15
KEBIJAKAN HUKUM PIDANA DI INDONESIA DALAM MENGATASI TINDAK PIDANA PERJUDIAN OIeh: Ismail Pettanasse, S.H., M.H. r Abstrak Kebijakan formttlasi Hukum pidana di Indonesia sudah dapat digunakon untuk mengatasi tindak pidana perjudian, tapi mengandung beberapa kelemahan atart kendala yaitu ,,(Jnsur tanpo izin" inilah melekat sifut melawan hukum dari tindak pidana perjudian itu. Artinya tiadanyct unsur tanpa izin, atau jika ada izin dari pejabat atau instansi yang berhak memberi izin, sentuct perbuatan dalant rumusan tersebut tidak lagi atau hapus sifat rnelawan hukuntnya oleh karina itu tidakdipidana. Ketentuan ini membuka peluang adanya legalisasi perjtrdian. Sebab permainan iudi hanya bersifat rnelayran hukutn atou ntenjacli larangan apabila dilakukan tanpa izin. pertanggung jawaban pidana tentang tindak pidana perjucliai hanyu dibeLtankan kepada otang perorangan (natuurlijke persoon) tidak menganut s.is,tent perlonggunjatroban yang dibebankan kepacla kctrporosi (rechtpersoonlijkheicl) Menilik pctcla ha,sil peneltiaan dan analisa serta kesimpulan seperti dijelaskan di atos, maka dalam penelitian ini c{i,sarankan, sebagai berikut ; _ Penonggulangan tindak pidana pejuclian sebugai salah ,sutu bentuk kejahatcrn iesisilacut dalam perkernbangannyo ticlak dapat ditanggLtlongi clengan kebijokctn penal seniata. Bahrva upa,va penanggulangan kejcthatctn ley,at jalur penal lebih ntenilik beratkan pacla si"fat repres'iJ (peninclasan otort pemberontasan) ,sesudah kejahatan tejadi. Keclepannl,a lugct seharusnya kebijakan-kebijakan yang bersi"frr pre v-entif (mencegah) harus \ebih rltprioritaskan dengan tetop mengacu padct pola yang integral dan sistentik. Perkentbangan teknologi infortiasi ),,ang sangat cepat akan berpengarul.t juga pada perkembangon jenis dan pola keiaharan. Tii.ndak pidana perjudian pun sebagai tindak pidana yang konvensional yang sudah begitu dtkenat. Xiii ki an b e r ke mb a ng de n g a n m e m i n fa atkan t e kno I o g i canggih khusttsnya internet. Dengan demikiai, s e y o gi any a p e r I u di I akukan p e n g kaj i an m e n dal am untuk sehingga hukum pidana dapat menjangkctu kejahatan perjudion yang dilaksanakan cti dunia mqta. Dengan diakuinya korporasi / Dosen Tetap pada Fakultas Hukurn Universitas Muh amrn adi_vah Pa I ent ban g. (rechtpersoonlij kheid) sebagai salah satu subyek hukum yang bisa dimintai pertanggungiawaban pidananya seharusnya dilakukan pi*irit on yong tegas ancaman pidana terhadap individu pribadi (natuurlijk persoon) dan korporasi . Kata Kunci : Kebijakan Hukum, Hilkum piclana, Perbuatan Melawan Hukttm. clan P e r t ang gun gj aw ob an p i clana. BAB I. PENDAHULUAN A. LATARBELAKANG Negara Kesatuan Republik Inclonesia adalah negara yang berdasar atas hukum (rechtsstaat) dan bukan negara atas kekuasaan (machtsstaat), maka kedudukan hukum harus ditempatkan di atas segala-galanya. Setiap perbuatan harus sesuai dengan aturan hukum tanpa kecuali.z Ketentuan tersebut tercermin dalam pokok-pokok pikiran y_unq terkandung dalam pembukaan Undang_ Undang Dasar 1945 alinea ke-empat yang menyebutkan bahwa : "...Membentuk suatu pemerintahan negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia tlan seluruh tumpah au.ni Indonesia dan memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunL yang berdasarkan kemerdekaan, perclamaian abadi dan keadilan sosial... berdasarkan pancasila ". _ Ketetapan MPR No. IV/MpNlggg tentang Garis Garis Besar I{alr,ran Negara (GBHN), telah menentukan arah kebijakan dibiclang irul<r:m khususnya mengenai sistem hukum nasional yang menyeluruh dan terpadu dengan mengakui dai menghormati hukum aganla dan hukum adat, serta memperbaharui perundang-unclangan rvarisan Belanda dan hukum nasional yang clislrrirninatif termasuk ketidakadiian gender dan ketidak sesuaiannya dengan tuntutan refomasi melalui program legislasi. Pembangunan dalam bidans hukum khususnl,a pembangunan hukum pid"ana. tidak hanya mencakup pembangunan yung bersifat struktural, yakni pembangunan lembagi-lembaga hukum yang bergerak dalam suatu mekanism-e, tetapi harus juga mencakup pembangunan substansial berupa produk-produk yang merupakan hasil suatu system hukum dalam : Jimly Asshiddiqie, Konstitu-ti rlan Kctnstitttsionali,snte Indonesia, Sekretariat Jeltdera] clan Kepaniteraan Mahkamah Konstitus i R I. Jakar-ta. 2006^ hal 69. Kebijakan Hukum Pidana... ( Ismait pettanasse, SH., MH.)

kebijakan hukum pidana di indonesia dalam mengatasi tindak

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: kebijakan hukum pidana di indonesia dalam mengatasi tindak

KEBIJAKAN HUKUM PIDANA DIINDONESIA DALAM MENGATASI

TINDAK PIDANA PERJUDIAN

OIeh: Ismail Pettanasse, S.H., M.H. r

AbstrakKebijakan formttlasi Hukum pidana di

Indonesia sudah dapat digunakon untuk mengatasitindak pidana perjudian, tapi mengandungbeberapa kelemahan atart kendala yaitu ,,(Jnsurtanpo izin" inilah melekat sifut melawan hukumdari tindak pidana perjudian itu. Artinya tiadanyctunsur tanpa izin, atau jika ada izin dari pejabatatau instansi yang berhak memberi izin, sentuctperbuatan dalant rumusan tersebut tidak lagi atauhapus sifat rnelawan hukuntnya oleh karina itutidakdipidana.

Ketentuan ini membuka peluang adanyalegalisasi perjtrdian. Sebab permainan iudi hanyabersifat rnelayran hukutn atou ntenjacli laranganapabila dilakukan tanpa izin. pertanggungjawaban pidana tentang tindak pidana perjucliaihanyu dibeLtankan kepada otang perorangan(natuurlijke persoon) tidak menganut s.is,tentperlonggunjatroban yang dibebankan kepaclakctrporosi (rechtpersoonlijkheicl) Menilik pctclaha,sil peneltiaan dan analisa serta kesimpulanseperti dijelaskan di atos, maka dalam penelitianini c{i,sarankan, sebagai berikut ;

_ Penonggulangan tindak pidana pejucliansebugai salah ,sutu bentuk kejahatcrn iesisilacutdalam perkernbangannyo ticlak dapatditanggLtlongi clengan kebijokctn penal seniata.Bahrva upa,va penanggulangan kejcthatctn ley,atjalur penal lebih ntenilik beratkan pacla si"fatrepres'iJ (peninclasan otort pemberontasan),sesudah kejahatan tejadi. Keclepannl,a lugctseharusnya kebijakan-kebijakan yang bersi"frrpre v-entif (mencegah) harus \ebih rltprioritaskandengan tetop mengacu padct pola yang integraldan sistentik. Perkentbangan teknologi infortiasi),,ang sangat cepat akan berpengarul.t juga padaperkembangon jenis dan pola keiaharan. Tii.ndakpidana perjudian pun sebagai tindak pidana yangkonvensional yang sudah begitu dtkenat. Xiiiki an b e r ke mb a ng de n g a n m e m i n fa atkan t e kno I o g icanggih khusttsnya internet. Dengan demikiai,s e y o gi any a p e r I u di I akukan p e n g kaj i an m e n dal amuntuk sehingga hukum pidana dapat menjangkctukejahatan perjudion yang dilaksanakan ctidunia mqta. Dengan diakuinya korporasi/ Dosen Tetap pada Fakultas Hukurn Universitas

Muh amrn adi_vah Pa I ent ban g.

(rechtpersoonlij kheid) sebagai salah satu subyekhukum yang bisa dimintai pertanggungiawabanpidananya seharusnya dilakukan pi*irit on yongtegas ancaman pidana terhadap individu pribadi(natuurlijk persoon) dan korporasi .

Kata Kunci : Kebijakan Hukum, Hilkum piclana,Perbuatan Melawan Hukttm. clanP e r t ang gun gj aw ob an p i clana.

BAB I. PENDAHULUAN

A. LATARBELAKANGNegara Kesatuan Republik Inclonesia adalah

negara yang berdasar atas hukum (rechtsstaat) danbukan negara atas kekuasaan (machtsstaat), makakedudukan hukum harus ditempatkan di atassegala-galanya. Setiap perbuatan harus sesuaidengan aturan hukum tanpa kecuali.z Ketentuantersebut tercermin dalam pokok-pokok pikirany_unq terkandung dalam pembukaan Undang_Undang Dasar 1945 alinea ke-empat yangmenyebutkan bahwa :

"...Membentuk suatu pemerintahannegara Indonesia yang melindungi segenapbangsa Indonesia tlan seluruh tumpah au.niIndonesia dan memajukan kesejahteraanumum, mencerdaskan kehidupan bangsa, danikut melaksanakan ketertiban dunL yangberdasarkan kemerdekaan, perclamaian abadidan keadilan sosial... berdasarkan pancasila "._ Ketetapan MPR No. IV/MpNlggg tentangGaris Garis Besar I{alr,ran Negara (GBHN), telahmenentukan arah kebijakan dibiclang irul<r:mkhususnya mengenai sistem hukum nasional yangmenyeluruh dan terpadu dengan mengakui daimenghormati hukum aganla dan hukum adat, sertamemperbaharui perundang-unclangan rvarisanBelanda dan hukum nasional yang clislrrirninatiftermasuk ketidakadiian gender dan ketidaksesuaiannya dengan tuntutan refomasi melaluiprogram legislasi.

Pembangunan dalam bidans hukumkhususnl,a pembangunan hukum pid"ana. tidakhanya mencakup pembangunan yung bersifatstruktural, yakni pembangunan lembagi-lembagahukum yang bergerak dalam suatu mekanism-e,tetapi harus juga mencakup pembangunansubstansial berupa produk-produk yangmerupakan hasil suatu system hukum dalam

: Jimly Asshiddiqie, Konstitu-ti rlan Kctnstitttsionali,snteIndonesia, Sekretariat Jeltdera] clan KepaniteraanMahkamah Konstitus i R I. Jakar-ta. 2006^ hal 69.

