Burung dapat menempati tipe habitat yang beranekaragam, baik habitat
hutan maupun habitat bukan hutan. Bentuk habitat yang baik untuk kelangsungan
hidup burung adalah habitat yang mampu melindungi dari gangguan maupun
menyediakan kebutuhan hidupnya (Hernowo & Prasetyo 1989). Komposisi dan
struktur vegetasi juga mempengaruhi jenis dan jumlah burung yang terdapat di
suatu habitat. Jenis tanaman dan ekosistem yang beragam lebih mampu
mendukung kebutuhan burung karena mempunyai komponen yang lebih lengkap
(Hernowo & Prasetyo 1989). Suatu habitat yang digemari oleh suatu jenis burung
belum tentu sesuai untuk kehidupan jenis burung yang lain, karena pada dasarnya
setiap jenis burung memiliki preferensi habitat yang berbeda-beda (Irwanto 2006).
Tipe habitat yang ada di HPGW didominasi oleh tegakan agathis (Agathis
loranthifolia), pinus (Pinus merkusii), dan puspa (Schima wallichii). Menurut
Utari (2000) struktur vegetasi pada areal hutan tanaman terbagi menjadi dua strata
yaitu tumbuhan bawah dan tumbuhan penutup, tetapi Badan Eksekutif HPGW
(2010) melaporkan bahwa pada tahun 2008, hutan di HPGW telah merupakan
hutan rapat yang memiliki tajuk berstruktur dan tumbuhan bawah cukup rapat
sehingga menyerupai hutan alam tropis.
Tipe vegetasi dengan bentuk penutupan lahan dan ketinggian suatu
wilayah kecenderungan akan memberikan pengaruh terhadap jenis dan perilaku
satwa yang di jumpai (MacArthur & Connell 1966). Menurut Alikodra (2002)
jenis-jenis pohon pada hutan tanaman lebih terbatas sehingga jenis satwaliarnya
terbatas. Hadiprayitno (2004) dalam penelitiannya mengenai penggunaan habitat
oleh berbagai jenis burung di kawasan hutan pinus dengan umur tegakan yang
berbeda-beda dan hutan campuran di Gunung Tangkuban Parahu-Jawa Barat,
pada musim hujan dan musim kemarau tahun 1998, menyatakan bahwa kekayaan
5
jenis dan indeks keanekaragaman jenis burung pada hutan pinus cenderung
meningkat dengan meningkatnya umur tegakan dan cenderung menurun pada
tegakan yang telah mengalami gangguan kebakaran. Jumlah jenis burung yang
menggunakan hutan campuran sebagai habitatnya lebih banyak dibandingkan
dengan hutan pinus.
2.4 Profil Vegetasi
Suatu sketsa dari profil vegetasi sepanjang garis transek sangat berguna
bagi penelitian burung yang menempati habitat hutan. Penutupan vegetasi dapat
dibedakan menjadi penutupan tajuk atas (overstory), penutupan semak
(understory), dan penutupan bagian bawah/lantai hutan (ground cover).
Komposisi dari suatu profil habitat sangat bermanfaat untuk membuat suatu
kesimpulan tentang hubungan antara derajat kelimpahan burung dengan tipe
habitat (Alikodra 2002).
Jati (1998) menyatakan bahwa stratifikasi penggunaan ruang pada profil
vegetasi hutan menunjukkan adanya kaitan yang erat antara burung dengan
lingkungan hidupnya, terutama dalam pola adaptasi dan strategi untuk
mendapatkan sumberdaya.
6
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di kawasan HPGW, Sukabumi, Jawa Barat (Gambar
1) pada bulan Agustus 2011. Pengambilan data dilakukan di empat tipe habitat
yaitu tegakan puspa, tegakan agathis, tegakan pinus, dan tegakan campuran
(puspa, pinus, dan agathis).
3.2 Alat dan Bahan
Alat-alat yang digunakan selama penelitian ini adalah binokuler Nikon
Action 10 x 50, jam tangan (pengukur waktu), kamera digital, perekam (tape
recorder), Global Positioning System (GPS), kompas, meteran, pita keliling, haga
meter, peta kerja HPGW, buku panduan lapang oleh MacKinnon et al. (1998),
tally sheet, dan alat tulis.
3.3 Data yang Dikumpulkan
Data penelitian berupa data vegetasi dan data burung. Data vegetasi
meliputi jenis pohon, profil habitat, peninggi pohon dan jenis tumbuhan bawah.
Data burung meliputi jenis burung, jumlah individu burung, komposisi guild
burung, penyebaran vertikal dan aktivitas.
3.4 Metode Pengumpulan Data
3.4.1 Pemilihan lokasi
Empat tegakan dijadikan sebagai lokasi penelitian yaitu tegakan puspa,
tegakan agathis, tegakan pinus dan tegakan campuran (puspa, pinus dan agathis).
Lokasi tersebut dipilih berdasarkan tipe tegakan yang dominan di HPGW. Titik
plot diletakkan secara mengelompok dan berjarak minimal 50 m dari tepi jalan.
7
Gambar 1 Peta lokasi pengambilan data penelitian (menggunakan metode titik hitung atau IPA).
7
8
3.4.2 Vegetasi
Pengamatan struktur vertikal penutupan tajuk dilakukan dengan membuat
diagram profil pohon pada masing-masing tipe tegakan. Pembuatan diagram profil
pohon dilakukan dengan pengukuran semua pohon yang ada di dalam plot
berukuran 10 m x 50 m. mengukur dilakukan terhadap diameter, tinggi total
pohon, tinggi bebas cabang, tajuk arah (utara, selatan, barat dan timur), serta jarak
pohon dengan garis absis dan jarak pohon dengan garis ordinat. Profil ini
digunakan untuk menentukan penyebaran vertikal oleh burung. Data peninggi
pohon didapatkan dari 10 pohon tertinggi di dalam pengukuran profil pohon.
Identifikasi jenis tumbuhan bawah dan vegetasi lain dilakukan pada petak 3 m x 3
m.
3.4.3 Burung
Pengambilan data burung dilakukan dengan pengamatan langsung.
Pengamatan langsung yaitu dengan melihat maupun mendengar langsung individu
burung di lapang. Identifikasi didasarkan pada “Buku Lapangan Burung-burung di
Sumatera, Jawa, Bali dan Kalimantan” (MacKinnon et al. 1998), sedangkan tata
nama suku dan jenis mengikuti Sukmantoro et al. (2007).
Metode yang digunakan yaitu metode titik hitung atau IPA (Indices Ponctuel
d’Abondance) dan metode daftar jenis MacKinnon. Metode IPA digunakan untuk
mengetahui keanekaragaman jenis serta kelimpahan relatif burung di lokasi
penelitian. Pengamatan dilakukan pada pagi (pukul 05.30-09.00 WIB) dan sore
(pukul 15.30-18.00 WIB). Pada setiap tipe tegakan dibuat sepuluh titik
pengamatan dengan jari-jari 30 m dan jarak antar titik 100 m.
Waktu pengamatan burung pada setiap titik adalah 10 menit. Pengamatan
dilakukan sebanyak tiga kali ulangan pada hari yang berbeda. Hanya burung yang
teramati di dalam radius pengamatan yang dicatat, sedangkan burung yang
dijumpai di luar radius pengamatan tidak dicatat. Pengamatan tidak dilakukan
ketika cuaca mendung, kabut atau hujan.
Gambaran tentang kekayaan jenis burung menggunakan metoda daftar
jenis MacKinnon. Dalam penelitian ini digunakan daftar yang berisi 10 jenis dan
dibuat sebanyak duapuluh daftar pada tiap tipe tegakan. Pencatatan dilakukan
9
pada masing-masing tipe tegakan, mulai pukul 05.30-17.30 WIB. Pengamatan
diulangi hingga didapatkan duapuluh daftar jenis pada tiap-tiap lokasi penelitian.
3.4.4 Pengelompokan berdasarkan kategori guild
Komunitas burung yang ditemukan dikelompokkan berdasarkan pola
pemanfaatan sumberdaya yang sama (guild). Pengelompokan kategori guild
dilakukan berdasarkan telaah pustaka dengan mengacu pada MacKinnon et al.
(1998), Wong (1986), Lambert dan Collar (2002), dan Novarino (2008).
Kategori guild komunitas burung di HPGW yaitu:
1. CA (Carnivore): Pemakan daging.
2. AF (Aerial frugivore): Pemakan buah di bagian tajuk.
3. TF (Terestrial Frugivore): Pemakan buah-buahan yang berserakan di
lantai hutan.
4. SE (Seed eater): Pemakan biji-bijian.
5. IN (Insectivore-nectarivore): Pemakan serangga sekaligus penghisap
nektar.
6. IF (Insectivore-frugivore): Pemakan serangga dan buah-buahan.
7. CI (Carnivore insectivore): Pemakan inverteberata dan verteberata.
8. FCI (Fly catching insect): Pemakan serangga sambil melayang.
9. TFGI (Tree foliage gleaning insect): Pemakan serangga yang aktif mencari
makan di bagian tajuk pohon.
10. BGI (Bark gleaning insect): Pemakan serangga yang mencari makan di
bagian dahan atau ranting pohon.
11. SFGI (Shrub foliage gleaning insect): Pemakan serangga yang mencari
makan di daerah semak belukar.
12. LGI (Litter gleaning insect): Pemakan serangga yang mencari makanan di
serasah atau lantai hutan.
10
3.4.5 Pemanfaatan strata vegetasi oleh burung
Untuk mengetahui penyebaran jenis burung menurut struktur vegetasi,
dilakukan penggambaran strata vegetasi yang ada di setiap tipe habitat yang
diteliti. Pemanfaatan ruang vegetasi oleh burung secara umum dibagi menjadi
bagian tajuk dan bagian batang. Pembagian tajuk dibagi lagi menjadi bagian tajuk
atas, tajuk tengah dan tajuk bawah. Batasan bagian tajuk bagian atas adalah 1/3
bagian atas dari tinggi total tajuk, kemudian bagian bawah adalah 1/3 tinggi total
tajuk bagian bawah, dan bagian tengah adalah 1/3 tinggi total tajuk bagian tengah.
Untuk pemanfaatan bagian batang dari bagian tajuk bawah hingga berbatasan
dengan lantai hutan, sedangkan lantai hutan adalah vegetasi bawah (Gambar 2).
Gambar 2. Ilustrasi pembagian strata vegetasi untuk pemanfaatan burung.
3.5 Analisis Data
3.5.1 Vegetasi
Pengukuran dilakukan terhadap diameter, tinggi total pohon, tinggi bebas
cabang, tajuk arah (utara, selatan, barat dan timur), serta jarak pohon dengan garis
absis dan jarak pohon dengan garis ordinat, data peninggi pohon didapatkan dari
10 pohon tertinggi di dalam pengukuran profil pohon dan kedudukan vegetasi
Batang Lantai Hutan
Tajuk Atas
Tajuk Tengah
Tajuk Bawah
11
untuk serta deskripsi tegakan untuk mengetahui komponen penyusun tegakan
yang mendukung kehidupan burung.
3.5.2 Kekayaan jenis burung menggunakan daftar jenis MacKinnon
Pendugaan jumlah jenis burung dilakukan secara grafis dengan
memplotkan pertambahan jumlah jenis burung per daftar (sumbu Y) terhadap
daftar jenis (sumbu X). Grafik ini dibuat untuk setiap tipe tegakan. Pendugaan
kekayaan jenis ditentukan secara visual, yaitu ketika kurva mulai mendatar.
3.5.3 Kekayaan jenis burung berdasarkan guild
Analisis komposisi guild burung pada setiap tipe tegakan dilakukan
dengan cara memeriksa perilaku makan, makanan utama dan tempat mencari
makan dari setiap jenis burung berdasarkan literatur. Setiap jenis burung pada tiap
tipe tegakan dikelompokkan berdasarkan kategori guild burung.
3.5.4 Indeks keanekaragaman jenis (H’) dan indeks kemerataan (E’)
Perhitungan indeks keanekaragaman jenis hanya dilakukan berdasarkan
data yang diperoleh dengan metode IPA. Indeks keanekaragaman Shannon–
Wiener (Magurran 2004) digunakan untuk menghitung keanekaragaman jenis
burung.
Keterangan: H’ = Indeks keanekaragaman Jenis
pi = Proporsi jumlah individu ke-i (n/N)
ln = Logaritma natural
12
Indeks kemerataan (index of evennes) yang digunakan yaitu :
E’ =
Keterangan:
E = Indeks kemerataan jenis
H’ = Indeks keanekaragaman jenis
S = Jumlah jenis
ln = Logaritma natural
3.5.5 Dominansi
Untuk mengetahui jenis burung yang dominan pada tiap tipe tegakan
dalam kawasan penelitian, ditentukan dengan menggunakan rumus berikut (van
Helvoort 1981) :
Di = ni
X 100% N
Keterangan: Di = Indeks dominansi suatu jenis burung
ni = Jumlah individu suatu jenis
N = Jumlah individu dari seluruh jenis
Kriteria: Di = 0 - 2% jenis tidak dominan
Di = 2% - 5% jenis subdominan
Di = >5% jenis dominan
Penentuan nilai dominansi ini berfungsi untuk mengetahui atau
menetapkan jenis-jenis burung yang dominan atau tidak dominan. Jenis burung
dominan adalah jenis burung yang jumlahnya paling banyak ditemukan di lokasi
penelitian.
13
3.5.6 Indeks kesamaan komunitas (ISJ)
Indeks ini digunakan untuk melihat kesamaan komunitas burung yang
menghuni empat tipe tegakan. Indeks yang digunakan adalah indeks kesamaan
jenis Jaccard (van Balen 1984; Krebs 1985).
Keterangan : a = Jumlah jenis yang hanya terdapat di lokasi 1
b = Jumlah jenis yang hanya terdapat di lokasi 2
c = Jumlah jenis yang terdapat di lokasi 1 dan 2
ISJ = Indeks kesamaan komunitas
3.5.7 Pemanfaatan tajuk sebagai habitat oleh burung
Analisis terhadap sebaran burung menurut strata vegetasi dilakukan secara
deskriptif dan kualitatif, yaitu dengan menghubungkan antara penggunaan strata
vegetasi hutan dengan banyaknya jenis burung di habitat tersebut sehingga dapat
diketahui jenis burung yang menggunakan strata tajuk pada masing-masing tipe
habitat (Sayogo 2009). Dengan bentuk aktivitas burung yaitu bersuara
(mengeluarkan nada panggilan), bertengger (hinggap di dahan pohon), terbang
(bergerak atau melayang di udara) dan makan.
