20
KEBIJAKAN PAJAK SEBAGAI INSTRUMEN PEMBANGUNAN INDUSTRI GALANGAN KAPAL DI KABUPATEN LAMONGAN (PERSPEKTIF QUINTUPLE HELIX) Rahmah Juliasari dan Haula Rosdiana Program Studi Ilmu Administrasi Fiskal Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik [email protected] Abstrak Kabupaten Lamongan saat ini berstatus sebagai Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) kawasan kemaritiman industri perkapalan. Penunjukkan tersebut didorong oleh faktor-faktor yang mendukung perkembangan industri galangan kapal di Kabupaten Lamongan. Skripsi ini akan berfokus kepada kebijakan pajak yang berlaku pada industri galangan kapal khususnya di Kabupaten Lamongan dan akan melakukan analisis apakah kebijakan pajak yang ada telah mendukung industri galangan kapal di Kabupaten Lamongan sesuai dengan perspektif Quintuple Helix. Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan kualitatif dan metode kualitatif. Hasil dari penelitian ini adalah kebijakan pajak yang ada bukan menjadi satu-satunya faktor untuk berkembangnya industri galangan kapal di Kabupaten Lamongan sesuai dengan prinsip pembangunan berkelanjutan, namun terdapat faktor-faktor lain di dalam perspektif Quintuple Helix yang berpengaruh dalam mengembangkan industri galangan kapal di Kabupaten Lamongan. Kata kunci: Galangan Kapal, Kebijakan Pajak, Quintuple Helix, Insentif Pajak Abstract Lamongan current status is a Specific Economic Zone (SEZ) for maritime shipping industry. This status is driven by some factors which support the development of shipbuilding industry in Lamongan. This thesis will focus on tax incentives that are applied in the shipbuilding industry, especially in Lamongan. This thesis will also analyze whether the existing policies have supported the shipbuilding industry in Lamongan according to Quintuple Helix’s perspective. This research was conducted with a qualitative approach and method. The result is that the tax policies is not the only factor that make shipyard industry in Kabupaten Lamongan develop toward sustainable development principle,but also other factors in Quintuple Helix’s perspective influential in developing the shipbuilding industry in Lamongan. Keywords: Shipbuilding, Tax Policy, Quintuple Helix, Tax Incentive. Pendahuluan Perspektif Quintuple Helix yang merupakan pengembangan dari Triple Helix dan Quadraple Helix, yang memasukan unsur lingkungan alam sebagai helix kelima. Perspektif lingkungan alam sangat penting dalam mewujudkan pembangunan berkelanjutan. Perspektif Quintuple Helix adalah proses pembuatan Tinjauan dasar ..., Eka Febriyanti Putri, FIA UI, 2015

KEBIJAKAN PAJAK SEBAGAI INSTRUMEN PEMBANGUNAN …

  • Upload
    others

  • View
    10

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: KEBIJAKAN PAJAK SEBAGAI INSTRUMEN PEMBANGUNAN …

KEBIJAKAN PAJAK SEBAGAI INSTRUMEN PEMBANGUNAN INDUSTRI GALANGAN KAPAL DI

KABUPATEN LAMONGAN (PERSPEKTIF QUINTUPLE HELIX)

Rahmah Juliasari dan Haula Rosdiana

Program Studi Ilmu Administrasi Fiskal Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

[email protected]

Abstrak

Kabupaten Lamongan saat ini berstatus sebagai Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) kawasan kemaritiman industri perkapalan. Penunjukkan tersebut didorong oleh faktor-faktor yang mendukung perkembangan industri galangan kapal di Kabupaten Lamongan. Skripsi ini akan berfokus kepada kebijakan pajak yang berlaku pada industri galangan kapal khususnya di Kabupaten Lamongan dan akan melakukan analisis apakah kebijakan pajak yang ada telah mendukung industri galangan kapal di Kabupaten Lamongan sesuai dengan perspektif Quintuple Helix. Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan kualitatif dan metode kualitatif. Hasil dari penelitian ini adalah kebijakan pajak yang ada bukan menjadi satu-satunya faktor untuk berkembangnya industri galangan kapal di Kabupaten Lamongan sesuai dengan prinsip pembangunan berkelanjutan, namun terdapat faktor-faktor lain di dalam perspektif Quintuple Helix yang berpengaruh dalam mengembangkan industri galangan kapal di Kabupaten Lamongan.

Kata kunci: Galangan Kapal, Kebijakan Pajak, Quintuple Helix, Insentif Pajak

Abstract

Lamongan current status is a Specific Economic Zone (SEZ) for maritime shipping industry. This status is driven by some factors which support the development of shipbuilding industry in Lamongan. This thesis will focus on tax incentives that are applied in the shipbuilding industry, especially in Lamongan. This thesis will also analyze whether the existing policies have supported the shipbuilding industry in Lamongan according to Quintuple Helix’s perspective. This research was conducted with a qualitative approach and method. The result is that the tax policies is not the only factor that make shipyard industry in Kabupaten Lamongan develop toward sustainable development principle,but also other factors in Quintuple Helix’s perspective influential in developing the shipbuilding industry in Lamongan.

Keywords: Shipbuilding, Tax Policy, Quintuple Helix, Tax Incentive.

Pendahuluan

Perspektif Quintuple Helix yang merupakan pengembangan dari Triple

Helix dan Quadraple Helix, yang memasukan unsur lingkungan alam sebagai

helix kelima. Perspektif lingkungan alam sangat penting dalam mewujudkan

pembangunan berkelanjutan. Perspektif Quintuple Helix adalah proses pembuatan

Tinjauan dasar ..., Eka Febriyanti Putri, FIA UI, 2015

Page 2: KEBIJAKAN PAJAK SEBAGAI INSTRUMEN PEMBANGUNAN …

kebijakan yang melibatkan sistem ekonomi, sistem politik, sistem pendidikan,

media dan lingkungan alam untuk mencapai pembangunan berkelanjutan.

Masalah pembangunan berkelanjutan ini telah menjadi perhatian dunia dan

tentunya juga menjadi perhatian Pemerintah Republik Indonesia (RI). Pemerintah

RI melalui program kerja Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan

Ekonomi Indonesia (MP3EI) merancang visi misi pembangunan ekonomi

Indonesia sesuai dengan konsep pembangunan berkelanjutan yang menyerasikan

sumber daya alam dan manusia dalam pembangunan dengan berlandas pada tiga

pilar utama yaitu pembangunan ekonomi, pembangunan sosial, dan kelestarian

perlindungan lingkungan. Dengan berdasarkan pada MP3EI, Presiden Republik

Indonesia, Joko Widodo menempatkan pembangunan berkelanjutan sebagai

permasalahan dan isu strategis didalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah

Nasional 2015-2019. Didalam buku III RPJMN 2015-2019, salah satu kerangka

pengembangan wilayah untuk mempercepat dan memperluas pembangunan

wilayah tersebut adalah dengan mengkaitkan pusat pertumbuhan wilayah dan

daerah yang perlu difasilitasi dengan infrastruktur wilayah yang terintegrasi dan

terhubung dengan baik dan terpadu. Prioritas khusus dari kerangka pengembangan

ini diberikan pada fungsi dan peran perhubungan laut sebagai pengembangan

poros maritim.