Kebijakan Hukum Pidana... ( Ismait pettanasse, SH., MH.)

Page 2: kebijakan hukum pidana di indonesia dalam mengatasi tindak

bentuk peraturan hukum pidana dan yang bersifatkultural, yakni sikap-sikap dan nilai-nilai yang

mempengaruhi berlakunya sistem hukum. JUsaha pembaharuan hukum pidana sampai

saat ini terus dilakukan dengan satu tujuan utamayakni menciptakan suatu kodifikasi hukum pidana

nasional untuk menggantikan kodifikasi hukumpidana yang merupakan warisan kolonial yakniWetboek van Strafrecht voor Nederlands Indie1915 yang merupakan turunan dari Wetboek vanStrafrecht negeri Belanda tahun 1886,1 yang

mulaiberlaku I Januari 1918.Upaya pembangunan hukum dan

pembaharuan hukum harus dilakukan secara

terarah dan terpadu. Kodifrkasi dan unifikasibidang-bidang hukum dan penyusunan perundang-undangan baru sangat dibutuhkan. Instrumenthukum dalam bentuk perundang-undangan inisangat diperlukan untuk mendukungpembangunan di berbagai bidang sesuai dengantuntutan pembangunan serta tingkat kesadaranhukum serta pandangan masyarakat tentangpenilaian suatu tingkah laku. s

Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologipulalah yang tufut mempengaruhi cara berpikir,bersikap dan bertindak. Perubahan sikap danpandangan dan orientasi warga masyarakat inilahyang mempengaruhi kesadaran hukum danpenilaian terhadap suatu tingkah laku. Apakahperbuatan tersebut dianggap lazim atau bahkansebaliknya merupakan suatu ancaman bagiketertiban sosial. Perbuatan yang mengancamketertiban sosial atau kejahatan seringkalimemanfaatkan atau bersaranakan teknologi.Kejahatan ini merupakan jenis kejahatan yangtergolong baru serta berbahaya bagi kesejahtetaanmasyarakat.

Untuk mengantisipasi perkembanganmasyarakat dalam kaitannya dengan perubahankejahatan tersebut, maka dapat dilakukan usahaperencanaan pembuatan hukum pidana yangmenampung segala dinamika masyarakat hal inimerupakan masalah kebijakan yaitu mengenaipemilihan sarana dalam mengatur kehidupanbermasyarakat.

Hukum pidana seringkali digunakan untukmenyelesaikan masalah sosial khususnya dalam

Nyoman Serikat Putra Jaya, Relevansi Hukttm PidanaAdat dalan Pembaharuan Hukum Pidana Nasional., PT

CitraAditya Bakti, Bandung, 2005. hal 3-4.Muladi, Lenbaga Pidana Bersyarat, Penerbit Alumni.Bandung, 2002.ha1 4 .

Ronrli Atmasasmita, Teori dan Kapitct SelektaKriminologi, PT ReflkaAditama. Batrdung. 2005. hal 58.

Disiplin Vol. 22 IYo. 09 - Juni 2016

penanggulangan kejahatan. Khususnya masalah

perjudian sebagai salah satu bentuk penyakitmasyarakat, satu bentuk patologi sosial. tr

Penegakan hukum pidana untukmenanggulangi perjudian sebagai perilaku yangmenyimpang harus terus dilakukan. Hal ini sangat

beralasan karena perjudian merupakan ancamanyang nyata terhadap norma-norma sosial yangdapat menimbulkan ketegangan individualmaupun kete gangan-kete gangan so sial. P erj udi an

merupakan ancaman riil atat potensiil bagiberlangsungnya ketertiban sosial. 7

Dengan demikian perjudian dapat menjadipenghambat pembangunan nasional yang beraspekmateriel-spiritual. Karena perjudian mendidikorang untuk mencari nafkah dengan tidaksewajarnya dan membentuk watak "Pemalastt.Sedangkan pembangunan membutuhkan individuyang giat bekerja keras dan bermental kuat.8Sangat beralasan kemudian judi harus segera

dicarikan cara dan solusi yang rasional untuk stlattlpemecahannya. Karena sudahjelas judi merupakanproblema sosial yang dapat mengganggu fungsisosial dari masyarakat.c Salah satu usaha rasionalyang digunakan untuk menanggulangi perjudianadalah dengan pendekatan kebijakan hukumpidana.

Penggunaan hukum pidana ini sesuai dengan

fungsi hukum sebagai social control ataupengendalian sosial yaitu suatu proses yang telahdirencanakan lebih dahulu dan bertujuan untukmenganjurkan, mengajak, menyuruh atau bahkanmemaksa anggota-anggota masyarakat agatmematuhi norma-noflna hukum atau tata tertibhukum yang sedang berlaku. /o

Disamping itu hukum pidana juga dapat

dipakai sebagai sarana untuk merubah atau

membentuk masyarakat sesuai dengan bentukmasyarakat yang dicita-citakan fungsi demikian ituoleh Roscoe Pound, dinamakan sebagai fungsisocial engineering atau rekayasa sosial. ll

Penggunaan upaya hukum termasuk hukumpidana, sebagai salah satu upaya mengatasi

Kartini Kartono, Patologi Sosial,iilid I, PT Raja GrafindoPersada, Jakart a, 200 5.hal 57 .

Saparinah Sadli, dalam Muladi dan Barda NawawiLrief, Teori-Teori dan Kebijakan Pidana, Cet. II, PenerbitAlumni, Bandung, I 998. hal 148.

a. B. Simandjuntak, Pengantar Kriminologi dan PatologiSosial, Tarsito, Bandung, 1980, hal 352-353.

l. Ibid,hal.354.lo. Ronny Hanitjo Soemitro, Permasalahan Hukum di

D al am M as y ar akat, A lumni, Bandung, 19 84. hal 4 .

ll.Ronny Hanitjo Soemitro, Studi Hukum DalumMasyarakat, Alumni, Bandung, 1985 hal 46.

Page 3: kebijakan hukum pidana di indonesia dalam mengatasi tindak

:ah:rrit

:uk:no'".^::gatltal.r:'1(.,

,u'li- :frf

rgi

masalah sosial termasuk dalam bidang kebijakanpenegakan hukum. Disamping itu karenatujuannya adalah untuk mencapai kesejahteraanmasyarakat pada umunya, maka kebijakanpenegakan hukurn itupun termasuk dalam bidangkebijakan sosial, yaitu segala usaha yang rasionaluntuk mencapai kesejahteraan masyarakat.Sebagai suatu masalah yang termasuk kebijakan,maka penggunaan (hukum) pidana sebenarnyatidak merupakan suatu keharusan. 12 .

Hukum yang telah dibuat itu akan terasamanfaatnya jika dioperasionalisasikan dalammasyarakat. Pengoperasionalan hukum itu akanmemberikan bukti seberapa jauh nilai-nilai,keinginan-keinginan, ide-ide masyarakat yaltgdituangkan dalam hukum itu terwujud. proseiperwujudannya atau konkritisasi nilai-nilai atauide-ide yang terkandung dalam hukum disebutpenegakan hukum. Pada tahap pelaksaanan inilahsebenarnya hukum itu teruji, apakah akanmengalami hambatan atau tidak; apakah akanmengalami kegagalan atau tidak. Karena itu dalamhukum seringkali dimungkinkan adanya suatuperubahan apabiLa dipandang bahwa hukum itustrdah tidak efektif lagi.

Penegakan hukum pidana untukpenanggulangan perjudian mengalami dinamikayang cukup menarik. Karena perjudian seringkalisudah dianggap sebagai hal yang walar dan sah.Namun di sisi lain kegiatan tersebut sangatdirasakan dampak negatif dan sangat mengancamketertiban sosial masy arakat.

Hal ini terlihat dari adanya kebijakan melaluiUU No. 22 Tahun 1954 tentang Undian, agarUndian Berhadiah tidak menimbulkan berbagaikeburukan nasional, maka pemerintah meiegalkanPorkas yakni sumbangan dana untuk olah ruga.Akhir tahun 1987, Porkas berubah menjadi KSOB(Kupon Sumbangan Olah Raga Berhatliah).Pertengahan tahun 1988 KSOB atau SOB(Sumbangan Olah Raga Berhadiah) dibubarkankarena menimbulkan dampak negatif, yaknitersedotnya dana masyarakat kecil danmempengaruhi daerah setempat. Akhirnyapertengahan Juli tahun 1988, Menteri SosialHaryati Subadio, dalam rapat kerja denganKomisi VIII DPR menghentikan KSOB. Setelahpembubaran KSOB, wajah baru judi terselubunglahir pada tanggal 1 Januari 1989 dengan namaSDSB (Sumbangan Dermawan Sosial Berhadiah).SDSB menyumbang dengan beritikad baik. Meski

,: Muladi, Barda Navratvi Arief, Teori-Teori danKebijokon Pidano. Alurnni. Bandung, 1992 hal I I9.

demikian, sumbangan disinyalir terdapat unsurperjudian dan penipuan terhadap masyarakat.Pada tanggal 25 November 1993, pemerintahmencabut dan membatalkan pemberian izin untukpemberlakuan SDSB padatahun 1994. ts

Ditinjau dari kepentingan nasional,penyelengg araanperjudian mempunyai ekses yangnegatif dan merugikan terhadap moral dan mentalmasyarakat terutama generasi muda. peningkatanmodus dari tindak pidana perjudian yang semakintinggi ini dapat terlihat dari maraknya tipeperjudian, misalnya togel, judi buntut, judi kuponputih, bahkan sampai yang memakai teknologicanggih melalui telepon, internet maupun SMS(s hort mas s age s erv ic e).

Contoh, Kasus yang juga marak dan telahdiharamkan oleh Komisi Fatwa MUI yang diketuaiKH Ma'ruf Amin pada tanggal25-27 Mei 2006 diPesantren Darussalam, Gontor, Ponorogo, JawaTimur, yaitu SMS berhadiah yang sedang marak diberbagai media massa, mengandung unsurpe{udian. tt

Perjudian dalam proses sejarah dari generasiternyata tidak mudah untuk diberantas. Meskipunkenyataan juga menunjukkan bahwa hasilperjudian yang diperoleh oleh pemerintah dapatdigunakan untuk usaha-usaha pembangunan,sebagai contoh, di DKI Jakarta semasapemerintahan Gubernur Ali Sadikin, yangmelegalkan perjudian dan prostitusi. Namun,terlepas dari itu ekses negatif dari perjudian lebihbesar daripada ekses positif. Oleh karena itupemerintah dan aparat hukum terkait harusmengambil tindakan tegas agar masyarakatmenjauhi dan akhirnya berhenti melakukanperjudian. rs

Berdasarkan kenyataan tersebut di atas makadalam rangka penanggulangan masalah perjudiardiperlukan adany a kebij akan hukum pidana (p e n a Ipolicy). Kebijakan tersebut harus dikonsentrasikanpada dua arah, yang pertama, mengaruh padakebijakan aplikatif yaitu kebijakan untukbagaimana mengoperasionalisasikan peraturanperundang-undangan hukum pidana yang berlakupada saat ini dalam rangka menangani masalahperjudian. Sedangkan yang kedua, adalahkebijakan formulatif atau kebijakan yangmengarah pada pembaharuan hukum pidana(penal law reform) yaitu kebijakan untukbagaimana merumuskan peraturan pada undang-

l-l. Judi: Hipokri.si, Lokalisosi, Legalisosi, http:i/u,u,',v.fi'ee I i s ts. org/cg i- b i nr'l i st? I i st i d u nti rlan et.

t t A tt't cut ct t, Ild isi 1 07iJun i-Agustus 2006.l: N'ledia Hukum, hul<unt online.corn.