ISJ = c
a + b + c
14
BAB IV
KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN
4.1 Sejarah Kawasan
Hutan Pendidikan Gunung Walat merupakan salah satu hasil dari
kerjasama antara IPB dengan Pemerintah Daerah Jawa Barat. Usaha kerjasama ini
telah dimulai sejak tahun 1961 oleh Fakultas Kehutanan masih merupakan jurusan
Kehutanan dari Fakultas Pertanian (Badan Eksekutif HPGW 2010).
Pada tahun 1967 diadakan penjajakan oleh IPB terhadap Pemda Tingkat I
Jawa Barat dan Direktorat Jenderal Kehutanan untuk mengusahakan HPGW
sebagai hasil dari usaha tersebut. Pada tahun 1969 HPGW mulai dibina dan
dengan surat Keputusan Kepala Jawatan Kehutanan Propinsi Jawa Barat tanggal
14 Oktober 1969 No. 7041/IV/2/69 HPGW seluas 359 ha ditunjuk sebagai Hutan
Pendidikan. Dalam surat keputusan itu dinyatakan pula bahwa untuk
pengamanannya dan segala sesuatunya diserahkan kepada IPB (Badan Eksekutif
HPGW 2010).
Sesuai dengan Surat Keputusan Direktorat Jenderal Kehutanan tanggal 24
Januari 1973 No. 291/DS/73 dilakukan penandatanganan Surat Perjanjian Pinjam
Pakai Tanah HPGW oleh Kepala Dinas Kehutanan Jawa Barat dengan Rektor IPB
pada tanggal 9 Februari 1973. Kemudian keluar Surat Keputusan Menteri
Pertanian No. 008/KPTS/DII/73 yang menyatakan bahwa IPB mendapatkan hak
pakai atas HPGW dan pada tahun 1992 Menteri Kehutanan menerbitkan Surat
Keputusan No. 687/KPTS-II/92 tentang penunjukan komplek Gunung Walat
menjadi hutan pendidikan (Badan Eksekutif HPGW 2010).
Pada tahun 2005, Menteri Kehutanan menerbitkan Surat Keputusan
No.188/Menhut-II/2005 tertanggal 8 Juli 2005 tentang penunjukan dan penetapan
kawasan Hutan Produksi Terbatas Kompleks Hutan Pendidikan Gunung Walat
seluas 359 ha sebagai Kawasan Hutan dengan Tujuan Khusus (KHDTK) untuk
jangka waktu 20 tahun). Pada tahun 2009 HPGW ditetapkan menjadi kawasan
hutan Negara oleh Menteri Kehutanan melalui SK Menhut No. 188/Menhut-
II/2005 Jo SK Menhut No. 702/Menhut-II/2009 sebagai Kawasan Hutan Dengan
Tujuan Khusus (KHDTK) sebagai Hutan Pendidikan dan Pelatihan yang
15
pengelolaannya diserahkan kepada Fakultas Kehutanan IPB (Badan Eksekutif
HPGW 2010).
4.2 Letak dan Luas Geografis
Secara geografis HPGW terletak antara 6º54’23”-6º55’35” LS dan
106º48’27”-106º50’29” BT. Secara administrasi pemerintahan HPGW terletak
dalam wilayah Kecamatan Cibadak Kabupaten Sukabumi, sedangkan secara
administratif kehutanan termasuk dalam wilayah BKPH Gede Barat, KPH
Sukabumi, Perum Perhutani Unit III Jawa Barat dan Banten. Luas wilayah hutan
359 ha. HPGW terdiri dari tiga blok yaitu Blok Timur (Cikatomas) seluas 120 ha,
Blok Barat (Cimenyan) seluas 125 ha, dan Blok tengah (Tangkalak) seluas 114 ha
(Badan Eksekutif HPGW 2010).
Batas wilayah HPGW antara lain:
Utara : Desa Batununggal dan Desa Sekarwangi
Timur : Desa Cicantayan dan Desa Cijati
Selatan : Desa Hegarmanah
Barat : Desa Hegarmanah
4.3 Jenis Tanah dan Topografi
Berdasarkan peta tanah HPGW skala 1:10.000 tahun 1981, jenis tanah
termasuk ke dalam keluarga tropohumult tipik (latosol merah kuning), tropodult
tinik (latosol coklat), dystropept tipik (podsolik merah kekuningan), dan
troportent tipik (litosol). Keadaan ini menunjukkan hal yang heterogen. Tanah
latosol merah kekuningan adalah macam tanah yang terbanyak, sedangkan di
daerah yang berbatu hanya terdapat tanah litosol, dan di daerah lembah terdapat
tanah podsolik (Badan Eksekutif HPGW 2010).
Kawasan HPGW merupakan sebagian dari pegunungan yang berderet dari
timur ke barat. Bagian selatan merupakan daerah yang bergelombang mengikuti
punggung-punggung bukit yang memanjang dan melandai daru utara ke selatan.
Di bagian tengah terdapat puncak dengan ketinggian 676 m dpl tepat pada titik
triangulasi KQ 2212, di bagian timur dengan ketinggian 676 m dpl tepat pada titik
triangulasi KQ 2212, dan bagian barat dengan ketinggian 726 m dpl dapat dilihat
16
pada titik KQ 2213. Hampir seluruh kawasan berada pada ketinggian 500 m dpl,
hanya kurang 10 % dari bagian selatan yang berada di bawah ketinggian tersebut
(Badan Eksekutif HPGW 2010).
4.4 Iklim
Menurut klasifikasi Schmidt dan Ferguson, daerah HPGW mempunyai
iklim tipe B (basah) dengan Q = 14,3-33%. Berdasarkan data curah hujan HPGW
tahun 1980 sampai 1992 diketahui banyaknya curah hujan tahunan berkisar antara
1.600-4.400 m. Suhu minimum pada malam hari 22ºC, sedangkan suhu
maksimum pada siang hari 30º (Badan Eksekutif HPGW 2010).
4.5 Kependudukan
Penduduk di sekitar HPGW umumya memiliki mata pencaharian sebagai
petani, peternak, tukang ojek, pedagang hasil pertanian, dan bekerja sebagai buruh
pabrik. Pertanian yang dilakukan berupa sawah lahan basah dan lahan kering.
Hasil pertanian dari lahan agroforestry seperti singkong, kapolaga, pisang, cabe,
padi gogo, kopi, sereh, dll. Kecamatan Cicantayan, khususnya Desa Hegarmanah
juga merupakan desa penghasil manggis dengan mutu eksport (Badan Eksekutif
HPGW 2010).
Penyadap getah pinus memiliki karakteristik yang beragam baik dari segi
pendidikan dan umur. Pendidikan terendah adalah tingkat sekolah dasar dan
berada pada tingkatan umur 20-60 tahun. Mayoritas penyadap getah pinus dan
kopal berdomisili di desa sekitar HPGW yakni Desa Nangerang, Desa Citalahap,
Desa Cipereu, dan Desa Cijati. Penghasilan rata-rata yang diperoleh penyadap
dari hasil menyadap getah pinus adalah Rp. 1.000.000- Rp. 2. 500.000/bulan
(Gunawan Santosa Komunikasi pribadi).
17
4.6 Aksesibilitas
Hutan Pendidikan Gunung Walat terletak lebih kurang 2,5 km ke arah
selatan dari poros jalan Bogor-Sukabumi yang berjarak ± 55 km dari Bogor dan
15 km dari Sukabumi, dan jarak dari Ibukota Jakarta sekitar 115 km (Gambar 3).
Gambar 3 Sketsa lokasi HPGW.
18
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Hasil
5.1.1 Tegakan puspa
5.1.1.1 Habitat
Tegakan puspa terletak pada topografi relatif datar, di ketinggian 518-573 m
dpl. Puspa (Schima wallichi) termasuk dalam suku Theaceae. Tegakan puspa
bersebelahan dengan kawasan agroforestry dan camping ground. Vegetasi dan
tumbuhan bawah yang terdapat di tegakan puspa sebanyak 21 jenis diantaranya
kaliandra (Calliandra calothyrsus), tepus (Etlingera solaris), harendong bulu
(Clidemia hirta), harendong (Melastoma malabathricum), cakar ayam
(Sellaginella doederleinii), kakawatan (Cynodon dactylon), marasi (Curculigo
latifolia), talingkup (Claoxylum indicum), sulangkar (Leea sambucina), dan kopi
(Coffea arabica).
Profil tumbuhan pada tipe tegakan puspa disusun oleh 13 individu pohon
puspa. Tegakan puspa memiliki rata-rata pohon puspa berdiameter sebesar 37.19
cm, tinggi total rata-rata 21.9 m, tinggi minimum 12.5 m dan peninggi pohon
sebesar 24.9 m. Pada saat penelitian ditemukan pohon puspa yang sedang
berbunga. Bunga berwarna putih berjatuhan di atas serasah dengan benang sari
kuning. Stratifikasi vegetasi pada tegakan puspa terdiri dari tajuk atas, tajuk
tengah, tajuk bawah, batang dan lantai hutan (Gambar 4).
Gambar 4 Strata vegetasi pada tegakan puspa.
19
5.1.1.2 Burung
Sebanyak 30 jenis burung dari 17 suku ditemukan di tegakan puspa
dengan jumlah pertemuan individu sejumlah 372 (Tabel 1). Burung-burung dari
suku Nectariniidae, Zosteropidae dan Dicaeidae ditemukan sedang memakan
nektar dari bunga puspa. Jenis burung yang paling banyak ditemukan pada
tegakan puspa yaitu Kacamata Biasa (Zosterops palpebrosus) dari suku
Zosteropidae (Gambar 5a) dan Pijantung kecil (Arachnothera longirostra) dari
suku Nectariniidae (Gambar 5b).
(a) (b)
Gambar 5 Jenis burung di tegakan puspa (a) Zosterops palpebrosus (foto: Asep Ayat) dan (b) Arachnothera longirostra (foto: FN Tirtaningtyas).
Nilai keanekaragaman dan nilai kemerataan pada tegakan puspa sebesar
3.03 dan 0.89. Tegakan puspa memiliki 5 jenis burung dominan, 12 burung
subdominan dan 13 burung tidak dominan. Nilai dominansi terbesar yaitu
Kacamata Biasa dari famili Zosteropidae dengan nilai dominansi 11.29,
sedangkan jenis dengan nilai dominansi terendah yaitu Bubut Alang-alang
(Centropus bengalengsis), Elang Hitam (Ictinaetus malayensis), dan Perenjak
Jawa (Prinia familiaris) dengan nilai dominansi 0.27.
20
Tabel 1 Jenis dan jumlah individu burung yang ditemukan di tegakan puspa No Nama Suku Nama Lokal Nama Ilmiah Jumlah
1 Accipitridae Elangular Bido Spilornis cheela 4 2 Accipitridae Elang Hitam Ictinaetus malayensis 1 3 Columbidae Walik Kembang Ptilinopus melanospila 6 4 Columbidae Tekukur Biasa Streptopelia chinensis 13 5 Cuculidae Wiwik Lurik Cacomantis sonneratii 5 6 Cuculidae Wiwik Kelabu Cacomantis merulinus 2 7 Cuculidae Wiwik Uncuing Cacomantis sepulcralis 18 8 Cuculidae Kedasi Hitam Surniculus lugubris 3 9 Cuculidae Bubut Alang-alang Centropus bengalensis 1
10 Apodidae Walet Linci Collocalia linchi 38 11 Alcedinidae Cekakak Sungai Halcyon chloris 12 12 Pittidae Paok Pancawarna Pitta guajana 8 13 Aegithinidae Cipoh Kacat Aegithina tiphia 36 14 Pycnonotidae Cucak Kuricang Pycnonotus atriceps 12 15 Timaliidae Pelanduk Topi-hitam Pellorneum capistratum 10 16 Timaliidae Pelanduk Semak Malacocincla sepiarium 19 17 Sylviidae Perenjak Jawa Prinia familiaris 1 18 Sylviidae Cinenen Pisang Orthotomus sutorius 13 19 Sylviidae Cinenen Jawa Orthotomus sepium 18 20 Acanthizidae Remetuk Laut Gerygone sulphurea 12 21 Paridae Gelatikbatu Kelabu Parus major 8 22 Sittidae Munguk Beledu Sitta frontalis 9 23 Nectariniidae Burungmadu Belukar Anthreptes singalensis 7 24 Nectariniidae Burungmadu Sriganti Cinnyris jugularis 9 25 Nectariniidae Burungmadu Jawa Aethopyga mystacalis 5 26 Nectariniidae Pijantung Kecil Arachnothera longirostra 41 27 Estrildidae Bondol Jawa Lonchura leucogastroides 7 28 Zosteropidae Kacamata Biasa Zosterops palpebrosus 42 29 Dicruridae Srigunting Hitam Dicrurus macrocercus 5 30 Dicruridae Srigunting Kelabu Dicrurus leucophaeus 7
5.1.1.3 Keanekaragaman guild di tegakan puspa
Komunitas burung di tegakan puspa tersusun dari 11 kategori kelompok
guild. Berdasarkan jumlah jenis yang ditemukan pada tegakan puspa, didominasi
oleh pemakan serangga yang aktif mencari makan di bagian tajuk pohon (10
jenis), sedangkan kategori pemakan serangga sambil melayang, pemakan buah di
bagian tajuk, pemakan buah-buahan yang berserakan di lantai hutan, dan pemakan
biji-bijian merupakan kategori yang jumlah jenisnya paling sedikit, hanya
ditemukan satu jenis.
21
Berdasarkan jumlah individu, kategori pemakan serangga sekaligus
penghisap nektar mempunyai jumlah individu lebih banyak dibandingkan kategori
guild yang lainnya (116 individu), sedangkan pemakan daging merupakan
kategori yang mempunyai jumlah individu paling sedikit hanya ditemukan lima
individu (Tabel 2).
Tabel 2 Jumlah individu dan jenis penyusun guild di tegakan puspa No Guild Kode
Guild Jumlah Jenis
Jumlah Individu
1 Pemakan daging CA 2 5 2 Pemakan buah di bagian tajuk AF 1 6 3 Pemakan buah-buahan yang berserakan di lantai
hutan TF 1 13
4 Pemakan biji-bijian SE 1 7 5 Pemakan serangga di bagian tajuk pohon TFGI 10 80 6 Pemakan serangga di bagian dahan atau ranting
pohon BGI 1 9
7 Pemakan serangga di serasah atau lantai hutan LGI 3 37 8 Pemakan serangga sambil melayang FCI 1 38 9 Pemakan serangga dan penghisap nektar IN 6 116
10 Pemakan serangga dan buah-buahan IF 2 48 11 Pemakan inverteberata dan verteberata CI 2 13
Keterangan: CA: Pemakan daging, AF: Pemakan buah di bagian tajuk, TF: Pemakan buah-buahan yang berserakan di lantai hutan, SE: Pemakan biji-bijian, IN: Pemakan serangga sekaligus penghisap nektar, IF: Pemakan serangga dan buah-buahan, CI: Pemakan inverteberata dan verteberata, FCI: Pemakan serangga sambil melayang, TFGI: Pemakan serangga yang aktif mencari makan di bagian tajuk pohon, BGI: Pemakan serangga yang mencari makan di bagian dahan atau ranting pohon, SFGI: Pemakan serangga yang mencari makan di daerah semak belukar, LGI: Pemakan serangga yang mencari makanan di serasah atau lantai hutan.