Secara geografis, Indonesia merupakan sebuah negara kepulauan dengan

dua pertiga luas lautan lebih besar daripada daratan. Di hamparan wilayahnya

seluas 8 juta kilometer persegi, tersebar 18.110 pulau. Bagi negara kepulauan

seperti Indonesia, industri perkapalan merupakan salah satu unsur penting dalam

pembangunan ekonomi nasional karena perannya sebagai penguat konektivitas

nasional. Tidak hanya sebagai pemerkuat konektivitas antar pulau di sebuah

negara tetapi juga antara negara satu dengan negara lainnya dalam hubungannya

dengan perdagangan internasional.

Pentingnya perkapalan bagi Indonesia sebagai negara kepulauan dan

negara yang mempunyai visi menjadi poros maritim dunia membuat pemerintah

Republik Indonesia melalui program kerja MP3EI dan RPJMN 2015-2019

menempatkan industri perkapalan dan maritim sebagai kegiatan ekonomi yang

penting. Hal ini dapat dilihat didalam salah satu misi dari RPJMN 2015-2019

Tinjauan dasar ..., Eka Febriyanti Putri, FIA UI, 2015

Page 3: KEBIJAKAN PAJAK SEBAGAI INSTRUMEN PEMBANGUNAN …

yaitu mewujudkan Indonesia menjadi negara kepulauan yang mandiri, maju, kuat,

dan berbasiskan kepentingan nasional. Salah satu yang mendapat perhatian utama

adalah penyediaan infrastruktur untuk mendorong konektivitas antar wilayah. Isu

konektivitas merupakan integrasi dari 4 elemen kebijakan nasional, salah satunya

adalah Sistem Transportasi Nasional (Sistranas). Pengintegrasian empat elemen

utama tersebut ditujukan untuk mencapai visi konektivitas nasional yang

terintegrasi secara lokal, terhubung secara global (Locally Integrated, Globally

Connected) sehingga dapat mempercepat dan memperluas pembangunan ekonomi

Indonesia. Demi mencapai tujuan tersebut, maka keberadaan kapal sebagai

infrastruktur penghubung akan memainkan peran penting dalam isu konektivitas

sesuai amanat MP3EI dan RPJMN 2015-2019.

Di tahun 1992, pemerintah membuat regulasi mengenai Pelayaran

Nasional yang tertuang didalam Undang-undang No. 21 Tahun 1992 yang

menyebutkan bahwa pelayaran dikuasai oleh negara dan pembinaan dilakukan

oleh pemerintah. Dari pernyataan tersebut, terlihat bahwa Indonesia menganut

asas cabotage, artinya pelayaran yang dilakukan dalam wilayah pabean Indonesia

haruslah menggunakan kapal milik nasional (Karana, 2009). Selanjutnya

pemerintah mengeluarkan Instruksi Presiden No. 5 Tahun 2005 tentang

Pemberdayaan Industri Pelayaran Nasional, yang intinya menerapkan asas

cabotage secara konsekuen untuk mengoptimalkan pemberdayaan industri

pelayaran nasional. Kemudian, Undang-Undang No. 21 Tahun 1992 diganti

dengan Undang-Undang No. 17 Tahun 2008. Didalam undang-undang ini, asas

cabotage tetap dipertahankan dan dipertegas dibandingkan dengan Undang-

Undang No. 21 Tahun 1992 tentang Pelayaran yang masih memperbolehkan kapal

berbendera asing untuk beroperasi didalam negeri dalam keadaan dan persyaratan

tertentu.

Pelaksanaan asas cabotage yang merujuk pada Instruksi Presiden (Inpres)

Nomor 5 Tahun 2005 tentang Pemberdayaan Industri Pelayaran Nasional mampu

meningkatkan jumlah armada kapal nasional. Hal ini didukung oleh gambar

dibawah ini:

Tinjauan dasar ..., Eka Febriyanti Putri, FIA UI, 2015

Page 4: KEBIJAKAN PAJAK SEBAGAI INSTRUMEN PEMBANGUNAN …

Gambar 1. Kenaikan Jumlah Armada Kapal Nasional Pada Tahun 2015

Sumber: Direktorat Industri Maritim, Kedirgantaraan, dan Alat Pertahanan, Kementerian Perindustrian, 2015

Penerapan asas cabotage merupakan sarana pengembangan bagi industri

perkapalan Indonesia khusunya industri galangan kapal. Industri perkapalan

mempunyai value chain yang terdiri dari empat bidang. Pertama, industri bahan

baku dan pendukung yang mengolah material dasar seperti baja, kayu, dan cat

menjadi komponen dan peralatan yang nantinya akan digunakan pada produksi

kapal baru. Kedua, industri komponen dan peralatan kapal yang memproduksi

komponen perakitan kapal seperti bollard, achor, chain, dan lainnya. Ketiga,

komponen dan peralatan tersebut kemudian dirakit oleh perusahaan galangan

kapal. Terakhir, ship operator atau industri pelayaran yang berfungsi sebagai

penghubung dengan pengguna transportasi kapal sebagai manajemen operasional

kapal (Akbar, 2011, Hal. 5). Dari pembahasan diatas, dapat diketahui jika industri

galangan kapal mempunyai fungsi untuk menyatukan bahan baku dan komponen

sehingga menjadi sebuah kapal.

Industri galangan kapal dibutuhkan untuk mendukung asas cabotage

dalam meningkatkan kapal berbendera Indonesia yaitu dengan membuat kapal

baru dan merawat armada kapal nasional yang sudah ada. Industri galangan kapal

Indonesia diharapkan mendapatkan banyak mendapatkan order pesanan

pembuatan kapal, tetapi yang terjadi adalah meningkatnya impor kapal bekas.

