Upload
trannhi
View
217
Download
3
Embed Size (px)
Citation preview
118
KEBIJAKAN MULOK ILMU GIZI BERBASIS MAKANAN
TRADISIONAL GORONTALO
(The Policy of Nutrition Science Local Content Subject Based on Gorontalo
Traditional Food)
Abstrak
Kebijakan mulok ilmu gizi berbasis makanan tradisional Gorontalo (MTG)
merupakan kebijakan pelestarian dan pengembangan konsumsi MTG dalam
bentuk mata pelajaran muatan lokal ilmu gizi berbasis MTG yang diterapkan
melalui pendidikan formal di Gorontalo. Tujuan penelitian ini untuk menganalisis
pelaksanaan kebijakan mulok ilmu gizi berbasis MTG dan merumuskan
pengembangan kebijakan tersebut. Penelitian ini adalah deskriptif cross-sectional
dengan metode survey untuk memperoleh fakta-fakta tentang kebijakan mulok ilmu
gizi berbasis MTG, membuat prediksi, mendapatkan makna dan implikasi dari
masalah yang ingin diatasi dengan instrumen dalam bentuk kuesioner. Jumlah
contoh siswa ada 153, 12 guru mulok, 12 kepala sekolah mulok dan 12 tidak
mulok. Stakeholders atau pemangku kepentingan yang ditentukan secara
purposive berjumlah 26 orang yang berperan sebagai players, contest setter dan
subyek. Dibutuhkan payung hukum berupa peraturan daerah tentang pelaksanaan
pembelajaran mulok sebagai dasar untuk menjamin keberlangsungan di tingkat
para stakeholders maupun dalam proses pembelajaran di sekolah. Mulok diyakini
meningkatkan pengetahuan ilmu gizi/kesehatan, upaya pelestarian dan
pengembangan budaya khususnya MTG dan salah satu upaya dalam memutus
mata rantai permasalahan gizi/kesehatan khususnya yang disebabkan oleh
makanan. Peran stakeholders yaitu pemerintah sebagai prioritas utama dalam
membuat kesinambungan pelaksanaan kebijakan mulok karena sebagai pemegang
kewenangan wilayah. Selanjutnya prioritas strategi yang utama dalam rangka
merumuskan pengembangan kebijakan ini adalah peraturan daerah tentang
kebijakan tersebut.
Kata kunci: gizi, Gorontalo, kebijakan, makanan tradisional
Abstract
The policy regarding local content subject (mulok) based on Gorontalo
traditional food (GTF) contained with nutrition science is an act to preserve and
develop GTF consumption in the form of local content subject implemented
through formal education in Gorontalo. The purpose of this study was to analyze
the implementation of policy local content subject (mulok) contained with
nutrition science based on Gorontalo traditional food (GTF) and formulate
development policy. This was a descriptive cross-sectional survey method to gain
the facts about the policy, make predictions, obtains means and implication of the
issues to be addressed using instrument in the form of questionnaires. The
119
samples were 153 students, 12 mulok teachers, 12 principals each from mulok and
non-mulok schools. There were 26 stakeholders that were determined purposively
to act as players, contest setters, and subjects. Law protection is needed in the
form regional regulation regarding the application of local content subject as a
basis for ensuring continuity at stakeholders’ level as well as at school. Local
content subject has improved the knowledge about nutrition/health, as an act of
preservation and development of culture especially GTF, and as an effort to break
the chain of nutrition/health problems caused by lack of nutrition in foods. The
role of stakeholders is the government as the main priority to provide
sustainability of mulok policy implementation since the government holds the
authority of an area. Furthermore, the main strategy priority in policy
development is to construct local regulation regarding the policy.
Keywords: Gorontalo, nutrition, policy, traditional food
120
Pendahuluan
Kebijakan merupakan intervensi, cara dan pendekatan pemerintah untuk
mencari solusi atas masalah pembangunan atau untuk mencapai tujuan
pembangunan dengan mengeluarkan keputusan, strategi, perencanaan maupun
implementasinya di lapangan dengan menggunakan instrumen tertentu (Djogo, et
al. 2003). Oleh karena itu suatu kebijakan yang diberlakukan penting untuk
dilakukan analisis dalam rangka mengkaji sejauh mana relevansimya dengan
keadaan yang ada dan dapat pula dilakukan pengembangannya. Selanjutnya dalam
proses analisis kebijakan terdapat 5 aksi yang dilaksanakan yaitu perumusan
masalah, peramalan masa depan kebijakan, merekomendasikan, pemantauan dan
evaluasi kebijakan (Dunn 2003).
Di Gorontalo terdapat kebijakan pelestarian dan pengembangan makanan
tradisional yang lebih dititikberatkan melalui pendidikan yang berjenjang dan
berkesinambungan dalam bentuk mata pelajaran muatan lokal (Dinkes Prov.
Gorontalo 2007). Mata pelajaran muatan lokal ini bernama Ilmu Gizi Berbasis
Makanan Tradisional Gorontalo yang diterapkan di pendidikan dasar (SD dan
SMP atau sederajat) dan menengah (SMA/SMK atau sederajat) sejak tahun 2008.
Tujuannya adalah: pertama, meningkatkan pengetahuan dan pemahaman tentang
MTG, gizi, dan kesehatan; kedua, upaya memutus mata rantai permasalahan gizi
dan kesehatan; ketiga, upaya pelestarian dan pengembangan budaya daerah yaitu
MTG. Selanjutnya wilayah pembelajarannya mencakup seluruh kabupaten dan
kota yang ada di Provinsi Gorontalo dan ini merupakan jenis muatan lokal yang
pertama di Indonesia.
Berbagai keadaan yang mendasari dilaksanakannya mulok ilmu gizi
berbasis MTG diantaranya adalah hasil evaluasi pasien yang dirujuk untuk
konsultasi gizi yang mayoritas berpenyakit degeneratif termasuk juga gizi lebih
dan gizi kurang; pengamatan yang disimak melalui pemberitaan media cetak dan
elektronik tentang banyaknya masalah kesehatan yang sesungguhnya dimulai dari
masalah konsumsi makanan yang dianggap sepele tetapi telah meluas menjadi
masalah kesehatan (Napu 2007).
Kebijakan mulok ilmu gizi berbasis MTG baru merupakan kesepakatan
dalam bentuk kerja sama antara Dinas Kesehatan dan Dinas Pendidikan Pemuda
dan Olahraga Provinsi Gorontalo (sekarang Dinas Pendidikan dan Kebudayaan).
Oleh karena itu perlu dilakukan analisis terhadap kebijakan, dibutuhkan rumusan-
rumusan kebijakan dan strategi sebagai upaya keberlangsungan pembelajaran
mulok guna mencapai tujuan pembelajarannya.
Penjelasan yang telah diuraikan sebelumnya dapat dirumuskan bahwa
bagaimanakah kebijakan mulok ilmu gizi berbasis MTG sebagai upaya pelestarian
dan pengembangan makanan tradisional Gorontalo? Studi ini bertujuan
menganalisis pelaksanaan kebijakan mulok ilmu gizi berbasis MTG dan
merumuskan pengembangan kebijakan mulok ilmu gizi berbasis MTG.
121
Metode Penelitian
Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif cross-sectional dengan
metode survei untuk memperoleh fakta-fakta tentang kebijakan mulok ilmu gizi
berbasis MTG, membuat prediksi serta mendapatkan makna dan implikasi dari
masalah yang ingin diatasi dengan instrumen dalam bentuk kuesioner (Nasir
2009). Penelitian ini sebagian didanai oleh Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo.
Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Provinsi Gorontalo pada 1 kota dan 5 kabupaten
yang masing-masing bertempat di perwakilan Sekolah Menengah Pertama (SMP).
Sekolah tersebut adalah sekolah yang telah melaksanakan mata pelajaran Mulok
Ilmu Gizi Berbasis MTG dan tidak mulok yang ditentukan secara purposive.
Lokasi yang lainnya adalah di institusi yang mempunyai keterkaitan dengan
stakeholders. Penelitian dilaksanakan selama 5 bulan sejak bulan Oktober – Maret
2011.
Populasi dan Contoh Penelitian
Siswa SMP kelas IX yang sedang bersekolah di Provinsi Gorontalo
merupakan populasi dalam penelitian ini. Ditentukan contoh dengan cara stratified
random sampling karena populasi terdiri dari dua kelompok. Secara purposive
ditentukan contoh 2 SMP mulok dan 2 tidak mulok pada setiap daerah
kabupaten/kota yang mempunyai kesamaan letak geografi, dan tingkat akreditasi.
Dengan demikian diperoleh contoh sekolah berjumlah 24 SMP yang terdiri dari
12 sekolah mulok dan 12 tidak mulok, sehingga di kabupaten/kota diwakili 2
contoh sekolah mulok dan 2 tidak mulok. Sekolah ini ada 12 yang terakreditasi A,
10 terakreditasi B dan 2 terakreditasi C. Setiap sekolah secara acak sederhana
diwakili oleh 13 contoh tetapi ada 3 SMP yang contohnya kurang dari 13 siswa
yaitu: 1 contoh SMP mulok hanya mempunyai 10 siswa yang memenuhi kriteria
dan 2 contoh SMP tidak mulok masing-masing terdiri dari 12 dan 10 contoh.
Diperoleh 153 contoh siswa mulok dan 152 tidak mulok yang sama kriterianya,
sehingga total contoh ada 305 (metode seperti pada bab sebelumnya). Untuk bab
ini yang menjadi contoh adalah siswa mulok, guru mulok dan kepala sekolah dari
sekolah mulok dan tidak mulok. Lihat Tabel 66.
Tabel 66 Jumlah siswa, guru dan kepala sekolah yang menjadi contoh
Contoh Jumlah
Siswa SMP mulok : Siswa yang dapat mulok ilmu gizi berbasis MTG yang
menjadi contoh
153
Guru mulok : Tenaga pengajar Mulok Ilmu Gizi Berbasis MTG di
SMP mulok
12
Kepala sekolah : Kepala SMP yang dapat Mulok Ilmu Gizi Berbasis MTG
dan tidak mulok.
24
Hasim et al. (2012) dalam penelitiannya tentang Analisis Dimensi
Kelembagaan dilakukan penentuan stakeholders berdasarkan tiga hal yaitu
pertama, Contest setter adalah stakeholders yang mempunyai kepentingan kecil
dan pengaruh yang besar. Ini dapat diartikan sebagai stakeholders yang memiliki
122
fungsi perencana makro dari pembangunan, koordinasi yang karena lingkup
kerjanya sangat luas maka dianggap minatnya kecil; Kedua, players adalah
stakeholders yang mempunyai kepentingan dan kewenangan besar, dapat
diartikan sebagai pelaksana kunci yang berkepentingan dan memiliki pengaruh
besar; Ketiga, Subyek adalah stakeholders yang mempunyai kepentingan besar
namun pengaruh kecil. Pihak stakeholders ini mempunyai kesungguhan walaupun
tidak mempunyai kekuasaan untuk mempengaruhi atau membuat kebijakan atau
aturan.
Stakeholders atau pemangku kepentingan yang dijadikan contoh ditentukan
secara purposive. Berdasarkan diskusi pada pertemuan lintas sektor yang membahas
tentang Riset Mulok Ilmu Gizi dan juga didukung oleh konsultasi langsung dengan
beberapa pimpinan Satuan Kerja Pemerintah Daerah (SKPD), maka institusi yang
masuk dalam ketiga kriteria tersebut adalah: Contest setter: DPRD Provinsi
Gorontalo dan Bappeda Provinsi Gorontalo; Players: Dinas Kesehatan Provinsi
Gorontalo, Dinas Pendidikan dan kebudayaan Provinsi Gorontalo, dan Dinas
Pertanian Provinsi Gorontalo; Subyek: Akademisi, tokoh masyarakat/agama.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 67.
Tabel 67 Nama institusi dan pejabat berwenang yang menjadi contoh
Nama institusi Pejabat yang berwenang Jumlah
contoh
(orang)
Keterangan
Dinas Kesehatan
Provinsi Gorontalo
Kepala dinas
Bidang Pelayanan kesehatan masyarakat
Sub bagian perencanaan seksi gizi
1
1
1 1
Players
Dinas Pendidikan dan
kebudayaan Provinsi
Gorontalo
Kepala dinas
Sekertaris
Bidang yang menangani sekolah menengah Seksi yang menangani SMP
Bidang pengemban kurikulum
Seksi yang menangani mulok
1
1
1 1
1
1
Players
Dinas Pertanian Provinsi
Gorontalo
Kepala dinas
Bidang ketahanan pangan
Seksi konsumsi pangan
1
1
1
Players
Bappeda Provinsi
Gorontalo
Kepala Bappeda Bidang kesehatan
Sub bagian yang menangani kesehatan
1 1
1
Contest setter
DPRD Provinsi
Gorontalo
Komisi IV bidang kesehatan dan
kesejahteraan
1 Contest setter
Akademisi Ketua prodi gizi Poltekes Gorontalo
Ketua prodi Kesehatan Masyarakat UNG Tim pengemban kurikulum tingkat provinsi
Tim pengemban mulok
Dosen Gizi
1
1 1
1
1
Subyek
Tokoh
masyarakat/agama
Pemuka adat Gorontalo
Majelis Ulama Ketua LSM kesehatan
Pengusaha
1
1 1
1
Subyek
T o t a l : 26
Jenis dan Cara Pengumpulan Data
Untuk data primer tentang kebijakan mulok ilmu gizi berbasis MTG
dilakukan melalui wawancara langsung dengan para stakeholders atau pemangku
kepentingan. Data primer tersebut adalah analisis kebijakan meliputi: perumusan
permasalahan kebijakan mulok, peramalan masa depan kebijakan mulok, dan
rekomendasi pelaksanaan kebijakan mulok (Dunn 2003). Lihat Lampiran 8 dan
123
10. Data sekunder tentang kebijakan mulok diperoleh dari institusi yang telah
disebutkan juga dari sumber lainnya.
Untuk keberlangsungan pembelajaran muatan lokal ilmu gizi berbasis MTG
dengan unit analisisnya proses pelaksanaan mulok di sekolah meliputi: kesesuaian
tujuan kebijakan mulok dengan isi materi mulok; kesesuaian tenaga pengajar
mulok dengan materi mulok; kesesuaian perangkat pembelajaran mulok;
pencantuman waktu pelaksanaannya: pembelajaran mulok tersebut apakah sudah
sesuai dengan kebutuhan pembelajaran itu sendiri baik teori maupun praktik; dan
kelengkapan isi materi yang telah diterapkan dikaitkan dengan data pendukung
(Bungin 2010).
Dalam merumuskan pengembangan kebijakan mulok ilmu gizi berbasis
MTG, maka dibuat analisis Internal factor evaluation (IFE) dan eksternal factor
evaluation (EFE) yang merupakan alat analisis yang digunakan untuk faktor
internal dan eksternal. Faktor internal meliputi kekuatan dan kelemahan,
sedangkan faktor eksternal berkaitan dengan peluang dan ancaman yang
mempengaruhi kebijakan mulok itu sendiri. Dalam penyusunan faktor internal dan
eksternal tersebut didasari oleh referensi yang ada, pemikiran yang logis,
kenyataan di lapang, dan hasil diskusi dengan para stakeholders. Kemudian
dilakukan analisis faktor internal dan eksternal yaitu mengolah data dan informasi
yang diperoleh dengan menggunakan matriks IFE dan EFE. Menurut David
(2009) kedua tahapan ini adalah sebagai berikut:
1. Matriks IFE
Dalam membuat matriks IFE ada beberapa tahapan yaitu: (a). Contoh
menentukan faktor-faktor utama yang mempunyai dampak penting pada
kesuksesan dan kegagalan (critical success factor) mencakup kekuatan dan
kelemahan. (b). Menentukan bobot dari kesuksesan dan kegagalan dengan skala
yang lebih tinggi bagi faktor yang dianggap lebih penting dan begitu pula
sebaliknya. Metode penentuan berdasarkan paired comparison yaitu dengan
memberikan penilaian atau pembobotan angka pada masing-masing faktor. Angka
2 jika faktor horisontal lebih penting dari vertikal. Angka 1 jika faktor horisontal
sama penting dengan faktor vertikal, dan angka nol jika faktor horisontal kurang
penting dari faktor vertikal. Lihat Tabel 68.
Tabel 68 Contoh tabel paired comparison
Faktor A B C D E F Bobot
A. B
C
D E
Total
Bobot yang diperoleh dari hasil nilai bagi setiap faktor oleh total nilai dari
analisis internal. Jumlah seluruh bobot harus sama dengan 1 dengan contoh tabel
pembobotan disajikan pada Tabel 69. (c). Menentukan rating setiap kesuksesan
dan kegagalan antara 1 sampai dengan 4 dimana: rating 1=kelemahan tertinggi;
rating 4=kelemahan terendah; rating 1=kekuatan terendah; dan rating 4=kekuatan
tertinggi. (d). Penentuan rating dan bobot dengan jumlah contoh lebih dari satu
menggunakan ukuran pemusatan median. (e). Mengalikan antara bobot dan rating
124
dari masing-masing faktor untuk menentukan nilai skornya. (f). Menjumlahkan
semua skor untuk mendapatkan skor total. Jika nilai di bawah 2,50 menunjukkan
bahwa secara internal kebijakan mulok lemah dan sebaliknya.
Tabel 69 Matriks internal factor evaluation (IFE)
Faktor internal kunci Bobot Rating Score
Kekuatan:
-
-
Kelemahan:
-
-
Total: 1,0
2. Matriks EFE
Dalam membuat matriks EFE maka ada beberapa tahapan yaitu: (a). Contoh
menentukan faktor-faktor utama yang mempunyai dampak penting pada
kesuksesan dan kegagalan (critical success factor) mencakup peluang dan
ancaman. (b). Menentukan bobot dari kesuksesan dan kegagalan dengan skala
yang lebih tinggi bagi faktor yang dianggap lebih penting dan begitu pula
sebaliknya. Metode penentuan berdasarkan paired comparison yaitu dengan
memberikan penilaian atau pembobotan angka pada masing-masing faktor. Angka
2 jika faktor horisontal lebih penting dari vertikal. Angka 1 jika faktor horisontal
sama penting dengan faktor vertikal, dan angka nol jika faktor horisontal kurang
penting dari faktor vertikal. Bobot yang diperoleh dari hasil nilai bagi setiap
faktor oleh total nilai dari analisis internal. Jumlah seluruh bobot harus sama
dengan 1 dengan contoh tabel pembobotan disajikan pada Tabel 70.
Tabel 70 Matriks eksternal factor evaluation (EFE)
Faktor eksternal kunci Bobot Rating Score
Peluang
-
-
Ancaman:
-
-
Total: 1,0
(c). Menentukan rating setiap kesuksesan dan kegagalan antara 1 sampai dengan 4
dimana: rating 1=peluang terendah; rating 4=peluang tertinggi; rating 1=ancaman
tertinggi; dan rating 4=ancaman terendah. (d). Penentuan rating dan bobot dengan
jumlah contoh lebih dari satu menggunakan ukuran pemusatan median. (e).
Mengalikan antara bobot dan rating dari masing-masing faktor untuk menentukan
nilai skornya. (f). Menjumlahkan semua skor untuk mendapatkan skor total. Skor
total 4,0 menunjukkan bahwa secara eksternal kebijakan mulok merespon dengan
sangat baik semua aspek eksternal, tetapi jika skor total 1,0 maka
mengindikasikan bahwa peluang yang ada tidak dimanfaatkan dan ancaman-
ancaman tidak dihindari. Lihat Tabel 70.
125
3. Menyusun Hierarki Proses Analisis
Penyusunan hierarki merupakan penjabaran permasalahan yang akan
diselesaikan menjadi unsur-unsurnya meliputi: fokus permasalahan (goal), faktor
penentu, kriteria pendukung dan strategi yang akan diterapkan (Yulianis 2009).
Selanjutnya fokus permasalahan ini merupakan tujuan yang menjadi sasaran
pencapaian dalam analisis hierarki proses guna pengembangan kebijakan mulok
ilmu gizi berbasis MTG. Dalam mencapai tujuan tersebut maka ditentukan
berbagai faktor penentu yang setelah diidentifikasi ternyata terbagi dalam 4 aspek
yaitu infrastruktur, peran stakeholders, potensi pengembangan mulok dan
sinergisme program. Setelah faktor penentu ditetapkan, kemudian ditetapkan
pula kriteria pendukung dalam mencapai kepentingan-kepentingan dari faktor
penentu yang merupakan unsur pendukung dalam tingkat tertentu yang
keterkaitannya dengan tingkat di atasnya. Lihat Tabel 71.
Infrastruktur merupakan penunjang utama terselenggaranya proses kegiatan
pengembangan kebijakan mulok ilmu gizi berbasis MTG. Infrastruktur ini
meliputi institusi yang manangani, kebijakan dan program, serta ketersediaan
anggaran. Selanjutnya dibutuhkan peran stakeholders yang merupakan peran yang
dilakukan oleh para pemangku kebijakan dalam rangka pengembangan kebijakan
mulok ilmu gizi berbasis MTG. Peran pemangku kebijakan ini meliputi peran
pemerintah, swasta, akademisi , dan tokoh masyarakat.
Tabel 71 Penilaian kesiapan sumberdaya daerah dalam pengembangan kebijakan
mulok
No. Aspek yang dinilai Bobot* Kesiapan
Skor Total
A. Infrastruktur 1. Institusi yang menangani
2. Kebijakan dan program aksi 3. Anggaran pendukung program
B. Peran pejabat yang berwenang (stakeholders)
1. Pemerintah 2. Swasta/ industri
3. Akademisi
4. Tokoh masyarakat C. Potensi pengembangan kebijakan mulok ilmu gizi berbasis
makanaan tradisional Gorontalo
1. Potensi pembelajaran tentang ilmu gizi/kesehatan 2. Potensi pelestarian dan pengembangan budaya makanan
tradisional
3. Potensi industri makanan tradisional 4. Daya terima masyarakat
D. Sinergisme program
1. Kerjasama lintas sektor 2. Kerjasama lintas program
Sumber: hasil diskusi dalam pertemuan tingkat provinsi Gorontalo tentang persiapan survei kebijakan mulok ilmu gizi
(2011). *Bobot diperoleh dari metode AHP dengan total bobot = 1
Potensi pengembangan mulok ilmu gizi berbasis MTG merupakan
kemampuan yang dimiliki dalam rangka pengembangan mulok tersebut yang
meliputi potensi pembelajaran ilmu gizi/kesehatan, potensi pelestarian budaya,
potensi industri makanan tradisional dan potensi daya terima masyarakat. Potensi
ini membutuhkan sinergisme program yang merupakan gabungan kegiatan dalam
pengembangan kebijakan mulok ilmu gizi berbasis MTG yang pengaruhnya
dalam pengembangan akan lebih besar. Sinergisme program ini meliputi
kerjasama lintas sektor dan kerja sama lintas program.