5.1.1.4 Penyebaran vertikal burung pada tegakan puspa
Burung-burung di tegakan puspa menyebar pada tajuk atas sampai lantai
hutan dan menggunakan lebih dari satu tajuk. Jenis yang memanfaatkan seluruh
bagian pohon untuk beraktivitas yaitu Pijantung Kecil. Jenis burung yang
dijumpai pada lantai hutan sebanyak 9 jenis. Pada batang ditemukan jenis burung
sebanyak dua jenis. Pada tajuk bawah ditemukan jenis burung sebanyak 21 jenis.
Pada tajuk tengah ditemukan 20 jenis, dan pada tipe tajuk atas ditemukan jenis
burung sebanyak 24 jenis (Tabel 3).
22
Tabel 3 Stratifikasi jenis burung pada tiap strata di tegakan puspa Stratifikasi Jenis Burung Tajuk Atas
Lonchura leucogastroides Pycnonotus atriceps Streptopelia chinensis
Anthreptes singalensis Pycnonotus aurigaster Ptilinopus melanospila
Aethopyga mystacalis Zosterops palpebrosus Cacomantis merulinus
Cinnyris jugularis Surniculus lugubris Cacomantis sonneratii
Halcyon chloris Sitta frontalis Cacomantis sepulcralis
Arachnothera longirostra Orthotomus sepium Ictinaetus malayensis
Orthotomus sutorius Dicrurus macrocercus Spilornis cheela
Aegithina tiphia Dicrurus leucophaeus Collocalia linchi
Tajuk Tengah
Lonchura leucogastroides Aegithina tiphia Dicrurus macrocercus
Anthreptes singalensis Pycnonotus aurigaster Dicrurus leucophaeus
Aethopyga mystacalis Parus major Streptopelia chinensis
Ptilinopus melanospila Zosterops palpebrosus Cinnyris jugularis
Cacomantis sepulcralis Surniculus lugubris Cacomantis sonneratii
Arachnothera longirostra Orthotomus sepium Halcyon chloris
Orthotomus sutorius Gerygone sulphurea
Tajuk Bawah
Lonchura leucogastroides Orthotomus sutorius Prinia familiaris
Centropus bengalengsis Aegithina tiphia Orthotomus sepium
Anthreptes singalensis Pycnonotus aurigaster Gerygone sulphurea
Aethopyga mystacalis Parus major Dicrurus macrocercus
Cacomantis sepulcralis Zosterops palpebrosus Dicrurus leucophaeus
Arachnothera longirostra Sitta frontalis Cinnyris jugularis
Halcyon chloris Surniculus lugubris Streptopelia chinensis
Batang
Arachnothera longirostra Sitta frontalis
Lantai Hutan
Lonchura leucogastroides Cacomantis merulinus Orthotomus sepium
Arachnothera longirostra Malacocincla sepiarium Pitta guajana
Ptilinopus melanospila Pellorneum capistratum Orthotomus sutorius
5.1.1.5 Pemanfaatan strata vegetasi oleh burung pada tegakan puspa
Burung yang memanfaatkan tajuk atas pada tegakan puspa sebanyak 24
jenis burung dengan aktivitas tertinggi yaitu bersuara (49%). Tajuk tengah
dimanfaatkan oleh 20 jenis burung dengan aktivitas tertinggi yaitu bersuara
(25%). Tajuk bawah dimanfaatkan oleh 21 jenis dengan aktivitas tertinggi yaitu
bersuara (49%) (Tabel 4).
23
Tabel 4 Aktivitas yang dilakukan oleh burung di tegakan puspa
Aktivitas Tajuk Atas
Tajuk Tengah
Tajuk Bawah
Batang Lantai Hutan
Bersuara* 49 25 49
19 Terbang 1
4
2
Bertengger 6 18 4
2 Bersuara dan terbang 13 15 13 40 54 Bersuara dan bertengger 17 18 15
4
Bertengger dan berjalan
6
3 Bertengger dan terbang 5 15 11 40 16 Bertengger dan makan
2
Bersuara, terbang dan bertengger 5 3
20 Bersuara, terbang dan makan 2
2
Terbang dan makan 2 Keterangan: *=hanya terdeteksi dari suara
5.1.2 Tegakan agathis
5.1.2.1 Habitat
Tegakan agathis terletak pada ketinggian sekitar 529 mdpl dengan
topografi relatif menurun. Pohon agathis (Agathis loranthifolia) adalah jenis daun
jarum. Pohon tidak berbanir, mengeluarkan getah yang disebut kopal. Pada
tegakan agathis terdapat kegiatan manusia yaitu penyadapan pada pohon agathis.
Gambar 6 Strata vegetasi pada tegakan agathis.
24
Vegetasi dan tumbuhan bawah yang terdapat di tegakan agathis sebanyak
16 jenis diantaranya puspa, rotan (Daemonorops melanochaetes), tepus, paku
(Equisetum debile), harendong, marasi, canar (Smilax leucophylla), cakar ayam
dan sulangkar. Pada saat pengamatan ditemukan pohon agathis yang sedang
berbuah. Profil tumbuhan pada tipe tegakan agathis disusun oleh 25 individu
pohon agathis. Pada tegakan agathis rata-rata pohon agathis memiliki diameter
sebesar 41.30 cm, tinggi total rata-rata 31.10 m, tinggi minimum 22.8 m dan
peninggi pohon sebesar 32.89 m. Stratifikasi vegetasi pada tegakan agathis terdiri
dari tajuk atas, tajuk tengah, tajuk bawah, batang dan lantai hutan (Gambar 6).
5.1.2.1 Burung
Sebanyak 29 jenis burung dari 18 suku dengan jumlah pertemuan individu
sebesar 314 ditemukan di tegakan agathis (Tabel 5). Jenis burung dengan individu
tertinggi pada tegakan agathis adalah Cipoh Kacat (Aegithina tiphia) (Gambar
7a), Pijantung Kecil, Kacamata Biasa dan Tekukur Biasa (Streptopelia chinensis)
(Gambar 7b).
Tabel 5 Jenis dan jumlah individu burung yang ditemukan di tegakan agathis
No Nama Suku Nama Lokal Nama Ilmiah Jumlah 1 Accipitridae Elangular Bido Spilornis cheela 4 2 Columbidae Walik Kembang Ptilinopus melanospila 1 3 Columbidae Tekukur Biasa Streptopelia chinensis 35 4 Cuculidae Wiwik Lurik Cacomantis sonneratii 3 5 Cuculidae Wiwik Kelabu Cacomantis merulinus 1 6 Cuculidae Wiwik Uncuing Cacomantis sepulcralis 5 7 Cuculidae Kedasi Hitam Surniculus lugubris 1 8 Apodidae Walet Linci Collocalia linchi 27 9 Alcedinidae Cekakak Sungai Halcyon chloris 12
10 Pittidae Paok Pancawarna Pitta guajana 11 11 Hirundinidae Layanglayang Batu Hirundo tahitica 1 12 Aegithinidae Cipoh Kacat Aegithina tiphia 37 13 Pycnonotidae Cucak Kutilang Pycnonotus aurigaster 4 14 Turdidae Cingcoang Coklat Brachypteryx leucophrys 1 15 Timaliidae Pelanduk Topi-hitam Pellorneum capistratum 9 16 Timaliidae Pelanduk Semak Malacocincla sepiarium 13 17 Timaliidae Tepus Leher-putih Stachyris thoracica 1 18 Timaliidae Tepus Pipi-perak Stachyris melanothorax 2 19 Sylviidae Cinenen Pisang Orthotomus sutorius 21
25
Lanjutan Tabel 5 No Nama Suku Nama Lokal Nama Ilmiah Jumlah 20 Sylviidae Cinenen Jawa Orthotomus sepium 19 21 Paridae Gelatikbatu Kelabu Parus major 13 22 Sittidae Munguk Beledu Sitta frontalis 1 23 Nectariniidae Burungmadu Sriganti Cinnyris jugularis 1 24 Nectariniidae Pijantung Kecil Arachnothera longirostra 37 25 Estrildidae Bondol Jawa Lonchura leucogastroides 13 26 Zosteropidae Kacamata Biasa Zosterops palpebrosus 35 27 Zosteropidae Kacamata Gunung Zosterops montanus 2 28 Dicruridae Srigunting Hitam Dicrurus macrocercus 2 29 Dicruridae Srigunting Kelabu Dicrurus leucophaeus 2
Nilai keanekaragaman dan kemerataan pada tegakan agathis masing-
masing 2.79 dan 0.83. Terdapat 5 jenis burung dominan, 6 jenis burung sub
dominan dan 16 jenis burung tidak dominan terdapat di tegakan agathis. Nilai
dominansi terbesar yaitu Cipoh Kacat dan Pijantung Kecil dengan nilai dominansi
11.78, sedangkan dominansi terendah yaitu jenis Burungmadu Sriganti (Cinnyris
jugularis), Cincoang Coklat (Brachypteryx leucophrys), Kedasi Hitam (Surniculus
lugubris), Layanglayang Batu (Hirundo tahitica), Munguk Beledu (Sitta
frontalis), Tepus Leher-putih (Stachyris thoracica), Walik Kembang (Ptilinopus
melanospila), Wiwik Kelabu (Cacomantis merulinus) dengan nilai dominansi
0.32.
(a) (b)
Gambar 7 Jenis burung dominan di tegakan agathis (a) Aegithina tiphia (foto: Adi Sugiharto) dan (b) Streptopelia chinensis (foto: Zulfikri).
26
5.1.2.3 Keanekaragaman guild di tegakan agathis
Tegakan agathis merupakan komunitas dengan komposisi guild terbanyak
jika dibandingkan dengan tipe tegakan lainnya (Tabel 6), terdiri dari 12 guild.
Pemakan serangga yang aktif mencari makan di bagian tajuk pohon dan pemakan
serangga sekaligus penghisap nektar merupakan kategori dominan.
Tabel 6 Jumlah individu dan jenis penyusun guild di tegakan agathis No Guild Kode
Guild Jumlah Jenis
Jumlah Individu
1 Pemakan daging CA 1 4 2 Pemakan buah di bagian tajuk AF 1 1 3 Pemakan buah-buahan yang berserakan di lantai
hutan TF 1 35
4 Pemakan biji-bijian SE 1 13 5 Pemakan serangga di bagian tajuk pohon TFGI 9 65 6 Pemakan serangga di bagian dahan atau ranting
pohon BGI 1 1
7 Pemakan serangga di daerah semak belukar SFGI 3 7 8 Pemakan serangga di serasah atau lantai hutan LGI 3 33 9 Pemakan serangga sambil melayang FCI 2 28
10 Pemakan serangga dan penghisap nektar IN 2 41 11 Pemakan serangga dan buah-buahan IF 4 75 12 Pemakan inverteberata dan verteberata CI 1 12
Keterangan:
CA: Pemakan daging, AF: Pemakan buah di bagian tajuk, TF: Pemakan buah-buahan yang berserakan di lantai hutan, SE: Pemakan biji-bijian, IN: Pemakan serangga sekaligus penghisap nektar, IF: Pemakan serangga dan buah-buahan, CI: Pemakan inverteberata dan verteberata, FCI: Pemakan serangga sambil melayang, TFGI: Pemakan serangga yang aktif mencari makan di bagian tajuk pohon, BGI: Pemakan serangga yang mencari makan di bagian dahan atau ranting pohon, SFGI: Pemakan serangga yang mencari makan di daerah semak belukar, LGI: Pemakan serangga yang mencari makanan di serasah atau lantai
5.1.2.4 Penyebaran vertikal pada tegakan agathis
Cipoh Kacat banyak dideteksi melalui suara, sedangkan Pijantung Kecil
sering terlihat terbang melintasi dengan cepat di antara pohon agathis dengan
suara yang khas. Burung-burung di tegakan agathis menyebar pada tajuk atas
sampai lantai hutan. Jenis burung yang dijumpai pada lantai hutan sebanyak 11
jenis antara lain Paok Pancawarna (Pitta guajana) dan Gelatikbatu Kelabu (Parus
major). Ditemukan dua jenis burung pada bagian batang, 13 jenis pada tajuk
bawah, 11 jenis pada tajuk tengah, dan 17 jenis pada tajuk atas (Tabel 7).
27
Tabel 7 Stratifikasi jenis burung pada tiap strata di tegakan agathis Stratifikasi Jenis Burung Tajuk Atas
Cinnyris jugularis Cacomantis merulinus Dicrurus macrocercus
Halcyon chloris Cacomantis sonneratii Streptopelia chinensis
Orthotomus sutorius Surniculus lugubris Collocalia linchi
Aegithina tiphia Ptilinopus melanospila Spilornis cheela
Zosterops palpebrosus Hirundo tahitica Sitta frontalis
Zosterops montanus Cacomantis sepulcralis
Tajuk Tengah
Lonchura leucogastroides Cacomantis sepulcralis Parus major
Arachnothera longirostra Streptopelia chinensis Zosterops palpebrosus
Orthotomus sepium Aegithina tiphia Halcyon chloris
Orthotomus sutorius Pycnonotus aurigaster
Tajuk Bawah
Lonchura leucogastroides Cacomantis sonneratii Dicrurus macrocercus
Halcyon chloris Cacomantis sepulcralis Streptopelia chinensis
Brachypteryx leucophrys Aegithina tiphia Dicrurus leucophaeus
Orthotomus sepium Parus major
Orthotomus sutorius Arachnothera longirostra Batang
Arachnothera longirostra Halcyon chloris Orthotomus sepium
Lantai Hutan
Lonchura leucogastroides Orthotomus sutorius Pycnonotus aurigaster
Arachnothera longirostra Stachyris thoracica Parus major
Malacocincla sepiarium Stachyris melanothorax
Pellorneum capistratum Pitta guajana
5.1.2.5 Pemanfaatan strata vegetasi oleh burung pada tegakan agathis
Burung yang memanfaatkan tajuk atas pada tegakan agathis sebanyak 17
jenis dengan aktivitas tertinggi yaitu bersuara dan bertengger (35%). Tajuk tengah
dimanfaatkan oleh 11 jenis burung dengan aktivitas tertinggi yaitu bersuara dan
terbang (39%). Terdapat 13 jenis pada tajuk bawah dengan aktivitas tertinggi
yaitu bersuara dan terbang (46%). Batang dimanfaatkan oleh 2 jenis burung
dengan aktivitas tertinggi yaitu bersuara dan terbang (50%) dan bertengger dan
terbang (50%). Lantai hutan dimanfaatkan oleh 11 jenis burung dengan aktivitas
tertinggi yaitu bersuara dan terbang (57%) (Tabel 8).
