12
Keanekaragaman Spesies Tumbuhan Obat untuk Perawatan Sebelum dan Sesudah Persalinan pada Beberapa Suku di Maluku Utara (Diversity of Medicinal Plant Species for Pre and Postpartum Treatment at Several Tribes in North Maluku) Nur Rahmawati Wijaya* dan Tyas Friska Dewi Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Obat Tradisional, Jl. Raya Lawu No. 11 Tawangmangu, Karanganyar 57792, Jawa Tengah, Indonesia Telp. (0271) 697010; Faks. (0271) 697010 *E-mail: [email protected] Diajukan: 31 Desember 2019; Direvisi: 19 Juli 2020; Diterima: 2 Desember 2020 ABSTRACT The use of natural ingredients as traditional medicine has long been used by the Indonesian people and has been passed down from generation to generation, including the use of traditional medicine for prepartum and postpartum. The community in Maluku still preferring traditional medicines as an alternative or even as a major choice for postpartum healing. The purpose of this study was to identify medicinal plant species and specific parts of plants that were most widely used for treatment in pre and postpartum in North Maluku. The research was done progressively from 2012 to 2017 with a total point of observation was 16 tribes in North Maluku. Data and sample collection were done through an interview to traditional medicinal workers (called: hattra), following an ethical clearance procedure. The plant data obtained were then identified, supported by literature review, while the variables analyzed included: herb composition, disease names, local names, scientific names of medicinal plants, parts used, how to prepare the herb, plant origin, and local wisdom. The results of this research were successfully obtained 68 medicinal plants from 31 families which came from 12 tribes in Maluku. From 68 medicinal plants obtained, 8 species were used for prepartum treatment and 59 species were used for postpartum treatment. Seven plant species that are widely used by the community in both treatments, namely: Hibiscus rosa-sinensis L., Ipomoea pes-caprae (L.) R. Br., Morinda citrifolia L., Musa × paradisiaca L., Premna serratifolia L., Sesbania grandiflora (L.) Pers., and Terminalia catappa L. Keywords: Medicinal plants, North Maluku, prepartum treatment, postpartum treatment. ABSTRAK Penggunaan bahan alam sebagai obat tradisional telah lama digunakan oleh bangsa Indonesia dan diwariskan secara turun temurun, termasuk penggunaan pada perawatan sebelum dan setelah persalinan. Masyarakat Maluku masih memilih obat tradisional sebagai pilihan alternatif bahkan sebagai pilihan utama dalam penyembuhan saat nifas. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi spesies tanaman obat dan bagian spesifik tanaman yang paling banyak dimanfaatkan untuk perawatan sebelum dan setelah persalinan di Maluku Utara. Penelitian dilakukan bertahap dari tahun 2012 sampai 2017 dengan jumlah total titik pengamatan sebanyak 16 suku di Maluku Utara. Pengambilan data dan sampel dilakukan melalui wawancara kepada penyehat tradisional (hattra), dengan mengikuti prosedur ethical clearance sebelumnya. Data tumbuhan yang diperoleh selanjutnya dilakukan identifikasi dan literatur review sedangkan variabel yang dianalisis meliputi: komposisi ramuan, nama penyakit, nama lokal, nama ilmiah tumbuhan obat, bagian yang digunakan, cara penyiapan ramuan, asal tumbuhan, dan kearifan lokal. Hasil penelitian diperoleh 68 tumbuhan obat, dari 31 famili yang berasal dari 12 suku di Maluku. Dari seluruh tanaman obat yang diperoleh, diidentifikasi 8 spesies yang digunakan untuk perawatan sebelum persalinan dan 59 spesies untuk perawatan setelah persalinan. Tujuh spesies tumbuhan yang banyak digunakan masyarakat dalam ramuan perawatan sebelum dan setelah persalinan, yaitu Hibiscus rosa-sinensis L., Ipomoea pes-caprae (L.) R. Br., Morinda citrifolia L., Musa × paradisiaca L., Premna serratifolia L., Sesbania grandiflora (L.) Pers., dan Terminalia catappa L. Kata kunci: Tumbuhan obat, Maluku Utara, perawatan sebelum persalinan, perawatan setelah persalinan. Hak Cipta © 2020, BB Biogen Bul. Plasma Nutfah 26(2):145–156

Keanekaragaman Spesies Tumbuhan Obat untuk Perawatan

  • Upload
    others

  • View
    7

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Keanekaragaman Spesies Tumbuhan Obat untuk Perawatan

Keanekaragaman Spesies Tumbuhan Obat untuk Perawatan Sebelum dan Sesudah Persalinan pada Beberapa Suku

di Maluku Utara (Diversity of Medicinal Plant Species for Pre and

Postpartum Treatment at Several Tribes in North Maluku)

Nur Rahmawati Wijaya* dan Tyas Friska Dewi Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Obat Tradisional, Jl. Raya Lawu No. 11 Tawangmangu,

Karanganyar 57792, Jawa Tengah, Indonesia Telp. (0271) 697010; Faks. (0271) 697010 *E-mail: [email protected]

Diajukan: 31 Desember 2019; Direvisi: 19 Juli 2020; Diterima: 2 Desember 2020

ABSTRACT The use of natural ingredients as traditional medicine has long been used by the Indonesian people and has been passed down from generation to generation, including the use of traditional medicine for prepartum and postpartum. The community in Maluku still preferring traditional medicines as an alternative or even as a major choice for postpartum healing. The purpose of this study was to identify medicinal plant species and specific parts of plants that were most widely used for treatment in pre and postpartum in North Maluku. The research was done progressively from 2012 to 2017 with a total point of observation was 16 tribes in North Maluku. Data and sample collection were done through an interview to traditional medicinal workers (called: hattra), following an ethical clearance procedure. The plant data obtained were then identified, supported by literature review, while the variables analyzed included: herb composition, disease names, local names, scientific names of medicinal plants, parts used, how to prepare the herb, plant origin, and local wisdom. The results of this research were successfully obtained 68 medicinal plants from 31 families which came from 12 tribes in Maluku. From 68 medicinal plants obtained, 8 species were used for prepartum treatment and 59 species were used for postpartum treatment. Seven plant species that are widely used by the community in both treatments, namely: Hibiscus rosa-sinensis L., Ipomoea pes-caprae (L.) R. Br., Morinda citrifolia L., Musa × paradisiaca L., Premna serratifolia L., Sesbania grandiflora (L.) Pers., and Terminalia catappa L.

Keywords: Medicinal plants, North Maluku, prepartum treatment, postpartum treatment.