Pertumbuhan jumlah armada kapal nasional yang melonjak 120% di tahun 2014

dibandingkan tahun 2005, rupanya berbanding terbalik dengan volume produksi

dok kapal nasional. Jumlah pertumbuhan kapal yang dibangun di Indonesia

diyakini kurang dari 20% yang artinya hanya 1.457 unit kapal saja yang dibangun

di galangan kapal nasional (Kementerian Perindustrian, n.d)

6041

10919 13244

0

5000

10000

15000

Maret 2005 Februari 2012 Januari 2015

Tinjauan dasar ..., Eka Febriyanti Putri, FIA UI, 2015

Page 5: KEBIJAKAN PAJAK SEBAGAI INSTRUMEN PEMBANGUNAN …

Tingginya tingkat impor kapal bekas dikarenakan berbagai alasan.

Pertama, lamanya pembuatan kapal baru di galangan kapal dimana dibutuhkan

waktu kurang lebih 1,5 tahun untuk 1 (satu) buah kapal baru. Kedua, hal tersebut

juga diakibatkan dari tingginya harga kapal baru dari galangan kapal nasional.

Tingginya harga tersebut dikarenakan masih sedikitnya industri bahan baku dan

komponen lokal sebagai pendukung. Hal ini mengakibatkan sekitar 70%-80%

komponen dan bahan baku yang merupakan produk luar negeri (komponen

impor). Kegiatan impor tersebut mengakibatkan perusahaan galangan kapal harus

membayar PPN impor sebesar 10% dan Bea Masuk 5% sampai dengan 15%.

Selain itu, perusahaan pelayaran niaga nasional yang melakukan impor kapal,

bahan baku dan komponen kapal dan jasa reparasi dibebaskan dari pengenaan

PPN, sebagaimana tercantum dalam Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2003.

Hal ini mengakibatkan, perusahaan galangan kapal tidak dapat mengkreditkan

Pajak Masukan atas komponen bahan baku pembuatan kapal mereka dan harga

margin penjualan kapal mereka menjadi lebih tinggi dibandingkan kapal bekas

impor yang tidak dikenakan pajak impor.

Sesuai dengan amanat RPJMN dan MP3EI, saat ini Indonesia sedang

berusaha untuk mengembangkan sektor maritim. Langkah tersebut dimulai

dengan mengembangkan industri galangan kapal diberbagai wilayah di Indonesia.

Salah satu tempat industri galangan kapal di Indonesia adalah di Kabupaten

Lamongan, Provinsi Jawa Timur yang telah ditetapkan sebagai satu-satunya

Kawasan Ekonomi Khusus kawasan kegiatan kemaritiman (industri perkapalan).

Galangan kapal di Kabupaten Lamongan ini bukan berada di dalam kawasan

berikat dan kawasan bebas, yang mana harus membayar bea masuk sekitar 5-12

persen dan juga PPN sebesar 10 persen yang menjadikan harga kapal lebih tinggi.

Tidak hanya bersaing dengan bersaing dengan kawasan berikat dan bebas,

perusahaan galangan kapal juga bersaing kapal bekas impor yang mendapatkan

pembebasan PPN.

Pembangunan industri galangan kapal di Kabupaten Lamongan tentunya

harus mengacu kepada prinsip pembangunan berkelanjutan. Untuk mencapainya,

harus didukung oleh berbagai faktor, salah satunya adalah kebijakan pajaknya.

Kebijakan pajak dapat dilihat dari dua bagian, yaitu sebagai bagian dari sistem

Tinjauan dasar ..., Eka Febriyanti Putri, FIA UI, 2015

Page 6: KEBIJAKAN PAJAK SEBAGAI INSTRUMEN PEMBANGUNAN …

ekonomi dan sistem politik. Kedua sistem tersebut masuk kedalam pengertian

perspektif Quintuple Helix. Tidak hanya sistem politik dan ekonomi, didalam

perspektif Quintuple Helix diharapkan terdapat sinergi dengan sistem pendidikan,

media dan lingkungan agar pembangunan industri galangan kapal di Kabupaten

Lamongan sesuai dengan prinsip pembangunan berkelanjutan. Berdasarkan latar

belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka dirumuskan beberapa

masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana bentuk-bentuk insentif yang diberikan kepada industri

galangan kapal di Kabupaten Lamongan?

2. Bagaimana kebijakan pajak atas industri galangan kapal di Kabupaten

Lamongan menurut perspektif Quintuple Helix?

Tinjauan Literatur

Kebijakan pajak adalah kebijakan yang berhubungan dengan penentuan

apa yang dijadikan tax base, siapa-siapa yang dikenakan pajak, siapa-siapa yang

dikecualikan, bagaimana menentukan besarnya pajak yang terutang dan bagamana

menentukan prosedur pelaksanaan kewajiban pajak terutang (Mansury, 1999, Hal.

1).

Rosdiana dan Irianto (2012, Hal. 49) menyebutkan bahwa fungsi pajak

dapat dibedakan menjadi fungsi pajak sebagai sumber penerimaan negara yang

aman, murah dan berkelanjutan; fungsi pajak sebagai instrumen keadilan dan

pemerataan; dan fungsi pajak sebagai instrumen kebijakan pembangunan. Fungsi

pajak sebagai instrumen kebijakan pembangunan terbagi menjadi pertama, pajak

untuk pembangunan nasional, contohnya adalah penyusunan program

pembangunan dalam bentuk Rencana Pembangunan Jangka Panjang dan Rencana

Pembangunan Jangka Menengah Nasional yang seharusnya didukung pula oleh

kebijakan pajak yang dapat mendorong rencana tersebut. Kedua, pajak untuk

pembangunan regional dan ketiga, pajak untuk pembangunan ekonomi dimana

pajak dan pembangunan ekonomi adalah bagian yang tidak dapat terpisahkan

karena saling terkait dan bergantung satu sama lainnya. Pajak dapat dijadikan

instrumen untuk mendorong pembangunan ekonomi, begitupun sebaliknya pajak

dapat digunakan untuk mendistorsi aktivitas ekonomi yang tidak diinginkan

Tinjauan dasar ..., Eka Febriyanti Putri, FIA UI, 2015

Page 7: KEBIJAKAN PAJAK SEBAGAI INSTRUMEN PEMBANGUNAN …

pemerintah (Rosdiana & Irianto, 2012, Hal. 50) dengan contoh pemberian

insentif.

Menurut Rosdiana dan Irianto Pajak Pertambahan Nilai (PPN) adalah

Pajak Penjualan yang dipungut beberapa kali (multiple stage levies) atas dasar

nilai tambah (value added) yang timbul pada semua jalur produksi dan distribusi.