28
Tabel 8 Aktivitas yang dilakukan oleh burung di tegakan agathis Aktivitas Tajuk
Atas Tajuk Tengah
Tajuk Bawah
Batang Lantai Hutan
Bersuara* 5
10
4 Terbang
3
7
Bertengger 13 6 4
8 Bersuara dan terbang 30 39 46 50 57 Bersuara dan bertengger 35 32 33
12
Bersuara dan berjalan
3 Bertengger dan terbang 12 13 6 50 5 Bersuara, terbang dan bertengger 5 6 2
4
Terbang dan berjalan
3 Keterangan: *=hanya terdeteksi dari suara
5.1.3 Tegakan pinus
5.1.3.1 Habitat
Tegakan pinus berada pada ketinggian 545-601 mdpl dengan topografi
datar. Pinus (Pinus merkusii) termasuk suku Pinaceae. Vegetasi dan tumbuhan
bawah yang terdapat di tegakan pinus sebanyak 13 jenis diantaranya harendong
bulu, cakar ayam, sulangkar, kakawatan, rumput bulu (Oplismenus burmanni),
seruni rambat (Wedelia trilobit), harendong, pacing (Ostus specious), kopo
(Eugenia cymosa), tepus, dan daun sendok (Plantago major).
Gambar 8 Strata vegetasi pada tegakan pinus.
Profil tumbuhan pada tipe tegakan pinus disusun oleh 26 individu pohon
dari 2 jenis pohon yaitu pinus dan kayu afrika. Pohon pinus merupakan jenis yang
29
memiliki jumlah individu paling banyak 21 individu.Tegakan pinus memiliki rata-
rata diameter sebesar 36.58 cm, tinggi total rata-rata 31.10 m, tinggi total
minimum 10.6 m dan peninggi pohon sebesar 31.43 m. Stratifikasi vegetasi pada
tegakan pinus terdiri dari tajuk atas, tajuk tengah, tajuk bawah, batang dan lantai
hutan (Gambar 8).
5.1.3.2 Burung
Sebanyak 25 jenis burung dari 16 suku dengan jumlah pertemuan individu
sejumlah 262 ditemukan di tegakan pinus (Tabel 9). Jenis Cinenen Jawa
(Orthotomus sepium) dan Kacamata Biasa merupakan jenis burung dengan
individu terbanyak yang ditemukan di tegakan pinus.
(a) (b)
Gambar 9 Jenis burung dominan di tegakan pinus (a) Orthotomus sepium (foto: Andhy PS) dan (b) Zosterops palpebrosus (foto: Kamal Muda).
Nilai keanekaragaman dan nilai kemerataan pada tegakan pinus sebesar
2.73 dan 0.89. Nilai dominansi tertinggi pada tegakan pinus dengan nilai sebesar
16.79 terdapat pada jenis Cinenen Jawa dari famili Silviidae, sedangkan
dominansi terkecil dengan nilai 0.38 terdapat pada jenis Burungmadu Belukar
(Anthreptes singalensis), Cabai Jawa (Dicaeum trochileum), Elangular Bido
(Spilornis cheela), dan Tekukur Biasa. Kategori burung dominan yang didapat
yaitu 8 jenis burung dominan, 5 jenis subdominan dan 2 jenis tidak dominan.
30
Tabel 9 Jenis dan jumlah individu burung yang ditemukan di tegakan pinus No Nama Suku Nama Lokal Nama Ilmiah Jumlah
1 Accipitridae Elangular Bido Spilornis cheela 1 2 Columbidae Tekukur Biasa Streptopelia chinensis 1 3 Cuculidae Wiwik Lurik Cacomantis sonneratii 3 4 Cuculidae Wiwik Kelabu Cacomantis merulinus 3 5 Cuculidae Wiwik Uncuing Cacomantis sepulcralis 4 6 Cuculidae Kedasi Hitam Surniculus lugubris 2 7 Apodidae Walet Linci Collocalia linchi 17 8 Alcedinidae Cekakak Sungai Halcyon chloris 9 9 Pittidae Paok Pancawarna Pitta guajana 13
10 Aegithinidae Cipoh Kacat Aegithina tiphia 9 11 Pycnonotidae Empuloh Janggut Criniger bres 2 12 Turdidae Cingcoang Coklat Brachypteryx leucophrys 6 13 Timaliidae Pelanduk Topi-hitam Pellorneum capistratum 18 14 Timaliidae Pelanduk Semak Malacocincla sepiarium 19 15 Sylviidae Perenjak Coklat Prinia polychroa 4 16 Sylviidae Cinenen Pisang Orthotomus sutorius 15 17 Sylviidae Cinenen Jawa Orthotomus sepium 44 18 Acanthizidae Remetuk Laut Gerygone sulphurea 2 19 Paridae Gelatikbatu Kelabu Parus major 6 20 Dicaeidae Cabai Jawa Dicaeum trochileum 1 21 Sittidae Munguk Beledu Sitta frontalis 14 22 Nectariniidae Burungmadu Belukar Anthreptes singalensis 1 23 Nectariniidae Burungmadu Sriganti Cinnyris jugularis 4 24 Nectariniidae Pijantung Kecil Arachnothera longirostra 26 25 Zosteropidae Kacamata Biasa Zosterops palpebrosus 38
5.1.3.3 Keanekaragaman guild di tegakan pinus
Komunitas burung di tegakan pinus merupakan komunitas dengan
komposisi guild terendah jika dibandingkan dengan tegakan lain hanya terdapat
10 jenis guild (Tabel 10). Komunitas burung di tegakan pinus didominasi oleh
kelompok pemakan serangga yang aktif mencari makan di bagian tajuk pohon
baik dalam jumlah dan jenis.
31
Tabel 10 Jumlah individu dan jenis penyusun guild di tegakan pinus No Guild Kode
Guild Jumlah Jenis
Jumlah Individu
1 Pemakan daging CA 1 1 2 Pemakan buah-buahan yang berserakan di lantai
hutan TF 1 1
3 Pemakan serangga di bagian tajuk pohon TFGI 8 81 4 Pemakan serangga di bagian dahan atau ranting
pohon BGI 1 14
5 Pemakan serangga di daerah semak belukar SFGI 1 6 6 Pemakan serangga di serasah atau lantai hutan LGI 3 50 7 Pemakan serangga sambil melayang FCI 1 17 8 Pemakan serangga dan penghisap nektar IN 5 71 9 Pemakan serangga dan buah-buahan IF 3 12
10 Pemakan inverteberata dan verteberata CI 1 9 Keterangan:
CA: Pemakan daging, AF: Pemakan buah di bagian tajuk, TF: Pemakan buah-buahan yang berserakan di lantai hutan, SE: Pemakan biji-bijian, IN: Pemakan serangga sekaligus penghisap nektar, IF: Pemakan serangga dan buah-buahan, CI: Pemakan inverteberata dan verteberata, FCI: Pemakan serangga sambil melayang, TFGI: Pemakan serangga yang aktif mencari makan di bagian tajuk pohon, BGI: Pemakan serangga yang mencari makan di bagian dahan atau ranting pohon, SFGI: Pemakan serangga yang mencari makan di daerah semak belukar, LGI: Pemakan serangga yang mencari makanan di serasah atau lantai
5.1.3.4 Penyebaran vertikal pada tegakan pinus
Jenis burung yang dijumpai pada lantai hutan sebanyak enam jenis. Pada
batang ditemukan satu jenis burung. Pada tajuk bawah ditemukan jenis enam
jenis. Pada tajuk tengah ditemukan 10 jenis, dan pada tipe diatas tajuk atas
ditemukan 20 jenis (Tabel 11).
Tabel 11 Stratifikasi jenis burung pada tiap strata di tegakan pinus Stratifikasi Jenis Burung Tajuk Atas
Cinnyris jugularis Dicaeum trochileum Sitta frontalis
Zosterops palpebrosus Alophoixus bres Prinia polychroa
Cacomantis merulinus Aegithina tiphia Streptopelia chinensis
Brachypteryx leucophrys Spilornis cheela Cacomantis sonneratii
Orthotomus sepium Parus major Cacomantis sepulcralis
Orthotomus sutorius Halcyon chloris Collocalia linchi
Arachnothera longirostra Surniculus lugubris
Tajuk Tengah
Cinnyris jugularis Zosterops palpebrosus Aegithina tiphia
Orthotomus sepium Orthotomus sutorius Prinia polychroa
Tajuk Bawah
Anthreptes singalensis Orthotomus sutorius Cacomantis sonneratii
Brachypteryx leucophrys Parus major Gerygone sulphurea
32
Lanjutan Tabel 11 Stratifikasi Jenis Burung
Orthotomus sepium Surniculus lugubris
Cacomantis merulinus Sitta frontalis Batang
Sitta frontalis
Lantai Hutan
Arachnothera longirostra Pitta guajana Cinnyris jugularis
Pellorneum capistratum Orthotomus sutorius Malacocincla sepiarium
5.1.3.5 Pemanfaatan strata vegetasi oleh burung pada tegakan pinus
Burung yang memanfaatkan tajuk atas pada tegakan pinus sebanyak 20
jenis dengan aktivitas tertinggi yaitu bersuara (25%). Tajuk tengah dimanfaatkan
oleh 10 jenis burung dengan aktivitas tertinggi yaitu bersuara (35%). Terdapat 6
jenis pada tajuk bawah dengan aktivitas tertinggi yaitu bersuara (41%). Bagian
batang di manfaatkan oleh satu jenis burung dengan aktivitas bertengger dan
terbang (100%). Lantai hutan dimanfaatkan oleh 6 jenis burung dengan aktivitas
tertinggi yaitu bersuara dan terbang (51%) (Tabel 12).
Tabel 12 Aktivitas yang dilakukan oleh burung di tegakan pinus
Aktivitas Tajuk Atas
Tajuk Tengah
Tajuk Bawah
Batang Lantai Hutan
Bersuara* 25 35 41 19 Terbang 8
5 5
Bertengger 4 10
3 Bersuara dan terbang 23 10 28 51 Bersuara dan bertengger 31 20 24 7 Bersuara dan berjalan
2
Bertengger dan terbang
5 100
8 Bertengger dan makan
5
Bersuara, terbang dan bertengger 10 5 3 3 Terbang dan makan
2
Keterangan: *=hanya terdeteksi dari suara
5.1.4 Tegakan campuran
5.1.4.1 Habitat
Tegakan campuran terletak pada topografinya datar dan berada pada
ketinggian 518 sampai dengan 573 mdpl. Tegakan campuran bersebelahan dengan
kantor HPGW. Pada tegakan campuran ditemukan kegiatan manusia yaitu
penyadapan. Tegakan campuran terdiri dari pohon agathis, pinus, dan puspa.
33
Vegetasi dan tumbuhan bawah yang terdapat di tegakan campuran sebanyak 18
jenis diantaranya kayu afrika (Maesopsis eminii), bambu (Bambusa sp), kumis
kucing (Orthosiphon stamineus), cakar ayam, sulangkar, kakawatan. Pada saat
penelitian ditemukan pohon jambu hutan yang sedang berbuah dan dijadikan
pakan oleh suku Silviidae, Zosteropidae, Paridae, dan Pycnonotidae.
Gambar 10 Strata vegetasi pada tegakan campuran.
Profil tumbuhan pada tegakan campuran disusun oleh 25 individu pohon
dari tiga jenis yaitu pinus, agathis dan kayu afrika. Pinus merupakan jenis yang
memiliki individu paling banyak (21 individu). Pohon peninggi mencapai 39.7 m,
tinggi rata-rata pohon sebesar 31.26 m. dan diameter rata-rata sebesar 46.41 cm.
Stratifikasi vegetasi pada tegakan campuran terdiri dari tajuk atas, tajuk tengah,
tajuk bawah, batang dan lantai hutan (Gambar 10).
5.1.4.2 Burung
Jumlah jenis burung yang ditemukan di tegakan campuran sebanyak 27
jenis dari 17 suku dengan jumlah pertemuan individu sebesar 242 (Tabel 13).
Cipoh Kacat (Gambar 11a) dan Cinenen Jawa (Gambar 11b) merupakan jenis
dengan individu terbanyak di tegakan campuran. Cipoh Kacat sering terdengar
kicauan radius pengamatan.
34
(a) (b)
Gambar 11 Jenis burung dominan di tegakan campuran (a) Aegithina tiphia (Foto: Michael Gillam) dan (b) Orthotomus sepium (Foto: Asman AP).
Tabel 13 Jenis burung yang ditemukan di tegakan campuran
No Nama Suku Nama Lokal Nama Ilmiah Jumlah 1 Accipitridae Elangular Bido Spilornis cheela 2 2 Turnicidae Gemak Loreng Turnix suscitator 1 3 Columbidae Walik Kembang Ptilinopus melanospila 1 4 Columbidae Tekukur Biasa Streptopelia chinensis 17 5 Cuculidae Wiwik Lurik Cacomantis sonneratii 1 6 Cuculidae Wiwik Kelabu Cacomantis merulinus 1 7 Cuculidae Wiwik Uncuing Cacomantis sepulcralis 2 8 Cuculidae Kedasi Hitam Surniculus lugubris 1 9 Apodidae Walet Linci Collocalia linchi 14
10 Alcedinidae Cekakak Sungai Halcyon chloris 19 11 Pittidae Paok Pancawarna Pitta guajana 13 12 Aegithinidae Cipoh Kacat Aegithina tiphia 34 13 Pycnonotidae Cucak Kutilang Pycnonotus aurigaster 2 14 Turdidae Cingcoang Coklat Brachypteryx leucophrys 3 15 Timaliidae Pelanduk Topi-hitam Pellorneum capistratum 8 16 Timaliidae Pelanduk Semak Malacocincla sepiarium 17 17 Timaliidae Tepus Pipi-perak Stachyris melanothorax 6 18 Sylviidae Perenjak Coklat Prinia polychroa 1 19 Sylviidae Perenjak Jawa Prinia familiaris 1 20 Sylviidae Cinenen Pisang Orthotomus sutorius 19 21 Sylviidae Cinenen Jawa Orthotomus sepium 32 22 Dicaeidae Cabai Jawa Dicaeum trochileum 1 23 Sittidae Munguk Beledu Sitta frontalis 2 24 Nectariniidae Burungmadu Sriganti Cinnyris jugularis 3 25 Nectariniidae Pijantung Kecil Arachnothera longirostra 21 26 Zosteropidae Kacamata Biasa Zosterops palpebrosus 19 27 Dicruridae Srigunting Hitam Dicrurus macrocercus 1
35
Nilai keanekaragaman dan nilai kemerataan pada tegakan campuran
sebesar 2.73 dan 0.83. Terdapat 10 jenis burung dominan, 2 jenis burung sub
dominan dan 17 jenis burung tidak dominan di tegakan campuran. Nilai
dominansi terbesar yaitu Cipoh Kacat dari famili Chloropseidae dengan nilai
kelimpahan 14.05. Nilai dominansi terendah sebesar 0.41, terdapat pada jenis
Cabai Jawa, Gemak Loreng (Turnix suscitator), Kedasi Hitam, Perenjak Coklat
(Prinia polychora), Perenjak Jawa, Walik Kembang, Wiwik Kelabu, dan Wiwik
Lurik (Cacomantis sonneratii).