Kebijukun Hukum Pidana ... ( Ismail Pettanasse, SH., MH. )

1l

.'

:,

Page 4: kebijakan hukum pidana di indonesia dalam mengatasi tindak

undang hukum pidana (berkaitan pula dengankonsep KUHP baru) yang tepatnya dalam rangkamenanggulangi perj udian pada masa mendatang.

B. RUMUSAN PERMASALAHAN.Berdasarkan uraian diatas, makzr dapat

dirumuskan permasalahan sebagai berikut :

1. Apakah kebijakan formulasi hukum pidana saatini telah memadai dalam rangka menanggulangiperkembangan perj udian?

2. Bagarmana kebijakan formuiasi hukum pidanadalam menanggulangi perjudian di masa yangakandatang?

BABII PEMBAHASAN.

A. KEBIJAKAN HUKUM PIDANA DALAMRANGKA MENANGGULANGIPERJUDIAN.

Problema penegakan hukum di Indonesianampaknya mulai menghadapi kendala berkaitandengan perkembangan masyarakat yang kiancepat. Berbagai kasus menggambarkan sulitnyapenegak hukum mencari caraagar hukum nampaksejalan dengan norma mapyarakat.t6 Bagaimanapun jugu masalah perjudian, baik itumenguntungkan atau merugikan, tidak dapatdilepaskan dengan manusia dan perilakunyadalam kehidupan bermasyarakat.

Judi adalah salah satu hasil karya danrekayasa manusia dalam memenuhi kebutuhanhidupnya baik secara rohani maupun secarajasmaniah di tengah masyarakat yang penuhdengan persaingan dan krisis serta tekan arr.tZ

Perilaku berjudi juga merebak dalammasyarakat Indonesia. Namun karena hukum yangberlaku di Indonesia tidak mengijinkan adanyaperjudian, maka kegiatan tersebut dilakukan secarasembunyi - sembuny i. Perj udi an dalam masy arakatIndonesia dapat dijumpai diberbagai lapisanmasyarakat. Bentuk bentuk perjudian punberaneka ragam, dari yang tradisional sepertiperjudian dadu, sabung ayam, permainanketangkasan, tebak lagu sampai pada penggunaanteknologi canggih seperti judi melalui telepongenggam atau internet.

Maraknya judi dalam berbagai bentuk danmanifestasinya tersebut di atas, disikapi olehsebagian daerah dengan menyusun Rancangan

lr. Eva Achj a ni Zulfa, Ketika .Iaman Meninggalkan Hukum,http : rvrvw. pemantauperadilan. com.

i;. Hironnymus Jati, Kaum l4iskin Mengais PendapatanLewat,Jttdi, http:/irvrvrv.freelists.org/cgibinllist?list iduntirlanet.

peraturan daerah (Raperda) Antijudi. Sebagianyang lain melakukan unjuk rasa memprotespenegak hukum dan Pemerintah Daerah (Pemda)yang terkesan membiarkan. Namun tindak pidanaperjudian semakin marak yang merupakan akibatkegagalan pemerintah memenuhi jiwa hukum danjiwa undang-undang penertiban judi yang sudahlebih dari 30 tahun lahir. Peraturan pemndang-undangan ini lahir pada masa Orde Baru yangmerupakan alternatif untuk mengatasi masalahtindak pidana perjudian maka lahirlah Undang-Undang Nomor 7 Tahun t974 tentang PenertibanPerjudian. Undang-undang ini jelas menyatakanbahwa ancaman hukuman dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) untuk perjudiantidak sesuai lagi sehingga perlu diperberat.Bahkan, pasal pelanggaran judi dijadikankejahatan dan hukumannya dinaikkan dari satubulan menjadi empat tahun (Pasal 542 ayat 1),

serta dari tiga bulan menjadi enam tahun (Pasal542 ayat 2). Meski ancaman hukuman diperberatdan jenis delik diubah (dari pelanggaran menjadikejahatan), tapi masalah masyarakat ini tidaktertanggulangi. tt

Dalam Rangka Menanggulangi TindakPidana Perjudian perlu diimbangi denganmelakukan pembenahan dan pembangunan sistemhukum pidana secara menyeluruh dalam suatubentuk kebijakan legislatif atau yang dikenaldengan kebijakan formulasi. Sebagaimanadikemukakan pada bab terdahulu bahwa kebijakanmerumuskan dan menetapkan sanksi pidanadalam perundang-undangan, dapat juga disebutsebagai tahap kebij akan formulasi.

Kebijakan formulasi mempunyai posisi yangsangat strategis bila dipandang dari keseluruhankebijakan mengoperasionalisasikan hukumpidana. Pandangan ini sesuai dengan pendapatBarda NawawiArief, yang menyatakan bahwa :

Tahap kebijakan legislatif merupakantahap yang paling strategis dilihat dari prosesmengoperasionalkan sanksi pidana. Pada tahapini dirumuskan garis kebijaksanaan sistempidana dan pemidanaan yang sekaligus sebagailandasan legislatif bagi tahap-tahapberikutnya, yaitu tahap penerapan pidana olehbadan pengadilan dan tahap pelaksanaanpidana dan oleh aparat pelaksana pidana. 19

Pentingnya landasan legislatif bagi suatu

ls Topo Santoso, Jadi dan Problem Hukum, Republika.tq Barcla Narvawi Arief, Kebijakan Legislatif dalam

Penanggulartgan Kejahatan dengan Pidana Penjara.Semarang. Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Cet.Ke-2. 1996. hal 3.

Disiplin Vol.22 No.09 - Juni 2016

Page 5: kebijakan hukum pidana di indonesia dalam mengatasi tindak

.slan:OICS

ntlo)Jana,ibatJan

:JahrIl(l-

a r'',"o

zlahl a L]-

b;kan

ilin

r tl-l

istu

, .lr-\ r1l

-t.l L

:ek

:-tk.:I1

--tl

llLl

:11

:ta:ll:a' -tt

::1

:.t-:

lnCS

rp

tIt

aiph

n

kebijakan pemidanaan G.P Hoefnagels,mengemukakan sebag ai b erikut z 2 0

Saya setuju pandangan tentang efektivitasmerupakan prasyarat untuk keabsahan danmerupakan unsur patut diperhitungkan dalamhal pemidanaan, tetapi efektivitas itu sendiribukan jaminan untuk adanya keadilan pidanadibatasi tidak hanya oleh efektivitas dankegunaan tetapi terutama dibatasi olehlegalitas.

Pendapat lain dikemukakan oleh H.L Packer,bahwa kebijakan formulasi dalam bidang hukumpenintensier sangat penting bagi suatu kebijakanpemidanaan (sentencing policy), yang merupakansalah satu masalah kontroversial saat ini dalamhukum pidarra2t H.L Packer, mengemukakantiga masalah yang termasuk 'ra number currencontroversial issues in the criminal law", yaitu;a). The issue of strict liability; b) sentencing policy;c) the insanity defence.

Berdasarkan pandangan di atas dapatdisimpulkan bahwa kebijakan legislatif atauformulasi menempati posisi terpenting darikeseluruhan upaya mengoperasfonalisisikansanksi pidafla. Di samping menjadi landasan bagitahap-tahap berikutnya juga menjadi landasanlegalitas bagi kebijakan pemidanaan. Akan tetapiyang penting dari kebijakan formulasi ini yaitusejauh mana posisi yang strategis dari kebijakantersebut dapat mempengaruhi proses danmekanisme penegakan hukum dalam upayapenanggulangan kejahatan khususnya tindakpidanaperjudian.

Perumusan kebijakan formulasi dalam rangkamenang gulangi tindak pidana perj udian tercantumdalam Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Nomor 7Tahun 1974 Tentang Penertiban Perjudianmengatur tentang sanksi pidana, yang berbunyi:

"Merubah ancaman hukuman dalamPasal 303 ayat (1) Kitab Undang-UndangHukum Pidana, dari hukuman penjara selama-lamanya dua tahun delapan bulan atau dendasebanyak-banyaknya sembilan puluh riburupiah menjadi hukuman penjara selama-lamanya sepuluh tahun atau denda sebanyak-banyaknya dua puluh lima juta rupiah".

Dari bunyi Pasal tersebut di atas, masalahtindak pidana perjudian mendapatkan perhatianyang cukup serius dari pemerintah. Dalam artiatpolitik hukum masalah tindak perjudian menjadiprioritas untuk diberantas dengan menggunakan

Ibid, hal 3.

H.L Paclier, The Limits o-f Criminal Sanclinn, StanfordUniversitl.' Press. California, I 968, hal. 1 3.

hukum pidana sebagai sarana atau media untukprevensinya. Salah satu ketentuan pada Undang-Undang Nomor 7 Tahun l9T4Tentang PenertibanPerjudian tersebut merupakan bentuk perumusandan penetapan sanksi pidana oleh pembentukundang-undang. Sebagai kebijakan formulasiuntuk kepentingan praktis bagi aparat penegakhukum dalam menangani permasalahan yaflgberkaitan dengan tindak pidana perjudian. Maksudlain dari pembentuk undang-undang dalammerumuskan ketentuan dasar mengenai penetapanmasalah perjudian sebagai kejahatan dengandidasari pemikiran perj udian adalah bertentangandengan agam4 kesusilaan, dan moral Pancasila,serta membahayakan bagi penghidupan dankehidupan masyarakat, bangsa, dan negara.

Dalam rangka mengkaji kebijakan formulasisebagai upaya penanggulangan tindak pidanaperjudian sebagaimana diatur pada Undang-Undang No mar 7 Tahun 797 4 P enertiban Perjudiansebagai peraturan atau ketentuan yangmenyempurnakan KUHP. Maka terlebih dahuluakan dibahas tentang kebijakan kriminalisasi.

1. Kebijakan Kriminalisasi BerdasarkanUndang-Undang No. 7 Tahun 197 4.

Seperti yang telah dikemukakan di ataslahirnya Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1974tentang Penertiban Perjudian merupakan ketentuanatau peraturan perundang-undangan yangmenetapkan dan merubah beberapa ketentuanyang ada dalam KUHP. Adapun perumusan danpenetppan ketentuan sanksi pidana olehpembentuk undang-undang diatur dalam Pasal 303dan 303 bis, yang kedua Pasal tersebut adalahkejahatan.