Pada dasarnya PPN bukanlah suatu bentuk perpajakan baru, namun pada dasarnya

merupakan Pajak Penjualan yang dibebankan dalam bentuk berbeda. Hal ini

membuat ciri-ciri atau nature (legal character) dari PPN sama dengan legal

character Pajak Penjualan, yaitu (Rosdiana, 2011, Hal. 65) General (PPN

merupakan pajak yang dikenakan atas semua jenis atau sejumlah besar barang dan

juga jasa); Indirect (PPN merupakan pajak yang tidak memperhatikan keadaan

Wajib Pajak); dan On Consumption karena PPN hanya akan dipungut setelah

seseorang mengeluarkan uangnya atas belanja yang dikeluarkan untuk konsumsi.

Menurut Purwito (2006, Hal. 265), pengertian bea masuk adalah pungutan

yang berasal dari pembayaran atas bea masuk yang terutang berkaitan dengan

pemasukan ke dalam daerah pabean. Dalam pengklasifikasian pajak, bea masuk

termasuk jenis pajak tidak langsung. Hal ini disebabkan oleh karakteristiknya

yang memenuhi karakteristik jenis pajak tidak langsung.

UNCTAD (2000, Hal. 12) mendefinisikan insentif pajak sebagai berikut:

“Tax incentive can be defined as any incentive that reduce the tax burden of enterprises in order to induce them to invest in particular projects or sector”

Definisi diatas menjabarkan insentif pajak sebagai pengurangan beban

pajak bagi para investor agar mau menginvestasikan bisnisnya di suatu sektor di

negara tertentu. Pemberian insentif pajak merupakan alat yang dapat digunakan

pemerintah untuk mempengaruhi investor dalam menentukan kegiatan bisnisnya.

Berdasarkan kutipan Heller dan Kauffman (1963, Hal. 4), insentif pajak

sangat penting dalam keputusan berinvestasi. Insentif pajak dapat menjadi

stimulus langsung bagi investor untuk berinvestasi. Pemberian insentif pajak ini

merupakan salah satu cara yang dapat dilakukan pemerintah untuk meningkatkan

iklim investasi. Tidak hanya investor asing namun juga investor domestik.

Pemberian insentif pajak ini bukan menjadi satu-satunya faktor untuk menarik

investor. Shah (1995, Hal. 29) menyatakan bahwa insentif pajak berpengaruh

Tinjauan dasar ..., Eka Febriyanti Putri, FIA UI, 2015

Page 8: KEBIJAKAN PAJAK SEBAGAI INSTRUMEN PEMBANGUNAN …

terhadap investasi dalam negeri dan investasi modal asing, akan tetapi

menghilangkan hambatan investasi seperti kekurangan infrastruktur, kepastian

hukum dan lembaga pemerintahan jauh akan lebih berpengaruh bagi investor.

Quintuple Helix berbasis dari Triple Helix dan Qudruple Helix dan

menambah subsistem “natural environment” dalam produksi pengetahuan dan

sistem inovasi, sehingga “nature” tersebut dapat berdiri sebagai pusat dan

komponen yang padan dengan dan untuk produksi pengetahuan dan sistem

inovasi yang sesuai dengan pembangunan berkelanjutan. Triple Helix, situasi

terfokus pada universitas (sistem edukasi), pemerintah sistem politik) dan industri

(sistem ekonomi). Pada Quadruple Helix, terdapat tambahan satu fokus yaitu

media based dan civil society karena publik juga terlibat dalam pembuatan

pengetahuan dan pengaplikasian inovasi dan bagaimana masyarakat terkonstruksi

oleh media dan berkomunikasi melalui media (Carayannis & Campbell, 2012,

Hal. 13). Oleh karena itu, dapat diberikan kesimpulan bahwa perspektif

Quintuple Helix adalah proses pembuatan kebijakan yang melibatkan sistem

ekonomi, sistem politik, sistem pendidikan, media dan lingkungan alam untuk

mencapai pembangunan berkelanjutan.

Gambar 2. Perspektif Quintuple Helix dan Fungsinya

Sumber: Carayannis, EG, & Campbell, DFJ., Triple Helix, Quadruple Helix and Quintuple Helix and how do knowledge, innovation and the environment relate to each other? A proposed framework for a trans-

disciplinary analysis of sustainable development and social ecology. International Journal of Social Ecology and Sustainable Development, 2010. Hal 61

Pada Gambar 2.2 dapat dilihat bagaimana perspektif Quintuple Helix

memvisualisasikan interaksi kolektif dan pertukaran pengetahuan dari 5

subsistem. Pertama, sistem pendidikan didefinisikan sebagai universitas, sekolah

Tinjauan dasar ..., Eka Febriyanti Putri, FIA UI, 2015

Page 9: KEBIJAKAN PAJAK SEBAGAI INSTRUMEN PEMBANGUNAN …

dan sistem pendidikan yang lebih tinggi. Di dalam helix ini, sumber daya manusia

sangat penting dalam riset pengetahuan. Kedua, sistem ekonomi. Sistem ini terdiri

dari industri, perusahaan, jasa dan bank. Helix ini terkonsentrasi pada modal

ekonomi seperti jiwa kepengusahaan, mesin, produk, teknologi, uang, dan lain-

lain. Ketiga, lingkungan alam. Lingkungan alam menentukan pembangunan

berkelanjutan dan menyediakan modal alam bagi masyarakat. Keempat, media

dan masyarakat berbudaya. Pada helix ini, media merupakan modal informasi dan

masyarakat berbudaya merupakan modal sosial. Terakhir, sistem politik. Sistem

ini juga sangat penting karena merumuskan usaha suatu negara. Helix ini memiliki

modal hukum dan politik.

Metode Penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan

kualitatif. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif sebagai upaya

memperoleh pemahaman yang menyeluruh dan ingin menggambarkan realita

empirik dibalik fenomena yang akan diteliti secara mendalam, rinci, dan tuntas,

yaitu mengenai kebijakan pajak sebagai instrumen pembangunan galangan kapal

di Kabupaten Lamongan menurut perspektif Quintuple Helix Penelitian

yang dilakukan dapat dikategorikan ke dalam beberapa jenis, yaitu berdasarkan

tujuan penelitian, manfaat penelitian, dimensi waktu, dan teknik pengumpulan

data (Neuman, 2003, Hal. 66). Berdasarkan tujuan, penelitian ini termasuk ke

dalam penelitian deskriptif. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan atau

memberikan gambaran secara faktual dan sistematis mengenai kebijakan pajak

terhadap industri galangan kapal di Kabupaten Lamongan menurut perpektif

Quantuple Helix. Jika ditinjau dari manfaat penelitian, penelitian ini termasuk

penelitian murni karena penelitian berorientasi akademis dan penelitian ini dibuat

atas keingintahuan peneliti. Berdasarkan dimensi waktu, penelitian ini termasuk

dalam penelitian cross sectional karena penelitian ini hanya dilakukan dalam

kurun waktu tertentu dan penelitian ini tidak dilanjutkan kembali.