5.1.4.3 Penyebaran vertikal pada tegakan campuran
Burung-burung di tegakan campuran menyebar pada tajuk atas sampai
lantai hutan. Jenis burung yang dijumpai pada lantai hutan sebanyak 7 jenis. Pada
batang ditemukan jenis burung sebanyak 1 jenis. Pada tajuk bawah ditemukan
jenis burung sebanyak 12 jenis. Pada tajuk tengah ditemukan 8 jenis, dan pada
tipe diatas tajuk atas ditemukan jenis burung sebanyak 13 jenis antara lain
Cekakak Sungai (Halcyon chloris) dan Burungmadu Sriganti (Tabel 14). Pada
tegakan campuran terdapat 10 jenis burung dominan, 2 jenis subdominan dan 17
jenis tidak dominan.
Tabel 14 Stratifikasi jenis burung pada tiap strata di tegakan campuran Stratifikasi Jenis Burung
Tajuk Atas
Cinnyris jugularis Cacomantis merulinus Aegithina tiphia
Halcyon chloris Cacomantis sepulcralis Surniculus lugubris
Orthotomus sepium Cacomantis sonneratii Collocalia linchi
Orthotomus sutorius Zosterops palpebrosus Spilornis cheela
Ptilinopus melanospila Streptopelia chinensis
Tajuk Tengah
Halcyon chloris Orthotomus sutorius Streptopelia chinensis
Brachypteryx leucophrys Aegithina tiphia Prinia polychroa
Prinia familiaris Orthotomus sepium
Tajuk Bawah
Nectarinia jugularis Orthotomus sepium Zosterops palpebrosus
Dicaeum trochileum Orthotomus sutorius Streptopelia chinensis
Halcyon chloris Dicrurus macrocercus Pycnonotus aurigaster
Brachypteryx leucophrys Sitta frontalis Aegithina tiphia
Batang Arachnothera longirostra
36
Lanjutan Tabel 11 Stratifikasi Jenis Burung
Lantai Hutan Stachyris melanothorax Turnix suscitator Malacocincla sepiarium Arachnothera longirostra Pitta guajana Ptilinopus melanospila Pellorneum capistratum
5.1.4.4 Keanekaragaman guild di tegakan campuran
Komunitas tegakan campuran terdiri atas 11 jenis guild (Tabel 15).
Berdasarkan jumlah individu dan jumlah jenis, kategori pemakan serangga di atas
tajuk mempunyai jumlah individu dan jumlah jenis yang lebih banyak
dibandingkan kategori guild yang lainnya (59 individu dan 9 jenis), sedangkan
kategori pemakan buah di atas tajuk merupakan kategori terendah dalam jumlah
jenis dan jumlah individu.
Tabel 15 Jumlah individu dan jenis penyusun guild di tegakan campuran No Guild Kode
Guild Jumlah Jenis
Jumlah Individu
1 Pemakan daging CA 1 2 2 Pemakan buah di bagian tajuk AF 1 1 3 Pemakan buah-buahan yang berserakan di lantai
hutan TF 1 17
4 Pemakan serangga di bagian tajuk pohon TFGI 9 59 5 Pemakan serangga di bagian dahan atau ranting
pohon BGI 1 2
6 Pemakan serangga di daerah semak belukar SFGI 3 10 7 Pemakan serangga di serasah atau lantai hutan LGI 3 38 8 Pemakan serangga sambil melayang FCI 1 14 9 Pemakan serangga dan penghisap nektar IN 3 43
10 Pemakan serangga dan buah-buahan IF 3 37 11 Pemakan inverteberata dan verteberata CI 1 19
Keterangan:
CA: Pemakan daging, AF: Pemakan buah di bagian tajuk, TF: Pemakan buah-buahan yang berserakan di lantai hutan, SE: Pemakan biji-bijian, IN: Pemakan serangga sekaligus penghisap nektar, IF: Pemakan serangga dan buah-buahan, CI: Pemakan inverteberata dan verteberata, FCI: Pemakan serangga sambil melayang, TFGI: Pemakan serangga yang aktif mencari makan di bagian tajuk pohon, BGI: Pemakan serangga yang mencari makan di bagian dahan atau ranting pohon, SFGI: Pemakan serangga yang mencari makan di daerah semak belukar, LGI: Pemakan serangga yang mencari makanan di serasah atau lantai
37
5.1.4.5 Pemanfaatan strata vegetasi oleh burung pada tegakan campuran
Burung yang memanfaatkan tajuk atas pada tegakan pinus sebanyak 13
jenis dengan aktivitas tertinggi yaitu bersuara (37%). Tajuk tengah dimanfaatkan
oleh 8 jenis burung dengan aktivitas tertinggi yaitu terbang (67%). Terdapat 12
jenis pada tajuk bawah dengan aktivitas tertinggi yaitu bersuara (35%). Bagian
batang dimanfaatkan oleh satu jenis burung dengan aktivitas bertengger dan
terbang (100%). Lantai hutan dimanfaatkan oleh 7 jenis burung dengan aktivitas
tertinggi yaitu bersuara dan terbang (46%) (Tabel 16).
Tabel 16 Aktivitas yang dilakukan oleh burung di tegakan campuran Aktivitas Tajuk
Atas Tajuk
Tengah Tajuk Bawah
Batang Lantai Hutan
Bersuara* 37
35
46 Terbang 7 67 8
Bertengger 4 7
2 Bersuara dan terbang 27
29 100 43
Bersuara dan bertengger 11 13 21
2 Bertengger dan terbang 4 6
4
Bersuara, terbang dan bertengger 7 7 6 Berjalan
3
Keterangan: *=hanya terdeteksi dari suara
5.1.5 Keanekaragaman burung pada empat tegakan di HPGW
5.1.5.1 Kekayaan jenis burung
Total jenis burung yang dijumpai pada empat tipe tegakan di HPGW
dengan menggunakan metode daftar jenis MacKinnon adalah 49 jenis burung dari
24 suku (Gambar 3). Ditemukan 16 jenis burung yang berada pada empat tipe
tegakan antara lain, lima jenis pada tiga tipe tegakan, 11 jenis pada dua tipe
tegakan dan 17 jenis ditemukan pada satu tegakan (Lampiran 6).
Kekayaan jenis burung juga dapat dilihat dari komposisi jenis burung
berdasarkan sukunya. Tercatat 24 famili burung yang memiliki jumlah jenis yang
berbeda-beda. Suku yang memiliki jenis paling banyak yaitu Cuculidae sebanyak
enam jenis (Gambar 12).
38
Gambar 12 Komposisi suku burung berdasarkan jumlah jenis di empat tipe tegakan. 5.1.5.2 Keanekaragaman guild di lokasi penelitian
Berdasarkan pengelompokan guild, spesies-spesies burung yang
ditemukan di HPGW terbagi menjadi 12 kategori. Berdasarkan jumlah jenis
burung yang ditemukan di HPGW, kategori pemakan serangga yang aktif mencari
makan di bagian tajuk pohon mempunyai jumlah jenis yang lebih banyak
dibandingkan kategori guild lainnya (14 jenis), dominasi berikutnya ditunjukan
oleh pemakan serangga sekaligus penghisap nektar (7 jenis), sedangkan kategori
pemakan serangga yang mencari makan di bagian dahan atau ranting pohon,
pemakan buah di bagian tajuk dan pemakan buah-buahan yang berserakan di
lantai hutan, merupakan kategori yang mempunyai jumlah jenis paling sedikit,
hanya ditemukan satu jenis (Tabel 17).
2 1
2 4
1 3
1 1
2 1
3 2
4 4
1 1 1 1 1
2 6
2 2 2
0 2 4 6 8
DicruridaeZosteropidae
EstrildidaeNectariniidae
SittidaeDicaeidae
ParidaeRhipiduridae
MonarchidaeAcanthizidae
SylviidaeTimaliidae
TurdidaePycnonotidaeAegithinidae
CampephagidaeHirundinidae
PittidaeAlcedinidae
ApodidaeCuculidae
ColumbidaeTurnicidae
Accipitridae
Jumlah Jenis
Suku
39
Tabel 17 Jenis burung berdasarkan jenis pakan utama di lokasi penelitian No Guild Kode
guild Jumlah jenis
1 Pemakan daging CA 2 2 Pemakan buah di bagian tajuk AF 1 3 Pemakan buah-buahan yang berserakan di lantai hutan TF 1 4 Pemakan biji-bijian SE 2 5 Pemakan serangga di bagian tajuk pohon TFGI 14 6 Pemakan serangga di bagian dahan atau ranting pohon BGI 1 7 Pemakan serangga di daerah semak belukar SFGI 5 8 Pemakan serangga di serasah atau lantai hutan LGI 3 9 Pemakan serangga sambil melayang FCI 4 10 Pemakan serangga dan penghisap nektar IN 7 11 Pemakan serangga dan buah-buahan IF 5 12 Pemakan inverteberata dan verteberata CI 4
Keterangan:
CA: Pemakan daging, AF: Pemakan buah di bagian tajuk, TF: Pemakan buah-buahan yang berserakan di lantai hutan, SE: Pemakan biji-bijian, IN: Pemakan serangga sekaligus penghisap nektar, IF: Pemakan serangga dan buah-buahan, CI: Pemakan inverteberata dan verteberata, FCI: Pemakan serangga sambil melayang, TFGI: Pemakan serangga yang aktif mencari makan di bagian tajuk pohon, BGI: Pemakan serangga yang mencari makan di bagian dahan atau ranting pohon, SFGI: Pemakan serangga yang mencari makan di daerah semak belukar, LGI: Pemakan serangga yang mencari makanan di serasah atau lantai
5.1.6 Perbandingan burung antar empat tipe tegakan
5.1.6.1 Kekayaan jenis burung
Jumlah jenis burung yang didapatkan dengan menggunakan metode IPA
adalah 41 jenis burung dari 21 suku, sedangkan dengan menggunakan metode daftar
jenis Mackinnon didapatkan 49 jenis burung dari 22 suku (Gambar 13).
Metode IPA mendapatkan jumlah jenis burung sebanyak 31 jenis burung di
tegakan puspa, sedangkan jumlah burung paling sedikit ditemukan pada tegakan
pinus yaitu 25 jenis. Suku burung paling banyak ditemukan pada tegakan agathis
yaitu 18 suku (Tabel 18).
Tabel 18 Jumlah jenis dan suku burung yang terdeteksi dengan menggunakan metode IPA dan metode daftar jenis MacKinnon Tipe Tegakan Jumlah Jenis Jumlah Suku
IPA MacKinnon IPA MacKinnon Tegakan Puspa 30 38 17 21 Tegakan Agathis 29 31 18 24 Tegakan Pinus 25 26 16 17 Tegakan Campuran 27 29 17 19
Jenis-jenis yang dijumpai dengan metode daftar jenis MacKinnon tetapi tidak
dijumpai dengan metode IPA yaitu Cekakak Jawa (Halcyon cyanoventris), Sepah
40
Kecil (Pericrocotus cinnamomeus), Jingjing Batu (Hemipus hirundinaceus), Anis
Hutan (Zoothera andromedae), Kehicap Ranting (Hypothymis azurea), Kipasan
Belang (Rhipidura javanica) dan Bondol Peking (Lonchura punctulata).
Gambar 13 Kurva penemuan jenis burung dengan metode daftar jenis MacKinnon di empat tipe tegakan. 5.1.6.2 Indeks kesamaan komunitas jenis burung
Indeks kesamaan komunitas jenis burung menunjukkan seberapa kesamaan
antar komunitas burung di lokasi penelitian. Lokasi yang memiliki kesamaan paling
tinggi adalah tegakan pinus dengan tegakan campuran (ISJ=0.63) sedangkan tipe
habitat yang memiliki indeks kesamaan terendah adalah antara tipe tegakan
agathis dengan tegakan pinus habitat yaitu 0.48 (Tabel 18).
Tabel 18 Indeks kesamaan jenis (ISJ) burung pada empat tipe tegakan Hutan Pendidikan Gunung Walat (HPGW)
Tipe Tegakan Tegakan Puspa
Tegakan Agathis
Tegakan Pinus
Tegakan Campuran
Tegakan Puspa 1 0,59 0,53 0,59 Tegakan Agathis 1 0,48 0,49 Tegakan Pinus 1 0,63 Tegakan Campuran 1
Tegakan Puspa
Tegakan Agathis
Tegakan pinus
Tegakan Campuran
0
5
10
15
20
25
30
35
40
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
Jum
lah
Jen
is
Daftar ke-
41
5.1.7 Status konservasi burung
Status konservasi jenis burung berhubungan dengan berbagai aspek yang
berkaitan dengan kelestarian jenis, diantaranya berkaitan dengan keendemikan,
perlindungan dan status kelangkaan. Dalam penelitian ini kategori status
perlindungan burung yang digunakan adalah UU No. 5 tahun 1990, PP No. 7
tahun 1999, IUCN, dan Appendix CITES. Dalam penelitian ditemukan 12 jenis
burung dari enam famili yang dilindungi menurut PP No. 7 tahun 1999 dan UU
No. 5 tahun 1990, serta tiga jenis dari dua suku termasuk dalam daftar CITES
Appendix II (Tabel 19) (Lampiran 2).