ABSTRAK Penggunaan bahan alam sebagai obat tradisional telah lama digunakan oleh bangsa Indonesia dan diwariskan secara turun temurun, termasuk penggunaan pada perawatan sebelum dan setelah persalinan. Masyarakat Maluku masih memilih obat tradisional sebagai pilihan alternatif bahkan sebagai pilihan utama dalam penyembuhan saat nifas. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi spesies tanaman obat dan bagian spesifik tanaman yang paling banyak dimanfaatkan untuk perawatan sebelum dan setelah persalinan di Maluku Utara. Penelitian dilakukan bertahap dari tahun 2012 sampai 2017 dengan jumlah total titik pengamatan sebanyak 16 suku di Maluku Utara. Pengambilan data dan sampel dilakukan melalui wawancara kepada penyehat tradisional (hattra), dengan mengikuti prosedur ethical clearance sebelumnya. Data tumbuhan yang diperoleh selanjutnya dilakukan identifikasi dan literatur review sedangkan variabel yang dianalisis meliputi: komposisi ramuan, nama penyakit, nama lokal, nama ilmiah tumbuhan obat, bagian yang digunakan, cara penyiapan ramuan, asal tumbuhan, dan kearifan lokal. Hasil penelitian diperoleh 68 tumbuhan obat, dari 31 famili yang berasal dari 12 suku di Maluku. Dari seluruh tanaman obat yang diperoleh, diidentifikasi 8 spesies yang digunakan untuk perawatan sebelum persalinan dan 59 spesies untuk perawatan setelah persalinan. Tujuh spesies tumbuhan yang banyak digunakan masyarakat dalam ramuan perawatan sebelum dan setelah persalinan, yaitu Hibiscus rosa-sinensis L., Ipomoea pes-caprae (L.) R. Br., Morinda citrifolia L., Musa × paradisiaca L., Premna serratifolia L., Sesbania grandiflora (L.) Pers., dan Terminalia catappa L.

Kata kunci: Tumbuhan obat, Maluku Utara, perawatan sebelum persalinan, perawatan setelah persalinan.

Hak Cipta © 2020, BB Biogen

Bul. Plasma Nutfah 26(2):145–156

Page 2: Keanekaragaman Spesies Tumbuhan Obat untuk Perawatan

Buletin Plasma Nutfah Vol. 26 No. 2, Desember 2020:145–156 146

PENDAHULUAN

Indonesia merupakan negara dengan kekaya-an biodiversitas yang sangat tinggi. Terdapat ku-rang lebih 30.000 spesies tanaman yang tumbuh di Indonesia dan 7.000 di antaranya berkhasiat se-bagai obat (Fellow 1992). Provinsi Maluku Utara yang terdiri dari kepulauan, merupakan bagian dari kawasan Malesia yang dikenal memiliki keaneka-ragaman flora dan tipe vegetasi yang tertinggi di dunia. Secara geografis posisi kepulauan ini ter-letak di antara Asia Malesia Barat dan Australia-Pasifik, sehingga memungkinkan terjadinya per-campuran flora dan fauna dari dua wilayah tersebut dan memperkaya keanekaragaman hayati tersebut (Mirmanto 2010). Namun, potensi ini belum sepenuhnya digali dan dimanfaatkan masyarakat, padahal terdapat ribuan spesies tanaman di hutan-hutan yang merupakan sumber daya hayati potensial bagi industri obat tradisional, kosmetik, dan suplemen kesehatan.

Kearifan masyarakat Maluku Utara dalam memanfaatkan tumbuhan obat terdiri atas tiga kategori, yaitu (i) cara mengambil bahan ramuan, (ii) cara meramu, dan (iii) waktu mengonsumsi ramuan. Salah satu kearifan lokal dalam cara mengambil ramuan, yaitu dari bagian tertentu tum-buhan (daun, batang, akar, kulit) dan pengambilan bahan memiliki ukuran/ketentuan tertentu. Sebagai contoh, jumlah helai daun harus ganjil, daun yang mengarah ke atas, ukuran bahan yang diseduh/ di-rebus (1 genggam/1 ikat), warna kulit batang (terang/gelap), dan pengambilan bahan dilakukan di pagi hari sehingga masih segar. Kearifan lokal cara meramu yang sering diterapkan di antaranya adalah ramuan direbus hingga air rebusannya men-jadi setengah gelas atau campuran ramuan harus menggunakan minyak kelapa murni. Ada juga yang mengombinasikan beberapa spesies bagian tum-buhan serta perlakuan sebelum diramu (Nurrani et al. 2015).

Penggunaan bahan alam sebagai obat tradisional telah lama digunakan oleh bangsa Indonesia dan diwariskan secara turun temurun, termasuk penggunaan pada perawatan sebelum dan setelah persalinan. Perawatan sebelum dan setelah persalinan terdiri atas perawatan untuk melancar-kan persalinan dan perawatan setelah persalinan

termasuk perawatan nifas. Angka kematian ibu (AKI) dan angka kematian bayi (AKB) di Indonesia masih cukup tinggi dibanding dengan Negara ASEAN lainnya. Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) pada tahun 2012 menunjukkan nilai AKI sebesar 359 per 100.000 kelahiran hidup dan nilai AKB sebesar 32 per 1.000 kelahiran hidup. Masih tingginya nilai AKI merupakan salah satu indikator besarnya masalah kesehatan reproduksi (BKKBN 2013).

Perawatan setelah persalinan penting dilaku-kan untuk mengembalikan kondisi fisik ibu serta menghindari gangguan setelah persalinan, seperti perdarahan, infeksi, kelelahan berat, dan stres (postpartum syndrome). Kematian ibu akibat per-salinan terjadi pada masa nifas di antaranya akibat perdarahan 28%, eklampsi 24%, infeksi 11%, dan penyebab lain 11% (BKKBN 2013). Obat tradisio-nal yang digunakan untuk ibu nifas berfungsi membantu memperbaiki alat-alat reproduksi agar pulih seperti sebelum hamil. Pengertian masa nifas (puerperium) adalah masa setelah keluarnya plasenta sampai alat-alat reproduksi pulih seperti sebelum hamil dan secara normal masa nifas ber-langsung selama 6 minggu atau 40 hari (Saleha 2009).

Masyarakat Maluku masih memilih obat tradisional sebagai pilihan alternatif, bahkan se-bagai pilihan utama dalam penyembuhan saat nifas. Pilihan untuk menggunakan obat tradisional di-dasari oleh pengalaman, faktor ekonomi, serta ke-mudahan dalam memperoleh obat tersebut. Ini membuktikan pula bahwa pengobatan tradisional masih dilestarikan, dipelihara, dan membudaya, serta hidup berdampingan dengan pengobatan modern dalam kehidupan masyarakat (Usemahu et al. 2014).

Riset Tumbuhan Obat dan Jamu (Ristoja) merupakan riset pemetaan pengetahuan tradisional dan pemanfaatan tumbuhan obat pada berbagai suku di Indonesia yang dilakukan oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi spesies tanaman obat dan bagian spesifik tanaman yang paling banyak dimanfaatkan untuk perawatan sebelum dan setelah persalinan di Maluku Utara. Diharapkan informasi yang diperoleh dapat me-lengkapi database sistem bioekologi sehingga

Page 3: Keanekaragaman Spesies Tumbuhan Obat untuk Perawatan

2020 Keanekaragaman Spesies Tumbuhan Obat: Nur Rahmawati Wijaya dan Tyas Friska Dewi

147

dapat menjadi acuan bagi pengelolaan kawasan berbasis kesejahteraan masyarakat dan kelestarian kehidupan, khususnya di Maluku Utara.

