Upload
carangki
View
212
Download
0
Embed Size (px)
DESCRIPTION
BUDAYA
Citation preview
BAB 2
PENGEMBANGAN KEBUDAYAAN
YANG BERLANDASKAN NILAI-NILAI LUHUR
A. KONDISI UMUM
Derasnya perkembangan teknologi komunikasi dan informasi telah meningkatkan
intensitas interaksi antarmasyarakat dan antarbudaya. Interaksi antarbudaya menuntut
adanya ketahanan budaya sehingga intensitas interaksi mampu memperkuat nilai-nilai
luhur sekaligus memperkaya khasanah budaya bangsa. Kombinasi sinergis antara
kokohnya jati diri bangsa dan luasnya khasanah budaya bangsa berkontribusi dalam
memperkuat toleransi dan harmoni sehingga keragaman budaya yang merupakan
kondisi obyektif bangsa akan menjadi kekuatan dinamis yang bersinergi.
Selanjutnya, pencapaian kemajuan kebudayaan suatu bangsa tidak dapat dilepaskan
dari peninggalan budaya dan sejarah bangsa sehingga mampu menjadi simbol identitas
keberadaban. Pengalihan kewenangan pemeliharaan dan pelestarian kebudayaan pasca
diberlakukannya otonomi daerah telah mengakibatkan beragamnya kualitas
pemeliharaan kekayaan budaya bangsa, seperti situs, candi, museum dan taman budaya.
Dengan demikian, upaya untuk meningkatkan kualitas pengelolaan kekayaan budaya
menjadi suatu keniscayaan sehingga simbol identitas keberadaban dapat
dialihgenerasikan secara berkesinambungan. Terkait dengan hal tersebut, pemberdayaan
masyarakat dalam pengelolaan kekayaan budaya menjadi suatu hal yang tidak dapat
dikesampingkan.
Pada tahun 2005, pencapaian pembangunan kebudayaan terkait dengan
pengelolaan keragaman budaya mencakup 1) penyusunan “Pedoman Penulisan
Sejarah Lokal” sebagai acuan pemerintah daerah dalam menulis buku Sejarah
Lokal/Daerah, yang dapat menjadi perekat bangsa dalam bingkai NKRI; 2) pelaksanaan
“Lawatan Sejarah: Merajut Simpul-simpul Perekat Bangsa” baik di tingkat lokal dan
nasional; 3) penulisan naskah “Sejarah Indonesia Jilid VIII”; 4) diusulkannya Tana
Toraja, Jatiluwih, Pakerisan, dan Pura Taman Ayun dalam Daftar Warisan Dunia; 5)
pelaksanaan transkripsi dan transliterasi naskah kuno; 6) ditetapkannya keris sebagai
warisan dunia pada tahun 2005; 7) penyiapan Rancangan Revisi Undang-Undang
tentang Benda Cagar Budaya; 8) aktualisasi nilai etika kehidupan berbangsa sebagai
tanggapan terhadap situasi krisis moral dan etika saat ini; dan 9) ditetapkannya Inpres
No. 16/2005 tentang Kebijakan Pembangunan Kebudayaan dan Pariwisata. Pencapaian
pembangunan kebudayaan terkait dengan pengembangan nilai budaya mencakup
1) pelaksanaan pengkajian terhadap temuan nilai-nilai budaya yang mencerminkan
kebersamaan dan integrasi; 2) pelaksanaan kampanye hidup rukun dan analisis tentang
konsep masyarakat multikultural sebagai antisipasi terhadap konflik sosial di masa
depan; 3) penganugerahan penghargaan kebudayaan; 4) penyusunan modul-modul
untuk pengembangan nation and character building; 5) penyiapan Rancangan Undang-
Undang tentang Perpustakaan Nasional; dan 6) peningkatan minat dan budaya baca
masyarakat. Pencapaian pembangunan kebudayaan terkait dengan pengelolaan
kekayaan budaya mencakup 1) penyelenggaraan Festival Film Indonesia (FFI) 2005;
II.2-2
2) penyiapan RUU tentang Perfilman sebagai pengganti UU tentang Perfilman No.
8/1992 dan PP No. 7/1994 tentang Penyensoran; 3) keikutsertaan dalam Festival Film
Asia di New Delhi, India, dan pelaksanaan kerja sama perfilman dengan India; 4)
penyelenggaraan berbagai event seni dan budaya baik di tingkat nasional, regional dan
internasional seperti Art Summit Indonesia IV, pentas seni multimedia “Megalitikum
Kuantum”, dan pementasan opera yang berasal dari naskah kuno beraksara Bugis “I La
Galigo” di New York; dan 5) pengelolaan koleksi deposit nasional dan preservasi bahan
pustaka.