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

melalui wawancara mendalam, Focus Group Discussion dan studi literatur.

Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis data

Tinjauan dasar ..., Eka Febriyanti Putri, FIA UI, 2015

Page 10: KEBIJAKAN PAJAK SEBAGAI INSTRUMEN PEMBANGUNAN …

kualitatif. Dalam melakukan analisis data, pertama-tama peneliti melakukan

proses pengumpulan data bersamaan dengan proses interpretasi hasil wawancara

dengan informan, catatan lapangan, dan dokumentasi terkait dengan tema.

Narasumber yang ideal merupakan seseorang yang mengetahui dengan baik

budaya daerahnya dan menyaksikan kejadian-kejadian di tempatnya, dapat

meluangkan waktu bersama peneliti dan seseorang yang tidak analitis, namun

mengetahui dengan baik situasi daerahnya. Mengacu pada keempat kriteria di

atas, peneliti menarik beberapa informan, antara lain:

1. Direktorat Jenderal Pajak

Badan Kebijakan Fiskal

2. Direktorat Jenderal Bea dan Cukai

3. Kementerian Perindustrian

4. Narasumber Focus Group Discussion yang berjudul “Menuju Poros

Maritim Dunia: Kebijakan Fiskal Indonesia dalam Perspektif Quintuple

Helix”

a. Sekretariat Daerah Kabupaten Lamongan

b. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Lamongan

c. Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Lamongan

d. PT. Lamongan Marine Industry

e. PT. Lintech

f. Badan Penanaman Modal dan Perizinan Kabupaten Lamongan

g. Kantor Unit Penyelenggara Pelabuhan Brondong

h. Kesatuan Bangsa dan Politik Kabupaten Lamongan

i. Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lamongan

j. Pelabuhan Perikanan Nusantara Brondong

k. Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Brondong

5. Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Lamongan

6. Akademisi

7. PT. Daya Radar Utama

Lokasi (site) penelitian dari peneliti adalah di Kabupaten Lamongan,

Provinsi Jawa Timur. Peneliti memilih Kabupaten Lamongan sebagai (site)

penelitian karena industri galangan kapal yang berada di Kabupaten Lamongan

Tinjauan dasar ..., Eka Febriyanti Putri, FIA UI, 2015

Page 11: KEBIJAKAN PAJAK SEBAGAI INSTRUMEN PEMBANGUNAN …

yang merupakan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) kawasan kemaritiman

(industri perkapalan) dan bukan berada didalam Free Trade Zone area namun

tetap berkembang dan bertahan hingga saat ini.

Gambaran Umum

Pembangunan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) merupakan salah satu

strategi Indonesia dalam mendorong investasi dan meningkatkan daya saing

Indonesia. Kabupaten Lamongan, Jawa Timur saat ini sudah ditetapkan menjadi

Kawasan Ekonomi Khusus Kegiatan Kemaritiman (Industri Perkapalan) oleh

Pemerintah Kabupaten Lamongan pada tahun 2009. Rencana pengembangan

Kawasan Ekonomi Khusus tersebut ditetapkan tanggal 30 Januari 2009 dengan

keputusan Bupati nomor 188/46.1/Kep/413.013/2009. Penetapan tersebut

menyatakan bahwa kawasan sebelah utara Kabupaten Lamongan seluas ± 450 ha

diperuntukkan bagi investasi pembangunan pelabuhan dan industri perkapalan.

Penetapan tersebut didukung oleh faktor-faktor alamiah yang mendukung

pembangunan industri galangan kapal, faktor geografis dan faktor lokasi.

Saat ini terdapat 16 perusahaan galangan kapal yang ada di Jawa Timur, 2

diantaranya berada di Kabupaten Lamongan, yaitu PT. Dok Pantai Lamongan

(DPL) dan PT. Lamongan Marine Industry (LMI). PT DPL merupakan

perusahaan galangan kapal yang berfokus pada reparasi kapal, sedangkan PT LMI

yang merupakan cabang dari PT Daya Radar Utama di Tanjung Priuk, berfokus

pada pembuatan kapal baru. PT LMI yang terletak di Desa Sidokelar Kecamatan

Paciran juga masuk dalam program Masterplan Percepatan dan Perluasan

Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI). Saat ini telah banyak investasi

galangan kapal yang akan masuk di Lamongan, seperti PT Dok Perkapalan

Surabaya, Tri Ratna Diesel dan Laboratorium Perkapalan Politeknik Perkapalan

Negeri ITS. Tabel 4.1 merinci total investasi galangan kapal di dalam Kabupaten

Lamongan hingga bulan Mei 2015 senilai Rp 923.209.800.000.

Tinjauan dasar ..., Eka Febriyanti Putri, FIA UI, 2015

Page 12: KEBIJAKAN PAJAK SEBAGAI INSTRUMEN PEMBANGUNAN …

Tabel 1. Data Galangan Kapal di Kabupaten Lamongan

No Nama Perusahaan Luas

Lahan

Nilai Investasi

1 PT. Dok dan Perkapalan Surabaya 20,5 Ha 434.000.000.000

2 Laboratorium Perkapalan, Politeknik

Perkapalan Negeri, Institut Teknologi 10

Nopember (ITS), Surabaya

5,5 Ha 35.000.000.000

3 PT. Dok Pantai Lamongan 37,5 Ha 94.129.800.000

4 PT. Lamongan Marine Industry 35 Ha 330.000.000.000

5 PT. Tri Ratna Diesel Indonesia 1,5 Ha 30.080.000.000

Jumlah Investasi 923.209.800.000

Sumber: BPMP Lamongan

Hasil Penelitian Saat ini pemerintah Indonesia belum mengeluarkan kebijakan pemberian insentif

PPN untuk industri galangan kapal atas komponen kapal. Insentif yang ada saat

ini hanya pemberian insentif bagi industri pelayaran. Pemberian insentif PPN

tersebut bertujuan untuk mendorong pertumbuhan pelayaran nasional Indonesia.

Pemberian insentif bagi industri pelayaran dimulai sejak pemberlakuan asas

cabotage yang mulai diberlakukan secara konsekuen pada tahun 2005 melalui

Instruksi Presiden No. 5 Tahun 2005. Pemberlakuan asas cabotage kemudian

didukung oleh Peraturan Pemerintah No. 38 Tahun 2003 tentang perubahan atas

Peraturan Pemerintah No. 146 Tahun 2000 tentang impor dan atau penyerahan

barang kena pajak tertentu yang dibebaskan dari Pajak Pertambahan Nilai.