BAHAN DAN METODE

Penelitian Ristoja dilakukan dalam tiga tahapan, yaitu tahun 2012, 2015, dan 2017 dengan jumlah total titik pengamatan sebanyak 16 suku (Gambar 1). Setiap periode penelitian dilakukan pada suku yang berbeda. Pengambilan data dan sampel dilakukan melalui wawancara kepada pe-nyehat tradisional (hattra), dengan mengikuti pro-sedur ethical clearance sebelumnya. Data tumbuh-an yang diperoleh selanjutnya dilakukan identifi-kasi dan ulasan referensi (literatur review) tumbuh-an obat yang berkhasiat untuk perawatan sebelum dan setelah persalinan. Penggunaan subjek referen-si hanya pada data ramuan obat pada beberapa suku di Maluku Utara. Variabel yang dianalisis yaitu komposisi ramuan, nama penyakit, nama lokal, nama ilmiah tumbuhan obat, bagian yang digunakan, cara penyiapan ramuan, asal tumbuhan, dan kearifan lokal. Data yang diperoleh selanjutnya dianalisis secara deskriptif berdasarkan spesies

tumbuhan obat yang digunakan dengan merinci pada bagian tumbuhan yang digunakan.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Sebanyak 64 tumbuhan obat telah diperoleh dari berbagai suku di Maluku Utara, yang diman-faatkan untuk perawatan sebelum dan setelah per-salinan. Di antara jumlah tumbuhan obat tersebut 25,49% digunakan untuk ramuan sebelum persalin-an dan 74,50% merupakan ramuan setelah persalin-an (Gambar 2). Dalam penggunaannya, tumbuhan tersebut digunakan sebagai ramuan tunggal dan ramuan campuran. Sebanyak 64,30% tumbuhan obat digunakan sebagai ramuan tunggal dan 35,70% digunakan sebagai ramuan campuran (Gambar 3).

Selama 3 periode penelitian, sebagian besar tumbuhan obat yang digunakan dalam menyusun ramuan untuk sebelum dan setelah persalinan di-peroleh dalam 1 periode, yaitu sebanyak 54 spesies. Sementara itu, tumbuhan obat yang di-temukan berulang selama 2 periode sebanyak 9 spesies dan ditemukan pada 3 periode sebanyak 1 spesies (Gambar 4). Spesies yang ditemukan

Gambar 1. Peta lokasi suku di Maluku Utara yang digunakan sebagai titik pengamatan. 1 = suku Bacan, 2 = suku Sahu, 3 = suku

Ternate, 4 = suku Togutil, 5 = suku Togutil Maba, 6 = suku Weda, 7 = suku Ibu, 8 = suku Kao Dalam, 9 = suku Module, 10 = suku Morotai, 11 = suku Sawai, 12 = suku Galela, 13 = suku Makian, 14 = suku Patani, 15 = suku Gebe, 16 = suku Sula.

Page 4: Keanekaragaman Spesies Tumbuhan Obat untuk Perawatan

Buletin Plasma Nutfah Vol. 26 No. 2, Desember 2020:145–156 148

selama tiga periode penelitian adalah Sesbania grandiflora (L.) Pers.

Tumbuhan obat yang digunakan sebagai ramuan perawatan sebelum dan setelah persalinan terdiri atas 31 famili dan 64 genus. Tumbuhan yang paling banyak digunakan berasal dari famili Euphorbiaceae, sedangkan genus yang paling banyak digunakan adalah Hibiscus yang berasal dari famili Malvaceae dan Vitex yang berasal dari famili Lamiaceae (Gambar 5). Terdapat tujuh spesies tumbuhan yang banyak digunakan masyarakat dalam ramuan perawatan sebelum dan setelah persalinan, yaitu Hibiscus rosa-sinensis L., Ipomoea pes-caprae (L.) R. Br., Morinda citrifolia L., Musa × paradisiaca L., Premna serratifolia L., Sesbania grandiflora (L.) Pers., dan Terminalia catappa L.

Bagian tumbuhan yang paling banyak di-gunakan dalam ramuan adalah daun, yaitu sebesar 58,57%. Kulit batang digunakan sebanyak 15,71%, batang sebanyak 10%, herba sebanyak 5,71%, akar

sebanyak 4,29%, rimpang sebanyak 2,86%, buah sebanyak 1,43%, dan bagian lainnya sebanyak 1,43% (Gambar 6). Penggunaan daun lebih banyak digunakan karena mudah diperoleh, mudah diolah, memiliki khasiat yang lebih baik dibanding dengan bagian lain, dan tidak merusak karena daun mudah tumbuh kembali sehingga bisa dimanfaatkan secara berkala (Zuhud dan Haryanto 1994). Menurut Hardjanto et al. (2002), ramuan obat menggunakan bagian tumbuhan yang berbeda-beda karena bagian yang digunakan dianggap memiliki akumulasi metabolit yang paling tinggi.

Dari total 16 suku di Maluku Utara yang dijadikan sampel penelitian, terdapat 12 suku yang memiliki ramuan sebelum dan setelah persalinan. Di antara suku tersebut, suku Ibu dan suku Gebe memiliki jumlah keanekaragaman tumbuhan obat yang paling tinggi, yaitu masing-masing sebanyak 14 spesies (Gambar 7). Suku Ibu memiliki 10 ramuan, sedangkan suku Gebe sebanyak 7 ramuan.

Gambar 2. Persentase tumbuhan obat untuk perawatan

sebelum dan setelah persalinan pada berbagai suku di Maluku Utara.

Gambar 3. Persentase ramuan tunggal dan campuran untuk

perawatan sebelum dan setelah persalinan pada berbagai suku di Maluku Utara.

Gambar 4. Frekuensi spesies tumbuhan obat yang sama yang ditemukan dalam tiga periode penelitian.

1 tahun 2 tahun 3 tahun

60

50

40

30

20

10

0

Frekuensi

Jum

lah

spes

ies

Ramuan campuran Ramuan tunggal

Ramuan sebelum Ramuan setelah

Page 5: Keanekaragaman Spesies Tumbuhan Obat untuk Perawatan

2020 Keanekaragaman Spesies Tumbuhan Obat: Nur Rahmawati Wijaya dan Tyas Friska Dewi

149

Spesies tumbuhan obat sebagai perawatan sebelum dan setelah persalinan digunakan oleh beberapa suku di Maluku Utara. Dari total 64 spesies yang ditemukan, sebanyak 52 spesies digunakan oleh 1 suku, 7 spesies tanaman lain digunakan oleh 2 suku, 4 spesies tanaman lain di-gunakan oleh 3 suku, dan 1 spesies digunakan oleh 4 suku (Gambar 8). Spesies yang ditemukan pada 4 suku adalah Sesbania grandiflora (L.) Pers. Tumbuhan ini ditemukan secara berulang selama 3 periode penelitian pada 4 suku. Hasil tersebut me-nunjukkan bahwa Sesbania grandiflora (L.) Pers. merupakan tumbuhan yang mudah diperoleh di berbagai wilayah suku Maluku Utara dan dikenal memiliki khasiat sebagai perawatan sebelum dan setelah persalinan.

Perawatan Sebelum Persalinan

Perawatan sebelum persalinan yang diguna-kan di Maluku Utara terdiri dari perawatan untuk menjaga kondisi kesehatan ibu selama hamil dan melancarkan proses persalinan. Kondisi kesehatan ibu selama hamil dilakukan dengan memenuhi asupan zat besi sedangkan proses persalinan dapat dilancarkan dengan adanya senyawa kamferol,

yaitu senyawa alami yang banyak terdapat pada tanaman herbal (Dalimartha 2003; Mahirawati 2015). Hasil penelitian diperoleh sepuluh spesies tumbuhan obat yang telah digunakan oleh masyara-kat Maluku Utara sebagai perawatan sebelum persalinan (Tabel 1).