Tabel 19 Status konservasi dan perlindungan jenis- jenis burung di Hutan Pendidikan Gunung Walat
No Suku dan Nama lokal Nama ilmiah
Status Konservasi CITES
* IUCN
** UU
No.5 PP
No.7 Accipitridae
1 Elangular Bido Spilornis cheela II LC √ √ 2 Elang Hitam Ictinaetus malayensis II LC √ √
Alcedinidae 3 Rajaudang Meninting Alcedo meninting LC √ √ 4 Cekakak Jawa Halcyon cyanoventris LC √ √ 5 Cekakak Sungai Halcyon chloris LC √ √
Pittidae 6 Paok Pancawarna Pitta guajana II LC √ √
Timaliidae 7 Tepus Pipi-perak Stachyris melanothorax LC √ √
Rhipiduridae 8 Kipasan Belang Rhipidura javanica LC √ √
Nectariniidae 9 Burungmadu Belukar Anthreptes singalensis LC √ √
10 Burungmadu Sriganti Cinnyris jugularis LC √ √ 11 Burungmadu Jawa Aethopyga mystacalis LC √ √ 12 Pijantung Kecil Arachnothera longirostra LC √ √ Keterangan : * CITES Appendix II
**Daftar Merah IUCN. LC = Least Concern
42
5.2 Pembahasan
5.2.1 Keanekaragaman jenis burung pada beberapa tipe tegakan di HPGW
Total jenis burung yang dijumpai selama penelitian pada empat tipe tegakan
di HPGW adalah 49 jenis dari 24 suku. Jumlah jenis ini tidak berbeda jauh dengan
hasil penelitian-penelitian sebelumnya. HIMAKOVA (2007) melaporkan 55 jenis
burung dari 21 suku di beberapa tipe habitat dintaranya (tegakan pinus, agathis,
puspa, kebun tepi hutan, dan sawah tepi hutan). Mulyani dan Haneda (2010)
mendapatkan 44 jenis burung dari 19 suku di tegakan puspa dan agathis,
sedangkan Rahmi (2012) mencatat 48 jenis burung dari 24 suku di sepuluh jalur
interpretasi di HPGW. Data dari beberapa penelitian tersebut mungkin
mengindikasikan kapasitas habitat yang ada di HPGW bagi burung.
Metode pengambilan data dengan daftar jenis MacKinnon dan metode IPA
mendapatkan jumlah jenis yang berbeda. Daftar jenis MacKinnon menghasilkan
49 jenis dan metode IPA 41 jenis. Perbedaan jenis burung yang didapatkan
dikarenakan pada metode IPA waktu pengamatan dilakukan terbatas pada pagi
dan sore hari di empat tipe tegakan yaitu tegakan puspa, tegakan agathis, tegakan
pinus dan tegakan campuran sedangkan, pada metode daftar jenis MacKinnon
waktu pengamatan dilakukan pada (pagi, siang dan sore) dan lokasi dalam tidak
terbatas pada empat tipe tegakan tetapi juga mencatat jenis burung yang ada di
sekitar kawasan camp HPGW dan kawasan agroforestry dekat tegakan puspa.
Keanekaragaman burung tertinggi dijumpai di tegakan puspa. Soegianto
(1994) menyatakan bahwa suatu komunitas dikatakan mempunyai
keanekaragaman yang tinggi jika komunitas itu disusun oleh banyak spesies
(jenis). Menurut Odum (1971) nilai indeks kemerataan dapat dikatakan tinggi jika
>0.60. Nilai kemerataan (E) jenis burung tertinggi pada tegakan puspa sebesar
0.89. Hal ini menunjukkan bahwa kemerataan di kawasan tersebut seimbang,
dengan tidak adanya jenis yang sangat menonjol. Lebih tingginya jumlah jenis
dan indeks keanekaragaman burung di tegakan puspa dibandingkan di ketiga tipe
tegakan lainnya diduga karena kondisi habitatnya yang lebih beragam. Terdapat
sungai kecil yang mengalir di habitat ini. Selain itu, lokasi tiga plot pengamatan di
tegakan puspa berdekatan dengan areal agroforestry. Kondisi demikian
menghadirkan habitat antara (ecotone) maupun rumpang (gap) sehingga
43
berpotensi memiliki keanekaragaman jenis yang lebih tinggi (Hernowo et al.
1991, Fuller 2000). Tingginya keanekaragaman jenis burung juga diduga karena
adanya potensi pakan yang lebih banyak di tegakan puspa, karena adanya pohon
puspa yang sedang berbunga, dan lebih banyaknya jumlah tumbuhan bawah di
tegakan puspa dibandingkan di ketiga tipe tegakan lainnya. Tegakan pinus
merupakan tipe tegakan dengan jumlah jenis burung paling rendah, diduga karena
kondisi lantai hutan yang relatif bersih, tidak banyak ditumbuhi tumbuhan bawah
dan cukup banyaknya aktivitas manusia yaitu penyadapan getah pinus dan
pengambilan kayu bakar.
Terdapat 16 jenis burung yang ditemukan di semua tipe tegakan, lima jenis
hanya ditemukan di tiga tipe tegakan, 11 jenis hanya ditemukan di dua tipe
tegakan, sedangkan sisanya, sebanyak 18 jenis burung hanya ditemukan di satu
tipe tegakan saja. Jenis-jenis burung yang ditemukan pada semua tipe tegakan,
diduga karena jenis burung tersebut memiliki penyebaran yang luas sehingga
mudah beradaptasi dengan tipe tegakan yang berbeda. Penyebaran burung dalam
suatu area berhubungan erat dengan tipe-tipe habitatnya (Adhikerana 1997).
Pernyataan tersebut didukung Blake dan Hoppes (1986) yang menyatakan bahwa
burung memilih habitatnya berdasarkan pada vegetasi, sedangkan faktor yang
mempengaruhi kehadiran jenis burung pada suatu habitat tertentu, disebabkan
oleh hasil seleksi karena habitat tersebut sesuai untuk hidupnya. Jati (1998)
menyebutkan bahwa burung dapat menempati suatu lapisan hutan yaitu sebagai
strategi untuk perlindungan terhadap dirinya, sarang serta anaknya dari serangan
predator.
Secara keseluruhan, berdasarkan jumlah jenis per suku, secara umum
didominasi oleh suku Cuculidae, yang mempunyai jumlah jenis sebanyak 6 jenis
dan suku Timaliidae, Sylviidae dan Nectariniidae sebanyak 4 jenis (Gambar 3).
Pada tiap tipe tegakan didominasi oleh suku Cuculidae. Lima jenis diantaranya
merupakan burung kangkok sejati. Menurut MacKinnon et al. (1998) jenis
burung kangkok sejati bersifat parasit yaitu tidak membuat sarang dan menitipkan
telur-telurnya pada sarang burung-burung kecil seperti burung Cipoh Kacat,
Perenjak Jawa, Perenjak Coklat, Cinenen Pisang, Cinenen Jawa, Remetuk Laut,
Kipasan Belang, Pijantung Kecil, Kacamata Biasa dan Kacamata Gunung.
44
Banyaknya jenis Cuculidae ditemukan diduga karena serangga yang merupakan
pakan dari Cuculidae tersedia banyak dan banyaknya ditemukan jenis burung
kecil yang dimanfaatkan sarangnya.
5.2.2 Indeks kesamaan komunitas burung
Terdapat kesamaan jenis burung yang ditemukan pada setiap habitat di
lokasi penelitian. Indeks kesamaan jenis dapat digunakan untuk melihat kesamaan
antar komunitas burung di setiap tipe vegetasi. Indeks kesamaan jenis burung
yang paling tinggi ditemukan pada tegakan pinus dengan tegakan campuran
(ISJ=0.63). Sedangkan indeks kesamaan yang terendah adalah antara tipe tegakan
agathis dengan tegakan pinus yaitu (ISJ=0.48). Banyaknya jenis-jenis burung
yang sama pada tegakan pinus dan tegakan campuran dikarenakan jenis tumbuhan
yang mendominasi pada tegakan campuran adalah pohon pinus. Selain itu diduga
letak antara kedua habitat yang saling berbatasan menyebabkan tingginya
perpindahan burung antara kedua tegakan.
5.2.3 Keanekaragaman guild di lokasi penelitian
Setiap jenis burung mengkonsumsi jenis pakan yang berbeda-beda karena
burung memiliki tingkat kesukaan terhadap jenis pakan tertentu, sehingga dalam
memenuhi kebutuhan pakan burung akan mencari habitat yang mampu
menyediakan jenis pakan yang sesuai (Darmawan 2006). Vegetasi merupakan
penghasil pakan bagi burung baik berupa bunga, buah, daun, nektar dan lainnya.
Selain jenis pakan utama tersebut, burung dapat mengkonsumsi jenis pakan secara
tunggal (satu jenis pakan saja) ataupun kombinasi dari beberapa jenis pakan.
Secara keseluruhan kelompok guild pemakan serangga, merupakan
kelompok yang mendominasi pada empat tipe tegakan, baik dari segi jumlah jenis
maupun jumlah kelimpahan individu. Jenis burung pemakan serangga biasanya
merupakan jenis burung yang dominan terdapat di hutan tropis (Wunderle et al.
2005). Jenis pemakan serangga merupakan jenis terbanyak dikarenakan serangga
merupakan jenis pakan yang melimpah di alam sehingga mudah didapatkan oleh
semua jenis burung (Darmawan 2006). Serangga yang dimakan oleh burung dapat
berupa serangga air, serangga yang hidup pada vegetasi, ulat maupun larva. oleh
45
karena itu serangga dapat dijadikan sebagai makanan utama atau makanan
alternatif dari burung.
Kelompok pemakan serangga memiliki fungsi yang sangat penting bagi
keseimbangan lingkungan yaitu sebagai pengendali populasi hama serangga di
alam. Serangga dapat dijumpai di berbagai lapisan vegetasi maupun bagian dari
tumbuhan seperti di bunga, daun, ranting, dan batang. Dominansi pemakan
serangga juga tercatat pada komunitas burung Sumatra (Novarino et al. 2006),
Kalimantan (Darmawan 2006), Jawa (Prawiradilaga et al. 2002), Pulau Karimun
Jawa (Rahayuningsih 2009), dan Sulawesi (Sayogo 2010). Jumlah individu di
dalam sebuah guild mengambarkan ketersediaan sumberdaya yang mendukung,
sedangkan jumlah jenis menggambarkan sejauh mana sumberdaya dapat dibagi
dengan baik (Wong 1986).
Secara alami, sumber makanan berupa serangga merupakan sumber
makanan yang tersedia sepanjang waktu, berbeda halnya dengan sumber makanan
berupa buah dan nektar yang dipengaruhi oleh musim (waktu berbuah). Menurut
Wong (1986) kelimpahan serangga lebih stabil dibandingkan dengan kelimpahan
buah dan nektar, sehingga populasi burung pemakan serangga relatif lebih stabil
dibandingkan dengan pemakan buah dan nektar.
Sembilan dari 16 jenis burung yang terdapat pada semua tipe habitat
dilokasi penelitian merupakan burung-burung pemakan serangga yaitu Kedasi
Hitam, Munguk Beledu, Wiwik Lurik, Paok Pancawarna, Pelanduk Topi-hitam,
Cinenen Pisang, Pelanduk Semak, dan Walet Linci. Empat jenis diantaranya
merupakan burung yang menghuni lantai hutan yaitu Paok Pancawarna, Pelanduk
Topi-hitam, Pelanduk Semak, dan Pijantung Kecil. Jenis burung pemakan
serangga yang hidup di semak merupakan jenis yang sensitif terhadap gangguan
dan fragmentasi habitat (Johnson & Mighell 1999).
5.2.4 Pemanfaatan strata vegetasi
Pemanfataan strata vegetasi oleh burung di keempat tipe tegakan paling
tinggi pada bagian tajuk atas dan paling rendah di bagian batang. Gaol (1998)
menyatakan bahwa pada bagian tajuk pohon yang merupakan bagian penerima
intensitas sinar matahari yang paling tinggi merupakan bagian yang paling banyak
46
terdapat bunga dan buah. Strata vegetasi tajuk atas merupakan strata vegetasi yang
paling banyak digunakan oleh burung karena pada strata vegetasi tersebut banyak
terdapat serangga, bunga dan buah yang merupakan makanan bagi burung, serta
tempat perlindungan bagi burung. Sebagian besar aktivitas burung di setiap
tegakan adalah bersuara. Aktivitas lain pada tajuk atas tidak teramati dikarenakan
tingginya tajuk pohon disetiap tegakan, sehingga peneliti tidak dapat mendeteksi
aktivitas burung secara visual. Hal ini juga disebabkan oleh keterbatasan
kemampuan teropong yang digunakan.
5.2.5 Status konservasi burung
Dari 49 jenis burung yang ditemukan terdapat 12 jenis atau 24%
diantaranya merupakan jenis burung yang dilindungi berdasarkan PP No. 7 tahun
1999. Menurut UU No. 7 tahun 1990 spesies yang dilindungi tersebut, terdiri dari
enam kelompok yang dilindungi pada tingkat suku yaitu Accipitridae,
Alcedinidae, Pittidae, Timaliidae, Rhipiduridae, dan Nectariniidae. Tiga jenis
burung merupakan jenis yang masuk dalam CITES kategori Appendix II.
Appendix II merupakan kategori jenis yang statusnya tidak terancam punah, tetapi
mungkin terancam punah bila perdagangan terus berlanjut tanpa adanya
pengaturan.
Accipitridae dilindungi pada tingkat suku oleh Pemerintah Indonesia dan
CITES, dikarenakan burung ini memiliki fungsi yang sangat penting bagi
penyeimbang ekosistem. Jenis burung pemangsa ini memiliki fungsi untuk
menjaga keseimbangan ekosistem dari populsi hama tikus dan populasi ular yang
berlebihan dengan cara memangsanya (Sozer et al. 1999). Dijumpainya Elangular
Bido dan Elang Hitam di HPGW menunjukkan masih seimbangnya ekosistem di
HPGW. Kehadiran burung top predator merupakan ciri yang menunjukkan
hubungan rantai makanan pada semua tingkatan ekosistem masih seimbang.
Thiollay (1994) mengatakan bahwa burung pemangsa, sebagaimana satwa
pemangsa lainnya, dalam beberapa hal menjadi penting bagi strategi konservasi
secara umum. Pertama, karena daerah jelajah burung pemangsa besar. Kedua,
burung pemangsa seringkali merupakan bio-indikator yang sensitif atas perubahan
lingkungan atau kualitas habitat, jauh sebelum diketahuinya sensitivitas burung
47
pemangsa terhadap kontaminasi rantai makanan yang kronis. Ketiga, burung
pemangsa merupakan flagship species (jenis simbol yang dimanfaatkan untuk
pengelolaan konservasi) yang meningkatkan keingintahuan publik dan
menyokong program konservasi yang lebih luas.
Alcedinidae juga dilindungi pada tingkat suku. Suku ini perlu dilindungi
karena burung pemakan ikan, terutama suku Alcedinidae dapat digunakan sebagai
indikator habitat. Jenis ini memiliki kepekaan tertentu terhadap kesehatan
lingkungan dalam habitatnya (Sozer et al. 1999), sehingga sangat bermanfaat
untuk indikator keseimbangan lingkungan alam. Keberadaan spesies-spesies
burung yang dilindungi di HPGW antara lain karena habitat di HPGW
mendukung kebutuhan hidup spesies-spesies tersebut, baik sebagai tempat
mencari makan, berlindung, dan berkembangbiak.