126
Berdasarkan adanya infrakstruktur, peran stakeholders, potensi
pengembangan mulok dan sinergisme program maka dibutuhkan strategi
pengembangan mulok ilmu gizi berbasis MTG yang merupakan alat untuk
mencapai tujuan pengembangan kebijakan mulok tersebut dan terdiri dari: kinerja
lembaga dan kapasitas SDM; peraturan daerah; komitmen, peran dan kemitraan
antar stakeholders; dan pengembangan sarana pembelajan mulok.
Faktor penentu, kriteria pendukung dan strategi dinilai melalui
perbandingan berpasangan (pairwise comparisons) dengan skala 1-9. Selanjutnya
berdasarkan nilai-nilai yang diperoleh diolah dengan menggunakan expert choice
2000 v.10 (persamaan matematik) untuk menghasilkan bobot dan prioritas. Bobot
yang diperoleh dari keseluruhan faktor dan kriterianya ini lebih lanjut dijadikan
dasar dalam perhitungan instrumen penilaian kesiapan sumberdaya daerah menuju
pengembangan kebijakan mulok dalam upaya pelestarian dan pengembangan
MTG.
Instrumen Pengumpulan Data
1. Kuesioner untuk analisis kebijakan mulok ilmu gizi berbasis MTG meliputi
subyek siswa, guru, kepala sekolah dan stakeholders. Lihat Lampiran 6, 7, 8,
9, 10.
2. Kuesioner untuk pengembangan kebijakan mulok ilmu gizi. Lihat Lampiran
11, 12.
Analisis Data 1. Pelaksanaan kebijakan mulok berdasarkan konten kebijakan mulok yang
datanya diperoleh dari para contoh siswa mulok, guru mulok, kepala sekolah
dan stakeholder dianalisis secara deskriptif.
2. Perumusan pengembangan kebijakan mulok. Dilakukan analisis SWOT
(strength, weakness, opportunity and threat) guna mendapatkan alternatif-
alternatif strategi dengan mengelompokkan faktor internal (kekuatan –
kelemahan) dan eksternal (peluang – ancaman) dengan menggunakan matriks
SWOT seperti pada Tabel 72. Selanjutnya dilakukan juga analisis melalui
AHP dalam memutuskan prioritas strategi. Analisis ini ada kesamaan dengan
penelitian yang dilakukan oleh Nurmianto dan Nasution (2004); Martianto et
al. (2009) Fauzi et al. (2010); Ikhsan dan Aid (2011).
Langkah-langkah yang dilakukan dalam menentukan strategi melalui
matriks SWOT yaitu dengan membuat daftar peluang dan ancaman, kekuatan dan
kelemahan, mencocokkan kekuatan dan peluang dalam sel strategi SO,
mencocokkan kelemahan dan peluang dalam sel strategi WO, mencocokkan
kekuatan dan ancaman dalam sel strategi ST dan mencocokkan kelemahan dan
ancaman dalam sel strategi WT.
Selanjutnya untuk pengambilan keputusan membutuhkan informasi dan alat
analisis (Benson et al. 2013). Informasi yang digunakan berdasarkan matriks
SWOT berupa alternatif strategi. Kemudian alternatif strategi ini dianalisis
menggunakan analitical hierarchy process (AHP) untuk menentukan strategi
dalam pengembangan kebijakan mulok. Metode ini merupakan salah satu teknik
yang dilakukan untuk mengambil keputusan terhadap strategi pengembangan
kebijakan mulok. Penentuan prioritas strategi dilakukan dengan menggunakan
penilaian pairwise comparison atau analisis pendapat (judgement) para pakar
127
yang terlibat dalam kebijakan mulok. Analisis data dilakukan dengan
menggunakan software Expert Choice 2000 v.10.
Tabel 72 Matriks strength, weakness, opportunity and threats (SWOT)
Strength (S) Weakness (W)
Opportunity (O) Strategi SO (kuadran I).
Menggunakan kekuatan untuk
memanfaatkan peluang
Strategi WO (kuadran III).
Mengurangi kelemahan
dengan memanfaatkan
peluang
Threats (T) Strategi ST (kuadran II).
Menggunakan kekuatan untuk
menghindari ancaman
Strategi WT (kuadran IV).
Mengurangi kelemahan dan
menghindari ancaman Sumber: Rangkuti (2009)
Hasil dan Pembahasan
Karakteristik Contoh
1. Guru dan Kepala Sekolah
Guru yang mengajar mata pelajaran muatan lokal ilmu gizi berbasis MTG
berumur antara 30-58 tahun. Semua guru tersebut berjenis kelamin perempuan,
dan suku Gorontalo.
Tabel 73 Sebaran contoh guru dan kepala sekolah mulok ilmu gizi berbasis
MTG dan tidak mulok berdasarkan umur, jenis kelamin, pendidikan,
pekerjaan dan suku
Guru Kepala sekolah
Kriteria n % Kriteria n %
Umur
30-40 tahun 3 25 30-40 tahun 4 16,67
41-50 tahun 5 41,67 41-50 tahun 10 41,67
51-60 tahun 4 33,33 51-60 tahun 10 41,67
Jenis kelamin
Laki-laki 0 0 Laki-laki 15 62.5
Perempuan 12 100.0 Perempuan 9 37.5
Pendidikan
D-I 2 16.6 D-II 1 4.2
D-II 1 8.3 Sarjana 12 50.0
Sarjana 9 75.0 Pasca 11 45.8
Pekerjaan
PNS 12 100.0 PNS 24 100.0
Suku
Gorontalo 24 100.0 Gorontalo 24 100.0
Belum semua guru mulok yang memenuhi kualifikasi akademik yakni
sarjana ada 75% dan sisanya diploma. Mereka bekerja sebagai pegawai negeri
128
sipil (PNS) dan telah mengajar mata pelajaran muatan lokal ilmu gizi berbasis
MTG sejak tahun 2008.
Kepala sekolah merupakan pimpinan tertinggi dalam sebuah satuan
pendidikan atau di lingkungan sekolah. Ada 15 (62,5%) orang laki-laki dan 9
(37,5%) orang perempuan. Mereka berumur antara 30-59 tahun, suku Gorontalo,
ada 45,8% yang berpendidikan pasca sarjana (S2), 50% sarjana dan sisanya
berpendidikan diploma. Lihat Tabel 73.
2. Stakeholders
Stakeholders berumur antara 30 sampai 60 tahun dan yang paling banyak
berumur 41-50 tahun yaitu 50%. Ada 73,1% berjenis kelamin laki-laki, dan
mereka berpendidikan sarjana sampai ada yang doktor. Selanjutnya ada 88,5%
contoh adalah suku Gorontalo, dan sisanya berasal dari suku Jawa, Minahasa dan
Padang. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 74.
Tabel 74 Sebaran stakeholders yang menjadi contoh berdasarkan umur,
jenis kelamin, pendidikan, dan suku
Kriteria n % Kriteria n %
Umur Suku
31-40 6 23.1 Gorontalo 23 88.5
41-50 13 50.0 Jawa 1 3.8
51-60 7 26.9 Minahasa 1 3.8
Jenis Kelamin Padang 1 3.8
Laki-laki 19 73.1
Perempuan 7 26.9
Pendidikan
Sarjana 6 23.1
Magister 18 69.2
Doktor 2 7.7
Analisis Kebijakan Mulok Ilmu Gizi Berbasis MTG
Menganalisis kebijakan mata pelajaran mulok ilmu gizi berbasis MTG
dilakukan melalui beberapa tahapan yang dimulai dari tinjauan tentang perumusan
masalah kebijakan, peramalan masa depan kebijakan, rekomendasi kebijakan,
pemantauan dan evaluasi. Untuk proses perumusan, peramalan dan rekomendasi
melibatkan contoh stakeholders atau pemangku kebijakan. Sementara untuk
pemantauan dan evaluasi dilakukan langsung pada contoh siswa mulok, contoh
guru sekolah mulok serta contoh kepala sekolah. Selanjutnya dijelaskan hal
tersebut secara rinci seperti berikut ini.
1. Perumusan Permasalahan Kebijakan Mulok Ilmu Gizi Berbasis MTG
Ada 4 pertanyaan/pernyataan yang disampaikan kepada stakeholders dalam
melakukan perumusan permasalahan kebijakan mulok ilmu gizi berbasis MTG.
Masing-masing pertanyaan/pernyataan diberikan jawaban sebagai alasannya, dan
semua jawaban tersebut dirangkum menjadi beberapa point.
Permasalahan makanan daerah di Indonesia termasuk di Gorontalo yaitu
sudah mulai dilupakan dan bahkan ditinggalkan oleh generasi saat ini. Hal ini
penting untuk dilakukan upaya-upaya pelestarian dan pengembangannya. Semua
129
contoh memberikan jawaban yang sama yaitu 100% setuju bahwa kebijakan
mulok ilmu gizi berbasis MTG ini merupakan upaya pelestarian MTG, lihat Tabel
75.
Tabel 75 Jawaban contoh atas pertanyaan/pernyataan tentang perumusan
permasalahan kebijakan mulok ilmu gizi berbasis MTG
No. Pertanyaan/pernyataan permasalahan kebijakan mulok Jawaban
Ya Tidak n % n %
1 Kebijakan mulok ilmu gizi berbasis makanan tradisional
MTG merupakan upaya pelestarian MTG yang mulai
dilupakan.
26 100.00 - -
2 Kebijakan mulok ilmu gizi berbasis MTG dapat mengatasi
masalah perubahan perilaku konsumsi MTG.
26 100.00 - -
3 Kebijakan mulok ilmu gizi berbasis MTG dapat merupakan
kebutuhan individu guna memahami ilmu gizi/kesehatan
dan MTG.
25 96.20 1 3.38
4 Berdasarkan gambaran sebelumnya, kebijakan mulok ilmu
gizi berbasis MTG baru didukung oleh kesepakatan dua
instansi (Dinas Kesehatan dan Dinas Pendidikan, Pemuda
dan Olahraga Provinsi Gorontalo) saja, sehingga kebijakan
tersebut penting didukung oleh aturan daerah guna
melancarkan proses pelaksanaannya.
26 100.00 - -
Pernyataan kebijakan mulok ilmu gizi berbasis MTG yang merupakan
upaya pelestarian MTG yang mulai dilupakan, memberikan reaksi positif kepada
contoh dalam menjawabnya. Berbagai alasan contoh yang dirangkum adalah
sebagai berikut:
a. Bahwa kebijakan ini mutlak diperlukan karena menjadi upaya bersama
untuk pelestarian dan pengembangan MTG yang sudah mulai tidak dikenal
dan bahkan dilupakan terutama oleh generasi muda. Akibatnya telah
mempengaruhi pola makan masyarakat itu sendiri. Alasan ini terbukti
dengan hasil jawaban pengetahuan contoh siswa, ibu siswa dan nenek siswa
yaitu adanya perbedaan yang nyata (p<0,05) tentang pengetahuan mereka.
Hal ini menjelaskan bahwa pembelajaran mulok dapat meningkatkan
pengetahuan contoh (Tabel 24). Namun jika dibandingkan dengan
pengetahuan MTG tentang kandungan gizi, maka nampak yang rata-rata
persentasenya tinggi adalah contoh siswa mulok, sementara ibu siswa dan
nenek siswa adalah lebih rendah. Lihat pula Tabel 28.
b. Karena MTG merupakan kekayaan budaya Gorontalo yang mengandung
unsur karakter bangsa. Juga karena adanya pengaruh yang mendesak
tentang konsumsi makanan impor yang lebih mengarah pada makanan
instant berbahan baku terigu atau bahan impor lainnya. Akibatnya,
memberikan kecenderungan untuk memilih makanan instan sehingga lebih
suka pada makanan lain tersebut. Selain itu pemahaman tentang MTG
bahwa dianggap kampungan sehingga merubah pola makan yang ada
khususnya diperkotaan.
c. Mulok ini menggali dan melatih kreatifitas siswa tentang MTG dalam upaya
menumbuhkan rasa cinta pada MTG termasuk pada daerah.
d. Belajar mulok dapat membuat beragam MTG tidak akan dilupakan oleh
generasi penerus atau anak-anak bangsa, juga dapat mencegah masuknya
130
budaya luar yang merugikan bahkan mempengaruhi dan merubah konsumsi
MTG dengan makanan impor yang diketahui tidak sehat.
e. Oleh karena mulok ilmu gizi berbasis MTG dibelajarkan lebih awal dan
secara luas dikalangan pelajar dan juga diperkenalkan keistimewaan MTG
termasuk kandungan zat-zat gizi yang memadai.
Pernyataan selanjutnya bahwa kebijakan mulok ilmu gizi berbasis MTG
dapat mengatasi masalah perubahan perilaku konsumsi MTG. Seluruh contoh atau
100% memberikan jawaban setuju atas pernyataan tersebut dengan berbagai
alasannya yaitu:
a. Karena belajar teori ilmu gizi/kesehatan dan mempraktikan MTG adalah
sesuai dengan kondisi masyarakat yaitu pembentukan karakter rasa
memiliki budaya daerah dan juga ini merupakan upaya berkesinambungan
yang terkait dengan berbagai pihak.
b. Karena dilakukan sejak dini terutama pada anak didik sehingga akan lebih
mengenal kandungan gizi, kebutuhan gizi yang memenuhi standar
kesehatan serta terlatih untuk bisa mempraktikannya.
c. Mulok dapat memberi informasi mengenai manfaat MTG dan berbagai
pengaruh makanan dari luar yang sulit dibendung sehingga tumbuh
kesadaran untuk melakukan perubahan.
d. karena bahannya mudah diperoleh, murah dan punya nilai gizi yang cukup
sehingga mengurangi perilaku konsumtif seperti pada fast food serta
menambah kreatifitas peserta didik.
e. Tekad masyarakat Indonesia umumnya lebih menyukai makanan cepat saji
(fast food), untuk masyarakat Gorontalo kecenderungan tersebut semakin
meningkat, pada awalnya ini ditandai dengan adanya KFC dan sekarang
ditambah dengan adanya CFC yang rata-rata ramai dikunjungi. Kebijakan
mulok ilmu gizi berbasis MTG ini diharapkan dapat merubah perilaku
masyarakat yang sudah menyenangi fash food yang diketahui tidak
menyehatkan beralih untuk mengonsumsi MTG yang diketahui mempunyai
khasiat untuk kesehatan.
Kebijakan mulok ilmu gizi berbasis MTG dapat merupakan kebutuhan
individu dalam rangka memahami ilmu gizi/kesehatan dan MTG. Pernyataan ini
disetujui 25 contoh atau 96,20%, sementara 1 contoh lainnya menyatakan tidak
setuju. Adapun alasan mereka yang setuju maupun tidak setuju seperti rangkuman
berikut ini yaitu:
a. Ya, karena pada dasarnya setiap individu membutuhkan pemahaman tentang
ilmu gizi/Kesehatan. Pernyataan ini menandakan bahwa sesungguhnya
masyarakat itu sangat membutuhkan pengetahuan gizi/kesehatan yang
berkesinambungan, tetapi wadah untuk proses mendapatkanya memang
masih terbatas. Ini juga menandakan bahwa masyarakat menyadari tentang
kebutuhan aktualisasi dirinya melalui pemahaman tentang ilmu tersebut
(seperti Tabel 2).
b. Ya, kebijakan ini membuat masyarakat dapat mengenal dan memahami
gizi/kesehatan, beraneka ragam makanan tradisional beserta kandungan gizi
dan juga mengetahui makanan yang seimbang. Ini adalah harapan
masyarakat dalam mempertahankan nilai-nilai budaya yang sudah ada sejak
dari zaman dulu yang dipadukan dengan perkembangan ilmu pengetahuan
khususnya tentang ilmu gizi itu sendiri.
131
c. Ya, untuk pelaksanaannya dibutuhkan kerja keras sehingga mencapai
kebutuhan individu yang diharapkan. Alasan ini memberikan pemahaman
bahwa permasalahan tentang makanan itu sudah penting diseriusi sehingga
dibutuhkan kompetensi untuk pelaksanaannya yang berada dalam satu
sistem.
d. Tidak, karena ada juga faktor lain seperti melalui iklan di media. Hal ini
difahami sebagai proses pelaksanaannya bukan saja hanya melalui
pendidikan formal, tetapi informasi media juga tidak kalah pentingnya.
Berdasarkan gambaran sebelumnya (ringkasan tentang kebijakan mulok
dalam kuesioner), kebijakan mulok ilmu gizi berbasis MTG baru didukung oleh
kesepakatan dua instansi (Dinas Kesehatan dan Dinas Pendidikan, Pemuda dan
Olahraga Provinsi Gorontalo) saja, sehingga kebijakan tersebut penting didukung
oleh aturan daerah guna melancarkan proses pelaksanaannya. Pernyataan ini
disetujui oleh semua contoh dengan masing-masing alasannya yang dirangkum
seperti berikut ini yaitu:
a. Dasar kesepakatan antara Dinas Kesehatan dan Dinas Pendidikan, Pemuda
dan Olahraga Provinsi Gorontalo untuk pelaksanaannya tidak menjamin
pemerataan dan kesinambungan mulok ini sehingga harus diperkuat dengan
peraturan daerah yang mengikat semua pihak yang terkait di daerah Provinsi
Gorontalo. Oleh karena pemahaman yang memadai dimiliki oleh para
stakeholders maka dapat dikatakan bahwa alasan ini merupakan masalah
yang mendasar dan merupakan kekhawatiran yang cukup besar terhadap
kegagalan pelaksanaan mulok ke depan.
b. Pelaksanaan kebijakan harus melibatkan semua pihak termasuk swasta,
mengingat cakupan mulok adalah berbagai unsur apalagi ini telah didukung
oleh masyarakat dan stakeholders sehingga merupakan masalah penting
belum adanya perda sebagai dasar hukum untuk perlindungan/proteksi, dan
jika tidak hanya di atas kertas saja.
c. Oleh karena masalah gizi/kesehatan dapat mengancam kehidupan manusia
maka “kebijakan ini tidak cukup dengan perda saja tetapi diharapkan lebih
luas lagi menjadi kebijakan nasional misalnya melalui surat keputusan
bersama oleh beberapa menteri, peraturan presiden atau bahkan sampai
undang-undang”. Artinya, pandangan dari beberapa stakeholders yang
diwawancarai tersebut telah menganggap bahwa hal ini merupakan masalah
besar karena menyangkut tentang kehidupan masyarakat hari ini dan masa
depan bangsa. Dikatakan pula bahwa gizi/kesehatan yang didasari oleh
makanan tradisional selain untuk produktivitas masyarakat yang terpenting
juga untuk pelestarian dan pengembangan budaya itu sendiri.
2. Peramalan Masa Depan Kebijakan Mulok Ilmu Gizi Berbasis MTG
Pertanyaan/pernyataan tentang peramalan masa depan kebijakan mulok ada
5 yang didasarkan pada penilaian yang informatif oleh para pakar yang telah
ditetapkan sebagai contoh. Mereka memberikan jawaban atau pernyataannya tidak
jauh berbeda antara yang satu dengan lainnya.
Seperti pada Tabel 76, pertanyaan/pernyataan pertama adalah bahwa
kebijakan mulok ilmu gizi berbasis MTG diprediksi dapat menjadi mata pelajaran
dalam menyadarkan masyarakat tentang gizi dan kesehatan. Semua atau 100%
132
contoh menjawab setuju tentang hal ini dengan berbagai alasan yang dirangkum
seperti berikut ini:
a. Karena dengan mulok ilmu gizi berbasis MTG banyak hal tentang
gizi/kesehatan yang akan diketahui dan bermanfaat untuk kesehatan,
sehingga menjadi kebutuhan setiap warga Gorontalo.
b. Karena masyarakat diajarkan tentang nilai dan manfaat MTG yang tidak
mengandung zat kimia sintetik serta merupakan ciri khas daerah, sehingga
penting dilengkapi dengan kurikulum, bahan ajar, serta esensinya
berhubungan erat dengan kesehatan dan kebutuhan vital seseorang.
c. Karena pelajaran yang didapatkan secara berjenjang di sekolah akan
menyadarkan masyarakat tentang gizi dan Kesehatan.
d. Karena memotivasi masyarakat agar mau mengonsumsi makanan bergizi,
beragam, seimbang dan sehat terutama bersumber dari bahan makanan
lokal, sehingga akan menjadi upaya meningkatkan kesadaran individu.
e. Dengan menjadi mata pelajaran mulok ilmu gizi berbasis MTG sebagai
salah satu sarana untuk menyadarkan masyarakat tentang gizi dan
kesehatan.
Tabel 76 Jawaban contoh atas pertanyaan/pernyataan tentang peramalan masa
depan kebijakan mulok ilmu gizi berbasis MTG
No. Pertanyaan/pernyataan peramalan kebijakan mulok Jawaban
Ya Tidak n % n %
1 Kebijakan mulok ilmu gizi berbasis MTG diprediksi dapat
menjadi mata pelajaran dalam menyadarkan masyarakat tentang
gizi dan kesehatan.
26 100.00 - -
2 Kebijakan mulok ilmu gizi berbasis MTG diproyeksikan menjadi
mata pelajaran yang dibutuhkan untuk meningkatkan perilaku
konsumsi MTG.
26 100.00 - -
3 Kebijakan mulok ilmu gizi berbasis MTG dapat berdampak nyata
pada upaya preventif terjadinya berbagai penyakit.
25 96.20 1 3.80
4 Kebijakan mulok ilmu gizi berbasis MTG ini sebagai upaya
pelestarian dan pengembangan MTG.
25 96.20 1 3.80
5 Kebijakan mulok ilmu gizi berbasis MTG akan membebani
anggaran daerah.
8 30.80 18 69.20
Pertanyaan/pernyataan kedua adalah bahwa kebijakan mulok ilmu gizi
berbasis MTG diproyeksikan menjadi mata pelajaran yang dibutuhkan untuk
meningkatkan perilaku konsumsi MTG. Pada Tabel 76, terlihat bahwa jawaban
yang diberikan oleh contoh adalah 100% menyetujui pertanyaan/ pernyataan ini
dengan berbagai alasan yaitu:
a. Karena dibelajarkan sejak dini kepada anak sehingga anak mendapatkan
pengalaman yang meliputi ilmu gizi/kesehatan dan praktik tentang budaya
dalam hal ini MTG yang memberikan pola pikir yang tepat pada generasi
muda sehingga berpengaruh pada perilaku anak itu sendiri. Ini telah
dibuktikan oleh adanya perbedaan yang nyata (P<0,05) antara contoh siswa
mulok dan tidak mulok dalam pengetahuan, sikap dan praktik pada MTG.
(Tabel 24, 36, 43).
b. Karena peserta didik akan lebih mengenal keanekaragaman MTG. Selain itu
diketahuinya juga bahwa cara pengolahan mudah, bahan baku murah dan
tersedia serta memberikan dampak pada kesehatan tubuh, sehingga
133
menyadarkan masyarakat tentang gizi/kesehatan dan meningkatkan perilaku
konsumsi MTG.
c. Karena dapat memberikan kepercayaan pada hasil karya atau ciptaan daerah
sendiri jika dilaksanakan secara sungguh-sungguh. Kepercayaan inilah yang
menjadi kekuatan dalam peningkatan perilaku konsumsi MTG itu sendiri.