Kebijakan ini berdasar pada pasal 16B Undang-Undang PPN yang bertujuan

untuk mendorong pengembangan armada nasional di bidang angkutan darat, air,

dan udara.

Dalam sistem PPN, pembebasan dari pengenaan PPN untuk industri

pelayaran membuat industri galangan kapal tidak dapat mengkreditkan Pajak

Masukan atas komponen bahan baku pembuatan kapal. Hal ini tentunya akan

berakibat pada bertambahnya biaya dan juga akan mempengaruhi harga kapal

yang dibuat oleh galangan kapal di Indonesia.Selain mendapatkan pembebasan

PPN untuk pembelian kapal dari industri galangan kapal dalam negeri, pembelian

Tinjauan dasar ..., Eka Febriyanti Putri, FIA UI, 2015

Page 13: KEBIJAKAN PAJAK SEBAGAI INSTRUMEN PEMBANGUNAN …

kapal impor langsung dari luar negeri juga mendapatkan pembebasan PPN. Hal

ini berdampak pada harga jual kapal impor yang lebih rendah dibandingkan kapal

hasil produksi galangan kapal dalam negeri dan menyebabkan penurunan daya

saing industri galangan kapal nasional terhadap kapal impor. Hal ini sesuai

dengan pernyataan dari Manajer Keuangan PT. Daya Radar Utama.

”Paling beberapa yang masalah pembebasan beberapa impor barang yang berhubungan dengan sparepart kapal. Jadinya ya sulit bersaing dengan galangan di batam dan juga kapal impor karena kan harga impor komponen mahal jadi beberapa orang berpikiran beli dibatam. (Wawancara dengan Tegararief Ocki P., tanggal 26 Mei 2015)

Saat ini pada industri galangan kapal terdapat insentif Bea Masuk yang

diterima, yaitu Bea Masuk Ditanggung Pemerintah (BMDTP) atas impor barang

dan bahan untuk industri pembuatan dan/atau perbaikan kapal. Bea masuk

Ditanggung Pemerintah (BMDTP) merupakan fasilitas fiskal di bidang

kepabeanan yang landasan hukumnya tidak diatur dalam Undang-undang

Kepabeanan, melainkan diatur dalam Undang-undang APBN. Peraturan

pelaksanaannya diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan Induk lalu ketentuan

lebih rinci dibuat dalam Peraturan Menteri Keuangan yang mengatur persektor

industri dan petunjuk teknisnya diatur pada Peraturan Direktur Jenderal Bea dan

Cukai. Karena UU APBN yang berubah setiap tahunnya, maka PMK induk dan

PMK persektor industri juga harus berubah setiap tahunnya. Pagu yang ada setiap

tahunnya pun juga berubah dan disesuaikan dengan kajian dari Pembina Sektor

Industri yang mengumpulkan perwakilan dari sektor industri tertentu untuk

mengkaji dan mengevaluasi jumlah pagu. Hal ini mengakibatkan beberapa

peraturan terlambat terbit dan menjadi salah satu alasan mengapa pagu anggaran

tidak dapat terserap dengan maksimal.

Tinjauan dasar ..., Eka Febriyanti Putri, FIA UI, 2015

Page 14: KEBIJAKAN PAJAK SEBAGAI INSTRUMEN PEMBANGUNAN …

Gambar 3. Pemanfaatan Pagu BMDTP Sektor Perkapalan

Sumber: Direktorat Fasilitas Kepabeanan, Subdit Pembebasan, 2015

Menurut perspektif Quintuple Helix, kebijakan dihasilkan dari integrasi

kinerja antara sistem ekonomi, sistem politik, sistem pendidikan, media dan

lingkungan. Dalam pembangunan industri galangan kapal di Kabupaten

Lamongan, elemen-elemen pelaku tersebut masing-masing memiliki peranan

penting dalam penciptaan kebijakan hingga penggunaannya sehingga prinsip

pembangunan berkelanjutan dapat terwujud dan KEK akan bekerja dengan baik.

Peran sistem ekonomi dalam mewujudkan pembangunan berkelanjutan salah

satunya melalui pajak. Pajak dan pembangunan ekonomi adalah bagian yang tidak

dapat terpisahkan karena saling terkait dan bergantung satu sama lainnya. Pajak

dapat dijadikan instrumen untuk mendorong pembangunan ekonomi, begitupun

sebaliknya pajak dapat digunakan untuk mendistorsi aktivitas ekonomi yang tidak

diinginkan pemerintah (Rosdiana & Irianto, 2012, Hal. 49). Pemberian insentif

kepada pelaku industri merupakan salah satu instrumen pajak untuk mendorong

pembangunan. Pemberian fasilitas pajak yang ada sekarang ini diharapkan dapat

membantu industri galangan kapal di Kabupaten Lamongan berkembang sesuai

dengan prinsip pembangunan berkelanjutan yang akan meningkatkan daya saing

industri galangan kapal di Kabupaten Lamongan sekaligus meningkatkan

perekonomian di Kabupaten Lamongan.

Jika dilihat dari kedua hal tersebut, kebijakan pajak yang ada belum

mampu mendorong daya saing industri galangan kapal terhadap kapal impor.

Namun industri galangan kapal di Kabupaten Lamongan dinilai semakin

Rp60,800,000,000

Rp3,756,000,000

Rp39,000,000,000

Rp3,035,368,888Rp0 Rp1,579,816,800

Rp0

Rp10,000,000,000

Rp20,000,000,000

Rp30,000,000,000

Rp40,000,000,000

Rp50,000,000,000

Rp60,000,000,000

Rp70,000,000,000

1 2 3

Pagu

PemberianFasilitas

2013 2014 2015

Tinjauan dasar ..., Eka Febriyanti Putri, FIA UI, 2015

Page 15: KEBIJAKAN PAJAK SEBAGAI INSTRUMEN PEMBANGUNAN …

berkembang, terutama setelah dinobatkan menjadi Kawasan Ekonomi Khusus

kawasan kegiatan kemaritiman (industri perkapalan) yang ditetapkan dengan

keputusan bupati tanggal 30 Januari 2009. Hingga bulan Mei 2015, total investasi

galangan kapal yang ada di kabupaten Lamongan senilai Rp 923.209.800.000

dengan total 5 (lima) perusahaan galangan kapal. Bagi para pelaku industri

galangan kapal di Kabupaten Lamongan dan juga pemerintah Kabupaten

Lamongan, kebijakan pajak yang berlaku saat ini tidak menjadi hambatan besar

yang akan membuat industri galangan kapal di Kabupaten Lamongan tidak

berkembang. Hal ini sesuai dengan petikan wawancara dengan Manajer Keuangan

PT Daya Radar Utama,

“Hambatan sebetulnya kayak dibilang hambatan juga tidak juga sih, sebenarnya sih lebih baik ya gitu dibebaskan jadi kita tidak terbebani karena komponen bahan baku modal dasar kan pasti komponen kapal. Kalau sebetulnya kalau diterapkan pasti lebih membantu. Otomatis kita bisa bersaing, paling penting sih itu. Karena kan pajak tidak dibantu kan berat ya. Tapi sekarang juga order tetap datang tetap meningkat dari tahun ke tahun, Kita hampir semuanya proyek pemerintah, Lamongan juga kan pertamina”. (Wawancara dengan Tegararief Ocki P., tanggal 26 Mei 2015)

Permasalahan ekonomi yang terjadi justru dari ketersediaan infrastruktur.