5.2.6 Implementasi terhadap pengelolaan
Beberapa langkah pengelolaan yang dapat dilakukan yaitu:
1. Penanaman jenis-jenis vegetasi yang merupakan pakan oleh burung.
Pada empat tipe tegakan yang menjadi lokasi penelitian, banyak burung
ditemukan memanfaatkan jenis-jenis pohon tertentu misal kaliandra (Calliandra
haematocephala), harendong bulu (Clidemia hirta), harendong (Melastoma
candidum), mangga (Mangifera indica) dan jambu hutan (Syzygium sp). Hal ini
menunjukkan bahwa jenis-jenis vegetasi tersebut merupakan penyedia pakan
burung. Oleh karena itu, dalam upaya pengelolaan kawasan di HPGW untuk
melestarikan keberadaan jenis burung sebaiknya pemilihan jenis vegetasi yang
akan ditanam mengacu pada jenis-jenis vegetasi yang dapat menjadi pakan bagi
burung yaitu kaliandra, harendong bulu, harendong, mangga dan jambu hutan.
2. Perlu dilakukan monitoring berkala terhadap keberadaan jenis burung.
Perlu dilakukan monitoring secara berkala terutama pada lokasi-lokasi
yang telah diteliti dan berpotensi memiliki keanekaragaman jenis burung yang
tinggi. Kegiatan monitoring yang dilakukan dapat berupa patroli. Kegiatan patroli
ini dilakukan untuk menghindari terjadinya usaha perburuan burung. Kawasan
HPGW masih sering ditemui perburuan burung oleh warga sekitar.
48
3. Sosialisasi akan pentingnya keanekaragaman jenis burung di HPGW pada
pengunjung dan masyarakat sekitar kawasan.
Kegiatan sosialisasi ini dapat dilakukan dengan beberapa cara, seperti:
Pembuatan papan interpretasi mengenai pentingnya keberadaan berbagai jenis
burung dilindungi, ajakan untuk melestarikan burung dan habitatnya, larangan
mengganggu habitat burung, dan mencegah perburuan burung. Publikasi
mengenai keanekaragaman jenis burung yang terdapat di HPGW, dapat dilakukan
dengan pembuatan leaflet atau pembuatan buku panduan lapang (field guide)
mengenai burung-burung di HPGW, serta mengunggah informasi tentang
keanekaragaman burung ke web HPGW.
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
1. Keempat tipe tegakan memiliki 5 strata, yaitu tajuk atas, tajuk tengah, tajuk
bawah, batang dan lantai hutan. Tegakan puspa memiliki jumlah jenis
tumbuhan bawah yang terbesar, sedangkan tegakan pinus memiliki jumlah
jenis tumbuhan bawah terendah. Tegakan puspa juga memiliki tipe habitat
yang lebih beragam dengan adanya sungai kecil dan berdekatan dengan areal
agroforestry. Pohon- pohon tertinggi terdapat di tegakan campuran dengan
tinggi rata-rata 39.7 m.
2. Keanekaragaman jenis burung tertinggi terdapat di tegakan puspa (30 jenis,
H’= 3.03, E=0.89), disusul oleh tegakan agathis (28 jenis, H’=2.79, E=0.83),
tegakan campuran (27 jenis, H’= 2.73, E=0.85) dan yang paling sedikit
adalah di tegakan pinus (25 jenis, H’=2.73, E=0.85).
3. Komunitas burung di HPGW terbagi kedalam 12 kategori guild, kelompok
pemakan serangga yang aktif mencari makan di bagian tajuk pohon
mempunyai jumlah jenis terbanyak.
4. Burung-burung memanfaatkan lima strata di setiap tegakan. Strata vegetasi
yang paling banyak digunakan adalah bagian tajuk atas terutama oleh burung-
burung pemakan serangga di bagian tajuk atas dan aktivitas tertinggi adalah
bersuara.
6.2 Saran
Dari penelitian ini diketahui bahwa keanekaragaman burung tertinggi pada
tegakan puspa dengan kelompok burung pemakan serangga bagian tajuk dan suku
Cuculidae mendominasi, sehingga perlu dilakukan penelitian lanjutan mengenai
burung pemakan serangga dan suku Cuculidae di HPGW, terutama populasi dan
kekhasan dari burung pemakan serangga dan suku Cuculidae.
50
DAFTAR PUSTAKA Adhikerana AS. 1997. Komunitas burung di delapan tipe habitat di Pulau Siberut,
Indonesia. Berita Biologi 4(1):1-6.
Alhamid H. 1988. Studi Habitat dan Populasi Burung Cendrawasih Kecil (Paradisaea minor minor Show) di Areal Bekas Tambang PT Inhutani II dalam Kawasan Cagar Alam Pegunungan Arfak Manokwari [Skripsi]. Irian Jaya. Fakultas Pertanian. Universitas Cenderawasi.
Alikodra HS. 1993. Pengelolaan Satwaliar Jilid II. Bogor: Yayasan Penerbit Fakultas Kehutanan IPB.
__________. 2002. Pengelolaan Satwaliar Jilid I. Bogor: Yayasan Penerbit Fakultas Kehutanan IPB.
van Balen B. 1984. Bird Count and Bird Observation in the Neighbourhood of Bogor. Nature Conservation Dept. Agriculture University Wageningan. The Netherlands.
Badan Eksekutif HPGW. 2010. Management Plan of Gunung Walat Educational
Forest. Bogor: Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor.
Bibby C, Jones M, Marsden S. 2000. Expedition Field Techniques Birds Surveys. London: Expedition Advisor Centre.
Blake JG, Hoppes WG. 1986. Influence of resource abundance on use of treefall gaps by birds in an isolated woodlot. The Auk 103:328-340.
Darmawan MP. 2006. Keanekaragaman Jenis Burung pada Beberapa Tipe Habitat di Hutan Lindung Gunung Lumut Kalimantan Timur [Skripsi]. Bogor: Jurusan Konservasi Sumberdaya Hutan. Fakultas Kehutanan. IPB.
Fuller RJ. 2000. Influence of treefall gaps on distribution of breeding bird within interior old-growth stands in Bialowienza Forest, Poland. Condor 102:267-274.
Gaol SL. 1998. Studi Variasi Tingkat Keanekaragaman Jenis Burung pada berbagai Tipe Penggunan Lahan di Propinsi Lampung [Skripsi]. Bogor: Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata, Fakultas Kehutanan IPB.
[HIMAKOVA IPB] Himpunan Mahasiswa Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata Institut Pertanian Bogor. 2007. Laporan Kegiatan Eksplorasi Fauna, Flora, dan Ekowisata Indonesia: Eksplorasi Biodiversity Dalam Pengembangan dan Pengelolaan Ekowisata. Bogor. Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata Fakultas Kehutanan IPB.
Hadiprayitno G. 2004. Penggunaan Habitat oleh Berbagai Jenis Burung yang Berada di Kawasan Gunung Tangkuban Parahu, Jawa Barat. Perpustakaan Departemen Biologi. Bandung.
Helvoort VB. 1981. A study on bird population in rural ecosystem of West Java, Indonesia a semi quantitative approach. Nature Conservation Dept. Agriculture University Wageningen-The Nederland.
51
Hernowo JB. 1989. Berita ornitologi. Media Konservasi. II(02): 57-58.
Hernowo JB, Prasetyo LB. 1989. Konsep ruang terbuka hijau di kota sebagai pendukung pelestarian burung. Media Konservasi. II(04): 61-71.
Hernowo JB, Soekmadi R, Ekarelawan. 1991. Kajian pelestarian jenis satwaliar di Kampus IPB Darmaga. Media Konservasi III(02): 43-65.
Irwanto. 2006. Perencanaan Perbaikan Habitat Satwa Liar Burung Pasca Bencana Alam Gunung Meletus. http://www.irwantoshut.com/2008/04/14/ perencanaan perbaikan habitat-satwa liar burung pasca bencana alam gunung meletus. [05 Juli 2011].
Jati A. 1998. Kelimpahan dan Distribusi Jenis-jenis Burung Berdasarkan Fragmentasi dan Stratifikasi Habitat Hutan Cagar Alam Langgaliru, Sumba [Tesis]. Bogor. Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.
Johnson DDP, Mighell JS. 1999. Dry season bird diversity in tropical forest and surrounding habitats in North-east Australia. Emu 99:108-120.
Krebs CJ. 1985. Ecological Methodology. New York. Harper & Row Publisher.
Laiolo P, Caprio E, Rolando A. 2002. Effect of Logging and Non-NativeTtree Proliferation on the Bird Overwintering in the Upland Forest of North-Western Italy. Forest Ecology and Management 179; 441-454.
Lambert FR, Collar NJ. 2002. The future for Sundaic lowland birds: long-term effects of commercial logging and fragmentation. Forktail 18:127-146.
MacArthur RH, Connel JH. 1966. The Biology of Population. Princeton: Priceton University-New Jersey.
MacKinnon J, Phillipps K, van Balen B. 1998. Seri Panduan Lapangan Burung-Burung di Sumatera, Jawa, Bali dan Kalimantan. Birdlife International-Indonesia. Program – Pusat Penelitian dan Pengembangan Biologi LIPI Cibinong.
Magurran AE. 1988. Ecology Diversity and Its Measurement. New Jersey: Pricenton University Press.
Magguran AE. 2004. Measuring Biological Diversity. Blackwell Publishing
Mulyani YA, Haneda NF. 2010. Bird and Communities in Fragmented Plantation Forest of Gunung Walat Education Forest (GWEF), Cibadak, Sukabumi. Working Paper No.27. Bogor: PPLH Center for Environmental Research IPB.
Novarino W, Salsabila A, Jarulis. 2006. A Mist-netting study of birds in Lunang freshwater swamp forest,West Sumatera. Kukila 13:48-63.
Novarino W. 2008. Dinamika Jangka Panjang Komunits Burung Strata Bawah di Sipisang, Sumatera Barat [Disertasi]. Bogor: Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.
Odum. 1971. Fundamental of Ecologgy: 2nd Ed. Philladelphia: Wb.Saunders CO.
Odum EP.1993. Dasar-dasar Ekologi. Edisi ketiga. [terjemahan]. Universitas Gajah Mada.
52
Prawiradilaga DM. 1990. Potensi burung dalam pengendalian populasi serangga hama. Media Konservasi Vol.III:1-7.
Rahayuningsih DM. 2009. Komunitas burung di Kepulauan Karimun Jawa Tengah: Aplikasi teori biogeografi pulau [Disertasi]. Bogor: Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.
Rahmi T. 2012. Potensi Burung untuk Pengembangan Wisata Birdwatching di Hutan Pendidikan Gunung Walat Sukabumi Jawa Barat [Skripsi]. Bogor: Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata, Fakultas Kehutanan IPB.
Sayogo AP. 2009. Keanekaragaman Jenis Burung pada Beberapa Tipe Habitat di Taman Nasional Lore Rindu Provinsi Sulawesi Tengah [Skripsi]. Bogor: Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan. Fakultas Kehutanan IPB.
Schultze CH, Waltert M, Kessler PJA, Pitopang R, Shahabuddin, Veddeler D, leuschner C, Steffan-Dewenter I, Tschartntke T. 2004. Biodiversity indicator groups of tropical land use systems: comparing plants, birds, and insects. Ecological Aplications 14(5):1321-1333.
Sekercioglu CH. 2002. Impacts of birdwatching on human and avian comunities. Environmental conservation. 29(3): 282-289.
Soegianto A. 1994. Ekologi Kuantitatif, Metode Analisis Populasi dan Komunitas. Surabaya: Penerbit Usaha Nasional.
Sukmantoro W, Irham M, Novarino W, Hasudungan F, Kemp N, Muchtar M. 2007. Daftar Burung Indonesia No. 2: Indonesian Ornithologist’s Union. Bogor.
Syafrudin D. 2011. Keanekaragaman Jenis Burung pada Beberapa Tipe Habitat di Tambling Wildlife Nature Conservation (TWNC), Taman Nasional Bukit Barisan Selatan Lampung [Skripsi]. Bogor: Jurusan Konservasi Sumberdaya Hutan. Fakultas Kehutanan. IPB.
Thiollay JM. 1994. A World Review of Tropical Forest Raptors Current Trends, Research Objective and Conservation Strategy. Pp. 231-240. On Meyburg, B.U. & D. Chencellor eds. 1994. Raptors Conservation Today WWGBP. The Pica Press.
Tripathi KP, Singh B. 2009. Spesies diversty and vegetation structure across various strata in natural and plantation forest in katerniaghat wildlife sanctuary, North India. Tropical Ecology 50(1): 191-200.
Waltert M, Mardiastuti A, Muhlenberg M. 2004. Effects of land use on bird species richness in Sulawesi, Indonesia. Conservation Biology 18(5): 1339-1346.
Welty JC. 1982. The Life of Bird. 3nd Edition. Philadelphia: Souders College Publishing.
Winarni NL. 2008. Analisa Sederhana dalam Ekologi Hidupanliar. http:// www.google.com.htm. [06 Juli 2011].
53
Wong M.1986. Trophic Organization of Birds in Malaysian Dipterocarp Forest. Auk 103:100-116.
Wunderle JM, Willig MR, Henriques LMP. 2005. Avian distribution in treefall gaps and understorey of Terra Firme in the lowland Amazon. Ibis 147: 109-129.
Zakaria M, Rajpar MN, Sajap AS. 2009. Spesies diversity and feeding guilds of birds in Paya IndahWetland Reserve, Peninsular Malaysia. Zoological Research 5(3) : 86-100.