Kejahatan yang dimaksudkan diatasdirumuskan dalam Pasal 303 KUHP yangselengkapny a adalahsebagai berikut :

(1) Diancam dengan pidana penjara paling lamasepuluh tahun atau pidana denda paling banyakdua puluh lima juta rupiah, barang siapa tanpamendapat izin :

a. dengan sengaj a menawarkan ataumemberikan kesempatan untuk permainanjudi dan menjadikannya sebagaipencaharian, atau dengan sengaja turut sertadalam suatu ke giatan usaha itu;

b. dengan sengaja menawarkan atau memberikesempatan kepada khalayak umum untukbermain judi atau dengan sengaja turut sertadalam kegiatan usaha itu, dengan tidakpeduli apakah untuk menggunakankesempatan adanya sesuatu syarat atau

20

2t

Kebijakan Hukum Pidana... ( Ismail Pettanasse, SH., MH. )

Page 6: kebijakan hukum pidana di indonesia dalam mengatasi tindak

dipenuhinya sesuatu tat a cara;c. menjadikan turut serta pada permainan judi

sebagai pencaharian.(2)Kalau yang bersalah melakukan kejahatan

tersebut dalam menjalankan pencaharianny a,maka dapatdicabut haknya untuk menjalankanpencaharian itu.

(3) Yang disebut dengan permainan judi adalahtiaptiap permainan, di mana pada umumnyakemungkinan mendapat untung bergantungpada keberuntungan belaka, juga karenapemainnya lebih terlatih atau lebih mahir. Disitu termasuk segala pertaruhan tentangkeputusan perlombaan atau permainan lain-lainnya yang tidak diadakan antara merekayang turut berlomba atau bermain, demikianjuga segala pertaruhan lainnya.

Perbuatan yang dianggap sebagai bentuktindak pidana kesusilaan dalam hal perjudianadalah menggunakan kesempatan main judi yangdiadakan dengan melanggar Pasal 303 bis. Adapunkejahatan mengenai perjudian yang dimaksudkantersebut dirumuskan dalam Pasal 303. bis yangrumusannya sebagai berikut : I(1) Diancam dengan pidana penjara paling lama

empat tahun atau pidana denda paling banyaksepuluhjutarupiah;a. barang siapa menggunakan kesempatan

mainjudi, yang diadakan dengan melanggarketentuan Pasal 303;

b. barang siapa ikut serta main judi di jalanumum atau dipinggir jalan umum atau ditempat yang dapat dikunjungi umum,kecuali jika ada izin dari penguasa yangberwenang yang telah memberi izin untukmengadakan perj udian itu.

(2) jika ketika melakukan pelanggaran belumlewat dua tahun sejak ada pemidanaan yangmenjadi tetap karena salah satu daripelanggaran ini, dapat dikenakan pidanaper4ara paling lama enam tahun atau pidanadendapaling banyak lima belas juta rupiah.

Untuk melakukan kriminalisasi suatuperbuatan biasanya dilakukan melalui suatu prosesyang diawali dengan penetapan suatu perbuatanyang dilakukan oleh seseorang atau dipersamakandengan orang, yang oleh undang-undangdinyatakan sebagai perbuatan yang dilarang dandiancam dengan sanksi. Proses ini berakhir denganterbentuknya undang-undang di mana perbuatandiancam dengan suatu sanksi yang berupapidana.22

Menurut Soedarto, ada 2 pertanyaan yangperlu diperhatikan untuk melakukan kriminalisasi,yaitu2231. Apakah yang menjadi ukuran dari pembentuk

Undang-Undang untuk menetapkan suatuperbuatan menjadi perbutaan yang dapatdipidana.

2. Apakah kriteriumnyabagi pembentuk Undang-Undang untuk menetapkan ancaman pidanaterhadap tindak pidana yang satu lebih tinggidari pada ancaman pidana terhadap tindakpidanayang lain.

Dari pendapat diatas tidaklah mudahmenentukan secara tepat ukuran dan kriteria dalammelakukan kriminalisasi. Dikemukakannyapersoalan tersebut dapat dijadikan suatu dasarpertimbangan yafig rasional dalam melakukansuatu kebijakan kriminalisasi. Oleh pembentukUndang-Undang dalam praktek perundang-undangan selama ini memang tidak pernahdipersoalkan mengapa suatu kejahatan perluditanggulangi dengan sanksi pidana, sehinggapenggunaan sanksi hukum sebagai salah satusarana politik kriminalisasi selama ini dianggapsebagai suatu ha1 yang waj ar.

B. KEBIJAKAN HUKUM PIDANA DIMASAYANG AKAN DATANG DALAMMENANGGULANGI PERJUDIAN.

1. Kebijakan Formulasi Tindak PidanaPerjudian Dalam Konsep KUHPBaTU Tahun2004t200s.

Kebijakan hukum pidana (penal policy)bertolak dari pendapat Soedarto, mengandungpengertianz 24

a. usaha untuk mewujudkan peraturan yang lebihbaik sesuai dengan situasi pada suatu saat;

b. kebijakan dari negara, melalui badan-badanyang berwenang menetapkan peraturan yangdikehendak i y ang diperkirakan dapat digunakanuntuk mengekspresikan apa yang terkandungdalam masyarakat dan untuk mencapai tduanyang dicita-citakan;

c. bertolak dari pemahaman tersebut,melaksanakan politik hukum pidana berartimengadakan pemilihan untuk mencapai hasilperundangan yang paling baik dalam arti

22 Soedarto, Hukttm dan Huktrnt Pidana, Penerbit Alurnni,Bandung, 1983, hal. 32.

;; Ibid,hal 34.27 Soedarto, l{ukunr Pidana dan Perkembangon

Mctsl;ar51ko7, (Kctlian Terhadap Pentbaharuon HukuntPiddna). SinarBaru. Bandung. I 983, hal. 93.

Disiplin Vol.22 No.09 - Juni 2016

Page 7: kebijakan hukum pidana di indonesia dalam mengatasi tindak

'.1119.l<;

--,-1,.-.tu(

--ltu1:1at

::narggi.l^t-

:{\I

naun

:J

-r

:ahlam: l'.4ISAI

iian. -lN

.:h:lr-i

..,

"1P

memenuhi rasa keadilan dan daya guna;d. inelaksanakan politik hukum pidana dapat juga

berarti usaha mewuj udkan peraturanperundang-undangan pidana yang sesuaidengan kaedah dan situasi pada suatu waktu danuntuk masa-masa yang akan datang.

Menurut pendapat tersebut melaksanakannolitik hukum pidana berarti didalamnya:erkandung upaya yang mengarah pada perubahan,perbaikan dan pembaharuan hukum pidana tidakhanya untuk saat ini, melainkan juga kearah masadepan. Oleh karena itu membicarakan politikhukum pidana termasuk didalamnya termasukprospek serta upaya antisipasi dalam rangkamembuat peraturan hukum pidana yang lebih baik.

Mengenai prospek kebijakan hukum pidanamencakup persoalan kebijakan hukum pidana yangrerlaku pada saat ini (ius constittrtum) dankebijakan hukum pidana untuk masa yang akan.iatang atau hukum yang dicita-citakan (ius. ons'tituhtendtrm) yang berupa pemecahan faktor-i:rktor yang menjadi penghambat secara umum, dij;ilamnya meliputi faktor substantif atau materi,i:ktor struktur dan laktor budaya hukum, fungsi.urtisipatif dan terlebih fuiigsi adaptif.zs Dari suatuneraturan perundang-undangan terutama hukumlidana merupakan prasyarat keberhasilan:.encegahan dan penanggulangan tindak pidanapada umLlmnya. Kebijakan pemerintahnrenetapkan peraturan perundang-undangan yangmemuat ketentuan hukum pidana ditujukan dalamr:ngka menciptakan ketertiban sosial.

Dilihat dari sudut "criminal polic1.", upalrapenanggulangan kejahatan perjudian yangnerupakan salah satu bentuk delik kesusilaan:"'ntr-urya tidak dapat dilakukan secara parsialJ:ngan hukun'i pidana, tetapi harus ditempuh pulaJengan pendekatan integral atau sistemik. Maka,.rpa\ra penanggulangan perj udian jr-rga harusJitempuh dengan pendekatan yang bersifat sosiokLrltural, pendekatan moralis dan edukatif.

Penanggulangan kejahatan perjudiarr selainJengan menggunakan sarana pidana tetapitentunya juga harus dikedepankan upaya-upayar ang bersifat fleksibilitas dengan perkembangankekinian masyarakat. Namun membuat suatuketentuan hukum terhadap bidang kesusilaanmenjadi suatu hal yang tidak mudah, karena disinilah terkadang hukum (peraturan perundang-

--,' N{uladi, Proysll5i llylrum Pidana lndonesia Dimctsa Yong.4kan Datang, Pidato Pengukuhan Guru Besar Faki-rltasHukum UNDIP, Semarang, 24 Februari 1990, hal. 7.

undangan) harus mampu ditempatkan pada posisiyang sesuai dengan keragaman ukuran dan patokantentang suatu hal yang berkaitan dengan kesusilaandan kemajuan teknologi yang sangat pesat. Olehkarena itu, pemerintah harus menyikapiperkembangan tersebut dengan merancangsebuah peraturan yang dapat menjangkau danmengakomodir kejahatan di bidang kesusilaankhususnya tindak pidana perjudian. Oleh karenaitu pembaharuan hukum pidana (KUH?)merupakan suatu keharusan.

Tindak pidana pada hakikatnya merupakanttperbuatan yang diangkattr atau "perbuatanyang ditunjuk atau ditetapkan" (benoemdgedrag atau designated behaviour) sebagaiperbuatan yang dapat dipidana oleh pembuatundang-undang. Secara singkat G.P. Hoefnagels,menyatakan, "crime is behavior designated as apunishable act".26 Penentuan benoemd gedragatau designated behaviour, ini merupakan bagiandari kebijakan kriminal (criminal policy). Olehkarena itulah, G. P. Hoefnagels, juga menyatakan,bahwa "criminal policy is a policy of desig-nating human behavior as crime"2t (kebijakankriminal adalah suatu kebijakan dalammenetapkan perilaku manusia sebagai suatukej ahat an at au t indak pidana) .

Menurut G. Peter Hoefnagels, penanggulangankejahatan dapat ditempuh dengan :28a. Penerapan hukum pidana (criminal law

application);b. Pencegahan tanpa pidana (prevention without

punishment),'c. Mempengaruhi pandangan masyarakat

mengenai kejahatan dan pemidanaan lewatmedia massa (inJluencing views of society oncr ime and punis hme nt/m as s me di a).