Katang-katang (Ipomoea pes-caprae [L.] R. Br.) merupakan tumbuhan menjalar dengan pan-jang 5–30 cm. Tumbuhan ini biasa ditemukan di pantai berpasir, garis pantai, dan saluran air yang terdapat pada ketinggian hingga 600 mdpl (Noor et al. 2006). Tumbuhan yang biasa disebut tapal kuda ini mengandung berbagai senyawa kimia seperti alkaloid, flavonoid, steroid, asam benehik, tanin, dan asam miristat (Muthalib et al. 2013). Alkaloid, tanin, flavonoid, dan steroid merupakan senyawa yang berperan sebagai antimikrobia dan mampu merangsang pertumbuhan sel baru (Assani 1994) Tumbuhan ini juga berperan sebagai antiinflamasi, antiplasmodik, dan antihemolitik (Pongprayoon et al. 1992; Paula et al. 2003). Di Hawai tumbuhan ini digunakan untuk memperbaiki kondisi ibu hamil (Kobayashi 1976).

Bunga sepatu (Hibiscus rosa-sinensis L.) merupakan tumbuhan perdu berkayu dengan tinggi

Gambar 5. Jumlah famili tumbuhan obat yang digunakan sebagai perawatan sebelum dan setelah persalinan

pada berbagai suku di Maluku Utara.

EuphorbiaceaeMalvaceae

CompositaeUrticaceae

LeguminosaeRubiaceae

ConvolvulaceaeAnacardiaceaeZingiberaceae

VitaceaeSapindaceae

PoaceaeCombretaceae

AraliaceaeAcanthaceaeVerbenaceae

RutaceaeRhamnaceae

MyrtaceaeMyristicaceae

MusaceaeMoraceae

LythraceaeLygodiaceae

LamiaceaeGoodeniaceae

CyperaceaeCasuarinaceae

ArecaceaeAraceae

Amaryllidaceae

Nam

a fa

mili

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Jumlah famili

Page 6: Keanekaragaman Spesies Tumbuhan Obat untuk Perawatan

Buletin Plasma Nutfah Vol. 26 No. 2, Desember 2020:145–156 150

mencapai tinggi 3 m yang biasa tumbuh di daerah tropis atau subtropis (Aprianty dan Kriswiyanti 2008; Siregar dan Nurlela 2012). Tumbuhan ini mengandung senyawa kimia seperti flavonoid, alkaloid, saponin, diglukosida sianidin, hibisetin, saponin, polifenol, kuersetin, kalsium oksalat, riboflavin, askorbat, oksalat, sinidin, bentriakontan, tiamin, niasin, sitrat, dan tartarik (Shukla dan Misra 2011; Oktiarni et al. 2013). Khasiat dari tumbuhan ini antara lain untuk pengobatan demam, sariawan, diare, konstipasi, dan antifertilitas (Maganha et al. 2010; Siregar dan Nurlela 2012). Meskipun di-gunakan sebagai antifertilitas, namun penelitian yang dilakukan oleh Karim et al. (2006) me-nyebutkan bahwa suku Togutil di Maluku Utara menggunakan tumbuhan ini untuk mempermudah persalinan.

Masyarakat Makian dan Galela di Maluku Utara menggunakan Hibiscus rosa-sinensis L. sebagai ramuan untuk memudahkan persalinan. Cara pengolahan tumbuhan tersebut yaitu bagian daun diambil sebanyak satu genggam kemudian di-bersihkan. Daun direndam dengan air hangat selama 1–2 menit kemudian ditambahkan minyak kelapa dan segera diminum.

Pisang (Musa × paradisiaca L.) merupakan tumbuhan yang hidup di daerah tropis dengan distribusi global (Aurore et al. 2009). Tumbuhan ini berupa herba perenial dengan ukuran tinggi antara 3–4 m. Senyawa kimia yang terkandung pada tanaman ini terdiri dari karbohidrat, protein, alkaloid, flavonoid, triterpenoid, dan glikosida (Tyagi dan Bohra 2002). Dalam perawatan sebe-lum dan setelah persalinan tumbuhan ini berperan

Gambar 6. Persentase bagian tumbuhan yang digunakan dalam ramuan.

Gambar 7. Jumlah tumbuhan obat pada berbagai suku di Maluku Utara.

0 2 4 6 8 10 12 14 16

Ibu

Gebe

Galela

Sawai

Makian

Patani

Kao Dalam

Sula

Morotai

Togutil

Module

Sahu

Jumlah

Nam

a su

ku

58,57%

15,71%10%

5,71% 4,29% 2,86% 1,43% 1,43%

Daun Batang Kulit batang

Herba Akar Rimpang Buah Lainnya

Bagian tumbuhan

Pers

enta

se

605040302010

0

70

Page 7: Keanekaragaman Spesies Tumbuhan Obat untuk Perawatan

2020 Keanekaragaman Spesies Tumbuhan Obat: Nur Rahmawati Wijaya dan Tyas Friska Dewi

151

sebagai penginduksi persalinan, melancarkan per-salinan, meredakan sakit kepala, perawatan setelah persalinan, dan melancarkan laktasi (Kamatenesi-Mugisha dan Oryem-Origa 2007; Pande et al. 2007; Ali-Shtayeh et al. 2015). Getah dari per-bungaan digunakan untuk meringankan rasa sakit saat persalinan dan membantu penyembuhan luka pada jalan lahir (Kobayashi 1976). Bagian buah di-gunakan untuk memberikan nutrisi dan mencegah pnumonia pada ibu hamil (Maliwichi-Nyirenda dan Maliwichi 2010).

Perawatan Setelah Persalinan

Perawatan setelah persalinan yang dilakukan antara lain perawatan setelah bersalin, pemulihan tenaga, perawatan luka mulut rahim setelah per-

salinan, sakit kepala, membersihkan darah nifas, menyembuhkan sakit perut, memperbaiki kondisi setelah keguguran, dan melancarkan ASI. Me-nurut Purnomo (2002), senyawa seperti alkaloid, terpenoid, dan saponin berperan sebagai antibiotik dan antiinflamasi yang mampu melancarkan per-edaran darah, mengurangi nyeri, memulihkan stamina setelah persalinan, serta mencegah infeksi pada rahim. Saponin juga berperan memacu pem-bentukan kolagen yang berperan dalam penyem-buhan luka khususnya luka perineum (Indrawati 2002). Senyawa lain yang dibutuhkan untuk pera-watan setelah persalinan adalah laktagogum yang berperan sebagai pelancar ASI. Beberapa tumbuh-an yang berperan untuk perawatan setelah persalin-an disajikan pada Tabel 2.

Gambar 8. Berbagai spesies tumbuhan obat dalam perawatan sebelum dan setelah persalinan yang ditemukan pada lebih

dari satu suku di Maluku Utara.

Tabel 1. Tumbuhan obat untuk perawatan sebelum persalinan.

Famili Nama ilmiah Nama lokal Suku Khasiat

Convolvulaceae Ipomoea pes-caprae (L.) R. Br. Kalbol/Tapak kuda Gebe Mempermudah persalinan Malvaceae Hibiscus rosa-sinensis L. Kembang sepatu Makian Perawatan sebelum persalinan Poaceae Paspalum conjugatum P.J.Bergius Jela-jela Ibu Melancarkan persalinan Malvaceae Abelmoschus manihot (L.) Medik. Gedi putih Ibu Mempercepat persalinan Vitaceae Leea indica (Burm.f.) Merr. Yoi Sawai Melancarkan persalinan Malvaceae Hibiscus schizopetalus (Dyer) Hook.f. Ubo-ubo Kao dalam Melancarkan persalinan dan

memperbaiki kondisi ibu hamil Musaceae Musa × paradisiaca L. Pisang sepatu Modole Melancarkan persalinan Araliaceae Polyscias diversifolia (Blume) Lowry &

G.M.Plunkett Kobo rogi-rogi Morotai Melancarkan persalinan

Spes

ies

Sesbania grandiflora (L.) Pers.