Jadi di sini dibutuhkan pula upaya-upaya non formal yang merupakan
tontonan dari peserta didik yang didukung oleh ketersediaan MTG baik di
rumah tangga, kantin, warung-warung, restoran, mall dan juga di hotel-
hotel.
Permasalahan kesehatan banyak berawal dari permasalahan makanan
apakah yang terkait dengan penyakit infeksi maupun penyakit degeneratif. Ada
lebih dari 90% penyakit yang diderita oleh umat manusia berhubungan dengan
makanan (PP RI No. 22 tahun 2009). Oleh karena itu pertanyaan/pernyataan
selanjutnya adalah bahwa kebijakan mulok ilmu gizi berbasis MTG ini dapat
berdampak nyata pada upaya preventif terjadinya berbagai penyakit. Ada 25 atau
96,20% contoh yang menyetujui pernyataan tersebut, sementara 1 contoh lainnya
menjawab tidak. Adapun rangkuman alasan yang disampaikan tersebut adalah
sebagai berikut:
a. Karena dibelajarkan secara dini tentang MTG yang sehat, bergizi, beragam,
dan berimbang dalam hal ini tentang pola makan yang sehat, juga belajar
tentang ilmu gizi/kesehatan yang dikaitkan dengan MTG tersebut sehingga
bermanfaat dalam mencegah penyakit.
b. Karena dengan pembelajaran mulok ini dapat diketahui dan dibedakan
makanan yang diolah menggunakan bahan kimia (misalnya penggunaan
penambah rasa/aroma dan pewarna) dan yang alamiah, sehingga ini sebagai
salah satu upaya terbaik dalam mencegah terjadinya penyakit.
c. Karena pembelajaran ini dapat meningkatkan pengetahuan tentang
kebutuhan gizi seseorang dari makanan termasuk dari MTG yang memadai,
sehingga kemungkinan jatuh sakit sangat kecil.
d. Tidak, karena belum tentu dilaksanakan secara baik dalam implikasinya.
Alasan ini memberikan gambaran bahwa betapa penting pelaksanaan
kebijakan mulok untuk hari ini secara totalitas dan berkesinambungan
sehingga harapan terhadap pencegahan penyakit dapat terwujud.
Pertanyaan/pernyataan peramalan selanjutnya yaitu bahwa kebijakan mulok
ilmu gizi berbasis MTG ini sebagai upaya pelestarian dan pengembangan MTG.
Ternyata ada 25 atau 96,20% contoh memberikan jawaban meyetujui, sementara 1
contoh lainnya menjawab tidak. Adapun rangkuman alasan mereka seperti berikut
ini:
a. Karena hal ini dilakukan melalui proses pendidikan formal yang memang
sangat menyentuh masyarakat terutama peserta didik. Implikasi dari alasan
ini dapat dilihat berdasarkan perbedaan pengetahuan, sikap dan praktik
konsumsi MTG pada contoh siswa mulok dan tidak mulok (Lihat bab
Perubahan Perilaku Konsumsi MTG dan Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi).
b. Karena bukti proses pelestarian dan pengembangan tersebut melalui
pembelajaran mulok itu sendiri dan ini dibutuhkan komitmen pemerintah.
Hal tersebut terlihat pada perbedaan pengetahuan antara contoh siswa mulok
134
dengan tidak mulok yaitu pada nama MTG, jenis, bahan yang digunakan,
kandungan gizi, cara membuat dan penggunaannya untuk apa.
c. Karena mulok berkaitan erat dengan pengembangan ilmu, pemeliharaan dan
peningkatan kebutuhan gizi serta berhubungan erat dengan budaya daerah,
sehingga pelestarian tersebut akan didapatkan secara kognitif, afektif, dan
psikomotor. Keadaan ini akan menumbuhkembangkan rasa kebangsaan di
kalangan masyarakat. Alasan ramalan ini sangat jauh ke depan, karena telah
diintrepretasikan dengan keadaan bangsa saat ini yang mempunyai
kecenderungan mengindahkan produk-produk impor daripada produk asli
negara sendiri.
Pertanyaan/pernyataan peramalan kebijakan yang kelima atau yang terakhir
adalah bahwa kebijakan mulok ilmu gizi berbasis MTG akan membebani
anggaran daerah. Jawaban yang diberikan adalah ada 8 atau 30,80% contoh yang
menjawab menyetujui dan sisanya ada 18 atau 69,20% yang menjawab tidak. Ini
menarik karena masing-masing contoh mempunyai alasannya seperti rangkuman
berikut ini.
Rangkuman alasan jawaban setuju:
a. Karena untuk optimalisasi pelaksanaan mulok di sekolah-sekolah menjadi
kewajiban pemerintah untuk dibebankan melalui dana APBD. Ini adalah
sebuah kewajaran karena mulok ilmu gizi berbasis MTG ini adalah untuk
kepentingan umum.
b. Karena semua kebijakan pasti akan membebani anggaran yang menjadi
bagian tanggung jawab daerah. Mulok ilmu gizi berbasis MTG merupakan
inovasi sehingga membutuhkan dukungan anggaran (mulai dari penyusunan
kurikulum, pelatihan guru, penyediaan buku, dll). sebagai upaya pelestarian
dan pengembangan kekayaan budaya.
Rangkuman alasan jawaban tidak setuju:
a. Tidak, karena merupakan kebutuhan setiap individu sehingga ini dapat
menjadi program daerah atau pusat dalam rangka menjaga identitas daerah
khususnya tentang makanan tradisional melalui pendidikan formal sebagai
bagian dari pembangunan generasi muda. Alasan ini mengandung
pengertian bahwa kebijakan mulok sangatlah penting untuk pembangunan
generasi muda yang akan melanjutkan pembangunan tentang nilai-nilai
budaya khususnya makanan tradisional yang mempunyai khasiat terhadap
kesehatan.
b. Tidak, karena untuk meningkatkan pengetahuan ilmu tersebut pada anak
didik, yang mencerdaskan masyarakat sehingga menjadi kebutuhan. Ini juga
sebagai investasi generasi jangka panjang yang menguntungkan daerah
dalam upaya pelestarian dan pengembangan MTG.
c. Tidak, karena dengan mulok ini dapat menunjang ketersediaan pangan di
daerah dan dapat mensuport Rencana Aksi Daerah (RAD) pangan dan gizi
2012-2015. Alasan ini mengandung pengertian bahwa dengan adanya
mulok, maka senantiasa terjadi penganekragaman makanan yang bersumber
bahan makanan lokal sehingga bahan makanan pokok tidak tergantung lagi
pada beras. Ini juga sangat menguntungkan para produsen bahan makanan
pokok selain beras seperti jagung, umbi-umbian, dan sagu.
135
3. Rekomendasi Pelaksanaan Kebijakan Mulok Ilmu Gizi Berbasis MTG
Menurut Dunn (2003) bahwa rekomendasi adalah pernyataan advokasi yang
actionable, prosfektif, bermuatan nilai-nilai dan bersifat etik. Dalam menganalisis
rekomendasi ini maka dibuat 7 pertanyaan/pernyataan kepada para stakeholders
untuk memperoleh pernyataan yang rasional.
Seperti pernyataan pertama pada Tabel 77 bahwa dasar pelaksanaan mulok
ilmu gizi berbasis MTG baru dalam bentuk kesepakatan dua institusi yaitu Dinas
Kesehatan dan Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga Provinsi Gorontalo.
Untuk memperkuat dasar pelaksanaannya maka kebijakan mulok penting didasari
oleh peraturan daerah. Semua contoh menjawab atau memberikan pernyataan
bahwa setuju dengan pernyataan tersebut. Mereka memberikan alasannya
masing-masing, dan untuk mempermudah pemahaman maka alasan tersebut
dibuat dalam bentuk rangkuman seperti berikut ini.
a. Perda sebagai dasar pelaksanaan pembelajaran guna menunjang
profesionalitas. Arti dari alasan ini diintrepretasikan bahwa dengan adanya
perda maka semua hal yang terkait dengan kebijakan mulok, akan
mendapatkan dukungan dan fasilitas apa saja baik tenaga, peralatan atau
sarana prasarana, dana baik bersumber dari Anggaran Pendapatan dan
Belanja Daerah (APBD) maupun Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
(APBN) atau sistem lainnya seperti kurikulum, bahan ajar, peningkatan dan
pengembangan kompetensi tenaga pengajar. Apabila melihat ke negara lain
seperti Jepang bahwa aturan tentang makanan tradisional (shokuiku) sudah
sampai pada tingkat undang-undang. Ini sebagai bukti bahwa di Jepang
kepedulian mereka terhadap pelestarian dan pengembangan budaya
khususnya makanan tradisionalnya sudah menjadi tanggung jawab di
tingkat nasional.
b. Perda selain sebagai dasar pelaksanaan juga untuk menjamin keberlanjutan
mulok ilmu gizi berbasis MTG sekalipun terjadi pergantian pimpinan dalam
institusi. Alasan ini dapat diinterpretasikan bahwa dasar hukum yang
melindungi dan dapat menjamin keberlanjutan sebuah kegiatan tidak lain
untuk di tingkat daerah adalah peraturan daerah. Ini penting, karena
pergantian pimpinan menjadi sebuah pembaharuan dalam organisasi dan
bisa saja bedampak sampai pada pelaksanaan kegiatan atau program.
Namun dengan adanya perda hal ini dapat diantisipasi untuk tidak terjadi.
Pernyataan selanjutnya adalah bahwa kebijakan mulok ilmu gizi berbasis
MTG dapat dikembangkan dan diterapkan pada semua SD, SMP dan SMU/SMK.
Semua contoh menjawab setuju dengan pernyataan tersebut dan menyampaikan
berbagai alasan yang dirangkum seperti berikut ini:
a. Karena untuk pemantapan sasaran yang ingin dicapai maka perlu
keberlangsungan dari SD, SMP dan SMA sebagai lini terdepan, berdasarkan
kurikulum dan ini dalam rangka perlestarian dan pengembangan budaya
juga termasuk upaya peningkatan status gizi/kesehatan masyarakat.
b. Dilakukan secara dini melalui pembelajaran formal yang penerapannya
secara langsung lebih terarah sesuai dengan kondisi peserta didik. Sehingga
ilmu gizi berbasis MTG dapat dikenal, difahami, dan diterapkan pada semua
kalangan siswa. Selain itu, pernyataan para stakeholders lainnya bahwa
dibutuhkan pula upaya lain seperti sosialisasi pada pendidikan non formal,
sehingga semua kalangan mudah memahami dan mulok membudaya.
136
Tabel 77 Jawaban contoh atas pertanyaan/pernyataan tentang rekomendasi
kebijakan mulok ilmu gizi berbasis MTG
No. Pertanyaan/pernyataan rekomendasi kebijakan mulok Jawaban
Ya Tidak n % n %
1 Dasar pelaksanaan mulok ilmu gizi berbasis MTG baru dalam
bentuk kesepakatan dua institusi yaitu dinas kesehatan dan dinas
pendidikan, pemuda dan olahraga provinsi Gorontalo. Untuk
memperkuat dasar pelaksanaannya kebijakan mulok penting didasari
oleh Peraturan daerah.
26 100.00 - -
2 Kebijakan mulok ilmu gizi berbasis MTG dapat dikembangkan dan
diterapkan pada semua SD, SMP dan SMU/SMK. 26 100.00 - -
3 Dibutuhkan kurikulum yang menjabarkan mata pelajaran mulok ilmu
gizi berbasis MTG berdasarkan tingkat sekolah (SD, SMP dan
SMU/SMK) yang disusun oleh institusi yang terkait.
26 100.00 - -
4 Dibutuhkan buku-buku bahan ajar berdasarkan tingkat pembelajaran
mulok ilmu gizi berbasis MTG (SD, SMP, SMU/ SMK). 26 100.00 - -
5 Dibutuhkan sarana pembelajaran terutama ruang praktik beserta
peralatannya yang mendukung pelaksanaan pembelajaran mulok
ilmu gizi berbasis MTG?
25 96.20 1 3.80
6 Penting dilaksanakan pelatihan bagi guru-guru mulok ilmu gizi
berbasis MTG secara periodik dalam meningkatkan kualitas
pembelajaran mulok.
26 100.00 - -
7 Setiap guru yang mengajar mulok ilmu gizi berbasis MTG
disertifikasi pada mata pelajaran tersebut. 24 92.30 2 7.7
Dibutuhkan kurikulum yang menjabarkan mata pelajaran mulok ilmu gizi
berbasis MTG berdasarkan tingkat sekolah (SD, SMP dan SMU/SMK) yang
disusun oleh institusi terkait. Kurikulum yang dijalankan baru berdasarkan hasil
penyusunan disaat pelatihan guru mulok di tingkat Provinsi. Berbeda dengan
temuan Harsono (2009), bahwa kurikulum mulok Bahasa Daerah di SMP Negeri
6 dan SMP Negeri 21 Surakarta yang sudah disusun berdasarkan Musyawarah
Guru Mata Pelajaran (MGMP) Bahasa Daerah Kota Surakarta.
Ada 100% contoh yang menjawab setuju atas pernyataan tersebut dengan
alasannya masing-masing. Alasan-alasan itu telah dirangkum sebagai berikut:
a. Karena dibutuhkan pendekatan yang pedagogic dan metodologis dan harus
ada dokumen kurikulumnya yang berjenjang dan komprehensif. Demikian
juga sangat penting untuk dasar pembuatan dan pengembangan silabus serta
rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP).
b. Agar terdapat arah yang jelas, terstruktur dan sesuai kebutuhan. Kurikulum
merupakan acuan yang jelas dalam mengimplementasikan program ini
secara sistematis dan berkelanjutan agar terarah dan mengetahui tingkat
penyerapan siswa.
Pelaksanaan mulok ilmu gizi berbasis MTG membutuhkan buku-buku
bahan ajar berdasarkan tingkat pembelajaran mulok tersebut yang meliputi tingkat
SD, SMP, SMU/SMK. Pernyataan ini lebih operasional dalam mendukung
pelaksanaan mulok tersebut. Olehnya 100% contoh memberikan pernyataan
setuju terhadap hal tersebut dengan alasan-alasannya sebagai berikut:
a. Pedoman dan kelengkapan dalam proses belajar mengajar, sebagai rujukan,
bahan referensi atau buku pegangan belajar siswa sesuai tingkatannya.
b. Buku tersebut sebagai acuan dan syarat mutlak dalam mentransfer
pengetahuan/materi kepada peserta didik, selain itu pula dibutuhkan alat
137
peraga atau penunjang kegiatan belajar mengajar (KBM) di lingkungan
pendidikan.
Dibutuhkan sarana pembelajaran terutama ruang praktik beserta
peralatannya yang mendukung pelaksanaan pembelajaran mulok ilmu gizi
berbasis MTG. Ini juga merupakan dasar pelaksanaan proses pembelajaran yang
harus dilengkapi dengan sarana yang dibutuhkan sesuai dengan tingkatan
pembelajaran. Terdapat 25 atau 96,20% contoh yang memberikan pernyataan
setuju dan 1 contoh lainnya menyatakan tidak setuju. Alasan setuju dan tidak
dirangkum sebagaimana berikut ini:
a. Ya, karena pemantapan pengetahuan secara teori harus didukung oleh
kemampuan praktikum sehingga diharapkan siswa lebih memahami,
mendalami dan lebih kreatif sebagai bukti keterampilan yang dipelajari
melalui praktik.
b. Tidak, karena ruang praktik memang sangat diperlukan, tetapi bukan
merupakan kebutuhan utama. Penjelasan dari alasan ini adalah bahwa,
ternyata sekalipun dalam keadaan yang masih penuh dengan keterbatasan
namun karena penerapan mulok ini baru dimulai diharapkan para pendidik
dapat menggunakan dulu ruangan dan peralatan yang tersedia. Bahkan
ditugaskan para siswa untuk membawa peralatan praktik dari rumah yang
disetujui oleh orang tua mereka, sehingga pembelajaran tetap berlangsung.
Penting dilaksanakan pelatihan bagi guru-guru mulok ilmu gizi berbasis
MTG secara periodik dalam meningkatkan kualitas pembelajaran mulok. Ini
merupakan upaya pengembangan kompetensi guru. Semua contoh memberikan
pernyatan setuju dengan berbagai alasannya yang dirangkum bebagai berikut:
a. Untuk peningkatan pengetahuan dan keterampilan guru, juga persamaan
persepsi atau keseragaman kompetensi guru sehingga dapat menjamin
kualitas pembelajaran mulok ilmu gizi berbasis MTG dalam pengembangan
SDM tersebut.
b. Pelatihan dilaksanakan secara kontinyu agar dapat mengikuti perkembangan
ilmu dan teknologi yang mutakhir tentang gizi/kesehatan. Ini dibutuhkan
oleh guru sebagai narasumber, transformer dan motivator bagi anak didik
dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar guna mencapai tujuan
pembelajaran. Ini juga membuat guru berkompeten dan profesional dalam
mulok tersebut.
Pertanyaan/pernyataan yang selanjutnya untuk rekomendasi ini adalah
bahwa setiap guru yang mengajar mulok ilmu gizi berbasis MTG disertifikasi
pada mata pelajaran tersebut. Ada 24 atau 92,30% contoh memberikan pernyataan
setuju terhadap hal tersebut, sisanya sebanyak 2 atau 7,70% memberikan
pernyataan tidak setuju. Selanjutnya dapat dilihat alasan-alasan terhadap
pernyataan mereka yang telah dirangkum seperti berikut ini:
a. Ya, agar diketahui kompetansi guru pada setiap jenjang, juga menjadi lebih
fokus dalam kegiatan belajar mengajar sehingga guru benar-benar
profesional pada mata pelajaran mulok ilmu gizi berbasis MTG tersebut.
b. Ya, agar guru memiliki legalitas untuk proses kegiatan belajar mengajar
sehingga benar-benar memahami dan menjalankan tugasnya dengan baik
serta penuh rasa tanggung jawab. Selain itu, sertifikasi ini sebagai dasar
dalam kompensasi kompetensi guru itu sendiri.
138
c. Tidak, karena dapat diajarkan oleh guru yang lain. Alasan ini didasari oleh
pemahaman contoh bahwa mulok ilmu gizi berbasis MTG ini hanya
merupakan bagian dari suatu mata pelajaran. Sementara mulok ini sudah
menjadi mata pelajaran yang tidak dapat disatukan dengan mata pelajaran
lainnya sebab materinya tidak sesuai menjadi mata pelajaran lain.
Keberlangsungan Pembelajaran Mulok Ilmu Gizi Berbasis MTG
Untuk mengetahui pembelajaran mata pelajaran mulok ilmu gizi berbasis
MTG, maka dilakukan pemantauan dan evaluasi pada proses pembelajaran mulok
tersebut. Ini dilakukan melalui pengamatan, wawancara langsung, penelusuran
dokumen yang ada. Wawancara dilakukan pada contoh siswa mulok, guru mulok
dan contoh kepala sekolah. Untuk contoh siswa terdapat 7 pertanyaan/pernyataan,
contoh guru mulok ada 18 dan untuk contoh kepala sekolah berjumlah 13
pertanyaan/pernyatan.
1. Contoh Siswa Mulok Ilmu Gizi Berbasis MTG
Ternyata mata pelajaran mulok ilmu gizi berbasis MTG merupakan mata
pelajaran yang menarik dipelajari oleh contoh siswa. Hal ini dibuktikan oleh
pilihan semua atau 100% contoh siswa mulok menyatakan setuju bahwa mata
pelajaran mulok ini menarik dipelajari, dapat dilihat pada Tabel 78. Ini berbeda
dengan temuan Yufiarti (2009) atas penelitiannya tentang pelaksanaan program
pendidikan muatan lokal berorientasi keterampilan di SMP Lampung yakni dari
36 sekolah ada lebih dari 70% siswa menyatakan berminat terhadap mulok
tersebut.
Selanjutnya jumlah contoh dan beberapa alasan yang disampaikan tentang
mata pelajaran mulok ilmu gizi berbasis MTG menari adalah sebagai berikut:
a. Setuju menarik dipelajari karena belajar tentang gizi untuk kesehatan dan
belajar makanan tradisional yang merupakan budaya Gorontalo. Alasan ini
diberikan oleh 17 atau 11,11% contoh siswa mulok.
b. Setuju menarik dipelajari dengan alasan bahwa di mulok contoh siswa
belajar makanan tradisional yang merupakan budaya Gorontalo dan belajar
memasak MTG dan mempraktikannya. Pernyataan ini diberikan oleh 5 atau
3,27% contoh siswa mulok.
c. Setuju menarik dipelajari dengan alasan bahwa mulok ini mempelajari
tentang gizi untuk kesehatan tubuh, belajar makanan tradisional yang
merupakan budaya Gorontalo, dan belajar praktik memasak MTG. Ini
dipilih oleh 109 contoh siswa atau 71,24%.
d. Setuju menarik dipelajari dengan alasan bahwa mulok membelajarkan
tentang gizi untuk kesehatan tubuh, belajar makanan tradisional yang
merupakan budaya Gorontalo, belajar dan praktik memasak MTG, dan lain-
lain. Ada 22 atau 14,38% yang memilih MTG karena hal yang telah
disebutkan tersebut. Untuk jawaban tentang dan lain-lain maka ada siswa
yang memberikan jawaban bahwa MTG itu enak, punya aroma yang khas
dan menyehatkan. Serta adanya kecintaan pada MTG tidak dapat digantikan
dengan makanan lainnya.
Seluruh contoh siswa mulok yaitu ada 153 atau 100% memberikan jawaban
setuju bahwa belajar mata pelajaran mulok ilmu gizi berbasis MTG dapat
meningkatkan pengetahuan tentang gizi/kesehatan. Hasil penelitian ini
139
menunjukkan perbedaan yang nyata pengetahuan contoh siswa mulok dan tidak
mulok (p<0,05) terutama pengetahuan kandungan gizi MTG. Selanjutnya
perbedaan yang nyata ini, juga terjadi antara contoh siswa mulok yang
dibandingkan dengan ibu siswa maupun nenek siswa seperti yang telah
disampaikan sebelumnya. Ini seperti hasil temuan Sungkowo et al. (2008) bahwa
intervensi pengayaan pengetahuan pangan dan gizi pada muatan lokal
meningkatkan pengetahuan gizi siswa.
Belajar mulok ilmu gizi berbasis MTG dapat meningkatkan pengetahuan
MTG. Pertanyaan ini dijawab dengan pernyataan setuju oleh seluruh contoh siswa
mulok. Ini sangat relevan dengan perbedaan yang nyata pengetahuan MTG siswa
mulok dan tidak mulok. Perbedaan ini terlihat pada pengetahuan jenis MTG,
bahan yang digunakan, kandungan gizi, cara membuat dan penggunaan MTG
pada contoh siswa mulok dan tidak mulok (p<0,05). Temuan Dwiriani et al.
(2011) tentang pemberian intervensi pendidikan gizi pada siswa SMP yang
menunjukkan bahwa terjadi peningkatan pengetahuan gizi secara signifikan pada
kelompok intervensi dibandingkan dengan kontrol. Ini lebih jelasnya dapat dilihat
pada bab tentang perubahan perilaku konsumsi MTG pada subbab pengetahuan.