Dalam pembagian Hoefnagels tersebut,upaya yang disebut dalam butir (a) dapatdimasukan dalam kelompok "penal" sedangkanyang disebutkan dalam butir (b) dan (c) dapatdimasukan ke dalam kelompok non penal. Secarasingkat dapatlah dibedakan, bahwa upayapenanggulangan kejahatan lewat jalur penal lebihmenitikberatkan pada sifat represif (penindasanatau pemberantasan) sesudah kejahatan terjadi,sedangkan jalur non penal lebih menitikberatkan

)6 G.P. Hoefnagels, The Other Side of Criminolctg;, Kluwer-Deventer, Holland, I 973, hal. 90.

:. Ibid., hlrn. 100.

:,! Barda Narvaryi Aricf, Bunga Rampai Kebijakun LluhrntPiclana, Cetakan Kedua Edisi Revisi, PT Crtra Adit_vaBakti, Bandung, 2002. hal 42.

-1

-l

Kebijukan Hnkum Pidana... ( Ismail Pettanasse, SH., MH. )

Page 8: kebijakan hukum pidana di indonesia dalam mengatasi tindak

pada tindakan preventif (pencegahan ataupengendalian) sebelum kejahatan terjadi. Dalamtindakan represif juga didalamnya terkandungtindakan preventif dalam afii luas. 2 9

Melaksanakzin politik kriminal antara larnberarti membuat perencanaan untuk masa yangakan datang dalam menghadapi ataumenanggulangi masalah-masalah yangberhubungan dengan kejahatan. Termasuk dalamperencanaan ini, di samping merumuskanperbuatan-perbuatan apa yarlg seharusnyadijadikan tindak pidana, juga menetapkan sanksi-sanksi apa yang seharusnya dikenakan terhadapsi pelanggar. Berikut akan dilakukan kajianKebiiakan formulasi hukum pidana dimasa yangakan datang untuk mengantisipasi tindak pidanaperjudian yang merupakan permasalahan dalammakalahini.

1.1. RuangLingkup TindakPidana Perjudian.KUHP merupakan induk dari berbagai

ketentuan pidana yang ada di Indonesia KonsepKUHP baru hanya membagi KUHP dalam 2 (dua)Buku saja, berbeda dari KUHP WvS yang saat inimasih berlaku, di mana hanya meliputi Bukq Itentang Ketentuan Umum dan Buku II tentangTindak Pidana. Kedua buku tersebut tidak sajamemuat perumusan pasal-pasal hukum pidanamateriil tetapi juga penjelasan pasal demi pasal

secara terinci.Konsep KUHP tidak lagi membedakan

kualifikasi tindak pidana berupa kejahatan danpelanggaran. Kebijakan ini didasarkan padaresolusi Seminar Hukum Nasional I tahun 1963

dan hasil Lokakarya Buku II KUHP tahun 1985.Adapun alasan yang pada intinya sebagaiberikut: -io1. Tidak dapat dipertahankan lagi kriteria

pembedaan kwalitatif arfiara rechtsdelict danwetsdelict yang melatar belakangipenggolongan duaj enis tindak pidana itu;

2. Penggolongan dua jenis tindak pidana itu padaHindia Belanda memang relevan dengankompetensi pengadilan waktu itu;"pelanggaran" pada dasamya diperiksa olehLandgerecht (pengadilan kepolisian denganhukum acaranya sendiri), dan "kejahatan" diperiksa oleh Landraad (Pengadilan Negeri) atauRaad van Justitie (Pengadilan Tinggi) dengan

hukum acarunya sendiri pula. Pembagian

Sud arto, Kap it a S el e kt a Hukunt P i d a na, Penerbit A lum n i

Bandung.l986.hail18.Barda Narvarvi Arief, Bunga Rantpai ... op.cit hal. 93.

Disiplin Vol. 22 No. 09 - Juni 2016

kompetensi seperti itutidak lagi dikenal saat ini.3. Pandangan mutakhir mengenai "afkoop"

(seperti pada Pasal 82 KUHP/WvS) sebagaralasan penghapus penuntutan tidak hanyaberlaku terbatas untuk "pelanggaran" saja,tetapi dapat berlaku untuk semua tindak pidanawalaupun dengan pembatasan ancamanmaksimumpidananya.

Seperti diketahui bahwa perjudian adalahtermasuk dalam kelompok delik kesusilaan.Pengelompokkan ini terdapat dalam KUHPReksodiputro, (dengan Budiurti, SH sebagaiWakil ketua). Dan sampai sekarang tim perumustelah berhasil menyusun konsep KUHP tahun2005. Bab XIV Buku II yang termasuk jeniskejahatan kesusilaan dan Bab VI Buku III yangtermasuk jenis pelafigaran kesusilaan. Dengandemikian secara juridis, delik kesusilaan menurutKUHP yang berlaku saat ini terdiri dari 2 (dua)kelompok tindak pidana, yaitu "kejahatankesusilaan" (diatur dalam Bab XIV Buku II) dan

"pelanggaran kesusilaan" (diatur dalam Bab VIBukuIII).

Pengelompokkan perjudian sebagai salah satu

bentuk delik kesusilaan masih diteruskan dan

dipertahankan oleh konseptor KUHP baru.Pengaturan mengenai Tindak Pidana Kesusilaandalam Konsep KUHP Tahun 200412005 tersebutada dalam Bab XVL Adapun rumusan tindakpidana perjudian sebagai mana diatur dalam Pasal

522 sampai dengan Pasal 523 dalam KonsepKUHP. Adapun pasal-pasal yang mengaturmasalah perjudian tersebut adalah :

Pasal 522 Ayat (1), Dipidana dengan pidanapenjara paling lama 9 (sembilan) tahun, setiap

orangyang:a. Menawarkan atau memberi kesempatan untuk

main judi dan menjadikannya sebagai matapencahariannya atau turut serta dalamperusahaanperjudian;

b. Menawarkan atau memberi kesempatan kepadaumum untuk main judi atau turut serta dalamperusahaan perjudian, terlepas dari tidak adartyasuatu syarat atautata caruyalg harus dipenuhiuntuk menggunakan kesempatan tersebut; atau

c. Menjadikan turut serta pada permainan judisebagai mata pencaharian.

Pasal 522 Ayat (2), jika pembuat tindakpidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

me lakukan p erbuatan tersebut dalam menj alankanprofesinya, maka dapat dijatuhi pidana tambahanberupa pencabutan hak untuk me4jalankan profesitersebut.

Page 9: kebijakan hukum pidana di indonesia dalam mengatasi tindak

: iiri.,op tt

,Jiai:rVe

s -f-l a,

lana:It an

alah!411.

-HP-oni

*ushunenis'rn(l*.,:i!anu:t-tt

i:ra)tanian. t'l

ietLl

Jan

'lutrak..als3p,'il1'

:l1a

",1p

- ,1

-ria

::ll

:ia:I1l-'at

--11

u

iJi

,:k1)

..111

ln3si

Pasal 523, Setiap orang yang menggullakankesempatan main judi, dipidana dengan pidana

penjara paling lama 4 (empat) tahun atau denda

paling banyak Kategori IV.Dari ketentuan Pasal 522 ayat (1), Pasal 522

:n at (2) dan Pasal 523, KUHP konsep di atas, jikalianalisis maka materi perLlmusan ketentuan

;:idana mempunyai perbedaan dengan konsep

sebelumnya. Perbedaan tersebut menyangkutredaksi ataupun ancaman pidana yang akan

dikenakan. Ketentuan pidana Pasal 522 sampai

Jengan Pasal 523 KUHP konsep 200412005

tersebut di atas ruang lingkup tindak pidana

rerjudian menurut Rancangan KUIIP tahun

)00412005 adalah:a) Pasal 522 ayat (1) point a'. Menawarkan atau

ntemberi kesempatan untuk main jttdi dan

menjadikannya sebagai mata pencahariannyaatau turut serta dalam perusohaan periudian.

b) Pasal 522 ayat (i) point b : Menawarkan atau

rnentber kesempatan kepada umum ttntuk main

.jtdi atatt lurttl serta dalam perusahaanperjudian.

;) Pasal 522 ayat (1) c : Meniadikan turtrt serta

pada permainan judi \sebagai matopencaharian.

r11 Pasal 522 ayat (2) :.iika pembuat tindak pidanasebagaimanct din'taksud pada ayat (l)tnelokukan perbuatan tersebut dalantmenjalankan profesinya, maka dapat dijattthipiduna tombahan berupa pencabulan hak ttntuk

me nj al a nka n profe s i I er s e b ttt.

e) Pasal 523 : Setiap orang yang menggnnakon

kesetnpatatuttctin jttd i, dipidana dengon pidcma

penjcu'upaling lcutta 4 (entpat) tahun atau dencla

paling banyak Kategctri IV.

1.2. Pertanggungiarr'aban Pidana.Bertolak dari pokok pemikiran keseimbangan

rr.ronodualistik, konsep KUHP masih tetapmempertahankan asas kesaiahan (asas'culpabilitas) merupakan pasangan dari asas

iegalitas yang harus dirumuskan secara eksplisitdaiam undang-undang. Oleh karena itu ditegaskan

dalam konsep KUHP (Pasal35), bahwa asas tiada

pidana tanpa kesalahan merupakan asas yang

sangat fundamental dalammempertanggungiawabkan pembuat yang telah

melakukan tindak pidana" . 3 IWalaupun prinsipnya bertolak dari

pertanggungjar,vaban pidana berdasarkankesalahan (liabiliry- based on /'ault) hal tersebut

diatur clalam Pasal 37 konsep KUHP. Namun

dalam hal-hal tefientu konsep juga memberikan

kemungkinan adanya pertanggungiar'vaban yang

ketat (strict liabilty) dalam Pasal 38, dan

pertanggungjawaban pengganti (vicariousTintritityl dalam Pasal 38 ayat (1). Masalah

pertanggungjawaban pidana ini telah dijelaskan

daiam pasal-pasal yang bersangkutan yaitu :

Pasal 37(1) Tidak seorang pun yang melakukan tindak

pidana tanpa kesalahan.(2) Kesalahan terdiri dari kemampuan

bertanggungi awab, kesengaj aan, kealpaan dan

tidak ada alasan Pemaaf.

Pasal 38.(1) Bagi tindak pidana tefientu, undang-undang

dapat menentukan bahlva seseorang dapat

dipidana semata-mata karena telah dipenuhinya

LInsLlr-unsur tindak pidana tersebut tanpa

memperhatikan adanYa kesalahan.

(2) Dalam hal ditentukan oleh undang-undang,

setiap orang dapat di perlanggungjawabkan

atas tindak pidana yang dilakukan oleh orang

lein.