Ipomoea pes-caprae (L.) R. Br.

Terminalia catappa L.

Musa × paradisiaca L.

Morinda citrifolia L.

Syzygium aromaticum (L.) Merr & L.M.Perry

Premna serratifolia L.Myristica fragrans Houtt.

Leea indica (Burm. f.) Merr.

Hibiscus schizopetalus (Dyer) Hook.f.Hibiscus rosa-sinensis L.

Boehmeria nivea (L.) Gaudich.

0 0,5 1 1,5 2 2,5 3 3,5 4 4,5 Jumlah suku

Page 8: Keanekaragaman Spesies Tumbuhan Obat untuk Perawatan

Buletin Plasma Nutfah Vol. 26 No. 2, Desember 2020:145–156 152

Tabel 2. Tumbuhan obat untuk perawatan setelah persalinan.

Famili Nama ilmiah Nama lokal Suku Khasiat

Amaryllidaceae Allium sativum L. Bawang putih Ibu Memperbaiki kondisi setelah persalinan Rhamnaceae Alphitonia incana (Roxb.) Teijsm. & Binn. ex Kurz Kayu remason Sawai Perawatan tubuh setelah persalinan Araceae Amydrium medium (Zoll. & Moritzi) Nicolson Gotola makoki Galela Perawatan setelah persalinan Moraceae Artocarpus altilis (Parkinson ex F.A.Zorn) Fosberg Amo Ibu Memperbaiki kondisi setelah persalinan Compositae Blumea balsamifera (L.) DC. Marikap Ternate Membersihkan darah nifas Urticaceae Boehmeria nivea (L.) Gaudich. Wak-wak /rai-rai tusa Ternate Memberihkan darah nifas Casuarinaceae Casuarina junghuhniana Miq. Kasawari Sawai Perawatan tubuh setelah persalinan Compositae Chromolaena odorata (L.) R.M.King & H.Rob. Cinga-cinga Ternate Perawatan setelah persalinan Arecaceae Cocos nucifera L. Kelapa merah Sawai Perawatan setelah persalinan Euphorbiaceae Codiaeum variegatum (L.) Rumph. ex A.Juss. Gadihu Ibu Memperbaiki kondisi setelah persalinan Zingiberaceae Curcuma longa L. Kuning Kao Dalam Mengobati luka mulut rahim Poaceae Cymbopogon nardus (L.) Rendle Garama kusu Ibu Memperbaiki kondisi setelah persalinan Euphorbiaceae Euphorbia hirta L. Koha-koha Togutil Perawatan setelah persalinan Euphorbiaceae Euphorbia tirucalli L. Daon patah tulang Ibu Memperbaiki kondisi setelah persalinan Lamiaceae Gmelina leichardtii (F.Muell.) Benth. Bililif Patani Perawatan setelah persalinan Urticaceae Gonostegia pentandra (Roxb.) Miq. Gofu magiyau Sahu Perawatan setelah persalinan Malvaceae Gossypium hirsutum L. Lai ea/kapas Sula Melancarkan darah kotor setelah persalinan Acanthaceae Graptophyllum pictum (L.) Griff. Kabi-kabi merah Ternate Perawatan setelah persalinan Malvaceae Hibiscus tiliaceus L. Ngededo/waru Sahu Melancarkan darah nifas Convolvulaceae Ipomoea pes-caprae (L.) R. Br. Kalbol/be/batata pante Gebe Membersihkan rahim setelah persalinan dan

perawatan setelah persalinan Euphorbiaceae Jatropha curcas L. Balacai/Jarak pagar Galela Meredakan sakit perut setelah persalinan Acanthaceae Justicia gendarussa Burm.f. Gandarusa Galela Memperbaiki kondisi setelah persalinan Malvaceae Kleinhovia hospita L. Ngedodo Galela Melancarkan darah nifas Anacardiaceae Lannea coromandelica (Houtt.) Merr. Pasha/gufasa Gebe Perawatan setelah persalinan Vitaceae Leea indica (Burm. f.) Merr. Yoi Sawai Perawatan setelah persalinan Combretaceae Lumnitzera littorea (Jack) Voigt Sayejelil Gebe Untuk mandi setelah persalinan Lygodiaceae Lygodium circinatum (Burm. f.) Sw. Gomoho Ternate Perawatan setelah persalinan Euphorbiaceae Macaranga trichocarpa Müll.Arg. Luwui Ternate Perawatan setelah persalinan Euphorbiaceae Mallotus japonicus (L.f.) Müll.Arg. Gemuri/ngalu Galela Perawatan setelah persalinan Anacardiaceae Mangifera indica L. Mangga dodol/mangga Morotai Luka dalam setelah persalinan, memperbaiki

kondisi setelah persalinan Anacardiaceae Mangifera odorata Griff. Stingki Morotai Perawatan setelah persalinan Compositae Melanthera biflora (L.) Wild Cinga-cinga Morotai Merawatan setelah persalinan termasuk nifas Rutaceae Melicope latifolia (DC.) T.G. Hartley Sowuyo Ternate Perawatan ibu setelah persalinan Convolvulaceae Merremia peltata (L.) Merr. Kaugete Togutil Melancarkan air susu ibu (ASI) Rubiaceae Morinda citrifolia L. Nin/anin/mengkudu Patani

Gebe Modole

Perawatan ibu setelah persalinan

Musaceae Musa × paradisiaca L. Pisang Ibu Modele Makian

Memperbaiki kondisi ibu setelah persalinan

Myristicaceae Myristica fragrans Houtt. Pala Galela Ibu

Luka dalam setelah persalinan, memperbaiki kondisi setelah persalinan

Rubiaceae Nauclea orientalis (L.) L. Kayu manines Sawai Perawatan setelah persalinan Rubiaceae Neonauclea gigantea (Valeton) Merr. Sihnyal Gebe Perawatan setelah persalinan Acanthaceae Peristrophe bivalvis (L.) Merr. Luja Galela Memperbaiki kondisi setelah persalinan Compositae Pluchea indica (L.) Less. Balontas Galela Melancarkan darah nifas Sapindaceae Pongamia pinnata (L.) Pierre Kelong patetney Gebe Untuk mandi setelah persalinan Lamiaceae Premna corymbosa Rottler & Willd. Somule Perawatan setelah persalinan Lamiaceae Premna serratifolia L. Smule Gebe