Menurut The Global Competitiveness Report 2014-2015, dari 12 pilar,

infrastruktur merupakan pilar ke-2 untuk menilai daya saing suatu Negara.

Ketersediaan infrastruktur menjadi pertimbangan penting dalam berinvestasi.

Namun penyediaan infrastuktur masih belum menyentuh secara maksimal untuk

wilayah Kabupaten Lamongan padahal sudah ditetapkan sebagai Kawasan

Ekonomi Khusus. Untuk industri galangan kapal yang sebagian besar komponen

masih impor, pengiriman komponen masih melalui Pelabuhan Tanjung Perak di

Surabaya. Saat ini para pelaku usaha harus memutar ke Tuban jika ingin ke

Lamongan dari Surabaya dan melalui trayek yang lebih jauh karena terdapat 2

(dua) jembatan di Gresik yang sejak tahun 2013 akhir, tidak bisa dilalui kendaraan

berat. Perbaikan tersebut dijadwalkan selesai pada tahun 2017. Untuk akses darat

dapat dilakukan alternatif dengan kereta api. Namun hingga saat ini, jalur kereta

api tersebut masih dalam pembangunan sehingga belum dapat dimanfaatkan.

Selain akses darat, akses laut juga dapat dimanfaatkan untuk jalur distribusi.

Tinjauan dasar ..., Eka Febriyanti Putri, FIA UI, 2015

Page 16: KEBIJAKAN PAJAK SEBAGAI INSTRUMEN PEMBANGUNAN …

Namun, walaupun galangan kapal berada di tepi laut tetapi tidak sembarang kapal

dapat bersandar karena harus bersandar di pelabuhan. Pelabuhan yang diperlukan

merupakan jenis pelabuhan khusus yang dikelola untuk kepentingan sendiri guna

menunjang kegiatan tertentu.

Kedua, adalah sistem politik, dimana dalam pembangunan industri

galangan kapal di Kabupaten Lamongan, Pemerintah memiliki kewenangan dalam

mengeluarkan kebijakan-kebijakan yang mendukung penetapan Kawasan

Ekonomi Khusus. Salah satu kemudahan yang dibutuhkan oleh investor adalah

dalam hal perizinan penanaman modal. Dalam pemberian izin, Pemerintah

Kabupaten Lamongan telah berupaya semaksimal mungkin untuk mempermudah

perizinan. Hal ini dikutip dari hasil wawancara dengan Kepala DISPENDA

Kabupaten Lamongan,

“Persiapaanya itu perizinan dipermudah yang terkait lamongan, satu pintu. Satu pintu betul, bukan seperti daerah lain yang satu pintu betul-betulan, hanya seperti front office nerima berkas”. (Wawancara dengan Mursyid, tanggal 6 Mei 2015)

Namun, menurut pelaku usaha dan juga pemerintah Kabupaten Lamongan,

perizinan di pemerintah pusat dinilai masih memberatkan para investor. Hal ini

sesuai dengan petikan wawancara dengan Human Resources Manager PT.

Lamongan Marine Industry,

“Yang terutama kesulitannya adalah selama ini kan kita harus lari sana lari sini untuk perizinan. Terutama di LMI untuk membuat dermaga, proses perizinannya terus terang kalau kita proses reklamasi pun kita harus izin sampai MABES POLRI Jakarta untuk proses peledakan dengan bahan baku yang internal sebenarnya. Target yang harus dipenuhi dan perizinan yang harus masuk jadi panjang begitu dan jadi terhambat”. (Ihsanuddin, dalam FGD tanggal 7 Mei 2015)

Selain itu hal yang dibutuhkan oleh investor adalah adanya kepastian

hukum. Cepatnya perubahan peraturan yang ada dinilai menyulitkan para investor.

Selain itu, pemerintah dinilai kurang memberikan dukungan politik dalam dalam

menyediakan infrastruktur yang dapat mendukung Kawasan Ekonomi Khusus.

Permasalahan jembatan Sembayat (lihat Gambar 5.4) menjadi perhatian

pemerintah Kabupaten Lamongan karena rusaknya jembatan tersebut dapat

mematikan industri galangan kapal dan industri lain yang berada di pantai utara

Tinjauan dasar ..., Eka Febriyanti Putri, FIA UI, 2015

Page 17: KEBIJAKAN PAJAK SEBAGAI INSTRUMEN PEMBANGUNAN …

Kabupaten Lamongan dan bahkan Tuban. Namun terdapat faktor yang mendorong

karena berkembangnya industri galangan kapal di Kabupaten Lamongan juga

didorong oleh peraturan yang dibuat pemerintah mengenai kebijakan Tingkat

Kandungan Dalam Negeri (TKDN) pengadaan barang atau jasa pemerintah yang

berlaku bagi pengadaan yang pembiayaannya baik sebagian atau seluruhnya

bersumber dari APBN/APBD. Kebijakan TKDN ini mengatur tingkat minimal

kandungan lokal yang terkandung didalam suatu barang yang harus digunakan.

Selain kebijakan TKDN, Presiden Joko Widodo membuat kebijakan melarang

Badan Usaha Milik Negara dan kementerian untuk membeli kapal buatan luar

negeri. Semua kapal yang digunakan harus berasal dari galangan kapal dalam

negeri (www.nasional.harianterbit.com, 2015).

Lingkungan berperan penting dalam penunjukan Kabupaten Lamongan

sebagai KEK dan dalam pembangunan industri galangan kapal di Kabupaten

Lamongan. Hal ini diakibatkan oleh panjang pantai utara Lamongan sepanjang 47

km dan juga pantai yang dalam, tidak berlumpur dan memiliki sedimentasi yang

sangat cocok untuk industri galangan kapal.