Tabel 78 Sebaran contoh siswa mulok ilmu gizi berbasis MTG yang
menjawab pertanyaan tentang pembelajaran mulok ilmu gizi
berbasis MTG
No. Pertanyaan/pernyataan Jawaban
Ya Tidak
n % n %
1 Mulok ilmu gizi berbasis MTG menarik dipelajari 153 100.00 - -
2 Alasan siswa tertarik belajar mulok:
a. Belajar tentang gizi untuk kesehatan tubuh
b. Belajar makanan tradisional yang merupakan budaya Gorontalo
17 11.11 - -
b. Belajar makanan tradisional yang merupakan budaya Gorontalo
c. Belajar dan praktik memasak MTG
5 3.27 - -
a. Belajar tentang gizi untuk kesehatan tubuh
b. Belajar makanan tradisional yang merupakan budaya Gorontalo
c. Belajar dan praktik memasak MTG
109 71.24 - -
a. Belajar tentang gizi untuk kesehatan tubuh
b. Belajar makanan tradisional yang merupakan budaya Gorontalo
c. Belajar dan praktik memasak MTG
d.Dan lain-lain
22 14.38 - -
3. Apakah dengan belajar mulok ilmu gizi berbasis makanan
tradisional Gorontalo dapat meningkatkan pengetahuan anda
tentang ilmu Gizi/kesehatan?
153 100 - -
4. Apakah dengan belajar mulok ilmu gizi berbasis MTG
meningkatkan pengetahuan anda tentang MTG?
153 100 - -
5. Apakah dengan belajar mulok ilmu gizi berbasis MTG dapat
meningkatkan kecintaan anda pada MTG?
150 98.03 3 1.97
6. Apakah dengan belajar mulok ilmu gizi berbasis MTG dapat
meningkatkan konsumsi anda pada MTG?
148 96.73 5 3.27
7. Apakah dengan belajar mulok ilmu gizi berbasis MTG dapat
meningkatkan keinginan untuk melestarikan dan mengembangkan
MTG?
148 96.73 5 3.27
Apakah dengan belajar mulok ilmu gizi berbasis MTG dapat meningkatkan
kecintaan pada MTG (Tabel 78)? Ada 150 atau 98,03% yang menyatakan setuju
atas pertanyaan tersebut sementara ada 3 atau 1,97% yang lainnya menyatakan
tidak. Pernyataan ini didukung oleh perbedaan yang nyata sikap contoh siswa
140
mulok dan tidak mulok (p<0,05). Sikap tersebut menyangkut rasa suka terhadap
MTG dengan berbagai alasan yang meliputi alasan suka karena penampilan,
tekstur, aroma yang khas, cita rasa, kerena menyehatkan dan mudah diperoleh.
Hal ini dapat dilihat pada bab tentang perubahan perilaku konsumsi MTG pada
subbab sikap.
Belajar mulok ilmu gizi berbasis MTG dapat meningkatkan konsumsi pada
MTG. Pernyataan ini disambut setuju oleh 148 atau 96,73% contoh siswa mulok,
sementara ada 5 atau 3,27% yang menyatakan tidak setuju. Hal ini dibuktikan
melalui praktik konsumsi MTG oleh contoh siswa mulok dan tidak mulok yang
terdapat perbedaan yang nyata (p<0,05) terhadap frekuensi konsumsi MTG
tersebut. Lebih jelasnya dapat dilihat pada bab tentang perubahan perilaku
konsumsi MTG pada subbab praktik. Sementara alasan contoh siswa mulok yang
tidak setuju adalah karena di rumah mereka tidak selalu tersedia MTG yang dapat
menyebabkan tidak selalu dapat mengonsumsi MTG juga ada pernyataan yang
membandingkan bahwa MTG kalah enaknya dengan makanan camilan. Memang
tingkat konsumsi sangat dipengaruhi oleh ketersediaan di tingkat rumah tangga,
sementara karena anak dari kecil sudah dibiasakan dengan camilan modern maka
cita rasa kebiasaan ini yang akan peka dengan produk lainnya. Oleh karena
lidahnya terbiasa oleh rasa camilan yang banyak berasal dari mono sodium
glutamat (MSG) maka pasti cita rasa yang lain akan dikatakan tidak enak.
Pertanyaan/pernyataan selanjutnya yakni belajar mulok ilmu gizi berbasis
MTG dapat meningkatkan keinginan untuk melestarikan dan mengembangkan
MTG. Terdapat 148 atau 96,73% contoh siswa mulok yang menjawab setuju dan
5 atau 3,27% yang menjawab tidak. Jawaban ini menandakan bahwa, para siswa
mulok telah memahami pembelajaran mulok yang mereka terima adalah sebagai
upaya pelestarian MTG supaya tidak punah. Ini benar-benar merupakan point
terpenting terhadap upaya pelestarian dan pengembangan MTG sebagai budaya
Gorontalo tersebut. Sementara alasan siswa yang tidak menyetujui adalah bahwa
mereka belum bisa dan belum tahu bagaimana cara mempraktikan pelestarian
MTG tersebut. Pernyataan ini dapat diinterpretasikan bahwa sesungguhnya
mereka sudah berkeinginan tetapi mereka belum tahu. Melalui penjelasan yang
baik oleh para guru tentang tujuan pembelajaran mulok yang salah satunya adalah
berdampak pada pelestarian MTG, maka contoh siswa ini diyakini akan
memahaminya.
2. Contoh Guru Mulok Ilmu Gizi Berbasis MTG
Proses pelaksanaan kegiatan belajar mengajar dilakukan pengamatan dan
wawancara langsung dengan para guru mulok berdasarkan kuesioner. Terdapat
18 pertanyaan yang disampaikan pada guru mulok guna mengetahui proses
pembelajaran tersebut, dapat dilihat pada Tabel 79, 83.
Mulok ilmu gizi berbasis MTG diberikan setiap minggu pada semua contoh
sekolah mulok. Ada 11 contoh guru mulok yang memberikan jawaban bahwa
setiap minggu diberikan 2 jam setiap kali tatap muka. Sementara 1 guru lainnya
menjawab diberikan setiap minggu selama 1 jam pelajaran. Temuan ini berbeda
dengan hasil penelitian Martono (2001) tentang pembelajaran kerajinan menurut
kurikulum muatan lokal di SLTP penyelenggara program keterampilan kerajinan
di Yogyakarta yakni 14 jam perminggu. Lebih lanjut dikatakannya bahwa ini
adalah terlalu berat untuk siswa SLTP.
141
Tabel 79 Sebaran contoh guru sekolah mulok yang menjawab pertanyaan
tentang pembelajaran mulok ilmu gizi berbasis MTG (pertanyaan 1-10)
No. Pertanyaan/pernyataan
Jawaban
Ya Tidak
n % n %
1 Muatan lokal (mulok) ilmu gizi berbasis MTG diberikan setiap minggu. 11 91.7 1 8.3 2 Mata pelajaran mulok ini diberikan pada semester berapa dan kelas berapa? Tabel 80
3 Ada perangkat pembelajaran tentang mulok ilmu gizi berbasis MTG. 12 100.0 - -
4 Ada buku pegangan atau bahan ajar untuk pembelajaran mulok ilmu gizi berbasis MTG.
12 100.0 - -
5 Bahan ajar yang digunakan sudah mencukupi untuk pembelajaran mulok
ilmu gizi berbasis MTG. 2 16.7 10 83.3
6 Pemberian materi pembelajaran mulok ilmu gizi berbasis MTG dimulai dari
teori tentang ilmu gizi. 12 100.0 - -
7 Pembelajaran mulok ilmu gizi berbasis MTG. apakah ada pembelajaran
tentang makanan tradisional? 12 100.0 - -
8 Ada pembelajaran praktik pembuatan MTG. 12 100.0 - - 9 Materi ilmu gizi dan makanan tradisional pada mata pelajaran mulok apakah
jumlah waktunya sama? 11 91.7 1 8.3
10 Apakah pembelajaran mulok ini telah memenuhi standar kompetensi? 11 91.7 1 8.3
Pelajaran mulok ini diberikan pada kelas 7 semester ganjil dan genap oleh 8
contoh sekolah mulok. Selanjutnya diberikan pada kelas 8 setiap semester ganjil
dan genap oleh 2 contoh sekolah mulok. Sementara ada 2 contoh sekolah mulok
yang diberikan pada semester 1, 2, 3 dan 4 yaitu di kelas 7 dan 8. Lihat Tabel 80.
Tabel 80 Sebaran contoh guru sekolah mulok yang menjawab pertanyaan
pelaksananaan pembelajaran mulok ilmu gizi berbasis MTG
berdasarkan frekuensi pelaksanaan
Frekuensi pelaksanaan pembelajaran mulok ilmu
gizi berbasis MTG
Guru mulok yang menjawab
n %
Frekuensi pembelajaran mulok setiap minggu 1 kali /1 jam 1 8.3
1 kali /2 jam 11 91.7
Dalam tahun ajaran
Semester 1 dan 2 (kelas 7) 8 66.6
Semester 3, dan 4 (kelas 8) 2 16.7
Semester 1, 2, 3, dan 4 (kelas 7 dan 8) 2 16.7
Dalam pelaksanaan pembelajaran terdapat perangkat pembelajaran tentang
mulok ilmu gizi berbasis MTG yang merupakan komponen dari rencana
pelaksanaan pembelajaran (RPP). Komponen RPP menurut PP Nomor 19 (2005)
meliputi kolom identitas mata pelajaran, standar kompetensi, kompetensi dasar,
indikator pencapaian kompetensi, tujuan pembelajaran, materi ajar, metoda
pembelajaran, langkah-langkah pembelajaran, alat/bahan sumber belajar dan
penilaian. Semua contoh guru mulok menyatakan bahwa di sekolah mereka
terdapat perangkat pembelajaran dalam bentuk RPP. Lebih jelasnya lihat
Lampiran 45.
Pertanyaan selanjutnya tentang buku pegangan atau bahan ajar untuk
pembelajaran mulok ilmu gizi berbasis MTG yang dimiliki oleh semua contoh
guru mulok dan peserta didik. Mata pelajaran mulok ini sudah dilaksanakan sejak
tahun 2008 sampai sekarang dan yang menerapkannya adalah kabupaten/kota
Provinsi Gorontalo. Oleh karena mata pelajaran mulok ini belum ditetapkan
melalui suatu keputusan daerah yang mengikat baik para perencana, pelaksana
142
dan unsur lainnya, maka bahan ajar ini belum memenuhi kebutuhan pembelajaran
tersebut. Ada 10 atau 83,3% contoh guru mulok yang menyatakan bahwa bahan
ajar belum mencukupi kegiatan belajar mengajar. Demikian juga jumlah bahan
ajar ini belum dapat dimiliki oleh setiap peserta didik, sehingga hanya sebagian
dari mereka mengcopy. Proses pembelajaran mulok ini mempunyai materi teori
berupa ilmu gizi/kesehatan dan praktik MTG. Proses pembelajaran ini dimulai
dari teori ilmu gizi/kesehatan, demikian dinyatakan oleh 12 atau 100% contoh
guru siswa mulok. Selanjutnya dalam pemberian materi teori ilmu gizi/kesehatan
ini disinggung juga contoh-contoh MTG. Proses pembelajaran teori ini
mempunyai jumlah waktu yang berbeda-beda, tetapi semua contoh guru mulok
memberikan jawabannya bahwa untuk teori diberikan pada semester ganjil dan
praktik semester genap. Pemberian teori ilmu gizi/kesehatan yang dilaksanakan
setiap minggu dengan frekuensi 16 kali dalam 1 semester adalah frekuensi yang
banyak terjadi yaitu pada 8 contoh sekolah mulok. Sementara lainnya adalah 17
kali dan 18 kali masing-masing pada 2 sekolah. Jumlah frekuensi ini dilaksanakan
setiap minggu sekali. Lihat Tabel 81.
Praktik MTG dilaksanakan oleh 12 contoh sekolah mulok pada semester
genap dan selama seminggu sekali. Praktik yang dimaksudkan disini dilakukan
dulu oleh para guru mulok dan ada praktiknya hanya dalam bentuk teori cara
pengolahan MTG. Nanti pada akhir semester akan dilaksanakan praktik langsung
oleh para siswa. Frekuensi praktik selama 1 semester ini adalah 16 kali pada
semua contoh sekolah mulok. Dari 16 kali praktik MTG ini ada yang dilakukan
oleh seluruh siswa yang terbagi dalam kelompok yang dilaksanakan pada akhir
semester. Antara kelompok atau kelas yang sama, ada sekolah yang
melombakannya (meeting class). Praktik MTG yang seperti ini dilaksanakan
dalam 1 semester oleh 9 contoh sekolah mulok dengan frekuensi 1 kali dan ada 3
sekolah lainnya dengan frekuensi 2 kali. Lihat Tabel 81.
Tabel 81 Sebaran contoh guru sekolah mulok yang menjawab pertanyaan
pelaksananaan pembelajaran mulok ilmu gizi berbasis MTG
berdasarkan frekuensi pemberian teori ilmu gizi/kesehatan dan praktik
MTG
Frekuensi pemberian teori ilmu gizi/kesehatan dan praktik
MTG
Guru mulok yang menjawab
n %
Teori ilmu gizi/kesehatan
Semester ganjil 12 100.0
Semester genap - -
18 kali dalam 1 semester 2 16.7
17 kali dalam 1 semester 2 16.7
16 kali dalam 1 semester 8 66.6
Perminggu 1 kali 12 100.0
Praktik MTG
Semester ganjil - -
Semester genap 12 100.0
16 kali dalam 1 semester 12 100.0 1 kali perminggu 12 100.0 praktik seluruh siswa selama 1 semester sebanyak
1 kali
9 75.0
praktik seluruh siswa selama 1 semester sebanyak
2 kali
3 25.0
143
Waktu pemberian teori ilmu gizi/kesehatan dan MTG waktunya pada setiap
contoh sekolah mulok hampir sama. Ada 11 atau 91,7% contoh guru mulok yang
menjawab sama jumlah waktu pemberiannya sementara hanya 1 yang menyatakan
tidak sama. Beberapa komentar contoh guru mulok yang mengatakan waktu
pemberiannya sama adalah bahwa hal tersebut berdasarkan ketentuan jadwal yang
telah dibuat oleh sekolah sehingga harapan tujuan pembelajaran dapat tercapai.
Sementara yang menyatakan tidak sama menurut contoh guru yang bersangkutan
bahwa karena kadang kala waktu praktik telah ditentukan tetapi karena adanya
keterbatasan dana dan peralatan maka hanya diberikan dalam bentuk teori ilmu
gizi/kesehatan saja sekalipun menyinggung tentang MTG itu sendiri.
Ada 11 atau 91,7% contoh guru sekolah mulok yang menyatakan bahwa
pembelajaran mulok ini telah memenuhi standar kompetensi dan 1 guru lainnya
menjawab belum memenuhi (Tabel 79). Alasan semua contoh guru mulok yang
menyatakan sudah sesuai adalah telah memenuhi standar kompetensi, tetapi ada
masalah lain yaitu belum ada kurikulum yang seragam antara sekolah dan ini
sangat dibutuhkan. Lanjut mereka akibatnya pedoman pembelajaran mulok ilmu
gizi berbasis MTG ini tidak seragam antara sekolah yang melaksanakannya.
Memang hal ini benar, karena sesuai dengan PP Nomor 9 (2005) tentang Standar
Pendidikan Nasional dinyatakan bahwa kurikulum merupakan seperangkat
rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan pelajaran serta cara yang
digunakan sebagai pedomam penyelenggaraan pembelajaran untuk mencapai
tujuan pendidikan. Sementara yang menyatakan belum sesuai, alasannya lebih
menitik beratkan pada pelaksanaan praktik yaitu tidak tersedia anggaran termasuk
peralatannya.
Tabel 82 Sebaran contoh guru sekolah mulok yang menjawab pertanyaan
tentang pembelajaran mulok ilmu gizi berbasis MTG (pertanyaan
11-18)
No. Pertanyaan/pernyataan
Jawaban
Ya Tidak
n % n %
11 Mulok ini menarik sebagai mata pelajaran yang diajarkan 12 100.0 - -
12 Ada kendala dalam proses pembelajaran mulok 12 100.0 - -
13 Pembelajaran mulok ilmu gizi berbasis MTG telah membuat aturan penyediaan makanan tradisional di kantin sekolah
9 75 3 25
14 Apakah perlu upaya pelestarian dan pengembangan MTG? 12 100.0 - -
15 Mulok ilmu gizi berbasis MTG ini dapat berkontribusi dalam upaya pelestarian dan pengembangan MTG.
12 100.0 - -
16 Mulok ilmu gizi berbasis MTG dapat meningkatkan perilaku konsumsi
MTG.
11 91.7 1 8.3
17 Pembelajaran mulok yang mempunyai materi ilmu gizi menjadi salah satu upaya upaya mencegah terjadinya berbagai penyakit yang
disebabkan oleh konsumsi makanan yang salah
12 100.0 - -
18 Pembelajaran mulok sejak di bangku sekolah dapat sebagai salah satu
upaya memutus mata rantai permasalahan gizi dan kesehatan secara berkesinambungan di masa yang akan datang sehingga masyarakat dapat
hidup sehat dengan kearifan lokal berupa mengonsumsi makanan
tradisionalnya
12 100.0 - -
Mata pelajaran mulok ilmu gizi berbasis MTG adalah menarik sebagai mata
pelajaran yang diajarkan, demikian pernyataan dari 12 contoh guru sekolah
mulok. Ada 4 jawaban yang menjadi pilihan yaitu a) materinya membelajarkan
tentang gizi dan kesehatan;. b) materinya membelajarkan tentang makanan
tradisional sebagai budaya Gorontalo; c) materinya mudah diajarkan; d) materinya
144
dapat dipraktikkan dalam kehidupan sehari-hari; dan e) jawaban tambahan dari
contoh. Ternyata ada 10 atau 83,3 % contoh guru mulok yang memilih jawaban
keempat pilihan (a, b, c, dan d). Sementara, 2 contoh guru mulok lainnya selain
memilih empat jawaban pilihan (a, b, c, dan d) juga memberikan tambahan
jawaban yakni tentang proses pelaksanaan praktik MTG dinyatakan bahwa
mereka tidak sulit melakukannya karena bahan-bahan praktik tersebut murah dan
mudah diperoleh bahkan ada yang tidak perlu dibeli karena diambil dari kebun
mereka seperti jagung, umbi-umbian dan beberapa jenis sayur (daun pepaya, daun
singkong, bunga pepaya, jantung pisang, dll), Lihat Tabel 82.
Proses pelaksanaan pembelajaran mata pelajaran mulok ilmu gizi berbasis
MTG ini mengalami berbagai kendala. Ini dinyatakan oleh semua contoh guru
sekolah mulok tersebut. Ada empat jawaban pilihan yang diberikan yaitu: a)
sarana pembelajaran; b) tenaga pengajar ; c) sarana praktik; dan d) pembiayaan.
Tabel 83 Sebaran contoh guru sekolah mulok yang menjawab pertanyaan
tentang kendala proses pembelajaran mulok ilmu gizi berbasis MTG
Kendala proses pembelajaran mulok ilmu
gizi berbasis MTG
Guru mulok yang menjawab
n %
Sarana pembelajaran 2 16.7
Tenaga pengajar 5 41.7
Sarana praktik 9 75.0
Pembiayaan 6 50.0
Tabel 83 ini menjelaskan bahwa ada 2 contoh guru yang menyatakan
kendalanya pada sarana pembelajaran seperti tentang belum adanya kurikulum
sebagai pedoman pelaksanan agar seragam pelaksanaannya dan juga masalah
bahan ajar seperti untuk referensi dan pegangan para peserta didik. Selanjutnya
ada 5 contoh guru mulok yang menyatakan tentang masalah tenaga pengajar yang
terbatas jumlahnya karena guru mulok ilmu gizi ada yang masih mengampu mata
pelajaran lainnya, demikian juga guru mulok tersebut harus mengajar semua kelas
yang ada baik teori maupun praktik. Selain itu ada 9 guru yang menyatakan
kendalanya pada sarana praktik dan 6 guru lainnya menyatakan kendalanya pada
pembiayaan. Hasil penelitian Kasmaini (2009) tentang Muatan Lokal dalam
Perspektif Kurikulum Berbasis Kompetensi menunjukkan bahwa kurikulum,
belum adanya buku pegangan yang disusun berdasarkan kurikulum berbasis
kompetensi dan juga tidak kalah pentingnya adalah keterbatasan dana untuk
proses operasionalisasi merupakan masalah yang dihadapi.
Kendala yang dialami oleh masing-masing contoh sekolah mulok berbeda-
beda, tetapi mereka tetap melaksanakan pembelajaran mulok tersebut sambil
mengatasi kendala yang terjadi. Berbagai penanganan yang dilakukan oleh pihak
sekolah mulok dan merupakan apresiasi, ini disampaikan oleh contoh guru
sekolah mulok yang dirangkum seperti pada Tabel 84. Terlihat pada Tabel
tersebut bahwa begitu antusianya para guru, siswa dan juga orang tua dalam
mendukung pelaksanaan mata pelajaran mulok ilmu gizi berbasis MTG. Seperti
tentang masalah literatur yang terbatas, para guru berupaya untuk memperoleh
tambahan literatur yang relevan dengan bahan ajar. Bahkan untuk lebih
menambah wawasan guru maupun siswa, secara mandiri para guru ada yang
berdiskusi dengan orang yang lebih tua tentang khasiat dari MTG. Ke depan ini
145
dapat menjadi bahan riset yang menarik guna melihat fungsi-fungsi makanan
ditinjau dari kesehatan atau unsur lainnya.
Tabel 84 Jawaban contoh guru sekolah mulok atas pertanyaan tentang
penanganan kendala proses pembelajaran mulok ilmu gizi berbasis
MTG di sekolah mulok
Sarana
pembelajaran
Tenaga
pengajar
Sarana
praktik Pembiayaan
Mempelajari atau mencari berbagai literatur yang ada
Koordinasi dengan dinas pendidikan untuk diikut-
kan pada pelatihan, karena
guru yang sudah dilatih pindah
Menggunakan ruangan yang kosong dan alat-alat serta
bahan-bahan dibawah dari
rumah
Setiap kali praktik siswa membawa bahan makan-
an dari rumahnya
Menghimpun literatur dari masyarakat (orang tua-tua)
tentang MTG yang ber-
khasiat untuk kesehatan
Tenaga pengajar dari guru mata pelajaran tetap
(berasal dari IPA)
Mempraktikan secara berke-lompok di rumah lalu di
bawah ke sekolah
Untuk pembiayaan seba-gian diambil dari dana
BOS
Sarana dibawa sendiri oleh
siswa dan bantuan orang tua
siswa
Alat-alat dan biaya
praktik dibebankan pada
orang tua siswa.
Mengusulkan sarana praktik
ke dinas pendidikan
Usulan melalui dana
rutin
Memang adanya keterbatasan dari pihak Dinas kesehatan dan Dinas
pendidikan dan kebudayaan provinsi Gorontalo maka setiap pelatihan tenaga
pengajar guru mulok ilmu gizi berbasis MTG di tingkat provinsi jumlah yang
diikutkan sangat terbatas yaitu hanya 36-40 guru (SD, SMP dan SMU/SMK).