Sawai Untuk mandi setelah persalinan

Leguminosae Pterocarpus indicus Willd. Linggua Ibu Memperbaiki kondisi ibu setelah persalinan Goodeniaceae Scaevola taccada (Gaertn.) Roxb. Nasnas Gebe Untuk mandi setelah persalinan Araliaceae Schefflera actinophylla (Endl.) Hams Manifadlo Gebe Untuk mandi dan perawatan setelah persalinan Cyperaceae Scleria sumatrensis Retz. Rumput piso Ternate Perawatan setelah persalinan Leguminosae Sesbania grandiflora (L.) Pers. Turi Gebe Mencegah darah putih naik ke otak,

memperbaiki kondisi setelah persalinan, perawatan nifas

Lythraceae Sonneratia alba Sm. Soki Gebe Memulihkan tenaga setelah persalinan Verbenaceae Stachytarpheta jamaicensis (L.) Vahl Sapi nomnom Patani Perawatan setelah persalinan Myrtaceae Syzygium aromaticum (L.) Merr. & L.M.Perry Cengkeh Gebe Menghilangkan bau organ kewanitaan dan

darah kotor dari organ kewanitaan Combretaceae Terminalia catappa L. Ketapang Sula Untuk mandi setelah persalinan,

membersihkan rahim, mengembalikan kondisi tubuh setelah persalinan

Vitaceae Tetrastigma lanceolarium (Roxb.) Planch. Walakit Makian Membersihkan darah kotor Urticaceae Urticastrum decumanum (Roxb.) Kuntze Sosoro daun lebar Ibu Mengembalikan kondisi setelah keguguran Lamiaceae Vitex cofassus Reinw. ex Blume Gufasa Patani Perawatan setelah persalinan Lamiaceae Vitex pinnata L. Mer-mer Sula Membersihkan darah nifas Lamiaceae Vitex trifolia L. Langgudi Ternate Perawatan setelah persalinan Compositae Wollastonia biflora (L.) DC. Cinga-cinga Kao Dalam Membersihkan darah nifas

Page 9: Keanekaragaman Spesies Tumbuhan Obat untuk Perawatan

2020 Keanekaragaman Spesies Tumbuhan Obat: Nur Rahmawati Wijaya dan Tyas Friska Dewi

153

Mengkudu (Morinda citrifolia L.) merupa-kan tumbuhan yang hidup di daerah tropis seperti Hawai, Brazil, Malaysia, dan Pulau Fiji. Tumbuh-an ini mengandung berbagai spesies fitokimia seperti komponen fenol, anthraquinon, karbohidrat, asam organik, alkohol, vitamin, flavonoid, iridoid, keton, lignan, triterpenoid, nukleosid, sterol, asam lemak, dan karotenoid (Inada et al. 2017). Dalam perawatan sebelum dan setelah persalinan tumbuh-an ini berkhasiat untuk mengobati sakit rejan dan mengurangi rasa sakit setelah persalinan (Adnyana et al. 2004; Bestari et al. 2005).

Ketapang (Terminalia catappa L.) berupa tumbuhan berkayu yang berasal dari Malaysia dan tersebar di daerah tropis dan subtropis (Oliveira et al. 2000; Fan et al. 2004). Senyawa kimia yang terkandung pada tanaman ini antara lain tanin, korilagin, asam brevifolin karboksilat, dan asam elajik (Nagappa et al. 2003). Dalam perawatan setelah persalinan tumbuhan berperan untuk mengembalikan kondisi tubuh setelah persalinan, menyembuhkan edema, sebagai pelancar persalin-an, serta bagian daunnya dapat digunakan untuk membantu menarik plasenta (Bourdy dan Walter 1992; Ghazanfar dan Al-Al-Sabahi 1993).

Suku Gebe, Makian, dan Ibu menggunakan ketapang sebagai ramuan campuran untuk mem-bersihkan darah nifas. Salah satu cara pengolahan-nya yaitu daun ketapang sebanyak 5 lembar, daun katang-katang sebanyak 10 lembar, dan daun pisang sebanyak 3 lembar, dibersihkan dan direbus dengan 1 gayung air hingga mendidih. Ramuan di-minum tiga kali sehari selama tiga hari berturut-turut.

Turi (Sesbania grandiflora [L.] Pers.) berupa tumbuhan berkayu lunak, tumbuh cepat dengan waktu hidup pendek yang tumbuh menncapai 6–9 m (Gowri dan Vasantha 2010). Tumbuhan ini berasal dari daerah tropis di Asia dan tersebar di Malaysia, Indonesia, Filipina, dan India. Senyawa fitokimia yang terkandung dalam tumbuhan ini ter-diri dari sterol, saponin, tanin, isovestitol, medikarpin, sativan, dan asam betulinat (Hasan et al. 2012). Di Minahasa tumbuhan ini digunakan untuk mandi uap setelah persalinan, sedangkan di Malaysia digunakan untuk meningkatkan peng-lihatan, menyembuhkan edema (pembengkakan),

dan menyegarkan badan setelah persalinan (Zumsteg dan Weckerle 2007; Jamal et al. 2011).

Smule (Premna serratifolia L.) merupakan tumbuhan yang umumnya terdapat di pekarangan rumah dan mampu tumbuh hingga ketinggian 9 m (Nursin et al. 2019). Smule berkhasiat untuk me-ningkatkan ASI dan menyegarkan tubuh wanita setelah persalinan (Saim et al. 1992). Tumbuhan ini juga merupakan salah satu bahan penyusun tradisi Mandi Serom, yaitu tradisi mandi oleh masyarakat Melayu yang dilakukan selama 44 hari setelah persalinan. Tradisi tersebut digunakan untuk meng-hilangkan aroma tidak sedap akibat lochia serta menyegarkan dan menghangatkan badan (Barakbah 2007; Hasan 2007; Jamal et al. 2011; Razak et al. 2018). Di India tumbuhan ini juga digunakan untuk perawatan postnatal (Anvar dan Haneef 2015).

Smule mengandung berbagai kandungan aktif seperti flavonoid, saponin, alkaloid, dan fenolik. Golongan flavonoid dalam tumbuhan ini berupa luteolin dan apigenin. Luteolin berperan sebagai antiinflamasi, antioksidan, mengatur sistem imun, dan sebagai promotor metabolisme karbo-hidrat. Sementara apigenin berperan mengatasi masalah lambung dan antiinflamasi (Marbun dan Restuati 2015).

Tumbuhan obat yang digunakan sebagai ramuan pelancar sebelum dan setelah persalinan sebagian merupakan tumbuhan budi daya (37,5%). Tumbuhan obat yang dibudidayakan antara lain Abelmoschus manihot (L.) Medik., Chromolaena odorata (L.) R.M.King & H.Rob., Cocos nucifera L., Curcuma longa L., Cymbopogon nardus (L.) Rendle, Pterocarpus indicus Willd., dan Peristrophe bivalvis (L.) Merr. Tumbuhan yang tidak dibudidayakan sebanyak 57,8%, seperti Gmelina leichardtii (F.Muell.) Benth., Gonostegia pentandra (Roxb.) Miq., Ipomoea pes-caprae (L.) R. Br., Lumnitzera littorea (Jack) Voigt, dan Pongamia pinnata (L.) Pierre. Sementara itu, 4,7% dibudidayakan dan tidak dibudidayakan, yaitu Morinda citrifolia L., Scleria sumatrensis Retz, dan Terminalia catappa L. Tumbuhan yang di-budidayakan umumnya ditanam di ladang, kebun maupun pekarangan, sedangkan tumbuhan bukan hasil budi daya diperoleh dari hutan, pantai, tepi

Page 10: Keanekaragaman Spesies Tumbuhan Obat untuk Perawatan

Buletin Plasma Nutfah Vol. 26 No. 2, Desember 2020:145–156 154

sungai, maupun hasil pembelian. Keragaan beberapa spesies tumbuhan obat disajikan dalam Gambar 9.