Pada tahun 2006, perkiraan pencapaian pembangunan kebudayaan terkait
pengelolaan keragaman budaya adalah 1) terselenggaranya pengembangan metoda
dialog antarbudaya yang terbuka dan demokratis; 2) tersusunnya materi dan bahan
pendidikan multikultural untuk meningkatkan toleransi dalam masyarakat; 3)
terlaksananya pengembangan berbagai wujud ikatan kebangsaan antara lain melalui
sosialisasi pentingnya pengembangan infrastruktur untuk meningkatkan akses
transportasi dan komunikasi lintas daerah dan lintas budaya; dan 4) terlaksananya
pemetaan ruang publik untuk memperkuat modal sosial. Perkiraan pencapaian terkait
dengan pengembangan nilai budaya adalah 1) ditelaahnya metoda aktualisasi nilai
moral; 2) terlaksananya revitalisasi nilai-nilai luhur termasuk pengembangan budaya
maritim; 3) dilaksanakannya upaya transformasi budaya melalui adopsi dan adaptasi
nilai-nilai baru yang positif untuk memperkaya dan memperkukuh khasanah budaya
bangsa, seperti orientasi pada peningkatan kinerja, budaya kritis, akuntabilitas dan
penerapan iptek. Perkiraan pencapaian terkait dengan pengelolaan kekayaan
budaya adalah 1) terselenggaranya pelestarian kekayaan budaya yang meliputi sejarah,
benda purbakala, dan benda cagar budaya; 2) terlaksananya pengembangan Pusat
Kebudayaan Nasional; 3) terlaksananya pengembangan sistem informasi dan data base
bidang kebudayaan antara lain peta budaya dan dokumen arsip negara; 4) meningkatnya
kapasitas sumber daya manusia pengelola kekayaan budaya; 5) meningkatnya kapasitas
kelembagaan melalui pembenahan sistem manajerial lembaga-lembaga yang mengelola
kekayaan budaya sehingga memenuhi kaidah tata pemerintahan yang baik (good
governance); 6) berkembangnya peran serta masyarakat dan swasta dalam pengelolaan
kekayaan budaya, misalnya melalui pengembangan film kompetitif, dan pengembangan
pola insentif; 7) terlaksananya review peraturan perundang-undangan dalam
pengelolaan kekayaan budaya; dan 8) terlaksananya alihaksara naskah kuno sebanyak
2.850 lembar, reproduksi bahan pustaka langka sebanyak 26.500 lembar; digitalisasi
bahan pustaka sebanyak 13.000 lembar transkripsi, dan transliterasi naskah-naskah
kuno.
Pada tahun 2007, permasalahan yang masih dihadapi dalam pembangunan
kebudayaan adalah 1) krisis identitas nasional yang ditandai dengan semakin
memudarnya identitas kebangsaan dan menurunnya kemampuan untuk menyeleksi
derasnya arus budaya global sehingga penyerapan budaya global yang negatif lebih
cepat dibandingkan dengan penyerapan budaya global yang positif dan konstruktif yang
bermanfaat untuk pembangunan dan karakter bangsa; 2) lemahnya kemampuan bangsa
dalam mengelola keragaman budaya dan semakin terbatasnya ruang publik yang dapat
diakses dan dikelola masyarakat multikultur untuk penyaluran aspirasi sehingga
menimbulkan berbagai ketegangan dan kerawanan sosial yang berpotensi merusak
integrasi bangsa; dan 3) menurunnya kualitas pengelolaan kekayaan budaya yang
II.2-3
diakibatkan oleh kurangnya pemahaman, apresiasi, kesadaran, komitmen, dan
kemampuan pemerintah daerah, baik kemampuan fiskal maupun kemampuan
manajerial; dan 4) semakin berkurangnya rasa percaya diri dan kebanggaan sebagai
bangsa Indonesia.
B. SASARAN PEMBANGUNAN TAHUN 2007
Berdasarkan permasalahan yang dihadapi, sasaran pembangunan kebudayaan yang
berlandaskan nilai-nilai luhur pada tahun 2007 diarahkan untuk mencapai:
1. Terwujudnya aktualisasi nilai-nilai luhur budaya bangsa dan penguatan ketahanan
budaya dalam menghadapi derasnya arus budaya global sehingga dapat menyeleksi
penyerapan budaya global positif dan konstruktif yang bermanfaat untuk
pembangunan dan karakter bangsa.
2. Tersosialisasikannya nilai-nilai kebangsaan dan strategi penguatannya untuk
memperkukuh NKRI.
3. Terwujudnya kerja sama yang sinergis antar berbagai pemangku kepentingan dalam
pengelolaan kekayaan budaya.
4. Terwujudnya masyarakat Indonesia yang berkepribadian, berbudi luhur dan
sejahtera dengan pengamalan nilai-nilai dan pemanfaatan kekayaan budaya
C. ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN TAHUN 2007
Dalam rangka mencapai sasaran tersebut di atas, arah pembangunan kebudayaan
yang akan ditempuh dalam tahun 2007 adalah:
1. Menyelesaikan peraturan perundang-undangan di bidang kebudayaan.
2. Menyaring masuknya kebudayaan yang berdampak negatif terhadap fisik,
psikologis, moral generasi muda khususnya dan masyarakat pada umumnya, dan
terhadap martabat bangsa.
3. Menyelaraskan pembangunan ekonomi dan sosial serta pengembangan teknologi
dengan nilai-nilai budaya dan warisan budaya yang ada, baik fisik maupun non-fisik
(cultural based development).
4. Mengembangkan pola kemitraan pemerintah, swasta, dan masyarakat dalam
melestarikan benda cagar budaya dan warisan budaya serta warisan alam.