Selanjutnya masalah sarana praktik dan pembiayaan yang ditangani oleh pihak
sekolah dengan cukup baik sehingga proses pembelajaran tetap berlangsung.
Kemandirian terjadi ketika ada sarana yang hanya memanfaatkan ruangan yang
kosong. Kemudian untuk pembiayaannya dibantu oleh orang tua siswa atau dari
dana BOS (biaya operasional sekolah). Dan juga yang menarik adalah bahan-
bahan makanan untuk digunakan pada praktik dibawa oleh para siswa dan ada
juga yang diambil di kebun sekolah, sementara yang lainnya karena berbagai
keterbatasan maka dibuat kelompok oleh para guru untuk dipraktikkan di rumah
kemudian dibawa ke sekolah untuk didiskusikan.
Sekian banyak upaya yang dilakukan oleh pihak yang terkait baik guru,
siswa, orang tua siswa, pihak sekolah, dinas, dan pihak terkait lainnya tidak lain
adalah untuk mendukung dan mensukseskan proses pembelajaran tersebut. Oleh
karena itu untuk menjadi program yang rutin harus didasari oleh sebuah dasar
hukum yaitu peraturan daerah ataupun peraturan yang lebih tinggi lagi, sehingga
berbagai kendala dalam proses pembelajaran dapat teratasi.
Pembelajaran mulok ilmu gizi berbasis MTG telah membuat aturan
penyediaan makanan tradisional di kantin sekolah. Terdapat 9 atau 75% contoh
guru sekolah mulok yang menyatakan setuju bahwa di sekolahnya telah membuat
aturan penyediaan MTG di kantin, sementara ada 3 atau 25% yang menyatakan
belum membuat. Bukti dari hal ini adalah ada sekolah yang telah membuat aturan
tertulis dan juga ada dalam bentuk himbauan langsung kepada kantin sekolah agar
menyediakan MTG dan membatasi makanan modern. Himbauan tertulis tersebut
seperti bila membeli jajanan, belilah MTG karena makanan ini terbukti sehat,
bergizi dan berimbang. Proses pengolahan MTG ini tidak menggunakan bumbu-
bumbu sistentik, termasuk tentang penyajian makanan dalam keadaan bersih.
146
Selain itu ada aturan tentang tidak dibenarkan membeli makanan jajanan di luar
kantin sekolah. Tetapi aturan yang ada di kantin baru sebatas himbauan atau
pendekatan kepada para penjual, karena belum ada sangsi misalnya jika
melanggar himbauan tersebut maka akan dikeluarkan berjualan di kantin sekolah.
Terbukti, ada kantin yang telah dihimbau untuk tidak menjual makanan selain
MTG, tapi masih ada juga yang menjualnya.
Hampir semua contoh siswa mulok menyatakan bahwa pentingnya
pelestarian MTG sebagai budaya Gorontalo, ini juga dipandang sama oleh hampir
semua para contoh guru sekolah mulok. Mereka semua menyatakan bahwa mulok
ilmu gizi berbasis MTG ini dapat berkontribusi dalam upaya pelestarian dan
pengembangan MTG. Selain itu pula dengan adanya upaya yang melalui
pendidikan ini maka dapat meningkatkan perilaku konsumsi MTG pada siswa, ini
dibuktikan oleh 11 atau 91,7% guru contoh sekolah mulok yang menyatakan
setuju terhadap hal tersebut. Sementara 1 guru contoh sekolah mulok lainnya
menyatakan tidak dengan alasan bahwa upaya ini apabila tidak dilaksanakan
dengan sungguh-sungguh, kemudian tidak memperhatikan semua hal yang terkait
dengan konsumsi MTG apakah pihak pemerintah, legislatif, akademisi, swasta
termasuk para tokoh masyarakat atau tokoh agama/adat maka pembelajaran ini
tidak akan berpengaruh pada perilaku konsumsi MTG masyarakat. Lihat Tabel 85
Pembelajaran mulok dengan materi ilmu gizi/kesehatan menjadi salah satu
upaya mencegah terjadinya berbagai penyakit yang disebabkan oleh konsumsi
makanan yang salah. Para contoh guru sekolah mulok 100% setuju dengan
pernyataan ini. Mereka menyatakan bahwa permasalahan makanan tidak lepas
dari permasalahan kehidupan, dan telah mereka sadari bahwa dengan
mengonsumsi makanan yang sehat apalagi alami pasti membuat tubuh lebih prima
dan sehat. Ini akan banyak diperoleh melalui makanan tradisional sebagai
peninggalan para leluhur dan merupakan kekayaan bangsa. Akhirnya mereka
semua menyatakan bahwa pembelajaran mulok sejak di bangku sekolah dapat
sebagai salah satu upaya memutus mata rantai permasalahan gizi dan kesehatan
secara berkesinambungan. Di masa yang akan datang masyarakat dapat hidup
sehat dengan kearifan lokalnya yaitu mengonsumsi makanan tradisional.
Pembelajaran ini akan menyadarkan masyarakat tentang betapa pentingnya ilmu
gizi/kesehatan yang terimplikasi dalam makanan tradisional yang dikonsumsi
setiap hari untuk kelangsungan hidup terutama kesehatan tubuh kita.
3. Contoh Kepala Sekolah Mulok Ilmu Gizi Berbasis MTG dan Tidak Mulok Kepala sekolah atau kepala satuan pendidikan adalah motor penggerak di
lembaga pendidikan formal (Rifma 2007). Oleh karena itu pelaksanaan
pembelajaran tidak terlepas dari kepemimpinannya. Apabila berbenturan atau
tidak sefaham antara guru pengampu dengan kepala sekolah, maka dapat menjadi
masalah dalam keberlangsungan proses pembelajaran mulok itu sendiri. Olehnya
keadaan itu penting diketahui yang selanjutnya akan dideskripsikan berdasarkan
jawaban atau pernyataan yang disampaikan oleh kepala sekolah tersebut. Lihat
Tabel 85.
Pernyataan para contoh kepala sekolah mulok dan tidak mulok ternyata
tidak jauh berbeda dengan pernyataan yang disampaikan oleh para stakeholders,
contoh guru sekolah mulok dan para siswa mulok yang memandang bahwa
penting adanya upaya pelestarian dan pengembangan MTG.
147
Tabel 85 Sebaran contoh kepala sekolah mulok dan tidak mulok yang
menjawab pertanyaan tentang pembelajaran mulok ilmu gizi berbasis
MTG (pertanyaan 1-5)
No. Pertanyaan/pernyataan
Jawaban
Ya Tidak
n % n %
1 Perlu upaya pelestarian dan pengembangan MTG. 24 100.0 - - 2 Penting pembelajaran mulok ilmu gizi berbasis MTG di sekolah. 24 100.0 - -
3 Proses pembelajaran mulok dimulai dengan teori ilmu gizi/ Kesehatan. 24 100.0 - -
4 Pembelajaran mulok, materi tentang makanan tradisional adalah materi yang berdiri sendiri.
19 79.2 5 20.8
5 Menurut anda, apakah materi ilmu gizi/kesehatan dan MTG proporsinya sama?
18 75 6 25
Pada Tabel 85 memperlihatkan bahwa semua contoh kepala sekolah mulok
dan tidak mulok setuju dengan pelaksanaan upaya pelestarian dan pengembangan
MTG di sekolah-sekolah. Alasan-alasan yang mereka sampaikan bahwa mulok
ilmu gizi berbasis MTG adalah penting karena membelajarkan tentang ilmu
gizi/kesehatan dan tentang makanan tradisional sampai pada pelaksanaan praktik
MTG. Hal ini berkaitan dengan upaya pelestarian dan pengembangan MTG agar
tidak punah dan juga MTG ini dikenal mempunyai potensi kandungan gizi dan
pangan fungsional. Sehingga ini dapat berdampak pada keadaan perilaku, budaya,
dan ekonomi masyarakat, karena MTG itu sendiri secara tidak langsung
membelajarkan tentang hal tersebut. Pernyataan mereka selanjutnya adalah bahwa
upaya ini penting dan segera untuk dibelajarkan secara dini melalui pendidikan
formal di TK/PAUD, SD, SMP dan SMA/SMK. Proses pembelajaran mulok
dimulai dengan teori ilmu gizi/kesehatan, ini disetujui oleh semua contoh yaitu 24
atau 100% kepala sekolah contoh. Selanjutnya, untuk proporsi waktu pelaksanaan
pembelajaran mulok yaitu ada 75% contoh yang menyatakan proporsi waktu
harus sama dan 25% contoh lainnya menyatakan tidak sama.
Adapun alasan yang menyatakan bahwa proporsi waktu sama adalah: karena
materi dalam mulok sama-sama penting baik ilmu gizi/kesehatan maupun tentang
MTG; agar ada keseimbangan antara keduanya; keduanya sudah terbagi bahwa
ilmu gizi/kesehatan sebagai teori dan untuk implikasi yang dipraktikan adalah
tentang MTG; bahwa untuk teori adalah pada semester ganjil dan praktik pada
semester genap. Sementara alasan yang menganggap bahwa tidak perlu sama
waktu pembelajarannya adalah: karena materi ilmu gizi/kesehatan dipahami oleh
contoh kepala sekolah sebagai ilmu yang luas dan materi tentang MTG sebagai
bagiannya.
Pernyataan contoh kepala sekolah selanjutnya adalah penting pembelajaran
mulok dilakukan dengan praktik memasak (Tabel 86). Semua contoh kepala
sekolah menyatakan setuju, kemudian menyatakan pula tentang waktu praktiknya.
Terdapat 24 atau 100% kepala sekolah contoh yang menyatakan penting
pembelajaran mulok dilakukan praktik memasak.
Pernyataan contoh kepala sekolah tentang waktu praktik memasak itu
berbeda-beda. Sebanyak 19 atau 79,20% contoh kepala sekolah menyatakan
bahwa selama 1 semester pelaksanaan praktik adalah 1-4 kali. Sedangkan sisanya
ada 1 contoh kepala sekolah yang menyatakan praktik sebanyak 5-8 kali, 2 contoh
menyatakan praktik 9-12 kali dan ada 2 contoh yang menyatakan praktik dalam
satu semester lebih dari 13 kali. Selanjutnya dapat dilihat pada Tabel 87.
148
Tabel 86 Sebaran contoh kepala sekolah mulok dan tidak mulok yang menjawab
pertanyaan tentang pembelajaran mulok ilmu gizi berbasis MTG
(pertanyaan 6-13)
No. Pertanyaan/pernyataan
Jawaban
Ya Tidak
n % n %
6 Penting pembelajaran mulok dilakukan dengan praktik memasak 24 100.0 - -
7 Pembelajaran mulok dimulai dari kelas berapa semester berapa sampai kelas berapa semester berapa?
Seperti Tabel 88
8 yang dapat mendukung pembelajaran mulok: (dapat memilih jawaban lebih
dari satu atau menambahkan jawaban. a. apakah adanya lomba menu MTG?
b. apakah adanya lomba cerdas cermat MTG?
c. apakah adanya bazar makanan tradisional?
d. ......
Seperti Tabel 89
9 Apakah ada aturan penyediaan MTG di kantin sekolah untuk mendukung
pembelajaran mulok? 24 100.0 - -
10 Menurut anda apakah pembelajaran mulok dapat meningkakan perilaku
konsumsi MTG pada siswa? 24 100.0 - -
11 Apakah mulok ini dapat berkontribusi dalam upaya pelestarian dan pengembangan MTG?
24 100.0 - -
12 Dengan pembelajaran mulok yang mempunyai materi ilmu gizi, apakah
mulok ini dapat menjadi upaya mencegah terjadinya berbagai penyakit yang disebabkan oleh konsumsi makanan yang salah?
24 100.0 - -
13 Saat ini, kebijakan pelaksanaan mulok ilmu gizi berbasis MTG baru didasari
oleh surat kerja sama antara Dinas Kesehatan dan Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga Provinsi Gorontalo. Untuk menjamin kelancaran
pelaksanaannya yang berkesinambungan apakah pembelajaran mulok harus
didasari oleh Peraturan daerah?
24 100.0 - -
Tabel 87 Sebaran contoh kepala sekolah yang menjawab pertanyaan tentang
frekuensi praktik memasak mata pelajaran mulok ilmu gizi berbasis
MTG
Jawaban frekuensi praktik memasak mata
pelajaran mulok ilmu gizi berbasis MTG
Kepala sekolah yang menjawab
n %
1-4 kali tiap semester 19 79.16
5-8 kali tiap semester 1 4.16
9-12 kali tiap semester 2 8.33
≥13 kali tiap semester 2 8.33
Dalam 1 semester 24 100.0
Sesuai dengan pernyataan contoh kepala sekolah bahwa pelaksanaan mata
pelajaran mulok ilmu gizi berbasis MTG ada beberapa macam waktu (semester).
Pada Tabel 88 ini secara rinci dinyatakan bahwa mata pelajaran mulok dapat
dilaksanakan selama 6 semester. Hal ini dinyatakan oleh 17 contoh kepala sekolah
yang didasari dengan berbagai alasan diantaranya: bahwa mulok penting untuk
keberlangsungan kesehatan, melestarikan dan mengembangkan budaya, dan juga
mencegah atau dapat memutus mata rantai permasalahan penyakit karena
makanan. Sementara yang lainnya ada yang menyatakan dilaksanakan hanya 2
semester, dan 4 semester.
Selain dari itu pada Tabel 88 terlihat bahwa ada 23 atau 95,80% kepala
sekolah contoh memilih waktu belajar setiap minggu dengan frekuensi setiap
minggu 1 kali dan waktu setiap pertemuan adalah 2 jam pelajaran. Sementara 1
contoh lainnya menyatakan dua kali setiap minggu dengan waktu pertemuan
adalah 2 jam pelajaran.
149
Tabel 88 Sebaran contoh kepala sekolah yang menjawab pertanyaan tentang
pembelajaran mulok ilmu gizi berbasis MTG dimulai
Jawaban tentang pembelajaran mulok ilmu gizi
berbasis MTG sesuai semester dan waktu belajar
tiap minggu
Kepala sekolah
yang menjawab
(n)
Pembelajaran mulok sesuai semester
Semester 1 dan 2 2
Semester 1, 2, 3, dan 4 2
Semester 3, 4, 5,dan 6 1
Semester 1, 2, 3, 4 dan 5 2
Semester 1, 2, 3, 4, ,5 dan 6 17
Waktu belajar tiap minggu
1 kali 2 jam/minggu 23
2 kali 2 jam/minggu 1
Selama pelaksanaan mata pelajaran ilmu gizi berbasis MTG, terdapat
beberapa kegiatan yang dapat mendukung pelaksanaannya. Ada 3 pilihan dalam
pernyataan yang disampaikan para contoh kepala sekolah yaitu: a) lomba menu
makanan tradisional Gorontalo; b) lomba cerdas cermat ilmu gizi/kesehatan dan
MTG; c) bazar MTG dan d) adalah tambahan pernyataan.
Tabel 89 menunjukkan bahwa pernyataan yang paling banyak dipilih oleh
contoh kepala sekolah adalah (a, b ) yaitu ada 12 atau 50% contoh. Selanjutnya
ada 7 atau 29,20% kepala sekolah contoh memilih (a, b, c dan d), ada 4 atau
16,70% contoh memilih (a, b, c) dan sisa lainnya memilih (b). Adapun tambahan
pernyataan yang telah dirangkum ketika disampaikan mereka memilih (a, b, c dan
d) yaitu: dukungan mendasar pelaksanaan mata pelajaran mulok ilmu gizi berbasis
MTG yang tidak membutuhkan dana yang besar sehingga dapat dilakukan oleh
semua siswa, meningkatkan pemanfaatan kebun sekolah yang dapat menunjang
praktik memasak MTG, lomba praktik masak MTG baik tingkat sekolah,
kecamatan, daerah sampai tingkat provinsi/nasional, dan juga dalam rangka
peningkatan kualitas guru mulok maka perlu dilakukan kegiatan pelatihan,
seminar, ataupun lokakarya.
Tabel 89 Sebaran contoh kepala sekolah yang menjawab pertanyaan tentang
apa saja yang mendukung pembelajaran mulok ilmu gizi berbasis MTG
Jawaban tentang hal yang mendukung
pembelajaran mulok ilmu gizi berbasis MTG
Kepala sekolah yang menjawab
n %
a - -
b 1 4.2
a, b 12 50.0
a, b, c 4 16.6
a, b, c, dan d 7 29.2
Pernyataan contoh kepala sekolah selanjutnya adalah tentang aturan
penyediaan MTG di kantin sekolah untuk mendukung pembelajaran mulok,
ternyata seluruh contoh yaitu ada 24 atau 100% menyatakan setuju dan ini perlu
ditetapkan melalui komite sekolah berdasarkan aturan dari daerah. Akibatnya
harapan untuk meningkatkan perilaku konsumsi MTG dapat tercapai. Pernyataan
ini didukung oleh semua kepala sekolah contoh.
150
Adanya peningkatan perilaku konsumsi MTG, adalah sebagai salah satu
bukti kontribusi dalam upaya pelestarian dan pengembangan MTG. Ini disetujui
oleh semua contoh kepala sekolah yang menyatakatan bahwa muatan lokal ilmu
gizi berbasis MTG dapat berkontribusi dalam upaya pelestarian dan
pengembangan MTG sebagai budaya Gorontalo.
Mata pelajaran mulok ilmu gizi berbasis MTG memberikan materi tentang
gizi/kesehatan, ini dapat menjadi upaya yang baik dalam mencegah terjadinya
berbagai penyakit yang disebabkan oleh konsumsi makanan yang salah.
Pernyataan ini disetujui oleh seluruh kepala sekolah contoh sebagai upaya dalam
mencegah terjadinya berbagai penyakit. Selanjutnya, mata pelajaran mulok ini
baru didasari oleh surat kerja sama antara Dinas Kesehatan dan Dinas Pendidikan,
Pemuda dan Olahraga Provinsi Gorontalo. Sehingga untuk menjamin kelancaran
pelaksanaannya yang berkesinambungan maka mulok tersebut harus didasari oleh
peraturan daerah (Perda). Pernyataan ini disetujui pula oleh 100% contoh kepala
sekolah dengan berbagai alasannya. Alasan mereka tidak berbeda dengan alasan
yang telah disampaikan oleh contoh stakeholders dan contoh guru sekolah mulok
yang menyangkut tentang: sarana pembelajaran mulok ilmu gizi berbasis MTG,
tenaga pengajar atau guru, sarana praktik dan pembiayaannya, sehingga mata
pelajaran ini dapat diterapkan pada semua sekolah dasar dan menengah di
Provinsi Gorontalo dan bahkan dapat dimulai dari PAUD/TK.
Pengembangan Kebijakan Mulok Ilmu Gizi Berbasis MTG
Pengembangan kebijakan mulok ilmu gizi berbasis MTG merupakan suatu
proses kegiatan yang bertujuan untuk merumuskan alternatif-alternatif strategi
dan prioritas strategi dalam pengembangan kebijakan mulok ilmu gizi berbasis
MTG. Perumusan alternatif strategi dapat dilakukan melalui analisis faktor
internal dan eksternal, sementara untuk menetapkan prioritas strategi dilakukan
dengan analisis hierarki. Selanjutnya hal ini akan dijelaskan lebih lanjut sebagai
berikut ini:
1. Lingkungan Internal dan Eksternal Kebijakan Mulok Ilmu Gizi
Berbasis MTG
Kondisi lingkungan strategis diidentifikasi guna mendukung pelaksanaan
kebijakan mulok ilmu gizi berbasis MTG yang dilakukan dengan menggunakan
pendekatan analisis SWOT. Langkah pertama yang dilakukan dalam analisis ini
adalah dengan menemukenali faktor internal dan eksternal yang ada secara umum
dalam proses pelaksanaan kebijakan mulok tersebut. Menurut Rangkuti (2009)
bahwa faktor internal terdiri atas kekuatan dan kelemahan sedangkan faktor
eksternal terdiri atas peluang dan ancaman. Kedua faktor ini diidentifikasi melalui
wawancara dengan para stakeholders dan pemantauan langsung di lapang.
Adapun hasil identifikasi tersebut adalah sebagai berikut:
1.1 Faktor Lingkungan Internal
Kekuatan (strength). Ada lima kekuatan utama yang menyokong
pelaksanaan kebijakan mulok ilmu gizi berbasis MTG yaitu:
a. Terdapat institusi yang menangani kebijakan mulok ilmu gizi berbasis
MTG.
151
Sejak dibuat kesepakatan kerja sama antara Dinas Kesehatan Provinsi
Gorontalo dengan Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga Provinsi
Gorontalo tanggal 12 Nopember 2007, maka sejak saat itu penanganan
kebijakan mata pelajaran mulok ini ditangani oleh kedua institusi tersebut.
Secara operasional, di Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo penanganan
langsung dilakukan oleh Sub Dinas Bina Kesehatan Masyarakat melalui
Seksi Bina Gizi Masyarakat. Sementara di Dinas Pendidikan Pemuda dan
Olahraga dikoordinasikan melalui Sekertaris dan Bidang Kurikulum. Kedua
institusi ini saling berkoordinasi dan bekerja sama terutama dalam pelatihan
tenaga guru mulok tersebut.
b. Terdapat dukungan masyarakat terhadap pelaksanaan kebijakan mulok
sebagai upaya pelestarian dan pengembangan budaya khususnya MTG.
Berdasarkan hasil evaluasi pembelajaran mulok ilmu gizi berbasis MTG
oleh Dikes Provinsi Gorontalo tahun 2008 dan survei awal peneliti pada
bulan Januari 2011, kebijakan mulok ini ternyata mendapat dukungan dari
berbagai kalangan di masyarakat. Hal ini dibuktikan oleh komite sekolah
mulok dalam hal ini yang terdiri dari unsur guru, orang tua murid,
komunitas sekolah dan tokoh masyarakat yang menyetujui dan bahkan
memfasilitasi pelaksanaan mulok di sekolahnya. Beberapa alasan yang
mereka sampaikan yaitu bahwa mulok ini sangat penting dalam upaya
pelestarian dan pengembangan MTG dan upaya untuk mencegah berbagai
penyakit yang disebabkan oleh makanan.
c. Mulok ilmu gizi berbasis MTG sangat menarik dan penerapan kebijakan
mulok mendapat perhatian dari para guru dan siswa yang menerima.
Ini menjadi kekuatan dalam keberlangsungan proses pelaksanaan mulok itu
sendiri. Terlihat ketika pemantauan yang dilakukan setiap tahun (sejak
tahun 2008-sekarang) oleh unsur Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo dan
Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga Provinsi Gorontalo, diperoleh
hasil wawancara dengan para guru maupun siswa yang menyatakan bahwa
mata pelajaran mulok ilmu gizi berbasis MTG adalah sangat menarik, juga
proses pelaksanaan pembelajarannya tidak menyulitkan karena bahan-bahan
yang digunakan adalah bahan makanan yang murah dan mudah diperoleh.
d. Adanya guru-guru mulok yang telah disertifikasi pada mata pelajaran mulok
ilmu gizi berbasis MTG.