54
LAMPIRAN
Lampiran 1 Jenis burung di Hutan Pendidikan Gunung Walat (HPGW)
No Suku Nama lokal Nama ilmiah Tegakan
Puspa Agathis Pinus Campuran
1 Accipitridae Elangular Bido Spilornis cheela √ √ √ √
2 Accipitridae Elang Hitam Ictinaetus malayensis √
3 Turnicidae Gemak Loreng Turnix suscitator
√
4 Columbidae Walik Kembang Ptilinopus melanospila √ √
√
5 Columbidae Tekukur Biasa Streptopelia chinensis √ √ √ √
6 Cuculidae Kangkok Ranting Cuculus saturatus √
7 Cuculidae Wiwik Lurik Cacomantis sonneratii √ √ √ √
8 Cuculidae Wiwik Kelabu Cacomantis merulinus
√ √
9 Cuculidae Wiwik Uncuing Cacomantis sepulcralis √ √ √ √
10 Cuculidae Kedasi Hitam Surniculus lugubris √ √ √ √
11 Cuculidae Bubut Alang-alang Centropus bengalensis √
12 Apodidae Walet Linci Collocalia linchi √ √ √ √
13 Alcedinidae Rajaudang Meninting Alcedo meninting √
14 Alcedinidae Cekakak Jawa Halcyon cyanoventris
√
15 Alcedinidae Cekakak Sungai Halcyon chloris √ √ √ √
16 Pittidae Paok Pancawarna Pitta guajana √ √ √ √
17 Hirundinidae Layanglayang Batu Hirundo tahitica
√
18 Campephagidae Sepah Kecil Pericrocotus cinnamomeus √
19 Campephagidae Jingjing Batu Hemipus hirundinaceus
√
20 Aegithinidae Cipoh Kacat Aegithina tiphia √ √ √ √
21 Pycnonotidae Cucak Kuricang Pycnonotus atriceps √
53
Lampiran 1 Lanjutan
No Suku Nama lokal Nama ilmiah Tegakan
Puspa Agathis Pinus Campuran
22 Pycnonotidae Cucak Kutilang Pycnonotus aurigaster √ √
√
23 Pycnonotidae Empuloh Janggut Criniger bres √
√
24 Turdidae Cingcoang Coklat Brachypteryx leucophrys
√ √ √
25 Turdidae Anis Hutan Zoothera andromedae √
26 Timaliidae Pelanduk Topi-hitam Pellorneum capistratum √ √ √ √
27 Timaliidae Pelanduk Semak Malacocincla sepiarium √ √ √ √
28 Timaliidae Tepus Leher-putih Stachyris thoracica
√
29 Timaliidae Tepus Pipi-perak Stachyris melanothorax
√
√
30 Sylviidae Perenjak Coklat Prinia polychroa
√ √
31 Sylviidae Perenjak Jawa Prinia familiaris √
√
32 Sylviidae Cinenen Pisang Orthotomus sutorius √ √ √ √
33 Sylviidae Cinenen Jawa Orthotomus sepium √
34 Acanthizidae Remetuk Laut Gerygone sulphurea √
√
35 Monarchidae Kehicap Ranting Hypothymis azurea √
36 Rhipiduridae Kipasan Belang Rhipidura javanica √ √
37 Paridae Gelatikbatu Kelabu Parus major √ √ √
38 Dicaeidae Cabai Jawa Dicaeum trochileum
√ √
39 Sittidae Munguk Beledu Sitta frontalis √ √ √ √
40 Nectariniidae Burungmadu Belukar Anthreptes singalensis √
√
41 Nectariniidae Burungmadu Sriganti Cinnyris jugularis √ √ √ √ 54
Lampiran 1 Lanjutan
No Suku Nama lokal Nama ilmiah Tegakan
Puspa Agathis Pinus Campuran
42 Nectariniidae Burungmadu Jawa Aethopyga mystacalis √
43 Nectariniidae Pijantung Kecil Arachnothera longirostra √ √ √ √
44 Estrildidae Bondol Jawa Lonchura leucogastroides √ √
45 Estrildidae Bondol Peking Lonchura punctulata
√
46 Zosteropidae Kacamata Biasa Zosterops palpebrosus √ √ √ √
47 Zosteropidae Kacamata Gunung Zosterops montanus
√
48 Dicruridae Srigunting Hitam Dicrurus macrocercus √ √
√
49 Dicruridae Srigunting Kelabu Dicrurus leucophaeus √ √
55
Lampiran 2 Jenis – Jenis Burung dilindungi di HPGW
Elangular Bido
(Spilornis cheela) Foto : Swiss Winasis
Elang Hitam (Ictinaetus malayensis) Foto : Khaleb Yordan
Rajaudang Meninting (Alcedo meninting)
Foto : Imanf
Cekakak Jawa
(Halcyon cyanoventris) Foto : Swiss Winasis
Cekakak Sungai (Halcyon chloris) Foto : Eddy Swan
Paok Pancawarna (Pitta guajana)
Foto : Pakde Robert
Tepus Pipi-perak (Stachyris melanothorax)
Foto: Asman AP
Kipasan Belang (Rhipidura javanica) Foto: Khaleb Yordan
Burungmadu Sriganti (Cinnyris jugularis)
Foto: Eddy Swan
Burungmadu Jawa
(Aethopyga mystacalis) Foto: Yeni A Mulyani
Pijantung Kecil (Arachnothera longirostra)
Foto: FN Tirtaningtyas
Burungmadu Belukar (Anthreptes singalensis)
Foto: Syahputera
56
Lampiran 3 Keanekaragaman, kelimpahan, dominansi, dan kemerataan jenis burung pada tegakan puspa No Famili Nama lokal Nama ilmiah Jumlah individu pi E
1 Accipitridae Elangular Bido Spilornis cheela 4 0,01
2 Accipitridae Elang Hitam Ictinaetus malayensis 1 0,00
3 Columbidae Walik Kembang Ptilinopus melanospila 6 0,02
4 Columbidae Tekukur Biasa Streptopelia chinensis 13 0,03
5 Cuculidae Wiwik Lurik Cacomantis sonneratii 5 0,01
6 Cuculidae Wiwik Kelabu Cacomantis merulinus 2 0,01
7 Cuculidae Wiwik Uncuing Cacomantis sepulcralis 18 0,05
8 Cuculidae Kedasi Hitam Surniculus lugubris 3 0,01
9 Cuculidae Bubut Alang-alang Centropus bengalensis 1 0,00
10 Apodidae Walet Linci Collocalia linchi 38 0,10
11 Alcedinidae Cekakak Sungai Halcyon chloris 12 0,03
12 Pittidae Paok Pancawarna Pitta guajana 8 0,02
13 Aegithinidae Cipoh Kacat Aegithina tiphia 36 0,10
14 Pycnonotidae Cucak Kuricang Pycnonotus atriceps 12 0,03
15 Timaliidae Pelanduk Topi-hitam Pellorneum capistratum 10 0,03
16 Timaliidae Pelanduk Semak Malacocincla sepiarium 19 0,05
17 Sylviidae Perenjak Jawa Prinia familiaris 1 0,00
18 Sylviidae Cinenen Pisang Orthotomus sutorius 13 0,03
19 Sylviidae Cinenen Jawa Orthotomus sepium 18 0,05
20 Acanthizidae Remetuk Laut Gerygone sulphurea 12 0,03
21 Paridae Gelatikbatu Kelabu Parus major 8 0,02
57
Lampiran 3 Lanjutan No Famili Nama lokal Nama ilmiah Jumlah individu pi E
22 Sittidae Munguk Beledu Sitta frontalis 9 0,02
23 Nectariniidae Burungmadu Belukar Anthreptes singalensis 7 0,02
24 Nectariniidae Burungmadu Sriganti Cinnyris jugularis 9 0,02
25 Nectariniidae Burungmadu Jawa Aethopyga mystacalis 5 0,01
26 Nectariniidae Pijantung Kecil Arachnothera longirostra 41 0,11
27 Estrildidae Bondol Jawa Lonchura leucogastroides 7 0,02
28 Zosteropidae Kacamata Biasa Zosterops palpebrosus 42 0,11
29 Dicruridae Srigunting Hitam Dicrurus macrocercus 5 0,01
30 Dicruridae Srigunting Kelabu Dicrurus leucophaeus 7 0,02
H' 3,03 0,89
58
Lampiran 4 Keanekaragaman, kelimpahan, dominansi, dan kemerataan jenis burung pada tegakan agathis No Famili Nama lokal Nama ilmiah Jumlah individu pi E
1 Accipitridae Elangular Bido Spilornis cheela 4 0,01
2 Columbidae Walik Kembang Ptilinopus melanospila 1 0,00
3 Columbidae Tekukur Biasa Streptopelia chinensis 35 0,11
4 Cuculidae Wiwik Lurik Cacomantis sonneratii 3 0,01
5 Cuculidae Wiwik Kelabu Cacomantis merulinus 1 0,00
6 Cuculidae Wiwik Uncuing Cacomantis sepulcralis 5 0,02
7 Cuculidae Kedasi Hitam Surniculus lugubris 1 0,00
8 Apodidae Walet Linci Collocalia linchi 27 0,09
9 Alcedinidae Cekakak sungai Halcyon chloris 12 0,04
10 Pittidae Paok Pancawarna Pitta guajana 11 0,04
11 Hirundinidae Layanglayang batu Hirundo tahitica 1 0,00
12 Aegithinidae Cipoh Kacat Aegithina tiphia 37 0,12
13 Pycnonotidae Cucak Kutilang Pycnonotus aurigaster 4 0,01
14 Turdidae Cingcoang Coklat Brachypteryx leucophrys 1 0,00
15 Timaliidae Pelanduk Topi-hitam Pellorneum capistratum 9 0,03
16 Timaliidae Pelanduk Semak Malacocincla sepiarium 13 0,04
17 Timaliidae Tepus Leher-putih Stachyris thoracica 1 0,00
18 Timaliidae Tepus Pipi-perak Stachyris melanothorax 2 0,01
19 Sylviidae Cinenen Pisang Orthotomus sutorius 21 0,07
20 Sylviidae Cinenen Jawa Orthotomus sepium 19 0,06
21 Paridae Gelatikbatu Kelabu Parus major 13 0,04
59
Lampiran 4 Lanjutan No Famili Nama lokal Nama ilmiah Jumlah individu pi E
22 Sittidae Munguk Beledu Sitta frontalis 1 0,00
23 Nectariniidae Burungmadu Sriganti Cinnyris jugularis 1 0,00
24 Nectariniidae Pijantung Kecil Arachnothera longirostra 37 0,12
25 Estrildidae Bondol Jawa Lonchura leucogastroides 13 0,04
26 Zosteropidae Kacamata Biasa Zosterops palpebrosus 35 0,11
27 Zosteropidae Kacamata Gunung Zosterops montanus 2 0,01
28 Dicruridae Srigunting Hitam Dicrurus macrocercus 2 0,01
29 Dicruridae Srigunting Kelabu Dicrurus leucophaeus 2 0,01
H' 2,79 0,83
60
Lampiran 5 Keanekaragaman, kelimpahan, dominansi, dan kemerataan jenis burung pada tegakan pinus No Famili Nama lokal Nama ilmiah Jumlah individu Pi E
1 Accipitridae Elangular Bido Spilornis cheela 1 0,00
2 Accipitridae Tekukur Biasa Streptopelia chinensis 1 0,00
3 Columbidae Wiwik Lurik Cacomantis sonneratii 3 0,01
4 Cuculidae Wiwik Kelabu Cacomantis merulinus 3 0,01
5 Cuculidae Wiwik Uncuing Cacomantis sepulcralis 4 0,02
6 Cuculidae Kedasi Hitam Surniculus lugubris 2 0,01
7 Cuculidae Walet Linci Collocalia linchi 17 0,06
8 Apodidae Cekakak Sungai Halcyon chloris 9 0,03
9 Alcedinidae Paok Pancawarna Pitta guajana 13 0,05
10 Pittidae Cipoh Kacat Aegithina tiphia 9 0,03
11 Aegithinidae Empuloh Janggut Criniger bres 2 0,01
12 Pycnonotidae Cingcoang Coklat Brachypteryx leucophrys 6 0,02
13 Turdidae Pelanduk Topi-hitam Pellorneum capistratum 18 0,07
14 Timaliidae Pelanduk Semak Malacocincla sepiarium 19 0,07
15 Timaliidae Perenjak Coklat Prinia polychroa 4 0,02
16 Sylviidae Cinenen Pisang Orthotomus sutorius 15 0,06
17 Sylviidae Cinenen Jawa Orthotomus sepium 44 0,17
18 Sylviidae Remetuk Laut Gerygone sulphurea 2 0,01
19 Acanthizidae Gelatikbatu Kelabu Parus major 6 0,02
20 Paridae Cabai Jawa Dicaeum trochileum 1 0,00
21 Dicaeidae Munguk Beledu Sitta frontalis 14 0,05
61
Lampiran 5 Lanjutan No Famili Nama lokal Nama ilmiah Jumlah individu pi E
22 Sittidae Burungmadu Belukar Anthreptes singalensis 1 0,00
23 Nectariniidae Burungmadu Sriganti Cinnyris jugularis 4 0,02
24 Nectariniidae Pijantung Kecil Arachnothera longirostra 26 0,10
25 Zosteropidae Kacamata Biasa Zosterops palpebrosus 38 0,15
H' 2,73 0,85
62
Lampiran 6 Keanekaragaman, kelimpahan, dominansi, dan kemerataan jenis burung pada tegakan campuran No Famili Nama lokal Nama ilmiah Jumlah individu Pi E
1 Accipitridae Elangular Bido Spilornis cheela 2 0,01
2 Turnicidae Gemak Loreng Turnix suscitator 1 0,00
3 Columbidae Walik Kembang Ptilinopus melanospila 1 0,00
4 Columbidae Tekukur Biasa Streptopelia chinensis 17 0,07
5 Cuculidae Wiwik Lurik Cacomantis sonneratii 1 0,00
6 Cuculidae Wiwik Kelabu Cacomantis merulinus 1 0,00
7 Cuculidae Wiwik Uncuing Cacomantis sepulcralis 2 0,01
8 Cuculidae Kedasi Hitam Surniculus lugubris 1 0,00
9 Apodidae Walet Linci Collocalia linchi 14 0,06
10 Alcedinidae Cekakak Sungai Halcyon chloris 19 0,08
11 Pittidae Paok Pancawarna Pitta guajana 13 0,05
12 Aegithinidae Cipoh Kacat Aegithina tiphia 34 0,14
13 Pycnonotidae Cucak Kutilang Pycnonotus aurigaster 2 0,01
14 Turdidae Cingcoang Coklat Brachypteryx leucophrys 3 0,01
15 Timaliidae Pelanduk Topi-hitam Pellorneum capistratum 8 0,03
16 Timaliidae Pelanduk Semak Malacocincla sepiarium 17 0,07
17 Timaliidae Tepus Pipi-perak Stachyris melanothorax 6 0,02
18 Sylviidae Perenjak Coklat Prinia polychroa 1 0,00
19 Sylviidae Perenjak Jawa Prinia familiaris 1 0,00
20 Sylviidae Cinenen Pisang Orthotomus sutorius 19 0,08
21 Sylviidae Cinenen Jawa Orthotomus sepium 32 0,13
63
Lampiran 6 Lanjutan No Famili Nama lokal Nama ilmiah Jumlah individu pi E
22 Dicaeidae Cabai Jawa Dicaeum trochileum 1 0,00
23 Sittidae Munguk Beledu Sitta frontalis 2 0,01
24 Nectariniidae Burungmadu Sriganti Cinnyris jugularis 3 0,01
25 Nectariniidae Pijantung Kecil Arachnothera longirostra 21 0,09
26 Zosteropidae Kacamata Biasa Zosterops palpebrosus 19 0,08
27 Dicruridae Srigunting Hitam Dicrurus macrocercus 1 0,00
H' 2,7 0,83
64