Pada perspektif Quintuple Helix, penambahan elemen lingkungan

didalamnya merupakan akibat dari isu lingkungan yang semakin penting dan

krusial dalam mewujudkan pembangunan berkelanjutan. Industri galangan kapal

sendiri merupakan industri yang sarat dengan pencemaran lingkungan, baik tanah,

udara maupun air. Oleh karena itu harus dibuat peraturan agar industri galangan

kapal di Kabupaten Lamongan menjadi industri yang ramah lingkungan dan

sesuai dengan pembangunan berkelanjutan. Pada saat investor meminta izin untuk

melakukan investasi di Lamongan, hasil studi AMDAL (Analisis Mengenai

Dampak Lingkungan) wajib dipertimbangkan saat memberikan izin usaha

dan/atau prinsip. Untuk dapat melakukan pembangunan disepanjang pantura

Kabupaten Lamongan, setiap pelaku industri wajib melakukan pembebasan

ranjau. Namun, pembebasan ranjau tersebut memerlukan biaya yang tidak sedikit

tetapi hasil yang didapat investor tidak berwujud. Oleh karena itu pemerintah

Kabupaten Lamongan berharap agar pemerintah dapat memberikan bantuan untuk

pembebasan lahan dari ranjau agar investor lebih mudah saat melakukan investasi

di Kabupaten Lamongan.

Tinjauan dasar ..., Eka Febriyanti Putri, FIA UI, 2015

Page 18: KEBIJAKAN PAJAK SEBAGAI INSTRUMEN PEMBANGUNAN …

Selain lingkungan alam, lingkungan bisnis sangat berperan dalam

pembangunan industri galangan kapal di Kabupaten Lamongan. Saat ini,

Kabupaten Lamongan berstatus sebagai Kawasan Ekonomi Khusus (KEK)

Kawasan Maritim Industri Perkapalan. Penetapan ini diharapkan dapat

mengembangkan industri galangan kapal di Indonesia. Saat ini sekitar 80%

komponen pembangunan kapal baru harus diimpor dari luar negeri. Hal ini

diakibatkan sangat kurang sekali investasi industri komponen pendukung untuk

galangan kapal karena tidak adanya pasar bagi industri komponen pendukung

padahal Indonesia sudah bisa melakukan pembuatan komponen pendukung. Tidak

adanya pasar bagi industri komponen pendukung salah satunya diakibatkan oleh

kecenderungan pelaku usaha galangan kapal untuk lebih memilih melakukan

reparasi karena keuntungan yang lebih besar yang akan didapat oleh pelaku usaha

reparasi kapal.

Dari peran sistem pendidikan, ternyata para pekerja di industri galangan

kapal di Kabupaten Lamongan banyak dilatih internal oleh perusahaan. Tenaga

kerja yang menjadi pegawai perusahaan bukan dari lembaga pendidikan yang

memiliki skill tertentu, karena pemerintah belum menyediakan lembaga

pendidikan yang dapat menghasilkan tenaga kerja yang memenuhi spesifikasi

industri tersebut.

Peran media yang kondusif dapat di triangulasi dengan data yang

diperoleh dari hasil studi dokumentasi. Banyak pemberitaan yang dirilis oleh

media mengenai investasi industri galangan kapal di Lamongan hingga

permasalahan menjadi tuntutan pelaku usaha galangan kapal di Lamongan, seperti

permasalahan infrastruktur dan insentif pajak. Dalam hubungannya dengan

industri galangan kapal, media dapat dijadikan sumber pengetahuan bagi investor

untuk mempelajari industri galangan, khususnya di Kabupaten Lamongan. Namun

saying, beberapa website masih tersedia dengan resolusi yang rendah sehingga

sulit untuk dibaca.

Tinjauan dasar ..., Eka Febriyanti Putri, FIA UI, 2015

Page 19: KEBIJAKAN PAJAK SEBAGAI INSTRUMEN PEMBANGUNAN …

Penutup

a. Kesimpulan

Industri galangan kapal di Kabupaten Lamongan belum sesuai dengan

prinsip pembangunan berkelanjutan. Kebijakan pajak yang ada belum

mampu mendorong daya saing industri galangan kapal terhadap kapal

impor. Namun menurut para pelaku usaha, kebijakan pajak yang berlaku

tidak menjadi hambatan, hambatan justru berada di faktor-faktor lain.

b. Saran

Kebijakan pajak yang ada bukan menjadi satu-satunya hambatan bagi

pelaku usaha, tetapi kebijakan lain yang menjadi hambatan bagi pelaku

usaha dalam melakukan bisnis, salah satunya adalah kebijakan pemerintah.

Diharapkan pemerintah bisa mengkaji kembali kebijakan-kebijakan yang

ada sehingga dapat memberikan kemudahan bagi pelaku usaha untuk

melakukan bisnis.

Daftar Referensi Buku Teks

Mansury, R. Kebijakan Fiskal. Jakarta: Yayasan Pengembangan dan Penyebaran Pengetahuan Perpajakan, 1999.

Neuman, W.L. Social Research Methods: Qualitative and Quantitative Approach. USA: Ally and Bacon, 2003.

Purwito M., Ali. Kepabeanan: Konsep dan Aplikasi. Jakarta: Samudra Ilmu, 2006. Rosdiana, Haula dan Irianto, Edi Slamet. Pengantar Ilmu Pajak: Kebijakan dan Implementasi di

Indonesia. Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2012. Rosdiana, Haula, Edi Slamet dan Titi Putranti. Teori Pajak Pertambahan Nilai. Bogor: Ghalia

Indonesia, 2011. Karya Akademis, Jurnal dan Pelaporan Internasional

Akbar, Fahd Malik. Evaluasi Kebijakan Perpajakan Pada Industri Galangan Kapal Nasional dalam Mendukung Masterplan Persecapatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI). Universitas Indonesia: Tidak Diterbitkan, 2013

Carayannis, EG, & Campbell, DFJ. Triple Helix, Quadruple Helix and Quintuple Helix and how do knowledge, innovation and the environment relate to each other? : A proposed framework for a trans-disciplinary analysis of sustainable development and social ecology. International Journal of Social Ecology and Sustainable Development, 2010. http://www.igi-global.com/bookstore/article.aspx?titleid=41959

UNCTAD. Tax Incentive and Foreign Direct Investment: A Global Survey. United Nation, 2000. Hal 12. Diakses pada 15 Maret 2015 (https://www.google.com/search?q=goo&ie=utf-8&oe=utf-8#q=unctad+tax+incentives+and+foreign+direct+investment

Tinjauan dasar ..., Eka Febriyanti Putri, FIA UI, 2015

Page 20: KEBIJAKAN PAJAK SEBAGAI INSTRUMEN PEMBANGUNAN …

Tinjauan dasar ..., Eka Febriyanti Putri, FIA UI, 2015