Sertifikasi sebagai tanda kompetensi setelah seseorang selesai sarjana sesuai
dengan tingkat dan bidang keahlian. Adanya persetujuan sertifikasi oleh
pihak Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Gorontalo merupakan
kekuatan yang mendukung proses pembelajaran, karena guru termotivasi
dan mendapatkan kompensasi terhadap keahliannya tersebut. Berdasarkan
hasil wawancara dengan pihak Dinas pendidikan dan Kebudayaan yang
menyatakan bahwa dukungan sertifikasi untuk para guru mulok ilmu gizi
berbasis MTG adalah lingkup tanggung jawab dalam upaya pelestarian dan
pengembangan MTG sebagai budaya Gorontalo.
e. Tersedianya dukungan anggaran pelaksanaan kebijakan mulok ilmu gizi
berbasis MTG melalui dana APBD dan APBN.
Anggaran pemerintah untuk melaksanakan kebijakan mulok ini bersumber
dari APBD dan APBN. Anggaran ini baru teralokasikan untuk kegiatan
pelatihan para guru mulok, pemantauan, dan evaluasi pelaksanaannya.
152
Ketersediaan anggaran ini merupakan salah satu penunjang pelaksanaan
mulok.
Kelemahan (Weakness). Lima kelemahan yang menjadi penghambat
pelaksanaan kebijakan mulok ilmu gizi berbasis MTG. Kelima hal ini adalah
sebagai berikut:
a. Masih rendahnya sosialisasi kebijakan mulok ilmu gizi berbasis MTG antara
instansi.
Sosialisasi yang dilakukan oleh unsur dinas dilaksanakan dengan cara
seminar/pelatihan, melalui media elektronik dan cetak lokal seperti di
televisi, radio dan koran. Selain itu pula, sosialisasi dilaksanakan melalui
berbagai lomba di tingkat provinsi seperti lomba cerdas cermat
gizi/kesehatan, lomba menu MTG yang diikuti oleh siswa SD, SMP, SMA,
dan perguruan tinggi serta PKK. Namun sosialisasi ini belum didukung oleh
pembiayaan yang memadai sehingga belum dapat dilaksanakan secara rutin.
b. Masih rendahnya peran antara dinas atau instansi terkait karena belum
didasari oleh peraturan daerah (Perda).
Ini terjadi karena dasar pelaksanaan mulok itu dianggap belum kuat sebab
baru sebatas kesepakatan kerja sama. Apabila sudah merupakan suatu perda,
maka secara otomatis peran masing-masing dinas atau instansi terkait itu
akan meningkat dengan sendirinya. Peningkatan yang dimaksud diantaranya
adalah dasar untuk melaksanakan kegiatan dengan konsekuensi
penganggarannya sudah tersedia. Sampai hari ini koordinasi dapat berjalan
dengan baik tetapi belum secara rutin. Kegiatan koordinasi akan
berlangsung ketika pada saat ada pelatihan para guru mulok, pemantauan
dan evaluasi mulok tersebut.
c. Keterbatasan tenaga guru yang telah dilatih mulok.
Keterbatasan tenaga guru yang dilatih mulok, ini seiring dengan
ketersediaan anggaran oleh pemerintah. Sehingga dalam setahun guru yang
bisa dilatih menjadi guru mulok hanya 6 guru setiap kabupaten/kota. Jumlah
guru tersebut terbagi tiga yaitu 2 guru SD, 2 guru SMP dan 2 guru
SMU/SMK. Sejak tahun 2008 sampai tahun 2012 baru 152 guru yang
dilatih mulok yang terdiri dari 57 guru SD, 47 guru SMP dan 48 guru SMA
(Laporan Dinkes Provinsi Gorontalo, 2012). Sesungguhnya sekolah yang
berminat untuk mengutus gurunya untuk mengikuti pelatihan mulok ilmu
gizi berbasis MTG ini cukup banyak tetapi terhambat oleh keterbatasan
sumber daya yang ada. Dan bahkan ada beberapa sekolah yang telah
melaksanakan mulok ini hanya melalui studi banding guru ke sekolah yang
telah melaksanakan mulok. Ini terjadi karena permintaan komite sekolah
untuk melaksanakan mulok tersebut.
d. Keterbatasan materi pembelajaran karena pembahasan kurikulum belum
komprehensif.
Materi yang ada baru sebatas tentang ilmu gizi/kesehatan dan MTG yang
volumenya masih terbatas. Ini juga karena pembahasan kurikulum yang
komprehensif belum dilaksanakan dengan alasan dasar pelaksanaan
pembelajaran ini adalah baru sebatas kesepakatan kerja sama antara Dinas
Kesehatan Privinsi Gorontalo dengan Dinas Pendidikan, Pemuda dan
Olahraga Provinsi Gorontalo.
153
e. Kebijakan pemda baru sebatas surat kerja sama antara Dinas Kesehatan
Provinsi Gorontalo dengan Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga
Provinsi Gorontalo, belum sebagai sebuah perda.
Belum ada perda sebagai dasar pelaksanaan kebijakan mulok ilmu gizi
berbasis MTG, sehingga ini menjadi kelemahan yang mendasar dalam
pelaksanaan mata pelajaran mulok tersebut, sementara keinginan atau
antusias masyarakat cukup tinggi agar mata pelajaran mulok ini dapat
berjalan dengan baik dan memenuhi standar pelaksanaannya.
1.2 Faktor Lingkungan Eksternal
Peluang (Opportunity). Lima peluang utama yang menjadi pendorong
terhadap pelaksanaan kebijakan muatan lokal ilmu gizi berbasis MTG yaitu:
a. Mulok ilmu gizi berbasis MTG dapat menjadi upaya pelestarian budaya
khususnya MTG yang kaya ragam, jenis dan fungsinya.
Muatan lokal ini merupakan kegiatan kurikuler yang mengembangkan
kompetensi disesuaikan dengan ciri khas dan potensi daerah Gorontalo
khususnya MTG. Kesinambungan pembelajaran mata pelajaran ini menjadi
peluang untuk pelestarian dan pengembangan MTG sebagai budaya.
b. Kebijakan mulok ilmu gizi berbasis MTG dapat memberikan kesadaran
perilaku konsumsi MTG yang sehat, bergizi, beragam dan seimbang.
Materi pembelajaran yang menyangkut ilmu gizi/kesehatan dan MTG yang
diberikan dalam bentuk teori dan praktik, memberikan peluang dalam
melahirkan kesadaran, rasa memiliki dan mencintai budaya sendiri yang
didasari oleh ilmu pengetahuan dan teknologi sehingga difahami sebagai
makanan yang sehat, bergizi, beragam dan berimbang.
c. Mulok ilmu gizi berbasis MTG dapat memberikan keterampilan dan jiwa
wira usaha pada setiap peserta didik.
Kegiatan pembelajaran mulok yang terbagi dalam teori dan praktik dapat
mengembangkan keterampilan, sehingga mendorong untuk dapat mandiri.
Kemandirian ini tercermin sebagai wirausaha yang dapat dikembangkan
oleh peserta didik ketika dia melakukan pilihan terhadap hal ini. Sekalipun
tidak sampai pada tingkat usaha, tetapi minimal hal ini akan dapat
diterapkan dalam keluarganya.
d. Mulok ilmu gizi berbasis MTG dapat menjadi media transformasi ilmu
pengetahuan dan teknologi terutama tentang makanan tradisional yang
selama ini hanya berada di institusi pendidikan yang tidak mencakup
seluruh lapisan masyarakat.
Sangat banyak penelitian yang telah dilakukan oleh para akademisi, pusat-
pusat penelititan ataupun pihak lainnya, namun hasil risetnya ini sulit
terimplikasi sampai ke tingkat bawah dalam hal ini adalah masyarakat. Hasil
riset ini hanya tersusun rapih dalam media-media tertentu. Memang hal ini
membutuhkan wadah agar dapat memberikan kesinambungan dalam proses
transformasi pengetahuan dan teknologi tersebut. Olehnya, peluang ini
sangat baik untuk pembelajaran mulok tersebut dalam rangka kemaslahatan
manusia dengan cara memanfaatkan hasil-hasil penelitian yang diketahui
telah melalui proses panjang dan biaya yang tidak kecil.
154
e. Kebijakan mulok ilmu gizi berbasis MTG dapat memutus mata rantai
permasalahan gizi dan kesehatan serta memberikan peluang peningkatan
umur harapan hidup.
Lebih dari 90 persen masalah kesehatan terkait dengan makanan (PP Nomor
22 tahun 2009). Selanjutnya, dikatakan bahwa mutu makanan dapat ditinjau
dari keanekaragaman jenis makanan yang dikonsumsi, keseimbangan gizi
dan keamanan dari makanan itu sendiri. Katidakseimbangan gizi akibat
konsumsi makanan yang tidak memadai membawa dampak pada munculnya
masalah gizi ganda yaitu gizi kurang maupun gizi lebih. Selain itu, masalah
kesehatan lainnya akan bermunculan seperti penyakit infeksi dan
degeneratif serta dapat terjadi pula gangguan pertumbuhan. Kebijakan ini
memberi perhatian pada peningkatan status gizi pada semua siklus
kehidupan. Oleh karena itu menurut Minarto (2006) bahwa memberikan
perhatian yang sungguh-sungguh kepada peningkatan status gizi remaja (pra
hamil) sebagai upaya pencegahan gangguan pertumbuhan adalah sangat
dibutuhkan.
Ancaman (threat). Lima ancaman utama yang dapat menjadi penghalang
dalam pelaksanaan kebijakan mulok ilmu gizi berbasis MTG yaitu:
a. Iklan-iklan yang tidak memihak pada makanan tradisional.
Iklan-iklan sekarang baik melalui media elektronik maupun cetak sangat
terbatas yang memihak pada makanan tradisional. Selain itu tidak sedikit
iklan makanan yang terkesan membohongi atau membodohi virsawan yang
menyaksikannya. Sehingga sampai muncul kesan bahwa makanan daerah
adalah makanan yang kurang bergengsi. Ini dapat mengakibatkan pilihan
yang terjadi adalah pada makanan fast food atau makanan modern yang
sesungguhnya belum tentu lebih sehat dari makanan tradisional.
b. Persepsi masyarakat tentang mengonsumsi makanan tradisional tidak
bergengsi dibandingkan dengan makanan fast food.
Ketidakcintaan pada makanan produk sendiri yang lahir akibat pengaruh
lingkungan memang berangsur-angsur meningkat. Keadaan ini jika tidak
diantisipasi secara dini, maka terjadi situasi merendahkan atau tidak
menghargai karya sendiri. Akibatnya nilai gengsi terhadap makanan
tradisional menjadi lebih rendah dibandingkan dengan makanan modern.
c. Semakin menjamurnya tempat-tempat makan (kafe, restoran, warung, dll)
yang menyediakan makanan lain sehingga makanan tradisional yang
berkhasiat ditinggalkan.
Situasi ini menjadi trend di kota-kota besar, sehingga pengindahan terhadap
budaya lokal terkikis dan terkooptasi dengan budaya lain. Ini adalah
ancaman yang sangat berarti, karena upaya penyeimbangnya tidak ada dan
bahkan mendapat tekanan yang sangat kuat.
d. Ketergantungan terhadap produk yang bukan berbahan makanan lokal.
Sesungguhnya Indonesia sangat kaya dengan bahan makanannya termasuk
di daerah Gorontalo. Hanya saja, penggunaan produk-produk impor
dianggapnya mendapatkan nilai tersendiri di mata masyarakat yang
sesungguhnya tidak demikian. Sehingga kita menjadi masyarakat yang
komsumtif dan sangat ketergantungan. Terbukti dengan impor beberapa
bahan makanan seperti terigu, kacang kedelei, dan beras.
155
e. Semakin menurunnya orang yang mengetahui makanan tradisional yang
sehat, bergizi, beragam, dan seimbang
Ancaman ini jika berkesinambungan dan terjadi di antara generasi, maka
budaya kita tentang makanan tradisional akan hilang bahkan tidak ada
identitasnya lagi. Nilai-nilai, norma-norma, dan juga pesan-pesan religi
yang diperoleh melalui makanan tradisional akan hilang begitu saja.
2. Kajian Kebijakan Mulok Ilmu Gizi Berbasis MTG Melalui Analisis
SWOT
2.1 Hasil Evaluasi Faktor Internal
Evaluasi faktor internal dilakukan dengan wawancara langsung dan
pengisian kuesioner oleh para stakeholders yang terdiri dari unsur birokrat
pemerintahan Provinsi Gorontalo, DPRD Provinsi Gorontalo, akademisi dan
tokoh masyarakat/agama. Pengisian kuesioner ini untuk memperoleh bobot, rating
dan nilai dari masing-masing faktor internal. Bobot ini diberikan untuk
menentukan kepentingan relatif dari faktor internal terhadap pelaksanaan
kebijakan mulok ilmu gizi berbasis MTG. Penilaian bobot internal dilakukan
melalui perbandingan berpasangan (pairwise comparison) terhadap seluruh faktor
internal yang telah diidentifikasi sebagai kekuatan dan kelemahan. Menurut
Rangkuti (2009) bahwa faktor-faktor internal yang dianggap berpengaruh lebih
besar akan diberikan skor 2 sedangkan yang memiliki pengaruh sama diberikan
skor 1 serta yang berpengaruh lebih rendah diberikan skor 0 yang selanjutnya
akan menghasilkan total bobot sebesar 1,0 (lihat Lampiran 11). Selanjutnya
seluruh faktor internal tersebut diberikan peringkat (rating) dengan menggunakan
skala 1 (terendah) hingga 4 (tertinggi). Pemberian peringkat ini dilakukan
berbanding terbalik antara kekuatan dan kelemahan (Rangkuti, 2009).
Setiap faktor internal yang mewakili kekuatan dan kelemahan berkaitan
dengan mata pelajaran mulok ilmu gizi berbasis MTG. Peringkat (rating)
diberikan berdasarkan situasi dan kondisi yang terkait erat dengan mata pelajaran
mulok tersebut. Total nilai yang diperoleh berdasarkan penjumlahan seluruh nilai
perkalian antara bobot dan rating faktor internal yang akan berkisar antara 1,0
(nilai terendah) sampai 4,0 (nilai tertinggi). Selanjutnya nilai ini akan
menunjukkan kekuatan atau kelemahan internal mata pelajaran mulok ilmu gizi
berbasis MTG. Hasil evaluasi faktor internal terhadap mata pelajaran mulok
tersebut adalah seperti disajikan pada Tabel 90 yang menunjukkan total nilai
2,715. Keadaan ini menunjukkan bahwa kebijakan mata pelajaran mulok ini di
atas nilai rata-rata (2,5) dalam menggunakan kekuatan dan meminimalisir
kelemahan.
Berdasarkan pengamatan terhadap skor modus pada semua faktor internal,
maka kekuatan yang menjadi kekuatan utama dalam kebijakan mulok ilmu gizi
dengan rating 4 (Lampiran 11). Sementara faktor internal kelemahan, terdapat 3
hal yang menjadi kelemahan utama dengan rating 1 yaitu rendahnya sosialisasi
kebijakan mulok ilmu gizi berbasis MTG, keterbatasan materi pembelajaran, dan
kebijakan yang baru sebatas surat kesepakatan kerja sama.
156
Tabel 90 Matriks evaluasi faktor internal kebijakan mulok ilmu gizi berbasis
MTG
Faktor internal Bobot Rating Nilai
Kekuatan (Strength)
a. Terdapat institusi yang menangani kebijakan mulok ilmu gizi berbasis
MTG. 0.110 4 0.440
b. Terdapat dukungan masyarakat terhadap pelaksanaan kebijakan mulok
tersebut sebagai upaya pelestarian dan pengembangan budaya khususnya
MTG.
0.105 4 0.420
c. Mulok ilmu gizi berbasis MTG sangat menarik dan penerapannya
mendapat perhatian/dukungan dari para guru/komite sekolah dan serta
terterima di kalangan siswa.
0.080 4 0.320
d. Adanya guru-guru mulok yang telah disertifikasi pada mata pelajaran
mulok ilmu gizi berbasis MTG. 0.105 4 0.420
e. Tersedianya dukungan anggaran pelaksanaan kebijakan mulok melalui
dana APBD dan APBN. 0.110 4 0.440
Kelemahan (Weaknesses)
a. Masih rendahnya sosialisasi kebijakan mulok ilmu gizi berbasis MTG
antara instansi. 0.085 1 0.085
b. Masih rendahnya peran antara dinas atau instansi terkait karena belum
didasari oleh peraturan daerah (Pemda). 0.100 2 0.200
c. Keterbatasan tenaga guru yang telah dilatih. 0.090 2 0.180
d. Keterbatasan materi pembelajaran karena pembahasan kurikulum belum
komprehensif. 0.100 1 0.100
e. Kebijakan pemda baru sebatas surat kerja sama antara Dinas Kesehatan
Provinsi Gorontalo dengan Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga
Provinsi Gorontalo, belum sebagai sebuah perda.
0.110 1 0.110
Jumlah 1.00 - 2.715
Faktor internal kekuatan yang memiliki kepentingan relatif tertinggi ada 2
yaitu terdapatnya institusi yang menangani kebijakan mulok ilmu gizi berbasis
MTG dan tersedianya dukungan anggaran pelaksanaan kebijakan mulok melalui
dana APBD dan APBN. Kedua faktor ini mempunyai nilai yang dibobot sama
yaitu sebesar 0,440. Sementara faktor dukungan masyarakat terhadap pelaksanaan
kebijakan mulok sebagai upaya pelestarian dan pengembangan budaya khususnya
MTG mempunyai nilai sebesar 0,420. Demikian pula faktor kekuatan tentang
adanya guru-guru mulok yang telah disertifikasi pada mata pelajaran mulok ilmu
gizi berbasis MTG mempunyai nilai 0,420. Faktor kekuatan lainnya yaitu mulok
ilmu gizi berbasis MTG sangat menarik dan penerapan kebijakan mulok mendapat
perhatian/dukungan dari para guru/komite sekolah dan terterima di kalangan
siswa dengan nilai 0,320.
Faktor internal kelemahan yang memiliki kepentingan relatif tertinggi
adalah masih rendahnya peran antara dinas atau instansi terkait karena belum
didasari oleh peraturan daerah (Pemda) dengan nilai 0,200. Urutan selanjutnya
adalah keterbatasan tenaga guru yang telah dilatih mempunyai nilai kepentingan
dengan nilai yang dibobot sebesar 0,180 dan kebijakan pemda baru sebatas surat
kerja sama antara Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo dengan Dinas Pendidikan,
Pemuda dan Olahraga Provinsi Gorontalo, belum sebagai sebuah perda dengan
nilai yang dibobot 0,11. Untuk faktor internal tentang keterbatasan materi
pembelajaran karena pembahasan kurikulum belum komprehensif mempunyai
nilai 0,10 dan yang memiliki kepentingan relatif terendah adalah masih rendahnya
157
sosialisasi kebijakan mulok ilmu gizi berbasis MTG antara instansi dengan nilai
yang dibobot sebesar 0,085.
Terdapat institusi yang menangani kebijakan mulok ilmu gizi berbasis
MTG. Lembaga ini memiliki kewenangan untuk melaksanakan proses
pembelajaran mulok yang terkait erat dengan mata pelajaran mulok ilmu gizi
berbasis MTG tersebut walaupun baru sebatas kesepakatan kerja sama. Ini juga
didukung oleh faktor kekuatan utama lainnya yaitu tersedianya dukungan
anggaran pelaksanaan kebijakan mulok melalui dana APBD dan APBN yang juga
merupakan faktor kekuatan utama dan memiliki kepentingan relatif tertinggi.
Sekalipun terdapat faktor kekuatan utama yang memiliki kepentingan relatif
tertinggi tetapi masih rendahnya peran antara dinas atau instansi terkait yang
disebabkan oleh belum terbentuknya peraturan daerah (Pemda), sehingga faktor
kelemahan selanjutnya adalah terjadi keterbatasan tenaga guru yang telah dilatih.
2.2 Hasil Evaluasi Faktor Eksternal
Evaluasi faktor eksternal dilakukan untuk memperoleh bobot, rating dan
nilai dari masing-masing faktor eksternal. Bobot diberikan untuk menentukan
kepentingan relatif dari faktor eksternal terhadap kebijakan mulok ilmu gizi
berbasis MTG. Faktor-faktor yang dianggap berpengaruh lebih besar akan
diberikan skor 2, sedangkan yang memiliki pengaruh yang sama diberikan skor 1
serta yang berpengaruh lebih rendah diberikan skor 0 (Rangkuti 2009) dan
jumlah bobot perindividu akan bernilai sama dengan 1,0 (lihat Lampiran 11).
Rating diberikan berdasarkan respon dari stakeholders terhadap setiap faktor
eksternal baik terhadap peluang maupun ancaman dengan menggunakan skala 1
(terendah) hingga 4 (tertinggi). Pemberian peringkat dilakukan berbanding
terbalik antara peluang dan ancaman (Rangkuti 2009). Nilai yang dibobot
merupakan perkalian dari bobot dan rating dari setiap faktor. Jumlah nilai yang
dibobot berkisar dari 1,0 (terendah) sampai 4,0 (tertinggi) yang dapat
menunjukkan baik atau buruknya respon contoh stakeholders secara keseluruhan.
Tabel 91 menunjukkan hasil evaluasi faktor eksternal kebijakan mulok ilmu
gizi berbasis MTG. Hasil evaluasi faktor eksternal diperoleh total nilai yang
dibobot sebesar 2,710 yang menunjukkan bahwa stakeholders berada di atas rata-
rata (2,50) dalam pelaksanaan kebijakan mulok ilmu gizi berbasis MTG yang
memanfaatkan peluang dan menghindari ancaman.
Faktor eksternal peluang yang memiliki kepentingan relatif tertinggi ada 3
faktor dengan nilai yang dibobot masing-masing 0,480 yaitu 1) mulok ilmu gizi
berbasis MTG dapat menjadi upaya pelestarian budaya khususnya MTG yang
kaya ragam, jenis dan fungsinya; 2) kebijakan mulok ilmu gizi berbasis MTG
dapat memberikan kesadaran perilaku konsumsi MTG yang sehat, bergizi dan
seimbang; 3) Mulok ilmu gizi berbasis MTG dapat menjadi media transformasi
ilmu pengetahuan dan teknologi terutama tentang makanan tradisional yang
selama ini hanya berada di institusi pendidikan/ penelitian dan tidak mencapai
sasaran seluruh lapisan masyarakat. Sementara faktor peluang lainnya mempunyai
nilai 0,40 adalah mulok ilmu gizi berbasis MTG dapat memberikan keterampilan
dan jiwa wira usaha pada setiap peserta didik, dan yang mempunyai peluang
kepentingan selanjutnya yakni kebijakan mulok ilmu gizi berbasis MTG dapat
memutus mata rantai permasalahan kesehatan dan gizi serta memberikan peluang
umur harapan hidup yang meningkat 0.36. Lihat Tabel 91.