Pertanggungjawaban pidana berdasarkan

kesalahan terutama dibatasi pada perbuatan yang

dilakukan dengan sengaja (dolus). Dapatdipidananya delik culpa hanya bersilatpeikecualian (eksepsional) apabila ditentukzrn

,".".u tegas oleh undang-undang. Sedangkan

pertanggungjau'aban terhadap akibat-akibatiertentu dari suatu tindak pidana yang oleh undang-

unclang diperberat ancaman pidananya, hatll'a

dikenakan kepada terdakwa apabila ia sepatutnya

sr,rdah dapat menduga hemungkinan terjadinya

akibat itu atau apabila sekurang-kurangnya ada

kealpaan. Jadi konsep KUHP tidak menganut

doktrin elfolgshaftung (doktrin menanggL'Lt1g

crkibat) secara murni, tetapi tetap diorientasikattpacia asas kesalahan. Hal ini terlihat dari pasal-

pasal berikut :

Pasal 39(1) Seseorang lianya dapat dipertanggung

jar,vabkan jika orang tersebut melakukan tindak

pidana dengan sengaj a atau karena kealpaan'

(2) i'erbuatan yang dapat dipidana adalahperbuatan yang dilakukan dengan sengaja'

teculai peraturan perundang-undanganmerrentukan secara tegas bahwa suatu tindak

pidana yang dilakukan dengan kealpaan dapat

dipidana.,rr Ibid, hal 95.

Kebijukun Hakum Pidanu... ( Ismail Pettanasse, SH', MH' )

Page 10: kebijakan hukum pidana di indonesia dalam mengatasi tindak

(3) Bahwa seseorang hanya dapat dipertanggungj awabkan terhadap akibat tindak pidana tertentuyang oleh undang-undang diperberat ancamanpidananya, jika ia sepatutnya mengetahuikemungkinan. terjadinya akibat tersebut atausekurang-kurangnya ada kealpaan.

Dalam hal ada kesesatan (eror), baik errorfacti maupun error iuris, konsep KUHP berprinsipsi pembuat tidak dapat dipertanggungjawabkandan oleh karena itu tidak dapat dipidana. Namundemikian, apabila kesesatan itu (keyakinanya yangkeliru itu) patut dicelakan atau dipersalalrkankepadanya, maka si pembuat tetapi dapat dipi dana.

Pendirian konsep KUHP yang demikiandirumuskan dalam Pasal 42 konsep KUHP yangberbunyi:Pasal 42(1) Tidak dipidana, jika seseorang tidak

mengetahui atau sesat mengenai keadaan yangmerupakan unsur tindak pidana atauberkeyakinan bahwa perbuatannya tidakmerupakan, suatu tindak pidana, kecualiketidaktahuan, kesesat an, atav keyakinannyaitu patut dipersalahkan kepadanya.

Secara normatif, sudah menjadi kebiasaansetiap pembuat yang melakukan tindak pidana danperbuatannya patut dipersalahkan dan bisadibuktikan maka sudah sepatutnyalah si pembuattersebut dihukum atau dikenakan pidana. Namun,konsep KUHP tidak menetapkan sesuai dengantesis konvensional diatas melainkan secararevolusioner memberikan kewenangan kepadaHakim untuk mempertimbangkan untuk memberimaaf dan pengampunan. Maaf dan pengampunandisini berarti si pembuat tidak dikenakan hukumanpidana atau tindakan apapun. Pedoman mengenaipermaafan Hakim (Rechterlijkpardon) inidituangkan dalam Pasal 55 ayat (2) sebagai bagiandari pedoman pemidanaan, adapun bunyi pasaltersebutadalah:

Pasal 55 ayat (2), Ringannya perbuatan,keadaan pribadi pembuat atau keada an pada waktudilakukan perbuatan atau y ang terjadi kemudian,dapat dijadikan dasar pertimbangan untuk tidakmenjatuhkan pidana atau mengenakan tindakandengan mempertimbangkan segi keadilan dankemanusiaan.

Sebagai penyeimbang konsep tersebut diatasmaka dalam ketentuan Konsep KUHP jugamenentukan apabila seseorang tidak dipidanakarena adanya alasan penghapus pidana. KonsepKUHP memberi kewenangan kepada Hakim untuk

tetap menjatuhkan pidana, atau dengan kata lainkonsep memberi kewenangan atau kemungkinankepada Hakim untuk tidak memberlakukan alasanpenghapus pidana tertentu berdasarkan asas culpain causa, yaitu apabila terdakwa sendiri patutdicela atau dipersalahkan menyebakan terjadinyakeadaan atau situasi darurat yang sebenarnya dipakai menjadi dasar adanya alasan penghapuspidana tersebut. pedoman mengenai hal inidituangkan dalam Pasal 56 Konsep KUHP yangperumusannya sebagai berikut :

Pasal 56, Seseorangyang melakukan tindakpidana tidak dibebaskan dari pertanggungj awabanpidana berdasarkan alasan penghapus pidana, jikaorang tersebut telah dengan sengaja menyebabkanterjadinya keadaan yang dapat menjadi alasanpenghapus pidana tersebut.

Berbeda dengan KUHP (WvS) sebelumnyaKonsep KUHP juga mengenal pertanggungjawaban pidana oleh korporasi. Artinya setiapbentuk kejahatan perjudian yang diformulasikandalam konsep KUHP yang dimintai pertanggungjawaban pidananya selain individu pribadi(natuurlijk persoon) juga badan hukum ataukorporasi. Hal ini terumuskan dalam Pasal 47I(onsep KUHP yang berbunyi, "Korporasimerupakan subyek tindak pidana."

Pada dasarnya korporasi dapat melakukantindak pidana apa saja, tetapi ada pembatasannya.Tindak pidana-tindak pidana yang tidak bisadi I akukan korporasi adalahtindak pi dana ( a), y angsatu-satunya ancaman pidananya yang hanyabisa dikenakan kepada orang biasa, dan (b).yang iranya bisa dilakukan oleh orang biasa,misalnya bigami, perkosaan dan sumpahpalsu.32

Dari pendapat tersebut diatas maka dapatdisimpulkan dalam kebijakan formulasi tentangpertanggungjawaban oleh korporasi atas tindakpidana perjudian sudah terumus dalam pasal-pasalyang mengatur tentang perjudian. Hal ini bisaterlihat dari rumusan pasal dibawah ini, yaitu :

Dalam masalah pertanggungjawabankorporasi, tampaknya Konsep KUHP tahun200412005 menggunakan sistem perumusanalternatif kumulatif. Hal ini dapat dilihatPasal 49 Buku Pertama Konsep KUHP, yangberbunyi:

Jika tindak pidana dilakukan oleh korporasi,pertanggungjawaban pidana dikenakan terhadap

-t: Setiyono, Kejahatan Korporasi (Analisi Viktimoogi.s danPertanggungl awaban Korporasi dalom Hukuntindonesia), Cet. III. Bayu Media, Malang. 2005.ha1. 118-I 19.

10 Disiplin Vol. 22 No. 09 - Juni 2016

Page 11: kebijakan hukum pidana di indonesia dalam mengatasi tindak

. lain-iinan:^:SanculparatLrtJinya''a dirapLls

, inir ang

:rdakabanjika

bkan3-ian

1:.lYa

: -1ngr:rapirrall-lno

radillalt

17ra si

-\an:i a..:-^- . )a

lngr)ar b).

S?,

,ah

llt:g-rk

s:li

:,.a

:ll--11

*11

3t1:r

{ orporasi atau pengurusnya.

1.3. Pidana dan Pemidanaan.Hukum pidana merupakan hukum sanksi

istime\va atau yang dikatakan oleh Sudarto bahi.vailukum pidana merupakan sistem sanksi negatif. iaJiterapkan jika sarana (upaya) lain sudah tidakmemadai, maka hukum pidana dikatakannempunyai fungsi yang sr"rbsidiar.,t; SenadaCengan yang diungkapkan oleh Sudarto, RoeslanSaleh, mengemukakan pidana adalah reaksi ataslelik, dan ini berujud suatu nestapa yang dengansengaja ditimpakan negara pada pembuat delik'tu. 34

Bertolak dari pemikiran, bahu.a pidana pada:akikatnya hanya merupakan alat untuk mencapai:,riuan, maka konsep pertama-tama merumuskan:entang tujuan pemidanaan. Dalam:rengindetifikasikan tujuan pemidanaan, KonsepiUHP berlolak dari keseimbangan monodualistik:lrtara kepentingan masyarakat dan periindr-rngan-:rasyarakat dan perlindungan atau pembinaan.ndividu pelaku pidana. J5

Bertolak dari ide kesimbangan dua sasaran:rrrkok itu, maka syarat pemidanaan dtenurut:.rrnSep KUHP juga berlolak dari pokok pemikiran,.eseimbangan monodualisitik antara kepentingan::rasyarakat dan kepentingan individu: antara. rktor obyektif dan faktor subyektif. Oleh karena.:Lr syarat pemidanaan juga bertolak dari dua:rinsip dasar dalam hukum pidana yaitu asas-:galitas (yang merupakon asas kemasyctrakatan)lalr asas kesalahar.r atau cuipabilitas (yang,1it rupoken asas kemanusiaan). Dengan demikian:lenridanaan sangat belkaitan dengan pokok:lemikiran mengenai tindak pidana dan:' ertanggungi awaban pidana.

Bertolak dari pemikiran c1iatas maka 1,ang:iipertahankan dari KUHP (WvS) adalah pidananrati tetapi dinarnakan pidana yang bersifat.fiusus), pidana penjara dan pidana denda. Ketigarenis pidana inilah yang dirumuskan delik sebagairncaman. Pidana pokok yang ditambahkan adalahpidana tutupan, pidana-pidana pengawasan danpidana kerja sosial. Sedangkan pidana kurunganPasal 10 a.3 KUHP) dihapuskan.

Sedangkan pidana-pidana pokok dan (khusus)Jiatas masih dikenal juga pidana tambahan.

-'-r Sudarto, yang dikutip dalam Andi Hamzah dan SitiRahayu, Stratu tinjattan Ringkas Sis/em Pemidanaan DiI ndones i a. Akadem ika Presindo,.j akarta: I 993. hal. 21 .

j: Roeslan Saleh, Srelsel Pidana lndonesia, Jakarlta: AksaraBaru, I 978 hal. 5.

-,-; Barda NarvawiArief, Kapita Selekra..., Op.cit. hal. 98.