KESIMPULAN

Sebanyak 67 spesies teridentifikasi sebagai tumbuhan obat lokal yang diperoleh dari berbagai suku di Maluku Utara. Spesies-spesies ini diman-faatkan untuk perawatan sebelum (8 spesies) dan setelah persalinan (59 spesies). Dalam pengguna-annya tumbuhan tersebut digunakan sebagai ramu-an tunggal dan ramuan campuran. Tujuh spesies banyak digunakan masyarakat dalam ramuan pe-rawatan, baik sebelum maupun setelah persalinan, yaitu Hibiscus rosa-sinensis L., Ipomoea pes-caprae (L.) R. Br., Morinda citrifolia L., Musa × paradisiaca L., Premna serratifolia L., Sesbania grandiflora (L.) Pers., dan Terminalia catappa L. Sebagian besar pemanfaatannya digunakan ramuan daun sebagai bahan utama.

DAFTAR PUSTAKA

Adnyana, I.K., Yulinah, E. & Andreanus, A. (2004) Uji aktivitas antidiabetes ekstrak etanol buah mengkudu (Morinda citrifolia L.). Acta Pharmaceutica Indonesia, 29 (2), 43–49.

Ali-Shtayeh, M.S., Jamous, R.M. & Jamous, R.M. (2015) Plants used during pregnancy, childbirth, postpartum and infant healthcare in Palestine. Complementary Therapies in Clinical Practice, 21 (2), 84–93. doi: 10.1016/j.ctcp.2015.03.004.

Anvar, K. & Haneef, J. (2015) Etnobotanical plants used for postnatal care by tradisional practitioners from Kozhikode District, Kerala, India. Intenational Journal of Research in Pharmacy and Chemistry, 5 (4), 570–581.

Aprianty, N.M. & Kriswiyanti, E. (2008) Studi variasi ukuran serbuk sari kembang sepatu (Hibiscus rosa-sinensis L.) dengan warna bunga berbeda. Journal of Biology Udayana University, 9 (1), 14–18.

Assani, S. (1994) Mikrobiologi kedokteran. Jakarta, Universitas Indonesia.

Aurore, G., Parfait, B. & Fahrasmane, L. (2009) Bananas, raw materials for making processed food products.

Gambar 9. Keragaan beberapa spesies tanaman obat. A = Ipomoea pes-caprae (L.) R. Br., B = Hibiscus rosa-sinensis L.,

C = Musa × paradisiaca L., D = Morinda citrifolia L., E = Terminalia catappa L., F = Sesbania grandiflora (L.) Pers., G = Premna serratifolia L.

A B C

D E F G

Page 11: Keanekaragaman Spesies Tumbuhan Obat untuk Perawatan

2020 Keanekaragaman Spesies Tumbuhan Obat: Nur Rahmawati Wijaya dan Tyas Friska Dewi

155

Trends in Food Science and Technology, 20 (2), 78–91. doi: 10.1016/j.tifs.2008.10.003.

Barakbah, A. (2007) Ensiklopedia perbidanan Melayu. Kuala Lumpur, Utusan Publication and Distributors Sdn.Bhd.

Bestari, J., Parakkasi, A. & Syahril Akil, D. (2005) Pengaruh pemberian tepung daun mengkudu (Morinda citrifolia Linn) yang direndam air panas terhadap penampilan ayam boiler. Dalam: Mathius, I.W. et al. (editor) Prosiding Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner: Inovasi Teknologi Peternakan untuk Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat dalam Mewujudkan Kemandirian dan Ketahanan Pangan Nasional. Bogor, 12–13 September 2005. Bogor, Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan, hlm. 703–713.

BKKBN (2013) Survei demografi dan kesehatan Indonesia 2012. Jakarta, Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional Badan Pusat Statistik Kementerian Kesehatan. doi: 10.1111/j.1471-0528.2007.01580.x.

Bourdy, G. & Walter, A. (1992) Maternity and medicinal plants in Vanuatu. I. The cycle of reproduction. Journal of Ethnopharmacology, 37 (3), 179–196. doi: 10.1016/0378-8741(92)90033-N.

Dalimartha, S. (2003) Ramuan tradisional untuk pengobatan kanker. Jakarta, Penebar Swadaya.

Fan, Y.M., Xu, L.Z., Gao, J., Wang, Y., Tang, X.H., Zhao, X.N. & Zhang, Z.X. (2004) Phytochemical and antiinflammatory studies on Terminalia catappa. Fitoterapia, 75 (3–4), 253–260. doi: 10.1016/j.fitote.2003.11.007.

Fellow (1992) Tingkat manfaat dan keamanan tumbuhan obat dan obat tradisional. Semarang, The Lancet.

Ghazanfar, S.A. & Al-Al-Sabahi, A.M. (1993) Medicinal plants of Northern and Central Oman (Arabia). Economic Botany, 47 (1), 89–98. doi: 10.1007/BF02862209.

Gowri, S.S. & Vasantha, K. (2010) Free radical scavenging and antioxidant activity of leaves from agathi (Sesbania grandiflora [L.] Pers). Food Science, 5 (2), 114–119.

Hardjanto, D.P., Lestari & Cing, T. (2002) Inventarisasi bahan dasar jamu pada beberapa kota di wilayah Jawa Tengah. Jurnal Duta Farming, 20, 1–6.

Hasan, N., Osman, H., Mohamad, S., Wong, K.C., Awang, K. & Zahariluddin, A.S.M. (2012) The chemical components of Sesbania grandiflora root and their antituberculosis activity. Pharmaceuticals, 5 (8), 882–889. doi: 10.3390/ph5080882.

Hasan, Z. (2007) Beauty is beyond skin deep: Traditional treatments for women. Kuala Lumpur, Malaysian Agricultural Research and Development Institute.

Inada, A.C., Figueiredo, P.S., dos Santos-Eichler, R.A., de Cássia Freitas, K., Hiane, P.A., de Castro, A.P. & Guimarães, R.C.A. (2017) Morinda citrifolia Linn. (Noni) and its potential in obesity-related metabolic dysfunction. Nutrients, 9 (6), 1–29. doi: 10.3390/nu9060540.

Indrawati, Y. (2002) Telaah fitokimia bunga pepaya gantung (Carica papaya L) dan uji aktivitas antioksidannya. Tesis S2. Institut Teknologi Bandung.

Jamal, J.A., Ghafar, Z.A. & Husain, K. (2011) Medicinal plants used for postnatal care in Malay traditional medicine in the Peninsular Malaysia. Pharmacognosy Journal, 3 (24), 15–24. doi: 10.5530/pj.2011.24.4.

Kamatenesi-Mugisha, M. & Oryem-Origa, H. (2007) Medicinal plants used to induce labour during childbirth in Western Uganda. Journal of Ethnopharmacology, 109 (1), 1–9. doi: 10.1016/j.jep.2006.06.011.

Karim, K., Thohari, M. & Sumardjo (2006) Pemanfaatan keanekaragaman genetik tumbuhan oleh masyarakat Tugutil di sekitar Taman Nasional Aketajawe Lolobata. Media Konservasi, 11 (3), 1–12. doi: 10.29244/medkon.11.3.

Kobayashi, J. (1976) Early Hawaiian uses of medicinal plants in pregnancy and childbirth. Journal of Tropical Pediatrics, 22 (6), 260–262. doi: 10.1093/tropej/22.6.260.

Maganha, E.G., da Costa Halmenschlager, R, Rosa, R.M, Henriques, J.A.P., de Paula Ramos, A.L.L. & Saffi, J. (2010) Pharmacological evidences for the extracts and secondary metabolites from plants of the genus Hibiscus. Food Chemistry, 118 (1), 1–10. doi: 10.1016/j.foodchem.2009.04.005.