158
Tabel 91 Matriks evaluasi faktor eksternal kebijakan mulok ilmu gizi berbasis
MTG
Faktor eksternal Bobot Rating Nilai
Peluang (Opportunities)
a. Mulok ilmu gizi berbasis MTG dapat menjadi upaya pelestarian budaya
khususnya MTG yang kaya ragam, jenis dan fungsinya.
0.120 4 0.480
b. Kebijakan mulok ilmu gizi berbasis MTG dapat memberikan kesadaran
perilaku konsumsi MTG yang sehat, bergizi dan seimbang.
0.120 4 0.480
c. Mulok ilmu gizi berbasis MTG dapat memberikan keterampilan dan jiwa
wira usaha pada setiap peserta didik.
0.100 4 0.400
d. Mulok ilmu gizi berbasis MTG dapat menjadi media transformasi ilmu
pengetahuan dan teknologi terutama tentang makanan tradisional yang
selama ini hanya berada di institusi pendidikan/penelitian dan tidak
mencapai sasaran seluruh lapisan masyarakat.
0.120 4 0.480
e. Kebijakan mulok ilmu gizi berbasis MTG dapat memutus mata rantai
permasalahan gizi dan kesehatan serta memberikan peluang umur harapan
hidup yang meningkat.
0.120 3 0.360
Ancaman (Threats)
a. Iklan-iklan yang tidak memihak pada makanan tradisional. 0.085 1 0.085
b. Persepsi masyarakat tentang mengonsumsi makanan tradisional tidak
bergengsi dibandingkan dengan makanan fast food.
0.080 1 0.080
c. Semakin menjamurnya tempat-tempat makan (kafe, restoran, warung, dll)
yang menyediakan makanan lain sehingga makanan tradisional yang
berkhasiat ditinggalkan.
0.075 1 0.075
d. Ketergantungan terhadap produk yang bukan berbahan makanan lokal. 0.090 2 0.180
e. Semakin menurunnya orang yang mengetahui makanan tradisional yang
sehat, bergizi, beragam, dan seimbang.
0.090 1 0.090
Jumlah 1.00
2.710
Faktor eksternal ancaman yang memiliki kepentingan relatif tertinggi yaitu
ketergantungan terhadap produk yang bukan berbahan makanan lokal dengan nilai
yang dibobot sebesar 0,18. Hal ini dapat disebabkan oleh berbagai hal diantaranya
ketersediaan pangan yang terbatas. Menurut Tanziha (2010) bahwa keberlang-
sungan ketersediaan pangan diperhadapkan pada beberapa masalah dan tantangan
salah satunya adalah kapasitas produksi pangan yang semakin terbatas karena
adanya peningkatan jumlah penduduk dan aktivitas ekonominya yang berakibat
pada konversi lahan pertanian ke lahan bukan pertanian.
Kemudian diikuti oleh semakin menurunnya orang yang mengetahui
makanan tradisional yang sehat, bergizi, beragam dan seimbang dengan nilai yang
dibobot sebesar 0,09. Iklan-iklan yang tidak memihak pada makanan tradisional
memiliki nilai yang dibobot sebesar 0,085 dan persepsi masyarakat dalam
mengonsumsi MTG tidak bergengsi dibandingkan dengan makanan fast food
memperoleh nilai yang dibobot sebesar 0,080. Selanjutnya yang mempunyai
faktor eksternal ancaman terendah adalah semakin menjamurnya tempat-tempat
makan (kafe, restoran, warung, dll) yang menyediakan makanan lain sehingga
makanan tradisional yang berkhasiat ditinggalkan dengan nilai yang dibobot
sebesar 0,075. Lihat Tabel 91.
2.3 Alternatif Strategi Pengembangan Kebijakan Mulok Ilmu Gizi Berbasis
MTG
Berdasarkan hasil pencocokan dari matriks SWOT pengembangan
kebijakan mulok ilmu gizi berbasis MTG diperoleh beberapa alternatif strategi
159
yang dilakukan dalam perumusan pengembangan kebijakan mulok tersebut.
Alternatif strategi yang diperoleh berdasarkan hasil pencocokan pada matriks
SWOT yaitu peningkatan kinerja dan kapasistas SDM (Strategi S-O); komitmen,
peran dan kemitraan antar stakeholders (S-T); peraturan daerah (W-O); dan
pengembagan sarana pembelajaran mulok ilmu gizi berbasis MTG (W-T). Lihat
Tabel 92.
Alternatif strategi S-O yang dipilih berdasarkan hasil pencocokan adalah
peningkatan kinerja lembaga dan kapasitas SDM. Strategi ini memanfaatkan
kekuatan utama yang dimiliki oleh pemerintah daerah yaitu terdapatnya institusi
yang menangani kebijakan mulok ilmu gizi berbasis MTG, adanya guru mulok
yang telah disertifikasi pada mata pelajaran mulok ilmu gizi berbasis MTG,
tersedianya dukungan anggaran pelaksanaan kebijakan mulok melalui dana APBD
dan APBN. Faktor kekuatan yang ada ini digunakan untuk memanfaatkan peluang
utama yaitu kebijakan mulok ilmu gizi berbasis MTG yang dapat memberikan
kesadaran perilaku konsumsi MTG yang sehat, bergizi, beragam dan seimbang;
dapat memberikan keterampilan dan jiwa wira usaha pada setiap peserta didik;
dapat menjadi media transformasi ilmu pengetahuan dan teknologi terutama
tentang makanan tradisional yang selama ini hanya berada di institusi
pendidikan/penelitian dan tidak mencapai sasaran seluruh lapisan masyarakat;
dapat memutus mata rantai permasalahan gizi dan kesehatan serta memberikan
peluang umur harapan hidup yang meningkat.
Alternatif S-T yang dipilih berdasarkan hasil pencocokan adalah komitmen
dan kemitraan antara stakeholders dalam pengembangan kebijakan mulok ilmu
gizi berbasis MTG. Strategi ini menggunakan kekuatan untuk menghindari atau
mengurangi dampak ancaman. Kekuatan yang ada adalah terdapat institusi yang
menangani kebijakan mulok ilmu gizi berbasis MTG; terdapat dukungan
masyarakat terhadap pelaksanaan mulok sebagai upaya pelestarian dan
pengembangan budaya; mulok ilmu gizi berbasis MTG sangat menarik dan
penerapannya mendapat perhatian/dukungan dari para guru/komite sekolah dan
terterima di kalangan siswa; dan adanya guru-guru mulok yang telah disertifikasi
pada mata pelajaran mulok ilmu gizi berbasis MTG. Kekuatan ini dioptimalkan
dalam rangka mengurangi dampak ancaman berupa iklan-iklan yang tidak
memihak pada makanan tradisional; persepsi masyarakat tentang mengonsumsi
makanan tradisional tidak bergengsi dibandingkan dengan makanan fast food;
Semakin menjamurnya tempat-tempat makan (kafe, restoran, warung, dll) yang
menyediakan makanan lain sehingga makanan tradisional yang berkhasiat
ditinggalkan; dan ketergantungan terhadap produk yang bukan berbahan makanan
lokal.
Alternatif strategi W-O yang dipilih berdasarkan pencocokan adalah
peraturan daerah (Perda) yang ditujukan untuk mengurangi kelemahan dan
memanfaatkan peluang. Kelemahan yang ada meliputi: masih rendahnya
sosialisasi kebijakan mulok ilmu gizi berbasis MTG; masih rendahnya peran
antara dinas atau instansi terkait karena belum didasari oleh Perda; keterbatasan
tenaga guru yang telah dilatih; keterbatasan materi pembelajaran karena
pembahasan kurikulum belum komprehensif; dan kebijakan pemda baru sebatas
surat kerja sama antara Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo dengan Dinas
Pendidikan, Pemuda dan Olahraga Provinsi Gorontalo, belum sebagai sebuah
perda.
160
Tabel 92 Strategi pengembangan kebijakan mulok ilmu gizi berbasis MTG
berdasarkan analisis SWOT
Kekuatan (S) 1. Terdapat institusi yang
menangani kebijakan mulok ilmu gizi berbasis MTG
2. Terdapat dukungan masyarakat
terhadap pelaksanaan mulok sebagai upaya pelestarian dan
pengembangan budaya
3. Mulok ilmu gizi berbasis MTG sangat menarik dan
penerapannya mendapat perhatian/dukungan dari para
guru/komite sekolah dan
terterima di kalangan siswa 4. Adanya guru-guru mulok yang
telah disertifikasi pada mata
pelajaran mulok ilmu gizi berbasis MTG
5. Tersedianya dukungan anggaran
pelaksanaan kebijakan mulok melalui dana APBD dan APBN
Kelemahan (W) 1. Masih rendahnya sosialisasi
kebijakan mulok ilmu gizi berbasis MTG
2. Masih rendahnya peran antara
dinas atau instansi terkait karena belum didasari oleh Perda
3. Keterbatasan tenaga guru yang
telah dilatih 4. Keterbatasan materi
pembelajaran karena pembahasan kurikulum belum
komprehensif
5. Kebijakan pemda baru sebatas surat kerja sama antara Dinas
Kesehatan Provinsi Gorontalo
dengan Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga Provinsi
Gorontalo, belum sebagai
sebuah perda
Peluang (O) 1. Mulok ilmu gizi berbasis MTG
dapat menjadi upaya pelestarian budaya
2. Kebijakan mulok ilmu gizi berbasis
MTG dapat memberikan kesadaran perilaku konsumsi MTG yang
sehat, bergizi, beragam, dan
seimbang 3. Mulok ilmu gizi berbasis MTG
dapat memberikan keterampilan
dan jiwa wira usaha pada setiap peserta didik.
4. Mulok ilmu gizi berbasis MTG
dapat menjadi media transformasi Iptek terutama tentang makanan
tradisional.
5. Kebijakan mulok ilmu gizi berbasis MTG dapat memutus mata rantai
permasalahan gizi dan kesehatan
serta memberikan peluang umur harapan hidup yang meningkat
Strategi SO:
Strategi yang menggunakan
kekuatan untuk
memanfaatkan peluang
Kinerja Lembaga dan
Kapasitas SDM
(S1, S4, S5, O1, O2, O3,
O4, O5)
Strategi WO:
Strategi yang meminimalkan
kelemahan untuk
memanfaatkan peluang
Peraturan Daerah (Perda)
(W1, W2, W3, W4, W5, O1,
O2, O3, O4, O5)
Ancaman (T) 1. Iklan-iklan yang tidak memihak
pada makanan tradisional
2. Persepsi masyarakat tentang
mengonsumsi makanan tradisional tidak bergengsi dibandingkan
dengan makanan fast food
3. Semakin menjamurnya tempat-tempat makan (kafe, restoran,
warung, dll) yang menyediakan
makanan lain sehingga makanan tradisional yang berkhasiat
ditinggalkan
4. Ketergantungan terhadap produk yang bukan berbahan makanan
lokal
5. Semakin menurunnya orang yang mengetahui makanan tradisional
yang sehat, bergizi, beragam dan
seimbang
Strategi ST:
Strategi yang menggunakan
kekuatan untuk mengatasi
ancaman
Komitmen, Peran dan
Kemitraan
(S1, S2, S3, S4, T1, T2, T3,
T4)
Strategi WT:
Strategi yang meminimalkan
kelemahan dan menghindari
ancaman
Pengembangan Sarana
Pembelajaran Mulok
(W3, W4, T3, T4,T5)
Kelemahan belum adanya perda tersebut dapat dikurangi dengan
memanfaatkan peluang yang ada yaitu mulok ilmu gizi berbasis MTG dapat
161
menjadi upaya pelestarian budaya; dapat memberikan kesadaran perilaku
konsumsi MTG yang sehat, bergizi, beragam dan berimbang; dapat memberikan
keterampilan dan jiwa wira usaha pada setiap peserta didik, dapat menjadi media
transformasi Iptek terutama tentang makanan tradisional, kebijakan mulok ilmu
gizi berbasis MTG dapat memutus mata rantai permasalahan gizi dan kesehatan
serta memberikan peluang umur harapan hidup yang meningkat.
Alternatif strategi W-T yang dipilih berdasarkan hasil pencocokan adalah
pengembangan sarana pembelajaran mulok ilmu gizi berbasis MTG. Strategi ini
mengurangi kelemahan untuk menghindari ancaman. Kelemahan yang harus
diminimalisir adalah keterbatasan tenaga guru yang telah dilatih dan keterbatasan
materi pembelajaran karena pembahasan kurikulum belum komprehensif.
Sementara faktor ancaman yang harus diantisipasi adalah semakin menjamurnya
tempat-tempat makan (kafe, restoran, warung, dll) yang menyediakan makanan
lain sehingga makanan tradisional yang berkhasiat ditinggalkan; ketergantungan
terhadap produk yang bukan berbahan makanan lokal; dan semakin menurunnya
orang yang mengetahui makanan tradisional yang sehat, bergizi, beragam dan
berimbang.
3. Prioritas Strategi Pengembangan Kebijakan Mulok Ilmu Gizi Berbasis
MTG
Penentuan prioritas strategi pada penelitian ini menggunakan sistem
kepakaran dengan alat analisis AHP (Analytical Hierarchy Process). Berdasarkan
hasil pengolahan data menggunakan software expert choice v.10 diperoleh
pendukung dan strategi untuk pengembangan kebijakan mulok ilmu gizi berbasis
MTG sebagai fokus dalam analisis ini. Hasil analisis hierarki proses yang
bersumber dari penilaian pakar disajikan dalam hierarki Gambar 5.
3.1 Faktor Penentu
Faktor penentu pengembangan kebijakan mulok ilmu gizi berbasis MTG
ditetapkan atas 4 aspek yaitu: infrastruktur, peran stakeholders, potensi
pengembangan mulok dan sinergisme program.
Penilaian melalui peran stakeholders ini dengan alasan bahwa mereka
sebagai faktor penentu utama dalam pengembangan kebijakan mulok dengan
bobot kepentingan mencapai 0,46. Sementara yang menjadi faktor penentu
lainnya adalah keberadaan infrastruktur sebesar 0,243 disertai dengan potensi
pengembangan kebijakan mulok sebesar 0,164 dan sinergisme program sebesar
0,133. Lihat Tabel 93.
Tabel 93 Prioritas faktor penentu hierarki kebijakan mulok ilmu gizi berbasis
MTG
No. Faktor penentu Bobot Peringkat
1. Infrastruktur 0.243 2
2. Peran stakeholders 0.460 1
3. Potensi pengembangan mulok 0.164 3
4. Sinergisme program 0.133 4
Pemangku kepentingan termasuk di dalamnya pemerintah bersama
masyarakat memainkan peranan yang penting dalam mengembangkan mata
162
pelajaran muatan lokal ilmu gizi berbasis MTG. Berdasarkan Undang-Undang
Nomor 38 Tahun 2000 tentang pembentukan Provinsi Gorontalo, bahwa
pemerintah mempunyai kewenangan pemerintahannya yang bersifat lintas
kabupaten dan kota yang tidak dan belum dapat dilaksanakan oleh kabupaten dan
kota. Sehingga pemerintahan Provinsi Gorontalo bersama-sama pemerintahan
kabupaten dan kota dapat bertanggung jawab secara totalitas upaya pelestarian
dan pengembangan budaya dalam hal ini adalah MTG. Menurut Iqbal (2007)
bahwa berdasarkan hasil analisis peran pemangku kepentingan maka pemangku
kepentingan ini seyogyanya diorganisir dalam suatu wadah untuk mempermudah
proses integrasi dan interaksi guna memperlancar pelaksanaan program. Lihat
Gambar 5.
Gambar 5 Hasil penetapan prioritas pengembangan kebijakan mulok ilmu
gizi berbasis MTG.
3.2 Kriteria Pendukung
Kriteria pendukung merupakan komponen penjabaran dari masing-masing
faktor yang telah ditetapkan untuk pengembangan mulok ilmu gizi berbasis MTG.
Dari keseluruhan kriteria yang tercakup, peran pemerintah merupakan kriteria
pendukung utama dalam pengembangan mulok ini dengan bobot prioritas
mencapai 0,178. Peran ini tertinggi, karena diketahui bahwa kewenangan dalam
suatu wilayah berada dalam kekuasaan pemerintah. Lihat Tabel 94.
Di lain pihak bahwa akademisi yang merupakan urutan prioritas kedua
(bobot global 0.0989) sangat dibutuhkan dalam proses perencanaan, maupun
pemantauan atau evaluasinya. Ini dibutuhkan sinergitas antara kegiatan-kegiatan
yang ditopang oleh para akademisi melalui perguruan tinggi atau pusat-pusat
penelitian untuk pengembangan kebijakan tersebut. Misalnya dapat ditunjang oleh
163
semakin banyak para akademisi, peneliti dan mahasiswa dalam melakukan
penelitian tentang MTG yang dikaitkan dengan gizi/kesehatan, atau mungkin
dengan ilmu perilaku, ekonomi dan lain-lain atau yang lebih spesifik adanya
program studi atau jurusan di perguruan tinggi yang mempelajari tentang
makanan tradisional terutama MTG.
Selanjutnya di sisi lain bahwa swasta (nilai bobot 0.0952) berperan sebagai
pelaku bisnis yang dapat mengangkat citra makanan tradisional, memberi nilai
tambah, mempromosikannya sesuai dengan selera dan kebutuhan konsumen.
Dalam jangka panjang ini akan mengarah pada meningkatnya animo masyarakat
memanfaatkan dan mengonsumsi makanan tradisional tersebut. Ini selain sebagai
peluang usaha yang sangat baik, juga merupakan upaya membudayakan MTG
pada semua lapisan masyarakat.
Tabel 94 Bobot kriteria pendukung hierarki pengembangan kebijakan mulok
ilmu gizi berbasis MTG
Kriteria pendukung Bobot Urutan
prioritas global Lokal Global
Infrastruktur
0.2430
Terdapatnya institusi yang menangani 0.3600 0.0875 6
Ada kebijakan dan program aksi 0.3840 0.0933 4
Tersedianya anggaran pendukung program dari APBD dan APBN 0.2560 0.0622 9
Peran Stakeholders
0.4600
Pemerintah daerah 0.3870 0.1780 1
Swasta 0.2070 0.0952 3
Akademisi 0.2150 0.0989 2
Tokoh Masyarakat 0.1910 0.0879 5
Potensi Pengembangan Mulok Ilmu Gizi Berbasis MTG
0.1640
Potensi pembelajaran ilmu gizi /kesehatan 0.3890 0.0638 8
Potensi pelestarian dan pengembangan budaya Gorontalo (khusus MTG) 0.2744 0.0450 11
Potensi industri MTG 0.1799 0.0295 12
Daya terima masyarakat 0.1567 0.0257 13
Sinergisme Program
0.1330
Kerja sama lintas sektor 0.6130 0.0810 7
Kerja sama lintas program 0.3870 0.0520 10
Terlihat pada hierarki pengembangan mulok ilmu gizi berbasis MTG bahwa
pemerintah, akademisi, swasta, serta kebijakan dan program aksi merupakan
atribut kriteria yang dominan. Adanya kewenangan pemerintah yang didasari oleh
penelusuran ilmiah oleh para akademisi menjadi modal utama bagi pihak swasta
dalam pengembangan mulok. Artinya ketika proses pembelajaran dilaksanakan,
maka peserta didik dapat melihat langsung keberhasilan pembuatan produk
sehingga membangkitkan semangat para siswa dalam berwira usaha. Ini juga yang
akan menopang adanya daya terima masyarakat yang masih rendah. Selanjutnya
dibutuhkan adanya kebijakan dan program aksi yang menopang pelaksanaan
mulok ini secara hukum. Artinya bahwa dalam pengembangan mulok ini sangat
164
dibutuhkan adanya peraturan daerah atau peraturan yang lebih tinggi dalam
memberikan pemerataan pelaksanaan pembelajaran pada semua sekolah.
Potensi pengembangan mulok ilmu gizi berbasis MTG, terlihat bahwa bobot
global tertinggi adalah potensi pembelajaran ilmu gizi/kesehatan dan potensi
pelestarian dan pengembangan budaya Gorontalo (khususnya MTG). Kedua
potensi tersebut memberikan pemahaman secara ilmiah tentang mulok karena
membelajarkan ilmu gizi/kesehatan, sehingga dapat membangkitkan daya terima
masyarakat yang terendah (0,0257) menurut para stakeholders. Hal ini bersinergi
dengan keberadaan contoh siswa, ibu siswa, nenek siswa, guru mulok, kepala
sekolah contoh bahwa daya terima mereka tentang mulok ini sangat tinggi.
3.3 Prioritas Strategi
Dari keempat strategi yang dihasilkan berdasarkan analisis SWOT dan
ditunjukan melalui penggunaan AHP maka terdapat urutan strategi berdasarkan
prioritas kepentingan yaitu peraturan daerah (0,352), kinerja dan kapasitas SDM
(0,277), komitmen dan kemitraan (0,214) dan pengembangan sarana pembelajaran
mulok (0,157). Lihat Tabel 95.
Tabel 95 Prioritas strategi pengembangan kebijakan mulok ilmu gizi berbasis
MTG
No. Strategi Bobot Peringkat
1. Peraturan daerah (perda) 0.352 1
2. Kinerja lembaga dan kapasitas SDM 0.277 2
3. Komitmen, peran dan kemitraan antara stakeholders 0.214 3
4. Pengembangan sarana pembelajaran mulok 0.157 4
Pelaksanaan keempat strategi tersebut setelah dianalisis berdasarkan
sensitivitas kebijakan secara menyeluruh, maka dapat dijelaskan per faktor
penentu yaitu infrastruktur, peran stakeholders, potensi pengembangan mulok,
sinergisme program seperti pada Gambar 6. Penjabaran tiap strategi tersebut dan
keterkaitannya dengan faktor penentunya adalah sebagai berikut:
Strategi pertama. Peraturan Daerah Provinsi adalah Peraturan Perundang-
undangan yang dibentuk oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi dengan
persetujuan bersama Gubernur (Undang-Undang RI Nomor 12 tahun 2011 tentang
Pembentukan Peraturan Perudang-undangan). Selanjutnya, bahwa dalam undang-
undang ini berisi materi muatan dalam rangka penyelenggaraan otonomi daerah
dan tugas pembantuan serta menampung kondisi khusus daerah dan/atau
penjabaran lebih lanjut Peraturan Perundang-undangan yang lebih tinggi. Ini
menggambarkan pemerintahan yang efektif yang salah satunya ditunjukkan oleh
dikeluarkannya kebijakan publik yang inovatif yang mampu mengakselerasi peran
para stakeholders baik sektor privat, pelaku usaha dan civil sociaety (Mariana
2010).
Menurut Mubah (2011) bahwa budaya lokal harus dilindungi oleh hukum
yang mengikat semua elemen. Selanjutnya dikatakannya bahwa tidak adanya
perlindungan hukum dikhawatirkan budaya lokal mudah punah dan dianggap
ketinggalan zaman. Temuan dalam penelitian ini relevan bahwa peraturan daerah
sebagai strategi prioritas untuk pengembangan mulok ilmu gizi berbasis MTG.