Disamping ketiga pidana yang lama (Pasal 10.b.1 ,

2 dan 3 KUHP) ditambahkan pula dua pidanatambahan, yaitu: Pembayaran ganti kerugian danPemenuhan kewajiban adat. 36

Bertolak dari pemikiran, bahwa pemidanaanharus juga berorientasi pada faktor "orang"(pelaku tindak pidana), maka ide individualisasipidana juga melatarbelakangi aturan umumpemidanaan di dalam Buku I Konsep. Ide ataupokok pemikiran individualisasi pidana ini antaralain terlihat dalam aturan umum kolsep sebagaiberikut:-t7a. seperti telah dikemukakan di atas, konsep

menegaskan didalam pasal 35 bahwa tiadapidana tanpa kesalahan merupakan asas yangsangat fundamental.

b. dalam ketentuan alasan penghapus pidana,khususnya alasan pemaaf, dimasukkan masalaherror, daya paksa, pembelaan terpaksa yangmelampui batas, tidak mampu bertanggungj awab dan masalah anak di bawah l2tahun;

c. di dalam pedoman pemidanan (Pasal 52) Hakimdiwaj ibkan mempertimbangkan beberapa faktorantara lain motif, sikap batin dan kesalahan sipembuat; cara si pembuat melakukan tindakpidana; riwayat hidup dan keadaan sosialekonominya serta bagaimana pengaruh pidanaterhadap masa depan si pembuat.

d. didalam pedoman pemberian maaf ataupengampunan oleh Hakim antara lain jugadipertimbangkan faktor-faktor keadaan pribadisi pembuat dan perimbangan kemanusiaan.

e. didalam ketentuan mengenai peringanan danpemberatan pidana (Pasal 113 dan 1 15)dipertimbangkan berbagai faktor antaralain :

1. apakah ada kesukarclaan terdakwa untukmenyerahkan diri kepada pihak yangberwajib;

2. apakah ada kesukarelaan tedakwa memberiganti rugi atau memperbaiki kerusakan yangtimbul;

3. apakah ada kegoncangan jiwa yang sangathebat;

4. apakahsi pelaku adalah wanita hamil muda;5. apakah ada kekurangmampuan bertanggung

jawab;6. apakah si pelaku adalah pegawai negeri yang

melanggar kewajiban jabatannya ataumenyalah gunakan kekuasaannya;

7. apakah ia menggunakan keahlian atau

:o l,Iardjotro Reksodiputro, Pentbaharuan Httkum Pidanu(Kumpulon Karangan) Buku Ke-4 Jakarla: UniversitasIndonesia.1995.

-i, Ilarda Narvax,iArief, Bttngo Rontpai..., op.cit..hal. l0 I.

i1.

.F

t1Kebijukan Hukum Pidona... ( Lsmail Pettanasse, SH., MH. )

Page 12: kebijakan hukum pidana di indonesia dalam mengatasi tindak

profesinya;8. apakah ia adalah residivis;

Sisi lain dari individualisasi pidana yangdituangkan didalam Konsep ialah adanyaketentuan mengenai perubahan atau penyesuaiankembali putusan pemidanaan yang telahberkekuatan hukum tetap yang didasarkanpertimbangan karena adanya perubahan atau

perkembangan pada diri si terpidana itu sendiri.Jadi dalam pemikiran konsep, pengertianindividualisasi pidana tidak hanya berarti pidanayang akan dijatuhkan harus disesuaikan atau

diorientasikan pada pertimbangan yang bersifatindividual, tetapi juga pidana yaxg telah dijatuhkanharus selalu dapat dimodifikasi atau disesuaikandengan perubahan dan perkembangan individu(si terpidana) yalg bersangkutan. Ketentuanmengenai hal ini diatur dalam Pasal 54 yangariaralainmenyatakan : .r8

( 1 ) Mengingat perkembangan terpidana dan tujuanpemidanaan, terhadap setiap putusanpemidanaan dan tindakan yar'g telahmemperoleh kekuatan hukum tetap, dapat

dilakukan perubahan atau penyesuaian.(2) Perubahan atau penyesuaian tersebut hanya

dapat dilakukan atas permohonan terpidana,orang tua, wali atau penasihat hukumnya, atauatas permintaan Jaksa Penuntut Umum ataupermintaan Hakim Pengawas.

(3) Perubahan atau penyesuaian tersebut tidakboleh lebih berat dari putusan semula dan harusdengan pers etuj uan terpi dana.

(4) Perubahan atau penyusaian tersebut dapat

berupa pencabutan atau penghentian samasekali pidana atau tindakan yang dijatuhkanterdahulu atau dapat berupa penggantian jenispidana atau tindakan lainnya.

Jika dicermati rumusan jenis pidana pokokdalam Konsep KUHP tidak jauh berbeda dengankonsep KUHP (WvS). Letak perbedaannyaadalahditambahkannya pidana kerja sosial yang selamaini tidak dikenal dalam KUHP. Rumusan jenispidana pokok yang akan dikenakan terhadap si

pembuat tindak pidana perjudian adalah ancarflanpidana penjara dan pidana denda. Seperti terlihatdalam rumusan pasal berikut ini :

Walaupun jenis pidana pokok Yangdiancamkan dalam ketentuan yang mengaturtindak pidana perjudian tersebut adalah berkisarpada pidana penjara dan pidana denda. Namun

-la. Ibid.hal. 102.

Hakim mempunyai keleluasaan untuk menentukandan memilih sanksi baik pidana ataupun tindakanyang tepat untuk kondisi obyektif pelaku. Jadi

diperlukan adanya fleksibilitas atau elastisitaspemidanaan. Namun tetap diadakan pembatasan.

Adapun batas-batas kebebasan bagi hakim untukmenetapkan sanksi menurut konsep-konsep KUHPadalah sebagai berikut:1. Sanksi yang tersedia dalam konsep berupa

pidana dan tindakan. Namun di dalampenerapannya Hakim dapat menjatuhkanberbagai alternatifsanksi sebagai berikut :

a. menj atuhkan pidana pokok saj a;

b. menj auhkan pidana tambahan saj a;

c. menj atuhkan tindakan saj a;

d. menj atuhkan pidana pokok dan tindakan;e.menjatuhkan pidana pokok dan pidana

tambahan;f. menjatuhkan pidana pokok, pidana tambahan

dantindakan.2. Watraupun pada prinsipnya sanksi yang dapat

dijatuhkan adalah pidana pokok yang tercantum(Buku II), namun Hakim daPat jugamenjatuhkan jenis sanksi lainnya (pidanapokoUpiQana t ambahan/tindakan) y ang tidakterncantum, sepanjang dimungkinkan atau

diperbolehkan menurut umum Buku I.

Diterimanya korporasi sebagai subjek tindakpidana, maka pidana yang dapat dijatuhkan kepadakorporasi harus sesuai dengan sifat korporasi yang

bersangkutan.3g Mengingat KUHP menganutsistem dua jalur (double track system)to dalampemidinaan, dalam arti disamping pidana dapatpula dikenakan berbagai tindakan kepada pelaku,

maka sistem ini dapat pula diterapkan dalampertanggungjawaban pidana korporasi sebagai

pelakutindakpidana.Dapat dikemukakan dampak yang ingin

dicapai dalam pemberian sanksi terhadap korporasitersebut tidak hanya mempunyai financialimpacts tetapi juga yang mempunyai nonfinacialimpacts. Karena itu dapat dikemukakan bahwapidana mati, pidanaper4ara, dan pidana kurungantidak dapat dijatuhkan pada korporasi. Sanksi yang

dapat dijatuhkan pada korporasi adalah pidana

denda, pidana tambahan, tindakan tata tertlb,tindakan administratif dan sanksi keperdataan

ll Setiyono. Kejahatan Korporasi.... op.cit. ha1. 125.

t0 untuk lebih jelas mengenai ide dasar dan model

perumusan double track system. lihat M. Shollehuddin,Sistent Sank.si Dalant Huktm Pidana ('lde dasar Double

Track s,,-.stem tlan lntplementa'sinya1. PT Raja Crafindo,

Jakarta 2003.

1,2 Disiplin Vol. 22 No. 09 - Juni 2016

Page 13: kebijakan hukum pidana di indonesia dalam mengatasi tindak

*(an:r&Il.Iadisirasri2n

:1uk

-HP

rupa.-ami-<an

.,:.1d

ierupa ganti rugi.Penuntutan dan pemidanaan terhadap tindak

:idana yang dilakukan oleh atau suatu korporasi,Japat dilakukan atau dijatuhkan kepada (49)Konsep KUHP:. . korporasi itu sendiri;l. korporasi dan pengurusnya; atau

-.. pengurusnya.Dari uraian di atas bisa disimpulkan bahwa

:,orporasi yang melakukan tindak pidana perjudianjalam artian menyelenggarakan perjudian bisa:imintai pertanggungjawabannya. Dalam::rncangan KUHP, prospek baku tentang: engaturan-pengaturan yang br-rkan hanya:itr-rjukan kepada tindak pidana Lrmum tetapi juga,:rhadap perbuatan pidana yang diatur diluariUHP seperti ketentuan pidana mengenai:.erjudian. Menurut Muladi, Crime stipulationpolicy dalam KUHP mendatang (rancangan; : L' HP) cukup kompleks.

Hal yang dipertimbangkan cukup banyak baik:eli segi politik. ekonomi, sosial budaya,::rtahanan dan keamanan dan perkembangan,'-'oritis dan empiris dalam bidang hukum pidana.rspek ideologi nasional, kondisi manusia, alam-i.'rta tradisi bangsa dan yang tidak kalah:entingnya adalah kecenderungan-kecenderungan:lternasional yang diakui oleh masyarakat-:radab.al

Selanjutni,a dikatakan bahrva perhatia,.:rhadap tindak pidana di luar KUHP sangat-::nting. karena peraturan-peraturan tersebut dapat,r i i dentifi kasikan sebagai perkembangall.

Salah satr-r kemajuan hukum pidana dimasa::rendatang (rancangan KLrHP baru) adalah:rtuangkannya konsep tindah pidana berdasarkan::ngertian materiil. melengkapi konsep tindak:rdana berdasarkan pengertian formal dalam(UHP yang berlaku sekarang ini. Dengan konsep:-ndak pidana berdasarkan pengertian materiil:eradi bahu,a pelnyataan sebagai suatu tindak:'rdana tidak semata-mata berdasarkan pada apa

..ang dinyatakan dalarn undang-undang, tetapi: arus juga berdasarkan pada nilai-nilai yang hidup*alam masyarakat. Dengan berpedoman pada:^i1ai-nilai Pancasila danlatau prinsip-prinsip:ukum umum yang diakui oleh masyarakatrangsa-bangsa.

Mengingat kejahatan perjudian senantiasa:erkembang lebih cepat, sehinggga menurut

Mrrladi, Perkentbangan Tindak Pidana dalam KUIIP\'[endatang. Makalah Disampaikan Dalam RangkaPenataran Nasional Hukum Pidana Dan KriminologiUntuk Dosen-Dosen PIN/PTS Selndonesia 1993, hal.2.

hemat penulis konsep legalitas yang berdasarkanpengertian formal dan materiel seperti tersebutdalam pasal I ayat (3) rancangan KUHP, dapatmenampung atau menjaring perkembangankejahatan perjudian yang bersaranakan teknologicanggih atau internet. karena memang seringkalikejahatan khususnya perjudian sudah mulaimenggunakan sarana teknologi canggih untukmelancarkan aksinya.