Mahirawati, V. (2015) Faktor-faktor yang berhubungan dengan kekurangan energi kronis (KEK) pada ibu hamil di Kecamatan Kamoning dan Tambelangan, Kabupaten Sampang, Jawa Timur. Buletin Penelitian Sistem Kesehatan, 17 (2), 193–202. doi: 10.22435/bpsk.v17i2Apr.3609.

Maliwichi-Nyirenda, C.P. & Maliwichi, L.L. (2010) Medicinal plants used for contraception and pregnancy-related cases in Malawi: A case study of Mulanje District. Journal of Medicinal Plants Research, 4 (20), 2121–2127. doi: 10.5897/JMPR09.394.

Marbun, M. & Restuati, M. (2015) Pengaruh ekstrak etanol daun buas-buas (Premna pubescens Blume) sebagai antiinflamasi pada edema kaki tikus putih (Rattus novergicus). Jurnal Biosains, 1 (3), 2443–1230. doi: 10.24114/jbio.v1i3.2930.

Mirmanto, E. (2010) Komposisi flora dan struktur hutan alami di Pulau Ternate, Maluku Utara. Jurnal

Page 12: Keanekaragaman Spesies Tumbuhan Obat untuk Perawatan

Buletin Plasma Nutfah Vol. 26 No. 2, Desember 2020:145–156 156

Biologi Indonesia, 6 (3), 341–351. doi: 10.14203/jbi.v6i3.3142.

Muthalib, E.M., Fatimawali & Edy, H.J. (2013) Formulasi salep ekstrak etanol daun tapak kuda (Ipomoea pes-caprae) dan uji efektivitasnya terhadap luka terbuka pada punggung kelinci. Pharmacon Jurnal Ilmiah Farmasi, 2 (3), 79–82. doi: 10.35799/ pha.2.2013.2384.

Nagappa, A.N., Thakurdesai, P.A., Rao, N.V. & Singh, J. (2003) Antidiabetic activity of Terminalia catappa Linn fruits. Journal of Ethnopharmacology, 88 (1), 45–50. doi: 10.1016/S0378-8741(03)00208-3.

Noor, Y.R., Khazali, M. & Suryadiputra, I.N. (2006) Panduan pengenalan mangrove di Indonesia. Edisi Kedua. Bogor, Wetlands.

Nursin, Nurlilana, L., Imran & Musta, R.(2019) Uji aktivitas antibakteri Staphylococcus aureus dan Salmonella typhi dari hasil mikroenkapsulasi minyak atsiri rogo (Premna serratifolia Linn). Hydrogen: Jurnal Kependidikan Kimia, 7 (2), 73–81. doi: 10.33394/hjkk.v7i2.1916.

Nurrani, L., Tabba, S. & Mokodompit, H.S. (2015) Kearifan lokal pemanfaatan tumbuhan obat dalam oleh masyarakat di sekitar Taman Nasional Aketajawe Lolobata. Jurnal Penelitian Sosial dan Ekonomi Kehutanan, 12 (3),163–175.

Oktiarni, D., Ratnawati, D. & Sari, B. (2013) Pemanfaatan ekstrak bunga kembang sepatu (Hibiscus rosa sinensis Linn.) sebagai pewarna alami dan pengawet alami pada mie basah. Dalam: Dwi, S., Apkuanbo, H. & Saidi, S. (editor) Prosiding Semirata FMIPA Universitas Lampung, FMIPA-Kimia Vol. 1, No. 1. Bandar Lampung, 10–12 Mei 2013. Bandar Lampung, Universitas Lampung, hlm. 103–110.

Oliveira, J.T.A., Vasconcelos, I.M., Bezerra, L.C.N.M., Silveira, S.B., Monteiro, A.C.O. & Moreira, R.A. (2000) Composition and nutritional properties of seeds from Pachira aquatica Aubl, Sterculia striata St Hil et Naud and Terminalia catappa Linn. Food Chemistry, 70 (2), 185–191. doi: 10.1016/S0308-8146(00)00076-5.

Pande, P., Tiwari, L. and Pande, H. (2007) Ethnoveterinary plants of Uttaranchal–A review. Indian Journal of Traditional Knowledge, 6 (3), 444–458.

Paula, A.C.B., Hayashi, L.S.S. & Freitas, J.C. (2003) Anti-inflammatory and antispasmodic activity of Ipomoea imperati (Vahl) Griseb (Convolvulaceae). Brazilian Journal of Medical and Biological Research, 36 (1), 105–112. doi: 10.1590/S0100-879X2003000100014.

Pongprayoon, U., Baeckström, P., Jacobsson, U., Lindström, M. & Bohlin, L. (1992) Antispasmodic activity of fJ-damascenone and E-phytol isolated

from Ipomoea pes-caprae. Planta Medica, 58, 19–21.

Purnomo, L. (2002) Manfaat beberapa spesies tumbuhan mangrove sebagai bahan obat tradisional. Warta Oseanografi, 16 (4), 10–12.

Razak, N.I.A., Othman, R. & Pahang, J.T. (2018) Ethnobotanical study on plant materials used in Malay traditional post-partum bath (Mandi Serom) among Malay midwives in Kedah. In: Saian, R. & Abbas, Md.A. (eds.) Proceedings of the Second International Conference on the Future of ASEAN (ICoFA) 2017–Volume 2 (Science and Technology). Singapore, Springer Nature Singapore Pte Ltd Springer Singapore, pp. 891–897. doi: 10.1007/978-981-10-8471-3.

Saim, A., Maryanto, I. & Danielson, E. (1992) Pendayagunaan sumberdaya hutan bagi suku Talang Mamak di daerah Seberida Riau. Dalam: Nasution, R.E. (editor) Prosiding Seminar Nasional dan Lokakarya Etnobotani I. Cisarua (Bogor), 19–20 Februari 1992. Jakarta, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, hlm. 381–389.

Saleha (2009) Asuhan kebidanan pada masa nifas. Jakarta, Salemba Medika.

Shukla, Y.N. & Mishra, M. (2011) An hydroxyacid and sterols from Hibiscus rosa sinensis. Indian Drugs, 2 (3), 459–467.

Siregar, Y.D.I. & Nurlela, N. (2012) Ekstraksi dan uji stabilitas zat warna alami dari bunga kembang sepatu (Hibiscus rosa-sinensis L) dan bunga rosela (Hibiscus sabdariffa L). Valensi, 2 (3), 459–467. doi: 10.15408/jkv.v2i3.117.

Tyagi, S. & Bohra, A. (2002) Screening of phytochemicals of fruit plant and antibacterial potential against Pseudomonas aeruginosa. Biochemical and Cellular Archives, 2, 21–24.

Usemahu, K.M., Rachman, W.A. & Natsir, S. (2014) Perilaku penggunaan obat tradisional pada ibu pasca melahirkan di Desa Kailolo Kabupaten Maluku Tengah. [Online] Tersedia pada: https://core.ac.uk/download/pdf/25495427.pdf. [Diakses 9 Agustus 2020]

Zuhud, E.A. & Haryanto (1994) Pelestarian pemanfaatan keanekaragaman tumbuhan obat hutan tropika Indonesia. Bogor, Fakultas Kehutanan IPB.

Zumsteg, I.S. & Weckerle, C.S. (2007) Bakera, a herbal steam bath for postnatal care in Minahasa (Indonesia): Documentation of the plants used and assessment of the method. Journal of Ethnopharmacology, 111 (3), 641–650. doi: 10.1016/j.jep.2007.01.016.