Sebagai bukti analisis kebijakan tentang rekomendasi pelaksanaan kebijakan
165
mulok yang dijelaskan (Tabel 77) bahwa seluruh stakeholders (100%)
menyatakan pentingnnya perda tersebut dalam proses pelaksanaan yang
berkesinambungan dan pengembangannya. Didukung pula oleh pernyataan
seluruh contoh kepala sekolah yang menyatakan bahwa untuk menjamin
kelancaran pelaksanaannya yang berkesinambungan tentang pembelajaran mulok
maka harus didasari oleh perda. Oleh karena ini adalah tanggung jawab
pemerintah atas pendidikan dan informasi yang benar tentang gizi dalam
meningkatkan pengetahuan dan kesadaran masyarakat akan pentingnya gizi dan
pengaruhnya terhadap peningkatan status gizi (Undang-Undang RI No. 36 Tahun
2009 tentang Kesehatan).
Harapan perda tentang mulok ilmu gizi berbasis MTG ini seiring dengan PP
No. 22 tahun 2009 tentang kebijakan percepatan penganekaragaman konsumsi
pangan berbasis sumber daya lokal yang bertujuan untuk memfasilitasi dan
mendorong terwujudnya pola konsumsi pangan yang sehat, bergizi, beragam, dan
seimbang. Selain itu, juga mendukung penyelenggaraan pembangunan pangan
untuk kebutuhan dasar manusia yang paling utama dan pemenuhannya merupakan
bagian dari hak asasi manusia yang dijamin di dalam Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945 sebagai komponen dasar untuk
mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas (Undang-Undang No 18
Tahun 2012 tentang Pangan).
Gambar 6 Hasil analisis sensitivitas kebijakan mulok ilmu gizi berbasis MTG
secara menyeluruh.
Pengembangan kebijakan mulok ilmu gizi berbasis MTG, dapat berdampak
secara person maupun institusional. Karena masyarakat telah terfasilitasi oleh
pemahaman tentang konsumsi makanan yang bermanfaat untuk kesehatan dan
juga nantinya didukung oleh ketersediaan MTG apakah yang diproduksi di tingkat
rumah tangga atau industri. Ini juga akan mendukung pelayanan ketahanan
INFRASTRUKTUR STAKEHOLDE
RS POTENSI
MULOK
SINERGIS
ME
OVERALL
166
pangan yang merupakan kondisi terpenuhinya Pangan bagi negara sampai dengan
perseorangan, yang tercermin dari tersedianya Pangan yang cukup, baik jumlah
maupun mutunya, aman, beragam, bergizi, merata, dan terjangkau serta tidak
bertentangan dengan agama, keyakinan, dan budaya masyarakat,untuk dapat
hidup sehat, aktif, dan produktif secara berkelanjutan. (Undang-Undang Nomor
18 Tahun 2012 tentang Pangan).
Pelaksanaan kebijakan mulok ilmu gizi berbasis MTG di Gorontalo
merupakan kegiatan yang menggerakkan partisipasi, motivasi, dan membangun
sinergi antara pemerintah dan masyarakat dalam mewujudkan ketahanan pangan.
Berdasarkan hal ini dan atas usulan Direktorat Gizi Masyarakat Kementrian
Kesehatan RI, maka Provinsi Gorontalo pada tanggal 6 Desember 2011
memperoleh Piala Adikarya Pangan Nusantara Bidang Pelayanan Ketahan Pangan
dari Presiden Republik Indonesia.
Strategi kedua. Kinerja lembaga dan kapasitas sumber daya manusia
(SDM) dalam medukung pengembangan kebijakan mulok ilmu gizi berbasis
MTG. Kebijakan dan program yang akan dilaksanakan membutuhkan dasar
hukum. Sehingga ketika lahirnya perda tentang mulok ini, akan dilakukan
berbagai peningkatan kinerja lembaga dan kapasitas SDM. Sebagai contoh,
dengan adanya kurikulum yang dibuat oleh institusi yang menangani maka
pelaksanaanya dapat disesuaikan berdasarkan tingkatnya. Hal ini dapat dilakukan
dengan mengoptimalkan infrastruktur yang ada juga dapat dilakukan
pengembangan sumber daya manusia yang terlibat terutama para guru yang akan
melaksanakan proses pembelajaran (Tabel 82 dan 86). Kinerja lembaga dan
kapasitas SDM dapat dioptimalkan melalui kebijakan dan program aksi, kemudian
didukung oleh institusi yang menangani dan juga ditunjang oleh anggaran yang
tersedia.
Strategi ketiga. Peningkatan komitmen, peran dan kemitraan antara
stakeholders sebagai strategi prioritas untuk mengembangkan mulok ilmu gizi
berbasis MTG. Langkah yang dapat ditempuh adalah dengan mengoptimalkan
sinergisme program antara stakeholders melalui kerja lintas sektoral (Tabel 96).
Pelaksanaannya melalui peningkatan pemahaman para stakeholders tentang
mulok dapat dilaksanakan melalui berbagai pertemuan lintas program maupun
lintas sektor. Pertemuan ini dapat menjadi wadah untuk membangun komitmen,
peran dan kemitraan guna strategi pelaksanaan pengembangan mulok. Di sini juga
kejelasan mengenai batasan tanggung jawab serta peran masing-masing instansi
perlu menjadi fokus sebagai salah satu unsur penunjang pengembangan mulok
tersebut.
Penerapan strategi ini diharapkan akan terjadi penguatan dan peningkatan
partisipasi pemerintah daerah dalam pelaksanaan dan pengembangan mulok ilmu
gizi berbasis MTG. Sementara keberhasilan strategi ini di tingkat pelaksanaannya
sangat ditentukan oleh besarnya komitmen puncak dari seluruh instansi yang
terkait dalam mendukung pengembangan mulok tersebut. Akibatnya, lagi-lagi
perlu adanya payung hukum sebagai suatu kesepakatan bersama guna pelaksanaan
mulok sehingga berkesinambungan.
Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya bahwa perda mulok ini sangat
penting, mengingat di era otonomi daerah setiap wilayah memiliki
kewenangannya masing-masing dalam menjalankan pemerintahannya. Melalui
payung hukum tersebut sangat diharapkan komitmen dan kemitraan antara
167
lembaga atau institusi dapat terjalin dengan baik sehingga dibangun sinergisme
yang saling menguntungkan dan berkelanjutan. Sinergisme ini mempunyai daya
ungkit yang kuat untuk pengembangan mulok ilmu gizi berbasis MTG.
Strategi keempat. Pengembangan sarana pembelajaran mulok ilmu gizi
berbasis MTG. Strategi ini dapat dilakukan dengan melihat terlebih dahulu
potensi yang dimiliki dalam kebijakan mulok ilmu gizi berbasis MTG. Telah
disebutkan sebelumnya bahwa ada 4 potensi pengembangan mulok yang sangat
mendukung keberhasilan dari pengembangan mulok tersebut. Untuk potensi
pembelajaran ilmu gizi/kesehatan, pengembangan sarana muloknya dapat
dilakukan dengan penyesuaian atau pengadaan sarana seperti laboratorium
kuliner, peralatan memasak, laboratorium yang dapat diintegrasikan dengan
pembelajaran lainnya serta penyediaan bahan-bahan yang menunjang kegiatan
tersebut. Pengembangan sarana pembelajaran penting juga disesuaikan dengan
potensi industri MTG, yang perlu dikembangkan melalui peran stakeholders,
sehingga melalui pengenalan teknologi proses pengolahan bahan makanan
menjadi MTG dapat menjadi penyediaan produk industri yang akan dijadikan
tempat praktik. Dan dengan tingginya daya terima masyarakat pada MTG, maka
akan mendorong peningkatan produksi baik di rumah tangga, di sekolah, tempat
industri, maupun di tempat lain yang juga dapat berakibat terhadap dampak
perekonomian yang meningkat. Ini sesuai dengan hasil penelitian Sudianto (2006)
tentang optimalisasi pembelajaran muatan lokal dan relevansinya dengan
kebutuhan lapangan kerja bahwa dibutuhkan peningkatan efektivitas dan relevansi
antara institusi pendidikan dengan dunia industri baik pada tahap perencanaan,
pelaksanaan, tahap evaluasi maupun layanan pasca sekolah.
Dukungan kebijakan pemerintah dapat memberikan arah dan capaian
sebuah program kegiatan yang akan dilaksanakan terutama tentang pelestarian
budaya daerah (Napu 2010). Oleh karena itu dalam perda tentang mulok ilmu gizi
berbasis MTG dapat diatur pula tempat-tempat produksi MTG, hiburan/rekreasi,
hotel, restoran, kantin dan tempat lainnya menjadi ajang promosi atau bahkan
menunjang pelaksanaan pembelajaran. Dengan tersedianya sarana pembelajaran
mulok, maka masyarakat akan termotivasi dan dapat mengaktualisasikan ide-
idenya tentang MTG dan berkonsekuensi pada sektor ekonomi.
4. Kesiapan Pemerintah Daerah
Kesiapan daerah dinilai berdasarkan prioritas strategi yang dilakukan,
dengan melibatkan para stakeholders berdasarkan metode AHP yang
menghasilkan bobot yang digunakan untuk menilai kesiapan pemerintah daerah
(pemda) dalam pengembangan kebijakan mulok ilmu gizi berbasis MTG. Bobot
tersebut akan digunakan sebagai pengkali terhadap skor penilaian masing-masing
kriteria yang telah disusun sesuai dengan hierarki pada metode AHP (Yulianis,
2009). Lebih lanjut, bahwa setiap aspek kriteria memiliki indikator penilaian
dengan rentang skor 0 - 100. Secara keseluruhan, maka tingkat kesiapan
pemerintah daerah tersebut dinilai berdasarkan empat faktor penentu dan 13
kriteria pendukung seperti telah dijabarkan sebelumnya. Lihat Tabel 94, 96.
Pemberian nilainya dilakukan selain melalui wawancara, juga pengamatan dan
penggunaan dokumen yang ada.
Menurut Yulianis (2009) bahwa dalam menggunakan cut off point untuk
mengkategorikan tingkat kesiapan pemerintah daerah adalah sebagai berikut:
168
skor ≤ 70 kategori belum siap; skor 71 - 80 kategori cukup siap; skor 81 - 90
kategori siap dan ≥90 kategori sangat siap. Total nilai kesiapan pemerintah dalam
kebijakan mulok ilmu gizi berbasis MTG adalah 71,95. maka kesiapan pemerintah
dalam pengembangan mulok ilmu gizi berbasis MTG masuk dalam kategori
cukup siap.
Tabel 96 memperlihatkan bahwa tidak sedikit skor yang dimiliki pada
masing-masing aspek yang dinilai di bawah dari skor 75. Ini memang masih
terkendala oleh dasar hukum pelaksanaan mulok ilmu gizi berbasis MTG yang
baru berdasarkan kesepakatan kerja sama antara Dinas Kesehatan Provinsi
Gorontalo dengan Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga Provinsi Gorontalo.
Tetapi yang menarik adalah skor kerja sama lintas sektor dan lintas program
menunjukkan 75, artinya keterlibatan dan tingkat koordinasi atau jalinan
komunikasi cukup baik. Selanjutnya potensi industri MTG ini juga belum
menjadi prioritas pihak perindustrian karena bukan menjadi program utama
demikian disampaikan oleh pejabat institusi tersebut yang didukung oleh data.
Sementara Provinsi Gorontalo terkenal dengan program unggulannya berupa
peningkatan produksi jagung yang diketahui sebagai salah satu bahan dasar
pembuatan MTG. Keterlibatan institusi perindustrian yang masih belum berfokus
pada MTG merupakan pendukung rendahnya skor yang diperoleh dalam menilai
kesiapan pemerintah daerah.
Tabel 96 Penilaian kesiapan pemerintah daerah dalam pengembangan
mulok ilmu gizi berbasis MTG
No. Aspek yang dinilai Bobot Skor Total
A. Infrastruktur
18.86
1 Terdapatnya institusi yang menangani 0.09 100 8.75
2 Ada kebijakan dan program aksi 0.09 75 7.00
3 Tersedianya anggaran pendukung program dari APBD dan APBN 0.06 50 3.11
B Peran Stakeholders
34.37
1 Pemerintah daerah 0.18 100 17.80
2 Swasta 0.10 50 4.76
3 Akademisi 0.10 75 7.42
4 Tokoh Masyarakat 0.09 50 4.40
C. Potensi Pengembangan Mulok Ilmu Gizi Berbasis MTG
8.75
1 Potensi pembelajaran ilmu gizi /kesehatan 0.06 50 3.19
2 Potensi pelestarian dan pengembangan budaya Gorontalo (khusus MTG) 0.05 50 2.25
3 Potensi industri MTG 0.03 25 0.74
4 Daya terima masyarakat 0.03 100 2.57
D. Sinergisme Program
9.98
1 Kerja sama lintas sektor 0.08 75 6.08
2 Kerja sama lintas program 0.05 75 3.90
Skor kesiapan pemerintah daerah 71.95
169
Simpulan
Hasil analisis kebijakan yang meliputi perumusan permasalahan kebijakan
mulok ilmu gizi berbasis MTG, peramalan masa depan dan rekomendasi maka
mata pelajaran mulok ilmu gizi berbasis MTG membutuhkan payung hukum
berupa peraturan daerah tentang pelaksanaan pembelajaran mulok sebagai dasar
untuk menjamin keberlangsungan di tingkat para stakeholders maupun dalam
proses pembelajaran di sekolah.
Mata pelajaran mulok ini ternyata diyakini memberikan peningkatan
pengetahuan ilmu gizi/kesehatan, dapat meningkatkan upaya pelestarian dan
pengembangan budaya khususnya MTG dan menjadi salah satu upaya dalam
memutus mata rantai permasalahan gizi/kesehatan khususnya yang disebabkan
oleh makanan.
Hasil evaluasi faktor internal terhadap alternatif strategi pengembangan
kebijakan mulok ilmu gizi berbasis MTG dengan total nilai 2,715. Ini
menunjukkan bahwa upaya kebijakan mata pelajaran mulok tersebut di atas nilai
rata-rata (2,5) dalam menggunakan kekuatan dan meminimalisir kelemahan;
Sementara untuk hasil evaluasi faktor eksternal diperoleh total nilai yang dibobot
sebesar 2,71 juga di atas rata-rata (2,50), ini menunjukkan bahwa stakeholders
berada di atas rata-rata dalam usahanya menjalankan kebijakan mulok ilmu gizi
berbasis MTG dengan memanfaatkan peluang dan menghindari ancaman.
Melalui AHP, prioritas faktor penentu ada 4 dengan bobot tertinggi adalah
peran stakeholders (0,46), kemudian infrastruktur (0,243), disusul oleh potensi
pengembangan mulok (0,164) dan sinergisme program (0,133). Kriteria
pendukung, bobot prioritas tertinggi adalah peran pemerintah sebagai
stakeholders yang mempunyai kewenangan wilayah, termasuk dalam membuat
kesinambungan pelaksanaan kebijakan tersebut. Selanjutnya ini penting ditopang
oleh akademisi, swasta serta masyarakat. Analisis melalui AHP juga memutuskan
prioritas strategi dalam pengembangan kebijakan mulok ini dan diperoleh bahwa
urutan prioritas kepentingannya yang pertama adalah peraturan daerah (perda)
dengan bobot 0,352, kemudian kinerja lembaga dan kapasistas SDM sebesar
0,277, disusul oleh komitmen, peran dan kemitraan antara stakeholders sebesar
0,214 dan prioritas kepentingan yang keempat adalah pengembangan sarana
pembelajaran mulok dengan bobot 0,157.
Saran
Agar upaya ini dapat berkesinambungan, maka pentingnya transformasi
ilmu pengetahuan dan teknologi secara formal, non formal dan informal yang
dapat dilakukan melalui pembelajaran tersebut diantaranya melalui guru mulok
sehingga hasil-hasil penelitian ataupun temuan di institusi pendidikan atau
institusi penelitian dapat terimplikasi sampai ke masyarakat yang diawali dari
peserta didik. Selanjutnya secara teknis isi dari pembelajaran mulok tersebut
penting untuk dikembangkan karena masih sangat terbatas ruang lingkupnya.
Oleh karena permasalahan makanan adalah tidak terlepas dari semua unsur
kehidupan di alam ini, dan budaya bangsa Indonesia kaya dengan makanan
tradisional sebagai identitasnya, maka pembelajaran tentang ilmu gizi/kesehatan
170
berbasis makanan tradisional kiranya dapat menjadi upaya bersama di seluruh
Indonesia yang sangat penting dipayungi secara nasional seperti halnya
pelestarian dan pengembangan makanan tradisional di Jepang yang telah diatur
melalui undang-undang.
Daftar Pustaka
Benson T, Minot N, Pender J, Robles M, Braun J. 2013. Information to guide
policy responses to higher global food prices: The data and analyses
required Original Research Article Food Policy, Vol. 38: 47-58.
Bungin B. 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif. Aktualisasi Metodologis ke
Arah Ragam Verian Kontemporer. Jakarta. Raja Grafindo Persada.
David FR. 2009. Manajemen Strategi Konsep. Budi IS. Penerjemah; Rahoyo
S.Editor. Jakarta: Salemba empat. Terjemahan dari Strtegic Management:
Concept and Cases.
[DINKES] Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo. 2007. Laporan Tahunan Seksi
Gizi Dinkes Provinsi Gorontalo.
Dwiriani CM, Rimbawan, Riyadi H, Martianto D. 2011. Pengaruh Pemberian Zat
Multi Gizi Mikro dan Pendidikan Gizi Terhadap Pengetahuan Gizi,
Pemenuhan Zat gizi dan Status Besi Remaja Putri. Jurnal Gizi dan Pangan.
Vol.6 No.3: 171-177.
Djogo T, Sunaryo, Suharjito D, Sirait M. 2003. Kelembagaan dan Kebijakan
dalam Pengembangan Agroforestri. Bogor: ICRAF.
Dunn WN. 2003. Pengantar Analisis Kebijakan Publik Edisi Kedua. Yogyakarta.
Gadjah Mada University Press.
Fauzi AM, Rahmawakhida A, Hidetoshi Y. 2010. Kajian Strategi Produksi Bersih
di Industri Kecil Tapioka: Kasus Kelurahan Ciluar, Kecamatan Bogor.
Jurnal Teknologi Industri Pertanian. Vol. 18. No. 2: 60-65.
Harsono. Pengelolaan Pembelajaran Muatan Lokal Bahasa Daerah (Studi Kasus di
Dua SMP Negeri Kota Surakarta). Eksplanasi Vol. 4. No. 8: 170-182.
Hasim, Sapei A, Budiharsono S, Wardiatno Y. 2012. Analisis Dimensi
Kelembagaan untuk Keberlanjutan Pengelolaan Danau Limboto Provinsi
Gorontalo. Jurnal Ilmiah Agropolitan Vol. 5 No. 1: 636-650
Ikhsan S. Aid A. 2011. Analisis SWOT untuk Merumuskan Strategi Pengembang-
an Komoditas Karet di Kabupaten Pisau, Kalimantan Tengah. Jurnal
Agribisnis Perdesaan Vol. 1. No. 3: 166-177.
Iqbal M. 2007. Analisis Peran Pemangku Kepentingan dan Implementasinya
dalam Pembangunan Pertanian. Jurnal Litbang Pertanian. Vo. 26 No. 3:89-
99.
Kasmaini. 2009. Muatan Lokal dalam Perspektif KBK di SDN Kecamatan Muara
Bangkahulu Bengkulu. Jurnal Kependidikan Triadik. Vol. 12. No.1: 25-32.
Mariana D. 2010. Otonomi Daerah dan Inovasi Kebijakan. Governance Vol. 1.
No. 1: 13-20.
Martianto D, Briawan D, Ariani M, Yulianis N. 2009. Percepatan Diversivikasi
Konsumsi Pangan Berbasis Pangan Lokal: Persfektif Pejabat Daerah dan
Strategi Pencapaiannya. Jurnal Gizi dan Pangan Vol. 4 No. 3: 123– 31.
171
Martono. 2001. Pembelajaran Kerajinan Menurut Kurikulum Muatan Lokal si
SLTP Penyelenggara Program Keterampilan Kerajinan di Yogyakarta.
Majalah Ilmiah Kependidikan. Lembaga Pengabdian Kepada Masyarakat
Universitas Negri Yogyakarta. Th. XX No. 4:249-259.
Mubah AS. 2011. Strategi Meningkatkan Daya Tahan Budaya Lokal dalam
Menghadapi Arus Globalisasi. Jurnal Unair Vol. 24. No. 4: 302-308.
Napu A. 2007. Konsep Ilmu Gizi Berbasis Makanan Khas Gorontalo. Gorontalo.
Di dalam: Pertemuan Lintas Sektor dalam Kajian Penerapan Ilmu Gizi
Berbasis Makanan Khas Daerah Gorontalo di Hotel Milana Limboto
Tanggal 17 Juni 2007.
Napu A. 2010. Penerapan Ilmu Gizi Berbasis Makanan Khas Daerah
Menyehatkan dan Melestarikan Budaya Bangsa: Pembelajaran tentang Gizi,
Kesehatan dan Kepemilikan Budaya). Jurnal Ilmiah Agropolitan Vol. 3. No.
2: 320-326.
Nasir M. 2009. Metode Penelitian. Bogor. Ghalia Indonesia.
Nurmianto E, Nasution AH. 2004. Perumusan Strategi Kemitraan Menggunakan
Metode AHP dan SWOT. Jurnal Teknik Industri. Vol. 6. No. 1; 47-60.
Rangkuti F. 2009. Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisni. Reorientasi
Konsep Perencanaan Strategis untuk Menghadapi Acad 21. Jakarta.
Gramedia Pustaka Utama.
Rifma. 2007. Kemampuan Kepala Sekolah dalam Melaksanakan Tugas Sebagai
Supervisor di SMP N Kabupaten Pasaman Barat. Forum Pendidikan
Universitas Negeri Padang. Vol. 32 No. 2: 119-126.
Sedianto M. 2006. Optimalisasi Pembelajaran Muatan Lokal dan Relevansinya
dengan Kebutuhan Lapangan Kerja pada Pendidikan Dasar 9 Tahun. Jurnal
Pendidikan Dasar. Vol. 7. No. 2: 109-113. Tanziha I. 2010. Analisis Perencanaan Ketersediaan Pangan Berdasarkan Daya
Dukung Pangan Wilayah untuk Memenuhi Kebutuhan Konsumsi Pangan di
Kabupaten Lebak. Jurnal Ilmiah Agropolitan 3; 320-335.
Yufiarti. 2009. Pelaksanaan Program Pendidikan Muatan Lokal Berorientasi
Keterampilan di SMP Lampung. Jurnal Pendidikan Dasar. Vol. 10 No. 1:42-
46.
Yulianis N. 2009. Persepsi Pemangku Kepentingan tentang Percepatan
Diversifikasi Konsumsi Pangan Berbasis Pangan Lokal di Provinsi Sumatera
Barat, Jawa Tengan dan Sulawesi Ternggara dan Strategi Pencapaiannya
[tesis]. Bogor: Sekolah Pascasarjan Institut Pertanian Bogor.