Dengan dianutnya legalitas materiil,perkembangan bentuk-bentuk kejahatankhususnya kej ahatan perj udian dapat diantisipasidengan menggunakan hukum pidana sebagaisalah satu sarana. Sebagaimana diketahui bahwauntuk mencapai tujuan hukum pidana yang sudahdirencanakan, selain kebenaran dalam menetapkan(merumuskan) perbuatan dan sanksi pidana dalamundang-undang, harus pula didukung dengankebij akan mengaplikasikan ataumengoperasionali sasikan hukum pidana itu. Tahapkebijakan itu merupakan suatu rangkaian yangtidak dapat dipisahkan satu sama lain.

Kebijakan legislatif atau formulasi,merupakan salah satu mata rantai dari rencanapenegakan hukum khususnya merupakan bagiandari proses konkritisasi pidana. Oleh karena itukebijakan formulasi dan kebijakan aplikasi ataukonkretisasi harus bersesuaian, atau, dengan katalain harus saling mendukung dan salingmelengkapi dalam mencapai tujuan hukum pidanayaitu bagaimana mewujudkan masyarakat yangadildanmakmur.

BAB III.KESIMPULAN DAN SARAN.

A. KESIMPULAN.Bertolak dari perumusan masalah dan uraian

hasil penelitian dan analisis yang dikemukakanpada bab-bab sebelumnya, maka dalam tulisan inidapat ditarik beberapa kesimpulan, sebagaiberikut:1. Kebijakan formulasi hukum pidana di Indonesia

sudah dapat digunakan untuk mengatasi tindakpidana perjudian, tapi mengandung beberapakelemahan atau kendalayaitu :

a. "LJnsur tanpa izin" inilah melekat sifatmelawan hukum dari tindak pidana perjudianitu. Artinya liadanya unsur tanpa rzin, ataujlka ada izin dari pejabat atau instansi yangberhak memberi izin, semua perbuatan dalamrumusan tersebut tidak lagi atau hapus sifatmelawan hukumnya oleh karena itu tidakdipidana. Ketentuan ini membuka peluang

.--Jtl

::at, _:l1t

*_la-;;Iu: -l-..-1f.

: -.lll

,:lk-.--1a

,:llg---lt.,:i-11

..r alt

:- Ll.

-'.:lt

='.ii

Kebijakan Hukum Piduna... ( Ismail Pettanasse, SH., MH.) 13

::ltn.

Page 14: kebijakan hukum pidana di indonesia dalam mengatasi tindak

adanya legalisasi perjudian. Sebab permainanjudi hanya bersifat melawan hukum atau

menj adi larangan apabila di I akukan tanpa izin'Pertanggungiawaban pidana tentang tindakpidana perjudian hanya dibebankan kepada

orang perorangan (natuurlijke persoon) tidakmenganut sistem pertanggungiawaban yang

dibebankan kepada korPorasi(re chtp er s o onl ij khe i d) .

2. Kebijakan penanggulangan di masa yang akan

datang untuk mengantisipasi tindak pidanaperjudian di Indonesia dapat dilakukan dengan

menggunakan sarana penal. Adapun beberapa

alternatif kebijakan formulasi yang akan

dilakukan pembenahan adalah sebagai berikut :

a.Tindak pidana perjudian sebagai salah satu

bentuk tindak pidana dibidang kesusilaanseharusnya tidak hanya diancam dengan

pidana penjara dan pidana denda sajamelainkan harus juga ditentukan pidana

tambahan seperti pencabutan hak untukmenjalankan profesi terhadap pembuat yang

melakukan tindak pidana perjudian dalammenj alankan profe sinya.

b.setiap bentuk tindak pidana perjudian tidakhanya individu pribadi (natuurliijk persoon)yang dimintai pertanggungj awaban pidananyamelainkan korporasi atau badan hukum jugabisa dimintai pertanggungi awaban pidana.

c.Dalam hal pemidanaan harusdipertimbangkan keseimbangan antarakepentingan individu dan kepentinganmasyarakat. Artinya pidana yang dijatuhkanharus disesuaikan dan diorientasikan pada

kepentingan individu. Selain itu juga rasa

keadilan dan perlindungan terhadapmasyarakat perlu dijadikan pertimbangandalam melakukan suatu pemidanaan.

B. SARAN.Menilik pada hasil penelitiaan dan analisa

serta kesimpulan seperti dijelaskan di atas, makadalampenelitian ini disarankan, sebagai berikut :

1. Penanggulangan tindak pidana perjudiansebagai salah satu bentuk kejahatan kesusilaandalam perkembangannya tidak dapatditanggulangi dengan kebijakan penal semata.

Bahwa upaya penanggulangan kejahatan lewatjalur penal lebih menitikberatkan pada sifatrepresif (penindasan atau pemberantasan)sesudah kejahatan terjadi. Kedepannya juga

seharusnya kebijakan-kebijakan yang bersifatpreventif (mencegah) harus lebih diprioritaskandengan tetap mengacu pada pola yang integral

dan sistemik.2. Perkembangan teknologi informasi yang sangat

cepat akan berPengaruh juga Padaperkembangan jenis dan pola kejahatan. Tindakpidana perjudian pun sebagai tindak pidana yang

konvensional yang sudah begitu dikenal. Kinikian berkembang dengan memanfaatkanteknologi canggih khususnya internet. Dengan

demikian, seyogianya perlu dilakukanpengkajian mendalam untuk sehingga hukumpidana dapat menjangkau kejahatan perjudianyang dilaksanakan di dunia maYa.

3.Dengan diakuinYa korPorasi(rechtpersoonliikheid) sebagai salah satu

subyek hukum yang bisa dimintai perlanggungjau,aban pidananya seharusnya dilakukanpemisahan yang tegas ancaman pidana terhadap

individu pribadi (natuurlijk persoon) dan

korporasi.

DAFTAR PUSTAKAA. BUKU

Arief, Barda Nawawi.. Kebiiakan LegislatiJ dalant

P enanggulangao Kej ahatan dengan PidanaPenjara. Semarang. Badan PenerbitUniversitas Diponegolo. Cet. Ke-2. 1996.

., Bunga RamPai KebiiakanHukum Pidctna, Cetakan Kedua Edisi Revisi'PT CitraAditya Bakti, Bandung, 2002.

, Kapita Selekta HukumP idctna, Citra Aditya Bahti. Bandung, 2003

Asshiddiqie,.limly. Konstitusi danKonstittt.sionalisme Indonesict, Sekretariat

Jenderal dan Kepaniteraan N4ahkamahKonstitusi RI, Jakarta,2006.

Atmasasmita. Romli. Teori dan Kapitct Selekta

Kriminologl, PT Refika Aditama. Bandung,

2005.B. Sinrandjr-rntak, Pengantar Krintinologi dan

Patologi Sosial, Tarsito, Bandung. 1980.

G.P. Hoefnagels, The Other Side of Criminologv-,

Kluwer-Deventer, Holland, 1 973'H.L Packer, The Limits of Crintinal Sanction,

Stanford University Press, Califomia, 1968.

Jaya, Nyoman Serikat Putra, Relevansi Hukum

Pidana Adat dalam Pembaharuan Hukunt

Pidana lrlasional, PT Citra Aditya Bakti.Bandung.2005.

Karlono, Kartini. Patologi Sosial, jilid I, PT Raia

Grafindo Persada, Jakafia, 2005.M. Shollehudciin. Sistem Sanksi Dalant Hukum

Pidana (lcle dasar Double Track system dan

Im p I e ttt e n I a s i ny a) . PT Raj a Grafurdo. .l akarta

t4 Disiplin Vol. 22 No. 09 - Juni 2016

Page 15: kebijakan hukum pidana di indonesia dalam mengatasi tindak

r:gat:.rdairdak.' angKini

r':kan:rgan..1.^.^- Ndll

-rLlIIIrilan

3si_i atu

Jung'.rr2ll

.Jap;ian

2003.\1Lr1adi, Lembaga Pidana Bersyarat, Penerbit

Alumni. Bandung,2002.Barda Nawawi Arief, Teori-Teori dan

Kebij akan Pidana, Alumni, Bandung, I 992.Reksodipuro, Mardjono, Pembaharuan Hukunt

Pidana (Kumpulan Karangan), Buku Ke-4Jakarta: Universitas Indonesia. I 995.

Sadli, Saparinah, dalam Muladi dan BardaNau,ar,r,iArief, Teori-Teori dan Kebijakan Pidana, Cet.II, PenerbitAlumni, Bandung, 1 998.

Sa1eh, Roeslan, Stelsel Pidana Indonesia, Jakarta:AksaraBaru, 1978.

Seti,vono, Kejahatan Korporasi (AnalisisViktimoogis dan PertanggungjawabanKorporasi dalam Hukum indonesia), Cet. III.Bayu Media, Malang. 2005.

Soedarto, Hukum dan Hukum Pidana, PenerbitAlumni. Bandung, 1983.

Hukum Pidana dan PerkembanganMasy ar akal, ( Kaj ian Te r hadap P e mb ahartt anHukum P idana). Sinar Baru, Bandung.

_, yang dikutip dalam Andi Hamzah danSiti Rahayu, Sttattr Tinjauan Ringkas SistentPemidanaqn Di Indonesia. AkademikaPresindo, Jakarta: 1 993.

Soemitro, Romy Hanitjo, Permasalahan Hukumdi Dalam Masyarakal, Alumni, Bandung.1 984.

, Studi Hukum Dalam Mo,syarakat,Alumni" Bandung, 1985.

B. BAHAN HUKUM LAINNYA.Amanat, Edisi 1 O7lJuni-Agustus 2006.Muladi, Proyeksi Hukum Pidana Indones'ia

Dimasa Yang Akan Datang, PidatoPengukuhan Guru Besar Fakultas HukumL|NDIP, Semarang, 24 F ebruari I 990.

_, Perkembangan Tindak Pidana dalamKLIHP Mendatang, Makalah DisampaikanDalam Rangka Penataran Nasional HukumPidana Dan Kriminologi Untuk Dosen-DosenPTN/PTS Selndonesi a 1993,hal. 2.

Santoso, Topo, Judi dan Problem Hukum,Republika.

C. INTERNET.Eva Achjani Zulfa, Ketika Zaman Meninggalkan

Hu kum, http : rvwu,. pemantauperadi lan. c om.Judi: Hipokrisi, Lokalisasi, Legalis'asi,

h ttp : I lw ww. f r e e 1i sts. o r glc gi -

bin/list?li st_id:untirtanet.Hironnymus Jati, Kaum Miskin Mengai,s

Ptendop0tan Lev,at Judi,littp : //www. free I i sts. o rg/c g ibin/1 i st ?l i st_i d:untirlarret.

lvledia Hukum, hukurn online.com.

.;.;1111

i.uta::bit

.;-:itn'rsi.

-:,iill

-, ,i tl-,:'iat::--ah

. -:ta

,..r9.

-:;ilt

-Jl

. t l'1,

\.'. , ittt-. -ittl1iti.

t+j a

' tll

-._1a

Kebijakan Hukum Pidana... ( Ismail Pettanasse, SH., MH. ) 15